LAPORAN PRAKTIKUM ILMU BEDAH KHUSUS OVARIOHISTERECTOMY Oleh: Nama : Bagas Abrianto NIM : 135130101111064 Kelas : 2013-D Kelompok :5 Asisten : LABORATORIUM ILMU BEDAH KHUSUS FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kucing merupakan salah satu hewan piara yang sangat umum dipelihara oleh masyarakat. Pada umumnya dalam setiap rumah tangga memiliki satu ekor kucing baik untuk memberantas hama, untuk hewan kesayangan atau diambil manfaat ekonomisnya. Kucing jantan adalah binatang yang memiliki daerah kekuasaan untuk menentukan luas dan menandai daerah kekuasaannya. Biasanya kucing jantan akan melakukan spraying yaitu menandainya dengan menyemprotkan urin. Tingginya produksi hormon testosteron pada kucing jantan cenderung membuat kucing bersifat lebih agresif. Kucing akan lebih mudah terpancing untuk berkelahi dengan kucing jantan lainnya. Sehingga untuk mencegah sifat agresif tersebut, kucing peliharaan atau liar di negara-negara maju sudah melaksanakan sterilisasi, kebiri atau kastrasi (Amirrudin dkk, 2015). Peningkatan populasi hewan dalam jumlah besar menjadi masalah tersendiri bagi kesehatan manuasi, terutama hewan kecil seperti anjing dan kucing karena hewan-hewan tersebut dapat menjadi agen penular berbagai penyakit zoonosis. Salah satu solusi untuk memecahkan masalah diatas adalah dengan melakukan tindakakn sterilisasi pada anjing maupun kucing baik jantan maupun betina. Sterilisasi pada hewan betina dapat dilakukan dengan mengangkat ovariumnya saja (ovariectomy) atau mngangkat ovarium beserta uterusnya (ovariohisterectomy). Ovariohisterectomy dapat juga ilakukan untuk terapi pengobatan pada kasus-kasus reproduksi seperti perubahan tingkah laku seperti hewan tidak birahi , tidak bunting dan tidak menyusui atau hewan terindikasi kanker, tumor, pyometra, cysta ovari. Sehingga tindakan ovoriohisterectomy perlu dilakukan. Ovarohysterectomy elektif (spay) umum dilakukan untuk mencegah siklus estrus dan kebuntigan yang tidak diinginkan. Manfaat lainnya adalah pencegahan pyometra dan neoplasia ovarian atau uterus. Prevalensi tumor mammae menurun dengan drastic saat hewan steril pada usia muda. Risiko untuk neoplasia mammae terjadi yaitu 0.5% dan 8% pada anjing yang steril sebelum estrus pertama atau kedua. Risiko pada anjing steril atau yang tidak jadi di steril. Pada kucing, sterilisasi sebelum 6, 12 dan 24 bulan dapat menurunkan risiko perkembangan tumor mammae sebanyak 91%, 86% dan 11%. Mensterilkan kucing setelah berumur 2 tahun atau anjing dengan umur setelah 2.5 tahun mempunyai efek minimal pada perkembangan tumor (Tobias, 2012). 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan laporan ini yaitu: 1.2.1 Mengetahui pengertian ovariohisterctomy 1.2.2 Mengetahui indikasi dilakukan ovariohisterctomy 1.2.3 Mengetahui kelebihan dan kekurangan dilakukan ovariohisterectomy 1.2.4 Mengetahui teknik ovariohisterectomy yang meliputi preoperasi, operasi,dan post operasi 1.3 Manfaat Adapun manfaat dari penulisan laporan ini yaitu: 1.3.1 Memperkaya pengetahuan mengenai ovariohisterectomy 1.3.2 Menambah kemampuan dibidang bedah khususnya pada tindakan ovariohisterectomy 1.3.3 Mencegah terjadinya peningkatan populasi kucing yang tidak diinginkan 1.3.4 Mampu menerapakan aplikasi bedah ovariohisterectomy secara benar di kemudian hari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Organ Reproduksi Betina Organ reproduksi pada betina kcing betina terdiri dari ovarium, oviduk, infundibillum, uterus, serviks, vagina, vestibula, klitoris dan vulva (Junaidi, 2013). Ovarium berasal dan secondary sex cord dan genital ridge, sedangkan sistim duktus berasal dan mullerian ducts, yaitu sepasang duktus yang muncul saat perkembangan embrio awal. (Yusuf, 2012). Berikut ini merupakan penjelasan bagian-bagian organ reproduksi kucing betina, a. Ovarium Ovarium merupakan organ reproduksi primer pada hewan betina. Disebut organ primer karena ovarium menghasilkan sel garnet betina (yaitu ovum) dan hormon kelamin betina. Hormon kelamin yang dihasilkan oleh ovarium dibedakan dalam dua kelompok yaitu hormon steroid dan hormon peptida. Hormon steroid terdiri dan progesteron dan estrogen, sedangkan hormon peptida terdiri dari inhibin, activin, relaxin, dan oxytocin. Ovarium kucing dewasa berbentuk oval kira-kira erukuran 1,0 x 0,3 x 0,5 cm dan berat 220 mg. letak ovarium di abdomen dorsal bersebelahan dengan ginjal. Ovarium, Oviduk, dan Uterus masing-masing tergantung dirongga peritoneum oleh ligament penggantung berturut-turut adalah mesovarium, mesosalphing, dan mesoometrium. Arteri ovaria yang berasal sari aorta memasok ovary dan porsi cranial koruna uteri. Vena ovaria mengalirkan darah balik dari ovarium, koruna