Uploaded by User39019

Outlook Ekspor 10 Komoditi Unggulan 2019

advertisement
UniversityNetwork
for Indonesia ExportDevelopment
PROYEKSI EKSPOR BERDASARKAN INDUSTRI :
KOMODITAS UNGGULAN
Institute
Penyusun:
• Indonesia Eximbank Institute
• University Network For Indonesia Export Development (UNIED) diwakili oleh Institute Pertanian Bogor (IPB)
Judul:
Proyeksi Ekspor Berdasarkan Industri: Komoditas Unggulan
Penerbit:
Indonesia Eximbank
Prosperity Tower, 1st Floor , District 8
Sudirman Central Business District (SCBD) Lot 28
Jl. Jenderal Sudirman, Kav. 52 – 53
Jakarta 12190 – Indonesia
Telepon
: +62 21 3950 3600
Fax
: +62 21 3950 3699
[email protected]
www.indonesiaeximbank.go.id
Edisi Februari 2019
Pernyataan
1. Kajian Proyeksi Ekspor Berdasarkan Industri: Komoditas Unggulan, – termasuk di dalamnya data, informasi dan
analisis – merupakan kajian obyektif Divisi Indonesia Eximbank Institute dan ITAPS-Intercafe IPB dari hasil
pengolahan berbagai sumber data dan informasi yang kredibel yang telah memperoleh pengayaan dari
masukan dan saran dari Direktur Eksekutif Indonesia Eximbank.
2. Buku ini didukung oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dalam
rangka mendukung referensi berbasis penelitian untuk pengambilan kebijakan dan keputusan bisnis untuk
mendukung peningkatan ekspor komoditas unggulan.
3. Buku kajian ini ditujukan bagi Kementerian/Lembaga dan Instansi terkait lainnya, pelaku usaha serta akademisi
dan mahasiswa.
4. Pandangan yang dikemukakan dalam publikasi ini tidak merepresentasikan pandangan otoritas nasional
Republik Indonesia. Segala tindakan yang diambil atas dasar informasi ini merupakan tanggung jawab sendiri
dan penyusun tidak bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh penggunaan publikasi ini.
2
DAFTAR ISI
1
Minyak Kelapa Sawit
(HS Code 1511)
12
2
Kakao dan Produk Kakao
(HS Code 1801 s/d 1806)
42
3
Kopi
(HS Code 090111, 090112, 090121, 090122, 090190)
65
4
Karet dan Produk Karet
(HS Code 4001 s/d 4017)
82
5
Perikanan dan Hasil Laut
(HS Code 0301 s/d 0308 dan 1603 s/d 1605)
103
6
Kayu dan Furniture Kayu
(HS Code 44, 940161, 940169, 94033 s/d 94036)
128
7
Tekstil dan Produk Tekstil
(HS Code 50 s/d 63)
150
8
Kertas dan Produk Kertas
(HS Code 4801 s/d 4823)
209
9
Batubara dan Lignit
(HS Code 2701 s/d 2702)
232
10
Nikel
(HS Code 7501 s/d 7508)
252
4
Sambutan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, salam sejahtera bagi kita semua, om swastiastu, namo buddhaya,
salam kebajikan.
Ekspor adalah kegiatan yang mampu menggambarkan daya saing suatu negara, yang merupakan turunan dari
inovasi, produktivitas, dan daya saing suatu negara dengan negara lain.
Tahun 2018 mencatatkan defisit bagi neraca perdagangan kita karena dinamika ekonomi global yang tinggi dan
tidak menentu. Kenaikan impor tidak diimbangi dengan kenaikan ekspor. Sampai dengan saat ini, ekspor Indonesia
masih didominasi produk yang berbasis sumber daya alam sehingga sangat mudah dipengaruhi oleh volatilitas
harga komoditas dunia. Untuk itu komoditas ekspor harus dilihat dengan hati-hati baik dari sisi supply maupun dari
sisi demand.
Dalam kaitan ini, saya menyambut baik dan positif atas penerbitan edisi pertama buku kajian proyeksi ekspor
berdasarkan industri yang mengulas mengenai performa dan proyeksi 10 komoditas unggulan ekspor Indonesia.
Kolaborasi dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), dan
University Network for Indonesia Export Development (UNIED) ini menunjukkan sinergi yang baik antara
Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan akademisi.
LPEI merupakan Special Mission Vehicle (SMV) di bawah Kementerian Keuangan RI yang memegang mandat untuk
mendorong peningkatan ekspor melalui penyediaan Pembiayaan, Penjaminan, Asuransi dan Jasa konsultasi.
Sehingga penting bagi LPEI untuk memahami kinerja ekspor suatu sektor. Sementara itu, Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai merupakan institusi penting negara ini. Dalam kaitannya dengan ekspor, DJBC berperan agar pelaku
usaha merasa menjadi legal itu mudah, mendukung perindustrian agar makin kuat, meningkatkan ekspor, dan
menjaga impor, meningkatkan fasilitasi dan policy. Akademisi berperan menyumbangkan pemikiran-pemikiran
segar untuk kemajuan pengembangan ekspor nasional yang mampu menggali potensi ekspor .
Saya berharap hasil kajian ini dapat memberikan pandangan atas proyeksi kinerja ekspor 10 komoditas unggulan di
tahun 2019, termasuk mengulas faktor-faktor yang dapat menjadi penghambat atau justru pendorong di setiap
rantai pasoknya. Sehingga hasil kajian ini dapat menjadi basis dalam perumusan kebijakan Pemerintah dan
pengambilan keputusan bisnis bagi pelaku usaha.
Kesinambungan dalam penyusunan kajian sangat penting dan dapat diperluas baik dari sisi jumlah komoditas
maupun pendalaman dan penguatan analisa serta metodologi yang digunakan. Edisi pertama merupakan langkah
awal, sehingga tentunya masih banyak ruang untuk perbaikan agar edisi-edisi berikutnya semakin baik lagi.
Akhir kata, saya memberikan apresiasi kepada semua pihak yang turut berkontribusi sehingga buku ini dapat
disusun dan diterbitkan. Semoga Tuhan yang Maha Kuasa meridhoi langkah kita bersama.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, Februari 2019
Sri Mulyani Indrawati
Menteri Keuangan Republik Indonesia
6
Prakata
Peran ekspor nasional semakin penting dalam perekonomian Indonesia ke depan. Selain memiliki
peluang, kinerja ekspor menghadapi tantangan yang semakin besar dan kompleks baik yang terkait
dengan faktor-faktor domestik maupun global. Dalam kaitan ini, perumusan kebijakan berbasis riset
(research based policy) yang impactful di bidang ekspor menjadi semakin penting guna percepatan
kinerja ekspor ke depan.
Faktor-faktor ini yang melandasi Indonesia Eximbank bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai dan University Network for Indonesia Export Development (UNIED) atau Jaringan Perguruan Tinggi
untuk Pengembangan Ekspor Indonesia menyusun Kajian Outlook Ekspor Berdasarkan Industri. Riset ini
mengulas perkembangan dan proyeksi ekspor 10 komoditas unggulan ekspor Indonesia yaitu (i) minyak
kelapa sawit, (ii) karet dan produk karet, (iii) kakao, (iv) kopi, (v) tekstil dan produk tekstil, (vi) kayu dan
kayu olahan, (vii) kertas dan produk kertas, (viii) ikan dan hasil laut, (ix) batubara dan (x) nikel.
Dalam penyusunan kajian ini, digunakan dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Data
ekspor secara rinci dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) dan berbagai sumber data lainnya yang
dimiliki LPEI menjadi basis data sekunder dalam penyusunan kajian. Selanjutnya kolaborasi dengan
UNIED yang memiliki pemahaman dan penguasaan metode dan alat analisa yang teruji menjadikan
kajian ini menjadi lebih kredibel dan independen. Institut Pertanian Bogor menjadi perwakilan UNIED
untuk kajian ini. Selain itu, sejumlah literatur maupun riset mengenai komoditas unggulan yang pernah
dibuat sebelumnya oleh lembaga riset lain juga dijadikan rujukan sumber data dan informasi di dalam
buku ini.
Data primer diperoleh melalui pelaksanaan Focus Group Discussion atas rancangan awal kajian ini untuk
memperoleh pandangan dan masukan dari Lembaga, Kementerian, Asosiasi dan pelaku usaha. Kami
mengucapkan terima kasih dan apresiasi sebesar-besarnya kepada Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Pertanian yang telah mengikuti
FGD dimaksud sehingga dapat melengkapi data dan analisa sebelumnya. Kami mengharapkan di tahun
depan, K/L terkait dapat menjadi bagian penyusunan kajian ini sebagai kerja bersama dalam rangka
mendorong kinerja ekspor Indonesia. Kepada Asosiasi dan pelaku usaha diucapkan terima kasih sebesarbesarnya.
Secara mandat LPEI memiliki kepentingan untuk dapat mengetahui performa ekspor ke depan di setiap
sektor terutama di tengah kinerja ekspor yang tidak ringan dan tantangan di Internal LPEI yang semakin
tidak mudah. Sementara, kontribusi perguruan tinggi diharapkan turut andiI dalam rangka perumusan
kebijakan, regulasi, dan strategi operasional dalam pengembangan ekspor nasional terutama dalam
rangka peningkatan daya saing ekspor melalui produk-produk ekspor unggulan indonesia.
Di tengah dinamika ekonomi global yang bergerak dengan cepat, tentunya perubahan angka proyeksi
ekspor berpeluang besar terjadi. Untuk itu, dalam setiap proyeksi di masing-masing komoditas kami juga
mencatat sejumlah faktor-faktor yang menjadi upside risk dan downside risk. Sehingga kajian ini di masa
yang akan datang akan selalu diperbaharui secara periodik agar pemangku kepentingan memperoleh
analisa terkini mengenai komoditas unggulan ekspor Indonesia.
Kajian ini ditampilkan dengan infografis dengan harapan mudah dipahami oleh pembaca. Kami meyakini
dan berharap kajian ini dapat menjadi rujukan bagi Pemerintah untuk perumusan kebijakan dan bagi LPEI
serta pelaku usaha untuk keputusan bisnis ke depan.
8
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat ruang untuk perbaikan.
Penyempurnaan metodologi serta tambahan analisa dan informasi ke depan tentunya akan memperkaya
edisi berikutnya.
Sebagai penutup, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi langkah kita bersama untuk terus
kerja bersama dalam mendorong kinerja ekspor Indonesia.
Jakarta, Februari 2019
Sinthya Roesly
Direktur Eksekutif Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia
(Indonesia Eximbank)
Heru Pambudi
Direktur Jenderal
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Kementerian Keuangan RI
Arif Satria
Chairman UNIED
10
MINYAK KELAPA SAWIT
(HS Code 1511)
Minyak sawit sebagai komoditas unggulan
Minyak sawit merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia
berdasarkan hasil pemilihan komoditas unggulan ekspor (winning commodities)
dengan menggunakan metode analisis Computable General Equilibrium (CGE) dan Export Product
Dynamics (EPD).
Minyak sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode CGE
Pemilihan komoditas unggulan ekspor diidentifikasi berdasarkan hasil simulasi ketika terjadi peningkatan pemintaan
ekspor secara arbitrary sebesar 10%, komoditas tersebut paling responsif terhadap variabel sektoral Indonesia
berdasarkan tiga indikator kunci yaitu (1) peningkatan ekspor bersih (bobot 60%), (2) output (bobot 20%), dan (3)
penyerapan tenaga kerja (bobot 20%). Berdasarkan hasil CGE, minyak sawit menempati peringkat 2 dengan indeks
komposit sebesar 3.32.
Peringkat
2
Sektor
Dampak terhadap
Perubahan Nilai Ekspor
(Milyar Rupiah)
Dampak terhadap Output
(Perubahan Persentase)
Dampak terhadap Tenaga Kerja
(Perubahan Persentase)
Indeks
Komposit
5,728.02
1.76
5.19
3.32
Minyak Hewani &
Minyak Nabati
Sumber : Kajian Winning Commodities IPB 2018
Minyak Sawit sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode EPD
Lost Opportunity
Rising Star
India, Belanda, Gabon
Saudi Arabia, Portugal, Mali
+
-
O
-
Retreat
Tiongkok, Denmark, Jerman,
Yunani, Italia, Jepang, Spanyol,
Amerika Serikat, dan 60 Negara
Lainnya
+
Eritrea, Namibia
Uni Eropa merupakan salah satu
konsumen terpenting dalam industri
kelapa sawit. Parlemen Uni Eropa
mengeluarkan resolusi soal sawit dan
pelarangan biodiesel berbasis sawit
karena dinilai masih menciptakan
banyak masalah sebagai berikut :
• Deforestasi;
• Korupsi;
• Pekerja Anak; dan
• Pelanggaran HAM
Falling Star
Sumber : WITS, Oktober 2018
Minyak sawit merupakan salah satu komoditas yang paling banyak diekspor. Komoditas ini masih terus menghadapi
ganjalan perdagangan berupa kampanye negatif di Uni Eropa yang berdampak pada penurunan nilai ekspor.
Berdasarkan hasil EPD, minyak sawit berada pada posisi lost opportunity di beberapa negara Eropa dan negara lainnya
yaitu di India, Belanda, Gabon, Arab Saudi, Portugal, dan Mali.
13
Produksi dan konsumsi minyak sawit dunia merupakan yang tertinggi diantara
minyak nabati lainnya
Minyak nabati dengan produksi dan konsumsi paling tinggi di dunia adalah minyak
sawit (palm oil). Pada 2017/18, produksi minyak sawit mencapai porsi 51,51% dari
total produksi empat minyak nabati utama (sawit, kedelai, kernel dan kelapa), sementara untuk konsumsi
berkontribusi 50,32% dari total empat minyak nabati tersebut.
Produksi dan Konsumsi Empat Minyak Nabati Utama Dunia
Produksi (Juta
Metrik Ton)
2010/11
Palm Oil
Soybean Oil
Palmkernel Oil
Coconut Oil
Grand Total
2015/16
49.2
41.5
5.4
3.1
99.2
2016/17
58.9
51.5
6.4
2.6
119.4
Growth yoy
(2017/18)
2017/18
65.3
53.7
7.0
2.5
128.4
69.3
54.9
7.5
2.8
134.5
Produksi 2017/18
6.17%
2.36%
6.94%
12.20%
4.73%
Palm
Kernel Oil
5,58%
Coconut
Oil
2,07%
Soybean
Oil
40,85%
Palm Oil
51,51%
Sumber : Commodity Markets Outlook, October 2018
Konsumsi (Juta
Metrik Ton)
Konsumsi 2017/18
Palm Oil
Soybean Oil
Palmkernel Oil
Coconut Oil
Grand Total
Coconut
Oil
2,08%
Palm
Kernel Oil
5,63%
Soybean
Oil
41,98%
2010/11
Palm Oil
50,32%
2015/16
45.3
40.5
5.2
3.2
94.2
2016/17
59.3
52.1
6.7
2.7
120.7
Growth yoy
(2017/18)
2017/18
61.6
53.3
6.9
2.5
124.3
65.4
54.5
7.3
2.7
129.9
6.14%
2.23%
6.15%
10.07%
4.54%
Sumber : Commodity Markets Outlook, October 2018
• Produksi dan konsumsi Minyak Sawit pada 2017/18 menunjukkan pertumbuhan masing-masing sebesar 6,17% yoy dan 6,14%
yoy, atau lebih tinggi dari pertumbuhan total keempat minyak nabati utama tersebut (produksi tumbuh 4,73% yoy dan konsumsi
tumbuh 4,54% yoy).
• Minyak nabati dengan porsi terbesar kedua setelah Minyak Sawit adalah minyak kedelai (soybean oil) dengan porsi produksi dan
konsumsi tahun 2017/18 masing-masing: 40,85% dan 41,98%.
Tren Produksi dan Konsumsi Minyak Sawit
Produksi
2010/11
2015/16
Konsumsi
2016/17
2017/18
2010/11
2015/16
2016/17
2017/18
India European Union China
Malayssia
Pakistan
18,2
23,7
25,5
27,2
6,08%
2,1
2,8
3,0
3,1
Indonesia
1,98%
2,2
3,0
2,7
3,1
Others
2,57%
5,8
4,8
4,8
5,1
Guatemala
4,8
6,6
6,8
6,6
Nigeria
-0,38%
5,9
9,1
9,6
9,8
Colombia
7,05%
3,77%
5,86%
6,3
9,3
9,2
10,5
0,2
0,6
0,7
0,7
Thailand
8,81%
3,6
4,5
5,0
5,1
0,00%
1,0
1,0
1,0
1,0
Malaysia
22,34% 13,00%
0,8
1,3
1,1
1,6
6,38%
1,8
1,8
2,5
2,7
Indonesia
5,45%
18,2
17,7
18,9
19,7
23,6
32,0
36,0
38,5
9,69%
Others
Sumber : Commodity Markets Outlook, October 2018
• Sebagai produsen sekaligus konsumen utama dunia untuk produk Minyak Sawit, pertumbuhan majemuk (CAGR) produksi dan
konsumsi Indonesia per tahun pada periode 2015/16-2017/18 masing-masing berada di level 9,69% dan 6,38%.
• Sementara itu, Malaysia selaku produsen tersesar kedua mencatatkan CAGR sebesar 5,45% selama periode yang sama.
14
Produksi dan Konsumsi Minyak Sawit Menunjukkan Peningkatan yang Signifikan
pada Empat Dekade Terakhir
Produksi dan Konsumsi total empat minyak nabati utama (sawit, kedelai, kernel dan
kelapa) menunjukkan peningkatan dan pergeseran yang signifikan pada empat dekade
terakhir.
Pada 2010/11, total produksi dan konsumsi keempat minyak nabati tersebut mencapai masing-masing 99,15 juta Ton dan 94,22
juta Ton atau naik masing-masing 74,42% dan 73,36% dari dekade sebelumnya (2000/01). Selama empat dekade terakhir, terjadi
perubahan porsi produksi dan konsumsi empat minyak nabati utama. Pada 1980/81, produksi dan konsumsi minyak nabati
didominasi oleh minyak kedelao (60,29%). Namun, proporsi tersebut bergeser sehingga pada 2010/11, minyak sawit merupakan
minyak nabati dengan produksi dan konsumsi terbesar (49,63%).
Produksi Empat Minyak Nabati Utama Per Dekade
1980/81
1990/91
20,86 JT TON
Palm
Kernel
Oil
2,70%
Coconut
Oil
13,54
%
Soybean
Oil
60,29
%
Palm
Oil
23,47
%
79,87%
31,62 JT TON
51,61%
Coconut
Oil
10,62
%
Palm
Kernel
Oil
4,63%
Soybean
Oil
49,86
%
Palm
Oil
34,89
%
2000/01
Coconut
Oil
5,71%
Palm
Kernel
Oil
Soy-4,46%
Palm
Oil
42,66
%
bean
Oil
47,17
%
2010/11
74,42%
56,85 JT TON
99,15 JT TON
Coconut
Oil
3,12%
Palm
Kernel
Oil
5,44%
Soybean
Oil
41,82
%
Palm
Oil
49,63
%
Konsumsi Empat Minyak Nabati Utama Per Dekade
1980/81
1990/91
20,35 JT TON
Palmkernel
Oil
2,53%
Coconut Oil
13,06
%
Palmkernel
Oil
4,46%
Palm
Oil
23,40
%
Soybean
Oil
61,01
%
2000/01
31,17 JT TON
53,14%
74,37%
Coconut Oil
10,22
%
Palm
Oil
35,79
%
Soybean
Oil
49,54
%
2010/11
54,35 JT TON
Coconut Oil
5,87%
Palmkernel
Oil
4,61%
Soybean
Oil
48,10
%
94,22 JT TON
73,36%
Palm
Oil
41,42
%
Soybean
Oil
42,97
%
Palm- Cocokernel nut Oil
Oil 3,44%
5,55%
Palm
Oil
48,04
%
Produksi dan konsumsi Minyak Sawit menunjukkan peningkatan yang signifikan serta terdapat pergeseran porsi
pada sisi produsen maupun konsumen pada empat dekade terakhir.
Pada 2010/11, total produksi dan konsumsi Minyak Sawit masing-masing 49,20 juta Ton dan 45,27 juta Ton atau naik masingmasing 102,92% dan 101,09% dari dekade sebelumnya (2000/01). Selama empat dekade terakhir, terjadi perubahan porsi
produsen Minyak Sawit utama, pada 1980/81, produsen Minyak Sawit terbesar adalah Malaysia (54,98%). Proporsi tersebut
bergeser sehingga pada 2010/11, Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar (47,96%). Dari segi konsumen utama, tidak
terdapat banyak perubahan negara konsumen utama Minyak Sawit, kecuali: proporsi India dan Tiongkok yang terlihat meningkat
dan proporsi EU yang terlihat mengecil.
Produsen Empat Minyak Nabati Utama Per Dekade
119,77% 2000/01
102,92%
125,37% Nigeri1990/91
Guate
1980/81
4,89 JT TON
Guatem
Nigeria
10,62%
ala
0,00%
Indones
ia
15,36%
Others
17,01%
Colomb
ia
1,63% Thailan
d
0,39%
Malaysi
a
54,98%
1980/81
4,76 JT TON
Indonesia
Others 11,78%
52,42%
Pakistan
4,85%
Malaysia
8,82%
a
5,44%
11,03 JT TON
mala
0,05%
Indon
esia
24,02
%
Other
s
11,74
%
Colom
bia
2,28%
Malay
sia
54,66
%
Thaila
nd
1,81%
Other
s
8,49%
Colom
bia
2,14%
Thaila
nd
2,39%
24,25 JT TON
Guate
mala
0,51%
Nigeri
a
3,01%
Indon
esia
34,23
%
Malay
sia
49,23
%
Konsumen Empat Minyak Nabati Utama Per Dekade
1990/91
2000/01
101,80%
134,20%
11,15 JT TON
India
9,05%
EU
12,74%
Others
46,16%
China
0,34%
Indonesia
11,92%
India
2,32%
EU
13,53%
China
10,70%
Pakistan
7,17%
Malaysia
8,19%
Pakista
n
5,53%
China EU
9,01%12,39%
Colom
bia
1,53%
Guate
mala
0,47%
Others
7,33%
Indone
sia
47,96
%
Malays
ia
37,01
%
101,09%
2010/11
Others
40,30%
45,27 JT TON
Indone
sia
14,50%
Malaysi
a
6,98%
Nigeria
1,97%
Thailan
d
3,72%
22,51 jt ton
Others
37,55%
2010/11
49,20 JT TON
India
14,04%
Pakista
n
4,62%
Malaysi
a
4,87%
Indones
ia
13,85%
India
13,06%
China
12,81%
EU
10,49%
Sumber : Commodity Markets Outlook, October 2018
15
Ekspor dan impor minyak sawit dunia tahun 2017 meningkat dengan Indonesia
sebagai eksportir terbesar dan India sebagai
importir terbesar
Total nilai ekspor dan impor Minyak Sawit dunia tahun 2017 masing-masing mencapai
USD34,1 miliar dan USD33,9 miliar atau tumbuh 22,02% yoy dan 20,06% yoy.
Pertumbuhan ekspor dan impor Minyak Sawit Dunia pada tahun 2017 membaik dibandingkan tahun sebelumnya
yang tumbuh negatif.
• Indonesia menjadi eksportir Minyak Sawit terbesar dunia dengan pangsa 54,19% total ekspor dunia pada tahun 2017, diikuti oleh
Malaysia dengan pangsa 28,27%. Sementara itu, importir terbesar dunia tahun 2017 adalah India dengan pangsa pasar 19,96%,
diikuti oleh Tiongkok (10,31%) dan Pakistan (6,18%).
• Dari lima eksportir utama dunia, yang tren ekspornya tercatat meningkat selama 2013-2017 (CAGR positif) adalah Indonesia,
Niger dan Papua Nugini. Sementara itu dari sisi impor, negara dengan CAGR positif selama 2013-2017 adalah Pakistan dan
Spanyol.
Ekspor dan Impor Minyak Sawit Dunia
-10,16%
-12,90%
2013
ColombiaHonduras
1,12% 1,01%
Germany
1,01%
Papua New
Guinea
1,51%
Netherlands
3,54%
Thailand
0,63%
Germany
2,35%
2014
2015
Italy
3,25%
Pakistan
6,18%
Netherlands
5,90%
Spain
4,27%
Tren Impor 5 Negara Utama
2016
2017
CAGR 2013-2017
-0,7%
2013
2014
2015
2016
2017
Malaysia Netherlands
Niger
Papua New
Sumber : Trademap,Oxford Economics, LPEI, diolah 2018
Guinea
Sumber : www.trademap.org, diolah
India
China
-6,1%
Pakistan
Netherlands
15,6%
812
1.114
873
1.036
1.450
0,2%
513
510
430
390
517
10
10
28
130
654
1.530
1.391
1.076
1.072
1.210
182,5%
3,3%
2.572
2.170
1.715
1.593
2.000
-5,7%
-8,1%
4.904
4.383
3.704
2.865
3.496
6.967
6.551
5.922
5.642
6.770
-5,8%
12.289
11.995
9.501
9.064
9.660
15.839
17.465
15.385
14.365
18.513
United
States of
America
3,23%
Bangladesh
2,95%
Tren Ekspor 5 Negara Utama
Indonesia
China
10,31%
Egypt
2,20%
Indonesia
54,19%
2013
India
19,96%
Lainnya
39,40%
Malaysia
28,27%
CAGR 2013-2017
4,0%
% yoy
28.249
-20,00%
2017
Importir Dunia (2017)
Lainnya
5,49%
Niger
1,91%
0,00%
-10,00%
2016
Eksportir Dunia (2017)
Guatemala
1,31%
10,00%
-7,49%
-15,62%
2015
2014
20,00%
20,06%
1.843
1.944
1.653
1.701
2.096
-
30,00%
22,02%
-4,36%
-13,47%
-6,60%
Pertumbuhan Impor - skala kanan
33.916
3,49%
27.998
30.536
29.274
20.000
10.000
37.782
33.521
Juta USD
30.000
34.692
40.000
Pertumbuhan Ekspor - skala kanan
34.163
Impor (Juta USD)
35.289
Ekspor (Juta USD)
Spain
Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu
16
Tren ekspor minyak sawit Indonesia di tahun 2018 mengalami pelemahan salah
satunya akibat kenaikan bea tarif di India yang merupakan negara tujuan ekspor no
1 minyak sawit Indonesia
Indonesia merupakan net eksportir Minyak Sawit baik secara nilai maupun secara
volume
Total nilai ekspor dan impor Minyak Sawit Indonesia tahun 2017 masing-masing mencapai USD18,5 miliar dan USD33,9 juta atau
tumbuh masing-masing 28,9% yoy dan -56,2% yoy. Sementara itu total volume ekspor dan impor Minyak Sawit tahun 2017 masingmasing mencapai 17,3 juta Ton dan 0,49 ribu Ton atau tumbuh masing-masing di level 0,54% yoy dan -4,89% yoy.
• Ekspor Minyak Sawit Indonesia ditujukan ke lima negara utama (2017), yaitu: India (26,44%), Tiongkok (11,18%), Pakistan (7,89%),
Spanyol (4,97%) dan Bangladesh (4,45%).
• Selama 2013-2017, CAGR nilai ekspor Minyak Sawit naik 3,98% karena meningkatnya permintaan dari negara tujuan utama.
Selama tahun 2013-2017, CAGR (pertumbuhan majemuk per tahun) nilai ekspor Indonesia ke negara utama tersebut tercatat
positif: India (3,4%), Tiongkok (3,6%), Pakistan (15,7%), Spanyol (18,8%) dan Bangladesh (13,2%).
Nilai Ekspor dan Impor Minyak Sawit Indonesia
Growth (% yoy)
dalam Juta USD
Keterangan
CAGR
(20132017)
2013
2014
2015
2016
2017
Neraca (Ekspor-Impor)
15,792
17,465
15,381
14,361
18,511
Jan-Agst
2018
10,887
28.90%
-11.52%
4.05%
Ekspor
15,839
17,465
15,385
14,365
18,513
10,887
28.87%
-11.53%
3.98%
47.0
0.4
4.6
4.1
1.8
0.5
-56.22%
-69.13%
-55.74%
Impor
2017
Jan-Agst
2018
Volume Ekspor dan Impor Minyak Sawit Indonesia
Growth (% yoy)
dalam Ribu Ton
Keterangan
CAGR
(20132017)
2014
2015
2016
2017
Neraca (Ekspor-Impor) 20512.4
22,892
26,460
22,757
22,880
Jan-Agst
2018
17,306
Ekspor
20,578
22,892
26,468
22,759
22,882
17,307
0.54%
-3.86%
2.69%
Impor
65.56
0.30
7.57
2.66
2.53
0.49
-4.89%
-80.15%
-55.69%
2013
Jan-Agst
2018
2017
0.54%
-3.85%
2.77%
• Namun demikian, selama Januari-Agustus 2018. nilai dan volume ekspor Minyak Sawit Indonesia turun, masing-masing di level 11,53% yoy dan -3,86% yoy. Hal ini disebabkan oleh melemahnya permintaan sejumlah pasar tujuan utama. Sejumlah isu yang
menghambat ekspor Indonesia antara lain: (i) Tingginya bea masuk sawit ke India untuk melindungi industri pengolahannya; (ii)
Isu deforestasi dan kebijakan penghapusan biofuel berbasis pangan oleh Parlemen Eropa; dan (iii) Tingginya persediaan produk
minyak nabati lainnya di pasar global (seperti minyak rapeseed dan minyak bunga matahari).
Tren Nilai Ekspor ke Lima Negara Utama
2013
China
11,18%
Italy
3,81%
Netherlands
4,18%
Egypt
4,38%
Spain
Bangladesh 4,97%
4,45%
Sumber : www.trademap.org, diolah
2016
2017
3,6%
15,7%
1.794
1.790
2.047
1.642
2.069
United States
of America
3,16%
2015
Pakistan
7,89%
India
China
Pakistan
18,8%
13,2%
502
796
672
575
825
4.282
3.635
3.217
3.439
4.895
Malaysia
2,72%
2014
CAGR 2013-2017
3,4%
462
673
570
689
920
India
26,44%
Lainnya
26,82%
814
1.354
1.313
1.289
1.460
Tujuan Ekspor (2017)
Spain
Bangladesh
Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu
17
Ekspor minyak sawit Indonesia bergeser dari jenis minyak sawit mentah ke ekspor
fraksi minyak Sawit
Berdasarkan jenis produk, nilai ekspor Minyak Sawit tahun 2017 terbesar adalah
Fraksi Minyak Sawit (74,62%) dan Minyak Sawit Mentah (25,38%). Kemajuan hilirisasi
industri minyak sawit Indonesia terlihat cukup jelas. Jika dibandingkan satu dekade lalu
(2007), porsi Minyak Sawit Mentah lebih besar (53,02%) dibandingkan Fraksi Minyak Sawit (46,98%).
• Pada 2017, nilai ekspor Fraksi Minyak Sawit mencapai USD 13,8 miliar USD atau tumbuh 24,91% yoy dari tahun sebelumnya (11,1
miliar USD). Sementara itu, secara volume, ekspor Fraksi Minyak Sawit Indonesia justru turun di level -5,70% yoy sehingga hanya
mencapai 16,5 juta Ton setelah mencapai 17,5 juta Ton. Selama 2013-2017, CAGR ekspor Fraksi Minyak Sawit Indonesia masih
tercatat tumbuh 6,20% per tahun untuk nilai dan 4,17% per tahun untuk volume. Berdasarkan negara tujuan, ekspor Fraksi
Minyak Sawit menunjukkan tren positif selama lima tahun terakhir (CAGR 2013-2017) ke lima negara utama kecuali ke India baik
secara nilai maupun secara volume.
• Nilai ekspor Produk Minyak Sawit Mentah mencapai USD4,7 miliar pada
Ekspor Minyak Sawit Indonesia
2017 atau naik 42,13% yoy dari tahun sebelumnya (USD3,3 miliar). Dari sisi
volume, ekspor Minyak Sawit Mentah juga naik 21,18% yoy dari 5,3 juta
2017
2008
Ton pada 2016 menjadi 6,4 juta Ton pada 2017. Selama 2013-2017, CAGR
ekspor Minyak Sawit Mentah Indonesia masih tercatat tumbuh 6,20% per
Minyak
Sawit
tahun untuk nilai dan 4,17% per tahun untuk volume. Berdasarkan negara
Mentah
tujuan, ekspor Minyak Sawit Mentah ke lima negara utama menunjukkan
Minyak
Fraksi
25,38%
Fraksi
tren beragam selama lima tahun terakhir (CAGR 2013-2017). CAGR nilai
Sawit
Minyak
Minyak
Mentah
Sawit
dan volume ekspor ke India menunjukkan tren positif, sementara itu tren
Sawit
53,02%
46,98%
74,62%
ekspor ke Belanda, Singapura dan Italia menunjukkan tren menurun
(negatif), baik secara nilai maupun volume. Khususnya ke Spanyol, CAGR
2013-2017 nilai ekspor masih tercatat positif, namun volume ekspor
tercatat menurun.
Rincian Ekspor Minyak Sawit
dalam Juta USD
HS Code
Produk
'151190
Fraksi Minyak Sawit
'151110
Minyak Sawit Mentah
2013
2014
2015
2016
2017
Porsi 2017 CAGR 2013-17
Growth 2017
10,860
13,258
10,997
11,060
13,815
74.62%
6.20%
24.91%
4,979
4,207
4,388
3,306
4,698
25.38%
-1.44%
42.13%
Ribu Ton
HS Code
Produk
'151190
Fraksi Minyak Sawit
'151110
Minyak Sawit Mentah
2013
2014
2015
2016
2017
Porsi 2017 CAGR 2013-17
Growth 2017
13,993
17,166
18,679
17,475
16,479
72.02%
4.17%
-5.70%
6,585
5,727
7,789
5,284
6,403
27.98%
-0.70%
21.18%
Fraksi Minyak Sawit (151190)
Sumber : www.trademap.org, diolah
Minyak Sawit Mentah (151110)
Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu
18
Persebaran Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia terkonsentrasi di Sumatera dan
Kalimantan
• Sebaran luas area perkebunan kelapa sawit di Indonesia berdasarkan kepemilikan pada tahun
2017 didominasi oleh Perkebunan Besar Swasta (49,17%), diikuti oleh Perkebunan Rakyat (45,64%)
dan Perkebunan Besar Negara (5,19%). Berdasarkan wilayah, persebaran luas area perkebunan kelapa sawit terbesar berada di
Sumatera (57,48%), diikuti oleh Kalimantan (36,25%), dan Sulawesi (4,28%).
• Sementara itu, produksi perkebunan kelapa sawit di Indonesia berdasarkan kepemilikan pada tahun 2017 juga didominasi oleh
Perkebunan Besar Swasta (57,70%), diikuti oleh Perkebunan Rakyat (36,90%) dan Perkebunan Besar Negara (5,40%). Berdasarkan
wilayah, produksi perkebunan kelapa sawit terbesar berasal di Sumatera (60,57%), diikuti oleh Kalimantan (34,89%), dan Sulawesi
(3,46%).
Luas Area Produksi (Ribu Ha)
2016
Perkebunan Rakyat
2016
2017
1
1
Bali & NTB
Maluku
-
8
8
Jawa
Sulawesi
Papua
26
39
949
1.119
Kalimantan
Sumatera
Bali & NTB
9
11
6
6
201
206
Sulawesi
Jawa
91
132
Papua
213
294
3.544
4.152
2017
3.137
3.267
Kalimantan
Sumatera
-
23
21
Jawa
Maluku
26
26
Sulawesi
-
28
26
Papua
Bali & NTB
91
73
2.311
2.424
2017
Kalimantan
Sumatera
539
493
2016
Perkebunan Besar Swasta
Maluku
Perkebunan Besar Negara
Produksi (Ribu Ton)
0
0
Maluku
-
4
8
Jawa
Bali & NTB
45
53
2017
Papua
1.740
1.929
7
10
Maluku
Sumatera
10
12
Jawa
-
72
199
Papua
Bali & NTB
410
622
Sulawesi
493
562
8.854
9.952
Kalimantan
Bali & NTB
47
58
Jawa
-
40
34
Papua
Maluku
18
8
Sulawesi
135
143
Kalimantan
Sumatera
2016
Kalimantan
8.671
9.094
Sumatera
2017
Sulawesi
2016
2017
Perkebunan Rakyat
1.649
1.618
2016
Perkebunan Besar Swasta
9.293
10.167
Perkebunan Besar Negara
Dengan demikian, produktivitas perkebunan sawit Indonesia pada 2017 adalah 2,80 Ton/Ha, turun tipis dari 2016 (2,81 Ton/Ha).
Berdasarkan kepemilikan, produktivitas perkebunan tertinggi adalah: Perkebunan Besar Swasta 3,29 Ton/Ha. Sementara itu
berdasarkan wilayahnya, Sumatera mencatatkan produktivitas tertinggi (2,95 Ton/Ha), namun turun dari tahun sebelumnya (3,07
Ton/Ha)
Produktivitas (Ton/Ha)
2017
3,13 3,29
2,44 2,27
Perkebunan Perkebunan Perkebunan
Besar Negara Besar Swasta
Rakyat
Sumber : Statistik Kelapa Sawit Indonesia 2017, BPS
1,08 1,45
1,64
2,19
0,73 0,81
Maluku
2016
2,67 2,92
2017
Jawa
2,80
3,07 2,95
2016
2,57 2,70
2,10 2,27
Sulawesi
2,81
Wilayah
2017
Kalimantan
2016
Sumatera
Total
Papua
Kepemilikan
19
Status tanaman kelapa sawit
• Berdasarkan status tanaman, Tanaman Belum Menghasilkan (Immature) pada 2017 mencapai
2,3 juta Ha atau meningkat 16,5% yoy, Tanaman Menghasilkan (Mature) mencapai 9,7 juta
Ha atau meningkat 9,4% yoy, sementara itu Tanaman Tidak Menghasilkan/Tua/Rusak (Damage) hanya seluas mencapai 306 ribu
Ha atau turun 16,1% yoy.
• Berdasarkan regional, sebaran tanaman Immature pada 2017 paling luas berada di Sumatera (1,1 juta Ha) diikuti oleh Kalimantan
(990 ribu Ha). Sementara itu, pertumbuhan year-on-year (yoy) tanaman Immature tertinggi pada 2017 berada di Papua (naik
116,64% dari 35 ribu Ha pada 2016 menjadi 76 ribu Ha pada 2017).
• Sebaran tanaman Mature tertinggi masih di Sumatera (5,7 juta Ha) dan Kalimantan (3,4 juta Ha) yang masing-masing tumbuh
9,76% yoy dan 7,32% yoy pada 2017.
• Tanaman Damage di Sumatera mencapai 205 ribu Ha atau meningkat 14,21% yoy. Sementara itu di Kalimantan, luas tanaman
Damage adalah terbesar kedua, yaitu 51 ribu Ha, namun turun 65,87% yoy dari tahun sebelumnya. Area dengan pertumbuhan
luas tanaman Damage terbesar adalah Sulawesi, yang tumbuh 89,49% yoy.
• Berdasarkan kepemilikan, Perkebunan Besar Negara menunjukkan penurunan untuk jenis tanaman Immature (-36,17% yoy) dan
Mature (-9,63% yoy), sementara itu tanaman Damage naik di level 187,48% yoy.
• Perkebunan Besar Swasta mencatatkan pengelolaan yang cukup baik,
dimana tanaman Immature dan Mature tumbuh positif masing-masing
di level 15,50% yoy dan 5,30% yoy, sementara itu Damage turun di level
-37,67% yoy.
• Sementara itu, Perkebunan Rakyat mencatatkan peningkatan pada
seluruh jenis tanaman: Immature naik 21,41% yoy, Mature naik 17,89%
yoy dan Damage naik 9,05% yoy.
Lahan Menurut Status (Ribu Ha)
2016
2017
8.844
9.672
2.321
1.993
365
Immature
Mature
306
Damage
Berdasarkan Regional (Ribu Ha)
Damage
2017
2017
0
0
3
2
Maluku
14
11
Papua
Jawa
19
36
Sulawesi
7
10
Maluku
Kalimantan
30
30
Jawa
180
205
150
51
96
110
Papua
Sumatera
292
359
3.184
3.418
2016
Sulawesi
3
2
Maluku
Kalimantan
4
3
Jawa
2016
Sumatera
35
76
Sulawesi
Papua
2017
129
132
843
990
Kalimantan
979
1.119
Sumatera
Mature
5.234
5.745
Immature
2016
Berdasarkan Regional (Ribu Ha)
2017
2017
129
Perkebunan Rakyat
118
147
Perkebunan Besar
Swasta
10
Perkebunan Besar
Negara
Perkebunan Rakyat
30
4.223
2016
3.582
4.893
4.647
Damage
556
615
Sumber : Statistik Kelapa Sawit Indonesia 2017, BPS
Perkebunan Besar
Swasta
Perkebunan Rakyat
Perkebunan Besar
Negara
1.262
1.039
1.006
Perkebunan Besar
Swasta
52
Perkebunan Besar
Negara
82
2016
2017
871
2016
Mature
237
Immature
20
Struktur rantai pasok kelapa sawit
• Struktur jaringan rantai pasok kelapa sawit:
o Penyediaan tandan buah segar kelapa sawit di perusahaan hingga diolah menjadi crude palm
oil (CPO).
o Proses aliran produk dimulai dari penyediaan bahan baku yang berasal dari tiga jenis aliran, yaitu perkebunan unit usaha,
kebun se induk, dan dari hasil perkebunan kelapa sawit rakyat melalui pengepul yang menjadi supplier pabrik kelapa sawit.
o Pabrik kelapa sawit bertanggung jawab untuk mengolah bahan baku hingga menjadi produk crude palm oil (CPO) dan hasil
sampingnya berupa inti kelapa sawit (PKO).
o Produk CPO dan PKO kemudian didistribusikan kepada konsumen agroindustri sekunder, baik berupa pasar luar negeri
maupun pasar dalam negeri melalui kontrak kerja dan pelelangan yang telah disetujui oleh pihak kantor pusat perusahaan.
• Selain kedua produk tersebut, dihasilkan pula produk samping lainnya berupa cangkang sawit dan effluent yang juga dikirimkan
kepada konsumen.
• Penelitian dilakukan di perusahaan sawit swasta dan BUMN, serta perusahaan hulu dan hilir dari minyak sawit yang berada di
Provinsi Sumatera Utara.
Sumber : Penelitian Analisis Rantai Pasok (Supply Chain) Minyak Sawit Tahun 2018, Universitas Sumatera Utara
21
Efisiensi dan titik kritis rantai pasok kelapa sawit
• Dari sisi efisiensi, industri CPO belum efisien. Untuk meningkatkan efisiensi maka perlu
dilakukan berbagai pembenahan. Dari model DEA dengan pendekatan input orinted menunjukkan
bahwa pabrik CPO yang belum efisien dapat meningkatkan efisiensinya dengan menurunkan penggunaan input (jumlah pekerja
dan nilai bahan baku) dengan output dihasilkan tetap.
• Peran pemerintah juga perlu ditingkatkan terutama bagi perusahaan milik pemerintah (PTPN) yang memiliki tingkat efisiensi
paling rendah dibandingkan perusahaan swasta nasional dan asing. Pemerintah sebagai pemegang saham pabrik sawit memiliki
peran yang penting untuk meningkatkan efisiensi pabrik-pabrik tersebut terutama apabila ingin bersaing dengan pabrik milik
swasta nasional dan asing.
• Pabrik milik swasta nasional memiliki nilai efisiensi lebih tinggi dibandingkan pabrik milik pemerintah. Hal ini disebabkan pabrik
PKS milik swasta nasional relatif lebih baru dan sebagian besar sudah terintegrasi dengan industri turunan CPO, seperti minyak
goreng. Saat ini, pasar yang dituju terfokus pada pasar domestik.
• Strategi untuk meningkatkan daya saing adalah dengan melakukan kebijakan hilirisasi integrasi dari hulu ke hilir.
• Titik kritis rantai pasok Kelapa Sawit Indonesia, antara lain:
1. Ketidaksesuaian perencanaan kapasitas dengan realisasi pengolahan.
2. Kesenjangan bahan baku tersedia dengan rancangan.
3. Ketidaksesuaian rantai pasok dengan anggaran biaya.
4. Rendemen yang dihasilkan tidak memenuhi standar
5. Target produksi tidak tercapai
6. Keterlambatan bahan baku dari pemasok dan afdeling
7. Bahan baku tidak memenuhi rancangan kapasitas
8. Rendahnya mutu pasokan bahan baku
9. Bahan baku yang tidak sesuai/tidak lolos sortasi
10. Perubahan kualitas bahan baku
11. Tidak melakukan evaluasi kinerja pemasok
Sumber : Penelitian Analisis Rantai Pasok (Supply Chain) Minyak Sawit Tahun 2018, Universitas Sumatera Utara
22
Kesenjangan kualitas pengembangan usaha ekspor minyak kelapa sawit
• Tantangan industri kelapa sawit Indonesia untuk meningkatkan kualitas ekspor kelapa sawit.
1. Terkait standar Free Fatty Acid (FFA). FFA merupakan ukuran utama kualitas CPO. Faktor rendahnya FFA dapat disebabkan
oleh buah sawit yang dipetik terlalu tua atau terlalu muda, pengolahan yang tertunda dan suhu perebusan yang terlalu tinggi.
Untuk menyelesaikan masalah FFA, setiap perusahaan CPO dan petani kelapa sawit perlu memiliki teknologi untuk
memastikan kematangan kelapa sawit.
2. Sulitnya akses terhadap bibit berkualitas. Hal ini disebabkan oleh tingginya permintaan bibit kelapa sawit namun tidak
diimbangi oleh ketersediaan bibit sawit unggul dan bersertifikat.
3. Adanya monopolistic competition yang memengaruhi harga kelapa sawit. Monopolistic Competition merupakan sebuah
situasi ketika harga bukan menjadi faktor utama tingginya pembelian atau keuntungan. Hal ini terjadi ketika kampanye
negatif terhadap industri kelapa sawit terjadi cukup masif terkait masalah lingkungan.
4. Harga CPO sangat dipengaruhi oleh Eropa. Padahal Indonesia merupakan negara produsen kelapa sawit, namun dengan
statusnya tersebut tetap tidak mampu menentukan harga.
Sumber : Penelitian Analisis Rantai Pasok (Supply Chain) Minyak Sawit Tahun 2018, Universitas Sumatera Utara
23
Daya saing minyak sawit Indonesia di India tergerus akibat kebijakan bea masuk
bagi minyak sawit Indonesia dan adanya perjanjian perdagangan minyak sawit
antara Malaysia dan India
Perdagangan Indonesia-India
USD miliar
2015
2016
4,0
4,0
2,7
2,9
4,0
Ekspor Indonesia ke Impor Indonesia
India
dari India
2017
9,07
8,30
8,99
7,22
10,12
2014
13,0
12,2
11,7
10,1
14,1
2013
Neraca Indonesia
India
• Total perdagangan Indonesia – India
pada 2017 mencapai USD18,0 miliar,
dengan total ekspor Indonesia ke India sebesar USD14,1 miliar dan total
impor Indonesia dari India sebesar USD4,0 miliar.
• Indonesia mencatatkan neraca perdagangan positif terhadap India pada
2017 sebesar USD10,12 miliar.
• Sepanjang tahun pengamatan (sejak 2001), perdagangan Indonesia
dengan India selalu mencatatkan surplus di sisi Indonesia.
• Minyak sawit dan batubara merupakan dua ekspor utama Indonesia ke India dengan porsi masing-masing 34,76% dan 33,45%
terhadap total ekspor Indonesia ke India.
• Oleh karena itu, penerapan kenaikan bea masuk Minyak Sawit Indonesia di India berkontribusi terhadap turunnya kinerja ekspor
Minyak Sawit Indonesia. Secara kumulatif Januari – Agustus 2018, nilai ekspor Minyak Sawit Indonesia tercatat telah turun
11,53% yoy.
• Bea masuk Minyak Sawit Indonesia di India rencananya akan dinaikkan dari 30% menjadi 44% untuk minyak kelapa sawit dan
dari 40% menjadi 54% untuk produk turunan sawit per 1 Januari 2019, hal tersebut terkait skema Asean-India Free Trade
Agreement (AIFTA). Kenaikan tarif impor produk turunan sawit India bisa berdampak signifikan terhadap volume impor dari
Indonesia dan Malaysia. Namun demikian, India dan Malaysia menyepakati kebijakan panen awal (early harvest) sehingga
bea masuk Minyak Sawit asal Malaysia per 1 Januari 2019 menjadi 4% lebih rendah dari pada Minyak Sawit asal Indonesia:
40% untuk minyak sawit dan 50% untuk produk turunan sawit. Skema itu berdasarkan India dan Malaysia Coomprehensive
Economic Cooperation Agreement (CECA).
• Hal ini menguntungkan minyak kelapa sawit Malaysia namun menyebabkan minyak kelapa sawit Indonesia menjadi relatif kurang
kompetitif.
Fraksi Minyak Sawit (151190)
Kabel
tembaga
1,34%
Kertas tidak
dilapisi
1,07%
Lainnya
19,46%
Minyak
bumi
6,58%
Minyak
Sawit
34,76%
Asam lemak
monokarbo
ksilat
1,87%
Karet Alam
3,14%
Minyak Sawit Mentah (151110)
Lainnya
64,98%
Batubara
33,45%
Biji
Tembaga
4,93%
Sumber : www.trademap.org, diolah
Kacang
tanah
5,85%
Cyclic
hydrocarbo
ns
5,65%
Motor
cars/vehicle
s
4,07%
Kendaraan
bermotor
untuk
mengangkut
barang
3,58%
Besi
setengah
jadi atau
baja nonalloy
5,34%
Daging sapi,
beku
3,95%
Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu
24
Harga minyak sawit menurun karena tingginya pasokan dan upaya sejumlah negara
meningkatkan penggunaan minyak nabati lainnya
• Harga rata-rata Minyak Sawit di pasar global selama Januari – Oktober 2018 tercatat di
level USD579,2/metric Ton, turun 10,77% dibandingkan harga rata-rata sepanjang 2017
(USD649,1/metric Ton) karena sejumlah faktor:
o Pasokan global cukup tinggi (over supply) di negara produsen utama: Indonesia dan Malaysia karena faktor cuaca yang
baik.
o Isu deforestasi dan kebijakan penghapusan biofuel berbasis pangan oleh Parlemen Eropa menekan permintaan Minyak
Sawit di pasar global.
o Harga Minyak Sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya. Perang dagang AS dan Tiongkok
menyebabkan tertahannya demand Tiongkok atas produk kedelai asal AS, hal ini menyebabkan harga kedelai di pasar
global turun dan ikut menyeret tertekannya harga Minyak Sawit. Di sisi lain, pemberlakuan Tiongkok berupa penerapan
bea masuk 25% atas kedelai AS akan mendorong naiknya harga Minyak Sawit.
• Harga rata-rata Minyak Sawit pada 2018 diperkirakan berada di level USD570/metric Ton atau turun di level -12,2% yoy. Pada
2019, harga Minyak Sawit diperkirakan tumbuh tipis 3,9% yoy ke level USD592/metric Ton. Penerapan B20 (atau biodiesel 20%
yang merupakan bahan bakar diesel campuran 20% minyak nabati dan 80% minyak bumi) oleh pemerintah Indonesia
diperkirakan akan menjadi faktor pendorong harga Minyak Sawit tahun 2019.
1.600
120
1.300
90
1.000
60
700
30
400
Minyak Sawit
Jan2018 2019 2020 2021
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Okt
P
P
P
P
2018
901
1.12
999
857
821
559
639
649
579
570
592
615
639
Minyak Kedelai 1.00
1.29
1.22
1.05
909
683
734
758
709
695
716
738
761
Minyak Bumi
104
105
104
96
51
43
53
70
72
74
69
69
79
USD/barel
USD/metric Ton
Harga Minyak Sawit, Minyak Kedelai, & Minyak Mentah Dunia
-
Pada tahun 2017, harga Minyak Sawit di pasar global naik tipis 1,56% yoy, sementara kenaikan harga di pasar domestik (di
tingkat pengumpul) naik pada level yang relatif lebih tinggi.
Medan
Padang
Pekanbaru
Jambi
10.000
900,0
8.000
700,0
6.000
500,0
4.000
300,0
2013
2014
2015
2016
2017
Harga Dunia (USD/metric Ton)
Harga Domestik (Rp/kg)
Perkembangan Harga Minyak Sawit di
Pasar Domestik dan Global
• Harga rata-rata di Medan tahun 2017 mencapai Rp8.057/kg,
naik 1,58% yoy (dari Rp7.932/kg pada tahun 2016).
• Harga rata-rata di Padang tahun 2017 mencapai Rp8.878/kg,
naik 12,22% yoy (dari Rp7.911/kg pada tahun 2016).
• Harga rata-rata di Pekanbaru tahun 2017 mencapai
Rp8.943/kg, naik 10,57% yoy (dari Rp8.088/kg pada tahun
2016).
• Harga rata-rata di Jambi tahun 2017 mencapai Rp8.511/kg,
naik 16,09% yoy (dari Rp7.311/kg pada tahun 2016).
• Harga rata-rata di Pangkal Pinang tahun 2017 mencapai
Rp7.066/kg, naik 3,83% yoy (dari Rp6.805/kg pada tahun
2016).
• Harga rata-rata di Pontianak tahun 2017 mencapai Rp7.911/kg,
atau sama dengan harga tahun sebelumnya.
• Harga rata-rata di Banjarmasin tahun 2017 mencapai
Rp8.537/kg, naik 23,66% yoy (dari Rp6.904/kg pada tahun
2016).
Harga domestik merupakan harga di tingkat pengumpul (kolektor) Sumber : Kementerian Pertanian, melalui CEIC, diolah
25
Adanya kenaikan harga tipis pada minyak sawit global di 2019 dikonfirmasi oleh
rendahnya stock-to-usage ratio
Proyeksi perbaikan harga Minyak Sawit di tahun 2019 juga terkonfrmasi dari estimasi
Stock-to-usage ratio (SUR) 2018/19F Minyak Sawit dunia yang relatif rendah (13,0%),
lebih rendah dari 2017/18 (13,3%) dan rata-rata 5 tahun terakhir (13,9%), hal ini optimis akan mendorong
peningkatan harga Minyak Sawit ke depannya.
Juta Ton
26
Penggunaan minyak sawit sebagai bahan biodiesel optimis masih pada tren
meningkat
Indonesia tetap berkomitmen untuk menjalankan rencana peningkatan biodiesel
meskipun harga minyaknya saat ini rendah, sehingga melemahkan daya tarik penggunaan
biodiesel dan membuat sektor ini sangat bergantung pada dukungan Pemerintah. Pemerintah telah membuat
kebijakan agresif untuk mendukung produksi biodiesel dalam beberapa tahun terakhir - campuran Minyak Sawit
wajib menjadi 15% pada tahun 2015 dan mulai, pada Q4-16, mulai memberlakukan 20% untuk campurannya.
BMI Research
Pemerintah Indonesia meminta pemerintah Malaysia untuk merealisasikan rencana penggunaan biodiesel B20
untuk meningkatkan permintaan minyak kelapa sawit. Saat ini Indonesia dan Malaysia sudah membentuk dewan
negara-negara produsen minyak sawit atau Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC). Negara-negara yang
tergabung di CPOPC akan bekerja sama meyakinkan China untuk juga ikut merealisasikan penggunaan
pencampuran bahan bakar solar dengan bahan bakar kelapa sawit minimal 5 % (B5).
Sumber: Kompas, November 2018.
Tiongkok meningkatkan pembelian minyak sawit dan biodisel dari Indonesia sepanjang Oktober 2018. Naiknya
impor minyak sawit Tiongkok didorong oleh pengurangan pasokan kedelai oleh Tiongkok dari AS sebagai efek dari
perang dagang kedua negara raksasa tersebut. Selain itu, pembelian biodiesel Tiongkok naik signifikan angka
karena Tiongkok mulai mempromosikan penggunaan biodiesel dalam rangka mengurangi emisi gas rumah kaca.
Pilot project B5 telah dilaksanakan di Shanghai dan akan terus dipromosikan secara luas di Tiongkok. Program ini
tentunya membuka peluang bagi pasar biodiesel berbasis minyak sawit Indonesia untuk membuka pasar di
Tiongkok.
Sumber: sawitindonesia.com, Desember 2018.
Pemerintah melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 152 Tahun 2018 tentang tarif layanan Badan
Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit menetapkan untuk membebaskan pungutan ekspor minyak
sawit jika harga minyak sawit beserta turunannya berada di bawah US$ 570 per ton. Tarif akan dikenakan
bervariasi antara US$ 10 sampai US$ 25 per ton jika harga minyak sawit mulai perlahan bangkit di kisaran harga
US$ 570 per ton hingga US$ 619 per ton. Aturan ini masih sesuai dengan klasifikasi komoditas yang tercantum
dalam PMK 152/2018.
Sementara itu, pungutan ekspor juga bakal kembali seperti semula yaitu sebesar 50% jika harga minyak sawit
telah melewati batas harga US$ 619 per ton. Aturan baru ini merupakan revisi atas PMK 81/2018.
Harga Biodiesel Februari 2019 Terdongkrak Minyak Sawit. Indeks Harga Pasar (HIP) Harga Bahan Bakar Nabati
(BBN) untuk biodiesel periode Febuari meningkat 10% menjadi Rp 7.015 per liter dibandingkan periode Januari Rp
6.371 per liter. Salah satu penyebabnya adalah kenaikan harga kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO).
Besaran ongkos angkut pada formula perhitungan harga Biodiesel mengikuti ketentuan dalam Keputusan Menteri
ESDM No. 350 K/12/DJE/2018. Indikator lainnya yakni konversi nilai kurs menggunakan referensi rata-rata kurs
tengah Bank Indonesia periode 15 Desember 2018 s.d.14 Januari 2019.
Sumber: www.katadata.co.id, Januari 2019
27
Isu perusakan lingkungan masih membayangi Minyak Sawit
Indonesia
Isu lingkungan dan hak buruh seputar produksi Minyak Sawit terus menekan industri
Minyak Sawit Indonesia dan mendorong produsen besar untuk mengadopsi skema
berkelanjutan.
BMI Research
Uni Eropa akan lebih protektif dengan makanan berbasis Minyak Sawit dan biodiesel. Pada bulan Maret 2017,
Parlemen Eropa menyetujui sebuah laporan tentang Minyak Sawit dan penggundulan hutan di hutan hujan, yang
meminta adanya UE menerapkan kriteria keberlanjutan minimum untuk produk Minyak Sawit dan
mempertimbangkan perubahan penggunaan lahan saat menilai biofuel yang dihasilkan dari minyak nabati.
Rencana-rencana tersebut akan direkomendasikan melalui amandemen musim dingin UE atas paket energi, yang
akan memiliki kekuatan hukum.
BMI Research
Pemerintah tengah mempersiapkan sejumlah isu penting yang akan dibawa dalam pertemuan Council of Palm
Oil Producing Countries (CPOPC) atau Dewan Negara-Negara Penghasil Minyak Sawit yang akan digelar pada
Desember 2018 di Malaysia. Kesempatan tersebut akan digunakan untuk mencari solusi atas kampanye hitam
yang selama ini dituduhkan terhadap sawit Indonesia dan mengambil langkah-langkah baik taktis maupun strategis
untuk menghadapinya.
Sumber: Liputan 6, November 2018.
Uni Eropa berencana mendeklarasikan Delegated Act pada Februari 2019. Deklarasi itu berarti kesiapan Uni
Eropa mengimplementasikan Renewable Energy Directive (RED) II. RED II merupakan kesepakatan mengenai
penggunaan bahan bakar ramah lingkungan (biofuel) yang berlaku mulai 2020. Melalui kesepakatan ini, sepanjang
2020–2030, negara-negara Uni Eropa akan menetapkan kelapa sawit dalam kategori tanaman pangan risiko tinggi
dan risiko rendah Indirect Land Usage Change (ILUC). Artinya, mereka akan membatasi penggunaan minyak sawit
dan bahkan menghapusnya secara bertahap dari pasar bahan bakar nabati Uni Eropa.
Sumber: www.insight.kontan.co.id, Januari 2019
28
Indonesia berupaya meningkatkan sustainability Sawit melalui perolehan Certified
Sustainable Palm Oil (CSPO) untuk pelaku usaha di sektor kelapa sawit
Indonesia berkomitmen meningkatkan kualitas dan keberlanjutan sektor
industri kelapa sawit. Namun, peringkat jumlah membership RSPO Indonesia per
Juni 2018 belum masuk ke dalam peringkat 10 besar, sementara Malaysia berada di peringkat 8 dengan
total 139 keanggotaan. Dari sisi jumlah sertifikasi kelompok tani di Indonesia, terlihat peningkatan dari
tahun ke tahun.
Total Keanggotaan RSPO
Sertifikasi Kelompok Petani
30-Jun-13
30-Jun-14
30-Jun-15
USA
446
30-Jun-16
30-Jun-17
30-Jun-18
UK
432
Netherlands
1.151
1.336
1.001
1.669
451
Germany
Spain
138
Australia
132
72
Others
1.444
Indonesia
Malaysia
423
423
700
798
149
139
349
Belgium
Malaysia
708
200
161
142
350
Italy
France
658
658
810
501
1.024
228
Thailand
Certified Area by Region – Juni 2018
Total area yang disertifikasi di Indonesia dan
Malaysia pada Juni 2018 mencapai 79% total
certified area (2,5 juta Ha).
Total 3.176.852 Ha per Juni 2018
1.719.606
1.555.847
955.233
645.619
327.124
285.687
Indonesia
Malaysia
231.591
230.361
Latin America Rest of Asia
pAcific
107.057
55.156
Africa
Namun, terdapat penurunan luas area Indonesia
yang disertifikasi sebesar 10% dari tahun
sebelumnya karena adanya penangguhan dan
penundaan pembaharuan lisensi anggota di
PalmTrace.
Sumber : www.rspo.org, diolah
Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) merupakan organisasi yang bertujuan untuk mengembangkan standar
dan meningkatkan impelementasi sustainability sektor industri kelapa sawit global.
• RSPO telah menerapkan delapan kriteria lingkungan dan sosial yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha guna
memperoleh Certified Sustainable Palm Oil (CSPO), yaitu: (1) Komitmen terhadap transparansi; (2) Memenuhi hukum
dan peraturan yang berlaku; (3) Komitmen terhadap kelayakan ekonomi dan keuangan jangka panjang; (4)
Penggunaan praktik terbaik dan tepat oleh perkebunan dan pabrik; (5) Tanggung jawab lingkungan dan konservasi
kekayaan alam dan keanekaragaman hayati; (6) Bertanggung jawab atas karyawan, individu, dan komunitas yang
terkena dampak perkebunan dan pabrik; (7) Pengembangan perkebunan baru yang bertanggung jawab; dan (8)
Komitmen terhadap perbaikan terus-menerus pada wilayah-wilayah utama aktivitas.
Selain itu, terdapat RSPO Next yang merupakan sejumlah kriteria sukarela dan tambahan yang diperluas guna
melingkupi aspek lingkungan dan sosial.
• Enam prinsip pada RSPO Next yaitu: (1) Tanpa deforestasi; (2) Tanpa Api; (3) Tidak terdapat penanaman pada lahan
gambut; (5) Mengurangi Green House Gas (GHG) atau gas-gas yang menyerap panas matahari (radiasi inframerah)
ketika dipantulkan kembali oleh permukaan bumi, seperti: uap air, karbondioksida (CO2), nitro oksidan (N2O) dan
metan; dan (6) Keterbukaan.
29
Produksi minyak sawit global diprediksi meningkat ditopang oleh meningkatnya
produksi minyak sawit Indonesia
Produksi dan konsumsi empat minyak nabati utama dunia (sawit, kedelai, kernel
dan kelapa) pada 2018/19 diproyeksikan masing-masing mencapai 140,5 juta metrik
Ton dan 136,1 juta metrik Ton atau masing-masing naik 4,43% yoy dan 4,80% yoy. Kenaikan produksi dan
konsumsi ditopang oleh positifnya pertumbuhan keempat minyak nabati utama tersebut. Minyak Sawit sendiri
diestimasikan menyumbang 51,44% total produksi dan 50,54% total konsumsi.
Proyeksi Produksi dan Konsumsi Empat Minyak Nabati Utama Dunia
Produksi (Juta
Metrik Ton)
Palm Oil
Soybean Oil
Palmkernel Oil
Coconut Oil
Grand Total
2010/11
2015/16
2016/17
2017/18
49.2
41.5
5.4
3.1
99.2
58.9
51.5
6.4
2.6
119.4
65.3
53.7
7.0
2.5
128.4
69.3
54.9
7.5
2.8
134.5
KONSUMSI 2018/19 (P)
Palmker
nel Oil
5,68%
Soybea
n Oil
41,66%
Coconut
Oil
2,13%
Palm Oil
50,54%
Konsumsi (Juta
Metrik Ton)
Palm Oil
Soybean Oil
Palmkernel Oil
Coconut Oil
Grand Total
2018/19 Growth %
(P)
(2018/19 P)
72.3
4.30%
57.5
4.72%
7.8
3.83%
2.9
3.78%
140.5
4.43%
PRODUKSI 2018/19 (P)
Palmker
nel Oil
5,54%
Coconut
Oil
2,05%
Soybean
Oil
40,96%
2010/11
2015/16
2016/17
2017/18
45.3
40.5
5.2
3.2
94.2
59.3
52.1
6.7
2.7
120.7
61.6
53.3
6.9
2.5
124.3
65.4
54.5
7.3
2.7
129.9
Palm Oil
51,44%
2018/19 Growth %
(P)
(2018/19 P)
68.8
5.26%
56.7
4.00%
7.7
5.76%
2.9
7.22%
136.1
4.80%
Produksi dan konsumsi Minyak Sawit pada 2018/19 diproyeksikan masing-masing mencapai 69,3 juta Metrik Ton dan
68,8 juta metrik Ton atau tumbuh masing-masing 4,30% yoy dan 5,26% yoy. Pertumbuhan produksi tertinggi pada
2018/19 adalah minyak kedelai, sementara untuk pertumbuhan konsumsi tertinggi adalah minyak kelapa.
Proyeksi Produksi dan Konsumsi Empat Minyak Nabati Utama Dunia
• Proyeksi pertumbuhan produksi dan konsumsi Minyak Sawit yang positif ditopang oleh meningkatnya produksi
dan konsumsi pada negara-negara utama, kecuali produksi di Colombia yang diestimasikan turun 6,02% yoy dan
konsumsi di European Union (EU) yang diestimasikan turun 1,53% yoy.
• Penurunan konsumsi di EU diperkirakan karena lebih protektifnya EU dalam mengimpor makanan dan biodiesel
berbasis minyak sawit.
• Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memperkirakan produksi minyak sawit tahun depan akan
mencapai 46,5 juta ton. Proyeksi tersebut meningkat dibandingkan produksi tahun ini yang sebesar 42 juta ton.
Peningkatan produksi ini meningkat melihat produktivitas tanaman sawit semakin tinggi seiring dengan usia
tanaman.
30
Sebagai produsen terbesar dunia, minyak sawit Indonesia di pasar global memiliki
daya saing yang tinggi
Sebagai eksportir terbesar dunia, daya saing produk Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm
Oil) Indonesia di pasar global berada dalam zona sangat baik. Daya Saing Minyak Sawit
Indonesia lebih baik dari tiga eksportir utama lainnya: Malaysia, Belanda, dan Papua Nugini.
Eksportir
Terbesar
(2017)
HS Code
Average RSCA
2013-2017
Negara
1
2
3
4
1511
Indonesia
Malaysia
Netherlands
Papua New Guinea
2013
0.96
0.93
0.06
0.93
2014
0.96
0.94
0.16
0.95
2015
0.96
0.93
0.03
0.93
2016
0.97
0.93
0
0.92
2017
0.97
0.93
0.05
0.92
0.97
0.92
0.05
0.92
Sumber : www.trademap.org, diolah
Kinerja ekspor Minyak Sawit Malaysia cukup bagus. Hal tersebut didorong oleh kebijakan orientasi ekspor Malaysia
serta ekspansi investasi perkebunan sawit ke luar negeri, sehingga terbatasnya areal perkebunan sawit yang dimiliki
tidak menjadi masalah yang signifikan bagi Malaysia.
Produksi (Ribu Ton)
2011
2012
Malaysia
2013
2014
2015
2016
34.468
19.919
31.488
17.319
31.070
19.962
29.278
19.667
Indonesia
27.782
19.216
26.016
18.785
23.976
18.912
Malaysia
Luas Area Perkebunan Sawit (Ribu Ha)
2017
5.000
2011
5.392
5.230
5.077
10.755
10.465
10.133
9.132
Indonesia
2012
2013
2014
11.260
5.643
2015
11.201
5.738
2016
12.298
5.811
2017
Sumber : Malaysian Palm Oil Board (MPOB), Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Perkebunan (Kementerian Pertanian RI), November 2018
Dibandingkan dengan Malaysia, Indonesia masih lebih mendominasi market share Minyak Sawit di sejumlah negara
pengimpor Minyak Sawit, seperti: India, Pakistan, Tiongkok dan Uni Eropa (28). Di Pakistan, posisi Malaysia sebagai
supplier Minyak Sawit terbesar telah digantikan oleh Indonesia sejak tahun 2014.
Asal Impor Minyak Sawit India
54,01%
31,80%
2012
Indonesia
66,42%
59,64%
26,72%
2013
37,92%
2014
Asal Impor Minyak Sawit Pakistan
Indonesia
Malaysia
58,93%
39,81%
2015
52,94%
34,82%
2016
64,01%
64,96%
2012
14,88%
5,06%
2012
12,90%
3,11%
3,93%
2013
2,82%
2014
2015
1,81%
2016
83,52%
Malaysia
79,27%
77,23%
16,25%
20,72%
22,75%
2013
2014
2015
2016
2017
Asal Impor Minyak Sawit EU (28)
Malaysia
13,04%
72,12%
27,68%
33,86%
21,86%
2017
Asal Impor Minyak Sawit Tiongkok
Indonesia
15,37%
12,52%
62,15%
37,76%
Indonesia
39,26%
15,84%
29,87%
35,22%
Malaysia
36,80%
33,66%
37,96%
1,01%
26,22%
21,87%
20,72%
22,82%
20,25%
16,53%
2017
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Sumber : Trademap.org
Keterangan :
RSCA : 0 s.d 1= Produk Kompetitif, 0 s.d -1= Produk Tidak Kompetitif. Revealed Symmetric Comparative Advantage atau RSCA merupakan indikator untuk mengukur daya saing suatu komoditi. Pada
dasarnya perhitungan ini sama dengan perhitungan RCA, tetapi dengan pembilang dikurangi 1 dan penyebut ditambah 1. Hal ini bertujuan untuk menciptakan distribusi normal dari nilai RSCA.
Nilai RSCA berkisar antara -1 sampai dengan 1. Apabila hasil perhitungan antara 0 dan 1 maka komoditas tersebut memiliki keunggulan komparatif yang baik. Sebaliknya tidak memiliki
keunggulan komparatif apabila bernilai 0 sampai dengan -1.
31
Sebagai Kompetitor Terbesar, Malaysia Memiliki Malaysian Palm Oil Council (MPOC)
yang Memiliki Regional Office di 10 Negara di Dunia guna meningkatkan peluang
perdagangan di pasar baru
Misi
Untuk mempromosikan perluasan pasar minyak sawit Malaysia dan produk-produknya dengan meningkatkan citra
minyak sawit dan menciptakan penerimaan minyak sawit yang lebih baik melalui kesadaran akan berbagai keunggulan
teknologi dan ekonomi (keunggulan tekno-ekonomi) dan kelestarian lingkungan.
Tujuan
• Untuk meningkatkan peluang perdagangan dengan mengidentifikasi dan memenuhi peluang terbaru/terkini di
pasar.
• Untuk mendorong diversifikasi produk dengan menggunakan minyak sawit Malaysia sebagai bahan utama,
sehingga berperan penting dalam pembuatan produk-produk baru dan reformulasi produk
• Untuk meningkatkan pemahaman tentang minyak kelapa sawit, meningkatkan penerapannya dan menjelaskan
berbagai manfaatnya
• Untuk menjunjung tinggi nama baik minyak sawit Malaysia dengan menutup kesenjangan antara masalah persepsi,
tuduhan dan kenyataan minyak sawit
• Untuk melindungi minyak sawit Malaysia sebagai minyak nabati yang paling dominan dalam hal cakupan pasar,
manfaat gizi, dan kelestarian lingkungan
HQ dan Regional Office
• HQ: Selangor Malaysia
• Regional Office: (1). Washington DC-Amerika Serikat, (2) Brussel-Belgia sebagai hub di Eropa, (3) Accra-Ghana, (4)
Lahore-Pakistan, (5) Mumbai-India, (6) Dhaka-Bangladesh, (7) Shanghai-China, (8) Istanbul Turki, (9) New CairoMesir, (10) Moskow-Rusia
Penting bagi Indonesia untuk memiliki ‘hub’ minyak sawit nasional untuk memasuki pasar baru atau akses ke
negara/kawasan lainnya
Selain itu, walaupun Indonesia merupakan produsen tertinggi yang memenuhi kebutuhan kelapa sawit dunia,
namun Indonesia masih perlu untuk terus meningkatkan kualitas dan aspek lainnya di dalam industri kelapa sawit.
Indonesia hanya memiliki 3 buah inovasi paten, sedangkan Malaysia memiliki 79 inovasi paten, Singapura memiliki
34 inovasi paten dan Thailand memiliki 4 paten.
32
Dalam Mendorong Industri Hilir dengan bahan baku produk dari Minyak Sawit
diperlukan infrastruktur yang Memadai dan Kemudahan dalam
Berinvestasi
Pohon Industri Kelapa Sawit
Produk
Bahan Baku
Nilai Tambah (%)
Minyak Goreng
CPO
50
Biodiesel
CPO
66
Fatty Acid
CPO, PKO, Katalis
100
Ester
Palmitat, Miristat
150-200
Surfaktan
Strarat, Oleat, Sorbitol, Gliserol
300-400
Kosmetik
Sufaktan, Ester, Amida
600-1000
Minyak kelapa sawit merupakan bahan dasar pembuatan berbagai produk toiletries, makanan, kosmetik, farmasi, dan
bahan bakar nabati.Industri hilir memberikan keuntungan lebih besar bagi suatu negara karena memberikan nilai
tambah produk dan membuka lapangan pekerjaan. Seperti pengolahan CPO menjadi minyak goreng memberikan nilai
tambah 50%, fatty acid 100, ester 150-200, biodiesel 66%, surfaktan 300 400% dan kosmetik 600-1000%. Minyak
goreng merupakan industri hilir kelapa sawit Indonesia yang paling menonjol. Dari 17 industri pengolahan
perkebunan, minyak goreng memiliki nilai tambah bruto tertinggi yaitu Rp 374,6 miliar. Industri sawit Indonesia
terbuai pada tingginya poduksi CPO, padahal disisi lain terdapat potensi besar diversifikasi produk sawit.
Sumber: Tujuan Ekonomi Industri Hilir Sawit, Eko Listyanto, INDEF, Januari 2018 dan Penelitian Analisis Rantai Pasok (Supply Chain) Minyak
Sawit Tahun 2018, Universitas Sumatera Utara
33
Outlook ekspor minyak sawit
Proyeksi Demand
Permintaan minyak sawit Indonesia dari sejumlah negara tujuan utama diperkirakan meningkat. Membaiknya ekspor
ke negara tujuan utama. India, Tiongkok, Spanyol, Belanda, Mesir, dan Bangladesh merupakan 55,60% pangsa pasar
tujuan ekspor minyak sawit Indonesia tahun 2017.
• India: Kesepakatan dagang antara India dengan negara-negara Asia Tenggara diharapkan menghasilkan
pemotongan bea impor minyak sawit mentah sehingga mendorong peningkatan demand dari India.
• Tiongkok: Pengurangan pasokan kedelai asal AS oleh Tiongkok sebagai efek dari perang dagang kedua negara
raksasa tersebut dan sebagai bahan baku untuk biofuel di Tiongkok.
• Uni Eropa: Uni Eropa memberikan tambahan waktu untuk Indonesia dan baru akan melarang minyak sawit pada
2030.
Proyeksi Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia
ke India, Tiongkok, Belanda, Spanyol, Mesir, Bangladesh
17.261
17.602
15.839
18.513
17.465
15.385
Juta USD
16.000
16.604
18.587
14.365
120,00%
80,00%
12.000
40,00%
8.000
0,00%
4.000
-40,00%
-
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Nilai Ekspor (Juta USD) 17.261
17.602
15.839
17.465
15.385
India
-7,95% -11,51% -15,09% -11,51%
21,11%
2017
2018P
2019P
14.365
18.513
16.604
18.587
6,89%
42,36% -19,18%
8,93%
Tiongkok
13,02% 23,25% -30,99% -0,24%
14,37% -19,80% 26,03%
-7,74%
12,28%
Belanda
-13,39% 43,51% -17,50% -11,88% -23,59% -18,39% 36,56%
4,50%
4,40%
Spanyol
29,59% -30,68% 87,76% 45,69% -15,22% 20,83% 33,51% -26,95% 18,21%
Mesir
105,57% -45,01% 21,88% 33,36% -10,51% -6,73%
Bangladesh
41,33% -20,28% -28,94% 58,69% -15,60% -14,38% 43,30% -17,22% 17,08%
Growth (% yoy)
20.000
-80,00%
29,14% -14,02% 15,35%
Proyeksi Supply
Produksi Minyak Sawit (juta Metrik Ton)
Indonesia
Malaysia
36,0
32,0
23,6
18,2
5,56
18,9
17,7
2010/11
1,8
2015/16
Lainnya
38,5
40,5
19,7
20,5
8,40
7,90
7,39
1,8
Thailand
2016/17
8,36
2,7
2,5
2017/18
2,9
Sepanjang tahun 2018, pasokan
global cukup tinggi (over supply)
di negara produsen utama karena
faktor cuaca yang baik.
Pada 2018/19 (P) produksi
Indonesia
dan
Malaysia
diproyeksikan
masing-masing
tumbuh di level 5,19% yoy dan
4,15% yoy.
2018/19 (P)
Sumber : Commodity Markets Outlook, October 2018
Sumber: Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah
34
Outlook ekspor minyak sawit (2)
Proyeksi Harga
Produksi yang melebihi konsumsi mempengaruhi tren penurunan harga minyak sawit sejak tahun 2018.
• Penurunan harga minyak sawit pada 2018 juga menjadi salah satu faktor di balik turunnya kinerja ekspor minyak
sawit . Harga rata-rata minyak sawit di pasar global selama 2018 tercatat di level USD639/metric Ton, turun 14,95%
dibandingkan harga rata-rata sepanjang 2017 (USD751/metric Ton), diantaranya karena faktor pergerakan harga
komoditas lainnya, seperti minyak nabati lainnya: minyak kedelai dan minyak palm kernel.
• Pada tahun 2019, harga rata-rata minyak sawit pada 2019 diperkirakan berada di level USD592/metric Ton atau
masih turun 7,31% yoy. Harga minyak sawit diperkirakan masih akan terpengaruh oleh harga minyak nabati
lainnya. Berlanjutnya perang dagang antara AS dan Tiongkok di sisi lain akan menahan demand Tiongkok atas
produk kedelai asal AS, hal ini menyebabkan persediaan kedelai sangat tinggi dan menyebabkan harga kedelai di
pasar global turun dan pada gilirannya ikut menyeret tertekannya harga minyak sawit . Di sisi lain, masih terdapat
faktor-faktor yang dapat mendorong kenaikan harga minyak sawit, seperti: produksi yang melambat/turun sehingga
menyebabkan persediaan terbatas dan permintaan global yang naik terutama untuk B20.
USD/metric Ton
1.800
1.600
1.400
1.200
1.000
800
600
400
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Minyak Sawit - World Bank Forecast (USD/metric Ton)
933
1.193 1.043
871
837
663
736
751
639
592
592
592
592
592
906
756
815
850
789
638
543
544
545
540
897
1.120
903
104
96
51
74
74
74
74
74
Minyak Kedelai - World Bank Forecast (USD/metric
Ton)
1.001 1.298 1.226 1.055
Minyak Kernel (USD/metric Ton)
1.187 1.654 1.107
Minyak Bumi - World Bank Forecast (USD/barel) - skala
Kanan
79
104
105
2019- 2019- 2019- 20192019P
Q1
Q2
Q3
Q4
1.301 1.288
43
53
120
100
80
60
40
20
-
USD/barel
Harga minyak sawit , Minyak Kedelai, & Minyak Mentah Dunia
927
68
Sumber Data : (i) World Bank Commodity Price Data (The Pink Sheet) , Januari 2019: (ii) Commodity Markets Outlook (Worldbank , Okober 2018)
Proyeksi Ekspor
Dengan perkembangan ini, nilai ekspor minyak sawit Indonesia tahun 2019 diproyeksikan dapat mencapai USD18,4
miliar atau tumbuh 11,1% yoy.
Juta USD
Proyeksi Nilai Ekspor minyak sawit Indonesia
20.000
18.000
16.000
14.000
12.000
10.000
8.000
6.000
4.000
2.000
-
18.513
17.465
15.839
15.385
28,9%
14.365
18.356
16.528
11,1%
10,3%
-11,9%
-6,6%
-10,0%
2013
2014
2015
Sumber: Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah
2016
-10,7%
2017
2018
35,0%
30,0%
25,0%
20,0%
15,0%
10,0%
5,0%
0,0%
-5,0%
-10,0%
-15,0%
-20,0%
2019P
35
Outlook ekspor minyak sawit (3)
Meningkatnya proyeksi permintaan dari sejumlah negara di tengah harga minyak sawit
global yang masih di level rendah, mengindikasikan volume ekspor Indonesia mengalami
peningkatan.
• Volume ekspor minyak sawit Indonesia tahun 2019 diproyeksikan dapat mencapai 31,4 juta Ton atau tumbuh
cukup tinggi di level 13,85% yoy, karena low based effect melambatnya pertumbuhan tahun 2018 (diperkirakan
volume tahun 2018 hanya tumbuh 0,82% yoy, setelah tumbuh 20,17% yoy pada 2017).
• Membaiknya permintaan dari mitra dagang utama: India, Tiongkok dan Uni Eropa optimis akan meningkatkan
volume ekspor minyak sawit.
Proyeksi Volume Ekspor minyak sawit Indonesia
2014
2015
0,82%
31.397
2013
27.577
2012
13,85%
20,17%
2011
30,00%
20,00%
10,00%
27.354
26.468
22.762-14,00%
15,62%
22.892
11,25%
20.578
10.000
18.845
20.000
Growth (%yoy)
16.436
30.000
0,89%
40.000
9,20%
14,66%
Volume ekspor (ribu Ton)
2017
2018P
2019P
-
0,00%
-10,00%
-20,00%
2016
Sumber :
• BPS
• Commodity Markets Outlook (Worldbank Okober 2018),
• Oxford economics, diolah
Faktor-Faktor yang Memungkinkan Perubahan Proyeksi
Upside Risk
Proyeksi Harga yang lebih tinggi, karena penurunan
kelebihan pasokan global:
• Siklus iklim El Nino.
• Mandatori biodiesel B20 pada 2018 dan B30 pada
2019.
• Pembentukan hub minyak sawit Indonesia di negara
lain dapat terealisasi, misalnya di Pakistan, sekaligus
memiliki koneksi dengan OBOR
Sumber: Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah
Downside Risk
Proyeksi dapat lebih rendah dari perkiraan apabila
terdapat:
• Pasokan minyak dunia meningkat, salah satunya
karena meningkatnya produksi shale oil AS. Akibatnya,
harga biodiesel bisa menadi lebih mahal dibandingkan
minyak diesel (solar) murni.
• Proses negosiasi bea masuk minyak sawit antara India
dengan negara-negara Asia Tenggara tidak mencapai
kesepakatan yang menguntungkan bagi minyak sawit.
• Apabila kesepakatan mengakhiri perang dagang
benar-benar dicapai oleh AS dan Tiongkok, peralihan
minyak kedelai ke minyak sawit akan tidak terwujud.
36
Lampiran : Ekspor Dunia
Pertumbuhan (% yoy)
dalam Juta USD
Produk Diekspor
Total Minyak Sawit
2014
2015
2016
2017
CAGR
20132017
34,163 100.0% -12.9%
25,247
73.9% -7.3%
3.5%
-15.6%
-4.4%
22.0%
0.5%
6.8%
-19.4%
2.0%
22.6%
1.8%
26.1% -23.6%
-4.1%
-5.9%
-18.4%
20.5%
-3.0%
HS Code
2012
2013
2014
2015
2016
2017
1511
38,484
33,521
34,692
29,274
27,998
Turunan Minyak Sawit
'151190 25,321
23,463
25,049
20,201
20,598
Minyak Sawit Mentah
'151110 13,163
10,058
9,642
9,072
7,400
Porsi
2017 (%) 2013
8,916
Dalam juta USD
Eksportir
Pertumbuhan (% yoy)
Porsi 2017
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Dunia
38,484
33,521
34,692
29,274
27,998
34,163
Indonesia
17,602
15,839
17,465
15,385
14,365
18,513
Malaysia
15,411
12,289
11,995
9,501
9,064
9,660
1,537
1,530
1,391
1,076
1,072
1,210
18
10
10
28
130
654
Papua New Guinea
507
513
510
430
390
Guatemala
252
270
288
283
Colombia
189
181
233
271
Honduras
280
264
230
Germany
305
387
Thailand
306
434
2,077
1,804
Netherlands
Niger
Lainnya
2013
100.0% -12.9%
54.2% -10.0%
Total Minyak Sawit
HS Code 2012
1511
22.0%
-6.6%
28.9%
4.0%
28.3% -20.3%
3.5% -0.5%
-2.4%
-20.8%
-4.6%
6.6%
-5.8%
-9.0%
-22.7%
-0.3%
12.9%
-5.7%
-5.2%
192.4% 356.1%
403.9%
182.5%
517
1.9% -42.6%
1.5% 1.2%
-0.6%
-15.8%
-9.3%
32.6%
0.2%
378
447
1.3%
6.9%
6.8%
-2.0%
33.7%
18.2%
13.4%
246
382
28.8%
16.5%
-9.3%
55.4%
20.6%
224
270
345
1.1% -4.4%
1.0% -5.4%
-13.0%
-2.6%
20.6%
27.6%
6.9%
384
368
358
343
-4.2%
-2.8%
-4.0%
-2.9%
48
41
217
1.0% 26.8%
0.6% 41.6%
-0.8%
201
-53.6% -75.9% -15.3%
428.8%
-15.9%
1,985
1,659
1,684
1,877
5.5% -13.1%
10.0%
11.4%
1.0%
2014
2015
2016
2017
Minyak Sawit Mentah
'151110
19,970
2014
2015
2016
2017
CAGR
20132017
6.7%
5.0%
9.6%
-10.5%
11.7%
3.6%
57.9% 12.5%
42.1% NA
8.6%
3.9%
-4.0%
-10.2%
-0.7%
13,042 12,653 15,649 11,868
-3.0% 23.7%
-24.2%
68.3%
11.2%
Dalam Ribu Ton
Pertumbuhan (% yoy)
Porsi 2017
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Dunia
38,696
41,269
43,312
47,455
42,465
47,449
100.0%
6.7%
Indonesia
18,845
20,578
22,892
26,468
22,759
22,882
48.2%
9.2%
2013
15,245
15,143
15,425
13,814
9,881
0
2
0
1
0
7,900
1,262
1,445
1,394
1,353
1,332
1,377
268
362
402
471
688
714
2.9% 14.5%
1.5% 34.9%
Papua New Guinea
-
566
561
607
580
661
1.4%
NA
Colombia
174
185
246
404
373
554
1.2%
6.1%
Honduras
268
290
272
326
383
473
1.0%
8.3%
377
Germany
Thailand
Lainnya
293
549
222
51
39
314
0.8% 38.2%
0.7% 87.6%
1,726
1,702
1,815
1,906
2,051
2,315
4.9% -1.4%
251
346
365
443
445
2015
2016
2017
CAGR
20132017
5.0%
9.6%
-10.5%
11.7%
3.6%
11.2%
15.6%
-14.0%
0.5%
2.7%
2014
-0.7% 1.9% -10.4%
-28.5%
-10.3%
20.8% -2.3%
16.6% 540.0% -88.5% 591.9% -98.2% 35909550% 751.3%
15,609
Guatemala
1.5%
Porsi
2017 (%) 2013
47,449 100.0%
27,480
Netherlands
-16.4%
Pertumbuhan (% yoy)
38,696 41,269 43,312 47,455 42,465
Mozambique
0.5%
-4.4%
-11.9%
'151190 25,093 28,227 30,666 31,859 30,597
Malaysia
2017
-15.6%
Turunan Minyak Sawit
Eksportir
2016
3.5%
2013
-
2015
10.3%
dalam Ribu Ton
Produk Diekspor
2014
CAGR
20132017
-3.5%
-3.0%
-1.5%
3.4%
-1.2%
11.0%
17.2%
46.0%
3.8%
18.5%
-0.9%
8.3%
-4.4%
13.9%
4.0%
32.8%
64.4%
-7.5%
48.5%
31.6%
-6.0%
19.8%
17.4%
23.5%
13.0%
5.4%
21.3%
0.5%
-15.3%
2.2%
701.8%
-13.0%
12.9%
8.0%
-59.6% -77.2% -22.7%
6.6%
5.0%
7.6%
37
Lampiran : Impor Dunia
Pertumbuhan (% yoy)
dalam Juta USD
Produk Diimpor
Total Minyak Sawit
HS Code
1511
2012
2013
2014
2015
2016
2017
42,055 37,782 35,289 30,536 28,249
33,916
Turunan Minyak Sawit
'151190 16,518 14,264 12,758 10,905
9,222
10,888
Minyak Sawit Mentah
'151110 25,537 23,519 22,531 19,630 19,027
23,022
Porsi 2017
(%)
2013
100.0%
2014
2015
-10.2%
-6.6%
32.1% -13.7%
67.9% -7.9%
-10.6%
-4.2%
CAGR
20132017
2016
2017
-13.5%
-7.5%
20.1%
-2.7%
-14.5%
-15.4%
18.1%
-6.5%
-12.9%
-3.1%
21.0%
-0.5%
100.0%
-10.2%
-6.6%
-13.5%
-7.5%
20.1%
CAGR
20132017
-2.7%
India
7,896
6,967
6,551
5,922
5,642
6,770
20.0%
-11.8%
-6.0%
-9.6%
-4.7%
20.0%
-0.7%
China
6,502
4,904
4,383
3,704
2,865
3,496
10.3%
-24.6%
-10.6%
-15.5%
-22.6%
22.0%
-8.1%
Pakistan
2,132
1,843
1,944
1,653
1,701
2,096
6.2%
-13.5%
5.5%
-14.9%
2.9%
23.2%
3.3%
Netherlands
2,709
2,572
2,170
1,715
1,593
2,000
5.9%
-5.0%
-15.6%
-20.9%
-7.1%
25.5%
-6.1%
37.2%
-21.7%
18.7%
39.9%
15.6%
17.1%
-23.0%
-12.5%
5.7%
-4.5%
Importir
Dunia
Dalam juta USD
2012
2013
2014
2015
2016
Pertumbuhan (% yoy)
Porsi 2017
2017
42,055 37,782 35,289 30,536 28,249 33,916
2013
2014
2015
2016
2017
Spain
616
812
1,114
873
1,036
1,450
4.3%
31.9%
Italy
1,080
1,323
1,550
1,193
1,043
1,103
3.3%
22.5%
United States of America
1,097
1,231
1,051
866
892
1,097
3.2%
12.2%
-14.6%
-17.6%
3.0%
22.9%
-2.9%
Bangladesh
1,989
1,981
-
1,785
845
999
2.9%
-0.4%
-100.0%
NA
-52.7%
18.3%
-15.7%
Germany
1,329
1,410
1,133
984
1,024
798
2.4%
6.1%
-19.7%
-13.1%
4.0%
-22.1%
-13.3%
446
625
428
104
241
746
2.2%
40.1%
-31.5%
-75.7%
131.9%
209.6%
4.5%
16,260 14,114 14,966 11,736 11,367 13,362
39.4%
-13.2%
6.0%
-21.6%
-3.1%
17.6%
-1.4%
Egypt
Lainnya
Pertumbuhan (% yoy)
dalam Ribu Ton
Produk Diimpor
Total Minyak Sawit
Turunan Minyak Sawit
Minyak Sawit Mentah
2015
2016
2017
38,589 42,802 40,344 44,370
NA
NA
NA
10.9%
-5.7%
10.0%
14,421
NA
5.5%
-11.3%
12.1%
-18.4%
7.5%
-3.4%
NA
NA
-2.2%
8.8%
-100.0%
NA
NA
HS Code 2012
1511
2013
2014
'151110 15,676 16,538 14,664 16,443 13,421
'151190
CAGR
20132017
Porsi 2017
(%)
-
26,264 25,680 27,927
-
-
2013
2014
2015
2016
2017
NA
NA
NA
NA
NA
NA
10.9%
-5.7%
10.0%
NA
NA
CAGR
20132017
NA
India
7,653
8,390
7,933
9,536
8,253
9,184
NA
9.6%
-5.4%
20.2%
-13.5%
11.3%
NA
China
6,341
5,979
5,324
5,909
4,478
5,079
NA
-5.7%
-11.0%
11.0%
-24.2%
13.4%
NA
Pakistan
2,036
2,249
2,353
2,519
2,603
2,773
NA
10.4%
4.6%
7.1%
3.3%
6.5%
NA
Netherlands
2,555
2,962
2,509
2,483
2,344
2,602
NA
16.0%
-15.3%
-1.1%
-5.6%
11.0%
NA
580
903
1,300
1,276
1,504
1,904
NA
55.7%
44.0%
-1.9%
17.9%
26.6%
NA
26.6%
-6.9%
-7.3%
-2.4%
NA
Importir
Dunia
Spain
Italy
United States of America
Dalam Ribu Ton
2012
2013
2014
2015
38,589 42,802 40,344 44,370
2016
2017
Porsi 2017
Pertumbuhan (% yoy)
2013
2014
2015
2016
2017
1,052
1,392
1,763
1,641
1,522
1,485
NA
32.3%
991
1,373
1,188
1,179
1,292
1,402
NA
38.5%
-13.5%
-0.8%
9.6%
8.6%
NA
-100.0%
NA
-51.5%
-15.4%
NA
Bangladesh
1,855
2,305
-
2,816
1,366
1,156
NA
24.3%
Germany
1,224
1,475
1,210
1,338
1,376
936
NA
20.5%
-18.0%
10.6%
2.9%
-32.0%
NA
659
747
706
889
885
891
NA
13.3%
-5.4%
25.8%
-0.4%
0.7%
NA
NA
10.1%
6.9%
-7.9%
NA
NA
NA
Russian Federation
Lainnya
13,644 15,029 16,059 14,785
NA
NA
38
Lampiran : Impor Indonesia
dalam Juta USD
Produk Diimpor
Total Minyak Sawit
HS Code
2013
2014
2015
Pertumbuhan (% yoy)
2016
2017
Porsi
Jan-Agst
2017 (%) 2013
2018
2014
2015
CAGR
Jan-Agst 20132017
2018 2017
2016
1511
46.98
0.39
4.62
4.12
1.80
0.54 100.0% 5553%
-99% 1076%
-11%
-56%
Turunan Minyak Sawit
'151190
46.98
0.39
4.62
0.24
1.80
0.54
-99% 1076%
-95%
648%
-69%
-56%
Minyak Sawit Mentah
'151110
-
-
-
3.88
-
0.00
NA
NA
-100%
435%
NA
Asal Impor
Dalam juta USD
2012
Dunia
2013
1
China
-
2014
47
-
2015
0
-
2016
5
2017
4
-
2
-
1
Malaysia
0
32
0
0
0
0
Singapore
0
0
0
0
0
0
0
Pertumbuhan (% yoy)
2013
CAGR
20132017
-55.7%
2014
2015
2016
2017
100.0% 5553.3%
NA
71.3%
-99.2%
1076.3%
-11.0%
-56.2%
NA
NA
NA
NA
NA
6.4% 29926.7%
2.2% -24.3%
-99.6%
-71.3%
169.7%
29.2%
-75.4%
19.6%
-76.0%
-2.3%
-7.0%
-28.5%
1.4%
NA
-50.0%
100.0%
5150.0%
-75.2%
89.9%
NA
-
-
-
-
-
-
0.0%
NA
NA
NA
NA
NA
Bulgaria
-
-
-
-
-
-
0.0%
NA
NA
NA
NA
NA
NA
-
-
-
-
-100.0%
NA
NA
NA
-100.0%
-
-
0.0% -87.5%
0.0% -100.0%
NA
NA
-100.0%
NA
NA
-
-
0.0% -100.0%
0.0% -79.7%
NA
-100.0%
NA
NA
NA
-100.0%
NA
NA
NA
-100.0%
18.7% 3626.6%
-99.4%
4748.4%
-14.0%
-91.3%
-61.5%
Germany
0
-
Japan
0
-
-
0
0
Taipei, Chinese
0
0
Lainnya
0
15
-
-
0
5
0
NA
Australia
0
0
NA
-
0
0
0.0%
-69% -56%
United States of America
France
0
Porsi 2017
100.0% 5553%
4
0
dalam Ribu Ton USD
Produk Diimpor
Total Minyak Sawit
HS Code
2013
2014
2015
Pertumbuhan (% yoy)
2016
2017
Porsi
Jan-Agst
2017 (%) 2013
2018
2014
2015
2016
1511
65.56
0.30
7.57
2.66
2.53
0.49 100.0% 10543% -100% 2432%
-65%
Turunan Minyak Sawit
'151190
65.56
0.30
7.57
0.16
2.53
0.00
-98%
Minyak Sawit Mentah
'151110
-
-
-
2.50
-
0.49
Asal Impor
Dalam Ribu Ton
2012
Dunia
China
2013
1
-
Malaysia
66
-
0
Singapore
2014
0
-
42
0
-
-
India
-
Sweden
-
-
Australia
-
-
Bulgaria
-
-
0
22
2016
8
0
0
United States of America
2015
2017
3
3
-
2
Porsi 2017
100.0% 10543% -100% 2432%
0.0%
NA
NA
NA
CAGR
Jan-Agst 20132017
2018 2017
-80%
-56%
1500% 411%
-5%
-56%
NA
-100%
-80%
Pertumbuhan (% yoy)
2013
NA
CAGR
20132017
-55.7%
2014
2015
2016
2017
100.0% 10543.0%
NA
78.8%
-99.5%
2432.4%
-64.9%
-4.9%
NA
NA
NA
NA
NA
-99.8%
-64.1%
246.4%
-23.7%
-79.6%
0
0
0
0
0
0
2.9% 66153.1%
1.4% -14.4%
19.5%
-77.8%
6.7%
12.5%
-24.9%
0
0
0.3%
NA
NA
NA
NA
-75.0%
#DIV/0!
NA
-100.0%
NA
-100.0%
-
-
0.0%
NA
-100.0%
-
-
-
0.0%
NA
NA
NA
NA
NA
NA
-
-
-
0.0%
NA
NA
-100.0%
NA
NA
NA
-
-
-
-
0.0%
NA
NA
NA
NA
NA
NA
-
-
-
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
-100.0%
NA
NA
NA
NA
-100.0%
NA
NA
-
8
0
France
0
-
-
Germany
0
-
-
0
-
-
0.0% -100.0%
0.0% -100.0%
Lainnya
0
-
-
0
-
-
0.0% -100.0%
39
Lampiran : Major Palm Oil Ports
Import Ports
Export Ports
40
Lampiran : RSPO Certified Crude Palm Oil Producers (2016)
Indonesia
mills
Alpha Capital Ltd
Bumitama Agri Ltd
Cargill Inc
Golden Agri-Resources Ltd
Goodhope Asia Holdings Ltd
Kuala Lumpur Kepong Berhad
MP Evans Group Plc
Agrowiratama
Austindo Nusantara Jaya Agri
Berkat Sawit Sejati
Dharma Satya Nusantara
Inti Indosawit Subur
Ivo Mas Tunggal
Musim Mas
Perkebunan Nusantara III
Perkebunan Nusantara IV (Persero
PP London Sumatra Indonesia Tbk
Rimba Mujur Mahkota
Salim Ivomas Pratama Tbk
Sampoerna Agro
Sawit Sumbermas Sarana
Siringo Ringo
Smart Tbk
Swakarsa Sinarsentosa
Barumun Agro Sentosa
Gawi Bahandep Sawit Mekar
Gawa Makmur Kalimantan
Unggul Lestari
Sime Darby Plantation Sdn Bhd
SIPEF Group
Socfin Group (PT Socfindo and Socfinco SA)
TSH Resources Bhd
Wilmar International Ltd
Malaysia
Boustead Plantations Bhd
Carotino/JC Chang Group
Genting Plantations Bhd
Hap Seng Plantations Holdings Bhd
IOI Corporation Bhd
Keck Seng (Malaysia) Bhd
Keresa Plantations Sdn Bhd
Kretam Holdings Bhd
Kuala Lumpur Kepong Bhd
Kulim (Malaysia) Bhd
PPB Oil Palms Bhd
Sime Darby Plantation Sdn Bhd
TDM Plantation Sdn Bhd
Tian Siang Holdings Sdn Bhd
United Plantations Bhd
area (Ha)
1
3
6
9
4
4
2
4
3
2
3
17
8
2
7
3
4
1
1
2
2
1
10
1
1
1
2
1
23
6
9
1
14
mills
3,794
31,643
72,911
93,722
36,427
40,722
19,852
38,194
30,810
22,925
28,514
120,910
80,719
11,836
21,198
52,015
15,697
38,811
3,442
10,987
18,698
177
101,548
6,843
13,304
15,454
15,631
12,846
188,507
37,264
33,934
6,860
90,621
area (Ha)
2
3
2
4
11
1
1
1
12
4
8
33
2
1
4
10,468
25,551
12,000
25,538
117,764
3,008
5,704
9,660
86,180
36,551
48,374
261,285
29,290
4,609
33,400
CPO (MT) CPKO (MT)
16,632
110,866
359,430
441,312
197,041
219,436
107,278
261,183
152,100
122,629
217,209
583,604
452,211
77,199
137,384
256,731
54,359
213,861
11,463
46,480
118,855
1,192
592,658
46,575
64,897
47,372
90,909
95,329
801,027
189,329
195,696
45,019
438,725
3,326
24,183
83,855
105,451
43,006
53,161
21,186
66,475
32,287
29,950
35,753
138,868
116,369
21,435
36,781
49,091
11,150
54,019
3,138
11,256
22,721
350
143,006
7,595
14,402
8,335
19,408
21,666
220,131
42,347
34,832
6,139
92,038
CPO (MT) CPKO (MT)
46,830
122,420
61,472
125,055
665,314
13,100
28,690
40,311
510,443
177,866
243,058
1,288,786
110,432
18,900
166,003
7,719
22,930
14,439
28,277
166,437
3,800
6,276
8,829
109,849
47,319
51,005
305,733
29,316
4,500
40,254
41
KAKAO dan PRODUK KAKAO
(HS Code 1801 s/d 1806)
Kakao sebagai komoditas unggulan
Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia, hal
ini dapat terlihat dari hasil pemilihan komoditas unggulan ekspor (winning
commodities) dengan menggunakan beberapa metode analisis yaitu Computable General Equilibrium
(CGE) dan Export Product Dynamics (EPD).
Kakao sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode CGE
Komoditas yang menjadi unggulan ekspor diidentifikasi berdasarkan hasil simulasi ketika terjadi peningkatan
pemintaan ekspor secara arbitrary sebesar 10%, yaitu komoditas yang paling responsif terhadap variabel sektoral
Indonesia berdasarkan tiga indikator kunci yaitu (1) peningkatan ekspor bersih (bobot 60%, (2) output (bobot 20%),
dan (3) penyerapan tenaga kerja. (bobot 20%) Berdasarkan hasil CGE, Kakao menempati peringkat 7 dengan indeks
komposit sebesar 2.22.
Peringkat
Sektor
Dampak terhadap
Perubahan Nilai Ekspor
(Milyar Rupiah)
Dampak terhadap Output
(Perubahan Persentase)
Dampak terhadap Tenaga Kerja
(Perubahan Persentase)
Indeks
Komposit
7
Kakao
987.53
2.25
3.50
2.22
Kakao sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode EPD
Lost Opportunity
Rising Star
Spain, Mauritius, United Arab
Emirates, Polandia, Nigeria, Togo
Netherlands, United Kingdom,
+ Japan,United
States, Algeria, Benin dan
10 Negara lainnya
-
O
Retreat
+
Uni Eropa mulai membahas larangan
penjualan kakao yang berasal dari
lahan perusakan hutan (deforestasi)
atau yang berindikasi diproduksi oleh
eksploitasi anak sebagai buruh.
Industri cokelat di wilayah Afrika Barat
termasuk salah satu penyebab
deforestasi yang besar.
Lithuania
Falling Star
Sumber : WITS, Oktober 2018
Hingga saat ini, Indonesia merupakan top five produsen kakao terbesar di dunia untuk komoditas kakao. Kakao
merupakan komoditi andalan ekspor Indonesia yang berada pada posisi rising star di sebagian besar negara tujuan,
sebagian kecil yang berada pada posisi Lost Opportunity yaitu di Negara Spanyol, Mauritius, United Arab Emirates,
Polandia, Nigeria, dan Togo. Artinya, pasokan kakao dunia lebih besar dibandingkan dengan pasokan kakao Indonesia.
43
Afrika merupakan Produsen Kakao terbesar Dunia, Sementara Konsumen terbesar
adalah Eropa
Persebaran Produsen dan Konsumen Kakao Dunia 2017
1,852 (41%)
351 (7,7%)
385 (8,4%)
AS
333 (7,3%)
Rest of
America
280 (6%) 189 (4,1%)
Ekuador
Rest of 82 (1,8%)
Eropa
Asia
Tiongkok
154 (3,3%)
46 (1%)
2,000 (43%)
88 (1,9%)
Afrika
India
900 (19%)
Rest of
618 (13%)
Asia
Pantai
Brazil190 (4%) Gading
580 (12%)
Brazil
317 (6,8%)
Rest of
America
Pantai
Gading
176 (3,8%)
Jepang
490 (10%)
Ghana
240 (5,1%)
Rest of
Africa
Indonesia Indonesia
280 (6,1%)
76 (1,6%)
Ghana
Australia
Produksi dalam ribu Metriks Ton (MT)
Konsumsi/Grindings dalam ribu Metriks Ton (MT)
Produsen kakao dunia mayoritas berada di Benua Afrika dengan total produksi lebih dari separuh total produksi
kakao dunia. Sedangkan konsumen dunia terbesar adalah Eropa dengan total konsumsi sebesar mencapai 41% dari
konsumsi kakao dunia.
