MAKALAH PENGELOLAAN KELAS KONTEKS FISIK DAN KONTEKS PSIKOLOGIS Untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar yang dibina oleh Bapak Masjhudi Oleh: Kelompok 3 S1 Pendidikan Biologi Offering A 1. Amalia Asmarawicitra 2. Ervika Cahya M. 3. Lilik Anggraini 4. Nabilla Gezy A. JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MALANG OKTOBER 2015 KATA PENGANTAR Syukur alhamdulilah penulis ucakan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayanh-Nya penulis dapat menyeleaikan tugas makalah tentang “Pengelolaan Kelas dalam Konteks Fisik dan Konteks Psikologis”. Adapun tujuan penulisan makalah yang berjudul “Pengelolaan Kelas dalam Konteks Fisik dan Konteks Psikologis” untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar di Semester V. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian ini tidak lepas dari peran serta beberapa pihak yang telah memberikan saran, bimbingan, pengarahan, dan petunjuk serta fasilitas. Oleh karena itu, di dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada. 1. Bapak Masjhudi selaku Dosen mata kuliah Strategi Belajar Mengajar yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, serta petunjuk dalam penyelesaian tugas makalah ini. 2. Petugas perpustakaan pusat Universitas Negeri Malang dan petugas perpustakaan Biologi yang telah membantu memfasilitasi dan menyediakan referensi untuk penulis. 3. Teman-teman dan semua yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini. Atas segala bantuan baik berupa saran, bimbingan, dan informasi yang diberikan, penulis hanya bisa berdoa semoga amal perbuatan beliau mendapat limpahan anugerah yang setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa makalah yang telah penulis buat ini tidak lepas dari kekurangan dan jauh dari sempurna, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharap kritik, saran, dan masukan dari semua pihak demi perbaikan. Semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa lainnya agar lebih mudah dalam memahami Pengelolaan Kelas dalam Konteks Fisik dan Konteks Psikologis. Dengan penuh kerendahan hati penulis sangat berharap semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan wawasan baru mengenai Pengelolaan Kelas dalam Konteks Fisik dan Konteks Psikologis sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kegiatan mengajar yang kelak akan ditempuh. Ilmu merupakan arah yang akan menunjukkan bagaimana seseorang akan berjalan, dengan ilmu tujuan akan dapat diaraih dengan mudah dan cepat, serta akan mendapat ridho dari Allah SWT. Malang, 26 Oktober 2015 Penulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan Makalah Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha membudayakan manusia atau memanusiakan manusia. Manusia itu sendiri adalah pribadi yang utuh dan pribadi yang kompleks sehingga sulit dipelajari secara tuntas. Oleh karena itu, masalah pendidikan tak akan pernah selesai, sebab hakekat manusia itu sendiri selalu berkembang mengikuti dinamika kehidupannya. Namun tidaklah berarti bahwa pendidikan harus berjalan secara alami. Pendidikan tetap memerlukan inovasi-inovasi sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa mengabaikan nilai nilai manusia, baik sebagai makhluk sosial maupun sebagai makhluk religius (Sudjana, 1996: 2). Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses untuk mengubah sikap manusia dari suatu kondisi tertentu terhadap kondisi lainnya. Dengan kata lain, melalui pendidikan itu perubahan akan nampak dalam proses perubahan pikiran manusia, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak mengetahui menjadi mengetahui (Idochi, 1987: 1) Keberhasilan pendidikan sangat bergantung pada unsur manusianya. Unsur manusia yang paling menentukan berhasilnya pendidikan adalah pelaksana pendidikan, yaitu guru. Guru ujung tombak pendidikan sebab guru secara langsung berupaya mempengaruhi, membina, dan mengembangkan kemampuan siswa agar menjadi manusia yang cerdas, terampil, dan bermoral tinggi. Mengelola kelas merupakan tugas guru untuk menciptakan kondisi belajar yang optimal dan menetralisir keadaan jika terjadi gangguan di dalam kelas selama proses belajar mengajar. Sebagai contoh guru harus menghentikan tingkah laku anak didik yang menyelewengkan perhatian kelas, memberikan hadiah pada siswa yang menyelesaikan tugas atau dapat menjawab pertanyaan guru serta penetapan norma-norma atau aturan kelompok yang produktif. Peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila proses belajar