BY : Agristio Fajri Andina Bunga Tiara Catharine Bernadette BLUE LIGHT THERAPY BLUE LIGHT THERAPY DI SUSUN OLEH : Agristio Fajri (P23138117002) Andina Bunga Tiara (P23138117008) Catharine Bernadette (P23138117015) DOSEN : Dra. Ma’murotun,BE., ST., M.Si. PRODI : D –IV Teknik Elektromedik POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II Jl. Hang Jebat III / Blok F3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120Tahun Akademik 2019 1 DAFTAR ISI Belom kelar Daftar Isi ………………………………………………………………………. 2 Kata Pengantar ………………………………………………………………… 3 BAB I (PENDAHULUAN) …………………………………………………… 4 A. Latar Belakang …………………………………………………………….. 4 B. Rumusan Masalah …………………………………………………………. 5 C. Tujuan Penulisan ………………………………………………………….. 5 BAB II (ISI) …………………………………………………………………... 6 A. Teori ………………………………………………………………………. 6 B. Gambar …………….……………………………………………………… 8 C. Bagian – Bagian Alat ……………………………………………………… 8 D. Blok Diagram ………………………….…………………………………... 9 E. Cara Pengoperasian ……………………………………………………… 10 F. Cara Pemeliharaan ……………………………………………………….. 10 G. Kalibrasi ………………………………………………………………….. 11 H. Perbaikan Alat …………………………………………………………… 11 I. Tugas Praktek …………………………………………………………… 12 BAB III (PENUTUP) ………………………………………………………... 15 A. Kesimpulan ……………………………………………………………..... 15 2 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga buku ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Jakarta, Juni 2019 Penyusun 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir. Sekitar 25 – 50% bayi baru lahir menderita ikterus pada minggu pertama. Hiperbilirubinemia adalah peningkatan kadar plasma bilirubin, standar deviasi atau lebih dari kadar yang diharapkan berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen. Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme heme yaitu bilirubin. Secara klinis, ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum >5 mg/dL (Cloherty, 2004). Dalam perhitungan bilirubin terdiri dari bilirubin direct dan bilirubin indirect. Peningkatan bilirubin indirect terjadi akibat produksi bilirubin yang berlebihan, gangguan pengambilan bilirubin oleh hati, atau kelainan konjugasi bilirubin. Setiap bayi dengan ikterus harus mendapat perhatian, terutama ikterus ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau bila kadar bilirubin indirect meningkat 5 mg/dL dalam 24 jam dan bilirubin direct > 1 mg/dL merupakan keadaan yang menunjukkan kemungkinan adannya ikterus patologis. Sinar biru Merupakan sinar dengan panjang gelmobang 450 – 460 nm. Sumber sinar ini biasanya berasal dari lampu neon, layar televisi, serta computer. Sinar biru ini bisa menyebabkan kerusakan tergantung intensitas serta durasi paparan, seperti gangguan penglihatan. Sinar biru ini dimanfaatkan pada suatu alat terapy yang bernama Blue Light Therapy. Blue Light Therapy atau Fototerapi merupakan terapi untuk mengatasi keadaan hiperbilirubunemia dengan menggunakan sinar berenergi tinggi yang mendekati kemampuan maksimal untuk menyerap bilirubin. Alat Phototherapy atau Blue Light Lamp Therapy dapat digunakan untuk therapy pada bayi yang menderita penyakit hiperbilirubin atau penyakit kuning, yaitu adanya penimbunan bilirirubin di jaringan bawah kulit atau selaput lendir yang ditandai dengan warna kuning yang terlihat pada kulit atau selaput lendir, bayi yang menderita penyakit seperti ini disebut juga dengan bayi kuning atau ikterus. 