• Negara-negara produsen kakao dunia berada di wilayah tropis seperti Afrika, Asia Tenggara, dan Amerika Latin
karena pohon kakao merupakan jenis tumbuhan yang dapat tumbuh dengan baik pada iklim tropis dengan rata-rata
suhu udara 21-23⁰C dengan curah hujan antara 1.000–2.500mm per tahun.
• Pantai Gading dan Ghana menjadi dua negara produsen kakao terbesar dunia dengan total produksi pada tahun
2017 mencapai 2,8 juta MT (60% total produksi dunia) dan Benua Afrika secara total memproduksi 75% produksi
kakao dunia. Produsen kakao non-Afrika terbesar adalah Indonesia dan Ekuador dengan total produksi masingmasing sekitar 240 ribu MT dan 280 ribu MT.
• Konsumen kakao terbesar dunia mayoritas merupakan negara-negara maju yang memiliki tingkat konsumsi coklat
yang tinggi seperti negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang. Konsumsi Eropa terhadap kakao mencapai 1,8
juta MT di tahun 2017. Sedangkan beberapa tropis seperti Pantai Gading, Indonesia, dan Ghana menjadi konsumen
kakao dengan peran untuk memberikan nilai tambah guna diekspor kembali.
Sumber : ICCO, Statista, Commodity Markets Outlook World Bank, (diolah)
44
Produksi kakao dunia turun tipis dipengaruhi faktor cuaca
Tren produksi kakao dunia sangat fluktuatif dalam 8 tahun terakhir yang dipengaruhi
oleh kondisi cuaca. Pada musim 2017/2018, total produksi kakao dunia sebesar 4,6 juta
Metriks Ton (MT), turun 1,9% dibandingkan total produksi musim 2016/2017 yang sebesar 4,7 juta MT.
• Penurunan produksi kakao sebesar 1,98% di musim 2017/2018 dipengaruhi oleh faktor cuaca yang kurang baik di
Afrika Barat. Curah hujan yang lebih rendah dibandingkan rata-rata tahun sebelumnya di Afrika Barat membuat
hasil panen kakao di Pantai Gading dan Ghana lebih rendah dibandingkan musim sebelumnya.
• Tren pertumbuhan produksi kakao dalam jangka panjang terus meningkat dimana pada tahun 1980/1981 total
produksi kakao hanya sebesar 1,6 juta MT, sedangkan pada tahun 2017/2018 total produksi kakao tumbuh
hampir 3 kali lipat menjadi 4,6 juta MT, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2,69% per tahun.
• Walaupun mengalami fluktuasi, produksi kakao di Pantai Gading, Ghana, Nigeria, Indonesia, dan Peru masih
menunjukkan tren positif dalam 5 tahun terakhir. Sedangkan produksi kakao Ekuador, Kamerun, dan Brazil
menunjukkan tren negatif.
Produksi Kakao Dunia
Produksi Kakao Global (dalam Ribu Metriks Ton)
(yoy)
Pertumbuhan Kakao (%) - SKALA KANAN
4.312
4.372 4.252
18,62%
3.997
4.085 3.943
10,88%
18,56%
2858
3.000
3.000
5,00%
2.000
2.000
2506
1695
0,00%
2016
0
2017
2016
2015
2013
2014
2010
2013
2007
-10,00%
2012
1980
0
1.000
2004
-5,00%
2001
-1,98%
-6,00%
-5,26%
1998
1.000
1995
-2,74%
1992
-3,48%
2011
4312
15,00% 4.000
10,00%
2010
4645
20,00% 5.000
1989
4.000
4.739 4.645
1986
5.000
Produksi Kakao Global (dalam Ribu Metriks Ton)
Ribu
MT
1983
Ribu
MT
Produksi Kakao Dunia berdasarkan Negara
2013/14
2014/15
2015/16
2016/17
2017/18
228
230
141
174
190
81
92
105
115
120
500
248
232
211
248
240
1000
234
325
320
270
240
897
740
778
970
900
1500
211
195
200
245
260
2000
375
261
232
290
280
2500
1.746
1.796
1.581
2.020
2.000
Ribu MT
Ekuador
Nigeria
Indonesia
Kamerun
Brazil
Peru
0
Pantai Gading
Ghana
Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu
Sumber : FAO, Statista, ICCO, (diolah)
45
Konsumsi (grindings) kakao dunia tumbuh positif seiring dengan berkembangnya
industri pengolahan kakao di negara emerging
Tren konsumsi kakao dunia bergerak fluktuatif dimana terjadi penurunan di tahun
2014 dan kembali meningkat di tahun 2016. Posisi terakhir konsumsi kakao dunia pada
2017 sebesar 4,5 juta Metriks Ton (MT) atau tumbuh 2,9% dibandingkan tahun lalu yang sebesar 4,4 juta MT.
• Fluktuasi konsumsi kakao dunia dipengaruhi oleh permintaan terhadap produk-produk kakao dan produksi kakao
dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, tren konsumsi kakao di negara-negara maju cenderung stagnan seperti
Jerman yang secara rata-rata tahunan hanya tumbuh 1,4%. Sedangkan sebaliknya, konsumsi kakao di negaranegara berkembang cenderung meningkat seperti Pantai Gading (3,8%), Indonesia (13,0%), dan Ghana (6,2%).
• Konsumsi kakao di negara-negara berkembang terus meningkat yang diakibatkan oleh berkembangnya industri
pengolahan kakao domestik. Sehingga peningkatan konsumsi kakao di negara-negara berkembang bukan hanya
untuk dikonsumsi oleh pasar domestik melainkan juga untuk diekspor dalam bentuk olahan kakao seperti Lemak
atau Pasta Kakao.
Konsumsi (Grindings) Kakao Dunia
Pertumbuhan Konsumsi Kakao (%) - SKALA KANAN
4.600
5,15%
4.400
3,68%
4.154
3.993
4.128
4,00%
2,98%
-0,63%
3.923
8,00%
6,00%
4.400
4.140
4.200
(yoy)
6,59% 4.531
4,71%
4.335
1,78%
5.000
4531
3923
4.000
3065
3.000
2,00%
0,00%
-2,00%
3.800
Ribu MT
2331
2.000
1558
1.000
-4,00%
2016
2013
2010
2017
2007
2016
2004
2015
2001
2014
1998
2013
1995
2012
1992
2011
1989
2010
0
1986
-6,00%
1983
-4,18%
3.600
1980
4.000
Konsumsi Kakao Global (dalam Ribu Metriks Ton)
Konsumsi Kakao Global (dalam Ribu Metriks Ton)
Ribu
MT
Konsumsi (Grindings) Kakao Dunia berdasarkan Negara
2013/14
2014/15
2015/16
2016/17
2017/18
Jerman
Amerika Serikat
240
224
225
227
230
Indonesia
300
234
234
202
250
280
446
400
398
390
385
Pantai Gading
400
412
415
430
410
430
Belanda
500
340
335
382
455
490
600
519
558
492
577
580
700
530
501
534
565
595
Ribu
MT
Ghana
Brazil
200
100
0
Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu
Sumber : FAO, Statista, ICCO, (diolah)
46
Produksi kakao Indonesia turun akibat luas lahan kakao yang berkurang dan
menurunnya produktivitas pohon kakao. Konsumsi justru meningkat sejalan dengan
tumbuhnya industri kakao olahan dalam negeri
Tren produksi kakao Indonesia dalam 4 tahun terakhir menunjukkan penurunan
dengan rata-rata sebesar -7,30% per tahun. Sedangkan sebaliknya konsumsi kakao
Indonesia dalam 5 tahun terakhir terus menunjukkan tren peningkatan sebesar 9,97% per tahun.
• Produksi kakao Indonesia dalam 4 tahun terakhir terus mengalami penurunan dengan CAGR 2014-2017 sebesar 7,30%. Pada posisi tahun 2017. total produksi kakao Indonesia sebesar 240 ribu ton atau turun 11,11%
dibandingkan produksi tahun lalu (270 ribu ton). Penurunan produksi tersebut diakibatkan oleh luas lahan kakao
terus berkurang dalam 5 tahun terakhir dan ditambah dengan usia pohon kakao yang sudah menua tanpa ada
peremajaan.
• Konsumsi kakao Indonesia terus meningkat dalam 4 tahun terakhir dengan posisi terakhir sebesar 476 ribu
metriks ton. Peningkatan konsumsi kakao terjadi seiring dengan tumbuhnya industri kakao domestik sejak
dikeluarkannya Bea Keluar (BK) produk Biji Kakao pada tahun 2010. Pertumbuhan industri kakao yang pesat
tersebut yang membuat kebutuhan terhadap biji kakao terus meningkat hingga harus dicukupi dengan impor.
• Luas area perkebunan kakao dalam 5 tahun terakhir terus berkurang dengan rata-rata 20 ribu Ha per tahun.
Penurunan lahan kakao tersebut sebagian besar disebabkan oleh alih lahan menjadi perkebunan sawit.
Produksi dan Konsumsi Kakao Indonesia
Ribu MT
Produksi (dalam Ribu Ton)
Konsumsi/Grindings (dalam Ribu Ton)
(yoy)
60,00%
38,89%
500
400
21,88%
340 325 335
300
234
200
17,24%
100
490
455
320
14,03%
-1,54%
Perkebunan Negara (Ribu Ha)
Perkebunan Rakyat (Ribu Ha)
2.000
240
20,00%
7,69%
-11,11%
0,00%
2015
1.724
1.091
1.200
800
-15,63%
668
400
0
-20,00%
2014
1.650
19,11%
0
2013
Perkebunan Swasta (Ribu Ha)
1.600
40,00%
382
270
-1,47%
Thousands
600
Luas Perkebunan Kakao Indonesia
2016
1999 2001 2003 2005 2007 2009 2011 2013 2015
2017
Luas Lahan Kakao Indonesia berdasarkan Provinsi (2016)
101
290
158
138
Luas Lahan Kakao (Ribu Ha)
265
243
72
56
53
Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu
Sumber : BPS, Statista, World Bank
47
Produktivitas kakao yang menurun menyebabkan penurunan pada ekspor kakao
global
Ekspor dan impor kakao dunia dalam 5 tahun terakhir bergerak fluktuatif. Pada tahun
2017, nilai ekspor sebesar US$47.949 juta, turun 0,74% dibandingkan nilai ekspor tahun
lalu (sebesar US$48.308 juta) dan nilai impor sebesar US$48.266 juta juga turun dibandingkan nilai impor tahun
lalu (sebesar US$48.631 juta).
• Tren ekspor dan impor kakao dunia bergerak fluktuatif seiring dengan naik turunnya permintaan dan pasokan
kakao dunia. Salah satu penyebab utamanya adalah faktor cuaca yang membuat produksi dan juga ekspor kakao
lebih rendah dibandingkan kondisi normal.
• Walaupun fluktuatif, lima besar negara eksportir maupun importir kakao dalam 5 tahun terakhir mengalami tren
kenaikan. Kenaikan ekspor terbesar terjadi di Ghana dengan CAGR sebesar 10,80% dan Pantai Gading sebesar
9,59% yang sedang melakukan shifting sebagai negara pengolah kakao. Sedangkan kenaikan impor terbesar
terjadi di Belanda sebesar 5,65% yang merupakan konsumen kakao terbesar di dunia.
• Sebagian besar importir kakao merupakan negara-negara maju yang memiliki konsumsi coklat perkapita yang
tinggi seperti Amerika Serikat, Jerman, dan Belanda.
Ekspor dan Impor Kakao Dunia
Ekspor (Juta USD)
Impor (Juta USD)
5,22%
-0,74%
48.308
46.139
45.911
48.902
43.514
43.358
45.000
12,77%
-0,75%
20,00%
10,00%
48.266
4,58%
5,40%
47.949
12,79%
4,68%
(yoy)
Pertumbuhan Impor (yoy) - SKALA KANAN
-5,97%
-6,12%
49.070
50.000
48.631
Pertumbuhan Ekspor (yoy) - SKALA KANAN
Juta USD
0,00%
40.000
-10,00%
2014
2015
2016
Eksportir Dunia (2017)
Importir Dunia (2017)
Pantai
Gading
10,24%
Kanada
3,19%
Polandia
3,26%
Tren Ekspor 5 Negara Utama
2013
2014
2015
Italia
2,67%
Kanada
3,15%
Tren Impor 5 Negara Utama
2016
2017
CAGR 2013-2017
2013
2014
2015
3.545
4.195
4.222
4.702
4.665
3.070
3.448
3.182
3.368
3.377
4.253
5.051
4.676
5.004
4.851
4.279
4.852
4.984
5.209
5.146
Belgia
1.898
2.434
3.332
3.466
3.347
3.733
3.810
Pantai Gading
1.458
3.121
4.627
5.130
4.588
4.933
Belanda
2016
2017
Dalam Juta USD
Belanda
Perancis
0
0
4.718
5.571
5.032
5.168
5.433
Jerman
Inggris
5,45%
Belgia
5,42%
Dalam Juta USD
5.317
6.096
5.568
5.869
5.989
CAGR 2013-2017
Jerman
10,05%
Belanda
9,67%
Perancis
7,00%
Polandia
2,54%
Ghana
5,05%
Perancis
4,63%
Italia
4,23%
Lainnya
41,04%
Spanyol
2,36%
Belgia
7,91%
Amerika
Serikat
4,13%
Amerika
Serikat
10,66%
Jerman
12,43% Belanda
11,28%
Lainnya
33,66%
2017
2.416
2.776
2.639
2.517
2.630
2013
Ghana
Amerika Serikat Jerman
Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu
Inggris
Sumber : trademap.org, diolah
48
Coklat mendominasi perdagangan kakao global, diikuti oleh biji kakao
Jenis produk utama kakao yang diperdagangkan secara internasional adalah coklat,
dengan porsi lebih dari 55% dari total ekspor dan impor kakao dunia. Jenis produk
kakao yang banyak diperdagangkan kedua adalah Biji Kakao dengan porsi 15% total perdagangan kakao.
• Per 2017, total ekspor dan impor produk Coklat dan Makanan Mengandung kakao dunia sebesar US$27,7 miliar
dan US$27,2 miliar, tumbuh masing-masing sebesar 4,5% dan 2,67% dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan ratarata dalam 5 tahun terakhir (CAGR 2013-2017) masing-masing sebesar 1,0% dan 0,9%. Hal tersebut menunjukkan
Coklat dan Makanan Mengandung kakao masih menunjukkan tren positif walaupun dengan pertumbuhan yang
kecil.
• Ketika permintaan Coklat dan Makanan Mengandung kakao mengalami tren stagnan dan penurunan di negaranegara maju, maka jenis produk kakao berupa Lemak/Minyak Kakao mengalami tren peningkatan. Dalam 5 tahun
terakhir, CAGR Lemak/Minyak Kakao tumbuh sebesar 7,6% untuk diekspor dan 8,0% untuk diimpor. Produk
Lemak/Minyak Kakao banyak dibutuhkan sebagai tambahan bahan makanan serta digunakan untuk produk
kecantikan.
Ekspor Kakao Dunia berdasarkan Jenis
41460
41826
42192
42558
42924
26.426
28.010
25.725
26.560
27.754
CAGR 2013-2017
Juta USD
30.000
2.579
2.135
2.107
2.470
2.396
5.000
3.716
5.905
5.615
5.314
5.366
10.000
2.610
3.402
3.297
2.924
3.177
15.000
276
298
318
283
244
20.000
8.088
9.799
10.219
9.212
9.088
25.000
0
Biji Kakao
Kulit Kakao
Pasta Kakao
Lemak/Minyak
Kakao
Tepung Kakao
Kakao Olahan
Impor Kakao Dunia berdasarkan Jenis
2013
2014
2015
2016
2017
25.963
27.756
25.755
26.498
27.205
CAGR 2013-2017
Juta USD
30.000
Pasta Kakao
Lemak/Minyak Kakao
38
38
30
35
29
5.000
2.756
2.186
2.106
2.523
2.446
10.000
3.629
5.977
5.314
5.347
5.327
15.000
3.078
3.410
3.275
3.557
3.354
20.000
7.894
9.534
9.432
10.348
9.588
25.000
0
Biji Kakao
Kulit Kakao
Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu
Tepung Kakao
Kakao Olahan
Sumber : trademap.org, diolah
49
Ekspor kakao Indonesia meningkat didorong oleh membaiknya harga di awal tahun
2018
Ekspor kakao Indonesia sejak 2015 terus mengalami tren penurunan dengan posisi
terakhir tahun 2017 sebesar US$1,12 juta atau turun -9,59% dibanding ekspor tahun 2016.
Namun di tahun 2018 hingga bulan November 2018, nilai ekspor kakao mencatatkan pertumbuhan yang cukup
baik sebesar 10,39% dibandingkan tahun lalu.
• Kondisi harga kakao yang mulai meningkat pada awal tahun 2018 yang membuat eksportir kakao Indonesia
memiliki insentif lebih besar untuk melakukan ekspor. Dampaknya hingga bulan November, secara year-on-year
ekspor kakao Indonesia telah meningkat sebesar 10,39% dan volume ekspor juga meningkat sebesar 7,87% (yoy).
Sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya, penurunan ekspor kakao Indonesia disebabkan oleh produk kakao
yang banyak diserap oleh industri domestik.
• Apabila dibandingkan antara tahun 2013 dengan 2017, terdapat perbedaan yang cukup signifikan dari pasar
tujuan ekspor kakao Indonesia. Posisi Malaysia sebagai pasar tujuan kakao terbesar Indonesia digantikan oleh
Amerika Serikat sebagai dampak adanya kebijakan Bea Keluar Biji Kakao.
Ekspor Kakao Indonesia
Nilai Ekspor (Juta USD)
Volume Ekspor (Ribu Ton)
Growth Nilai Ekspor (yoy) - SKALA KANAN
Growth Volume Ekspor (yoy) - SKALA KANAN
10,39%
5,08%
6,79%
-5,21%
7,87%
-7,12%
6,49%
2014
2015
-9,59%
2016
327
1.121
330
1.240
355
1.308
334
1.245
414
1.151
-19,42%
2013
15,00%
10,00%
5,00%
0,00%
-5,00%
-10,00%
-15,00%
-20,00%
-25,00%
-1,01%
2017
353
8,08%
1.145
9,31%
1.400
1.200
1.000
800
600
400
200
0
Jan-Nov
2018
Share Nilai Ekspor Kakao Indonesia berdasarkan Negara
Filipina
1,97%
India
2,03%
Meksiko
2,89%
Malaysia
37,58%
Lainnya
19,02%
2013
2017
Thailand
3,96%
Tiongkok
4,31%
Lainnya
20,84%
Jerman
3,00%
Jepang
2,29%
Australia
3,46%
Amerika
Serikat
27,05%
Australia
3,88%
Malaysia
17,28%
Estonia
3,97%
Jerman
4,97% Singapura
7,13%
Kanada
4,08%
Amerika
Serikat
13,29%
Belanda
6,22%
India
4,41%
Tiongkok
6,37%
2014
2015
2016
2017
49
46
44
40
23
70
42
49
39
18
71
81
68
64
50
246
300
298
433
303
253
264
2013
dalam Juta USD
194
250
153
500
257
Tren Nilai Ekspor Kakao Indonesia berdasarkan Negara
0
Amerika Serikat
Malaysia
Tiongkok
Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu
Belanda
India
Sumber : trademap.org, diolah
50
Ekspor kakao Indonesia mengalami “shifting” dari biji kakao menjadi lemak/minyak
kakao dan pasta kakao
Lemak/Minyak Kakao menjadi jenis produk kakao dengan nilai ekspor tertinggi pada
tahun 2017 dengan nilai mencapai US$681 juta. Pada tahun 2018 hingga bulan
September akumulasi nilai ekspor Lemak/Minyak Kakao telah mencapai US$603 juta.
• Jenis produk ekspor kakao Indonesia mengalami shifting dari Biji Kakao menjadi produk Lemak/Minyak Kakao
dan Pasta Kakao akibat kebijakan Bea Keluar (BK) dari pemerintah di tahun 2010. Share ekspor Biji Kakao dari
sebelumnya sebesar 72,44% (2010) menjadi hanya sebesar 4,78% (2017). CAGR 2013-2017 produk ekspor Biji
Kakao Indonesia sebesar -33,7%, sedangkan Lemak/Minyak Kakao dan Pasta Kakao meningkat masing-masing
sebesar 7,2% dan 4,1%.
•
Pasar tujuan ekspor Biji Kakao dan Pasta Kakao didominasi oleh Malaysia dengan share masing-masing sebesar
90,80% dan 56,93%. Sedangkan pasar tujuan ekspor Lemak Kakao terbesar adalah Amerika Serikat dengan share
sebesar 40,85%. Hal tersebut yang membuat posisi Malaysia tergantikan oleh Amerika Serikat sebagai pasar
utama tujuan ekspor kakao Indonesia seiring dengan menurunnya share ekspor Biji Kakao.
Ekspor Kakao Indonesia berdasarkan Jenis
Lemak/Minyak Kakao
661
726
698
681
Biji Kakao
Pasta Kakao
302
603
186
357
234
446
245
190
2013
2014
2015
2016
2017 Jan-Sep
2018
2013
2014
2015
2016
2017 Jan-Sep
2018
dalam Juta USD
196
113
2013
2014
115
84
2015
2016
54
62
2017 Jan-Sep
2018
Share Nilai Ekspor Kakao Indonesia berdasarkan Jenis
Pasar Tujuan Ekspor Kakao Indonesia berdasarkan Jenis Produk (2017)
Jepang
1,00%
Lainnya
1,21%
Belgia
1,37%
Amerika
Serikat
1,64%
Lainnya
5,97%
Malaysia
90,80%
India
3,98%
Pasta Kakao
Biji Kakao
Spanyol
4,98%
Brazil
5,76% Amerika
Serikat
9,82%
Malaysia
56,93%
Tiongkok
16,53%
Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu
Lainnya
Jerman 31,98%
4,88%
Estonia
5,80%
Kanada
6,62%
Lemak Kakao
Amerika
Serikat
40,85%
Belanda
9,87%
Sumber : trademap.org, diolah
51
Tumbuhnya industri pengolahan kakao di dalam negeri mendorong tingginya
impor bijih kakao
Tren impor kakao Indonesia terus meningkat sejak 2015 dengan posisi terakhir di tahun
2017, nilai impor kakao Indonesia sebesar US$619 ribu dengan volume sebesar 297 ribu ton.
Nilai dan volume tersebut meningkat pesat dibandingkan tahun 2016 sebesar 76,7% (nilai ekspor 2016 sebesar
US$350) dan 182,6% (volume ekspor 2016 sebesar 105 ribu ton).
• Sejak adanya Bea Keluar (BK) biji kakao di tahun 2010, kinerja industri pengolahan kakao domestik terus
meningkat. Namun dengan produksi kakao domestik yang terus menurun, maka kebutuhan bahan baku kakao
yang tidak dapat dipenuhi oleh di dalam negeri ditutupi dengan cara mengimpor. CAGR nilai impor kakao
Indonesia pada tahun 2013-2017 meningkat cukup tinggi sebesar 11,4%.
• Negara asal impor kakao Indonesia tidak terlau berubah antara tahun 2013 dengan tahun 2017 dimana Malaysia
masih mendominasi dengan share sebesar 33,83% (2017) dan 28,56% (2017). Demikian juga dengan tren asal
impor utama kakao Indonesia terus meningkat. Peningkatan paling pesat terjadi dari negara Pantai Gading,
Ekuador, dan Kamerun dimana CAGR impor 2013-2017 mencapai lebih dari 50%.
Impor Kakao Indonesia
Nilai Ekspor (Juta USD)
Volume Ekspor (Ribu Ton)
Growth Nilai Ekspor (yoy) - SKALA KANAN
Growth Volume Ekspor (yoy) - SKALA KANAN
1.000
150,00%
50,00%
264
644
8,52%
7,04%
297
619
105
350
84
294
140
469
63
76,73%
24,53%
19,26%
-39,68%
-37,36%
31,06%
15,69%
205
500
250,00%
182,66%
121,65%
129,18%
0
-50,00%
2013
2014
2015
2016
2017
Jan-Nov
2018
Share Nilai Impor Kakao Indonesia berdasarkan Negara
Tiongkok
2,99%
Lainnya
10,68%
Ghana
1,61%
Malaysia
33,83%
Belanda
1,16%
Malaysia
28,56%
Lainnya
11,08%
Uganda
2,70%
Belgia
3,75%
India
3,49%
Nigeria
4,93%
Ghana
10,14%
Ekuador
4,43%
India
4,85% Papua
Nugini
6,73%
2017
2013
Kamerun
3,50%
Singapura
4,96%
Kamerun
10,52%
Singapura
Pantai
9,02%
Gading
10,07%
Pantai
Gading
18,71%
Ekuador
12,28%
Tren Nilai Impor Kakao Indonesia berdasarkan Negara
2013
2016
2017
31
22
13
14
18
5
19
7
19
65
76
36
34
18
9
21
50
79
95
50
72
100
69
150
21
200
2015
116
177
250
2014
192
dalam Juta USD
0
Malaysia
Pantai Gading
Ekuador
Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu
Kamerun
Singapura
Sumber : trademap.org, diolah
52
Impor biji kakao meningkat pesat
Impor produk kakao terbesar Indonesia adalah Biji Kakao dengan nilai pada tahun 2017
sebesar US$467 juta atau tumbuh 152% dibandingkan tahun 2016. Akumulasi hingga
bulan September 2018 mencapai US$412.
• Impor Biji Kakao dilakukan untuk mencukupi kebutuhan bahan baku industri pengolahan kakao domestik yang
tidak dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Share impor kakao meningkat cukup pesat dari tahun 2013
yang hanya sebesar 37,83% dari total impor kakao menjadi 75,43% di tahun 2017.
• Produk kakao lain yang juga menunjukkan tren peningkatan adalah Tepung Kakao (Cocoa Powder) yang juga
digunakan oleh industri sebagai bahan baku pembuatan makanan. Dalam 3 tahun terakhir, impor Tepung Kakao
meningkat dari US$32 juta menjadi US$50 juta.
• Negara asal impor Biji Kakao Indonesia berasal dari negara-negara produsen utama kakao dunia seperti Malaysia
(25,93%), Pantai Gading (24,31%), Ekuador (16,28%), dan Kamerun (13,95%).
Impor Kakao Indonesia berdasarkan Jenis
dalam Juta USD
467
341
170
Tepung Kakao
Coklat
Biji Kakao
412
77
96
86
84
46
75
57
185
37
50
45
37
32
77
2013
2014
2015
2016
2017 Jan-Sep
2018
Share Nilai Impor Kakao Indonesia berdasarkan Produk
Tren Nilai Impor Kakao Indonesia berdasarkan Negara
Lainnya
13,00%
Nigeria
6,54%
Kamerun
13,95%
Ekuador
16,28%
Biji Kakao
Lainnya
27,80%
Malaysia
25,93%
Pantai
Gading
24,31%
Tepung Kakao
Coklat
Belgia
7,61%
Australia
8,42%
India
25,18%
Malaysia
21,65%
Singapura
9,35%
Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu
Lainnya
0,83%
Belanda
0,99%
Jerman
2,71%
Malaysia
54,14%
Singapur
a
37,81%
Perancis
3,51%
Sumber : trademap.org, diolah
53
Minyak/lemak kakao, pasta kakao, dan tepung kakao Indonesia memiliki daya saing
yang tinggi di pasar global
Daya Saing Produk-Produk Olahan Kakao
Jenis Produk
No
Negara
1
2
Biji Kakao
3
15
1
2
Kulit Kakao
3
6
1
2
Pasta Kakao
3
5
1
Minyak/Lemak
2
Kakao
3
1
2
Tepung Kakao
3
5
1
Coklat dan Makanan 2
Mengandung Kakao 3
47
Pantai Gading
Ghana
Belanda
Indonesia
Belanda
Nigeria
Perancis
Indonesia
Pantai Gading
Belanda
Ghana
Indonesia
Belanda
Indonesia
Pantai Gading
Belanda
Malaysia
Jerman
Indonesia
Jerman
Belgia
Italia
Indonesia
Rata-Rata
RSCA
1.00
0.99
0.33
0.18
0.03
0.93
-0.35
0.24
0.99
0.67
-0.13
0.77
0.78
0.85
0.98
0.78
0.82
0.12
0.71
0.36
0.62
0.39
-0.70
2013
2014
2015
2016
2017
0.99
0.99
0.36
0.70
-0.05
0.96
-0.71
0.18
0.99
0.69
-0.42
0.77
0.77
0.82
0.98
0.80
0.85
0.06
0.63
0.38
0.61
0.38
-0.68
1.00
1.00
0.35
0.37
-0.10
0.91
-0.94
0.21
0.99
0.69
0.32
0.10
-0.31
0.96
-0.59
0.07
0.99
0.64
0.77
0.77
0.85
0.98
0.79
0.82
0.12
0.68
0.39
0.62
0.38
-0.70
0.82
0.79
0.87
0.98
0.78
0.81
0.15
0.73
0.36
0.63
0.38
-0.73
1.00
0.99
0.29
0.00
-0.10
0.87
-0.13
-0.04
0.99
0.66
-0.97
0.81
0.79
0.87
0.98
0.77
0.82
0.15
0.76
0.34
0.63
0.37
-0.67
1.00
0.99
0.33
-0.27
0.70
0.97
0.61
0.78
1.00
0.66
0.99
0.70
0.78
0.86
0.99
0.78
0.80
0.12
0.73
0.36
0.64
0.43
-0.73
Daya Saing produk kakao Indonesia secara umum sangat kompetitif yang ditunjukkan dengan nilai RSCA yang
positif. Produk Kakao yang paling kompetitif bagi Indonesia adalah Lemak/Minyak Kakao dengan nilai rata-rata
RSCA sebesar 0,85 sedangkan produk Kakao yang paling tidak kompetitif bagi Indonesia adalah Kakao Olahan
dengan RSCA sebesar -0,70.
• Shifting fokus produk ekspor Indonesia dari Biji Kakao menjadi produk Lemak/Minyak Kakao sejak 2010 menjadikan
Indonesia sangat kompetitif dalam mengekspor produk Lemak/Minyak Kakao. Nilai RSCA Indonesia sebesar 0,86
(2017) atau rata-rata sebesar 0,85 yang menunjukkan Indonesia sangat kompetitif, bahkan produk Lemak/Minyak
Kakao Indonesia lebih kompetitif dibandingkan Belanda yang merupakan eksportir terbesar Lemak/Minyak Kakao.
Daya saing produk kakao Indonesia lain pada tahun 2017 yang juga tergolong kompetitif adalah Kulit Kakao (0,78),
Pasta Kakao (0,70), dan Tepung Kakao (0,73).
• Daya saing biji kakao Indonesia menurun drastis sejak penerapan adanya Bea Keluar (BK). Pada tahun 2017, nilai
RSCA Biji Kakao Indonesia sebesar -0,27 yang berarti Indonesia tidak kompetitif dalam mengekspor Biji Kakao.
Walaupun secara rata-rata 5 tahun terakhir masih positif sebesar 0,18 namun dengan tren ekspor Biji kakao yang
terus menurun maka diperkirakan daya saing Biji Kakao Indonesia juga akan terus menurun di tahun-tahun
mendatang.
• Daya saing produk lain yang tidak kompetitif bagi Indonesia adalah Coklat dan Makanan Mengandung kakao
dimana dalam 5 tahun terakhir selalu negatif. Secara rata-rata, nilai daya saing produk Coklat dan Makanan
Mengandung kakao Indonesia sebesar -0,70 yang berarti sangat tidak kompetitif.
Sumber : trademap.org, diolah
54
Isu terkait deforestasi, tarif bea keluar dan faktor cuaca menjadi tantangan industri
kakao ke depan
Uni Eropa mulai membahas larangan penjualan kakao yang berasal dari lahan
perusakan hutan (deforestasi) atau yang berindikasi diproduksi oleh eksploitasi anak
sebagai buruh. Industri cokelat di wilayah Afrika Barat termasuk salah satu penyebab deforestasi skala besar.
Sumber: Liputan 6, Juli 2018.
Kementerian Koordinator bidang Perekonomian akan mempertimbangkan usulan Kementerian Perindustrian
terkait perubahan tarif bea keluar biji kakao tetap (flat) sebesar 15 %, dari semula tarif progresif 0-15 %
bergantung harga biji kakao dunia. Rencananya, usulan ini akan dibahas dalam pertemuan khusus.
Sumber: CNN Indonesia, Januari 2018.
Pemerintah menunjuk daerah Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara sebagai sentra produksi berbentuk proyek pilot
pengembangan kakao berbasis korporasi yang merupakan implementasi dari Peraturan Menteri Pertanian
(Permentan) 18/2018 tentang Pedoman Pembangunan kawasan Pertanian Berbasis Korporasi untuk
meningkatkan kesejahteraan petani.
Sumber: Bisnis, Agustus 2018.
Pemerintah Kabupaten Kolaka Utara membuat program untuk merevitalisasi 43.000 hektare tanaman kakao di
Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara dengan tambahan bantuan pemerintah pusat seluas 2.000 hektare.
Sumber: Bisnis, Agustus 2018.
Pakar kakao memprediksi bahwa di tahun 2050 tanaman kakao akan sulit dikembangkan akibat meningkatnya
suhu yang menghisap uap air tanah tempat pohon itu bertumbuh, terutama di daerah Ghana dan Pantai Gading di
mana lebih dari 50 % kakao dunia diproduksi.
Sumber: UK Express, Januari 2018.
Sumber : trademap.org, diolah
55
Outlook ekspor kakao Indonesia
Tahun 2018, ekspor kakao Indonesia ke AS yang merupakan pasar terbesar ekspor
nasional (share 27%) diperkirakan tumbuh 6,7% menjadi sebesar US$324 juta seiring
tingginya permintaan produk Lemak/Minyak Kakao. Di tahun 2019, diproyeksikan ekspor Kakao Indonesia ke
Amerika Serikat masih akan tumbuh positif sebesar 16,2%.
• Lemak kakao sebagian besar memang digunakan untuk pembuatan cokelat.
• Konsumsi cokelat dan permen di AS diperkirakan akan melanjutkan tren kenaikan didukung oleh pertumbuhan
populasi dan meningkatnya daya beli, seiring dengan meningkatnya permintaan untuk cokelat premium dan
makanan manis. Selain itu, minat yang lebih besar pada gaya hidup sehat terus mendorong konsumsi cokelat
bebas gula dan organik. Selain untuk dikonsumsi di dalam negeri, ekspor coklat dan permen AS menunjukkan
kinerja yang cukup stabil terutama ke Kanada dan Meksiko.
• Kebutuhan cokelat di AS:
o 60% untuk cokelat dan produk-produk gula-gula jenis cokelat yang dibuat dari cokelat yang dibeli dan tidak
diritel di perusahaan manufaktur
o 10% untuk cokelat dan produk gula-gula jenis cokelat yang terbuat dari biji kakao
o 8% untuk lapisan cokelat terbuat dari biji kakao
o 7% untuk cokelat dan produk gula-gula jenis cokelat yang dibuat dari cokelat yang dibeli di ritel di perusahaan
manufaktur
o 15% untuk lainnya termasuk industri kosmetik
• Walaupun Malaysia masih menjadi pasar kakao kedua terbesar bagi Indonesia namun trennya terus mengalami
penurunan. Malaysia telah sejak lama menjadi pasar ekspor bagi Biji Kakao Indonesia, namun sejak adanya
kebijakan Bea Keluar (BK) Biji Kakao, ekspor kakao ke Malaysia terus menurun. Di tahun 2018, diperkirakan
ekspor kakao Indonesia ke Malaysia masih melanjutkan tren penurunan sebesar -2,31% dan di tahun 2019 juga
menurun sebesar -1,7%.
2015
2016
2017
2018P
2019P
52
44
49
46
44
63
63
70
42
49
100
95
71
68
81
186
194
100
189
300
376
246
303
264
200
253
Juta USD
300
324
400
0
Amerika Serikat
Malaysia
Tiongkok
2017
Belanda
India
2018P
2019P
Nilai (Jt USD)
Pertumbuhan
Nilai (Jt USD)
Pertumbuhan
Nilai (Jt USD)
Pertumbuhan
Amerika Serikat
303.12
19.61%
323.65
6.77%
376.19
16.24%
Malaysia
193.67
-21.26%
189.19
-2.31%
185.98
-1.70%
Tiongkok
71.44
4.69%
95.31
33.41%
99.58
4.48%
Belanda
69.69
64.40%
62.97
-9.65%
63.02
0.08%
India
49.47
7.32%
43.99
-11.08%
52.21
18.70%
Kenaikan ekspor diprediksi juga terjadi di Tiongkok, terutama untuk produk pasta kakao. Sementara di Belanda
menjadi pasar alternatif lain dari produk Lemak/Minyak Kakao dan India menjadi importir untuk Biji Kakao. Peran
ekspor ke ketiga negara ini cukup besar karena berkontribusi hampir 20% ekspor kakao nasional.
Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI diolah
56
Proyeksi harga kakao dunia
Harga Kakao Dunia
Harga kakao kembali bergerak fluktuatif di
tahun 2018. Posisi terakhir harga kakao di awal
tahun 2019 sebesar US$2.394/MT.
Harga Kakao Kontrak 3 Bulan per MT
4.000
3.336
3.500
• Harga kakao meningkat tajam di awal tahun
yang dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran
defisit cadangan kakao dunia karena ada
ekspektasi cuaca buruk di Afrika.
3.195
2.986
3.000
2.981
2.476
2.500
2.237
1.903
2.394 •
1.907
2.000
1.500
Kemudian sejak pertengahan tahun, harga
mulai turun kembali seiring meningkatnya
pasokan kakao dari Pantai Gading. Di akhir
tahun 2018 hingga awal tahun 2019, harga
kakao kembali naik dengan posisi terakhir
sebesar US$2.394/MT yang diakibatkan oleh
permintaan dari perayaan Natal dan Tahun
Baru.
Proyeksi Harga Kakao Dunia
Harga Kakao Kontrak 3 Bulan per MT
Proyeksi Harga Konsensus
3.000
2.556
2.600
2.335
2.476
2.416
2.200
2.095
1.800
1.400
2.057
2.043
1.903
2.300
2.308
2.370
2.400
2.450
Proyeksi Harga Kakao
Konsensus
1.892
Harga Kakao Kontrak 3
Bulan
1.000
Q1-2017 Q2-2017 Q3-2017 Q4-2017 Q1-2018 Q2-2018 Q3-2018 Q4-2018 Q1-2018 Q2-2018 Q3-2018 Q4-2018 Q1-2020 Q2-2020
Proyeksi harga kakao di tahun 2019 diprediksi lebih stabil dibandingkan tahun 2018. Proyeksi konsensus harga
kakao akan melemah tipis pada kuartal II tahun 2019 sebelum akhirnya kembali naik tipis hingga akhir tahun.
• Proyeksi harga kakao dunia kontrak 3 bulan diperkirakan akan relatif stabil di tahun 2019. Pada kuartal I hingga
kuartal II diperkirakan harga akan cenderung menurun yang diakibatkan oleh meningkatnya pasokan kakao dari
negara-negara Afrika. Namun mulai masuk kuartal III, harga kakao diperkirakan akan mulai meningkat seiring
adanya ekspektasi cuaca yang kurang baik yang dapat mengganggu pasokan dunia. Selain itu juga meningkatnya
permintaan kakao untuk diolah menjadi coklat di semester terakhir 2019 diperkirakan juga akan berdampak
membaiknya harga kakao sejak kuartal III.
Sumber : World Bank, Bloomberg
57
Konsumsi kakao diperkirakan akan tumbuh lebih cepat dibandingkan produksi
Indonesia diperkirakan akan terus mengalami defisit kakao seiring dengan terus
meningkatnya konsumsi kakao domestik untuk diolah kembali menjadi pasta dan
lemak kakao, namun tidak diimbangi dengan produksi biji kakao domestik yang cukup.
Proyeksi Produksi Kakao Indonesia
Produksi
Ribu MT
Pertumbuhan produksi
375
400
325
4,50%
320
290
300
272
260
8,00%
2,99%
280
281
0,00%
0,43%
-1,54%
4,00%
200
-4,00%
-9,38%
-8,54%
-8,00%
100
-10,34%
-12,00%
-13,33%
0
-16,00%
2013/2014
2014/2015
2015/2016
2016/2017
2017/2018
2018/2019P
2019/2020P
2020/2021P
Proyeksi Produksi Kakao Indonesia
Konsumsi
Ribu MT
Pertumbuhan Konsumsi
800
670
32,30%
600
400
340
382
335
537
490
455
40,00%
32,00%
24,00%
19,11%
14,03%
596
7,69%
9,49%
11,01%
12,49%
16,00%
8,00%
200
0,00%
-1,47%
0
-8,00%
2013/2014
2014/2015
2015/2016
2016/2017
2017/2018
2018/2019
2019/2020
2020/2021
• Produksi kakao tahun depan diperkirakan akan mengalami kenaikan sebesar 4,5% karena areal perkebunan kakao
baru di berbagai wilayah seperti Lampung dan Sumatra Barat yang baru ditanam 2-3 tahun yang lalu sudah mulai
berbuah. Namun, proyeksi tersebut dapat berubah apabila terdapat cuaca kurang baik seperti munculnya El-Nino,
maupun faktor lain seperti penurunan produktivitas di lahan-lahan kakao yang sudah tua.
• Pada sisi konsumsi, tren kenaikan konsumsi kakao yang sudah terjadi sejak beberapa tahun terakhir akan terus
berlanjut dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 10% per tahun. Hal tersebut didorong oleh semakin
berkembangnya industri kakao domestik. Dengan kondisi seperti ini diperkirakan impor biji kakao akan terus
meningkat untuk menutupi defisit bahan baku kakao.
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
58
Ekspor kakao diprediksi meningkat di tahun 2019
Proyeksi Nilai Ekspor Kakao Indonesia
Nilai Ekspor Kakao Indonesia
Growth
1.500
15,0%
Juta USD
9,3%
8,1%
10,0%
5,1%
11,1%
1.000
8,3%
5,0%
0,0%
500
-5,0%
-9,6%
-5,2%
1.151
1.245
1.308
1.240
1.121
1.246
1.348
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019P
-
-10,0%
-15,0%
Tahun 2018, ekspor kakao Indonesia tumbuh sebesar 11,1% dan di tahun 2019 diperkirakan tumbuh sebesar 8,3%.
Pertumbuhan ekspor kakao Indonesia seiring dengan membaiknya harga kakao dunia dan terus berkembangkan
industri kakao domestik.
• Ekspor kakao Indonesia di tahun 2018 tumbuh sebesar 11,1% dibandingkan tahun 2017 atau menjadi sebesar
US$1.246 juta. Pertumbuhan nilai ekpor di tahun 2018 didorong oleh membaiknya harga kakao akibat menurunnya
pasokan kakao dari wilayah Afrika dan Amerika Latin.
• Di tahun 2019, ekspor kakao diproyeksikan masih akan tumbuh moderat sebesar 8,3% atau menjadi senilai
US$1.348 juta. Faktor utama dari peningkatan tersebut adalah permintaan dari Amerika Serikat yang menjadi
pasar utama kakao Indonesia terhadap produk Lemak/Minyak Kakao yang terus tumbuh. Sedangkan penurunan
ekspor ke pasar Malaysia dikompensasi oleh peningkatan ekspor ke pasar-pasar negara berkembang lain seperti
Tiongkok dan India. Selain itu, proyeksi harga yang stabil juga membuat nilai ekspor kakao Indonesia tumbuh
moderat di tahun 2019.
Upside Risk
•
•
Cuaca yang menjadi faktor utama yang
menghambat produksi kakao dunia masih menjadi
faktor yang sulit diperhitungkan. Apabila wilayah
Afrika yang merupakan produsen kakao terbesar
mengalami kekeringan seperti yang terjadi di awal
tahun 2017, harga diperkirakan dapat menjadi lebih
tinggi. Dengan demikian, akan menjadi sentimen
positif terhadap ekspor kakao Indonesia
Produksi Biji Kakao domestik yang selama ini terus
menurun, dapat dikompensasi oleh dibukanya
lahan-lahan baru kakao. Apabila bahan baku kakao
domestik meningkat, ekspor kakao olahan Indonesia
diprediksi bisa lebih tinggi dibandingkan proyeksi
karena tersedianya bahan baku yang lebih murah.
Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI diolah
Downside Risk
•
Status Indonesia sebagai net-importir Biji Kakao
membuat produksi kakao olahan domestik sangat
tergantung oleh pasokan Biji Kakao, terutama yang
berasal dari Afrika. Apabila pasokan dari Afrika
terganggu, maka ekspor kakao Indonesia dapat
tumbuh lebih rendah dari perkiraan.
•
Adanya prediksi El-Nino dipertengahan tahun dapat
membuat produksi kakao domestik terancam.
Dengan menurunnya pasokan Biji Kakao domestik,
defisit Biji Kakao dapat melebar yang membuat
industri pengolahan kakao domestik lebih kesulitan
untuk mendapatkan bahan baku. Dampaknya
proyeksi ekspor dapat lebih rendah.
59
Lampiran : Ekspor Kakao Dunia
Nilai Ekspor Kakao Dunia berdasarkan Negara
Nilai (dalam Juta USD)
Rank
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Porsi
2017 (%)
43,781
4,817
4,462
3,377
2,927
2,037
2,236
1,672
1,717
1,176
1,059
1,053
43,784
5,317
4,718
3,121
3,332
1,458
2,298
1,674
1,870
1,498
1,122
1,151
49,639
6,096
5,571
4,627
3,466
NA
2,404
1,792
2,117
1,495
1,241
1,245
47,457
5,568
5,032
5,130
3,347
NA
2,177
1,641
1,950
1,555
1,401
1,308
46,912
5,869
5,168
4,588
3,733
1,898
2,175
1,699
2,035
1,634
1,530
1,240
48,183
5,989
5,433
4,933
3,810
2,434
2,229
2,037
1,991
1,570
1,538
1,121
100.00%
12.43%
11.28%
10.24%
7.91%
5.05%
4.63%
4.23%
4.13%
3.26%
3.19%
2.33%
Eksportir
Dunia
Jerman
Belanda
Pantai Gading
Belgia
Ghana
Perancis
Italia
Amerika Serikat
Polandia
Kanada
Indonesia
Pertumbuhan (% yoy)
2013
2014
2015
2016
2017
CAGR
2013-2017
0.01%
10.39%
5.76%
-7.57%
13.85%
-28.44%
2.76%
0.13%
8.93%
27.44%
5.97%
9.31%
13.37%
14.63%
18.06%
48.26%
4.03%
NA
4.63%
7.00%
13.19%
-0.23%
10.56%
8.08%
-4.40%
-8.66%
-9.66%
10.85%
-3.46%
NA
-9.46%
-8.38%
-7.90%
4.01%
12.95%
5.08%
-1.15%
5.40%
2.70%
-10.56%
11.54%
NA
-0.09%
3.50%
4.36%
5.08%
9.15%
-5.21%
2.71%
2.06%
5.13%
7.52%
2.08%
28.20%
2.52%
19.88%
-2.16%
-3.88%
0.58%
-9.59%
1.93%
2.41%
2.86%
9.59%
2.72%
10.80%
-0.60%
3.99%
1.26%
0.95%
6.51%
-0.54%
Volume Ekspor Kakao Dunia berdasarkan Negara
Volume (dalam Ribu Ton)
Rank
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Porsi
2017 (%)
11,470
NA
492
343
435
NA
388
229
141
173
188
10,661
NA
500
343
426
318
414
235
168
199
189
11,531
NA
479
370
492
324
334
202
154
210
201
10,892
NA
484
353
417
351
355
208
146
186
192
11,376
1,464
484
397
437
374
330
220
159
166
186
12,794
1,975
490
453
427
378
355
229
188
188
183
100.00%
15.44%
3.83%
3.54%
3.34%
2.96%
2.77%
1.79%
1.47%
1.47%
1.43%
Eksportir
Dunia
Pantai Gading
Perancis
Malaysia
Amerika Serikat
Kanada
Indonesia
Meksiko
Rusia
Turki
Singapura
Pertumbuhan (% yoy)
2013
2014
2015
2016
2017
CAGR
2013-2017
-7.06%
NA
1.70%
-0.02%
-2.13%
NA
6.78%
2.61%
19.85%
14.70%
0.45%
8.16%
NA
-4.18%
7.91%
15.37%
1.96%
-19.42%
-14.03%
-8.38%
5.40%
6.44%
-5.54%
NA
1.11%
-4.50%
-15.27%
8.21%
6.49%
2.93%
-5.38%
-11.23%
-4.56%
4.44%
NA
-0.13%
12.56%
4.80%
6.53%
-7.12%
5.79%
9.02%
-10.68%
-2.81%
12.47%
34.87%
1.35%
13.95%
-2.27%
1.10%
7.53%
4.22%
18.21%
13.25%
-1.45%
3.71%
NA
-0.39%
5.74%
0.02%
3.51%
-3.04%
-0.49%
2.24%
-1.10%
-0.55%
Nilai Ekspor Kakao Dunia berdasarkan Produk
Nilai (dalam Juta USD)
Produk
Total Kakao
Biji Kakao
Kulit Kakao
Pasta Kakao
Lemak/Minyak Kakao
Tepung Kakao
Coklat dan Makanan
Mengandung Kakao
Pertumbuhan (% yoy)
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Porsi 2017
(%)
18
1801
1802
1803
1804
1805
43,743
10,156
839
2,468
2,825
3,251
43,695
8,088
276
2,610
3,716
2,579
49,548
9,799
298
3,402
5,905
2,135
47,281
10,219
318
3,297
5,615
2,107
46,762
9,212
283
2,924
5,314
2,470
48,026
9,088
244
3,177
5,366
2,396
100.00%
18.92%
0.51%
6.62%
11.17%
4.99%
-0.11%
-20.36%
-67.07%
5.79%
31.53%
-20.68%
13.39%
21.16%
7.76%
30.31%
58.91%
-17.20%
-4.58%
4.29%
6.85%
-3.07%
-4.91%
-1.32%
-1.10%
-9.85%
-11.21%
-11.33%
-5.35%
17.25%
2.70%
-1.35%
-13.52%
8.67%
0.98%
-3.02%
1.91%
2.36%
-2.44%
4.01%
7.63%
-1.46%
1806
24,205
26,426
28,010
25,725
26,560
27,754
57.79%
9.18%
5.99%
-8.16%
3.25%
4.50%
0.99%
2017
CAGR
2013-2017
8.16% -5.54% 4.44%
15.27% -17.63% 13.49%
6.07% -4.43% 10.33%
33.70% -4.80% -13.38%
4.98% -1.07% -4.72%
11.80% 7.17% 4.71%
12.47%
30.01%
3.91%
25.55%
13.21%
6.42%
3.71%
6.98%
3.05%
6.72%
2.30%
5.95%
1.37%
2.66%
1.36%
HS Code
2013
2014
2015
2016
2017
CAGR
2013-2017
Volume Ekspor Kakao Dunia berdasarkan Produk
Volume (dalam Ribu Ton)
Produk
Total Kakao
Biji Kakao
Kulit Kakao
Pasta Kakao
Lemak/Minyak Kakao
Tepung Kakao
Coklat dan Makanan
Mengandung Kakao
Pertumbuhan (% yoy)
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Porsi 2017
(%)
18
1801
1802
1803
1804
1805
11,470
3,839
281
673
834
714
10,661
2,766
197
689
859
729
11,531
3,188
209
921
902
815
10,892
2,626
200
876
892
874
11,376
2,980
221
759
850
915
12,794
3,874
229
953
963
973
26.64%
8.07%
0.48%
1.98%
2.00%
2.03%
-7.06%
-27.96%
-29.89%
2.36%
3.00%
2.05%
1806
5,129
5,421
5,495
5,423
5,650
5,801
12.08%
5.70%
HS Code
2013
2014
2015
-1.31%
2016
4.19%
60
Lampiran : Impor Kakao Dunia
Nilai Impor Kakao Dunia berdasarkan Negara
Rank
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
16
Importir
2012
41,568
4,216
4,181
3,303
2,930
2,255
1,729
1,281
1,142
788
998
177
Dunia
Amerika Serikat
Jerman
Belanda
Perancis
Inggris
Belgia
Kanada
Italia
Polandia
Spanyol
Indonesia
2013
43,514
4,279
4,253
3,545
3,070
2,416
2,082
1,343
1,145
917
1,012
205
Nilai (dalam Juta USD)
2014
2015
2016
49,070
46,139
48,631
4,852
4,984
5,209
5,051
4,676
5,004
4,195
4,222
4,702
3,448
3,182
3,368
2,776
2,639
2,517
2,522
2,364
2,858
1,480
1,504
1,547
1,289
1,230
1,269
1,007
1,078
1,134
1,177
1,084
1,193
469
294
350
2017
48,266
5,146
4,851
4,665
3,377
2,630
2,614
1,519
1,290
1,224
1,141
619
Porsi
2017 (%)
100.00%
10.66%
10.05%
9.67%
7.00%
5.45%
5.42%
3.15%
2.67%
2.54%
2.36%
1.28%
2013
4.68%
1.50%
1.74%
7.32%
4.79%
7.15%
20.36%
4.84%
0.25%
16.33%
1.37%
15.69%
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
12.77% -5.97%
5.40%
13.37%
2.72%
4.51%
18.75% -7.43%
7.01%
18.34%
0.63%
11.37%
12.30% -7.72%
5.86%
14.91% -4.97% -4.59%
21.16% -6.28% 20.90%
10.19%
1.63%
2.89%
12.59% -4.53%
3.17%
9.82%
7.13%
5.17%
16.37% -7.89% 10.06%
129.18% -37.36% 19.26%
2017
-0.75%
-1.21%
-3.06%
-0.77%
0.28%
4.49%
-8.53%
-1.79%
1.60%
7.96%
-4.40%
76.73%
CAGR
2013-2017
2.09%
3.76%
2.66%
5.65%
1.92%
1.71%
4.66%
2.50%
2.42%
5.96%
2.44%
24.79%
Volume Impor Kakao Dunia berdasarkan Negara
Rank
1
2
3
4
5
6
7
9
10
11
16
Importir
Volume (dalam Ribu Ton)
2013
2014
2015
2016
11,149
11,457
11,188
11,704
1,304
1,299
1,337
1,368
770
785
770
793
429
466
362
337
253
253
264
282
358
302
227
234
154
157
36
150
179
170
171
148
107
109
105
139
131
142
138
138
114
117
134
122
63
140
84
105
2012
10,542
1,238
744
400
275
355
138
154
98
145
106
48
Dunia
USA
France
Malaysia
Japan
Russia
Turkey
China
Mexico
Singapore
Australia
Indonesia
2017
12,588
1,456
800
425
292
281
182
159
139
139
134
270
Porsi
2017 (%)
100.00%
11.56%
6.35%
3.38%
2.32%
2.23%
1.45%
1.26%
1.11%
1.11%
1.07%
2.15%
2013
5.76%
5.33%
3.44%
7.22%
-7.76%
0.97%
11.24%
15.72%
9.36%
-9.62%
7.22%
31.05%
Pertumbuhan (% yoy)
CAGR
2014
2015
2016
2017
2013-2017
2.76%
-2.35%
4.61%
7.56%
2.46%
-0.41%
3.00%
2.27%
6.42%
2.23%
1.88%
-1.89%
3.04%
0.86%
0.76%
8.78% -22.42% -6.72% 25.95%
-0.17%
-0.08%
4.18%
6.99%
3.63%
2.91%
-15.70% -24.94% 3.49%
19.99%
-4.71%
1.99% -76.74% 310.25% 21.79%
3.45%
-5.03%
0.88% -13.32% 7.04%
-2.33%
1.41%
-3.47% 32.73% -0.03%
5.37%
8.73%
-3.22%
0.29%
0.62%
1.21%
2.36%
14.30% -8.85% 10.34%
3.31%
121.66% -39.68% 24.53% 156.93%
33.73%
Nilai Impor Kakao Dunia berdasarkan Produk
Nilai (dalam Juta USD)
Produk
Total Kakao
Biji Kakao
Kulit Kakao
Pasta Kakao
Lemak/Minyak Kakao
Tepung Kakao
Coklat dan Makanan
Mengandung Kakao
Pertumbuhan (% yoy)
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Porsi 2017
(%)
18
1801
1802
1803
1804
1805
41,458
8,428
48
3,152
2,676
3,349
43,358
7,894
38
3,078
3,629
2,756
48,902
9,534
38
3,410
5,977
2,186
45,911
9,432
30
3,275
5,314
2,106
48,308
10,348
35
3,557
5,347
2,523
47,949
9,588
29
3,354
5,327
2,446
100.00%
20.00%
0.06%
6.99%
11.11%
5.10%
4.58%
-6.34%
-20.82%
-2.34%
35.61%
-17.70%
12.79%
20.78%
-0.41%
10.80%
64.73%
-20.70%
-6.12%
-1.07%
-21.68%
-3.99%
-11.09%
-3.67%
5.22%
9.71%
17.59%
8.62%
0.62%
19.82%
-0.74%
-7.34%
-15.42%
-5.72%
-0.38%
-3.06%
2.03%
3.96%
-4.95%
1.73%
7.98%
-2.36%
1806
23,805
25,963
27,756
25,755
26,498
27,205
56.74%
9.06%
6.91%
-7.21%
2.89%
2.67%
0.94%
HS Code
2013
2014
2015
2016
2017
CAGR
2013-2017
Volume Ekspor Kakao Dunia berdasarkan Produk
Volume (dalam Ribu Ton)
Produk
Total Kakao
Biji Kakao
Kulit Kakao
Pasta Kakao
Lemak/Minyak Kakao
Tepung Kakao
Coklat dan Makanan
Mengandung Kakao
Pertumbuhan (% yoy)
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Porsi 2017
(%)
18
1801
1802
1803
1804
1805
10,542
3,093
100
843
796
703
11,149
3,005
104
916
888
781
11,457
3,094
104
969
956
828
11,188
3,021
98
934
879
841
11,704
3,252
94
954
846
882
12,588
3,838
95
1,062
946
954
26.25%
8.00%
0.20%
2.21%
1.97%
1.99%
5.76%
-2.85%
3.62%
8.65%
11.44%
11.01%
2.76%
2.96%
0.05%
5.74%
7.74%
6.01%
-2.35%
-2.36%
-5.63%
-3.63%
-8.11%
1.64%
4.61%
7.65%
-3.51%
2.21%
-3.75%
4.79%
7.56%
18.03%
0.44%
11.27%
11.83%
8.20%
2.46%
5.02%
-1.76%
2.99%
1.28%
4.09%
1806
5,005
5,456
5,507
5,415
5,676
5,694
11.87%
9.00%
0.93%
-1.66%
4.81%
0.32%
0.86%
HS Code
2013
2014
2015
2016
2017
CAGR
2013-2017
61
Lampiran : Ekspor Kakao Indonesia
Nilai Ekspor Kakao Indonesia berdasarkan Negara
Rank
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Importir
2012
1,053
146
274
83
10
27
6
11
25
57
7
Dunia
Amerika Serikat
Malaysia
Tiongkok
Belanda
India
Kanada
Estonia
Australia
Jerman
Meksiko
2013
1,151
153
433
50
18
23
22
22
40
57
19
Nilai (dalam Juta USD)
2014
2015
2016
1,245
1,308
1,240
257
264
253
298
300
246
64
81
68
39
49
42
40
44
46
19
19
46
43
40
35
50
63
44
114
108
115
11
25
15
2017
1,121
303
194
71
70
49
46
45
43
34
32
Porsi
2017 (%)
100.00%
27.05%
17.28%
6.37%
6.22%
4.41%
4.08%
3.97%
3.88%
3.00%
2.89%
2013
9.31%
5.12%
58.02%
-40.43%
71.11%
-13.61%
252.63%
105.65%
57.89%
-0.08%
181.93%
Pertumbuhan (% yoy)
CAGR
2014
2015
2016
2017 2013-2017
8.08%
5.08%
-5.21% -9.59%
-0.54%
67.98% 2.82%
-4.12% 19.61%
14.65%
-31.17% 0.79% -18.07% -21.26% -14.85%
30.01% 24.98% -15.30% 4.69%
7.58%
122.14% 24.33% -13.61% 64.40%
31.44%
70.90% 9.27%
5.44%
7.32%
16.14%
-11.43% -2.68% 142.54% -0.12%
15.87%
97.33% -7.52% -12.03% 28.01%
15.50%
25.32% 27.03% -31.17% -0.40%
1.76%
99.32% -5.05% 5.83% -70.64% -10.08%
-39.28% 120.60% -40.72% 115.87% 11.38%
Nilai Ekspor Kakao Indonesia berdasarkan Produk
Produk
Total Kakao
Biji Kakao
Kulit Kakao
Pasta Kakao
Lemak/Minyak Kakao
Tepung Kakao
Coklat dan Makanan
Mengandung Kakao
HS Code
18
1801
1802
1803
1804
1805
2012
1,053
385
4
209
236
165
2013
1,151
446
4
186
357
110
1806
55
48
Nilai (dalam Juta USD)
2014
2015
1,245 1,308
196
115
4
3
234
302
661
726
104
124
45
37
2016
1,240
84
2
245
698
164
47
Porsi 2017
2017
(%)
1,121 100.00%
54
4.78%
3
0.24%
190
16.94%
681
60.77%
152
13.58%
41
3.69%
2013
9.31%
15.92%
7.84%
-10.66%
51.08%
-33.14%
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
8.08% 5.08% -5.21%
-55.95% -41.48% -26.97%
11.93% -21.90% -28.47%
25.37% 29.36% -19.01%
85.22% 9.91% -3.92%
-5.62% 19.23% 31.88%
2017
-9.59%
-36.24%
14.68%
-22.45%
-2.41%
-7.15%
-13.00% -6.07% -18.85% 27.63% -11.33%
CAGR
2013-2017
-0.54%
-34.56%
-6.44%
0.37%
13.80%
6.62%
-2.91%
Volume Ekspor Kakao Indonesia berdasarkan Produk
Produk
Total Kakao
Biji Kakao
Kulit Kakao
Pasta Kakao
Lemak/Minyak Kakao
Tepung Kakao
Coklat dan Makanan
Mengandung Kakao
HS Code
18
1801
1802
1803
1804
1805
2012
388
164
8
58
94
44
2013
414
188
13
65
87
44
1806
19
16
Volume (dalam Ribu Ton)
2014
2015
2016
334
355
330
63
40
28
13
16
10
87
114
89
99
115
110
55
59
74
15
13
18
2017
327
24
15
80
123
72
Porsi 2017
(%)
0.68%
0.05%
0.03%
0.17%
0.26%
0.15%
2013
6.79%
15.24%
54.21%
11.91%
-7.99%
1.00%
Pertumbuhan (% yoy)
CAGR
2014
2015
2016
2017 2013-2017
-19.42% 6.49% -7.12% -1.01%
-4.63%
-66.39% -37.44% -28.50% -14.99% -33.73%
1.58% 17.94% -34.31% 45.51%
2.75%
33.72% 30.14% -21.61% -10.53%
4.07%
14.60% 15.14% -4.40% 12.13%
7.18%
24.98% 6.72% 26.25% -3.02%
10.31%
13
0.03%
-15.85%
-7.86%
-14.33%
43.00%
-29.66%
-4.51%
62
Lampiran : Impor Kakao Indonesia
Nilai Impor Kakao Indonesia berdasarkan Negara
Rank
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Eksportir
2012
177
67
14
0
11
22
0
4
0
9
0
Dunia
Malaysia
Pantai Gading
Ekuador
Kamerun
Singapura
Nigeria
India
Uganda
Ghana
Belanda
2013
205
69
21
9
7
18
1
10
0
21
1
Nilai (dalam Juta USD)
2014
2015
469
294
72
50
192
79
34
18
19
19
14
13
12
0
11
21
1
1
28
20
1
1
2016
350
95
21
36
5
22
3
32
9
5
2
2017
619
177
116
76
65
31
31
22
17
10
7
Porsi
Pertumbuhan (% yoy)
CAGR
2017 (%)
2013
2014
2015
2016
2017 2013-2017
100.00% 15.69% 129.18% -37.36% 19.26% 76.73%
24.79%
28.56%
3.32%
3.39% -30.09% 89.35% 86.68%
20.63%
18.71%
45.84% 833.89% -59.02% -73.51% 454.29% 41.24%
12.28% 3696.23% 271.51% -47.46% 105.15% 109.24% 52.98%
10.52% -33.31% 163.11% 1.85% -72.08% 1116.00% 55.52%
4.96%
-16.86% -23.31% -4.87% 65.11% 38.27%
10.74%
4.93%
1320.80%
1083.96% 103.76%
3.49%
174.20%
8.80% 96.32% 49.20% -31.78% 16.80%
2.70%
131.50% 627.54% 88.41%
1.61%
122.41% 34.54% -27.74% -73.15% 84.34% -13.61%
1.16%
132.72%
2.77% 108.09% 124.17% 196.53% 70.04%
Nilai Impor Kakao Indonesia berdasarkan Produk
Produk
Total Kakao
Biji Kakao
Kulit Kakao
Pasta Kakao
Lemak/Minyak Kakao
Tepung Kakao
Coklat dan Makanan
Mengandung Kakao
HS Code
18
1801
1802
1803
1804
1805
2012
177
63
0
12
0
56
2013
205
77
0
22
3
46
1806
45
57
Nilai (dalam Juta USD)
2014
2015
469
294
341
170
0
0
4
3
10
4
37
32
77
86
2016
350
185
0
12
12
45
2017
619
467
0
10
7
50
Porsi 2017
(%)
55.25%
41.67%
0.00%
0.93%
0.66%
4.48%
96
84
7.51%
2013
15.69%
22.93%
73.99%
1771.62%
-18.22%
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
129.18% -37.36% 19.26%
341.01% -50.29% 8.80%
-82.63% -29.41% 356.09%
257.62% -59.02% 199.95%
-18.47% -15.04% 42.35%
2017
76.73%
152.93%
-13.65%
-39.22%
11.11%
25.84% 34.10% 11.81% 12.50% -12.63%
CAGR
2013-2017
24.79%
43.25%
-13.55%
21.72%
1.84%
8.06%
Volume Impor Kakao Indonesia berdasarkan Produk
Produk
Total Kakao
Biji Kakao
Kulit Kakao
Pasta Kakao
Lemak/Minyak Kakao
Tepung Kakao
Coklat dan Makanan
Mengandung Kakao
HS Code
18
1801
1802
1803
1804
1805
2012
48
24
0
3
0
11
2013
63
31
0
7
0
11
1806
11
14
Volume (dalam Ribu Ton)
2014
2015
2016
140
84
105
109
53
61
0
0
0
1
1
5
1
1
2
12
12
16
16
18
22
2017
297
246
0
5
3
21
Porsi 2017
(%)
0.62%
0.51%
0.00%
0.01%
0.01%
0.04%
22
0.05%
2013
31.06%
28.50%
163.16%
1339.29%
5.66%
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
121.65% -39.68% 24.53%
255.62% -51.22% 14.32%
-80.20% -40.96% 495.79%
238.96% -60.91% 255.62%
1.79% 2.45% 35.11%
28.09% 17.26%
9.68%
20.43%
CAGR
2017 2013-2017
182.66% 36.31%
303.31% 51.57%
4.32% -6.19%
65.30% 50.76%
33.61% 13.49%
0.80%
9.32%
63
Lampiran : Daya Saing Kakao Indonesia
Daya Saing Produk Kakao Indonesia
64
KOPI
(HS Code 090111, 090112,
090121, 090122, 090190)
Kopi sebagai komoditas unggulan
Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia, hal
ini dapat terlihat dari hasil pemilihan komoditas unggulan ekspor (winning
commodities) dengan menggunakan beberapa metode analisis yaitu Computable General Equilibrium
(CGE) dan Export Product Dynamics (EPD).
Kopi sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode CGE
Komoditas yang menjadi unggulan ekspor diidentifikasi berdasarkan hasil simulasi ketika terjadi peningkatan
pemintaan ekspor secara arbitrary sebesar 10%, yaitu komoditas yang paling responsif terhadap variabel sektoral
Indonesia berdasarkan tiga indikator kunci yaitu (1) peningkatan ekspor bersih (bobot 60%, (2) output (bobot 20%),
dan (3) penyerapan tenaga kerja. (bobot 20%) Berdasarkan hasil CGE, Kopi menempati peringkat 8 dengan indeks
komposit sebesar 2.22.
Peringkat
Sektor
Dampak terhadap
Perubahan Nilai Ekspor
(Milyar Rupiah)
Dampak terhadap Output
(Perubahan Persentase)
Dampak terhadap Tenaga Kerja
(Perubahan Persentase)
Indeks
Komposit
8
Kopi
550.18
2.75
4.11
2.22
Kopi sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode EPD
Lost Opportunity
Denmark, UEA, Finlandia, Latvia,
Slovenia
-
Rising Star
+
Belgium, China, Estonia
France, Germany, Greece, India,
Ireland
O
+
Kopi merupakan salah satu komoditi
andalan ekspor perkebunan Indonesia
dimana Indonesia sendiri termasuk 10
negara pengekspor kopi terbesar di
dunia jika didasarkan pada nilai ekspor
pada tahun 2017.
Retreat
Falling Star
Sumber : WITS, Oktober 2018
Mayoritas varietas kopi Indonesia adalah robusta dan juga terkenal karena memiliki sejumlah kopi khusus (specialty
coffee). Kopi adalah penghasil devisa terbesar keempat untuk Indonesia setelah minyak sawit, karet dan kakao. Pada
saat ini, luas perkebunan kopi Indonesia adalah 1,24 juta hektar, 933 hektar perkebunan robusta dan 307 hektar
perkebunan arabika. Provinsi-provinsi yang berkontribusi paling besar untuk produksi kopi Indonesia adalah Sumatera
Selatan, Lampung, Sumatera Utara, Bengkulu, dan Aceh.
66
Produksi kopi dunia masih tumbuh meski dengan tren melambat, akibat penurunan
produksi di Brazil, Indonesia dan Kolombia
Negara
Brazil
Vietnam
Colombia
Indonesia
Honduras
Ethiopia
India
Uganda
Peru
Mexico
Lainnya
2014
3138
1590
804
652
316
395
327
225
173
215
1083
Total Dunia
8917
Produksi Kopi Dunia (Ribu Ton)
2015
2016
2017
3146
3407
3164
1724
1532
1770
841
878
840
752
689
654
347
447
462
403
438
459
348
312
350
219
298
288
198
253
257
174
227
240
1062
1061
1078
9214
9544
9562
Proporsi 2017 Negara Produsen Kopi Terbesar
Lainnya;
11,27%
Mexico;
2,51%
Brazil;
33,09%
Peru; 2,69%
Uganda;
3,01%
India;
3,66%
Ethiopia;
4,80% Honduras;
4,83%
Indonesia;
6,84%
Vietnam;
18,51%
Colombia;
8,78%
Proporsi 2017 Produksi Kopi Dunia Berdasarkan
Jenis Kopi
Robustas;
24%
Arabicas;
38%
Brazilian
Naturals;
20%
Other Midls;
12%
Colombian
Milds; 6%
Sumber: www.ico.org, diolah
Proporsi CAGR 20142017
2017
33.09%
0.28%
18.51%
3.64%
8.78%
1.47%
6.84%
0.12%
4.83%
13.49%
4.80%
5.18%
3.66%
2.33%
3.01%
8.63%
2.69%
14.08%
2.51%
3.66%
11.27%
-0.16%
100%
2.35%
Growth Produksi Kopi Dunia - yoy
2015
2016
2017
0.24%
8.32%
-7.14%
8.44%
-11.13%
15.51%
4.55%
4.46%
-4.33%
15.40%
-8.33%
-5.13%
9.83%
28.88%
3.26%
2.11%
8.68%
4.84%
6.42%
-10.34%
12.31%
-2.51%
35.95%
-3.26%
14.60%
27.81%
1.35%
-19.16%
30.24%
5.79%
-1.92%
-0.08%
1.55%
3.33%
3.58%
0.19%
• Selama tahun 2014 sampai dengan 2017, produksi kopi dunia
mengalami peningkatan secara volume dengan output
produksi 2017 mencapai 9,562 Ribu Ton dengan presentase
CAGR positif yang mencapai 2.35%, dengan pertumbuhan
yang selalu positif setiap tahunnya.
• Brazil merupakan negara produsen kopi terbesar di dunia
dengan output produksi yang mencapai 3,164 Ribu ton atau
setara dengan 33% share produksi dunia ditahun 2017. Akan
tetapi, terjadi penurunan growth produksi tahun 2017
sebesar -7.14% dibandingkan tahun sebelumnya. Produsen
terbesar kedua di dunia adalah Vietnam dengan kapasitas
produksi 1,770 Ribu Ton ditahun 2017 atau setara 18.5%
produksi dunia, dengan pertumbuhan CAGR positif sebesar
3.64%. Dan, urutan ketiga adalah Colombia dengan produksi
kopi yang mencapai 840 Ribu Ton yahun 2017 atau sebesar
8.78% share dunia, dengan prensentase pertumbuhan CAGR
positif sebesar 1.47% diperiode 2014-2017.
• Indonesia merupakan salah satu produsen kopi terbesar di
dunia urutan keempat dengan output produksi mencapai 654
Ribu Ton pada tahun 2017 atau sama dengan 6.84% produksi
kopi dunia. Indonesia memiliki pertumbuhan CAGR yang
positif dengan presentae 0.12% selama tahun 2014-2017.
Pertumbuhan secara year on year mengalami hasil positif
pada tahun 2015 (15.4%), tetapi pada tahun 2016 terjadi
perlambatan growth sebesar -8.33% dan kemabli melambat
ditahun 2017 sebesar -5.13%.
• Faktor yang menjadi penyebab menurunnya produksi kopi
Indonesia adalah dikarenakan factor cuaca yang kurang
mendukung kegiatan produksi. Selain itu factor masih
minimnya pengetahuan tentang perkebunan kopi oleh
beberapa petani dan mahalnya harga pupuk, menyebabkan
produksi kopi Indonesia masih belum berada pada level
maksimal.
67
Produksi dan luas lahan kopi Indonesia
Perkebunan kopi Indonesia banyak didominasi oleh perkebunan rakyat / Smallholder,
dengan luas area pada tahun 2017 diestimasikan sebesar 1,179,769 Ha. Pada tahun
2017 jumlah lahan perkebunan rakyat diestimasikan menurun tipis sebesar -0.07%, sedangkan perkebunan milik
negara dan swasta masing-masing naik sebesar 0.07% dan 0.18%.
Tahun /
Year
(Ha)
PR /
Smallholder
PBN /
Government
PBS / Private
Jumlah / Total
PR /
Smallholder
Growth Luas Lahan - yoy
PBN /
PBS / Private
Government
Jumlah / Total
2010
1,162,810
22,681
24,873
1,210,365
-4.49%
-0.50%
-4.09%
-4.41%
2011
1,184,967
22,572
26,159
1,233,698
1.91%
-0.48%
5.17%
1.93%
2012
1,187,669
22,565
25,056
1,235,289
0.23%
-0.03%
-4.22%
0.13%
2013
1,194,081
22,556
25,076
1,241,712
0.54%
-0.04%
0.08%
0.52%
2014
1,183,664
22,369
24,462
1,230,495
-0.87%
-0.83%
-2.45%
-0.90%
2015
1,183,244
22,366
24,391
1,230,001
-0.04%
-0.01%
-0.29%
-0.04%
2016*
1,180,556
22,509
25,447
1,228,512
-0.23%
0.64%
4.33%
-0.12%
2017**
1,179,769
22,525
25,493
1,227,787
-0.07%
0.07%
0.18%
-0.06%
Volume kopi yang diproduksi oleh perkebunan rakyat pada tahun 2017 diprediksi mencapai 599,902 Ton, dan
pertumbuhan produksinya menurun sebesar -0.37% dibandingkan tahun 2016, sedangkan perkebunan negara dan
swasta mengalami kenaikan volume produksi masing-masing 0.42% dan 2.36%.
Tahun /
Year
PR /
Smallholder
(Ton)
PBN /
PR /
PBS / Private Jumlah / Total
Government
Smallholder
Growth - yoy
PBN /
PBS /
Government
Private
Jumlah / Total
2010
657,909
14,065
14,947
686,921
0.61%
-2.24%
3.91%
0.62%
2011
616,429
9,099
13,118
638,646
-6.30%
-35.31%
-12.24%
-7.03%
2012
661,827
13,577
15,759
691,163
7.36%
49.21%
20.13%
8.22%
2013
645,346
13,945
16,591
675,881
-2.49%
2.71%
5.28%
-2.21%
2014
612,877
14,293
16,687
643,857
-5.03%
2.50%
0.58%
-4.74%
2015
602,428
19,703
17,281
639,412
-1.70%
37.85%
3.56%
-0.69%
2016*
602,160
19,838
17,306
639,305
-0.04%
0.69%
0.14%
-0.02%
2017**
599,902
19,922
17,715
637,539
-0.37%
0.42%
2.36%
-0.28%
Perlu adanya pelatihan bagi petani agar pemeliharaan perkebunan kopi dapat berkesinambungan, termasuk
kemudahan untuk memperoleh modal dan pupuk.
Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan
68
Specialty coffee Indonesia
• Jenis kopi yang berada di Indonesia terbagi menjadi 4 varietas utama yaitu Arabica,
Robusta. Komposisi kopi Robusta mencapai ±83% produksi kopi Indonesia, sedangkan
kopi Arabika hanya memiliki presentasi ±17% dari total produksi kopi Indonesia. Walaupun kopi Arabika Indonesia
tergolong kecil, tetapi kopi tersebut memiliki cita rasa yang khas dan unik, sehingga hampir semua kopi berjenis
Arabika di Indonesia termasuk kategori Specialty Coffee. Kopi Spesialti dapat diartikan sebagai kopi yang memiliki
kualitas yang baik dengan penggunaan teknik penamanan dan proses yang baik dan benar dengan tujuan
menciptakan kopi dengan cita rasa yang unik.
• Dengan karteristik dan cita rasa yang unik, kopi spesialti Indonesia banyak dikenal oleh pasar internasional.
Beberapa kopi spesialti yang terkenal dari Indonesia adalah Gayo coffee, Lintong Coffee, Mandheiling Coffee, Java
Coffee, Bali Kintamani, Toraja Coffee, dan Flores Bajawa.
A. Arabika ( High level Kopi Spesialti Dunia ) :
1.
Aceh
Gayo Kopi
2.
Sumatera Utara
Mandheling Coffee
3.
Sumatera Utara
Linthong Coffee
4.
Bengkulu
Mangkuraja Coffee
5.
Jawa Barat
Java Preanger
6.
Jawa Timur
Java Coffee
7.
Sulawesi Selatan
Toraja Coffee
8.
Sulawesi Selatan
Toarco Toraja Estate Coffee
9.
Sulawesi Selatan
Kalosi Coffee
10 Bali
Bali Kintamani Coffee
11. Bali
God Mountain Coffee
12. Nusa Tenggara Timur
Flores Bajawa Coffee
13. Papua
Baliem Valley Coffee
14. Sumatera, Jawa, Bali, dll
Kopi Luwak
30.000 – 40.000 ton
10.000 – 15.000 ton
5.000 – 10.000 ton
1.000 – 1.500 ton
500 – 1.500 ton
3.000 – 5.000 ton
5.000 – 10.000 ton
500 – 1.000 ton
5.000 – 10.000 ton
2.000 – 3.000 ton
500 – 1.000 ton
2.000 – 3.000 ton
500 – 1.000 ton
20 – 30 ton
——————————————————————————————————————————B. Robusta Specialti (On Progress / Promotion ) :
1.
Jawa Timur
Java Robusta WIB
10.000 – 15.000 ton
2.
Bali
Bali Robusta WIB
500 – 1.500 ton
3.
Lampung
Linthong Coffee
100.000 – 150.000 ton
4.
Nusa Tenggara Timur
Flores Robusta AP
10.000 – 20.000 ton
Harga specialty coffee Indonesia memiliki harga yang tinggi di pasar internasional karena cita rasa yang tinggi.
Sumber: Gabungan Eksportir Kopi Indonesia, http://gaeki.or.id/areal-dan-produksi/
69
Setelah mengalami pertumbuhan negatif, Ekspor dan Impor Kopi Dunia kembali ekspansi
di tahun 2017
Total nilai ekspor dan impor Kopi dunia tahun 2017 masing-masing bernilai USD 32,5
Miliar dan USD 32,7 Miliar, dengan pertumbuhan 6.93% dan 8.56% yoy. Pertumbuhan
ekspor dan impor kopi berada pada tren positif ditahun 2017, setelah pada tahun sebelumnya mengalami
pertumbuhan negatif (-0,45%) & (-2,39%).
• Indonesia menjadi eksportir kopi ke-delapan terbesar dunia dengan pangsa 3,66% total ekspor dunia pada tahun
2017, dibawah Honduras dengan pangsa 3,98%. Sedangkan, importir terbesar dunia tahun 2017 adalah Amerika
Serikat dengan pangsa pasar 19,32%, diikuti oleh Jerman (10,75%) dan Prancis (8,42%).
• Dari lima eksportir utama dunia, yang memiliki Tren CAGR terbesar selama 2013-2017 adalah Honduras, Prancis,
dan Kolombia. Sementara itu dari sisi impor, negara dengan CAGR terbesar selama 2013-2017 adalah Belanda,
Inggris, dan Spanyol.
Ekspor dan Impor Kopi Dunia
Nilai Impor Kopi Dunia
Nilai Ekspor Kopi Dunia
32.469
33.000
15,00%
31.933 13,02%
10,00%
6,93% 5,00%
30.501
30.365
0,00%
-0,45%
-4,48%
-5,00%
-10,00%
2014
2015
2016
2017
32.000
31.000
30.000
29.000
33.000
32.0007,19%31.166
31.000
30.000
30.845
30.108
10,00%
8,56%
5,00%
0,00%
-1,03%
29.000
-2,39%
28.000
-5,00%
2014
2015
2016
2017
Nilai Ekspor Kopi Dunia (Juta USD)
Nilai Impor Kopi Dunia (Juta USD)
Growth Nilai Ekspor Dunia yoy - Skala Kanan
Growth Nilai Impor Dunia yoy- Skala Kanan
Eksportir Dunia (2017)
Importir Dunia (2017)
Brazil;
14,21%
Lainnya;
33,79%
Jerman;
10,75%
Germany;
8,13%
Colombia;
7,95%
France;
3,28%
Indonesia; Honduras;
3,66%
3,98%
Italy;
4,99%
Switzerlan
d; 6,93%
Inggris;
3,24%
Spanyol;
3,31%
Belgia;
3,51%
Prancis;
8,42%
Belanda;
3,90%
Eksportir Dunia (2017)
Kanada;
3,95%
Italia;
5,49%
Jepang;
4,38%
Importir Dunia (2017)
CAGR 2013-2017
CAGR 2013-2017
3.70%
-0,80%
3630
4018
3407
3371
3515
2581
2655
2391
2357
2753
1649
1708
1779
1674
1794
1586
1442
1581
1415
1433
-2,51%
5461
6013
6034
5747
6315
2,13%
2195
2211
2032
2059
2250
1,62%
1923
2517
2577
2463
2583
0.62%
2375
2488
2255
2319
2640
7.66%
2551
3311
2415
3040
3310
2.67%
4598
6053
5566
4856
4613
6.72%
Amerika
Serikat;
19,32%
Lainnya;
33,73%
Viet Nam;
10,19%
Belgium;
2,90%
0.08%
32.684
Brazil
2013
Viet Nam
2014
Germany
2015
Colombia Switzerland
2016
2017
Amerika
2013
Serikat
Jerman
2014
Prancis
2015
Italia
2016
Jepang
2017
Sumber : www.trademap.org, diolah
Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu
70
Meningkatnya konsumsi di dalam negeri menjadi salah satu faktor menurunnya
ekspor kopi Indonesia di tahun 2018
Indonesia merupakan eksportir kopi nomor empat terbesar dunia berdasarkan volume
Total nilai ekspor dan impor kopi Indonesia tahun 2017 masing-masing mencapai USD 1,19miliar dan USD 418 juta
atau tumbuh masing-masing 17,71% yoy dan 0,86% yoy. Sementara itu total volume ekspor dan impor Kopi tahun
2017 masing-masing mencapai 4 juta Ton dan 15 ribu Ton atau tumbuh masing-masing di level 0,86% yoy dan 39,08% yoy.
• Ekspor kopi Indonesia ditujukan ke lima negara utama (2017), yaitu: Amerika Serikat (21,6%), Jerman (8,8%),
Malaysia (7,3%), Jepang (6,9%) dan Italia (6,7%).
• Selama 2013-2017, CAGR nilai ekspor Kopi naik 0,28% karena meningkatnya permintaan dari negara tujuan
utama. Selama tahun 2013-2017, CAGR (pertumbuhan majemuk per tahun) nilai ekspor Indonesia ke negara
utama tersebut tercatat positif: Amerika Serikat (5,5%); Malaysia (2,2%); Italia (0,8). Sedangkan CAGR negatif
ekspor negara tujuan utama: Jerman (-3,9%) dan Jepang (-5,4%).
Nilai: Ekspor dan Impor Kopi Indonesia
Dalam Juta USD
Keterangan
2013
2014
2015
2016
Jan-Nov Jan-Nov
2017
2018
2017
Growth (%yoy)
Jan-Nov
2017
2018
CAGR
(20132017)
Neraca
(ekspor-impor)
1,135.21
960.08 1,154.69 1,093.64
590.68 20.27% -45.99%
0.43%
Ekspor
1,174.04 1,039.61 1,197.74 1,008.55 1,187.16 1,124.00
742.14 17.71% -33.97%
0.28%
Impor
38.84
992.84 1,166.24
46.77
31.49
48.47
32.47
30.36
151.46 -33.01% 398.88% -4.38%
Volume: Ekspor dan Impor kopi Indonesia
Dalam Ribu Ton
Keterangan
Growth (%yoy)
2013
2014
2015
2016
2017
Neraca
(ekspor-impor)
518.23
365.72
489.56
389.48
402.89
Ekspor
534.03
384.83
502.02
414.65
418.22
Impor
15.80
19.11
12.46
25.17
15.33
2017
Jan-Agst
2018
CAGR
(20132017)
103.91
3.44%
-67.96%
-6.10%
335.00 176.56
0.86%
-47.30%
-5.93%
-39.08% 580.24%
-0.75%
Jan-Agst Jan-Agst
2017
2018
324.32
10.68
72.65
• Selama Januari-November 2018. nilai dan volume ekspor Kopi Indonesia turun, masing-masing di level -33.97%
yoy dan -47.30% yoy. Hal ini disebabkan oleh (i) meningkatnya konsumsi kopi perkapita yang meningkat setiap
tahunnya dari pasar domestik yang menyebabkan supply ekspor kopi Indonesia berkurang, (ii) Meningkatnya
harga kopi di pasar lokal dan melemahnya pasar kopi dunia (iii) produksi kopi Indonesia yang menurun
diakibatkan oleh faktor cuaca yang kurang mendukung perkebunan kopi selama tahun 2016 & 2017.
Malaysia;
7,3%
Italia; 6,7%
Mesir;
Rusia;
4,4%
6,4%
100
Jepang;
6,9%
Sumber : www.trademap.org, diolah
2015
2016
2017
-3,9%
2,2%
-5,4%
Malaysia
Jepang
0,8%
77
61
84
66
80
200
296
281
270
256
300
Jerman;
8,8%
2014
CAGR 2013-2017
122
85
88
90
104
Tiongkok;
3,4%
400
207
Lainnya;
26,9%
2013
5,5%
103
101
105
87
82
Inggris;
4,4%
Amerika
Serikat;
21,6%
Juta USD
Algeria;
3,3%
Importir Dunia (2017)
80
61
71
71
87
Eksportir Dunia (2017)
0
Amerika Serikat Jerman
Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu
Italia
71
Isu-isu terkait
Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan Pemerintah Kanada melalui
Indonesia-Canada Trade and Private Sector Assistance (TPSA) Project memfasilitasi
produsen kopi Arabika Gayo Indonesia untuk memamerkan hasil produksinya pada Specialty Coffee Association
(SCA) Coffee Expo di Seattle, Amerika Serikat.
Okezone, April 2018.
Black campaign mengenai kopi luwak berasal dari berbagai pihak terutama negara yang tidak memiliki kopi luwak.
Black campaing yang timbul berupa isu animal abuse hingga originalitas kopi luwak.
Indonesia sebagai salah satu negara produsen kopi premium terbaik di dunia. Untuk itu, peningkatan produksi kopi
premium dan peremajaan tanaman kopi di Indonesia perlu dilakukan.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonoian melakukan pilot project pengembangan kurikulum yang link and
match dengan Dunia Usaha dan Industri (DUDI). Pengembangan kurikulum jurusan kopi menjadi salah satu fokus
yang dipilih oleh pemerintah.
Kontan, September 2018
Dalam kegiatan forum bisnis Indonesia Coffee Day, Duta Besar RI untuk Inggris Raya, Republik Irlandia dan
Organisasi Maritim Internasional, Rizal Sukma menyoroti besarnya potensi transaksi perdagangan di sektor kopi
antara Indonesia dan Inggris. Dubes Rizal Sukma juga menyampaikan, dengan terjadinya pergeseran budaya
minum teh menjadi minum kopi di Inggris, Indonesia berada posisi yang strategis untuk memasuki pasar kopi,
khususnya specialty coffee. Meskipun besar, potensi Indonesia di Inggris masih belum dioptimalkan.
Republika, November 2018
72
Jenis ‘kopi tidak disangrai’ Indonesia memiliki daya saing yang tinggi di pasar global
Daya Saing Kopi Indonesia masih berada pada level yang lebih rendah dibandingkan
eksportir utama, walaupun nilai analsis RSCA kopi Indonesia masih lebih tinggi
Dibandingkan negara Jerman.
Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA)
Komoditas
HS Code
RSCA Negara Eksportir Utama Dunia
Lainnya (Rata-rata 2013-2017)
2013
2014
2015
2016
2017
Rata-Rata
2013-2017
Eksportir 1
Eksportir 2
Eksportir 3
Kopi
0901
0.62
0.55
0.62
0.57
0.58
0.59
0.86
(Brazil)
0.81
(Vietnam)
-0.01
(Jerman)
Kopi tidak
disangrai
090111 & 090112
0.73
0.67
0.73
0.69
0.70
0.71
0.91
(Brazil)
0.87
(Vietnam)
0.96
(Colombia)
Kopi disangrai
090121 & 090122
-0.84
-0.84
-0.84
-0.86
-0.80
-0.84
0.84
(Swiss)
0.67
(Italia)
0.22
(Jerman)
Kopi lainnya
090190
-0.83
-0.61
-0.95
-0.75
-0.95
-0.82
0.83
(Portugal)
0.99
(Lebanon)
0.92
(Bulgaria)
Kopi Indonesia masih memiliki daya saing yang cukup bagus dengan hasil analisis RSCA > 0 untuk pasar global
komoditas kopi. Namun,posisi Indonesia masih berada dibawah Brazil dan Vietnam sebagai negara yang cukup
bersaing dalam pasar global.
• Kopi yang tidak disangrai menjadi komoditas kopi dari Indonesia yang cukup bersaing di pasar global yang didasari
oleh stabilnya daya saing selama 5 tahun terakhir dan proporsi ekspor yang mencapai (99%).
• Jenis kopi yang telah disangrai dan jenis kopi lainnya memiliki daya saing yang sangat rendah, berdasarkan hasil
analsisis RSCA selama periode 2013-2017, menunjukan bahwa produk kopi tersebut berada pada level RSCA<0 dan
masih berada jauh dibandingkan daya saing negara - negara ekportir utama.
• Kurang bersaingnya jenis kopi Indonesia yang telah disangrai dikarenakan masih minimnya pengetahuan dan
teknelogi dalam mengolah/mengsangrai kopi oleh pelaku bisnis. Walaupun, sudah mulai bermunculam penggiat
kopi di tanah air yang memiliki pengetahuan mengenai komoditas kopi pada saat ini.
Note:
Revealed Symmetric Comparative Advantages (RSCA) merupakan indicator untuk mengukur daya saing suatu komoditi. Pada
dasarnya perhitungan ini sama dengan perhitungan Revealed Comparative Advantages (RCA), tetapi dengan pembilang
dikurangi 1. hal ini bertujuan untuk menciptakan distribusi normal dari nilai RSCA. Nilai RSCA berkisar antara -1 sampai dengan 1.
Apabila perhitungan antara 0 dan 1, maka komoditas tersebut memiliki nilai comparative advantages yang cukup baik,
sedangkan apabila perhitungan menghasilkan nilai antara -1 dan 0 maka dapat disimpulkan komoditas tersebut tidak memiliki
comparative advantgaes yang baik.
RCA =
𝑋𝑖/𝑋𝑖𝑑
𝑅𝐢𝐴 − 1
; RSCA =
𝑋𝑖𝑀/𝑋𝑀
𝑅𝐢𝐴 + 1
Dimana:
• Xij = Nilai ekspor komoditas I dari negara j ke pasar terkait
• Xit = Total niali ekspor dari negara j ke pasar terkait
• Xiw = Nilai ekspor dunia komoditas i ke pasar terkait
• Xwt = total nilai ekspor dunia ke pasar terkait
73
Pasokan yang meningkat mendorong penurunan harga kopi dunia di tahun 2018,
sementara harga diperkirakan bergerak membaik pada tahun-tahun
mendatang
Harga rata-rata Kopi di pasar global Oktober 2018 tercatat untuk kopi Arabica di level
USD 3,03/Kg, sedangkan harga kopi jenis Robusta berada pada level USD 1,88/ Kg.
Dibandingkan dengan tahun 2017 harga kopi dunia (Arabica: USD 3.32/Kg; Robusta: USD2.23/Kg) mengalami
penurunan yang disebabkam oleh :
• Pasokan global cukup tinggi (over supply) diakibatkan oleh meningkatnya produksi kopi dari negara-negara
seperti Honduras dan Peru yang disebabkan oleh faktor produksi yang mendukung.
Diproyeksikan harga kopi dunia akan mengalami kenaikan dikarenakan meningkatnya permintaan kopi untuk
keperluan ritel coffee shop yang sedang mengalami tren positif karena perubahan budaya meminum kopi.
Harga Kopi Dunia
US Dollae/ Kg
5
4,42
3,53
4
3,61
3,32
2,85
2,89
2,94
2,98
3,02
3,07
3,11
3,16
1,82
1,85
1,88
1,91
1,94
1,97
2
2,03
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
3
2
1
2,22
1,94
1,95
2,23
2014
2015
2016
2017
0
Sumber : Commodity Markets Outlook, October 2018
Cofffe Arabica $/Kg
Coffee Robusta $/kg
Perkembangan Harga Kopi Domestik
Area
Harga Lokal(Rp/Kg)
Medan
Padang
Yogyakarta
Bali
Nusa Tenggara Barat
2017
Jan-Agst 2018
IDR 19,500
IDR 73,167
IDR 65,000
IDR 65,000
IDR 40,000
IDR 71,579
IDR 56,500
IDR 56,500
IDR 60,000
IDR 60,000
IDR 100.000,00
IDR 50.000,00
IDR 2013
Medan
Area
2014
2015
Padang
Yogyakarta
2013
IDR 11,057
IDR 17,681
IDR 18,593
IDR 24,702
IDR 22,372
Medan
Padang
Yogyakarta
Bali
Nusa Tenggara Barat
Harga Lokal (Rp/Kg)
Harga Kopi Arabika Domestik Rp/Kg
2014
2015
2016
IDR 25,210
IDR 23,131
IDR 20,275
IDR 54,795
IDR 54,582
IDR 60,094
IDR 37,082
IDR 39,216
IDR 39,926
IDR 43,088
IDR 53,573
IDR 53,385
IDR 49,155
IDR 40,000
IDR 54,750
2013
IDR 13,792
IDR 32,347
IDR 22,909
IDR 34,723
IDR 51,134
2016
Bali
2017
Nusa Tenggara Barat
Harga Kopi Robusta Domestik Rp/Kg
2014
2015
2016
IDR 20,683
IDR 19,079
IDR 18,770
IDR 17,596
IDR 21,245
IDR 21,123
IDR 27,471
IDR 30,197
IDR 29,992
IDR 26,108
IDR 30,213
IDR 29,185
IDR 24,471
IDR 25,000
IDR 27,686
2017
Jan-Agst 2018
IDR 18,770
IDR 38,571
IDR 21,123
IDR 21,123
IDR 30,000
IDR 49,474
IDR 29,500
IDR 29,500
IDR 30,000
IDR 32,000
IDR 40.000,00
IDR 20.000,00
IDR 2013
2014
2015
2016
2017
Medan
Padang
Yogyakarta
Bali
Nusa Tenggara Barat
Harga domestik merupakan harga di tingkat pengumpul (kolektor) Sumber : Kementerian Pertanian, melalui CEIC, diolah
74
Outlook ekspor kopi
Tahun 2018, ekspor Kopi Indonesia ke pasar Amerika Serikat (share 21,6%) diperkirakan
tumbuh melambat di level -25.54% dengan nilai ekspor mencapai US$191 juta. Penurunan
tidak hanya ke pasar AS namun juga ke negara tujuan ekspor lainnya.
Penurunan ekspor terjadi akibat tingginya konsumsi dalam negeri, kurang menguntungkannya harga kopi dunia
karena pasokan yang tinggi di pasar global, serta faktor cuaca yang mempengaruhi ouput produksi kopi
Indonesia.
Di tahun 2019, diproyeksikan ekspor Kopi Indonesia ke Amerika Serikat dan beberapa negara tujuan utama akan
kembali tumbuh positif seiring dengan meningkatnya produksi di dalam negeri. USDA memperoyeksikan
produksi kopi Indonesia di tahun 2019 sebesar 654 ribu ton, naik dari tahun sebelumnya.
2016
Jerman
2018P
Malaysia
2017
Nilai (Juta USD) Pertumbuhan
256,5
-4,99%
104,0
15,34%
87,0
21,75%
82,4
-4,73%
79,7
19,97%
75,6
67,47%
2019P
Italia
2018P
Nilai (Juta USD) Pertumbuhan
191,0
-25,54%
70,7
-32,08%
53,4
-38,64%
69,3
-15,93%
53,0
-33,53%
38,1
-49,51%
38
43
76
45
55
58
80
53
84
Jepang
66
76
69
87
82
105
58
87
53
71
71
74
71
104
90
88
Juta USD
Amerika Serikat
Amerika Serikat
Jerman
Malaysia
Jepang
Italia
Rusia
2017
220
256
2015
191
281
270
Nilai Ekspor Kopi Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan
Rusia
2019P
Nilai (Juta USD) Pertumbuhan
219,7
15,04%
74,4
5,31%
58,1
8,86%
75,5
8,99%
57,9
9,43%
42,7
11,98%
Produksi Kopi Indonesia
740
720
700
20,00%
726
15,57%
15,00%
10,00%
Ribu Ton
680
5,00%
660
640
-1,89%
636
620
654
4,81%
-5,00%
624
600
0,00%
-10,00%
580
-12,40%
560
-15,00%
2015/2016
2016/2017
Produksi Kopi (Ribu Ton)
Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah
2017/2018
Des 2018/2019
Growth Produksi
75
Outlook ekspor kopi (2)
Harga rata-rata Kopi Arabica pada 2018 diperkirakan berada di level USD2,85/Kg atau
turun di level -14,15% yoy, sedangkan harga Kopi Robusta berada pada level USD1,82/Kg
pada tahun 2018 atau turun -18,38% yoy.
Perkembangan dan Proyeksi Harga Kopi Dunia
4
3,53
3,61
US Dollar/ Kg
3,5
3,32
2,85
2,89
1,82
1,85
2018P
2019P
3
2,5
1,94
1,95
2015
2016
2,23
2
1,5
1
0,5
0
Cofffe Arabica $/Kg
2017
Coffee Robusta $/kg
Sumber: World Bank Commodities Price Forecast (Released: 29/10/2018)
Harga kopi Arabika dan Robusta akan mengalami peningkatan secara gradual di tahun 2019
Kenaikan harga kopi global akibat penurunan surplus produksi kopi global.
Konsumsi dunia diperkirakan 165,19 juta kantong pada 2018/19, meningkat 2,1% dibandingkan dengan 2017/18.
Konsumsi domestik di negara-negara pengekspor diperkirakan meningkat 1,4% menjadi 50,3 juta kantong.
Konsumsi di negara-negara pengimpor diperkirakan naik 2,5% menjadi 114,88 juta kantong. Sementara, Pada
2018/19, produksi kopi dunia diperkirakan akan melebihi konsumsi sebesar 2,29 juta kantong. Meskipun surplus
diperkirakan akan menurun pada 2018/19. Produksi di Brasil akan turun menjadi 55 juta kantong dari rekor 63,4
juta kantong karena memasuki setengah dari siklus dua tahunan yang menghasilkan lebih rendah.
Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah
76
Outlook ekspor kopi (3)
Tahun 2018, ekspor Kopi Indonesia tumbuh negatif 31.1% dan di tahun
2019 diperkirakan tumbuh sebesar 8,3%. Pertumbuhan ekspor kopi Indonesia seiring
dengan membaiknya stok pasokan kopi Indonesia untuk suplai ekspor.
Perkembangan dan Proyeksi Nilai Ekspor Kopi Indonesia
Nilai Ekspor Kopi Indonesia
1.400
1.200
30,0%
1.198
1.174
1.187
1.040
1.000
Juta USD
Growth
20,0%
17,7%
1.009
15,2%
885
818
800
600
8,3%
-6,0%
-11,5%
10,0%
0,0%
-10,0%
400
-20,0%
-15,8%
200
-30,0%
-31,1%
-
-40,0%
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019P
Sumber: Trademap, BPS, Oxoford Economics, Diolah
Secara volume, ekspor kopi Indonesia diproyeksikan akan menurun sebesar -32.05% di tahun 2018. Sedangkan di
tahun 2019, dengan asumsi harga kopi Arabika sebesar US$ 2.89/Kg, volume ekspor diproyeksikan sebesar 307
Ribu ton.
Perkembangan dan Proyeksi Ekspor Volume Indonesia
600
40,00%
30,73%
Ribu Ton
500
400
30,00%
502
300
20,00%
418
414
10,00%
0,97%
200
100
0,00%
-10,00%
-17,53%
0
2015
2016
Volume (Ribu Ton)
-20,00%
2017
Growth (%-yoy)
Sumber: Trademap, BPS, Oxoford Economics,World Bank Commodities Price Diolah
Upside Risk
Proyeksi dapat lebih tinggi dari perkiraan apabila
terdapat:
• Peningkatan produktifitas perkebunan kopi di
Indonesia, yang disebabkan oleh penerapan
teknologi pertanian yang lebih baik.
Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah
Downside Risk
Proyeksi dapat lebih rendah dari perkiraan apabila
terdapat:
• Cuaca yang buruk menyebabkan penurunan hasil
panen kopi
• Meningkatnya konsumsi kopi dalam negeri, sehingga
jumlah yang diekspor menurun
77
Lampiran : Ekspor Kopi Dunia
Ekspor Kopi Dunia Berdasar Negara Dengan Nilai Ekspor Terbesar
Eksporter
Brazil
Viet Nam
Germany
Colombia
Switzerland
Italy
Honduras
Indonesia
France
Belgium
Lainnya
2013
4598
2551
2375
1923
2195
1411
836
1174
754
727
9712
Total Dunia
28255
Nilai Ekspor Kopi Dunia (Juta USD)
2014
2015
2016
6053
5566
4856
3311
2415
3040
2488
2255
2319
2517
2577
2463
2211
2032
2059
1503
1398
1536
783
932
859
1040
1198
1009
803
707
744
995
1077
988
10229
10344
10494
31933
30501
30365
2017
4613
3310
2640
2583
2250
1620
1292
1187
1065
940
10970
Proporsi
2017
14.21%
10.19%
8.13%
7.95%
6.93%
4.99%
3.98%
3.66%
3.28%
2.90%
33.79%
CAGR 20132017
0.08%
6.72%
2.67%
7.66%
0.62%
3.51%
11.51%
0.28%
9.01%
6.66%
3.09%
32469
100%
3.54%
Growth Nilai Ekspor Dunia
2014
2015
2016
2017
31.64%
-8.05% -12.75% -4.99%
29.79% -27.06% 25.87%
8.86%
4.73%
-9.33%
2.81%
13.84%
30.91%
2.38%
-4.43%
4.87%
0.74%
-8.10%
1.31%
9.29%
6.53%
-6.97%
9.85%
5.44%
-6.27%
19.02%
-7.85%
50.40%
-11.45% 15.21% -15.80% 17.71%
6.55%
-12.03%
5.26%
43.13%
36.96%
8.21%
-8.25%
-4.84%
5.33%
1.13%
1.45%
4.54%
13.02%
-4.48%
-0.45%
6.93%
Ekspor Kopi Dunia Berdasar Komoditi Kopi Dengan Nilai Ekspor Terbesar
Nilai Ekspor Kopi Dunia (Juta USD)
HS Code
'090111
'090121
'090112
'090122
'090190
Growth Nilai Ekspor Dunia
Deskripsi Produk
Kopi Tidak Disangrai, NonDecaff
Kopi Disangrai, Non-Decaff
kopi Decaff Tidak Disangrai
Kopi Decaff Disangrai
Kopi Lainnya
Total
2013
2014
2015
2016
2017
Proporsi CAGR
2017 2013-2014
17847
8854
862
589
104
28255
20700
9643
867
592
130
31933
19528
9475
803
586
110
30501
19126
9836
750
558
96
30365
20620
10310
838
604
96
32468
63.51%
31.75%
2.58%
1.86%
0.29%
100%
3.68%
3.88%
-0.71%
0.65%
-2.00%
3.54%
2014
2015
2016
15.99%
8.92%
0.54%
0.55%
25.84%
13.02%
-5.66%
-1.75%
-7.41%
-1.00%
-15.93%
-4.48%
2017
-2.06% 7.81%
3.81% 4.82%
-6.57% 11.74%
-4.92% 8.40%
-12.28% -0.64%
-0.45% 6.93%
Ekspor Kopi Dunia Berdasar Negara Dengan Volume Ekspor Terbesar
Eksporter
Brazil
Viet Nam
Colombia
Germany
Honduras
Indonesia
Uganda
India
Belgium
Ethiopia
Lainnya
Total Dunia
Volume Ekspor Kopi Dunia (Ribu Ton)
2013
2014
2015
2016
2017
Proporsi
2017
CAGR 20132014
1701
1269
548
541
264
534
231
229
159
173
2437
8086
1988
1646
623
542
242
385
212
197
218
196
2606
8857
2007
1284
718
528
285
502
220
211
253
198
2466
8671
1826
1705
740
565
310
415
211
251
253
195
2275
8746
1649
1446
721
580
431
418
287
264
254
247
2266
8564
19.26%
16.88%
8.42%
6.78%
5.04%
4.88%
3.35%
3.08%
2.96%
2.89%
26.46%
100%
-0.77%
3.31%
7.12%
1.78%
13.06%
-5.93%
5.59%
3.56%
12.38%
9.33%
-1.80%
1.45%
Growth Volume Ekspor Dunia -yoy
2014
2015
2016
2017
16.87%
0.94%
-9.00% -9.67%
29.73% -22.02% 32.83% -15.21%
13.84% 15.17%
3.01%
-2.52%
0.24%
-2.62%
7.04%
2.72%
-8.34% 17.88%
8.65% 39.17%
-27.94% 30.45% -17.40% 0.86%
-8.17%
3.67%
-4.16% 36.24%
-13.94% 6.78% 19.32%
4.88%
37.19% 15.84%
0.21%
0.14%
13.41%
1.08%
-1.50% 26.52%
6.95%
-5.38% -7.75% -0.39%
9.53%
-2.09%
0.86%
-2.08%
Ekspor Kopi Dunia Berdasar Komoditi Kopi Dengan Volume Ekspor Terbesar
Volume Ekspor Kopi Dunia (Juta USD)
HS Code
'090111
'090121
'090112
'090122
'090190
Deskripsi Produk
Kopi Tidak Disangrai, NonDecaff
Kopi Disangrai, Non-Decaff
kopi Decaff Tidak Disangrai
Kopi Decaff Disangrai
Kopi Lainnya
Total
Growth Volume Ekspor Dunia
2013
2014
2015
2016
2017
Proporsi CAGR
2017 2013-2014
6903
911
227
43
0
8084
7586
989
215
42
24
8857
7327
1056
223
45
21
8671
7336
1117
228
44
20
8746
7145
1117
242
45
22
8572
83.36%
13.03%
2.83%
0.53%
0.26%
100%
0.87%
5.23%
1.64%
1.38%
NA
1.48%
2014
2015
2016
9.89% -3.41% 0.13%
8.63% 6.69% 5.85%
-5.16% 3.51% 2.18%
-1.57% 7.25% -2.77%
NA
-13.31% -2.68%
9.56% -2.09% 0.86%
2017
-2.61%
-0.04%
6.39%
2.91%
7.63%
-1.99%
78
Lampiran : Impor Kopi Dunia
Impor Kopi Dunia Berdasar Negara Dengan Nilai Ekspor Terbesar
Importer
2013
5461
3630
2581
1649
1586
1181
798
1156
809
692
9531
29075
Amerika Serikat
Jerman
Prancis
Italia
Jepang
Kanada
Belanda
Belgia
Spanyol
Inggris
Lainnya
Total Dunia
Nilai Impor Kopi Dunia (Juta USD)
2014
2015
2016
6013
6034
5747
4018
3407
3371
2655
2391
2357
1708
1779
1674
1442
1581
1415
1305
1238
1193
1129
1070
1067
1049
1084
1004
1051
1011
987
833
940
1010
9963
10310
10284
31166
30845
30108
Proporsi CAGR 20132017
2014
19.32%
3.70%
10.75%
-0.80%
8.42%
1.62%
5.49%
2.13%
4.38%
-2.51%
3.95%
2.23%
3.90%
12.43%
3.51%
-0.22%
3.31%
7.52%
3.24%
11.18%
33.73%
3.71%
100%
2.97%
2017
6315
3515
2753
1794
1433
1289
1276
1146
1081
1057
11024
32684
Growth Nilai
2014
2015
10.12%
0.35%
10.68% -15.20%
2.86%
-9.97%
3.57%
4.13%
-9.06%
9.63%
10.52%
-5.09%
41.42%
-5.23%
-9.31%
3.37%
30.01%
-3.88%
20.37% 12.86%
4.53%
3.48%
7.19%
-1.03%
Impor Dunia
2016
2017
-4.76%
9.89%
-1.07%
4.28%
-1.42% 16.83%
-5.85%
7.13%
-10.49%
1.23%
-3.70%
8.13%
-0.32% 19.60%
-7.43% 14.24%
-2.35%
9.53%
7.41%
4.70%
-0.25%
7.20%
-2.39%
8.56%
Impor Kopi Dunia Berdasar Komoditi Kopi Dengan Nilai Impor Terbesar
HS Code
'090111
'090121
'090112
'090122
'090190
Deskripsi Produk
Kopi Tidak Disangrai, NonDecaff
Kopi Disangrai, Non-Decaff
kopi Decaff Tidak Disangrai
Kopi Decaff Disangrai
Kopi Lainnya
Total
Nilai Impor Kopi Dunia (Juta USD)
2013
2014
2015
2016
2017
Proporsi CAGR 20132017
2014
19366
8312
746
545
105
29075
63.81%
31.44%
2.24%
2.17%
0.35%
100%
20651
9023
741
600
151
31166
20508
8900
702
608
128
30845
19370
9371
662
593
111
30108
20842
10268
731
708
114
32663
Growth Nilai Impor Dunia
2014
2015
2016
2017
1.85%
5.42%
-0.50%
6.75%
1.94%
2.95%
6.64%
8.55%
-0.60%
10.10%
43.50%
7.19%
-0.70%
-1.36%
-5.35%
1.23%
-15.12%
-1.03%
-5.55%
5.30%
-5.65%
-2.40%
-13.08%
-2.39%
7.60%
9.56%
10.44%
19.38%
1.98%
8.49%
Impor Kopi Dunia Berdasar Negara Dengan Volume Impor Terbesar
Importer
Amerika Serikat
Jerman
Italia
Jepang
Prancis
Belgia
Spanyol
Belanda
Kanada
Inggris
Lainnya
Total Dunia
Volume Impor Kopi Dunia (Ribu Ton)
2013
1493.4
1124.8
516.2
464.5
366.0
318.8
282.9
175.4
228.9
174.5
2476.6
7621.9
2014
1525.0
1162.1
546.8
416.8
356.2
281.2
302.3
232.3
254.4
188.3
2523.5
7789.0
2015
1538.4
1110.8
546.9
442.2
343.6
307.1
310.0
239.6
238.6
219.0
2702.3
7998.4
2016
1603.6
1197.4
596.9
442.6
343.1
320.5
320.5
251.0
249.7
245.1
2868.7
8439.2
Proporsi
2017
19.52%
13.48%
7.04%
4.98%
4.24%
3.79%
3.69%
3.20%
3.18%
2.65%
34.22%
100%
2017
1624.5
1121.6
585.8
414.1
353.1
315.0
307.3
266.7
264.7
220.6
2847.6
8321.0
CAGR 20132017
2.13%
-0.07%
3.21%
-2.83%
-0.89%
-0.30%
2.10%
11.03%
3.70%
6.04%
3.55%
2.22%
Growth Volume Impor Dunia
2014
2.12%
3.32%
5.92%
-10.26%
-2.67%
-11.77%
6.85%
32.42%
11.17%
7.91%
1.90%
2.19%
2015
0.88%
-4.41%
0.02%
6.08%
-3.55%
9.19%
2.56%
3.15%
-6.23%
16.27%
7.08%
2.69%
2016
4.24%
7.79%
9.15%
0.10%
-0.14%
4.38%
3.39%
4.76%
4.66%
11.94%
6.16%
5.51%
2017
1.30%
-6.33%
-1.86%
-6.46%
2.91%
-1.73%
-4.11%
6.23%
5.99%
-9.97%
-0.73%
-1.40%
Impor Kopi Dunia Berdasar Komoditi Kopi Dengan Volume Impor Terbesar
Volume Impor Kopi Dunia (Ribu Ton)
HS Code
Deskripsi Produk
'090111 Kopi Tidak Disangrai, Non-Decaff
'090121 Kopi Disangrai, Non-Decaff
'090112 kopi Decaff Tidak Disangrai
'090122 Kopi Decaff Disangrai
'090190 Kopi Lainnya
Total
Growth Volume Impor Dunia
2013
2014
2015
2016
Proporsi CAGR
2017
2017 2013-2014
6515
883
191
6572
934
189
6713
1001
194
7069
1077
200
6873
1127
208
82.29%
13.50%
2.49%
42
48
52
53
118
28
7659
46
7789
39
7998
0
8399
26
8351
2014
2015
2016
2017
1.35%
6.29%
2.18%
0.88%
5.69%
-0.68%
2.14%
7.22%
2.27%
5.30%
7.59%
3.51%
-2.78%
4.67%
3.67%
1.41%
28.99%
13.19% 9.18%
0.32%
100%
-1.41%
2.19%
64.67% -16.39% 100.00% NA
1.70% 2.69% 5.01% -0.57%
1.03% 121.73%
79
Lampiran : Ekspor Kopi Indonesia
Ekspor Kopi Indonesia Berdasar Negara Tujuan Dengan Nilai Ekspor Terbesar
Nilai Ekspor Kopi Dunia (Juta USD)
Eksporter
Amerika Serikat
Jerman
Malaysia
Jepang
Italia
Rusia
Mesir
Inggris
Tiongkok
Algeria
Lainnya
Total Dunia
2013
207.092
122.178
79.717
102.924
77.13
49.115
35.573
43.217
21.582
43.622
391.895
1174.044
2014
295.988
84.733
60.845
101.366
60.638
41.383
32.435
35.503
13.403
20.949
292.363
1039.609
2015
281.159
88.424
70.809
104.962
84.005
54.64
39.538
46.3
27.436
30.145
370.319
1197.735
2016
2017
269.941
256.466
90.189
104.021
71.432
86.968
86.511
82.42
66.404
79.665
45.12
75.564
41.171
52.718
40.554
51.819
17.104
39.837
17.353
38.633
262.77
319.043
1008.549 1187.157
Growth Nilai Ekspor Dunia
CAGR
20132017
5.49%
-3.94%
2.20%
-5.40%
0.81%
11.37%
10.33%
4.64%
16.56%
-2.99%
-5.01%
0.28%
Proporsi
2017
21.60%
8.76%
7.33%
6.94%
6.71%
6.37%
4.44%
4.36%
3.36%
3.25%
26.87%
100.00%
2014
42.93%
-30.65%
-23.67%
-1.51%
-21.38%
-15.74%
-8.82%
-17.85%
-37.90%
-51.98%
-25.40%
-11.45%
2015
-5.01%
4.36%
16.38%
3.55%
38.54%
32.03%
21.90%
30.41%
104.70%
43.90%
26.66%
15.21%
2016
2017
-3.99%
-4.99%
2.00%
15.34%
0.88%
21.75%
-17.58% -4.73%
-20.95% 19.97%
-17.42% 67.47%
4.13%
28.05%
-12.41% 27.78%
-37.66% 132.91%
-42.43% 122.63%
-29.04% 21.42%
-15.80% 17.71%
Ekspor Kopi Indonesia Berdasar Komoditi Kopi Dengan Nilai Eskpor Terbesar
HS Code
Nilai Ekspor Kopi Indonesia (Juta USD)
Deskripsi Produk
2013
'090111
'090121
'090112
'090122
'090190
Kopi Tidak Disangrai, Non-Decaff
Kopi Disangrai, Non-Decaff
kopi Decaff Tidak Disangrai
Kopi Decaff Disangrai
Kopi Lainnya
Total
2014
1166.19 1030.72
7.50
8.51
0.06
0.09
0.21
0.01
0.10
0.29
1174.05 1039.61
2015
2016
2017
1189.55
7.85
0.17
0.13
0.03
1197.74
1000.62
7.35
0.45
0.01
0.12
1008.55
1175.55
11.36
0.21
0.02
0.02
1187.16
Proporsi
2017
CAGR
20132017
99.022%
0.957%
0.018%
0.002%
0.002%
100.0%
0.20%
10.94%
38.83%
-44.11%
-30.63%
0.28%
Growth Nilai Ekspor Kopi
Indonesia
2014
2015
2016
2017
-11.62%
13.38%
62.50%
-96.10%
205.26%
-11.45%
15.41%
-7.69%
91.21%
1537.50%
-90.34%
15.21%
-15.88%
-6.43%
157.47%
-90.84%
339.29%
-15.80%
17.48%
54.66%
-53.57%
66.67%
-82.11%
17.71%
Ekspor Kopi Indonesia Berdasar Negara Tujuan Dengan Volume Ekspor Terbesar
Volume Ekspor Kopi Dunia (Ribu Ton)
Eksporter
Amerika Serikat
Jerman
Malaysia
Italia
Rusia
Jepang
Mesir
Inggris
Tiongkok
Algeria
lainnya
Total Dunia
Growth Volume Ekspor Dunia -yoy
2013
2014
2015
2016
2017
Proporsi
2017
CAGR 20132017
2014
2015
2016
2017
66.161
60.433
42.098
38.152
25.901
41.922
17.538
20.781
11.482
24.266
185.291
534.025
58.344
38.068
30.788
29.746
20.203
41.235
15.713
14.35
6.142
10.591
119.648
384.828
65.509
47.664
39.394
43.048
28.207
41.241
20.854
21.389
12.787
16.912
165.016
502.021
67.324
42.628
40.387
35.82
24.212
35.352
21.143
18.356
7.237
9.885
112.306
414.651
74.921
38.616
33.863
31.555
30.418
28.22
20.204
18.642
15.172
14.583
112.029
418.224
17.91%
9.23%
8.10%
7.54%
7.27%
6.75%
4.83%
4.46%
3.63%
3.49%
26.79%
100%
3.16%
-10.59%
-5.30%
-4.64%
4.10%
-9.42%
3.60%
-2.68%
7.22%
-11.95%
-11.82%
-5.93%
-11.82%
-37.01%
-26.87%
-22.03%
-22.00%
-1.64%
-10.41%
-30.95%
-46.51%
-56.35%
-35.43%
-27.94%
12.28%
25.21%
27.95%
44.72%
39.62%
0.01%
32.72%
49.05%
108.19%
59.68%
37.92%
30.45%
2.77%
-10.57%
2.52%
-16.79%
-14.16%
-14.28%
1.39%
-14.18%
-43.40%
-41.55%
-31.94%
-17.40%
11.28%
-9.41%
-16.15%
-11.91%
25.63%
-20.17%
-4.44%
1.56%
109.64%
47.53%
-0.25%
0.86%
Ekspor Kopi Indonesia Berdasar Komoditi Kopi Dengan Nilai Eskpor Terbesar
Nilai Ekspor Kopi Indonesia (Ribu Ton)
Proporsi
2017
CAGR
20132017
415.942
99.45%
2.085
2.236
0.159
0.025
0.004
502.021
HS Code
Deskripsi Produk
2013
2014
2015
2016
2017
'090111
Kopi Tidak Disangrai, NonDecaff
532.14
382.75
499.613
412.37
'090121
Kopi Disangrai, Non-Decaff
1.805
2.039
2.34
'090112
kopi Decaff Tidak Disangrai
0.017
0.024
0.039
'090122
Kopi Decaff Disangrai
0.046
0
0.016
534.024
0.014
384.827
'090190
Kopi Lainnya
Total
Growth Volume Ekspor Kopi Indonesia
2014
2015
2016
2017
-5.97%
-28.07%
30.53%
-17.46%
0.87%
0.53%
5.50%
12.96%
14.76%
-10.90%
7.24%
0.043
0.01%
26.11%
41.18%
62.50%
307.69%
-72.96%
0
0.001
0.00%
-61.60%
-100.00%
NA
-100.00%
NA
0.037
414.651
0.002
418.224
0.00%
100%
-40.54%
-5.93%
-12.50%
-27.94%
-71.43%
30.45%
825.00%
-17.40%
-94.59%
0.86%
80
Lampiran : Impor Kopi Indonesia
Impor Kopi Indonesia Berdasar Negara Asal Dengan Nilai Impor Terbesar
Eksporter
Viet Nam
Brazil
Malaysia
Amerika Serikat
Timor Leste
Indonesia
Italia
India
Jerman
Singapura
Lainnya
Total Dunia
2013
19.579
8.216
0.51
1.85
0.053
4.609
1.583
0.182
0
0.164
2.094
38.84
Volume Ekspor Kopi Dunia (Ribu Ton)
2014
2015
2016
2017
31.541
15.204
31.028
12.357
6.336
10.172
10.047
9.884
1.613
2.223
2.8
2.805
1.511
0.966
1.231
1.552
0.069
0.196
1.047
1.515
1.909
0.411
1.184
1.418
1.922
0.778
0.269
0.942
0.102
0.088
0.215
0.388
0.093
0.307
0.004
0.34
0.002
0.054
0.006
0.248
1.67
1.094
0.642
1.019
46.768
31.493
48.473
32.468
Growth Volume Ekspor Dunia -yoy
CAGR 20132017
2014
2015
2016
2017
-10.87%
61.10% -51.80% 104.08% -60.17%
4.73%
-22.88% 60.54%
-1.23%
-1.62%
53.14%
216.27% 37.82%
25.96%
0.18%
-4.30%
-18.32% -36.07% 27.43%
26.08%
131.22%
30.19% 184.06% 434.18% 44.70%
-25.52%
-58.58% -78.47% 188.08% 19.76%
-12.17%
21.42% -59.52% -65.42% 250.19%
20.83%
-43.96% -13.73% 144.32% 80.47%
NA
#DIV/0! 230.11% -98.70% 8400.00%
10.89%
-98.78% 2600.00% -88.89% 4033.33%
-16.48%
-20.25% -34.49% -41.32% 58.72%
-4.38%
20.41% -32.66% 53.92% -33.02%
Proporsi
2017
38.06%
30.44%
8.64%
4.78%
4.67%
4.37%
2.90%
1.20%
1.05%
0.76%
3.14%
100%
Impor Kopi Indonesia Berdasar Komoditi Kopi Dengan Nilai Impor Terbesar
Nilai Ekspor Kopi Indonesia (Juta USD)
HS Code
Deskripsi Produk
'090111
'090121
Kopi Tidak Disangrai, Non-Decaff
Kopi Disangrai, Non-Decaff
'090112
kopi Decaff Tidak Disangrai
'090122
'090190
Kopi Decaff Disangrai
Kopi Lainnya
Total
CAGR
20132017
Growth Nilai Ekspor Kopi Indonesia
2014
2015
2016
-5.97%
5.14%
20.44%
20.37%
-33.55%
-26.42%
61.01%
5.65%
2013
2014
2015
2016
2017
Proporsi
2017
34.278
4.493
41.284
5.408
27.435
3.979
44.172
4.204
26.796
5.49
82.53%
16.91%
0
0
0.002
0.001
0.113
0.35%
NA
NA
0.068
0
38.839
0.073
0.003
46.768
0.072
0.004
31.492
0.095
0
48.472
0.066
0.005
32.47
0.20%
0.02%
100%
-0.74%
NA
-4.38%
7.35%
NA
20.42%
2017
-39.34%
30.59%
11200.00
NA
-50.00%
%
-1.37%
31.94% -30.53%
33.33% -100.00%
NA
-32.66% 53.92% -33.01%
Impor Kopi Indonesia Berdasar Negara Tujuan Dengan Volume Ekspor Terbesar
Volume Ekspor Kopi Dunia (Ribu Ton)
Growth Volume Ekspor Dunia -yoy
2013
2014
2015
2016
2017
Proporsi
2017
CAGR 20132017
2014
2015
2016
2017
Viet Nam
Brazil
Malaysia
Timor-Leste
Amerika Serikat
India
Indonesia
Italia
9649
2673
46
236
395
58
1894
89
15203
1713
177
323
228
38
959
106
8116
3018
228
324
162
21
130
57
19072
3363
333
1452
193
96
362
31
5792
3382
2228
1973
477
454
381
153
37.77%
22.06%
14.53%
12.87%
3.11%
2.96%
2.48%
1.00%
-11.98%
6.06%
163.81%
70.04%
4.83%
67.27%
-33.03%
14.51%
57.56%
-35.91%
284.78%
36.86%
-42.28%
-34.48%
-49.37%
19.10%
-46.62%
76.18%
28.81%
0.31%
-28.95%
-44.74%
-86.44%
-46.23%
134.99%
11.43%
46.05%
348.15%
19.14%
357.14%
178.46%
-45.61%
-69.63%
0.56%
569.07%
35.88%
147.15%
372.92%
5.25%
393.55%
Thailand
Papua Nugini
Lainnya
Total Dunia
0
96
76
1
108
0.70%
NA
NA
-20.83%
-98.68% 10700.00%
0
760
15800
0
268
19111
60
270
12462
180
89
25172
106
280
15334
0.69%
1.83%
100%
NA
-22.09%
-0.75%
NA
-64.74%
20.96%
NA
0.75%
-34.79%
200.00%
-67.04%
101.99%
Eksporter
-41.11%
214.61%
-39.08%
Impor Kopi Indonesia Berdasar Komoditi Kopi Dengan Nilai Eskpor Terbesar
Nilai Ekspor Kopi Indonesia (Ribu Ton)
Proporsi
2017
CAGR
20132017
12.15
82.53%
0.51
2.95
0.00
0.00
0.01
0.00
12.46
0.01
0.00
25.17
HS Code
Deskripsi Produk
2013
2014
2015
2016
2017
'090111
Kopi Tidak Disangrai, NonDecaff
15.20
18.57
12.04
24.66
'090121
Kopi Disangrai, Non-Decaff
0.60
0.53
0.42
'090112
kopi Decaff Tidak Disangrai
0.00
0.00
'090122
'090190
Kopi Decaff Disangrai
Kopi Lainnya
Total
0.00
0.00
15.8
0.01
0.00
19.11
Growth Nilai Ekspor Kopi Indonesia
2014
2015
2016
2017
-5.44%
22.22%
-35.19%
104.88%
-50.72%
16.91%
48.84%
-11.17%
-21.20%
20.24%
483.17%
0.00
0.35%
NA
NA
NA
NA
NA
0.01
0.00
15.10
0.20%
0.02%
100%
5.74%
NA
-1.12%
50.00%
NA
20.96%
0.00%
33.33%
-34.79%
33.33%
-100.00%
101.99%
-37.50%
NA
-40.00%
81
KARET& PRODUK KARET
(HS Code 4001 s/d 4017)
Kopi sebagai komoditas unggulan
Karet merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia, hal ini
dapat terlihat dari hasil pemilihan komoditas unggulan ekspor (winning
commodities) dengan menggunakan beberapa metode analisis yaitu Computable General Equilibrium
(CGE) dan Export Product Dynamics (EPD).
Karet sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode CGE
Komoditas yang menjadi unggulan ekspor diidentifikasi berdasarkan hasil simulasi ketika terjadi peningkatan
pemintaan ekspor secara arbitrary sebesar 10%, yaitu komoditas yang paling responsif terhadap variabel sektoral
Indonesia berdasarkan tiga indikator kunci yaitu (1) peningkatan ekspor bersih (bobot 60%, (2) output (bobot 20%),
dan (3) penyerapan tenaga kerja. (bobot 20%) Berdasarkan hasil CGE, Karet menempati peringkat 19 dengan indeks
komposit sebesar 1.99
Peringkat
Sektor
Dampak terhadap
Perubahan Nilai Ekspor
(Milyar Rupiah)
Dampak terhadap Output
(Perubahan Persentase)
Dampak terhadap Tenaga Kerja
(Perubahan Persentase)
Indeks
Komposit
19
Karet
36.15
2.23
3.11
1.99
Karet sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode EPD
Lost Opportunity
-
Rising Star
+
O
Retreat
Belgia, Tiongkok, Finlandia, Perancis,
Jerman, Yunani, dan 20 Negara
Lainnya
+
Harga
karet
yang
mengalami
sentiment
negative
di
pasar
Internasional menyebabkan Indonesia
mengurangi jumlah ekspornya keluar
negeri. Hal ini berdampak pada
kesejahteraan petani yang menurun
karena pendapatan yang menurun
karena harga yang jatuh dan
pengurangan ekspor karet.
Luxembourg
Falling Star
Sumber : WITS, Oktober 2018
Hingga saat ini, karet merupakan salah satu komoditi yang paling banyak diekspor Indonesia. Dalam beberapa tahun
ini, harga karet mengalami penurunan hingga tahun 2018. Komoditi ini berada pada posisi Rising star di beberapa
negara Eropa dan lainnya yaitu di Belgium, Tiongkok, Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, dan 20 negara lainnya
83
Indonesia merupakan produsen karet alam terbesar dunia, setelah Thailand
Karet merupakan salah satu jenis komoditi dari alam
yang banyak dimanfaatkan oleh sektor industri
hingga rumah tangga
Karet Alam
Terbuat dari getah pohon karet
Karet Sintetis
Terbuat dari minyak mentah
Keberadaan karet alam dan karet sintetis
saling menggantikan dan mempengaruhi permintaan
Saat harga minyak mentah naik, permintaan untuk karet alam meningkat
Saat harga karet alam naik, permintaan untuk karet sintetis meningkat
•
•
•
Dalam penanaman taman karet dibutuhkan suhu tinggi yang konstan berkisar antara 26° - 32° C dan
lingkungan yang lembab agar dapat berproduksi secara maksimal.
Sementara itu, diperlukan waktu sekitar tujuh tahun untuk tanaman
Karet mencapai usia produksinya. Hingga akhirnya, pohon karet
tersebut dapat berproduksi sampai berumur 25 tahun.
Panjangnya siklus yang dilalui oleh tanaman karet tersebut,
menyebabkan sulitnya penyesuaian suplai untuk jangka pendek.
Produsen Karet Alam Terbesar
(Tahun 2014)
India
849.000 Ton
Malaysia
1.043.000 Ton
Thailand
4.070.000 Ton
Vietnam
1.043.000 Ton
Indonesia
3.200.000 Ton
Sumber : Association of Natural Rubber Producing Countries (ANRPC)
84
Produksi karet alam dunia saat ini melebihi tingkat konsumsinya
Produksi Karet alam global tahun 2017 tercatat sebesar 13,84 juta mt atau tumbuh
7,46%, sedangkan konsumsi dunia tercatat sebesar tumbuh 4% dari tahun 2016.
• Thailand merupakan negara penghasil karet alam terbesar di dunia, menghasilkan 1/3 dari total produksi
karet alam dunia. Tercatat di tahun 2017 Thailand menghasilkan 4,8 juta mt yang hampir 90% nya diekspor.
Indonesia berada di tempat kedua sebagai produsen terbesar karet alam dunia menghasilkan 3,4 juta mt
atau 26% dari total produksi karet dunia. Indonesia dam Thailand jika digabungkan, hasil karet mereka
menghasilkan 61% produksi karet alam dunia di tahun 2017.
• Penggerak utama untuk pasar karet global adalah kawasan Asia-Pasifik di mana permintaan akan karet alam
tumbuh dengan kuat, dipimpin oleh Tiongkok, konsumen terbesar yang diperkirakan mengkonsumsi 40%
dari total konsumsi karet dunia pada tahun 2021.
• Tiongkok menggunakan 80% karet alam untuk produksi ban karet. Sebagai importir karet terbesar di dunia,
kebijakan-kebijakan RRT bisa memiliki dampak sangat luas bagi industri karet dunia. Di akhir tahun 2014,
Pemerintah RRT memutuskan untuk menyetujui standar baru untuk impor senyawa karet. Kandungan karet
mentah yang diizinkan dalam senyawa karet yang diimpor dikurangi dari 95-99,5% menjadi 88%,
mengimplikasikan bahwa impor senyawa karet ke RRT dikenai beacukai impor 20% (tarif yang sama dengan
beacukai impor karet alam). Kebijakan RRT ini adalah pukulan bagi para suplier karet dari Indonesia karena
menyebabkan penurunan penggunaan senyawa karet di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia.
• Masalah lain adalah AS memindahkan ban buatan Indonesia dari sistem preferensi umumnya (generalized
system of preference). Program AS ini didesain untuk mendukung negara-negara berkembang dengan
memotong beacukai impor dan pajak untuk kira-kira 5.000 produk dari 123 negara. Ban buatan Indonesia
dipindahkan dari daftar sistem ini karena AS meyakini bahwa industri ban Indonesia sudah cukup kompetitif.
Ini berarti ekspor ban ke AS kini dikenai pajak impor 5 persen.
• Selain Tiongkok, Uni Eropa juga konsumen terbesar karet alam dunia yang dipergunkanan untuk industri
otomotifnya. Sektor otomotif merupakan salah satu sektor penting dalam mempengaruhi permintaan &
konsumsi karet dunia
Produksi dan Konsumsi Karet Dunia
Produksi Karet Alam Global (dalam Ribu Metriks Ton)
Konsumsi Karet Alam Global (dalam Ribu Metriks Ton)
Pertumbuhan Produksi Karet Alam (%) - SKALA KANAN
Pertumbuhan Konsumsi Karet Alam (%) - SKALA KANAN
7,46%
8,00%
13.380
13.090
6,00%
12.451 12.587
4,00%
4,00%
3,68%
2,00%
14.000
6,57%
5,34%
13.000
12.281
12.000
12.142
12.181
12.271
11.430
3,48%
12.140
1,06%
11.000
1,47%
-1,13%
10.000
2014
-2,00%
2015
2016
827
669
722
674
739
Vietnam
Tiongkok
Malaysia
6.000
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
0
Sumber : FAO, RISI, CEPI, Euler Hermes, Indonesia Investments (April 2018)
Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu
2014
2015
2016
2017
Tiongkok Uni Eropa
India
521
541
601
650
701
865
840
794
774
779
Indonesia
2013
913
932
936
932
969
2017
1.060
1.139
2.013
1.186
1.240
2016
949
954
1.013
1.032
1.086
Thailand
2015
3.237
3.153
3.145
3.208
3.609
2014
4.170
4.324
4.473
4.519
4.755
2013
Konsumen Karet Dunia Terbesar
962
1.015
987
1.033
1.073
Produsen Karet Dunia Terbesar
2017
4.270
4.804
4.680
4.863
5.108
2013
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
0
0,00%
-0,34%
Amerika
Serikat
Thailand
85
Sebagai produsen karet terbesar kedua di dunia, jumlah suplai karet Indonesia
penting untuk pasar global
Sejak tahun 1980an, industri karet Indonesia telah mengalami pertumbuhan
produksi yang stabil. Kebanyakan hasil produksi karet negara ini, kira-kira 80 persen
diproduksi oleh para petani kecil. Oleh karena itu, perkebunan Pemerintah dan swasta memiliki peran yang
kecil dalam industri karet domestik
Wilayah Utama Penghasil Karet Indonesia
2. Sumatera Utara
Luas Perkebunan Karet di Indonesia
3. Riau
5. Kalimantan Barat
4. Jambi
1. Sumatera Selatan
2010
2015
Petani Kecil
(dalam ribu ha)
2.922
3.076
Pemerintah
(dalam ribu ha)
239
230
Swasta Besar
(dalam ribu ha)
284
315
Total luas perkebunan karet Indonesia telah meningkat secara stabil selama satu dekade terakhir. Di tahun 2016, luas
perkebunan karet mencapai 3,64 juta hektar. Karena prospek industri karet positif,Total
telah ada peralihan
dari perkebunan3.445
3.621
(dalam ribu ha)
perkebunan komoditi seperti kakao, kopi, dan teh, menjadi perkebunan-perkebunan
kelapa sawit dan karet. Selama
beberapa tahun ini jumlah perkebunan karet milik petani kecil meningkat, sementara perkebunan Pemerintah sedikit
berkurang. Luasnya kebun karet pemain swasta besar berkurang di antara tahun 2010 dan 2012, namun naik cukup
cepat mulai dari tahun 2013. Sekitar 85% dari produksi karet Indonesia diekspor ke luar negeri.
Produksi Karet Alam Indonesia
Produksi
(juta ton)
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
’
2019’
2,75
2,44
2,73
3,09
3,04
3,20
3,18
3,11
3,2
3,6
3,7
3,8
Data : Association of Natural Rubber Producing Countries, Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) & Food and Agriculture
Organization of the United Nations
Konsumsi karet domestik di Indonesia kebanyakan diserap oleh industri manufaktur, terutama sektor otomotif. Mengingat
industri manufaktur industri tidak berkembang dengan signifikan, konsumsi karet di pasar domestik hanya tumbuh tipis.
Dibandingkan dengan negara-negara kompetitor penghasil karet yang lain, Indonesia memiliki level produktivitas per
hektar yang rendah. Hal ini ikut disebabkan oleh fakta bahwa usia pohon-pohon karet di Indonesia umumnya sudah tua
dikombinasikan dengan kemampuan investasi yang rendah dari para petani kecil, sehingga mengurangi hasil panen.
Sementara Thailand memproduksi 1.800 kilogram (kg) karet per hektar per tahun, Indonesia hanya berhasil memproduksi
1.080 kg/ha. Baik Vietnam (1.720 kg/ha) maupun Malaysia (1.510 kg/ha) memiliki produktivitas karet yang lebih tinggi.
Industri hilir karet Indonesia masih belum banyak dikembangkan. Saat ini, negara ini tergantung pada impor produkproduk karet olahan karena kurangnya fasilitas pengolahan-pengolahan domestik dan kurangnya industri manufaktur
yang berkembang baik. Rendahnya konsumsi karet domestik menjadi penyebab mengapa Indonesia mengekspor sekitar
85 persen dari hasil produksi karetnya.
Kendati begitu, di beberapa tahun terakhir tampak ada perubahan (walaupun lambat) karena jumlah ekspor sedikit
menurun akibat meningkatnya konsumsi domestik. Sekitar setengah dari karet alam yang diserap secara domestik
digunakan oleh industri manufaktur ban, diikuti oleh sarung tangan karet, benang karet, alas kaki, ban vulkanisir, sarung
tangan medis dan alat-alat lain.
Sumber : Indonesia Investments (April 2018)
86
Ekspor karet dan produk karet dunia kembali meningkat di Tahun 2017 seiring
meningkatnya permintaan dari Amerika Serikat, Tiongkok, dan
Jerman
Ekspor dan impor karet dan produk karet dunia tahun 2017 tumbuh masing-masing
13,64% dan 13,21%, setelah tumbuh melambat akibat dampak dari perlambatan
ekonomi global tahun 2015.
• Nilai ekspor karet dunia tahun 2017 sebesar USD184,7 miliar, eksportir terbesar yaitu Tiongkok dengan nilai
ekspor sebesar USD20,7 miliar yang menguasai 16,07% dari total ekspor karet dunia. Diikuti oleh Jerman
(13,07%), Thailand (12,56%), Amerika Serikat (10,45%), dan Jepang (8,02%).
• Dari sisi impor, nilai impor karet dunia tahun 2017 tercatat sebesar USD192,7 juta, importir terbesar karet
adalah Amerika Serikat dengan nilai impor sebesar USD27,9 miliar yang menguasai 22,79% dari total impor
karet dunia. Diikuti oleh Tiongkok (15,29%), Jerman (13,15%), Perancis (5,78%), dan Mexico (5,60%).
• Industri otomotif, ban karet, konstruksi, medis, dan alas kaki, merupakan industri yang berperan penting
terhadap naik turunnya permintaan karet dunia.
Produksi dan Konsumsi Karet Dunia
Ekspor (Juta USD)
Impor (Juta USD)
-2,84%
-13,48%
13,64%
-3,65%
20,00%
13,21%
184.716
170.207
10,00%
162.540
167.298
202.121
100.000
193.359
212.619
207.652
200.000
-4,94%
-6,88%
176.648
-2,39%
-6,04%
300.000
Pertumbuhan Impor (yoy) - SKALA KANAN
-12,60%
192.689
Pertumbuhan Ekspor (yoy) - SKALA KANAN
0,00%
-10,00%
0
-20,00%
2014
2015
2016
Eksportir Dunia (2017)
Tiongkok
16,07%
Jepang
3,81%
Jerman
13,40%
Indonesia
6,03%
Italia
4,09% Inggris
4,45%
Thailand
12,65%
Korea Selatan
6,05%
Jepang
8,02%
Amerika
Serikat
10,45%
Kanada
5,09%
Eksportir Dunia (2017)
2017
2013
13.440
12.243
10.287
9.802
10.301
40.000
Amerika
Serikat
Jepang
28.699
29.054
27.913
26.222
27.942
2016
Meksiko
5,60%
Perancis
5,78%
Importir Dunia (2017)
14.789
14.924
13.664
12.584
13.433
15.000
2015
16.960
14.328
12.258
12.152
16.256
20.000
2014
18.294
18.224
15.597
15.807
17.218
25.000
23.130
23.597
20.348
18.729
20.654
2013
Tiongkok
15,29%
Jerman
13,15%
20.000
2014
2015
Tiongkok
Jerman
10.000
2016
2017
6.284
6.717
6.564
6.109
6.862
Lainnya
12,62%
Amerika
Serikat
22,79%
Lainnya
16,15%
8.243
7.773
6.644
6.383
7.089
Polandia
4,07%
Malaysia
5,59%
Importir Dunia (2017)
Belgia
3,80%
17.540
17.287
14.526
14.905
16.131
Perancis
5,05%
2017
19.899
17.371
14.153
13.714
18.754
2013
Perancis
Meksiko
5.000
0
0
Tiongkok
Jerman
Thailand
Sumber : trademap.org, diolah
Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu
Amerika
Serikat
87
Ekspor Impor Karet dan Produk Karet Dunia didominasi oleh Jenis “New Pneumatic
Tyres”
• Industri otomotif sangat berperan dalam mempengaruhi pasokan dan permintaan karet
dunia. Misalnya tren permintaan karet alam akan seiring dengan tren permintaan ban.
Proporsi Ekspor dan impor produk karet didominasi oleh jenis new pneumatic tyres atau ban bertekanan baru
sekitar 40%.
• Karet sintetis dan karet alam berada di posisi berikutnya sebagai bahan baku utama untuk pembuatan produk
karet ataupun produk lainnya.
Ekspor Karet Dunia berdasarkan Jenis
2013
2014
2015
2016
2017
Barang
Lain dari
Karet
14,16%
20.000
1,52%
9.377
10.041
9.006
8.984
10.113
40.000
22.940
21.120
17.943
18.758
25.451
60.000
2,1%
-8,85%
25.928
16.835
13.162
11.785
16.316
80.000
0,74%
25.087
26.137
23.784
23.999
26.029
100.000
86.970
83.868
72.689
70.337
75.773
-2,72%
Karet Alam
8,87%
Aksesori
Pakaian
dari Karet
3,98%
Ban
Bertekana
n Baru
41,21%
0
Karet Alam
Lainnya
6,07%
Karet Sintetis Pipa dan Selang Ban Bertekanan Barang Lain
Karet
Baru
dari Karet
Karet
Sintetis
13,84%
Karet
Campuran
3,29%
Pipa dan
Selang
Karet
5,50%
Ban atau
Belting
Pengangku
t
3,07%
Impor Karet Dunia berdasarkan Jenis
2013
2014
2015
2016
2017
Barang
Lain dari
Karet
14,96%
100.000
20.000
0,42%
10.478
11.018
9.750
9.622
10.701
40.000
1,78%
25.546
23.812
20.145
20.836
27.905
60.000
-6,88%
24.939
18.420
14.326
12.663
17.459
80.000
1,06%
27.202
28.529
26.304
26.753
28.669
87.954
85.328
75.227
71.925
77.272
-2,56%
0
Karet Alam
Karet Sintetis Pipa dan Selang Ban Bertekanan Barang Lain
Karet
Baru
dari Karet
Sumber : trademap.org, diolah
Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu
Aksesori
Pakaian
dari Karet
4,00%
Lainnya
5,36%
Karet
Alam
Karet
9,11%
Sintetis
14,56%
Karet
Campuran
3,03%
Ban
Bertekana
n Baru
40,33%
Pipa dan
Selang
Karet
5,58%
Ban atau
Belting
Pengangku
t
3,06%
88
Sampai dengan November 2018, ekspor Indonesia menurun tajam seiring dengan
penurunan harga karet global
•
Nilai ekspor karet Indonesia tahun 2017 sebesar USD7,7 juta tumbuh 36,72% dari
tahun 2016. pertumbuhan ini didorong oleh tingginya permintaan dari negara-negara
tujuan ekspor karet Indonesia terutama Tiongkok yang mana tumbuh 134,5% di tahun 2017. Amerika Serikat
menjadi negara tujuan ekspor karet Indonesia dengan 23,7%. Jenis karet yang paling diekspor adalah karet
alam dan karet sintesis. Di tahun 2018, ekspor karet Indonesia periode Januari-November 2018 sebesar
USD5,5 miliar, turun 17,8% dari periode yang sama tahun 2017.
•
Impor karet Indonesia juga tumbuh 14,72% di tahun 2017 dengan nilai impor sebesar USD1,95 juta. Negara
asal impor karet terbesar Indonesia adalah Jepang (26,2% dari total impor karet Indonesia), lalu Korea Selatan
(18,3%), Tiongkok (13,0%), Thailand (9,8%), dan Malaysia (6,2%). Jenis karet yang paling banyak diimpor
adalah karet sintesis dan ban. Di tahun 2018, ekspor karet Indonesia periode Januari-Oktober 2018 sebesar
USD5,5 miliar, turun 17,9% dari periode yang sama tahun 2017. Di tahun 2018, impor karet Indonesia periode
Januari-November 2018 sebesar USD2,2 miliar, naik 17,9% dari periode yang sama tahun 2017.
Ekspor dan Impor Karet Indonesia
Ekspor (Juta USD)
Impor (Juta USD)
Pertumbuhan Ekspor (yoy) - SKALA KANAN
Pertumbuhan Impor (yoy) - SKALA KANAN
36,72%
50%
14,72%
1,07%
-4,23%
1.954
7.743
1.704
0%
5.663
-15,95%
-16,71%
5.914
2.005
7.100
2.500
2.213
5.000
-9,38%
-10,32% -24,42%
-15,67%
9.394
7.500
1.686
10.000
Juta
USD
0
2014
2015
2016
2017
Negara Tujuan Ekspor Karet Indonesia 2017
Turki
2,1%
Malaysia
2,0%
Lainnya
25,4%
Brazil Kanada
2,5% 2,2%
Amerika
Serikat
23,7%
Jerman
2,6% Korea
Selatan
4,6%
India
6,0%
Tiongkok
16,1%
Jepang
12,9%
Negara Asal Impor Karet Indonesia 2017
Taiwan
2,8%
Amerika Serikat
3,2%
Malaysia
6,2%
India
2,7%
Jerman Lainnya
10,9%
2,1%
Singapura
4,8%
Thailand
9,8%
Sumber : trademap.org, diolah
7.225
Jepang
26,2%
Korea Selatan
18,3%
Tiongkok
13,0%
Juta
USD
2.300
Jan-Nov 2017
2.186
2.200
5.938
6.000
2.100
2.000
4.000
1.900
2.000
-50%
2013
8.000
Jan-Nov 2017
Jan-Nov 2018
1.889
1.800
1.700
0
Impor Karet Indonesia
Ekspor Karet Indonesia
Komoditi Ekspor Karet Indonesia 2017
Aksesori Barang Lain
Pakaian dari dari Karet
Karet
1,6%
3,4%
Karet Sintetis
6,3%
Ban
Bertekanan
Baru
20,3%
Lainnya
2,5%
Karet Alam
65,9%
Komoditi Impor Karet Indonesia 2017
Ban atau
Belting
Pengangkut
Pipa dan 3,9%
Selang Karet
6,8%
Barang Lain
dari Karet
14,4%
Lainnya
11,7%
Karet
Sintetis
37,3%
Ban
Bertekanan
Baru
25,9%
89
Ekspor karet alam Indonesia sampai dengan November 2018, menurun tajam
seiring dengan penurunan harga karet global dan turunnya produksi karet
alam Indonesia
• Karet alam Indonesia menyumbang porsi terbesar ekspor karet Indonesia dengan
pangsa pasar 65,9% di tahun 2017. Ekspor karet alam Indonesia di tahun 2017 tumbuh
51,45% dari tahun 2016, tercatat sebesar USD5,1 miliar. Pulihnya permintaan industri karet Tiongkok
sepanjang 2017 mendongkrak ekspor karet alam Indonesia ke Tiongkok sampai dengan 134%. Selain itu,
meningkatnya harga karet global sepanjang tahun 2017 juga menjadi penyebabnya. Amerika Serikat menjadi
negara terbesar tujuan ekspor karet alam Indonesia dengan porsi 19,7%.
• Namun di tahun 2018 ekspor karet alam Indonesia mengalami penurunan. Tercatat di periode
Januari-November 2018 nilai ekspor karet alam Indonesia sebesar USD3,7 miliar atau turun 22,5% dari
periode yang sama tahun sebelumnya. Jika dilihat dari posisi September 2019, penurunan permintaan dari
Tiongkok sangat signifikan sampai dengan -53,6%, hal ini diakibatkan oleh imbas perang dagang Amerika
Serikat dengan Tiongkok yang berimbas pula pada kinerja produksi ban karet Tiongkok dan menyebabkan
harga karet global melemah. Di sisi pasokan, dilaporkan produksi karet alam Indonesia menurun dikisaran
7-10% akibat dari 2 faktor yaitu rendahnya harga jual produksi petani, dan wabah jamur akar putih
(Rigidoporus microporus) yang melanda pohon karet. Sepanjang 2018.
Nilai Ekspor Karet alam Indonesia (2011-2017)
11.766
4.000
2.000
0
Belgia
1,8%
Lainnya
21,3%
Jerman
2,5%
Kanada
3,0%
Turki
3,0%
Korea
Selatan
6,4%
Amerika
Serikat
19,7%
Jepang
15,5%
Tiongkok
India
15,0%
8,7%
5.105
2.600
-20%
1.000
2.550
-40%
0
-20,9%
-20,8%
Kanada
-9,1%
Brazil
Korea Selatan
Volume Ekspor Karet
alam Indonesia
Perancis
-18,8%
Turki
2.617
Pertumbuhan permintaan
Ekspor karet alam Indonesia
Posisi September 2018
(%Yoy, Volume )
Pertumbuhan permintaan
Ekspor karet alam Indonesia
Posisi September 2018
(%Yoy, value)
Jerman
-5,5%
2.500
Ekspor Karet alam Indonesia
Perancis
2.769
2.700
2.650
2017
Jan-Nov 2017
2.750
3.701
2.000
0%
-22,0%
-31,3%
2011 -33,2%
2012 2013 2014 2015 2016
-22,5%
3.000
20%
-8,9%
-12,1%
Negara Tujuan Ekspor Karet
alam Indonesia 2017
Brazil
3,2%
3.372
6.000
4.778
4.000
40%
51,4%
3.701
8.000
4.745
60,5%
Juta
kg
2.800
Jan-Nov 2017
5.000
60%
6.911
12.000
80%
7.865
14.000
10.000
Juta
USD
6.000
Nilai Ekspor Karet Alam Indonesia
Juta USD
0,2%
Jerman
-2,7%
Kanada
-0,7%
Turki
-15,8%
15,0%
Brazil
-20,6%
Korea Selatan
Tiongkok -53,6%
1,9%
-1,5%
Tiongkok-42,1%
India
2,4%
India
25,5%
Jepang
-16,1%
Jepang
3,7%
Amerika Serikat
-16,6%
Amerika Serikat
3,3%
Dunia
Dunia
-22,4%
-60% -40% -20%
0%
20%
-4,0%
-60%-40%-20% 0% 20% 40%
90
Sebagai produsen utama dunia, karet alam Indonesia memiliki daya
saing yang tinggi
• Daya saing karet alam Indonesia sangat baik dalam 5 tahun terakhir dan dapat
bersaing di pasar global. Sekitar 85%dari produksi karet Indonesia diekspor ke luar negeri.
• Produk yang juga memiliki daya saing cukup baik meski tidak setinggi karet alam adalah ban bertekanan baru
dan aksesori pakaian dari karet. Ban bertekanan baru dan aksesori pakaian dari karet memiliki peluang untuk
dikembangkan industrinya. Namun demikian, kebutuhan bahan baku impor dalam industri produk karet
nasional cukup tiinggi sehingga membuat biaya produksi menjadi lebih tinggi.
Jenis Produk
Karet Alam
Karet Sintetis
Ban Bertekanan
Baru
Aksesori Pakaian
dari Karet
Barang Lain dari
Karet
No
1
2
3
1
2
3
16
1
2
3
14
1
2
3
6
1
2
3
32
Negara
Thailand
Indonesia
Pantai Gading
Korea Selatan
Amerika Serikat
Thailand
Indonesia
Tiongkok
Jerman
Jepang
Indonesia
Malaysia
Thailand
Tiongkok
Indonesia
Jerman
Amerika Serikat
Tiongkok
Indonesia
Rata-Rata
RSCA
0.93
0.94
0.97
0.60
0.20
0.35
-0.28
0.19
-0.03
0.31
0.38
0.95
0.84
-0.22
0.58
0.30
0.10
-0.15
-0.32
2013
2014
2015
2016
2017
0.93
0.93
0.96
0.63
0.26
-0.13
-0.55
0.23
0.00
0.38
0.33
0.95
0.86
-0.19
0.55
0.32
0.09
-0.05
-0.32
0.94
0.94
0.96
0.63
0.27
0.08
-0.49
0.23
-0.02
0.36
0.35
0.95
0.86
-0.20
0.58
0.31
0.10
-0.14
-0.33
0.93
0.94
0.96
0.59
0.23
0.4
-0.46
0.16
-0.04
0.32
0.40
0.95
0.84
-0.26
0.61
0.29
0.11
-0.17
-0.33
0.93
0.94
0.97
0.57
0.17
0.65
-0.23
0.17
-0.04
0.26
0.43
0.95
0.83
-0.23
0.60
0.28
0.09
-0.19
-0.30
0.93
0.94
0.98
0.56
0.09
0.76
0.33
0.19
-0.02
0.24
0.37
0.95
0.83
-0.21
0.57
0.30
0.10
-0.19
-0.33
91
Harga karet alam global mendapatkan tekanan karena tingginya pasokan dan
penurunan permintaan di Tiongkok
• Secara umum, ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga karet dunia, yaitu:
o Supply & demand di pasar karet internasional
o Produksi, konsumsi serta regulasi Tiongkok mengenai komoditas karet mengingat Tiongkok merupakan
konsumen karet terbesar dunia, sehingga akan sangat berpengaruh terhadap harga.
o Harga karet di pasar berjangka internasional
o Produksi & penggunaan karet sintesis, dalam pembuatan berbagai produk, Karet Alami dan Karet Sintetis
merupakan substitusi, sehingga apabila penggunaan Karet Sintetis meningkat, maka akan mengurangi
permintaan atas Karet Alami. Di sisi lain, harga Karet Sintetis dipengaruhi pula oleh harga minyak yang
menjadi bahan baku asalnya, dan harga Karet Sintetis ini dapat pula mempengaruhi harga Karet Alami.
o Perkembangan industri pengolahan karet, misalnya ban dan otomotif
Perkembangan Harga Karet Alam, Sintetis, dan Minyak Mentah Dunia
300
7
US PPI Synthetic Rubber Index
Crude oil, average ($/bbl)
Rubber, SGP/MYS ($/kg) (Skala kanan)
6
250
5
200
4
150
3
100
2
Jul-18
Oct-18
Jan-18
Apr-18
Jul-17
Oct-17
Jan-17
Apr-17
Jul-16
Oct-16
Jan-16
Apr-16
Jul-15
Oct-15
Jan-15
Apr-15
Jul-14
Oct-14
Jan-14
Apr-14
Jul-13
Oct-13
Jan-13
Apr-13
Jul-12
Oct-12
Jan-12
Apr-12
Jul-11
0
Oct-11
0
Jan-11
1
Apr-11
50
• Harga karet internasional telah mengalami tekanan mulai dari 2011 ketika aktivitas ekonomi global lemah (yang
berdampak negatif pada industri otomotif) serta melimpahnya pasokan karet alam. Selain itu, harga minyak
mentah yang rendah membuat karet sintetis sangat kompetitif, sehingga harga karet alam turun secara signifikan
antara awal 2011 dan akhir 2017. Sementara itu, kemajuan dalam pengembangan ban berbasis bio juga menjadi
ancaman bagi industri karet.
• Adapun kesepakatan yang dibuat oleh Thailand, Indonesia, dan Malaysia pada akhir Desember 2017 dalam
rangka mengurangi ekspor sebesar 350.000 metrik ton telah berakhir pada 31 Maret 2018 lalu. Hal tersebut
kembali memicu kekhawatiran akan banyaknya pasokan dari negara-negara tersebut yang secara bersamaan
dapat menyumbang sekitar 70% dari produksi global, sehingga akan menekan pasar terutama karena semakin
melemahnya permintaan dan adanya perang dagang antara Amerika Serikat – Tiongkok.
• Perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat – Tiongkok dinilai mempengaruhi para produsen ban di
Tiongkok, terutama saat Amerika Serikat mengumumkan daftar produk-produk Tiongkok yang terkena tarif, salah
satunya ban karet pneumatic dan non-radial yang digunakan untuk pesawat terbang.
• Selain itu, Thailand turut berupaya untuk menaikkan harga karet dengan mendorong konsumsi dalam negeri.
Menurut pihak otoritas Thailand, diharapkan pengiriman dari eksportir terbesar di dunia dapat mengalami
penurunan hingga 6% apabila permintaan domestik meningkat, meskipun produksi karet tetap menglami
peningkatan sekitar 8,4% atau menjadi 4,8 juta ton.
Sumber : Trademap.org, ceic
92
Ekspor karet dan produk karet Indonesia di tahun 2019 diprediksi kembali tumbuh
positif
• Ekspor karet & produk karet Indonesia tumbuh melambat tahun 2018, yaitu
• -17,6% akibat dari turunnya permintaan dari Tiongkok. Amerika Serikat
menaikkan tarif untuk produk karet khususnya ban dari Tiongkok yang akan masuk ke negaranya, sehingga ekspor
ban karet Tiongkok ke Amerika Serikat turun, dan berimbas pada penurunan impor karet mentah (karet alam &
karet sintetis) dari dunia termasuk Indonesia. Selain itu, penurunan ekspor karet ini dikarenakan produksi karet
lokal yang berkurang.
• Sekitar 70% ekspor karet Indonesia adalah karet alam dan karet sintesis, maka dari itu permintaan akan karet
alam dan karet sintesis dunia sangat berpengaruh terhadap ekspor karet Indonesia. Negara-negara seperti
Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, dan Uni Eropa merupakan pasar potensial untuk ekspor karet alam & karet
sintesis Indonesia, dikarenakan di ketiga negara tersebut industri otomotifnya nya sangat maju dan besar seperti
pembuatan ban kendaraan, atau komponen kendaraan yang memerlukan karet alam atau karet sintesis sebagai
bahan baku produksi.
• Industri hilir karet Indonesia masih belum banyak dikembangkan. Saat ini, negara ini tergantung pada impor
produk-produk karet olahan karena kurangnya fasilitas pengolahan-pengolahan domestik dan kurangnya industri
manufaktur yang berkembang baik. Rendahnya konsumsi karet domestik menjadi penyebab mengapa Indonesia
mengekspor sekitar 85% dari hasil produksi karetnya.
• Namun di 2019, ekspor karet Indonesia diperkirakan akan kembali tumbuh, komoditi karet yang terkena imbas
perang dagang Tiongkok dengan Amerika Serikat menjadi peluang untuk meningkatkan ekspor produk karet
Indonesia ke Amerika Serikat yang semula diambil porsinya oleh Tiongkok. Amerika Serikat masih membutuhkan
pasokan karet untuk kebutuhan industri otomotif mereka demikian pula dengan Jepang. Produksi kendaraan
Amerika Serikat dan Jepang diproyeksikan masing-masing tumbuh 1,8% & 1,7% di tahun 2019.
• Efek dari perang dagang antar kedua negara tersebut akan membuat ban-ban Tiongkok yang masuk Amerika
Serikat dikenai tarif mahal. Hal tersebut bakal menyebabkan produktivitas pabrik Tiongkok turun. Kemudian
kondisi ini akan diperparah dengan Tiongkok meningkatkan tarif impor karet sintetis dari Amerika Serikat
Proyeksi Ekspor Karet & Produk Karet Indonesia
10,7%
-17,6%
2,0%
3.000
5,8%
10,5%0,0%
-25,4%
2018
6,00%
3.200
2.800
-50,0%
2019P
1,9%
1,9%
4,00%
2,00%
-0,3%
-2,6%
2012
2013
2014
2015
2016
3.541
-10,3% -24,4% -16,7% -4,2%
-7,5%
-12,0%
-21,8%
-31,0%
2013
2014
2015
2016
2017
8,00%
3.475
2,6%
12,00%
10,00%
6,3%
3.208
-7,3%
Growth
7,5%
3.400
50,0%
Produksi karet Indonesia
3.145
-
-6,3%
10,1%
3.153
-4,3%
3.600
3.237
5.000
60,5%36,7%
2,2%
-3,0%
100,0%
3.012
Juta USD
10.000
Ribu ton
3.409
Nilai Ekspor Karet Indonesia
Growth Total
Growth Karet Alam Indonesia
Growth Karet Manufaktur Indonesia
2.600
0,00%
-2,00%
-4,00%
2017 P2018 P2019
Proyeksi Negara Tujuan Ekspor Karet & Produk Karet Indonesia
Juta Unit
Nilai Ekspor Karet & Produk Karet Indonesia
Amerika Serikat
Tiongkok
20.000
14.352 10.475 9.394
7.100
5.914
5.663
7.743
6.416
7.920
2014
2015
2016
2017
P2018 P2019
0
2011
2012
2013
Sumber : Oxford Economics Dioalah
150%
120% 20,00
90%
60%
30%
0%
-30%
-60%
-
Produksi Kendaraan Amerika Serikat
Produksi Kendaraan Jepang
20%
15,5
15,1
15,1
14,8
14,6
4,2%
2,4%
10,6 1,0%
10,6
10,3
10,1
1,8%
-5,5% 5,2%
10,7 0%
-0,7% 1,7%
-2,0%
-7,3%
-20%
2015
2016
2017
2018
2019
93
Outlook ekspor karet
P2018
Tiongkok
Amerika Serikat
Tiongkok
Jepang
India
Korea Selatan
Brazil
2016
-0,95%
4,24%
-5,54%
5,57%
-9,34%
-5,65%
Jepang
2017
12,17%
135,39%
33,19%
41,83%
40,11%
37,39%
P2018
-9,22%
33,20%
17,29%
-31,53%
-16,76%
-0,80%
India
Korea Selatan
212
190
191
139
316
293
352
251
363
315
324
Amerika Serikat
P2019
1.270
1.148
2017
459
735
525
979
2016
1.832
1.645
1.235
1.695
1.549
1.706
1.521
Proyeksi Demand
• Setelah anjlok di tahun 2018, proyeksi ekspor produk karet ke AS di tahun 2019 diprediksi
meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan ekspor produk-produk karet untuk konstruksi dan untuk
industri otomotif.
• Namun sebaliknya, ekspor ke Tiongkok yang sebelumnya masih tumbuh positif di 2019 diprediksi akan tumbuh
melambat. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah (i) terpukulnya industri ban mobil Tiongkok akibat perang
perdagangan dengan AS sehingga mempengaruhi permintaan bahan baku karet, dan (ii) mata uang yang
terdevaluasi membuat bahan baku impor lebih mahal bagi produsen ban. Tiongkok adalah salah satu pemain yang
dominan yang menyumbang 40% dari konsumsi karet alam global.
Brazil
P2019
9,41%
11,39%
10,65%
15,25%
7,80%
11,67%
• Proyeksi demand dari India, Korea Selatan dan Brazil diprediksi meningkat di 2019 seiring dengan meingkatnya
kebutuhan akan karet alam di ketiga negara tersebut. India mengalami pengurangan produksi 15% karet alam
mereka di 2018 karena peristiwa banjir yang melanda perkebunan karet di Kerala India (penghasil karet terbesar di
India) pada pertengahan 2018, dengan kendala produksi tersebut impor karet alam India akan meningkat seiring
dengan meningkatnya kebutuhan dan konsumi industri ban India. Sedangkan untuk Korea Selatan dan Brazil
peningkatan impor karet seiring dengan meningkatnya kebutuhan karet untuk produksi ban dan otomotif.
Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah
94
Outlook ekspor karet (2)
Proyeksi Supply
Pasokan karet alam dunia diprediksi naik tipis pada tahun 2019 sejalan dengan booming
penanaman karet kembali pada tahun 2011, ketika karet global mengalami kenaikan harga. Namun demikian,
produksi berpotensi menurun di 2020 sampai dengan 2022 karena negara-negara produsen utama telah mengurangi
kegiatan penanaman kembali. Jika semakin banyak petani memilih untuk menanam tanaman lain yang berproduksi
lebih baik, pasokan karet alam tidak dapat mengejar permintaan global. Hal ini karena dibutuhkan sekitar enam
tahun bagi pohon karet untuk tumbuh ke tahap di mana secara ekonomi layak untuk memanen getah.
Juta ton
Produksi karet alam Indonesia
Growth
12,2%
4
4
14,0%
10,1%
12,0%
3
10,0%
7,5%
8,0%
3
6,0%
2
2,0%
3,2
2
1
2,7%
0,0%
3,2
3,6
3,7
3,8
2013
3,1
3,2
2012
4,0%
2,0%
-0,3%
-2,6%
3,0
1
2,8%
2015
2016
2017
P2018
P2019
0
-2,0%
-4,0%
2014
Harga karet global di tahun 2019 diproyeksikan berada di kisaran USD1,66 kg (Rubber, SGP/MYS), naik dibandingkan
posisi 2018 yang tercatat sebesar USD1,57 kg.
Proyeksi Harga
Crude oil, average ($/bbl)
Rubber, SGP/MYS ($/kg) (Skala kanan)
20
1,00
0
0,00
2019
2,00
2018
40
2017
3,00
2016
60
2015
4,00
2014
80
2013
5,00
2012
100
2011
6,00
2010
120
Harga karet global diperkirakan masih akan mengalami tekananan dan kalaupun naik hanya naik tipis, tercermin dari
peningkatan output karena kondisi cuaca yang sangat menguntungkan di Thailand dan Vietnam dan lemahnya
permintaan dari Tiongkok, yang mengarah ke akumulasi stok yang luar biasa tinggi. Dampak perang dagang antara
Tiongkok dengan Amerika Serikat dikhawatirkan akan kembali berimbas pada permintaan karet global 2019, bea
masuk 10% oleh Amerika Serikat atas ban karet Tiongkok bersamaan dengan melambatnya impor ban oleh Uni
Eropa semakin menekan permintaan, karena sekitar 2/3 karet alam digunakan untuk pembuatan ban.
Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah
95
Outlook ekspor karet (3)
Dengan perkembangan ini ekspor karet dan produk karet indonesia turun 17,6% yoy
di 2018, kemudian meningkat menjadi 5,8% yoy di 2019. Kenaikan pertumbuhan
ini selain karena faktor supply dan demand juga karena faktor low based effect di tahun 2018.
10.000
Nilai Ekspor Karet Indonesia
Growth Total
Growth Karet Alam Indonesia
Growth Karet Manufaktur Indonesia
80,0%
9.000
60,0%
8.000
60,5%
Juta USD
7.000
40,0%
36,7%
6.000
5.000
4.000
2,6%
-4,3%
-6,3%
3.000
2.000
1.000
-10,3%
-12,0%
-24,4%
-7,3%
-16,7%
-3,0%
2013
-31,0%
2014
2015
10,7%
5,8%
20,0%
10,5%
0,0%
-17,6%
-4,2%
-7,5%
-20,0%
-21,8%
-
2,2%
-25,4%
2016
2017
2018
-40,0%
2019P
Upside Risk
Downside Risk
Upaya mendorong harga karet global berhasil, melalui:
• Pengendalian harga kurang berhasil seperti yang
terjadi pada kerangka Agreed Export Tonnage
Scheme (AETS) tahun lalu. Hasil evaluasi Kemendag
bahwa ada kebocoran dan ketidakpatuhan di tingkat
produsen di 3 negara dalam melaksanakan AETS.
Sehingga pasokan karet semakin berlimpah.
• Pengendalian volume ekspor karet oleh anggota
International Tripartite Rubber Council (ITRC)
• Indonesia akan menyuarakan pentingnya
peremajaan perkebunan karet di negara anggota
guna meningkatkan kualitas produksi. Pertama,
produksi akan turun sementara waktu sehingga
harga bisa naik. Kedua, kualitas karet akan naik
karena tidak ada lagi produksi karet dari pohon yang
tua (sumber: Direktorat Jenderal Perundingan
Perdagangan Internasional Kementerian
Perdagangan)
• Selain itu, harga minyak mentah yang rendah
membuat karet sintetis sangat kompetitif, sehingga
harga karet alam turun secara signifikan antara awal
2011 dan akhir 2017. Sementara itu, kemajuan
dalam pengembangan ban berbasis bio juga menjadi
ancaman bagi industri karet.
• Meningkatnya penyerapan domestik.
Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah
96
Lampiran : Ekspor dan Impor Karet Dunia
Ekspor Karet Dunia berdasarkan Negara
Rank
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Eksportir
Dunia
Tiongkok
Jerman
Thailand
Amerika Serikat
Jepang
Korea Selatan
Indonesia
Malaysia
Perancis
Polandia
2012
221.007
22.152
18.067
17.443
15.725
14.879
9.340
10.475
9.082
8.808
4.731
2013
207.652
23.130
18.294
16.960
14.789
13.440
8.320
9.394
8.286
8.323
5.285
Nilai (dalam Juta USD)
2014
2015
193.359
167.298
23.597
20.348
18.224
15.597
14.328
12.258
14.924
13.664
12.243
10.287
8.085
6.843
7.100
5.914
6.942
6.237
7.719
6.461
5.220
4.467
2016
162.540
18.729
15.807
12.152
12.584
9.802
6.881
5.663
5.761
6.007
4.560
2017
184.716
20.654
17.218
16.256
13.433
10.301
7.770
7.743
7.189
6.496
5.229
Porsi 2017
(%)
100,00%
11,18%
9,32%
8,80%
7,27%
5,58%
4,21%
4,19%
3,89%
3,52%
2,83%
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
-6,88%
-13,48%
-2,84%
2,02%
-13,77%
-7,96%
-0,38%
-14,41%
1,34%
-15,52%
-14,44%
-0,87%
0,91%
-8,45%
-7,90%
-8,90%
-15,98%
-4,71%
-2,83%
-15,36%
0,55%
-24,42%
-16,71%
-4,23%
-16,22%
-10,15%
-7,64%
-7,26%
-16,29%
-7,03%
-1,22%
-14,43%
2,08%
2013
-6,04%
4,41%
1,26%
-2,77%
-5,95%
-9,67%
-10,92%
-10,32%
-8,76%
-5,51%
11,69%
2017
13,64%
10,28%
8,93%
33,77%
6,74%
5,09%
12,92%
36,72%
24,80%
8,13%
14,67%
CAGR
2013-2017
-2,31%
-2,24%
-1,20%
-0,84%
-1,91%
-5,18%
-1,36%
-3,79%
-2,80%
-4,84%
-0,21%
Ekspor Karet Dunia berdasarkan Produk
Nilai (dalam Juta USD)
Produk
Total Produk Karet
Karet Alam
Karet Sintetis
Karet Daur Ulang
Karet Skrap
Karet Campuran
Bentuk Lain Karet Tidak Divulkanisasi
Benang dan Tali Karet
Karet Lembaran Divulkanisasi
Pipa dan Selang Karet
Ban atau Belting Pengangkut
Ban Bertekanan Baru
Ban Bertekanan Bekas
Ban Dalam dari Karet
Barang Farmasi dari Karet
Aksesori Pakaian dari Karet
Barang Lain dari Karet
Karet Keras
HS Code
40
4001
4002
4003
4004
4005
4006
4007
4008
4009
4010
4011
4012
4013
4014
4015
4016
4017
Pertumbuhan (% yoy)
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Porsi 2017
(%)
2013
2014
2015
2016
2017
CAGR
2013-2017
218,352
36,321
26,086
338
253
10,863
605
729
4,409
9,001
6,016
87,959
2,930
1,568
1,352
6,932
22,633
358
205,738
25,928
22,940
395
230
10,078
613
684
4,286
9,377
6,135
86,970
3,095
1,535
1,194
6,849
25,087
341
191,831
16,835
21,120
367
250
8,877
572
732
4,431
10,041
5,882
83,868
2,884
1,489
1,187
6,808
26,137
350
165,790
13,162
17,943
322
220
6,647
478
575
3,860
9,006
5,139
72,689
2,608
1,251
1,094
6,646
23,784
366
161,208
11,785
18,758
295
203
5,607
441
509
3,871
8,984
4,928
70,337
2,410
1,153
1,132
6,455
23,999
341
183,872
16,316
25,451
348
226
6,057
495
602
4,187
10,113
5,650
75,773
2,587
1,116
1,272
7,317
26,029
333
100.00%
8.87%
13.84%
0.19%
0.12%
3.29%
0.27%
0.33%
2.28%
5.50%
3.07%
41.21%
1.41%
0.61%
0.69%
3.98%
14.16%
0.18%
-5.78%
-28.61%
-12.06%
16.97%
-9.12%
-7.23%
1.42%
-6.12%
-2.77%
4.17%
1.98%
-1.12%
5.65%
-2.09%
-11.68%
-1.19%
10.84%
-4.82%
-6.76%
-35.07%
-7.93%
-6.99%
8.78%
-11.92%
-6.69%
7.07%
3.38%
7.08%
-4.13%
-3.57%
-6.84%
-2.97%
-0.54%
-0.61%
4.18%
2.73%
-13.58%
-21.82%
-15.04%
-12.40%
-12.26%
-25.13%
-16.52%
-21.47%
-12.90%
-10.31%
-12.63%
-13.33%
-9.54%
-15.99%
-7.83%
-2.38%
-9.00%
4.47%
-2.76%
-10.46%
4.54%
-8.21%
-7.75%
-15.64%
-7.65%
-11.54%
0.30%
-0.25%
-4.11%
-3.24%
-7.59%
-7.82%
3.41%
-2.87%
0.90%
-6.75%
14.06%
38.44%
35.68%
17.90%
11.76%
8.02%
12.19%
18.22%
8.16%
12.57%
14.66%
7.73%
7.32%
-3.23%
12.42%
13.36%
8.46%
-2.42%
-2.22%
-8.85%
2.10%
-2.49%
-0.32%
-9.68%
-4.20%
-2.54%
-0.47%
1.52%
-1.63%
-2.72%
-3.52%
-6.17%
1.28%
1.33%
0.74%
-0.47%
Impor Karet Dunia berdasarkan Negara
Rank
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
25
Importir
Dunia
Amerika Serikat
Tiongkok
Jerman
Perancis
Meksiko
Kanada
Inggris
Italia
Jepang
Belgia
Indonesia
2012
217,833
29,862
20,652
17,268
8,293
6,320
7,394
5,891
5,319
6,383
5,212
2,624
2013
212,619
28,699
19,899
17,540
8,243
6,284
6,819
6,030
5,418
5,405
5,591
2,213
Nilai (dalam Juta USD)
2014
2015
2016
202,121
176,648
170,207
29,054
27,913
26,222
17,371
14,153
13,714
17,287
14,526
14,905
7,773
6,644
6,383
6,717
6,564
6,109
6,703
6,173
5,792
6,129
5,246
4,899
5,303
4,550
4,401
4,929
4,246
3,992
5,168
4,065
4,255
2,005
1,686
1,704
2017
192,689
27,942
18,754
16,131
7,089
6,862
6,238
5,451
5,017
4,669
4,665
1,954
Porsi
2017 (%)
100.00%
14.50%
9.73%
8.37%
3.68%
3.56%
3.24%
2.83%
2.60%
2.42%
2.42%
1.01%
2013
-2.39%
-3.89%
-3.65%
1.57%
-0.61%
-0.57%
-7.79%
2.36%
1.87%
-15.32%
7.27%
-15.67%
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
-4.94%
-12.60%
-3.65%
1.24%
-3.93%
-6.06%
-12.70%
-18.52%
-3.10%
-1.44%
-15.97%
2.61%
-5.70%
-14.52%
-3.93%
6.89%
-2.28%
-6.94%
-1.70%
-7.91%
-6.17%
1.65%
-14.42%
-6.61%
-2.12%
-14.20%
-3.27%
-8.80%
-13.87%
-5.97%
-7.58%
-21.34%
4.67%
-9.38%
-15.95%
1.07%
2017
13.21%
6.56%
36.75%
8.23%
11.06%
12.33%
7.69%
11.26%
13.99%
16.95%
9.64%
14.72%
CAGR
2013-2017
-1.95%
-0.53%
-1.18%
-1.66%
-2.97%
1.77%
-1.77%
-2.00%
-1.53%
-2.89%
-3.56%
-2.45%
Impor Karet Dunia berdasarkan Produk
Produk
Total Produk Karet
Karet Alam
Karet Sintetis
Karet Daur Ulang
Karet Skrap
Karet Campuran
Bentuk Lain Karet Tidak Divulkanisasi
Benang dan Tali Karet
Karet Lembaran Divulkanisasi
Pipa dan Selang Karet
Ban atau Belting Pengangkut
Ban Bertekanan Baru
Ban Bertekanan Bekas
Ban Dalam dari Karet
Barang Farmasi dari Karet
Aksesori Pakaian dari Karet
Barang Lain dari Karet
Karet Keras
HS Code
40
4001
4002
4003
4004
4005
4006
4007
4008
4009
4010
4011
4012
4013
4014
4015
4016
4017
2012
217,229
28,146
29,503
309
247
10,623
597
555
4,089
10,093
6,665
88,150
2,821
1,209
1,320
7,211
25,395
296
2013
211,705
24,939
25,546
320
264
10,333
518
507
3,949
10,478
6,611
87,954
3,098
1,174
1,345
7,182
27,202
285
Nilai (dalam Juta USD)
2014
2015
201,090
175,806
18,420
14,326
23,812
20,145
324
285
273
229
9,012
6,685
510
438
484
491
4,007
3,517
11,018
9,750
6,355
5,891
85,328
75,227
2,952
2,657
1,162
1,050
1,466
1,413
7,156
7,149
28,529
26,304
282
248
2016
169,100
12,663
20,836
273
212
5,321
418
462
3,501
9,622
5,350
71,925
2,446
951
1,278
6,854
26,753
234
2017
191,615
17,459
27,905
330
237
5,798
416
574
3,702
10,701
5,870
77,272
2,488
994
1,290
7,672
28,669
240
Porsi 2017
(%)
100.00%
9.11%
14.56%
0.17%
0.12%
3.03%
0.22%
0.30%
1.93%
5.58%
3.06%
40.33%
1.30%
0.52%
0.67%
4.00%
14.96%
0.13%
2013
-2.54%
-11.39%
-13.41%
3.66%
6.88%
-2.73%
-13.24%
-8.61%
-3.42%
3.81%
-0.82%
-0.22%
9.80%
-2.89%
1.92%
-0.40%
7.12%
-3.74%
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
-5.01%
-12.57%
-3.81%
-26.14%
-22.23%
-11.61%
-6.79%
-15.40%
3.43%
1.17%
-12.00%
-4.34%
3.46%
-16.22%
-7.38%
-12.78%
-25.82%
-20.40%
-1.59%
-14.09%
-4.49%
-4.65%
1.60%
-5.93%
1.46%
-12.22%
-0.48%
5.15%
-11.51%
-1.31%
-3.86%
-7.30%
-9.19%
-2.99%
-11.84%
-4.39%
-4.71%
-9.98%
-7.94%
-1.03%
-9.64%
-9.49%
8.97%
-3.63%
-9.50%
-0.36%
-0.10%
-4.13%
4.88%
-7.80%
1.71%
-0.91%
-11.94%
-5.65%
2017
13.31%
37.87%
33.93%
20.98%
11.73%
8.96%
-0.59%
24.23%
5.74%
11.22%
9.71%
7.43%
1.71%
4.62%
0.89%
11.93%
7.16%
2.47%
CAGR
2013-2017
-1.97%
-6.88%
1.78%
0.60%
-2.15%
-10.91%
-4.30%
2.51%
-1.29%
0.42%
-2.35%
-2.56%
-4.29%
-3.27%
-0.84%
1.33%
1.06%
-3.34%
97
Lampiran : Ekspor dan Impor Karet Indonesa
Ekspor Karet Indonesia berdasarkan Negara
Rank
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Importir
Dunia
Amerika Serikat
Tiongkok
Jepang
India
Korea Selatan
Jerman
Brazil
Kanada
Turki
Malaysia
2012
10,475
2,420
1,736
1,512
363
477
300
250
265
184
131
2013
9,394
2,185
1,551
1,337
386
400
286
264
205
199
128
Nilai (dalam Juta USD)
2014
2015
7,100
5,914
1,692
1,654
803
507
963
794
389
310
306
279
248
195
220
148
162
132
153
121
94
88
2016
5,663
1,637
530
752
326
253
177
140
117
106
86
2017
7,743
1,837
1,244
998
461
354
201
192
173
165
151
Porsi
2017 (%)
100.00%
23.72%
16.06%
12.88%
5.96%
4.57%
2.59%
2.48%
2.24%
2.13%
1.95%
2013
-10.32%
-9.73%
-10.66%
-11.60%
6.51%
-16.07%
-4.88%
5.79%
-22.67%
8.08%
-2.53%
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
-24.42%
-16.71%
-4.23%
-22.57%
-2.25%
-0.98%
-48.22%
-36.84%
4.54%
-27.94%
-17.63%
-5.23%
0.84%
-20.51%
5.34%
-23.67%
-8.80%
-9.32%
-13.06%
-21.34%
-9.27%
-16.70%
-32.64%
-5.58%
-21.05%
-18.48%
-11.34%
-23.12%
-20.62%
-12.69%
-26.20%
-6.91%
-1.74%
2017
36.72%
12.18%
134.54%
32.67%
41.50%
40.15%
13.19%
37.13%
48.06%
55.51%
75.06%
CAGR
2013-2017
-3.79%
-3.41%
-4.32%
-5.69%
3.62%
-2.42%
-6.82%
-6.19%
-3.31%
-3.69%
3.40%
Ekspor Karet Indonesia berdasarkan Produk
Produk
Total Produk Karet
Karet Alam
Karet Sintetis
Karet Daur Ulang
Karet Skrap
Karet Campuran
Bentuk Lain Karet Tidak Divulkanisasi
Benang dan Tali Karet
Karet Lembaran Divulkanisasi
Pipa dan Selang Karet
Ban atau Belting Pengangkut
Ban Bertekanan Baru
Ban Bertekanan Bekas
Ban Dalam dari Karet
Barang Farmasi dari Karet
Aksesori Pakaian dari Karet
Barang Lain dari Karet
Karet Keras
HS Code
40
4001
4002
4003
4004
4005
4006
4007
4008
4009
4010
4011
4012
4013
4014
4015
4016
4017
2012
10,475
7,865
62
7.2
2.5
266
0.07
12
16
24
73
1,704
4
45
4
261
130
0.17
2013
9,394
6,911
65
7.3
3.6
234
0.17
10
16
18
69
1,652
12
42
3
227
124
0.18
Nilai (dalam Juta USD)
2014
2015
7,100
5,914
4,745
3,701
67
61
6.5
5.6
1.5
0.7
123
71
0.28
0.06
7
9
12
8
22
16
70
67
1,628
1,547
16
34
42
31
3
4
237
249
121
109
0.24
0.23
2016
5,663
3,372
108
4.9
1.3
69
0.19
5
8
29
66
1,605
15
25
5
233
116
0.25
2017
7,743
5,105
485
5.7
0.9
48
0.09
6
8
21
67
1,572
16
18
7
260
124
0.15
Porsi 2017
(%)
2013
100.00% -10.32%
65.93%
-12.13%
6.26%
5.23%
0.07%
2.03%
0.01%
43.21%
0.62%
-12.12%
0.00%
142.03%
0.07%
-18.64%
0.11%
-0.77%
0.27%
-24.04%
0.86%
-5.40%
20.30%
-3.04%
0.20%
206.00%
0.23%
-7.25%
0.09%
-14.16%
3.36%
-12.99%
1.61%
-4.37%
0.00%
9.09%
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
-24.42% -16.71% -4.23%
-31.34% -21.99% -8.89%
3.08%
-8.55%
76.60%
-12.04% -13.06% -13.41%
-56.50% -51.84% 68.72%
-47.51% -42.44% -2.26%
67.07% -79.21% 227.59%
-33.16% 36.76% -40.96%
-26.03% -31.88% -0.32%
22.66% -26.13% 75.45%
1.18%
-4.95%
-0.16%
-1.49%
-4.97%
3.76%
35.14% 112.57% -54.35%
0.12%
-26.65% -17.72%
-5.71%
31.98%
15.62%
4.28%
5.26%
-6.65%
-2.22%
-10.13%
6.56%
35.56%
-6.56%
10.96%
CAGR
2017
2013-2017
36.72%
-3.79%
51.39%
-5.88%
350.09%
49.60%
16.39%
-5.08%
-25.46% -23.41%
-30.43% -27.13%
-51.05% -11.05%
4.00%
-10.91%
3.60%
-12.25%
-28.53%
2.59%
0.20%
-0.77%
-2.04%
-0.99%
0.72%
5.72%
-29.65% -15.73%
45.65%
15.95%
11.82%
2.76%
7.27%
0.09%
-42.69%
-4.23%
Impor Karet Indonesia berdasarkan Negara
Rank
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Eksportir
Dunia
Jepang
Korea Selatan
Tiongkok
Thailand
Malaysia
Singapura
Amerika Serikat
Taiwan
India
Jerman
2012
2,624
815
439
239
194
101
143
128
84
37
64
2013
2,213
684
348
256
206
93
122
92
58
38
34
Nilai (dalam Juta USD)
2014
2015
2,005
1,686
621
470
305
239
219
214
206
172
97
94
112
100
90
79
49
48
35
29
38
40
2016
1,704
438
265
242
167
88
111
72
46
52
41
2017
1,954
512
357
255
192
121
94
63
54
52
42
Porsi
2017 (%)
100.00%
26.19%
18.27%
13.04%
9.80%
6.18%
4.82%
3.21%
2.78%
2.66%
2.15%
2013
-15.67%
-16.05%
-20.83%
7.29%
6.64%
-8.10%
-14.87%
-28.40%
-30.33%
3.50%
-46.26%
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
-9.38%
-15.95%
1.07%
-9.23%
-24.29%
-6.81%
-12.31% -21.60%
10.94%
-14.44%
-2.16%
12.96%
-0.15%
-16.81%
-2.55%
3.94%
-3.49%
-6.22%
-7.97%
-11.03%
11.00%
-2.28%
-11.96%
-9.50%
-16.32%
-1.29%
-4.97%
-8.21%
-18.09%
83.03%
11.50%
5.39%
2.31%
CAGR
2017
2013-2017
14.72%
-2.45%
16.82%
-5.64%
34.68%
0.54%
5.31%
-0.09%
14.64%
-1.48%
37.74%
5.32%
-14.91%
-5.01%
-12.35%
-7.36%
18.79%
-1.39%
-0.96%
6.39%
1.54%
4.07%
Impor Karet Indonesia berdasarkan Produk
Produk
Total Produk Karet
Karet Alam
Karet Sintetis
Karet Daur Ulang
Karet Skrap
Karet Campuran
Bentuk Lain Karet Tidak Divulkanisasi
Benang dan Tali Karet
Karet Lembaran Divulkanisasi
Pipa dan Selang Karet
Ban atau Belting Pengangkut
Ban Bertekanan Baru
Ban Bertekanan Bekas
Ban Dalam dari Karet
Barang Farmasi dari Karet
Aksesori Pakaian dari Karet
Barang Lain dari Karet
Karet Keras
HS Code
40
4001
4002
4003
4004
4005
4006
4007
4008
4009
4010
4011
4012
4013
4014
4015
4016
4017
2012
2,624
71
911
9
5
57
16
21
36
204
122
734
15
11
22
21
365
6
2013
2,213
52
738
12
6
55
13
23
35
174
82
591
13
11
23
22
357
5
Nilai (dalam Juta USD)
2014
2015
2,005
1,686
49
41
670
560
13
13
5
3
44
36
6
5
18
16
36
33
167
124
95
84
513
432
13
12
10
11
20
18
21
27
317
264
8
6
2016
1,704
33
573
9
2
36
5
18
32
114
78
447
15
15
22
27
270
8
2017
1,954
41
729
10
5
35
3
21
29
133
76
507
16
11
21
31
281
6
Porsi 2017
(%)
100.00%
2.08%
37.32%
0.52%
0.24%
1.80%
0.15%
1.08%
1.47%
6.80%
3.89%
25.92%
0.84%
0.57%
1.08%
1.57%
14.35%
0.30%
2013
-15.67%
-26.10%
-18.92%
38.58%
8.42%
-2.75%
-19.84%
10.83%
-4.03%
-14.80%
-32.40%
-19.50%
-12.31%
-2.59%
7.28%
7.15%
-2.15%
-13.75%
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
-9.38%
-15.95%
1.07%
-6.68%
-14.98%
-20.16%
-9.27%
-16.48%
2.36%
8.95%
-4.86%
-27.69%
-23.05%
-25.02%
-42.49%
-20.33%
-19.58%
1.43%
-52.66%
-17.98%
-10.94%
-19.03%
-11.00%
9.23%
4.82%
-9.05%
-2.21%
-3.82%
-25.87%
-7.81%
15.39%
-11.24%
-7.11%
-13.15%
-15.70%
3.30%
-2.50%
-8.35%
34.10%
-6.54%
14.33%
33.75%
-14.74%
-10.68%
20.16%
-8.09%
30.87%
-1.17%
-11.12%
-16.67%
2.28%
58.93%
-29.38%
31.86%
2017
14.72%
23.07%
27.34%
11.06%
140.71%
-2.55%
-34.14%
17.68%
-11.09%
16.24%
-2.77%
13.41%
6.62%
-25.59%
-1.63%
15.02%
3.78%
-22.23%
CAGR
2013-2017
-2.45%
-4.86%
-0.25%
-3.60%
-4.39%
-8.73%
-25.61%
-1.52%
-3.68%
-5.24%
-1.55%
-3.02%
5.02%
1.24%
-2.08%
6.46%
-4.70%
2.85%
98
Lampiran : Daya Saing Produk Karet Indonesa
Jenis Produk
Karet Alam
Karet Sintetis
Karet Daur Ulang
Karet Skrap
Karet Campuran
Bentuk Lain Karet
Tidak Divulkanisasi
Benang dan Tali
Karet
Karet Lembaran
Divulkanisasi
Pipa dan Selang
Karet
Ban atau Belting
Pengangkut
Ban Bertekanan
Baru
Ban Bertekanan
Bekas
Ban Dalam dari
Karet
Barang Farmasi
dari Karet
Aksesori Pakaian
dari Karet
Barang Lain dari
Karet
Karet Keras
1
2
3
1
2
3
16
1
2
3
12
1
2
3
31
1
2
3
22
1
2
3
49
1
2
3
8
1
2
3
41
1
2
3
40
1
2
3
21
Thailand
Indonesia
Pantai Gading
Korea Selatan
Amerika Serikat
Thailand
Indonesia
Tiongkok
India
Kanada
Indonesia
Inggris
Amerika Serikat
Kanada
Indonesia
Jerman
Amerika Serikat
Italia
Indonesia
Amerika Serikat
Perancis
Italia
Indonesia
Thailand
Malaysia
Tiongkok
Indonesia
Jerman
Amerika Serikat
Tiongkok
Indonesia
Jerman
Amerika Serikat
Tiongkok
Indonesia
Jerman
Tiongkok
Amerika Serikat
Indonesia
Rata-Rata
RSCA
0.93
0.94
0.97
0.60
0.20
0.35
-0.28
0.39
0.86
0.48
0.30
0.42
0.19
0.54
-0.19
0.29
0.10
0.42
0.15
0.38
0.75
0.59
-0.94
0.94
0.90
0.20
0.11
0.50
-0.01
-0.33
-0.58
0.30
0.11
-0.18
-0.61
0.26
0.06
-0.07
0.14
1
2
3
14
1
2
3
25
1
2
3
9
1
2
3
25
1
2
3
6
1
2
3
32
1
2
3
48
Tiongkok
Jerman
Jepang
Indonesia
Sri Lanka
Jerman
Belanda
Indonesia
Tiongkok
Korea Selatan
Thailand
Indonesia
Thailand
Tiongkok
Hongkong
Indonesia
Malaysia
Thailand
Tiongkok
Indonesia
Jerman
Amerika Serikat
Tiongkok
Indonesia
Taiwan
Italia
Tiongkok
Indonesia
0.19
-0.03
0.31
0.38
0.99
0.11
0.26
-0.17
0.54
0.64
0.71
0.42
0.82
-0.01
0.18
-0.44
0.95
0.84
-0.22
0.58
0.30
0.10
-0.15
-0.32
0.87
0.71
0.11
-0.88
No
Negara
2013
2014
2015
2016
2017
0.93
0.93
0.96
0.63
0.26
-0.13
-0.55
0.33
0.89
0.43
0.32
0.04
0.27
0.52
0.24
0.24
-0.05
0.31
0.41
0.31
0.76
0.61
-0.94
0.90
0.91
0.14
0.21
0.50
0.00
-0.27
-0.44
0.35
0.13
-0.15
-0.67
0.22
0.07
-0.10
0.08
0.94
0.94
0.96
0.63
0.27
0.08
-0.49
0.44
0.86
0.37
0.31
0.39
0.26
0.49
-0.19
0.26
0.02
0.35
0.20
0.35
0.77
0.59
-0.90
0.94
0.80
0.46
0.00
0.51
0.01
-0.32
-0.55
0.31
0.13
-0.15
-0.61
0.24
0.10
-0.08
0.13
0.93
0.94
0.96
0.59
0.23
0.4
-0.46
0.40
0.86
0.47
0.31
0.46
0.07
0.58
-0.45
0.28
0.10
0.44
0.08
0.40
0.77
0.58
-0.97
0.94
0.90
0.27
0.28
0.49
0.01
-0.35
-0.62
0.29
0.13
-0.19
-0.67
0.23
0.05
-0.04
0.18
0.93
0.94
0.97
0.57
0.17
0.65
-0.23
0.42
0.86
0.52
0.29
0.48
0.17
0.57
-0.16
0.34
0.20
0.50
0.16
0.40
0.75
0.57
-0.91
0.94
0.91
0.15
0.09
0.49
-0.32
-0.38
-0.62
0.27
0.08
-0.20
-0.47
0.25
0.02
-0.06
0.20
0.93
0.94
0.98
0.56
0.09
0.76
0.33
0.38
0.83
0.61
0.28
0.72
0.19
0.55
-0.39
0.35
0.22
0.50
-0.09
0.40
0.72
0.58
-0.96
0.95
0.91
0.00
-0.01
0.49
-0.03
-0.32
-0.66
0.28
0.08
-0.19
-0.65
0.35
0.05
-0.07
0.11
0.23
0.00
0.38
0.33
0.99
0.10
0.32
-0.43
0.56
0.68
0.70
0.48
0.82
-0.02
-0.05
-0.56
0.95
0.86
-0.19
0.55
0.32
0.09
-0.05
-0.32
0.89
0.71
0.02
-0.90
0.23
-0.02
0.36
0.35
0.99
0.11
0.22
-0.25
0.54
0.66
0.71
0.50
0.82
0.09
0.04
-0.57
0.95
0.86
-0.20
0.58
0.31
0.10
-0.14
-0.33
0.87
0.73
0.19
-0.86
0.16
-0.04
0.32
0.40
0.99
0.08
0.27
0.18
0.51
0.62
0.71
0.46
0.83
-0.04
0.07
-0.43
0.95
0.84
-0.26
0.61
0.29
0.11
-0.17
-0.33
0.85
0.68
0.32
-0.87
0.17
-0.04
0.26
0.43
0.99
0.12
0.20
-0.16
0.52
0.62
0.70
0.42
0.81
-0.04
0.33
-0.38
0.95
0.83
-0.23
0.60
0.28
0.09
-0.19
-0.30
0.85
0.70
0.11
-0.85
0.19
-0.02
0.24
0.37
0.99
0.16
0.30
-0.19
0.55
0.60
0.72
0.26
0.82
-0.03
0.53
-0.28
0.95
0.83
-0.21
0.57
0.30
0.10
-0.19
-0.33
0.87
0.75
-0.09
-0.95
99
Lampiran : Sejarah Karet
Karet dapat dibagi ke dalam dua kategori
Karet Alam
Terbuat dari getah pohon karet
Karet Sintetis
Terbuat dari minyak bumi
Untuk karet sintetis, terdapat beberapa grade yang akan menentukan hasil akhir dari
produk karet tersebut berdasarkan bahan kimia campuran yang digunakan dalam proses
produksi hingga akhirnya menjadikan karet tersebut bertekstur lunak seperti spons, keras
seperti bola bowling, hingga kuat seperti karet gelang. Karet sintetis banyak ditemukan
dalam beberapa barang sehari-hari karena dengan mencampurkannya dengan bahan kimia
tertentu, karet dapat dibuat dalam bentuk dan elastisitas yang beragam.
Sejarah Karet
Abad 11
Tahun 1493
Abad 17
Pada abad ke-11, karet untuk
pertama kalinya ditemukan di
kawasan Amerika Selatan yang
dimanfaatkan sebagai bahan
dasar pembuatan bola untuk
berbagai permainan di kawasan
tersebut.
Pada tahun 1493, saat penjelajah
Columbus kembali ke kawasan
Amerika. Ia mendapati penduduk
lokal memainkan bola yang
diketahui berasal dari getah
pohon karet. Saat itu, penduduk
lokal
memberitahu
para
pendatang dari Kawasan Eropa
- Spanyol akan manfaat karet.
Akan tetapi, tidak membawa
dampak berarti di Kawasan Eropa.
Pada pertengahan abad ke-17,
Perancis baru menyadari potensi
karet yang besar. Selama
bertahun-tahun negara tersebut
berusaha
mengembangkan
metode yang efektif untuk
memproduksi karet, hingga
akhirnya
metode
pengembangan
karet
dari
Perancis turut diadopsi oleh
negara-negara lain.
Besarnya potensi karet pun akhirnya menyebar ke seluruh dunia, berbagai kawasan mengamankan pasokan karet
mereka hingga membuka perkebunan karet baru di kawasan kolonial masing-masing. Melalui cara tersebut, karet
mulai menyebar ke kawasan Afrika dan Asia. Bahkan selama revolusi industri berlangsung, mesin pengolahan
untuk memproduksi karet berhasil diciptakan.
Sumber : Agiboo – Commodity Knowledge Centre
100
Lampiran : Produksi Karet
Produksi Karet Alami
Karet alami biasanya dihasilkan dari tanaman jenis Havea Brasiliensis yang tumbuh di daerah tropis. Pohon
tersebut bernilai ekonomis setelah 7 tahun dan akan bertahan sekitar 10 hingga 25 tahun, tergantung cara
perawatannya. Terdapat beberapa tahapan dalam produksi karet alam:
•
Tapping
Getah dikumpulkan dari pohon karet dengan cara memotong kulit pohon secara melingkar seperti bentuk
spiral, kemudian letakkan wadah untuk menampung getah yang keluar. Tahap tersebut dilakukan pagi
atau malam hari ketika suhu masih rendah.
•
Processing
Getah yang telah dikumpulkan kemudian dihilangkan zat airnya, hingga mengental. Setelah itu, dicetak
menggunakan mesin cetakan rol dan dibiarkan kering sekitar satu minggu agar siap untuk dijual.
Produksi Karet Sintetis
Karet sintetis biasanya diproduksi dari dua bahan, yaitu Butadiene dan Styrene yang merupakan produk hasil
penyulingan minyak bumi. Kedua bahan tersebut digabungkan dalam sebuah rekator, dimana reaksi kimia
akan menyebabkan zat berubah menjadi getah cair. Kemudian proses yang dilalui hampir sama dengan
pembuatan karet alami, yaitu pencetakan dan pengeringan karet.
Sumber : Agiboo – Commodity Knowledge Centre
101
Lampiran : Kegunaan dan Perdagangan Karet
Kegunaan Karet
Kegunaan karet yang paling umum adalah untuk produksi ban. Karet alami biasanya
lebih dipilih untuk memproduksi ban karena memiliki
ketahanan yang baik terhadap panas.
Kegunaan karet lainnya, dimanfaatkan untuk pembuatan jas hujan dan peralatan
selam, karena memiliki sifat tahan air. Karet juga dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan selang dan tabung dalam industri peralatan medis dan kimia,
karena kemampuannya untuk mengalirkan cairan.
Bagi industri tekstil karet dapat menjadi salah satu bahan baku yang dapat
digunakan untuk berbagai tujuan. Elemen elastis karet dapat digunakan untuk
pakaian. Selain itu, sifatnya yang kuat membuat karet berguna sebagai pakaian
pelindung. Untuk sepatu, karet biasanya digunakan sebagai bahan
baku produksi sol sepatu, karena memiliki sifat yang kuat dan tahan air.
Perdagangan Karet
Perdagangan karet dan produk turunannya berlangsung di sejumlah bursa komoditas seluruh dunia, sedangkan
untuk bursa utamanya berada di Tokyo Commodity Exchange, Osaka Mercantile Exchange, dan
Singapore Commodity Exchange. Sementara itu, pasar fisik komoditas karet (the physical trading of rubber) berada
di New York (NYMEX), London, dan Kuala Lumpur.
Faktor Harga
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi harga karet, faktor utamanya adalah kondisi cuaca yang berdampak
pada produksi karet. Penurunan penjualan mobil juga dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi harga
karetm sebab industri mobil mampu menyumbang sekitar 70% permintaan karet dunia. Sementara itu, adanya
industrialisasi yang kuat di Tiongkok dan India dianggap sebagai faktor utama dalam meningkatnya permintaan
karet.
Sumber : Agiboo – Commodity Knowledge Centre
102
IKAN & HASIL LAUT
(HS Code 0301 s/d 0308
dan 1603 s/d 1605)
Ikan dan Hasil Laut sebagai komoditas unggulan
Perikanan merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia,
hal ini dapat terlihat dari hasil pemilihan komoditas unggulan ekspor
(winning commodities) dengan menggunakan beberapa metode analisis yaitu Computable General
Equilibrium (CGE) dan Export Product Dynamics (EPD)
Perikanan dan Hasil Laut sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode CGE
Komoditas yang menjadi unggulan ekspor diidentifikasi berdasarkan hasil simulasi ketika terjadi peningkatan
pemintaan ekspor secara arbitrary sebesar 10%, yaitu komoditas yang paling responsif terhadap variabel sektoral
Indonesia berdasarkan tiga indikator kunci yaitu (1) peningkatan ekspor bersih (bobot 60%, (2) output (bobot 20%),
dan (3) penyerapan tenaga kerja. (bobot 20%) Berdasarkan hasil CGE, hasil pengolahan dan pengawetan ikan
menempati peringkat 3 dengan indeks komposit sebesar 2.93
Peringkat
Sektor
Dampak terhadap
Perubahan Nilai Ekspor
(Milyar Rupiah)
Dampak terhadap Output
(Perubahan Persentase)
Dampak terhadap Tenaga Kerja
(Perubahan Persentase)
Indeks
Komposit
3
Hasil Pengolahan dan
Pengawetan Ikan
1,434.30
5.16
8.13
2.93
Perikanan dan Hasil Laut sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode EPD
Lost Opportunity
India, Netherlands, Gabon
Saudi Arabia, Portugal, Mali
-
Rising Star
+
O
Retreat
China, Denmark, Germany, Greece,
Italy, Japan, Spain, USA dan 60
Negara lainnya
+
Eritria, Namibia
Falling Star
Amerika Serikat (60.83%) dan Jepang
(25.84%) merupakan negara tujuan
utama ekspor komoditas hasil
pengolahan dan pengawetan ikan.
Total
ekspor
Indonesia
untuk
komoditas ini kepada kedua negara
tersebut mencapai 86.67%. Dengan
share yang dominan dari Amerika
Serikat,
menjadikan
Indonesia
bergantung kepada pasar Amerika
Serikat untuk penampung komodiri
hasil pengolahan dan pengawetan
ikan.
Sumber : WITS, Oktober 2018
Hasil pengolahan ikan dan pengawetan ikan sebagai bagian dari produk ikan ditetapkan Kementerian Perdagangan
sebagai salah satu dari komoditas ekspor potensial. Berdasarkan nilai ekspor pada tahun 2017, Indonesia termasuk
pada 10 negara dengan ekspor terbesar dengan peringkat ke-9 setelah Filipina dengan total ekspor sebesar 405.9 juta
USD. Posisi ekspor ke Jepang dan Amerika sudah dalam posisi rising star. Sementara di Italia dan Arab Saudi posisinya
berada di lost opportunity bersama negara lain yaitu Perancis, Swedia, Inggris, dan Mesir. Hal ini berarti masih
terdapat peluang peningkatan pangsa pasar yang masih dapat diraih.
104
Produksi ikan dan hasil laut selama dua tahun terakhir tumbuh moderat
Tabel Market Ikan Dunia Secara Umum
WORLD BALANCE
Produksi (Juta Ton)
Ikan hasil tangkapan (Juta Ton)
Ikan hasil budidaya (Juta Ton)
Konsumsi (Juta Ton)
Food
Feed
Pengunaan lainnya
INDIKATOR PERMINTAAN DAN PENAWARAN
Konsumsi makanan per kapita
Ikan yang dapat dikonsumsi (kg/tahun)
Ikan hasil tangkapan (kg/tahun)
Ikan hasil budidaya (kg/tahun)
Sumber: FAO
2016
2017 estim.
2018 f'cast
Presentase
Perubahan: 2018
dibanding 2017
170.9
90.0
80.0
170.9
151.2
14.6
5.1
175.1
91.5
83.6
175.1
154.4
15.6
5.1
178.7
91.7
87.0
178.7
157.6
15.8
5.2
2.0
0.2
4.0
2.0
2.1
1.0
2.9
20.3
9.5
10.7
20.5
9.4
11.1
20.7
9.3
11.4
1.0
-1.2
2.9
•
Pada tahun 2017, produksi perikanan dunia diestimasi meningkat 2,4% yoy dibandingkan tahun sebelumnya
paska terjadi el nino. Selanjutnya di tahun 2018, produksi ikan diprediksi mencapai 178,7 juta ton atau
tumbuh moderat 2% yoy. Produksi ikan dan hasil laut seperti udang, tuna dan groundfish dan seabass cukup
baik. Namun demikian, pasokan octopus, salmon dan kepiting cukup ketat.
•
Di sisi konsumsi, 88% produk ikan digunakan sebagai olahan makanan dan 9% untuk pakan ternak. Konsumsi
ikan per kapita terus meningkat setiap tahun.
Produksi Perikanan Dunia
Ranking
Negara
Capture
2015
Aquaculture
Total
Capture
2016
Aquaculture
Total
Capture
Growth (yoy)
Aquaculture
Total
1
Tiongkok
18.7
47.4
66.1
18.5
49.5
68.0
-1.07%
4.43%
2.87%
2
Indonesia
6.7
4.3
11.0
6.5
5.0
11.5
-2.99%
16.28%
4.55%
3
India
4.8
5.3
10.1
5.1
5.7
10.8
6.25%
7.55%
6.93%
4
Vietnam
2.8
3.4
6.2
2.8
3.6
6.4
0.00%
5.88%
3.23%
5
Japan
3.5
0.7
4.2
3.2
0.7
3.9
-8.57%
0.00%
-7.14%
6
Filipina
2.2
0.8
3.0
2.0
0.8
2.8
-9.09%
0.00%
-6.67%
7
Thailand
1.5
0.9
2.4
1.5
1.0
2.5
0.00%
11.11%
4.17%
8
Korea
1.6
0.5
2.1
1.4
0.5
1.9
-12.50%
0.00%
-9.52%
Lainnya
50.90
12.80
63.70
49.90
13.20
63.10
-1.96%
3.12%
-0.94%
Dunia
92.7
76.1
168.8
90.9
80.0
170.9
-1.94%
5.12%
1.24%
Sumber : FAO
105
Permintaan makanan laut global yang solid ditandai dengan pertumbuhan positif
ekspor dan impor perikanan dan hasil laut
Total nilai ekspor dan impor Perikanan dan Hasil Laut dunia tahun 2017 masing-masing
mencapai USD146,8 Miliar dan USD144,9 Milliar dengan pertumbuhan masing-masing
8,52% yoy dan 13,01% yoy. Pertumbuhan ekspor dan impor Perikanan dan Hasil
Laut Dunia pada tahun 2017 menunjukan tren yang meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Permintaan makanan laut global yang kuat pada tahun 2017 dapat diperkirakan akan berlanjut sepanjang 2018,
mengingat prospek ekonomi yang relatif positif untuk pasar maju dan berkembang
Perkembangan Ekspor dan Impor Komoditi Perikanan dan Hasil Laut
160.000
140.000
18,06%
18,42%
121.629 123.914
122.910122.500
133.094
127.563
146.832 144.906
140.333
134.176
125.944
120.993
135.308
128.230
20,00%
15,00%
13,01%
120.000
10,00%
100.000
8,52%
7,44%
80.000
8,29%
60.000
1,05%
5,44%
5,18%
5,00%
5,98%
0,00%
4,13%
-5,00%
-1,14%
40.000
20.000
-10,00%
-9,83%
-10,25%
2011
2012
2013
2014
2015
-15,00%
2016
2017
Nilai Eskpor HS 03 & 16 -Juta USD
Nilai Impor HS 03&16 -Juta USD
Growth Nilai Ekspor % yoy - Skala Kanan
Growth Nilai Impor % yoy - Skala Kanan
Sumber : www.trademap.org, diolah
• Tiongkok adalah negara dengan nilai ekspor terbesar untuk komoditi perikanan dan hasil laut pada tahun 2017,
dengan nilai mencapai 20,4 Milliar USD atau setara dengan 13.91% ekspor dunia. Melengkapi 5 besar, Norwegia
(7,5%), Vietnam (4,8%), India (4,5%) dan AS (3,7%) berada di posisi selanjutnya. Sementara Indonesia memiliki
pangsa pasar sebesar 2.87% untuk ekspor global, dengan peringkat ke-Sembilan dunia.
