Uploaded by User34914

amnah makalah

advertisement
BAB II
PEMBAHASAN
A. Matan keyakinan dan cita-cita hidup muhammadiyah ( MKCH)
MKCHM adalah sebuah teks dab putusan resmi persyarikatan yang disahkan oleh sidang
Tanwir. Berisi tentang matan atau teks keyakinan dan cita-cita persyarikatan.
MKCHM diputuskan oleh sidang Tanwir Muhammadiyah Tahun 1969 di Ponorogo.
Keputusan Tersebut dalam rangka melaksanakan amanat Muktamar Muhammadiyah ke37 tahun 1968 di Yogyakarta. Kemudian Matan ini diubah dan disempurnakan oleh
Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Khususnya dari segi peristilahan berdasarkan amanat
dan kuasa Tanwir Muhammadiyah tahun 1970.
Muktamar ke-37 tahun 1968 di Yogyakarta bertema Tajdid Muhammadiyah. Agenda
Tajdid Muhammadiyah dalam muktamar tersebut adalah mengadakan pembaruan dalam
berbagai bidang antara lain:
a.
Ideologi (keyakinan dan cita-cita hidup).
b.
Khittah perjuangan.
c.
Gerak dan amal usaha.
d.
Organisasi.
e.
Sasaran (tajdid).
Perlu diketahui bahwa muktamar ini adalah yang pertama kali digelar memasuki zaman
orde baru. Pada waktu itu tokoh-tokoh Muhammadiyah melakukan semacam muhasabah,
otokritik. Dalam muktamar itulah dirasakan perlu melakukan koreksi total. Salah satu
tekad itu adalah tajdid dalam bidang ideologi. Walhasil, terbentuk salah satu keputusan
muktamar yang dikenal dengan “Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah”.
MKCHM berfungsi sebagai petunjuk arah menuju cita-cita yang diperjuangkan. Fungsi
MKCM dari sudut isinya adalah penegasan tentang kedudukan manusia di hadapan Allah
dan diantara manusia sendiri, yaitu:
a. Manusia berfungsi sebagai hamda
b. Manusia berfungsi sebagai khalifah di muka bumi.
MKCHM berhubungan erat dengan pandangan idiologis. Rumusan ideologi tersebut
merupakan hasil Tanwir Ponorogo tahun 1968 sebagai kelanjutan dan amanat muktamar ke37 tahun 1968 di Yogyakarta. Pengertian ideologi di sini adalah “Keyakinan Hidup” (H.M.
Djindar Tamimy, 1968: 6). Oleh karena itu, ideologi Muhammadiyah dapat disimpulkan
sebagai “seperangkat pemikiran dan sistem perjuangan untuk mewujudkan cita-cita”, atau
“sistem paham dan perjuangan untuk mewujudkan cita-cita”, yaitu “paham Islam dan sistem
gerakan Muhammadiyah”. Namun demikian, MKCHM sebagai materi ideologi didukung
pula dengan putusan-putusan organisasi lainnya yang menjadi pedoman resmi dalam
Muhammadiyah. Aspek ideologi tersebut contohnya dapat ditemukan dalam substansi
Muqoddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, Kepribadian, Khittah, Pedoman Hidup
Islami Warga Muhammadiyah, dan Persyarikatan Pikiran Muhammadiyah Jelang Satu Abad.

Rumusan/Teks MKCHM
a.
Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar,
beraqidah Islam dan bersumber pada Al Quran dan Sunnah, bercita-cita dan bekerja
untuk terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridhoi Allah, untuk
melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.
b.
Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah agama Allah yang diwahyukan
kepada rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai
kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia
sepanjang masa, dan menjamin kesejahteraan hidup materil dan spiritual, duniawi dan
ukhrawi.
c.
Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan: a) Al Quran, kitab Allah
yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, b) Sunnah Rasul, penjelasan dan
pelaksanaan ajaran-ajaran Al Quran yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW, dengan
menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam.
d.
Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi
bidang-bidang yaitu:
1.
Aqidah Muhammadiyah bekerja untuk tegakanya aqidah Islam yang murni bersioh
dari gejala-gejala syirik, bid’ah dan khurafat tanpa mengabaikan toleransi menurut ajaran
Islam.
2.
Akhlaq Muhamamdiyah bekerja untuk tegaknya akhlaq mulia, berpedoman Al Quran
dan Sunnah tidak bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia.
3.
Ibadah Muhamamdiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan Nabi
Muhammad SAW tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.
4.
Muamalah Duniawiyah Muhamamdiyah bekerja untuk terlaksananya mu’amalat
duniawiyah (pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) berdasarkan ajaran agama
serta menjadi semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah kepada Allah SWT.
e.
Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat
karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan
bangsa dan Negara Republik Indonesia yang berdasar pada Pancasila dan UUD 1945,
untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu Negara yang adil dan makmur dan
diridloi Allah, “Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur” (Keputusan Tanwir Tahun
1969 di Ponorogo).
Catatan: Rumusan matan di atas telah mendapat perubahan dan perbaikan oleh Pimpinan
Pusat Muhammadiyah:
a.
Atas kuasa Tanwir tahun 1970 di Yogyakarta.
b.
Disesuaikan dengan keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-41 di Surakarta.
B. Cita-cita muhammadiyah
Terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridhai Allah SWT, untuk
malaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka
bumi.Muhammdiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan
kepada Rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai
kepada Nabi penutup Muhammad SAW, sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat
manusia sepanjang masa, dan menjamin kesejahteraan hidup materil dan spritual,
duniawi dan ukhrawi.
Mengamalkan Islam berdasarkan Al-Quran, Hadist dan sunnah Rasul.
Terlaksananya ajaran-ajaran islam yang meliputi bidang Aqidah, Akhlak, Ibadah, dan
muamalah duniawiyah.Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang
telah mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber
kekayaan, kemerdekaan bangsa dan Negara Republik Indonesia yang berdasar pada
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, untuk berusaha bersama-sama menjadikan
suatu negara yang adil dan makmur dan diridhoi Allah SWT.
MU’AMALAT DUNIAWIYAH
MU’AMALAT DUNIAWIYAH
Kemuliaan manusia diukur dari sejauh mana dia mampu membina hubungan baik secara
vertikal dengan Allah SWT (hablun minallah) dan secara horizontal dengan sesama
manusia (hablun munannas). Bahkan Allah SWT mengatakan bahwa manusia akan selalu
dalam kehinaan jika tidak bisa membina kedua hubungan tersebut (3:112).Mereka
diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepadatali
(agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat
kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka
kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang
demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. (QS. Ali �Imran / 3:
112).
Aspek hubungan sesama manusia (aspek mu’amalat) itu mencakup aturan tentang
pergaulan hidup antar umat manusia di atas permukaan bumi ini. Misalnya bagaimana
pengaturan tentang benda, tentang perjanjian-perjanjian, tentang ketatanegaraan, tentang
hubungan antar manusia dalam keluarga, hubungan keluarga dengan tetangga, hubungan
antar anggota masyarakat, hubungan dalam bernegara dan hubungan internasional.
Supaya terselenggaranya hubungan tersebut di atas dengan baik Islam mengajarkan
beberapa prinsip sebagai berikut :
1. Kehormatan manusia (Karamah Insaniyah).
Manusia diciptakan Allah untuk menjadi khalifah Allah di muka bumi yang bertugas
memakmurkan bumi (2:30).
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui". (QS. Al-Baqarah/ 2: 30).
Allah memikulkan amanat yang mulia ini ke pundak manusia (33:72).Sesungguhnya
Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gununggunung,maka
semuanya
enggan
untuk
memikul
amanat
itu
dan
mereka
khawatir
akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu
amat zalim dan amat bodoh (QS. Al-Ahzab/ 33: 72).
