Uploaded by User38951

lbm tanganku gemetaran baruuu

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem endokrin terdiri dari kelenjar endokrin tanpa duktus yang tersebar
diseluruh tubuh. Meskipun kelenjar-kelenjar endokrin secara anatomis tidak
berhubungan
namun
secara
fungsional
kelenjar-kelenjar
tersebut
membentuk suatu sistem. Semua kelenjar endokrin melaksanakan fungsinya
dengan mengeluarkan hormon ke dalam darah, dan terdapat banyak
interaksi fungsional di antara berbagai kelenjar endokrin. Setelah
dikeluarkan, hormon mengalir dalam darah ke sel sasaran di tempat yang
jauh, tempat bahan ini mengatur atau mengarahkan fungsi tertentu.
Endokrinologi adalah ilmu tentang penyesuaian-penyesuaian kimiawi
homeostatik dan berbagai aktivitas lain yang dilaksanakan oleh hormon.
Pengikatan suatu hormon ke reseptornya di sel sasaran memicu
serangkaian proses di dalam sel sasaran agar terjadi efek akhir hormon.
Hormon menimbulkan efek fisiologiknya bergantung pada apakah hormon
bersifat hidrofilik atau lipofilik (hormon steroid dan tiroid). Hormon
peptida, yaitu kategori kimiawi hormon yang paling banyak, adalah rantairantai asam amino dengan panjang beragam. Katekolamin, yang dihasilkan
oleh medula adrenal, berasal dari asam amino tirosin. Hormon steroid, yang
dihasilkan oleh korteks adrenal dan kelenjar endokrin reproduksi, adalah
lemak netral yang berasal dari kolesterol. Horrnon tiroid, yang hanya
diproduksi oleh kelenjar tiroid, adalah suatu rurunan tirosin beriodium dan
hormon paratiroid yang berfungsi untuk meningkatkan konsentrasi kalsium
plasma dan merangsang pengaktifan vitamin D.
Kelebihan dan kekurangan hormone tiroid dan paratiroid dapat
menimbulkan berbagai macam kelainan. Kelebihan sekresi hormone
paratiroid menyebab hiperparatiroidisme dan kekurangan sekresi hormone
paratiroid menyebabkan hipoparatiroidisme yang merupakan gabungan
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 1
gejala dari hormone paratiroid yang tidak adekuat umumnya sering
disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan kelenjar paratiroid.
(Sherwood ,2015).
1.2 Tujuan Makalah
1. Untuk memahami memahami mengenai mekanisme dan fungsi kelenjar
tiroid terutama pada kelenjar paratiroid.
2. Untuk mengetahui hubungan PTH dengan kalsium, fosfat , dan Vitamin D
serta kalsitonin dalam metabolisme tubuh dan mengetahui efek serta target
organ hormone paratiroid.
3. Untuk mengetahui fungsi osteoblast dan osteoklas pada proses re-modleing
4. Untuk mengetahui penyebab over dan under sekresi hormone Paratiroid.
1.3 Manfaat Makalah
Berdasarkan Latar belakang diatas, makalah ini diharapkan dapat
memberikan manfaat kepada mahasiswa khususnya mahasiswa kedokteran
mengenai kelenjar tiroid terutama kelenjar paratiroid , mekanisme dan
pembentukan PTH serta regulasi PTH pada kalsium , fosfat dan vitamin D
serta bagaimana pengaruh dari kalsitonin. Siswa juga dapat mengetahui
penyebab dan gejala under dan over sekresi PTH.
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Hari/ Tanggal Sesi 1
: Senin, 24 September 2018
Hari/ Tanggal Sesi 2
: Rabu, 26 September 2018
Tutor
: dr. Deny Sutrisna Wiatma, S.Ked.
Moderator
: Dewa Ayu Putu Mitha Paramitha Rahayu
Sekretaris
: Baiq Annisa Ramadhany
2.2 Skenario LBM 2
LBM 2
Tanganku Gemetaran
Ny. Tina usia 35 tahun tinggal di daerah pegunungan datang ke puskesmas dengan
keluhan tangannya gemeteran keluhan kedua dirasakan sejak 6 tahun yang lalu
tetapi memberat sejak 5 bulan terakhir. Ny. Tina juga mengeluhkan terdapat
benjolan pada lehernya sebesar telur ayam, sering berkeringat, dan dadanya sering
berdebar-debar.
Ny. Tina mengatakan 1 tahun yang lalu pernah memeriksa kondisinya ke
dokter spesialis, kemudian diususlkan melakukan pemeriksaan untuk hormone
tiroid dan paratiroid. Tetapi Ny. Tina tidak melakukan pemeriksaan tersebut karena
takut akan dioperasi. Ny. Tina memiliki tetangga yang mempunyai keluhan yang
sama dengan Ny. Tina dan dioperasi, tetapi setelah dioperasi kondisinya tidak lebih
baik tetangganya jadi sering kejang-kejang, pemarah, kulit dan kukunya kering,
rambutnya rontok, sendinya sering ngilu, dan pelupa padahal sebelum operasi tidak
seperti itu.
Ny. Tina bertanya kepada Dokter tentang penyebab kenapa tetangganya
bisa seperti itu dan jika dia operasi apakah juga akan seperti itu, dokter di
puskesmas ke mudian menjelaskan kepada Ny. Tina tentang kemungkinan penyakit
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 3
yang dideritanya dan menjelaskan bagaimana operasi pengangkatan benjolan pada
leher bisa menyebabkan gangguan kelenjar paratiroid dan hormone yang dihasilkan
oleh kelenjar paratiroid sehingga menimbulkan gejala seperti di atas, serta perlunya
dilakukan pemeriksaan lanjutan.
2.3 Pembahasan LBM 2
2.3.1 Klarifikasi Istilah
1. Hormone Tiroid
merupakan hormone yang bentuknya mirip kupu-kupu, memproduksi
hormone tiroksin yang berfungsi memelihara metabolisme jaringan yang
optimal untuk fungsi normal sel dan sutuhnya. (Guyton and Hall, 2016)
2. Hormone Paratiroid
merupakan suatu hormone utama yang mengatur regulasi kadar ion
kalsium, magnesium, danm fosfat di dalam darah. (Tortora,2016).
2.3.2 Identifikasi Masalah
1. Apa yang menyebabkan Ny. Tina mengalami keluhan seperti benjolan pada
leher, berkeringat, dada berdebar dan tangan gemetar ?
2. Mengapa tetangga Ny. Tina mengalami keluhan setelah operasi?
3. Apa saja fungsi dari hormone tiroid dan paratiroid?
2.3.3 Brain Storming
1. Apa yang menyebabkan Ny. Tina mengalami keluhan seperti benjolan pada
leher, berkeringat, dada berdebar dan tangan gemetar ?
Hipertiroid Komplikasi.
Hormon Tiroid Mengaktivasi Reseptor Inti Sel.
Reseptor hormon tiroid melekat pada untaian genetik DNA atau
terletak berdekatan dengan rantai genetik DNA. Reseptor hormon tiroid
biasanya membentuk Heterodimer dengan reseptor retinoid X (RXR) pada
elemen respons hormon tiroid yang spesifik pada DNA. Saat berikatan
dengan hormon tiroid, reseptor menjadi aktif dan mengawali proses
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 4
Transkripsi. Kemudian dibentuk sejumlah besar tipe RNA caraka
(messenger) yang berbeda, kemudian dalam beberapa menit atau beberapa
jam diikuti dengan translasi RNA pada ribosom sitoplasma untuk
membentuk ratusan tipe protein yang baru. Namun, tidak semua protein
meningkat. Dengan persentase yang sama beberapa protein hanya sedikit,
dan yang lain paling sedikit sebesar enam kali lipat. Diyakini bahwa
sebagian besar kerja hormon tiroid dihasilkan dari fungsi enzimatik dan
fungsi lain dari protein yang baru ini.
Hormon tiroid juga memperlihatkan efek selular nongenomik yang
efeknya tidak bergantung pada transkripsi gen. Contoh, beberapa efek
hormon tiroid timbul dalam beberapa menit, begitu cepatnya sehingga sulit
untuk dijelaskan dengan perubahan sintesis protein, dan tidak dipengaruhi
oleh penghambat transkripsi dan translasi gen. Aktivitas tersebut telah
ditemukan dalam beberapa jaringan, termasuk jantung dan hipofisis,
demikian juga jaringan lemak. Tempat aktivitas nongenomik hormon tiroid
tampaknya terdapat pada membrane plasma, sitoplasma, dan mungkin
beberapa organel sel seperti mitokondria. Aktivitas nongenomik hormon
tiroid meliputi pengaturan kanal ion dan fosforilasi oksidatif dan tampaknya
juga menyertakan aktivitas caraka kedua.
(1) Tangan Bergetar.
Efek pada Fungsi Otot.
Sedikit peningkatan hormone tiroid biasanya menyebabkan
otot bereaksi dengan kuat, namun bila jumlah hormon ini berlebihan,
maka otot-otot malahan menjadi lemah akibat berlebihannya
katabolisme protein. Sebaliknya, kekurangan hormon tiroid
menyebabkan otot sangat lamban, dan otot tersebut berelaksasi
dengan perlahan setelah kontraksi.
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 5
a. Tremor Otot.
Salah satu gejala yang paling khas dari hipertiroidisme
adalah timbulnya tremor halus pada otot. Tremor ini bukan
merupakan tremor kasar seperti yang timbul pada penyakit
Parkinson atau pada waktu menggigil, sebab tremor ini timbul
dengan frekuensi cepat yakni 10 sampai 15 kali per detik. Tremor
ini dengan mudah dapat dilihat dengan cara menempatkan sehelai
kertas di atas jari-jari yang diekstensikan dan perhatikan besarnya
getaran kertas tadi. Tremor ini dianggap disebabkan oleh
bertambahnya kepekaan sinaps saraf di daerah medula yang
mengatur tonus otot. Tremor ini merupakan cara penting untuk
memperkirakan tingkat pengaruh hormon tiroid pada sistem saraf
pusat.
(2) Benjolan Pada Leher.
a. Penyakit Grave.
Bentuk yang paling umum dari hipertiroidisme, adalah suatu
penyakit autoimun di mana suatu antibodi yang disebut
imunoglobulin perangsang tiroid (TSI) berikatan pada reseptor TSH
dalam kelenjar tiroid. Antibodi ini berikatan dengan reseptor
membran yang juga merupakan reseptor untuk TSH dan secara
terusmenerus mengaktifkan sistem cAMP dari sel, yang hasilnya
adalah perkembangan hipertiroidisme. Antibodi TSI mempunyai
efek perangsangan yang sangat lama pada kelenjar tiroid, dan baru
berakhir setelah sekitar 12 jam, berlawanan dengan TSH yang hanya
berefek sedikit di atas 1 jam. Sekresi hormon tiroid dalam tingkatan
yang tinggi yang disebabkan oleh TSI sebaliknya menekan
pembentukan TSH oleh hipofisis anterior. Oleh karena itu pada
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 6
hampir semua penderita penyakit Grave konsentrasi TSH kurang
dari normal (bahkan sering kali nol) .
Antibodi
yang
menyebabkan
hipertiroidisme
hampir
dipastikan timbul dari autoimunitas terhadap jaringan tiroid.
Diduga, pada saat tertentu dalam riwayat perkembangan pasien, ada
pelepasan bahan antigen sel tiroid secara berlebihan dari sel-sel
tiroid, yang kemudian mengakibatkan terbentuknya bahan antibodi
terhadap kelenjar tiroid itu sendiri.
(3) Sering Berkeringat.
Hormon Tiroid Meningkatkan Aktivitas Metabolik Selular.
Hormon tiroid meningkatkan aktivitas metabolisme hamper
seluruh jaringan tubuh. Bila sekresi hormon ini banyak sekali, maka
kecepatan metabolisme basal meningkat sampai setinggi 60 sampai
100 persen di atas nilai normal. Kecepatan penggunaan makanan
sebagai energi juga sangat meningkat. Walaupun kecepatan sintesis
protein pada saat itu meningkat, pada saat yang sama, kecepatan
katabolisme protein juga meningkat. Pada orang muda kecepatan
pertumbuhan sangat dipercepat. Proses mental menjadi tereksitasi,
dan aktivitas banyak kelenjar endokrin lainnya sering kali juga
meningkat (Guyton and Hall, 2016).
(4) Berdebar-Debar.
Efek Hormon Tiroid pada Sistem Kardiovaskular
a. Peningkatan Aliran Darah dan Curah Jantung.
Meningkatnya
metabolisme
jaringan
mempercepat
pemakaian oksigen dan memperbanyak pelepasan jumlah produk
akhir metabolisme dari jaringan. Efek ini menyebabkan vasodilatasi
di sebagian besar jaringan tubuh, sehingga meningkatkan aliran
darah. Kecepatan aliran darah di kulit terutama meningkat Karena
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 7
kebutuhan untuk pembuangan panas dari tubuh meningkat. Sebagai
akibat meningkatnya aliran darah, maka curah jantung juga akan
meningkat, sering kali meningkat sampai 60 persen atau lebih di atas
normal bila terdapat kelebihan hormon tiroid dan turun sampai
hanya 50 persen dari normal pada keadaan hipotiroidisme yang berat
(Guyton and Hall, 2016).
b. Peningkatan Frekuensi Denyut Jantung.
Frekuensi denyut jantung lebih meningkat di bawah pengaruh
hormon tiroid daripada perkiraan peningkatan curah jantung. Oleh
karena itu, hormon tiroid tampaknya mempunyai pengaruh langsung
pada eksitabilitas jantung, yang selanjutnya meningkatkan frekuensi
denyut jantung. Efek ini sangat penting sebab frekuensi denyut
jantung merupakan salah satu tanda fisik yang sangat peka sehingga
para klinisi harus dapat menentukan apakah produksi hormon tiroid
pada pasien itu berlebihan atau berkurang. Peningkatan Kekuatan
Jantung. Peningkatan aktivitas enzimatik yang disebabkan oleh
peningkatan produksi hormone tiroid tampaknya juga meningkatkan
kekuatan jantung bila sekresi hormon tiroid sedikit berlebih.
Keadaan ini analog dengan meningkatnya kekuatan jantung yang
terjadi pada pasien demam ringan dan selama melakukan kerja fisik.
Namun bila hormone tiroid meningkat tajam, maka kekuatan otot
jantung akan ditekan akibat timbulnya katabolisme yang berlebihan
dalam jangka lama. Sesungguhnya, beberapa pasien tirotoksikosis
yang parah dapat meninggal karena timbulnya dekompensasi
jantung sekunder akibat kegagalan miokard dan akibat peningkatan
beban jantung karena meningkatnya curah jantung (Guyton and
Hall, 2016).
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 8
c. Tekanan Arteri Normal.
Setelah pemberian hormon tiroid, tekanan arteri rata-rata
biasanya dapat berada di kisaran normal. Oleh karena terdapat
peningkatan aliran darah melalui jaringan di antara 2 denyut jantung,
maka tekanan nadi menjadi sering meningkat, bersama dengan
kenaikan tekanan sistolik sebesar 10 sampai 15 mmHg pada
hipertiroidisme, dan tekanan diastolik akan turun dalam jumlah yang
sama (Guyton and Hall, 2016).
2. Mengapa tetangga Ny. Tina mengalami keluhan setelah operasi?
Thyroidectomy merupakan operasi pengangkatan kelenjar tiroid
dapat hanya sebagian kelenjar (parsial) atau keseluruhan (total).
Terdapat beberapa alasan perlu dilakukannya prosedur operasi
pengangkatan kelenjar tiroid yaitu :

