UniversityNetwork for Indonesia ExportDevelopment PROYEKSI EKSPOR BERDASARKAN INDUSTRI : KOMODITAS UNGGULAN Institute Penyusun: • Indonesia Eximbank Institute • University Network For Indonesia Export Development (UNIED) diwakili oleh Institute Pertanian Bogor (IPB) Judul: Proyeksi Ekspor Berdasarkan Industri: Komoditas Unggulan Penerbit: Indonesia Eximbank Prosperity Tower, 1st Floor , District 8 Sudirman Central Business District (SCBD) Lot 28 Jl. Jenderal Sudirman, Kav. 52 – 53 Jakarta 12190 – Indonesia Telepon : +62 21 3950 3600 Fax : +62 21 3950 3699 [email protected] www.indonesiaeximbank.go.id Edisi Februari 2019 Pernyataan 1. Kajian Proyeksi Ekspor Berdasarkan Industri: Komoditas Unggulan, – termasuk di dalamnya data, informasi dan analisis – merupakan kajian obyektif Divisi Indonesia Eximbank Institute dan ITAPS-Intercafe IPB dari hasil pengolahan berbagai sumber data dan informasi yang kredibel yang telah memperoleh pengayaan dari masukan dan saran dari Direktur Eksekutif Indonesia Eximbank. 2. Buku ini didukung oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dalam rangka mendukung referensi berbasis penelitian untuk pengambilan kebijakan dan keputusan bisnis untuk mendukung peningkatan ekspor komoditas unggulan. 3. Buku kajian ini ditujukan bagi Kementerian/Lembaga dan Instansi terkait lainnya, pelaku usaha serta akademisi dan mahasiswa. 4. Pandangan yang dikemukakan dalam publikasi ini tidak merepresentasikan pandangan otoritas nasional Republik Indonesia. Segala tindakan yang diambil atas dasar informasi ini merupakan tanggung jawab sendiri dan penyusun tidak bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh penggunaan publikasi ini. 2 DAFTAR ISI 1 Minyak Kelapa Sawit (HS Code 1511) 12 2 Kakao dan Produk Kakao (HS Code 1801 s/d 1806) 42 3 Kopi (HS Code 090111, 090112, 090121, 090122, 090190) 65 4 Karet dan Produk Karet (HS Code 4001 s/d 4017) 82 5 Perikanan dan Hasil Laut (HS Code 0301 s/d 0308 dan 1603 s/d 1605) 103 6 Kayu dan Furniture Kayu (HS Code 44, 940161, 940169, 94033 s/d 94036) 128 7 Tekstil dan Produk Tekstil (HS Code 50 s/d 63) 150 8 Kertas dan Produk Kertas (HS Code 4801 s/d 4823) 209 9 Batubara dan Lignit (HS Code 2701 s/d 2702) 232 10 Nikel (HS Code 7501 s/d 7508) 252 4 Sambutan Menteri Keuangan Republik Indonesia Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, salam sejahtera bagi kita semua, om swastiastu, namo buddhaya, salam kebajikan. Ekspor adalah kegiatan yang mampu menggambarkan daya saing suatu negara, yang merupakan turunan dari inovasi, produktivitas, dan daya saing suatu negara dengan negara lain. Tahun 2018 mencatatkan defisit bagi neraca perdagangan kita karena dinamika ekonomi global yang tinggi dan tidak menentu. Kenaikan impor tidak diimbangi dengan kenaikan ekspor. Sampai dengan saat ini, ekspor Indonesia masih didominasi produk yang berbasis sumber daya alam sehingga sangat mudah dipengaruhi oleh volatilitas harga komoditas dunia. Untuk itu komoditas ekspor harus dilihat dengan hati-hati baik dari sisi supply maupun dari sisi demand. Dalam kaitan ini, saya menyambut baik dan positif atas penerbitan edisi pertama buku kajian proyeksi ekspor berdasarkan industri yang mengulas mengenai performa dan proyeksi 10 komoditas unggulan ekspor Indonesia. Kolaborasi dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), dan University Network for Indonesia Export Development (UNIED) ini menunjukkan sinergi yang baik antara Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan akademisi. LPEI merupakan Special Mission Vehicle (SMV) di bawah Kementerian Keuangan RI yang memegang mandat untuk mendorong peningkatan ekspor melalui penyediaan Pembiayaan, Penjaminan, Asuransi dan Jasa konsultasi. Sehingga penting bagi LPEI untuk memahami kinerja ekspor suatu sektor. Sementara itu, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai merupakan institusi penting negara ini. Dalam kaitannya dengan ekspor, DJBC berperan agar pelaku usaha merasa menjadi legal itu mudah, mendukung perindustrian agar makin kuat, meningkatkan ekspor, dan menjaga impor, meningkatkan fasilitasi dan policy. Akademisi berperan menyumbangkan pemikiran-pemikiran segar untuk kemajuan pengembangan ekspor nasional yang mampu menggali potensi ekspor . Saya berharap hasil kajian ini dapat memberikan pandangan atas proyeksi kinerja ekspor 10 komoditas unggulan di tahun 2019, termasuk mengulas faktor-faktor yang dapat menjadi penghambat atau justru pendorong di setiap rantai pasoknya. Sehingga hasil kajian ini dapat menjadi basis dalam perumusan kebijakan Pemerintah dan pengambilan keputusan bisnis bagi pelaku usaha. Kesinambungan dalam penyusunan kajian sangat penting dan dapat diperluas baik dari sisi jumlah komoditas maupun pendalaman dan penguatan analisa serta metodologi yang digunakan. Edisi pertama merupakan langkah awal, sehingga tentunya masih banyak ruang untuk perbaikan agar edisi-edisi berikutnya semakin baik lagi. Akhir kata, saya memberikan apresiasi kepada semua pihak yang turut berkontribusi sehingga buku ini dapat disusun dan diterbitkan. Semoga Tuhan yang Maha Kuasa meridhoi langkah kita bersama. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Jakarta, Februari 2019 Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Republik Indonesia 6 Prakata Peran ekspor nasional semakin penting dalam perekonomian Indonesia ke depan. Selain memiliki peluang, kinerja ekspor menghadapi tantangan yang semakin besar dan kompleks baik yang terkait dengan faktor-faktor domestik maupun global. Dalam kaitan ini, perumusan kebijakan berbasis riset (research based policy) yang impactful di bidang ekspor menjadi semakin penting guna percepatan kinerja ekspor ke depan. Faktor-faktor ini yang melandasi Indonesia Eximbank bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan University Network for Indonesia Export Development (UNIED) atau Jaringan Perguruan Tinggi untuk Pengembangan Ekspor Indonesia menyusun Kajian Outlook Ekspor Berdasarkan Industri. Riset ini mengulas perkembangan dan proyeksi ekspor 10 komoditas unggulan ekspor Indonesia yaitu (i) minyak kelapa sawit, (ii) karet dan produk karet, (iii) kakao, (iv) kopi, (v) tekstil dan produk tekstil, (vi) kayu dan kayu olahan, (vii) kertas dan produk kertas, (viii) ikan dan hasil laut, (ix) batubara dan (x) nikel. Dalam penyusunan kajian ini, digunakan dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Data ekspor secara rinci dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) dan berbagai sumber data lainnya yang dimiliki LPEI menjadi basis data sekunder dalam penyusunan kajian. Selanjutnya kolaborasi dengan UNIED yang memiliki pemahaman dan penguasaan metode dan alat analisa yang teruji menjadikan kajian ini menjadi lebih kredibel dan independen. Institut Pertanian Bogor menjadi perwakilan UNIED untuk kajian ini. Selain itu, sejumlah literatur maupun riset mengenai komoditas unggulan yang pernah dibuat sebelumnya oleh lembaga riset lain juga dijadikan rujukan sumber data dan informasi di dalam buku ini. Data primer diperoleh melalui pelaksanaan Focus Group Discussion atas rancangan awal kajian ini untuk memperoleh pandangan dan masukan dari Lembaga, Kementerian, Asosiasi dan pelaku usaha. Kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi sebesar-besarnya kepada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Pertanian yang telah mengikuti FGD dimaksud sehingga dapat melengkapi data dan analisa sebelumnya. Kami mengharapkan di tahun depan, K/L terkait dapat menjadi bagian penyusunan kajian ini sebagai kerja bersama dalam rangka mendorong kinerja ekspor Indonesia. Kepada Asosiasi dan pelaku usaha diucapkan terima kasih sebesarbesarnya. Secara mandat LPEI memiliki kepentingan untuk dapat mengetahui performa ekspor ke depan di setiap sektor terutama di tengah kinerja ekspor yang tidak ringan dan tantangan di Internal LPEI yang semakin tidak mudah. Sementara, kontribusi perguruan tinggi diharapkan turut andiI dalam rangka perumusan kebijakan, regulasi, dan strategi operasional dalam pengembangan ekspor nasional terutama dalam rangka peningkatan daya saing ekspor melalui produk-produk ekspor unggulan indonesia. Di tengah dinamika ekonomi global yang bergerak dengan cepat, tentunya perubahan angka proyeksi ekspor berpeluang besar terjadi. Untuk itu, dalam setiap proyeksi di masing-masing komoditas kami juga mencatat sejumlah faktor-faktor yang menjadi upside risk dan downside risk. Sehingga kajian ini di masa yang akan datang akan selalu diperbaharui secara periodik agar pemangku kepentingan memperoleh analisa terkini mengenai komoditas unggulan ekspor Indonesia. Kajian ini ditampilkan dengan infografis dengan harapan mudah dipahami oleh pembaca. Kami meyakini dan berharap kajian ini dapat menjadi rujukan bagi Pemerintah untuk perumusan kebijakan dan bagi LPEI serta pelaku usaha untuk keputusan bisnis ke depan. 8 Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat ruang untuk perbaikan. Penyempurnaan metodologi serta tambahan analisa dan informasi ke depan tentunya akan memperkaya edisi berikutnya. Sebagai penutup, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi langkah kita bersama untuk terus kerja bersama dalam mendorong kinerja ekspor Indonesia. Jakarta, Februari 2019 Sinthya Roesly Direktur Eksekutif Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (Indonesia Eximbank) Heru Pambudi Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI Arif Satria Chairman UNIED 10 MINYAK KELAPA SAWIT (HS Code 1511) Minyak sawit sebagai komoditas unggulan Minyak sawit merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia berdasarkan hasil pemilihan komoditas unggulan ekspor (winning commodities) dengan menggunakan metode analisis Computable General Equilibrium (CGE) dan Export Product Dynamics (EPD). Minyak sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode CGE Pemilihan komoditas unggulan ekspor diidentifikasi berdasarkan hasil simulasi ketika terjadi peningkatan pemintaan ekspor secara arbitrary sebesar 10%, komoditas tersebut paling responsif terhadap variabel sektoral Indonesia berdasarkan tiga indikator kunci yaitu (1) peningkatan ekspor bersih (bobot 60%), (2) output (bobot 20%), dan (3) penyerapan tenaga kerja (bobot 20%). Berdasarkan hasil CGE, minyak sawit menempati peringkat 2 dengan indeks komposit sebesar 3.32. Peringkat 2 Sektor Dampak terhadap Perubahan Nilai Ekspor (Milyar Rupiah) Dampak terhadap Output (Perubahan Persentase) Dampak terhadap Tenaga Kerja (Perubahan Persentase) Indeks Komposit 5,728.02 1.76 5.19 3.32 Minyak Hewani & Minyak Nabati Sumber : Kajian Winning Commodities IPB 2018 Minyak Sawit sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode EPD Lost Opportunity Rising Star India, Belanda, Gabon Saudi Arabia, Portugal, Mali + - O - Retreat Tiongkok, Denmark, Jerman, Yunani, Italia, Jepang, Spanyol, Amerika Serikat, dan 60 Negara Lainnya + Eritrea, Namibia Uni Eropa merupakan salah satu konsumen terpenting dalam industri kelapa sawit. Parlemen Uni Eropa mengeluarkan resolusi soal sawit dan pelarangan biodiesel berbasis sawit karena dinilai masih menciptakan banyak masalah sebagai berikut : • Deforestasi; • Korupsi; • Pekerja Anak; dan • Pelanggaran HAM Falling Star Sumber : WITS, Oktober 2018 Minyak sawit merupakan salah satu komoditas yang paling banyak diekspor. Komoditas ini masih terus menghadapi ganjalan perdagangan berupa kampanye negatif di Uni Eropa yang berdampak pada penurunan nilai ekspor. Berdasarkan hasil EPD, minyak sawit berada pada posisi lost opportunity di beberapa negara Eropa dan negara lainnya yaitu di India, Belanda, Gabon, Arab Saudi, Portugal, dan Mali. 13 Produksi dan konsumsi minyak sawit dunia merupakan yang tertinggi diantara minyak nabati lainnya Minyak nabati dengan produksi dan konsumsi paling tinggi di dunia adalah minyak sawit (palm oil). Pada 2017/18, produksi minyak sawit mencapai porsi 51,51% dari total produksi empat minyak nabati utama (sawit, kedelai, kernel dan kelapa), sementara untuk konsumsi berkontribusi 50,32% dari total empat minyak nabati tersebut. Produksi dan Konsumsi Empat Minyak Nabati Utama Dunia Produksi (Juta Metrik Ton) 2010/11 Palm Oil Soybean Oil Palmkernel Oil Coconut Oil Grand Total 2015/16 49.2 41.5 5.4 3.1 99.2 2016/17 58.9 51.5 6.4 2.6 119.4 Growth yoy (2017/18) 2017/18 65.3 53.7 7.0 2.5 128.4 69.3 54.9 7.5 2.8 134.5 Produksi 2017/18 6.17% 2.36% 6.94% 12.20% 4.73% Palm Kernel Oil 5,58% Coconut Oil 2,07% Soybean Oil 40,85% Palm Oil 51,51% Sumber : Commodity Markets Outlook, October 2018 Konsumsi (Juta Metrik Ton) Konsumsi 2017/18 Palm Oil Soybean Oil Palmkernel Oil Coconut Oil Grand Total Coconut Oil 2,08% Palm Kernel Oil 5,63% Soybean Oil 41,98% 2010/11 Palm Oil 50,32% 2015/16 45.3 40.5 5.2 3.2 94.2 2016/17 59.3 52.1 6.7 2.7 120.7 Growth yoy (2017/18) 2017/18 61.6 53.3 6.9 2.5 124.3 65.4 54.5 7.3 2.7 129.9 6.14% 2.23% 6.15% 10.07% 4.54% Sumber : Commodity Markets Outlook, October 2018 • Produksi dan konsumsi Minyak Sawit pada 2017/18 menunjukkan pertumbuhan masing-masing sebesar 6,17% yoy dan 6,14% yoy, atau lebih tinggi dari pertumbuhan total keempat minyak nabati utama tersebut (produksi tumbuh 4,73% yoy dan konsumsi tumbuh 4,54% yoy). • Minyak nabati dengan porsi terbesar kedua setelah Minyak Sawit adalah minyak kedelai (soybean oil) dengan porsi produksi dan konsumsi tahun 2017/18 masing-masing: 40,85% dan 41,98%. Tren Produksi dan Konsumsi Minyak Sawit Produksi 2010/11 2015/16 Konsumsi 2016/17 2017/18 2010/11 2015/16 2016/17 2017/18 India European Union China Malayssia Pakistan 18,2 23,7 25,5 27,2 6,08% 2,1 2,8 3,0 3,1 Indonesia 1,98% 2,2 3,0 2,7 3,1 Others 2,57% 5,8 4,8 4,8 5,1 Guatemala 4,8 6,6 6,8 6,6 Nigeria -0,38% 5,9 9,1 9,6 9,8 Colombia 7,05% 3,77% 5,86% 6,3 9,3 9,2 10,5 0,2 0,6 0,7 0,7 Thailand 8,81% 3,6 4,5 5,0 5,1 0,00% 1,0 1,0 1,0 1,0 Malaysia 22,34% 13,00% 0,8 1,3 1,1 1,6 6,38% 1,8 1,8 2,5 2,7 Indonesia 5,45% 18,2 17,7 18,9 19,7 23,6 32,0 36,0 38,5 9,69% Others Sumber : Commodity Markets Outlook, October 2018 • Sebagai produsen sekaligus konsumen utama dunia untuk produk Minyak Sawit, pertumbuhan majemuk (CAGR) produksi dan konsumsi Indonesia per tahun pada periode 2015/16-2017/18 masing-masing berada di level 9,69% dan 6,38%. • Sementara itu, Malaysia selaku produsen tersesar kedua mencatatkan CAGR sebesar 5,45% selama periode yang sama. 14 Produksi dan Konsumsi Minyak Sawit Menunjukkan Peningkatan yang Signifikan pada Empat Dekade Terakhir Produksi dan Konsumsi total empat minyak nabati utama (sawit, kedelai, kernel dan kelapa) menunjukkan peningkatan dan pergeseran yang signifikan pada empat dekade terakhir. Pada 2010/11, total produksi dan konsumsi keempat minyak nabati tersebut mencapai masing-masing 99,15 juta Ton dan 94,22 juta Ton atau naik masing-masing 74,42% dan 73,36% dari dekade sebelumnya (2000/01). Selama empat dekade terakhir, terjadi perubahan porsi produksi dan konsumsi empat minyak nabati utama. Pada 1980/81, produksi dan konsumsi minyak nabati didominasi oleh minyak kedelao (60,29%). Namun, proporsi tersebut bergeser sehingga pada 2010/11, minyak sawit merupakan minyak nabati dengan produksi dan konsumsi terbesar (49,63%). Produksi Empat Minyak Nabati Utama Per Dekade 1980/81 1990/91 20,86 JT TON Palm Kernel Oil 2,70% Coconut Oil 13,54 % Soybean Oil 60,29 % Palm Oil 23,47 % 79,87% 31,62 JT TON 51,61% Coconut Oil 10,62 % Palm Kernel Oil 4,63% Soybean Oil 49,86 % Palm Oil 34,89 % 2000/01 Coconut Oil 5,71% Palm Kernel Oil Soy-4,46% Palm Oil 42,66 % bean Oil 47,17 % 2010/11 74,42% 56,85 JT TON 99,15 JT TON Coconut Oil 3,12% Palm Kernel Oil 5,44% Soybean Oil 41,82 % Palm Oil 49,63 % Konsumsi Empat Minyak Nabati Utama Per Dekade 1980/81 1990/91 20,35 JT TON Palmkernel Oil 2,53% Coconut Oil 13,06 % Palmkernel Oil 4,46% Palm Oil 23,40 % Soybean Oil 61,01 % 2000/01 31,17 JT TON 53,14% 74,37% Coconut Oil 10,22 % Palm Oil 35,79 % Soybean Oil 49,54 % 2010/11 54,35 JT TON Coconut Oil 5,87% Palmkernel Oil 4,61% Soybean Oil 48,10 % 94,22 JT TON 73,36% Palm Oil 41,42 % Soybean Oil 42,97 % Palm- Cocokernel nut Oil Oil 3,44% 5,55% Palm Oil 48,04 % Produksi dan konsumsi Minyak Sawit menunjukkan peningkatan yang signifikan serta terdapat pergeseran porsi pada sisi produsen maupun konsumen pada empat dekade terakhir. Pada 2010/11, total produksi dan konsumsi Minyak Sawit masing-masing 49,20 juta Ton dan 45,27 juta Ton atau naik masingmasing 102,92% dan 101,09% dari dekade sebelumnya (2000/01). Selama empat dekade terakhir, terjadi perubahan porsi produsen Minyak Sawit utama, pada 1980/81, produsen Minyak Sawit terbesar adalah Malaysia (54,98%). Proporsi tersebut bergeser sehingga pada 2010/11, Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar (47,96%). Dari segi konsumen utama, tidak terdapat banyak perubahan negara konsumen utama Minyak Sawit, kecuali: proporsi India dan Tiongkok yang terlihat meningkat dan proporsi EU yang terlihat mengecil. Produsen Empat Minyak Nabati Utama Per Dekade 119,77% 2000/01 102,92% 125,37% Nigeri1990/91 Guate 1980/81 4,89 JT TON Guatem Nigeria 10,62% ala 0,00% Indones ia 15,36% Others 17,01% Colomb ia 1,63% Thailan d 0,39% Malaysi a 54,98% 1980/81 4,76 JT TON Indonesia Others 11,78% 52,42% Pakistan 4,85% Malaysia 8,82% a 5,44% 11,03 JT TON mala 0,05% Indon esia 24,02 % Other s 11,74 % Colom bia 2,28% Malay sia 54,66 % Thaila nd 1,81% Other s 8,49% Colom bia 2,14% Thaila nd 2,39% 24,25 JT TON Guate mala 0,51% Nigeri a 3,01% Indon esia 34,23 % Malay sia 49,23 % Konsumen Empat Minyak Nabati Utama Per Dekade 1990/91 2000/01 101,80% 134,20% 11,15 JT TON India 9,05% EU 12,74% Others 46,16% China 0,34% Indonesia 11,92% India 2,32% EU 13,53% China 10,70% Pakistan 7,17% Malaysia 8,19% Pakista n 5,53% China EU 9,01%12,39% Colom bia 1,53% Guate mala 0,47% Others 7,33% Indone sia 47,96 % Malays ia 37,01 % 101,09% 2010/11 Others 40,30% 45,27 JT TON Indone sia 14,50% Malaysi a 6,98% Nigeria 1,97% Thailan d 3,72% 22,51 jt ton Others 37,55% 2010/11 49,20 JT TON India 14,04% Pakista n 4,62% Malaysi a 4,87% Indones ia 13,85% India 13,06% China 12,81% EU 10,49% Sumber : Commodity Markets Outlook, October 2018 15 Ekspor dan impor minyak sawit dunia tahun 2017 meningkat dengan Indonesia sebagai eksportir terbesar dan India sebagai importir terbesar Total nilai ekspor dan impor Minyak Sawit dunia tahun 2017 masing-masing mencapai USD34,1 miliar dan USD33,9 miliar atau tumbuh 22,02% yoy dan 20,06% yoy. Pertumbuhan ekspor dan impor Minyak Sawit Dunia pada tahun 2017 membaik dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh negatif. • Indonesia menjadi eksportir Minyak Sawit terbesar dunia dengan pangsa 54,19% total ekspor dunia pada tahun 2017, diikuti oleh Malaysia dengan pangsa 28,27%. Sementara itu, importir terbesar dunia tahun 2017 adalah India dengan pangsa pasar 19,96%, diikuti oleh Tiongkok (10,31%) dan Pakistan (6,18%). • Dari lima eksportir utama dunia, yang tren ekspornya tercatat meningkat selama 2013-2017 (CAGR positif) adalah Indonesia, Niger dan Papua Nugini. Sementara itu dari sisi impor, negara dengan CAGR positif selama 2013-2017 adalah Pakistan dan Spanyol. Ekspor dan Impor Minyak Sawit Dunia -10,16% -12,90% 2013 ColombiaHonduras 1,12% 1,01% Germany 1,01% Papua New Guinea 1,51% Netherlands 3,54% Thailand 0,63% Germany 2,35% 2014 2015 Italy 3,25% Pakistan 6,18% Netherlands 5,90% Spain 4,27% Tren Impor 5 Negara Utama 2016 2017 CAGR 2013-2017 -0,7% 2013 2014 2015 2016 2017 Malaysia Netherlands Niger Papua New Sumber : Trademap,Oxford Economics, LPEI, diolah 2018 Guinea Sumber : www.trademap.org, diolah India China -6,1% Pakistan Netherlands 15,6% 812 1.114 873 1.036 1.450 0,2% 513 510 430 390 517 10 10 28 130 654 1.530 1.391 1.076 1.072 1.210 182,5% 3,3% 2.572 2.170 1.715 1.593 2.000 -5,7% -8,1% 4.904 4.383 3.704 2.865 3.496 6.967 6.551 5.922 5.642 6.770 -5,8% 12.289 11.995 9.501 9.064 9.660 15.839 17.465 15.385 14.365 18.513 United States of America 3,23% Bangladesh 2,95% Tren Ekspor 5 Negara Utama Indonesia China 10,31% Egypt 2,20% Indonesia 54,19% 2013 India 19,96% Lainnya 39,40% Malaysia 28,27% CAGR 2013-2017 4,0% % yoy 28.249 -20,00% 2017 Importir Dunia (2017) Lainnya 5,49% Niger 1,91% 0,00% -10,00% 2016 Eksportir Dunia (2017) Guatemala 1,31% 10,00% -7,49% -15,62% 2015 2014 20,00% 20,06% 1.843 1.944 1.653 1.701 2.096 - 30,00% 22,02% -4,36% -13,47% -6,60% Pertumbuhan Impor - skala kanan 33.916 3,49% 27.998 30.536 29.274 20.000 10.000 37.782 33.521 Juta USD 30.000 34.692 40.000 Pertumbuhan Ekspor - skala kanan 34.163 Impor (Juta USD) 35.289 Ekspor (Juta USD) Spain Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu 16 Tren ekspor minyak sawit Indonesia di tahun 2018 mengalami pelemahan salah satunya akibat kenaikan bea tarif di India yang merupakan negara tujuan ekspor no 1 minyak sawit Indonesia Indonesia merupakan net eksportir Minyak Sawit baik secara nilai maupun secara volume Total nilai ekspor dan impor Minyak Sawit Indonesia tahun 2017 masing-masing mencapai USD18,5 miliar dan USD33,9 juta atau tumbuh masing-masing 28,9% yoy dan -56,2% yoy. Sementara itu total volume ekspor dan impor Minyak Sawit tahun 2017 masingmasing mencapai 17,3 juta Ton dan 0,49 ribu Ton atau tumbuh masing-masing di level 0,54% yoy dan -4,89% yoy. • Ekspor Minyak Sawit Indonesia ditujukan ke lima negara utama (2017), yaitu: India (26,44%), Tiongkok (11,18%), Pakistan (7,89%), Spanyol (4,97%) dan Bangladesh (4,45%). • Selama 2013-2017, CAGR nilai ekspor Minyak Sawit naik 3,98% karena meningkatnya permintaan dari negara tujuan utama. Selama tahun 2013-2017, CAGR (pertumbuhan majemuk per tahun) nilai ekspor Indonesia ke negara utama tersebut tercatat positif: India (3,4%), Tiongkok (3,6%), Pakistan (15,7%), Spanyol (18,8%) dan Bangladesh (13,2%). Nilai Ekspor dan Impor Minyak Sawit Indonesia Growth (% yoy) dalam Juta USD Keterangan CAGR (20132017) 2013 2014 2015 2016 2017 Neraca (Ekspor-Impor) 15,792 17,465 15,381 14,361 18,511 Jan-Agst 2018 10,887 28.90% -11.52% 4.05% Ekspor 15,839 17,465 15,385 14,365 18,513 10,887 28.87% -11.53% 3.98% 47.0 0.4 4.6 4.1 1.8 0.5 -56.22% -69.13% -55.74% Impor 2017 Jan-Agst 2018 Volume Ekspor dan Impor Minyak Sawit Indonesia Growth (% yoy) dalam Ribu Ton Keterangan CAGR (20132017) 2014 2015 2016 2017 Neraca (Ekspor-Impor) 20512.4 22,892 26,460 22,757 22,880 Jan-Agst 2018 17,306 Ekspor 20,578 22,892 26,468 22,759 22,882 17,307 0.54% -3.86% 2.69% Impor 65.56 0.30 7.57 2.66 2.53 0.49 -4.89% -80.15% -55.69% 2013 Jan-Agst 2018 2017 0.54% -3.85% 2.77% • Namun demikian, selama Januari-Agustus 2018. nilai dan volume ekspor Minyak Sawit Indonesia turun, masing-masing di level 11,53% yoy dan -3,86% yoy. Hal ini disebabkan oleh melemahnya permintaan sejumlah pasar tujuan utama. Sejumlah isu yang menghambat ekspor Indonesia antara lain: (i) Tingginya bea masuk sawit ke India untuk melindungi industri pengolahannya; (ii) Isu deforestasi dan kebijakan penghapusan biofuel berbasis pangan oleh Parlemen Eropa; dan (iii) Tingginya persediaan produk minyak nabati lainnya di pasar global (seperti minyak rapeseed dan minyak bunga matahari). Tren Nilai Ekspor ke Lima Negara Utama 2013 China 11,18% Italy 3,81% Netherlands 4,18% Egypt 4,38% Spain Bangladesh 4,97% 4,45% Sumber : www.trademap.org, diolah 2016 2017 3,6% 15,7% 1.794 1.790 2.047 1.642 2.069 United States of America 3,16% 2015 Pakistan 7,89% India China Pakistan 18,8% 13,2% 502 796 672 575 825 4.282 3.635 3.217 3.439 4.895 Malaysia 2,72% 2014 CAGR 2013-2017 3,4% 462 673 570 689 920 India 26,44% Lainnya 26,82% 814 1.354 1.313 1.289 1.460 Tujuan Ekspor (2017) Spain Bangladesh Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu 17 Ekspor minyak sawit Indonesia bergeser dari jenis minyak sawit mentah ke ekspor fraksi minyak Sawit Berdasarkan jenis produk, nilai ekspor Minyak Sawit tahun 2017 terbesar adalah Fraksi Minyak Sawit (74,62%) dan Minyak Sawit Mentah (25,38%). Kemajuan hilirisasi industri minyak sawit Indonesia terlihat cukup jelas. Jika dibandingkan satu dekade lalu (2007), porsi Minyak Sawit Mentah lebih besar (53,02%) dibandingkan Fraksi Minyak Sawit (46,98%). • Pada 2017, nilai ekspor Fraksi Minyak Sawit mencapai USD 13,8 miliar USD atau tumbuh 24,91% yoy dari tahun sebelumnya (11,1 miliar USD). Sementara itu, secara volume, ekspor Fraksi Minyak Sawit Indonesia justru turun di level -5,70% yoy sehingga hanya mencapai 16,5 juta Ton setelah mencapai 17,5 juta Ton. Selama 2013-2017, CAGR ekspor Fraksi Minyak Sawit Indonesia masih tercatat tumbuh 6,20% per tahun untuk nilai dan 4,17% per tahun untuk volume. Berdasarkan negara tujuan, ekspor Fraksi Minyak Sawit menunjukkan tren positif selama lima tahun terakhir (CAGR 2013-2017) ke lima negara utama kecuali ke India baik secara nilai maupun secara volume. • Nilai ekspor Produk Minyak Sawit Mentah mencapai USD4,7 miliar pada Ekspor Minyak Sawit Indonesia 2017 atau naik 42,13% yoy dari tahun sebelumnya (USD3,3 miliar). Dari sisi volume, ekspor Minyak Sawit Mentah juga naik 21,18% yoy dari 5,3 juta 2017 2008 Ton pada 2016 menjadi 6,4 juta Ton pada 2017. Selama 2013-2017, CAGR ekspor Minyak Sawit Mentah Indonesia masih tercatat tumbuh 6,20% per Minyak Sawit tahun untuk nilai dan 4,17% per tahun untuk volume. Berdasarkan negara Mentah tujuan, ekspor Minyak Sawit Mentah ke lima negara utama menunjukkan Minyak Fraksi 25,38% Fraksi tren beragam selama lima tahun terakhir (CAGR 2013-2017). CAGR nilai Sawit Minyak Minyak Mentah Sawit dan volume ekspor ke India menunjukkan tren positif, sementara itu tren Sawit 53,02% 46,98% 74,62% ekspor ke Belanda, Singapura dan Italia menunjukkan tren menurun (negatif), baik secara nilai maupun volume. Khususnya ke Spanyol, CAGR 2013-2017 nilai ekspor masih tercatat positif, namun volume ekspor tercatat menurun. Rincian Ekspor Minyak Sawit dalam Juta USD HS Code Produk '151190 Fraksi Minyak Sawit '151110 Minyak Sawit Mentah 2013 2014 2015 2016 2017 Porsi 2017 CAGR 2013-17 Growth 2017 10,860 13,258 10,997 11,060 13,815 74.62% 6.20% 24.91% 4,979 4,207 4,388 3,306 4,698 25.38% -1.44% 42.13% Ribu Ton HS Code Produk '151190 Fraksi Minyak Sawit '151110 Minyak Sawit Mentah 2013 2014 2015 2016 2017 Porsi 2017 CAGR 2013-17 Growth 2017 13,993 17,166 18,679 17,475 16,479 72.02% 4.17% -5.70% 6,585 5,727 7,789 5,284 6,403 27.98% -0.70% 21.18% Fraksi Minyak Sawit (151190) Sumber : www.trademap.org, diolah Minyak Sawit Mentah (151110) Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu 18 Persebaran Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia terkonsentrasi di Sumatera dan Kalimantan • Sebaran luas area perkebunan kelapa sawit di Indonesia berdasarkan kepemilikan pada tahun 2017 didominasi oleh Perkebunan Besar Swasta (49,17%), diikuti oleh Perkebunan Rakyat (45,64%) dan Perkebunan Besar Negara (5,19%). Berdasarkan wilayah, persebaran luas area perkebunan kelapa sawit terbesar berada di Sumatera (57,48%), diikuti oleh Kalimantan (36,25%), dan Sulawesi (4,28%). • Sementara itu, produksi perkebunan kelapa sawit di Indonesia berdasarkan kepemilikan pada tahun 2017 juga didominasi oleh Perkebunan Besar Swasta (57,70%), diikuti oleh Perkebunan Rakyat (36,90%) dan Perkebunan Besar Negara (5,40%). Berdasarkan wilayah, produksi perkebunan kelapa sawit terbesar berasal di Sumatera (60,57%), diikuti oleh Kalimantan (34,89%), dan Sulawesi (3,46%). Luas Area Produksi (Ribu Ha) 2016 Perkebunan Rakyat 2016 2017 1 1 Bali & NTB Maluku - 8 8 Jawa Sulawesi Papua 26 39 949 1.119 Kalimantan Sumatera Bali & NTB 9 11 6 6 201 206 Sulawesi Jawa 91 132 Papua 213 294 3.544 4.152 2017 3.137 3.267 Kalimantan Sumatera - 23 21 Jawa Maluku 26 26 Sulawesi - 28 26 Papua Bali & NTB 91 73 2.311 2.424 2017 Kalimantan Sumatera 539 493 2016 Perkebunan Besar Swasta Maluku Perkebunan Besar Negara Produksi (Ribu Ton) 0 0 Maluku - 4 8 Jawa Bali & NTB 45 53 2017 Papua 1.740 1.929 7 10 Maluku Sumatera 10 12 Jawa - 72 199 Papua Bali & NTB 410 622 Sulawesi 493 562 8.854 9.952 Kalimantan Bali & NTB 47 58 Jawa - 40 34 Papua Maluku 18 8 Sulawesi 135 143 Kalimantan Sumatera 2016 Kalimantan 8.671 9.094 Sumatera 2017 Sulawesi 2016 2017 Perkebunan Rakyat 1.649 1.618 2016 Perkebunan Besar Swasta 9.293 10.167 Perkebunan Besar Negara Dengan demikian, produktivitas perkebunan sawit Indonesia pada 2017 adalah 2,80 Ton/Ha, turun tipis dari 2016 (2,81 Ton/Ha). Berdasarkan kepemilikan, produktivitas perkebunan tertinggi adalah: Perkebunan Besar Swasta 3,29 Ton/Ha. Sementara itu berdasarkan wilayahnya, Sumatera mencatatkan produktivitas tertinggi (2,95 Ton/Ha), namun turun dari tahun sebelumnya (3,07 Ton/Ha) Produktivitas (Ton/Ha) 2017 3,13 3,29 2,44 2,27 Perkebunan Perkebunan Perkebunan Besar Negara Besar Swasta Rakyat Sumber : Statistik Kelapa Sawit Indonesia 2017, BPS 1,08 1,45 1,64 2,19 0,73 0,81 Maluku 2016 2,67 2,92 2017 Jawa 2,80 3,07 2,95 2016 2,57 2,70 2,10 2,27 Sulawesi 2,81 Wilayah 2017 Kalimantan 2016 Sumatera Total Papua Kepemilikan 19 Status tanaman kelapa sawit • Berdasarkan status tanaman, Tanaman Belum Menghasilkan (Immature) pada 2017 mencapai 2,3 juta Ha atau meningkat 16,5% yoy, Tanaman Menghasilkan (Mature) mencapai 9,7 juta Ha atau meningkat 9,4% yoy, sementara itu Tanaman Tidak Menghasilkan/Tua/Rusak (Damage) hanya seluas mencapai 306 ribu Ha atau turun 16,1% yoy. • Berdasarkan regional, sebaran tanaman Immature pada 2017 paling luas berada di Sumatera (1,1 juta Ha) diikuti oleh Kalimantan (990 ribu Ha). Sementara itu, pertumbuhan year-on-year (yoy) tanaman Immature tertinggi pada 2017 berada di Papua (naik 116,64% dari 35 ribu Ha pada 2016 menjadi 76 ribu Ha pada 2017). • Sebaran tanaman Mature tertinggi masih di Sumatera (5,7 juta Ha) dan Kalimantan (3,4 juta Ha) yang masing-masing tumbuh 9,76% yoy dan 7,32% yoy pada 2017. • Tanaman Damage di Sumatera mencapai 205 ribu Ha atau meningkat 14,21% yoy. Sementara itu di Kalimantan, luas tanaman Damage adalah terbesar kedua, yaitu 51 ribu Ha, namun turun 65,87% yoy dari tahun sebelumnya. Area dengan pertumbuhan luas tanaman Damage terbesar adalah Sulawesi, yang tumbuh 89,49% yoy. • Berdasarkan kepemilikan, Perkebunan Besar Negara menunjukkan penurunan untuk jenis tanaman Immature (-36,17% yoy) dan Mature (-9,63% yoy), sementara itu tanaman Damage naik di level 187,48% yoy. • Perkebunan Besar Swasta mencatatkan pengelolaan yang cukup baik, dimana tanaman Immature dan Mature tumbuh positif masing-masing di level 15,50% yoy dan 5,30% yoy, sementara itu Damage turun di level -37,67% yoy. • Sementara itu, Perkebunan Rakyat mencatatkan peningkatan pada seluruh jenis tanaman: Immature naik 21,41% yoy, Mature naik 17,89% yoy dan Damage naik 9,05% yoy. Lahan Menurut Status (Ribu Ha) 2016 2017 8.844 9.672 2.321 1.993 365 Immature Mature 306 Damage Berdasarkan Regional (Ribu Ha) Damage 2017 2017 0 0 3 2 Maluku 14 11 Papua Jawa 19 36 Sulawesi 7 10 Maluku Kalimantan 30 30 Jawa 180 205 150 51 96 110 Papua Sumatera 292 359 3.184 3.418 2016 Sulawesi 3 2 Maluku Kalimantan 4 3 Jawa 2016 Sumatera 35 76 Sulawesi Papua 2017 129 132 843 990 Kalimantan 979 1.119 Sumatera Mature 5.234 5.745 Immature 2016 Berdasarkan Regional (Ribu Ha) 2017 2017 129 Perkebunan Rakyat 118 147 Perkebunan Besar Swasta 10 Perkebunan Besar Negara Perkebunan Rakyat 30 4.223 2016 3.582 4.893 4.647 Damage 556 615 Sumber : Statistik Kelapa Sawit Indonesia 2017, BPS Perkebunan Besar Swasta Perkebunan Rakyat Perkebunan Besar Negara 1.262 1.039 1.006 Perkebunan Besar Swasta 52 Perkebunan Besar Negara 82 2016 2017 871 2016 Mature 237 Immature 20 Struktur rantai pasok kelapa sawit • Struktur jaringan rantai pasok kelapa sawit: o Penyediaan tandan buah segar kelapa sawit di perusahaan hingga diolah menjadi crude palm oil (CPO). o Proses aliran produk dimulai dari penyediaan bahan baku yang berasal dari tiga jenis aliran, yaitu perkebunan unit usaha, kebun se induk, dan dari hasil perkebunan kelapa sawit rakyat melalui pengepul yang menjadi supplier pabrik kelapa sawit. o Pabrik kelapa sawit bertanggung jawab untuk mengolah bahan baku hingga menjadi produk crude palm oil (CPO) dan hasil sampingnya berupa inti kelapa sawit (PKO). o Produk CPO dan PKO kemudian didistribusikan kepada konsumen agroindustri sekunder, baik berupa pasar luar negeri maupun pasar dalam negeri melalui kontrak kerja dan pelelangan yang telah disetujui oleh pihak kantor pusat perusahaan. • Selain kedua produk tersebut, dihasilkan pula produk samping lainnya berupa cangkang sawit dan effluent yang juga dikirimkan kepada konsumen. • Penelitian dilakukan di perusahaan sawit swasta dan BUMN, serta perusahaan hulu dan hilir dari minyak sawit yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Sumber : Penelitian Analisis Rantai Pasok (Supply Chain) Minyak Sawit Tahun 2018, Universitas Sumatera Utara 21 Efisiensi dan titik kritis rantai pasok kelapa sawit • Dari sisi efisiensi, industri CPO belum efisien. Untuk meningkatkan efisiensi maka perlu dilakukan berbagai pembenahan. Dari model DEA dengan pendekatan input orinted menunjukkan bahwa pabrik CPO yang belum efisien dapat meningkatkan efisiensinya dengan menurunkan penggunaan input (jumlah pekerja dan nilai bahan baku) dengan output dihasilkan tetap. • Peran pemerintah juga perlu ditingkatkan terutama bagi perusahaan milik pemerintah (PTPN) yang memiliki tingkat efisiensi paling rendah dibandingkan perusahaan swasta nasional dan asing. Pemerintah sebagai pemegang saham pabrik sawit memiliki peran yang penting untuk meningkatkan efisiensi pabrik-pabrik tersebut terutama apabila ingin bersaing dengan pabrik milik swasta nasional dan asing. • Pabrik milik swasta nasional memiliki nilai efisiensi lebih tinggi dibandingkan pabrik milik pemerintah. Hal ini disebabkan pabrik PKS milik swasta nasional relatif lebih baru dan sebagian besar sudah terintegrasi dengan industri turunan CPO, seperti minyak goreng. Saat ini, pasar yang dituju terfokus pada pasar domestik. • Strategi untuk meningkatkan daya saing adalah dengan melakukan kebijakan hilirisasi integrasi dari hulu ke hilir. • Titik kritis rantai pasok Kelapa Sawit Indonesia, antara lain: 1. Ketidaksesuaian perencanaan kapasitas dengan realisasi pengolahan. 2. Kesenjangan bahan baku tersedia dengan rancangan. 3. Ketidaksesuaian rantai pasok dengan anggaran biaya. 4. Rendemen yang dihasilkan tidak memenuhi standar 5. Target produksi tidak tercapai 6. Keterlambatan bahan baku dari pemasok dan afdeling 7. Bahan baku tidak memenuhi rancangan kapasitas 8. Rendahnya mutu pasokan bahan baku 9. Bahan baku yang tidak sesuai/tidak lolos sortasi 10. Perubahan kualitas bahan baku 11. Tidak melakukan evaluasi kinerja pemasok Sumber : Penelitian Analisis Rantai Pasok (Supply Chain) Minyak Sawit Tahun 2018, Universitas Sumatera Utara 22 Kesenjangan kualitas pengembangan usaha ekspor minyak kelapa sawit • Tantangan industri kelapa sawit Indonesia untuk meningkatkan kualitas ekspor kelapa sawit. 1. Terkait standar Free Fatty Acid (FFA). FFA merupakan ukuran utama kualitas CPO. Faktor rendahnya FFA dapat disebabkan oleh buah sawit yang dipetik terlalu tua atau terlalu muda, pengolahan yang tertunda dan suhu perebusan yang terlalu tinggi. Untuk menyelesaikan masalah FFA, setiap perusahaan CPO dan petani kelapa sawit perlu memiliki teknologi untuk memastikan kematangan kelapa sawit. 2. Sulitnya akses terhadap bibit berkualitas. Hal ini disebabkan oleh tingginya permintaan bibit kelapa sawit namun tidak diimbangi oleh ketersediaan bibit sawit unggul dan bersertifikat. 3. Adanya monopolistic competition yang memengaruhi harga kelapa sawit. Monopolistic Competition merupakan sebuah situasi ketika harga bukan menjadi faktor utama tingginya pembelian atau keuntungan. Hal ini terjadi ketika kampanye negatif terhadap industri kelapa sawit terjadi cukup masif terkait masalah lingkungan. 4. Harga CPO sangat dipengaruhi oleh Eropa. Padahal Indonesia merupakan negara produsen kelapa sawit, namun dengan statusnya tersebut tetap tidak mampu menentukan harga. Sumber : Penelitian Analisis Rantai Pasok (Supply Chain) Minyak Sawit Tahun 2018, Universitas Sumatera Utara 23 Daya saing minyak sawit Indonesia di India tergerus akibat kebijakan bea masuk bagi minyak sawit Indonesia dan adanya perjanjian perdagangan minyak sawit antara Malaysia dan India Perdagangan Indonesia-India USD miliar 2015 2016 4,0 4,0 2,7 2,9 4,0 Ekspor Indonesia ke Impor Indonesia India dari India 2017 9,07 8,30 8,99 7,22 10,12 2014 13,0 12,2 11,7 10,1 14,1 2013 Neraca Indonesia India • Total perdagangan Indonesia – India pada 2017 mencapai USD18,0 miliar, dengan total ekspor Indonesia ke India sebesar USD14,1 miliar dan total impor Indonesia dari India sebesar USD4,0 miliar. • Indonesia mencatatkan neraca perdagangan positif terhadap India pada 2017 sebesar USD10,12 miliar. • Sepanjang tahun pengamatan (sejak 2001), perdagangan Indonesia dengan India selalu mencatatkan surplus di sisi Indonesia. • Minyak sawit dan batubara merupakan dua ekspor utama Indonesia ke India dengan porsi masing-masing 34,76% dan 33,45% terhadap total ekspor Indonesia ke India. • Oleh karena itu, penerapan kenaikan bea masuk Minyak Sawit Indonesia di India berkontribusi terhadap turunnya kinerja ekspor Minyak Sawit Indonesia. Secara kumulatif Januari – Agustus 2018, nilai ekspor Minyak Sawit Indonesia tercatat telah turun 11,53% yoy. • Bea masuk Minyak Sawit Indonesia di India rencananya akan dinaikkan dari 30% menjadi 44% untuk minyak kelapa sawit dan dari 40% menjadi 54% untuk produk turunan sawit per 1 Januari 2019, hal tersebut terkait skema Asean-India Free Trade Agreement (AIFTA). Kenaikan tarif impor produk turunan sawit India bisa berdampak signifikan terhadap volume impor dari Indonesia dan Malaysia. Namun demikian, India dan Malaysia menyepakati kebijakan panen awal (early harvest) sehingga bea masuk Minyak Sawit asal Malaysia per 1 Januari 2019 menjadi 4% lebih rendah dari pada Minyak Sawit asal Indonesia: 40% untuk minyak sawit dan 50% untuk produk turunan sawit. Skema itu berdasarkan India dan Malaysia Coomprehensive Economic Cooperation Agreement (CECA). • Hal ini menguntungkan minyak kelapa sawit Malaysia namun menyebabkan minyak kelapa sawit Indonesia menjadi relatif kurang kompetitif. Fraksi Minyak Sawit (151190) Kabel tembaga 1,34% Kertas tidak dilapisi 1,07% Lainnya 19,46% Minyak bumi 6,58% Minyak Sawit 34,76% Asam lemak monokarbo ksilat 1,87% Karet Alam 3,14% Minyak Sawit Mentah (151110) Lainnya 64,98% Batubara 33,45% Biji Tembaga 4,93% Sumber : www.trademap.org, diolah Kacang tanah 5,85% Cyclic hydrocarbo ns 5,65% Motor cars/vehicle s 4,07% Kendaraan bermotor untuk mengangkut barang 3,58% Besi setengah jadi atau baja nonalloy 5,34% Daging sapi, beku 3,95% Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu 24 Harga minyak sawit menurun karena tingginya pasokan dan upaya sejumlah negara meningkatkan penggunaan minyak nabati lainnya • Harga rata-rata Minyak Sawit di pasar global selama Januari – Oktober 2018 tercatat di level USD579,2/metric Ton, turun 10,77% dibandingkan harga rata-rata sepanjang 2017 (USD649,1/metric Ton) karena sejumlah faktor: o Pasokan global cukup tinggi (over supply) di negara produsen utama: Indonesia dan Malaysia karena faktor cuaca yang baik. o Isu deforestasi dan kebijakan penghapusan biofuel berbasis pangan oleh Parlemen Eropa menekan permintaan Minyak Sawit di pasar global. o Harga Minyak Sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya. Perang dagang AS dan Tiongkok menyebabkan tertahannya demand Tiongkok atas produk kedelai asal AS, hal ini menyebabkan harga kedelai di pasar global turun dan ikut menyeret tertekannya harga Minyak Sawit. Di sisi lain, pemberlakuan Tiongkok berupa penerapan bea masuk 25% atas kedelai AS akan mendorong naiknya harga Minyak Sawit. • Harga rata-rata Minyak Sawit pada 2018 diperkirakan berada di level USD570/metric Ton atau turun di level -12,2% yoy. Pada 2019, harga Minyak Sawit diperkirakan tumbuh tipis 3,9% yoy ke level USD592/metric Ton. Penerapan B20 (atau biodiesel 20% yang merupakan bahan bakar diesel campuran 20% minyak nabati dan 80% minyak bumi) oleh pemerintah Indonesia diperkirakan akan menjadi faktor pendorong harga Minyak Sawit tahun 2019. 1.600 120 1.300 90 1.000 60 700 30 400 Minyak Sawit Jan2018 2019 2020 2021 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Okt P P P P 2018 901 1.12 999 857 821 559 639 649 579 570 592 615 639 Minyak Kedelai 1.00 1.29 1.22 1.05 909 683 734 758 709 695 716 738 761 Minyak Bumi 104 105 104 96 51 43 53 70 72 74 69 69 79 USD/barel USD/metric Ton Harga Minyak Sawit, Minyak Kedelai, & Minyak Mentah Dunia - Pada tahun 2017, harga Minyak Sawit di pasar global naik tipis 1,56% yoy, sementara kenaikan harga di pasar domestik (di tingkat pengumpul) naik pada level yang relatif lebih tinggi. Medan Padang Pekanbaru Jambi 10.000 900,0 8.000 700,0 6.000 500,0 4.000 300,0 2013 2014 2015 2016 2017 Harga Dunia (USD/metric Ton) Harga Domestik (Rp/kg) Perkembangan Harga Minyak Sawit di Pasar Domestik dan Global • Harga rata-rata di Medan tahun 2017 mencapai Rp8.057/kg, naik 1,58% yoy (dari Rp7.932/kg pada tahun 2016). • Harga rata-rata di Padang tahun 2017 mencapai Rp8.878/kg, naik 12,22% yoy (dari Rp7.911/kg pada tahun 2016). • Harga rata-rata di Pekanbaru tahun 2017 mencapai Rp8.943/kg, naik 10,57% yoy (dari Rp8.088/kg pada tahun 2016). • Harga rata-rata di Jambi tahun 2017 mencapai Rp8.511/kg, naik 16,09% yoy (dari Rp7.311/kg pada tahun 2016). • Harga rata-rata di Pangkal Pinang tahun 2017 mencapai Rp7.066/kg, naik 3,83% yoy (dari Rp6.805/kg pada tahun 2016). • Harga rata-rata di Pontianak tahun 2017 mencapai Rp7.911/kg, atau sama dengan harga tahun sebelumnya. • Harga rata-rata di Banjarmasin tahun 2017 mencapai Rp8.537/kg, naik 23,66% yoy (dari Rp6.904/kg pada tahun 2016). Harga domestik merupakan harga di tingkat pengumpul (kolektor) Sumber : Kementerian Pertanian, melalui CEIC, diolah 25 Adanya kenaikan harga tipis pada minyak sawit global di 2019 dikonfirmasi oleh rendahnya stock-to-usage ratio Proyeksi perbaikan harga Minyak Sawit di tahun 2019 juga terkonfrmasi dari estimasi Stock-to-usage ratio (SUR) 2018/19F Minyak Sawit dunia yang relatif rendah (13,0%), lebih rendah dari 2017/18 (13,3%) dan rata-rata 5 tahun terakhir (13,9%), hal ini optimis akan mendorong peningkatan harga Minyak Sawit ke depannya. Juta Ton 26 Penggunaan minyak sawit sebagai bahan biodiesel optimis masih pada tren meningkat Indonesia tetap berkomitmen untuk menjalankan rencana peningkatan biodiesel meskipun harga minyaknya saat ini rendah, sehingga melemahkan daya tarik penggunaan biodiesel dan membuat sektor ini sangat bergantung pada dukungan Pemerintah. Pemerintah telah membuat kebijakan agresif untuk mendukung produksi biodiesel dalam beberapa tahun terakhir - campuran Minyak Sawit wajib menjadi 15% pada tahun 2015 dan mulai, pada Q4-16, mulai memberlakukan 20% untuk campurannya. BMI Research Pemerintah Indonesia meminta pemerintah Malaysia untuk merealisasikan rencana penggunaan biodiesel B20 untuk meningkatkan permintaan minyak kelapa sawit. Saat ini Indonesia dan Malaysia sudah membentuk dewan negara-negara produsen minyak sawit atau Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC). Negara-negara yang tergabung di CPOPC akan bekerja sama meyakinkan China untuk juga ikut merealisasikan penggunaan pencampuran bahan bakar solar dengan bahan bakar kelapa sawit minimal 5 % (B5). Sumber: Kompas, November 2018. Tiongkok meningkatkan pembelian minyak sawit dan biodisel dari Indonesia sepanjang Oktober 2018. Naiknya impor minyak sawit Tiongkok didorong oleh pengurangan pasokan kedelai oleh Tiongkok dari AS sebagai efek dari perang dagang kedua negara raksasa tersebut. Selain itu, pembelian biodiesel Tiongkok naik signifikan angka karena Tiongkok mulai mempromosikan penggunaan biodiesel dalam rangka mengurangi emisi gas rumah kaca. Pilot project B5 telah dilaksanakan di Shanghai dan akan terus dipromosikan secara luas di Tiongkok. Program ini tentunya membuka peluang bagi pasar biodiesel berbasis minyak sawit Indonesia untuk membuka pasar di Tiongkok. Sumber: sawitindonesia.com, Desember 2018. Pemerintah melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 152 Tahun 2018 tentang tarif layanan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit menetapkan untuk membebaskan pungutan ekspor minyak sawit jika harga minyak sawit beserta turunannya berada di bawah US$ 570 per ton. Tarif akan dikenakan bervariasi antara US$ 10 sampai US$ 25 per ton jika harga minyak sawit mulai perlahan bangkit di kisaran harga US$ 570 per ton hingga US$ 619 per ton. Aturan ini masih sesuai dengan klasifikasi komoditas yang tercantum dalam PMK 152/2018. Sementara itu, pungutan ekspor juga bakal kembali seperti semula yaitu sebesar 50% jika harga minyak sawit telah melewati batas harga US$ 619 per ton. Aturan baru ini merupakan revisi atas PMK 81/2018. Harga Biodiesel Februari 2019 Terdongkrak Minyak Sawit. Indeks Harga Pasar (HIP) Harga Bahan Bakar Nabati (BBN) untuk biodiesel periode Febuari meningkat 10% menjadi Rp 7.015 per liter dibandingkan periode Januari Rp 6.371 per liter. Salah satu penyebabnya adalah kenaikan harga kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO). Besaran ongkos angkut pada formula perhitungan harga Biodiesel mengikuti ketentuan dalam Keputusan Menteri ESDM No. 350 K/12/DJE/2018. Indikator lainnya yakni konversi nilai kurs menggunakan referensi rata-rata kurs tengah Bank Indonesia periode 15 Desember 2018 s.d.14 Januari 2019. Sumber: www.katadata.co.id, Januari 2019 27 Isu perusakan lingkungan masih membayangi Minyak Sawit Indonesia Isu lingkungan dan hak buruh seputar produksi Minyak Sawit terus menekan industri Minyak Sawit Indonesia dan mendorong produsen besar untuk mengadopsi skema berkelanjutan. BMI Research Uni Eropa akan lebih protektif dengan makanan berbasis Minyak Sawit dan biodiesel. Pada bulan Maret 2017, Parlemen Eropa menyetujui sebuah laporan tentang Minyak Sawit dan penggundulan hutan di hutan hujan, yang meminta adanya UE menerapkan kriteria keberlanjutan minimum untuk produk Minyak Sawit dan mempertimbangkan perubahan penggunaan lahan saat menilai biofuel yang dihasilkan dari minyak nabati. Rencana-rencana tersebut akan direkomendasikan melalui amandemen musim dingin UE atas paket energi, yang akan memiliki kekuatan hukum. BMI Research Pemerintah tengah mempersiapkan sejumlah isu penting yang akan dibawa dalam pertemuan Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) atau Dewan Negara-Negara Penghasil Minyak Sawit yang akan digelar pada Desember 2018 di Malaysia. Kesempatan tersebut akan digunakan untuk mencari solusi atas kampanye hitam yang selama ini dituduhkan terhadap sawit Indonesia dan mengambil langkah-langkah baik taktis maupun strategis untuk menghadapinya. Sumber: Liputan 6, November 2018. Uni Eropa berencana mendeklarasikan Delegated Act pada Februari 2019. Deklarasi itu berarti kesiapan Uni Eropa mengimplementasikan Renewable Energy Directive (RED) II. RED II merupakan kesepakatan mengenai penggunaan bahan bakar ramah lingkungan (biofuel) yang berlaku mulai 2020. Melalui kesepakatan ini, sepanjang 2020–2030, negara-negara Uni Eropa akan menetapkan kelapa sawit dalam kategori tanaman pangan risiko tinggi dan risiko rendah Indirect Land Usage Change (ILUC). Artinya, mereka akan membatasi penggunaan minyak sawit dan bahkan menghapusnya secara bertahap dari pasar bahan bakar nabati Uni Eropa. Sumber: www.insight.kontan.co.id, Januari 2019 28 Indonesia berupaya meningkatkan sustainability Sawit melalui perolehan Certified Sustainable Palm Oil (CSPO) untuk pelaku usaha di sektor kelapa sawit Indonesia berkomitmen meningkatkan kualitas dan keberlanjutan sektor industri kelapa sawit. Namun, peringkat jumlah membership RSPO Indonesia per Juni 2018 belum masuk ke dalam peringkat 10 besar, sementara Malaysia berada di peringkat 8 dengan total 139 keanggotaan. Dari sisi jumlah sertifikasi kelompok tani di Indonesia, terlihat peningkatan dari tahun ke tahun. Total Keanggotaan RSPO Sertifikasi Kelompok Petani 30-Jun-13 30-Jun-14 30-Jun-15 USA 446 30-Jun-16 30-Jun-17 30-Jun-18 UK 432 Netherlands 1.151 1.336 1.001 1.669 451 Germany Spain 138 Australia 132 72 Others 1.444 Indonesia Malaysia 423 423 700 798 149 139 349 Belgium Malaysia 708 200 161 142 350 Italy France 658 658 810 501 1.024 228 Thailand Certified Area by Region – Juni 2018 Total area yang disertifikasi di Indonesia dan Malaysia pada Juni 2018 mencapai 79% total certified area (2,5 juta Ha). Total 3.176.852 Ha per Juni 2018 1.719.606 1.555.847 955.233 645.619 327.124 285.687 Indonesia Malaysia 231.591 230.361 Latin America Rest of Asia pAcific 107.057 55.156 Africa Namun, terdapat penurunan luas area Indonesia yang disertifikasi sebesar 10% dari tahun sebelumnya karena adanya penangguhan dan penundaan pembaharuan lisensi anggota di PalmTrace. Sumber : www.rspo.org, diolah Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) merupakan organisasi yang bertujuan untuk mengembangkan standar dan meningkatkan impelementasi sustainability sektor industri kelapa sawit global. • RSPO telah menerapkan delapan kriteria lingkungan dan sosial yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha guna memperoleh Certified Sustainable Palm Oil (CSPO), yaitu: (1) Komitmen terhadap transparansi; (2) Memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku; (3) Komitmen terhadap kelayakan ekonomi dan keuangan jangka panjang; (4) Penggunaan praktik terbaik dan tepat oleh perkebunan dan pabrik; (5) Tanggung jawab lingkungan dan konservasi kekayaan alam dan keanekaragaman hayati; (6) Bertanggung jawab atas karyawan, individu, dan komunitas yang terkena dampak perkebunan dan pabrik; (7) Pengembangan perkebunan baru yang bertanggung jawab; dan (8) Komitmen terhadap perbaikan terus-menerus pada wilayah-wilayah utama aktivitas. Selain itu, terdapat RSPO Next yang merupakan sejumlah kriteria sukarela dan tambahan yang diperluas guna melingkupi aspek lingkungan dan sosial. • Enam prinsip pada RSPO Next yaitu: (1) Tanpa deforestasi; (2) Tanpa Api; (3) Tidak terdapat penanaman pada lahan gambut; (5) Mengurangi Green House Gas (GHG) atau gas-gas yang menyerap panas matahari (radiasi inframerah) ketika dipantulkan kembali oleh permukaan bumi, seperti: uap air, karbondioksida (CO2), nitro oksidan (N2O) dan metan; dan (6) Keterbukaan. 29 Produksi minyak sawit global diprediksi meningkat ditopang oleh meningkatnya produksi minyak sawit Indonesia Produksi dan konsumsi empat minyak nabati utama dunia (sawit, kedelai, kernel dan kelapa) pada 2018/19 diproyeksikan masing-masing mencapai 140,5 juta metrik Ton dan 136,1 juta metrik Ton atau masing-masing naik 4,43% yoy dan 4,80% yoy. Kenaikan produksi dan konsumsi ditopang oleh positifnya pertumbuhan keempat minyak nabati utama tersebut. Minyak Sawit sendiri diestimasikan menyumbang 51,44% total produksi dan 50,54% total konsumsi. Proyeksi Produksi dan Konsumsi Empat Minyak Nabati Utama Dunia Produksi (Juta Metrik Ton) Palm Oil Soybean Oil Palmkernel Oil Coconut Oil Grand Total 2010/11 2015/16 2016/17 2017/18 49.2 41.5 5.4 3.1 99.2 58.9 51.5 6.4 2.6 119.4 65.3 53.7 7.0 2.5 128.4 69.3 54.9 7.5 2.8 134.5 KONSUMSI 2018/19 (P) Palmker nel Oil 5,68% Soybea n Oil 41,66% Coconut Oil 2,13% Palm Oil 50,54% Konsumsi (Juta Metrik Ton) Palm Oil Soybean Oil Palmkernel Oil Coconut Oil Grand Total 2018/19 Growth % (P) (2018/19 P) 72.3 4.30% 57.5 4.72% 7.8 3.83% 2.9 3.78% 140.5 4.43% PRODUKSI 2018/19 (P) Palmker nel Oil 5,54% Coconut Oil 2,05% Soybean Oil 40,96% 2010/11 2015/16 2016/17 2017/18 45.3 40.5 5.2 3.2 94.2 59.3 52.1 6.7 2.7 120.7 61.6 53.3 6.9 2.5 124.3 65.4 54.5 7.3 2.7 129.9 Palm Oil 51,44% 2018/19 Growth % (P) (2018/19 P) 68.8 5.26% 56.7 4.00% 7.7 5.76% 2.9 7.22% 136.1 4.80% Produksi dan konsumsi Minyak Sawit pada 2018/19 diproyeksikan masing-masing mencapai 69,3 juta Metrik Ton dan 68,8 juta metrik Ton atau tumbuh masing-masing 4,30% yoy dan 5,26% yoy. Pertumbuhan produksi tertinggi pada 2018/19 adalah minyak kedelai, sementara untuk pertumbuhan konsumsi tertinggi adalah minyak kelapa. Proyeksi Produksi dan Konsumsi Empat Minyak Nabati Utama Dunia • Proyeksi pertumbuhan produksi dan konsumsi Minyak Sawit yang positif ditopang oleh meningkatnya produksi dan konsumsi pada negara-negara utama, kecuali produksi di Colombia yang diestimasikan turun 6,02% yoy dan konsumsi di European Union (EU) yang diestimasikan turun 1,53% yoy. • Penurunan konsumsi di EU diperkirakan karena lebih protektifnya EU dalam mengimpor makanan dan biodiesel berbasis minyak sawit. • Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memperkirakan produksi minyak sawit tahun depan akan mencapai 46,5 juta ton. Proyeksi tersebut meningkat dibandingkan produksi tahun ini yang sebesar 42 juta ton. Peningkatan produksi ini meningkat melihat produktivitas tanaman sawit semakin tinggi seiring dengan usia tanaman. 30 Sebagai produsen terbesar dunia, minyak sawit Indonesia di pasar global memiliki daya saing yang tinggi Sebagai eksportir terbesar dunia, daya saing produk Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil) Indonesia di pasar global berada dalam zona sangat baik. Daya Saing Minyak Sawit Indonesia lebih baik dari tiga eksportir utama lainnya: Malaysia, Belanda, dan Papua Nugini. Eksportir Terbesar (2017) HS Code Average RSCA 2013-2017 Negara 1 2 3 4 1511 Indonesia Malaysia Netherlands Papua New Guinea 2013 0.96 0.93 0.06 0.93 2014 0.96 0.94 0.16 0.95 2015 0.96 0.93 0.03 0.93 2016 0.97 0.93 0 0.92 2017 0.97 0.93 0.05 0.92 0.97 0.92 0.05 0.92 Sumber : www.trademap.org, diolah Kinerja ekspor Minyak Sawit Malaysia cukup bagus. Hal tersebut didorong oleh kebijakan orientasi ekspor Malaysia serta ekspansi investasi perkebunan sawit ke luar negeri, sehingga terbatasnya areal perkebunan sawit yang dimiliki tidak menjadi masalah yang signifikan bagi Malaysia. Produksi (Ribu Ton) 2011 2012 Malaysia 2013 2014 2015 2016 34.468 19.919 31.488 17.319 31.070 19.962 29.278 19.667 Indonesia 27.782 19.216 26.016 18.785 23.976 18.912 Malaysia Luas Area Perkebunan Sawit (Ribu Ha) 2017 5.000 2011 5.392 5.230 5.077 10.755 10.465 10.133 9.132 Indonesia 2012 2013 2014 11.260 5.643 2015 11.201 5.738 2016 12.298 5.811 2017 Sumber : Malaysian Palm Oil Board (MPOB), Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Perkebunan (Kementerian Pertanian RI), November 2018 Dibandingkan dengan Malaysia, Indonesia masih lebih mendominasi market share Minyak Sawit di sejumlah negara pengimpor Minyak Sawit, seperti: India, Pakistan, Tiongkok dan Uni Eropa (28). Di Pakistan, posisi Malaysia sebagai supplier Minyak Sawit terbesar telah digantikan oleh Indonesia sejak tahun 2014. Asal Impor Minyak Sawit India 54,01% 31,80% 2012 Indonesia 66,42% 59,64% 26,72% 2013 37,92% 2014 Asal Impor Minyak Sawit Pakistan Indonesia Malaysia 58,93% 39,81% 2015 52,94% 34,82% 2016 64,01% 64,96% 2012 14,88% 5,06% 2012 12,90% 3,11% 3,93% 2013 2,82% 2014 2015 1,81% 2016 83,52% Malaysia 79,27% 77,23% 16,25% 20,72% 22,75% 2013 2014 2015 2016 2017 Asal Impor Minyak Sawit EU (28) Malaysia 13,04% 72,12% 27,68% 33,86% 21,86% 2017 Asal Impor Minyak Sawit Tiongkok Indonesia 15,37% 12,52% 62,15% 37,76% Indonesia 39,26% 15,84% 29,87% 35,22% Malaysia 36,80% 33,66% 37,96% 1,01% 26,22% 21,87% 20,72% 22,82% 20,25% 16,53% 2017 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Sumber : Trademap.org Keterangan : RSCA : 0 s.d 1= Produk Kompetitif, 0 s.d -1= Produk Tidak Kompetitif. Revealed Symmetric Comparative Advantage atau RSCA merupakan indikator untuk mengukur daya saing suatu komoditi. Pada dasarnya perhitungan ini sama dengan perhitungan RCA, tetapi dengan pembilang dikurangi 1 dan penyebut ditambah 1. Hal ini bertujuan untuk menciptakan distribusi normal dari nilai RSCA. Nilai RSCA berkisar antara -1 sampai dengan 1. Apabila hasil perhitungan antara 0 dan 1 maka komoditas tersebut memiliki keunggulan komparatif yang baik. Sebaliknya tidak memiliki keunggulan komparatif apabila bernilai 0 sampai dengan -1. 31 Sebagai Kompetitor Terbesar, Malaysia Memiliki Malaysian Palm Oil Council (MPOC) yang Memiliki Regional Office di 10 Negara di Dunia guna meningkatkan peluang perdagangan di pasar baru Misi Untuk mempromosikan perluasan pasar minyak sawit Malaysia dan produk-produknya dengan meningkatkan citra minyak sawit dan menciptakan penerimaan minyak sawit yang lebih baik melalui kesadaran akan berbagai keunggulan teknologi dan ekonomi (keunggulan tekno-ekonomi) dan kelestarian lingkungan. Tujuan • Untuk meningkatkan peluang perdagangan dengan mengidentifikasi dan memenuhi peluang terbaru/terkini di pasar. • Untuk mendorong diversifikasi produk dengan menggunakan minyak sawit Malaysia sebagai bahan utama, sehingga berperan penting dalam pembuatan produk-produk baru dan reformulasi produk • Untuk meningkatkan pemahaman tentang minyak kelapa sawit, meningkatkan penerapannya dan menjelaskan berbagai manfaatnya • Untuk menjunjung tinggi nama baik minyak sawit Malaysia dengan menutup kesenjangan antara masalah persepsi, tuduhan dan kenyataan minyak sawit • Untuk melindungi minyak sawit Malaysia sebagai minyak nabati yang paling dominan dalam hal cakupan pasar, manfaat gizi, dan kelestarian lingkungan HQ dan Regional Office • HQ: Selangor Malaysia • Regional Office: (1). Washington DC-Amerika Serikat, (2) Brussel-Belgia sebagai hub di Eropa, (3) Accra-Ghana, (4) Lahore-Pakistan, (5) Mumbai-India, (6) Dhaka-Bangladesh, (7) Shanghai-China, (8) Istanbul Turki, (9) New CairoMesir, (10) Moskow-Rusia Penting bagi Indonesia untuk memiliki ‘hub’ minyak sawit nasional untuk memasuki pasar baru atau akses ke negara/kawasan lainnya Selain itu, walaupun Indonesia merupakan produsen tertinggi yang memenuhi kebutuhan kelapa sawit dunia, namun Indonesia masih perlu untuk terus meningkatkan kualitas dan aspek lainnya di dalam industri kelapa sawit. Indonesia hanya memiliki 3 buah inovasi paten, sedangkan Malaysia memiliki 79 inovasi paten, Singapura memiliki 34 inovasi paten dan Thailand memiliki 4 paten. 32 Dalam Mendorong Industri Hilir dengan bahan baku produk dari Minyak Sawit diperlukan infrastruktur yang Memadai dan Kemudahan dalam Berinvestasi Pohon Industri Kelapa Sawit Produk Bahan Baku Nilai Tambah (%) Minyak Goreng CPO 50 Biodiesel CPO 66 Fatty Acid CPO, PKO, Katalis 100 Ester Palmitat, Miristat 150-200 Surfaktan Strarat, Oleat, Sorbitol, Gliserol 300-400 Kosmetik Sufaktan, Ester, Amida 600-1000 Minyak kelapa sawit merupakan bahan dasar pembuatan berbagai produk toiletries, makanan, kosmetik, farmasi, dan bahan bakar nabati.Industri hilir memberikan keuntungan lebih besar bagi suatu negara karena memberikan nilai tambah produk dan membuka lapangan pekerjaan. Seperti pengolahan CPO menjadi minyak goreng memberikan nilai tambah 50%, fatty acid 100, ester 150-200, biodiesel 66%, surfaktan 300 400% dan kosmetik 600-1000%. Minyak goreng merupakan industri hilir kelapa sawit Indonesia yang paling menonjol. Dari 17 industri pengolahan perkebunan, minyak goreng memiliki nilai tambah bruto tertinggi yaitu Rp 374,6 miliar. Industri sawit Indonesia terbuai pada tingginya poduksi CPO, padahal disisi lain terdapat potensi besar diversifikasi produk sawit. Sumber: Tujuan Ekonomi Industri Hilir Sawit, Eko Listyanto, INDEF, Januari 2018 dan Penelitian Analisis Rantai Pasok (Supply Chain) Minyak Sawit Tahun 2018, Universitas Sumatera Utara 33 Outlook ekspor minyak sawit Proyeksi Demand Permintaan minyak sawit Indonesia dari sejumlah negara tujuan utama diperkirakan meningkat. Membaiknya ekspor ke negara tujuan utama. India, Tiongkok, Spanyol, Belanda, Mesir, dan Bangladesh merupakan 55,60% pangsa pasar tujuan ekspor minyak sawit Indonesia tahun 2017. • India: Kesepakatan dagang antara India dengan negara-negara Asia Tenggara diharapkan menghasilkan pemotongan bea impor minyak sawit mentah sehingga mendorong peningkatan demand dari India. • Tiongkok: Pengurangan pasokan kedelai asal AS oleh Tiongkok sebagai efek dari perang dagang kedua negara raksasa tersebut dan sebagai bahan baku untuk biofuel di Tiongkok. • Uni Eropa: Uni Eropa memberikan tambahan waktu untuk Indonesia dan baru akan melarang minyak sawit pada 2030. Proyeksi Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia ke India, Tiongkok, Belanda, Spanyol, Mesir, Bangladesh 17.261 17.602 15.839 18.513 17.465 15.385 Juta USD 16.000 16.604 18.587 14.365 120,00% 80,00% 12.000 40,00% 8.000 0,00% 4.000 -40,00% - 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Nilai Ekspor (Juta USD) 17.261 17.602 15.839 17.465 15.385 India -7,95% -11,51% -15,09% -11,51% 21,11% 2017 2018P 2019P 14.365 18.513 16.604 18.587 6,89% 42,36% -19,18% 8,93% Tiongkok 13,02% 23,25% -30,99% -0,24% 14,37% -19,80% 26,03% -7,74% 12,28% Belanda -13,39% 43,51% -17,50% -11,88% -23,59% -18,39% 36,56% 4,50% 4,40% Spanyol 29,59% -30,68% 87,76% 45,69% -15,22% 20,83% 33,51% -26,95% 18,21% Mesir 105,57% -45,01% 21,88% 33,36% -10,51% -6,73% Bangladesh 41,33% -20,28% -28,94% 58,69% -15,60% -14,38% 43,30% -17,22% 17,08% Growth (% yoy) 20.000 -80,00% 29,14% -14,02% 15,35% Proyeksi Supply Produksi Minyak Sawit (juta Metrik Ton) Indonesia Malaysia 36,0 32,0 23,6 18,2 5,56 18,9 17,7 2010/11 1,8 2015/16 Lainnya 38,5 40,5 19,7 20,5 8,40 7,90 7,39 1,8 Thailand 2016/17 8,36 2,7 2,5 2017/18 2,9 Sepanjang tahun 2018, pasokan global cukup tinggi (over supply) di negara produsen utama karena faktor cuaca yang baik. Pada 2018/19 (P) produksi Indonesia dan Malaysia diproyeksikan masing-masing tumbuh di level 5,19% yoy dan 4,15% yoy. 2018/19 (P) Sumber : Commodity Markets Outlook, October 2018 Sumber: Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah 34 Outlook ekspor minyak sawit (2) Proyeksi Harga Produksi yang melebihi konsumsi mempengaruhi tren penurunan harga minyak sawit sejak tahun 2018. • Penurunan harga minyak sawit pada 2018 juga menjadi salah satu faktor di balik turunnya kinerja ekspor minyak sawit . Harga rata-rata minyak sawit di pasar global selama 2018 tercatat di level USD639/metric Ton, turun 14,95% dibandingkan harga rata-rata sepanjang 2017 (USD751/metric Ton), diantaranya karena faktor pergerakan harga komoditas lainnya, seperti minyak nabati lainnya: minyak kedelai dan minyak palm kernel. • Pada tahun 2019, harga rata-rata minyak sawit pada 2019 diperkirakan berada di level USD592/metric Ton atau masih turun 7,31% yoy. Harga minyak sawit diperkirakan masih akan terpengaruh oleh harga minyak nabati lainnya. Berlanjutnya perang dagang antara AS dan Tiongkok di sisi lain akan menahan demand Tiongkok atas produk kedelai asal AS, hal ini menyebabkan persediaan kedelai sangat tinggi dan menyebabkan harga kedelai di pasar global turun dan pada gilirannya ikut menyeret tertekannya harga minyak sawit . Di sisi lain, masih terdapat faktor-faktor yang dapat mendorong kenaikan harga minyak sawit, seperti: produksi yang melambat/turun sehingga menyebabkan persediaan terbatas dan permintaan global yang naik terutama untuk B20. USD/metric Ton 1.800 1.600 1.400 1.200 1.000 800 600 400 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 Minyak Sawit - World Bank Forecast (USD/metric Ton) 933 1.193 1.043 871 837 663 736 751 639 592 592 592 592 592 906 756 815 850 789 638 543 544 545 540 897 1.120 903 104 96 51 74 74 74 74 74 Minyak Kedelai - World Bank Forecast (USD/metric Ton) 1.001 1.298 1.226 1.055 Minyak Kernel (USD/metric Ton) 1.187 1.654 1.107 Minyak Bumi - World Bank Forecast (USD/barel) - skala Kanan 79 104 105 2019- 2019- 2019- 20192019P Q1 Q2 Q3 Q4 1.301 1.288 43 53 120 100 80 60 40 20 - USD/barel Harga minyak sawit , Minyak Kedelai, & Minyak Mentah Dunia 927 68 Sumber Data : (i) World Bank Commodity Price Data (The Pink Sheet) , Januari 2019: (ii) Commodity Markets Outlook (Worldbank , Okober 2018) Proyeksi Ekspor Dengan perkembangan ini, nilai ekspor minyak sawit Indonesia tahun 2019 diproyeksikan dapat mencapai USD18,4 miliar atau tumbuh 11,1% yoy. Juta USD Proyeksi Nilai Ekspor minyak sawit Indonesia 20.000 18.000 16.000 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 - 18.513 17.465 15.839 15.385 28,9% 14.365 18.356 16.528 11,1% 10,3% -11,9% -6,6% -10,0% 2013 2014 2015 Sumber: Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah 2016 -10,7% 2017 2018 35,0% 30,0% 25,0% 20,0% 15,0% 10,0% 5,0% 0,0% -5,0% -10,0% -15,0% -20,0% 2019P 35 Outlook ekspor minyak sawit (3) Meningkatnya proyeksi permintaan dari sejumlah negara di tengah harga minyak sawit global yang masih di level rendah, mengindikasikan volume ekspor Indonesia mengalami peningkatan. • Volume ekspor minyak sawit Indonesia tahun 2019 diproyeksikan dapat mencapai 31,4 juta Ton atau tumbuh cukup tinggi di level 13,85% yoy, karena low based effect melambatnya pertumbuhan tahun 2018 (diperkirakan volume tahun 2018 hanya tumbuh 0,82% yoy, setelah tumbuh 20,17% yoy pada 2017). • Membaiknya permintaan dari mitra dagang utama: India, Tiongkok dan Uni Eropa optimis akan meningkatkan volume ekspor minyak sawit. Proyeksi Volume Ekspor minyak sawit Indonesia 2014 2015 0,82% 31.397 2013 27.577 2012 13,85% 20,17% 2011 30,00% 20,00% 10,00% 27.354 26.468 22.762-14,00% 15,62% 22.892 11,25% 20.578 10.000 18.845 20.000 Growth (%yoy) 16.436 30.000 0,89% 40.000 9,20% 14,66% Volume ekspor (ribu Ton) 2017 2018P 2019P - 0,00% -10,00% -20,00% 2016 Sumber : • BPS • Commodity Markets Outlook (Worldbank Okober 2018), • Oxford economics, diolah Faktor-Faktor yang Memungkinkan Perubahan Proyeksi Upside Risk Proyeksi Harga yang lebih tinggi, karena penurunan kelebihan pasokan global: • Siklus iklim El Nino. • Mandatori biodiesel B20 pada 2018 dan B30 pada 2019. • Pembentukan hub minyak sawit Indonesia di negara lain dapat terealisasi, misalnya di Pakistan, sekaligus memiliki koneksi dengan OBOR Sumber: Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah Downside Risk Proyeksi dapat lebih rendah dari perkiraan apabila terdapat: • Pasokan minyak dunia meningkat, salah satunya karena meningkatnya produksi shale oil AS. Akibatnya, harga biodiesel bisa menadi lebih mahal dibandingkan minyak diesel (solar) murni. • Proses negosiasi bea masuk minyak sawit antara India dengan negara-negara Asia Tenggara tidak mencapai kesepakatan yang menguntungkan bagi minyak sawit. • Apabila kesepakatan mengakhiri perang dagang benar-benar dicapai oleh AS dan Tiongkok, peralihan minyak kedelai ke minyak sawit akan tidak terwujud. 36 Lampiran : Ekspor Dunia Pertumbuhan (% yoy) dalam Juta USD Produk Diekspor Total Minyak Sawit 2014 2015 2016 2017 CAGR 20132017 34,163 100.0% -12.9% 25,247 73.9% -7.3% 3.5% -15.6% -4.4% 22.0% 0.5% 6.8% -19.4% 2.0% 22.6% 1.8% 26.1% -23.6% -4.1% -5.9% -18.4% 20.5% -3.0% HS Code 2012 2013 2014 2015 2016 2017 1511 38,484 33,521 34,692 29,274 27,998 Turunan Minyak Sawit '151190 25,321 23,463 25,049 20,201 20,598 Minyak Sawit Mentah '151110 13,163 10,058 9,642 9,072 7,400 Porsi 2017 (%) 2013 8,916 Dalam juta USD Eksportir Pertumbuhan (% yoy) Porsi 2017 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Dunia 38,484 33,521 34,692 29,274 27,998 34,163 Indonesia 17,602 15,839 17,465 15,385 14,365 18,513 Malaysia 15,411 12,289 11,995 9,501 9,064 9,660 1,537 1,530 1,391 1,076 1,072 1,210 18 10 10 28 130 654 Papua New Guinea 507 513 510 430 390 Guatemala 252 270 288 283 Colombia 189 181 233 271 Honduras 280 264 230 Germany 305 387 Thailand 306 434 2,077 1,804 Netherlands Niger Lainnya 2013 100.0% -12.9% 54.2% -10.0% Total Minyak Sawit HS Code 2012 1511 22.0% -6.6% 28.9% 4.0% 28.3% -20.3% 3.5% -0.5% -2.4% -20.8% -4.6% 6.6% -5.8% -9.0% -22.7% -0.3% 12.9% -5.7% -5.2% 192.4% 356.1% 403.9% 182.5% 517 1.9% -42.6% 1.5% 1.2% -0.6% -15.8% -9.3% 32.6% 0.2% 378 447 1.3% 6.9% 6.8% -2.0% 33.7% 18.2% 13.4% 246 382 28.8% 16.5% -9.3% 55.4% 20.6% 224 270 345 1.1% -4.4% 1.0% -5.4% -13.0% -2.6% 20.6% 27.6% 6.9% 384 368 358 343 -4.2% -2.8% -4.0% -2.9% 48 41 217 1.0% 26.8% 0.6% 41.6% -0.8% 201 -53.6% -75.9% -15.3% 428.8% -15.9% 1,985 1,659 1,684 1,877 5.5% -13.1% 10.0% 11.4% 1.0% 2014 2015 2016 2017 Minyak Sawit Mentah '151110 19,970 2014 2015 2016 2017 CAGR 20132017 6.7% 5.0% 9.6% -10.5% 11.7% 3.6% 57.9% 12.5% 42.1% NA 8.6% 3.9% -4.0% -10.2% -0.7% 13,042 12,653 15,649 11,868 -3.0% 23.7% -24.2% 68.3% 11.2% Dalam Ribu Ton Pertumbuhan (% yoy) Porsi 2017 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Dunia 38,696 41,269 43,312 47,455 42,465 47,449 100.0% 6.7% Indonesia 18,845 20,578 22,892 26,468 22,759 22,882 48.2% 9.2% 2013 15,245 15,143 15,425 13,814 9,881 0 2 0 1 0 7,900 1,262 1,445 1,394 1,353 1,332 1,377 268 362 402 471 688 714 2.9% 14.5% 1.5% 34.9% Papua New Guinea - 566 561 607 580 661 1.4% NA Colombia 174 185 246 404 373 554 1.2% 6.1% Honduras 268 290 272 326 383 473 1.0% 8.3% 377 Germany Thailand Lainnya 293 549 222 51 39 314 0.8% 38.2% 0.7% 87.6% 1,726 1,702 1,815 1,906 2,051 2,315 4.9% -1.4% 251 346 365 443 445 2015 2016 2017 CAGR 20132017 5.0% 9.6% -10.5% 11.7% 3.6% 11.2% 15.6% -14.0% 0.5% 2.7% 2014 -0.7% 1.9% -10.4% -28.5% -10.3% 20.8% -2.3% 16.6% 540.0% -88.5% 591.9% -98.2% 35909550% 751.3% 15,609 Guatemala 1.5% Porsi 2017 (%) 2013 47,449 100.0% 27,480 Netherlands -16.4% Pertumbuhan (% yoy) 38,696 41,269 43,312 47,455 42,465 Mozambique 0.5% -4.4% -11.9% '151190 25,093 28,227 30,666 31,859 30,597 Malaysia 2017 -15.6% Turunan Minyak Sawit Eksportir 2016 3.5% 2013 - 2015 10.3% dalam Ribu Ton Produk Diekspor 2014 CAGR 20132017 -3.5% -3.0% -1.5% 3.4% -1.2% 11.0% 17.2% 46.0% 3.8% 18.5% -0.9% 8.3% -4.4% 13.9% 4.0% 32.8% 64.4% -7.5% 48.5% 31.6% -6.0% 19.8% 17.4% 23.5% 13.0% 5.4% 21.3% 0.5% -15.3% 2.2% 701.8% -13.0% 12.9% 8.0% -59.6% -77.2% -22.7% 6.6% 5.0% 7.6% 37 Lampiran : Impor Dunia Pertumbuhan (% yoy) dalam Juta USD Produk Diimpor Total Minyak Sawit HS Code 1511 2012 2013 2014 2015 2016 2017 42,055 37,782 35,289 30,536 28,249 33,916 Turunan Minyak Sawit '151190 16,518 14,264 12,758 10,905 9,222 10,888 Minyak Sawit Mentah '151110 25,537 23,519 22,531 19,630 19,027 23,022 Porsi 2017 (%) 2013 100.0% 2014 2015 -10.2% -6.6% 32.1% -13.7% 67.9% -7.9% -10.6% -4.2% CAGR 20132017 2016 2017 -13.5% -7.5% 20.1% -2.7% -14.5% -15.4% 18.1% -6.5% -12.9% -3.1% 21.0% -0.5% 100.0% -10.2% -6.6% -13.5% -7.5% 20.1% CAGR 20132017 -2.7% India 7,896 6,967 6,551 5,922 5,642 6,770 20.0% -11.8% -6.0% -9.6% -4.7% 20.0% -0.7% China 6,502 4,904 4,383 3,704 2,865 3,496 10.3% -24.6% -10.6% -15.5% -22.6% 22.0% -8.1% Pakistan 2,132 1,843 1,944 1,653 1,701 2,096 6.2% -13.5% 5.5% -14.9% 2.9% 23.2% 3.3% Netherlands 2,709 2,572 2,170 1,715 1,593 2,000 5.9% -5.0% -15.6% -20.9% -7.1% 25.5% -6.1% 37.2% -21.7% 18.7% 39.9% 15.6% 17.1% -23.0% -12.5% 5.7% -4.5% Importir Dunia Dalam juta USD 2012 2013 2014 2015 2016 Pertumbuhan (% yoy) Porsi 2017 2017 42,055 37,782 35,289 30,536 28,249 33,916 2013 2014 2015 2016 2017 Spain 616 812 1,114 873 1,036 1,450 4.3% 31.9% Italy 1,080 1,323 1,550 1,193 1,043 1,103 3.3% 22.5% United States of America 1,097 1,231 1,051 866 892 1,097 3.2% 12.2% -14.6% -17.6% 3.0% 22.9% -2.9% Bangladesh 1,989 1,981 - 1,785 845 999 2.9% -0.4% -100.0% NA -52.7% 18.3% -15.7% Germany 1,329 1,410 1,133 984 1,024 798 2.4% 6.1% -19.7% -13.1% 4.0% -22.1% -13.3% 446 625 428 104 241 746 2.2% 40.1% -31.5% -75.7% 131.9% 209.6% 4.5% 16,260 14,114 14,966 11,736 11,367 13,362 39.4% -13.2% 6.0% -21.6% -3.1% 17.6% -1.4% Egypt Lainnya Pertumbuhan (% yoy) dalam Ribu Ton Produk Diimpor Total Minyak Sawit Turunan Minyak Sawit Minyak Sawit Mentah 2015 2016 2017 38,589 42,802 40,344 44,370 NA NA NA 10.9% -5.7% 10.0% 14,421 NA 5.5% -11.3% 12.1% -18.4% 7.5% -3.4% NA NA -2.2% 8.8% -100.0% NA NA HS Code 2012 1511 2013 2014 '151110 15,676 16,538 14,664 16,443 13,421 '151190 CAGR 20132017 Porsi 2017 (%) - 26,264 25,680 27,927 - - 2013 2014 2015 2016 2017 NA NA NA NA NA NA 10.9% -5.7% 10.0% NA NA CAGR 20132017 NA India 7,653 8,390 7,933 9,536 8,253 9,184 NA 9.6% -5.4% 20.2% -13.5% 11.3% NA China 6,341 5,979 5,324 5,909 4,478 5,079 NA -5.7% -11.0% 11.0% -24.2% 13.4% NA Pakistan 2,036 2,249 2,353 2,519 2,603 2,773 NA 10.4% 4.6% 7.1% 3.3% 6.5% NA Netherlands 2,555 2,962 2,509 2,483 2,344 2,602 NA 16.0% -15.3% -1.1% -5.6% 11.0% NA 580 903 1,300 1,276 1,504 1,904 NA 55.7% 44.0% -1.9% 17.9% 26.6% NA 26.6% -6.9% -7.3% -2.4% NA Importir Dunia Spain Italy United States of America Dalam Ribu Ton 2012 2013 2014 2015 38,589 42,802 40,344 44,370 2016 2017 Porsi 2017 Pertumbuhan (% yoy) 2013 2014 2015 2016 2017 1,052 1,392 1,763 1,641 1,522 1,485 NA 32.3% 991 1,373 1,188 1,179 1,292 1,402 NA 38.5% -13.5% -0.8% 9.6% 8.6% NA -100.0% NA -51.5% -15.4% NA Bangladesh 1,855 2,305 - 2,816 1,366 1,156 NA 24.3% Germany 1,224 1,475 1,210 1,338 1,376 936 NA 20.5% -18.0% 10.6% 2.9% -32.0% NA 659 747 706 889 885 891 NA 13.3% -5.4% 25.8% -0.4% 0.7% NA NA 10.1% 6.9% -7.9% NA NA NA Russian Federation Lainnya 13,644 15,029 16,059 14,785 NA NA 38 Lampiran : Impor Indonesia dalam Juta USD Produk Diimpor Total Minyak Sawit HS Code 2013 2014 2015 Pertumbuhan (% yoy) 2016 2017 Porsi Jan-Agst 2017 (%) 2013 2018 2014 2015 CAGR Jan-Agst 20132017 2018 2017 2016 1511 46.98 0.39 4.62 4.12 1.80 0.54 100.0% 5553% -99% 1076% -11% -56% Turunan Minyak Sawit '151190 46.98 0.39 4.62 0.24 1.80 0.54 -99% 1076% -95% 648% -69% -56% Minyak Sawit Mentah '151110 - - - 3.88 - 0.00 NA NA -100% 435% NA Asal Impor Dalam juta USD 2012 Dunia 2013 1 China - 2014 47 - 2015 0 - 2016 5 2017 4 - 2 - 1 Malaysia 0 32 0 0 0 0 Singapore 0 0 0 0 0 0 0 Pertumbuhan (% yoy) 2013 CAGR 20132017 -55.7% 2014 2015 2016 2017 100.0% 5553.3% NA 71.3% -99.2% 1076.3% -11.0% -56.2% NA NA NA NA NA 6.4% 29926.7% 2.2% -24.3% -99.6% -71.3% 169.7% 29.2% -75.4% 19.6% -76.0% -2.3% -7.0% -28.5% 1.4% NA -50.0% 100.0% 5150.0% -75.2% 89.9% NA - - - - - - 0.0% NA NA NA NA NA Bulgaria - - - - - - 0.0% NA NA NA NA NA NA - - - - -100.0% NA NA NA -100.0% - - 0.0% -87.5% 0.0% -100.0% NA NA -100.0% NA NA - - 0.0% -100.0% 0.0% -79.7% NA -100.0% NA NA NA -100.0% NA NA NA -100.0% 18.7% 3626.6% -99.4% 4748.4% -14.0% -91.3% -61.5% Germany 0 - Japan 0 - - 0 0 Taipei, Chinese 0 0 Lainnya 0 15 - - 0 5 0 NA Australia 0 0 NA - 0 0 0.0% -69% -56% United States of America France 0 Porsi 2017 100.0% 5553% 4 0 dalam Ribu Ton USD Produk Diimpor Total Minyak Sawit HS Code 2013 2014 2015 Pertumbuhan (% yoy) 2016 2017 Porsi Jan-Agst 2017 (%) 2013 2018 2014 2015 2016 1511 65.56 0.30 7.57 2.66 2.53 0.49 100.0% 10543% -100% 2432% -65% Turunan Minyak Sawit '151190 65.56 0.30 7.57 0.16 2.53 0.00 -98% Minyak Sawit Mentah '151110 - - - 2.50 - 0.49 Asal Impor Dalam Ribu Ton 2012 Dunia China 2013 1 - Malaysia 66 - 0 Singapore 2014 0 - 42 0 - - India - Sweden - - Australia - - Bulgaria - - 0 22 2016 8 0 0 United States of America 2015 2017 3 3 - 2 Porsi 2017 100.0% 10543% -100% 2432% 0.0% NA NA NA CAGR Jan-Agst 20132017 2018 2017 -80% -56% 1500% 411% -5% -56% NA -100% -80% Pertumbuhan (% yoy) 2013 NA CAGR 20132017 -55.7% 2014 2015 2016 2017 100.0% 10543.0% NA 78.8% -99.5% 2432.4% -64.9% -4.9% NA NA NA NA NA -99.8% -64.1% 246.4% -23.7% -79.6% 0 0 0 0 0 0 2.9% 66153.1% 1.4% -14.4% 19.5% -77.8% 6.7% 12.5% -24.9% 0 0 0.3% NA NA NA NA -75.0% #DIV/0! NA -100.0% NA -100.0% - - 0.0% NA -100.0% - - - 0.0% NA NA NA NA NA NA - - - 0.0% NA NA -100.0% NA NA NA - - - - 0.0% NA NA NA NA NA NA - - - NA NA NA NA NA NA NA -100.0% NA NA NA NA -100.0% NA NA - 8 0 France 0 - - Germany 0 - - 0 - - 0.0% -100.0% 0.0% -100.0% Lainnya 0 - - 0 - - 0.0% -100.0% 39 Lampiran : Major Palm Oil Ports Import Ports Export Ports 40 Lampiran : RSPO Certified Crude Palm Oil Producers (2016) Indonesia mills Alpha Capital Ltd Bumitama Agri Ltd Cargill Inc Golden Agri-Resources Ltd Goodhope Asia Holdings Ltd Kuala Lumpur Kepong Berhad MP Evans Group Plc Agrowiratama Austindo Nusantara Jaya Agri Berkat Sawit Sejati Dharma Satya Nusantara Inti Indosawit Subur Ivo Mas Tunggal Musim Mas Perkebunan Nusantara III Perkebunan Nusantara IV (Persero PP London Sumatra Indonesia Tbk Rimba Mujur Mahkota Salim Ivomas Pratama Tbk Sampoerna Agro Sawit Sumbermas Sarana Siringo Ringo Smart Tbk Swakarsa Sinarsentosa Barumun Agro Sentosa Gawi Bahandep Sawit Mekar Gawa Makmur Kalimantan Unggul Lestari Sime Darby Plantation Sdn Bhd SIPEF Group Socfin Group (PT Socfindo and Socfinco SA) TSH Resources Bhd Wilmar International Ltd Malaysia Boustead Plantations Bhd Carotino/JC Chang Group Genting Plantations Bhd Hap Seng Plantations Holdings Bhd IOI Corporation Bhd Keck Seng (Malaysia) Bhd Keresa Plantations Sdn Bhd Kretam Holdings Bhd Kuala Lumpur Kepong Bhd Kulim (Malaysia) Bhd PPB Oil Palms Bhd Sime Darby Plantation Sdn Bhd TDM Plantation Sdn Bhd Tian Siang Holdings Sdn Bhd United Plantations Bhd area (Ha) 1 3 6 9 4 4 2 4 3 2 3 17 8 2 7 3 4 1 1 2 2 1 10 1 1 1 2 1 23 6 9 1 14 mills 3,794 31,643 72,911 93,722 36,427 40,722 19,852 38,194 30,810 22,925 28,514 120,910 80,719 11,836 21,198 52,015 15,697 38,811 3,442 10,987 18,698 177 101,548 6,843 13,304 15,454 15,631 12,846 188,507 37,264 33,934 6,860 90,621 area (Ha) 2 3 2 4 11 1 1 1 12 4 8 33 2 1 4 10,468 25,551 12,000 25,538 117,764 3,008 5,704 9,660 86,180 36,551 48,374 261,285 29,290 4,609 33,400 CPO (MT) CPKO (MT) 16,632 110,866 359,430 441,312 197,041 219,436 107,278 261,183 152,100 122,629 217,209 583,604 452,211 77,199 137,384 256,731 54,359 213,861 11,463 46,480 118,855 1,192 592,658 46,575 64,897 47,372 90,909 95,329 801,027 189,329 195,696 45,019 438,725 3,326 24,183 83,855 105,451 43,006 53,161 21,186 66,475 32,287 29,950 35,753 138,868 116,369 21,435 36,781 49,091 11,150 54,019 3,138 11,256 22,721 350 143,006 7,595 14,402 8,335 19,408 21,666 220,131 42,347 34,832 6,139 92,038 CPO (MT) CPKO (MT) 46,830 122,420 61,472 125,055 665,314 13,100 28,690 40,311 510,443 177,866 243,058 1,288,786 110,432 18,900 166,003 7,719 22,930 14,439 28,277 166,437 3,800 6,276 8,829 109,849 47,319 51,005 305,733 29,316 4,500 40,254 41 KAKAO dan PRODUK KAKAO (HS Code 1801 s/d 1806) Kakao sebagai komoditas unggulan Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia, hal ini dapat terlihat dari hasil pemilihan komoditas unggulan ekspor (winning commodities) dengan menggunakan beberapa metode analisis yaitu Computable General Equilibrium (CGE) dan Export Product Dynamics (EPD). Kakao sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode CGE Komoditas yang menjadi unggulan ekspor diidentifikasi berdasarkan hasil simulasi ketika terjadi peningkatan pemintaan ekspor secara arbitrary sebesar 10%, yaitu komoditas yang paling responsif terhadap variabel sektoral Indonesia berdasarkan tiga indikator kunci yaitu (1) peningkatan ekspor bersih (bobot 60%, (2) output (bobot 20%), dan (3) penyerapan tenaga kerja. (bobot 20%) Berdasarkan hasil CGE, Kakao menempati peringkat 7 dengan indeks komposit sebesar 2.22. Peringkat Sektor Dampak terhadap Perubahan Nilai Ekspor (Milyar Rupiah) Dampak terhadap Output (Perubahan Persentase) Dampak terhadap Tenaga Kerja (Perubahan Persentase) Indeks Komposit 7 Kakao 987.53 2.25 3.50 2.22 Kakao sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode EPD Lost Opportunity Rising Star Spain, Mauritius, United Arab Emirates, Polandia, Nigeria, Togo Netherlands, United Kingdom, + Japan,United States, Algeria, Benin dan 10 Negara lainnya - O Retreat + Uni Eropa mulai membahas larangan penjualan kakao yang berasal dari lahan perusakan hutan (deforestasi) atau yang berindikasi diproduksi oleh eksploitasi anak sebagai buruh. Industri cokelat di wilayah Afrika Barat termasuk salah satu penyebab deforestasi yang besar. Lithuania Falling Star Sumber : WITS, Oktober 2018 Hingga saat ini, Indonesia merupakan top five produsen kakao terbesar di dunia untuk komoditas kakao. Kakao merupakan komoditi andalan ekspor Indonesia yang berada pada posisi rising star di sebagian besar negara tujuan, sebagian kecil yang berada pada posisi Lost Opportunity yaitu di Negara Spanyol, Mauritius, United Arab Emirates, Polandia, Nigeria, dan Togo. Artinya, pasokan kakao dunia lebih besar dibandingkan dengan pasokan kakao Indonesia. 