uteri, dan bagian cranial koruna uteri yang berakhir pada vena cava caudalis (Junaidi, 2013). Gambar 1. letak organ reproduksi kucing betina tampak lateral b. Oviduk Oviducts disebut juga tuba falopi (fallopian tubes) secara anatomis mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan ovarium. Mukosa oviducts tersusun oleh lipatanlipatan primer, sekunder dan tertier. Lipatan mukosa ampulla, berjumlah 20-40 lipatan, tinggi dan bercabang-cabang, dimana ketinggian tersebut berkurang menjelang isthmus, dan kemudian menjadi sangat rendah di bagian utero-tubal junction. Oviduk kucing dewasa panjangnya 5-6 cm. Infundibullum merupakan ujung cranial oviduk adalah pembesaran konikal yang dibatasi oleh vili mukosa yang disebut fimbria (Rout, 2005). c. Uterus Uterus kucing betina adalah organ berbentuk huruf “Y” yang terdiri atas corpus sepanjang 2 cm yang terletak antara kolon yang turun secara dorsal dan kandung kemih secara ventral dan dua koruna uteri sepanjang 10 cm yang memanjang secara cranial untuk bertemu dnegan oviduk. Kedua sisi uterus terhubung ke dinding pelvis dan abdomen oleh ligamentum lata uteri.Berat uterus pada kucing yang tidak bunting yaitu 1,5 gram (Junaidi, 2013). d. Serviks Serviks ialah lehere berdinding tebal dari uterus yang menghubungkan dengan vagina. Serviks uteri kucing menonjol keluar kedalam vagina sebagai suatu papilla yang diarahkan secara ventrocaudal. Ukuran uterus kuicng tergantung pada besar, umur dan paritas kucing serta fase estrus atau umur kebuntngan. e. Vagina Vagina kucing dewasa memanjang secara caudal dari serviks ke bagian hymen tepat sebelah cranial dari orificium uretra eksternal di vestibula atau sinusurogenital (Rout, 2005). f. Vestibula Vestibula kucing panjangnnya 2 cm dengan diameter bisa mengakomodasi probe berdiameter 4 mm yang dimasukkan ke vulva sekitar 20 mm. Vestibula memanjang dari cranial ke orificium uretra eksternal secara cranial ke vulva secara caudal dan berjarak 2 cm (Junaidi, 2013). g. Vulva Vulva kucing terdiri atas dua labia lateral kecil yang bindar dan terletak dibawah anus yang menyatu di komissura dorsal dan ventral (Sardjana, 2011). h. Klitoris Klitoris terdiri atas krura berpasangan jaringan erektil (klitoridis corpora cavernosum). Terletak didasar klitoris fossa di lapisan tengah vestibula (Sardjana, 2011). 2.2 Ovariohiterectomy Ovariohisterektomi adalah operasi pengeluaran organ reproduksi berupa ovarium dan uterus dari ruang abdomen. Operasi ini selain untuk mengurangi populasi, juga untuk terapi penyakit yang ada didalam organ organ reproduksi. Selain itu operasi ini juga menghilangkan siklus estrus, karena hormone esterogen dan progesterone yang diproduksi oleh ovarium ditiadakan. Untuk mencegah hal hal yang tidak diinginkan maka selama operasi ovariohisterektomi maupun operasi lainnya selalu dilakukan pengamatan terhadap keadaan fisiologis hewan (Noviana, 2006). Ovariohisterctomy dapat juga dilakukan untuk terapi pengobatan pada kasus-kasus reproduksi seperti pyometra, endometritis, tumor uterus, cyste, hiperplasia dan neoplasia kelenjar mamae. Tindakan bedah ini akan memberikan efek pada hewan seperti perubahan tingkah laku seperti hewan tidak berahi, tidak bunting, dan tidak dapat menyusui. Perubahan tingkah laku ini dapat terjadi akibat ketidakseimbangan hormonal (Laksana dkk, 2013). Terdapat beberapa kerugian apabila tidak dilakukan OH pada kucing betina, yaitu antara lain : spontaneous ovulators : kucing betina adalah “spontaneous ovulators”, artinya kucing betina akan ovulasi hanya pada saat kawin, jika betina mengalami estrus (selama 3-16 hari) dan tidak dikawinkan maka betina akan estrus kembali setiap 14-21 hari sampai akhirnya dikawinkan. Pola fisiologi dan tingkah laku akan tertekan selama kawin. Apabila betina terkunci atau terjebak di dalam rumah maka kemungkinan akan menyebabkan kegelisahan dan frustasi. Masalah tingkah laku dan higienis : selama siklus estrus akan muncul beberapa permasalahan tingkah laku. Betina yang sedang estrus akan aktif mencari pejantan dan mungkin berusaha untuk pergi jauh dari rumah, kecelakaan mobil, berkelahi dengan hewan yang lain dan lainlain. Kadang kucing jantan datang secara tiba-tiba di sekitar rumah dan halaman. Pada beberapa keadaan, betina yang belum di OH akan spray urinnya ketika estrus. Hal ini akan sulit untuk dihentikan dan sangat dianjurkan untuk dilakukan OH sebagai salah satu pengobatan. Kanker mamae : kanker mamae adalah no 3 kanker yang umum terjadi pada kucing betina. Hormon reproduksi adalah salah satu penyebab utama kanker mamae pada kucing betina. Kucing yang telah di OH memiliki risiko 40-60% lebih rendah pada perkembangan kanker mamae daripada yang tidak di OH. Tumor pada traktus reproduksi : tumor akan muncul pada uterus dan ovarium. OH tentu saja akan mengeliminasi berbagai kemungkinan munculnya tumor. Infeksi traktus reproduksi : kucing yang tidak di OH kemungkinan akan berkembang penyakit pada uterus yang disebut pyometra. Dengan demikian, bakteri akan masuk dan uterus akan dipenuhi oleh nanah. Apabila tidak terdeteksi, umumnya akan fatal. Pada kasus yang jarang. Adalah ketika kondisi ini diketahui lebih dini maka terapi hormonal dan antibiotik mungkin akan berhasil. Secara umum, pengobatan pyometra membutuhkan OH yang cukup sulit dan mahal. 