BAB I Keselamatan Kerja dan Kesehatan Lingkungan A. Latar Belakang Keselamatan kerja mempunyai fungsi mencegah kecelakaan di tempat tenaga kerja melakukan pekerjaan. Tidak seorangpun di dunia ini yang ingin mengalami kecelakaan. Karena itu keselamatan kerja bersifat umum dan ditujukan untuk keselamatan seluruh umat manusia. Hal ini terbukti dengan diadakannya International Safety Conference di Roma (1955) yang diikuti oleh 27 negara. Sedang pada tahun 1958 di Brussels, Belgia diikuti oleh 51 negara. Kecelakaan merupakan suatu kejadian yang tidak dapat kita duga, tidak direncanakan dan tidak diharapkan sebelumnya atau dikatakan juga tidak ada unsur kesengajaan terlebih dalam bentuk rencana. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan pada suatu tempat kerja dan ini berarti disebabkan oleh pekerjaannya atau pada saat korban melakukan pekerjaan tersebut. Kecelakaan ini biasanya datang ketika kita tidak sedang siap menghadapinya. Pekerjaan konstruksi seringkali harus berlangsung di udara terbuka dengan angin kencang, hujan disertai petir atau berkabut di malam hari. Kemajuan mekanisasi berbacam-macam peralatan kerja proyek ternyata juga diiringi dengan peningkatan intensitas dan frekuensi kebisingan serta bahaya yang lebih vatal. Semua adalah situasi yang mengancam keamanan dan kenyamanan dalam bekerja bagi pekerja konstruksi. Selain itu terdapat peralatan kerja, baik alat kerja tangan (hand tool) atau alatalat berat disertai bermacam-macam bahan bangunan yang juga menjadi sumber bagi ancaman keselamatan dan kesehatan kerja. Itu sebabnya pekerjaan konstruksi itu tergolong berbahaya (dangerous), sulit (difficult) dan kotor (dirty), sehingga ada yang menganggap sebagai pekerjaan yang rendah (degrade), atau pekerja bangunan itu disebut orang pekerjaan tipe 4-D (dangerous, difficult, dirty, degrade). Sehubungan dengan itu terjadinya kecelakaan yang menyebabkan pekerja yang juga pencari nafkah bagi keluarganya menderita cacat sementara atau cacat tetap sehingga tidak mampu bekerja lagi, mengidap penyakit yang sulit disembuhkan atau bahkan meninggal dunia, yang pada akhirnya juga mengakibatkan kerugian finansial yang tidak sedikit. Arti dan tujuan keselamatan kerja dapat diterangkan dalam perumusan sebagai berikut : Menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah manusia serta hasil karya dan budaya nya, tertuju kepada kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya. Tujuan dan sasaran dari uapaya keselamatan kerja adalah : 1. Mencegah terjadinya kecelakaan 2. Mencegah timbulnya penyakit akibat/pekerjaan 3. Mencegah/mengurangi kematian 4. Mencegah/mengurangi cacad tetap 5. Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunan-bangunan, alat-alat kerja, mesin-mesin, pesawat - pesawat, instalasi, dsb 6. Meningkatkan produktifitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan menjamin kehidupan produktifnya 7. Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat dan sumber produktif lainnya sewaktu kerja dsb 8. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga dapat menimbulkan kegembiraan semangat kerja 9. Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi, industri serta pembangunan B. Pengertian Keselamatan kerja diartikan sebagai suatu upaya agar pekerja selamat ditempat kerjanya sehingga terhindar dari kecelakaan termasuk juga untuk menyelamatkan peralatan serta produksinya. Secara umum, tujuan Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3), adalah : a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. b. Menjamin keselamatan dan kesehatan orang lain yang berada ditempat dan sekitar pekerjaan itu, c. Menjamin terpeliharanya sumber produksi dan pendayagunaannya secara aman,efisien dan efektif, d. Khusus dari