Oleh sebab itu Allah memuliakan umat manusia melebihi makhluk-makhluk yang lainnya
(17:70).Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka
di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan. (QS. Al-Isra�/ 17: 70).
2. Kesatuan Umat Manusia
Umat manusia berasal dari satu keturunan yaitu dari Nabi Adam as. (49:13; 4:1).Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat/ 49: 13).
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya
Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah
kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama
lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu. (QS. An-Nisa�/ 4: 1).
Oleh sebab itu manusia memiliki nilai kemausiaan yang sama. Tidak ada kelebihan satu
ras dibanding dengan ras yang lain. Yang menentukan nilai kemuliaan manusia di sisi
Allah hanyalah ketaqwaannya (49:13).
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat/ 49: 13).
3. Kerjasama Umat Manusia
Manusia tidak bisa hidup sendiri, harus bekerjasama dengan manusia yang lainnya. Umat
manusia harus bekerjasama dalam kebajikan dan taqwa dan tidak boleh bekerjasama
dalam berbuat dosa dan pelanggaran (5:2).
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS. Al-Maidah/ 5: 2).
4. Toleransi
Manusia tidak mungkin harus selalu memiliki pendapat dan keinginan yang sama, oleh
sebab itu Islam mengajarkan bahwa seseorang harus dapat memberikan kesempatan
kepada orang lain untuk berbeda pendapat dan keinginan, tanpa harus memaksakan
kehendak sendiri kepada orang lain, dan seseorang juga harus bisa atau suka memaafkan
kesalahan orang lain. Toleransi tidak bisa diartikan menyerah kepada kejahatan atau
memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berbuat jahat (7:199; 3:134).
Jadilah engkau pema`af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma`ruf, serta berpalinglah
daripada orang-orang yang bodoh. (QS. Al-A�raf/ 7: 199). (yaitu) orang-orang yang
menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang
menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang
yang berbuat kebajikan. (QS. Ali �Imran/ 3: 134).
5. Kemerdekaan
Mencakup kemerdekaan pribadi, kemerdekaan mengemukakan pendapat, kemerdekaan
beragama, kemerdekaan menentukan nasib, kemerdekaan menetap di suatu tempat,
kemerdekaan berpindah-pindah, kemerdekaan memiliki kekayaan dan lain-lain
segbagainya (2:256; 10:99; 4:29). Inti kemerdekaan adalah membedakan manusia dari
perhambaan sesama manusia dan mebebaskan manusia dari keterikatan kepada selain
Allah SWT.
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang
amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(QS. Al-Baqarah/ 2: 256).
Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi
seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi
orang-orang yang beriman semuanya? (QS. Yunus/ 10: 99).
6. Keadilan
Memberikan kepada orang lain haknya. Keadilan itu mencakup keadilan hukum (4:58),
keadilan sosial (17:26), dan keadilan hubungan antar negara (5:8).
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat. (QS. An-Nisa� / 4: 58).
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin
dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros. (QS. Al-Isra�/ 17: 26).
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekalikali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Maidah/5: 8).
7. Memenuhi Janji
Baik janji antar pribadi, antar kelompok maupun antar negara (5:1; 17:34)
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. (QS. Al-Maidah/ 5: 1).
Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.
(QS.Al-Isra’/ 17: 34).
8. Kasih Sayang dan Mencegah Kerusakan
Kasih sayang dengan semua makhluk Allah termasuk binatang, dan tidak merusak alam
dan lingkungan. Rasulullah saw. bersabda : “Orang-orang yang pengasih akan dikasihi
oleh Yang Maha Pengasih. Kasihilah orang-orang yang ada di atas bumi ini, niscaya
kamu akan dikasihi oleh Yang ada di langit” (HR. Ahmad).
