Uploaded by Jack Forest

COLENTERATA

advertisement
MAKALAH AVERTEBRATA AIR
COELENTERATA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Avertebrata Air
Dosen :
Prof. Dr. Ir. Sri Andayani, MS
Qurrota A’Yunin, S.Pi, MP
Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
Ayu Mandasari
125080300111124
Hamid M. Afandi
125080300111131
Heru Dian Saputra
125080301111001
Dias Ayuni
125080301111008
Tiara Fitri Antika
125080301111018
Rizqi Akbar Ega. P
125080301111045
Nur Kholifah Dwi. R
125080301111056
Metha Bawana
125080301111058
Astrid Fillia Krista
125080301111059
Yuliana Agus. S
125080301111060
TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
I.
1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Filum Cnidaria, berasal dari kata cnide (bahasa Yunani) yang berarti sengat. Nama lain
Cnidaria adalah Coelenterata. Coelenterata (dalam bahasa yunani, coelenteron = rongga) adalah
invertebrata yang memiliki rongga tubuh. Rongga tubuh tersebut berfungsi sebagai alat
pencernaan (gastrovaskuler). (Suripto,. 2007).
Filum Cnidaria disebut juga Coelenterata. Berbeda dengan protozoa, coelenterata
mempunyai rongga pencernaan (gastrovascular cavity) dan mulut, namun anus tidak ada.
Terdapat sekitar 9500 jenis, kebanyakan hidup di laut dan hanya 14 jenis dari kelas. Hydrozoa
hidup di air tawar biasanya terdapat di perairan dangkal dan melekat pada substrat dan terumbu
karang. Coelentrata hidup mulai dari periode camabrian sampai sekarang (Suwignyo dkk, 2005).
Ukuran tubuh Cnidaria beraneka ragam. Ada yang penjangnya beberapa milimeter, misal
Hydra dan ada yang mencapai diameter 2 m, misalnya Cyanea. Tubuh Cnidaria simetris radial
dengan bentuk berupa medusa atau polip.Medusa berbentuk seperti lonceng atau payung yang
dikelilingi oleh “lengan-lengan” (tentakel). Polip berbentuk seperti tabung atau seperti medusa
yang memanjang (Suwignyo dkk, 2005).
Cnidaria hidup bebas secara heterotrof dengan memangsa plankton dan hewan kecil di air.
Mangsa menempel pada knidosit dan ditangkap oleh tentakel untuk dimasukkan kedalam mulut.
Habitat Cnidaria seluruhnya hidup di air, baik di laut maupun di air tawar. Sebagaian besar hidup
dilaut secara soliter atau berkoloni. Ada yang melekat pada bebatuan atau benda lain di dasar
perairan dan tidak dapat berpindah untuk bentuk polip, sedangkan bentuk medusa dapat bergerak
bebas melayang di air (Barnes, 1994).
Beberapa jenis Cnidaria diperdagangkan sebagai bahan makanan dan sebagai ikan hias
untuk aquarium laut dan diekspor ke Singapura, Eropa, Amerika Serikat dan Canada.
Mempunyai nilai etika yang tinggi sehingga banyak turis-turis datang hanya untuk melihat
terumbu karang. Sebagai sumber bahan industri contohnya batu karang untuk pembangunan
rumah. Bagi sumber daya perairan, merupakan tempat hidup hewan lainnya, dan dijadikan
sebagai tempat untuk mencari makanan (Suripto,. 2007).
1.2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana klasifikasi Filum Coelenterata?
2) Bagaimana ciri morfologi Filum Coelenterata?
3) Bagaimana Endosistem dari Filum Coelenterata?
1.3. Tujuan
Mengetahui klasifikasi, ciri morfologi dan endosistem yang terdapat pada Filum
Coelenterata.
II.
PEMBAHASAN
2.1. Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Coelenterata
Classis
: Hydrozoa
Ordo
: Milleporina
Familia
: Milleporadae
Genus
: Millepora
Spesies
: Millepora sp
Berdasarkan kelasnya, coelenterate diklasifikasikan menjadi 3 kelas yaitu hydrozoa,
scyphozoa, dan anthozoa. Berikut penjelasannya:
1.
