BAB II PEMBAHASAN PRINSIP-PRINSIP UMUM KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN A. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan Sebelum kita membahas topik masalah yakni prinsip-prisip kepemimpinan pendidikan, alangkah lebih baiknya kita mengetahui dahulu tentang definisi kepemimpinan pendidikan. 1. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin” yang mempunyai arti bimbing. “memimpin” berarti: 1) memegang tangan sambil berjalan; 2) menunjukkan jalan; mengetuai, mengepalai; 3) melatih (mendidik, mengajar dsb). “pemimpin”, mempunyai arti orang yang memimpin, (juga dalam arti kiasan seperti penuntun, pengajar, pemuka, kepala pasukan dsb). “kepemimpinan” berarti perihal pemimpin, cara memimpin. Dalam buku “Management, A Guide to Executive Command” yang ditulis James M. Black menyatakan: Leadership is capability of persuading others to work together direction as a team to accomplish certain designated objectives (kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan orang lain supaya bekerja sama di bawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai atau melakukan sutau tujuan tertentu. Menurut Peter G. Northouse (2013:2) definisi kepemimpinan mengalami evolusi (perubahan) sesuai masanya: 1 Dari definisi yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan tidak ada kesamaan dalam pengertian kepemimpinan. Artinya, apakah kepemimpinan itu dipengaruhi oleh kelompok, ataukah oleh sifat-sifat seorang pemimpin, atau kepemimpinan itu memang anugerah dari Yang Maha Kuasa yang diberikan kepada seseorag sehingga dia mempunyai kemampuan untuk memimpin. Namun dapat ditarik benang merah dari berbagai definisi di atas, kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk memengaruhi kelompok melakukan apa yang diinginkan pemimpin untuk mencapai tujuan bersama. 2. Pengertian Pendidikan Pendidikan berasal dari kata dasar “didik” yang mempunyai arti memelihara dan memberikan latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak atau kecerdasan. “Pendidikan” berarti perbuatan (hal, cara, dan sebagainya) mendidik. Menurut para ahli, pendidikan mempunyai banyak definisi yang satu sama lain tidak jauh berbeda, antara lain: a) John Dewey Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kea rah alam sesama manusia. b) J.J. Roussseau Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhknnya pada waktu dewasa. 2 Menurut para ahli, pendidikan mempunyai banyak definisi yang satu sama lain tidak jauh berbeda, antara lain: c) Ki Hajar Dewantara Pendidikan yaitu tuntunan di dalaam hidup tumbuhnya anakanak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. d) Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mrngembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa, dan negara. 3. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan Kepemimpinan pendidikan, menurut Dirawat adalah suatu kemampuan dan proses mempengaruhi, mengkoordinir, dan menggerakkan orang-orang lain yang ada hubungan dengan pengembangan ilmu pendidikan dari pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar supaya kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efesien dan efektif didalam pencapaian tujuan- tujuan pendidikan dan pengajaran. 3 Kepemimpinan dalam pendidikan hakikatnya melibatkan banyak stakeholder yang sangat berperan penting dalam kelangsungan proses pengembangan kualitas pendidikan, diantaranya : Kepala Sekolah : Kepala Sekolah adalah pengelola pendidikan di sekolah secara keseluruhan. Kedua, Kepala Sekolah adalah pemimpin formal pendidikan di sekolahnya. Guru : Guru adalah pemimpin yang menentukan kondisi kenyamanan proses belajar mengajar di dalam kelas. Guru adalah pemimpin yag menciptakan siswa yang berkualitas. Orangtua/Masyarakat : Orangtua adalah motivator peserta didik untuk selalu hadir dalam proses pembelajaran. Dari pemaparan di atas, maka tiap-tiap individu yang merasa terpanggil untuk melaksanakan tugas memimpin di dalam lapangan pendidikan dapat disebut sebagai pemimpin pendidikan, misalnya orang tua di rumah, guru di sekolah, kepala sekolah di sekolah, kepala kantor departemen pendidikan dan kebudayaan, maupun pengawas pendidikan di kantor departemen pendidikan dan kebudayaan dan di daerah pelayanannya, juga pendidik lain. Kepemimpinan sangat dibutuhkan dalam pembinaan pendidikan. Bisa dikatakan, kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan kelompok itu. Tujuan tersebut merupakan tujuan bersama. Kepemimpinan merupakan motor atau daya penggerak daripada semua sumber-sumber, dan alat yang tersedia bagi suatu organisasi. Pendidikan sendiri adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses 4 pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Jadi dari uraian diatas, penyusun dapat menyimpulkan kepemimpinan pendidikan adalah suatu kemampuan untuk mendorong bahwa atau mempengaruhi dalam lingkup penggerakan pelaksanaan pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Dalam kegiatannya pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan arahan dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam usaha untuk mencapai tujuan bersama itu, pemimpin kelompok yang satu bergantung pada pemimpin dan kelompok yang lain. Seseorang tidak dapat menjadi pemimpin jika terlepas dari kelompok. Kepemimpinan merupakan suatu sifat dari aktivitas kelompok. Setiap orang sebagai anggota suatu kelompok dapat memberikan sumbangannya untuk kesuksesan kelompoknya. Di dalam suatu kelompok harus ada persatuan. Persatuan harus dibentuk dan dibina oleh pemimpin kelompok itu. Di bawah kepemimpinannya, baik pemimpin maupun ayng dipimpin, harus berusaha bersama untuk mencapai tujuan kelompok itu. Persatuan harus diciptakan dan dipelihara dalam kelompok. Jika tidak, kelompok itu hanya merupakan kumpulan dari individu-individu, yang seorang terpisah dari yang lain. Kepemimpinan merupakan motor atau daya penggerak daripada semua sumbersumber, dan alat yang tersedia bagi suatu organisasi. Pendidikan sendiri adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan 5 spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. B. Siginifikansi Kepemimpinan dalam Pendidikan Kepemimpinan merupakan faktor penentu bagi efektif dan efisiennya suatu organisasi. Sehingga, kualitas pemimpin menentukan keberhasilan lembaga atau organisasinya. Sebab, pemimpin yang sukses itu mampu mengelola organisasi, dapat mempengaruhi secara konstruktif orang lain dan menunjukkan jalan yang benar yang harus dikerjakan bersama. Oeteng Sutisna mengutip pendapat Keith Davis megatakan: “Tanpa kepemimpinan suatu organisasi hanyalah sejumlah orang yang kacau, kepemimpinan ialah kemampuan untuk membujuk orang lain supaya mengejar tujuan yang telah ditetapkan dengan bergairah. Kepemimpinan mengubah potensi menjadi kenyataan. Ia adalah tindakan akhir yang membawa keberhasilan semua potensi yang ada pada organisasi dan orangorangnya”. Dalam berbagai bidang kehidupan tidak terlepas dari kepemimpinan. Banyak dari pemimpin-pemimpin di masyarakat yang kurang bisa mengemban amanah kepemimpinannya. Termasuk juga kepemimpinan dalam pendidikan yang tidak professional akan menjadi batu sandungan dalam memajukan lembaga pendidikannya. Hal ini bisa mengakibatkan buruknya iklim dan bdaya sekolah, bahkan bisa menimbulkan konflik antar pribadi ataupun kelompok. 6 Bahwa salah satu faktor pendorong kemajuan adalah kepemimpinan yang kuat sekaligus melayani masyarakat. Pemimpin yang kuat sekaligus melayani adalah pemimpin yang berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan, bahwa inti kepemimpinan adalah memengaruhi (leadership is influence). Dalam hal ini, memengaruhi orang-orang yang dipimpin untuk melaksanakan sesuatu demi mencapai tujuan bersama, bukan kepentingan pribadi, kelompok, atau golongan tertentu. Kepemimpinan dalam pendidikan sangat berkaitan dengan masalah kepala sekolah dalam menentukan kebijakan di dalam masyarakat sekolah. Dalam hal ini perlaku kepala sekolah harus bisa mendorong kinerja guru dan pegawai lainnnya serta dapat mengarahkan dan memotivasi seluruh warga sekolah untuk bekerja sama dalam mewujudkan visi, misi, dan tujuan sekolah. Kepemimpinan dalam pendidikan sangat diperlukan di dalam manajemen pendidikan karena pada dasarnya setiap instansi atau lembaga pendidikan diperlukan sebuah figur seorang pemimpin. Ibarat kapal, pemimpin inilah yang akan menahkodai lembaga tersebut untuk mengarungi bahtera dunia pendidikan. Ia akan mengendalikan dan mengatur segala sesuatu yang yang dibutuhkan untuk dibawa ke suatu tujuan tertentu. Fungsi Kepemimpinan Setelah memahami tujuan kepemimpinan, kita juga harus mengerti apa fungsi kepemimpinan di dalam sebuah organisasi. Pemimpin memiliki fungsi yang sangat penting dalam sebuah organisasi, baik untuk keberadaan dan juga kemajuan organisasi tersebut. Pada dasarnya, fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu: 1. Fungsi Administratif Yang dimaksud dengan fungsi Administratif adalah pengadaan formula kebijakan administrasi di dalam suatu organisasi dan menyediakan segala fasilitasnya. 2. Fungsi sebagai Top Manajemen Fungsi sebagai Top Manajemen adalah fungsi pemimpin dalam proses aktivitas 7 pembuatan Planning, Organizing, Staffing, Directing, Commanding, dan Controlling. 3. Fungsi Kepemimpinan Menurut Hadari Nawawi Beberapa fungsi kepemimpinan menurut Hadari Nawawi adalah: 1. Fungsi Instruktif Pemimpin berperan sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara melakukan), bilamana (waktu pelaksanaan), dan di mana (tempat mengerjakan) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Dengan kata lain, fungsi orang yang dipimpin hanyalah untuk melaksanakan perintah pemimpin. Prinsip Dasar Kepemimpinan Ki Hajar Dewantara adalah: 1.Ing ngarsa sung tulada. Artinya, di depan memberi teladan. Pemimpin harus menjadi contoh bagi anak buahnya. 