BAB III DASAR TEORI 3.1. Tambang Bawah Tanah Tambang bawah tanah adalah sistem penambangan mineral atau batubara dimana seluruh aktivitas penambangannya tidak berhubungan langsung dengan udara terbuka. Prinsip pokok eskploitasi tambang bawah tanah adalah memilih metode penambangan yang paling cocok dengan keunikan karakter (sifat ilmiah, geologi, dan lingkungan) endapan mineral dan batuan yang akan di tambang, dengan memperhatikan batasan tentang keamanan, teknologi dan ekonomi. Metode penambangan di masa depan cenderung kearah tambang bawah tanah. Hal ini terjadi karena semakin berkurangnya cadangan bijih (ore deposite) di permukaan dan permasalahan lingkungan yang ditimbulkan oleh sistem tambang terbuka yang lebih besar dibandingkan dengan sistem penambangan bawah tanah. 3.2. Siklus Tambang Bawah Tanah Dalam operasional tambang bawah tanah, supaya bahan galian dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia, maka perlu dilakukan kegiatan pembongkaran terlebih dahulu. Cara pembongkaran yang akan dipilih tergantung pada ukuran lubang bukaan, karakteristik massa batuan (sifat fisik dan mekanis batuan, struktur geologi, dsb), dan peralatan yang mampu disediakan. Siklus pembongkaran dengan pengeboran dan peledakan (secara umum) adalah sebagai berikut: 1. Drilling Kegiatan blast hole drilling merupakan kegiatan pembuatan lubang bor pada face heading untuk selanjutnya lubang tersebut akan diisi bahan peledak. Pada kegiatan ini panjang lubang bor dan geometri pengeboran akan berpengaruh terhadap hasil peledakan heading tersebut. Alat yang digunakan berupa drill jumbo dengan terdapat dua boom. Hal yang harus dipertimbangkan untuk proses drilling antara lain, dimensi terowongan yang diakses, rentang alat beroperasi, dimensi penggalian 25 seperti luas permukaan heading dan ketinggian maksimumnya, layout penggalian, jarak antar lubang, jumlahnya, panjang dan diameter lubang bor untuk setiap face, panjang maksimum alat bor yang dapat digunakan, jadwal pelaksanaan, dan jumlah shift kerja untuk setiap harinya. 2. Charging and blasting Charging merupakan suatu rangkaian pada proses ini dilakukan pengisian bahan peledak kedalam setiap lubang bor yang telah ada. Selanjutnya setelah bahan peledak telah terisi didalam setiap lubang bor dan telah terangkai maka akan dilakukan proses blasting. Pada kegiatan ini alat yang dapat digunakan contohnya ANFO loader, dan emulsion loading units. Alat tersebut harus dapat sesuai dengan akses yang akan dilalui dalam tambang bawah tanah. 3. Clean Up Proses clean up merupakan proses yang bertujuan agar area heading yang telah diledakkan bersih dari debu hasil peledakan sehingga kegiatan selanjutnya dapat terlaksana dengan aman. Peralatan yang yang diperlukan yaitu beruba ventilation fans dan juga vent bags. Hal yang dipertimbangkan yaitu kemampuan mengalirkan volume udara bersih yang dibutuhkan di setiap face suatu heading dan juga sistem pengalirannya. 4. Muck Handling Kegiatan muck handling merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengangkut material hasil peledakan. Proses ini dapat dilaksanakan dengan penggunaan LHD, LHD-haul truck, ataupun kombinasi excavator-haul truck. Faktor jalan seperti grade, kondisi, dan permukaannya serta nilai produktivitas yang diinginkan dan juga jarak pengangkutan merupakan hal yang patut dipertimbangkan. 5. Scalling Proses scaling merupakan proses yang dilakukan untuk membersihkan batuanbatuan yang menggantung baik di dinding maupun atap terowongan. Kegaitan ini dilakukan agar batuan menggantung tersebut tidak membahayakan pada 26 kegiatan selanjutnya dan juga untuk mempermudah proses ground support. Peralatan yang digunakan pada kegiatan ini berupa tongkat scaling ataupun dengan pengguanaan mechanized scaler. Hal yang patut dipertimbangkan adalah jumlah batuan yang akan di-scaling dan juga jangkauan batuan tersebut. 