4 B. Rumusan Masalah 1. Apa itu Blue Light Therapy ? 2. Bagaimana spesifikasi dari alat blue light therapy ? 3. Bagaimana prinsip kerja dari alat blue light therapy ? 4. Bagaimana blok diagram dari alat blue light therapy ? 5. Apa saja bagian – bagian dari alat blue light therapy ? 6. Bagaimana cara pengoperasian dari alat blue light therapy ? 7. Bagaimana cara pemeliharaan dari alat blue light therapy ? 8. Apa saja efek samping dari alat blue light therapy ? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui apa itu alat blue light therapy 2. Untuk mengetahui prinsip kerja dari alat blue light therapy 3. Untuk mengetahui spesifikasi dari alat blue light therapy 4. Untuk mengetahui blok diagram dari alat blue light therapy 5. Untuk mengetahui bagian – bagian dari alat blue light therapy 6. Untuk mengetahui cara pengoperasian dari alat blue light therapy 7. Untuk mengetahui cara pemeliharaan dari alat blue light therapy 8. Untuk mengetahui efek samping dari alat blue light therapy 5 BAB II ISI A. Teori Blue Light Therapy atau Fototerapi merupakan terapi untuk mengatasi keadaan hiperbilirubunemia dengan menggunakan sinar berenergi tinggi yang mendekati kemampuan maksimal untuk menyerap bilirubin. Alat Phototherapy atau Blue Light Lamp Therapy dapat digunakan untuk therapy pada bayi yang menderita penyakit hiperbilirubin atau penyakit kuning, yaitu adanya penimbunan bilirirubin di jaringan bawah kulit atau selaput lendir yang ditandai dengan warna kuning yang terlihat pada kulit atau selaput lendir, bayi yang menderita penyakit seperti ini disebut juga dengan bayi kuning atau ikterus. Blue light therapy bertujuan untuk mengendalikan kadar bilirubin serum agar tidak mencapai nilai yang dapat menimbulkan ensefalopati bilirubin atau kernikterus. Blue Light Therapy atau Fototerapi merupakan terapi untuk mengatasi keadaan hiperbilirubunemia dengan menggunakan sinar berenergi tinggi yang mendekati kemampuan maksimal untuk menyerap bilirubin. Alat Phototherapy atau Blue Light Lamp Therapy dapat digunakan untuk therapy pada bayi yang menderita penyakit hiperbilirubin atau penyakit kuning, yaitu adanya penimbunan bilirirubin di jaringan bawah kulit atau selaput lendir yang ditandai dengan warna kuning yang terlihat pada kulit atau selaput lendir, bayi yang menderita penyakit seperti ini disebut juga dengan bayi kuning atau ikterus. Blue light therapy bertujuan untuk mengendalikan kadar bilirubin serum agar tidak mencapai nilai yang dapat menimbulkan ensefalopati bilirubin atau kernikterus. Prinsip Kerja Phototherapy bekerja dengan memberikan cahaya pada kulit bayi secara langsung dengan jangka waktu tertentu. Cahaya yang digunakan adalah cahaya Blue Light yang mempunyai panjang gelombang antara 450 - 460 nm dengan intensitas atau kekuatan illuminasi 4500 Lux atau sekitar 200 foot candle dengan jarak penyinaran pada bayi ± 45 cm dalam keadaan mata ditutup bahan yang tak tembus cahaya. 