Uploaded by Bagas Abrianto

LAPORAN OH Bagas

advertisement
LAPORAN
PRAKTIKUM ILMU BEDAH KHUSUS
OVARIOHISTERECTOMY
Oleh:
Nama
: Bagas Abrianto
NIM
: 135130101111064
Kelas
: 2013-D
Kelompok
:5
Asisten
:
LABORATORIUM ILMU BEDAH KHUSUS
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kucing merupakan salah satu hewan piara yang sangat umum dipelihara oleh masyarakat.
Pada umumnya dalam setiap rumah tangga memiliki satu ekor kucing baik untuk
memberantas hama, untuk hewan kesayangan atau diambil manfaat ekonomisnya. Kucing
jantan adalah binatang yang memiliki daerah kekuasaan untuk menentukan luas dan menandai
daerah kekuasaannya. Biasanya kucing jantan akan melakukan spraying yaitu menandainya
dengan menyemprotkan urin. Tingginya produksi hormon testosteron pada kucing jantan
cenderung membuat kucing bersifat lebih agresif. Kucing akan lebih mudah terpancing untuk
berkelahi dengan kucing jantan lainnya. Sehingga untuk mencegah sifat agresif tersebut,
kucing peliharaan atau liar di negara-negara maju sudah melaksanakan sterilisasi, kebiri atau
kastrasi (Amirrudin dkk, 2015).
Peningkatan populasi hewan dalam jumlah besar menjadi masalah tersendiri bagi
kesehatan manuasi, terutama hewan kecil seperti anjing dan kucing karena hewan-hewan
tersebut dapat menjadi agen penular berbagai penyakit zoonosis.
Salah satu solusi untuk memecahkan masalah diatas adalah dengan melakukan
tindakakn sterilisasi pada anjing maupun kucing baik jantan maupun betina. Sterilisasi pada
hewan betina dapat dilakukan dengan mengangkat ovariumnya saja (ovariectomy) atau
mngangkat ovarium beserta uterusnya (ovariohisterectomy). Ovariohisterectomy dapat juga
ilakukan untuk terapi pengobatan pada kasus-kasus reproduksi seperti perubahan tingkah laku
seperti hewan tidak birahi , tidak bunting dan tidak menyusui atau hewan terindikasi kanker,
tumor, pyometra, cysta ovari. Sehingga tindakan ovoriohisterectomy perlu dilakukan.
Ovarohysterectomy elektif (spay) umum dilakukan untuk mencegah siklus estrus dan
kebuntigan yang tidak diinginkan. Manfaat lainnya adalah pencegahan pyometra dan
neoplasia ovarian atau uterus. Prevalensi tumor mammae menurun dengan drastic saat hewan
steril pada usia muda. Risiko untuk neoplasia mammae terjadi yaitu 0.5% dan 8% pada anjing
yang steril sebelum estrus pertama atau kedua. Risiko pada anjing steril atau yang tidak jadi di
steril. Pada kucing, sterilisasi sebelum 6, 12 dan 24 bulan dapat menurunkan risiko
perkembangan tumor mammae sebanyak 91%, 86% dan 11%. Mensterilkan kucing setelah
berumur 2 tahun atau anjing dengan umur setelah 2.5 tahun mempunyai efek minimal pada
perkembangan tumor (Tobias, 2012).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini yaitu:
1.2.1
Mengetahui pengertian ovariohisterctomy
1.2.2
Mengetahui indikasi dilakukan ovariohisterctomy
1.2.3
Mengetahui kelebihan dan kekurangan dilakukan ovariohisterectomy
1.2.4
Mengetahui teknik ovariohisterectomy yang meliputi preoperasi, operasi,dan post
operasi
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan laporan ini yaitu:
1.3.1 Memperkaya pengetahuan mengenai ovariohisterectomy
1.3.2 Menambah kemampuan dibidang bedah khususnya pada tindakan
ovariohisterectomy
1.3.3 Mencegah terjadinya peningkatan populasi kucing yang tidak diinginkan
1.3.4 Mampu menerapakan aplikasi bedah ovariohisterectomy secara benar di
kemudian hari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Organ Reproduksi Betina
Organ reproduksi pada betina kcing betina terdiri dari ovarium, oviduk, infundibillum,
uterus, serviks, vagina, vestibula, klitoris dan vulva (Junaidi, 2013). Ovarium berasal dan
secondary sex cord dan genital ridge, sedangkan sistim duktus berasal dan mullerian ducts,
yaitu sepasang duktus yang muncul saat perkembangan embrio awal. (Yusuf, 2012).
Berikut ini merupakan penjelasan bagian-bagian organ reproduksi kucing betina,
a. Ovarium
Ovarium merupakan organ reproduksi primer pada hewan betina. Disebut
organ primer karena ovarium menghasilkan sel garnet betina (yaitu ovum) dan hormon
kelamin betina. Hormon kelamin yang dihasilkan oleh ovarium dibedakan dalam dua
kelompok yaitu hormon steroid dan hormon peptida. Hormon steroid terdiri dan
progesteron dan estrogen, sedangkan hormon peptida terdiri dari inhibin, activin,
relaxin, dan oxytocin.
Ovarium kucing dewasa berbentuk oval kira-kira erukuran 1,0 x 0,3 x 0,5 cm
dan berat 220 mg. letak ovarium di abdomen dorsal bersebelahan dengan ginjal.
Ovarium, Oviduk, dan Uterus masing-masing tergantung dirongga peritoneum oleh
ligament penggantung berturut-turut adalah mesovarium, mesosalphing, dan
mesoometrium. Arteri ovaria yang berasal sari aorta memasok ovary dan porsi cranial
koruna uteri. Vena ovaria mengalirkan darah balik dari ovarium, koruna uteri, dan
bagian cranial koruna uteri yang berakhir pada vena cava caudalis (Junaidi, 2013).