2.3 Keuntungan Ovariohisterectomy Keuntungan dilakukannya ovariohisterectomy pada kucing betina adalah: Mencegah kelahiran anak kucing yang tidak diinginkanuntuk menjaga populasi kucing tetap terkendalikan. Kucing betina tidak dapat birahi sehingga tidakdapat mengeluarkan feromon Jarangnya kucing terluka akibat berkelahi dengan kucing lain. Semakin jarang terluka semakin kecil juga kemungkinan terkena penyakit yang dapat menular melalui luka/kontak. Pencegahan dan pengurangan genetik burk pada kucing. Mengurangi resiko tumor ovary dan mammae (Tilley, 2000). 2.3 Kelemahan dan Komplikasi Adapun kerugian dari dilakukannya ovariohisterectomy yaitu : 1. Terjadinya obesitas 2. Hilangnya potensi breed dan nilai genetic. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada saat melakukan ovariohysterectomy diantaranya yaitu: Ovariant remanant syndrome. Sindrom ini menyebabkan hewan tetap estrus pasca ovariohysterectomy, hal ini disebakan oleh pengambilan ovarium yang tidak sempura. Fistula pada traktus reproduksi, fistula berkembang dari adanya respon inflamasi terhadap material operasi seperti benang. Urinary uncontinence. Merupakan kejadian tidak dapat mengatur spincter vesica urinary. Hal ini dapat tejadi karena adanya perlekatan (adhesi) atau granuloma pangkal uterus yang mengganggu spincter vesica urinary. Pendarahan (hemorragi). Dilaporakan sebagai causa mortalitas umum setelah dilakukannya ovariohysterectomy, disebabkan karena rupture pada pembuluh ovarium ketika ligamentume suspensorium diregangkan (Tilley, 2000). 2.4 Stadium Anastesi Menurut Sardjana (2011) dalam anastesi mengikuti pola anastesi mamalia yang terdiri dari beberapa tahap yaitu: 1. Stadium I Pada stadium ini hewan masih sadar dan kadang – kadang hewan masih berusaha melawan. Respirasi masih teratur dan spontan, dapat terjadi pengeluaran feses dan urine. 2. Stadium II Pada stadium II ini kesadaran mulai menghilang, respirasi lebih dalam, reflex laring hilang, dan dapat terjadi gerakan gerakan ekstremitas yang tidak terkendali. 3. Stadium III Stadium ini dibagi menjadi 4 tahap yaitu: a. Tahap I Respirasi masih teratur dan bersifat thoracoabdominal, terjadi nystagmus, reflex cahaya positif, tonus musculus mulai menurun, reflek palpebra, konjungtiva dan kornea menghilang. b. Tahap II Respirasi teratur dan bersifat thorachoabdominal, frekuensi respirasi meningkat, pupil midrasis, reflek cahaya menurun, reflek kornea negative. c. Tahap III Respirasi teratur dan bersifat abdominal karena terjadi kelumpuhan saraf intercostalis, dilatasi pupil, tonus musculus menurun. d. Tahap IV Respirasi tidak teratur, pupil midrasis, tonus muscles menurun, refloeks sprincter ani dan kelenjar air mata negative. Stadium IV Respirasi tipe abdominal disertai paralisa musculus intercostalis, tekanan darah menurun, dilatasi pupil, respirasi akhirnya berhenti disusul dengan kematian hewan. 4. BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan A. Alat Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu : pisau cukur atau silet, tali restrain, scalpel handle, blade, gunting tajam tajam, gunting tajam tumpul, pinset anatomis, pinset chirurgis, arteri clamp, needle holder, spay hook, needle, towel, duk clamp, glove, masker, spuit, tampon, dan kapas. B. Bahan Bahan yang digunakan yaitu: kucing jantan, catgut chromic, catgut plain, povidone iodine, alkohol, air sabun, atropin sulfat dengan dosis 0,04 mg/kg BB dan volume pemberian 0,616 ml, amoxicillin dengan dosis 20 mg/kg BB dan volume pemberian sebesar 3,08 ml, ketamine dan xylazine dengan dosis 10 mg/kg BB dan masing – masing volume pemberian sebesar 0,385 ml, tolfedine acid dengan dosis 4 mg/kg BB dan volume pemberian sebesar 0,385 ml, intramox dengan dosis 15 mg/kg BB dan volume pemberian sebesar 0,385 ml, NaCl fisiologis. 