C. Pemikiran dan gerakan muhammadiyah
A. Bidang aqidah
Aqidah Islam menurut Muhamadiyah dirumuskan sebagai konsekuensi logis dari
gerakannya. Formulasi aqidah yang dirumuskan dengan merujuk langsung kepada
suber utama ajaran Islam itu disebut ‘aqidah shahihah, yang menolak segala
bentuk campur tangan pemikiran teologis. Karakteristik aqidah Muhammadiyah
itu secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, nash sebagai dasar rujukan. Semangat kembali kepada Alquran dan
Sunnah sebenarnya sudah menjadi tema umm pada setiap gerakan pembaharuan.
Karena diyakini sepenuhnya bahwa hanya dengan berpedoman pada kedua
sumber utama itulah ajaran Islam dapat hidup dan berkembang secara dinamis.
Muhammadiyah juga menjadikan hal ini sebagai tema sentral gerakannya, lebihlebih dalam masalah ‘aqidah, seperti dinyatakan: “Inilah pokok-pokok ‘aqidah
yang benar itu, yang terdapat dalam Alquran dan dikuatkan dengan pemberitaanpemberitaan yang mutawatir.”
Berdasarkan pernyataan di atas, jelaslah bahwa sumber aqidah Muhammadiyah
adalah alquran dan Sunnah yang dikuatkan dengan berita-berita yang mutawatir.
Ketentuan ini juga dijelaskan lagi dalam pokok-pokok Manhaj Tarjih sebagai
berikut: “(5) Di dalam masalah aqidah hanya dipergunakan dalil-dalil yang
mutawatir, (6) Dalil-dalil umum Alquran dapat ditakhsis dengan hadits ahad,
kecuali dalam bidang aqidah, (16) dalam memahami nash, makna zhahir
didahulukan daripada ta’wil dalam bidang aqidah dan takwil sahabat dalam hal itu
tidak harus diterima.”
Ketentuan-ketentuan di atas jelas menggambarkan bahwa secara tegas aqidah
Muhammadiyah bersumber dari Alquran dan Sunnah tanpa interpretasi filosofis
seperti yang terdapat dalam aliran-aliran teologi pada umumna. Sebagai
konsekuensi dari penolakannya terhadap pemikiran filosofis ini, maka dalam
menghadapi ayat-ayat yang berkonotasi mengundang perdebatan teologis dalam
pemaknaannya, Muhammadiyah bersikap tawaqquf seperti halnya kaum salaf.
Kedua, keterbatasan peranan akal dalam soal aqida Muhammadiyah termasuk
kelompok yang memandang kenisbian akal dalam masalah aqidah. Sehingga
formulasi posisi akal sebagai berikut “Allah tidak menyuruh kita membicarakan
hal-hal yang tidak tercapai pengertian oleh akal dalam hal kepercayaan, sebab
akal manusia tidak mungkin mencapai pengertian tentang Dzat Allah dan
hubungan-Nya dengan sifat-sifat yang ada pada-Nya.”
Ketiga, kecondongan berpandangan ganda terhadap perbuatan manusia. Pertama,
segala perbuatan telah ditentukan oleh Allah dan manusia hanya dapat berikhtiar.
Kedua, jika ditinjau dari sisi manusia perbuatan manusia merupakan hasil usaha
sendiri. Sedangkan bila ditinjau dari sis Tuhan, perbuatan manusia merupakan
ciptaan Tuhan.
Keempat, percaya kepada qadha’ dan qadar. Dalam Muhammdiyah qadha’ dan
qadar diyakini sebagai salah satu pokok aqidah yang terakhir dari formulasi rukun
imannya, dengan mengikuti formulasi yang diberikan oleh hadis mengenai
pengertian Islam, Iman dan Ihsan.
Kelima, menetapkan sifat-sifat Allah. Seperti halnya pada aspek-aspek aqidah
lainnya, pandangan Muhammadiyah mengenai sifat-sifat Allah tidak dijelaskan
secara mendetail. Keterampilan yang mendekati kebenaran Muhammadiyah tetap
cenderung kepada aqidah salaf.