• Produk unggulan Tiongkok adalah produk aquaculture yang berasal dari daratan dan lautan, dan tingginya nilai
ekspor disebabkan banyaknya investor asing yang melakukan investasi dalam industri pengolahan ikan dan hasil
laut.
106
Tiongkok, Norwegia, dan Vietnam merupakan eksportir ikan dan
hasil laut dunia terbesar
• Dari sepuluh negara eksportir utama, pertumbuhan CAGR pada periode 2010-2017
yang tertinggi adalah India sebesar 17.44%, dan valuasi nilai ekspor pada tahun 2017
mencapai 6,7 Miliar USD atau setara dengan 4.54% ekspor dunia tahun 2017. Pertumbuhan secara yoy
ditahun 2017 mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 27.95% dari tahun sebelumnya.
• Produk yang mendominasi ekspor industri perikanan dan hasil laut India adalah udang dan ikan yang sudah
dibekukan. Negara tujuan utama ekspor perikanan dan hasil laut India didominasi oleh Amerika Serikat
(35%), dan Asia Tenggara (31%).
Eksportir Dunia (2017)
Tiongkok;
13,93%
Norwegia;
7,53%
Viet Nam; 4,80%
Lainnya; 50,11%
India; 4,55%
Amerika Serikat;
3,68%
Chile; 3,58%
Kanada; 3,28%
Spanyol; 2,95%
Swedia; 2,73%
Indonesia ;
2,87%
Sumber : www.trademap.org, diolah
Eksportir Dunia (2017)
2011
2012
2013
2014
2015
2016
CAGR 2010-2017
2017
Tiongkok
3.74%
4.95%
17.44%
4.26%
India
Amerika Serikat
7.34%
9.100
8.575
10.115
10.538
8.898
10.513
11.040
6.112
6.089
6.666
7.764
6.546
7.036
7.036
3.212
3.282
5.034
5.359
4.580
5.209
6.665
5.082
5.025
5.134
5.257
5.088
4.969
5.393
3.184
3.596
3.846
4.248
3.603
3.863
4.203
USD Juta
16.988
18.142
19.454
20.887
19.587
20.017
20.426
6.41%
Norwegia
Viet Nam
Indonesia
Sumber : www.trademap.org, diolah
Sumber : FAO, RISI, CEPI, Euler Hermes, Indonesia Investments (April 2018)
Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu
107
AS, Jepang dan Tiongkok Merupakan Importir ikan dan hasil laut
Dunia terbesar
Importir terbesar untuk produk perikanan dan hasil laut tahun 2017 adalah Amerika
Serikat dengan nilai Impor sebesar 22,5 Miliar USD, atau setara dengan 15,51% proporsi
dunia. Jenis ikan yang banyak diimpor Amerika Serikat adalah Tuna, Salmon, dan Udang.
Meningkatnya impor ikan Amerika Serikat diakibatkan oleh kekurangan pasokan ikan dalam negeri yang
disebabkan oleh pengambilan ikan yang berlebihan dan perubahan cuaca.
Importir Dunia (2017)
Amerika Serikat;
15,51%
Lainnya;
39,26%
Jepang; 10,17%
Tiongkok; 5,57%
Swedia; 3,15%
Korea
Selatan; Jerman;
3,34%
4,15%
Spanyol; 5,32%
Prancis; 4,61%
Italia; 4,39%
Viet Nam; 4,53%
Sumber : www.trademap.org, diolah
Eksportir Dunia (2017)
2011
5.61%
2012
2013
2014
2015
2016
2017
CAGR 2010-2017
17.317
17.395
18.757
21.107
19.603
20.326
22.481
16.979
17.579
14.969
14.442
13.047
13.624
14.739
5.588
5.489
5.994
6.583
6.328
6.918
8.071
6.952
6.071
6.163
6.662
6.209
6.883
7.711
6.592
6.003
6.510
6.513
5.723
6.123
6.674
262
224
234
236
219
267
301
USD Juta
0.32%
9.18%
Amerika Serikat
Jepang
Tiongkok
2.96%
Spanyol
1.89%
Prancis
4.21%
Indonesia
• Impor Tiongkok untuk perikanan dan hasil laut memiliki CAGR tertinggi dibanding lima negara importir dengan
presentase pertumbuhan CAGR 9.18%. Produk impor tiongkok banyak didominasi oleh produk perikanan dan
hasil laut yang tidak dapat dihasilkan di dalam negeri seperti ikan Salmon.
• Berdasarkan nilai impor pada tahun 2017, Indonesia berada pada posisi ke-48 selaku importir dunia untuk
produk Perikanan dan hasil laut, dengan valuasi nilai impor pada tahun 2017 tercatat USD 301 Juta atau setara
dengan 0.21% nilai impor dunia, dengan pertumbuhan CAGR positif sebesar 4.21% selama tahun 2010-2017.
Produk perikanan dan hasil laut yang paling banyak di-impor adalah Ikan Segar atau Didinginkan, Tidak
Termasuk Fillet dengan HS code 0302.
Sumber : www.trademap.org, diolah
Sumber : FAO, RISI, CEPI, Euler Hermes, Indonesia Investments (April 2018)
Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu
108
Secara nilai, Udang merupakan jenis hasil laut dengan nilai paling
besar yang diperdagangkan di pasar internasional
Tren ekspor perikanan dan hasil laut berdasarkan jenis
2010
2011
2012
2013
4.70%
3.98%
2014
2015
2016
2017
CAGR 2010-2017
7.94%
Juta USD
5.28%
4.29%
6.55%
4.23%
3.10%
1.741
1.984
2.009
2.128
1.990
1.900
1.919
1.858
14.056
15.051
14.844
17.833
18.548
16.876
19.765
20.156
17.696
21.632
22.356
23.125
23.168
20.384
21.666
24.401
17.389
20.642
19.834
20.610
22.141
20.093
21.399
22.854
4.852
5.641
5.485
5.670
5.963
5.472
5.672
6.009
17.104
19.771
19.602
23.093
27.306
23.600
25.711
29.207
8.662
11.360
10.483
10.908
11.976
11.580
12.921
13.503
512
683
765
655
606
667
219
206
187
214
212
219
250
252
12.132
14.413
16.523
17.342
16.625
14.774
14.506
16.279
8.541
10.707
10.388
10.800
11.369
10.137
10.646
11.418
0.94%
2.06%
HS Code 0301
0302
0303
0304
0305
0306
0307
0308
1603
1604
1605
• Produk dan Hasil Laut Dunia yang memiliki nilai ekspor terbesar adalah produk Udang, dimana nilainya
mencapai USD29,2 Milliar atau setara dengan 19,2% nilai ekspor perikanan dan hasil laut dunia. Secara
pertumbuhan majemuk/CAGR, udang berada pada posisi yang positif dengan presentase mencapai 7,94%.
• Isu utama produk udang adalah munculnya penyakit White Feces Syndrome dan Enterocytozoon Hepatopenaei
(EHP) yang berdampak pada menurunnya produksi udang sehingga harga udang meningkat sejalan dengan
permintaan yang tinggi.
• Ikan beku yang tidak di fillet dengan HS code 0303 menjadi produk Perikanan dan Hasil Laut dengan popularitas
kedua setelah udang. Nilai ekspor dunia untuk produk ikan yang dibekukan dan tidak difillet mencapai 24.4
Milliar USD pada tahun 2017 atau setara dengan 16,64% presentase nilai ekspor dunia.
Sumber : www.trademap.org, diolah
Tren Impor Perikanan dan hasil laut berdasarkan jenis
2010
2011
Ribu Ton
3.32%
Series3
2013
4.00%
2014
7.56%
2015
2016
2017
CAGR 2010-2017
3.54%
1.792
1.852
1.894
2.084
1.770
1.693
1.899
1.803
13.467
14.533
14.178
16.855
17.877
16.163
19.051
19.852
20.005
24.908
23.902
22.849
22.996
20.721
21.529
25.150
18.394
21.595
21.424
21.951
23.523
21.582
22.363
24.214
5.079
5.852
5.601
5.680
6.003
5.416
5.699
6.057
17.272
20.126
19.537
21.351
25.155
21.846
23.103
28.763
9.033
11.398
9.862
9.830
10.248
9.794
11.006
12.772
762
798
751
692
731
913
166
185
197
210
216
210
217
244
12.060
14.252
16.205
16.842
15.987
14.140
14.008
15.383
7.239
8.846
8.195
8.361
9.195
8.434
8.222
9.289
5.70%
0.09%
3.63%
5.07%
2.55%
5.67%
HS Code
0301
0302
0303
0304
0305
0306
0307
0308
1603
1604
1605
Sumber : www.trademap.org, diolah
*Keterangan HS Code
0301
0302
0303
0304
0305
0306
0307
0308
Ikan Hidup
Ikan Segar atau Dingin, Tidak Termasuk Fillet
Ikan Beku, Tidak Termasuk Fillet
Ikan Fillet
Ikan Kering, Asin/Diasapi
Krustasea
Moluska
Hasil Laut dan Perairan Lainnya
1603
Ekstrak dan Jus Ikan, Krustasea, Moluska
1604
Ikan diolah atau diawetkan
1605
Krustasea, moluska dan invertebrata lainnya, diolah atau diawetkan
109
Neraca perdagangan ikan dan hasil laut Indonesia tercatat surplus
Baik dari sisi nilai dan volume
Perkembangan Neraca Perdagangan Indonesia untuk komoditi Perikanan dan Hasil
Laut menunjukan peningkatan pada sisi ekspor, sementara sisi impor tercatat tumbuh
negatif.
Indonesia menjadi negara dengan surplus neraca perdagangan untuk perikanan dan hasil laut terbesar di kawasan
ASEAN sejak dari tahun 2015 hingga 2018.
• Neraca perdagangan untuk komoditas perikanan dan hasil laut Indonesia, selama periode Januari hingga
November 2018 berada pada level positif dengan surplus sebesar 3,634 Juta USD.
• Nilai ekspor naik 8,49% yoy pada tahun 2017, dengan pertumbuhan annual 4,22% selama 2010-2017. Sementara
itu, dari sisi volume turun -1.93% yoy pada 2017 dan tumbuh melambat -1.96% per tahun selama 2010-2017.
Dengan kata lain rata-rata harga agregat produk perikanan dan hasil laut ekspor tahun 2017 menunjukkan
peningkatan. Posisi terkini, Januari-November 2018 nilai dan volume ekspor masing-masing tumbuh 4.17% yoy dan
-11.96% yoy.
• Dari sisi impor, nilai dan volume impor 2017 tumbuh masing-masing 13,03% yoy dan 54,39% yoy. Secara kumulatif
Januari – November 2018 nilai dan volume impor masing-masing berada di level 18.37% yoy dan -7.89% yoy.
Sementara itu selama 2010-2017, pertumbuhan annual nilai dan volume impor masing-masing di level 2,01% per
tahun dan -2,56% per tahun.
Nilai: ekspor dan impor perikanan dan hasil laut Indonesia
Dalam Juta USD
Keterangan
Growth (% yoy)
Jan-Nov
2017
2018
CAGR
20102017
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Jan- Nov
2018
Neraca (EksporImpor)
2,922
3,372
3,612
4,011
3,384
3,596
3,901
3,634
8.49%
Ekspor
3,184
3,596
3,846
4,248
3,603
3,863
4,203
3,971
8.80%
4.17%
4.04%
Impor
262
224
234
236
219
267
301
337
13.03%
18.37%
2.01%
Growth (% yoy)
Jan-Aug
2017
2018
CAGR
20102017
Nilai: ekspor dan impor perikanan dan hasil laut Indonesia
Dalam Ribu Ton
Keterangan
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Jan- Nov
2018
Neraca (EksporImpor)
707
868
879
885
686
711
624
530
-56.32%
Ekspor
948
1,029
1,035
1,031
825
841
825
691
-1.93%
-11.96%
-1.96%
Impor
240
161
156
146
139
130
200
161
54.39%
-7.89%
-2.56%
• Hasil positif neraca perdagangan perikanan dan hasil laut antara lain sebagai hasil dari sejumlah kebijakan
pemerintah Pemberantasan Illegal Unreported Unregulated Fishing seperti pelarangan alat tangkap tak ramah
lingkungan (di antaranya cantrang), penyetopan izin penangkapan ikan pihak asing, hingga penenggelaman kapal
disebut berhasil meningkatkan produksi komoditas perikanan sehingga mendongkrak penjualan dan ekspor.
Sumber : www.trademap.org, dan BPS diolah
Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu
110
Lebih dari 40% ekspor ikan dan hasil laut Indonesia terbesar
tertuju ke AS dan Udang mendominasi dari sisi produk
Pada tahun 2018, selama bulan Januari – November nilai ekspor perikanan dan hasil
laut Indonesia tercatat mencapai USD 3.97 Milliar. Hampir semua komoditas utama
perikanan mengalami pertumbuhan positif, seperti Ikan Fillet (16.05%); Krustasea (3.11%); Moluska (49.26%); Hasil
Laut dan Perikanan Lainnya (1.64%); Ekstrak Jus Ikan, Krustasea, dan Moluska (35.02%); Ikan Diolah dan Diawetkan
(17.20%); Krustasea atau invertebrata lainnya yang diolah/diawetkan (21.31%).
Perkembangan Ekspor komoditi perikanan dan hasil laut
4.500
4.000
3.500
3.000
2.500
2.000
1.500
1.000
500
-
24,37%
4.248
12,93%
3.596
3.184
8,56%
3,45%
1.029
948
2011
4.203
30,00%
25,00%
20,00%
10,45%
15,00%
11,96%
7,20%
6,95%
8,80%
4,17%
10,00%
5,00%
-1,93%
1,92%
0,62%
0,00%
-0,35%
-5,00%
1.035
1.031
-10,00%
841
825
825
691
-15,00%
-20,00%
-20,00%
-15,17%
-25,00%
2013
2014
2015
2016
2017
Jan-Nov 2018
3.846
2012
3.603
Nilai Eskpor HS 03 & 16 -Juta USD
Volume Ekspor HS 03&16- Ribu Ton
Growth Nilai Ekspor % yoy - Skala Kanan
Growth Volume Ekspor HS 03&16- Ribu Ton
Porsi ekspor berdasarkan HS Code (2017)
Porsi negara tujuan utama ekspor (2017)
Malaysia;
2,21%
Hong
Kong;
2,06%
Italia;
2,34%
1604;
1603;9,66%
0,01%
0308;
0,38%
0307;
9,54%
Amerika
Serikat;
43,19%
Lainnya;
17,13%
Taipei;
2,44%Thailand;
3,81%
Viet Nam;
4,22%
3.971
3.863
Tingkok;
7,06%
1605; 0301;
12,49% 1,66%
0302;
2,61%
0303;
11,22%
0304;
10,61%
0305;
1,62%
0306;
40,20%
Jepang;
15,54%
Perkembangan Ekspor komoditi perikanan dan hasil laut
2.000
11.07%
Juta USD
1.500
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
CAGR 2010-2017
-0.32%
1.000
21.99%
500
17.05%
7.51%
12.59%
Amerika Serikat
Jepang
Tingkok
Viet Nam
Thailand
Taipei
111
Impor ikan dan hasil laut Indonesia berasal dari Tiongkok,
Norwegia dan Kanada
• Impor perikanan dan hasil laut Indonesia selama tahun 2011-2017 mengalami
pergerakan yang mixed. Lima negara asal utama impor adalah: Tiongkok (30.38%),
Norwegia (11.70%), Kanada (9.78%), Amerika Serikat (5.69%), dan Jepang (5.68%). Total pertumbuhan
CAGR nilai impor perikanan dan Hasil Laut Indonesia selama periode 2010-2013 mencapai 4.21% ,
walaupun CAGR Volume dengan periode yang sama menunjukan tren negatif (1.96%).
• Impor perikanan dan hasil laut Indonesia banyak ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri
dalam pengelolahan ikan yang pada akhirnya kembali di ekspor. Selain itu, banyak restaurant internasional
yang memiliki permintaan jenis ikan tertentu yang tidak hidup diwilayah perairan Indonesia seperti ikan
Salmon dan Trout.
• Pada tahun 2018, selama bulan Januari – November nilai impor perikanan dan hasil laut Indonesia tercatat
mencapai USD 213 Juta. Hampir semua komoditas utama perikanan mengalami pertumbuhan positif,
seperti Ikan Hidup (88.48%); Ikan Segar Tidak Fillet (12.35%); Ikan Kering/Diasapi (98.71%); Krustasea
(7.51%); Moluska (3.89%) Hasil Laut dan Perikanan Lainnya (56.67%); Ekstrak Jus Ikan dan Krustasea,
Moluska, atau Invertebrata Air Lainnya (29.93%).
Perkembangan impor komoditi perikanan dan hasil laut
400
300
250
60,00%
50,00%
40,00%
30,00%
18,37%
20,00%
200
10,00%
161
13,03%
0,00%
-8%
-10,00%
-20,00%
-30,00%
-40,00%
2017
Jan-Aug 2018
54,39% 337
350
301
262
240
200
267
4,30%
161
4,37%
150
236
234
16,06% 224
50
146
-2,89%
-14,39%
100
0,94%
156
219
21,54%
139
-6,34%
2011
2012
-6,83%
-7,15%
-33,04%
-
130
-4,78%
2013
2014
2015
2016
Nilai Impor HS 03 & 16 -Juta USD
Volume Impor HS 03&16- Ribu Ton
Growth Nilai Impor % yoy - Skala Kanan
Growth Volume Impor HS 03&16- Ribu Ton
Porsi negara asal utama impor (2017)
Lainnya ;
Taipei;
Australia; 19,92%
2,30%
3,55%
Oman;
Malaysia; 3,61%
3,69%
Pakistan;
3,71%
Jepang;
5,68%
Porsi impor berdasarkan HS Code (2017)
0305,
0,31%
0304,
2,77%
Tiongkok;
30,38%
0306,
23,19%
0303,
51,42%
Norwegia;
11,70%
Kanada;
9,78%
Amerika
Serikat;
5,69%
0302,
10,85%
0307,
2,84%
0308,
0,13%
1603,
0,05%
1604,
7,01%
1605,
0,84%
0301,
0,59%
Perkembangan impor komoditi perikanan dan hasil laut
150
CAGR 2010-2017
30.38%
100
2010
2011
2012
11.70%
2013
2014
9.78%
2015
2016
2017
5.69%
5.68%
50
Tiongkok
Norwegia
Sumber : www.trademap.org, diolah
Kanada
Amerika Serikat
Jepang
112
Meningkatnya permintaan di tengah pasokan yang tumbuh moderat
Mendorong kenaikan hasil produk ikan
Indeks harga ikan FAO menunjukkan bahwa terjadi kenaikan harga ikan di trwiulan
pertama 2018 sebanyak 8,3% yoy. Sepanjang tahun 2018 pergerakan harga sejumlah
jenis ikan dan hasil laut menunjukkan kenaikan.
INDEX HARGA IKAN FAO
(2002-2004=100)
2016
2017
2018
Jan-Mar
Perubahan
Jan-Mar 2018 dibanding Jan-Mar 2017
(%)
146
154
163
8.3
Sumber: FAO
• Harga udang pada level tertinggi sempat menyentuh level $16.6/ Kg ditahun 2014, dan mengalami penurunan
yang cukup signifikan hingga menyentuh harga $11/Kg tahun 2016, lalu kembali meningkat ditahun 2017 dan 2018
masing-masing dengan harga $13/Kg dan kembali menurun pada level $12/Kg.
• Faktor yang menyebabkan meningkatnya harga udang diakibatkan oleh:
o Meningkatnya permintaan terhadap Udang, terutama dari negara yang memiliki porsi terbesar dalam
melakukan Impor Udang seperti dari Amerika Serikat.
o Kenaikan harga pakan udang dan tingginya biaya operasional untuk produksi.
Perkembangan impor komoditi perikanan dan hasil laut
2.000
16
US$/Mt
1.600
12
8
800
400
Fish meal US$/MT
Udang US$/Kg - skala kanan
2015
2016
2017
2018P
1.759
1.418
1.161
1.361
13
11
13
12
2019P
4
US$/Kg
1.200
13
Sumber : World Bank, Commodity Markets Outlook, October 2018
• Fishmeal merupakan produk yang digunakan dalam pemberian pakan budidaya ikan dan hewan air lainnya.
Pergerakan harga fishmeal hamper mirip dengan pergerakan harga udang, karena harga pakan berkontibusi
cukup signifikan terhadap harga udang.
113
Meningkatnya permintaan di tengah pasokan yang tumbuh moderat
Mendorong kenaikan hasil produk ikan
Indonesia memilki daya saing yang cukup baik, khususnya untuk produk Udang
dengan HS 0306, dengan hasil analisis RSCA menunjukan skor 0.73 dimana masih
lebih tinggi dibandingkan dengan Kanada (0.58), walaupun masih berada lebih rendah dibandingkan dengan
India dan Ekuador .
Revealed Symmetric Comparative Advantages RSCA Negara Utama Eksportir Lainnya
(RSCA)
(Rata-rata 2013-2017)
HS
RataKomoditas
Code
rata
2013 2014 2015 2016 2017
Eksportir 1
Eksportir 2 Eksportir 3
20132017
0.39
0.15
Ikan hidup
0301 0.52 0.53 0.55 0.61
0.6
0.56
(Tiongkok)
0.7 (Taipei)
(Prancis)
Ikan Segar atau dingin, tidak
0.29
termasuk fillet
0302 0.03 -0.07 0.06 -0.16 -0.27
-0.08 0.96 (Norway) 0.9 (Swedia)
(Inggris)
-0.05
0.02 (Amerika
Ikan Beku Tidak Termasuk Fillet 0303 0.35 0.31 0.27 0.33
0.35
0.32
(Tiongkok)
Serikat)
0.59 (Rusia)
0.23
0.82
Ikan Fillet
0304 0.32 0.33 0.4 0.37
0.33
0.35
(Tiongkok)
0.93 (Chile) (Vietnam)
0.91
-0.21
Ikan, Kering Asin/Diasapi
0305 0.19 0.16 0.08 0.08
0.07
0.12
(Norwegia) 0.84 (Polandia) (Tiongkok)
0.58
Krustasea
0306 0.74 0.76 0.73 0.73
0.72
0.73
0.78 (India) 0.97 (Ekuador) (Kanada)
0.35
0.95
Moluska
0307 0.25 0.22 0.37 0.49
0.51
0.37
(Tiongkok) 0.54 (Spanyol) (Maroko)
0.33
0.56 (Hong
Hasil Laut Lainnya
0308 0.6 0.34 0.49 0.47
0.42
0.47
(Tiongkok)
Kong)
0.92 (Chile)
Ekstrak dan Jus Ikan, Krustasea,
0.97 (New
0.45
Moluska
1603 -0.63 -0.63 -0.68 -0.6
-0.64
-0.63
Zealand)
0.4 (Italia)
(Prancis)
0.97
Ikan diolah atau diawetkan
1604 0.44 0.44 0.43 0.43
0.44
0.44 0.2 (Tiongkok) 0.87 (Thailand) (Ekuador)
Krustasea, moluska dan
invertebrata lainnya, diolah
0.45
0.78
atau diawetkan
1605 0.69 0.75 0.74 0.74
0.65
0.71
(Tiongkok) 0.85 (Vietnam) (Thailand)
• Secara keseluruhan daya saing Perikanan dan Hasil Laut Indonesia memiliki daya saing di pasar global yang cukup
baik dengan hasil analisis RSCA > 0 , kecuali unntuk produk Ikan Segar dan Ekstrak dan Jus Ikan, Krustasea, Molsuka
dimana hasil analisis RSCA < 0.
• Rata-rata hasil analisis RSCA selama tahun 2013-2017 yang tertinggi adalah produk Udang/Krutasea dengan skor
0.73, dimana skor tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan skor negara eksportir udang terbesar ketiga yaitu
Kanada. Tetapi, hasil teresbut masih berada dibawah dua negara eksporir utama lainnya.
• Produk Jenis Krustasea, Moluska dan Invertebrata lainnya yang diawetkan memiliki daya saing di pasar global yang
cukup baik dengan hasil analsisis RSCA mencapai 0.71, hasil tersebut masih berada pada diatas negara eksportir
utama yaitu Tiongkok dengan RSCA 0.45. Walaupun, hasil RSCA Indonesia masih berada dibawah dua negara
eksporitr lainnya.
Note:
Revealed Symmetric Comparative Advantages (RSCA) merupakan indicator untuk mengukur daya saing suatu komoditi. Pada dasarnya perhitungan ini sama dengan
perhitungan Revealed Comparative Advantages (RCA), tetapi dengan pembilang dikurangi 1. hal ini bertujuan untuk menciptakan distribusi normal dari nilai RSCA. Nilai
RSCA berkisar antara -1 sampai dengan 1. Apabila perhitungan antara 0 dan 1, maka komoditas tersebut memiliki nilai comparative advantages yang cukup baik,
sedangkan apabila perhitungan menghasilkan nilai antara -1 dan 0 maka dapat disimpulkan komoditas tersebut tidak memiliki comparative advantgaes yang baik.
RCA =
𝑋𝑖/𝑋𝑖𝑑
𝑅𝐢𝐴 − 1
; RSCA =
𝑋𝑖𝑀/𝑋𝑀
𝑅𝐢𝐴 + 1
Sumber : www.trademap.org, diolah
Dimana:
• Xij = Nilai ekspor komoditas I dari negara j ke pasar terkait
• Xit = Total niali ekspor dari negara j ke pasar terkait
• Xiw = Nilai ekspor dunia komoditas i ke pasar terkait
• Xwt = total nilai ekspor dunia ke pasar terkait
114
Rantai Pasok Ikan (Studi Kasus Ikan Tuna)
Nelayan
Pengumpul
• Terdapat tujuh permasalahan terkait dengan
kapasitas dan kualitas di rantai pasok nelayan,
antara lain:
1.
Tingkat produksi Ikan Tuna sangat dipengaruhi
oleh kapasitas kapal.
2.
Terdapat gap kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM)
nelayan
terkait dengan perlakuan
penanganan tangkapan ikan.
3.
Kapasitas sarana penyimpanan kapal tidak
memadai.
4.
Wadah penyimpanan ikan relatif tidak memadai.
5.
Aturan pada tingkat regional atau provinsi yang
membatasi pergerakan dan atau daerah
penangkapan nelayan (fishing ground).
6.
Harga Ikan Tuna yang dibandrol oleh pengumpul
sangat rendah.
7.
Keengganan untuk melakukan penangkapan
khusus tuna karena nelayan lebih sering
mendapatkan tuna berukuran kecil yang
harganya cukup murah.
Eksportir
• Terdapat enam permasalahan terkait dengan
kapasitas dan kualitas di rantai pasok pengumpul,
antara lain:
1.
Kualitas ikan yang dibeli dari nelayan rendah.
2.
Pengetahuan standar kualitas berdasarkan
klasifikasi grade di tingkat eksportir masih
rendah.
3.
Sarana wadah penampungan ikan yang dimiliki
pengumpul masih relatif kecil.
4.
Wadah penyimpanan
memadai.
5.
Tingkat harga Ikan Tuna yang dibandrol oleh
eskportir masih rendah.
6.
Hasil tangkapan nelayan seringkali Ikan Tuna
berukuran kurang dari 20 kg per ekor
ikan
Sumber : Kajian Analisa Rantai Pasok Perikanan Studi Kasus Ikan Tuna, Universitas Hasanuddin, 2018
relatif
tidak
115
Isu-isu terkait
Terdapat enam komoditi perikanan yang diharapkan mampu memacu nilai ekspor
perikanan Indonesia, yaitu udang; tuna; kepiting & rajungan; gurita; dan rumput laut;
serta cakalang & tongkol. Potensi dapat ditingkatkan karena kebutuhan produk perikanan dunia masih belum
dapat dipenuhi dari pemasok-pemasok yang ada. Cara mengatasinya adalah dengan mengoptimalkan
penggunaan teknologi penangkapan atau budidaya dan pemberdayaan ahli-ahli perikanan Indonesia. Di sektor
hatchery, perlu keterlibatan investor-investor yang memiliki pengalaman cukup panjang. Selain investor, perlu
pula penataan daerah yang akan difokuskan sebagai sentra pengembangan industri penetasan udang, sehingga
terbentuk klasterisasi yang dapat mempermudah jalur logistik penyiapan rantai benih. Perlu pula perlu dilakukan
riset mengenai potensi jenis udang yang disukai masing-masing negara
KKP, 11 Desember 2018
Dalam Workshop Analisis Data Perikanan Kakap dan Kerapu di Wilayah Pengelolaan Perikanan RI, di IPB
Convention Center, dilakukan Pra-Launching pengembangan sistem pendataan elektronik berbasis pendaratan
ikan (e-BRPL) yang bertujuan untuk perikanan yang berkelanjutan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik
Indonesia (WPP RI). Sistem ini dapat digunakan oleh seluruh peneliti maupun enumerator yang berada di
lingkungan BRPL.
KKP, 03 Desember 2018
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersinergi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan pada hari ini meluncurkan
produk Asuransi Perikanan Bagi Pembudidaya Ikan Kecil. Produk Asuransi ini meliputi komoditas udang, bandeng,
nila dan patin dimana produk asuransi budidaya ini adalah pertama kali di Indonesia. Asuransi Budidaya ini telah
dimulai sejak bulan Desember 2017 dengan dimulai komoditas udang. Asuransi Perikanan Bagi Pembudidaya
Ikan Kecil memberikan perlindungan risiko kepada pembudidaya atas penyakit yang mengakibatkan matinya
komoditas (udang, bandeng, nila dan patin) yang diasuransikan atau kegagalan usaha yang disebabkan oleh
bencana alam sehingga menyebabkan kerusakan sarana pembudidaya mencapai lebih dari atau sama dengan
50%.
OJK, 13 November 2018
116
Upaya meningkatkan sustainability perikanan dan hasil laut
Indonesia menempati peringkat ke-2 untuk produksi perikanan tangkap dan peringkat
ke-4 untuk produksi perikanan budidaya di dunia. Fakta ini dapat memberikan gambaran
bahwa potensi perikanan Indonesia sangat besar, sehingga bila dikelola dengan baik dan bertanggungjawab agar
kegiatannya dapat berkelanjutan, maka dapat menjadi sebagai salah satu sumber modal utama pembangunan di
masa kini dan masa yang akan datang.
Lesson learn international practices
A. Perikanan Tangkap
Jepang
1.
2.
Australia
Sistem perizinan benarbenar dijadikan sebagai
input control;
Sistem kelembagaan
organisasi pengelola
pelaku usaha perikanan
tangkap yag terstruktur
dan sistematis
1.
2.
UK
Pemetaan setiap wilayah perairannya untuk
lokasi penangkapan dari jenis ikan yang telah
ditentukan sehingga armada dan alat tangkap
yang beroperasi juga terbatas sesuai jenis ikan
yang menjadi tujuan tangkapan
Pelibatan lembaga riset untuk mewujudkan
pengelolaan perikanan berkelanjutan pada
spesies atau komoditas utama, mulai dari hulu
hingga hilir
1.
2.
Kapal ikan harus berlisensi dan diberi jatah
kuota penangkapan yang diperbolehkan
Pemberlakuan regulasi terkait ukuran
minimum ikan yang boleh dipasarkan,
ukuran minimum mata jarring yang
digunakan, pembatasan area penangkapan,
dan pembatasan berapa jenis alat tangkap
yang diperbolehkan beroperasi di wilayah
perairan tertentu.
B. Perikanan Budidaya
Vietnam
1.
2.
3.
China
Produksi akuakultur menggunakan system
intensif dengan penerapan pengawasan
input, proses, dan output.
Ada jaminan akses pembudidaya terhadap
sumberdaya alam, teknologi, system
perbankan serta pasar.
Ada dukungan kebijakan pemerintah
berupa peraturan tata ruang dan peraturan
perundangan yang jelas.
1.
2.
3.
Norwegia
Produksi akuakultur menggunakan system mina
dengan penerapan pengawasan input, proses,
serta output.
Sistem mina padi merupakan pendekatan yang
efektif untuk meningkatkan ketahanan pangan
dengan pemakaian bersama sumberdaya alam
untuk produksi ikan dan padi.
Dukungan pemerintah dalam penentuan lokasi,
pengaturan pola tanam serta penentuan tata
ruang.
1.
2.
Pengembangan
infrastruktur
pendukung usaha
bididaya laut.
Dukungan pemerintah
dalam penentuan izin
usaha/konsesi wilayah
laut serta kejelasan
tata ruang.
Strategi pengelolaan perikanan berkelanjutan
Perikanan Tangkap
Perikanan Budidaya
Ekonomi
1.
Meningkatkan daya saing
2.
Menciptakan system pemasaran dan distribusi
produk perikanan tangkap di dalam negeri yang
efisien, aman, dan berkualitas
3.
Meningkatkan efisiensi usaha perikanan tangkap
skala kecil dan memenuhi skala ekonomi
Sosial
Meningkatkan kualitas dan kesejahteraan nelayan dan
tenaga kerja perikanan tangkap
Ekologi
1.
Pemberantasan kegiatan IUU fishing
2.
Meningkatkan efektivtas pelaksanaan pengelolaan
perikanan tangkap berbasis daya dukung ekosistem
perairan
Kelembagaan
1.
Meningkatkan kapasitas kelembagaan pengawas
sumberdaya ikan dan efektifitas penegakan
hukumnya
2.
Sistem pendataan dan informasi perikanan tangkap
yang andal dan terintegrasi
Ekonomi
1.
Menyediakan benih dan pakan dengan jumlah yang cukup dan harga yang
pantas.
2.
Meningkatkan system penjaminan mutu dan keamanan pangan
3.
Menciptakan system pemasaran dan distribusi produk perikanan yang
efisien.
4.
Meningkatkan efisiensi usaha perikanan budidaya dan memenuhi skala
ekonomi
5.
Meningkatkan daya saing produk industry hasil perikanan budidaya.
Ekologi
1.
Mengurangi risiko kerusakan lingkungan
2.
Membangun system pengelolaan pemanfaatan sumberdaya ikan yang
efektif, efisien, dan transparan
3.
Mengurangi risiko masuknya Invasive Alien Species (IAS)
4.
Meningkatkan efektivitas budidaya perikanan skala kecil berbasis daya
dukung ekosistem.
5.
Meningkatkan system penjaminan social bagi pembudidaya
6.
Meningkatkan pemberdayaan masyarakat pembudidaya.
Kelembagaan
1.
Meningkatkan kapasitas kelembagaan produsen
2.
Penjaminan tata ruang
3.
Sistem pendataan dan informasi yang andal dan terintegrasi
117
Outlook ekspor perikanan dan hasil laut
Proyeksi Permintaan
Secara umum, permintaan ekspor dari kelima negara tujuan ekspor ikan dan hasil laut Indonesia meningkat.
Perkembangan ini sejalan dengan permintaan ikan dan hasil laut yang terus meningkat di pasar Internasional
sejalan dengan semakin banyaknya populasi dan kesadaran mengkonsumsi makanan sehat.
1.964
1.732
1.615
162
132
160
117
98
198
181
177
193
139
320
281
297
500
274
223
726
658
653
1.000
596
1.500
600
juta USD
2.000
1.452
2.500
1.815
Tahun 2018, ekspor Perikanan dan Hasil Laut Indonesia ke pasar Amerika Serikat diperkirakan tumbuh di level
4,59% dengan nilai ekspor mencapai US$1,732 juta. Di tahun 2019, diproyeksikan ekspor Perikanan dan Hasil
Laut Indonesia ke Amerika Serikat akan kembali tumbuh positif dengan growth 13.39% dengan nilai ekspor
US$1,964 juta.
-
Amerika Serikat
Jepang
2015
Tingkok
2017
2016
Viet Nam
2018P
2019P
Thailand
Sumber: Trademap, BPS, Oxoford Economics, Diolah
Nilai dan pertumbuhan ekspor perikan dan hasil laut berdasarkan negara tujuan utama
Ekspor Hasil Laut dan Perairan Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan (Juta USD)
Growth yoy
2017
2018P
2014
2015
2016
2017
2018P
2019P
2015
2016
1,840
1,452
1,615
1,815
1,732
1,964
-21.08%
11.22%
12.37%
-4.59%
13.39%
Jepang
709
600
596
653
658
726
-15.41%
-0.65%
9.63%
0.73%
10.34%
Tingkok
233
223
274
297
281
320
-4.39%
22.74%
8.41%
-5.29%
13.82%
Viet Nam
124
139
193
177
181
198
12.13%
38.90%
-8.20%
1.93%
9.70%
Thailand
162
98
117
160
132
162
-39.87%
20.01%
36.61%
-17.53%
22.43%
Negara Tujuan
Amerika Serikat
2019P
Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah
118
Outlook ekspor perikanan dan hasil laut (2)
Proyeksi Harga
Di tengah tingginya permintaan, pasokan ikan dan hasil laut diperkirakan hanya tumbuh moderat. Kondisi akan
mempengaruhi kenaikan harga ikan di pasar global.
Harga Perikanan dan hasil Laut Dunia dalam hal ini diwakili oleh Udang dan Fishmeal menunjukkan
perkembangan yang fluktuatif sepanjang 2015-2018. Pada 2017, harga udang mencapai USD13,32/kg, naik
18,74% yoy, setelah mengalami tren penurunan pada tahun sebelumnya. Pada 2018, harga udang kembali
turun ke level USD12,24/kg karena persediaan melimpah. Pada 2019, harga udang diprakirakan naik ke level
USD12,72/kg. Sementara itu, untuk harga fishmeal pada 2018 mengalami peningkatan ke USD1.361/metric Ton
atau naik 17,20% yoy karena meningkatnya permintaan dari Tiongkok.
2.000
16
1.600
US$/Mt
12
8
800
400
2015
2016
2017
2018P
Fish meal US$/MT
1.759
1.418
1.161
1.361
Udang US$/Kg - skala kanan
13,22
11,22
13,32
12,24
US$/Kg
1.200
4
2019P
12,72
Sumber: World Bank, Commodity Markets Outlook October 2018
Proyeksi Ekspor
Di tengah meningkatnya permintaan dan kenaikan harga ikan global, nilai ekspor Perikanan dan Hasil Laut
Indonesia diproyeksikan meningkat 10,5% yoy pada tahun 2019, dengan valuasi nilai ekspor mencapai
USD4.939 juta.
Nilai Ekspor Ikan dan hasil laut Indonesia
Growth
6.000
15,0%
10,0%
5.000
Juta USD
4.000
10,4%
7,5%
6,9%
10,5%
8,8%
6,4%
5,0%
0,0%
3.000
-5,0%
2.000
-10,0%
-15,4%
1.000
-15,0%
3.846
4.248
3.594
3.863
4.203
4.470
4.939
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019P
-
-20,0%
Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah
119
Outlook ekspor perikanan dan hasil laut (3)
Upside Risk
Downside Risk
Proyeksi dapat lebih tinggi dari perkiraan apabila
terdapat:
Proyeksi dapat lebih rendah dari perkiraan apabila
terdapat:
• Ekspor perikanan dan hasil laut Indonesia dapat
meningkat jika pemerintah Indonesia dapat
melakukan kerja sama dengan pihak Uni Eropa dan
Jepang terkait FTA produk perikanan dan hasil laut.
• Terealisasinya
penambahan
titik-titik
lokasi
pengiriman ekspor hasil perikanan . Tujuannya agar
mendekatkan sumber produksi perikanan dengan
lokasi pengiriman
• Terealisasinya
penambahan
variasi
moda
transportasi pengiriman produk perikanan ke negara
tujuan ekspor
• Menurunnya ekspor perikanan dan hasil laut dapat
disebabkan oleh adanya penerapan bea masuk
untuk produk perikanan dan hasil laut Indonesia.
• Indonesia tengah menunggu hasil kajian Amerika
Serikat (AS) terkait fasilitas keringanan bea masuk
melalui program Generalized System of Preferences
(GSP). Jika GSP dicabut, berpotensi akan
menurunkan ekspor ke AS.
120
Lampiran : Perikanan dan Hasil Laut Dunia
Bertujuan untuk mencegah destructive fishing dan perdagangan illegal terutama terhadap ikan berekonomis tinggi yang
stocknya terbatas.
Yang termasuk ikan berekonomis tinggi adalah bawal bintang, kakap, teripang, kerapu, ikan hias seperti clown fish, blue
devil, dan banggai cardinal.
1)
Peraturan tersebut berdampak pada beberapa pembudidaya ikan kerapu yang merugi akibat penumpukan stok hasil
tangkap karena pembatasan pelabuhan muat singgah kapal asing dan bobot kapal.
2)
Akibatnya beberapa pembudidaya beralih ke jenis ikan non kerapu dan beberapa menutup usaha kerapunya.
3)
Kementerian Kelautan dan Perikanan memberikan program diversifikasi komoditas budidaya ke non kerapu kepada
pembudidaya yang terkena dampak tersebut.
“Menjaga Kelestarian Ekosistem Laut dan Meningkatkan Kesejahteraan Nelayan”
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 2 tahun 2015
Bertujuan untuk menjaga kelestarian sumber daya perikanan dan ekosistem laut Indonesia dari penggunaan alat tangkap
pukat yang beresiko merusak ekositem laut.
1)
Permohonan uji materiil terhadap Pasal 2, Pasal 4, dan Pasal 5 kepada Mahkamah Agung.
2)
Permohonan nelayan ditolak karena permohonan sudah pernah diajukan oleh pihak lain, yang putusannya adalah
menolak permohonan hak uji materiil pemohon.
3)
Akibat demo nelayan, Menteri Kelautan dan Perikanan memberikan 2 kali perpanjangan penggunaan Cantrang (salah
satu alat tangkap pukat). Izin pertama berakhir tahun 2016, lalu diperpanjang hingga akhir tahun 2017.
4)
Pada awal tahun 2018, penggunaan Cantrang diizinkan hingga batas waktu yang tidak ditentukan bersamaan dengan
pembagian alat tangkap baru untuk mengganti Cantrang kedepannya.
5)
Data Kementerian Kelautan dan Perikanan menunjukkan dari tahun 2001-2012 tingkat penggunaan cantrang terus
meningkat hingga mencapai 28.442. Meskipun data tersebut bukan merupakan data terbaru, tetapi data tersebut
mengindikasi bahwa cantrang merupakan alat tangkap yang secara umum digunakan nelayan.
Tabel Pembagian Alat Tangkap Ikan Ramah Lingkungan
Tahun
2015
2016
2017
Oktober 2018
Jumlah
137
1529
7255
1702
Sumber: Kumparan, Oktober 2018
“Menjaga Wilayah Teritori Kelautan Republik Indonesia”
Surat Edaran Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 0600/MEN-KP/XI/2014
1)
2)
3)
4)
Bertujuan untuk memastikan bahwa tidak ada bagian kepemilikan asing dalam perusahaan perikanan tangkap
berbendera Indonesia.
Pemerintah memutuskan kapal seberat 30 GT wajib memiliki surat izin penangkapan ikan (SIPI), surat izin usaha
perikanan (SIUP), dan surat izin kapal pengangkutan ikan (SIKPI) yang dikeluarkan pemerintah pusat.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (membuka gerai pengajuan surat perizinan di 12 titik potensial di Indonesia.
Karena prosedur pengajuan surat izin konvensional tidak efektif, pemerintah membuat sistem Online Single
Submission (OSS) untuk mempermudah prosedur bagi nelayan.
Pengurusan surat izin terhambat lamanya surat yang dikeluarkan pemerintah pusat. Akibatnya banyak nelayan yang
tidak dapat pergi melaut.
Pembagian Alat Tangkap Ikan Baru Ramah Lingkungan
Papua
Maluku
53
63
Sulawesi
Nusa Tenggara
Kalimantan
64
111
SIPI/SIKPI Kapal Di atas 30 GT
120
154
230
423
399
148
2410
Jawa
Sumatera
SIUP Aktif
727
2254
1135
121
Lampiran : Perikanan dan Hasil Laut Dunia
Ekspor Perikanan dan Hasil Laut Dunia berdasarkan Negara
Eskpor Hasil Laut dan Perairan Dunia Berdasarkan Negara Asal (Juta USD)
HS Code
2011
Grand Total
'03 & 16
'03 & 16
'03 & 16
Tiongkok
Norwegia
Viet Nam
2012
2013
2014
2015
Growth Ekspor Hasil Laut dan Perairan Lainnya yoy %
2016
2017
121,406
122,223
132,406
140,062
125,690
135,061
146,606
16,988
18,142
19,454
20,887
19,587
20,017
20,426
9,100
6,112
8,575
6,089
10,115
10,538
6,666
8,898
7,764
10,513
6,546
7,036
Proporsi 2017
CAGR 20102017
100%
13.93%
2013
2014
2015
2016
2017
0.67%
8.33%
5.78% -10.26%
7.46%
8.55%
28.46%
6.79%
7.23%
7.37%
2.19%
2.04%
4.19% -15.57% 18.15%
5.02%
3.74%
4.80%
7,036
2012
5.26% 18.57%
6.41%
7.53%
11,040
2011
4.95%
'03 & 16
India
3,212
3,282
5,034
5,359
4,580
5,209
6,665
4.55%
17.44%
'03 & 16
Amerika Serikat
5,082
5,025
5,134
5,257
5,088
4,969
5,393
3.68%
4.26%
'03 & 16
Chile
3,565
3,458
4,122
4,950
4,026
4,434
5,246
3.58%
10.92%
'03 & 16
Kanada
3,698
3,707
3,834
3,992
4,184
4,414
4,804
3.28%
5.08%
'03 & 16
Spanyol
3,796
3,647
3,678
3,770
3,497
3,807
4,321
2.95%
4.66%
'03 & 16
Indonesia
3,184
3,596
3,846
4,248
3,603
3,863
4,203
2.87%
7.34%
'03 & 16
Swedia
2,655
2,696
3,406
3,703
3,529
4,285
4,000
2.73%
7.13%
'03 & 16
Lainnya
64,013
64,007
67,118
69,595
62,152
66,513
73,471
50.11%
6.55%
-5.76% 17.95%
-6.22%
21.84%
-0.39%
9.49% 16.47% -15.69%
48.44%
2.19% 53.36%
6.46% -14.53% 13.74% 27.95%
26.17%
-1.13%
2.39%
40.35%
-3.02% 19.22% 20.08% -18.66% 10.15% 18.30%
2.18%
-3.21%
7.48%
-2.34%
0.00%
8.54%
8.87%
0.24%
3.42%
4.13%
4.80%
5.50%
20.80%
-3.93%
0.83%
2.52%
-7.23%
8.86% 13.50%
24.37% 12.93%
7.48%
4.14% 15.74%
6.95% 10.45% -15.17%
7.20%
8.80%
-4.71% 21.45%
-6.66%
1.53% 26.35%
8.74%
-0.01%
3.69% -10.70%
4.86%
8.84%
7.02% 10.46%
Ekspor Perikanan dan Hasil Laut Dunia berdasarkan Jenis
Eskpor Hasil Laut dan Perairan Dunia Berdasarkan Jenis (Juta USD)
2011
0301
2012
2013
2014
Growth Ekspor Hasil Laut dan Perairan Lainnya yoy %
2015
2016
2017
0303
0304
0305
0306
0307
Ikan Hidup
Ikan Segar atau Dingin, Tidak
Termasuk Fillet
Ikan Beku, Tidak Termasuk Fillet
Ikan Fillet
Ikan Kering, Asin/Diasapi
Krustasea
Moluska
0308
Hasil Laut dan Perairan Lainnya
1603
Ekstrak dan Jus Ikan, Krustasea,
Moluska
Ikan diolah atau diawetkan
206
14,413
187
16,523
214
17,342
212
16,625
219
14,774
250
14,506
252
16,279
Krustasea, moluska dan
invertebrata lainnya, diolah atau
diawetkan
Grand Total
10,707
121,406
10,388
122,223
10,800
132,406
11,369
140,062
10,137
125,690
10,646
135,061
11,418
146,606
0302
1604
1605
Proporsi 2017
CAGR 2010-2017
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
13.98%
1.27%
5.90%
-6.47%
-4.54%
1.01%
-3.16%
1,984
2,009
2,128
1,990
1,900
1,919
1,858
1.27%
0.94%
15,051
14,844
17,833
18,548
16,876
19,765
20,156
13.75%
5.28%
7.08%
-1.38%
20.14%
4.01%
-9.01%
17.12%
1.98%
21,632
20,642
5,641
19,771
11,360
22,356
19,834
5,485
19,602
10,483
23,125
20,610
5,670
23,093
10,908
23,168
22,141
5,963
27,306
11,976
20,384
20,093
5,472
23,600
11,580
21,666
21,399
5,672
25,711
12,921
24,401
22,854
6,009
29,207
13,503
16.64%
15.59%
4.10%
19.92%
9.21%
4.70%
3.98%
3.10%
7.94%
6.55%
22.25%
18.70%
16.26%
15.60%
31.14%
3.34%
-3.91%
-2.77%
-0.85%
-7.72%
3.44%
3.91%
3.38%
17.81%
4.05%
0.19%
7.42%
5.16%
18.24%
9.79%
-12.02%
-9.25%
-8.24%
-13.57%
-3.30%
6.29%
6.50%
3.66%
8.95%
11.58%
12.62%
6.80%
5.93%
13.60%
4.50%
512
683
765
655
606
667
0.46%
NA
10.14%
NA
0.17%
NA
NA
33.53%
11.94%
-14.37%
-7.49%
-5.84%
-9.30%
14.57%
-0.98%
3.51%
14.00%
0.87%
18.79%
14.64%
4.95%
-4.13%
-11.13%
-1.82%
12.23%
11.10%
2.06%
4.29%
7.79%
4.23%
25.36%
-2.98%
3.97%
5.27%
-10.84%
5.03%
7.25%
100%
5.26%
18.57%
0.67%
8.33%
5.78%
-10.26%
7.46%
8.55%
122
Lampiran : Perikanan dan Hasil Laut Dunia
Impor Perikanan dan Hasil Laut Dunia berdasarkan Negara
Impor Hasil Laut dan Perairan Dunia Berdasarkan Negara Asal (Juta USD)
HS Code
'03 & 16
'03 & 16
'03 & 16
'03 & 16
'03 & 16
Keterangan
2011
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
17,317
16,979
5,588
6,952
6,592
17,395
17,579
5,489
6,071
6,003
18,757
14,969
5,994
6,163
6,510
21,107
14,442
6,583
6,662
6,513
19,603
13,047
6,328
6,209
5,723
20,326
13,624
6,918
6,883
6,123
22,481
14,739
8,071
7,711
6,674
15.51%
10.17%
5.57%
5.32%
4.61%
5.61%
0.32%
9.18%
2.96%
1.89%
12.83%
17.76%
27.99%
10.63%
12.62%
0.45%
3.54%
-1.76%
-12.68%
-8.92%
7.83%
-14.85%
9.19%
1.52%
8.44%
12.53%
-3.52%
9.84%
8.09%
0.05%
-7.13%
-9.66%
-3.88%
-6.79%
-12.13%
3.69%
4.43%
9.32%
10.86%
6.98%
10.60%
8.19%
16.67%
12.02%
9.01%
532
6,056
5,490
3,736
3,245
51,428
123,914
643
5,370
5,159
3,553
3,252
51,986
122,500
715
5,581
5,650
3,466
4,097
55,660
127,563
1,050
5,912
6,052
4,037
4,381
57,437
134,176
1,043
5,343
5,305
4,119
4,069
50,205
120,993
1,088
5,960
5,708
4,379
4,838
52,382
128,230
6,560
6,359
6,018
4,835
4,569
56,888
144,906
4.53%
4.39%
4.15%
3.34%
3.15%
39.26%
100%
53.35%
2.85%
3.59%
7.03%
6.57%
4.25%
4.72%
61.80%
15.90%
16.80%
24.29%
10.88%
20.99%
18.06%
20.82%
-11.33%
-6.03%
-4.89%
0.20%
1.09%
-1.14%
11.18%
3.94%
9.54%
-2.45%
26.01%
7.07%
4.13%
46.87%
5.93%
7.11%
16.47%
6.92%
3.19%
5.18%
-0.65%
-9.63%
-12.35%
2.02%
-7.12%
-12.59%
-9.83%
4.33%
11.55%
7.60%
6.31%
18.90%
4.34%
5.98%
502.88%
6.69%
5.43%
10.43%
-5.56%
8.60%
13.01%
Amerika Serikat
Jepang
Tiongkok
Spanyol
Prancis
'03 & 16
Viet Nam
'03 & 16
Italia
'03 & 16
Jerman
'03 & 16
Korea Selatan
'03 & 16
Swedia
'03 & 16
Lainnya
Grand Total
2012
2013
2014
2015
Growth Ekspor Hasil Laut dan Perairan Lainnya yoy %
2016
CAGR
Proporsi 2017 2010-2017
2017
Ekspor Perikanan dan Hasil Laut Dunia berdasarkan Jenis
Impor Hasil Laut dan Perairan Dunia Berdasarkan Jenis (Juta USD)
HS Code
0301
0302
0303
0304
0305
0306
0307
Keterangan
2011
Ikan Hidup
Ikan Segar atau Dingin, Tidak Termasuk Fillet
Ikan Beku, Tidak Termasuk Fillet
Ikan Fillet
Ikan Kering, Asin/Diasapi
Krustasea
Moluska
1,852
14,533
24,908
21,595
5,852
20,126
11,398
0308 Hasil Laut dan Perairan Lainnya
1603
Ekstrak dan Jus Ikan, Krustasea, Moluska
1604 Ikan diolah atau diawetkan
1605 Krustasea, moluska dan invertebrata lainnya, diolah atau diawetkan
Grand Total
2012
1,894
14,178
23,902
21,424
5,601
19,537
9,862
185
1,899
19,051
21,529
22,363
5,699
23,103
11,006
692
210
15,987
9,195
133,722
2016
1,693
16,163
20,721
21,582
5,416
21,846
9,794
751
216
16,842
8,361
126,811
Growth Impor Hasil Laut dan Perairan Lainnya yoy %
2015
1,770
17,877
22,996
23,523
6,003
25,155
10,248
798
210
16,205
8,195
121,757
2014
2,084
16,855
22,849
21,951
5,680
21,351
9,830
762
197
14,252
8,846
123,546
2013
731
217
14,140
8,434
120,691
14,008
8,222
127,828
2017
1,803
19,852
25,150
24,214
6,057
28,763
12,772
913
244
15,383
9,289
144,439
Proporsi 2017
CAGR 2010-2017
1.25%
13.74%
17.41%
16.76%
4.19%
19.91%
8.84%
0.63%
0.17%
10.65%
6.43%
100%
0.09%
5.70%
3.32%
4.00%
2.55%
7.56%
5.07%
#DIV/0!
2011
3.33%
7.91%
24.51%
17.40%
15.20%
16.52%
26.18%
#DIV/0!
5.67%
3.54%
3.63%
4.73%
11.73%
18.17%
22.21%
18.22%
2012
2.29%
-2.44%
-4.04%
-0.79%
-4.28%
-2.92%
-13.48%
#DIV/0!
6.41%
13.71%
-7.37%
-1.45%
2013
2014
2015
10.04%
18.89%
-4.41%
2.46%
1.41%
9.29%
-0.32%
-15.06%
6.06%
0.65%
7.16%
5.68%
17.82%
4.25%
-4.39%
-9.58%
-9.89%
-8.25%
-9.77%
-13.16%
-4.43%
4.80%
-5.93%
6.58%
3.93%
2.03%
4.15%
2.95%
-5.07%
9.98%
5.45%
2016
2017
12.19%
17.87%
3.90%
3.62%
5.23%
5.75%
12.37%
-5.03%
4.20%
16.82%
8.28%
6.27%
24.50%
16.05%
-7.93%
5.70%
24.84%
-3.04%
-11.56%
-8.28%
-9.75%
3.59%
-0.93%
-2.51%
5.91%
12.27%
9.81%
12.97%
12.99%
123
Lampiran : Perikanan dan Hasil Laut Dunia
Impor Perikanan dan Hasil Laut Dunia berdasarkan Negara
Impor Hasil Laut dan Perairan Dunia Berdasarkan Negara Asal (Juta USD)
HS Code
'03 & 16
'03 & 16
'03 & 16
'03 & 16
'03 & 16
Keterangan
2011
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
17,317
16,979
5,588
6,952
6,592
17,395
17,579
5,489
6,071
6,003
18,757
14,969
5,994
6,163
6,510
21,107
14,442
6,583
6,662
6,513
19,603
13,047
6,328
6,209
5,723
20,326
13,624
6,918
6,883
6,123
22,481
14,739
8,071
7,711
6,674
15.51%
10.17%
5.57%
5.32%
4.61%
5.61%
0.32%
9.18%
2.96%
1.89%
12.83%
17.76%
27.99%
10.63%
12.62%
0.45%
3.54%
-1.76%
-12.68%
-8.92%
7.83%
-14.85%
9.19%
1.52%
8.44%
12.53%
-3.52%
9.84%
8.09%
0.05%
-7.13%
-9.66%
-3.88%
-6.79%
-12.13%
3.69%
4.43%
9.32%
10.86%
6.98%
10.60%
8.19%
16.67%
12.02%
9.01%
532
6,056
5,490
3,736
3,245
51,428
123,914
643
5,370
5,159
3,553
3,252
51,986
122,500
715
5,581
5,650
3,466
4,097
55,660
127,563
1,050
5,912
6,052
4,037
4,381
57,437
134,176
1,043
5,343
5,305
4,119
4,069
50,205
120,993
1,088
5,960
5,708
4,379
4,838
52,382
128,230
6,560
6,359
6,018
4,835
4,569
56,888
144,906
4.53%
4.39%
4.15%
3.34%
3.15%
39.26%
100%
53.35%
2.85%
3.59%
7.03%
6.57%
4.25%
4.72%
61.80%
15.90%
16.80%
24.29%
10.88%
20.99%
18.06%
20.82%
-11.33%
-6.03%
-4.89%
0.20%
1.09%
-1.14%
11.18%
3.94%
9.54%
-2.45%
26.01%
7.07%
4.13%
46.87%
5.93%
7.11%
16.47%
6.92%
3.19%
5.18%
-0.65%
-9.63%
-12.35%
2.02%
-7.12%
-12.59%
-9.83%
4.33%
11.55%
7.60%
6.31%
18.90%
4.34%
5.98%
502.88%
6.69%
5.43%
10.43%
-5.56%
8.60%
13.01%
Amerika Serikat
Jepang
Tiongkok
Spanyol
Prancis
'03 & 16
Viet Nam
'03 & 16
Italia
'03 & 16
Jerman
'03 & 16
Korea Selatan
'03 & 16
Swedia
'03 & 16
Lainnya
Grand Total
2012
2013
2014
2015
Growth Ekspor Hasil Laut dan Perairan Lainnya yoy %
2016
CAGR
Proporsi 2017 2010-2017
2017
Impor Perikanan dan Hasil Laut Dunia berdasarkan Jenis
Impor Hasil Laut dan Perairan Dunia Berdasarkan Jenis (Juta USD)
HS Code
0301
0302
0303
0304
0305
0306
0307
Keterangan
2011
Ikan Hidup
Ikan Segar atau Dingin, Tidak Termasuk Fillet
Ikan Beku, Tidak Termasuk Fillet
Ikan Fillet
Ikan Kering, Asin/Diasapi
Krustasea
Moluska
1,852
14,533
24,908
21,595
5,852
20,126
11,398
0308 Hasil Laut dan Perairan Lainnya
1603
Ekstrak dan Jus Ikan, Krustasea, Moluska
1604 Ikan diolah atau diawetkan
1605 Krustasea, moluska dan invertebrata lainnya, diolah atau diawetkan
Grand Total
2012
1,894
14,178
23,902
21,424
5,601
19,537
9,862
185
1,899
19,051
21,529
22,363
5,699
23,103
11,006
692
210
15,987
9,195
133,722
2016
1,693
16,163
20,721
21,582
5,416
21,846
9,794
751
216
16,842
8,361
126,811
Growth Impor Hasil Laut dan Perairan Lainnya yoy %
2015
1,770
17,877
22,996
23,523
6,003
25,155
10,248
798
210
16,205
8,195
121,757
2014
2,084
16,855
22,849
21,951
5,680
21,351
9,830
762
197
14,252
8,846
123,546
2013
731
217
14,140
8,434
120,691
14,008
8,222
127,828
2017
1,803
19,852
25,150
24,214
6,057
28,763
12,772
913
244
15,383
9,289
144,439
Proporsi 2017
CAGR 2010-2017
1.25%
13.74%
17.41%
16.76%
4.19%
19.91%
8.84%
0.63%
0.17%
10.65%
6.43%
100%
0.09%
5.70%
3.32%
4.00%
2.55%
7.56%
5.07%
#DIV/0!
2011
3.33%
7.91%
24.51%
17.40%
15.20%
16.52%
26.18%
#DIV/0!
5.67%
3.54%
3.63%
4.73%
11.73%
18.17%
22.21%
18.22%
2012
2.29%
-2.44%
-4.04%
-0.79%
-4.28%
-2.92%
-13.48%
#DIV/0!
6.41%
13.71%
-7.37%
-1.45%
2013
2014
2015
10.04%
18.89%
-4.41%
2.46%
1.41%
9.29%
-0.32%
-15.06%
6.06%
0.65%
7.16%
5.68%
17.82%
4.25%
-4.39%
-9.58%
-9.89%
-8.25%
-9.77%
-13.16%
-4.43%
4.80%
-5.93%
6.58%
3.93%
2.03%
4.15%
2.95%
-5.07%
9.98%
5.45%
2016
2017
12.19%
17.87%
3.90%
3.62%
5.23%
5.75%
12.37%
-5.03%
4.20%
16.82%
8.28%
6.27%
24.50%
16.05%
-7.93%
5.70%
24.84%
-3.04%
-11.56%
-8.28%
-9.75%
3.59%
-0.93%
-2.51%
5.91%
12.27%
9.81%
12.97%
12.99%
124
Lampiran : Perikanan dan Hasil Laut Dunia
Nilai ekspor Perikanan dan Hasil Laut Indonesia berdasarkan Negara (Juta USD)
Ekspor Hasil Laut dan Perairan Indonesia Berdasarkan Jenis (Juta USD)
HS
Code
Keterangan
Ikan Hidup
0301
0302
2011
Ikan Segar atau Dingin, Tidak Termasuk Fillet
Ikan Beku, Tidak Termasuk Fillet
0303
Ikan Fillet
0304
Ikan Kering, Asin/Diasapi
0305
Krustasea
0306
Hasil Laut dan Perairan Lainnya
0308
2013
2014
2015
2016
2017
CAGR
Proporsi
2010Jan-Nov
Jan-Nov 2018 2017
2017
2017
Growth Ekspor Hasil Laut dan Perairan Lainnya yoy %
Jan-Nov Jan-Nov
2013
2014
2015
2016
2017
2017
2018
2012
48
61
63
60
60
70
70
63
41
206
179
150
172
129
110
102
17.17
422
520
467
408
329
389
471
466
336
11.22% 5.40% 29.30% 23.24% -10.19% -12.71% -19.23% 18.15%
21.20%
-1.19% -27.90%
302
423
384
414
431
427
446
374
464
10.61% 8.23% 17.91% 40.08% -9.25% 7.68%
4.32%
-16.02% 23.90%
92
126
81
78
61
62
68
196
197
175
174
232
343
401
1.66%
2011
218
1,162 1,207 1,481 1,815 1,356 1,464 1,690
Moluska
0307
2012
-0.25%
-9.26% -35.50%
2.61% -10.25% -6.88% -5.18% -13.14% -16.30% 14.57% -24.71% -15.28%
1.81% -21.73% 25.34% 4.72% -5.82% 1.02% 16.23%
-6.73% -83.20%
4.15% -0.79%
63
70
1.62% -0.82% 27.67% 37.13% -36.06% -3.70% -21.87% 2.29%
9.59%
-7.65%
11.38%
1,529
1,468
40.20% 8.74% 23.60% 3.86% 22.77% 22.54% -25.28% 7.97%
15.39%
-9.53%
-3.94%
345
494
9.54% 18.01% 55.77% 0.78% -11.60% -0.53% 33.70% 47.75%
16.89%
-13.83% 43.13%
-
13
26
15
17
15
16
13
15
0.38%
0.00% #DIV/0! #DIV/0! 104.49% -44.67% 19.82% -11.56%
4.20%
-16.09% 15.10%
1603
Ekstrak dan Jus Ikan, Krustasea, Moluska
1
2
0
0
0
1
1
0.5
1
0.01% -9.79% 26.22% 47.11% -77.21% -2.94% -16.45% 50.26%
-5.69%
-12.61% 34.38%
1604
Ikan diolah atau diawetkan
Krustasea, moluska dan invertebrata lainnya,
diolah atau diawetkan
326
410
424
398
339
328
406
372
420
9.66%
9.58% 52.15% 26.01% 3.41% -6.22% -14.81% -3.26%
23.81%
-8.27%
12.89%
418
431
565
737
605
634
525
482
643
12.49% 6.87% 26.72% 3.06% 31.14% 30.57% -17.91% 4.70%
-17.18%
-8.12%
33.40%
3,812
3,971
8.80%
-9.31%
4.17%
1605
Grand Total
3,184 3,596 3,846 4,248 3,603 3,863 4,203
100%
7.34% 24.37% 12.93% 6.95% 10.45% -15.17% 7.20%
Nilai ekspor Perikanan dan Hasil Laut Dunia berdasarkan Jenis (Juta USD)
Ekspor Hasil Laut dan Perairan Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan (Juta USD)
Keterangan
2010
2012
2013
2014
2015
2016
HS Code
2017
Proporsi 2017
CAGR 20102017
2011
Growth Ekspor Hasil Laut dan Perairan Lainnya yoy %
2012
2013
2014
2015
2016
2017
03&16
Amerika Serikat
870
1,147
1,331
1,840
1,452
1,615
1,815
43.19%
11.07%
23.07%
7.06%
16.10%
38.25%
-21.08%
11.22%
12.37%
03&16
03&16
03&16
Jepang
Tingkok
Viet Nam
668
74
59
825
190
129
774
276
114
709
233
124
600
223
139
596
274
193
653
297
177
15.54%
7.06%
4.22%
-0.32%
21.99%
17.05%
17.83%
74.59%
87.24%
4.82%
47.45%
17.16%
-6.19%
45.41%
-11.53%
-8.38%
-15.55%
8.44%
-15.41%
-4.39%
12.13%
-0.65%
22.74%
38.90%
9.63%
8.41%
-8.20%
03&16
Thailand
96
205
204
162
98
117
160
3.81%
7.51%
13.21%
88.20%
-0.54%
-20.51%
-39.87%
20.01%
36.61%
03&16
Taipei
45
68
65
69
77
88
103
2.44%
12.59%
0.76%
50.57%
-3.72%
5.80%
10.91%
14.93%
16.43%
03&16
Italia
32
54
66
88
84
78
98
2.34%
17.21%
104.96%
-18.56%
22.83%
32.69%
-4.02%
-8.14%
26.73%
03&16
Malaysia
55
88
92
88
135
108
93
2.21%
7.82%
23.92%
28.95%
5.45%
-4.37%
52.39%
-19.48%
-14.34%
03&16
Hong Kong
103
79
74
67
62
72
87
2.06%
-2.43%
-28.38%
6.85%
-6.26%
-9.58%
-7.28%
16.19%
20.47%
03&16
Grand
Total
Lainnya
558
812
848
866
734
722
720
17.13%
3.70%
29.86%
11.94%
4.48%
2.17%
-15.30%
-1.66%
-0.24%
2,560
3,596
3,846
4,248
3,603
3,863
4,203
100%
7.34%
24.37%
12.93%
6.95%
10.45%
-15.17%
7.20%
8.80%
Nilai ekspor Perikanan dan Hasil Laut Dunia berdasarkan Jenis (Juta USD)
Ekspor Hasil Laut dan Perairan Indonesia Berdasarkan Jenis (Ribu Ton)
HS Code
Keterangan
2011 2012 2013 2014 2015 2016
2017
0301
Ikan Hidup
7
11
17
17
11
10
5
0302
0303
Ikan Segar atau Dingin, Tidak Termasuk Fillet
90
92
98
68
67
59
33
Ikan Beku, Tidak Termasuk Fillet
397
431
426
415
210
214
248
Ikan Fillet
74
91
81
88
95
96
86
0304
0305
0306
0307
Ikan Kering, Asin/Diasapi
17
24
17
17
16
14
11
Krustasea
132
138
146
161
153
164
186
Moluska
89
85
87
85
107
125
120
-
11
12
12
11
7
7
0308
Hasil Laut dan Perairan Lainnya
1603
1604
1605
Ekstrak dan Jus Daging, Ikan dan Krustasea, Moluska Atau
Invertebrata Air Lainnya
Ikan diolah atau diawetkan; Kaviar atau pengganti Kaviar yang
diolah dari telur ikan
0
0
0
0
0
0
0
89
95
95
106
90
86
83
51
55
61
Krustasea, moluska dan invertebrata lainnya, diolah atau
diawetkan
53
Grand Total
948
1,029 1,035 1,031
63
67
46
825
841
825
Growth Ekspor Hasil Laut dan Perairan Lainnya yoy %
Propo CAGR
Jan-Aug Jan-Aug
Jan-Nov Jan-Nov rsi 20102011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
2017
2018
2017
2018 2017 2017
- 24.74 51.24 54.51
11.96 47.79
7
3
0.48% 8.79% %
%
% 0.06% -35.10% %
%
43.17% -55.00%
14.07
12.45 43.88
49
38
5.50% % 5.79% 2.03% 6.96% 30.70% -1.17% %
%
48.93% -22.80%
28.49
15.79
258
197
% 6.97% 3.27% 8.54% 1.22% -2.46% -49.33% 1.59% %
4.40% -23.77%
12.27
- 22.85 10.43
67
85
% 2.16% 0.68% %
% 8.59% 8.20% 0.10% -9.68% -22.56% 27.00%
12.22 34.68 38.72 27.19
14.90 23.97
11
10
1.43% %
%
%
% 0.56% -6.45% %
%
3.53% -9.01%
23.21
13.14
153
161
% 6.04% 6.78% 4.66% 5.72% 10.49% -5.13% 7.62% % -17.68% 4.90%
20.45 10.63 49.19
16.57
108
141
%
%
% 4.08% 1.80% -1.33% 25.84% % -3.82% -10.38% 30.98%
#DIV/ #DIV/ #DIV/ 12.75
42.01
5
8
1.09% 0!
0!
0!
% -4.67% -2.64% % 6.02% -28.34% 51.31%
32.56 108.1
44.44 38.95
0
1
0.07% 0.33% %
9% 2.25% 36.54% -25.97% %
%
51.52% 151.16%
25.32
83
30
4.32% 2.19% % 6.93% 0.14% 11.65% -15.23% 4.77% -3.77% 0.56% -64.00%
15.06
31.23
44
19
2.69% 0.07% % 2.80% 8.02% 9.70% 3.43% 6.63% %
-5.53% -57.33%
785
691 100% 1.49% 3.45% 8.56% 0.62% -0.35% -20.00% 1.92% -1.93% -4.75% -11.96%
125
Lampiran : Perikanan dan Hasil Laut Dunia
Nilai ekspor Perikanan dan Hasil Laut Indonesia berdasarkan Negara (Juta USD)
Ekspor Hasil Laut dan Perairan Indonesia Berdasarkan Jenis (Juta USD)
HS
Code
Keterangan
Ikan Hidup
0301
0302
2011
Ikan Segar atau Dingin, Tidak Termasuk Fillet
Ikan Beku, Tidak Termasuk Fillet
0303
Ikan Fillet
0304
Ikan Kering, Asin/Diasapi
0305
Krustasea
0306
Hasil Laut dan Perairan Lainnya
0308
2013
2014
2015
2016
2017
CAGR
Proporsi
2010Jan-Nov
Jan-Nov 2018 2017
2017
2017
Growth Ekspor Hasil Laut dan Perairan Lainnya yoy %
Jan-Nov Jan-Nov
2013
2014
2015
2016
2017
2017
2018
2012
48
61
63
60
60
70
70
63
41
206
179
150
172
129
110
102
17.17
422
520
467
408
329
389
471
466
336
11.22% 5.40% 29.30% 23.24% -10.19% -12.71% -19.23% 18.15%
21.20%
-1.19% -27.90%
302
423
384
414
431
427
446
374
464
10.61% 8.23% 17.91% 40.08% -9.25% 7.68%
4.32%
-16.02% 23.90%
92
126
81
78
61
62
68
196
197
175
174
232
343
401
1.66%
2011
218
1,162 1,207 1,481 1,815 1,356 1,464 1,690
Moluska
0307
2012
-0.25%
-9.26% -35.50%
2.61% -10.25% -6.88% -5.18% -13.14% -16.30% 14.57% -24.71% -15.28%
1.81% -21.73% 25.34% 4.72% -5.82% 1.02% 16.23%
-6.73% -83.20%
4.15% -0.79%
63
70
1.62% -0.82% 27.67% 37.13% -36.06% -3.70% -21.87% 2.29%
9.59%
-7.65%
11.38%
1,529
1,468
40.20% 8.74% 23.60% 3.86% 22.77% 22.54% -25.28% 7.97%
15.39%
-9.53%
-3.94%
345
494
9.54% 18.01% 55.77% 0.78% -11.60% -0.53% 33.70% 47.75%
16.89%
-13.83% 43.13%
-
13
26
15
17
15
16
13
15
0.38%
0.00% #DIV/0! #DIV/0! 104.49% -44.67% 19.82% -11.56%
4.20%
-16.09% 15.10%
1603
Ekstrak dan Jus Ikan, Krustasea, Moluska
1
2
0
0
0
1
1
0.5
1
0.01% -9.79% 26.22% 47.11% -77.21% -2.94% -16.45% 50.26%
-5.69%
-12.61% 34.38%
1604
Ikan diolah atau diawetkan
Krustasea, moluska dan invertebrata lainnya,
diolah atau diawetkan
326
410
424
398
339
328
406
372
420
9.66%
9.58% 52.15% 26.01% 3.41% -6.22% -14.81% -3.26%
23.81%
-8.27%
12.89%
418
431
565
737
605
634
525
482
643
12.49% 6.87% 26.72% 3.06% 31.14% 30.57% -17.91% 4.70%
-17.18%
-8.12%
33.40%
3,812
3,971
8.80%
-9.31%
4.17%
1605
Grand Total
3,184 3,596 3,846 4,248 3,603 3,863 4,203
100%
7.34% 24.37% 12.93% 6.95% 10.45% -15.17% 7.20%
Nilai ekspor Perikanan dan Hasil Laut Dunia berdasarkan Jenis (Juta USD)
Ekspor Hasil Laut dan Perairan Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan (Juta USD)
Keterangan
2010
2012
2013
2014
2015
2016
HS Code
2017
Proporsi 2017
CAGR 20102017
2011
Growth Ekspor Hasil Laut dan Perairan Lainnya yoy %
2012
2013
2014
2015
2016
2017
03&16
Amerika Serikat
870
1,147
1,331
1,840
1,452
1,615
1,815
43.19%
11.07%
23.07%
7.06%
16.10%
38.25%
-21.08%
11.22%
12.37%
03&16
03&16
03&16
Jepang
Tingkok
Viet Nam
668
74
59
825
190
129
774
276
114
709
233
124
600
223
139
596
274
193
653
297
177
15.54%
7.06%
4.22%
-0.32%
21.99%
17.05%
17.83%
74.59%
87.24%
4.82%
47.45%
17.16%
-6.19%
45.41%
-11.53%
-8.38%
-15.55%
8.44%
-15.41%
-4.39%
12.13%
-0.65%
22.74%
38.90%
9.63%
8.41%
-8.20%
03&16
Thailand
96
205
204
162
98
117
160
3.81%
7.51%
13.21%
88.20%
-0.54%
-20.51%
-39.87%
20.01%
36.61%
03&16
Taipei
45
68
65
69
77
88
103
2.44%
12.59%
0.76%
50.57%
-3.72%
5.80%
10.91%
14.93%
16.43%
03&16
Italia
32
54
66
88
84
78
98
2.34%
17.21%
104.96%
-18.56%
22.83%
32.69%
-4.02%
-8.14%
26.73%
03&16
Malaysia
55
88
92
88
135
108
93
2.21%
7.82%
23.92%
28.95%
5.45%
-4.37%
52.39%
-19.48%
-14.34%
03&16
Hong Kong
103
79
74
67
62
72
87
2.06%
-2.43%
-28.38%
6.85%
-6.26%
-9.58%
-7.28%
16.19%
20.47%
03&16
Grand
Total
Lainnya
558
812
848
866
734
722
720
17.13%
3.70%
29.86%
11.94%
4.48%
2.17%
-15.30%
-1.66%
-0.24%
2,560
3,596
3,846
4,248
3,603
3,863
4,203
100%
7.34%
24.37%
12.93%
6.95%
10.45%
-15.17%
7.20%
8.80%
Volume ekspor Perikanan dan Hasil Laut Dunia berdasarkan Jenis (Ribu Ton)
Ekspor Hasil Laut dan Perairan Indonesia Berdasarkan Jenis (Ribu Ton)
HS Code
Keterangan
2011 2012 2013 2014 2015 2016
2017
0301
Ikan Hidup
7
11
17
17
11
10
5
0302
0303
Ikan Segar atau Dingin, Tidak Termasuk Fillet
90
92
98
68
67
59
33
Ikan Beku, Tidak Termasuk Fillet
397
431
426
415
210
214
248
Ikan Fillet
74
91
81
88
95
96
86
0304
0305
0306
0307
Ikan Kering, Asin/Diasapi
17
24
17
17
16
14
11
Krustasea
132
138
146
161
153
164
186
Moluska
89
85
87
85
107
125
120
-
11
12
12
11
7
7
0308
Hasil Laut dan Perairan Lainnya
1603
1604
1605
Ekstrak dan Jus Daging, Ikan dan Krustasea, Moluska Atau
Invertebrata Air Lainnya
Ikan diolah atau diawetkan; Kaviar atau pengganti Kaviar yang
diolah dari telur ikan
0
0
0
0
0
0
0
89
95
95
106
90
86
83
51
55
61
Krustasea, moluska dan invertebrata lainnya, diolah atau
diawetkan
53
Grand Total
948
1,029 1,035 1,031
63
67
46
825
841
825
Growth Ekspor Hasil Laut dan Perairan Lainnya yoy %
Propo CAGR
Jan-Aug Jan-Aug
Jan-Nov Jan-Nov rsi 20102011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
2017
2018
2017
2018 2017 2017
- 24.74 51.24 54.51
11.96 47.79
7
3
0.48% 8.79% %
%
% 0.06% -35.10% %
%
43.17% -55.00%
14.07
12.45 43.88
49
38
5.50% % 5.79% 2.03% 6.96% 30.70% -1.17% %
%
48.93% -22.80%
28.49
15.79
258
197
% 6.97% 3.27% 8.54% 1.22% -2.46% -49.33% 1.59% %
4.40% -23.77%
12.27
- 22.85 10.43
67
85
% 2.16% 0.68% %
% 8.59% 8.20% 0.10% -9.68% -22.56% 27.00%
12.22 34.68 38.72 27.19
14.90 23.97
11
10
1.43% %
%
%
% 0.56% -6.45% %
%
3.53% -9.01%
23.21
13.14
153
161
% 6.04% 6.78% 4.66% 5.72% 10.49% -5.13% 7.62% % -17.68% 4.90%
20.45 10.63 49.19
16.57
108
141
%
%
% 4.08% 1.80% -1.33% 25.84% % -3.82% -10.38% 30.98%
#DIV/ #DIV/ #DIV/ 12.75
42.01
5
8
1.09% 0!
0!
0!
% -4.67% -2.64% % 6.02% -28.34% 51.31%
32.56 108.1
44.44 38.95
0
1
0.07% 0.33% %
9% 2.25% 36.54% -25.97% %
%
51.52% 151.16%
25.32
83
30
4.32% 2.19% % 6.93% 0.14% 11.65% -15.23% 4.77% -3.77% 0.56% -64.00%
15.06
31.23
44
19
2.69% 0.07% % 2.80% 8.02% 9.70% 3.43% 6.63% %
-5.53% -57.33%
785
691 100% 1.49% 3.45% 8.56% 0.62% -0.35% -20.00% 1.92% -1.93% -4.75% -11.96%
126
Lampiran : Perikanan dan Hasil Laut Dunia
Nilai Impor Perikanan dan Hasil Laut Indonesia berdasarkan Jenis (Juta USD)
Impor Hasil Laut dan Perairan Indonesia Berdasarkan Jenis (Juta USD)
HS
Code
Keterangan
2011 2012 2013 2014 2015 2016
0
0
0
0
0
1
2
2
0
0
3
12
29
33
169
127
136
129
121
118
155
0301 Ikan Hidup
0302 Ikan Segar atau Dingin, Tidak Termasuk Fillet
0303 Ikan Beku, Tidak Termasuk Fillet
0304 Ikan Fillet
0305 Ikan Kering, Asin/Diasapi
0306 Krustasea
8
9
4
5
4
8
8
10
2
1
1
1
1
1
53
62
68
63
51
71
70
9
8
7
8
7
6
9
0307 Moluska
0308 Hasil Laut dan Perairan Lainnya
Ekstrak dan Jus Daging, Ikan dan Krustasea, Moluska Atau
1603 Invertebrata Air Lainnya
Ikan diolah atau diawetkan; Kaviar atau pengganti Kaviar
1604 yang diolah dari telur ikan
Krustasea, moluska dan invertebrata lainnya, diolah atau
1605 diawetkan
Total
-
0
0
0
0
0
Growth Impor Hasil Laut dan Perairan Lainnya yoy %
Jan-nov Jan-Nov
2013 2014 2015 2016 2017
2017 2018
Propo CAGR
rsi
2010Jan-Nov
Jan2011
2017
Nov2018 2017 2017
0.59% 11.17% 66.04
1
20
%
10.85
40.05% 43.21
32
54
%
%
51.42
22.66
1.74%
140
152
%
%
2.77% 0.11%
8
6
1.00%
0.31% -39.73% 67.85
1
1
%
23.19
121.1
16.51%
71
75
%
1%
2.84% -2.31% 12.42
9
8
%
#DIV/
0.13% #DIV/0!
0
1
0!
81.31
0.05% -8.94%
0
0
%
2017
0
1
1
1
1
1
0
0
8
11
15
22
20
26
21
20
18
3
4
2
3
3
5
3
2
1
262
224
234
236
219
267
301
285
2012
7.01% 15.75% 0.55%
67.69
%
16.06
100% 4.21%
%
0.84% 5.65%
337
1733.79
%
-46.88%
-74.51% 53.85% 615.00% 144.76% 69.43% -38.41%
-81.10%
27.41% 655.56% 259.98% 153.60% 12.08% -2.00% 68.49%
-24.62%
6.66% -5.03% -5.87% -2.23% 30.88% -9.65% 8.47%
14.63%
-54.18% 16.10% -28.11% 114.14% 8.44% -3.04% -22.94%
-83.51%
-48.44% 65.77% -30.74% 9.19% -15.67% -8.69% 60.69%
16.24%
10.21% -6.59% -20.14% 39.74% -1.30% 1.52%
5.40%
-14.01%
-4.09% 15.88% -13.95% -14.60% 38.08% 0.79% -1.82%
#DIV/0!
82.35% -74.19%
89.69%
14.69% 5.09% -40.15% -34.03% -68.29% -15.02% 68.53%
2212.50
169.73% -20.64% -1.96% 53.84%
%
46.11%
32.27% 46.01% -6.51% 31.03% -19.91% -4.85% -10.03%
52.25%
-59.10% 80.63% -15.40% 76.11% -47.70% -2.42% -44.34%
-14.39%
4.30% 0.94% -7.15% 21.54% 13.03% -5.51% 18.37%
Nilai Impor Perikanan dan Hasil Laut Dunia berdasarkan Negara Asal (Juta USD)
Ekspor Hasil Laut dan Perairan Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan (Juta USD)
HS Code
Keterangan
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Proporsi 2017 CAGR 2010-2017
2017
Growth Ekspor Hasil Laut dan Perairan Lainnya yoy %
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
03&16
Tiongkok
107
65
68
66
52
48
92
30.38%
1.27%
27.87%
-38.99%
3.87%
-3.27%
-21.34%
-7.32%
03&16
Norwegia
5
3
6
14
20
35
35
11.70%
42.15%
73.73%
-39.91%
105.45%
109.33%
47.08%
76.10%
0.84%
03&16
Kanada
15
17
20
24
21
19
29
9.78%
22.48%
111.67%
12.51%
20.05%
19.12%
-12.21%
-10.58%
54.70%
03&16
Amerika Serikat
14
18
17
15
14
22
17
5.69%
22.47%
246.05%
25.61%
-7.62%
-12.76%
-4.29%
58.70%
-22.35%
03&16
Jepang
26
16
12
13
19
24
17
5.68%
-1.82%
36.14%
-38.36%
-25.13%
2.41%
54.32%
26.20%
-29.83%
03&16
Pakistan
7
6
7
9
7
6
11
3.71%
15.67%
65.52%
-3.67%
13.45%
18.23%
-20.63%
-19.12%
101.79%
03&16
Malaysia
3
4
8
11
12
17
11
3.69%
22.02%
19.99%
21.16%
105.33%
34.98%
5.02%
44.56%
-34.17%
03&16
Oman
0
0
0
1
0
2
11
3.61%
92.03%
135.40%
57.89%
-13.81%
243.09%
-86.31%
959.41%
504.22%
5
11
03&16
Australia
1
91.23%
3
5
4
6
3.55%
36.06%
-54.88%
389.46%
79.61%
-13.98%
34.88%
-5.86%
03&16
Taipei
4
5
11
11
10
8
7
2.30%
-2.45%
-50.48%
19.75%
133.47%
-2.32%
-14.21%
-20.81%
-8.51%
03&16
Lainnya
79
86
78
69
59
81
60
19.92%
-5.90%
-14.13%
9.06%
-9.13%
-11.28%
-14.48%
36.69%
-25.98%
262
224
234
236
219
267
301
100%
4.21%
16.06%
-14.39%
4.30%
0.94%
-7.15%
21.55%
13.03%
Grand Total
99.26%
Volume Impor Perikanan dan Hasil Laut Dunia berdasarkan Jenis (Ribu Ton)
Impor Hasil Laut dan Perairan Indonesia Berdasarkan Jenis (Ribu Ton)
HS Code
Keterangan
0301
Ikan Hidup
Ikan Segar atau
0302 Dingin, Tidak
Termasuk Fillet
Ikan Beku, Tidak
0303
Termasuk Fillet
0308
1603
1604
1605
2013
2014
2015
CAGR
Proporsi
20102017 Jan-Nov 2017 Jan-Nov 2018 2017
2017
2016
Growth Impor Hasil Laut dan Perairan Lainnya yoy %
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Jan-Nov2017 Jan-Nov 2018
0
0
0
0
0
0
0
2
0.12% -17.31% -74.22% -97.84% -80.00% 300.00% 525.00% 208.00% 209.09%
-54.78%
1658.68%
2
0
0
0
2
3
7
4
18
3.43% 11.51% -40.87% -89.19% -50.73% 338.61% 238.83% 108.06% 120.17%
-41.63%
347.10%
208
139
134
121
115
100
162
146
122
80.74% -0.66% 22.84% -33.05% -3.58% -10.11% -4.76% -13.09% 61.80%
-9.77%
-16.39%
3
4
2
3
3
5
5
5
2
2.46%
9.73% -38.62% 47.45% -14.04% 80.91% -3.84%
-7.14%
-53.77%
10
0
0
0
0
0
0
0
0
0.11% -52.18% -73.64% -98.79% -13.33% 42.31% -31.08% 49.02% 41.45%
-32.75%
79.53%
7
9
9
7
6
7
10
6
6
4.93% 13.72% 64.61% 29.29%
2.38% -19.31% -14.75% 12.61% 45.73%
-36.27%
-7.60%
Moluska
6
Hasil Laut dan
Perairan Lainnya
Ekstrak dan Jus
Daging, Ikan dan
Krustasea, Moluska
Atau Invertebrata Air
Lainnya
0
Ikan diolah atau
diawetkan; Kaviar
atau pengganti
Kaviar yang diolah
dari telur ikan
3
Krustasea, moluska
dan invertebrata
lainnya, diolah atau
diawetkan
0
4
4
6
5
3
4
4
3
2.17% -8.88% -24.04% -35.45%
0.37% 37.53% -8.84% -41.74% 45.15%
-16.74%
-17.68%
-0
0
0
0
0
0
0
0
0.00% #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 340.00% -95.45% 200.00% 133.33% 14.29%
46.33%
25.28%
0
0
0
0
0
0
0
0
0.07%
-13.50%
61.63%
4
6
8
8
10
11
9
7
5.62% 21.92% 13.02% 26.56% 43.14% 36.44% -2.34% 36.70%
-19.15%
-22.66%
0
0
1
1
1
1
0
0
0.35%
-40.10%
-23.29%
161
156
146
139
130
200
174
161
100% -1.96%
-12.97%
-7.89%
Ikan Fillet
Ikan Kering,
0305
Asin/Diasapi
0307
2012
0
0304
0306
2011
Krustasea
Grand Total
240
6.16%
2.34%
0.33% 32.56% 108.19%
2.25% -36.54% -25.97% -44.44% 38.95%
7.37%
6.95% -11.09% 24.94% -23.28% 120.33% -4.06% 20.77% -26.43%
4.37% -33.04% -2.89% -6.34% -4.78% -6.83% 54.39%
127
KAYU & FURNITURE KAYU
(HS Code 44, 940161,
940169, 94033 s/d 94036)
Kayu dan furniture kayu sebagai komoditas unggulan
Kayu dan Furniture sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode EPD
Lost Opportunity
Rising Star
Switzerland, Senegal, Kazakhstan, East Timor, Portugal,
Oman, Algeria, Slovak Republic, Egypt, Peru, Guatemala,
Kenya, Canada, United States, Maldives, United Arab
Emirates, Belgium, Qatar, Colombia
Denmark, Slovenia, Poland, Sweden, Finland, Singapore,
Italy, France, Spain, Germany, Vietnam, Czech Republic,
Australia, Austria
Retreat
+
O
-
British Virgin Islands, Antigua dan Barbuda, Belarus,
Somalia, Barbados, Iraq, Kamboja, Myanmar, Brunei,
Tiongkok, India, India, Norwegia, Thailand, Saudi Arabia
+
New Zealand, Bangladesh, Brazil, Mexico, Malaysia, Hong Kong,
China Macao, Ghana, Turkey, Argentina, Libya, Jordan, Ukraine,
The United Kingdom, Japan, Iran, Sri Lanka, Korea, Rep., Venezuela,
Namibia
Falling Star
Sebesar lebih dari 50 % negara tujuan ekspor Indonesia untuk komoditas kayu dan furniture kayu adalah negaranegara yang berada pada kawasan Asia, diantaranya Tiongkok, Jepang, Singapura, India, Malaysia, Filipina, Korea
Selatan, dan Thailand. Dimana, importir terbesar komoditas kayu Indonesia adalah Tiongkok (13.77%) dan Jepang
(10.76%). Namun ternyata, pangsa pasar ekspor untuk komoditas ini ke Amerika Serikat juga tidak bisa diremehkan.
Sebesar 10.52% pangsa ekspor kayu dan furniture kayu Indonesia masuk ke Pasar Amerika Serikat (menempati
peringkat ketiga).
Kayu dan furniture kayu merupakan salah satu komoditas yang ditetapkan Kementerian Perdagangan sebagai salah satu dari
komoditas ekspor potensial. Hingga Oktober 2018, kinerja ekspor sejak awal tahun tercatat sebesar US$ 9.4 miliar atau hampir
melampaui kinerja sepanjang tahun 2017 di US$ 10.94 miliar. Kenaikan ekspor ini utamanya karena besarnya peningkatan
permintaan dari pasar-pasar sebelumnya. Saat ini ekspor terbesar masih berpusat di kawasan Asia dengan nilai sebesar US$ 6,63
miliar, diikuti ekspor ke Amerika Utara senilai US$ 1,21 miliar dan Uni Eropa sebesar US$ 843,79 juta. Walaupun demikian, ternyata
berdasarkan hasil EPD menunjukkan bahwa komoditas ini yang memiliki kinerja dan daya saing yang baik ada pada negara-negara
Asia. Sedangkan, untuk tujuan Amerika Serikat terhitung Indonesia berada pada posisi lost opportunity. Negara-negara lain yang
berada pada posisi ini adalah Switzerland, Senegal, Kazakhstan, East Timor, Portugal, Oman, Algeria, Slovak Republic, Egypt, Peru,
Guatemala, Kenya, Canada, Maldives, United Arab Emirates, Belgium, Qatar, dan Colombia. Pada posisi Lost Opportunity, di negaranegara tersebut pada dasarnya Indonesia memiliki pangsa pasar yang cukup baik, namun Indonesia masih belum mampu bersaing
untuk ekspor komoditas kayu dengan negara lain. Misalnya saja, Indonesia masih kalah bersaing dengan Vietnam, dimana ekspor
kayu Indonesia terhalang masalah regulasi yang cukup menyulitkan (bahan baku kayu Indonesia harus bersertifikat yang pada
akhirnya membuat bahan baku menjadi mahal).
129
Produk kayu dunia relatif stabil dengan Amerika Serikat sebagai Produsen Utama
Produksi Kayu bulat (roundwood) dunia tahun 2016 tercatat sebesar 1.838 juta meter
kubik, sedangkan produksi kayu gergaji (sawnwood) dunia sebesar 468 juta meter kubik.
• Amerika Serikat merupakan negara produsen kayu terbesar dunia baik kayu bulat maupun kayu digergaji. Kawasan
Amerika utara merupakan kawasan dengan dengan areal hutan terbesar dunia. Luas hutan Amerika Serikat yaitu
3,10 juta meter persegi dengan persentase hutan dan daratan 33,84%, sedangkan Kanada luas hutannya mencapai 5
juta km persegi atau hampir 50% luas wilayah darat di Kanada.
• Kayu bulat dan kayu gergaji merupakan bahan baku untuk pembuatan furniture kayu.
Total Produksi Roundwood Dunia
Produksi Industrial Roundwood Dunia
1.826
1.808
1.704
1.447
1.000
1.687
1.710
13,3%
1.500
Growth Produksi
15%
10%
6,1%
1,4%
1,0%
5%
0,6%
-0,4%
-1,3%
500
20%
1.838
18,2%
1.833
Juta meter kubik
2.000
0%
0
-5%
2000
2010
2013
2014
2015
2014
2015
2016
2016
Amerika Serikat
Rusia
Tiongkok
Kanada
145
136
138
143
128
158
151
149
148
139
149
169
162
198
191
188
162
180
357
355
357
355
336
2010
2013
164
1990
163
1980
Brazil
Total Produksi Sandwood Dunia
Juta meter kubik
500
Produksi Sawnwood Dunia
8,2%
20%
12,7%
10,0%
400
Growth Produksi
3,9%
10%
3,2%
3,1%
300
385
100
376
423
440
453
468
0%
200
2010
2013
2014
2015
2016
421
463
-2,4%
-16,9%
1980
1990
2000
-10%
0
-20%
Sumber : WTO 2018
Tiongkok
2014
2015
2016
Kanada
Rusia
22
22
22
22
22
37
35
35
34
29
50
47
43
43
39
37
Amerika Serikat
2013
77
74
68
63
78
76
76
60
71
2010
Jerman
130
Produksi kayu Indonesia meningkat di tahun 2017
Produksi kayu bulat Tahun 2017 sebesar 40,01 juta m3, atau meningkat sebesar 4,41%
dibandingkan produksi Tahun 2016. Dibandingkan dengan tahun 2015 -2016 sebesar
0,03 %, angka tahun 2016 – 2017 mengalami peningkatan. Kayu bulat dari hutan tanaman menyumbang 38,58.3.
Grafik 1 : Total Produksi Roundwood Indonesia
4,41%
0,03%
38,31
38,32
2015
2016
Grafik 2 : 5 provinsi terbesar produksi kayu bulat
dari hutan alam
40,01
2017
Grafik 2 : 5 provinsi terbesar produksi kayu
bulat dari hutan tanaman
m3
Kalimantan tengah
1.985.023
Kalimantan Timur
Kalimantan Utara
m3
Riau
1.174.476
Jambi
666.219
Papua
439.120
Papua barat
417.206
20.631.733
Kalimantan Timur
4.337.843
2.781.614
Kalimantan Barat
1.382.475
Kalimantan Tengah
1.239.736
Grafik 2 : 5 provinsi terbesar produksi kayu bulat
dari izin pemanfaatan kayu
m3
Papua
345.164
Kalimantan Utara
177.036
Kalimantan Tengah
78.339
Kalimantan Timur
74.763
Maluku
53.399
Sumber : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
131
Ekspor dan impor kayu dan furniture dunia meningkat selama 2 tahun terakhir
Ekspor dan impor kayu & turunannya tumbuh pesat sejak 2015, Ditopang oleh
meningkatnya permintaan akan kayu dan funiture kayu dari Tiongkok, AS, Kawasan EU
dan Jepang
• Nilai Ekspor kayu dunia tahun 2017 tercatat sebesar USD136,2 Juta atau tumbuh 7,2% dari tahun 2016 yang
sebesar USD127,1 juta. Eksportir terbesar kayu dunia adalah Kanada dengan nilai ekspor sebesar USD14,1
miliar (10,3% dari total ekspor kayu dunia), Tiongkok menempel ketat dengan nilai ekspor sebesar USD13,6
miliar (10%).
• Nilai impor USD142,9 miliar atau tumbuh 7,9% dari tahun 2016 yang senilai USD132,4 miliar. Importir terbesar
kayu dunia adalah Tiongkok dengan nilai impor yang sebesar USD23,4 miliar atau 16,4% dari total impor kayu
dunia. Di tempat kedua Amerika Serikat (14,8%), dan Jepang ditempat ketiga (7,2%)
Nilai Ekspor & Impor Kayu Dunia
15%
40.000
-5%
20.000
69.133
64.120
5%
64.661
59.571
0%
10%
60.000
64.267
60.066
136.265
142.852
127.133
132.365
130.693
136.879
2013
124.515
131.525
118.752
125.789
2012
138.533
147.305
5%
50.000
80.000
10%
150.000
100.000
Nilai Ekspor Furniture Kayu Dunia
Nilai Impor Furniture Kayu Dunia
Growth Ekspor
Growth Impor
67.182
61.999
200.000
Juta USD
62.134
58.666
Nilai Ekspor Kayu Dunia
Nilai Impor Kayu Dunia
Growth Ekspor
58.454
56.459
Juta USD
Nilai Ekspor & Impor Furniture Kayu Dunia
2012
2013
2014
2015
2016
2017
0%
-10%
0
-15%
2014
2015
2016
2017
Eksportir Kayu Dunia 2017
Kanada
10,3%
Tiongkok
10,0%
Amerika
Serikat
7,2%
Lainnya
44,7%
0
-5%
importir Kayu Dunia 2017
Lainnya
37,4%
Jerman
6,6%
Malaysia
2,6%
Rusia
5,8%
Indonesia
2,9%
Polandia
Swedia
3,1%
Austria
3,0%
3,7%
Sumber : Trademap.org
Tiongkok
16,4%
Jepang
7,2%
Austria
2,2%
Korea
Selatan
2,4%
Amerika
Serikat
14,8%
Belanda
2,5%
Jerman
6,2%
Inggris
Perancis Italia 4,9%
3,0% 3,1%
132
Pasar furniture dunia dikuasai oleh Tiongkok dan Vietnam, sementara Indonesia
berada di posisi 9
Seiring dengan tingginya permintaan kayu, ekspor furniture kayu juga mengalami
peningkatan. Di tahun 2017 ekspor furniture kayu tercatat sebesar USD69,2 miliar atau
tumbuh 6,9% dari tahun 2016 yang hanya tumbuh 0,6%. Tiongkok masih menjadi eksportir terbesar furniture kayu
dunia dengan menguasai 32,8%, disusul Vietnam yang tumbuh pesat 65% pada tahun 2017 dan menguasai 9,6% total
ekspor furniture kayu dunia. Produk Furniture Vietnam menjadi pesaing utama Tiongkok, didukung oleh tenaga kerja
melimpah dengan upah lebih murah dan perjanjian Free Trade Agreement dengan beberapa negara termasuk
Amerika Serikat & Eropa yang memudahkan penetrasi produk Vietnam.
Nilai Ekspor & Impor Kayu Dunia
Denmark
1,8%
Lainnya
24,6%
Nilai Ekspor & Impor Furniture Kayu Dunia
Amerika
Serikat
31,86%
Indonesia
1,9%
Jerman
7,66%
Inggris
6,12%
Tiongkok
32,8%
Amerika
Serikat
2,4%
Perancis
5,33%
Kanada
2,4%
Viet Nam
Italia 9,6%
7,6%
Malaysia
2,7%
Polandia
7,3%
Jerman
6,9%
Sumber : Trademap.org
Jepang
3,40%
Lainnya
31,99%
Australia
2,23%
Kanada
3,32%
Austria
1,91%
Swiss
2,81%
Belanda
3,37%
133
Sampai dengan November 2018, ekspor kayu dan furniture Indonesia tumbuh
moderat
•
Nilai Ekspor kayu & furniture kayu Indonesia di tahun 2017 mencapai USD5,3 miliar
atau tumbuh 3,2% dari tahun 2016. Di tahun 2018, sampai dengan November 2018
ekspor kayu tumbuh 12,1%, didorong oleh pertumbuhan ekspor ke Jepang yaitu jenis
kayu lapis (plywood) yang sampai posisi september 2018 telah tumbuh 30% yoy dibanding periode yang sama
2017. Sejak bencana Tsunami yang melanda Fukushima tahun 2011 menyebabkan Jepang membutuhkan produk
kayu lapis yang jumlahnya sangatlah besar. Selain Jepang, Korea Selatan juga pasar yang potensial dimana rata-rata
pertumbuhan impor kayu lapis dari Indonesia sejak 2011 sebesar 20%. Negara tujuan ekspor kayu terbesar
Indonesia adalah Jepang , Tiongkok, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Australia.
• Sementara itu, ekspor furniture hanya tumbuh tipis 2,1% yoy. Salah satu indikasi penyebabnya adalah verifikasi
legalitas kayu (SVLK) yang dinilai memberatkan pengusaha furniture di Indonesia. Penerapan SVLK ke seluruh
negara tujuan ekspor. Padahal SVLK diterbitkan khusus oleh Uni Eropa.
Furniture kayu, pasar ekspor tujuan Indonesia adalah Amerika Serikat yang paling besar yaitu 45% dari total ekspor
furniture kayu Indonesia, diikuti negara-negara Eropa seperti Belanda, Inggris, Perancis, Jerman, dan Belgia.
•
Di sisi lain, sampai dengan posisi November 2019, impor kayu Indonesia tumbuh 11,7% yoy. Faktor para pelaku
usaha melakukan impor kayu:
(i) kurangnya bahan baku untuk produksi disebabkan akses bahan baku kayu di dalam negeri masih sulit
(ii) panjangnya distribusi membuat harga kayu semakin tinggi sehingga industri merasa kesulitan
(iii) Program tanam kembali tidak terencana dengan pasti
Untuk impor kayu, Indonesia mendatangkan kayu antara lain dari negara Malaysia, Amerika Serikat, Tiongkok, dan
Selandia baru.