segi kesehatan, mencegah dan membasmi penyakit akibat kerja. Syarat Keselamatan Kerja : mencegah dan mengurangi kecelakaan mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran mencegah dan mengurangi bahaya peledakan memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran memberi pertolongan pada kecelakaan membeli alat-alat pelindung diri pada para pekerja. Kesehatan kerja diartikan sebagai suatu upaya untuk menjaga kesehatan pekerja dan mencegah pencemaran disekitar tempat kerjanya (masyarakat dan lingkungan). Kesehatan Kerja dapat diartikan sebagai bagian sosialisasi dalam ilmu kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan yang tinggi baik fisik mental maupun sosial melalui usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan. Fungsi Kesehatan Kerja menurut ILO (International Labor Organization) : Melindungi pekerja terhadap kesehatan yang mungkin timbul dari pekerjaan dan lingkungan kerja. Membantu pekerja menyesuaikan diri dengan pekerjaan baik fisik maupun mental serta menyadari kewajiban terhadap pekerjaannya. Memperbaiki memelihara keadaan fisik mental maupun sosial pekerja sebaik mungkin. Tujuan Utama Kesehatan Kerja Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan akibat kerja. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja. Perawatan dan efisiensi dan produktifitas tenaga kerja. Pemberantasan kelelahan tenaga kerja dan meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja. Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk kesehatan. Dua hal yang sangat penting untuk mendapatkan tanggungan dan perlindungan dalam hubungannya dengan keselamatan dan kesehatan kerja, yaitu : Resiko keselamatan kerja : aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kerusakan fisik tempat kerja , alat dan manusia yang dapat dirasakan dalam jangka pendek. Resiko Kesehatan kerja : aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kondisi tidak sehat pada pekerja yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian baik fisik maupun psikis dalam jangka pendek dan waktu panjang. Pengaruh K3 Terhadap Pribadi/Lingkungan Pekerjaan. Adanya faktor keselamatan dan kesehatan kerja, khususnya pada dunia kerja dan dunia usaha dunia industri, pengaruhnya sangat besar, dan dapat merubah pola hidup, dan budaya kerja yang sangat signifikan, tetapi kadarnya akan tergantung juga pada moral komitmen dan tanggung jawab setiap personal yang ada pada komunitas tersebut. Pengaruh K3 diantaranya adalah terhadap : motivasi, produktifitas, kenyamanan, gairah, menekan terjadinya kecelakaan, ergonomi fisik , kesehatan fisik dan mental, memelihara sarana/ fasilitas/peralatan, mencegah kebakaran, mempertahankan kelestarian ekosistem, lingkungan yang sehat, dan lain-lain. Syarat-syarat K3 1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan. 2. Membuat jalan penyelamatan (emergency exit), 3. Memberi pertolongan pertama(first aids/PPPK), 4. Memberi peralatan pelindung pada pekerja dan alat kerja, 5. Mempertimbangkan faktor-faktor kenyamanan kerja, 6. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit fisik dan psychis karena pekerjaan (ergonomy), 7. Memelihara ketertiban dan kebersihan kerja, 8. 9. Mengusahakan keserasian antar pekerja, perkakas,lingkungan serta cara dan proses kerja, Mengamankan daerah-daerah, bahan dan sumber - sumber yang berbahaya dengan pengaman yang sesuai dengan sempurna. C. Sistem Manajemen Dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, pelaksanaannya bisa saja berpotensi terjadinya kecelakaan konstruksi yang membahayakan keselamatan pekerja, keselamatan publik, keselamatan harta benda, dan keselamatan lingkungan sehingga untuk menjamin keselamatan pekerjaan konstruksi perlu membentuk Komite Keselamatan Konstruksi. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi yang selanjutnya disingkat K3 Konstruksi adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada pekerjaan konstruksi. Untuk menerapkan Sistem Manajemen K3 pada setiap penyelenggaraan pekerjaan konstruksi maka dibentuklah Komite Keselamatan Konstruksi. Pekerjaan konstruksi yang menjadi kewenangan Komite Keselamatan Konstruksi sesuai dengan Permen PU Nomor 02/PRT/M/2018 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum meliputi: a. potensi bahaya tinggi;dan/atau b. mengalami kecelakaan konstruksi yang dapat menimbulkan hilangnya nyawa orang; Penerapan Sistem Manajemen K3 Konstruksi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum yang selanjutnya disingkat SMK3 Konstruksi Bidang PU adalah bagian dari sistem manajemen organisasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dalam rangka pengendalian risiko K3 pada setiap pekerjaan konstruksi bidang Pekerjaan Umum. Tenaga teknis yang bekerja di bidang K3 disebut sebagai Ahli K3 yang memiliki tugas merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi SMK3 Konstruksi. Selain Ahli K3, di dalam pelaksaannya ada petugas K3. Setiap penyelenggaraan pekerjaan konstruksi bidang Pekerjaan Umum wajib menerapkan SMK3 Konstruksi. SMK3 Konstruksi Bidang PU meliputi: a. Kebijakan K3; b. Perencanaan K3; c. Pengendalian Operasional; d. Pemeriksaan dan Evaluasi Kinerja K3; dan e. Tinjauan Ulang Kinerja K3. SMK3 Konstruksi diterapkan pada tahapan sebagai berikut: a. Tahap Pra Konstruksi: b. c. d. 1. Rancangan Konseptual, meliputi Studi Kelayakan/Feasibility Study, Survei dan Investigasi; 2. Detailed Enginering Design (DED); 3. Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa. Tahap Pemilihan Penyedia Barang/Jasa (Procurement); Tahap Pelaksanaan Konstruksi; dan Tahap Penyerahan Hasil Akhir Pekerjaan. Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU ditetapkan berdasarkan potensi bahaya. Potensi bahaya ditetapkan menjadi: Potensi bahaya tinggi, apabila pekerjaan bersifat berbahaya dan/atau mempekerjakan tenaga kerja paling sedikit 100 orang dan/atau nilai kontrak diatas Rp.100.000.000.000. Pelaksanaan Konstruksi dengan potensi bahaya tinggi wajib melibatkan Ahli K3 konstruksi. Potensi bahaya rendah, apabila pekerjaan bersifat tidak berbahaya dan/atau mempekerjakan tenaga kerja kurang dari 100 orang dan/atau nilai kontrak dibawah Rp.100.000.000.000. Pelaksanaan konstruksi dengan potensi bahaya rendah wajib melibatkan Petugas K3 konstruksi. D. Alat Pelindung Diri Peralatan pelindung diri untuk pekerja pada dasarnya mempunyai masalah tersendiri. Rendahnya motivasi dari pihak pekerja untuk menggunakan peralatan itu hendaknya diimbangi dengan kesungguhan pengelola menerapkan aturan penggunaan peralatan itu. Terdapat beberapa segi yang perlu perhatian dan sekaligus pemecahannya : a. Untuk pertama kali menggunakan alat pelindung diri seperti helm, sepatu kerja dan ikat pinggang pengaman memang kurang menyenangkan pekerja. Memanjat dengan memakai sepatu bahkan akan terasa kurang aman bagi yang tidak terbiasa, mula-mula terasa memperlambat pekerjaan. Memakai sarung tangan juga mula-mula akan terasa risih. b. Diperlukan tenaga pengawas K3 Konstruksi untuk mengingatkan dan mengenakan sanksi bagi pelanggar yang tidak menggunakan alat pelindung tersebut. c. Untuk pembiayaan peralatan memang diperlukan dana, dan hal ini tentu sudah dianggarkan oleh pengembang/kontraktor. Karena itu hendaknya diadakan inventarisasi dan prosedur penyimpanan, perbaikan, perawatan, membersihkan dan menggantikan alat pelindung diri oleh pengembang/kontraktor. Jenis Alat Pelindung Diri (APD) Alat Pelindung Yang Harus Selalu Dipakai, terdiri atas : Pelindung Kepala