3.2 Prosedur A. Sterilisasi Peralatan Operasi Peralatan Operasi - - Dilakukan sterilisasi peralatan operasi yang telah dicuci bersih serta dikeringkan dan dibungkus dengan menggunakan koran setelah terlebih dahulu dilipat dan ditata sesuai dengan urutannya masing – masing Dimasukkan peralatan yang telah dibungkus koran pada sterilisator dengan suhu 1210C selama 60 menit Peralatan dapat digunakan dalam proses operasi Hasil B. Persiapan Asisten dan Operator Asisten dan Operator - Menggunakan tutup kepala dan masker, mencuci kedua tangan dengan sabun dan menyikatnya dengan sikat pada air yang mengalir Pencucian dimulai dari ujung jari yang paling steril lalu dibilas dengan arah dari ujung jari yang dilakukan sebanyak 10 -15x Setelah mencuci tangan dan membilasnya, tutup keran dengan siku untuk mencegah kontaminasi Tangan dikeringkan dengan handuk dan gunakan glove Operasi siap dilakukan Hasil B. Persiapan Hewan Hewan - Tidak diberi makan 8 -12 jam dan tidak diberi minum 3 – 4 jam sebelum operasi Dilakukan sinyalement dan anamnesa beserta pemeriksaan fisik hewan Posisikan hewan pada rebah dorsal, masukkan kapas pada mulut hewan dengan posisi lidah dikeluarkan untuk memudahkan jalannya respirasi Premedikasi menggunakan atropin sulfat dengan dosis 0,04 mg/kg BB dan volume pemberian sebesar 0,616 ml secara subkutan dan anestesi menggunakan kombinasi dari ketamin dan xylazine dengan dosis 10 mg/kg BB dan volume masing – masing pemberian sebesar 0,385 ml secara intramuskular - - Fiksasi hewan dengan menggunakan tali restrain Dilakukan pencukuran rambut pada hewan dengan cara rambut dibasahi air sabun, pencukuran dilakukan searah rebah rambut, setelah dicukur daerah yang akan dioperasi dibersihkan dengan kapas yang dibasahi dengan air kemudian dikeringkan Setelah pemberian anestesi, frekuensi nafas dan jantung serta temperature diperiksa setiap 5 menit sekali sampai pembedahan selesai Hasil C. Prosedur Bedah Hewan - - - Hasil Dilakukan fiksasi pada keempat kaki hewan setelah dilakukan pemasangan alas pada meja operasi, sedative, premedikasi dan anestesi Dilakukan pemasangan towel pada lokasi pembedahan yang dikemudian dijepit dengan menggunakan duk clamp Bersihkan lokasi yang akan diinsisi dengan menggunakan kapas yang berisi alkohol kemudian insisi bagian yang akan dibedah dengan menggunakan scalpel – blade Tekan dinding abdomen dengan menggunakan jari tangan secara halus dan hati – hati diatas abdomen, sekitar 3 jari dari umbilikus Lakukan insisi pada kulit abdomen sampai pada lapisan linea alba Perlebar insisi dengan mengekspose bagian dalam abdomen menggunakan gunting tajam tumpul Setelah terbuka, dicari ovarium dengan menggunkan jari atau spy hook, setelah ditemukan angkat ovarium ke permukaan. Clem pada bagian ovarium dan ligamentum suspensori, potong diantara kedua arteri clam, dan ligasi pada bagian ligamentum suspensori. Lakukan pada kedua bagian ovarium kanan dan kiri. Selanjutnya bagian bivorkatio bagian bagian apex dan basis di pasang arteri clamp, lakukan ligasi pada bagian basis. Potong diantara arteri clamp. Ovarium diangkat dan arteri clamp dilepaskan. Dibersihkan luka dengan nacl fisiologis agar luka tetap lembab, dan dibersihkan dengan antibiotic amoxicillin. Jahit luka dengan simple terputus pada bagian linea alba dengan menggunakan benang cut gut plain. Pada bagian atasnya dijahit dengan pola jatihan simple menerus dengan benang cutgut cromic dan bagian sub kutan dilakukan dengan benang chromic. Selanjutnya dilakukan penutupan bekas luka dengan menggunakan nebacetin dan bandage. BAB IV HASIL Pemeriksaan Hewan Kelas: 2013/D Kelompok: 5 Nama Nim 1. Bagas Abrianto 135130101111064 2. Hana Razanah 135130101111066 3. Niza Novita W 135130101111067 4. Yurista Pramudi L 135130101111068 4.1 Signalement Nama : Nori Jenis hewan : Kucing Kelamin : Betina Ras/breed : Domestic House Cat Warna bulu/kulit : Hitam Umur : 1 Tahun Berat badan : 3,4 Kg Tanda kusus :- 4.2 Pemeriksaan Hewan Hospital Name : CLINIC VETERINARY OF BRAWIJAYA UNIVERSITY Address : JL. MT. HARYONO City : MALANG Tanggal : 8 november 2016 Temp : 37,8 Pulsus : 100 kali/ menit 0 C Membrane color: merah muda cerah Respirasi: 40 kali/ menit CRT: < 2 Hydration: Normal Body Weight: 5 Kg Overweight Body condition : Underweight √ Normal 4.3 System Review a. Integumentary b. Otic √ Normal c. Optalmic √ Normal Abnormal √ Normal Abnormal e. Nervus f. Cardiovaskuler √ Normal √ Normal Abnormal g. Respiration √ Normal Abnormal Abnormal h. Digesty √ Normal j. Reproduction √ Normal √ Normal Abnormal Abnormal i. Lympatic d. Muscoloskeletal √ Normal Abnormal Abnormal k. Urinaria √ Normal Abnormal Abnormal Deskripsi Abnormal Vaksinasi Ya √ Tidak ctt: Disease Record: 4.3 Form Operasi FORM OPERASI OVARIOHYSTERECTOMY Nama Pemilik : Kelompok D-5 Temp : 37,8 0C Alamat : Perum. Puri Dewata kav.20 Membrane mucosa : Normal(merah muda) Nama : Nori CRT : <2 Jenis Kelamin : Betina Pulsus : 100/menit Jenis Hewan : Kucing Respirasi : 40/menit Ras/ Brees : Domestic