Terjadi pembengkakan kelenjar tiroid yang cukup besar sehingga
membuat kesulitan menelan atau bernapas

Penderita hipertiroid yang muncul kembali setelah sebelumnya
menjalani pengobatan dengan obat-obatan penekan hormon yang
dihasilkan kelenjar tiroid

Penderita hipertiroid yang sedang hamil atau menyusui sehingga
tidak bisa dilakukan penanganan dengan radioiodine

Penderita hipertiroid yang tidak mau menjalani pengobatan dengan
obat-obatan

Untuk memastikan diagnosis kecurigaan kanker tiroid dan
penanganan kanker tiroid
Penderita yang menjalani prosedur tiroidektomi total
diharuskan untuk mengonsumsi obat-obatan seumur hidup untuk
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 9
mengatasi hilangnya fungsi kelenjar tiroid. Pada setiap prosedur
operasi apapun pasti memiliki resiko, namun dengan penanganan
yang tepat oleh ahlinya resiko ini dapat diminimalisasi. Beberapa
komplikasi atau resiko yang dapat muncul dikarenakan prosedur
tiroidektomi seperti :

Perdarahan paska operasi

Infeksi

Penyumbatan jalan nafas disebabkan oleh perdarahan

Gangguan pada saraf disekitar kelenjar tiroid

Gangguan pada kelenjar dibelakang kelenjar tiroid yaitu kelenjar
paratiroid dan dapat menyebabkan kondisi hipoparatiroid

Hipotiroid
Dari scenario yang didapatkan, hipotesis diagnosis yang diajukan
lebih mengarah kepada
Hipotiroidisme, dikarenakan tetangga Ny. Tina mengalami gejala
seperti kejang – kejang, pemarah, kulit dan kukunya kering,
rambutnya rontok dan keluhan lainnya yang dimana gejala yang
disebutkan mengarah pada penyakit tersebut. (Guyton and Hall,
2016).
3. Apa saja fungsi dari hormone tiroid dan paratiroid?
(1) Efek Hormon Tiroid pada Mekanisme Tubuh yang Spesifik.
a. Stimulasi pada Metabolisme Karbohidrat.
Hormon tiroid merangsang hampir semua aspek metabolism
karbohidrat, termasuk penggunaan glukosa yang cepat oleh sel,
meningkatkan
glikolisis,
meningkatkan
glukogenesis,
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 10
meningkatkan kecepatan absorpsi dari saluran cerna, dan bahkan
juga meningkatkan sekresi insulin dengan hasil akhirnya adalah
efeknya terhadap metabolisme karbohidrat. Semua efek ini mungkin
disebabkan oleh naiknya seluruh enzim akibat hormon tiroid.
b. Stimulasi pada Metabolisme Lemak.
Pada dasarnya semua aspek metabolisme lemak juga
ditingkatkan di bawah pengaruh hormon tiroid. Secara khusus, lipid
secara cepat diangkut dari jaringan lemak, yang menurunkan
cadangan lemak tubuh lebih besar dibandingkan dengan hampir
seluruh elemen jaringan lain. Hormon tiroid juga meningkatkan
konsentrasi asam lemak bebas di dalam plasma dan sangat
mempercepat oksidasi asam lemak bebas oleh sel (Guyton and
Hall, 2014).
c. Efek pada Plasma dan Lemak Hati.
Peningkatan hormone tiroid menurunkan konsentrasi
kolesterol, fosfolipid, dan trigliserida dalam darah, walaupun
sebenarnya hormon ini juga meningkatkan asam lemak bebas.
Sebaliknya, penurunan
sekresi
tiroid sangat
meningkatkan
konsentrasi kolesterol, fosfolipid, dan trigliserida plasma serta
hampir selalu menyebabkan pengendapan lemak berlebihan di
dalam hati. Peningkatan jumlah lipid yang berlebihan dalam
sirkulasi darah pada pasien hipotiroidisme yang lama sering kali
dihubungkan dengan timbulnya aterosklerosis berat. Salah satu
mekanisme penurunan konsentrasi kolesterol plasma oleh hormon
tiroid adalah dengan meningkatkan kecepatan sekresi kolesterol
secara bermakna di dalam empedu sehingga meningkatkan jumlah
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 11
kolesterol yang hilang melalui feses. Suatu mekanisme yang
mungkin terjadi untuk meningkatkan sekresi kolesterol yaitu
peningkatan jumlah reseptor lipoprotein densitas rendah yang
diinduksi oleh hormone tiroid di sel-sel hati, yang mengarah kepada
pemindahan lipoprotein densitas rendah yang cepat dari plasma oleh
hati dan sekresi kolesterol dalam lipoprotein ini berikutnya oleh selsel hati (Guyton and Hall, 2014).
d. Peningkatan Kebutuhan Vitamin.
Oleh karena hormone tiroid meningkatkan jumlah berbagai
enzim tubuh dan Karena vitamin merupakan bagian penting dari
beberapa enzim atau koenzim, maka hormon tiroid meningkatkan
kebutuhan vitamin. Dengan demikian, bila sekresi hormon tiroid
berlebihan maka dapat timbul defisiensi vitamin relatif, kecuali bila
pada saat yang sama kenaikan kebutuhan vitamin itu dapat dicukupi.
e. Penurunan Berat Badan.
Peningkatan produksi hormone tiroid yang sangat tinggi
hampir selalu menurunkan berat badan, dan penurunan hormon
tiroid yang sangat besar hampir selalu meningkatkan berat badan;
efek-efek tersebut tidak selalu timbul; karena hormon tiroid juga
meningkatkan nafsu makan, dan ini mungkin merupakan upaya
penyeimbangan terhadap perubahan laju metabolisme.
(2) Peningkatan Pernapasan.
Meningkatnya laju metabolism akan meningkatkan pemakaian
oksigen dan pembentukan karbon dioksida; efek-efek ini
mengaktifkan semua mekanisme yang meningkatkan kecepatan dan
kedalaman pernapasan. Peningkatan Motilitas Saluran Cerna. Selain
meningkatkan nafsu makan dan asupan makanan, seperti yang telah
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 12
dibicarakan, hormon tiroid meningkatkan kecepatan sekresi getah
pencernaan dan pergerakan saluran cerna. Oleh Karena itu,
hipertiroidisme sering kali
menyebabkan
diare, sedangkan
kekurangan hormon tiroid dapat menyebabkan konstipasi (Guyton
and Hall, 2014).
(3) Efek Rangsang pada Sistem Saraf Pusat.
Pada umumnya, hormon tiroid meningkatkan kecepatan
berpikir, tetapi juga sering menimbulkan disosiasi pikiran, dan
sebaliknya, berkurangnya hormon tiroid akan menurunkan fungsi
ini. Pasien hipertiroid cenderung menjadi sangat cemas dan
psikoneurotik, seperti kompleks ansietas, kecemasan yang sangat
berlebihan, atau paranoia.
(4) Efek pada Tidur.
Oleh karena efek yang melelahkan dari hormon tiroid pada
otot dan sistem saraf pusat, maka pasien hipertiroid sering kali
merasa lelah terus-menerus; tetapi Karena efek eksitasi dari hormon
tiroid pada sinaps, timbul kesulitan tidur. Sebaliknya, somnolen
yang berat merupakan gejala khas hipotiroidisme, disertai dengan
waktu tidur yang berlangsung selama 12 sampai 14 jam sehari.
(5) Efek pada Kelenjar Endokrin Lain.
Meningkatnya hormone tiroid meningkatkan kecepatan
sekresi beberapa kelenjar endokrin lain, tetapi hormon ini juga
meningkatkan kebutuhan jaringan terhadap hormon ini. Contoh,
meningkatnya
sekresi
metabolisme
glukosa
hormon
di
tiroksin,
seluruh
meningkatkan
bagian
tubuh
laju
sehingga
meningkatkan kebutuhan insulin yang diekskresi oleh pankreas.
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 13
Selain itu, hormon tiroid meningkatkan sebagian besar aktivitas
metabolisme yang berkaitan dengan pembentukan tulang dan
berakibat pada peningkatan kebutuhan hormon paratiroid. Hormon
tiroid juga (Guyton and Hall, 2014).
2.3.4
Rangkuman Permasalahan
Tanganku
gemetaran
Hormon Tiroid
dan Paratiroid
intake
2.3.5
proses
output
Learning Issue
1. Bagaimana pembentukan, sekresi dan mekanisme tubuh dari kalsium
dan fosfat ?
2. Bagaimana pembentukan,sekresi dan mekanisme dari vitamin D ?
3. Bagaimana pembentukan,sekresi dan mekanisme dari hormone tiroid
dan paratiroid ?
4. Bagaimana proses remodeling yang di pengaruhi oleh hormon
paratiroid?
5. Penyebab dan pengaruh dari over dan under sekresi pada hormone
paratiroid ?
6. Peran hormone paratiroid sebagai terapi ?
7. Apa fungsi hormin PTHrP dan peran keganasan ?
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 14
8. Bagaimana pembentukan,sekresi dan mekanisme kalsitonin ?
2.3.6
Referensi
Sistem endokrin adalah salah satu dari dua sistem regulatorik utama
tubuh. Sistem ini mengatur, mengoordinasikan, dan mengintegrasikan
fungsi sel dan organ di tempat jauh. Kelenjar tiroid merupakan salah satu
kelenjar endokrin terbesar terletak tepat di bawah laring pada kedua sisi dan
di sebelah anterior trakea normalnya memiliki berat 15 sampai 20 gram pada
orang dewasa. Tiroid menyekresikan dua macam hormon utama, yakni
tiroksin (T4) dan triiodotironin (T ). Kedua hormon ini sangat meningkatkan
kecepatan metabolisme tubuh.
Hormon paratiroid (PTH) adalah hormon peptida yang disekresikan oleh
kelenjar paratiroid, empat kelenjar seukuran bulir padi yang terletak di
permukaan belakang kelenjar tiroid, satu di setiap sudut.PTH adalah
esensial bagi kehidupan. Efek keseluruhan PTH adalah meningkatkan
konsentrasi kalsium plasma (dan CES keseluruhan) sehingga mencegah
hipokalsemia. Jika PTH tidak ada sama sekali maka kematian timbul dalam
beberapa hari, biasanya akibat asfiksia karena spasme hipokalsemik otototot pernapasan. Melalui efeknya pada tulang, ginjal, dan usus, PTH
meningkatkan kadar kalsium. plasma saat kadar tersebut mulai turun
sehingga dalam keadaan normal hipokalsemia dan segala efeknya dapat
dicegah. Hormon ini juga menurunkan konsentrasi fosfat dalam plasma.
Tulang adalah suatu jaringan hidup yang terdiri dari matriks ekstrasel
organik yang dibubuhi oieh kristal hidroksiapatit yang terutama terdiri dari
endapan garam kaisium fosfat. Dalam keadaan normal, garam kalsium
fosfat , larut dalam CES, tetapi kondisi-kondisi di dalam tulang sesuai untuk
garam ini mengendap (mengkristal) di sekitar serat kolagen dalam matriks.
Dengan memobilisasi sebagian dari simpanan kalsium di tulang ini, PTH
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 15
meningkatkan konsentrasi kalsium plasma saat konsentrasi tersebut mulai
turun.
Kelebihan sekresi PTH, atau hiperparatiroidisme, yang biasanya
disebabkan oleh tumor dengan hipersekresi di salah satu kelenjar paratiroid,
ditandai
oleh
hiperkalsemia
dan
hipofosfatemia.
Hiperkalsemia
menurunkan eksitabilitas jaringan saraf dan otot, menyebabkan gangguan
saraf dan kelemahan otot, termasuk penurunan kewaspadaan, kurangnya
daya ingat, dan depresi juga dapat terjadi gangguan jantung. Mobilisasi
berlebihan kalsium dan fosfat dari simpanan di tulang menyebabkan
penipisan tulang, yang dapat menyebabkan cacat tulang dan peningkatan
insidens
fraktur.
Sementara
kekurangan
sekresi
PTH
atau
Hipoparatiroidisme menyebabkan hipokalsemia dan hiperfosfatemia.
Gejala terutama disebabkan oleh meningkatnya eksitabilitas neuromuskulus
akibat berkurangnya kadar kalsium bebas dalam plasma. Jika PTH sama
sekali tidak akda maka berakibat spasme hipokalsemik otot-otot
pernapasan. Pada defisiensi relatif PTH muncul gejala-gejala ringan
peningkatan eksitabilitas neuromuskulus, kram dan kedutan otot timbul
akibat aktivitas spontan di saraf motorik. (Sherwood , 2015)
2.3.7
Pembahasan Learning Issue
1. Bagaimana pembentukan, sekresi dan mekanisme tubuh dari kalsium dan
fosfat ?