Nilai Ekspor & Impor Kayu & Furniture Kayu
Indonesia
Nilai Ekspor Kayu & Furniture Kayu Indonesia
Nilai Impor Kayu & Furniture Kayu Indonesia
Growth Ekspor
60%
Growth Impor
40%
30%
5.000
30%
20%
4.000
20%
10%
3.000
0%
2.000
0%
-10%
1.000
-10%
2014
2015
Sumber : Trademap.org
2016
2017
5.940
10%
1.353
6.298
6.107
888
-20%
2013
1.059
0
6.756
6.000
959
612
5.298
399
436
5.133
5.344
464
478
1.000
4.832
2.000
5.341
3.000
60%
50%
40%
4.000
8.000
7.000
50%
5.000
Volume Ekspor Kayu & Furniture Kayu Indonesia
Volume Impor Kayu & Furniture Kayu Indonesia
Growth Ekspor
Growth Impor
1.104
6.000
Juta USD
5.538
Juta USD
Volume Ekspor & Impor Kayu & Furniture Kayu
Indonesia
0
-20%
2013
2014
2015
2016
2017
134
Ekspor produk kayu dan furniture Indonesia
Pertumbuhan (% yoy)
Juta USD
Komoditi (Value)
2012
- Ekspor Kayu & Furniture Kayu
2013
2014
2015
2016
Jan-Nov
2017
2013
2018
4.560 4.832 5.341 5.344 5.133 5.298
2017
0,1%
-4,0%
3,2%
10,0%
2,3%
554 -1,9% -3,0%
-5,9%
-8,7%
53,5%
17,0%
6,4%
3.449 3.635 4.071 4.006 3.865 4.004
4.096 5,4% 12,0%
-1,6%
-3,5%
3,6%
12,1%
2,4%
419 -0,7% -3,9%
- Impor Kayu
478
401
398
464
436
383
359
399
331
510
1.111 1.197 1.270 1.339 1.268 1.294
- Impor Furniture Kayu
86
79
81
77
68
102
-6,2%
-8,0%
54,3%
11,7%
6,4%
1.225 7,8%
6,1%
5,4%
-5,3%
2,1%
3,5%
2,0%
135 -7,3%
1,7%
-4,6% -11,8% 49,4%
37,4%
6,3%
Pertumbuhan (% yoy)
CAGR
Jan-Nov 20132017
2018
Ribu ton
Komoditi (Volume)
2016
5.321 6,0% 10,5%
487
- Ekspor Furniture Kayu
2015
612
- Impor Kayu & Furniture Kayu
- Ekspor Kayu
2014
CAGR
Jan-Nov 20132018 2017
2012
2013
2014
2015
2016
Jan-Nov
2017
2013
2018
- Ekspor Kayu & Furniture Kayu
4.895
5.538
6.756
6.298
6.107
- Impor Kayu & Furniture Kayu
890
1.104
959
1.059
888
- Ekspor Kayu
4.467
5.112
6.314
5.863
- Impor Kayu
849
1.065
918
- Ekspor Furniture Kayu
429
425
- Impor Furniture Kayu
41
39
2014
2015
2016
2017
5.940
6.475 13,1% 22,0%
-6,8%
-3,0%
-2,7%
17,8%
1,8%
1.353
1.652 24,0% -13,1% 10,4% -16,1% 52,3%
15,3%
5,2%
5.702
5.630
4.887 14,5% 23,5%
-1,3%
-4,8%
2,4%
1.018
855
1.296
1.587 25,5% -13,8% 10,9% -16,0% 51,6%
14,5%
5,0%
442
435
404
310
351 -0,9%
3,8%
-1,5%
-7,0%
-23,3%
-3,5%
-7,6%
41
40
34
58
65 -6,1%
5,5%
-1,1%
-17,0% 72,3%
42,0%
10,5%
-7,1%
-2,7%
Negara Tujuan Ekspor Kayu & Furniture Kayu Indonesia 2017
Furniture Kayu
Kayu
Arab Saudi
3,2%
Lainnya
20,1%
Jepang
20,3%
Belanda
3,2%
Inggris
3,4%
Tiongkok
18,8%
India
3,5%
Taiwan
3,9%
Amerika
Serikat
9,6%
Korea
Selatan
8,9%
Australia
5,3%
Korea
Selatan
2,69%
Taiwan
2,65%
Lainnya
17,31%
Amerika
Serikat
45,03%
Belgia
2,89%
Perancis
3,31%
Jerman
3,39%
Inggris
3,43%
Australia Belanda
3,44%
5,30%
Jepang
10,55%
Asal Impor Kayu & Furniture Kayu Indonesia 2017
Kanada Viet Nam
1,89% 1,47%
Brazil
1,40%
Kayu
Perancis
1,91%
Viet Nam
4,14%
Italia
Malaysia
4,78%
Thailand
4,16%
Singapura
2,60%
1,88%
Malaysia
36,59%
Jerman
2,69%
Thailand
8,68%
Furniture Kayu
Lainnya
13,13%
Polandia
1,76%
Tiongkok
73,25%
Selandia
Baru
9,18%
Amerika
Serikat
10,47%
Tiongkok
12,60%
Sumber : Trademap.org
Denmark
1,00%
Lainnya
4,53%
Jerman
1,26%
Lithuania
0,64%
135
Rantai pasok kayu dan furniture
• Rantai Pasok Kayu dan Furnitur terdiri dari beberapa pihak, sebagai berikut:
oPenjual Bahan Baku Kayu Gelondongan, yang menyediakan bahan baku untuk pengrajin.
oSupplier, merupakan para pengrajin yang melakukan produksi furniture baik untuk jenis indoor, outdoor maupun
garden.
oPerusahaan Pengolah Meubel, merupakan perusahaan yang kegiatan produksinya adalah mengolah barang dari
setengah jadi menjadi barang jadi (finishing).
oPerusahaan Pemasar Meubel, merupakan perusahaan yang kegiatannya melakukan penjulan barang dari
perusahaan peer ke konsumen langsung atau ke buyer, baik domestik maupun luar negeri.
oBuyer, merupakan yang melakukan pembelian barang produk yang telah finishing untuk dijual ke luar negeri.
Sumber : Analisis Rantai Pasokan (Supply Chain) pada Produk Kayu Olahan di Indonesia, Universitas Diponegoro (2018)
136
Permasalahan di tingkat rantai pasok
Permasalahan yang dihadapi oleh rantai pasok dalam rantai pasokan olahan kayu :
• Permasalahan di Penjual kayu adalah dalam hal ketersediaan kayu yang semakin berkurang, selain itu lesunya
ekonomi juga mengakibatkan omset penjualan mereka menjadi turun
• Permasalahan di Suplier adalah berkaitan dengan sertifikasi SVLK yang harus juga diurus walaupun kayu yang mereka
gunakan sudah tersertifikasi.
• Permasalahan di perusahaan peer adalah berkaitan dengan sertifikasi SVLK yang harus juga diurus walaupun kayu
yang mereka gunakan sudah tersertifikasi. Selain itu juga menurunya SDM yang memahami mengenai ukiran,
dikarenakan banyak pemuda yang lebih memilih bekerja di pabrik di bandingakan meneruskan menjadi tukang ukir.
• Permasalahan yang dihadapi di buyer adalah pada proses perijinan yang berbelit, selain itu juga mengenai
pembayarannya yang terkadang tertunda.
Sumber : Analisis Rantai Pasokan (Supply Chain) pada Produk Kayu Olahan di Indonesia, Universitas Diponegoro (2018)
137
Daya saing kayu Indonesia
• Indonesia memiliki daya saing yang kuat untuk jenis produk arang kayu, kayu
(belum diolah), kayu lapis, bingkai kayu, dan tatakan kayu.
• Pesaing terdekat Indonesia adalah Vietnam, pertumbuhan industri kayu Vetnam dalam 5 tahun sangatlah pesat,
didukung oleh upah tenaga kerja yang murah dan melimpah serta banyaknya perjanjian kerjasama dengan beberapa
negara sehingga memudahkan penetrasi produk mereka.
HS Code
4401
4402
4403
4404
4405
4406
4407
4408
4409
4410
Deskripsi
Kayu bakar
Arang kayu
Kayu kasar
Kayu simpai
Wol kayu
Bantalan
kereta api
Kayu
digergaji
Lembaran
untuk
veneering
Kayu
Papan
partikel
Eksportir
Terbesar
(2017)
Negara
Rata-rata RSCA
2013 2014 2015 2016 2017 HS Code
2013-2017
1
Viet Nam
0,9
0,9
0,9
0,9
0,9
0,8
2
Australia
0,8
0,7
0,8
0,8
0,8
0,8
3
Amerika Serikat
0,1
0,0
0,1
0,2
0,1
0,1
23
Indonesia
0,3
0,4
0,5
0,4
0,3
0,1
1
Indonesia
0,9
0,9
0,9
0,9
0,9
0,9
2
Tiongkok
-0,1
-0,3
-0,1
-0,1
-0,1
-0,1
3
Polandia
0,8
0,8
0,8
0,7
0,8
4
Ukraina
0,5
0,9
0,9
0,9
1
Amerika Serikat
0,3
0,3
0,3
2
Selandia Baru
1,0
1,0
3
Rusia
0,6
146
Indonesia
-1,0
1
Polandia
0,8
0,9
0,8
2
Slovakia
-0,1
-0,3
-0,5
3
Latvia
1,0
1,0
1,0
90
Indonesia
-0,6
0,8
1
Jerman
0,6
2
Viet Nam
3
Deskripsi
Eksportir
Terbesar
(2017)
Negara
Rata-rata RSCA
2013 2014 2015 2016 2017
2013-2017
1
Jerman
0,4
0,4
0,4
0,4
0,4
0,4
2
Tiongkok
0,1
0,1
0,1
0,1
0,0
-0,1
3
Belgia
0,4
0,4
0,5
0,4
0,4
0,4
25
Indonesia
-0,1
-0,2
-0,1
0,1
0,0
-0,1
1
Tiongkok
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,4
2
Indonesia
0,9
0,9
0,9
0,9
0,9
0,8
0,8
3
Rusia
0,5
0,4
0,5
0,5
0,6
0,6
-1,0
0,9
4
Malaysia
0,7
0,8
0,8
0,7
0,7
0,7
0,3
0,3
0,3
1
Jerman
0,2
0,2
0,2
0,2
0,3
0,2
1,0
1,0
1,0
1,0
2
Kroasia
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
0,6
0,6
0,7
0,7
0,7
3
Spanyol
0,6
0,5
0,5
0,5
0,6
0,7
-1,0
-1,0
-1,0
-1,0
-1,0
76
Indonesia
-1,0
-1,0
-1,0
-1,0
-1,0
-1,0
0,8
0,8
0,9
1
Tiongkok
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
-0,4
-0,3
0,9
2
Polandia
0,7
0,6
0,6
0,7
0,7
0,7
1,0
1,0
1,0
3
Indonesia
0,7
0,7
0,7
0,7
0,7
0,7
-1,0
-1,0
-1,0
-1,0
4
Italia
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
1
Polandia
0,8
0,8
0,9
0,8
0,8
0,8
0,9
0,9
0,9
0,9
0,9
0,9
2
Jerman
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
Amerika Serikat
0,0
-0,1
-0,1
0,1
0,1
-0,1
3
Rep. Ceko
0,8
0,8
0,8
0,8
0,7
0,7
13
Indonesia
-0,4
-0,7
-0,6
-0,7
-0,3
0,1
51
Indonesia
-0,5
-0,4
-0,4
-0,6
-0,6
-0,7
1
Amerika Serikat
0,7
0,7
0,7
0,7
0,7
0,7
1
Perancis
0,9
0,9
0,9
0,9
0,9
0,9
2
Perancis
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
2
Amerika Serikat
0,5
0,4
0,5
0,5
0,5
0,5
3
Belanda
-0,5
-0,4
-0,9
-1,0
-0,8
0,3
3
Spanyol
0,7
0,6
0,6
0,7
0,7
0,7
69
Indonesia
-1,0
-1,0
-1,0
-1,0
-1,0
-1,0
28
Indonesia
-0,9
-1,0
-1,0
-0,7
-0,9
-0,9
1
Kanada
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
1
Tiongkok
0,3
-0,1
0,3
0,4
0,5
0,6
2
Rusia
0,6
0,6
0,6
0,6
0,7
0,7
2
Amerika Serikat
0,1
0,2
0,1
0,1
0,2
0,1
3
Amerika Serikat
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,1
3
Brazil
0,7
0,8
0,8
0,7
0,7
0,7
50
Indonesia
-0,7
-0,8
-0,7
-0,7
-0,7
-0,8
16
Indonesia
0,3
0,5
0,4
0,3
0,3
0,1
1
Tiongkok
-0,1
-0,2
-0,1
-0,1
-0,1
0,0
1
Austria
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
2
Amerika Serikat
0,1
0,2
0,2
0,1
0,1
0,1
2
Jerman
0,0
0,1
0,0
0,0
0,0
0,1
3
Kanada
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
3
Polandia
0,7
0,7
0,7
0,7
0,7
0,7
14
Indonesia
0,2
0,1
0,1
0,3
0,4
0,4
Produk
pertukangan
& bahan
bangunan
dari kayu
9
Indonesia
0,4
0,4
0,4
0,4
0,4
0,5
1
Indonesia
0,9
0,8
0,9
0,9
0,9
0,9
1
Tiongkok
0,7
0,7
0,7
0,6
0,6
0,7
2
Brazil
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
2
Viet Nam
0,6
0,6
0,6
0,6
0,5
0,6
3
Tiongkok
-0,1
0,1
0,0
-0,1
-0,1
-0,2
3
Jerman
-0,3
-0,3
-0,2
-0,3
-0,2
-0,3
4
Amerika Serikat
-0,1
-0,1
-0,2
-0,1
-0,1
-0,2
Perangkat
makan &
dapur dari
kayu
7
Indonesia
0,0
-0,5
-0,4
0,3
0,3
0,2
1
Kanada
0,8
0,8
0,7
0,8
0,8
0,8
1
Tiongkok
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
2
Austria
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
2
Belanda
-0,1
-0,2
-0,1
-0,1
-0,2
0,1
3
Jerman
0,1
0,1
0,1
0,1
0,0
0,0
3
Jerman
-0,3
-0,3
-0,3
-0,3
-0,3
-0,4
49
Indonesia
-0,9
-1,0
-1,0
-0,9
-1,0
-0,9
4
Indonesia
0,7
0,8
0,8
0,7
0,7
0,6
1
Tiongkok
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
2
Indonesia
-0,5
-0,8
-0,9
-0,9
-0,9
0,8
3
Polandia
0,7
0,8
0,8
0,7
0,7
0,7
4
Jerman
-0,1
0,0
-0,1
-0,2
-0,2
-0,2
4411
4412
4413
4414
4415
4416
4417
4418
4419
4420
4421
Papan fiber
dari kayu
Kayu lapis
Kayu
dipadatkan
Bingkai kayu
Peti/kotak
kayu
Tahang,tong,
bejana kayu
Perkakas
kayu
Tatakan kayu
Produk kayu
lainnya
Keterangan :
RSCA : 0 s.d 1= Produk Kompetitif, 0 s.d -1= Produk Tidak Kompetitif. Revealed Symmetric Comparative Advantage atau RSCA merupakan
indikator untuk mengukur daya saing suatu komoditi. Pada dasarnya perhitungan ini sama dengan perhitungan RCA, tetapi dengan
pembilang dikurangi 1 dan penyebut ditambah 1. Hal ini bertujuan untuk menciptakan distribusi normal dari nilai RSCA. Nilai RSCA berkisar
antara -1 sampai dengan 1. Apabila hasil perhitungan antara 0 dan 1 maka komoditas tersebut memiliki keunggulan komparatif yang baik.
Sebaliknya tidak memiliki keunggulan komparatif apabila bernilai 0 sampai dengan -1.
138
Perbandingan industri furniture Indonesia dengan negara pesaing
Negara
Indonesia
Kinerja Ekspor Total
Kayu & Furniture
•
•
•
Nilai Ekspor 2017 : USD8,9 miliar
Share terhadap total ekspor
furniture dunia : 3,7 %
growth 15 tahun terakhir : 1.952,8%
•
•
• Hubungan
perdagangan Belanda
efektif dalam
menjangkau pasar.
• Hubungan
perdagangan jangka
panjang dengan pasar
AS
Perjanjian denganUni Eropa perihal :
• tarif 0% pada setidaknya 90% produk
kayu Vietnam, dengan timbal balik
kemudahan impor teknologi Eropa
untuk produksi furniture Vietnam
• the voluntary partnership agreement
on forest law enforcement,
governance and trade (VPA / FLEGT),
mendorong penggunaan kayu
domestik Vietnam dan membangun
sistem untuk menghilangkan
hambatan teknis yang ketat
mengenai asal dan legalitas input
kayu
•
• Biaya tenaga kerja :
Monthly Wage
USD99.91-260.63
• Tenaga kerja
melimpah dan biaya
tenaga kerja yang
kompetitif
•
•
•
•
•
•
Perjanjian
Perdagangan
Tenaga Kerja
Nilai Ekspor 2017 :
USD5,7 miliar
Share terhadap total
ekspor kayu dunia :
1,5 %
growth 15 tahun
terakhir : 18,9%
•
•
Nilai Ekspor 2017 :
USD1,7 miliar
Share terhadap total
ekspor furniture
dunia : 0,7%
growth 15 tahun
terakhir : 11,94%
•
•
Tiongkok
Nilai Ekspor 2017 : USD11,7 miliar
Share terhadap total ekspor kayu
dunia : 3,1 %
growth 15 tahun terakhir : 1.881,4%
•
Kinerja Ekspor
Furniture
Vietnam
•
•
•
•
•
•
Diolah dari berbagai sumber
Biaya tenaga kerja :
Monthly Wage
USD147.47-166.57
Vietnam saat ini adalah salah satu
eksportir furnitur kayu terbesar
dengan industri yang terdiri dari 2500
perusahaan domestik dan 400
perusahaan asing.
Banyak tenaga kerja yang mudah
beradaptasi dan biaya rendah relatif
dibandingkan negara-negara
tetangga
Keterampilan kerajinan yang sangat
baik dan berbagai macam bahan
kerajinan yang memberikan dasar
untuk dekorasi dan diferensiasi
dalam produk
Lingkungan yang menarik untuk FDI
oleh perusahaan furnitur karena
tenaga kerja berbiaya rendah dan
lingkungan yang relatif stabil baik
secara sosial dan fiskal.
•
•
•
Nilai Ekspor 2017 : USD103,5 miliar
Share terhadap total ekspor kayu
dunia : 27,2 %
growth 15 tahun terakhir : 716%
Nilai Ekspor 2017 : USD89,8 miliar
Share terhadap total ekspor
furniture dunia : 36,9%
growth 15 tahun terakhir : 811,5%
Trade agreement dengan banyak
negara untuk kemudahan produk
China masuk ke pasar negaranegara maju dan berkembang yang
mendorong kemajuan industri
manufaktur China terutama produk
kayu atau furniture.
China merupakan negara dengan
industri furniture terbesar di dunia
Biaya tenaga kerja :
Monthly Wage
USD150.64-329.90
• Lebih dari 50.000 perusahaan
furniture terdaftar.
• Banyak keunggulan potensial,
seperti tenaga kerja murah,
pasokan kayu bersertifikat FSC, dan
peningkatan produktivitas tenaga
kerja, meningkatkan daya saing
internasional industri furnitur Cina
dan akhirnya berkembang pesat.
139
Perbandingan industri furniture Indonesia dengan negara pesaing (2)
Indonesia
Negara
•
memiliki sertifikat
yang dikeluarkan
dalam bentuk Sistem
Pengelolaan Hutan
Produksi Lestari
(SPHPL), Sistem
Verifikasi Legalitas
Kayu (SVLK) dan
Sistem Lacak Balak
(SLB). Tantangannya
adalah lama waktu
proses pengurusan
sertifikat yang
mencapai 4 sampai 6
bulan dan biaya
pengurusan yang
mencapai 10% dari
biaya produksi.
•
Indonesia
memberlakukan
lisensi Forest Law
Enforcement,
Governance and
Trade (FLEGT),
sehingga diharapkan
dapat meningkatkan
daya saing produk
kayu Indonesia.
•
Kementrian
Lingkungan Hidup
dan Kehutanan telah
menerbitkan
setidaknya belasan
ribu lisensi untuk
produk ekspor kayu,
dengan nilai lebih
dari Rp5 triliun
Regulasi Pemerintah
Diolah dari berbagai sumber
Vietnam
•
•
Pemerintah Vietnam memfasilitasi
insentif untuk pengembangan
industri furnitur yang berkelanjutan
Insentif juga diberikan kepada
perkebunan hutan, insentif
ekonomi, : beberapa latar belakang
tentang insentif keuangan adalah:
1. Pengurangan suku bunga untuk
investasi di hutan tanaman
(antara 0-5 % untuk siklus rotasi
pertama);
2. Pengecualian dari pajak tanah
untuk 2 siklus produksi pertama
untuk setiap spesies dan
meningkatkan kontrak
perlindungan hutan (mungkin
baik dengan penduduk desa, SFE
dan perusahaan) melalui
pembagian manfaat yang lebih
memadai;
3. Penyediaan bibit untuk petani;
dan
4. Dorongan usaha patungan dalam
pendirian perkebunan,
pengolahan kayu dan
manufaktur ekspor.
Tiongkok
•
•
Penerapan strategi ekspor yang
dilakukan oleh China sangat
mendorong perkembangan pesat
industri furniturnya. Melalui 30
tahun penyesuaian struktur dan
penerapan teknologi, Cina telah
menjadi produsen dan eksportir
furnitur utama dan terbesar dunia.
Struktur industri kehutanan Cina
telah terus ditingkatkan dalam
beberapa tahun terakhir, dan
industri sekunder kehutanan telah
menjadi pilar ekonomi kehutanan
Cina. Pada tahun 2010, nilai output
industri sekunder kehutanan lebih
dari 50% dari total industri
kehutanan seperti industri
furniture.
140
Perbandingan industri furniture Indonesia dengan negara pesaing (3)
Indonesia
Negara
• Pasokan kayu
redwood yang bagus
termasuk Mahoni.
• Tradisi luar biasa
ukiran tangan Mahoni
dalam gaya Klasik
• Persediaan Rotan dan
Karet Kayu yang baik
Vietnam
Tiongkok
•
•
Faktor Lainnya
Diolah dari berbagai sumber
Menurut statistik nasional China
pada tahun 2010, lima wilayah
teratas dengan output industri
furnitur terbesar adalah provinsi
Guangdong, Zhejiang, Fujian, dan
Shandong, dan Shanghai, dan
perabotan yang dihasilkan oleh
lima wilayah tersebut menyumbang
sekitar 81,2% dari total furnitur
China.
RRT juga mendapatkan dukungan
pemerintah dengan penerapan
clustering dalam memasarkan
furnitur. Cluster tersebut berupa
kawasan khusus yang menampilkan
produk-produk furnitur dari
berbagai jenis bahan, model, dan
kegunaan. Dalam kawasan khusus
ini juga terdapat komponen
pendukung industri furnitur, seperti
bahan baku, aksesoris, logistik, dan
ruang pameran. Hal tersebut akan
meningkatkan efisiensi industri
furnitur dalam hal ketersediaan
bahan baku, pengerjaan, distribusi,
dan pemasaran. Sebagai contoh
sentra industri dan pemasaran
furnitur di RRT adalah di Provinsi
Guangdong di kota Dongguan yang
memiliki showroom furnitur
dengan panjang 5 km, sentra
furnitur di kota Foshan dan Sunte
141
Harga kayu dunia berada pada tren naik di tengah naiknya permintaan di tengah
pasokan yang relatif stabil
• Adanya keterbatasan lahan yang cocok dan tersedia untuk penghijauan, dan ada
persaingan terkait penggunaan lahan pertanian - permintaan yang lebih tinggi untuk
produk tani makanan dan kenaikan harga tanah untuk pertanian.
• Setiap perkebunan baru membutuhkan waktu tujuh tahun untuk menumbuhkan tanaman kayu atau minimal 25
tahun untuk menumbuhkan kayu yang dapat digunakan.
• Sumber daya alam yang ada kekurangan infrastruktur untuk memungkinkan ekstraksi untuk diproses tanaman.
Harga kayu yang lebih tinggi akan memungkinkan pemanenan dari cadangan kayu yang lebih alami dan ekonomis.
Investasi untuk infrastruktur yang diperlukan untuk mengakses kayu yang layak sehingga dapat meminimalisir
kenaikan harga kayu.
Selain itu, peningkatan penggunaan energi biomass ikut menciptakan pasar baru bagi kayu.
Harga Kayu Dunia
Logs, Afrika ($/cubic meter)
Logs, Asia Tenggara ($/cubic meter)
Sawnwood, Asia Tenggara ($/cubic meter) (Skala Kanan)
600
1000
939,4
897,9
876,3
900
852,8
848,3
833,3
484,8
500
451,4
463,5
465,2
738,9
428,6
749,0
800
702,1
390,5
400
730,0
388,6
700
387,4
415,0
360,5
418,0
395,2
600
305,4
300
282,0
278,2
274,4
265,4
270,0
275,0
500
246,0
400
200
300
200
100
100
0
0
2010
2011
2012
Diolah dari berbagai sumber
2013
2014
2015
2016
2017
P2018
P2019
142
Isu terkait industri kayu dan furniture Indonesia
Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu (SVLK)
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan mengubah sistem verifikasi legalitas
kayu (SVLK) yang dinilai memberatkan pengusaha furniture di Indonesia. Revisi ini diharap dapat menggenjot nilai
ekspor yang menurun. Salah satu sebab penurunan ekspor adalah penerapan SVLK ke seluruh negara tujuan
ekspor. Salah satu revisi Kemenperin tersebut adalah membatasi penggunaan SVLK untuk negara-negara tertentu
saja, dan membebaskan SVLK untuk negara lain.
Revisi juga akan diterapkan pada biaya pengurusan sertifikasi SVLK, misalnya dengan memberikan subsidi kepada
pengusaha furniture. Karena menyangkut APBN, subsidi akan diberikan ke UKM yang memiliki rekam jejak ekspor
yang baik.
Sumber : Surat Kabat, Maret 2018
Peraturan menteri perdagangan republik indonesia nomor 70/m-dag/per/9/2017 tentang penetapan harga
patokan ekspor atas produk pertanian dan kehutanan yang dikenakan bea keluar. Dalam permendag tersebut
beberapa jenis golongan kayu dikenakan bea keluar untuk ekspor, antara lain Veneer, serpih kayu, dan kayu
olahan.
Diolah dari berbagai sumber
143
Outlook ekspor kayu dan furniture
Proyeksi Demand
• Ekspor kayu & furniture kayu Indonesia ke Jepang diprediksi masih tumbuh positif tahun 2019, yaitu 10,6%.
Produk yang diekspor masih didominasi oleh kayu lapis (plywood).
•
Sejak bencana Tsunami yang melanda Fukushima tahun 2011 menyebabkan Jepang membutuhkan produk
kayu lapis yang jumlahnya sangatlah besar. Selain Jepang, Korea Selatan juga pasar yang potensial dimana ratarata pertumbuhan impor kayu lapis dari Indonesia sejak 2011 sebesar 20%
•
Selain Jepang, negara berkembang lainnya juga berpotensi meningkatkan potensi ekspor Indonesia di tengah
populasi yang meningkat. Bank Dunia memperkirakan bahwa permintaan kayu global akan meningkat empat
kali lipat pada tahun 2050.
•
Untuk Tiongkok dan AS, diprediksi ekspor furniture masih solid karena pasar semakin terbuka dan potensial.
Tetapi Pengusaha maupun perajin harus mempersiapkan dan mengutamakan hak cipta produk. Jika sampai
lengah, saat berpameran di Tiongkok dapat ditiru dan kalah karena tidak memiliki hak ciptanya.
2019
Tiongkok
Jepang
Tiongkok
Amerika Serikat
Korea Selatan
Australia
India
Amerika Serikat
2016
-2,9%
-3,8%
-10,6%
15,1%
-2,8%
18,2%
Korea Selatan
2017
2,5%
-8,6%
13,0%
16,3%
16,6%
29,8%
Australia
2018
15,7%
76,6%
3,7%
9,1%
9,7%
12,8%
179
157
139
107
244
231
211
181
415
387
355
305
434
397
383
754
826
339
Jepang
2018
1.557
1.332
2017
1.040
941
813
793
2016
India
P2019
10,6%
16,9%
9,2%
7,1%
5,5%
14,3%
Proyeksi Konsumsi Sawnwood (juta kubik meter)
Negara maju
Negara berkembang
Total
2013
216
202
418
Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah
2020
297
283
580
Perubahan
+81
+81
+162
%
+38%
+40%
+39%
144
Outlook ekspor kayu dan furniture (2)
Dengan perkembangan ini diperkirakan kayu dan kayu olahan tumbuh 12,2% di
tahun 2019, tumbuh meningkat dari tahun 2018. Ekspor Furniture kayu Indonesia
juga diproyeksikan tumbuh meningkat 9,6% di tahun 2019.
Outlook Ekspor Kayu Indonesia
Outlook Ekspor Furniture Kayu Indonesia
Nilai Ekspor kayu & olahannya Indonesia
Growth Total
Growth kayu Indonesia
Growth Kayu Manufaktur Indonesia
25,6%
4.976
5000,0
Juta USD
4000,0
4.071 4.002
3.865 4.005
12,0%
9,8%
3000,0
2000,0
1000,0
12,2%
12,1%
5,4%
5,1%
3,6%
7,9%
5,5%
10,8%
1600,0
25%
1400,0
20%
1200,0
15%
12,6%
10%
11,0%
7,1%
-1,7% -1,8%
-3,4% 1,5%
-5,2%
-0,5%
1000,0
1.270
1.339
1.268 1.294
9,6% 08%
06%
6,1%
04%
5,4%
3,6%
2,1%
05%
600,0
00%
400,0
-05%
200,0
12%
10%
1.341
7,8%
800,0
02%
00%
-02%
-04%
-4,0%
-
Growth
1.469
1.197
4.435
3.635
30%
Juta USD
6000,0
Nilai Furniture kayu Indonesia
-5,3%
-10%
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019P
Upside Risk
Peningkatan permintaan kayu dari Jepang, Tiongkok,
dan Amerika Serikat, serta peningkatan permintaan
furniture kayu dan Uni Eropa.
kurs dolar AS yang sedang tinggi mendorong kinerja
ekspor kayu
-
-06%
-08%
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019P
Downside Risk
Kondisi kurangnya bahan baku untuk produksi masih
berlanjut, disebabkan akses bahan baku kayu di dalam
negeri masih sulit. Kemudian panjangnya distribusi
membuat harga kayu semakin tinggi sehingga industri
merasa kesulitan. Selain itu, pemahaman mutu kayu
siap pakai dari produsen masih di bawah standar
international
Perang dagang antara Tiongkok dan Amerika yang terus
berlanjut dapat dijadikan peluang untuk meningkatkan
ekspor kayu & furniture kayu
Relaksasi SVLK berhasil mendorong daya saing pelaku
usaha
Saat ini, Vietnam diindikasikan kekurangan pasokan
untuk bahan baku furniture. Sehingga, Indonesia dapat
mengambil peluang untuk memenuhi permintaan
global.
Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah
145
Lampiran : Eksportir dan Importir Kayu Dunia
Dalam juta USD
Eksportir
Dunia
Kanada
Tiongkok
Amerika Serikat
Jerman
Rusia
Austria
Polandia
Swedia
Indonesia
Malaysia
Lainnya
Importir
Dunia
Pertumbuhan (% yoy)
Porsi 2017
2012
2013
2014
2015
2016
2017
118.752
10.016
12.315
7.891
8.245
6.735
4.708
3.275
4.274
3.449
4.374
53.471
130.693
12.337
12.748
8.964
8.764
7.330
5.102
3.908
4.424
3.635
4.357
59.123
138.533
12.631
14.470
9.745
9.149
7.764
5.032
4.207
4.657
4.071
4.348
62.459
124.515
11.684
14.199
8.928
7.867
6.314
4.351
3.718
3.829
4.006
3.764
55.856
127.133
13.182
13.544
9.022
8.244
6.524
4.695
3.840
3.736
3.865
3.492
56.988
136.265
14.086
13.640
9.776
9.023
7.902
5.096
4.265
4.063
4.004
3.498
60.912
Dalam juta USD
2012
2013
2014
2015
100,0%
10,3%
10,0%
7,2%
6,6%
5,8%
3,7%
3,1%
3,0%
2,9%
2,6%
44,7%
2013
2014
2015
2016
2017
10,1%
23,2%
3,5%
13,6%
6,3%
8,8%
8,4%
19,3%
3,5%
5,4%
-0,4%
10,6%
6,0%
2,4%
13,5%
8,7%
4,4%
5,9%
-1,4%
7,7%
5,3%
12,0%
-0,2%
5,6%
-10,1%
-7,5%
-1,9%
-8,4%
-14,0%
-18,7%
-13,5%
-11,6%
-17,8%
-1,6%
-13,4%
-10,6%
2,1%
12,8%
-4,6%
1,1%
4,8%
3,3%
7,9%
3,3%
-2,4%
-3,5%
-7,2%
2,0%
7,2%
6,9%
0,7%
8,4%
9,4%
21,1%
8,5%
11,1%
8,8%
3,6%
0,2%
6,9%
1,0%
3,4%
1,7%
2,2%
0,7%
1,9%
0,0%
2,2%
-2,1%
2,4%
-5,3%
0,7%
2015
2016
2017
7,6% -10,7%
0,6%
7,9%
CAGR
20132017
1,1%
21,5% -18,2%
5,2%
19,3%
5,7%
8,3%
3,2%
8,5%
8,2%
7,0%
7,2% 4,2%
6,2% 6,0%
-6,3% -14,0%
1,0%
1,1%
-4,7%
6,7% -12,6%
3,3%
6,5%
0,6%
4,9% 17,9%
3,1% 4,8%
21,1%
-4,3%
5,0%
4,8%
6,6% -16,1% -1,4%
7,0%
-1,4%
3,0% -1,2%
2,5% -1,8%
2,5% -16,1%
4,0%
9,1%
-0,6%
9,1%
NA
4,1%
11,1%
3,6%
17,3%
-7,5%
-0,4% 10,7%
4,6%
-4,2% -15,7% 11,3% 10,0%
-0,3%
5,3% -11,3% -4,2%
-1,6%
Porsi
2017
Pertumbuhan (% yoy)
2016
2017
142.852 100,0% 8,8%
23.422 16,4% 25,7%
21.123 14,8% 17,4%
125.789
136.879
147.305
131.525
132.365
Tiongkok
14.937
18.769
22.798
18.656
19.627
Amerika Serikat
13.720
16.104
17.435
18.000
19.522
Jepang
11.968
12.467
11.684
10.051
10.154
10.269
Jerman
8.118
8.602
9.178
8.025
8.291
8.826
Inggris
4.888
5.765
6.983
6.917
6.620
6.954
Italia
4.527
4.745
5.057
4.243
4.183
4.477
Perancis
4.370
4.319
4.426
3.715
3.864
4.218
Belanda
3.138
3.082
3.361
3.066
3.192
3.547
2013
Austria
2.806
3.203
3.070
2.588
2.882
3.169
2,4% 12,5%
2,2% 14,2%
Lainnya
54.764
56.952
59.949
53.153
50.931
53.415
37,4% 4,0%
Korea Selatan
2.552
2.870
3.365
3.112
3.099
3.432
CAGR
20132017
2014
-0,9%
4,9%
146
Lampiran : Nilai Ekspor dan Impor Kayu Indonesia
Nilai Ekspor Produk Kayu Indonesia
Dalam juta USD
Komoditi Ekspor
2012
2013
2014
Pertumbuhan (% yoy)
2015
2016
Porsi 2017
2017
2013
2014
2015
2016
2017
CAGR 20132027
Dunia
3.449
3.635
4.071
4.006
3.865
4.004
100,0%
5,4%
12,0%
-1,6%
-3,5%
3,6%
2,4%
Kayu lapis
2.012
2.176
2.372
2.346
2.212
1.694
42,3%
8,2%
9,0%
-1,1%
-5,7%
-23,4%
-6,1%
515
509
617
614
615
683
17,0%
-1,2%
21,1%
-0,4%
0,1%
11,1%
7,6%
14
5
4
3
2
525
13,1%
-66,2%
-14,3% -33,4% -21,5% 24842,7%
225,1%
Produk pertukangan & bahan bangunan dari kayu
316
330
341
355
363
394
9,8%
4,6%
4,1%
2,1%
8,7%
4,5%
Arang kayu
106
119
157
185
191
241
6,0%
12,3%
31,8% 18,4%
2,8%
26,6%
19,4%
Kayu bakar
-11,1%
Kayu
Produk kayu lainnya
3,3%
125
166
232
157
127
104
2,6%
33,2%
39,1% -32,3% -18,8%
-18,2%
Papan fiber dari kayu
54
59
86
96
92
81
2,0%
9,0%
45,9% 12,2%
-4,6%
-11,7%
8,3%
Lembaran untuk veneering
34
31
30
41
54
77
1,9%
-7,3%
-3,7% 36,5%
31,2%
41,2%
24,9%
Tatakan kayu
128
99
105
72
74
67
1,7%
-22,6%
6,1% -31,5%
3,4%
-10,1%
-9,3%
Kayu digergaji
54
47
52
46
51
52
1,3%
-13,5%
11,2% -11,6%
11,9%
0,7%
2,6%
Lainnya
92
93
76
91
84
86
2,2%
1,8%
-19,1% 19,9%
-7,2%
2,5%
-2,0%
Nilai Impor Produk Kayu Indonesia
Dalam juta USD
Komoditi Impor
2012
2013
2014
Pertumbuhan (% yoy)
2015
2016
Porsi 2017
2017
2013
2014
2015
2017
CAGR 20132027
401
398
383
359
331
510
100,0%
-0,7%
-3,9%
-8,0%
54,3%
6,4%
Kayu kasar
18
21
27
43
31
166
32,6%
12,8%
33,8% 56,5% -27,9%
437,9%
68,8%
Papan partikel
96
98
110
113
109
129
25,3%
2,7%
-3,4%
18,5%
7,1%
Kayu digergaji
76
86
73
49
44
59
11,5%
13,6%
-15,9% -32,6% -11,1%
34,4%
-9,3%
Papan fiber dari kayu
69
60
48
45
41
52
10,1%
-13,4%
-20,5%
-8,1%
24,8%
-3,7%
Kayu lapis
71
57
46
36
29
31
6,0%
-19,0%
-20,2% -21,3% -20,4%
7,4%
-14,4%
Wol kayu
36
37
32
33
29
30
5,8%
3,3%
-12,5%
0,8%
-5,3%
Produk kayu lainnya
11
10
17
10
11
15
2,9%
-9,6%
68,7% -37,2%
2,1%
39,7%
10,9%
Lembaran untuk veneering
5
6
8
6
5
8
1,6%
14,6%
27,4% -28,4% -15,0%
64,5%
6,2%
Produk pertukangan & bahan bangunan dari kayu
2
3
5
5
5
6
1,1%
23,1%
50,6%
6,3%
3,8%
16,6%
Peti/kotak kayu
2
4
3
3
2
3
0,7%
97,2%
-28,7%
-9,8% -14,5%
43,7%
-5,7%
2,3%
6,8%
-3,3%
8,1%
-51,9%
-7,0%
Dunia
Lainnya
15
16
15
16
24
12
11,7%
-6,2%
2016
2,8%
-5,5%
3,4% -11,6%
11,4%
49,0%
Negara Tujuan Ekspor Kayu Lapis (Plywood) Indonesia 2017
Jordania
2,1%
Singapura
2,5%
Inggris
2,2%
Lainnya
17,7%
Jepang
34,0%
Australia
2,6%
Taiwan
Malaysia
3,0%
4,2%
Arab Saudi
4,7%
Amerika
Serikat
12,4%
Korea Selatan
14,5%
147
Lampiran : Eksportir dan Importir Furniture Kayu Dunia
Dalam juta USD
Eksportir
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Dunia
58.454
62.134
67.182
64.267
64.661
69.133
Tiongkok
18.331
19.439
22.092
22.849
22.207
22.687
Viet Nam
2.767
3.069
3.557
3.756
4.015
6.623
Italia
5.396
5.742
6.015
5.197
5.183
5.264
Polandia
3.922
4.486
5.056
4.359
4.734
5.064
Jerman
4.816
4.798
4.987
4.513
4.666
4.759
Malaysia
2.114
1.840
1.941
1.863
1.822
1.865
Kanada
1.267
1.316
1.374
1.516
1.660
1.677
Amerika Serikat
1.810
1.858
1.879
1.822
1.653
1.659
Indonesia
1.111
1.197
1.270
1.339
1.268
1.294
Denmark
1.253
1.302
1.408
1.281
1.358
1.259
Lainnya
15.669
17.085
17.603
15.771
16.094
16.981
Importir
Dalam juta USD
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Dunia
56.459
58.666
61.999
60.066
59.571
64.120
Amerika Serikat
14.232
15.180
16.332
18.084
18.433
20.427
Jerman
4.674
4.734
5.236
4.662
4.781
4.910
Inggris
3.225
3.287
3.720
3.750
3.594
3.925
Perancis
3.630
3.331
3.494
2.982
3.145
3.418
Jepang
2.500
2.427
2.433
2.139
2.159
2.177
Belanda
1.530
1.538
1.576
1.699
1.842
2.163
Kanada
2.282
2.293
2.275
2.108
1.993
2.126
Swiss
1.882
1.994
2.006
1.853
1.833
1.804
Australia
1.386
1.439
1.526
1.454
1.442
1.427
Austria
1.310
1.464
1.451
1.176
1.211
1.228
Lainnya
19.809
20.979
21.950
20.159
19.140
20.515
Porsi
2017
Pertumbuhan (% yoy)
2016
2017
CAGR
20132017
-4,3%
0,6%
6,9%
2,7%
3,4%
-2,8%
2,2%
3,9%
5,6%
6,9%
65,0%
21,2%
4,8% -13,6% -0,3%
1,6%
-2,1%
2013
2014
2015
100,0% 6,3%
32,8% 6,0%
8,1%
13,6%
9,6% 10,9%
7,6% 6,4%
15,9%
7,3% 14,4%
6,9% -0,4%
12,7% -13,8% 8,6%
3,9%
2,7% -12,9%
2,4% 3,9%
7,0%
3,1%
-9,5%
3,4%
2,0%
-0,2%
5,5%
-4,0%
-2,2%
2,3%
0,3%
4,4%
10,3%
9,5%
1,0%
6,3%
2,4% 2,7%
1,9% 7,8%
1,1%
-3,1%
-9,2%
0,3%
-2,8%
6,1%
5,4%
-5,3%
2,1%
2,0%
1,8% 3,9%
24,6% 9,0%
8,1%
-9,0%
6,0%
-7,3%
-0,8%
3,0% -10,4% 2,0%
5,5%
-0,2%
2013
2014
2015
2016
2017
100,0% 3,9%
31,9% 6,7%
5,7%
-3,1%
-0,8%
7,6%
CAGR
20132017
2,2%
7,6%
10,7%
Porsi 2017
Pertumbuhan (% yoy)
1,9%
10,8%
7,7%
7,7% 1,3%
6,1% 1,9%
10,6% -11,0% 2,5%
2,7%
0,9%
13,2%
-4,1%
9,2%
4,5%
5,3% -8,2%
3,4% -2,9%
4,9% -14,7% 5,5%
8,7%
0,7%
0,3% -12,1% 0,9%
0,9%
-2,7%
2,5%
7,8%
8,4%
17,4%
8,9%
-0,8%
-7,3%
-5,5%
6,7%
-1,9%
0,6%
NA
-1,1%
-1,6%
-2,5%
6,1%
-4,7%
-0,9%
-1,1%
-0,2%
-0,9% -19,0% 3,0%
1,4%
-4,3%
4,6%
7,2%
-0,6%
3,4% 0,6%
3,3% 0,5%
2,8% 6,0%
2,2% 3,8%
1,9% 11,8%
32,0% 5,9%
0,8%
-8,2%
-5,1%
148
Lampiran : Eksportir dan Importir Kayu Dunia
Dalam juta USD
Tujuan Ekspor
Dunia
2012
2013
3.449
2014
3.635
Pertumbuhan (% yoy)
2015
4.071
2016
4.006
Porsi 2017
2017
3.865
4.004
2013
2014
2015
2016
2017
CAGR
20132027
100,0%
5,4%
12,0%
-1,6%
-3,5%
3,6%
2,4%
0,0%
-18,1%
-2,9%
2,5%
-5,0%
-2,2%
1,5%
Jepang
940
997
997
817
793
813
20,3%
6,1%
Tiongkok
552
710
878
859
826
754
18,8%
28,6%
23,6%
Amerika Serikat
274
291
298
380
339
383
9,6%
6,2%
2,3%
Korea Selatan
151
172
226
265
305
355
8,9%
14,0%
Australia
200
188
219
186
181
211
5,3%
Taiwan
143
162
182
150
163
155
3,9%
-3,8%
-8,6%
27,4% -10,6%
13,0%
7,1%
31,3%
17,0%
15,1%
16,3%
19,8%
-5,9%
16,4%
-15,3%
-2,8%
16,6%
2,8%
12,8%
12,5%
-17,8%
8,9%
-4,9%
-1,0%
31,0%
India
39
47
55
91
107
139
3,5%
21,6%
15,9%
65,5%
18,2%
29,8%
Inggris
100
104
107
128
142
136
3,4%
4,5%
2,8%
19,2%
11,5%
-4,6%
6,9%
Belanda
102
83
99
110
117
128
3,2%
-18,5%
19,1%
10,4%
6,1%
9,8%
11,3%
Arab Saudi
172
167
180
212
111
126
3,2%
-2,8%
7,6%
18,3% -47,5%
13,2%
-6,7%
Lainnya
775
712
830
810
781
804
20,1%
-8,2%
16,5%
3,0%
3,1%
-2,4%
-3,6%
2013
2014
2015
2016
2017
401
398
383
359
331
510
100,0%
-0,7%
-3,9%
-6,2%
-8,0%
54,3%
CAGR
20132017
6,4%
Malaysia
63
70
58
65
44
187
36,6%
11,4%
-17,0%
11,6%
-31,7%
321,4%
27,8%
Tiongkok
105
81
77
74
64
64
12,6%
0,0%
0,0%
-4,0%
-12,7%
0,1%
0,0%
Amerika Serikat
52
56
55
53
56
53
10,5%
6,5%
-0,1%
-5,1%
6,9%
-5,1%
-1,0%
Selandia Baru
41
39
37
41
41
47
9,2%
0,0%
0,0%
0,0%
0,4%
14,2%
0,0%
Thailand
57
60
54
37
37
44
8,7%
5,4%
-9,5%
-31,5%
0,1%
19,6%
-7,2%
Jerman
11
10
13
11
11
14
2,7%
-1,8%
0,0%
0,0%
0,7%
26,1%
0,0%
Perancis
3
4
5
5
6
10
1,9%
27,5%
26,7%
4,9%
13,9%
60,9%
24,9%
Kanada
7
6
6
6
6
10
1,9%
0,0%
0,0%
0,0%
0,0%
0,0%
0,0%
Viet Nam
4
10
8
7
7
7
1,5%
149,2%
-11,9%
-17,8%
0,0%
7,6%
-6,0%
Asal Impor
Dunia
Dalam juta USD
2012
2014
2015
2016
2017
3
2
2
4
6
7
1,4%
-17,9%
2,3%
58,9%
56,7%
19,9%
32,2%
56
61
68
57
52
67
13,1%
9,7%
10,9%
-15,7%
-9,3%
29,2%
2,3%
Brazil
Lainnya
2013
Pertumbuhan (% yoy)
Porsi 2017
dalam Juta USD
Produk Diekspor
HS Code
Total Kayu & Furniture Kayu
Kayu
Furniture kayu
44
940161,
940169,
940330,
940340,
940350,
940360
HS Code
Total Kayu & Furniture Kayu
Kayu
Furniture kayu
44
940161,
940169,
940330,
940340,
940350,
940360
Pertumbuhan (% yoy)
CAGR
Jan-Sep 20132017
2018 2017
3,2% 12,4% 2,3%
2012
2013
2014
2015
2016
2017
4.559,8
4.832,3
5.341,1
5.344,5
5.132,9
5.298,5
3.449
3.635
4.071
4.006
3.865
4.004
3.325
75,6%
5,4% 12,0%
-1,6%
-3,5%
3,6% 14,3%
2,4%
1.111
1.197
1.270
1.339
1.268
1.294
921
24,4%
7,8%
5,4%
-5,3%
2,1%
2,0%
dalam Juta USD
Produk Diimpor
Porsi 2017
(%)
2013
Jan-Sep
2018
4.246
2012
2013
2014
2015
2016
401,2
398,4
382,9
359,2
330,5
510,0
Jan-Sep
2018
418,5
401,2
398,4
382,9
359,2
330,5
510,0
312,2
85,7
79,4
80,8
77,1
68,0
101,6
106,3
2017
100,0%
Porsi 2017
(%)
6,0%
2014
2015
2016
10,5%
0,1%
-4,0%
6,1%
CAGR
Jan-Sep 20132015
2016 2017
2018 2017
-6,2% -8,0% 54,3% 16,2% 6,4%
Pertumbuhan (% yoy)
2013
2014
100,0%
-0,7%
-3,9%
100,0%
-0,7%
-3,9%
19,9%
5,8%
-7,3%
1,7%
-6,2%
-4,6%
-8,0% 54,3%
5,8%
-11,8% 49,4% 62,7%
6,4%
6,3%
149
TEKSTIL & PRODUK TEKSTIL
(HS Code 50 s/d 63)
Tekstil sebagai komoditas unggulan
Tekstil merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia,
hal ini dapat terlihat dari hasil pemilihan komoditas unggulan ekspor (winning
commodities) dengan menggunakan beberapa metode analisis yaitu Computable General Equilibrium
(CGE) dan Export Product Dynamics (EPD).
Tekstil sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode CGE
Komoditas yang menjadi unggulan ekspor diidentifikasi berdasarkan hasil simulasi ketika terjadi peningkatan
pemintaan ekspor secara arbitrary sebesar 10%, yaitu komoditas yang paling responsif terhadap variabel sektoral
Indonesia berdasarkan tiga indikator kunci yaitu (1) peningkatan ekspor bersih (bobot 60%, (2) output (bobot 20%),
dan (3) penyerapan tenaga kerja. (bobot 20%) Berdasarkan hasil CGE, tekstil menempati peringkat 10 dengan indeks
komposit sebesar 2.17.
Peringkat
Sektor
Dampak terhadap
Perubahan Nilai Ekspor
(Milyar Rupiah)
Dampak terhadap Output
(Perubahan Persentase)
Dampak terhadap Tenaga Kerja
(Perubahan Persentase)
Indeks
Komposit
10
Tekstil
2,368.09
0.51
0.87
2.17
Tekstil sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode EPD
Lost Opportunity
+
Ethiopis, Gambia, Irlandia
-
O
Retreat
Rising Star
Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok,
India, Rusia, dan 60 Negara Lainnya
+
Austria, Kamerun, Czech,
Seychelles, Zimbabwe
Perang dagang antara Amerika Serikat
dan
Tiongkok
memunculkan
kekhawatiran terhadap kinerja ekspor
Indonesia, terutama produk industri
tekstil.
Kecemasan
ini
sangat
beralasan sebab lebih dari separuh
ekspor pakaian jadi dari tekstil
domestik tujuannya ke pasar Amerika
Serikat. Ancaman perang dagang
Amerika Serikat dengan Tiongkok
dapat berdampak terhadap Indonesia.
Falling Star
Sumber : WITS, Oktober 2018
Komoditi TPT yang dianalisis adalah produk pakaian jadi. Komoditi pakaian jadi Indonesia yang diekspor ke Ethiopia
(periode analisis EPD 2011-2014), Gambia (periode analisis EPD 2011-2017) dan Irlandia (periode analisis EPD 20112017) berada pada posisi lost opportunity. Sebagian besar komoditi ekspor ini berada pada posisi rising star
diantaranya di Negara Amerika Serikat, Jepang, China, India, dan Rusia. Membaiknya perekonomian negara-negara
maju tersebut, terutama AS berdampak positif bagi ekspor produk tekstil nasional.
151
Ekspor Impor Produk TPT Dunia Kembali Tumbuh Positif di tahun 2017 ditopang
oleh meningkatnya permintaan barang rajutan dan pakaian jadi bukan
rajutan
• Nilai ekspor dan impor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dunia tahun 2017
masing-masing mencapai USD789,6 miliar dan USD708,4 miliar atau tumbuh
masing-masing di level 5,05% year-on-year (yoy) dan 5,86% yoy, tumbuh positif pertama kalinya sejak tahun
2015.
• Pakaian jadi bukan rajutan dan barang-barang dari rajutan adalah dua produk ekspor maupun impor terbesar
TPT dunia.
• Pada tahun 2017, seluruh ekspor jenis produk TPT dunia tercatat tumbuh positif, kecuali Sutra dan Serat Stapel
Buatan yang masing-masing turun di level -4,67% yoy dan -0,36% yoy. Selama lima tahun terakhir (2013-2017)
tren ekspor sebagian besar tercatat negatif, kecuali produk HS53 (Serat Tekstil dan Benang Kertas) yang tumbuh
0,24% per tahun; HS56 (Kapas Gumpalan dan Tali) yang tumbuh 1,39% per tahun; HS60 (Kain Rajutan) yang
tumbuh 1,47% per tahun; HS62 (Pakaian Jadi Bukan Rajutan) yang tumbuh 2,25% per tahun; dan HS 63 (Kain
Perca) yang tumbuh 0,41% per tahun.
Ekspor dan Impor TPT Dunia
1.000.000
Nilai Ekspor (Juta USD)
7,40%
4,26%
800.000
Nilai Impor (Juta USD)
600.000
3,05%
-7,50%
400.000
200.000
833.468 724.137
770.990 685.618
751.669 669.207
789.630 708.445
2013
2014
2015
2016
2017
Permadani Wol dan Bulu
2,03%
Hewan
1,67%
Sutra
0,26%
Kapas Gumpalan
dan Tali
3,20%
Kain Rajutan
4,41%
Filamen Buatan
5,89%
Kapas
7,20%
51
Kain Ditenun
Berlapis
3,20%
Kapas
Gumpalan
dan Tali
3,31%
Permadani
2,04%
Kain Rajutan
4,18%
Serat Stapel
Buatan
5,22%
2014
2015
Wol, Bulu Kain Tenunan
Hewan
Khusus
1,80%
1,49%
Filamen
Buatan
6,04%
Kapas
6,99%
Nilai Ekspor (Miliar USD)
2013
Sutra
Kain Tenunan
Khusus
Serat Tekstil dan
1,57%
Benang Kertas
0,55%
Barang-Barang
Rajutan
28,59%
Kain Perca
8,04%
Deskripsi Produk
50
Produk Diimpor Dunia (2017)
Pakaian Jadi
Bukan Rajutan
28,84%
Serat Stapel
Buatan
4,58%
-5,00%
-10,00%
Produk Diekspor Dunia (2017)
Kain Ditenun
Berlapis
3,19%
5,00%
0,00%
-2,39%
-2,51%
-5,32%
798.380 702.729
-
HS Code
10,00%
5,86%
5,05%
4,39%
Serat Tekstil
dan Benang
Kertas
0,55%
Barang-Baran
g Rajutan
Pakaian Jadi
Bukan 28,51%
Rajutan
28,29%
Kain Perca
8,13%
Porsi 2017
2016
Sutra
0,25%
2017
Pertumbuhan
(%yoy)
CAGR 2013 - 2017
2017
3.1
2.9
2.4
2.2
2.1
0.26%
-4.67%
-9.79%
Wol dan Bulu Hewan
14.5
14.4
13.2
12.6
13.2
1.67%
4.39%
-2.35%
52
Kapas
72.0
64.2
56.4
52.7
56.9
7.20%
7.83%
-5.74%
53
Serat Tekstil dan Benang Kertas
4.3
4.7
4.7
4.3
4.3
0.55%
0.30%
0.24%
54
Filamen Buatan
50.3
51.1
46.9
44.9
46.5
5.89%
3.59%
-1.91%
55
Serat Stapel Buatan
41.2
42.4
39.0
36.3
36.1
4.58%
-0.36%
-3.20%
56
Kapas Gumpalan dan Tali
23.9
25.4
23.9
23.7
25.2
3.20%
6.61%
1.39%
57
Permadani
16.3
16.9
14.8
15.1
16.0
2.03%
6.04%
-0.46%
58
Kain Tenunan Khusus
13.4
13.6
12.6
12.1
12.4
1.57%
2.50%
-1.98%
59
Kain Ditenun Berlapis
25.4
26.2
24.0
23.7
25.2
3.19%
6.24%
-0.25%
60
Kain Rajutan
32.8
34.1
33.3
32.6
34.8
4.41%
6.75%
1.47%
61
Barang-Barang Rajutan
230.4
238.3
219.7
215.9
225.7
28.59%
4.54%
-0.51%
62
Pakaian Jadi Bukan Rajutan
208.3
232.7
219.2
215.2
227.7
28.84%
5.79%
2.25%
63
Kain Perca
62.5
66.5
61.1
60.4
63.5
8.04%
5.23%
0.41%
798.4
833.5
771.0
751.7
789.6
100%
5.05%
-0.28%
Total Nilai Ekspor
Sumber : Trade Map, diolah
152
Tiongkok Menguasai Ekspor Produk TPT dunia dan Menjadi Pemasok Jenis Garmen
Tekstil untuk Kemudian Diekspor bagi Negara Pengekspor Pakaian jadi di Asia
seperti Bangladesh, Vietnam dan Indonesia
• Tiongkok adalah eksportir TPT terbesar dunia dengan pangsa pasar 32.59% di
tahun 2017, diikuti oleh India (4,71%) dan Bangladesh (4,2%). Importir TPT terbesar
dunia adalah AS (16,10%), diikuti oleh Jerman (7,37%) dan Jepang (4,95%).
• Berdasarkan negara pengekspor TPT, dari sepuluh negara utama hanya Hongkong yang mencatatkan
pertumbuhan negatif, yang turun di level 6,50% yoy. Hongkong yang dikenal sebagai major trading hubs TPT
dan bisnis fashion selama beberapa dekade mulai menunjukkan tren melambat bahkan menurun karena
pertumbuhan biaya di Hongkong yang meroket dan munculnya sourcing hub lain seperti Singapura, Dubai dan
Malaysia.
• Selama lima tahun terakhir (2013-2017), hanya terdapat tiga dari sepuluh negara eksportir utama dengan
pertumbuhan majemuk per tahun (CAGR) selama 2013-2017 positif, yaitu: Bangladesh (14,24%), Vietnam
(12,23%) dan Spanyol (4,53%). Isu perang dagang AS dan Tiongkok menguntungkan Vietnam, karena sejumlah
perusahaan TPT asal Hongkong melirik Vietnam sebagai tujuan investasi. Sejumlah perusahaan TPT mulai keluar
dari Tiongkok untuk menghindari tarif masuk yang ditetapkan AS atas produk asal Tiongkok.
Eksportir Dunia (2017)
Importir Dunia (2017)
Negara
Lainnya
33,21%
Tiongkok
32,59%
Spanyol
2,35%
India
4,71%
Hong Kong
2,70%
Amerika
Serikat
3,28%
Bangladesh
4,62%
Turki
3,40%
Italia
4,29%
Viet Nam
4,33%
Amerika
Serikat
16,10% Jerman
7,37%
Jepang
4,95%
Inggris
4,51%
Tiongkok
4,39%
Negara
Lainnya
45,63%
Hong Kong
2,65%
Jerman
4,53%
Spanyol
3,24%
Viet Nam
3,44%
Italia
3,53%
Perancis
4,18%
• Melanjutkan tren yang muncul dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok mengekspor lebih sedikit pakaian jadi
dan kini lebih banyak mengekspor garmen tekstil ke dunia. Pangsa pasar Tiongkok dalam ekspor pakaian jadi
dunia turun dari puncaknya — 38,8% pada 2014 ke rekor terendah 34,9% pada 2017. Sementara itu, Tiongkok
menyumbang 37,1% dari ekspor garmen tekstil dunia pada 2017, yang merupakan rekor baru tertinggi.
• Tiongkok memainkan peran yang semakin penting sebagai pemasok tekstil untuk banyak negara pengekspor
pakaian jadi di Asia. Diukur berdasarkan nilai, 47% impor tekstil Bangladesh berasal dari Tiongkok pada 2017, naik
dari 39% pada 2005. Tren serupa terjadi di Kamboja (naik dari 30% menjadi 65%), Vietnam (naik dari 23%
menjadi 50%), Pakistan (naik dari 32% menjadi 71%), Malaysia (naik dari 25% menjadi 54%), Indonesia (naik dari
28% menjadi 46%), Filipina (naik dari 19% menjadi 41%) dan Sri Lanka (naik dari 15% hingga 39%) selama periode
yang sama.
No
Nilai Ekspor (Juta USD)
Eksportir
2013
1
Tiongkok
2
2014
2015
2016
Porsi 2017
2017
Pertumbuhan
(%yoy)
CAGR 2013 - 2017
2017
273,959
287,584
273,393
253,217
257,321
32.59%
1.62%
India
40,193
38,598
37,162
35,429
37,190
4.71%
4.97%
-1.92%
3
Bangladesh
21,423
-
28,333
34,567
36,487
4.62%
5.55%
14.24%
4
Jerman
36,120
37,723
32,340
32,910
35,777
4.53%
8.71%
-0.24%
5
Viet Nam
21,534
25,238
27,266
28,703
34,163
4.33%
19.02%
12.23%
6
Italia
35,722
37,448
31,661
32,155
33,871
4.29%
5.34%
-1.32%
7
Turki
27,706
29,368
26,342
26,207
26,833
3.40%
2.39%
-0.80%
8
Amerika Serikat
26,763
26,188
24,925
23,609
25,885
3.28%
9.64%
-0.83%
9
Hong Kong
31,585
29,211
26,540
22,796
21,315
2.70%
-6.50%
-9.36%
Spanyol
15,545
16,755
15,937
16,590
18,558
2.35%
11.86%
4.53%
267,831
305,355
247,090
245,485
262,230
33.21%
6.82%
-0.53%
798,380
833,468
770,990
751,669
789,630
100%
5.05%
-0.28%
10
Negara Lainnya
Total Nilai Ekspor
Sumber : Trade Map, diolah
-1.55%
153
Importir Produk TPT Global Masih didominasi oleh Negara-Negara Maju namun
dengan Tren Pertumbuhan yang terus menurun.
• Negara-negara maju menunjukkan pertumbuhan konsumsi yang melambat bahkan
negatif. Hal ini dikonfirmasi oleh perusahaan fashion dunia H&M yang mengumumkan
penurunan penjualan sebesar -2% selama 2017 dan menutup jumlah toko pada tahun 2018, dengan sebagian
besar berada di pasar negara maju.
• Di sisi lain, pasar negara berkembang mewakili peluang pertumbuhan jangka panjang konsumsi tekstil global
terlepas dari kenyataan bahwa beberapa pasar negara berkembang, seperti Tiongkok dan India, sudah cukup
jenuh namun masih ada banyak ruang untuk pertumbuhan mengingat naiknya pengeluaran per kapita saat ini
dan kenaikan kelas menengah.
• Dua tantangan paling penting yang dihadapi oleh industri terkait dengan teknologi, yaitu (i) perkembangan
saluran penjualan online untuk mengimbangi penurunan penjualan di toko fisik, dan (2) meningkatnya biaya
tenaga kerja di negara-negara yang secara tradisional dianggap berbiaya rendah.
Berdasarkan Produk
HS Code
Nilai Impor (Miliar USD)
Deskripsi Produk
2013
50
Sutra
51
2014
2015
Porsi 2017
2016
2017
Pertumbuhan
(%yoy)
CAGR 2013 - 2017
2017
2.4
2.3
1.9
1.8
1.8
0.25%
0.73%
-7.47%
Wol, Bulu Hewan
13.7
13.7
12.5
12.0
12.7
1.80%
5.95%
-1.81%
52
Kapas
62.7
56.0
50.2
44.9
49.6
6.99%
10.49%
-5.72%
53
Serat Tekstil dan Benang Kertas
3.6
3.9
3.8
3.9
3.9
0.55%
-0.16%
2.15%
54
Filamen Buatan
41.5
43.0
41.0
39.0
42.8
6.04%
9.71%
0.75%
55
Serat Stapel Buatan
39.4
40.3
37.5
35.8
37.0
5.22%
3.35%
-1.54%
56
Kapas Gumpalan dan Tali
21.6
23.0
21.7
21.6
23.5
3.31%
8.44%
2.06%
57
Permadani
14.1
14.6
13.5
13.5
14.5
2.04%
7.43%
0.65%
58
Kain Tenunan Khusus
10.3
11.1
10.3
10.7
10.6
1.49%
-0.72%
0.56%
59
Kain Ditenun Berlapis
21.8
22.7
20.6
21.0
22.7
3.20%
7.76%
1.03%
60
Kain Rajutan
25.3
27.1
26.0
26.5
29.6
4.18%
11.66%
4.01%
61
Barang-Barang Rajutan
193.6
203.2
193.5
191.4
202.0
28.51%
5.53%
1.06%
62
Pakaian Jadi Bukan Rajutan
199.4
206.7
198.9
193.4
200.4
28.29%
3.62%
0.12%
63
Kain Perca
53.3
56.6
54.3
53.8
57.6
8.13%
6.99%
1.97%
702.7
724.1
685.6
669.2
708.4
100%
5.86%
0.20%
Total Nilai Impor
Berdasarkan Negara
No
Nilai Impor (Juta USD)
Importir
Porsi 2017
Pertumbuhan
(%yoy)
CAGR 2013 - 2017
2017
2013
2014
2015
2016
2017
111,649
114,926
119,624
113,521
114,080
16.10%
0.49%
Jerman
51,212
54,119
48,238
49,331
52,242
7.37%
5.90%
0.50%
3
Jepang
41,005
38,670
35,367
34,705
35,056
4.95%
1.01%
-3.84%
4
Inggris
33,024
36,370
34,757
32,084
31,950
4.51%
-0.42%
-0.82%
5
Tiongkok
40,416
36,002
32,368
28,368
31,099
4.39%
9.63%
-6.34%
6
Perancis
29,763
31,177
28,279
28,267
29,639
4.18%
4.85%
-0.10%
7
Italia
25,302
27,110
23,815
23,901
24,979
3.53%
4.51%
-0.32%
8
Viet Nam
12,846
14,523
15,447
16,066
24,342
3.44%
51.52%
17.33%
9
Spanyol
18,876
21,412
21,082
21,737
22,966
3.24%
5.65%
5.02%
10
Hong Kong
25,960
24,511
22,540
19,917
18,807
2.65%
-5.57%
-7.74%
312,677
325,317
304,102
301,310
323,284
45.63%
7.29%
0.84%
702,729
724,137
685,618
669,207
708,445
100%
5.86%
0.20%
1
Amerika Serikat
2
Negara Lainnya
Total Nilai Ekspor
Sumber : Trade Map, diolah
0.54%
154
Ekspor Produk TPT Indonesia Kembali Tumbuh Positif di tahun 2017 dan 2018
ditopang oleh meningkatnya permintaan global terutama dari pasar tujuan
utama
Pada tahun 2018, nilai ekspor sebesar USD13,21 miliar atau meningkat 5,95% yoy.
Amerika Serikat merupakan negara tujuan utama ekspor Tekstil dan Produk Tekstil
Indonesia, dengan valuasi ekspor pada tahun 2017 mencapai USD4,32 miliar atau setara dengan 34.44% total
ekspor TPT Indonesia. Pakaian jadi bukan rajutan, barang-barang rajutan, dan serat stapel buatan mendominasi
ekspor produk-produk TPT Indonesia.
Ekspor dan Impor TPT Indonesia
Tujuan Ekspor (2017)
Nilai Ekspor (Juta USD)
Lainnya
27,50%
Nilai Impor (Juta USD)
Pertumbuhan Ekspor - Skala Kanan (%) 21,90%
4,04%
1,10%
6.000
2013
2014
No
13.217
12.537
10,00%
5,00%
-6,89%
2015
5,43%
2016
0,00%
10.017
-3,67%
0,70%
8.217
8.160
7.976
0,48%
0
15,00%
2,31%
8.566
2.000
20,00%
5,95%
-3,59%
1,75%
8.473
4.000
11.832
8.000
12.283
12.741
10.000
12.680
12.000
25,00%
Pertumbuhan Impor - Skala Kanan (%)
14.000
Australia
1,75%
Inggris
1,81%
Brazil
1,92%
Uni Emirat
Arab
2,34%
Jerman
4,12%
-5,00%
-10,00%
2017
Amerika
Serikat
34,44%
Jepang
10,53%
Turki
4,29%
Korea
Selatan
4,84%
Tiongkok
6,46%
2018
Pertumbuhan
CAGR 2013
(%yoy)
- 2017
2017
Nilai Ekspor (Juta USD)
Negara Tujuan
2013
2014
2015
2016
2017
1
Amerika Serikat
4,098.2
3,959.5
3,942.2
3,827.8
4,317.4
12.79%
1.31%
2
Jepang
1,183.5
1,222.8
1,203.1
1,193.3
1,320.7
10.68%
2.78%
3
Tiongkok
573.1
614.3
668.9
622.2
810.0
30.18%
9.03%
4
Korea Selatan
599.4
535.3
546.2
575.2
606.8
5.49%
0.31%
5
Turki
623.9
650.2
575.7
516.0
537.2
4.11%
-3.67%
6
Jerman
608.9
639.1
535.3
537.7
516.8
-3.89%
-4.02%
7
Uni Emirat Arab
397.6
504.5
439.8
392.2
293.9
-25.06%
-7.28%
8
Brazil
362.3
327.5
247.5
226.1
241.2
6.68%
-9.68%
9
Inggris
335.4
308.3
252.2
235.3
226.3
-3.80%
-9.37%
Australia
170.4
176.8
196.9
216.8
219.1
1.04%
6.48%
3,726.7
3,802.7
3,675.2
3,489.6
3,447.3
-1.21%
-1.93%
12,679.5
12,740.8
12,283.0
11,832.2
12,536.7
5.95%
-0.28%
10
Lainnya
Total Nilai Ekspor
Nilai Ekspor (Juta USD)
Deskripsi Produk
HS Code
Pertumbuhan (%yoy)
Jan-Agu CAGR 2013 - 2017
2017
2018
33.07%
6.87%
7.93%
1.53%
Porsi 2017
2013
2014
2015
2016
2017
62
Pakaian Jadi Bukan Rajutan
3,902.6
3,931.5
3,978.2
3,879.8
4,146.5
Jan-Agu
2018
3,019.8
61
Barang-Barang Rajutan
3,481.4
3,428.3
3,305.1
3,291.3
3,735.5
2,731.9
29.80%
13.50%
10.33%
1.78%
55
Serat Stapel Buatan
2,327.8
2,331.5
2,214.5
2,025.9
2,063.7
1,487.9
16.46%
1.86%
9.05%
-2.97%
54
Filamen Buatan
1,256.7
1,248.2
1,088.5
1,004.6
950.3
608.0
7.58%
-5.41%
-6.17%
-6.75%
52
Kapas
825.5
902.6
823.2
782.1
819.0
579.0
6.53%
4.72%
13.34%
-0.20%
63
Kain Perca
332.2
322.3
283.3
279.5
264.7
114.3
2.11%
-5.29%
-30.76%
-5.52%
56
Kapas Gumpalan dan Tali
146.8
163.4
173.6
171.8
173.2
113.9
1.38%
0.83%
3.45%
4.23%
59
Kain Ditenun Berlapis
114.9
114.1
110.2
134.7
141.8
107.3
1.13%
5.28%
13.26%
5.41%
60
Kain Rajutan
118.4
117.7
125.1
98.5
102.2
75.1
0.82%
3.78%
15.10%
-3.62%
57
Permadani
69.2
67.4
69.9
74.2
77.1
45.8
0.61%
3.95%
-3.84%
2.74%
58
Kain Tenunan Khusus
91.3
97.9
96.1
79.2
52.9
31.0
0.42%
-33.24%
-14.15%
-12.76%
53
Serat Tekstil dan Benang Kertas
8.3
12.8
13.0
8.5
8.5
7.5
0.07%
0.00%
58.29%
0.65%
51
Wol dan Bulu Hewan
4.0
2.1
1.7
2.0
1.1
0.4
0.01%
-47.71%
-42.74%
-28.04%
50
Sutra
Total Nilai Ekspor
0.5
1.3
0.5
0.1
0.3
0.7
0.00%
122.03%
307.82%
-16.69%
12,679.5
12,740.8
12,283.0
11,832.2
12,536.7
8,922.7
100%
5.95%
7.22%
-0.28%
Sumber : Trade Map, diolah
155
Industri TPT Indonesia masih bergantung kepada Impor, khususnya untuk serat
kapas, serat polyester untuk bahan baku prosuk benang, kain, aksesoris
dan bahan kimia
• Pada tahun 2018, nilai impor TPT Indonesia tercatat sebesar USD10,02 miliar atau
21,90% yoy.
• Impor TPT terbesar Indonesia berasal dari Tiongkok, dengan nilai impor tahun 2017 mencapai USD3,09 miliar
atau setara dengan 37.64% total impor TPT Indonesia.
• Dari sisi impor, Kapas (HS52) merupakan produk TPT yang paling besar diimpor oleh Indonesia dengan nilai
impor USD2,39 miliar pada 2018 atau setara 23,93% total impor TPT.
• Harga impor yang relatif lebih murah dan penurunan produksi (untuk sutra) serta kurangnya minat untuk
menanam kapas menjadi salah satu faktor tingginya impor.
Asal Impor (2017)
Produk Diimpor (2018)
Lainnya
12,78%
India
Brazil 2,82%
3,04%
Tiongkok
37,64%
Viet Nam
3,34%
Thailand
3,72%
Jepang
4,11%
Hong Kong
5,71%
HS Code
Pakaian
Jadi Bukan
Kain
Rajutan
Tenunan
4,34%
Khusus
3,70%
Kapas
Gumpalan
dan Tali
5,30%
Kain
Ditenun
Berlapis
7,11%
Taiwan
6,66%
Korea
Selatan
Amerika 12,97%
Serikat
7,20%
Kapas
23,93%
Kain
Rajutan
15,50%
Nilai Impor (Juta USD)
Deskripsi Produk
BarangWol, Bulu
Barang
Hewan
Kain Perca
Rajutan
1,24%
1,33%
3,80%
Serat Stapel
Buatan
14,83%
Serat
Tekstil dan
Benang
Kertas
0,70%
Permadani
0,76%
Sutra
0,06%
Filamen
Buatan
17,42%
Pertumbuhan (%yoy)
Jan-Nov CAGR 2013 - 2017
2017
2018
25.90%
1.52%
9.92%
-4.47%
Porsi 2017
52
Kapas
2,554.8
2,499.6
2,124.4
2,096.2
Jan-Nov
2017
2018
2,128.0 1,647.9
54
Filamen Buatan
1,217.8
1,316.4
1,277.1
1,412.4
1,427.9
1,147.1
17.38%
1.10%
15.39%
4.06%
55
Serat Stapel Buatan
1,352.0
1,366.7
1,264.6
1,325.5
1,275.2
985.7
15.52%
-3.80%
8.77%
-1.45%
60
Kain Rajutan
1,336.6
1,352.1
1,365.8
1,329.9
1,234.9
982.9
15.03%
-7.14%
9.33%
-1.96%
59
Kain Ditenun Berlapis
617.8
612.0
532.1
500.2
558.1
464.9
6.79%
11.58%
21.52%
-2.51%
56
Kapas Gumpalan dan Tali
373.7
429.9
456.9
455.7
451.4
363.3
5.49%
-0.94%
16.66%
4.84%
58
Kain Tenunan Khusus
287.7
292.6
293.0
327.5
318.9
244.5
3.88%
-2.61%
10.09%
2.61%
62
Pakaian Jadi Bukan Rajutan
266.7
246.7
223.6
238.7
288.0
302.2
3.50%
20.64%
64.37%
1.94%
61
Barang-Barang Rajutan
209.7
197.7
177.9
171.8
233.2
255.1
2.84%
35.69%
78.62%
2.69%
63
Kain Perca
67.4
64.3
60.6
78.1
106.0
83.6
1.29%
35.74%
34.70%
12.00%
51
Wol, Bulu Hewan
115.9
119.8
129.9
147.3
101.9
72.8
1.24%
-30.86%
2.77%
-3.17%
57
Permadani
38.0
33.4
30.3
40.9
50.5
50.5
0.61%
23.49%
50.98%
7.37%
53
Serat Tekstil dan Benang Kertas
32.4
33.6
38.6
34.3
39.3
35.2
0.48%
14.59%
41.71%
4.89%
50
Sutra
2.1
1.1
1.1
1.4
3.9
3.5
0.05%
178.49%
19.83%
16.58%
8,472.7
8,566.0
7,975.9
8,159.9
8,217.1
6,639.2
100%
0.70%
15.76%
-0.76%
Total Nilai Impor
2013
2014
2015
2016
Sumber : Trade Map, diolah
156
TPT merupakan salah satu penopang ekspor Indonesia dan salah satu industri
manufaktur nasional yang strategis dalam perekonomian Indonesia, karena
kontribusinya terhadap 2 (dua) Kepentingan
Nasional, yaitu Nett Devisa Ekspor dan Tenaga Kerja.
• Peran ekspor TPT Indonesia terhadap total ekspor Indonesia sejak 2001 hingga
2018 terus mengalami tren penurunan. Pada tahun 2001, porsi ekspor TPT
terhadap total ekspor sebesar 13,63%, sementara itu pada 2010 dan 2018 masing-masing 7,11% dan 7,33%.
• Dari sisi impor tidak banyak perubahan porsi impor TPT Indonesia terhadap total impor Indonesia. Pada 2001,
2011 dan 2018 porsi impor TPT terhadap total impor secara berurutan sebesar 7,88%, 4,56% dan 5,31%.
Peran TPT dalam Ekspor-Impor Indonesia
Porsi Ekspor TPT terhadap Total Ekspor Indonesia
15,00%
6,00%
4,56%
7,88%
9,00%
5,31%
7,11%
12,00%
7,33%
13,63%
Porsi Impor TPT terhadap Total Impor Indonesia
3,00%
0,00%
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
TPT Diekspor
2011
2001
HS50 HS51
HS630,00% 0,08%
3,19%
HS61
20,34%
HS50 HS51 HS52
HS63
0,00% 0,02% 6,12% HS53
2,11%
0,13% HS54
10,93%
HS52
9,69% HS53
0,01%
HS54 HS55
15,06%11,48%
HS62
36,26%
HS56
0,54%
HS60
0,67%
2018
HS62
31,30%
HS56
HS631,29%
1,66%
HS55
19,20%
HS56
0,96% HS57
0,50%
HS57
HS580,35%
HS59 0,92%
1,38%
HS61
26,71%
HS60
0,67%
HS59
0,95%
HS58
0,40%
HS52
6,14%
HS54
6,60%
HS55
16,47%
HS51
HS57
0,01%
HS60
HS58
0,54%
HS59 0,79%
0,37% HS53
1,21%
0,09%
HS50
0,01%
HS62
34,01%
HS61
30,82%
TPT Diimpor
HS61
0,31%
HS60
HS58 4,93%
HS57 2,50%
0,14%
HS59
6,71%
HS56
2,16% HS55
14,19%
HS54
13,88%
2001
HS62
0,41%
HS61
1,69%
HS63 HS50
0,48% 0,10%
HS51
1,11%
HS59
6,20%
HS52
52,45%
HS63 HS50
0,85% 0,11%
HS51
1,17%
HS60
14,83%
HS53
0,47%
HS54
14,03%
HS58 HS62
3,70%4,34%
2018
HS63
HS61
HS51
1,33%
3,80%
1,24%
HS56
5,30%
HS52
37,15%
HS58 HS57
3,44% 0,46%
HS56
HS55
3,56%
13,83%
HS53
0,62%
2011
HS62
2,20%
HS52
23,93%
HS59
7,11%
HS60
15,50%
HS53
0,70%
HS57
0,76% HS50
0,06%
HS55
14,83%
HS54
17,42%
• Ekspor TPT Indonesia berdasarkan jenis HS Code tidak banyak berubah, produk HS62 (Pakaian Jadi Bukan
Rajutan) dan HS61 (Barang-Barang Rajutan) memiliki porsi paling tinggi sejak 2001 hingga 2018.
• Impor TPT Indonesia berdasarkan jenis HS Code sedikit bergeser dari posisi 2001 hingga 2018. Pada 2001
produk HS52 (Kapas) berkontribusi 52,45% terhadap total impor TPT, sementara itu pada 2011 dan 2018
kontribusi HS52 masing-masing hanya 37,15% dan 23,93%. Produk HS60 (Kain Rajutan) justru menunjukkan
porsi meningkat, dari 4,93% pada 2001 menjadi 14,83% pada 2011 dan 15,50% pada 2017.
Sumber : Trade Map, diolah
157
Rantai pasok produk TPT : studi kasus solo raya
Serat dan Filamen
Hulu
Spinning
Benang
Weaving/Knitting
Antara
Kain Mentah
Finishing/Printing
Kain Jadi
Hilir
Garmen
Pakaian Jadi
• Industri spinning di Solo Raya
memiliki 2 bahan baku utama
yakni kapas/serat alami dan
serat poliester.
• Pada sektor spinning atau
sektor yang mengolah serat
kapas, serat poliester dan
serat rayon menjadi benang,
terdapat 13 perusahaan di
Solo Raya.
• Industri weaving dan finishing
memiliki 2 bahan baku utama,
benang serta bahan-bahan
kimia.
• Perusahaan yang bergerak
dalam bidang weaving
berjumlah 23 perusahaan
atau sebesar 29,9 % dari total
perusahaan TPT.
• Jumlah perusahaan yang
bergerak pada bidang
finishing/printing sebanyak 8
perusahaan.
• Industri garmen memiliki
beberapa bahan baku utama
seperti kain jadi, bahan kimia,
pewarna, aksesoris dan lain-lain.
• Industri Tekstil dan Produk
Tekstil (TPT) di Solo Raya
didominasi oleh perusahaan
garmen, dimana terdapat 28
perusahaan atau sebesar 36,4 %
memiliki konsentrasi pada
produksi garmen.
Distribusi
Sumber : Kajian Analisa Rantai Pasok TPT Studi Kasus Solo Raya, Universitas Negeri Sebelas Maret, 2018
158
Permasalahan pada rantai pasok
Isu
Permasalahan
Dampak
Mayoritas Bahan
Baku Masih
Impor
Indonesia masih bergantung impor untuk bahan baku produk
TPT antara lain: kapas, serat polyester sebagai bahan baku
benang, kain impor, aksesoris, bahan kimia.
Apabila kurs melemah maka
biaya produksi menjadi lebih
mahal.
Maraknya impor tekstil ilegal;
Produk TPT menjadi kurang
berdaya saing
Kondisi permesinan yang mayoritas usianya sudah tua,
terutama pada industri tenun dan rajut;
Kegiatan produksi kalah cepat,
kurang efektif dan efisien ,
sehingganya produknya kalah
bersaing di pasar global.
Pembaharuan
Permesinan
Teknologi permesinan banyak yang belum menggunakan
teknologi terkini pada setiap rantainya, perlu restrukturisasi
permesinan
Tingkat Keahlian
Tenaga Kerja
Perlunya optimalisasi keahlian dan produktivitas SDM
Meningkatkan produktivitas
pabrik TPT
Stabilisasi Suplai
Energi
Biaya tarif listrik dan gas dinilai pelaku usaha masih relatif
tinggi.
Biaya produksi meningkat.
Tarif energi listrik dan gas yang tergolong tinggi bagi indutri
tekstil dan produk tekstil, sekitar US$10,5 sen/kWh untuk
listrik dan US$9,3 /MMBtu untuk gas (dibandingkan Vietnam
sebesar US$ 7 sen/kWh untuk listrik dan US$7,5 /MMBtu
untuk gas);
Distribusi dan
Infrastruktur
• Sistem logistik belum terintegrasi
• Lead Time Sulit Untuk diukur.
• Masih terbatasnya jumlah dry port (terminal container
darat) di pelabuhan yang mampu menekan dwelling time;
• Biaya tambahan yang dikenakan apabila barang melewati
batas waktu penumpukan lebih dari 3 hari;
• Kondisi jalan raya yang belum memadai;
• Kendala sistem trouble/down saat pengisian formulir PEB
(Persetujuan Ekspor Barang) yang dilakukan secara
online;
Tarif logistik mahal, biaya
produksi meningkat
Tarif
Penetapan bea masuk yang dilakukan oleh Uni Eropa dan
Amerika Serikat untuk tekstil dan produk tekstil Indonesia
sekitar 11% - 17%. Padahal negara-negara tersebut menjadi
pasar terbesar ekspor Indonesia;
Harga Tekstil menjadi lebih mahal
di negara-negara tersebut.
Daya saing berkurang
Supply Chain*
Sumber : Penelitian terkait Infrastuktur Ekspor Untuk Mendukung Daya Saing Produk Ekspor Nasional, 2018
159
Isu-isu terkait produk TPT
Pesaing terberat untuk ekspor tekstil hingga saat ini adalah Tiongkok. Tiongkok
menerapkan subsidi ekspor sebesar 18 persen. Hal ini membuat harga dari tekstil
Tiongkok lebih murah dibandingkan dengan Indonesia. Bentuk subsidi sebesar 18 persen tidak selalu dari bentuk
pengembalian dana namun lebih kepada penurunan biaya pajak ataupun biaya lainnya.
Produktivitas tenaga kerja Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan dengan Tiongkok yaitu sebesar 1 berbanding
2,4. Hal ini juga membuat biaya satuan produk Tiongkok jauh lebih murah.
Kerjasama bilateral antara negara. Hilangnya penanggung jawab khusus tekstil membuat intensitas kerjasama
antara negara menjadi berkurang khususnya dalam pembahasan tekstil.
Harga bahan baku dalam negeri dinilai kalah bersaing dengan bahan yang sama dari sumber impor. Bahan baku
tersebut adalah serat polyester sebagai bahan baku benang.
Perpajakan dimana ada pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh) impor mesin
tekstil. Isu lainnya adalah bahwa Kementerian Perindustrian memperkirakan ekspor industri tekstil dan produk
tekstil (TPT) naik hingga 3 kali lipat apabila perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement/FTA) dengan
Eropa dan Amerika bisa diselesaikan.
Mesin-mesin tekstil yang sudah tua dan biaya energi yang cukup mahal.
Industri TPT Indonesia relatif kalah saing dibanding Vietnam dan Bangladesh (sesama negara penerima fasilitas
Generalized System of Preferences/GSP dari AS), salah satunya karena tingginya harga bahan baku yang tersedia di
dalam negeri. Harga bahan baku, seperti serat polyester (bahan baku benang) dalam negeri justru kalah bersaing
dengan bahan yang sama berlabel impor.
Liputan 6
Produk TPT Indonesia seperti pakaian, t-shirt, celana dan jersey memperoleh kemudahan berupa bea masuk 0%
ke Australia pasca disepakatinya Perjanjian Kerjasama Ekonomi Komperhensif Indonesia - Australia (IA-CEPA) pada
September 2018.
Merdeka.com
160
Isu-isu terkait produk TPT
Produksi Sutra Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan tren menurun sejak
2012,sementara impor Sutra meningkat dari tahun ke tahun sejak 2012. Hal ini menunjukkan bahwa sektor hilir
masih menunjukan peningkatan, sementara sektor hulu cenderung menurun.
Produksi Sutra Dunia
No Produksi (Metrik Ton)
1 Tiongkok
2 India
3 Uzbekistan
4 Thailand
5 Brasil
6 Vietnam
7 Korea Utara
8 Iran
9 Bangladesh
10 Turki
11 Jepang
12 Bulgaria
13 Madagaskar
14 Indonesia
15 Tunisia
16 Filipina
17 Mesir
18 Korea Selatan
19 Suriah
20 Colombia
TOTAL
2013
130,000.0
26,480.0
980.0
680.0
550.0
475.0
300.0
123.0
43.0
25.0
30.0
8.5
18.0
16.0
4.0
1.0
0.7
1.6
0.7
0.6
159,737.1
2014
146,000.0
28,708.0
1,100.0
692.0
560.0
420.0
320.0
110.0
44.5
32.0
30.0
8.0
15.0
10.0
4.0
1.1
0.8
1.2
0.5
0.5
178,057.6
2015
170,000.0
28,523.0
1,200.0
698.0
600.0
450.0
350.0
120.0
44.0
30.0
30.0
8.0
5.0
8.0
3.0
1.2
0.8
1.0
0.3
0.5
202,072.8
2016
158,400.0
30,348.0
1,256.0
712.0
650.0
523.0
365.0
125.0
44.0
32.0
32.0
9.0
6.0
4.0
2.0
1.8
1.2
1.0
0.3
2017
142,000.0
31,906.0
1,200.0
680.0
600.0
520.0
365.0
120.0
41.0
30.0
20.0
10.0
7.0
2.5
2.0
1.5
1.1
1.0
0.3
192,512.3
177,507.4
Indonesia berencana meningkatkan impor kapas dari AS. Kapas AS selama ini diakui memiliki kualitas tinggi, antara
lain karena: (i) 100 persen dipetik menggunakan mesin sehingga bebas kontaminasi; (ii) memiliki konsistensi tinggi;
dan (iii) mengikuti standar yang tinggi dan terdaftar di U.S. Department of of Agriculture (USDA).
Harapannya, kualitas kapas yang baik membuat AS akan menyerap produk tekstil Indonesia lebih tinggi, karena
kualitas bahan bakunya (kapas) memenuhi standar AS.
Warta Ekonomi
161
TPT Indonesia vs Pesaing
Negara
Indonesia
•
•
Kinerja
Ekspor
•
•
Perjanjian
Perdagang
an
•
•
•
•
Tenaga
Kerja
Vietnam
Nilai Ekspor
2017 :
USD12,5
miliar
Share
terhadap total
ekspor TPT
dunia : 1,5 %
growth 15
tahun terakhir
: 82%
•
ASEAN-China
Free Trade
Agreement :
jalur tarif
seluruh
produk tekstil
antara
Indonesia,
Brunei
Darussalam,
Malaysia,
Filipina,
Singapura,
Thailand
dengan
Tiongkok
dihapus.
Bisnis tekstil
Indonesia
mendesak
pemerintah
pusat untuk
mencapai
kesepakatan
dengan Uni
Eropa untuk
membentuk
Indonesia-EU
Comprehensiv
e Economic
Partnership
Agreement
•
5273
perusahaan
TPT
1,51 juta
karyawan
Biaya tenaga
kerja industri
TPT di
Indonesia,
USD 0,95/jam
•
•
•
•
•
•
•
Nilai Ekspor 2017
: USD33,9 miliar
Share terhadap
total ekspor TPT
dunia : 4,3%
growth 15 tahun
terakhir :
1.028,6%
Bangladesh
•
•
•
EU-Vietnam Free
Trade
Agreement:
semua tarif
produk tekstil
dan garmen
berkurang dari
11,6 persen
menjadi nol.
Comprehensive
and Progressive
Agreement for
Trans-Pacific
Partnership
mendorong
perusahaanperusahaan
untuk menembus
pasar yang
sebelumnya
memiliki pangsa
pasar yang kecil
(Kanada,
Australia,
Selandia Baru),
karena tarif
berkurang
menjadi nol.
•
6000 perusahaan
TPT
3,5 juta
karyawan, 25%
dari tenaga kerja
di sektor industri
Pada tahun 2016,
upah minimum
di industri TPT
sekitar USD 108
per bulan.
Biaya tenaga
kerja industri TPT
di Vietnam salah
satu ter-rendah
di dunia, USD
0,74/jam
•
•
•
•
•
•
Tiongkok
Nilai Ekspor
2017 :
USD36,8 miliar
Share
terhadap total
ekspor TPT
dunia : 4,67%
growth 15
tahun terakhir
: 698,9%
•
Menjadi salah
satu eksportir
TPT terbesar
ketika negaranegara seperti
Kanada
menghilangka
n bea impor
dan kuota.
Bangladesh
menikmati
akses pasar
bebas bea di
Uni Eropa,
Kanada,
Australia, dan
negara-negara
maju lainnya.
Bangladesh
memiliki
fasilitas GSP
(Generalized
System of
Preference) di
38 negara.
•
7000 pabrik
5,1 juta
karyawan
75% tenaga
kerja di
industri
manufaktur
bekerja di
sektor TPT.
Biaya tenaga
kerja industri
TPT di
Bangladesh
ter-rendah di
dunia, USD
0,40/jam
•
•
•
•
•
•
India
Nilai Ekspor
2017 :
USD257,8
miliar
Share
terhadap total
ekspor TPT
dunia : 32,7%
growth 15
tahun terakhir
: 345,7%
•
Cina
mengimpleme
ntasikan Free
Trade Zone di
Shanghai,
Guangdong,
Tianjin, dan
Fujian untuk
meningkatkan
perdagangan
dan
mendorong
investasi.
Cina memiliki
Free Trade
Agreement
dengan
berbagai
negara seperti
Maldives,
Georgia,
Australia,
Korea,
Switzerland,
Iceland, Kosta
Rika, Peru,
Singapura,
Selandia Baru,
Chile,
Pakistan, dan
negara-negara
ASEAN.
•
Tenaga kerja
terampil
10 juta
karyawan
Biaya tenaga
kerja industri
TPT di Cina
salah satu terrendah di
dunia, USD
0,62/jam
•
•
•
•
•
•
Turki
Nilai Ekspor
2017 : USD37,2
miliar
Share
terhadap total
ekspor TPT
dunia : 4,72%
growth 15
tahun terakhir
: 227,3%
•
Free Trade
Agreement
dengan South
Asia Free
Trade Area
(SAFTA),
Bhutan, Sri
Lanka
Preferential
Trade
Agreement:
Asia Pacific
Trade
Agreement
(APTA),
Afghanistan,
Chile, dan
MERCOSUR
Generalized
System of
Preferences di
Uni Eropa
•
Tingkat upah
rata-rata di
India 50-60%
lebih rendah
daripada di
negara-negara
maju
Biaya tenaga
kerja industri
TPT di India
salah satu terrendah di
dunia, USD
0,50/jam
•
•
•
•
•
Nilai Ekspor
2017 :
USD26,8
miliar
Share
terhadap
total ekspor
TPT dunia :
3,40%
growth 15
tahun
terakhir :
122,3%
Customs
Union
dengan Uni
Eropa
(importir
terbesar)
Free Trade
Agreement
dengan
Albania,
Chile, Mesir,
Georgia,
Yordania,
Malaysia,
Maroko,
Palestina,
Serbia, Korea
Selatan, dan
negaranegara
lainnya
Turki
mempedulik
an kondisi
kerja
karyawan di
pabrik
tekstil,
menjadikann
ya sumber
produk
tekstil teknis
yang paling
ideal untuk
Uni Eropa
karena
mereka
mematuhi
kriteria
regulasi
perdagangan
dan teknis.
Biaya tenaga
kerja, USD
2,75/jam
162
TPT Indonesia vs Pesaing (2)
Negara
Indonesia
•
•
•
Regulasi
Pemerinta
h
•
•
Membangun
pergudangan
kapas yang
lebih besar
dan
mempromosik
an provinsi
Jawa Tengah
sebagai pusat
tekstil baru.
Harga gas
alam sebagai
bahan bakar
maksimum
ditetapkan di
USD 6/mmbtu
untuk industri
manufaktur
terutama
tekstil.
30% diskon
tarif listrik
untuk
konsumen
industri pada
jam 11 malam
s/d 8 pagi
Pemerintah
meningkatkan
pendidikan
kejuruan
untuk
menghasilkan
operator
pabrik yang
dapat
diandalkan
Namun, bea
masuk tekstil
Indonesia ke
Eropa 11-30%,
masih jauh
lebih tinggi
dibandingkan
dengan
Vietnam dan
Bangladesh
(0%)
Vietnam
•
•
•
Decree 60:
investor asing
dapat
memperoleh
100% saham di
perusahaan
publik apabila
mengikuti
ketentuan
tertentu, maka
likuiditas dan
aliran masuk
modal asing ke
pasar saham
meningkat.
Insentif pajak
untuk impor
bahan baku yang
digunakan untuk
memproduksi
pakaian yang
akan diekspor
Pengecualian
Pajak
Penghasilan
badan (corporate
income tax
exemption)
Bangladesh
•
•
•
Pemerintah
membangun
kawasan
ekonomi
khusus untuk
menarik
investasi
asing.
Bank sentral
mengimpleme
ntasikan Backto-Back Letter
of Credit,
membantu
eksportir
untuk
mengatasi
kendala dalam
memperoleh
bahan-bahan
dengan harga
pasar global.
Insentif uang
tunai sebesar
25% untuk
perusahaan
berorientasi
ekspor yang
menggunakan
input buatan
lokal.
Tiongkok
•
•
•
•
Pemerintah
memberi
subsidi
miliaran dolar
untuk
mendukung
eksportir
setiap tahun.
Pengurangan
harga listrik,
hibah uang
tunai, dan
keuntungan
lain bagi para
eksportir.
Pemerintah
mengizinkan
pinjaman yang
lebih besar
oleh bank
untuk
mendukung
eksportir skala
kecil
Suku bunga
jangka pendek
untuk asuransi
kredit ekspor
dikurangi,
sehingga
melindungi
eksportir dari
ketidakmamp
uan
membayar
oleh
pelanggan
asing.
India
•
•
•
Subsidi untuk
pembangunan
infrastruktur
industri TPT
sebesar 40%
hingga Rs 40
crore (USD 6
juta).
Revised
Restructured
Technology
Upgradation
Fund Scheme:
reimbursement
bunga 5% dan
subsidi modal
10% untuk
pembuatan
mesin-mesin
utama untuk
tekstil teknis
Market Access
Initiative dan
Market
Development
Assistant
Scheme:
bantuan
finansial untuk
kegiatan
promosi
ekspor di
berbagai
negara
Turki
•
•
•
Turquality
branding
program:
meningkatka
n persepsi
internasional
tentang
produkproduk
buatan Turki
Subsidi
sebesar USD
500.000
untuk
pemasaran
dan
distribusi,
USD 300.000
untuk desain
dan
pengembang
an
Tingkat bea
impor
ditingkatkan
ke 20% untuk
kain, 5-33%
untuk kain
tenunan,
pakaian, alas
kaki, dan
produk
lainnya
untuk
melindungi
produsen
lokal.
163
Outlook ekspor tekstil dan produk tekstil
Nilai ekspor TPT Indonesia tumbuh di level 5,4% yoy dengan valuasi nilai ekspor mencapai USD13,21 miliar pada
2018 dan diperkirakan tumbuh 6,0% dengan valuasi USD14,01 miliar pada 2019. Pertumbuhan tahun 2018 ini
masih positif pada level yang tidak jauh berubah dibandingkan tahun 2017 (5,95% yoy). Pada tahun 2019,
pertumbuhan nilai ekspor TPT diperkirakan mampu tumbuh 6% yoy.
Proyeksi Nilai Ekspor TPT Indonesia
Nilai Ekspor Tekstil Indonesia
14.500
Growth
6,0%
5,4%
14.000
6,0%
6,0%
Juta USD
13.500
13.000
4,0%
1,7%
2,0%
0,5%
12.500
0,0%
12.000
11.500
11.000
8,0%
-3,6%
-3,7%
-2,0%
-4,0%
12.684
12.742
12.283
11.832
12.537
13.217
14.013
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019P
10.500
-6,0%
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
Proyeksi Nilai Ekspor TPT Indonesia ke AS, Jepang, Tiongkok, Korea Selatan dan Turki
Nilai Ekspor TPT Indonesia
Amerika Serikat
Jepang
Tiongkok
14.500
Viet Nam
14.127
14.000
Juta USD
13.500
13.000
13.217
12.680
12.741
12.537
12.283
12.500
11.832
12.000
11.500
11.000
10.500
2013
2014
2015
2016
2017
2018P
Thailand
35,00%
30,00%
25,00%
20,00%
15,00%
10,00%
5,00%
0,00%
-5,00%
-10,00%
-15,00%
2019P
Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah
164
Outlook ekspor tekstil dan produk tekstil (2)
Proyeksi Nilai Ekspor TPT Indonesia ke AS, Jepang, Tiongkok, Korea Selatan dan Turki
5.000
2014
2015
2016
2017
2018P
2019P
4.098
3.959
3.942
3.828
4.317
4.344
4.761
2013
1.184
1.223
1.203
1.193
1.321
1.336
1.460
573
614
669
622
810
754
861
599
535
546
575
607
622
675
624
650
576
516
537
586
617
Juta USD
4.000
3.000
2.000
1.000
Amerika Serikat
Jepang
Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu
Tiongkok
Korea Selatan
Turki
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
• Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok, Korea Selatan, dan Turki merupakan lima negara utama pasar tujuan ekspor TPT
Indonesia tahun 2017.
• Selama 2013-2017, tujuan ekspor Indonesia ke lima negara utama dengan pertumbuhan majemuk per tahun (CAGR)
tertinggi adalah Tiongkok (9,03%), diikuti oleh Jepang (2,78%) dan AS (1,31%). Sementara itu, dari lima negara utama
tersebut dengan proyeksi pertumbuhan ekspor per tahun (CAGR 2019-2022) tertinggi adalah ke Tiongkok (6,93%),
diikuti ke AS (6,25%) dan Jepang (6,20%).
• Pada 2018 dan 2019, pertumbuhan ekspor ke lima negara utama tersebut diproyeksikan tumbuh mixed. Pada 2018,
ekspor Indonesia ke lima negara tersebut positif kecuali ke Tiongkok yang diproyeksikan turun (-6,9% yoy),
sementara itu ekspor ke AS dan Jepang pada 2018 lesu hanya tumbuh masing-masing 0,62% yoy dan 1,17% yoy
setelah tumbuh masing-masing 12,8% yoy dan 10,7% yoy pada 2017.
Upside Risk
Downside Risk
• Berlanjutnya perang dagang AS-Tiongkok akan
membuat produk Tiongkok tidak lagi kompetitif,
sehingga produk TPT asal Indonesia berpotensi dilirik
oleh AS.
• Berlanjutnya fasilitas Generalized Systems of
Preference (GSP) atau pengurangan/pembebasan
bea masuk impor produk dari Indonesia ke AS
kepada Indonesia.
• Meningkatnya realisasi investasi industri TPT.
• AS tengah meninjau ulang negara-negara yang
memperoleh fasilitas GSP. Ekspor TPT Indonesia
terancam turun apabila fasilitas Generalized Systems
of Preference (GSP) ini dicabut.
Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah
165
HS 50 : Sutra
Ekspor Impor Dunia
• Ekspor Produk HS50 (Sutra) dunia selama 2013-2017 tercatat pada tren
menurun (CAGR 2013-2017 sebesar -9,80%) sehingga pada 2017 nilai ekspor HS50
hanya mencapai USD2,06 miliar. Tren impor HS50 juga mengalami penurunan (CAGR 2013-2017 sebesar -7,48%) sehingga mencapai USD1,76 miliar
pada 2017.
• Tiongkok adalah eksportir HS50 terbesar dengan pangsa pasar mencapai 53.74% pada tahun 2017 (setara USD1,12 miliar), namun selama 20132017 tren ekspor HS50 Tiongkok berada pada tren menurun (CAGR 2013-2017 sebesar -9.12%). Importir utama HS50 dunia adalah Italia dengan
porsi 2017 sebesar 18.77% (setara USD332 juta), dengan tren CAGR 2013-2017 yang juga negatif sebesar -6.84%.
• Kain Tenunan Sutra menjadi produk yang mendominasi ekspor dan impor dunia HS50 pada 2017, dengan porsi masing-masing sebesar 56.74%
(setara USD1,17 miliar) dan 52.74% (setara USD924 juta).
Ekspor dan Impor Dunia : HS 50 - Sutra
Keterangan
Nilai Ekspor
Nilai Impor
2013
2014
3.114,81
2.403,73
2.868,97
2.331,62
2015
(Juta USD)
2.367,93
1.885,80
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
2016
2017
2.161,01
1.747,87
2.062,13
1.761,00
Pertumbuhan 2017 CAGR (2013 - 2017)
(%)
(%)
-4,58%
-9,80%
0,75%
-7,48%
166
HS 50 : Sutra
Ekspor - Impor Dunia
• Ekspor Produk HS50 (Sutra) dunia selama 2013-2017 tercatat pada tren
menurun (CAGR 2013-2017 sebesar -9,80%) sehingga pada 2017 nilai ekspor HS50
hanya mencapai USD2,06 miliar. Tren impor HS50 juga mengalami penurunan (CAGR 2013-2017 sebesar -7,48%) sehingga mencapai USD1,76
miliar pada 2017.
• Tiongkok adalah eksportir HS50 terbesar dengan pangsa pasar mencapai 53.74% pada tahun 2017 (setara USD1,12 miliar), namun selama 20132017 tren ekspor HS50 Tiongkok berada pada tren menurun (CAGR 2013-2017 sebesar -9.12%). Importir utama HS50 dunia adalah Italia dengan
porsi 2017 sebesar 18.77% (setara USD332 juta), dengan tren CAGR 2013-2017 yang juga negatif sebesar -6.84%.
• Kain Tenunan Sutra menjadi produk yang mendominasi ekspor dan impor dunia HS50 pada 2017, dengan porsi masing-masing sebesar 56.74%
(setara USD1,17 miliar) dan 52.74% (setara USD924 juta).
Ekspor dan Impor Dunia : HS 50 - Sutra
Keterangan
Nilai Ekspor
Nilai Impor
2013
2014
3.114,81
2.403,73
2.868,97
2.331,62
2015
(Juta USD)
2.367,93
1.885,80
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
2016
2017
2.161,01
1.747,87
2.062,13
1.761,00
Pertumbuhan 2017 CAGR (2013 - 2017)
(%)
(%)
-4,58%
-9,80%
0,75%
-7,48%
167
HS 50 : Sutra
Indonesia mencatatkan defisit pada perdagangan sutra karena produksi sutra dalam negeri
yang terus menurun
•
•
•
Nilai ekspor produk Sutra Indonesia pada tahun 2017 tercatat 0.26 Juta USD, dengan tren menurun
selama lima tahun terakhir (CAGR 2013-2017 negatif sebesar -16.69%). Indonesia bukan net eksportir
Sutra. Nilai Impor Sutra Indonesia pada tahun 2017 tercatat 3.89 Juta USD, dengan pertumbuhan CAGR
yang positif sebesar 16.58%. Hal tersebut menyebabkan neraca perdangangan Indonesia untuk produk Sutra berada pada posisis defisit -3.62
Juta USD ditahun 2017.
Negara tujuan utama eskpor Sutra Indonesia adalah Malaysia dengan porsi 2017 sebesar 49.24%, sedangkan negara asal impor Sutra Indonesia
berasal dari Tiongkok dengan porsi 2017 mencapai 83.17%.
Ekspor dan impor HS50 Indonesia terbesar adalah Kain Tenunan dari Sutra/Sisa Sutra.
Ekspor dan Impor Dunia : HS 50 - Sutra
Keterangan
Neraca (Ekspor - Impor)
Nilai Ekspor
Nilai Impor
2014
2015
0,22
1,28
1,06
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
-0,64
0,49
1,13
2016
(Juta USD)
-1,28
0,12
1,40
2017
-3,62
0,26
3,88
Pertumbuhan CAGR (2014 2018
2018)
(%)
(%)
-5,11
41,03%
0,66
151,78%
-15,21%
5,77
48,53%
52,81%
2018
168
HS 50 : Sutra - Indonesia
Daya saing sutra Indonesia relatif rendah
Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA)
• Indonesia bukan merupakan negara yang unggul dalam hal ekspor Sutra (HS50), terlihat dari Peringkat Indonesia
untuk ekspor HS50.
• Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif di pasar global untuk Produk Tekstil berbahan dasar Sutra. Hal
ini terlihat dai RSCA-nya yang tercatat bernilai negatif selama lima tahun terakhir.
