Uploaded by User39103

KDK ec DF- Makmur Sejati

advertisement
LAPORAN KASUS
KEJANG DEMAM KOMPLEKS EC DENGUE FEVER
Disusun oleh
Makmur Sejati
NIM I4061172057
Pembimbing
dr. Hilmi Kurniawan Riskawa, Sp. A, M.Kes
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
RS TK II KARTIKA HUSADA
KUBU RAYA
2019
OLEH
: Makmur Sejati
PEMBIMBING
: dr. Hilmi Kurniawan Riskawa, Sp. A, M.Kes
KEJANG DEMAM KOMPLEKS EC DENGUE FEVER
A. Identitas
F, anak laki-laki berusia 11 bulan, nomor rekam medik 156933, dirawat di ruang
Dahlia Rumah Sakit Tingkat II Kartika Husada selama 8 hari dari tanggal 26 Maret 2019
hingga 2 April 2019.
B. Anamnesis
Keluhan Utama: Kejang
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan kejang, kejang dirasakan 2 jam sebelum masuk
rumah sakit. Menurut ibu pasien, pasien mengalami kejang selama + 2 menit dengan
bentuk kejang seluruh tubuh. Saat kejang, seluruh tubuh pasien kaku, mata mendelik ke
atas, kemudian badan pasien lemas. Setelah kejang pasien langsung menangis. Selang 1
jam pasien mengalami kejang kembali dengan durasi + 3 menit dengan bentuk kejang
sama seperti sebelumnya. Beberapa jam sebelum kejang pasien mengalami demam tinggi,
yang mendadak. Keluhan sakit kepala disangkal, batuk dan pilek disangkal, muntah
disangkal, BAB dan BAK tidak ada kelainan, nafsu makan baik.
Pasien sebelumnya belum pernah dirawatinapkan karena keluhan kejang. Pasien
juga belum pernah mengalami keluhan demam yang disertai dengan kejang. Riwayat asma
disangkal, riwayat alergi disangkal. Pasien memiliki riwayat mengkonsumsi obat penurun
panas (paracetamol) yang dibelinya diwarung karena keluhan demamnya. Sedangkan obat
kejang pasien tidak pernah mengkonsumsi sebelumnya. Riwayat keluarga didapatkan,
adik dari ibu pasien pernah mengalami kejang yang disertai demam. Tidak ada riwayat
penyakit diabetes, penyakit jantung, riwayat kematian mendadak pada keluarga pasien.
Riwayat perkembangan tidak ada keterlambatan, didapatkan informasi, saat ini
pasien sudah mengucapkan mama. Selain itu pasien juga sudah mulai berjalan namun
masih berpegangan dengan dinding. . Riwayat Imunisasi pada pasien lengkap (BCG 1x,
DPT 3x, Hepatitis B 4x, polio 4x, campak 1x, Tetanus 3x). Pasien mendapatkan ASI
eksklusif sampai usia ± 6 bulan dan setelahnya ditambahkan bubur, ikan, daging, ayam,
sayur dan buah untuk makanan tambahan.
Pasien lahir dari ibu dengan P1A0M0. Ibu rutin melakukan ANC di bidan setiap
bulan selama masa kehamilan, tidak mengkonsumsi obat-obatan selama hamil. Saat hamil,
2
ibu pasien tidak pernah mengalami demam, darah tinggi, muntah berlebihan, kejang,
perdarahan jalan lahir dan sakit kuning. Riwayat kelahiran pasien spontan dibantu bidan,
langsung menangis tanpa penyulit kehamilan. Berat badan lahir sekitar 2600 gr dan
panjang badan pasien saat lahir tidak didapatkan dari keluarga. Pasien merupakan anak
pertama dari 1 bersaudara. Pasien tinggal di rumah petak bersama kedua orangtuanya.
