Uploaded by User41576

makalah terapi relaksasi otot progresif

advertisement
Terapi Relaksasi Otot Progresif
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas 2
Dosen Pengampu : Ns. Diah Ratnawati, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.Kom
Disusun Oleh :
Leily Muhafilah
1610711030
Miftahul Jannah
1610711048
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN’
JAKARTA
2019
1. Definisi
Relaksasi otot progresif adalah suatu metode untuk membantu menurunkan
tegangan sehingga otot tubuh menjadi rileks. Relaksasi otot progresif bertujuan
menurunkan kecemasan, stress, otot tegang dan kesulitan tidur.
Relaksasi otot progresif dibagi menjadi dua yaitu over PMR (tense up and letting
go) dan cover PMR (letting go). Over PMR adalah secara sadar menegangkan kelompok
otot sekitar 5-10 detik kemudian melepaskannya selama kurang lebih 30 detik, biasanya
menggunakan 11 kelompok otot, sedangkan cover PMR (letting go) adalah jenis PMR
yang hanya merilekskan kelompok otot tanpa menegangkannya lebih dahulu serta dapat
dipraktikkan sendiri, tanpa latihan seperti jenis overt PMR dan seringkali dikombinasikan
dengan autogenic training. (Hamarno, 2010)
Soewondo (2012), relaksasi otot progresif merupakan suatu keterampilan yang
dapat dipelajari dan digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan ketegangan
sehingga menimbulkan rasa nyaman tanpa tergantung pada hal/subjek di luar dirinya.
Relaksasi progresif dipandang cukup praktis dan ekonomis karena tidak memerlukan
imajinasi yang rumit, tidak ada efek samping, mudah dilakukan, serta dapat membuat
tubuh dan pikiran menjadi tenang, rileks dan lebih mudah untuk tidur (Davis & McKay,
2001).
Menurut Miltenberger (2004), teknik relaksasi dibedakan menjadi lima jenis,
yaitu relaksasi otot progresif, pernafasan diafragma, imagery training, biofeedback, dan
hypnosis. Dalam pelaksanaannya terdapat kesamaan prinsip antara relaksasi otot
progresif, imagery training, dan Hypnosis; yaitu terapis barryak menggttnakan instruksi
verbal untuk mengarahkan klien sementara klien berkonsentrasi mengikuti instruksi.
Smith (2005), menyebutkan bahwa seseorang yang menguasai hypnosis pada umumnya
akan dengan mudah melakukan imagery training dan relaksasi progresif; dan demikian
pula sebaliknya.
2. Manfaat
Relaksasi otot progresif ini sendiri adalah untuk mengatasi berbagai macam
permasalahan dalam mengatasi stres, kecemasan, insomnia, dan juga dapat membangun
emosi positif dari emosi negatif. Keempat permasalahan tersebut dapat menjadi suatu
rangkaian bentuk gangguan psikologis bila tidak di atasi.
Relaksasi otot progresif telah digunakan dalam berbagai penelitian didalam dan
diluar negeri dan telah terbukti bermanfaat pada berbagai kondisi subyek penelitian. Saat
ini latihan relaksasi relaksasi otot progresif semakin berkembang dan semakin sering
dilakukan karena terbukti efektif mengatasi ketegangan, kecemasan, stres dan depresi
(Jacobson & Wolpe dalam Conrad & Roth- 2007), membantu orang yang mengalami
insomnia (Erliana, E., 2008), hingga meningkatkan kualitas hidup pasien pasca operasi
CABG (Dehdari, 2009), menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi esensial (Tri
Murti, 201l), meredakan keluhan sakit kepala dan meningkatkan kualitas hidup (Azizi &
Mashhady,2012).
3. Jenis-jenis Relaksasi Otot Progresif
Relaksasi otot progresif di bagi menjadi tiga, yaitu :
1. Relaksasi Via Tension Relaxation
Dalam metode ini individu diminta untuk menegangkan dan melemaskan masingmasing otot, kemudian diminta merasakan dan menikmati perbedaan antara otot tegang
dengan otot lemas. Disini individu diberitahu bahwa fase menegangkan akan membantu
dia lebih menyadari sensai yang berhubungan dengan kecemasan dan sensai-sensasi
tersebut bertindak sebagai isyarat atau tanda untuk melemaskan ketegangan. Indicidu
dilatih untuk melemaskan otot-otot yang tegang dengan cepat seolah-olah mengeluarkan
ketegangan dari badan, sehingga individu akan merasa rileks.
