BAB 4 ETIKA DI PASAR Pendahuluan Pasar adalah Sebuah forum dimana orang-orang berkumpul dengan tujuan untuk mempertukaran kepemilikan barang atau uang. Pasar bisa berukuran kecil dan sangat sementara (dua orang sahabat yang saling mempertukaran baju bisa dilihat sebagai tindakan yang menciptakan pasar sementara) atau sangat besar dan relatife permanen (pasar minyak mencakup sejumlah benua dan telah beroperasi selama beberapa dekade). 4.1 Persaingan Sempurna Pasar persaingan sempurna adalah Pasar dimana tidak ada pembeli atau penjual yang memiliki kekuatan cukup signifikan untuk mampu mempengaruhi harga barang-barang yang dipertukarkan. Pasar dengan persaingan sempurna memiliki tujuh karakteristik berikut ini : 1. Jumlah pembeli dan penjual relative banyak, dan tidak ada seorang pun yang memiliki pangsa yang relatife substansial. 2. Semua pembeli dan penjual bebas masuk atau meninggalkan pasar. 3. Setiap pembeli dan penjual mengetahui sepenuhnya apa yang dilakukan oleh pembeli dan penjual lainnya, termasuk informasi tentang harga, jumlah, dan kualitas semua barang yang diperjualbelikan. 4. Barang-barang yang dijual dipasar sangat mirip satu sama lain sehingga tidak ada seorang pun yang peduli darimana mereka atau menjualnya. 5. Biaya dan keuntungan memproduksi atau menggunakan barang-barang yang dipertukarkan sepenuhnya ditanggung pihak-pihak yang membeli dan menjual barng-barang tersebut, bukan oleh pihak lain. 6. Semua pembeli dan penjual adalah “pemaksimal” utilitas : semuanya berusaha untuk memperoleh sebanyak-banyaknya dengan membayar sesedikit mungkin. 7. Tidak ada pihak luar (misal pemerintah) yang mengatur harga, kuantitas, atau kualitas dari barang-barang yang diperjual belikan. 4.1.1 Kesetimbangan dalam Pasar Kompetitif Sempurna Dalam pasar dipengaruhi oleh dua hal, yaitu permintaan dan penawaran. Dalam fungsi penawaran di pengaruhi oleh prinsip penurunan utilitas marjinal. Prinsip menyatakan bahwa setiap unit barang tambahan yang di konsumsi oleh seseorang cenderung semakin menurun tingkat kepuasaannya dibandingkan yang dikonsumsi di awal dengan barang yang sama. Oleh karena itu menyebabkan pembelian barang dalam jumlah yang besar memiliki nilai yang lebih kecil dalam nilai satuannya dibandingkan mengkonsumsi barang dengan nilai kuantitas yang lebih kecil. Sedangkan pada fungsi penawaran dipengaruhi oleh prinsip kenaikan biaya marginal. Prinsip ini menjelaskan bahwa pada titik tertentu, tambahan barang yang di poduksi oleh penjual akan memilki nilai biaya yang lebih besar. Hal ini dikarenakan adanya keterbatsan dari sumber daya produktif. Dua hal ini lah yang mendorong pada pasar ini selalu menuju titik keseimbangan (equilibrium). Penawaran barang pada pasar mengasumsikan bahwa penjual akan melepas barang pada kondisi tertentu dan permintaan akan menggambarkan bahwa pembeli akan membeli dengan harga tertentu pada kuantitas tertentu, disinilah akan ada suatu sistemikasi pasar yang akan menemukan penawaran dan permintaan tertentu yang dianggap menguntungkan kedua belah pihak. 4.1.2 Etika dan Pasar Kompetitif Pasar persaiangn sempurna dianggap memiliki tiga nilai moral khusus yaitu: 1. Mendorong pembeli dan penjual melakukan pertukaran barang dengan adil (telah disepakati dan dianggap memenuhi kepentingan masing-masing) 2. Memaksimalkan utilitas pembeli dan penjual dalam mengalokasikan, menggunakan, dan mendistribusikan barang atau sumber daya yang dimilki dengan seefisien mungkin 3. Mencapai tujuan-tujuan tersebut dengan menghargai hak pembeli dan penjual untuk melakukan pertukaran secara bebas dan adil. 4.2 Persaingan Monopoli Pasar monopoli adalah sebuah pasar dimana dalam pasar ini hanya dikuasai oleh satu penjual (penjual lain tidak dapat masuk). Dengan demikian satu penjual ini mampu mengendalikan harga dan mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya dengan memproduksi barang dibawah titik keseimbangan dan menjual diatas harga keseimbangan. Perusahaan monopoli dapat memastiskan barangnya akan terjual semua, karena dalam pasar ini hanya terdapat satu penjual. 