Kalsium
Kalsium adalah mineral yang amat penting dalam tubuh.
Konsentrasi ion kalsium normalnya diatur dengan sangat tepat. Sehingga
jarang menurun atau meningkat terlampau jauh melebihi beberapa persen
dari nilai normalnya sebesar kira-kira 9,4 mg/dl, yang setara dengan 2,4
mmol kalsium/L. Pengaturan yang tepat tersebut sangat penting, karena
kalsium berperan utama dalam banyak proses fisiologis, yang meliputi
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 16
kontraksi otot rangka, jantung dan otot polos, pembekuan darah, dan
transmisi impuls saraf yang hanya beberapa dari sejumlah proses fisiologis.
Peningkatan konsentrasi kalsium melebihi normal (hiperkalsemia)
menyebabkan depresi progresif pada sistem saraf pusat: sebaliknya,
penurunan konsentrasi kalsium (hipokalsemia) menyebabkan sistem saraf
menjadi lebih mudah untuk dirangsang. Kalsium dalam bentuk ion ini
adalah bentuk yang sangat penting untuk sebagian besar fungsi kalsium
dalam tubuh, yang meliputi efek kalsium pada jantung, sistem saraf dan
pembentukan tulang. (Guyton, 2016)
Kalsium terdapat dalam plasma dan cairan interstisial. Kalsium
dalam plasma terdapat dalam tiga bentuk,
o Sekitar 41 persen (1 mmol/L) kalsium bergabung dengan protein plasma
dan bentuk ini tidak dapat berdifusi melalui membran kapiler.
o Sekitar 9 persen kalsium (0,2 mmol/L) dapat berdifusi melalui membran
kapiler, namun bergabung dengan zat anionik plasma dan cairan interstisial
(contohnya, sitrat dan fosfat) sedemikian rupa sehingga tidak terionisasi.
o Sisa 50 persen kalsium dalam plasma dapat berdifusi melalui membran
kapiler dan terionisasi.
Plasma dari cairan interstisial memiliki konsentrasi ion kalsium
yang normal sekitar 1,2 mmol/L (atau 2,4 mEq/L, karena ion kalsium
merupakan ion divalen), yaitu suatu kadar yang besarnya hanya separuh dari
konsentrasi kalsium plasma total. (Guyton, 2016)
Regulasi Metabolisme Ca2+
Regulasi metabolisme Ca2+ bergantung pada kontrol hormon pada
pertukaran antara CES dan tiga kompartemen lain: tulang, ginjal, dan usus.
Kontrol metabolisme Ca2+ mencakup dua aspek :
1. Regulasi homeostasis kalsium melibatkan penyesuaian cepat yang
diperlukan untuk mempertahankan konsentrasi Ca2+ bebas plasma yang
konstan dari menit ke menit. Hal ini terutama dilaksanakan oleh pertukaran
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 17
cepat antara tulang dan CES serta, dengan tingkat yang lebih rendah, oleh
modifikasi ekskresi Ca2+ di urine.
2. Regulasi keseimbangan kalsium melibatkan penyesuaian- penyesuaian yang
berlangsung lebih lambat yang diperlukan untuk mempertahankan jumlah
total Ca2+ di tubuh yang konstan. Kontrol keseimbangan Ca2+ menjamin
bahwa asupan Ca2+ ekuivalen dengan ekskresi Ca2+ dalam jangka panjang
(mingguan hingga bulanan). Keseimbangan kalsium diperta-hankan oleh
penyesuaian dalam tingkat penyerapan Ca2+ di usus dan ekskresi Ca2+ di
urine.
Hormon paratiroid, regulator utama metabolisme Ca2+, bekerja secara
langsung atau tak-langsung pada ketiga tempat efektor tersebut. PTH adalah
hormon utama yang bertanggung jawab dalam pemeliharaan homeostasis Ca2+
dan esensial untuk mempertahankan keseimbangan Ca2+, meskipun vitamin D
juga berperan dalam keseimbangan Ca2+. Hormon ketiga yang memengaruhi
Ca2+, kalsitonin, tidak esensial untuk mempertahankan homeostasis atau
keseimbangan Ca2+. Hormon ini berfungsi sebagai cadangan pada keadaan
hiperkalsemia ekstrem yang jarang terjadi. (Sherwood, 2014)
Kontrol Ekskresi Kalsium oleh Ginjal
Ekskresi kalsium disesuaikan dengan kebutuhan tubuh, Kalsium difiltrasi
dan direabsorbsi oleh ginjal tetapi tidak disekresikan. Oleh karena itu, laju
ekskresi kalsium ginjal dihitung sebagai berikut :
Ekskresi kalsium ginjal = Kalsium yang difiltrasi - Kalsium yang
direabsorbsi
Sekitar 50 persen kalsium plasma dapat difiltrasi di glomerulus. Normalnya,
sekitar 99 persen kalsium yang difiltrasi akan direabsorbsi oleh tubulus, dan
hanya sekitar 1 persen kalsium yang difiltrasi akan diekskresikan. Sekitar 65
persen kalsium yang difiltrasi akan direabsorbsi dalam tubulus proksimal, 25
sampai 30 persen direabsorpsi di ansa Henle, dan 4 sampai 9 persen direabsorbsi
di tubulus distal dan tubulus koligens. Pola reabsorpsi ini mirip dengan pola
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 18
reabsorpsi pada natrium. Dengan peningkatan asupan kalsium, terdapat juga
peningkatan ekskresi kalsium ginjal, walaupun sebagian besar peningkatan
asupan kalsium dibuang dalam feses. Dengan hilangnya kalsium, ekskresi
kalsium oleh ginjal menurun sebagai akibat dari peningkatan reabsorpsi tubulus.
(Guyton, 2016)
Reabsorpsi Kalsium di Tubulus Proksimal
Sebagian besar reabsorpsi kalsium di tubulus proksimal terjadi melalui jalur
parasel, dilarutkan dalam air dan dibawa dengan cairan yang direabsorpsi saat
mengalir di antara sel-sel. Hanya sekitar 20 persen dari reabsorpsi kalsium
proksimal tubular melalui jalur transel dalam dua langkah:

kalsium berdifusi dari lumen tubulus ke dalam sel mengikuti gradien
elektrokimia karena konsentrasi yang kalsium jauh lebih tinggi dalam
lumen tubular, dibandingkan dengan sitoplasma sel epitel, dan karena
intrasel relatif negatif terhadap lumen tubular.

Kalsium keluar dari sel melintasi membran basolateral melalui pompa
kalsium-ATPase dan dengan natrium-kalsium konter-transporter. (Guyton,
2016)
Reabsorpsi Kalsium di Ansa Henle dan Tubulus Distal.
Di ansa Henle, kalsium reabsorpsi terbatas pada bagian tebal pars
asendens. Sekitar 50 persen dari reabsorpsi kalsium di bagian tebal pars asendens
terjadi melalui jalur parasel oleh difusi pasif karena muatan positif kecil lumen
tubular relatif dibandingkan cairan interstisial. Sisanya 50 persen dari reabsorpsi
kalsium di bagian tebal pars asendens terjadi melalui jalur transel, sebuah proses
yang dirangsang oleh PTH.
Di tubulus distal, hampir seluruh reabsorpsi kalsium terjadi oleh transpor
aktif melalui membran sel. Mekanisme transpor aktif ini mirip dengan yang di
tubulus proksimal dan bagian tebal pars asendens dan melibatkan difusi
melintasi membran luminal melalui kanal kalsium dan keluar melintasi membran
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 19
basolateral oleh pompa kalsium-ATPase, serta konter transpor natriumkalsium
mekanisme. Di segmen ini, serta di ansa Henle, PTH merangsang reabsorpsi
kalsium. Vitamin D (kalsitrol) dan kalsitonin juga merangsang reabsorpsi
kalsium di bagian tebal pars asendens ansa Henle dan di tubulus distal. (Guyton,
2016)
Faktor-Faktor yang Mengatur Reabsorpsi Kalsium di Tubulus
Salah satu pengatur utama reabsorpsi kalsium tubulus ginjal adalah PTH.
Peningkatan kadar PTH, merangsang reabsorpsi kalsium di segmen tebal pars
asendens ansa Henle dan tubulus distal, yang mengurangi ekskresi kalsium
dalam urine. Sebaliknya, penurunan PTH meningkatkan ekskresi kalsium
dengan menurunkan reabsorpsi di ansa Henle dan tubulus distal.
Faktor lain yang memengaruhi reabsorpsi kalsium adalah konsentrasi
fosfat plasma. Peningkatan fosfat plasma merangsang PTH, yang meningkatkan
reabsorpsi kalsium oleh tubulus ginjal, dengan demikian mengurangi ekskresi
kalsium. Hal ini berlawanan terjadi bila konsentrasi fosfat plasma menurun.
(Guyton, 2016)
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 20
Diet Harian Kalsium
Kalsium merupakan mineral penting untuk pertumbuhan tulang yang kuat.
Kecukupan kalsium juga membantu fungsi otot dan struktur tulang tetap sehat.
Kebutuhan kalsium setiap orang berbeda-beda tergantung usia. Pada anak-anak
dibutuhkan sekitar 500-1000 perhari dan orang dewasa sekitar 1000 mg. Sumber
kalsium yang utama memang susu dan produk turunannya. Tetapi, pada mereka
yang memiliki laktosa intoleran sehingga tidak dapat mengonsumsi susu bisa
mendapat kalsium dari sumber makanan lain yaitu :
 Kacang putih
Kacang putih bukan hanya kaya akan protein, zat besi dan serat, tapi juga
mengandung kalsium, dalam satu sajian kacang putih terdapat 175 mg
kalsium.
 Jeruk
Buah jeruk memiliki kandungan kalsium yang cukup tinggi. Dalam
sebuah jeruk ukuran sedang terkandung 70 mg kalsium atau mencukupi
7 persen kebutuhan harian.
 Kacang almond
Berbagai jenis kacang mengandung jumlah kalsium yang cukup.
Termasuk kacang almond yang juga mengandung protein.
 Ikan sardin
Selain kaya akan omega-3, ikan sardin juga mengandung kalsium sampai
350 mg dalam satu kaleng kecil.
 Sayuran hijau
Sayur-sayuran termasuk bayam, brokoli dan sayuran berdaun hijau tidak
mengandung lemak, rendah kalori tetapi tinggi serat dan kalsium.
(Sherwood, 2014)
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 21