Pelindung kepala selalu gunakan Helm Pengaman, untuk menghindari risiko kejatuhan benda-benda tajam dan berbahaya. Peralatan atau bahan kecil tetapi berat bila jatuh dari ketinggian dan menimpa kepala. Kecelakaan yang Sumber gambar : Google menimpa kepala sering terjadi sewaktu bergerak dan berdiri dalam posisi berdiri atau ketika naik ketempat yang lebih tinggi. Terutama bila ditempat yang lebih tinggi pekerjaan sedang berlangsung. Aturan yang lebih keras pada daerah seperti ini harus diberlakukan tanpa kecuali terhadap siapapun yang memasuki area tersebut. Jenis Helm yang digunakan juga harus standar. Ada standar nasional dan ada juga standar internasional. Juga cara pemakaiannya harus betul, tali pengikat ke dagu harus terpasang sebagaimana mestinya sehingga tidak mudah terlepas. Pelindung Kaki Banyak kecelakaan kerja terjadi karena tertusuk paku yang tidak dibengkokkan, terpasang vertical di papan sebagai bahan bangunan yang berserakan ditempat kerja. Ada beberapa jenis sepatu kerja untuk dipakai pelindung kaki agar aman dari kejatuhan benda : Sepatu bot yang dipakai di tanah Sumber gambar : Google basah atau memasuki air. Sepatu untuk memanjat. Sepatu untuk pekerjaan berat. Sepatu korosi, untuk bekerja menggunakan bahan kimia dan bahan sejenis. Pelindung Tangan Banyak luka kecelakaan terjadi di tangan dan pergelangan dibanding bagian tubuh lainnya. Kecelakaan ditangan seperti bengkak, terkelupas, terpotong, memar atau terbakar bisa berakibat vatal dan tidak dapat lagi bekerja. Diperlukan pedoman penguasaan peralatan teknis dan pelindung tangan yang cocok seperti sarung tangan. Sumber gambar : Google Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan pelidung tangan misalnya adalah : Pekerjaan yang berhubungan dengan permukaan yang kasar, tajam atau permukaan menonjol. Pekerjaan yang berhubungan dengan benda panas, karatan atau zat- zat seperti aspal dan resin beracun. Pekerjaan yang berhubugan dengan listrik dan cuaca. Pelindung Pernafasan Bila terdapat kecurigaan bahwa di udara terdapat gas beracun, pelindung pernafasan harus segera dipakai. Jenis Pelindung Pernafasan yang harus dipakai tergantung kepada bahaya dan kondisi kerja masing-masing. Dalam pekerjaan di proyek terdapat pekerjaan yang berhubungan dengan bahaya debu, minyak atau gas yang berasal dari : Sumber gambar : Google Peralatan pemecah dan batu. Kecipratan pasir. Bangunan terbuka yang mengandung debu asbes. Pekerjaan las, memotong bahan yang dibungkus atau dilapisi zinkum, nikel atau cadmium. Cat semprot. Semburan mendadak. Juga diperlukan latihan cara menggunakan dan merawatnya. Perlu minta petunjuk pihak berwenang untuk peralatan Pelindung Pernafasan ini. Juga terdapat alat Pelindung Pernafasan jenis setengah muka yang terdiri atas : Yang memakai alat filter atau penyaring katrid. Filter ini perlu diganti secara berkala. Pelindung Pernafasan dari gas dan asap. Filter kombinasi penahan gas dan asap. Disamping itu terdapat juga alat Pelindung Pernafasan penuh muka memakai filter yang bisa melindungi mata maupun muka. Pelindung Pernafasan yang lain ialah yang melindungi seluruh muka yang dilengkapi udara dalam tekanan tertentu dan merupakan jenis yang terbaik, terutama bila di tempat kerja kurang dapat oksigen. Udara dialirkan dari kompresor yang dilengkapi penyaring. Pada iklim panas alat ini terasa sejuk dan menyenagkan. Alat ini lebih mandiri tapi memerlukan pelatihan cara memakainya sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya. Pelindung Mata Mata dapat luka karena radiasi atau debu yang berterbangan. Kecalakaan yang mengenai mata seringkali terjadi dalam: Memecah batu, pemotongan, pelapisan atau pemasangan batu, pembetonan dan Sumber gambar : Google memasang bata dengan