Gambar 1. letak organ reproduksi kucing betina tampak lateral
b. Oviduk
Oviducts disebut juga tuba falopi (fallopian tubes) secara anatomis mempunyai
hubungan yang sangat dekat dengan ovarium. Mukosa oviducts tersusun oleh lipatanlipatan primer, sekunder dan tertier. Lipatan mukosa ampulla, berjumlah 20-40
lipatan, tinggi dan bercabang-cabang, dimana ketinggian tersebut berkurang
menjelang isthmus, dan kemudian menjadi sangat rendah di bagian utero-tubal
junction. Oviduk kucing dewasa panjangnya 5-6 cm. Infundibullum merupakan ujung
cranial oviduk adalah pembesaran konikal yang dibatasi oleh vili mukosa yang disebut
fimbria (Rout, 2005).
c. Uterus
Uterus kucing betina adalah organ berbentuk huruf “Y” yang terdiri atas
corpus sepanjang 2 cm yang terletak antara kolon yang turun secara dorsal dan
kandung kemih secara ventral dan dua koruna uteri sepanjang 10 cm yang memanjang
secara cranial untuk bertemu dnegan oviduk. Kedua sisi uterus terhubung ke dinding
pelvis dan abdomen oleh ligamentum lata uteri.Berat uterus pada kucing yang tidak
bunting yaitu 1,5 gram (Junaidi, 2013).
d. Serviks
Serviks ialah lehere berdinding tebal dari uterus yang menghubungkan dengan
vagina. Serviks uteri kucing menonjol keluar kedalam vagina sebagai suatu papilla
yang diarahkan secara ventrocaudal. Ukuran uterus kuicng tergantung pada besar,
umur dan paritas kucing serta fase estrus atau umur kebuntngan.
e. Vagina
Vagina kucing dewasa memanjang secara caudal dari serviks ke bagian hymen
tepat sebelah cranial dari orificium uretra eksternal di vestibula atau sinusurogenital
(Rout, 2005).
f. Vestibula
Vestibula kucing panjangnnya 2 cm dengan diameter bisa mengakomodasi
probe berdiameter 4 mm yang dimasukkan ke vulva sekitar 20 mm. Vestibula
memanjang dari cranial ke orificium uretra eksternal secara cranial ke vulva secara
caudal dan berjarak 2 cm (Junaidi, 2013).
g. Vulva
Vulva kucing terdiri atas dua labia lateral kecil yang bindar dan terletak
dibawah anus yang menyatu di komissura dorsal dan ventral (Sardjana, 2011).
h. Klitoris
Klitoris terdiri atas krura berpasangan jaringan erektil (klitoridis corpora
cavernosum). Terletak didasar klitoris fossa di lapisan tengah vestibula (Sardjana,
2011).
2.2 Ovariohiterectomy
Ovariohisterektomi adalah operasi pengeluaran organ reproduksi berupa ovarium
dan uterus dari ruang abdomen. Operasi ini selain untuk mengurangi populasi, juga untuk
terapi penyakit yang ada didalam organ organ reproduksi. Selain itu operasi ini juga
menghilangkan siklus estrus, karena hormone esterogen dan progesterone yang
diproduksi oleh ovarium ditiadakan. Untuk mencegah hal hal yang tidak diinginkan maka
selama operasi ovariohisterektomi maupun operasi lainnya selalu dilakukan pengamatan
terhadap keadaan fisiologis hewan (Noviana, 2006).
Ovariohisterctomy dapat juga dilakukan untuk terapi pengobatan pada kasus-kasus
reproduksi seperti pyometra, endometritis, tumor uterus, cyste, hiperplasia dan neoplasia
kelenjar mamae. Tindakan bedah ini akan memberikan efek pada hewan seperti
perubahan tingkah laku seperti hewan tidak berahi, tidak bunting, dan tidak dapat
menyusui. Perubahan tingkah laku ini dapat terjadi akibat ketidakseimbangan hormonal
(Laksana dkk, 2013).
Terdapat beberapa kerugian apabila tidak dilakukan OH pada kucing betina,
yaitu antara lain :

spontaneous ovulators : kucing betina adalah “spontaneous ovulators”, artinya
kucing betina akan ovulasi hanya pada saat kawin, jika betina mengalami
estrus (selama 3-16 hari) dan tidak dikawinkan maka betina akan estrus
kembali setiap 14-21 hari sampai akhirnya dikawinkan. Pola fisiologi dan
tingkah laku akan tertekan selama kawin. Apabila betina terkunci atau
terjebak di dalam rumah maka kemungkinan akan menyebabkan kegelisahan
dan frustasi.

Masalah tingkah laku dan higienis : selama siklus estrus akan muncul
beberapa permasalahan tingkah laku. Betina yang sedang estrus akan aktif
mencari pejantan dan mungkin berusaha untuk pergi jauh dari rumah,
kecelakaan mobil, berkelahi dengan hewan yang lain dan lainlain. Kadang
kucing jantan datang secara tiba-tiba di sekitar rumah dan halaman. Pada
beberapa keadaan, betina yang belum di OH akan spray urinnya ketika estrus.
Hal ini akan sulit untuk dihentikan dan sangat dianjurkan untuk dilakukan OH
sebagai salah satu pengobatan.

Kanker mamae : kanker mamae adalah no 3 kanker yang umum terjadi pada
kucing betina. Hormon reproduksi adalah salah satu penyebab utama kanker
mamae pada kucing betina. Kucing yang telah di OH memiliki risiko 40-60%
lebih rendah pada perkembangan kanker mamae daripada yang tidak di OH.

Tumor pada traktus reproduksi : tumor akan muncul pada uterus dan ovarium.
OH tentu saja akan mengeliminasi berbagai kemungkinan munculnya tumor.

Infeksi traktus reproduksi : kucing yang tidak di OH kemungkinan akan
berkembang penyakit pada uterus yang disebut pyometra. Dengan demikian,
bakteri akan masuk dan uterus akan dipenuhi oleh nanah. Apabila tidak
terdeteksi, umumnya akan fatal. Pada kasus yang jarang. Adalah ketika
kondisi ini diketahui lebih dini maka terapi hormonal dan antibiotik mungkin
akan berhasil. Secara umum, pengobatan pyometra membutuhkan OH yang
cukup sulit dan mahal.