Fosfat
Fosfat anorganik dalam plasma terutama terdapat dalam dua bentuk: HPO4
dan H2PO4. Konsentrasi HPO4= adalah sekitar 1,05 mmol/L, dan konsentrasi
H2PO4 sekitar 0,26 mmol/L. Bila jumlah total fosfat dalam cairan ekstraselular
meningkat, kedua bentuk ion fosfat tersebut juga akan meningkat. Peran utama
fosfat adalah untuk membantu membentuk tulang dan gigi yang kuat dalam tubuh
manusia.
Kira-kira 85 persen fosfat tubuh disimpan di dalam tulang, 14 sampai 15
persen di dalam sel dan kurang dari 1 persen berada dalam cairan ekstraseluler.
Meskipun konsentrasi fosfat cairan ekstraseluler hampir tidak sebaik pengaturan
konsentrasi ion kalsium, fosfat memiliki sejumlah fungsi yang penting dan diatur
oleh banyak faktor yang juga mengatur kalsium. (Guyton, 2016)
Pengaturan Ekskresi Fosfat Ginjal
Ekskresi fosfat oleh ginjal terutama diatur oleh mekanisme kelebihan yang
dapat dijelaskan sebagai berikut: Tubulus ginjal memiliki transpor maksimum
normal untuk mereabsorbsi fosfat sekitar 0,1 mM/menit. Bila jumlah fosfat kurang
dari nilai ini di filtrat glomerulus, hampir semua fosfat yang difiltrasi akan
direabsorbsi. Bila lebih banyak, kelebihannya akan diekskresikan. Oleh karena itu,
secara normal fosfat mulai bocor ke dalam urine saat konsentrasinya dalam cairan
ekstraselular meningkat di atas kadar ambang sekitar 0,8 mM/ L, yang
memberikan beban fosfat pada tubulus sekitar 0,1 mM/ L, bila dianggap LFG
sebesar 125 ml/menit. Oleh karena kebanyakan orang makan jumlah besar fosfat
dari produk susu dan daging, konsentrasi fosfat biasanya dipertahankan di atas 1
mM/L, suatu kadar yang menyebabkan terjadi ekskresi fosfat yang terus-menerus
ke dalam urine.
Tubulus proksimal biasanya mereabsorpsi 75 sampai 80 persen dari fosfat
yang difiltrasi. Tubulus distal merabsorpsi sekitar 10 persen dari beban filtrasi,
dan hanya sebagian yang sangat kecil direabsorpsi dalam ansa Henle, tubulus
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 22
koligens, dan duktus koligens. Sekitar 10 persen dari fosfat yang difiltrasi
diekskresikan dalam urine. (Guyton, 2016)
Di tubulus proksimal, reabsorpsi fosfat terjadi terutama melalui jalur
transel. Fosfat memasuki sel dari lumen melalui ko-transpor natrium-fosfat dan
keluar sel melintasi membran basolateral dengan proses yang tidak dipahami
dengan baik tetapi mungkin melibatkan mekanisme konter transpor yang menukar
fosfat dengan anion.
Perubahan kemampuan reabsorpsi fosfat tubulus dapat juga terjadi pada
keadaan berbeda dan memengaruhi ekskresi fosfat. Sebagai contoh, diet rendah
fosfat yang lama dapat meningkatkan transpor maksimum reabsorpsi untuk fosfat,
sehingga mengurangi kecenderungan kebocoran fosfat ke dalam urine.
PTH dapat berperan penting dalam mengatur konsentrasi fosfat melalui
dua efek: (1) PTH meningkatkan resorpsi tulang, sehingga melimpahkan sejumlah
besar ion fosfat ke dalam cairan ekstraselular yang berasal dari garam-garam
tulang, dan (2) PTH menurunkan transpor maksimum untuk fosfat oleh tubulus
ginjal, sehingga sebagian besar fosfat tubulus terbuang dalam urine. Jadi,
bilamana PTH plasma meningkat, reabsorpsi fosfat tubulus berkurang dan lebih
banyak fosfat diekskresikan. (Guyton, 2016)
Diet Harian Fosfat
Fosfat ditemukan dalam hampir semua makanan meskipun makanan tinggi
protein, produk susu, kacang-kacangan, biji-bijian, kacang kering dan kacang
polong, cokelat, cola dan makanan gandum mengandung jumlah tertinggi.
(Sherwood, 2014)
2. Bagaimana pembentukan, sekresi dan mekanisme dari vitamin D ?
Vitamin D memiliki efek kuat untuk meningkatkan absorpsi kalsium dari
usus; vitamin ini juga memiliki efek yang penting bagi pembentukan dan absorpsi
tulang, akan tetapi, vitamin D itu sendiri bukanlah zat aktif yang menimbulkan
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 23
efek-efek tersebut. Bahkan, vitamin D terlebih dulu harus diubah melalui
rangkaian reaksi di hati dan ginjal untuk membentuk produk akhir yaitu 1,25dthidroksikolekalsiferol, yang juga disebut 1,25(OH)2D3.
Kolekalsiferol (Vitamin D3) Dibentuk di Kulit. Sejumlah senyawa yang
berasal dari sterol termasuk dalam famili vitamin D vVitamin D3 (yang juga
disebut kolekalsiferol) adalah yang terpenting dari senyawa-senyawa tersebut dan
dibentuk di kulit akibat radiasi sinar ultraviolet dari matahari terhadap 7dehidrokolestrol, yaitu suatu zat yang normalnya dijumpai di kulit. Akibatnya,
paparan sinar matahari yang sesuai mencegah terjadinya defisiensi vitamin D.
Senyawa vitamin D tambahan yang kita telan dalam makanan, identik dengan
kolekalsiferol yang dibentuk di kulit, kecuali untuk substitusi satu atau lebih atom
yang tidak memengaruhi fungsinya.
Kolekalsiferol diubah di hati menjadi 25-Hidroksikolekalsiferol. Langkah
pertama dalam aktivasi kolekalsiferol adalah pengubahannya menjadi 25
hidroksikolekalsiferol; yang terjadi di hati. Proses ini ada batasnya, karena 25hidroksikolekalsiferol memiliki efek umpan balik penghambatan pada reaksi
pengubahan. Efek umpan balik ini sangat penting karena dua alasan berikut.
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 24
Pertama, mekanisme umpan balik secara tepat mengatur konsentrasi 25hidroksikolekalsiferol dalam plasma. Pengaturan umpan balik yang ampuh ini
mencegah kerja vitamin D yang berlebihan ketika asupan vitamin D3 berubah
dalam kisaran yang luas. Kedua, konversi terkontrol vitamin D3 menjadi 25hidroksikolekalsiferol ini akan mempertahankan vitamin D yang disimpan di hati
untuk penggunaan lebih lanjut di masa mendatang. Begitu vitamin D ini
dikonversi, vitamin D tersebut akan berada dalam tubuh hanya untuk beberapa
minggu, sedangkan dalam bentuk vitamin D, vitamin tersebut dapat disimpan di
hati selama berbulan-bulan.
Pembentukan 1,25-Dihidroksikolekalsiferoldi ginjal dan pengaturannya
oleh hormon paratiroid. Zat terakhir ini merupakan bentuk yang paling aktif dari
vitamin D, oleh karena itu, bila tidak ada ginjal, vitamin D kehilangan hampir
semua keefektifannya. Konversi 25- hidroksikolekalsiferol menjadi 1,25dihidroksikolekalsiferol membutuhkan PTH. Bila tidak ada PTH, hampir tidak
ada 1,25 dihidroksikolekalsiferol yang dibentuk. Oleh karenanya, PTH
berpengaruh penting dalam menentukan efek fungsional vitamin D dalam tubuh
(Guyton dan Hall, 2016).
Konsentrasi 1,25-dihidroksikolekalsiferol dalam plasma dipengaruhi
konsentrasi kalsium dalam plasma secara terbalik. Ada dua alasan untuk hal
tersebut. Pertama, ion kalsium itu sendiri memiliki efek ringan dalam pencegahan
konversi 25- hidroksikolekalsiferol menjadi 1,25-dihidroksikolekalsiferol. Kedua,
kecepatan sekresi PTH sangat menurun ketika konsentrasi ion kalsium melebihi 9
sampai 10 mg/100 ml. Oleh sebab itu, pada nilai konsentrasi di bawah nilai
tersebut, PTH meningkatkan konversi 25-hidroksikolekalsiferol menjadi 1,25dihidroksikolekalsiferol di ginjal. Pada konsentrasi kalsium yang lebih tinggi lagi,
ketika PTH tertekan, 25 hidroksikolekalsiferol akan diubah menjadi suatu
senyawa yang berbeda-24,25-dihidroksikolekalsiferol yang hampir tidak
memiliki efek vitamin D. Ketika konsentrasi kalsium plasma terlalu tinggi,
pembentukan 1,25-dihidroksikolekalsiferol akan sangat berkurang. Kurangnya
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 25
senyawa ini selanjutnya akan mengurangi absorpsi kalsium dari usus, tulang, dan
tubulus ginjal, sehingga konsentrasi ion kalsium turun kembali menuju nilai
normalnya.
Kerja Vitamin D
Bentuk aktif vitamin D yaitu 1,25-dihidroksikolekalsiferol, memiliki
sejumlah efek terhadap usus, ginjal, dan tulang yang meningkatkan absorpsi
kalsium dan fosfat ke dalam cairan ekstraselular dan ikut berperan serta dalam
pengaturan umpan balik zat-zat ini.
Resepstor vitamin D terdapat di hampir semua sel dalam tubuh dan terletak
terutama di dalam inti sel-sel sasaran, reseptor vitamin D memiliki daerah
pengikat-hormon dan pengikat- DNA. Reseptor vitamin D tersebut membentuk
suatu kompleks dengan reseptor intrasel lainnya, reseptor retinoid-X, dan
kompleks ini terikat pada DNA dan menggiatkan transkripsi pada pelbagai hal
(Guyton dan Hall, 2016).
Peran dan Fungsi Vitamin D
a. Efek “hormonal” Vitamin D
1,25-Dihidroksikolekalsiferol itu sendiri berfungsi sebagai suatu jenis
"hormon" untuk meningkatkan absorpsi kalsium oleh usus. Zat ini melakukannya
terutama dengan meningkatkan pembentukan calbindin, suatu protein pengikat
kalsium, di sel epitel usus selama periode sekitar 2 hari. Protein ini berfungsi di
brush border sel-sel tersebut untuk mengangkut kalsium ke dalam sitoplasma sel.
Selanjutnya kalsium bergerak melalui membrane basolateral sel dengan cara difusi
terfasilitasi. Kecepatan absorpsi kalsium berbanding lurus dengan jumlah protein
pengikat kalsium ini. Lebih lanjut lagi, protein ini tetap berada dalam sel selama
beberapa minggu setelah 1,25-dihidroksikolekalsiferol dibuang dari tubuh,
sehingga menimbulkan efek yang berkepanjangan terhadap absorpsi kalsium. Efek
lain dari 1,25-dihidroksikolekalsiferol adalah pembentukan (1) ATPase terstimulasi
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 26
kalsium di brush border sel epitel dan (2) suatu alkalin fosfatase di sel epitel.
Perincian yang pasti dari semua efek-efek ini masih belum jelas.
b. Vitamin D Meningkatkan Absorpsi Fosfat oleh Usus.
Meski fosfat biasanya diabsorpsi dengan mudah, aliran-masuk fosfat
melalui epitel saluran cerna akan diperkuat oleh vitamin D. Diyakini bahwa hal ini
terjadi akibat efek langsung 1,25- dihidroksikolekalsiferol, namun efek ini juga
dapat dihasilkan secara tidak langsung dari kerja hormon ini terhadap absorpsi
kalsium, dan kalsium selanjutnya bertindak sebagai mediator transpor untuk fosfat.
c. Vitamin D Mengurangi Ekskresi Kalsium dan Fosfat.
Vitamin D juga meningkatkan reabsorpsi kalsium dan fosfat oleh sel epitel
tubulus ginjal, sehingga cenderung untuk mengurangi ekskresi zat-zat ini dalam
urine. Akan tetapi, efek ini sangat lemah dan kemungkinan tidak banyak
manfaatnya dalam pengaturan konsentrasi zat-zat ini dalam cairan ekstraselular.
d. Efek Vitamin D terhadap Tulang dan Hubungannya dengan Aktivitas
Hormon Paratiroid.
Vitamin D berperan penting dalam absorpsi dan deposisi tulang. Pemberian
vitamin D dalam jumlah yang ekstrem mengakibatkan absorpsi tulang. Bila tidak
ada vitamin D, efek hormon paratiroid dalam menimbulkan absorpsi tulang akan
sangat berkurang atau bahkan dapat dicegah. Mekanisme kerja vitamin D ini tidak
diketahui, namun diyakini terjadi akibat efek 1,25- dihidroksikolekalsiferol untuk
meningkatkan transport kalsium melalui membran sel.Vitamin D dengan jumlah
yang lebih kecil meningkatkan kalsifikasi tulang. Salah satu cara untuk melakukan