House Cat Hydration : Normal KONTROL ANASTESI Golongan Obat Obat DOSIS KOSENTRASI (mg/Kg BB) Rute Waktu (mg/ml) Volume Obat (ml) Amoxicillin Antibiotik (pre-operasi) 20 200 0,34 IM 17.37 Atropin sulfat Premedikasi 0,04 0,25 0,54 SC 13.55 Ketamine + Xylazine Anestesi Xylazine: 2 + Ketamin : 10 Xylazine 20 + Ketamin 100 0,34+0,34 IM 14.20 Ketamine + Xylazine Anestesi (topup) 0,1 + 0,1 IM 15.00 Hematopan Multivitamin 0,05 0,17 IM 17.15 Biodin Multivitamin 0,05 0,17 IM 17.15 Amoxicillin Antibiotik (post-operasi) 20 150 0,45 SC 17.37 Tolfenamic Acid Analgesik 4 40 0,34 SC 20.00 KONTROL PEMERIKSAAN Menit 0 15 30 45 60 75 90 105 115 130 Pulsus(/menit) 100 100 110 110 105 100 101 101 105 109 Temp(0C) 37,5 37,8 37,5 37,6 37,6 35,1 35,1 35,1 36,3 36,4 Respirasi 28 32 30 31 32 33 34 33 34 32 Menit 145 160 175 190 205 215 230 245 Pulsus(/menit) 109 100 108 100 105 103 103 109 Temp(0C) 36,4 36,5 36,2 36,6 35,8 36,3 35,9 36,7 Respirasi 34 34 34 30 Mulai Operasi : 14.54 Selesai Operasi : 17.00 Mulai Anasthesi : 14.20 4.4 Form Perhitungan Dosis a. Ketamine Dosis : 10 mg/kg (IM) Konsentrasi : 100 mg/ml Perhitungan : 3,4 kg x 10/100 = 0,34 ml/kgBB b. Xylazine Dosis : 2 mg/kg (IM) Konsentrasi : 20 mg/ml Perhitungan : 3,4 kg x 2/20 = 0,34 ml/kgBB c. Atropin Sulfat Dosis : 0,04 mg/kg (SC) Konsentrasi : 0,25 mg/ml Perhitungan : 3,4 kg x 0,04/0,25 = 0,54 ml/kgBB d. Tolfenamic Dosis : 4 mg/kg (SC) Konsentrasi : 40 mg/ml Perhitungan : 3,4 kg x 4/40 = 0,34 ml/kgBB e. Amoxicilin pre-operasi Dosis : 20 mg/kg (IM) Konsentrasi : 200 mg/ml Perhitungan : 3,4 kg x 20/200 = 0,34 ml/kgBB f. Amoxicilin post-operasi Dosis : 20 mg/kg (SC) Konsentrasi : 150 mg/ml Perhitungan : 3,4 kg x 20/150 = 0,45 ml/kgBB g. Hematopan Dosis : 0,05 mg/kg (IM) Perhitungan : 3,4 kg x 0,05 = 0,17cc h. Biodin Dosis : 0,05 mg/kg (IM) Perhitungan : 3,4 kg x 0,05 = 0,17 cc g. Terapi Cairan Dosis : BB x 30 + 70 Perhitungan : 3,4 kg x 30 + 70 = 172 ml = 172 x 20 / 3 =19 drop/menit = 0,3 drop/menit 4.4 Form Monitoring (Pasca Operasi) FORM MONITORING PASCA OPERASI Nama Hewan : Nori Nama Pemilik : Kelompok D-5 Jenis Hewan : Kucing Alamat : Perum. Puri Dewata Kav.20 Ras/Breed : Domestic House Cat No telp : 081249635247 Umur : 1 tahun Jenis Kelamin : Betina Tanggal Pemeriksaan Terapi 9 Nov 16 Suhu : 37,9 oC 10 Nov 16 11 Nov 16 12 Nov 16 13 Nov 16 14 Nov 16 Appetice :-++++ Pulsus :100/menit Defekasi :-++++ CRT Urinasi :-++++ SL :-++++ Suhu : 38 oC Appetice :-++++ Pulsus :100/menit Defekasi :-++++ CRT Urinasi :-++++ SL :-++++ Suhu : 38oC Appetice :-++++ Pulsus : 100/menit Defekasi :-++++ CRT Urinasi :-++++ SL :-++++ Pembersihan luka dengan normal saline, dan penggantian bandage Suhu : 37,9 oC Appetice :-++++ T/ Amox (PO) 1 ml Pulsus : 101/menit Defekasi :-++++ CRT Urinasi :-++++ SL :-++++ Suhu :38 oC Appetice :-++++ Pulsus :100/menit Defekasi :-++++ CRT Urinasi :-++++ SL :-++++ Suhu :37,9 oC Appetice :-++++ T/ Amoxicillin 0,34 ml Pulsus :100/menit Defekasi :-++++ IM CRT Urinasi :-++++ SL :-++++ T/ Tolfenamic acid 0,34 ml SC :Normal (<2) : Normal (<2) : Normal (<2) : Normal (<2) :Normal (<2) : Normal (<2) T/ Amoxcillin (PO) 1 ml T/ Amoxcillin (PO) 1 ml T/ Tolfenamic acid 0,34 ml SC T/ Amoxcillin 0,34 ml IM T/ Amox (PO) 1 ml Pembersihan luka dengan normal saline, dan penggantian bandage 15 Nov 16 (Kontrol) Suhu : 38 oC Appetice :-++++ Pulsus :100/menit Defekasi :-++++ CRT Urinasi :-++++ SL :-++++ :Normal (<2) T/ - BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisa Prosedur 5.1.1 Pre Operasi A. Preparasi Ruang Operasi Perengkapan pada ruang operasi meliputi lampu, meja, benang, jarum, dan obat – obatan disiapkan. Perispan ruang operasi adalah sebagai berikut: Ruang operasi dibersihkan Didesnfeksi dengan desinfektan Dilakukan fumigasi dengan foemalin dan KMNO4 dengan perbandignan 1:2 dan dibiarkan selama 15 menit. Ruang operasi harus kedap air dengan cara dilapisis dengan kapur yang bertujuan agar tidak merembes segingga tidak ada cendawan(Noviana, 2006). B. Preparasi alat Alat dicuci dengan air sabun, bila perlu disikat bila masih terdapat percikan darah. Dibilas dengan air hangat sampai bersih. Dikeringkan dengan lap kering. Dimasukkan kedalam bak instrument. Dibungkus dengan kain penutup. Dimasukkan dalam autoclave 121˚c selama 1 jam (Noviana, 2006). C. Preparasi Operator Operator dalam keadaan bersih dan kuku tangan pendek. Memakai masker dan tutup kepala. Tagan dicuci dan disikat dari ujung kuku sampai siku dan dibilas kurang lebih 15x kemudian dilap. Baju operasi dipakai. Sarung tangan dipakai(Noviana, 2006). D. Preparasi Hewan Sebelumnya hewan dipuasakan minimal 4 jam sebelum operasi untuk menghindari reflex vomit, sebelumnya dilkukan physical examination. Kewan diberikan pre anastesi dengan antropine dan ditunggu 15 menit. Diberikan anasthesi ketamine dan zylaxine secara intra muscular. Dilakukan pencukuran bulu disekitar bidang sayatan. Daerah yang sudah dicukur dioleskan alkohol 70% dan iodine tincture 3% (Noviana, 2006). 