43 Afrika merupakan Produsen Kakao terbesar Dunia, Sementara Konsumen terbesar adalah Eropa Persebaran Produsen dan Konsumen Kakao Dunia 2017 1,852 (41%) 351 (7,7%) 385 (8,4%) AS 333 (7,3%) Rest of America 280 (6%) 189 (4,1%) Ekuador Rest of 82 (1,8%) Eropa Asia Tiongkok 154 (3,3%) 46 (1%) 2,000 (43%) 88 (1,9%) Afrika India 900 (19%) Rest of 618 (13%) Asia Pantai Brazil190 (4%) Gading 580 (12%) Brazil 317 (6,8%) Rest of America Pantai Gading 176 (3,8%) Jepang 490 (10%) Ghana 240 (5,1%) Rest of Africa Indonesia Indonesia 280 (6,1%) 76 (1,6%) Ghana Australia Produksi dalam ribu Metriks Ton (MT) Konsumsi/Grindings dalam ribu Metriks Ton (MT) Produsen kakao dunia mayoritas berada di Benua Afrika dengan total produksi lebih dari separuh total produksi kakao dunia. Sedangkan konsumen dunia terbesar adalah Eropa dengan total konsumsi sebesar mencapai 41% dari konsumsi kakao dunia. • Negara-negara produsen kakao dunia berada di wilayah tropis seperti Afrika, Asia Tenggara, dan Amerika Latin karena pohon kakao merupakan jenis tumbuhan yang dapat tumbuh dengan baik pada iklim tropis dengan rata-rata suhu udara 21-23β°C dengan curah hujan antara 1.000–2.500mm per tahun. • Pantai Gading dan Ghana menjadi dua negara produsen kakao terbesar dunia dengan total produksi pada tahun 2017 mencapai 2,8 juta MT (60% total produksi dunia) dan Benua Afrika secara total memproduksi 75% produksi kakao dunia. Produsen kakao non-Afrika terbesar adalah Indonesia dan Ekuador dengan total produksi masingmasing sekitar 240 ribu MT dan 280 ribu MT. • Konsumen kakao terbesar dunia mayoritas merupakan negara-negara maju yang memiliki tingkat konsumsi coklat yang tinggi seperti negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang. Konsumsi Eropa terhadap kakao mencapai 1,8 juta MT di tahun 2017. Sedangkan beberapa tropis seperti Pantai Gading, Indonesia, dan Ghana menjadi konsumen kakao dengan peran untuk memberikan nilai tambah guna diekspor kembali. Sumber : ICCO, Statista, Commodity Markets Outlook World Bank, (diolah) 44 Produksi kakao dunia turun tipis dipengaruhi faktor cuaca Tren produksi kakao dunia sangat fluktuatif dalam 8 tahun terakhir yang dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Pada musim 2017/2018, total produksi kakao dunia sebesar 4,6 juta Metriks Ton (MT), turun 1,9% dibandingkan total produksi musim 2016/2017 yang sebesar 4,7 juta MT. • Penurunan produksi kakao sebesar 1,98% di musim 2017/2018 dipengaruhi oleh faktor cuaca yang kurang baik di Afrika Barat. Curah hujan yang lebih rendah dibandingkan rata-rata tahun sebelumnya di Afrika Barat membuat hasil panen kakao di Pantai Gading dan Ghana lebih rendah dibandingkan musim sebelumnya. • Tren pertumbuhan produksi kakao dalam jangka panjang terus meningkat dimana pada tahun 1980/1981 total produksi kakao hanya sebesar 1,6 juta MT, sedangkan pada tahun 2017/2018 total produksi kakao tumbuh hampir 3 kali lipat menjadi 4,6 juta MT, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2,69% per tahun. • Walaupun mengalami fluktuasi, produksi kakao di Pantai Gading, Ghana, Nigeria, Indonesia, dan Peru masih menunjukkan tren positif dalam 5 tahun terakhir. Sedangkan produksi kakao Ekuador, Kamerun, dan Brazil menunjukkan tren negatif. Produksi Kakao Dunia Produksi Kakao Global (dalam Ribu Metriks Ton) (yoy) Pertumbuhan Kakao (%) - SKALA KANAN 4.312 4.372 4.252 18,62% 3.997 4.085 3.943 10,88% 18,56% 2858 3.000 3.000 5,00% 2.000 2.000 2506 1695 0,00% 2016 0 2017 2016 2015 2013 2014 2010 2013 2007 -10,00% 2012 1980 0 1.000 2004 -5,00% 2001 -1,98% -6,00% -5,26% 1998 1.000 1995 -2,74% 1992 -3,48% 2011 4312 15,00% 4.000 10,00% 2010 4645 20,00% 5.000 1989 4.000 4.739 4.645 1986 5.000 Produksi Kakao Global (dalam Ribu Metriks Ton) Ribu MT 1983 Ribu MT Produksi Kakao Dunia berdasarkan Negara 2013/14 2014/15 2015/16 2016/17 2017/18 228 230 141 174 190 81 92 105 115 120 500 248 232 211 248 240 1000 234 325 320 270 240 897 740 778 970 900 1500 211 195 200 245 260 2000 375 261 232 290 280 2500 1.746 1.796 1.581 2.020 2.000 Ribu MT Ekuador Nigeria Indonesia Kamerun Brazil Peru 0 Pantai Gading Ghana Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu Sumber : FAO, Statista, ICCO, (diolah) 45 Konsumsi (grindings) kakao dunia tumbuh positif seiring dengan berkembangnya industri pengolahan kakao di negara emerging Tren konsumsi kakao dunia bergerak fluktuatif dimana terjadi penurunan di tahun 2014 dan kembali meningkat di tahun 2016. Posisi terakhir konsumsi kakao dunia pada 2017 sebesar 4,5 juta Metriks Ton (MT) atau tumbuh 2,9% dibandingkan tahun lalu yang sebesar 4,4 juta MT. • Fluktuasi konsumsi kakao dunia dipengaruhi oleh permintaan terhadap produk-produk kakao dan produksi kakao dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, tren konsumsi kakao di negara-negara maju cenderung stagnan seperti Jerman yang secara rata-rata tahunan hanya tumbuh 1,4%. Sedangkan sebaliknya, konsumsi kakao di negaranegara berkembang cenderung meningkat seperti Pantai Gading (3,8%), Indonesia (13,0%), dan Ghana (6,2%). • Konsumsi kakao di negara-negara berkembang terus meningkat yang diakibatkan oleh berkembangnya industri pengolahan kakao domestik. Sehingga peningkatan konsumsi kakao di negara-negara berkembang bukan hanya untuk dikonsumsi oleh pasar domestik melainkan juga untuk diekspor dalam bentuk olahan kakao seperti Lemak atau Pasta Kakao. Konsumsi (Grindings) Kakao Dunia Pertumbuhan Konsumsi Kakao (%) - SKALA KANAN 4.600 5,15% 4.400 3,68% 4.154 3.993 4.128 4,00% 2,98% -0,63% 3.923 8,00% 6,00% 4.400 4.140 4.200 (yoy) 6,59% 4.531 4,71% 4.335 1,78% 5.000 4531 3923 4.000 3065 3.000 2,00% 0,00% -2,00% 3.800 Ribu MT 2331 2.000 1558 1.000 -4,00% 2016 2013 2010 2017 2007 2016 2004 2015 2001 2014 1998 2013 1995 2012 1992 2011 1989 2010 0 1986 -6,00% 1983 -4,18% 3.600 1980 4.000 Konsumsi Kakao Global (dalam Ribu Metriks Ton) Konsumsi Kakao Global (dalam Ribu Metriks Ton) Ribu MT Konsumsi (Grindings) Kakao Dunia berdasarkan Negara 2013/14 2014/15 2015/16 2016/17 2017/18 Jerman Amerika Serikat 240 224 225 227 230 Indonesia 300 234 234 202 250 280 446 400 398 390 385 Pantai Gading 400 412 415 430 410 430 Belanda 500 340 335 382 455 490 600 519 558 492 577 580 700 530 501 534 565 595 Ribu MT Ghana Brazil 200 100 0 Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu Sumber : FAO, Statista, ICCO, (diolah) 46 Produksi kakao Indonesia turun akibat luas lahan kakao yang berkurang dan menurunnya produktivitas pohon kakao. Konsumsi justru meningkat sejalan dengan tumbuhnya industri kakao olahan dalam negeri Tren produksi kakao Indonesia dalam 4 tahun terakhir menunjukkan penurunan dengan rata-rata sebesar -7,30% per tahun. Sedangkan sebaliknya konsumsi kakao Indonesia dalam 5 tahun terakhir terus menunjukkan tren peningkatan sebesar 9,97% per tahun. • Produksi kakao Indonesia dalam 4 tahun terakhir terus mengalami penurunan dengan CAGR 2014-2017 sebesar 7,30%. Pada posisi tahun 2017. total produksi kakao Indonesia sebesar 240 ribu ton atau turun 11,11% dibandingkan produksi tahun lalu (270 ribu ton). Penurunan produksi tersebut diakibatkan oleh luas lahan kakao terus berkurang dalam 5 tahun terakhir dan ditambah dengan usia pohon kakao yang sudah menua tanpa ada peremajaan. • Konsumsi kakao Indonesia terus meningkat dalam 4 tahun terakhir dengan posisi terakhir sebesar 476 ribu metriks ton. Peningkatan konsumsi kakao terjadi seiring dengan tumbuhnya industri kakao domestik sejak dikeluarkannya Bea Keluar (BK) produk Biji Kakao pada tahun 2010. Pertumbuhan industri kakao yang pesat tersebut yang membuat kebutuhan terhadap biji kakao terus meningkat hingga harus dicukupi dengan impor. • Luas area perkebunan kakao dalam 5 tahun terakhir terus berkurang dengan rata-rata 20 ribu Ha per tahun. Penurunan lahan kakao tersebut sebagian besar disebabkan oleh alih lahan menjadi perkebunan sawit. Produksi dan Konsumsi Kakao Indonesia Ribu MT Produksi (dalam Ribu Ton) Konsumsi/Grindings (dalam Ribu Ton) (yoy) 60,00% 38,89% 500 400 21,88% 340 325 335 300 234 200 17,24% 100 490 455 320 14,03% -1,54% Perkebunan Negara (Ribu Ha) Perkebunan Rakyat (Ribu Ha) 2.000 240 20,00% 7,69% -11,11% 0,00% 2015 1.724 1.091 1.200 800 -15,63% 668 400 0 -20,00% 2014 1.650 19,11% 0 2013 Perkebunan Swasta (Ribu Ha) 1.600 40,00% 382 270 -1,47% Thousands 600 Luas Perkebunan Kakao Indonesia 2016 1999 2001 2003 2005 2007 2009 2011 2013 2015 2017 Luas Lahan Kakao Indonesia berdasarkan Provinsi (2016) 101 290 158 138 Luas Lahan Kakao (Ribu Ha) 265 243 72 56 53 Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu Sumber : BPS, Statista, World Bank 47 Produktivitas kakao yang menurun menyebabkan penurunan pada ekspor kakao global Ekspor dan impor kakao dunia dalam 5 tahun terakhir bergerak fluktuatif. Pada tahun 2017, nilai ekspor sebesar US$47.949 juta, turun 0,74% dibandingkan nilai ekspor tahun lalu (sebesar US$48.308 juta) dan nilai impor sebesar US$48.266 juta juga turun dibandingkan nilai impor tahun lalu (sebesar US$48.631 juta). • Tren ekspor dan impor kakao dunia bergerak fluktuatif seiring dengan naik turunnya permintaan dan pasokan kakao dunia. Salah satu penyebab utamanya adalah faktor cuaca yang membuat produksi dan juga ekspor kakao lebih rendah dibandingkan kondisi normal. • Walaupun fluktuatif, lima besar negara eksportir maupun importir kakao dalam 5 tahun terakhir mengalami tren kenaikan. Kenaikan ekspor terbesar terjadi di Ghana dengan CAGR sebesar 10,80% dan Pantai Gading sebesar 9,59% yang sedang melakukan shifting sebagai negara pengolah kakao. Sedangkan kenaikan impor terbesar terjadi di Belanda sebesar 5,65% yang merupakan konsumen kakao terbesar di dunia. • Sebagian besar importir kakao merupakan negara-negara maju yang memiliki konsumsi coklat perkapita yang tinggi seperti Amerika Serikat, Jerman, dan Belanda. Ekspor dan Impor Kakao Dunia Ekspor (Juta USD) Impor (Juta USD) 5,22% -0,74% 48.308 46.139 45.911 48.902 43.514 43.358 45.000 12,77% -0,75% 20,00% 10,00% 48.266 4,58% 5,40% 47.949 12,79% 4,68% (yoy) Pertumbuhan Impor (yoy) - SKALA KANAN -5,97% -6,12% 49.070 50.000 48.631 Pertumbuhan Ekspor (yoy) - SKALA KANAN Juta USD 0,00% 40.000 -10,00% 2014 2015 2016 Eksportir Dunia (2017) Importir Dunia (2017) Pantai Gading 10,24% Kanada 3,19% Polandia 3,26% Tren Ekspor 5 Negara Utama 2013 2014 2015 Italia 2,67% Kanada 3,15% Tren Impor 5 Negara Utama 2016 2017 CAGR 2013-2017 2013 2014 2015 3.545 4.195 4.222 4.702 4.665 3.070 3.448 3.182 3.368 3.377 4.253 5.051 4.676 5.004 4.851 4.279 4.852 4.984 5.209 5.146 Belgia 1.898 2.434 3.332 3.466 3.347 3.733 3.810 Pantai Gading 1.458 3.121 4.627 5.130 4.588 4.933 Belanda 2016 2017 Dalam Juta USD Belanda Perancis 0 0 4.718 5.571 5.032 5.168 5.433 Jerman Inggris 5,45% Belgia 5,42% Dalam Juta USD 5.317 6.096 5.568 5.869 5.989 CAGR 2013-2017 Jerman 10,05% Belanda 9,67% Perancis 7,00% Polandia 2,54% Ghana 5,05% Perancis 4,63% Italia 4,23% Lainnya 41,04% Spanyol 2,36% Belgia 7,91% Amerika Serikat 4,13% Amerika Serikat 10,66% Jerman 12,43% Belanda 11,28% Lainnya 33,66% 2017 2.416 2.776 2.639 2.517 2.630 2013 Ghana Amerika Serikat Jerman Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu Inggris Sumber : trademap.org, diolah 48 Coklat mendominasi perdagangan kakao global, diikuti oleh biji kakao Jenis produk utama kakao yang diperdagangkan secara internasional adalah coklat, dengan porsi lebih dari 55% dari total ekspor dan impor kakao dunia. Jenis produk kakao yang banyak diperdagangkan kedua adalah Biji Kakao dengan porsi 15% total perdagangan kakao. • Per 2017, total ekspor dan impor produk Coklat dan Makanan Mengandung kakao dunia sebesar US$27,7 miliar dan US$27,2 miliar, tumbuh masing-masing sebesar 4,5% dan 2,67% dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan ratarata dalam 5 tahun terakhir (CAGR 2013-2017) masing-masing sebesar 1,0% dan 0,9%. Hal tersebut menunjukkan Coklat dan Makanan Mengandung kakao masih menunjukkan tren positif walaupun dengan pertumbuhan yang kecil. • Ketika permintaan Coklat dan Makanan Mengandung kakao mengalami tren stagnan dan penurunan di negaranegara maju, maka jenis produk kakao berupa Lemak/Minyak Kakao mengalami tren peningkatan. Dalam 5 tahun terakhir, CAGR Lemak/Minyak Kakao tumbuh sebesar 7,6% untuk diekspor dan 8,0% untuk diimpor. Produk Lemak/Minyak Kakao banyak dibutuhkan sebagai tambahan bahan makanan serta digunakan untuk produk kecantikan. Ekspor Kakao Dunia berdasarkan Jenis 41460 41826 42192 42558 42924 26.426 28.010 25.725 26.560 27.754 CAGR 2013-2017 Juta USD 30.000 2.579 2.135 2.107 2.470 2.396 5.000 3.716 5.905 5.615 5.314 5.366 10.000 2.610 3.402 3.297 2.924 3.177 15.000 276 298 318 283 244 20.000 8.088 9.799 10.219 9.212 9.088 25.000 0 Biji Kakao Kulit Kakao Pasta Kakao Lemak/Minyak Kakao Tepung Kakao Kakao Olahan Impor Kakao Dunia berdasarkan Jenis 2013 2014 2015 2016 2017 25.963 27.756 25.755 26.498 27.205 CAGR 2013-2017 Juta USD 30.000 Pasta Kakao Lemak/Minyak Kakao 38 38 30 35 29 5.000 2.756 2.186 2.106 2.523 2.446 10.000 3.629 5.977 5.314 5.347 5.327 15.000 3.078 3.410 3.275 3.557 3.354 20.000 7.894 9.534 9.432 10.348 9.588 25.000 0 Biji Kakao Kulit Kakao Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu Tepung Kakao Kakao Olahan Sumber : trademap.org, diolah 49 Ekspor kakao Indonesia meningkat didorong oleh membaiknya harga di awal tahun 2018 Ekspor kakao Indonesia sejak 2015 terus mengalami tren penurunan dengan posisi terakhir tahun 2017 sebesar US$1,12 juta atau turun -9,59% dibanding ekspor tahun 2016. Namun di tahun 2018 hingga bulan November 2018, nilai ekspor kakao mencatatkan pertumbuhan yang cukup baik sebesar 10,39% dibandingkan tahun lalu. • Kondisi harga kakao yang mulai meningkat pada awal tahun 2018 yang membuat eksportir kakao Indonesia memiliki insentif lebih besar untuk melakukan ekspor. Dampaknya hingga bulan November, secara year-on-year ekspor kakao Indonesia telah meningkat sebesar 10,39% dan volume ekspor juga meningkat sebesar 7,87% (yoy). Sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya, penurunan ekspor kakao Indonesia disebabkan oleh produk kakao yang banyak diserap oleh industri domestik. • Apabila dibandingkan antara tahun 2013 dengan 2017, terdapat perbedaan yang cukup signifikan dari pasar tujuan ekspor kakao Indonesia. Posisi Malaysia sebagai pasar tujuan kakao terbesar Indonesia digantikan oleh Amerika Serikat sebagai dampak adanya kebijakan Bea Keluar Biji Kakao. Ekspor Kakao Indonesia Nilai Ekspor (Juta USD) Volume Ekspor (Ribu Ton) Growth Nilai Ekspor (yoy) - SKALA KANAN Growth Volume Ekspor (yoy) - SKALA KANAN 10,39% 5,08% 6,79% -5,21% 7,87% -7,12% 6,49% 2014 2015 -9,59% 2016 327 1.121 330 1.240 355 1.308 334 1.245 414 1.151 -19,42% 2013 15,00% 10,00% 5,00% 0,00% -5,00% -10,00% -15,00% -20,00% -25,00% -1,01% 2017 353 8,08% 1.145 9,31% 1.400 1.200 1.000 800 600 400 200 0 Jan-Nov 2018 Share Nilai Ekspor Kakao Indonesia berdasarkan Negara Filipina 1,97% India 2,03% Meksiko 2,89% Malaysia 37,58% Lainnya 19,02% 2013 2017 Thailand 3,96% Tiongkok 4,31% Lainnya 20,84% Jerman 3,00% Jepang 2,29% Australia 3,46% Amerika Serikat 27,05% Australia 3,88% Malaysia 17,28% Estonia 3,97% Jerman 4,97% Singapura 7,13% Kanada 4,08% Amerika Serikat 13,29% Belanda 6,22% India 4,41% Tiongkok 6,37% 2014 2015 2016 2017 49 46 44 40 23 70 42 49 39 18 71 81 68 64 50 246 300 298 433 303 253 264 2013 dalam Juta USD 194 250 153 500 257 Tren Nilai Ekspor Kakao Indonesia berdasarkan Negara 0 Amerika Serikat Malaysia Tiongkok Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu Belanda India Sumber : trademap.org, diolah 50 Ekspor kakao Indonesia mengalami “shifting” dari biji kakao menjadi lemak/minyak kakao dan pasta kakao Lemak/Minyak Kakao menjadi jenis produk kakao dengan nilai ekspor tertinggi pada tahun 2017 dengan nilai mencapai US$681 juta. Pada tahun 2018 hingga bulan September akumulasi nilai ekspor Lemak/Minyak Kakao telah mencapai US$603 juta. • Jenis produk ekspor kakao Indonesia mengalami shifting dari Biji Kakao menjadi produk Lemak/Minyak Kakao dan Pasta Kakao akibat kebijakan Bea Keluar (BK) dari pemerintah di tahun 2010. Share ekspor Biji Kakao dari sebelumnya sebesar 72,44% (2010) menjadi hanya sebesar 4,78% (2017). CAGR 2013-2017 produk ekspor Biji Kakao Indonesia sebesar -33,7%, sedangkan Lemak/Minyak Kakao dan Pasta Kakao meningkat masing-masing sebesar 7,2% dan 4,1%. • Pasar tujuan ekspor Biji Kakao dan Pasta Kakao didominasi oleh Malaysia dengan share masing-masing sebesar 90,80% dan 56,93%. Sedangkan pasar tujuan ekspor Lemak Kakao terbesar adalah Amerika Serikat dengan share sebesar 40,85%. Hal tersebut yang membuat posisi Malaysia tergantikan oleh Amerika Serikat sebagai pasar utama tujuan ekspor kakao Indonesia seiring dengan menurunnya share ekspor Biji Kakao. Ekspor Kakao Indonesia berdasarkan Jenis Lemak/Minyak Kakao 661 726 698 681 Biji Kakao Pasta Kakao 302 603 186 357 234 446 245 190 2013 2014 2015 2016 2017 Jan-Sep 2018 2013 2014 2015 2016 2017 Jan-Sep 2018 dalam Juta USD 196 113 2013 2014 115 84 2015 2016 54 62 2017 Jan-Sep 2018 Share Nilai Ekspor Kakao Indonesia berdasarkan Jenis Pasar Tujuan Ekspor Kakao Indonesia berdasarkan Jenis Produk (2017) Jepang 1,00% Lainnya 1,21% Belgia 1,37% Amerika Serikat 1,64% Lainnya 5,97% Malaysia 90,80% India 3,98% Pasta Kakao Biji Kakao Spanyol 4,98% Brazil 5,76% Amerika Serikat 9,82% Malaysia 56,93% Tiongkok 16,53% Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu Lainnya Jerman 31,98% 4,88% Estonia 5,80% Kanada 6,62% Lemak Kakao Amerika Serikat 40,85% Belanda 9,87% Sumber : trademap.org, diolah 51 Tumbuhnya industri pengolahan kakao di dalam negeri mendorong tingginya impor bijih kakao Tren impor kakao Indonesia terus meningkat sejak 2015 dengan posisi terakhir di tahun 2017, nilai impor kakao Indonesia sebesar US$619 ribu dengan volume sebesar 297 ribu ton. Nilai dan volume tersebut meningkat pesat dibandingkan tahun 2016 sebesar 76,7% (nilai ekspor 2016 sebesar US$350) dan 182,6% (volume ekspor 2016 sebesar 105 ribu ton). • Sejak adanya Bea Keluar (BK) biji kakao di tahun 2010, kinerja industri pengolahan kakao domestik terus meningkat. Namun dengan produksi kakao domestik yang terus menurun, maka kebutuhan bahan baku kakao yang tidak dapat dipenuhi oleh di dalam negeri ditutupi dengan cara mengimpor. CAGR nilai impor kakao Indonesia pada tahun 2013-2017 meningkat cukup tinggi sebesar 11,4%. • Negara asal impor kakao Indonesia tidak terlau berubah antara tahun 2013 dengan tahun 2017 dimana Malaysia masih mendominasi dengan share sebesar 33,83% (2017) dan 28,56% (2017). Demikian juga dengan tren asal impor utama kakao Indonesia terus meningkat. Peningkatan paling pesat terjadi dari negara Pantai Gading, Ekuador, dan Kamerun dimana CAGR impor 2013-2017 mencapai lebih dari 50%. Impor Kakao Indonesia Nilai Ekspor (Juta USD) Volume Ekspor (Ribu Ton) Growth Nilai Ekspor (yoy) - SKALA KANAN Growth Volume Ekspor (yoy) - SKALA KANAN 1.000 150,00% 50,00% 264 644 8,52% 7,04% 297 619 105 350 84 294 140 469 63 76,73% 24,53% 19,26% -39,68% -37,36% 31,06% 15,69% 205 500 250,00% 182,66% 121,65% 129,18% 0 -50,00% 2013 2014 2015 2016 2017 Jan-Nov 2018 Share Nilai Impor Kakao Indonesia berdasarkan Negara Tiongkok 2,99% Lainnya 10,68% Ghana 1,61% Malaysia 33,83% Belanda 1,16% Malaysia 28,56% Lainnya 11,08% Uganda 2,70% Belgia 3,75% India 3,49% Nigeria 4,93% Ghana 10,14% Ekuador 4,43% India 4,85% Papua Nugini 6,73% 2017 2013 Kamerun 3,50% Singapura 4,96% Kamerun 10,52% Singapura Pantai 9,02% Gading 10,07% Pantai Gading 18,71% Ekuador 12,28% Tren Nilai Impor Kakao Indonesia berdasarkan Negara 2013 2016 2017 31 22 13 14 18 5 19 7 19 65 76 36 34 18 9 21 50 79 95 50 72 100 69 150 21 200 2015 116 177 250 2014 192 dalam Juta USD 0 Malaysia Pantai Gading Ekuador Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu Kamerun Singapura Sumber : trademap.org, diolah 52 Impor biji kakao meningkat pesat Impor produk kakao terbesar Indonesia adalah Biji Kakao dengan nilai pada tahun 2017 sebesar US$467 juta atau tumbuh 152% dibandingkan tahun 2016. Akumulasi hingga bulan September 2018 mencapai US$412. • Impor Biji Kakao dilakukan untuk mencukupi kebutuhan bahan baku industri pengolahan kakao domestik yang tidak dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Share impor kakao meningkat cukup pesat dari tahun 2013 yang hanya sebesar 37,83% dari total impor kakao menjadi 75,43% di tahun 2017. • Produk kakao lain yang juga menunjukkan tren peningkatan adalah Tepung Kakao (Cocoa Powder) yang juga digunakan oleh industri sebagai bahan baku pembuatan makanan. Dalam 3 tahun terakhir, impor Tepung Kakao meningkat dari US$32 juta menjadi US$50 juta. • Negara asal impor Biji Kakao Indonesia berasal dari negara-negara produsen utama kakao dunia seperti Malaysia (25,93%), Pantai Gading (24,31%), Ekuador (16,28%), dan Kamerun (13,95%). Impor Kakao Indonesia berdasarkan Jenis dalam Juta USD 467 341 170 Tepung Kakao Coklat Biji Kakao 412 77 96 86 84 46 75 57 185 37 50 45 37 32 77 2013 2014 2015 2016 2017 Jan-Sep 2018 Share Nilai Impor Kakao Indonesia berdasarkan Produk Tren Nilai Impor Kakao Indonesia berdasarkan Negara Lainnya 13,00% Nigeria 6,54% Kamerun 13,95% Ekuador 16,28% Biji Kakao Lainnya 27,80% Malaysia 25,93% Pantai Gading 24,31% Tepung Kakao Coklat Belgia 7,61% Australia 8,42% India 25,18% Malaysia 21,65% Singapura 9,35% Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu Lainnya 0,83% Belanda 0,99% Jerman 2,71% Malaysia 54,14% Singapur a 37,81% Perancis 3,51% Sumber : trademap.org, diolah 53 Minyak/lemak kakao, pasta kakao, dan tepung kakao Indonesia memiliki daya saing yang tinggi di pasar global Daya Saing Produk-Produk Olahan Kakao Jenis Produk No Negara 1 2 Biji Kakao 3 15 1 2 Kulit Kakao 3 6 1 2 Pasta Kakao 3 5 1 Minyak/Lemak 2 Kakao 3 1 2 Tepung Kakao 3 5 1 Coklat dan Makanan 2 Mengandung Kakao 3 47 Pantai Gading Ghana Belanda Indonesia Belanda Nigeria Perancis Indonesia Pantai Gading Belanda Ghana Indonesia Belanda Indonesia Pantai Gading Belanda Malaysia Jerman Indonesia Jerman Belgia Italia Indonesia Rata-Rata RSCA 1.00 0.99 0.33 0.18 0.03 0.93 -0.35 0.24 0.99 0.67 -0.13 0.77 0.78 0.85 0.98 0.78 0.82 0.12 0.71 0.36 0.62 0.39 -0.70 2013 2014 2015 2016 2017 0.99 0.99 0.36 0.70 -0.05 0.96 -0.71 0.18 0.99 0.69 -0.42 0.77 0.77 0.82 0.98 0.80 0.85 0.06 0.63 0.38 0.61 0.38 -0.68 1.00 1.00 0.35 0.37 -0.10 0.91 -0.94 0.21 0.99 0.69 0.32 0.10 -0.31 0.96 -0.59 0.07 0.99 0.64 0.77 0.77 0.85 0.98 0.79 0.82 0.12 0.68 0.39 0.62 0.38 -0.70 0.82 0.79 0.87 0.98 0.78 0.81 0.15 0.73 0.36 0.63 0.38 -0.73 1.00 0.99 0.29 0.00 -0.10 0.87 -0.13 -0.04 0.99 0.66 -0.97 0.81 0.79 0.87 0.98 0.77 0.82 0.15 0.76 0.34 0.63 0.37 -0.67 1.00 0.99 0.33 -0.27 0.70 0.97 0.61 0.78 1.00 0.66 0.99 0.70 0.78 0.86 0.99 0.78 0.80 0.12 0.73 0.36 0.64 0.43 -0.73 Daya Saing produk kakao Indonesia secara umum sangat kompetitif yang ditunjukkan dengan nilai RSCA yang positif. Produk Kakao yang paling kompetitif bagi Indonesia adalah Lemak/Minyak Kakao dengan nilai rata-rata RSCA sebesar 0,85 sedangkan produk Kakao yang paling tidak kompetitif bagi Indonesia adalah Kakao Olahan dengan RSCA sebesar -0,70. • Shifting fokus produk ekspor Indonesia dari Biji Kakao menjadi produk Lemak/Minyak Kakao sejak 2010 menjadikan Indonesia sangat kompetitif dalam mengekspor produk Lemak/Minyak Kakao. Nilai RSCA Indonesia sebesar 0,86 (2017) atau rata-rata sebesar 0,85 yang menunjukkan Indonesia sangat kompetitif, bahkan produk Lemak/Minyak Kakao Indonesia lebih kompetitif dibandingkan Belanda yang merupakan eksportir terbesar Lemak/Minyak Kakao. Daya saing produk kakao Indonesia lain pada tahun 2017 yang juga tergolong kompetitif adalah Kulit Kakao (0,78), Pasta Kakao (0,70), dan Tepung Kakao (0,73). • Daya saing biji kakao Indonesia menurun drastis sejak penerapan adanya Bea Keluar (BK). Pada tahun 2017, nilai RSCA Biji Kakao Indonesia sebesar -0,27 yang berarti Indonesia tidak kompetitif dalam mengekspor Biji Kakao. Walaupun secara rata-rata 5 tahun terakhir masih positif sebesar 0,18 namun dengan tren ekspor Biji kakao yang terus menurun maka diperkirakan daya saing Biji Kakao Indonesia juga akan terus menurun di tahun-tahun mendatang. • Daya saing produk lain yang tidak kompetitif bagi Indonesia adalah Coklat dan Makanan Mengandung kakao dimana dalam 5 tahun terakhir selalu negatif. Secara rata-rata, nilai daya saing produk Coklat dan Makanan Mengandung kakao Indonesia sebesar -0,70 yang berarti sangat tidak kompetitif. Sumber : trademap.org, diolah 54 Isu terkait deforestasi, tarif bea keluar dan faktor cuaca menjadi tantangan industri kakao ke depan Uni Eropa mulai membahas larangan penjualan kakao yang berasal dari lahan perusakan hutan (deforestasi) atau yang berindikasi diproduksi oleh eksploitasi anak sebagai buruh. Industri cokelat di wilayah Afrika Barat termasuk salah satu penyebab deforestasi skala besar. Sumber: Liputan 6, Juli 2018. Kementerian Koordinator bidang Perekonomian akan mempertimbangkan usulan Kementerian Perindustrian terkait perubahan tarif bea keluar biji kakao tetap (flat) sebesar 15 %, dari semula tarif progresif 0-15 % bergantung harga biji kakao dunia. Rencananya, usulan ini akan dibahas dalam pertemuan khusus. Sumber: CNN Indonesia, Januari 2018. Pemerintah menunjuk daerah Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara sebagai sentra produksi berbentuk proyek pilot pengembangan kakao berbasis korporasi yang merupakan implementasi dari Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) 18/2018 tentang Pedoman Pembangunan kawasan Pertanian Berbasis Korporasi untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Sumber: Bisnis, Agustus 2018. Pemerintah Kabupaten Kolaka Utara membuat program untuk merevitalisasi 43.000 hektare tanaman kakao di Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara dengan tambahan bantuan pemerintah pusat seluas 2.000 hektare. Sumber: Bisnis, Agustus 2018. Pakar kakao memprediksi bahwa di tahun 2050 tanaman kakao akan sulit dikembangkan akibat meningkatnya suhu yang menghisap uap air tanah tempat pohon itu bertumbuh, terutama di daerah Ghana dan Pantai Gading di mana lebih dari 50 % kakao dunia diproduksi. Sumber: UK Express, Januari 2018. Sumber : trademap.org, diolah 55 Outlook ekspor kakao Indonesia Tahun 2018, ekspor kakao Indonesia ke AS yang merupakan pasar terbesar ekspor nasional (share 27%) diperkirakan tumbuh 6,7% menjadi sebesar US$324 juta seiring tingginya permintaan produk Lemak/Minyak Kakao. Di tahun 2019, diproyeksikan ekspor Kakao Indonesia ke Amerika Serikat masih akan tumbuh positif sebesar 16,2%. • Lemak kakao sebagian besar memang digunakan untuk pembuatan cokelat. • Konsumsi cokelat dan permen di AS diperkirakan akan melanjutkan tren kenaikan didukung oleh pertumbuhan populasi dan meningkatnya daya beli, seiring dengan meningkatnya permintaan untuk cokelat premium dan makanan manis. Selain itu, minat yang lebih besar pada gaya hidup sehat terus mendorong konsumsi cokelat bebas gula dan organik. Selain untuk dikonsumsi di dalam negeri, ekspor coklat dan permen AS menunjukkan kinerja yang cukup stabil terutama ke Kanada dan Meksiko. • Kebutuhan cokelat di AS: o 60% untuk cokelat dan produk-produk gula-gula jenis cokelat yang dibuat dari cokelat yang dibeli dan tidak diritel di perusahaan manufaktur o 10% untuk cokelat dan produk gula-gula jenis cokelat yang terbuat dari biji kakao o 8% untuk lapisan cokelat terbuat dari biji kakao o 7% untuk cokelat dan produk gula-gula jenis cokelat yang dibuat dari cokelat yang dibeli di ritel di perusahaan manufaktur o 15% untuk lainnya termasuk industri kosmetik • Walaupun Malaysia masih menjadi pasar kakao kedua terbesar bagi Indonesia namun trennya terus mengalami penurunan. Malaysia telah sejak lama menjadi pasar ekspor bagi Biji Kakao Indonesia, namun sejak adanya kebijakan Bea Keluar (BK) Biji Kakao, ekspor kakao ke Malaysia terus menurun. Di tahun 2018, diperkirakan ekspor kakao Indonesia ke Malaysia masih melanjutkan tren penurunan sebesar -2,31% dan di tahun 2019 juga menurun sebesar -1,7%. 2015 2016 2017 2018P 2019P 52 44 49 46 44 63 63 70 42 49 100 95 71 68 81 186 194 100 189 300 376 246 303 264 200 253 Juta USD 300 324 400 0 Amerika Serikat Malaysia Tiongkok 2017 Belanda India 2018P 2019P Nilai (Jt USD) Pertumbuhan Nilai (Jt USD) Pertumbuhan Nilai (Jt USD) Pertumbuhan Amerika Serikat 303.12 19.61% 323.65 6.77% 376.19 16.24% Malaysia 193.67 -21.26% 189.19 -2.31% 185.98 -1.70% Tiongkok 71.44 4.69% 95.31 33.41% 99.58 4.48% Belanda 69.69 64.40% 62.97 -9.65% 63.02 0.08% India 49.47 7.32% 43.99 -11.08% 52.21 18.70% Kenaikan ekspor diprediksi juga terjadi di Tiongkok, terutama untuk produk pasta kakao. Sementara di Belanda menjadi pasar alternatif lain dari produk Lemak/Minyak Kakao dan India menjadi importir untuk Biji Kakao. Peran ekspor ke ketiga negara ini cukup besar karena berkontribusi hampir 20% ekspor kakao nasional. Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI diolah 56 Proyeksi harga kakao dunia Harga Kakao Dunia Harga kakao kembali bergerak fluktuatif di tahun 2018. Posisi terakhir harga kakao di awal tahun 2019 sebesar US$2.394/MT. Harga Kakao Kontrak 3 Bulan per MT 4.000 3.336 3.500 • Harga kakao meningkat tajam di awal tahun yang dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran defisit cadangan kakao dunia karena ada ekspektasi cuaca buruk di Afrika. 3.195 2.986 3.000 2.981 2.476 2.500 2.237 1.903 2.394 • 1.907 2.000 1.500 Kemudian sejak pertengahan tahun, harga mulai turun kembali seiring meningkatnya pasokan kakao dari Pantai Gading. Di akhir tahun 2018 hingga awal tahun 2019, harga kakao kembali naik dengan posisi terakhir sebesar US$2.394/MT yang diakibatkan oleh permintaan dari perayaan Natal dan Tahun Baru. Proyeksi Harga Kakao Dunia Harga Kakao Kontrak 3 Bulan per MT Proyeksi Harga Konsensus 3.000 2.556 2.600 2.335 2.476 2.416 2.200 2.095 1.800 1.400 2.057 2.043 1.903 2.300 2.308 2.370 2.400 2.450 Proyeksi Harga Kakao Konsensus 1.892 Harga Kakao Kontrak 3 Bulan 1.000 Q1-2017 Q2-2017 Q3-2017 Q4-2017 Q1-2018 Q2-2018 Q3-2018 Q4-2018 Q1-2018 Q2-2018 Q3-2018 Q4-2018 Q1-2020 Q2-2020 Proyeksi harga kakao di tahun 2019 diprediksi lebih stabil dibandingkan tahun 2018. Proyeksi konsensus harga kakao akan melemah tipis pada kuartal II tahun 2019 sebelum akhirnya kembali naik tipis hingga akhir tahun. • Proyeksi harga kakao dunia kontrak 3 bulan diperkirakan akan relatif stabil di tahun 2019. Pada kuartal I hingga kuartal II diperkirakan harga akan cenderung menurun yang diakibatkan oleh meningkatnya pasokan kakao dari negara-negara Afrika. Namun mulai masuk kuartal III, harga kakao diperkirakan akan mulai meningkat seiring adanya ekspektasi cuaca yang kurang baik yang dapat mengganggu pasokan dunia. Selain itu juga meningkatnya permintaan kakao untuk diolah menjadi coklat di semester terakhir 2019 diperkirakan juga akan berdampak membaiknya harga kakao sejak kuartal III. Sumber : World Bank, Bloomberg 57 Konsumsi kakao diperkirakan akan tumbuh lebih cepat dibandingkan produksi Indonesia diperkirakan akan terus mengalami defisit kakao seiring dengan terus meningkatnya konsumsi kakao domestik untuk diolah kembali menjadi pasta dan lemak kakao, namun tidak diimbangi dengan produksi biji kakao domestik yang cukup. Proyeksi Produksi Kakao Indonesia Produksi Ribu MT Pertumbuhan produksi 375 400 325 4,50% 320 290 300 272 260 8,00% 2,99% 280 281 0,00% 0,43% -1,54% 4,00% 200 -4,00% -9,38% -8,54% -8,00% 100 -10,34% -12,00% -13,33% 0 -16,00% 2013/2014 2014/2015 2015/2016 2016/2017 2017/2018 2018/2019P 2019/2020P 2020/2021P Proyeksi Produksi Kakao Indonesia Konsumsi Ribu MT Pertumbuhan Konsumsi 800 670 32,30% 600 400 340 382 335 537 490 455 40,00% 32,00% 24,00% 19,11% 14,03% 596 7,69% 9,49% 11,01% 12,49% 16,00% 8,00% 200 0,00% -1,47% 0 -8,00% 2013/2014 2014/2015 2015/2016 2016/2017 2017/2018 2018/2019 2019/2020 2020/2021 • Produksi kakao tahun depan diperkirakan akan mengalami kenaikan sebesar 4,5% karena areal perkebunan kakao baru di berbagai wilayah seperti Lampung dan Sumatra Barat yang baru ditanam 2-3 tahun yang lalu sudah mulai berbuah. Namun, proyeksi tersebut dapat berubah apabila terdapat cuaca kurang baik seperti munculnya El-Nino, maupun faktor lain seperti penurunan produktivitas di lahan-lahan kakao yang sudah tua. • Pada sisi konsumsi, tren kenaikan konsumsi kakao yang sudah terjadi sejak beberapa tahun terakhir akan terus berlanjut dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 10% per tahun. Hal tersebut didorong oleh semakin berkembangnya industri kakao domestik. Dengan kondisi seperti ini diperkirakan impor biji kakao akan terus meningkat untuk menutupi defisit bahan baku kakao. Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 58 Ekspor kakao diprediksi meningkat di tahun 2019 Proyeksi Nilai Ekspor Kakao Indonesia Nilai Ekspor Kakao Indonesia Growth 1.500 15,0% Juta USD 9,3% 8,1% 10,0% 5,1% 11,1% 1.000 8,3% 5,0% 0,0% 500 -5,0% -9,6% -5,2% 1.151 1.245 1.308 1.240 1.121 1.246 1.348 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019P - -10,0% -15,0% Tahun 2018, ekspor kakao Indonesia tumbuh sebesar 11,1% dan di tahun 2019 diperkirakan tumbuh sebesar 8,3%. Pertumbuhan ekspor kakao Indonesia seiring dengan membaiknya harga kakao dunia dan terus berkembangkan industri kakao domestik. • Ekspor kakao Indonesia di tahun 2018 tumbuh sebesar 11,1% dibandingkan tahun 2017 atau menjadi sebesar US$1.246 juta. Pertumbuhan nilai ekpor di tahun 2018 didorong oleh membaiknya harga kakao akibat menurunnya pasokan kakao dari wilayah Afrika dan Amerika Latin. • Di tahun 2019, ekspor kakao diproyeksikan masih akan tumbuh moderat sebesar 8,3% atau menjadi senilai US$1.348 juta. Faktor utama dari peningkatan tersebut adalah permintaan dari Amerika Serikat yang menjadi pasar utama kakao Indonesia terhadap produk Lemak/Minyak Kakao yang terus tumbuh. Sedangkan penurunan ekspor ke pasar Malaysia dikompensasi oleh peningkatan ekspor ke pasar-pasar negara berkembang lain seperti Tiongkok dan India. Selain itu, proyeksi harga yang stabil juga membuat nilai ekspor kakao Indonesia tumbuh moderat di tahun 2019. Upside Risk • • Cuaca yang menjadi faktor utama yang menghambat produksi kakao dunia masih menjadi faktor yang sulit diperhitungkan. Apabila wilayah Afrika yang merupakan produsen kakao terbesar mengalami kekeringan seperti yang terjadi di awal tahun 2017, harga diperkirakan dapat menjadi lebih tinggi. Dengan demikian, akan menjadi sentimen positif terhadap ekspor kakao Indonesia Produksi Biji Kakao domestik yang selama ini terus menurun, dapat dikompensasi oleh dibukanya lahan-lahan baru kakao. Apabila bahan baku kakao domestik meningkat, ekspor kakao olahan Indonesia diprediksi bisa lebih tinggi dibandingkan proyeksi karena tersedianya bahan baku yang lebih murah. Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI diolah Downside Risk • Status Indonesia sebagai net-importir Biji Kakao membuat produksi kakao olahan domestik sangat tergantung oleh pasokan Biji Kakao, terutama yang berasal dari Afrika. Apabila pasokan dari Afrika terganggu, maka ekspor kakao Indonesia dapat tumbuh lebih rendah dari perkiraan. • Adanya prediksi El-Nino dipertengahan tahun dapat membuat produksi kakao domestik terancam. Dengan menurunnya pasokan Biji Kakao domestik, defisit Biji Kakao dapat melebar yang membuat industri pengolahan kakao domestik lebih kesulitan untuk mendapatkan bahan baku. Dampaknya proyeksi ekspor dapat lebih rendah. 59 Lampiran : Ekspor Kakao Dunia Nilai Ekspor Kakao Dunia berdasarkan Negara Nilai (dalam Juta USD) Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Porsi 2017 (%) 43,781 4,817 4,462 3,377 2,927 2,037 2,236 1,672 1,717 1,176 1,059 1,053 43,784 5,317 4,718 3,121 3,332 1,458 2,298 1,674 1,870 1,498 1,122 1,151 49,639 6,096 5,571 4,627 3,466 NA 2,404 1,792 2,117 1,495 1,241 1,245 47,457 5,568 5,032 5,130 3,347 NA 2,177 1,641 1,950 1,555 1,401 1,308 46,912 5,869 5,168 4,588 3,733 1,898 2,175 1,699 2,035 1,634 1,530 1,240 48,183 5,989 5,433 4,933 3,810 2,434 2,229 2,037 1,991 1,570 1,538 1,121 100.00% 12.43% 11.28% 10.24% 7.91% 5.05% 4.63% 4.23% 4.13% 3.26% 3.19% 2.33% Eksportir Dunia Jerman Belanda Pantai Gading Belgia Ghana Perancis Italia Amerika Serikat Polandia Kanada Indonesia Pertumbuhan (% yoy) 2013 2014 2015 2016 2017 CAGR 2013-2017 0.01% 10.39% 5.76% -7.57% 13.85% -28.44% 2.76% 0.13% 8.93% 27.44% 5.97% 9.31% 13.37% 14.63% 18.06% 48.26% 4.03% NA 4.63% 7.00% 13.19% -0.23% 10.56% 8.08% -4.40% -8.66% -9.66% 10.85% -3.46% NA -9.46% -8.38% -7.90% 4.01% 12.95% 5.08% -1.15% 5.40% 2.70% -10.56% 11.54% NA -0.09% 3.50% 4.36% 5.08% 9.15% -5.21% 2.71% 2.06% 5.13% 7.52% 2.08% 28.20% 2.52% 19.88% -2.16% -3.88% 0.58% -9.59% 1.93% 2.41% 2.86% 9.59% 2.72% 10.80% -0.60% 3.99% 1.26% 0.95% 6.51% -0.54% Volume Ekspor Kakao Dunia berdasarkan Negara Volume (dalam Ribu Ton) Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Porsi 2017 (%) 11,470 NA 492 343 435 NA 388 229 141 173 188 10,661 NA 500 343 426 318 414 235 168 199 189 11,531 NA 479 370 492 324 334 202 154 210 201 10,892 NA 484 353 417 351 355 208 146 186 192 11,376 1,464 484 397 437 374 330 220 159 166 186 12,794 1,975 490 453 427 378 355 229 188 188 183 100.00% 15.44% 3.83% 3.54% 3.34% 2.96% 2.77% 1.79% 1.47% 1.47% 1.43% Eksportir Dunia Pantai Gading Perancis Malaysia Amerika Serikat Kanada Indonesia Meksiko Rusia Turki Singapura Pertumbuhan (% yoy) 2013 2014 2015 2016 2017 CAGR 2013-2017 -7.06% NA 1.70% -0.02% -2.13% NA 6.78% 2.61% 19.85% 14.70% 0.45% 8.16% NA -4.18% 7.91% 15.37% 1.96% -19.42% -14.03% -8.38% 5.40% 6.44% -5.54% NA 1.11% -4.50% -15.27% 8.21% 6.49% 2.93% -5.38% -11.23% -4.56% 4.44% NA -0.13% 12.56% 4.80% 6.53% -7.12% 5.79% 9.02% -10.68% -2.81% 12.47% 34.87% 1.35% 13.95% -2.27% 1.10% 7.53% 4.22% 18.21% 13.25% -1.45% 3.71% NA -0.39% 5.74% 0.02% 3.51% -3.04% -0.49% 2.24% -1.10% -0.55% Nilai Ekspor Kakao Dunia berdasarkan Produk Nilai (dalam Juta USD) Produk Total Kakao Biji Kakao Kulit Kakao Pasta Kakao Lemak/Minyak Kakao Tepung Kakao Coklat dan Makanan Mengandung Kakao Pertumbuhan (% yoy) 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Porsi 2017 (%) 18 1801 1802 1803 1804 1805 43,743 10,156 839 2,468 2,825 3,251 43,695 8,088 276 2,610 3,716 2,579 49,548 9,799 298 3,402 5,905 2,135 47,281 10,219 318 3,297 5,615 2,107 46,762 9,212 283 2,924 5,314 2,470 48,026 9,088 244 3,177 5,366 2,396 100.00% 18.92% 0.51% 6.62% 11.17% 4.99% -0.11% -20.36% -67.07% 5.79% 31.53% -20.68% 13.39% 21.16% 7.76% 30.31% 58.91% -17.20% -4.58% 4.29% 6.85% -3.07% -4.91% -1.32% -1.10% -9.85% -11.21% -11.33% -5.35% 17.25% 2.70% -1.35% -13.52% 8.67% 0.98% -3.02% 1.91% 2.36% -2.44% 4.01% 7.63% -1.46% 1806 24,205 26,426 28,010 25,725 26,560 27,754 57.79% 9.18% 5.99% -8.16% 3.25% 4.50% 0.99% 2017 CAGR 2013-2017 8.16% -5.54% 4.44% 15.27% -17.63% 13.49% 6.07% -4.43% 10.33% 33.70% -4.80% -13.38% 4.98% -1.07% -4.72% 11.80% 7.17% 4.71% 12.47% 30.01% 3.91% 25.55% 13.21% 6.42% 3.71% 6.98% 3.05% 6.72% 2.30% 5.95% 1.37% 2.66% 1.36% HS Code 2013 2014 2015 2016 2017 CAGR 2013-2017 Volume Ekspor Kakao Dunia berdasarkan Produk Volume (dalam Ribu Ton) Produk Total Kakao Biji Kakao Kulit Kakao Pasta Kakao Lemak/Minyak Kakao Tepung Kakao Coklat dan Makanan Mengandung Kakao Pertumbuhan (% yoy) 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Porsi 2017 (%) 18 1801 1802 1803 1804 1805 11,470 3,839 281 673 834 714 10,661 2,766 197 689 859 729 11,531 3,188 209 921 902 815 10,892 2,626 200 876 892 874 11,376 2,980 221 759 850 915 12,794 3,874 229 953 963 973 26.64% 8.07% 0.48% 1.98% 2.00% 2.03% -7.06% -27.96% -29.89% 2.36% 3.00% 2.05% 1806 5,129 5,421 5,495 5,423 5,650 5,801 12.08% 5.70% HS Code 2013 2014 2015 -1.31% 2016 4.19% 60 Lampiran : Impor Kakao Dunia Nilai Impor Kakao Dunia berdasarkan Negara Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 16 Importir 2012 41,568 4,216 4,181 3,303 2,930 2,255 1,729 1,281 1,142 788 998 177 Dunia Amerika Serikat Jerman Belanda Perancis Inggris Belgia Kanada Italia Polandia Spanyol Indonesia 2013 43,514 4,279 4,253 3,545 3,070 2,416 2,082 1,343 1,145 917 1,012 205 Nilai (dalam Juta USD) 2014 2015 2016 49,070 46,139 48,631 4,852 4,984 5,209 5,051 4,676 5,004 4,195 4,222 4,702 3,448 3,182 3,368 2,776 2,639 2,517 2,522 2,364 2,858 1,480 1,504 1,547 1,289 1,230 1,269 1,007 1,078 1,134 1,177 1,084 1,193 469 294 350 2017 48,266 5,146 4,851 4,665 3,377 2,630 2,614 1,519 1,290 1,224 1,141 619 Porsi 2017 (%) 100.00% 10.66% 10.05% 9.67% 7.00% 5.45% 5.42% 3.15% 2.67% 2.54% 2.36% 1.28% 2013 4.68% 1.50% 1.74% 7.32% 4.79% 7.15% 20.36% 4.84% 0.25% 16.33% 1.37% 15.69% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 12.77% -5.97% 5.40% 13.37% 2.72% 4.51% 18.75% -7.43% 7.01% 18.34% 0.63% 11.37% 12.30% -7.72% 5.86% 14.91% -4.97% -4.59% 21.16% -6.28% 20.90% 10.19% 1.63% 2.89% 12.59% -4.53% 3.17% 9.82% 7.13% 5.17% 16.37% -7.89% 10.06% 129.18% -37.36% 19.26% 2017 -0.75% -1.21% -3.06% -0.77% 0.28% 4.49% -8.53% -1.79% 1.60% 7.96% -4.40% 76.73% CAGR 2013-2017 2.09% 3.76% 2.66% 5.65% 1.92% 1.71% 4.66% 2.50% 2.42% 5.96% 2.44% 24.79% Volume Impor Kakao Dunia berdasarkan Negara Rank 1 2 3 4 5 6 7 9 10 11 16 Importir Volume (dalam Ribu Ton) 2013 2014 2015 2016 11,149 11,457 11,188 11,704 1,304 1,299 1,337 1,368 770 785 770 793 429 466 362 337 253 253 264 282 358 302 227 234 154 157 36 150 179 170 171 148 107 109 105 139 131 142 138 138 114 117 134 122 63 140 84 105 2012 10,542 1,238 744 400 275 355 138 154 98 145 106 48 Dunia USA France Malaysia Japan Russia Turkey China Mexico Singapore Australia Indonesia 2017 12,588 1,456 800 425 292 281 182 159 139 139 134 270 Porsi 2017 (%) 100.00% 11.56% 6.35% 3.38% 2.32% 2.23% 1.45% 1.26% 1.11% 1.11% 1.07% 2.15% 2013 5.76% 5.33% 3.44% 7.22% -7.76% 0.97% 11.24% 15.72% 9.36% -9.62% 7.22% 31.05% Pertumbuhan (% yoy) CAGR 2014 2015 2016 2017 2013-2017 2.76% -2.35% 4.61% 7.56% 2.46% -0.41% 3.00% 2.27% 6.42% 2.23% 1.88% -1.89% 3.04% 0.86% 0.76% 8.78% -22.42% -6.72% 25.95% -0.17% -0.08% 4.18% 6.99% 3.63% 2.91% -15.70% -24.94% 3.49% 19.99% -4.71% 1.99% -76.74% 310.25% 21.79% 3.45% -5.03% 0.88% -13.32% 7.04% -2.33% 1.41% -3.47% 32.73% -0.03% 5.37% 8.73% -3.22% 0.29% 0.62% 1.21% 2.36% 14.30% -8.85% 10.34% 3.31% 121.66% -39.68% 24.53% 156.93% 33.73% Nilai Impor Kakao Dunia berdasarkan Produk Nilai (dalam Juta USD) Produk Total Kakao Biji Kakao Kulit Kakao Pasta Kakao Lemak/Minyak Kakao Tepung Kakao Coklat dan Makanan Mengandung Kakao Pertumbuhan (% yoy) 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Porsi 2017 (%) 18 1801 1802 1803 1804 1805 41,458 8,428 48 3,152 2,676 3,349 43,358 7,894 38 3,078 3,629 2,756 48,902 9,534 38 3,410 5,977 2,186 45,911 9,432 30 3,275 5,314 2,106 48,308 10,348 35 3,557 5,347 2,523 47,949 9,588 29 3,354 5,327 2,446 100.00% 20.00% 0.06% 6.99% 11.11% 5.10% 4.58% -6.34% -20.82% -2.34% 35.61% -17.70% 12.79% 20.78% -0.41% 10.80% 64.73% -20.70% -6.12% -1.07% -21.68% -3.99% -11.09% -3.67% 5.22% 9.71% 17.59% 8.62% 0.62% 19.82% -0.74% -7.34% -15.42% -5.72% -0.38% -3.06% 2.03% 3.96% -4.95% 1.73% 7.98% -2.36% 1806 23,805 25,963 27,756 25,755 26,498 27,205 56.74% 9.06% 6.91% -7.21% 2.89% 2.67% 0.94% HS Code 2013 2014 2015 2016 2017 CAGR 2013-2017 Volume Ekspor Kakao Dunia berdasarkan Produk Volume (dalam Ribu Ton) Produk Total Kakao Biji Kakao Kulit Kakao Pasta Kakao Lemak/Minyak Kakao Tepung Kakao Coklat dan Makanan Mengandung Kakao Pertumbuhan (% yoy) 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Porsi 2017 (%) 18 1801 1802 1803 1804 1805 10,542 3,093 100 843 796 703 11,149 3,005 104 916 888 781 11,457 3,094 104 969 956 828 11,188 3,021 98 934 879 841 11,704 3,252 94 954 846 882 12,588 3,838 95 1,062 946 954 26.25% 8.00% 0.20% 2.21% 1.97% 1.99% 5.76% -2.85% 3.62% 8.65% 11.44% 11.01% 2.76% 2.96% 0.05% 5.74% 7.74% 6.01% -2.35% -2.36% -5.63% -3.63% -8.11% 1.64% 4.61% 7.65% -3.51% 2.21% -3.75% 4.79% 7.56% 18.03% 0.44% 11.27% 11.83% 8.20% 2.46% 5.02% -1.76% 2.99% 1.28% 4.09% 1806 5,005 5,456 5,507 5,415 5,676 5,694 11.87% 9.00% 0.93% -1.66% 4.81% 0.32% 0.86% HS Code 2013 2014 2015 2016 2017 CAGR 2013-2017 61 Lampiran : Ekspor Kakao Indonesia Nilai Ekspor Kakao Indonesia berdasarkan Negara Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Importir 2012 1,053 146 274 83 10 27 6 11 25 57 7 Dunia Amerika Serikat Malaysia Tiongkok Belanda India Kanada Estonia Australia Jerman Meksiko 2013 1,151 153 433 50 18 23 22 22 40 57 19 Nilai (dalam Juta USD) 2014 2015 2016 1,245 1,308 1,240 257 264 253 298 300 246 64 81 68 39 49 42 40 44 46 19 19 46 43 40 35 50 63 44 114 108 115 11 25 15 2017 1,121 303 194 71 70 49 46 45 43 34 32 Porsi 2017 (%) 100.00% 27.05% 17.28% 6.37% 6.22% 4.41% 4.08% 3.97% 3.88% 3.00% 2.89% 2013 9.31% 5.12% 58.02% -40.43% 71.11% -13.61% 252.63% 105.65% 57.89% -0.08% 181.93% Pertumbuhan (% yoy) CAGR 2014 2015 2016 2017 2013-2017 8.08% 5.08% -5.21% -9.59% -0.54% 67.98% 2.82% -4.12% 19.61% 14.65% -31.17% 0.79% -18.07% -21.26% -14.85% 30.01% 24.98% -15.30% 4.69% 7.58% 122.14% 24.33% -13.61% 64.40% 31.44% 70.90% 9.27% 5.44% 7.32% 16.14% -11.43% -2.68% 142.54% -0.12% 15.87% 97.33% -7.52% -12.03% 28.01% 15.50% 25.32% 27.03% -31.17% -0.40% 1.76% 99.32% -5.05% 5.83% -70.64% -10.08% -39.28% 120.60% -40.72% 115.87% 11.38% Nilai Ekspor Kakao Indonesia berdasarkan Produk Produk Total Kakao Biji Kakao Kulit Kakao Pasta Kakao Lemak/Minyak Kakao Tepung Kakao Coklat dan Makanan Mengandung Kakao HS Code 18 1801 1802 1803 1804 1805 2012 1,053 385 4 209 236 165 2013 1,151 446 4 186 357 110 1806 55 48 Nilai (dalam Juta USD) 2014 2015 1,245 1,308 196 115 4 3 234 302 661 726 104 124 45 37 2016 1,240 84 2 245 698 164 47 Porsi 2017 2017 (%) 1,121 100.00% 54 4.78% 3 0.24% 190 16.94% 681 60.77% 152 13.58% 41 3.69% 2013 9.31% 15.92% 7.84% -10.66% 51.08% -33.14% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 8.08% 5.08% -5.21% -55.95% -41.48% -26.97% 11.93% -21.90% -28.47% 25.37% 29.36% -19.01% 85.22% 9.91% -3.92% -5.62% 19.23% 31.88% 2017 -9.59% -36.24% 14.68% -22.45% -2.41% -7.15% -13.00% -6.07% -18.85% 27.63% -11.33% CAGR 2013-2017 -0.54% -34.56% -6.44% 0.37% 13.80% 6.62% -2.91% Volume Ekspor Kakao Indonesia berdasarkan Produk Produk Total Kakao Biji Kakao Kulit Kakao Pasta Kakao Lemak/Minyak Kakao Tepung Kakao Coklat dan Makanan Mengandung Kakao HS Code 18 1801 1802 1803 1804 1805 2012 388 164 8 58 94 44 2013 414 188 13 65 87 44 1806 19 16 Volume (dalam Ribu Ton) 2014 2015 2016 334 355 330 63 40 28 13 16 10 87 114 89 99 115 110 55 59 74 15 13 18 2017 327 24 15 80 123 72 Porsi 2017 (%) 0.68% 0.05% 0.03% 0.17% 0.26% 0.15% 2013 6.79% 15.24% 54.21% 11.91% -7.99% 1.00% Pertumbuhan (% yoy) CAGR 2014 2015 2016 2017 2013-2017 -19.42% 6.49% -7.12% -1.01% -4.63% -66.39% -37.44% -28.50% -14.99% -33.73% 1.58% 17.94% -34.31% 45.51% 2.75% 33.72% 30.14% -21.61% -10.53% 4.07% 14.60% 15.14% -4.40% 12.13% 7.18% 24.98% 6.72% 26.25% -3.02% 10.31% 13 0.03% -15.85% -7.86% -14.33% 43.00% -29.66% -4.51% 62 Lampiran : Impor Kakao Indonesia Nilai Impor Kakao Indonesia berdasarkan Negara Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Eksportir 2012 177 67 14 0 11 22 0 4 0 9 0 Dunia Malaysia Pantai Gading Ekuador Kamerun Singapura Nigeria India Uganda Ghana Belanda 2013 205 69 21 9 7 18 1 10 0 21 1 Nilai (dalam Juta USD) 2014 2015 469 294 72 50 192 79 34 18 19 19 14 13 12 0 11 21 1 1 28 20 1 1 2016 350 95 21 36 5 22 3 32 9 5 2 2017 619 177 116 76 65 31 31 22 17 10 7 Porsi Pertumbuhan (% yoy) CAGR 2017 (%) 2013 2014 2015 2016 2017 2013-2017 100.00% 15.69% 129.18% -37.36% 19.26% 76.73% 24.79% 28.56% 3.32% 3.39% -30.09% 89.35% 86.68% 20.63% 18.71% 45.84% 833.89% -59.02% -73.51% 454.29% 41.24% 12.28% 3696.23% 271.51% -47.46% 105.15% 109.24% 52.98% 10.52% -33.31% 163.11% 1.85% -72.08% 1116.00% 55.52% 4.96% -16.86% -23.31% -4.87% 65.11% 38.27% 10.74% 4.93% 1320.80% 1083.96% 103.76% 3.49% 174.20% 8.80% 96.32% 49.20% -31.78% 16.80% 2.70% 131.50% 627.54% 88.41% 1.61% 122.41% 34.54% -27.74% -73.15% 84.34% -13.61% 1.16% 132.72% 2.77% 108.09% 124.17% 196.53% 70.04% Nilai Impor Kakao Indonesia berdasarkan Produk Produk Total Kakao Biji Kakao Kulit Kakao Pasta Kakao Lemak/Minyak Kakao Tepung Kakao Coklat dan Makanan Mengandung Kakao HS Code 18 1801 1802 1803 1804 1805 2012 177 63 0 12 0 56 2013 205 77 0 22 3 46 1806 45 57 Nilai (dalam Juta USD) 2014 2015 469 294 341 170 0 0 4 3 10 4 37 32 77 86 2016 350 185 0 12 12 45 2017 619 467 0 10 7 50 Porsi 2017 (%) 55.25% 41.67% 0.00% 0.93% 0.66% 4.48% 96 84 7.51% 2013 15.69% 22.93% 73.99% 1771.62% -18.22% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 129.18% -37.36% 19.26% 341.01% -50.29% 8.80% -82.63% -29.41% 356.09% 257.62% -59.02% 199.95% -18.47% -15.04% 42.35% 2017 76.73% 152.93% -13.65% -39.22% 11.11% 25.84% 34.10% 11.81% 12.50% -12.63% CAGR 2013-2017 24.79% 43.25% -13.55% 21.72% 1.84% 8.06% Volume Impor Kakao Indonesia berdasarkan Produk Produk Total Kakao Biji Kakao Kulit Kakao Pasta Kakao Lemak/Minyak Kakao Tepung Kakao Coklat dan Makanan Mengandung Kakao HS Code 18 1801 1802 1803 1804 1805 2012 48 24 0 3 0 11 2013 63 31 0 7 0 11 1806 11 14 Volume (dalam Ribu Ton) 2014 2015 2016 140 84 105 109 53 61 0 0 0 1 1 5 1 1 2 12 12 16 16 18 22 2017 297 246 0 5 3 21 Porsi 2017 (%) 0.62% 0.51% 0.00% 0.01% 0.01% 0.04% 22 0.05% 2013 31.06% 28.50% 163.16% 1339.29% 5.66% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 121.65% -39.68% 24.53% 255.62% -51.22% 14.32% -80.20% -40.96% 495.79% 238.96% -60.91% 255.62% 1.79% 2.45% 35.11% 28.09% 17.26% 9.68% 20.43% CAGR 2017 2013-2017 182.66% 36.31% 303.31% 51.57% 4.32% -6.19% 65.30% 50.76% 33.61% 13.49% 0.80% 9.32% 63 Lampiran : Daya Saing Kakao Indonesia Daya Saing Produk Kakao Indonesia 64 KOPI (HS Code 090111, 090112, 090121, 090122, 090190) Kopi sebagai komoditas unggulan Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia, hal ini dapat terlihat dari hasil pemilihan komoditas unggulan ekspor (winning commodities) dengan menggunakan beberapa metode analisis yaitu Computable General Equilibrium (CGE) dan Export Product Dynamics (EPD). Kopi sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode CGE Komoditas yang menjadi unggulan ekspor diidentifikasi berdasarkan hasil simulasi ketika terjadi peningkatan pemintaan ekspor secara arbitrary sebesar 10%, yaitu komoditas yang paling responsif terhadap variabel sektoral Indonesia berdasarkan tiga indikator kunci yaitu (1) peningkatan ekspor bersih (bobot 60%, (2) output (bobot 20%), dan (3) penyerapan tenaga kerja. (bobot 20%) Berdasarkan hasil CGE, Kopi menempati peringkat 8 dengan indeks komposit sebesar 2.22. Peringkat Sektor Dampak terhadap Perubahan Nilai Ekspor (Milyar Rupiah) Dampak terhadap Output (Perubahan Persentase) Dampak terhadap Tenaga Kerja (Perubahan Persentase) Indeks Komposit 8 Kopi 550.18 2.75 4.11 2.22 Kopi sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode EPD Lost Opportunity Denmark, UEA, Finlandia, Latvia, Slovenia - Rising Star + Belgium, China, Estonia France, Germany, Greece, India, Ireland O + Kopi merupakan salah satu komoditi andalan ekspor perkebunan Indonesia dimana Indonesia sendiri termasuk 10 negara pengekspor kopi terbesar di dunia jika didasarkan pada nilai ekspor pada tahun 2017. Retreat Falling Star Sumber : WITS, Oktober 2018 Mayoritas varietas kopi Indonesia adalah robusta dan juga terkenal karena memiliki sejumlah kopi khusus (specialty coffee). Kopi adalah penghasil devisa terbesar keempat untuk Indonesia setelah minyak sawit, karet dan kakao. Pada saat ini, luas perkebunan kopi Indonesia adalah 1,24 juta hektar, 933 hektar perkebunan robusta dan 307 hektar perkebunan arabika. Provinsi-provinsi yang berkontribusi paling besar untuk produksi kopi Indonesia adalah Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera Utara, Bengkulu, dan Aceh. 66 Produksi kopi dunia masih tumbuh meski dengan tren melambat, akibat penurunan produksi di Brazil, Indonesia dan Kolombia Negara Brazil Vietnam Colombia Indonesia Honduras Ethiopia India Uganda Peru Mexico Lainnya 2014 3138 1590 804 652 316 395 327 225 173 215 1083 Total Dunia 8917 Produksi Kopi Dunia (Ribu Ton) 2015 2016 2017 3146 3407 3164 1724 1532 1770 841 878 840 752 689 654 347 447 462 403 438 459 348 312 350 219 298 288 198 253 257 174 227 240 1062 1061 1078 9214 9544 9562 Proporsi 2017 Negara Produsen Kopi Terbesar Lainnya; 11,27% Mexico; 2,51% Brazil; 33,09% Peru; 2,69% Uganda; 3,01% India; 3,66% Ethiopia; 4,80% Honduras; 4,83% Indonesia; 6,84% Vietnam; 18,51% Colombia; 8,78% Proporsi 2017 Produksi Kopi Dunia Berdasarkan Jenis Kopi Robustas; 24% Arabicas; 38% Brazilian Naturals; 20% Other Midls; 12% Colombian Milds; 6% Sumber: www.ico.org, diolah Proporsi CAGR 20142017 2017 33.09% 0.28% 18.51% 3.64% 8.78% 1.47% 6.84% 0.12% 4.83% 13.49% 4.80% 5.18% 3.66% 2.33% 3.01% 8.63% 2.69% 14.08% 2.51% 3.66% 11.27% -0.16% 100% 2.35% Growth Produksi Kopi Dunia - yoy 2015 2016 2017 0.24% 8.32% -7.14% 8.44% -11.13% 15.51% 4.55% 4.46% -4.33% 15.40% -8.33% -5.13% 9.83% 28.88% 3.26% 2.11% 8.68% 4.84% 6.42% -10.34% 12.31% -2.51% 35.95% -3.26% 14.60% 27.81% 1.35% -19.16% 30.24% 5.79% -1.92% -0.08% 1.55% 3.33% 3.58% 0.19% • Selama tahun 2014 sampai dengan 2017, produksi kopi dunia mengalami peningkatan secara volume dengan output produksi 2017 mencapai 9,562 Ribu Ton dengan presentase CAGR positif yang mencapai 2.35%, dengan pertumbuhan yang selalu positif setiap tahunnya. • Brazil merupakan negara produsen kopi terbesar di dunia dengan output produksi yang mencapai 3,164 Ribu ton atau setara dengan 33% share produksi dunia ditahun 2017. Akan tetapi, terjadi penurunan growth produksi tahun 2017 sebesar -7.14% dibandingkan tahun sebelumnya. Produsen terbesar kedua di dunia adalah Vietnam dengan kapasitas produksi 1,770 Ribu Ton ditahun 2017 atau setara 18.5% produksi dunia, dengan pertumbuhan CAGR positif sebesar 3.64%. Dan, urutan ketiga adalah Colombia dengan produksi kopi yang mencapai 840 Ribu Ton yahun 2017 atau sebesar 8.78% share dunia, dengan prensentase pertumbuhan CAGR positif sebesar 1.47% diperiode 2014-2017. • Indonesia merupakan salah satu produsen kopi terbesar di dunia urutan keempat dengan output produksi mencapai 654 Ribu Ton pada tahun 2017 atau sama dengan 6.84% produksi kopi dunia. Indonesia memiliki pertumbuhan CAGR yang positif dengan presentae 0.12% selama tahun 2014-2017. Pertumbuhan secara year on year mengalami hasil positif pada tahun 2015 (15.4%), tetapi pada tahun 2016 terjadi perlambatan growth sebesar -8.33% dan kemabli melambat ditahun 2017 sebesar -5.13%. • Faktor yang menjadi penyebab menurunnya produksi kopi Indonesia adalah dikarenakan factor cuaca yang kurang mendukung kegiatan produksi. Selain itu factor masih minimnya pengetahuan tentang perkebunan kopi oleh beberapa petani dan mahalnya harga pupuk, menyebabkan produksi kopi Indonesia masih belum berada pada level maksimal. 67 Produksi dan luas lahan kopi Indonesia Perkebunan kopi Indonesia banyak didominasi oleh perkebunan rakyat / Smallholder, dengan luas area pada tahun 2017 diestimasikan sebesar 1,179,769 Ha. Pada tahun 2017 jumlah lahan perkebunan rakyat diestimasikan menurun tipis sebesar -0.07%, sedangkan perkebunan milik negara dan swasta masing-masing naik sebesar 0.07% dan 0.18%. Tahun / Year (Ha) PR / Smallholder PBN / Government PBS / Private Jumlah / Total PR / Smallholder Growth Luas Lahan - yoy PBN / PBS / Private Government Jumlah / Total 2010 1,162,810 22,681 24,873 1,210,365 -4.49% -0.50% -4.09% -4.41% 2011 1,184,967 22,572 26,159 1,233,698 1.91% -0.48% 5.17% 1.93% 2012 1,187,669 22,565 25,056 1,235,289 0.23% -0.03% -4.22% 0.13% 2013 1,194,081 22,556 25,076 1,241,712 0.54% -0.04% 0.08% 0.52% 2014 1,183,664 22,369 24,462 1,230,495 -0.87% -0.83% -2.45% -0.90% 2015 1,183,244 22,366 24,391 1,230,001 -0.04% -0.01% -0.29% -0.04% 2016* 1,180,556 22,509 25,447 1,228,512 -0.23% 0.64% 4.33% -0.12% 2017** 1,179,769 22,525 25,493 1,227,787 -0.07% 0.07% 0.18% -0.06% Volume kopi yang diproduksi oleh perkebunan rakyat pada tahun 2017 diprediksi mencapai 599,902 Ton, dan pertumbuhan produksinya menurun sebesar -0.37% dibandingkan tahun 2016, sedangkan perkebunan negara dan swasta mengalami kenaikan volume produksi masing-masing 0.42% dan 2.36%. Tahun / Year PR / Smallholder (Ton) PBN / PR / PBS / Private Jumlah / Total Government Smallholder Growth - yoy PBN / PBS / Government Private Jumlah / Total 2010 657,909 14,065 14,947 686,921 0.61% -2.24% 3.91% 0.62% 2011 616,429 9,099 13,118 638,646 -6.30% -35.31% -12.24% -7.03% 2012 661,827 13,577 15,759 691,163 7.36% 49.21% 20.13% 8.22% 2013 645,346 13,945 16,591 675,881 -2.49% 2.71% 5.28% -2.21% 2014 612,877 14,293 16,687 643,857 -5.03% 2.50% 0.58% -4.74% 2015 602,428 19,703 17,281 639,412 -1.70% 37.85% 3.56% -0.69% 2016* 602,160 19,838 17,306 639,305 -0.04% 0.69% 0.14% -0.02% 2017** 599,902 19,922 17,715 637,539 -0.37% 0.42% 2.36% -0.28% Perlu adanya pelatihan bagi petani agar pemeliharaan perkebunan kopi dapat berkesinambungan, termasuk kemudahan untuk memperoleh modal dan pupuk. Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan 68 Specialty coffee Indonesia • Jenis kopi yang berada di Indonesia terbagi menjadi 4 varietas utama yaitu Arabica, Robusta. Komposisi kopi Robusta mencapai ±83% produksi kopi Indonesia, sedangkan kopi Arabika hanya memiliki presentasi ±17% dari total produksi kopi Indonesia. Walaupun kopi Arabika Indonesia tergolong kecil, tetapi kopi tersebut memiliki cita rasa yang khas dan unik, sehingga hampir semua kopi berjenis Arabika di Indonesia termasuk kategori Specialty Coffee. Kopi Spesialti dapat diartikan sebagai kopi yang memiliki kualitas yang baik dengan penggunaan teknik penamanan dan proses yang baik dan benar dengan tujuan menciptakan kopi dengan cita rasa yang unik. • Dengan karteristik dan cita rasa yang unik, kopi spesialti Indonesia banyak dikenal oleh pasar internasional. Beberapa kopi spesialti yang terkenal dari Indonesia adalah Gayo coffee, Lintong Coffee, Mandheiling Coffee, Java Coffee, Bali Kintamani, Toraja Coffee, dan Flores Bajawa. A. Arabika ( High level Kopi Spesialti Dunia ) : 1. Aceh Gayo Kopi 2. Sumatera Utara Mandheling Coffee 3. Sumatera Utara Linthong Coffee 4. Bengkulu Mangkuraja Coffee 5. Jawa Barat Java Preanger 6. Jawa Timur Java Coffee 7. Sulawesi Selatan Toraja Coffee 8. Sulawesi Selatan Toarco Toraja Estate Coffee 9. Sulawesi Selatan Kalosi Coffee 10 Bali Bali Kintamani Coffee 11. Bali God Mountain Coffee 12. Nusa Tenggara Timur Flores Bajawa Coffee 13. Papua Baliem Valley Coffee 14. Sumatera, Jawa, Bali, dll Kopi Luwak 30.000 – 40.000 ton 10.000 – 15.000 ton 5.000 – 10.000 ton 1.000 – 1.500 ton 500 – 1.500 ton 3.000 – 5.000 ton 5.000 – 10.000 ton 500 – 1.000 ton 5.000 – 10.000 ton 2.000 – 3.000 ton 500 – 1.000 ton 2.000 – 3.000 ton 500 – 1.000 ton 20 – 30 ton ——————————————————————————————————————————B. Robusta Specialti (On Progress / Promotion ) : 1. Jawa Timur Java Robusta WIB 10.000 – 15.000 ton 2. Bali Bali Robusta WIB 500 – 1.500 ton 3. Lampung Linthong Coffee 100.000 – 150.000 ton 4. Nusa Tenggara Timur Flores Robusta AP 10.000 – 20.000 ton Harga specialty coffee Indonesia memiliki harga yang tinggi di pasar internasional karena cita rasa yang tinggi. Sumber: Gabungan Eksportir Kopi Indonesia, http://gaeki.or.id/areal-dan-produksi/ 69 Setelah mengalami pertumbuhan negatif, Ekspor dan Impor Kopi Dunia kembali ekspansi di tahun 2017 Total nilai ekspor dan impor Kopi dunia tahun 2017 masing-masing bernilai USD 32,5 Miliar dan USD 32,7 Miliar, dengan pertumbuhan 6.93% dan 8.56% yoy. Pertumbuhan ekspor dan impor kopi berada pada tren positif ditahun 2017, setelah pada tahun sebelumnya mengalami pertumbuhan negatif (-0,45%) & (-2,39%). • Indonesia menjadi eksportir kopi ke-delapan terbesar dunia dengan pangsa 3,66% total ekspor dunia pada tahun 2017, dibawah Honduras dengan pangsa 3,98%. Sedangkan, importir terbesar dunia tahun 2017 adalah Amerika Serikat dengan pangsa pasar 19,32%, diikuti oleh Jerman (10,75%) dan Prancis (8,42%). • Dari lima eksportir utama dunia, yang memiliki Tren CAGR terbesar selama 2013-2017 adalah Honduras, Prancis, dan Kolombia. Sementara itu dari sisi impor, negara dengan CAGR terbesar selama 2013-2017 adalah Belanda, Inggris, dan Spanyol. Ekspor dan Impor Kopi Dunia Nilai Impor Kopi Dunia Nilai Ekspor Kopi Dunia 32.469 33.000 15,00% 31.933 13,02% 10,00% 6,93% 5,00% 30.501 30.365 0,00% -0,45% -4,48% -5,00% -10,00% 2014 2015 2016 2017 32.000 31.000 30.000 29.000 33.000 32.0007,19%31.166 31.000 30.000 30.845 30.108 10,00% 8,56% 5,00% 0,00% -1,03% 29.000 -2,39% 28.000 -5,00% 2014 2015 2016 2017 Nilai Ekspor Kopi Dunia (Juta USD) Nilai Impor Kopi Dunia (Juta USD) Growth Nilai Ekspor Dunia yoy - Skala Kanan Growth Nilai Impor Dunia yoy- Skala Kanan Eksportir Dunia (2017) Importir Dunia (2017) Brazil; 14,21% Lainnya; 33,79% Jerman; 10,75% Germany; 8,13% Colombia; 7,95% France; 3,28% Indonesia; Honduras; 3,66% 3,98% Italy; 4,99% Switzerlan d; 6,93% Inggris; 3,24% Spanyol; 3,31% Belgia; 3,51% Prancis; 8,42% Belanda; 3,90% Eksportir Dunia (2017) Kanada; 3,95% Italia; 5,49% Jepang; 4,38% Importir Dunia (2017) CAGR 2013-2017 CAGR 2013-2017 3.70% -0,80% 3630 4018 3407 3371 3515 2581 2655 2391 2357 2753 1649 1708 1779 1674 1794 1586 1442 1581 1415 1433 -2,51% 5461 6013 6034 5747 6315 2,13% 2195 2211 2032 2059 2250 1,62% 1923 2517 2577 2463 2583 0.62% 2375 2488 2255 2319 2640 7.66% 2551 3311 2415 3040 3310 2.67% 4598 6053 5566 4856 4613 6.72% Amerika Serikat; 19,32% Lainnya; 33,73% Viet Nam; 10,19% Belgium; 2,90% 0.08% 32.684 Brazil 2013 Viet Nam 2014 Germany 2015 Colombia Switzerland 2016 2017 Amerika 2013 Serikat Jerman 2014 Prancis 2015 Italia 2016 Jepang 2017 Sumber : www.trademap.org, diolah Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu 70 Meningkatnya konsumsi di dalam negeri menjadi salah satu faktor menurunnya ekspor kopi Indonesia di tahun 2018 Indonesia merupakan eksportir kopi nomor empat terbesar dunia berdasarkan volume Total nilai ekspor dan impor kopi Indonesia tahun 2017 masing-masing mencapai USD 1,19miliar dan USD 418 juta atau tumbuh masing-masing 17,71% yoy dan 0,86% yoy. Sementara itu total volume ekspor dan impor Kopi tahun 2017 masing-masing mencapai 4 juta Ton dan 15 ribu Ton atau tumbuh masing-masing di level 0,86% yoy dan 39,08% yoy. • Ekspor kopi Indonesia ditujukan ke lima negara utama (2017), yaitu: Amerika Serikat (21,6%), Jerman (8,8%), Malaysia (7,3%), Jepang (6,9%) dan Italia (6,7%). • Selama 2013-2017, CAGR nilai ekspor Kopi naik 0,28% karena meningkatnya permintaan dari negara tujuan utama. Selama tahun 2013-2017, CAGR (pertumbuhan majemuk per tahun) nilai ekspor Indonesia ke negara utama tersebut tercatat positif: Amerika Serikat (5,5%); Malaysia (2,2%); Italia (0,8). Sedangkan CAGR negatif ekspor negara tujuan utama: Jerman (-3,9%) dan Jepang (-5,4%). Nilai: Ekspor dan Impor Kopi Indonesia Dalam Juta USD Keterangan 2013 2014 2015 2016 Jan-Nov Jan-Nov 2017 2018 2017 Growth (%yoy) Jan-Nov 2017 2018 CAGR (20132017) Neraca (ekspor-impor) 1,135.21 960.08 1,154.69 1,093.64 590.68 20.27% -45.99% 0.43% Ekspor 1,174.04 1,039.61 1,197.74 1,008.55 1,187.16 1,124.00 742.14 17.71% -33.97% 0.28% Impor 38.84 992.84 1,166.24 46.77 31.49 48.47 32.47 30.36 151.46 -33.01% 398.88% -4.38% Volume: Ekspor dan Impor kopi Indonesia Dalam Ribu Ton Keterangan Growth (%yoy) 2013 2014 2015 2016 2017 Neraca (ekspor-impor) 518.23 365.72 489.56 389.48 402.89 Ekspor 534.03 384.83 502.02 414.65 418.22 Impor 15.80 19.11 12.46 25.17 15.33 2017 Jan-Agst 2018 CAGR (20132017) 103.91 3.44% -67.96% -6.10% 335.00 176.56 0.86% -47.30% -5.93% -39.08% 580.24% -0.75% Jan-Agst Jan-Agst 2017 2018 324.32 10.68 72.65 • Selama Januari-November 2018. nilai dan volume ekspor Kopi Indonesia turun, masing-masing di level -33.97% yoy dan -47.30% yoy. Hal ini disebabkan oleh (i) meningkatnya konsumsi kopi perkapita yang meningkat setiap tahunnya dari pasar domestik yang menyebabkan supply ekspor kopi Indonesia berkurang, (ii) Meningkatnya harga kopi di pasar lokal dan melemahnya pasar kopi dunia (iii) produksi kopi Indonesia yang menurun diakibatkan oleh faktor cuaca yang kurang mendukung perkebunan kopi selama tahun 2016 & 2017. Malaysia; 7,3% Italia; 6,7% Mesir; Rusia; 4,4% 6,4% 100 Jepang; 6,9% Sumber : www.trademap.org, diolah 2015 2016 2017 -3,9% 2,2% -5,4% Malaysia Jepang 0,8% 77 61 84 66 80 200 296 281 270 256 300 Jerman; 8,8% 2014 CAGR 2013-2017 122 85 88 90 104 Tiongkok; 3,4% 400 207 Lainnya; 26,9% 2013 5,5% 103 101 105 87 82 Inggris; 4,4% Amerika Serikat; 21,6% Juta USD Algeria; 3,3% Importir Dunia (2017) 80 61 71 71 87 Eksportir Dunia (2017) 0 Amerika Serikat Jerman Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu Italia 71 Isu-isu terkait Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan Pemerintah Kanada melalui Indonesia-Canada Trade and Private Sector Assistance (TPSA) Project memfasilitasi produsen kopi Arabika Gayo Indonesia untuk memamerkan hasil produksinya pada Specialty Coffee Association (SCA) Coffee Expo di Seattle, Amerika Serikat. Okezone, April 2018. Black campaign mengenai kopi luwak berasal dari berbagai pihak terutama negara yang tidak memiliki kopi luwak. Black campaing yang timbul berupa isu animal abuse hingga originalitas kopi luwak. Indonesia sebagai salah satu negara produsen kopi premium terbaik di dunia. Untuk itu, peningkatan produksi kopi premium dan peremajaan tanaman kopi di Indonesia perlu dilakukan. Kementerian Koordinator Bidang Perekonoian melakukan pilot project pengembangan kurikulum yang link and match dengan Dunia Usaha dan Industri (DUDI). Pengembangan kurikulum jurusan kopi menjadi salah satu fokus yang dipilih oleh pemerintah. Kontan, September 2018 Dalam kegiatan forum bisnis Indonesia Coffee Day, Duta Besar RI untuk Inggris Raya, Republik Irlandia dan Organisasi Maritim Internasional, Rizal Sukma menyoroti besarnya potensi transaksi perdagangan di sektor kopi antara Indonesia dan Inggris. Dubes Rizal Sukma juga menyampaikan, dengan terjadinya pergeseran budaya minum teh menjadi minum kopi di Inggris, Indonesia berada posisi yang strategis untuk memasuki pasar kopi, khususnya specialty coffee. Meskipun besar, potensi Indonesia di Inggris masih belum dioptimalkan. Republika, November 2018 72 Jenis ‘kopi tidak disangrai’ Indonesia memiliki daya saing yang tinggi di pasar global Daya Saing Kopi Indonesia masih berada pada level yang lebih rendah dibandingkan eksportir utama, walaupun nilai analsis RSCA kopi Indonesia masih lebih tinggi Dibandingkan negara Jerman. Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA) Komoditas HS Code RSCA Negara Eksportir Utama Dunia Lainnya (Rata-rata 2013-2017) 2013 2014 2015 2016 2017 Rata-Rata 2013-2017 Eksportir 1 Eksportir 2 Eksportir 3 Kopi 0901 0.62 0.55 0.62 0.57 0.58 0.59 0.86 (Brazil) 0.81 (Vietnam) -0.01 (Jerman) Kopi tidak disangrai 090111 & 090112 0.73 0.67 0.73 0.69 0.70 0.71 0.91 (Brazil) 0.87 (Vietnam) 0.96 (Colombia) Kopi disangrai 090121 & 090122 -0.84 -0.84 -0.84 -0.86 -0.80 -0.84 0.84 (Swiss) 0.67 (Italia) 0.22 (Jerman) Kopi lainnya 090190 -0.83 -0.61 -0.95 -0.75 -0.95 -0.82 0.83 (Portugal) 0.99 (Lebanon) 0.92 (Bulgaria) Kopi Indonesia masih memiliki daya saing yang cukup bagus dengan hasil analisis RSCA > 0 untuk pasar global komoditas kopi. Namun,posisi Indonesia masih berada dibawah Brazil dan Vietnam sebagai negara yang cukup bersaing dalam pasar global. • Kopi yang tidak disangrai menjadi komoditas kopi dari Indonesia yang cukup bersaing di pasar global yang didasari oleh stabilnya daya saing selama 5 tahun terakhir dan proporsi ekspor yang mencapai (99%). • Jenis kopi yang telah disangrai dan jenis kopi lainnya memiliki daya saing yang sangat rendah, berdasarkan hasil analsisis RSCA selama periode 2013-2017, menunjukan bahwa produk kopi tersebut berada pada level RSCA<0 dan masih berada jauh dibandingkan daya saing negara - negara ekportir utama. • Kurang bersaingnya jenis kopi Indonesia yang telah disangrai dikarenakan masih minimnya pengetahuan dan teknelogi dalam mengolah/mengsangrai kopi oleh pelaku bisnis. Walaupun, sudah mulai bermunculam penggiat kopi di tanah air yang memiliki pengetahuan mengenai komoditas kopi pada saat ini. Note: Revealed Symmetric Comparative Advantages (RSCA) merupakan indicator untuk mengukur daya saing suatu komoditi. Pada dasarnya perhitungan ini sama dengan perhitungan Revealed Comparative Advantages (RCA), tetapi dengan pembilang dikurangi 1. hal ini bertujuan untuk menciptakan distribusi normal dari nilai RSCA. Nilai RSCA berkisar antara -1 sampai dengan 1. Apabila perhitungan antara 0 dan 1, maka komoditas tersebut memiliki nilai comparative advantages yang cukup baik, sedangkan apabila perhitungan menghasilkan nilai antara -1 dan 0 maka dapat disimpulkan komoditas tersebut tidak memiliki comparative advantgaes yang baik. RCA = ππ/πππ‘ π πΆπ΄ − 1 ; RSCA = πππ€/ππ€ π πΆπ΄ + 1 Dimana: • Xij = Nilai ekspor komoditas I dari negara j ke pasar terkait • Xit = Total niali ekspor dari negara j ke pasar terkait • Xiw = Nilai ekspor dunia komoditas i ke pasar terkait • Xwt = total nilai ekspor dunia ke pasar terkait 73 Pasokan yang meningkat mendorong penurunan harga kopi dunia di tahun 2018, sementara harga diperkirakan bergerak membaik pada tahun-tahun mendatang Harga rata-rata Kopi di pasar global Oktober 2018 tercatat untuk kopi Arabica di level USD 3,03/Kg, sedangkan harga kopi jenis Robusta berada pada level USD 1,88/ Kg. Dibandingkan dengan tahun 2017 harga kopi dunia (Arabica: USD 3.32/Kg; Robusta: USD2.23/Kg) mengalami penurunan yang disebabkam oleh : • Pasokan global cukup tinggi (over supply) diakibatkan oleh meningkatnya produksi kopi dari negara-negara seperti Honduras dan Peru yang disebabkan oleh faktor produksi yang mendukung. Diproyeksikan harga kopi dunia akan mengalami kenaikan dikarenakan meningkatnya permintaan kopi untuk keperluan ritel coffee shop yang sedang mengalami tren positif karena perubahan budaya meminum kopi. Harga Kopi Dunia US Dollae/ Kg 5 4,42 3,53 4 3,61 3,32 2,85 2,89 2,94 2,98 3,02 3,07 3,11 3,16 1,82 1,85 1,88 1,91 1,94 1,97 2 2,03 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 3 2 1 2,22 1,94 1,95 2,23 2014 2015 2016 2017 0 Sumber : Commodity Markets Outlook, October 2018 Cofffe Arabica $/Kg Coffee Robusta $/kg Perkembangan Harga Kopi Domestik Area Harga Lokal(Rp/Kg) Medan Padang Yogyakarta Bali Nusa Tenggara Barat 2017 Jan-Agst 2018 IDR 19,500 IDR 73,167 IDR 65,000 IDR 65,000 IDR 40,000 IDR 71,579 IDR 56,500 IDR 56,500 IDR 60,000 IDR 60,000 IDR 100.000,00 IDR 50.000,00 IDR 2013 Medan Area 2014 2015 Padang Yogyakarta 2013 IDR 11,057 IDR 17,681 IDR 18,593 IDR 24,702 IDR 22,372 Medan Padang Yogyakarta Bali Nusa Tenggara Barat Harga Lokal (Rp/Kg) Harga Kopi Arabika Domestik Rp/Kg 2014 2015 2016 IDR 25,210 IDR 23,131 IDR 20,275 IDR 54,795 IDR 54,582 IDR 60,094 IDR 37,082 IDR 39,216 IDR 39,926 IDR 43,088 IDR 53,573 IDR 53,385 IDR 49,155 IDR 40,000 IDR 54,750 2013 IDR 13,792 IDR 32,347 IDR 22,909 IDR 34,723 IDR 51,134 2016 Bali 2017 Nusa Tenggara Barat Harga Kopi Robusta Domestik Rp/Kg 2014 2015 2016 IDR 20,683 IDR 19,079 IDR 18,770 IDR 17,596 IDR 21,245 IDR 21,123 IDR 27,471 IDR 30,197 IDR 29,992 IDR 26,108 IDR 30,213 IDR 29,185 IDR 24,471 IDR 25,000 IDR 27,686 2017 Jan-Agst 2018 IDR 18,770 IDR 38,571 IDR 21,123 IDR 21,123 IDR 30,000 IDR 49,474 IDR 29,500 IDR 29,500 IDR 30,000 IDR 32,000 IDR 40.000,00 IDR 20.000,00 IDR 2013 2014 2015 2016 2017 Medan Padang Yogyakarta Bali Nusa Tenggara Barat Harga domestik merupakan harga di tingkat pengumpul (kolektor) Sumber : Kementerian Pertanian, melalui CEIC, diolah 74 Outlook ekspor kopi Tahun 2018, ekspor Kopi Indonesia ke pasar Amerika Serikat (share 21,6%) diperkirakan tumbuh melambat di level -25.54% dengan nilai ekspor mencapai US$191 juta. Penurunan tidak hanya ke pasar AS namun juga ke negara tujuan ekspor lainnya. Penurunan ekspor terjadi akibat tingginya konsumsi dalam negeri, kurang menguntungkannya harga kopi dunia karena pasokan yang tinggi di pasar global, serta faktor cuaca yang mempengaruhi ouput produksi kopi Indonesia. Di tahun 2019, diproyeksikan ekspor Kopi Indonesia ke Amerika Serikat dan beberapa negara tujuan utama akan kembali tumbuh positif seiring dengan meningkatnya produksi di dalam negeri. USDA memperoyeksikan produksi kopi Indonesia di tahun 2019 sebesar 654 ribu ton, naik dari tahun sebelumnya. 