ACARA VI. REPRESENTASI RELIEF TUJUAN 1. Mahasiswa mampu menggambarkan peta kontur serta menambahkan informasi bentuk relief 2. Mahasiswa mampu membuat penampang melintang (profil) sebagai salah satu keunggulan representasi relief, dan melakukan pengukuran kemiringan lereng BAHAN DAN ALAT 1. Peta titik ketinggian hasil pengukuran (dummy) 2. Penggaris 3. Kalkulator 4. Milimeter block 5. Alat tulis (Pensil, penghapus) DASAR TEORI Peta Topografi Topografi berasal dari bahasa Yunani, “topos” yang berarti tempat dan “graphia” yang berarti menulis/menggambar. Peta topografi umumnya menyajikan informasi dasar permukaan bumi dan disertai dengan garis kontur untuk menunjukkan informasi ketinggian tempat. Oleh karena informasi yang disajikan peta topografi bersifat umum, maka termasuk ke dalam klasifiaksi peta dasar. Umumnya peta topografi suatu negara dibuat oleh institusi yang berwenang, misalnya untuk peta topografi Indonesia dibuat oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) dengan nama produk Peta Rupa Bumi Indoensia (RBI). Namun demikian ada pula penyusunan peta topografi untuk tujuan tertentu yang dibuat oleh negara lain, misalnya peta topografi Indonesia yang dibuat oleh Army Map Service (AMS) Amerika Serikat yang dibuat pada tahun 1954. Badan Informasi Geospasial (BIG) menurut UU No. 4 Tahun 2011 merupakan walidata dalam penyediaan peta dasar Indonesia. Semua tema peta yang ditampilkan dalam Peta RBI memuat unsur alami dan buatan yang dipilih sebagai sajian topografi Indonesia. Walaupun demikian perlu diketahui bahwa tidak semua tema peta tersebut merupakan tanggung jawab BIG. Sebagai contoh, data batas administrasi merupakan kewenangan Kementerian Dalam Negeri untuk menetapkan batas yang memiliki kekuatan hukum. Dalam peta RBI dapat ditemui pernyataan bahwa batas administrasi yang ditampilkan hanya sebatas peta indikatif saja. Garis Kontur Secara sederhana relief dapat diartikan sebagai suatu konfigurasi nyata dari permukaan bumi, yaitu perbedaan dalam ketinggian dan kemiringan permukaan bumi. Relief dapat direpresentasikan dengan cara membuat garis yang menghubungkan titik di permukaan bumi yang mempunyai ketinggian yang sama disebut dengan garis kontur (Gambar 6.1). Keterangan : A : depresi (lubang) di puncak B : daerah curam C : daerah landai Gambar 6.1. Garis kontur dengan interval 40 meter Pembuatan garis kontur pada prinsipnya dilakukan secara logika yaitu dengan cara interpolasi terhadap titik-titik hasil pengukuran di lapangan, karena sangat tidak praktis untuk mengukur suatu titik di lapangan dengan survei terestrial. Beberapa kegunaan dari garis kontur adalah untuk mengetahui bentuk lereng, besarnya kemiringan lereng dan menunjukkan bentuk relief. Garis kontur yang rapat menunjukkan bentuk lereng yang terjal dan garis kontur yang renggang menunjukkan bentuk lereng yang landai/datar, atau dengan kata lain bahwa semakin rapat bentuk suatu garis kontur maka bentuk lereng di daerah tersebut menunjukkan lereng yang semakin terjal, begitu pula sebaliknya. Beberapa sifat yang dimiliki oleh garis kontur adalah : • • • • • Merupakan kurva tertutup pada setiap nilai ketinggian Tidak memiliki cabang dan tidak berpotongan antar garis kontur yang berbeda ketinggian Garis kontur yang rapat menunjukkan daerah yang semakin landai/datar Garis kontur disajikan dalam interval ketinggian tertentu,yang disebut sebagai interval kontur Garis kontur digambarkan menjorok ke arah hulu jika berpotongan dengan sungai Gambar 6.2. Menyajikan dua daerah dengan tingkat kerapatam kontur berbeda, dimana peta 1() memiliki garis kontur yang lebih rapat dibandingkan peta (2). Hal tersebut berarti bahwa daerah pada peta (1) memiliki lereng lebih curam daripada daerah pada peta (2). Pada peta (1) titik A adalah daerah curam karena jarak antara garis konturnya rapat dan B adalah daerah yang lebih landai karena jarak konturnya jarang. Sementara itu pada peta (2), D adalah daerah curam karena jarak konturnya rapat, E adalah daerah landai karena jarak konturnya jarang, dan C adalah daerah depresi (lubang/cekungan) di puncak karena diberi tanda bergerigi. Gambar 6.2. Perbedaan interval kontur Bentuk garis kontur menggambarkan bentuk permukaan lahan yang sebenarnya. Garis kontur yang berdekatan menunjukkan kemiringan yang terjal, sementara garis kontur yang berjauhan menunjukkan kemiringan yang landai. Jika kontur memiliki jarak satu sama lain secara tetap, maka kemiringannya teratur. Beberapa catatan tentang kontur sebagai berikut : • • • Kontur adalah kontinyu (berkesinambungan). Sejauh mana pun kontur berada, tetap akan bertemu kembali di titik awalnya. Kecuali jika kontur masuk ke suatu daerah kemiringan