tangan atau alat kerja tangan menggunakan tenaga listrik Pengupasan dan pelapisan cat atau permukaan berkarat. Penutupan atau penyumbatan baut. Menggerinda dengan tenaga listrik. Pengelasan dan pemotongan logam. Dalam pekerjaan konstruksi terdapat juga risiko karena tumpahan, kebocoran atau percikan bahan cair panas atau lumpur cair. Persoalan yang banyak terjadi adalah, kemalasan tukang untuk memakai pelindung, alat tidak cocok, atau memang aalatnya tidak tersedia sama sekali di proyek. Tali Pengaman. Banyak sekali terjadi kecelakaan kerja karena jatuh dari ketinggian. Pencegahan utama ialah tersedianya jaring pengaman. Tetapi untuk keamanan individu perlu Ikat Pinggang Pengaman. Contoh jenis-jenis pekerjaan yang memerlukan Tali Pengaman : Pekerjaan perawatan pada bangunan struktur seperti jembatan. Bekerja di ruang tertutup seperti Sumber gambar : Google gudang atau ruangan bawah tanah yag ada kemungkinan bahaya asap, gas berbahaya atau bahan-bahan yang rapuh. Terdapat banyak jenis Ikat Pinggang Pengaman dan Tali Pengaman, diperlukan petunjuk pihak yang kompeten tentang Tali Pengaman yang paling cocok untuk suatu jenis pekerjaan. Termasuk cara penggunaan dan erawatannya. Tali Pengaman yang lengkap harus selalu dipakai bersama Ikat Pinggang Pengaman. Syarat-syarat untuk Tali Pengaman adalah : Batas jatuh pemakai tidak boleh lebih dari dua meter dengan cara meloncat. Harus cukup kuat menahan berat badan. Harus melekat di bangunan yag kuat melalui titik kait diatas tempat kerja. Sesungguhnya bila pekerja itu dipersiapkan melalui sistim pelatihan, kecelakaan yang diakibatkan alpa menggunakan Alat Pelindung Diri seperti ini akan jauh berkurang. Sebab dalam sistim pelatihan diajarkan cara menggunakan peralatan yang betul, efektif dan tanpa membahayakan. Hampir semua pekerja tukang tidak pernah dibekali pengetahuan melalui sistim pelatihan, hanya memupuk pengalaman sambil langsung bekerja. Dengan cara penjelasan ringkas kepada mereka sambil bekerja tentang pencegahan kecelakaan hasilnya akan terbatas. Akan jauh lebih berhasil bila merupakan program dalam paket pelatihan sejak berstatus calon pencari kerja atau pemula. Hal ini merupakan penyebab angka kecelakaan kerja bidang konstruksi di Indonesia termasuk tinggi. Keselamatan kerja dan kesehatan lingkungan, Kemendikbud 2013 https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-dalam-bidang-konstruksi26 diakses pada 02 November 2019 BAB II Gambar Proyeksi dan Perspektif A. Pengertian Proyeksi adalah gambar dari benda nyata atau khayalan, yang dilukiskan menurut garis-garis pandangan pengamat pada suatu bidang datar/ bidang gambar. Proyeksi juga berfungsi untuk menyatakan wujud benda dalam bentuk gambar yang diperlukan. Untuk bisa memahami informasi dari sebuah gambar, antara designer (perancang gambar), drafter (juru gambar) dan operator (pengguna gambar) harus mempunyai konsep yang sama sehingga informasi gambar yang dimaksudkan tidak terjadi salah pengertian di antara ketiga orang tersebut. Untuk itu designer, drafter dan operator harus memahami, simbol, ukuran dan skala gambar yang telah distandarkan. Cara yang lain dapat dilakukan untuk bisa membaca gambar adalah dengan memahami jenis proyeksi dari gambar tersebut. B. Jenis 1. Proyeksi Ortogonal (Eropa) Penampilan gambar proyeksi Eropa relatif sederhana dibandingkan dengan yang lain. Gambar ini menampilkan pandangan atas, depan (muka), dan samping. Oleh karena itu proyeksi Eropa sangat tepat digunakan untuk kepentingan perancangan mebel atau desain produk. Sistem gambar proyeksi Eropa dihasilkan dari pemroyeksian pada ruang atau sudut pertama (first angel). Oleh karena itu proyeksi Eropa sering disebut proyeksi “Kuadran Pertama” atau “Kuadran I”. Ruang