Uploaded by User40900

PRESENTASI PUBLIKISME

advertisement
JORDAN MORDEKHAI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
CONFERENCE ON PUBLIC ADMINISTRATION AND SOCIETY 2019
AUDITORIUM FISIP UNIVERSITAS DIPONEGORO, KAMPUS TEMBALANG
30 OKTOBER 2019
LATAR BELAKANG
INDONESIA MERUPAKAN NEGARA KEPULAUAN
1/3 DARATAN + 2/3 LAUTAN
CORAK AKTIVITAS PEMBANGUNAN BERORIENTASI
PADA SEKTOR KELAUTAN DAN PESISIR
KONSEP WATER-FRONT CITY
SUMBER : BADAN PUSAT STATISTIK, 6 MEI 2019
LATAR BELAKANG
“Waterfront city is the confluence area of water and land by
integrating Natural Landcape, Artificial landscape also
Cultural Landscape” - Diyun Hou, dalam Master Thesis of
Urban Waterfront Landscape Planning
PROVINSI GORONTALO
LATAR BELAKANG
CORAL TRIANGLE REEF
PROVINSI GORONTALO
KEE DESA TOROSIAJE LAUT
IDENTIFIKASI MASALAH
1
Bagaimana efektivitas penegakan hukum terhadap pelaku perusakan terumbu
karang dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang
Perikanan serta Hukum Adat?
2
Apakah skema kebijakan One Village One Apartement Fish sebagai wujud Good
Coral Governance mampu menjadi sarana solutif dalam rangka konservasi
sumber daya kelautan dan pesisir
METODE PENELITIAN
SOCIO-LEGAL RESERACH
DESKRIPTIF - ANALITIS
STUDI LAPANGAN
QUALITATIVE-RESEARCH
PEMBAHASAN
2
1
MELEMAHNYA HUKUM DAN
KELEMBAGAAN ADAT
3
PERUSAKAN TERUMBU KARANG DAN
EKOSISTEM LAUT DENGAN BOM IKAN
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TIDAK TEPAT SASARAN
PEMBAHASAN
PERGESERAN FUNGSI KEPALA ADAT MENJADI KEPALA DESA PASCA
KEHADIRAN UNDANG-UNDANG DESA
MEKANISME PENEGAKAN HUKUM NASIONAL MENGGUNAKAN
PRODUK HUKUM LAMA RASA KOLONIAL (UU DARURAT 1951)
LUNTURNYA ATURAN-ATURAN HUKUM ADAT BERNUANSA
PELESTARIAN LINGKUNGAN (MAMIA KADIALO, PAMALI, ALAT
TANGKAPAN RAMAH LINGKUNGAN)
PEMBAHASAN
PERUSAKAN TERUMBU KARANG DAN
EKOSISTEM LAUT DENGAN BOM IKAN
INTERNALISASI BUDAYA NELAYAN MODERN DARI PENDUDUK
BUTON
FAKTOR DESAKAN EKONOMIS DAN KEBUTUHAN RUMAH TANGGA
NELAYAN
KONDISI FISIK EKOLOGIS LAUT YANG TELAH RUSAK AKIBAT
PENGGUNAAN BOM IKAN SEHINGGA MEMPENGARUHI HASIL
TANGKAPAN IKAN
PEMBAHASAN
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TIDAK TEPAT SASARAN
PEMBANGUNAN JEMBATAN PENYAMBUNG TEPI DARAT DAN LAUT
TIDAK TEPAT SASARAN (MERUSAK EKOSISTEM PADANG LAMUN)
SARANA UTILITAS PEMBUANGAN SAMPAH DAN LIMBAH YANG
SULIT DILAKUKAN
INFRASTRUKTUR PENDUKUNG TIDAK LAYAK BANGUN
OVIPAR
ONE
ONE
VILLAGE APARTEMENT FISH
AKTUALISASI KONSEP GOOD CORAL GOVERNANCE
“Pengelolaan terumbu karang pada dasarnya merupakan suatu proses
pengontrolan (elemen kebijakan, strategi dan perencanaaan, aransemen,
mekanisme kelembagaan dan hukum, informasi dan peningkatan
kesadaran publik, mekanisme pembiayaan berkelanjutan, dan
peningkatan kapasitas) yang melibatkan partisipasi masyarakat dan
pemerintah agar pemanfaatan sumberdaya alam dapat dilakukan secara
bijaksana dengan mengindahkan kaidah pelestarian lingkungan”
KONSEP
KEBIJAKAN
OVIPAR
”inovasi pengelolaan terumbu karang berbasis desa yang pengelolaannya
berasal dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat”
setiap 1 desa wajib memiliki 1 kawasan terumbu karang sebagai