2. Relaxation Via Letting Go
Pada fase ini individu dilatih untuk lebih menyadari dan merasakan relaksasi.
Individu dilatih untuk menyadari ketegangannya dan berusaha sedapat mungkin untuk
mengurangi serta menghilangkan ketegangan tersebut. Dengan demikian individu akan
lebih peka terghadap ketegangan dan lebih ahli dalam mengurangi ketegangan.
3. Deffrential Relaxation
Deffrential relaxation merupakan salah satu penerapan ketrampilan progresif.
Pada waktu individu melakukan sesuatu bermacam-macam kelompok otot menjadi
tegang, otot yang diperlukan untuk melakukan aktifitas tertentu sering lebih tegang
daripada yang seharusnya (ketegangan yang berlebih) dan otot lain yang tidak diperlukan
untuk melakukan aktifitas juga menjadi tegang selama aktifitas berlangsung. Oleh karena
itu untuk merileksasikan otot yang tegangnya berlebihan dan otot yang tidak perlu
tegang, pada waktu individu melakukan aktifitas tersebut dapat digunakan relaksasi
deffrential.
4. Indikasi
Menurut Herodes (2010), Alim (2009), dan Potter (2005) dalam Setyoadi dan
Kushariyadi (2011) bahwa indikasi dari teknik ini adalah
a) Menurunkan tekanan darah,
b) Menurunkan ketegangan otot,
c) Menurunkan stress atau kecemasan
d) Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung, tekanan
darah tinggi, frekuensi jantung, laju metabolik.
e) Mengurangi distritmia jantung, kebutuhan oksigen.
f) Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan tidak
memfokus perhatian seperti relaks.
g) Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi.
h) Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stres.
i) Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia ringan,
gagap ringan, dan
j) Membangun emosi positif dari
5. Kontraindikasi
Fritz (2005) dalam Mashudi (2011) beberapa hal yang mungkin menjadi
kontraindikasi penggunaan relaksasi otot progressif adalah :
a) Cedera akut
b) Penyakit jantung berat/akut
c) Ketidaknyamanan musculoskeletal
6. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Kegiatan Relaksasi
a) Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri sendiri
b) Untuk merilekskan otot-otot membutuhkan waktu sekitar 20-50 detik.
c) Posisi tubuh, lebih nyaman dengan mata tertutup. Jangan dengan berdiri.
d) Menegangkan kelompok otot dua kali tegangan.
e) Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudian bagian kiri dua kali.
f)
Memeriksa apakah klien benar-benar rileks.
g) Terus menerus memberikan instruksi.
h) Memberikan instruksi tidak terlalu cepat, dan tidak terlalu lambat
7. Tahap Pemberian
Ada 15 macam gerakan relaksasi yang bisa dilakukan untuk menurunkan stres
dan kecemasan. Gerakan itu bisa dilatih pada area tangan, bahu, wajah, punggung, perut,
dada dan kaki. Gerakan relaksasi ini bisa dilakukan kapan saja, tanpa pembatasan waktu
dan akan memberikan efek relaks apabila dilakukan dengan benar.
Lakukan gerakan relaksasi ini secara bertahap dan tidak dalam sekali waktu. Bisa
membagi 15 gerakan ini dalam 2 atau 3 sesi sesuai dengan kondisi dan kemampuan..
Setiap kali mengalami stres atau cemas, terapi ini bisa dilakukan, hati- hati bagi yang
memiliki tekanan darah di atas normal ( > 120/80 mmHg). Terutama pada saat
melakukan penegangan pada area leher, karena dikhawatirkan akan terjadi vaso
konstriksi pembuluh darah leher.
