Uploaded by User37572

SINOPSIS3

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan merupakan hewan vertebrata akuatik yang berdarah dingin dan bernafas dengan
insang. Ikan didefenisikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup di air
dan secara sistematik ditempatkan pada filum Chordata dengan karakteristik memiliki insang
yang berfungsi untuk mengambil oksigen terlarut dari air dan sirip digunakan untuk berenang
(Fitrah, 2016). Tubuh ikan dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu kepala, badan dan ekor.
Panjang kepala memiliki jarak antara bagian terdepan moncong atau bibir atas sampai bagian
terbelakang operkulum atau membran operkulum, serta panjang standar (PS) di ukur dari
bagian terdepan moncong atau bibir atas sampai kepertengahan sirip ekor (Kottelat et al.,
1993). Ciri-ciri umum dari golongan ikan adalah mempunyai rangka bertulang sejati dan
bertulang rawan, mempunyai sirip tunggal atau berpasangan dan mempunyai operkulum,
tubuh ditutupi oleh sisik dan berlendir serta mempunyai bagian tubuh yang jelas antara
kepala, badan, dan ekor. Ukuran ikan bervariasi mulai dari yang kecil sampai yang besar.
Kebanyakan ikan berbentuk torpedo, pipih dan ada yang berbentuk tidak teratur (Siagian,
2009).
Lingkungan perbesaran ikan (habitat) dapat diartikan sebagai wilayah yang digunakan
ikan untuk melangsungkan proses pertumbuhannya, salah satu habitat dari perbesaran ikan air
tawar adalah sungai. Sungai merupakan perairan air tawar yang berasal dari air hujan pada
suatu alur yang panjang dipermukaan bumi, dan merupakan salah satu badan lotik yang
utama, yaitu badan sungai yang mengalir dan badan sungai dengan air yang tidak mengalir
(Nurudin, 2013). Sungai juga merupakan salah satu habitat perairan air tawar yang berfungsi
sebagai tempat hidup bagi organisme makro ataupun mikro, baik yang menetap maupun
berpindah-pindah. Karakteristik suatu sungai yaitu memiliki arus, resident time (waktu
tinggal air), organisme yang ada memiliki adaptasi biota khusus, substrat umumnya berbatu
batu, kerikil, pasir dan lumpur, serta mudah mengalami perubahan (Susanto, 2017).
Air yang tersebar di Bumi ini tidak pernah terdapat murni. Namun, bukan berarti
bahwa semua air sudah tercemar. Sifat-sifat kimia-fisika air yang umum di uji dan dapat di
gunakan untuk menentukan tingkat pencemaran air adalah nilai Ph, keasaman dan alkalinitas.
Nilai pH yang normal adalah sekitar 6 sampai 8. Pencemaran air dapat disebabkan oleh
beberapa hal baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa peristiwa yang
menyebabkan pencemaran di air adalah pembuangan sampah langsung ke badan air, baik
limbah pabrik maupun sampah rumah tangga, limbah pertanian, pertambangan, atau industri
akan langsung mencemari badan air (Yusa dan Maniam, 2013). Menurut Efendy (2003)
dalam Haryani (2015) penambangan pasir dapat menyebabkan keberadaan fitoplankton dan
zooplankton terganggu karena substrat yang ditempatinya dikuras dan kualitas airpun
menurun. Kegiatan pertambangan mengakibatkan berbagai perubahan lingkungan, antara lain
perubahan bentang alam, perubahan habitat flora dan fauna, perubahan struktur tanah,
perubahan pola aliran air permukaan dan air tanah dan sebagainya (Marini, 2014).
Menurut Metcalf and Eddy (2003) dalam Pangabean dan Alwi (2017), air limbah
adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman,
perkantoran, dan industri yang kadang-kadang hadir bersama air tanah, air permukaan dan air
hujan. Air limbah industri adalah air hasil pengolahan suatu proses industri. Jenis air ini
tergolong memiliki kualitas yang kurang baik karena kontaminan yang terkandung di dalam
air industri bermacam- macam tergantung dari proses terkait yang menghasilkan air tersebut.
