I/2019 KABAR DARI IBU edisi Tema: DUNIA PENDIDIKAN MENJAWAB TANTANGAN SOSIOINDUSTRI Penulis: MARIA F.S. NANI 2141000430040 I/2019 KABAR DARI IBU edisi Sambutan Rektor Rektor Pada pelaksanaan Wisuda IBU Pada tahun 2009 IKIP BUdi Utomo Malang mendapatkan penghargaan dari Kopertis Wil. VII sebagai Perguruan Tinggi Berprestasi di Bidang Penelitian dan Pengabdian Masyarakat serta berprestasi di bidang Tata Kelola. Selain itu, 5 tahun terakhir mahasiswa IKIP Budi Utomo meraih berbagai penghargaan di beberapa cabang Olahraga (Sepakbola, Bola Volly, Panjat Tebing, dll) baik ditingkat Nasional maupun ditingkat Regional. Pencapaian prestasi ini tidak terlepas dari visi IBU yaitu Menjadi Perguruan Tinggi yang Unggul, Sehat dan Berbudi utama yang mengacu pada kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) pada Tahun 2026. Majukan Kawasan Indonesia Timur, IBU Resmikan Puskitdikdaya Berusaha memberi sumbangsih untuk meningkatkan mutu pendidikan di kawasan Indonesia bagian timur, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Budi Utomo Malang meresmikan Pusat Kajian Kawasan Indonesia Timur untuk Pendidikan dan Budaya (Puskitdikdaya) “Kami berharap IKIP Budi Utomo bisa memberikan pendidikan terbaik untuk masyarakat Indonesia timur. Setelah lulus dari kampus, kami berharap anak-anak yang berasal dari Indonesia bagian timur kembali ke daerahnya dan bisa membangun daerahnya,” kata Rektor IBU Bapak Nurcholis (May, 17/19) “Tujuan Pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan” (Tan Malaka) Pendidikan Era 4.0; Tantangan, Harapan dan Peluang terhadap Pendidikan dan Kebudayaan Nasional “Kalo mau sukses gak ada pilihan, hidup harus disiplin!” (Basuki Tjahaja Purnama) Pendidikan 4.0 (Education 4.0) adalah istilah umum digunakan oleh para ahli pendidikan untuk menggambarkan berbagai cara untuk mngintegrasikan teknologi cyber baik secara fisik maupun tidak ke dalam pembelajaran. Pendidikan 4.0 adalah fenomena yang merespons kebutuhan munculnya revolusi industri keempat dimana manusia dan mesin diselaraskan untuk mendapatkan solusi, memecahkan masalah dan tentu saja menemukan kemungkinan inovasi baru. Lee et al (2013) menjelaskan, industri 4.0 ditandai dengan peningkatan digitalisasi manufaktur yang didorong oleh empat faktor: 1) peningkatan volume data, kekuatan komputasi, dan konektivitas; 2) munculnya analisis, kemampuan, dan kecerdasan bisnis; 3) terjadinya bentuk interaksi baru antara manusia dengan mesin; dan 4) perbaikan. instruksi transfer digital ke dunia fisik, seperti robotika dan 3D printing. Lifter dan Tschiener (2013) menambahkan, prinsip dasar industri 4.0 adalah penggabungan mesin, alur kerja, dan sistem, dengan menerapkan jaringan cerdas di sepanjang rantai dan proses produksi untuk mengendalikan satu sama lain secara mandiri. Pendidikan di Indonesia harus mampu melakukan loncatan yang lebih maju dalam Revolusi Industri 4.0 ini, melalui pemanfaatan inplementasi teknologi digital dan komputasi ke dalam penggunaan proses pembelajaran.. Namun demikian di saat yang sama indonesia perlu segera meningkatkan kemampuan dan keterampilan sumber daya manusia, menjadi operator dan analisis handal sebagai pendorong Industri mencapai daya saing dan produktifitas tinggi (Red: May, 17/19) OPINI: REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DAN PENGARUHNYA PADA SISTEM