2016 Jerman 2018P Malaysia 2017 Nilai (Juta USD) Pertumbuhan 256,5 -4,99% 104,0 15,34% 87,0 21,75% 82,4 -4,73% 79,7 19,97% 75,6 67,47% 2019P Italia 2018P Nilai (Juta USD) Pertumbuhan 191,0 -25,54% 70,7 -32,08% 53,4 -38,64% 69,3 -15,93% 53,0 -33,53% 38,1 -49,51% 38 43 76 45 55 58 80 53 84 Jepang 66 76 69 87 82 105 58 87 53 71 71 74 71 104 90 88 Juta USD Amerika Serikat Amerika Serikat Jerman Malaysia Jepang Italia Rusia 2017 220 256 2015 191 281 270 Nilai Ekspor Kopi Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan Rusia 2019P Nilai (Juta USD) Pertumbuhan 219,7 15,04% 74,4 5,31% 58,1 8,86% 75,5 8,99% 57,9 9,43% 42,7 11,98% Produksi Kopi Indonesia 740 720 700 20,00% 726 15,57% 15,00% 10,00% Ribu Ton 680 5,00% 660 640 -1,89% 636 620 654 4,81% -5,00% 624 600 0,00% -10,00% 580 -12,40% 560 -15,00% 2015/2016 2016/2017 Produksi Kopi (Ribu Ton) Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah 2017/2018 Des 2018/2019 Growth Produksi 75 Outlook ekspor kopi (2) Harga rata-rata Kopi Arabica pada 2018 diperkirakan berada di level USD2,85/Kg atau turun di level -14,15% yoy, sedangkan harga Kopi Robusta berada pada level USD1,82/Kg pada tahun 2018 atau turun -18,38% yoy. Perkembangan dan Proyeksi Harga Kopi Dunia 4 3,53 3,61 US Dollar/ Kg 3,5 3,32 2,85 2,89 1,82 1,85 2018P 2019P 3 2,5 1,94 1,95 2015 2016 2,23 2 1,5 1 0,5 0 Cofffe Arabica $/Kg 2017 Coffee Robusta $/kg Sumber: World Bank Commodities Price Forecast (Released: 29/10/2018) Harga kopi Arabika dan Robusta akan mengalami peningkatan secara gradual di tahun 2019 Kenaikan harga kopi global akibat penurunan surplus produksi kopi global. Konsumsi dunia diperkirakan 165,19 juta kantong pada 2018/19, meningkat 2,1% dibandingkan dengan 2017/18. Konsumsi domestik di negara-negara pengekspor diperkirakan meningkat 1,4% menjadi 50,3 juta kantong. Konsumsi di negara-negara pengimpor diperkirakan naik 2,5% menjadi 114,88 juta kantong. Sementara, Pada 2018/19, produksi kopi dunia diperkirakan akan melebihi konsumsi sebesar 2,29 juta kantong. Meskipun surplus diperkirakan akan menurun pada 2018/19. Produksi di Brasil akan turun menjadi 55 juta kantong dari rekor 63,4 juta kantong karena memasuki setengah dari siklus dua tahunan yang menghasilkan lebih rendah. Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah 76 Outlook ekspor kopi (3) Tahun 2018, ekspor Kopi Indonesia tumbuh negatif 31.1% dan di tahun 2019 diperkirakan tumbuh sebesar 8,3%. Pertumbuhan ekspor kopi Indonesia seiring dengan membaiknya stok pasokan kopi Indonesia untuk suplai ekspor. Perkembangan dan Proyeksi Nilai Ekspor Kopi Indonesia Nilai Ekspor Kopi Indonesia 1.400 1.200 30,0% 1.198 1.174 1.187 1.040 1.000 Juta USD Growth 20,0% 17,7% 1.009 15,2% 885 818 800 600 8,3% -6,0% -11,5% 10,0% 0,0% -10,0% 400 -20,0% -15,8% 200 -30,0% -31,1% - -40,0% 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019P Sumber: Trademap, BPS, Oxoford Economics, Diolah Secara volume, ekspor kopi Indonesia diproyeksikan akan menurun sebesar -32.05% di tahun 2018. Sedangkan di tahun 2019, dengan asumsi harga kopi Arabika sebesar US$ 2.89/Kg, volume ekspor diproyeksikan sebesar 307 Ribu ton. Perkembangan dan Proyeksi Ekspor Volume Indonesia 600 40,00% 30,73% Ribu Ton 500 400 30,00% 502 300 20,00% 418 414 10,00% 0,97% 200 100 0,00% -10,00% -17,53% 0 2015 2016 Volume (Ribu Ton) -20,00% 2017 Growth (%-yoy) Sumber: Trademap, BPS, Oxoford Economics,World Bank Commodities Price Diolah Upside Risk Proyeksi dapat lebih tinggi dari perkiraan apabila terdapat: • Peningkatan produktifitas perkebunan kopi di Indonesia, yang disebabkan oleh penerapan teknologi pertanian yang lebih baik. Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah Downside Risk Proyeksi dapat lebih rendah dari perkiraan apabila terdapat: • Cuaca yang buruk menyebabkan penurunan hasil panen kopi • Meningkatnya konsumsi kopi dalam negeri, sehingga jumlah yang diekspor menurun 77 Lampiran : Ekspor Kopi Dunia Ekspor Kopi Dunia Berdasar Negara Dengan Nilai Ekspor Terbesar Eksporter Brazil Viet Nam Germany Colombia Switzerland Italy Honduras Indonesia France Belgium Lainnya 2013 4598 2551 2375 1923 2195 1411 836 1174 754 727 9712 Total Dunia 28255 Nilai Ekspor Kopi Dunia (Juta USD) 2014 2015 2016 6053 5566 4856 3311 2415 3040 2488 2255 2319 2517 2577 2463 2211 2032 2059 1503 1398 1536 783 932 859 1040 1198 1009 803 707 744 995 1077 988 10229 10344 10494 31933 30501 30365 2017 4613 3310 2640 2583 2250 1620 1292 1187 1065 940 10970 Proporsi 2017 14.21% 10.19% 8.13% 7.95% 6.93% 4.99% 3.98% 3.66% 3.28% 2.90% 33.79% CAGR 20132017 0.08% 6.72% 2.67% 7.66% 0.62% 3.51% 11.51% 0.28% 9.01% 6.66% 3.09% 32469 100% 3.54% Growth Nilai Ekspor Dunia 2014 2015 2016 2017 31.64% -8.05% -12.75% -4.99% 29.79% -27.06% 25.87% 8.86% 4.73% -9.33% 2.81% 13.84% 30.91% 2.38% -4.43% 4.87% 0.74% -8.10% 1.31% 9.29% 6.53% -6.97% 9.85% 5.44% -6.27% 19.02% -7.85% 50.40% -11.45% 15.21% -15.80% 17.71% 6.55% -12.03% 5.26% 43.13% 36.96% 8.21% -8.25% -4.84% 5.33% 1.13% 1.45% 4.54% 13.02% -4.48% -0.45% 6.93% Ekspor Kopi Dunia Berdasar Komoditi Kopi Dengan Nilai Ekspor Terbesar Nilai Ekspor Kopi Dunia (Juta USD) HS Code '090111 '090121 '090112 '090122 '090190 Growth Nilai Ekspor Dunia Deskripsi Produk Kopi Tidak Disangrai, NonDecaff Kopi Disangrai, Non-Decaff kopi Decaff Tidak Disangrai Kopi Decaff Disangrai Kopi Lainnya Total 2013 2014 2015 2016 2017 Proporsi CAGR 2017 2013-2014 17847 8854 862 589 104 28255 20700 9643 867 592 130 31933 19528 9475 803 586 110 30501 19126 9836 750 558 96 30365 20620 10310 838 604 96 32468 63.51% 31.75% 2.58% 1.86% 0.29% 100% 3.68% 3.88% -0.71% 0.65% -2.00% 3.54% 2014 2015 2016 15.99% 8.92% 0.54% 0.55% 25.84% 13.02% -5.66% -1.75% -7.41% -1.00% -15.93% -4.48% 2017 -2.06% 7.81% 3.81% 4.82% -6.57% 11.74% -4.92% 8.40% -12.28% -0.64% -0.45% 6.93% Ekspor Kopi Dunia Berdasar Negara Dengan Volume Ekspor Terbesar Eksporter Brazil Viet Nam Colombia Germany Honduras Indonesia Uganda India Belgium Ethiopia Lainnya Total Dunia Volume Ekspor Kopi Dunia (Ribu Ton) 2013 2014 2015 2016 2017 Proporsi 2017 CAGR 20132014 1701 1269 548 541 264 534 231 229 159 173 2437 8086 1988 1646 623 542 242 385 212 197 218 196 2606 8857 2007 1284 718 528 285 502 220 211 253 198 2466 8671 1826 1705 740 565 310 415 211 251 253 195 2275 8746 1649 1446 721 580 431 418 287 264 254 247 2266 8564 19.26% 16.88% 8.42% 6.78% 5.04% 4.88% 3.35% 3.08% 2.96% 2.89% 26.46% 100% -0.77% 3.31% 7.12% 1.78% 13.06% -5.93% 5.59% 3.56% 12.38% 9.33% -1.80% 1.45% Growth Volume Ekspor Dunia -yoy 2014 2015 2016 2017 16.87% 0.94% -9.00% -9.67% 29.73% -22.02% 32.83% -15.21% 13.84% 15.17% 3.01% -2.52% 0.24% -2.62% 7.04% 2.72% -8.34% 17.88% 8.65% 39.17% -27.94% 30.45% -17.40% 0.86% -8.17% 3.67% -4.16% 36.24% -13.94% 6.78% 19.32% 4.88% 37.19% 15.84% 0.21% 0.14% 13.41% 1.08% -1.50% 26.52% 6.95% -5.38% -7.75% -0.39% 9.53% -2.09% 0.86% -2.08% Ekspor Kopi Dunia Berdasar Komoditi Kopi Dengan Volume Ekspor Terbesar Volume Ekspor Kopi Dunia (Juta USD) HS Code '090111 '090121 '090112 '090122 '090190 Deskripsi Produk Kopi Tidak Disangrai, NonDecaff Kopi Disangrai, Non-Decaff kopi Decaff Tidak Disangrai Kopi Decaff Disangrai Kopi Lainnya Total Growth Volume Ekspor Dunia 2013 2014 2015 2016 2017 Proporsi CAGR 2017 2013-2014 6903 911 227 43 0 8084 7586 989 215 42 24 8857 7327 1056 223 45 21 8671 7336 1117 228 44 20 8746 7145 1117 242 45 22 8572 83.36% 13.03% 2.83% 0.53% 0.26% 100% 0.87% 5.23% 1.64% 1.38% NA 1.48% 2014 2015 2016 9.89% -3.41% 0.13% 8.63% 6.69% 5.85% -5.16% 3.51% 2.18% -1.57% 7.25% -2.77% NA -13.31% -2.68% 9.56% -2.09% 0.86% 2017 -2.61% -0.04% 6.39% 2.91% 7.63% -1.99% 78 Lampiran : Impor Kopi Dunia Impor Kopi Dunia Berdasar Negara Dengan Nilai Ekspor Terbesar Importer 2013 5461 3630 2581 1649 1586 1181 798 1156 809 692 9531 29075 Amerika Serikat Jerman Prancis Italia Jepang Kanada Belanda Belgia Spanyol Inggris Lainnya Total Dunia Nilai Impor Kopi Dunia (Juta USD) 2014 2015 2016 6013 6034 5747 4018 3407 3371 2655 2391 2357 1708 1779 1674 1442 1581 1415 1305 1238 1193 1129 1070 1067 1049 1084 1004 1051 1011 987 833 940 1010 9963 10310 10284 31166 30845 30108 Proporsi CAGR 20132017 2014 19.32% 3.70% 10.75% -0.80% 8.42% 1.62% 5.49% 2.13% 4.38% -2.51% 3.95% 2.23% 3.90% 12.43% 3.51% -0.22% 3.31% 7.52% 3.24% 11.18% 33.73% 3.71% 100% 2.97% 2017 6315 3515 2753 1794 1433 1289 1276 1146 1081 1057 11024 32684 Growth Nilai 2014 2015 10.12% 0.35% 10.68% -15.20% 2.86% -9.97% 3.57% 4.13% -9.06% 9.63% 10.52% -5.09% 41.42% -5.23% -9.31% 3.37% 30.01% -3.88% 20.37% 12.86% 4.53% 3.48% 7.19% -1.03% Impor Dunia 2016 2017 -4.76% 9.89% -1.07% 4.28% -1.42% 16.83% -5.85% 7.13% -10.49% 1.23% -3.70% 8.13% -0.32% 19.60% -7.43% 14.24% -2.35% 9.53% 7.41% 4.70% -0.25% 7.20% -2.39% 8.56% Impor Kopi Dunia Berdasar Komoditi Kopi Dengan Nilai Impor Terbesar HS Code '090111 '090121 '090112 '090122 '090190 Deskripsi Produk Kopi Tidak Disangrai, NonDecaff Kopi Disangrai, Non-Decaff kopi Decaff Tidak Disangrai Kopi Decaff Disangrai Kopi Lainnya Total Nilai Impor Kopi Dunia (Juta USD) 2013 2014 2015 2016 2017 Proporsi CAGR 20132017 2014 19366 8312 746 545 105 29075 63.81% 31.44% 2.24% 2.17% 0.35% 100% 20651 9023 741 600 151 31166 20508 8900 702 608 128 30845 19370 9371 662 593 111 30108 20842 10268 731 708 114 32663 Growth Nilai Impor Dunia 2014 2015 2016 2017 1.85% 5.42% -0.50% 6.75% 1.94% 2.95% 6.64% 8.55% -0.60% 10.10% 43.50% 7.19% -0.70% -1.36% -5.35% 1.23% -15.12% -1.03% -5.55% 5.30% -5.65% -2.40% -13.08% -2.39% 7.60% 9.56% 10.44% 19.38% 1.98% 8.49% Impor Kopi Dunia Berdasar Negara Dengan Volume Impor Terbesar Importer Amerika Serikat Jerman Italia Jepang Prancis Belgia Spanyol Belanda Kanada Inggris Lainnya Total Dunia Volume Impor Kopi Dunia (Ribu Ton) 2013 1493.4 1124.8 516.2 464.5 366.0 318.8 282.9 175.4 228.9 174.5 2476.6 7621.9 2014 1525.0 1162.1 546.8 416.8 356.2 281.2 302.3 232.3 254.4 188.3 2523.5 7789.0 2015 1538.4 1110.8 546.9 442.2 343.6 307.1 310.0 239.6 238.6 219.0 2702.3 7998.4 2016 1603.6 1197.4 596.9 442.6 343.1 320.5 320.5 251.0 249.7 245.1 2868.7 8439.2 Proporsi 2017 19.52% 13.48% 7.04% 4.98% 4.24% 3.79% 3.69% 3.20% 3.18% 2.65% 34.22% 100% 2017 1624.5 1121.6 585.8 414.1 353.1 315.0 307.3 266.7 264.7 220.6 2847.6 8321.0 CAGR 20132017 2.13% -0.07% 3.21% -2.83% -0.89% -0.30% 2.10% 11.03% 3.70% 6.04% 3.55% 2.22% Growth Volume Impor Dunia 2014 2.12% 3.32% 5.92% -10.26% -2.67% -11.77% 6.85% 32.42% 11.17% 7.91% 1.90% 2.19% 2015 0.88% -4.41% 0.02% 6.08% -3.55% 9.19% 2.56% 3.15% -6.23% 16.27% 7.08% 2.69% 2016 4.24% 7.79% 9.15% 0.10% -0.14% 4.38% 3.39% 4.76% 4.66% 11.94% 6.16% 5.51% 2017 1.30% -6.33% -1.86% -6.46% 2.91% -1.73% -4.11% 6.23% 5.99% -9.97% -0.73% -1.40% Impor Kopi Dunia Berdasar Komoditi Kopi Dengan Volume Impor Terbesar Volume Impor Kopi Dunia (Ribu Ton) HS Code Deskripsi Produk '090111 Kopi Tidak Disangrai, Non-Decaff '090121 Kopi Disangrai, Non-Decaff '090112 kopi Decaff Tidak Disangrai '090122 Kopi Decaff Disangrai '090190 Kopi Lainnya Total Growth Volume Impor Dunia 2013 2014 2015 2016 Proporsi CAGR 2017 2017 2013-2014 6515 883 191 6572 934 189 6713 1001 194 7069 1077 200 6873 1127 208 82.29% 13.50% 2.49% 42 48 52 53 118 28 7659 46 7789 39 7998 0 8399 26 8351 2014 2015 2016 2017 1.35% 6.29% 2.18% 0.88% 5.69% -0.68% 2.14% 7.22% 2.27% 5.30% 7.59% 3.51% -2.78% 4.67% 3.67% 1.41% 28.99% 13.19% 9.18% 0.32% 100% -1.41% 2.19% 64.67% -16.39% 100.00% NA 1.70% 2.69% 5.01% -0.57% 1.03% 121.73% 79 Lampiran : Ekspor Kopi Indonesia Ekspor Kopi Indonesia Berdasar Negara Tujuan Dengan Nilai Ekspor Terbesar Nilai Ekspor Kopi Dunia (Juta USD) Eksporter Amerika Serikat Jerman Malaysia Jepang Italia Rusia Mesir Inggris Tiongkok Algeria Lainnya Total Dunia 2013 207.092 122.178 79.717 102.924 77.13 49.115 35.573 43.217 21.582 43.622 391.895 1174.044 2014 295.988 84.733 60.845 101.366 60.638 41.383 32.435 35.503 13.403 20.949 292.363 1039.609 2015 281.159 88.424 70.809 104.962 84.005 54.64 39.538 46.3 27.436 30.145 370.319 1197.735 2016 2017 269.941 256.466 90.189 104.021 71.432 86.968 86.511 82.42 66.404 79.665 45.12 75.564 41.171 52.718 40.554 51.819 17.104 39.837 17.353 38.633 262.77 319.043 1008.549 1187.157 Growth Nilai Ekspor Dunia CAGR 20132017 5.49% -3.94% 2.20% -5.40% 0.81% 11.37% 10.33% 4.64% 16.56% -2.99% -5.01% 0.28% Proporsi 2017 21.60% 8.76% 7.33% 6.94% 6.71% 6.37% 4.44% 4.36% 3.36% 3.25% 26.87% 100.00% 2014 42.93% -30.65% -23.67% -1.51% -21.38% -15.74% -8.82% -17.85% -37.90% -51.98% -25.40% -11.45% 2015 -5.01% 4.36% 16.38% 3.55% 38.54% 32.03% 21.90% 30.41% 104.70% 43.90% 26.66% 15.21% 2016 2017 -3.99% -4.99% 2.00% 15.34% 0.88% 21.75% -17.58% -4.73% -20.95% 19.97% -17.42% 67.47% 4.13% 28.05% -12.41% 27.78% -37.66% 132.91% -42.43% 122.63% -29.04% 21.42% -15.80% 17.71% Ekspor Kopi Indonesia Berdasar Komoditi Kopi Dengan Nilai Eskpor Terbesar HS Code Nilai Ekspor Kopi Indonesia (Juta USD) Deskripsi Produk 2013 '090111 '090121 '090112 '090122 '090190 Kopi Tidak Disangrai, Non-Decaff Kopi Disangrai, Non-Decaff kopi Decaff Tidak Disangrai Kopi Decaff Disangrai Kopi Lainnya Total 2014 1166.19 1030.72 7.50 8.51 0.06 0.09 0.21 0.01 0.10 0.29 1174.05 1039.61 2015 2016 2017 1189.55 7.85 0.17 0.13 0.03 1197.74 1000.62 7.35 0.45 0.01 0.12 1008.55 1175.55 11.36 0.21 0.02 0.02 1187.16 Proporsi 2017 CAGR 20132017 99.022% 0.957% 0.018% 0.002% 0.002% 100.0% 0.20% 10.94% 38.83% -44.11% -30.63% 0.28% Growth Nilai Ekspor Kopi Indonesia 2014 2015 2016 2017 -11.62% 13.38% 62.50% -96.10% 205.26% -11.45% 15.41% -7.69% 91.21% 1537.50% -90.34% 15.21% -15.88% -6.43% 157.47% -90.84% 339.29% -15.80% 17.48% 54.66% -53.57% 66.67% -82.11% 17.71% Ekspor Kopi Indonesia Berdasar Negara Tujuan Dengan Volume Ekspor Terbesar Volume Ekspor Kopi Dunia (Ribu Ton) Eksporter Amerika Serikat Jerman Malaysia Italia Rusia Jepang Mesir Inggris Tiongkok Algeria lainnya Total Dunia Growth Volume Ekspor Dunia -yoy 2013 2014 2015 2016 2017 Proporsi 2017 CAGR 20132017 2014 2015 2016 2017 66.161 60.433 42.098 38.152 25.901 41.922 17.538 20.781 11.482 24.266 185.291 534.025 58.344 38.068 30.788 29.746 20.203 41.235 15.713 14.35 6.142 10.591 119.648 384.828 65.509 47.664 39.394 43.048 28.207 41.241 20.854 21.389 12.787 16.912 165.016 502.021 67.324 42.628 40.387 35.82 24.212 35.352 21.143 18.356 7.237 9.885 112.306 414.651 74.921 38.616 33.863 31.555 30.418 28.22 20.204 18.642 15.172 14.583 112.029 418.224 17.91% 9.23% 8.10% 7.54% 7.27% 6.75% 4.83% 4.46% 3.63% 3.49% 26.79% 100% 3.16% -10.59% -5.30% -4.64% 4.10% -9.42% 3.60% -2.68% 7.22% -11.95% -11.82% -5.93% -11.82% -37.01% -26.87% -22.03% -22.00% -1.64% -10.41% -30.95% -46.51% -56.35% -35.43% -27.94% 12.28% 25.21% 27.95% 44.72% 39.62% 0.01% 32.72% 49.05% 108.19% 59.68% 37.92% 30.45% 2.77% -10.57% 2.52% -16.79% -14.16% -14.28% 1.39% -14.18% -43.40% -41.55% -31.94% -17.40% 11.28% -9.41% -16.15% -11.91% 25.63% -20.17% -4.44% 1.56% 109.64% 47.53% -0.25% 0.86% Ekspor Kopi Indonesia Berdasar Komoditi Kopi Dengan Nilai Eskpor Terbesar Nilai Ekspor Kopi Indonesia (Ribu Ton) Proporsi 2017 CAGR 20132017 415.942 99.45% 2.085 2.236 0.159 0.025 0.004 502.021 HS Code Deskripsi Produk 2013 2014 2015 2016 2017 '090111 Kopi Tidak Disangrai, NonDecaff 532.14 382.75 499.613 412.37 '090121 Kopi Disangrai, Non-Decaff 1.805 2.039 2.34 '090112 kopi Decaff Tidak Disangrai 0.017 0.024 0.039 '090122 Kopi Decaff Disangrai 0.046 0 0.016 534.024 0.014 384.827 '090190 Kopi Lainnya Total Growth Volume Ekspor Kopi Indonesia 2014 2015 2016 2017 -5.97% -28.07% 30.53% -17.46% 0.87% 0.53% 5.50% 12.96% 14.76% -10.90% 7.24% 0.043 0.01% 26.11% 41.18% 62.50% 307.69% -72.96% 0 0.001 0.00% -61.60% -100.00% NA -100.00% NA 0.037 414.651 0.002 418.224 0.00% 100% -40.54% -5.93% -12.50% -27.94% -71.43% 30.45% 825.00% -17.40% -94.59% 0.86% 80 Lampiran : Impor Kopi Indonesia Impor Kopi Indonesia Berdasar Negara Asal Dengan Nilai Impor Terbesar Eksporter Viet Nam Brazil Malaysia Amerika Serikat Timor Leste Indonesia Italia India Jerman Singapura Lainnya Total Dunia 2013 19.579 8.216 0.51 1.85 0.053 4.609 1.583 0.182 0 0.164 2.094 38.84 Volume Ekspor Kopi Dunia (Ribu Ton) 2014 2015 2016 2017 31.541 15.204 31.028 12.357 6.336 10.172 10.047 9.884 1.613 2.223 2.8 2.805 1.511 0.966 1.231 1.552 0.069 0.196 1.047 1.515 1.909 0.411 1.184 1.418 1.922 0.778 0.269 0.942 0.102 0.088 0.215 0.388 0.093 0.307 0.004 0.34 0.002 0.054 0.006 0.248 1.67 1.094 0.642 1.019 46.768 31.493 48.473 32.468 Growth Volume Ekspor Dunia -yoy CAGR 20132017 2014 2015 2016 2017 -10.87% 61.10% -51.80% 104.08% -60.17% 4.73% -22.88% 60.54% -1.23% -1.62% 53.14% 216.27% 37.82% 25.96% 0.18% -4.30% -18.32% -36.07% 27.43% 26.08% 131.22% 30.19% 184.06% 434.18% 44.70% -25.52% -58.58% -78.47% 188.08% 19.76% -12.17% 21.42% -59.52% -65.42% 250.19% 20.83% -43.96% -13.73% 144.32% 80.47% NA #DIV/0! 230.11% -98.70% 8400.00% 10.89% -98.78% 2600.00% -88.89% 4033.33% -16.48% -20.25% -34.49% -41.32% 58.72% -4.38% 20.41% -32.66% 53.92% -33.02% Proporsi 2017 38.06% 30.44% 8.64% 4.78% 4.67% 4.37% 2.90% 1.20% 1.05% 0.76% 3.14% 100% Impor Kopi Indonesia Berdasar Komoditi Kopi Dengan Nilai Impor Terbesar Nilai Ekspor Kopi Indonesia (Juta USD) HS Code Deskripsi Produk '090111 '090121 Kopi Tidak Disangrai, Non-Decaff Kopi Disangrai, Non-Decaff '090112 kopi Decaff Tidak Disangrai '090122 '090190 Kopi Decaff Disangrai Kopi Lainnya Total CAGR 20132017 Growth Nilai Ekspor Kopi Indonesia 2014 2015 2016 -5.97% 5.14% 20.44% 20.37% -33.55% -26.42% 61.01% 5.65% 2013 2014 2015 2016 2017 Proporsi 2017 34.278 4.493 41.284 5.408 27.435 3.979 44.172 4.204 26.796 5.49 82.53% 16.91% 0 0 0.002 0.001 0.113 0.35% NA NA 0.068 0 38.839 0.073 0.003 46.768 0.072 0.004 31.492 0.095 0 48.472 0.066 0.005 32.47 0.20% 0.02% 100% -0.74% NA -4.38% 7.35% NA 20.42% 2017 -39.34% 30.59% 11200.00 NA -50.00% % -1.37% 31.94% -30.53% 33.33% -100.00% NA -32.66% 53.92% -33.01% Impor Kopi Indonesia Berdasar Negara Tujuan Dengan Volume Ekspor Terbesar Volume Ekspor Kopi Dunia (Ribu Ton) Growth Volume Ekspor Dunia -yoy 2013 2014 2015 2016 2017 Proporsi 2017 CAGR 20132017 2014 2015 2016 2017 Viet Nam Brazil Malaysia Timor-Leste Amerika Serikat India Indonesia Italia 9649 2673 46 236 395 58 1894 89 15203 1713 177 323 228 38 959 106 8116 3018 228 324 162 21 130 57 19072 3363 333 1452 193 96 362 31 5792 3382 2228 1973 477 454 381 153 37.77% 22.06% 14.53% 12.87% 3.11% 2.96% 2.48% 1.00% -11.98% 6.06% 163.81% 70.04% 4.83% 67.27% -33.03% 14.51% 57.56% -35.91% 284.78% 36.86% -42.28% -34.48% -49.37% 19.10% -46.62% 76.18% 28.81% 0.31% -28.95% -44.74% -86.44% -46.23% 134.99% 11.43% 46.05% 348.15% 19.14% 357.14% 178.46% -45.61% -69.63% 0.56% 569.07% 35.88% 147.15% 372.92% 5.25% 393.55% Thailand Papua Nugini Lainnya Total Dunia 0 96 76 1 108 0.70% NA NA -20.83% -98.68% 10700.00% 0 760 15800 0 268 19111 60 270 12462 180 89 25172 106 280 15334 0.69% 1.83% 100% NA -22.09% -0.75% NA -64.74% 20.96% NA 0.75% -34.79% 200.00% -67.04% 101.99% Eksporter -41.11% 214.61% -39.08% Impor Kopi Indonesia Berdasar Komoditi Kopi Dengan Nilai Eskpor Terbesar Nilai Ekspor Kopi Indonesia (Ribu Ton) Proporsi 2017 CAGR 20132017 12.15 82.53% 0.51 2.95 0.00 0.00 0.01 0.00 12.46 0.01 0.00 25.17 HS Code Deskripsi Produk 2013 2014 2015 2016 2017 '090111 Kopi Tidak Disangrai, NonDecaff 15.20 18.57 12.04 24.66 '090121 Kopi Disangrai, Non-Decaff 0.60 0.53 0.42 '090112 kopi Decaff Tidak Disangrai 0.00 0.00 '090122 '090190 Kopi Decaff Disangrai Kopi Lainnya Total 0.00 0.00 15.8 0.01 0.00 19.11 Growth Nilai Ekspor Kopi Indonesia 2014 2015 2016 2017 -5.44% 22.22% -35.19% 104.88% -50.72% 16.91% 48.84% -11.17% -21.20% 20.24% 483.17% 0.00 0.35% NA NA NA NA NA 0.01 0.00 15.10 0.20% 0.02% 100% 5.74% NA -1.12% 50.00% NA 20.96% 0.00% 33.33% -34.79% 33.33% -100.00% 101.99% -37.50% NA -40.00% 81 KARET& PRODUK KARET (HS Code 4001 s/d 4017) Kopi sebagai komoditas unggulan Karet merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia, hal ini dapat terlihat dari hasil pemilihan komoditas unggulan ekspor (winning commodities) dengan menggunakan beberapa metode analisis yaitu Computable General Equilibrium (CGE) dan Export Product Dynamics (EPD). Karet sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode CGE Komoditas yang menjadi unggulan ekspor diidentifikasi berdasarkan hasil simulasi ketika terjadi peningkatan pemintaan ekspor secara arbitrary sebesar 10%, yaitu komoditas yang paling responsif terhadap variabel sektoral Indonesia berdasarkan tiga indikator kunci yaitu (1) peningkatan ekspor bersih (bobot 60%, (2) output (bobot 20%), dan (3) penyerapan tenaga kerja. (bobot 20%) Berdasarkan hasil CGE, Karet menempati peringkat 19 dengan indeks komposit sebesar 1.99 Peringkat Sektor Dampak terhadap Perubahan Nilai Ekspor (Milyar Rupiah) Dampak terhadap Output (Perubahan Persentase) Dampak terhadap Tenaga Kerja (Perubahan Persentase) Indeks Komposit 19 Karet 36.15 2.23 3.11 1.99 Karet sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode EPD Lost Opportunity - Rising Star + O Retreat Belgia, Tiongkok, Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, dan 20 Negara Lainnya + Harga karet yang mengalami sentiment negative di pasar Internasional menyebabkan Indonesia mengurangi jumlah ekspornya keluar negeri. Hal ini berdampak pada kesejahteraan petani yang menurun karena pendapatan yang menurun karena harga yang jatuh dan pengurangan ekspor karet. Luxembourg Falling Star Sumber : WITS, Oktober 2018 Hingga saat ini, karet merupakan salah satu komoditi yang paling banyak diekspor Indonesia. Dalam beberapa tahun ini, harga karet mengalami penurunan hingga tahun 2018. Komoditi ini berada pada posisi Rising star di beberapa negara Eropa dan lainnya yaitu di Belgium, Tiongkok, Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, dan 20 negara lainnya 83 Indonesia merupakan produsen karet alam terbesar dunia, setelah Thailand Karet merupakan salah satu jenis komoditi dari alam yang banyak dimanfaatkan oleh sektor industri hingga rumah tangga Karet Alam Terbuat dari getah pohon karet Karet Sintetis Terbuat dari minyak mentah Keberadaan karet alam dan karet sintetis saling menggantikan dan mempengaruhi permintaan Saat harga minyak mentah naik, permintaan untuk karet alam meningkat Saat harga karet alam naik, permintaan untuk karet sintetis meningkat • • • Dalam penanaman taman karet dibutuhkan suhu tinggi yang konstan berkisar antara 26° - 32° C dan lingkungan yang lembab agar dapat berproduksi secara maksimal. Sementara itu, diperlukan waktu sekitar tujuh tahun untuk tanaman Karet mencapai usia produksinya. Hingga akhirnya, pohon karet tersebut dapat berproduksi sampai berumur 25 tahun. Panjangnya siklus yang dilalui oleh tanaman karet tersebut, menyebabkan sulitnya penyesuaian suplai untuk jangka pendek. Produsen Karet Alam Terbesar (Tahun 2014) India 849.000 Ton Malaysia 1.043.000 Ton Thailand 4.070.000 Ton Vietnam 1.043.000 Ton Indonesia 3.200.000 Ton Sumber : Association of Natural Rubber Producing Countries (ANRPC) 84 Produksi karet alam dunia saat ini melebihi tingkat konsumsinya Produksi Karet alam global tahun 2017 tercatat sebesar 13,84 juta mt atau tumbuh 7,46%, sedangkan konsumsi dunia tercatat sebesar tumbuh 4% dari tahun 2016. • Thailand merupakan negara penghasil karet alam terbesar di dunia, menghasilkan 1/3 dari total produksi karet alam dunia. Tercatat di tahun 2017 Thailand menghasilkan 4,8 juta mt yang hampir 90% nya diekspor. Indonesia berada di tempat kedua sebagai produsen terbesar karet alam dunia menghasilkan 3,4 juta mt atau 26% dari total produksi karet dunia. Indonesia dam Thailand jika digabungkan, hasil karet mereka menghasilkan 61% produksi karet alam dunia di tahun 2017. • Penggerak utama untuk pasar karet global adalah kawasan Asia-Pasifik di mana permintaan akan karet alam tumbuh dengan kuat, dipimpin oleh Tiongkok, konsumen terbesar yang diperkirakan mengkonsumsi 40% dari total konsumsi karet dunia pada tahun 2021. • Tiongkok menggunakan 80% karet alam untuk produksi ban karet. Sebagai importir karet terbesar di dunia, kebijakan-kebijakan RRT bisa memiliki dampak sangat luas bagi industri karet dunia. Di akhir tahun 2014, Pemerintah RRT memutuskan untuk menyetujui standar baru untuk impor senyawa karet. Kandungan karet mentah yang diizinkan dalam senyawa karet yang diimpor dikurangi dari 95-99,5% menjadi 88%, mengimplikasikan bahwa impor senyawa karet ke RRT dikenai beacukai impor 20% (tarif yang sama dengan beacukai impor karet alam). Kebijakan RRT ini adalah pukulan bagi para suplier karet dari Indonesia karena menyebabkan penurunan penggunaan senyawa karet di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia. • Masalah lain adalah AS memindahkan ban buatan Indonesia dari sistem preferensi umumnya (generalized system of preference). Program AS ini didesain untuk mendukung negara-negara berkembang dengan memotong beacukai impor dan pajak untuk kira-kira 5.000 produk dari 123 negara. Ban buatan Indonesia dipindahkan dari daftar sistem ini karena AS meyakini bahwa industri ban Indonesia sudah cukup kompetitif. Ini berarti ekspor ban ke AS kini dikenai pajak impor 5 persen. • Selain Tiongkok, Uni Eropa juga konsumen terbesar karet alam dunia yang dipergunkanan untuk industri otomotifnya. Sektor otomotif merupakan salah satu sektor penting dalam mempengaruhi permintaan & konsumsi karet dunia Produksi dan Konsumsi Karet Dunia Produksi Karet Alam Global (dalam Ribu Metriks Ton) Konsumsi Karet Alam Global (dalam Ribu Metriks Ton) Pertumbuhan Produksi Karet Alam (%) - SKALA KANAN Pertumbuhan Konsumsi Karet Alam (%) - SKALA KANAN 7,46% 8,00% 13.380 13.090 6,00% 12.451 12.587 4,00% 4,00% 3,68% 2,00% 14.000 6,57% 5,34% 13.000 12.281 12.000 12.142 12.181 12.271 11.430 3,48% 12.140 1,06% 11.000 1,47% -1,13% 10.000 2014 -2,00% 2015 2016 827 669 722 674 739 Vietnam Tiongkok Malaysia 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0 Sumber : FAO, RISI, CEPI, Euler Hermes, Indonesia Investments (April 2018) Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu 2014 2015 2016 2017 Tiongkok Uni Eropa India 521 541 601 650 701 865 840 794 774 779 Indonesia 2013 913 932 936 932 969 2017 1.060 1.139 2.013 1.186 1.240 2016 949 954 1.013 1.032 1.086 Thailand 2015 3.237 3.153 3.145 3.208 3.609 2014 4.170 4.324 4.473 4.519 4.755 2013 Konsumen Karet Dunia Terbesar 962 1.015 987 1.033 1.073 Produsen Karet Dunia Terbesar 2017 4.270 4.804 4.680 4.863 5.108 2013 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0 0,00% -0,34% Amerika Serikat Thailand 85 Sebagai produsen karet terbesar kedua di dunia, jumlah suplai karet Indonesia penting untuk pasar global Sejak tahun 1980an, industri karet Indonesia telah mengalami pertumbuhan produksi yang stabil. Kebanyakan hasil produksi karet negara ini, kira-kira 80 persen diproduksi oleh para petani kecil. Oleh karena itu, perkebunan Pemerintah dan swasta memiliki peran yang kecil dalam industri karet domestik Wilayah Utama Penghasil Karet Indonesia 2. Sumatera Utara Luas Perkebunan Karet di Indonesia 3. Riau 5. Kalimantan Barat 4. Jambi 1. Sumatera Selatan 2010 2015 Petani Kecil (dalam ribu ha) 2.922 3.076 Pemerintah (dalam ribu ha) 239 230 Swasta Besar (dalam ribu ha) 284 315 Total luas perkebunan karet Indonesia telah meningkat secara stabil selama satu dekade terakhir. Di tahun 2016, luas perkebunan karet mencapai 3,64 juta hektar. Karena prospek industri karet positif,Total telah ada peralihan dari perkebunan3.445 3.621 (dalam ribu ha) perkebunan komoditi seperti kakao, kopi, dan teh, menjadi perkebunan-perkebunan kelapa sawit dan karet. Selama beberapa tahun ini jumlah perkebunan karet milik petani kecil meningkat, sementara perkebunan Pemerintah sedikit berkurang. Luasnya kebun karet pemain swasta besar berkurang di antara tahun 2010 dan 2012, namun naik cukup cepat mulai dari tahun 2013. Sekitar 85% dari produksi karet Indonesia diekspor ke luar negeri. Produksi Karet Alam Indonesia Produksi (juta ton) 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 ’ 2019’ 2,75 2,44 2,73 3,09 3,04 3,20 3,18 3,11 3,2 3,6 3,7 3,8 Data : Association of Natural Rubber Producing Countries, Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) & Food and Agriculture Organization of the United Nations Konsumsi karet domestik di Indonesia kebanyakan diserap oleh industri manufaktur, terutama sektor otomotif. Mengingat industri manufaktur industri tidak berkembang dengan signifikan, konsumsi karet di pasar domestik hanya tumbuh tipis. Dibandingkan dengan negara-negara kompetitor penghasil karet yang lain, Indonesia memiliki level produktivitas per hektar yang rendah. Hal ini ikut disebabkan oleh fakta bahwa usia pohon-pohon karet di Indonesia umumnya sudah tua dikombinasikan dengan kemampuan investasi yang rendah dari para petani kecil, sehingga mengurangi hasil panen. Sementara Thailand memproduksi 1.800 kilogram (kg) karet per hektar per tahun, Indonesia hanya berhasil memproduksi 1.080 kg/ha. Baik Vietnam (1.720 kg/ha) maupun Malaysia (1.510 kg/ha) memiliki produktivitas karet yang lebih tinggi. Industri hilir karet Indonesia masih belum banyak dikembangkan. Saat ini, negara ini tergantung pada impor produkproduk karet olahan karena kurangnya fasilitas pengolahan-pengolahan domestik dan kurangnya industri manufaktur yang berkembang baik. Rendahnya konsumsi karet domestik menjadi penyebab mengapa Indonesia mengekspor sekitar 85 persen dari hasil produksi karetnya. Kendati begitu, di beberapa tahun terakhir tampak ada perubahan (walaupun lambat) karena jumlah ekspor sedikit menurun akibat meningkatnya konsumsi domestik. Sekitar setengah dari karet alam yang diserap secara domestik digunakan oleh industri manufaktur ban, diikuti oleh sarung tangan karet, benang karet, alas kaki, ban vulkanisir, sarung tangan medis dan alat-alat lain. Sumber : Indonesia Investments (April 2018) 86 Ekspor karet dan produk karet dunia kembali meningkat di Tahun 2017 seiring meningkatnya permintaan dari Amerika Serikat, Tiongkok, dan Jerman Ekspor dan impor karet dan produk karet dunia tahun 2017 tumbuh masing-masing 13,64% dan 13,21%, setelah tumbuh melambat akibat dampak dari perlambatan ekonomi global tahun 2015. • Nilai ekspor karet dunia tahun 2017 sebesar USD184,7 miliar, eksportir terbesar yaitu Tiongkok dengan nilai ekspor sebesar USD20,7 miliar yang menguasai 16,07% dari total ekspor karet dunia. Diikuti oleh Jerman (13,07%), Thailand (12,56%), Amerika Serikat (10,45%), dan Jepang (8,02%). • Dari sisi impor, nilai impor karet dunia tahun 2017 tercatat sebesar USD192,7 juta, importir terbesar karet adalah Amerika Serikat dengan nilai impor sebesar USD27,9 miliar yang menguasai 22,79% dari total impor karet dunia. Diikuti oleh Tiongkok (15,29%), Jerman (13,15%), Perancis (5,78%), dan Mexico (5,60%). • Industri otomotif, ban karet, konstruksi, medis, dan alas kaki, merupakan industri yang berperan penting terhadap naik turunnya permintaan karet dunia. Produksi dan Konsumsi Karet Dunia Ekspor (Juta USD) Impor (Juta USD) -2,84% -13,48% 13,64% -3,65% 20,00% 13,21% 184.716 170.207 10,00% 162.540 167.298 202.121 100.000 193.359 212.619 207.652 200.000 -4,94% -6,88% 176.648 -2,39% -6,04% 300.000 Pertumbuhan Impor (yoy) - SKALA KANAN -12,60% 192.689 Pertumbuhan Ekspor (yoy) - SKALA KANAN 0,00% -10,00% 0 -20,00% 2014 2015 2016 Eksportir Dunia (2017) Tiongkok 16,07% Jepang 3,81% Jerman 13,40% Indonesia 6,03% Italia 4,09% Inggris 4,45% Thailand 12,65% Korea Selatan 6,05% Jepang 8,02% Amerika Serikat 10,45% Kanada 5,09% Eksportir Dunia (2017) 2017 2013 13.440 12.243 10.287 9.802 10.301 40.000 Amerika Serikat Jepang 28.699 29.054 27.913 26.222 27.942 2016 Meksiko 5,60% Perancis 5,78% Importir Dunia (2017) 14.789 14.924 13.664 12.584 13.433 15.000 2015 16.960 14.328 12.258 12.152 16.256 20.000 2014 18.294 18.224 15.597 15.807 17.218 25.000 23.130 23.597 20.348 18.729 20.654 2013 Tiongkok 15,29% Jerman 13,15% 20.000 2014 2015 Tiongkok Jerman 10.000 2016 2017 6.284 6.717 6.564 6.109 6.862 Lainnya 12,62% Amerika Serikat 22,79% Lainnya 16,15% 8.243 7.773 6.644 6.383 7.089 Polandia 4,07% Malaysia 5,59% Importir Dunia (2017) Belgia 3,80% 17.540 17.287 14.526 14.905 16.131 Perancis 5,05% 2017 19.899 17.371 14.153 13.714 18.754 2013 Perancis Meksiko 5.000 0 0 Tiongkok Jerman Thailand Sumber : trademap.org, diolah Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu Amerika Serikat 87 Ekspor Impor Karet dan Produk Karet Dunia didominasi oleh Jenis “New Pneumatic Tyres” • Industri otomotif sangat berperan dalam mempengaruhi pasokan dan permintaan karet dunia. Misalnya tren permintaan karet alam akan seiring dengan tren permintaan ban. Proporsi Ekspor dan impor produk karet didominasi oleh jenis new pneumatic tyres atau ban bertekanan baru sekitar 40%. • Karet sintetis dan karet alam berada di posisi berikutnya sebagai bahan baku utama untuk pembuatan produk karet ataupun produk lainnya. Ekspor Karet Dunia berdasarkan Jenis 2013 2014 2015 2016 2017 Barang Lain dari Karet 14,16% 20.000 1,52% 9.377 10.041 9.006 8.984 10.113 40.000 22.940 21.120 17.943 18.758 25.451 60.000 2,1% -8,85% 25.928 16.835 13.162 11.785 16.316 80.000 0,74% 25.087 26.137 23.784 23.999 26.029 100.000 86.970 83.868 72.689 70.337 75.773 -2,72% Karet Alam 8,87% Aksesori Pakaian dari Karet 3,98% Ban Bertekana n Baru 41,21% 0 Karet Alam Lainnya 6,07% Karet Sintetis Pipa dan Selang Ban Bertekanan Barang Lain Karet Baru dari Karet Karet Sintetis 13,84% Karet Campuran 3,29% Pipa dan Selang Karet 5,50% Ban atau Belting Pengangku t 3,07% Impor Karet Dunia berdasarkan Jenis 2013 2014 2015 2016 2017 Barang Lain dari Karet 14,96% 100.000 20.000 0,42% 10.478 11.018 9.750 9.622 10.701 40.000 1,78% 25.546 23.812 20.145 20.836 27.905 60.000 -6,88% 24.939 18.420 14.326 12.663 17.459 80.000 1,06% 27.202 28.529 26.304 26.753 28.669 87.954 85.328 75.227 71.925 77.272 -2,56% 0 Karet Alam Karet Sintetis Pipa dan Selang Ban Bertekanan Barang Lain Karet Baru dari Karet Sumber : trademap.org, diolah Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu Aksesori Pakaian dari Karet 4,00% Lainnya 5,36% Karet Alam Karet 9,11% Sintetis 14,56% Karet Campuran 3,03% Ban Bertekana n Baru 40,33% Pipa dan Selang Karet 5,58% Ban atau Belting Pengangku t 3,06% 88 Sampai dengan November 2018, ekspor Indonesia menurun tajam seiring dengan penurunan harga karet global • Nilai ekspor karet Indonesia tahun 2017 sebesar USD7,7 juta tumbuh 36,72% dari tahun 2016. pertumbuhan ini didorong oleh tingginya permintaan dari negara-negara tujuan ekspor karet Indonesia terutama Tiongkok yang mana tumbuh 134,5% di tahun 2017. Amerika Serikat menjadi negara tujuan ekspor karet Indonesia dengan 23,7%. Jenis karet yang paling diekspor adalah karet alam dan karet sintesis. Di tahun 2018, ekspor karet Indonesia periode Januari-November 2018 sebesar USD5,5 miliar, turun 17,8% dari periode yang sama tahun 2017. • Impor karet Indonesia juga tumbuh 14,72% di tahun 2017 dengan nilai impor sebesar USD1,95 juta. Negara asal impor karet terbesar Indonesia adalah Jepang (26,2% dari total impor karet Indonesia), lalu Korea Selatan (18,3%), Tiongkok (13,0%), Thailand (9,8%), dan Malaysia (6,2%). Jenis karet yang paling banyak diimpor adalah karet sintesis dan ban. Di tahun 2018, ekspor karet Indonesia periode Januari-Oktober 2018 sebesar USD5,5 miliar, turun 17,9% dari periode yang sama tahun 2017. Di tahun 2018, impor karet Indonesia periode Januari-November 2018 sebesar USD2,2 miliar, naik 17,9% dari periode yang sama tahun 2017. Ekspor dan Impor Karet Indonesia Ekspor (Juta USD) Impor (Juta USD) Pertumbuhan Ekspor (yoy) - SKALA KANAN Pertumbuhan Impor (yoy) - SKALA KANAN 36,72% 50% 14,72% 1,07% -4,23% 1.954 7.743 1.704 0% 5.663 -15,95% -16,71% 5.914 2.005 7.100 2.500 2.213 5.000 -9,38% -10,32% -24,42% -15,67% 9.394 7.500 1.686 10.000 Juta USD 0 2014 2015 2016 2017 Negara Tujuan Ekspor Karet Indonesia 2017 Turki 2,1% Malaysia 2,0% Lainnya 25,4% Brazil Kanada 2,5% 2,2% Amerika Serikat 23,7% Jerman 2,6% Korea Selatan 4,6% India 6,0% Tiongkok 16,1% Jepang 12,9% Negara Asal Impor Karet Indonesia 2017 Taiwan 2,8% Amerika Serikat 3,2% Malaysia 6,2% India 2,7% Jerman Lainnya 10,9% 2,1% Singapura 4,8% Thailand 9,8% Sumber : trademap.org, diolah 7.225 Jepang 26,2% Korea Selatan 18,3% Tiongkok 13,0% Juta USD 2.300 Jan-Nov 2017 2.186 2.200 5.938 6.000 2.100 2.000 4.000 1.900 2.000 -50% 2013 8.000 Jan-Nov 2017 Jan-Nov 2018 1.889 1.800 1.700 0 Impor Karet Indonesia Ekspor Karet Indonesia Komoditi Ekspor Karet Indonesia 2017 Aksesori Barang Lain Pakaian dari dari Karet Karet 1,6% 3,4% Karet Sintetis 6,3% Ban Bertekanan Baru 20,3% Lainnya 2,5% Karet Alam 65,9% Komoditi Impor Karet Indonesia 2017 Ban atau Belting Pengangkut Pipa dan 3,9% Selang Karet 6,8% Barang Lain dari Karet 14,4% Lainnya 11,7% Karet Sintetis 37,3% Ban Bertekanan Baru 25,9% 89 Ekspor karet alam Indonesia sampai dengan November 2018, menurun tajam seiring dengan penurunan harga karet global dan turunnya produksi karet alam Indonesia • Karet alam Indonesia menyumbang porsi terbesar ekspor karet Indonesia dengan pangsa pasar 65,9% di tahun 2017. Ekspor karet alam Indonesia di tahun 2017 tumbuh 51,45% dari tahun 2016, tercatat sebesar USD5,1 miliar. Pulihnya permintaan industri karet Tiongkok sepanjang 2017 mendongkrak ekspor karet alam Indonesia ke Tiongkok sampai dengan 134%. Selain itu, meningkatnya harga karet global sepanjang tahun 2017 juga menjadi penyebabnya. Amerika Serikat menjadi negara terbesar tujuan ekspor karet alam Indonesia dengan porsi 19,7%. • Namun di tahun 2018 ekspor karet alam Indonesia mengalami penurunan. Tercatat di periode Januari-November 2018 nilai ekspor karet alam Indonesia sebesar USD3,7 miliar atau turun 22,5% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Jika dilihat dari posisi September 2019, penurunan permintaan dari Tiongkok sangat signifikan sampai dengan -53,6%, hal ini diakibatkan oleh imbas perang dagang Amerika Serikat dengan Tiongkok yang berimbas pula pada kinerja produksi ban karet Tiongkok dan menyebabkan harga karet global melemah. Di sisi pasokan, dilaporkan produksi karet alam Indonesia menurun dikisaran 7-10% akibat dari 2 faktor yaitu rendahnya harga jual produksi petani, dan wabah jamur akar putih (Rigidoporus microporus) yang melanda pohon karet. Sepanjang 2018. Nilai Ekspor Karet alam Indonesia (2011-2017) 11.766 4.000 2.000 0 Belgia 1,8% Lainnya 21,3% Jerman 2,5% Kanada 3,0% Turki 3,0% Korea Selatan 6,4% Amerika Serikat 19,7% Jepang 15,5% Tiongkok India 15,0% 8,7% 5.105 2.600 -20% 1.000 2.550 -40% 0 -20,9% -20,8% Kanada -9,1% Brazil Korea Selatan Volume Ekspor Karet alam Indonesia Perancis -18,8% Turki 2.617 Pertumbuhan permintaan Ekspor karet alam Indonesia Posisi September 2018 (%Yoy, Volume ) Pertumbuhan permintaan Ekspor karet alam Indonesia Posisi September 2018 (%Yoy, value) Jerman -5,5% 2.500 Ekspor Karet alam Indonesia Perancis 2.769 2.700 2.650 2017 Jan-Nov 2017 2.750 3.701 2.000 0% -22,0% -31,3% 2011 -33,2% 2012 2013 2014 2015 2016 -22,5% 3.000 20% -8,9% -12,1% Negara Tujuan Ekspor Karet alam Indonesia 2017 Brazil 3,2% 3.372 6.000 4.778 4.000 40% 51,4% 3.701 8.000 4.745 60,5% Juta kg 2.800 Jan-Nov 2017 5.000 60% 6.911 12.000 80% 7.865 14.000 10.000 Juta USD 6.000 Nilai Ekspor Karet Alam Indonesia Juta USD 0,2% Jerman -2,7% Kanada -0,7% Turki -15,8% 15,0% Brazil -20,6% Korea Selatan Tiongkok -53,6% 1,9% -1,5% Tiongkok-42,1% India 2,4% India 25,5% Jepang -16,1% Jepang 3,7% Amerika Serikat -16,6% Amerika Serikat 3,3% Dunia Dunia -22,4% -60% -40% -20% 0% 20% -4,0% -60%-40%-20% 0% 20% 40% 90 Sebagai produsen utama dunia, karet alam Indonesia memiliki daya saing yang tinggi • Daya saing karet alam Indonesia sangat baik dalam 5 tahun terakhir dan dapat bersaing di pasar global. Sekitar 85%dari produksi karet Indonesia diekspor ke luar negeri. • Produk yang juga memiliki daya saing cukup baik meski tidak setinggi karet alam adalah ban bertekanan baru dan aksesori pakaian dari karet. Ban bertekanan baru dan aksesori pakaian dari karet memiliki peluang untuk dikembangkan industrinya. Namun demikian, kebutuhan bahan baku impor dalam industri produk karet nasional cukup tiinggi sehingga membuat biaya produksi menjadi lebih tinggi. Jenis Produk Karet Alam Karet Sintetis Ban Bertekanan Baru Aksesori Pakaian dari Karet Barang Lain dari Karet No 1 2 3 1 2 3 16 1 2 3 14 1 2 3 6 1 2 3 32 Negara Thailand Indonesia Pantai Gading Korea Selatan Amerika Serikat Thailand Indonesia Tiongkok Jerman Jepang Indonesia Malaysia Thailand Tiongkok Indonesia Jerman Amerika Serikat Tiongkok Indonesia Rata-Rata RSCA 0.93 0.94 0.97 0.60 0.20 0.35 -0.28 0.19 -0.03 0.31 0.38 0.95 0.84 -0.22 0.58 0.30 0.10 -0.15 -0.32 2013 2014 2015 2016 2017 0.93 0.93 0.96 0.63 0.26 -0.13 -0.55 0.23 0.00 0.38 0.33 0.95 0.86 -0.19 0.55 0.32 0.09 -0.05 -0.32 0.94 0.94 0.96 0.63 0.27 0.08 -0.49 0.23 -0.02 0.36 0.35 0.95 0.86 -0.20 0.58 0.31 0.10 -0.14 -0.33 0.93 0.94 0.96 0.59 0.23 0.4 -0.46 0.16 -0.04 0.32 0.40 0.95 0.84 -0.26 0.61 0.29 0.11 -0.17 -0.33 0.93 0.94 0.97 0.57 0.17 0.65 -0.23 0.17 -0.04 0.26 0.43 0.95 0.83 -0.23 0.60 0.28 0.09 -0.19 -0.30 0.93 0.94 0.98 0.56 0.09 0.76 0.33 0.19 -0.02 0.24 0.37 0.95 0.83 -0.21 0.57 0.30 0.10 -0.19 -0.33 91 Harga karet alam global mendapatkan tekanan karena tingginya pasokan dan penurunan permintaan di Tiongkok • Secara umum, ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga karet dunia, yaitu: o Supply & demand di pasar karet internasional o Produksi, konsumsi serta regulasi Tiongkok mengenai komoditas karet mengingat Tiongkok merupakan konsumen karet terbesar dunia, sehingga akan sangat berpengaruh terhadap harga. o Harga karet di pasar berjangka internasional o Produksi & penggunaan karet sintesis, dalam pembuatan berbagai produk, Karet Alami dan Karet Sintetis merupakan substitusi, sehingga apabila penggunaan Karet Sintetis meningkat, maka akan mengurangi permintaan atas Karet Alami. Di sisi lain, harga Karet Sintetis dipengaruhi pula oleh harga minyak yang menjadi bahan baku asalnya, dan harga Karet Sintetis ini dapat pula mempengaruhi harga Karet Alami. o Perkembangan industri pengolahan karet, misalnya ban dan otomotif Perkembangan Harga Karet Alam, Sintetis, dan Minyak Mentah Dunia 300 7 US PPI Synthetic Rubber Index Crude oil, average ($/bbl) Rubber, SGP/MYS ($/kg) (Skala kanan) 6 250 5 200 4 150 3 100 2 Jul-18 Oct-18 Jan-18 Apr-18 Jul-17 Oct-17 Jan-17 Apr-17 Jul-16 Oct-16 Jan-16 Apr-16 Jul-15 Oct-15 Jan-15 Apr-15 Jul-14 Oct-14 Jan-14 Apr-14 Jul-13 Oct-13 Jan-13 Apr-13 Jul-12 Oct-12 Jan-12 Apr-12 Jul-11 0 Oct-11 0 Jan-11 1 Apr-11 50 • Harga karet internasional telah mengalami tekanan mulai dari 2011 ketika aktivitas ekonomi global lemah (yang berdampak negatif pada industri otomotif) serta melimpahnya pasokan karet alam. Selain itu, harga minyak mentah yang rendah membuat karet sintetis sangat kompetitif, sehingga harga karet alam turun secara signifikan antara awal 2011 dan akhir 2017. Sementara itu, kemajuan dalam pengembangan ban berbasis bio juga menjadi ancaman bagi industri karet. • Adapun kesepakatan yang dibuat oleh Thailand, Indonesia, dan Malaysia pada akhir Desember 2017 dalam rangka mengurangi ekspor sebesar 350.000 metrik ton telah berakhir pada 31 Maret 2018 lalu. Hal tersebut kembali memicu kekhawatiran akan banyaknya pasokan dari negara-negara tersebut yang secara bersamaan dapat menyumbang sekitar 70% dari produksi global, sehingga akan menekan pasar terutama karena semakin melemahnya permintaan dan adanya perang dagang antara Amerika Serikat – Tiongkok. • Perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat – Tiongkok dinilai mempengaruhi para produsen ban di Tiongkok, terutama saat Amerika Serikat mengumumkan daftar produk-produk Tiongkok yang terkena tarif, salah satunya ban karet pneumatic dan non-radial yang digunakan untuk pesawat terbang. • Selain itu, Thailand turut berupaya untuk menaikkan harga karet dengan mendorong konsumsi dalam negeri. Menurut pihak otoritas Thailand, diharapkan pengiriman dari eksportir terbesar di dunia dapat mengalami penurunan hingga 6% apabila permintaan domestik meningkat, meskipun produksi karet tetap menglami peningkatan sekitar 8,4% atau menjadi 4,8 juta ton. Sumber : Trademap.org, ceic 92 Ekspor karet dan produk karet Indonesia di tahun 2019 diprediksi kembali tumbuh positif • Ekspor karet & produk karet Indonesia tumbuh melambat tahun 2018, yaitu • -17,6% akibat dari turunnya permintaan dari Tiongkok. Amerika Serikat menaikkan tarif untuk produk karet khususnya ban dari Tiongkok yang akan masuk ke negaranya, sehingga ekspor ban karet Tiongkok ke Amerika Serikat turun, dan berimbas pada penurunan impor karet mentah (karet alam & karet sintetis) dari dunia termasuk Indonesia. Selain itu, penurunan ekspor karet ini dikarenakan produksi karet lokal yang berkurang. • Sekitar 70% ekspor karet Indonesia adalah karet alam dan karet sintesis, maka dari itu permintaan akan karet alam dan karet sintesis dunia sangat berpengaruh terhadap ekspor karet Indonesia. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, dan Uni Eropa merupakan pasar potensial untuk ekspor karet alam & karet sintesis Indonesia, dikarenakan di ketiga negara tersebut industri otomotifnya nya sangat maju dan besar seperti pembuatan ban kendaraan, atau komponen kendaraan yang memerlukan karet alam atau karet sintesis sebagai bahan baku produksi. • Industri hilir karet Indonesia masih belum banyak dikembangkan. Saat ini, negara ini tergantung pada impor produk-produk karet olahan karena kurangnya fasilitas pengolahan-pengolahan domestik dan kurangnya industri manufaktur yang berkembang baik. Rendahnya konsumsi karet domestik menjadi penyebab mengapa Indonesia mengekspor sekitar 85% dari hasil produksi karetnya. • Namun di 2019, ekspor karet Indonesia diperkirakan akan kembali tumbuh, komoditi karet yang terkena imbas perang dagang Tiongkok dengan Amerika Serikat menjadi peluang untuk meningkatkan ekspor produk karet Indonesia ke Amerika Serikat yang semula diambil porsinya oleh Tiongkok. Amerika Serikat masih membutuhkan pasokan karet untuk kebutuhan industri otomotif mereka demikian pula dengan Jepang. Produksi kendaraan Amerika Serikat dan Jepang diproyeksikan masing-masing tumbuh 1,8% & 1,7% di tahun 2019. • Efek dari perang dagang antar kedua negara tersebut akan membuat ban-ban Tiongkok yang masuk Amerika Serikat dikenai tarif mahal. Hal tersebut bakal menyebabkan produktivitas pabrik Tiongkok turun. Kemudian kondisi ini akan diperparah dengan Tiongkok meningkatkan tarif impor karet sintetis dari Amerika Serikat Proyeksi Ekspor Karet & Produk Karet Indonesia 10,7% -17,6% 2,0% 3.000 5,8% 10,5%0,0% -25,4% 2018 6,00% 3.200 2.800 -50,0% 2019P 1,9% 1,9% 4,00% 2,00% -0,3% -2,6% 2012 2013 2014 2015 2016 3.541 -10,3% -24,4% -16,7% -4,2% -7,5% -12,0% -21,8% -31,0% 2013 2014 2015 2016 2017 8,00% 3.475 2,6% 12,00% 10,00% 6,3% 3.208 -7,3% Growth 7,5% 3.400 50,0% Produksi karet Indonesia 3.145 - -6,3% 10,1% 3.153 -4,3% 3.600 3.237 5.000 60,5%36,7% 2,2% -3,0% 100,0% 3.012 Juta USD 10.000 Ribu ton 3.409 Nilai Ekspor Karet Indonesia Growth Total Growth Karet Alam Indonesia Growth Karet Manufaktur Indonesia 2.600 0,00% -2,00% -4,00% 2017 P2018 P2019 Proyeksi Negara Tujuan Ekspor Karet & Produk Karet Indonesia Juta Unit Nilai Ekspor Karet & Produk Karet Indonesia Amerika Serikat Tiongkok 20.000 14.352 10.475 9.394 7.100 5.914 5.663 7.743 6.416 7.920 2014 2015 2016 2017 P2018 P2019 0 2011 2012 2013 Sumber : Oxford Economics Dioalah 150% 120% 20,00 90% 60% 30% 0% -30% -60% - Produksi Kendaraan Amerika Serikat Produksi Kendaraan Jepang 20% 15,5 15,1 15,1 14,8 14,6 4,2% 2,4% 10,6 1,0% 10,6 10,3 10,1 1,8% -5,5% 5,2% 10,7 0% -0,7% 1,7% -2,0% -7,3% -20% 2015 2016 2017 2018 2019 93 Outlook ekspor karet P2018 Tiongkok Amerika Serikat Tiongkok Jepang India Korea Selatan Brazil 2016 -0,95% 4,24% -5,54% 5,57% -9,34% -5,65% Jepang 2017 12,17% 135,39% 33,19% 41,83% 40,11% 37,39% P2018 -9,22% 33,20% 17,29% -31,53% -16,76% -0,80% India Korea Selatan 212 190 191 139 316 293 352 251 363 315 324 Amerika Serikat P2019 1.270 1.148 2017 459 735 525 979 2016 1.832 1.645 1.235 1.695 1.549 1.706 1.521 Proyeksi Demand • Setelah anjlok di tahun 2018, proyeksi ekspor produk karet ke AS di tahun 2019 diprediksi meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan ekspor produk-produk karet untuk konstruksi dan untuk industri otomotif. • Namun sebaliknya, ekspor ke Tiongkok yang sebelumnya masih tumbuh positif di 2019 diprediksi akan tumbuh melambat. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah (i) terpukulnya industri ban mobil Tiongkok akibat perang perdagangan dengan AS sehingga mempengaruhi permintaan bahan baku karet, dan (ii) mata uang yang terdevaluasi membuat bahan baku impor lebih mahal bagi produsen ban. Tiongkok adalah salah satu pemain yang dominan yang menyumbang 40% dari konsumsi karet alam global. Brazil P2019 9,41% 11,39% 10,65% 15,25% 7,80% 11,67% • Proyeksi demand dari India, Korea Selatan dan Brazil diprediksi meningkat di 2019 seiring dengan meingkatnya kebutuhan akan karet alam di ketiga negara tersebut. India mengalami pengurangan produksi 15% karet alam mereka di 2018 karena peristiwa banjir yang melanda perkebunan karet di Kerala India (penghasil karet terbesar di India) pada pertengahan 2018, dengan kendala produksi tersebut impor karet alam India akan meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan dan konsumi industri ban India. Sedangkan untuk Korea Selatan dan Brazil peningkatan impor karet seiring dengan meningkatnya kebutuhan karet untuk produksi ban dan otomotif. Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah 94 Outlook ekspor karet (2) Proyeksi Supply Pasokan karet alam dunia diprediksi naik tipis pada tahun 2019 sejalan dengan booming penanaman karet kembali pada tahun 2011, ketika karet global mengalami kenaikan harga. Namun demikian, produksi berpotensi menurun di 2020 sampai dengan 2022 karena negara-negara produsen utama telah mengurangi kegiatan penanaman kembali. Jika semakin banyak petani memilih untuk menanam tanaman lain yang berproduksi lebih baik, pasokan karet alam tidak dapat mengejar permintaan global. Hal ini karena dibutuhkan sekitar enam tahun bagi pohon karet untuk tumbuh ke tahap di mana secara ekonomi layak untuk memanen getah. Juta ton Produksi karet alam Indonesia Growth 12,2% 4 4 14,0% 10,1% 12,0% 3 10,0% 7,5% 8,0% 3 6,0% 2 2,0% 3,2 2 1 2,7% 0,0% 3,2 3,6 3,7 3,8 2013 3,1 3,2 2012 4,0% 2,0% -0,3% -2,6% 3,0 1 2,8% 2015 2016 2017 P2018 P2019 0 -2,0% -4,0% 2014 Harga karet global di tahun 2019 diproyeksikan berada di kisaran USD1,66 kg (Rubber, SGP/MYS), naik dibandingkan posisi 2018 yang tercatat sebesar USD1,57 kg. Proyeksi Harga Crude oil, average ($/bbl) Rubber, SGP/MYS ($/kg) (Skala kanan) 20 1,00 0 0,00 2019 2,00 2018 40 2017 3,00 2016 60 2015 4,00 2014 80 2013 5,00 2012 100 2011 6,00 2010 120 Harga karet global diperkirakan masih akan mengalami tekananan dan kalaupun naik hanya naik tipis, tercermin dari peningkatan output karena kondisi cuaca yang sangat menguntungkan di Thailand dan Vietnam dan lemahnya permintaan dari Tiongkok, yang mengarah ke akumulasi stok yang luar biasa tinggi. Dampak perang dagang antara Tiongkok dengan Amerika Serikat dikhawatirkan akan kembali berimbas pada permintaan karet global 2019, bea masuk 10% oleh Amerika Serikat atas ban karet Tiongkok bersamaan dengan melambatnya impor ban oleh Uni Eropa semakin menekan permintaan, karena sekitar 2/3 karet alam digunakan untuk pembuatan ban. Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah 95 Outlook ekspor karet (3) Dengan perkembangan ini ekspor karet dan produk karet indonesia turun 17,6% yoy di 2018, kemudian meningkat menjadi 5,8% yoy di 2019. Kenaikan pertumbuhan ini selain karena faktor supply dan demand juga karena faktor low based effect di tahun 2018. 10.000 Nilai Ekspor Karet Indonesia Growth Total Growth Karet Alam Indonesia Growth Karet Manufaktur Indonesia 80,0% 9.000 60,0% 8.000 60,5% Juta USD 7.000 40,0% 36,7% 6.000 5.000 4.000 2,6% -4,3% -6,3% 3.000 2.000 1.000 -10,3% -12,0% -24,4% -7,3% -16,7% -3,0% 2013 -31,0% 2014 2015 10,7% 5,8% 20,0% 10,5% 0,0% -17,6% -4,2% -7,5% -20,0% -21,8% - 2,2% -25,4% 2016 2017 2018 -40,0% 2019P Upside Risk Downside Risk Upaya mendorong harga karet global berhasil, melalui: • Pengendalian harga kurang berhasil seperti yang terjadi pada kerangka Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) tahun lalu. Hasil evaluasi Kemendag bahwa ada kebocoran dan ketidakpatuhan di tingkat produsen di 3 negara dalam melaksanakan AETS. Sehingga pasokan karet semakin berlimpah. • Pengendalian volume ekspor karet oleh anggota International Tripartite Rubber Council (ITRC) • Indonesia akan menyuarakan pentingnya peremajaan perkebunan karet di negara anggota guna meningkatkan kualitas produksi. Pertama, produksi akan turun sementara waktu sehingga harga bisa naik. Kedua, kualitas karet akan naik karena tidak ada lagi produksi karet dari pohon yang tua (sumber: Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan) • Selain itu, harga minyak mentah yang rendah membuat karet sintetis sangat kompetitif, sehingga harga karet alam turun secara signifikan antara awal 2011 dan akhir 2017. Sementara itu, kemajuan dalam pengembangan ban berbasis bio juga menjadi ancaman bagi industri karet. • Meningkatnya penyerapan domestik. Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah 96 Lampiran : Ekspor dan Impor Karet Dunia Ekspor Karet Dunia berdasarkan Negara Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Eksportir Dunia Tiongkok Jerman Thailand Amerika Serikat Jepang Korea Selatan Indonesia Malaysia Perancis Polandia 2012 221.007 22.152 18.067 17.443 15.725 14.879 9.340 10.475 9.082 8.808 4.731 2013 207.652 23.130 18.294 16.960 14.789 13.440 8.320 9.394 8.286 8.323 5.285 Nilai (dalam Juta USD) 2014 2015 193.359 167.298 23.597 20.348 18.224 15.597 14.328 12.258 14.924 13.664 12.243 10.287 8.085 6.843 7.100 5.914 6.942 6.237 7.719 6.461 5.220 4.467 2016 162.540 18.729 15.807 12.152 12.584 9.802 6.881 5.663 5.761 6.007 4.560 2017 184.716 20.654 17.218 16.256 13.433 10.301 7.770 7.743 7.189 6.496 5.229 Porsi 2017 (%) 100,00% 11,18% 9,32% 8,80% 7,27% 5,58% 4,21% 4,19% 3,89% 3,52% 2,83% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 -6,88% -13,48% -2,84% 2,02% -13,77% -7,96% -0,38% -14,41% 1,34% -15,52% -14,44% -0,87% 0,91% -8,45% -7,90% -8,90% -15,98% -4,71% -2,83% -15,36% 0,55% -24,42% -16,71% -4,23% -16,22% -10,15% -7,64% -7,26% -16,29% -7,03% -1,22% -14,43% 2,08% 2013 -6,04% 4,41% 1,26% -2,77% -5,95% -9,67% -10,92% -10,32% -8,76% -5,51% 11,69% 2017 13,64% 10,28% 8,93% 33,77% 6,74% 5,09% 12,92% 36,72% 24,80% 8,13% 14,67% CAGR 2013-2017 -2,31% -2,24% -1,20% -0,84% -1,91% -5,18% -1,36% -3,79% -2,80% -4,84% -0,21% Ekspor Karet Dunia berdasarkan Produk Nilai (dalam Juta USD) Produk Total Produk Karet Karet Alam Karet Sintetis Karet Daur Ulang Karet Skrap Karet Campuran Bentuk Lain Karet Tidak Divulkanisasi Benang dan Tali Karet Karet Lembaran Divulkanisasi Pipa dan Selang Karet Ban atau Belting Pengangkut Ban Bertekanan Baru Ban Bertekanan Bekas Ban Dalam dari Karet Barang Farmasi dari Karet Aksesori Pakaian dari Karet Barang Lain dari Karet Karet Keras HS Code 40 4001 4002 4003 4004 4005 4006 4007 4008 4009 4010 4011 4012 4013 4014 4015 4016 4017 Pertumbuhan (% yoy) 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Porsi 2017 (%) 2013 2014 2015 2016 2017 CAGR 2013-2017 218,352 36,321 26,086 338 253 10,863 605 729 4,409 9,001 6,016 87,959 2,930 1,568 1,352 6,932 22,633 358 205,738 25,928 22,940 395 230 10,078 613 684 4,286 9,377 6,135 86,970 3,095 1,535 1,194 6,849 25,087 341 191,831 16,835 21,120 367 250 8,877 572 732 4,431 10,041 5,882 83,868 2,884 1,489 1,187 6,808 26,137 350 165,790 13,162 17,943 322 220 6,647 478 575 3,860 9,006 5,139 72,689 2,608 1,251 1,094 6,646 23,784 366 161,208 11,785 18,758 295 203 5,607 441 509 3,871 8,984 4,928 70,337 2,410 1,153 1,132 6,455 23,999 341 183,872 16,316 25,451 348 226 6,057 495 602 4,187 10,113 5,650 75,773 2,587 1,116 1,272 7,317 26,029 333 100.00% 8.87% 13.84% 0.19% 0.12% 3.29% 0.27% 0.33% 2.28% 5.50% 3.07% 41.21% 1.41% 0.61% 0.69% 3.98% 14.16% 0.18% -5.78% -28.61% -12.06% 16.97% -9.12% -7.23% 1.42% -6.12% -2.77% 4.17% 1.98% -1.12% 5.65% -2.09% -11.68% -1.19% 10.84% -4.82% -6.76% -35.07% -7.93% -6.99% 8.78% -11.92% -6.69% 7.07% 3.38% 7.08% -4.13% -3.57% -6.84% -2.97% -0.54% -0.61% 4.18% 2.73% -13.58% -21.82% -15.04% -12.40% -12.26% -25.13% -16.52% -21.47% -12.90% -10.31% -12.63% -13.33% -9.54% -15.99% -7.83% -2.38% -9.00% 4.47% -2.76% -10.46% 4.54% -8.21% -7.75% -15.64% -7.65% -11.54% 0.30% -0.25% -4.11% -3.24% -7.59% -7.82% 3.41% -2.87% 0.90% -6.75% 14.06% 38.44% 35.68% 17.90% 11.76% 8.02% 12.19% 18.22% 8.16% 12.57% 14.66% 7.73% 7.32% -3.23% 12.42% 13.36% 8.46% -2.42% -2.22% -8.85% 2.10% -2.49% -0.32% -9.68% -4.20% -2.54% -0.47% 1.52% -1.63% -2.72% -3.52% -6.17% 1.28% 1.33% 0.74% -0.47% Impor Karet Dunia berdasarkan Negara Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 25 Importir Dunia Amerika Serikat Tiongkok Jerman Perancis Meksiko Kanada Inggris Italia Jepang Belgia Indonesia 2012 217,833 29,862 20,652 17,268 8,293 6,320 7,394 5,891 5,319 6,383 5,212 2,624 2013 212,619 28,699 19,899 17,540 8,243 6,284 6,819 6,030 5,418 5,405 5,591 2,213 Nilai (dalam Juta USD) 2014 2015 2016 202,121 176,648 170,207 29,054 27,913 26,222 17,371 14,153 13,714 17,287 14,526 14,905 7,773 6,644 6,383 6,717 6,564 6,109 6,703 6,173 5,792 6,129 5,246 4,899 5,303 4,550 4,401 4,929 4,246 3,992 5,168 4,065 4,255 2,005 1,686 1,704 2017 192,689 27,942 18,754 16,131 7,089 6,862 6,238 5,451 5,017 4,669 4,665 1,954 Porsi 2017 (%) 100.00% 14.50% 9.73% 8.37% 3.68% 3.56% 3.24% 2.83% 2.60% 2.42% 2.42% 1.01% 2013 -2.39% -3.89% -3.65% 1.57% -0.61% -0.57% -7.79% 2.36% 1.87% -15.32% 7.27% -15.67% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 -4.94% -12.60% -3.65% 1.24% -3.93% -6.06% -12.70% -18.52% -3.10% -1.44% -15.97% 2.61% -5.70% -14.52% -3.93% 6.89% -2.28% -6.94% -1.70% -7.91% -6.17% 1.65% -14.42% -6.61% -2.12% -14.20% -3.27% -8.80% -13.87% -5.97% -7.58% -21.34% 4.67% -9.38% -15.95% 1.07% 2017 13.21% 6.56% 36.75% 8.23% 11.06% 12.33% 7.69% 11.26% 13.99% 16.95% 9.64% 14.72% CAGR 2013-2017 -1.95% -0.53% -1.18% -1.66% -2.97% 1.77% -1.77% -2.00% -1.53% -2.89% -3.56% -2.45% Impor Karet Dunia berdasarkan Produk Produk Total Produk Karet Karet Alam Karet Sintetis Karet Daur Ulang Karet Skrap Karet Campuran Bentuk Lain Karet Tidak Divulkanisasi Benang dan Tali Karet Karet Lembaran Divulkanisasi Pipa dan Selang Karet Ban atau Belting Pengangkut Ban Bertekanan Baru Ban Bertekanan Bekas Ban Dalam dari Karet Barang Farmasi dari Karet Aksesori Pakaian dari Karet Barang Lain dari Karet Karet Keras HS Code 40 4001 4002 4003 4004 4005 4006 4007 4008 4009 4010 4011 4012 4013 4014 4015 4016 4017 2012 217,229 28,146 29,503 309 247 10,623 597 555 4,089 10,093 6,665 88,150 2,821 1,209 1,320 7,211 25,395 296 2013 211,705 24,939 25,546 320 264 10,333 518 507 3,949 10,478 6,611 87,954 3,098 1,174 1,345 7,182 27,202 285 Nilai (dalam Juta USD) 2014 2015 201,090 175,806 18,420 14,326 23,812 20,145 324 285 273 229 9,012 6,685 510 438 484 491 4,007 3,517 11,018 9,750 6,355 5,891 85,328 75,227 2,952 2,657 1,162 1,050 1,466 1,413 7,156 7,149 28,529 26,304 282 248 2016 169,100 12,663 20,836 273 212 5,321 418 462 3,501 9,622 5,350 71,925 2,446 951 1,278 6,854 26,753 234 2017 191,615 17,459 27,905 330 237 5,798 416 574 3,702 10,701 5,870 77,272 2,488 994 1,290 7,672 28,669 240 Porsi 2017 (%) 100.00% 9.11% 14.56% 0.17% 0.12% 3.03% 0.22% 0.30% 1.93% 5.58% 3.06% 40.33% 1.30% 0.52% 0.67% 4.00% 14.96% 0.13% 2013 -2.54% -11.39% -13.41% 3.66% 6.88% -2.73% -13.24% -8.61% -3.42% 3.81% -0.82% -0.22% 9.80% -2.89% 1.92% -0.40% 7.12% -3.74% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 -5.01% -12.57% -3.81% -26.14% -22.23% -11.61% -6.79% -15.40% 3.43% 1.17% -12.00% -4.34% 3.46% -16.22% -7.38% -12.78% -25.82% -20.40% -1.59% -14.09% -4.49% -4.65% 1.60% -5.93% 1.46% -12.22% -0.48% 5.15% -11.51% -1.31% -3.86% -7.30% -9.19% -2.99% -11.84% -4.39% -4.71% -9.98% -7.94% -1.03% -9.64% -9.49% 8.97% -3.63% -9.50% -0.36% -0.10% -4.13% 4.88% -7.80% 1.71% -0.91% -11.94% -5.65% 2017 13.31% 37.87% 33.93% 20.98% 11.73% 8.96% -0.59% 24.23% 5.74% 11.22% 9.71% 7.43% 1.71% 4.62% 0.89% 11.93% 7.16% 2.47% CAGR 2013-2017 -1.97% -6.88% 1.78% 0.60% -2.15% -10.91% -4.30% 2.51% -1.29% 0.42% -2.35% -2.56% -4.29% -3.27% -0.84% 1.33% 1.06% -3.34% 97 Lampiran : Ekspor dan Impor Karet Indonesa Ekspor Karet Indonesia berdasarkan Negara Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Importir Dunia Amerika Serikat Tiongkok Jepang India Korea Selatan Jerman Brazil Kanada Turki Malaysia 2012 10,475 2,420 1,736 1,512 363 477 300 250 265 184 131 2013 9,394 2,185 1,551 1,337 386 400 286 264 205 199 128 Nilai (dalam Juta USD) 2014 2015 7,100 5,914 1,692 1,654 803 507 963 794 389 310 306 279 248 195 220 148 162 132 153 121 94 88 2016 5,663 1,637 530 752 326 253 177 140 117 106 86 2017 7,743 1,837 1,244 998 461 354 201 192 173 165 151 Porsi 2017 (%) 100.00% 23.72% 16.06% 12.88% 5.96% 4.57% 2.59% 2.48% 2.24% 2.13% 1.95% 2013 -10.32% -9.73% -10.66% -11.60% 6.51% -16.07% -4.88% 5.79% -22.67% 8.08% -2.53% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 -24.42% -16.71% -4.23% -22.57% -2.25% -0.98% -48.22% -36.84% 4.54% -27.94% -17.63% -5.23% 0.84% -20.51% 5.34% -23.67% -8.80% -9.32% -13.06% -21.34% -9.27% -16.70% -32.64% -5.58% -21.05% -18.48% -11.34% -23.12% -20.62% -12.69% -26.20% -6.91% -1.74% 2017 36.72% 12.18% 134.54% 32.67% 41.50% 40.15% 13.19% 37.13% 48.06% 55.51% 75.06% CAGR 2013-2017 -3.79% -3.41% -4.32% -5.69% 3.62% -2.42% -6.82% -6.19% -3.31% -3.69% 3.40% Ekspor Karet Indonesia berdasarkan Produk Produk Total Produk Karet Karet Alam Karet Sintetis Karet Daur Ulang Karet Skrap Karet Campuran Bentuk Lain Karet Tidak Divulkanisasi Benang dan Tali Karet Karet Lembaran Divulkanisasi Pipa dan Selang Karet Ban atau Belting Pengangkut Ban Bertekanan Baru Ban Bertekanan Bekas Ban Dalam dari Karet Barang Farmasi dari Karet Aksesori Pakaian dari Karet Barang Lain dari Karet Karet Keras HS Code 40 4001 4002 4003 4004 4005 4006 4007 4008 4009 4010 4011 4012 4013 4014 4015 4016 4017 2012 10,475 7,865 62 7.2 2.5 266 0.07 12 16 24 73 1,704 4 45 4 261 130 0.17 2013 9,394 6,911 65 7.3 3.6 234 0.17 10 16 18 69 1,652 12 42 3 227 124 0.18 Nilai (dalam Juta USD) 2014 2015 7,100 5,914 4,745 3,701 67 61 6.5 5.6 1.5 0.7 123 71 0.28 0.06 7 9 12 8 22 16 70 67 1,628 1,547 16 34 42 31 3 4 237 249 121 109 0.24 0.23 2016 5,663 3,372 108 4.9 1.3 69 0.19 5 8 29 66 1,605 15 25 5 233 116 0.25 2017 7,743 5,105 485 5.7 0.9 48 0.09 6 8 21 67 1,572 16 18 7 260 124 0.15 Porsi 2017 (%) 2013 100.00% -10.32% 65.93% -12.13% 6.26% 5.23% 0.07% 2.03% 0.01% 43.21% 0.62% -12.12% 0.00% 142.03% 0.07% -18.64% 0.11% -0.77% 0.27% -24.04% 0.86% -5.40% 20.30% -3.04% 0.20% 206.00% 0.23% -7.25% 0.09% -14.16% 3.36% -12.99% 1.61% -4.37% 0.00% 9.09% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 -24.42% -16.71% -4.23% -31.34% -21.99% -8.89% 3.08% -8.55% 76.60% -12.04% -13.06% -13.41% -56.50% -51.84% 68.72% -47.51% -42.44% -2.26% 67.07% -79.21% 227.59% -33.16% 36.76% -40.96% -26.03% -31.88% -0.32% 22.66% -26.13% 75.45% 1.18% -4.95% -0.16% -1.49% -4.97% 3.76% 35.14% 112.57% -54.35% 0.12% -26.65% -17.72% -5.71% 31.98% 15.62% 4.28% 5.26% -6.65% -2.22% -10.13% 6.56% 35.56% -6.56% 10.96% CAGR 2017 2013-2017 36.72% -3.79% 51.39% -5.88% 350.09% 49.60% 16.39% -5.08% -25.46% -23.41% -30.43% -27.13% -51.05% -11.05% 4.00% -10.91% 3.60% -12.25% -28.53% 2.59% 0.20% -0.77% -2.04% -0.99% 0.72% 5.72% -29.65% -15.73% 45.65% 15.95% 11.82% 2.76% 7.27% 0.09% -42.69% -4.23% Impor Karet Indonesia berdasarkan Negara Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Eksportir Dunia Jepang Korea Selatan Tiongkok Thailand Malaysia Singapura Amerika Serikat Taiwan India Jerman 2012 2,624 815 439 239 194 101 143 128 84 37 64 2013 2,213 684 348 256 206 93 122 92 58 38 34 Nilai (dalam Juta USD) 2014 2015 2,005 1,686 621 470 305 239 219 214 206 172 97 94 112 100 90 79 49 48 35 29 38 40 2016 1,704 438 265 242 167 88 111 72 46 52 41 2017 1,954 512 357 255 192 121 94 63 54 52 42 Porsi 2017 (%) 100.00% 26.19% 18.27% 13.04% 9.80% 6.18% 4.82% 3.21% 2.78% 2.66% 2.15% 2013 -15.67% -16.05% -20.83% 7.29% 6.64% -8.10% -14.87% -28.40% -30.33% 3.50% -46.26% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 -9.38% -15.95% 1.07% -9.23% -24.29% -6.81% -12.31% -21.60% 10.94% -14.44% -2.16% 12.96% -0.15% -16.81% -2.55% 3.94% -3.49% -6.22% -7.97% -11.03% 11.00% -2.28% -11.96% -9.50% -16.32% -1.29% -4.97% -8.21% -18.09% 83.03% 11.50% 5.39% 2.31% CAGR 2017 2013-2017 14.72% -2.45% 16.82% -5.64% 34.68% 0.54% 5.31% -0.09% 14.64% -1.48% 37.74% 5.32% -14.91% -5.01% -12.35% -7.36% 18.79% -1.39% -0.96% 6.39% 1.54% 4.07% Impor Karet Indonesia berdasarkan Produk Produk Total Produk Karet Karet Alam Karet Sintetis Karet Daur Ulang Karet Skrap Karet Campuran Bentuk Lain Karet Tidak Divulkanisasi Benang dan Tali Karet Karet Lembaran Divulkanisasi Pipa dan Selang Karet Ban atau Belting Pengangkut Ban Bertekanan Baru Ban Bertekanan Bekas Ban Dalam dari Karet Barang Farmasi dari Karet Aksesori Pakaian dari Karet Barang Lain dari Karet Karet Keras HS Code 40 4001 4002 4003 4004 4005 4006 4007 4008 4009 4010 4011 4012 4013 4014 4015 4016 4017 2012 2,624 71 911 9 5 57 16 21 36 204 122 734 15 11 22 21 365 6 2013 2,213 52 738 12 6 55 13 23 35 174 82 591 13 11 23 22 357 5 Nilai (dalam Juta USD) 2014 2015 2,005 1,686 49 41 670 560 13 13 5 3 44 36 6 5 18 16 36 33 167 124 95 84 513 432 13 12 10 11 20 18 21 27 317 264 8 6 2016 1,704 33 573 9 2 36 5 18 32 114 78 447 15 15 22 27 270 8 2017 1,954 41 729 10 5 35 3 21 29 133 76 507 16 11 21 31 281 6 Porsi 2017 (%) 100.00% 2.08% 37.32% 0.52% 0.24% 1.80% 0.15% 1.08% 1.47% 6.80% 3.89% 25.92% 0.84% 0.57% 1.08% 1.57% 14.35% 0.30% 2013 -15.67% -26.10% -18.92% 38.58% 8.42% -2.75% -19.84% 10.83% -4.03% -14.80% -32.40% -19.50% -12.31% -2.59% 7.28% 7.15% -2.15% -13.75% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 -9.38% -15.95% 1.07% -6.68% -14.98% -20.16% -9.27% -16.48% 2.36% 8.95% -4.86% -27.69% -23.05% -25.02% -42.49% -20.33% -19.58% 1.43% -52.66% -17.98% -10.94% -19.03% -11.00% 9.23% 4.82% -9.05% -2.21% -3.82% -25.87% -7.81% 15.39% -11.24% -7.11% -13.15% -15.70% 3.30% -2.50% -8.35% 34.10% -6.54% 14.33% 33.75% -14.74% -10.68% 20.16% -8.09% 30.87% -1.17% -11.12% -16.67% 2.28% 58.93% -29.38% 31.86% 2017 14.72% 23.07% 27.34% 11.06% 140.71% -2.55% -34.14% 17.68% -11.09% 16.24% -2.77% 13.41% 6.62% -25.59% -1.63% 15.02% 3.78% -22.23% CAGR 2013-2017 -2.45% -4.86% -0.25% -3.60% -4.39% -8.73% -25.61% -1.52% -3.68% -5.24% -1.55% -3.02% 5.02% 1.24% -2.08% 6.46% -4.70% 2.85% 98 Lampiran : Daya Saing Produk Karet Indonesa Jenis Produk Karet Alam Karet Sintetis Karet Daur Ulang Karet Skrap Karet Campuran Bentuk Lain Karet Tidak Divulkanisasi Benang dan Tali Karet Karet Lembaran Divulkanisasi Pipa dan Selang Karet Ban atau Belting Pengangkut Ban Bertekanan Baru Ban Bertekanan Bekas Ban Dalam dari Karet Barang Farmasi dari Karet Aksesori Pakaian dari Karet Barang Lain dari Karet Karet Keras 1 2 3 1 2 3 16 1 2 3 12 1 2 3 31 1 2 3 22 1 2 3 49 1 2 3 8 1 2 3 41 1 2 3 40 1 2 3 21 Thailand Indonesia Pantai Gading Korea Selatan Amerika Serikat Thailand Indonesia Tiongkok India Kanada Indonesia Inggris Amerika Serikat Kanada Indonesia Jerman Amerika Serikat Italia Indonesia Amerika Serikat Perancis Italia Indonesia Thailand Malaysia Tiongkok Indonesia Jerman Amerika Serikat Tiongkok Indonesia Jerman Amerika Serikat Tiongkok Indonesia Jerman Tiongkok Amerika Serikat Indonesia Rata-Rata RSCA 0.93 0.94 0.97 0.60 0.20 0.35 -0.28 0.39 0.86 0.48 0.30 0.42 0.19 0.54 -0.19 0.29 0.10 0.42 0.15 0.38 0.75 0.59 -0.94 0.94 0.90 0.20 0.11 0.50 -0.01 -0.33 -0.58 0.30 0.11 -0.18 -0.61 0.26 0.06 -0.07 0.14 1 2 3 14 1 2 3 25 1 2 3 9 1 2 3 25 1 2 3 6 1 2 3 32 1 2 3 48 Tiongkok Jerman Jepang Indonesia Sri Lanka Jerman Belanda Indonesia Tiongkok Korea Selatan Thailand Indonesia Thailand Tiongkok Hongkong Indonesia Malaysia Thailand Tiongkok Indonesia Jerman Amerika Serikat Tiongkok Indonesia Taiwan Italia Tiongkok Indonesia 0.19 -0.03 0.31 0.38 0.99 0.11 0.26 -0.17 0.54 0.64 0.71 0.42 0.82 -0.01 0.18 -0.44 0.95 0.84 -0.22 0.58 0.30 0.10 -0.15 -0.32 0.87 0.71 0.11 -0.88 No Negara 2013 2014 2015 2016 2017 0.93 0.93 0.96 0.63 0.26 -0.13 -0.55 0.33 0.89 0.43 0.32 0.04 0.27 0.52 0.24 0.24 -0.05 0.31 0.41 0.31 0.76 0.61 -0.94 0.90 0.91 0.14 0.21 0.50 0.00 -0.27 -0.44 0.35 0.13 -0.15 -0.67 0.22 0.07 -0.10 0.08 0.94 0.94 0.96 0.63 0.27 0.08 -0.49 0.44 0.86 0.37 0.31 0.39 0.26 0.49 -0.19 0.26 0.02 0.35 0.20 0.35 0.77 0.59 -0.90 0.94 0.80 0.46 0.00 0.51 0.01 -0.32 -0.55 0.31 0.13 -0.15 -0.61 0.24 0.10 -0.08 0.13 0.93 0.94 0.96 0.59 0.23 0.4 -0.46 0.40 0.86 0.47 0.31 0.46 0.07 0.58 -0.45 0.28 0.10 0.44 0.08 0.40 0.77 0.58 -0.97 0.94 0.90 0.27 0.28 0.49 0.01 -0.35 -0.62 0.29 0.13 -0.19 -0.67 0.23 0.05 -0.04 0.18 0.93 0.94 0.97 0.57 0.17 0.65 -0.23 0.42 0.86 0.52 0.29 0.48 0.17 0.57 -0.16 0.34 0.20 0.50 0.16 0.40 0.75 0.57 -0.91 0.94 0.91 0.15 0.09 0.49 -0.32 -0.38 -0.62 0.27 0.08 -0.20 -0.47 0.25 0.02 -0.06 0.20 0.93 0.94 0.98 0.56 0.09 0.76 0.33 0.38 0.83 0.61 0.28 0.72 0.19 0.55 -0.39 0.35 0.22 0.50 -0.09 0.40 0.72 0.58 -0.96 0.95 0.91 0.00 -0.01 0.49 -0.03 -0.32 -0.66 0.28 0.08 -0.19 -0.65 0.35 0.05 -0.07 0.11 0.23 0.00 0.38 0.33 0.99 0.10 0.32 -0.43 0.56 0.68 0.70 0.48 0.82 -0.02 -0.05 -0.56 0.95 0.86 -0.19 0.55 0.32 0.09 -0.05 -0.32 0.89 0.71 0.02 -0.90 0.23 -0.02 0.36 0.35 0.99 0.11 0.22 -0.25 0.54 0.66 0.71 0.50 0.82 0.09 0.04 -0.57 0.95 0.86 -0.20 0.58 0.31 0.10 -0.14 -0.33 0.87 0.73 0.19 -0.86 0.16 -0.04 0.32 0.40 0.99 0.08 0.27 0.18 0.51 0.62 0.71 0.46 0.83 -0.04 0.07 -0.43 0.95 0.84 -0.26 0.61 0.29 0.11 -0.17 -0.33 0.85 0.68 0.32 -0.87 0.17 -0.04 0.26 0.43 0.99 0.12 0.20 -0.16 0.52 0.62 0.70 0.42 0.81 -0.04 0.33 -0.38 0.95 0.83 -0.23 0.60 0.28 0.09 -0.19 -0.30 0.85 0.70 0.11 -0.85 0.19 -0.02 0.24 0.37 0.99 0.16 0.30 -0.19 0.55 0.60 0.72 0.26 0.82 -0.03 0.53 -0.28 0.95 0.83 -0.21 0.57 0.30 0.10 -0.19 -0.33 0.87 0.75 -0.09 -0.95 99 Lampiran : Sejarah Karet Karet dapat dibagi ke dalam dua kategori Karet Alam Terbuat dari getah pohon karet Karet Sintetis Terbuat dari minyak bumi Untuk karet sintetis, terdapat beberapa grade yang akan menentukan hasil akhir dari produk karet tersebut berdasarkan bahan kimia campuran yang digunakan dalam proses produksi hingga akhirnya menjadikan karet tersebut bertekstur lunak seperti spons, keras seperti bola bowling, hingga kuat seperti karet gelang. Karet sintetis banyak ditemukan dalam beberapa barang sehari-hari karena dengan mencampurkannya dengan bahan kimia tertentu, karet dapat dibuat dalam bentuk dan elastisitas yang beragam. Sejarah Karet Abad 11 Tahun 1493 Abad 17 Pada abad ke-11, karet untuk pertama kalinya ditemukan di kawasan Amerika Selatan yang dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan bola untuk berbagai permainan di kawasan tersebut. Pada tahun 1493, saat penjelajah Columbus kembali ke kawasan Amerika. Ia mendapati penduduk lokal memainkan bola yang diketahui berasal dari getah pohon karet. Saat itu, penduduk lokal memberitahu para pendatang dari Kawasan Eropa - Spanyol akan manfaat karet. Akan tetapi, tidak membawa dampak berarti di Kawasan Eropa. Pada pertengahan abad ke-17, Perancis baru menyadari potensi karet yang besar. Selama bertahun-tahun negara tersebut berusaha mengembangkan metode yang efektif untuk memproduksi karet, hingga akhirnya metode pengembangan karet dari Perancis turut diadopsi oleh negara-negara lain. Besarnya potensi karet pun akhirnya menyebar ke seluruh dunia, berbagai kawasan mengamankan pasokan karet mereka hingga membuka perkebunan karet baru di kawasan kolonial masing-masing. Melalui cara tersebut, karet mulai menyebar ke kawasan Afrika dan Asia. Bahkan selama revolusi industri berlangsung, mesin pengolahan untuk memproduksi karet berhasil diciptakan. Sumber : Agiboo – Commodity Knowledge Centre 100 Lampiran : Produksi Karet Produksi Karet Alami Karet alami biasanya dihasilkan dari tanaman jenis Havea Brasiliensis yang tumbuh di daerah tropis. Pohon tersebut bernilai ekonomis setelah 7 tahun dan akan bertahan sekitar 10 hingga 25 tahun, tergantung cara perawatannya. Terdapat beberapa tahapan dalam produksi karet alam: • Tapping Getah dikumpulkan dari pohon karet dengan cara memotong kulit pohon secara melingkar seperti bentuk spiral, kemudian letakkan wadah untuk menampung getah yang keluar. Tahap tersebut dilakukan pagi atau malam hari ketika suhu masih rendah. • Processing Getah yang telah dikumpulkan kemudian dihilangkan zat airnya, hingga mengental. Setelah itu, dicetak menggunakan mesin cetakan rol dan dibiarkan kering sekitar satu minggu agar siap untuk dijual. Produksi Karet Sintetis Karet sintetis biasanya diproduksi dari dua bahan, yaitu Butadiene dan Styrene yang merupakan produk hasil penyulingan minyak bumi. Kedua bahan tersebut digabungkan dalam sebuah rekator, dimana reaksi kimia akan menyebabkan zat berubah menjadi getah cair. Kemudian proses yang dilalui hampir sama dengan pembuatan karet alami, yaitu pencetakan dan pengeringan karet. Sumber : Agiboo – Commodity Knowledge Centre 101 Lampiran : Kegunaan dan Perdagangan Karet Kegunaan Karet Kegunaan karet yang paling umum adalah untuk produksi ban. Karet alami biasanya lebih dipilih untuk memproduksi ban karena memiliki ketahanan yang baik terhadap panas. Kegunaan karet lainnya, dimanfaatkan untuk pembuatan jas hujan dan peralatan selam, karena memiliki sifat tahan air. Karet juga dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan selang dan tabung dalam industri peralatan medis dan kimia, karena kemampuannya untuk mengalirkan cairan. Bagi industri tekstil karet dapat menjadi salah satu bahan baku yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Elemen elastis karet dapat digunakan untuk pakaian. Selain itu, sifatnya yang kuat membuat karet berguna sebagai pakaian pelindung. Untuk sepatu, karet biasanya digunakan sebagai bahan baku produksi sol sepatu, karena memiliki sifat yang kuat dan tahan air. Perdagangan Karet Perdagangan karet dan produk turunannya berlangsung di sejumlah bursa komoditas seluruh dunia, sedangkan untuk bursa utamanya berada di Tokyo Commodity Exchange, Osaka Mercantile Exchange, dan Singapore Commodity Exchange. Sementara itu, pasar fisik komoditas karet (the physical trading of rubber) berada di New York (NYMEX), London, dan Kuala Lumpur. Faktor Harga Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi harga karet, faktor utamanya adalah kondisi cuaca yang berdampak pada produksi karet. Penurunan penjualan mobil juga dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi harga karetm sebab industri mobil mampu menyumbang sekitar 70% permintaan karet dunia. Sementara itu, adanya industrialisasi yang kuat di Tiongkok dan India dianggap sebagai faktor utama dalam meningkatnya permintaan karet. Sumber : Agiboo – Commodity Knowledge Centre 102 IKAN & HASIL LAUT (HS Code 0301 s/d 0308 dan 1603 s/d 1605) Ikan dan Hasil Laut sebagai komoditas unggulan Perikanan merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia, hal ini dapat terlihat dari hasil pemilihan komoditas unggulan ekspor (winning commodities) dengan menggunakan beberapa metode analisis yaitu Computable General Equilibrium (CGE) dan Export Product Dynamics (EPD) Perikanan dan Hasil Laut sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode CGE Komoditas yang menjadi unggulan ekspor diidentifikasi berdasarkan hasil simulasi ketika terjadi peningkatan pemintaan ekspor secara arbitrary sebesar 10%, yaitu komoditas yang paling responsif terhadap variabel sektoral Indonesia berdasarkan tiga indikator kunci yaitu (1) peningkatan ekspor bersih (bobot 60%, (2) output (bobot 20%), dan (3) penyerapan tenaga kerja. (bobot 20%) Berdasarkan hasil CGE, hasil pengolahan dan pengawetan ikan menempati peringkat 3 dengan indeks komposit sebesar 2.93 Peringkat Sektor Dampak terhadap Perubahan Nilai Ekspor (Milyar Rupiah) Dampak terhadap Output (Perubahan Persentase) Dampak terhadap Tenaga Kerja (Perubahan Persentase) Indeks Komposit 3 Hasil Pengolahan dan Pengawetan Ikan 1,434.30 5.16 8.13 2.93 Perikanan dan Hasil Laut sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode EPD Lost Opportunity India, Netherlands, Gabon Saudi Arabia, Portugal, Mali - Rising Star + O Retreat China, Denmark, Germany, Greece, Italy, Japan, Spain, USA dan 60 Negara lainnya + Eritria, Namibia Falling Star Amerika Serikat (60.83%) dan Jepang (25.84%) merupakan negara tujuan utama ekspor komoditas hasil pengolahan dan pengawetan ikan. Total ekspor Indonesia untuk komoditas ini kepada kedua negara tersebut mencapai 86.67%. Dengan share yang dominan dari Amerika Serikat, menjadikan Indonesia bergantung kepada pasar Amerika Serikat untuk penampung komodiri hasil pengolahan dan pengawetan ikan. Sumber : WITS, Oktober 2018 Hasil pengolahan ikan dan pengawetan ikan sebagai bagian dari produk ikan ditetapkan Kementerian Perdagangan sebagai salah satu dari komoditas ekspor potensial. Berdasarkan nilai ekspor pada tahun 2017, Indonesia termasuk pada 10 negara dengan ekspor terbesar dengan peringkat ke-9 setelah Filipina dengan total ekspor sebesar 405.9 juta USD. Posisi ekspor ke Jepang dan Amerika sudah dalam posisi rising star. Sementara di Italia dan Arab Saudi posisinya berada di lost opportunity bersama negara lain yaitu Perancis, Swedia, Inggris, dan Mesir. Hal ini berarti masih terdapat peluang peningkatan pangsa pasar yang masih dapat diraih. 