MODUL MI. 4 PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DALAM SITUASI KHUSUS I. DESKRIPSI SINGKAT Materi Pengelolaan limbah medis dalam situasi khusus merupakan materi yang harus disampaikan dalam pengelolaan limbah medis di fasyankes dengan metode ceramah dan tanya jawab, juga studi kasus serta simulasi. Pengelolaan limbah medis fasyankes dalam situasi khusus seperti pada kondisi bencana alam, pengolahan yang tidak normal, kendala sistem dan pemeliharaan sistem, sehingga diperlukan standar prosedur pengelolaanya. Situasi khusus merupakan kejadian diluar keadaan normal yang tidak diinginkan terjadi pada suatu tempat yang cenderung membahayakan manusia dan merusak lingkungan sekitarnya, terjadi secara mendadak dan tidak terduga, terjadi dimana saja dan kapan saja, mengganggu aktivitas normal, berdampak negatif dan membutuhkan penanggulangan segera serta sebagian bisa dicegah, sebagian lagi tidak. Beberapa pengalaman yang terjadi di Indonesia yang hampir setiap tahun mengalami bencana alam yang cukup memprihatinkan, banyaknya korban dan pengungsi menjadikan pemerintah dan beberapa bantuan kemanusiaan turut meringankan beban masyarakat dalam rangka penanganan bencana, termasuk salah satunya pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan pada situasi bencana sangat sulit bila dilakukan pada kondisi normal, demikian halnya dalam menangani sampah spesifik dari pelayanan kesehatan didaerah pengungsian. Limbah medis dengan volume yang cukup besar akan menjadi tugas tambahan yang harus dikelola secara baik oleh pemda maupun instansi lain, sehingga dapat mengendalikan risiko kesehatan. Permasalahan lainnya adalah pengelolaan sampah medis fasyankes pada kondisi tidak normal, dimana yang selama ini pengolahan dilakukan melalui MoU dengan jasa transporter dan pihak ke-3, juga dengan fasilitas di RS. Pada kondisi tidak normal ini terjadi akibat tidak beroperasinya jasa transporter atau juga karena tidak beroperasinya pengolahan oleh pihak ke-3, juga karena adanya perawatan pada incinerator. Kasus darurat limbah medis secara nasional tahun 2018 sangat menjadi pembelajaran bagi pemerintah, bahwa pengolahan limbah dalam kondisi darurat tidak seperti biasa perlu mendapatkan perhatian, hal ini tjadi karena berhentinya operasional pengolahan limbah pihak ke-3 dan juga karena perawatan fasilitas pengolahan baik milik swasta/ pihak ke-3 maupun incinerator RS. Permasalahan rutinitas transportasi dalam penjemputan limbah ke fasyankes, menjadikanan timbulan limbah di fasyankes semakin besar, sehingga diperlukan upaya dalam kelancaran pengangkutan limbah ke tempat pemusnahan. II. TUJUAN PEMBELAJARAN A. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti materi ini peserta mampu melakukan pengelolaan limbah medis dalam situasi darurat 1 B. Tujuan Pembelajaran Khusus 1. Menyusun rencana kesiap siagaan pengelolaan limbah medis dalam situasi darurat 2. Melakukan pengelolaan limbah medis dalam situasi darurat sesuai skenario yang disusun III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut: 1. Perencanaan pengelolaan limbah medis dalam situasi khusus a. Pengertian b. Struktur organisasi c. SDM d. Sarana dan prasarana 2. Pengelolaan limbah medis dalam situasi khusus sesuai SOP a. Pengumpulan b. Pengangkutan c. Pengolahan Mencakup alternatif pengelolaan dan manajemen IV. METODE CTJ, Latihan kasus, Simulasi V. MEDIA DAN ALAT BANTU Bahan Tayang Modul Laptop LCD ATK APD Kantong plastik Wheelbin Lembar kasus SOP Panduan latihan Panduan simulasi VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 2 jam pelajaran 3 JPL (T=1; P=2; PL=0) @ 45 menit. Untuk mempermudah proses pembelajaran dan meningkatkan partisipasi seluruh peserta, dilakukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut: Sesi I Pengkondisian dan Apersepsi Langkah 1 : Persiapan proses pembelajaran, materi bahasan (bahan tayangan), LCD, White Board, Spidol, Transparan, OHP dan Komputer. Langkah 2 : Perkenalan singkat antara narasumber dan peserta 2 Langkah 3 : Menyampaikan scenario pembelajaran, menggali pengalaman dan pendapat peserta latih tentang pengelolaan