2.Ing madya mangun karsa. Artinya di tengah membangun kehendak atau niat. Pemimpin harus berjuang bersama anak buah. 3.Tut wuri handayani. Artinya, dari belakang memberikan dorongan. Ada saatnya pemimpin membiarkan anak buah melakukan sendiri. Ketiga prinsip tersebut, ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, perlu dilakukan sesuai dengan tingkat kepentingan Fungsi Pengendalian Pemimpin bisa melakukan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan, terhadapa kegiatan para anggotanya. Contoh Kepemimpinan Dalam Organisasi Jack Zenger dan Joseph Folkman menanyakan ke lebih dari 330,000 bos, rekan, dan juga bawahan. Mereka akhirnya mengklasifikasikan 10 skill utama yang wajib dimiliki oleh seorang pemimpin, antara lain: 1. Menginspirasi dan Memotivasi Pemimpin yang hebat menciptakan proyeksi masa depan. Ia akan memberikan gambaran masa depan yang jelas dan menarik juga memotivasi orang lain agar mampu 8 meraihnya. Nah, jika Anda sedang memegang jabatan sebagai manejer, memotivasi dan mendorong rekan tim menjadi tugas utama Anda suapaya tujuan perusahaan tercapai. Ini juga termasuk bisnis yang baru berkembang. 2. Memiliki Integritas dan Kejujuran Tinggi Pengertian kepemimpinan juga mencakup integritas dan kejujuran yang tinggi. Lakukan apa yang pernah Anda katakan dan mereka akan melakukan hal yang sama. Dalam beberapa kasus, bawahan atau tim akan menanyakan beberapa pertanyaan krusial. Penting sekali untuk menjawabnya dengan jujur. Meskipun mereka pada akhirnya tidak menyukai jawaban Anda, namun mereka pasti bisa menerima dan melaluinya dengan baik asal Anda tetap bekerja bersama mereka. 3. Pelajari dan Selesaikan Masalahnya Seorang pemimpin direkrut, dilatih, dan dipilih untuk menyelesaikan masalah dan mencari peluang pasar. Tidak hanya kecerdasan yang dibutuhkan, tapi juga kemampuan menganalisa yang baik dan skill lain yang tidak dimiliki oleh rekanan lainnya. 4. Bekerja Agar Hasilnya Tercapai Beberapa orang biasanya hanya menonon di belakang dan melihat prosesnya. Namun seorang leader yang baik akan terjun bersama timnya agar tujuan organisasi tercapai dengan baik. Seorang leader memiliki ketekunan, patuh dan dorongan yang tinggi agar targetnya tercapai di waktu yang tepat. 5. Komunikasi yang Bagus Ada banyak cara berkomunikasi seorang leader dengan timya. Ada yang menggunakan skype, telepon, meeting, email, blog dan media lainnya. Nah, dalam hal ini menjadi tidak penting sering-sering bertemu tapi tugas tidak segera dijalankan. Hal yang paling penting bagi pemimpin adalah tugas selesai dengan baik dan targetnya tercapai. Apa pun media komunikasinya. Tidak lupa ia memberikan detail job yang jelas dan terus berkomunikasi dengan tim agar pekerjaan berjalan di jalan yang benar. 9 6. Memiliki Hubungan Erat Pengertian kepemimpinan juga harus mengikutsertan hubungan yang erat antar anggota. Ia percaya pada bawahan dan begitu sebaliknya. Seorang pemimpin memikul tanggung jawab yang besar atas pekerjaan timnya. Itu artinya hubungan yang baik di lingkaran mereka harus tercipta dengan baik. 7. Bersikap Profesional Seorang pemimpin juga harus memiliki keahlian yang khusus. Tentu saja untuk membimbing timnya. 8. Memberikan Strategi Pemimpin tentu saja memiliki visi jangka panjang. Ia tahu bagaimana menghindari kesalahan fatal yang berakibat pada perkembangan bisnis. Mereka kadang dituntut menjadi orang yang taktis dalam menghadapi persaingan pasar. 9. Bersifat Membangun Pengertian kepemimpinan menurut temuan Jack Zenger dan Joseph Folkman ini juga mengikutkan aspek pembangunan. Maksudnya, pemimpin yang baik hendaknya terus belajar mengembangkan skill teknis dan profesionalitasnya. Mereka mencari karyawan yang paling menjanjikan dan memberikan training yang baik sehingga bisa menjadi generasi penerus perusahaan. 10. Melakukan Inovasi Dalam bidang bisnis, inovasi bukan lagi barang baru. Bahkan secara langsung pasar menggeret pelaku bisnis dan perusahaan untuk terus berinovasi agar bisa bertahan di tengah kompetisi yang ketat. Model kepemimpinan 1. Kapasitas Integratif Prinsip kapasitas integratif adalah prinsip yang sangat penting bagi seorang pemimpin, karena hanya dengan kapasitas yang demikianlah administrasi dan organisasi dapat digerakkan sebagai suatu total sistem ke arah pencapaian tujuan yang telah 10 ditentukan Integritas merupakan tindakan yang konsisten, baik di dalam maupun di luar nilai-nilai batin. Pemimpin dengan integritas tinggi adalah sama di dalam dan di luar batinnya, dalam makna apa yang ada di dalam diri maupun penampakan permukaan. Dengan begitu seorang di pemimpin harus memiliki kepercayaan dari pengkutnya oleh karenanya harus menampilkan integritas. Jujur transaksi, diprediksi reaksi, emosi terkontrol dengan baik, tidak mudah marah. Selain itu pemimpin dengan integritas tinggi akan lebih mudh didekati oleh pengikutnya. 