6 Dalam praktek dilapangan kita tidak menggunakan khususnya lampu biru BlueLight, sebab apabila bayi terkena cyanosis ( bayi yang nampak kebiru-biruan karena kekurangan oksigen ) tak akan tampak dan tak terdeteksi. Maka sebagai gantinya lampu fluorescent atau lampu neon biasa yang mempunyai kekuatan intensitas yang sama atau paling tidak mendekati. Pada saat dilakukan fototherapi, bayi dibaringkan di dalam incubator bila bayi prematur dan ranjang bayi bila matur dalam keadaan telanjang, kecuali mata dan alat kelamin harus ditutup dengan menggunakan kain kasa. Tujuannya untuk mencegah efek cahaya berlebihan dari lampu-lampu tersebut. Seperti diketahui, pertumbuhan mata bayi belum sempurna sehingga dikhawatirkan akan merusak bagian retinanya. begitu pula alat kelaminnya, agar kelak tak terjadi risiko terhadap organ reproduksi itu, seperti kemandulan reproduksi ( walau belum terbukti). Perlu diingat bahwa phototherapy hanya dapat digunakan untuk bilirubin tak langsung saja, bukan bilirubin langsung. Kemudian diatasnya akan dipasang alat yang memeliki lampu yang akan memancarkan sinar dengan intensitas tinggi. Sinar ini akan mengurai bilirubin tak langsung menjadi zat yang dapat dibuang keluar dari tubuh melalaui air kencing atau empedu. 7 B. Gambar C. Bagian-bagian Alat 8 D. Blok Diagram Hour m eter PL N M ai n S w i tch I ndik ator Ti m er B all as t B lue Li g ht B uzzer S tar ter PLN PLN sebagai Supply induk untuk menghidupkan rangkaian. Main Switch Main switch adalah penyambung dan pemutus hubungan PLN dengan rangkaian. Indikator Indikator adalah lampu penanda pesawat hidup yang akan menyala pada saat Main Switch ON Timer Timer untuk memindahkan kontak agar Blue Light mati dan Buzzer berbunyi setiap enam jam pertanda bayi siap untuk diganti posisi. Ballast Ballast untuk membatasi aliran arus listrik agar rangkaian lampu bekerja sesuai dengan range daya yang dibutuhkan. Blue Light 9 Blue light cahaya yang mampu menembus lapisan kulit untuk mengurangi penimbunan bilirubin di jaringan bawah kulit atau selaput lendir. Starter Sebagai pemicu pemanasan pada Blue Light agar terjadi loncatan elektron sehingga Blue Light dapat menyala. Hourmeter Untuk menghitung lamanya Blue Light menyala agar bisa memperkirakan life time pada Blue Light untuk diganti. Buzzer Akan berbunyi setiap enam jam sekali untuk peringatan agar bayi diubah posisinya. Saat Main Switch ditekan akan menghubungkan PLN dengan timer dan lampu Indikator , sehingga lampu indikator menyala dan Timer mulai menghitung. Kontak timer menghubungkan Ballast dan Hourmeter dengan PLN sehingga blue light menyala dan Hourmeter menghitung. Saat waktu tercapai, timer memindahkan kontaknya ke buzzer sehingga blue light dan hourmeter mati lalu buzer menyala. E. Cara Pengoperasian 1. Hubungkan stekker dengan Jala-jala listrik PLN. 2. Tekan tombol ON, maka secara otomatis lampu indicator menyala. 3. Atur setting timer untuk lamanya waktu penyinaran yang diperlukan (kelipatan 6 jam). 4. Tekan tombol START, maka lampu akan menyala, timer dan hourmeter juga ikut bekerja. 5. Buzzer akan berbunyi 6 jam sekali ini menandakan posisi bayi harus diubah. 6. Bila setting waktu telah tercapai secara otomatis lampu akan mati. 7. Tekan tombol OFF dan lepaskan stekker dari jala-jala listrik. F. Cara Pemeliharaan Alat 1. Tempatkan alat phototeraphy pada tempat yang aman dari kebocoran air, tempat yang lembab dan lain-lain yang dapat menimbulkan kegagalan dan membahayakan keselamatan kerja. 10 2. Jaga kondisi alat yang perlu pengawasan khusus misalnya mengecek kondisi lampu Blue Light serta life time dari lampu tersebut. 