104 Produksi ikan dan hasil laut selama dua tahun terakhir tumbuh moderat Tabel Market Ikan Dunia Secara Umum WORLD BALANCE Produksi (Juta Ton) Ikan hasil tangkapan (Juta Ton) Ikan hasil budidaya (Juta Ton) Konsumsi (Juta Ton) Food Feed Pengunaan lainnya INDIKATOR PERMINTAAN DAN PENAWARAN Konsumsi makanan per kapita Ikan yang dapat dikonsumsi (kg/tahun) Ikan hasil tangkapan (kg/tahun) Ikan hasil budidaya (kg/tahun) Sumber: FAO 2016 2017 estim. 2018 f'cast Presentase Perubahan: 2018 dibanding 2017 170.9 90.0 80.0 170.9 151.2 14.6 5.1 175.1 91.5 83.6 175.1 154.4 15.6 5.1 178.7 91.7 87.0 178.7 157.6 15.8 5.2 2.0 0.2 4.0 2.0 2.1 1.0 2.9 20.3 9.5 10.7 20.5 9.4 11.1 20.7 9.3 11.4 1.0 -1.2 2.9 • Pada tahun 2017, produksi perikanan dunia diestimasi meningkat 2,4% yoy dibandingkan tahun sebelumnya paska terjadi el nino. Selanjutnya di tahun 2018, produksi ikan diprediksi mencapai 178,7 juta ton atau tumbuh moderat 2% yoy. Produksi ikan dan hasil laut seperti udang, tuna dan groundfish dan seabass cukup baik. Namun demikian, pasokan octopus, salmon dan kepiting cukup ketat. • Di sisi konsumsi, 88% produk ikan digunakan sebagai olahan makanan dan 9% untuk pakan ternak. Konsumsi ikan per kapita terus meningkat setiap tahun. Produksi Perikanan Dunia Ranking Negara Capture 2015 Aquaculture Total Capture 2016 Aquaculture Total Capture Growth (yoy) Aquaculture Total 1 Tiongkok 18.7 47.4 66.1 18.5 49.5 68.0 -1.07% 4.43% 2.87% 2 Indonesia 6.7 4.3 11.0 6.5 5.0 11.5 -2.99% 16.28% 4.55% 3 India 4.8 5.3 10.1 5.1 5.7 10.8 6.25% 7.55% 6.93% 4 Vietnam 2.8 3.4 6.2 2.8 3.6 6.4 0.00% 5.88% 3.23% 5 Japan 3.5 0.7 4.2 3.2 0.7 3.9 -8.57% 0.00% -7.14% 6 Filipina 2.2 0.8 3.0 2.0 0.8 2.8 -9.09% 0.00% -6.67% 7 Thailand 1.5 0.9 2.4 1.5 1.0 2.5 0.00% 11.11% 4.17% 8 Korea 1.6 0.5 2.1 1.4 0.5 1.9 -12.50% 0.00% -9.52% Lainnya 50.90 12.80 63.70 49.90 13.20 63.10 -1.96% 3.12% -0.94% Dunia 92.7 76.1 168.8 90.9 80.0 170.9 -1.94% 5.12% 1.24% Sumber : FAO 105 Permintaan makanan laut global yang solid ditandai dengan pertumbuhan positif ekspor dan impor perikanan dan hasil laut Total nilai ekspor dan impor Perikanan dan Hasil Laut dunia tahun 2017 masing-masing mencapai USD146,8 Miliar dan USD144,9 Milliar dengan pertumbuhan masing-masing 8,52% yoy dan 13,01% yoy. Pertumbuhan ekspor dan impor Perikanan dan Hasil Laut Dunia pada tahun 2017 menunjukan tren yang meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Permintaan makanan laut global yang kuat pada tahun 2017 dapat diperkirakan akan berlanjut sepanjang 2018, mengingat prospek ekonomi yang relatif positif untuk pasar maju dan berkembang Perkembangan Ekspor dan Impor Komoditi Perikanan dan Hasil Laut 160.000 140.000 18,06% 18,42% 121.629 123.914 122.910122.500 133.094 127.563 146.832 144.906 140.333 134.176 125.944 120.993 135.308 128.230 20,00% 15,00% 13,01% 120.000 10,00% 100.000 8,52% 7,44% 80.000 8,29% 60.000 1,05% 5,44% 5,18% 5,00% 5,98% 0,00% 4,13% -5,00% -1,14% 40.000 20.000 -10,00% -9,83% -10,25% 2011 2012 2013 2014 2015 -15,00% 2016 2017 Nilai Eskpor HS 03 & 16 -Juta USD Nilai Impor HS 03&16 -Juta USD Growth Nilai Ekspor % yoy - Skala Kanan Growth Nilai Impor % yoy - Skala Kanan Sumber : www.trademap.org, diolah • Tiongkok adalah negara dengan nilai ekspor terbesar untuk komoditi perikanan dan hasil laut pada tahun 2017, dengan nilai mencapai 20,4 Milliar USD atau setara dengan 13.91% ekspor dunia. Melengkapi 5 besar, Norwegia (7,5%), Vietnam (4,8%), India (4,5%) dan AS (3,7%) berada di posisi selanjutnya. Sementara Indonesia memiliki pangsa pasar sebesar 2.87% untuk ekspor global, dengan peringkat ke-Sembilan dunia. • Produk unggulan Tiongkok adalah produk aquaculture yang berasal dari daratan dan lautan, dan tingginya nilai ekspor disebabkan banyaknya investor asing yang melakukan investasi dalam industri pengolahan ikan dan hasil laut. 106 Tiongkok, Norwegia, dan Vietnam merupakan eksportir ikan dan hasil laut dunia terbesar • Dari sepuluh negara eksportir utama, pertumbuhan CAGR pada periode 2010-2017 yang tertinggi adalah India sebesar 17.44%, dan valuasi nilai ekspor pada tahun 2017 mencapai 6,7 Miliar USD atau setara dengan 4.54% ekspor dunia tahun 2017. Pertumbuhan secara yoy ditahun 2017 mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 27.95% dari tahun sebelumnya. • Produk yang mendominasi ekspor industri perikanan dan hasil laut India adalah udang dan ikan yang sudah dibekukan. Negara tujuan utama ekspor perikanan dan hasil laut India didominasi oleh Amerika Serikat (35%), dan Asia Tenggara (31%). Eksportir Dunia (2017) Tiongkok; 13,93% Norwegia; 7,53% Viet Nam; 4,80% Lainnya; 50,11% India; 4,55% Amerika Serikat; 3,68% Chile; 3,58% Kanada; 3,28% Spanyol; 2,95% Swedia; 2,73% Indonesia ; 2,87% Sumber : www.trademap.org, diolah Eksportir Dunia (2017) 2011 2012 2013 2014 2015 2016 CAGR 2010-2017 2017 Tiongkok 3.74% 4.95% 17.44% 4.26% India Amerika Serikat 7.34% 9.100 8.575 10.115 10.538 8.898 10.513 11.040 6.112 6.089 6.666 7.764 6.546 7.036 7.036 3.212 3.282 5.034 5.359 4.580 5.209 6.665 5.082 5.025 5.134 5.257 5.088 4.969 5.393 3.184 3.596 3.846 4.248 3.603 3.863 4.203 USD Juta 16.988 18.142 19.454 20.887 19.587 20.017 20.426 6.41% Norwegia Viet Nam Indonesia Sumber : www.trademap.org, diolah Sumber : FAO, RISI, CEPI, Euler Hermes, Indonesia Investments (April 2018) Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu 107 AS, Jepang dan Tiongkok Merupakan Importir ikan dan hasil laut Dunia terbesar Importir terbesar untuk produk perikanan dan hasil laut tahun 2017 adalah Amerika Serikat dengan nilai Impor sebesar 22,5 Miliar USD, atau setara dengan 15,51% proporsi dunia. Jenis ikan yang banyak diimpor Amerika Serikat adalah Tuna, Salmon, dan Udang. Meningkatnya impor ikan Amerika Serikat diakibatkan oleh kekurangan pasokan ikan dalam negeri yang disebabkan oleh pengambilan ikan yang berlebihan dan perubahan cuaca. Importir Dunia (2017) Amerika Serikat; 15,51% Lainnya; 39,26% Jepang; 10,17% Tiongkok; 5,57% Swedia; 3,15% Korea Selatan; Jerman; 3,34% 4,15% Spanyol; 5,32% Prancis; 4,61% Italia; 4,39% Viet Nam; 4,53% Sumber : www.trademap.org, diolah Eksportir Dunia (2017) 2011 5.61% 2012 2013 2014 2015 2016 2017 CAGR 2010-2017 17.317 17.395 18.757 21.107 19.603 20.326 22.481 16.979 17.579 14.969 14.442 13.047 13.624 14.739 5.588 5.489 5.994 6.583 6.328 6.918 8.071 6.952 6.071 6.163 6.662 6.209 6.883 7.711 6.592 6.003 6.510 6.513 5.723 6.123 6.674 262 224 234 236 219 267 301 USD Juta 0.32% 9.18% Amerika Serikat Jepang Tiongkok 2.96% Spanyol 1.89% Prancis 4.21% Indonesia • Impor Tiongkok untuk perikanan dan hasil laut memiliki CAGR tertinggi dibanding lima negara importir dengan presentase pertumbuhan CAGR 9.18%. Produk impor tiongkok banyak didominasi oleh produk perikanan dan hasil laut yang tidak dapat dihasilkan di dalam negeri seperti ikan Salmon. • Berdasarkan nilai impor pada tahun 2017, Indonesia berada pada posisi ke-48 selaku importir dunia untuk produk Perikanan dan hasil laut, dengan valuasi nilai impor pada tahun 2017 tercatat USD 301 Juta atau setara dengan 0.21% nilai impor dunia, dengan pertumbuhan CAGR positif sebesar 4.21% selama tahun 2010-2017. Produk perikanan dan hasil laut yang paling banyak di-impor adalah Ikan Segar atau Didinginkan, Tidak Termasuk Fillet dengan HS code 0302. Sumber : www.trademap.org, diolah Sumber : FAO, RISI, CEPI, Euler Hermes, Indonesia Investments (April 2018) Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu 108 Secara nilai, Udang merupakan jenis hasil laut dengan nilai paling besar yang diperdagangkan di pasar internasional Tren ekspor perikanan dan hasil laut berdasarkan jenis 2010 2011 2012 2013 4.70% 3.98% 2014 2015 2016 2017 CAGR 2010-2017 7.94% Juta USD 5.28% 4.29% 6.55% 4.23% 3.10% 1.741 1.984 2.009 2.128 1.990 1.900 1.919 1.858 14.056 15.051 14.844 17.833 18.548 16.876 19.765 20.156 17.696 21.632 22.356 23.125 23.168 20.384 21.666 24.401 17.389 20.642 19.834 20.610 22.141 20.093 21.399 22.854 4.852 5.641 5.485 5.670 5.963 5.472 5.672 6.009 17.104 19.771 19.602 23.093 27.306 23.600 25.711 29.207 8.662 11.360 10.483 10.908 11.976 11.580 12.921 13.503 512 683 765 655 606 667 219 206 187 214 212 219 250 252 12.132 14.413 16.523 17.342 16.625 14.774 14.506 16.279 8.541 10.707 10.388 10.800 11.369 10.137 10.646 11.418 0.94% 2.06% HS Code 0301 0302 0303 0304 0305 0306 0307 0308 1603 1604 1605 • Produk dan Hasil Laut Dunia yang memiliki nilai ekspor terbesar adalah produk Udang, dimana nilainya mencapai USD29,2 Milliar atau setara dengan 19,2% nilai ekspor perikanan dan hasil laut dunia. Secara pertumbuhan majemuk/CAGR, udang berada pada posisi yang positif dengan presentase mencapai 7,94%. • Isu utama produk udang adalah munculnya penyakit White Feces Syndrome dan Enterocytozoon Hepatopenaei (EHP) yang berdampak pada menurunnya produksi udang sehingga harga udang meningkat sejalan dengan permintaan yang tinggi. • Ikan beku yang tidak di fillet dengan HS code 0303 menjadi produk Perikanan dan Hasil Laut dengan popularitas kedua setelah udang. Nilai ekspor dunia untuk produk ikan yang dibekukan dan tidak difillet mencapai 24.4 Milliar USD pada tahun 2017 atau setara dengan 16,64% presentase nilai ekspor dunia. Sumber : www.trademap.org, diolah Tren Impor Perikanan dan hasil laut berdasarkan jenis 2010 2011 Ribu Ton 3.32% Series3 2013 4.00% 2014 7.56% 2015 2016 2017 CAGR 2010-2017 3.54% 1.792 1.852 1.894 2.084 1.770 1.693 1.899 1.803 13.467 14.533 14.178 16.855 17.877 16.163 19.051 19.852 20.005 24.908 23.902 22.849 22.996 20.721 21.529 25.150 18.394 21.595 21.424 21.951 23.523 21.582 22.363 24.214 5.079 5.852 5.601 5.680 6.003 5.416 5.699 6.057 17.272 20.126 19.537 21.351 25.155 21.846 23.103 28.763 9.033 11.398 9.862 9.830 10.248 9.794 11.006 12.772 762 798 751 692 731 913 166 185 197 210 216 210 217 244 12.060 14.252 16.205 16.842 15.987 14.140 14.008 15.383 7.239 8.846 8.195 8.361 9.195 8.434 8.222 9.289 5.70% 0.09% 3.63% 5.07% 2.55% 5.67% HS Code 0301 0302 0303 0304 0305 0306 0307 0308 1603 1604 1605 Sumber : www.trademap.org, diolah *Keterangan HS Code 0301 0302 0303 0304 0305 0306 0307 0308 Ikan Hidup Ikan Segar atau Dingin, Tidak Termasuk Fillet Ikan Beku, Tidak Termasuk Fillet Ikan Fillet Ikan Kering, Asin/Diasapi Krustasea Moluska Hasil Laut dan Perairan Lainnya 1603 Ekstrak dan Jus Ikan, Krustasea, Moluska 1604 Ikan diolah atau diawetkan 1605 Krustasea, moluska dan invertebrata lainnya, diolah atau diawetkan 109 Neraca perdagangan ikan dan hasil laut Indonesia tercatat surplus Baik dari sisi nilai dan volume Perkembangan Neraca Perdagangan Indonesia untuk komoditi Perikanan dan Hasil Laut menunjukan peningkatan pada sisi ekspor, sementara sisi impor tercatat tumbuh negatif. Indonesia menjadi negara dengan surplus neraca perdagangan untuk perikanan dan hasil laut terbesar di kawasan ASEAN sejak dari tahun 2015 hingga 2018. • Neraca perdagangan untuk komoditas perikanan dan hasil laut Indonesia, selama periode Januari hingga November 2018 berada pada level positif dengan surplus sebesar 3,634 Juta USD. • Nilai ekspor naik 8,49% yoy pada tahun 2017, dengan pertumbuhan annual 4,22% selama 2010-2017. Sementara itu, dari sisi volume turun -1.93% yoy pada 2017 dan tumbuh melambat -1.96% per tahun selama 2010-2017. Dengan kata lain rata-rata harga agregat produk perikanan dan hasil laut ekspor tahun 2017 menunjukkan peningkatan. Posisi terkini, Januari-November 2018 nilai dan volume ekspor masing-masing tumbuh 4.17% yoy dan -11.96% yoy. • Dari sisi impor, nilai dan volume impor 2017 tumbuh masing-masing 13,03% yoy dan 54,39% yoy. Secara kumulatif Januari – November 2018 nilai dan volume impor masing-masing berada di level 18.37% yoy dan -7.89% yoy. Sementara itu selama 2010-2017, pertumbuhan annual nilai dan volume impor masing-masing di level 2,01% per tahun dan -2,56% per tahun. Nilai: ekspor dan impor perikanan dan hasil laut Indonesia Dalam Juta USD Keterangan Growth (% yoy) Jan-Nov 2017 2018 CAGR 20102017 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Jan- Nov 2018 Neraca (EksporImpor) 2,922 3,372 3,612 4,011 3,384 3,596 3,901 3,634 8.49% Ekspor 3,184 3,596 3,846 4,248 3,603 3,863 4,203 3,971 8.80% 4.17% 4.04% Impor 262 224 234 236 219 267 301 337 13.03% 18.37% 2.01% Growth (% yoy) Jan-Aug 2017 2018 CAGR 20102017 Nilai: ekspor dan impor perikanan dan hasil laut Indonesia Dalam Ribu Ton Keterangan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Jan- Nov 2018 Neraca (EksporImpor) 707 868 879 885 686 711 624 530 -56.32% Ekspor 948 1,029 1,035 1,031 825 841 825 691 -1.93% -11.96% -1.96% Impor 240 161 156 146 139 130 200 161 54.39% -7.89% -2.56% • Hasil positif neraca perdagangan perikanan dan hasil laut antara lain sebagai hasil dari sejumlah kebijakan pemerintah Pemberantasan Illegal Unreported Unregulated Fishing seperti pelarangan alat tangkap tak ramah lingkungan (di antaranya cantrang), penyetopan izin penangkapan ikan pihak asing, hingga penenggelaman kapal disebut berhasil meningkatkan produksi komoditas perikanan sehingga mendongkrak penjualan dan ekspor. Sumber : www.trademap.org, dan BPS diolah Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu 110 Lebih dari 40% ekspor ikan dan hasil laut Indonesia terbesar tertuju ke AS dan Udang mendominasi dari sisi produk Pada tahun 2018, selama bulan Januari – November nilai ekspor perikanan dan hasil laut Indonesia tercatat mencapai USD 3.97 Milliar. Hampir semua komoditas utama perikanan mengalami pertumbuhan positif, seperti Ikan Fillet (16.05%); Krustasea (3.11%); Moluska (49.26%); Hasil Laut dan Perikanan Lainnya (1.64%); Ekstrak Jus Ikan, Krustasea, dan Moluska (35.02%); Ikan Diolah dan Diawetkan (17.20%); Krustasea atau invertebrata lainnya yang diolah/diawetkan (21.31%). Perkembangan Ekspor komoditi perikanan dan hasil laut 4.500 4.000 3.500 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 500 - 24,37% 4.248 12,93% 3.596 3.184 8,56% 3,45% 1.029 948 2011 4.203 30,00% 25,00% 20,00% 10,45% 15,00% 11,96% 7,20% 6,95% 8,80% 4,17% 10,00% 5,00% -1,93% 1,92% 0,62% 0,00% -0,35% -5,00% 1.035 1.031 -10,00% 841 825 825 691 -15,00% -20,00% -20,00% -15,17% -25,00% 2013 2014 2015 2016 2017 Jan-Nov 2018 3.846 2012 3.603 Nilai Eskpor HS 03 & 16 -Juta USD Volume Ekspor HS 03&16- Ribu Ton Growth Nilai Ekspor % yoy - Skala Kanan Growth Volume Ekspor HS 03&16- Ribu Ton Porsi ekspor berdasarkan HS Code (2017) Porsi negara tujuan utama ekspor (2017) Malaysia; 2,21% Hong Kong; 2,06% Italia; 2,34% 1604; 1603;9,66% 0,01% 0308; 0,38% 0307; 9,54% Amerika Serikat; 43,19% Lainnya; 17,13% Taipei; 2,44%Thailand; 3,81% Viet Nam; 4,22% 3.971 3.863 Tingkok; 7,06% 1605; 0301; 12,49% 1,66% 0302; 2,61% 0303; 11,22% 0304; 10,61% 0305; 1,62% 0306; 40,20% Jepang; 15,54% Perkembangan Ekspor komoditi perikanan dan hasil laut 2.000 11.07% Juta USD 1.500 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 CAGR 2010-2017 -0.32% 1.000 21.99% 500 17.05% 7.51% 12.59% Amerika Serikat Jepang Tingkok Viet Nam Thailand Taipei 111 Impor ikan dan hasil laut Indonesia berasal dari Tiongkok, Norwegia dan Kanada • Impor perikanan dan hasil laut Indonesia selama tahun 2011-2017 mengalami pergerakan yang mixed. Lima negara asal utama impor adalah: Tiongkok (30.38%), Norwegia (11.70%), Kanada (9.78%), Amerika Serikat (5.69%), dan Jepang (5.68%). Total pertumbuhan CAGR nilai impor perikanan dan Hasil Laut Indonesia selama periode 2010-2013 mencapai 4.21% , walaupun CAGR Volume dengan periode yang sama menunjukan tren negatif (1.96%). • Impor perikanan dan hasil laut Indonesia banyak ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri dalam pengelolahan ikan yang pada akhirnya kembali di ekspor. Selain itu, banyak restaurant internasional yang memiliki permintaan jenis ikan tertentu yang tidak hidup diwilayah perairan Indonesia seperti ikan Salmon dan Trout. • Pada tahun 2018, selama bulan Januari – November nilai impor perikanan dan hasil laut Indonesia tercatat mencapai USD 213 Juta. Hampir semua komoditas utama perikanan mengalami pertumbuhan positif, seperti Ikan Hidup (88.48%); Ikan Segar Tidak Fillet (12.35%); Ikan Kering/Diasapi (98.71%); Krustasea (7.51%); Moluska (3.89%) Hasil Laut dan Perikanan Lainnya (56.67%); Ekstrak Jus Ikan dan Krustasea, Moluska, atau Invertebrata Air Lainnya (29.93%). Perkembangan impor komoditi perikanan dan hasil laut 400 300 250 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 18,37% 20,00% 200 10,00% 161 13,03% 0,00% -8% -10,00% -20,00% -30,00% -40,00% 2017 Jan-Aug 2018 54,39% 337 350 301 262 240 200 267 4,30% 161 4,37% 150 236 234 16,06% 224 50 146 -2,89% -14,39% 100 0,94% 156 219 21,54% 139 -6,34% 2011 2012 -6,83% -7,15% -33,04% - 130 -4,78% 2013 2014 2015 2016 Nilai Impor HS 03 & 16 -Juta USD Volume Impor HS 03&16- Ribu Ton Growth Nilai Impor % yoy - Skala Kanan Growth Volume Impor HS 03&16- Ribu Ton Porsi negara asal utama impor (2017) Lainnya ; Taipei; Australia; 19,92% 2,30% 3,55% Oman; Malaysia; 3,61% 3,69% Pakistan; 3,71% Jepang; 5,68% Porsi impor berdasarkan HS Code (2017) 0305, 0,31% 0304, 2,77% Tiongkok; 30,38% 0306, 23,19% 0303, 51,42% Norwegia; 11,70% Kanada; 9,78% Amerika Serikat; 5,69% 0302, 10,85% 0307, 2,84% 0308, 0,13% 1603, 0,05% 1604, 7,01% 1605, 0,84% 0301, 0,59% Perkembangan impor komoditi perikanan dan hasil laut 150 CAGR 2010-2017 30.38% 100 2010 2011 2012 11.70% 2013 2014 9.78% 2015 2016 2017 5.69% 5.68% 50 Tiongkok Norwegia Sumber : www.trademap.org, diolah Kanada Amerika Serikat Jepang 112 Meningkatnya permintaan di tengah pasokan yang tumbuh moderat Mendorong kenaikan hasil produk ikan Indeks harga ikan FAO menunjukkan bahwa terjadi kenaikan harga ikan di trwiulan pertama 2018 sebanyak 8,3% yoy. Sepanjang tahun 2018 pergerakan harga sejumlah jenis ikan dan hasil laut menunjukkan kenaikan. INDEX HARGA IKAN FAO (2002-2004=100) 2016 2017 2018 Jan-Mar Perubahan Jan-Mar 2018 dibanding Jan-Mar 2017 (%) 146 154 163 8.3 Sumber: FAO • Harga udang pada level tertinggi sempat menyentuh level $16.6/ Kg ditahun 2014, dan mengalami penurunan yang cukup signifikan hingga menyentuh harga $11/Kg tahun 2016, lalu kembali meningkat ditahun 2017 dan 2018 masing-masing dengan harga $13/Kg dan kembali menurun pada level $12/Kg. • Faktor yang menyebabkan meningkatnya harga udang diakibatkan oleh: o Meningkatnya permintaan terhadap Udang, terutama dari negara yang memiliki porsi terbesar dalam melakukan Impor Udang seperti dari Amerika Serikat. o Kenaikan harga pakan udang dan tingginya biaya operasional untuk produksi. Perkembangan impor komoditi perikanan dan hasil laut 2.000 16 US$/Mt 1.600 12 8 800 400 Fish meal US$/MT Udang US$/Kg - skala kanan 2015 2016 2017 2018P 1.759 1.418 1.161 1.361 13 11 13 12 2019P 4 US$/Kg 1.200 13 Sumber : World Bank, Commodity Markets Outlook, October 2018 • Fishmeal merupakan produk yang digunakan dalam pemberian pakan budidaya ikan dan hewan air lainnya. Pergerakan harga fishmeal hamper mirip dengan pergerakan harga udang, karena harga pakan berkontibusi cukup signifikan terhadap harga udang. 113 Meningkatnya permintaan di tengah pasokan yang tumbuh moderat Mendorong kenaikan hasil produk ikan Indonesia memilki daya saing yang cukup baik, khususnya untuk produk Udang dengan HS 0306, dengan hasil analisis RSCA menunjukan skor 0.73 dimana masih lebih tinggi dibandingkan dengan Kanada (0.58), walaupun masih berada lebih rendah dibandingkan dengan India dan Ekuador . Revealed Symmetric Comparative Advantages RSCA Negara Utama Eksportir Lainnya (RSCA) (Rata-rata 2013-2017) HS RataKomoditas Code rata 2013 2014 2015 2016 2017 Eksportir 1 Eksportir 2 Eksportir 3 20132017 0.39 0.15 Ikan hidup 0301 0.52 0.53 0.55 0.61 0.6 0.56 (Tiongkok) 0.7 (Taipei) (Prancis) Ikan Segar atau dingin, tidak 0.29 termasuk fillet 0302 0.03 -0.07 0.06 -0.16 -0.27 -0.08 0.96 (Norway) 0.9 (Swedia) (Inggris) -0.05 0.02 (Amerika Ikan Beku Tidak Termasuk Fillet 0303 0.35 0.31 0.27 0.33 0.35 0.32 (Tiongkok) Serikat) 0.59 (Rusia) 0.23 0.82 Ikan Fillet 0304 0.32 0.33 0.4 0.37 0.33 0.35 (Tiongkok) 0.93 (Chile) (Vietnam) 0.91 -0.21 Ikan, Kering Asin/Diasapi 0305 0.19 0.16 0.08 0.08 0.07 0.12 (Norwegia) 0.84 (Polandia) (Tiongkok) 0.58 Krustasea 0306 0.74 0.76 0.73 0.73 0.72 0.73 0.78 (India) 0.97 (Ekuador) (Kanada) 0.35 0.95 Moluska 0307 0.25 0.22 0.37 0.49 0.51 0.37 (Tiongkok) 0.54 (Spanyol) (Maroko) 0.33 0.56 (Hong Hasil Laut Lainnya 0308 0.6 0.34 0.49 0.47 0.42 0.47 (Tiongkok) Kong) 0.92 (Chile) Ekstrak dan Jus Ikan, Krustasea, 0.97 (New 0.45 Moluska 1603 -0.63 -0.63 -0.68 -0.6 -0.64 -0.63 Zealand) 0.4 (Italia) (Prancis) 0.97 Ikan diolah atau diawetkan 1604 0.44 0.44 0.43 0.43 0.44 0.44 0.2 (Tiongkok) 0.87 (Thailand) (Ekuador) Krustasea, moluska dan invertebrata lainnya, diolah 0.45 0.78 atau diawetkan 1605 0.69 0.75 0.74 0.74 0.65 0.71 (Tiongkok) 0.85 (Vietnam) (Thailand) • Secara keseluruhan daya saing Perikanan dan Hasil Laut Indonesia memiliki daya saing di pasar global yang cukup baik dengan hasil analisis RSCA > 0 , kecuali unntuk produk Ikan Segar dan Ekstrak dan Jus Ikan, Krustasea, Molsuka dimana hasil analisis RSCA < 0. • Rata-rata hasil analisis RSCA selama tahun 2013-2017 yang tertinggi adalah produk Udang/Krutasea dengan skor 0.73, dimana skor tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan skor negara eksportir udang terbesar ketiga yaitu Kanada. Tetapi, hasil teresbut masih berada dibawah dua negara eksporir utama lainnya. • Produk Jenis Krustasea, Moluska dan Invertebrata lainnya yang diawetkan memiliki daya saing di pasar global yang cukup baik dengan hasil analsisis RSCA mencapai 0.71, hasil tersebut masih berada pada diatas negara eksportir utama yaitu Tiongkok dengan RSCA 0.45. Walaupun, hasil RSCA Indonesia masih berada dibawah dua negara eksporitr lainnya. Note: Revealed Symmetric Comparative Advantages (RSCA) merupakan indicator untuk mengukur daya saing suatu komoditi. Pada dasarnya perhitungan ini sama dengan perhitungan Revealed Comparative Advantages (RCA), tetapi dengan pembilang dikurangi 1. hal ini bertujuan untuk menciptakan distribusi normal dari nilai RSCA. Nilai RSCA berkisar antara -1 sampai dengan 1. Apabila perhitungan antara 0 dan 1, maka komoditas tersebut memiliki nilai comparative advantages yang cukup baik, sedangkan apabila perhitungan menghasilkan nilai antara -1 dan 0 maka dapat disimpulkan komoditas tersebut tidak memiliki comparative advantgaes yang baik. RCA = ππ/πππ‘ π πΆπ΄ − 1 ; RSCA = πππ€/ππ€ π πΆπ΄ + 1 Sumber : www.trademap.org, diolah Dimana: • Xij = Nilai ekspor komoditas I dari negara j ke pasar terkait • Xit = Total niali ekspor dari negara j ke pasar terkait • Xiw = Nilai ekspor dunia komoditas i ke pasar terkait • Xwt = total nilai ekspor dunia ke pasar terkait 114 Rantai Pasok Ikan (Studi Kasus Ikan Tuna) Nelayan Pengumpul • Terdapat tujuh permasalahan terkait dengan kapasitas dan kualitas di rantai pasok nelayan, antara lain: 1. Tingkat produksi Ikan Tuna sangat dipengaruhi oleh kapasitas kapal. 2. Terdapat gap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) nelayan terkait dengan perlakuan penanganan tangkapan ikan. 3. Kapasitas sarana penyimpanan kapal tidak memadai. 4. Wadah penyimpanan ikan relatif tidak memadai. 5. Aturan pada tingkat regional atau provinsi yang membatasi pergerakan dan atau daerah penangkapan nelayan (fishing ground). 6. Harga Ikan Tuna yang dibandrol oleh pengumpul sangat rendah. 7. Keengganan untuk melakukan penangkapan khusus tuna karena nelayan lebih sering mendapatkan tuna berukuran kecil yang harganya cukup murah. Eksportir • Terdapat enam permasalahan terkait dengan kapasitas dan kualitas di rantai pasok pengumpul, antara lain: 1. Kualitas ikan yang dibeli dari nelayan rendah. 2. Pengetahuan standar kualitas berdasarkan klasifikasi grade di tingkat eksportir masih rendah. 3. Sarana wadah penampungan ikan yang dimiliki pengumpul masih relatif kecil. 4. Wadah penyimpanan memadai. 5. Tingkat harga Ikan Tuna yang dibandrol oleh eskportir masih rendah. 6. Hasil tangkapan nelayan seringkali Ikan Tuna berukuran kurang dari 20 kg per ekor ikan Sumber : Kajian Analisa Rantai Pasok Perikanan Studi Kasus Ikan Tuna, Universitas Hasanuddin, 2018 relatif tidak 115 Isu-isu terkait Terdapat enam komoditi perikanan yang diharapkan mampu memacu nilai ekspor perikanan Indonesia, yaitu udang; tuna; kepiting & rajungan; gurita; dan rumput laut; serta cakalang & tongkol. Potensi dapat ditingkatkan karena kebutuhan produk perikanan dunia masih belum dapat dipenuhi dari pemasok-pemasok yang ada. Cara mengatasinya adalah dengan mengoptimalkan penggunaan teknologi penangkapan atau budidaya dan pemberdayaan ahli-ahli perikanan Indonesia. Di sektor hatchery, perlu keterlibatan investor-investor yang memiliki pengalaman cukup panjang. Selain investor, perlu pula penataan daerah yang akan difokuskan sebagai sentra pengembangan industri penetasan udang, sehingga terbentuk klasterisasi yang dapat mempermudah jalur logistik penyiapan rantai benih. Perlu pula perlu dilakukan riset mengenai potensi jenis udang yang disukai masing-masing negara KKP, 11 Desember 2018 Dalam Workshop Analisis Data Perikanan Kakap dan Kerapu di Wilayah Pengelolaan Perikanan RI, di IPB Convention Center, dilakukan Pra-Launching pengembangan sistem pendataan elektronik berbasis pendaratan ikan (e-BRPL) yang bertujuan untuk perikanan yang berkelanjutan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP RI). Sistem ini dapat digunakan oleh seluruh peneliti maupun enumerator yang berada di lingkungan BRPL. KKP, 03 Desember 2018 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersinergi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan pada hari ini meluncurkan produk Asuransi Perikanan Bagi Pembudidaya Ikan Kecil. Produk Asuransi ini meliputi komoditas udang, bandeng, nila dan patin dimana produk asuransi budidaya ini adalah pertama kali di Indonesia. Asuransi Budidaya ini telah dimulai sejak bulan Desember 2017 dengan dimulai komoditas udang. Asuransi Perikanan Bagi Pembudidaya Ikan Kecil memberikan perlindungan risiko kepada pembudidaya atas penyakit yang mengakibatkan matinya komoditas (udang, bandeng, nila dan patin) yang diasuransikan atau kegagalan usaha yang disebabkan oleh bencana alam sehingga menyebabkan kerusakan sarana pembudidaya mencapai lebih dari atau sama dengan 50%. OJK, 13 November 2018 116 Upaya meningkatkan sustainability perikanan dan hasil laut Indonesia menempati peringkat ke-2 untuk produksi perikanan tangkap dan peringkat ke-4 untuk produksi perikanan budidaya di dunia. Fakta ini dapat memberikan gambaran bahwa potensi perikanan Indonesia sangat besar, sehingga bila dikelola dengan baik dan bertanggungjawab agar kegiatannya dapat berkelanjutan, maka dapat menjadi sebagai salah satu sumber modal utama pembangunan di masa kini dan masa yang akan datang. Lesson learn international practices A. Perikanan Tangkap Jepang 1. 2. Australia Sistem perizinan benarbenar dijadikan sebagai input control; Sistem kelembagaan organisasi pengelola pelaku usaha perikanan tangkap yag terstruktur dan sistematis 1. 2. UK Pemetaan setiap wilayah perairannya untuk lokasi penangkapan dari jenis ikan yang telah ditentukan sehingga armada dan alat tangkap yang beroperasi juga terbatas sesuai jenis ikan yang menjadi tujuan tangkapan Pelibatan lembaga riset untuk mewujudkan pengelolaan perikanan berkelanjutan pada spesies atau komoditas utama, mulai dari hulu hingga hilir 1. 2. Kapal ikan harus berlisensi dan diberi jatah kuota penangkapan yang diperbolehkan Pemberlakuan regulasi terkait ukuran minimum ikan yang boleh dipasarkan, ukuran minimum mata jarring yang digunakan, pembatasan area penangkapan, dan pembatasan berapa jenis alat tangkap yang diperbolehkan beroperasi di wilayah perairan tertentu. B. Perikanan Budidaya Vietnam 1. 2. 3. China Produksi akuakultur menggunakan system intensif dengan penerapan pengawasan input, proses, dan output. Ada jaminan akses pembudidaya terhadap sumberdaya alam, teknologi, system perbankan serta pasar. Ada dukungan kebijakan pemerintah berupa peraturan tata ruang dan peraturan perundangan yang jelas. 1. 2. 3. Norwegia Produksi akuakultur menggunakan system mina dengan penerapan pengawasan input, proses, serta output. Sistem mina padi merupakan pendekatan yang efektif untuk meningkatkan ketahanan pangan dengan pemakaian bersama sumberdaya alam untuk produksi ikan dan padi. Dukungan pemerintah dalam penentuan lokasi, pengaturan pola tanam serta penentuan tata ruang. 1. 2. Pengembangan infrastruktur pendukung usaha bididaya laut. Dukungan pemerintah dalam penentuan izin usaha/konsesi wilayah laut serta kejelasan tata ruang. Strategi pengelolaan perikanan berkelanjutan Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya Ekonomi 1. Meningkatkan daya saing 2. Menciptakan system pemasaran dan distribusi produk perikanan tangkap di dalam negeri yang efisien, aman, dan berkualitas 3. Meningkatkan efisiensi usaha perikanan tangkap skala kecil dan memenuhi skala ekonomi Sosial Meningkatkan kualitas dan kesejahteraan nelayan dan tenaga kerja perikanan tangkap Ekologi 1. Pemberantasan kegiatan IUU fishing 2. Meningkatkan efektivtas pelaksanaan pengelolaan perikanan tangkap berbasis daya dukung ekosistem perairan Kelembagaan 1. Meningkatkan kapasitas kelembagaan pengawas sumberdaya ikan dan efektifitas penegakan hukumnya 2. Sistem pendataan dan informasi perikanan tangkap yang andal dan terintegrasi Ekonomi 1. Menyediakan benih dan pakan dengan jumlah yang cukup dan harga yang pantas. 2. Meningkatkan system penjaminan mutu dan keamanan pangan 3. Menciptakan system pemasaran dan distribusi produk perikanan yang efisien. 4. Meningkatkan efisiensi usaha perikanan budidaya dan memenuhi skala ekonomi 5. Meningkatkan daya saing produk industry hasil perikanan budidaya. Ekologi 1. Mengurangi risiko kerusakan lingkungan 2. Membangun system pengelolaan pemanfaatan sumberdaya ikan yang efektif, efisien, dan transparan 3. Mengurangi risiko masuknya Invasive Alien Species (IAS) 4. Meningkatkan efektivitas budidaya perikanan skala kecil berbasis daya dukung ekosistem. 5. Meningkatkan system penjaminan social bagi pembudidaya 6. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat pembudidaya. Kelembagaan 1. Meningkatkan kapasitas kelembagaan produsen 2. Penjaminan tata ruang 3. Sistem pendataan dan informasi yang andal dan terintegrasi 117 Outlook ekspor perikanan dan hasil laut Proyeksi Permintaan Secara umum, permintaan ekspor dari kelima negara tujuan ekspor ikan dan hasil laut Indonesia meningkat. Perkembangan ini sejalan dengan permintaan ikan dan hasil laut yang terus meningkat di pasar Internasional sejalan dengan semakin banyaknya populasi dan kesadaran mengkonsumsi makanan sehat. 1.964 1.732 1.615 162 132 160 117 98 198 181 177 193 139 320 281 297 500 274 223 726 658 653 1.000 596 1.500 600 juta USD 2.000 1.452 2.500 1.815 Tahun 2018, ekspor Perikanan dan Hasil Laut Indonesia ke pasar Amerika Serikat diperkirakan tumbuh di level 4,59% dengan nilai ekspor mencapai US$1,732 juta. Di tahun 2019, diproyeksikan ekspor Perikanan dan Hasil Laut Indonesia ke Amerika Serikat akan kembali tumbuh positif dengan growth 13.39% dengan nilai ekspor US$1,964 juta. - Amerika Serikat Jepang 2015 Tingkok 2017 2016 Viet Nam 2018P 2019P Thailand Sumber: Trademap, BPS, Oxoford Economics, Diolah Nilai dan pertumbuhan ekspor perikan dan hasil laut berdasarkan negara tujuan utama Ekspor Hasil Laut dan Perairan Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan (Juta USD) Growth yoy 2017 2018P 2014 2015 2016 2017 2018P 2019P 2015 2016 1,840 1,452 1,615 1,815 1,732 1,964 -21.08% 11.22% 12.37% -4.59% 13.39% Jepang 709 600 596 653 658 726 -15.41% -0.65% 9.63% 0.73% 10.34% Tingkok 233 223 274 297 281 320 -4.39% 22.74% 8.41% -5.29% 13.82% Viet Nam 124 139 193 177 181 198 12.13% 38.90% -8.20% 1.93% 9.70% Thailand 162 98 117 160 132 162 -39.87% 20.01% 36.61% -17.53% 22.43% Negara Tujuan Amerika Serikat 2019P Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah 118 Outlook ekspor perikanan dan hasil laut (2) Proyeksi Harga Di tengah tingginya permintaan, pasokan ikan dan hasil laut diperkirakan hanya tumbuh moderat. Kondisi akan mempengaruhi kenaikan harga ikan di pasar global. Harga Perikanan dan hasil Laut Dunia dalam hal ini diwakili oleh Udang dan Fishmeal menunjukkan perkembangan yang fluktuatif sepanjang 2015-2018. Pada 2017, harga udang mencapai USD13,32/kg, naik 18,74% yoy, setelah mengalami tren penurunan pada tahun sebelumnya. Pada 2018, harga udang kembali turun ke level USD12,24/kg karena persediaan melimpah. Pada 2019, harga udang diprakirakan naik ke level USD12,72/kg. Sementara itu, untuk harga fishmeal pada 2018 mengalami peningkatan ke USD1.361/metric Ton atau naik 17,20% yoy karena meningkatnya permintaan dari Tiongkok. 2.000 16 1.600 US$/Mt 12 8 800 400 2015 2016 2017 2018P Fish meal US$/MT 1.759 1.418 1.161 1.361 Udang US$/Kg - skala kanan 13,22 11,22 13,32 12,24 US$/Kg 1.200 4 2019P 12,72 Sumber: World Bank, Commodity Markets Outlook October 2018 Proyeksi Ekspor Di tengah meningkatnya permintaan dan kenaikan harga ikan global, nilai ekspor Perikanan dan Hasil Laut Indonesia diproyeksikan meningkat 10,5% yoy pada tahun 2019, dengan valuasi nilai ekspor mencapai USD4.939 juta. Nilai Ekspor Ikan dan hasil laut Indonesia Growth 6.000 15,0% 10,0% 5.000 Juta USD 4.000 10,4% 7,5% 6,9% 10,5% 8,8% 6,4% 5,0% 0,0% 3.000 -5,0% 2.000 -10,0% -15,4% 1.000 -15,0% 3.846 4.248 3.594 3.863 4.203 4.470 4.939 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019P - -20,0% Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah 119 Outlook ekspor perikanan dan hasil laut (3) Upside Risk Downside Risk Proyeksi dapat lebih tinggi dari perkiraan apabila terdapat: Proyeksi dapat lebih rendah dari perkiraan apabila terdapat: • Ekspor perikanan dan hasil laut Indonesia dapat meningkat jika pemerintah Indonesia dapat melakukan kerja sama dengan pihak Uni Eropa dan Jepang terkait FTA produk perikanan dan hasil laut. • Terealisasinya penambahan titik-titik lokasi pengiriman ekspor hasil perikanan . Tujuannya agar mendekatkan sumber produksi perikanan dengan lokasi pengiriman • Terealisasinya penambahan variasi moda transportasi pengiriman produk perikanan ke negara tujuan ekspor • Menurunnya ekspor perikanan dan hasil laut dapat disebabkan oleh adanya penerapan bea masuk untuk produk perikanan dan hasil laut Indonesia. • Indonesia tengah menunggu hasil kajian Amerika Serikat (AS) terkait fasilitas keringanan bea masuk melalui program Generalized System of Preferences (GSP). Jika GSP dicabut, berpotensi akan menurunkan ekspor ke AS. 120 Lampiran : Perikanan dan Hasil Laut Dunia Bertujuan untuk mencegah destructive fishing dan perdagangan illegal terutama terhadap ikan berekonomis tinggi yang stocknya terbatas. Yang termasuk ikan berekonomis tinggi adalah bawal bintang, kakap, teripang, kerapu, ikan hias seperti clown fish, blue devil, dan banggai cardinal. 1) Peraturan tersebut berdampak pada beberapa pembudidaya ikan kerapu yang merugi akibat penumpukan stok hasil tangkap karena pembatasan pelabuhan muat singgah kapal asing dan bobot kapal. 2) Akibatnya beberapa pembudidaya beralih ke jenis ikan non kerapu dan beberapa menutup usaha kerapunya. 3) Kementerian Kelautan dan Perikanan memberikan program diversifikasi komoditas budidaya ke non kerapu kepada pembudidaya yang terkena dampak tersebut. “Menjaga Kelestarian Ekosistem Laut dan Meningkatkan Kesejahteraan Nelayan” Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 2 tahun 2015 Bertujuan untuk menjaga kelestarian sumber daya perikanan dan ekosistem laut Indonesia dari penggunaan alat tangkap pukat yang beresiko merusak ekositem laut. 1) Permohonan uji materiil terhadap Pasal 2, Pasal 4, dan Pasal 5 kepada Mahkamah Agung. 2) Permohonan nelayan ditolak karena permohonan sudah pernah diajukan oleh pihak lain, yang putusannya adalah menolak permohonan hak uji materiil pemohon. 3) Akibat demo nelayan, Menteri Kelautan dan Perikanan memberikan 2 kali perpanjangan penggunaan Cantrang (salah satu alat tangkap pukat). Izin pertama berakhir tahun 2016, lalu diperpanjang hingga akhir tahun 2017. 4) Pada awal tahun 2018, penggunaan Cantrang diizinkan hingga batas waktu yang tidak ditentukan bersamaan dengan pembagian alat tangkap baru untuk mengganti Cantrang kedepannya. 5) Data Kementerian Kelautan dan Perikanan menunjukkan dari tahun 2001-2012 tingkat penggunaan cantrang terus meningkat hingga mencapai 28.442. Meskipun data tersebut bukan merupakan data terbaru, tetapi data tersebut mengindikasi bahwa cantrang merupakan alat tangkap yang secara umum digunakan nelayan. Tabel Pembagian Alat Tangkap Ikan Ramah Lingkungan Tahun 2015 2016 2017 Oktober 2018 Jumlah 137 1529 7255 1702 Sumber: Kumparan, Oktober 2018 “Menjaga Wilayah Teritori Kelautan Republik Indonesia” Surat Edaran Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 0600/MEN-KP/XI/2014 1) 2) 3) 4) Bertujuan untuk memastikan bahwa tidak ada bagian kepemilikan asing dalam perusahaan perikanan tangkap berbendera Indonesia. Pemerintah memutuskan kapal seberat 30 GT wajib memiliki surat izin penangkapan ikan (SIPI), surat izin usaha perikanan (SIUP), dan surat izin kapal pengangkutan ikan (SIKPI) yang dikeluarkan pemerintah pusat. Kementerian Kelautan dan Perikanan (membuka gerai pengajuan surat perizinan di 12 titik potensial di Indonesia. Karena prosedur pengajuan surat izin konvensional tidak efektif, pemerintah membuat sistem Online Single Submission (OSS) untuk mempermudah prosedur bagi nelayan. Pengurusan surat izin terhambat lamanya surat yang dikeluarkan pemerintah pusat. Akibatnya banyak nelayan yang tidak dapat pergi melaut. Pembagian Alat Tangkap Ikan Baru Ramah Lingkungan Papua Maluku 53 63 Sulawesi Nusa Tenggara Kalimantan 64 111 SIPI/SIKPI Kapal Di atas 30 GT 120 154 230 423 399 148 2410 Jawa Sumatera SIUP Aktif 727 2254 1135 121 Lampiran : Perikanan dan Hasil Laut Dunia Ekspor Perikanan dan Hasil Laut Dunia berdasarkan Negara Eskpor Hasil Laut dan Perairan Dunia Berdasarkan Negara Asal (Juta USD) HS Code 2011 Grand Total '03 & 16 '03 & 16 '03 & 16 Tiongkok Norwegia Viet Nam 2012 2013 2014 2015 Growth Ekspor Hasil Laut dan Perairan Lainnya yoy % 2016 2017 121,406 122,223 132,406 140,062 125,690 135,061 146,606 16,988 18,142 19,454 20,887 19,587 20,017 20,426 9,100 6,112 8,575 6,089 10,115 10,538 6,666 8,898 7,764 10,513 6,546 7,036 Proporsi 2017 CAGR 20102017 100% 13.93% 2013 2014 2015 2016 2017 0.67% 8.33% 5.78% -10.26% 7.46% 8.55% 28.46% 6.79% 7.23% 7.37% 2.19% 2.04% 4.19% -15.57% 18.15% 5.02% 3.74% 4.80% 7,036 2012 5.26% 18.57% 6.41% 7.53% 11,040 2011 4.95% '03 & 16 India 3,212 3,282 5,034 5,359 4,580 5,209 6,665 4.55% 17.44% '03 & 16 Amerika Serikat 5,082 5,025 5,134 5,257 5,088 4,969 5,393 3.68% 4.26% '03 & 16 Chile 3,565 3,458 4,122 4,950 4,026 4,434 5,246 3.58% 10.92% '03 & 16 Kanada 3,698 3,707 3,834 3,992 4,184 4,414 4,804 3.28% 5.08% '03 & 16 Spanyol 3,796 3,647 3,678 3,770 3,497 3,807 4,321 2.95% 4.66% '03 & 16 Indonesia 3,184 3,596 3,846 4,248 3,603 3,863 4,203 2.87% 7.34% '03 & 16 Swedia 2,655 2,696 3,406 3,703 3,529 4,285 4,000 2.73% 7.13% '03 & 16 Lainnya 64,013 64,007 67,118 69,595 62,152 66,513 73,471 50.11% 6.55% -5.76% 17.95% -6.22% 21.84% -0.39% 9.49% 16.47% -15.69% 48.44% 2.19% 53.36% 6.46% -14.53% 13.74% 27.95% 26.17% -1.13% 2.39% 40.35% -3.02% 19.22% 20.08% -18.66% 10.15% 18.30% 2.18% -3.21% 7.48% -2.34% 0.00% 8.54% 8.87% 0.24% 3.42% 4.13% 4.80% 5.50% 20.80% -3.93% 0.83% 2.52% -7.23% 8.86% 13.50% 24.37% 12.93% 7.48% 4.14% 15.74% 6.95% 10.45% -15.17% 7.20% 8.80% -4.71% 21.45% -6.66% 1.53% 26.35% 8.74% -0.01% 3.69% -10.70% 4.86% 8.84% 7.02% 10.46% Ekspor Perikanan dan Hasil Laut Dunia berdasarkan Jenis Eskpor Hasil Laut dan Perairan Dunia Berdasarkan Jenis (Juta USD) 2011 0301 2012 2013 2014 Growth Ekspor Hasil Laut dan Perairan Lainnya yoy % 2015 2016 2017 0303 0304 0305 0306 0307 Ikan Hidup Ikan Segar atau Dingin, Tidak Termasuk Fillet Ikan Beku, Tidak Termasuk Fillet Ikan Fillet Ikan Kering, Asin/Diasapi Krustasea Moluska 0308 Hasil Laut dan Perairan Lainnya 1603 Ekstrak dan Jus Ikan, Krustasea, Moluska Ikan diolah atau diawetkan 206 14,413 187 16,523 214 17,342 212 16,625 219 14,774 250 14,506 252 16,279 Krustasea, moluska dan invertebrata lainnya, diolah atau diawetkan Grand Total 10,707 121,406 10,388 122,223 10,800 132,406 11,369 140,062 10,137 125,690 10,646 135,061 11,418 146,606 0302 1604 1605 Proporsi 2017 CAGR 2010-2017 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 13.98% 1.27% 5.90% -6.47% -4.54% 1.01% -3.16% 1,984 2,009 2,128 1,990 1,900 1,919 1,858 1.27% 0.94% 15,051 14,844 17,833 18,548 16,876 19,765 20,156 13.75% 5.28% 7.08% -1.38% 20.14% 4.01% -9.01% 17.12% 1.98% 21,632 20,642 5,641 19,771 11,360 22,356 19,834 5,485 19,602 10,483 23,125 20,610 5,670 23,093 10,908 23,168 22,141 5,963 27,306 11,976 20,384 20,093 5,472 23,600 11,580 21,666 21,399 5,672 25,711 12,921 24,401 22,854 6,009 29,207 13,503 16.64% 15.59% 4.10% 19.92% 9.21% 4.70% 3.98% 3.10% 7.94% 6.55% 22.25% 18.70% 16.26% 15.60% 31.14% 3.34% -3.91% -2.77% -0.85% -7.72% 3.44% 3.91% 3.38% 17.81% 4.05% 0.19% 7.42% 5.16% 18.24% 9.79% -12.02% -9.25% -8.24% -13.57% -3.30% 6.29% 6.50% 3.66% 8.95% 11.58% 12.62% 6.80% 5.93% 13.60% 4.50% 512 683 765 655 606 667 0.46% NA 10.14% NA 0.17% NA NA 33.53% 11.94% -14.37% -7.49% -5.84% -9.30% 14.57% -0.98% 3.51% 14.00% 0.87% 18.79% 14.64% 4.95% -4.13% -11.13% -1.82% 12.23% 11.10% 2.06% 4.29% 7.79% 4.23% 25.36% -2.98% 3.97% 5.27% -10.84% 5.03% 7.25% 100% 5.26% 18.57% 0.67% 8.33% 5.78% -10.26% 7.46% 8.55% 122 Lampiran : Perikanan dan Hasil Laut Dunia Impor Perikanan dan Hasil Laut Dunia berdasarkan Negara Impor Hasil Laut dan Perairan Dunia Berdasarkan Negara Asal (Juta USD) HS Code '03 & 16 '03 & 16 '03 & 16 '03 & 16 '03 & 16 Keterangan 2011 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 17,317 16,979 5,588 6,952 6,592 17,395 17,579 5,489 6,071 6,003 18,757 14,969 5,994 6,163 6,510 21,107 14,442 6,583 6,662 6,513 19,603 13,047 6,328 6,209 5,723 20,326 13,624 6,918 6,883 6,123 22,481 14,739 8,071 7,711 6,674 15.51% 10.17% 5.57% 5.32% 4.61% 5.61% 0.32% 9.18% 2.96% 1.89% 12.83% 17.76% 27.99% 10.63% 12.62% 0.45% 3.54% -1.76% -12.68% -8.92% 7.83% -14.85% 9.19% 1.52% 8.44% 12.53% -3.52% 9.84% 8.09% 0.05% -7.13% -9.66% -3.88% -6.79% -12.13% 3.69% 4.43% 9.32% 10.86% 6.98% 10.60% 8.19% 16.67% 12.02% 9.01% 532 6,056 5,490 3,736 3,245 51,428 123,914 643 5,370 5,159 3,553 3,252 51,986 122,500 715 5,581 5,650 3,466 4,097 55,660 127,563 1,050 5,912 6,052 4,037 4,381 57,437 134,176 1,043 5,343 5,305 4,119 4,069 50,205 120,993 1,088 5,960 5,708 4,379 4,838 52,382 128,230 6,560 6,359 6,018 4,835 4,569 56,888 144,906 4.53% 4.39% 4.15% 3.34% 3.15% 39.26% 100% 53.35% 2.85% 3.59% 7.03% 6.57% 4.25% 4.72% 61.80% 15.90% 16.80% 24.29% 10.88% 20.99% 18.06% 20.82% -11.33% -6.03% -4.89% 0.20% 1.09% -1.14% 11.18% 3.94% 9.54% -2.45% 26.01% 7.07% 4.13% 46.87% 5.93% 7.11% 16.47% 6.92% 3.19% 5.18% -0.65% -9.63% -12.35% 2.02% -7.12% -12.59% -9.83% 4.33% 11.55% 7.60% 6.31% 18.90% 4.34% 5.98% 502.88% 6.69% 5.43% 10.43% -5.56% 8.60% 13.01% Amerika Serikat Jepang Tiongkok Spanyol Prancis '03 & 16 Viet Nam '03 & 16 Italia '03 & 16 Jerman '03 & 16 Korea Selatan '03 & 16 Swedia '03 & 16 Lainnya Grand Total 2012 2013 2014 2015 Growth Ekspor Hasil Laut dan Perairan Lainnya yoy % 2016 CAGR Proporsi 2017 2010-2017 2017 Ekspor Perikanan dan Hasil Laut Dunia berdasarkan Jenis Impor Hasil Laut dan Perairan Dunia Berdasarkan Jenis (Juta USD) HS Code 0301 0302 0303 0304 0305 0306 0307 Keterangan 2011 Ikan Hidup Ikan Segar atau Dingin, Tidak Termasuk Fillet Ikan Beku, Tidak Termasuk Fillet Ikan Fillet Ikan Kering, Asin/Diasapi Krustasea Moluska 1,852 14,533 24,908 21,595 5,852 20,126 11,398 0308 Hasil Laut dan Perairan Lainnya 1603 Ekstrak dan Jus Ikan, Krustasea, Moluska 1604 Ikan diolah atau diawetkan 1605 Krustasea, moluska dan invertebrata lainnya, diolah atau diawetkan Grand Total 2012 1,894 14,178 23,902 21,424 5,601 19,537 9,862 185 1,899 19,051 21,529 22,363 5,699 23,103 11,006 692 210 15,987 9,195 133,722 2016 1,693 16,163 20,721 21,582 5,416 21,846 9,794 751 216 16,842 8,361 126,811 Growth Impor Hasil Laut dan Perairan Lainnya yoy % 2015 1,770 17,877 22,996 23,523 6,003 25,155 10,248 798 210 16,205 8,195 121,757 2014 2,084 16,855 22,849 21,951 5,680 21,351 9,830 762 197 14,252 8,846 123,546 2013 731 217 14,140 8,434 120,691 14,008 8,222 127,828 2017 1,803 19,852 25,150 24,214 6,057 28,763 12,772 913 244 15,383 9,289 144,439 Proporsi 2017 CAGR 2010-2017 1.25% 13.74% 17.41% 16.76% 4.19% 19.91% 8.84% 0.63% 0.17% 10.65% 6.43% 100% 0.09% 5.70% 3.32% 4.00% 2.55% 7.56% 5.07% #DIV/0! 2011 3.33% 7.91% 24.51% 17.40% 15.20% 16.52% 26.18% #DIV/0! 5.67% 3.54% 3.63% 4.73% 11.73% 18.17% 22.21% 18.22% 2012 2.29% -2.44% -4.04% -0.79% -4.28% -2.92% -13.48% #DIV/0! 6.41% 13.71% -7.37% -1.45% 2013 2014 2015 10.04% 18.89% -4.41% 2.46% 1.41% 9.29% -0.32% -15.06% 6.06% 0.65% 7.16% 5.68% 17.82% 4.25% -4.39% -9.58% -9.89% -8.25% -9.77% -13.16% -4.43% 4.80% -5.93% 6.58% 3.93% 2.03% 4.15% 2.95% -5.07% 9.98% 5.45% 2016 2017 12.19% 17.87% 3.90% 3.62% 5.23% 5.75% 12.37% -5.03% 4.20% 16.82% 8.28% 6.27% 24.50% 16.05% -7.93% 5.70% 24.84% -3.04% -11.56% -8.28% -9.75% 3.59% -0.93% -2.51% 5.91% 12.27% 9.81% 12.97% 12.99% 123 Lampiran : Perikanan dan Hasil Laut Dunia Impor Perikanan dan Hasil Laut Dunia berdasarkan Negara Impor Hasil Laut dan Perairan Dunia Berdasarkan Negara Asal (Juta USD) HS Code '03 & 16 '03 & 16 '03 & 16 '03 & 16 '03 & 16 Keterangan 2011 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 17,317 16,979 5,588 6,952 6,592 17,395 17,579 5,489 6,071 6,003 18,757 14,969 5,994 6,163 6,510 21,107 14,442 6,583 6,662 6,513 19,603 13,047 6,328 6,209 5,723 20,326 13,624 6,918 6,883 6,123 22,481 14,739 8,071 7,711 6,674 15.51% 10.17% 5.57% 5.32% 4.61% 5.61% 0.32% 9.18% 2.96% 1.89% 12.83% 17.76% 27.99% 10.63% 12.62% 0.45% 3.54% -1.76% -12.68% -8.92% 7.83% -14.85% 9.19% 1.52% 8.44% 12.53% -3.52% 9.84% 8.09% 0.05% -7.13% -9.66% -3.88% -6.79% -12.13% 3.69% 4.43% 9.32% 10.86% 6.98% 10.60% 8.19% 16.67% 12.02% 9.01% 532 6,056 5,490 3,736 3,245 51,428 123,914 643 5,370 5,159 3,553 3,252 51,986 122,500 715 5,581 5,650 3,466 4,097 55,660 127,563 1,050 5,912 6,052 4,037 4,381 57,437 134,176 1,043 5,343 5,305 4,119 4,069 50,205 120,993 1,088 5,960 5,708 4,379 4,838 52,382 128,230 6,560 6,359 6,018 4,835 4,569 56,888 144,906 4.53% 4.39% 4.15% 3.34% 3.15% 39.26% 100% 53.35% 2.85% 3.59% 7.03% 6.57% 4.25% 4.72% 61.80% 15.90% 16.80% 24.29% 10.88% 20.99% 18.06% 20.82% -11.33% -6.03% -4.89% 0.20% 1.09% -1.14% 11.18% 3.94% 9.54% -2.45% 26.01% 7.07% 4.13% 46.87% 5.93% 7.11% 16.47% 6.92% 3.19% 5.18% -0.65% -9.63% -12.35% 2.02% -7.12% -12.59% -9.83% 4.33% 11.55% 7.60% 6.31% 18.90% 4.34% 5.98% 502.88% 6.69% 5.43% 10.43% -5.56% 8.60% 13.01% Amerika Serikat Jepang Tiongkok Spanyol Prancis '03 & 16 Viet Nam '03 & 16 Italia '03 & 16 Jerman '03 & 16 Korea Selatan '03 & 16 Swedia '03 & 16 Lainnya Grand Total 2012 2013 2014 2015 Growth Ekspor Hasil Laut dan Perairan Lainnya yoy % 2016 CAGR Proporsi 2017 2010-2017 2017 Impor Perikanan dan Hasil Laut Dunia berdasarkan Jenis Impor Hasil Laut dan Perairan Dunia Berdasarkan Jenis (Juta USD) HS Code 0301 0302 0303 0304 0305 0306 0307 Keterangan 2011 Ikan Hidup Ikan Segar atau Dingin, Tidak Termasuk Fillet Ikan Beku, Tidak Termasuk Fillet Ikan Fillet Ikan Kering, Asin/Diasapi Krustasea Moluska 1,852 14,533 24,908 21,595 5,852 20,126 11,398 0308 Hasil Laut dan Perairan Lainnya 1603 Ekstrak dan Jus Ikan, Krustasea, Moluska 1604 Ikan diolah atau diawetkan 1605 Krustasea, moluska dan invertebrata lainnya, diolah atau diawetkan Grand Total 2012 1,894 14,178 23,902 21,424 5,601 19,537 9,862 185 1,899 19,051 21,529 22,363 5,699 23,103 11,006 692 210 15,987 9,195 133,722 2016 1,693 16,163 20,721 21,582 5,416 21,846 9,794 751 216 16,842 8,361 126,811 Growth Impor Hasil Laut dan Perairan Lainnya yoy % 2015 1,770 17,877 22,996 23,523 6,003 25,155 10,248 798 210 16,205 8,195 121,757 2014 2,084 16,855 22,849 21,951 5,680 21,351 9,830 762 197 14,252 8,846 123,546 2013 731 217 14,140 8,434 120,691 14,008 8,222 127,828 2017 1,803 19,852 25,150 24,214 6,057 28,763 12,772 913 244 15,383 9,289 144,439 Proporsi 2017 CAGR 2010-2017 1.25% 13.74% 17.41% 16.76% 4.19% 19.91% 8.84% 0.63% 0.17% 10.65% 6.43% 100% 0.09% 5.70% 3.32% 4.00% 2.55% 7.56% 5.07% #DIV/0! 2011 3.33% 7.91% 24.51% 17.40% 15.20% 16.52% 26.18% #DIV/0! 5.67% 3.54% 3.63% 4.73% 11.73% 18.17% 22.21% 18.22% 2012 2.29% -2.44% -4.04% -0.79% -4.28% -2.92% -13.48% #DIV/0! 6.41% 13.71% -7.37% -1.45% 2013 2014 2015 10.04% 18.89% -4.41% 2.46% 1.41% 9.29% -0.32% -15.06% 6.06% 0.65% 7.16% 5.68% 17.82% 4.25% -4.39% -9.58% -9.89% -8.25% -9.77% -13.16% -4.43% 4.80% -5.93% 6.58% 3.93% 2.03% 4.15% 2.95% -5.07% 9.98% 5.45% 2016 2017 12.19% 17.87% 3.90% 3.62% 5.23% 5.75% 12.37% -5.03% 4.20% 16.82% 8.28% 6.27% 24.50% 16.05% -7.93% 5.70% 24.84% -3.04% -11.56% -8.28% -9.75% 3.59% -0.93% -2.51% 5.91% 12.27% 9.81% 12.97% 12.99% 124 Lampiran : Perikanan dan Hasil Laut Dunia Nilai ekspor Perikanan dan Hasil Laut Indonesia berdasarkan Negara (Juta USD) Ekspor Hasil Laut dan Perairan Indonesia Berdasarkan Jenis (Juta USD) HS Code Keterangan Ikan Hidup 0301 0302 2011 Ikan Segar atau Dingin, Tidak Termasuk Fillet Ikan Beku, Tidak Termasuk Fillet 0303 Ikan Fillet 0304 Ikan Kering, Asin/Diasapi 0305 Krustasea 0306 Hasil Laut dan Perairan Lainnya 0308 2013 2014 2015 2016 2017 CAGR Proporsi 2010Jan-Nov Jan-Nov 2018 2017 2017 2017 Growth Ekspor Hasil Laut dan Perairan Lainnya yoy % Jan-Nov Jan-Nov 2013 2014 2015 2016 2017 2017 2018 2012 48 61 63 60 60 70 70 63 41 206 179 150 172 129 110 102 17.17 422 520 467 408 329 389 471 466 336 11.22% 5.40% 29.30% 23.24% -10.19% -12.71% -19.23% 18.15% 21.20% -1.19% -27.90% 302 423 384 414 431 427 446 374 464 10.61% 8.23% 17.91% 40.08% -9.25% 7.68% 4.32% -16.02% 23.90% 92 126 81 78 61 62 68 196 197 175 174 232 343 401 1.66% 2011 218 1,162 1,207 1,481 1,815 1,356 1,464 1,690 Moluska 0307 2012 -0.25% -9.26% -35.50% 2.61% -10.25% -6.88% -5.18% -13.14% -16.30% 14.57% -24.71% -15.28% 1.81% -21.73% 25.34% 4.72% -5.82% 1.02% 16.23% -6.73% -83.20% 4.15% -0.79% 63 70 1.62% -0.82% 27.67% 37.13% -36.06% -3.70% -21.87% 2.29% 9.59% -7.65% 11.38% 1,529 1,468 40.20% 8.74% 23.60% 3.86% 22.77% 22.54% -25.28% 7.97% 15.39% -9.53% -3.94% 345 494 9.54% 18.01% 55.77% 0.78% -11.60% -0.53% 33.70% 47.75% 16.89% -13.83% 43.13% - 13 26 15 17 15 16 13 15 0.38% 0.00% #DIV/0! #DIV/0! 104.49% -44.67% 19.82% -11.56% 4.20% -16.09% 15.10% 1603 Ekstrak dan Jus Ikan, Krustasea, Moluska 1 2 0 0 0 1 1 0.5 1 0.01% -9.79% 26.22% 47.11% -77.21% -2.94% -16.45% 50.26% -5.69% -12.61% 34.38% 1604 Ikan diolah atau diawetkan Krustasea, moluska dan invertebrata lainnya, diolah atau diawetkan 326 410 424 398 339 328 406 372 420 9.66% 9.58% 52.15% 26.01% 3.41% -6.22% -14.81% -3.26% 23.81% -8.27% 12.89% 418 431 565 737 605 634 525 482 643 12.49% 6.87% 26.72% 3.06% 31.14% 30.57% -17.91% 4.70% -17.18% -8.12% 33.40% 3,812 3,971 8.80% -9.31% 4.17% 1605 Grand Total 3,184 3,596 3,846 4,248 3,603 3,863 4,203 100% 7.34% 24.37% 12.93% 6.95% 10.45% -15.17% 7.20% Nilai ekspor Perikanan dan Hasil Laut Dunia berdasarkan Jenis (Juta USD) Ekspor Hasil Laut dan Perairan Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan (Juta USD) Keterangan 2010 2012 2013 2014 2015 2016 HS Code 2017 Proporsi 2017 CAGR 20102017 2011 Growth Ekspor Hasil Laut dan Perairan Lainnya yoy % 2012 2013 2014 2015 2016 2017 03&16 Amerika Serikat 870 1,147 1,331 1,840 1,452 1,615 1,815 43.19% 11.07% 23.07% 7.06% 16.10% 38.25% -21.08% 11.22% 12.37% 03&16 03&16 03&16 Jepang Tingkok Viet Nam 668 74 59 825 190 129 774 276 114 709 233 124 600 223 139 596 274 193 653 297 177 15.54% 7.06% 4.22% -0.32% 21.99% 17.05% 17.83% 74.59% 87.24% 4.82% 47.45% 17.16% -6.19% 45.41% -11.53% -8.38% -15.55% 8.44% -15.41% -4.39% 12.13% -0.65% 22.74% 38.90% 9.63% 8.41% -8.20% 03&16 Thailand 96 205 204 162 98 117 160 3.81% 7.51% 13.21% 88.20% -0.54% -20.51% -39.87% 20.01% 36.61% 03&16 Taipei 45 68 65 69 77 88 103 2.44% 12.59% 0.76% 50.57% -3.72% 5.80% 10.91% 14.93% 16.43% 03&16 Italia 32 54 66 88 84 78 98 2.34% 17.21% 104.96% -18.56% 22.83% 32.69% -4.02% -8.14% 26.73% 03&16 Malaysia 55 88 92 88 135 108 93 2.21% 7.82% 23.92% 28.95% 5.45% -4.37% 52.39% -19.48% -14.34% 03&16 Hong Kong 103 79 74 67 62 72 87 2.06% -2.43% -28.38% 6.85% -6.26% -9.58% -7.28% 16.19% 20.47% 03&16 Grand Total Lainnya 558 812 848 866 734 722 720 17.13% 3.70% 29.86% 11.94% 4.48% 2.17% -15.30% -1.66% -0.24% 2,560 3,596 3,846 4,248 3,603 3,863 4,203 100% 7.34% 24.37% 12.93% 6.95% 10.45% -15.17% 7.20% 8.80% Nilai ekspor Perikanan dan Hasil Laut Dunia berdasarkan Jenis (Juta USD) Ekspor Hasil Laut dan Perairan Indonesia Berdasarkan Jenis (Ribu Ton) HS Code Keterangan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 0301 Ikan Hidup 7 11 17 17 11 10 5 0302 0303 Ikan Segar atau Dingin, Tidak Termasuk Fillet 90 92 98 68 67 59 33 Ikan Beku, Tidak Termasuk Fillet 397 431 426 415 210 214 248 Ikan Fillet 74 91 81 88 95 96 86 0304 0305 0306 0307 Ikan Kering, Asin/Diasapi 17 24 17 17 16 14 11 Krustasea 132 138 146 161 153 164 186 Moluska 89 85 87 85 107 125 120 - 11 12 12 11 7 7 0308 Hasil Laut dan Perairan Lainnya 1603 1604 1605 Ekstrak dan Jus Daging, Ikan dan Krustasea, Moluska Atau Invertebrata Air Lainnya Ikan diolah atau diawetkan; Kaviar atau pengganti Kaviar yang diolah dari telur ikan 0 0 0 0 0 0 0 89 95 95 106 90 86 83 51 55 61 Krustasea, moluska dan invertebrata lainnya, diolah atau diawetkan 53 Grand Total 948 1,029 1,035 1,031 63 67 46 825 841 825 Growth Ekspor Hasil Laut dan Perairan Lainnya yoy % Propo CAGR Jan-Aug Jan-Aug Jan-Nov Jan-Nov rsi 20102011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2017 2018 2017 2018 2017 2017 - 24.74 51.24 54.51 11.96 47.79 7 3 0.48% 8.79% % % % 0.06% -35.10% % % 43.17% -55.00% 14.07 12.45 43.88 49 38 5.50% % 5.79% 2.03% 6.96% 30.70% -1.17% % % 48.93% -22.80% 28.49 15.79 258 197 % 6.97% 3.27% 8.54% 1.22% -2.46% -49.33% 1.59% % 4.40% -23.77% 12.27 - 22.85 10.43 67 85 % 2.16% 0.68% % % 8.59% 8.20% 0.10% -9.68% -22.56% 27.00% 12.22 34.68 38.72 27.19 14.90 23.97 11 10 1.43% % % % % 0.56% -6.45% % % 3.53% -9.01% 23.21 13.14 153 161 % 6.04% 6.78% 4.66% 5.72% 10.49% -5.13% 7.62% % -17.68% 4.90% 20.45 10.63 49.19 16.57 108 141 % % % 4.08% 1.80% -1.33% 25.84% % -3.82% -10.38% 30.98% #DIV/ #DIV/ #DIV/ 12.75 42.01 5 8 1.09% 0! 0! 0! % -4.67% -2.64% % 6.02% -28.34% 51.31% 32.56 108.1 44.44 38.95 0 1 0.07% 0.33% % 9% 2.25% 36.54% -25.97% % % 51.52% 151.16% 25.32 83 30 4.32% 2.19% % 6.93% 0.14% 11.65% -15.23% 4.77% -3.77% 0.56% -64.00% 15.06 31.23 44 19 2.69% 0.07% % 2.80% 8.02% 9.70% 3.43% 6.63% % -5.53% -57.33% 785 691 100% 1.49% 3.45% 8.56% 0.62% -0.35% -20.00% 1.92% -1.93% -4.75% -11.96% 125 Lampiran : Perikanan dan Hasil Laut Dunia Nilai ekspor Perikanan dan Hasil Laut Indonesia berdasarkan Negara (Juta USD) Ekspor Hasil Laut dan Perairan Indonesia Berdasarkan Jenis (Juta USD) HS Code Keterangan Ikan Hidup 0301 0302 2011 Ikan Segar atau Dingin, Tidak Termasuk Fillet Ikan Beku, Tidak Termasuk Fillet 0303 Ikan Fillet 0304 Ikan Kering, Asin/Diasapi 0305 Krustasea 0306 Hasil Laut dan Perairan Lainnya 0308 2013 2014 2015 2016 2017 CAGR Proporsi 2010Jan-Nov Jan-Nov 2018 2017 2017 2017 Growth Ekspor Hasil Laut dan Perairan Lainnya yoy % Jan-Nov Jan-Nov 2013 2014 2015 2016 2017 2017 2018 2012 48 61 63 60 60 70 70 63 41 206 179 150 172 129 110 102 17.17 422 520 467 408 329 389 471 466 336 11.22% 5.40% 29.30% 23.24% -10.19% -12.71% -19.23% 18.15% 21.20% -1.19% -27.90% 302 423 384 414 431 427 446 374 464 10.61% 8.23% 17.91% 40.08% -9.25% 7.68% 4.32% -16.02% 23.90% 92 126 81 78 61 62 68 196 197 175 174 232 343 401 1.66% 2011 218 1,162 1,207 1,481 1,815 1,356 1,464 1,690 Moluska 0307 2012 -0.25% -9.26% -35.50% 2.61% -10.25% -6.88% -5.18% -13.14% -16.30% 14.57% -24.71% -15.28% 1.81% -21.73% 25.34% 4.72% -5.82% 1.02% 16.23% -6.73% -83.20% 4.15% -0.79% 63 70 1.62% -0.82% 27.67% 37.13% -36.06% -3.70% -21.87% 2.29% 9.59% -7.65% 11.38% 1,529 1,468 40.20% 8.74% 23.60% 3.86% 22.77% 22.54% -25.28% 7.97% 15.39% -9.53% -3.94% 345 494 9.54% 18.01% 55.77% 0.78% -11.60% -0.53% 33.70% 47.75% 16.89% -13.83% 43.13% - 13 26 15 17 15 16 13 15 0.38% 0.00% #DIV/0! #DIV/0! 104.49% -44.67% 19.82% -11.56% 4.20% -16.09% 15.10% 1603 Ekstrak dan Jus Ikan, Krustasea, Moluska 1 2 0 0 0 1 1 0.5 1 0.01% -9.79% 26.22% 47.11% -77.21% -2.94% -16.45% 50.26% -5.69% -12.61% 34.38% 1604 Ikan diolah atau diawetkan Krustasea, moluska dan invertebrata lainnya, diolah atau diawetkan 326 410 424 398 339 328 406 372 420 9.66% 9.58% 52.15% 26.01% 3.41% -6.22% -14.81% -3.26% 23.81% -8.27% 12.89% 418 431 565 737 605 634 525 482 643 12.49% 6.87% 26.72% 3.06% 31.14% 30.57% -17.91% 4.70% -17.18% -8.12% 33.40% 3,812 3,971 8.80% -9.31% 4.17% 1605 Grand Total 3,184 3,596 3,846 4,248 3,603 3,863 4,203 100% 7.34% 24.37% 12.93% 6.95% 10.45% -15.17% 7.20% Nilai ekspor Perikanan dan Hasil Laut Dunia berdasarkan Jenis (Juta USD) Ekspor Hasil Laut dan Perairan Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan (Juta USD) Keterangan 2010 2012 2013 2014 2015 2016 HS Code 2017 Proporsi 2017 CAGR 20102017 2011 Growth Ekspor Hasil Laut dan Perairan Lainnya yoy % 2012 2013 2014 2015 2016 2017 03&16 Amerika Serikat 870 1,147 1,331 1,840 1,452 1,615 1,815 43.19% 11.07% 23.07% 7.06% 16.10% 38.25% -21.08% 11.22% 12.37% 03&16 03&16 03&16 Jepang Tingkok Viet Nam 668 74 59 825 190 129 774 276 114 709 233 124 600 223 139 596 274 193 653 297 177 15.54% 7.06% 4.22% -0.32% 21.99% 17.05% 17.83% 74.59% 87.24% 4.82% 47.45% 17.16% -6.19% 45.41% -11.53% -8.38% -15.55% 8.44% -15.41% -4.39% 12.13% -0.65% 22.74% 38.90% 9.63% 8.41% -8.20% 03&16 Thailand 96 205 204 162 98 117 160 3.81% 7.51% 13.21% 88.20% -0.54% -20.51% -39.87% 20.01% 36.61% 03&16 Taipei 45 68 65 69 77 88 103 2.44% 12.59% 0.76% 50.57% -3.72% 5.80% 10.91% 14.93% 16.43% 03&16 Italia 32 54 66 88 84 78 98 2.34% 17.21% 104.96% -18.56% 22.83% 32.69% -4.02% -8.14% 26.73% 03&16 Malaysia 55 88 92 88 135 108 93 2.21% 7.82% 23.92% 28.95% 5.45% -4.37% 52.39% -19.48% -14.34% 03&16 Hong Kong 103 79 74 67 62 72 87 2.06% -2.43% -28.38% 6.85% -6.26% -9.58% -7.28% 16.19% 20.47% 03&16 Grand Total Lainnya 558 812 848 866 734 722 720 17.13% 3.70% 29.86% 11.94% 4.48% 2.17% -15.30% -1.66% -0.24% 2,560 3,596 3,846 4,248 3,603 3,863 4,203 100% 7.34% 24.37% 12.93% 6.95% 10.45% -15.17% 7.20% 8.80% Volume ekspor Perikanan dan Hasil Laut Dunia berdasarkan Jenis (Ribu Ton) Ekspor Hasil Laut dan Perairan Indonesia Berdasarkan Jenis (Ribu Ton) HS Code Keterangan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 0301 Ikan Hidup 7 11 17 17 11 10 5 0302 0303 Ikan Segar atau Dingin, Tidak Termasuk Fillet 90 92 98 68 67 59 33 Ikan Beku, Tidak Termasuk Fillet 397 431 426 415 210 214 248 Ikan Fillet 74 91 81 88 95 96 86 0304 0305 0306 0307 Ikan Kering, Asin/Diasapi 17 24 17 17 16 14 11 Krustasea 132 138 146 161 153 164 186 Moluska 89 85 87 85 107 125 120 - 11 12 12 11 7 7 0308 Hasil Laut dan Perairan Lainnya 1603 1604 1605 Ekstrak dan Jus Daging, Ikan dan Krustasea, Moluska Atau Invertebrata Air Lainnya Ikan diolah atau diawetkan; Kaviar atau pengganti Kaviar yang diolah dari telur ikan 0 0 0 0 0 0 0 89 95 95 106 90 86 83 51 55 61 Krustasea, moluska dan invertebrata lainnya, diolah atau diawetkan 53 Grand Total 948 1,029 1,035 1,031 63 67 46 825 841 825 Growth Ekspor Hasil Laut dan Perairan Lainnya yoy % Propo CAGR Jan-Aug Jan-Aug Jan-Nov Jan-Nov rsi 20102011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2017 2018 2017 2018 2017 2017 - 24.74 51.24 54.51 11.96 47.79 7 3 0.48% 8.79% % % % 0.06% -35.10% % % 43.17% -55.00% 14.07 12.45 43.88 49 38 5.50% % 5.79% 2.03% 6.96% 30.70% -1.17% % % 48.93% -22.80% 28.49 15.79 258 197 % 6.97% 3.27% 8.54% 1.22% -2.46% -49.33% 1.59% % 4.40% -23.77% 12.27 - 22.85 10.43 67 85 % 2.16% 0.68% % % 8.59% 8.20% 0.10% -9.68% -22.56% 27.00% 12.22 34.68 38.72 27.19 14.90 23.97 11 10 1.43% % % % % 0.56% -6.45% % % 3.53% -9.01% 23.21 13.14 153 161 % 6.04% 6.78% 4.66% 5.72% 10.49% -5.13% 7.62% % -17.68% 4.90% 20.45 10.63 49.19 16.57 108 141 % % % 4.08% 1.80% -1.33% 25.84% % -3.82% -10.38% 30.98% #DIV/ #DIV/ #DIV/ 12.75 42.01 5 8 1.09% 0! 0! 0! % -4.67% -2.64% % 6.02% -28.34% 51.31% 32.56 108.1 44.44 38.95 0 1 0.07% 0.33% % 9% 2.25% 36.54% -25.97% % % 51.52% 151.16% 25.32 83 30 4.32% 2.19% % 6.93% 0.14% 11.65% -15.23% 4.77% -3.77% 0.56% -64.00% 15.06 31.23 44 19 2.69% 0.07% % 2.80% 8.02% 9.70% 3.43% 6.63% % -5.53% -57.33% 785 691 100% 1.49% 3.45% 8.56% 0.62% -0.35% -20.00% 1.92% -1.93% -4.75% -11.96% 126 Lampiran : Perikanan dan Hasil Laut Dunia Nilai Impor Perikanan dan Hasil Laut Indonesia berdasarkan Jenis (Juta USD) Impor Hasil Laut dan Perairan Indonesia Berdasarkan Jenis (Juta USD) HS Code Keterangan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 0 0 0 0 0 1 2 2 0 0 3 12 29 33 169 127 136 129 121 118 155 0301 Ikan Hidup 0302 Ikan Segar atau Dingin, Tidak Termasuk Fillet 0303 Ikan Beku, Tidak Termasuk Fillet 0304 Ikan Fillet 0305 Ikan Kering, Asin/Diasapi 0306 Krustasea 8 9 4 5 4 8 8 10 2 1 1 1 1 1 53 62 68 63 51 71 70 9 8 7 8 7 6 9 0307 Moluska 0308 Hasil Laut dan Perairan Lainnya Ekstrak dan Jus Daging, Ikan dan Krustasea, Moluska Atau 1603 Invertebrata Air Lainnya Ikan diolah atau diawetkan; Kaviar atau pengganti Kaviar 1604 yang diolah dari telur ikan Krustasea, moluska dan invertebrata lainnya, diolah atau 1605 diawetkan Total - 0 0 0 0 0 Growth Impor Hasil Laut dan Perairan Lainnya yoy % Jan-nov Jan-Nov 2013 2014 2015 2016 2017 2017 2018 Propo CAGR rsi 2010Jan-Nov Jan2011 2017 Nov2018 2017 2017 0.59% 11.17% 66.04 1 20 % 10.85 40.05% 43.21 32 54 % % 51.42 22.66 1.74% 140 152 % % 2.77% 0.11% 8 6 1.00% 0.31% -39.73% 67.85 1 1 % 23.19 121.1 16.51% 71 75 % 1% 2.84% -2.31% 12.42 9 8 % #DIV/ 0.13% #DIV/0! 0 1 0! 81.31 0.05% -8.94% 0 0 % 2017 0 1 1 1 1 1 0 0 8 11 15 22 20 26 21 20 18 3 4 2 3 3 5 3 2 1 262 224 234 236 219 267 301 285 2012 7.01% 15.75% 0.55% 67.69 % 16.06 100% 4.21% % 0.84% 5.65% 337 1733.79 % -46.88% -74.51% 53.85% 615.00% 144.76% 69.43% -38.41% -81.10% 27.41% 655.56% 259.98% 153.60% 12.08% -2.00% 68.49% -24.62% 6.66% -5.03% -5.87% -2.23% 30.88% -9.65% 8.47% 14.63% -54.18% 16.10% -28.11% 114.14% 8.44% -3.04% -22.94% -83.51% -48.44% 65.77% -30.74% 9.19% -15.67% -8.69% 60.69% 16.24% 10.21% -6.59% -20.14% 39.74% -1.30% 1.52% 5.40% -14.01% -4.09% 15.88% -13.95% -14.60% 38.08% 0.79% -1.82% #DIV/0! 82.35% -74.19% 89.69% 14.69% 5.09% -40.15% -34.03% -68.29% -15.02% 68.53% 2212.50 169.73% -20.64% -1.96% 53.84% % 46.11% 32.27% 46.01% -6.51% 31.03% -19.91% -4.85% -10.03% 52.25% -59.10% 80.63% -15.40% 76.11% -47.70% -2.42% -44.34% -14.39% 4.30% 0.94% -7.15% 21.54% 13.03% -5.51% 18.37% Nilai Impor Perikanan dan Hasil Laut Dunia berdasarkan Negara Asal (Juta USD) Ekspor Hasil Laut dan Perairan Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan (Juta USD) HS Code Keterangan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Proporsi 2017 CAGR 2010-2017 2017 Growth Ekspor Hasil Laut dan Perairan Lainnya yoy % 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 03&16 Tiongkok 107 65 68 66 52 48 92 30.38% 1.27% 27.87% -38.99% 3.87% -3.27% -21.34% -7.32% 03&16 Norwegia 5 3 6 14 20 35 35 11.70% 42.15% 73.73% -39.91% 105.45% 109.33% 47.08% 76.10% 0.84% 03&16 Kanada 15 17 20 24 21 19 29 9.78% 22.48% 111.67% 12.51% 20.05% 19.12% -12.21% -10.58% 54.70% 03&16 Amerika Serikat 14 18 17 15 14 22 17 5.69% 22.47% 246.05% 25.61% -7.62% -12.76% -4.29% 58.70% -22.35% 03&16 Jepang 26 16 12 13 19 24 17 5.68% -1.82% 36.14% -38.36% -25.13% 2.41% 54.32% 26.20% -29.83% 03&16 Pakistan 7 6 7 9 7 6 11 3.71% 15.67% 65.52% -3.67% 13.45% 18.23% -20.63% -19.12% 101.79% 03&16 Malaysia 3 4 8 11 12 17 11 3.69% 22.02% 19.99% 21.16% 105.33% 34.98% 5.02% 44.56% -34.17% 03&16 Oman 0 0 0 1 0 2 11 3.61% 92.03% 135.40% 57.89% -13.81% 243.09% -86.31% 959.41% 504.22% 5 11 03&16 Australia 1 91.23% 3 5 4 6 3.55% 36.06% -54.88% 389.46% 79.61% -13.98% 34.88% -5.86% 03&16 Taipei 4 5 11 11 10 8 7 2.30% -2.45% -50.48% 19.75% 133.47% -2.32% -14.21% -20.81% -8.51% 03&16 Lainnya 79 86 78 69 59 81 60 19.92% -5.90% -14.13% 9.06% -9.13% -11.28% -14.48% 36.69% -25.98% 262 224 234 236 219 267 301 100% 4.21% 16.06% -14.39% 4.30% 0.94% -7.15% 21.55% 13.03% Grand Total 99.26% Volume Impor Perikanan dan Hasil Laut Dunia berdasarkan Jenis (Ribu Ton) Impor Hasil Laut dan Perairan Indonesia Berdasarkan Jenis (Ribu Ton) HS Code Keterangan 0301 Ikan Hidup Ikan Segar atau 0302 Dingin, Tidak Termasuk Fillet Ikan Beku, Tidak 0303 Termasuk Fillet 0308 1603 1604 1605 2013 2014 2015 CAGR Proporsi 20102017 Jan-Nov 2017 Jan-Nov 2018 2017 2017 2016 Growth Impor Hasil Laut dan Perairan Lainnya yoy % 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Jan-Nov2017 Jan-Nov 2018 0 0 0 0 0 0 0 2 0.12% -17.31% -74.22% -97.84% -80.00% 300.00% 525.00% 208.00% 209.09% -54.78% 1658.68% 2 0 0 0 2 3 7 4 18 3.43% 11.51% -40.87% -89.19% -50.73% 338.61% 238.83% 108.06% 120.17% -41.63% 347.10% 208 139 134 121 115 100 162 146 122 80.74% -0.66% 22.84% -33.05% -3.58% -10.11% -4.76% -13.09% 61.80% -9.77% -16.39% 3 4 2 3 3 5 5 5 2 2.46% 9.73% -38.62% 47.45% -14.04% 80.91% -3.84% -7.14% -53.77% 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0.11% -52.18% -73.64% -98.79% -13.33% 42.31% -31.08% 49.02% 41.45% -32.75% 79.53% 7 9 9 7 6 7 10 6 6 4.93% 13.72% 64.61% 29.29% 2.38% -19.31% -14.75% 12.61% 45.73% -36.27% -7.60% Moluska 6 Hasil Laut dan Perairan Lainnya Ekstrak dan Jus Daging, Ikan dan Krustasea, Moluska Atau Invertebrata Air Lainnya 0 Ikan diolah atau diawetkan; Kaviar atau pengganti Kaviar yang diolah dari telur ikan 3 Krustasea, moluska dan invertebrata lainnya, diolah atau diawetkan 0 4 4 6 5 3 4 4 3 2.17% -8.88% -24.04% -35.45% 0.37% 37.53% -8.84% -41.74% 45.15% -16.74% -17.68% -0 0 0 0 0 0 0 0 0.00% #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 340.00% -95.45% 200.00% 133.33% 14.29% 46.33% 25.28% 0 0 0 0 0 0 0 0 0.07% -13.50% 61.63% 4 6 8 8 10 11 9 7 5.62% 21.92% 13.02% 26.56% 43.14% 36.44% -2.34% 36.70% -19.15% -22.66% 0 0 1 1 1 1 0 0 0.35% -40.10% -23.29% 161 156 146 139 130 200 174 161 100% -1.96% -12.97% -7.89% Ikan Fillet Ikan Kering, 0305 Asin/Diasapi 0307 2012 0 0304 0306 2011 Krustasea Grand Total 240 6.16% 2.34% 0.33% 32.56% 108.19% 2.25% -36.54% -25.97% -44.44% 38.95% 7.37% 6.95% -11.09% 24.94% -23.28% 120.33% -4.06% 20.77% -26.43% 4.37% -33.04% -2.89% -6.34% -4.78% -6.83% 54.39% 127 KAYU & FURNITURE KAYU (HS Code 44, 940161, 940169, 94033 s/d 94036) Kayu dan furniture kayu sebagai komoditas unggulan Kayu dan Furniture sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode EPD Lost Opportunity Rising Star Switzerland, Senegal, Kazakhstan, East Timor, Portugal, Oman, Algeria, Slovak Republic, Egypt, Peru, Guatemala, Kenya, Canada, United States, Maldives, United Arab Emirates, Belgium, Qatar, Colombia Denmark, Slovenia, Poland, Sweden, Finland, Singapore, Italy, France, Spain, Germany, Vietnam, Czech Republic, Australia, Austria Retreat + O - British Virgin Islands, Antigua dan Barbuda, Belarus, Somalia, Barbados, Iraq, Kamboja, Myanmar, Brunei, Tiongkok, India, India, Norwegia, Thailand, Saudi Arabia + New Zealand, Bangladesh, Brazil, Mexico, Malaysia, Hong Kong, China Macao, Ghana, Turkey, Argentina, Libya, Jordan, Ukraine, The United Kingdom, Japan, Iran, Sri Lanka, Korea, Rep., Venezuela, Namibia Falling Star Sebesar lebih dari 50 % negara tujuan ekspor Indonesia untuk komoditas kayu dan furniture kayu adalah negaranegara yang berada pada kawasan Asia, diantaranya Tiongkok, Jepang, Singapura, India, Malaysia, Filipina, Korea Selatan, dan Thailand. Dimana, importir terbesar komoditas kayu Indonesia adalah Tiongkok (13.77%) dan Jepang (10.76%). Namun ternyata, pangsa pasar ekspor untuk komoditas ini ke Amerika Serikat juga tidak bisa diremehkan. Sebesar 10.52% pangsa ekspor kayu dan furniture kayu Indonesia masuk ke Pasar Amerika Serikat (menempati peringkat ketiga). Kayu dan furniture kayu merupakan salah satu komoditas yang ditetapkan Kementerian Perdagangan sebagai salah satu dari komoditas ekspor potensial. Hingga Oktober 2018, kinerja ekspor sejak awal tahun tercatat sebesar US$ 9.4 miliar atau hampir melampaui kinerja sepanjang tahun 2017 di US$ 10.94 miliar. Kenaikan ekspor ini utamanya karena besarnya peningkatan permintaan dari pasar-pasar sebelumnya. Saat ini ekspor terbesar masih berpusat di kawasan Asia dengan nilai sebesar US$ 6,63 miliar, diikuti ekspor ke Amerika Utara senilai US$ 1,21 miliar dan Uni Eropa sebesar US$ 843,79 juta. Walaupun demikian, ternyata berdasarkan hasil EPD menunjukkan bahwa komoditas ini yang memiliki kinerja dan daya saing yang baik ada pada negara-negara Asia. Sedangkan, untuk tujuan Amerika Serikat terhitung Indonesia berada pada posisi lost opportunity. Negara-negara lain yang berada pada posisi ini adalah Switzerland, Senegal, Kazakhstan, East Timor, Portugal, Oman, Algeria, Slovak Republic, Egypt, Peru, Guatemala, Kenya, Canada, Maldives, United Arab Emirates, Belgium, Qatar, dan Colombia. Pada posisi Lost Opportunity, di negaranegara tersebut pada dasarnya Indonesia memiliki pangsa pasar yang cukup baik, namun Indonesia masih belum mampu bersaing untuk ekspor komoditas kayu dengan negara lain. Misalnya saja, Indonesia masih kalah bersaing dengan Vietnam, dimana ekspor kayu Indonesia terhalang masalah regulasi yang cukup menyulitkan (bahan baku kayu Indonesia harus bersertifikat yang pada akhirnya membuat bahan baku menjadi mahal). 