MAKALAH KIMIA PANGAN “Saponin” Oleh: Firyal Hanifah M. Fadhilah F. Mey Izza Zannuba A. Muhammad Rayhansyah J. Nadian Miftakhunisa Verina Salsabila H. Ari Rezky P. Chalitta Karina P. 185080300111043 185080301111024 185080301111028 185080301111032 185080301111036 185080307111008 185080307111024 185080307111026 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2019 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah Kimia Pangan sebagai salah satu persyaratan kelulusan pada Mata Kuliah Teknologi Pengemasan Hasil Perikanan, di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya. Ucapan permohonan maaf yang sebenar-benarnya dari penyusun manakala dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekeliruan. Oleh sebab itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan. Ucapan terimakasih terhadap seluruh pihak terutama kepada dosen pembimbing mata kuliah kimia pangan yang telah banyak memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penyusun dan ikut serta dalam memberikan masukan dalam penyusunan makalah ini. Malang, 10 Desember 2019 Tim Penyusun i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................... 1 1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 2 PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 3 2.1 BIOAKTIF ................................................................................................................... 3 2.2 PENGERTIAN SAPONIN ............................................................................................. 4 2.3 Struktur Kimiawi Saponin ......................................................................................... 6 2.1.1 Saponin Steroid ............................................................................................... 6 2.1.2 Saponin Triterpenoid....................................................................................... 7 2.4 Kandungan dalam Saponin ....................................................................................... 9 2.5 BIOSINTESIS............................................................................................................. 12 2.6 Pemanfaatan Saponin ............................................................................................. 13 2.7 Cara Mengurangi Kadar Saponin ............................................................................ 15 PENUTUP........................................................................................................................... 17 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 18 ii PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Senyawa bioaktif adalah senyawa esensial dan non esensial (misalnya vitamin atau polifenol) yang terdapat di alam, menjadi bagian dari rantai makanan, dan memiliki pengaruh terhadap kesehatan tubuh manusia. Senyawa bioaktif yang juga disebut sebagai nutraceuticals, didalam pangan berperan sebagai unsur alami dalam bahan pangan dan memberikan manfaat kesehatan diluar nilai gizi dasar bahan pangan (Biesalski et al., 2009). Menurut Prabowo, et al. (2014), senyawa bioaktif merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan tumbuhan melalui serangkaian reaksi metabolisme sekunder. Metabolit sekunder disintesis terutama dari metabolit-metabolit primer seperti asam amino, asetil Co-A, asam mevalonat dan zat antara dari jalur shikimat. Tumbuhan yang berpotensi sebagai tumbuhan obat memiliki kandungan senyawa bioaktif seperti alkaloid, terpenoid, fenolik, steroid, dan flavonoid dengan jumlah yang sangat bervariasi Senyawa saponin merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu terdiri dari senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon). Struktur saponin tersebut menyebabkan saponin bersifat seperti sabun atau deterjen sehingga saponin disebut sebagai surfaktan alami (nama saponin diambil dari sifat utama ini yaitu “sapo” dalam bahasa latin yaitu sabun. Saponin dapat diperoleh dari tumbuhan melalui metode ekstraksi (Bintoro et al., 2017). 1.2 Rumusan Masalah 1) Aps itu senyawa bioaktif? 2) Apa itu senyawa saponin 1 3) Bagaimana struktur saponin? 4) Apa saja klasifikasi senyawa saponin? 5) Apa saja kandungan dalam saponin? 6) Bagaimana pemanfaatan senyawa saponin ? 7) Bagaimana cara mengurangi kadar saponin? 