3. perlunya pengecekan komponen pendukung lainnya seperti timer, hourmeter serta kestabilan tegangan. 4. Setiap pengoperasian alat selesai hendaknya dikondisikan dalam keadaan off. 5. Jika terjadi kerusakan pada lampu hendaknya pemasangan lampu menggunakan sarung tangan agar tidak terbentuk bayangan pada lampu. 6. Ketika membersihkan alat pastikan alat dalam kondisi off , seperti kabel power tidak terhubung ke sumber PLN. 7. Lakukan pengecekan pada setiap instalasi listrik maupun kabel power dari kerusakan G. Kalibrasi Tujuan kalibrasi yaitu untuk menjamin hasil pengukuran sesuai dengan standar nasional maupun internasional. Parameter : 1.Konsentrasi Pencahayaan 2. Suhu Alat Kalibrator: Phototherapy Radiometer H. Perbaikan Alat Lampu tidak menyala Permasalahan nya biasanya pada kabel power , tombol switch, dan fuse Cahaya lampu Permasalahanya nya biasanya pada operating hour, lampu itu sendiri, starter, dan ballast Timer tidak berfungsi Permasalahannya pada supply yang harus terpasang 220v 11 I. Tugas Praktek LEMBAR KERJA PEMANTAU FUNGSI Nama Instansi : Poltekkes Kemenkes Jakarta II Data Alat Nama Alat : Simulasi Blue Light Theraphy Merk : Modul Mahasiswa Type/Model :­ Nomor Seri :- Alat Kerja Tool Set : Baik Alat Ukur Nama Alat Merk/Type Multimeter SANWA Pemeriksaan Kualitatif ( kondisi fisik ) Chassis/Selungkup : Baik Kotak Kontak : Baik Kabel Daya : Tidak Baik Saklar On/Off : Baik Kebersihan Alat : Tidak Baik Lampu : Tidak Baik 12 No.Seri 17020404708 Keterangan Baik Timer : Baik Display : Baik Buzzer : Baik Tombol : Tidak Baik Hourmeter : Tidak Baik Pemeriksaan Kuantitatif Uraian Setting 3 menit Timer 1 jam Tegangan Catu Daya 220V Terukur 3 menit 1 jam 224V Toleransi Keterangan ± 10% Baik 220V±10% Baik Aspek Keselamatan Kerja, mengacu pada standard IEC Nomor 601 1-1 Kinerja, mengacu pada Standard ECRI Nomor 416 – 0595 Keluhan pada alat : - Lampu (Blue Light) pada alat tidak lengkap dan salah satunya ada yang sudah tidak berfungsi - Hour meter sudah tidak bekerja - Tombol sudah tidak berfungsi dengan baik / sangat sulit ditekan Kesimpulan Saran : Alat Tidak Layak Difungsikan : - Sebaiknya diadakan pengadaan lampu baru - Sebaiknya perbaiki hourmeter - Sebaiknya diadakan pengadaan alat baru 13 Mengetahui, Selasa, Juni 2019 Pengguna Alat ( Teknisi Elektromedik ) ( 14 ) BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Blue Light Therapy keadaan hiperbilirubunemia atau dengan Fototerapi merupakan menggunakan sinar terapi untuk berenergi mengatasi tinggi yang mendekati kemampuan maksimal untuk menyerap bilirubin. Alat Phototherapy atau Blue Light Lamp Therapy dapat digunakan untuk therapy pada bayi yang menderita penyakit hiperbilirubin atau penyakit kuning, yaitu adanya penimbunan bilirirubin di jaringan bawah kulit atau selaput lendir yang ditandai dengan warna kuning yang terlihat pada kulit Phototherapy bekerja dengan memberikan cahaya pada kulit bayi secara langsung dengan jangka waktu tertentu. Cahaya yang digunakan adalah cahaya Blue Light yang mempunyai panjang gelombang antara 450 - 460 nm dengan intensitas atau kekuatan illuminasi 4500 Lux atau sekitar 200 foot candle dengan jarak penyinaran pada bayi ± 45 cm dalam keadaan mata ditutup bahan yang tak tembus cahaya. 15