MAKALAH FILSAFAT HUMANISME FILSAFAT HUMANISME BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah peradaban manusia selalu diawalai dengan munculnya berbagai pemikiran dan pemikiran yang melakukan pemberontakan atas segala keadaan pada zamannya, baik ilmuwan yang memunculkan kegelisahan dalam berbagai situasi yang akhirnya memunculkan sejumlah pemikir cerdas yang merubah tatanan kehidupan, mempertanyakan kebenaran yang selama ini diterima saja menuju kemajuan peradaban manusia. Kemajuan ini ditandai dengan adanya penemuan sains dan teknologi sebagai salah satu keunggulan dari manusia yakni dengan munculnya zaman modern, terutama semenjak munculnya Renaissance yang mengesampingkan kenyataan historis selama berabad-abad sebelumnya. Modernisme ini merupakan suatu gerakan yang diawali oleh rasionalisme yang dikokohkan oleh gerakan pencerahan. Hampir segenap peradaban modern ini selalu meletakkan manusia sebagai subjek otonom, pusat kesadaran dunia yang mempunyai hak penuh secara bebas mengembangkan kreaktivitasnya tanpa terbelenggu oleh otoritas apapun, termasuk otoritas agama. Pada konteks inilah humanisme sebagai sebuah aliran filsafat yang menmpatkan kebebasan manusia baik berfikir, bertindak dan bekerja sebagai segala-galanya, berpengaruh secara signifikan terhadap munculnya peradaban modern. Selain itu filsafat humanisme juga merupakan aliran yang membentuk basis untuk filsafat pendidikan khususnya dalam pengajaran bagian psikologi, teori-teori psikologi merupakan pandangan-pandangan dunia yang komprehensif yang berfungsi sebagai basis bagi guru dalam pendekatan praktek pengajaran. Orientasi-orientasi pengajaran pada umumnya berhubungan dengan pemahaman kondisi-kondisi yang diasosiakan dengan pengajaran efektif, yang paling utama yaitu orientasi-orientasi psikologis yang telah mempengaruhi filsafat-filsafat pengajaran terutama psikologi humanistik. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakant di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah aliran humanisme itu? 2. Siapakah tokoh-tokoh filsafat humanisme itu? 3. Bagaimana latar belakang dan berkembangnya filsafat humanisme? 4. Bagaimana pengaruh aliran filsafat humanisme terhadap pendidikan? 5. Bagaimana implikasi filsafat humanisme dalam pendidikan? C. Tujuan Penulisan Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apa itu filsafat humanisme dan siapa saja tokohnya 2. Untuk mendeskripsikan latar belakang dan perkembangan munculnya filsafat humanisme 3. Untuk menjelaskan bagaimana pengaruhnya terhadap pendidikan dan bagaimana implimentasinya dalam proses belajar-mengajar. BAB II PEMBAHASAN A. Latar belakang Perkembangan filsafat humanisme. Filsafat humanisme berasal dari masa klasik barat dan klasik timur yang dasar pemikiran filsafat ini ditemukan dalam pemikiran filsafat klasik cina konfusius dan pemikiran klasik yunani. Perkembangan aliran humanisme terjadi selama 3 tahap yaitu (1) pada masa tahun 1950-an dan 1960-an selama Renaissance di Eropa pada abad ke-16, gerakan ini muncul karena reaksi terhadap dehumanis yang telah terjadi berabad-abad, sebagai akibat langsung dari kekuasaan pemimpin agama yang merasa menjadi satu-satunya otoritas dalam memberikan intepretasi terhadap dogma-dogma agama yang kemudian diterjemahkan dalam segenap bidang kehidupan di Eropa. Sehingga pelopor humanis mengatakan bahwa manusia itu bebas dan memiliki potensi sendiri untuk menjalankan kehidupannya secara mendiri untuk berhasil di dunia, di mana setiap individu mampu untuk mengontrol nasib mereka sendiri melalui aplikasi kecerdasan dan pembelajaran mereka. Orang-orang “membentuk diri mereka sendiri”. Istilah erat di mana kondisi-kondisi keberadaan manusia berhubungan dengan hakekat manusia dan tindakan manusia bukannya pada takdir atau intervensi tuhan; (2) perkembangan selajutnya terjadi pada abad ke-18 pada masa pencerahan (aufklarung), di mana tokohnya adalah J.J Rousseu yang mengutamakan pandangan tentang perkembangan alamiah manusia sebagai metode untuk mencoba keparipurnaan tujuan-tujuan pendidikan; (3) berkembang lagi pada abad ke-20 yang disebut humanisme kontemporer, merupakan reaksi protes terhadap dominisi kekuatan-kekuatan yang mengancam eksistensi nilai-nilai kemanusiaan yang ada dalam diri manusia di era modern. Perkembangan selajutnya adalah adanya peran dan konstribusi dari filsafat eksistensialisme yang cukup memberi konstribusi dalam filsafat pendidikan humatistic yakni sebagai berikut : 1. Manusia memiliki keberadaan yang unik dalam dirinya berbeda antara manusia satu dengan yang lain. 2. Memperhatikan makna dan tujuan hidup manusia. 