limbah medis dalam situasi khusus. Langkah 4 : Narasumber menyampaikan materi pokok bahasan dengan menampilkan tayangan/slide yang berisi pengelolaan limbah medis dalam situasi khusus.Selama proses penyampaian materi, peserta latih mengajukan pertanyaan tentang materi yang telah diberikan dan pendapat jika ada hal-hal yang perlu diklarifikasi. Langkah 5 : VII. Setelah tanya jawab selesai, peserta dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok untuk membahas studi kasus tentang kondisi darurat pengelolaan limbah medis. Jelaskan maksud penugasan tersebut, masing-masing kelompok agar menunjuk ketua, sekretaris dan penyaji. Berikan batas waktu diskusi, penyajian dan tanya jawab URAIAN MATERI (sesuai GBPP) POKOK BAHASAN 1: Rencana kesiapsiagaan pengelolaan limbah medis dalam situasi darurat a. Pengertian Situasi khusus yang dimaksud adalah kondisi dimana pengelolaan limbah medis fasyankes terhenti atau terganggu pengelolaannya akibat bencana atau darurat lainnya. Sedangkan darurat lain dapat terjadi karena berhentinya suatu sistem akibat dari permasalahan pengelolaan limbah, transportasi atau pengangkutan limbah dan pengolahan limbah medis atau faktor lainnya. Bencana merupakan kejadian yang mengganggu keadaan dan kondisi normal sehingga menyebabkan tingkat penderitaan yang melebihi kapasitas penyesuaian dari komunitas yang terdampak. Pengelolaan sampah di daerah tanggap darurat adalah suatu kegiatan penanganan sampah mulai dari identifikasi, pengumpulan, pengangkutan, dan pengolahan, agar tidak mencemari lingkungan sekitar serta agar anggota masyarakat terhindar dari bahaya serta kesakitan yang ditimbulkan. b. Struktur Organisasi Struktur organisasi ini melibatkan dinas terkait, yaitu dinas lingkungan hidup dan kehutanan, dinas kesehatan, dan pihak lainnya termasuk pihak swasta dalam pelaksanaan pengangkutan dan pengolahan akhir limbah. Dalam menyusun struktur organisasi penanganan limbah medis dalam kondisi darurat, maka perlu ada beberapa hal : 1) Pembagian peran dan tanggung jawab Kondisi situasi khusus harus ada kejelasan dan pembagian kewenangan tugas dalam pengelolaan limbah medis. Umumnya instansi yang lebih dekat dengan tugas dan fungsi terkait penanganan limbah medis dalam keadaan darurat yaitu dinas lingkungan hidup provinsi/ kabupaten/ kota. 3 Untuk pengelolaan pada saat bencana, pembagian peran dilakukan dari mulai tingkat desa/ kelurahan, kab/kota, provinsi dan pusat, peran juga disesuaikan dengan satu garis komando pada saat bencana, untuk pengelolaan limbah masuk dalam klaster kesehatan lingkungan. 2) Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektoral serta pihak swasta Diperlukan koordinasi antara semua pihak terkait dengan pengelolaan limbah medis pada situasi darurat. Pembagian peran dan kewenangan juga dapat ditentukan melalui pertemuan koordinasi ini. 3) Pembiayaan Perencanaan pembiayaan pengelolaan limbah medis mulai dari pemilahan sampai dengan pemusnahan diperlukan secara menyeluruh pada situasi khusus dan sumber pembiayaannya. Pembiayaan khusnya dapat membagi beban alokasi pengelolaan pengelolaan limbah situasi khusus yang diberikan ke fasyankes, pemerintah dan mana yang dibebankan pihak swasta. 4) Pelaksanaan RHA (Rapid Health Assessment) Dalam implementasi RHA perlu teknis pelaksanaan assesment/kajian dan analisis sehingga diperoleh informasi yang akurat terkait limbah daerah situasi khusus. Hasil RHA menggambarkan permasalahan limbah yang ada dan rekomendasi yang dapat digunakan untuk solusi. RHA ini adalah kegiatan pengumpulan data dan informasi dengan tujuan untuk menilai kerusakan dan mengidentifikasi kebutuhan dasar yang diperlukan segera sebagai respon dalam suatu kejadian bencana atau situasi khusus pengelolaan limbah fasyankes. Pada RHA ini diharapkan diperolehnya situasi permasalahan pengelolaan limbah yang terjadi saat itu, mulai dari sumber limbah medis sampai dengan pengolahan akhir, sehingga dapat memudahkan dalam mencari solusi jangka pendek dan menengah. Assessment ini juga menggali potensi dan kemampuan fasyankes serta peran pemerintah dan swasta. 