Uploaded by midorisanto

materi BAB I,II, III

advertisement
BAB I
Keselamatan Kerja dan Kesehatan Lingkungan
A. Latar Belakang
Keselamatan kerja mempunyai fungsi mencegah kecelakaan di tempat tenaga
kerja melakukan pekerjaan. Tidak seorangpun di dunia ini yang ingin mengalami
kecelakaan. Karena itu keselamatan kerja bersifat umum dan ditujukan untuk
keselamatan seluruh umat manusia. Hal ini terbukti dengan diadakannya International
Safety Conference di Roma (1955) yang diikuti oleh 27 negara. Sedang pada tahun
1958 di Brussels, Belgia diikuti oleh 51 negara.
Kecelakaan merupakan suatu kejadian yang tidak dapat kita duga, tidak
direncanakan dan tidak diharapkan sebelumnya atau dikatakan juga tidak ada unsur
kesengajaan terlebih dalam bentuk rencana. Kecelakaan akibat kerja adalah
kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan pada suatu tempat kerja dan ini berarti
disebabkan oleh pekerjaannya atau pada saat korban melakukan pekerjaan tersebut.
Kecelakaan ini biasanya datang ketika kita tidak sedang siap menghadapinya.
Pekerjaan konstruksi seringkali harus berlangsung di udara terbuka dengan
angin kencang, hujan disertai petir atau berkabut di malam hari. Kemajuan mekanisasi
berbacam-macam peralatan kerja proyek ternyata juga diiringi dengan peningkatan
intensitas dan frekuensi kebisingan serta bahaya yang lebih vatal. Semua adalah
situasi yang mengancam keamanan dan kenyamanan dalam bekerja bagi pekerja
konstruksi.
Selain itu terdapat peralatan kerja, baik alat kerja tangan (hand tool) atau alatalat berat disertai bermacam-macam bahan bangunan yang juga menjadi sumber bagi
ancaman keselamatan dan kesehatan kerja. Itu sebabnya pekerjaan konstruksi itu
tergolong berbahaya (dangerous), sulit (difficult) dan kotor (dirty), sehingga ada yang
menganggap sebagai pekerjaan yang rendah (degrade), atau pekerja bangunan itu
disebut orang pekerjaan tipe 4-D (dangerous, difficult, dirty, degrade).
Sehubungan dengan itu terjadinya kecelakaan yang menyebabkan pekerja
yang juga pencari nafkah bagi keluarganya menderita cacat sementara atau cacat tetap
sehingga tidak mampu bekerja lagi, mengidap penyakit yang sulit disembuhkan atau
bahkan meninggal dunia, yang pada akhirnya juga mengakibatkan kerugian finansial
yang tidak sedikit.
Arti dan tujuan keselamatan kerja dapat diterangkan dalam perumusan sebagai
berikut : Menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah manusia serta hasil karya dan budaya nya, tertuju kepada kesejahteraan
masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya. Tujuan dan sasaran dari
uapaya keselamatan kerja adalah :
1. Mencegah terjadinya kecelakaan
2. Mencegah timbulnya penyakit akibat/pekerjaan
3. Mencegah/mengurangi kematian
4. Mencegah/mengurangi cacad tetap
5. Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan
bangunan-bangunan, alat-alat kerja, mesin-mesin, pesawat - pesawat,
instalasi, dsb
6. Meningkatkan produktifitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan
menjamin kehidupan produktifnya
7. Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat dan sumber produktif
lainnya sewaktu kerja dsb
8. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga
dapat menimbulkan kegembiraan semangat kerja
9. Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi, industri
serta pembangunan
B. Pengertian
Keselamatan kerja diartikan sebagai suatu upaya agar pekerja selamat
ditempat kerjanya sehingga terhindar dari kecelakaan termasuk juga untuk
menyelamatkan peralatan serta produksinya. Secara umum, tujuan Keselamatan &
Kesehatan Kerja (K3), adalah :
a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.
b. Menjamin keselamatan dan kesehatan orang lain yang berada ditempat dan
sekitar pekerjaan itu,
c. Menjamin terpeliharanya sumber produksi dan pendayagunaannya secara
aman,efisien dan efektif,
d. Khusus dari segi kesehatan, mencegah dan membasmi penyakit akibat kerja.
Syarat Keselamatan Kerja :
 mencegah dan mengurangi kecelakaan
 mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran
 mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
 memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
 memberi pertolongan pada kecelakaan
 membeli alat-alat pelindung diri pada para pekerja.