mengajar oleh guru yang diselenggarakan di kelas benar-benar efektif dan berguna untuk mencapai kemampuan pengetahuan, sikap dan ketrampilan 1 yang diharapkan. Karena pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan, sedangkan proses belajar mengajar banyak terselenggarakan dalam kegiatan formal di dalam kelas di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, makalah ini bertujuan untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas merupakan hal yang harus dipelajari karena sebagai calon guru keterampilan mengelola kelas merupakan hal yang harus diperhatikan. B. Rumusan Masalah Dalam materi pengelolaan kelas terdapat berbagai masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah pengertian kelas secara umum ? 2. Bagaimanakah pengertian pengelolaan kelas ? 3. Bagaimanakah tujuan pengelolaan kelas ? 4. Bagaimanakah macam pengelolaan kelas berdasarkan konteksnya ? 5. Bagaimanakah prinsip pengelolaan kelas ? 6. Bagaimanakah prosedur pengelolaan kelas ? 7. Bagaimanakah pendekatan pengelolaan kelas ? C. Batasan Masalah Makalah ini ditulis dengan prinsip memaparkan apa yang dimaksud dengan pengelolaan kelas, tujuan pengelolaan kelas, macam pengelolaan kelas berdasarkan konteksnya, prinsip pengelolaan pengelolaan kelas, dan pendekatan pengelolaan kelas. kelas, prosedur D. Tujuan Penulisan Makalah Selain untuk pemenuhan tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar materi “Pengelolaan Kelas dalam Aspek Fisik dan Psikologis”, makalah ini ditulis dengan tujuan atau harapan agar mahasiswa dapat. 1. Mengetahui pengertian kelas secara umum. 2. Mengetahui pengertian pengelolaan kelas. 3. Mengetahui tujuan pengelolaan kelas. 4. Mengetahui macam pengelolaan kelas berdasarkan konteksnya 5. Mengetahui prinsip pengelolaan kelas. 6. Mengetahui prosedur pengelolaan kelas. 7. Mengetahui pendekatan pengelolaan kelas. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kelas Pengertian kelas, menurut Hadari Nawawi kelas dapat dipandang dari dua sudut yaitu : 1. Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. 2. Kelas dalam arti luas adalah, suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatankegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai satu tujuan. Kelas sesungguhnya merupakan lingkungan yang kompleks dan berbagai peristiwa bisa terjadi. Berikut merupakan aspek-aspek kehidupan kelas dari Doyle (1986) dalam Good dan Brophy (1991: 2) yang patut dipelajari guru terutama untuk bertindak selaku managers: a. Multidimensionality. Terdapat tugas yang berbeda dan berbagai peristiwa muncul di kelas. Laporan kegiatan belajar dan jadwal penyelesaiannya mesti dapat guru kendalikan. Saat anak bekerja haruslah terkontrol. Pekerjaannya harus dapat dikumpulkan dan dievaluasi. Satu peristiwa tertentu sering membawa berbagai akibat. Saat guru menunggu seorang anak untuk menjawab satu pertanyaan saja, pertanyaan lain dari anak lainnya bisa muncul. Hal itu dapat memberi pengaruh positif tetapi tidak mustahil memberi pengaruh negatif sehingga kegiatan belajar anak berlangsung lambat sampai waktunya beristirahat. b. Simultaneity. Berbagai kejadian secara bersamaan sering pula muncul di dalam kelas. Saat suatu diskusi berlangsung, seorang guru tidak hanya mendengarkan dan membantu anak memberikan jawaban tetapi juga guru dituntut untuk memperhatikan anak lainnya yang tidak memberikan respon agar suasana kelas tetap terkendali dan berlangsung kondusif dan efektif. c. Immediacy. Langkah dari berbagai peristiwa yang terjadi di kelas sesungguhnya berlangsung cepat. Setiap anak umumnya menghendaki 4 respon yang cepat atas kebutuhan belajarnya. Mengevaluasi keterlibatan anak dalam proses pengajaran, dalam satu jam saja, guru sangat mungkin harus melakukannya beberapa kali. Tuntutan untuk memperhatikan kegiatan belajar anak secara individual dan beralih pada kegiatan anak secara kelompok/klasikal, akan terus silih berganti dalam frekuensi yang tinggi dan berlangsung cepat. d. Unpredictable and public classroom climate. Berbagai peristiwa sering muncul di dalam kelas melalui cara yang tidak terduga oleh guru. Apa yang terjadi pada diri anak tertentu sering dapat dilihat dengan cepat oleh anak-anak yang lain, tetapi tidak dengan cepat dapat dipelajari guru. Anakanak sering pula dapat menangkap apa yang guru rasakan menyangkut tindakannya atas anak lain, dan mereka memberi respon yang tidak terduga terhadap gurunya. e. History. Setelah suatu penyelenggaraan pengajaran