Ibnu Bajjah adalah filosof Muslim yang pertama dan utama dalam sejarah kefilsafatan di Andalus. Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad Ibnu Yahya Ibnu Al-Sha’igh, yang lebih terkenal dengan sebutan Ibnu BajjahSedangkan di Eropa terkenal dengan nama Avenpace. Ibnu Bajjah lahir di Saragosa (Spanyol) dalam abd ke-5 H / abad ke-11 M dan wafat tahun 533 H / 1138 M. Tanggal kelahirannya tidak diketahui orang. Al-Bajjah berasal dari keluarga At-Tujib, karenanya ia juga dikenal sebagai At-Tujibi. Meskipun kehidupannya tidak diketahui secara pasti, begitu juga mengenai pendidikan yang ditempuhnya dan guru yang mengasuhnya tidak terdapat informasi yang jelas, ia adalah seorang sarjana bahasa dan sastra Arab yang ulung serta menguasai dua belas macam ilmu pengetahuan ketika ia pergi ke Granada. Pada tahun 503 H / 1110 M, ketika Saragosa jatuh ke tangan Almoravid, Ibnu Bajjah ketika itu berusia 20 tahun, telah memegang jabatan sebagai Wazir kepada Gabenor Berber, Abu Bakr bin Ibrahim asSahrawi, yang lebih dikenali dengan nama Ibnu Tifalwit. Beberapa sumber lain juga ada menyebutkan bahwa beliau memegang jabatan Wazir bagi Kesultanan Furcia. Karya-karya Ibnu Bajjah 1. Kitȃb Tadbîr al-Mutawahhid, ini adalah kitab yang paling populer dan penting dari seluruh karya tulisnya. Kitab ini berisikan akhlak dan politik serta usaha-usaha individu menjauhkan diri dari segala macam keburukan-keburukan dalam masyarakat negara, yang disebutnya sebagai Insȃn Muwahhid (manusia penyendiri). 2. Risȃlȃt al-Wadȃ’, risalah ini membahas Penggerak Pertama (Tuhan), manusia, alam, dan kedokteran. 3. Risȃlat al-Ittishȃl, risalah ini menguraikan tentang hubungan manusia dengan Akal Fa’al. 4. Kitȃb al-Nafs, kitab ini menjelaskan tentang jiwa. Kontribusi Ibnu Bajjah dalam Bidang Sains Astronomi Ibnu Bajjah ternyata turut berperan dalam mengembangkan ilmu astronomi Islam. Seorang ilmuwan Yahudi dari Andalusia, Moses Maimonides, menyatakan bahwa Ibnu Bajjah telah mencetuskan sebuah model planet. ”Saya pernah mendengar Ibnu Bajjah telah menemukan sebuah sistem yang tak menyebut terjadinya epicycles. Saya belum pernah mendengar itu dari muridnya,” ungkap Maimonides. Selain itu, Ibnu Bajjah pun telah mengkritisi pendapat Aristoteles tentang Meteorologi. Ia bahkan telah mengungkapkan sendiri teorinya tentang Galaksi Bima Sakti. Ibnu Bajjah menegaskan, Galaksi Bima Sakti sebagai sebuah fenomena luar angkasa yang terjadi di atas bulan dan wilayah sub-bulan. Pendapatnya itu dicatat dalam Ensiklopedia Filsafat Stanford sebagai berikut: ”Bima Sakti adalah cahaya bintang-bintang yang sangat banyak yang nyaris berdekatan satu dengan yang lainnya. Cahaya kumpulan bintang itu membentuk sebuah ”khayal muttasil” (gambar yang berkelanjutan). Menurut Ibnu Bajjah, ”khayal muttasil” itu sebagai hasil dari pembiasan (refraksi).” Guna mendukung penjelasannya itu, Ibnu Bajjah pun melakukan pengamatan terhadap hubungan dua planet, yakni Yupiter dan Mars pada 500 H/1106 M. Fisika Dalam bidang fisika Islam, Ibnu Bajjah mengungkapkan hukum