2.3 Keuntungan Ovariohisterectomy
Keuntungan dilakukannya ovariohisterectomy pada kucing betina adalah:
 Mencegah kelahiran anak kucing yang tidak diinginkanuntuk menjaga populasi
kucing tetap terkendalikan.
 Kucing betina tidak dapat birahi sehingga tidakdapat mengeluarkan feromon
 Jarangnya kucing terluka akibat berkelahi dengan kucing lain. Semakin jarang
terluka semakin kecil juga kemungkinan terkena penyakit yang dapat menular
melalui luka/kontak.
 Pencegahan dan pengurangan genetik burk pada kucing.
 Mengurangi resiko tumor ovary dan mammae (Tilley, 2000).
2.3 Kelemahan dan Komplikasi
Adapun kerugian dari dilakukannya ovariohisterectomy yaitu :
1. Terjadinya obesitas
2. Hilangnya potensi breed dan nilai genetic.
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada saat melakukan
ovariohysterectomy diantaranya yaitu:
 Ovariant remanant syndrome. Sindrom ini menyebabkan hewan tetap estrus
pasca ovariohysterectomy, hal ini disebakan oleh pengambilan ovarium yang
tidak sempura.
 Fistula pada traktus reproduksi, fistula berkembang dari adanya respon inflamasi
terhadap material operasi seperti benang.


Urinary uncontinence. Merupakan kejadian tidak dapat mengatur spincter vesica
urinary. Hal ini dapat tejadi karena adanya perlekatan (adhesi) atau granuloma
pangkal uterus yang mengganggu spincter vesica urinary.
Pendarahan (hemorragi). Dilaporakan sebagai causa mortalitas umum setelah
dilakukannya ovariohysterectomy, disebabkan karena rupture pada pembuluh
ovarium ketika ligamentume suspensorium diregangkan (Tilley, 2000).
2.4 Stadium Anastesi
Menurut Sardjana (2011) dalam anastesi mengikuti pola anastesi mamalia yang terdiri dari
beberapa tahap yaitu:
1.
Stadium I
Pada stadium ini hewan masih sadar dan kadang – kadang hewan masih berusaha
melawan. Respirasi masih teratur dan spontan, dapat terjadi pengeluaran feses dan
urine.
2.
Stadium II
Pada stadium II ini kesadaran mulai menghilang, respirasi lebih dalam, reflex laring
hilang, dan dapat terjadi gerakan gerakan ekstremitas yang tidak terkendali.
3.
Stadium III
Stadium ini dibagi menjadi 4 tahap yaitu:
a.
Tahap I
Respirasi masih teratur dan bersifat thoracoabdominal, terjadi nystagmus,
reflex cahaya positif, tonus musculus mulai menurun, reflek palpebra,
konjungtiva dan kornea menghilang.
b.
Tahap II
Respirasi teratur dan bersifat thorachoabdominal, frekuensi respirasi
meningkat, pupil midrasis, reflek cahaya menurun, reflek kornea negative.
c.
Tahap III
Respirasi teratur dan bersifat abdominal karena terjadi kelumpuhan saraf
intercostalis, dilatasi pupil, tonus musculus menurun.
d.
Tahap IV
Respirasi tidak teratur, pupil midrasis, tonus muscles menurun, refloeks
sprincter ani dan kelenjar air mata negative.
Stadium IV
Respirasi tipe abdominal disertai paralisa musculus intercostalis, tekanan darah
menurun, dilatasi pupil, respirasi akhirnya berhenti disusul dengan kematian hewan.
4.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
A. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu :
 pisau cukur atau silet,
 tali restrain,
 scalpel handle,
 blade,
 gunting tajam tajam,
 gunting tajam tumpul,
 pinset anatomis,
 pinset chirurgis,
 arteri clamp,
 needle holder,
 spay hook,
 needle,
 towel,
 duk clamp,
 glove,
 masker,
 spuit,
 tampon,
 dan kapas.
B. Bahan
Bahan yang digunakan yaitu:
 kucing jantan,
 catgut chromic,
 catgut plain,
 povidone iodine,
 alkohol,
 air sabun,
 atropin sulfat dengan dosis 0,04 mg/kg BB dan volume pemberian 0,616 ml,
 amoxicillin dengan dosis 20 mg/kg BB dan volume pemberian sebesar 3,08
ml,
 ketamine dan xylazine dengan dosis 10 mg/kg BB dan masing – masing
volume pemberian sebesar 0,385 ml,
 tolfedine acid dengan dosis 4 mg/kg BB dan volume pemberian sebesar 0,385
ml,
 intramox dengan dosis 15 mg/kg BB dan volume pemberian sebesar 0,385 ml,
 NaCl fisiologis.