hal tersebut adalah dengan meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat dari usus.
Akan tetapi, meskipun tidak terjadi peningkatan semacam itu, vitamin D
meningkatkan mineralisasi tulang. Sekali lagi, mekanisme untuk efek tersebut tidak
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 27
diketahui,
namun
kemungkinan
disebabkan
oleh
kemampuan
1,25-
dihidroksikolekalsiferol untuk menimbulkan transpor ion kalsium melalui
membran sel tetapi pada keadaan ini, kemungkinan dengan arah yang berlawanan
melalui membran osteoblas atau membran sel osteosit (Guyton dan Hall, 2016)
Nutrisi dengan Vitamin D
Kebutuhan akan vitamin D dapat dipenuhi melalui sinar matahari, karena
sinar matahari 80% dapat membentuk vitamin D dalam tubuh. Hal ini dapat
dilakukan dengan berjemur di pagi hari hingga pukul 09.00 atau 10.00. disamping
itu pemenuhan vitamin D dapat dilakukan melalui intake makanan yang
mengandung vitamin D. Berikut merupakan bahan makanan yang mengandung
vitamin D (Makayadaha, 2017).
1. Susu, kaya akan vitamin D dan kalsium yang baik untuk tulang 1L susu
telah mencukupi kebutuhan per hari
2. Telur, vitamin D pada telur terletak di bagian kuning telur sebesar 25
IU. Mengonsumsi telur setiap hari dapat memenuhi kebutuhan akan
vitamin D sebesar 10%
3. Udang, mengandung 129 IU vitamin D tiap 85 gram udang. Dengan
ukuran tersebut sudah mampu memenuhi kebutuhan akan vitamin D
sebesar 32%
4. Ikan Salmon, vitamin D pada bahan makanan ini lebih tinggi dari bahan
makanan yang lainnya
5. Jamur, dapat memenuhi kebutuhan akan vitamin D sebesar 4%
darikebutuhan per hari. Menjeur jamur di bawah sinar matahari dapat
meningkatkan kandungan vitamin D dalam jamur.
6. Tahu
7. Keju
8. Sereal
9. Minyak ikan Cod
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 28
3. Bagaimana pembentukan,sekresi dan mekanisme dari hormone tiroid dan
paratiroid ?
(1) Hormone Tiroid
Glandula tiroid adalah satu-satunya kelenjar endokrin yang
menyimpan produk sekretorisnya dalam jumlah besar. Tahap – tahap
produksi hormone tiroid diawali dengan terperangkapnya yoyida, sintesis
tiroglobulin, oksidasi yoyida, yodinasi tirosin, coupling T1 dan T2,
pinositosis dan digesti koloid , sekresi hormone tiroid dan transport dalam
darah.
a. Terperangkapnya yoyida—Simporter Natrium-lodida (Penjeratan lodida)
Tahap pertama pembentukan hormon tiroid adalah pengangkutan
iodida dari darah ke dalam sel-sel dan folikel kelenjar tiroid. Membran basal
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 29
sel tiroid mempunyai kemampuan yang spesifik untuk memompakan iodida
secara aktif ke bagian dalam sel. Hal ini terjadi oleh aktivitas simporter
natrium-iodida (NIS), yang mentranspor satu ion iodida bersama-sama
dengan dua ion natrium menembus membran (plasma) basolateral masuk ke
dalam sel. Energi yang dipakai untuk mentranspor iodide melawan
perbedaan konsentrasi berasal dari pompa natrium- kalium ATPase, yang
memompa natrium keluar dari sel, sehingga tercipta konsentrasi natrium
intraselular yang rendah dan gradien untuk difusi terfasilitasi natrium ke
dalam sel.
Proses pemekatan iodida dalam sel ini disebut penjeratan iodida
(iodide trapping). Pada kelenjar tiroid yang normal, pompa iodida dapat
memekatkan iodida kira-kira 30 kali konsentrasinya di dalam darah. Bila
kelenjar tiroid menjadi sangat aktif, maka rasio konsentrasi tadi dapat
meningkat sampai 250 kali nilai tersebut. Kecepatan penjeratan iodida oleh
tiroid dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang paling penting adalah
konsentrasi TSH. TSH merangsang pompa iodida dan hipofisektomi sangat
mengurangi aktivitas pompa iodida di sel-sel tiroid.
Iodida ditranspor keluar sel kelenjar tiroid melewati membran
apikal, masuk ke dalam folikel dengan bantuan chlorideiodide ion countertransporter yang disebut pendrin. Sel epitel tiroid juga menyekresi ke dalam
folikel tiroglobulin yang mengandung asam amino tirosin tempat ion-ion
iodida melekat, seperti yang akan dijelaskan pada bagian berikut.
b. Sintesis Tiroglobulin.
tiroid merupakan sel kelenjar khas yang menyekresi protein.
Retikulum endoplasma dan alat Golgi menyintesis serta menyekresi
molekul glikoprotein besar yang disebut tiroglobulin dengan berat molekul
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 30
335.000 ke dalam folikel.
Setiap molekul tiroglobulin mengandung sekitar 70 asam amino
tirosin, dan tiroglobulin merupakan substrat utama yang bergabung dengan
iodida untuk membentuk hormon tiroid. Jadi, hormon tiroid terbentuk dalam
molekul tiroglobulin. Hormon tiroksin dan triiodotironin dibentuk dari asam
amino tirosin, yang merupakan sisa bagian dari molekul tiroglobulin selama
sintesis hormon tiroid dan bahkan sesudahnya sebagai hormon yang
disimpan di dalam koloid folikular.
c. Yodinasi lon lodida.
Tahap pertama yang penting dalam pembentukan hormon tiroid
adalah perubahan Ion iodida menjadi bentuk yodium yang teroksidasi, baik
yodium awal (nascent iodine) (I°) atau I3; yang selanjutnya mampu
langsung berikatan dengan asam amino tirosin. Proses oksidasi yodium ini
ditingkatkan oleh enzim peroksidase dan penyertanya hidrogen peroksidase,
yang menyediakan suatu sistem kuat yang mampu mengoksidasi iodida.
Enzim peroksidase terletak di bagian apikal membran sel atau melekat pada
membran sel, sehingga menempatkan yodium yang teroksidasi tadi di dalam
sel tepat pada tempat molekul tiroglobulin mula-mula dikeluarkan dari
badan Golgi dan melalui membran sel masuk ke dalam tempat penyimpanan
koloid kelenjar tiroid. Bila sistem peroksidase ini terhambat, atau secara
herediter tidak terdapat di dalam sel, maka kecepatan pembentukan hormon
tiroid turun sampai nol.
d. Coupling T1 dan T2—"Proses Organifikasi" Tiroglobulin.
Pengikatan
yodium
dengan
molekul
tiroglobulin
disebut
organifikasi tiroglobulin. Bahkan sewaktu masih dalam bentuk molekul,
yodium yang sudah teroksidasi ini akan berikatan langsung dengan asam
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 31
amino tirosin, tetapi lambat. Di dalam sel-sel tiroid, yodium yang
teroksidasi itu berasosiasi dengan enzim tiroid peroksidase yang
menyebabkan proses di atas dapat berlangsung selama beberapa detik atau
beberapa menit. Oleh karena itu, dengan kecepatan yang hampir sama
dengan kecepatan pelepasan molekul tiroglobulin dari aparatus Golgi, atau
seperti waktu disekresi melalui bagian apikal membran sel ke dalam folikel,
yodium akan berikatan dengan kira- kira seperenam bagian dari asam amino
tirosin yang ada di dalam molekul tiroglobulin.
Tahap proses iodinasi tirosin dan tahap akhir pembentukan dua
hormon tiroid yang penting, tiroksin dan triiodotironin. Tirosin mula-mula
diiodisasi menjadi monoiodotirosin dan selanjutnya menjadi diiodotirosin.
Kemudian, selama beberapa menit, beberapa jam, dan bahkan beberapa hari
berikutnya, makin lama makin banyak sisa iodotirosin yang saling
bergandengan (coupled) satu sama lainnya.
Hasil reaksi penggandengan ini adalah terbentuknya molekul tiroksin (T4),
yang terbentuk bila dua molekul diiodotirosin bergabung; tiroksin tersebut
kemudian tetap merupakan bagian dari molekul tiroglobulin. Atau dapat
juga terjadi penggandengan satu molekul monoiodotirosin dengan satu
molekul diiodotirosin sehingga terbentuk triiodotironin (T3), yang
merupakan kira-kira satu perlima dari jumlah hormon akhir. Sejumlah kecil
reverse
T3
(RT3)
terbentuk
dari
gabungan
diiodotirosin
dan
monoiodotirosin, tapi RT3 pada manusia tidak tnenunjukkan fungsi yang
berarti.
e. Penyimpanan Tiroglobulin.
Kelenjar tiroid berbeda di antara kelenjar endokrin lainnya dalam
hal kemampuannya menyimpan sejumlah besar hormon. Sesudah hormon
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 32
tiroid disintesis, setiap molekul tiroglobulin mengandung sampai 30
molekul tiroksin, dan rata-rata terdapat sedikit molekul triiodotironin.
Dalam bentuk ini, hormon tiroid disimpan di dalam folikel dalam jumlah
yang cukup untuk menyuplai tubuh dengan kebutuhan normal hormon tiroid
selama 2 sampai 3 bulan. Oleh karena itu, bila sintesis hormon tiroid
berhenti, efek fisiologis akibat defisiensi hormon tersebut belum tampak
untuk beberapa bulan.
f. Pelepasan Tiroksin dan Triiodotironin dari Kelenjar Tiroid
Tiroglobulin sendiri tidak dilepaskan ke dalam sirkulasi darah dalam
jumlah yang bermakna; justru, pada awalnya tiroksin dan triiodotironin
harus dipecah dari molekul tiroglobulin, dan selanjutnya hormon bebas ini
dilepaskan. Proses ini berlangsung sebagai berikut: Permukaan apikal selsel tiroid menjulurkan pseudopodia mengelilingi sebagian kecil koloid
sehingga terbentuk vesikel pinositik yang masuk ke bagian apeks sel-sel
tiroid. Kemudian lisosom pada sitoplasma sel segera bergabung dengan
vesikel-vesikel ini untuk membentuk vesikel-vesikel digestif yang
mengandung enzim-enzim pencernaan yang berasal dari lisosom yang
sudah bercampur dengan bahan koloid tadi. Beragam protease yang ada di
antara enzim-enzim ini akan mencerna molekul-molekul tiroglobulin serta
akan melepaskan tiroksin dan triiodotironin dalam bentuk bebas. Kedua
hormon bebas ini selanjutnya akan berdifusi melewati bagian basal sel-sel
tiroid ke pembuluh-pembuluh kapiler di sekelilingnya. Jadi, dengan
demikian hormon tiroid dilepaskan ke dalam darah.
Kira-kira tiga perempat tirosin yang telah diiodinasi di dalam
tiroglobulin tidak akan pernah menjadi hormon tiroid tetapi akan tetap
sebagai monoiodotirosin dan diiodotirosin. Selama terjadinya proses
pencernaan
molekul
tiroglobulin
untuk
melepaskan
tiroksin dan
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 33
triiodotironin, tirosin yang sudah mengalami iodinasi ini juga turut
dilepaskan dari molekul tiroglobulin. Akan tetapi, tirosin- tirosin itu tidak
disekresi ke dalam darah. Sebaliknya, dengan bantuan enzim deiodinase,
yodium dilepaskan dari tirosin sehingga akhirnya membuat semua yodium
ini cukup tersedia di dalam kelenjar, untuk digunakan kembali dalam
pembentukan hormon tiroid tambahan. Pada kelainan kongenital yang tidak
memiliki enzim deiodinase, banyak orang sering kali mengalami defisiensi
yodium akibat gagalnya pembentukan kembali proses tersebut.
g. Pengangkutan Tiroksin dan Triiodotironin ke Jaringan Pengikatan Tiroksin
dan Triiodotironin dengan Protein
Plasma. Saat memasuki darah, lebih dari 99 persen tiroksin dan
triiodotironin segera berikatan dengan beberapa protein plasma, yang
semuanya disintesis oleh hati. Tiroksin dan triiodotironin ini terutama
berikatan dengan globulin pengikat-tiroksin, tetapi dalam jumlah yang lebih
sedikit dengan prealbumin pengikat-tiroksin dan albumin.
Saat memasuki sel, sekali lagi hormon tiroksin dan triiodotironin ini