Kelas Hydrozoa
Hydrozoa (dalam bahasa yunani, hydro = air, zoa = hewan) sebagian besar memiliki
pergiliran bentuk polip dan medusa dalam siklus hidupnya. Contoh Hydrozoa yang soliter adalah
Hydra, Physalia, Contoh Hydrozoa yang hidupnya berkoloni di laut: Obelia yang memiliki
bentuk polip dan medusa dalam siklus hidupnya. Hydra merupakan hewan yang memiliki habitat
di perairan laut dan tawar. Hewan ini dilengkapi dengan tentakel atau lengan yang berguna untuk
bergerak dan juga sekaligus untuk menangkap mangsa. Pada tentakel tersebut dilengkapi dengan
nematosit, yaitu sel-sel yang dapat menghasilkan racun untuk melumpuhkan mangsanya. Hydra
berkembang biak secara vegetatif dengan tunas dan generatif dengan peleburan sperma dan
ovum. Meskipun termasuk hewan monoesius (hermaprodit), hewan ini tidak bisa melakukan
pembuahan sendiri karena dewasanya sel telur dan sperma yang dihasilkan tidak bersamaan
sehingga dalam fertilisasi tetap memerlukan individu yang lain.
Ciri-ciri umum kelas ini yaitu:
- Berbentuk koloni.
- Besarnya + sebesar mulut kerucut, menggerambul.
- Didapatkan dipantai pada batu-batuan (melekat), pada cangkuk Mullusca.
- Koloni ini terikat pada substrat dengan bantuan hydrorhizanya (akar).
- Bentuk tubuhnya seperti batang yang bercabang-cabang yang disebut Hydrocaulis.
- Pada hydracaulis tumbuh 2 macam bentuk cabang (Palyp) yaitu Hydrant dan
Gonangium.
-
Hydrant : Berfungsi menangkap mangsa dan mengurus makanan (vegetatif). Ditandai
dengan adanya banyak kentakel.
- Gonongium : Berfungsi mengurus perkembang biakan (generatif). Bentuk gonongium
silindris, dengan ujung melekat sedikit dan berwarna tranparant dan disebut dengan
Gonotheca. Di dalam gonotheca terdapat sumbu (blastostyle).
- Blastostyle merupakan : Tempat tumbuh kuncup bakal medusae (ada yang menyebut
ubur-ubur pada skelia).
- Medusae akan ada 2 macam yaitu : Medusae ♂ menghasilkan sperma (biasanya
berekor) dan Medusae ♀ menghasilkan ovum.
- Ovum dan sperma dikeluarkan dalam laut dan terjadilah pembuahan (diluar medusae
dalam air laut). Setelah terjadi pembuahan terbentuk zygot  blestula  “planula yang
berambut getar”.
- Kemudian planula melekat pada suatu obyek dan tumbuh menjadi polips yang kecil.
Dan secara asexuil bisa membentuk kuncup dan terjadilah obelia yang baru.
-
Obelia yang mengalami pergantian keturunan “Metagenesus” yaitu keturunan phase.
- Vegetatif  polip-polip kecil / seperti lumut bercabang.
- Generatif  medusa
Jadi antara polip kecil (seperti lumut) dan medusae seolah-olah merupakan hewan
tersendiri padahal hanya merupakan siklus hidup. Misal : pada ulat dan kupu-kupu.
2.
Kelas Scyphozoa
Bentuk tubuh scyphozoa menyerupai mangkuk atau cawan, sehingga sering disebut uburubur mangkuk. Fase polipnya kecil dan terikat pada suatu obyek di dasar laut, fase medusa
(generatif) terbentuk seperti paying atau mangkuk, pada bagian pinggir medusa terdapat tentakeltentakel, medusa biasanya diketemukan berenang dipermukaan laut, dibagian tengah sisi
cekungnya ditemukan mulut yang terletak diantara 4 buah tangan yang berbentuk pipih seperti
pita dan dibagian pinggir dilengkapi dengan Nematocyst. Contoh hewan kelas ini adalah aurellia,
gametnya terbentuk seperti huruf V dan terletak dibagian dalam dari perutnya.
