Uploaded by User39566

FIC

advertisement
FIC (Feline Idiopathic Cystitis)
Insidensi
Insidensi FLUTD pada kucing di Inggris dan Amerika adalah sekitar 1%, dengan gejala yang
sering terlihat pada kucing muda sampai umur pertengahan. Walaupun ada beberapa kondisi
berbeda yang bisa berujung pada FLUTD mayoritas kasus (55-69%) adalah idiopatik (Gambar 1)
(Kruger et al 1991; Buffington et al 1997; Lekcharoensuk et al 2001).
Gejala Klinis
Gejala klinis dari Feline Lower Urinary Tract Disease (FLUTD) adalah:
- disuria (menahan)
- polakiuria (meningkatnya frekuensi urinasi)
- periuria (urinasi pada sembarang tempat)
- hematuria
- agitasi atau vokalisasi saat mencoba urinasi
- sering menjilati abdomen bagian ventral dan/atau area perineal (dimungkinkan karena respon
pada nyeri lokal) dan/atau
- obstruksi uretra
Beberapa kucing menunjukkan gejala berubahnya perilaku, kehilangan latihan-rumah, agresi,
dan/atau terduga konstipasi.
Diagnosis
Sebuah diagnosis feline idiopathic cystitis (FIC) dipilih ketika tidak ada sebab lain yang bisa
ditemukan (Hostutler et al 2005, Westropp 2006). Kucing yang terinfeksi biasanya memiliki urin
yang steril, terkonsentrasi, dan radiografi kandung kemih kontras-ganda dan penelitian uretra
yang biasa. Akan tetapi, penting untuk diingat bahwa kristaluria adalah normal pada kucing
manapun dengan urin terkonsentrasi; hingga 1000 cfu/ml bakteri dianggal steril bahkan pada
urin yang didapat dari sistosentesis; dan -15% kucing dengan FIC memiliki dinding kandung
kemih yang melebar di bagian ventro-apikal yang bisa dilihat pada radiografi (Hostutler et al
2005)
Patofisiologi
Fisiologi FIC tidak jelas, tetapi penyakit ini sering terlihat pada kucing muda sampai umur
pertengahan dengan berat badan berlebih, dengan exercise yang sedikit, menggunakan litter
box dalam rumah, memiliki akses keluar yang terbatas, memakan pakan kering, dan biasanya
hidup dengan banyak hewan (dimana sering terdapat antipati antara kucing terinfeksi dengan
anggota keluarga lain) (Cameron et al 2004; Gunn-Moore and Shenoy 2004, Buffington et al
2006a). Gejala klinis lebih sering musiman, lebih buruk dari musim gugur ke awal musim semi.
Kebanyakan kasus non-obstruktif memiliki waktu yang terbatas, biasanya selesai dalam waktu
5-10 hari, walaupun beberapa kasus bisa lebih lama.
Penelitian saat ini menunjukkan bahwa FIC terlihat ketika 'seekor kucing ditempatkan pada
lingkungan yang profokatif'
Perubahan pada epitel kandung kemih dipercaya terjadi sebagai hasil 'tahap akhir' perubahan
pada sistem saraf dan endokrin kucing, mengarah pada estrus berlebihan dan ketidakmampuan
untuk adaptasi pada stres lingkungan.
Penyebab utama tidak diketahui tetapi kemungkinan besar antara genetik dan/atau
berkembang (yang kedua kemungkinan berkaitan dengan pengalaman merugikan awal). Hasil
akhir adalah proses yang berubah pada otak, perubahan pada sifat respon adrenokortikal
sebagai hasil pemaparan eksternal, dan perubahan pada interaksi antara suplai neuron antara
otak dan kandung kemih. Perubahan selanjutnya pada integritas epitel diperparah oleh
senyawa dalam urin dan perubahan interaksi dengan perlindungan lapisan glikosaminoglikan
(GAG) yang melapisi kandung kemih (Gambar 2) (Gluckman and Hanson 2004, Westropp and
Buffington 2004, Westropp 2006, Fenton 2007).
Stres dipercaya memainkan peran penting dalam memicu dan/atau memperparah FIC, dengan
pembuat stres yang termasuk dalam:
- hidup dengan banyak hewan lain dalam keluarga (khususnya jika terdapat konflik antar-kucing)
- pindah rumah
- kegelisahan pemisahan pada keluarga dengan satu kucing dalam rumah
- stres yang berhubungan dengan urinasi (ketersediaan, akses, posisi, tipe, isi, kebersihan litter
box yang tidak cocok)
- perubahan besar dalam pakan, cuaca, atau akses keluar
- penambahan peliharaan atau anggota keluarga baru (termasuk bayi-bayi baru)
- mengalami renovasi rumah
- perubahan pada jadwal bekerja pemilik
- stres pemilik
Stres kronik lebih merugikan daripada stres akut dan dengan menguranginya dapat membantu
mengurangi kejadian dan/atau keparahan FIC.