berikatan dengan protein intrasel, tiroksin berikatan lebih kuat daripada
triiodotironin. Oleh karena itu, kedua hormon sekali lagi disimpan, namun
kali ini di dalam sel-sel targetnya sendiri, dan kedua hormon ini dipakai
secara lambat selama berhari-hari atau berminggu-minggu. (Guyton and
Hall, 2016).
Kontrol Sekresi Hormon Tiroid
Thyrotropin-releasing hormone (TRH) dari hipotalamus dan thyroidstimulating hormone (TSH) dari pituitarium anterior merangsang sintesis
dan pelepasan hormon tiroid
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 34
1.
Kadar T3 dan T4 darah yang rendah atau tingkat metabolisme yang rendah
menstimulasi hipotalamus untuk mensekresikan TRH.
2.
TRH memasuki vena porta hipofisis dan mengalir ke hipofisis anterior, di
mana ia merangsang thyrotroph untuk mensekresikan TSH.
3. TSH menstimulasi hampir semua aspek aktivitas sel folikular tiroid,
termasuk perangkap iodida sintesis hormon dan sekresi dan pertumbuhan
sel folikuler.
4. Sel-sel folikel tiroid melepaskan T3 dan T4 ke dalam darah sampai tingkat
metabolisme kembali ke normal.
5.
Tingkat T3 yang tinggi menghambat pelepasan TRH dan TSH
(penghambatan umpan balik negatif).
Kondisi yang meningkatkan permintaan ATP lingkungan yang dingin,
hipoglikemia, ketinggian tinggi, dan kehamilan juga meningkatkan sekresi
hormon tiroid.
Kerja hormone tiroid
1. Hormon tiroid meningkatkan tingkat metabolisme basal (BMR), tingkat
konsumsi oksigen di bawah kondisi standar atau basal (terjaga, istirahat, dan
puasa),
dengan
merangsang
penggunaan
oksigen
seluler
untuk
menghasilkan ATP. Ketika tingkat metabolisme basal meningkat,
metabolisme sel dari karbohidrat, lipid, dan protein meningkat.
2. Efek utama kedua dari hormon tiroid adalah untuk merangsang sintesis
tambahan pompa natrium-kalium (Na / K ATPase), yang menggunakan
sejumlah besar ATP untuk terus mengeluarkan ion natrium (Na) dari sitosol
ke dalam cairan ekstraseluler dan ion kalium (K ) dari cairan ekstraselular
ke dalam sitosol. Sel-sel memproduksi dan menggunakan lebih banyak
ATP, lebih banyak panas yang dilepaskan, dan suhu tubuh naik. Fenomena
ini disebut efek kalorigenik. Dengan cara ini, hormon hyroid memainkan
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 35
peran penting dalam pemeliharaan suhu tubuh normal. Mamalia normal
dapat bertahan hidup dalam suhu beku, tetapi mereka yang kelenjar
tiroidnya telah dihilangkan tidak bisa.
3. Inheregulasi metabolisme, thethyroidhormonesstimulate sintesis protein
dan meningkatkan penggunaan glukosa dan asam lemak untuk produksi
ATP. Mereka juga meningkatkan lipolisis dan meningkatkan ekskresi
kolesterol, sehingga mengurangi kadar kolesterol darah.
4. Hormon tiroid meningkatkan beberapa tindakan dari cate-cholamines
(norepinefrin dan epinefrin) karena mereka mengatur reseptor beta. Untuk
alasan ini, gejala hipertiroidisme termasuk peningkatan denyut jantung,
detak jantung yang lebih kuat, dan peningkatan tekanan darah.
5.
Bersama dengan hormon pertumbuhan manusia dan insulin, hormon tiroid
mempercepat pertumbuhan tubuh, terutama pertumbuhan sistem saraf dan
skeletal. Kekurangan hormon tiroid selama perkembangan janin, masa bayi,
atau masa kanak-kanak menyebabkan keterbelakangan mental yang berat
dan pertumbuhan tulang yang terhambat.
(2) Hormon Paratiroid
PTH telah dapat diisolasi dalam bentuk murni. Hormon paratiroid
pertama kali dibentuk di ribosom dalam bentuk praprohormon, suatu rantai
polipep- tida yang terdiri atas 110 asam amino. Praprohormon ini diubah
pertama kali menjadi suatu prohormon dengan 90 asam amino, kemudian
diubah menjadi hormon itu sendiri dengan 84 asam amino oleh retikulum
endoplasma dan aparatus Golgi, dan akhirnya dibentuk dalam granulagranula sekretori di dalam sitoplasma sel. Hormon akhir mempunyai berat
molekul kira- kira 9.500. Senyawa-senyawa yang lebih kecil, dengan 34
asam amino yang terletak dekat bagian terminal N dari molekul, juga telah
diisolasi dari kelenjar paratiroid, memperlihatkan aktivitas PTH yang
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 36
Iengkap.
Hormon Paratiroid Meningkatkan Absorpsi Kalsium dan Fosfat dari Tulang
PTH mempunyai dua efek pada tulang dalam menimbulkan absorpsi
kalsium dan fosfat. Tahap yang pertama merupakan suatu tahap cepat yang
dimulai dalam waktu beberapa menit dan meningkat secara progresif dalam
beberapa jam. Tahap ini disebabkan oleh aktivasi sel-sel tulang yang sudah
ada (terutama osteosit) untuk meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat.
Tahap yang kedua adalah tahap yang lebih lambat, dan membutuhkan waktu
beberapa hari atau bahkan beberapa minggu untuk menjadi berkembang
penuh; fase ini disebabkan oleh adanya proses proliferasi osteoklas, yang
diikuti dengan sangat meningkatnya reabsorpsi osteoklastik pada tulang
sendiri, jadi bukan hanya absorpsi garam fosfat kalsium dari tulang.
Hormon Paratiroid Menurunkan Ekskresi Kalsium dan Meningkatkan
Ekskresi Fosfat oleh Ginjal.
Pemberian PTH menyebabkan pelepasan fosfat dengan cepat ke
dalam urine karena efek hormon tersebut yang menyebabkan berkurangnya
reabsorpsi ion fosfat di tubulus proksimal. PTH juga meningkatkan
reabsorpsi kalsium di tubulus ginjal pada waktu yang sama dengan
berkurangnya reabsorpsi fosfat oleh hormon paratiroid. Selain itu, hormon
ini meningkatkan kecepatan reabsorpsi ion magnesium dan ion hidrogen,
saat hormon ini mengurangi reabsorpsi ion natrium, kalium dan asam amino
dengan cara yang sangat mirip seperti hormon paratiroid memengaruhi
fosfat. Peningkatan absorpsi kalsium terutama terjadi di bagian akhir
tubulus ginjal, duktus koligens, bagian awal duktus koligens, dan mungkin
berlanjut ke ansa Henle asenden. Bila bukan oleh karena efek PTH pada
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 37
ginjal dalam meningkat- kan reabsorpsi kalsium, pelepasan kalsium yang
berlangsung terus-menerus itu akhirnya akan menghabiskan mineral tulang
dan cairan ekstraselular dari tulang.
Hormon Paratiroid Meningkatkan Absorpsi Kalsium dan Fosfat di Usus
Pada bagian ini diingatkan kembali bahwa PTH sangat meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat dari usus yakni dengan cara
meningkatkan pembentukan 1,25- dihidroksikole-kalsiferol dan vitamin D.
Siklik Adenosin Monofosfat sebagai Mediator Efek Hormon
Paratiroid. Sebagian besar efek PTH pada organ sasarannya diperantarai
oleh sildik adenosin monofosfat (cAMP) yang bekerja sebagai mekanisme
caraka kedua. Dalam waktu beberapa menit setelah pemberian PTH,
konsentrasi cAMP di dalam osteosit, osteoklas, dan sel-sel sasaran lainnya
meningkat. Selanjutnya, cAMP mungkin bertanggung jawab terhadap
beberapa fungsi osteoklas seperti sekresi enzim dan asam-asam sehingga
terjadi reabsorpsi tulang dan pembentukan 1,25- dihidroksikolekalsiferol di
dalam ginjal. Efek-efek langsung lain dari PTH mungkin berfungsi tidak
bergantung pada mekanisme caraka kedua.
Pengaturan Sekresi Paratiroid oleh Konsentrasi lon Kalsium
Bahkan penurunan konsentrasi ion kalsium yang paling sedikit pun
dalam cairan ekstraselular akan menyebabkan kelenjar paratiroid
meningkatkan kecepatan sekresinya dalam waktu beberapa menit; bila
penurunan konsentrasi kalsium menetap, kelenjar akan menjadi hipertrofi,
sering kali menjadi lima kali lipat atau lebih. Contohnya, kelenjar paratiroid
menjadi sangat membesar pada rakhitis, saat kadar kalsium biasanya hanya
tertekan sedikit. Juga, kelenjar menjadi sangat besar saat hamil, walaupun
penurunan konsentrasi ion kalsium dalam cairan ekstraselular ibu sangat
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 38
sulit diukur; dan kelenjar sangat membesar selama laktasi karena kalsium
digunakan untuk pembentukan air susu ibu. Sebaliknya, keadaan-keadaan
yang meningkatkan konsentrasi ion kalsium di atas nilai normal akan
menyebabkan berkurang- nya aktivitas dan ukuran kelenjar paratiroid.
Beberapa keadaan tersebut meliputi: (1) jumlah kalsium yang berlebihan
dalam diet, (2) meningkatnya vitamin D dalam diet, dan (3) absorpsi tulang
yang disebabkan oleh faktor-faktor selain PTH (contohnya, absorpsi tulang
yang disebabkan oleh tidak digunakannya tulang). Perubahan konsentrasi
ion kalsium dalam cairan ekstraselular terdeteksi oleh (reseptor pengenal
kalsium) calcium sensing receptor (CaSR) di membran sel paratiroid. CaSR
adalah suatu G protein-coupled receptor yang apabila dirangsang oleh ion
kalsium, mengaktifkan fosfolipase C dan meningkatkan inositol 1,4,5trifosfat intrasel dan pembentukan diasilgliserol. Hal ini merangsang
pelepasan kalsium dari simpanan intraselnya, yang pada gilirannya
menurunkan sekresi PTH. Sebaliknya penurunan konsentrasi ion kalsium
cairan ekstraselular menghambat jalur ini dan merangsang sekresi PTH. Hal
ini berbeda dengan banyak jaringan endokrin yang sekresi hormonnya
terangsang apabila jalur ini digiatkan. Keadaan ini menunjukkan bahwa
bahkan penurunan konsen- trasi kalsium dalam jumlah kecil dari nilai
normal dapat dua kali atau tiga kali lipat PTH plasma. Perkiraan hubungan
yang kronis dapat kita jumpai bila selama beberapa minggu timbul
perubahan konsentrasi ion kalsium, sehingga memberikan waktu bagi
kelenjar untuk menjadi sangat hipertrofi, yang ditunjukkan dengan garis
abu-abu terputus-putus; hal ini menggambarkan bahwa penurunan
konsentrasi kalsium plasma hanya beberapa miligram per desiliter saja
dapat menggandakan sekresi PTH. Keadaan ini merupakan dasar sistem
umpan balik tubuh yang sangat kuat untuk pengaturan konsentrasi ion
kalsium plasma jangka panjang. (Guyton and Hall, 2016).
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 39
Efek-Efek Hormon Paratiroid. (1) PTH merangsang resorpsi tulang,
menyebabkan pelepasan kalsium ke dalam cairan ekstrasel; (2) PTH
meningkatkan reabsorpsi kalsium dan menurunkan reabsorpsi fosfat oleh
tubulus ginjal, sehingga ekskresi kalsium berkurang dan ekskresi fosfat
naik; (3) PTH diperlukan untuk mengubah 25-hidroksikolekalsiferol
menjadi 1,25- dihidroksikolekalsiferol, yang kemudian meningkatkan
absorpsi kalsium oleh usus halus. Aktivitas tersebut secara bersama-sama
menciptakan suatu cara pengaturan konsentrasi kalsium cairan ekstraselular
yang cukup kuat.
Tingkat kalsium darah secara langsung mengontrol sekresi hormon
kalsitonin dan paratiroid melalui loop umpan balik negatif yang tidak
melibatkan kelenjar pituitary :
1.
Tingkat ion kalsium yang lebih tinggi dari normal (Ca2) dalam darah
menstimulasi sel parafolikular kelenjar tiroid untuk melepaskan lebih
banyak kalsitonin.
2.
Kalsitonin menghambat aktivitas osteoklas, sehingga menurunkan tingkat
Ca2 darah.3 Tingkat Ca2 yang lebih rendah dari normal dalam darah