Siklus hidup:
- Ada yang jantan ada yang betina.
- Spertratozoid akan berenang di dalam air laut kemudian mencari dan memasuki
kedalam mulut medusa, kemudian masuk kedalam enterm untuk membuahi sel telur
kemudian berbentuk zygot.
-
Zygot yang terbentuk akan keluar dari mulut medusae ♀ dan untuk remintara didukung
dengan tangan nya dan disini berkembang menjadi larva yang berambut getar (planula).
- Setelah terbentuk planula maka planula ini lepas dari induknya dan berenang-renang.
Kemudian melekat pada suatu obyek didasar laut. Dan ditempat ini kemudian tumbuh
menjadi polyp baru dan berbentuk seperti trompet yang disbut Schyphistoma.
- Schyphistome membagi diri secara tranversal sehingga terbentuk sekumpulan mas’
yang masing-masing berbentuk seperti cakram. Keadaan ini disebut phase Strobila.
- Kemudian pada setiap cakram yang terbentuk akan tumbuh bertakel. Kemudian
pemisahan diri dimulai pada cakram yang paling atas / tua kemudian cakram yang
dibawahnya dan sebagainya dan seterusnya.
- Cakram yang terlepas akan membentuk medusae kecil yang disebut Ephyra. Secara
berangsur-angsur ephyra akan tumbuh menjadi Medusae dewasa : Medusae ♂ dan
Medusae ♀.
3.
Kelas Anthozoa
Antozhoa merupakan coelenterata yang memiliki bentuk tubuh menyerupai bunga.
Anthozoa tidak memiliki bentuk medusa, hanya bentuk polip. Polip Anthozoa berukuran lebih
besar dari dua kelas Coelenterata lainnya. Hidupnya di laut dangkal secara berkoloni. Anthozoa
bereproduksi secara aseksual dengan tunas dan fragmentasi, serta reproduksi seksual
menghasilkan gamet.
a) Ordo Actiniria, ciri-ciri:
- Menempel pada batu karang.
- Berukuran s/d 2 feet
- Makanan : Invetebrata, Udang
-
Tubuh berbentuk : Silindris pendek, Bagian atas dilengkapi dengan tentakel, Bagian
bawah untuk melekatkan dirinya pada suatu obyek. Mulut berada dibagian atas tengah
yang dihubungkan dengan enteron yang bersatu dengan suatu saluran yang berbentuk
tabung yang disebut Gullet.
- Disamping sisi pharyax dilengkapi dengan alur licin dan bersilia disebut Siphonoglyph.
Siphonoglyph merupakan jalan air masuk ke dalam enterennya. Enteron terbagi dalam 6
buah septa / sekat yang menghubungkan gastrodermis hingga bagian phorinkx. Septa ini
merupakan tonjolan di dalam hingga berhubungan dengan pharys (septa Primain),
Tetapi pharyn untuk bagian bawah bebas, Septa ini disebut septa Primair.
-
Air dapat masuk dari ruang satu ke ruang yang lain melalui Ostia yang ada pada septa
tadi.
-
Diantara septa primair terdapat juga septa-septa yang lain yaitu septa sekundair tetapi
septa sekunder tidak mencapai pharynx.
- Ada juga Septa Tentier yaitu Septa yang paling pendek.
- Pada bagian tepi dari Septa yang bebas (yang terletak dalam enteron dibawah pharynx)
berkembang menjadi bentukan yang tebal dan disebut Digestic Filament Dalam Digistic
Filament terdapat sel-sel kelenjar yang menghasilkan getah pencernakan.
- Dekat dengan bagian dasar Digestic Filament terdapat benang-benang yang disebut
dengan Acontio.
- Di dalam Acontio dilengkapi dengan kelenjar dan nematocysts.
- Merupakan lurus yang sel kelaminnya terpisah (♂&♀) ganad terdapat dibagian tepi dari
Septa tersebut.
b) Ordo Madreporaria:
-
Susunan tubuh pada prinsipnya sama dengan anemone / metridium.