6. Ground Support Pada proses ground support kegiatan yang dilakukan berupa pemasangan penyangga pada dinding, atap dan juga face terowongan. Hal ini guna tidak terjadinya keruntuhan pada terowongan tersebut. Kegiatan ini menggunakan jumbo drill yang telah berisikan boom yang dapat melakukan proses rock bolting dan shotcrete. Untuk kegiatan shotcrete juga dibutuhkan suatu truk pembawa bahan untuk kegiatan tersebut. Hal yang patut dipertimbangkan yaitu sama seperti untuk kegiatan blast hole drilling. 7. Survey Survey merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui lokasi terbaru dari kemajuan pembuatan terowongan. Pada kegiatan ini juga dilakukan penentuan beberapa titik pada heading yang akan dilakukan pembongkaran selanjutnya. (Hariyanto dkk, 2017) Seluruh kegiatan pada tambang bawah tanah tersebut dapat dilihat sesuai dengan yang terdapat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1. Siklus Tambang Bawah Tanah 27 3.3. Metode Block Caving Block caving adalah salah satu metode tambang bawah tanah yang paling banyak digunakan di beberapa tambang besar di dunia. Metode block caving adalah suatu metode penambangan bawah tanah dimana badan bijihnya (ore body) diambil dengan cara pemotongan dari bawah (undercutting) dengan pemboran dan peledakan, lalu akibat adanya pengaruh gaya gravitasi serta timbulnya stress, kekuatan dari massa batuan dan kekuatan dari bidang ketidakmenerusan (discontinue) pada massa batuan itu menyebabkan blok batuan tersebut ambruk. Oleh karena itu, metode penambangan ini juga sering disebut sebagai metode penambangan ambrukan. Gambar 3.2 Tambang Bawah Tanah Block Caving Aktual dan Planning di Dunia Konsep penambangan dengan metode ambrukan ini adalah meruntuhkan tubuh bijih (ore body) di atas undercut level secara massal. Bijih-bijih hasil ambrukan (broken ore) dari undercut level akan ditarik ke bawah melalui drawbell yang berada pada extraction level. Broken ore yang berada di drawbell diangkut melalui drawpoint menggunakan Load Haul Dump (LHD). 28 Gambar 3.3 Level pada Metode Block Caving Di antara undercut level dan extraction level terdapat blok batuan yang tidak diruntuhkan dan digunakan sebagai penyangga (pillar). Terdapat dua jenis pillar pada metode block caving, yaitu major pillar dan minor pillar. Major pillar berada tepat di atas panel, sedangkan minor pillar berada di antara drawpoint dalam satu panel. Gambar 3.4 Major pillar and Minor Pilar Broken ore yang telah ditarik melalui drawbell dan drawpoint akan disaring terlebih dahulu melalui grizzly yang ada di extraction level. Pada level truck haulage, broken ore yang telah disaring tersebut diangkut oleh truck melalui loading point untuk dibawa ke crusher. 29 Bijih hasil dari crusher akan diangkut dengan belt conveyor menuju orepass melewati finger raise. Melalui ore pass batuan dijatuhkan ke belt conveyor yang selanjutnya akan diangkut ke stockpile yang berada di luar area penambangan bawah tanah. 3.4. Tahapan penambangan Block Caving Tahapan kegiatan penambangan dengan metode block caving yang saat ini dikerjakan secara garis besar dapat dibedakan menjadi beberapa tahap yaitu, persiapan penambangan (development), praproduksi, ambrukan (caving), dan produksi (production). 