1.3 Tujuan 1) Dapat menjelaskan senyawa bioaktif 2) Dapat menjelaskan pengertian senyawa saponin 3) Dapat menjelaskan struktur saponin 4) Dapat menjabarkan klasifikasi saponin 5) Dapat mengetahui kandungan dalam saponin 6) Dapat menjelaskan pemanfaatan saponin 7) Dapat mengetahui cara mengurangi kadar saponi 2 PEMBAHASAN 2.1 BIOAKTIF Senyawa bioaktif adalah senyawa esensial dan non esensial (misalnya vitamin atau polifenol) yang terdapat di alam, menjadi bagian dari rantai makanan, dan memiliki pengaruh terhadap kesehatan tubuh manusia. Senyawa bioaktif yang juga disebut sebagai nutraceuticals, didalam pangan berperan sebagai unsur alami dalam bahan pangan dan memberikan manfaat kesehatan diluar nilai gizi dasar bahan pangan (Biesalski et al., 2009). Menurut Prabowo, et al. (2014), senyawa bioaktif merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan tumbuhan melalui serangkaian reaksi metabolisme sekunder. Metabolit sekunder disintesis terutama dari metabolit-metabolit primer seperti asam amino, asetil Co-A, asam mevalonat dan zat antara dari jalur shikimat. Tumbuhan yang berpotensi sebagai tumbuhan obat memiliki kandungan senyawa bioaktif seperti alkaloid, terpenoid, fenolik, steroid, dan flavonoid dengan jumlah yang sangat bervariasi Menurut Firdiyani, et al. (2015), senyawa bioaktif merupakan senyawa yang terkandung dalam tubuh hewan maupun tumbuhan. Senyawa ini memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya dapat dijadikan sebagai sumber antioksidan, antibakteri, antiinflamasi, dan antikanker. Berbagai penelitian tentang senyawa bioaktif telah dilakukan untuk tujuan kesehatan manusia, mulai dari dijadikan suplemen sampai obat bagi manusia. Senyawa bioaktif ini ada yang dapat berfungsi sebagai antibakteri, antikanker, antiinflamasi dan antioksidan. 3 Senyawa bioaktif dalam peranan sebagai antioksidan, yaitu menghambat dihasilkannya agen oksidatif seperti produksi Reactive Oxygen Spesies (ROS) oleh sel darah perifer, atau dengan menghambat paparan oksidatif dalam tubuh yang melindungi lipid dan protein agar tidak berubah menjadi lipid peroksida dan protein teroksidasi akibat paparan asap-asap seperti rokok, gas CO2 bahkan juga bisa dari tingginya seseorang mengkonsumsi alkohol. senyawa bioaktif membantu hormon endogen glutathione yang berfungsi menghilangkan peroksida menjadi asam lemak hidroksil tidak beracun (Septian dan Tri, 2014) 2.2 PENGERTIAN SAPONIN Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang tersebar luas pada tumbuhan tingkat tinggi. Saponin membentuk larutan koloidal dalam air dan membentuk busa yang mantap jika dikocok dan tidak hilang dengan penambahan asam (Harbrone,1996). Saponin merupakan golongan senyawa alam yang rumit, yang mempunyai massa dan molekul besar, dengan kegunaan luas (Burger et.al,1998) Saponin diberi nama demikian karena sifatnya menyerupai sabun “Sapo” berarti sabun. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat dan menimbulkan busa bila dikocok dengan air. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba. Dikenal juga jenis saponin yaitu glikosida triterpenoid dan glikosida struktur steroid tertentu yang mempunyai rantai spirotekal. Kedua saponin ini larut dalam air dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter. Aglikonya disebut sapogenin, diperoleh dengan hidrolisis dalam suasana asam atau hidrolisis memakai enzim (Robinson,1995). Saponin merupakan racun yang dapat menghancurkan butir darah atau hemolisis pada darah. Saponin memiliki sifat racun bagi hewan berdarah dingin atau predator dan saponin banyak digunakan sebagai racun ikan. Saponin yang bersifat keras atau 4 racun, biasa disebut sebagai Sapotoksin. Saponin dapat diperoleh dari tumbuhan melalui metode ekstraksi. Saponin yang banyak terkandung dalam tanaman telah lama digunakan untuk pengobatan tradisional. Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang tersebar luas pada tanaman tingkat tinggi serta beberapa hewan laut dan merupakan kelompok senyawa yang beragam dalam struktur, sifat fisikokimia dan efek biologisnya. Pada awalnya, para ahli nutrisi ternak secara umum sependapat bahwa saponin merupakan senyawa yang dapat mengganggu pertumbuhan dan kesehatan ternak. Namun dengan, semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, saat ini saponin telah diketahui juga memiliki dampak positif baik pada hewan ternak maupun manusia. Saponin merupakan glikosida yang memiliki aglikon berupa steroid dan triterpenoid. Saponin memiliki berbagai kelompok glikosil yang terikat pada posisi C3, tetapi beberapa saponin memiliki dua rantai gula yang menempel pada posisi C3 dan C17. Struktur saponin tersebut menyebabkan saponin bersifat seperti sabun atau deterjen sehingga saponin disebut sebagai surfaktan alami. Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C 27) dengan molekul karbohidrat dan jika terhidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang dikenal saraponin. Saponin steroid terutama terdapat pada tanaman monokotil seperti kelompok sansevieria (Agavaceae) gadung (dioscoreaceae) dan tanaman berbunga (Yanuartono et al., 2017). Saponin adalah detergen alami yang merupakan glikosida non nitrogen, glikosida kompleks atau metabolit sekunder. Saponin mampu melisiskan protozoa dengan membentuk ikatan yang kompleks dengan sterol yang terdapat pada permukaan membran protozoa. Saponin dapat menghambat proses metanogenesis disamping mampu membuat produktivitas ternak menjadi lebih efisien. Penambahan 0,4-1,2% saponin dari ampas teh secara in vitro mampu 5 menurunkan jumlah protozoa dan meningkatkan proporsi propionat. Apabila populasi protozoa yang ada di dalam rumen ditekan jumlahnya, maka akan terjadi perubahan keragaman/komposisi mikroba rumen dan diharapkan terjadi modifikasi fermentasi rumen. Penambahan 8 mg saponin dari ampas teh dalam pakan juga dapat menurunkan gas metan sampai 26%. Lerak merupakan jenis tanaman tropis yang mengandung senyawa saponin. Saponin dari esktrak buah lerak (Sapindus rarak) dapat digunakan sebagai agen defaunasi untuk menekan pertumbuhan protozoa (Wahyuni et al., 2014). 2.3 Struktur Kimiawi Saponin Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang dapat membentuk buih jika dikocok dalam air. Saponin juga mempunyai sifat hemolisis, dan jika diinjeksikan langsung ke dalam aliran darah akan sangat toksik, namun akan tidak berbahaya jika digunakan melalui mulut, karena itu saponin biasa dipakai untuk bahan tambahan dalam minuman non-alkohol/beverages. Berdasarkan struktur saponin, dikenal dua macam saponin, yaitu steroid (biasanya tetrasiklik triterpenoid) dan tipe pentasiklik triterpenoid. Keduanya mempunyai ikatan glikosida pada C-3 dan mempunyai asal-usul biogenesis melalui jalur asam mevalonat dan unit isoprenoid (Evans, 2012). 2.1.1 Saponin Steroid Saponin steroid lebih sedikit terdistribusi di alam dibandingkan tipe triterpenoid. Survey fitokimia menunjukkan bahwa saponin steroid terdapat dalam banyak tumbuhan monokotil, terutama Dioscoreaceae, Amaryllidaceae, dan Liliaceae. Pada dikotil terdapatnya diosgenin pada Leguminosae dan alkaloid steroida pada Solanum secara potensial sangat penting. Beberapa 6 spesies Strophantus dan Digitalis mengandung saponin steroida disamping glikosida jantung (Evans, 2012). Gambar 2.1 Struktur Dasar Saponin Steroid Saponin steroid mempunyai pengaruh yang penting dikarenakan adanya hubungan dengan beberapa bahan seperti hormon seks, kortison, steroid diuretik, vitamin D, dan glikosida jantung. Beberapa saponin steroid digunakan sebagai senyawa awal untuk sintesis bahan-bahan tersebut (Evans, 2012). Saponin steroid yang penting adalah diosgenin yang terdapat pada akar Dioscorea (yam) dan secara komersial dipergunakan untuk sintesis steroid yang penting bagi pengobatan medis dan diosgenin biasa digunakan untuk obat kontrasepsi (Yuliani, 2011). 2.1.2 Saponin Triterpenoid Saponin triterpenoid jarang terdapat pada tumbuhan monokotil. Mereka banyak terdapat pada tumbuhan dikotil. Saponin triterpenoid sering dimanfaatkan sebagai ekspektoran karena dapat merangsang keluarnya sekret dari bronkial. Menurut beberapa penelitian, saponin triterpenoid mempunyai aktivitas antiinflamasi, larvasida, serta dapat meningkatkan eksekresi kolesterol. Menurut Harborne (1987), banyak triterpenoid dikenal dalam tumbuhan dan secara berkala senyawa baru ditemukan dan dicirikan. Sampai saat ini hanya beberapa saja yang diketahui tersebar luas. Senyawa tersebut adalah 7 triterpena pentasiklik α-amirin dan β-amirin serta asam turunannya, yaitu asam ursolat dan asam oleanolat. Senyawa ini dan senyawa sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan malam daun dan dalam buah, seperti apel dan per, dan mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan serangan mikroba (Harborne, 1987). Saponin triterpenoida dapat dibedakan ke dalam tiga golongan yang diwakili oleh α-amirin, β-amirin, dan lupeol. (1) Gambar 2.2 (1) Struktur Dasar Triterpene, Lupeol, α-amirin, α-amyrenone, dan β-amirin. 