- Perbedaannya antara lain : Madreporaria, Bagian enterderm mensekresikan zat kapur
yang berfungsi sebagai kerangka. Kerangka ini disebut Calcareous Skeleton atau Coral
yang berwarna putih (pada umumnya) dan merah.
- Pembentukan kerangka : Mula-mula pada pangkal dimana hewan itu melekat, dengan
membentuk kuncup, kemudian kuncup tumbuh lagi sehingga akhirnya membentuk
koloni yang bercabang-cabang.
- Contoh-contoh : Acropora, Berbentuk koloni bercabang-cabang seperti pohon.
Stylopora, Berbentuk melekuk-lekuk. Leptoria Tenuis, Berbentuk melekuk-lekuk
seperti otak mamalia. Fungia, Berbentuk seperti janin.
c) Ordo : Antipatharia, Disebut juga Eupixaura Antipathen (Akar Bahar)
- Hidupnya koloni.
- Mensekresikan zat tanduk sebagai kerangkanya. Karang-karang laut ini (Hexacorallia)
ini menuntut syarat lingkungan hidup yang tertentu.
-
Syarat tersebut antara lain : Temperatur air laut + 200C, Dalam laut + 35 m, Terletak
pada lingkungan antara 280 LU dengan 280 LS, Andaikata ada perubahan temperatur
maka perubahan tak melebihi 60C naiknya dan 60C turunnya. Air laut ditempat tersebut
bisa banyak mengandung O2. Air laut harus jernih, Air laut mempunyai salinitas / kadar
garam tertentu.
Macam-macam batu karang yang terbentuk. Karang pantai (Frenging Ruf), Terbentang
dari pantai hingga menjorok + ¼ mil kearah laut. Karang Rintangan (Barier Ruf), Terletak agak
jauh dari pantai. Karang Atoll (Sirkuler Ruf), Merupakan rangkaian pulau karang yang berbentuk
gelam yang ditengahnya terdapat anak laut yang relatif dangkal dan disebut Lagoon.
2.2. Pengertian
Coelentearata berasal dari kata koilos yang berarti rongga tubuh atau selom dan enteron
yang berarti usus. Coelenterata memiliki struktur yang lebih kompleks daripada porifera. Namun,
ia tetap digolongkan ke dalam makhluk hidup tingkat rendah. Namanya diambil dari rongga yang
berfungsi sebagai usus yakni solenteron. Jadi hewan ini tidak memiliki usus yang sebenarnya.
Coelenterata termasuk hewan diploblastik (tersusun 2 lapisan kulit), yaitu ektoderma dan
mesoderma. Lapisan ektoderma disebut juga lapisan epidermmis. Sedangkan lapisan endoderma
bisa disebut dengan gastrodermis (gaster = perut, dermis = kulit).
a)
Ciri-ciri Coelenterata
Coelenterata merupakan hewan berongga dengan bentuk tubuh simetri radial. Hewan ini
ada yang hidup berkoloni di laut, misal ubur-ubur dan anemon. Namun, ada pula yang hidup
soliter di air tawar, contoh anggota dari kelas Hydrozoa. Kelompok hewan Coelenterata
termasuk hewan diploblastik. Dinding tubuh hewan ini tersusun dari lapisan ektoderm dan
endoderm (gastrodermis). Antara lapisan tersebut terdapat mesoglea atau mesolamela. Pada
lapisan ini terdapat anyaman sel-sel saraf yang tersebar.
Gambar: Hydra sp.
Pada bagian ektoderm, terutama bagian tentakel terdapat sel jelatang yang disebut
knidoblas. Di dalam knidoblas terdapat nematokis. Nematokis sebagai alat penyengat yang bisa
menimbulkan rasa gatal pada tubuh mangsanya. Apabila bertemu dengan mangsanya, nematokis
dilepaskan dan mengeluarkan zat racun hipnotoksin.