Air limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan tepung kelapa dapat mencemari
lingkungan sekitar jika tidak diolah terlebih dahulu karena didalam air kelapa terkandung
protein dan lemak yang apabila dibuang begitu saja akan melakukan upaya pengolahan air
limbah, namun masyarakat masih mengeluh adanya pencemaran yang dihasilkan dari pabrik
tersebut. Pencemaran itu terjadi terhadap air sungai yang berubah warna dan berbau.
Sungai Batang Anai merupakan sungai yang melintasi empat wilayah administratif di
provinsi Sumatera Barat, salah satunya adalah Kabupaten Padang Pariaman. Panjang sungai
Batang Anai sepannjang 46 Km dengan melintasi kecamatan 2X11 Kayutanam sampai ke
Kecamatan Batang Anai. Sungai Batang Anai terletak di perbatasan antara Padang dengan
Pariaman menuju jalan ke Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Sungai ini selain
mempunyai manfaat bagi kehidupan masyarakat juga sebagai resapan air. Sumatera Barat
memiliki potensi sumber daya air di daratan yang cukup besar, terdapat 606 sungai besar dan
kecil, 27 diantaranya merupakan sungai lintas provinsi dan 57 sungai lintas kabupaten/kota.
Dengan kondisi alam yang bergelombang, berbukit dan bergunung serta banyak dilalui
sungai-sungai, maka hal ini merupakan potensi alam yang sangat besar yang dapat
dimanfaatkan dan dikembangkan untuk pembangunan pertanian, pariwisata, pertambangan,
jasa lingkungan dan lain sebagainya. Namun disisi lain hal ini juga mengandung tanggung
jawab yang besar bagi daerah untuk mengelola dan menjaga kelestariannya, apalagi sebagian
sungai-sungai di Sumatera Barat merupakan hulu dari sungai-sungai di provinsi tetangga.
Sungai perkotaan yang kualitas airnya cenderung menurun yaitu Sungai Batang Agam,
Batang Anai, Batang Ombilin dan Batang Pangian (Putri, 2010). Untuk Sungai Batang Agam
sudah hampir tercemar pada segmen Kota Bukittinggi, dimana pada lokasi ini terdapat RPH
yang limbahnya langsung dibuang tanpa melalui pengolahan, disamping itu di Sungai Batang
Anai (Segmen Tanah Datar) juga terdapat aktifitas domestik dan tumpukan sampah. Hasil
Perhitungan indeks pencemaran air (IPA) terendah adalah Sungai Batang Anai yaitu 53,83 %
(Laporan SLHD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014)
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan warga setempat, penambang pasir di
Sungai Batang Anai Nagari Ketaping Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman
sudah sering dilakukan dengan tenaga sendiri menggunakan alat tradisional yaitu sampan dan
sekop, serta penangkapan ikan dengan menggunakan jaring, pancing dan tangguk.
Keberadaan ikan cukup banyak seperti ikan Simontong, Ikan Simbubu, Patai dan jenis ikan
lainnya. Saat ini jumlah dan jenis populasi ikan tersebut di duga mengalami penurunan,
karena adanya limbah pabrik dari PT. Bumi Sarimas Indonesia (BSI). Menurut salah seorang
warga yang penulis temui bernama Bapak jon (penambang pasir) limbah pabrik dari PT BSI
ini telah mencemari sungai Batang Anai, limbah pabrik berupa zat cair dan ampas kelapa
karena pabrik ini adalah pabrik santan yang ampas nya di buang setiap harinya pada saat
malam hari sekitar jam 12 dan jam 01 pagi. Limbah pabrik ini di buang langsung ke badan
sungai melalui saluran pipa. Tentunya juga mengganggu sejumlah biota yang hidup di
perairan. Di sekitar pabrik yang dulunya air di sungai batang anai di gunakan untuk mandi,
mencuci dan kebutuhan lainnya sekarang tidak di gunakan lagi kerena jika mandi akan
menyebabkan kulit terasa gatal dan mata perih, juga di temui banyak cacing pita di tepi
sungai dekat penambang pasir.