atau sudut penampilan tersebut berbentuk tiga dimensi, yang terdiri atas 3 bidang, yakni bidang I, II, dan III. Bidang I berfungsi untuk menampilkan bayangan benada tampak dari atas, bidang II untuk bayangan benda tampak depan, dan bidang III untuk bayangan benda tampak dari samping kiri. Oleh karena itu proyeksi Eropa sering dikelompokkan dalam proyeksi tampak ganda (multiview). Jika diperhatikan sistem proyeksi Eropa ini menempatkan posisi benda/obyek yang digambar berada di antara titik pengamat (proyektor) dan proyeksi benda. Jika diurutkan maka posisi tersebut adalah pengamat, objek, dan gambar proyeksi. Posisi pengamat terhadap bidang gambar adalah tegak lurus. Di samping itu, masing-masing garis pemroyeksi yang merupakan hubungan dari titik pengamat dan benda sehingga menghasilkan proyeksi tersebut adalah sejajar sesamanya. Ruang / sudut yang berbentuk tiga dimensi ini diubah sedemikian rupa menjadi dua dimensi. Dengan kata lain diubah menjadi bidang datar sehingga dapat dituangkan ke dalam bidang atau kertas gambar. Perubahan sudut / ruang tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut: Gambar Konstruksi ruang dalam proyeksi Eropa Gambar Ruang dalam proyeksi Eropa yang dibentangkan menjadi bidang datar Gambar Contoh cara memproyeksikan sebuah titik. Gambar Contoh benda berupa kubus yang diproyeksikan dengan cara Eropa. Perbedaan Proyeksi Eropa dan Amerika Tabel perbedaan proyeksi Eropa dan Amerika 2. Proyeksi Aksonometri Proyeksi Aksonometri tergolong jenis proyeksi sejajar (paralel) dan juga tegak (ortogonal). Perbedaannya dengan proyeksi Eropa terutama adalah dalam penampilan tampak. Dalam proyeksi Aksonometri diupayakan untuk penampilan tampak atas, depan, dan samping dalam satu kesatuan gambar tidak seperti dalam proyeksi Eropa yang terpisah oleh bidang-bidang. Gambar proyeksi Aksonometri menampilkan objek gambar baik yang kongkret maupun imajiner ke dalam bayangan tiga dimensi, oleh karena itu aksonometri tergolong jenis proyeksi piktorial. Jenis proyeksi Aksonometri dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: Proyeksi Isometri Proyeksi isometri adalah jenis proyeksi aksonometri berpenampilan tiga dimensi atau piktorial dengan besaran sudut masing-masing 120 0, dan perbadingan masing-masing ukuran tinggi, panjang, dan dalam yaitu 1:1:1. Besar sudut sumbu 1200 dapat digunakan alternatif dibuat sudut 300 terhadap horisontal (baik sudut kanan maupun kiri) Gambar Tampilan gambar isometri. Proyeksi Dimetri Penggunaan isometri seringkali menyebabkan distorsi pada gambar yang ditampilkan, dan garis-garis yang berimpit. Kelemahan ini dapat ditanggulangi dengan proyeksi dimetri. Dimetri artinya ada dua jurusan sumbu yang sama panjang. Pada dimetri perbandingan yang sama terdapat pada dimensi tinggi dan panjang. Perbandingan yang lazim digunakan yaitu 2:2:1 atau 3:3:1 Perbandingan ini diikuti dengan konsekuensi pada sudut objek yang digambar terhadap garis horizon yaitu 41,4 derajat untuk sudut sebelah kanan dan 7,2 derajat untuk sudut sebelah kiri. Gambar Tampilan gambar dimetri. Trimetri Penggunaan proyeksi dimetri ternyata dirasakan banyak terjadi distorsi, oleh karena itu ukuran kedua rusuk/sumbu salah satunya (rusuk panjang) perlu dipendekkan, sehingga perbandingan yang sering digunakan adalah 10:9:5 atau 6:5:4. Gambar Tampilan gambar Trimetri. 