Gastrodermis berfungsi sebagai rongga gastrovaskular (enteron, usus). Rongga ini untuk
mencerna dan mengedarkan sari makanan ke seluruh tubuh. Rongga gastrovaskular hanya
memiliki satu lubang. Lubang ini sebagai mulut sekaligus sebagai anus. Di sekitar mulut terdapat
tentakel. Tentakel ini untuk menangkap dan memasukkan mangsa ke dalam mulut. Tentakel juga
sebagai alat gerak dan pertahanan tubuh terhadap lawannya. Rangka tubuh Coelenterata
mengandung zat kapur atau zat kitin. Makanan Coelenterata berupa mikroorganisme seperti
zooplankton, udang-udang kecil, ataupun larva Insekta.
2.3. Morfologi
Dinding tubuh coelenterata terdiri dari 2 lapisan yaitu ektoderm pada bagian luar dan
endoderm pada bagian dalam. Selain dua lapisan tersebut, juga dikenal istilah mesoglea yang
terdapat diantara lapisan-lapisan tipis tersebut. Coelenterata disebut hewan diploblastik karena
memiliki dua lapisan tubuh. (Pandhu, 2010)
Sebagian besar Coelenterara berhabitat di laut kecuali Hydra sp. dan beberapa jenis lainya.
Cnidaria memiliki dua fase bentuk tubuh yang biasa dikenal dengan fase polip dan fase medusa.
Polip adalah fase saat Coelenterata melekat pada substratnya sedangkan medusa adalah fase
Coelenterata dapat bergerak bebas. (Pandhu, 2010).
Menurut (Setijanto, 2006), lapisan pada epidermis polip terdiri dari lima macam sel yaitu:
 Sel epitel otot berukuran besar dan merupakan pelindung tubuh
 Sel interstisial berukuran kecil, agak bulat, nucleus besar, terletak diantara sel epitel
otot, mampu menghasilkan tipe sel lain seperti sperma, sel telur atau cnidocyte.
 Sel cnidocyte (knidoblast) terletak diantara atau mendesak sel epitel otot. Di dalam
cnidocyte terdapat struktur seperti kapsul bulat, atau lonjong. Pada spesies air tawar
berukuran 5-25µm. Selain nematocyst, ada bentuk lain yaitu spirocyst dan phycocyst.
Spirocyst berada pada anthozoa. Spirocyst berbentuk benang yang telah ditembakkan
akan larut menjadi jaring pekatyang lengket dan berguna untuk menempel dan
menangkap mangsa.
 Sel kelenjar lender yang menghasilkan lender yang digunakan sebagai pelindung untuk
menangkap mangsa dan melekat pada substrat.
 Sel sensori memanjang dan terdapat diantara sel-sel epitelio musculer. Pada ujung yang
bebas sering ada lanjuran sebagai rambut. Pada ujung lain berpangkal dua serabut atau
lebih yang berhubungan dengan sel saraf atau dengan serabut otot.
Sedangkan lapisan gastrodermis pada suatu polip terdiri atas sel-sel:
 Sel epitheliomusculer di dalam dinding manubrium, di dalam basisnya yang menempel
pada mesoglea mengandung serabut-serabut otot yang tersusun transfersal. Sedangkan
di dalam corpus pada ujung bebasnya ada yang mempunyai flagella dan ada yang ada
yang dapat membentuk pseudopodia pada ujung bebasnya. Flagella berpangkal pada
bletharuplast. Di dalam tentakel sel-sel epithelium mempunyai membran yang tebal dan
banyak vakuola di dalam protoplasma, sehingga dapat digunakan sebagai skeleton.
 Sel sensoris lebih sedikit
 Sel syaraf seperti di dalam epidermis
 Sel interstisial tidak banyak dan diduga berasal dari epidermis
 Sel kelenjar terdapat diantara sel-sel ephiteliomusculer di dalam dinding corpus.