129 Produk kayu dunia relatif stabil dengan Amerika Serikat sebagai Produsen Utama Produksi Kayu bulat (roundwood) dunia tahun 2016 tercatat sebesar 1.838 juta meter kubik, sedangkan produksi kayu gergaji (sawnwood) dunia sebesar 468 juta meter kubik. • Amerika Serikat merupakan negara produsen kayu terbesar dunia baik kayu bulat maupun kayu digergaji. Kawasan Amerika utara merupakan kawasan dengan dengan areal hutan terbesar dunia. Luas hutan Amerika Serikat yaitu 3,10 juta meter persegi dengan persentase hutan dan daratan 33,84%, sedangkan Kanada luas hutannya mencapai 5 juta km persegi atau hampir 50% luas wilayah darat di Kanada. • Kayu bulat dan kayu gergaji merupakan bahan baku untuk pembuatan furniture kayu. Total Produksi Roundwood Dunia Produksi Industrial Roundwood Dunia 1.826 1.808 1.704 1.447 1.000 1.687 1.710 13,3% 1.500 Growth Produksi 15% 10% 6,1% 1,4% 1,0% 5% 0,6% -0,4% -1,3% 500 20% 1.838 18,2% 1.833 Juta meter kubik 2.000 0% 0 -5% 2000 2010 2013 2014 2015 2014 2015 2016 2016 Amerika Serikat Rusia Tiongkok Kanada 145 136 138 143 128 158 151 149 148 139 149 169 162 198 191 188 162 180 357 355 357 355 336 2010 2013 164 1990 163 1980 Brazil Total Produksi Sandwood Dunia Juta meter kubik 500 Produksi Sawnwood Dunia 8,2% 20% 12,7% 10,0% 400 Growth Produksi 3,9% 10% 3,2% 3,1% 300 385 100 376 423 440 453 468 0% 200 2010 2013 2014 2015 2016 421 463 -2,4% -16,9% 1980 1990 2000 -10% 0 -20% Sumber : WTO 2018 Tiongkok 2014 2015 2016 Kanada Rusia 22 22 22 22 22 37 35 35 34 29 50 47 43 43 39 37 Amerika Serikat 2013 77 74 68 63 78 76 76 60 71 2010 Jerman 130 Produksi kayu Indonesia meningkat di tahun 2017 Produksi kayu bulat Tahun 2017 sebesar 40,01 juta m3, atau meningkat sebesar 4,41% dibandingkan produksi Tahun 2016. Dibandingkan dengan tahun 2015 -2016 sebesar 0,03 %, angka tahun 2016 – 2017 mengalami peningkatan. Kayu bulat dari hutan tanaman menyumbang 38,58.3. Grafik 1 : Total Produksi Roundwood Indonesia 4,41% 0,03% 38,31 38,32 2015 2016 Grafik 2 : 5 provinsi terbesar produksi kayu bulat dari hutan alam 40,01 2017 Grafik 2 : 5 provinsi terbesar produksi kayu bulat dari hutan tanaman m3 Kalimantan tengah 1.985.023 Kalimantan Timur Kalimantan Utara m3 Riau 1.174.476 Jambi 666.219 Papua 439.120 Papua barat 417.206 20.631.733 Kalimantan Timur 4.337.843 2.781.614 Kalimantan Barat 1.382.475 Kalimantan Tengah 1.239.736 Grafik 2 : 5 provinsi terbesar produksi kayu bulat dari izin pemanfaatan kayu m3 Papua 345.164 Kalimantan Utara 177.036 Kalimantan Tengah 78.339 Kalimantan Timur 74.763 Maluku 53.399 Sumber : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 131 Ekspor dan impor kayu dan furniture dunia meningkat selama 2 tahun terakhir Ekspor dan impor kayu & turunannya tumbuh pesat sejak 2015, Ditopang oleh meningkatnya permintaan akan kayu dan funiture kayu dari Tiongkok, AS, Kawasan EU dan Jepang • Nilai Ekspor kayu dunia tahun 2017 tercatat sebesar USD136,2 Juta atau tumbuh 7,2% dari tahun 2016 yang sebesar USD127,1 juta. Eksportir terbesar kayu dunia adalah Kanada dengan nilai ekspor sebesar USD14,1 miliar (10,3% dari total ekspor kayu dunia), Tiongkok menempel ketat dengan nilai ekspor sebesar USD13,6 miliar (10%). • Nilai impor USD142,9 miliar atau tumbuh 7,9% dari tahun 2016 yang senilai USD132,4 miliar. Importir terbesar kayu dunia adalah Tiongkok dengan nilai impor yang sebesar USD23,4 miliar atau 16,4% dari total impor kayu dunia. Di tempat kedua Amerika Serikat (14,8%), dan Jepang ditempat ketiga (7,2%) Nilai Ekspor & Impor Kayu Dunia 15% 40.000 -5% 20.000 69.133 64.120 5% 64.661 59.571 0% 10% 60.000 64.267 60.066 136.265 142.852 127.133 132.365 130.693 136.879 2013 124.515 131.525 118.752 125.789 2012 138.533 147.305 5% 50.000 80.000 10% 150.000 100.000 Nilai Ekspor Furniture Kayu Dunia Nilai Impor Furniture Kayu Dunia Growth Ekspor Growth Impor 67.182 61.999 200.000 Juta USD 62.134 58.666 Nilai Ekspor Kayu Dunia Nilai Impor Kayu Dunia Growth Ekspor 58.454 56.459 Juta USD Nilai Ekspor & Impor Furniture Kayu Dunia 2012 2013 2014 2015 2016 2017 0% -10% 0 -15% 2014 2015 2016 2017 Eksportir Kayu Dunia 2017 Kanada 10,3% Tiongkok 10,0% Amerika Serikat 7,2% Lainnya 44,7% 0 -5% importir Kayu Dunia 2017 Lainnya 37,4% Jerman 6,6% Malaysia 2,6% Rusia 5,8% Indonesia 2,9% Polandia Swedia 3,1% Austria 3,0% 3,7% Sumber : Trademap.org Tiongkok 16,4% Jepang 7,2% Austria 2,2% Korea Selatan 2,4% Amerika Serikat 14,8% Belanda 2,5% Jerman 6,2% Inggris Perancis Italia 4,9% 3,0% 3,1% 132 Pasar furniture dunia dikuasai oleh Tiongkok dan Vietnam, sementara Indonesia berada di posisi 9 Seiring dengan tingginya permintaan kayu, ekspor furniture kayu juga mengalami peningkatan. Di tahun 2017 ekspor furniture kayu tercatat sebesar USD69,2 miliar atau tumbuh 6,9% dari tahun 2016 yang hanya tumbuh 0,6%. Tiongkok masih menjadi eksportir terbesar furniture kayu dunia dengan menguasai 32,8%, disusul Vietnam yang tumbuh pesat 65% pada tahun 2017 dan menguasai 9,6% total ekspor furniture kayu dunia. Produk Furniture Vietnam menjadi pesaing utama Tiongkok, didukung oleh tenaga kerja melimpah dengan upah lebih murah dan perjanjian Free Trade Agreement dengan beberapa negara termasuk Amerika Serikat & Eropa yang memudahkan penetrasi produk Vietnam. Nilai Ekspor & Impor Kayu Dunia Denmark 1,8% Lainnya 24,6% Nilai Ekspor & Impor Furniture Kayu Dunia Amerika Serikat 31,86% Indonesia 1,9% Jerman 7,66% Inggris 6,12% Tiongkok 32,8% Amerika Serikat 2,4% Perancis 5,33% Kanada 2,4% Viet Nam Italia 9,6% 7,6% Malaysia 2,7% Polandia 7,3% Jerman 6,9% Sumber : Trademap.org Jepang 3,40% Lainnya 31,99% Australia 2,23% Kanada 3,32% Austria 1,91% Swiss 2,81% Belanda 3,37% 133 Sampai dengan November 2018, ekspor kayu dan furniture Indonesia tumbuh moderat • Nilai Ekspor kayu & furniture kayu Indonesia di tahun 2017 mencapai USD5,3 miliar atau tumbuh 3,2% dari tahun 2016. Di tahun 2018, sampai dengan November 2018 ekspor kayu tumbuh 12,1%, didorong oleh pertumbuhan ekspor ke Jepang yaitu jenis kayu lapis (plywood) yang sampai posisi september 2018 telah tumbuh 30% yoy dibanding periode yang sama 2017. Sejak bencana Tsunami yang melanda Fukushima tahun 2011 menyebabkan Jepang membutuhkan produk kayu lapis yang jumlahnya sangatlah besar. Selain Jepang, Korea Selatan juga pasar yang potensial dimana rata-rata pertumbuhan impor kayu lapis dari Indonesia sejak 2011 sebesar 20%. Negara tujuan ekspor kayu terbesar Indonesia adalah Jepang , Tiongkok, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Australia. • Sementara itu, ekspor furniture hanya tumbuh tipis 2,1% yoy. Salah satu indikasi penyebabnya adalah verifikasi legalitas kayu (SVLK) yang dinilai memberatkan pengusaha furniture di Indonesia. Penerapan SVLK ke seluruh negara tujuan ekspor. Padahal SVLK diterbitkan khusus oleh Uni Eropa. Furniture kayu, pasar ekspor tujuan Indonesia adalah Amerika Serikat yang paling besar yaitu 45% dari total ekspor furniture kayu Indonesia, diikuti negara-negara Eropa seperti Belanda, Inggris, Perancis, Jerman, dan Belgia. • Di sisi lain, sampai dengan posisi November 2019, impor kayu Indonesia tumbuh 11,7% yoy. Faktor para pelaku usaha melakukan impor kayu: (i) kurangnya bahan baku untuk produksi disebabkan akses bahan baku kayu di dalam negeri masih sulit (ii) panjangnya distribusi membuat harga kayu semakin tinggi sehingga industri merasa kesulitan (iii) Program tanam kembali tidak terencana dengan pasti Untuk impor kayu, Indonesia mendatangkan kayu antara lain dari negara Malaysia, Amerika Serikat, Tiongkok, dan Selandia baru. Nilai Ekspor & Impor Kayu & Furniture Kayu Indonesia Nilai Ekspor Kayu & Furniture Kayu Indonesia Nilai Impor Kayu & Furniture Kayu Indonesia Growth Ekspor 60% Growth Impor 40% 30% 5.000 30% 20% 4.000 20% 10% 3.000 0% 2.000 0% -10% 1.000 -10% 2014 2015 Sumber : Trademap.org 2016 2017 5.940 10% 1.353 6.298 6.107 888 -20% 2013 1.059 0 6.756 6.000 959 612 5.298 399 436 5.133 5.344 464 478 1.000 4.832 2.000 5.341 3.000 60% 50% 40% 4.000 8.000 7.000 50% 5.000 Volume Ekspor Kayu & Furniture Kayu Indonesia Volume Impor Kayu & Furniture Kayu Indonesia Growth Ekspor Growth Impor 1.104 6.000 Juta USD 5.538 Juta USD Volume Ekspor & Impor Kayu & Furniture Kayu Indonesia 0 -20% 2013 2014 2015 2016 2017 134 Ekspor produk kayu dan furniture Indonesia Pertumbuhan (% yoy) Juta USD Komoditi (Value) 2012 - Ekspor Kayu & Furniture Kayu 2013 2014 2015 2016 Jan-Nov 2017 2013 2018 4.560 4.832 5.341 5.344 5.133 5.298 2017 0,1% -4,0% 3,2% 10,0% 2,3% 554 -1,9% -3,0% -5,9% -8,7% 53,5% 17,0% 6,4% 3.449 3.635 4.071 4.006 3.865 4.004 4.096 5,4% 12,0% -1,6% -3,5% 3,6% 12,1% 2,4% 419 -0,7% -3,9% - Impor Kayu 478 401 398 464 436 383 359 399 331 510 1.111 1.197 1.270 1.339 1.268 1.294 - Impor Furniture Kayu 86 79 81 77 68 102 -6,2% -8,0% 54,3% 11,7% 6,4% 1.225 7,8% 6,1% 5,4% -5,3% 2,1% 3,5% 2,0% 135 -7,3% 1,7% -4,6% -11,8% 49,4% 37,4% 6,3% Pertumbuhan (% yoy) CAGR Jan-Nov 20132017 2018 Ribu ton Komoditi (Volume) 2016 5.321 6,0% 10,5% 487 - Ekspor Furniture Kayu 2015 612 - Impor Kayu & Furniture Kayu - Ekspor Kayu 2014 CAGR Jan-Nov 20132018 2017 2012 2013 2014 2015 2016 Jan-Nov 2017 2013 2018 - Ekspor Kayu & Furniture Kayu 4.895 5.538 6.756 6.298 6.107 - Impor Kayu & Furniture Kayu 890 1.104 959 1.059 888 - Ekspor Kayu 4.467 5.112 6.314 5.863 - Impor Kayu 849 1.065 918 - Ekspor Furniture Kayu 429 425 - Impor Furniture Kayu 41 39 2014 2015 2016 2017 5.940 6.475 13,1% 22,0% -6,8% -3,0% -2,7% 17,8% 1,8% 1.353 1.652 24,0% -13,1% 10,4% -16,1% 52,3% 15,3% 5,2% 5.702 5.630 4.887 14,5% 23,5% -1,3% -4,8% 2,4% 1.018 855 1.296 1.587 25,5% -13,8% 10,9% -16,0% 51,6% 14,5% 5,0% 442 435 404 310 351 -0,9% 3,8% -1,5% -7,0% -23,3% -3,5% -7,6% 41 40 34 58 65 -6,1% 5,5% -1,1% -17,0% 72,3% 42,0% 10,5% -7,1% -2,7% Negara Tujuan Ekspor Kayu & Furniture Kayu Indonesia 2017 Furniture Kayu Kayu Arab Saudi 3,2% Lainnya 20,1% Jepang 20,3% Belanda 3,2% Inggris 3,4% Tiongkok 18,8% India 3,5% Taiwan 3,9% Amerika Serikat 9,6% Korea Selatan 8,9% Australia 5,3% Korea Selatan 2,69% Taiwan 2,65% Lainnya 17,31% Amerika Serikat 45,03% Belgia 2,89% Perancis 3,31% Jerman 3,39% Inggris 3,43% Australia Belanda 3,44% 5,30% Jepang 10,55% Asal Impor Kayu & Furniture Kayu Indonesia 2017 Kanada Viet Nam 1,89% 1,47% Brazil 1,40% Kayu Perancis 1,91% Viet Nam 4,14% Italia Malaysia 4,78% Thailand 4,16% Singapura 2,60% 1,88% Malaysia 36,59% Jerman 2,69% Thailand 8,68% Furniture Kayu Lainnya 13,13% Polandia 1,76% Tiongkok 73,25% Selandia Baru 9,18% Amerika Serikat 10,47% Tiongkok 12,60% Sumber : Trademap.org Denmark 1,00% Lainnya 4,53% Jerman 1,26% Lithuania 0,64% 135 Rantai pasok kayu dan furniture • Rantai Pasok Kayu dan Furnitur terdiri dari beberapa pihak, sebagai berikut: oPenjual Bahan Baku Kayu Gelondongan, yang menyediakan bahan baku untuk pengrajin. oSupplier, merupakan para pengrajin yang melakukan produksi furniture baik untuk jenis indoor, outdoor maupun garden. oPerusahaan Pengolah Meubel, merupakan perusahaan yang kegiatan produksinya adalah mengolah barang dari setengah jadi menjadi barang jadi (finishing). oPerusahaan Pemasar Meubel, merupakan perusahaan yang kegiatannya melakukan penjulan barang dari perusahaan peer ke konsumen langsung atau ke buyer, baik domestik maupun luar negeri. oBuyer, merupakan yang melakukan pembelian barang produk yang telah finishing untuk dijual ke luar negeri. Sumber : Analisis Rantai Pasokan (Supply Chain) pada Produk Kayu Olahan di Indonesia, Universitas Diponegoro (2018) 136 Permasalahan di tingkat rantai pasok Permasalahan yang dihadapi oleh rantai pasok dalam rantai pasokan olahan kayu : • Permasalahan di Penjual kayu adalah dalam hal ketersediaan kayu yang semakin berkurang, selain itu lesunya ekonomi juga mengakibatkan omset penjualan mereka menjadi turun • Permasalahan di Suplier adalah berkaitan dengan sertifikasi SVLK yang harus juga diurus walaupun kayu yang mereka gunakan sudah tersertifikasi. • Permasalahan di perusahaan peer adalah berkaitan dengan sertifikasi SVLK yang harus juga diurus walaupun kayu yang mereka gunakan sudah tersertifikasi. Selain itu juga menurunya SDM yang memahami mengenai ukiran, dikarenakan banyak pemuda yang lebih memilih bekerja di pabrik di bandingakan meneruskan menjadi tukang ukir. • Permasalahan yang dihadapi di buyer adalah pada proses perijinan yang berbelit, selain itu juga mengenai pembayarannya yang terkadang tertunda. Sumber : Analisis Rantai Pasokan (Supply Chain) pada Produk Kayu Olahan di Indonesia, Universitas Diponegoro (2018) 137 Daya saing kayu Indonesia • Indonesia memiliki daya saing yang kuat untuk jenis produk arang kayu, kayu (belum diolah), kayu lapis, bingkai kayu, dan tatakan kayu. • Pesaing terdekat Indonesia adalah Vietnam, pertumbuhan industri kayu Vetnam dalam 5 tahun sangatlah pesat, didukung oleh upah tenaga kerja yang murah dan melimpah serta banyaknya perjanjian kerjasama dengan beberapa negara sehingga memudahkan penetrasi produk mereka. HS Code 4401 4402 4403 4404 4405 4406 4407 4408 4409 4410 Deskripsi Kayu bakar Arang kayu Kayu kasar Kayu simpai Wol kayu Bantalan kereta api Kayu digergaji Lembaran untuk veneering Kayu Papan partikel Eksportir Terbesar (2017) Negara Rata-rata RSCA 2013 2014 2015 2016 2017 HS Code 2013-2017 1 Viet Nam 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,8 2 Australia 0,8 0,7 0,8 0,8 0,8 0,8 3 Amerika Serikat 0,1 0,0 0,1 0,2 0,1 0,1 23 Indonesia 0,3 0,4 0,5 0,4 0,3 0,1 1 Indonesia 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 2 Tiongkok -0,1 -0,3 -0,1 -0,1 -0,1 -0,1 3 Polandia 0,8 0,8 0,8 0,7 0,8 4 Ukraina 0,5 0,9 0,9 0,9 1 Amerika Serikat 0,3 0,3 0,3 2 Selandia Baru 1,0 1,0 3 Rusia 0,6 146 Indonesia -1,0 1 Polandia 0,8 0,9 0,8 2 Slovakia -0,1 -0,3 -0,5 3 Latvia 1,0 1,0 1,0 90 Indonesia -0,6 0,8 1 Jerman 0,6 2 Viet Nam 3 Deskripsi Eksportir Terbesar (2017) Negara Rata-rata RSCA 2013 2014 2015 2016 2017 2013-2017 1 Jerman 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 2 Tiongkok 0,1 0,1 0,1 0,1 0,0 -0,1 3 Belgia 0,4 0,4 0,5 0,4 0,4 0,4 25 Indonesia -0,1 -0,2 -0,1 0,1 0,0 -0,1 1 Tiongkok 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,4 2 Indonesia 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,8 0,8 3 Rusia 0,5 0,4 0,5 0,5 0,6 0,6 -1,0 0,9 4 Malaysia 0,7 0,8 0,8 0,7 0,7 0,7 0,3 0,3 0,3 1 Jerman 0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,2 1,0 1,0 1,0 1,0 2 Kroasia 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 0,6 0,6 0,7 0,7 0,7 3 Spanyol 0,6 0,5 0,5 0,5 0,6 0,7 -1,0 -1,0 -1,0 -1,0 -1,0 76 Indonesia -1,0 -1,0 -1,0 -1,0 -1,0 -1,0 0,8 0,8 0,9 1 Tiongkok 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 -0,4 -0,3 0,9 2 Polandia 0,7 0,6 0,6 0,7 0,7 0,7 1,0 1,0 1,0 3 Indonesia 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 -1,0 -1,0 -1,0 -1,0 4 Italia 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 1 Polandia 0,8 0,8 0,9 0,8 0,8 0,8 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 2 Jerman 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 Amerika Serikat 0,0 -0,1 -0,1 0,1 0,1 -0,1 3 Rep. Ceko 0,8 0,8 0,8 0,8 0,7 0,7 13 Indonesia -0,4 -0,7 -0,6 -0,7 -0,3 0,1 51 Indonesia -0,5 -0,4 -0,4 -0,6 -0,6 -0,7 1 Amerika Serikat 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 1 Perancis 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 2 Perancis 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 2 Amerika Serikat 0,5 0,4 0,5 0,5 0,5 0,5 3 Belanda -0,5 -0,4 -0,9 -1,0 -0,8 0,3 3 Spanyol 0,7 0,6 0,6 0,7 0,7 0,7 69 Indonesia -1,0 -1,0 -1,0 -1,0 -1,0 -1,0 28 Indonesia -0,9 -1,0 -1,0 -0,7 -0,9 -0,9 1 Kanada 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 1 Tiongkok 0,3 -0,1 0,3 0,4 0,5 0,6 2 Rusia 0,6 0,6 0,6 0,6 0,7 0,7 2 Amerika Serikat 0,1 0,2 0,1 0,1 0,2 0,1 3 Amerika Serikat 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 3 Brazil 0,7 0,8 0,8 0,7 0,7 0,7 50 Indonesia -0,7 -0,8 -0,7 -0,7 -0,7 -0,8 16 Indonesia 0,3 0,5 0,4 0,3 0,3 0,1 1 Tiongkok -0,1 -0,2 -0,1 -0,1 -0,1 0,0 1 Austria 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 2 Amerika Serikat 0,1 0,2 0,2 0,1 0,1 0,1 2 Jerman 0,0 0,1 0,0 0,0 0,0 0,1 3 Kanada 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 3 Polandia 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 14 Indonesia 0,2 0,1 0,1 0,3 0,4 0,4 Produk pertukangan & bahan bangunan dari kayu 9 Indonesia 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,5 1 Indonesia 0,9 0,8 0,9 0,9 0,9 0,9 1 Tiongkok 0,7 0,7 0,7 0,6 0,6 0,7 2 Brazil 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 2 Viet Nam 0,6 0,6 0,6 0,6 0,5 0,6 3 Tiongkok -0,1 0,1 0,0 -0,1 -0,1 -0,2 3 Jerman -0,3 -0,3 -0,2 -0,3 -0,2 -0,3 4 Amerika Serikat -0,1 -0,1 -0,2 -0,1 -0,1 -0,2 Perangkat makan & dapur dari kayu 7 Indonesia 0,0 -0,5 -0,4 0,3 0,3 0,2 1 Kanada 0,8 0,8 0,7 0,8 0,8 0,8 1 Tiongkok 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 2 Austria 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 2 Belanda -0,1 -0,2 -0,1 -0,1 -0,2 0,1 3 Jerman 0,1 0,1 0,1 0,1 0,0 0,0 3 Jerman -0,3 -0,3 -0,3 -0,3 -0,3 -0,4 49 Indonesia -0,9 -1,0 -1,0 -0,9 -1,0 -0,9 4 Indonesia 0,7 0,8 0,8 0,7 0,7 0,6 1 Tiongkok 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 2 Indonesia -0,5 -0,8 -0,9 -0,9 -0,9 0,8 3 Polandia 0,7 0,8 0,8 0,7 0,7 0,7 4 Jerman -0,1 0,0 -0,1 -0,2 -0,2 -0,2 4411 4412 4413 4414 4415 4416 4417 4418 4419 4420 4421 Papan fiber dari kayu Kayu lapis Kayu dipadatkan Bingkai kayu Peti/kotak kayu Tahang,tong, bejana kayu Perkakas kayu Tatakan kayu Produk kayu lainnya Keterangan : RSCA : 0 s.d 1= Produk Kompetitif, 0 s.d -1= Produk Tidak Kompetitif. Revealed Symmetric Comparative Advantage atau RSCA merupakan indikator untuk mengukur daya saing suatu komoditi. Pada dasarnya perhitungan ini sama dengan perhitungan RCA, tetapi dengan pembilang dikurangi 1 dan penyebut ditambah 1. Hal ini bertujuan untuk menciptakan distribusi normal dari nilai RSCA. Nilai RSCA berkisar antara -1 sampai dengan 1. Apabila hasil perhitungan antara 0 dan 1 maka komoditas tersebut memiliki keunggulan komparatif yang baik. Sebaliknya tidak memiliki keunggulan komparatif apabila bernilai 0 sampai dengan -1. 138 Perbandingan industri furniture Indonesia dengan negara pesaing Negara Indonesia Kinerja Ekspor Total Kayu & Furniture • • • Nilai Ekspor 2017 : USD8,9 miliar Share terhadap total ekspor furniture dunia : 3,7 % growth 15 tahun terakhir : 1.952,8% • • • Hubungan perdagangan Belanda efektif dalam menjangkau pasar. • Hubungan perdagangan jangka panjang dengan pasar AS Perjanjian denganUni Eropa perihal : • tarif 0% pada setidaknya 90% produk kayu Vietnam, dengan timbal balik kemudahan impor teknologi Eropa untuk produksi furniture Vietnam • the voluntary partnership agreement on forest law enforcement, governance and trade (VPA / FLEGT), mendorong penggunaan kayu domestik Vietnam dan membangun sistem untuk menghilangkan hambatan teknis yang ketat mengenai asal dan legalitas input kayu • • Biaya tenaga kerja : Monthly Wage USD99.91-260.63 • Tenaga kerja melimpah dan biaya tenaga kerja yang kompetitif • • • • • • Perjanjian Perdagangan Tenaga Kerja Nilai Ekspor 2017 : USD5,7 miliar Share terhadap total ekspor kayu dunia : 1,5 % growth 15 tahun terakhir : 18,9% • • Nilai Ekspor 2017 : USD1,7 miliar Share terhadap total ekspor furniture dunia : 0,7% growth 15 tahun terakhir : 11,94% • • Tiongkok Nilai Ekspor 2017 : USD11,7 miliar Share terhadap total ekspor kayu dunia : 3,1 % growth 15 tahun terakhir : 1.881,4% • Kinerja Ekspor Furniture Vietnam • • • • • • Diolah dari berbagai sumber Biaya tenaga kerja : Monthly Wage USD147.47-166.57 Vietnam saat ini adalah salah satu eksportir furnitur kayu terbesar dengan industri yang terdiri dari 2500 perusahaan domestik dan 400 perusahaan asing. Banyak tenaga kerja yang mudah beradaptasi dan biaya rendah relatif dibandingkan negara-negara tetangga Keterampilan kerajinan yang sangat baik dan berbagai macam bahan kerajinan yang memberikan dasar untuk dekorasi dan diferensiasi dalam produk Lingkungan yang menarik untuk FDI oleh perusahaan furnitur karena tenaga kerja berbiaya rendah dan lingkungan yang relatif stabil baik secara sosial dan fiskal. • • • Nilai Ekspor 2017 : USD103,5 miliar Share terhadap total ekspor kayu dunia : 27,2 % growth 15 tahun terakhir : 716% Nilai Ekspor 2017 : USD89,8 miliar Share terhadap total ekspor furniture dunia : 36,9% growth 15 tahun terakhir : 811,5% Trade agreement dengan banyak negara untuk kemudahan produk China masuk ke pasar negaranegara maju dan berkembang yang mendorong kemajuan industri manufaktur China terutama produk kayu atau furniture. China merupakan negara dengan industri furniture terbesar di dunia Biaya tenaga kerja : Monthly Wage USD150.64-329.90 • Lebih dari 50.000 perusahaan furniture terdaftar. • Banyak keunggulan potensial, seperti tenaga kerja murah, pasokan kayu bersertifikat FSC, dan peningkatan produktivitas tenaga kerja, meningkatkan daya saing internasional industri furnitur Cina dan akhirnya berkembang pesat. 139 Perbandingan industri furniture Indonesia dengan negara pesaing (2) Indonesia Negara • memiliki sertifikat yang dikeluarkan dalam bentuk Sistem Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (SPHPL), Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) dan Sistem Lacak Balak (SLB). Tantangannya adalah lama waktu proses pengurusan sertifikat yang mencapai 4 sampai 6 bulan dan biaya pengurusan yang mencapai 10% dari biaya produksi. • Indonesia memberlakukan lisensi Forest Law Enforcement, Governance and Trade (FLEGT), sehingga diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk kayu Indonesia. • Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menerbitkan setidaknya belasan ribu lisensi untuk produk ekspor kayu, dengan nilai lebih dari Rp5 triliun Regulasi Pemerintah Diolah dari berbagai sumber Vietnam • • Pemerintah Vietnam memfasilitasi insentif untuk pengembangan industri furnitur yang berkelanjutan Insentif juga diberikan kepada perkebunan hutan, insentif ekonomi, : beberapa latar belakang tentang insentif keuangan adalah: 1. Pengurangan suku bunga untuk investasi di hutan tanaman (antara 0-5 % untuk siklus rotasi pertama); 2. Pengecualian dari pajak tanah untuk 2 siklus produksi pertama untuk setiap spesies dan meningkatkan kontrak perlindungan hutan (mungkin baik dengan penduduk desa, SFE dan perusahaan) melalui pembagian manfaat yang lebih memadai; 3. Penyediaan bibit untuk petani; dan 4. Dorongan usaha patungan dalam pendirian perkebunan, pengolahan kayu dan manufaktur ekspor. Tiongkok • • Penerapan strategi ekspor yang dilakukan oleh China sangat mendorong perkembangan pesat industri furniturnya. Melalui 30 tahun penyesuaian struktur dan penerapan teknologi, Cina telah menjadi produsen dan eksportir furnitur utama dan terbesar dunia. Struktur industri kehutanan Cina telah terus ditingkatkan dalam beberapa tahun terakhir, dan industri sekunder kehutanan telah menjadi pilar ekonomi kehutanan Cina. Pada tahun 2010, nilai output industri sekunder kehutanan lebih dari 50% dari total industri kehutanan seperti industri furniture. 140 Perbandingan industri furniture Indonesia dengan negara pesaing (3) Indonesia Negara • Pasokan kayu redwood yang bagus termasuk Mahoni. • Tradisi luar biasa ukiran tangan Mahoni dalam gaya Klasik • Persediaan Rotan dan Karet Kayu yang baik Vietnam Tiongkok • • Faktor Lainnya Diolah dari berbagai sumber Menurut statistik nasional China pada tahun 2010, lima wilayah teratas dengan output industri furnitur terbesar adalah provinsi Guangdong, Zhejiang, Fujian, dan Shandong, dan Shanghai, dan perabotan yang dihasilkan oleh lima wilayah tersebut menyumbang sekitar 81,2% dari total furnitur China. RRT juga mendapatkan dukungan pemerintah dengan penerapan clustering dalam memasarkan furnitur. Cluster tersebut berupa kawasan khusus yang menampilkan produk-produk furnitur dari berbagai jenis bahan, model, dan kegunaan. Dalam kawasan khusus ini juga terdapat komponen pendukung industri furnitur, seperti bahan baku, aksesoris, logistik, dan ruang pameran. Hal tersebut akan meningkatkan efisiensi industri furnitur dalam hal ketersediaan bahan baku, pengerjaan, distribusi, dan pemasaran. Sebagai contoh sentra industri dan pemasaran furnitur di RRT adalah di Provinsi Guangdong di kota Dongguan yang memiliki showroom furnitur dengan panjang 5 km, sentra furnitur di kota Foshan dan Sunte 141 Harga kayu dunia berada pada tren naik di tengah naiknya permintaan di tengah pasokan yang relatif stabil • Adanya keterbatasan lahan yang cocok dan tersedia untuk penghijauan, dan ada persaingan terkait penggunaan lahan pertanian - permintaan yang lebih tinggi untuk produk tani makanan dan kenaikan harga tanah untuk pertanian. • Setiap perkebunan baru membutuhkan waktu tujuh tahun untuk menumbuhkan tanaman kayu atau minimal 25 tahun untuk menumbuhkan kayu yang dapat digunakan. • Sumber daya alam yang ada kekurangan infrastruktur untuk memungkinkan ekstraksi untuk diproses tanaman. Harga kayu yang lebih tinggi akan memungkinkan pemanenan dari cadangan kayu yang lebih alami dan ekonomis. Investasi untuk infrastruktur yang diperlukan untuk mengakses kayu yang layak sehingga dapat meminimalisir kenaikan harga kayu. Selain itu, peningkatan penggunaan energi biomass ikut menciptakan pasar baru bagi kayu. Harga Kayu Dunia Logs, Afrika ($/cubic meter) Logs, Asia Tenggara ($/cubic meter) Sawnwood, Asia Tenggara ($/cubic meter) (Skala Kanan) 600 1000 939,4 897,9 876,3 900 852,8 848,3 833,3 484,8 500 451,4 463,5 465,2 738,9 428,6 749,0 800 702,1 390,5 400 730,0 388,6 700 387,4 415,0 360,5 418,0 395,2 600 305,4 300 282,0 278,2 274,4 265,4 270,0 275,0 500 246,0 400 200 300 200 100 100 0 0 2010 2011 2012 Diolah dari berbagai sumber 2013 2014 2015 2016 2017 P2018 P2019 142 Isu terkait industri kayu dan furniture Indonesia Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu (SVLK) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan mengubah sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK) yang dinilai memberatkan pengusaha furniture di Indonesia. Revisi ini diharap dapat menggenjot nilai ekspor yang menurun. Salah satu sebab penurunan ekspor adalah penerapan SVLK ke seluruh negara tujuan ekspor. Salah satu revisi Kemenperin tersebut adalah membatasi penggunaan SVLK untuk negara-negara tertentu saja, dan membebaskan SVLK untuk negara lain. Revisi juga akan diterapkan pada biaya pengurusan sertifikasi SVLK, misalnya dengan memberikan subsidi kepada pengusaha furniture. Karena menyangkut APBN, subsidi akan diberikan ke UKM yang memiliki rekam jejak ekspor yang baik. Sumber : Surat Kabat, Maret 2018 Peraturan menteri perdagangan republik indonesia nomor 70/m-dag/per/9/2017 tentang penetapan harga patokan ekspor atas produk pertanian dan kehutanan yang dikenakan bea keluar. Dalam permendag tersebut beberapa jenis golongan kayu dikenakan bea keluar untuk ekspor, antara lain Veneer, serpih kayu, dan kayu olahan. Diolah dari berbagai sumber 143 Outlook ekspor kayu dan furniture Proyeksi Demand • Ekspor kayu & furniture kayu Indonesia ke Jepang diprediksi masih tumbuh positif tahun 2019, yaitu 10,6%. Produk yang diekspor masih didominasi oleh kayu lapis (plywood). • Sejak bencana Tsunami yang melanda Fukushima tahun 2011 menyebabkan Jepang membutuhkan produk kayu lapis yang jumlahnya sangatlah besar. Selain Jepang, Korea Selatan juga pasar yang potensial dimana ratarata pertumbuhan impor kayu lapis dari Indonesia sejak 2011 sebesar 20% • Selain Jepang, negara berkembang lainnya juga berpotensi meningkatkan potensi ekspor Indonesia di tengah populasi yang meningkat. Bank Dunia memperkirakan bahwa permintaan kayu global akan meningkat empat kali lipat pada tahun 2050. • Untuk Tiongkok dan AS, diprediksi ekspor furniture masih solid karena pasar semakin terbuka dan potensial. Tetapi Pengusaha maupun perajin harus mempersiapkan dan mengutamakan hak cipta produk. Jika sampai lengah, saat berpameran di Tiongkok dapat ditiru dan kalah karena tidak memiliki hak ciptanya. 2019 Tiongkok Jepang Tiongkok Amerika Serikat Korea Selatan Australia India Amerika Serikat 2016 -2,9% -3,8% -10,6% 15,1% -2,8% 18,2% Korea Selatan 2017 2,5% -8,6% 13,0% 16,3% 16,6% 29,8% Australia 2018 15,7% 76,6% 3,7% 9,1% 9,7% 12,8% 179 157 139 107 244 231 211 181 415 387 355 305 434 397 383 754 826 339 Jepang 2018 1.557 1.332 2017 1.040 941 813 793 2016 India P2019 10,6% 16,9% 9,2% 7,1% 5,5% 14,3% Proyeksi Konsumsi Sawnwood (juta kubik meter) Negara maju Negara berkembang Total 2013 216 202 418 Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah 2020 297 283 580 Perubahan +81 +81 +162 % +38% +40% +39% 144 Outlook ekspor kayu dan furniture (2) Dengan perkembangan ini diperkirakan kayu dan kayu olahan tumbuh 12,2% di tahun 2019, tumbuh meningkat dari tahun 2018. Ekspor Furniture kayu Indonesia juga diproyeksikan tumbuh meningkat 9,6% di tahun 2019. Outlook Ekspor Kayu Indonesia Outlook Ekspor Furniture Kayu Indonesia Nilai Ekspor kayu & olahannya Indonesia Growth Total Growth kayu Indonesia Growth Kayu Manufaktur Indonesia 25,6% 4.976 5000,0 Juta USD 4000,0 4.071 4.002 3.865 4.005 12,0% 9,8% 3000,0 2000,0 1000,0 12,2% 12,1% 5,4% 5,1% 3,6% 7,9% 5,5% 10,8% 1600,0 25% 1400,0 20% 1200,0 15% 12,6% 10% 11,0% 7,1% -1,7% -1,8% -3,4% 1,5% -5,2% -0,5% 1000,0 1.270 1.339 1.268 1.294 9,6% 08% 06% 6,1% 04% 5,4% 3,6% 2,1% 05% 600,0 00% 400,0 -05% 200,0 12% 10% 1.341 7,8% 800,0 02% 00% -02% -04% -4,0% - Growth 1.469 1.197 4.435 3.635 30% Juta USD 6000,0 Nilai Furniture kayu Indonesia -5,3% -10% 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019P Upside Risk Peningkatan permintaan kayu dari Jepang, Tiongkok, dan Amerika Serikat, serta peningkatan permintaan furniture kayu dan Uni Eropa. kurs dolar AS yang sedang tinggi mendorong kinerja ekspor kayu - -06% -08% 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019P Downside Risk Kondisi kurangnya bahan baku untuk produksi masih berlanjut, disebabkan akses bahan baku kayu di dalam negeri masih sulit. Kemudian panjangnya distribusi membuat harga kayu semakin tinggi sehingga industri merasa kesulitan. Selain itu, pemahaman mutu kayu siap pakai dari produsen masih di bawah standar international Perang dagang antara Tiongkok dan Amerika yang terus berlanjut dapat dijadikan peluang untuk meningkatkan ekspor kayu & furniture kayu Relaksasi SVLK berhasil mendorong daya saing pelaku usaha Saat ini, Vietnam diindikasikan kekurangan pasokan untuk bahan baku furniture. Sehingga, Indonesia dapat mengambil peluang untuk memenuhi permintaan global. Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah 145 Lampiran : Eksportir dan Importir Kayu Dunia Dalam juta USD Eksportir Dunia Kanada Tiongkok Amerika Serikat Jerman Rusia Austria Polandia Swedia Indonesia Malaysia Lainnya Importir Dunia Pertumbuhan (% yoy) Porsi 2017 2012 2013 2014 2015 2016 2017 118.752 10.016 12.315 7.891 8.245 6.735 4.708 3.275 4.274 3.449 4.374 53.471 130.693 12.337 12.748 8.964 8.764 7.330 5.102 3.908 4.424 3.635 4.357 59.123 138.533 12.631 14.470 9.745 9.149 7.764 5.032 4.207 4.657 4.071 4.348 62.459 124.515 11.684 14.199 8.928 7.867 6.314 4.351 3.718 3.829 4.006 3.764 55.856 127.133 13.182 13.544 9.022 8.244 6.524 4.695 3.840 3.736 3.865 3.492 56.988 136.265 14.086 13.640 9.776 9.023 7.902 5.096 4.265 4.063 4.004 3.498 60.912 Dalam juta USD 2012 2013 2014 2015 100,0% 10,3% 10,0% 7,2% 6,6% 5,8% 3,7% 3,1% 3,0% 2,9% 2,6% 44,7% 2013 2014 2015 2016 2017 10,1% 23,2% 3,5% 13,6% 6,3% 8,8% 8,4% 19,3% 3,5% 5,4% -0,4% 10,6% 6,0% 2,4% 13,5% 8,7% 4,4% 5,9% -1,4% 7,7% 5,3% 12,0% -0,2% 5,6% -10,1% -7,5% -1,9% -8,4% -14,0% -18,7% -13,5% -11,6% -17,8% -1,6% -13,4% -10,6% 2,1% 12,8% -4,6% 1,1% 4,8% 3,3% 7,9% 3,3% -2,4% -3,5% -7,2% 2,0% 7,2% 6,9% 0,7% 8,4% 9,4% 21,1% 8,5% 11,1% 8,8% 3,6% 0,2% 6,9% 1,0% 3,4% 1,7% 2,2% 0,7% 1,9% 0,0% 2,2% -2,1% 2,4% -5,3% 0,7% 2015 2016 2017 7,6% -10,7% 0,6% 7,9% CAGR 20132017 1,1% 21,5% -18,2% 5,2% 19,3% 5,7% 8,3% 3,2% 8,5% 8,2% 7,0% 7,2% 4,2% 6,2% 6,0% -6,3% -14,0% 1,0% 1,1% -4,7% 6,7% -12,6% 3,3% 6,5% 0,6% 4,9% 17,9% 3,1% 4,8% 21,1% -4,3% 5,0% 4,8% 6,6% -16,1% -1,4% 7,0% -1,4% 3,0% -1,2% 2,5% -1,8% 2,5% -16,1% 4,0% 9,1% -0,6% 9,1% NA 4,1% 11,1% 3,6% 17,3% -7,5% -0,4% 10,7% 4,6% -4,2% -15,7% 11,3% 10,0% -0,3% 5,3% -11,3% -4,2% -1,6% Porsi 2017 Pertumbuhan (% yoy) 2016 2017 142.852 100,0% 8,8% 23.422 16,4% 25,7% 21.123 14,8% 17,4% 125.789 136.879 147.305 131.525 132.365 Tiongkok 14.937 18.769 22.798 18.656 19.627 Amerika Serikat 13.720 16.104 17.435 18.000 19.522 Jepang 11.968 12.467 11.684 10.051 10.154 10.269 Jerman 8.118 8.602 9.178 8.025 8.291 8.826 Inggris 4.888 5.765 6.983 6.917 6.620 6.954 Italia 4.527 4.745 5.057 4.243 4.183 4.477 Perancis 4.370 4.319 4.426 3.715 3.864 4.218 Belanda 3.138 3.082 3.361 3.066 3.192 3.547 2013 Austria 2.806 3.203 3.070 2.588 2.882 3.169 2,4% 12,5% 2,2% 14,2% Lainnya 54.764 56.952 59.949 53.153 50.931 53.415 37,4% 4,0% Korea Selatan 2.552 2.870 3.365 3.112 3.099 3.432 CAGR 20132017 2014 -0,9% 4,9% 146 Lampiran : Nilai Ekspor dan Impor Kayu Indonesia Nilai Ekspor Produk Kayu Indonesia Dalam juta USD Komoditi Ekspor 2012 2013 2014 Pertumbuhan (% yoy) 2015 2016 Porsi 2017 2017 2013 2014 2015 2016 2017 CAGR 20132027 Dunia 3.449 3.635 4.071 4.006 3.865 4.004 100,0% 5,4% 12,0% -1,6% -3,5% 3,6% 2,4% Kayu lapis 2.012 2.176 2.372 2.346 2.212 1.694 42,3% 8,2% 9,0% -1,1% -5,7% -23,4% -6,1% 515 509 617 614 615 683 17,0% -1,2% 21,1% -0,4% 0,1% 11,1% 7,6% 14 5 4 3 2 525 13,1% -66,2% -14,3% -33,4% -21,5% 24842,7% 225,1% Produk pertukangan & bahan bangunan dari kayu 316 330 341 355 363 394 9,8% 4,6% 4,1% 2,1% 8,7% 4,5% Arang kayu 106 119 157 185 191 241 6,0% 12,3% 31,8% 18,4% 2,8% 26,6% 19,4% Kayu bakar -11,1% Kayu Produk kayu lainnya 3,3% 125 166 232 157 127 104 2,6% 33,2% 39,1% -32,3% -18,8% -18,2% Papan fiber dari kayu 54 59 86 96 92 81 2,0% 9,0% 45,9% 12,2% -4,6% -11,7% 8,3% Lembaran untuk veneering 34 31 30 41 54 77 1,9% -7,3% -3,7% 36,5% 31,2% 41,2% 24,9% Tatakan kayu 128 99 105 72 74 67 1,7% -22,6% 6,1% -31,5% 3,4% -10,1% -9,3% Kayu digergaji 54 47 52 46 51 52 1,3% -13,5% 11,2% -11,6% 11,9% 0,7% 2,6% Lainnya 92 93 76 91 84 86 2,2% 1,8% -19,1% 19,9% -7,2% 2,5% -2,0% Nilai Impor Produk Kayu Indonesia Dalam juta USD Komoditi Impor 2012 2013 2014 Pertumbuhan (% yoy) 2015 2016 Porsi 2017 2017 2013 2014 2015 2017 CAGR 20132027 401 398 383 359 331 510 100,0% -0,7% -3,9% -8,0% 54,3% 6,4% Kayu kasar 18 21 27 43 31 166 32,6% 12,8% 33,8% 56,5% -27,9% 437,9% 68,8% Papan partikel 96 98 110 113 109 129 25,3% 2,7% -3,4% 18,5% 7,1% Kayu digergaji 76 86 73 49 44 59 11,5% 13,6% -15,9% -32,6% -11,1% 34,4% -9,3% Papan fiber dari kayu 69 60 48 45 41 52 10,1% -13,4% -20,5% -8,1% 24,8% -3,7% Kayu lapis 71 57 46 36 29 31 6,0% -19,0% -20,2% -21,3% -20,4% 7,4% -14,4% Wol kayu 36 37 32 33 29 30 5,8% 3,3% -12,5% 0,8% -5,3% Produk kayu lainnya 11 10 17 10 11 15 2,9% -9,6% 68,7% -37,2% 2,1% 39,7% 10,9% Lembaran untuk veneering 5 6 8 6 5 8 1,6% 14,6% 27,4% -28,4% -15,0% 64,5% 6,2% Produk pertukangan & bahan bangunan dari kayu 2 3 5 5 5 6 1,1% 23,1% 50,6% 6,3% 3,8% 16,6% Peti/kotak kayu 2 4 3 3 2 3 0,7% 97,2% -28,7% -9,8% -14,5% 43,7% -5,7% 2,3% 6,8% -3,3% 8,1% -51,9% -7,0% Dunia Lainnya 15 16 15 16 24 12 11,7% -6,2% 2016 2,8% -5,5% 3,4% -11,6% 11,4% 49,0% Negara Tujuan Ekspor Kayu Lapis (Plywood) Indonesia 2017 Jordania 2,1% Singapura 2,5% Inggris 2,2% Lainnya 17,7% Jepang 34,0% Australia 2,6% Taiwan Malaysia 3,0% 4,2% Arab Saudi 4,7% Amerika Serikat 12,4% Korea Selatan 14,5% 147 Lampiran : Eksportir dan Importir Furniture Kayu Dunia Dalam juta USD Eksportir 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Dunia 58.454 62.134 67.182 64.267 64.661 69.133 Tiongkok 18.331 19.439 22.092 22.849 22.207 22.687 Viet Nam 2.767 3.069 3.557 3.756 4.015 6.623 Italia 5.396 5.742 6.015 5.197 5.183 5.264 Polandia 3.922 4.486 5.056 4.359 4.734 5.064 Jerman 4.816 4.798 4.987 4.513 4.666 4.759 Malaysia 2.114 1.840 1.941 1.863 1.822 1.865 Kanada 1.267 1.316 1.374 1.516 1.660 1.677 Amerika Serikat 1.810 1.858 1.879 1.822 1.653 1.659 Indonesia 1.111 1.197 1.270 1.339 1.268 1.294 Denmark 1.253 1.302 1.408 1.281 1.358 1.259 Lainnya 15.669 17.085 17.603 15.771 16.094 16.981 Importir Dalam juta USD 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Dunia 56.459 58.666 61.999 60.066 59.571 64.120 Amerika Serikat 14.232 15.180 16.332 18.084 18.433 20.427 Jerman 4.674 4.734 5.236 4.662 4.781 4.910 Inggris 3.225 3.287 3.720 3.750 3.594 3.925 Perancis 3.630 3.331 3.494 2.982 3.145 3.418 Jepang 2.500 2.427 2.433 2.139 2.159 2.177 Belanda 1.530 1.538 1.576 1.699 1.842 2.163 Kanada 2.282 2.293 2.275 2.108 1.993 2.126 Swiss 1.882 1.994 2.006 1.853 1.833 1.804 Australia 1.386 1.439 1.526 1.454 1.442 1.427 Austria 1.310 1.464 1.451 1.176 1.211 1.228 Lainnya 19.809 20.979 21.950 20.159 19.140 20.515 Porsi 2017 Pertumbuhan (% yoy) 2016 2017 CAGR 20132017 -4,3% 0,6% 6,9% 2,7% 3,4% -2,8% 2,2% 3,9% 5,6% 6,9% 65,0% 21,2% 4,8% -13,6% -0,3% 1,6% -2,1% 2013 2014 2015 100,0% 6,3% 32,8% 6,0% 8,1% 13,6% 9,6% 10,9% 7,6% 6,4% 15,9% 7,3% 14,4% 6,9% -0,4% 12,7% -13,8% 8,6% 3,9% 2,7% -12,9% 2,4% 3,9% 7,0% 3,1% -9,5% 3,4% 2,0% -0,2% 5,5% -4,0% -2,2% 2,3% 0,3% 4,4% 10,3% 9,5% 1,0% 6,3% 2,4% 2,7% 1,9% 7,8% 1,1% -3,1% -9,2% 0,3% -2,8% 6,1% 5,4% -5,3% 2,1% 2,0% 1,8% 3,9% 24,6% 9,0% 8,1% -9,0% 6,0% -7,3% -0,8% 3,0% -10,4% 2,0% 5,5% -0,2% 2013 2014 2015 2016 2017 100,0% 3,9% 31,9% 6,7% 5,7% -3,1% -0,8% 7,6% CAGR 20132017 2,2% 7,6% 10,7% Porsi 2017 Pertumbuhan (% yoy) 1,9% 10,8% 7,7% 7,7% 1,3% 6,1% 1,9% 10,6% -11,0% 2,5% 2,7% 0,9% 13,2% -4,1% 9,2% 4,5% 5,3% -8,2% 3,4% -2,9% 4,9% -14,7% 5,5% 8,7% 0,7% 0,3% -12,1% 0,9% 0,9% -2,7% 2,5% 7,8% 8,4% 17,4% 8,9% -0,8% -7,3% -5,5% 6,7% -1,9% 0,6% NA -1,1% -1,6% -2,5% 6,1% -4,7% -0,9% -1,1% -0,2% -0,9% -19,0% 3,0% 1,4% -4,3% 4,6% 7,2% -0,6% 3,4% 0,6% 3,3% 0,5% 2,8% 6,0% 2,2% 3,8% 1,9% 11,8% 32,0% 5,9% 0,8% -8,2% -5,1% 148 Lampiran : Eksportir dan Importir Kayu Dunia Dalam juta USD Tujuan Ekspor Dunia 2012 2013 3.449 2014 3.635 Pertumbuhan (% yoy) 2015 4.071 2016 4.006 Porsi 2017 2017 3.865 4.004 2013 2014 2015 2016 2017 CAGR 20132027 100,0% 5,4% 12,0% -1,6% -3,5% 3,6% 2,4% 0,0% -18,1% -2,9% 2,5% -5,0% -2,2% 1,5% Jepang 940 997 997 817 793 813 20,3% 6,1% Tiongkok 552 710 878 859 826 754 18,8% 28,6% 23,6% Amerika Serikat 274 291 298 380 339 383 9,6% 6,2% 2,3% Korea Selatan 151 172 226 265 305 355 8,9% 14,0% Australia 200 188 219 186 181 211 5,3% Taiwan 143 162 182 150 163 155 3,9% -3,8% -8,6% 27,4% -10,6% 13,0% 7,1% 31,3% 17,0% 15,1% 16,3% 19,8% -5,9% 16,4% -15,3% -2,8% 16,6% 2,8% 12,8% 12,5% -17,8% 8,9% -4,9% -1,0% 31,0% India 39 47 55 91 107 139 3,5% 21,6% 15,9% 65,5% 18,2% 29,8% Inggris 100 104 107 128 142 136 3,4% 4,5% 2,8% 19,2% 11,5% -4,6% 6,9% Belanda 102 83 99 110 117 128 3,2% -18,5% 19,1% 10,4% 6,1% 9,8% 11,3% Arab Saudi 172 167 180 212 111 126 3,2% -2,8% 7,6% 18,3% -47,5% 13,2% -6,7% Lainnya 775 712 830 810 781 804 20,1% -8,2% 16,5% 3,0% 3,1% -2,4% -3,6% 2013 2014 2015 2016 2017 401 398 383 359 331 510 100,0% -0,7% -3,9% -6,2% -8,0% 54,3% CAGR 20132017 6,4% Malaysia 63 70 58 65 44 187 36,6% 11,4% -17,0% 11,6% -31,7% 321,4% 27,8% Tiongkok 105 81 77 74 64 64 12,6% 0,0% 0,0% -4,0% -12,7% 0,1% 0,0% Amerika Serikat 52 56 55 53 56 53 10,5% 6,5% -0,1% -5,1% 6,9% -5,1% -1,0% Selandia Baru 41 39 37 41 41 47 9,2% 0,0% 0,0% 0,0% 0,4% 14,2% 0,0% Thailand 57 60 54 37 37 44 8,7% 5,4% -9,5% -31,5% 0,1% 19,6% -7,2% Jerman 11 10 13 11 11 14 2,7% -1,8% 0,0% 0,0% 0,7% 26,1% 0,0% Perancis 3 4 5 5 6 10 1,9% 27,5% 26,7% 4,9% 13,9% 60,9% 24,9% Kanada 7 6 6 6 6 10 1,9% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% Viet Nam 4 10 8 7 7 7 1,5% 149,2% -11,9% -17,8% 0,0% 7,6% -6,0% Asal Impor Dunia Dalam juta USD 2012 2014 2015 2016 2017 3 2 2 4 6 7 1,4% -17,9% 2,3% 58,9% 56,7% 19,9% 32,2% 56 61 68 57 52 67 13,1% 9,7% 10,9% -15,7% -9,3% 29,2% 2,3% Brazil Lainnya 2013 Pertumbuhan (% yoy) Porsi 2017 dalam Juta USD Produk Diekspor HS Code Total Kayu & Furniture Kayu Kayu Furniture kayu 44 940161, 940169, 940330, 940340, 940350, 940360 HS Code Total Kayu & Furniture Kayu Kayu Furniture kayu 44 940161, 940169, 940330, 940340, 940350, 940360 Pertumbuhan (% yoy) CAGR Jan-Sep 20132017 2018 2017 3,2% 12,4% 2,3% 2012 2013 2014 2015 2016 2017 4.559,8 4.832,3 5.341,1 5.344,5 5.132,9 5.298,5 3.449 3.635 4.071 4.006 3.865 4.004 3.325 75,6% 5,4% 12,0% -1,6% -3,5% 3,6% 14,3% 2,4% 1.111 1.197 1.270 1.339 1.268 1.294 921 24,4% 7,8% 5,4% -5,3% 2,1% 2,0% dalam Juta USD Produk Diimpor Porsi 2017 (%) 2013 Jan-Sep 2018 4.246 2012 2013 2014 2015 2016 401,2 398,4 382,9 359,2 330,5 510,0 Jan-Sep 2018 418,5 401,2 398,4 382,9 359,2 330,5 510,0 312,2 85,7 79,4 80,8 77,1 68,0 101,6 106,3 2017 100,0% Porsi 2017 (%) 6,0% 2014 2015 2016 10,5% 0,1% -4,0% 6,1% CAGR Jan-Sep 20132015 2016 2017 2018 2017 -6,2% -8,0% 54,3% 16,2% 6,4% Pertumbuhan (% yoy) 2013 2014 100,0% -0,7% -3,9% 100,0% -0,7% -3,9% 19,9% 5,8% -7,3% 1,7% -6,2% -4,6% -8,0% 54,3% 5,8% -11,8% 49,4% 62,7% 6,4% 6,3% 149 TEKSTIL & PRODUK TEKSTIL (HS Code 50 s/d 63) Tekstil sebagai komoditas unggulan Tekstil merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia, hal ini dapat terlihat dari hasil pemilihan komoditas unggulan ekspor (winning commodities) dengan menggunakan beberapa metode analisis yaitu Computable General Equilibrium (CGE) dan Export Product Dynamics (EPD). Tekstil sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode CGE Komoditas yang menjadi unggulan ekspor diidentifikasi berdasarkan hasil simulasi ketika terjadi peningkatan pemintaan ekspor secara arbitrary sebesar 10%, yaitu komoditas yang paling responsif terhadap variabel sektoral Indonesia berdasarkan tiga indikator kunci yaitu (1) peningkatan ekspor bersih (bobot 60%, (2) output (bobot 20%), dan (3) penyerapan tenaga kerja. (bobot 20%) Berdasarkan hasil CGE, tekstil menempati peringkat 10 dengan indeks komposit sebesar 2.17. Peringkat Sektor Dampak terhadap Perubahan Nilai Ekspor (Milyar Rupiah) Dampak terhadap Output (Perubahan Persentase) Dampak terhadap Tenaga Kerja (Perubahan Persentase) Indeks Komposit 10 Tekstil 2,368.09 0.51 0.87 2.17 Tekstil sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode EPD Lost Opportunity + Ethiopis, Gambia, Irlandia - O Retreat Rising Star Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok, India, Rusia, dan 60 Negara Lainnya + Austria, Kamerun, Czech, Seychelles, Zimbabwe Perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok memunculkan kekhawatiran terhadap kinerja ekspor Indonesia, terutama produk industri tekstil. Kecemasan ini sangat beralasan sebab lebih dari separuh ekspor pakaian jadi dari tekstil domestik tujuannya ke pasar Amerika Serikat. Ancaman perang dagang Amerika Serikat dengan Tiongkok dapat berdampak terhadap Indonesia. Falling Star Sumber : WITS, Oktober 2018 Komoditi TPT yang dianalisis adalah produk pakaian jadi. Komoditi pakaian jadi Indonesia yang diekspor ke Ethiopia (periode analisis EPD 2011-2014), Gambia (periode analisis EPD 2011-2017) dan Irlandia (periode analisis EPD 20112017) berada pada posisi lost opportunity. Sebagian besar komoditi ekspor ini berada pada posisi rising star diantaranya di Negara Amerika Serikat, Jepang, China, India, dan Rusia. Membaiknya perekonomian negara-negara maju tersebut, terutama AS berdampak positif bagi ekspor produk tekstil nasional. 151 Ekspor Impor Produk TPT Dunia Kembali Tumbuh Positif di tahun 2017 ditopang oleh meningkatnya permintaan barang rajutan dan pakaian jadi bukan rajutan • Nilai ekspor dan impor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dunia tahun 2017 masing-masing mencapai USD789,6 miliar dan USD708,4 miliar atau tumbuh masing-masing di level 5,05% year-on-year (yoy) dan 5,86% yoy, tumbuh positif pertama kalinya sejak tahun 2015. • Pakaian jadi bukan rajutan dan barang-barang dari rajutan adalah dua produk ekspor maupun impor terbesar TPT dunia. • Pada tahun 2017, seluruh ekspor jenis produk TPT dunia tercatat tumbuh positif, kecuali Sutra dan Serat Stapel Buatan yang masing-masing turun di level -4,67% yoy dan -0,36% yoy. Selama lima tahun terakhir (2013-2017) tren ekspor sebagian besar tercatat negatif, kecuali produk HS53 (Serat Tekstil dan Benang Kertas) yang tumbuh 0,24% per tahun; HS56 (Kapas Gumpalan dan Tali) yang tumbuh 1,39% per tahun; HS60 (Kain Rajutan) yang tumbuh 1,47% per tahun; HS62 (Pakaian Jadi Bukan Rajutan) yang tumbuh 2,25% per tahun; dan HS 63 (Kain Perca) yang tumbuh 0,41% per tahun. Ekspor dan Impor TPT Dunia 1.000.000 Nilai Ekspor (Juta USD) 7,40% 4,26% 800.000 Nilai Impor (Juta USD) 600.000 3,05% -7,50% 400.000 200.000 833.468 724.137 770.990 685.618 751.669 669.207 789.630 708.445 2013 2014 2015 2016 2017 Permadani Wol dan Bulu 2,03% Hewan 1,67% Sutra 0,26% Kapas Gumpalan dan Tali 3,20% Kain Rajutan 4,41% Filamen Buatan 5,89% Kapas 7,20% 51 Kain Ditenun Berlapis 3,20% Kapas Gumpalan dan Tali 3,31% Permadani 2,04% Kain Rajutan 4,18% Serat Stapel Buatan 5,22% 2014 2015 Wol, Bulu Kain Tenunan Hewan Khusus 1,80% 1,49% Filamen Buatan 6,04% Kapas 6,99% Nilai Ekspor (Miliar USD) 2013 Sutra Kain Tenunan Khusus Serat Tekstil dan 1,57% Benang Kertas 0,55% Barang-Barang Rajutan 28,59% Kain Perca 8,04% Deskripsi Produk 50 Produk Diimpor Dunia (2017) Pakaian Jadi Bukan Rajutan 28,84% Serat Stapel Buatan 4,58% -5,00% -10,00% Produk Diekspor Dunia (2017) Kain Ditenun Berlapis 3,19% 5,00% 0,00% -2,39% -2,51% -5,32% 798.380 702.729 - HS Code 10,00% 5,86% 5,05% 4,39% Serat Tekstil dan Benang Kertas 0,55% Barang-Baran g Rajutan Pakaian Jadi Bukan 28,51% Rajutan 28,29% Kain Perca 8,13% Porsi 2017 2016 Sutra 0,25% 2017 Pertumbuhan (%yoy) CAGR 2013 - 2017 2017 3.1 2.9 2.4 2.2 2.1 0.26% -4.67% -9.79% Wol dan Bulu Hewan 14.5 14.4 13.2 12.6 13.2 1.67% 4.39% -2.35% 52 Kapas 72.0 64.2 56.4 52.7 56.9 7.20% 7.83% -5.74% 53 Serat Tekstil dan Benang Kertas 4.3 4.7 4.7 4.3 4.3 0.55% 0.30% 0.24% 54 Filamen Buatan 50.3 51.1 46.9 44.9 46.5 5.89% 3.59% -1.91% 55 Serat Stapel Buatan 41.2 42.4 39.0 36.3 36.1 4.58% -0.36% -3.20% 56 Kapas Gumpalan dan Tali 23.9 25.4 23.9 23.7 25.2 3.20% 6.61% 1.39% 57 Permadani 16.3 16.9 14.8 15.1 16.0 2.03% 6.04% -0.46% 58 Kain Tenunan Khusus 13.4 13.6 12.6 12.1 12.4 1.57% 2.50% -1.98% 59 Kain Ditenun Berlapis 25.4 26.2 24.0 23.7 25.2 3.19% 6.24% -0.25% 60 Kain Rajutan 32.8 34.1 33.3 32.6 34.8 4.41% 6.75% 1.47% 61 Barang-Barang Rajutan 230.4 238.3 219.7 215.9 225.7 28.59% 4.54% -0.51% 62 Pakaian Jadi Bukan Rajutan 208.3 232.7 219.2 215.2 227.7 28.84% 5.79% 2.25% 63 Kain Perca 62.5 66.5 61.1 60.4 63.5 8.04% 5.23% 0.41% 798.4 833.5 771.0 751.7 789.6 100% 5.05% -0.28% Total Nilai Ekspor Sumber : Trade Map, diolah 152 Tiongkok Menguasai Ekspor Produk TPT dunia dan Menjadi Pemasok Jenis Garmen Tekstil untuk Kemudian Diekspor bagi Negara Pengekspor Pakaian jadi di Asia seperti Bangladesh, Vietnam dan Indonesia • Tiongkok adalah eksportir TPT terbesar dunia dengan pangsa pasar 32.59% di tahun 2017, diikuti oleh India (4,71%) dan Bangladesh (4,2%). Importir TPT terbesar dunia adalah AS (16,10%), diikuti oleh Jerman (7,37%) dan Jepang (4,95%). • Berdasarkan negara pengekspor TPT, dari sepuluh negara utama hanya Hongkong yang mencatatkan pertumbuhan negatif, yang turun di level 6,50% yoy. Hongkong yang dikenal sebagai major trading hubs TPT dan bisnis fashion selama beberapa dekade mulai menunjukkan tren melambat bahkan menurun karena pertumbuhan biaya di Hongkong yang meroket dan munculnya sourcing hub lain seperti Singapura, Dubai dan Malaysia. • Selama lima tahun terakhir (2013-2017), hanya terdapat tiga dari sepuluh negara eksportir utama dengan pertumbuhan majemuk per tahun (CAGR) selama 2013-2017 positif, yaitu: Bangladesh (14,24%), Vietnam (12,23%) dan Spanyol (4,53%). Isu perang dagang AS dan Tiongkok menguntungkan Vietnam, karena sejumlah perusahaan TPT asal Hongkong melirik Vietnam sebagai tujuan investasi. Sejumlah perusahaan TPT mulai keluar dari Tiongkok untuk menghindari tarif masuk yang ditetapkan AS atas produk asal Tiongkok. Eksportir Dunia (2017) Importir Dunia (2017) Negara Lainnya 33,21% Tiongkok 32,59% Spanyol 2,35% India 4,71% Hong Kong 2,70% Amerika Serikat 3,28% Bangladesh 4,62% Turki 3,40% Italia 4,29% Viet Nam 4,33% Amerika Serikat 16,10% Jerman 7,37% Jepang 4,95% Inggris 4,51% Tiongkok 4,39% Negara Lainnya 45,63% Hong Kong 2,65% Jerman 4,53% Spanyol 3,24% Viet Nam 3,44% Italia 3,53% Perancis 4,18% • Melanjutkan tren yang muncul dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok mengekspor lebih sedikit pakaian jadi dan kini lebih banyak mengekspor garmen tekstil ke dunia. Pangsa pasar Tiongkok dalam ekspor pakaian jadi dunia turun dari puncaknya — 38,8% pada 2014 ke rekor terendah 34,9% pada 2017. Sementara itu, Tiongkok menyumbang 37,1% dari ekspor garmen tekstil dunia pada 2017, yang merupakan rekor baru tertinggi. • Tiongkok memainkan peran yang semakin penting sebagai pemasok tekstil untuk banyak negara pengekspor pakaian jadi di Asia. Diukur berdasarkan nilai, 47% impor tekstil Bangladesh berasal dari Tiongkok pada 2017, naik dari 39% pada 2005. Tren serupa terjadi di Kamboja (naik dari 30% menjadi 65%), Vietnam (naik dari 23% menjadi 50%), Pakistan (naik dari 32% menjadi 71%), Malaysia (naik dari 25% menjadi 54%), Indonesia (naik dari 28% menjadi 46%), Filipina (naik dari 19% menjadi 41%) dan Sri Lanka (naik dari 15% hingga 39%) selama periode yang sama. No Nilai Ekspor (Juta USD) Eksportir 2013 1 Tiongkok 2 2014 2015 2016 Porsi 2017 2017 Pertumbuhan (%yoy) CAGR 2013 - 2017 2017 273,959 287,584 273,393 253,217 257,321 32.59% 1.62% India 40,193 38,598 37,162 35,429 37,190 4.71% 4.97% -1.92% 3 Bangladesh 21,423 - 28,333 34,567 36,487 4.62% 5.55% 14.24% 4 Jerman 36,120 37,723 32,340 32,910 35,777 4.53% 8.71% -0.24% 5 Viet Nam 21,534 25,238 27,266 28,703 34,163 4.33% 19.02% 12.23% 6 Italia 35,722 37,448 31,661 32,155 33,871 4.29% 5.34% -1.32% 7 Turki 27,706 29,368 26,342 26,207 26,833 3.40% 2.39% -0.80% 8 Amerika Serikat 26,763 26,188 24,925 23,609 25,885 3.28% 9.64% -0.83% 9 Hong Kong 31,585 29,211 26,540 22,796 21,315 2.70% -6.50% -9.36% Spanyol 15,545 16,755 15,937 16,590 18,558 2.35% 11.86% 4.53% 267,831 305,355 247,090 245,485 262,230 33.21% 6.82% -0.53% 798,380 833,468 770,990 751,669 789,630 100% 5.05% -0.28% 10 Negara Lainnya Total Nilai Ekspor Sumber : Trade Map, diolah -1.55% 153 Importir Produk TPT Global Masih didominasi oleh Negara-Negara Maju namun dengan Tren Pertumbuhan yang terus menurun. • Negara-negara maju menunjukkan pertumbuhan konsumsi yang melambat bahkan negatif. Hal ini dikonfirmasi oleh perusahaan fashion dunia H&M yang mengumumkan penurunan penjualan sebesar -2% selama 2017 dan menutup jumlah toko pada tahun 2018, dengan sebagian besar berada di pasar negara maju. • Di sisi lain, pasar negara berkembang mewakili peluang pertumbuhan jangka panjang konsumsi tekstil global terlepas dari kenyataan bahwa beberapa pasar negara berkembang, seperti Tiongkok dan India, sudah cukup jenuh namun masih ada banyak ruang untuk pertumbuhan mengingat naiknya pengeluaran per kapita saat ini dan kenaikan kelas menengah. • Dua tantangan paling penting yang dihadapi oleh industri terkait dengan teknologi, yaitu (i) perkembangan saluran penjualan online untuk mengimbangi penurunan penjualan di toko fisik, dan (2) meningkatnya biaya tenaga kerja di negara-negara yang secara tradisional dianggap berbiaya rendah. Berdasarkan Produk HS Code Nilai Impor (Miliar USD) Deskripsi Produk 2013 50 Sutra 51 2014 2015 Porsi 2017 2016 2017 Pertumbuhan (%yoy) CAGR 2013 - 2017 2017 2.4 2.3 1.9 1.8 1.8 0.25% 0.73% -7.47% Wol, Bulu Hewan 13.7 13.7 12.5 12.0 12.7 1.80% 5.95% -1.81% 52 Kapas 62.7 56.0 50.2 44.9 49.6 6.99% 10.49% -5.72% 53 Serat Tekstil dan Benang Kertas 3.6 3.9 3.8 3.9 3.9 0.55% -0.16% 2.15% 54 Filamen Buatan 41.5 43.0 41.0 39.0 42.8 6.04% 9.71% 0.75% 55 Serat Stapel Buatan 39.4 40.3 37.5 35.8 37.0 5.22% 3.35% -1.54% 56 Kapas Gumpalan dan Tali 21.6 23.0 21.7 21.6 23.5 3.31% 8.44% 2.06% 57 Permadani 14.1 14.6 13.5 13.5 14.5 2.04% 7.43% 0.65% 58 Kain Tenunan Khusus 10.3 11.1 10.3 10.7 10.6 1.49% -0.72% 0.56% 59 Kain Ditenun Berlapis 21.8 22.7 20.6 21.0 22.7 3.20% 7.76% 1.03% 60 Kain Rajutan 25.3 27.1 26.0 26.5 29.6 4.18% 11.66% 4.01% 61 Barang-Barang Rajutan 193.6 203.2 193.5 191.4 202.0 28.51% 5.53% 1.06% 62 Pakaian Jadi Bukan Rajutan 199.4 206.7 198.9 193.4 200.4 28.29% 3.62% 0.12% 63 Kain Perca 53.3 56.6 54.3 53.8 57.6 8.13% 6.99% 1.97% 702.7 724.1 685.6 669.2 708.4 100% 5.86% 0.20% Total Nilai Impor Berdasarkan Negara No Nilai Impor (Juta USD) Importir Porsi 2017 Pertumbuhan (%yoy) CAGR 2013 - 2017 2017 2013 2014 2015 2016 2017 111,649 114,926 119,624 113,521 114,080 16.10% 0.49% Jerman 51,212 54,119 48,238 49,331 52,242 7.37% 5.90% 0.50% 3 Jepang 41,005 38,670 35,367 34,705 35,056 4.95% 1.01% -3.84% 4 Inggris 33,024 36,370 34,757 32,084 31,950 4.51% -0.42% -0.82% 5 Tiongkok 40,416 36,002 32,368 28,368 31,099 4.39% 9.63% -6.34% 6 Perancis 29,763 31,177 28,279 28,267 29,639 4.18% 4.85% -0.10% 7 Italia 25,302 27,110 23,815 23,901 24,979 3.53% 4.51% -0.32% 8 Viet Nam 12,846 14,523 15,447 16,066 24,342 3.44% 51.52% 17.33% 9 Spanyol 18,876 21,412 21,082 21,737 22,966 3.24% 5.65% 5.02% 10 Hong Kong 25,960 24,511 22,540 19,917 18,807 2.65% -5.57% -7.74% 312,677 325,317 304,102 301,310 323,284 45.63% 7.29% 0.84% 702,729 724,137 685,618 669,207 708,445 100% 5.86% 0.20% 1 Amerika Serikat 2 Negara Lainnya Total Nilai Ekspor Sumber : Trade Map, diolah 0.54% 154 Ekspor Produk TPT Indonesia Kembali Tumbuh Positif di tahun 2017 dan 2018 ditopang oleh meningkatnya permintaan global terutama dari pasar tujuan utama Pada tahun 2018, nilai ekspor sebesar USD13,21 miliar atau meningkat 5,95% yoy. Amerika Serikat merupakan negara tujuan utama ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia, dengan valuasi ekspor pada tahun 2017 mencapai USD4,32 miliar atau setara dengan 34.44% total ekspor TPT Indonesia. Pakaian jadi bukan rajutan, barang-barang rajutan, dan serat stapel buatan mendominasi ekspor produk-produk TPT Indonesia. Ekspor dan Impor TPT Indonesia Tujuan Ekspor (2017) Nilai Ekspor (Juta USD) Lainnya 27,50% Nilai Impor (Juta USD) Pertumbuhan Ekspor - Skala Kanan (%) 21,90% 4,04% 1,10% 6.000 2013 2014 No 13.217 12.537 10,00% 5,00% -6,89% 2015 5,43% 2016 0,00% 10.017 -3,67% 0,70% 8.217 8.160 7.976 0,48% 0 15,00% 2,31% 8.566 2.000 20,00% 5,95% -3,59% 1,75% 8.473 4.000 11.832 8.000 12.283 12.741 10.000 12.680 12.000 25,00% Pertumbuhan Impor - Skala Kanan (%) 14.000 Australia 1,75% Inggris 1,81% Brazil 1,92% Uni Emirat Arab 2,34% Jerman 4,12% -5,00% -10,00% 2017 Amerika Serikat 34,44% Jepang 10,53% Turki 4,29% Korea Selatan 4,84% Tiongkok 6,46% 2018 Pertumbuhan CAGR 2013 (%yoy) - 2017 2017 Nilai Ekspor (Juta USD) Negara Tujuan 2013 2014 2015 2016 2017 1 Amerika Serikat 4,098.2 3,959.5 3,942.2 3,827.8 4,317.4 12.79% 1.31% 2 Jepang 1,183.5 1,222.8 1,203.1 1,193.3 1,320.7 10.68% 2.78% 3 Tiongkok 573.1 614.3 668.9 622.2 810.0 30.18% 9.03% 4 Korea Selatan 599.4 535.3 546.2 575.2 606.8 5.49% 0.31% 5 Turki 623.9 650.2 575.7 516.0 537.2 4.11% -3.67% 6 Jerman 608.9 639.1 535.3 537.7 516.8 -3.89% -4.02% 7 Uni Emirat Arab 397.6 504.5 439.8 392.2 293.9 -25.06% -7.28% 8 Brazil 362.3 327.5 247.5 226.1 241.2 6.68% -9.68% 9 Inggris 335.4 308.3 252.2 235.3 226.3 -3.80% -9.37% Australia 170.4 176.8 196.9 216.8 219.1 1.04% 6.48% 3,726.7 3,802.7 3,675.2 3,489.6 3,447.3 -1.21% -1.93% 12,679.5 12,740.8 12,283.0 11,832.2 12,536.7 5.95% -0.28% 10 Lainnya Total Nilai Ekspor Nilai Ekspor (Juta USD) Deskripsi Produk HS Code Pertumbuhan (%yoy) Jan-Agu CAGR 2013 - 2017 2017 2018 33.07% 6.87% 7.93% 1.53% Porsi 2017 2013 2014 2015 2016 2017 62 Pakaian Jadi Bukan Rajutan 3,902.6 3,931.5 3,978.2 3,879.8 4,146.5 Jan-Agu 2018 3,019.8 61 Barang-Barang Rajutan 3,481.4 3,428.3 3,305.1 3,291.3 3,735.5 2,731.9 29.80% 13.50% 10.33% 1.78% 55 Serat Stapel Buatan 2,327.8 2,331.5 2,214.5 2,025.9 2,063.7 1,487.9 16.46% 1.86% 9.05% -2.97% 54 Filamen Buatan 1,256.7 1,248.2 1,088.5 1,004.6 950.3 608.0 7.58% -5.41% -6.17% -6.75% 52 Kapas 825.5 902.6 823.2 782.1 819.0 579.0 6.53% 4.72% 13.34% -0.20% 63 Kain Perca 332.2 322.3 283.3 279.5 264.7 114.3 2.11% -5.29% -30.76% -5.52% 56 Kapas Gumpalan dan Tali 146.8 163.4 173.6 171.8 173.2 113.9 1.38% 0.83% 3.45% 4.23% 59 Kain Ditenun Berlapis 114.9 114.1 110.2 134.7 141.8 107.3 1.13% 5.28% 13.26% 5.41% 60 Kain Rajutan 118.4 117.7 125.1 98.5 102.2 75.1 0.82% 3.78% 15.10% -3.62% 57 Permadani 69.2 67.4 69.9 74.2 77.1 45.8 0.61% 3.95% -3.84% 2.74% 58 Kain Tenunan Khusus 91.3 97.9 96.1 79.2 52.9 31.0 0.42% -33.24% -14.15% -12.76% 53 Serat Tekstil dan Benang Kertas 8.3 12.8 13.0 8.5 8.5 7.5 0.07% 0.00% 58.29% 0.65% 51 Wol dan Bulu Hewan 4.0 2.1 1.7 2.0 1.1 0.4 0.01% -47.71% -42.74% -28.04% 50 Sutra Total Nilai Ekspor 0.5 1.3 0.5 0.1 0.3 0.7 0.00% 122.03% 307.82% -16.69% 12,679.5 12,740.8 12,283.0 11,832.2 12,536.7 8,922.7 100% 5.95% 7.22% -0.28% Sumber : Trade Map, diolah 155 Industri TPT Indonesia masih bergantung kepada Impor, khususnya untuk serat kapas, serat polyester untuk bahan baku prosuk benang, kain, aksesoris dan bahan kimia • Pada tahun 2018, nilai impor TPT Indonesia tercatat sebesar USD10,02 miliar atau 21,90% yoy. • Impor TPT terbesar Indonesia berasal dari Tiongkok, dengan nilai impor tahun 2017 mencapai USD3,09 miliar atau setara dengan 37.64% total impor TPT Indonesia. • Dari sisi impor, Kapas (HS52) merupakan produk TPT yang paling besar diimpor oleh Indonesia dengan nilai impor USD2,39 miliar pada 2018 atau setara 23,93% total impor TPT. • Harga impor yang relatif lebih murah dan penurunan produksi (untuk sutra) serta kurangnya minat untuk menanam kapas menjadi salah satu faktor tingginya impor. Asal Impor (2017) Produk Diimpor (2018) Lainnya 12,78% India Brazil 2,82% 3,04% Tiongkok 37,64% Viet Nam 3,34% Thailand 3,72% Jepang 4,11% Hong Kong 5,71% HS Code Pakaian Jadi Bukan Kain Rajutan Tenunan 4,34% Khusus 3,70% Kapas Gumpalan dan Tali 5,30% Kain Ditenun Berlapis 7,11% Taiwan 6,66% Korea Selatan Amerika 12,97% Serikat 7,20% Kapas 23,93% Kain Rajutan 15,50% Nilai Impor (Juta USD) Deskripsi Produk BarangWol, Bulu Barang Hewan Kain Perca Rajutan 1,24% 1,33% 3,80% Serat Stapel Buatan 14,83% Serat Tekstil dan Benang Kertas 0,70% Permadani 0,76% Sutra 0,06% Filamen Buatan 17,42% Pertumbuhan (%yoy) Jan-Nov CAGR 2013 - 2017 2017 2018 25.90% 1.52% 9.92% -4.47% Porsi 2017 52 Kapas 2,554.8 2,499.6 2,124.4 2,096.2 Jan-Nov 2017 2018 2,128.0 1,647.9 54 Filamen Buatan 1,217.8 1,316.4 1,277.1 1,412.4 1,427.9 1,147.1 17.38% 1.10% 15.39% 4.06% 55 Serat Stapel Buatan 1,352.0 1,366.7 1,264.6 1,325.5 1,275.2 985.7 15.52% -3.80% 8.77% -1.45% 60 Kain Rajutan 1,336.6 1,352.1 1,365.8 1,329.9 1,234.9 982.9 15.03% -7.14% 9.33% -1.96% 59 Kain Ditenun Berlapis 617.8 612.0 532.1 500.2 558.1 464.9 6.79% 11.58% 21.52% -2.51% 56 Kapas Gumpalan dan Tali 373.7 429.9 456.9 455.7 451.4 363.3 5.49% -0.94% 16.66% 4.84% 58 Kain Tenunan Khusus 287.7 292.6 293.0 327.5 318.9 244.5 3.88% -2.61% 10.09% 2.61% 62 Pakaian Jadi Bukan Rajutan 266.7 246.7 223.6 238.7 288.0 302.2 3.50% 20.64% 64.37% 1.94% 61 Barang-Barang Rajutan 209.7 197.7 177.9 171.8 233.2 255.1 2.84% 35.69% 78.62% 2.69% 63 Kain Perca 67.4 64.3 60.6 78.1 106.0 83.6 1.29% 35.74% 34.70% 12.00% 51 Wol, Bulu Hewan 115.9 119.8 129.9 147.3 101.9 72.8 1.24% -30.86% 2.77% -3.17% 57 Permadani 38.0 33.4 30.3 40.9 50.5 50.5 0.61% 23.49% 50.98% 7.37% 53 Serat Tekstil dan Benang Kertas 32.4 33.6 38.6 34.3 39.3 35.2 0.48% 14.59% 41.71% 4.89% 50 Sutra 2.1 1.1 1.1 1.4 3.9 3.5 0.05% 178.49% 19.83% 16.58% 8,472.7 8,566.0 7,975.9 8,159.9 8,217.1 6,639.2 100% 0.70% 15.76% -0.76% Total Nilai Impor 2013 2014 2015 2016 Sumber : Trade Map, diolah 156 TPT merupakan salah satu penopang ekspor Indonesia dan salah satu industri manufaktur nasional yang strategis dalam perekonomian Indonesia, karena kontribusinya terhadap 2 (dua) Kepentingan Nasional, yaitu Nett Devisa Ekspor dan Tenaga Kerja. • Peran ekspor TPT Indonesia terhadap total ekspor Indonesia sejak 2001 hingga 2018 terus mengalami tren penurunan. Pada tahun 2001, porsi ekspor TPT terhadap total ekspor sebesar 13,63%, sementara itu pada 2010 dan 2018 masing-masing 7,11% dan 7,33%. • Dari sisi impor tidak banyak perubahan porsi impor TPT Indonesia terhadap total impor Indonesia. Pada 2001, 2011 dan 2018 porsi impor TPT terhadap total impor secara berurutan sebesar 7,88%, 4,56% dan 5,31%. Peran TPT dalam Ekspor-Impor Indonesia Porsi Ekspor TPT terhadap Total Ekspor Indonesia 15,00% 6,00% 4,56% 7,88% 9,00% 5,31% 7,11% 12,00% 7,33% 13,63% Porsi Impor TPT terhadap Total Impor Indonesia 3,00% 0,00% 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 TPT Diekspor 2011 2001 HS50 HS51 HS630,00% 0,08% 3,19% HS61 20,34% HS50 HS51 HS52 HS63 0,00% 0,02% 6,12% HS53 2,11% 0,13% HS54 10,93% HS52 9,69% HS53 0,01% HS54 HS55 15,06%11,48% HS62 36,26% HS56 0,54% HS60 0,67% 2018 HS62 31,30% HS56 HS631,29% 1,66% HS55 19,20% HS56 0,96% HS57 0,50% HS57 HS580,35% HS59 0,92% 1,38% HS61 26,71% HS60 0,67% HS59 0,95% HS58 0,40% HS52 6,14% HS54 6,60% HS55 16,47% HS51 HS57 0,01% HS60 HS58 0,54% HS59 0,79% 0,37% HS53 1,21% 0,09% HS50 0,01% HS62 34,01% HS61 30,82% TPT Diimpor HS61 0,31% HS60 HS58 4,93% HS57 2,50% 0,14% HS59 6,71% HS56 2,16% HS55 14,19% HS54 13,88% 2001 HS62 0,41% HS61 1,69% HS63 HS50 0,48% 0,10% HS51 1,11% HS59 6,20% HS52 52,45% HS63 HS50 0,85% 0,11% HS51 1,17% HS60 14,83% HS53 0,47% HS54 14,03% HS58 HS62 3,70%4,34% 2018 HS63 HS61 HS51 1,33% 3,80% 1,24% HS56 5,30% HS52 37,15% HS58 HS57 3,44% 0,46% HS56 HS55 3,56% 13,83% HS53 0,62% 2011 HS62 2,20% HS52 23,93% HS59 7,11% HS60 15,50% HS53 0,70% HS57 0,76% HS50 0,06% HS55 14,83% HS54 17,42% • Ekspor TPT Indonesia berdasarkan jenis HS Code tidak banyak berubah, produk HS62 (Pakaian Jadi Bukan Rajutan) dan HS61 (Barang-Barang Rajutan) memiliki porsi paling tinggi sejak 2001 hingga 2018. • Impor TPT Indonesia berdasarkan jenis HS Code sedikit bergeser dari posisi 2001 hingga 2018. Pada 2001 produk HS52 (Kapas) berkontribusi 52,45% terhadap total impor TPT, sementara itu pada 2011 dan 2018 kontribusi HS52 masing-masing hanya 37,15% dan 23,93%. Produk HS60 (Kain Rajutan) justru menunjukkan porsi meningkat, dari 4,93% pada 2001 menjadi 14,83% pada 2011 dan 15,50% pada 2017. Sumber : Trade Map, diolah 157 Rantai pasok produk TPT : studi kasus solo raya Serat dan Filamen Hulu Spinning Benang Weaving/Knitting Antara Kain Mentah Finishing/Printing Kain Jadi Hilir Garmen Pakaian Jadi • Industri spinning di Solo Raya memiliki 2 bahan baku utama yakni kapas/serat alami dan serat poliester. • Pada sektor spinning atau sektor yang mengolah serat kapas, serat poliester dan serat rayon menjadi benang, terdapat 13 perusahaan di Solo Raya. • Industri weaving dan finishing memiliki 2 bahan baku utama, benang serta bahan-bahan kimia. • Perusahaan yang bergerak dalam bidang weaving berjumlah 23 perusahaan atau sebesar 29,9 % dari total perusahaan TPT. • Jumlah perusahaan yang bergerak pada bidang finishing/printing sebanyak 8 perusahaan. • Industri garmen memiliki beberapa bahan baku utama seperti kain jadi, bahan kimia, pewarna, aksesoris dan lain-lain. • Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) di Solo Raya didominasi oleh perusahaan garmen, dimana terdapat 28 perusahaan atau sebesar 36,4 % memiliki konsentrasi pada produksi garmen. Distribusi Sumber : Kajian Analisa Rantai Pasok TPT Studi Kasus Solo Raya, Universitas Negeri Sebelas Maret, 2018 158 Permasalahan pada rantai pasok Isu Permasalahan Dampak Mayoritas Bahan Baku Masih Impor Indonesia masih bergantung impor untuk bahan baku produk TPT antara lain: kapas, serat polyester sebagai bahan baku benang, kain impor, aksesoris, bahan kimia. Apabila kurs melemah maka biaya produksi menjadi lebih mahal. Maraknya impor tekstil ilegal; Produk TPT menjadi kurang berdaya saing Kondisi permesinan yang mayoritas usianya sudah tua, terutama pada industri tenun dan rajut; Kegiatan produksi kalah cepat, kurang efektif dan efisien , sehingganya produknya kalah bersaing di pasar global. Pembaharuan Permesinan Teknologi permesinan banyak yang belum menggunakan teknologi terkini pada setiap rantainya, perlu restrukturisasi permesinan Tingkat Keahlian Tenaga Kerja Perlunya optimalisasi keahlian dan produktivitas SDM Meningkatkan produktivitas pabrik TPT Stabilisasi Suplai Energi Biaya tarif listrik dan gas dinilai pelaku usaha masih relatif tinggi. Biaya produksi meningkat. Tarif energi listrik dan gas yang tergolong tinggi bagi indutri tekstil dan produk tekstil, sekitar US$10,5 sen/kWh untuk listrik dan US$9,3 /MMBtu untuk gas (dibandingkan Vietnam sebesar US$ 7 sen/kWh untuk listrik dan US$7,5 /MMBtu untuk gas); Distribusi dan Infrastruktur • Sistem logistik belum terintegrasi • Lead Time Sulit Untuk diukur. • Masih terbatasnya jumlah dry port (terminal container darat) di pelabuhan yang mampu menekan dwelling time; • Biaya tambahan yang dikenakan apabila barang melewati batas waktu penumpukan lebih dari 3 hari; • Kondisi jalan raya yang belum memadai; • Kendala sistem trouble/down saat pengisian formulir PEB (Persetujuan Ekspor Barang) yang dilakukan secara online; Tarif logistik mahal, biaya produksi meningkat Tarif Penetapan bea masuk yang dilakukan oleh Uni Eropa dan Amerika Serikat untuk tekstil dan produk tekstil Indonesia sekitar 11% - 17%. Padahal negara-negara tersebut menjadi pasar terbesar ekspor Indonesia; Harga Tekstil menjadi lebih mahal di negara-negara tersebut. Daya saing berkurang Supply Chain* Sumber : Penelitian terkait Infrastuktur Ekspor Untuk Mendukung Daya Saing Produk Ekspor Nasional, 2018 159 Isu-isu terkait produk TPT Pesaing terberat untuk ekspor tekstil hingga saat ini adalah Tiongkok. Tiongkok menerapkan subsidi ekspor sebesar 18 persen. Hal ini membuat harga dari tekstil Tiongkok lebih murah dibandingkan dengan Indonesia. Bentuk subsidi sebesar 18 persen tidak selalu dari bentuk pengembalian dana namun lebih kepada penurunan biaya pajak ataupun biaya lainnya. Produktivitas tenaga kerja Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan dengan Tiongkok yaitu sebesar 1 berbanding 2,4. Hal ini juga membuat biaya satuan produk Tiongkok jauh lebih murah. Kerjasama bilateral antara negara. Hilangnya penanggung jawab khusus tekstil membuat intensitas kerjasama antara negara menjadi berkurang khususnya dalam pembahasan tekstil. Harga bahan baku dalam negeri dinilai kalah bersaing dengan bahan yang sama dari sumber impor. Bahan baku tersebut adalah serat polyester sebagai bahan baku benang. Perpajakan dimana ada pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh) impor mesin tekstil. Isu lainnya adalah bahwa Kementerian Perindustrian memperkirakan ekspor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) naik hingga 3 kali lipat apabila perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement/FTA) dengan Eropa dan Amerika bisa diselesaikan. Mesin-mesin tekstil yang sudah tua dan biaya energi yang cukup mahal. Industri TPT Indonesia relatif kalah saing dibanding Vietnam dan Bangladesh (sesama negara penerima fasilitas Generalized System of Preferences/GSP dari AS), salah satunya karena tingginya harga bahan baku yang tersedia di dalam negeri. Harga bahan baku, seperti serat polyester (bahan baku benang) dalam negeri justru kalah bersaing dengan bahan yang sama berlabel impor. Liputan 6 Produk TPT Indonesia seperti pakaian, t-shirt, celana dan jersey memperoleh kemudahan berupa bea masuk 0% ke Australia pasca disepakatinya Perjanjian Kerjasama Ekonomi Komperhensif Indonesia - Australia (IA-CEPA) pada September 2018. Merdeka.com 160 Isu-isu terkait produk TPT Produksi Sutra Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan tren menurun sejak 2012,sementara impor Sutra meningkat dari tahun ke tahun sejak 2012. Hal ini menunjukkan bahwa sektor hilir masih menunjukan peningkatan, sementara sektor hulu cenderung menurun. Produksi Sutra Dunia No Produksi (Metrik Ton) 1 Tiongkok 2 India 3 Uzbekistan 4 Thailand 5 Brasil 6 Vietnam 7 Korea Utara 8 Iran 9 Bangladesh 10 Turki 11 Jepang 12 Bulgaria 13 Madagaskar 14 Indonesia 15 Tunisia 16 Filipina 17 Mesir 18 Korea Selatan 19 Suriah 20 Colombia TOTAL 2013 130,000.0 26,480.0 980.0 680.0 550.0 475.0 300.0 123.0 43.0 25.0 30.0 8.5 18.0 16.0 4.0 1.0 0.7 1.6 0.7 0.6 159,737.1 2014 146,000.0 28,708.0 1,100.0 692.0 560.0 420.0 320.0 110.0 44.5 32.0 30.0 8.0 15.0 10.0 4.0 1.1 0.8 1.2 0.5 0.5 178,057.6 2015 170,000.0 28,523.0 1,200.0 698.0 600.0 450.0 350.0 120.0 44.0 30.0 30.0 8.0 5.0 8.0 3.0 1.2 0.8 1.0 0.3 0.5 202,072.8 2016 158,400.0 30,348.0 1,256.0 712.0 650.0 523.0 365.0 125.0 44.0 32.0 32.0 9.0 6.0 4.0 2.0 1.8 1.2 1.0 0.3 2017 142,000.0 31,906.0 1,200.0 680.0 600.0 520.0 365.0 120.0 41.0 30.0 20.0 10.0 7.0 2.5 2.0 1.5 1.1 1.0 0.3 192,512.3 177,507.4 Indonesia berencana meningkatkan impor kapas dari AS. Kapas AS selama ini diakui memiliki kualitas tinggi, antara lain karena: (i) 100 persen dipetik menggunakan mesin sehingga bebas kontaminasi; (ii) memiliki konsistensi tinggi; dan (iii) mengikuti standar yang tinggi dan terdaftar di U.S. Department of of Agriculture (USDA). Harapannya, kualitas kapas yang baik membuat AS akan menyerap produk tekstil Indonesia lebih tinggi, karena kualitas bahan bakunya (kapas) memenuhi standar AS. Warta Ekonomi 161 TPT Indonesia vs Pesaing Negara Indonesia • • Kinerja Ekspor • • Perjanjian Perdagang an • • • • Tenaga Kerja Vietnam Nilai Ekspor 2017 : USD12,5 miliar Share terhadap total ekspor TPT dunia : 1,5 % growth 15 tahun terakhir : 82% • ASEAN-China Free Trade Agreement : jalur tarif seluruh produk tekstil antara Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dengan Tiongkok dihapus. Bisnis tekstil Indonesia mendesak pemerintah pusat untuk mencapai kesepakatan dengan Uni Eropa untuk membentuk Indonesia-EU Comprehensiv e Economic Partnership Agreement • 5273 perusahaan TPT 1,51 juta karyawan Biaya tenaga kerja industri TPT di Indonesia, USD 0,95/jam • • • • • • • Nilai Ekspor 2017 : USD33,9 miliar Share terhadap total ekspor TPT dunia : 4,3% growth 15 tahun terakhir : 1.028,6% Bangladesh • • • EU-Vietnam Free Trade Agreement: semua tarif produk tekstil dan garmen berkurang dari 11,6 persen menjadi nol. Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership mendorong perusahaanperusahaan untuk menembus pasar yang sebelumnya memiliki pangsa pasar yang kecil (Kanada, Australia, Selandia Baru), karena tarif berkurang menjadi nol. • 6000 perusahaan TPT 3,5 juta karyawan, 25% dari tenaga kerja di sektor industri Pada tahun 2016, upah minimum di industri TPT sekitar USD 108 per bulan. Biaya tenaga kerja industri TPT di Vietnam salah satu ter-rendah di dunia, USD 0,74/jam • • • • • • Tiongkok Nilai Ekspor 2017 : USD36,8 miliar Share terhadap total ekspor TPT dunia : 4,67% growth 15 tahun terakhir : 698,9% • Menjadi salah satu eksportir TPT terbesar ketika negaranegara seperti Kanada menghilangka n bea impor dan kuota. Bangladesh menikmati akses pasar bebas bea di Uni Eropa, Kanada, Australia, dan negara-negara maju lainnya. Bangladesh memiliki fasilitas GSP (Generalized System of Preference) di 38 negara. • 7000 pabrik 5,1 juta karyawan 75% tenaga kerja di industri manufaktur bekerja di sektor TPT. Biaya tenaga kerja industri TPT di Bangladesh ter-rendah di dunia, USD 0,40/jam • • • • • • India Nilai Ekspor 2017 : USD257,8 miliar Share terhadap total ekspor TPT dunia : 32,7% growth 15 tahun terakhir : 345,7% • Cina mengimpleme ntasikan Free Trade Zone di Shanghai, Guangdong, Tianjin, dan Fujian untuk meningkatkan perdagangan dan mendorong investasi. Cina memiliki Free Trade Agreement dengan berbagai negara seperti Maldives, Georgia, Australia, Korea, Switzerland, Iceland, Kosta Rika, Peru, Singapura, Selandia Baru, Chile, Pakistan, dan negara-negara ASEAN. • Tenaga kerja terampil 10 juta karyawan Biaya tenaga kerja industri TPT di Cina salah satu terrendah di dunia, USD 0,62/jam • • • • • • Turki Nilai Ekspor 2017 : USD37,2 miliar Share terhadap total ekspor TPT dunia : 4,72% growth 15 tahun terakhir : 227,3% • Free Trade Agreement dengan South Asia Free Trade Area (SAFTA), Bhutan, Sri Lanka Preferential Trade Agreement: Asia Pacific Trade Agreement (APTA), Afghanistan, Chile, dan MERCOSUR Generalized System of Preferences di Uni Eropa • Tingkat upah rata-rata di India 50-60% lebih rendah daripada di negara-negara maju Biaya tenaga kerja industri TPT di India salah satu terrendah di dunia, USD 0,50/jam • • • • • Nilai Ekspor 2017 : USD26,8 miliar Share terhadap total ekspor TPT dunia : 3,40% growth 15 tahun terakhir : 122,3% Customs Union dengan Uni Eropa (importir terbesar) Free Trade Agreement dengan Albania, Chile, Mesir, Georgia, Yordania, Malaysia, Maroko, Palestina, Serbia, Korea Selatan, dan negaranegara lainnya Turki mempedulik an kondisi kerja karyawan di pabrik tekstil, menjadikann ya sumber produk tekstil teknis yang paling ideal untuk Uni Eropa karena mereka mematuhi kriteria regulasi perdagangan dan teknis. Biaya tenaga kerja, USD 2,75/jam 162 TPT Indonesia vs Pesaing (2) Negara Indonesia • • • Regulasi Pemerinta h • • Membangun pergudangan kapas yang lebih besar dan mempromosik an provinsi Jawa Tengah sebagai pusat tekstil baru. Harga gas alam sebagai bahan bakar maksimum ditetapkan di USD 6/mmbtu untuk industri manufaktur terutama tekstil. 30% diskon tarif listrik untuk konsumen industri pada jam 11 malam s/d 8 pagi Pemerintah meningkatkan pendidikan kejuruan untuk menghasilkan operator pabrik yang dapat diandalkan Namun, bea masuk tekstil Indonesia ke Eropa 11-30%, masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Vietnam dan Bangladesh (0%) Vietnam • • • Decree 60: investor asing dapat memperoleh 100% saham di perusahaan publik apabila mengikuti ketentuan tertentu, maka likuiditas dan aliran masuk modal asing ke pasar saham meningkat. Insentif pajak untuk impor bahan baku yang digunakan untuk memproduksi pakaian yang akan diekspor Pengecualian Pajak Penghasilan badan (corporate income tax exemption) Bangladesh • • • Pemerintah membangun kawasan ekonomi khusus untuk menarik investasi asing. Bank sentral mengimpleme ntasikan Backto-Back Letter of Credit, membantu eksportir untuk mengatasi kendala dalam memperoleh bahan-bahan dengan harga pasar global. Insentif uang tunai sebesar 25% untuk perusahaan berorientasi ekspor yang menggunakan input buatan lokal. Tiongkok • • • • Pemerintah memberi subsidi miliaran dolar untuk mendukung eksportir setiap tahun. Pengurangan harga listrik, hibah uang tunai, dan keuntungan lain bagi para eksportir. Pemerintah mengizinkan pinjaman yang lebih besar oleh bank untuk mendukung eksportir skala kecil Suku bunga jangka pendek untuk asuransi kredit ekspor dikurangi, sehingga melindungi eksportir dari ketidakmamp uan membayar oleh pelanggan asing. India • • • Subsidi untuk pembangunan infrastruktur industri TPT sebesar 40% hingga Rs 40 crore (USD 6 juta). Revised Restructured Technology Upgradation Fund Scheme: reimbursement bunga 5% dan subsidi modal 10% untuk pembuatan mesin-mesin utama untuk tekstil teknis Market Access Initiative dan Market Development Assistant Scheme: bantuan finansial untuk kegiatan promosi ekspor di berbagai negara Turki • • • Turquality branding program: meningkatka n persepsi internasional tentang produkproduk buatan Turki Subsidi sebesar USD 500.000 untuk pemasaran dan distribusi, USD 300.000 untuk desain dan pengembang an Tingkat bea impor ditingkatkan ke 20% untuk kain, 5-33% untuk kain tenunan, pakaian, alas kaki, dan produk lainnya untuk melindungi produsen lokal. 163 Outlook ekspor tekstil dan produk tekstil Nilai ekspor TPT Indonesia tumbuh di level 5,4% yoy dengan valuasi nilai ekspor mencapai USD13,21 miliar pada 2018 dan diperkirakan tumbuh 6,0% dengan valuasi USD14,01 miliar pada 2019. Pertumbuhan tahun 2018 ini masih positif pada level yang tidak jauh berubah dibandingkan tahun 2017 (5,95% yoy). Pada tahun 2019, pertumbuhan nilai ekspor TPT diperkirakan mampu tumbuh 6% yoy. Proyeksi Nilai Ekspor TPT Indonesia Nilai Ekspor Tekstil Indonesia 14.500 Growth 6,0% 5,4% 14.000 6,0% 6,0% Juta USD 13.500 13.000 4,0% 1,7% 2,0% 0,5% 12.500 0,0% 12.000 11.500 11.000 8,0% -3,6% -3,7% -2,0% -4,0% 12.684 12.742 12.283 11.832 12.537 13.217 14.013 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019P 10.500 -6,0% Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah Proyeksi Nilai Ekspor TPT Indonesia ke AS, Jepang, Tiongkok, Korea Selatan dan Turki Nilai Ekspor TPT Indonesia Amerika Serikat Jepang Tiongkok 14.500 Viet Nam 14.127 14.000 Juta USD 13.500 13.000 13.217 12.680 12.741 12.537 12.283 12.500 11.832 12.000 11.500 11.000 10.500 2013 2014 2015 2016 2017 2018P Thailand 35,00% 30,00% 25,00% 20,00% 15,00% 10,00% 5,00% 0,00% -5,00% -10,00% -15,00% 2019P Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah 164 Outlook ekspor tekstil dan produk tekstil (2) Proyeksi Nilai Ekspor TPT Indonesia ke AS, Jepang, Tiongkok, Korea Selatan dan Turki 5.000 2014 2015 2016 2017 2018P 2019P 4.098 3.959 3.942 3.828 4.317 4.344 4.761 2013 1.184 1.223 1.203 1.193 1.321 1.336 1.460 573 614 669 622 810 754 861 599 535 546 575 607 622 675 624 650 576 516 537 586 617 Juta USD 4.000 3.000 2.000 1.000 Amerika Serikat Jepang Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu Tiongkok Korea Selatan Turki Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah • Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok, Korea Selatan, dan Turki merupakan lima negara utama pasar tujuan ekspor TPT Indonesia tahun 2017. • Selama 2013-2017, tujuan ekspor Indonesia ke lima negara utama dengan pertumbuhan majemuk per tahun (CAGR) tertinggi adalah Tiongkok (9,03%), diikuti oleh Jepang (2,78%) dan AS (1,31%). Sementara itu, dari lima negara utama tersebut dengan proyeksi pertumbuhan ekspor per tahun (CAGR 2019-2022) tertinggi adalah ke Tiongkok (6,93%), diikuti ke AS (6,25%) dan Jepang (6,20%). • Pada 2018 dan 2019, pertumbuhan ekspor ke lima negara utama tersebut diproyeksikan tumbuh mixed. Pada 2018, ekspor Indonesia ke lima negara tersebut positif kecuali ke Tiongkok yang diproyeksikan turun (-6,9% yoy), sementara itu ekspor ke AS dan Jepang pada 2018 lesu hanya tumbuh masing-masing 0,62% yoy dan 1,17% yoy setelah tumbuh masing-masing 12,8% yoy dan 10,7% yoy pada 2017. Upside Risk Downside Risk • Berlanjutnya perang dagang AS-Tiongkok akan membuat produk Tiongkok tidak lagi kompetitif, sehingga produk TPT asal Indonesia berpotensi dilirik oleh AS. • Berlanjutnya fasilitas Generalized Systems of Preference (GSP) atau pengurangan/pembebasan bea masuk impor produk dari Indonesia ke AS kepada Indonesia. • Meningkatnya realisasi investasi industri TPT. • AS tengah meninjau ulang negara-negara yang memperoleh fasilitas GSP. Ekspor TPT Indonesia terancam turun apabila fasilitas Generalized Systems of Preference (GSP) ini dicabut. Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah 165 HS 50 : Sutra Ekspor Impor Dunia • Ekspor Produk HS50 (Sutra) dunia selama 2013-2017 tercatat pada tren menurun (CAGR 2013-2017 sebesar -9,80%) sehingga pada 2017 nilai ekspor HS50 hanya mencapai USD2,06 miliar. Tren impor HS50 juga mengalami penurunan (CAGR 2013-2017 sebesar -7,48%) sehingga mencapai USD1,76 miliar pada 2017. • Tiongkok adalah eksportir HS50 terbesar dengan pangsa pasar mencapai 53.74% pada tahun 2017 (setara USD1,12 miliar), namun selama 20132017 tren ekspor HS50 Tiongkok berada pada tren menurun (CAGR 2013-2017 sebesar -9.12%). Importir utama HS50 dunia adalah Italia dengan porsi 2017 sebesar 18.77% (setara USD332 juta), dengan tren CAGR 2013-2017 yang juga negatif sebesar -6.84%. • Kain Tenunan Sutra menjadi produk yang mendominasi ekspor dan impor dunia HS50 pada 2017, dengan porsi masing-masing sebesar 56.74% (setara USD1,17 miliar) dan 52.74% (setara USD924 juta). Ekspor dan Impor Dunia : HS 50 - Sutra Keterangan Nilai Ekspor Nilai Impor 2013 2014 3.114,81 2.403,73 2.868,97 2.331,62 2015 (Juta USD) 2.367,93 1.885,80 Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 2016 2017 2.161,01 1.747,87 2.062,13 1.761,00 Pertumbuhan 2017 CAGR (2013 - 2017) (%) (%) -4,58% -9,80% 0,75% -7,48% 166 HS 50 : Sutra Ekspor - Impor Dunia • Ekspor Produk HS50 (Sutra) dunia selama 2013-2017 tercatat pada tren menurun (CAGR 2013-2017 sebesar -9,80%) sehingga pada 2017 nilai ekspor HS50 hanya mencapai USD2,06 miliar. Tren impor HS50 juga mengalami penurunan (CAGR 2013-2017 sebesar -7,48%) sehingga mencapai USD1,76 miliar pada 2017. • Tiongkok adalah eksportir HS50 terbesar dengan pangsa pasar mencapai 53.74% pada tahun 2017 (setara USD1,12 miliar), namun selama 20132017 tren ekspor HS50 Tiongkok berada pada tren menurun (CAGR 2013-2017 sebesar -9.12%). Importir utama HS50 dunia adalah Italia dengan porsi 2017 sebesar 18.77% (setara USD332 juta), dengan tren CAGR 2013-2017 yang juga negatif sebesar -6.84%. • Kain Tenunan Sutra menjadi produk yang mendominasi ekspor dan impor dunia HS50 pada 2017, dengan porsi masing-masing sebesar 56.74% (setara USD1,17 miliar) dan 52.74% (setara USD924 juta). Ekspor dan Impor Dunia : HS 50 - Sutra Keterangan Nilai Ekspor Nilai Impor 2013 2014 3.114,81 2.403,73 2.868,97 2.331,62 2015 (Juta USD) 2.367,93 1.885,80 Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 2016 2017 2.161,01 1.747,87 2.062,13 1.761,00 Pertumbuhan 2017 CAGR (2013 - 2017) (%) (%) -4,58% -9,80% 0,75% -7,48% 167 HS 50 : Sutra Indonesia mencatatkan defisit pada perdagangan sutra karena produksi sutra dalam negeri yang terus menurun • • • Nilai ekspor produk Sutra Indonesia pada tahun 2017 tercatat 0.26 Juta USD, dengan tren menurun selama lima tahun terakhir (CAGR 2013-2017 negatif sebesar -16.69%). Indonesia bukan net eksportir Sutra. Nilai Impor Sutra Indonesia pada tahun 2017 tercatat 3.89 Juta USD, dengan pertumbuhan CAGR yang positif sebesar 16.58%. Hal tersebut menyebabkan neraca perdangangan Indonesia untuk produk Sutra berada pada posisis defisit -3.62 Juta USD ditahun 2017. Negara tujuan utama eskpor Sutra Indonesia adalah Malaysia dengan porsi 2017 sebesar 49.24%, sedangkan negara asal impor Sutra Indonesia berasal dari Tiongkok dengan porsi 2017 mencapai 83.17%. Ekspor dan impor HS50 Indonesia terbesar adalah Kain Tenunan dari Sutra/Sisa Sutra. Ekspor dan Impor Dunia : HS 50 - Sutra Keterangan Neraca (Ekspor - Impor) Nilai Ekspor Nilai Impor 2014 2015 0,22 1,28 1,06 Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah -0,64 0,49 1,13 2016 (Juta USD) -1,28 0,12 1,40 2017 -3,62 0,26 3,88 Pertumbuhan CAGR (2014 2018 2018) (%) (%) -5,11 41,03% 0,66 151,78% -15,21% 5,77 48,53% 52,81% 2018 168 HS 50 : Sutra - Indonesia Daya saing sutra Indonesia relatif rendah Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA) • Indonesia bukan merupakan negara yang unggul dalam hal ekspor Sutra (HS50), terlihat dari Peringkat Indonesia untuk ekspor HS50. • Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif di pasar global untuk Produk Tekstil berbahan dasar Sutra. Hal ini terlihat dai RSCA-nya yang tercatat bernilai negatif selama lima tahun terakhir. HS Code 5001 5002 5003 5004 5005 5006 5007 Eksportir terbesar ke(2017) 1 Silkworm cocoons suitable 2 for reeling 3 26 1 Raw silk "non-thrown" 2 3 Silk waste (including 1 cocoons unsuitable for 2 reeling, yarn waste and 3 garnetted stock) 41 1 Silk yarn (excluding that 2 spun from silk waste and 3 that put up for retail sale) 51 1 Yarn spun from silk waste 2 (excluding that put up for 3 retail sale) 25 1 Silk yarn and yarn spun from 2 silk waste, put up for retail 3 sale; silkworm gut 18 1 Woven fabrics of silk or of 2 silk waste 3 36 Product Negara Rata-rata (2013-2017) Belgium Turkey Kazakhstan Indonesia China Viet Nam Italy China India Germany Indonesia China Romania Viet Nam Indonesia China Italy Thailand Indonesia Italy Germany India Indonesia China Italy France Indonesia 0.76 0.39 0.15 (0.99) 0.74 0.10 0.27 0.61 0.84 0.24 (1.00) 0.46 0.97 0.87 (1.00) 0.72 0.45 0.30 (0.99) 0.58 0.06 0.58 (0.82) 0.58 0.72 0.32 (0.94) Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 2013 2014 2015 2016 2017 0.71 0.80 (1.00) (1.00) 0.76 (0.25) 0.27 0.62 0.86 0.31 (1.00) 0.52 0.96 0.90 (1.00) 0.74 0.49 0.29 (1.00) 0.15 (0.29) 0.21 (1.00) 0.61 0.72 0.33 (0.95) 0.76 (1.00) (1.00) (1.00) 0.75 (0.80) 0.30 0.63 0.83 0.33 (1.00) 0.47 0.97 0.90 (1.00) 0.73 0.43 0.31 (1.00) 0.56 0.00 0.61 (0.99) 0.59 0.71 0.37 (0.86) 0.68 0.47 0.96 (1.00) 0.72 0.30 0.32 0.58 0.85 0.30 (1.00) 0.42 0.97 0.89 (1.00) 0.71 0.45 0.25 (1.00) 0.71 0.02 0.74 (0.99) 0.56 0.72 0.32 (0.93) 0.88 0.77 0.85 (0.95) 0.72 0.60 0.24 0.59 0.86 0.17 (0.99) 0.46 0.97 0.86 (1.00) 0.72 0.41 0.33 (0.94) 0.75 0.28 0.63 (0.98) 0.57 0.72 0.32 (0.99) 0.76 0.90 0.96 (1.00) 0.73 0.64 0.24 0.62 0.80 0.11 (1.00) 0.45 0.97 0.79 (1.00) 0.72 0.47 0.32 (1.00) 0.72 0.29 0.71 (0.15) 0.59 0.73 0.26 (0.96) 169 HS 51 : Wol dan Bulu Hewan Ekspor - Impor Dunia • • • Ekspor Produk HS51 (Wol dan Bulu Hewan) dunia selama 2013-2017 tercatat pada tren menurun (CAGR 2013-2017 sebesar -2,35%), namun pada 2017 nilai ekspor HS51 mencapai USD13,19 miliar atau tumbuh 4,39% yoy. Tren impor HS51 juga mengalami penurunan (CAGR 2013-2017 sebesar -1,81%) dengan nilai impor tahun 2017 sebesar USD12,73 miliar (tumbuh 5,95% yoy). Australia adalah eksportir HS51 terbesar dengan pangsa pasar mencapai 21,76% pada tahun 2017 (setara USD2,87 miliar), dengan tren positif selama 2013-2017 (CAGR sebesar 2,91%). Pada periode yang sama, empat eksportir utama lainnya: Italia, Tiongkok, Jerman dan Inggris mencatatkan tren ekspor menurun. Importir utama HS51 dunia adalah Tiongkok dengan porsi 2017 sebesar 28,53% (setara USD3,6 miliar), dengan tren relatif stagnan (CAGR 2013-2017 sebesar -0,29%). Empat importir lainnya: Italia, Jerman, Hongkong dan Jepang juga mencatatkan tren stagnan dan cenderung negatif. Poduk yang mendominasi ekspor dan impor dunia tahun 2017 untuk HS51 adalah Wol, tidak digaruk/disisir dengan porsi masing-masing sebesar 33,25% (setara USD4,37 miliar) dan 33,79% (setara USD4,27 miliar). Ekspor dan Impor Dunia : HS 51 - Wol dan Bulu Hewan Keterangan Nilai Ekspor Nilai Impor 2013 14.516,13 13.696,17 2014 2015 (Juta USD) 14.351,49 13.150,42 13.651,62 12.465,96 Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 2016 12.643,07 12.017,19 2017 Pertumbuhan 2017 CAGR (2013 - 2017) (%) (%) 13.198,67 4,39% -2,35% 12.732,61 5,95% -1,81% 170 HS 51 : Wol dan Bulu Hewan - Indonesia Indonesia mencatatkan defisit pada perdagangan wol dan bulu hewan • • • Nilai ekspor produk Wol dan Bulu Hewan Indonesia pada tahun 2017 tercatat 1.06 Juta USD, dengan pertumbuhan CAGR yang negatif sebesar (-28.04%). Indonesia bukan net eksportir Wol dan Bulu Hewan. Nilai Impor Wol dan Bulu Hewan Indonesia pada tahun 2017 tercatat 101.85 Juta USD, dengan pertumbuhan CAGR yang negatif sebesar -3.17%. Hal tersebut menyebabkan neraca perdangangan Indonesia untuk produk Wol dan Bulu Hewan berada pada posisis defisit -100.79 Juta USD ditahun 2017. Negara tujuan utama eskpor Wol dan Bulu Hewan Indonesia adalah Vietnam dengan porsi 2017 sebesar 43.84% , sedangkan negara asal impor Wol dan Bulu Hewan Indonesia berasal dari Tiongkok dengan porsi 2017 mencapai 55.93%. Ekspor dan Impor HS51 terbesar Indonesia adalah Kain Tenunan dari wol/bulu Hewan disisir. Ekspor dan Impor Dunia : HS 51 - Wol dan Bulu Hewan Keterangan Neraca (Ekspor - Impor) Nilai Ekspor 2014 -117,80 2,05 2015 -128,20 1,68 2016 (Juta USD) -145,28 2,03 Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 2017 -100,79 1,06 2018 Pertumbuhan 2018 CAGR (2014 - 2018) (%) (%) -123,62 22,66% 0,67 -36,85% -24,40% 171 HS 51 : Wol dan Bulu Hewan - Indonesia Daya saing wol Indonesia relatif rendah Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA) HS Code Product 5101 Wool, not carded or combed : greasy, including fleecewashed wool Fine or coarse animal hair, 5102 not carded or combed : fine animal hair Waste of wool or of fine or coarse animal hair, including 5103 yarn waste but excluding garnetted stock Garnetted stock of wool or 5104 of fine or coarse animal hair, neither carded nor combed Wool and fine or coarse animal hair, carded or 5105 combed (including combed wool in fragments) 5106 Yarn of carded wool, not put up for retail sale 5107 Yarn of combed wool, not put up for retail sale Yarn of fine animal hair 5108 (carded or combed), not put up for retail sale Yarn of wool or of fine 5109 animal hair, put up for retail sale 5110 5111 5112 5113 Yarn of coarse animal hair or of horsehair, incl. gimped horsehair yarn, whether or not put ... Woven fabrics of carded wool or of carded fine animal hair : containing 85% or more by weight of wool Woven fabrics of combed wool or of combed fine animal hair (excluding fabrics for technical ... Woven fabrics of coarse animal hair or of horsehair (excluding fabrics for technical uses of ... Eksportir terbesar ke(2017) 1 2 3 93 1 2 3 50 1 2 3 53 1 2 3 20 1 2 3 80 1 2 3 54 1 2 3 36 1 2 3 1 2 3 75 1 2 3 11 1 2 3 73 1 2 3 44 1 2 3 36 Negara Rata-rata (2013-2017) Australia New Zealand South Africa Indonesia Mongolia Italy United Kingdom Indonesia Czech Republic China Argentina Indonesia Italy Germany China Indonesia China Czech Republic Italy Indonesia Italy China Lithuania Indonesia China Italy Germany Indonesia China Hong Kong, China Italy Italy Peru Germany Indonesia Switzerland China Germany Indonesia Italy China United Kingdom Indonesia Italy China United Kingdom Indonesia Turkey China Italy Indonesia Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 0.96 0.97 0.87 (1.00) 1.00 0.35 0.22 (0.98) 0.86 0.10 0.91 (0.63) 0.86 0.17 0.05 (0.93) 0.49 0.83 0.49 (1.00) 0.80 0.21 0.96 (0.97) 0.25 0.70 0.08 (0.85) 0.66 0.66 0.62 0.78 0.95 0.07 (0.99) 0.88 0.30 0.05 (0.80) 0.87 0.06 0.54 (0.99) 0.87 0.09 0.36 (0.97) 0.92 0.28 0.76 (1.00) 2013 2014 2015 2016 2017 0.96 0.97 0.87 (1.00) 1.00 0.40 0.41 (0.89) 0.89 0.16 0.90 0.06 0.89 0.00 (0.06) (0.65) 0.55 0.83 0.45 (1.00) 0.82 0.22 0.95 (0.99) 0.29 0.72 0.07 (0.77) 0.70 0.62 0.60 0.79 0.94 0.08 (1.00) 0.89 0.27 0.17 (1.00) 0.87 0.14 0.50 (1.00) 0.86 0.15 0.31 (0.96) 0.93 0.42 0.67 (1.00) 0.95 0.97 0.86 (1.00) 1.00 0.30 0.28 (1.00) 0.84 0.23 0.90 (0.92) 0.78 0.28 0.35 (1.00) 0.50 0.82 0.48 (1.00) 0.80 0.23 0.96 (1.00) 0.26 0.69 0.15 (0.81) 0.64 0.76 0.64 0.76 0.94 0.00 (1.00) 0.89 0.46 0.07 (1.00) 0.87 0.14 0.54 (0.98) 0.87 0.12 0.38 (0.99) 0.84 0.28 0.77 (1.00) 0.96 0.97 0.85 (1.00) 1.00 0.37 0.04 (1.00) 0.87 (0.02) 0.91 (1.00) 0.86 0.27 (0.08) (1.00) 0.45 0.84 0.49 (1.00) 0.79 0.20 0.96 (0.98) 0.22 0.67 0.09 (0.83) 0.64 0.65 0.62 0.79 0.96 0.08 (0.99) 0.89 0.40 0.10 (1.00) 0.87 0.03 0.57 (1.00) 0.87 0.08 0.35 (0.98) 0.92 0.14 0.80 (1.00) 0.96 0.97 0.88 (1.00) 1.00 0.33 0.06 (1.00) 0.83 0.10 0.91 (0.28) 0.88 (0.11) 0.05 (1.00) 0.47 0.85 0.51 (1.00) 0.78 0.22 0.97 (0.87) 0.23 0.69 0.07 (0.90) 0.67 0.57 0.61 0.79 0.97 0.07 (0.96) 0.81 0.10 (0.27) (0.65) 0.87 0.01 0.55 (0.99) 0.87 0.11 0.37 (0.98) 0.94 0.25 0.78 (1.00) 0.96 0.95 0.88 (1.00) 1.00 0.36 0.28 (1.00) 0.88 0.06 0.93 (1.00) 0.87 0.41 (0.02) (1.00) 0.46 0.83 0.51 (1.00) 0.80 0.16 0.97 (0.99) 0.23 0.71 0.05 (0.96) 0.65 0.68 0.63 0.76 0.96 0.13 (1.00) 0.93 0.27 0.19 (0.34) 0.88 (0.02) 0.57 (1.00) 0.88 0.01 0.42 (0.94) 0.94 0.30 0.76 (1.00) • Indonesia bukan merupakan negara yang unggul dalam hal ekspor Wol (HS51), terlihat dari Peringkat Indonesia untuk ekspor HS51. • Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif di pasar global untuk Produk Tekstil berbahan dasar Wol. Hal ini terlihat dai RSCAnya yang tercatat bernilai negatif selama lima tahun terakhir. 172 HS 52 : Kapas Ekspor - Impor Dunia • Ekspor Produk HS52 (Kapas) dunia pada 2017 tercatat sebesar USD56,86 miliar, atau naik 7,83% yoy, namun selama 2013-2017 ekspor dunia tercatat pada tren menurun (CAGR 2013-2017 sebesar -5,74%). Tren impor HS52 juga mengalami penurunan (CAGR 2013-2017 sebesar -5,72%), namun nilai impor sebesar tahun 2017 masih tumbuh positif di level 10,495 yoy mencapai USD49,55 miliar. • Tiongkok adalah eksportir HS52 terbesar, menguasai 26,61% pangsa pasar tahun 2017 (setara USD15,13 miliar), namun tren ekspor Tiongkok selama 2013-2017 tercatat sedikit menurun (CAGR sebesar -3,64%). Pada periode yang sama, Vietnam selaku eksportir terbesar kelima menunjukkan tren peningkatan yang signifikan selama lima tahun terakhir (CAGR 2013-2017 sebesar 22,77%). Importir utama HS52 dunia adalah Tiongkok dengan porsi 2017 sebesar 20,69% (setara USD10,25 miliar), dengan tren menurun (CAGR 2013-2017 sebesar -8,66%). Empat importir utama lainnya bergerak mixed: Bangladesh dan Vietnam pada tren positif, sementara Turki dan Indonesia pada tren menurun. • Produk yang mendominasi ekspor dan impor dunia tahun 2017 untuk HS52 adalah: Kapas, tidak digaruk/disisir dengan porsi ekspor sebesar 24,54% (setara USD13,93 miliar) dan porsi impor sebesar 28,22% (setara USD13,95 miliar). Ekspor dan Impor Dunia : HS 52 - Kapas Keterangan Nilai Ekspor Nilai Impor 2013 72.027,14 62.721,31 2014 2015 (Juta USD) 64.176,94 56.355,46 55.970,94 50.207,84 Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 2016 52.726,50 44.851,04 2017 Pertumbuhan 2017 CAGR (2013 - 2017) (%) (%) 56.857,14 7,83% -5,74% 49.554,13 10,49% -5,72% 173 HS 52 : Kapas Indonesia sangat bergantung pada impor kapas karena kurangnya minat petani menanam kapas karena harga domestik yang dinilai rendah • • • Nilai ekspor produk Kapas Indonesia pada tahun 2017 tercatat 819.01 Juta USD, dengan tren pertumbuhan CAGR 2013-2017 tercatat negatif sebesar (-6.72%). Nilai Impor Kapas Indonesia pada tahun 2017 tercatat 2,128.04 Juta USD, dengan tren pertumbuhan selama lima tahun terakhir (CAGR), yaitu turun 4,47% per tahun. Hal tersebut menyebabkan neraca perdangangan Indonesia untuk produk Kapas berada pada posisi defisit -1,309.03 Juta USD ditahun 2017. Dengan kata lain, Indonesia bukan merupakan net eksportir HS52. Negara tujuan utama eskpor Kapas Indonesia adalah Tiongkok dengan porsi 2017 sebesar 47.80% , sedangkan negara asal impor Kapas Indonesia berasal dari Amerika Serikat dengan porsi 2017 mencapai 23.60%. Ekspor HS 52 terbesar Indonesia adalah Benang Kapas (selain benang jahit), sementara impor terbesar adalah Kapas tidakdigaruk/disisir. Ekspor dan Impor Dunia : HS 52 - Kapas Keterangan Neraca (Ekspor - Impor) 2014 2015 -1597,02 Nilai Ekspor 902,59 Nilai Impor 2.499,61 -1301,24 823,20 2.124,45 Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 2016 (Juta USD) -1314,10 2017 2018 -1309,03 782,12 819,01 2.096,22 2.128,04 Pertumbuhan 2018 CAGR (2014 - 2018) (%) (%) -1585,92 21,15% 810,93 2.396,85 -0,99% -2,64% 12,63% -1,04% 174 HS 52 : Kapas - Indonesia Daya saing kapas Indonesia relatif rendah, kecuali diantaranya cotton waste Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA) • • • Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah Indonesia bukan merupakan net eksportir Tekstil berbahan dasar Kapas (HS52), selama lima tahun terakhir Indonesia mencatatkan defisit HS52 . Indonesia memiliki peringkat cukup baik untuk sejumlah produk HS52 di pasar global. Selama lima tahun terakhir, Indonesia memiliki RSCA positif pada beberapa produk HS52, artinya sejumlah produk HS52 Indonesia masih memiliki keunggulan komparatif yang baik di pasar global: HS5202, HS5203, HS5205, HS5206, HS5210 dan HS 5212. 175 HS 53 : Serat tekstil dan benang kertas Ekspor - Impor Dunia • • • Ekspor Produk HS53 (Serat Tekstil dan Benang Kertas) dunia tahun 2017 tercatat sebesar USD4,3 miliar dengan tren selama 2013-2017 tercatat stagnan (CAGR 2013-2017 sebesar 0,24%). Impor HS53 dunia tercatat sebesar USD3,87 miliar, dengan tren meningkat (CAGR 2013-2017 sebesar 2,15%). Tiongkok adalah eksportir HS53 terbesar dunia, menguasai 24,52% pangsa pasar tahun 2017 (setara USD1,06 miliar), dengan tren selama 20132017 tercatat menurun (CAGR sebesar -4,81%). Pada periode yang sama, Bangladesh, Perancis dan India justru menunjukkan tren peningkatan (CAGR 2013-2017 masing-masing sebesar 5,63%; 2,35% dan 6,99%). Importir utama HS53 dunia juga adalah Tiongkok dengan porsi 2017 sebesar 20,85% (setara USD806 juta), dengan tren naik (CAGR 2013-2017 sebesar 3,88%). Empat importir utama lainnya juga pada tren positif: Turki, india, AS dan Italia. Produk yang mendominasi ekspor dan impor dunia tahun 2017 untuk HS53 adalah: Kain tenunan dari lena dengan porsi ekspor dan impor masing-masing sebesar 26,16% (setara USD1,12 miliar) dan 24,58% (setara USD946,59 juta). Ekspor dan Impor Dunia : HS 53 Serat Tekstil dan Benang Kapas Keterangan Nilai Ekspor Nilai Impor 2013 4,263.56 3,552.51 2014 2015 (Juta USD) 4,743.60 4,683.96 3,939.60 3,847.71 Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 2016 4,291.63 3,873.89 2017 Pertumbuhan 2017 CAGR (2013 - 2017) (%) (%) 4,304.36 0.30% 0.24% 3,867.65 -0.16% 2.15% 176 HS 53 : Serat tekstil dan benang kertas - Indonesia Pasokan serat tekstil yang tidak mencukupi kebutuhan menyebabkan impor Indonesia cukup tinggi • • • Nilai ekspor produk HS53 (Serat Tekstil dan Benang Kertas) Indonesia pada tahun 2017 tercatat 8.47 Juta USD, tumbuh 19,38% yoy pada 2017 dengan tren stagnan selama lima tahun terakhir (CAGR 2013-2017 sebesar 0,65%). Nilai Impor Serat Tekstil dan Benang kertas Indonesia pada tahun 2017 tercatat 39.26 Juta USD, dengan tren pertumbuhan CAGR yang Positif sebesar 4.89%. Hal tersebut menyebabkan neraca perdangangan Indonesia untuk produk HS53 berada pada posisi defisit -30.80 Juta USD ditahun 2017. Negara tujuan utama eskpor Serat Tekstil dan Benang Kertas Indonesia adalah Tiongkok dengan porsi 2017 sebesar 82.75% (USD7,01 juta, sedangkan negara asal impor Serat Indonesia terbesar berasal dari Bangladesh dengan porsi 2017 mencapai 44.57%. (USD17,50 juta). Ekspor HS 53 terbesar Indonesia adalah Serat kelapa, abaca (serat pisang manila / Musa tektilis Nee), rami dan serat), sementara impor terbesar adalah Benang dari serat jute / dari serat tekstil kulit pohon lainnya. Ekspor dan Impor Dunia : HS 53 Serat Tekstil dan Benang Kertas Keterangan Neraca (Ekspor - Impor) Nilai Ekspor Nilai Impor 2014 -20,86 12,77 33,63 2015 -25,64 12,99 38,63 Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 2016 (Juta USD) -25,80 8,47 34,26 2017 2018 Pertumbuhan 2018 (%) -30,80 8,46 39,26 -57,43 12,20 69,63 86,47% 44,19% 77,35% CAGR (2014 2018) (%) -1,12% 19,96% 177 HS 53 : Serat tekstil dan benang kertas - Indonesia Daya saing serat tekstil dan benang kertas Indonesia relatif rendah, kecuali diantaranya cotton waste Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA) • • Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah Indonesia bukan merupakan net eksportir Serat tekstil dan benang kertas (HS53), selama lima tahun terakhir Indonesia mencatatkan defisit HS53. Satu-satunya produk HS53 Indonesia dengan RSCA positif atau memiliki keunggulan komparatif yang baik di pasar global: adalah HS 5305. 178 HS 54 : Jenis filamen buatan Ekspor - Impor Dunia • Ekspor HS54 (Produk tekstil berjenis Filamen Buatan) dunia pada tahun 2017 mencapai USD46,5 Milliar pada tahun 2017, tumbuh 3,59% yoy dengan tren negatif (turun 1.91% per tahun selama 2013-2017). Sedangkan nilai impornya mencapai USD42,8 Milliar, tumbuh 9,71% yoy dengan tren relatif stagnan (CAGR 2013-2017 sebesar 0.75%). • Tiongkok nerupakan negara eksportir terbesar produk Filamen Buatan, menguasai pangsa pasar tahun 2017 sebesar 38.59% (USD17,9 miliar), dan memilki CAGR 2013-2017 positif (2.90%). Negara Importir HS53 terbesar adalah Vietnam dengan porsi tahun 2017 sebesar 7.78% (setara USD3,3 miliar) dan tren pertumbuhan CAGR selama lima tahun terakhir tercatat positif (18,45%). • Kain Tenunan dari Benang Filamen Sintetik menjadi produk yang mendominasi ekspor dan Impor HS 54 Dunia dengan porsi pangsa pasar dunia tahun 2017 masing-masing mencapai 54.82% (USD25,4 miliar) dan 45.03% (USD19,2 miliar). Ekspor dan Impor Dunia : HS 54 Filamen Buatan Keterangan Nilai Ekspor Nilai Impor 2013 2014 50,252.22 41,526.30 51,107.64 43,034.23 2015 (Juta USD) 46,925.10 40,985.03 Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 2016 44,907.46 39,001.31 2017 Pertumbuhan 2017 CAGR (2013 - 2017) (%) (%) 46,518.86 3.59% -1.91% 42,789.32 9.71% 0.75% 179 HS 54 : Jenis filamen buatan - Indonesia Harga filamen buatan impor yang relatif lebih murah mendorong tingginya impor • • • Nilai ekspor HS54 (Filamen Buatan) Indonesia pada tahun 2017 tercatat USD950,3 juta, turun 5,41% yoy dengan tren selama 2013-2017 tercatat menurun (CAGR sebesar -6.75%). Nilai Impor HS54 Indonesia pada tahun 2017 tercatat 1,427.87 Juta USD, dengan pertumbuhan CAGR yang Positif sebesar 4.06%.Hal ini menyebabkan neraca perdangangan Indonesia untuk produk Filamen Buatan berada pada posisi defisit USD447,6 juta pada 2017. Negara tujuan utama eskpor Filamen Buatan Indonesia adalah Turki dengan porsi 2017 sebesar 19.01%, sedangkan negara asal impor Filamen Buatan berasal dari Tiongkok dengan porsi 2017 mencapai 53.10%. Ekspor dan Impor HS 54 terbesar Indonesia adalah Kain Tenunan dari Benang Filamen Sintetik, dengan masing-masing 54,27% untuk ekspor dan 62,30% untuk impor. Ekspor dan Impor Indonesia : HS 54 Filamen Buatan Keterangan Neraca (Ekspor - Impor) Nilai Ekspor Nilai Impor 2014 -68,20 1248,17 1316,37 2015 -188,54 1088,53 1277,06 Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 2016 (Juta USD) -407,78 1004,61 1412,40 2017 2018 Pertumbuhan 2018 (%) -477,58 950,29 1427,87 -873,32 871,71 1745,03 82,86% -8,27% 22,21% CAGR (2014 2018) (%) -8,58% 7,30% 180 HS 54 : Jenis filamen buatan - Indonesia Daya Saing Filamen Buatan Indonesia Relatif Rendah, kecuali Produk-Produk Syntethetic Filament Yarn Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA) • Indonesia bukan merupakan net eksportir Filamen buatan (HS54), selama empat tahun terakhir Indonesia mencatatkan defisit HS54. • Dua produk HS54 Indonesia memiliki peringkat cukup baik di pasar global, yaitu HS5402 (peringkat 11) dan 5407 (peringkat 9). • Kedua produk tersebut juga memiliki keunggulan komparatif cukup baik di pasar global (RSCA positif). Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 181 HS 55 : Serat stapel buatan Ekspor - Impor Dunia • • • Nilai ekspor HS55 (Serat Stapel Buatan) pada tahun 2017 tercatat mencapai USD36,14 Milliar, turun tipis di level 0,36% yoy, dengan presentase CAGR 2013-2017 berada pada tren negatif (-3.20%), sedangkan nilai impor mencapai USD37,0 miliar dengan tren CAGR negatif (-1.54%). Tiongkok adalah eksportir terbesar HS55 dengan porsi pasar tahun 2017 mencapai 33.38% (USD12,0 miliar) dengan tren CAGR 2013-2017 positif sebesar 1.84%. Sedangkan, Vietnam menjadi importir terbesar HS55 dengan porsi 2017 mencapai 7.90% (USD29,22 juta) dengan tren CAGR yang juga positif sebesar 3.61%%. Ekspor dan Impor HS 55 dunia terbesar adalah serat Stapel sintetik dengan porsi 2017 masing-masing sebesar 18.92% dan 20.49%, namun demikian ekspor dan impor produk tersebut berada pada tren menurun selama lima tahun terakhir. Ekspor dan Impor Dunia : HS 55 Serat Stapel Buatan Keterangan Neraca (Ekspor - Impor) Nilai Ekspor 2014 964,80 2331,47 2015 949,87 2214,51 2016 (Juta USD) 700,43 2025,95 Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 2017 788,49 2063,67 2018 Pertumbuhan 2018 CAGR (2014 - 2018) (%) (%) 691,92 -12,25% 2177,39 5,51% -1,69% 182 HS 55 : Serat stapel buatan - Indonesia Permintaan yang meningkat terutama dari Turki dan Bangladesh mendorong ekspor serat stapel buatan Indonesia khususnya dari bahan polyester terus meningkat • • • Nilai ekspor produk HS55 (Serat Stapel Buatan) Indonesia pada tahun 2017 tercatat sebesar USD2,06 miliar, tumbuh 1,86% yoy, dengan tren pertumbuhan selama 2013-2017 tercatat menurun (CAGR sebesar -2.97%). Nilai Impor HS55Indonesia pada tahun 2017 tercatat USD1,27 miliar, turun 3,80% yoy dengan tren selama 2013-2017 juga menurun (CAGR di level -1,45%). Hal tersebut menyebabkan neraca perdangangan Indonesia untuk produk Serat Stapel Buatan berada pada posisi profit sebesar 788.49 Juta USD ditahun 2017. Negara tujuan utama eskpor HS55 Indonesia adalah Turki dengan porsi 2017 sebesar 15.86% (USD327,3 juta), sementara negara asal impor adalah Tiongkok dengan porsi 2017 mencapai 42.38% (setara USD540,4 juta). Ekspor HS 55 terbesar Indonesia adalah Benang dari Serat Stapel Sintetik, sementara impor terbesar Indonesia untuk HS55 adalah Serat Stapel Sintetik. Ekspor dan Impor Dunia : HS 55 Serat Stapel Buatan Keterangan Neraca (Ekspor - Impor) Nilai Ekspor Nilai Impor 2014 964,80 2331,47 1366,67 2015 949,87 2214,51 1264,64 Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 2016 (Juta USD) 700,43 2025,95 1325,52 2017 2018 Pertumbuhan 2018 (%) 788,49 2063,67 1275,18 691,92 2177,39 1485,47 -12,25% 5,51% 16,49% CAGR (2014 2018) (%) -1,69% 2,11% 183 HS 55 : Serat stapel buatan - Indonesia Sejumlah Produk Serat Stapel Indonesia Memiliki Daya Saing yang cukup baik Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA) • Indonesia merupakan net eksportir Serat stapel buatan (HS55), selama lima tahun terakhir Indonesia mencatatkan surplus HS54. • Sejumlah produk HS55 Indonesia memiliki peringkat cukup baik di pasar global, yaitu HS5503 (peringkat 10); HS5504 (peringkat 2); HS5508 (peringkat 10); HS5509 (peringkat 1); HS5513 (peringkat 4) dan HS5516 (peringkat 9). • Produk-produk tersebut juga memiliki keunggulan komparatif cukup baik di pasar global (RSCA positif). Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 184 HS 56 : Kapas dan gumpalan tali Ekspor - Impor Dunia • • • HS 56 (Kapas dan Gumpalan Tali), memiliki nilai ekspor USD25,23 Milliar, tumbuh 6,61% yoy dengan tren selama 2013-2017 tercatat positif (CAGR1,39%). Nilai impor mencapai USD23,46 Milliar, tumbuh 8,44% yoy dengan tren CAGR positif 2.06%. Tiongkok adalah eksportir terbesar HS56 dengan porsi pasar tahun 2017 mencapai 20.15% (setara USD5,1 miliar) dengan tren CAGR 2013-2017 positif sebesar 5.36%. Sedangkan, Amerika Serikat merupakan importir terbesar HS56 dengan porsi 2017 mencapai 9.49% (setara USD2,2 miliar) dengan tren CAGR yang juga positif sebesar 3.51%. Kapas Gumpalan dan Tali yang bukan tenunan diresapi, dilapisim ditutupi/dilaminasi merupakan produk dominan untuk ekspor dan impor HS 56 dengan pangsa pasar masing-masing sebesar 60.54% dan 61.55%. Ekspor dan Impor Dunia : HS 56 Kapas Gumpalan dan Tali Keterangan Neraca (Ekspor - Impor) Nilai Ekspor 2014 -266,55 163,36 2015 -283,27 173,59 2016 (Juta USD) -283,92 171,80 Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 2017 -278,23 173,21 2018 Pertumbuhan 2018 CAGR (2014 - 2018) (%) (%) -359,70 29,28% 170,71 -1,44% 1,11% 185 HS 56 : Kapas dan gumpalan tali - Indonesia Indonesia masih mencatatkan defisit untuk neraca perdagangan jenis kapas dan gumpalan tali • • • Nilai ekspor produk HS56 (Kapas dan Gumpalan Tali), Indonesia pada tahun 2017 tercatat USD173.21 Juta, naik tipis 0,83% yoy dengan tren pertumbuhan selama 2013-2017 positif (CAGR 4.23%). Nilai Impor HS56 Indonesia pada tahun 2017 tercatat sebesar USD451.45 Juta, turun tipis 0,94% yoy dengan tren pertumbuhan selama 2013-2017 meningkat (CAGR sebesar 4.84%). Hal tersebut menyebabkan neraca perdangangan Indonesia untuk HS56 berada pada posisi defisit sebesar USD278.92 Juta pada 2017. Negara tujuan utama eskpor HS56 Indonesia adalah Jepang dengan porsi 2017 sebesar 29.09% (setara USD50,4 juta), sedangkan negara asal impor adalah Tiongkok dengan porsi 2017 mencapai 34.88% (setara USD157,5 juta). Ekspor dan Impor HS 56 terbesar Indonesia adalah Bukan Tenunan Diresapi, Dilapisi, Ditutupi / Dilaminasi / Tidak. Ekspor dan Impor Indonesia : HS 56 Kapas Gumpalan dan Tali Keterangan Neraca (Ekspor - Impor) Nilai Ekspor Nilai Impor 2013 -226.92 146.76 373.67 2014 -266.55 163.35 429.90 Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 2015 (Juta USD) -283.27 173.59 456.86 2016 2017 Pertumbuhan 2017 (%) -283.92 171.80 455.72 -278.23 173.21 451.45 -2.00% 0.83% -0.94% CAGR (2013 2017) (%) 4.23% 4.84% 186 HS 56 : Kapas dan gumpalan tali - Indonesia Secara umum, daya saing kapas dan gumpalan tali Indonesia cukup rendah Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA) • • Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah Indonesia bukan merupakan net eksportir Kapas dan gumpalan tali (HS56), selama lima tahun terakhir Indonesia mencatatkan defisit HS56. Satu-satunya produk HS56 Indonesia dengan RSCA positif atau memiliki keunggulan komparatif yang cukup baik di pasar global: adalah HS 5601. 187 HS 57 : Permadani Ekspor - Impor Dunia • • • Ekspor HS57 (Permadani) dunia tercatat memiliki nilai ekspor sebesar USD16 Milliar, tumbuh 6,04% yoy pada tahun 2017, dengan tren stagnan (CAGR 2013-2017 sebesar -0,67%). Nilai impor mencapai USD14,48 miliar, tumbuh 7,43% yoy dengan tren relatif stagnan (CAGR 2013-2017 di lvel 0,65%). Tiongkok adalah eksportir terbesar tekstil berjenis Permadani dengan porsi pasar tahun 2017 mencapai 16.89% (setara USD2,70 miliar) dengan tren CAGR 2013-2017 meningkat 1.91% per tahun. Importir terbesar HS57 adalah AS dengan porsi 2017 mencapai 20.05% (setara USD2,90 miliar) dengan tren pertumbuhan selama lima tahun terakhir tumbuh posi Permadani dengan jenis Kain dan Karpet Penutup Lantai Tekstil Lainnya Berumbai, Sudah Jadi/Belum merupakan produk dominan untuk ekspor dan impor HS 57 dengan pangsa pasar masing-masing sebesar 45.18% dan 46.64%. Ekspor dan Impor Dunia : HS 57 Permadani Keterangan Nilai Ekspor Nilai Impor 2013 16,298.44 14,109.16 2014 16,890.62 14,573.33 2015 (Juta USD) 14,758.23 13,477.26 Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 2016 15,089.59 13,478.15 2017 Pertumbuhan 2017 CAGR (2013 - 2017) (%) (%) 16,000.75 6.04% -0.46% 14,479.96 7.43% 0.65% 188 HS 57 : Permadani - Indonesia Surplus perdagangan permadani Indonesia terus menurun karena tingginya impor dari Tiongkok, Jepang dan Turki • • • Nilai ekspor produk HS57 (Permadani) Indonesia pada tahun 2017 tercatat sebesar USD77,1 juta, naik 3,95% yoy dengan tren pertumbuhan selama 2013-2017 positif (CAGR sebesar 2.74%). Nilai Impor HS57 Indonesia pada tahun 2017 tercatat sebesar USD50,51 juta, tumbuh 23,49% yoy dengan tren selama 5 tahun terakhir tumbuh positif (CAGR sebesar 7.37%). Hal tersebut menyebabkan neraca perdangangan Indonesia untuk produk Serat Permadani Buatan Indonesia berada pada posisi surplus sebesar USD26,58 juta pada 2017. Negara tujuan utama eskpor Permadani Indonesia adalah Jepang dengan porsi 2017 sebesar 28.01% (setara USD22,21 juta), sedangkan negara asal impor Permadani Indonesia adalah Tiongkok dengan porsi 2017 mencapai 47.09% (setara USD23,79 juta). Ekspor dan Impor HS 57 terbesar Indonesia adalah Kain dan Karpet Penutup Lantai Berumbai, Sudah Jadi / Belum. Ekspor dan Impor Indonesia : HS 57 Permadani Keterangan Neraca (Ekspor - Impor) Nilai Ekspor Nilai Impor 2014 33,99 67,44 33,45 2015 39,66 69,94 30,28 Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 2016 (Juta USD) 33,26 74,16 40,90 2017 26,58 77,08 50,51 2018 -4,27 71,47 75,74 Pertumbuhan 2018 (%) -116,07% -7,28% 49,96% CAGR (2014 2018) (%) 1,46% 22,67% 189 HS 57: Indonesia. Secara umum, daya saing permadani Indonesia cukup rendah dibandingkan Mesir, India, Turki dan beberapa negara lainnya Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA) • • Indonesia merupakan net eksportir Permadani (HS57), selama lima tahun terakhir Indonesia mencatatkan surplus HS57. Satu-satunya produk HS57 Indonesia dengan RSCA positif adalah HS 5705, namun jika dilihat nilai RSCA-nya relatif mendekati nol (rata-rata RSCA selama lima tahun terakhir 0,14), sehingga belum bisa dikatakan memiliki keunggulan komparatif cukup baik. Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 190 HS 58 : Kain Tenunan Ekspor - Impor Dunia • • • Ekspor HS58 (Kain Tenunan) dunia pada 2017 mencapai USD12,4 Milliar, naik 2,50% yoy pada tahun 2017 dengan presentase CAGR 2013-2017 berada pada tren negatif (-1.98%). Nilai impor HS58 tahun 2017 sebesar USD10,6 Milliar atau turun tipis di level 0,72% yoy dengan tren pertumbuhan relatif stagnan selama lima tahun terakhir ( CAGR 2013-2017 sebesar 0.56%). Tiongkok adalah eksportir terbesar tekstil berjenis Kain Tenun dengan porsi pasar tahun 2017 mencapai 38.33% (seara USD4,74 miliar) dengan tren pertumbuhan stagnan (CAGR 2013-2017 -0.7%). Sedangkan, Vietnam menjadi importir terbesar Kain Tenun dengan porsi 2017 mencapai 8.83% (setara USD934 juta) dengan tren pertumbuhan meningkat selama 2013-2017 (CAGR yang 5.50%). Kain Tenun dengan jenis Kain Pita Tenunan merupakan produk dominan untuk ekspor dan impor HS 58 dengan pangsa pasar masing-masing sebesar 34.06% dan 34.62%. Ekspor dan Impor Dunia : HS 58 Kain Tenunan Keterangan Nilai Ekspor Nilai Impor 2013 13,396.83 10,341.62 2014 13,644.18 11,055.52 2015 (Juta USD) 12,610.47 10,267.83 Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 2016 12,064.04 10,652.10 2017 Pertumbuhan 2017 CAGR (2013 - 2017) (%) (%) 12,365.10 2.50% -1.98% 10,575.32 -0.72% 0.56% 191 HS 58 : Kain Tenunan – Indonesia Indonesia mengimpor kain tenunan khusus dari negara-negara Kawasan Asia Timur dengan tren yang meningkat • • • Nilai ekspor HS58 Indonesia pada tahun 2017 tercatat USD52.89 Juta, turun 33,24% yoy dengan tren selama 2013-2017 tercatat menurun (CAGR sebesar -12.76%). Nilai Impor HS58Indonesia pada tahun 2017 tercatat USD318.92 Juta, turun tipis di level 2,61% yoy dengan tren pertumbuhan meningkat (CAGR sebesar 2.61%). Hal tersebut menyebabkan neraca perdangangan Indonesia untuk produk HS58 berada pada posisi defisit sebesar -266.13 Juta USD pada tahun 2017. Negara tujuan utama eskpor kain HS58Indonesia adalah Arab Saudi dengan porsi 2017 sebesar 12.30% (setara USD6,51 juta), sedangkan negara asal impor HS58Indonesia berasal dari Tiongkok dengan porsi 2017 mencapai 30.31% (setara USD96,7 juta). Ekspor HS 58 terbesar Indonesia adalah Kain tenunan berbulu dan kain chenille, sementara impor HS58 terbesar indonesia adalah Label, lencana dan barang semacam itu dari bahan tekstil. Ekspor dan Impor Indonesia : HS 58 Kain Tenunan Keterangan Neraca (Ekspor - Impor) Nilai Ekspor Nilai Impor 2014 -194,74 97,90 292,63 2015 -196,87 96,08 292,95 Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 2016 (Juta USD) -248,22 79,23 327,45 2017 2018 Pertumbuhan 2018 (%) -266,03 52,89 318,92 -322,01 48,83 370,84 21,04% -7,67% 16,28% CAGR (2014 2018) (%) -15,96% 6,10% 192 HS 58 : Kain Tenunan – Indonesia Sebagai net importir, daya saing kain tenunan khusus Indonesia cukup rendah Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA) • • Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah Indonesia bukan merupakan net eksportir Kain Tenunan (HS58), selama lima tahun terakhir Indonesia mencatatkan defisit HS58. Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif di pasar global untuk Produk Tekstil Kain Tenunan. Hal ini terlihat dai RSCA-nya yang tercatat bernilai negatif pada tahun 2017. 193 HS 59 : Kain Ditenun Berlapis Ekspor – Impor Dunia • • • Ekspor HS59 (Kain Ditenun Berlapis) dunia tahun 2017 sebesar USD25.2 Milliar atau naik 6,24% yoy, dengan tren stagnan selama lima tahun terakhir (CAGR 2013-2017 sebesar -0,25%). Nilai impor pada 2017 mencapai USD22.7 Milliar atau naik 7,76% yoy, dengan tren pertumbuhan stagnan selama lima tahun terakhir (CAGR sebesar 1.03%). Tiongkok adalah eksportir terbesar HS59 yang menguasai 29.35% pangsa pasar tahun 2017 (setara USD7,39 miliar) dengan tren CAGR 20132017 stagnan (0,05%). Sedangkan, importir terbesar adalah AS dengan porsi 2017 mencapai 11.81% (setara USD2,67 miliar) dengan tren CAGR yang juga positif sebesar 3.34%. Kain Ditenun Berlapis dengan jenis Kain Tekstil Diresapi, Dilapisi, Ditutupi/Dilaminasi Dengan Plastik merupakan produk dominan untuk ekspor dan impor HS 59 dengan pangsa pasar masing-masing sebesar 53.27% dan 48.14%. Ekspor dan Impor Dunia : HS 59 Kain Ditenun Berlapis Keterangan Nilai Ekspor Nilai Impor 2013 25,435.98 21,767.73 2014 26,245.39 22,651.76 2015 (Juta USD) 23,976.06 20,607.05 Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 2016 23,702.72 21,043.23 2017 Pertumbuhan 2017 CAGR (2013 - 2017) (%) (%) 25,181.16 6.24% -0.25% 22,675.13 7.76% 1.03% 194 HS 59 : Kain Ditenun Berlapis - Indonesia Indonesia mengimpor kain ditenun berlapis cukup besar dikarenakan harga yang relatif lebih murah. • • • • Nilai ekspor HS59 Indonesia pada tahun 2017 tercatat USD141.83 Juta, naik 5,285 yoy, dengan tren meningkat selama lima tahun terakhir (CAGR sebesar 5.41%). Nilai Impor HS59 Indonesia pada tahun 2017 tercatat USD558.07 Juta, naik 11,6% yoy dengan tren pertumbuhan turun (CAGR sebesar -2.51%).Hal tersebut menyebabkan neraca perdangangan Indonesia untuk produk Serat Permadani Buatan Indonesia berada pada posisi defisit sebesar USD416.24 Juta pada tahun 2017. Negara tujuan utama eskpor HS59 Indonesia adalah Jepang dengan porsi 2017 sebesar 19,52% (setara USD27,7 juta), sedangkan negara asal impor HS59 Indonesia berasal dari Tiongkok dengan porsi 2017 mencapai 43,19% (setara USD241,0 juta). Ekspor HS 59 terbesar Indonesia adalah Kain untuk ban dari benang nilon / poliamida lainnya, poliester / rayon viskose, sementara impor HS59 terbesar indonesia adalah Kain tekstil diresapi, dilapisi, ditutupi / dilaminasi dengan plastik. Kain di dalam negeri relatif lebih mahal karena harga bahan baku masih bergantung pada impor. Terlebih, bea masuk tambahan sebagai akibat anti dumping, diindikasikan menjadi salah satu faktor harga bahan baku semakin mahal. Ekspor dan Impor Indonesia : HS 59 Kain Ditenun Berlapis Keterangan Neraca (Ekspor - Impor) Nilai Ekspor 2014 -497,95 114,07 2015 -421,94 110,18 2016 (Juta USD) -365,44 134,72 Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 2017 -416,24 141,83 2018 Pertumbuhan 2018 CAGR (2014 - 2018) (%) (%) -552,24 32,67% 159,80 12,67% 8,79% 195 HS 59 : Kain Ditenun Berlapis - Indonesia Daya saing kain ditenunan berlapis Indonesia cukup rendah Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA) • Indonesia bukan merupakan net eksportir Kain Ditenun Berlapis (HS59), selama lima tahun terakhir Indonesia mencatatkan defisit HS59. • Satu-satunya produk HS59 Indonesia dengan RSCA positif dan memiliki keunggulan komparatif cukup baik adalah HS 5902. Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 196 HS 60 : Kain Rajutan Ekspor – Impor Dunia • • • Ekspor HS60 (Kain Rajutan) dunia mencapai USD34.8 Milliar pada tahun 2017, naik 6,75% yoy dengan tren pertumbuhan selama lima tahun terakhir naik tipis (CAGR 2013-2017 sebesar 1.47%). Nilai impor HS60 dunia mencapai USD29.6 Milliar, naik 11,66% yoy dengan tren CAGR 2013-2017 di level 4.01%. Tiongkok adalah eksportir terbesar tekstil berjenis Kain Tenun, menguasai pangsa pasar tahun 2017 mencapai 47.42% (setara USD16,5 miliar) dengan tren CAGR 2013-2017 positif sebesar 6.36%. Sedangkan, Vietnam menjadi importir terbesar Kain Rajutan dengan porsi 2017 mencapai 20.35% dengan tren CAGR yang juga positif sebesar 21.71%. Kain Rajutan Berlapis dengan jenis Kain Rajutan atau Kaitan Lainnya merupakan produk dominan untuk ekspor dan impor HS 60 dengan pangsa pasar masing-masing sebesar 51.57% dan 50.91%. Ekspor dan Impor Dunia : HS 60 Kain Rajutan Keterangan Nilai Ekspor Nilai Impor 2013 25,435.98 21,767.73 2014 26,245.39 22,651.76 2015 (Juta USD) 23,976.06 20,607.05 Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 2016 23,702.72 21,043.23 2017 Pertumbuhan 2017 CAGR (2013 - 2017) (%) (%) 25,181.16 6.24% -0.25% 22,675.13 7.76% 1.03% 197 HS 60 : Kain Rajutan - Indonesia Indonesia mengimpor kain rajutan cukup besar dikarenakan harga yang relatif lebih murah. • • • Nilai ekspor produk HS60 (Kain Rajutan) Indonesia pada tahun 2017 tercatat sebesar USD102.17 Juta, naik 3,785 yoy dengan tren pertumbuhan selama lima tahun terakhir turun (CAGR sebesar -3.62%). Nilai Impor HS60 Indonesia pada tahun 2017 tercatat USD1,23 miliar, turun 7,14% yoy dengan pertumbuhan selama lima tahun terakhir turun (CAGR sebesar -1.96%). Hal tersebut menyebabkan neraca perdangangan Indonesia untuk produk Kain Rajutan Indonesia berada pada posisi defisit sebesar –USD1,13 miliar pada tahun 2017. Negara tujuan utama eskpor HS60Indonesia adalah Vietnam dengan porsi 2017 sebesar 31.84% , sedangkan negara asal impor HS60Indonesia berasal dari Tiongkok dengan porsi 2017 mencapai 37.48%. Ekspor HS 60 terbesar Indonesia adalah Kain Berbulu, Termasuk Kain "Berbulu Panjang" dan Kain Terry, Rajutan / Kaitan, sementara impor HS60 terbesar indonesia adalah Kain rajutan atau kaitan lainnya. Kain di dalam negeri relatif lebih mahal karena harga bahan baku masih bergantung pada impor. Terlebih, bea masuk tambahan sebagai akibat anti dumping, diindikasikan menjadi salah satu faktor harga bahan baku semakin mahal. Ekspor dan Impor Indonesia : HS 60 Kain Rajutan Keterangan Neraca (Ekspor - Impor) Nilai Ekspor 2014 -1234,46 117,66 2015 -1240,69 125,13 2016 (Juta USD) -1231,41 98,46 Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 2017 -1132,75 102,17 2018 Pertumbuhan 2018 CAGR (2014 - 2018) (%) (%) -1448,03 27,83% 104,26 2,04% -2,98% 198 HS 60 : Kain Rajutan - Indonesia Daya saing kain rajutan Indonesia cukup rendah Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA) • Indonesia bukan merupakan net eksportir Kain Rajutan (HS60), selama lima tahun terakhir Indonesia mencatatkan defisit HS60. • Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif di pasar global untuk Kain Rajutan. Hal ini terlihat dai RSCA-nya yang tercatat bernilai negatif pada tahun 2017. Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 199 HS 61 : Barang-Barang Rajutan Ekspor – Impor Dunia • • • Ekspor dunia untuk HS61 (Barang-Barang Rajutan) pada tahun 2017 mencapai USD225,7 Milliar, naik 4,54% dengan tren pertumbuhan stagnan selama lima tahun terakhir (CAGR 2013-2017 sebesar -0.51%). Nilai impor mencapai USD202 Milliar, naik 5,53% yoy pada 2017, dengan tren meningkat tipis selama lima tahun terakhir (CAGR 2013-2017 sebesar 1.06%). Tiongkok adalah eksportir terbesar HS61 dengan pangsa pasar tahun 2017 mencapai 31.82% (setara USD71,8 miliar) dengan tren pertumbuhan selama lima tahun terakhir menurun (CAGR 2013-2017 sebesar -7.19%). Importir terbesar HS61 adalah AS dengan porsi 2017 mencapai 22.67% (setara USD45,8 miliar) dengan tren pertumbuhan relatif stangnan (CAGR 2013-2017 sebesar 0.75%). Barang-barang Rajutan dengan Jersey, Pulover, cardigan, Rompi, dan Barang Semacam Itu, Rajutan/Kaitan merupakan produk dominan untuk ekspor dan impor HS 61 dengan pangsa pasar masing-masing sebesar 22.99% dan 25.81%. Ekspor dan Impor Dunia : HS 61 Barang-Barang Rajutan Keterangan Nilai Ekspor Nilai Impor 2013 230,394.71 193,635.56 2014 238,345.76 203,249.64 2015 (Juta USD) 219,650.06 193,491.63 Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 2016 215,931.21 191,369.28 2017 Pertumbuhan 2017 CAGR (2013 - 2017) (%) (%) 225,739.05 4.54% -0.51% 201,958.78 5.53% 1.06% 200 HS 61 : Barang-Barang Rajutan - Indonesia Barang-barang rajutan merupakan produk tekstil unggulan Indonesia dengan tren ekspor yang meningkat terutama ke AS dan Jepang • • • Nilai ekspor HS61 Indonesia pada tahun 2017 tercatat sebesar USD3,7 miliar atau naik 13,50% yoy, dengan tren pertumbuhan selama lima tahun terakhir positif (CAGR 2013-2017 sebesar 1.78%). Nilai Impor HS61 Indonesia pada tahun 2017 tercatat USD233.15 Juta, naik 35,69% yoy, dengan tren pertumbuhan selama lima tahun terakhir positif (CAGR 2013-2017 sebesar 2.69%.). Dengan demikian, neraca perdangangan Indonesia untuk HS61 pada 2017 surplus sebesar USD 3,50 miliar. Negara tujuan utama eskpor HS61 Indonesia adalah Amerika Serikat dengan porsi 2017 sebesar 53.46% (setara USD2,0 miliar), sedangkan negara asal impor HS61 Indonesia adalah Tiongkok dengan porsi 2017 sebesar 48.77% (setara USD113,7 juta). Ekspor HS61 terbesar Indonesia adalah Jersey, pulover, cardigan, rompi dan barang semacam itu, rajutan / kaitan, sementara impor HS61 terbesar indonesia adalah T-shirt, singlet dan kaus kutang lainnya, rajutan / kaitan. Ekspor dan Impor Indonesia : HS 60 Kain Rajutan Keterangan Neraca (Ekspor - Impor) Nilai Ekspor 2014 3230,57 3428,27 2015 3127,22 3305,13 2016 (Juta USD) 3119,43 3291,26 Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 2017 3502,39 3735,55 2018 Pertumbuhan 2018 CAGR (2014 - 2018) (%) (%) 3693,59 5,46% 4073,93 9,06% 4,41% 201 HS 61 : Barang-Barang Rajutan - Indonesia Sebagai net eksportir, daya saing barang-barang rajutan Indonesia cukup tinggi Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA) • Indonesia merupakan net eksportir Barangbarang rajutan (HS61), selama lima tahun terakhir Indonesia mencatatkan surplus HS61. • Sejumlah produk HS61 Indonesia memiliki peringkat cukup baik di pasar global. • Produk-produk dengan peringkat baik tersebut juga memiliki keunggulan komparatif cukup baik di pasar global (RSCA positif). Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 202 HS 62 : Pakaian Jadi Bukan Rajutan Ekspor – Impor Dunia • • • Nilai ekspor HS62 (Pakaian Jadi Bukan Rajutan) dunia mencapai USD227,7 Milliar pada tahun 2017, tumbuh 5,79% yoy dengan tren pertumbuhan positif (CAGR 2013-2017 sebesar 2.25%.). Nilai impor HS62 dunia mencapai USD200,4 miliar, naik 3,62% yoy dengan tren pertumbuhan stagnan selama lima tahun terakhir (CAGR 2013-2017 sebesar 0,12%). Tiongkok adalah eksportir terbesar tekstil HS62, menguasi pangsa pasar tahun 2017 sebesar 32.24% (setara USD73,4 miliar) dengan tren pertumbuhan positif selama lima tahun terakhir (CAGR 2013-2017 sebesar 1,84%). Importir terbesar HS62 adalah Amerika Serikat dengan porsi mencapai 18.87% pada 2017 (setara USD37,8 miliar), dengan tren turun tipis selama lima tahun terakhir (CAGR 2013-2017 sebesar -0.96%). Setelan, Ensemble, Jas, Blazer, Gaun, Rok, Rok Terpisah, Celana Panjang Untuk Wanita/ Anak Perempuan merupakan produk dominan untuk ekspor dan impor HS 61 dengan pangsa pasar masing-masing sebesar28.53% dan 26.52%. Ekspor dan Impor Dunia : HS 62 Pakaian Jadi Bukan Rajutan Keterangan Nilai Ekspor Nilai Impor 2013 208,293.06 199,431.18 2014 232,732.70 206,687.12 2015 (Juta USD) 219,175.90 198,852.15 Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 2016 215,235.98 193,412.49 2017 Pertumbuhan 2017 CAGR (2013 - 2017) (%) (%) 227,696.41 5.79% 2.25% 200,414.69 3.62% 0.12% 203 HS 62 : Pakaian Jadi Bukan Rajutan - Indonesia Pakaian jadi bukan rajutan merupakan produk tekstil unggulan Indonesia dengan tren ekspor yang meningkat terutama ke AS dan Jepang • • • tahun terakhir naik tipis (CAGR 2013-2017 sebesar 1.53%). Nilai Impor HS62 Indonesia pada tahun 2017 tercatat sebesar USD287.97 Juta, naik 20,64% yoy dengan tren pertumbuhan selama lima tahun terakhir juga meningkat tipis (CAGR 2013-2017 sebesar 1.94%).dengan demikian, neraca perdangangan Indonesia untuk HS62 tahun 2017 berada pada posisi surplus sebesar USD3,86 miliar pada tahun 2017. Negara tujuan utama eskpor HS62 Indonesia adalah Amerika Serikat dengan porsi 2017 sebesar 51.34% (setara USD2,13 miliar), sedangkan negara asal impor HS62 Indonesia terbesar berasal dari Tiongkok dengan porsi 2017 mencapai 46.32% 9setara USD133,4 juta). Ekspor dan impor HS62 terbesar Indonesia adalah Setelan, ensemble, jas, blazer, gaun, rok, rok terpisah, celana panjang, dengan porsi tahun 2017 masing-masing sebesar 2,96% dan 20,74%. Ekspor dan Impor Indonesia : HS 62 Pakaian Jadi Bukan Rajutan Keterangan Neraca (Ekspor - Impor) Nilai Ekspor 2014 3684,75 3931,49 2015 3754,64 3978,25 2016 (Juta USD) 3641,07 3879,77 Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 2017 3858,49 4146,46 2018 Pertumbuhan 2018 CAGR (2014 - 2018) (%) (%) 4060,04 5,22% 4494,89 8,40% 3,40% 204 HS 62 : Pakaian Jadi Bukan Rajutan - Indonesia Sebagai net eksportir, daya saing pakaian jadi bukan rajutan Indonesia cukup tinggi Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA) • • • Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah Indonesia merupakan net eksportir Pakaian jadi bukan rajutan (HS62), selama lima tahun terakhir Indonesia mencatatkan surplus HS62. Sejumlah produk HS62 Indonesia memiliki peringkat cukup baik di pasar global. Produk-produk dengan peringkat baik tersebut juga memiliki keunggulan komparatif yang baik di pasar global (RSCA positif). 205 HS 63 : Kain Perca / Produk Lainnya Ekspor – Impor Dunia • • • Ekspor HS63 (Kain perca/produk tekstil lainnya) dunia mencapai USD63.5 Millliar pada tahun 2017, naik 5,23% yoy dengan tren yang relatif stagnan selama lima tahun terakhir (CAGR 2013-2017 sebesar 0.41%). Impor HS63 mencapai 5USD7.6 Milliar, naik 6,995 yoy dengan tren peningkatan selama lima tahun terakhir naik tipis (CAGR 2013-2017 sebesar 1.97%). Tiongkok adalah eksportir terbesar HS63, menguasai 41,50% pangsa pasar tahun 2017 (setara USD26,3 miliar), dengan tren CAGR 2013-2017 negatif (-0.44%). Importir tersbesar HS63 adalah AS dengan pangsa pasar 26.81% pada tahun 2017 (setara USD15,4 miliar), dengan tren CAGR yang juga positif sebesar 3.59%. Linen untuk Tempat Tidur, Meja, Toilet, dan Dapur merupakan produk dominan untuk ekspor dan impor HS 63 dengan pangsa pasar masingmasing sebesar 31.47% dan 31.78%. Ekspor dan Impor Dunia : HS 63 Kain Perca Keterangan Nilai Ekspor Nilai Impor 2013 62,497.49 53,251.69 2014 66,479.53 56,583.87 2015 2016 (Juta USD) 61,113.06 60,364.01 54,349.10 53,812.27 Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 2017 63,520.44 57,574.84 Pertumbuhan 2017 CAGR (2013 - 2017) (%) (%) 5.23% 0.41% 6.99% 1.97% 206 HS 63 : Kain Perca / Produk Lainnya - Indonesia Kain perca dan produk tekstil lainnya selalu mencatatkan angka surplus perdagangan selama beberapa tahun terakhir • • • Nilai ekspor produk HS63 Indonesia pada tahun 2017 tercatat sebesar USD264.71 Juta, turun 5,29% yoy dengan tren selama lima tahun terakhir mengalami penurunan (CAGR 2013-2017 sebesar -5.52%). Nilai Impor HS63 Indonesia pada tahun 2017 tercatat USD106.04 Juta, naik 35,7% yoy dengan tren meningkat selama lima tahun terakhir (CAGR sebesar -12%). Dengan demikian, neraca perdangangan Indonesia untuk produk HS63 berada pada posisi surplus sebesar 158.67 Juta USD pada tahun 2017. Negara tujuan utama eskpor HS63 Indonesia adalah Jepang dengan porsi 2017 sebesar 25.34% (setara USD67,1 juta), sedangkan negara asal impor Indonesia untuk HS63 adalah Tiongkok dengan porsi 2017 mencapai 60.54% (setara USD64,20 juta). Ekspor HS63 terbesar Indonesia tahun 2017 adalah Kantong dan Karung dari Jenis yang Digunakan untuk Membungkus Barang, sementara itu impor HS63 terbesar Indonesia tahun 2017 adalah Selimut dan Selimut Kecil untuk Perjalanan . Ekspor dan Impor Indonesia : HS 63 – Kain Perca Keterangan Neraca (Ekspor - Impor) Nilai Ekspor 2014 258,06 322,31 2015 222,68 283,29 2016 (Juta USD) 201,38 279,50 Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah 2017 158,67 264,71 2018 Pertumbuhan 2018 CAGR (2014 - 2018) (%) (%) 86,06 -45,76% 219,37 -17,13% -9,17% 207 HS 63 : Kain Perca / Produk Lainnya - Indonesia Indonesia memiliki daya saing yang cukup baik untuk kain perca Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA) • • Sumber : Trademap.org, Oxford economics, diolah Indonesia merupakan net eksportir Kain Perca/produk tekstil lainnya (HS63), selama lima tahun terakhir Indonesia mencatatkan surplus HS63. Satu-satunya produk HS63 Indonesia yang memiliki peringkat baik sekaligus memiliki keunggulan komparatif yang baik di pasar global (RSCA positif) adalah HS6310. 208 PULP & KERTAS (HS Code 4801 s/d 4823) Pulp dan kertas sebagai komoditas unggulan Pulp dan Kertas merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia, hal ini dapat terlihat dari hasil pemilihan komoditas unggulan ekspor (winning commodities) dengan menggunakan beberapa metode analisis yaitu Computable General Equilibrium (CGE) dan Export Product Dynamics (EPD). Pulp sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode CGE Komoditas yang menjadi unggulan ekspor diidentifikasi berdasarkan hasil simulasi ketika terjadi peningkatan pemintaan ekspor secara arbitrary sebesar 10%, yaitu komoditas yang paling responsif terhadap variabel sektoral Indonesia berdasarkan tiga indikator kunci yaitu (1) peningkatan ekspor bersih (bobot 60%, (2) output (bobot 20%), dan (3) penyerapan tenaga kerja. (bobot 20%) Berdasarkan hasil CGE, pulp/bubur kertas menempati peringkat 20 dengan indeks komposit sebesar 1.98. Peringkat Sektor Dampak terhadap Perubahan Nilai Ekspor (Milyar Rupiah) Dampak terhadap Output (Perubahan Persentase) Dampak terhadap Tenaga Kerja (Perubahan Persentase) Indeks Komposit 20 Bubur Kertas 433.32 1.29 3.21 1.98 Pulp dan Kertas sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode EPD Rising Star Lost Opportunity Djibouti, India, Jepang, Uni Emirat Arab Italia, Yordania, Belanda Retreat + O Tiongkok, Mesir, Kuwait, Arab Saudi + China menjadi negara tujuan ekspor utama Indonesia untuk komoditas bubur kertas dengan share sebesar 62.93 persen dari total ekspor. Negara tujuan eskpor lainnya yaitu Korea Selatan (12.86 persen), India (6.13 persen), dan negara Asia lainnya. Falling Star Sumber : WITS, Oktober 2018 Untuk komoditas bubur kertas, terdapat negara-negara alternatif yang menjadi tujuan ekspor antara lain ke wilayah Benua Afrika salah satunya adalah Djibouti, sementara selebihnya merupakan pasar tradisional dari ekspor Indonesia yaitu Jepang dan India. Peningkatan pangsa pasar produk ini ke negara-negara tersebut perlu dilakukan dengan merumuskan strategi-strategi potensial. Berdasarkan negara tujuan ekspor, posisi produk-produk Indonesia berada pada posisi lost opportunity. 210 Pada tahun 2016 terjadi surplus pulp dunia seiring dengan masifnya digitalisasi di negara maju. Konsumsi bergeser ke negara berkembang Total produksi dan konsumsi pulp dunia bergerak fluktuatif, dengan tren meningkat. CAGR (2010-2016) produksi dan konsumsi pulp dunia masing-masing sebesar 0,73% dan 0,84%. Dalam 4 tahun terakhir, kondisi pasar pulp dunia mengalami surplus yang diakibakan oleh meningkatnya pengolahan pulp di berbagai wilayah. • Kondisi pasar pulp dunia tumbuh fluktuatif dari tahun ke tahun. Walaupun beberapa tempat pengolahan pulp ditutup yang membuat surplus pulp tidak sebesar di awal tahun 2010an, namun kondisi pasar pulp dunia hingga 2016 seringkali masih mengalami surplus yang diakibatkan dibukanya beberapa pengolahan pup baru di berbagai wilayah. • Produsen terbesar pulp dunia pada tahun 2016 berada di negara-negara maju yang berada di wilayah Amerika Utara dan Eropa dengan share produksi 37% dan 26%, namun konsumsi mereka terus menurun seiring masifnya digitalisasi. Sebaliknya, konsumsi pulp di negara berkembang, terutama di Asia mulai meningkat pesat seiring peningkatan pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, Amerika Latin yang dimotori oleh Brazil juga mulai merevitalisasi produksi pulp yang membuat Amerika Latin ke depannya diperkirakan akan menjadi produsen pulp yang signifikan. Produksi dan Konsumsi Pulp Dunia Produksi (Juta Metriks Ton) Pertumbuhan Produksi (yoy) - (%) Konsumsi (Juta Metriks Ton) Pertumbuhan Konsumsi (yoy) -(%) 184 8,00% 6,27% 179,50 180 6,24% 172 173,62 171,09 170,58 168,33 168 171,46 172,28 1,79% 172,08 171,32 0,70% 1,64% 164 0,37% 2010 2011 2012 2013 Share Produksi dan Konsumsi Pulp Dunia (2016) Produksi 30% 2015 28% Konsumsi Lainnya 3,71% Mechanica l Pulp 14.14% 31% 20% 10% SemiChemical Pulp 4,79% 18% 16% 5% 3% 2% 0% Eropa 2016 Segmentasi Konsumsi Pulp Dunia (2016) 34% 26% 0,00% -2,00% 2014 37% 40% 2,00% 0,45% 0,02% -0,56% 160 1,83% 1,29% -1,25% 6,00% 4,00% 2,41% 2,39% 178,49 176,28 176,22 (y oy ) Juta Metriks Ton 176 176,24 175,42 Amerika Utara Amerika Latin Asia Chemical Pulp 77,36% Rest of World Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu Sumber : FAO, RISI, CEPI, Euler Hermes 211 Amerika Serikat masih menjadi produsen dan konsumen terbesar pulp dunia meski dengan share yang mulai menurun Produksi Pulp Dunia (dalam Metriks Juta Ton) CAGR 2012-2016 2012 2013 2014 2015 0 2016 50 Amerika Serikat (1) 60 50,2 49,05 50,1 49,36 49,53 -0,27% 1,31% 3,80% 8,82 9,56 10,36 10,24 10,63 20 -0,79% 10,23 10,52 10,47 10,45 10,92 14,31 15,49 16,84 17,81 19,4 30 -0,87% 12,03 11,72 11,53 11,62 11,56 6,28% 40 17,84 18,05 17,27 17,18 17,08 Juta Metriks Ton 50 10 0 Amerika Serikat Brazil Kanada Swedia Finlandia 100 49,53 Brazil (2) 19,41 Kanada (3) 17,08 Swedia (4) 11,57 Finlandia (5) 10,92 China (6) 10,64 Jepang (7) 8,80 Rusia (8) 8,35 Indonesia (9) 6,68 Chile (10) 5,15 Produksi 2016 (dalam Juta Metriks Ton) China Konsumsi Pulp Dunia (dalam Metriks Juta Ton) Konsumsi (Juta Metriks Ton) 2012 Konsumsi (Juta Metriks Ton) 2014 20 10 8,2 8,48 7,88 7,59 7,46 10,19 10,13 10,42 10,14 10,09 30 8,02 7,85 7,86 7,72 7,83 40 9,2 8,71 8,46 8,7 8,85 26 27,12 28,99 30,72 32,34 Juta Metriks Ton 50 CAGR 2012-2016 47,48 46,52 47,98 46,96 47,34 60 Konsumsi (Juta Metriks Ton) 2013 Konsumsi (Juta Metriks Ton) 2015 0 Amerika Serikat China Jepang Swedia Finlandia 0 50 Amerika Serikat (1) 100 47,35 China (2) 32,34 Jepang (3) 10,09 Swedia (4) 8,85 Finlandia (5) 7,84 Kanada (6) 7,47 Brazil (7) 6,20 Jerman (8) 6,15 India (9) 4,79 Indonesia (10) 4,29 Kanada Konsumsi 2016 (dalam Juta Metriks Ton) Amerika Serikat masih menjadi produsen dan konsumen pulp terbesar dunia, namun dengan tren yang menurun dibandingkan 5 tahun yang lalu. Sedangkan Brazil menjadi produsen yang memiliki tren pertumbuhan yang paling tinggi dengan CAGR (2012-2016) sebesar 6,28% dan China menjadi konsumen dengan CAGR tertinggi sebesar 4,46%. • Brazil berusaha untuk menjadi produsen pulp tedepan di dunia dengan merevitalisasi industri pulpnya. Sehingga dalam 5 tahun terakhir, CAGR (2012-2016) produksi pulp Brazil naik sebesar 6,28%, jauh lebih tinggi dibanding negara-negara lain. Faktor geografis dan keunggulan bahan baku menjadi keunggulan Brazil dibandingkan negara-negara lain, terutama yang berada di wilayah subtropis. • Konsumen pulp yang paling potensial adalah China yang dalam 5 tahun terakhir memiliki CAGR (2012-2016) sebesar 4,46%. Status China yang merupakan produsen sekaligus konsumen kertas terbesar dunia membuat China mengalami defisit pulp sebesar 20 juta metriks ton/tahun. 212 Konsumsi kertas kini didominasi oleh Asia digunakan sebagai kertas pembungkus (kardus dan karton) sering meningkatnya perdagangan e-commerce Total produksi dan konsumsi kertas global setiap tahun terus meningkat walaupun dengan pertumbuhan yang lambat. Pada tahun 2016, total produksi dan konsumsi kertas dunia masing-masing sebesar 410,9 Juta Metriks Ton dan 413,6 Juta Metriks Ton. • Lambatnya pertumbuhan produksi dan konsumsi kertas tersebut (CAGR produksi dan konsumsi kertas 2010-2016 sebesar 0,60% dan 0,68%) diakibatkan oleh adanya gelombang digitalisasi dan komunikasi paperless, terutama di negara-negara maju. Namun penurunan konsumsi kertas tersebut masih dikompensasi oleh peningkatan permintaan kertas dari adanya gelombang e-commerce. • Produksi dan konsumsi kertas sebagian besar masih didominasi oleh Asia, terutama digunakan untuk transaksi ekonomi. Hal tersebut ditunjukkan oleh segmentasi konsumsi kertas yang lebih dari separuh produk kertas digunakan untuk kertas pembungkus (termasuk kardus dan karton) sebagai dampak meningkatnya perdagangan di Asia, termasuk mealui e-commerce. Produksi dan Konsumsi Kertas Dunia Produksi (Juta Metriks Ton) Konsumsi (Juta Metriks Ton) Pertumbuhan Produksi (yoy) - (%) Pertumbuhan Konsumsi (yoy) - (%) 420 414 6,39% 6,37% 410 405 399 400 399 400 395 401 403 405 407 Kertas Pembungkus 16,64 409 18,09 6,00% 407 4,00% 300 234,78 147,37 18,87 1,44% 0,12% 390 1,29% 0,95% 0,03% 380 2011 2012 2013 2014 50% 46% 98,30 27,29 21,56 0 1970 2016 33,65 20,31 54,13 6,17 0,00% 2015 Share Produksi dan Konsumsi Kertas Dunia (2016) Produksi 150 1,03% 2,00% 0,20% 0,95% 0,05% 1,09% 0,83%0,97% 2010 Kertas Cetak Tisu 410 411 394 395 385 Kertas Koran 450 (yoy) Juta Metriks Ton 415 8,00% Produksi (dalam Juta Metriks Ton) 1980 97,90 23,95 39,08 1990 2000 2010 2016 Segmentasi Konsumsi Kertas Dunia (2016) Konsumsi Lainnya, 4.19% 47% Kertas Koran, 5,88% 40% 30% 26% Kertas Cetak, 24,03% 24% 20% 20% Kertas Pembungkus, 57.64% 19% 10% 5% 7% 2% 3% Tisu, 8,26% 0% Eropa Amerika Utara Asia Amerika Latin Rest of the World Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu Sumber : FAO, RISI, CEPI, Euler Hermes 213 Tiongkok menjadi Produsen dan Konsumen Terbesar Kertas Dunia, dengan pertumbuhan yang positif Tren Produksi Kertas 6 Besar Dunia (dalam Metriks Juta Ton) 1,11% 2013 2014 2015 2016 40 Jepang Jerman 20 11,33 11,76 11,62 11,56 11,56 60 10,24 11,8 14,49 14,96 14,96 80 22,6 22,4 22,54 22,6 22,63 100 25,95 26,23 26,62 26,22 26,05 74,49 71,73 73,09 72,39 71,9 106,56 105,15 108,75 111,15 112,6 Juta Metriks Ton 120 2012 India Korea Selatan 0 China Amerika Serikat Tren Konsumsi Kertas 6 Besar Dunia (dalam Metriks Juta Ton) Konsumsi (Juta Metriks Ton) 2012 Konsumsi (Juta Metriks Ton) 2013 Konsumsi (Juta Metriks Ton) 2015 Konsumsi (Juta Metriks Ton) 2016 Konsumsi (Juta Metriks Ton) 2014 27,47 27,14 27,19 26,52 25,96 60 -1,12% 40 0,46% 10,21 10,08 10,08 10,39 10,54 80 11,75 13,48 16,25 16,25 17,18 71,6 69,37 71,05 70,29 70,13 100 -0,41% 20,07 19,93 20,2 20,56 20,54 120 105,72 103,04 106 108,99 109,47 0,70% Jerman India Italia 20 0 China Amerika Serikat Jepang Pertumbuhan ekonomi China yang sangat tinggi membuat produksi dan konsumsi kertas China terus tumbuh dalam 5 tahun terakhir. China menjadi produsen sekaligus konsumen kertas terbesar di dunia dengan volume produksi tahun 2016 mencapai 112,6 juta metriks ton dengan total konsumsi sebesar 109,47 metriks ton. • Tren produksi kertas China tumbuh dengan CAGR (2012-2016) sebesar 1,11%. Kenaikan produksi tersebut sedikit tertahan oleh adanya isu lingkungan dimana perusahaan China tidak boleh lagi mengimpor kertas bekas yang menjadi bahan baku utama industri kertas China. Walaupun pada tahap awal baru dikenakan kebijakan kuota terhadap impor kertas bekas, namun kebijakan tersebut telah membuat beberapa industri kertas berskala kecil kesulitan mendapatkan bahan baku. • Perkembangan produksi dan konsumsi kertas paling baik diantara 6 negara produsen dan konsumen terbesar dunia adalah India dimana CAGR (2012-2016) produksi dan konsumsi masing-masing sebesar 7,88% dan 7,89%. Namun demikian, India masih mengalami defisit dalam 3 tahun terakhir sebesar 1,5 juta metriks ton. Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu Sumber : FAO, RISI, CEPI, Euler Hermes 214 Setelah menurun di 2016, ekspor pulp dunia kembali meningkat di 2017 terutama di negara maju Total nilai ekspor dan impor pulp dunia pada tahun 2017 masing-masing mencapai USD46,6 miliar dan USD54,4 miliar atau tumbuh sebesar 12,08% dan 15,60%. Pertumbuhan ekspor dan impor pulp dunia pada 2017 mulai membaik setelah 2 tahun sebelumnya tumbuh negatif. • Perbaikan ekspor dan impor pulp di tahun 2017 didorong oleh membaiknya ekspor dari negara-negara maju seperti Jerman, Amerika Serikat, dan Swedia yang sebelumnya tumbuh negatif. • Amerika Serikat, Kanada, dan Brazil menjadi 3 negara eksportir pulp yang sangat dominan dengan share ekspor 2017 mencapai 45% pulp dunia. Namun, hanya Brazil yang memiliki CAGR (2013-2017) positif sebesar 4,1% yang berarti dalam 5 tahun terakhir, hanya Brazil yang memiliki tren positif. Hal tersebut tidak terlepas dari ambisi Brazil yang ingin menjadikan pulp sebagai komoditas ekspor andalan karena produktivitas pulp Brazil yang sangat tinggi, 40m3/ha dengan masa rotasi 5 tahunan (dibandingkan Kanada sebesar 1-2m3/ha dengan masa rotasi 90 tahunan). • Pada sisi impor, China menjadi negara yang paling dominan dengan share sebesar 38,65% dan dengan CAGR 4,1% pada 2013-2017. Hal tersebut didorong oleh tingginya permintan dari produsen kertas di China. Ekspor dan Impor Pulp Dunia -0,01% -5,93% 2013 2014 2015 -4,51% 54.479 2.56% France 2,65% Indonesia 3,21% Brazil 13,58% Italy 3,99% USA 6,02% CAGR 2013-2017 1.846 1.721 1.728 1.562 2.426 5,62% 2013 -0,97% China Germany Canada Brazil Chile Indonesia Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu Sumber : www.trademap.org, diolah 2014 -2,67% 2015 2016 -1,75% 2017 7,32% 1.370 1.657 1.609 1.622 1.951 2017 4,1% 2.797 2.880 2.564 2.408 2.614 India 3,55% 2.393 2.293 2.281 2.015 2.191 2016 4,1% -1,35% South Korea 3,23% 3.779 3.753 3.431 3.141 3.302 2015 Germany 8,16% Tren Impor 5 Negara Utama 17.306 17.414 18.040 17.230 21.214 2014 5.186 5.298 5.603 5.575 6.355 -1,35% 6.829 6.783 6.293 5.747 6.382 8.965 8.968 8.704 8.432 8.766 2013 China 38,65% Netherla nds Canada 13,64% Tren Ekspor 5 Negara Utama CAGR 2013-2017 2017 Lainnya Japan 25,48% 2,51% USA 18,74% Chile 5,59% 0,00% Importir Dunia (2017) 4.702 4.549 4.158 4.172 4.478 Lainnya 25,09% Russia 2,63% Netherlan ds 2,75% Germany 3,21% Finland 4,75% Sweden Indonesia 4,84% 5,19% 10,00% -10,00% 2016 Eksportir Dunia (2017) 20,00% 15,60% 12,08% -2,53% -2,92% 3,02% 1,83% 0 USA 46.651 41.622 49.354 42.701 0,35% 20.000 -0,45% 47.128 Impor (Juta USD) Pertumbuhan Impor (yoy) - SKALA KANAN 50.836 45.393 40.000 45.396 60.000 50.659 Ekspor (Juta USD) Pertumbuhan Ekspor (yoy) - SKALA KANAN USA Italy India 215 Peningkatan ekspor pulp di tahun 2017 di topang oleh ekspor jenis pulp kayu kimia kraft Pada tahun 2017, Pulp Kayu Kimia Kraft menjadi komoditas ekspor dan impor utama dunia dengan nilai masing-masing sebesar USD29.210 juta dan USD33.347. Produk tersebut baik ekspor maupun impor dalam 5 tahun terakhir (2013-2017) masih mencatatkan CAGR yang positif sebesar 0,8% dan 1,6%. • Pulp Kraft yang merupakan bahan utama dalam pembuatan kertas pembungkus yang ramah lingkungan mengalami peningkatan baik ekspor maupun impor seiring terus meningkatnya kebutuhan kertas pembungkus dan juga kesadaran masyarakat terhadap kertas yang ramah lingkungan. Share ekspor maupun impor kraft terhadap total ekspor maupun impor pulp pada tahun 2017 mencapai lebih dari 60%. Negara eksportir utama dari pulp jenis ini adalah Brazil dan Amerika Serikat, sedangkan negara importir utamanya adalah China dan Amerika Serikat. • Sementara itu, ekspor dan impor Kayu Kimia, Sulfit mengalami pertumbuhan negatif yang signifikan dengan CAGR (2013-2017) masing-masing sebesar -9,0% dan -8,4%. Amerika Serikat yang menjadi importir pulp jenis ini terus mengurangi permintaan impornya setiap tahun, begitu juga dengan Kanada sebagai negara eksportir utama juga menunjukkan tren penurunan yang signifikan. Ekspor Pulp Dunia berdasarkan Jenis 2014 2015 30.000 1,3% 772 798 699 671 763 1.799 1.740 1.471 1.406 1.760 454 414 356 349 284 4.383 4.371 3.698 3.670 4.075 20.000 300 328 277 241 306 2017 9.599 9.328 8.803 9.184 10.253 40.000 10.000 2016 28.090 28.413 27.396 26.100 29.210 2013 0 Pulp Kayu Mekanik Pulp Kayu Kimia Pulp Kayu Kimia Kraft Pulp Kayu Kimia Sulfit Pulp Kayu Kombinasi Pulp Skrap Kertas/Karton Skrap Impor Pulp Dunia berdasarkan Jenis 40.000 2013 1,6% CAGR 20132017 2014 2015 2016 2017 30.859 31.490 31.413 29.366 33.347 Juta USD 35.000 30.000 11.455 11.008 10.372 10.339 12.610 25.000 817 845 782 713 826 418 346 222 181 243 5.000 1.851 1.898 1.743 1.591 1.989 -10,3% 10.000 787 616 489 505 506 15.000 4.472 4.633 4.333 4.433 4.958 20.000 0 Pulp Kayu Mekanik Pulp Kayu Kimia Pulp Kayu Kimia Kraft Pulp Kayu Kimia Sulfit Pulp Kayu Kombinasi Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu Sumber : www.trademap.org, diolah Pulp Skrap Kertas/Karton Skrap 216 Setelah menurun di 2016, ekspor kertas dunia kembali meningkat di 2017 terutama ekspor dari Tiongkok Tren ekspor dan impor kertas dunia bergerak mixed selama 2013-2017. Tahun 2017, nilai ekspor dan impor kertas mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 5,24% dan 5,34% yang menjadi titik balik setelah dua tahun sebelumnya tumbuh negatif. • CAGR ekspor dan impor kertas selama 2013-2017 sebesar -1,4%. Hal tersebut menunjukkan adanya tren penurunan dalam periode 5 tahun terakhir. Walaupun pada tahun 2017 telah terjadi kenaikan aktivitas perdagangan internasional dari komoditas kertas, namun nilainya masih lebih rendah dibandingkan posisi tahun 2013. • Jerman menjadi eksportir kertas terbesar dengan share mencapai 12,5%, namun China menjadi negara eksportir kertas dengan pertumbuhan tertinggi. Sedangkan konsumen terbesar adalah Amerika Serikat. Ekspor dan Impor Kertas Dunia 5,00% 0,00% 162.490 159.472 0,97% 140.000 154.251 150.000 -10,12% -11,13% 1,37% 10,00% 5,34% 5,24% -1,59% -2,21% 151.525 2,19% 0,74% 154.943 160.000 176.374 173.982 170.000 156.737 Pertumbuhan Impor (yoy) - SKALA KANAN 172.396 Impor (Juta USD) Pertumbuhan Ekspor (yoy) - SKALA KANAN 170.738 180.000 Ekspor (Juta USD) -5,00% -10,00% 130.000 -15,00% 2014 2015 2016 Eksportir Dunia (2017) 2017 Importir Dunia (2017) USA 10,01% Germany 12,56% China 11,14% Lainnya 37,31% Lainnya 53,01% USA 9,77% Austria 2,91% Sweden 5,31% Canada 4,47% Finland 4,97% Tren Ekspor 5 Negara Utama 2015 2016 2017 CAGR 2013-2017 3.05% Finland USA Germany Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu Sumber : www.trademap.org, diolah 2014 2015 2016 2017 -1,16% 14.885 15.659 13.339 13.399 14.039 Sweden 2013 16.318 16.969 16.677 16.247 16.418 -3,68% 9.685 9.432 8.062 7.760 8.030 USA -4,29% 10.677 10.184 8.411 8.262 8.575 China Netherlan Canada ds 3,34% Tren Impor 5 Negara Utama 0,12% -0,78% 16.400 16.337 15.698 14.867 15.768 Germany 2,39% 2014 15.988 17.819 18.752 17.610 17.989 22.216 22.523 19.084 19.322 20.278 -1,81% 2013 China 3,04% Belgium 2,83% -2,79% -3,72% 8.737 9.201 8.213 7.376 7.231 3.25% France 3,91% Italy 4,39% 9.367 9.166 7.782 7.801 8.130 Netherland s CAGR 2013-2017 Germany 8,56% France 4,96% United Kingdom Italy 4,41% 3,41% Mexico 3,40% France United Kingdom -0,81% 5.827 6.005 5.102 5.080 5.594 2013 Italy 217 Peningkatan ekspor pulp di tahun 2017 di topang oleh ekspor jenis kertas karton Komoditas utama ekspor dan impor kertas dunia adalah jenis Kertas Karton yang Dilapisi Kaolin. Namun tren komoditas tersebut dalam 5 tahun terakhir menunjukkan penurunan yang dilihat dari CAGR sebesar -2,7%. Sedangkan jenis kertas yang mengalami tren pertumbuhan yang baik adalah Kardus dengan CAGR 0,3%. • Kertas Karton yang Dilapisi Kaolin menjadi komoditas utama di dunia, namun trennya terus menurun. Pada tahun 2017 ekspor dan impor dari Kertas Karton yang Dilapisi Kaolin masing-masing sebesar US$26,8 milyar dan US$27,2 milyar. CAGR dalam 5 tahun terakhir dari produk tersebut terus menurun sebesar -2,7% untuk ekspor dan -2,8% untuk impor. • Ekspor kertas yang menunjukkan tren pertumbuhan bagus adalah jenis kardus. Walaupun dalam 5 tahun terakhir pertumbuhannya cukup fluktuatif, namun dibandingkan 5 tahun yang lalu terdapat pertumbuhan tipis sebesar 0,3% yang dihitung dari CAGR 2013-2017. Diperkirakan seiring dengan meningkatnya perkembangan e-commerce, permintaan terhadap kardus akan terus meningkat. Ekspor Kertas Dunia berdasarkan Jenis (5 Besar) 23.114 2017 21.695 23.342 2016 22.192 2015 22.800 18.426 19.697 2014 17.462 19.367 26.873 26.834 12.852 11.486 12.518 11.594 15.000 12.016 18.630 20.000 18.490 25.000 19.226 23.113 30.000 22.518 35.000 26.221 30.808 Juta USD 30.697 2013 17.672 CAGR 2013-2017 10.000 5.000 0 Kertas Karton yang Tidak Dilapisi Kertas Kraft Kertas Karton yang Dilapisi Kaolin Kertas dari Gumpalan Selulosa Kardus Impor Kertas Dunia berdasarkan Jenis (5 Besar) 21.893 2017 20.675 2016 22.107 19.058 18.367 18.200 20.308 20.040 2015 20.650 2014 27.255 27.462 13.215 11.909 13.546 12.178 15.000 13.318 19.670 18.961 20.000 19.389 25.000 23.070 30.000 22.862 35.000 26.324 31.372 Juta USD 31.698 2013 21.576 CAGR 2013-2017 10.000 5.000 0 Kertas Karton yang Tidak Dilapisi Kertas Kraft Kertas Karton yang Dilapisi Kaolin Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu Sumber : www.trademap.org, diolah Kertas dari Gumpalan Selulosa Kardus 218 Pertumbuhan Ekspor pulp Indonesia hingga triwulan 3-2018 masih baik namun tidak setinggi di tahun 2017 Ekspor pulp Indonesia pada akhir tahun 2017 menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan baik dari sisi nilai (tumbuh 31,35%) maupun volume (tumbuh 55,28%). Sedangkan pertumbuhan ekspor pulp tahun ini pada posisi September telah tumbuh sebesar 5,47% (yoy) secara nilai dan 29,82% (yoy) secara volume. • Faktor utama pendorong pertumbuhan ekspor pulp yang sangat tinggi pada tahun 2017 adalah adanya lonjakan permintaan dari China sebesar 76,47% yang merupakan pasar tujuan ekspor utama pulp Indonesia. Pemerintah China mengeluarkan kebijakan pro lingkungan dengan melarang impor limbah kertas yang berdampak permintaan terhadap pulp Indonesia meningkat drastis. • Selain China, India juga menjadi pasar potensial ekspor pulp Indonesia yang selama 4 tahun terakhir selalu meningkat. Hal tersebut diakibatkan terus meningkatnya gap antara permintaan dan penawaran pulp kayu di India. Permintaan pulp tersebut diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai 15 juta ton pada tahun 2025 (dibandingkan 9 juta ton pada tahun 2016). Eksportir Dunia (2017) Importir Dunia (2017) 55,28% 5.000 3.437 2.111 4.650 2.426 3.540 1.562 3.407 1.728 1.846 1.250 5,47% 3,91% -6,13% 0,37% -9,58% -6,74% -3,11% Saudi Arabia 1,23% 29,82%40,00% 31,36% 1.721 2.500 3.745 19,32% 16,94% 3.516 3.750 60,00% 0 UEA 1.10% Iran, 1.01% Turkey 0,80% Lainnya 3,76% Vietnam 1.34% Japan 2,16% 20,00% Bangladesh 5.46% 0,00% China 70,49% -20,00% 2013 2014 2015 2016 2017 Jan-Sep 2018 India 5,52% Nilai Ekspor (Ribu USD) Volume Ekspor (Ribu Ton) South Korea 7.15% Ekspor Pulp Indonesia berdasarkan Jenis (3 Besar) 1.841 1.718 1.725 2013 2014 2015 2.286 Kertas dan Karton Skrap Pulp dari Serat Skrap Pulp Kayu Kraft 12,9 dalam Ribu USD 2.026 48 1.561 2016 2017 Jan-Sep 2018 1,9 0,7 0,4 1,1 0,5 2013 2014 2015 2016 2017 Jan-Sep 2018 5 4 3 1 1 2013 2014 2015 2016 2017 Jan-Sep 2018 1.710 2013 2014 2015 2016 2017 52 73 45 77 60 136 132 89 85 78 134 103 89 128 82 173 157 230 312 239 969 1.087 1.087 2.000 1.098 Ekspor Pulp Indonesia berdasarkan Jenis (3 Besar) 0 Tiongkok Korea Selatan India Bangladesh Keterangan HS Code: 4703: Pulp Kayu Kimia, Kraft, selain Dissolving Grade; 4706: Pulp dari Serat Skrap; 4707: Kertas dan Karton Skrap Sumber : www.trademap.org, diolah Jepang 219 Aturan mengenai ekosistem hutan tanaman Industri mendorong kenaikan impor pulp di Indonesia Total nilai impor pulp Indonesia pada tahun 2017 sebesar USD1,3 juta atau sebanyak 3,5 juta ton. Nilai impor pulp tersebut meningkat sangat tajam pada tahun 2017 sebesar 30,79% (yoy) dibandingkan tahun lalu hanya meningkat sebesar 5,02% (yoy). • Kenaikan nilai impor yang signifikan di tahun 2017 disebabkan salah satunya oleh adanya peraturan pemerintah tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut dimana banyak Hutan Tanaman Industri (HTI) yang berubah fungsi menjadi hutan lindung. Dampaknya kekurangan pasokan pulp dari produsen kertas Indonesia dipenuhi dengan cara diimpor. Selain itu juga, terdapat satu komoditas pulp yang tidak dapat diproduksi oleh Indonesia yakni pulp serat panjang. • Impor pulp Indonesia paling dominan berasal dari Kanada dengan share pada tahun 2017 sebesar 24,05%. Namun tren impor dari Kanada dalam 5 tahun terakhir bergerak mixed. Sebaliknya impor kedua terbesar pulp Indonesia berasal dari Amerika Serikat dimana tren dalam 5 tahun terakhir selalu meningkat dengan share terakhir sebesar 21,62% (2017). Impor Pulp Indonesia Share Impor Pulp Indonesia (2017) 39,89% 6000 11,72% 1,01% 0,94% 0 2013 0,00% -25,00% 2015 3.599 1.352 3.545 1.761 3.439 2016 2017 Nilai Impor (Ribu USD) Volume Impor (Ribu Ton) USA 21,62% 3.48% United Kingdom 3,88% -50,00% 2014 Canada 24,05% Singapore 1.347 3.897 1.749 3.858 1.733 2000 -22,98% -26,70% France 2,22% Czech Republic 2,26% 3,08% 3.002 5,54% 15,39% 25,00% 1.282 4000 Lainnya 17,21% 50,00% 30,79% 14,56% 5,02% Jan-Sep 2018 Australia 4,58% South Africa 8,89% New Zealand 7,05% Sweden 4,75% Tren Impor Pulp Indonesia berdasarkan Jenis (3 Besar) dalam Ribu USD Pulp Kayu Kimia, Dissolving Grade 490 2013 477 2014 396 423 455 2015 2016 2017 Kertas dan Karton Skrap Pulp Kayu Kraft 562 624 317 2013 Jan-Sep 2018 2014 444 441 2015 2016 547 503 2017 Jan-Sep 2018 473 475 2013 2014 611 401 321 365 2015 2016 2017 Jan-Sep 2018 84 2017 55 95 2016 84 2015 103 78 2014 74 118 157 130 171 122 252 381 298 238 202 158 424 335 528 315 500 364 1.000 102 2013 dalam Ribu USD 124 Ekspor Pulp Indonesia berdasarkan Jenis (3 Besar) 0 Kanada USA Afrika Selatan Selandia Baru Swedia Keterangan HS Code: 4702: Pulp Kayu Kimia, Dissolving Grade; 4703: Pulp Kayu Kimia, Kraft, selain Dissolving Grade; 4707: Kertas dan Karton Skrap Sumber : www.trademap.org, diolah 220 Ekspor Kertas Indonesia terus berada pada tren meningkat Nilai ekspor kertas Indonesia meningkat cukup pesat pada tahun 2017 sebesar 11,31% dibandingkan tahun sebelumnya dengan nilai USD3,8 juta (dibandingkan bulan lalu sebesar USD3,4 juta). Posisi terakhir di tahun 2018 hingga bulan September pun menunjukkan pertumbuhan yang positif sebesar 23,57% (yoy). • Ekspor kertas Indonesia pada 2017 dan 2018 memiliki momentum untuk tumbuh yang didorong oleh pelarangan kertas daur ulang di China yang membuat permintaan terhadap kertas Indonesia meningkat pesat. Pada tahun 2017, impor China terhdap produk kertas Indonesia meningkat sebesar lebih dari 140% (yoy). • Salah satu pasar potensial bagi Indonesia adalah India. Walaupun saat ini belum masuk ke dalam 3 besar importir kertas asal Indonesia, namun tren sejak tahun 2013 tumbuh rata-rata 20,7% (CAGR) hingga di tahun 2017 telah mampu menjadi importir terbesar ke-4 dengan share 5,88%. Penyebab dari adanya lonjakan ekspor ke India tersebut adalah adanya penurunan tarif hingga 0% sebagai bagian dari FTA India dengan ASEAN. Ekspor Kertas Indonesia Share Ekspor Kertas Indonesia (2017) -4,77% -4,30% 3.915 -0,34% 0 2013 4.104 3.414 4.289 3.565 -4,25% 3.417 -4,59% 2,28% 4.198 1000 Malaysia 6,42% Lainnya 42,00% 10,00% 1,62% -0,39% 0,57% China Japan 10,66% 9,16% 20,00% 13,66% 11,31% 3.800 2000 3.744 3000 3.757 4000 4.306 30,00% 23,57% 4.237 5000 India 5,88% 0,00% 2014 2015 2016 2017 Nilai Ekspor (Ratus Ribu USD) Volume Ekspor (Ribu Ton) USA, 5.60% Australia 3,14% -10,00% Jan-Sep 2018 Vietnam Taipei, Chinese 3,47% Philippines 5.27% Thailand 3,58% 4.83% Ekspor Kertas Indonesia berdasarkan Jenis (3 Besar) dalam Ribu USD Kertas Karton yang Tidak Dilapisi 2.032 1.843 2013 Kertas Tisu Muka 375 1.913 1.793 1.794 2014 2015 2016 353 529 504 439 616 Kertas Karton yang Dilapisi Kaolin 548 465 471 386 345 242 1.759 2017 Jan-Sep 2018 2013 2014 2015 2016 2017 Jan-Sep 2018 2013 2014 2015 2016 2017 Jan-Sep 2018 2015 2016 2017 213 303 256 294 223 432 2014 167 123 122 87 244 233 277 298 348 374 254 164 160 114 200 102 400 2013 397 405 600 394 dalam Ribu USD 476 Ekspor Kertas Indonesia berdasarkan Negara (5 Besar) 0 Tiongkok Jepang Malaysia India Keterangan HS Code: 4802: Kertas Karton yang Tidak Dilapisi; 4803: Kertas Tisu Muka; 4810: Kertas Karton yang Dilapisi Kaolin Sumber : www.trademap.org, diolah USA 221 Tren impor kertas menurun di tahun 2018 Nilai impor kertas Indonesia pada tahun 2017 mencapai USD1,3 juta, tumbuh sebesar 11,72% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun tren dalam 2 tahun terakhir, impor kertas Indonesia menurun dimana pada posisi terakhir bulan September 2018 terjadi pertumbuhan negatif sebesar 6,91% (yoy). • Impor kertas tertinggi Indonesia pada tahun 2017 adalah jenis kardus dengan nilai sebesar US$264 juta. Impor kardus terbesar berasal dari China dengan nilai mencapai US$80 juta. • Share total impor kertas Indonesia sebagian besar juga didominasi oleh China dengan share sebesar 20,71% dan diikuti oleh Korea Selatan dengan share sebesar 11,14%. Impor Kertas Indonesia Share Impor Kertas Indonesia (2017) 1500 24,00% Sweden 3,75% 1.036 636 1.325 1.277 8,00% 0 USA 4,01% -8,00% Hong Kong 4.19% -16,00% 2013 2014 2015 2016 2017 Jan-Sep 2018 Nilai Impor (Ratus Ribu USD) Volume Impor (Ribu Ton) China 20,71% Lainnya 24,04% Germany 3,92% -6,91% 0,00% 838 1.312 -1,03% -4,44% 713 1.382 749 500 3,73% 1,57% -0,46% -4,10% 936 1,82% 0,34% 16,00% 11,72% -2,62% 716 1000 1.368 17,57% South Korea 11.14% Japan 5,57% Malaysia 6,04% Singapore Thailand 8,62% 8.00% Ekspor Kertas Indonesia berdasarkan Jenis (3 Besar) dalam Ribu USD Kertas Karton yang Dilapisi Kaolin 164 162 134 114 2013 2014 2015 2016 160 Kardus Kertas dan Karton dari Gumpalan Selulosa 147 249 2017 Jan-Sep 2018 2013 264 262 2014 258 2015 231 2016 2017 281 245 276 267 264 217 189 2013 Jan-Sep 2018 2014 2015 2016 2017 Jan-Sep 2018 Ekspor Kertas Indonesia berdasarkan Negara (5 Besar) dalam Ratus Ribu USD 2015 2016 2017 256 213 303 294 223 432 2014 167 123 122 87 244 254 233 298 277 374 348 397 394 164 160 114 200 102 400 476 405 600 2013 0 Tiongkok Jepang Malaysia India Keterangan HS Code: 4802: Kertas Karton yang Tidak Dilapisi; 4803: Kertas Tisu Muka; 4810: Kertas Karton yang Dilapisi Kaolin Sumber : www.trademap.org, diolah USA 222 Rantai Pasok Pulp dan Kertas dan Isu di Setiap Rantai • Kebutuhan belum dapat sepenuhnya diperoleh dari dalam negeri, karena Virgin pulp memiliki 2 jenis serat kayu yang saling melengkapi, yaitu serat kayu pendek dan serat kayu panjang. Di Indonesia pohon berserat kayu panjang tidak dapat dibudidayakan karena iklim yang tidak cocok. • Kebutuhan kertas bekas untuk produksi kertas kelas dua sangat bergantung pada impor kertas bekas. Kapasitas kertas bekas domestik hanya mampu memenuhi 20 % dari kebutuhan produksi (sisanya tersebar dan sulit untuk di kumpulkan mis: bungkus makanan, kue dsb). Permasalahan impor kertas bekas dikaitkan dengan isu lingkungan. Terdapat peraturan total verivikasi consumption dengan tujuan untuk menghindari agar Indonesia stidak menjadi tempat pembuangan sampah sampah. • Sistem verifikasi SVLK • Fluktuasi harga bubur kertas (pulp), kondisi perekonomian global dan perubahan kurs mata uang • Indonesia harus dapat mengembangkan produk kertas menjadi berbagai bentuk seperti kertas karton dan kertas kemasan yang kini menjadi kebutuhan mayoritas perusahaan manufaktur dunia. • Kurangnya jumlah mesin dalam produksi dan perlunya ditingkatkan ketrampilan dalam tenaga kerja Sumber :Analisis Rantai Pasok Komoditas Unggulan Ekspor Daerah Komoditas Ketas dan Pulp, Universitas Airlangga (2018) 223 Indonesia memiliki daya saing di tataran global untuk produk Pulp Kayu Kimia Kraft Jenis Produk Pulp Kayu Mekanik Pulp Kayu Kimia Pulp Kayu Kimia Kraft Pulp Kayu Kimia Sulfit Pulp Kayu Kombinasi Mekanik dan Kimia Pulp Skrap Kertas/Karton Skrap No 1 2 3 48 1 2 3 13 1 2 3 5 1 2 3 49 1 2 3 34 1 2 3 22 1 2 3 40 Negara Selandia Baru Amerika Serikat Norwegia Indonesia Amerika Serikat Afrika Selatan Brazil Indonesia Brazil Amerika Serikat Kanada Indonesia Kanada Jerman Amerika Serikat Indonesia Kanada Swedia Finlandia Indonesia Amerika Serikat Tiongkok Jerman Indonesia Amerika Serikat Inggris Jepang Indonesia Rata-Rata RSCA 0.99 0.12 0.90 -1.00 0.46 0.94 0.75 -0.72 0.88 0.27 0.73 0.74 0.87 0.58 -0.11 -1.00 0.92 0.79 0.89 -1.00 0.47 0.01 0.31 -0.79 0.58 0.51 0.38 -0.83 2013 2014 2015 2016 2017 0.99 -0.34 0.89 -1.00 0.48 0.93 0.73 -1.00 0.86 0.29 0.74 0.74 0.84 0.55 -0.10 -1.00 0.93 0.76 0.90 -1.00 0.54 -0.01 0.38 -0.83 0.60 0.48 0.43 -0.92 0.99 0.02 0.94 -1.00 0.48 0.94 0.75 -1.00 0.87 0.27 0.73 0.73 0.84 0.57 -0.10 -1.00 0.92 0.77 0.88 -1.00 0.52 0.02 0.33 -0.91 0.60 0.52 0.42 -0.94 0.99 0.23 0.92 -1.00 0.47 0.95 0.70 -0.99 0.88 0.26 0.73 0.74 0.86 0.54 -0.19 -1.00 0.92 0.75 0.89 -1.00 0.46 -0.02 0.28 -0.73 0.59 0.51 0.39 -0.97 0.99 0.30 0.87 -1.00 0.44 0.95 0.78 -0.97 0.89 0.27 0.72 0.73 0.90 0.57 -0.13 -1.00 0.92 0.84 0.91 -1.00 0.40 -0.01 0.29 -0.87 0.58 0.52 0.33 -0.97 0.99 0.39 0.88 -1.00 0.43 0.95 0.77 0.37 0.88 0.26 0.72 0.78 0.89 0.66 -0.03 -1.00 0.92 0.84 0.89 -1.00 0.42 0.07 0.27 -0.60 0.56 0.53 0.32 -0.34 • Indonesia memiliki keunggulan komparatif atas negara lain berupa produk Pulp Kayu Kimia Kraft. Nilai RSCA ratarata dari Indonesia selama 5 tahun terakhir sebesar 0,74 yang berarti Indonesia sangat kompetitif dalam memproduksi komoditas ini. Terhadap 3 eksportir terbesar produk Kraft, Indonesia hanya kalah dengan Brazil yang memiliki nilai RSCA sebesar 0,88. Baik Indonesia maupun Brazil memiliki keunggulan komparatif yang sangat tinggi terhadap produk Kraft karena geografisnya yang berada di wilayah tropis sehingga dapat menghasilkan kraft yang lebih efisien dibandingkan negara-negara lain • Produk lain yang cukup kompetitif bagi Indonesia adalah Pulp Kayu Kimia. Walaupun pada periode 2013 hingga 2016 tidak menunjukkan performa yang signifikan, namun pada 2017 menunjukkan nilai RSCA yang cukup baik yakni 0,37 yang berarti produk tersebut cukup kompetitif. Sedangkan untuk jenis-jenis pulp yang lain, nilai RSCA Indonesia sebenarnya menunjukkan bahwa Indonesia tidak cukup kompetitif yang ditunjukkan dengan nilai yang negatif. Sumber : www.trademap.org, diolah 224 Isu terkait internasional dan kebijakan terkait Pada tahun 2018, investor Finlandia menanamkan modalnya di sektor industri kertas, barang dari kertas dan percetakan di Indonesia. Realisasi investasi senilai USD1,75 juta ini dinilai bakal menyerap tenaga kerja di dalam negeri. Sumber: Tempo, Oktober 2018. Industri kertas Indonesia diusulkan mendapatkan insentif pajak berupa tax holiday. Diharapkan, tidak hanya memberikan insentif pajak, pemerintah juga memberikan skema penjaminan dan pembiayaan yang pasti untuk membantu industri kertas melakukan restrukturisasi mesin. Sumber: Detik, Mei 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian telah berperan aktif dalam menciptakan industri hijau dalam industri kertas, antara lain dengan menyelenggarakan simposium setiap tahun. Tujuannya adalah untuk mempromosikan inovasi hasil litbang dan pengembangan teknologi berwawasan lingkungan dalam pengelolaan industri pulp dan kertas. Sumber: Tribunnews, November 2018. 