2. Kooperatif Yaitu dalam proses kepemimpinannya kepala sekolah hendaknya mementingkan kerjasama dengan orang-orang yang dipimpinnya, karena dalam prinsip kooperatif ini partisipasi harus ditingkatkan menjadi kerjasama yang dinamis. Dimana setiap anggota disamping bertanggungjawab terhadap tugasnya masing-masing, juga harus merasa berkepentingan pada masalah yang menyangkut sukesnya pekerjaan anggota-anggota yang lain. Dengan adanya perasaan dan kesadaran semacam itu, mungkin mereka akan saling bantu-membantu serta bekerja sama dalam setiap usaha serta dalam memecahkan masalah- masalah yang timbul dalam lembaga kerjanya, yang mungkin bisa menghambat keberhasilan dalam mencapai tujuan dari lembaga kerja tersebut. Dalam kepemimpinan kooperatif memungkinkan pekerjaan merupakan tanggungjawab bersama dan adanya kerjasama yang baik antara subsistem yang ada di dalam organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Namun kepemimpinan kooperatif harus menyadari tidak semua pegawai mampu menjalin kerjasama, baik dengan sesama rekan kerja maupun dengan atasannya. Dalam kaitannya dengan ini terkadang terjadi kesenjangan antara bawahan dengan sesama bawahan maupun antara bawahan dengan atasan. Untuk itu dibutuhkan prinsip-prinsip yang lain untuk mengatasi hal tersebut. Setiap permasalahan yang timbul akan dapat diselesaikan dengan duduk bersama untuk dibicarakan jalan keluar yang terbaik untk semua. Semua mempunyai hak suara untuk mngemukakan pendapat dalam 11 menentukan kebijakan. Seorang pemimpin harus bisa mengokomodasi pendapatpendapat tersebut dan merangkumnya dengan kebijakan yang dapat diterima seluruh anggota. 3. Rasionalitas dan Obyektivitas Yaitu sebagai pemimpin tidak akan berhasil apabila menggerakkan organisasinya dengan cara emosional. Artinya jika emosi merajai cara berpikir seorang pemimpin, maka rasionalitas dan obyektivitas akan berkurang dan yang pada gilirannya keputusan yang dibuat tidak akan tepat. Kepemimpinan rasional ini ditandai dengan penampilan seorang tokoh yang didasarkan pada kemampuan dan kecakapan yang dimilikinya, semakin tinggi kedudukan manajerial seseorang semakin besar pula tuntutan kepadanya untuk membuktikan kemampuannya untuk berpikir. Hasil pemikiran itu akan terasa dampaknya tidak hanya dalam organisasi, akan tetapi juga dalam hubungan organisasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan di luar organisasi tersebut. Dalam memandang atau memutuskan suatu masalah seorang pemimpin harus terbuka, artinya memandang dari segala sisi dan kronologinya. Keterbukaan berarti mampu mendengarkan ide-ide baru, bahkan mungkin tidak sesuai dengan cara berpikir biasa. Keterbukaan dalam kepemimpinan akan membangun saling menghormati antara pemimpin dan pengikut serta membuat tim secara baik dengan gagasan-gagasan baru untuk mewujudkan visinya. Artinya seorang pemimpin harus mengedepankan keadilan dalam memandang permasalahan secara utuh, tidak berat sebelah. Dengan demikian orang-orang yang dipimpin akan merasa terayomi dengan kejelasan status mereka, karena yang bersalah akan mendapat hukuman dan yang berprestasi akan mendapat penghargaan. 12 4. Adaptabilitas dan Fleksibilitas Yaitu jika ada pendapat yang mengatakan bahwa satu-satunya hal yang konstan di dunia ini adalah perubahan, maka sikap kaku dan apriori akan merugikan seseorang dalam menjalankan peranannya selaku pemimpin. Maka dari kefleksibelan suatu organisasi akan menjamin hubungan kerja dan tata kerja yang sesuai denagn kenyataan dan masalah baru yang muncul dan selalu berubah. Perubahan tersebut tidak bisa terlepas dari berbagai hubungan kemanusiaan diantara anggota staf. Dengan demikian prinsip fleksibilitas merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu organisasi. Adaptif berarti cerdas menyesuaikan diri dengan perubahan. Kepemimpinan adaptif berarti kepemimpinan yang mudah menyesuaikan dirinya dengan perubahan dan keadaan baru. Perubahan selalu membentuk pandangan baru, dan pandangan baru akan mempengaruhi berbagai peristiwa yang sedang berjalan. Bila pemimpin tidak menyiapkan kepribadiannya untuk menjawab pandangan baru tersebut, maka dia akan menghadapi kesulitan untuk mejalani perubahan itu. Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pemimpin yang dapat secara fleksibel menerapkan gaya kepemimpinan sesuai dengan perkembangan dan kondisi staf. 5. Keteladanan Yaitu dalam memimpin lembaga pendidikan, permimpin pendidikan harus dapat menjadi contoh yang baik. Pemimpin tidak hanya bisa memerintah dan menilai kinerja bawahannya tetapi harus memberi contoh bekerja yang baik. Seorang pemimpin dalam menghabiskan waktu atau energi apa saja yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Pemimpin hatus mengilhami dedikasi dengan memberi contoh, melakukan apapun untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya menuju visi. Dengan memberi contoh yang baik, seorang pemimpin dapat menginspirasi pengikutnya bahwa tidak ada yang disambilkan dalam pekerjaan yang harus diselesaikan. 