Penelitian yang telah di lakukan yaitu tentang pemanfaatan Sungai Batang Arau dan
daerah Muara Padang yang cukup beragam diantaranya pertanian, industri, rumah sakit,
pelabuhan kapal-kapal nelayan dan kapal penumpang serta sebagai daerah rekreasi terutama
sejak dibangun Jembatan Siti Nurbaya menyebabkan Muara Padang mulai mengalami
penurunan kualitas perairan. Jika dilihat dari padatnya aktifitas penduduk di sekitar Muara
Padang, warna perairan keruh cenderung coklat disertai aroma tidak sedap dan tingkat
sedimentasi yang tinggi yaitu 3482 ton/th (Bapedalda Kota Padang 2004), maka ada dugaan
Perairan Muara Padang tercemar bahan organik. Kondisi seperti ini tidak bisa dibiarkan
berlanjut karena mengakibatkan terganggunya ekosistem yang kemudian mempengaruhi
kehidupan hewan dan tumbuhan di dalamnya. Karena alasan-alasan tersebut, diperlukan
informasi lebih lanjut tentang kondisi kualitas perairan dilihat dari bahan organik. Sedangkan
penelitian di daerah Muaro Sungsang Sumatera Utara dengan faktor fisika yaitu : kecerahan,
suhu, dan kecepatan arus. Kemudian factor kimia yaitu: DO, salinitas, Ph, Phospate dan
Nitrat. Di dapatkan jenis ikan yang terdiri dari 657 jenis, 48 spesies dari 29 familly.
Berdasarkan masalah diatas maka penulis ingin melakukan penelitian tentang “JenisJenis Ikan Di Aliran Sungai Batang Anai Sekitar Pembuangan Limbah Pabrik Tepung Kelapa
Sebagai Bahan Ajar Klasifikasi Makhluk Hidup Kelas VII SMP/MTSN”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi penelitian dalam masalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Sungai Batang Anai dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menangkap ikan,
penambangan pasir, mandi dan kebutuhan lainnya.
2. Belum diketahui semua jenis-jenis Ikan di Sungai Batang Anai Nagari Ketaping
Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman.
3. Belum diketahui faktor fisika kimia yang mendukung keberadaan ikan.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka batasan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Alat tangkap yang digunakan adalah jaring, pancing dan tangguk
2. Faktor fisika dan kimia yang diukur adalah suhu air sungai, kecepatan arus air sungai,
pH air sungai, salinitas dan DO air sungai.
3. Bahan ajar berupa Atlas
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa sajakah jenis-jenis Ikan di Sungai Batang Anai Nagari Ketaping Kecamatan
Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman?
2. Bagaimanakah faktor fisika dan kimia air di Sungai Batang Anai Nagari Ketaping
Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman?
3. Belum adanya bahan ajar berupa Atlas untuk memudahkan siswa mengidentifikasi
secara umum jenis-jenis ikan yang ada.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui jenis-jenis Ikan di Sungai Batang Anai Nagari Ketaping
Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman.
2. Untuk mengetahui keadaan faktor fisika dan kimia air di Sungai Batang Anai Nagari
Ketaping Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman.
3. Menghasilkan Handout untuk pokok bab klasifikasi makhluk hidup pada sub bab
Adaptasi terhadap Lingkungan
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan di bidang ekologi hewan dan taksonomi
vertebrata.
2. Sebagai informasi bagi masyarakat tentang jenis-jenis ikan yang tertangkap di Sungai
Batang Anai Nagari Ketaping Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman.
3. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keanekaragaman Ikan
Indonesia memiliki keanekaragaman jenis ikan yang banyak baik ikan air tawar
maupun laut. Pembahasan ikan dengan lingkungan hidupnya sangat penting agar
dinamikanya dalam ekosistem perairan dan kemungkinan dampak lingkungan terhadap
kehidupan ikan dapat dipahami. Bentuk badan ikan dapat member banyak informasi yang
meyakinkan mengenai ekologi dan perilakunya. Kebanyakan aspek ini berasal dari
pengetahuan umum saja, namun demikian informasi mengenai hubungan bentuk ikan
dengan ekologinya sangat berharga karena akan membantu interpretasi tentang komposisi
suatu komunitas ikan (Anthony j.whitten1993).