5) Inventarisasi Fasyankes Pentingnya menginventarisasi jumlah fasyankes dan kemungkinan timbulan limbah di wilayah dalam situasi khusus dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara umum kondisi pengelolaan limbah medis dan tumpukan limbah yang perlu untuk segera ditangani. Hal ini juga untuk mempersiapkan sarana dan prasana serta untuk perhitungan kebutuhan biaya pengolaan limbah medis pada saat keadaan darurat. 6) Inventarisasi perusahaan pengangkut dan pengolah limbah medis Inventarisasi jumlah perusahaan pengangkut limbah dan perusahaan pengolah di satu wilayah maupun yang ada di wilayah terdekat berguna untuk memudahkan kecepatan penaganan limbah pada kondisi darurat. 7) Alternatif Teknologi Pengolahan Informasi mengenai teknologi pengolahan limbah alternatif sangat perlukan pada saat terjadinya situasi khusus di satu wilayah. Gambaran alternatif teknologi pengolahan untuk menghitung besarnya beban biaya dan teknis lainnya yang diperlukan. c. Sumber Daya Manusia (SDM) SDM sangat penting dalam rangka menghadapi situasi khusus seperti bencana dan berhentinya sistem pengolahan limbah fasilitas pelayanan kesehatan. Kebutuhan 4 SDM harus dsesuaikan dengan luas wilayah terdampak dan besarnya timbulan limbah pada fasyankes. Penugasan SDM dilakukan dalam rangka melakukan upaya pengelolaan limbah seperti pengumpulan sementara, pengangkutan dan pemusnahan akhir. Perlu adanya peningkatan kapasitas SDM dalam pengelolaan limbah medis fasyankes dan pembentukan Tim Gerak Cepat (TGC). SDM yang melakukan pengelolaan kondisi khusus harus dibagi secara jelas peran masing unit terkait seperti ; puskesmas, dinas kesehatan kab/ kota, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi dan kab/kota, atau organisasi profesi. d. Fasilitas Pemerintah daerah sudah memiliki inventarisasi sarana dan prasarana pengelolaan limbah medis untuk situasi khusus dan berhentinya sistem yang mencakup sarana transportasi, buffer stock wadah limbah medis, TPS/ depo dan tempat pengolahan akhir. Juga terkait dengan pengolahan sementara yang bisa dilakukan. Hal ini mencakup metode, SOP, ketersediaan alat, bahan, dan lahan untuk melakukan pengolahan tersebut. e. Penyusunan Skenario Pengelolaan SOP situasi khusus dan berhentinya sistem merupakan hal yang penting dalam pengelolaan limbah medis mulai dari pemilahan sampai pengangkutan. SOP merupakan instruksi tertulis yang dipakai untuk kegiatan baik rutinitas maupun kondisi tertentu. Prinsip penyusunan SOP harus memenuhi kaidah : a) Mudah dipahami dan dilaksanakan b) Efisien dan efektif c) Keselarasan dengan prosedur atau standar lain yang terkait d) Sesuai dengan aturan hukum yang ada POKOK BAHASAN 2: Pengelolaan limbah medis dalam situasi darurat sesuai skenario yang disusun Tahapan Kegiatan Pengeloaan limbah medis dalam situasi khusus adalah : A. Bencana B. Berhentinya suatu sistem Pengelolaan limbah medis dalam situasi khusus dilakukan dalam beberapa tahapan : A. BENCANA : Pada saat bencana dilakukan pengelolaan limbah medis sebagai berikut : 1. Tahap Pra Bencana : Kondisi Pra bencana, dapat dilakukan dengan beberapa tahapan : a. Mitigasi/kesiap siagaan bencana b. Koordinasi UKPD/ SKPD terkait , Lintas Program dan Lintas Sektor serta Pihak Swasta c. Melakukan identifikasi potensi bahaya cemaran limbah medis di fasyankes bila tejadi bencana d. Perencanaan (SDM, pembiayaan, sarana pra sarana, kesiapan SOP Teknis/menetapkan mekanisme penanggulangan bencana) 5 e. Inventarisasi sarana tempat pengelolaan limbah medis 2. Tahap Bencana/Tanggap Darurat : a. Melakukan Rapid Health Assesment (RHA) meliputi jumlah fasyankes yg ada, jumlah pelayanan kesehatan/posko kesehatan yg ada, jumlah timbulan limbah medis. Penilaian awal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang didukung data-data yang diperlukan untuk memulai kembali pengelolaan limbah sementara. b. Koordinasi UKPD/ SKPD terkait , Lintas Program dan Lintas Sektor serta Pihak Swasta c. Penerapan SOP Teknis, sesuai pedoman, pengalaman menunjukkan bahwa daerah yang memiliki sistem pengelolaan limbah dalam keadaan darurat yang baik akan cepat melakukan respon