13 Dari sisi lain fungsi keteladanan berarti juga kesediaan pemimpin untuk tidak berpangku tangan pada saat-saat orang yang dipimpin melaksanakan keputusannya. Pemimpin tidak boleh hanya bisa membuat keputusan dan memerintahkan pelaksanaanya, tetapi juga ikut dalam proses pelaksanaannya. Pemimpin harus menjadi pribadi sebagai teladan yang baik bagi karyawan. Mereka tidak harus mendengar apa yang diharapkan untuk dilakukan, tetapi juga juga melihat pimpinannya sebgai contoh. “Kita harus menjadi sumber perubahan seperti ingin kita lihat”, demikian ucapan Mahatma Gandhi. Dalam menjalankan prinsip-prinsip kepemimpinan pendidikan di atas, peran pemimpin pendidikan sangat penting dalam menggerakkan pelaksanaa pendidikan, sehingga visi, misi dan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien. 14 Yang disebut pemimpin pendidikan adalah orang yang memiliki kelebihan untuk mempengaruhi, mengajak, mendorong, membimbing, menggerakkan dan mengkoordinasikan staf pendidikan lainnya ke arah peningkatan mutu pendidikan. Dalam kehidupan organisasi, fungsi kepemimpinan adalah sebagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. Fungsi artinya jabatan (pekerjaan) yang dilakukan atau kegunaan suatu hal atau kerja suatu bagian tubuh. Sedangakan fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok atau organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada didalam dan bukan diluar situasi itu. 15 Konsep Kekuasaan Pengertian kekuasaan dalam pendidikan rupanya mempunyai konotasi yang berbeda dengan pengertian kekuasaan sebagaimana yang kita lihat dari kehidupan sehari-hari. Dapat kita bedakan antara jenis kekuasaan: 1) kekuasaan yang transformatif; 2) kekuasaan yang berfungsi sebagai transmitif. Kekuasaan dalam pendidikan adalah bentuk kekuasaan yang transformative. Tujuannya adalah dalam proses terjadinya hubungan kekuasaan tidak ada bentuk subordinasi antara subjek dengan subjek yang lainnya. Kekuasaan yang transformative bahkan membangkitkan refleksi, dan refleksi tersebut menimbulkan aksi orientasi yang terjadi dalam aksi tersebut merupakan aksi orientasi yang advokatif. Di dalam kekuasaan sebagai transmitif terjadi proses transmisi yang diinginkan oleh subjek yang memegang kekuasaan terhadapat subjek yang terkena kekuasaan itu sendiri. Orientasi kekuasaan disini bersifat orientasi kekuasaan legitimatif. Dengan demikian, yang terjadi dalam proses pelaksanaan kekuasaan adalah suatu aksi dari subjek yang bersifat robotic karena sekedar menerima atau dituangkan sesuatu ke dalam bejana subjek yang bersangkutan. Inilah yang disebut oleh Paulo freire sebagai proses system banking (banking system). Perbedaan selanjutnya dari orientasi advokatif dan orientasi legitimatif ialah soal proses perubahan dari refleksi kepada aksi yang meminta waktu. Apalagi apabila proses tersebut berkenaan dengan perubahan kelakuan manusia maka diperlukan waktu yang cukup untuk beradaptasi dengan lingkungan yang berubah. Praksis Pendidikan dalam Empat masalah Pendidikan Berdasarkan Kekuasaan 1.Proses Demostifikasi dan Stupidifikasi Jika kita bayangkan suatu kelas dalam sekolah tradisional dengan berjalan aman dan tertib. Suasana kelas yang penuh dengan disiplin itu biasanya menjadi contoh dari keberhasilan suatu proses pendidikan. Semua proses pendidikan berjalan dengan lancar sesuai dengan petunjuk-petunjuk , baik yang digariskan oleh penguasa atau yang telah di buat oleh lembaga pendidikan itu sendiri. Baik guru maupun peserta didik mengikuti peraturan yang telah dirumuskan. Mempelajari buku pelajaran memngikuti buku teks yang telah tersedia, melaksankan ujian-ujian dan penilaian-penilaian dari kelas-kelas atau jenjang pendidikan yang sudah ditentukan. Demikianlah seorang peserta didik melaju dari kelas ke kelas selanjutnya, dari tingkatan sampai pada tingkatan yang paling tinggi. Inilah suasana belajar yang ideal dalam suatu lembaga pendidikan yang ideal. Tetapi apakah yang terjadi dalam suasana proses pendidikan yang terjadi tersebut? Teryata proses yang terjadi adalah proses domestifikasi atau penjinakan, yaitu membunuh kreatifitas dan menjadikan manusia atau peserta didik sebagai robot-robot yang sekedar menerima transmisi nilai-nilai kebudayaan yang ada. Sebagaimana halnya dengan penjinakan binatang yang semula merupakan binatang liar menjadi binatang yang tunduk pada perintah tuannya, demikianlah praksis pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan menjadi tempat menjinakkan pribadi-pribadi agar patuh kepada kemauan tuannya. 