Menurut Setijanto (2006), lapisan-lapisan yang terdapat pada medusa sama seperti pada
polip. Disebelah luar terdapat epidermis. Di tepi ostium, epidermis, gastrodermis, dinding
enteron serta saluran-saluran radial dan saluran circuler. Di dalam mangkuk tidak ada saluran
radial tetapi ada lanjutan dari gastrodermis berupa satu lapisan sel-sel ephitelium. Di dalam
tentakel ada lanjutan gastrodermis berupa satu rangkaian sel-sel ephitelium. Velum ialah lipatan
epidermis dengan di dialamnya mesoglea. Pada pangkal velum di dalam epidermis diatas dan di
bawah mesoglea terdapat lingkaran sel-sel saraf serta lanjutan-lanjutannya.
Gambar 1. Penampang Filum Coelenterata
2.4. Sisterm Saraf
Coelenterata merupakan hewan diploblastik karena tubuhnya memiliki dua lapisan sel,
yaitu ektoderm (epidermis) dan endoderm (lapisan dalam atau gastrodermis). Ektoderm
berfungsi sebagai pelindung sedang endoderm berfungsi untuk pencernaan. Sel-sel gastrodermis
berbatasan dengan coelenteron atau gastrosol. Gastrosol adalah pencernaan yang berbentuk
kantong. Makanan yang masuk ke dalam gastrosol akan dicerna dengan bantuan enzim yang
dikeluarkan oleh sel-sel gastrodermis. Pencernaan di dalam gastrosol disebut sebagai pencernaan
ekstraseluler.Hasil pencernaan dalam gasrosol akan ditelan oleh sel-sel gastrodermis untuk
kemudian dicerna lebih lanjut dalam vakuola makanan.Pencernaan di dalam sel gastrodermis
disebut pencernaan intraseluler.Sari makanan kemudian diedarkan ke bagian tubuh lainnya
secara difusi.Begitu pula untuk pengambilan oksigen dan pembuangan karbondioksida secara
difusi.Coelenterata memiliki sistem saraf sederhana yang tersebar berbentuk jala yang berfungsi
mengendalikan gerakan dalam merespon rangsangan.
Sistem saraf terdapat pada mesoglea. Mesoglea adalah lapisan bukan sel yang terdapat
diantara lapisan epidermis dan gastrodermis. Gastrodermis tersusun dari bahan gelatin.Tubuh
Coelenterata yang berbentuk polip, terdiri dari bagian kaki, tubuh, dan mulut. Mulut dikelilingi
oleh tentakel. Coelenterata yang berbetuk medusa tidak memiliki bagian kaki. Mulut berfungsi
untuk menelan makanan dan mengeluarkan sisa makanan karena Coelenterata tidak memiliki
anus. Tentakel berfungsi untuk menangkap mangsa dan memasukan makanan ke dalam mulut.
Pada permukaan tentakel terdapat sel-sel yang disebut knidosit (knidosista) atau knidoblas.
Setiap knidosit mengandung kapsul penyengat yang disebut knidoblas (nematosista).
2.5. Sitem Indera
Hewan berongga seperti ubur-ubur memiliki sel-sel pigmen dan sel sensori yang peka
terhadap cahaya serta sejumlah tentakel sebagai alat peraba. Obelia Terdapat sel-sel sensorik
yang tersebar dipermukaan tubuh terutama pada daerah tentakel pada obelia peka terhadap
rangsang sentuhan dan medusanya terdapat indra penglihat yaitu berupa bintik mata.
2.6. Sistem Reproduksi
a. Aseksual (Vegetatif)
Dilakukan dengan membentuk kuncup pada kaki pada fase polip. Makin lama makin besar,
lalu membentuk tentakel. Kuncup tumbuh disekitar kaki sampai besar hingga induknya membuat
kuncup baru. Semakin banyak lalu menjadi koloni.
b. Sexual (Generatif)
Dilakukan dengan peleburan sel sperma dengan sel ovum (telur) yang terjadi pada fase
medusa. Letak testis di dekat tentakel sedangkan ovarium dekat kaki. Sperma masak dikeluarkan
lalu berenang hingga menuju ovum. Ovum yang dibuahi akan membentuk zigot. Mula-mula
zigot tumbuh di ovarium hingga menjadi larva. Larva bersilia (planula) berenang meninggalkan
induk dan membentuk polip di dasar perairan. Reproduksi vegetatif dan generatif pada
coelonterata berlangsung secara bergantian, sehingga coelenterata mengalami pergiliran
keturunan/ siklus hidup/metagenesis.