Ayah bekerja swasta dan ibu tidak bekerja. Ekonomi keluarga tergolong cukup.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
: Tampak sakit sedang
2. GCS
: E4V5M6
3. Kesadaran
: Compos Mentis
4. Antropometri
a) Berat badan
: 8 kg
b) Panjang badan : 74 cm
c) Status gizi
1) BB/U
: -2 < z < 2 (normal)
2) TB/U
: -2 < z < 2 (normal)
3) BB/TB
: -3<z <-2 (Gizi kurang)
5. Tanda Vital
a) Nadi
: 115 kali/menit, reguler, teraba kuat
b) Napas
: 32 kali/menit
c) Suhu
: 37,6oC
d) SpO2
: 99%
6. Status Generalis
a. Kepala
: Normosefali
b. Mata
: Conjungtiva anemis (-/-), Sclera ikterik (-/-)
c. Telinga
: Sekret (-/-), aurikula tidak hiperemis, membran timpani intak
d. Hidung
: Epistaksis (-/-), sekret (-/-), mukosa hidung tidak hiperemi (-)
e. Mulut
: Mukosa bibir lembab
f. Tenggorokan
: Faring hiperemis (-/-), tonsil T1/T1,
g. Leher
: Pembesaran kelenjar getah bening (-)
h. Paru
1) Inspeksi
: Bentuk dan gerak dada simetris
2) Palpasi
: Fremitus taktil paru kanan dan kiri sama
3
3) Perkusi
: Sonor di kedua lapang paru
4) Auskultasi : Suara napas dasar bronkovesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki
(-/-)
i. Jantung
: Bunyi jantung S1 dan S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
j. Abdomen
1) Inspeksi
: Tampak datar, soepel, tidak tampak massa
2) Auskultasi : Bising usus dalam batas normal
3) Perkusi
: Timpani di seluruh lapang abdomen
4) Palpasi
: Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-). Tidak ada tanda-
tanda asites.
k. Anus dan genitalia
: tidak dilakukan pemeriksaan
l. Ekstremitas
: Akral hangat, Capillary Refill Time (CRT) < 3 detik,
tidak sianosis, edema (-)
m. Kulit
: Turgor kulit baik, purpura (-)
D. Status neurologis
1. Meningeal signs
a. Kaku kuduk
:-
b. Brudzinski 1
:-
c. Brudzinski 2
:-
d. Kernig
:-
e. Laseque
:-
2. Reflex Fisiologi
: +2/+2
+2/+2
3. Reflex Patologis
:-/-/-
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah lengkap
a. Leukosit
: 10.000 /mm3
(Normal : 4.000-10.500 /mm3 )
b. Hemoglobin
: 10,4 g/dl
(Normal : 12,5-16,1 g/dl)
c. Hematokrit
: 31,6 %
(Normal : 36-47%)
d. Trombosit
: 234.000 /mm3 (Normal : 150.000-400.000/mm3 )
e. % Limfosit
: 22,5%
(Normal : 15-50%)
f. % Granulosit
: 66,0%
(Normal : 35-80%)
4
2. Tes Widal
a. Salmonella Typhi H: 1/100
b. Salmonella Typhi O: (-)
F. Diagnosis Banding
1. Kejang Demam Kompleks ec DF
2. Kejang Demam Kompleks ec DHF
3. Kejang Demam Kompleks ec Demam Typhoid
4. Ensefalitis
G. Diagnosis Kerja
1. Kejang Demam Kompleks ec DF dd DHF dd Demam Typhoid
H. Tatalaksana
1.
IVFD 30 tpm mikro
2.
Injeksi Paracetamol 80 mg/ 6 jam iv (k/p demam)
3.
PO Dizapem 3x1 mg pulv
4.
Cek elektrolit
5
I.
Pemantauan
1. 26 Maret 2019 (Hari rawat ke-1; Hari Sakit Ke-1)
S : Demam (+); kejang 1 kali, durasi + 5 menit, kejang kembali setelah 15 menit
kemudian durasi + 5 menit. Setelah kejang pasien tertidur. Kejang seluruh tubuh,
O:
Tanda vital
KU : TSS
Kesadaran: Somnolen
HR : 179 x/menit, reguler
RR : 30 x/menit
T : 41,7oC
Pemeriksaan fisik sama dengan sebelumnya.