3. Perspektif Dalam penglihatan kita sehari-hari, benda-benda yang letaknya lebih dekat dengan mata terlihat lebih besar dan benda-benda yang terletak lebih jauh dengan mata terlihat lebih kecil. Semakin jauh letak benda dari mata kita, benda itu akan terlihat semakin kecil hingga akhirnya hanya tampak sebagai titik saja. Demikian juga dua benda atau lebih yang letaknya sejajar dan membujur menjauhi kita, semakin jauh dari mata, keduanya akan terlihat semakin berdekatan hingga akhirnya saling berimpit dan akan menjadi satu titik. Gambar Konstruksi gambar perspektif Seperti halnya dalam proyeksi Eropa maka dalam gambar perspektifpun diupayakan agar bidang-bidang yang semula saling berpotongan harus dibentangkan menjadi bidang datar. Pembentangan tersebut dapat dilihat seperti pada gambar di bawah ini. Bidang mata dibentangkan ke atas menjadi sejajar dengan bidang tafrir, begitu juga dengan bidang tanah yang dibentangkan ke bawah menjadi sejajar dengan bidang tafrir. Gambar Bidang hasil pembentangan bidang mata dan bidang tanah menjadi sejajar bidang tafrir. Selanjutnya, untuk kepentingan menggambar perspektif bidang itu menjadi disederhanakan seperti di bawah ini : Gambar Posisi mata, distansi, tinggi tafrir, garis horizon, dan garis tanah. Gambar Contoh sebuah titik yang diproyeksikan dengan gambar perspektif Perspektif satu titik lenyap (one point perspective) Sistem perespektif ini digunakan untuk menggambar obyek (benda) yang terletak relatif dekat dengan mata. Karena letak obyek yang cukup dekat, akibatnya mata memiliki sudut pandang yang sempit, sehingga garis-garis batas benda akan menuju satu titik lenyap saja, kecuali bila sejajar dengan horizon dan tegak lurus terhadapnya. Gambar yang demikian sering disebut dengan paralel perspective sebab banyak menggunakan garis- garis bantu yang sejajar horizon dan vertikal. Penerapan gambar ini banyak digunakan pada gambar rancang bangun (desain) interior. Perspektif dua titik lenyap (two point perspective) Sistem gambar ini digunakan untuk menggambarkan benda-benda yang letaknya relatif jauh dan letaknya tidak sejajar (serong) terhadap mata pengamat. Karena posisi pengamat jauh dengan obyek maka sudut pandang mata melebar, akibatnya garis-garis batas benda akan menuju titik lenyap sebelah kiri dan kanan. Gambar ini banyak digunakan untuk desain eksterior. Perspektif tiga titik lenyap (three point perspective) Gambar perspektif ini muncul akibat benda/obyek yang diamati jauh di bawah atau ke atas horizon. Oleh karenanya sudut pandang mata melebar ke segala arah. Perspektif ini banyak digunakan untuk menggambar arsitektur bangunan yang serba tinggi. Jika kita mengamati gambar di atas, titik A pada bidang tafrir yang merupakan titik pertemuan garis mata dengan kedudukan titik tersebut yang ditarik lurus ke garis tanah kemudian diteruskan ke P sebagai titik hilang. Memproyeksikan titik sebenarnya dapat melalui 4 cara seperti di bawah ini: Cara pertama Cara kedua Cara ketiga Cara keempat Gambar Proyeksi sebuah garis yang tegak lurus dengan garis tanah. Untuk benda-benda yang memiliki dimensi tinggi perhatikan gambar di bawah ini. Garis ketinggian benda diukur dari garis tanah tepat pada perpanjangan garis benda di garis tanah. Ukuran garis tinggi benda diukur dengan ukuran sebenarnya. C. Menggambar Proyeksi Bangunan Gambar proyeksi yang diuraikan adalah gambar proyeksi perspektif. Untuk dasardasar dari menggambar proyeksi dapat dilihat dan dipelajari dalam buku-buku dasar menggambar teknik bangunan. Menggambar proyeksi perspektif adalah salah satu cara pengungkapan ide/gagasan atau imajinasi yang sangat natural (dalam arti sesuai dengan kemampuan pandangan mata) dan mudah dimengerti oleh pemberi tugas atau orang lain yang bukan ahli bangunan/arsitek. Hal tersebut disebabkan, gambar proyeksi perspektif memperlihatkan rencana ruang-ruang (space) dan massa bangunan dalam bentuk tiga dimensi. Untuk dapat membuat gambar proyeksi perspektif diperlukan pedoman gambar kerja/bestek berupa; gambar denah, potongan melintang, potongan memanjang, tampak depan, samping kiri, dan kanan dengan skala yang benar. Dengan