HS
Code
5001
5002
5003
5004
5005
5006
5007
Eksportir
terbesar ke(2017)
1
Silkworm cocoons suitable
2
for reeling
3
26
1
Raw silk "non-thrown"
2
3
Silk waste (including
1
cocoons unsuitable for
2
reeling, yarn waste and
3
garnetted stock)
41
1
Silk yarn (excluding that
2
spun from silk waste and
3
that put up for retail sale)
51
1
Yarn spun from silk waste
2
(excluding that put up for
3
retail sale)
25
1
Silk yarn and yarn spun from
2
silk waste, put up for retail
3
sale; silkworm gut
18
1
Woven fabrics of silk or of
2
silk waste
3
36
Product
Negara
Rata-rata
(2013-2017)
Belgium
Turkey
Kazakhstan
Indonesia
China
Viet Nam
Italy
China
India
Germany
Indonesia
China
Romania
Viet Nam
Indonesia
China
Italy
Thailand
Indonesia
Italy
Germany
India
Indonesia
China
Italy
France
Indonesia
0.76
0.39
0.15
(0.99)
0.74
0.10
0.27
0.61
0.84
0.24
(1.00)
0.46
0.97
0.87
(1.00)
0.72
0.45
0.30
(0.99)
0.58
0.06
0.58
(0.82)
0.58
0.72
0.32
(0.94)
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
2013
2014
2015
2016
2017
0.71
0.80
(1.00)
(1.00)
0.76
(0.25)
0.27
0.62
0.86
0.31
(1.00)
0.52
0.96
0.90
(1.00)
0.74
0.49
0.29
(1.00)
0.15
(0.29)
0.21
(1.00)
0.61
0.72
0.33
(0.95)
0.76
(1.00)
(1.00)
(1.00)
0.75
(0.80)
0.30
0.63
0.83
0.33
(1.00)
0.47
0.97
0.90
(1.00)
0.73
0.43
0.31
(1.00)
0.56
0.00
0.61
(0.99)
0.59
0.71
0.37
(0.86)
0.68
0.47
0.96
(1.00)
0.72
0.30
0.32
0.58
0.85
0.30
(1.00)
0.42
0.97
0.89
(1.00)
0.71
0.45
0.25
(1.00)
0.71
0.02
0.74
(0.99)
0.56
0.72
0.32
(0.93)
0.88
0.77
0.85
(0.95)
0.72
0.60
0.24
0.59
0.86
0.17
(0.99)
0.46
0.97
0.86
(1.00)
0.72
0.41
0.33
(0.94)
0.75
0.28
0.63
(0.98)
0.57
0.72
0.32
(0.99)
0.76
0.90
0.96
(1.00)
0.73
0.64
0.24
0.62
0.80
0.11
(1.00)
0.45
0.97
0.79
(1.00)
0.72
0.47
0.32
(1.00)
0.72
0.29
0.71
(0.15)
0.59
0.73
0.26
(0.96)
169
HS 51 : Wol dan Bulu Hewan
Ekspor - Impor Dunia
•
•
•
Ekspor Produk HS51 (Wol dan Bulu Hewan) dunia selama 2013-2017 tercatat pada tren menurun
(CAGR 2013-2017 sebesar -2,35%), namun pada 2017 nilai ekspor HS51 mencapai USD13,19 miliar atau
tumbuh 4,39% yoy. Tren impor HS51 juga mengalami penurunan (CAGR 2013-2017 sebesar -1,81%) dengan
nilai impor tahun 2017 sebesar USD12,73 miliar (tumbuh 5,95% yoy).
Australia adalah eksportir HS51 terbesar dengan pangsa pasar mencapai 21,76% pada tahun 2017 (setara USD2,87 miliar), dengan tren positif
selama 2013-2017 (CAGR sebesar 2,91%). Pada periode yang sama, empat eksportir utama lainnya: Italia, Tiongkok, Jerman dan Inggris
mencatatkan tren ekspor menurun. Importir utama HS51 dunia adalah Tiongkok dengan porsi 2017 sebesar 28,53% (setara USD3,6 miliar),
dengan tren relatif stagnan (CAGR 2013-2017 sebesar -0,29%). Empat importir lainnya: Italia, Jerman, Hongkong dan Jepang juga mencatatkan
tren stagnan dan cenderung negatif.
Poduk yang mendominasi ekspor dan impor dunia tahun 2017 untuk HS51 adalah Wol, tidak digaruk/disisir dengan porsi masing-masing
sebesar 33,25% (setara USD4,37 miliar) dan 33,79% (setara USD4,27 miliar).
Ekspor dan Impor Dunia : HS 51 - Wol dan Bulu Hewan
Keterangan
Nilai Ekspor
Nilai Impor
2013
14.516,13
13.696,17
2014
2015
(Juta USD)
14.351,49
13.150,42
13.651,62
12.465,96
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
2016
12.643,07
12.017,19
2017
Pertumbuhan 2017 CAGR (2013 - 2017)
(%)
(%)
13.198,67
4,39%
-2,35%
12.732,61
5,95%
-1,81%
170
HS 51 : Wol dan Bulu Hewan - Indonesia
Indonesia mencatatkan defisit pada perdagangan wol dan bulu hewan
•
•
•
Nilai ekspor produk Wol dan Bulu Hewan Indonesia pada tahun 2017 tercatat 1.06 Juta USD, dengan
pertumbuhan CAGR yang negatif sebesar (-28.04%). Indonesia bukan net eksportir Wol dan Bulu Hewan.
Nilai Impor Wol dan Bulu Hewan Indonesia pada tahun 2017 tercatat 101.85 Juta USD, dengan pertumbuhan
CAGR yang negatif sebesar -3.17%. Hal tersebut menyebabkan neraca perdangangan Indonesia untuk produk Wol dan Bulu Hewan berada
pada posisis defisit -100.79 Juta USD ditahun 2017.
Negara tujuan utama eskpor Wol dan Bulu Hewan Indonesia adalah Vietnam dengan porsi 2017 sebesar 43.84% , sedangkan negara asal impor
Wol dan Bulu Hewan Indonesia berasal dari Tiongkok dengan porsi 2017 mencapai 55.93%.
Ekspor dan Impor HS51 terbesar Indonesia adalah Kain Tenunan dari wol/bulu Hewan disisir.
Ekspor dan Impor Dunia : HS 51 - Wol dan Bulu Hewan
Keterangan
Neraca (Ekspor - Impor)
Nilai Ekspor
2014
-117,80
2,05
2015
-128,20
1,68
2016
(Juta USD)
-145,28
2,03
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
2017
-100,79
1,06
2018
Pertumbuhan 2018 CAGR (2014 - 2018)
(%)
(%)
-123,62
22,66%
0,67
-36,85%
-24,40%
171
HS 51 : Wol dan Bulu Hewan - Indonesia
Daya saing wol Indonesia relatif rendah
Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA)
HS
Code
Product
5101
Wool, not carded or combed
: greasy, including fleecewashed wool
Fine or coarse animal hair,
5102 not carded or combed : fine
animal hair
Waste of wool or of fine or
coarse animal hair, including
5103
yarn waste but excluding
garnetted stock
Garnetted stock of wool or
5104 of fine or coarse animal hair,
neither carded nor combed
Wool and fine or coarse
animal hair, carded or
5105
combed (including combed
wool in fragments)
5106
Yarn of carded wool, not put
up for retail sale
5107
Yarn of combed wool, not
put up for retail sale
Yarn of fine animal hair
5108 (carded or combed), not put
up for retail sale
Yarn of wool or of fine
5109 animal hair, put up for retail
sale
5110
5111
5112
5113
Yarn of coarse animal hair or
of horsehair, incl. gimped
horsehair yarn, whether or
not put ...
Woven fabrics of carded
wool or of carded fine
animal hair : containing 85%
or more by weight of wool
Woven fabrics of combed
wool or of combed fine
animal hair (excluding
fabrics for technical ...
Woven fabrics of coarse
animal hair or of horsehair
(excluding fabrics for
technical uses of ...
Eksportir
terbesar ke(2017)
1
2
3
93
1
2
3
50
1
2
3
53
1
2
3
20
1
2
3
80
1
2
3
54
1
2
3
36
1
2
3
1
2
3
75
1
2
3
11
1
2
3
73
1
2
3
44
1
2
3
36
Negara
Rata-rata
(2013-2017)
Australia
New Zealand
South Africa
Indonesia
Mongolia
Italy
United Kingdom
Indonesia
Czech Republic
China
Argentina
Indonesia
Italy
Germany
China
Indonesia
China
Czech Republic
Italy
Indonesia
Italy
China
Lithuania
Indonesia
China
Italy
Germany
Indonesia
China
Hong Kong, China
Italy
Italy
Peru
Germany
Indonesia
Switzerland
China
Germany
Indonesia
Italy
China
United Kingdom
Indonesia
Italy
China
United Kingdom
Indonesia
Turkey
China
Italy
Indonesia
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
0.96
0.97
0.87
(1.00)
1.00
0.35
0.22
(0.98)
0.86
0.10
0.91
(0.63)
0.86
0.17
0.05
(0.93)
0.49
0.83
0.49
(1.00)
0.80
0.21
0.96
(0.97)
0.25
0.70
0.08
(0.85)
0.66
0.66
0.62
0.78
0.95
0.07
(0.99)
0.88
0.30
0.05
(0.80)
0.87
0.06
0.54
(0.99)
0.87
0.09
0.36
(0.97)
0.92
0.28
0.76
(1.00)
2013
2014
2015
2016
2017
0.96
0.97
0.87
(1.00)
1.00
0.40
0.41
(0.89)
0.89
0.16
0.90
0.06
0.89
0.00
(0.06)
(0.65)
0.55
0.83
0.45
(1.00)
0.82
0.22
0.95
(0.99)
0.29
0.72
0.07
(0.77)
0.70
0.62
0.60
0.79
0.94
0.08
(1.00)
0.89
0.27
0.17
(1.00)
0.87
0.14
0.50
(1.00)
0.86
0.15
0.31
(0.96)
0.93
0.42
0.67
(1.00)
0.95
0.97
0.86
(1.00)
1.00
0.30
0.28
(1.00)
0.84
0.23
0.90
(0.92)
0.78
0.28
0.35
(1.00)
0.50
0.82
0.48
(1.00)
0.80
0.23
0.96
(1.00)
0.26
0.69
0.15
(0.81)
0.64
0.76
0.64
0.76
0.94
0.00
(1.00)
0.89
0.46
0.07
(1.00)
0.87
0.14
0.54
(0.98)
0.87
0.12
0.38
(0.99)
0.84
0.28
0.77
(1.00)
0.96
0.97
0.85
(1.00)
1.00
0.37
0.04
(1.00)
0.87
(0.02)
0.91
(1.00)
0.86
0.27
(0.08)
(1.00)
0.45
0.84
0.49
(1.00)
0.79
0.20
0.96
(0.98)
0.22
0.67
0.09
(0.83)
0.64
0.65
0.62
0.79
0.96
0.08
(0.99)
0.89
0.40
0.10
(1.00)
0.87
0.03
0.57
(1.00)
0.87
0.08
0.35
(0.98)
0.92
0.14
0.80
(1.00)
0.96
0.97
0.88
(1.00)
1.00
0.33
0.06
(1.00)
0.83
0.10
0.91
(0.28)
0.88
(0.11)
0.05
(1.00)
0.47
0.85
0.51
(1.00)
0.78
0.22
0.97
(0.87)
0.23
0.69
0.07
(0.90)
0.67
0.57
0.61
0.79
0.97
0.07
(0.96)
0.81
0.10
(0.27)
(0.65)
0.87
0.01
0.55
(0.99)
0.87
0.11
0.37
(0.98)
0.94
0.25
0.78
(1.00)
0.96
0.95
0.88
(1.00)
1.00
0.36
0.28
(1.00)
0.88
0.06
0.93
(1.00)
0.87
0.41
(0.02)
(1.00)
0.46
0.83
0.51
(1.00)
0.80
0.16
0.97
(0.99)
0.23
0.71
0.05
(0.96)
0.65
0.68
0.63
0.76
0.96
0.13
(1.00)
0.93
0.27
0.19
(0.34)
0.88
(0.02)
0.57
(1.00)
0.88
0.01
0.42
(0.94)
0.94
0.30
0.76
(1.00)
• Indonesia bukan
merupakan
negara
yang
unggul dalam hal
ekspor
Wol
(HS51),
terlihat
dari
Peringkat
Indonesia untuk
ekspor HS51.
• Indonesia tidak
memiliki
keunggulan
komparatif
di
pasar
global
untuk
Produk
Tekstil berbahan
dasar Wol. Hal ini
terlihat dai RSCAnya yang tercatat
bernilai
negatif
selama
lima
tahun terakhir.
172
HS 52 : Kapas
Ekspor - Impor Dunia
• Ekspor Produk HS52 (Kapas) dunia pada 2017 tercatat sebesar USD56,86 miliar, atau naik 7,83% yoy,
namun selama 2013-2017 ekspor dunia tercatat pada tren menurun (CAGR 2013-2017 sebesar -5,74%).
Tren impor HS52 juga mengalami penurunan (CAGR 2013-2017 sebesar -5,72%), namun nilai impor sebesar
tahun 2017 masih tumbuh positif di level 10,495 yoy mencapai USD49,55 miliar.
• Tiongkok adalah eksportir HS52 terbesar, menguasai 26,61% pangsa pasar tahun 2017 (setara USD15,13 miliar), namun tren ekspor Tiongkok
selama 2013-2017 tercatat sedikit menurun (CAGR sebesar -3,64%). Pada periode yang sama, Vietnam selaku eksportir terbesar kelima
menunjukkan tren peningkatan yang signifikan selama lima tahun terakhir (CAGR 2013-2017 sebesar 22,77%). Importir utama HS52 dunia adalah
Tiongkok dengan porsi 2017 sebesar 20,69% (setara USD10,25 miliar), dengan tren menurun (CAGR 2013-2017 sebesar -8,66%). Empat importir
utama lainnya bergerak mixed: Bangladesh dan Vietnam pada tren positif, sementara Turki dan Indonesia pada tren menurun.
• Produk yang mendominasi ekspor dan impor dunia tahun 2017 untuk HS52 adalah: Kapas, tidak digaruk/disisir dengan porsi ekspor sebesar
24,54% (setara USD13,93 miliar) dan porsi impor sebesar 28,22% (setara USD13,95 miliar).
Ekspor dan Impor Dunia : HS 52 - Kapas
Keterangan
Nilai Ekspor
Nilai Impor
2013
72.027,14
62.721,31
2014
2015
(Juta USD)
64.176,94
56.355,46
55.970,94
50.207,84
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
2016
52.726,50
44.851,04
2017
Pertumbuhan 2017 CAGR (2013 - 2017)
(%)
(%)
56.857,14
7,83%
-5,74%
49.554,13
10,49%
-5,72%
173
HS 52 : Kapas
Indonesia sangat bergantung pada impor kapas karena kurangnya minat petani menanam
kapas karena harga domestik yang dinilai rendah
•
•
•
Nilai ekspor produk Kapas Indonesia pada tahun 2017 tercatat 819.01 Juta USD, dengan tren
pertumbuhan CAGR 2013-2017 tercatat negatif sebesar (-6.72%). Nilai Impor Kapas Indonesia pada tahun
2017 tercatat 2,128.04 Juta USD, dengan tren pertumbuhan selama lima tahun terakhir (CAGR), yaitu turun
4,47% per tahun. Hal tersebut menyebabkan neraca perdangangan Indonesia untuk produk Kapas berada pada posisi defisit -1,309.03 Juta USD
ditahun 2017. Dengan kata lain, Indonesia bukan merupakan net eksportir HS52.
Negara tujuan utama eskpor Kapas Indonesia adalah Tiongkok dengan porsi 2017 sebesar 47.80% , sedangkan negara asal impor Kapas
Indonesia berasal dari Amerika Serikat dengan porsi 2017 mencapai 23.60%.
Ekspor HS 52 terbesar Indonesia adalah Benang Kapas (selain benang jahit), sementara impor terbesar adalah Kapas tidakdigaruk/disisir.
Ekspor dan Impor Dunia : HS 52 - Kapas
Keterangan
Neraca (Ekspor - Impor)
2014
2015
-1597,02
Nilai Ekspor
902,59
Nilai Impor
2.499,61
-1301,24
823,20
2.124,45
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
2016
(Juta USD)
-1314,10
2017
2018
-1309,03
782,12
819,01
2.096,22
2.128,04
Pertumbuhan 2018 CAGR (2014 - 2018)
(%)
(%)
-1585,92
21,15%
810,93
2.396,85
-0,99%
-2,64%
12,63%
-1,04%
174
HS 52 : Kapas - Indonesia
Daya saing kapas Indonesia relatif rendah, kecuali diantaranya cotton waste
Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA)
•
•
•
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
Indonesia bukan
merupakan net
eksportir Tekstil
berbahan dasar
Kapas
(HS52),
selama
lima
tahun terakhir
Indonesia
mencatatkan
defisit HS52 .
Indonesia
memiliki
peringkat cukup
baik
untuk
sejumlah produk
HS52 di pasar
global.
Selama
lima
tahun terakhir,
Indonesia
memiliki RSCA
positif
pada
beberapa
produk
HS52,
artinya sejumlah
produk
HS52
Indonesia masih
memiliki
keunggulan
komparatif yang
baik di pasar
global: HS5202,
HS5203, HS5205,
HS5206, HS5210
dan HS 5212.
175
HS 53 : Serat tekstil dan benang kertas
Ekspor - Impor Dunia
•
•
•
Ekspor Produk HS53 (Serat Tekstil dan Benang Kertas) dunia tahun 2017 tercatat sebesar USD4,3 miliar
dengan tren selama 2013-2017 tercatat stagnan (CAGR 2013-2017 sebesar 0,24%). Impor HS53 dunia
tercatat sebesar USD3,87 miliar, dengan tren meningkat (CAGR 2013-2017 sebesar 2,15%).
Tiongkok adalah eksportir HS53 terbesar dunia, menguasai 24,52% pangsa pasar tahun 2017 (setara USD1,06 miliar), dengan tren selama 20132017 tercatat menurun (CAGR sebesar -4,81%). Pada periode yang sama, Bangladesh, Perancis dan India justru menunjukkan tren peningkatan
(CAGR 2013-2017 masing-masing sebesar 5,63%; 2,35% dan 6,99%). Importir utama HS53 dunia juga adalah Tiongkok dengan porsi 2017
sebesar 20,85% (setara USD806 juta), dengan tren naik (CAGR 2013-2017 sebesar 3,88%). Empat importir utama lainnya juga pada tren positif:
Turki, india, AS dan Italia.
Produk yang mendominasi ekspor dan impor dunia tahun 2017 untuk HS53 adalah: Kain tenunan dari lena dengan porsi ekspor dan impor
masing-masing sebesar 26,16% (setara USD1,12 miliar) dan 24,58% (setara USD946,59 juta).
Ekspor dan Impor Dunia : HS 53 Serat Tekstil dan Benang Kapas
Keterangan
Nilai Ekspor
Nilai Impor
2013
4,263.56
3,552.51
2014
2015
(Juta USD)
4,743.60
4,683.96
3,939.60
3,847.71
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
2016
4,291.63
3,873.89
2017
Pertumbuhan 2017 CAGR (2013 - 2017)
(%)
(%)
4,304.36
0.30%
0.24%
3,867.65
-0.16%
2.15%
176
HS 53 : Serat tekstil dan benang kertas - Indonesia
Pasokan serat tekstil yang tidak mencukupi kebutuhan menyebabkan impor Indonesia
cukup tinggi
•
•
•
Nilai ekspor produk HS53 (Serat Tekstil dan Benang Kertas) Indonesia pada tahun 2017 tercatat 8.47 Juta
USD, tumbuh 19,38% yoy pada 2017 dengan tren stagnan selama lima tahun terakhir (CAGR 2013-2017
sebesar 0,65%). Nilai Impor Serat Tekstil dan Benang kertas Indonesia pada tahun 2017 tercatat 39.26 Juta
USD, dengan tren pertumbuhan CAGR yang Positif sebesar 4.89%. Hal tersebut menyebabkan neraca perdangangan Indonesia untuk produk
HS53 berada pada posisi defisit -30.80 Juta USD ditahun 2017.
Negara tujuan utama eskpor Serat Tekstil dan Benang Kertas Indonesia adalah Tiongkok dengan porsi 2017 sebesar 82.75% (USD7,01 juta,
sedangkan negara asal impor Serat Indonesia terbesar berasal dari Bangladesh dengan porsi 2017 mencapai 44.57%. (USD17,50 juta).
Ekspor HS 53 terbesar Indonesia adalah Serat kelapa, abaca (serat pisang manila / Musa tektilis Nee), rami dan serat), sementara impor
terbesar adalah Benang dari serat jute / dari serat tekstil kulit pohon lainnya.
Ekspor dan Impor Dunia : HS 53 Serat Tekstil dan Benang Kertas
Keterangan
Neraca (Ekspor - Impor)
Nilai Ekspor
Nilai Impor
2014
-20,86
12,77
33,63
2015
-25,64
12,99
38,63
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
2016
(Juta USD)
-25,80
8,47
34,26
2017
2018
Pertumbuhan 2018
(%)
-30,80
8,46
39,26
-57,43
12,20
69,63
86,47%
44,19%
77,35%
CAGR (2014 2018)
(%)
-1,12%
19,96%
177
HS 53 : Serat tekstil dan benang kertas - Indonesia
Daya saing serat tekstil dan benang kertas Indonesia relatif rendah, kecuali diantaranya
cotton waste
Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA)
•
•
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
Indonesia
bukan
merupakan
net
eksportir
Serat
tekstil dan benang
kertas
(HS53),
selama lima tahun
terakhir Indonesia
mencatatkan defisit
HS53.
Satu-satunya produk
HS53
Indonesia
dengan RSCA positif
atau
memiliki
keunggulan
komparatif
yang
baik di pasar global:
adalah HS 5305.
178
HS 54 : Jenis filamen buatan
Ekspor - Impor Dunia
• Ekspor HS54 (Produk tekstil berjenis Filamen Buatan) dunia pada tahun 2017 mencapai USD46,5 Milliar
pada tahun 2017, tumbuh 3,59% yoy dengan tren negatif (turun 1.91% per tahun selama 2013-2017).
Sedangkan nilai impornya mencapai USD42,8 Milliar, tumbuh 9,71% yoy dengan tren relatif stagnan
(CAGR 2013-2017 sebesar 0.75%).
• Tiongkok nerupakan negara eksportir terbesar produk Filamen Buatan, menguasai pangsa pasar tahun 2017 sebesar 38.59% (USD17,9 miliar),
dan memilki CAGR 2013-2017 positif (2.90%). Negara Importir HS53 terbesar adalah Vietnam dengan porsi tahun 2017 sebesar 7.78% (setara
USD3,3 miliar) dan tren pertumbuhan CAGR selama lima tahun terakhir tercatat positif (18,45%).
• Kain Tenunan dari Benang Filamen Sintetik menjadi produk yang mendominasi ekspor dan Impor HS 54 Dunia dengan porsi pangsa pasar dunia
tahun 2017 masing-masing mencapai 54.82% (USD25,4 miliar) dan 45.03% (USD19,2 miliar).
Ekspor dan Impor Dunia : HS 54 Filamen Buatan
Keterangan
Nilai Ekspor
Nilai Impor
2013
2014
50,252.22
41,526.30
51,107.64
43,034.23
2015
(Juta USD)
46,925.10
40,985.03
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
2016
44,907.46
39,001.31
2017
Pertumbuhan 2017 CAGR (2013 - 2017)
(%)
(%)
46,518.86
3.59%
-1.91%
42,789.32
9.71%
0.75%
179
HS 54 : Jenis filamen buatan - Indonesia
Harga filamen buatan impor yang relatif lebih murah mendorong tingginya impor
•
•
•
Nilai ekspor HS54 (Filamen Buatan) Indonesia pada tahun 2017 tercatat USD950,3 juta, turun 5,41% yoy
dengan tren selama 2013-2017 tercatat menurun (CAGR sebesar -6.75%). Nilai Impor HS54 Indonesia
pada tahun 2017 tercatat 1,427.87 Juta USD, dengan pertumbuhan CAGR yang Positif sebesar
4.06%.Hal ini menyebabkan neraca perdangangan Indonesia untuk produk Filamen Buatan berada pada posisi defisit USD447,6 juta pada 2017.
Negara tujuan utama eskpor Filamen Buatan Indonesia adalah Turki dengan porsi 2017 sebesar 19.01%, sedangkan negara asal impor Filamen
Buatan berasal dari Tiongkok dengan porsi 2017 mencapai 53.10%.
Ekspor dan Impor HS 54 terbesar Indonesia adalah Kain Tenunan dari Benang Filamen Sintetik, dengan masing-masing 54,27% untuk ekspor
dan 62,30% untuk impor.
Ekspor dan Impor Indonesia : HS 54 Filamen Buatan
Keterangan
Neraca (Ekspor - Impor)
Nilai Ekspor
Nilai Impor
2014
-68,20
1248,17
1316,37
2015
-188,54
1088,53
1277,06
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
2016
(Juta USD)
-407,78
1004,61
1412,40
2017
2018
Pertumbuhan 2018
(%)
-477,58
950,29
1427,87
-873,32
871,71
1745,03
82,86%
-8,27%
22,21%
CAGR (2014 2018)
(%)
-8,58%
7,30%
180
HS 54 : Jenis filamen buatan - Indonesia
Daya Saing Filamen Buatan Indonesia Relatif Rendah, kecuali Produk-Produk
Syntethetic Filament Yarn
Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA)
• Indonesia bukan
merupakan net
eksportir Filamen
buatan
(HS54),
selama
empat
tahun
terakhir
Indonesia
mencatatkan
defisit HS54.
• Dua produk HS54
Indonesia
memiliki
peringkat cukup
baik di pasar
global,
yaitu
HS5402
(peringkat
11)
dan
5407
(peringkat 9).
• Kedua
produk
tersebut
juga
memiliki
keunggulan
komparatif cukup
baik di pasar
global
(RSCA
positif).
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
181
HS 55 : Serat stapel buatan
Ekspor - Impor Dunia
•
•
•
Nilai ekspor HS55 (Serat Stapel Buatan) pada tahun 2017 tercatat mencapai USD36,14 Milliar, turun
tipis di level 0,36% yoy, dengan presentase CAGR 2013-2017 berada pada tren negatif (-3.20%), sedangkan
nilai impor mencapai USD37,0 miliar dengan tren CAGR negatif (-1.54%).
Tiongkok adalah eksportir terbesar HS55 dengan porsi pasar tahun 2017 mencapai 33.38% (USD12,0 miliar) dengan tren CAGR 2013-2017
positif sebesar 1.84%. Sedangkan, Vietnam menjadi importir terbesar HS55 dengan porsi 2017 mencapai 7.90% (USD29,22 juta) dengan tren
CAGR yang juga positif sebesar 3.61%%.
Ekspor dan Impor HS 55 dunia terbesar adalah serat Stapel sintetik dengan porsi 2017 masing-masing sebesar 18.92% dan 20.49%, namun
demikian ekspor dan impor produk tersebut berada pada tren menurun selama lima tahun terakhir.
Ekspor dan Impor Dunia : HS 55 Serat Stapel Buatan
Keterangan
Neraca (Ekspor - Impor)
Nilai Ekspor
2014
964,80
2331,47
2015
949,87
2214,51
2016
(Juta USD)
700,43
2025,95
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
2017
788,49
2063,67
2018
Pertumbuhan 2018 CAGR (2014 - 2018)
(%)
(%)
691,92
-12,25%
2177,39
5,51%
-1,69%
182
HS 55 : Serat stapel buatan - Indonesia
Permintaan yang meningkat terutama dari Turki dan Bangladesh mendorong ekspor
serat stapel buatan Indonesia khususnya dari bahan polyester
terus meningkat
•
•
•
Nilai ekspor produk HS55 (Serat Stapel Buatan) Indonesia pada tahun 2017 tercatat sebesar USD2,06
miliar, tumbuh 1,86% yoy, dengan tren pertumbuhan selama 2013-2017 tercatat menurun (CAGR sebesar
-2.97%). Nilai Impor HS55Indonesia pada tahun 2017 tercatat USD1,27 miliar, turun 3,80% yoy dengan tren
selama 2013-2017 juga menurun (CAGR di level -1,45%). Hal tersebut menyebabkan neraca perdangangan Indonesia untuk produk Serat Stapel
Buatan berada pada posisi profit sebesar 788.49 Juta USD ditahun 2017.
Negara tujuan utama eskpor HS55 Indonesia adalah Turki dengan porsi 2017 sebesar 15.86% (USD327,3 juta), sementara negara asal impor
adalah Tiongkok dengan porsi 2017 mencapai 42.38% (setara USD540,4 juta).
Ekspor HS 55 terbesar Indonesia adalah Benang dari Serat Stapel Sintetik, sementara impor terbesar Indonesia untuk HS55 adalah Serat Stapel
Sintetik.
Ekspor dan Impor Dunia : HS 55 Serat Stapel Buatan
Keterangan
Neraca (Ekspor - Impor)
Nilai Ekspor
Nilai Impor
2014
964,80
2331,47
1366,67
2015
949,87
2214,51
1264,64
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
2016
(Juta USD)
700,43
2025,95
1325,52
2017
2018
Pertumbuhan 2018
(%)
788,49
2063,67
1275,18
691,92
2177,39
1485,47
-12,25%
5,51%
16,49%
CAGR (2014 2018)
(%)
-1,69%
2,11%
183
HS 55 : Serat stapel buatan - Indonesia
Sejumlah Produk Serat Stapel Indonesia Memiliki Daya Saing yang cukup baik
Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA)
• Indonesia
merupakan net
eksportir
Serat
stapel
buatan
(HS55),
selama
lima
tahun
terakhir Indonesia
mencatatkan
surplus HS54.
• Sejumlah produk
HS55 Indonesia
memiliki
peringkat cukup
baik di pasar
global,
yaitu
HS5503
(peringkat
10);
HS5504
(peringkat
2);
HS5508
(peringkat
10);
HS5509
(peringkat
1);
HS5513
(peringkat 4) dan
HS5516
(peringkat 9).
• Produk-produk
tersebut
juga
memiliki
keunggulan
komparatif cukup
baik di pasar
global
(RSCA
positif).
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
184
HS 56 : Kapas dan gumpalan tali
Ekspor - Impor Dunia
•
•
•
HS 56 (Kapas dan Gumpalan Tali), memiliki nilai ekspor USD25,23 Milliar, tumbuh 6,61% yoy dengan
tren selama 2013-2017 tercatat positif (CAGR1,39%). Nilai impor mencapai USD23,46 Milliar,
tumbuh 8,44% yoy dengan tren CAGR positif 2.06%.
Tiongkok adalah eksportir terbesar HS56 dengan porsi pasar tahun 2017 mencapai 20.15% (setara USD5,1 miliar) dengan tren CAGR 2013-2017
positif sebesar 5.36%. Sedangkan, Amerika Serikat merupakan importir terbesar HS56 dengan porsi 2017 mencapai 9.49% (setara USD2,2
miliar) dengan tren CAGR yang juga positif sebesar 3.51%.
Kapas Gumpalan dan Tali yang bukan tenunan diresapi, dilapisim ditutupi/dilaminasi merupakan produk dominan untuk ekspor dan impor HS
56 dengan pangsa pasar masing-masing sebesar 60.54% dan 61.55%.
Ekspor dan Impor Dunia : HS 56 Kapas Gumpalan dan Tali
Keterangan
Neraca (Ekspor - Impor)
Nilai Ekspor
2014
-266,55
163,36
2015
-283,27
173,59
2016
(Juta USD)
-283,92
171,80
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
2017
-278,23
173,21
2018
Pertumbuhan 2018 CAGR (2014 - 2018)
(%)
(%)
-359,70
29,28%
170,71
-1,44%
1,11%
185
HS 56 : Kapas dan gumpalan tali - Indonesia
Indonesia masih mencatatkan defisit untuk neraca perdagangan jenis kapas dan gumpalan
tali
•
•
•
Nilai ekspor produk HS56 (Kapas dan Gumpalan Tali), Indonesia pada tahun 2017 tercatat USD173.21
Juta, naik tipis 0,83% yoy dengan tren pertumbuhan selama 2013-2017 positif (CAGR 4.23%). Nilai Impor
HS56 Indonesia pada tahun 2017 tercatat sebesar USD451.45 Juta, turun tipis 0,94% yoy dengan tren
pertumbuhan selama 2013-2017 meningkat (CAGR sebesar 4.84%). Hal tersebut menyebabkan neraca perdangangan Indonesia untuk HS56
berada pada posisi defisit sebesar USD278.92 Juta pada 2017.
Negara tujuan utama eskpor HS56 Indonesia adalah Jepang dengan porsi 2017 sebesar 29.09% (setara USD50,4 juta), sedangkan negara asal
impor adalah Tiongkok dengan porsi 2017 mencapai 34.88% (setara USD157,5 juta).
Ekspor dan Impor HS 56 terbesar Indonesia adalah Bukan Tenunan Diresapi, Dilapisi, Ditutupi / Dilaminasi / Tidak.
Ekspor dan Impor Indonesia : HS 56 Kapas Gumpalan dan Tali
Keterangan
Neraca (Ekspor - Impor)
Nilai Ekspor
Nilai Impor
2013
-226.92
146.76
373.67
2014
-266.55
163.35
429.90
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
2015
(Juta USD)
-283.27
173.59
456.86
2016
2017
Pertumbuhan 2017
(%)
-283.92
171.80
455.72
-278.23
173.21
451.45
-2.00%
0.83%
-0.94%
CAGR (2013 2017)
(%)
4.23%
4.84%
186
HS 56 : Kapas dan gumpalan tali - Indonesia
Secara umum, daya saing kapas dan gumpalan tali Indonesia cukup rendah
Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA)
•
•
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
Indonesia bukan
merupakan net
eksportir Kapas
dan gumpalan
tali
(HS56),
selama
lima
tahun terakhir
Indonesia
mencatatkan
defisit HS56.
Satu-satunya
produk
HS56
Indonesia
dengan
RSCA
positif
atau
memiliki
keunggulan
komparatif yang
cukup baik di
pasar
global:
adalah HS 5601.
187
HS 57 : Permadani
Ekspor - Impor Dunia
•
•
•
Ekspor HS57 (Permadani) dunia tercatat memiliki nilai ekspor sebesar USD16 Milliar, tumbuh 6,04%
yoy pada tahun 2017, dengan tren stagnan (CAGR 2013-2017 sebesar -0,67%). Nilai impor mencapai
USD14,48 miliar, tumbuh 7,43% yoy dengan tren relatif stagnan (CAGR 2013-2017 di lvel 0,65%).
Tiongkok adalah eksportir terbesar tekstil berjenis Permadani dengan porsi pasar tahun 2017 mencapai 16.89% (setara USD2,70 miliar) dengan
tren CAGR 2013-2017 meningkat 1.91% per tahun. Importir terbesar HS57 adalah AS dengan porsi 2017 mencapai 20.05% (setara USD2,90
miliar) dengan tren pertumbuhan selama lima tahun terakhir tumbuh posi
Permadani dengan jenis Kain dan Karpet Penutup Lantai Tekstil Lainnya Berumbai, Sudah Jadi/Belum merupakan produk dominan untuk
ekspor dan impor HS 57 dengan pangsa pasar masing-masing sebesar 45.18% dan 46.64%.
Ekspor dan Impor Dunia : HS 57 Permadani
Keterangan
Nilai Ekspor
Nilai Impor
2013
16,298.44
14,109.16
2014
16,890.62
14,573.33
2015
(Juta USD)
14,758.23
13,477.26
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
2016
15,089.59
13,478.15
2017
Pertumbuhan 2017 CAGR (2013 - 2017)
(%)
(%)
16,000.75
6.04%
-0.46%
14,479.96
7.43%
0.65%
188
HS 57 : Permadani - Indonesia
Surplus perdagangan permadani Indonesia terus menurun karena tingginya impor dari
Tiongkok, Jepang dan Turki
•
•
•
Nilai ekspor produk HS57 (Permadani) Indonesia pada tahun 2017 tercatat sebesar USD77,1 juta, naik
3,95% yoy dengan tren pertumbuhan selama 2013-2017 positif (CAGR sebesar 2.74%). Nilai Impor HS57
Indonesia pada tahun 2017 tercatat sebesar USD50,51 juta, tumbuh 23,49% yoy dengan tren selama 5 tahun
terakhir tumbuh positif (CAGR sebesar 7.37%). Hal tersebut menyebabkan neraca perdangangan Indonesia untuk produk Serat Permadani
Buatan Indonesia berada pada posisi surplus sebesar USD26,58 juta pada 2017.
Negara tujuan utama eskpor Permadani Indonesia adalah Jepang dengan porsi 2017 sebesar 28.01% (setara USD22,21 juta), sedangkan negara
asal impor Permadani Indonesia adalah Tiongkok dengan porsi 2017 mencapai 47.09% (setara USD23,79 juta).
Ekspor dan Impor HS 57 terbesar Indonesia adalah Kain dan Karpet Penutup Lantai Berumbai, Sudah Jadi / Belum.
Ekspor dan Impor Indonesia : HS 57 Permadani
Keterangan
Neraca (Ekspor - Impor)
Nilai Ekspor
Nilai Impor
2014
33,99
67,44
33,45
2015
39,66
69,94
30,28
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
2016
(Juta USD)
33,26
74,16
40,90
2017
26,58
77,08
50,51
2018
-4,27
71,47
75,74
Pertumbuhan 2018
(%)
-116,07%
-7,28%
49,96%
CAGR (2014 2018)
(%)
1,46%
22,67%
189
HS 57: Indonesia.
Secara umum, daya saing permadani Indonesia cukup rendah dibandingkan Mesir, India,
Turki dan beberapa negara lainnya
Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA)
•
•
Indonesia
merupakan net
eksportir
Permadani
(HS57), selama
lima
tahun
terakhir
Indonesia
mencatatkan
surplus HS57.
Satu-satunya
produk
HS57
Indonesia
dengan
RSCA
positif adalah HS
5705,
namun
jika dilihat nilai
RSCA-nya relatif
mendekati nol
(rata-rata RSCA
selama
lima
tahun terakhir
0,14), sehingga
belum
bisa
dikatakan
memiliki
keunggulan
komparatif
cukup baik.
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
190
HS 58 : Kain Tenunan
Ekspor - Impor Dunia
•
•
•
Ekspor HS58 (Kain Tenunan) dunia pada 2017 mencapai USD12,4 Milliar, naik 2,50% yoy pada tahun 2017
dengan presentase CAGR 2013-2017 berada pada tren negatif (-1.98%). Nilai impor HS58 tahun 2017
sebesar USD10,6 Milliar atau turun tipis di level 0,72% yoy dengan tren pertumbuhan relatif stagnan
selama lima tahun terakhir ( CAGR 2013-2017 sebesar 0.56%).
Tiongkok adalah eksportir terbesar tekstil berjenis Kain Tenun dengan porsi pasar tahun 2017 mencapai 38.33% (seara USD4,74 miliar) dengan
tren pertumbuhan stagnan (CAGR 2013-2017 -0.7%). Sedangkan, Vietnam menjadi importir terbesar Kain Tenun dengan porsi 2017 mencapai
8.83% (setara USD934 juta) dengan tren pertumbuhan meningkat selama 2013-2017 (CAGR yang 5.50%).
Kain Tenun dengan jenis Kain Pita Tenunan merupakan produk dominan untuk ekspor dan impor HS 58 dengan pangsa pasar masing-masing
sebesar 34.06% dan 34.62%.
Ekspor dan Impor Dunia : HS 58 Kain Tenunan
Keterangan
Nilai Ekspor
Nilai Impor
2013
13,396.83
10,341.62
2014
13,644.18
11,055.52
2015
(Juta USD)
12,610.47
10,267.83
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
2016
12,064.04
10,652.10
2017
Pertumbuhan 2017 CAGR (2013 - 2017)
(%)
(%)
12,365.10
2.50%
-1.98%
10,575.32
-0.72%
0.56%
191
HS 58 : Kain Tenunan – Indonesia
Indonesia mengimpor kain tenunan khusus dari negara-negara Kawasan Asia Timur
dengan tren yang meningkat
•
•
•
Nilai ekspor HS58 Indonesia pada tahun 2017 tercatat USD52.89 Juta, turun 33,24% yoy
dengan tren selama 2013-2017 tercatat menurun (CAGR sebesar -12.76%). Nilai Impor
HS58Indonesia pada tahun 2017 tercatat USD318.92 Juta, turun tipis di level 2,61% yoy dengan
tren pertumbuhan meningkat (CAGR sebesar 2.61%). Hal tersebut menyebabkan neraca perdangangan Indonesia
untuk produk HS58 berada pada posisi defisit sebesar -266.13 Juta USD pada tahun 2017.
Negara tujuan utama eskpor kain HS58Indonesia adalah Arab Saudi dengan porsi 2017 sebesar 12.30% (setara USD6,51 juta),
sedangkan negara asal impor HS58Indonesia berasal dari Tiongkok dengan porsi 2017 mencapai 30.31% (setara USD96,7 juta).
Ekspor HS 58 terbesar Indonesia adalah Kain tenunan berbulu dan kain chenille, sementara impor HS58 terbesar indonesia adalah
Label, lencana dan barang semacam itu dari bahan tekstil.
Ekspor dan Impor Indonesia : HS 58 Kain Tenunan
Keterangan
Neraca (Ekspor - Impor)
Nilai Ekspor
Nilai Impor
2014
-194,74
97,90
292,63
2015
-196,87
96,08
292,95
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
2016
(Juta USD)
-248,22
79,23
327,45
2017
2018
Pertumbuhan 2018
(%)
-266,03
52,89
318,92
-322,01
48,83
370,84
21,04%
-7,67%
16,28%
CAGR (2014 2018)
(%)
-15,96%
6,10%
192
HS 58 : Kain Tenunan – Indonesia
Sebagai net importir, daya saing kain tenunan khusus Indonesia cukup rendah
Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA)
•
•
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
Indonesia bukan
merupakan net
eksportir
Kain
Tenunan (HS58),
selama
lima
tahun terakhir
Indonesia
mencatatkan
defisit HS58.
Indonesia tidak
memiliki
keunggulan
komparatif
di
pasar
global
untuk
Produk
Tekstil
Kain
Tenunan. Hal ini
terlihat
dai
RSCA-nya yang
tercatat bernilai
negatif
pada
tahun 2017.
193
HS 59 : Kain Ditenun Berlapis
Ekspor – Impor Dunia
•
•
•
Ekspor HS59 (Kain Ditenun Berlapis) dunia tahun 2017 sebesar USD25.2 Milliar atau naik 6,24% yoy,
dengan tren stagnan selama lima tahun terakhir (CAGR 2013-2017 sebesar -0,25%). Nilai impor pada 2017
mencapai USD22.7 Milliar atau naik 7,76% yoy, dengan tren pertumbuhan stagnan selama lima tahun
terakhir (CAGR sebesar 1.03%).
Tiongkok adalah eksportir terbesar HS59 yang menguasai 29.35% pangsa pasar tahun 2017 (setara USD7,39 miliar) dengan tren CAGR 20132017 stagnan (0,05%). Sedangkan, importir terbesar adalah AS dengan porsi 2017 mencapai 11.81% (setara USD2,67 miliar) dengan tren CAGR
yang juga positif sebesar 3.34%.
Kain Ditenun Berlapis dengan jenis Kain Tekstil Diresapi, Dilapisi, Ditutupi/Dilaminasi Dengan Plastik merupakan produk dominan untuk ekspor
dan impor HS 59 dengan pangsa pasar masing-masing sebesar 53.27% dan 48.14%.
Ekspor dan Impor Dunia : HS 59 Kain Ditenun Berlapis
Keterangan
Nilai Ekspor
Nilai Impor
2013
25,435.98
21,767.73
2014
26,245.39
22,651.76
2015
(Juta USD)
23,976.06
20,607.05
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
2016
23,702.72
21,043.23
2017
Pertumbuhan 2017 CAGR (2013 - 2017)
(%)
(%)
25,181.16
6.24%
-0.25%
22,675.13
7.76%
1.03%
194
HS 59 : Kain Ditenun Berlapis - Indonesia
Indonesia mengimpor kain ditenun berlapis cukup besar dikarenakan
harga yang relatif lebih murah.
•
•
•
•
Nilai ekspor HS59 Indonesia pada tahun 2017 tercatat USD141.83 Juta, naik 5,285 yoy, dengan tren
meningkat selama lima tahun terakhir (CAGR sebesar 5.41%). Nilai Impor HS59 Indonesia pada tahun 2017
tercatat USD558.07 Juta, naik 11,6% yoy dengan tren pertumbuhan turun (CAGR sebesar -2.51%).Hal tersebut menyebabkan neraca
perdangangan Indonesia untuk produk Serat Permadani Buatan Indonesia berada pada posisi defisit sebesar USD416.24 Juta pada tahun 2017.
Negara tujuan utama eskpor HS59 Indonesia adalah Jepang dengan porsi 2017 sebesar 19,52% (setara USD27,7 juta), sedangkan negara asal
impor HS59 Indonesia berasal dari Tiongkok dengan porsi 2017 mencapai 43,19% (setara USD241,0 juta).
Ekspor HS 59 terbesar Indonesia adalah Kain untuk ban dari benang nilon / poliamida lainnya, poliester / rayon viskose, sementara impor HS59
terbesar indonesia adalah Kain tekstil diresapi, dilapisi, ditutupi / dilaminasi dengan plastik.
Kain di dalam negeri relatif lebih mahal karena harga bahan baku masih bergantung pada impor. Terlebih, bea masuk tambahan sebagai akibat
anti dumping, diindikasikan menjadi salah satu faktor harga bahan baku semakin mahal.
Ekspor dan Impor Indonesia : HS 59 Kain Ditenun Berlapis
Keterangan
Neraca (Ekspor - Impor)
Nilai Ekspor
2014
-497,95
114,07
2015
-421,94
110,18
2016
(Juta USD)
-365,44
134,72
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
2017
-416,24
141,83
2018
Pertumbuhan 2018 CAGR (2014 - 2018)
(%)
(%)
-552,24
32,67%
159,80
12,67%
8,79%
195
HS 59 : Kain Ditenun Berlapis - Indonesia
Daya saing kain ditenunan berlapis Indonesia cukup rendah
Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA)
• Indonesia bukan
merupakan
net
eksportir
Kain
Ditenun Berlapis
(HS59),
selama
lima
tahun
terakhir Indonesia
mencatatkan
defisit HS59.
• Satu-satunya
produk
HS59
Indonesia dengan
RSCA positif dan
memiliki
keunggulan
komparatif cukup
baik adalah HS
5902.
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
196
HS 60 : Kain Rajutan
Ekspor – Impor Dunia
•
•
•
Ekspor HS60 (Kain Rajutan) dunia mencapai USD34.8 Milliar pada tahun 2017, naik 6,75% yoy dengan
tren pertumbuhan selama lima tahun terakhir naik tipis (CAGR 2013-2017 sebesar 1.47%). Nilai impor
HS60 dunia mencapai USD29.6 Milliar, naik 11,66% yoy dengan tren CAGR 2013-2017 di level 4.01%.
Tiongkok adalah eksportir terbesar tekstil berjenis Kain Tenun, menguasai pangsa pasar tahun 2017 mencapai 47.42% (setara USD16,5 miliar)
dengan tren CAGR 2013-2017 positif sebesar 6.36%. Sedangkan, Vietnam menjadi importir terbesar Kain Rajutan dengan porsi 2017 mencapai
20.35% dengan tren CAGR yang juga positif sebesar 21.71%.
Kain Rajutan Berlapis dengan jenis Kain Rajutan atau Kaitan Lainnya merupakan produk dominan untuk ekspor dan impor HS 60 dengan pangsa
pasar masing-masing sebesar 51.57% dan 50.91%.
Ekspor dan Impor Dunia : HS 60 Kain Rajutan
Keterangan
Nilai Ekspor
Nilai Impor
2013
25,435.98
21,767.73
2014
26,245.39
22,651.76
2015
(Juta USD)
23,976.06
20,607.05
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
2016
23,702.72
21,043.23
2017
Pertumbuhan 2017 CAGR (2013 - 2017)
(%)
(%)
25,181.16
6.24%
-0.25%
22,675.13
7.76%
1.03%
197
HS 60 : Kain Rajutan - Indonesia
Indonesia mengimpor kain rajutan cukup besar dikarenakan harga yang relatif lebih murah.
•
•
•
Nilai ekspor produk HS60 (Kain Rajutan) Indonesia pada tahun 2017 tercatat sebesar USD102.17 Juta,
naik 3,785 yoy dengan tren pertumbuhan selama lima tahun terakhir turun (CAGR sebesar -3.62%).
Nilai Impor HS60 Indonesia pada tahun 2017 tercatat USD1,23 miliar, turun 7,14% yoy dengan pertumbuhan
selama lima tahun terakhir turun (CAGR sebesar -1.96%). Hal tersebut menyebabkan neraca perdangangan
Indonesia untuk produk Kain Rajutan Indonesia berada pada posisi defisit sebesar –USD1,13 miliar pada tahun 2017.
Negara tujuan utama eskpor HS60Indonesia adalah Vietnam dengan porsi 2017 sebesar 31.84% , sedangkan negara asal impor HS60Indonesia
berasal dari Tiongkok dengan porsi 2017 mencapai 37.48%. Ekspor HS 60 terbesar Indonesia adalah Kain Berbulu, Termasuk Kain "Berbulu
Panjang" dan Kain Terry, Rajutan / Kaitan, sementara impor HS60 terbesar indonesia adalah Kain rajutan atau kaitan lainnya.
Kain di dalam negeri relatif lebih mahal karena harga bahan baku masih bergantung pada impor. Terlebih, bea masuk tambahan sebagai akibat
anti dumping, diindikasikan menjadi salah satu faktor harga bahan baku semakin mahal.
Ekspor dan Impor Indonesia : HS 60 Kain Rajutan
Keterangan
Neraca (Ekspor - Impor)
Nilai Ekspor
2014
-1234,46
117,66
2015
-1240,69
125,13
2016
(Juta USD)
-1231,41
98,46
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
2017
-1132,75
102,17
2018
Pertumbuhan 2018 CAGR (2014 - 2018)
(%)
(%)
-1448,03
27,83%
104,26
2,04%
-2,98%
198
HS 60 : Kain Rajutan - Indonesia
Daya saing kain rajutan Indonesia cukup rendah
Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA)
• Indonesia
bukan
merupakan
net
eksportir Kain Rajutan
(HS60), selama lima
tahun
terakhir
Indonesia
mencatatkan defisit
HS60.
• Indonesia
tidak
memiliki keunggulan
komparatif di pasar
global untuk Kain
Rajutan.
Hal
ini
terlihat dai RSCA-nya
yang tercatat bernilai
negatif pada tahun
2017.
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
199
HS 61 : Barang-Barang Rajutan
Ekspor – Impor Dunia
•
•
•
Ekspor dunia untuk HS61 (Barang-Barang Rajutan) pada tahun 2017 mencapai USD225,7 Milliar, naik
4,54% dengan tren pertumbuhan stagnan selama lima tahun terakhir (CAGR 2013-2017 sebesar
-0.51%). Nilai impor mencapai USD202 Milliar, naik 5,53% yoy pada 2017, dengan tren meningkat tipis selama
lima tahun terakhir (CAGR 2013-2017 sebesar 1.06%).
Tiongkok adalah eksportir terbesar HS61 dengan pangsa pasar tahun 2017 mencapai 31.82% (setara USD71,8 miliar) dengan tren pertumbuhan
selama lima tahun terakhir menurun (CAGR 2013-2017 sebesar -7.19%). Importir terbesar HS61 adalah AS dengan porsi 2017 mencapai 22.67%
(setara USD45,8 miliar) dengan tren pertumbuhan relatif stangnan (CAGR 2013-2017 sebesar 0.75%).
Barang-barang Rajutan dengan Jersey, Pulover, cardigan, Rompi, dan Barang Semacam Itu, Rajutan/Kaitan merupakan produk dominan untuk
ekspor dan impor HS 61 dengan pangsa pasar masing-masing sebesar 22.99% dan 25.81%.
Ekspor dan Impor Dunia : HS 61 Barang-Barang Rajutan
Keterangan
Nilai Ekspor
Nilai Impor
2013
230,394.71
193,635.56
2014
238,345.76
203,249.64
2015
(Juta USD)
219,650.06
193,491.63
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
2016
215,931.21
191,369.28
2017
Pertumbuhan 2017 CAGR (2013 - 2017)
(%)
(%)
225,739.05
4.54%
-0.51%
201,958.78
5.53%
1.06%
200
HS 61 : Barang-Barang Rajutan - Indonesia
Barang-barang rajutan merupakan produk tekstil unggulan Indonesia dengan tren ekspor
yang meningkat terutama ke AS dan Jepang
•
•
•
Nilai ekspor HS61 Indonesia pada tahun 2017 tercatat sebesar USD3,7 miliar atau naik 13,50% yoy,
dengan tren pertumbuhan selama lima tahun terakhir positif (CAGR 2013-2017 sebesar 1.78%).
Nilai Impor HS61 Indonesia pada tahun 2017 tercatat USD233.15 Juta, naik 35,69% yoy, dengan tren
pertumbuhan selama lima tahun terakhir positif (CAGR 2013-2017 sebesar 2.69%.). Dengan demikian, neraca perdangangan Indonesia untuk
HS61 pada 2017 surplus sebesar USD 3,50 miliar.
Negara tujuan utama eskpor HS61 Indonesia adalah Amerika Serikat dengan porsi 2017 sebesar 53.46% (setara USD2,0 miliar), sedangkan
negara asal impor HS61 Indonesia adalah Tiongkok dengan porsi 2017 sebesar 48.77% (setara USD113,7 juta).
Ekspor HS61 terbesar Indonesia adalah Jersey, pulover, cardigan, rompi dan barang semacam itu, rajutan / kaitan, sementara impor HS61
terbesar indonesia adalah T-shirt, singlet dan kaus kutang lainnya, rajutan / kaitan.
Ekspor dan Impor Indonesia : HS 60 Kain Rajutan
Keterangan
Neraca (Ekspor - Impor)
Nilai Ekspor
2014
3230,57
3428,27
2015
3127,22
3305,13
2016
(Juta USD)
3119,43
3291,26
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
2017
3502,39
3735,55
2018
Pertumbuhan 2018 CAGR (2014 - 2018)
(%)
(%)
3693,59
5,46%
4073,93
9,06%
4,41%
201
HS 61 : Barang-Barang Rajutan - Indonesia
Sebagai net eksportir, daya saing barang-barang rajutan Indonesia cukup tinggi
Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA)
• Indonesia merupakan
net eksportir Barangbarang
rajutan
(HS61), selama lima
tahun
terakhir
Indonesia
mencatatkan surplus
HS61.
• Sejumlah
produk
HS61
Indonesia
memiliki
peringkat
cukup baik di pasar
global.
• Produk-produk
dengan
peringkat
baik tersebut juga
memiliki keunggulan
komparatif
cukup
baik di pasar global
(RSCA positif).
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
202
HS 62 : Pakaian Jadi Bukan Rajutan
Ekspor – Impor Dunia
•
•
•
Nilai ekspor HS62 (Pakaian Jadi Bukan Rajutan) dunia mencapai USD227,7 Milliar pada tahun
2017, tumbuh 5,79% yoy dengan tren pertumbuhan positif (CAGR 2013-2017 sebesar 2.25%.).
Nilai impor HS62 dunia mencapai USD200,4 miliar, naik 3,62% yoy dengan tren pertumbuhan stagnan selama
lima tahun terakhir (CAGR 2013-2017 sebesar 0,12%).
Tiongkok adalah eksportir terbesar tekstil HS62, menguasi pangsa pasar tahun 2017 sebesar 32.24% (setara USD73,4 miliar) dengan tren
pertumbuhan positif selama lima tahun terakhir (CAGR 2013-2017 sebesar 1,84%). Importir terbesar HS62 adalah Amerika Serikat dengan porsi
mencapai 18.87% pada 2017 (setara USD37,8 miliar), dengan tren turun tipis selama lima tahun terakhir (CAGR 2013-2017 sebesar -0.96%).
Setelan, Ensemble, Jas, Blazer, Gaun, Rok, Rok Terpisah, Celana Panjang Untuk Wanita/ Anak Perempuan merupakan produk dominan untuk
ekspor dan impor HS 61 dengan pangsa pasar masing-masing sebesar28.53% dan 26.52%.
Ekspor dan Impor Dunia : HS 62 Pakaian Jadi Bukan Rajutan
Keterangan
Nilai Ekspor
Nilai Impor
2013
208,293.06
199,431.18
2014
232,732.70
206,687.12
2015
(Juta USD)
219,175.90
198,852.15
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
2016
215,235.98
193,412.49
2017
Pertumbuhan 2017 CAGR (2013 - 2017)
(%)
(%)
227,696.41
5.79%
2.25%
200,414.69
3.62%
0.12%
203
HS 62 : Pakaian Jadi Bukan Rajutan - Indonesia
Pakaian jadi bukan rajutan merupakan produk tekstil unggulan Indonesia dengan tren
ekspor yang meningkat terutama ke AS dan Jepang
•
•
•
tahun terakhir naik tipis (CAGR 2013-2017 sebesar 1.53%). Nilai Impor HS62 Indonesia pada tahun 2017
tercatat sebesar USD287.97 Juta, naik 20,64% yoy dengan tren pertumbuhan selama lima tahun terakhir
juga meningkat tipis (CAGR 2013-2017 sebesar 1.94%).dengan demikian, neraca perdangangan Indonesia
untuk HS62 tahun 2017 berada pada posisi surplus sebesar USD3,86 miliar pada tahun 2017.
Negara tujuan utama eskpor HS62 Indonesia adalah Amerika Serikat dengan porsi 2017 sebesar 51.34% (setara USD2,13 miliar), sedangkan
negara asal impor HS62 Indonesia terbesar berasal dari Tiongkok dengan porsi 2017 mencapai 46.32% 9setara USD133,4 juta).
Ekspor dan impor HS62 terbesar Indonesia adalah Setelan, ensemble, jas, blazer, gaun, rok, rok terpisah, celana panjang, dengan porsi tahun
2017 masing-masing sebesar 2,96% dan 20,74%.
Ekspor dan Impor Indonesia : HS 62 Pakaian Jadi Bukan Rajutan
Keterangan
Neraca (Ekspor - Impor)
Nilai Ekspor
2014
3684,75
3931,49
2015
3754,64
3978,25
2016
(Juta USD)
3641,07
3879,77
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
2017
3858,49
4146,46
2018
Pertumbuhan 2018 CAGR (2014 - 2018)
(%)
(%)
4060,04
5,22%
4494,89
8,40%
3,40%
204
HS 62 : Pakaian Jadi Bukan Rajutan - Indonesia
Sebagai net eksportir, daya saing pakaian jadi bukan rajutan Indonesia cukup tinggi
Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA)
•
•
•
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
Indonesia merupakan
net eksportir Pakaian
jadi bukan rajutan
(HS62), selama lima
tahun
terakhir
Indonesia
mencatatkan surplus
HS62.
Sejumlah
produk
HS62
Indonesia
memiliki
peringkat
cukup baik di pasar
global.
Produk-produk
dengan peringkat baik
tersebut
juga
memiliki keunggulan
komparatif yang baik
di pasar global (RSCA
positif).
205
HS 63 : Kain Perca / Produk Lainnya
Ekspor – Impor Dunia
•
•
•
Ekspor HS63 (Kain perca/produk tekstil lainnya) dunia mencapai USD63.5 Millliar pada tahun 2017,
naik 5,23% yoy dengan tren yang relatif stagnan selama lima tahun terakhir (CAGR 2013-2017 sebesar
0.41%). Impor HS63 mencapai 5USD7.6 Milliar, naik 6,995 yoy dengan tren peningkatan selama lima tahun
terakhir naik tipis (CAGR 2013-2017 sebesar 1.97%).
Tiongkok adalah eksportir terbesar HS63, menguasai 41,50% pangsa pasar tahun 2017 (setara USD26,3 miliar), dengan tren CAGR 2013-2017
negatif (-0.44%). Importir tersbesar HS63 adalah AS dengan pangsa pasar 26.81% pada tahun 2017 (setara USD15,4 miliar), dengan tren CAGR
yang juga positif sebesar 3.59%.
Linen untuk Tempat Tidur, Meja, Toilet, dan Dapur merupakan produk dominan untuk ekspor dan impor HS 63 dengan pangsa pasar masingmasing sebesar 31.47% dan 31.78%.
Ekspor dan Impor Dunia : HS 63 Kain Perca
Keterangan
Nilai Ekspor
Nilai Impor
2013
62,497.49
53,251.69
2014
66,479.53
56,583.87
2015
2016
(Juta USD)
61,113.06
60,364.01
54,349.10
53,812.27
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
2017
63,520.44
57,574.84
Pertumbuhan 2017 CAGR (2013 - 2017)
(%)
(%)
5.23%
0.41%
6.99%
1.97%
206
HS 63 : Kain Perca / Produk Lainnya - Indonesia
Kain perca dan produk tekstil lainnya selalu mencatatkan angka surplus perdagangan
selama beberapa tahun terakhir
•
•
•
Nilai ekspor produk HS63 Indonesia pada tahun 2017 tercatat sebesar USD264.71 Juta, turun 5,29% yoy
dengan tren selama lima tahun terakhir mengalami penurunan (CAGR 2013-2017 sebesar -5.52%).
Nilai Impor HS63 Indonesia pada tahun 2017 tercatat USD106.04 Juta, naik 35,7% yoy dengan tren meningkat
selama lima tahun terakhir (CAGR sebesar -12%). Dengan demikian, neraca perdangangan Indonesia untuk produk HS63 berada pada posisi
surplus sebesar 158.67 Juta USD pada tahun 2017.
Negara tujuan utama eskpor HS63 Indonesia adalah Jepang dengan porsi 2017 sebesar 25.34% (setara USD67,1 juta), sedangkan negara asal
impor Indonesia untuk HS63 adalah Tiongkok dengan porsi 2017 mencapai 60.54% (setara USD64,20 juta).
Ekspor HS63 terbesar Indonesia tahun 2017 adalah Kantong dan Karung dari Jenis yang Digunakan untuk Membungkus Barang, sementara itu
impor HS63 terbesar Indonesia tahun 2017 adalah Selimut dan Selimut Kecil untuk Perjalanan .
Ekspor dan Impor Indonesia : HS 63 – Kain Perca
Keterangan
Neraca (Ekspor - Impor)
Nilai Ekspor
2014
258,06
322,31
2015
222,68
283,29
2016
(Juta USD)
201,38
279,50
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
2017
158,67
264,71
2018
Pertumbuhan 2018 CAGR (2014 - 2018)
(%)
(%)
86,06
-45,76%
219,37
-17,13%
-9,17%
207
HS 63 : Kain Perca / Produk Lainnya - Indonesia
Indonesia memiliki daya saing yang cukup baik untuk kain perca
Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA)
•
•
Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah
Indonesia merupakan
net eksportir Kain
Perca/produk tekstil
lainnya
(HS63),
selama lima tahun
terakhir
Indonesia
mencatatkan surplus
HS63.
Satu-satunya produk
HS63 Indonesia yang
memiliki
peringkat
baik
sekaligus
memiliki keunggulan
komparatif yang baik
di pasar global (RSCA
positif)
adalah
HS6310.
208
PULP & KERTAS
(HS Code 4801 s/d 4823)
Pulp dan kertas sebagai komoditas unggulan
Pulp dan Kertas merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia,
hal ini dapat terlihat dari hasil pemilihan komoditas unggulan ekspor (winning
commodities) dengan menggunakan beberapa metode analisis yaitu Computable General Equilibrium
(CGE) dan Export Product Dynamics (EPD).
Pulp sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode CGE
Komoditas yang menjadi unggulan ekspor diidentifikasi berdasarkan hasil simulasi ketika terjadi peningkatan
pemintaan ekspor secara arbitrary sebesar 10%, yaitu komoditas yang paling responsif terhadap variabel sektoral
Indonesia berdasarkan tiga indikator kunci yaitu (1) peningkatan ekspor bersih (bobot 60%, (2) output (bobot 20%),
dan (3) penyerapan tenaga kerja. (bobot 20%) Berdasarkan hasil CGE, pulp/bubur kertas menempati peringkat 20
dengan indeks komposit sebesar 1.98.
Peringkat
Sektor
Dampak terhadap
Perubahan Nilai Ekspor
(Milyar Rupiah)
Dampak terhadap Output
(Perubahan Persentase)
Dampak terhadap Tenaga Kerja
(Perubahan Persentase)
Indeks
Komposit
20
Bubur Kertas
433.32
1.29
3.21
1.98
Pulp dan Kertas sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode EPD
Rising Star
Lost Opportunity
Djibouti, India, Jepang, Uni Emirat
Arab
Italia, Yordania, Belanda
Retreat
+
O
Tiongkok, Mesir, Kuwait, Arab Saudi
+
China menjadi negara tujuan ekspor
utama Indonesia untuk komoditas
bubur kertas dengan share sebesar
62.93 persen dari total ekspor. Negara
tujuan eskpor lainnya yaitu Korea
Selatan (12.86 persen), India (6.13
persen), dan negara Asia lainnya.
Falling Star
Sumber : WITS, Oktober 2018
Untuk komoditas bubur kertas, terdapat negara-negara alternatif yang menjadi tujuan ekspor antara lain ke wilayah
Benua Afrika salah satunya adalah Djibouti, sementara selebihnya merupakan pasar tradisional dari ekspor Indonesia
yaitu Jepang dan India. Peningkatan pangsa pasar produk ini ke negara-negara tersebut perlu dilakukan dengan
merumuskan strategi-strategi potensial. Berdasarkan negara tujuan ekspor, posisi produk-produk Indonesia berada
pada posisi lost opportunity.
210
Pada tahun 2016 terjadi surplus pulp dunia seiring dengan masifnya digitalisasi di
negara maju. Konsumsi bergeser ke negara berkembang
Total produksi dan konsumsi pulp dunia bergerak fluktuatif, dengan tren meningkat.
CAGR (2010-2016) produksi dan konsumsi pulp dunia masing-masing sebesar 0,73%
dan 0,84%. Dalam 4 tahun terakhir, kondisi pasar pulp dunia mengalami surplus yang diakibakan oleh
meningkatnya pengolahan pulp di berbagai wilayah.
• Kondisi pasar pulp dunia tumbuh fluktuatif dari tahun ke tahun. Walaupun beberapa tempat pengolahan pulp
ditutup yang membuat surplus pulp tidak sebesar di awal tahun 2010an, namun kondisi pasar pulp dunia hingga
2016 seringkali masih mengalami surplus yang diakibatkan dibukanya beberapa pengolahan pup baru di berbagai
wilayah.
• Produsen terbesar pulp dunia pada tahun 2016 berada di negara-negara maju yang berada di wilayah Amerika
Utara dan Eropa dengan share produksi 37% dan 26%, namun konsumsi mereka terus menurun seiring masifnya
digitalisasi. Sebaliknya, konsumsi pulp di negara berkembang, terutama di Asia mulai meningkat pesat seiring
peningkatan pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, Amerika Latin yang dimotori oleh Brazil juga mulai merevitalisasi
produksi pulp yang membuat Amerika Latin ke depannya diperkirakan akan menjadi produsen pulp yang
signifikan.
Produksi dan Konsumsi Pulp Dunia
Produksi (Juta Metriks Ton)
Pertumbuhan Produksi (yoy) - (%)
Konsumsi (Juta Metriks Ton)
Pertumbuhan Konsumsi (yoy) -(%)
184
8,00%
6,27%
179,50
180
6,24%
172
173,62
171,09
170,58
168,33
168
171,46 172,28
1,79%
172,08 171,32
0,70%
1,64%
164
0,37%
2010
2011
2012
2013
Share Produksi dan Konsumsi Pulp Dunia (2016)
Produksi
30%
2015
28%
Konsumsi
Lainnya
3,71%
Mechanica
l Pulp
14.14%
31%
20%
10%
SemiChemical
Pulp
4,79%
18%
16%
5%
3%
2%
0%
Eropa
2016
Segmentasi Konsumsi Pulp Dunia (2016)
34%
26%
0,00%
-2,00%
2014
37%
40%
2,00%
0,45%
0,02%
-0,56%
160
1,83%
1,29%
-1,25%
6,00%
4,00%
2,41%
2,39%
178,49
176,28 176,22
(y
oy
)
Juta
Metriks
Ton
176
176,24 175,42
Amerika
Utara
Amerika
Latin
Asia
Chemical
Pulp
77,36%
Rest of
World
Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu
Sumber : FAO, RISI, CEPI, Euler Hermes
211
Amerika Serikat masih menjadi produsen dan konsumen terbesar pulp dunia meski
dengan share yang mulai menurun
Produksi Pulp Dunia (dalam Metriks Juta Ton)
CAGR 2012-2016
2012
2013
2014
2015
0
2016
50
Amerika Serikat (1)
60
50,2
49,05
50,1
49,36
49,53
-0,27%
1,31%
3,80%
8,82
9,56
10,36
10,24
10,63
20
-0,79%
10,23
10,52
10,47
10,45
10,92
14,31
15,49
16,84
17,81
19,4
30
-0,87%
12,03
11,72
11,53
11,62
11,56
6,28%
40
17,84
18,05
17,27
17,18
17,08
Juta Metriks
Ton
50
10
0
Amerika
Serikat
Brazil
Kanada
Swedia
Finlandia
100
49,53
Brazil (2)
19,41
Kanada (3)
17,08
Swedia (4)
11,57
Finlandia (5)
10,92
China (6)
10,64
Jepang (7)
8,80
Rusia (8)
8,35
Indonesia (9)
6,68
Chile (10)
5,15
Produksi 2016 (dalam Juta Metriks Ton)
China
Konsumsi Pulp Dunia (dalam Metriks Juta Ton)
Konsumsi (Juta Metriks Ton) 2012
Konsumsi (Juta Metriks Ton) 2014
20
10
8,2
8,48
7,88
7,59
7,46
10,19
10,13
10,42
10,14
10,09
30
8,02
7,85
7,86
7,72
7,83
40
9,2
8,71
8,46
8,7
8,85
26
27,12
28,99
30,72
32,34
Juta Metriks
Ton
50
CAGR 2012-2016
47,48
46,52
47,98
46,96
47,34
60
Konsumsi (Juta Metriks Ton) 2013
Konsumsi (Juta Metriks Ton) 2015
0
Amerika
Serikat
China
Jepang
Swedia
Finlandia
0
50
Amerika Serikat (1)
100
47,35
China (2)
32,34
Jepang (3)
10,09
Swedia (4)
8,85
Finlandia (5)
7,84
Kanada (6)
7,47
Brazil (7)
6,20
Jerman (8)
6,15
India (9)
4,79
Indonesia (10)
4,29
Kanada
Konsumsi 2016 (dalam Juta Metriks Ton)
Amerika Serikat masih menjadi produsen dan konsumen pulp terbesar dunia, namun dengan tren yang menurun
dibandingkan 5 tahun yang lalu. Sedangkan Brazil menjadi produsen yang memiliki tren pertumbuhan yang paling
tinggi dengan CAGR (2012-2016) sebesar 6,28% dan China menjadi konsumen dengan CAGR tertinggi sebesar
4,46%.
• Brazil berusaha untuk menjadi produsen pulp tedepan di dunia dengan merevitalisasi industri pulpnya. Sehingga
dalam 5 tahun terakhir, CAGR (2012-2016) produksi pulp Brazil naik sebesar 6,28%, jauh lebih tinggi dibanding
negara-negara lain. Faktor geografis dan keunggulan bahan baku menjadi keunggulan Brazil dibandingkan
negara-negara lain, terutama yang berada di wilayah subtropis.
• Konsumen pulp yang paling potensial adalah China yang dalam 5 tahun terakhir memiliki CAGR (2012-2016)
sebesar 4,46%. Status China yang merupakan produsen sekaligus konsumen kertas terbesar dunia membuat
China mengalami defisit pulp sebesar 20 juta metriks ton/tahun.
212
Konsumsi kertas kini didominasi oleh Asia digunakan sebagai kertas pembungkus
(kardus dan karton) sering meningkatnya perdagangan e-commerce
Total produksi dan konsumsi kertas global setiap tahun terus meningkat walaupun
dengan pertumbuhan yang lambat. Pada tahun 2016, total produksi dan konsumsi
kertas dunia masing-masing sebesar 410,9 Juta Metriks Ton dan 413,6 Juta Metriks Ton.
• Lambatnya pertumbuhan produksi dan konsumsi kertas tersebut (CAGR produksi dan konsumsi kertas 2010-2016
sebesar 0,60% dan 0,68%) diakibatkan oleh adanya gelombang digitalisasi dan komunikasi paperless, terutama di
negara-negara maju. Namun penurunan konsumsi kertas tersebut masih dikompensasi oleh peningkatan
permintaan kertas dari adanya gelombang e-commerce.
• Produksi dan konsumsi kertas sebagian besar masih didominasi oleh Asia, terutama digunakan untuk transaksi
ekonomi. Hal tersebut ditunjukkan oleh segmentasi konsumsi kertas yang lebih dari separuh produk kertas
digunakan untuk kertas pembungkus (termasuk kardus dan karton) sebagai dampak meningkatnya perdagangan
di Asia, termasuk mealui e-commerce.
Produksi dan Konsumsi Kertas Dunia
Produksi (Juta Metriks Ton)
Konsumsi (Juta Metriks Ton)
Pertumbuhan Produksi (yoy) - (%)
Pertumbuhan Konsumsi (yoy) - (%)
420
414
6,39%
6,37%
410
405
399 400 399
400
395
401
403
405
407
Kertas Pembungkus
16,64
409
18,09
6,00%
407
4,00%
300
234,78
147,37
18,87
1,44% 0,12%
390
1,29%
0,95%
0,03%
380
2011
2012
2013
2014
50%
46%
98,30
27,29
21,56
0
1970
2016
33,65
20,31
54,13
6,17
0,00%
2015
Share Produksi dan Konsumsi Kertas Dunia
(2016)
Produksi
150
1,03% 2,00%
0,20% 0,95%
0,05%
1,09%
0,83%0,97%
2010
Kertas Cetak
Tisu
410 411
394 395
385
Kertas Koran
450
(yoy)
Juta Metriks Ton
415
8,00%
Produksi (dalam Juta Metriks Ton)
1980
97,90
23,95
39,08
1990
2000
2010
2016
Segmentasi Konsumsi Kertas Dunia
(2016)
Konsumsi
Lainnya,
4.19%
47%
Kertas
Koran,
5,88%
40%
30%
26%
Kertas
Cetak,
24,03%
24%
20%
20%
Kertas Pembungkus,
57.64%
19%
10%
5%
7%
2%
3%
Tisu, 8,26%
0%
Eropa
Amerika
Utara
Asia
Amerika
Latin
Rest of the
World
Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu
Sumber : FAO, RISI, CEPI, Euler Hermes
213
Tiongkok menjadi Produsen dan Konsumen Terbesar Kertas Dunia, dengan
pertumbuhan yang positif
Tren Produksi Kertas 6 Besar Dunia (dalam Metriks Juta Ton)
1,11%
2013
2014
2015
2016
40
Jepang
Jerman
20
11,33
11,76
11,62
11,56
11,56
60
10,24
11,8
14,49
14,96
14,96
80
22,6
22,4
22,54
22,6
22,63
100
25,95
26,23
26,62
26,22
26,05
74,49
71,73
73,09
72,39
71,9
106,56
105,15
108,75
111,15
112,6
Juta Metriks
Ton
120
2012
India
Korea Selatan
0
China
Amerika Serikat
Tren Konsumsi Kertas 6 Besar Dunia (dalam Metriks Juta Ton)
Konsumsi (Juta Metriks Ton) 2012
Konsumsi (Juta Metriks Ton) 2013
Konsumsi (Juta Metriks Ton) 2015
Konsumsi (Juta Metriks Ton) 2016
Konsumsi (Juta Metriks Ton) 2014
27,47
27,14
27,19
26,52
25,96
60
-1,12%
40
0,46%
10,21
10,08
10,08
10,39
10,54
80
11,75
13,48
16,25
16,25
17,18
71,6
69,37
71,05
70,29
70,13
100
-0,41%
20,07
19,93
20,2
20,56
20,54
120
105,72
103,04
106
108,99
109,47
0,70%
Jerman
India
Italia
20
0
China
Amerika Serikat
Jepang
Pertumbuhan ekonomi China yang sangat tinggi membuat produksi dan konsumsi kertas China terus tumbuh
dalam 5 tahun terakhir. China menjadi produsen sekaligus konsumen kertas terbesar di dunia dengan volume
produksi tahun 2016 mencapai 112,6 juta metriks ton dengan total konsumsi sebesar 109,47 metriks ton.
• Tren produksi kertas China tumbuh dengan CAGR (2012-2016) sebesar 1,11%. Kenaikan produksi tersebut sedikit
tertahan oleh adanya isu lingkungan dimana perusahaan China tidak boleh lagi mengimpor kertas bekas yang
menjadi bahan baku utama industri kertas China. Walaupun pada tahap awal baru dikenakan kebijakan kuota
terhadap impor kertas bekas, namun kebijakan tersebut telah membuat beberapa industri kertas berskala kecil
kesulitan mendapatkan bahan baku.
• Perkembangan produksi dan konsumsi kertas paling baik diantara 6 negara produsen dan konsumen terbesar
dunia adalah India dimana CAGR (2012-2016) produksi dan konsumsi masing-masing sebesar 7,88% dan 7,89%.
Namun demikian, India masih mengalami defisit dalam 3 tahun terakhir sebesar 1,5 juta metriks ton.
Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu
Sumber : FAO, RISI, CEPI, Euler Hermes
214
Setelah menurun di 2016, ekspor pulp dunia kembali meningkat di 2017 terutama
di negara maju
Total nilai ekspor dan impor pulp dunia pada tahun 2017 masing-masing mencapai
USD46,6 miliar dan USD54,4 miliar atau tumbuh sebesar 12,08% dan 15,60%.
Pertumbuhan ekspor dan impor pulp dunia pada 2017 mulai membaik setelah 2 tahun sebelumnya tumbuh
negatif.
• Perbaikan ekspor dan impor pulp di tahun 2017 didorong oleh membaiknya ekspor dari negara-negara maju
seperti Jerman, Amerika Serikat, dan Swedia yang sebelumnya tumbuh negatif.
• Amerika Serikat, Kanada, dan Brazil menjadi 3 negara eksportir pulp yang sangat dominan dengan share ekspor
2017 mencapai 45% pulp dunia. Namun, hanya Brazil yang memiliki CAGR (2013-2017) positif sebesar 4,1% yang
berarti dalam 5 tahun terakhir, hanya Brazil yang memiliki tren positif. Hal tersebut tidak terlepas dari ambisi
Brazil yang ingin menjadikan pulp sebagai komoditas ekspor andalan karena produktivitas pulp Brazil yang sangat
tinggi, 40m3/ha dengan masa rotasi 5 tahunan (dibandingkan Kanada sebesar 1-2m3/ha dengan masa rotasi 90
tahunan).
• Pada sisi impor, China menjadi negara yang paling dominan dengan share sebesar 38,65% dan dengan CAGR 4,1%
pada 2013-2017. Hal tersebut didorong oleh tingginya permintan dari produsen kertas di China.
Ekspor dan Impor Pulp Dunia
-0,01%
-5,93%
2013
2014
2015
-4,51%
54.479
2.56%
France
2,65%
Indonesia
3,21%
Brazil
13,58%
Italy
3,99%
USA
6,02%
CAGR 2013-2017
1.846
1.721
1.728
1.562
2.426
5,62%
2013
-0,97%
China
Germany
Canada
Brazil
Chile
Indonesia
Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu
Sumber : www.trademap.org, diolah
2014
-2,67%
2015
2016
-1,75%
2017
7,32%
1.370
1.657
1.609
1.622
1.951
2017
4,1%
2.797
2.880
2.564
2.408
2.614
India
3,55%
2.393
2.293
2.281
2.015
2.191
2016
4,1%
-1,35%
South
Korea
3,23%
3.779
3.753
3.431
3.141
3.302
2015
Germany
8,16%
Tren Impor 5 Negara Utama
17.306
17.414
18.040
17.230
21.214
2014
5.186
5.298
5.603
5.575
6.355
-1,35%
6.829
6.783
6.293
5.747
6.382
8.965
8.968
8.704
8.432
8.766
2013
China
38,65%
Netherla
nds
Canada
13,64%
Tren Ekspor 5 Negara Utama
CAGR 2013-2017
2017
Lainnya
Japan 25,48%
2,51%
USA
18,74%
Chile
5,59%
0,00%
Importir Dunia (2017)
4.702
4.549
4.158
4.172
4.478
Lainnya
25,09%
Russia
2,63%
Netherlan
ds
2,75%
Germany
3,21%
Finland
4,75%
Sweden Indonesia
4,84%
5,19%
10,00%
-10,00%
2016
Eksportir Dunia (2017)
20,00%
15,60%
12,08%
-2,53%
-2,92%
3,02%
1,83%
0
USA
46.651
41.622
49.354
42.701
0,35%
20.000
-0,45%
47.128
Impor (Juta USD)
Pertumbuhan Impor (yoy) - SKALA KANAN
50.836
45.393
40.000
45.396
60.000
50.659
Ekspor (Juta USD)
Pertumbuhan Ekspor (yoy) - SKALA KANAN
USA
Italy
India
215
Peningkatan ekspor pulp di tahun 2017 di topang oleh ekspor jenis pulp kayu kimia
kraft
Pada tahun 2017, Pulp Kayu Kimia Kraft menjadi komoditas ekspor dan impor utama
dunia dengan nilai masing-masing sebesar USD29.210 juta dan USD33.347. Produk
tersebut baik ekspor maupun impor dalam 5 tahun terakhir (2013-2017) masih mencatatkan CAGR yang positif
sebesar 0,8% dan 1,6%.
• Pulp Kraft yang merupakan bahan utama dalam pembuatan kertas pembungkus yang ramah lingkungan mengalami
peningkatan baik ekspor maupun impor seiring terus meningkatnya kebutuhan kertas pembungkus dan juga
kesadaran masyarakat terhadap kertas yang ramah lingkungan. Share ekspor maupun impor kraft terhadap total
ekspor maupun impor pulp pada tahun 2017 mencapai lebih dari 60%. Negara eksportir utama dari pulp jenis ini
adalah Brazil dan Amerika Serikat, sedangkan negara importir utamanya adalah China dan Amerika Serikat.
• Sementara itu, ekspor dan impor Kayu Kimia, Sulfit mengalami pertumbuhan negatif yang signifikan dengan CAGR
(2013-2017) masing-masing sebesar -9,0% dan -8,4%. Amerika Serikat yang menjadi importir pulp jenis ini terus
mengurangi permintaan impornya setiap tahun, begitu juga dengan Kanada sebagai negara eksportir utama juga
menunjukkan tren penurunan yang signifikan.
Ekspor Pulp Dunia berdasarkan Jenis
2014
2015
30.000
1,3%
772
798
699
671
763
1.799
1.740
1.471
1.406
1.760
454
414
356
349
284
4.383
4.371
3.698
3.670
4.075
20.000
300
328
277
241
306
2017
9.599
9.328
8.803
9.184
10.253
40.000
10.000
2016
28.090
28.413
27.396
26.100
29.210
2013
0
Pulp Kayu Mekanik
Pulp Kayu Kimia
Pulp Kayu Kimia Kraft Pulp Kayu Kimia Sulfit Pulp Kayu Kombinasi
Pulp Skrap
Kertas/Karton Skrap
Impor Pulp Dunia berdasarkan Jenis
40.000
2013
1,6%
CAGR 20132017
2014
2015
2016
2017
30.859
31.490
31.413
29.366
33.347
Juta USD
35.000
30.000
11.455
11.008
10.372
10.339
12.610
25.000
817
845
782
713
826
418
346
222
181
243
5.000
1.851
1.898
1.743
1.591
1.989
-10,3%
10.000
787
616
489
505
506
15.000
4.472
4.633
4.333
4.433
4.958
20.000
0
Pulp Kayu Mekanik
Pulp Kayu Kimia
Pulp Kayu Kimia Kraft Pulp Kayu Kimia Sulfit Pulp Kayu Kombinasi
Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu
Sumber : www.trademap.org, diolah
Pulp Skrap
Kertas/Karton Skrap
216
Setelah menurun di 2016, ekspor kertas dunia kembali meningkat di 2017 terutama
ekspor dari Tiongkok
Tren ekspor dan impor kertas dunia bergerak mixed selama 2013-2017. Tahun 2017,
nilai ekspor dan impor kertas mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 5,24% dan
5,34% yang menjadi titik balik setelah dua tahun sebelumnya tumbuh negatif.
• CAGR ekspor dan impor kertas selama 2013-2017 sebesar -1,4%. Hal tersebut menunjukkan adanya tren penurunan
dalam periode 5 tahun terakhir. Walaupun pada tahun 2017 telah terjadi kenaikan aktivitas perdagangan
internasional dari komoditas kertas, namun nilainya masih lebih rendah dibandingkan posisi tahun 2013.
• Jerman menjadi eksportir kertas terbesar dengan share mencapai 12,5%, namun China menjadi negara eksportir
kertas dengan pertumbuhan tertinggi. Sedangkan konsumen terbesar adalah Amerika Serikat.
Ekspor dan Impor Kertas Dunia
5,00%
0,00%
162.490
159.472
0,97%
140.000
154.251
150.000
-10,12%
-11,13%
1,37%
10,00%
5,34%
5,24%
-1,59%
-2,21%
151.525
2,19%
0,74%
154.943
160.000
176.374
173.982
170.000
156.737
Pertumbuhan Impor (yoy) - SKALA KANAN
172.396
Impor (Juta USD)
Pertumbuhan Ekspor (yoy) - SKALA KANAN
170.738
180.000
Ekspor (Juta USD)
-5,00%
-10,00%
130.000
-15,00%
2014
2015
2016
Eksportir Dunia (2017)
2017
Importir Dunia (2017)
USA
10,01%
Germany
12,56%
China
11,14%
Lainnya
37,31%
Lainnya
53,01%
USA
9,77%
Austria
2,91%
Sweden
5,31%
Canada
4,47%
Finland
4,97%
Tren Ekspor 5 Negara Utama
2015
2016
2017
CAGR 2013-2017
3.05%
Finland
USA
Germany
Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu
Sumber : www.trademap.org, diolah
2014
2015
2016
2017
-1,16%
14.885
15.659
13.339
13.399
14.039
Sweden
2013
16.318
16.969
16.677
16.247
16.418
-3,68%
9.685
9.432
8.062
7.760
8.030
USA
-4,29%
10.677
10.184
8.411
8.262
8.575
China
Netherlan Canada
ds
3,34%
Tren Impor 5 Negara Utama
0,12%
-0,78%
16.400
16.337
15.698
14.867
15.768
Germany
2,39%
2014
15.988
17.819
18.752
17.610
17.989
22.216
22.523
19.084
19.322
20.278
-1,81%
2013
China
3,04%
Belgium
2,83%
-2,79%
-3,72%
8.737
9.201
8.213
7.376
7.231
3.25% France
3,91%
Italy
4,39%
9.367
9.166
7.782
7.801
8.130
Netherland
s
CAGR 2013-2017
Germany
8,56%
France
4,96%
United
Kingdom
Italy 4,41%
3,41%
Mexico
3,40%
France
United
Kingdom
-0,81%
5.827
6.005
5.102
5.080
5.594
2013
Italy
217
Peningkatan ekspor pulp di tahun 2017 di topang oleh ekspor jenis kertas karton
Komoditas utama ekspor dan impor kertas dunia adalah jenis Kertas Karton yang
Dilapisi Kaolin. Namun tren komoditas tersebut dalam 5 tahun terakhir menunjukkan
penurunan yang dilihat dari CAGR sebesar -2,7%. Sedangkan jenis kertas yang mengalami tren pertumbuhan yang
baik adalah Kardus dengan CAGR 0,3%.
• Kertas Karton yang Dilapisi Kaolin menjadi komoditas utama di dunia, namun trennya terus menurun. Pada tahun
2017 ekspor dan impor dari Kertas Karton yang Dilapisi Kaolin masing-masing sebesar US$26,8 milyar dan US$27,2
milyar. CAGR dalam 5 tahun terakhir dari produk tersebut terus menurun sebesar -2,7% untuk ekspor dan -2,8%
untuk impor.
• Ekspor kertas yang menunjukkan tren pertumbuhan bagus adalah jenis kardus. Walaupun dalam 5 tahun terakhir
pertumbuhannya cukup fluktuatif, namun dibandingkan 5 tahun yang lalu terdapat pertumbuhan tipis sebesar 0,3%
yang dihitung dari CAGR 2013-2017. Diperkirakan seiring dengan meningkatnya perkembangan e-commerce,
permintaan terhadap kardus akan terus meningkat.
Ekspor Kertas Dunia berdasarkan Jenis (5 Besar)
23.114
2017
21.695
23.342
2016
22.192
2015
22.800
18.426
19.697
2014
17.462
19.367
26.873
26.834
12.852
11.486
12.518
11.594
15.000
12.016
18.630
20.000
18.490
25.000
19.226
23.113
30.000
22.518
35.000
26.221
30.808
Juta USD
30.697
2013
17.672
CAGR 2013-2017
10.000
5.000
0
Kertas Karton yang Tidak
Dilapisi
Kertas Kraft
Kertas Karton yang
Dilapisi Kaolin
Kertas dari Gumpalan
Selulosa
Kardus
Impor Kertas Dunia berdasarkan Jenis (5 Besar)
21.893
2017
20.675
2016
22.107
19.058
18.367
18.200
20.308
20.040
2015
20.650
2014
27.255
27.462
13.215
11.909
13.546
12.178
15.000
13.318
19.670
18.961
20.000
19.389
25.000
23.070
30.000
22.862
35.000
26.324
31.372
Juta USD
31.698
2013
21.576
CAGR 2013-2017
10.000
5.000
0
Kertas Karton yang Tidak
Dilapisi
Kertas Kraft
Kertas Karton yang
Dilapisi Kaolin
Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu
Sumber : www.trademap.org, diolah
Kertas dari Gumpalan
Selulosa
Kardus
218
Pertumbuhan Ekspor pulp Indonesia hingga triwulan 3-2018 masih baik namun
tidak setinggi di tahun 2017
Ekspor pulp Indonesia pada akhir tahun 2017 menunjukkan pertumbuhan yang cukup
signifikan baik dari sisi nilai (tumbuh 31,35%) maupun volume (tumbuh 55,28%).
Sedangkan pertumbuhan ekspor pulp tahun ini pada posisi September telah tumbuh sebesar 5,47% (yoy) secara nilai
dan 29,82% (yoy) secara volume.
•
Faktor utama pendorong pertumbuhan ekspor pulp yang sangat tinggi pada tahun 2017 adalah adanya lonjakan
permintaan dari China sebesar 76,47% yang merupakan pasar tujuan ekspor utama pulp Indonesia. Pemerintah
China mengeluarkan kebijakan pro lingkungan dengan melarang impor limbah kertas yang berdampak permintaan
terhadap pulp Indonesia meningkat drastis.
•
Selain China, India juga menjadi pasar potensial ekspor pulp Indonesia yang selama 4 tahun terakhir selalu
meningkat. Hal tersebut diakibatkan terus meningkatnya gap antara permintaan dan penawaran pulp kayu di India.
Permintaan pulp tersebut diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai 15 juta ton pada tahun 2025
(dibandingkan 9 juta ton pada tahun 2016).
Eksportir Dunia (2017)
Importir Dunia (2017)
55,28%
5.000
3.437
2.111
4.650
2.426
3.540
1.562
3.407
1.728
1.846
1.250
5,47%
3,91%
-6,13% 0,37% -9,58%
-6,74% -3,11%
Saudi Arabia
1,23%
29,82%40,00%
31,36%
1.721
2.500
3.745
19,32%
16,94%
3.516
3.750
60,00%
0
UEA
1.10%
Iran,
1.01%
Turkey
0,80%
Lainnya
3,76%
Vietnam
1.34%
Japan
2,16%
20,00%
Bangladesh
5.46%
0,00%
China
70,49%
-20,00%
2013
2014
2015
2016
2017
Jan-Sep
2018
India
5,52%
Nilai Ekspor (Ribu USD)
Volume Ekspor (Ribu Ton)
South Korea
7.15%
Ekspor Pulp Indonesia berdasarkan Jenis (3 Besar)
1.841 1.718 1.725
2013
2014
2015
2.286
Kertas dan Karton Skrap
Pulp dari Serat Skrap
Pulp Kayu Kraft
12,9
dalam Ribu USD
2.026
48
1.561
2016
2017 Jan-Sep
2018
1,9
0,7
0,4
1,1
0,5
2013
2014
2015
2016
2017
Jan-Sep
2018
5
4
3
1
1
2013
2014
2015
2016
2017
Jan-Sep
2018
1.710
2013
2014
2015
2016
2017
52
73
45
77
60
136
132
89
85
78
134
103
89
128
82
173
157
230
312
239
969
1.087
1.087
2.000
1.098
Ekspor Pulp Indonesia berdasarkan Jenis (3 Besar)
0
Tiongkok
Korea Selatan
India
Bangladesh
Keterangan HS Code:
4703: Pulp Kayu Kimia, Kraft, selain Dissolving Grade; 4706: Pulp dari Serat Skrap; 4707: Kertas dan Karton Skrap
Sumber : www.trademap.org, diolah
Jepang
219
Aturan mengenai ekosistem hutan tanaman Industri mendorong kenaikan impor
pulp di Indonesia
Total nilai impor pulp Indonesia pada tahun 2017 sebesar USD1,3 juta atau sebanyak
3,5 juta ton. Nilai impor pulp tersebut meningkat sangat tajam pada tahun 2017 sebesar
30,79% (yoy) dibandingkan tahun lalu hanya meningkat sebesar 5,02% (yoy).
•
Kenaikan nilai impor yang signifikan di tahun 2017 disebabkan salah satunya oleh adanya peraturan pemerintah
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut dimana banyak Hutan Tanaman Industri (HTI) yang
berubah fungsi menjadi hutan lindung. Dampaknya kekurangan pasokan pulp dari produsen kertas Indonesia
dipenuhi dengan cara diimpor. Selain itu juga, terdapat satu komoditas pulp yang tidak dapat diproduksi oleh
Indonesia yakni pulp serat panjang.
•
Impor pulp Indonesia paling dominan berasal dari Kanada dengan share pada tahun 2017 sebesar 24,05%. Namun
tren impor dari Kanada dalam 5 tahun terakhir bergerak mixed. Sebaliknya impor kedua terbesar pulp Indonesia
berasal dari Amerika Serikat dimana tren dalam 5 tahun terakhir selalu meningkat dengan share terakhir sebesar
21,62% (2017).
Impor Pulp Indonesia
Share Impor Pulp Indonesia (2017)
39,89%
6000
11,72%
1,01%
0,94%
0
2013
0,00%
-25,00%
2015
3.599
1.352
3.545
1.761
3.439
2016
2017
Nilai Impor (Ribu USD)
Volume Impor (Ribu Ton)
USA
21,62%
3.48%
United
Kingdom
3,88%
-50,00%
2014
Canada
24,05%
Singapore
1.347
3.897
1.749
3.858
1.733
2000
-22,98%
-26,70%
France
2,22%
Czech
Republic
2,26%
3,08%
3.002
5,54%
15,39% 25,00%
1.282
4000
Lainnya
17,21%
50,00%
30,79%
14,56%
5,02%
Jan-Sep
2018
Australia
4,58%
South Africa
8,89%
New
Zealand
7,05%
Sweden
4,75%
Tren Impor Pulp Indonesia berdasarkan Jenis (3 Besar)
dalam Ribu USD
Pulp Kayu Kimia, Dissolving
Grade
490
2013
477
2014
396
423
455
2015
2016
2017
Kertas dan Karton Skrap
Pulp Kayu Kraft
562
624
317
2013
Jan-Sep
2018
2014
444
441
2015
2016
547
503
2017
Jan-Sep
2018
473 475
2013
2014
611
401
321 365
2015
2016
2017 Jan-Sep
2018
84
2017
55
95
2016
84
2015
103
78
2014
74
118
157
130
171
122
252
381
298
238
202
158
424
335
528
315
500
364
1.000
102
2013
dalam Ribu USD
124
Ekspor Pulp Indonesia berdasarkan Jenis (3 Besar)
0
Kanada
USA
Afrika Selatan
Selandia Baru
Swedia
Keterangan HS Code:
4702: Pulp Kayu Kimia, Dissolving Grade; 4703: Pulp Kayu Kimia, Kraft, selain Dissolving Grade; 4707: Kertas dan Karton Skrap
Sumber : www.trademap.org, diolah
220
Ekspor Kertas Indonesia terus berada pada tren meningkat
Nilai ekspor kertas Indonesia meningkat cukup pesat pada tahun 2017 sebesar
11,31% dibandingkan tahun sebelumnya dengan nilai USD3,8 juta (dibandingkan bulan
lalu sebesar USD3,4 juta). Posisi terakhir di tahun 2018 hingga bulan September pun menunjukkan pertumbuhan
yang positif sebesar 23,57% (yoy).
•
Ekspor kertas Indonesia pada 2017 dan 2018 memiliki momentum untuk tumbuh yang didorong oleh pelarangan
kertas daur ulang di China yang membuat permintaan terhadap kertas Indonesia meningkat pesat. Pada tahun
2017, impor China terhdap produk kertas Indonesia meningkat sebesar lebih dari 140% (yoy).
•
Salah satu pasar potensial bagi Indonesia adalah India. Walaupun saat ini belum masuk ke dalam 3 besar importir
kertas asal Indonesia, namun tren sejak tahun 2013 tumbuh rata-rata 20,7% (CAGR) hingga di tahun 2017 telah
mampu menjadi importir terbesar ke-4 dengan share 5,88%. Penyebab dari adanya lonjakan ekspor ke India
tersebut adalah adanya penurunan tarif hingga 0% sebagai bagian dari FTA India dengan ASEAN.
Ekspor Kertas Indonesia
Share Ekspor Kertas Indonesia (2017)
-4,77%
-4,30%
3.915
-0,34%
0
2013
4.104
3.414
4.289
3.565
-4,25%
3.417
-4,59%
2,28%
4.198
1000
Malaysia
6,42%
Lainnya
42,00%
10,00%
1,62% -0,39%
0,57%
China
Japan
10,66%
9,16%
20,00%
13,66%
11,31%
3.800
2000
3.744
3000
3.757
4000
4.306
30,00%
23,57%
4.237
5000
India
5,88%
0,00%
2014
2015
2016
2017
Nilai Ekspor (Ratus Ribu USD)
Volume Ekspor (Ribu Ton)
USA,
5.60%
Australia
3,14%
-10,00%
Jan-Sep
2018
Vietnam
Taipei,
Chinese
3,47%
Philippines 5.27%
Thailand
3,58%
4.83%
Ekspor Kertas Indonesia berdasarkan Jenis (3 Besar)
dalam Ribu USD
Kertas Karton yang Tidak
Dilapisi
2.032
1.843
2013
Kertas Tisu Muka
375
1.913
1.793 1.794
2014
2015
2016
353
529
504
439
616
Kertas Karton yang Dilapisi
Kaolin
548
465
471
386
345
242
1.759
2017 Jan-Sep
2018
2013
2014
2015
2016
2017
Jan-Sep
2018
2013
2014
2015
2016
2017 Jan-Sep
2018
2015
2016
2017
213
303
256
294
223
432
2014
167
123
122
87
244
233
277
298
348
374
254
164
160
114
200
102
400
2013
397
405
600
394
dalam Ribu USD
476
Ekspor Kertas Indonesia berdasarkan Negara (5 Besar)
0
Tiongkok
Jepang
Malaysia
India
Keterangan HS Code:
4802: Kertas Karton yang Tidak Dilapisi; 4803: Kertas Tisu Muka; 4810: Kertas Karton yang Dilapisi Kaolin
Sumber : www.trademap.org, diolah
USA
221
Tren impor kertas menurun di tahun 2018
Nilai impor kertas Indonesia pada tahun 2017 mencapai USD1,3 juta, tumbuh sebesar
11,72% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun tren dalam 2 tahun terakhir, impor
kertas Indonesia menurun dimana pada posisi terakhir bulan September 2018 terjadi pertumbuhan negatif sebesar 6,91% (yoy).
• Impor kertas tertinggi Indonesia pada tahun 2017 adalah jenis kardus dengan nilai sebesar US$264 juta. Impor
kardus terbesar berasal dari China dengan nilai mencapai US$80 juta.
• Share total impor kertas Indonesia sebagian besar juga didominasi oleh China dengan share sebesar 20,71% dan
diikuti oleh Korea Selatan dengan share sebesar 11,14%.
Impor Kertas Indonesia
Share Impor Kertas Indonesia (2017)
1500
24,00%
Sweden
3,75%
1.036
636
1.325
1.277
8,00%
0
USA
4,01%
-8,00%
Hong Kong
4.19%
-16,00%
2013
2014
2015
2016
2017
Jan-Sep
2018
Nilai Impor (Ratus Ribu USD)
Volume Impor (Ribu Ton)
China
20,71%
Lainnya
24,04%
Germany
3,92%
-6,91% 0,00%
838
1.312
-1,03%
-4,44%
713
1.382
749
500
3,73% 1,57%
-0,46%
-4,10%
936
1,82%
0,34%
16,00%
11,72%
-2,62%
716
1000
1.368
17,57%
South Korea
11.14%
Japan
5,57%
Malaysia
6,04%
Singapore Thailand
8,62%
8.00%
Ekspor Kertas Indonesia berdasarkan Jenis (3 Besar)
dalam Ribu USD
Kertas Karton yang Dilapisi
Kaolin
164
162
134
114
2013
2014
2015
2016
160
Kardus
Kertas dan Karton dari Gumpalan
Selulosa
147
249
2017 Jan-Sep
2018
2013
264
262
2014
258
2015
231
2016
2017
281
245
276
267
264
217
189
2013
Jan-Sep
2018
2014
2015
2016
2017 Jan-Sep
2018
Ekspor Kertas Indonesia berdasarkan Negara (5 Besar)
dalam Ratus Ribu USD
2015
2016
2017
256
213
303
294
223
432
2014
167
123
122
87
244
254
233
298
277
374
348
397
394
164
160
114
200
102
400
476
405
600
2013
0
Tiongkok
Jepang
Malaysia
India
Keterangan HS Code:
4802: Kertas Karton yang Tidak Dilapisi; 4803: Kertas Tisu Muka; 4810: Kertas Karton yang Dilapisi Kaolin
Sumber : www.trademap.org, diolah
USA
222
Rantai Pasok Pulp dan Kertas dan Isu di Setiap Rantai
• Kebutuhan belum dapat
sepenuhnya diperoleh dari
dalam negeri, karena Virgin
pulp memiliki 2 jenis serat kayu yang saling melengkapi, yaitu serat kayu
pendek dan serat kayu panjang. Di Indonesia pohon berserat kayu panjang
tidak dapat dibudidayakan karena iklim yang tidak cocok.
• Kebutuhan kertas bekas untuk produksi kertas kelas dua sangat bergantung
pada impor kertas bekas. Kapasitas kertas bekas domestik hanya mampu
memenuhi 20 % dari kebutuhan produksi (sisanya tersebar dan sulit untuk di
kumpulkan mis: bungkus makanan, kue dsb). Permasalahan impor kertas
bekas dikaitkan dengan isu lingkungan. Terdapat peraturan total verivikasi
consumption dengan tujuan untuk menghindari agar Indonesia stidak
menjadi tempat pembuangan sampah sampah.
• Sistem verifikasi SVLK
• Fluktuasi harga bubur kertas (pulp), kondisi perekonomian global dan
perubahan kurs mata uang
• Indonesia harus dapat mengembangkan produk kertas menjadi berbagai
bentuk seperti kertas karton dan kertas kemasan yang kini menjadi
kebutuhan mayoritas perusahaan manufaktur dunia.
• Kurangnya jumlah mesin dalam produksi dan perlunya ditingkatkan
ketrampilan dalam tenaga kerja
Sumber :Analisis Rantai Pasok Komoditas Unggulan Ekspor Daerah Komoditas Ketas dan Pulp, Universitas Airlangga
(2018)
223
Indonesia memiliki daya saing di tataran global untuk produk Pulp Kayu
Kimia Kraft
Jenis Produk
Pulp Kayu
Mekanik
Pulp Kayu
Kimia
Pulp Kayu
Kimia Kraft
Pulp Kayu
Kimia Sulfit
Pulp Kayu
Kombinasi
Mekanik dan
Kimia
Pulp Skrap
Kertas/Karton
Skrap
No
1
2
3
48
1
2
3
13
1
2
3
5
1
2
3
49
1
2
3
34
1
2
3
22
1
2
3
40
Negara
Selandia Baru
Amerika Serikat
Norwegia
Indonesia
Amerika Serikat
Afrika Selatan
Brazil
Indonesia
Brazil
Amerika Serikat
Kanada
Indonesia
Kanada
Jerman
Amerika Serikat
Indonesia
Kanada
Swedia
Finlandia
Indonesia
Amerika Serikat
Tiongkok
Jerman
Indonesia
Amerika Serikat
Inggris
Jepang
Indonesia
Rata-Rata
RSCA
0.99
0.12
0.90
-1.00
0.46
0.94
0.75
-0.72
0.88
0.27
0.73
0.74
0.87
0.58
-0.11
-1.00
0.92
0.79
0.89
-1.00
0.47
0.01
0.31
-0.79
0.58
0.51
0.38
-0.83
2013
2014
2015
2016
2017
0.99
-0.34
0.89
-1.00
0.48
0.93
0.73
-1.00
0.86
0.29
0.74
0.74
0.84
0.55
-0.10
-1.00
0.93
0.76
0.90
-1.00
0.54
-0.01
0.38
-0.83
0.60
0.48
0.43
-0.92
0.99
0.02
0.94
-1.00
0.48
0.94
0.75
-1.00
0.87
0.27
0.73
0.73
0.84
0.57
-0.10
-1.00
0.92
0.77
0.88
-1.00
0.52
0.02
0.33
-0.91
0.60
0.52
0.42
-0.94
0.99
0.23
0.92
-1.00
0.47
0.95
0.70
-0.99
0.88
0.26
0.73
0.74
0.86
0.54
-0.19
-1.00
0.92
0.75
0.89
-1.00
0.46
-0.02
0.28
-0.73
0.59
0.51
0.39
-0.97
0.99
0.30
0.87
-1.00
0.44
0.95
0.78
-0.97
0.89
0.27
0.72
0.73
0.90
0.57
-0.13
-1.00
0.92
0.84
0.91
-1.00
0.40
-0.01
0.29
-0.87
0.58
0.52
0.33
-0.97
0.99
0.39
0.88
-1.00
0.43
0.95
0.77
0.37
0.88
0.26
0.72
0.78
0.89
0.66
-0.03
-1.00
0.92
0.84
0.89
-1.00
0.42
0.07
0.27
-0.60
0.56
0.53
0.32
-0.34
• Indonesia memiliki keunggulan komparatif atas negara lain berupa produk Pulp Kayu Kimia Kraft. Nilai RSCA ratarata dari Indonesia selama 5 tahun terakhir sebesar 0,74 yang berarti Indonesia sangat kompetitif dalam
memproduksi komoditas ini. Terhadap 3 eksportir terbesar produk Kraft, Indonesia hanya kalah dengan Brazil yang
memiliki nilai RSCA sebesar 0,88. Baik Indonesia maupun Brazil memiliki keunggulan komparatif yang sangat tinggi
terhadap produk Kraft karena geografisnya yang berada di wilayah tropis sehingga dapat menghasilkan kraft yang
lebih efisien dibandingkan negara-negara lain
• Produk lain yang cukup kompetitif bagi Indonesia adalah Pulp Kayu Kimia. Walaupun pada periode 2013 hingga 2016
tidak menunjukkan performa yang signifikan, namun pada 2017 menunjukkan nilai RSCA yang cukup baik yakni 0,37
yang berarti produk tersebut cukup kompetitif. Sedangkan untuk jenis-jenis pulp yang lain, nilai RSCA Indonesia
sebenarnya menunjukkan bahwa Indonesia tidak cukup kompetitif yang ditunjukkan dengan nilai yang negatif.
