Uploaded by yuliahafiz008

SAP DIARE UMJ

advertisement
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PPENYULUHAN TENTANG DIARE PADA BALITA DAN ANAK
Disusun Oleh:
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH. THAMRIN JAKARTA
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik
: Penyuluhan tentang diare pada balita dan anak
Sasaran
: Pasien dan Keluarga Pasien
Tempat
: PAUD Mawar RW 06 Kebon Kosong
Hari/Tanggal : Jum’at, 13 Desember 2019
Pukul
: 08.00 – 10.00 WIB
I. Latar Belakang
Diare masih merupakan masalah kesehatan utama pada anak balita, khususnya di
Negara berkembang seperti Indonesia (Segeren, 2005). Diare penyebab nomer 1 kematian
anak usia balita di dunia, UNICEF melaporkan setiap detik satu anak meninggal karena diare
(Kemenkopmk, 2014).Apabila pada diare pengeluaran cairan melebihi pemasukan maka akan
terjadi defisit cairan tubuh, maka akan terjadi dehidrasi. Berdasarkan derajat dehidrasi maka
diare dapat dibagi menjadi diare tanpa dehidrasi, diare dehidrasi ringan sedang dan diare
dehidrasi berat.
Penyakit diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan. Beberapa faktor yang
berkaitan dengan kejadian diare yaitu tidak memadainya penyediaan air bersih, air tercemar
oleh tinja, kekurangan sarana kebersihan (pembangunan tinja yang tidak higienis), kebersihan
perorangan dan lingkungan yang jelek, penyiapan makanan kurang matang dan penyimpanan
makanan masak pada suhu kamar yang tidak semestinya (Sander, 2005).
Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung menjadi pendorong
terjadinya diare yaitu faktor agen, penjamu, lingkungan dan perilaku.Faktor lingkungan
merupakan faktor yang paling dominan yaitu sarana penyediaan air bersih dan pembuangan
tinja, kedua faktor berinteraksi bersama dengan perilaku manusia.Apabila faktor lingkungan
tidak sehat karena tercemar kuman diare serta terakumulasi dengan perilaku manusia yang
tidak sehat, maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi (Zubir, 2006).
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa lebih dari sepertiga kematian
anak secara global disebabkan karena diare sebanyak 35%. United Nations International
Children’s Emergency Fund (UNICEF) memperkirakan bahwa secara global diare
menyebabkan kematian satu anak setiap 30 detik dan menyebabkan kematian sekitar 3 juta
penduduk setiap tahun.
Secara umum kematian akibat diare pada anak di dunia mencapai 42.000 kasus per
minggu, 6000 kasus per hari, 4 kasus setiap menit dan 1 kematian setiap 14 detik. Dari
jumlah tersebut, total episode diare pada bayi kurang dari 11 bulan sebanyak 475 juta kali dan
usia 1-4 tahun sekitar 945 juta per tahun. (PressRelease, WHO, 2002).
Untuk skala nasional berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008,
penderita diare pada tahun tersebut adalah 8.443 orang dengan angka kematian akibat diare
adalah 2.5%.Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu 1.7% dengan jumlah
penderita diare adalah 3.661 orang.Untuk tahun 2006, penderita diare di Indonesia adalah
10.280 orang dengan angka kematian 2.5%.
Survey Morbiditas Diare tahun 2010 yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan RI,
didapatkan pada tahun 2000 angka kematian balita akibat diare di Indonesia adalah 1.278 per
1000 turun menjadi 1.100 per 1000 pada tahun 2003 dan naik lagi pada tahun 2006 kemudian
turun pada tahun 2010.
Sedangkan di Bali, menurut Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (P2PL) Dinkes Provinsi Bali, dr Gede Wira Sunetra, sebanyak 26.860 orang
masyarakat di sembilan kabupaten/kota di Bali terserang diare dari total jumlah penduduk
3.737.567 jiwa selama tujuh bulan periode Januari-Juli 2014. Dari sembilan kabupaten/kota
yang ada di Bali tercatat Kabupaten Buleleng yang paling tinggi penderita diare yakni 4.947
orang, menyusul Kota Denpasar (4.394), Kabupaten Gianyar (4.121), Tabanan (3.613),
Badung (2.584), Karangasem (2.737 jiwa) dan Bangli (1.779). Kasus diare terendah berada di
Kabupaten Jembrana dengan jumlah 1.390 dan Klungkung (1.295) yang didominasi oleh
balita.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2006, menunjukkan bahwa berbagai
intervensi perilaku melalui modifikasi lingkungan dapat mengurangi angka kejadian diare
sampai dengan 94% melalui pengolahan air yang aman dan penyimpanan di tingkat rumah
tangga dapat mengurangi angka kejadian diare sebesar 32%, meningkatkan penyediaan air
bersih dapat menurunkan angka kejadian diare sebesar 25% dan melakukan praktek mencuci
tangan yang efektif dapat menurunkan kejadian diare sebesar 45%.