kemampuan dan kemahiran menerapkan skala pada gambar denah, potongan, dan tampak secara proyeksi perspektif, akan diperoleh gambar proyeksi perspektif yang mendekati realita/kenyataan pandangan terhadap rencana bangunan sebenarnya. Pembuatan gambar proyeksi perspektif terdiri dari dua sudut pandang, yaitu; 1. Gambar proyeksi perspektif menggunakan dua titik lenyap setinggi mata orang (ibarat orang memotret dengan berdiri tegak). Gambar proyeksi perspektif model ini sering digunakan para arsitek untuk menggambar proyeksi perspektif, karena obyek bangunannya tidak terlalu besar dan menampakkan bentuk bangunan 3 (tiga) dimensi dengan jelas. 2. Pengambilan gambar perspektif menggunakan dua titik lenyap dengan mata burung (bird eye). Gambar proyeksi perspektif dengan model ini dilakukan bila obyek bangunannya besar sekali, dan bentuk bangunan akan tampak semuanya, tetapi prosentasenya lebih banyak terlihat bagian atap bangunan (ibarat orang memotret dengan memanjat pohon yang tinggi atau naik di atas menara). Model proyeksi perspektif ini jarang digunakan para arsitek karena tidak dapat menampakkan gambar bangunan dengan jelas. Gambar Proyeksi Perspektif Sumber : Syafi,i. 2002. Proyeksi-Perspektif 1. Paparan Perkuliahan Mahasiswa.Semarang: UNNES Press. https://mazgun.wordpress.com/2009/01/20/gambar-proyeksi/ diakses 03 November 2019 http://ebooks-thuenweb.blogspot.com/2011/11/menggambar-proyeksibangunan.html diakses 03 November 2019 BAB III Site Plan A. Pengertian Sering kali dijumpai istilah SITE PLAN dan BLOC PLAN. Untuk itu diperlukan adanya pemahaman yang baik terhadap pengertian tersebut. Site Plan = GAMBAR DENAH Bloc Plan = MASSA ( selalu rencana atap ) Site Plan adalah gabungan denah bangunan dengan kondisi tapak/lahan/lingkungan alam yang menginformasikan konteks hubungan rancangan ruang di dalam bangunan dengan ruang diluar bangunan di dalam tapak dan sebagian ruang luar yang menunjang terhadap perancangan di dalam tapaknya. Skala gambar site plan 1 : 200, 1 : 500, 1 : 800. Bloc Plan adalah gabungan massa bangunan dengan kondisi tapak/lahan/lingkungan alam yang menginformasikan pembentukan tataan ruang (komposisi massa bangunan) membentuk tatanan ruang. Skala gambar bloc plan 1 : 200, 1 : 500, 1 : 800. Informasi Gambar Rancangan Tapak (merupakan syarat yang harus dipenuhi pada rancangan gambar Tapak) : • Bentuk denah • Hubungan sirkulasi ruang luar dengan ruang dalam • Garis sempadan bangunan • Ukuran jarak bangunan dengan site • Perbandingan site tertutup bangunan dengan yang tidak tertutup bangunan • Taman dan perkerasan • Orientasi tapak dan orientasi bangunan KELENGKAPAN DALAM MENGKOMUNIKASIKAN GAMBAR TAPAK No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KELENGKAPAN GAMBAR Nama dan skala Arah utara / arah mata angin Bentuk tapak Ukuran Tapak Garis batas membangun Garis batas membangun / garis Sempadan Denah bangunan Massa (rencana atap) Rendering : outline pohon, tampak atas pohon SITE PLAN x x x x x x BLOC PLAN x x x x x x x x xx x x xx xx x 10 11 12 Notasi : bayangan bangunan, rumput, perkerasan, tanda entrance (pintu masuk) Garis bantu Lingkungan : massa lingkungan sekitar, lingkungan trafik yang dominan Keterangan : x (mutlak diperlukan) xx (tidak mutlak diperlukan) xx x x x x xx x x xx xx xx x x x NOTASI ELEMEN RUANG LUAR • VEGETASI / TANAMAN B. Tujuan Gambar tapak / site plan untuk: • Mengatur letak bangunan-bangunan fasilitas dan sarana pada proyek C. Tahapan Perencanaan site plan Tahapan perencanaan site plan antara lain: Perumusan tujuan perencanaan Pengumpulan data lapangan Analisis Penyusunan program kebutuhan ruang/lahan Penyusunan konsep rencana Penyususnan rencana tapak https://www.scribd.com/document/410752816/Modul-Site-Plan