4.2.1 Persaingan Monopoli: Kedilan, Utilitas dan Hak Pasar monopoli bebas tidak memiliki nilai-nilai moral yang terdapat pada pasar persaingan sempurna. Hal ini ditandai bahwa dalam pasar ini tidak mampu mencapai tiga nilai moral, yaitu nilai keadilan,efisiensi ekonomi dan juga tidak menghargai hak-hak negative yang dicapai dalam persaingan sempurna. Kegagalan dari pasar monopoli ini dapat dijelaskan sebgai berikut: 1. Penetapan harga pada pasar monopoli tidak didasarkan oleh kesepakatan oleh dua pihak dan hal ini melanggar keadilan kapitalis. 2. Pasar monopoli dapat menciptakan kelangkaan suatu barang sehingga tingkat kebutuhan dari pembeli menjadi semakin tinggi. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh penjual untuk menaikkan harga jual dari barang dan memperoleh keuntungan yang tinggi dan keadaan ini tidak dapat menarik perusahaan yang lain walaupun memilki persediaan yang cukup untuk memproduksi barang yang dibutuhkan dikarenakan penjual lain tidak diperbolehkan memasuki pasar. 3. Pasar monopoli tidak mendorong suatu perusahaan untuk melakukan efisiensi, karena perusahaan menganggap bahwa penjualan barang dengan harga tinggipun ,barang tersebut tetap akan laku dipasaran. 4. Pasar monopoli membatasi seorang pembeli penjual untuk memenuhi kebutuhannya dengan tingkat kepuasaan yang maksimal. 4.3 Persaingan Oligopolistik Dalam pasar oligopoli tidak banyak penjual, yang ada hanya beberapa penjual besar dan penjual baru sulit memasuki indutri tersebut. Pasar oligopoli didominasi beberapa perusahaan besar sehingga dikatakan pasar yang sangat terkonsentrasi. Hal ini mengakibatkan sangat mudah bagi para manajer dari perusahaan-perusahaan tersebut untuk memadukan kekuatan dan bertindak sebagai satu kesatuan. 4.3.1 Perjanjian Eksplisit Harga di pasar oligopoly dapat ditetapkan pada tingkat yang menguntungkan melalui perjanjian eksplisit yang membatasi persaingan. Semakin tinggi tingkat konsentrasi pasar dalam suatu industri, semakin sedikit manajer yang perlu diikutkan dalam persetujuan penetapan harga, dan semakin mudah bagi mereka untuk mencapai persetujuan tersebut. Aspek-aspek menguntungkan dari sebuah pasar bebas akan dinikmati oleh masyarakat sejauh perusahaanperusahaan monopoli menahan diri untuk tidak membuat perjanjianperjanjian kolusif yang mematikan persaingan dan menciptakan pengaruh-pengaruh pasar monopoli. Secara khusus tindakan tersebut sangat tidak etis. Tindakan-tindakan tidak etis dalam pasar oligopoli melalui perjanjian eksplisit: 1. Penetapan harga 2. Manipulasi persediaan 3. Perjanjian eksklusif. 4. Perjanjian mengikat 5. Perjanjian penetapan harga eceran. 6. Diskriminasi harga 4.3.2 Perjanjian Tersembunyi Untuk mengkoordinasi harga, sejumlah industri oligopoli secara tidak resmi mengakui salah satu perusahaan sebagai “penentu harga”. Selanjutnya, masing - masing perusahaan secara diam - diam menetapkan harganya sesuai dengan harga yang ditetapkan oleh perusahaaan “penentu harga” tersebut, dengan mengetahui bahwa semua perusahaan lain juga akan melakukan hal yang sama. 4.3.3 Suap Apabila dilakukan untuk mengamankan penujalan produk, suap politik juga bisa menimbulkan gangguan ekonomi dalam operasi pasar. Apabila suap digunakan untuk mengamankan pembelian suatu komoditas, pengaruh utamanya adalah turunnya persaingan pasar. Jika perusahaan yang melakukan suap berhasil mencegah masuknya pesaing lain dalam pasar pemerintah, maka ada kemungkinan perusahaan terlibat dalam tindakan-tindakan yang menjadi karakteristik monopoli. 4.4 Oligopoli dan Kebijkan Publik 4.4.1 Pandangan Tidak Melakukan Apa-apa Sejumlah ekonom menyatakan bahwa tidak ada yang perlu dilakukan tentang kekuasaan ekonomi yang dimiliki perusahaanperusahaan oligopoli. Sebagian menyatakan bahwa kekuasaan perusahaan oligopoli sebenarnya tidak sebesar yang terlihat. 4.4.2 Pandangan Antimonopoli Harga dan keuntungan dalam industri-industri yang terkonsentrasi memang cenderung lebih tinggi dibandingkan yang seharusnya. Pemecahnya adalah dengan menetapkan kembali tekanan-tekanan kompetitif dengan mewajibkan perusahaan-perusahaan besar untuk melakukan divestasi dan memecahnya ke dalam beberapa perusahaan kecil. 