3. Adanya kebebasan individu yang paling utama dan uni karena mereka mempunyai sikap hidup, tujuan hidup dan cara hidup sendiri. Hal di atas ini ditujukan melalui pengembangan konsep perkembangan psikologi perserta didik dan metode pengajaran yang sesuai dengan perkembangan humanistic setiap individu, di mana aliran ini memiliki pandangan tentang manusia yang memiliki keunikan tersendiri, memiliki potensi yang perlu diaktualisasikan dan memiliki dorongan-dorongan yang murni berasal dari dirinya. B. Tokoh-tooh filsafat humanisme Tokoh-tokoh dari filsafat humanisme ini adalah sebagai berikut : Jean Jacques Roussea Abraham Maslow Carl Roger C. Epistimologi Filsafat Humanisme Humanisme sebagai sebuah aliran kefilsafatan yang menempatkan “kebebasan” manusia, baik berfikir, bertindak dan bekerja, sebagai segalah-galanya, berpengaruh secara signifikan terhadap munculnya bangunan peradaban modern dan yang lainnya. Epistimologi himuanisme bersandar diri pada kemampuan rasionalitas manusia dengan segala otoritasnya, terutama pada abad modern ini. Kerja dari humanisme ini adalah mencoba menanusiakan manusia (humanisasi) sebagai manusia, yang selama ini menusia tidak lebih dipahami sebagai seonggok ‘objek’ atau minimal benda tanpa mempunyai kekuatan dan kemampuan apa-apa melalui relitas. Dalam kamus filsafatnya, Lorens Bagus, berpendapat bahwa humanisme merupakan sebuah filsafat yang memandang individu rasional sebagai nilai tertinggi, menilai individu sebagai sumber nilai tertinggi dan ditujukan untuk membina perkembangan kretif dan moral individudengan cara yang bermakna dan rasional tanpa menunjukkan pada konsep-konsep adikodrati. Dalam hal ini menunjukkan bahwa kemampuan sebagai individu yang rasional dan digunakan untuk memahami realitas. Zainal Abidin memberikan penjelasan bahwa humanisme akan mudah dipahami bila kita meninjau dari dua sisi, yakni sisi historis dan sisi aliran-aliran dalam filsafat. Dari sisi historis, humanisme berarti suatu gerakan intelektual dan kesusteraan yang awalnya muncul di Itali pada paruh kedua abad ke-14, gerakan ini boleh dikatakan sebagai motor penggerak kebudayaan modern, khususnya Eropa. Sedangkan dari sisi aliran filsafat adalah sebagai paham yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan martabat manusia sedemikian rupa sehingga manusia menempati posisi yang sangat tinggi, sentral dan penting, baik dalam perenungan teoretis-filsafati maupun dalam praktis kehidupan sehari-hari. Kedua sisi ini merupakan dasar otonomisasi manusia sebagai ukuran setiap penilaian dan refrensi utama dari setiap kejadian alam semesta. Di mana manusia merupakan pusat dari realitas. Sehingga secara historis munculnya humanisme sebagai gerakan pemikiran bersumber pada keinginan manusia untuk mengembalikan fitrah dasar kemanusiaan, sebagai makhluk yang otonom dengan kemampuan rasionalitasnya dan kemerdekaan berfikirnya, gerakan ini bisa jadi juga lahir sebuah semangat perlawanan setiap kekuatan yang “memasung” kemampuan dasar alami manusia. Yang pada saranya lahir untuk memanusiakan manusia sebagai objek dengan kesadarannya bukan sebagai objek tanpa kesadaran. Frederick Edword, mengemukakan beberapa pengertian humanisme yaitu sebagai berikut : 1. Humanisme Renaissance, sebagai semangat belajar yang mulai berkembang pada khir abad pertengahan, ditandai dengan bangkitnya kembali karya-karya klasik dan keyakinan yang diperbaharui atas kemampuan manusia untuk menentukan kebenaran dan kepalsuan bagi diri mereka sendiri. 2. Humanisme Literer, yaitu penyerahan kepada budaya humanitas atau literer 3. Humanisme Cultur, adalah budaya rasional dan empiris, khususnya yang berasal dari Romawi dan Yunani Kuno dan Revolusi sepanjang sejarah Eropa, sekarang ini menjadi bagian yang medasar dari pendekatan Barat terhadap ilmu pengetahuan, teori politik, etika dan hukum 4. Humanisme Filsufi, yaitu pengekspresian cara hidup yang dipusatkan pada kebutuhan dan minat manusia, yang meliputi humanisme kristiani dan humanisme modern. 5. Humanisme Kristiani, yaitu filsafat yang menekankan pemenuhan diri dalam rangka prinsip-prinsip kristiani. 6. Humanisme Modern, yaitu sebuah pemikiran filsafat yang menolak hal-hal supranatural, ia bersandar pada kemampuan akal dan ilmu pengetahuan, demokrasi dan kasih sayang manusia. Humanisme ini mempunyai sifat sekuler dan religius. 