Elektrolit
(26/03/19)
a. K+
: 4,0 mmol/L
(Normal : 3,5-5,3 mmol/L)
b. Na+
: 139 mmol/L
(Normal : 135-148 mmol/L)
c. Cl-
: 107 mmol/L
(Normal : 97-108 mmol/L)
GDS
: 118 mg/dl
(Normal : <180 mg/dl )
A:
Kejang Demam Kompleks ec DF dd DHF dd Demam Thypoid
P:
-
IVFD NaCl 25 cc/ jam
-
Ij. Paracetamol 100 mg/ 6 jam
-
PO Diazepam 3x1 mg pulv
-
Ij. Antrain 100 mg jika T>39,5C
-
Ij. Sibital 160 mg loading dose iv via syringe pump dalam 20 menit jika masih
kejang selanjutnya 3x20 mg iv
-
Ij. Ampicilin 4x400 mg iv
6
-
Ij. Dexamethason 3x0,3 cc
-
P.O Asam Valproat 2x1,6 cc
-
Observasi selama 2
jam, jika pasientidak sadar, pro rujuk dengan susp
ensepalitis, namun jika sadar terapi lanjut
-
Cek GDS
-
Ij. Diazepam 2,5 mg + NS 3 cc bolus pelan (saat kejang)
2. 27 Maret 2019 (Hari rawat ke-2; Hari Sakit Ke-2)
S : Demam (+); Kejang (-),Batuk (-), Muntah (-), BAB dan BAK tidak ada kelainan
O:
Tanda vital
KU : TSS
Kesadaran: CM
HR : 110 x/menit, reguler
RR : 28 x/menit
T : 37,8oC
Pemeriksaan fisik, sama dengan sebelumnya.
A:
Kejang Demam Kompleks ec DF dd DHF dd Demam Thypoid
P:
-
IVFD NaCl 25 cc/ jam
-
Ij. Paracetamol 100 mg/ 6 jam
-
PO Diazepam 3x1 mg pulv ---------- STOP
-
Ij. Antrain 100 mg jika T>39,5C
-
Ij. Sibital 3x20 mg iv
-
Ij. Ampicilin 4x400 mg iv H2
-
Ij. Dexamethason 3x0,3 cc ---------STOP
-
P.O Asam Valproat 2x1,6 cc
-
Cek DL dan Widal besok 06:00
7
3. 28 Maret 2019 (Hari rawat ke-3; Hari Sakit Ke-3)
S : Demam (+); Kejang (-),Batuk (-), Muntah (-), BAB cair 3X, BAK tidak ada
kelainan.
O:
Tanda vital
KU : TSS
Kesadaran: CM
HR : 120 x/menit, reguler
RR : 32 x/menit
T : 37,7oC
Pemeriksaan fisik, sama dengan sebelumnya.
Pemeriksaan Darah lengkap
(28/03/2019) (06:52)
a. Leukosit
: 10.000- 10.500 /mm3
b. Hemoglobin
: 10,4 – 10,5 g/dl
c. Hematokrit
: 31,6 – 31,9%
d. Trombosit
: 234.000 – 207.000 /mm3
e. % Limfosit
: 22,5- 80,5%
f. % Granulosit
: 66,0- 15,6%
Tes Widal
(28/03/2019)
a. Salmonella Typhi H: 1/100
b. Salmonella Typhi O: (-)
A:
Kejang Demam Kompleks ec DF dd DHF dd Demam Thypoid
P:
-
IVFD NaCl 25 cc/ jam
-
Ij. Paracetamol 100 mg/ 6 jam
-
Ij. Antrain 100 mg jika T>39,5C
8
-
Ij. Sibital 3x20 mg iv
-
Ij. Ampicilin 4x400 mg iv H3
-
P.O Asam Valproat 2x1,6 cc
-
Ij Ceftriaxon 2x300 mg iv
-
Trombopop salep 1x2 ue
4. 29 Maret 2019 (Hari rawat ke-4; Hari Sakit Ke-4)
S : Demam (-),bebas demam 12 jam ; Kejang (-),Batuk (-), Muntah (-), belum BAB,
BAK tidak ada kelainan
O:
Tanda vital
KU : TSS
Kesadaran: CM
HR : 120 x/menit, reguler
RR : 30 x/menit
T : 36,6oC
Pemeriksaan fisik, sama dengan sebelumnya.
A:
Kejang Demam Kompleks ec DF dd DHF dd Demam Thypoid
P:
-
IVFD NaCl 25 cc/ jam
-
Ij. Paracetamol 100 mg/ 6 jam
-
Ij. Antrain 100 mg jika T>39,5C
-
Ij. Sibital 3x20 mg iv
-
Ij. Ampicilin 4x400 mg iv H4
-
P.O Asam Valproat 2x1,6 cc
-
Ij Ceftriaxon 2x300 mg iv H2
-
Trombopop salep 1x2 ue
-
Cek DL dan Widal besok jam 06:00
9
5. 30 Maret 2019 (Hari rawat ke-5; Hari Sakit Ke-5)
S : Demam (-) bebas demam 12 jam; Kejang (-),Batuk (-), Muntah (-),belum BAB ,
sejak kemaren, BAK tidak ada kelainan.