3.2 Prosedur
A. Sterilisasi Peralatan Operasi
Peralatan Operasi
-
-
Dilakukan sterilisasi peralatan operasi yang telah dicuci bersih serta
dikeringkan dan dibungkus dengan menggunakan koran setelah terlebih
dahulu dilipat dan ditata sesuai dengan urutannya masing – masing
Dimasukkan peralatan yang telah dibungkus koran pada sterilisator dengan
suhu 1210C selama 60 menit
Peralatan dapat digunakan dalam proses operasi
Hasil
B. Persiapan Asisten dan Operator
Asisten dan Operator
-
Menggunakan tutup kepala dan masker, mencuci kedua tangan dengan sabun
dan menyikatnya dengan sikat pada air yang mengalir
Pencucian dimulai dari ujung jari yang paling steril lalu dibilas dengan arah
dari ujung jari yang dilakukan sebanyak 10 -15x
Setelah mencuci tangan dan membilasnya, tutup keran dengan siku untuk
mencegah kontaminasi
Tangan dikeringkan dengan handuk dan gunakan glove
Operasi siap dilakukan
Hasil
B. Persiapan Hewan
Hewan
-
Tidak diberi makan 8 -12 jam dan tidak diberi minum 3 – 4 jam sebelum
operasi
Dilakukan sinyalement dan anamnesa beserta pemeriksaan fisik hewan
Posisikan hewan pada rebah dorsal, masukkan kapas pada mulut hewan
dengan posisi lidah dikeluarkan untuk memudahkan jalannya respirasi
Premedikasi menggunakan atropin sulfat dengan dosis 0,04 mg/kg BB dan
volume pemberian sebesar 0,616 ml secara subkutan dan anestesi
menggunakan kombinasi dari ketamin dan xylazine dengan dosis 10 mg/kg
BB dan volume masing – masing pemberian sebesar 0,385 ml secara
intramuskular
-
-
Fiksasi hewan dengan menggunakan tali restrain
Dilakukan pencukuran rambut pada hewan dengan cara rambut dibasahi air
sabun, pencukuran dilakukan searah rebah rambut, setelah dicukur daerah
yang akan dioperasi dibersihkan dengan kapas yang dibasahi dengan air
kemudian dikeringkan
Setelah pemberian anestesi, frekuensi nafas dan jantung serta temperature
diperiksa setiap 5 menit sekali sampai pembedahan selesai
Hasil
C. Prosedur Bedah
Hewan
-
-
-
Hasil
Dilakukan fiksasi pada keempat kaki hewan setelah dilakukan pemasangan
alas pada meja operasi, sedative, premedikasi dan anestesi
Dilakukan pemasangan towel pada lokasi pembedahan yang dikemudian
dijepit dengan menggunakan duk clamp
Bersihkan lokasi yang akan diinsisi dengan menggunakan kapas yang berisi
alkohol kemudian insisi bagian yang akan dibedah dengan menggunakan
scalpel – blade
Tekan dinding abdomen dengan menggunakan jari tangan secara halus dan
hati – hati diatas abdomen, sekitar 3 jari dari umbilikus
Lakukan insisi pada kulit abdomen sampai pada lapisan linea alba
Perlebar insisi dengan mengekspose bagian dalam abdomen menggunakan
gunting tajam tumpul
Setelah terbuka, dicari ovarium dengan menggunkan jari atau spy hook,
setelah ditemukan angkat ovarium ke permukaan. Clem pada bagian ovarium
dan ligamentum suspensori, potong diantara kedua arteri clam, dan ligasi
pada bagian ligamentum suspensori. Lakukan pada kedua bagian ovarium
kanan dan kiri. Selanjutnya bagian bivorkatio bagian bagian apex dan basis
di pasang arteri clamp, lakukan ligasi pada bagian basis. Potong diantara
arteri clamp. Ovarium diangkat dan arteri clamp dilepaskan. Dibersihkan
luka dengan nacl fisiologis agar luka tetap lembab, dan dibersihkan dengan
antibiotic amoxicillin.
Jahit luka dengan simple terputus pada bagian linea alba dengan
menggunakan benang cut gut plain. Pada bagian atasnya dijahit dengan pola
jatihan simple menerus dengan benang cutgut cromic dan bagian sub kutan
dilakukan dengan benang chromic. Selanjutnya dilakukan penutupan bekas
luka dengan menggunakan nebacetin dan bandage.
BAB IV
HASIL
Pemeriksaan Hewan
Kelas: 2013/D
Kelompok: 5
Nama
Nim
1.
Bagas Abrianto
135130101111064
2.
Hana Razanah
135130101111066
3.
Niza Novita W
135130101111067
4.
Yurista Pramudi L
135130101111068
4.1 Signalement
Nama
: Nori
Jenis hewan
: Kucing
Kelamin
: Betina
Ras/breed
: Domestic House Cat
Warna bulu/kulit
: Hitam
Umur
: 1 Tahun
Berat badan
: 3,4 Kg
Tanda kusus
:-
4.2 Pemeriksaan Hewan
Hospital Name
: CLINIC VETERINARY OF BRAWIJAYA UNIVERSITY
Address
: JL. MT. HARYONO
City
: MALANG
Tanggal :
8 november 2016
Temp
:
37,8
Pulsus
:
100 kali/ menit
0
C
Membrane color: merah muda cerah
Respirasi: 40 kali/ menit
CRT: < 2
Hydration:
Normal
Body Weight: 5 Kg
Overweight
Body condition : Underweight
√ Normal
4.3 System Review
a. Integumentary
b. Otic
√ Normal
c. Optalmic
√ Normal
Abnormal
√ Normal
Abnormal
e. Nervus
f. Cardiovaskuler
√ Normal