16 Proses pendidikan menjadi proses domestifikasi anak manusia. Hasilnya ialah bukan pembebasan tetapi pembodohan (stupidifikasi). Proses domestifikasi dalam pendidikan disebut juga imperialism pendidikan dan kekuasaan. Artinya, peserta didik menjadi subjek eksploitasi oleh suatu kekuasaan diluar pendidikan dan menjadikan peserta didik sebagai budak-budak dan alat-alat dari penjajahan mental oleh yang memiliki kekuasaan. Memang proses stupidifikasi ini kita lihat di dalam praktik-praktik pendidikan colonial yang menghasilkan peserta didik sebagai pegawai-pegawai untuk mencapai tujuan tujuan eksploitasi si penjajah terhadap jajahannya. Proses domestifikasi dalam pendidikan kita lihat juga dalam perlakuan yang salah mengenai ijazah atau pemujaan ijazah. Ijazah menjadi alat ukur untuk naik pada tangga social, terlepas apakah ijazah tersebut merupakan hasil jerih payah untuk mengasah kemampuan diri. Dengan segala cara orang ingin mengapai ijazah, baik diperoleh secara legal maupun illegal dengan jalan membeli. Ijazah telah menjadi penyakit terutama di Negara-negara berkembang. Pandangan terhadap ijazah yang keliru tersebut merupakan sisa-sisa masa colonial yang mencari legitimasi kemampuan seseorang dari ijazah yang sifatnya diformalkan oleh pemerintah dan bukan sebagai tanda yang menyatakan kemampuan seseorang. Dampak dari pemujaan ijazah ini sangatlah luas antara lain dengan sikap seorang yang ingin memperoleh ijazah atau lulus dari suatu tingkat sekolah tanpa melihat kualitas kelulusannya itu. Memang benar proses demostifikasi ini menyebabkan suatu kebodohan terhadap rakyat banyak. Dengan berbagai cara untuk mendapatkan ijazah atau kearah yang tidak diketahui tingkat kualitasnya maka hasilnya ialah suatu masyarakat yang diperbodohkan. Proses pembodohan di lembaga-lembaga formal juga terlihat di dalam evaluasi pendidikan. Pengaruh tes objektif merupakan suatu proses demostifikasi karena tidak mengajak manusia berpikir tetapi menjadi manusia yang menghadapi kehidupan sebagai menghadapi teka teki silang saja. Kemampuan analitis dan mencari alternative yang terbaik dalam situasi yang dihadapi tentunya tidak dapat dikembangkan melalui tes objektiv ini. Tes objektif tidak mengembangkan rasio manusia bahkan melumpuhkan kemampuan berfikir manusia. Tes objektif se akan-akan mengarah kepada epistemology mengenai kebenaran mutlak tanpa adanya alternative. 2.Indoktrinasi Proses pendidikan mengenal kekuasaan dalam pengertian yang berorientasi kepada advokasi. Sedangkah kekuasaan yang lain berorientasi pada legitimatif. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh Apple dalam bukunya ideology and curriculum, maka kurikulum yang berlaku sebenarnya merupakan sarana indroktinasi dari suatu system kekuasaan. Biasanya masyarakat pendidik, juga masyarakat luas, tidak menyadari apa sebenarnya peranan kurikulum di dalam proses pemberdayaan peserta didik. Apabila kita melihat penyusunan kurikulum persekolahan di Indonesia yang saling berganti, betapa kekuasaan yang berlaku menancapkan kukunya dalam penentuan isi kurikulum. Sesuai dengan system pemerintah pada waktu itu, kurikulum pada semua tingkat pendidikan merupakan rekayasa yang dibuat oleh pemerintah. Tidak ada kebebasan dari lembaga pendidikan dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Semua kurikulum sudah diatur begitu rupa sesuai dengan proses demostifikasi . maka apa yang terjadi dalam suatu proses pendidikan adalam proses mentransmisikan ilmu pengetahuan secara paksa. 17 Menurut Apple, pengetahuan adalah suatu capital. Sebagaimana banyak orang berjuang untuk mengumpulkan capital, maka demikian juga orang berjuang mengumpulkan ilmu pengetahuan sebagai capital. Dan capital itu sumber dari kekuasaan. Tidak heran apabila pemerintah mempunyai kepentingan untuk menguasai pendidikan dan khsuusnya kurikulum. Melalui kurikulum inilah terjadi proses indoktrinasi, yaitu proses untuk mengekalkan struktur kekuasaan yang ada. Menguasai pendidikan berarti menguasai kurikulum. Apabila kurikulum berisikan indoktrinasi maka cara menyampaikan proses belajarmengajar juga mengikuti pola indoktrinasi. Pola proses belajar mengajar dalam rangka domestifikasi dan indoktrinasi jelas merupakan suatu proses transmitif dari kebudayaan. Dengan jalan demikian kebudayaan mengalami stagnasi karena matinya daya kreatifitas dari para anggotanya. Proses pendidikan yang telah dijelaskan merukan proses transmisi kebudayaan dari satu generasi ke generasi lainnya. Kalau ada perubahan itu perubahan juga pasti kecil dan cenderung kepada statisme. Namun demikian apabila kita melihat kehidupan abad informasi dewasa ini maka proses belajar yang demikian sudah tentu tidak dapat dipertahankan apabila suatu masyarakat atau bangsa ingin survive. Manajemen pendidikan yang cocok dengan proses indoktrinasi tentunya adalah yang terpusat dan mudah di control.Manajemen control bukan berdasarkan tujuan itu baiknya. 3.Demokrasi Sebagaimana yang dikemukakan oleh pentolan pendidikan demokrasi, John Dewey, bahwa yang dihasilkan oleh demokrasi bukanlah bentuk produk dalam bentuk barang tapi produk dalam bentuk manusia yang bebas.inilah inti dari pendidikan demokratis. Yaitu seseorang yang menghadapi masalah-masalah problematic dengan alternative-alternatif yang dikembangkan oleh kemampuan akal budinya untuk mencari solusi terbaik. Pendidikan demokrasi bukan hanya merupakan suatu prinsip tetapi suatu pengembangan tingkah laku yang membebaskan manusia dari berbagai jenis kungkungan. Apa yang terjadi dalam banyak system pendidikan seperti suatu system yang namannya saja system demokratis tetapi tidak menyuguhkan kesempatan-kesempatan bagi perkembangan kebebasan yang merupakan cirri demokrasi. Sebagai