8 2.4 Kandungan dalam Saponin Saponin yang merupakan salah satu metabolit sekunder belimbing wuluh adalah glikosida yang tersusun dari gula yang berikatan dengan aglikon. Aglikon, (disebut juga sapogenin) memiliki struktur yang terdiri dari rantai triterpenoid atau steroid dan bersifat non polar. Struktur saponin tersebut menyebabkan saponin bersifat seperti sabun atau deterjen sehingga saponin disebut sebagai surfaktan alami (nama saponin diambil dari sifat utama ini yaitu “sapo” dalam bahasa Latin yang berarti sabun (Fahrunnida et al., 2015). Menurut Yanuar et al., (2017), saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang tersebar luas pada tanaman tingkat tinggi serta beberapa hewan laut dan merupakan kelompok senyawa yang beragam dalam struktur, sifat fisikokimia dan efek biologisnya. saat ini saponin telah diketahui juga memiliki dampak positif baik pada hewan ternak maupun manusia. Struktur saponin tersebut menyebabkan saponin bersifat seperti sabun atau deterjen sehingga saponin disebut sebagai surfaktan alami. Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C 27) dengan molekul karbohidrat dan jika terhidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang dikenal saraponin. Saponin steroid terutama terdapat pada tanaman monokotil seperti kelompok sansevieria (Agavaceae) gadung (dioscoreaceae) dan tanaman berbunga (Liliacea). Saponin triterpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan senyawa karbohidrat yang dihidrolisis menghasilkan aglikon yang dikenal sapogenin. saponin triterpenoid banyak terdapat pada tanaman dikotil seperti kacang-kacangan (leguminosae), kelompok pinang (Araliaceae), dan Caryophyllaceae (Yanuar et al., 2017). 9 KLASIFIKASI Berdasarkan sifat kimia saponin diklasifikasikan menjadi dua yaitu saponin steroid dan saponin triterpenoid. 1. Saponin steroid Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C27) dengan molekul karbohidrat. Steroid saponin dihidrolisis menghasilkan satu aglikon yang dikenal sebagai sapogenin. Tipe saponin ini memiliki efek antijamur. Pada binatang menunjukan penghambatan aktifitas otot polos. Saponin steroid diekskresikan setelah koagulasi dengan asam glukotonida dan digunakan sebagai bahan baku pada proses biosintetis obat kortikosteroid. Saponin jenis ini memiliki aglikon berupa steroid yang di peroleh dari metabolisme sekunder tumbuhan. Jembatan ini juga sering disebut dengan glikosida jantung, hal ini disebabkan karena memiliki efek kuat terhadap jantung. Salah satu contoh saponin jenis ini adalah Asparagosida (Asparagus sarmentosus), Senyawa ini terkandung di dalam ttumbuhan Asparagus sarmentosus yang hidup dikawasan hutan kering afrika. Tanaman ini juga biasa digunkan sebagai obat anti nyeri dan rematik oleh orang afrika 10 2. Saponin tritetpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul karbohidrat. Dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang disebut sapogenin ini merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat dimurnikan. Tipe saponin ini adalah turunan -amyrine (Amirt Pal,2002). Salah satu jenis contoh saponin ini adalah asiatosida. Senyawa ini terdapat pada tumbuhan Gatu kola yang tumbuh didaerah India. Senyawa ini dapat dipakai sebagai antibiotic. 