O:
Tanda vital
KU : TSS
Kesadaran: CM
HR : 118 x/menit, reguler
RR : 27 x/menit
T : 36,6oC
Pemeriksaan fisik, sama dengan sebelumnya.
Pemeriksaan Darah lengkap
(30/03/2019) (06:08) (18:57)
a. Leukosit
: 10.000- 10.500 – 4500 - 6400 /mm3
b. Hemoglobin
: 10,4 – 10,5- 10,8 – 10,5 g/dl
c. Hematokrit
: 31,6 – 31,9 – 34,2 – 33,1 %
d. Trombosit
: 234.000 – 207.000- 141.000 – 134.000 /mm3
e. % Limfosit
: 22,5- 80,5- 80,5- 86,3%
f. % Granulosit
: 66,0- 15,6- 10,5- 7,5%
Tes Widal
(30/03/2019)
a. Salmonella Typhi H: 1/100 – 1/100
b. Salmonella Typhi O: (-) – 1/100
A:
Kejang Demam Kompleks ec DF dd DHF dd Demam Thypoid
P:
-
IVFD NaCl 25 cc/ jam
-
Ij. Paracetamol 100 mg/ 6 jam
-
Ij. Antrain 100 mg jika T>39,5C
-
Ij. Sibital 3x20 mg iv
10
-
Ij. Ampicilin 4x400 mg iv H5
-
P.O Asam Valproat 2x1,6 cc
-
Ij Ceftriaxon 2x300 mg iv H3
-
Trombopop salep 1x2 ue
-
Cek DL dan Widal besok jam 16:00
6. 31 Maret 2019 (Hari rawat ke-6; Hari Sakit Ke-6)
S : Demam (-),bebas demam 3 jam ; Kejang (-),Batuk (-), Muntah (-), belum BAB
sejak 2 hari yang lalu, BAK tidak ada kelainan, mimisan (-), gusi berdarah (-).
O:
Tanda vital
KU : TSS
Kesadaran: CM
HR : 125 x/menit, reguler
RR : 32 x/menit
T : 37,0oC
Pemeriksaan fisik sama dengan sebelumnya.
Pemeriksaan Darah lengkap
(31/03/2019) (07:15)
a. Leukosit
: 10.000- 10.500 – 4500 – 6400 - 4800 /mm3
b. Hemoglobin
: 10,4 – 10,5- 10,8 – 10,5 – 10,1 g/dl
c. Hematokrit
: 31,6 – 31,9 – 34,2 – 33,1- 31,8 - %
d. Trombosit
: 234.000 – 207.000- 141.000 – 134.000 – 116.000/mm3
e. % Limfosit
: 22,5- 80,5- 80,5- 86,3- 84,3%
f. % Granulosit
: 66,0- 15,6- 10,5- 7,5- 8,9 %
A:
Kejang Demam Kompleks ec DF dd DHF dd Demam Thypoid
P:
-
IVFD NaCl 25 cc/ jam
11
-
Ij. Paracetamol 100 mg/ 6 jam
-
Ij. Antrain 100 mg jika T>39,5C
-
Ij. Sibital 3x20 mg iv
-
Ij. Ampicilin 4x400 mg iv -------- STOP
-
P.O Asam Valproat 2x1,6 cc
-
Ij Ceftriaxon 2x300 mg iv H4
-
Trombopop salep 1x2 ue
-
Ij Vicilin Sx 3x400 mg iv H1
-
Cek DL dan Widal besok jam 06:00
7. 1 April 2019 (Hari rawat ke-7; Hari Sakit Ke-7)
S : Demam (-) bebas demam 12 jam; Kejang (-),Batuk (-), Muntah (-),BAB , 1x
konsistensi lembek, BAK tidak ada kelainan. mimisan (-), gusi berdarah (-).
O:
Tanda vital
KU : TSS
Kesadaran: CM
HR : 125 x/menit, reguler
RR : 31 x/menit
T : 36,5oC
Pemeriksaan fisik, sama dengan sebelumnya.