Kesehatan kerja diartikan sebagai suatu upaya untuk menjaga kesehatan
pekerja dan mencegah pencemaran disekitar tempat kerjanya (masyarakat dan
lingkungan). Kesehatan Kerja dapat diartikan sebagai bagian sosialisasi dalam ilmu
kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan
yang tinggi baik fisik mental maupun sosial melalui usaha-usaha preventif dan kuratif
terhadap penyakit-penyakit gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor
pekerjaan dan lingkungan.
Fungsi Kesehatan Kerja menurut ILO (International Labor Organization) :
 Melindungi pekerja terhadap kesehatan yang mungkin timbul dari pekerjaan dan
lingkungan kerja.


Membantu pekerja menyesuaikan diri dengan pekerjaan baik fisik maupun mental
serta menyadari kewajiban terhadap pekerjaannya.
Memperbaiki memelihara keadaan fisik mental maupun sosial pekerja sebaik
mungkin.
Tujuan Utama Kesehatan Kerja
 Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
 Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.
 Perawatan dan efisiensi dan produktifitas tenaga kerja.
 Pemberantasan kelelahan tenaga kerja dan meningkatkan kegairahan serta
kenikmatan kerja.
 Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan
oleh produk-produk kesehatan.
Dua hal yang sangat penting untuk mendapatkan tanggungan dan perlindungan dalam
hubungannya dengan keselamatan dan kesehatan kerja, yaitu :
 Resiko keselamatan kerja : aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat
menyebabkan kerusakan fisik tempat kerja , alat dan manusia yang dapat
dirasakan dalam jangka pendek.
 Resiko Kesehatan kerja : aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat
menyebabkan kondisi tidak sehat pada pekerja yang dapat menimbulkan
kerusakan atau kerugian baik fisik maupun psikis dalam jangka pendek dan
waktu panjang.
Pengaruh K3 Terhadap Pribadi/Lingkungan Pekerjaan.
Adanya faktor keselamatan dan kesehatan kerja, khususnya pada dunia kerja
dan dunia usaha dunia industri, pengaruhnya sangat besar, dan dapat merubah pola
hidup, dan budaya kerja yang sangat signifikan, tetapi kadarnya akan tergantung juga
pada moral komitmen dan tanggung jawab setiap personal yang ada pada komunitas
tersebut.
Pengaruh K3 diantaranya adalah terhadap : motivasi, produktifitas,
kenyamanan, gairah, menekan terjadinya kecelakaan, ergonomi fisik , kesehatan fisik
dan mental, memelihara sarana/ fasilitas/peralatan, mencegah kebakaran,
mempertahankan kelestarian ekosistem, lingkungan yang sehat, dan lain-lain.
Syarat-syarat K3
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2. Membuat jalan penyelamatan (emergency exit),
3. Memberi pertolongan pertama(first aids/PPPK),
4. Memberi peralatan pelindung pada pekerja dan alat kerja,
5. Mempertimbangkan faktor-faktor kenyamanan kerja,
6. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit fisik dan psychis karena
pekerjaan (ergonomy),
7. Memelihara ketertiban dan kebersihan kerja,
8.
9.
Mengusahakan keserasian antar pekerja, perkakas,lingkungan serta cara dan
proses kerja,
Mengamankan daerah-daerah, bahan dan sumber - sumber yang berbahaya
dengan pengaman yang sesuai dengan sempurna.
C. Sistem Manajemen
Dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, pelaksanaannya bisa saja
berpotensi terjadinya kecelakaan konstruksi yang membahayakan keselamatan
pekerja, keselamatan publik, keselamatan harta benda, dan keselamatan lingkungan
sehingga untuk menjamin keselamatan pekerjaan konstruksi perlu membentuk Komite
Keselamatan Konstruksi.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi yang selanjutnya disingkat K3
Konstruksi adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja pada pekerjaan konstruksi.
Untuk menerapkan Sistem Manajemen K3 pada setiap penyelenggaraan
pekerjaan konstruksi maka dibentuklah Komite Keselamatan Konstruksi. Pekerjaan
konstruksi yang menjadi kewenangan Komite Keselamatan Konstruksi sesuai dengan
Permen PU Nomor 02/PRT/M/2018 tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
meliputi:
a. potensi bahaya tinggi;dan/atau
b. mengalami kecelakaan konstruksi yang dapat menimbulkan hilangnya nyawa
orang;
Penerapan Sistem Manajemen K3 Konstruksi
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum yang selanjutnya disingkat SMK3 Konstruksi Bidang PU adalah
bagian dari sistem manajemen organisasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dalam
rangka pengendalian risiko K3 pada setiap pekerjaan konstruksi bidang Pekerjaan
Umum.