225 Indeks Harga Produsen Produsen Pulp dan Kertas Indeks Harga Produsen Pulp dan Kertas (2015=100) Indeks Produsen Pulp (2015 = 100) 121 125 124 120 115 109 110 105 100 102 99 99 100 94 95 95 90 Indeks Produsen Kertas Koran (2015 = 100) Indeks Produsen Kertas Bekas (2015 = 100) Indeks Produsen Karton (2015 = 100) 150 140 130 134 120 110 100 100 90 80 70 117 98 91 89 98 89 83 95 94 91 106 105 97 94 112 108 94 112 116 112 97 80 88 Tren indeks harga produsen pulp, kertas koran, dan kerton mengalami kenaikan sejak pertengahan tahun 2017 yang didorong oleh meningkatnya permintaan dari Tiongkok. Sedangkan sebaliknya, indeks harga produsen kertas bekas menurun drastis sejak kuartal III tahun 2017 sebagai imbas dari pelarangan impor kertas bekas dari pemerintah Tiongkok. • Kebijakan pemerintah Tiongkok yang melarang impor limbah yang di dalamnya termasuk impor kertas bekas sangat mempengaruhi pergerakan indeks harga produsen pulp dan kertas dunia mengingat status Tiongkok sebagai importir pulp dan kertas terbesar dunia. • Indeks harga produsen pulp, kertas koran, dan karton sejak kuartal I tahun 2017 terus mengalami tren kenaikan seiring peningkatan impor Tiongkok sebagai pengganti kertas bekas yang selama ini menjadi bahan baku utama industri kertas Tiongkok. Posisi terakhir di bulan November 2018 indeks harga pulp, kertas koran, dan karton masing-masing sebesar 124, 116, dan 112. • Sebaliknya, indeks harga produsen kertas bekas anjlok di kuartal III tahun 2017 yang mengindikasikan penurunan permintaan dari Tiongkok hingga per November 2018, nilai indeks harga produsen menunjukkan nilai 88 yang berarti dalam tren 226 Outlook Ekspor Pulp dan Kertas Proyeksi Nilai Ekspor Kertas Indonesia Nilai Ekspor kertas Indonesia Growth 18,0% 6.000 20,0% 12,6% 5.000 15,0% 11,3% Juta USD 4.000 10,0% 3.000 5,0% -0,3% 2.000 0,0% -4,6% -4,8% -4,3% 1.000 -5,0% 3.757 3.744 3.565 3.414 3.800 4.483 5.048 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019P - -10,0% Ekspor kertas secara keseluruhan pada tahun 2018 tumbuh 18% menjadi senilai US$4,5 milyar. Sedangkan di tahun 2019 diproyeksikan tumbuh lebih moderat sebesar 12,6% atau senilai US$5 milyar. • Realisasi tahun 2018 meningkat sebesar 18% atau senilai US$4,5 milyar yang didorong oleh kenaikan ekspor yang sangat signifikan ke Tiongkok dan perbaikan ekspor ke Amerika Serikat pasca diserang oleh isu dumping. • Sedangkan proyeksi di tahun 2019, ekspor kertas tumbuh lebih moderat sebesar 12,6% atau senilai US$ 5 milyar yang dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global yang melemah sehingga permintaan terhadap produk kertas diperkirakan lebih lambat. Upside Risk • • • Insentif fiskal dari pemerintah Tiongkok untuk mendorong perekonomian dapat membuat industri domestik Tiongkok kembali tumbuh dengan baik. Hal tersebut dapat mendorong impor pulp sebagai bahan baku kertas terus dapat meningkat. Kesepakatan perang dagang antara pemerintah Tiongkok dengan Amerika Serikat dapat berjalan baik sehingga perekonomian Tiongkok dapat tumbuh lebih baik. Terpenuhinya jumlah mesin pengolahan pulp dan kertas serta peningkatan keterampilan tenaga kerja dalam rangka peningkatan kapasitas produksi. Downside Risk • Ekspor kertas Indonesia sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah Tiongkok yang melarangan impor kertas bekas. Proyeksi dapat lebih rendah dari perkiraan apabila pemerintah Tiongkok mencabut kebijakan tersebut dengan risiko terjadi perlambatan ekonomi di Tiongkok saat ini. Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah 227 Lampiran : Ekspor Pulp dan Kertas Dunia Nilai Ekspor Pulp Dunia berdasarkan Negara Nilai (dalam Juta USD) Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Eksportir Dunia Amerika Serikat Kanada Brazil Chile Indonesia Swedia Finlandia Jerman Belanda Rusia 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Porsi 2017 (%) 44,378 9,312 6,757 4,706 2,523 1,547 2,571 1,753 1,448 1,461 1,216 45,468 8,965 6,829 5,186 2,797 1,846 2,666 2,093 1,542 1,143 1,125 45,469 8,968 6,783 5,298 2,880 1,721 2,728 2,138 1,531 1,097 1,195 42,779 8,704 6,293 5,603 2,564 1,728 2,307 2,003 1,362 904 1,150 41,737 8,432 5,747 5,575 2,408 1,562 2,117 1,957 1,361 1,072 1,085 46,782 8,766 6,382 6,355 2,614 2,426 2,264 2,224 1,500 1,289 1,229 100.00% 18.74% 13.64% 13.59% 5.59% 5.19% 4.84% 4.75% 3.21% 2.76% 2.63% Pertumbuhan (% yoy) 2013 2014 2015 2016 2017 CAGR 2013-2017 2.46% -3.72% 1.07% 10.20% 10.83% 19.32% 3.69% 19.42% 6.46% -21.72% -7.43% 0.00% 0.03% -0.68% 2.16% 2.97% -6.74% 2.33% 2.16% -0.67% -4.09% 6.17% -5.92% -2.94% -7.22% 5.76% -10.96% 0.37% -15.43% -6.34% -11.08% -17.54% -3.72% -2.44% -3.12% -8.67% -0.50% -6.10% -9.58% -8.23% -2.29% -0.05% 18.53% -5.70% 12.09% 3.95% 11.04% 13.99% 8.55% 55.28% 6.90% 13.66% 10.18% 20.24% 13.28% 0.57% -0.45% -1.35% 4.15% -1.35% 5.62% -3.22% 1.22% -0.55% 2.42% 1.78% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 2017 CAGR 2013-2017 Nilai Ekspor Pulp berdasarkan Produk Produk Total Pulp Pulp Kayu Mekanik Pulp Kayu Kimia, Dissolving Grade Pulp Kayu Kimia, Sulfat, selain Dissolving Grade Pulp Kayu Kimia, Sulfit, selain Dissolving Grade Pulp Kayu Kombinasi Mekanik dan Kimia Pulp dari Serat Skrap Kertas dan Karton Skrap Nilai (dalam Juta USD) 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Porsi 2017 (%) 2013 47 4701 44,330 381 45,392 300 45,389 328 42,698 277 41,618 241 46,646 306 100.00% 0.66% 2.40% -21.21% -0.01% 9.30% -5.93% -2.53% -15.50% -13.16% 12.08% 27.18% 0.55% 0.40% 4702 4,019 4,383 4,371 3,698 3,670 4,075 9.05% -0.27% -15.41% -0.74% 11.02% -1.45% 4703 26,326 28,090 28,413 27,396 26,100 29,212 6.70% 1.15% -3.58% -4.73% 11.92% 0.79% 4704 559 454 414 356 349 284 -18.73% -8.77% -14.08% -1.85% -18.69% -8.96% 4705 1,862 1,799 1,740 1,471 1,406 1,761 -3.40% -3.26% -15.43% -4.42% 25.20% -0.43% 4706 4707 869 10,315 771 9,595 798 9,325 699 8,800 671 9,180 763 10,246 -11.20% -6.98% 3.47% -2.82% -12.38% -5.62% -4.00% 4.32% 13.67% 11.61% -0.22% 1.32% 2013 3.30% -3.61% 0.02% 10.93% 4.88% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 1.16% -10.14% -2.20% -5.96% -23.93% -5.62% -2.56% -14.62% -3.82% 3.43% -4.29% -1.24% 4.21% -7.37% -0.89% 2017 5.23% -5.58% 0.78% 8.88% 11.60% CAGR 2013-2017 -1.33% -8.61% -4.21% 1.26% 1.32% 13.96% 4.56% -9.43% -3.31% 18.64% 1.67% 5.58% -0.20% 11.20% 8.87% 5.09% -5.08% 3.63% 1.91% -6.37% -14.57% -7.64% -8.29% 2.04% -2.88% 2.16% -1.70% 10.09% 4.83% 9.38% -5.84% 2.02% -3.76% 1.35% -2.86% -0.91% -0.36% -12.58% -2.28% 2.50% -2.69% 2.37% 1.77% -11.36% 1.16% 4.17% -1.01% 11.78% 3.34% -11.07% 8.92% 17.50% 3.30% 6.33% 11.52% NA -1.88% 7.36% 4.87% 6.45% -0.29% 5.73% 3.39% 4.01% 17.34% -3.58% NA 0.99% -3.95% 3.03% 2.39% -1.53% 2.68% 7.47% 5.09% -10.49% -27.86% NA -14.57% -8.79% -6.50% -4.85% -4.07% -6.08% -18.01% -3.13% -1.98% -6.59% NA -3.92% -3.10% -3.73% -2.28% -2.27% -2.05% 6.23% -3.05% 0.65% 3.98% NA 15.17% -1.65% 2.82% 6.38% 4.21% 4.46% 11.03% 7.11% 0.71% -7.54% NA -0.92% -3.54% -0.94% 0.25% -0.77% -0.27% 0.77% 1.12% HS Code 8.74% 62.62% 0.61% 3.77% 1.64% 21.97% Nilai Ekspor Kertas Dunia berdasarkan Produk Produk HS Code Total Kertas Kertas Koran Kertas Karton yang Tidak Dilapisi Kertas Tisu Muka Kertas Kraft Kertas Karton yang Tidak Dilapisi Lainnya Perkamen Nabati Kertas dan Karton Komposit Kertas Karton Bergelombang Kertas Karbon 48 4801 4802 4803 4804 4805 9,996 11,391 11,911 10,788 10,431 12,375 4806 4807 4808 4809 1,632 950 1,586 1,030 1,723 948 1,763 1,122 1,811 900 1,827 1,143 1,695 769 1,688 1,048 1,730 746 1,724 1,031 1,905 782 1,886 970 Kertas Karton yang Dilapisi Kaolin 4810 31,090 30,807 30,696 26,833 26,221 26,877 4811 18,913 19,361 19,705 17,467 17,670 18,407 Kertas dan Karton dari Gumpalan Selulosa Blok dan Lempengan dari Pulp Kertas Kertas Sigaret Wallpaper dan Penutup Dinding Kertas Penutup Lantai Kertas Karbon selain HS4809 Amplop dan Kartu Pos Kertas Toilet Kardus Buku Catatan Label Kertas Bobbin dan Kelos Kertas Berperekat 2013 170,656 7,475 23,109 3,575 12,006 Nilai (dalam Juta USD) 2014 2015 172,629 155,121 7,030 5,348 22,517 19,225 3,698 3,539 12,512 11,590 2012 165,205 7,755 23,105 3,223 11,447 2016 151,703 5,047 18,490 3,495 11,486 2017 159,641 4,766 18,635 3,806 12,818 4812 131 146 151 134 146 172 4813 4814 4815 4816 4817 4818 4819 4820 4821 4822 4823 1,425 2,180 NA 540 1,115 10,808 21,402 4,511 4,777 399 7,191 1,515 2,431 NA 529 1,197 11,334 22,783 4,498 5,051 412 7,479 1,777 2,344 NA 535 1,150 11,678 23,327 4,429 5,187 443 7,859 1,591 1,691 NA 457 1,049 10,919 22,194 4,249 4,871 363 7,613 1,559 1,580 NA 439 1,016 10,512 21,689 4,152 4,771 386 7,381 1,570 1,642 NA 505 999 10,809 23,073 4,327 4,984 428 7,906 Porsi 2017 (%) 100.00% 2.99% 11.67% 2.38% 8.03% 7.75% 1.19% 0.49% 1.18% 0.61% 16.84% 11.53% 0.11% 0.98% 1.03% NA 0.32% 0.63% 6.77% 14.45% 2.71% 3.12% 0.27% 4.95% 228 Lampiran : Impor Pulp dan Kertas Dunia Nilai Impor Pulp Dunia berdasarkan Negara Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Importir Dunia Tiongkok Jerman Amerika Serikat Italia India Korea Selatan Indonesia Perancis Belanda Jepang 2012 49,750 17,248 4,500 3,502 2,214 1,285 1,872 1,551 1,492 1,691 1,451 2013 50,925 17,306 4,702 3,779 2,393 1,370 1,931 1,733 1,642 1,542 1,395 Nilai (dalam Juta USD) 2014 2015 51,077 49,643 17,414 18,040 4,549 4,158 3,753 3,431 2,293 2,281 1,657 1,609 1,832 1,813 1,749 1,282 1,534 1,492 1,475 1,116 1,427 1,334 2016 47,525 17,230 4,172 3,141 2,015 1,622 1,576 1,347 1,328 1,153 1,196 2017 54,961 21,214 4,478 3,302 2,191 1,951 1,771 1,761 1,456 1,404 1,377 Porsi 2017 (%) 100.00% 38.60% 8.15% 6.01% 3.99% 3.55% 3.22% 3.20% 2.65% 2.56% 2.50% 2013 2.36% 0.33% 4.50% 7.92% 8.06% 6.65% 3.10% 11.72% 10.08% -8.81% -3.86% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 0.30% -2.81% -4.27% 0.63% 3.60% -4.49% -3.25% -8.61% 0.34% -0.69% -8.59% -8.45% -4.17% -0.52% -11.67% 20.90% -2.89% 0.84% -5.13% -1.00% -13.09% 0.94% -26.70% 5.02% -6.63% -2.72% -10.98% -4.32% -24.33% 3.31% 2.28% -6.49% -10.33% 2017 15.65% 23.13% 7.33% 5.12% 8.74% 20.25% 12.40% 30.79% 9.63% 21.77% 15.08% CAGR 2013-2017 1.54% 4.16% -0.97% -2.67% -1.75% 7.32% -1.71% 0.32% -2.38% -1.85% -0.26% Nilai Impor Kertas Dunia berdasarkan Produk 48 4801 4802 4803 4804 Nilai (dalam Juta USD) Porsi 2017 2012 2013 2014 2015 2016 2017 (%) 171,222 173,898 176,305 156,703 154,209 162,422 100.00% 8,666 8,093 7,640 6,020 5,654 5,439 3.35% 23,653 23,065 22,861 19,465 18,961 19,676 12.11% 3,522 3,861 4,055 3,861 3,836 4,144 2.55% 12,428 13,308 13,539 12,194 11,903 13,214 8.14% Pertumbuhan (% yoy) CAGR 2013 2014 2015 2016 2017 2013-2017 1.56% 1.38% -11.12% -1.59% 5.33% -1.36% -6.62% -5.59% -21.21% -6.09% -3.80% -7.64% -2.49% -0.88% -14.86% -2.59% 3.77% -3.13% 9.63% 5.02% -4.80% -0.63% 8.02% 1.42% 7.09% 1.73% -9.93% -2.39% 11.01% -0.14% 4805 10,163 11,425 11,975 10,701 10,508 12,410 12.42% 4806 4807 4808 4809 1,490 732 1,682 982 1,670 765 1,857 970 1,801 756 1,903 994 1,684 655 1,716 896 1,711 685 1,766 834 1,928 729 2,057 827 4810 32,264 31,370 31,697 27,423 26,325 27,196 4811 19,400 20,035 20,306 18,345 18,356 19,040 4812 169 173 153 159 4813 4814 4815 4816 4817 4818 4819 4820 4821 4822 4823 2,312 1,884 0 578 1,110 12,322 20,575 4,583 5,137 390 7,178 2,359 1,947 0 544 1,122 12,062 21,559 4,540 5,313 409 7,449 2,033 1,354 0 480 997 10,694 20,669 4,200 5,179 374 7,536 2,003 1,460 0 437 971 10,754 21,901 4,360 5,354 399 7,966 Produk HS Code Total Kertas Kertas Koran Kertas Karton yang Tidak Dilapisi Kertas Tisu Muka Kertas Kraft Kertas Karton yang Tidak Dilapisi Lainnya Perkamen Nabati Kertas dan Karton Komposit Kertas Karton Bergelombang Kertas Karbon Kertas Karton yang Dilapisi Kaolin Kertas dan Karton dari Gumpalan Selulosa Blok dan Lempengan dari Pulp Kertas Kertas Sigaret Wallpaper dan Penutup Dinding Kertas Penutup Lantai Kertas Karbon selain HS4809 Amplop dan Kartu Pos Kertas Toilet Kardus Buku Catatan Label Kertas Bobbin dan Kelos Kertas Berperekat 180 155 2,351 2,101 1,947 1,429 0 0 527 463 1,159 1,032 11,621 10,678 22,092 20,586 4,929 4,211 5,764 5,310 411 402 7,798 7,376 7.64% 1.19% 0.45% 1.27% 0.51% 16.74% 11.72% 0.10% 1.23% 0.90% 0.00% 0.27% 0.60% 6.62% 13.48% 2.68% 3.30% 0.25% 4.90% 4.81% -10.63% -1.80% 18.10% 1.67% 12.08% 7.82% -6.52% 1.61% 12.70% 4.42% -1.19% -13.31% 4.62% 6.37% 10.41% 2.51% -9.82% 2.87% 16.51% -1.19% 2.45% -9.83% -6.92% -0.90% 2.91% -0.95% 2.07% -3.15% -2.77% 1.04% -13.48% -4.00% 3.31% -2.82% 3.27% 1.35% 0.06% 3.73% -1.01% 2.57% 3.61% -13.72% -1.09% 3.49% -1.76% 2.02% 3.37% NA -5.93% 1.08% -2.11% 4.78% -0.94% 3.43% 4.79% 3.78% -0.34% -0.05% NA -3.14% 3.32% -3.66% 2.47% 8.57% 8.49% 0.51% 4.68% -3.23% -1.48% -5.23% 7.81% NA NA 3.75% -9.10% -3.40% -2.64% 0.15% 0.56% 0.40% 5.96% -0.25% 3.81% -2.47% 3.38% -7.12% 6.74% 2.18% 5.70% -3.22% -5.60% NA -4.30% -2.85% -2.27% 0.31% -0.81% 0.15% -0.48% 1.35% -9.66% -10.64% -26.60% NA -12.14% -10.92% -8.11% -6.82% -14.57% -7.88% -2.01% -5.41% 229 Lampiran : Ekspor Pulp dan Kertas Indonesia Nilai Ekspor Pulp Indonesia berdasarkan Negara Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Eksportir Dunia Tiongkok Korea Selatan India Bangladesh Jepang Vietnam Saudi Arabia Uni Emirat Arab Iran Turki 2012 1,547 850 262 135 62 72 22 12 15 3 0 2013 1,846 1,098 312 128 78 60 30 19 24 0 1 Nilai (dalam Juta USD) 2014 2015 2016 1,721 1,728 1,562 1,087 1,087 969 239 230 157 82 89 103 85 89 136 77 73 45 24 12 15 10 11 14 26 19 16 0 2 5 12 40 25 Porsi 2017 (%) 100.00% 70.49% 7.15% 5.52% 5.46% 2.16% 1.34% 1.23% 1.10% 1.01% 0.80% 2017 2,426 1,710 173 134 132 52 32 30 27 24 19 2013 19.32% 29.27% 19.35% -5.23% 25.89% -17.30% 37.38% 51.19% 54.77% NA 70.54% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 -6.74% 0.37% -9.58% -0.98% -0.03% -10.85% -23.52% -3.60% -31.67% -36.01% 8.86% 15.04% 9.32% 4.35% 53.81% 28.36% -5.66% -37.46% -18.77% -52.00% 30.92% -46.29% 14.75% 25.07% 10.46% -26.28% -17.85% NA 3332.61% 186.83% 1313.98% 236.41% -37.79% CAGR 2017 2013-2017 55.28% 5.62% 76.45% 9.26% 10.18% -11.11% 30.22% 0.85% -2.90% 11.24% 15.25% -2.68% 113.80% 1.77% 108.39% 9.94% 68.38% 2.41% 438.97% NA -23.14% 86.80% Nilai Ekspor Kertas Indonesia berdasarkan Negara Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Eksportir Dunia Tiongkok Jepang Malaysia India Amerika Serikat Vietnam Filipina Thailand Taiwan Australia 2012 3,937 143 623 337 63 281 236 118 131 125 143 2013 3,757 102 476 298 87 294 256 135 120 101 118 Nilai (dalam Juta USD) 2014 2015 2016 3,744 3,565 3,414 114 160 164 394 397 374 277 254 233 122 123 167 432 303 256 233 210 184 153 134 156 97 116 113 104 112 116 114 130 136 Porsi 2017 (%) 100.00% 10.66% 9.16% 6.42% 5.88% 5.60% 5.27% 4.83% 3.58% 3.47% 3.14% 2017 3,800 405 348 244 223 213 200 183 136 132 119 2013 -4.59% -28.49% -23.52% -11.62% 37.49% 4.61% 8.44% 14.45% -8.04% -19.34% -17.86% Pertumbuhan (% yoy) CAGR 2014 2015 2016 2017 2013-2017 -0.34% -4.77% -4.25% 11.31% 0.23% 11.68% 40.20% 2.50% 147.12% 31.73% -17.24% 0.63% -5.78% -6.90% -6.09% -7.03% -8.16% -8.45% 4.70% -3.93% 39.39% 1.04% 36.00% 33.69% 20.69% 47.05% -29.97% -15.55% -16.77% -6.26% -9.25% -9.78% -12.13% 8.47% -4.84% 13.71% -12.71% 16.66% 17.49% 6.35% -19.45% 19.81% -2.54% 19.99% 2.45% 3.45% 7.96% 3.48% 13.48% 5.57% -2.81% 13.53% 5.16% -12.50% 0.30% Nilai Ekspor Kertas Indonesia berdasarkan Produk Produk HS Code Total Kertas Kertas Koran Kertas Karton yang Tidak Dilapisi Kertas Tisu Muka Kertas Kraft Kertas Karton yang Tidak Dilapisi Lainnya Perkamen Nabati Kertas dan Karton Komposit Kertas Karton Bergelombang Kertas Karbon 48 4801 4802 4803 4804 4805 106 156 164 164 47 228 4806 4807 4808 4809 10 17 4 116 6 10 1 115 8 0 0 116 13 1 0 111 7 0 0 105 4 0 0 86 Kertas Karton yang Dilapisi Kaolin 4810 602 616 548 471 386 345 4811 51 38 35 26 25 40 Kertas dan Karton dari Gumpalan Selulosa Blok dan Lempengan dari Pulp Kertas Kertas Sigaret Wallpaper dan Penutup Dinding Kertas Penutup Lantai Kertas Karbon selain HS4809 Amplop dan Kartu Pos Kertas Toilet Kardus Buku Catatan Label Kertas Bobbin dan Kelos Kertas Berperekat 2013 3,757 108 1,843 375 3 Nilai (dalam Juta USD) 2014 2015 2016 3,744 3,565 3,414 99 72 70 1,913 1,793 1,794 353 439 504 24 26 33 2012 3,937 109 2,077 334 9 2017 3,800 9 2,032 529 41 4812 0 0 0 0 0 0 4813 4814 4815 4816 4817 4818 4819 4820 4821 4822 4823 40 0 0 2 20 111 121 141 4 12 50 35 0 0 0 17 77 139 161 2 9 44 36 0 0 0 12 120 138 113 3 7 53 40 0 0 0 10 91 128 128 4 5 43 45 0 0 0 8 88 127 119 5 7 45 44 0 0 24 10 95 115 131 6 7 53 Porsi 2017 (%) 2013 100.00% -4.59% 0.24% -1.11% 53.48% -11.26% 13.92% 12.38% 1.07% -66.05% 6.01% 0.11% 0.00% 0.01% 2.26% 9.09% 1.05% 0.01% 1.15% 0.00% 0.00% 0.63% 0.26% 2.50% 3.02% 3.46% 0.16% 0.20% 1.38% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 -0.34% -4.77% -4.25% -8.25% -27.51% -2.67% 3.76% -6.26% 0.07% -5.86% 24.28% 14.71% 692.04% 7.33% 26.12% 2017 11.31% -86.77% 13.25% 5.01% 25.02% CAGR 2013-2017 0.23% -38.83% 1.97% 7.10% 68.05% 47.05% 4.74% -0.19% -71.51% 390.25% 7.86% -42.15% -43.22% -73.31% -0.17% 36.85% -98.26% -81.92% 0.92% 54.59% 501.80% -38.12% -4.75% -44.76% -83.78% 44.80% -5.72% -39.38% -49.08% 114.36% -17.94% -6.66% -61.34% -19.06% -5.75% 2.23% -10.96% -14.12% -18.08% -10.42% -10.91% -25.59% -8.36% -24.68% -3.96% 59.12% 1.07% 71.70% 48.90% -26.57% 59.80% -0.63% 11.67% -13.27% -87.61% NA -95.65% -14.32% -30.19% 14.29% 14.13% -41.42% -27.27% -11.07% 3.35% -71.43% NA -94.52% -25.66% 54.98% -0.88% -29.64% 13.85% -19.46% 20.53% 10.48% 11.87% 775.00% -77.14% NA NA -75.00% 1600.00% -16.77% -26.92% -24.51% -2.45% -6.70% -0.85% 13.11% -7.15% 61.41% 19.35% -25.30% 31.43% -19.35% 3.76% -2.37% 0.00% NA NA 28.01% 7.63% -9.91% 10.29% 21.74% 3.79% 17.52% 4.52% -10.59% NA 218.42% -10.36% 4.20% -3.75% -4.01% 21.70% -3.87% 3.46% 230 Lampiran : Impor Pulp dan Kertas Indonesia Nilai Impor Pulp Indonesia berdasarkan Negara Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Eksportir Dunia Kanada Amerika Serikat Afrika Selatan Selandia Baru Swedia Australia Inggris Singapura Rep. Ceko Perancis 2012 1,551 243 154 262 81 104 50 63 90 30 118 2013 1,733 364 158 252 118 103 52 58 74 83 116 Nilai (dalam Juta USD) 2014 2015 1,749 1,282 528 315 202 238 171 122 102 78 95 84 66 41 43 28 77 39 80 63 62 38 2016 1,347 335 298 130 74 55 45 39 46 54 34 Porsi 2017 (%) 100.00% 24.05% 21.62% 8.89% 7.05% 4.75% 4.58% 3.88% 3.48% 2.26% 2.22% 2017 1,761 424 381 157 124 84 81 68 61 40 39 2013 11.72% 49.76% 2.32% -3.79% 45.00% -0.83% 2.70% -6.92% -17.43% 174.82% -1.98% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 0.94% -26.70% 5.02% 44.96% -40.32% 6.15% 28.19% 17.67% 25.14% -32.05% -28.61% 6.56% -13.44% -23.31% -5.43% -8.26% -11.59% -34.55% 28.11% -37.76% 9.02% -27.09% -35.17% 40.89% 2.90% -48.60% 17.80% -4.29% -20.40% -14.04% -46.07% -39.39% -10.22% 2017 30.79% 26.65% 27.75% 20.25% 68.19% 52.39% 79.66% 75.70% 32.24% -26.78% 15.02% CAGR 2013-2017 0.32% 3.07% 19.25% -9.07% 1.09% -4.15% 9.32% 3.19% -3.80% -13.67% -19.53% Nilai Impor Kertas Indonesia berdasarkan Negara Produk HS Code Total Kertas Kertas Koran Kertas Karton yang Tidak Dilapisi Kertas Tisu Muka Kertas Kraft Kertas Karton yang Tidak Dilapisi Lainnya Perkamen Nabati Kertas dan Karton Komposit Kertas Karton Bergelombang Kertas Karbon 48 4801 4802 4803 4804 4805 106 156 164 164 47 228 4806 4807 4808 4809 10 17 4 116 6 10 1 115 8 0 0 116 13 1 0 111 7 0 0 105 4 0 0 86 Kertas Karton yang Dilapisi Kaolin 4810 602 616 548 471 386 345 4811 51 38 35 26 25 40 4812 0 0 0 0 0 0 4813 4814 4815 4816 4817 4818 4819 4820 4821 4822 4823 40 0 0 2 20 111 121 141 4 12 50 35 0 0 0 17 77 139 161 2 9 44 36 0 0 0 12 120 138 113 3 7 53 40 0 0 0 10 91 128 128 4 5 43 45 0 0 0 8 88 127 119 5 7 45 44 0 0 24 10 95 115 131 6 7 53 Kertas dan Karton dari Gumpalan Selulosa Blok dan Lempengan dari Pulp Kertas Kertas Sigaret Wallpaper dan Penutup Dinding Kertas Penutup Lantai Kertas Karbon selain HS4809 Amplop dan Kartu Pos Kertas Toilet Kardus Buku Catatan Label Kertas Bobbin dan Kelos Kertas Berperekat 2013 3,757 108 1,843 375 3 Nilai (dalam Juta USD) 2014 2015 2016 3,744 3,565 3,414 99 72 70 1,913 1,793 1,794 353 439 504 24 26 33 2012 3,937 109 2,077 334 9 2017 3,800 9 2,032 529 41 Porsi 2017 (%) 100.00% 0.24% 53.48% 13.92% 1.07% 2013 -4.59% -1.11% -11.26% 12.38% -66.05% 6.01% 0.11% 0.00% 0.01% 2.26% 47.05% 4.74% -0.19% -71.51% 390.25% 7.86% -42.15% -43.22% -73.31% -0.17% 36.85% -98.26% -81.92% 0.92% 54.59% 501.80% -38.12% -4.75% -44.76% -83.78% 44.80% -5.72% -39.38% -49.08% 114.36% -17.94% -6.66% -61.34% -19.06% -5.75% 2.23% -10.96% -14.12% -18.08% -10.42% -10.91% -25.59% -8.36% -24.68% -3.96% 59.12% 1.07% 71.70% 48.90% -26.57% 59.80% -0.63% 11.67% -13.27% -87.61% NA -95.65% -14.32% -30.19% 14.29% 14.13% -41.42% -27.27% -11.07% 3.35% -71.43% NA -94.52% -25.66% 54.98% -0.88% -29.64% 13.85% -19.46% 20.53% 10.48% 11.87% 775.00% -77.14% NA NA -75.00% 1600.00% -16.77% -26.92% -24.51% -2.45% -6.70% -0.85% 13.11% -7.15% 61.41% 19.35% -25.30% 31.43% -19.35% 3.76% -2.37% 0.00% NA NA 28.01% 7.63% -9.91% 10.29% 21.74% 3.79% 17.52% 4.52% -10.59% NA 218.42% -10.36% 4.20% -3.75% -4.01% 21.70% -3.87% 3.46% 9.09% 1.05% 0.01% 1.15% 0.00% 0.00% 0.63% 0.26% 2.50% 3.02% 3.46% 0.16% 0.20% 1.38% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 -0.34% -4.77% -4.25% -8.25% -27.51% -2.67% 3.76% -6.26% 0.07% -5.86% 24.28% 14.71% 692.04% 7.33% 26.12% 2017 11.31% -86.77% 13.25% 5.01% 25.02% CAGR 2013-2017 0.23% -38.83% 1.97% 7.10% 68.05% Nilai Impor Kertas Indonesia berdasarkan Produk Produk HS Code Nilai (dalam Juta USD) 2014 2015 1,368 1,312 3 9 59 55 13 13 169 146 2016 1,277 7 35 11 136 2017 1,325 4 49 9 143 Porsi 2017 (%) 100.00% 0.30% 3.72% 0.69% 10.81% 115 129 184 13 7 11 12 11 5 9 16 12 7 7 14 162 114 134 160 262 264 258 231 Total Kertas Kertas Koran Kertas Karton yang Tidak Dilapisi Kertas Tisu Muka Kertas Kraft Kertas Karton yang Tidak Dilapisi Lainnya Perkamen Nabati Kertas dan Karton Komposit Kertas Karton Bergelombang Kertas Karbon 48 4801 4802 4803 4804 2012 1,357 9 59 6 177 2013 1,382 4 59 10 169 4805 78 92 78 4806 4807 4808 4809 18 7 16 9 15 7 13 12 19 7 12 10 Kertas Karton yang Dilapisi Kaolin 4810 168 164 4811 281 249 Kertas dan Karton dari Gumpalan Selulosa Blok dan Lempengan dari Pulp Kertas Kertas Sigaret Wallpaper dan Penutup Dinding Kertas Penutup Lantai Kertas Karbon selain HS4809 Amplop dan Kartu Pos Kertas Toilet Kardus Buku Catatan Label Kertas Bobbin dan Kelos Kertas Berperekat 2013 1.82% -55.71% 0.90% 83.22% -4.90% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 -1.03% -4.10% -2.62% -33.96% 213.61% -18.93% -1.08% -7.05% -35.92% 20.42% 5.47% -16.06% 0.08% -13.71% -6.49% 2017 3.73% -42.54% 40.59% -17.59% 5.14% CAGR 2013-2017 -0.84% -0.72% -3.70% -2.56% -3.22% 13.87% 17.22% -15.39% 47.24% 12.79% 42.23% 14.85% 0.90% 0.52% 0.55% 1.04% -17.18% -7.58% -13.41% 37.20% 24.59% 9.79% -10.23% -19.01% -29.48% -6.05% -9.16% 20.70% -19.05% -21.25% -21.14% 34.36% 13.16% 26.36% -15.90% -11.08% -4.25% 0.52% -11.57% 3.15% 12.11% -2.54% -1.39% -29.86% 17.81% 19.92% -0.46% 17.40% -11.42% 5.12% 0.76% -2.32% -10.52% -1.53% 4812 2 1 1 0 0 0 0.00% -48.71% -43.61% -52.68% -69.33% -21.92% -42.31% 4813 4814 4815 4816 4817 4818 4819 4820 4821 4822 4823 62 17 0 4 4 20 199 9 155 5 53 82 17 0 3 5 7 245 8 152 13 54 67 13 0 3 3 6 281 6 135 5 55 68 12 0 2 3 6 267 6 137 5 48 66 12 0 2 2 7 276 8 117 3 32 63 18 0 3 3 6 264 11 103 1 33 4.75% 1.39% 0.00% 0.21% 0.20% 0.49% 19.94% 0.80% 7.76% 0.05% 2.49% 33.13% -0.13% NA -20.82% 19.67% -63.47% 23.37% -6.79% -1.68% 142.38% 1.48% -18.27% -23.38% NA 11.41% -33.56% -18.32% 14.37% -25.16% -11.40% -56.71% 3.26% 1.49% -4.77% NA -30.44% -10.40% 1.99% -5.04% 3.69% 1.64% -12.44% -12.84% -2.77% 2.22% NA -28.58% -18.10% 25.08% 3.72% 19.97% -14.36% -42.05% -33.15% -5.31% 47.65% NA 61.32% 11.83% -12.82% -4.46% 39.83% -12.32% -77.07% 1.85% -5.25% 1.95% NA -2.24% -11.42% -1.90% 1.48% 5.42% -7.53% -44.99% -9.33% 231 BATUBARA & LIGNIT (HS Code 2701 s/d 2702) Batubara sebagai komoditas unggulan Batubara merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia berdasarkan hasil pemilihan komoditas unggulan ekspor (winning commodities) dengan menggunakan metode analisis Computable General Equilibrium (CGE) dan Export Product Dynamics (EPD). Batubara sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode CGE Pemilihan komoditas unggulan ekspor diidentifikasi berdasarkan hasil simulasi ketika terjadi peningkatan pemintaan ekspor secara arbitrary sebesar 10%, komoditas tersebut paling responsif terhadap variabel sektoral Indonesia berdasarkan tiga indikator kunci yaitu (1) peningkatan ekspor bersih (bobot 60%), (2) output (bobot 20%), dan (3) penyerapan tenaga kerja. (bobot 20%) Berdasarkan hasil CGE, Batubara menempati peringkat 1 dengan indeks komposit sebesar 3.46. Peringkat Sektor 1 Batubara dan lignit Dampak terhadap Perubahan Nilai Ekspor (Milyar Rupiah) Dampak terhadap Output (Perubahan Persentase) 5,829.26 2.65 Dampak terhadap Tenaga Kerja (Perubahan Persentase) 5.48 Indeks Komposit 3.46 Batubara sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode EPD Indonesia berhasil menjadi pemasok utama batubara ke Tiongkok dengan porsi 49% dari total impor batubara Tiongkok. Ekspor dari Indonesia didominasi oleh batu bara jenis thermal, dengan nilai energi sebesar 4,200 kilokalori per kilogram (kcal/kg) atau kurang Sumber : WITS, Oktober 2018 Kelebihan batu bara Indonesia lainnya adalah dari sisi harga yang lebih murah dibandingkan dengan batu bara termal berkualitas lebih tinggi dari Australia. Tingkat diskon dari batu bara Indonesia terhadap batu bara asal Newcastle Australia memang melebar cukup signifikan dalam beberapa waktu terakhir, dari 50% pada akhir 2017 menjadi sebesar 58% pada awal tahun 2018. 233 Setelah Mengalami Penurunan Selama 3 Tahun Terakhir, Konsumsi Batubara Dunia Kembali ‘Rebound’ di Tahun 2017, Melebihi Angka Produksi Sebagai negara produsen dan konsumen batubara terbesar di dunia, kebijakan batubara Tiongkok sangat mempengaruhi supply dan demand global. Total Produksi, Konsumsi dan Cadangan Dunia Juta Ton • Produksi batubara & lignit dunia tahun naik 3,25% atau tercatat 7.603 juta ton di tahun 2017 (2016 sebesar 7.246 juta ton). Kenaikan ini dipengaruhi peningkatan produksi batubara & lignit Tiongkok yang tumbuh 3,3% di tahun 2017 yang mencapai 3.350 juta ton. 44,7% produksi berasal dari Tiongkok dan merupakan produsen batubara & lignit terbesar dunia sejak tahun 1985. • Kenaikan produksi ditopang oleh tingginya permintaan yang tidak terduga dari jutaan rumah atas batubara & lignit karena kelangkaan gas alam yang memicu ‘winter heating crisis’ di negara tersebut. Lonjakan permintaan gas alam terjadi ketika jutaan rumah di Tiongkok utara kini lebih banyak menggunakan listrik dan gas, beralih dari sebelumnya menggunakan batubara & lignit. • Selain menjadi produsen batubara & lignit terbesar, Tiongkok juga merupakan konsumen terbesar dengan pangsa 47,4% konsumsi batubara dunia di tahun 2017. Industri baja dan semen adalah industri yang sangat tergantung dengan batubara & lignit, dan Tiongkok merupakan produsen terbesar dunia untuk kedua industri tersebut. • Indonesia berada di peringkat ke 5 sebagai negara produsen batubara & lignit dunia tahun 2017 dengan total produksi sebesar 461,2 juta ton di bawah Tiongkok, Amerika Serikat, Australia, dan India. • Setelah menjadi konsumen batubara & lignit terbesar dunia di tahun 2015, India meningkatkan konsumsinya di tahun 2017 sebesar 953 juta ton, meningkat 3,02% dari tahun 2016. pertumbuhan tersebut didorong oleh tingginya kebutuhan batubara & lignit untuk pembangkit listrik. Total Produksi Batubara & Lignit Dunia 2011 2013 2014 2015 2016 7.603,3 7.499,9 7.534,7 7.264,1 7.742,4 7.756,3 7.970,1 7.902,2 8.012,5 2012 7.973,6 7.839,9 7.944,4 7.834,0 2010 Juta ton 7.698,1 7.303,7 7.387,9 Total Konsumsi Batubara & Lignit Dunia 2017 1.049.539 1.068.130 1.084.704 1.136.327 1.139.331 1.035.012 Cadangan Batubara Dunia 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Total Produksi & Konsumsi Tiongkok 2010 2011 2012 2015 2016 2017 Porsi Produksi Batubara & Lignit Dunia 2017 Polandia 1,7% Kazakhstan 1,4% Jerman 2,3% Afrika Selatan Rusia 3,4% 5,2% Indonesia 6,1% Australia 6,4% Amerika Serikat 9,3% Lainnya 9,9% Tiongkok 44,7% India 9,6% Porsi Konsumsi Batubara & Lignit Dunia 2017 Turki Polandia 1,8% 1,7% Korea Afrika Selatan Selatan 1,8% 2,5% Jepang 2,6% Jerman 2,9% Rusia 3,1% Amerika Serikat 8,5% 3.607,1 3.349,5 3.592,7 3.769,9 3.242,5 3.837,4 2014 3.563,2 3.969,3 2013 3.640,2 3.748,5 3.831,6 3.677,6 3.695,2 Produksi Batubara & Lignit Tiongkok Konsumsi Batubara & Lignit Tiongkok 3.608,2 3.349,5 3.316,1 Juta ton Lainnya 15,2% Tiongkok 47,4% India 12,5% Sumber : Enerdata, BP Statistical Review 234 Produksi Batubara Indonesia Lebih Tinggi ditujukan Untuk Pasar Ekspor, Komposisi Konsumsi Dalam Negeri Sekitar 25% Produksi di Tahun 2017 Dengan porsi batu bara dalam bauran energi primer pembangkit listrik yang signifikan, Pemerintah memandang penting kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) batu bara sebagai sumber energi jangka panjang di Indonesia. Total Produksi & Konsumsi Indonesia 2010 2013 2014 2015 2016 461,2 100,4 421,7 93,7 89,8 453,5 81,6 488,3 491,7 2012 66,0 450,6 2011 62,5 404,5 Produksi Batubara & Lignit Indonesia Konsumsi Batubara & Lignit Indonesia 51,4 325,0 50,9 Juta ton 2017 • Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (“ESDM”) pada awal Januari 2018 telah mengeluarkan Keputusan Menteri ESDM No.23 K/30/MEM/2018 tentang Penetapan Presentase Minimal Penjualan Batubara Untuk Kepentingan Dalam Negeri Tahun 2018 (Domestic Market Obligation), dimana diputuskan bahwa setiap pemegang Ijin Usaha Penambangan (IUP) Batubara tahap operasi produksi dan pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) wajib menjual 25% produksi batubara nya untuk kepentingan dalam negeri. • Kemudian disusul dengan ditetapkannya Keputusan Menteri ESDM No. 1395 K/30/MEM/2018 pada awal Maret 2018 tentang Harga Jual Batubara Untuk Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum, dimana Pemerintah telah menetapkan harga penjualan batubara dalam negeri untuk penyediaan tenaga listrik sebesar US$ 70 per ton (harga FOB vessel untuk batubara acuan dengan spesifikasi CV 6,322 kcal/kg GAR). • Selama tahun 2017 realisasi produksi listrik dari pembangkit listrik yang menggunakan batu bara (PLTU) tercatat sekitar 58,30% dari total produksi listrik nasional. Dengan porsi PLTU dalam proyek pembangkit 35.000 MW sekitar 55%, porsi batu bara dalam bauran energi primer pembangkit listrik pada tahun-tahun mendatang diprediksi akan semakin meningkat. Optimalisasi Bauran Energi Primer Pembangkit Listrik Indonesia Tahun 2018, penggunaan batubara sebagai energi primer pembangkit listriks mencapai 60,5%, lebih besar dari akhir 2017 yang sebesar 58,41%. Diikuti oleh gas bumi yang menyumbang 22,1% pasokan energi, lalu energi terbaharukan sebesar 12,4%, dan bahan bakar minyak sebesar 5%. Sumber : Booklet Energi Berkeadilan 4 tahun kinerja Kementerian ESDM 235 Ekspor Batubara dan Lignit Dunia Melonjak Tajam di Tahun 2017 dipicu oleh Permintaan yang Tinggi di Asia • Nilai Ekspor batubara & lignit dunia pada tahun 2017 mencapai USD110,9 miliar atau tumbuh 43,4% dari tahun 2016. pertumbuhan ini dipicu oleh meningkatnya ekspor batubara & lignit antara lain dari Australia, Indonesia, Rusia, Amerika Serikat, dan Colombia yang menguasai 82,66% ekspor batubara & lignit dunia 2017. • Di tahun 2017 Australia merupakan eksportir terbesar batubara & lignit dunia dengan nilai ekspor sebesar USD40,6 miliar atau tumbuh 43,36% dari tahun 2016. Diikuti oleh Indonesia (USD20,5 miliar, tumbuh 53,43%), Rusia (USD13,9 miliar, tumbuh 41%), Amerika Serikat (USD9,9 miliar, tumbuh 125,12%) dan Kolombia (USD19,2 miliar, tumbuh 55,19%). Mayoritas eksportir batubara & lignit dunia mengalami pertumbuhan positif. • Permintaan batubara & lignit sebagai bahan baku pembangkit listrik sangat tinggi di wilayah Asia, dengan populasi yang besar dan terus bertambah, kebutuhan listrik juga ikut meningkat. Batubara merupakan bahan bakar yang paling murah dibanding sumber energi lainnya. Nilai Ekspor & Impor Batubara & Lignit Dunia Nilai Ekspor Batubara & Lignit Dunia Growth Ekspor (%) Juta USD 150.000 Nilai Impor Batubara & Lignit Dunia Growth Impor (%) 56,7% 100% 49,6% 100.000 2014 HS Code 2701 2702 HS Code Total Batubara & Lignit Batubara Lignit 2012 2013 2014 131.220 128.750 2.470 114.226 111.947 2.279 100.089 97.353 2.735 2012 2013 2014 149.728 145.843 3.888 132.000 128.398 3.605 117.471 113.697 3.836 2701 2702 Eksportir Batubara & Lignit Dunia 2017 Tiongkok 1,0% Mongolia 2,0% 137.676 110.890 2016 2015 78.069 76.243 1.826 2016 2017 74.114 71.993 2.120 dalam Juta USD Produk Diimpor 87.866 74.113 2015 dalam Juta USD Total Batubara & Lignit Batubara Lignit -50% -100% 2013 Produk Diekspor 0% -5,0% 93.135 132.000 0 -22,0% 78.047 -12,4% -5,7% -20,7% 117.471 -13,0% 100.089 -11,0% 114.223 50.000 -11,8% 50% 2015 93.135 90.784 2.368 2016 87.866 84.876 2.997 Porsi 2017 (%) 2013 2017 Pertumbuhan (% yoy) 2014 2016 2017 110.890 100,0% -13,0% -12,4% -22,0% -5,1% 107.499 96,9% -13,1% -13,0% -21,7% -5,6% 3.391 3,1% -7,8% 20,0% -33,2% 16,1% Pertumbuhan (% yoy) Porsi 2017 2017 (%) 2013 2014 2015 2016 49,6% 49,3% 59,9% Amerika Serikat 8,9% Rusia 12,6% Sumber : Trademap.org Indonesia 18,5% 2013 2016 2014 2017 17.602,2 38.220,7 35136,014 29633,875 28290,263 40557,215 15.410,9 24.514,9 20819,329 15998,961 14511,754 20461,883 1.537,2 11.909,4 11758,769 9610,607 9074,402 13923,158 17,9 11.268,0 8469,928 5684,723 4396,623 9897,775 506,7 6.253,9 6426,782 4257,424 4392,669 6816,780 Kanada 4,7% Australia 36,6% CAGR 20132017 1,1% 0,9% 5,3% 5 Besar Eksportir Batubara & Lignit Dunia 2017 2012 2015 Afrika Selatan 5,2% 2017 137.676 100,0% -11,8% -11,0% -20,7% -5,7% 56,7% 133.244 96,8% -12,0% -11,4% -20,2% -6,5% 57,0% 4.433 3,2% -7,3% 6,4% -38,3% 26,6% 47,9% Polandia 0,7% Lainnya 3,7% Kolombia 6,1% 2015 CAGR 20132017 -0,7% -1,0% 10,4% Australia Indonesia Rusia Amerika Serikat Kolombia 236 Impor Batubara dan Lignit Meningkat didorong oleh Permintaan dari Jepang, Tiongkok, India, dan Korea Selatan • Impor meningkat signifikan di tahun 2017 sebesar 56,7% dibanding tahun 2016 dengan nilai impor mencapai USD137,7 miliar dipicu oleh tingginya permintaan batubara terutama di benua Asia seperti Jepang, Tiongkok, India, Korea Selatan, dan Taiwan. Kelima negara tersebut rata-rata pertumbuhan impor batubara & lignit di tahun 2017 sebesar 56,48%. • Jepang merupakan negara importir batubara terbesar, bersaing ketat dengan Tiongkok. Meski dinilai merusak lingkungan, sulit bagi Jepang untuk lepas dari batubara disebabkan faktor-faktor sbb: i. Sumber dayanya murah dan lebih ekonomis. Salah satu alternatif adalah meningkatkan penggunaan gas alam cair, yang memancarkan lebih sedikit karbon dan knalpot berbahaya, tetapi harga LNG relatif lebih tinggi. ii. Jika tenaga nuklir hanya menyumbang setengah dari kapasitas yang direncanakan, pangsa batubara akan lebih besar lagi, yaitu 56%. iii. Jepang menghadapi beberapa hambatan besar dalam memiliki sumber energi bersih dan berkelanjutan. Salah satunya karena kontur geografi Jepang yang sebagian besar bergunung-gunung dengan penduduk yang sangat terkonsentrasi di sepanjang jalur pantai yang relatif kecil dan sempit. Faktor-faktor ini membuat energi terbarukan lebih mahal di Jepang daripada di negara lain. Pembangkit tenaga surya, misalnya, dua kali lebih mahal per kilowatt hour di Jepang daripada di Eropa karena terbatasnya jumlah lahan yang sesuai dan biaya konstruksi untuk pertanian surya yang mahal. iv. Jepang juga tidak memiliki jaringan listrik nasional. Catu daya negara umumnya dibagi menjadi 10 area layanan, masing-masing dengan jaringan transmisi sendiri, yang berarti ada kemampuan terbatas, misalnya, untuk mengirim energi matahari yang dihasilkan di selatan negara ke utara. Ada rencana untuk membangun beberapa koneksi antar jaringan, tetapi satu jalur akan menelan biaya lebih dari 100 miliar yen dan membutuhkan waktu 5 hingga 10 tahun. v. Untuk tenaga angin, lokasi yang layak untuk ladang angin lepas pantai di Jepang cenderung jauh dari daerah di mana ada permintaan listrik, dan biaya konstruksi tinggi karena seberapa jauh turbin angin harus dibangun dari pantai • Dengan prospek yang tidak pasti untuk energi terbarukan, beberapa perusahaan listrik Jepang lebih memilih untuk bekerja pada meminimalkan kerusakan lingkungan dari pembakaran batu bara. Salah satu korporasi Jepang berinvestasi dalam teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon, yang mengumpulkan dan mengubur karbon dioksida agar tidak keluar dari atmosfer. • Sementara itu, Tiongkok merupakan produsen batubara dan lignit terbesar di dunia, tetapi tetap membutuhkan batubara dari negara lain karena kebutuhan sumber energi untuk sektor industri maupun listrik untuk rumah tangga yang cukup besar di negara tersebut. • Jepang, Tiongkok, India, dan Korea Selatan merupakan importir terbesar batubara dan lignit dunia dengan porsi 58,65% dari total impor batubara & lignit dunia tahun 2107. Importir Batubara & Lignit Dunia 2017 Belanda 1,8% Lainnya 23,0% 5 Besar Importir Batubara & Lignit Dunia 2017 2012 Jepang 16,6% 2013 2014 2015 2016 2017 Tiongkok 16,5% Brazil 2,5% Turki 2,8% Jerman 4,3% Taiwan 4,9% Korea Selatan 11,0% India 14,6% 29.121 23.612 19.751 16.341 15.245 22.922 28.703 29.066 22.257 12.115 14.152 22.663 15.148 14.931 16.395 14.115 12.707 20.087 15.909 12.951 11.996 9.865 9.233 15.079 7.980 6.856 6.041 4.887 4.520 6.802 Ukraina 2,0% Jepang Tiongkok India Korea Selatan Taiwan 237 Sumber : Trademap.org Sampai Dengan November 2018, Ekspor Batubara dan Lignit Indonesia tetap Tumbuh Positif Meski dengan Kecepatan yang Melambat • Nilai Ekspor batubara & lignit Indonesia posisi Januari-November 2018 tercatat USD22 miliar, atau tumbuh 18,9% yoy dibandingkan periode yang sama di tahun 2017. Angka ini masih dinilai solid meski terjadi perlambatan dari pertumbuhan 40,9% yoy di tahun 2017. • Pertumbuhan tersebut didorong oleh naiknya permintaan dari 10 importir batubara terbesar Indonesia dengan rata-rata pertumbuhan ke-10 negara tersebut sebesar 55,6% yoy dengan share sebesar 95,73% dari total ekspor batubara & lignit Indonesia. • Indonesia menjadi eksportir terdepan batubara thermal. Porsi signifikan dari batubara thermal yang diekspor terdiri dari jenis kualitas menengah (antara 5100 dan 6100 cal/gram) dan jenis kualitas rendah (di bawah 5100 cal/gram) yang sebagian besar permintaannya berasal dari Tiongkok dan India • Tinggi nya permintaan batubara di Benua Asia dikarenakan besarnya kebutuhan batubara untuk bahan bakar pembangkit tenaga listrik. Permintaan energi meningkat setiap tahun, sejumlah negara Asia Tenggara mengandalkan batubara sebagai cara murah untuk memenuhi kebutuhan energi. Laporan International Energy Agency (IEA) menunjukkan bahwa batu bara diperkirakan menyumbang hampir 40% pertumbuhan permintaan energi di kawasan Asia Tenggara, mengungguli gas dalam penggunaan energi. Nilai Ekspor & Impor Batubara & Lignit Indonesia Nilai Ekspor Batubara & Lignit Indonesia Nilai Impor Batubara & Lignit Indonesia Growth Ekspor (%) Growth Impor (%) Juta USD 30.000 237,6% Juta Jan-Nov 2018 USD Jan-Nov 2017 164,2% Jan-Nov 2018 22.0 61 300% 610 4,4% 18,9 252,6% 25.000 Juta USDJan-Nov 2017 200% 20.000 100% 15.000 -3,4% 13,0% 18.5 57 41,0% 584 0% -100% 856 14.512 287 15.999 20.462 -9,3% -23,2% 324 -15,1% 20.819 84 24.515 5.000 -6,3% 297 10.000 0 -200% 2013 2014 2015 2016 2017 Negara Tujuan Ekspor Batubara & Lignit Indonesia Nov-18 Hong Kong 3,1% Thailand 4,2% Pertumbuhan Ekspor Batubara Indonesia September 2018 (%yoy) Viet Nam Pakistan 4,2% 2,2% 0% Tiongkok 25,7% India Jepang Korea Selatan Malaysia 6,7% Jepang 11,6% India 21,9% Sep-18 40% 41,4% 30,0% 69,9% 9,3% Hong Kong 59,8% 31,5% Filipina Thailand 61,4% 15,7% 16,9% 80% 47,1% 26,2% Malaysia Taiwan 60% 22,6% Tiongkok Filipina 6,3% Sumber : Trademap.org Sep-17 20% Dunia Taiwan 5,4% Korea Selatan 8,7% Nilai Impor Batubara & Lignit Nilai Ekspor Batubara & Lignit 32,7% 51,3% 12,8% 19,5% 22,1% 25,2% 39,3% 42,7% 238 Meski Memiliki Produksi Batubara yang Besar, Indonesia tetap Impor Batubara dan Lignit Dalam Jumlah Kecil Untuk Jenis Thermal Coal/ Bituminous Dari Australia • Impor batubara & lignit Indonesia posisi Januari-November 2018 tercatat sebesar USD610 juta, atau tumbuh 4,4% yoy dari periode yang sama tahun sebelumnya. • Impor batubara terbesar berasal dari Australia diikuti oleh Rusia dan Tiongkok. • Jenis batubara dari Australia dipergunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik. Volume Ekspor & Impor Batubara & Lignit Indonesia Volume Ekspor Batubara & Lignit Indonesia Ribu Ton Volume Impor Batubara & Lignit Indonesia 700% Growth Ekspor (%) Growth Impor (%) Juta ton 500 514,5% 400 500% 345,3% Ribu ton Jan-Nov 2017 Jan-Nov 2018 392.387 Jan-Nov 2017 Jan-Nov 2018 3.940 10,5% - 300% 300 24,7% 23,4% 18,2% 100% -100% -300% 4 4 367 3 2 408 1 424 100 -5,4% -10,1% 267 -3,8% 347 10,4% 3.778 355.157 -23,0% 200 0 -500% 2013 2014 2015 2016 2017 Volume Ekspor Batubara & Lignit Pertumbuhan (% yoy) Juta USD Komoditi (Value) volume Impor Batubara & Lignit CAGR 20132017 2013 2014 2015 2016 2017 - Ekspor Batubara & Lignit 24.515 20.819 15.999 14.512 20.462 Jan-Nov 2018 22.061 - Impor Batubara & Lignit 84 297 287 324 856 610 - Ekspor Batubara 22.773 18.698 14.717 12.899 17.868 18.913 - Impor Batubara 83 297 287 324 856 610 - Ekspor Lignit 1.742 2.122 1.282 1.613 2.594 3.149 60,8% 33,8% 10,5% - Impor Lignit 0,90 0,28 0,07 0,03 0,08 0,28 136,4% 251,6% -45,8% 164,2% 4,4% 38,5% 16,7% -5,9% 164,2% 4,4% 79,0% -4,4% 78,5% Pertumbuhan (% yoy) Ribu ton Komoditi (Volume) 41,0% Jan-Nov 2018 18,9% 2017 CAGR 20132017 2013 2014 2015 2016 2017 - Ekspor Batubara & Lignit 424.461 408.239 366.970 347.224 267.382 Jan-Nov 2018 392.387 -23,0% Jan-Nov 2018 10,5% - Impor Batubara & Lignit 511 2.275 2.808 3.501 4.139 3.778 18,2% -4,1% 68,7% 381.520 356.303 328.387 310.662 218.113 312.300 -29,8% 7,2% -13,0% 68,7% - Ekspor Batubara - Impor Batubara 2017 -10,9% 511 2.275 2.808 3.501 4.139 3.778 18,2% -4,1% - Ekspor Lignit 42.941 51.936 38.583 36.562 49.269 80.087 34,8% 25,4% 3,5% - Impor Lignit 0,28 0,18 0,03 0,01 0,16 0,08 2242,9% -50,6% -12,7% Asal Impor Batubara & Lignit Indonesia Nov-18 Viet Nam 4,3% Malaysia 0,2% Tiongkok 9,9% Jepang 0,4% -100% Rusia Tiongkok Viet Nam Australia 70,5% Sumber : trademap.org, diolah Sep-18 200% 300% 87% 48,6% 120% 104,2% 131% 37,3% 121% Australia Rusia 14,7% Sep-17 100% 00% Malaysia 122,8% Jepang -4,5% Thailand -6,4% 400% 500% 395,3% 395% 26% 10% 239 Harga Batubara Meningkat Sampai Dengan Tahun 2018, Angka Konsumsi Lebih Tinggi Dibandingkan Produksi dan Cadangan Global • Harga batu bara dunia meningkat seiring dengan permintaan yang tetap tinggi terutama dari Tiongkok, Jepang dan India. • Di sisi lain, kecepatan pertumbuhan produksi dan cadangan yang dimiliki global tidak mengimbangi kebutuhan konsumsi sehingga harga terus meningkat. Harga Batubara Dunia USD/Metric ton 130 Batubara (Australia)(World Bank) Gas Alam (Indonesia, jepang) ($/mmbtu) 121,4 120 16,0 16,00 99,0 10,8 107,2 105,0 96,4 10,9 88,5 70,1 79,0 50 50,8 40 2013 2014 7,3 6,8 66,1 68,3 2015 42,8 12,00 8,00 6,00 60 2012 90,0 10,00 8,6 58,9 2011 10,6 96,2 7,4 80 2010 14,00 100,0 104,1 84,6 104,0 90 70 18,00 16,0 14,7 110 100 16,6 Minyak Mentah (World Bank) (Skala kanan) 68,8 65,7 4,00 2,00 52,8 0,00 2016 2017 2018 2019P 2020P Sumber : World Bank, IMF Grafik Cadangan Batubara Dunia dan Per Negara (% dari total cadangan batubara dunia) 2015 2016 2017 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 240 Daya Saing Batubara dan Lignit Indonesia Tetap Tinggi Sebagai salah satu eksportir batubara dan lignit terbesar di dunia, daya saing Indonesia sangat baik. Untuk batubara, daya saing Indonesia sedikit di bawah Australia, namun lebih baik dari Rusia dan Amerika Serikat. Sedangkan untuk Lignit Indonesia memiliki daya saing paling tinggi mengungguli Rusia, Jerman dan Rep.ceko. HS Code Eksportir terbesar (2017) 1 2 3 4 1 2 3 4 Deskripsi 2701 Batubara 2702 Lignit Negara Australia Indonesia Rusia Amerika Serikat Indonesia Rusia Jerman Rep. Ceko Rata-rata RSCA 2013-2017 0,93 0,90 0,67 (0,05) 0,98 0,46 (0,08) 0,53 2013 2014 0,92 0,91 0,57 0,08 0,98 0,16 (0,04) 0,70 2015 0,93 0,91 0,63 (0,01) 0,98 0,24 (0,01) 0,52 2016 0,94 0,91 0,70 (0,12) 0,97 0,55 0,06 0,60 2017 0,94 0,90 0,74 (0,21) 0,98 0,63 (0,12) 0,50 0,93 0,89 0,71 0,01 0,98 0,70 (0,30) 0,34 Keterangan : RSCA : 0 s.d 1= Produk Kompetitif, 0 s.d -1= Produk Tidak Kompetitif. Revealed Symmetric Comparative Advantage atau RSCA merupakan indikator untuk mengukur daya saing suatu komoditi. Pada dasarnya perhitungan ini sama dengan perhitungan RCA, tetapi dengan pembilang dikurangi 1 dan penyebut ditambah 1. Hal ini bertujuan untuk menciptakan distribusi normal dari nilai RSCA. Nilai RSCA berkisar antara -1 sampai dengan 1. Apabila hasil perhitungan antara 0 dan 1 maka komoditas tersebut memiliki keunggulan komparatif yang baik. Sebaliknya tidak memiliki keunggulan komparatif apabila bernilai 0 sampai dengan -1. Porsi asal Impor Ekspor Batubara & Lignit Australia & Indonesia Porsi asal Impor Batubara Jepang Porsi asal Impor Batubara Tiongkok Australia Indonesia 64,2 64,3 65,5 64,7 62,3 % % % % % Australia 52,3% 47,6% Indonesia Porsi asal Impor Batubara India Australia Porsi asal Impor Batubara Korea Selatan Indonesia Australia Indonesia 53,1% 48,5% 43,6% 44,2% 44,3% 45,9% 39,0% 39,0% 38,3% 16,0 16,1 14,8 14,7 12,8 % % % % % 20,2% 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 17,1% 15,3% 17,8% 13,3% 48,6% 44,2% 38,4% 40,4% 35,3% 33,8% 32,9% 34,5% 20,4% 20,1% 18,3% 17,5% 17,0% 29,6% 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 • Jika dilihat dari grafik di atas, dari 4 importir batubara terbesar dunia, porsi Nilai Impor Australia dalam kurun periode 2013-2017 selalu lebih besar dari Indonesia. Batu bara dari Australia biasanya memiliki kualitas yang lebih tinggi daripada yang berasal dari Indonesia dan Afrika Selatan – kualitas batubara yang lebih tinggi dan murni. Dengan kemajuan teknologi pembangkit listrik tenaga batubara yang High Efficiency Low Emissions (biasanya disebut sebagai teknologi HELE), dan isu lingkungan di negara tujuan ekspor, batubara termal Australia memiliki daya saing yang tinggi dan lebih diminati importir batubara terbesar di Asia seperti Jepang, Korea dan Taiwan. Dengan kedekatan geografis jalur laut dengan Australia, biaya pengiriman yang kompetitif juga menjadi salah satu faktor daya saing yang diperhitungkan. • Pesaing utama Australia di pasar batubara jalur lewat laut Asia adalah Indonesia dan Afrika Selatan. Indonesia adalah pengekspor batubara terbesar di dunia dan mengekspor hampir 200 juta ton pada tahun 2017. Sistem distribusi sungai yang unik memungkinkan Indonesia untuk membawa pasokan ke pasar lewat laut dengan sangat cepat dan relatif murah. Namun, batubara Indonesia memiliki kualitas lebih rendah dari batubara Australia dan juga lebih rentan terhadap fluktuasi harga karena marjin yang lebih rendah. Afrika Selatan telah mengambil pangsa pasar yang kuat di pasar Asia barat India dan Pakistan tetapi kesulitan untuk mendapatkan pijakan di pasar Asia Utara dan Asia Tenggara karena perbedaan muatan dan persaingan yang kuat dari Indonesia dan Australia. Sumber : trademap.org, diolah 241 Lingkungan dan Energi Terbarukan Menjadi Isu Utama pada Industri Batubara dan Lignit Beberapa isu kebijakan beberapa negara terkait perubahan iklim dan energi terbarukan Negara/wilayah Australia - Kanada - Chile - Tiongkok - Uni Eropa - Perancis - Jerman - India - Jepang - Swedia Inggris - Amerika Serikat Keterangan Kebijakan Safeguards mechanism yang mewajibkan penghasil emisi terbesar (140 bisnis) untuk menjaga emisi dalam level yang telah disepakati. Mid-Century Long-Term Low Greenhouse Gas Development Strategy , penghentian penggunaan batubara pada tahun 2030 (Nov 2016). Penetapan harga karbon secara ekonomi mulai dari CAD10 per ton CO2 (tCO2) pada tahun 2018, naik menjadi CAD 50 / tCO2 pada tahun 2022 Pajak karbon sebesar USD5 per ton CO2 pada emisi dari pembangkit listrik besar dan pemain industri diperkenalkan pada Januari 2017; termasuk komponen kualitas udara lokal Rencana Lima Tahun ke 13 (2016-20): termasuk energi, iklim dan ukuran kualitas udara Strategi Revolusi Pasokan/Produksi dan Konsumsi Energi, yang menetapkan target dan strategi secara keseluruhan dari sektor energi Tiongkok untuk 2016-2030 Penetapan harga emisi karbon: Skema Perdagangan Emisi Karbon Nasional Tiongkok diluncurkan pada akhir 2017 Paket Energi Bersih (Nov 2016): efisiensi energi (pengurangan 30% di pada tahun 2030); desain untuk pembangkit listrik; dan kapasitas daya Harga karbon: Proposal untuk revisi Sistem Perdagangan Emisi UE (ETS) untuk Tahap 4 sedang berlangsung National Emission Ceilings Directive pada polutan udara lokal untuk tahun 2020 dan 2030 Pajak karbon untuk penggunaan bahan bakar fosil tidak tercakup oleh ETS UE, dari EUR 22 / tCO2 pada awal 2016 hingga EUR 56 / tCO2 pada tahun 2020, naik menjadi EUR 100 / tCO2 pada tahun 2030 Mengumumkan larangan penjualan bensin dan mobil diesel dari 2040 Rencana Aksi Iklim 2050, strategi setengah abad sebagaimana yang diserukan oleh Kesepakatan Paris Pajak atas batu bara, lignit dan gambut naik menjadi INR 400 / ton. Kepatuhan dengan standar baru untuk mengurangi emisi pembangkit listrik dari polutan udara PM10, SO2, NOX berdasarkan Peraturan Amendemen Perlindungan Lingkungan. Mempertimbangkan target penjualan kendaraan listrik 100% pada tahun 2030. Revisi Undang-Undang tentang Tindakan Khusus untuk Energi Terbarukan mulai 2017, termasuk tender kompetitif untuk pembangkit listrik tenaga surya berskala besar. Strategi Teknologi Efisiensi Energi 2016. Menargetkan bebas karbon pada 2045 Mengumumkan akan melarang penjualan mobil berbahan bakar bensin & diesel dari 2040. - Niat di tingkat federal untuk menarik diri dari Perjanjian Paris. - Perintah Eksekutif AS tentang "Mempromosikan Kemandirian Energi dan Pertumbuhan Ekonomi". - Review Rencana Pembangkit Listrik/Daya Bersih. - Potensi penundaan regulasi emisi metana dari industri minyak dan gas. - Pembukaan kembali standar Ekonomi Bahan Bakar Rata-Rata Perusahaan (CAFE). - Penentuan harga karbon: Revisi Program Cap-and-Trade yang ada di California dan Inisiatif Gas Rumah Kaca Regional (RGGI). 242 Kewajiban Untuk Pemenuhan Domestik Menjadi Isu Industri Batubara dan Lignit di Dalam Negeri Beberapa peraturan Pemerintah Indonesia terkait Komoditi Batubara : • Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (“ESDM”) pada awal Januari 2018 telah mengeluarkan Keputusan Menteri ESDM No.23 K/30/MEM/2018 tentang Penetapan Presentase Minimal Penjualan Batubara Untuk Kepentingan Dalam Negeri Tahun 2018 (Domestic Market Obligation), dimana diputuskan bahwa setiap pemegang Ijin Usaha Penambangan (IUP) Batubara tahap operasi produksi dan pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) wajib menjual 25% produksi batubara nya untuk kepentingan dalam negeri. • Kemudian disusul lagi dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri ESDM No. 1395 K/30/MEM/2018 pada awal Maret 2018 tentang Harga Jual Batubara Untuk Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum, dimana Pemerintah telah menetapkan harga penjualan batubara dalam negeri untuk penyediaan tenaga listrik sebesar US$ 70 per ton (harga FOB vessel untuk batubara acuan dengan spesifikasi CV 6,322 kcal/kg GAR). • Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, pemberlakuan aturan penggunaan kapal nasional untuk ekspor batu bara dan CPO (Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia 82/2017), ditunda selama dua tahun, sejak berlakunya aturan tersebut. Keputusan tersebut diambil pemerintah dengan mempertimbangkan kemampuan industri nasional yang belum sepenuhnya mampu melaksanakan kebijakan tersebut. • Pemerintah akan mengubah regulasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23/ 2010 terkait perpanjangan kontrak perusahaan batubara pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu bara (PKP2B). Melalui revisi aturan pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batu bara tersebut, pemegang PKP2B dapat mengajukan perpanjangan kontrak lima tahun atau selambat-lambatnya satu tahun sebelum kontrak berakhir. Seluruh pemegang PKP2B nanti tidak lagi berlandaskan kontrak, tapi wajib berubah menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) • INPRES No. 1 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan dan Pengawasan terkait Kegiatan Usaha Pertambangan Batu Bara: Koordinasi dan intergrasi badan badan pemerintahan terkait untuk melakukan percepatan penyelesaian perizinan IUP Batu Bara dan PKP2B serta peningkatan pelaksanaan pengawasan kegiatan IUP Batu Bara dan PKP2B, dan evaluasi peraturan daerah di bidang pertambangan Batu Bara • Peraturan Menteri ESDM No. 17 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penetapan Harga Patokan Penjualan Mineral dan Batu Bara: Menetapkan harga patokan mineral logam, bukan logam, dan Batu Bara. • Peraturan Menteri ESDM No. 05 Tahun 2010 tentang Pendelegasioan Wewenang Pemberian Izin Usaha di Bidang Energi dan Sumber Data Mineral dalam Rangka Pelaksanaan pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal: Memberikan izin usaha di bidang energy dan sumber daya mineral yang didalamnya terdapat modal asing dan yang masih menjadi kewenangan pemerintah. 243 Meskipun reputasinya sebagai sumber energi dengan dampak lingkungan paling buruk, batubara & lignit masih mencakup lebih dari seperempat total permintaan energi primer global Peran Batubara sebagai Sumber Energi Pembangkit Listrik Dunia Permintaan batubara & lignit global sekitar dua kali lebih tinggi pada tahun 2000. Setelah sedikit penurunan permintaan batubara global pada tahun 2015 dan 2016, angka awal untuk 2017 menunjukkan peningkatan penggunaan batubara. Penggerak utamanya adalah peningkatan permintaan daya pembangkit listrik di Asia, yang terus membangun kapasitas pembangkit listrik berbasis batu bara. Kebutuhan Sumber Energi Pembangkit Listrik Dunia Minyak Gas Batubara Nuklir Hydro Terbaharukan 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 1970 1980 1990 1970 2000 2010 2000 2011 2010 2012 2013 2011 2012 2014 2013 2015 2014 2016 2015 2020 2016 2020 2025 2025 2030 2035 2030 2035 2040 1980 1990 Minyak 19,9% 20,2% 11,5% 8,1% 4,6% 4,9% 5,1% 4,6% 4,4% 4,1% 3,8% 3,1% 2,5% 2,0% 1,7% 2040 1,3% Gas 12,9% 12,1% 14,8% 17,8% 22,5% 22,1% 22,5% 21,6% 21,8% 22,9% 23,2% 22,8% 22,9% 22,9% 22,9% 22,6% Batubara 28,1% 40,9% 38,1% 37,5% 38,8% 40,4% 41,2% 40,6% 41,4% 40,9% 39,5% 38,6% 35,8% 34,2% 31,9% 30,0% Nuklir 1,6% 8,6% 16,9% 16,7% 12,9% 12,0% 10,9% 10,7% 10,7% 10,7% 10,6% 10,8% 9,6% 9,9% 9,7% 9,7% Hydro 24,5% 20,6% 18,2% 17,2% 16,1% 15,8% 16,3% 16,3% 16,4% 16,1% 16,3% 16,3% 15,8% 14,9% 14,0% 13,1% 0,2% 0,4% 1,0% 1,4% 3,5% 4,1% 4,7% 5,3% 5,9% 6,7% 7,5% 11,2% 14,9% 18,3% 21,8% 25,1% Terbaharukan Sumber : BP Energy Outlook, 2018 Negara-negara di dunia termasuk Indonesia secara pasti telah menerapkan kebijakan untuk mengurangi penggunaan energi fosil (batubara & minyak) sebagai sumber energi untuk pembangkit tenaga listrik maupun untuk pengunaan yang lain. Maka dari itu jika dilihat dari grafik dan tabel diatas, porsi batubara yang pada tahun 2016 sebesar 38,6% di tahun 2040 diperkirakan hanya 28,1%. Sedangkan untuk energi terbaharukan yang di tahun 2016 tercatat menyumbang 7,5%, di tahun 2040 diperkirakan akan menyumbang 25,1% dari total energi dunia. 244 Outlook Ekspor Batubara & Lignit Indonesia Proyeksi Demand • Ekspor batubara dan lignit akan dipengaruhi oleh pemintaan dari Asia. Kondisi ini juga mempengaruhi demand untuk Indonesia. • Ekspor batubara dan lignit Indonesia di tahun 2019 ke Tiongkok, India, Jepang, Korea Selatan dan Malaysia diperkirakan masih positif meski pertumbuhannya tidak setinggi di tahun 2017 dan 2018, kecuali India yang diperkirakan angka pertumbuhan masih lebih tinggi. Faktor-faktor yang melandasi yaitu: o Tiongkok: Permintaan diperkirakan tetap tinggi tetapi dengan pertumbuhan yang melambat. Pemerintah Tiongkok berupaya untuk menyeimbangkan kebijakan lingkungan dan juga terus mendukung industri batubara domestik melalui kuota impor di masing-masing korporasi. o India: Permintaan diperkiraan tetap tinggi karena hydropower tidak dapat mengkompensasi kebutuhan energi akan batubara thermal di India. o Korea Selatan: Permintaan masih tumbuh positif namun dampak perubahan pajak konsumsi untuk mendukung pembangkit listrik berbahan bakar gas dan beberapa pembangkit nuklir paska pemeliharaan diperkirakan akan berdampak pada pembangkit berbahan bakar o Jepang: Permintaan tetap tinggi namun tumbuh melambat. Dimulainya kembali reaktor nuklir di Jepang setelah Fukushima - dengan sekitar 25 persen kapasitas terpasang – akan memiliki dampak pada permintaan batubara. o Malaysia: Kebutuhan negara-negara ASEAN termasuk Malaysia akan batubara thermal diperkirakan meningkat seiring meningkatnya aktivitas ekonomi di Kawasan. Tiongkok Juta USD 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 0 Nilai Ekspor 2012 P2018 2019P 2014 Korea Selatan 2015 2016 2017 1.595 1.424 1.328 813 2.207 2.063 1.244 Jepang 2013 1.952 3.234 2.924 2.505 1.981 India 2011 2017 6.505 5.483 4.727 7.378 2016 3.305 3.626 5.109 6.653 Outlook Ekspor Batubara & Lignit Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan Ekspor (Big 5) Malaysia P2018 2019P 120% 90% 60% 30% 0% -30% -60% 27233,830 26171,280 24514,931 20819,332 15998,959 14511,755 20461,882 24066,958 25553,022 Tiongkok 72,29% -3,43% -5,70% -31,45% -42,47% 33,39% 40,88% 30,22% 10,91% India 93,44% 5,39% 12,02% 2,64% -17,66% -29,24% 43,02% 16,00% 18,64% Jepang 34,22% -4,09% -10,21% -19,91% -21,58% -2,62% 26,48% 16,73% 10,59% Korea Selatan 9,17% -7,29% -18,75% -9,23% -24,57% -12,12% 56,87% 5,70% 6,95% Malaysia 43,17% -16,36% -12,84% -28,10% -1,70% 1,20% 63,28% 7,19% 12,01% Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah 245 Outlook Ekspor Batubara & Lignit Indonesia (2) Proyeksi Supply Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah • Pasokan batubara global diperkirakan tidak ada perubahan signifikan, kecuali dari Indonesia karena adanya kewajiban 25% hasil produksi untuk pemenuhan di dalam negeri dan produksi di Tiongkok relatif mencukupi kebutuhan di dalam negeri. Di sisi lain, cadangan batubara global diperkirakan akan menurun seiring dengan perkiraan menurunnya produksi batubara dunia • Peran batubara Indonesia yang pada awalnya ditujukan sebagai komoditi ekspor, pada akhirnya mayoritas akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik. Hal ini disebabkan karena batubara masih merupakan jenis bahan bakar fosil yang murah dan sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan PLTU sebagai beban dasar dan kebutuhan beberapa industri, seperti semen, tekstil, baja, dan lainnya. • Pemerintah Indonesia memiliki program pembangkit tenaga listrik 35.000 MW yang tercantum pada RUPTL PLN 2015-2024 yang sekitar 70% nya menggunakan batubara & lignit sebagai sumber energi. Lebih dari 18.000 MW diperkirakan beroperasi di tahun 2019-2022. jika di komulatifkan dari tahun 2018-2027, kebutuhan batubara untuk sumber energi pembangkit listrik sebesar 1.259 juta ton. • Pergeseran peran batubara sebagai komoditi ekspor ke pasokan bahan bakar pembangkit listrik menyebabkan peran ekspor terhadap total produksi batubara terus menurun dari 60% pada tahun 2017 menjadi 9% tahun 2050. Sebaliknya, peran batubara sebagai pasokan bahan bakar domestik akan meningkat menjadi 93% pada tahun 2050. Kebutuhan batubara tersebut sebagian kecil juga dipenuhi dari batubara impor. Impor batubara diperlukan untuk memenuhi kebutuhan industri tertentu di dalam negeri yang diproyeksikan meningkat dari 4 juta ton pada tahun 2016 menjadi 11 juta ton atau 2% pada tahun 2050. Outlook Produksi & Konsumsi Batubara Indonesia Outlook Produksi & Konsumsi Batubara Dunia 3.697 3.821 3.829 2030 3.755 3.781 Juta ton oil 2020 2025 eq. 3.850 3.800 3.750 3.700 3.650 3.600 Produksi Batubara Dunia 3.788 • Di tahun 2025, berdasarkan RUPTL PLN 2018-2017, target bauran energi yang ditargetkan yaitu : οΌ Batubara : 54,4% οΌ Gas Bumi : 22,2% οΌ Energi Terbaharukan : 23% οΌ Bahan Bakar Minyak : 0,4% Konsumsi Batubara Dunia Outlook Kebutuhan Batubara sebagai Bahan Bakar Pembangkit Tenaga Listrik Batubara 120 92 96 128 136 Juta ton 162 145 144 130 106 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 Sumber : BPPT-Outlook Energi Indonesia 2018 Sumber : Booklet Energi Berkeadilan 4 tahun kinerja Kementerian ESDM, BP Energy Outlook 2018 Sumber : RUPTL PLN 2018-2027 246 Outlook Ekspor Batubara & Lignit Indonesia (3) Proyeksi Harga USD/Metric ton Batubara (Australia)(World Bank) Gas Alam (Indonesia, jepang) ($/mmbtu) 130 121,4 120 14,7 16,6 Minyak Mentah (World Bank) (Skala kanan) 18,00 16,0 16,0 16,00 107,2 110 105,0 99,0 10,8 100 104,1 104,0 90 88,5 7,4 90,0 7,3 8,6 84,6 6,8 66,1 79,0 70 10,6 68,3 50 50,8 40 2010 2011 2012 2013 2014 8,00 6,00 58,9 70,1 60 12,00 10,00 96,2 96,4 80 14,00 100,0 10,9 42,8 52,8 2016 2017 68,8 65,7 4,00 2,00 0,00 2015 2018 2019P 2020P Melambatnya permintaan dari Tiongkok seiring pasokan dalam negeri yang cukup di negara tersebut diprediksi akan menekan harga batubara di 2019 yang berada di level USD100/Metric ton Proyeksi Ekspor Dengan perkembangan tersebut, ekspor batubara & lignit Indonesia diperkiran akan tumbuh melambat di tahun 9,3% di tahun 2019 setelah pada tahun 2018 tumbuh 17,1%. Nilai Ekspor Batubara Indonesia 30.000 Growth 50,0% 41,0% 40,0% 25.000 Juta USD 30,0% 17,1% 20.000 9,3% 15.000 10.000 20,0% 10,0% -6,3% 0,0% -9,0% -15,1% -10,0% -23,4% 5.000 24.515 20.819 15.948 14.512 20.462 23.964 26.188 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019P - -20,0% -30,0% Upside Risk Downside Risk Proyeksi dapat lebih tinggi dari perkiraan apabila : • Larangan kuota impor Tiongkok tidak diperpanjang Proyeksi dapat lebih rendah dari perkiraan apabila terdapat : • Kenaikan harga gas alam di atas proyeksi • Produksi India terus meningkat mencukupi kebutuhan domestik. dan dapat • Harga petroleum coke sebagai subtitusi batubara terus melemah Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah 247 Lampiran : Ekspor Batubara & Lignit Dunia dalam Juta USD Produk Diekspor HS Code Total Batubara & Lignit 2012 2013 2014 2015 2016 Porsi 2017 (%) 2017 131.220 114.226 100.089 78.069 74.114 110.890 Batubara 2701 128.750 111.947 97.353 76.243 71.993 107.499 Lignit 2702 2.470 2.279 2.735 1.826 2.120 3.391 Pertumbuhan (% yoy) 2013 Dunia 2012 2013 2014 3,1% -7,8% 2015 2016 2017 114.223 100.089 78.047 74.113 110.890 43.725 38.221 35.136 29.634 28.290 40.557 Indonesia 26.171 24.515 20.819 15.999 14.512 20.462 Rusia 13.092 11.909 11.759 9.611 9.074 13.923 Amerika Serikat 14.876 11.268 8.470 5.685 4.397 9.898 Kolombia 7.299 6.254 6.427 4.257 4.393 6.817 Afrika Selatan 6.732 5.843 5.083 4.078 3.862 5.745 Kanada 6.347 5.365 3.782 2.725 3.363 5.221 Mongolia 1.902 1.122 849 556 973 2.236 Tiongkok 1.588 1.062 695 499 698 1.088 Polandia 965 1.249 947 741 666 825 Lainnya 8.521 7.415 6.122 4.262 3.885 4.118 49,3% -1,0% 16,1% 59,9% 10,4% 2012 2013 2014 2015 2016 100,0% -13,0% -12,4% -22,0% 36,6% -12,6% -8,1% -15,7% -5,0% 49,6% -0,7% -4,5% 43,4% 1,5% -15,1% -23,2% -9,3% 41,0% -4,4% -1,3% -18,3% -5,6% 53,4% 4,0% 2013 18,5% -6,3% 12,6% -9,0% 2014 8,9% -24,3% -24,8% -32,9% -22,7% 125,1% -3,2% 6,1% -14,3% 2,8% -33,8% 3,2% 55,2% 2,2% 5,2% -13,2% -13,0% -19,8% -5,3% 4,7% -15,5% -29,5% -27,9% 23,4% 48,7% -0,4% 55,2% -0,7% 2,0% -41,0% -24,3% -34,5% 75,0% 129,8% 18,8% 1,0% -33,1% -34,5% -28,2% 39,9% 55,8% 0,6% 0,7% 29,4% -24,2% -21,7% -10,1% 23,9% -9,8% 3,7% -13,0% -17,4% -30,4% -8,8% 6,0% -13,7% 2017 Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 2017 6,6% -0,8% -7,3% 0,4% -2,0% -2,5% 94,8% 6,4% 5,2% 12,0% -1,6% -6,7% 0,5% -3,5% -2,9% 20,0% -20,2% -2,5% 37,1% 6,4% 1.381.428 1.370.574 1.270.375 1.275.831 1.250.046 100,0% 1.250.464 1.330.694 1.309.692 1.221.807 1.228.455 1.185.109 Lignit 2702 45.310 50.734 60.882 48.568 47.375 64.937 Dalam Ribu Ton Pertumbuhan (% yoy) 2013 2014 2015 2016 2017 1.295.761 1.381.409 1.370.574 1.270.133 1.275.831 1.250.046 CAGR 20132017 Porsi 2017 (%) 2013 1.295.773 2012 -0,7% 2017 2701 Dunia 49,6% -5,6% 2016 Batubara Eksportir -5,1% 2015 dalam Ribu Ton Total Batubara & Lignit -33,2% 2017 CAGR 20132017 Porsi 2017 131.219 HS Code 20,0% CAGR 20132017 2016 Pertumbuhan (% yoy) Australia Produk Diekspor 2015 100,0% -13,0% -12,4% -22,0% 96,9% -13,1% -13,0% -21,7% Dalam juta USD Eksportir 2014 2013 2014 2015 2016 2017 CAGR 20132017 100,0% 6,6% 29,4% 12,6% -0,8% -7,3% 0,4% -2,0% -2,5% 8,1% 0,5% 0,2% -5,0% 0,8% Porsi 2017 Australia 315.531 355.421 384.238 386.115 386.998 367.566 Indonesia 384.378 424.461 408.239 366.970 347.224 267.382 Rusia 131.830 140.760 155.567 156.033 171.401 190.108 75.618 74.759 87.122 72.794 83.354 102.713 Amerika Serikat 130.850 125.592 92.861 67.105 54.243 87.952 8,2% -1,1% 7,0% -4,0% Afrika Selatan 77.152 76.554 78.920 79.503 76.935 83.503 6,7% -3,2% 8,5% 2,2% Mongolia 20.915 18.373 19.499 14.473 25.811 34.109 16,7% 34.806 39.100 34.312 30.486 30.332 31.064 2,7% -12,2% 6,1% -25,8% 78,3% 2,5% 12,3% -12,2% -11,2% -0,5% 32,2% Kanada 2,4% -5,6% Kazakhstan 2,3% -8,7% -6,9% -0,6% -14,8% 13,5% 0,6% -19,1% -23,5% -7,0% 64,6% -8,0% -2,7% Kolombia 35.905 32.794 30.544 30.357 25.864 29.367 Tiongkok 9.278 7.509 5.742 5.338 8.787 8.083 Lainnya 79.497 86.087 73.530 60.959 64.882 48.199 21,4% 10,4% 15,2% 6,8% NA 3,9% 8,3% -3,8% -10,1% -5,4% -23,0% -10,9% 10,5% 9,8% 11% 7,8% 16,5% -16,4% 14,5% 23,2% 8,3% -26,1% -27,7% -19,2% 62,1% -8,5% 3,1% 0,3% 0,7% -14,6% -17,1% 6,4% 1,9% -25,7% -13,5% 248 Lampiran : Impor Batubara & Lignit Dunia dalam Juta USD Produk Diimpor HS Code Total Batubara & Lignit 2012 2013 2014 2015 2016 Porsi 2017 (%) 2017 149.728 132.000 117.471 93.135 87.866 137.676 Batubara 2701 145.843 128.398 113.697 90.784 84.876 133.244 Lignit 2702 3.888 3.605 3.836 2.368 2.997 4.433 Importir Dalam juta USD 2016 3,2% -7,3% Porsi 2017 2017 2014 Dunia 149.728 132.000 117.471 93.135 87.866 137.676 Jepang 29.121 23.612 19.751 16.341 15.245 22.922 2013 Tiongkok 28.703 29.066 22.257 12.115 14.152 22.663 16,5% India 15.148 14.931 16.395 14.115 12.707 20.087 14,6% -1,4% 11,0% -18,6% 100,0% -11,8% 16,6% -18,9% 1,3% -7,8% -10,2% 87,1% 8,4% -13,9% 4,5% -12,0% 23,3% -0,6% -9,8% 56,0% 0,5% 2016 2017 826 2.957 2.628 3.899 Brazil 3.013 2.455 2.309 2.046 1.759 3.394 Ukraina 2.637 1.981 1.769 1.631 1.465 2.740 Belanda 2.688 2.581 2.221 2.321 2.041 2.516 2,0% -24,9% 1,8% -4,0% Lainnya 37.452 31.100 28.343 22.514 20.312 31.695 23,0% -17,0% 2014 2015 5,8% 0,6% -3,9% 1,8% 6,1% 93,5% 5,6% 6,5% 9,9% 0,2% -2,9% -0,1% 5,6% 0,7% 9,2% -23,0% 42,1% 13,3% 7,9% 1.235.818 1.307.764 1.315.900 1.264.528 1.286.872 1.365.229 100,0% 1.175.862 1.241.868 1.244.803 1.209.209 1.208.200 1.275.947 Lignit 2702 60.013 65.936 71.999 55.442 78.782 89.281 2015 2016 2017 1.286.872 1.365.229 -8,9% -20,6% -14,0% 92,9% CAGR 20132017 1,1% 2701 1.264.528 NA Porsi 2017 (%) 2013 Batubara 2014 7,7% -10,7% 900 1.315.900 -6,0% -13,9% -10,0% 58,1% 9,8% 8,4% 1.135 2013 -0,7% 60,1% -5,9% Turki 1.307.764 50,4% -23,4% -45,6% 16,8% 1,4% 5.879 2012 56,7% -6,7% 44,3% 6.802 3.803 1.235.818 -5,7% -16,4% -17,3% -8,1% 257,8% -11,1% 48,4% 4.520 4.343 Dunia -11,0% -20,7% 2,8% -20,7% 2,5% -18,5% 4.887 5.562 Dalam Ribu Ton 2017 -0,2% 6.041 5.566 Importir 2016 50,5% 6.856 5.942 Total Batubara & Lignit 2015 2014 -7,5% 7.980 Jerman 2017 5,3% CAGR 20132017 1,1% -0,1% -21,9% -12,4% 54,6% Taiwan 2016 0,9% 47,9% -11,9% -19,1% 15.079 2015 57,0% -38,3% 26,6% 4,9% -14,1% 4,3% -6,3% 9.233 2014 6,4% 3,9% 9.865 2013 56,7% -6,5% 63,3% 11.996 2012 -5,7% CAGR 20132017 1,1% -6,4% 12.951 HS Code 2017 -7,4% -17,8% 15.909 dalam Ribu Ton 2016 2015 Pertumbuhan (% yoy) 2013 Produk Diimpor 2014 100,0% -11,8% -11,0% -20,7% 96,8% -12,0% -11,4% -20,2% 2012 Korea Selatan 2015 Pertumbuhan (% yoy) 2013 Porsi 2017 100,0% Pertumbuhan (% yoy) 2013 2014 2015 2016 2017 5,8% 0,6% -3,9% 1,8% 6,1% CAGR 20132017 1,1% -11,0% -29,9% 25,2% 6,0% -4,6% Pertumbuhan (% yoy) Tiongkok 288.409 327.016 291.201 204.066 255.429 270.736 India 122.966 160.749 195.115 206.381 193.108 197.741 19,8% 13,4% 14,5% 30,7% 21,4% 5,8% -6,4% 2,4% 5,3% Jepang 185.234 191.664 188.517 190.742 189.832 192.899 14,1% 3,5% -1,6% 1,2% -0,5% 1,6% 0,2% 3,5% 3,2% -0,5% 10,2% 4,0% 125.610 126.571 131.019 135.147 134.522 148.262 10,9% 0,8% Taiwan 65.933 67.733 67.127 66.853 65.494 69.036 5,1% 2,7% -0,9% -0,4% -2,0% 5,4% 0,5% Jerman 43.928 51.313 57.472 56.471 53.321 49.137 12,0% -1,7% -5,6% -7,8% -1,1% 7.141 6.669 9.242 33.979 36.216 38.251 3,6% 16,8% 2,8% -6,6% 38,6% 267,7% 6,6% 5,6% 54,8% Malaysia 21.019 22.954 21.329 20.103 24.196 34.058 2,5% 9,2% -7,1% -5,7% 20,4% 40,8% 10,4% Rusia 24.614 25.546 25.123 24.065 22.073 24.908 1,8% 3,8% -1,7% -4,2% -8,3% 12,8% -0,6% 1,8% 9,0% -7,6% 34,1% -10,7% -15,8% -1,7% 23,1% -7,8% 1,4% -3,7% 1,2% Korea Selatan Turki Belanda 23.761 25.904 23.943 32.115 28.694 24.167 Lainnya 327.202 301.644 305.815 294.606 283.987 316.034 -3,6% 11,3% 249 Lampiran : Ekspor Batubara & Lignit Indonesia Pertumbuhan (% yoy) Porsi CAGR Jan-Nov Jan-Nov 2017 Jan-Nov 2013HS Code 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 (%) 2017 2018 2018 2017 18.557 22.061 Total Batubara & Lignit 26.171,3 24.514,9 20.819,3 15.999,0 14.511,8 20.461,9 100,0% -6,3% -15,1% -23,2% -9,3% 41,0% 18,9% -4,4% Batubara 2701 24.293 22.773 18.698 14.717 12.899 17.868 16.204 18.913 87,3% -6,3% -17,9% -21,3% -12,4% 38,5% 16,7% -5,9% 2.353 3.149 12,7% -7,3% 21,8% -39,6% 25,9% 60,8% 33,8% 10,5% Lignit 2702 1.878 1.742 2.122 1.282 1.613 2.594 dalam Juta USD Produk Diekspor Dalam juta USD Tujuan Ekspor Pertumbuhan (% yoy) 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Porsi 2017 2013 2014 2015 2016 CAGR 20132027 2017 26.171 24.515 20.819 15.999 14.512 20.462 100,0% -6,3% -15,1% -23,2% -9,3% 41,0% -4,4% Tiongkok 7.310 6.894 4.726 2.719 3.626 5.109 25,0% -5,7% -31,5% -42,5% 33,4% 40,9% -7,2% India 4.934 5.527 5.673 4.671 3.305 4.727 23,1% 12,0% 2,6% -17,7% -29,2% 43,0% -3,8% Jepang 3.607 3.239 2.594 2.034 1.981 2.505 12,2% -10,2% -19,9% -21,6% -2,6% 26,5% -6,2% Korea Selatan 2.545 2.068 1.877 1.416 1.244 1.952 9,5% -18,7% -9,2% -24,6% -12,1% 56,9% -1,4% Malaysia 1.305 1.137 818 804 813 1.328 6,5% -12,8% Filipina 971 1.007 922 802 797 1.195 5,8% 3,8% -8,5% -13,0% -0,6% 50,0% 4,4% Taiwan 2.419 2.019 1.736 1.299 957 1.106 5,4% -16,5% -14,0% -25,1% -26,4% 15,6% -14,0% Thailand 978 839 851 794 637 813 4,0% -14,3% -6,8% -19,7% 27,6% -0,8% Hong Kong 868 823 727 496 404 537 2,6% -5,1% -11,6% -31,7% -18,6% 32,8% -10,2% Viet Nam 102 131 92 92 106 318 1,6% 27,5% -29,6% -0,1% 15,6% 199,0% 24,9% Lainnya 1.133 832 804 873 641 873 4,3% -26,6% -3,3% 8,6% -26,5% 36,1% 1,2% Dunia -28,1% 1,5% -1,7% 1,2% 63,3% Pertumbuhan (% yoy) Porsi Produk Diekspor Jan-Nov Jan-Nov 2017 HS Code 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 (%) 2017 2018 Total Batubara & Lignit 384.378 424.461 408.239 366.970 347.224 267.382 355.157 392.387 100,0% 10,4% -3,8% -10,1% -5,4% Batubara 2701 347.576 381.520 356.303 328.387 310.662 218.113 291.281 312.300 81,6% 9,8% -6,6% -7,8% -5,4% Lignit 2702 36.803 42.941 51.936 38.583 36.562 49.269 63.877 80.087 18,4% 16,7% 20,9% -25,7% -5,2% dalam Ribu Ton USD Dalam Ribu Ton Tujuan Ekspor CAGR Jan-Nov 20132017 2018 2017 -23,0% 10,5% -10,9% -29,8% 34,8% 7,2% -13,0% 25,4% Pertumbuhan (% yoy) Porsi 2017 2013 2014 2015 2016 4,0% 2017 3,5% CAGR 20132027 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Dunia 384.378 424.461 408.239 366.970 347.224 267.382 100,0% 10,4% -3,8% -10,1% -5,4% -23,0% -10,9% Tiongkok 115.773 130.393 99.280 72.741 85.620 78.317 29,3% 12,6% -23,9% -26,7% 17,7% -8,5% -12,0% India 96.076 118.289 136.352 124.481 94.831 64.454 24,1% 23,1% 15,3% -8,7% -23,8% -32,0% -14,1% Korea Selatan 37.899 36.273 35.631 34.016 35.922 27.205 10,2% -4,3% -1,8% -4,5% 5,6% -24,3% -6,9% Jepang 35.518 37.847 35.585 32.509 33.048 24.374 9,1% 6,6% -6,0% -8,6% 1,7% -26,2% -10,4% Malaysia 16.138 17.129 14.494 16.568 17.418 15.511 5,8% 6,1% -15,4% 14,3% 5,1% -10,9% -2,4% 3,5% 5,3% 11,8% -23,3% -1,6% -18,2% Filipina 11.636 14.509 15.021 15.823 17.697 13.581 5,1% 24,7% Taiwan 29.105 28.323 27.272 24.393 20.391 12.683 4,7% -2,7% -3,7% -10,6% -16,4% -37,8% Thailand 14.676 14.365 16.242 17.865 16.456 10.345 3,9% -2,1% 13,1% 10,0% -7,9% -37,1% -7,9% Hong Kong 11.985 12.964 12.582 9.833 9.424 6.012 2,2% 8,2% -3,0% -21,8% -4,2% -36,2% -17,5% Viet Nam 1.160 1.820 1.529 1.988 2.852 4.356 1,6% 56,9% -16,0% 30,0% 43,5% 52,7% 24,4% 3,9% -12,9% 13,6% 17,6% -19,0% -22,3% -4,3% Lainnya 14.411 12.548 14.251 16.753 13.566 10.543 250 Lampiran : Impor Batubara & Lignit Indonesia dalam Juta USD Produk Diimpor HS Code 2012 2013 Total Batubara & Lignit 2014 2015 2016 CAGR Jan-Nov 20132013 2014 2015 2016 2017 2018 2017 237,6% 252,7% -3,4% 13,0% 164,2% 4,4% 78,5% Pertumbuhan (% yoy) Porsi Jan-Nov Jan-Nov 2017 2017 (%) 2017 2018 584,4 610,3 100,0% 855,8 24,9 84,2 297,0 286,7 324,0 Batubara 2701 24,4 83,3 296,7 286,7 323,9 855,7 584,3 610,0 100,0% 241,2% 256,1% Lignit 2702 0,9 0,3 0,1 0,0 0,1 0,1 0,3 0,0% 70,1% -69,2% Asal Impor 0,5 Dalam juta USD 2012 Dunia Australia Rusia 2013 2017 84 297 287 324 856 70 257 240 244 555 1 - - Viet Nam 15 Hong Kong 0 Singapura 4 Kolombia 2016 0 2 Swiss 2015 25 - Tiongkok 2014 Porsi 2017 10 - 2015 2016 2017 -3,4% 13,0% 164,2% CAGR 20132017 78,5% -6,3% 1,7% Pertumbuhan (% yoy) 2013 2014 252,7% 100,0% 237,6% 64,9% 179630,8% 266,0% 127,1% 67,8% 0,0% -16,8% 572,9% 293,8% 0,0% 216,5% 5 31 121 14,1% 4 8 21 59 6,9% -73,7% 662,4% 71,7% 167,6% 186,4% 3 3 34 4,0% 0,0% 0,0% 0,0% -3,1% 972,1% 0,0% -35,6% 107,7% -31,5% -81,1% 902,7% 28,2% 0,0% 0,0% -21,6% 502,9% 0,0% 809,4% -31,0% 152,6% 46,7% 119,6% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 21 6 - -75,2% -52,2% 136,4% 251,6% -45,8% 5 1 4,4% 79,0% 0,0% - - -3,4% 13,0% 164,2% - 14 3 27 3,1% 5 4 23 4 10 15 2,7% -100,0% 1,7% -82,5% 10 1,2% - - 0,0% Amerika Serikat 0 1 1 1 7 9 3,5% 1057,1% 21,4% 73,6% 1 1 2 0 0 1 1,0% 121,1% 0,1% -38,3% -37,5% Malaysia 147,0% -76,3% -26,2% 346,5% 17,9% 2 -33,9% 35,4% 279,6% -84,2% 45,0% 4,2% Lainnya 2 1 2 7 1 dalam Ribu Ton USD Produk Diimpor HS Code 2012 2013 Total Batubara & Lignit Batubara 2701 Lignit 2702 Asal Impor 2014 2015 2016 2017 4.138,9 82,5 510,9 2.274,9 2.808,4 3.501,0 4.138,7 3.939,6 3.777,8 0,2 0,2 0,1 0,3 0,3 0,2 0,0 0,0 Dalam Ribu Ton 2012 Australia 2013 2014 2015 2016 2017 Porsi 2017 Pertumbuhan (% yoy) 517,8% 345,1% 23,4% 24,7% CAGR Jan-Nov 20132018 2017 18,2% -4,1% 68,7% 100% 519,5% 345,3% 23,5% 24,7% 18,2% 0% 3,7% -36,9% -83,1% -76,7% 2242,9% -50,6% -12,7% Porsi Jan-Nov Jan-Nov 2017 (%) 2017 2018 3.939,7 3.777,8 100% 82,7 511,1 2.275,1 2.808,4 3.501,0 Dunia 2013 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 345,1% 23,4% 24,7% 18,2% CAGR 20132017 68,7% 321,7% 17,7% 11,2% 0,0% 53,3% Pertumbuhan (% yoy) 2013 100,0% 517,8% 61,9% 627013,5% -4,1% 68,7% 83 511 2.275 2.808 3.501 4.139 0 464 1.957 2.304 2.563 2.564 47 356 408 9,8% 0,0% 0,0% 13,8% 656,0% 14,6% 0,0% 61 61 370 8,9% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 512,1% 0,0% 86 246 277 6,7% -72,2% 2778,4% 54,5% 184,5% 12,7% 245,6% 67 56 233 5,6% -100,0% 2,8% -38,2% 0,0% 0,0% -15,5% 314,5% 0,0% 337,2% -23,1% -89,7% 830,8% 33,9% Rusia - - Swiss - - Tiongkok 7 Hong Kong 1 41 2 - 56 - Viet Nam 58 36 157 121 12 116 Singapura 0 0 45 54 147 78 Kolombia 0,2% - - - - - 1,9% -95,5% 374841,7% 20,2% 171,4% -46,9% 797,8% 45 1,1% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% Amerika Serikat 2 3 2 2 56 42 1,0% 55,6% -10,4% 1,2% 2363,2% -26,2% 101,5% Malaysia 3 5 11 1 1 4 0,1% 66,9% 123,1% -87,5% -42,3% 342,9% -8,2% Lainnya 12 2 5 66 4 4 0,1% -85,8% 222,3% 1111,4% -93,8% -14,1% 20,1% 251 NIKEL (HS Code 7501 s/d 7508) Nikel sebagai komoditas unggulan Nikel dan Bijih Nikel merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia, hal ini dapat terlihat dari hasil pemilihan komoditas unggulan ekspor (winning commodities) dengan menggunakan beberapa metode analisis yaitu Computable General Equilibrium (CGE) dan Export Product Dynamics (EPD). Nikel sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode CGE Komoditas yang menjadi unggulan ekspor diidentifikasi berdasarkan hasil simulasi ketika terjadi peningkatan pemintaan ekspor secara arbitrary sebesar 10%, yaitu komoditas yang paling responsif terhadap variabel sektoral Indonesia berdasarkan tiga indikator kunci yaitu (1) peningkatan ekspor bersih (bobot 60%, (2) output (bobot 20%), dan (3) penyerapan tenaga kerja. (bobot 20%) Berdasarkan hasil CGE, nikel menempati peringkat 9 dengan indeks komposit sebesar 2.19. Peringkat Sektor Dampak terhadap Perubahan Nilai Ekspor (Milyar Rupiah) 9 Bijih Nikel 207.10 Dampak terhadap Output (Perubahan Persentase) Dampak terhadap Tenaga Kerja (Perubahan Persentase) Indeks Komposit 2.55 5.09 2.19 Nikel sebagai Komoditas Unggulan berdasarkan Metode EPD Lost Opportunity Jepang, Tiongkok Retreat Rising Star + Yunani O India + Falling Star Walaupun salah satu penghasil nikel terbesar di dunia, Indonesia bukanlah produsen nikel olahan yang besar di dunia. Hal ini terjadi karena sebagian besar produksi nikel Indonesia di ekspor keluar negeri dalam bentuk mentah atau bijih nikel. Dilihat dari harga dunia, harga nikel per metriks ton lebih tinggi sekitar dua kali lipat dari harga tembaga. Tetapi kecenderungan penurunan harga juga terjadi pada komoditas ini Sumber : WITS, Oktober 2018 Indonesia adalah salah satu negara penghasil nikel terbesar di dunia. Pada tahun 2014, sumberdaya bijih nikel terbesar keempat setelah bijih tembaga, perak, dan emas yaitu sebesar 3,711.6 juta ton. Sementara cadangannya sendiri sebesar 1,155.2 juta ton. Berdasarkan produksinya, Indonesia berada para peringkat dua dunia setelah Rusia dalam menghasilkan nikel. Negara penghasil nikel lainnya diantaranya adalah Philipina, Kanada, Australia, New Caledonia, China, Cuba, Colombia. 