8. Peran Perawat
Peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan adalah membantu penderita
hipertensi untuk mempertahankan tekanan darah pada tingkat dan meningkatkan kualitas
kehidupan secara maksimal dengan cara memberi intervensi asuhan keperawatan,
sehingga dapat terjadi perbaikan kondisi kesehatan. Salah satu tindakan yang dapat
diberikan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi adalah terapi
relaksasi otot progresif Jacobson. Pemberian teknik relaksasi otot progresif dilakukan
sebelum pemberian obat-obatan hipertensi dan berperan dalam keberhasilan penanganan
hipertensi. (Triyanto, 2014).
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.researchgate.net/publi
cation/329216368_Pemberian_Relaksasi_Otot_Progresif_pada_Lansia_Dengan_Hipertensi_Es
sensial_di_Kota_Jambi&ved=2ahUKEwig9_jE1_ngAhV28HMBHSLfDoIQFjAAegQIBxAB&usg
=AOvVaw068qv139YWoIu3yUzQtear
Mashudi. 2011. Pengaruh Progressive Muscle Relaxation Terhadap Kadar Glukosa Darah
pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum daerah Raden Mattaher Jambi. Thesis.
Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia
Hamarno, Rudi. 2010. “Pengaruh Latihan Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan
Tekanan Darah Klien Hipertensi Primer di Kota Malang ”. Universitas Indonesia: Fakultas
Ilmu Keperawatan.
Setyoadi, K. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa pada Klien Psikogeriatrik. Jakarta :
Salemba Medika
SOP Teknik Terapi Relaksasi Otot Progresif
 Persiapan
Persiapan alat dan lingkungan: kursi, bantal, serta lingkungan yang tenang dan sunyi.
Persiapan klien:
1. Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan pengisian lembar persetujuan terapi pada klien;
2. Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutup menggunakan
bantal dibawah kepala dan lutut atau duduk dikursi dengan kepala ditopang, hindari posisi berdiri
3. Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu;
4. Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya mengikat ketat.

Prosedur
Gerakan 1: ditujukan untuk melatih otot tangan.
1. Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
2. Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi.
3. Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan relaks selama 10 detik.
4. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat membedakan perbedaan
antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang dialami.
5. Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.
Gerakan 2: ditujukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.
Tekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot di tangan bagian
belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari menghadap ke langit-langit. Gerakan melatih
otot tangan bagian depan dan belakang ditunjukkan pada gambar
Gambar:
Gerakan 3: ditujukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada bagian atas pangkal lengan).
1. Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.
2. Kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot biseps akan menjadi tegang.
Gambar:
Gerakan 4: ditujukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.
1. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga menyantuh kedua telinga.
2. Fokuskan atas, dan leher.
Gambar:
Gerakan 5 dan 6: ditujukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti otot dahi, mata, rahang,
dan mulut).
1. Gerakkan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot terasa dan kulitnya
keriput.
2. Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan disekitar mata dan otot-otot yang
mengendalikan gerakan mata.
Gerakan 7: ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot rahang. Katupkan
rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan disekitar otot rahang.
Gerakan 8: ditujukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut. Bibir dimoncongkan sekuatkuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar mulut.
Gambar :
Gerakan 9: ditujukan untuk merileksikan otot leher bagian depan maupun belakang.
1. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot leher bagian depan.
2. Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
3. Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga dapat merasakan
ketegangan dibagian belakang leher dan punggung atas.
Gerakan 10: ditujukan untuk melatih otot leher begian depan.
1. Gerakan membawa kepala ke muka.
2. Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher bagian muka.
Gerakan 11: ditujukan untuk melatih otot punggung
1. Angkat tubuh dari sandaran kursi.
2. Punggung dilengkungkan.
3. Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian relaks.
4. Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot menjadi lemas.
Gerakan 12: ditujukan untuk melemaskan otot dada.
1. Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-banyaknya.
2. Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian dada sampai turun ke
perut, kemudian dilepas.
3. Saat ketegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega.
4. Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang dan relaks.
Gambar:
Gambar:
Gerakan 13: ditujukan untuk melatih otot perut.
1. Tarik dengan kuat perut kedalam.
2. Tahan sampai menjadi kencang dank eras selama 10 detik, lalu dilepaskan bebas.
3. Ulangi kembali seperti gerakan awal perut ini.
Gerakan 14-15: ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan betis).
1. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.
2. Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga ketegangan pindah ke otot betis.
3. Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.
4. Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.
Download