Tenaga teknis yang bekerja di bidang K3 disebut sebagai Ahli K3 yang
memiliki tugas merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi SMK3 Konstruksi.
Selain Ahli K3, di dalam pelaksaannya ada petugas K3. Setiap penyelenggaraan
pekerjaan konstruksi bidang Pekerjaan Umum wajib menerapkan SMK3 Konstruksi.
SMK3 Konstruksi Bidang PU meliputi:
a. Kebijakan K3;
b. Perencanaan K3;
c. Pengendalian Operasional;
d. Pemeriksaan dan Evaluasi Kinerja K3; dan
e. Tinjauan Ulang Kinerja K3.
SMK3 Konstruksi diterapkan pada tahapan sebagai berikut:
a. Tahap Pra Konstruksi:
b.
c.
d.
1. Rancangan Konseptual, meliputi Studi Kelayakan/Feasibility Study, Survei
dan Investigasi;
2. Detailed Enginering Design (DED);
3. Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa.
Tahap Pemilihan Penyedia Barang/Jasa (Procurement);
Tahap Pelaksanaan Konstruksi; dan
Tahap Penyerahan Hasil Akhir Pekerjaan.
Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU ditetapkan berdasarkan potensi
bahaya. Potensi bahaya ditetapkan menjadi:
 Potensi bahaya tinggi, apabila pekerjaan bersifat berbahaya dan/atau
mempekerjakan tenaga kerja paling sedikit 100 orang dan/atau nilai kontrak
diatas Rp.100.000.000.000. Pelaksanaan Konstruksi dengan potensi bahaya tinggi
wajib melibatkan Ahli K3 konstruksi.
 Potensi bahaya rendah, apabila pekerjaan bersifat tidak berbahaya dan/atau
mempekerjakan tenaga kerja kurang dari 100 orang dan/atau nilai kontrak
dibawah Rp.100.000.000.000. Pelaksanaan konstruksi dengan potensi bahaya
rendah wajib melibatkan Petugas K3 konstruksi.
D. Alat Pelindung Diri
Peralatan pelindung diri untuk pekerja pada dasarnya mempunyai masalah
tersendiri. Rendahnya motivasi dari pihak pekerja untuk menggunakan peralatan itu
hendaknya diimbangi dengan kesungguhan pengelola menerapkan aturan penggunaan
peralatan itu. Terdapat beberapa segi yang perlu perhatian dan sekaligus
pemecahannya :
a. Untuk pertama kali menggunakan alat pelindung diri seperti helm, sepatu kerja
dan ikat pinggang pengaman memang kurang menyenangkan pekerja. Memanjat
dengan memakai sepatu bahkan akan terasa kurang aman bagi yang tidak
terbiasa, mula-mula terasa memperlambat pekerjaan. Memakai sarung tangan
juga mula-mula akan terasa risih.
b. Diperlukan tenaga pengawas K3 Konstruksi untuk mengingatkan dan
mengenakan sanksi bagi pelanggar yang tidak menggunakan alat pelindung
tersebut.
c. Untuk pembiayaan peralatan memang diperlukan dana, dan hal ini tentu sudah
dianggarkan oleh pengembang/kontraktor. Karena itu hendaknya diadakan
inventarisasi dan prosedur penyimpanan, perbaikan, perawatan, membersihkan
dan menggantikan alat pelindung diri oleh pengembang/kontraktor.
Jenis Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Yang Harus Selalu Dipakai,
terdiri atas :
 Pelindung Kepala
Pelindung kepala selalu gunakan
Helm Pengaman, untuk menghindari
risiko kejatuhan benda-benda tajam dan
berbahaya. Peralatan atau bahan kecil
tetapi berat bila jatuh dari ketinggian dan
menimpa kepala. Kecelakaan yang
Sumber gambar : Google
menimpa kepala sering terjadi sewaktu bergerak dan berdiri dalam posisi berdiri
atau ketika naik ketempat yang lebih tinggi. Terutama bila ditempat yang lebih
tinggi pekerjaan sedang berlangsung. Aturan yang lebih keras pada daerah seperti
ini harus diberlakukan tanpa kecuali terhadap siapapun yang memasuki area
tersebut.