Pemeriksaan Darah lengkap
(01/04/2019) (07:27)
a. Leukosit
: 10.000- 10.500 – 4500 – 6400 – 4800 – 5500 /mm3
b. Hemoglobin
: 10,4 – 10,5- 10,8 – 10,5 – 10,1 – 10,1 g/dl
c. Hematokrit
: 31,6 – 31,9 – 34,2 – 33,1- 31,8 – 32,0 %
d. Trombosit
: 234.000 – 207.000- 141.000 – 134.000 – 116.000 –
116.000/mm3
e. % Limfosit
: 22,5- 80,5- 80,5- 86,3- 84,3- 76,3%
f. % Granulosit
: 66,0- 15,6- 10,5- 7,5- 8,9- 15,2 %
12
P:
-
Aff infus
-
P.O Asam Valproat 2x1,6 cc
-
Trombopop salep 1x2 ue
-
PO Azitromicin syr 2x1/2 cth
-
PO Psidii syr 3x1 cth
-
PO Paracetamol syr 3x1 cth
-
Cek DL besok jam 06:00
8. 2 April 2019 (Hari rawat ke-8; Hari Sakit Ke-8)
S : Demam (-) bebas demam 27 jam; Kejang (-),Batuk (-), Muntah (-),BAB dan BAK
tidak ada kelainan. mimisan (-), gusi berdarah (-).
O:
Tanda vital
KU : TSS
Kesadaran: CM
HR : 125 x/menit, reguler
RR : 31 x/menit
T : 36,5oC
Pemeriksaan fisik, sama dengan sebelumnya.
Pemeriksaan Darah lengkap
(02/04/2019) (07:20)
a. Leukosit
: 10.000 - 10.500 – 4500 – 6400 – 4800 – 5500 - 6000
/mm3
b. Hemoglobin
: 10,4 – 10,5- 10,8 – 10,5 – 10,1 – 10,1 – 10,8 g/dl
c. Hematokrit
: 31,6 – 31,9 – 34,2 – 33,1- 31,8 – 32,0 – 32, 6%
d. Trombosit
: 234.000 – 207.000- 141.000 – 134.000 – 116.000 –
116.000 – 125.000/mm3
e. % Limfosit
: 22,5- 80,5- 80,5- 86,3- 84,3- 76,3- 72%
f. % Granulosit
: 66,0- 15,6- 10,5- 7,5- 8,9- 15,2- 10,3%
13
P:
J.
-
BLPL
-
P.O Asam Valproat 2x1,6 cc
-
Trombopop salep 1x2 ue
-
PO Azitromicin syr 2x1/2 cth
-
PO Psidii syr 3x1 cth
-
PO Paracetamol syr 3x1 cth
-
PO Cetrizin syr 1x0,25 cc drops
Prognosis
Ad Vitam
: Bonam
Ad Functionam
: Dubia ad Bonam
Ad Sanactionam : Dubia ad Bonam
K. Diagnosis Akhir
Kejang Demam Kompleks ec Dengue Fever
L. Ringkasan
F, anak laki-laki berusia 11 bulan, nomor rekam medik 156933, dirawat di ruang
Dahlia Rumah Sakit Tingkat II Kartika Husada selama 8 hari dari tanggal 26 Maret 2019
hingga 2 April 2019.
Pasien datang dengan keluhan kejang saat 2 jam sebelum masuk rumah sakit.
Menurut ibu pasien, pasien mengalami kejang selama + 2 menit dengan bentuk kejang
seluruh tubuh. Saat kejang, seluruh tubuh pasien kaku, setelah itu badan pasien lemas,
mata pasien mendelik keatas. Setelah kejang pasien langsung menangis. Selang 1 jam
pasien mengalami kejang kembali dengan durasi + 3 menit dengan bentuk kejang sama
seperti sebelumnya. Beberapa jam sebelum kejang pasien mengalami demam tinggi, yang
mendadak. keluhan nyeri kepala, batuk, pilek disangkal, muntah disangkal, BAB dan BAK
tidak ada kelainan, nafsu makan baik. Adik dari ibu pasien pernah mengalami kejang
disertai demam.
Pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis tidak ditemukan kelainan,
sedangkan bukti perdarahan spontan, asites dan tanda-tanda syok tidak didapatkan. .Hasil
14
pemeriksaan darah ditemukan trombositopenia dan limfositosis. Selama dirawat di RS,
pasien mendapatkan terapi IVFD NaCl 25cc/ jam,Ij. Paracetamol 100 mg/ 6 jam, Ij.
Paracetamol 100 mg/ 6 jam, PO Diazepam 3x1 mg pulv, Ij. Antrain 100 mg jika T>39,5,
Ij.Sibital 3x20 mg iv, Ij. Ampicilin 4x400 mg iv, P.O Asam Valproat 2x1,6 cc, Ij
Ceftriaxon 2x300 mg iv, Trombopop salep 1x2 ue, Ij Vicilin Sx 3x400 mg iv, PO
Azitromicin syr 2x1/2 cth, PO Psidii syr 3x1 cth, PO Paracetamol syr 3x1 cth dan saat
pulang mendapat tambahan PO Cetrizin syr 1x0,25 cc drops.