Sumber : www.trademap.org, diolah
224
Isu terkait internasional dan kebijakan terkait
Pada tahun 2018, investor Finlandia menanamkan modalnya di sektor industri
kertas, barang dari kertas dan percetakan di Indonesia. Realisasi investasi senilai USD1,75 juta
ini dinilai bakal menyerap tenaga kerja di dalam negeri.
Sumber: Tempo, Oktober 2018.
Industri kertas Indonesia diusulkan mendapatkan insentif pajak berupa tax holiday. Diharapkan, tidak hanya
memberikan insentif pajak, pemerintah juga memberikan skema penjaminan dan pembiayaan yang pasti untuk
membantu industri kertas melakukan restrukturisasi mesin.
Sumber: Detik, Mei 2018.
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian telah berperan aktif dalam
menciptakan industri hijau dalam industri kertas, antara lain dengan menyelenggarakan simposium setiap tahun.
Tujuannya adalah untuk mempromosikan inovasi hasil litbang dan pengembangan teknologi berwawasan
lingkungan dalam pengelolaan industri pulp dan kertas.
Sumber: Tribunnews, November 2018.
225
Indeks Harga Produsen Produsen Pulp dan Kertas
Indeks Harga Produsen Pulp dan Kertas (2015=100)
Indeks Produsen Pulp (2015 = 100)
121
125
124
120
115
109
110
105
100
102
99
99
100
94
95
95
90
Indeks Produsen Kertas Koran (2015 = 100)
Indeks Produsen Kertas Bekas (2015 = 100)
Indeks Produsen Karton (2015 = 100)
150
140
130
134
120
110 100
100
90
80
70
117
98
91
89
98
89
83
95
94
91
106
105
97
94
112
108
94
112
116
112
97
80
88
Tren indeks harga produsen pulp, kertas koran, dan kerton mengalami kenaikan sejak pertengahan tahun 2017
yang didorong oleh meningkatnya permintaan dari Tiongkok. Sedangkan sebaliknya, indeks harga produsen kertas
bekas menurun drastis sejak kuartal III tahun 2017 sebagai imbas dari pelarangan impor kertas bekas dari
pemerintah Tiongkok.
• Kebijakan pemerintah Tiongkok yang melarang impor limbah yang di dalamnya termasuk impor kertas bekas
sangat mempengaruhi pergerakan indeks harga produsen pulp dan kertas dunia mengingat status Tiongkok
sebagai importir pulp dan kertas terbesar dunia.
• Indeks harga produsen pulp, kertas koran, dan karton sejak kuartal I tahun 2017 terus mengalami tren kenaikan
seiring peningkatan impor Tiongkok sebagai pengganti kertas bekas yang selama ini menjadi bahan baku utama
industri kertas Tiongkok. Posisi terakhir di bulan November 2018 indeks harga pulp, kertas koran, dan karton
masing-masing sebesar 124, 116, dan 112.
• Sebaliknya, indeks harga produsen kertas bekas anjlok di kuartal III tahun 2017 yang mengindikasikan penurunan
permintaan dari Tiongkok hingga per November 2018, nilai indeks harga produsen menunjukkan nilai 88 yang
berarti dalam tren
226
Outlook Ekspor Pulp dan Kertas
Proyeksi Nilai Ekspor Kertas Indonesia
Nilai Ekspor kertas Indonesia
Growth
18,0%
6.000
20,0%
12,6%
5.000
15,0%
11,3%
Juta USD
4.000
10,0%
3.000
5,0%
-0,3%
2.000
0,0%
-4,6%
-4,8%
-4,3%
1.000
-5,0%
3.757
3.744
3.565
3.414
3.800
4.483
5.048
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019P
-
-10,0%
Ekspor kertas secara keseluruhan pada tahun 2018 tumbuh 18% menjadi senilai US$4,5 milyar. Sedangkan di tahun
2019 diproyeksikan tumbuh lebih moderat sebesar 12,6% atau senilai US$5 milyar.
• Realisasi tahun 2018 meningkat sebesar 18% atau senilai US$4,5 milyar yang didorong oleh kenaikan ekspor yang
sangat signifikan ke Tiongkok dan perbaikan ekspor ke Amerika Serikat pasca diserang oleh isu dumping.
• Sedangkan proyeksi di tahun 2019, ekspor kertas tumbuh lebih moderat sebesar 12,6% atau senilai US$ 5 milyar
yang dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global yang melemah sehingga permintaan terhadap produk kertas
diperkirakan lebih lambat.
Upside Risk
•
•
•
Insentif fiskal dari pemerintah Tiongkok untuk
mendorong perekonomian dapat membuat industri
domestik Tiongkok kembali tumbuh dengan baik.
Hal tersebut dapat mendorong impor pulp sebagai
bahan baku kertas terus dapat meningkat.
Kesepakatan perang dagang antara pemerintah
Tiongkok dengan Amerika Serikat dapat berjalan
baik sehingga perekonomian Tiongkok dapat
tumbuh lebih baik.
Terpenuhinya jumlah mesin pengolahan pulp dan
kertas serta peningkatan keterampilan tenaga kerja
dalam rangka peningkatan kapasitas produksi.
Downside Risk
•
Ekspor kertas Indonesia sangat dipengaruhi oleh
kebijakan pemerintah Tiongkok yang melarangan
impor kertas bekas. Proyeksi dapat lebih rendah dari
perkiraan apabila pemerintah Tiongkok mencabut
kebijakan
tersebut
dengan
risiko
terjadi
perlambatan ekonomi di Tiongkok saat ini.
Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah
227
Lampiran : Ekspor Pulp dan Kertas Dunia
Nilai Ekspor Pulp Dunia berdasarkan Negara
Nilai (dalam Juta USD)
Rank
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Eksportir
Dunia
Amerika Serikat
Kanada
Brazil
Chile
Indonesia
Swedia
Finlandia
Jerman
Belanda
Rusia
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Porsi
2017 (%)
44,378
9,312
6,757
4,706
2,523
1,547
2,571
1,753
1,448
1,461
1,216
45,468
8,965
6,829
5,186
2,797
1,846
2,666
2,093
1,542
1,143
1,125
45,469
8,968
6,783
5,298
2,880
1,721
2,728
2,138
1,531
1,097
1,195
42,779
8,704
6,293
5,603
2,564
1,728
2,307
2,003
1,362
904
1,150
41,737
8,432
5,747
5,575
2,408
1,562
2,117
1,957
1,361
1,072
1,085
46,782
8,766
6,382
6,355
2,614
2,426
2,264
2,224
1,500
1,289
1,229
100.00%
18.74%
13.64%
13.59%
5.59%
5.19%
4.84%
4.75%
3.21%
2.76%
2.63%
Pertumbuhan (% yoy)
2013
2014
2015
2016
2017
CAGR
2013-2017
2.46%
-3.72%
1.07%
10.20%
10.83%
19.32%
3.69%
19.42%
6.46%
-21.72%
-7.43%
0.00%
0.03%
-0.68%
2.16%
2.97%
-6.74%
2.33%
2.16%
-0.67%
-4.09%
6.17%
-5.92%
-2.94%
-7.22%
5.76%
-10.96%
0.37%
-15.43%
-6.34%
-11.08%
-17.54%
-3.72%
-2.44%
-3.12%
-8.67%
-0.50%
-6.10%
-9.58%
-8.23%
-2.29%
-0.05%
18.53%
-5.70%
12.09%
3.95%
11.04%
13.99%
8.55%
55.28%
6.90%
13.66%
10.18%
20.24%
13.28%
0.57%
-0.45%
-1.35%
4.15%
-1.35%
5.62%
-3.22%
1.22%
-0.55%
2.42%
1.78%
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
2017
CAGR
2013-2017
Nilai Ekspor Pulp berdasarkan Produk
Produk
Total Pulp
Pulp Kayu Mekanik
Pulp Kayu Kimia, Dissolving
Grade
Pulp Kayu Kimia, Sulfat, selain
Dissolving Grade
Pulp Kayu Kimia, Sulfit, selain
Dissolving Grade
Pulp Kayu Kombinasi Mekanik
dan Kimia
Pulp dari Serat Skrap
Kertas dan Karton Skrap
Nilai (dalam Juta USD)
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Porsi 2017
(%)
2013
47
4701
44,330
381
45,392
300
45,389
328
42,698
277
41,618
241
46,646
306
100.00%
0.66%
2.40%
-21.21%
-0.01%
9.30%
-5.93% -2.53%
-15.50% -13.16%
12.08%
27.18%
0.55%
0.40%
4702
4,019
4,383
4,371
3,698
3,670
4,075
9.05%
-0.27%
-15.41%
-0.74%
11.02%
-1.45%
4703
26,326
28,090
28,413
27,396
26,100
29,212
6.70%
1.15%
-3.58%
-4.73%
11.92%
0.79%
4704
559
454
414
356
349
284
-18.73%
-8.77%
-14.08%
-1.85%
-18.69%
-8.96%
4705
1,862
1,799
1,740
1,471
1,406
1,761
-3.40%
-3.26%
-15.43%
-4.42%
25.20%
-0.43%
4706
4707
869
10,315
771
9,595
798
9,325
699
8,800
671
9,180
763
10,246
-11.20%
-6.98%
3.47%
-2.82%
-12.38%
-5.62%
-4.00%
4.32%
13.67%
11.61%
-0.22%
1.32%
2013
3.30%
-3.61%
0.02%
10.93%
4.88%
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
1.16%
-10.14% -2.20%
-5.96% -23.93% -5.62%
-2.56% -14.62% -3.82%
3.43%
-4.29%
-1.24%
4.21%
-7.37%
-0.89%
2017
5.23%
-5.58%
0.78%
8.88%
11.60%
CAGR
2013-2017
-1.33%
-8.61%
-4.21%
1.26%
1.32%
13.96%
4.56%
-9.43%
-3.31%
18.64%
1.67%
5.58%
-0.20%
11.20%
8.87%
5.09%
-5.08%
3.63%
1.91%
-6.37%
-14.57%
-7.64%
-8.29%
2.04%
-2.88%
2.16%
-1.70%
10.09%
4.83%
9.38%
-5.84%
2.02%
-3.76%
1.35%
-2.86%
-0.91%
-0.36%
-12.58%
-2.28%
2.50%
-2.69%
2.37%
1.77%
-11.36%
1.16%
4.17%
-1.01%
11.78%
3.34%
-11.07%
8.92%
17.50%
3.30%
6.33%
11.52%
NA
-1.88%
7.36%
4.87%
6.45%
-0.29%
5.73%
3.39%
4.01%
17.34%
-3.58%
NA
0.99%
-3.95%
3.03%
2.39%
-1.53%
2.68%
7.47%
5.09%
-10.49%
-27.86%
NA
-14.57%
-8.79%
-6.50%
-4.85%
-4.07%
-6.08%
-18.01%
-3.13%
-1.98%
-6.59%
NA
-3.92%
-3.10%
-3.73%
-2.28%
-2.27%
-2.05%
6.23%
-3.05%
0.65%
3.98%
NA
15.17%
-1.65%
2.82%
6.38%
4.21%
4.46%
11.03%
7.11%
0.71%
-7.54%
NA
-0.92%
-3.54%
-0.94%
0.25%
-0.77%
-0.27%
0.77%
1.12%
HS Code
8.74%
62.62%
0.61%
3.77%
1.64%
21.97%
Nilai Ekspor Kertas Dunia berdasarkan Produk
Produk
HS Code
Total Kertas
Kertas Koran
Kertas Karton yang Tidak Dilapisi
Kertas Tisu Muka
Kertas Kraft
Kertas Karton yang Tidak Dilapisi
Lainnya
Perkamen Nabati
Kertas dan Karton Komposit
Kertas Karton Bergelombang
Kertas Karbon
48
4801
4802
4803
4804
4805
9,996
11,391
11,911
10,788
10,431
12,375
4806
4807
4808
4809
1,632
950
1,586
1,030
1,723
948
1,763
1,122
1,811
900
1,827
1,143
1,695
769
1,688
1,048
1,730
746
1,724
1,031
1,905
782
1,886
970
Kertas Karton yang Dilapisi Kaolin
4810
31,090
30,807
30,696
26,833
26,221
26,877
4811
18,913
19,361
19,705
17,467
17,670
18,407
Kertas dan Karton dari Gumpalan
Selulosa
Blok dan Lempengan dari Pulp
Kertas
Kertas Sigaret
Wallpaper dan Penutup Dinding
Kertas Penutup Lantai
Kertas Karbon selain HS4809
Amplop dan Kartu Pos
Kertas Toilet
Kardus
Buku Catatan
Label Kertas
Bobbin dan Kelos
Kertas Berperekat
2013
170,656
7,475
23,109
3,575
12,006
Nilai (dalam Juta USD)
2014
2015
172,629 155,121
7,030
5,348
22,517
19,225
3,698
3,539
12,512
11,590
2012
165,205
7,755
23,105
3,223
11,447
2016
151,703
5,047
18,490
3,495
11,486
2017
159,641
4,766
18,635
3,806
12,818
4812
131
146
151
134
146
172
4813
4814
4815
4816
4817
4818
4819
4820
4821
4822
4823
1,425
2,180
NA
540
1,115
10,808
21,402
4,511
4,777
399
7,191
1,515
2,431
NA
529
1,197
11,334
22,783
4,498
5,051
412
7,479
1,777
2,344
NA
535
1,150
11,678
23,327
4,429
5,187
443
7,859
1,591
1,691
NA
457
1,049
10,919
22,194
4,249
4,871
363
7,613
1,559
1,580
NA
439
1,016
10,512
21,689
4,152
4,771
386
7,381
1,570
1,642
NA
505
999
10,809
23,073
4,327
4,984
428
7,906
Porsi 2017
(%)
100.00%
2.99%
11.67%
2.38%
8.03%
7.75%
1.19%
0.49%
1.18%
0.61%
16.84%
11.53%
0.11%
0.98%
1.03%
NA
0.32%
0.63%
6.77%
14.45%
2.71%
3.12%
0.27%
4.95%
228
Lampiran : Impor Pulp dan Kertas Dunia
Nilai Impor Pulp Dunia berdasarkan Negara
Rank
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Importir
Dunia
Tiongkok
Jerman
Amerika Serikat
Italia
India
Korea Selatan
Indonesia
Perancis
Belanda
Jepang
2012
49,750
17,248
4,500
3,502
2,214
1,285
1,872
1,551
1,492
1,691
1,451
2013
50,925
17,306
4,702
3,779
2,393
1,370
1,931
1,733
1,642
1,542
1,395
Nilai (dalam Juta USD)
2014
2015
51,077 49,643
17,414 18,040
4,549
4,158
3,753
3,431
2,293
2,281
1,657
1,609
1,832
1,813
1,749
1,282
1,534
1,492
1,475
1,116
1,427
1,334
2016
47,525
17,230
4,172
3,141
2,015
1,622
1,576
1,347
1,328
1,153
1,196
2017
54,961
21,214
4,478
3,302
2,191
1,951
1,771
1,761
1,456
1,404
1,377
Porsi
2017 (%)
100.00%
38.60%
8.15%
6.01%
3.99%
3.55%
3.22%
3.20%
2.65%
2.56%
2.50%
2013
2.36%
0.33%
4.50%
7.92%
8.06%
6.65%
3.10%
11.72%
10.08%
-8.81%
-3.86%
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
0.30%
-2.81% -4.27%
0.63%
3.60%
-4.49%
-3.25% -8.61% 0.34%
-0.69% -8.59% -8.45%
-4.17% -0.52% -11.67%
20.90% -2.89% 0.84%
-5.13% -1.00% -13.09%
0.94% -26.70% 5.02%
-6.63% -2.72% -10.98%
-4.32% -24.33% 3.31%
2.28%
-6.49% -10.33%
2017
15.65%
23.13%
7.33%
5.12%
8.74%
20.25%
12.40%
30.79%
9.63%
21.77%
15.08%
CAGR
2013-2017
1.54%
4.16%
-0.97%
-2.67%
-1.75%
7.32%
-1.71%
0.32%
-2.38%
-1.85%
-0.26%
Nilai Impor Kertas Dunia berdasarkan Produk
48
4801
4802
4803
4804
Nilai (dalam Juta USD)
Porsi 2017
2012 2013 2014 2015 2016 2017
(%)
171,222 173,898 176,305 156,703 154,209 162,422 100.00%
8,666 8,093 7,640 6,020 5,654 5,439 3.35%
23,653 23,065 22,861 19,465 18,961 19,676 12.11%
3,522 3,861 4,055 3,861 3,836 4,144 2.55%
12,428 13,308 13,539 12,194 11,903 13,214 8.14%
Pertumbuhan (% yoy)
CAGR
2013 2014 2015 2016 2017 2013-2017
1.56% 1.38% -11.12% -1.59% 5.33% -1.36%
-6.62% -5.59% -21.21% -6.09% -3.80% -7.64%
-2.49% -0.88% -14.86% -2.59% 3.77% -3.13%
9.63% 5.02% -4.80% -0.63% 8.02% 1.42%
7.09% 1.73% -9.93% -2.39% 11.01% -0.14%
4805
10,163
11,425
11,975 10,701
10,508
12,410
12.42%
4806
4807
4808
4809
1,490
732
1,682
982
1,670
765
1,857
970
1,801
756
1,903
994
1,684
655
1,716
896
1,711
685
1,766
834
1,928
729
2,057
827
4810
32,264
31,370
31,697 27,423
26,325
27,196
4811
19,400
20,035
20,306 18,345
18,356
19,040
4812
169
173
153
159
4813
4814
4815
4816
4817
4818
4819
4820
4821
4822
4823
2,312
1,884
0
578
1,110
12,322
20,575
4,583
5,137
390
7,178
2,359
1,947
0
544
1,122
12,062
21,559
4,540
5,313
409
7,449
2,033
1,354
0
480
997
10,694
20,669
4,200
5,179
374
7,536
2,003
1,460
0
437
971
10,754
21,901
4,360
5,354
399
7,966
Produk
HS Code
Total Kertas
Kertas Koran
Kertas Karton yang Tidak Dilapisi
Kertas Tisu Muka
Kertas Kraft
Kertas Karton yang Tidak Dilapisi
Lainnya
Perkamen Nabati
Kertas dan Karton Komposit
Kertas Karton Bergelombang
Kertas Karbon
Kertas Karton yang Dilapisi Kaolin
Kertas dan Karton dari Gumpalan
Selulosa
Blok dan Lempengan dari Pulp
Kertas
Kertas Sigaret
Wallpaper dan Penutup Dinding
Kertas Penutup Lantai
Kertas Karbon selain HS4809
Amplop dan Kartu Pos
Kertas Toilet
Kardus
Buku Catatan
Label Kertas
Bobbin dan Kelos
Kertas Berperekat
180
155
2,351 2,101
1,947 1,429
0
0
527
463
1,159 1,032
11,621 10,678
22,092 20,586
4,929 4,211
5,764 5,310
411
402
7,798 7,376
7.64%
1.19%
0.45%
1.27%
0.51%
16.74%
11.72%
0.10%
1.23%
0.90%
0.00%
0.27%
0.60%
6.62%
13.48%
2.68%
3.30%
0.25%
4.90%
4.81% -10.63% -1.80% 18.10%
1.67%
12.08% 7.82% -6.52% 1.61% 12.70%
4.42% -1.19% -13.31% 4.62% 6.37%
10.41% 2.51% -9.82% 2.87% 16.51%
-1.19% 2.45% -9.83% -6.92% -0.90%
2.91%
-0.95%
2.07%
-3.15%
-2.77%
1.04% -13.48% -4.00%
3.31%
-2.82%
3.27%
1.35%
0.06%
3.73%
-1.01%
2.57%
3.61% -13.72% -1.09%
3.49%
-1.76%
2.02%
3.37%
NA
-5.93%
1.08%
-2.11%
4.78%
-0.94%
3.43%
4.79%
3.78%
-0.34%
-0.05%
NA
-3.14%
3.32%
-3.66%
2.47%
8.57%
8.49%
0.51%
4.68%
-3.23% -1.48%
-5.23% 7.81%
NA
NA
3.75% -9.10%
-3.40% -2.64%
0.15% 0.56%
0.40% 5.96%
-0.25% 3.81%
-2.47% 3.38%
-7.12% 6.74%
2.18% 5.70%
-3.22%
-5.60%
NA
-4.30%
-2.85%
-2.27%
0.31%
-0.81%
0.15%
-0.48%
1.35%
-9.66%
-10.64%
-26.60%
NA
-12.14%
-10.92%
-8.11%
-6.82%
-14.57%
-7.88%
-2.01%
-5.41%
229
Lampiran : Ekspor Pulp dan Kertas Indonesia
Nilai Ekspor Pulp Indonesia berdasarkan Negara
Rank
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Eksportir
Dunia
Tiongkok
Korea Selatan
India
Bangladesh
Jepang
Vietnam
Saudi Arabia
Uni Emirat Arab
Iran
Turki
2012
1,547
850
262
135
62
72
22
12
15
3
0
2013
1,846
1,098
312
128
78
60
30
19
24
0
1
Nilai (dalam Juta USD)
2014
2015
2016
1,721
1,728
1,562
1,087
1,087
969
239
230
157
82
89
103
85
89
136
77
73
45
24
12
15
10
11
14
26
19
16
0
2
5
12
40
25
Porsi
2017 (%)
100.00%
70.49%
7.15%
5.52%
5.46%
2.16%
1.34%
1.23%
1.10%
1.01%
0.80%
2017
2,426
1,710
173
134
132
52
32
30
27
24
19
2013
19.32%
29.27%
19.35%
-5.23%
25.89%
-17.30%
37.38%
51.19%
54.77%
NA
70.54%
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
-6.74% 0.37%
-9.58%
-0.98% -0.03% -10.85%
-23.52% -3.60% -31.67%
-36.01% 8.86% 15.04%
9.32%
4.35% 53.81%
28.36% -5.66% -37.46%
-18.77% -52.00% 30.92%
-46.29% 14.75% 25.07%
10.46% -26.28% -17.85%
NA
3332.61% 186.83%
1313.98% 236.41% -37.79%
CAGR
2017 2013-2017
55.28%
5.62%
76.45%
9.26%
10.18% -11.11%
30.22%
0.85%
-2.90%
11.24%
15.25%
-2.68%
113.80%
1.77%
108.39%
9.94%
68.38%
2.41%
438.97%
NA
-23.14%
86.80%
Nilai Ekspor Kertas Indonesia berdasarkan Negara
Rank
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Eksportir
Dunia
Tiongkok
Jepang
Malaysia
India
Amerika Serikat
Vietnam
Filipina
Thailand
Taiwan
Australia
2012
3,937
143
623
337
63
281
236
118
131
125
143
2013
3,757
102
476
298
87
294
256
135
120
101
118
Nilai (dalam Juta USD)
2014
2015
2016
3,744
3,565
3,414
114
160
164
394
397
374
277
254
233
122
123
167
432
303
256
233
210
184
153
134
156
97
116
113
104
112
116
114
130
136
Porsi
2017 (%)
100.00%
10.66%
9.16%
6.42%
5.88%
5.60%
5.27%
4.83%
3.58%
3.47%
3.14%
2017
3,800
405
348
244
223
213
200
183
136
132
119
2013
-4.59%
-28.49%
-23.52%
-11.62%
37.49%
4.61%
8.44%
14.45%
-8.04%
-19.34%
-17.86%
Pertumbuhan (% yoy)
CAGR
2014
2015
2016
2017 2013-2017
-0.34% -4.77% -4.25% 11.31%
0.23%
11.68% 40.20% 2.50% 147.12% 31.73%
-17.24% 0.63% -5.78% -6.90%
-6.09%
-7.03% -8.16% -8.45% 4.70%
-3.93%
39.39% 1.04% 36.00% 33.69% 20.69%
47.05% -29.97% -15.55% -16.77% -6.26%
-9.25% -9.78% -12.13% 8.47%
-4.84%
13.71% -12.71% 16.66% 17.49%
6.35%
-19.45% 19.81% -2.54% 19.99%
2.45%
3.45%
7.96%
3.48% 13.48%
5.57%
-2.81% 13.53% 5.16% -12.50%
0.30%
Nilai Ekspor Kertas Indonesia berdasarkan Produk
Produk
HS Code
Total Kertas
Kertas Koran
Kertas Karton yang Tidak Dilapisi
Kertas Tisu Muka
Kertas Kraft
Kertas Karton yang Tidak Dilapisi
Lainnya
Perkamen Nabati
Kertas dan Karton Komposit
Kertas Karton Bergelombang
Kertas Karbon
48
4801
4802
4803
4804
4805
106
156
164
164
47
228
4806
4807
4808
4809
10
17
4
116
6
10
1
115
8
0
0
116
13
1
0
111
7
0
0
105
4
0
0
86
Kertas Karton yang Dilapisi Kaolin
4810
602
616
548
471
386
345
4811
51
38
35
26
25
40
Kertas dan Karton dari Gumpalan
Selulosa
Blok dan Lempengan dari Pulp
Kertas
Kertas Sigaret
Wallpaper dan Penutup Dinding
Kertas Penutup Lantai
Kertas Karbon selain HS4809
Amplop dan Kartu Pos
Kertas Toilet
Kardus
Buku Catatan
Label Kertas
Bobbin dan Kelos
Kertas Berperekat
2013
3,757
108
1,843
375
3
Nilai (dalam Juta USD)
2014
2015
2016
3,744
3,565
3,414
99
72
70
1,913
1,793
1,794
353
439
504
24
26
33
2012
3,937
109
2,077
334
9
2017
3,800
9
2,032
529
41
4812
0
0
0
0
0
0
4813
4814
4815
4816
4817
4818
4819
4820
4821
4822
4823
40
0
0
2
20
111
121
141
4
12
50
35
0
0
0
17
77
139
161
2
9
44
36
0
0
0
12
120
138
113
3
7
53
40
0
0
0
10
91
128
128
4
5
43
45
0
0
0
8
88
127
119
5
7
45
44
0
0
24
10
95
115
131
6
7
53
Porsi 2017
(%)
2013
100.00%
-4.59%
0.24%
-1.11%
53.48%
-11.26%
13.92%
12.38%
1.07%
-66.05%
6.01%
0.11%
0.00%
0.01%
2.26%
9.09%
1.05%
0.01%
1.15%
0.00%
0.00%
0.63%
0.26%
2.50%
3.02%
3.46%
0.16%
0.20%
1.38%
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
-0.34%
-4.77%
-4.25%
-8.25% -27.51% -2.67%
3.76%
-6.26%
0.07%
-5.86%
24.28%
14.71%
692.04%
7.33%
26.12%
2017
11.31%
-86.77%
13.25%
5.01%
25.02%
CAGR
2013-2017
0.23%
-38.83%
1.97%
7.10%
68.05%
47.05%
4.74%
-0.19%
-71.51%
390.25%
7.86%
-42.15%
-43.22%
-73.31%
-0.17%
36.85%
-98.26%
-81.92%
0.92%
54.59%
501.80%
-38.12%
-4.75%
-44.76%
-83.78%
44.80%
-5.72%
-39.38%
-49.08%
114.36%
-17.94%
-6.66%
-61.34%
-19.06%
-5.75%
2.23%
-10.96%
-14.12%
-18.08%
-10.42%
-10.91%
-25.59%
-8.36%
-24.68%
-3.96%
59.12%
1.07%
71.70%
48.90%
-26.57%
59.80%
-0.63%
11.67%
-13.27%
-87.61%
NA
-95.65%
-14.32%
-30.19%
14.29%
14.13%
-41.42%
-27.27%
-11.07%
3.35%
-71.43%
NA
-94.52%
-25.66%
54.98%
-0.88%
-29.64%
13.85%
-19.46%
20.53%
10.48%
11.87%
775.00% -77.14%
NA
NA
-75.00% 1600.00%
-16.77% -26.92%
-24.51% -2.45%
-6.70%
-0.85%
13.11%
-7.15%
61.41%
19.35%
-25.30% 31.43%
-19.35%
3.76%
-2.37%
0.00%
NA
NA
28.01%
7.63%
-9.91%
10.29%
21.74%
3.79%
17.52%
4.52%
-10.59%
NA
218.42%
-10.36%
4.20%
-3.75%
-4.01%
21.70%
-3.87%
3.46%
230
Lampiran : Impor Pulp dan Kertas Indonesia
Nilai Impor Pulp Indonesia berdasarkan Negara
Rank
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Eksportir
Dunia
Kanada
Amerika Serikat
Afrika Selatan
Selandia Baru
Swedia
Australia
Inggris
Singapura
Rep. Ceko
Perancis
2012
1,551
243
154
262
81
104
50
63
90
30
118
2013
1,733
364
158
252
118
103
52
58
74
83
116
Nilai (dalam Juta USD)
2014
2015
1,749
1,282
528
315
202
238
171
122
102
78
95
84
66
41
43
28
77
39
80
63
62
38
2016
1,347
335
298
130
74
55
45
39
46
54
34
Porsi
2017 (%)
100.00%
24.05%
21.62%
8.89%
7.05%
4.75%
4.58%
3.88%
3.48%
2.26%
2.22%
2017
1,761
424
381
157
124
84
81
68
61
40
39
2013
11.72%
49.76%
2.32%
-3.79%
45.00%
-0.83%
2.70%
-6.92%
-17.43%
174.82%
-1.98%
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
0.94% -26.70% 5.02%
44.96% -40.32% 6.15%
28.19% 17.67% 25.14%
-32.05% -28.61% 6.56%
-13.44% -23.31% -5.43%
-8.26% -11.59% -34.55%
28.11% -37.76% 9.02%
-27.09% -35.17% 40.89%
2.90% -48.60% 17.80%
-4.29% -20.40% -14.04%
-46.07% -39.39% -10.22%
2017
30.79%
26.65%
27.75%
20.25%
68.19%
52.39%
79.66%
75.70%
32.24%
-26.78%
15.02%
CAGR
2013-2017
0.32%
3.07%
19.25%
-9.07%
1.09%
-4.15%
9.32%
3.19%
-3.80%
-13.67%
-19.53%
Nilai Impor Kertas Indonesia berdasarkan Negara
Produk
HS Code
Total Kertas
Kertas Koran
Kertas Karton yang Tidak Dilapisi
Kertas Tisu Muka
Kertas Kraft
Kertas Karton yang Tidak Dilapisi
Lainnya
Perkamen Nabati
Kertas dan Karton Komposit
Kertas Karton Bergelombang
Kertas Karbon
48
4801
4802
4803
4804
4805
106
156
164
164
47
228
4806
4807
4808
4809
10
17
4
116
6
10
1
115
8
0
0
116
13
1
0
111
7
0
0
105
4
0
0
86
Kertas Karton yang Dilapisi Kaolin
4810
602
616
548
471
386
345
4811
51
38
35
26
25
40
4812
0
0
0
0
0
0
4813
4814
4815
4816
4817
4818
4819
4820
4821
4822
4823
40
0
0
2
20
111
121
141
4
12
50
35
0
0
0
17
77
139
161
2
9
44
36
0
0
0
12
120
138
113
3
7
53
40
0
0
0
10
91
128
128
4
5
43
45
0
0
0
8
88
127
119
5
7
45
44
0
0
24
10
95
115
131
6
7
53
Kertas dan Karton dari Gumpalan
Selulosa
Blok dan Lempengan dari Pulp
Kertas
Kertas Sigaret
Wallpaper dan Penutup Dinding
Kertas Penutup Lantai
Kertas Karbon selain HS4809
Amplop dan Kartu Pos
Kertas Toilet
Kardus
Buku Catatan
Label Kertas
Bobbin dan Kelos
Kertas Berperekat
2013
3,757
108
1,843
375
3
Nilai (dalam Juta USD)
2014
2015
2016
3,744
3,565
3,414
99
72
70
1,913
1,793
1,794
353
439
504
24
26
33
2012
3,937
109
2,077
334
9
2017
3,800
9
2,032
529
41
Porsi 2017
(%)
100.00%
0.24%
53.48%
13.92%
1.07%
2013
-4.59%
-1.11%
-11.26%
12.38%
-66.05%
6.01%
0.11%
0.00%
0.01%
2.26%
47.05%
4.74%
-0.19%
-71.51%
390.25%
7.86%
-42.15%
-43.22%
-73.31%
-0.17%
36.85%
-98.26%
-81.92%
0.92%
54.59%
501.80%
-38.12%
-4.75%
-44.76%
-83.78%
44.80%
-5.72%
-39.38%
-49.08%
114.36%
-17.94%
-6.66%
-61.34%
-19.06%
-5.75%
2.23%
-10.96%
-14.12%
-18.08%
-10.42%
-10.91%
-25.59%
-8.36%
-24.68%
-3.96%
59.12%
1.07%
71.70%
48.90%
-26.57%
59.80%
-0.63%
11.67%
-13.27%
-87.61%
NA
-95.65%
-14.32%
-30.19%
14.29%
14.13%
-41.42%
-27.27%
-11.07%
3.35%
-71.43%
NA
-94.52%
-25.66%
54.98%
-0.88%
-29.64%
13.85%
-19.46%
20.53%
10.48%
11.87%
775.00% -77.14%
NA
NA
-75.00% 1600.00%
-16.77% -26.92%
-24.51%
-2.45%
-6.70%
-0.85%
13.11%
-7.15%
61.41%
19.35%
-25.30%
31.43%
-19.35%
3.76%
-2.37%
0.00%
NA
NA
28.01%
7.63%
-9.91%
10.29%
21.74%
3.79%
17.52%
4.52%
-10.59%
NA
218.42%
-10.36%
4.20%
-3.75%
-4.01%
21.70%
-3.87%
3.46%
9.09%
1.05%
0.01%
1.15%
0.00%
0.00%
0.63%
0.26%
2.50%
3.02%
3.46%
0.16%
0.20%
1.38%
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
-0.34%
-4.77%
-4.25%
-8.25%
-27.51%
-2.67%
3.76%
-6.26%
0.07%
-5.86%
24.28%
14.71%
692.04%
7.33%
26.12%
2017
11.31%
-86.77%
13.25%
5.01%
25.02%
CAGR
2013-2017
0.23%
-38.83%
1.97%
7.10%
68.05%
Nilai Impor Kertas Indonesia berdasarkan Produk
Produk
HS Code
Nilai (dalam Juta USD)
2014
2015
1,368
1,312
3
9
59
55
13
13
169
146
2016
1,277
7
35
11
136
2017
1,325
4
49
9
143
Porsi 2017
(%)
100.00%
0.30%
3.72%
0.69%
10.81%
115
129
184
13
7
11
12
11
5
9
16
12
7
7
14
162
114
134
160
262
264
258
231
Total Kertas
Kertas Koran
Kertas Karton yang Tidak Dilapisi
Kertas Tisu Muka
Kertas Kraft
Kertas Karton yang Tidak Dilapisi
Lainnya
Perkamen Nabati
Kertas dan Karton Komposit
Kertas Karton Bergelombang
Kertas Karbon
48
4801
4802
4803
4804
2012
1,357
9
59
6
177
2013
1,382
4
59
10
169
4805
78
92
78
4806
4807
4808
4809
18
7
16
9
15
7
13
12
19
7
12
10
Kertas Karton yang Dilapisi Kaolin
4810
168
164
4811
281
249
Kertas dan Karton dari Gumpalan
Selulosa
Blok dan Lempengan dari Pulp
Kertas
Kertas Sigaret
Wallpaper dan Penutup Dinding
Kertas Penutup Lantai
Kertas Karbon selain HS4809
Amplop dan Kartu Pos
Kertas Toilet
Kardus
Buku Catatan
Label Kertas
Bobbin dan Kelos
Kertas Berperekat
2013
1.82%
-55.71%
0.90%
83.22%
-4.90%
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
-1.03%
-4.10%
-2.62%
-33.96% 213.61% -18.93%
-1.08%
-7.05%
-35.92%
20.42%
5.47%
-16.06%
0.08%
-13.71%
-6.49%
2017
3.73%
-42.54%
40.59%
-17.59%
5.14%
CAGR
2013-2017
-0.84%
-0.72%
-3.70%
-2.56%
-3.22%
13.87%
17.22%
-15.39%
47.24%
12.79%
42.23%
14.85%
0.90%
0.52%
0.55%
1.04%
-17.18%
-7.58%
-13.41%
37.20%
24.59%
9.79%
-10.23%
-19.01%
-29.48%
-6.05%
-9.16%
20.70%
-19.05%
-21.25%
-21.14%
34.36%
13.16%
26.36%
-15.90%
-11.08%
-4.25%
0.52%
-11.57%
3.15%
12.11%
-2.54%
-1.39%
-29.86%
17.81%
19.92%
-0.46%
17.40%
-11.42%
5.12%
0.76%
-2.32%
-10.52%
-1.53%
4812
2
1
1
0
0
0
0.00%
-48.71%
-43.61%
-52.68%
-69.33%
-21.92%
-42.31%
4813
4814
4815
4816
4817
4818
4819
4820
4821
4822
4823
62
17
0
4
4
20
199
9
155
5
53
82
17
0
3
5
7
245
8
152
13
54
67
13
0
3
3
6
281
6
135
5
55
68
12
0
2
3
6
267
6
137
5
48
66
12
0
2
2
7
276
8
117
3
32
63
18
0
3
3
6
264
11
103
1
33
4.75%
1.39%
0.00%
0.21%
0.20%
0.49%
19.94%
0.80%
7.76%
0.05%
2.49%
33.13%
-0.13%
NA
-20.82%
19.67%
-63.47%
23.37%
-6.79%
-1.68%
142.38%
1.48%
-18.27%
-23.38%
NA
11.41%
-33.56%
-18.32%
14.37%
-25.16%
-11.40%
-56.71%
3.26%
1.49%
-4.77%
NA
-30.44%
-10.40%
1.99%
-5.04%
3.69%
1.64%
-12.44%
-12.84%
-2.77%
2.22%
NA
-28.58%
-18.10%
25.08%
3.72%
19.97%
-14.36%
-42.05%
-33.15%
-5.31%
47.65%
NA
61.32%
11.83%
-12.82%
-4.46%
39.83%
-12.32%
-77.07%
1.85%
-5.25%
1.95%
NA
-2.24%
-11.42%
-1.90%
1.48%
5.42%
-7.53%
-44.99%
-9.33%
231
BATUBARA & LIGNIT
(HS Code 2701 s/d 2702)
Batubara sebagai komoditas unggulan
Batubara merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia berdasarkan hasil pemilihan
komoditas unggulan ekspor (winning commodities) dengan menggunakan metode analisis Computable
General Equilibrium (CGE) dan Export Product Dynamics (EPD).
Batubara sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode CGE
Pemilihan komoditas unggulan ekspor diidentifikasi berdasarkan hasil simulasi ketika terjadi peningkatan
pemintaan ekspor secara arbitrary sebesar 10%, komoditas tersebut paling responsif terhadap variabel sektoral
Indonesia berdasarkan tiga indikator kunci yaitu (1) peningkatan ekspor bersih (bobot 60%), (2) output (bobot
20%), dan (3) penyerapan tenaga kerja. (bobot 20%) Berdasarkan hasil CGE, Batubara menempati peringkat 1
dengan indeks komposit sebesar 3.46.
Peringkat
Sektor
1
Batubara dan lignit
Dampak terhadap
Perubahan Nilai Ekspor
(Milyar Rupiah)
Dampak terhadap Output
(Perubahan Persentase)
5,829.26
2.65
Dampak terhadap Tenaga Kerja
(Perubahan Persentase)
5.48
Indeks
Komposit
3.46
Batubara sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode EPD
Indonesia
berhasil
menjadi
pemasok utama batubara ke
Tiongkok dengan porsi 49% dari
total impor batubara Tiongkok.
Ekspor dari Indonesia didominasi
oleh batu bara jenis thermal,
dengan nilai energi sebesar 4,200
kilokalori per kilogram (kcal/kg)
atau kurang
Sumber : WITS, Oktober 2018
Kelebihan batu bara Indonesia lainnya adalah dari sisi harga yang lebih murah dibandingkan dengan batu bara
termal berkualitas lebih tinggi dari Australia. Tingkat diskon dari batu bara Indonesia terhadap batu bara asal
Newcastle Australia memang melebar cukup signifikan dalam beberapa waktu terakhir, dari 50% pada akhir 2017
menjadi sebesar 58% pada awal tahun 2018.
233
Setelah Mengalami Penurunan Selama 3 Tahun Terakhir, Konsumsi Batubara Dunia
Kembali ‘Rebound’ di Tahun 2017, Melebihi Angka Produksi
Sebagai negara produsen dan konsumen batubara terbesar di dunia, kebijakan
batubara Tiongkok sangat mempengaruhi supply dan demand global.
Total Produksi, Konsumsi dan Cadangan Dunia
Juta Ton
•
Produksi batubara & lignit dunia tahun naik
3,25% atau tercatat 7.603 juta ton di tahun
2017 (2016 sebesar 7.246 juta ton). Kenaikan
ini dipengaruhi peningkatan produksi batubara
& lignit Tiongkok yang tumbuh 3,3% di tahun
2017 yang mencapai 3.350 juta ton. 44,7%
produksi berasal dari Tiongkok dan merupakan
produsen batubara & lignit terbesar dunia
sejak tahun 1985.
•
Kenaikan produksi ditopang oleh tingginya
permintaan yang tidak terduga dari jutaan
rumah atas batubara & lignit karena
kelangkaan gas alam yang memicu ‘winter
heating crisis’ di negara tersebut. Lonjakan
permintaan gas alam terjadi ketika jutaan
rumah di Tiongkok utara kini lebih banyak
menggunakan listrik dan gas, beralih dari
sebelumnya menggunakan batubara & lignit.
•
Selain menjadi produsen batubara & lignit
terbesar, Tiongkok juga merupakan konsumen
terbesar dengan pangsa 47,4% konsumsi
batubara dunia di tahun 2017. Industri baja
dan semen adalah industri yang sangat
tergantung dengan batubara & lignit, dan
Tiongkok merupakan produsen terbesar dunia
untuk kedua industri tersebut.
•
Indonesia berada di peringkat ke 5 sebagai
negara produsen batubara & lignit dunia tahun
2017 dengan total produksi sebesar 461,2 juta
ton di bawah Tiongkok, Amerika Serikat,
Australia, dan India.
•
Setelah menjadi konsumen batubara & lignit
terbesar dunia di tahun 2015, India
meningkatkan konsumsinya di tahun 2017
sebesar 953 juta ton, meningkat 3,02% dari
tahun 2016. pertumbuhan tersebut didorong
oleh tingginya kebutuhan batubara & lignit
untuk pembangkit listrik.
Total Produksi Batubara & Lignit Dunia
2011
2013
2014
2015
2016
7.603,3
7.499,9
7.534,7
7.264,1
7.742,4
7.756,3
7.970,1
7.902,2
8.012,5
2012
7.973,6
7.839,9
7.944,4
7.834,0
2010
Juta ton
7.698,1
7.303,7
7.387,9
Total Konsumsi Batubara & Lignit Dunia
2017
1.049.539
1.068.130
1.084.704
1.136.327
1.139.331
1.035.012
Cadangan Batubara Dunia
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Total Produksi & Konsumsi Tiongkok
2010
2011
2012
2015
2016
2017
Porsi Produksi Batubara & Lignit Dunia 2017
Polandia
1,7%
Kazakhstan
1,4%
Jerman
2,3% Afrika
Selatan Rusia
3,4% 5,2%
Indonesia
6,1%
Australia
6,4%
Amerika
Serikat
9,3%
Lainnya
9,9%
Tiongkok
44,7%
India
9,6%
Porsi Konsumsi Batubara & Lignit Dunia 2017
Turki Polandia
1,8% 1,7%
Korea
Afrika
Selatan
Selatan
1,8%
2,5%
Jepang
2,6% Jerman
2,9% Rusia
3,1%
Amerika
Serikat
8,5%
3.607,1
3.349,5
3.592,7
3.769,9
3.242,5
3.837,4
2014
3.563,2
3.969,3
2013
3.640,2
3.748,5
3.831,6
3.677,6
3.695,2
Produksi Batubara & Lignit Tiongkok
Konsumsi Batubara & Lignit Tiongkok
3.608,2
3.349,5
3.316,1
Juta ton
Lainnya
15,2%
Tiongkok
47,4%
India
12,5%
Sumber : Enerdata, BP Statistical Review
234
Produksi Batubara Indonesia Lebih Tinggi ditujukan Untuk Pasar Ekspor, Komposisi
Konsumsi Dalam Negeri Sekitar 25% Produksi di Tahun 2017
Dengan porsi batu bara dalam bauran energi primer pembangkit listrik yang
signifikan, Pemerintah memandang penting kebijakan Domestic Market Obligation
(DMO) batu bara sebagai sumber energi jangka panjang di Indonesia.
Total Produksi & Konsumsi Indonesia
2010
2013
2014
2015
2016
461,2
100,4
421,7
93,7
89,8
453,5
81,6
488,3
491,7
2012
66,0
450,6
2011
62,5
404,5
Produksi Batubara & Lignit Indonesia
Konsumsi Batubara & Lignit Indonesia
51,4
325,0
50,9
Juta ton
2017
• Pemerintah melalui Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral (“ESDM”) pada awal Januari
2018 telah mengeluarkan Keputusan Menteri
ESDM
No.23
K/30/MEM/2018
tentang
Penetapan Presentase Minimal Penjualan
Batubara Untuk Kepentingan Dalam Negeri
Tahun 2018 (Domestic Market Obligation),
dimana diputuskan bahwa setiap pemegang Ijin
Usaha Penambangan (IUP) Batubara tahap operasi
produksi dan pemegang Perjanjian Karya
Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B)
wajib menjual 25% produksi batubara nya untuk
kepentingan dalam negeri.
• Kemudian disusul dengan ditetapkannya Keputusan Menteri ESDM No. 1395 K/30/MEM/2018 pada awal
Maret 2018 tentang Harga Jual Batubara Untuk Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum,
dimana Pemerintah telah menetapkan harga penjualan batubara dalam negeri untuk penyediaan tenaga listrik
sebesar US$ 70 per ton (harga FOB vessel untuk batubara acuan dengan spesifikasi CV 6,322 kcal/kg GAR).
• Selama tahun 2017 realisasi produksi listrik dari pembangkit listrik yang menggunakan batu bara (PLTU)
tercatat sekitar 58,30% dari total produksi listrik nasional. Dengan porsi PLTU dalam proyek pembangkit
35.000 MW sekitar 55%, porsi batu bara dalam bauran energi primer pembangkit listrik pada tahun-tahun
mendatang diprediksi akan semakin meningkat.
Optimalisasi Bauran Energi Primer Pembangkit Listrik Indonesia
Tahun 2018, penggunaan batubara sebagai energi primer pembangkit listriks mencapai 60,5%, lebih besar dari
akhir 2017 yang sebesar 58,41%. Diikuti oleh gas bumi yang menyumbang 22,1% pasokan energi, lalu energi
terbaharukan sebesar 12,4%, dan bahan bakar minyak sebesar 5%.
Sumber : Booklet Energi Berkeadilan 4 tahun kinerja Kementerian ESDM
235
Ekspor Batubara dan Lignit Dunia Melonjak Tajam di Tahun 2017 dipicu oleh
Permintaan yang Tinggi di Asia
• Nilai Ekspor batubara & lignit dunia pada tahun 2017 mencapai
USD110,9 miliar atau tumbuh 43,4% dari tahun 2016. pertumbuhan ini
dipicu oleh meningkatnya ekspor batubara & lignit antara lain dari Australia, Indonesia, Rusia, Amerika Serikat,
dan Colombia yang menguasai 82,66% ekspor batubara & lignit dunia 2017.
• Di tahun 2017 Australia merupakan eksportir terbesar batubara & lignit dunia dengan nilai ekspor sebesar
USD40,6 miliar atau tumbuh 43,36% dari tahun 2016. Diikuti oleh Indonesia (USD20,5 miliar, tumbuh 53,43%),
Rusia (USD13,9 miliar, tumbuh 41%), Amerika Serikat (USD9,9 miliar, tumbuh 125,12%) dan Kolombia (USD19,2
miliar, tumbuh 55,19%). Mayoritas eksportir batubara & lignit dunia mengalami pertumbuhan positif.
• Permintaan batubara & lignit sebagai bahan baku pembangkit listrik sangat tinggi di wilayah Asia, dengan
populasi yang besar dan terus bertambah, kebutuhan listrik juga ikut meningkat. Batubara merupakan bahan
bakar yang paling murah dibanding sumber energi lainnya.
Nilai Ekspor & Impor Batubara & Lignit Dunia
Nilai Ekspor Batubara & Lignit Dunia
Growth Ekspor (%)
Juta USD
150.000
Nilai Impor Batubara & Lignit Dunia
Growth Impor (%)
56,7%
100%
49,6%
100.000
2014
HS Code
2701
2702
HS Code
Total Batubara & Lignit
Batubara
Lignit
2012
2013
2014
131.220
128.750
2.470
114.226
111.947
2.279
100.089
97.353
2.735
2012
2013
2014
149.728
145.843
3.888
132.000
128.398
3.605
117.471
113.697
3.836
2701
2702
Eksportir Batubara & Lignit Dunia 2017
Tiongkok
1,0%
Mongolia
2,0%
137.676
110.890
2016
2015
78.069
76.243
1.826
2016
2017
74.114
71.993
2.120
dalam Juta USD
Produk Diimpor
87.866
74.113
2015
dalam Juta USD
Total Batubara & Lignit
Batubara
Lignit
-50%
-100%
2013
Produk Diekspor
0%
-5,0%
93.135
132.000
0
-22,0%
78.047
-12,4%
-5,7%
-20,7%
117.471
-13,0%
100.089
-11,0%
114.223
50.000
-11,8%
50%
2015
93.135
90.784
2.368
2016
87.866
84.876
2.997
Porsi
2017 (%) 2013
2017
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2016
2017
110.890 100,0% -13,0% -12,4% -22,0% -5,1%
107.499
96,9% -13,1% -13,0% -21,7% -5,6%
3.391
3,1% -7,8% 20,0% -33,2% 16,1%
Pertumbuhan (% yoy)
Porsi
2017
2017 (%) 2013 2014 2015 2016
49,6%
49,3%
59,9%
Amerika Serikat
8,9%
Rusia
12,6%
Sumber : Trademap.org
Indonesia
18,5%
2013
2016
2014
2017
17.602,2
38.220,7
35136,014
29633,875
28290,263
40557,215
15.410,9
24.514,9
20819,329
15998,961
14511,754
20461,883
1.537,2
11.909,4
11758,769
9610,607
9074,402
13923,158
17,9
11.268,0
8469,928
5684,723
4396,623
9897,775
506,7
6.253,9
6426,782
4257,424
4392,669
6816,780
Kanada
4,7%
Australia
36,6%
CAGR
20132017
1,1%
0,9%
5,3%
5 Besar Eksportir Batubara & Lignit Dunia 2017
2012
2015
Afrika Selatan
5,2%
2017
137.676 100,0% -11,8% -11,0% -20,7% -5,7% 56,7%
133.244
96,8% -12,0% -11,4% -20,2% -6,5% 57,0%
4.433
3,2% -7,3% 6,4% -38,3% 26,6% 47,9%
Polandia
0,7%
Lainnya
3,7%
Kolombia
6,1%
2015
CAGR
20132017
-0,7%
-1,0%
10,4%
Australia
Indonesia
Rusia
Amerika Serikat
Kolombia
236
Impor Batubara dan Lignit Meningkat didorong oleh Permintaan dari Jepang,
Tiongkok, India, dan Korea Selatan
• Impor meningkat signifikan di tahun 2017 sebesar 56,7% dibanding tahun 2016
dengan nilai impor mencapai USD137,7 miliar dipicu oleh tingginya permintaan batubara
terutama di benua Asia seperti Jepang, Tiongkok, India, Korea Selatan, dan Taiwan. Kelima negara tersebut
rata-rata pertumbuhan impor batubara & lignit di tahun 2017 sebesar 56,48%.
• Jepang merupakan negara importir batubara terbesar, bersaing ketat dengan Tiongkok. Meski dinilai merusak
lingkungan, sulit bagi Jepang untuk lepas dari batubara disebabkan faktor-faktor sbb:
i.
Sumber dayanya murah dan lebih ekonomis. Salah satu alternatif adalah meningkatkan penggunaan gas alam
cair, yang memancarkan lebih sedikit karbon dan knalpot berbahaya, tetapi harga LNG relatif lebih tinggi.
ii. Jika tenaga nuklir hanya menyumbang setengah dari kapasitas yang direncanakan, pangsa batubara akan
lebih besar lagi, yaitu 56%.
iii. Jepang menghadapi beberapa hambatan besar dalam memiliki sumber energi bersih dan berkelanjutan.
Salah satunya karena kontur geografi Jepang yang sebagian besar bergunung-gunung dengan penduduk yang
sangat terkonsentrasi di sepanjang jalur pantai yang relatif kecil dan sempit. Faktor-faktor ini membuat
energi terbarukan lebih mahal di Jepang daripada di negara lain. Pembangkit tenaga surya, misalnya, dua kali
lebih mahal per kilowatt hour di Jepang daripada di Eropa karena terbatasnya jumlah lahan yang sesuai dan
biaya konstruksi untuk pertanian surya yang mahal.
iv. Jepang juga tidak memiliki jaringan listrik nasional. Catu daya negara umumnya dibagi menjadi 10 area
layanan, masing-masing dengan jaringan transmisi sendiri, yang berarti ada kemampuan terbatas, misalnya,
untuk mengirim energi matahari yang dihasilkan di selatan negara ke utara. Ada rencana untuk membangun
beberapa koneksi antar jaringan, tetapi satu jalur akan menelan biaya lebih dari 100 miliar yen dan
membutuhkan waktu 5 hingga 10 tahun.
v. Untuk tenaga angin, lokasi yang layak untuk ladang angin lepas pantai di Jepang cenderung jauh dari daerah
di mana ada permintaan listrik, dan biaya konstruksi tinggi karena seberapa jauh turbin angin harus dibangun
dari pantai
• Dengan prospek yang tidak pasti untuk energi terbarukan, beberapa perusahaan listrik Jepang lebih memilih
untuk bekerja pada meminimalkan kerusakan lingkungan dari pembakaran batu bara. Salah satu korporasi
Jepang berinvestasi dalam teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon, yang mengumpulkan dan
mengubur karbon dioksida agar tidak keluar dari atmosfer.
• Sementara itu, Tiongkok merupakan produsen batubara dan lignit terbesar di dunia, tetapi tetap membutuhkan
batubara dari negara lain karena kebutuhan sumber energi untuk sektor industri maupun listrik untuk rumah
tangga yang cukup besar di negara tersebut.
• Jepang, Tiongkok, India, dan Korea Selatan merupakan importir terbesar batubara dan lignit dunia dengan porsi
58,65% dari total impor batubara & lignit dunia tahun 2107.
Importir Batubara & Lignit Dunia 2017
Belanda
1,8%
Lainnya
23,0%
5 Besar Importir Batubara & Lignit Dunia 2017
2012
Jepang
16,6%
2013
2014
2015
2016
2017
Tiongkok
16,5%
Brazil
2,5%
Turki
2,8%
Jerman
4,3%
Taiwan
4,9%
Korea
Selatan
11,0%
India
14,6%
29.121
23.612
19.751
16.341
15.245
22.922
28.703
29.066
22.257
12.115
14.152
22.663
15.148
14.931
16.395
14.115
12.707
20.087
15.909
12.951
11.996
9.865
9.233
15.079
7.980
6.856
6.041
4.887
4.520
6.802
Ukraina
2,0%
Jepang
Tiongkok
India
Korea Selatan
Taiwan
237
Sumber : Trademap.org
Sampai Dengan November 2018, Ekspor Batubara dan Lignit Indonesia tetap
Tumbuh Positif Meski dengan Kecepatan yang Melambat
• Nilai Ekspor batubara & lignit Indonesia posisi Januari-November 2018 tercatat
USD22 miliar, atau tumbuh 18,9% yoy dibandingkan periode yang sama di tahun
2017. Angka ini masih dinilai solid meski terjadi perlambatan dari pertumbuhan
40,9% yoy di tahun 2017.
• Pertumbuhan tersebut didorong oleh naiknya permintaan dari 10 importir batubara terbesar Indonesia dengan
rata-rata pertumbuhan ke-10 negara tersebut sebesar 55,6% yoy dengan share sebesar 95,73% dari total
ekspor batubara & lignit Indonesia.
•
Indonesia menjadi eksportir terdepan batubara thermal. Porsi signifikan dari batubara thermal yang diekspor
terdiri dari jenis kualitas menengah (antara 5100 dan 6100 cal/gram) dan jenis kualitas rendah (di bawah 5100
cal/gram) yang sebagian besar permintaannya berasal dari Tiongkok dan India
•
Tinggi nya permintaan batubara di Benua Asia dikarenakan besarnya kebutuhan batubara untuk bahan bakar
pembangkit tenaga listrik. Permintaan energi meningkat setiap tahun, sejumlah negara Asia Tenggara
mengandalkan batubara sebagai cara murah untuk memenuhi kebutuhan energi. Laporan International Energy
Agency (IEA) menunjukkan bahwa batu bara diperkirakan menyumbang hampir 40% pertumbuhan permintaan
energi di kawasan Asia Tenggara, mengungguli gas dalam penggunaan energi.
Nilai Ekspor & Impor Batubara & Lignit Indonesia
Nilai Ekspor Batubara & Lignit Indonesia
Nilai Impor Batubara & Lignit Indonesia
Growth Ekspor (%)
Growth Impor (%)
Juta USD
30.000
237,6%
Juta
Jan-Nov 2018 USD Jan-Nov 2017
164,2%
Jan-Nov 2018
22.0
61
300%
610
4,4%
18,9
252,6%
25.000
Juta
USDJan-Nov 2017
200%
20.000
100%
15.000
-3,4%
13,0%
18.5
57
41,0%
584
0%
-100%
856
14.512
287
15.999
20.462
-9,3%
-23,2%
324
-15,1%
20.819
84
24.515
5.000
-6,3%
297
10.000
0
-200%
2013
2014
2015
2016
2017
Negara Tujuan Ekspor Batubara & Lignit Indonesia Nov-18
Hong Kong
3,1%
Thailand
4,2%
Pertumbuhan Ekspor Batubara Indonesia
September 2018 (%yoy)
Viet Nam Pakistan
4,2%
2,2%
0%
Tiongkok
25,7%
India
Jepang
Korea Selatan
Malaysia
6,7%
Jepang
11,6%
India
21,9%
Sep-18
40%
41,4%
30,0%
69,9%
9,3%
Hong Kong
59,8%
31,5%
Filipina
Thailand
61,4%
15,7%
16,9%
80%
47,1%
26,2%
Malaysia
Taiwan
60%
22,6%
Tiongkok
Filipina
6,3%
Sumber : Trademap.org
Sep-17
20%
Dunia
Taiwan
5,4%
Korea Selatan
8,7%
Nilai Impor Batubara & Lignit
Nilai Ekspor Batubara & Lignit
32,7%
51,3%
12,8%
19,5%
22,1%
25,2%
39,3%
42,7%
238
Meski Memiliki Produksi Batubara yang Besar, Indonesia tetap
Impor Batubara dan Lignit Dalam Jumlah Kecil Untuk Jenis
Thermal Coal/ Bituminous Dari Australia
• Impor batubara & lignit Indonesia posisi Januari-November 2018 tercatat sebesar
USD610 juta, atau tumbuh 4,4% yoy dari periode yang sama tahun sebelumnya.
• Impor batubara terbesar berasal dari Australia diikuti oleh Rusia dan Tiongkok.
• Jenis batubara dari Australia dipergunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik.
Volume Ekspor & Impor Batubara & Lignit Indonesia
Volume Ekspor Batubara & Lignit Indonesia
Ribu
Ton
Volume Impor Batubara & Lignit Indonesia
700%
Growth Ekspor (%)
Growth Impor (%)
Juta ton
500
514,5%
400
500%
345,3%
Ribu
ton
Jan-Nov 2017
Jan-Nov 2018
392.387
Jan-Nov 2017
Jan-Nov 2018
3.940
10,5%
-
300%
300
24,7%
23,4%
18,2%
100%
-100%
-300%
4
4
367
3
2
408
1
424
100
-5,4%
-10,1%
267
-3,8%
347
10,4%
3.778
355.157
-23,0%
200
0
-500%
2013
2014
2015
2016
2017
Volume Ekspor Batubara & Lignit
Pertumbuhan (% yoy)
Juta USD
Komoditi (Value)
volume Impor Batubara &
Lignit
CAGR
20132017
2013
2014
2015
2016
2017
- Ekspor Batubara & Lignit
24.515
20.819
15.999
14.512
20.462
Jan-Nov
2018
22.061
- Impor Batubara & Lignit
84
297
287
324
856
610
- Ekspor Batubara
22.773
18.698
14.717
12.899
17.868
18.913
- Impor Batubara
83
297
287
324
856
610
- Ekspor Lignit
1.742
2.122
1.282
1.613
2.594
3.149
60,8%
33,8%
10,5%
- Impor Lignit
0,90
0,28
0,07
0,03
0,08
0,28
136,4%
251,6%
-45,8%
164,2%
4,4%
38,5%
16,7%
-5,9%
164,2%
4,4%
79,0%
-4,4%
78,5%
Pertumbuhan (% yoy)
Ribu ton
Komoditi (Volume)
41,0%
Jan-Nov
2018
18,9%
2017
CAGR
20132017
2013
2014
2015
2016
2017
- Ekspor Batubara & Lignit
424.461
408.239
366.970
347.224
267.382
Jan-Nov
2018
392.387
-23,0%
Jan-Nov
2018
10,5%
- Impor Batubara & Lignit
511
2.275
2.808
3.501
4.139
3.778
18,2%
-4,1%
68,7%
381.520
356.303
328.387
310.662
218.113
312.300
-29,8%
7,2%
-13,0%
68,7%
- Ekspor Batubara
- Impor Batubara
2017
-10,9%
511
2.275
2.808
3.501
4.139
3.778
18,2%
-4,1%
- Ekspor Lignit
42.941
51.936
38.583
36.562
49.269
80.087
34,8%
25,4%
3,5%
- Impor Lignit
0,28
0,18
0,03
0,01
0,16
0,08
2242,9%
-50,6%
-12,7%
Asal Impor Batubara & Lignit Indonesia Nov-18
Viet Nam
4,3%
Malaysia
0,2%
Tiongkok
9,9%
Jepang
0,4%
-100%
Rusia
Tiongkok
Viet Nam
Australia
70,5%
Sumber : trademap.org, diolah
Sep-18
200%
300%
87%
48,6%
120%
104,2%
131%
37,3%
121%
Australia
Rusia
14,7%
Sep-17
100%
00%
Malaysia
122,8%
Jepang
-4,5%
Thailand
-6,4%
400%
500%
395,3%
395%
26%
10%
239
Harga Batubara Meningkat Sampai Dengan Tahun 2018, Angka Konsumsi Lebih
Tinggi Dibandingkan Produksi dan Cadangan Global
• Harga batu bara dunia meningkat seiring dengan permintaan yang
tetap tinggi terutama dari Tiongkok, Jepang dan India.
• Di sisi lain, kecepatan pertumbuhan produksi dan cadangan yang dimiliki global tidak
mengimbangi kebutuhan konsumsi sehingga harga terus meningkat.
Harga Batubara Dunia
USD/Metric ton
130
Batubara (Australia)(World Bank)
Gas Alam (Indonesia, jepang) ($/mmbtu)
121,4
120
16,0
16,00
99,0
10,8
107,2
105,0
96,4
10,9
88,5
70,1
79,0
50
50,8
40
2013
2014
7,3
6,8
66,1
68,3
2015
42,8
12,00
8,00
6,00
60
2012
90,0
10,00
8,6
58,9
2011
10,6
96,2
7,4
80
2010
14,00
100,0
104,1
84,6
104,0
90
70
18,00
16,0
14,7
110
100
16,6
Minyak Mentah (World Bank) (Skala kanan)
68,8
65,7
4,00
2,00
52,8
0,00
2016
2017
2018
2019P
2020P
Sumber : World Bank, IMF
Grafik Cadangan Batubara Dunia dan Per Negara (% dari total cadangan batubara dunia)
2015
2016
2017
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
240
Daya Saing Batubara dan Lignit Indonesia Tetap Tinggi
Sebagai salah satu eksportir batubara dan lignit terbesar di dunia, daya saing
Indonesia sangat baik. Untuk batubara, daya saing Indonesia sedikit di bawah Australia,
namun lebih baik dari Rusia dan Amerika Serikat. Sedangkan untuk Lignit Indonesia memiliki daya saing paling
tinggi mengungguli Rusia, Jerman dan Rep.ceko.
HS Code
Eksportir
terbesar (2017)
1
2
3
4
1
2
3
4
Deskripsi
2701
Batubara
2702
Lignit
Negara
Australia
Indonesia
Rusia
Amerika Serikat
Indonesia
Rusia
Jerman
Rep. Ceko
Rata-rata RSCA
2013-2017
0,93
0,90
0,67
(0,05)
0,98
0,46
(0,08)
0,53
2013
2014
0,92
0,91
0,57
0,08
0,98
0,16
(0,04)
0,70
2015
0,93
0,91
0,63
(0,01)
0,98
0,24
(0,01)
0,52
2016
0,94
0,91
0,70
(0,12)
0,97
0,55
0,06
0,60
2017
0,94
0,90
0,74
(0,21)
0,98
0,63
(0,12)
0,50
0,93
0,89
0,71
0,01
0,98
0,70
(0,30)
0,34
Keterangan :
RSCA : 0 s.d 1= Produk Kompetitif, 0 s.d -1= Produk Tidak Kompetitif. Revealed Symmetric Comparative Advantage atau RSCA merupakan indikator untuk mengukur daya saing suatu
komoditi. Pada dasarnya perhitungan ini sama dengan perhitungan RCA, tetapi dengan pembilang dikurangi 1 dan penyebut ditambah 1. Hal ini bertujuan untuk menciptakan distribusi
normal dari nilai RSCA. Nilai RSCA berkisar antara -1 sampai dengan 1. Apabila hasil perhitungan antara 0 dan 1 maka komoditas tersebut memiliki keunggulan komparatif yang baik.
Sebaliknya tidak memiliki keunggulan komparatif apabila bernilai 0 sampai dengan -1.
Porsi asal Impor Ekspor Batubara & Lignit Australia & Indonesia
Porsi asal Impor Batubara
Jepang
Porsi asal Impor Batubara
Tiongkok
Australia
Indonesia
64,2 64,3 65,5 64,7 62,3
%
%
%
%
%
Australia
52,3%
47,6%
Indonesia
Porsi asal Impor Batubara
India
Australia
Porsi asal Impor Batubara Korea
Selatan
Indonesia
Australia
Indonesia
53,1%
48,5%
43,6% 44,2%
44,3% 45,9%
39,0%
39,0% 38,3%
16,0 16,1 14,8 14,7
12,8
%
%
%
%
%
20,2%
2013 2014 2015 2016 2017
2013 2014 2015 2016 2017
17,1% 15,3% 17,8%
13,3%
48,6%
44,2%
38,4%
40,4%
35,3%
33,8% 32,9% 34,5%
20,4% 20,1% 18,3%
17,5% 17,0%
29,6%
2013 2014 2015 2016 2017
2013
2014
2015
2016
2017
• Jika dilihat dari grafik di atas, dari 4 importir batubara terbesar dunia, porsi Nilai Impor Australia dalam kurun
periode 2013-2017 selalu lebih besar dari Indonesia. Batu bara dari Australia biasanya memiliki kualitas yang lebih
tinggi daripada yang berasal dari Indonesia dan Afrika Selatan – kualitas batubara yang lebih tinggi dan murni.
Dengan kemajuan teknologi pembangkit listrik tenaga batubara yang High Efficiency Low Emissions (biasanya
disebut sebagai teknologi HELE), dan isu lingkungan di negara tujuan ekspor, batubara termal Australia memiliki
daya saing yang tinggi dan lebih diminati importir batubara terbesar di Asia seperti Jepang, Korea dan Taiwan.
Dengan kedekatan geografis jalur laut dengan Australia, biaya pengiriman yang kompetitif juga menjadi salah satu
faktor daya saing yang diperhitungkan.
• Pesaing utama Australia di pasar batubara jalur lewat laut Asia adalah Indonesia dan Afrika Selatan. Indonesia
adalah pengekspor batubara terbesar di dunia dan mengekspor hampir 200 juta ton pada tahun 2017. Sistem
distribusi sungai yang unik memungkinkan Indonesia untuk membawa pasokan ke pasar lewat laut dengan sangat
cepat dan relatif murah. Namun, batubara Indonesia memiliki kualitas lebih rendah dari batubara Australia dan juga
lebih rentan terhadap fluktuasi harga karena marjin yang lebih rendah. Afrika Selatan telah mengambil pangsa pasar
yang kuat di pasar Asia barat India dan Pakistan tetapi kesulitan untuk mendapatkan pijakan di pasar Asia Utara dan
Asia Tenggara karena perbedaan muatan dan persaingan yang kuat dari Indonesia dan Australia.
Sumber : trademap.org, diolah
241
Lingkungan dan Energi Terbarukan Menjadi Isu Utama pada Industri Batubara dan
Lignit
Beberapa isu kebijakan beberapa negara terkait perubahan iklim dan
energi terbarukan
Negara/wilayah
Australia
-
Kanada
-
Chile
-
Tiongkok
-
Uni Eropa
-
Perancis
-
Jerman
-
India
-
Jepang
-
Swedia
Inggris
-
Amerika Serikat
Keterangan Kebijakan
Safeguards mechanism yang mewajibkan penghasil emisi terbesar (140 bisnis) untuk
menjaga emisi dalam level yang telah disepakati.
Mid-Century Long-Term Low Greenhouse Gas Development Strategy , penghentian
penggunaan batubara pada tahun 2030 (Nov 2016).
Penetapan harga karbon secara ekonomi mulai dari CAD10 per ton CO2 (tCO2) pada tahun
2018, naik menjadi CAD 50 / tCO2 pada tahun 2022
Pajak karbon sebesar USD5 per ton CO2 pada emisi dari pembangkit listrik besar dan
pemain industri diperkenalkan pada Januari 2017; termasuk komponen kualitas udara lokal
Rencana Lima Tahun ke 13 (2016-20): termasuk energi, iklim dan ukuran kualitas udara
Strategi Revolusi Pasokan/Produksi dan Konsumsi Energi, yang menetapkan target dan
strategi secara keseluruhan dari sektor energi Tiongkok untuk 2016-2030
Penetapan harga emisi karbon: Skema Perdagangan Emisi Karbon Nasional Tiongkok
diluncurkan pada akhir 2017
Paket Energi Bersih (Nov 2016): efisiensi energi (pengurangan 30% di pada tahun 2030);
desain untuk pembangkit listrik; dan kapasitas daya
Harga karbon: Proposal untuk revisi Sistem Perdagangan Emisi UE (ETS) untuk Tahap 4
sedang berlangsung
National Emission Ceilings Directive pada polutan udara lokal untuk tahun 2020 dan 2030
Pajak karbon untuk penggunaan bahan bakar fosil tidak tercakup oleh ETS UE, dari EUR 22 /
tCO2 pada awal 2016 hingga EUR 56 / tCO2 pada tahun 2020, naik menjadi EUR 100 / tCO2
pada tahun 2030
Mengumumkan larangan penjualan bensin dan mobil diesel dari 2040
Rencana Aksi Iklim 2050, strategi setengah abad sebagaimana yang diserukan oleh
Kesepakatan Paris
Pajak atas batu bara, lignit dan gambut naik menjadi INR 400 / ton.
Kepatuhan dengan standar baru untuk mengurangi emisi pembangkit listrik dari polutan
udara PM10, SO2, NOX berdasarkan Peraturan Amendemen Perlindungan Lingkungan.
Mempertimbangkan target penjualan kendaraan listrik 100% pada tahun 2030.
Revisi Undang-Undang tentang Tindakan Khusus untuk Energi Terbarukan mulai 2017,
termasuk tender kompetitif untuk pembangkit listrik tenaga surya berskala besar.
Strategi Teknologi Efisiensi Energi 2016.
Menargetkan bebas karbon pada 2045
Mengumumkan akan melarang penjualan mobil berbahan bakar bensin & diesel dari 2040.
- Niat di tingkat federal untuk menarik diri dari Perjanjian Paris.
- Perintah Eksekutif AS tentang "Mempromosikan Kemandirian Energi dan Pertumbuhan
Ekonomi".
- Review Rencana Pembangkit Listrik/Daya Bersih.
- Potensi penundaan regulasi emisi metana dari industri minyak dan gas.
- Pembukaan kembali standar Ekonomi Bahan Bakar Rata-Rata Perusahaan (CAFE).
- Penentuan harga karbon: Revisi Program Cap-and-Trade yang ada di California dan Inisiatif
Gas Rumah Kaca Regional (RGGI).
242
Kewajiban Untuk Pemenuhan Domestik Menjadi Isu Industri Batubara dan Lignit di
Dalam Negeri
Beberapa peraturan Pemerintah Indonesia terkait Komoditi Batubara :
• Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (“ESDM”) pada awal Januari 2018 telah
mengeluarkan Keputusan Menteri ESDM No.23 K/30/MEM/2018 tentang Penetapan Presentase Minimal
Penjualan Batubara Untuk Kepentingan Dalam Negeri Tahun 2018 (Domestic Market Obligation), dimana
diputuskan bahwa setiap pemegang Ijin Usaha Penambangan (IUP) Batubara tahap operasi produksi dan
pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) wajib menjual 25% produksi
batubara nya untuk kepentingan dalam negeri.
• Kemudian disusul lagi dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri ESDM No. 1395 K/30/MEM/2018 pada awal
Maret 2018 tentang Harga Jual Batubara Untuk Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum,
dimana Pemerintah telah menetapkan harga penjualan batubara dalam negeri untuk penyediaan tenaga listrik
sebesar US$ 70 per ton (harga FOB vessel untuk batubara acuan dengan spesifikasi CV 6,322 kcal/kg GAR).
• Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, pemberlakuan aturan penggunaan kapal nasional untuk
ekspor batu bara dan CPO (Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia 82/2017), ditunda selama dua
tahun, sejak berlakunya aturan tersebut. Keputusan tersebut diambil pemerintah dengan mempertimbangkan
kemampuan industri nasional yang belum sepenuhnya mampu melaksanakan kebijakan tersebut.
• Pemerintah akan mengubah regulasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23/ 2010 terkait perpanjangan kontrak
perusahaan batubara pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu bara (PKP2B). Melalui revisi
aturan pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batu bara tersebut, pemegang PKP2B dapat
mengajukan perpanjangan kontrak lima tahun atau selambat-lambatnya satu tahun sebelum kontrak berakhir.
Seluruh pemegang PKP2B nanti tidak lagi berlandaskan kontrak, tapi wajib berubah menjadi Izin Usaha
Pertambangan Khusus (IUPK)
• INPRES No. 1 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan dan Pengawasan terkait Kegiatan Usaha Pertambangan Batu
Bara: Koordinasi dan intergrasi badan badan pemerintahan terkait untuk melakukan percepatan penyelesaian
perizinan IUP Batu Bara dan PKP2B serta peningkatan pelaksanaan pengawasan kegiatan IUP Batu Bara dan
PKP2B, dan evaluasi peraturan daerah di bidang pertambangan Batu Bara
• Peraturan Menteri ESDM No. 17 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penetapan Harga Patokan Penjualan Mineral
dan Batu Bara: Menetapkan harga patokan mineral logam, bukan logam, dan Batu Bara.
• Peraturan Menteri ESDM No. 05 Tahun 2010 tentang Pendelegasioan Wewenang Pemberian Izin Usaha di
Bidang Energi dan Sumber Data Mineral dalam Rangka Pelaksanaan pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang
Penanaman Modal kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal: Memberikan izin usaha di bidang
energy dan sumber daya mineral yang didalamnya terdapat modal asing dan yang masih menjadi kewenangan
pemerintah.
243
Meskipun reputasinya sebagai sumber energi dengan dampak lingkungan paling
buruk, batubara & lignit masih mencakup lebih dari seperempat total permintaan
energi primer global
Peran Batubara sebagai Sumber Energi Pembangkit Listrik Dunia
Permintaan batubara & lignit global sekitar dua kali lebih tinggi pada tahun 2000. Setelah sedikit penurunan
permintaan batubara global pada tahun 2015 dan 2016, angka awal untuk 2017 menunjukkan peningkatan
penggunaan batubara. Penggerak utamanya adalah peningkatan permintaan daya pembangkit listrik di Asia,
yang terus membangun kapasitas pembangkit listrik berbasis batu bara.
Kebutuhan Sumber Energi Pembangkit Listrik Dunia
Minyak
Gas
Batubara
Nuklir
Hydro
Terbaharukan
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1970
1980
1990
1970
2000
2010
2000
2011
2010
2012
2013
2011
2012
2014
2013
2015
2014
2016
2015
2020
2016
2020
2025
2025
2030
2035
2030
2035
2040
1980
1990
Minyak
19,9%
20,2%
11,5%
8,1%
4,6%
4,9%
5,1%
4,6%
4,4%
4,1%
3,8%
3,1%
2,5%
2,0%
1,7%
2040
1,3%
Gas
12,9%
12,1%
14,8%
17,8%
22,5%
22,1%
22,5%
21,6%
21,8%
22,9%
23,2%
22,8%
22,9%
22,9%
22,9%
22,6%
Batubara
28,1%
40,9%
38,1%
37,5%
38,8%
40,4%
41,2%
40,6%
41,4%
40,9%
39,5%
38,6%
35,8%
34,2%
31,9%
30,0%
Nuklir
1,6%
8,6%
16,9%
16,7%
12,9%
12,0%
10,9%
10,7%
10,7%
10,7%
10,6%
10,8%
9,6%
9,9%
9,7%
9,7%
Hydro
24,5%
20,6%
18,2%
17,2%
16,1%
15,8%
16,3%
16,3%
16,4%
16,1%
16,3%
16,3%
15,8%
14,9%
14,0%
13,1%
0,2%
0,4%
1,0%
1,4%
3,5%
4,1%
4,7%
5,3%
5,9%
6,7%
7,5%
11,2%
14,9%
18,3%
21,8%
25,1%
Terbaharukan
Sumber : BP Energy Outlook, 2018
Negara-negara di dunia termasuk Indonesia secara pasti telah menerapkan kebijakan untuk mengurangi
penggunaan energi fosil (batubara & minyak) sebagai sumber energi untuk pembangkit tenaga listrik maupun
untuk pengunaan yang lain. Maka dari itu jika dilihat dari grafik dan tabel diatas, porsi batubara yang pada
tahun 2016 sebesar 38,6% di tahun 2040 diperkirakan hanya 28,1%. Sedangkan untuk energi terbaharukan
yang di tahun 2016 tercatat menyumbang 7,5%, di tahun 2040 diperkirakan akan menyumbang 25,1% dari
total energi dunia.
244
Outlook Ekspor Batubara & Lignit Indonesia
Proyeksi Demand
• Ekspor batubara dan lignit akan dipengaruhi oleh pemintaan dari Asia. Kondisi ini juga mempengaruhi demand
untuk Indonesia.
• Ekspor batubara dan lignit Indonesia di tahun 2019 ke Tiongkok, India, Jepang, Korea Selatan dan Malaysia
diperkirakan masih positif meski pertumbuhannya tidak setinggi di tahun 2017 dan 2018, kecuali India yang
diperkirakan angka pertumbuhan masih lebih tinggi. Faktor-faktor yang melandasi yaitu:
o Tiongkok: Permintaan diperkirakan tetap tinggi tetapi dengan pertumbuhan yang melambat. Pemerintah
Tiongkok berupaya untuk menyeimbangkan kebijakan lingkungan dan juga terus mendukung industri
batubara domestik melalui kuota impor di masing-masing korporasi.
o India: Permintaan diperkiraan tetap tinggi karena hydropower tidak dapat mengkompensasi kebutuhan
energi akan batubara thermal di India.
o Korea Selatan: Permintaan masih tumbuh positif namun dampak perubahan pajak konsumsi untuk
mendukung pembangkit listrik berbahan bakar gas dan beberapa pembangkit nuklir paska pemeliharaan
diperkirakan akan berdampak pada pembangkit berbahan bakar
o Jepang: Permintaan tetap tinggi namun tumbuh melambat. Dimulainya kembali reaktor nuklir di Jepang
setelah Fukushima - dengan sekitar 25 persen kapasitas terpasang – akan memiliki dampak pada permintaan
batubara.
o Malaysia: Kebutuhan negara-negara ASEAN termasuk Malaysia akan batubara thermal diperkirakan
meningkat seiring meningkatnya aktivitas ekonomi di Kawasan.
Tiongkok
Juta USD
30.000
25.000
20.000
15.000
10.000
5.000
0
Nilai Ekspor
2012
P2018
2019P
2014
Korea Selatan
2015
2016
2017
1.595
1.424
1.328
813
2.207
2.063
1.244
Jepang
2013
1.952
3.234
2.924
2.505
1.981
India
2011
2017
6.505
5.483
4.727
7.378
2016
3.305
3.626
5.109
6.653
Outlook Ekspor Batubara & Lignit Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan Ekspor (Big 5)
Malaysia
P2018
2019P
120%
90%
60%
30%
0%
-30%
-60%
27233,830 26171,280 24514,931 20819,332 15998,959 14511,755 20461,882 24066,958 25553,022
Tiongkok
72,29%
-3,43%
-5,70%
-31,45%
-42,47%
33,39%
40,88%
30,22%
10,91%
India
93,44%
5,39%
12,02%
2,64%
-17,66%
-29,24%
43,02%
16,00%
18,64%
Jepang
34,22%
-4,09%
-10,21%
-19,91%
-21,58%
-2,62%
26,48%
16,73%
10,59%
Korea Selatan
9,17%
-7,29%
-18,75%
-9,23%
-24,57%
-12,12%
56,87%
5,70%
6,95%
Malaysia
43,17%
-16,36%
-12,84%
-28,10%
-1,70%
1,20%
63,28%
7,19%
12,01%
Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah
245
Outlook Ekspor Batubara & Lignit Indonesia (2)
Proyeksi Supply
Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah
• Pasokan batubara global diperkirakan tidak ada perubahan signifikan, kecuali dari Indonesia karena adanya
kewajiban 25% hasil produksi untuk pemenuhan di dalam negeri dan produksi di Tiongkok relatif mencukupi
kebutuhan di dalam negeri. Di sisi lain, cadangan batubara global diperkirakan akan menurun seiring dengan
perkiraan menurunnya produksi batubara dunia
• Peran batubara Indonesia yang pada awalnya ditujukan sebagai komoditi ekspor, pada akhirnya mayoritas akan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik. Hal ini disebabkan karena batubara masih merupakan jenis
bahan bakar fosil yang murah dan sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan PLTU sebagai beban dasar
dan kebutuhan beberapa industri, seperti semen, tekstil, baja, dan lainnya.
• Pemerintah Indonesia memiliki program pembangkit tenaga listrik 35.000 MW yang tercantum pada RUPTL PLN
2015-2024 yang sekitar 70% nya menggunakan batubara & lignit sebagai sumber energi. Lebih dari 18.000 MW
diperkirakan beroperasi di tahun 2019-2022. jika di komulatifkan dari tahun 2018-2027, kebutuhan batubara
untuk sumber energi pembangkit listrik sebesar 1.259 juta ton.
• Pergeseran peran batubara sebagai komoditi ekspor ke pasokan bahan bakar pembangkit listrik menyebabkan
peran ekspor terhadap total produksi batubara terus menurun dari 60% pada tahun 2017 menjadi 9% tahun
2050. Sebaliknya, peran batubara sebagai pasokan bahan bakar domestik akan meningkat menjadi 93% pada
tahun 2050. Kebutuhan batubara tersebut sebagian kecil juga dipenuhi dari batubara impor. Impor batubara
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan industri tertentu di dalam negeri yang diproyeksikan meningkat dari 4
juta ton pada tahun 2016 menjadi 11 juta ton atau 2% pada tahun 2050.
Outlook Produksi & Konsumsi Batubara
Indonesia
Outlook Produksi & Konsumsi Batubara Dunia
3.697
3.821
3.829
2030
3.755
3.781
Juta ton oil
2020
2025
eq.
3.850
3.800
3.750
3.700
3.650
3.600
Produksi Batubara Dunia
3.788
• Di tahun 2025, berdasarkan RUPTL PLN 2018-2017,
target bauran energi yang ditargetkan yaitu :
οƒΌ Batubara : 54,4%
οƒΌ Gas Bumi : 22,2%
οƒΌ Energi Terbaharukan : 23%
οƒΌ Bahan Bakar Minyak : 0,4%
Konsumsi Batubara Dunia
Outlook Kebutuhan Batubara sebagai Bahan
Bakar Pembangkit Tenaga Listrik
Batubara
120
92
96
128
136
Juta ton
162
145
144
130
106
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Sumber : BPPT-Outlook Energi Indonesia 2018
Sumber : Booklet Energi Berkeadilan 4 tahun kinerja Kementerian ESDM, BP Energy Outlook 2018
Sumber : RUPTL PLN 2018-2027
246
Outlook Ekspor Batubara & Lignit Indonesia (3)
Proyeksi Harga
USD/Metric ton
Batubara (Australia)(World Bank)
Gas Alam (Indonesia, jepang) ($/mmbtu)
130
121,4
120
14,7
16,6
Minyak Mentah (World Bank) (Skala kanan)
18,00
16,0
16,0
16,00
107,2
110
105,0
99,0
10,8
100
104,1
104,0
90
88,5
7,4
90,0
7,3
8,6
84,6
6,8
66,1
79,0
70
10,6
68,3
50
50,8
40
2010
2011
2012
2013
2014
8,00
6,00
58,9
70,1
60
12,00
10,00
96,2
96,4
80
14,00
100,0
10,9
42,8
52,8
2016
2017
68,8
65,7
4,00
2,00
0,00
2015
2018
2019P
2020P
Melambatnya permintaan dari Tiongkok seiring pasokan dalam negeri yang cukup di negara tersebut diprediksi akan
menekan harga batubara di 2019 yang berada di level USD100/Metric ton
Proyeksi Ekspor
Dengan perkembangan tersebut, ekspor batubara & lignit Indonesia diperkiran akan tumbuh melambat di tahun 9,3%
di tahun 2019 setelah pada tahun 2018 tumbuh 17,1%.
Nilai Ekspor Batubara Indonesia
30.000
Growth
50,0%
41,0%
40,0%
25.000
Juta USD
30,0%
17,1%
20.000
9,3%
15.000
10.000
20,0%
10,0%
-6,3%
0,0%
-9,0%
-15,1%
-10,0%
-23,4%
5.000
24.515
20.819
15.948
14.512
20.462
23.964
26.188
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019P
-
-20,0%
-30,0%
Upside Risk
Downside Risk
Proyeksi dapat lebih tinggi dari perkiraan apabila :
• Larangan kuota impor Tiongkok tidak diperpanjang
Proyeksi dapat lebih rendah dari perkiraan apabila
terdapat :
• Kenaikan harga gas alam di atas proyeksi
• Produksi India terus meningkat
mencukupi kebutuhan domestik.
dan
dapat
• Harga petroleum coke sebagai subtitusi batubara
terus melemah
Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah
247
Lampiran : Ekspor Batubara & Lignit Dunia
dalam Juta USD
Produk Diekspor
HS Code
Total Batubara & Lignit
2012
2013
2014
2015
2016
Porsi
2017 (%)
2017
131.220
114.226
100.089
78.069
74.114
110.890
Batubara
2701
128.750
111.947
97.353
76.243
71.993
107.499
Lignit
2702
2.470
2.279
2.735
1.826
2.120
3.391
Pertumbuhan (% yoy)
2013
Dunia
2012
2013
2014
3,1% -7,8%
2015
2016
2017
114.223
100.089
78.047
74.113
110.890
43.725
38.221
35.136
29.634
28.290
40.557
Indonesia
26.171
24.515
20.819
15.999
14.512
20.462
Rusia
13.092
11.909
11.759
9.611
9.074
13.923
Amerika Serikat
14.876
11.268
8.470
5.685
4.397
9.898
Kolombia
7.299
6.254
6.427
4.257
4.393
6.817
Afrika Selatan
6.732
5.843
5.083
4.078
3.862
5.745
Kanada
6.347
5.365
3.782
2.725
3.363
5.221
Mongolia
1.902
1.122
849
556
973
2.236
Tiongkok
1.588
1.062
695
499
698
1.088
Polandia
965
1.249
947
741
666
825
Lainnya
8.521
7.415
6.122
4.262
3.885
4.118
49,3%
-1,0%
16,1%
59,9%
10,4%
2012
2013
2014
2015
2016
100,0% -13,0% -12,4% -22,0%
36,6% -12,6% -8,1% -15,7%
-5,0%
49,6%
-0,7%
-4,5%
43,4%
1,5%
-15,1% -23,2%
-9,3%
41,0%
-4,4%
-1,3% -18,3%
-5,6%
53,4%
4,0%
2013
18,5% -6,3%
12,6% -9,0%
2014
8,9% -24,3% -24,8% -32,9% -22,7% 125,1% -3,2%
6,1% -14,3% 2,8% -33,8% 3,2% 55,2% 2,2%
5,2% -13,2% -13,0% -19,8% -5,3%
4,7% -15,5% -29,5% -27,9% 23,4%
48,7%
-0,4%
55,2%
-0,7%
2,0% -41,0% -24,3% -34,5% 75,0% 129,8% 18,8%
1,0% -33,1% -34,5% -28,2% 39,9% 55,8% 0,6%
0,7% 29,4% -24,2% -21,7% -10,1% 23,9% -9,8%
3,7% -13,0% -17,4% -30,4% -8,8% 6,0% -13,7%
2017
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
2017
6,6%
-0,8%
-7,3%
0,4%
-2,0%
-2,5%
94,8% 6,4%
5,2% 12,0%
-1,6%
-6,7%
0,5%
-3,5%
-2,9%
20,0% -20,2%
-2,5%
37,1%
6,4%
1.381.428
1.370.574
1.270.375
1.275.831
1.250.046 100,0%
1.250.464
1.330.694
1.309.692
1.221.807
1.228.455
1.185.109
Lignit
2702
45.310
50.734
60.882
48.568
47.375
64.937
Dalam Ribu Ton
Pertumbuhan (% yoy)
2013
2014
2015
2016
2017
1.295.761
1.381.409
1.370.574
1.270.133
1.275.831
1.250.046
CAGR
20132017
Porsi
2017 (%) 2013
1.295.773
2012
-0,7%
2017
2701
Dunia
49,6%
-5,6%
2016
Batubara
Eksportir
-5,1%
2015
dalam Ribu Ton
Total Batubara & Lignit
-33,2%
2017
CAGR
20132017
Porsi 2017
131.219
HS Code
20,0%
CAGR
20132017
2016
Pertumbuhan (% yoy)
Australia
Produk Diekspor
2015
100,0% -13,0% -12,4% -22,0%
96,9% -13,1% -13,0% -21,7%
Dalam juta USD
Eksportir
2014
2013
2014
2015
2016
2017
CAGR
20132017
100,0% 6,6%
29,4% 12,6%
-0,8%
-7,3%
0,4%
-2,0%
-2,5%
8,1%
0,5%
0,2%
-5,0%
0,8%
Porsi 2017
Australia
315.531
355.421
384.238
386.115
386.998
367.566
Indonesia
384.378
424.461
408.239
366.970
347.224
267.382
Rusia
131.830
140.760
155.567
156.033
171.401
190.108
75.618
74.759
87.122
72.794
83.354
102.713
Amerika Serikat
130.850
125.592
92.861
67.105
54.243
87.952
8,2% -1,1%
7,0% -4,0%
Afrika Selatan
77.152
76.554
78.920
79.503
76.935
83.503
6,7%
-3,2%
8,5%
2,2%
Mongolia
20.915
18.373
19.499
14.473
25.811
34.109
16,7%
34.806
39.100
34.312
30.486
30.332
31.064
2,7% -12,2% 6,1% -25,8% 78,3%
2,5% 12,3% -12,2% -11,2% -0,5%
32,2%
Kanada
2,4%
-5,6%
Kazakhstan
2,3% -8,7% -6,9% -0,6% -14,8% 13,5%
0,6% -19,1% -23,5% -7,0% 64,6% -8,0%
-2,7%
Kolombia
35.905
32.794
30.544
30.357
25.864
29.367
Tiongkok
9.278
7.509
5.742
5.338
8.787
8.083
Lainnya
79.497
86.087
73.530
60.959
64.882
48.199
21,4% 10,4%
15,2% 6,8%
NA
3,9% 8,3%
-3,8% -10,1% -5,4% -23,0% -10,9%
10,5%
9,8%
11%
7,8%
16,5% -16,4% 14,5%
23,2%
8,3%
-26,1% -27,7% -19,2% 62,1%
-8,5%
3,1%
0,3%
0,7%
-14,6% -17,1%
6,4%
1,9%
-25,7% -13,5%
248
Lampiran : Impor Batubara & Lignit Dunia
dalam Juta USD
Produk Diimpor
HS Code
Total Batubara & Lignit
2012
2013
2014
2015
2016
Porsi
2017 (%)
2017
149.728
132.000
117.471
93.135
87.866
137.676
Batubara
2701
145.843
128.398
113.697
90.784
84.876
133.244
Lignit
2702
3.888
3.605
3.836
2.368
2.997
4.433
Importir
Dalam juta USD
2016
3,2% -7,3%
Porsi 2017
2017
2014
Dunia
149.728
132.000
117.471
93.135
87.866
137.676
Jepang
29.121
23.612
19.751
16.341
15.245
22.922
2013
Tiongkok
28.703
29.066
22.257
12.115
14.152
22.663
16,5%
India
15.148
14.931
16.395
14.115
12.707
20.087
14,6% -1,4%
11,0% -18,6%
100,0% -11,8%
16,6% -18,9%
1,3%
-7,8% -10,2% 87,1%
8,4%
-13,9%
4,5%
-12,0% 23,3%
-0,6%
-9,8%
56,0%
0,5%
2016
2017
826
2.957
2.628
3.899
Brazil
3.013
2.455
2.309
2.046
1.759
3.394
Ukraina
2.637
1.981
1.769
1.631
1.465
2.740
Belanda
2.688
2.581
2.221
2.321
2.041
2.516
2,0% -24,9%
1,8% -4,0%
Lainnya
37.452
31.100
28.343
22.514
20.312
31.695
23,0% -17,0%
2014
2015
5,8%
0,6%
-3,9%
1,8%
6,1%
93,5% 5,6%
6,5% 9,9%
0,2%
-2,9%
-0,1%
5,6%
0,7%
9,2%
-23,0% 42,1% 13,3%
7,9%
1.235.818
1.307.764
1.315.900
1.264.528
1.286.872
1.365.229 100,0%
1.175.862
1.241.868
1.244.803
1.209.209
1.208.200
1.275.947
Lignit
2702
60.013
65.936
71.999
55.442
78.782
89.281
2015
2016
2017
1.286.872
1.365.229
-8,9% -20,6%
-14,0% 92,9%
CAGR
20132017
1,1%
2701
1.264.528
NA
Porsi
2017 (%) 2013
Batubara
2014
7,7%
-10,7%
900
1.315.900
-6,0%
-13,9% -10,0% 58,1%
9,8%
8,4%
1.135
2013
-0,7%
60,1%
-5,9%
Turki
1.307.764
50,4%
-23,4% -45,6% 16,8%
1,4%
5.879
2012
56,7%
-6,7%
44,3%
6.802
3.803
1.235.818
-5,7%
-16,4% -17,3%
-8,1% 257,8% -11,1% 48,4%
4.520
4.343
Dunia
-11,0% -20,7%
2,8% -20,7%
2,5% -18,5%
4.887
5.562
Dalam Ribu Ton
2017
-0,2%
6.041
5.566
Importir
2016
50,5%
6.856
5.942
Total Batubara & Lignit
2015
2014
-7,5%
7.980
Jerman
2017
5,3%
CAGR
20132017
1,1%
-0,1% -21,9% -12,4% 54,6%
Taiwan
2016
0,9%
47,9%
-11,9% -19,1%
15.079
2015
57,0%
-38,3% 26,6%
4,9% -14,1%
4,3% -6,3%
9.233
2014
6,4%
3,9%
9.865
2013
56,7%
-6,5%
63,3%
11.996
2012
-5,7%
CAGR
20132017
1,1%
-6,4%
12.951
HS Code
2017
-7,4% -17,8%
15.909
dalam Ribu Ton
2016
2015
Pertumbuhan (% yoy)
2013
Produk Diimpor
2014
100,0% -11,8% -11,0% -20,7%
96,8% -12,0% -11,4% -20,2%
2012
Korea Selatan
2015
Pertumbuhan (% yoy)
2013
Porsi 2017
100,0%
Pertumbuhan (% yoy)
2013
2014
2015
2016
2017
5,8%
0,6%
-3,9%
1,8%
6,1%
CAGR
20132017
1,1%
-11,0% -29,9% 25,2%
6,0%
-4,6%
Pertumbuhan (% yoy)
Tiongkok
288.409
327.016
291.201
204.066
255.429
270.736
India
122.966
160.749
195.115
206.381
193.108
197.741
19,8% 13,4%
14,5% 30,7%
21,4%
5,8%
-6,4%
2,4%
5,3%
Jepang
185.234
191.664
188.517
190.742
189.832
192.899
14,1%
3,5%
-1,6%
1,2%
-0,5%
1,6%
0,2%
3,5%
3,2%
-0,5%
10,2%
4,0%
125.610
126.571
131.019
135.147
134.522
148.262
10,9%
0,8%
Taiwan
65.933
67.733
67.127
66.853
65.494
69.036
5,1%
2,7%
-0,9%
-0,4%
-2,0%
5,4%
0,5%
Jerman
43.928
51.313
57.472
56.471
53.321
49.137
12,0%
-1,7%
-5,6%
-7,8%
-1,1%
7.141
6.669
9.242
33.979
36.216
38.251
3,6% 16,8%
2,8% -6,6%
38,6% 267,7%
6,6%
5,6%
54,8%
Malaysia
21.019
22.954
21.329
20.103
24.196
34.058
2,5%
9,2%
-7,1%
-5,7%
20,4%
40,8% 10,4%
Rusia
24.614
25.546
25.123
24.065
22.073
24.908
1,8%
3,8%
-1,7%
-4,2%
-8,3%
12,8%
-0,6%
1,8%
9,0%
-7,6%
34,1% -10,7% -15,8%
-1,7%
23,1% -7,8%
1,4%
-3,7%
1,2%
Korea Selatan
Turki
Belanda
23.761
25.904
23.943
32.115
28.694
24.167
Lainnya
327.202
301.644
305.815
294.606
283.987
316.034
-3,6%
11,3%
249
Lampiran : Ekspor Batubara & Lignit Indonesia
Pertumbuhan (% yoy)
Porsi
CAGR
Jan-Nov Jan-Nov 2017
Jan-Nov 2013HS Code 2012
2013
2014
2015
2016
2017
2013 2014 2015 2016 2017
(%)
2017
2018
2018 2017
18.557
22.061
Total Batubara & Lignit
26.171,3 24.514,9 20.819,3 15.999,0 14.511,8 20.461,9
100,0% -6,3% -15,1% -23,2% -9,3% 41,0% 18,9% -4,4%
Batubara
2701
24.293 22.773 18.698 14.717 12.899 17.868 16.204 18.913 87,3% -6,3% -17,9% -21,3% -12,4% 38,5% 16,7% -5,9%
2.353 3.149 12,7% -7,3% 21,8% -39,6% 25,9% 60,8% 33,8% 10,5%
Lignit
2702
1.878
1.742
2.122
1.282
1.613
2.594
dalam Juta USD
Produk Diekspor
Dalam juta USD
Tujuan Ekspor
Pertumbuhan (% yoy)
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Porsi 2017
2013
2014
2015
2016
CAGR 20132027
2017
26.171
24.515
20.819
15.999
14.512
20.462
100,0%
-6,3%
-15,1% -23,2% -9,3% 41,0%
-4,4%
Tiongkok
7.310
6.894
4.726
2.719
3.626
5.109
25,0%
-5,7%
-31,5% -42,5% 33,4% 40,9%
-7,2%
India
4.934
5.527
5.673
4.671
3.305
4.727
23,1%
12,0%
2,6% -17,7% -29,2% 43,0%
-3,8%
Jepang
3.607
3.239
2.594
2.034
1.981
2.505
12,2%
-10,2%
-19,9% -21,6% -2,6% 26,5%
-6,2%
Korea Selatan
2.545
2.068
1.877
1.416
1.244
1.952
9,5%
-18,7%
-9,2% -24,6% -12,1% 56,9%
-1,4%
Malaysia
1.305
1.137
818
804
813
1.328
6,5%
-12,8%
Filipina
971
1.007
922
802
797
1.195
5,8%
3,8%
-8,5% -13,0% -0,6% 50,0%
4,4%
Taiwan
2.419
2.019
1.736
1.299
957
1.106
5,4%
-16,5%
-14,0% -25,1% -26,4% 15,6%
-14,0%
Thailand
978
839
851
794
637
813
4,0%
-14,3%
-6,8% -19,7% 27,6%
-0,8%
Hong Kong
868
823
727
496
404
537
2,6%
-5,1%
-11,6% -31,7% -18,6% 32,8%
-10,2%
Viet Nam
102
131
92
92
106
318
1,6%
27,5%
-29,6%
-0,1% 15,6% 199,0%
24,9%
Lainnya
1.133
832
804
873
641
873
4,3%
-26,6%
-3,3%
8,6% -26,5% 36,1%
1,2%
Dunia
-28,1%
1,5%
-1,7%
1,2% 63,3%
Pertumbuhan (% yoy)
Porsi
Produk Diekspor
Jan-Nov Jan-Nov 2017
HS Code 2012
2013
2014
2015
2016
2017
2013 2014 2015 2016
(%)
2017
2018
Total Batubara & Lignit
384.378 424.461 408.239 366.970 347.224 267.382 355.157 392.387 100,0% 10,4% -3,8% -10,1% -5,4%
Batubara
2701 347.576 381.520 356.303 328.387 310.662 218.113 291.281 312.300 81,6% 9,8% -6,6%
-7,8% -5,4%
Lignit
2702
36.803 42.941 51.936 38.583 36.562 49.269 63.877 80.087 18,4% 16,7% 20,9% -25,7% -5,2%
dalam Ribu Ton USD
Dalam Ribu Ton
Tujuan Ekspor
CAGR
Jan-Nov 20132017
2018 2017
-23,0% 10,5% -10,9%
-29,8%
34,8%
7,2% -13,0%
25,4%
Pertumbuhan (% yoy)
Porsi 2017
2013
2014
2015
2016
4,0%
2017
3,5%
CAGR 20132027
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Dunia
384.378
424.461
408.239
366.970
347.224
267.382
100,0%
10,4%
-3,8% -10,1% -5,4% -23,0%
-10,9%
Tiongkok
115.773
130.393
99.280
72.741
85.620
78.317
29,3%
12,6%
-23,9% -26,7% 17,7% -8,5%
-12,0%
India
96.076
118.289
136.352
124.481
94.831
64.454
24,1%
23,1%
15,3%
-8,7% -23,8% -32,0%
-14,1%
Korea Selatan
37.899
36.273
35.631
34.016
35.922
27.205
10,2%
-4,3%
-1,8%
-4,5%
5,6% -24,3%
-6,9%
Jepang
35.518
37.847
35.585
32.509
33.048
24.374
9,1%
6,6%
-6,0%
-8,6%
1,7% -26,2%
-10,4%
Malaysia
16.138
17.129
14.494
16.568
17.418
15.511
5,8%
6,1%
-15,4% 14,3%
5,1% -10,9%
-2,4%
3,5%
5,3% 11,8% -23,3%
-1,6%
-18,2%
Filipina
11.636
14.509
15.021
15.823
17.697
13.581
5,1%
24,7%
Taiwan
29.105
28.323
27.272
24.393
20.391
12.683
4,7%
-2,7%
-3,7% -10,6% -16,4% -37,8%
Thailand
14.676
14.365
16.242
17.865
16.456
10.345
3,9%
-2,1%
13,1% 10,0% -7,9% -37,1%
-7,9%
Hong Kong
11.985
12.964
12.582
9.833
9.424
6.012
2,2%
8,2%
-3,0% -21,8% -4,2% -36,2%
-17,5%
Viet Nam
1.160
1.820
1.529
1.988
2.852
4.356
1,6%
56,9%
-16,0% 30,0% 43,5% 52,7%
24,4%
3,9%
-12,9%
13,6% 17,6% -19,0% -22,3%
-4,3%
Lainnya
14.411
12.548
14.251
16.753
13.566
10.543
250
Lampiran : Impor Batubara & Lignit Indonesia
dalam Juta USD
Produk Diimpor
HS Code 2012 2013
Total Batubara & Lignit
2014
2015
2016
CAGR
Jan-Nov 20132013
2014
2015 2016 2017
2018 2017
237,6% 252,7%
-3,4% 13,0% 164,2% 4,4% 78,5%
Pertumbuhan (% yoy)
Porsi
Jan-Nov Jan-Nov
2017
2017 (%)
2017
2018
584,4
610,3 100,0%
855,8
24,9
84,2
297,0
286,7
324,0
Batubara
2701 24,4
83,3
296,7
286,7
323,9
855,7
584,3
610,0
100,0%
241,2%
256,1%
Lignit
2702
0,9
0,3
0,1
0,0
0,1
0,1
0,3
0,0%
70,1%
-69,2%
Asal Impor
0,5
Dalam juta USD
2012
Dunia
Australia
Rusia
2013
2017
84
297
287
324
856
70
257
240
244
555
1
-
-
Viet Nam
15
Hong Kong
0
Singapura
4
Kolombia
2016
0
2
Swiss
2015
25
-
Tiongkok
2014
Porsi 2017
10
-
2015
2016
2017
-3,4%
13,0%
164,2%
CAGR
20132017
78,5%
-6,3%
1,7%
Pertumbuhan (% yoy)
2013
2014
252,7%
100,0% 237,6%
64,9% 179630,8% 266,0%
127,1%
67,8%
0,0%
-16,8%
572,9%
293,8%
0,0%
216,5%
5
31
121
14,1%
4
8
21
59
6,9%
-73,7%
662,4%
71,7%
167,6%
186,4%
3
3
34
4,0%
0,0%
0,0%
0,0%
-3,1%
972,1%
0,0%
-35,6%
107,7%
-31,5%
-81,1%
902,7%
28,2%
0,0%
0,0%
-21,6%
502,9%
0,0%
809,4%
-31,0%
152,6%
46,7%
119,6%
0,0%
0,0%
0,0%
0,0%
0,0%
21
6
-
-75,2% -52,2% 136,4% 251,6% -45,8%
5
1
4,4% 79,0%
0,0%
-
-
-3,4% 13,0% 164,2%
-
14
3
27
3,1%
5
4
23
4
10
15
2,7% -100,0%
1,7% -82,5%
10
1,2%
-
-
0,0%
Amerika Serikat
0
1
1
1
7
9
3,5%
1057,1%
21,4%
73,6%
1
1
2
0
0
1
1,0% 121,1%
0,1% -38,3%
-37,5%
Malaysia
147,0%
-76,3%
-26,2%
346,5%
17,9%
2
-33,9%
35,4%
279,6%
-84,2%
45,0%
4,2%
Lainnya
2
1
2
7
1
dalam Ribu Ton USD
Produk Diimpor
HS Code 2012 2013
Total Batubara & Lignit
Batubara
2701
Lignit
2702
Asal Impor
2014
2015
2016
2017
4.138,9
82,5 510,9 2.274,9 2.808,4 3.501,0
4.138,7
3.939,6
3.777,8
0,2
0,2
0,1
0,3
0,3
0,2
0,0
0,0
Dalam Ribu Ton
2012
Australia
2013 2014
2015
2016
2017
Porsi 2017
Pertumbuhan (% yoy)
517,8%
345,1%
23,4%
24,7%
CAGR
Jan-Nov 20132018 2017
18,2% -4,1% 68,7%
100%
519,5%
345,3%
23,5%
24,7%
18,2%
0%
3,7%
-36,9%
-83,1%
-76,7% 2242,9% -50,6% -12,7%
Porsi
Jan-Nov Jan-Nov
2017 (%)
2017
2018
3.939,7
3.777,8 100%
82,7 511,1 2.275,1 2.808,4 3.501,0
Dunia
2013
2014
2015
2016
2017
2014
2015
2016
2017
345,1%
23,4%
24,7%
18,2%
CAGR
20132017
68,7%
321,7%
17,7%
11,2%
0,0%
53,3%
Pertumbuhan (% yoy)
2013
100,0% 517,8%
61,9% 627013,5%
-4,1% 68,7%
83
511 2.275
2.808
3.501
4.139
0
464 1.957
2.304
2.563
2.564
47
356
408
9,8%
0,0%
0,0%
13,8%
656,0%
14,6%
0,0%
61
61
370
8,9%
0,0%
0,0%
0,0%
0,0%
512,1%
0,0%
86
246
277
6,7%
-72,2%
2778,4%
54,5%
184,5%
12,7%
245,6%
67
56
233
5,6% -100,0%
2,8% -38,2%
0,0%
0,0%
-15,5%
314,5%
0,0%
337,2%
-23,1%
-89,7%
830,8%
33,9%
Rusia
-
-
Swiss
-
-
Tiongkok
7
Hong Kong
1
41
2
-
56
-
Viet Nam
58
36
157
121
12
116
Singapura
0
0
45
54
147
78
Kolombia
0,2%
-
-
-
-
-
1,9%
-95,5%
374841,7%
20,2%
171,4%
-46,9%
797,8%
45
1,1%
0,0%
0,0%
0,0%
0,0%
0,0%
0,0%
Amerika Serikat
2
3
2
2
56
42
1,0%
55,6%
-10,4%
1,2%
2363,2%
-26,2%
101,5%
Malaysia
3
5
11
1
1
4
0,1%
66,9%
123,1%
-87,5%
-42,3%
342,9%
-8,2%
Lainnya
12
2
5
66
4
4
0,1%
-85,8%
222,3%
1111,4%
-93,8%
-14,1%
20,1%
251
NIKEL
(HS Code 7501 s/d 7508)
Nikel sebagai komoditas unggulan
Nikel dan Bijih Nikel merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor
Indonesia, hal ini dapat terlihat dari hasil pemilihan komoditas unggulan
ekspor (winning commodities) dengan menggunakan beberapa metode analisis yaitu
Computable General Equilibrium (CGE) dan Export Product Dynamics (EPD).