apartment fish bagi para ikan, dikelola dan diatur dan diawasi sendiri
secara sukarela
KONSEP
KEBIJAKAN
OVIPAR
BERDASARKAN PRINSIP HUKUM ADAT
JASA LINGKUNGAN
PENEGAKAN HUKUM
KONSEP
KEBIJAKAN
OVIPAR
JASA LINGKUNGAN
“Umpang boleh disisip, kerap boleh diganggu” : dalam hal pengambilan sumber daya
alam harus memperhatikan potensi yang ada, bila potensinya baik boleh diambil, tapi
harus diperbaiki
“Ka darek babungo kayu, ka ayik babungo pasir” : setiap pemanfaatan jasa sumber daya
alam harus masuk ke kas desa. Oleh karena itu,prinsip pembagian hasil dapat dilakukan
tergantung kesepakatan desa
KONSEP
KEBIJAKAN
OVIPAR
“SIFAT SANKSI SOSIAL : MEMBERIKAN EFEK JERA
PEMULIHAN (RESTORATIVE)
PENEGAKAN HUKUM
1. ‘Danda’ atau denda: memberikan sejumlah uang yang dikenakan kepada seseorang yang melanggar
ketentuan untuk pemulihan lingkungan
2. Dedosan : sejumlah uang yang dikenakan kepada anggota masyarakat apabila tidak melaksanakan
kewajiban sebagaimana mestinya
3. Krampag : Seorang yang mempunyai hutang budi kepada masyarakat namun tidak mampu
membayar, maka harta miliknya diambil dan dijual kepada masyarakat
4. Mengaksama: Meminta maaf sebagai pengganti malu kepada segenap anggota masyarakat adat
5. Maprayascitta: kerja sosial yang dilakukan untuk memulihkan keseimbangan nilainilai sosiallingkungan yang terganggu dalam masyarakat 6. Katundung: dikucilkan dan dipermalukan didepan
umum
MEKANISME KEBIJAKAN OVIPAR
PLANNING
AND ZONING
REGULATING
NORMS
IMPLEMENTASI
KEBIJAKAN
MONITORING
EVALUASI
PEMDA BERSAMA
SKPD MENYUSUN
ROADMAP DAN
PEMETAAN ZONASI
MENYUSUN REGULASI
PENGELOLAAN
TERUMBU KARANG
BERBASIS DESA,
PARTISIPASI DESA,SK
MHA
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN :
1. PREVENTIF : JASA
LINGKUNGAN
2. REPRESIF : PENEGAKAN
HUKUM ADAT
HASIL EVALUASI TERHADAP
PELAKSANAAN DAN
PENINDAKAN DILAPORKAN
KEPADA CAMAT DAN
DITERUSKAN KEPADA
BUPATI
KESIMPULAN
1
Penangkapan ikan dengan Bom ikan, pottasium dan sejenisnya secara massif merupakan
sinyal lemahnya penegakan hukum nasional dan melemahnya hukum adat, selain itu faktor
kemiskinan dan budaya nelayan modern jadi penentu efektivitas hukum adat melemah
2
Ovipar sebagai aktualisasi konsep Good Coral Governance diyakini mampu melaksanakan
konservasi sumber daya kelautan dan pesisir terpadu dan berkelanjutan yakni melalui
penerapan dua konsep utama yakni penegakan hukum adat dan penerapan jasa
lingkungan. Penegakan hukum adat dimaksudkan untuk memberikan efek jera sementara
jasa lingkungan untuk meningkatkan potensi kepariwisataan berbasis desa
SARAN
1
Revitalisasi kelembagaan dan hukum adat pada masyarakat desa pesisir provinsi gorontalo
agar hukum adat dapat pulih kembali melalui sosialisasi pemerintah daerah serta
penerbitan surat keputusan penetapan dan perlindungan masyarakat hukum adat
2
Penerapan skema kebijakan 1 desa 1 terumbu karang melalui tahapan yang telah
dilegitimasi secara hukum oleh pemerintah daerah dengan menerbitkan aturan tentang
konservasi terumbu karang dan mangrove berbasis desa pesisir, partisipasi masyarakat
dalam konservasi laut
Download