Uploaded by Budy S

MI 4 empat (darurat lb3)

advertisement
MODUL MI. 4
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DALAM SITUASI KHUSUS
I.
DESKRIPSI SINGKAT
Materi Pengelolaan limbah medis dalam situasi khusus merupakan materi yang
harus disampaikan dalam pengelolaan limbah medis di fasyankes dengan metode
ceramah dan tanya jawab, juga studi kasus serta simulasi.
Pengelolaan limbah medis fasyankes dalam situasi khusus seperti pada kondisi
bencana alam, pengolahan yang tidak normal, kendala sistem dan pemeliharaan
sistem, sehingga diperlukan standar prosedur pengelolaanya. Situasi khusus
merupakan kejadian diluar keadaan normal yang tidak diinginkan terjadi pada suatu
tempat yang cenderung membahayakan manusia dan merusak lingkungan
sekitarnya, terjadi secara mendadak dan tidak terduga, terjadi dimana saja dan
kapan saja, mengganggu aktivitas normal, berdampak negatif dan membutuhkan
penanggulangan segera serta sebagian bisa dicegah, sebagian lagi tidak.
Beberapa pengalaman yang terjadi di Indonesia yang hampir setiap tahun
mengalami bencana alam yang cukup memprihatinkan, banyaknya korban dan
pengungsi menjadikan pemerintah dan beberapa bantuan kemanusiaan turut
meringankan beban masyarakat dalam rangka penanganan bencana, termasuk
salah satunya pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan pada situasi bencana sangat sulit bila dilakukan pada kondisi
normal, demikian halnya dalam menangani sampah spesifik dari pelayanan
kesehatan didaerah pengungsian. Limbah medis dengan volume yang cukup besar
akan menjadi tugas tambahan yang harus dikelola secara baik oleh pemda maupun
instansi lain, sehingga dapat mengendalikan risiko kesehatan.
Permasalahan lainnya adalah pengelolaan sampah medis fasyankes pada kondisi
tidak normal, dimana yang selama ini pengolahan dilakukan melalui MoU dengan
jasa transporter dan pihak ke-3, juga dengan fasilitas di RS. Pada kondisi tidak
normal ini terjadi akibat tidak beroperasinya jasa transporter atau juga karena tidak
beroperasinya pengolahan oleh pihak ke-3, juga karena adanya perawatan pada
incinerator.
Kasus darurat limbah medis secara nasional tahun 2018 sangat menjadi
pembelajaran bagi pemerintah, bahwa pengolahan limbah dalam kondisi darurat
tidak seperti biasa perlu mendapatkan perhatian, hal ini tjadi karena berhentinya
operasional pengolahan limbah pihak ke-3 dan juga karena perawatan fasilitas
pengolahan baik milik swasta/ pihak ke-3 maupun incinerator RS. Permasalahan
rutinitas transportasi dalam penjemputan limbah ke fasyankes, menjadikanan
timbulan limbah di fasyankes semakin besar, sehingga diperlukan upaya dalam
kelancaran pengangkutan limbah ke tempat pemusnahan.
II.
TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu melakukan pengelolaan limbah
medis dalam situasi darurat
1
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
1. Menyusun rencana kesiap siagaan pengelolaan limbah medis dalam situasi
darurat
2. Melakukan pengelolaan limbah medis dalam situasi darurat sesuai skenario yang
disusun
III.
POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:
1. Perencanaan pengelolaan limbah medis dalam situasi khusus
a. Pengertian
b. Struktur organisasi
c. SDM
d. Sarana dan prasarana
2. Pengelolaan limbah medis dalam situasi khusus sesuai SOP
a. Pengumpulan
b. Pengangkutan
c. Pengolahan
Mencakup alternatif pengelolaan dan manajemen
IV.
METODE
CTJ, Latihan kasus, Simulasi
V.
MEDIA DAN ALAT BANTU
 Bahan Tayang
 Modul
 Laptop
 LCD
 ATK
 APD
 Kantong plastik
 Wheelbin
 Lembar kasus
 SOP
 Panduan latihan
 Panduan simulasi
VI.