√ Normal
Abnormal
g. Respiration
√ Normal
Abnormal
Abnormal
h. Digesty
√ Normal
j. Reproduction
√ Normal
√ Normal
Abnormal
Abnormal
i. Lympatic
d. Muscoloskeletal
√ Normal
Abnormal
Abnormal
k. Urinaria
√ Normal
Abnormal
Abnormal
Deskripsi Abnormal
Vaksinasi
Ya √ Tidak
ctt:
Disease Record: 4.3 Form Operasi
FORM OPERASI
OVARIOHYSTERECTOMY
Nama Pemilik : Kelompok D-5
Temp
: 37,8 0C
Alamat
: Perum. Puri Dewata kav.20
Membrane mucosa
: Normal(merah muda)
Nama
: Nori
CRT
: <2
Jenis Kelamin : Betina
Pulsus
: 100/menit
Jenis Hewan : Kucing
Respirasi
: 40/menit
Ras/ Brees
: Domestic House Cat
Hydration
: Normal
KONTROL ANASTESI
Golongan
Obat
Obat
DOSIS
KOSENTRASI
(mg/Kg BB)
Rute
Waktu
(mg/ml)
Volume
Obat (ml)
Amoxicillin
Antibiotik
(pre-operasi)
20
200
0,34
IM
17.37
Atropin sulfat
Premedikasi
0,04
0,25
0,54
SC
13.55
Ketamine +
Xylazine
Anestesi
Xylazine: 2 +
Ketamin : 10
Xylazine 20 +
Ketamin 100
0,34+0,34
IM
14.20
Ketamine +
Xylazine
Anestesi (topup)
0,1 + 0,1
IM
15.00
Hematopan
Multivitamin
0,05
0,17
IM
17.15
Biodin
Multivitamin
0,05
0,17
IM
17.15
Amoxicillin
Antibiotik
(post-operasi)
20
150
0,45
SC
17.37
Tolfenamic
Acid
Analgesik
4
40
0,34
SC
20.00
KONTROL PEMERIKSAAN
Menit
0
15
30
45
60
75
90
105
115
130
Pulsus(/menit) 100
100
110
110
105
100
101
101
105
109
Temp(0C)
37,5
37,8
37,5
37,6
37,6
35,1
35,1
35,1
36,3
36,4
Respirasi
28
32
30
31
32
33
34
33
34
32
Menit
145
160
175
190
205
215
230
245
Pulsus(/menit) 109
100
108
100
105
103
103
109
Temp(0C)
36,4
36,5
36,2
36,6
35,8
36,3
35,9
36,7
Respirasi
34
34
34
30
Mulai Operasi
: 14.54
Selesai Operasi : 17.00
Mulai Anasthesi : 14.20
4.4 Form Perhitungan Dosis
a. Ketamine
Dosis
: 10 mg/kg (IM)
Konsentrasi
: 100 mg/ml
Perhitungan
: 3,4 kg x 10/100 = 0,34 ml/kgBB
b. Xylazine
Dosis
: 2 mg/kg (IM)
Konsentrasi
: 20 mg/ml
Perhitungan
: 3,4 kg x 2/20 = 0,34 ml/kgBB
c. Atropin Sulfat
Dosis
: 0,04 mg/kg (SC)
Konsentrasi
: 0,25 mg/ml
Perhitungan
: 3,4 kg x 0,04/0,25 = 0,54 ml/kgBB
d. Tolfenamic
Dosis
: 4 mg/kg (SC)
Konsentrasi
: 40 mg/ml
Perhitungan
: 3,4 kg x 4/40 = 0,34 ml/kgBB
e. Amoxicilin pre-operasi
Dosis
: 20 mg/kg (IM)
Konsentrasi
: 200 mg/ml
Perhitungan
: 3,4 kg x 20/200 = 0,34 ml/kgBB
f. Amoxicilin post-operasi
Dosis
: 20 mg/kg (SC)
Konsentrasi
: 150 mg/ml
Perhitungan
: 3,4 kg x 20/150 = 0,45 ml/kgBB
g. Hematopan
Dosis
: 0,05 mg/kg (IM)
Perhitungan
: 3,4 kg x 0,05 = 0,17cc
h. Biodin
Dosis
: 0,05 mg/kg (IM)
Perhitungan
: 3,4 kg x 0,05 = 0,17 cc
g. Terapi Cairan
Dosis
: BB x 30 + 70
Perhitungan
: 3,4 kg x 30 + 70
= 172 ml
= 172 x 20 / 3
=19 drop/menit
= 0,3 drop/menit
4.4 Form Monitoring (Pasca Operasi)
FORM MONITORING
PASCA OPERASI
Nama Hewan : Nori
Nama Pemilik : Kelompok D-5
Jenis Hewan : Kucing
Alamat
: Perum. Puri Dewata Kav.20
Ras/Breed
: Domestic House Cat
No telp
: 081249635247
Umur
: 1 tahun
Jenis Kelamin : Betina
Tanggal
Pemeriksaan
Terapi
9 Nov 16 Suhu : 37,9 oC
10 Nov
16
11 Nov
16
12 Nov
16
13 Nov
16
14 Nov
16
Appetice
:-++++
Pulsus :100/menit
Defekasi
:-++++
CRT
Urinasi
:-++++
SL
:-++++
Suhu : 38 oC
Appetice
:-++++
Pulsus :100/menit
Defekasi
:-++++
CRT
Urinasi
:-++++
SL
:-++++
Suhu : 38oC
Appetice
:-++++
Pulsus : 100/menit
Defekasi
:-++++
CRT
Urinasi
:-++++
SL
:-++++
Pembersihan
luka
dengan normal saline,
dan
penggantian
bandage
Suhu : 37,9 oC
Appetice
:-++++
T/ Amox (PO) 1 ml
Pulsus : 101/menit
Defekasi
:-++++
CRT
Urinasi
:-++++
SL
:-++++
Suhu :38 oC
Appetice
:-++++
Pulsus :100/menit
Defekasi
:-++++
CRT
Urinasi
:-++++
SL
:-++++
Suhu :37,9 oC
Appetice
:-++++
T/ Amoxicillin 0,34 ml
Pulsus :100/menit
Defekasi
:-++++
IM
CRT
Urinasi
:-++++
SL
:-++++
T/ Tolfenamic acid 0,34
ml SC
:Normal (<2)
: Normal (<2)
: Normal (<2)
: Normal (<2)
:Normal (<2)
: Normal (<2)
T/ Amoxcillin (PO) 1 ml
T/ Amoxcillin (PO) 1 ml
T/ Tolfenamic acid 0,34
ml SC
T/ Amoxcillin 0,34 ml
IM
T/ Amox (PO) 1 ml
Pembersihan
luka
dengan normal saline,
dan
penggantian
bandage
15 Nov
16
(Kontrol)
Suhu : 38 oC
Appetice
:-++++
Pulsus :100/menit
Defekasi
:-++++
CRT
Urinasi
:-++++
SL
:-++++
:Normal (<2)
T/ -
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Analisa Prosedur
5.1.1 Pre Operasi
A. Preparasi Ruang Operasi
Perengkapan pada ruang operasi meliputi lampu, meja, benang, jarum, dan obat –
obatan disiapkan. Perispan ruang operasi adalah sebagai berikut:
 Ruang operasi dibersihkan
 Didesnfeksi dengan desinfektan
 Dilakukan fumigasi dengan foemalin dan KMNO4 dengan perbandignan 1:2 dan
dibiarkan selama 15 menit.