B. Bidang akhlak
Mengingat pentingnya akhlaq dalam kaitannya dengan keimanan seseorang, maka
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam juga dengan tegas menempatkan akhlaq
sebagai salah satu sendi dasar sikap keberagamaannya. Dalam Matan Keyakinan
dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah dijelaskan “Muhammadiyah bekerja untuk
tegaknya nilai-nilai akhlaq mulia dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran
Alquran dan Sunnah Rasul, tidak bersendi pada nilai-nilai ciptaan manusia.”
Akhlak adalah nilai-nilai dan sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan (Imam Ghazali). Nilai dan perilaku baik dan burruk seperti
sabar, syukur, tawakal, birrul walidaini, syaja’ah dan sebagainya (Al-Akhlaqul
Mahmudah) dan sombong, takabur, dengki, riya’, ‘uququl walidain dan
sebagainya (Al-Akhlaqul Madzmuham).
Mengenai Muhammadiyah menjadikan akhlaq sebagai salah satu garis
perjuangannya, hal ini selain secara tegas dinyatakan dalam nash, juga tidak dapat
dipisahkan dari akar historis yang melatarbelakangi kelahirannya. Kebodohan,
perpecahan di antara sesama orang Islam, melemahnya jiwa santun terhadap
dhu’afa’, pernghormatan yang berlebi-lebihan terhadap orang yang dianggap suci
dan lain-lain, adalah bentuk realisasi tidak tegaknya ajaran akhlaqul karimah.
Untuk menghidupkan akhlaq yang islami, maka Muhammadiyah berusaha
memperbaiki dasar-dasar ajaran yang sudah lama menjadi keyakinan umat Islam,
yaitu dengan menyampaikan ajaran yang benar-benar berdasar pada ajaran
Alquran dan Sunnah Maqbulah, membersihkan jiwa dari kesyirikan, sehingga
kepatuhan dan ketundukan hanya semata-mata kepada Allah. Usaha tersebut
ditempuh melalui pendidikan, sehingga sifat bodoh dan inferoritas berangsurangsur habis kemudian membina ukhuwah antar sesame muslim yang
disemangati oleh Surat Ali Imron ayat 103.
Adapun sifat-sifat akhlak Islam dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Akhlaq Rabbani: Sumber akhlaq Islam itu wahyu Allah yang termaktub dalam
Al-Qur’an dan As-Sunnah, bertujuan mendapatkan kebahagiaan dunia dan
akhirat. Akhlaq Islamlah moral yang tidak bersifat kondisional dan situasional,
tetapi akhlaq yang memiliki nilai-nilai yang mutlak. Akhlaq rabbanilah yang
mampu menghindari nilai moralitas dalam hidup manusia (Q.S.) Al-An’am / 6 :
153).
2. Akhlak Manusiawi. Akhlaq dalam Islam sejalan dan memenuhi fitrah manusia.
Jiwa manusia yang merindukan kebaikan, dan akan terpenuhi dengan mengikuti
ajaran akhlaq dalam Islam. Akhlaq Islam benar-benar memelihara eksistensi
manusia sebagai makhluk terhormat sesuai dengan fitrahnya.
3. Akhlak Universal. Sesuai dengan kemanusiaan yang universal dan menyangkut
segala aspek kehidupan manusia baik yang berdimensi vertikal, maupun
horizontal. (Q.S. Al-An’nam : 151-152).
4. Akhlak Keseimbangan. Akhlaq Islam dapat memenuhi kebutuhan sewaktu
hidup di dunia maupun di akhirat, memenuhi tuntutan kebutuhan manusia
duniawi maupun ukhrawi secara seimbang, begitu juga memenuhi kebutuhan
pribadi dan kewajiban terhadap masyarakat, seimbang pula. (H.R. Buhkori).