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 2 jam pelajaran 3 JPL
(T=1; P=2; PL=0) @ 45 menit. Untuk mempermudah proses pembelajaran dan
meningkatkan partisipasi seluruh peserta, dilakukan langkah-langkah kegiatan
sebagai berikut:
Sesi I Pengkondisian dan Apersepsi
Langkah 1 :
Persiapan proses pembelajaran, materi bahasan (bahan tayangan),
LCD, White Board, Spidol, Transparan, OHP dan Komputer.
Langkah 2 :
Perkenalan singkat antara narasumber dan peserta
2
Langkah 3 :
Menyampaikan scenario pembelajaran, menggali pengalaman dan
pendapat peserta latih tentang pengelolaan limbah medis dalam
situasi khusus.
Langkah 4 :
Narasumber menyampaikan materi pokok bahasan dengan
menampilkan tayangan/slide yang berisi pengelolaan limbah medis
dalam situasi khusus.Selama proses penyampaian materi, peserta
latih mengajukan pertanyaan tentang materi yang telah diberikan dan
pendapat jika ada hal-hal yang perlu diklarifikasi.
Langkah 5 :
VII.
Setelah tanya jawab selesai, peserta dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok
untuk membahas studi kasus tentang kondisi darurat pengelolaan
limbah medis. Jelaskan maksud penugasan tersebut, masing-masing
kelompok agar menunjuk ketua, sekretaris dan penyaji. Berikan batas
waktu diskusi, penyajian dan tanya jawab
URAIAN MATERI (sesuai GBPP)
POKOK BAHASAN 1: Rencana kesiapsiagaan pengelolaan limbah medis
dalam situasi darurat
a.
Pengertian
Situasi khusus yang dimaksud adalah kondisi dimana pengelolaan limbah medis
fasyankes terhenti atau terganggu pengelolaannya akibat bencana atau darurat
lainnya.
Sedangkan darurat lain dapat terjadi karena berhentinya suatu sistem akibat dari
permasalahan pengelolaan limbah, transportasi atau pengangkutan limbah dan
pengolahan limbah medis atau faktor lainnya.
Bencana merupakan kejadian yang mengganggu keadaan dan kondisi normal
sehingga menyebabkan tingkat penderitaan yang melebihi kapasitas penyesuaian
dari komunitas yang terdampak.
Pengelolaan sampah di daerah tanggap darurat adalah suatu kegiatan penanganan
sampah mulai dari identifikasi, pengumpulan, pengangkutan, dan pengolahan, agar
tidak mencemari lingkungan sekitar serta agar anggota masyarakat terhindar dari
bahaya serta kesakitan yang ditimbulkan.
b. Struktur Organisasi
Struktur organisasi ini melibatkan dinas terkait, yaitu dinas lingkungan hidup dan
kehutanan, dinas kesehatan, dan pihak lainnya termasuk pihak swasta dalam
pelaksanaan pengangkutan dan pengolahan akhir limbah. Dalam menyusun struktur
organisasi penanganan limbah medis dalam kondisi darurat, maka perlu ada
beberapa hal :
1) Pembagian peran dan tanggung jawab
Kondisi situasi khusus harus ada kejelasan dan pembagian kewenangan tugas
dalam pengelolaan limbah medis. Umumnya instansi yang lebih dekat dengan
tugas dan fungsi terkait penanganan limbah medis dalam keadaan darurat yaitu
dinas lingkungan hidup provinsi/ kabupaten/ kota.
3
Untuk pengelolaan pada saat bencana, pembagian peran dilakukan dari mulai
tingkat desa/ kelurahan, kab/kota, provinsi dan pusat, peran juga disesuaikan
dengan satu garis komando pada saat bencana, untuk pengelolaan limbah masuk
dalam klaster kesehatan lingkungan.
2) Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektoral serta pihak swasta
Diperlukan koordinasi antara semua pihak terkait dengan pengelolaan limbah
medis pada situasi darurat. Pembagian peran dan kewenangan juga dapat
ditentukan melalui pertemuan koordinasi ini.