berlangsung beberapa minggu atau beberapa bulan, norma-norma yang berlaku umum di kelas terbentuk dan berbagai pengertian berkembang. Peristiwa yang muncul di awal tahun menjadi pembuka (bisa positif atau negatif) bagi terjadinya peristiwa-peristiwa berikutnya. Selanjutnya, hal itu berpengaruhi atas fungsi kelas di akhir tahun Ada jenis kelas yang dapat kita amati yaitu sebagai berikut: a. Jenis kelas yang selalu gaduh. Guru harus bergelut sepanjang hari untuk menguasai kelas, tetapi tidak berhasil sepenuhnya. Petunjuk dan ancaman sering diabaikan dan hukuman tampaknya tidak efektif. b. Jenis kelas yang termasuk gaduh, tetapi suasananya lebih positif. Guru mencoba untuk membuat sekolah sebagai tempat yang menyenangkan bagi siswanya dengan permainan dan kegiatan yang menyenangkan. Akan tetapi, jenis kelas ini juga masih menimbulkan masalah. Banyak siswa masih kurang memberikan perhatian di kelas dan tugas-tugas sekolah tidak diselesaikan dengan baik. c. Jenis kelas yang tenang dan disiplin, baik karena guru telah menciptakan banyak aturan dan aturan tersebut harus dipatuhi. Pelanggaran harus dicatat dan diikuti dengan peringatan tegas, dan bila perlu disertai dengan hukuman. Akan tetapi suasana kelas menjadi tidak nyaman. Ketenangan yang demikian hanya tampak pada permukaan saja karena ketika guru meninggalkan kelas, kelas akan menjadi gaduh dan kacau. d. Jenis kelas yang berjalan dengan sendirinya. Guru menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengajar dan tidak untuk menegakan disiplin. Siswa mengikuti pelajaran dengan sendirinya tanpa harus diawasi oleh guru. Siswa yang terlibat dalam tugas pekerjaan saling berinteraksi sehingga suara muncul dari beberapa tempat. Akan tetapi suara tersebut dapat dikendalikan dan para siswa menjadi giat serta tidak saling mengganggu. Apabila suara timbul dan sedikit mengganggu, guru sedikit memberikan peringatan dan kelas menjadi tenang dan kondusif. B. Pengertian Pengelolaan Kelas Menurut Amatembun (dalam Supriyanto, 1991) “Pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan dan mempertahankan serta mengembang tumbuhkan motivasi belajar untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan”. Sedangkan menurut Usman (2003) “Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif”. Pengelolaan dipandang sebagai salah satu aspek penyelenggaraan sistem pembelajaran yang mendasar, di antara sekian macam tugas guru di dalam kelas. Berbagai definisi tentang pengelolaan kelas yang dapat diterima oleh para ahli pendidikan, yaitu :Pengelolaan kelas didefinisikan sebagai: a) Perangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik yang diinginkan dan mengurangkan tingkah laku yang tidak diinginkan. b) Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio emosional kelas yang positif. c) Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif. Pengelolaan Kelas diterjemahkan secara singkat sebagai suatu proses penyelenggaraan atau pengurusan ruang di mana dilakukan kegiatan belajar mengajar. Usman mengemukakan pengertian pengelolaan kelas bahwa pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Beberapa pengertian pengelolaan kelas yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat memberi suatu gambaran serta pemahaman bahwa pengelolaan kelas merupakan suatu usaha menyiapkan kondisi yang optimal agar proses atau kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara lancar. C. Tujuan Pengelolaan Kelas Adapun tujuan pengelolaan kelas dikemukakan Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen (1996) yang dikutip Rachman (1998/1999: 15), adalah: a. Mewujudkan kondisi kelas baik sebagai lingkungan belajar ataupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan berkembangnya kemampuan masing-masing siswa. b. Menghilangkan berbagai hambatan yang merintangi interaksi belajar yang efektif. c. Menyediakan fasilitas atau peralatan dan mengaturnya hingga kondusif bagi kegiatan belajar siswa yang sesuai dengan tuntutan pertumbuhan dan perkembangan sosial, emosional dan intelektualnya. d. Membina perilaku siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan ke individualannya. D. Macam Pengelolaan Kelas Berdasarkan Konteksnya Pengelolaan kelas meliputi dua konteks yaitu konteks fisik dan konteks psikologis. 