Jenis Helm yang digunakan juga harus standar. Ada standar nasional dan ada
juga standar internasional. Juga cara pemakaiannya harus betul, tali pengikat ke
dagu harus terpasang sebagaimana mestinya sehingga tidak mudah terlepas.
 Pelindung Kaki
Banyak kecelakaan kerja terjadi karena
tertusuk paku yang tidak dibengkokkan,
terpasang vertical di papan sebagai bahan
bangunan yang berserakan ditempat kerja.
Ada beberapa jenis sepatu kerja untuk dipakai
pelindung kaki agar aman dari kejatuhan
benda :
 Sepatu bot yang dipakai di tanah
Sumber gambar : Google
basah atau memasuki air.
 Sepatu untuk memanjat.
 Sepatu untuk pekerjaan berat.
 Sepatu korosi, untuk bekerja menggunakan bahan kimia dan bahan
sejenis.
 Pelindung Tangan
Banyak luka kecelakaan terjadi di tangan
dan pergelangan dibanding bagian tubuh
lainnya. Kecelakaan ditangan seperti bengkak,
terkelupas, terpotong, memar atau terbakar bisa
berakibat vatal dan tidak dapat lagi bekerja.
Diperlukan pedoman penguasaan peralatan
teknis dan pelindung tangan yang cocok seperti
sarung tangan.
Sumber gambar : Google
Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan pelidung tangan misalnya adalah :
 Pekerjaan yang berhubungan dengan permukaan yang kasar, tajam atau
permukaan menonjol.
 Pekerjaan yang berhubungan dengan benda panas, karatan atau zat- zat
seperti aspal dan resin beracun.
 Pekerjaan yang berhubugan dengan listrik dan cuaca.
 Pelindung Pernafasan
Bila terdapat kecurigaan bahwa di udara
terdapat gas beracun, pelindung pernafasan harus
segera dipakai. Jenis Pelindung Pernafasan yang
harus dipakai tergantung kepada bahaya dan
kondisi kerja masing-masing. Dalam pekerjaan di
proyek terdapat pekerjaan yang berhubungan
dengan bahaya debu, minyak atau gas yang
berasal dari :
Sumber gambar : Google
 Peralatan pemecah dan batu.
 Kecipratan pasir.
 Bangunan terbuka yang mengandung debu asbes.
 Pekerjaan las, memotong bahan yang dibungkus atau dilapisi zinkum,
nikel atau cadmium.
 Cat semprot.
 Semburan mendadak.
Juga diperlukan latihan cara menggunakan dan merawatnya. Perlu minta
petunjuk pihak berwenang untuk peralatan Pelindung Pernafasan ini. Juga
terdapat alat Pelindung Pernafasan jenis setengah muka yang terdiri atas :
 Yang memakai alat filter atau penyaring katrid. Filter ini perlu
 diganti secara berkala.
 Pelindung Pernafasan dari gas dan asap.
 Filter kombinasi penahan gas dan asap.
Disamping itu terdapat juga alat Pelindung Pernafasan penuh muka memakai
filter yang bisa melindungi mata maupun muka. Pelindung Pernafasan yang lain
ialah yang melindungi seluruh muka yang dilengkapi udara dalam tekanan
tertentu dan merupakan jenis yang terbaik, terutama bila di tempat kerja kurang
dapat oksigen. Udara dialirkan dari kompresor yang dilengkapi penyaring. Pada
iklim panas alat ini terasa sejuk dan menyenagkan. Alat ini lebih mandiri tapi
memerlukan pelatihan cara memakainya sesuai dengan petunjuk pabrik
pembuatnya.
 Pelindung Mata
Mata dapat luka karena radiasi atau
debu yang berterbangan. Kecalakaan
yang mengenai mata seringkali terjadi
dalam:
 Memecah batu, pemotongan,
pelapisan atau pemasangan
batu,
pembetonan
dan
Sumber gambar : Google
memasang bata dengan tangan atau alat kerja tangan menggunakan
tenaga listrik
 Pengupasan dan pelapisan cat atau permukaan berkarat.
 Penutupan atau penyumbatan baut.
 Menggerinda dengan tenaga listrik.
 Pengelasan dan pemotongan logam.
Dalam pekerjaan konstruksi terdapat juga risiko karena tumpahan, kebocoran
atau percikan bahan cair panas atau lumpur cair. Persoalan yang banyak terjadi
adalah, kemalasan tukang untuk memakai pelindung, alat tidak cocok, atau
memang aalatnya tidak tersedia sama sekali di proyek.
 Tali Pengaman.