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 40
menstimulasi sel-sel utama kelenjar paratiroid untuk melepaskan lebih
banyak PTH.
3. PTH mempromosikan resorpsi matriks ekstraseluler tulang, yang
melepaskan Ca2 ke dalam darah dan memperlambat kehilangan Ca2 dalam
urin, meningkatkan tingkat Ca2 darah.
4. PTH juga menstimulasi ginjal untuk mensintesis calcitriol, bentuk aktif dari
vitamin D.
5. Calcitriol menstimulasi peningkatan penyerapan Ca2 dari makanan di
saluran gastrointestinal, yang membantu meningkatkan tingkat Ca2 darah.
(Tortora,2016).
4. Bagaimana proses remodeling yang di pengaruhi oleh hormon paratiroid ?
Tulang mengalami proses yang namanya remodeling tulang. Tulang
memang terlihat seperti tulang mati, namun konstituen-konstituennya
secara terus-menerus diperbarui. Deposisi tulang (pembentukan) dan
resorpsi tulang (pengeluaran) dalam keadaan normal berlangsung
bersamaan sehingga tulang secara terus-menerus mengalami remodeling,
seperti orang merenovasi bangunan dengan merobohkan dinding dan
menggantinya dengan yang baru. Melalui remodeling, tulang manusia
dewasa di-ganti seluruhnya setiap sekitar 10 tahun. Remodeling tulang
memi-liki dua tujuan:
(1) menjaga tulang agar tetap efektif dalam fungsi mekanisnya
(2) membantu mempertahankan kadar Ca2+ plasma. Marilah kita teliti
secara lebih terperinci mekanisme yang mendasari dan faktor pengontrol
untuk masing-masing tujuan tersebut. (Sherwood, 2014)
Penimbunan dan Absorpsi Tulang-Remodeling Tulang
Penimbunan Tulang oleh Osteoblas. Tulang secara kontinu dibentuk
oleh osteoblas, dan secara kontinu diabsorbsi ketika osteoklas menjadi aktif.
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 41
Osteoblas dijumpai di permukaan luar tulang dan di rongga-rongga tulang.
Sejumlah kecil aktivitas osteoblast terjadi secara kontinu di semua jaringan
tulang yang hidup (sekitar 4 persen dari semua permukaan tulang pada
orang dewasa di berbagai waktu), sehingga sedikitnya sejumlah tulang baru
dibentuk secara konstan.
Absorpsi Tulang-Fungsi Osteoklas.
Tulang juga diabsorbsi secara kontinu dengan adanya osteoklas,
yang merupakan sel fagositik besar berinti banyak (sebanyak 50 inti), dari
suatu turunan monosit atau sel mirip monosit yang dibentuk di sumsum
tulang. Osteoklas pada keadaan normal bekerja aktif di daerah permukaan
tulang seluas kurang dari 1 persen seluruh luas permukaan tulang orang
dewasa. Kita akan mengetahuinya di bab ini bahwa PTH mengatur
aktivitas absorpsi tulang oleh osteoklas. (Guyton, 2016)
Secara histologi, absorpsi tulang terjadi bersebelahan dengan
osteoklas. Mekanisme absorpsi ini diyakini terjadi sebagai berikut:
Osteoklas mengeluarkan tonjolannya yang menyerupai vili ke arah tulang,
yang membentuk suatu permukaan bergelombang yang berdekatan dengan
tulang. Vili tersebut menyekresi dua macam zat: (1) enzim proteolitik, yang
dilepaskan dari lisosom osteoklas dan (2) beberapa asam, yang meliputi
asam laktat dan asam sitrat, yang dilepaskan dari mitokondria dan vesikel
sekretoris. Enzim tersebut akan mencerna atau melarutkan matriks organik
tulang, dan asam menimbulkan terlarutnya garam tulang. Sel osteoklas juga
mengimbibisi tulang dengan memfagositosis partikel kecil dari matriks dan
kristal tulang, dan pada akhirnya juga akan melarutkan zat-zat ini dan
melepaskan produknya ke dalam darah. (Guyton, 2016)
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 42
Hormon paratiroid (PTH) merangsang aktivitas osteoklas dan resorpsi tulang,
tetapi hal tersebut terlaksana melalui suatu mekanisme tidak langsung. PTH
terikat pada reseptor yang terdapat pada osteoblas di dekatnya, menyebabkan
terlepasnya sitokin-sitokin dari osteoblas, termasuk ligan osteoprotegerin
(OPGL), yang juga disebut ligan RANK. OPGL mengaktifkan reseptor pada
sel preosteoklas untuk berubah menjadi osteoklas dewasa yang berinti banyak.
Osteoklas dewasa ini kemudian berkembang dengan pinggiran yang terlipatlipat (ruffled border) dan melepaskan enzim-enzim dan asam yang
menggiatkan resorpsi tulang. (Guyton, 2016)
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 43
Osteoblas juga menghasilkan osteoprotegerin (OPG), kadangkadang
disebut faktor penghambat pembentukan osteoklas (osteoclastogenesis
inhibitory factor [OCIF]), suatu sitokin penghambat resorpsi tulang.
Osteoprotegerin bekerja sebagai suatu reseptor "pemikat" (decoy),
menempel pada OPGL dan mencegah interaksi OPGL dengan reseptornya,
dengan demikian berarti menghambat diferensiasi preosteoklas menjadi
osteoklas dewasa yang meresorpsi tulang. Osteoprotegerin melawan
aktivitas PTH meresorpsi tulang dan tikus yang secara genetik kekurangan
OPG mengalami penurunan massa tulang yang parah dibandingkan dengan
tulang tikus yang pembentukan OPG-nya normal. Walaupun faktor-faktor
yang mengatur OPG belum dimengerti dengan baik, vitamin D dan PTH
tampaknya merangsang produksi osteoklas dewasa melalui aktivitas
ganda, menghambat pembentukan OPG dan merangsang pembentukan
OPGL. Di lain pihak hormon estrogen merangsang pembentukan OPG.
(Guyton, 2016)
Pentingnya jalur OPG-OPGL untuk pengobatan sekarang ini sedang
digali untuk dimanfaatkan. Obat-obat baru yang meniru aktivitas OPG
dengan menghambat interaksi OPGL dengan reseptornya tampaknya
berguna dalam memperbaiki kehilangan massa tulang pada perempuan
pasca menopause dan pada beberapa pasien kanker tulang.
Dalam suatu sistem komunikasi yang unik, osteoblas dan prekursorprekursor imaturnya menghasilkan dua sinyal kimiawi yang mengatur
perkembangan dan aktivitas osteoklas dalam cara yang berlawanan ligan
RANK dan osteoprotegerin sebagai berikut : (Sherwood, 2014)
■ Ligan RANK (RANKL) meningkatkan aktivitas osteoklas. (Ligan
adalah molekul kecil yang berikatan dengan molekul protein yang lebih
besar; salah satu contoh adalah caraka kimiawi ekstrasel yang berikatan
dengan reseptor membran plasma). Seperti diisyaratkan oleh namanya,
ligan RANK berikatan dengan RANK (untuk receptor activator of NF-kB),
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 44
suatu protein reseptor di permukaan membran makrofag sekitar.
Pengikatan ini memicu makrofag untuk berdiferensiasi menjadi osteoklas
dan membantunya hidup lebih lama dengan menekan apoptosis.
Akibatnya, reso- rpsi tulang ditingkatkan dan massa tulang berkurang.
(Sherwood, 2014)
■ Alternatifnya, osteoblas sekitar dapat menyekresikan osteoprotegerin
(OPG) yang sebaliknya menekan aktivitas osteoklas. OPG yang
disekresikan ke dalam matriks berfungsi sebagai reseptor pengecoh yang
berikatan dengan RANKL. Dengan memperdayai RANKL sehingga
menyebabkannya tidak dapat berikatan dengan reseptornya (RANK), OPG
mencegah RANKL mengaktifkan aktivitas osteoklas meresorpsi tulang.
Akibatnya, osteoblas penghasil matriks mengalahkan osteoklas penyerap
tulang sehingga massa tulang bertambah. Karenanya, keseimba-ngan antara
RANKL dan OPG adalah penentu penting densitas tulang. Jika osteoblas
menghasilkan lebih banyak RANKL, aktivitas osteoklas meningkat dan
massa tulang berkurang. Jika osteoblas lebih banyak menghasilkan OPG,
aktivitas osteoklas berkurang dan massa tulang bertambah. (Sherwood,
2014)
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 45
5. Penyebab dan pengaruh dari over dan under sekresi pada hormone
paratiroid ?
Hiperparatiroidisme
Hiperparatiroidisme timbul dalam dua bentuk utama, yaitu primer
dan sekunder, dan lebih jarang, sebagai hiperparatiroidisme tersier.
Keadaan hiperparatiroidisme primer menggambarkan produksi berlebihan
PTH secara spontan dan autonom, sementara dua keadaan lainnya (sekunder
dan tersier) secara khas timbul sebagai fenomena sekunder pada pasien
dengan insufisiensi ginjal menahun (Kumar, 2013).
Hiperparatiroidisme primer adalah suatu kelainan endokrin yang
umum ditemukan, dan merupakan penyebab penting hiperkalsemia.
Terdapat peningkatan yang luar biasa kasus hiperparatiroidisme yang
dideteksi dalam paruh kedua abad lalu, terutama oleh karena
dimasukkannya pemeriksaan kalsium serum rutin untuk berbagai keadaan
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 46
klinis yang membawa pasien ke rumah sakit. Frekuensi kejadian berbagai
lesi paratiroid yang mendasari hiperfungsi adalah sebagai berikut:
a. Adenoma — 85% hingga 95%
b. Hiperplasia primer (difus atau nodular) — 5% hingga 10%
c. Karsinoma paratiroid —1%
Pada lebih dari 95% kasus, hiperparatiroidisme primer disebabkan oleh
suatu adenoma paratiroid sporadik atau hiperplasia sporadik. Defek genetik
yang diidentifikasi pada hiperparatiroidisme primer familial meliputi
sindrom neoplasia endokrin multipel, khususnya MEN-1 dan MEN-2A.
Hiperkalsemia
hipokalsiurik
familial
(jarang terjadi)
akibat
dari
hiperparatiroidisme, yang disebabkan oleh mutasi gen reseptor perasa
kalsium (ialciumsensing receptor gene) yang menjadi inaktif sehingga sel
paratiroid, mensekresi PTH terus-menerus (Kumar, 2013).
Secara tradisional, hiperparatiroidisme primer dihubungkan dengan
suatu kelompok gejala yang meliputi "nyeri tulang, batu ginjal, nyeri
abdominal dan keluhan psikis". Kadang-kadang, nyeri yang disebabkan
oleh fraktur tulang yang melemah oleh osteoporosis atau osteitis fibrosa
kistika dan oleh batu ginjal dengan uropati obstruktif, merupakan
manifestasi utama hiperparatiroidisme primer. Oleh karena saat ini kalsium
serum diperiksa secara rutin dalam penatalaksanaan sebagian besar pasien
yang membutuhkan pemeriksaan darah untuk keadaan lain yang tidak
berkaitan, hiperparatiroidisme yang tenang secara klinis dapat dideteksi
lebih awal. Oleh karena itu, banyak manifestasi klinis klasik, khususnya
yang berkaitan dengan penyakit tulang dan ginjal, lebih jarang terlihat.
Tanda dan gejala tambahan yang dapat ditemukan pada beberapa kasus
meliputi:
a. Gangguan gastrointestinal, seperti konstipasi, nausea, ulkus
peptikum, pankreatitis, dan batu empedu
b. Perubahan sistem saraf pusat, seperti depresi, lesu, dan kejang
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 47
c. Abnormalitas neuromuskular, seperti kelemahan dan hipotonia
d. Poliuria dan polidipsi sekunder (Kumar, 2013).
Berikut ini adalah kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi efek
dari hiperkalsemia
a. Hiperkalsemia menurunkan eksitabilitas jaringan saraf dan otot,
menyebabkan gangguan saraf dan kelemahan otot, termasuk
penurunan kewaspadaan, kurangnya daya ingat, dan depresi. Juga
dapat terjadi gangguan jantung. Mobilisasi berlebihan Ca2+ dan
PO4 3- dari simpanan di tulang menyebabkan peni-pisan tulang,
yang dapat menyebabkan defor-mitas tulang dan peningkatan
insiden fraktur.
b. Terjadi peningkatan insiden batu ginjal mengandung Ca2+ karena
Ca2+ yang terfiltrasi melalui ginjal dapat mengendap dan