4.4.3 Pandangan Regulasi Perusahaan-perusahaan oligopoli tidak perlu dipecah karena ukuran yang besar memberikan akibat-akibat yang menguntungkan dan keuntungan ini akan hilang apabila mereka dipecah. Konsentrasi memberikan kekuatan ekonomi pada perusahaan-perusahaan besar yang memungkinkan mereka untuk menetapkan harga dan terlibat dalam perilaku-perilaku yang bukan merupakan kepentingan publik. Contoh Kasus : CARREFOUR Indonesia memanfaatkan situasi penegakan hukum UU praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat ini masih lemah, dan kelemahan tersebut ”dimanfaatkan” oleh pihak CARREFOUR Indonesia untuk melakukan ekspansi bisnis dengan mengakuisisi PT Alfa Retailindo Tbk. Dengan mengakuisisi 75 persen saham PT Alfa Retailindo Tbk dari Prime Horizon Pte Ltd dan PT Sigmantara Alfindo. Berdasarkan laporan yang masuk ke KPPU, pangsa pasar Carrefour untuk sektor ritel dinilai telah melebihi batas yang dianggap wajar, sehingga berpotensi menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat. Dalam sidang KPPU tanggal 4 november 2009, Majelis Komisi menyatakan Carrefour terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 17 (1) dan Pasal 25 (1) huruf a UU No.5/1999 tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.. Pasal 17 UU No. 5/1999, yang memuat ketentuan mengenai larangan bagi pelaku usaha untuk melakukan penguasaan pasar, sedangkan Pasal 25 (1) UU No.5/1999 memuat ketentuan terkait dengan posisi dominan. DAMPAK Adanya penyalahgunaan hak akuisisi pada PT Alfa Retailindo Tbk yang mengakibatkan : Kenaikan pangsa pasar dari 46,03% pada 2007 menjadi 57,99% pada 2008. Terjadinya peningkatan dan pemaksaan potongan – potongan harga pembelian dari pemasok. Pasal 17 berisi tentang pelarangan menguasai alat produksi dan penguasaan barang yang bisa memicu terjadinya praktik monopoli. Sedangkan Pasal 25 Ayat 1 berisi tentang posisi dominan dalam menetapkan syarat-syarat perdagangan. Pasal yang dilanggar : 1. Pasal 17 ayat 2 Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila: a. barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya; atau b. mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan usaha barang dan atau jasa yang sama; atau c. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu. 2. Pasal 20 Pelaku usaha dilarang melakukan pemasokan barang dan atau jasa dengan cara melakukan jual beli atau menetapkan harga yang sangat rendah dengan maksud untuk menyingkirkan atau mematikan usaha pesaingnya di pasar bersangkutan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. 3. Pasal 25 ayat 1 huruf a Pelaku usaha dilarang menggunakan posisi dominan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk : a. menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah dan atau menghalangi konsumen memperoleh barang dan atau jasa yang bersaing, baik dari segi harga maupun kualitas. 4. Pasal 28 1) Pelaku usaha dilarang melakukan penggabungan atau peleburan badan usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. 2) Pelaku usaha dilaragg melakukan pengambilalihan saham perusahaan lain apabila tindakan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. 3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggabungan atau peleburan badan usaha yang dilarang sebagaimana dimaksud ayat (1), dan ketentuan mengenai pengambilalihan saham perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), diatur dalam Peraturan Pemerintah. SOLUSI Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain: Pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu mengendalikan diri untuk tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang dan menekan pihak lain. Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat. Pelaku bisnis hendaknya menciptakan persaingan bisnis yang sehat. Pelaku bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa mendatang. Pelaku bisnis harus konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama. SARAN Tingkat perhatian perusahaan terhadap perilaku etis juga sangat menentukan karena dalam jangka panjang bila perusahaan tidakconcern terhadap perilaku etis maka kelangsungan hidupnya akan terganggu dan akan berdampak pula pada kinerja keuangannya. ETIKA ADMINISTRASI “BAB 4 ETIKA DIPASAR” oleh : Jihan Widyawati 135030407111042 Theodorus Sandi 135030401111111 Eva Hanisa 135030407111032 FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI BRAWIJAYA 2017