Gambar 2. Siklus Hidup Coelenterata
2.7. Daur hidup
a) Fase Polip
Daur hidup Coelenterata mengalami fase polip dan fase medusa. Pada fase polip hidupnya
menempel di batuan perairan. Bentuknya seperti silinder dengan ujung yang satu terdapat mulut
yang dikelilingi tentakel dan ujung lain buntu untuk melekatkan diri. Polip ini umumnya hidup
secara soliter atau menyendiri, tetapi ada pula yang membentuk koloni, karena dia melekat jadi
tidak dapat bergerak bebas. Polip yang membentuk koloni mempunyai beberapa macam bentuk
menurut fungsinya, yaitu polip untuk makan yang disebut gastozoid. Polip yang digunakan untuk
pembiakan dengan menghasilkan medusa disebut gonozoid dan polip untuk pertahanan. Koloni
dari beberapa bentuk polip disebut polimorfisme.
b) Fase Medusa
Pada fase medusa, Coelenterata hidup melayang-layang di perairan.Bentuk tubuhnya
tampak seperti payung/lonceng dengan tantakel pada bagian tepi yang melingkar, tampak
transparan, dan berenang bebas.Di bagian tengah permukaan bawahnya terdapat mulut.Bentuk
tubuh lainnya seperti bunga mawar dan mendapat julukan “mawar laut”.
Fungsi dari medusa adalah untuk berkembang biak secara seksual, jadi pada fase medusa
ini akan menghasilkan sperma dan ovum. Tidak semua Coelenterata mempunyai bentuk polip
dan medusa, ada yang hanya mempunyai bentuk polip saja.
2.8. Sistem Pencernaan
Coelenterata berasal dari kata “Coelon” artinya rongga dan “entero” artinya usus, jadi
hewan ini menggunakan rongga tubuh yang dimilikinya sebagai tempat pencernaan makanan.
Makanan masuk melalui mulut kemudian masuk ke rongga tubuh sebagai tempat pencernaan
makanan dan sebagai alat pengedar sari makanan dan sisa-sisa makanannya akan di keluarkan
melalui mulut, jadi mulut juga berfungsi sebagai anus..
Pencernaan makanan Coelenterata secara spesifik termasuk dalam sistem gastrovaskuler.
Tubuhnya memiliki dua lapisan sel, yaitu ektoderm (epidermis) dan endoderm (lapisan dalam
atau gastrodermis). Ektoderm berfungsi sebagai pelindung sedang endoderm berfungsi untuk
pencernaan. Sel-sel gastrodermis berbatasan dengan coelenteron atau gastrosol. Gastrosol adalah
pencernaan yang berbentuk kantong. Makanan yang masuk ke dalam gastrosol akan dicerna
dengan bantuan enzim yang dikeluarkan oleh sel-sel gastrodermis. Pencernaan di dalam
gastrosol disebut sebagai pencernaan ekstraseluler. Hasil pencernaan dalam gasrosol akan ditelan
oleh sel-sel gastrodermis untuk kemudian dicerna lebih lanjut dalam vakuola makanan.
Pencernaan di dalam sel gastrodermis disebut pencernaan intraseluler. Sari makanan kemudian
diedarkan ke bagian tubuh lainnya secara difusi. Begitu pula untuk pengambilan oksigen dan
pembuangan karbondioksida secara difusi.
Coelenterata memiliki lengan (tentakel) yang dilengkapi dengan cnidoblast yang berisi sel
beracun dan benda seperti sengat yang disebut nematochis. Bila cnidoblast tersentuh maka
mematochis akan dijulurkan digunakan untuk menangkap dan melumpuhkan mangsanya,
disamping sebagai alat pertahanan terhadap serangan musuh. Coelenterata hidup bebas secara
heterotrof dengan memangsa plankton dan hewan kecil di air. Mangsa menempel pada knodosit
dan ditangkap oleh tentakel untuk dimasukkan kedalam mulut. Habitat Coelenterata seluruhnya
hidup di air, baik di laut maupun di air tawar. Sebagaian besar hidup dilaut secara soliter atau
berkoloni. Ada yang melekat pada bebatuan atau benda lain di dasar perairan dan tidak dapat
berpindah untuk bentuk polip, sedangkan bentuk medusa dapat bergerak bebas melayang di air.