Sebanyak 13.000 spesies air tawar hidup di danau dan sungai yang cakupannya
hanya 1% di permukaan bumi, sedangkan 16.000 spesies hidup di habitat air laut yang
merupakan 70% bagian permukaan bumi (Leveque et al, 2008). Menurut
Adiesoemarto dan Rifai, dalam Haryono dkk (2002) ada sekitar 8500 spesies ikan
terdapat di Perairan Indonesia, dan jumlah jenis ikan tersebut masih terus bertambah
dengan ditemukannya jenis-jenis baru. Dilihat dari jumlah jenis ikan air tawar, Indonesia
menempati rangking ke dua di dunia setelah Brazil dan pertama di Asia (Budiman
dkk, 2002).
Ikan Nila adalah salah satu biota air yang terdapat di Sungai Batang Anai sebagai
badan air penerima dan dikonsumsi oleh masyarakat setempat. Selain itu ikan Nila dapat
menunjukkan reaksi terhadap perubahan fisik air maupun terhadap adanya senyawa
pencemar yang terlarut dalam batas konsentrasi tertentu karena ikan Nila sangat peka
terhadap perubahan lingkungan (Sudarmadi, 2007).
Penurunan kualitas perairan Sungai Batang Anai akan mengancam keberlangsungan
hidup organisme yang ada didalamnya termasuk komunitas ikan. Menurut masyarakat
setempat jenis ikan yang biasa ditemukan di sekitar Sungai Batang Anai tepatnya di
Kayutanam adalah ikan Gariang (Tor sp.), ikan Bauang (Hemibagrus sp.), ikan Mujair
(Oreochromis sp.), ikan Tali-Tali (Nemacheilus sp.), ikan Situkah (Glytothorax sp.), ikan
Bada (Puntius sp.), ikan Nila (Orheochromis sp.), dan ikan Paweh (Barbonymus sp.).
Jumlah hasil tangkapan ikan-ikan tersebut semakin hari semakin menurun akibat
akumulasi semua aktivitas masyarakat di sepanjang sempadan Sungai Batang Anai.
Mulya (2004) menyatakan bahwa, limbah yang dihasilkan oleh aktifitas manusia yang
terbawa oleh air sungai, secara langsung ataupun tidak langsung akan mengakibatkan
perubahan ekologis perairan sehingga berdampak langsung terhadap biodiversitas
makhluk hidup yang hidup di dalam perairan termasuk ikan. Keberadaan
dan
pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh kualitas air tersebut, apabila habitatnya
terganggu maka akan terganggu pula keberadaan dan pertumbuhannya, sehingga akan
terjadi perbedaan produktivitas ikan (Handayani, 2009). Disamping itu, ikan merupakan
indikator alami dalam ekosistem, karena perairan yang tercemar oleh limbah tentu dapat
di indikasikan dari jumlah ikan di perairan tersebut (Astuti, 2015).
Beberapa penelitian keanekaragaman ikan sungai telah dilakukan di beberapa tempat
seperti penelitian yang dilakukan oleh Marini dan Husnah (2010) melakukan penelitian
di bagian hulu Sungai Siak, Provinsi Riau yang telah mengalami proses degradasi. Hasil
penelitian mendapatkan 58 jenis ikan dengan nilai indeks keanekaragaman jenis tergolong
sedang dan famili Cyprinidae mempunyai kelimpahan paling tinggi. Jukri, Emiyarti dan
Kamri (2012) yang melakukan penelitian di Sungai Lamunde, Sulawesi Tenggara
mendapatkan 34 jenis
ikan. Tarigan, Yunafsi dan Suryanti (2013) melaporkan
komunitas ikan di Sungai Naborsahan Danau Toba Sumatera Utara mendapatkan 10 jenis
ikan dengan nilai indeks keanekaragaman jenis tergolong rendah. Keanekaragaman ikan
di Sungai Batang Anai masih sedikit informasinya.
B. Bahan Ajar ATLAS
Bahan ajar adalah segala bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar. Bahan ajar yang dimaksud bisa berupa
bahan tertulismaupun tidak tertulis. Bahan ajar dikelompokkan menjadi 4 yaitu:
1. Bahan ajar (printed) antara lain atlas, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet,
wallchart, foto atau gambar, model atau maket.
