BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Operasi atau pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang berperan penting dalam pelayanan kesehatan yang bertujuan menyelamatkan nyawa, mencegah kecacatan, dan komplikasi. (Puspita, Armiyah, & Arif, 2014). Operasi merupakan penyembuhan penyakit dengan memotong atau mengiris anggota tubuh yang mengalami masalah (penyakit). Sebelum operasi berlangsung dilakukan anestesi baik general maupun regional (Barus, Simanullang, & Erni, 2018). Anestesi regional atau lebih dikenal anestesi spinal masih jadi pilihan untuk bedah daerah abdomen dan ekstermitas bagian bawah. Spinal anestesi merupakan anestesi dengan metode penyuntikan obat anelgetik lokal ke dalam ruang subarachnoid di daerah lumbal. Spinal anestesi membuat pasien tetap dalam keadaan sadar sehingga pasien masih dapat melihat situasi dan kondisi saat dilakukan tindakan pembedahan. Kondisi pasien masih dalam keadaan sadar ini yang membuat pasien merasa cemas (Morgan, 2013). Kecemasan merupakan suatu kondisi emosional ditandai dengan adanya kekhawatiran berlebih terhadap berbagai kejadian dalam kehidupan sehari – hari. Kecemasan yang dirasakan sulit dikendalikan dan berhubungan dengan gejala somatik, seperti ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur dan kegelisahan (Utama, 2013). Cemas disebabkan oleh hal–hal yang tidak jelas, termasuk juga pasien yang akan menjalani tindakan operasi karena pasien tidak tahu dampak dari operasi yang dijalani dan takut akan prosedur operasi itu sendiri (Muttaqin & Sari, 2009). Pasien yang akan menjalani tindakan operasi terutama operasi elektif tentunya sebelum dilakukan tindakan pembedahan di ruang operasi, pasien di rawat di bangsal rawat inap. Perasaan yang paling umum dialami pasien yang dirawat di rumah sakit yang akan menjalani proses pembedahan yaitu kecemasan. Keadaan emosi ini biasanya merupakan pengalaman individu yang subyektif, yang tidak diketahui secara khusus penyebabnya (Majid, Judha, & Istianah, 2011). Saat pasien di rawat inap pasien memperoleh banyak informasi, edukasi, dan dukungan sosial sebagai bekal pasien dalam menghadapi operasi. Informasi, edukasi serta dukungan-dukungan tersebut diperoleh dari tenaga kesehatan, keluarga serta teman bahkan bisa dari buku ataupun internet yang memuat informasi-informasi mengenai operasi yang dihadapi pasien. Perawat sebagai tenaga kesehatan di rumah sakit yang memiliki peran penting dalam membantu pasien mengatasi kecemasannya. Edukasi yang dilaksanakan perawat yaitu edukasi pre operasi yang efektif menurunkan kecemasan sebelum pembedahan, selain itu edukasi dan informasi yang didapatkan individu sebelum operasi mampu meningkatkan pemulihan terutama pada individu sebelum operasi mampu meningkatkan pemulihan terutama pada individu yang membutuhkan support atau yang tidak dapat melakukan pergerakan dengan baik (Mac Donald et al, 2008). Sementara itu edukasi juga mampu meningkatkan pasien untuk melakukan nafas dalam, batuk secara efektif, dan meningkatkan kemampuan pasien melakukan ambulansi lebih awal, serta mampu mempersingkat waktu rawat (Potter & Perry, 2009). Selain edukasi dan informasi dari perawat, dukungan keluarga juga penting sebagai strategi preventif dalam menurunkan kecemasan pasien. Dukungan yang diberikan keluarga untuk mengurangi kecemasan pasien itu sendiri adalah dukungan informasional, dimana keluarga memberikan nasihat, saran, dukungan jasmani atau rohani. Dukungan emosi juga diberikan keluarga yang meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan. Dukungan yang lainnya adalah dukungan penilaian dan dukungan istrumen (Friedman, 2008). Kiyohara, Kayano & Oliviera (2004) menjelaskan bahwa salah satu faktor yang dapat menyebabkan kecemasan dalam masa pra operasi adalah masa rawat inap untuk prosedur bedah yang dirasakan sebagai ancaman atau stresor sehingga dapat menimbulkan kecemasan pada pasien; kecemasan terjadi dalam masa ini pada fase pra operasi adalah ketika pasien mengantisipasi peristiwa yang tidak diketahui yang berpotensi memberi rasa sakit dan perubahan citra tubuh, serta peningkatan ketergantungan pada keluarga dan perubahan kehidupan lainnya. Takut akan perubahan kehidupan serta takut akan keberlangsungan hidupnya termasuk kesembuhan diri, perubahan lingkungan waktu tunggu operasi, rasa sakit pasca operasi, kekhawatiran tentang keluarga, transfusi darah, rasa takut yang muncul tanpa diketahui, adalah beberapa faktor signifikan yang bertanggung jawab atas terjadinya kecemasan pra operasi selama pasien berada di rawat inap sebelum saatnya di ruang operasi (Aguste, 2018). Semua pasien pre operasi baik terprogram (operasi elektif ) atau pasien tidak terprogram (cyto), menunggu jam operasi diruang tunggu operasi dalam waktu yang bersamaan, dalam ruangan tersebut perawat dan dokter melakukan persiapan operasi untuk semua tipe pasien. Ruang persiapan operasi juga merupakan jalur antara pasien pre operatif dengan pasien post operatif yang akan masuk ke ruang pemulihan, hal ini menimbulkan gambaran yang menakutkan bagi pasien yang belum pernah dioperasi. Sehingga ada beberapa pasien yang merasa takut yang akhirnya menimbulkan kecemasan