3) Pembiayaan
Perencanaan pembiayaan pengelolaan limbah medis mulai dari pemilahan
sampai dengan pemusnahan diperlukan secara menyeluruh pada situasi khusus
dan sumber pembiayaannya. Pembiayaan khusnya dapat membagi beban alokasi
pengelolaan pengelolaan limbah situasi khusus yang diberikan ke fasyankes,
pemerintah dan mana yang dibebankan pihak swasta.
4) Pelaksanaan RHA (Rapid Health Assessment)
Dalam implementasi RHA perlu teknis pelaksanaan assesment/kajian dan analisis
sehingga diperoleh informasi yang akurat terkait limbah daerah situasi khusus.
Hasil RHA menggambarkan permasalahan limbah yang ada dan rekomendasi
yang dapat digunakan untuk solusi. RHA ini adalah kegiatan pengumpulan data
dan informasi dengan tujuan untuk menilai kerusakan dan mengidentifikasi
kebutuhan dasar yang diperlukan segera sebagai respon dalam suatu kejadian
bencana atau situasi khusus pengelolaan limbah fasyankes.
Pada RHA ini diharapkan diperolehnya situasi permasalahan pengelolaan limbah
yang terjadi saat itu, mulai dari sumber limbah medis sampai dengan pengolahan
akhir, sehingga dapat memudahkan dalam mencari solusi jangka pendek dan
menengah. Assessment ini juga menggali potensi dan kemampuan fasyankes
serta peran pemerintah dan swasta.
5) Inventarisasi Fasyankes
Pentingnya menginventarisasi jumlah fasyankes dan kemungkinan timbulan
limbah di wilayah dalam situasi khusus dilakukan untuk mendapatkan gambaran
secara umum kondisi pengelolaan limbah medis dan tumpukan limbah yang perlu
untuk segera ditangani. Hal ini juga untuk mempersiapkan sarana dan prasana
serta untuk perhitungan kebutuhan biaya pengolaan limbah medis pada saat
keadaan darurat.
6) Inventarisasi perusahaan pengangkut dan pengolah limbah medis
Inventarisasi jumlah perusahaan pengangkut limbah dan perusahaan pengolah di
satu wilayah maupun yang ada di wilayah terdekat berguna untuk memudahkan
kecepatan penaganan limbah pada kondisi darurat.
7) Alternatif Teknologi Pengolahan
Informasi mengenai teknologi pengolahan limbah alternatif sangat perlukan pada
saat terjadinya situasi khusus di satu wilayah. Gambaran alternatif teknologi
pengolahan untuk menghitung besarnya beban biaya dan teknis lainnya yang
diperlukan.
c. Sumber Daya Manusia (SDM)
SDM sangat penting dalam rangka menghadapi situasi khusus seperti bencana dan
berhentinya sistem pengolahan limbah fasilitas pelayanan kesehatan. Kebutuhan
4
SDM harus dsesuaikan dengan luas wilayah terdampak dan besarnya timbulan
limbah pada fasyankes. Penugasan SDM dilakukan dalam rangka melakukan upaya
pengelolaan limbah seperti pengumpulan sementara, pengangkutan dan
pemusnahan akhir.
Perlu adanya peningkatan kapasitas SDM dalam pengelolaan limbah medis
fasyankes dan pembentukan Tim Gerak Cepat (TGC). SDM yang melakukan
pengelolaan kondisi khusus harus dibagi secara jelas peran masing unit terkait seperti
; puskesmas, dinas kesehatan kab/ kota, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi dan
kab/kota, atau organisasi profesi.
d. Fasilitas
Pemerintah daerah sudah memiliki inventarisasi sarana dan prasarana pengelolaan
limbah medis untuk situasi khusus dan berhentinya sistem yang mencakup sarana
transportasi, buffer stock wadah limbah medis, TPS/ depo dan tempat pengolahan
akhir. Juga terkait dengan pengolahan sementara yang bisa dilakukan. Hal ini
mencakup metode, SOP, ketersediaan alat, bahan, dan lahan untuk melakukan
pengolahan tersebut.
e. Penyusunan Skenario Pengelolaan
SOP situasi khusus dan berhentinya sistem merupakan hal yang penting dalam
pengelolaan limbah medis mulai dari pemilahan sampai pengangkutan. SOP
merupakan instruksi tertulis yang dipakai untuk kegiatan baik rutinitas maupun kondisi
tertentu.