253 Indonesia, Filipina, dan Kaledonia Baru menjadi produsen Nikel terbesar di dunia Persebaran Produsen dan Pemilik Cadangan Nikel Dunia (2017) Produsen beserta pemilik cadangan nikel dunia terbesar terdistribusi hampir di seluruh benua kecuali Eropa. Pada tahun 2017, tercatat Indonesia menjadi produsen nikel terbesar dunia dengan total produksi mencapai 358 juta MT. • Indonesia, Filipina, dan Kaledonia Baru merupakan produsen Nikel terbesar di dunia dengan produksi masing-masing sebesar 358 ribu MT, 315 ribu MT, dan 215 ribu MT atau setara dengan 42,71% total produksi Nikel di dunia. • Produsen nikel dunia terdistribusi di berbagai wilayah. Namun terdapat perbedaan kompleksitas pengolahan nikel yang diproduksi di negara-negara tropis dan di negara-negara sub-tropis berdasarkan dari asal jenis bijih nikel. Produksi nikel dari negara-negara tropis sebagian besar berasal dari jenis nikel laterit yang pengolahannya lebih sulit dan membutuhkan biaya yang lebih tinggi dibandingkan jenis bijih nikel sulfida (oksida) yang diproduksi oleh negara-negara sub-tropis sub-tropis. Produksi Nikel dalam ribu Metriks Ton (MT) Cadangan Nikel dalam ribu Metriks Ton (MT) • Seluruh produsen nikel terbesar dunia tersebut juga merupakan negara-negara yang memiliki cadangan nikel besar. Per 2017, Australia menjadi negara dengan cadangan nikel terbesar dunia dengan besaran 19 juta MT atau setara dengan 25,7% cadangan nikel dunia. Cadangan nikel terbesar kedua berada di Brazil dengan total cadangan sebesar 12 juta MT atau mencakup 16,2% cadangan nikel dunia. Sedangkan Indonesia merupakan negara dengan cadangan nikel ke-6 terbesar di dunia dengan total cadangan sebesar 4,5 juta MT atau 6% dari total cadangan nikel dunia. Sumber : FAO, RISI, CEPI, Euler Hermes, Indonesia Investments (April 2018) Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu 254 Tiongkok menjadi produsen sekaligus konsumen Nikel Refinery terbesar di dunia Persebaran Produsen dan Konsumen Nikel Rifenery Dunia (2017) Tiongkok menjadi produsen sekaligus konsumen Nikel Rifenery (refined-nickel) terbesar di dunia dengan total produksi dan konsumsi masing-masing mencapai 29,6% dan 45,9% dunia. • Sebaran produsen Nikel Rifenery (refined-nickel) sebagian besar berada di negara-negara yang telah memiliki teknologi pemurnian nikel (smelter). Asia mendominasi sebagai produsen Nikel Rifenery dengan share mencapai 50% dari total produksi Nikel Rifenery dunia. Tiongkok menjadi produsen Nikel Rifenery terbesar di dunia dengan volume produksi mencapai 621 juta MT atau setara dengan 29,7% produksi Nikel Rifenery dunia. • Indonesia menjadi produsen terbesar kedua Nikel Rifenery dunia dengan volume produksi mencapai 188 juta MT atau mencakup 9% dari produksi Nikel Rifenery dunia. Peningkatan posisi Indonesia sebagai produsen Nikel Rifenery terbesar kedua di dunia tidak terlepas dari kebijakan pemerintah yang mewajibkan perusahaan penambang nikel untuk membangun smelter di dalam negeri. Sumber : Glencore, Statista, World Bank, Commodity Market Outlook, U.S. Geological Survey, Mineral Commodity Summaries Produksi Nikel Rifenery (Refined-Nickel) dalam ribu Metriks Ton (MT) Konsumsi Nikel Rifenery (Refined-Nickel) dalam ribu Metriks Ton (MT) • Konsumen Nikel Rifenery didominasi oleh negara-negara yang memiliki tingkat produksi baja nirkarat atau stainless steel yang tinggi seperti negara-negara di Kawasan Eropa, Asia (Tiongkok, Jepang, Korea, Taiwan, India), dan Amerika Serikat. Hal ini disebabkan 72% produksi nikel dunia dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan stainless steel. • Tiongkok menjadi konsumen Nikel Rifenery terbesar di dunia dengan volume konsumsi sebesar 982 juta MT atau mencakup 45,9% konsumsi nikel dunia. Amerika Serikat menjadi konsumen nikel terbesar kedua di dunia dengan volume mencapai 199 juta MT atau setara dengan 9,3% konsumsi nikel dunia. *Nikel Rifenery (Refined-Nickel) merupakan nikel yang telah dimurnikan melalui smelter. 255 Produksi Nikel dan Nikel Refinary dunia bergerak fluktuatif imbas dari pasokan Bijih Nikel yang tidak stabil Tren produksi nikel dunia bergerak fluktuatif dalam 5 tahun terakhir, imbas dari pasokan Bijih Nikel yang tidak stabil. Pada 2017 tercatat produksi nikel dan Nikel Rifenery dunia masing-masing sebesar 2 juta metrik ton (MT). • Produksi produksi nikel (nickel-mine) dan Nikel Rifenery (nickel-refined) dunia kembali meningkat di tahun 2017 meningkat menjadi sebesar 2,07 juta MT dan 2,09 juta MT atau masing-masing meningkat sebesar 8,79% dan 12,53% dibandingkan produksi tahun sebelumnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh peningkatan produksi low grade nickel yang mampu mengkompensasi penurunan produksi high grade nickel. Peningkatan low grade nickel dipicu oleh relaksasi kebijakan ekspor bijih nikel oleh pemerintah Indonesia dan pembukaan sejumlah pengolahan baru di Tiongkok. • Namun demikian, produksi nikel dunia belum kembali ke level tertingginya di tahun 2013. Beberapa kebijakan di negara penghasil Nikel dan Bijih Nikel terbesar dunia membuat pasokan Bijih Nikel yang menjadi bahan baku Nikel terganggu dalam jangka pendek seperti larangan pengiriman ekspor bijih Nikel secara langsung (Direct Shipping Ore-DSO) oleh Pemerintah Indonesia yang secara drastis membuat produksi nikel tahun 2014 menurun hingga -18,8% dan juga kebijakan dari pemerintah Filipina untuk menutup dan menunda sementara kegiatan operasional di hampir seluruh tambang Nikel pasca audit yang dilakukan oleh Pemerintah Filipina terkait isu lingkungan. Produksi Nikel Dunia Produksi Nikel Refinary Dunia (dlm ribu MT) Pertumbuhan Produksi Nikel Murni (% yoy) Produksi Nikel Dunia (dlm ribu MT) Pertumbuhan Produksi Nikel (% yoy) -20,00% 500 1.900 2014 2015 2016 1.800 -30,00% 2013 2014 2015 2016 -5,00% 1.700 2017 5,00% 0,00% -7,30% -18,86% 0 2.092 0,87% 0,16% 1.859 -10,24% 2.000 1.856 -10,00% 10,00% 6,84% 1.840 2.079 0,00% 2.100 1.985 1.000 1.911 2.129 2.061 1.500 10,00% 15,00% % yoy 2.540 2.000 3,30% Ribu Metriks Ton (MT) 8,79% 2.500 12,53% 2.200 20,00% 12,09% % yoy Ribu Metriks Ton (MT) 3.000 -10,00% 2013 2017 Produksi Nikel Dunia berdasarkan Negara 150 175 193 204 215 228 229 235 235 211 264 264 261 221 207 200 316 411 465 311 315 400 358 600 0 Indonesia Filipina Kaledonia Kanada Baru Rusia Sumber: World Bank, Commodity Market Outlook 800 700 600 500 400 300 200 100 0 2013 2014 2015 2016 2017 CAGR 2013-2017 242 239 232 192 160 811 800 146 129 173 Ribu Metriks Ton (MT) 1.000 Nikel Rifenery 153 149 150 158 163 2017 188 2016 178 178 193 196 187 2015 Jepang Kanada Rusia 23 22 47 95 2014 711 537 453 437 621 2013 CAGR 2013-2017 Ribu Metriks Ton (MT) Nikel Tiongkok Indonesia Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu 256 Industri stainless-steel menjadi konsumen terbesar dari Nikel Tingkat konsumsi Nikel sempat mengalami penurunan di tahun 2014 dan kembali selama 3 tahun terakhir hingga menyentuh level 2.138 ribu MT di tahun 2017 serta mencatatkan tingkat konsumsi tertinggi dalam 5 tahun terakhir. • Sejak tahun 2015, konsumsi nikel dunia terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Posisi terakhir pada tahun 2017, konsumsi nikel tercatat sebesar 2,1 juta MT, meningkat 11,18% dibandingkan konsumsi tahun 2016. Hal ini merupakan imbas dari permintaan dari industri stainless steel yang terus meningkat dimana lebih dari 70% dari konsumsi nikel dunia berasal dari industri tersebut. • Tiongkok menjadi konsumen nikel terbesar dengan volume konsumsi di tahun 2017 sebesar 982 ribu MT atau setara dengan 45,9% dari total konsumsi nikel dunia. Hal tersebut disebabkan oleh status Tiongkok yang menguasai 53,6% produksi stainless steel di dunia. Sedangkan konsumen nikel terbesar kedua adalah Amerika Serikat dengan total konsumsi mencapai 199 ribu MT atau setara dengan 9,3% konsumsi nikel dunia. Konsumsi Nikel Dunia Konsumsi Nikel Murni di Dunia (dlm ribu MT) Konsumsi Nikel berdasarkan Industri (2017) 12,14% 2.500 1.000 1.783 1.590 1.500 2.138 7,85% 3,98% 1.803 Baja Nirkarat atau Stainless Steel 72% 2.000 11,18% 1.923 Lain-lain 1% Ribu Metriks Ton (MT) Logam Campuran atau Alloys 8% Pertumbuhan Konsumsi Nikel Murni (% yoy) 15,00% 10,00% 5,00% % yoy Batteries Baja 5% Campuran Khusus atau Pelapisan Special Logam Steels atau 7% Electropla ting 7% 0,00% -5,00% 500 -10,00% -11,81% 0 -15,00% 2013 2014 2015 2016 2017 Konsumsi Nikel Olahan di Dunia berdasarkan Negara 1.000 800 2015 2016 2017 654 59 60 60 56 60 15 20 44 64 57 273 292 288 324 337 66 62 60 58 64 Jepang 38 27 37 57 82 Amerika Serikat 53 66 60 66 84 200 107 100 88 103 109 400 159 157 151 162 163 600 123 152 152 136 199 Ribu Metriks Ton (MT) 1.200 2014 909 843 898 982 2013 Taiwan India Jerman Italia Finlandia 0 Tiongkok Sumber : FAO, ICCO, World Bank Korea Selatan Lainnya Note: CAGR = pertumbuhan majemuk per tahun selama periode tertentu 257 Produksi Bijih Nikel meningkat pesat pasca diberlakukan relaksasi kebijakan pelarangan ekspor Bijih Nikel Produksi Bijih Nikel dan Nikel Indonesia Produksi Bijih Nikel (dlm Juta MT) Pertumbuhan Produksi (% yoy) 300% 220,30% 273,96% 200% 15 10 35,66% 100% 34,79% -88,07% 1,39 0% 4,72 5 1,87 -32,45% 1,26 2015 2016 % yoy Juta Metriks Ton 11,63 Produksi Bijih Nikel Indonesia kembali meningkat signifikan sejak pemerintah melakukan relaksasi kebijakan ekspor Bijih Nikel di awal tahun 2017. -100% 1,75 0 -200% 2013 2014 2017 Q1-2018 • Relaksasi kebijakan ekspor Bijih Nikel berkualitas rendah pada tahun 2017 mendorong peningkatan produksi Bijih Nikel yang sangat signifikan. Tercatat pada tahun 2017 terdapat peningkatan produksi Bijih Nikel sebesar 273,9% atau dari 1,26 Juta MT di tahun 2016 menjadi 4,72MT di tahun 2017. • Realisasi produksi Bijih Nikel di tahun 2018 juga cukup tinggi. Per kuartal I tahun 2018 tercatat produksi Bijih Nikel Indonesia telah mencapai 1,75 juta MT atau meningkat lebih dari 220% dibandingkan kuartal I tahun 2017 seiring keluarnya rekomendasi ekspor Bijih Nikel yang lebih besar kepada beberapa perusahaan Nikel yang telah memiliki kemajuan baik dalam membangun smelter. Produksi Nikel dan Nikel Refinery Pertumbuhan Produksi (% yoy) 106,94% 811 800 34,11% 30,39% -11,64% 400 146 200 129 50,00% 358 173 -50,00% -82,00% 0 2013 2014 2015 0,00% -100,00% 2016 2017 102,13% 188 120,00% 113,64% 97,89% 150 100 50 95 17,35% -4,35% 23 22 2013 2014 80,00% 40,00% 47 % yoy 600 100,00% Pertumbuhan Produksi (% yoy) 200 150,00% % yoy Ribu Metriks Ton (MT) 1.000 Nikel Refinery Ribu Metriks Ton (MT) Nikel (dlm ribu MT) 0,00% 0 -40,00% 2015 2016 2017 • Pelarangan ekspor Bijih Nikel pada 2014 sangat mempengaruhi produksi Nikel (mine-nickel) dan Nikel Rifenery (refined-nickel). Produksi Nikel anjlok di tahun 2014 hingga mencapai posisi -82,0% dari sebesar 811 MT di tahun 2013 menjadi hanya 146 MT di tahun 2014. Setelah itu peningkatan produksi Nikel kembali meningkat tajam di tahun 2017 ketika pemerintah melakukan relaksasi kebijakan dengan memberikan rekomendasi ekspor Bijih Nikel kepada beberapa perusahaan yang telah memiliki progress dalam pembangunan smelter. Posisi terakhir di tahun 2017, Indonesia melakukan produksi Nikel mentah sebesar 358 MT, yang tertinggi sejak adanya pelarangan ekspor Bijih Nikel. • Sedangkan produksi Nikel hasil pemurnian (Nikel Rifenery) mendapatkan momentum tumbuh ketika pemerintah melakukan pelarangan ekspor Bijih Nikel di tahun 2014. Dampaknya langsung terlihat di tahun 2015 dimana produksi Nikel Rifenery melonjak tajam sebesar 113,6% dari 22 MT menjadi sebesar 47 MT. Setelah itu pertumbuhan Nikel Rifenery Indonesia masih terus meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 100% per tahun dengan tingkat produksi Nikel terakhir sebesar 188 MT untuk mengejar ketertinggalan sebagai salah satu produsen Nikel Rifenery terbesar di dunia. Sumber : CEIC, diolah 258 Ekspor Bijih Nikel dunia bergerak fluktuatif, sejalan dengan ketidakstabilan pasokan Nilai ekspor Bijih Nikel dunia dalam 5 tahun terakhir bergerak fluktuatif. Pada tahun 2017, ekspor Bijih Nikel dunia tercatat sebesar 52,2 juta Ton atau senilai US$2,13 milyar, naik 10,27% dibandingkan ekspor tahun 2016 sebesar 42,5 juta ton atau senilai US$2,02 milyar. • Tren ekspor Bijih Nikel dunia bergerak fluktuatif, sejalan dengan ketidakstabilan pasokan. Meski kinerja ekspor bergerak fluktuatif, 3 negara eksportir besar dalam 5 tahun terakhir berhasil mencatatkan kenaikan yaitu Kaledonia Baru, Amerika Serikat, dan Finlandia. Kenaikan ekspor terbesar terjadi di Amerika Serikat dengan CAGR sebesar 114,65%. Hal ini ditopang oleh peningkatan volume ekspor bijih Nikel Amerika Serikat dari 1.010 Ton di tahun 2013 menjadi 23.800 Ton di tahun 2017, pasca beroperasinya tambang bawah tanah Eagle Mine di Michigan sejak tahun 2014. • Di sisi lain, 3 negara eksportir besar dalam 5 tahun terakhir juga mencatatkan penurunan yang cukup signifikan. Indonesia tercatat memiliki penurunan nilai ekspor tertinggi dengan CAGR sebesar -37,94%, imbas dari kebijakan pelarangan Direct Shipping Ore (DSO) di tahun 2014. Kemudian, diikuti oleh Australia dengan penurunan CAGR sebesar -25,12%, sebagai dampak dari penutupan sejumlah tambang seperti tambang Ravensthorpe (tercatat menghasilkan lebih dari 20% output Bijih Nikel di Australia). Lebih lanjut, penurunan juga terjadi Filipina dengan CAGR sebesar -7,61, sebagai dampak penutupan sejumlah tambang bijih Nikel karena belum memenuhi standarisasi keselamatan lingkungan. Ekspor Bijih Nikel Dunia Nilai Ekspor (dalam USD Juta) Pertumbuhan Nilai Ekspor (yoy) 150.000 43,63% -11,33% 5,40% 100.000 Volume Ekspor (dalam ribu Ton) Pertumbuhan Volume Ekspor (yoy) 22,85% 10,27% -28,22% -32,56% -51,91% 50% 0% -29,48% 5,71% 50.000 -50% 4.508 118.974 3.998 57.220 2.869 2.023 38.592 42.554 2.139 52.278 0 -100% 2013 2014 2015 2016 2017 Share Nilai Ekspor Bijih Nikel Dunia berdasarkan Negara Guatemala 3,18% Kanada 5,04% Belgia 2,80% Lainnya 0,01% 2017 Filipina 32,97% Indonesia 7,47% Finlandia 8,46% Australia 10,27% Per 2017, Filipina menjadi eksportir Bijih Nikel terbesar di dunia dengan share mencapai 33% dari total ekspor Bijih Nikel dunia. Sementara Indonesia kembali menjadi salah satu eksportir Bijih Nikel terbesar dengan berada di peringkat 6 eksportir terbesar pasca relaksasi kebijakan DMO dari pemerintah. Zimbabwe 1,69% Kaledonia Baru 16,48% Amerika Serikat 11,63% Tren Nilai Ekspor Bijih Nikel Dunia berdasarkan Negara Sumber : www.trademap.org, diolah Australia 1.685 86 0 0 155 Amerika Serikat 139 126 103 100 176 Filipina 2017 684 520 208 213 Kaledonia Baru 0 2016 907 2015 5 53 353 202 242 2014 195 265 237 259 342 1.000 1.018 1.717 740 582 685 2013 2.000 Finlandia Indonesia 259 Tiongkok menjadi importir Bijih Nikel paling dominan di dunia Tren nilai impor bijih Nikel dunia juga mengalami fluktuasi. Setelah sempat mengalami penurunan 3 tahun berturut-turut di tahun 2014, 2015, dan 2016, nilai impor bijih Nikel dunia mulai mengalami kenaikan di level 5,71% atau setara dengan USD2.964 juta di tahun 2017. • Kenaikan impor Bijih Nikel di tahun 2017 terjadi seiring meningkatnya pasokan Bijih Nikel yang berasal dari Indonesia pasca relaksasi pelarangan ekspor Bijih Nikel. Pada tahun 2017 tercatat impor Bijih Nikel dunia sebesar 44 juta ton atau setara US$2,9 milyar, naik cukup pesat sebesar 22,8% dibandingkan tahun lalu. • Tiongkok menjadi importir Bijih Nikel terbesar dunia dengan nilai impor mencapai US$ 2,08 milyar pada tahun 2017. Kebutuhan Tiongkok berasal dari industry stainless-steel di dalam negeri yang tidak mampu dicukupi oleh produksi nikel dalam negeri Tiongkok. Namun demikian, tren impor Bijih Nikel Tiongkok bergerak fluktuatif dalam 4 tahun terakhir seiring pasokan Bijih Nikel dari Indonesia yang terganggu akibat kebijakan pelarangan ekspor Bijih Nikel. Impor Bijih Nikel Dunia Nilai Impor (dalam USD Juta) Pertumbuhan Nilai Impor (yoy) 100.000 Volume Impor (dalam ribu Ton) Pertumbuhan Volume Impor (yoy) 43,63% -28,22% -32,56% -11,33% 5,40% 50.000 10,27% -29,48% 22,85% 5,71% -51,91% 50,00% 0,00% -50,00% 6.559 81.410 6.019 57.258 4.006 46.312 2.621 42.387 2.964 44.414 2013 2014 2015 2016 2017 0 -100,00% Share Nilai Impor Bijih Nikel Dunia berdasarkan Negara 2017 Ukraina 2,17% Finlandia 4,38% Jepang 6,38% Macedonia 1,05% Tiongkok menjadi importir Bijih Nikel terbesar dunia dengan share mencapai 70% impor dunia. Hal tersebut sebagai imbas dari kebutuhan bahan baku stainless-steel di Tiongkok yang tidak mampu dipenuhi melalui produksi nikel dalam negeri. Kanada, Korea Selatan dan Jepang menjadi importir Bijih Nikel terbesar setelah Tiongkok dengan share masing-masing sebesar 7%. Lainnya 1,21% Belgia 1,17% Korea Selatan 6,57% Tiongkok 70,27% Kanada 6,79% Tren Nilai Ekspor Bijih Nikel Dunia berdasarkan Negara 2015 2016 -18,29% 356 507 292 167 130 -10,00% 320 374 295 186 189 4,52% 2017 156 142 160 148 195 2,08% 2014 182 97 166 161 201 2.622 1.528 2.083 2.000 5.137 4.577 4.000 2013 -16,52% 6.000 Kanada Korea Selatan Jepang Finlandia 0 Tiongkok Sumber : www.trademap.org, diolah 260 Ekspor Nikel Dunia mengalami kenaikan di tahun 2017 yang didorong peningkatan industry stainless-steel Ekspor Nikel dunia pada 2017 meningkat tipis sebesar 4,28%, pasca dua tahun sebelumnya mengalami penurunan. Peningkatan tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan Nikel dari industri stainless-steel dan baterai mobil listrik. • Setelah sempat menurun di tahun 2015 dan 2016, nilai ekspor Nikel dunia kembali meningkat di tahun 2017 menjadi sebesar US$ 19.300 juta atau meningkat 4,28% dibandingkan tahun sebelumnya yang didorong oleh permintaan dari industri stainless-steel dan baterai mobil listrik. • Namun demikian, tren ekspor dari negara-negara eksportir utama Nikel dunia dibandingkan 5 tahun yang lalu mengalami tren penurunan. Penurunan terbesar terjadi di Kanada dan Rusia dengan CAGR 2013-2017 masingmasing sebesar -9,24% dan -11,43%. Ekspor Nikel Dunia Skrap Nikel Bubuk/Serpih Nikel Batang dan Kawat Nikel Pelat Nikel Pipa Nikel Barang Lain dari Nikel Total Produk Nikel (Skala Kanan) 40.000 30.297 25.333 19.300 3.514 8.860 500 596 1.910 970 896 1.261 3.980 8.302 634 768 2.318 1.037 817 1.444 18.507 4.304 13.877 578 706 2.281 1.288 994 1.305 27.831 4.950 16.804 800 851 3.168 1.239 1.078 1.406 10.000 Nikel Tidak Ditempa 5.059 13.691 620 770 3.986 1.298 1.073 1.334 20.000 Mata Nikel 2013 2014 2015 2016 2017 0 20.000 0 Share Nilai Ekspor Nikel Dunia berdasarkan Jenis Mata Nikel Batang dan Kawat Nikel Barang Lain dari Nikel 30% 49,19% 20% 18,18% 10% 55,47% 16,34% 14,32% 10,46% 2013 2014 Skrap Nikel Bubuk/Serpih Nikel Pelat Nikel Pipa Nikel Nikel Tidak Ditempa (Skala Kanan) 54,78% 47,87% 43,02% 16,99% 18,99% 20,62% 12,01% 10,32% 9,01% 60% 40% 20% 0% 0% 2015 2016 2017 Tren Nilai Ekspor Nikel berdasarkan Negara Amerika Serikat 2015 2016 2017 1.324 1.394 1.232 986 1.202 Rusia 2.000 2014 1.445 1.510 1.255 1.086 1.209 2.107 2.206 2.187 1.882 2.006 4.000 3.775 4.021 2.665 2.019 2.058 6.000 4.613 4.768 4.127 3.111 2.841 2013 Inggris Jerman 0 Kanada Sumber : www.trademap.org, diolah 261 Tiongkok menjadi importir Nikel terbesar dunia sebagai bahan baku industri stainless-steel Impor Nikel bergerak fluktuatif dalam 5 tahun terakhir namun dengan tren yang menurun. Pada 2017, total impor Nikel dunia sebesar US$22,6 miliar, meningkat 7,9% dibandingkan tahun sebelumnya. • Nikel impor mengalami peningkatan di tahun 2017 setelah dua tahun sebelumnya mengalami penurunan. Pada tahun 2017, impor Nikel dunia tercatat sebesar US$ 22,6 miliar atau meningkat sebesar 7,9% dibandingkan tahun 2016 karena meningkatnya permintaan dari industri stainless-steel dan mobil listrik. • Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat, Tiongkok menjadi konsumen utama Nikel dunia dengan nilai mencapai US$ 4 milyar di tahun 2017 yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan stainless-steell. Skrap Nikel Pelat Nikel Total Produk Nikel (Skala Kanan) 30.000 22.628 722 856 2.392 1.219 748 1.678 632 775 2.288 1.519 936 1.470 5.179 20.972 5.117 9.894 40.000 26.719 4.402 9.989 548 642 2.002 1.153 784 1.451 31.792 13.920 Nikel Tidak Ditempa Batang dan Kawat Nikel Barang Lain dari Nikel 851 927 2.381 1.492 1.017 1.486 5.000 6.898 10.000 29.587 679 912 3.256 1.472 1.098 1.367 15.000 6.661 20.000 14.141 Mata Nikel Bubuk/Serpih Nikel Pipa Nikel 16.740 Impor Nikel Dunia 0 20.000 10.000 0 2013 2014 2015 2016 2017 Share Nilai Impor Nikel berdasarkan Jenis 15% Skrap Nikel Batang dan Kawat Nikel Pipa Nikel 52,65% 47,80% Bubuk/Serpih Nikel Pelat Nikel Barang Lain dari Nikel 52,10% 47,63% 11,01% 10% 7,49% 9,54% 8,56% 60% 43,73% 10,57% 40% 5% 20% 0% 0% 2013 2014 2015 2016 2017 Tren Nilai Impor Nikel berdasarkan Negara 2017 1.876 1.902 1.356 993 1.255 2016 1.823 1.804 1.437 1.251 1.454 2015 2.411 2.856 2.302 1.746 2.074 Tiongkok 2014 2.859 3.441 2.629 1.973 2.420 6.000 4.000 2.000 0 4.525 4.097 5.155 4.957 4.643 2013 Amerika Serikat Jepang Jerman Norwegia Sumber : www.trademap.org, diolah 262 Relaksasi kebijakan pelarangan ekspor Bijih Nikel mendorong peningkatan ekspor Bijih Nikel Pasca pelarangan ekspor Bijih Nikel di awal tahun 2014, pemerintah melakukan relaksasi kebijakan dengan memberikan izin kepada 12 perusahaan untuk melakukan ekspor Bijih Nikel pada tahun 2017. Hasilnya pada tahun 2017, terdapat ekspor Bijih Nikel sebesar 4,8 juta ton atau setara dengan US$ 155 juta. • Indonesia kembali melakukan ekspor Bijih Nikel sejak 2017 setelah pemerintah memberikan izin kepada beberapa perusahaan yang memiliki kemajuan yang baik dalam membangun smelter. Tercatat terdapat ekspor Bijih Nikel sebesar 4,88 juta ton atau setara dengan US$155 juta pada tahun 2017. Sedangkan di tahun 2018 hingga bulan September, ekspor Bijih Nikel telah mencapai 14,6 juta ton atau setara dengan US$465 juta. Sebanyak 97,4% (4,81 juta ton) dari ekspor Bijih Nikel di tahun 2017 dikirim ke Tiongkok dan sisanya dikirim ke Ukraina. Ekspor Bijih Nikel Indonesia 80.000 573,18% 565,65% 64.803 60.000 40.000 20.000 Volume Ekspor (dlm Ribu Ton) Pertumbuhan Volume Ekspor (yoy) 33,75% 13,17% 1.685 -93,58% -94,90% 4.160 86 0 2013 2014 Periode pelarangan ekspor Bijih Nikel 0 0 14.642 0 2015 155 0 2016 4.883 2017 465 800,00% 600,00% 400,00% 200,00% 0,00% -200,00% (yoy) Juta US$/Ribu Ton Nilai Ekspor (dlm Juta USD) Pertumbuhan Nilai Ekspor (yoy) Jan-Sep 2018 Nilai Impor (dlm Ribu USD) Volume Impor (dlm Kilogram) Pertumbuhan Nilai Impor (yoy) Pertumbuhan Volume Impor (yoy) 2.500 2.000 0,00% -41,16% -55,00% 1.500 1.000 500 9 875 0 2013 -99,89% 1 0 2014 0,00% 0,00% 1.877 0,00% 0,00% 0 40,00% 0,00% 12,95% -99,29% -98,06% 15 1 38 27 0 80,00% 40,74% 2.120 -40,00% (yoy) -80,00% -120,00% 2015 2016 2017 Jan-Sep 2018 Tren Nilai Ekspor Bijih Nikel Indonesia berdasarkan Negara 2014 2015 2016 2017 1.447 2013 2000 1500 11 0 0 0 0 27 2 0 0 0 21 1 0 0 0 64 0 0 0 5 1000 82 0 0 150 Ribu US$/Kilogram Impor Bijih Nikel Indonesia 500 0 Tiongkok Ukraina Sumber : www.trademap.org, diolah Australia Yunani Hongkong 263 Jepang menjadi pasar utama dari ekspor Nikel Indonesia Pada tahun 2017, Indonesia tercatat melakukan ekspor Nikel sebanyak 101 ribu ton atau setara dengan US$647 juta, meningkat 1,86% secara volume dan 8,59% secara nilai dibandingkan tahun lalu. • Ekspor Nikel Indonesia pada 2017 sebesar 101 ribu ton atau naik tipis sebesar 1,86% dibandingkan tahun lalu. Namun secara nilai terjadi peningkatan yang cukup tinggi sebesar 8,59% dari US$596 juta (2016) menjadi US$647 (2017) yang diakibatkan oleh membaiknya harga Nikel. Di tahun 2018, akumulasi ekspor Nikel Indonesia hingga bulan September menunjukkan penurunan sebesar 5,25% (yoy) yang diakibatkan oleh tidak beroperasinya sebagian mesin pemurnian Nikel PT. Vale Indonesia yang memiliki porsi ekspor yang signifikan terhadap produksi Nikel-matte Indonesia. Namun demikian, nilai ekspor Nikel Indonesia meningkat cukup signifikan sebesar 28,18% yang juga disebabkan oleh meningkatnya harga di awal tahun. • Negara tujuan ekspor Nikel Indonesia didominasi oleh Jepang dengan pangsa lebih dari 95%. Hal tersebut terkait dengan kontrak dari PT. Vale Indonesia sebagai eksportir terbesar Nikel Indonesia dengan perusahaan Jepang dimana seluruh produksinya akan dikirim ke Jepang. Ekspor Nikel Indonesia Volume Ekspor (dlm Ribu Ton) Pertumbuhan Volume Ekspor (yoy) 40,00% 28,18% -5,25% 0,00% 1,86% -20,00% 68 99 647 -26,12% 596 105 -23,82% 20,00% 8,59% -5,17% 591 4,25% 806 1.058 100 3,47% -5,21% 942 500 12,37% 5,79% 97 1.000 (yoy) Juta US$/Ribu Ton 1.500 101 Nilai Ekspor (dlm Juta USD) Pertumbuhan Nilai Ekspor (yoy) 0 -40,00% 2013 2014 2015 2016 2017 Jan-Sep 2018 Share Nilai Ekspor Nikel Indonesia berdasarkan Negara 2017 Jepang Singapura Malaysia Amerika Serikat Tiongkok 0,05% 0,02% 1,74% 0,06% 99,88% 96,75% 97,50% Jepang 97,91% 99,53% 99,66% 100,00% 99,65% 99,39% 98,43% 98,54% 96,55% 95,00% 92,50% India 0,07% 98,62% 98,68% 97,90% 90,37% 2017 2016 2015 2014 2013 2012 2011 2010 2009 2008 2007 Thailand 0,14% 2006 2005 90,00% Tren Nilai Ekspor Nikel Indonesia berdasarkan Negara 2015 2016 2017 0,80 0,45 0,57 1,33 0,92 0,11 0,02 0,22 0,03 0,48 0,15 0,27 0,11 0,13 0,36 dalam Juta USD 6,63 11,77 6,88 4,50 11,26 1.200 800 400 0 2014 929 1.041 795 587 633 2013 Jepang (Skala Kiri) Amerika Serikat Thailand India Tiongkok 15 10 5 0 Sumber : www.trademap.org, diolah 264 Indonesia mengekspor Nikel hampir seluruhnya dalam bentuk Nikel-Matte Indonesia melakukan ekspor produk Nikel terbesar dalam bentuk Nikel-Matte. Total ekspor Nikel-Matte Indonesia pada 2017 sebesar US$629 juta atau meningkat 7,7% dibandingkan tahun 2016 yang sebesar US$584 juta. • Nikel-Matte (bijih nikel yang sudah dipisahkan dengan buangannya) menjadi komoditas Nikel utama yang diekspor oleh Indonesia dengan porsi mencapai 97% dari total produk Nikel. Pada tahun 2017, tercatat Indonesia melakukan ekspor Nikel-Matte sebesar US$629 juta atau meningkat sebesar 7,7% dibandingkan tahun 2016 yang disebabkan oleh membaiknya harga Nikel di tahun 2017. Seluruh ekspor Nikel-Matte Indonesia dikirim ke Jepang karena telah terikat kontrak dengan perusahaan pemurnian Nikel Jepang. • Namun demikian, share ekspor Nikel-Matte Indonesia dalam 8 tahun terakhir mengalami tren penurunan walaupun sangat terbatas dari sekitar 99,5% di tahun 2010 menjadi sekitar 97,32% di tahun 2017. Sebaliknya, share Barang Lain dari Nikel terus meningkat menjadi sebesar 2,34% dari total ekspor Nikel. Sebanyak 73,49% Barang Lain dari Nikel Indonesia dijual ke pasar Amerika Serikat. Ekspor Nikel Indonesia berdasarkan Jenis 400 2017 18,39 16,53 14,82 8,03 15,12 2016 0,31 0,25 0,32 0,39 0,17 800 2015 0,02 0,10 0,03 0,24 0,07 1.200 2014 0,92 3,08 1,07 1,35 1,94 922 1.038 790 584 629 2013 Batang dan Kawat Nikel Pipa Nikel 20 15 10 5 0 0 Skrap Nikel Nikel-Matte(Skala Kiri) Barang Lain dari Nikel Tren Share Ekspor Nikel Indonesia berdasarkan Jenis 2,50% Barang Lain dari Nikel 99,57% 99,34% Skrap Nikel 98,84% 2,00% Lainnya 2,34% 1,95% 1,56% 1,84% 0,40% 0,46% 0,74% 0,50% 0,00% 98,11% 97,97% 98,09% 97,32% 98,00% 97,00% 0,29% 0,13% 0,23% 0,30% 2014 2015 2016 2017 0,20% 0,01% 2010 97,91% 0,39% 0,10% 2011 100,00% 99,00% 1,35% 1,50% 1,00% Nikel-Matte(Skala Kanan) 96,00% 2012 2013 Tren Share Ekspor Nikel Indonesia berdasarkan Jenis Barang Lain dari Nikel Skrap Nikel Nikel-Matte Jepang 14,80% Jepang 68,13% Thailand 6,09% Amerika Serikat 73,49% Jepang 100,00% Amerika Serikat 7,70% Sumber : www.trademap.org, diolah India 12,96% Singapura 11,21% India 1,48% Tiongkok 2,37% Lainnya 1,76% 265 Selain mengekspor, Indonesia juga melakukan impor Nikel dari Jepang Nilai impor Nikel Indonesia di tahun 2017 meningkat sebesar 7,71% dengan nilai US$49 juta, atau secara volume meningkat sebesar 72,39%. Pada tahun 2018, akumulasi hingga bulan September terdapat peningkatan impor mencapai 51,88% (yoy). • Pada tahun 2017 terdapat impor produk Nikel sebesar 5 ribu ton atau setara dengan US$ 49 juta, secara volume meningkat pesat sebesar 72,39% dibanding tahun lalu yang hanya sebesar 3 ribu ton dan secara nilai juga meningkat sebesar 7,71% dibandingkan tahun lalu sebesar US$ 46 juta. • Share impor Nikel Indonesia terbesar pada tahun 2017 berasal dari negara Jepang (26,57%), Tiongkok (14,81%), Swiss (8,96%), Korea Selatan (6,41%), dan Singapura (5,80%). Tren peningkatan impor tertinggi yang diukur berdasarkan CAGR adalah Korea Selatan dengan peningkatan sebesar 22,75%. Sedangkan impor dari Jepang dibandingkan posisi 5 tahun mengalami penurunan sebesar 5,73%. Impor Nikel Indonesia Volume Impor (dlm Ribu Ton) Pertumbuhan Volume Impor (yoy) 51,88% 80 49 4 65 68 20 -4,51% 2 -6,31% 3 40,00% 7,71% 0,00% 9,61% 5 56 -25,42% -38,85% 40 -5,98% 3 72,39% 14,30% 9,65% 49 32,84% 46 60 80,00% (yoy) Juta US$/Ribu Ton Nilai Impor (dlm Juta USD) Pertumbuhan Nilai Impor (yoy) -40,00% 4 0 -80,00% 2013 2014 2015 2016 2017 Jan-Sep 2018 Share Nilai Impor Nikel Indonesia berdasarkan Negara Austria 2,49% Lainnya 10,19% Perancis 4,51% Italia 25,73% Kanada 3,52% Singapura 4,50% Amerika Serikat 4,96% Swiss 5,83% Lainnya 14,75% Jepang 26,57% Kanada 4,57% Amerika Serikat 4,91% Jepang 25,65% Jerman 6,59% Jerman 3,37% Tiongkok 14,81% Korea Selatan 6,41% Singapura 5,80% Jamaika 5,33% Tiongkok 7,11% 2017 Swiss 8,96% Tren Impor Nikel Indonesia berdasarkan Negara 2013 2014 2015 2016 2017 dalam Juta USD 3,98 7,48 2,68 1,29 4,40 1,13 2,92 3,26 0,93 3,15 3,07 7,09 3,88 4,19 2,85 Jepang 4,86 3,57 4,63 5,23 7,26 -5,73% 17,50 14,74 14,46 16,26 13,03 2013 Finlandia 3,43% Tiongkok Swiss Korea Selatan Singapura Sumber : www.trademap.org, diolah 20 15 10 5 0 266 Produk Nikel yang diimpor Indonesia terbesar dalam bentuk Batang dan Kawat Nikel Impor Nikel terbesar Indonesia pada tahun 2017 berupa Batang dan Kawat Nikel yang mencakup porsi 28,97% dari total impor Nikel Indonesia atau secara nilai sebesar US$14,21 juta. • Impor Nikel terbesar Indonesia berupa produk Batang dan Kawat Nikel dengan nilai US$14,21 juta. Namun demikian dibandingkan posisi 5 tahun lalu, terdapat penurunan yang cukup signifikan dengan CAGR sebesar 15,18%. Penurunan impor Nikel terbesar lain adalah produk Barang Lain dari Nikel sebesar -10,56%. Sedangkan peningkatan impor rata-rata dalam 5 tahun terjadi pada produk Nikel yang Tidak Ditempa (unwrought nickel) yang meningkat sebesar 5,64% dan produk Pelat Nikel sebesar 2,04%. • Supplier produk Batang dan Kawat Nikel berasal dari negara Jepang dan Swiss dengan share masing-masing sebesar 33,47% dan 29,80% dari total impor Batan dan Kawat Nikel Indonesia. Sedangkan supplier produk Nikel Tidak Ditempa sebagian berasal dari Tiongkok (39,86%), Jepang (23,23%), da Impor Nikel Indonesia berdasarkan Jenis 2013 2014 32,38 24,23 14,38 11,01 14,21 2015 2016 2017 40 4,91 9,48 11,04 9,35 4,02 10,18 9,77 6,89 9,50 5,83 30 10,65 7,76 8,90 6,27 11,79 8,96 12,53 6,29 8,47 11,79 dalam Juta USD Pelat Nikel Pipa Nikel Barang Lain dari Nikel 20 10 0 Nikel Tidak Ditempa Batang dan Kawat Nikel Eksportir Nikel Indonesia berdasarkan Jenis Produk (2017) Share Nilai Impor Nikel Indonesia berdasarkan Jenis Nikel Tidak Ditempa Pelat Nikel Barang Lain dari Nikel 3,11% 26,61% 24,60% 5,09% Batang dan Kawat Nikel Pipa Nikel Lainnya 11,88% 2,88% 24,04% Lainnya 9,31% Australia 6,87% AS 11,23% Nikel Tidak Ditempa Pelat Nikel Singapura 11.53% 2017 Kanada 14,95% 24,03% 17,70% Jamaika 22,20% Lainnya 17,24% Tiongkok 39,86% 8,20% 2010 22,90% Korsel 5,78% 28,97% Jepang 18,53% Jepang 23,23% Jerman 4,48% Austria 5,90% Korsel 19,27% Lainnya 12,43% Jepang 33,47% Batang dan Kawat Nikel Perancis 13,91% Sumber : www.trademap.org, diolah Swiss 29,80% 267 Indonesia memiliki daya saing yang cukup bagus dalam produk Bijih Nikel dan Nikel-Matte Indonesia memiliki keunggulan komparatif terhadap beberapa produk Nikel seperti Bijih Nikel dan Konsentrat, Nikel-Matte, dan Barang Lain dari Nikel yang ditandai dengan nilai RSCA yang positif. Jenis Produk No 1 2 3 6 1 2 Nikel-Matte 3 1 2 Nikel Tidak 3 Ditempa 77 1 2 Skrap Nikel 3 31 1 2 Bubuk/Serpih 3 Nikel 55 1 Batang dan Kawat 2 3 Nikel 47 1 2 Pelat Nikel 3 49 1 2 Pipa Nikel 3 40 1 2 Barang Lain dari 3 Nikel 47 Bijih Nikel dan Konsentrat Negara Filipina Kaledonia Baru Amerika Serikat Indonesia Kanada Indonesia Rusia Kanada Belanda Rusia Indonesia Amerika Serikat Inggris Jerman Indonesia Kanada Inggris Jepang Indonesia Amerika Serikat Jerman Inggris Indonesia Jerman Amerika Serikat Jepang Indonesia Amerika Serikat Inggris Swedia Indonesia Amerika Serikat Inggris Jerman Indonesia Rata-Rata RSCA 2013 2014 2015 2016 2017 0.98 1.00 -0.27 0.02 0.88 0.90 -0.29 0.69 0.57 0.79 -0.99 0.35 0.76 0.11 -0.57 0.87 0.73 0.56 -1.00 0.51 0.24 0.52 -0.99 0.58 0.58 0.36 -0.98 0.28 0.64 0.71 -0.94 0.57 0.47 -0.09 0.06 0.97 1.00 -0.97 0.95 0.89 0.90 -1.00 0.71 0.55 0.80 -1.00 0.37 0.76 0.11 -0.73 0.87 0.71 0.55 -1.00 0.39 0.19 0.32 -1.00 0.53 0.58 0.50 -0.99 0.22 0.65 0.59 -0.94 0.61 0.37 -0.13 0.18 0.98 1.00 -0.73 0.40 0.90 0.92 -1.00 0.64 0.57 0.78 -1.00 0.30 0.76 0.15 -0.41 0.87 0.77 0.54 -1.00 0.46 0.22 0.51 -0.99 0.58 0.57 0.43 -0.99 0.30 0.64 0.63 -0.95 0.62 0.40 -0.12 0.12 0.97 1.00 0.15 -1.00 0.90 0.91 -0.82 0.65 0.54 0.79 -1.00 0.35 0.76 0.17 -0.66 0.87 0.75 0.56 -1.00 0.55 0.31 0.54 -1.00 0.61 0.61 0.32 -0.98 0.29 0.62 0.66 -0.93 0.59 0.43 -0.08 0.11 0.98 1.00 0.05 -1.00 0.88 0.90 0.58 0.73 0.58 0.82 -0.97 0.38 0.77 0.10 -0.54 0.86 0.70 0.58 -1.00 0.61 0.23 0.62 -0.97 0.58 0.58 0.32 -0.95 0.24 0.64 0.83 -0.91 0.54 0.53 -0.05 -0.17 0.97 1.00 0.15 0.78 0.83 0.89 0.77 0.73 0.61 0.76 -1.00 0.36 0.75 0.01 -0.53 0.87 0.72 0.55 -1.00 0.57 0.23 0.60 -0.99 0.60 0.60 0.24 -0.99 0.34 0.66 0.85 -0.96 0.50 0.63 -0.05 0.05 • Keunggulan komparatif Indonesia tertinggi terhadap komoditas Nikel adalah produk Mate Nikel dengan nilai RSCA sebesar 0,89. Daya saing Mate Nikel Indonesia bahkan lebih tinggi dibanding produk sejenis dari Kanada dan Rusia yang merupakan 3 besar eksportir Mate Nikel pada 2017. • Produk Bijih Nikel dan konsentrat juga menunjukkan daya saing yang baik pada 2017 pasca dua tahun pelarangan ekspor Bijih Nikel. Namun demikian, daya saing Indonesia masih lebih rendah dibandingkan Filipina dan Kaledonia Baru. Sumber : www.trademap.org, diolah 268 Proyeksi Ekspor Nikel Ke Pasar Utama Proyeksi Ekspor Nikel Indonesia ke Jepang Proyeksi Ekspor Nikel Indonesia ke Jepang diproyeksikan meningkat sebesar 22,6% di tahun 2018, namun di tahun 2019 tipis sebesar 3,3%. Ekspor Nikel Olahan ke Jepang (dlm Juta USD) Pertumbuhan Ekspor Nikel Olahan ke Jepang (% yoy) 1.000 400 802 587 633 600 10,00% 3,33% 0,00% (% yoy) Juta USD 795 7,88% 776 20,00% 800 200 30,00% 22,60% -10,00% -23,62% -20,00% -26,23% 0 -30,00% 2015 2016 2017 2018P • Jepang menjadi pasar utama Nikel Indonesia dengan share lebih dari 95% dari total ekspor Nikel Indonesia, terutama dalam bentuk Nikel-Matte. Di tahun 2018, diperkirakan nilai ekspor Nikel Indonesia ke Jepang sebesar US$776 juta atau tumbuh 22,60% dibandingkan tahun 2017. Pertumbuhan yang cukup pesat tersebut didorong oleh perbaikan harga Nikel yang terjadi di tahun 2018. 2019P • Di tahun 2019, ekspor Nikel ke Jepang diproyeksikan akan melambat menjadi hanya tumbuh sebesar 3,33% akibat stagnasi harga Nikel dan risiko pelemahan perekonomian global. Namun proyeksi tersebut dapat meningkat dari faktor internal apabila terdapat peningkatan kapasitas pengolahan Nikel dalam negeri yang sedang dilakukan oleh beberapa perusahaan dan dari faktor eksternal, risiko perang dagang antara Tiongkok dan AS dapat teratasi. Proyeksi Ekspor Nikel Indonesia ke Pasar Utama Lain 2017 2018P 2019P 0,29 0,24 0,36 0,13 0,11 0,31 0,28 0,48 0,03 0,22 1,39 1,15 0,92 0,57 1,33 9,83 8,81 4,50 5 6,88 Juta USD 15 10 2016 11,26 2015 0 Amerika Serikat Thailand India Tiongkok Ekspor nkel olahan ke pasar lain juga diproyeksikan bergerak fluktuatif akibat ketidakpastian perekonomian dunia, terutama yang terkait dengan pasar AS dan Tiongkok. • Pasca peningkatan ekspor Nikel yang cukup tinggi di tahun 2017, ekspor Nikel ke AS di tahun 2018 diperkirakan akan melemah sebesar -21,75% menjadi US$8,81 juta. Pasar AS yang menjadi pasar ekspor produk Anoda Elektroplanting yang mengandung Nikel mengalami pelemahan karena pemerintah AS lebih selektif terhadap impor barang yang mengandung metal. Namun di tahun depan, ekspor ke AS dapat kembali tumbuh positif apabila pemerintah AS lebih melunak terhadap impor metal. • Pasar India dan Tiongkok diproyeksikan juga akan tumbuh negatif di tahun 2018 akibat pelemahan perekonomian domestik dan ketidakpastian global. Sedangkan ekspor ke Thailand perkirakan masih akan positif di tahun 2018 dan 2019. Sumber : Oxford Economics, diolah 269 Proyeksi Ekspor Nikel Ke Pasar Utama Harga Nikel Dunia Setelah mengalami perbaikan di awal tahun, harga Nikel dunia per Desember 2018 kembali anjlok ke level US$11.000an. Harga Nikel Kontrak 3 Bulan LME (per Metriks Ton) 20.000 15.325 15.540 16.000 12.305 11.010 10.270 11.320 12.000 9.750 8.000 9.200 8.700 01-2019 07-2018 01-2018 07-2017 01-2017 07-2016 01-2016 07-2015 01-2015 4.000 • Harga Nikel dunia sempat mengalami rebound di pertengahan tahun 2017 hingga awal tahun 2018 yang didorong oleh meningkatnya produksi stainless-steel dan permintaan baterai untuk mobil listrik hingga puncaknya berada di kisaran US$ 15 ribu per MT. • Namun, harga Nikel kembali anjlok lebih dari 20% ke level US$ 11 ribu per MT karena munculnya kekhawatiran perang dagang antara AS dan Tiongkok. Proyeksi Harga Nikel Dunia Proyeksi Harga Nikel Oxford Economics 16000 15.000 14.948 14.148 13.801 13.939 13.529 13.665 13.300 14000 12.600 12.305 13.250 13.413 12.698 13.077 12.537 12.371 12000 10.675 9.955 9.335 10000 10.725 Proyeksi Harga Nikel Konsensus Harga Nikel Kontrak 3 Bulan Q2-2020 Q1-2020 Q4-2019 Q3-2019 Q2-2019 Q1-2019 Q4-2018 Q3-2018 Q2-2018 Q1-2018 Q4-2017 Q3-2017 Q2-2017 Q1-2017 8000 Diproyeksikan harga Nikel akan meningkat di tahun 2019 di kisaran US$12.000-US$13.000 per MT karena meningkatnya permintaan dari industri stainless-steel dan mobil listrik. • Walaupun harga Nikel sempat anjlok di akhir tahun 2018 yang diakibatkan oleh kekhawatiran perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, harga Nikel diproyeksikan akan kembali rebound di tahun 2019 yang didorong oleh berkurangannya supply dari Filipina. • meningkatnya permintaan dari industri stainless-steel yang menjadi konsumen utama Nikel dan peningkatan permintaan dari industri mobil listrik yang semakin populer di kalangan negara maju. Harga Nikel berdasarkan proyeksi konsensus diperkirakan akan berada di kisaran US$12.000 per MT di kuartal II 2019 dan akan bergerak naik ke level US$13.000 per MT di kuartal III dan IV. Sumber : World Bank, Bloomberg 270 Proyeksi Ekspor Proyeksi Ekspor Nikel Indonesia Nilai Ekspor Nikel Indonesia Growth 1.200 30,0% 1.000 22,2% 12,4% 20,0% 10,0% 8,6% 800 Juta USD 3,4% 0,0% 600 -5,2% -10,0% -23,8% 400 -20,0% -26,1% 200 942 1.058 806 596 647 790 818 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019P - -30,0% -40,0% Ekspor Nikel Indonesia tumbuh sebesar 22,2% di tahun 2018 yang didorong oleh membaiknya harga Nikel. Proyeksi di tahun 2019, pertumbuhan Nikel akan melambat menjadi sebesar 3,4% yang disebabkan oleh ketidakpastian perekonomian global • Ekspor Nikel Indonesia sangat dipengaruhi oleh ekspor Nikel-Matte ke Jepang karena mencakup lebih dari 95% dari total ekspor Nikel Indonesia. Sehingga adanya perubahan dari ekspor Nikel-Matte sangat mempengaruhi performa ekspor Nikel secara keseluruhan. Pada tahun 2018, ekspor Nikel-Matte secara volume kurang baik, namun nilai ekspor Nikel tetap dapat tumbuh yang didorong oleh membaiknya harga Nikel dunia di tahun 2018, terutama di awal. Walaupun untuk produk Barang dari Nikel dengan pasar Amerika Serikat mengalami penurunan, namun penurunan tersebut tidak terlalu signifikan berpengaruh terhadap total ekspor Nikel karena share-nya yang sangat rendah. Sehingga ekspor Nikel secara keseluruhan pada tahun 2018 sebesar US$790 juta atau tumbuh sebesar 22,2% dibandingkan tahun lalu. • Di tahun 2019, pertumbuhan ekspor Nikel diperkirakan akan tumbuh lebih lambat sebesar 3,4%. Hal tersebut dipengaruhi oleh ketidakpastian perekonomian global terutama kesepakatan dagang antara pemerintah Tiongkok dengan pemerintah Amerika Serikat. Pelemahan perekonomian global diperkirakan juga akan mempengaruhi pelemahan pertumbuhan ekspor Nikel Indonesia di tahun 2019. Upside Risk Downside Risk 1. kesepakatan AS dan Tiongkok terhadap perang dagang berhasil menurunkan tarif. 2. Permintaan dari industri stainless-steel lebih tinggi dari proyeksi karena industri stainlesssteel merupakan konsumen utama nikel dunia. 3. Beberapa proyek smelter yang sedang dibangun sudah dapat memproduksi nikel. 1. Perang dagang antara AS dan Tiongkok tidak menemui titik terang dan berlarut-larut. 2. Harga kembali anjlok sebagai dampak dari perang dagang. 3. Kebijakan relaksasi ekspor Bijih Nikel membuat beberapa perusahaan pemurnian nikel terdisinsentif untuk melakukan permurnian. Sumber : Trademap.org, Oxford Economics, LPEI, diolah 271 Lampiran Lampiran 1. Nilai Ekspor Bijih Nikel Dunia berdasarkan Negara Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Eksportir Dunia Filipina Kaledonia Baru Amerika Serikat Australia Finlandia Indonesia Kanada Guatemala Belgia Malaysia 2012 4,278 661 243 11 1,225 69 1,489 0 8 0 358 2013 4,508 1,018 195 5 907 139 1,685 2 29 0 327 Nilai (dalam Juta USD) 2014 2015 2016 3,998 2,869 2,023 1,717 740 582 265 237 259 53 353 202 684 520 208 126 103 100 86 0 0 175 145 78 109 87 54 1 0 49 354 218 294 2017 2,139 685 342 242 213 176 155 105 66 58 35 Porsi 2017 (%) 11.07% 3.55% 1.77% 1.25% 1.10% 0.91% 0.80% 0.54% 0.34% 0.30% 0.18% 2013 5.40% 53.99% -19.74% -51.99% -25.98% 100.36% 13.17% 409.50% 240.08% NA -8.78% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 -11.33% -28.22% -29.48% 68.69% -56.92% -21.34% 35.54% -10.44% 9.11% 891.55% 570.53% -42.77% -24.53% -23.94% -60.01% -9.37% -18.41% -2.17% -94.90% NA NA 10064.41% -16.69% -46.19% 278.70% -20.50% -37.60% 75.63% -86.12% 62810.26% 8.48% -38.38% 34.41% 2017 5.71% 17.76% 32.38% 19.77% 2.54% 74.97% NA 34.00% 22.19% 18.71% -88.01% CAGR 2013-2017 -13.85% -7.61% 11.88% 114.65% -25.12% 4.82% -37.94% 127.59% 18.08% 183.16% -35.96% Lampiran 2. Volume Ekspor Bijih Nikel Dunia berdasarkan Negara Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Eksportir Dunia Filipina Kaledonia Baru Indonesia Guatemala Turki Australia Tanzania Rusia Belgia Finlandia 2012 82,834 28,676 4,302 48,449 174 294 597 0 67 0 33 2013 118,974 47,754 4,481 64,803 651 104 519 0 13 0.08 139 Nilai (dalam Ribu Ton) 2014 2015 57,220 38,592 43,864 29,932 5,323 4,583 4,160 0 2,457 2,612 164 80 368 347 0 3.5 0.04 35 0.28 0 103 99 2016 42,554 33,846 5,589 0 2,023 83 214 1.4 134 55 83 Porsi 2017 2017 (%) 52,278 100.00% 38,016 72.72% 5,903 11.29% 4,939 9.45% 2,475 4.73% 240 0.46% 178 0.34% 165 0.32% 123 0.24% 55 0.11% 49 0.09% 2013 43.63% 66.53% 4.15% 33.75% 273.69% -64.57% -13.08% NA -80.53% NA 320.26% Pertumbuhan (% yoy) CAGR 2014 2015 2016 2017 2013-2017 -51.91% -32.56% 10.27% 22.85% -15.17% -8.15% -31.76% 13.08% 12.32% -4.46% 18.80% -13.91% 21.95% 5.62% 5.67% -93.58% NA NA NA -40.24% 277.12% 6.32% -22.56% 22.34% 30.60% 57.29% -51.05% 3.40% 189.14% 18.15% -29.03% -5.66% -38.49% -16.61% -19.25% NA NA -60.11% 11643.77% NA -99.69% 88575.00% 276.96% -7.98% 56.49% 264.10% 20.42% 16121.64% -0.39% 271.59% -25.82% -4.46% -16.07% -40.57% -18.78% Lampiran 3. Nilai Impor Bijih Nikel Dunia berdasarkan Negara Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 26 Eksportir Dunia Tiongkok Kanada Korea Selatan Jepang Finlandia Ukraina Belgia Makedonia Rusia Belanda Indonesia 2012 6,867 5,247 348 143 346 441 101 0 146 0 14 0 2013 6,559 5,137 182 156 320 356 131 2 100 51 0 0 Nilai (dalam Juta USD) 2014 2015 6,019 4,006 4,577 2,622 97 166 142 160 374 295 507 292 77 86 1 0 108 89 55 39 0 0 0 0 Sumber : Trademap (diolah) 2016 2,621 1,528 161 148 186 167 70 45 24 60 0 0 2017 2,964 2,083 201 195 189 130 64 35 31 10 7 0 Porsi 2017 (%) 2013 100.00% -4.50% 70.27% -2.11% 6.79% -47.74% 6.57% 9.06% 6.38% -7.47% 4.38% -19.14% 2.17% 29.00% 1.17% 526.62% 1.05% -31.53% 0.33% 35923.94% 0.24% -99.98% 0.001% -55.00% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 -8.22% -33.45% -34.57% -10.89% -42.71% -41.74% -46.53% 70.97% -3.35% -9.28% 12.96% -7.76% 16.62% -21.10% -36.98% 42.27% -42.43% -42.89% -41.51% 12.78% -18.98% -62.64% -87.24% 48982.61% 8.44% -18.06% -72.56% 7.14% -29.27% 54.58% 800.00% -7.41% -100.00% -100.00% NA NA 2017 13.07% 36.32% 25.44% 31.94% 1.85% -22.14% -8.29% -22.99% 27.20% -83.62% NA 40.74% CAGR 2013-2017 -14.69% -16.52% 2.08% 4.52% -10.00% -18.29% -13.29% 78.29% -20.88% -28.12% 374.13% 33.39% 272 Lampiran Lampiran 4. Volume Impor Bijih Nikel Dunia berdasarkan Negara Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 28 Eksportir 2012 71,962 62,441 4,685 1,462 1,422 1,518 256 0 0 20 0 0 Dunia Tiongkok Jepang Korea Selatan Ukraina Makedonia Finlandia Virgin Island Belgia Kanada Rusia Indonesia 2013 81,410 71,240 4,963 1,784 1,834 1,260 240 0 1 12.34 31 0 Nilai (dalam Ribu Ton) 2014 2015 2016 57,258 46,312 42,387 47,812 35,415 32,110 4,612 4,395 3,745 1,835 2,794 3,300 1,145 1,462 1,372 1,474 1,358 730 307 270 209 0 400.0 605.0 0.38 0 56 6.97 13 19 34 30 62 0 0 0 Porsi 2017 2017 (%) 2013 44,414 84.96% 13.13% 35,029 67.00% 14.09% 3,596 6.88% 5.94% 3,375 6.46% 22.03% 1,314 2.51% 29.00% 738 1.41% -17.02% 145 0.28% -6.03% 110 0.21% NA 42 0.08% 998.70% 35 0.07% NA 11 0.02% 23319.55% 0 0.00% 0.00% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 -29.67% -19.12% -8.47% -32.89% -25.93% -9.33% -7.07% -4.72% -14.78% 2.86% 52.27% 18.09% -37.60% 27.75% -6.16% 16.98% -7.83% -46.28% 27.93% -12.20% -22.43% NA NA 51.25% -55.32% -78.84% 69788.75% -43.51% 84.02% 46.13% 8.98% -11.00% 103.91% -100.00% NA NA 2017 4.78% 9.09% -3.98% 2.29% -4.24% 1.17% -30.77% -81.82% -24.57% 86.72% -82.70% 0.00% CAGR 2013-2017 -11.41% -13.24% -6.24% 13.60% -6.45% -10.14% -9.61% NA 118.54% 23.18% -19.31% 14.87% Lampiran 5. Nilai Ekspor Nikel Dunia berdasarkan Negara Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Eksportir Dunia Kanada Rusia Amerika Serikat Inggris Jerman Norwegia Finlandia Indonesia Belanda Malaysia 2012 27,386 5,246 3,950 2,170 1,498 1,405 1,633 774 993 998 38 2013 27,845 4,613 3,775 2,107 1,445 1,324 1,387 631 942 866 69 Nilai (dalam Juta USD) 2014 2015 2016 30,314 25,363 18,537 4,768 4,127 3,111 4,021 2,665 2,019 2,206 2,187 1,882 1,510 1,255 1,086 1,394 1,232 986 1,456 1,179 910 595 449 543 1,058 806 596 1,060 816 737 666 1,422 525 Porsi 2017 2017 (%) 19,322 100.00% 2,841 14.71% 2,058 10.65% 2,006 10.38% 1,209 6.26% 1,202 6.22% 904 4.68% 756 3.91% 647 3.35% 630 3.26% 596 3.09% 2013 1.68% -12.08% -4.43% -2.90% -3.52% -5.79% -15.04% -18.40% -5.21% -13.20% 82.15% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 8.87% -16.33% -26.91% 3.37% -13.44% -24.63% 6.51% -33.72% -24.25% 4.68% -0.84% -13.97% 4.48% -16.86% -13.52% 5.30% -11.61% -20.01% 4.96% -19.05% -22.82% -5.74% -24.60% 20.99% 12.37% -23.82% -26.12% 22.32% -22.98% -9.66% 866.28% 113.42% -63.10% CAGR 2017 2013-2017 4.24% -7.05% -8.65% -9.24% 1.96% -11.43% 6.61% -0.98% 11.38% -3.50% 21.97% -1.91% -0.59% -8.20% 39.24% 3.67% 8.59% -7.24% -14.58% -6.18% 13.65% 53.95% 2013 18.48% 7.83% 5.79% 1.37% -7.85% 269.90% -1.52% -10.06% -0.61% -10.76% -0.78% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 11.14% 0.60% -3.89% 0.38% -10.42% 6.24% 3.47% 4.24% -4.80% 10.93% -4.93% -1.13% -23.59% 1.69% 86.04% 978.03% 31.34% -5.31% -4.54% 9.88% 0.42% 323.49% 162.92% -47.31% 14.43% -4.39% -35.83% -9.45% -6.79% 6.29% 30.40% 21.66% 0.87% CAGR 2017 2013-2017 -2.74% 0.89% 6.53% 0.35% -2.66% -0.01% 5.49% 1.92% 31.65% 13.73% 49.41% 82.11% -9.72% -1.00% 4.75% 43.78% 46.20% 0.52% -11.71% -4.56% -20.10% 5.04% Lampiran 6. Volume Ekspor Nikel Dunia berdasarkan Negara Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Eksportir Dunia Rusia Indonesia Amerika Serikat Finlandia Filipina Norwegia Malaysia Jerman Inggris Jepang 2012 1,543 223 92 79 50 1 92 14 71 88 31 2013 1,828 241 97 80 46 4 91 12 70 78 30 Nilai (dalam Ribu Ton) 2014 2015 2,031 2,044 242 217 100 105 89 85 35 36 47 62 87 95 52 136 81 77 71 66 39 48 Sumber : Trademap (diolah) 2016 1,964 230 100 84 66 58 96 72 49 70 48 2017 1,910 245 97 88 88 87 86 75 72 62 39 Porsi 2017 (%) 100.00% 12.83% 5.08% 4.63% 4.58% 4.56% 4.52% 3.94% 3.78% 3.25% 2.03% 273 Lampiran Lampiran 7. Nilai Impor Nikel Dunia berdasarkan Negara Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 37 Eksportir Dunia Tiongkok Amerika Serikat Jepang Jerman Norwegia Inggris Perancis Taiwan Korea Selatan Italia Indonesia 2012 30,694 4,823 3,335 2,624 2,358 2,316 1,599 1,314 678 1,106 969 51 2013 29,657 4,525 2,859 2,411 1,823 1,876 1,436 1,169 574 1,115 957 68 Nilai (dalam Juta USD) 2014 2015 2016 31,936 26,981 21,187 4,097 5,155 4,957 3,441 2,629 1,973 2,856 2,302 1,746 1,804 1,437 1,251 1,902 1,356 993 1,414 1,251 1,004 1,136 937 698 669 567 707 980 778 747 996 802 633 65 49 46 Porsi 2017 2017 (%) 22,765 100.00% 4,643 20.40% 2,420 10.63% 2,074 9.11% 1,454 6.39% 1,255 5.51% 1,171 5.15% 825 3.62% 825 3.62% 801 3.52% 742 3.26% 49 0.22% 2013 -3.38% -6.19% -14.28% -8.15% -22.68% -19.03% -10.17% -11.02% -15.42% 0.88% -1.29% 32.83% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 7.69% -15.52% -21.47% -9.45% 25.81% -3.83% 20.35% -23.58% -24.97% 18.46% -19.38% -24.16% -1.05% -20.36% -12.91% 1.41% -28.70% -26.78% -1.55% -11.52% -19.75% -2.82% -17.52% -25.57% 16.60% -15.25% 24.79% -12.12% -20.60% -3.98% 4.11% -19.45% -21.14% -4.51% -25.42% -6.31% 2013 12.24% 32.73% 6.69% -7.20% -6.09% -14.60% -1.12% -15.02% -3.72% 0.04% 1.54% -5.97% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 12.23% 0.09% -0.63% 13.67% 20.05% 24.23% 19.66% 1.44% -0.83% 24.64% -11.87% -9.52% -9.15% -2.51% 2.40% -2.94% 2.24% -24.02% -34.17% 14.50% 188.09% -1.87% -2.03% 11.17% 7.03% 21.30% 54.94% -9.57% -0.36% -8.90% 57.07% -26.23% -12.23% 32.15% -49.30% 14.37% 2017 7.45% -6.33% 22.67% 18.77% 16.17% 26.35% 16.64% 18.28% 16.60% 7.25% 17.24% 7.71% CAGR 2013-2017 -5.15% 0.52% -3.28% -2.97% -4.43% -7.73% -4.00% -6.73% 7.53% -6.40% -4.96% -6.39% Lampiran 8. Volume Impor Nikel Dunia berdasarkan Negara Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 27 Eksportir Dunia Tiongkok Jepang Amerika Serikat Norwegia Jerman Finlandia Inggris Taiwan Perancis Kanada Indonesia 2012 1,850 317 206 170 191 155 41 118 37 71 56 3.72 2013 2,077 421 219 158 180 133 41 100 35 71 57 3.49 Nilai (dalam Ribu Ton) 2014 2015 2,330 2,333 478 574 263 266 197 173 163 159 129 132 27 31 98 96 38 46 64 64 89 66 4.62 2.34 2016 2,318 713 264 157 163 100 88 107 71 58 58 2.68 2017 2,230 636 273 193 138 110 107 96 70 63 62 4.33 Porsi 2017 (%) 100.00% 28.53% 12.25% 8.65% 6.20% 4.92% 4.81% 4.29% 3.16% 2.83% 2.77% 0.19% CAGR 2017 2013-2017 -3.81% 1.43% -10.83% 8.62% 3.43% 4.48% 22.97% 4.10% -15.22% -5.12% 9.80% -3.71% 21.52% 21.42% -10.87% -0.97% -0.65% 14.85% 7.90% -2.40% 6.84% 1.68% 61.61% 4.37% Lampiran 9. Nilai Ekspor Nikel Dunia berdasarkan Produk Produk Total Produk Nikel Nikel-Matte Nikel Tidak Ditempa Skrap Nikel Bubuk/Serpih Nikel Batang dan Kawat Nikel Pelat Nikel Pipa Nikel Barang Lain dari Nikel HS Code 75 7501 7502 7503 7504 7505 7506 7507 7508 2012 27,123 5,316 13,345 718 815 3,124 1,496 1,099 1,209 Sumber : Trademap (diolah) 2013 27,831 5,059 13,691 620 770 3,986 1,298 1,073 1,334 Nilai (dalam Juta USD) 2014 2015 30,297 25,333 4,950 4,304 16,804 13,877 800 578 851 706 3,168 2,281 1,239 1,288 1,078 994 1,406 1,305 2016 18,507 3,514 8,860 500 596 1,910 970 896 1,261 2017 19,300 3,980 8,302 634 768 2,318 1,037 817 1,444 Porsi 2017 (%) 100.00% 20.62% 43.02% 3.29% 3.98% 12.01% 5.37% 4.23% 7.48% 2013 2.61% -4.85% 2.60% -13.64% -5.53% 27.60% -13.21% -2.42% 10.34% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 8.86% -16.38% -26.95% -2.16% -13.05% -18.34% 22.74% -17.42% -36.16% 28.99% -27.77% -13.40% 10.53% -17.01% -15.69% -20.52% -27.99% -16.26% -4.54% 3.90% -24.69% 0.51% -7.75% -9.89% 5.40% -7.22% -3.35% CAGR 2017 2013-2017 4.28% -7.06% 13.24% -4.68% -6.29% -9.52% 26.79% 0.46% 28.98% -0.05% 21.34% -10.28% 6.90% -4.40% -8.87% -5.31% 14.52% 1.60% 274 Lampiran Lampiran 10. Volume Ekspor Nikel Dunia berdasarkan Produk Produk Total Produk Nikel Nikel-Matte Nikel Tidak Ditempa Skrap Nikel Bubuk/Serpih Nikel Batang dan Kawat Nikel Pelat Nikel Pipa Nikel Barang Lain dari Nikel HS Code 75 7501 7502 7503 7504 7505 7506 7507 7508 2012 1,543 396 742 154 31 115 49 28 28 2013 1,828 530 875 131 34 137 49 24 49 Nilai (dalam Ribu Ton) 2014 2015 2,031 2,044 589 548 991 1,134 163 138 37 35 131 88 49 49 27 22 45 31 2016 1,964 696 911 148 34 80 42 32 20 Porsi 2017 2017 (%) 1,910 100.00% 747 39.09% 783 40.99% 145 7.61% 42 2.19% 99 5.20% 47 2.46% 24 1.23% 24 1.23% 2013 18.48% 33.85% 17.90% -14.49% 8.91% 18.47% -1.17% -13.84% 76.08% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 11.14% 0.60% -3.89% 11.23% -7.09% 27.14% 13.31% 14.40% -19.64% 23.87% -14.99% 7.17% 9.13% -4.42% -2.30% -4.26% -33.04% -8.88% 0.09% -0.40% -13.34% 9.58% -17.18% 45.76% -6.74% -32.53% -34.15% CAGR 2017 2013-2017 -2.74% 0.89% 7.26% 7.10% -14.06% -2.19% -1.88% 2.06% 21.70% 4.40% 24.66% -6.15% 11.11% -0.81% -27.20% -0.75% 17.00% -13.48% Lampiran 11. Nilai Impor Nikel Dunia berdasarkan Produk Produk Total Produk Nikel Nikel-Matte Nikel Tidak Ditempa Skrap Nikel Bubuk/Serpih Nikel Batang dan Kawat Nikel Pelat Nikel Pipa Nikel Barang Lain dari Nikel HS Code 75 7501 7502 7503 7504 7505 7506 7507 7508 Nilai (dalam Juta USD) 2012 2013 2014 2015 30,292 29,587 31,792 26,719 7,265 6,661 6,898 5,179 14,285 14,141 16,740 13,920 769 679 851 632 943 912 927 775 2,565 3,256 2,381 2,288 2,028 1,472 1,492 1,519 1,166 1,098 1,017 936 1,272 1,367 1,486 1,470 Porsi Pertumbuhan (% yoy) CAGR 2016 2017 2017 (%) 2013 2014 2015 2016 2017 2013-2017 20,972 22,628 100.00% -2.33% 7.45% -15.96% -21.51% 7.90% -5.22% 4,402 5,117 22.61% -8.32% 3.57% -24.92% -15.00% 16.23% -5.14% 9,989 9,894 43.73% -1.01% 18.38% -16.85% -28.24% -0.95% -6.89% 548 722 3.19% -11.77% 25.43% -25.79% -13.30% 31.91% 1.26% 642 856 3.78% -3.25% 1.66% -16.45% -17.05% 33.27% -1.25% 2,002 2,392 10.57% 26.98% -26.89% -3.89% -12.52% 19.50% -5.98% 1,153 1,219 5.39% -27.40% 1.35% 1.81% -24.09% 5.71% -3.71% 784 748 3.31% -5.81% -7.39% -7.99% -16.20% -4.61% -7.39% 1,451 1,678 7.42% 7.53% 8.65% -1.06% -1.26% 15.64% 4.18% Lampiran 12. Volume Impor Nikel Dunia berdasarkan Produk Produk Total Produk Nikel Nikel-Matte Nikel Tidak Ditempa Skrap Nikel Bubuk/Serpih Nikel Batang dan Kawat Nikel Pelat Nikel Pipa Nikel Barang Lain dari Nikel HS Code 75 7501 7502 7503 7504 7505 7506 7507 7508 2012 1,850 704 782 96 35 86 85 31 32 Sumber : Trademap (diolah) 2013 2,077 850 889 96 39 86 60 24 31 Nilai (dalam Ribu Ton) 2014 2015 2,330 2,333 974 857 983 1,118 117 106 38 38 83 87 62 67 35 25 39 34 2016 2,318 950 1,025 111 36 84 62 22 28 Porsi 2017 2017 (%) 2,230 100.00% 935 41.93% 913 40.93% 124 5.54% 46 2.06% 100 4.51% 61 2.75% 24 1.07% 27 1.21% 2013 12.24% 20.71% 13.67% 0.88% 10.14% 0.95% -28.80% -22.57% -1.02% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 12.23% 0.09% -0.63% 14.61% -11.97% 10.77% 10.52% 13.70% -8.26% 21.07% -8.90% 4.45% -2.31% -1.54% -3.30% -4.23% 5.54% -3.93% 3.35% 7.68% -7.96% 47.23% -28.23% -13.70% 22.98% -11.23% -17.45% 2017 -3.81% -1.55% -10.99% 11.24% 26.53% 19.84% -0.66% 10.16% -4.99% CAGR 2013-2017 1.43% 1.93% 0.52% 5.09% 3.31% 3.08% 0.35% 0.09% -3.06% 275 Lampiran Lampiran 13. Nilai Ekspor Bijih Nikel Indonesia berdasarkan Negara Rank 1 2 3 4 5 6 7 Eksportir 2012 1,489 1,253 61 27 32 12 102 2 Dunia Tiongkok Ukraina Australia Yunani Hongkong Jepang Korea Selatan Nilai (dalam Juta USD) 2013 2014 2015 2016 1,685 86 0 0 1,447 82 0 0 64 0 0 0 21 1 0 0 27 2 0 0 11 0 0 0 108 1 0 0 1 0 0 0 Porsi 2017 2017 (%) 155 100.00% 150 96.64% 5 3.36% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 2013 13.17% 15.54% 5.58% -22.08% -17.52% -2.64% 5.82% -32.40% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 -94.90% NA NA -94.32% NA NA NA NA NA -96.51% NA NA -93.70% NA NA NA NA NA -98.81% NA NA NA NA NA 2017 NA NA NA NA NA NA NA NA CAGR 2013-2017 -37.94% -36.45% -39.50% NA NA NA NA NA Lampiran 14. Nilai Impor Nikel Dunia berdasarkan Produk Rank 1 2 3 4 5 6 7 Eksportir 2012 20 0 6 0 0 0 11 3 Dunia Jerman Australia Korea Selatan Perancis Taiwan Singapura Amerika Serikat 2013 9 0 2 0 1 0 0 6 Nilai (dalam Ribu USD) 2014 2015 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2016 27 0 20 7 0 0 0 0 2017 38 23 16 0 0 0 0 0 Porsi 2017 (%) 2013 100.00% -55.00% 60.53% NA 42.11% -66.67% 0.00% NA 0.00% NA 0.00% NA 0.00% NA 0.00% NA Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA CAGR 2017 2013-2017 40.74% 33.39% NA NA -20.00% 51.57% NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA Lampiran 15. Nilai Ekspor Nikel Indonesia berdasarkan Negara Rank Eksportir Dunia 1 Jepang 2 Amerika Serikat 3 Thailand 4 India 5 Tiongkok 6 Singapura 7 Malaysia 8 Brazil 9 Bangladesh 10 Austria 2012 993 987 0.41 0.02 0.00 0.17 3.31 0.60 0.00 0.00 0.00 2013 942 929 6.63 0.80 0.11 0.15 4.23 0.19 0.00 0.00 0.00 Nilai (dalam Juta USD) 2014 2015 1,058 806 1,041 795 11.77 6.88 0.45 0.57 0.02 0.22 0.27 0.11 1.57 1.89 0.26 0.07 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Sumber : Trademap (diolah) 2016 596 587 4.50 1.33 0.03 0.13 0.77 0.10 0.11 0.02 0.00 Porsi 2017 2017 (%) 647 100.00% 633 97.90% 11.26 1.74% 0.92 0.14% 0.48 0.07% 0.36 0.06% 0.32 0.05% 0.15 0.02% 0.05 0.01% 0.03 0.00% 0.02 0.00% Pertumbuhan (% yoy) CAGR 2013 2014 2015 2016 2017 2013-2017 -5.21% 12.37% -23.82% -26.12% 8.59% -7.24% -5.94% 12.15% -23.62% -26.23% 7.88% -7.38% 1509.71% 77.40% -41.56% -34.60% 150.53% 11.18% 3700.00% -43.61% 27.33% 132.81% -30.96% 2.91% NA -83.18% 1094.44% -85.58% 1432.26% 34.73% -11.90% 83.78% -61.40% 20.00% 184.92% 19.39% 28.01% -62.81% 20.14% -59.18% -58.16% -40.22% -67.61% 32.47% -73.54% 50.00% 50.98% -4.51% NA NA NA NA -57.02% NA NA NA NA NA 30.43% NA NA NA NA NA NA NA 276 Lampiran Lampiran 16. Volume Ekspor Nikel Indonesia berdasarkan Negara Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Eksportir Dunia Jepang India Amerika Serikat Singapura Timor Leste Thailand Tiongkok Bangladesh Brazil Malaysia 2012 91.8 91.512 0.000 0.031 0.031 0.046 0.000 0.003 0.000 0.000 0.033 2013 97.1 96.939 0.001 0.014 0.039 0.041 0.011 0.004 0.000 0.000 0.003 Nilai (dalam Ribu Ton) 2014 2015 2016 100.5 104.7 99.7 99.603 104.151 98.727 0.001 0.052 0.027 0.049 0.019 0.012 0.133 0.208 0.148 0.530 0.088 0.035 0.008 0.010 0.012 0.004 0.001 0.399 0.000 0.000 0.004 0.000 0.000 0.005 0.007 0.001 0.002 Porsi 2017 2017 (%) 97.1 100.00% 96.787 99.72% 0.125 0.13% 0.047 0.05% 0.043 0.04% 0.017 0.02% 0.015 0.02% 0.012 0.01% 0.005 0.00% 0.002 0.00% 0.002 0.00% 2013 5.79% 5.93% NA -53.66% 26.89% -11.26% 13887.50% 71.01% NA NA -90.67% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 3.47% 4.24% -4.80% 2.75% 4.57% -5.21% 20.00% 4580.63% -48.13% 241.40% -61.32% -38.95% 238.58% 56.84% -28.62% 1197.64% -83.48% -60.44% -31.12% 33.42% 13.33% 0.16% -78.91% 43849.50% NA NA NA NA NA NA 140.51% -85.88% 66.25% CAGR 2017 2013-2017 -2.66% -0.01% -1.97% -0.03% 362.86% 166.67% 302.25% 26.53% -71.23% 1.74% -50.31% -15.87% 25.41% 5.49% -97.11% 21.81% 16.64% NA -62.15% NA 4.14% -10.08% 2013 32.83% 4.09% 30.83% 33075.00% 15.44% -20.64% NA 29.38% -4.15% -91.27% 235.39% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 -4.51% -25.42% -6.31% -15.79% -1.91% 12.46% -26.57% 29.93% 12.97% 87.94% -64.25% -51.70% 158.99% 11.35% -71.59% 130.73% -45.20% 7.90% NA NA NA -41.76% 82.00% -25.41% 75.75% -48.51% 25.09% 310.29% 124.37% -39.78% -26.31% -51.19% 18.10% CAGR 2017 2013-2017 7.71% -6.39% -19.86% -5.73% 38.77% 8.39% 240.25% 2.00% 240.11% 22.75% -32.07% -1.51% NA NA -10.05% -6.59% -17.52% -1.36% -10.73% 37.69% -13.49% -18.14% Lampiran 17. Nilai Impor Nikel Indonesia berdasarkan Negara Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Eksportir Dunia Jepang Tiongkok Swiss Korea Selatan Singapura Jamaika Amerika Serikat Kanada Perancis Jerman 2012 51.38 16.82 3.71 0.01 0.98 3.87 0.00 2.62 2.50 5.12 1.34 2013 68.25 17.50 4.86 3.98 1.13 3.07 0.00 3.39 2.40 0.45 4.50 Nilai (dalam Juta USD) 2014 2015 2016 65.17 48.60 45.54 14.74 14.46 16.26 3.57 4.63 5.23 7.48 2.68 1.29 2.92 3.26 0.93 7.09 3.88 4.19 0.00 0.00 0.00 1.97 3.59 2.68 4.22 2.17 2.72 1.83 4.12 2.48 3.32 1.62 1.91 2017 49.05 13.03 7.26 4.40 3.15 2.85 2.62 2.41 2.24 2.21 1.65 Porsi 2017 (%) 100.00% 26.57% 14.81% 8.96% 6.41% 5.80% 5.33% 4.91% 4.57% 4.51% 3.37% Lampiran 18. Volume Impor Nikel Indonesia berdasarkan Negara Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Eksportir Dunia Tiongkok Korea Selatan Jepang Taiwan Singapura Jamaika Kanada Swiss Amerika Serikat India 2012 3.72 0.39 0.06 0.97 0.07 0.27 0.00 0.12 0.00 0.06 0.01 2013 3.49 0.32 0.14 1.13 0.06 0.23 0.00 0.14 0.10 0.08 0.01 Nilai (dalam Ribu Ton) 2014 2015 4.62 2.34 0.42 0.40 0.40 0.20 0.97 0.62 0.04 0.04 0.32 0.15 0.00 0.00 0.20 0.14 0.29 0.11 0.04 0.07 0.04 0.02 Sumber : Trademap (diolah) 2016 2.68 0.30 0.06 0.87 0.03 0.32 0.00 0.23 0.05 0.06 0.00 2017 4.33 0.80 0.79 0.72 0.27 0.24 0.24 0.20 0.18 0.15 0.12 Porsi Pertumbuhan (% yoy) CAGR 2017 (%) 2013 2014 2015 2016 2017 2013-2017 4.46% -5.97% 32.15% -49.30% 14.37% 61.61% 4.37% 0.82% -17.46% 29.22% -4.50% -23.97% 163.32% 19.83% 0.82% 118.19% 194.68% -50.61% -67.76% 1138.22% 42.18% 0.74% 17.27% -14.05% -36.45% 41.18% -17.35% -8.62% 0.28% -13.06% -32.93% 0.66% -34.23% 949.72% 36.05% 0.25% -17.38% 41.30% -52.39% 112.94% -24.91% 1.47% 0.25% NA NA NA NA NA NA 0.20% 10.80% 47.56% -30.96% 61.25% -13.30% 7.33% 0.19% 228147.62% 205.41% -64.10% -47.82% 228.64% 13.46% 0.15% 38.34% -49.38% 85.88% -18.56% 142.64% 13.20% 0.12% 74.13% 297.24% -43.42% -85.97% 3838.71% 65.52% 277 Lampiran Lampiran 19. Nilai Ekspor Nikel Indonesia berdasarkan Produk Produk Total Produk Nikel Nikel-Matte Nikel Tidak Ditempa Skrap Nikel Bubuk/Serpih Nikel Batang dan Kawat Nikel Pelat Nikel Pipa Nikel Barang Lain dari Nikel HS Code 75 7501 7502 7503 7504 7505 7506 7507 7508 Nilai (dalam Juta USD) 2012 2013 2014 2015 993.32 941.57 1,058.06 806.08 981.84 921.89 1,038.07 789.75 0.00 0.00 0.00 0.00 3.84 0.92 3.08 1.07 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 0.02 0.10 0.03 0.00 0.04 0.03 0.10 0.26 0.31 0.25 0.32 7.37 18.39 16.53 14.82 Porsi Pertumbuhan (% yoy) CAGR 2016 2017 2017 (%) 2013 2014 2015 2016 2017 2013-2017 595.51 646.66 100.00% -5.21% 12.37% -23.82% -26.12% 8.59% -7.24% 584.14 629.33 97.32% -6.11% 12.60% -23.92% -26.03% 7.74% -7.35% 1.13 0.00 0.00% NA NA NA NA NA NA 1.35 1.94 0.30% -75.98% 234.02% -65.26% 25.58% 43.94% 15.97% 0.00 0.00 0.00% NA NA NA NA NA NA 0.24 0.07 0.01% 240.00% 476.47% -72.45% 785.19% -71.97% 31.56% 0.23 0.03 0.00% NA -27.27% 200.00% 140.63% -88.31% -9.31% 0.39 0.17 0.03% 19.38% -20.13% 28.86% 24.29% -56.35% -11.00% 8.03 15.12 2.34% 149.38% -10.10% -10.32% -45.83% 88.29% -3.84% Lampiran 20. Volume Ekspor Nikel Indonesia berdasarkan Produk Produk Total Produk Nikel Nikel-Matte Nikel Tidak Ditempa Skrap Nikel Bubuk/Serpih Nikel Batang dan Kawat Nikel Pelat Nikel Pipa Nikel Barang Lain dari Nikel HS Code 75 7501 7502 7503 7504 7505 7506 7507 7508 2012 91.78 91.02 0.00 0.52 0.00 0.00 0.00 0.01 0.22 2013 97.10 96.60 0.00 0.13 0.00 0.00 0.01 0.03 0.32 Nilai (dalam Ribu Ton) 2014 2015 100.47 104.74 99.36 103.80 0.00 0.00 0.40 0.40 0.00 0.00 0.01 0.13 0.00 0.00 0.01 0.01 0.69 0.40 2016 99.32 98.53 0.13 0.31 0.00 0.01 0.00 0.21 0.12 Porsi 2017 2017 (%) 101.17 100.00% 100.69 99.52% 0.00 0.00% 0.35 0.34% 0.00 0.00% 0.00 0.00% 0.00 0.00% 0.01 0.01% 0.12 0.12% 2013 5.79% 6.13% NA -74.38% NA NA NA 116.67% 45.05% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 3.47% 4.25% -5.17% 2.86% 4.46% -5.07% NA NA NA 196.27% 1.26% -22.39% NA NA NA 400.00% 1230.00% -91.73% -92.31% 0.00% 300.00% -65.38% 0.00% 2277.78% 114.60% -42.55% -70.03% CAGR 2017 2013-2017 1.86% 0.83% 2.19% 0.83% NA NA 11.86% 21.10% NA NA -72.73% 8.45% -75.00% -40.13% -96.73% -23.08% 1.68% -17.78% 2013 32.84% 300.00% 49.42% NA 18.08% 197.53% -25.42% -54.95% 20.84% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 -4.51% -25.42% -6.31% 375.00% 157.89% -18.37% 39.82% -49.78% 34.65% NA NA NA 30.15% -23.60% -13.97% -25.15% -40.65% -23.45% -27.11% 14.66% -29.61% 93.03% 16.47% -15.32% -4.00% -29.49% 37.87% CAGR 2013-2017 -6.39% -24.21% 5.64% NA 5.94% -15.18% 2.04% -3.91% -10.56% Lampiran 21. Nilai Impor Nikel Indonesia berdasarkan Produk Produk Total Produk Nikel Nikel-Matte Nikel Tidak Ditempa Skrap Nikel Bubuk/Serpih Nikel Batang dan Kawat Nikel Pelat Nikel Pipa Nikel Barang Lain dari Nikel HS Code 75 7501 7502 7503 7504 7505 7506 7507 7508 2012 51.38 0.00 6.00 0.00 0.90 10.88 14.28 10.90 8.42 Sumber : Trademap (diolah) 2013 68.25 0.00 8.96 0.11 1.06 32.38 10.65 4.91 10.18 Nilai (dalam Juta USD) 2014 2015 65.17 48.60 0.02 0.05 12.53 6.29 0.00 0.00 1.38 1.05 24.23 14.38 7.76 8.90 9.48 11.04 9.77 6.89 2016 45.54 0.04 8.47 0.00 0.91 11.01 6.27 9.35 9.50 2017 49.05 0.00 11.79 0.00 1.41 14.21 11.79 4.02 5.83 Porsi 2017 (%) 100.00% 0.00% 24.04% 0.00% 2.88% 28.97% 24.03% 8.20% 11.88% 2017 7.71% -97.50% 39.15% NA 56.02% 29.07% 88.09% -56.96% -38.65% 278 Lampiran Lampiran 22. Volume Impor Nikel Indonesia berdasarkan Produk Produk Total Produk Nikel Nikel-Matte Nikel Tidak Ditempa Skrap Nikel Bubuk/Serpih Nikel Batang dan Kawat Nikel Pelat Nikel Pipa Nikel Barang Lain dari Nikel HS Code 75 7501 7502 7503 7504 7505 7506 7507 7508 2012 3.72 0.00 0.39 0.00 0.06 0.58 1.54 0.50 0.64 Sumber : Trademap (diolah) 2013 3.49 0.00 0.67 0.01 0.06 1.23 0.60 0.25 0.68 Nilai (dalam Ribu Ton) 2014 2015 3.83 2.34 0.01 0.00 0.74 0.41 0.00 0.00 0.07 0.06 1.12 0.64 0.45 0.35 0.70 0.41 0.74 0.48 2016 2.68 0.00 0.77 0.00 0.05 0.62 0.27 0.30 0.66 Porsi 2017 2017 (%) 4.62 4.56% 0.00 0.00% 1.40 1.38% 0.00 0.00% 0.17 0.16% 0.78 0.77% 1.47 1.45% 0.38 0.37% 0.43 0.43% 2013 -5.98% NA 71.98% NA 0.00% 111.57% -61.27% -50.90% 7.04% Pertumbuhan (% yoy) 2014 2015 2016 9.65% -38.85% 14.30% NA -88.89% 200.00% 11.06% -44.95% 89.00% NA NA NA 14.29% -23.61% -7.27% -8.65% -42.90% -3.13% -24.08% -23.35% -21.84% 182.93% -41.52% -27.27% 7.75% -34.46% 37.27% CAGR 2017 2013-2017 72.39% 5.73% -100.00% NA 80.60% 15.85% NA NA 223.53% 21.24% 26.49% -8.56% 438.60% 19.63% 26.69% 8.80% -34.99% -8.82% 279 Lampiran Lampiran 23. Daya Saing Ekspor Nikel Indonesia Keterangan : RSCA : 0 s.d 1= Produk Kompetitif, 0 s.d -1= Produk Tidak Kompetitif. Revealed Symmetric Comparative Advantage atau RSCA merupakan indikator untuk mengukur daya saing suatu komoditi. Pada dasarnya perhitungan ini sama dengan perhitungan RCA, tetapi dengan pembilang dikurangi 1 dan penyebut ditambah 1. Hal ini bertujuan untuk menciptakan distribusi normal dari nilai RSCA. Nilai RSCA berkisar antara -1 sampai dengan 1. Apabila hasil perhitungan antara 0 dan 1 maka komoditas tersebut memiliki keunggulan komparatif yang baik. Sebaliknya tidak memiliki keunggulan komparatif apabila bernilai 0 sampai dengan -1. Revealed Symmetric Comparative Advantage atau RSCA merupakan indikator untuk mengukur daya saing suatu komoditi. Pada dasarnya perhitungan ini sama dengan perhitungan Revealed Comparative Advantage RCA, tetapi dengan pembilang dikurangi 1 dan penyebut ditambah 1. Hal ini bertujuan untuk menciptakan distribusi normal dari nilai RSCA. Nilai RSCA berkisar antara -1 sampai dengan 1. Apabila hasil perhitungan antara 0 dan 1 maka komoditas tersebut memiliki keunggulan komparatif yang baik. Sebaliknya tidak memiliki keunggulan komparatif apabila bernilai 0 sampai dengan -1. RCA = πΏππ /πΏππ πΏππ/πΏπ ; RSCA = πΉπͺπ¨−π πΉπͺπ¨+π dimana: Xij : nilai ekspor komoditas i dari negara j ke pasar terkait Xit : total nilai ekspor dari negara j ke pasar terkait Xiw : nilai ekspor dunia komoditas i ke pasar terkait Xwt : total nilai ekspor dunia ke pasar terkait 280 Tim Penyusun Indonesia Eximbank Institute Enny Listyorini (Kepala Divisi) Rini Satriani (Kepala Departemen Riset & Pengembangan) Donda Sarah Hutabarat (Analis Eksekutif Pertama) Hayuka Firmansyah (Analis Senior 2) Winda Inayati Kus Utami (Analis Senior 1) Sarah Zhafira Afifah (Pelaksana Senior 1) M. Candra Fajar Sodiq (Internship) Fariz Izzi Hibaturrahman (Internship) Noviyanti (Internship) University Network for Indonesia Export Development (UNIED) Prof. Dr. Muhammad Firdaus Dr. Tanti Noviyanti SP, M. Si Dr. Widyastutik, SE, M. Si