5. Akhlaq Realistik. Akhlaq Islam memperhatikan kenyataan hidup manusia
walaupun manusia dinyatakan sebagai makhluk yang memiliki kelebihan
dibanding dengan makhluk lain, namun manusia memiliki kelemahan-kelemahan
itu yaitu sangat mungkin melakukan kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu Allah
memberikan kesempatan untuk bertaubat. Bahkan dalam keadaan terpaksa. Islam
membolehkan manusia melakukan yang dalam keadaan biasa tidak dibenarkan.
(Q.S. Al- Baqarah / 27 : 173).
C. Bidang mummalah duniawiyah
Mua’malah : Aspek kemasyarakatan yang mengatur pegaulan hidup manusia
diatas bumi ini, baik tentang harta benda, perjanjian-perjanjian, ketatanegaraan,
hubungan antar negara dan lain sebagainya.
Di dalam prinsip-prinsip Majlis Tarjih poin 14 disebutkan “Dalam hal-hal
termasuk Al-Umurud Dunyawiyah yang tidak termasuk tugas para nabi,
menggunakan akal sangat diperlukan, demi untuk tercapainya kemaslahatan
umat.”
Adapun prinsip-prinsip mu’amalah dunyawiyah yang terpenting antara lain:
1. Menganut prinsip mubah.
2. Harus dilakukan dengan saling rela artinya tidak ada yang dipaksa.
3. Harus saling menguntungkan. Artinya mu’amalah dilakukan untuk menarik
mamfaat dan menolak kemudharatan.
4. Harus sesuai dengan prinsip keadilan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
MKCHM adalah sebuah teks dab putusan resmi persyarikatan yang disahkan oleh sidang
Tanwir. Berisi tentang matan atau teks keyakinan dan cita-cita persyarikatan.
a.
Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar,
beraqidah Islam dan bersumber pada Al Quran dan Sunnah, bercita-cita dan bekerja
untuk terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridhoi Allah, untuk
melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.
b.
Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah agama Allah yang diwahyukan
kepada rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai
kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia
sepanjang masa, dan menjamin kesejahteraan hidup materil dan spiritual, duniawi dan
ukhrawi.
c.
Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan: a) Al Quran, kitab Allah
yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, b) Sunnah Rasul, penjelasan dan
pelaksanaan ajaran-ajaran Al Quran yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW, dengan
menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam.
d.
Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi
bidang-bidang yaitu:
1.
Aqidah Muhammadiyah bekerja untuk tegakanya aqidah Islam yang murni bersioh
dari gejala-gejala syirik, bid’ah dan khurafat tanpa mengabaikan toleransi menurut ajaran
Islam.
2.
Akhlaq Muhamamdiyah bekerja untuk tegaknya akhlaq mulia, berpedoman Al Quran
dan Sunnah tidak bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia.
3.
Ibadah Muhamamdiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan Nabi
Muhammad SAW tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.
4.
Muamalah Duniawiyah Muhamamdiyah bekerja untuk terlaksananya mu’amalat
duniawiyah (pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) berdasarkan ajaran agama
serta menjadi semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah kepada Allah SWT.
e.
Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat
karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan
bangsa dan Negara Republik Indonesia yang berdasar pada Pancasila dan UUD 1945,
untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu Negara yang adil dan makmur dan
diridloi Allah, “Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur” (Keputusan Tanwir Tahun
1969 di Ponorogo).
Catatan: Rumusan matan di atas telah mendapat perubahan dan perbaikan oleh Pimpinan
Pusat Muhammadiyah:
a.
Atas kuasa Tanwir tahun 1970 di Yogyakarta.
b.
Disesuaikan dengan keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-41 di Surakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Majelis dikti litbang, dan Lpi pp muhammadiyah. 2010. Satu abad muhammadiyah Jakarta:
Kompas media pustaka
Kamal Pasha, Musthafa, Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam, Pustaka Pelajar Offet,
Jogjakarta, 2000
Download