M. Pembahasan
Pada pasien ini dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan kejang yang
didahului oleh demam. Pada pemeriksaan fisik dan neurologis tidak ditembukan kelainan,
sedangkan bukti perdarahan spontan, asites dan tanda-tanda syok tidak didapatkan.
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal di atas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang disertai
demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Pada
pasien ini dalam pemeriksaan fisik dan neurologi tidak ditemukan adanya kelainan yang
mengarah ke lesi intrakanial.
Kejang demam dibagi atas dua, yaitu: Kejang demam sederhana (Simple febrile
seizure) dan Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure). Kejang demam
kompleks adalah kejang demam yang memenuhi salah satu ciri berikut ini : (1) kejang >
15 menit, (2) kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial,
dan (3) kejang berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam. Pada pasien ini didapatkan
bahwa terjadi kejang lebih dari 1 kali dalam 24 jam, hal ini merupakan salah satu ciri dari
kejang demam kompleks.1
Setelah dilakukan diagnosis pada pasien dapat dilakukan tatalaksana pada pasien.
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam rektal.
Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak
dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau
diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg
untuk anak di atas usia 3 tahun. Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum
berhenti, dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5
menit. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke
rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5
mg/kg. Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis
15
awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit.
Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis
awal. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang
rawat intensif. Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis
kejang demam apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor risikonya.1
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam
menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30%- 60% kasus, begitu pula dengan
diazepam
rektal
dosis
0,5
mg/
kg
setiap
8
jam
pada
suhu
>
38,5.
Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat
pada 25-39% kasus. Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan
ciri sebagai berikut (salah satu): (1) Kejang lama > 15 menit, (2) Adanya kelainan
neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd,
cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus. (3) Kejang fokal, dan (4) kejang demam
terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan dan (5) kejang demam > 4 kali per tahun. Obat
pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur
kurang dari 2 tahun asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam
valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 12 dosis. Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara
bertahap selama 1-2 bulan.1
Pasien yang memiliki kejang demam, tentunya memiliki fokus infeksi. Menurut
WHO 2012 salah satu penyakit dengan gejala klinis demam tinggi mendadak kurang dari
7 hari adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Infeksi virus dengue memiliki
gejala demam tinggi mendadak 2-7 hari, selain itu diikuti pula dengan adanya gejala klinis
lain berupa manifestasi perdarahan baik spontan maupun diprovokasi. Gejala-gejala
tersebut diantaranya ditemukan pada pasien ini yang menguatkan pada diagnosis demam
dengue.1
Selain dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan uji laboratorium
dengan menggunakan sampel darah pasien. Hasil uji lab saat pasien datang ke IGD
menunjukkan kadar trombosit pasien yang turun di bawah 150.000 u/l namun masih di
atas 100.000 u/l, serta peningkatan hematokrit sekitar 8,2%.2
Berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan hasil lab di atas dapat
disimpulkan terdapat beberapa gejala klinis dan hasil laboratorium yang mendukung ke
arah Dengue Fever (DF) menurut klasifikasi WHO tahun 2011.2
16
Pemberian obat simtomatis pada pasien ini dapat diberikan antipiretik dengan
pilihan parasetamol 10-15 mg/KgBB/kali apabila demam. Berat pasien 8 Kg sehingga
untuk dosis parasetamol yang diberikan sebanyak 100 mg/ kali. Parasetamol sebaiknya
diberikan dengan interval 6 jam. Pemberian aspirin atau golongan NSAID serta ibuprofen
tidak dianjurkan karena akan memperparah manifestasi perdarahan pada pasien.3
Prognosis dari kejang demam yang secara teoritis dapat dikurangi dengan obat
yang efektif ada 4, yaitu penurunan IQ (Intelligence quotient), peningkatan resiko epilepsi,
beresiko terjadinya kejang demam berulang dan kematian.
Daftar Pustaka
1. IDAI. 2009. Pedoman Pelayanan Medis. IDAI: Jakarta.
2. WHO. 2011. Comprehensive Guideline for Prevention and Control of Dengue and
Dengue Haemorrhagic Fever. New Delhi: India
3. WHO. 2012. Handbook for Clinical Management of Dengue. WHO: Switzerland
17
Download