1. Pengelolaan kelas dalam konteks fisik Salah satu faktor yang penting dalam belajar adalah lingkungan. Guru harus menciptakan lingkungan kelas yang membatu perkembangan pendidikan subjek didiknya (siswa). Lingkungan fisik kelas harus bersih dan sehat. Kelas sedapat mungkin harus merupakan suatu tempat yang indah dan menyenangkan. Selain itu, pegaturan tempat duduk di kelas juga harus disesuaikan dengan kondisi kelas, sehingga kelas menjadi tempat yang nyaman dan menyenangkan untuk belajar. 2. Pengelolaan kelas dalam konteks Psikologis a. Pengelolaan dan penegakan disiplin kelas Pengelolaan disiplin dimaksud sebagai upaya untuk mengatur atau mengontrol perilaku siswa untuk mencapai tujuan pendidikan karena ada perilaku yang harus dicegah atau dilarang atau sebaliknya harus dilakukan. b. Pengelolaan perilaku siswa Perilaku siswa merupakan masalah karena terkait erat dengan efektif belajar dari kedua siswa dan persfektif guru. Ketika ruang kelas yang bebas dari gangguan, siswa dapat menggunakan waktu untuk kegiatan belajar dikelas. Perilaku satu siswa yang menganggu dapat mengalihkan siswa lainnya dari pembelajaran. Perilaku yang tidak pantas harus ditangani dengan segera untuk mencegah perilaku tersebut terus berkembang dan menyebar. E. Prinsip Pengelolaan Kelas Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas “Secara umum faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas dibagi menjadi dua golongan yaitu, faktor intern (konteks psikologis) dan faktor ekstern siswa (konteks fisik).” (Djamarah 2006:184). Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian siswa denga ciri-ciri khasnya masingmasing menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainnya sacara individual. Perbedaan sacara individual ini dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis. Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan sebagainya. Masalah jumlah siswa di kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah siswa di kelas, misalnya dua puluh orang ke atas akan cenderung lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya semakin sedikit jumlah siswa di kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik. Djamarah (2006:185) menyebutkan “Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas dapat dipergunakan prinsip-prinsip pengelolaan kelas sebagai berikut. 1. Faktor Ekstern Menurut Ahmad (1995:14) syarat-syarat kelas yang baik adalah: (1) rapi, bersih, sehat, tidak lembab, (2) cukup cahaya yang meneranginya, (3) sirkulasi udara cukup, (4) perabot dalam keadaan baik,cukup jumlahnya dan ditata dengan rapi, dan (5) jumlah peserta didik tidak lebih dari 40 orang. Beberapa syarat yang perlu diupayakan agar kelas nyaman dan menyenangkan menurut Ahmad (1997:35) adalah sebagai berikut: Pada prinsipnya sistem belajar yang kita anut di SD adalah sistem klasikal. Tetapi ada beberapa metode mengajar yang tidak selalu memakai sisten klasikal, misalnya metode eksperimen, diskusi kelompok, dan lain sebagainya. Dalam penataan ruang kelas, almari kelas dapat ditempatkan disamping papan tulis atau disamping meja guru. Jika ada almari kelas tambahan dapat ditaruh dibelakang kelas, sebaiknya almari tersebut terbuat dari kaca untuk penyimpan piagam,vandel, dan kepustakaan kelas. Pengaturan tempat perabot kelas dapat dipindah-pindahkan sesuai dengan keadaan atau kondisi setempat. (Dirjen Dikti, 1996:18). Prinsip penataan perlengkapan kelas Ahmad (2004:19) menyatakan “ perlengkapan kelas adalah segala sesuatu perlengkapan yang harus ada dan diperlukan kelas”. Menurut Djauzak Ahmad (2004:20) perlengkapan kelas meliputi: a. Papan Tulis Papan tulis harus cukup besar dan permukaan dasarnya harus rata.Warna dasar papan tulis yang mulai menipis atau belang harus segera di cat ulang. Papan tulis harus ditempatkan di depan dancukup cahaya. Penempatannya tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, sehingga peserta didik yang duduk dibelakang masih melihat atau membaca tulisan yang paling bawah b. Meja kursi Guru Meja kursi guru ukurannya disesuaikan dengan standart yang ada, meja guru berlaci dan ada kuncinya, meja kursi guru ditempatkan di tempat strategis, misalnya di kanan atau di kiri papan tulis, supaya tidak menghalangi pandangan peserta didik ke papan tulis. c. Meja kursi Peserta didik Meja kursi peserta didik ditata sedemikian rupa sehinggga dapat menciptakan kondidsi kelas yang menyenangkan, ukuran meja dan kursi disesuaikan dengan ukuran badan peserta didik dan dilengkapi dengan tempat tas atau buku. d. Alamari Kelas dapat ditempatkan di samping papan tulis atau sebelah kiri atau kanan dinding bisa juga diletakkan di sebelah meja guru. e. Jadwal Pelajaran