5.1.2 Teknik Operasi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. Jepit dan lakukan persiapan pembedahan pada ventral abdomen dari xyphoid sampai pubis. Identifikasi umbilical dan secara visual membagi bagian abdomen menjadi 3 bagian (cranial, medial, caudal). Badan uterus terletak lebih caudal dan sulit u ntuk dijangkau, maka dibuat sayatan pada 1/3 caudal abdomen. Penyayatan 4-8 cmm dilakukan di daerah orientasi yaitu di linea alba. Dilakukan penyayatan pada kulit,subcutan, kemudia linea alba dan pertonium. Setelah rongga abdomen terbuk, dilakukan eksplorasi terhadap uterus menggunakan ovary hook atau menggunakan jari. Telusuri cornua uteri yang telah di dapat hingga mendapatkan ovarium. Potong ligamentum suspensory. Setelh ovarium ditemukan, bagin mesovarium dijept dengan klem kemudin diligsi. Jepit dengan klem dan dipotong. Buat lubang pada ligamen di bagian caudal ovarium. Letakkan 2 samapi 3 forcep dengan posisi di bawah pembuluh darah, forcep menjepit pedicel ovarium proximalis. Buat ikatan pada pedicel ovarium tadi yang sudah di klem dengan menggunakan cut gut chromic 3.0 ( buat 2 ikatan). Potong ligamen antara ikatan yang mengikat ligamen suspensory dengan klem yang menjepit ovarium. Setelah yakin tidak terjadi pendarahan, tang arteri yang mengikat ligamen suspensory bagian proximal dapat dilepas. Bagian uterus ditelusuri sampai mencapai bifurcatio dan corpus uteri. Bagian corpus uteri dijepit dengan klem, kemudian dilanjutkan untuk menelusuri cornua uteri yang satu lagi. Lakukan penjepitan dan pemotongan seperti sebelumnya Angkat dua cornua uteri yang telah di potong tadi sampai didapatkan corpus uteri, buat lubang pada ligamen yang menggantung uterus serta arteri dan vena. Klem semua ligamen hingga terjepit, buat ikatan yang kuat dan potong. Setelah yakin tidak terjadi pendarahan, klem yang menjepit uterus bagian proximal dapat dilepas. Reposisi uterus dan omentum kedalam abdomen. Dengan menggunakan cut gut chromic 3.0 dilakukan penjahitan aponeurose m obliqous abdominis externus dan m. Abdominis externus dan pastikan peritoneum terjahit tanpa ada omentum yang ikut terjahit dengan jahitan sederhana. Hewan mempumyai lapisan lemak yang banyak maka dilakukan penjahitan dengan jahitan continue. Penjahitan terakhir dilakukan pada kulit dengan jahitan sederhana. Selama penjahitan dan setelah penjahitan selesai, pada luka diberikan antibiotik. Setelah jahitan selesai, diberikan iodine tincture 3% kemudian dilakukan pembalutan dan dikenakan gurita (Noviana, 2006). 5.1.3 Post Operasi Meliputi pengobatan, perawatan, dan observasi • Pemberian antibiotik per oral selama 5 hari berturut-turut, 2x sehari. • Perlindungan daerah luka menggunakan betadine. • Pengamatan / observasi kembali terhadap frekuensi jantung, nafas, temperatur, nafsu makan, feses dan urin, dan luka jahitan. • Pada hari ke-7 jahitan dibuka dan diberi perubalsem.(Noviana, 2006). 5.2 Analisa Hasil 5.2.1 Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada kucing meliputi inspeksi dan adspeksi diantaranya melihat, membau dan mendengarkan tanpa alat bantu, inspeksi dari jauh dan dekat terhadap pasien secara menyeluruh dari segala arah dan keadaan sekitarnya. Pemeriksaan selanjutnya meliputi pulsus, temperature dan nafas.Pulsus diperiksa pada bagian arteri femoralis yaitu disebelah medial femur.Pulsus norml pada kucing adalah 92-150 kali per menit. Kemuadian pemeriksaan nafas diperiksa dengan menghitung frekuensi dan memperhatikan kualitasnya dengan melihat kembang kempis daerah thoraco-abdominl danmenempelkan telapak tangan di depan cuping hidung. Nafas normal pada kucing adalah sekita 26-48 kali per menit.Temperature diperiksa pada rectum enan menggunak thermometer. Hasil temperature tubuh normal pada kucing adalah 37,6-39,4 (Boddie, 2007) 5.2.2 Obat yang Digunakan Obat - obat yang digunakan pada praktikum pelaksanaan ovariohiterectomy pada kucing adalah acepromazine, xylazine, ketamine, amoxicillin dan atropine sulfate. a. Acepromazine Maleat merupakan agen neurolepatik fenotiazin. Mekanisme yang tepat tidak sepenuhnya dipahami, fenotiazin memblokir reseptor dopamine pasca sinaptik dalam SSP dan juga menghambat pelepasan dan peningkatan dopamine. Juga akan menekan bagian reticular activating system yang membantu mengontrol suhu tubuh. Farmako kinetic yaitu memiliki volume distribusi yang cukup tinggi yaitu 6,6L/kg dan protein terikat lebih dari 