membentuk batu. Batu ini dapat mengganggu fungsi ginjal.
Mengalirnya batu melalui ureter menyebabkan nyeri hebat. Karena
berbagai kemungkinan ini, hiperparatiroidisme dinamai penyakit
"bones, stones, and abdominal groans".
c. Hal yang juga menyebabkan "abdominal groans" tersebut adalah
bahwa hiperkalsemia dapat menyebabkan tukak peptik, mual, dan
konstipasi (Sherwood, 2015).
Hiperparatiroidisme sekunder disebabkan oleh setiap keadaan yang
berkaitan dengan penurunan kadar kalsium serum yang menahun, oleh
karena kalsium serum yang rendah menyebabkan overaktivitas
paratiroid kompensatorik. Gagal ginjal merupakan penyebab tersering
hiperparatiroidisme sekunder. Mekanisme bagaimana gagal ginjal
menahun menginduksi hiperparatiroidisme sekunder kompleks dan
tidak sepenuhnya dipahami. Gagal ginjal menahun berhubungan dengan
penurunan
ekskresi
fosfat,
yang
kemudian
menyebabkan
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 48
hiperfosfatemia. Kadar fosfat serum yang meningkat secara langsung
menekan kadar kalsium serum, sehingga merangsang aktivitas kelenjar
paratiroid. Selain itu, hilangnya substansi
ginjal
mengurangi
ketersediaan enzim hidroksilase-a, yang dibutuhkan untuk sintesis
vitamin D bentuk aktif, yang selanjutnya mengurangi absorpsi kalsium
usus (Kumar, 2013).
Hipoparatiroidisme
Hipoparatiroidisme jauh lebih sedikit ditemukan dibandingkan
hiperparatiroidisme. Penyebab utama hipoparatiroidisme antara lain:
a. Hipoparatiroidisme yang diinduksi oleh pembedahan: Penyebab
tersering adalah terangkatnya paratiroid tanpa disengaja sewaktu
tiroidektomi atau pembedahan diseksi leher lainnya.
b. Tidak terdapatnya paratiroid secara kongenital: Hal ini terjadi
bersama dengan aplasia timus (sindrom Di George) dan defek
jantung, sekunder terhadap delesi pada kromosom 22q11.2.
c. Hipoparatiroidisme autoimun: Keadaan ini merupakan sindrom
defisiensi poliglandular herediter yang timbul dari autoantibodi
terhadap organ endokrin multipel (paratiroid, tiroid, adrenal, dan
pankreas). Infeksi jamur menahun pada kulit dan membran mukosa
(kandidiasis mukokutaneus) kadang-kadang ditemukan. Keadaan ini
disebabkan oleh mutasi pada gen autoimmune regulator (AIRE) dan
akan dibahas dengan lebih rinci pada konteks adrenalitis autoimun.
Sebagai suatu akibat dari kegagalan toleransi diri, beberapa pasien
membuat autoantibodi terhadap IL-17 dirinya sendiri, sehingga
menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap infeksi Candida (di
mana respons TH17 memegang peranan protektif yang penting).
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 49
Manifestasi klinis utama hipoparatiroidisme adalah sekunder
terhadap hipokalsemia dan meliputi meningkatnya iritabilitas
neuromuskular (rasa geli, spasme otot, wajah meringis, dan spasme
karpopedal atau tetani yang terus menerus), aritmia jantung, dan
meningkatnya tekanan intrakranial dan kejang. Perubahan
morfologik biasanya tidak nyata namun dapat berupa katarak,
kalsifikasi basal ganglia serebral, dan abnormalitas gigi (Kumar,
2013).
6. Peran hormone paratiroid sebagai terapi ?
Hormon
yang
mempengaruhi
pertumbuhan
tulang
disekresikan oleh kelenjar hipofisis, kelenjar tiroid, kelenjar
paratiroid,
indung
telur
dan
testis.
Kelenjar
hipofisis,
mensekresikan hormon pertumbuhan (GH) yang disebut juga
somatotropin yang menstimulasi aktivitas di lempeng epifisis.
Somatotropin memainkan peranan yang penting dalam tubuh
dengan merangsang pertumbuhan otot, mempertahankan tingkat
normal sintesis protein dalam semua sel tubuh, serta membantu
dalam pelepasan lemak sebagai sumber untuk hormon lain yang
berperanan dalam mempertahankan kekuatan matriks tulang. Ini
adalah untuk mengkontrol tingkat kalsium darah. Selain itu,
kalsium juga diperlukan untuk sejumlah proses metabolisme lain
selain daripada pembentukan tulang seperti pembentukan bekuan
darah, konduksi impuls saraf, dan kontraksi sel otot. Bila kuantiti
kalsium dalam darah adalah rendah, kelenjar paratiroid berespon
dengan mensekresikan hormon paratiroid (PTH). Hormon ini
merangsang osteoklas untuk memecah jaringan tulang, dan garam
kalsium yang dilepaskan ke dalam darah. Di sisi lain, jika tingkat
kalsium darah terlalu tinggi, kelenjar tiroid merespon dengan
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 50
mensekresi hormon yang disebut calcitonin. Efeknya adalah
antagonis dengan hormon paratiroid; yaitu menghambat aktivitas
osteoclast dengan menstimulasi osteoblast untuk membentuk
jaringan tulang (Human Phys Space). (Kumar, 2013).
7. Apa fungsi hormin PTHrP dan peran keganasan ?
Hormon Paratiroid dan Hormon Paratiroid-hubungan protein
(PTHrP) merupakan hormon yang mengontrol kesetimbangan
kalsium dan fosfor. Reseptor untuk kedua hormon tersebut sudah
dilakukan penelitian, karena adanya pengembangan fasilitas
terhadap antagonis untuk perlakuan dalam membahas tentang
penyakit,
seperti
osteoporesis,
dan
hiperkalsemia
yang
dihubungkan dengan beberapa tipe tentang kanker.
Dua reseptor telah diidentifikasi bentuk ikatan hormon paratiroid
dn yang satunya adalah ikatan PTHrP.
Tipe I reseptor hormon paratiroid : Ikatan kedua hormon paratiroid
dan gugus amino terminal senyawa peptida PTHrP. Molekul ini
adalah G protein-reseptor coupled dengan tujuh segmen
transmembran. Bagian ekstraseluler mempunyai enam residu
sistein.
Ikatan ligan untuk reseptor ini aktivitasnya oleh adenylyl cyclase
dan ssistem phospholipase C, diturunkan oleh sinyal protein kinase
A dan protein kinase C. Jalur cyclic AMP / protein kinase A adalah
lebih dominan.
Kemungkinan pernyataan akan aksi hormon paratiroid, penandaan
mRNA sebagai reseptor tipe I dengan penyebarannya yang luas
dalam tulang dan ginjal. Senyawa mRNA juga dinyatakan pada
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 51
kadar yang rendahy dalam banyak jaringan, kemungkinannya
digunakan pada reseptor untuk PTHrP.
Tipe II reseptor hormon paratiroid : Ikatan hormon paratiroid,
ditunjukkan sebagai bentuk yang sangat lambat untuk PTHrP.
Molekul ini diekspresikan hanya dalam jumlah yang kecil dari
jaringan-jaingan, dan bentuknya atau sifat fisiologiknya berbda
nyata walaupun dengan karakteristik yang kecil. Seperti pada
reseptor tipe I, juga berada dalam bentuk ikatan dengan adenylyl
cyclace dan induksi ikatan ligan yang meningkat konsentrasi
intraseluler untuk siklik AMP.
Mutasi pada reseptor tipe I telah dinyatakan dengan penyakit pada
manusia yang jarang. Jansen’s methaphyseal chondroplasia adalah
sindroma yang pendek dari kekerdilan hasil dari mutsi aktivitas
reseptor. Blomstrand’s chondroplasia dihasilkan dari mutasi
inaktivasi pada gene reseptor, penyakit yang disebabkannya akan
segera timbul proses kematian engan tertahannya pendewasaan
tulang, sangat sama pada tikus dengan target pelepasan gene
PTHrP. (Djokomoeljanto, 2009)
8. Bagaimana pembentukan,sekresi dan mekanisme kalsitonin ?
Hormon lain kelenjar tiroid yaitu kalsitonin. Kalsitonin
diproduksi oleh sel parafolikular atau sel C (clear cell) yang
terdapat di sela-sela folikel kelenjar tiroid. Kalsitonin manusia
merupakan molekul yang terdiri atas 32 gugus asam amino dengan
berat molekul 3500. Gene yang membentuk kalsitonin ini juga
membuat tidak hanya satu mRNA tetapi beberapa mRNA, sehingga
protein yang dihasilkan ada beberapa dan disebut sebagai calcitonin
gene related peptide (CGRP). Pada manusia ada CGRPCGRP-
-nya
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 52
sendiri-sendiri). Kalsitonin dari spesies lain juga mempunyai 32
asam amino, tetapi ada beberapa perbedaan. Kalsitonin ikan salmon
menarik perhatian dunia kedokteran karena efeknya pada manusia
lebih kuat dari kalsitonin manusia sendiri.
Sekresi kalsitonin meningkat bila kelenjar tiroid diperfusi
dengan larutan berkadar Ca2+ tinggi. Pengukuran kalsitonin darah
dengan imunoesei menunjukkan bahwa kalsitonin tidak diekskresi
sebelum kadarnya di dalam darah mencapai 9,5 mg/dl. Di atas
kadar itu, kadar kalsitonin plasma berbanding langsung dengan
kadar kalsium plasma. Agonis resep
-adrenergik, dopamin,
estrogen, gastrin, CCK, glukagon, dan sekretin merangsang sekresi
kalsitonin. Gastrin mempunyai efek rangsangan yang paling kuat.
Kalsitonin manusia mempunyai waktu paruh sekitar 10 menit.
Reseptor serpentin (GPCR) untuk kalsitonin terdapat pada
tulang dan ginjal. Kalsitonin menurunkan kadar Ca2+ dan fosfat
dalam darah. Efek ini terjadi dengan menghambat resorpsi tulang.
Efek ini bersifat langsung. Kalsitonin menghambat fungsi osteoklas
in vitro. Kalsitonin juga meningkatkan ekskresi Ca2+ melalui
kemih.
Fungsi kalsitonin pada orang dewasa belum seluruhnya
diketahui. Pada thyroidektomi tidak tampak tanda-tanda defisiensi
kalsitonin asal kelenjar parathyroid utuh. Para ilmuwan dengan
demikian menduga bahwa kalsitonin berfungsi penting pada saat
pertumbuhan dan menyusui. Pada saat itu diperlukan pertumbuhan
tulang sehingga Ca2+ lebih banyak tertimbun di tulang. Dalam hal
ini fungsi osteoklat perlu lebih dihambat. ( Guyton and Hall, 2016)
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 53
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tiroid mensekresikan dua macam hormone utama, yakni tiroksin (T4)
dan triiodotironin (T3). Kedua hormone ini berasal dari asam amino
tirosin yang mengandung iodium dan sangat meningkatkan kecepatan
metabolisme tubuh, sedangkan kelenjar paratiroid bertanggung jawab
mempertahankan kadar kalsium ekstraseluler. Hiperparatiroidisme
adalah karakter penyakit yang disebabkan kelebihan sekresi hormone
paratiroid, hormon asam amino polipeptida. Sekresi hormone paratiroid
diatur secara langsung oleh konsentrasi cairan ion kalsium. Apabila
terdapat kelebihan hormone ataupun kekurangan hormone dalam
kelenjar endokrin maka akan terjadi kelainan fungsi dan akan
mengganggu fungsi tubuh dalam homeostasis.
.
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 54
DAFTAR PUSTAKA
Djokomoeljanto, R. Kelenjar Tiroid, Hipotiroidisme, dan Hipertiroidisme.
Dalam: Sudoyo, AW., et al, editor. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III Ed. V. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
FKUI.
Guyton A.C dan Hall J. E., 2016. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi
Revisi Berwarna ke-12. Singapore: Elsevier
Kumar, V., Abbas, A., dan Aster, J. 2013. Robbins Basic Pathology Edisi 9.
Philadelphia: ELSEVIER
Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 6. Singapore:
EGC
Sherwood , L. 2015. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 6.
Singapore: EGC
Tortora GJ & Derrickson B. 2016. Principles of Anatomy & Physiology. 14th
Ed USA : John Wiley & Sons.Inc.
LBM 2 Tanganku Gemetaran | 55
Download