gerakan. Prinsip-prinsip yang dikemukakannya itu menjadi dasar bagi pengembangan ilmu mekanik modern. Pemikirannya dalam bidang fisika banyak memengaruhi fisikawan Barat abad pertengahan, seperti Galileo Galilei. Tak heran, jika hukum kecepatan yang dikemukakannya sangat mirip dengan yang dipaparkan Galilei. Menurut Ibnu Bajjah: Kecepatan = Gaya Gerak – Resistensi Materi. Ibnu Bajjah pun adalah fisikawan pertama yang mengatakan selalu ada gaya reaksi untuk setiap gaya yang memengaruhi. Ibnu Bajjah pun sangat memengaruhi pemikiran Thomas Aquinas mengenai analisis gerakan. Inilah salah satu bukti betapa peradaban barat banyak terpengaruh dengan sains yang dikembangkan ilmuwan Muslim. Psikologi Ibnu Bajjah pun juga sangat berjasa dalam mengembangkan psikologi Islam. Pemikirannya tentang studi psikologi didasarkan pada ilmu fisika. Dalam risalah yang ditulisnya berjudul, Recognition of the Active Intelligence, Ibnu Bajjah menulis inteligensia aktif adalah kemampuan yang paling penting bagi manusia. Dia juga menulis banyak hal tentang sensasi dan imajinasi. ”Pengetahuan tak dapat diperoleh dengan pikiran sehat saja, tapi juga dengan inteligensia aktif yang mengatur intelegensia alami,” ungkap Ibnu Bajjah. Ia juga mengupas tentang jiwa. Bahkan, secara khusus Ibnu Bajjah menulis kitab berjudul, Al-Nafs, atau Jiwa. Dia juga membahas tentang kebebasan. Menurut dia, seseorang dikatakan bebas ketika dapat bertindak dan berpikir secara rasional. Pemikiran Ibnu Bajjah Epistemologi, Ibnu Bajjah menerangkan bahwa Tuhan memanifestasikan pengetahuan dan perbuatan kepada makhluk-makhlukNya. Metode yang diajukan Ibnu Bajjah adalah perpaduan perasaan dan akal. Dalam masalah pengetahuan fakta, ia mempergunakan metode rasional-empiris, tetapi mengenai kebenaran akan keberadaan Tuhan ia mempergunakan filsafat. Kebenaran itu sendiri dapat diperoleh manusia apabila manusia menyendiri (uzlah). Metafisika, wujud terbagi dua: bergerak dan tidak bergerak. Yang bergerak itu adalah materi yang sifatnya terbatas dan sebab gerakannya berasal dari kekuatan yang tidak terbatas, yaitu akal. Untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan, Ibnu Bajjah menganjurkan untuk melakukan tiga hal, yaitu: (1) membuat lidah kita selalu mengingat Tuhan dan memuliakanNya (2) membuat organ-organ tubuh kita bertindak sesuai dengan wawasan hati (3) menghindari segala yang membuat kita lalai mengingat Tuhan. Tasawauf, Ibnu Bajjah mengagumi al-Ghazali dan menyatakan bahwa metode al-Ghazali memampukan orang memperoleh pengetahuan tentang Tuhan, dan bahwa metode ini didasarkan pada ajaran-ajaran Nabi suci. Sang Sufi menerima cahaya di dalam hatinya. Politik, Ibnu Bajjah sependapat dengan pemikiran politik Al-Farabi bahwa Negara terbagi menjadi dua yakni Negara sempurna dan Negara tidak sempurna. Dengan memberi penekanan bahwasanya seorang mutawahhid sekalipun, harus senantiasa berhubungan dengan masyarakat. Tetapi hendaklah seseorang mampu menguasai diri dan sanggup mengendalikan hawa nafsu, tidak terseret ke dalam arus perbuatan rendah masyarakat.