PENDIDIKAN “Seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan” (Pramoedya Ananta Toer) Sesuai arahan MENRISTEKDIKTI terkait dampak industri 4.0 yakni dengan adanya ‘digitalisasi sistem’, mau tidak mau menuntut baik para dosen maupun mahasiswa untuk mampu dengan cepat beradaptasi dengan perubahan yang ada. Sistem pembelajaran yang semula berbasis pada tatap muka secara langsung di kelas, bukan tidak mungkin akan dapat digantikan dengan sistem pembelajaran yang terintegrasikan melalui jaringan internet (online learning). Adanya perubahan tersebut juga memiliki analisis risk-benefit, di mana keuntungan yang bisa didapatkan antara lain mahasiswa tetap bisa belajar dan tetap bisa mengakses materi pembelajaran tanpa harus hadir di kelas, hal ini pun menjadi keuntungan tersendiri bagi siswa yang mengalami kendala dalam hal jarak dan finansial (Red: May, 17/19) Komunikasi Sosial di Era Industri 4.0 Saat ini kita telah memasuki revolusi industri generasi keempat atau era industri 4.0. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang mengagumkan telah mengubah kehidupan manusia modern. Namun, hal ini membawa dampak pada komunikasi sosial sehari-hari. Kaum muda atau yang biasa disebut dengan kaum milenial lebih memilih media sosial sebagai wadah berkomunikasi. Dampak buruknya adalah ‘ruang tanpa batas’ dan berkurangnya interaksi sosial. Ekstremnya, orang akan menganggap bahwa dunia maya adalah dunia nyatanya. Kita dapat mengatasi krisis komunikasi sosial ini dengan cara berkomitmen menyediakan waktu lebih banyak untuk berinteraksi dengan dunia nyata. Kita dapat memulai dengan hal-hal sederhana, misalnya menyapa teman dengan senyuman yang tulus setiap pagi. Kita juga bisa sejenak tidak mengacuhkan smartphone ketika berkumpul dengan keluarga, sahabat, dan kenalan. Kalaupun ingin tetap memanfaatkan smartphone, fasilitas video call (VC) bisa dipakai untuk berkomunikasi dengan keluarga atau teman yang tidak berada di lokasi yang sama. Penting bagi kita dalam kehidupan bersama untuk saling memberikan diri dalam bentuk komunikasi yang intens dengan orang-orang yang ada diri sekitar kita(Red: May, 17/19) “Hal terpenting dalam komunikasi adalah mendengar apa yang tidak dikatakan. “ (Peter F. Ducker) TANGGUNG JAWAB SOSIAL INDUSTRI ROKOK Jakarta - Tanggung jawab sosial korporasi, atau yang lebih dikenal sebagai CSR (Corporate Social Responsibility) adalah tanggung jawab yang harus ditunaikan oleh sebuah perusahaan terhadap efek yang terjadi akibat bisnis yang mereka lakukan. Efek tersebut meliputi efek terhadap lingkungan (ekologi) serta terhadap efek sosial. Dalam konsep CSR, kegiatan itu disebut tanggung jawab filantropis. Tanggung jawab ini adalah bagian pucuk pada Piramida Caroll yang menggambarkan struktur CSR. Artinya, sebenarnya ada berbagai tanggung jawab lain yang lebih mendasar yang harus ditunaikan perusahaan, yaitu tanggung jawab ekonomi, tanggung jawab hukum, dan tanggung jawab etis. Sayangnya, ketiga jenis tanggung jawab itu sering diabaikan. Dalam hal industri rokok, ada begitu banyak tanggung jawab sosial yang mereka abaikan. Yang pertama dan utama adalah tanggung jawab terhadap efek rokok pada kesehatan manusia, baik perokok maupun orang-orang di sekitarnya. Alih-alih bertanggung jawab, industri rokok cenderung membantah efek rokok terhadap kesehatan. Mustahil kita bisa