Prinsip penyusunan SOP harus memenuhi kaidah :
a) Mudah dipahami dan dilaksanakan
b) Efisien dan efektif
c) Keselarasan dengan prosedur atau standar lain yang terkait
d) Sesuai dengan aturan hukum yang ada
POKOK BAHASAN 2: Pengelolaan limbah medis dalam situasi darurat sesuai
skenario yang disusun
Tahapan Kegiatan Pengeloaan limbah medis dalam situasi khusus adalah :
A. Bencana
B. Berhentinya suatu sistem
Pengelolaan limbah medis dalam situasi khusus dilakukan dalam beberapa tahapan :
A. BENCANA :
Pada saat bencana dilakukan pengelolaan limbah medis sebagai berikut :
1. Tahap Pra Bencana :
Kondisi Pra bencana, dapat dilakukan dengan beberapa tahapan :
a. Mitigasi/kesiap siagaan bencana
b. Koordinasi UKPD/ SKPD terkait , Lintas Program dan Lintas Sektor serta
Pihak Swasta
c. Melakukan identifikasi potensi bahaya cemaran limbah medis di fasyankes bila
tejadi bencana
d. Perencanaan (SDM, pembiayaan, sarana pra sarana, kesiapan SOP
Teknis/menetapkan mekanisme penanggulangan bencana)
5
e. Inventarisasi sarana tempat pengelolaan limbah medis
2. Tahap Bencana/Tanggap Darurat :
a. Melakukan Rapid Health Assesment (RHA) meliputi jumlah fasyankes yg ada,
jumlah pelayanan kesehatan/posko kesehatan yg ada, jumlah timbulan limbah
medis. Penilaian awal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang
didukung data-data yang diperlukan untuk memulai kembali pengelolaan
limbah sementara.
b. Koordinasi UKPD/ SKPD terkait , Lintas Program dan Lintas Sektor serta
Pihak Swasta
c. Penerapan SOP Teknis, sesuai pedoman, pengalaman menunjukkan bahwa
daerah yang memiliki sistem pengelolaan limbah dalam keadaan darurat yang
baik akan cepat melakukan respon dalam penanganan limbah.
d. Penyiapan SDM yang terlatih/ Tim Gerak cepat sesuai bidangnya.
e. Penyiapan Teknologi / memaksimalkan fungsi sarana pengolah yang ada
f. Penyiapan sarana dan prasarana/ MOU dengan pihak ketiga
g. Pembiayaan bersumber dari APBN/APBD dan swasta/ fasyankes
h. Pelaporan pengelolaan limbah disampaikan secara berjenjang antara lain :
- Jumlah timbulan limbah
- Jumlah limbah yang ditangani
3. Tahap Pasca Bencana :
a. Monitoring dan Evaluasi pengelolaan limbah yang sudah dilakukan pada saat
bencana.
b. Pengelolaan kembali seperti semula sesuai ketentuan yang berlaku
c. Inventarisasi sarana tempat pengelolaan limbah medis yang mengalami
kerusakan dan menginformasikannya ke pihak yg terkait
B. KONDISI SAAT BERHENTINYA SISTEM
Kondisi saat berhentinya system adalah akibat dari permasalahan pengelolaan limbah,
transportasi atau pengangkutan limbah dan pengolahan limbah atau faktor lainnya.