Banyak sekali terjadi kecelakaan kerja karena
jatuh dari ketinggian. Pencegahan utama ialah
tersedianya jaring pengaman. Tetapi untuk
keamanan individu perlu Ikat Pinggang
Pengaman. Contoh jenis-jenis pekerjaan yang
memerlukan Tali Pengaman :
 Pekerjaan perawatan pada bangunan
struktur seperti jembatan.
 Bekerja di ruang tertutup seperti
Sumber gambar : Google
gudang atau ruangan bawah tanah yag
ada kemungkinan bahaya asap, gas berbahaya atau bahan-bahan yang
rapuh.
Terdapat banyak jenis Ikat Pinggang Pengaman dan Tali Pengaman,
diperlukan petunjuk pihak yang kompeten tentang Tali Pengaman yang paling
cocok untuk suatu jenis pekerjaan. Termasuk cara penggunaan dan erawatannya.
Tali Pengaman yang lengkap harus selalu dipakai bersama Ikat Pinggang
Pengaman.
Syarat-syarat untuk Tali Pengaman adalah :
 Batas jatuh pemakai tidak boleh lebih dari dua meter dengan cara
meloncat.
 Harus cukup kuat menahan berat badan.

Harus melekat di bangunan yag kuat melalui titik kait diatas tempat
kerja.
Sesungguhnya bila pekerja itu dipersiapkan melalui sistim pelatihan,
kecelakaan yang diakibatkan alpa menggunakan Alat Pelindung Diri seperti ini
akan jauh berkurang. Sebab dalam sistim pelatihan diajarkan cara menggunakan
peralatan yang betul, efektif dan tanpa membahayakan. Hampir semua pekerja
tukang tidak pernah dibekali pengetahuan melalui sistim pelatihan, hanya
memupuk pengalaman sambil langsung bekerja.
Dengan cara penjelasan ringkas kepada mereka sambil bekerja tentang
pencegahan kecelakaan hasilnya akan terbatas. Akan jauh lebih berhasil bila
merupakan program dalam paket pelatihan sejak berstatus calon pencari kerja
atau pemula. Hal ini merupakan penyebab angka kecelakaan kerja bidang
konstruksi di Indonesia termasuk tinggi.
Keselamatan kerja dan kesehatan lingkungan, Kemendikbud 2013
https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-dalam-bidang-konstruksi26 diakses pada 02 November 2019
BAB II
Gambar Proyeksi dan Perspektif
A. Pengertian
Proyeksi adalah gambar dari benda nyata atau khayalan, yang dilukiskan
menurut garis-garis pandangan pengamat pada suatu bidang datar/ bidang gambar.
Proyeksi juga berfungsi untuk menyatakan wujud benda dalam bentuk gambar yang
diperlukan.
Untuk bisa memahami informasi dari sebuah gambar, antara designer
(perancang gambar), drafter (juru gambar) dan operator (pengguna gambar) harus
mempunyai konsep yang sama sehingga informasi gambar yang dimaksudkan tidak
terjadi salah pengertian di antara ketiga orang tersebut. Untuk itu designer, drafter dan
operator harus memahami, simbol, ukuran dan skala gambar yang telah distandarkan.
Cara yang lain dapat dilakukan untuk bisa membaca gambar adalah dengan
memahami jenis proyeksi dari gambar tersebut.
B. Jenis
1. Proyeksi Ortogonal (Eropa)
Penampilan gambar proyeksi Eropa relatif sederhana dibandingkan dengan yang lain.
Gambar ini menampilkan pandangan atas, depan (muka), dan samping. Oleh karena
itu proyeksi Eropa sangat tepat digunakan untuk kepentingan perancangan mebel atau
desain produk.
Sistem gambar proyeksi Eropa dihasilkan dari pemroyeksian pada ruang atau sudut
pertama (first angel). Oleh karena itu proyeksi Eropa sering disebut proyeksi
“Kuadran Pertama” atau “Kuadran I”. Ruang atau sudut penampilan tersebut
berbentuk tiga dimensi, yang terdiri atas 3 bidang, yakni bidang I, II, dan III. Bidang I
berfungsi untuk menampilkan bayangan benada tampak dari atas, bidang II untuk
bayangan benda tampak depan, dan bidang III untuk bayangan benda tampak dari
samping kiri. Oleh karena itu proyeksi Eropa sering dikelompokkan dalam proyeksi
tampak ganda (multiview).