menyaksikan ada perusahaan rokok yang menyantuni perokok yang sakit akibat merokok. Industri rokok juga tutup mata terhadap perokok di bawah umur. Alih-alih melakukan usaha mencegah anak-anak remaja merokok, industri rokok justru menjadikan mereka sebagai target pemasaran. Di Indonesia, Industri rokok justru menjadi penyumbang kegiatan olahraga dan memberikan beasiswa sebagai bentuk ‘sogokan’ kepada masyarakat alih-alih memberikan edukasi tentang bahaya merokok pada kesehatan diri dan lingkungan. Sudah saatnya industri Rokok di Indonesia menyadari pentingnya tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Dapat dimulai dengan iklan yang mendidik perokok untuk menjaga tata krama ketika merokok. Dan, mengingatkan orang soal bahaya lentingan api rokok atau gangguan asap bagi orang lain (Red: May, 17/19) “Merokok adalah pilihan. Dan kamu bebas memilih, hanya saja jangan sampai terlambat.” Malang- Para pekerja anak masuk dalam klasifikasi International Labour Organization (ILO) sebagai buruh anak yang tak bersekolah dan pekerjaannya berpotensi mengganggu pertumbuhan mental, fisik, serta sosial. Pekerja anak kategori ini yang perlu diminimalisir keberadannya. Mereka bekerja di sektor beragam seperti pertanian dan perikanan, pengadaan listrik dan gas, konstruksi, serta pengelolaan air dan sampah. Di Indonesia sekitar 14,5 ribu anak berusia 10 hingga 11 tahun masih dipekerjakan di sektor formal, seperti halnya 146,1 ribu anak berusia 12-14 tahun dan 1,05 juta anak usia 15-17 tahun. Mereka adalah pekerja yang tak mengenyam pendidikan sama sekali. Kasus yang ditemukan tentang pekerja anak ini terjadi di daerah Dramaga, Bogor, banyak anak putus sekolah yang bekerja di industri rumahan pembuat sepatu. Ketika ditanya, ada anggapan mengapa harus sekolah kalau sudah dapat gaji Rp2,5 sampai Rp3 juta. Jawa Tengah merupakan provinsi dengan persentase pekerja anak tertinggi di Jawa, sebesar 1,5 persen, disusul oleh Jawa Barat, dengan proporsi 1,42 persen (Red: May, 17/19) PEKERJA ANAK DI BAWAH BAYANG KEMISKINAN DAN MINIM PENDIDIKAN “Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk merubah dunia.” (Nelson Mandela) Inovasi Sosial di Era Industri 4.0 Revolusi industri 4.0 telah hadir dalam kehidupan seharihari. Istilah blockchain, big data, dan cryptocurrency sudah ramai dibicarakan oleh masyarakat luas. Hadirnya berbagai platform online yang menghubungkan pengguna transportasi dengan pengemudi merupakan salah satu indikasi awal masuknya revolusi industri 4.0 dalam keseharian. Gelombang kemajuan teknologi ini tentu saja membawa perubahan secara ekonomi. Perubahan ini tak dapat disangkal juga akan membawa konsekuensi di bidang-bidang lain, seperti pendidikan, kesehatan, pertanian, dan lingkungan. Sehingga pelaku industri harus mengantisipasi gelombang revolusi ini dengan proaktif. Konsekuensinya, meningkatnya jumlah pengangguran karena adanya pengurangan jasa manusia, meningkatnya limbah pabrik, dan berkurangnya sosialisasi menjadi kekhawatiran khusus bagi masyarakat. Romy Cahyadi, CEO Instellar mengatakan, ada banyak solusi inovatif bagi banyak masalah sosial dan lingkungan yang dilakukan oleh social enterpreneurs Indonesia di berbagai sektor. Solusi ini memiliki daya jangkau yang luas apabila menggunakan teknologi dengan tepat. “Tujuan ARISE adalah mengangkat berbagai solusi inovatif tersebut agar lebih besar manfaatnya bagi masyarakat Indonesia melalui kolaborasi kreatif dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk perusahaan swasta, investor, dan pemerintah,” kaat dia ARISE menampilkan sesi panel mengenai perkembangan teknologi dan dampaknya bagi perubahan sosial, bagaimana menggunakan fintech untuk menciptakan inklusi finansial, serta dampak teknologi untuk masa depan yang lebih baik(Red: May/2019). "Jadilah perubahan yang kamu ingin lihat di dunia.