ditempatkan di tempat yang mudah dilihat. f. Papan Absensi ditempatkan di sebelah papan tulis atau di dinding samping kelas. Guru juga harus memiliki catatan daftar hadir peserta didik di buku khusus, karena daftar hadir di papan diganti setiap hari sesuai keadaan. g. Daftar Piket kelas Daftar piket kelas ditempatkan di samping papan absensi. h. Kalender Pendidikan Kalender pendidikan ditempel pada tempat yang mudah dilihat. i. Gambar-Gambar Gambar Presiden, Wakil Presiden, dan lambing burung Garuda Pancasila ditempatkan di depan kelas di atas papan tulis, posisi penempatannya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku. j. Tempat Cuci Tangan dan Lap Tangan Tempat cuci tangan dan lap tangan diletakkan di depan kelas dekat pintu masuk. k. Tempat sampah Tempat sampah diletakkan di sudut kelas. Besar kecilnya tempat sampah disesuaikan dengan kebutuhan. Prinsip pengaturan ruangan Ruang kelas bukanlah sebuah wilayah yang amat luas dan interaksi siswa dan guru tidak hanya terjadi dalam beberapa waktu saja. Jika pengaturan kelas dibiarkan seadanya maka dapat menimbulkan kebosanan, kurang efisennya waktu karena halangan-halangan yang ada di kelas dan lain-lain. Apabila ruangan diatur dengan sedemikian rupa maka akan didapati kemungkinan lancarnya pergerakan, dan penggunaan kelas menjadi efisien. Oleh sebab itu, empat kunci berikut ini sebagai panduan untuk mengatur ruang kelas: 1. Jadikan Wilayah Lalu Lalang Bebas Hambatan Wilayah dimana banyak para siswa lalu lalang biasanya dapat menjadikan waktu pengajaran menjadi berubah karena banyak siswa yang harus menghindari beberapa hambatan- hambatan.Untuk mengatasi kasus tersebut sebaiknya guru mengatur jarak bangku setiap siswa satu dengan yang lain sama lebar, kemudian melarang tas/ ransel siswa terletak di sisi luar meja karena itu dapat menganggu siswa yang ingin maju untuk presentasi atau menjawab soal. 2. Pastikan semua murid terpantau dengan mudah oleh guru Masing-masing kelas memiliki siswa yang beraneka macam entah dari postur tubuh.perilaku siswa dan sebagainya.Dalam keadaan normal guru banyak yang acuh terhadap point ini mungkin karena guru telah banyak pikiran jadi malas untuk memikirkan hal-hal kecil.Sayangnya justru hal yang kecil itulah dapat menyebabkan kondisi pengajaran makin tidak kondusif. Contoh konkret hal kecil yang dapat berdampak besar adalah siswa senang duduk berkelompok di pojok belakang kelas biasanya akan bercakap sendiri tanpa memperhatikan guru karena banyak alasan misalnya pelajaran tidak menarik, cara pengajaran membosankan atau bahkan mereka tidak paham akan mata pelajaran tersebut, kondisi ini diperparah dengan adanya siswa tinggi duduk didepan sendiri sehingga menutupi teman yang membuat gaduh.Masalah ini dapat kita pecahkan dengan cara menata kembali posisi duduk siswa dengan cara (1) Siswa pintar yang tinggi normal/ kurang tinggi duduk didepan dengan duduk siswa yang kurang pintar/ nakal yang berpostur sama tapi usahakan untuk dipencar jangan berdekatan dengan anak nakal lain. (2) Apabila terdapat murid dengan postur tinggi taruh lah dibagian belakang sendiri dan tetap untuk tidak di kelompokan dengan anak nakal lain. (3) Apabila ada siswa yang memiliki kebutuhan khusus (Rabun dekat/ Jauh/ Silinder) letakan mereka diposisi yang mereka dapat membaca dengan jelas. 3. Menyiapkan Perlengkapan Yang Sering Digunakan Menyiapkan material yang mudah diakses tidak hanya mengurangi waktu yang hanya untuk menyiapkan perlengkapan saja tapi juga dapat membantu menghindari penundaan pengajaran. Alasan seperti ini logis karena apabila Anda atau siswa yang menyiapkan peralatan yang sebenarnya telah memasuki jam pengajaran maka siswa lain akan teralihkan perhatiannya dengan peristiwa tersebut dan juga jam pengajaran Anda akan berkurang banyak. 4. Pastikan Siswa Dapat Dengan Mudah Melihat Presentasi Ataupun Media Pengajaran Ketika Anda dan siswa sedang presentasi/ diskusi kelas, pastikan bahwa pastikan bahwa tempat duduk siswa dapat melihat LCD atau media lain tanpa harus memindahkan banyak bangku, kondisi seperti itu membuat para siswa memperhatikan. 2. Faktor Intern a. Pengelolaan dan penegakan disiplin kelas Buat aturan atau tata tertib Di awal pembelajaran, dibacakan semua aturan dan tata tertib dan kemudian guru dan siswa membuat kesepakatan mengenai aturan atau tata tertib yang sah. Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan dislipin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengendalikan diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal. b. Pengelolaan perilaku siswa 1) Hangat dan Antusias Hangat dan Antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab pada anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktifitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas. 2) Tantangan Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang. 3) Bervariasi Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian siswa. Kevariasian ini merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan. 4) Keluwesan Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan siswa, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya. 5) Penekanan pada Hal-Hal yang Positif Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang negative. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku siswa yang positif daripada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar. F. Prosedur Pengelolaan Kelas Prosedur merupakan langkah-langkah yang dapat dilakukan guru dalam mengelola kelas. Prosedur ini menyangkut dimensi pencegahan (preventif) dan dimensi pengatasian/penyembuhan (kuratif). 1. Prosedur Dimensi Pencegahan Prosedur pencegahan menyangkut segala tindakan guru sebelum tingkah laku yang menyimpang dan mengganggu proses pengajaran muncul. Keberhasilan dalam tindakan pencegahan merupakan salah satu indikator keberhasilan manajemen kelas. Konsekuensinya adalah guru dalam menentukan langkah-langkah dalam rangka manajemen kelas harus merupakan langkah yang efektif dan efisien untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Adapaun langkah-langkah pencegahannya (Rahman : 1998) sebagai berikut : a. Peningkatan kesadaran diri sebagai guru Langkah peningkatan kesadaran diri sebagai guru merupakan langkah yang strategis dan mendasar, karena dengan dimilikinya kesadaran ini akan meningkatkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki yang merupakan modal dasar bagi guru dalam melaksanakan tugasnya. Implikasi adanya kesadaran diri sebagai guru akan tampak pada sikap guru yang demokratis, sikap yang stabil, kepribadian yang harmonisdan berwibawa. Penampakan sikap seperti itu akan menumbuhkan respon dan tanggapan positif dari peserta didik. b. Peningkatan kesdaran peserta didik Interaksi positif antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran terjadi apabila dua kesadaran (kesadaran guru dan peserta didik) bertemu. Kurangnya kesadaran peserta didik akan menumbuhkan sikap suka marah, mudah tersinggung, yang pada gilirannya memungkinkan peserta didik melakukan tindakan-tindakan yang kurang terpuji yang dapat mengganggu kondisi optimal dalam rangka pembelajaran. Untuk meningkatkan kesadaran peserta didik, maka kepada mereka perlu melaksanakan hal-hal berikut : (1) memberitahukan akan hak dan kewajibannya sebagai peserta didik, (2) memperhatikan kebutuhan, keinginan dan dorongan para peserta didik, (3) menciptakan suasana saling pengertian, saling menghormatidan rasa keterbukaan antara guru dan peserta didik. c. Sikap jujur dan tulus dari guru Guru hendaknya bersikap jujur dan tulus terhadap peserta didik. Sikap ini mengandung makna bahwa guru dalam segala tindakannnya tidak boleh berpura-pura bersikap dan bertindak apa adanya. Sikap dan tindak laku seperti itu sangat membantu dalam mengelola kelas. Guru dengan sikap dan kepribadiannya sangat mempengaruhi lingkungan belajar, karena tingkah laku, cara menyikapi dan tindakan guru merupakan stimulus yang akan direspon atau diberikan reaksi oleh peserta didik. Kalau stimuli itu positif maka respon atau reaksinya juga positif. Sebaliknya akalu stimuli itu negatif maka respon atau rekasi yang akan muncul adalah negatif. Sikap hanga terbuka, mau mendengarkan harapan atau keluhan para siswa, akrab dengan guru akan membuka kemungkinan terjadinya interaksi dan komunikasi wajar antara guru dan peserta didik. d. Mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan Untuk megenal dan menemukan alternatif pengelolaan, langkah ini menuntut guru : (1) melakukan tindakan identifikasi berbagai penyimpangan tingkah laku peserta didik yang sifatnya invidual maupun kelompok. Penyimpangan perilaku peserta didik baik individual maupun kelompok tersebut termasuk penyimpangan yang disengaja dilakukan peserta didik yang hanya sekedar untuk menarik perhatian guru atau teman-temannya., (2) mengenal berbagai pendekatan dalam manajemen kelas. Guru hendaknya berusaha menggunakan pendekatan manajemen yang dianggap tepat untuk mengatasi suatu situasi atau menggantinya dengan pendekatan yang dipilihnya, (3) mempelajari pengalaman guruguru lainnya yang gagal atau berhasil sehingga dirinya memiliki alternatif yang bervariasi dalam menangani berbagai manajemen kelas. 