Gerakan hewan ini dapat dilakukan karena adanya serat otot dan kebanyakan jenis juga mampu
berjalan. Coelenterata tidak mempunyai kerangka yang sesungguhnya, meskipun batu karang
yang dibangun oleh polip hewan karang setidak-tidaknya menompang jaringan lunak untuk
tegak. Coelenterata umumnya peka terhadap intensitas cahaya, perubahan suhu, rangsangan
mekanik dan kimia juga gravitasi.
2.9.
Sistem Ekskresi dan Sistem Pernafasan
Coelenterata tidak mempunyai alat khusus untuk pernafasan maupun pembuangan hasil
ekskresi. Dalam hal pernafasan baik pemasukan oksigen yang terlarut di dalam air laut, maupun
mengeluarkan gas karbon dioksida berlangsung secara difusi-osmosis secara langsung melalui
semua permukaan tubuhnya. Yang dimaksud dengan permukaan tubuh ialah baik permukaan
epidermis maupun permukaan gastrodermis yang menghadap kearah liang atau rongga
gastrovaskular. Dalam hal ini, aliran air yang timbul di dalam saluran gastrovaskular disebabkan
oleh gerak sapu dari rambut-rambut getar yang berjajar-jajar di bagian dinding stomodeum
maupun dinding gastrovaskular (coelenteron). Gerak rambut getar yang ada pada dinding
gastrovaskular menimbulkan aliran masuk, sedangkan gerak rambut-rambut getar yang ada pada
dinding stomodeuma kan menimbulakan aliran air keluar. Kedua mekanisme ini sangat
membantu
dalam
hal pertukaran
gas
maupun
Daftar Pustaka
sisa-sisa
metabolism
lainnya.
Alvyanto, Eka. 2012. Coelenterata. Diakses dari
http://alvyanto.blogspot.com/2012/10/phylum-coelenterata.html pada hari Minggu,
tanggal 5 Oktober
Aslam. 2013. Coelenterata. http//www.COELENTERATA%20%20%20Bio-Green.html/.
Diakses pada tanggal 8 Oktober 2013, pukul 14.00 WIB
Barnes, R.D. and Edward E.R. 1994. Invertebrate Zoology 6th Edition. Saunders College Publishing.
USA.
Dini. 2013. Klasifikasi Coelenterata. Diakses dari
http://diniyartiilrani.blogspot.com/2013/04/klasifikasi.html pada hari
Minggu,
tanggal 5 Oktober
Pandhu.
2010.
Phylum
Coelenterata
(Cnidaria).
pandhu.blogspot.com/2010/02/phylum-coelenterata-cnidaria.html. Diakses
http://aditya5 Oktober
2013, pukul 15.14 WIB.
Romimohtarto, Kasijan. 2005. Biologi Laut. Jakarta : Djambatan.
Rusyana, Adun.2011. Zoologi Invertebrata. Bandung : Alfabeta
Setijanto. 2006. Avertebrata Akuatik Jilid (1&2). Purwokerto : Universitas Jendral Soedirman
Suripto, A. Bambang. 2007. Catatan Singkat Taksonomi Hewan Avertebrata. Lab. Taksonomi
Hewan Fakultas Biologi UGM
Suwignyo, S., B. Widigdo, Y. Wardiatno. dan M. Krisanti. 2005. Avertebrata Air Jilid 1.
Penebar Swadaya. Jakarta
Syamsuri, Istamar. Biologi untuk SMA kelas X. Malang : Erlangga
Tjondrokusumo, M.I. 1983. Biologi Umum. Malang: Departemen Biologi Universitas Brawijaya.
Download