Penanganan yang tepat pada diare, akan menurunkan derajat keparahan penyakit. Diare
dapat diatasi dengan menjaga kebersihan dan mengolah makanan yang sehat dan bersih dan
anjuran pada ibu untuk mencegah dan menangani diare secara cepat dan tepat agar angka
morbiditas dan mortalitas diare menurun (Soebagyo & Santoso, 2010). Pengetahuan
merupakan hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya
(Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan ibu tentang diare pada anak merupakan salah satu
komponen faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku dalam melaksanakan penanganan
diare pada anak (Notoatmodjo, 2010).
Ibu merupakan orang yang paling dekat dengan anak dan mempunyai peran penting
dalam menjaga dan memelihara kesehatan anak. Kemampuan ibu sangat menentukan
keselamatan anak yang mengalami diare mulai dari mengenali apa itu diare, tanda gejala
diare, penyebab, dampak / komplikasi yang muncul akibat diare, serta upaya melakukan
pertolongan pertama untuk mencegah terjadinya dehidrasi serta perawatan sebelum mendapat
pengobatan lanjutan dari tenaga kesehatan. Kemampuan ibu dinilai pada aspek pengetahuan
dan perilaku ibu dalam penanganan terhadap penyakit diare.
II. Tujuan Instruksional umum
Setelah dilakukan penyuluhan, peserta dapat mengerti dan menambah wawasan mengenai
diare pada anak.
III. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu :
1. Menyebutkan pengertian diare
2. Menyebutkan penyebab diare
3. Menyebutkan tanda dan gejala diare
4. Mengetahui cara mengatasi diare di rumah
5. Mengetahui cara pencegahan diare
6. Menjelaskan dan mendemonstrasikan penatalaksanaan tentang diare
IV. Materi
1. Pengertian diare
2. Penyebab diare
3. Tanda dan gejala diare
4. Cara mengatasi diare di rumah
5. Pencegahan diare
6. Penatalaksanaan diare
IV.
V.
Metode
1)
Diskusi
2)
Tanya jawab
Media
1. Booklet
2. Leaflet
VI.
Kegiatan Penyuluhan
NO
WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN
KEGIATAN PESERTA
1
10 menit
Pembukaan
Mendengarkan pembukaan
a.) Membuka kegiatan dengan
yang
mengucapkan salam
disampaikan
oleh
moderator.
b) Memperkenalkan diri
c) Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
d) Menyampaikan kontrak waktu
e) Pre Test
2
30 menit
Pelaksanaan
Mendengarkan
Penyampaian materi oleh pemateri:
memberikan umpan balik
a) Menggali pengetahuan peserta
tehadap
tentang
diare
materi
dan
yang
disampaikan.
b) Menjelaskan tentang pengertian diare
c) Menyebutkan penyebab diare
d) Menyebutkan tanda dan gejala diare
e) Menjelaskan tentang penanganan
diare di rumah
f)
Menjelaskan tentang pencegahan
diare
g) Menjelaskan tentang penatalaksanaan
tentang penyakit diare
3
5 menit
Tanya jawab
Memberikan kesempatan kepada peserta
Mengajukan pertanyaan
untuk bertanya tentang materi yang
kurang dipahami
3
10 menit
Evaluasi
Menjawab pertanyaan
Menanyakan kembali kepada peserta
tentang materi yang telah diberikan dan
reinforcement kepada peserta yang dapat
menjawab pertanyaan dan post test.
4
3 menit
Penutup
Mendengarkan
dengan
a) Menjelaskan kesimpulan dari materi seksama dan menjawab
penyuluhan
salam
b) Ucapan terima kasih
c) Salam penutup
VII.
Kriteria Evaluasi
1.
Evaluasi Struktur
a)
Peserta hadir ditempat penyuluhan
b)
Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Paud Mawar RW.06 Kebon Kosong.
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2.
Evaluasi Proses
a)
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b)
Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3.
Evaluasi Hasil
Setelah penyuluhan diharapkan sekitar 80% peserta penyuluhan mampu mengerti dan
memahami penyuluhan yang diberikan sesuai dengan tujuan khusus
MATERI PENYULUHAN
KONSEP DASAR DIARE
1
PENGERTIAN
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair atau buang air besar yang
tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya (Vivian,
2010).