Nikel sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode CGE
Komoditas yang menjadi unggulan ekspor diidentifikasi berdasarkan hasil simulasi ketika terjadi peningkatan
pemintaan ekspor secara arbitrary sebesar 10%, yaitu komoditas yang paling responsif terhadap variabel sektoral
Indonesia berdasarkan tiga indikator kunci yaitu (1) peningkatan ekspor bersih (bobot 60%, (2) output (bobot 20%),
dan (3) penyerapan tenaga kerja. (bobot 20%) Berdasarkan hasil CGE, nikel menempati peringkat 9 dengan indeks
komposit sebesar 2.19.
Peringkat
Sektor
Dampak terhadap
Perubahan Nilai
Ekspor
(Milyar Rupiah)
9
Bijih Nikel
207.10
Dampak terhadap
Output
(Perubahan
Persentase)
Dampak terhadap Tenaga
Kerja
(Perubahan Persentase)
Indeks
Komposit
2.55
5.09
2.19
Nikel sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode EPD
Lost Opportunity
Jepang, Tiongkok
Retreat
Rising Star
+
Yunani
O
India
+
Falling Star
Walaupun salah satu penghasil nikel
terbesar di dunia, Indonesia bukanlah
produsen nikel olahan yang besar di
dunia. Hal ini terjadi karena sebagian
besar produksi nikel Indonesia di
ekspor keluar negeri dalam bentuk
mentah atau bijih nikel. Dilihat dari
harga dunia, harga nikel per metriks
ton lebih tinggi sekitar dua kali lipat
dari
harga
tembaga.
Tetapi
kecenderungan penurunan harga juga
terjadi pada komoditas ini
Sumber : WITS, Oktober 2018
Indonesia adalah salah satu negara penghasil nikel terbesar di dunia. Pada tahun 2014, sumberdaya bijih nikel terbesar
keempat setelah bijih tembaga, perak, dan emas yaitu sebesar 3,711.6 juta ton. Sementara cadangannya sendiri
sebesar 1,155.2 juta ton. Berdasarkan produksinya, Indonesia berada para peringkat dua dunia setelah Rusia dalam
menghasilkan nikel. Negara penghasil nikel lainnya diantaranya adalah Philipina, Kanada, Australia, New Caledonia,
China, Cuba, Colombia.
253
Indonesia, Filipina, dan Kaledonia Baru menjadi produsen Nikel terbesar di
dunia
Persebaran Produsen dan Pemilik Cadangan Nikel Dunia (2017)
Produsen beserta pemilik cadangan nikel dunia terbesar
terdistribusi hampir di seluruh benua kecuali Eropa. Pada
tahun 2017, tercatat Indonesia menjadi produsen nikel
terbesar dunia dengan total produksi mencapai 358 juta MT.
• Indonesia, Filipina, dan Kaledonia Baru merupakan
produsen Nikel terbesar di dunia dengan produksi
masing-masing sebesar 358 ribu MT, 315 ribu MT, dan
215 ribu MT atau setara dengan 42,71% total produksi
Nikel di dunia.
• Produsen nikel dunia terdistribusi di berbagai wilayah.
Namun terdapat perbedaan kompleksitas pengolahan
nikel yang diproduksi di negara-negara tropis dan di
negara-negara sub-tropis berdasarkan dari asal jenis bijih
nikel. Produksi nikel dari negara-negara tropis sebagian
besar berasal dari jenis nikel laterit yang pengolahannya
lebih sulit dan membutuhkan biaya yang lebih tinggi
dibandingkan jenis bijih nikel sulfida (oksida) yang
diproduksi oleh negara-negara sub-tropis sub-tropis.
Produksi Nikel dalam ribu Metriks Ton
(MT)
Cadangan Nikel dalam ribu Metriks Ton
(MT)
• Seluruh produsen nikel terbesar dunia
tersebut juga merupakan negara-negara
yang memiliki cadangan nikel besar. Per
2017, Australia menjadi negara dengan
cadangan nikel terbesar dunia dengan
besaran 19 juta MT atau setara dengan
25,7% cadangan nikel dunia. Cadangan
nikel terbesar kedua berada di Brazil
dengan total cadangan sebesar 12 juta MT
atau mencakup 16,2% cadangan nikel
dunia. Sedangkan Indonesia merupakan
negara dengan cadangan nikel ke-6
terbesar di dunia dengan total cadangan
sebesar 4,5 juta MT atau 6% dari total
cadangan nikel dunia.
Sumber : FAO, RISI, CEPI, Euler Hermes, Indonesia Investments (April 2018)
Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu
254
Tiongkok menjadi produsen sekaligus konsumen Nikel Refinery terbesar di
dunia
Persebaran Produsen dan Konsumen Nikel Rifenery Dunia (2017)
Tiongkok menjadi produsen sekaligus konsumen Nikel
Rifenery (refined-nickel) terbesar di dunia dengan total
produksi dan konsumsi masing-masing mencapai 29,6% dan
45,9% dunia.
• Sebaran produsen Nikel Rifenery (refined-nickel) sebagian
besar berada di negara-negara yang telah memiliki
teknologi pemurnian nikel (smelter). Asia mendominasi
sebagai produsen Nikel Rifenery dengan share mencapai
50% dari total produksi Nikel Rifenery dunia. Tiongkok
menjadi produsen Nikel Rifenery terbesar di dunia dengan
volume produksi mencapai 621 juta MT atau setara
dengan 29,7% produksi Nikel Rifenery dunia.
• Indonesia menjadi produsen terbesar kedua Nikel Rifenery
dunia dengan volume produksi mencapai 188 juta MT
atau mencakup 9% dari produksi Nikel Rifenery dunia.
Peningkatan posisi Indonesia sebagai produsen Nikel
Rifenery terbesar kedua di dunia tidak terlepas dari
kebijakan pemerintah yang mewajibkan perusahaan
penambang nikel untuk membangun smelter di dalam
negeri.
Sumber : Glencore, Statista, World Bank, Commodity Market Outlook,
U.S. Geological Survey, Mineral Commodity Summaries
Produksi Nikel Rifenery (Refined-Nickel) dalam
ribu Metriks Ton (MT)
Konsumsi Nikel Rifenery (Refined-Nickel)
dalam ribu Metriks Ton (MT)
• Konsumen Nikel Rifenery didominasi oleh
negara-negara
yang memiliki tingkat
produksi baja nirkarat atau stainless steel
yang tinggi seperti negara-negara di
Kawasan Eropa, Asia (Tiongkok, Jepang,
Korea, Taiwan, India), dan Amerika Serikat.
Hal ini disebabkan 72% produksi nikel dunia
dipergunakan
sebagai
bahan
baku
pembuatan stainless steel.
• Tiongkok menjadi konsumen Nikel Rifenery
terbesar di dunia dengan volume konsumsi
sebesar 982 juta MT atau mencakup 45,9%
konsumsi nikel dunia. Amerika Serikat
menjadi konsumen nikel terbesar kedua di
dunia dengan volume mencapai 199 juta MT
atau setara dengan 9,3% konsumsi nikel
dunia.
*Nikel Rifenery (Refined-Nickel) merupakan nikel yang
telah dimurnikan melalui smelter.
255
Produksi Nikel dan Nikel Refinary dunia bergerak fluktuatif imbas dari pasokan
Bijih Nikel yang tidak stabil
Tren produksi nikel dunia bergerak fluktuatif dalam 5 tahun terakhir, imbas dari
pasokan Bijih Nikel yang tidak stabil. Pada 2017 tercatat produksi nikel dan Nikel
Rifenery dunia masing-masing sebesar 2 juta metrik ton (MT).
• Produksi produksi nikel (nickel-mine) dan Nikel Rifenery (nickel-refined) dunia kembali meningkat di tahun 2017
meningkat menjadi sebesar 2,07 juta MT dan 2,09 juta MT atau masing-masing meningkat sebesar 8,79% dan
12,53% dibandingkan produksi tahun sebelumnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh peningkatan produksi low
grade nickel yang mampu mengkompensasi penurunan produksi high grade nickel. Peningkatan low grade
nickel dipicu oleh relaksasi kebijakan ekspor bijih nikel oleh pemerintah Indonesia dan pembukaan sejumlah
pengolahan baru di Tiongkok.
• Namun demikian, produksi nikel dunia belum kembali ke level tertingginya di tahun 2013. Beberapa kebijakan
di negara penghasil Nikel dan Bijih Nikel terbesar dunia membuat pasokan Bijih Nikel yang menjadi bahan baku
Nikel terganggu dalam jangka pendek seperti larangan pengiriman ekspor bijih Nikel secara langsung (Direct
Shipping Ore-DSO) oleh Pemerintah Indonesia yang secara drastis membuat produksi nikel tahun 2014
menurun hingga -18,8% dan juga kebijakan dari pemerintah Filipina untuk menutup dan menunda sementara
kegiatan operasional di hampir seluruh tambang Nikel pasca audit yang dilakukan oleh Pemerintah Filipina
terkait isu lingkungan.
Produksi Nikel Dunia
Produksi Nikel Refinary Dunia (dlm ribu MT)
Pertumbuhan Produksi Nikel Murni (% yoy)
Produksi Nikel Dunia (dlm ribu MT)
Pertumbuhan Produksi Nikel (% yoy)
-20,00%
500
1.900
2014
2015
2016
1.800
-30,00%
2013
2014
2015
2016
-5,00%
1.700
2017
5,00%
0,00%
-7,30%
-18,86%
0
2.092
0,87% 0,16%
1.859
-10,24%
2.000
1.856
-10,00%
10,00%
6,84%
1.840
2.079
0,00%
2.100
1.985
1.000
1.911
2.129
2.061
1.500
10,00%
15,00%
% yoy
2.540
2.000
3,30%
Ribu Metriks Ton (MT)
8,79%
2.500
12,53%
2.200
20,00%
12,09%
% yoy
Ribu Metriks Ton (MT)
3.000
-10,00%
2013
2017
Produksi Nikel Dunia berdasarkan Negara
150
175
193
204
215
228
229
235
235
211
264
264
261
221
207
200
316
411
465
311
315
400
358
600
0
Indonesia
Filipina Kaledonia Kanada
Baru
Rusia
Sumber: World Bank, Commodity Market Outlook
800
700
600
500
400
300
200
100
0
2013
2014
2015
2016
2017
CAGR 2013-2017
242
239
232
192
160
811
800
146
129
173
Ribu Metriks Ton (MT)
1.000
Nikel
Rifenery
153
149
150
158
163
2017
188
2016
178
178
193
196
187
2015
Jepang
Kanada
Rusia
23
22
47
95
2014
711
537
453
437
621
2013
CAGR 2013-2017
Ribu Metriks Ton (MT)
Nikel
Tiongkok
Indonesia
Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu
256
Industri stainless-steel menjadi konsumen terbesar dari Nikel
Tingkat konsumsi Nikel sempat mengalami penurunan di tahun 2014 dan kembali
selama 3 tahun terakhir hingga menyentuh level 2.138 ribu MT di tahun 2017 serta
mencatatkan tingkat konsumsi tertinggi dalam 5 tahun terakhir.
• Sejak tahun 2015, konsumsi nikel dunia terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Posisi terakhir
pada tahun 2017, konsumsi nikel tercatat sebesar 2,1 juta MT, meningkat 11,18% dibandingkan konsumsi
tahun 2016. Hal ini merupakan imbas dari permintaan dari industri stainless steel yang terus meningkat dimana
lebih dari 70% dari konsumsi nikel dunia berasal dari industri tersebut.
• Tiongkok menjadi konsumen nikel terbesar dengan volume konsumsi di tahun 2017 sebesar 982 ribu MT atau
setara dengan 45,9% dari total konsumsi nikel dunia. Hal tersebut disebabkan oleh status Tiongkok yang
menguasai 53,6% produksi stainless steel di dunia. Sedangkan konsumen nikel terbesar kedua adalah Amerika
Serikat dengan total konsumsi mencapai 199 ribu MT atau setara dengan 9,3% konsumsi nikel dunia.
Konsumsi Nikel Dunia
Konsumsi Nikel Murni di Dunia (dlm ribu MT)
Konsumsi Nikel berdasarkan Industri (2017)
12,14%
2.500
1.000
1.783
1.590
1.500
2.138
7,85%
3,98%
1.803
Baja
Nirkarat
atau
Stainless
Steel
72%
2.000
11,18%
1.923
Lain-lain
1%
Ribu Metriks Ton (MT)
Logam
Campuran
atau
Alloys
8%
Pertumbuhan Konsumsi Nikel Murni (% yoy)
15,00%
10,00%
5,00%
% yoy
Batteries
Baja
5%
Campuran
Khusus
atau
Pelapisan
Special
Logam
Steels
atau
7%
Electropla
ting
7%
0,00%
-5,00%
500
-10,00%
-11,81%
0
-15,00%
2013
2014
2015
2016
2017
Konsumsi Nikel Olahan di Dunia berdasarkan Negara
1.000
800
2015
2016
2017
654
59
60
60
56
60
15
20
44
64
57
273
292
288
324
337
66
62
60
58
64
Jepang
38
27
37
57
82
Amerika
Serikat
53
66
60
66
84
200
107
100
88
103
109
400
159
157
151
162
163
600
123
152
152
136
199
Ribu Metriks Ton (MT)
1.200
2014
909
843
898
982
2013
Taiwan
India
Jerman
Italia
Finlandia
0
Tiongkok
Sumber : FAO, ICCO, World Bank
Korea
Selatan
Lainnya
Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu
257
Produksi Bijih Nikel meningkat pesat pasca diberlakukan relaksasi kebijakan
pelarangan ekspor Bijih Nikel
Produksi Bijih Nikel dan Nikel Indonesia
Produksi Bijih Nikel (dlm Juta MT)
Pertumbuhan Produksi (% yoy)
300%
220,30%
273,96%
200%
15
10
35,66%
100%
34,79%
-88,07%
1,39
0%
4,72
5
1,87
-32,45%
1,26
2015
2016
% yoy
Juta Metriks Ton
11,63
Produksi Bijih Nikel Indonesia kembali
meningkat signifikan sejak pemerintah
melakukan relaksasi kebijakan ekspor Bijih
Nikel di awal tahun 2017.
-100%
1,75
0
-200%
2013
2014
2017 Q1-2018
• Relaksasi kebijakan ekspor Bijih Nikel
berkualitas rendah pada tahun 2017
mendorong peningkatan produksi Bijih
Nikel yang sangat signifikan. Tercatat
pada tahun 2017 terdapat peningkatan
produksi Bijih Nikel sebesar 273,9% atau
dari 1,26 Juta MT di tahun 2016 menjadi
4,72MT di tahun 2017.
• Realisasi produksi Bijih Nikel di tahun 2018 juga cukup tinggi. Per kuartal I tahun 2018 tercatat produksi Bijih
Nikel Indonesia telah mencapai 1,75 juta MT atau meningkat lebih dari 220% dibandingkan kuartal I tahun
2017 seiring keluarnya rekomendasi ekspor Bijih Nikel yang lebih besar kepada beberapa perusahaan Nikel
yang telah memiliki kemajuan baik dalam membangun smelter.
Produksi Nikel dan Nikel Refinery
Pertumbuhan Produksi (% yoy)
106,94%
811
800
34,11%
30,39%
-11,64%
400
146
200
129
50,00%
358
173
-50,00%
-82,00%
0
2013
2014
2015
0,00%
-100,00%
2016
2017
102,13% 188
120,00%
113,64%
97,89%
150
100
50
95
17,35%
-4,35%
23
22
2013
2014
80,00%
40,00%
47
% yoy
600
100,00%
Pertumbuhan Produksi (% yoy)
200
150,00%
% yoy
Ribu Metriks Ton (MT)
1.000
Nikel Refinery
Ribu Metriks Ton (MT)
Nikel (dlm ribu MT)
0,00%
0
-40,00%
2015
2016
2017
• Pelarangan ekspor Bijih Nikel pada 2014 sangat mempengaruhi produksi Nikel (mine-nickel) dan Nikel Rifenery
(refined-nickel). Produksi Nikel anjlok di tahun 2014 hingga mencapai posisi -82,0% dari sebesar 811 MT di
tahun 2013 menjadi hanya 146 MT di tahun 2014. Setelah itu peningkatan produksi Nikel kembali meningkat
tajam di tahun 2017 ketika pemerintah melakukan relaksasi kebijakan dengan memberikan rekomendasi
ekspor Bijih Nikel kepada beberapa perusahaan yang telah memiliki progress dalam pembangunan smelter.
Posisi terakhir di tahun 2017, Indonesia melakukan produksi Nikel mentah sebesar 358 MT, yang tertinggi
sejak adanya pelarangan ekspor Bijih Nikel.
• Sedangkan produksi Nikel hasil pemurnian (Nikel Rifenery) mendapatkan momentum tumbuh ketika
pemerintah melakukan pelarangan ekspor Bijih Nikel di tahun 2014. Dampaknya langsung terlihat di tahun
2015 dimana produksi Nikel Rifenery melonjak tajam sebesar 113,6% dari 22 MT menjadi sebesar 47 MT.
Setelah itu pertumbuhan Nikel Rifenery Indonesia masih terus meningkat dengan pertumbuhan rata-rata
100% per tahun dengan tingkat produksi Nikel terakhir sebesar 188 MT untuk mengejar ketertinggalan
sebagai salah satu produsen Nikel Rifenery terbesar di dunia.
Sumber : CEIC, diolah
258
Ekspor Bijih Nikel dunia bergerak fluktuatif, sejalan dengan ketidakstabilan
pasokan
Nilai ekspor Bijih Nikel dunia dalam 5 tahun terakhir bergerak fluktuatif. Pada tahun
2017, ekspor Bijih Nikel dunia tercatat sebesar 52,2 juta Ton atau senilai US$2,13
milyar, naik 10,27% dibandingkan ekspor tahun 2016 sebesar 42,5 juta ton atau senilai US$2,02 milyar.
• Tren ekspor Bijih Nikel dunia bergerak fluktuatif, sejalan dengan ketidakstabilan pasokan. Meski kinerja ekspor
bergerak fluktuatif, 3 negara eksportir besar dalam 5 tahun terakhir berhasil mencatatkan kenaikan yaitu
Kaledonia Baru, Amerika Serikat, dan Finlandia. Kenaikan ekspor terbesar terjadi di Amerika Serikat dengan
CAGR sebesar 114,65%. Hal ini ditopang oleh peningkatan volume ekspor bijih Nikel Amerika Serikat dari 1.010
Ton di tahun 2013 menjadi 23.800 Ton di tahun 2017, pasca beroperasinya tambang bawah tanah Eagle Mine
di Michigan sejak tahun 2014.
• Di sisi lain, 3 negara eksportir besar dalam 5 tahun terakhir juga mencatatkan penurunan yang cukup signifikan.
Indonesia tercatat memiliki penurunan nilai ekspor tertinggi dengan CAGR sebesar -37,94%, imbas dari
kebijakan pelarangan Direct Shipping Ore (DSO) di tahun 2014. Kemudian, diikuti oleh Australia dengan
penurunan CAGR sebesar -25,12%, sebagai dampak dari penutupan sejumlah tambang seperti tambang
Ravensthorpe (tercatat menghasilkan lebih dari 20% output Bijih Nikel di Australia). Lebih lanjut, penurunan
juga terjadi Filipina dengan CAGR sebesar -7,61, sebagai dampak penutupan sejumlah tambang bijih Nikel
karena belum memenuhi standarisasi keselamatan lingkungan.
Ekspor Bijih Nikel Dunia
Nilai Ekspor (dalam USD Juta)
Pertumbuhan Nilai Ekspor (yoy)
150.000
43,63%
-11,33%
5,40%
100.000
Volume Ekspor (dalam ribu Ton)
Pertumbuhan Volume Ekspor (yoy)
22,85%
10,27%
-28,22%
-32,56%
-51,91%
50%
0%
-29,48%
5,71%
50.000
-50%
4.508 118.974
3.998
57.220
2.869
2.023
38.592
42.554
2.139
52.278
0
-100%
2013
2014
2015
2016
2017
Share Nilai Ekspor Bijih Nikel Dunia berdasarkan Negara
Guatemala
3,18%
Kanada
5,04%
Belgia
2,80%
Lainnya
0,01%
2017
Filipina
32,97%
Indonesia
7,47%
Finlandia
8,46%
Australia
10,27%
Per 2017, Filipina menjadi eksportir Bijih Nikel
terbesar di dunia dengan share mencapai 33%
dari total ekspor Bijih Nikel dunia. Sementara
Indonesia kembali menjadi salah satu eksportir
Bijih Nikel terbesar dengan berada di peringkat
6 eksportir terbesar pasca relaksasi kebijakan
DMO dari pemerintah.
Zimbabwe
1,69%
Kaledonia
Baru
16,48%
Amerika
Serikat
11,63%
Tren Nilai Ekspor Bijih Nikel Dunia berdasarkan Negara
Sumber : www.trademap.org, diolah
Australia
1.685
86
0
0
155
Amerika Serikat
139
126
103
100
176
Filipina
2017
684
520
208
213
Kaledonia Baru
0
2016
907
2015
5
53
353
202
242
2014
195
265
237
259
342
1.000
1.018
1.717
740
582
685
2013
2.000
Finlandia
Indonesia
259
Tiongkok menjadi importir Bijih Nikel paling dominan di dunia
Tren nilai impor bijih Nikel dunia juga mengalami fluktuasi. Setelah sempat
mengalami penurunan 3 tahun berturut-turut di tahun 2014, 2015, dan 2016, nilai
impor bijih Nikel dunia mulai mengalami kenaikan di level 5,71% atau setara dengan USD2.964 juta di tahun
2017.
• Kenaikan impor Bijih Nikel di tahun 2017 terjadi seiring meningkatnya pasokan Bijih Nikel yang berasal dari
Indonesia pasca relaksasi pelarangan ekspor Bijih Nikel. Pada tahun 2017 tercatat impor Bijih Nikel dunia
sebesar 44 juta ton atau setara US$2,9 milyar, naik cukup pesat sebesar 22,8% dibandingkan tahun lalu.
• Tiongkok menjadi importir Bijih Nikel terbesar dunia dengan nilai impor mencapai US$ 2,08 milyar pada tahun
2017. Kebutuhan Tiongkok berasal dari industry stainless-steel di dalam negeri yang tidak mampu dicukupi oleh
produksi nikel dalam negeri Tiongkok. Namun demikian, tren impor Bijih Nikel Tiongkok bergerak fluktuatif
dalam 4 tahun terakhir seiring pasokan Bijih Nikel dari Indonesia yang terganggu akibat kebijakan pelarangan
ekspor Bijih Nikel.
Impor Bijih Nikel Dunia
Nilai Impor (dalam USD Juta)
Pertumbuhan Nilai Impor (yoy)
100.000
Volume Impor (dalam ribu Ton)
Pertumbuhan Volume Impor (yoy)
43,63%
-28,22%
-32,56%
-11,33%
5,40%
50.000
10,27%
-29,48%
22,85%
5,71%
-51,91%
50,00%
0,00%
-50,00%
6.559 81.410
6.019 57.258
4.006 46.312
2.621 42.387
2.964 44.414
2013
2014
2015
2016
2017
0
-100,00%
Share Nilai Impor Bijih Nikel Dunia berdasarkan Negara
2017
Ukraina
2,17%
Finlandia
4,38%
Jepang
6,38%
Macedonia
1,05%
Tiongkok menjadi importir Bijih Nikel terbesar
dunia dengan share mencapai 70% impor dunia.
Hal tersebut sebagai imbas dari kebutuhan
bahan baku stainless-steel di Tiongkok yang
tidak mampu dipenuhi melalui produksi nikel
dalam negeri. Kanada, Korea Selatan dan Jepang
menjadi importir Bijih Nikel terbesar setelah
Tiongkok dengan share masing-masing sebesar
7%.
Lainnya
1,21%
Belgia
1,17%
Korea Selatan
6,57%
Tiongkok
70,27%
Kanada
6,79%
Tren Nilai Ekspor Bijih Nikel Dunia berdasarkan Negara
2015
2016
-18,29%
356
507
292
167
130
-10,00%
320
374
295
186
189
4,52%
2017
156
142
160
148
195
2,08%
2014
182
97
166
161
201
2.622
1.528
2.083
2.000
5.137
4.577
4.000
2013
-16,52%
6.000
Kanada
Korea Selatan
Jepang
Finlandia
0
Tiongkok
Sumber : www.trademap.org, diolah
260
Ekspor Nikel Dunia mengalami kenaikan di tahun 2017 yang didorong
peningkatan industry stainless-steel
Ekspor Nikel dunia pada 2017 meningkat tipis sebesar 4,28%, pasca dua tahun
sebelumnya mengalami penurunan. Peningkatan tersebut didorong oleh
meningkatnya permintaan Nikel dari industri stainless-steel dan baterai mobil listrik.
• Setelah sempat menurun di tahun 2015 dan 2016, nilai ekspor Nikel dunia kembali meningkat di tahun 2017
menjadi sebesar US$ 19.300 juta atau meningkat 4,28% dibandingkan tahun sebelumnya yang didorong oleh
permintaan dari industri stainless-steel dan baterai mobil listrik.
• Namun demikian, tren ekspor dari negara-negara eksportir utama Nikel dunia dibandingkan 5 tahun yang lalu
mengalami tren penurunan. Penurunan terbesar terjadi di Kanada dan Rusia dengan CAGR 2013-2017 masingmasing sebesar -9,24% dan -11,43%.
Ekspor Nikel Dunia
Skrap Nikel
Bubuk/Serpih Nikel
Batang dan Kawat Nikel
Pelat Nikel
Pipa Nikel
Barang Lain dari Nikel
Total Produk Nikel (Skala Kanan)
40.000
30.297
25.333
19.300
3.514
8.860
500
596
1.910
970
896
1.261
3.980
8.302
634
768
2.318
1.037
817
1.444
18.507
4.304
13.877
578
706
2.281
1.288
994
1.305
27.831
4.950
16.804
800
851
3.168
1.239
1.078
1.406
10.000
Nikel Tidak Ditempa
5.059
13.691
620
770
3.986
1.298
1.073
1.334
20.000
Mata Nikel
2013
2014
2015
2016
2017
0
20.000
0
Share Nilai Ekspor Nikel Dunia berdasarkan Jenis
Mata Nikel
Batang dan Kawat Nikel
Barang Lain dari Nikel
30%
49,19%
20%
18,18%
10%
55,47%
16,34%
14,32%
10,46%
2013
2014
Skrap Nikel
Bubuk/Serpih Nikel
Pelat Nikel
Pipa Nikel
Nikel Tidak Ditempa (Skala Kanan)
54,78%
47,87%
43,02%
16,99%
18,99%
20,62%
12,01%
10,32%
9,01%
60%
40%
20%
0%
0%
2015
2016
2017
Tren Nilai Ekspor Nikel berdasarkan Negara
Amerika Serikat
2015
2016
2017
1.324
1.394
1.232
986
1.202
Rusia
2.000
2014
1.445
1.510
1.255
1.086
1.209
2.107
2.206
2.187
1.882
2.006
4.000
3.775
4.021
2.665
2.019
2.058
6.000
4.613
4.768
4.127
3.111
2.841
2013
Inggris
Jerman
0
Kanada
Sumber : www.trademap.org, diolah
261
Tiongkok menjadi importir Nikel terbesar dunia sebagai bahan baku industri
stainless-steel
Impor Nikel bergerak fluktuatif dalam 5 tahun terakhir namun dengan tren yang
menurun. Pada 2017, total impor Nikel dunia sebesar US$22,6 miliar, meningkat
7,9% dibandingkan tahun sebelumnya.
• Nikel impor mengalami peningkatan di tahun 2017 setelah dua tahun sebelumnya mengalami penurunan. Pada
tahun 2017, impor Nikel dunia tercatat sebesar US$ 22,6 miliar atau meningkat sebesar 7,9% dibandingkan
tahun 2016 karena meningkatnya permintaan dari industri stainless-steel dan mobil listrik.
• Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat, Tiongkok menjadi konsumen utama Nikel dunia dengan nilai
mencapai US$ 4 milyar di tahun 2017 yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan stainless-steell.
Skrap Nikel
Pelat Nikel
Total Produk Nikel (Skala Kanan)
30.000
22.628
722
856
2.392
1.219
748
1.678
632
775
2.288
1.519
936
1.470
5.179
20.972
5.117
9.894
40.000
26.719
4.402
9.989
548
642
2.002
1.153
784
1.451
31.792
13.920
Nikel Tidak Ditempa
Batang dan Kawat Nikel
Barang Lain dari Nikel
851
927
2.381
1.492
1.017
1.486
5.000
6.898
10.000
29.587
679
912
3.256
1.472
1.098
1.367
15.000
6.661
20.000
14.141
Mata Nikel
Bubuk/Serpih Nikel
Pipa Nikel
16.740
Impor Nikel Dunia
0
20.000
10.000
0
2013
2014
2015
2016
2017
Share Nilai Impor Nikel berdasarkan Jenis
15%
Skrap Nikel
Batang dan Kawat Nikel
Pipa Nikel
52,65%
47,80%
Bubuk/Serpih Nikel
Pelat Nikel
Barang Lain dari Nikel
52,10%
47,63%
11,01%
10%
7,49%
9,54%
8,56%
60%
43,73%
10,57%
40%
5%
20%
0%
0%
2013
2014
2015
2016
2017
Tren Nilai Impor Nikel berdasarkan Negara
2017
1.876
1.902
1.356
993
1.255
2016
1.823
1.804
1.437
1.251
1.454
2015
2.411
2.856
2.302
1.746
2.074
Tiongkok
2014
2.859
3.441
2.629
1.973
2.420
6.000
4.000
2.000
0
4.525
4.097
5.155
4.957
4.643
2013
Amerika Serikat
Jepang
Jerman
Norwegia
Sumber : www.trademap.org, diolah
262
Relaksasi kebijakan pelarangan ekspor Bijih Nikel mendorong peningkatan
ekspor Bijih Nikel
Pasca pelarangan ekspor Bijih Nikel di awal tahun 2014, pemerintah melakukan
relaksasi kebijakan dengan memberikan izin kepada 12 perusahaan untuk melakukan
ekspor Bijih Nikel pada tahun 2017. Hasilnya pada tahun 2017, terdapat ekspor Bijih Nikel sebesar 4,8 juta ton
atau setara dengan US$ 155 juta.
• Indonesia kembali melakukan ekspor Bijih Nikel sejak 2017 setelah pemerintah memberikan izin kepada
beberapa perusahaan yang memiliki kemajuan yang baik dalam membangun smelter. Tercatat terdapat ekspor
Bijih Nikel sebesar 4,88 juta ton atau setara dengan US$155 juta pada tahun 2017. Sedangkan di tahun 2018
hingga bulan September, ekspor Bijih Nikel telah mencapai 14,6 juta ton atau setara dengan US$465 juta.
Sebanyak 97,4% (4,81 juta ton) dari ekspor Bijih Nikel di tahun 2017 dikirim ke Tiongkok dan sisanya dikirim ke
Ukraina.
Ekspor Bijih Nikel Indonesia
80.000
573,18%
565,65%
64.803
60.000
40.000
20.000
Volume Ekspor (dlm Ribu Ton)
Pertumbuhan Volume Ekspor (yoy)
33,75%
13,17%
1.685
-93,58%
-94,90%
4.160
86
0
2013
2014
Periode pelarangan
ekspor Bijih Nikel
0
0
14.642
0
2015
155
0
2016
4.883
2017
465
800,00%
600,00%
400,00%
200,00%
0,00%
-200,00%
(yoy)
Juta US$/Ribu
Ton
Nilai Ekspor (dlm Juta USD)
Pertumbuhan Nilai Ekspor (yoy)
Jan-Sep 2018
Nilai Impor (dlm Ribu USD)
Volume Impor (dlm Kilogram)
Pertumbuhan Nilai Impor (yoy)
Pertumbuhan Volume Impor (yoy)
2.500
2.000
0,00%
-41,16%
-55,00%
1.500
1.000
500
9
875
0
2013
-99,89%
1
0
2014
0,00%
0,00%
1.877
0,00%
0,00%
0
40,00%
0,00%
12,95%
-99,29%
-98,06%
15
1
38
27
0
80,00%
40,74% 2.120
-40,00%
(yoy)
-80,00%
-120,00%
2015
2016
2017
Jan-Sep 2018
Tren Nilai Ekspor Bijih Nikel Indonesia berdasarkan Negara
2014
2015
2016
2017
1.447
2013
2000
1500
11
0
0
0
0
27
2
0
0
0
21
1
0
0
0
64
0
0
0
5
1000
82
0
0
150
Ribu US$/Kilogram
Impor Bijih Nikel Indonesia
500
0
Tiongkok
Ukraina
Sumber : www.trademap.org, diolah
Australia
Yunani
Hongkong
263
Jepang menjadi pasar utama dari ekspor Nikel Indonesia
Pada tahun 2017, Indonesia tercatat melakukan ekspor Nikel sebanyak 101 ribu ton
atau setara dengan US$647 juta, meningkat 1,86% secara volume dan 8,59% secara
nilai dibandingkan tahun lalu.
• Ekspor Nikel Indonesia pada 2017 sebesar 101 ribu ton atau naik tipis sebesar 1,86% dibandingkan tahun lalu.
Namun secara nilai terjadi peningkatan yang cukup tinggi sebesar 8,59% dari US$596 juta (2016) menjadi
US$647 (2017) yang diakibatkan oleh membaiknya harga Nikel. Di tahun 2018, akumulasi ekspor Nikel
Indonesia hingga bulan September menunjukkan penurunan sebesar 5,25% (yoy) yang diakibatkan oleh tidak
beroperasinya sebagian mesin pemurnian Nikel PT. Vale Indonesia yang memiliki porsi ekspor yang signifikan
terhadap produksi Nikel-matte Indonesia. Namun demikian, nilai ekspor Nikel Indonesia meningkat cukup
signifikan sebesar 28,18% yang juga disebabkan oleh meningkatnya harga di awal tahun.
• Negara tujuan ekspor Nikel Indonesia didominasi oleh Jepang dengan pangsa lebih dari 95%. Hal tersebut
terkait dengan kontrak dari PT. Vale Indonesia sebagai eksportir terbesar Nikel Indonesia dengan perusahaan
Jepang dimana seluruh produksinya akan dikirim ke Jepang.
Ekspor Nikel Indonesia
Volume Ekspor (dlm Ribu Ton)
Pertumbuhan Volume Ekspor (yoy)
40,00%
28,18%
-5,25%
0,00%
1,86%
-20,00%
68
99
647
-26,12%
596
105
-23,82%
20,00%
8,59%
-5,17%
591
4,25%
806
1.058
100
3,47%
-5,21%
942
500
12,37%
5,79%
97
1.000
(yoy)
Juta US$/Ribu
Ton
1.500
101
Nilai Ekspor (dlm Juta USD)
Pertumbuhan Nilai Ekspor (yoy)
0
-40,00%
2013
2014
2015
2016
2017
Jan-Sep 2018
Share Nilai Ekspor Nikel Indonesia berdasarkan Negara
2017
Jepang
Singapura Malaysia
Amerika
Serikat Tiongkok 0,05%
0,02%
1,74%
0,06%
99,88%
96,75%
97,50%
Jepang
97,91%
99,53% 99,66%
100,00%
99,65% 99,39%
98,43% 98,54%
96,55%
95,00%
92,50%
India
0,07%
98,62% 98,68%
97,90%
90,37%
2017
2016
2015
2014
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
Thailand
0,14%
2006
2005
90,00%
Tren Nilai Ekspor Nikel Indonesia berdasarkan Negara
2015
2016
2017
0,80
0,45
0,57
1,33
0,92
0,11
0,02
0,22
0,03
0,48
0,15
0,27
0,11
0,13
0,36
dalam Juta USD
6,63
11,77
6,88
4,50
11,26
1.200
800
400
0
2014
929
1.041
795
587
633
2013
Jepang (Skala Kiri)
Amerika Serikat
Thailand
India
Tiongkok
15
10
5
0
Sumber : www.trademap.org, diolah
264
Indonesia mengekspor Nikel hampir seluruhnya dalam bentuk
Nikel-Matte
Indonesia melakukan ekspor produk Nikel terbesar dalam bentuk Nikel-Matte. Total
ekspor Nikel-Matte Indonesia pada 2017 sebesar US$629 juta atau meningkat 7,7%
dibandingkan tahun 2016 yang sebesar US$584 juta.
• Nikel-Matte (bijih nikel yang sudah dipisahkan dengan buangannya) menjadi komoditas Nikel utama yang
diekspor oleh Indonesia dengan porsi mencapai 97% dari total produk Nikel. Pada tahun 2017, tercatat
Indonesia melakukan ekspor Nikel-Matte sebesar US$629 juta atau meningkat sebesar 7,7% dibandingkan
tahun 2016 yang disebabkan oleh membaiknya harga Nikel di tahun 2017. Seluruh ekspor Nikel-Matte
Indonesia dikirim ke Jepang karena telah terikat kontrak dengan perusahaan pemurnian Nikel Jepang.
• Namun demikian, share ekspor Nikel-Matte Indonesia dalam 8 tahun terakhir mengalami tren penurunan
walaupun sangat terbatas dari sekitar 99,5% di tahun 2010 menjadi sekitar 97,32% di tahun 2017. Sebaliknya,
share Barang Lain dari Nikel terus meningkat menjadi sebesar 2,34% dari total ekspor Nikel. Sebanyak 73,49%
Barang Lain dari Nikel Indonesia dijual ke pasar Amerika Serikat.
Ekspor Nikel Indonesia berdasarkan Jenis
400
2017
18,39
16,53
14,82
8,03
15,12
2016
0,31
0,25
0,32
0,39
0,17
800
2015
0,02
0,10
0,03
0,24
0,07
1.200
2014
0,92
3,08
1,07
1,35
1,94
922
1.038
790
584
629
2013
Batang dan Kawat
Nikel
Pipa Nikel
20
15
10
5
0
0
Skrap Nikel
Nikel-Matte(Skala Kiri)
Barang Lain dari Nikel
Tren Share Ekspor Nikel Indonesia berdasarkan Jenis
2,50%
Barang Lain dari Nikel
99,57%
99,34%
Skrap Nikel
98,84%
2,00%
Lainnya
2,34%
1,95%
1,56%
1,84%
0,40%
0,46%
0,74%
0,50%
0,00%
98,11% 97,97%
98,09%
97,32%
98,00%
97,00%
0,29%
0,13%
0,23%
0,30%
2014
2015
2016
2017
0,20%
0,01%
2010
97,91%
0,39% 0,10%
2011
100,00%
99,00%
1,35%
1,50%
1,00%
Nikel-Matte(Skala Kanan)
96,00%
2012
2013
Tren Share Ekspor Nikel Indonesia berdasarkan Jenis
Barang Lain dari Nikel
Skrap Nikel
Nikel-Matte
Jepang
14,80%
Jepang
68,13%
Thailand
6,09%
Amerika
Serikat
73,49%
Jepang
100,00%
Amerika
Serikat
7,70%
Sumber : www.trademap.org, diolah
India
12,96%
Singapura
11,21%
India
1,48%
Tiongkok
2,37%
Lainnya
1,76%
265
Selain mengekspor, Indonesia juga melakukan impor Nikel dari
Jepang
Nilai impor Nikel Indonesia di tahun 2017 meningkat sebesar 7,71% dengan nilai
US$49 juta, atau secara volume meningkat sebesar 72,39%. Pada tahun 2018,
akumulasi hingga bulan September terdapat peningkatan impor mencapai 51,88%
(yoy).
• Pada tahun 2017 terdapat impor produk Nikel sebesar 5 ribu ton atau setara dengan US$ 49 juta, secara
volume meningkat pesat sebesar 72,39% dibanding tahun lalu yang hanya sebesar 3 ribu ton dan secara nilai
juga meningkat sebesar 7,71% dibandingkan tahun lalu sebesar US$ 46 juta.
• Share impor Nikel Indonesia terbesar pada tahun 2017 berasal dari negara Jepang (26,57%), Tiongkok
(14,81%), Swiss (8,96%), Korea Selatan (6,41%), dan Singapura (5,80%). Tren peningkatan impor tertinggi yang
diukur berdasarkan CAGR adalah Korea Selatan dengan peningkatan sebesar 22,75%. Sedangkan impor dari
Jepang dibandingkan posisi 5 tahun mengalami penurunan sebesar 5,73%.
Impor Nikel Indonesia
Volume Impor (dlm Ribu Ton)
Pertumbuhan Volume Impor (yoy)
51,88%
80
49
4
65
68
20
-4,51%
2
-6,31%
3
40,00%
7,71%
0,00%
9,61%
5
56
-25,42%
-38,85%
40
-5,98%
3
72,39%
14,30%
9,65%
49
32,84%
46
60
80,00%
(yoy)
Juta US$/Ribu Ton
Nilai Impor (dlm Juta USD)
Pertumbuhan Nilai Impor (yoy)
-40,00%
4
0
-80,00%
2013
2014
2015
2016
2017
Jan-Sep 2018
Share Nilai Impor Nikel Indonesia berdasarkan Negara
Austria
2,49%
Lainnya
10,19%
Perancis
4,51%
Italia
25,73%
Kanada
3,52%
Singapura
4,50%
Amerika
Serikat
4,96%
Swiss
5,83%
Lainnya
14,75%
Jepang
26,57%
Kanada
4,57%
Amerika
Serikat
4,91%
Jepang
25,65%
Jerman
6,59%
Jerman
3,37%
Tiongkok
14,81%
Korea
Selatan
6,41%
Singapura
5,80%
Jamaika
5,33%
Tiongkok
7,11%
2017
Swiss
8,96%
Tren Impor Nikel Indonesia berdasarkan Negara
2013
2014
2015
2016
2017
dalam Juta USD
3,98
7,48
2,68
1,29
4,40
1,13
2,92
3,26
0,93
3,15
3,07
7,09
3,88
4,19
2,85
Jepang
4,86
3,57
4,63
5,23
7,26
-5,73%
17,50
14,74
14,46
16,26
13,03
2013
Finlandia
3,43%
Tiongkok
Swiss
Korea Selatan
Singapura
Sumber : www.trademap.org, diolah
20
15
10
5
0
266
Produk Nikel yang diimpor Indonesia terbesar dalam bentuk Batang
dan Kawat Nikel
Impor Nikel terbesar Indonesia pada tahun 2017 berupa Batang dan Kawat Nikel
yang mencakup porsi 28,97% dari total impor Nikel Indonesia atau secara nilai
sebesar US$14,21 juta.
• Impor Nikel terbesar Indonesia berupa produk Batang dan Kawat Nikel dengan nilai US$14,21 juta. Namun
demikian dibandingkan posisi 5 tahun lalu, terdapat penurunan yang cukup signifikan dengan CAGR sebesar 15,18%. Penurunan impor Nikel terbesar lain adalah produk Barang Lain dari Nikel sebesar -10,56%. Sedangkan
peningkatan impor rata-rata dalam 5 tahun terjadi pada produk Nikel yang Tidak Ditempa (unwrought nickel)
yang meningkat sebesar 5,64% dan produk Pelat Nikel sebesar 2,04%.
• Supplier produk Batang dan Kawat Nikel berasal dari negara Jepang dan Swiss dengan share masing-masing
sebesar 33,47% dan 29,80% dari total impor Batan dan Kawat Nikel Indonesia. Sedangkan supplier produk
Nikel Tidak Ditempa sebagian berasal dari Tiongkok (39,86%), Jepang (23,23%), da
Impor Nikel Indonesia berdasarkan Jenis
2013
2014
32,38
24,23
14,38
11,01
14,21
2015
2016
2017
40
4,91
9,48
11,04
9,35
4,02
10,18
9,77
6,89
9,50
5,83
30
10,65
7,76
8,90
6,27
11,79
8,96
12,53
6,29
8,47
11,79
dalam Juta USD
Pelat Nikel
Pipa Nikel
Barang Lain dari Nikel
20
10
0
Nikel Tidak Ditempa Batang dan Kawat Nikel
Eksportir Nikel Indonesia berdasarkan Jenis Produk
(2017)
Share Nilai Impor Nikel Indonesia
berdasarkan Jenis
Nikel Tidak Ditempa
Pelat Nikel
Barang Lain dari Nikel
3,11%
26,61%
24,60%
5,09%
Batang dan Kawat Nikel
Pipa Nikel
Lainnya
11,88%
2,88%
24,04%
Lainnya
9,31%
Australia
6,87%
AS
11,23%
Nikel Tidak
Ditempa
Pelat
Nikel
Singapura
11.53%
2017
Kanada
14,95%
24,03%
17,70%
Jamaika
22,20%
Lainnya
17,24%
Tiongkok
39,86%
8,20%
2010
22,90%
Korsel
5,78%
28,97%
Jepang
18,53%
Jepang
23,23%
Jerman
4,48%
Austria
5,90%
Korsel
19,27%
Lainnya
12,43%
Jepang
33,47%
Batang dan
Kawat Nikel
Perancis
13,91%
Sumber : www.trademap.org, diolah
Swiss
29,80%
267
Indonesia memiliki daya saing yang cukup bagus dalam produk
Bijih Nikel dan Nikel-Matte
Indonesia memiliki keunggulan komparatif terhadap beberapa produk Nikel seperti
Bijih Nikel dan Konsentrat, Nikel-Matte, dan Barang Lain dari Nikel yang ditandai
dengan nilai RSCA yang positif.
Jenis Produk
No
1
2
3
6
1
2
Nikel-Matte
3
1
2
Nikel Tidak
3
Ditempa
77
1
2
Skrap Nikel
3
31
1
2
Bubuk/Serpih
3
Nikel
55
1
Batang dan Kawat 2
3
Nikel
47
1
2
Pelat Nikel
3
49
1
2
Pipa Nikel
3
40
1
2
Barang Lain dari
3
Nikel
47
Bijih Nikel dan
Konsentrat
Negara
Filipina
Kaledonia Baru
Amerika Serikat
Indonesia
Kanada
Indonesia
Rusia
Kanada
Belanda
Rusia
Indonesia
Amerika Serikat
Inggris
Jerman
Indonesia
Kanada
Inggris
Jepang
Indonesia
Amerika Serikat
Jerman
Inggris
Indonesia
Jerman
Amerika Serikat
Jepang
Indonesia
Amerika Serikat
Inggris
Swedia
Indonesia
Amerika Serikat
Inggris
Jerman
Indonesia
Rata-Rata
RSCA
2013
2014
2015
2016
2017
0.98
1.00
-0.27
0.02
0.88
0.90
-0.29
0.69
0.57
0.79
-0.99
0.35
0.76
0.11
-0.57
0.87
0.73
0.56
-1.00
0.51
0.24
0.52
-0.99
0.58
0.58
0.36
-0.98
0.28
0.64
0.71
-0.94
0.57
0.47
-0.09
0.06
0.97
1.00
-0.97
0.95
0.89
0.90
-1.00
0.71
0.55
0.80
-1.00
0.37
0.76
0.11
-0.73
0.87
0.71
0.55
-1.00
0.39
0.19
0.32
-1.00
0.53
0.58
0.50
-0.99
0.22
0.65
0.59
-0.94
0.61
0.37
-0.13
0.18
0.98
1.00
-0.73
0.40
0.90
0.92
-1.00
0.64
0.57
0.78
-1.00
0.30
0.76
0.15
-0.41
0.87
0.77
0.54
-1.00
0.46
0.22
0.51
-0.99
0.58
0.57
0.43
-0.99
0.30
0.64
0.63
-0.95
0.62
0.40
-0.12
0.12
0.97
1.00
0.15
-1.00
0.90
0.91
-0.82
0.65
0.54
0.79
-1.00
0.35
0.76
0.17
-0.66
0.87
0.75
0.56
-1.00
0.55
0.31
0.54
-1.00
0.61
0.61
0.32
-0.98
0.29
0.62
0.66
-0.93
0.59
0.43
-0.08
0.11
0.98
1.00
0.05
-1.00
0.88
0.90
0.58
0.73
0.58
0.82
-0.97
0.38
0.77
0.10
-0.54
0.86
0.70
0.58
-1.00
0.61
0.23
0.62
-0.97
0.58
0.58
0.32
-0.95
0.24
0.64
0.83
-0.91
0.54
0.53
-0.05
-0.17
0.97
1.00
0.15
0.78
0.83
0.89
0.77
0.73
0.61
0.76
-1.00
0.36
0.75
0.01
-0.53
0.87
0.72
0.55
-1.00
0.57
0.23
0.60
-0.99
0.60
0.60
0.24
-0.99
0.34
0.66
0.85
-0.96
0.50
0.63
-0.05
0.05
• Keunggulan komparatif Indonesia tertinggi terhadap komoditas Nikel adalah produk Mate Nikel dengan
nilai RSCA sebesar 0,89. Daya saing Mate Nikel Indonesia bahkan lebih tinggi dibanding produk sejenis
dari Kanada dan Rusia yang merupakan 3 besar eksportir Mate Nikel pada 2017.
• Produk Bijih Nikel dan konsentrat juga menunjukkan daya saing yang baik pada 2017 pasca dua tahun
pelarangan ekspor Bijih Nikel. Namun demikian, daya saing Indonesia masih lebih rendah dibandingkan
Filipina dan Kaledonia Baru.
Sumber : www.trademap.org, diolah
268
Proyeksi Ekspor Nikel Ke Pasar Utama
Proyeksi Ekspor Nikel Indonesia ke Jepang
Proyeksi Ekspor Nikel Indonesia ke Jepang
diproyeksikan meningkat sebesar 22,6% di
tahun 2018, namun di tahun 2019 tipis sebesar
3,3%.
Ekspor Nikel Olahan ke Jepang (dlm Juta USD)
Pertumbuhan Ekspor Nikel Olahan ke Jepang (% yoy)
1.000
400
802
587
633
600
10,00%
3,33%
0,00%
(% yoy)
Juta USD
795
7,88%
776
20,00%
800
200
30,00%
22,60%
-10,00%
-23,62%
-20,00%
-26,23%
0
-30,00%
2015
2016
2017
2018P
• Jepang menjadi pasar utama Nikel Indonesia
dengan share lebih dari 95% dari total ekspor
Nikel Indonesia, terutama dalam bentuk
Nikel-Matte. Di tahun 2018, diperkirakan
nilai ekspor Nikel Indonesia ke Jepang
sebesar US$776 juta atau tumbuh 22,60%
dibandingkan tahun 2017. Pertumbuhan
yang cukup pesat tersebut didorong oleh
perbaikan harga Nikel yang terjadi di tahun
2018.
2019P
• Di tahun 2019, ekspor Nikel ke Jepang diproyeksikan akan melambat menjadi hanya tumbuh sebesar 3,33%
akibat stagnasi harga Nikel dan risiko pelemahan perekonomian global. Namun proyeksi tersebut dapat
meningkat dari faktor internal apabila terdapat peningkatan kapasitas pengolahan Nikel dalam negeri yang
sedang dilakukan oleh beberapa perusahaan dan dari faktor eksternal, risiko perang dagang antara Tiongkok
dan AS dapat teratasi.
Proyeksi Ekspor Nikel Indonesia ke Pasar Utama Lain
2017
2018P
2019P
0,29
0,24
0,36
0,13
0,11
0,31
0,28
0,48
0,03
0,22
1,39
1,15
0,92
0,57
1,33
9,83
8,81
4,50
5
6,88
Juta USD
15
10
2016
11,26
2015
0
Amerika Serikat
Thailand
India
Tiongkok
Ekspor nkel olahan ke pasar lain juga diproyeksikan bergerak fluktuatif akibat ketidakpastian perekonomian
dunia, terutama yang terkait dengan pasar AS dan Tiongkok.
• Pasca peningkatan ekspor Nikel yang cukup tinggi di tahun 2017, ekspor Nikel ke AS di tahun 2018 diperkirakan
akan melemah sebesar -21,75% menjadi US$8,81 juta. Pasar AS yang menjadi pasar ekspor produk Anoda
Elektroplanting yang mengandung Nikel mengalami pelemahan karena pemerintah AS lebih selektif terhadap
impor barang yang mengandung metal. Namun di tahun depan, ekspor ke AS dapat kembali tumbuh positif
apabila pemerintah AS lebih melunak terhadap impor metal.
• Pasar India dan Tiongkok diproyeksikan juga akan tumbuh negatif di tahun 2018 akibat pelemahan
perekonomian domestik dan ketidakpastian global. Sedangkan ekspor ke Thailand perkirakan masih akan
positif di tahun 2018 dan 2019.
Sumber : Oxford Economics, diolah
269
Proyeksi Ekspor Nikel Ke Pasar Utama
Harga Nikel Dunia
Setelah mengalami perbaikan di awal tahun,
harga Nikel dunia per Desember 2018 kembali
anjlok ke level US$11.000an.
Harga Nikel Kontrak 3 Bulan LME (per Metriks Ton)
20.000
15.325
15.540
16.000
12.305
11.010
10.270
11.320
12.000
9.750
8.000
9.200
8.700
01-2019
07-2018
01-2018
07-2017
01-2017
07-2016
01-2016
07-2015
01-2015
4.000
• Harga Nikel dunia sempat mengalami
rebound di pertengahan tahun 2017 hingga
awal tahun 2018 yang didorong oleh
meningkatnya produksi stainless-steel dan
permintaan baterai untuk mobil listrik
hingga puncaknya berada di kisaran US$ 15
ribu per MT.
• Namun, harga Nikel kembali anjlok lebih dari
20% ke level US$ 11 ribu per MT karena
munculnya kekhawatiran perang dagang
antara AS dan Tiongkok.
Proyeksi Harga Nikel Dunia
Proyeksi Harga Nikel Oxford Economics
16000
15.000
14.948
14.148
13.801 13.939
13.529 13.665
13.300
14000
12.600
12.305
13.250 13.413
12.698 13.077
12.537
12.371
12000
10.675
9.955
9.335
10000
10.725
Proyeksi Harga Nikel Konsensus
Harga Nikel Kontrak 3 Bulan
Q2-2020
Q1-2020
Q4-2019
Q3-2019
Q2-2019
Q1-2019
Q4-2018
Q3-2018
Q2-2018
Q1-2018
Q4-2017
Q3-2017
Q2-2017
Q1-2017
8000
Diproyeksikan harga Nikel akan meningkat di tahun 2019 di kisaran US$12.000-US$13.000 per MT karena
meningkatnya permintaan dari industri stainless-steel dan mobil listrik.
• Walaupun harga Nikel sempat anjlok di akhir tahun 2018 yang diakibatkan oleh kekhawatiran perang dagang
antara Amerika Serikat dan Tiongkok, harga Nikel diproyeksikan akan kembali rebound di tahun 2019 yang
didorong oleh berkurangannya supply dari Filipina.
•
meningkatnya permintaan dari industri stainless-steel yang menjadi konsumen utama Nikel dan peningkatan
permintaan dari industri mobil listrik yang semakin populer di kalangan negara maju. Harga Nikel berdasarkan
proyeksi konsensus diperkirakan akan berada di kisaran US$12.000 per MT di kuartal II 2019 dan akan bergerak
naik ke level US$13.000 per MT di kuartal III dan IV.
Sumber : World Bank, Bloomberg
270
Proyeksi Ekspor
Proyeksi Ekspor Nikel Indonesia
Nilai Ekspor Nikel Indonesia
Growth
1.200
30,0%
1.000
22,2%
12,4%
20,0%
10,0%
8,6%
800
Juta USD
3,4%
0,0%
600
-5,2%
-10,0%
-23,8%
400
-20,0%
-26,1%
200
942
1.058
806
596
647
790
818
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019P
-
-30,0%
-40,0%
Ekspor Nikel Indonesia tumbuh sebesar 22,2% di tahun 2018 yang didorong oleh membaiknya harga Nikel.
Proyeksi di tahun 2019, pertumbuhan Nikel akan melambat menjadi sebesar 3,4% yang disebabkan oleh
ketidakpastian perekonomian global
• Ekspor Nikel Indonesia sangat dipengaruhi oleh ekspor Nikel-Matte ke Jepang karena mencakup lebih dari 95%
dari total ekspor Nikel Indonesia. Sehingga adanya perubahan dari ekspor Nikel-Matte sangat mempengaruhi
performa ekspor Nikel secara keseluruhan. Pada tahun 2018, ekspor Nikel-Matte secara volume kurang baik,
namun nilai ekspor Nikel tetap dapat tumbuh yang didorong oleh membaiknya harga Nikel dunia di tahun
2018, terutama di awal. Walaupun untuk produk Barang dari Nikel dengan pasar Amerika Serikat mengalami
penurunan, namun penurunan tersebut tidak terlalu signifikan berpengaruh terhadap total ekspor Nikel
karena share-nya yang sangat rendah. Sehingga ekspor Nikel secara keseluruhan pada tahun 2018 sebesar
US$790 juta atau tumbuh sebesar 22,2% dibandingkan tahun lalu.
• Di tahun 2019, pertumbuhan ekspor Nikel diperkirakan akan tumbuh lebih lambat sebesar 3,4%. Hal tersebut
dipengaruhi oleh ketidakpastian perekonomian global terutama kesepakatan dagang antara pemerintah
Tiongkok dengan pemerintah Amerika Serikat. Pelemahan perekonomian global diperkirakan juga akan
mempengaruhi pelemahan pertumbuhan ekspor Nikel Indonesia di tahun 2019.
Upside Risk
Downside Risk
1. kesepakatan AS dan Tiongkok terhadap perang
dagang berhasil menurunkan tarif.
2. Permintaan dari industri stainless-steel lebih
tinggi dari proyeksi karena industri stainlesssteel merupakan konsumen utama nikel dunia.
3. Beberapa proyek smelter yang sedang
dibangun sudah dapat memproduksi nikel.
1. Perang dagang antara AS dan Tiongkok tidak
menemui titik terang dan berlarut-larut.
2. Harga kembali anjlok sebagai dampak dari
perang dagang.
3. Kebijakan relaksasi ekspor Bijih Nikel
membuat beberapa perusahaan pemurnian
nikel
terdisinsentif
untuk
melakukan
permurnian.
Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah
271
Lampiran
Lampiran 1. Nilai Ekspor Bijih Nikel Dunia berdasarkan Negara
Rank
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Eksportir
Dunia
Filipina
Kaledonia Baru
Amerika Serikat
Australia
Finlandia
Indonesia
Kanada
Guatemala
Belgia
Malaysia
2012
4,278
661
243
11
1,225
69
1,489
0
8
0
358
2013
4,508
1,018
195
5
907
139
1,685
2
29
0
327
Nilai (dalam Juta USD)
2014
2015
2016
3,998
2,869
2,023
1,717
740
582
265
237
259
53
353
202
684
520
208
126
103
100
86
0
0
175
145
78
109
87
54
1
0
49
354
218
294
2017
2,139
685
342
242
213
176
155
105
66
58
35
Porsi
2017 (%)
11.07%
3.55%
1.77%
1.25%
1.10%
0.91%
0.80%
0.54%
0.34%
0.30%
0.18%
2013
5.40%
53.99%
-19.74%
-51.99%
-25.98%
100.36%
13.17%
409.50%
240.08%
NA
-8.78%
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
-11.33% -28.22% -29.48%
68.69% -56.92% -21.34%
35.54% -10.44%
9.11%
891.55% 570.53% -42.77%
-24.53% -23.94% -60.01%
-9.37%
-18.41%
-2.17%
-94.90%
NA
NA
10064.41% -16.69% -46.19%
278.70% -20.50% -37.60%
75.63% -86.12% 62810.26%
8.48%
-38.38% 34.41%
2017
5.71%
17.76%
32.38%
19.77%
2.54%
74.97%
NA
34.00%
22.19%
18.71%
-88.01%
CAGR
2013-2017
-13.85%
-7.61%
11.88%
114.65%
-25.12%
4.82%
-37.94%
127.59%
18.08%
183.16%
-35.96%
Lampiran 2. Volume Ekspor Bijih Nikel Dunia berdasarkan Negara
Rank
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Eksportir
Dunia
Filipina
Kaledonia Baru
Indonesia
Guatemala
Turki
Australia
Tanzania
Rusia
Belgia
Finlandia
2012
82,834
28,676
4,302
48,449
174
294
597
0
67
0
33
2013
118,974
47,754
4,481
64,803
651
104
519
0
13
0.08
139
Nilai (dalam Ribu Ton)
2014
2015
57,220 38,592
43,864 29,932
5,323
4,583
4,160
0
2,457
2,612
164
80
368
347
0
3.5
0.04
35
0.28
0
103
99
2016
42,554
33,846
5,589
0
2,023
83
214
1.4
134
55
83
Porsi
2017 2017 (%)
52,278 100.00%
38,016 72.72%
5,903 11.29%
4,939
9.45%
2,475
4.73%
240
0.46%
178
0.34%
165
0.32%
123
0.24%
55
0.11%
49
0.09%
2013
43.63%
66.53%
4.15%
33.75%
273.69%
-64.57%
-13.08%
NA
-80.53%
NA
320.26%
Pertumbuhan (% yoy)
CAGR
2014
2015
2016
2017
2013-2017
-51.91% -32.56% 10.27%
22.85%
-15.17%
-8.15%
-31.76% 13.08%
12.32%
-4.46%
18.80% -13.91% 21.95%
5.62%
5.67%
-93.58%
NA
NA
NA
-40.24%
277.12%
6.32%
-22.56%
22.34%
30.60%
57.29% -51.05%
3.40%
189.14%
18.15%
-29.03% -5.66%
-38.49% -16.61% -19.25%
NA
NA
-60.11% 11643.77%
NA
-99.69% 88575.00% 276.96%
-7.98%
56.49%
264.10% 20.42% 16121.64% -0.39%
271.59%
-25.82% -4.46%
-16.07% -40.57% -18.78%
Lampiran 3. Nilai Impor Bijih Nikel Dunia berdasarkan Negara
Rank
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
26
Eksportir
Dunia
Tiongkok
Kanada
Korea Selatan
Jepang
Finlandia
Ukraina
Belgia
Makedonia
Rusia
Belanda
Indonesia
2012
6,867
5,247
348
143
346
441
101
0
146
0
14
0
2013
6,559
5,137
182
156
320
356
131
2
100
51
0
0
Nilai (dalam Juta USD)
2014
2015
6,019
4,006
4,577
2,622
97
166
142
160
374
295
507
292
77
86
1
0
108
89
55
39
0
0
0
0
Sumber : Trademap (diolah)
2016
2,621
1,528
161
148
186
167
70
45
24
60
0
0
2017
2,964
2,083
201
195
189
130
64
35
31
10
7
0
Porsi
2017 (%)
2013
100.00% -4.50%
70.27%
-2.11%
6.79%
-47.74%
6.57%
9.06%
6.38%
-7.47%
4.38%
-19.14%
2.17%
29.00%
1.17%
526.62%
1.05%
-31.53%
0.33% 35923.94%
0.24%
-99.98%
0.001% -55.00%
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
-8.22%
-33.45% -34.57%
-10.89% -42.71% -41.74%
-46.53%
70.97%
-3.35%
-9.28%
12.96%
-7.76%
16.62%
-21.10% -36.98%
42.27%
-42.43% -42.89%
-41.51%
12.78%
-18.98%
-62.64% -87.24% 48982.61%
8.44%
-18.06% -72.56%
7.14%
-29.27%
54.58%
800.00%
-7.41% -100.00%
-100.00%
NA
NA
2017
13.07%
36.32%
25.44%
31.94%
1.85%
-22.14%
-8.29%
-22.99%
27.20%
-83.62%
NA
40.74%
CAGR
2013-2017
-14.69%
-16.52%
2.08%
4.52%
-10.00%
-18.29%
-13.29%
78.29%
-20.88%
-28.12%
374.13%
33.39%
272
Lampiran
Lampiran 4. Volume Impor Bijih Nikel Dunia berdasarkan Negara
Rank
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
28
Eksportir
2012
71,962
62,441
4,685
1,462
1,422
1,518
256
0
0
20
0
0
Dunia
Tiongkok
Jepang
Korea Selatan
Ukraina
Makedonia
Finlandia
Virgin Island
Belgia
Kanada
Rusia
Indonesia
2013
81,410
71,240
4,963
1,784
1,834
1,260
240
0
1
12.34
31
0
Nilai (dalam Ribu Ton)
2014
2015
2016
57,258
46,312
42,387
47,812
35,415
32,110
4,612
4,395
3,745
1,835
2,794
3,300
1,145
1,462
1,372
1,474
1,358
730
307
270
209
0
400.0
605.0
0.38
0
56
6.97
13
19
34
30
62
0
0
0
Porsi
2017 2017 (%)
2013
44,414 84.96%
13.13%
35,029 67.00%
14.09%
3,596
6.88%
5.94%
3,375
6.46%
22.03%
1,314
2.51%
29.00%
738
1.41%
-17.02%
145
0.28%
-6.03%
110
0.21%
NA
42
0.08%
998.70%
35
0.07%
NA
11
0.02% 23319.55%
0
0.00%
0.00%
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
-29.67% -19.12%
-8.47%
-32.89% -25.93%
-9.33%
-7.07%
-4.72%
-14.78%
2.86%
52.27%
18.09%
-37.60% 27.75%
-6.16%
16.98%
-7.83%
-46.28%
27.93%
-12.20% -22.43%
NA
NA
51.25%
-55.32% -78.84% 69788.75%
-43.51% 84.02%
46.13%
8.98%
-11.00% 103.91%
-100.00%
NA
NA
2017
4.78%
9.09%
-3.98%
2.29%
-4.24%
1.17%
-30.77%
-81.82%
-24.57%
86.72%
-82.70%
0.00%
CAGR
2013-2017
-11.41%
-13.24%
-6.24%
13.60%
-6.45%
-10.14%
-9.61%
NA
118.54%
23.18%
-19.31%
14.87%
Lampiran 5. Nilai Ekspor Nikel Dunia berdasarkan Negara
Rank
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Eksportir
Dunia
Kanada
Rusia
Amerika Serikat
Inggris
Jerman
Norwegia
Finlandia
Indonesia
Belanda
Malaysia
2012
27,386
5,246
3,950
2,170
1,498
1,405
1,633
774
993
998
38
2013
27,845
4,613
3,775
2,107
1,445
1,324
1,387
631
942
866
69
Nilai (dalam Juta USD)
2014
2015
2016
30,314
25,363
18,537
4,768
4,127
3,111
4,021
2,665
2,019
2,206
2,187
1,882
1,510
1,255
1,086
1,394
1,232
986
1,456
1,179
910
595
449
543
1,058
806
596
1,060
816
737
666
1,422
525
Porsi
2017 2017 (%)
19,322 100.00%
2,841 14.71%
2,058 10.65%
2,006 10.38%
1,209
6.26%
1,202
6.22%
904
4.68%
756
3.91%
647
3.35%
630
3.26%
596
3.09%
2013
1.68%
-12.08%
-4.43%
-2.90%
-3.52%
-5.79%
-15.04%
-18.40%
-5.21%
-13.20%
82.15%
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
8.87%
-16.33% -26.91%
3.37%
-13.44% -24.63%
6.51%
-33.72% -24.25%
4.68%
-0.84%
-13.97%
4.48%
-16.86% -13.52%
5.30%
-11.61% -20.01%
4.96%
-19.05% -22.82%
-5.74% -24.60%
20.99%
12.37% -23.82% -26.12%
22.32% -22.98%
-9.66%
866.28% 113.42% -63.10%
CAGR
2017 2013-2017
4.24%
-7.05%
-8.65%
-9.24%
1.96%
-11.43%
6.61%
-0.98%
11.38%
-3.50%
21.97%
-1.91%
-0.59%
-8.20%
39.24%
3.67%
8.59%
-7.24%
-14.58%
-6.18%
13.65%
53.95%
2013
18.48%
7.83%
5.79%
1.37%
-7.85%
269.90%
-1.52%
-10.06%
-0.61%
-10.76%
-0.78%
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
11.14%
0.60%
-3.89%
0.38%
-10.42%
6.24%
3.47%
4.24%
-4.80%
10.93%
-4.93%
-1.13%
-23.59%
1.69%
86.04%
978.03% 31.34%
-5.31%
-4.54%
9.88%
0.42%
323.49% 162.92% -47.31%
14.43%
-4.39%
-35.83%
-9.45%
-6.79%
6.29%
30.40% 21.66%
0.87%
CAGR
2017 2013-2017
-2.74%
0.89%
6.53%
0.35%
-2.66%
-0.01%
5.49%
1.92%
31.65%
13.73%
49.41%
82.11%
-9.72%
-1.00%
4.75%
43.78%
46.20%
0.52%
-11.71%
-4.56%
-20.10%
5.04%
Lampiran 6. Volume Ekspor Nikel Dunia berdasarkan Negara
Rank
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Eksportir
Dunia
Rusia
Indonesia
Amerika Serikat
Finlandia
Filipina
Norwegia
Malaysia
Jerman
Inggris
Jepang
2012
1,543
223
92
79
50
1
92
14
71
88
31
2013
1,828
241
97
80
46
4
91
12
70
78
30
Nilai (dalam Ribu Ton)
2014
2015
2,031
2,044
242
217
100
105
89
85
35
36
47
62
87
95
52
136
81
77
71
66
39
48
Sumber : Trademap (diolah)
2016
1,964
230
100
84
66
58
96
72
49
70
48
2017
1,910
245
97
88
88
87
86
75
72
62
39
Porsi
2017 (%)
100.00%
12.83%
5.08%
4.63%
4.58%
4.56%
4.52%
3.94%
3.78%
3.25%
2.03%
273
Lampiran
Lampiran 7. Nilai Impor Nikel Dunia berdasarkan Negara
Rank
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
37
Eksportir
Dunia
Tiongkok
Amerika Serikat
Jepang
Jerman
Norwegia
Inggris
Perancis
Taiwan
Korea Selatan
Italia
Indonesia
2012
30,694
4,823
3,335
2,624
2,358
2,316
1,599
1,314
678
1,106
969
51
2013
29,657
4,525
2,859
2,411
1,823
1,876
1,436
1,169
574
1,115
957
68
Nilai (dalam Juta USD)
2014
2015
2016
31,936
26,981
21,187
4,097
5,155
4,957
3,441
2,629
1,973
2,856
2,302
1,746
1,804
1,437
1,251
1,902
1,356
993
1,414
1,251
1,004
1,136
937
698
669
567
707
980
778
747
996
802
633
65
49
46
Porsi
2017 2017 (%)
22,765 100.00%
4,643 20.40%
2,420 10.63%
2,074
9.11%
1,454
6.39%
1,255
5.51%
1,171
5.15%
825
3.62%
825
3.62%
801
3.52%
742
3.26%
49
0.22%
2013
-3.38%
-6.19%
-14.28%
-8.15%
-22.68%
-19.03%
-10.17%
-11.02%
-15.42%
0.88%
-1.29%
32.83%
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
7.69% -15.52% -21.47%
-9.45% 25.81%
-3.83%
20.35% -23.58% -24.97%
18.46% -19.38% -24.16%
-1.05% -20.36% -12.91%
1.41% -28.70% -26.78%
-1.55% -11.52% -19.75%
-2.82% -17.52% -25.57%
16.60% -15.25% 24.79%
-12.12% -20.60% -3.98%
4.11% -19.45% -21.14%
-4.51% -25.42% -6.31%
2013
12.24%
32.73%
6.69%
-7.20%
-6.09%
-14.60%
-1.12%
-15.02%
-3.72%
0.04%
1.54%
-5.97%
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
12.23%
0.09%
-0.63%
13.67% 20.05%
24.23%
19.66%
1.44%
-0.83%
24.64% -11.87%
-9.52%
-9.15%
-2.51%
2.40%
-2.94%
2.24%
-24.02%
-34.17% 14.50% 188.09%
-1.87%
-2.03%
11.17%
7.03%
21.30%
54.94%
-9.57%
-0.36%
-8.90%
57.07% -26.23% -12.23%
32.15% -49.30%
14.37%
2017
7.45%
-6.33%
22.67%
18.77%
16.17%
26.35%
16.64%
18.28%
16.60%
7.25%
17.24%
7.71%
CAGR
2013-2017
-5.15%
0.52%
-3.28%
-2.97%
-4.43%
-7.73%
-4.00%
-6.73%
7.53%
-6.40%
-4.96%
-6.39%
Lampiran 8. Volume Impor Nikel Dunia berdasarkan Negara
Rank
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
27
Eksportir
Dunia
Tiongkok
Jepang
Amerika Serikat
Norwegia
Jerman
Finlandia
Inggris
Taiwan
Perancis
Kanada
Indonesia
2012
1,850
317
206
170
191
155
41
118
37
71
56
3.72
2013
2,077
421
219
158
180
133
41
100
35
71
57
3.49
Nilai (dalam Ribu Ton)
2014
2015
2,330
2,333
478
574
263
266
197
173
163
159
129
132
27
31
98
96
38
46
64
64
89
66
4.62
2.34
2016
2,318
713
264
157
163
100
88
107
71
58
58
2.68
2017
2,230
636
273
193
138
110
107
96
70
63
62
4.33
Porsi
2017 (%)
100.00%
28.53%
12.25%
8.65%
6.20%
4.92%
4.81%
4.29%
3.16%
2.83%
2.77%
0.19%
CAGR
2017 2013-2017
-3.81%
1.43%
-10.83%
8.62%
3.43%
4.48%
22.97%
4.10%
-15.22%
-5.12%
9.80%
-3.71%
21.52%
21.42%
-10.87%
-0.97%
-0.65%
14.85%
7.90%
-2.40%
6.84%
1.68%
61.61%
4.37%
Lampiran 9. Nilai Ekspor Nikel Dunia berdasarkan Produk
Produk
Total Produk Nikel
Nikel-Matte
Nikel Tidak Ditempa
Skrap Nikel
Bubuk/Serpih Nikel
Batang dan Kawat Nikel
Pelat Nikel
Pipa Nikel
Barang Lain dari Nikel
HS Code
75
7501
7502
7503
7504
7505
7506
7507
7508
2012
27,123
5,316
13,345
718
815
3,124
1,496
1,099
1,209
Sumber : Trademap (diolah)
2013
27,831
5,059
13,691
620
770
3,986
1,298
1,073
1,334
Nilai (dalam Juta USD)
2014
2015
30,297 25,333
4,950 4,304
16,804 13,877
800
578
851
706
3,168 2,281
1,239 1,288
1,078
994
1,406 1,305
2016
18,507
3,514
8,860
500
596
1,910
970
896
1,261
2017
19,300
3,980
8,302
634
768
2,318
1,037
817
1,444
Porsi
2017 (%)
100.00%
20.62%
43.02%
3.29%
3.98%
12.01%
5.37%
4.23%
7.48%
2013
2.61%
-4.85%
2.60%
-13.64%
-5.53%
27.60%
-13.21%
-2.42%
10.34%
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
8.86% -16.38% -26.95%
-2.16% -13.05% -18.34%
22.74% -17.42% -36.16%
28.99% -27.77% -13.40%
10.53% -17.01% -15.69%
-20.52% -27.99% -16.26%
-4.54% 3.90% -24.69%
0.51% -7.75% -9.89%
5.40% -7.22% -3.35%
CAGR
2017 2013-2017
4.28% -7.06%
13.24% -4.68%
-6.29% -9.52%
26.79% 0.46%
28.98% -0.05%
21.34% -10.28%
6.90% -4.40%
-8.87% -5.31%
14.52% 1.60%
274
Lampiran
Lampiran 10. Volume Ekspor Nikel Dunia berdasarkan Produk
Produk
Total Produk Nikel
Nikel-Matte
Nikel Tidak Ditempa
Skrap Nikel
Bubuk/Serpih Nikel
Batang dan Kawat Nikel
Pelat Nikel
Pipa Nikel
Barang Lain dari Nikel
HS Code
75
7501
7502
7503
7504
7505
7506
7507
7508
2012
1,543
396
742
154
31
115
49
28
28
2013
1,828
530
875
131
34
137
49
24
49
Nilai (dalam Ribu Ton)
2014 2015
2,031 2,044
589
548
991
1,134
163
138
37
35
131
88
49
49
27
22
45
31
2016
1,964
696
911
148
34
80
42
32
20
Porsi
2017 2017 (%)
1,910 100.00%
747 39.09%
783 40.99%
145 7.61%
42
2.19%
99
5.20%
47
2.46%
24
1.23%
24
1.23%
2013
18.48%
33.85%
17.90%
-14.49%
8.91%
18.47%
-1.17%
-13.84%
76.08%
Pertumbuhan (% yoy)
2014 2015 2016
11.14% 0.60% -3.89%
11.23% -7.09% 27.14%
13.31% 14.40% -19.64%
23.87% -14.99% 7.17%
9.13% -4.42% -2.30%
-4.26% -33.04% -8.88%
0.09% -0.40% -13.34%
9.58% -17.18% 45.76%
-6.74% -32.53% -34.15%
CAGR
2017 2013-2017
-2.74% 0.89%
7.26%
7.10%
-14.06% -2.19%
-1.88% 2.06%
21.70% 4.40%
24.66% -6.15%
11.11% -0.81%
-27.20% -0.75%
17.00% -13.48%
Lampiran 11. Nilai Impor Nikel Dunia berdasarkan Produk
Produk
Total Produk Nikel
Nikel-Matte
Nikel Tidak Ditempa
Skrap Nikel
Bubuk/Serpih Nikel
Batang dan Kawat Nikel
Pelat Nikel
Pipa Nikel
Barang Lain dari Nikel
HS Code
75
7501
7502
7503
7504
7505
7506
7507
7508
Nilai (dalam Juta USD)
2012 2013 2014 2015
30,292 29,587 31,792 26,719
7,265 6,661 6,898 5,179
14,285 14,141 16,740 13,920
769
679
851
632
943
912
927
775
2,565 3,256 2,381 2,288
2,028 1,472 1,492 1,519
1,166 1,098 1,017 936
1,272 1,367 1,486 1,470
Porsi
Pertumbuhan (% yoy)
CAGR
2016 2017 2017 (%) 2013 2014 2015 2016 2017 2013-2017
20,972 22,628 100.00% -2.33% 7.45% -15.96% -21.51% 7.90% -5.22%
4,402 5,117 22.61% -8.32% 3.57% -24.92% -15.00% 16.23% -5.14%
9,989 9,894 43.73% -1.01% 18.38% -16.85% -28.24% -0.95% -6.89%
548
722 3.19% -11.77% 25.43% -25.79% -13.30% 31.91% 1.26%
642
856 3.78% -3.25% 1.66% -16.45% -17.05% 33.27% -1.25%
2,002 2,392 10.57% 26.98% -26.89% -3.89% -12.52% 19.50% -5.98%
1,153 1,219 5.39% -27.40% 1.35% 1.81% -24.09% 5.71% -3.71%
784
748 3.31% -5.81% -7.39% -7.99% -16.20% -4.61% -7.39%
1,451 1,678 7.42% 7.53% 8.65% -1.06% -1.26% 15.64% 4.18%
Lampiran 12. Volume Impor Nikel Dunia berdasarkan Produk
Produk
Total Produk Nikel
Nikel-Matte
Nikel Tidak Ditempa
Skrap Nikel
Bubuk/Serpih Nikel
Batang dan Kawat Nikel
Pelat Nikel
Pipa Nikel
Barang Lain dari Nikel
HS Code
75
7501
7502
7503
7504
7505
7506
7507
7508
2012
1,850
704
782
96
35
86
85
31
32
Sumber : Trademap (diolah)
2013
2,077
850
889
96
39
86
60
24
31
Nilai (dalam Ribu Ton)
2014 2015
2,330 2,333
974
857
983 1,118
117
106
38
38
83
87
62
67
35
25
39
34
2016
2,318
950
1,025
111
36
84
62
22
28
Porsi
2017 2017 (%)
2,230 100.00%
935 41.93%
913 40.93%
124 5.54%
46 2.06%
100 4.51%
61 2.75%
24 1.07%
27 1.21%
2013
12.24%
20.71%
13.67%
0.88%
10.14%
0.95%
-28.80%
-22.57%
-1.02%
Pertumbuhan (% yoy)
2014 2015 2016
12.23% 0.09% -0.63%
14.61% -11.97% 10.77%
10.52% 13.70% -8.26%
21.07% -8.90% 4.45%
-2.31% -1.54% -3.30%
-4.23% 5.54% -3.93%
3.35% 7.68% -7.96%
47.23% -28.23% -13.70%
22.98% -11.23% -17.45%
2017
-3.81%
-1.55%
-10.99%
11.24%
26.53%
19.84%
-0.66%
10.16%
-4.99%
CAGR
2013-2017
1.43%
1.93%
0.52%
5.09%
3.31%
3.08%
0.35%
0.09%
-3.06%
275
Lampiran
Lampiran 13. Nilai Ekspor Bijih Nikel Indonesia berdasarkan Negara
Rank
1
2
3
4
5
6
7
Eksportir
2012
1,489
1,253
61
27
32
12
102
2
Dunia
Tiongkok
Ukraina
Australia
Yunani
Hongkong
Jepang
Korea Selatan
Nilai (dalam Juta USD)
2013
2014
2015
2016
1,685
86
0
0
1,447
82
0
0
64
0
0
0
21
1
0
0
27
2
0
0
11
0
0
0
108
1
0
0
1
0
0
0
Porsi
2017 2017 (%)
155 100.00%
150 96.64%
5
3.36%
0
0.00%
0
0.00%
0
0.00%
0
0.00%
0
0.00%
2013
13.17%
15.54%
5.58%
-22.08%
-17.52%
-2.64%
5.82%
-32.40%
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
-94.90%
NA
NA
-94.32%
NA
NA
NA
NA
NA
-96.51%
NA
NA
-93.70%
NA
NA
NA
NA
NA
-98.81%
NA
NA
NA
NA
NA
2017
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
CAGR
2013-2017
-37.94%
-36.45%
-39.50%
NA
NA
NA
NA
NA
Lampiran 14. Nilai Impor Nikel Dunia berdasarkan Produk
Rank
1
2
3
4
5
6
7
Eksportir
2012
20
0
6
0
0
0
11
3
Dunia
Jerman
Australia
Korea Selatan
Perancis
Taiwan
Singapura
Amerika Serikat
2013
9
0
2
0
1
0
0
6
Nilai (dalam Ribu USD)
2014
2015
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2016
27
0
20
7
0
0
0
0
2017
38
23
16
0
0
0
0
0
Porsi
2017 (%) 2013
100.00% -55.00%
60.53%
NA
42.11% -66.67%
0.00%
NA
0.00%
NA
0.00%
NA
0.00%
NA
0.00%
NA
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
CAGR
2017 2013-2017
40.74% 33.39%
NA
NA
-20.00% 51.57%
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
Lampiran 15. Nilai Ekspor Nikel Indonesia berdasarkan Negara
Rank
Eksportir
Dunia
1 Jepang
2 Amerika Serikat
3 Thailand
4 India
5 Tiongkok
6 Singapura
7 Malaysia
8 Brazil
9 Bangladesh
10 Austria
2012
993
987
0.41
0.02
0.00
0.17
3.31
0.60
0.00
0.00
0.00
2013
942
929
6.63
0.80
0.11
0.15
4.23
0.19
0.00
0.00
0.00
Nilai (dalam Juta USD)
2014
2015
1,058
806
1,041
795
11.77
6.88
0.45
0.57
0.02
0.22
0.27
0.11
1.57
1.89
0.26
0.07
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Sumber : Trademap (diolah)
2016
596
587
4.50
1.33
0.03
0.13
0.77
0.10
0.11
0.02
0.00
Porsi
2017 2017 (%)
647 100.00%
633 97.90%
11.26 1.74%
0.92
0.14%
0.48
0.07%
0.36
0.06%
0.32
0.05%
0.15
0.02%
0.05
0.01%
0.03
0.00%
0.02
0.00%
Pertumbuhan (% yoy)
CAGR
2013
2014
2015
2016
2017 2013-2017
-5.21% 12.37% -23.82% -26.12% 8.59%
-7.24%
-5.94% 12.15% -23.62% -26.23% 7.88%
-7.38%
1509.71% 77.40% -41.56% -34.60% 150.53% 11.18%
3700.00% -43.61% 27.33% 132.81% -30.96% 2.91%
NA
-83.18% 1094.44% -85.58% 1432.26% 34.73%
-11.90% 83.78% -61.40% 20.00% 184.92% 19.39%
28.01% -62.81% 20.14% -59.18% -58.16% -40.22%
-67.61% 32.47% -73.54% 50.00% 50.98% -4.51%
NA
NA
NA
NA
-57.02%
NA
NA
NA
NA
NA
30.43%
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
276
Lampiran
Lampiran 16. Volume Ekspor Nikel Indonesia berdasarkan Negara
Rank
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Eksportir
Dunia
Jepang
India
Amerika Serikat
Singapura
Timor Leste
Thailand
Tiongkok
Bangladesh
Brazil
Malaysia
2012
91.8
91.512
0.000
0.031
0.031
0.046
0.000
0.003
0.000
0.000
0.033
2013
97.1
96.939
0.001
0.014
0.039
0.041
0.011
0.004
0.000
0.000
0.003
Nilai (dalam Ribu Ton)
2014
2015
2016
100.5
104.7
99.7
99.603 104.151 98.727
0.001
0.052
0.027
0.049
0.019
0.012
0.133
0.208
0.148
0.530
0.088
0.035
0.008
0.010
0.012
0.004
0.001
0.399
0.000
0.000
0.004
0.000
0.000
0.005
0.007
0.001
0.002
Porsi
2017 2017 (%)
97.1 100.00%
96.787 99.72%
0.125
0.13%
0.047
0.05%
0.043
0.04%
0.017
0.02%
0.015
0.02%
0.012
0.01%
0.005
0.00%
0.002
0.00%
0.002
0.00%
2013
5.79%
5.93%
NA
-53.66%
26.89%
-11.26%
13887.50%
71.01%
NA
NA
-90.67%
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
3.47%
4.24%
-4.80%
2.75%
4.57%
-5.21%
20.00% 4580.63% -48.13%
241.40% -61.32% -38.95%
238.58% 56.84% -28.62%
1197.64% -83.48% -60.44%
-31.12% 33.42%
13.33%
0.16% -78.91% 43849.50%
NA
NA
NA
NA
NA
NA
140.51% -85.88% 66.25%
CAGR
2017 2013-2017
-2.66%
-0.01%
-1.97%
-0.03%
362.86% 166.67%
302.25% 26.53%
-71.23%
1.74%
-50.31% -15.87%
25.41%
5.49%
-97.11% 21.81%
16.64%
NA
-62.15%
NA
4.14%
-10.08%
2013
32.83%
4.09%
30.83%
33075.00%
15.44%
-20.64%
NA
29.38%
-4.15%
-91.27%
235.39%
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
-4.51% -25.42% -6.31%
-15.79% -1.91%
12.46%
-26.57% 29.93% 12.97%
87.94% -64.25% -51.70%
158.99% 11.35% -71.59%
130.73% -45.20%
7.90%
NA
NA
NA
-41.76% 82.00% -25.41%
75.75% -48.51% 25.09%
310.29% 124.37% -39.78%
-26.31% -51.19% 18.10%
CAGR
2017 2013-2017
7.71%
-6.39%
-19.86% -5.73%
38.77%
8.39%
240.25% 2.00%
240.11% 22.75%
-32.07% -1.51%
NA
NA
-10.05% -6.59%
-17.52% -1.36%
-10.73% 37.69%
-13.49% -18.14%
Lampiran 17. Nilai Impor Nikel Indonesia berdasarkan Negara
Rank
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Eksportir
Dunia
Jepang
Tiongkok
Swiss
Korea Selatan
Singapura
Jamaika
Amerika Serikat
Kanada
Perancis
Jerman
2012
51.38
16.82
3.71
0.01
0.98
3.87
0.00
2.62
2.50
5.12
1.34
2013
68.25
17.50
4.86
3.98
1.13
3.07
0.00
3.39
2.40
0.45
4.50
Nilai (dalam Juta USD)
2014
2015
2016
65.17
48.60
45.54
14.74
14.46
16.26
3.57
4.63
5.23
7.48
2.68
1.29
2.92
3.26
0.93
7.09
3.88
4.19
0.00
0.00
0.00
1.97
3.59
2.68
4.22
2.17
2.72
1.83
4.12
2.48
3.32
1.62
1.91
2017
49.05
13.03
7.26
4.40
3.15
2.85
2.62
2.41
2.24
2.21
1.65
Porsi
2017 (%)
100.00%
26.57%
14.81%
8.96%
6.41%
5.80%
5.33%
4.91%
4.57%
4.51%
3.37%
Lampiran 18. Volume Impor Nikel Indonesia berdasarkan Negara
Rank
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Eksportir
Dunia
Tiongkok
Korea Selatan
Jepang
Taiwan
Singapura
Jamaika
Kanada
Swiss
Amerika Serikat
India
2012
3.72
0.39
0.06
0.97
0.07
0.27
0.00
0.12
0.00
0.06
0.01
2013
3.49
0.32
0.14
1.13
0.06
0.23
0.00
0.14
0.10
0.08
0.01
Nilai (dalam Ribu Ton)
2014
2015
4.62
2.34
0.42
0.40
0.40
0.20
0.97
0.62
0.04
0.04
0.32
0.15
0.00
0.00
0.20
0.14
0.29
0.11
0.04
0.07
0.04
0.02
Sumber : Trademap (diolah)
2016
2.68
0.30
0.06
0.87
0.03
0.32
0.00
0.23
0.05
0.06
0.00
2017
4.33
0.80
0.79
0.72
0.27
0.24
0.24
0.20
0.18
0.15
0.12
Porsi
Pertumbuhan (% yoy)
CAGR
2017 (%)
2013
2014
2015
2016
2017 2013-2017
4.46%
-5.97%
32.15% -49.30% 14.37% 61.61%
4.37%
0.82%
-17.46%
29.22% -4.50% -23.97% 163.32% 19.83%
0.82% 118.19% 194.68% -50.61% -67.76% 1138.22% 42.18%
0.74%
17.27%
-14.05% -36.45% 41.18% -17.35% -8.62%
0.28%
-13.06% -32.93% 0.66%
-34.23% 949.72% 36.05%
0.25%
-17.38%
41.30% -52.39% 112.94% -24.91%
1.47%
0.25%
NA
NA
NA
NA
NA
NA
0.20%
10.80%
47.56% -30.96% 61.25% -13.30%
7.33%
0.19% 228147.62% 205.41% -64.10% -47.82% 228.64% 13.46%
0.15%
38.34%
-49.38% 85.88% -18.56% 142.64% 13.20%
0.12%
74.13%
297.24% -43.42% -85.97% 3838.71% 65.52%
277
Lampiran
Lampiran 19. Nilai Ekspor Nikel Indonesia berdasarkan Produk
Produk
Total Produk Nikel
Nikel-Matte
Nikel Tidak Ditempa
Skrap Nikel
Bubuk/Serpih Nikel
Batang dan Kawat Nikel
Pelat Nikel
Pipa Nikel
Barang Lain dari Nikel
HS Code
75
7501
7502
7503
7504
7505
7506
7507
7508
Nilai (dalam Juta USD)
2012 2013 2014 2015
993.32 941.57 1,058.06 806.08
981.84 921.89 1,038.07 789.75
0.00
0.00
0.00
0.00
3.84
0.92
3.08
1.07
0.00
0.00
0.00
0.00
0.01
0.02
0.10
0.03
0.00
0.04
0.03
0.10
0.26
0.31
0.25
0.32
7.37 18.39 16.53 14.82
Porsi
Pertumbuhan (% yoy)
CAGR
2016 2017 2017 (%) 2013 2014 2015 2016 2017 2013-2017
595.51 646.66 100.00% -5.21% 12.37% -23.82% -26.12% 8.59% -7.24%
584.14 629.33 97.32% -6.11% 12.60% -23.92% -26.03% 7.74% -7.35%
1.13
0.00 0.00% NA
NA
NA
NA
NA
NA
1.35
1.94 0.30% -75.98% 234.02% -65.26% 25.58% 43.94% 15.97%
0.00
0.00 0.00% NA
NA
NA
NA
NA
NA
0.24
0.07 0.01% 240.00% 476.47% -72.45% 785.19% -71.97% 31.56%
0.23
0.03 0.00% NA -27.27% 200.00% 140.63% -88.31% -9.31%
0.39
0.17 0.03% 19.38% -20.13% 28.86% 24.29% -56.35% -11.00%
8.03 15.12 2.34% 149.38% -10.10% -10.32% -45.83% 88.29% -3.84%
Lampiran 20. Volume Ekspor Nikel Indonesia berdasarkan Produk
Produk
Total Produk Nikel
Nikel-Matte
Nikel Tidak Ditempa
Skrap Nikel
Bubuk/Serpih Nikel
Batang dan Kawat Nikel
Pelat Nikel
Pipa Nikel
Barang Lain dari Nikel
HS Code
75
7501
7502
7503
7504
7505
7506
7507
7508
2012
91.78
91.02
0.00
0.52
0.00
0.00
0.00
0.01
0.22
2013
97.10
96.60
0.00
0.13
0.00
0.00
0.01
0.03
0.32
Nilai (dalam Ribu Ton)
2014 2015
100.47 104.74
99.36 103.80
0.00
0.00
0.40
0.40
0.00
0.00
0.01
0.13
0.00
0.00
0.01
0.01
0.69
0.40
2016
99.32
98.53
0.13
0.31
0.00
0.01
0.00
0.21
0.12
Porsi
2017 2017 (%)
101.17 100.00%
100.69 99.52%
0.00 0.00%
0.35 0.34%
0.00 0.00%
0.00 0.00%
0.00 0.00%
0.01 0.01%
0.12 0.12%
2013
5.79%
6.13%
NA
-74.38%
NA
NA
NA
116.67%
45.05%
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
3.47% 4.25% -5.17%
2.86% 4.46% -5.07%
NA
NA
NA
196.27% 1.26% -22.39%
NA
NA
NA
400.00% 1230.00% -91.73%
-92.31% 0.00% 300.00%
-65.38% 0.00% 2277.78%
114.60% -42.55% -70.03%
CAGR
2017 2013-2017
1.86%
0.83%
2.19%
0.83%
NA
NA
11.86% 21.10%
NA
NA
-72.73% 8.45%
-75.00% -40.13%
-96.73% -23.08%
1.68% -17.78%
2013
32.84%
300.00%
49.42%
NA
18.08%
197.53%
-25.42%
-54.95%
20.84%
Pertumbuhan (% yoy)
2014 2015
2016
-4.51% -25.42% -6.31%
375.00% 157.89% -18.37%
39.82% -49.78% 34.65%
NA
NA
NA
30.15% -23.60% -13.97%
-25.15% -40.65% -23.45%
-27.11% 14.66% -29.61%
93.03% 16.47% -15.32%
-4.00% -29.49% 37.87%
CAGR
2013-2017
-6.39%
-24.21%
5.64%
NA
5.94%
-15.18%
2.04%
-3.91%
-10.56%
Lampiran 21. Nilai Impor Nikel Indonesia berdasarkan Produk
Produk
Total Produk Nikel
Nikel-Matte
Nikel Tidak Ditempa
Skrap Nikel
Bubuk/Serpih Nikel
Batang dan Kawat Nikel
Pelat Nikel
Pipa Nikel
Barang Lain dari Nikel
HS Code
75
7501
7502
7503
7504
7505
7506
7507
7508
2012
51.38
0.00
6.00
0.00
0.90
10.88
14.28
10.90
8.42
Sumber : Trademap (diolah)
2013
68.25
0.00
8.96
0.11
1.06
32.38
10.65
4.91
10.18
Nilai (dalam Juta USD)
2014 2015
65.17 48.60
0.02 0.05
12.53 6.29
0.00 0.00
1.38 1.05
24.23 14.38
7.76 8.90
9.48 11.04
9.77 6.89
2016
45.54
0.04
8.47
0.00
0.91
11.01
6.27
9.35
9.50
2017
49.05
0.00
11.79
0.00
1.41
14.21
11.79
4.02
5.83
Porsi
2017 (%)
100.00%
0.00%
24.04%
0.00%
2.88%
28.97%
24.03%
8.20%
11.88%
2017
7.71%
-97.50%
39.15%
NA
56.02%
29.07%
88.09%
-56.96%
-38.65%
278
Lampiran
Lampiran 22. Volume Impor Nikel Indonesia berdasarkan Produk
Produk
Total Produk Nikel
Nikel-Matte
Nikel Tidak Ditempa
Skrap Nikel
Bubuk/Serpih Nikel
Batang dan Kawat Nikel
Pelat Nikel
Pipa Nikel
Barang Lain dari Nikel
HS Code
75
7501
7502
7503
7504
7505
7506
7507
7508
2012
3.72
0.00
0.39
0.00
0.06
0.58
1.54
0.50
0.64
Sumber : Trademap (diolah)
2013
3.49
0.00
0.67
0.01
0.06
1.23
0.60
0.25
0.68
Nilai (dalam Ribu Ton)
2014
2015
3.83
2.34
0.01
0.00
0.74
0.41
0.00
0.00
0.07
0.06
1.12
0.64
0.45
0.35
0.70
0.41
0.74
0.48
2016
2.68
0.00
0.77
0.00
0.05
0.62
0.27
0.30
0.66
Porsi
2017 2017 (%)
4.62 4.56%
0.00 0.00%
1.40 1.38%
0.00 0.00%
0.17 0.16%
0.78 0.77%
1.47 1.45%
0.38 0.37%
0.43 0.43%
2013
-5.98%
NA
71.98%
NA
0.00%
111.57%
-61.27%
-50.90%
7.04%
Pertumbuhan (% yoy)
2014
2015
2016
9.65% -38.85% 14.30%
NA -88.89% 200.00%
11.06% -44.95% 89.00%
NA
NA
NA
14.29% -23.61% -7.27%
-8.65% -42.90% -3.13%
-24.08% -23.35% -21.84%
182.93% -41.52% -27.27%
7.75% -34.46% 37.27%
CAGR
2017 2013-2017
72.39%
5.73%
-100.00%
NA
80.60% 15.85%
NA
NA
223.53% 21.24%
26.49% -8.56%
438.60% 19.63%
26.69%
8.80%
-34.99% -8.82%
279
Lampiran
Lampiran 23. Daya Saing Ekspor Nikel Indonesia
Keterangan :
RSCA : 0 s.d 1= Produk Kompetitif, 0 s.d -1= Produk Tidak Kompetitif. Revealed Symmetric Comparative Advantage atau RSCA merupakan indikator untuk
mengukur daya saing suatu komoditi. Pada dasarnya perhitungan ini sama dengan perhitungan RCA, tetapi dengan pembilang dikurangi 1 dan penyebut
ditambah 1. Hal ini bertujuan untuk menciptakan distribusi normal dari nilai RSCA. Nilai RSCA berkisar antara -1 sampai dengan 1. Apabila hasil
perhitungan antara 0 dan 1 maka komoditas tersebut memiliki keunggulan komparatif yang baik. Sebaliknya tidak memiliki keunggulan komparatif apabila
bernilai 0 sampai dengan -1.
Revealed Symmetric Comparative Advantage atau RSCA merupakan indikator untuk mengukur daya saing suatu komoditi. Pada dasarnya perhitungan ini
sama dengan perhitungan Revealed Comparative Advantage RCA, tetapi dengan pembilang dikurangi 1 dan penyebut ditambah 1. Hal ini bertujuan untuk
menciptakan distribusi normal dari nilai RSCA. Nilai RSCA berkisar antara -1 sampai dengan 1. Apabila hasil perhitungan antara 0 dan 1 maka komoditas
tersebut memiliki keunggulan komparatif yang baik. Sebaliknya tidak memiliki keunggulan komparatif apabila bernilai 0 sampai dengan -1.
RCA =
π‘Ώπ’Šπ’‹ /π‘Ώπ’Šπ’•
π‘Ώπ’Šπ’˜/π‘Ώπ’˜
; RSCA =
𝑹π‘ͺ𝑨−𝟏
𝑹π‘ͺ𝑨+𝟏
dimana:
Xij : nilai ekspor komoditas i dari negara j ke pasar terkait
Xit : total nilai ekspor dari negara j ke pasar terkait
Xiw : nilai ekspor dunia komoditas i ke pasar terkait
Xwt : total nilai ekspor dunia ke pasar terkait
280
Tim Penyusun
Indonesia Eximbank Institute
Enny Listyorini (Kepala Divisi)
Rini Satriani (Kepala Departemen Riset & Pengembangan)
Donda Sarah Hutabarat (Analis Eksekutif Pertama)
Hayuka Firmansyah (Analis Senior 2)
Winda Inayati Kus Utami (Analis Senior 1)
Sarah Zhafira Afifah (Pelaksana Senior 1)
M. Candra Fajar Sodiq (Internship)
Fariz Izzi Hibaturrahman (Internship)
Noviyanti (Internship)
University Network for Indonesia Export Development (UNIED)
Prof. Dr. Muhammad Firdaus
Dr. Tanti Noviyanti SP, M. Si
Dr. Widyastutik, SE, M. Si
Download