Bantuan dari pentingnya stres, dan untuk estrus berlebih, dalam induksi dan/atau perawatan
FIC berasal dari beberapa studi yang memperlihatkan bahwa kucing terinfeksi memiliki respon
berbeda pada stres dibanding kucing normal.
Kucing normal, ketika terpapar situasi stres, akan memperlihatkan tanda-tanda ketakutan,
agresi, bersembunyi, anoreksia, dan perubahan berat badan. Secara fisiologi, stres ini berujung
pada aktivasi aksis hipotalamik-pituitari-adrenal. Hal ini terlihat sebagai meningkatknya
aktivitas hipotalamus, yang menghasilkan corticotrophin-releasing factor (CRF) yang
beraktivitas pada:
i) pituitari anterior melepaskan adrenocorticotropic hormone (ACTH) yang menstimulasi
kelenjar adrenal untuk memproduksi glukokortikoid dari korteks adrenal (kortisol) dan
ii) nukleus batang otak dan locus coeruleus (area otak yang bekerja terhadap aktifitas
kewaspadaan dan otonom), berakibat pada meningkatnya konsentrasi katekolamin plasma
(menyebabkan meningkatnya sensitivitas adrenal terhadap ACTH) dan aktivasi sistem saraf
simpatis.
Peran glukokortikoid dan alpha-2 adrenoreceptor agonist lainnya sangat kompleks. Akan tetapi,
satu dari fungsi penting mereka adalah menyediakan umpan balik negatif untuk mengendalikan
respon stres, yang dilakukan dengan cara menghambat transmisi lanjutan sinyal berbahaya ke
otak, kortisol bekerja untuk mengurangi respon dengan aksi penghambat pada hipotalamus,
pituitari anterior, nukleus batang otak, dan locus coeruleus.
Sebaliknya, kucing dengan FIC, ketika stres, menunjukkan aktifitas yang tidak normal
dibandingkan kucing normal. Hal ini terlihat dari meningkatnya aktifitas makan, minum,
grooming, dan urinasi. Walaupun mereka memproduksi CRF dan ACTH, mereka juga
memperlihatkan peningkatan aktifitas pada locus coeruleus dan sistem saraf simpatis, tetapi
tidak ada peningkatan konsentrasi kortisol plasma. Kurangnya kortisol menyebabkan
berkurangnya hambatan dalam otak dan sistem saraf simpatis periferal (Gambar 2). Pemisahan
aksis hipotalamik-pituitari-adrenal ini dipercaya merupakan hasil dari desensitisasi atau
regulasi-turun dari reseptor alpha-2 adrenoceptor agonists sekunder dari stimulasi kronis
(Buffington et al 1999, Westropp and Buffington 2004, Hostutler et al 2005, Westropp 2006,
Westropp et al 2006, 2007).
Banyak pemahaman kami dari aspek periferal FIC datang dari mempelajari histopatologi biopsi
dinding kandung kemih yang diambil dari kucing terinfeksi. Biasanya histopatologi menunjukkan
epitel dan muskularis yang relatif normal, tetapi terdapat edema submukosa dan vasodilatasi,
tanpa infiltrasi radang yang jelas, walaupun banyak sel mast yang terlihat. Biopsi sering
menunjukkan peningkatan unmyelinated pain fibers (C-fibers) dan reseptor nyeri (receptor P
substansi). Neuron sensori ini dalam dinding kandung kemih berlokasi di submukosa; ketika
terstimulasi saraf ini menghantarkan persepsi nyeri ke otak, dan refleks akson lokal
menyebabkan dilepasnya P substansi, dan neurotransmiter lain, yang dapat menyebabkan:
- rasa nyeri lebih,
- vasodilatasi pembuluh darah intramular,
- meningkatnya permeabilitas dinding kandung kemih dan vaskuler
- edema submukosa, kontraksi halus otot (menyebabkan spasmus kandung kemih dan/atau
uretra), dan
- degranulasi sel mast
Degranulasi sel mast menyebabkan dilepasnya macam-macam mediator radang (termasuk
histamin, heparin, serotonin, sitokin, dan prostaglandin) yang dapat memperparah efek dari Cfibres. Stimulasi C-fibres dan inflamasi neurogenik dapat menjelaskan banyaknya perubahan
pada FIC. Akhiran saraf dapat distimulasi dalam respon terhadap stimulasi sentral (seperti
"stres"), atau melalui senyawa dalam urin (contohnya pH asam, kalium, magnesium, dan ion
kalsium). Hal ini dapat menyebabkan banyaknya C-fibres, dan intensifikasi penyakit (Buffington
et al 1999, Westropp and Buffington 2004, Hostutler et al 2005, Westropp 2006, Westropp et al
2006, 2007).