11 2.5 BIOSINTESIS Biosintesis pada kedua jenis senyawa ini hampir sama baik saponin denga steroid maupun triterpen. Semua senyawa ini melalui jalur asam mevalonat yang diperoleh dari asetil CoA . Sebelum membentuk steroid biosintesis ini membentuk senyawa squalen yang merupakan jenis triterpen yang merupakan gabungan Dari dua farnesil piroposfat. Setelah membentuk squalen, maka terjadi reaksi oksidasi pada atom C nomor 3 sehingga terbentuk OH, setelah itu terjadi pembentukan epoksidasqualen. Senyawa ini akan terjadi siklisasai menjadi lanosterol yang merupakan bentuk dasar dari senyawa steroid(Arifin, 1986). Sedangkan perbedaannya dengan triterpen adalah pada jumlah cincin dan bnetuk cincin keempat dan kelima, pada triterpen masingmasing cincin tersebut memiliki 5 atom karbon 12 2.6 Pemanfaatan Saponin Senyawa saponin merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu terdiri dari senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon). Struktur saponin tersebut menyebabkan saponin bersifat seperti sabun atau deterjen sehingga saponin disebut sebagai surfaktan alami (nama saponin diambil dari sifat utama ini yaitu “sapo” dalam bahasa latin yaitu sabun. Saponin dapat diperoleh dari tumbuhan melalui metode ekstraksi (Bintoro et al., 2017). 13 Manfaat saponin menurut Yanuartono et al., (2017) dalam segala aspek adalah sebagai berikut : a. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa saponin dan tanaman yang banyak mengandung saponin memiliki efek toksik pada protozoa dengan cara membentuk sebuah kompleks ireversibel dengan steroid dalam dinding sel protozoa. Kompleks yang terbentuk tersebut akan mengakibatkan rusaknya membran sel protozoa b. Dampak positif saponin banyak dimanfaatkan untuk kepentingan manusia karena saponin memiliki aktivitas yang luas seperti antibakteri, antifungi, kemampuan menurunkan kolesterol dalam darah dan menghambat pertumbuhan sel tumor. Hasil penelitian secara in vitro dan in vivo pada mencit menunjukkan bahwa pemberian saponin dapat menurunkan konsentrasi kolesterol dalam darah. c. Hasil penelitian aktivitas antibakteri dan antifungi menggunakan metode disc diffusion test juga menunjukkan bahwa saponin memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri maupun fungi d. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengungkap aktivitas antitumor saponin in vivo dengan menggunakan hewan coba mencit maupun tikus putih Namun demikian dari hasil-hasil penelitian diatas, dampak positif tersebut tampaknya lebih banyak diamati pada penelitian in vitro maupun in vivo pada hewan coba sehingga masih perlu banyak penelitian yang lebih mendalam dampak saponin sehingga benar benar dapat diimplementasikan pada peningkatan kesehatan ternak maupun manusia. Berbagai penelitian telah menemukan bahwa saponin dapat memberikan efek antitussives dan expectorants. Efek tersebut membantu menyembuhkan 14 batuk. Saponin yang memiliki sifat anti-inflammatory juga telah terbukti efektif untuk menyembuhkan edema (respon inflammatory) pada tikus dan memiliki aktivitas antiinflammatory. Kemampuan saponin tersebut menjadikan saponin sebagai metabolit sekunder yang penting bagi bidang medis. Saponin triterpen juga dapat mengobati hepatitis kronis dan menghambat pengikatan sel HIV-1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh menunjukkan bahwa ekstrak buah belimbing wuluh ternyata memiliki aktivitas sitotoksik, sehingga ekstrak buah belimbing wuluh berpotensi sebagai sumber senyawa bioaktif untuk terapi kanker (Fahrunnida dan Pratiwi, 2015). Kemampuan saponin triterpen sebagai senyawa aktif tersebut dapat dikembangkan sebagai obat komersial alami. Buah belimbing wuluh yang merupakanorgan pengakumulasi saponin dapat dimanfaatkan sebagaisumber saponin triterpen yang dapat dikembangkan menjadi obat komersial alami. 2.7 Cara Mengurangi Kadar Saponin Banyak penelitian yang mengungkap tentang sisi positif saponin namun kenyataannya penggunaan saponin harus dalam batasan-batasan yang telah ditentukan karena penggunaan yang tidak sesuai dapat menimbulkan efek yang merugikan sehingga harus ditentukan metoda yang paling efektif dalam menurunkan senyawa saponin pada lidah buaya. Sifat saponin di antaranya adalah larut dalam air tetapi tidak larut dalam meter dan mudah rusak oleh panas, sehingga perebusandan pengukusan merupakan pilihan metoda yang dapat diterapkan, namun harus ditentukan suhu dan waktu yang paling efisien (Gunawan,2018). Kadar saponin pada bahan pangan dapat diturnkan dengan menggunakan metode perebusan,sifat saponin tidak larut dalam air. Maka harus dilakukan 15 isolasi untuk menghilangkan kadar sapronin menggunakan larutan yang bersifat tidak terlalu polar seperti larutan NaCl atau CaCl2 dengan konsentrasi dan waktu yang didtentukan. Perbedaan metode dan jenis bahan pakan akan menentukan kadar saponin dalam kedelai. Dengan demikian, jika kita mengharapkan manfaat saponin maka metode yang tepat digunakan adalah perendaman dan perkecambahan, sebaliknya jika kita akan menghilangkan dampak negatif dari saponin maka metode yang paling tepat digunakan adalah dengan pemanasan (Yanuartono et.al 2017). 