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga
kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011).
Diare menyebabkan kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui feses.
Kelainan
yang
menganggu
penyerapan
diusus
besar
lebih
jarang menyebabkan
diare.Sedangkan kelainan penyerapan diusus besar lebih jarang menyebabkan diare.
Pada dasarnya diare merupakan gangguan transportasi larutan diusus (Sodikin, 2012).
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau
lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara
untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24
jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie,
2010).
Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan >3 kali dalam sehari dan biasanya
berlangsung selama dua hari atau lebih, sering juga disertai kejang perut. Orang yang
mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi. Hal ini
membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya
pada anak dan orang lanjut usia.
Diare jarang membahayakan, namun dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan nyeri
kejang pada bagian perut.Meskipun tidak membutuhkan perawatan khusus, penyakit diare
perlu mendapatkan perhatian serius, karena dapat menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan
tubuh).Dehidrasi dapat ditengarai dengan gejala fisik seperti bibir terasa kering, kulit menjadi
keriput, mata dan ubun-ubun menjadi cekung, serta menyebabkan syok.Untuk mencegah
dehidrasi dengan meminum larutan oralit.Karena itu, penderita diare harus banyak minum air
dan diberi obat anti diare.
2
PENYEBAB
1). Faktor infeksi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus,
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica,
G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya.
c. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi
dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
2). Faktor Makanan:
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi
terhadap jenis makanan tertentu.
3). Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas)
3
PATOFISIOLOGI
4
TANDA DAN GEJALA
1). Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
2). Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
3). Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4).
Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih
asam akibat banyaknya asam laktat.
5). Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kuli tmenurun),
ubun-ubun dan mata cekung membrane mukosa kering dan disertai penurunan
berat badan.
6). Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen,
soporakomatus) sebagai akibat hipovokanik.
7). Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8).
Bila terjadi asidosis metabolic klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat
dan dalam (Kusmaul).
5
KLASIFIKASI DIARE
Menurut Nelwan (2014),“Bila tidak teratasi bisa menjadi diare kronis
(terjadi
sekitar
1%
pada
diare
akut
pada
wisatawan).
Bisa
timbul
pertumbuhan bakteri diusus secara berlebihan, sindrom malabsorbsi.Merupakan tanda
awal pada inflammatory bowel disease.Menjadi predisposisi sindroma raiter’s atau
sindrom hemolitik-uremikum” .
Menurut pedoman MTBS (2000) diare dapat diklasifikasikan,
1.
Diare akut terbagi atas :
a. Diare dengan dehidrasi berat
b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
c. Diare tanpa dehidrasi
2.
Diare persisten bila diare berlangsung 14 hari/ lebih terbagi atas :
a. Diare persisten dengan dehidrasi
b. Diare persisten tanpa dehidrasi
3.
6
Desentri apabila diare berlangsung disertai dengan darah
KOMPLIKASI
1). Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic atau hipertonik).
2). Renjatan hipovolemik.
Dengan tanda-tanda : Mata mendelik, pandangan kosong, serta ada
gerakan-gerakan tangan kaki.
3). Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoniotot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektrokardiagram).
4). Hipoglikemia.
5).
Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase
karena kerusakan vilimukosa, usus halus.
6). Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7). Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita
jugamengalami kelaparan.
7
PENCEGAHAN
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah diare adalah:
1). Kebersihan perorangan pada anak. Mencuci tangan sebelum makan dan setiap
habis bermain, memakai alas kaki jika bermain di tanah.
2).
Membiasakan anak defekasi di jamban dan jamban harus selalu bersih agar
tidak ada lalat.
3). Kebersihan lingkungan untuk menghindarkan adanya lalat.
4). Makanan harus selalu tertutup
5). Kepada anak yang sudah dapat membeli makanan sendiri agar diajarkan untuk
tidak membeli makanan di jajanan terbuka
6). Air minum harus selalu dimasak. Bila sedang terjangkit penyakit diare selain
air harus bersih juga harus dimasak
7). Pada anak yang minum dari botol (dot), botol harus dicuci dan dimasak setiap
mau digunakan
8). Pada ibu menyusui sebelum menyusui bayinya mncuci tangan terlebih dahulu
8
PENATALAKSANAAN DI RUMAH
a. Berikan ASI lebih lama pada setiap kali pemberian (Bila masih diberi ASI).
b. Jika diberi ASI ekslusif ,berikan oralit /air matang sebagai tambahan.
c. Jika tidak diberi ASI ekslusif berikan salah satu cairan berikut : oralit, kuah
sayur, air tajin atau air matang.
d. Berikan oralit , dengan cara
1. 1 bungkus oralit masukkan kedalam 200 ml (1 gelas) air matang
2. Usia sampai 1 tahun berikan 50-100 ml oralit setiap habis berak
3. Berikan oralit sedikit-sedikit dengan sendok. Jika muntah tunggu sampai 10
menit, kemudian berikan lagi
Tetapi jika anak muntah lebih sering atau berak-berak terus hingga lebih dari 5
hari atau semakin memburuk sehingga pemberian oralit tidak dapat menolong
supaya segera dibawa berobat ke pelayanan kesehatan agar tidak terlambat.