Jika diperhatikan sistem proyeksi Eropa ini menempatkan posisi benda/obyek yang
digambar berada di antara titik pengamat (proyektor) dan proyeksi benda. Jika
diurutkan maka posisi tersebut adalah pengamat, objek, dan gambar proyeksi. Posisi
pengamat terhadap bidang gambar adalah tegak lurus. Di samping itu, masing-masing
garis pemroyeksi yang merupakan hubungan dari titik pengamat dan benda sehingga
menghasilkan proyeksi tersebut adalah sejajar sesamanya.
Ruang / sudut yang berbentuk tiga dimensi ini diubah sedemikian rupa menjadi dua
dimensi. Dengan kata lain diubah menjadi bidang datar sehingga dapat dituangkan ke
dalam bidang atau kertas gambar. Perubahan sudut / ruang tersebut dapat dilihat
dalam gambar berikut:
Gambar Konstruksi ruang dalam proyeksi Eropa
Gambar Ruang dalam proyeksi Eropa yang dibentangkan menjadi bidang datar
Gambar Contoh cara memproyeksikan sebuah titik.
Gambar Contoh benda berupa kubus yang diproyeksikan dengan cara Eropa.
Perbedaan Proyeksi Eropa dan Amerika
Tabel perbedaan proyeksi Eropa dan Amerika
2.
Proyeksi Aksonometri
Proyeksi Aksonometri tergolong jenis proyeksi sejajar (paralel) dan juga tegak
(ortogonal). Perbedaannya dengan proyeksi Eropa terutama adalah dalam penampilan
tampak. Dalam proyeksi Aksonometri diupayakan untuk penampilan tampak atas,
depan, dan samping dalam satu kesatuan gambar tidak seperti dalam proyeksi Eropa
yang terpisah oleh bidang-bidang. Gambar proyeksi Aksonometri menampilkan objek
gambar baik yang kongkret maupun imajiner ke dalam bayangan tiga dimensi, oleh
karena itu aksonometri tergolong jenis proyeksi piktorial. Jenis proyeksi Aksonometri
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
 Proyeksi Isometri
Proyeksi isometri adalah jenis proyeksi aksonometri berpenampilan tiga dimensi atau
piktorial dengan besaran sudut masing-masing 120 0, dan perbadingan masing-masing
ukuran tinggi, panjang, dan dalam yaitu 1:1:1. Besar sudut sumbu 1200 dapat
digunakan alternatif dibuat sudut 300 terhadap horisontal (baik sudut kanan maupun
kiri)
Gambar Tampilan gambar isometri.
 Proyeksi Dimetri
Penggunaan isometri seringkali menyebabkan distorsi pada gambar yang ditampilkan,
dan garis-garis yang berimpit. Kelemahan ini dapat ditanggulangi dengan proyeksi
dimetri. Dimetri artinya ada dua jurusan sumbu yang sama panjang. Pada dimetri
perbandingan yang sama terdapat pada dimensi tinggi dan panjang. Perbandingan
yang lazim digunakan yaitu 2:2:1 atau 3:3:1 Perbandingan ini diikuti dengan
konsekuensi pada sudut objek yang digambar terhadap garis horizon yaitu 41,4 derajat
untuk sudut sebelah kanan dan 7,2 derajat untuk sudut sebelah kiri.
Gambar Tampilan gambar dimetri.

Trimetri
Penggunaan proyeksi dimetri ternyata dirasakan banyak terjadi distorsi, oleh
karena itu ukuran kedua rusuk/sumbu salah satunya (rusuk panjang) perlu
dipendekkan, sehingga perbandingan yang sering digunakan adalah 10:9:5 atau
6:5:4.
Gambar Tampilan gambar Trimetri.
3.
Perspektif
Dalam penglihatan kita sehari-hari, benda-benda yang letaknya lebih dekat
dengan mata terlihat lebih besar dan benda-benda yang terletak lebih jauh dengan
mata terlihat lebih kecil. Semakin jauh letak benda dari mata kita, benda itu akan
terlihat semakin kecil hingga akhirnya hanya tampak sebagai titik saja. Demikian
juga dua benda atau lebih yang letaknya sejajar dan membujur menjauhi kita,
semakin jauh dari mata, keduanya akan terlihat semakin berdekatan hingga
akhirnya saling berimpit dan akan menjadi satu titik.