16 PENUTUP Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang tersebar luas pada tumbuhan tingkat tinggi. Saponin membentuk larutan koloidal dalam air dan membentuk busa yang mantap jika dikocok dan tidak hilang dengan penambahan asam (Harbrone,1996). Saponin merupakan golongan senyawa alam yang rumit, yang mempunyai massa dan molekul besar, dengan kegunaan luas (Burger et.al,1998) Saponin diberi nama demikian karena sifatnya menyerupai sabun “Sapo” berarti sabun. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat dan menimbulkan busa bila dikocok dengan air. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba. Dikenal juga jenis saponin yaitu glikosida triterpenoid dan glikosida struktur steroid tertentu yang mempunyai rantai spirotekal. Kedua saponin ini larut dalam air dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter. Aglikonya disebut sapogenin, diperoleh dengan hidrolisis dalam suasana asam atau hidrolisis memakai enzim (Robinson,1995). Saponin merupakan racun yang dapat menghancurkan butir darah atau hemolisis pada darah. Saponin memiliki sifat racun bagi hewan berdarah dingin atau predator dan saponin banyak digunakan sebagai racun ikan. Saponin yang bersifat keras atau racun, biasa disebut sebagai Sapotoksin. Saponin dapat diperoleh dari tumbuhan melalui metode ekstraksi. 17 DAFTAR PUSTAKA Amirth,Pal Singh.2002. A Trestie on Phytochemistry. Emedia Sience Ltd Biesalski, Hans-Konrad., L. O. Dragsted., I. Elmadfa, R. Grossklaus, M. Mu¨ ller, D. Schrenk, P. Walter, and P. Weber. 2009. Bioactive compounds: Definition and assessment of activity. Nutrition. 1(4). Bintoro A., A.M. Ibrahim dan B. Situmeang. 2017. Analisis dan identifikasi senyawa saponin dari daun bidara (Zhizipus mauritania L.). Jurnal ITEKIMA. 2(1): 84-94. Evans, W.C., 2012, Pharmacognosy, ed. XV, 289, W.B. Saunders, London. Fahrunnida dan R. Pratiwi. 2015. Kandungan saponin buah, daun dan tangkai daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Firdiyani, Fiya., T. W. Agustini, dan W. F. Ma’ruf. 2015. Ekstraksi senyawa bioaktif sebagai antioksidan alami Spirulina platensis segar dengan pelarut yang berbeda. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 18(1):28-36. Gunawan D., H . 2018. PENURUNAN SENYAWA SAPONIN PADA GEL LIDAH BUAYA DENGAN PEREBUSAN DAN PENGUKUSAN. Jurnal Teknologi Pangan. 9(1) :41-44. Haralampidis, K., Trojanowska, M., & Osbourn, A. E. (2002). Biosynthesis of triterpenoid saponins in plants. In History and Trends in Bioprocessing and Biotransformation (pp. 31-49). Springer, Berlin, Heidelberg. Harborne, J.B., 1987, Phytochemical Methods, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung. Kim Nio, Ocy.,1989. Zat-zat toksik yang secara alamiah ada pada tumbuhan nabati.Cermin Dunia Kedokteran, No.58. Prabowo, Aditya Yoga., T. Estiasih., dan I. Purwantiningrum. 2014. Umbi gembili (Dioscorea esculenta L.) sebagai bahan pangan mengandung senyawa bioaktif: kajian pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2 (3): 129-135. Septian, Bobby Andi dan T. D. Widyaningsih. 2014. Peranan Minuman Cincau Hitam Terhadap Penurunan Tekanan Darah. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2 (3) 198-202. Wahyuni, I.M.D., Muktiani, A., Christianto, M. 2014. Penentuan Dosis Tanin Dan Saponin Untuk Defaunasi Dan Peningkatan Fermentabilitas Pakan. JITP. 3(3): 133-140. 18 Yanuartono, Purnamaningsih, H., Nururrozi, A., Indarjulianto, S. 2017. Saponin: Dampak Terhadap Ternak (Ulasan). Jurnal Peternakan Sriwijaya. 6(2): 79-90. Yoshiki, Y., Kudou, S., & Okubo, K. (1998). Relationship between chemical structuresand biological activities of triterpenoid saponins from soybean.Bioscience,Biotechnology and Biochemistry, 62(12), 2291–2299. Yuliani, Sri, 2011, Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat Fitofarmaka, File: http://www.sumutprov.go.id. Diakses tanggal 9 Desember 2019. 19