Jelaskan bahwa oralit tidak untuk mengobati diarenya tetapi hanya untuk
mencegah agar anak tidak jatuh dalam keadaan dehidrasi berat. Dalam
perjalanan agar pasien terus diberi minum untuk mencegah bertambahnya
dehidrasi. Kapan anak dibawa ke rumah sakit jika menemukan tanda-tanda
sebagai berikut:
e. Anak muntah tiap kali minum, Karena hal tersebut bias menjadikan diare
dengan dehidrasi berat.
f. Demam
g. Adanya lender dan darah dalam tinja
9. DEMONSTRASI
1. Membuat Larutan Gula Garam
a. Alat:
1) Sendok
2) Gelas
b. Bahan:
1) 1 sdm gula
2) ¼ sdm garam
3) Segelas air putih yang telah dimasak (200 ml)
c.
Cara Membuat:
1) Cucilah tangan dengan bersih
2) Tuangkan air masak ke dalam satu gelas air
3) Masukkan gula 1 sdm penuh
4) Masukkan ¼ sdm garam
5) Aduk sampai larut
6) Larutan gula garam segera minum
2. Membuat Larutan Oralit
Larutan oralit adalah larutan untuk mengobai diare.
Tujuannya: mencegah kehilangan cairan berlebih
a.
Alat:
1) Sendok
2) Gelas
b. Bahan:
1) 1 bungkus oralit
2) Segelas air masak (200 ml)
c.
Cara membuat:
1) Cuci tangan sampai bersih
2) Tuang air masak satu gelas
3) Bubuk oralit 1 bungkus dilarutkan ke dalam 1 gelas air masak
4) Aduk sampai semua bubuk larut dengan sendok
10.
PENATALAKSANAAN DI RUMAH SAKIT
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
1)
Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan per oral berupa
cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan
kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah
umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l.
Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut
formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
2)
Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai
berikut:
a. Untuk anak umur 1 bulan - 2 tahun berat badan 3-10 kg
1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1
ml=15 ttsatau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
• 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infuse set berukuran
1 ml=15 ttsatau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
• 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
b. Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
• 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
c. Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
• 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
• 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
• 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
d. Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
• Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis
cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15
tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
e. Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa
10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
b. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan
kurang dari 7 kg, jenis makanan:
1. Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak
jenuh. Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya
susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang
atau tak jenuh.
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
3. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA (2013), yaitu:
a. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang
berlebihan.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output
yang berlebihan.
c. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder
terhadap diare.
d. Ansietas pada anak berhubungan dengan tindakan keperawatan.
e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi
berhubungan dengan pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi
informasi dan keterbatasan kognitif.
3.
Intervensi Keperawatan
Menurut NANDA (2013), yaitu:
a. Diagnosa I : Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output yang berlebihan.
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat
teratasi dengan kriteria hasil:
1)
Tidak terjadi dehidrasi
2)
TTV dalam batas normal
3)
Turgor kulit kembali elastis
4)
Kulit tidak kering
5)
Mukosa bibir basah
6)
Tidak pucat lagi
NIC : Manajemen cairan dan elektrolit
1)
Guidance
Kaji dan pantau tanda dan gejala dehidrasi dan intake output cairan.
Rasional : Penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa
dan pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan
segera untuk memperbaiki defisit.
2)
Support
Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi.
Rasional : Sebagai upaya mencapai keseimbangan cairan dan elektrolit dan upaya
rehidrasi cairan yang telah keluar akibat BAB yang berlebihan.
3)
Teaching
Ajarkan keluarga untuk sering memberikan minum air putih pada pasien.
Rasional : Agar keluarga mengetahui memberikan air minum yang sering untuk
mengganti cairan yang hilang.
4)
Environment
Buat lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : agar pasien dapat istirahat dengan nyamandan menurunkan kebutuhan
metabolik.
5)
Collaboration
Kolaborasi dengan analis dan dokter dalam pemberian obat.