2. Prosedur Dimensi Pengatasian/Penyembuhan Prosedur pengelolaan kelas yang bersifat kuratif merupakan tindakan yang dilakukan guru sebagai respon untuk mengatasi tingkah laku anak yang menyimpang atau mengganggu itu. Dalam hal ini, guru dituntut untuk berusaha menumbuhkan kesadaran anak dan tanggung jawab memperbaiki tingkah lakunya sehingga yang bersangkutan bisa kembali berpartisipasi aktif dalam pengajaran. Usahan yang bersifat penyembuhan (kuratif) mengikuti langkah-langkah berikut: a. Mengidentifikasi masalah Mengidentifikasi masalahda langkah ini, guru mengenal atau mengetahui masalah-masalah pengelolaan kelas yang timbul dalam kelas. Berdasar masalah tersebut guru mengidentifikasi jenis penyimpangan sekaligus mengetahui latar belakang yang membuat peserta didik melakukan penyimpangan tersebut. b. Menganalisis masalah Pada langkah ini, guru menganalisis penyimpangan peserta didik dan menyimpulkan latar belakang dan sumber-sumber dari penyimpangan itu Selanjutnya menentukan alternatifalternatif penanggulangannya. c. Menilai alternatif pemecahan masalah Pada langkah ini guru menilai dan memilih alternatif pemecahan masalah yang dianggap tepat untuk menanggulangi masalah. d. Mendapatkan balikan Pada langkah ini guru melaksanakan monitoring, dengan maksud menilai keampuhan pelaksanaan dari alternatif pemecahan yang dipilihuntuk mencapai sasaran yang sesuai dengan yang direncanakan.Kegiatan kilas balik ini dapat dilaksanakan dg denganngadakan pertemuan dengan para peserta didik.Maksud pertemuan perlu dijelaskan oleh guru sehingga peserta didik mengetahui serta menyadari bahwa pertemuan diusahakan dg dengannuh ketulusan, semata-mata untuk perbaikan, baik untuk peserta didik maupun sekolah. G. Pendekatan Pengelolaan Kelas Beberapa pendekatan untuk pengelolaan kelas yang dapat dipelajari dari berbagai sumber, dapatlah dikemukakan paling tidak mencakup pendekatan perubahan tingkah laku, pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional, pendekatan proses kelompok, dan pendekatan eklektik (Entang, Joni, dan Prayitno: 1985). 1. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku (Behavior Modification). Pengelolaan kelas menurut pendekatan ini mendasarkan pada asumsi bahwa: (1) semua tingkah laku anak, yang baik atau yang kurang baik merupakan hasil proses belajar, dan (2) terdapat proses psikologis yang fundamental untuk menjelaskan terjadinya proses belajar yang dimaksud. Adapun proses psikologis yang dimaksudkan itu adalah: (1) penguatan positif atau positive reinforcement, (2) hukuman, (3) penghapusan, dan (4) penguatan negatif atau negative reinforcement. Menurut pendekatan ini, untuk membina suatu tingkah laku anak yang dikehendaki maka guru dituntut untuk memberi penguatan positif atau memberi dorongan positif sebagai ganjaran dan guru dituntut pula untuk memberi penguatan negatif yakni menghilangkan hukuman atau stimulus negatif. Selanjutnya untuk mengurangi tingkah laku yang tidak dikehendaki, guru dituntut untuk menggunakan hukuman atau pemberian stimulus negatif, dan melakukan penghapusan atau pembatalan pemberiaan ganjaran. 2. Pendekatan Penciptaan Iklim Sosio-Emosional (Socio-Emotional Climate). Pengelolaan kelas menurut pendekatan ini mendasarkan pada asumsi bahwa: (1) proses pengajaran yang efektif mensyaratkan iklim sosio-emosional yang baik atau adanya jalinan hubungan inter-personal yang baik di antara pihak yang terlibat dengan proses pengajaran itu, dan (2) guru merupakan key-person dalam pembentukan iklim sosio-emosional yang dimaksudkan. Beberapa hal yang dianggap penting adalah sikap dan kebiasaan guru untuk tampil jujur, tulus dan terbuka; bersemangat, dinamis dan enerjik. Hal lainnya adalah kesadaran diri; menerima dan mengerti siapa anak didiknya dengan penuh rasa simpati. Selain itu yang tidak kurang pentingnya adalah keterampilan berkomunikasi secara efektif, kemampuan mengambil keputusan dengan cepat dan akurat, kemampuan mengembangkan prosedur pemecahan masalah, kemampuan mengembangkan rasa tanggung jawab sosial, dan kemampuan mengembangkan iklim dan suasana belajar yang demokratis. terbuka. 