yang curam atau nyaris vertikal, karena ketiadaan ruang untuk menyajikan garis kontur secara terpisah pada pandangan horisontal, maka lereng terjal tersebut digambarkan dengan simbol. Selanjutnya, garis-garis kontur akan masuk dan keluar dari simbol tersebut. Jika garis kontur pada bagian bawah lereng merapat, maka bentuk lereng disebut konveks (cembung), dan memberikan pandangan yang pendek. Jika sebaliknya, yaitu merenggang, maka disebut dengan konkaf (cekung), dan memberikan pandangan yang panjang. Garis kontur yang rapat dan tidak teratur menunjukkan lereng yang patah-patah. Garis kontur yang halus belokannya juga menunjukkan permukaan yang teratur, kecuali pada peta skala kecil yang pada umumnya penyajian kontur cenderung halus akibat adanya proses generalisasi untuk menghilangkan detil-detil kecil yang minor. Penyajian Relief Kesan tiga dimenasi untuk merepresentasikan relief pada suatu peta dapat dilakukakn dengan bersumber pada garis kontur. Terdapat berbagai macam cara dalam menampilkan relief, diantaranya hachures, hill shading, hypsometric tints, dan blok diagram (Gambar 6.3). Prinsip pembuatan hill shading adalah memberi bayangan pada suatu gambaran relief pada garis kontur, sedangkan hachures merupakan penggambaran relief pada peta dengan suatu garis yang berbeda ketebalannya. Hypsometric tints merupakan pemberian warna pada kelas ketinggian tertentu, sementara blok diagram menyajikan relief dalam perspektif miring (oblique). Blok diagram melibatkan sumbu z dalam visualisasi sehingga menyajikan bidang tiga dimensi. a) c) b) d) Gambar 6.3. Penyajian relief dengan a) Hachures, b) Hill shading, c) Hypsometric tints, d) blok diagram LANGKAH KERJA Bagian 1 – Pembuatan Peta Kontur 1. Saudara akan diberikan peta titik sebaran hasil pengukuran ketinggian tempat 2. Gunakan teknik interpolasi linear untuk menggambarkan peta kontur pada peta tersebut, dengan mengikuti langkah 3 – 6 3. Tentukan interval kontur, misal dalam contoh ini adalah 10 meter. Pada gambar tersebut dapat ditarik garis kontur 80 m. Buat garis yang menghubungkan antara dua titik yang diantaranya terdapat nilai 80, misal antara 75 hingga 85 4. Nilai 80 terletak tepat di tengah-tengah antara 75 hingga 85, sehingga tandailah titik tengah dari garis yang telah dibuat 5. Ulangi langkah (a) dan (b) hingga semua kemungkinan nilai 80 tergambarkan. Jika perhitungan tidak sesederhana poin (b) gunakan formula yang dijelaskan sebagai berikut : 6. Hapus garis yang menghubungkan anatar titik, lalu tarik garis kontur melalui titiktitik ketinggian 80 meter yang telah diidentifikasi. Lakukan juga untuk nilai ketinggian yang lain Bagian 2 – Pembuatan Profil 1. Tentukan titik A dan B pada peta dimana diantara dua titik tersebut terdapat variasi ketinggian yang cukup tinggi, lalu tariklah garis antara keduanya. 2. Buatlah potongan kertas sepanjang penampang yang dibuat, lalu meletakkan pada garis A-B. Tandai kertas tersebut setiap berpotongan dengan garis kontur, dan jangan lupa memberikan keterangan ketinggian. 3. Pindahkan potongan kertas tersebut pada kertas milimeter atau kertas HVS, letakkan garis A-B tersebut pada posisi sumbu x. 4. Ketinggin (elevasi) digambarkan pada sumbu y, dimana skala pada sumbu tersebut dapat diperbesar. Hal tersebut dikenal dengan istilah perbesaran vertikal (vertical exagerration/VE). Nilai VE nantinya dicantumkan dalam profil agar pembaca paham bahwa terdapat perbedaan skala pada sumbu x dan sumbu y. 5. Lakukan plotting ketinggian, lalu hubungkan titik-titik tersebut dengan sebuah garis yang wajar (bukan patah-patah). Lengkapi profil dengan visualisasi yang menarik, misalnya ketika memotong sungai pada profil yang dibuat. elevasi Jarak horizontal Bagian 3 – Perhitungan Kemiringan Lereng 1. Pilih dua segmen dari profil yang telah Saudara buat, lalu hitunglah kemiringannya dengan menggunakan metode berikut : Mengetahui besarnya lereng pada suatu kemiringan akan membantu di dalam menetapkan ekspresi topografi. Di dalam ekspresi topografi dapat ditemukan adanya beberapa bentuk lahan yang mempunyai kemiringan dari datar, landai, agak miring, miring, terjal, dan amat terjal. Data ini penting karena ada kaitan dengan kecepatan aliran permukaan dan proses pembentukan muka bumi yang bekerja pada sebidang lahan dengan kelerengan tertentu. Cara untuk mengetahui kemiringan adalah sebagai berikut (VD : Vertical Distance; HD : Horizontal Distance) : 2. Berikan petunjuk pada profil tentang segmen yang diukur kemiringannya, dan sertakan perhitungan kemiringan lereng sebagai hasil praktikum. HASIL PRAKTIKUM 1. Peta kontur hasil interpolasi 2. Profil (penampang melintang) di daerah pemetaan 3. Perhitungan kemiringan lereng