“ (MahatmaGandhi) LIMBAH PABRIK GULA KEBONAGUNG MENJADI MASALAH WARGA MALANG Malang - Warga di Malang resah dengan pembuangan limbah padat diduga berasal dari Pabrik Gula (PG) Kebonagung. Warga Desa Glanggang, Kecamatan Pakisaji, ini tidak tahan baunya karena lokasinya berdekatan dengan pemukiman. Pembuangan limbah padat dilakukan oleh PG Kebonagung yang berlokasi kurang dari 5 Km, yang sudah mulai aktivitas giling tebu. Warga sendiri sempat menggelar protes dengan mendatangi lokasi pembuangan limbah. Harapannya, agar permintaan mereka segera diwujudkan. warga meminta PG Kebonagung segera merespon dan mencari lokasi baru untuk pembuangan limbah. Dugaan muncul, lahan kini dijadikan pembuangan limbah padat sengaja dikontrak oleh pihak ketiga. PG Kebonagung sendiri belum dapat dikonfirmasi tentang keluhan warga soal pembuangan limbah padat tersebut (Red. 5 Juni 2019). Warga memprotes limbah pabrik gula “Kalau kau tidak bisa memperbaikinya, kau masih bisa menertawakannya.” (Erma Bombeck) Malang- Pada umumnya perusahaan rokok melibatkan perempuan sebagai tenaga produksi. Para perempuan yang bekerja di perusahaan rokok di kota malang sudah relatif lama menekuni pekerjaan sebagai buruh di perusahaan rokok, setidaknya masa kerja mereka berada pada kisaran 8 dan 37 tahun. Para pekerja ini adalah pekerja dengan pendidikan rendah. Beberapa perempuan beruntung bekerja sebagai tenaga tetap dengan penghasilan sesuai UMR. Namun, terdapat juga beberapa perempuan yang hanya menjadi tenaga lepas. Sebagai pelinting, dalam sehari mereka biasa menghasilkan antara 2500 – 3000 batang rokok, tergantung target dari saya. Dengan sistem borongan, upah untuk setiap 1000 batang Rp 10.000,-. Jadi dalam satu minggu pekerja lepas ini paling banyak dapat upah Rp 180.000,-, dan satu bulan Rp 720.000,-. Jatah lintingan sejumlah itu biasa dikerjakan selama 11 jam, yakni mulai jam 05.30 sampai dengan jam 16.00 dengan dikurangi jeda sekitar 30 menit untuk istirahat makan siang dan shalat dzuhur. Para pekerja lepas ini juga tidak memiliki jaminan sosial sama sekali. POTRET PEREMPUAN BURUH PERUSAHAAN ROKOK DI KOTA MALANG Sebagai perempuan yang bekerja di perusahaan atau pabrik rokok, pekerja dituntut untuk berangkat pagi-pagi agar dapat sampai di tempat kerja tepat waktu. Sekalipun dominan dalam peran produktif, namun demikian para buruh tersebut juga memiliki peran domestik/reproduktif yang dominan di keluarga. Fenomena ini menunjukkan, bahwa seringkali perempuan tidak akan mampu berperan di sektor publik manakala tidak mendapat dukungan dari lingkungan, termasuk lingkungan kerja. Dalam kaitannya dengan perempuan buruh perusahaan rokok ini kebijakan manajemen perusahaan sangat menentukan dalam memarginalkan perempuan buruh dalam memerankan peran publiknya (Red. May 09/2019). “Satu-satunya sumber pengetahuan adalah pengalaman.” -Albert Einstein-