3. Pendekatan Proses Kelompok (Group Processes). Pengelolaan kelas menurut pendekatan ini mendasarkan pada asumsi: (1) pengalaman belajar (bersekolah) berlangsung dalam konteks atau kelompok sosial, dan (2) tugas guru yang pokok adalah membina dan kelompok yang produktif dan kohesif. Di antara banyaknya saran yang patut diperhatikan dalam pendekatan ini, Schmuck dan Schmuck yang dikutip Entang, Joni dan Prayitno (1985) berpendapat bahwa unsur-unsur pengelolaan kelas dalam rangka pendekatan proses kelompok mencakup: (1) harapan yang timbal balik yang realistik dan jelas antara siswa dan guru, (2) kepemimpinan yang mengarahkan kegiatan kelompok untuk pencapaian tujuan-tujuan, (3) pola dan ikatan persahabatan terbentuk yang mendukung kelompok semakin produktif, (4) terdapat pemeliharaan norma kelompok yang semakin produktif, menggantikan norma yang kurang produktif, (5) terjalin komunikasi yang efektif antar anggota kelompok yang terlibat, dan (6) terdapat derajat keterikatan yang terhadap kelompok secara keseluruhan (cohesiveness). 4. Pendekatan Eklektik. Pendekatan ini mendasarkan pada pemahaman atas adanya kekuatan dan kelemahan dari kesemua pendekatan di muka. Pendekatan eklektik lebih menunjukkan suatu penggunaan kombinasi dari beberapa pendekatan ketimbang menggunakan satu pendekatan secara utuh. Jadi dalam prakteknya, guru itu menggabungkan semua aspek terbaik dari pendekatan-pendekatan yang digunakannya yang secara filosofis, teoritis dan psikologis dibenarkan (Rachman, 1998/1999: 79). Oleh karena itu menurut dia syarat yang perlu dipenuhi guru dalam menerapkan pendekatan ini, adalah: (1) menguasai pendekatan-pendekatan pengelolaan kelas, dan (2) dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang sesuai dengan masalah pengelolaan kelas yang dihadapi. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibahas dalam pembahasan maka isi dalam makalah ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Kelas merupakan segmen sosial dari kehidupan sekolah secara keseluruhan. 2. Pengelolaan kelas merupakan suatu usaha menyiapkan kondisi yang optimal agar proses atau kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara lancar. 3. Tujuan pengelolaan kelas adalah membuat siswa nyaman dalam belajar sehingga baik proses ataupun hasil belajar dapat dicapai dengan baik. 4. Macam pengelolaan kelas ada dua, yaitu berdasarkan konteks fisik dan konteks psikologis 5. Prinsip pengelolaan kelas dibagi menjadi 2 hal, pengelolaan hal yang berkaitan dengan faktor ekstern (misal, tata ruang, perlengkapan kelas, dan lain-lain) dan yang berkaitan dengan faktor intern (misal, karakteristik siswa, motivasi siswa, dan lainlain) 6. Prosedur pengelolaan kelas melalui beberapa tahap, antara lain perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. 7. Pendekatan dalam pengelolaan kelas antara lain, pendekatan perubahan tingkah laku (behavior modification), pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional (socio-emotional climate), pendekatan proses kelompok (group processes) dan pendekatan eklektik. B. Saran Dalam penyusunan makalah ini ada beberapa hal yang menjadi kendala salah satunya adalah beberapa literatur yang memiliki pendapat 20 yang berbeda. Sehingga dalam menyusun makalah penulis berusa mencari sumber yang paling terpercaya. Akan tetapi penulis juga dapat melakukan kesalahan untuk itu harapan dari penulis adalah mohon dimaklumi jika terjadi kesalahan dan mohon agar pembaca selalu kritis dalam menanggapi makalah ini dan selalu dibandingkan dengan literatur yang dimiliki agar jika ada kesalahan terjadi bisa mendapat pembenaran. DAFTAR RUJUKAN Ahmad, Rohani. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rhineka Cipta Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Jakarta. Good, Thomas L.; Brophy, Jere E. 1991. Looking in Classrooms. Fifth Edition. New York: Harper Collins Publishers. Mulyasa. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosda Karya. Nawawi, Hadari, 1989. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, Jakarta : PT. Haji Mas Agung Rachman, Maman. 1998. Manajemen Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Sardiman. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Suharsimi, Arikunto. 1992. Pengelolaan Kelas dan Siswa (Sebuah Pendekatan Evaluatif). Jakarta: Rajawali Sutikno, Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif, Apa dan Bagaimana Mengupayakannya. Mataram: NTP Press. Usman, Moh. Uzer. (2002). Menjadi guru profesional. Bandung : Remaja Rosda Karya Wina Sanjaya. (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.