Gambar Konstruksi gambar perspektif
Seperti halnya dalam proyeksi Eropa maka dalam gambar perspektifpun
diupayakan agar bidang-bidang yang semula saling berpotongan harus
dibentangkan menjadi bidang datar. Pembentangan tersebut dapat dilihat seperti
pada gambar di bawah ini. Bidang mata dibentangkan ke atas menjadi sejajar
dengan bidang tafrir, begitu juga dengan bidang tanah yang dibentangkan ke
bawah menjadi sejajar dengan bidang tafrir.
Gambar Bidang hasil pembentangan bidang mata dan bidang tanah menjadi sejajar bidang
tafrir.
Selanjutnya, untuk kepentingan menggambar perspektif bidang itu menjadi
disederhanakan seperti di bawah ini :
Gambar Posisi mata, distansi, tinggi tafrir, garis horizon, dan garis tanah.
Gambar Contoh sebuah titik yang diproyeksikan dengan gambar perspektif

Perspektif satu titik lenyap (one point perspective)
Sistem perespektif ini digunakan untuk menggambar obyek (benda) yang
terletak relatif dekat dengan mata. Karena letak obyek yang cukup dekat,
akibatnya mata memiliki sudut pandang yang sempit, sehingga garis-garis
batas benda akan menuju satu titik lenyap saja, kecuali bila sejajar dengan
horizon dan tegak lurus terhadapnya. Gambar yang demikian sering
disebut dengan paralel perspective sebab banyak menggunakan garis-
garis bantu yang sejajar horizon dan vertikal. Penerapan gambar ini
banyak digunakan pada gambar rancang bangun (desain) interior.

Perspektif dua titik lenyap (two point perspective)
Sistem gambar ini digunakan untuk menggambarkan benda-benda yang
letaknya relatif jauh dan letaknya tidak sejajar (serong) terhadap mata
pengamat. Karena posisi pengamat jauh dengan obyek maka sudut
pandang mata melebar, akibatnya garis-garis batas benda akan menuju
titik lenyap sebelah kiri dan kanan. Gambar ini banyak digunakan untuk
desain eksterior.

Perspektif tiga titik lenyap (three point perspective)
Gambar perspektif ini muncul akibat benda/obyek yang diamati jauh di
bawah atau ke atas horizon. Oleh karenanya sudut pandang mata melebar
ke segala arah. Perspektif ini banyak digunakan untuk menggambar
arsitektur bangunan yang serba tinggi. Jika kita mengamati gambar di
atas, titik A pada bidang tafrir yang merupakan titik pertemuan garis mata
dengan kedudukan titik tersebut yang ditarik lurus ke garis tanah
kemudian diteruskan ke P sebagai titik hilang. Memproyeksikan titik
sebenarnya dapat melalui 4 cara seperti di bawah ini:
 Cara pertama
 Cara kedua
 Cara ketiga
 Cara keempat
Gambar Proyeksi sebuah garis yang tegak lurus dengan garis tanah.
Untuk benda-benda yang memiliki dimensi tinggi perhatikan gambar di
bawah ini. Garis ketinggian benda diukur dari garis tanah tepat pada
perpanjangan garis benda di garis tanah. Ukuran garis tinggi benda diukur
dengan ukuran sebenarnya.
C. Menggambar Proyeksi Bangunan
Gambar proyeksi yang diuraikan adalah gambar proyeksi perspektif. Untuk dasardasar dari menggambar proyeksi dapat dilihat dan dipelajari dalam buku-buku dasar
menggambar teknik bangunan.
Menggambar proyeksi perspektif adalah salah satu cara pengungkapan ide/gagasan
atau imajinasi yang sangat natural (dalam arti sesuai dengan kemampuan pandangan
mata) dan mudah dimengerti oleh pemberi tugas atau orang lain yang bukan ahli
bangunan/arsitek. Hal tersebut disebabkan, gambar proyeksi perspektif
memperlihatkan rencana ruang-ruang (space) dan massa bangunan dalam bentuk tiga
dimensi. Untuk dapat membuat gambar proyeksi perspektif diperlukan pedoman
gambar kerja/bestek berupa; gambar denah, potongan melintang, potongan
memanjang, tampak depan, samping kiri, dan kanan dengan skala yang benar. Dengan
kemampuan dan kemahiran menerapkan skala pada gambar denah, potongan, dan
tampak secara proyeksi perspektif, akan diperoleh gambar proyeksi perspektif yang
mendekati realita/kenyataan pandangan terhadap rencana bangunan sebenarnya.