Tahapan yang harus dilakukan yaitu :
a. Pelaksanaan SOP
Pengelolaan limbah pada kondisi terhentinya sistem dimulai dari pemilahan sampai
dengan pengolahan limbah sesuai dengan standard
b. Alternatif teknologi pengolahan
Pemilihan teknologi pengolahan diutamakan dengan mengedepankan pengolahan
non insinerasi (disinfeksi, autoclave, penggunaan needle pit untuk limbah jarum
suntik dengan mengunakan needle cutter dan needle destroyer, penguburan,
enkapsulisasi, dan lain-lain), sedangkan insinerasi dapat bekerjasama dengan
fasyankes lain atau industri yang memiliki fasilitas insinerator yang ditunjuk
pemerintah untuk memusnahkan limbah medis.
c. Koordinasi dengan pihak-pihak terkait
Melakukan koordinasi dengan pihak terkait (Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah
dan Pihak Swasta).
d. Pembiayaan.
6
Pembiayaan bersumber dari APBD atau Fasyankes penghasil limbah (milik
Pusat/Daerah/Swasta).
e. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring terhadap pelaksanaan pengelolaan limbah medis pada saat berhentinya
sistem meliputi pengangkutan dan pengolahan limbah medis serta melakukan
evaluasi terhadap upaya-upaya yang sudah dilakukan dan analisa penyebab
terhentinya sistem.
VIII.
IX.
REFERENSI :
1. Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 56 Tahun 2015
tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Medis di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
4. Pedoman Kedaruratan Lingkungan
PENUGASAN
Penemuan Limbah Fasyankes di TPA.
Penemuan limbah medis di TPA domestik kota Tubo, yang terjadi tahun 2005
diperkirakan dari beberapa fasyankes khususnya RS di kabupaten Tubo bahkan
juga ditemukan dari RS diluar kabupaten. Diperkirakan timbulan limbah mencapai
120 Ton yang ditemukan dalam plastik kuning dan hitam.
Hasil investigasi ke beberapa RS yang limbahnya ditemukan di TPA merasa bahwa
limbah sebenarnya telah diangkut oleh pihak ke3, dan telah membayar.
Beberapa RS menyatakan dalam waktu 2 bulan terakhir limbah tidak diangkut oleh
pihak ketiga, karena berbagai alasan, sehingga limbah melebihi kapasitas TPS B3
yang ada. Keterbatasan sarana pengangkutan dan ketidak tersediaan pengolah
limbah RS yang berijin di daerah menjadi salah satu penyebab ditemukannya limbah
medis fasyankes di TPA domestik.
Pengelolaan Limbah Medis Pada Kondisi Bencana :
Indonesia sebagai negara yang rawan bencana, dan hamper setiap tahun terjadi
bencana dengan berbagai penyebab ; banjir, longsor, gempa dan lainnya.
Bencana alam, adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar
bagi populasi manusia. Peristiwa alam dapat berupa banjir, letusan gunung berapi,
gempa bumi, tsunami, tanah longsor, badai salju, kekeringan, hujan es, gelombang
panas, hurikan, badai tropis, taifun, tornado, kebakaran liar dan wabah penyakit.
Upaya penanganan kesehatan pada saat dan pasca bencana, antara lain terkait
dengan penanganan masalah sanitasi di pengungsian, masyarakat dan di fasilitas
pelayanan kesehatan, Bencana yang terjadi di Palu tahun 2018 salah satunya
pemerintah harus menangani permaslahan terkait dengan pengelolaan sampah
medis yang berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan baik Rumah Sakit maupun
yang berasal dari unit pelayanan kesehatan lainnya. Diperkirakan timbulan sampah
medis mencapai 200 kg/ hari.
7
Saat itu di Propinsi Sulawesi Tenggara tidak tersedia alat pengolah limbah/
incinerator berijin, namun keberadaan incinerator sebenarnya ada di RSU dan
beberapa puskesmas.
Pada kondisi normal umumnya fasyankes di Prop Suteng dalam pengelolaan limbah
medisnya berkerjasama dengan Transporter, dan karena kondisi bencana tidak
mereka menghentikan pengelolaan.
Langkah-langkah dan upaya apa yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah
untuk menangani masalah pengelolaan limbah pada kondisi bencana tersebut,
dilihat dari aturan hokum, teknis, pendanaan, SDM, manajemen pengelolaan, dll.