7. Humanisme Sekuler, adalah perkambangan lanjutan dari era pencerahan adab ke-18 dan abad ke19 8. Humanisme Raligius, sebagai humanisme yang muncul dari budaya etis, utilitarianisme dan universalisme. D. Konsep pemikiran filsafat humanisme Konsep pemikiran filsafat humanisme yang dikemukankan oleh filsuf humanis meliputi beberapa hal berkut ini yaitu sebagai berikut : 1. Pandangan tentang hakekat manusia Hakekat manusia yaitu manusia memiliki hakekat kebaikan dalam dirinya, dalam hal ini apabila manusia berada dalam lingkungan yang kondusif bagi perkembangan potensialitas dan diberi semacam kebebasan untuk berkembang maka mereka akan mampu untuk mengaktualisasikan atau merealisasikan sikap dan perilaku yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungan masyarakat. 2. Pandangan tentang kebebasan dan otonomi manusia. Penganut ini memberi pandangan bahwa setiap manusia memiliki kebebasan dan otonomi memberikan konsekuensi langsung pada pandangan terhadap individualitas manusia dan potensialitas manusia. Individualitas manusia yang unik dalam diri setiap pribadi harus di hormati. Berdasarkan pandangan ini, salah satu upaya pengembangan sumber daya manusia perlu dilakukan dalam proses pendidikan untuk mencapai hasil yang maksimal adalam pemberian kesempatan kepada perkembangannya askpek-aspek yang ada di dalam diri individu. Sehingga akhir dari perkembangan pribadi manusia adalah mengaktualisasikan dirinya, mampu mengembangkan potensinya secara utuh, bermakna dan berfungsi bagi kehidupan dirinya dan lingkungannya. 3. Pandangan tentang diri dan konsep diri Diri merupakan pusat kepribadian yang perkembanganya melalui proses aktualisasi potensi-potensi yang mereka miliki, yang di dalam diri seseorang dengan orang lain. Di mana di dalam diri seseorang itu terdapat perasaan, sikap, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan karakteristik fisik. (menurut Ellias dan Meriam). Sedangkan menurut Kendler konsep diri merupakan keseluruhan presepsi dan penilaian subjektif yang memiliki fungsi menentukan tingkah laku dan memiliki pengaruh yang cukup besar untuk tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan ini merupakan potensialitas individu untuk aktualisasi diri. Aktualisasi diri merupakan kemampuan manusia menghadirkan diri secara nyata, yang tewujud dalam kegiatan manusia untuk memperoleh pemenuhan diri sesuai dengan petensi-potensi yang dimilikinya, sehingga manusia mampu mengembangkan keunikan kemanusiaannya guna meningkatkan kualitas kehidupan serta dapat mengubah situasi ke arah yang lebih baik. (menurut Maslow). E. Implikasi Pendidikan Humanisme Dalam Proses Pendidikan. Belajar menurut pandangan humanisme merupakan fungsi keseluruhan pribadi manusia yang melibatkan faktor intelektualdan emosional, motivasi belajar harus datang dari dalam diri anak itu sendiri. Proses belajar-mengajar menekankan pentingnya hubungan interperdonal, menerima siswa sebagai partisipan dalam proses belajar bersama. Pandangan utama aliran filsafat humanisme ini adalah proses pendidikan berpusat pada murid. Roger berpendapat belajar akan optimal apabila siswa terlibat secara penuh dan berpartisipasi serta bertanggung jawab dalam proses belajar. Dalam hal ini peran guru dalam proses pendidikan sebagai fasilitator baik dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dan pembelajaran dalam konteks proses penemuan yang bersifat mandiri. Maka untuk itu seorang pendidikan/guru tidak perlu memaksa para siswa untuk belajar, malahan mereka harus menciptakan suatu iklim kepercayaan dan rasa hormat yang memungkinkan siswa belajar, mampu membangun suasana belajar yang kondusif untuk belajar mandiri, memutuskan apa dan bagaimana mereka belajar. Proses belajar hendaknya merupakan kegiatan untuk mengesploitasi diri yang memungkinkan pengembangan keterlibatan secara aktif subjek didik untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman belajar. Sehingga para guru humanistik ini mampu untuk mendorong para siswanya untuk belajar dan tumbuh. Di mana tujuan pendidikan menurut pandangan humanisme di ikhtisarkan oleh Mary Johnson yaitu : 1. Kaum humanis berusaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi dan mengembangkan kesadaran identitas diri yang melibatkan perkembangan konsep diri dan sistem nilai. 2. Kaum humanisme telah mengutamakan komitmen terhadap prinsip pendidikan yang memperhatikan faktor persamaan, emosi, motivasi, dan minat siswa akan mempercepat proses belajar yang bermakna dan terintegrasi secara pribadi. 