2. Bahan ajar dengan (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.
3. Bahan ajar pandang dengan (video visual) seperti vidio, compact disk, film.
4. Bahan ajar interaktif seperti compack disk interaktif.
Atlas adalah “segala sesuatu” yang diberikan kepada peseta didik ketika mengikuti
kegiatan pembelajaran, atlas dibuat dengan tujuan untuk memperlancar dan memberikan
bantuan informasi atau materi pembelajaran sebagai pegangan bagi pesera didik.
Kemudian, ada juga mengartikan atlas sebagai tertulis yang disiapkan oleh seorang
pendidik untuk memperkaya pengetahuan peserta didik (Prastowo, 2011). Atlas
merupakan salah satu bentuk media cetak yang mudah dikembangkan dan dapat
dimanfaatkan dalam pembelajaran untuk memperlancar pelaksanaan belajar mengajar
yang disesuaikan kurikulum.
Adapun fungsi atlas menurut (Prastowo, 2011), yaitu:
1. Membantu peserta didik agar tidak perlu mencatat
2. Sebagai pendamping penjelasan pendidik
3. Sebagai bahan rujukan peserta didik
4. Memotivasi peserta didik agar lebih giat belajar
5. Pengingat pokok-pokok materi yang diajarkan
6. Memberikan umpan balik
7. Menilai hasil belajar
Dalam fungsi pembelajaran, pembuatan atlas memiliki beberapa tujuan yaitu :
1. Untuk memperlancar dan memberikan bantuan informasi atau materi pembelajaran
sebagai pegangan bagi peserta didik.
2. Untuk memperkaya pengetahuan peserta didik
3. Untuk mendukung bahan ajar lainnya atau penjelasan dari pendidik (Prastowo, 2011).
Adapun unsur-unsur atlas yaitu identitas atlas (terdiri dari semua madrasah, kelas,
nama mata pelajaran, pertemuan, atlas, jumlah halaman dan masa berlakunya atlas), materi
pokok atau materi pendukung yang akan dismpaikan. Atlas juga dapat berisi penjelasan,
pertanyaan dan kegiatan para peserta didik dan pemberian umpan balik ataupun langkah
tindak lanjut.
Adapun langkah-langkah penyusunan atlas adalah sebagai berikut :
1. Lakukan analisis kurikulum
2. Tentukan judul atlas dan sesuaikan dengan kompetensi dasar serta materi pokok yang
akan dicapai. Pada tahap ini, lakukan dengan berdasarkan hasil penyusunan peta bahan
ajar yang telah dibuat.
3. Kumpulkan referensi sebagai bahan penulisan. Usahakan referensi yang digunakan
terkini dan relevan dengan materi pokoknya.
4. Dalam menulis usahakan agar kalimat yang digunakan tidak terlalu panjang.
5. Evaluasi hasil tulisan dengan cara di baca ulang. Bila perlu, mintalah orang lain
membaca terlebih dahulu untuk mendapatkan masukan.
6. Perbaiki atlas sesuai dengan kekurangan yang ditemukan
7. Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi atlas, misalny buku,
majalah, internet atau jurnal hasil penelitian (Prastowo, 2011).
BAB III
BAHAN DAN METODE
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara 2 tahap. Tahap pertama yaitu pengambilan jenis ikan
di lapangan, serta pengawetan dan identifikasi ikan yang dilakukan pada bulan Oktober
2019. Sampel ikan di identifikasi di Laboratorium Zoologi STKIP PGRI Sumatera Barat.
Tahap kedua penelitian merupakan pengembangan produk pembuatan bahan ajar atlas
hasil penelitian, yang dilakukan pada bulan November-Desember 2019 yang dilakukan di
kampus STKIP PGRI Sumatera Barat dan di SMPN 1 V Kampung Dalam.
B. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah jaring (seine net) kira-kira 8x2 m
dengan mata jala berukuran 1cm, pancing, ember, plastik, karet gelang, senter, botol
koleksi, kertas label, jarum pentul, kamera digital, jangka sorong, lup, mikroskop,
thermometer, Ph meter, bola pimpong, tali raffia dan alat tulis.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah sampel ikan, formalin 35-40% dengan
perbandingan 1:10%, dan alkohol 70%. Sedangkan bahan untuk mengukur kesadahan air
adalah MnSO4, KOH-KI, CaCO3, H2SO4, Na2S2O3, EDTA, indicator EBT, Buffer
Salmiak, NH4OH, HCL, aquades, amilum, kertas PH Universal dan spiritus. Identifikasi
mengacu pada buku sumber Kottelat dkk (1993) dan Weber dkk (1901-1922).