Pengelolaan Limbah Berbasis Wilayah.
Terbatasnya perusahaan pengolah limbah B3 yang sudah mempunyai izin dari
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yaitu baru ada 6 perusahaan yakni
5 berada di Pulau Jawa dan 1 di Kalimantan Timur. Jumlah perusahaan tersebut
sangat kurang, jika dibandingkan dengan jumlah fasilitas pelayanan kesehatan di
Indonesia, seperti jumlah Rumah Sakit (RS) sebanyak 2852 RS, 9909 Puskesmas
dan 8841 klinik. Sementara itu timbulan limbah yang dihasilkan dari fasilitas
pelayanan kesehatan khususnya RS dan Puskesmas sebesar 296,86 ton/hr
(Oktober 2018) namun di sisi lain, kapasitas pengolahan yang dimiliki oleh pihak ke3 baru sebesar 151,6 Ton/hari.
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan September tahun
2018, terdapat 95 RS yang mempunyai insinerator berizin dengan total kapasitas 45
ton/hari. Sementara, data dari E-Monev Limbah medis pada Desember 2017 oleh
Direktorat Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, terdapat 22% RS yang
pengelolaan limbah medisnya memenuhi standar. Di sisi lain, terdapat RS yang
mempunyai insinerator tetapi tidak operasional karena belum berizin.
Keterbatasan jumlah dan kapasitas perusahaan pengolah limbah medis yang berizin
untuk menjangkau RS dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya, terutama di luar
Pulau Jawa yang mengakibatkan penumpukan limbah medis. Sampai dengan 29
Maret 2018, dari 71 RS sudah terjadi penumpukan limbah medis sebesar 285 Ton
(Sumber PERSI). Penumpukan limbah medis yang bersifat infeksius ini tentunya
dapat berdampak dalam pencemaran di lingkungan dalam Fasyankes khususnya
bagi petugas RS, pasien maupun masyarakat di luar RS. Terjadinya kasus
penumpukan limbah medis di fasyankes seperti data diatas disebabkan karena
belum terbangunnya sistem pengolahan limbah medis fasyankes di setiap wilayah.
Akibat terjadinya ketidakseimbangan antara timbulan limbah medis fasyankes
dengan kapasitas pengolahan limbah fasyankes serta lemahnya pengawasan dari
instansi berwenang, sehingga terjadi kasus penyalahgunaan limbah medis oleh
masyarakat ataupun oknum untuk kepentingan ekonomi. Beberapa kasus yang
pernah terjadi antara lain kasus vaksin palsu, pembuangan limbah medis ke
perkebunan dan pantai, serta kasus pembuangan limbah di TPS illegal di Cirebon.
Penemuan Limbah Fasyankes di Fasyankes
Klinik Hatiku sudah berdiri sejak tahun 2000. Klinik 24 jam dengan fasilitas rawat
inap telah melakukan pengolahan limbah medis fasyankes dengan menggunakan
incinerator. Namun sudah sebulan incinerator tidak berfungsi sehingga timbulan
8
limbah medis sudah tidak dapat disimpan lagi di dalam Tempat Penyimpanan
Sementara sehingga disimpan di Tempat Penyimpanan Sampah domestik. Di log
book TPS limbah yang belum diolah sebanyak 900 kg.
Penemuan Limbah Fasyankes di badan air
Penemuan limbah medis di badan air desa Sepakat, kabupaten Meji yang terjadi
pada pagi hari di tahun 2017 menggemparkan penduduk sekitar yang akan
menggunakan badan air untuk kebutuhan sehari-hari. Diduga limbah medis dibuang
pada malam hari. Ada banyak tumpukan plastik kuning limbah medis fasyankes dan
sebagian terbuka. Beberapa plabot infus dan jarum suntik keluar dari wadah
kantong plastik kuning. Plabot infus tertera nama beberapa fasyankes yang
lokasinya di luar wilayah kabupaten Meji.
9
Download