 Ruang operasi harus kedap air dengan cara dilapisis dengan kapur yang bertujuan
agar tidak merembes segingga tidak ada cendawan(Noviana, 2006).
B. Preparasi alat






Alat dicuci dengan air sabun, bila perlu disikat bila masih terdapat percikan darah.
Dibilas dengan air hangat sampai bersih.
Dikeringkan dengan lap kering.
Dimasukkan kedalam bak instrument.
Dibungkus dengan kain penutup.
Dimasukkan dalam autoclave 121˚c selama 1 jam (Noviana, 2006).
C. Preparasi Operator





Operator dalam keadaan bersih dan kuku tangan pendek.
Memakai masker dan tutup kepala.
Tagan dicuci dan disikat dari ujung kuku sampai siku dan dibilas kurang lebih 15x
kemudian dilap.
Baju operasi dipakai.
Sarung tangan dipakai(Noviana, 2006).
D. Preparasi Hewan





Sebelumnya hewan dipuasakan minimal 4 jam sebelum operasi untuk
menghindari reflex vomit, sebelumnya dilkukan physical examination.
Kewan diberikan pre anastesi dengan antropine dan ditunggu 15 menit.
Diberikan anasthesi ketamine dan zylaxine secara intra muscular.
Dilakukan pencukuran bulu disekitar bidang sayatan.
Daerah yang sudah dicukur dioleskan alkohol 70% dan iodine tincture 3%
(Noviana, 2006).
5.1.2 Teknik Operasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Jepit dan lakukan persiapan pembedahan pada ventral abdomen dari xyphoid
sampai pubis.
Identifikasi umbilical dan secara visual membagi bagian abdomen menjadi 3
bagian (cranial, medial, caudal).
Badan uterus terletak lebih caudal dan sulit u ntuk dijangkau, maka dibuat sayatan
pada 1/3 caudal abdomen.
Penyayatan 4-8 cmm dilakukan di daerah orientasi yaitu di linea alba.
Dilakukan penyayatan pada kulit,subcutan, kemudia linea alba dan pertonium.
Setelah rongga abdomen terbuk, dilakukan eksplorasi terhadap uterus
menggunakan ovary hook atau menggunakan jari.
Telusuri cornua uteri yang telah di dapat hingga mendapatkan ovarium. Potong
ligamentum suspensory.
Setelh ovarium ditemukan, bagin mesovarium dijept dengan klem kemudin
diligsi. Jepit dengan klem dan dipotong.
Buat lubang pada ligamen di bagian caudal ovarium. Letakkan 2 samapi 3 forcep
dengan posisi di bawah pembuluh darah, forcep menjepit pedicel ovarium
proximalis.
Buat ikatan pada pedicel ovarium tadi yang sudah di klem dengan menggunakan
cut gut chromic 3.0 ( buat 2 ikatan).
Potong ligamen antara ikatan yang mengikat ligamen suspensory dengan klem
yang menjepit ovarium.
Setelah yakin tidak terjadi pendarahan, tang arteri yang mengikat ligamen
suspensory bagian proximal dapat dilepas.
Bagian uterus ditelusuri sampai mencapai bifurcatio dan corpus uteri. Bagian
corpus uteri dijepit dengan klem, kemudian dilanjutkan untuk menelusuri cornua
uteri yang satu lagi.
Lakukan penjepitan dan pemotongan seperti sebelumnya
Angkat dua cornua uteri yang telah di potong tadi sampai didapatkan corpus
uteri, buat lubang pada ligamen yang menggantung uterus serta arteri dan vena.
Klem semua ligamen hingga terjepit, buat ikatan yang kuat dan potong.
Setelah yakin tidak terjadi pendarahan, klem yang menjepit uterus bagian
proximal dapat dilepas. Reposisi uterus dan omentum kedalam abdomen.
Dengan menggunakan cut gut chromic 3.0 dilakukan penjahitan aponeurose m
obliqous abdominis externus dan m. Abdominis externus dan pastikan peritoneum
terjahit tanpa ada omentum yang ikut terjahit dengan jahitan sederhana.
Hewan mempumyai lapisan lemak yang banyak maka dilakukan penjahitan
dengan jahitan continue.
Penjahitan terakhir dilakukan pada kulit dengan jahitan sederhana.
Selama penjahitan dan setelah penjahitan selesai, pada luka diberikan antibiotik.
Setelah jahitan selesai, diberikan iodine tincture 3% kemudian dilakukan
pembalutan dan dikenakan gurita (Noviana, 2006).
5.1.3 Post Operasi
Meliputi pengobatan, perawatan, dan observasi
• Pemberian antibiotik per oral selama 5 hari berturut-turut, 2x sehari.
• Perlindungan daerah luka menggunakan betadine.
• Pengamatan / observasi kembali terhadap frekuensi jantung, nafas, temperatur, nafsu
makan, feses dan urin, dan luka jahitan.
• Pada hari ke-7 jahitan dibuka dan diberi perubalsem.(Noviana, 2006).
5.2 Analisa Hasil
5.2.1 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada kucing meliputi inspeksi dan adspeksi
diantaranya melihat, membau dan mendengarkan tanpa alat bantu, inspeksi dari jauh dan
dekat terhadap pasien secara menyeluruh dari segala arah dan keadaan sekitarnya.
