PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG KULIT PISANG DAN TEPUNG WIJEN TERHADAP PERFORMA TELUR AYAM YANG HAMPIR AFKIR INFLUENCE OF ADDITION OF PEEL BANANA FLOUR AND SESAME FLOUR ON THE PERFORMANCE OF OLD SCHICKEN EGG Oleh : Selly Wijaya NIM : 1960-5010-0111-002 Latar Belakang Menurut data statistik Kementrian Pertanian Direktorat jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2018 menunjukkan bahwa data konsumsi nasional dari tahun 2015-2017 terus mengalami peningkatan dimana pada tahun 2015 konsumsinya sebesar 1.868 Kg/kapita/minggu, dan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sehingga pada 2017 didapat angka 2.041 Kg/Kapita/Minggu. Dengan demikian sangatlah lazim jika angka konsumsi tersebut dibarengi dengan peningkatan hasil produksi nya, serta perbaikan dari kualitas telur ayam ras tersebut. Hal tentu saja dipengaruhi dari bagaimana mengatasi setiap permasalahan yang muncul dari para peternak. Permasalahan yang sering dialami peternak adalah produksi telur rendah atau penurunan produksi telur secara tiba-tiba. Menilik dari hal tersebut banyak faktor yang dapat menyebabkan produksi telur turun dan seringkali faktor-faktor tersebut terkait satu sama lain. Faktor-faktor tersebut dapat berpengaruh terhadap ukuran dan kualitas telur. Penyebab umum menurunnya produksi telur meliputi: kurangnya lama penyinaran, nutrisi tidak cukup, penyakit, dan umur yang semakin tua dan stres. Kualitas ransum yang jelek, nutrisinya kurang atau tidak seimbang dengan ransum, mengandung zat racun dapat menyebabkan penurunan produksi telur. Kadar protein, energi, dan mineral sangat perlu diperhatikan. Selain itu, jika ayam tidak cukup memperoleh air minum, penurunan produksi juga terjadi. Ayam petelur membutuhkan ransum dengan nutrisi seimbang untuk mempertahankan produksi telur selama masa produksi. Nutrisi yang tidak tepat dapat menyebabkan ayam berhenti bertelur. Masalah yang sering terjadi adalah menurun nya kualitas telur seperti kerabang telur yang tipis, pudarnya warna kerabang serta yang paling krusial yakni masalah kelumpuhan pada ayam petelur tersebut. Kadar energi, protein, atau mineral yang tidak cukup juga dapat menurunkan produksi telur. Sangat penting menyediakan ransum mengandung nutrisi seimbang pada masa produksi dengan kadar protein 16-18%. Namun nutrisi dalam ransum seringkali rusak akibat penanganan dan penyimpanan yang kurang tepat. Dua jenis asam arnino penting yaitu methionine dan lysine perlu ditambahkan dalam ransum karena ransum seringkali kekurangan asam amino tersebut. Ayam petelur dapat menghasilkan sekitar 300-325 butir telur tiap tahun sehingga membutuhkan kalsium sebanyak 20 kali jumlah kalsiurn yang ada di dalam tulangnya. Dibutuhkan 25 mg kalsium tiap menit untuk membentuk kerabang telur. Kebutuhan vitamin D perlu tercukupi agar penyerapan kalsium dan fosfor berlangsung baik. Pemberian mineral feed supplement dapat membantu memperkuat kerabang telur. Lelah kandang (disebut juga cage layer fatigue atau osteoporosis) sering terjadi pada ayam telur yang dipelihara dalam kandang baterai. Namun lelah kandang juga dapat terjadi pada ayam yang dipelihara dengan lantai litter akibat ketidak cukupan kalsium, fosfor dan atau vitamin D. Pembentukan kerabang telur membutuhkan kalsium dalam jumlah banyak, dan dipenuhi melalui penyerapan kalsium dari tulang. Normalnya, kalsium tersebut akan diganti dari kalsium dalam ransum. Namun pada saat terjadi kekurangan kalsium, fosfor, dan atau vitamin.D, penggantian kalsium ini, tidak berlangsung dengan baik. Akibatnya tulang menjadi keropos. Kondisi ini diperparah dengan perkembangan kerangka kurang optimal pada ayam petelur yang dipelihara dalam kandang baterai karena kurangnya pergerakan.