pre operasi yang terjadi saat pasien sudah berada di wilayah ruang operasi. Puncak kecemasan sebagian besar individu saat berada di ruang tunggu operasi dengan gejala berupa sering bertanya, gelisah, nadi cepat, tensi meningkat 20% sampai 30% (Smeltzer. S. C, & Bare. B. G. 2013) Menurut Perry dan Potter (2005) ada berbagai alasan yang dapat menyebabkan kecemasan pasien dalam menghadapi tindakan pembedahan antara lain takut nyeri setelah pembedahan, takut terjadi perubahan fisik (menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi) mengalami kondisi yang sama seperti sebelum operasi, takut menghadapi ruang operasi, cemas peralatan bedah dan petugas, takut mati saat dilakukan anestesi, dan takut operasi akan gagal (Aguste, 2018). RSUD Nyi Ageng Serang Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Perbedaan Tingkat Kecemasan Pasien Menghadapi Operasi dengan Tindakan Spinal Anestesi saat di Bangsal dan di Ruang Tunggu Operasi di Rumah Sakit Daerah Nyi Ageng Serang” B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah di atas maka peneliti merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut “Apakah ada perbedaan tingkat kecemasan pasien menghadapi operasi dengan tindakan spinal anestesi saat di bangsal dan di ruang tunggu operasi di RSUD Nyi Ageng Serang” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahuinya perbedaan tingkat kecemasan pasien menghadapi operasi dengan tindakan spinal anestesi saat di bangsal dan di ruang tunggu operasi 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus untuk : a. Diketahuinya tingkat kecemasan di bangsal pada pasien yang akan menghadapi operasi dengan tindakan spinal anestesi b. Diketahuinya tingkat kecemasan di ruang tunggu operasi pada pasien yang akan menghadapi operasi dengan tindakan spinal anestesi D. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini pada keperawatan anestesi, untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan pasien menghadapi operasi dengan tindakan spinal anestesi saat di bangsal dan di ruang tunggu operasi di RSUD Nyi Ageng Serang. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kemajuan di bidang ilmu keperawatan terutama tentang perbedaan tingkat kecemasan pasien menghadapi operasi dengan tindakan spinal anestesi saat di bangsal dan di ruang tunggu operasi. 2. Manfaat Praktis a. Rumah Sakit Sebagai bahan masukan mengenai perbedaan tingkat kecemasan pasien menghadapi operasi dengan tindakan spinal anestesi saat di bangsal dan di ruang tunggu operasi b. Bagi Institusi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan perpustakaan untuk penelitian atau materi untuk dosen dan mahasiswa dalam pembelajaran bagi kemajuan pendidikan terutama yang berkaitan tentang perbedaan tingkat kecemasan pasien menghadapi operasi dengan tindakan spinal anestesi saat di bangsal dan di ruang tunggu operasi. F. Keaslian Penelitian Penulis belum menemukan penelitian khusus tentang tingkat kecemasan pasien menghadapi operasi dengan tindakan spinal anestesi saatdi bangsal dan di ruang tunggu operasi. Penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya yang berkaitan dan mengangkat masalah kecemasan pre anestesi adalah : 1. Paryanto (2009) tentang Perbedaan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operatif Selama Menunggu Jam Operasi antara Ruang Rawat Inap dengan Ruang Persiapan Operasi di Rumah Sakit Ortopedi Surakarta penelitian yang digunakan adalah penelitian survey dengan rancangan penelitian Discriptive Comparative dan pengambilan sampel mengunakan Quota Sampling untuk memperoleh 94 responden. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan alat ukur yang digunakan adalah kuesioner Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRSA). Persamaan dengan penelitian ini adalah mengukur perbedaan tingkat kecemasan pre operasi. Perbedaan dengan penelitian ini adalah alat ukur penelitian, tempat penelitian, responden, populasi, sampel, dan hasil penelitian. 2. Firdaus (2014), Uji Validitasi Kontruksi dan Reliabilitas Instrumen The Amsterdam PreOperative Anxiety And Information Scale (APAIS) Versi Indonesia, responden yang diambil data sebagai penelitian adalah sebanyak 102 pasien yang akan menjalani operasi elektif, mengisi instrument APAIS Versi Indonesia satu hari sebelumnya. Validitas konstruksi dinilai dengan metode analisis faktor. Reliabilitas dinilai dengan konsistensi inernal Cronbach’s Alpha. Persamaan penelitian ini adalah sama – sama meneliti kecemasan pre operasi. Perbedaannya adalah jenis penelitian, desain penelitian, analisa data, populasi dan sampel. 3. Taravella (2017), dengan judul Hubungan Pengetahuan Operasi dengan Tingkat Kecemasan Pre Operasi Pasien dengan Tindakan Spinal Anestesi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif korelasional sedangkan desain penelitian ini mengunakan metode studi potong lintang/ cross sectional. Sampel penelitian terdiri dari 40 pasien menggunakan teknik accidental sampling. Pengumpulan data diperoleh dari kuisioner APAIS. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama – sama meneliti kecemasan pre operasi. Perbedaannya dalah jenis penelitian, desain penelitian, analisa data, populasi dan sampel.