99%. Onset aksi cukup lambat hingga membutuhkan waktu 15 menit setelah pemberian melalui intra vena, dengan efek puncak terlihat pada 30-60 menit. Acepromazine dimetabolisme di hati dengan kedua metabolit konjungasi dan tak berkonjungasi dieliminasi dalam urin. Indikasi acepromazine sebagai obat penenang ,a tiemetik dan antispasmodic. Kontraindikasi pada hewan epilepsy karena ACP memicu kejang. (Katzung, 2001) b. Xylazine merupakan alpha agonis 2-adrenergic secara strukturan terkait dengan clonidine. Xylazine diklasifikasikan sebagai obat penenang atau analgesic dengan sifat relaksasi oto. Xylazine tidak menyebabkan eksitasi SSP pada kucing. Xylazine menekan mekanisme termoregulasi dan baik hipotermia atau hipertermia. Penyerapan lebih cepat melalui intra muascular. Apabila pemberian secara IV maka onset tercepatnya 1-2 menit dengan onset maksimal 3-10 menit setelah injeksi. Durasi efek anastesi pada anjing dan kucing adalah 1,5 jam. (Katzung, 2001) c. Ketamine HCl bertindak sebagai anastesi umum yang memiliki aktivitas analgesic signifikan dan efek depresan cardiopulmonary yang kecil. Farmakokinetik ketamine menginduksi anastesi dan amnesia dengan gangguan CNS melalui rangsang berlebih pada SSP. Ketamine menghambat GABA dan memblokir serotonin, noepinefrin dan dopamine pada SSP. Efek ketamine pada system kardiovaskular meliputi peningkatan curah jantung, denyut jantung, tekanan aorta berhenti, tekanan arteri pulmonaris dan tekanan vena sentral. Farmako dinamik ketamine adalah onset setelah dilakukan injeksi IM pada kucing adalah selama 10 menit. Ketamine didistribusikan keseluruh tubuh dengan cepat .obat ini dimetabolisme dihati terutama oleh demethylation dan hidroksilasi dan dimetabolit bersama ketamine serta dieliminasi dalam urin. (Katzung, 2001) d. Atropin sulfat menghambat asetilkolin atau stimulant kolinergik lain di situs pengefektif syaraf parasimpatif. Dosis tinggi dapat menghalangi reseptor nicotinic pada ganglia otonom dan pada sambungan neuromuskuler. Pada dosis rendah akan menghambat saliva, sekresi bronkial dan keringat. Pada dosis sitemik moderat atropine melebarkan dan menghambat akomodasi pupil dan meningkatkan denyut jantung. Dosis tinggi akan menurunkan kerja GI dan motilitas saluran kemih. Setelah pemberian IV onset terjadi dalam waktu 3-4 menit .atropine didistribusikan ke saluran tubuh dan menyerang ke SSP melalui plasenta dan dapat didistribusikan melalui air susu dalam jumlah kecil. (Katzung, 2001) e. Amoxicilin merupakan antibiotic yan digunakan. Amoxicillin pada umumnya spectrum aktivitas yang sama dengan ampisilin. Farmakokinetiknya adalah trihidrat amoksisilin yang relative stabil dengan adanya asam lambung .setelah pemberian secara peroral sekitar 74-92% diserap. Amoksisilin dieliminasi melalui mekanisme ginjal, terutama pada sekresi tubular, tetapi beberapa obat dimetabolisme oleh hidrolosis pada asam penicilloic dan kemudian diekskresikan dalam urin. Waktu paruh amoksisilin pada anjing dan kucing ini adalah 45-90 menit. (Katzung, 2001) 5.2.3 Stadium anestesi yang digunakan Menurut Sardjana (2011), stadium anastesi yang digunakan pada operasi kali ini yaitu : a. Stadium I : stadium induksi : Pada stadium ini hewan masih sadar dan kadangkadang hewan masih berusaha melawan. Respirasi masih teratur dan spontan, dapat terjadi pengeluaran feses dan urin. b. Stadium II : stadium eksitasi : Pada stadium ini kesadaran mulai hilang, respirasi lebih dalam, refleks laring hilang dan dapat terjadi gerakan-gerakan ekstremitas yang tidak terkendali. Stadium I dan II menyulitkan para ahli anestesi dan juga beresiko besar pada hewan, sehingga diupayakan untuk melalaui stadium I dan II ini untuk secepatnya mencapai stadium III. c. Stadium III : stadium anestesi : Stadium ini terbagi 4 tahap yaitu : Tahap I : Respirasi mulai teratur dan bersifat thoracoabdominal; terjadi nystagmus; reflek cahaya positif; tonus muskulus mulai menurun; reflex palpebral, konjuctiva dan kornea menghilang. Tahap II : Respirasi tertaur dan bersifat abdominothoracal; frekuensi respirasi meningkat; pupil midriasis; reflek cahaya menurun dan reflex kornea negatif. Tahap III : Respirasi teratur dan tipenya abdominal karena terjadi kelumpuhan saraf intercostalis, dilatasi pupil, tonus muskulus makin menurun. 5.2.4 Faktor yang Memengaruhi Kesembuhan Luka Tindakan operasi sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Selain dipengaruhi oleh psikis dan kondisi fisik pasien, keberhasilan operasi juga dipengaruhi faktor resiko lain seperti usia, kondisi nutrisi, penyakit kronis dan obat – obatan. Beberapa faktor lain adalah: ( Tobias, 2012 ) 1. Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan menambah ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka. 2. Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka. 3. Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka. 4. Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (pus). 5. Iskemi merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri. 6. Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan proteinkalori tubuh. 7. Pengobatan dengan steroid akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera, antikoagulan mengakibatkan perdarahan, dan antibiotik: efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravascular. 5.2.5. Temuan Saat Ovariohiterectomy Pada saat dilakukan operasi ovariohiterectomy, hanya ditemukan satu buah ovarium saja. Ini dinamakan dengan ovarian remnant syndrome. Kondisi ini muncul ketika jaringan ovarium fungsional tertinggal di dalam rongga abdomen menyusul dilakukannya ovariohisterektomi atau ovariektomi. Karena ovarium mensekresikan hormone estrogen, tanda-tanda yang berhubungan dengan produksi estrus tetap terlihat pada hewan yang mengalami hal ini. Penyebab dari sindrom ini adalah teknik bedah yang tidak sempurna. Biasanya sisa ovarium terletak di sisi kanan, karena ovarium kanan lebih sulit untuk memvisualisasikan dan mengisolasi selama prosedur sterilisasi. ( Bright, 2011 ) Kebanyakan anjing dan kucing dengan jaringan ovarium yang tertahan di dalam memiliki tanda-tanda mirip dalam keadaan birahi. Tanda-tanda dapat timbul segera setelah sterilisasi atau dapat ditunda, dalam beberapa kasus selama bertahun-tahun. Sebuah ‘ kehamilan palsu ‘ juga dapat dilihat dan lebih sering terjadi pada anjing daripada di kucing. Cara termudah untuk mengkonfirmasi sindrom ini adalah dengan melihat sel-sel yang diambil dari swab vagina. Sel-sel tersebut mengalami perubahan akibat dari pengaruh estrogen. Cara yang lebih canggih adalah dengan menjalankan analisis hormon. Pengukuran senyawa estrogen dapat membantu, namun cara ini tidak selalu berhasil. Pengukuran kadar progesterone jauh lebih berguna. Atau dengan cara eksplorasi melalui bedah laparotomi. Tindakan yang dapat dilakukan pada kasus ini adalah dengan pembedahan untuk mengangkat jaringan sisa ovarium. Prognosis baik apabila sisa ovarium yang tertinggal berhasil diangkat. ( Bright, 2011 ) BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Ovariohisterektomi adalah operasi pengeluaran organ reproduksi berupa ovarium dan uterus dari ruang abdomen. Operasi ini selain untuk mengurangi populasi, juga untuk terapi penyakit yang ada didalam organ organ reproduksi. Selain itu operasi ini juga menghilangkan siklus estrus, karena hormone esterogen dan progesterone yang diproduksi oleh ovarium ditiadakan. Ovariohisterectomy dapat juga dilakukan untuk terapi pengobatan pada kasuskasus reproduksi seperti pyometra, endometritis, tumor uterus, cyste, hyperplasia, dan neoplasia. Tindakan bedah ini akan memberikan efek pada hewan seperti perubahan tingkah laku seperti hewan tidak birahi, tidak bunting, dan tidak dapat menyusui. 6.2 Saran Sudah berjalan dengan baik, tetapi lebih dipersiapkan lagi baik praktikan atau labolatorium serta ketepatan waktu. DAFTAR PUSTAKA Amirrudin, dkk. 2015. Pengaruh Pemberian Getah Buah Pepaya (Carica Papaya L.) dan povidone Iodine Terhadap Kesembuhan Luka Kastrasi pada Kucing (Felis domestica) Jantan. Laboratorium Klinik Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syah Kuala, Banda Aceh. Boddie, G.F. 2007. Diagnostic Methods In Veterinary Medicine 2nd Publishing. Lippincott Company. Philadelphia Bright, Ronald M. 2011. Ovarian Remnant Syndrome. Saunders Elsevier. Junaidi, A. 2013. Reproduksi Dan Obstretri Pada Kucing. Gadjah Mada Press : Yogyakarta Katzung BG. 2001. Basic and Clinical Pharmacology.2nd ed. Lange Medical Publications. California. Laksana, Yehuda, dkk, 2013. Ovariohistrektomi pada Kucing. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya, Malang. Noviana, Deni, dan Ni Rai Fertilini Hanira Jelantik. 2006. Pengaruh Anestesi Terhadap Saturasi Oksigen (SpO2) Selama Operasi Ovariohistrektomi Kucing. Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Bogor. Rout, M. V. 2005. Estrous Length Pregnancy Rate, Gestation And Parturition Lengths, Litter Size, And Juvenile Mortality In Domestic Cat. J. Am. Anim. Hosp. Assoc. 31 : 429-433 Sardjana , I Komang Wiarsa dan Diah Kusumawati. 2011. Bedah Veteriner. Airlangga University Press, Surabaya Tilley, L.P. 2000. The 5 Minute Veterinary Consult Canine And Feline. William & Wilkins : USA Tobias, Karen M., Johnston, S. A. 2012. Veterinary Surgery: Small Animal. St. Louis: Elsevier Saunders Yusuf, 2012. Buku Ajar Ilmu Reproduksi Ternak. Universitas Hasanuddin Fakultas Peternakan : Makassar