Pemeriksaan selanjutnya meliputi pulsus, temperature dan nafas.Pulsus diperiksa pada bagian
arteri femoralis yaitu disebelah medial femur.Pulsus norml pada kucing adalah 92-150 kali
per menit. Kemuadian pemeriksaan nafas diperiksa dengan menghitung frekuensi dan
memperhatikan kualitasnya dengan melihat kembang kempis daerah thoraco-abdominl
danmenempelkan telapak tangan di depan cuping hidung. Nafas normal pada kucing adalah
sekita 26-48 kali per menit.Temperature diperiksa pada rectum enan menggunak
thermometer. Hasil temperature tubuh normal pada kucing adalah 37,6-39,4 (Boddie, 2007)
5.2.2 Obat yang Digunakan
Obat - obat yang digunakan pada praktikum pelaksanaan ovariohiterectomy pada kucing
adalah acepromazine, xylazine, ketamine, amoxicillin dan atropine sulfate.
a. Acepromazine Maleat merupakan agen neurolepatik fenotiazin. Mekanisme yang tepat
tidak sepenuhnya dipahami, fenotiazin memblokir reseptor dopamine pasca sinaptik
dalam SSP dan juga menghambat pelepasan dan peningkatan dopamine. Juga akan
menekan bagian reticular activating system yang membantu mengontrol suhu tubuh.
Farmako kinetic yaitu memiliki volume distribusi yang cukup tinggi yaitu 6,6L/kg dan
protein terikat lebih dari 99%. Onset aksi cukup lambat hingga membutuhkan waktu
15 menit setelah pemberian melalui intra vena, dengan efek puncak terlihat pada 30-60
menit. Acepromazine dimetabolisme di hati dengan kedua metabolit konjungasi dan
tak berkonjungasi dieliminasi dalam urin. Indikasi acepromazine sebagai obat
penenang ,a tiemetik dan antispasmodic. Kontraindikasi pada hewan epilepsy karena
ACP memicu kejang. (Katzung, 2001)
b. Xylazine merupakan alpha agonis 2-adrenergic secara strukturan terkait dengan
clonidine. Xylazine diklasifikasikan sebagai obat penenang atau analgesic dengan sifat
relaksasi oto. Xylazine tidak menyebabkan eksitasi SSP pada kucing. Xylazine
menekan mekanisme termoregulasi dan baik hipotermia atau hipertermia. Penyerapan
lebih cepat melalui intra muascular. Apabila pemberian secara IV maka onset
tercepatnya 1-2 menit dengan onset maksimal 3-10 menit setelah injeksi. Durasi efek
anastesi pada anjing dan kucing adalah 1,5 jam. (Katzung, 2001)
c. Ketamine HCl bertindak sebagai anastesi umum yang memiliki aktivitas analgesic
signifikan dan efek depresan cardiopulmonary yang kecil. Farmakokinetik ketamine
menginduksi anastesi dan amnesia dengan gangguan CNS melalui rangsang berlebih
pada SSP. Ketamine menghambat GABA dan memblokir serotonin, noepinefrin dan
dopamine pada SSP. Efek ketamine pada system kardiovaskular meliputi peningkatan
curah jantung, denyut jantung, tekanan aorta berhenti, tekanan arteri pulmonaris dan
tekanan vena sentral. Farmako dinamik ketamine adalah onset setelah dilakukan
injeksi IM pada kucing adalah selama 10 menit. Ketamine didistribusikan keseluruh
tubuh dengan cepat .obat ini dimetabolisme dihati terutama oleh demethylation dan
hidroksilasi dan dimetabolit bersama ketamine serta dieliminasi dalam urin. (Katzung,
2001)
d. Atropin sulfat menghambat asetilkolin atau stimulant kolinergik lain di situs
pengefektif syaraf parasimpatif. Dosis tinggi dapat menghalangi reseptor nicotinic
pada ganglia otonom dan pada sambungan neuromuskuler. Pada dosis rendah akan
menghambat saliva, sekresi bronkial dan keringat. Pada dosis sitemik moderat
atropine melebarkan dan menghambat akomodasi pupil dan meningkatkan denyut
jantung. Dosis tinggi akan menurunkan kerja GI dan motilitas saluran kemih. Setelah
pemberian IV onset terjadi dalam waktu 3-4 menit .atropine didistribusikan ke saluran
tubuh dan menyerang ke SSP melalui plasenta dan dapat didistribusikan melalui air
susu dalam jumlah kecil. (Katzung, 2001)
e. Amoxicilin merupakan antibiotic yan digunakan. Amoxicillin pada umumnya
spectrum aktivitas yang sama dengan ampisilin. Farmakokinetiknya adalah trihidrat
amoksisilin yang relative stabil dengan adanya asam lambung .setelah pemberian
secara peroral sekitar 74-92% diserap. Amoksisilin dieliminasi melalui mekanisme
ginjal, terutama pada sekresi tubular, tetapi beberapa obat dimetabolisme oleh
hidrolosis pada asam penicilloic dan kemudian diekskresikan dalam urin. Waktu paruh
amoksisilin pada anjing dan kucing ini adalah 45-90 menit. (Katzung, 2001)
5.2.3 Stadium anestesi yang digunakan
Menurut Sardjana (2011), stadium anastesi yang digunakan pada operasi kali ini yaitu :
a. Stadium I : stadium induksi : Pada stadium ini hewan masih sadar dan kadangkadang hewan masih berusaha melawan. Respirasi masih teratur dan spontan, dapat
terjadi pengeluaran feses dan urin.
b. Stadium II : stadium eksitasi : Pada stadium ini kesadaran mulai hilang, respirasi
lebih dalam, refleks laring hilang dan dapat terjadi gerakan-gerakan ekstremitas yang
tidak terkendali. Stadium I dan II menyulitkan para ahli anestesi dan juga beresiko
besar pada hewan, sehingga diupayakan untuk melalaui stadium I dan II ini untuk
secepatnya mencapai stadium III.
c. Stadium III : stadium anestesi : Stadium ini terbagi 4 tahap yaitu :
 Tahap I : Respirasi mulai teratur dan bersifat thoracoabdominal; terjadi nystagmus;
reflek cahaya positif; tonus muskulus mulai menurun; reflex palpebral, konjuctiva
dan kornea menghilang.
 Tahap II : Respirasi tertaur dan bersifat abdominothoracal; frekuensi respirasi
meningkat; pupil midriasis; reflek cahaya menurun dan reflex kornea negatif.
 Tahap III : Respirasi teratur dan tipenya abdominal karena terjadi kelumpuhan saraf
intercostalis, dilatasi pupil, tonus muskulus makin menurun.