contoh, kita melihat arti dari wajib belajar yang kini merupakan kebutuhan dari umat manusia. Apabila kita lihat sejarah dari lahirnya program wajib belajar yang dimulai di Negara-negara industry pada abad 19 menunjukkan dengan jelas bahwa belajar dalam pengertian penguasaan ilmu pengetahuan merupakan syarat dari pembebasan seseorang di dalam mengambil keputusan dalam dunia pertanian yang statis dan membuka sedikit kesempatan bagi perkembangan manusia. Tumbuhnya demokrasi dalam proses pendidikan mendorong tumbuhnya pendekatan multikulturalisme dalam pendidikan. Multikulturalisme melihat sumber kekuasaan bukan dari segi monolitik tetapi dari segi yang beragam atau demokratis. Maraknya demokrasi menimbulkan pemikiran terhadap sumber-sumber kekuasaan yang lain selain dikenal selama ini, yaitu yang dimiliki oleh mayoritas ataupun kekuasaan suatu kelas elit dalam masyarakat. Multikulturalisme menghargai adanya bermacam-macam budaya di dalam masyarakat, seperti masyarakat pluralistic Indonesia. 18 4.Integrasi Sosial Integrasi social teryata tidak dapat diciptakan dengan pemaksaan melalui kekuasaan dari atas. Inilah makna dari desentralisasi dan otonomi. Baik otonomi pendidikan ataupun pemerintah. Suatu pendidikan yang otoriter atau uniform akan mematikan kemampuan untuk mengembangkan budaya local yang merupakan batu bata penyusunan budaya nasional. Mengembangkan budaya local dan kemudian dikembangkan ke tingkat nasional.untuk mengembanGKAN. 19 BAB III PENUTUP KESIMPULAN Kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin” yang mempunyai arti bimbing. “memimpin” berarti: 1) memegang tangan sambil berjalan; 2) menunjukkan jalan; mengetuai, mengepalai; 3) melatih (mendidik, mengajar dsb). “pemimpin”, mempunyai arti orang yang memimpin, (juga dalam arti kiasan seperti penuntun, pengajar, pemuka, kepala pasukan dsb). “kepemimpinan” berarti perihal pemimpin, cara memimpin. Dalam buku “Management, A Guide to Executive Command” yang ditulis James M. Black menyatakan: Leadership is capability of persuading others to work together direction as a team to accomplish certain designated objectives (kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan orang lain supaya bekerja sama di bawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai atau melakukan sutau tujuan tertentu. 20 DAFTAR PUSTAKA Poerwodarminto, Op. Cit., hal. 654-655. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, PT Gramedia, Cet. VII. Edisi IV, 2014, hal. 1075. Prof. Dr. H. Veithzal Rivai, M.BA., Ir. H. Arviyan Arifin, Islamic Leadership, Jakarta, Bumi Aksara, Cet. II, 2013, hal. 106. Peter G. Northhouse, Kepemimpinan: Teori dan Praktik (Terj. Dr. Ati Cahyani), PT. Indeks, Jakarta, Edisi VI, 2013, hal. 2-4. W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, Cetakan Ketiga, 2006, hal. 291. Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, Cetakan ke-10, 2012, hal. 2-3. UU Nomor 2 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 1 Ayat 1), hal. 2. Asep Suryana, M.Pd, Kepemimpinan Dalam Pendidikan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2010, hal. 13. Dikutip dari Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Prof. Dr. H.E. Mulyasa, M.Pd., Manajemen Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta, PT Bumi Aksara, Cet. II, 2012, hal. 18. 16 Ibid. hal. 18-19. 17 W.J.S. Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, PN Bakti Pustaka, Jakarta, 2009, hal. 768. 18 https://id.wikipedia.org/wiki/Prinsip (dikutip tanggal 23 Januari 2016). http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._KURIKULUM_DAN_TEK._PENDIDIKAN/1976111520 01122-RICHE_CYNTHIA_JOHAN/Statistika_Pendidikan/STATISTIKA_INFERENSIAL.pdf 21 SESI TANYA JAWAB MODERATOR : ANDRAPINA 1. JEIN HERUNG : Sebutkan dan jelaskan macam-macam kepemimpinan Yang menjawab : Anatasya sumakno Jawaban : Kepemimpinan Otokratis Pemimpin sangat dominan dalam setiap pengambilan keputusan dan setiap kebijakan, peraturan, prosedur diambil dari idenya sendiri.Kepemimpinan jenis ini memusatkan kekuasaan pada dirinya sendiri. Ia membatasi inisiatif dan daya pikir dari para anggotanya.Pemimpin yang otoriter tidak akan memperhatikan kebutuhan dari bawahannya dancenderung berkomunikasi satu arah yaitu dari atas (pemimpin) ke bawah (anggota).Jenis kepemimpinan ini biasanya dapat kita temukan di akademi kemiliteran dan kepolisian. a. Tipe Kepemimpinan Otoriter Tipe kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan ditangan satu orang. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Kedudukannya dan tugas anak buah semata- mata hanya sebagai pelaksana keputusan, perintah dan bahkan kehendak pimpinan. Pimpinan memandang dirinya lebih dalam segala hal, dibandingkan dengan bawahannya. Kemapuan bawahan selalu dipandang sebelah mata, sehingga dianggap tidak mampu berbuat sesuatu tanpa di perintah. b. Tipe Kepemimpinan Kendali Bebas Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe kepemimpinan otoriter. Pemimpin berkendudukan sebagai simbol. Kepemimpinan dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan menurut kehendak dan kepentingan masing- masing, baik secara perorangan maupun kelompokkelompok kecil. Pemimpin hanya memfungsikan dirinya sebagai penasihat. c. Tipe Kepemimpinan Demokratis Tipe kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompok/ organisasi. Pemimpin memandang dan menempatkan orang- orang yang dipimpinnya sebagai subjek yang memiliki kepribadian dengan berbagai aspeknya, seperti dirinya juga. Kemauan, kehendak, kemampuan, buah pikiran, pendapat, kreatifitas, inisiatif yang berbeda- beda dan dihargai disalurkan secara wajar. Tipe pemimpin ini selalu berusaha memanfaatkan setiap orang yang di pimpin. Kepemimpinan tipe ini dalam mengambilan keputusan sangat mementingkan musyawarah, yang diwujudkan pada setiap jenjang dan didalam unit masing- masing. Ketiga tipe kepemimpinan diatas dalam praktiknya saling isi mengisi atau saling menunjang secara variasi, yang disesuaikan dengan situasinya sehingga menghasilkan kepemimpinan yang efektif.( Veithzal Rivai:2006) 22 Tipe kepemimpinan berdasarkan kelompok sarjana lain yang membagi tipe kepemimpinan sebagai berikut : (Kartini Kartono:2008) a. Tipe Karismatis Tipe kepemimpinan ini memiliki kekuatan energi, daya-tarik dan pembawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal- pengawal yang biasa dipercaya. Sampai sekarang pun orang tidak mengetahui benar sebab- sebabnya, mengapa seseorang itu memiliki karisma begitu besar. Dia dianggap mempunyai kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan- kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Dia banyak memiliki inspirasi, keberanian, dan keyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepribadian pemimpin memancarkan pengaruh dan daya- tarik yang amat besar. Tokoh- tokoh besar antara lain: Jengis Khan, Hitler, Gandhi, John F Kennedy, Soekarno, dll. 2. Naomi : bgaiaman cara kita menanggapi tentang kasus-kasus ijazah palsu, sebagai kepala sekolah agar tidak melakukan tindakan yang mencoreng jiwa kepemimpinan kita ? Yang menjawab : Anatasya sumakno Jawaban : sebagai kepala sekolah haruslah memiliki integritas diri yang tinggi oleh karena itu, menanggapi kasus-kasus ijazah palsu sangatlah tidak terhormat jia kseorang pemimpin sekolah menghalalkan perilaku yang sangat bobrok. Oleh karena itu agar supaya kita dapat menjaga integritas kita sebgai kepalah sekolahkita tidaklah boleh mengijinkan hal-hal kriminal seperti tersebut di laksanakan oleh pihak-pihak sekolah dan lembaga yang tidakbertanggung jawab. 3. Yonggi tantu : jelaskan ciri-ciri kepemimpinan ! Yang menjawab : Anatasya sumakno Jawaban : 1. Jujur dan Dapat Dipercaya Jujur dan dapat dipercaya adalah modal dasar seorang pemimpin. Tidak hanya anggota tim yang harus memiliki sifat ini. Dengan dilandasi oleh sifat ini, maka anggota timnya pun dengan sendirinya akan mengikuti pimpinannya. 2. Mampu Bertanggung Jawab Tidak hanya menyalahkan anggota timnya apabila target yang telah ditentukan tidak berhasil dicapai. Seorang pemimpin pun harus mampu dan mau bertanggung jawab. Karena seorang pemimpin akan selalu diminta pertanggungjawabannya terhadap apa yang dipimpinnya dan keputusan yang diambilnya. 3. Mampu Menentukan Skala Prioritas Seorang pemimpin hendaknya mampu menentukan skala prioritas. Dengan skala prioritas, anggota timnya mampu bekerja secara optimal dan mampu menyelesaikan tugas dengan tepat 23 waktu. Pimpinan yang baik mengetahui kapan waktunya lembur dan kapan waktunya pulang pagi… 4. Mampu Mendelegasikan Tugas Pendelegasian tugas amat penting. Seorang pemimpin harus bisa mendelegasikan tugas kepada orang yang tepat. Selain itu, pendelegasian juga merupakan salah satu cara untuk mempercayai anggota timnya. Sehingga pemimpin mampu menempatkan anggota timnya sesuatu dengan kapasitas masing-masing anggotanya. The right man on the right job. Dan yang tidak kalah penting adalah dengan pendelegasian, pemimpin akan bisa lebih fokus kepada tugas yang lebih penting. 5. Cepat Menangani dan Mengatasi Masalah Responsif dalam mengatasi masalah amat penting agar masalah yang muncul bisa dengan cepat tertangani dan mendapat solusi yang tepat. Sehingga permasalahan tidak berlarut-larut dan tidak menimbulkan permasalahan baru lainnya. 4. Suprianto sasea : jelaskan model-model kepemimpinan dan berikan salah satu contoh yang berkaitan dengan pendidikan Yang menjawab : Anatasya sumakno Jawaban : Prinsip Dasar Kepemimpinan Ki Hajar Dewantara adalah: 1.Ing ngarsa sung tulada. Artinya, di depan memberi teladan. Pemimpin harus menjadi contoh bagi anak buahnya. 2.Ing madya mangun karsa. Artinya di tengah membangun kehendak atau niat. Pemimpin harus berjuang bersama anak buah. 3.Tut wuri handayani. Artinya, dari belakang memberikan dorongan. Ada saatnya pemimpin membiarkan anak buah melakukan sendiri. Contoh : guru adalah sosok yang memimpin yang memberi keteladanan bagi siswa dan antar sesama guru bahkan masyarakat. 24