Rasional : Mengetahui penyebab diare dengan pemeriksaan tinja dan pemberian
obat yang tepat sesuai hasil laboratorium.
b. Diagnosa II : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan output yang berlebihan.
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat
teratasi dengan kriteria hasil:
1)
Pasien tidak lagi mual muntah
2) Pasien sudah bisa makan
3)
BB pasien kembali normal
NIC : Manajemen nutrisi
1)
Guidance
Kaji dan pantau pemasukan makanan dan status nutrisi pasien
Rasional : Deteksi dini untuk pemberian terapi nutrisi yang tepat dan
memperbaiki defisit.
2)
Support
Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera
mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan
Rasional : Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk
menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian
makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien
memungkinkan.
3)
Teaching
Ajarkan keluarga untuk pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program
diet.
Rasional : Agar keluarga mengetahui program diet pasien untuk memperbaiki
status nutrisinya.
4)
Environment
Buat lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : agar pasien dapat istirahat dengan nyaman dan menurunkan kebutuhan
metabolik.
5)
Collaboration
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian makanan yang tepat sesuai kondisi
pasien.
Rasional : pemberian makanan yang tepat mempercepat proses pemenuhan nutrisi
pasien.
c. Diagnosa III : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
infeksi sekunder terhadap diare.
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat
teratasi dengan kriteria hasil:
1)
Suhu tubuh pasien tidak meningkat
2)
Suhu tubuh dalam batas normal (36 - 37,5’C)
3)
Tidak terdapat tanda- tanda infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor, fungtiolaesa)
NIC : Manajemen suhu tubuh
1)
Guidance
Kaji dan pantau suhu tubuh pasien setiap 2 jam.
Rasional : Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal suhutubuh untuk
mengetahui adanya infeksi,
2)
Support
Berikan pasien kompres dengan kompres hangat.
Rasional : Untuk merangsang pusat pengatur panas tubuh menurunkan produksi
panas tubuh.
3)
Teaching
Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang bahaya suhu tubuh yang
meningkat pada diare.
Rasional : Agar keluarga mengetahui bahaya suhu tubuh yang meningkat pada
diare dan dapat waspada.
4)
Environment
Buat lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : agar pasien dapat istirahat dengan nyaman dan menurunkan kebutuhan
metabolik.
5)
Collaboration
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan penurun panas.
Rasional : pemberian obat-obatan penurun panas untuk mengurangi suhu tubuh
yang meningkat pada pasien.
d. Diagnosa IV : Ansietas pada anak berhubungan dengan tindakan
keperawatan.
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat
teratasi dengan kriteria hasil:
1)
Mau menerima tindakan keperawatan
2)
Klien tampak tenang dan tidak rewel
NIC : Manajemen ansietas
1)
Guidance
Kaji kecemasan klien terhadap tindakan keperawatan dan hindari persepsi yang
salah pada perawat dan rumah sakit.
Rasional : mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan rumah
sakit.
2)
Support
Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun
non verbal.
Rasional : Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menumbuhkan rasa
aman pada klien.
3)
Teaching
Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan keperawatan.
Rasional : Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga.
4)
Environment
Buat lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : agar pasien dapat istirahat dengan nyaman dan menurunkan ansietas.
5)
Collaboration
Kolaborasi dengan orang tua dengan memberikan mainan pada anak.
Rasional : sebagai rangsangan sensori pada anak.
e. Diagnosa V : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan
kebutuhan terapi berhubungan dengan pemaparan informasi terbatas, salah
interpretasi informasi dan keterbatasan kognitif.
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat
teratasi dengan kriteria hasil:
1)
Keluarga pasien mengetahui kondisi penyakit pada klien
2)
Keluarga klien bisa menjelaskan proses penyakit dan pencegahannya
NIC : Manajemen informasi
1)
Guidance
Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan
tentang penyakit dan perawatan anaknya.
Rasional : Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental
serta latar belakang pengetahuan sebelumnya.
2)
Support
Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi.
Rasional : Meningkatkan kemandirian dan control keluarga klien terhadap
kebutuhan perawatan diri anaknya.
3)
Teaching
Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap
gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan aktivitas sehari-hari.
Rasional : Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan
partisipasi keluarga klien dalam proses perawatan klien.
4)
Environment
Buat lingkungan yang tenang dan bersih.
Rasional : agar keluarga dapat aktif mengikuti penkes yang diberikan perawat.
5)
Collaboration
Kolaborasi dengan perawat lain dalam memberikan pendidikan kesehatan.
Rasional : agar penkes yang diberikan dapat berjalan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Download