5.2.4 Faktor yang Memengaruhi Kesembuhan Luka
Tindakan operasi sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Selain dipengaruhi oleh
psikis dan kondisi fisik pasien, keberhasilan operasi juga dipengaruhi faktor resiko lain seperti
usia, kondisi nutrisi, penyakit kronis dan obat – obatan. Beberapa faktor lain adalah: ( Tobias,
2012 )
1.
Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga
menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan menambah ukuran
dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka.
2.
Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya
ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
3.
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap
diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar
hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat
proses penyembuhan luka.
4.
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu
abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel
mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang
disebut dengan nanah (pus).
5.
Iskemi merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian
tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan
pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi
pada pembuluh darah itu sendiri.
6.
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi
tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan proteinkalori tubuh.
7.
Pengobatan dengan steroid akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh
terhadap cedera, antikoagulan mengakibatkan perdarahan, dan antibiotik: efektif
diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang
spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat
koagulasi intravascular.
5.2.5. Temuan Saat Ovariohiterectomy
Pada saat dilakukan operasi ovariohiterectomy, hanya ditemukan satu buah ovarium
saja. Ini dinamakan dengan ovarian remnant syndrome. Kondisi ini muncul ketika jaringan
ovarium fungsional tertinggal di dalam rongga abdomen menyusul dilakukannya
ovariohisterektomi atau ovariektomi. Karena ovarium mensekresikan hormone estrogen,
tanda-tanda yang berhubungan dengan produksi estrus tetap terlihat pada hewan yang
mengalami hal ini. Penyebab dari sindrom ini adalah teknik bedah yang tidak sempurna.
Biasanya sisa ovarium terletak di sisi kanan, karena ovarium kanan lebih sulit untuk
memvisualisasikan dan mengisolasi selama prosedur sterilisasi. ( Bright, 2011 )
Kebanyakan anjing dan kucing dengan jaringan ovarium yang tertahan di dalam
memiliki tanda-tanda mirip dalam keadaan birahi. Tanda-tanda dapat timbul segera setelah
sterilisasi atau dapat ditunda, dalam beberapa kasus selama bertahun-tahun. Sebuah ‘
kehamilan palsu ‘ juga dapat dilihat dan lebih sering terjadi pada anjing daripada di kucing.
Cara termudah untuk mengkonfirmasi sindrom ini adalah dengan melihat sel-sel yang diambil
dari swab vagina. Sel-sel tersebut mengalami perubahan akibat dari pengaruh estrogen. Cara
yang lebih canggih adalah dengan menjalankan analisis hormon. Pengukuran senyawa
estrogen dapat membantu, namun cara ini tidak selalu berhasil. Pengukuran kadar
progesterone jauh lebih berguna. Atau dengan cara eksplorasi melalui bedah laparotomi.
Tindakan yang dapat dilakukan pada kasus ini adalah dengan pembedahan untuk mengangkat
jaringan sisa ovarium. Prognosis baik apabila sisa ovarium yang tertinggal berhasil diangkat.
( Bright, 2011 )
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Ovariohisterektomi adalah operasi pengeluaran organ reproduksi berupa ovarium dan
uterus dari ruang abdomen. Operasi ini selain untuk mengurangi populasi, juga untuk terapi
penyakit yang ada didalam organ organ reproduksi. Selain itu operasi ini juga menghilangkan
siklus estrus, karena hormone esterogen dan progesterone yang diproduksi oleh ovarium
ditiadakan. Ovariohisterectomy dapat juga dilakukan untuk terapi pengobatan pada kasuskasus reproduksi seperti pyometra, endometritis, tumor uterus, cyste, hyperplasia, dan
neoplasia. Tindakan bedah ini akan memberikan efek pada hewan seperti perubahan tingkah
laku seperti hewan tidak birahi, tidak bunting, dan tidak dapat menyusui.
6.2 Saran
Sudah berjalan dengan baik, tetapi lebih dipersiapkan lagi baik praktikan atau
labolatorium serta ketepatan waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Amirrudin, dkk. 2015. Pengaruh Pemberian Getah Buah Pepaya (Carica Papaya L.) dan
povidone Iodine Terhadap Kesembuhan Luka Kastrasi pada Kucing (Felis domestica)
Jantan. Laboratorium Klinik Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syah Kuala,
Banda Aceh.
Boddie, G.F. 2007. Diagnostic Methods In Veterinary Medicine 2nd Publishing. Lippincott
Company. Philadelphia
Bright, Ronald M. 2011. Ovarian Remnant Syndrome. Saunders Elsevier.
Junaidi, A. 2013. Reproduksi Dan Obstretri Pada Kucing. Gadjah Mada Press : Yogyakarta
Katzung BG. 2001. Basic and Clinical Pharmacology.2nd ed. Lange Medical Publications.
California.
Laksana, Yehuda, dkk, 2013. Ovariohistrektomi pada Kucing. Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya, Malang.
Noviana, Deni, dan Ni Rai Fertilini Hanira Jelantik. 2006. Pengaruh Anestesi Terhadap
Saturasi Oksigen (SpO2) Selama Operasi Ovariohistrektomi Kucing. Fakultas
Kedokteran Hewan IPB, Bogor.
Rout, M. V. 2005. Estrous Length Pregnancy Rate, Gestation And Parturition Lengths, Litter
Size, And Juvenile Mortality In Domestic Cat. J. Am. Anim. Hosp. Assoc. 31 : 429-433
Sardjana , I Komang Wiarsa dan Diah Kusumawati. 2011. Bedah Veteriner. Airlangga
University Press, Surabaya
Tilley, L.P. 2000. The 5 Minute Veterinary Consult Canine And Feline. William & Wilkins :
USA
Tobias, Karen M., Johnston, S. A. 2012. Veterinary Surgery: Small Animal. St. Louis:
Elsevier Saunders
Yusuf, 2012. Buku Ajar Ilmu Reproduksi Ternak. Universitas Hasanuddin Fakultas
Peternakan : Makassar
Download