dalam penanganan limbah. d. Penyiapan SDM yang terlatih/ Tim Gerak cepat sesuai bidangnya. e. Penyiapan Teknologi / memaksimalkan fungsi sarana pengolah yang ada f. Penyiapan sarana dan prasarana/ MOU dengan pihak ketiga g. Pembiayaan bersumber dari APBN/APBD dan swasta/ fasyankes h. Pelaporan pengelolaan limbah disampaikan secara berjenjang antara lain : - Jumlah timbulan limbah - Jumlah limbah yang ditangani 3. Tahap Pasca Bencana : a. Monitoring dan Evaluasi pengelolaan limbah yang sudah dilakukan pada saat bencana. b. Pengelolaan kembali seperti semula sesuai ketentuan yang berlaku c. Inventarisasi sarana tempat pengelolaan limbah medis yang mengalami kerusakan dan menginformasikannya ke pihak yg terkait B. KONDISI SAAT BERHENTINYA SISTEM Kondisi saat berhentinya system adalah akibat dari permasalahan pengelolaan limbah, transportasi atau pengangkutan limbah dan pengolahan limbah atau faktor lainnya. Tahapan yang harus dilakukan yaitu : a. Pelaksanaan SOP Pengelolaan limbah pada kondisi terhentinya sistem dimulai dari pemilahan sampai dengan pengolahan limbah sesuai dengan standard b. Alternatif teknologi pengolahan Pemilihan teknologi pengolahan diutamakan dengan mengedepankan pengolahan non insinerasi (disinfeksi, autoclave, penggunaan needle pit untuk limbah jarum suntik dengan mengunakan needle cutter dan needle destroyer, penguburan, enkapsulisasi, dan lain-lain), sedangkan insinerasi dapat bekerjasama dengan fasyankes lain atau industri yang memiliki fasilitas insinerator yang ditunjuk pemerintah untuk memusnahkan limbah medis. c. Koordinasi dengan pihak-pihak terkait Melakukan koordinasi dengan pihak terkait (Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Pihak Swasta). d. Pembiayaan. 6 Pembiayaan bersumber dari APBD atau Fasyankes penghasil limbah (milik Pusat/Daerah/Swasta). e. Monitoring dan Evaluasi Monitoring terhadap pelaksanaan pengelolaan limbah medis pada saat berhentinya sistem meliputi pengangkutan dan pengolahan limbah medis serta melakukan evaluasi terhadap upaya-upaya yang sudah dilakukan dan analisa penyebab terhentinya sistem. VIII. IX. REFERENSI : 1. Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah 2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 56 Tahun 2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Medis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan 3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. 4. Pedoman Kedaruratan Lingkungan PENUGASAN Penemuan Limbah Fasyankes di TPA. Penemuan limbah medis di TPA domestik kota Tubo, yang terjadi tahun 2005 diperkirakan dari beberapa fasyankes khususnya RS di kabupaten Tubo bahkan juga ditemukan dari RS diluar kabupaten. Diperkirakan timbulan limbah mencapai 120 Ton yang ditemukan dalam plastik kuning dan hitam. Hasil investigasi ke beberapa RS yang limbahnya ditemukan di TPA merasa bahwa limbah sebenarnya telah diangkut oleh pihak ke3, dan telah membayar. Beberapa RS menyatakan dalam waktu 2 bulan terakhir limbah tidak diangkut oleh pihak ketiga, karena berbagai alasan, sehingga limbah melebihi kapasitas TPS B3 yang ada. Keterbatasan sarana pengangkutan dan ketidak tersediaan pengolah limbah RS yang berijin di daerah menjadi salah satu penyebab ditemukannya limbah medis fasyankes di TPA domestik. Pengelolaan Limbah Medis Pada Kondisi Bencana : Indonesia sebagai negara yang rawan bencana, dan hamper setiap tahun terjadi bencana dengan berbagai penyebab ; banjir, longsor, gempa dan lainnya. Bencana alam, adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi populasi manusia. Peristiwa alam dapat berupa banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, badai salju, kekeringan, hujan es, gelombang panas, hurikan, badai tropis, taifun, tornado, kebakaran liar dan wabah penyakit. Upaya penanganan kesehatan pada saat dan pasca bencana, antara lain terkait dengan penanganan masalah sanitasi di pengungsian, masyarakat dan di fasilitas pelayanan kesehatan, Bencana yang terjadi di Palu tahun 2018 salah satunya pemerintah harus menangani permaslahan terkait dengan pengelolaan sampah medis yang berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan baik Rumah Sakit maupun yang berasal dari unit pelayanan kesehatan lainnya. Diperkirakan timbulan sampah medis mencapai 200 kg/ hari. 7 Saat itu di Propinsi Sulawesi Tenggara tidak tersedia alat pengolah limbah/ incinerator berijin, namun keberadaan incinerator sebenarnya ada di RSU dan beberapa puskesmas. Pada kondisi normal umumnya fasyankes di Prop Suteng dalam pengelolaan limbah medisnya berkerjasama dengan Transporter, dan karena kondisi bencana tidak mereka menghentikan pengelolaan. Langkah-langkah dan upaya apa yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah untuk menangani masalah pengelolaan limbah pada kondisi bencana tersebut, dilihat dari aturan hokum, teknis, pendanaan, SDM, manajemen pengelolaan, dll. Pengelolaan Limbah Berbasis Wilayah. Terbatasnya perusahaan pengolah limbah B3 yang sudah mempunyai izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yaitu baru ada 6 perusahaan yakni 5 berada di Pulau Jawa dan 1 di Kalimantan Timur. Jumlah perusahaan tersebut sangat kurang, jika dibandingkan dengan jumlah fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia, seperti jumlah Rumah Sakit (RS) sebanyak 2852 RS, 9909 Puskesmas dan 8841 klinik. Sementara itu timbulan limbah yang dihasilkan dari fasilitas pelayanan kesehatan khususnya RS dan Puskesmas sebesar 296,86 ton/hr (Oktober 2018) namun di sisi lain, kapasitas pengolahan yang dimiliki oleh pihak ke3 baru sebesar 151,6 Ton/hari. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan September tahun 2018, terdapat 95 RS yang mempunyai insinerator berizin dengan total kapasitas 45 ton/hari. Sementara, data dari E-Monev Limbah medis pada Desember 2017 oleh Direktorat Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, terdapat 22% RS yang pengelolaan limbah medisnya memenuhi standar. Di sisi lain, terdapat RS yang mempunyai insinerator tetapi tidak operasional karena belum berizin. Keterbatasan jumlah dan kapasitas perusahaan pengolah limbah medis yang berizin untuk menjangkau RS dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya, terutama di luar Pulau Jawa yang mengakibatkan penumpukan limbah medis. Sampai dengan 29 Maret 2018, dari 71 RS sudah terjadi penumpukan limbah medis sebesar 285 Ton (Sumber PERSI). Penumpukan limbah medis yang bersifat infeksius ini tentunya dapat berdampak dalam pencemaran di lingkungan dalam Fasyankes khususnya bagi petugas RS, pasien maupun masyarakat di luar RS. Terjadinya kasus penumpukan limbah medis di fasyankes seperti data diatas disebabkan karena belum terbangunnya sistem pengolahan limbah medis fasyankes di setiap wilayah. Akibat terjadinya ketidakseimbangan antara timbulan limbah medis fasyankes dengan kapasitas pengolahan limbah fasyankes serta lemahnya pengawasan dari instansi berwenang, sehingga terjadi kasus penyalahgunaan limbah medis oleh masyarakat ataupun oknum untuk kepentingan ekonomi. Beberapa kasus yang pernah terjadi antara lain kasus vaksin palsu, pembuangan limbah medis ke perkebunan dan pantai, serta kasus pembuangan limbah di TPS illegal di Cirebon. Penemuan Limbah Fasyankes di Fasyankes Klinik Hatiku sudah berdiri sejak tahun 2000. Klinik 24 jam dengan fasilitas rawat inap telah melakukan pengolahan limbah medis fasyankes dengan menggunakan incinerator. Namun sudah sebulan incinerator tidak berfungsi sehingga timbulan 8 limbah medis sudah tidak dapat disimpan lagi di dalam Tempat Penyimpanan Sementara sehingga disimpan di Tempat Penyimpanan Sampah domestik. Di log book TPS limbah yang belum diolah sebanyak 900 kg. Penemuan Limbah Fasyankes di badan air Penemuan limbah medis di badan air desa Sepakat, kabupaten Meji yang terjadi pada pagi hari di tahun 2017 menggemparkan penduduk sekitar yang akan menggunakan badan air untuk kebutuhan sehari-hari. Diduga limbah medis dibuang pada malam hari. Ada banyak tumpukan plastik kuning limbah medis fasyankes dan sebagian terbuka. Beberapa plabot infus dan jarum suntik keluar dari wadah kantong plastik kuning. Plabot infus tertera nama beberapa fasyankes yang lokasinya di luar wilayah kabupaten Meji. 9