Pembuatan gambar proyeksi perspektif terdiri dari dua sudut pandang, yaitu;
1. Gambar proyeksi perspektif menggunakan dua titik lenyap setinggi mata orang
(ibarat
orang memotret dengan berdiri tegak). Gambar proyeksi perspektif
model ini sering digunakan para arsitek untuk menggambar proyeksi perspektif,
karena obyek bangunannya tidak terlalu besar dan menampakkan bentuk
bangunan 3 (tiga) dimensi dengan jelas.
2. Pengambilan gambar perspektif menggunakan dua titik lenyap dengan mata
burung (bird eye). Gambar proyeksi perspektif dengan model ini dilakukan bila
obyek bangunannya besar sekali, dan bentuk bangunan akan tampak semuanya,
tetapi prosentasenya lebih banyak terlihat bagian atap bangunan (ibarat orang
memotret dengan memanjat pohon yang tinggi atau naik di atas menara). Model
proyeksi perspektif ini jarang digunakan para arsitek karena tidak dapat
menampakkan gambar bangunan dengan jelas.
Gambar Proyeksi Perspektif
Sumber :
Syafi,i. 2002. Proyeksi-Perspektif 1. Paparan Perkuliahan Mahasiswa.Semarang:
UNNES Press.
https://mazgun.wordpress.com/2009/01/20/gambar-proyeksi/ diakses 03
November 2019
http://ebooks-thuenweb.blogspot.com/2011/11/menggambar-proyeksibangunan.html diakses 03 November 2019
BAB III
Site Plan
A. Pengertian
Sering kali dijumpai istilah SITE PLAN dan BLOC PLAN. Untuk itu diperlukan
adanya pemahaman yang baik terhadap pengertian tersebut.
Site Plan
= GAMBAR DENAH
Bloc Plan
= MASSA ( selalu rencana atap )
Site Plan adalah gabungan denah bangunan dengan kondisi tapak/lahan/lingkungan
alam yang menginformasikan konteks hubungan rancangan ruang di dalam bangunan
dengan ruang diluar bangunan di dalam tapak dan sebagian ruang luar yang
menunjang terhadap perancangan di dalam tapaknya. Skala gambar site plan 1 : 200,
1 : 500, 1 : 800.
Bloc Plan adalah gabungan massa bangunan dengan kondisi tapak/lahan/lingkungan
alam yang menginformasikan pembentukan tataan ruang (komposisi massa bangunan)
membentuk tatanan ruang. Skala gambar bloc plan 1 : 200, 1 : 500, 1 : 800.
Informasi Gambar Rancangan Tapak (merupakan syarat yang harus dipenuhi pada
rancangan gambar Tapak) :
•
Bentuk denah
•
Hubungan sirkulasi ruang luar dengan ruang dalam
•
Garis sempadan bangunan
•
Ukuran jarak bangunan dengan site
•
Perbandingan site tertutup bangunan dengan yang tidak tertutup bangunan
•
Taman dan perkerasan
•
Orientasi tapak dan orientasi bangunan
KELENGKAPAN DALAM MENGKOMUNIKASIKAN
GAMBAR TAPAK
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
KELENGKAPAN GAMBAR
Nama dan skala
Arah utara / arah mata angin
Bentuk tapak
Ukuran Tapak
Garis batas membangun
Garis batas membangun / garis
Sempadan
Denah bangunan
Massa (rencana atap)
Rendering :
outline pohon,
tampak atas pohon
SITE
PLAN
x
x
x
x
x
x
BLOC
PLAN
x
x
x
x
x
x
x
x
xx
x
x
xx
xx
x
10
11
12
Notasi :
bayangan bangunan,
rumput,
perkerasan,
tanda entrance (pintu masuk)
Garis bantu
Lingkungan :
massa lingkungan sekitar,
lingkungan trafik yang dominan
Keterangan :
x (mutlak diperlukan)
xx (tidak mutlak diperlukan)
xx
x
x
x
x
xx
x
x
xx
xx
xx
x
x
x
 NOTASI ELEMEN RUANG LUAR
• VEGETASI / TANAMAN
B. Tujuan
Gambar tapak / site plan untuk:
• Mengatur letak bangunan-bangunan fasilitas dan sarana pada proyek
C. Tahapan Perencanaan site plan
Tahapan perencanaan site plan antara lain:
 Perumusan tujuan perencanaan
 Pengumpulan data lapangan
 Analisis
 Penyusunan program kebutuhan ruang/lahan
 Penyusunan konsep rencana
 Penyususnan rencana tapak
https://www.scribd.com/document/410752816/Modul-Site-Plan
Download