Lapisan tipis lendir (terdiri dari GAG) yang menutupi epitel kandung kemih membantu
mencegah mikroba dan kristal menempel pada lapisan kandung kemih. Beberapa kucing
dengan FIC telah merubah konsentrasi urine GAG dan peningkatan permeabilitas kandung
kemih yang menyebabkan bahan berbahaya dalam urin dapat melewati urothelium, sehingga
memicu C-fibres dan menyebabkan peradangan (Buffington et al 1996).
• Singkatnya, diyakini bahwa FIC merupakan hasil dari beberapa kelainan kompleks dari saraf
dan sistem endokrin yang mempengaruhi lebih dari sekedar kandung kemih.
• Penggerak noradrenergik sentral yang ditingkatkan dan pengekangan adrenokortikal yang
tidak adekuat mempertahankan proses penyakit kronis dan tampaknya didorong oleh
peningkatan rilis CRF hipotalamus karena kepekaan sistem respon stres.
• Ini mungkin disebabkan oleh kecelakaan genetik dan/atau menjadi respon berlebihan
terhadap pengalaman buruk awal.
• Oleh karena itu kucing-kucing ini kurang mampu menangani stres kronis dan menyebabkan
peradangan neurogenik pada kandung kemih mereka mengarah ke tanda-tanda klinis FIC.
Manajemen FIC mungkin termasuk
i) Mengurangi stres
ii) Modifikasi pakan dan
iii) Terapi obat
Pemilik kucing harus menghargai bahwa tujuan manajemen adalah untuk mengurangi tingkat
keparahan dan frekuensi penyakit, tapi penyembuhan tersebut tidak dimungkinkan.
Manajemen yang sukses membutuhkan pemilik yang berdedikasi dan tim dokter hewan yang
mendukung (Hostutler et al 2005). Sayangnya, beberapa perawatan telah diteliti dengan studi
eksperimental double-blinded terkontrol dan sejak masing-masing episode biasanya membatasi
diri, banyak perawatan mungkin muncul menjadi efektif, saat mereka sebenarnya tidak efektif.
• Tidak ada obat untuk FIC - hanya upaya untuk meminimalkan gejala.
i) Mengurangi stres:
Modifikasi lingkungan multimodal (MEMO) merupakan terapi ajuvan yang menjanjikan untuk
kucing dengan FIC (Buffington et al 2006b). Ini menyediakan pengayaan lingkungan yang
disesuaikan dengan kucing tertentu. Kucing adalah pemburu soliter alami dan memiliki
persyaratan interaksi social yang relatif rendah. Mereka secara alami hidup dalam kelompok
individu terkait dan bermusuhan dengan intrusi kucing dari kelompok sosial lainnya. Kucing
dalam kelompok sosial yang sama akan saling menjilati, saling menggosok dan/atau meringkuk
bersama, sedangkan kucing dalam kelompok yang berbeda akan meningkatkan kontak fisik,
mungkin mendesis satu sama lain atau saling mengabaikan. Penting, dalam hal rumah tangga
multi-kucing, kelompok sosial tidak suka berbagi sumber daya penting dan penyediaan yang
memadai dan sumber daya yang terdistribusi sesuai merupakan faktor kunci dalam
meminimalkan stres sosial.
Lihat situs web Indoor Cat Initiative www.indoorcat.org atau Westropp dan Buffington 2004
untuk kuesioner yang akan membantu pemilik untuk memahami apa yang dibutuhkan kucing
secara umum, apa yang dibutuhkan kucing mereka secara khusus, dan bagaimana hal ini bisa
terbaik dicapai.
Kelima sumber kunci adalah:
i) Tempat air,
ii) Tempat pakan,
iii) Situs defekasi atau litter box,
iv) Tempat istirahat, dan
v) Titik masuk dan keluar ke dan dari wilayah tersebut.
1. Interaksi sosial, konflik, tempat istirahat yang tinggi, rute melarikan diri dan bermain
Stres sosial sangat relevan untuk kucing yang hidup dalam rumah tangga multi-kucing; Namun,
itu juga harus dipertimbangkan pada rumah kucing tunggal jika ada bukti ketegangan dengan
kucing lain di lingkungan. Masalah seperti akses visual ke atau keluar dari rumah sering
diabaikan dan ini bisa sangat efektif menginduksi stres kronis pada kucing yang tinggal di
daerah padat penduduk (kucing bisa melihat kucing lain melalui jendela). Mengurangi stres
untuk individu ini dapat menjadi tantangan karena tidak semua faktor di bawah kendali
pemiliknya. Namun, itu bisa bermanfaat untuk:
• perhatikan titik masuk dan keluar properti,
• berinvestasi dalam flap kucing terkontrol microchip,
• membatasi akses visual masuk dan keluar dari rumah dengan menutupi jendela dengan
penutup semi-buram, dan
• modifikasi ketersediaan tempat istirahat di ambang jendela dan di kebun (sehingga kucing di
dalam tidak bisa melihat keluar dan/atau kucing luar tidak bisa melihat ke dalam).
Download