C. Deskripsi Daerah Penelitian
Daerah Aliran Sungai Batang Anai sekitar pembuangan limbah pabrik Tepung Kelapa
terletak di, Kenagarian Ketaping, Kecamatan Batang Anai , Kabupaten Padang Pariaman,
Sungai Batang Anai merupakan sungai yang melintasi empat wilayah administrative di
provinsi Sumatera Barat, salah satunya adalah Kabupaten Padang Pariaman, panjang
Sungai Batang Anai sepanjang 46 Km dengan melintasi kecamatan 2X11 Kayutanam
sampai ke kecamatan Batang Anai. Sungai Batang Anai terletak di perbatasan antara
Padang dengan Pariaman dan menuju jalan ke Bandara Internasional Minangkabau (BIM).
Pada umumnya masyarakat di Kenagarian ketaping bermata pencaharian sebagai nelayan
dan penambang pasir,
D. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang dilakukan dengan 2 tahap,
tahap pertama penelitian yaitu penelitian deskriptif dengan metode survey langsung di
lapangan, dan penelitian tahap kedua yaitu penelitian pengembangan yang berupa
pembuatan bahan ajar atlas pada sub materi adaptasi lingkungan.
E. Prosedur Kerja
1. Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan bantuan nelayan, sebelum dilakukannya
pengambilan sampel ikan di lapangan, terlebih dahulu dilakukan survey lapangan untuk
mengetahui kondisi lapangan tempat dilakukan penelitian. Setelah itu persiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan di lapangan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
jaring (seine net) kira-kira 8x2 m dengan mata jala berukuran 1cm, pancing, ember,
plastik, karet gelang, senter, botol koleksi, kertas label, jarum pentul, kamera digital,
jangka sorong, lup, mikroskop, thermometer, Ph meter, bola pimpong, tali raffia dan alat
tulis.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah sampel ikan, formalin 35-40% dengan
perbandingan 1:10%, dan alkohol 70%. Sedangkan bahan untuk mengukur kesadahan air
adalah MnSO4, KOH-KI, CaCO3, H2SO4, Na2S2O3, EDTA, indicator EBT, Buffer
Salmiak, NH4OH, HCL, aquades, amilum, kertas PH Universal dan spiritus. Identifikasi
mengacu pada buku sumber Kottelat dkk (1993) dan Weber dkk (1901-1922).
Penelitian dilakukan disekitar pembuangan limbah pabrik tepung kelapa dengan
metode survey deskriptif dengan cara koleksi langsung terhadap ikan yang ada di lapangan
secara random sampling. Pengambilan sampel dilakukan selama 7 hari disaat cuaca cerah
ataupun hujan setiap pagi pukul 08.00 - 12.00 WIB dan malam hari pukul 18.00-21.00
WIB disaat ikan aktif berkunjung.
2.
Pengukuran Fisika dan Kimia Sungai
a) Pengukuran suhu
Pengukuran suhu air dengan menggunakan thermometer Hg dengan cara
mencelupkan thermometer tersebut pada permukaan perairan beberapa menit. Setelah
thermometer menunjukkan angka yang konstan, lalu catat angka yang ditunjukkan
(Suin dan Syafinah,2006).
b) Pengukuran Ph (Derajat Keasaman)
Derajat keasaman diukur dengan menggunakan Ph meter dengan mencelupkan Ph
meter ke dalam air beberapa menit kemudian di baca angka yang tertera (suin dan
syafinah, 2006). Pengukuran Ph dilakukan sebelum pengambilan sampel.
c) Pengukuran Kecepatan Arus
Kecepatan arus di lakukan dengan bantuan benda yang mengapung dipermukaan air
seperti bola pimpong. Tentukan jarak antara dua titik sejauh 1m, kemudian bola
pimpong dijatuhkan pada titik pertama (A1) dan dibiarkan sampai ke titik kedua (A2)
serta di catat perjalanan bola pimpong menggunakan stopwatch. Kecepatan di peroleh
dengan jarak yang ditempuh dibagi dengan waktu yang ditempuh (suin dan syafinah,
2006).