3. Perhatian kaum humanisme lebih terpusat pada isi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa sendiri. Siswa harus memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk memilih dan menentukan apa, kapan dan bagaimana ia belajar. 4. Kaum humanisme berorientasi kepada upaya memelihara perasaan pribadi yang efektif. Suatu gagasan yang menyatakan bahwa siswa dapat mengembalikan arah belajarnya sendiri, mengambil dan memenuhi tanggung jawab secara efektif serta mampu memilih tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya. 5. Kaum humanisme yakin bahwa belajar adalah pertumbuhan dan perubahan yang berjalan cepat sehingga kebutuhan siswa lebih dari sekedar pengetahuan hari kemarin. Pendidikan humanisme mencoba mengadaptasikan siswa dalam perubahan, membantunya belajar tentang bagaimana belajar, bagaimana memecahkan masalah dan bagaimana melakukan perubahan dalam kehidupan. Menurut Hanurawan (2006) salah satu sistem belajar yang cocok untuk pendidikan humanis ini adalah Enquiry Discovery yakni belajar penyelidikan dan penemuan. Di mana guru tidak akan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk final, dengan kata lain guru hanya menyajikan sebagaian, selebihnya siswa yang mencari atau menemukan sendiri. Adapun tahap dalam proses Enquiry Discovery adalah sebagai berikut: 1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan), yakni memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. 2. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah) yakni memberi kesempatan kepada siswa untuk mengindentifikasikan sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian dipilih salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis. 3. Data collection (pengumpulan data, yakni memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. 4. Data prosesing (pengolahan data), yakni mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa melalui wawancara, observasi dan sebagainya lalu ditafsirkan. 5. Verification (Pentahkikan), yakni melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dihubungkan dengan data prosesing. 6. Generalization (generalisasi), yakni menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum. Melalui pembelajaran ini maka siswa akan dapat membawa pengalaman pada diri dalam pembelajaran indentifikasi masalah, memahami masalah-masalah yang dihadapi sehingga menemukan suatu pengetahuan yang bermakna pada dirinya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran menurut pandangan humanisme yaitu sebagai berikut : 1. Setiap individu mempunyai bawaan untuk belajar. 2. Belajar akan bermanfaat bila siswa menyadari manfaatnya. 3. Belajar akan berarti bila dilakukan lewat pengalaman sendiri dan uji coba sendiri. 4. Belajar dengan prakarasa sendiri penuh kesadaran dan kemampuan dapat berlangsung lama dan menyenangkan. 5. Kreaktifitas dan kepercayaan dari orang lain tumbuh dari suasana kebebasan. 6. Belajar akan berhasil bila siswa berpartisipasi secara aktif dan disiplin setiap kegiatan belajar. BAB III KESIMPULAN Sebagai sebuah aliran kefilsafatan yang menempatkan “kebebasan” manusia, baik berfikir, bertindak dan bekerja, sebagai segalah-galanya, filsafat humanisme berpengaruh secara signifikan terhadap munculnya bangunan peradaban modern dan yang lainnya. Epistimologi himuanisme bersandar diri pada kemampuan rasionalitas manusia dengan segala otoritasnya, terutama pada abad modern ini. Kerja dari humanisme ini adalah mencoba menanusiakan manusia (humanisasi) sebagai manusia, yang selama ini menusia tidak lebih dipahami sebagai seonggok ‘objek’ atau minimal benda tanpa mempunyai kekuatan dan kemampuan apa-apa melalui relitas. Pemikiran filsafat humanisme ini meliputi beberapa hal yakni Pandangan tentang hakekat manusia, Pandangan tentang kebebasan dan otonomi manusia dan Pandangan tentang diri dan konsep diri. Belajar menurut pandangan humanisme merupakan fungsi keseluruhan pribadi manusia yang melibatkan faktor intelektualdan emosional, motivasi belajar harus datang dari dalam diri anak itu sendiri. Proses belajar-mengajar menekankan pentingnya hubungan interperdonal, menerima siswa sebagai partisipan dalam proses belajar bersama. Pandangan utama aliran filsafat humanisme ini adalah proses pendidikan berpusat pada murid. Dalam hal ini peran guru dalam proses pendidikan sebagai fasilitator baik dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dan pembelajaran dalam konteks proses penemuan yang bersifat mandiri. Sehingga para guru humanistik ini mampu untuk mendorong para siswanya untuk belajar dan tumbuh.