d) Oksien Terlarut (DO)
Pengukuran oksigen terlarut pada masing-masing stasiun dilakukan dengan metode
Rideal Stewart. Prosedur kerja metode ini adalah :
1) Sampel air di ambil dengan menggunakan botol ukuran150 ml dengan cara
memiringkan botol sehingga air masuk melalui sisi mulut botol dan jangan sampai
ada gelembung udara kemudian botol ditutup.
2) Kemudian botol dibuka dan ditambahkan 1-2 ml larutan MnSO4 pekat dan 1-2 ml
larutan KOH-KI, botol ditutup dan dikocok perlahan sampai terlihat endapan.
3) Selanjutnya botol dibuka dan ditambahkan 1-2 H2SO4 pekat dan botol ditutup
kembali kemudian dikocok sampai Homogen sampai tidak terlihat lagi endapan
dan berwarna kuning 100 ml sampel air kemudian dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer.
4) Berikutnya dilakukan titrasi dengan Na2S2O3 sampai terlihat warna kuning pucat.
5) Selanjutnya ditambahkan 1-3 tetes larutan amilun 1 % dalam sampel air dan akan
terlihat warna sampel air menjadi biru. Kemudian titrasi diteruskan dengan
Na2S2O3 sampai warna biru hilang
6) Volume titran yang di gunakan dicatat
7) Kadar Oksigen Terlarut dapat dihitung dengan rumus
DO (mg/l)= ml titrasi x N titrasi x 8 x 1000
ml sampel air
keterangan :
DO = Oksigen Terlarut (mg/l)
N = Normalitas larutan natrium thiosulfat (ck/L) (Suin, Syafinah 2006).
3.
Di laboratorium
Sampel ikan yang di dapat untuk selanjutnya di bawa ke laboratorium Zoologi STKIP
PGRI Sumatera Barat untuk selanjutnya di identifikasi, dengan langkah kerja
identifikasi ikan di Laboratorium perhitungan karakteristik meristik meliputi jumlah
jari-jari (lunak dan keras) pada sirip dada, perut, anal dan ekor untuk mendapatkan
rumus sirip setiap jenis yang menggambarkan bentuk sirip. Pengukuran karakter
morfometrik meliputi pengukuran standar seperti: panjang standar, panjang moncong,
tinggi sirip punggung atau tinggi batang ekor. Pengukuran karakter morfometrik
dilakukan untuk mendapatkan rasio perbandingan pada ukuran-ukuran tertentu, sampai
perbandingan antara panjang kepala dan panjang standar (Kottelat, 1993).
F.
Analisis Data
Data yang dikumpulkan untuk ikan-ikan sungai kemudian dianalisis menggunakan
metode pengukuran keanekaragaman jenis ikan meliputi kekayaan jenis (species
richness), indeks keanekaragaman jenis (diversity indecs), indeks kemerataan (evenness
indeces) dan dominasi :
a. Indeks Keanekaragaman jenis (diversity indecs)
Untuk memenuhi nilai indeks keanekaragaman jenis ikan yang digunakan indeks
keanekaragaman Shannon-wiener:
H’=∑pi (In, Pi)
Dimana Pi = ∑ ikan species ke-1
∑total Ikan
Keterangan :
H’ = Indeks Diversitas Shannon-Wiener
Pi = Indeks Kelimpahan
Penentuan criteria :
H’ < 1 = Keanekaragaman rendah
1 < H’ <3 = Keanekaragamn sedang
H’ > 3 = Keanekaragaman tinggi
(Maguran, 1988) menyatakan jika suatu komunitas hanya memiliki satu species, maka H’= 0.
Semakin tinggi H’ mengindikasikan semakin tinggi jumlah species dan semakin tinggi
kelimpahan relatifnya. Nilai indeks Shannon biasanya berkisar antara 1,5-3,5 dan jarang
sekali mencapai 4,5.
b) Indeks Kemerataan (evenness indeces)
Download