1. Persiapan Penambangan Persiapan penambangan mencakup pembuatan lubang bukaan sebagai akses menuju tubuh bijih, pembangunan prasarana tambang (bengkel, tempat makan, tempat ibadah, gudang, kantor, dsb.), dan pembuatan terowongan untuk undercut level, extraction level (termasuk drawpoint), ventilation level, dan truck haulage level. Kegiatan pembuatan terowongan adalah pekerjaan pendahuluan sebelum pada akhirnya dilakukan tahap kegiatan produksi. Siklus pekerjaan ini mencakup beberapa tahapan : pengeboran, pengisian bahan peledak, peledakan, ventilasi gas peledak, pemuatan dan pengangkutan material hasil peledakan, pembersihan dinding bekas peledakan, pemasangan system penyanggaan, serta pemantauan dan pengukuran sebelum atau sesudah peledakan. 2. Praproduksi Praproduksi adalah tahapan pemasangan berbagai hasil system penyanggaan dinding batuan (ground support) di daerah yang baru di buka, antara lain meliputi pemasangan kawat penyangga (wire mess), penyemprotan semen (shotcrete), pembetonan (concreting), pemasangan thread bar bolting, dan sebagainya. Kegiatan ini dilakukan untuk menyangga dan memperkuat dinding terowongan berdasarkan rekomendasi geoteknik yang spesifik untuk setiap area kerja. Dengan adanya penyanggaan, diharapkan terowongan tetap dalam kondisi stabil dan aman 30 hingga akhir umur tambang. Pada tahap ini juga diselesaikan semua pekerjaan konstruksi, baik yang terkait dengan pembangunan insfrastruktur tambang maupun penyanggaan. Pekerjaan konstruksi dalam operasi penambangan bawah tanah merupakan mata rantai tahapan yang sangat penting, antara lain mencakup pembuatan draw point, pembuatan ore pass, pemasangan peralatan pengatur udara (ventilator), dan pemasangan mesin penghancur batuan (crusher). 3. Ambrukan (Caving) Ambrukan adalah tahapan peruntuhan batuan bijih, meliputi kegiatan pengeboran dan peledakan yang dilakukan di undercut level, termasuk di dalamnya adalah pembuatan drawpoint (tempat pengambilan produksi bijih hasil peledakan) di extraction level. Peledakan undercut level merupakan proses awal dimulainya ambrukan yang dilakukan setelah penyanggaan dan pembuatan draw point. Bijih akan turun dengan sendirinya melalui corong bijih (drawbell) bila batuan yang diledakan telah mencapai luasan tertentu. 4. Produksi Produksi adalah tahap pengambilan bongkahan bijih tempat bijih hasil penambangan diambil dari drawpoint yang sudah dibuka untuk kemudian diangkut dengan menggunakan alat muat LHD (Load Haul Dump) dan ditumpahkan ke dalam ore pass. Jumlah dan pengaturan penarikan atau pengambilan produksi bijih dari setiap drawpoint disesuaikan dengan target produksi dan kadar yang direncanakan. 3.5. Volume Tabung dan Trapesium Prisma 3.7.1 Volume Tabung Silinder tabung yaitu bangunan 3 dimensi beraturan dengan bentuk seperti tabung dengan lingkaran dan memiliki ketinggian tertentu. Ukuran dari sebuah silinder atau tabung tersebut tidak dilihat dengan besaran diameter penampang tabung serta tingginya, itu berarti diameter tabung bisa terlihat lebih pendek atau lebih panjang dari tinggi tabung itu sendirinya, jadi bisa dikatakan dimensi tinggi silinder lebih besar dari diameternya dimensi tinggi pada tabung disebut juga panjang silinder 31 misalkan pada Batang besi sedangkan dimensi tinggi ini terkadang disebut sebagai tebal silinder seperti contoh pada keping koin. Berikut rumus menghitung volume silinder : Gambar 3.5 Volume silinder (tabung) 3.7.2 Volume Prisma Trapesium Trapesium adalah sebuah bangun datar yang dibentuk empat buah rusuk yang mana dua diantara rusuknya saling sejajar namun tidak sama panjangnya. Trapesium juga merupakan sebuah bangun datar dua dimensi yang terbentuk dari empat sisi, yang mana dua sisi tersebut diantanya saling sejajar tetapi tidak sama panjang. Langkah untuk menghitung volume prisma trapesium, adalah sebagai berikut : NAMA RUMUS Luas (L) (a + b) x t /2 Keliling (K) AB + BC + CD + DA Volume (V) Luas alas x Tinggi Prisma Tinggi (t) (2 x t) / (x + y) Tabel 3.1 Rumus Prisma Trapesium 32 3.6. Angel Of Repose Batuan Padat Sudut tenang (angle of repose) adalah sudut menurun tercuram dari sebuah tumpukan bahan relatif terhadap bidang horisontal bahan. Sudut tenang berada di antara 0 dan 90 derajat. Ketika bahan curah butiran dituangkan di bidang horisontal, akan terbentuk tumpukan berbentuk kerucut. Sudut kemiringannya berhubungan dengan massa jenis, luas permukaan, bentuk partikel, dan koefisien gesek bahan. Selain itu, percepatan gravitasi juga terkait. Bahan dengan sudut tenang yang lebih rendah akan memiliki tumpukan yang lebih landai dibandingkan dengan bahan yang memiliki sudut tenang yang lebih tinggi. Gambar 3.6 Sudut tenang berbagai bahan 3.7. Teori Phytagoras Teorema pythagoras adalah suatu aturan matematika yang dapat digunakan untuk menentukan panjang salah satu sisi dari sebuah segitiga siku-siku. Yang perlu 33 diingat dari teorema ini adalah hanya berlaku untuk segitiga siku-siku, tidak bisa digunakan untuk menentukan sisi dari sebuah segitiga lain yang tidak berbentuk sikusiku. Gambar 3.7 Teori Phytagotas BC² = AC² + AB² a² = b² + c² 3.8. Siklus Produksi Untuk memperoleh produksi (output) tertentu harus diperhatikan siklus produksi. Pada buku pemindahan tanah mekanis menurut Indonesianto (2014) siklus produksi dapat meliputi : a. Pemuatan (loading) Proses pemuatan material hasil dari baik penggalian ataupun pembongkaran yang akan dimuatkan pada alat angkut. Ukuran dan tipe alat muat yang dipakai harus sesuai dengan kondisi lapangan dan keadaan alat angkut. Faktor yang mempengaruhi produktivitas alat muat yaitu: a. Jenis/tipe dan kondisi alat muat b. Jenis/ macam material c. Kapasitas dari alat angkut d. Pola muat e. Kemampuan kerja operator 34 b. Pengangkutan (hauling) Merupakan pekerjaan pengangkutan material. Produksi dari pengerjaan pengangkutan dapat dipengaruhi oleh : a. Kondisi jalan angkut b. Traffic c. Kemampuan pengemudi c. Penimbunan (dumping) Pekerjaan penimbunan yaitu menjatuhkan material ke área timbunan. Pekerjaan ini dapat dipengaruhi oleh: a. Cara melakukan timbunan b. Kondisi material yang akan ditumpahkan d. Kembali (return) Merupakan pekerjaaan dari alat angkut untuk kembali lagi ke tempat pemuatan setelah menumpahkan muatan pada tempat penimbunan. Waktu kembali juga dipengaruhi oleh hal yang sama dengan waktu untuk mengangkut. e. Menempatkan diri (spotting) Merupakan kegiatan untuk alat angkut menempatkan diri sebelum melakukan pekerjaan selanjutnya, baik berupa pemuatan ataupun dimuati. Dalam melakukan kegiatan ini, hal yang dapat mempengaruhi waktu pekerjaan ini yaitu : a. Jenis alat muat b. Lokasi atau posisi alat mucking 3.9. Waktu Edar (Cycle Time) Adalah waktu yang diperlukan oleh suatu alat untuk melakukan satu siklus kegiatan produksi dari awal sampai akhir dan siap untuk memulai lagi. Pada setiap kegiatan Pemindahan Tanah Mekanis, alat-alat mekanis bekerja menurut pola tertentu yang pada prinsipnya terdiri dari beberapa komponen waktu, yaitu : 1. Waktu edar alat muat Terdiri dari waktu untuk mengisi muatan, waktu ayunan bermuatan, waktu untuk menumpahkan muatan, dan waktu ayunan kosong. 35 Rumus : CTm = Am + Bm +Cm+Dm Dimana: CTm = Total waktu edar alat muat Am = Waktu untuk mengisi mangkuk (bucket) Bm = Waktu mengangkat bucket bermuatan Cm = Waktu untuk menumpahkan material yang dimuat Dm = Waktu memutar dengan mangkuk (bucket) kosong 2. Waktu edar alat angkut Waktu edar alat angkut pada umumnya terdiri dari waktu menunggu alat untuk dimuat, waktu mengatur posisi untuk dimuati, waktu diisi muatan, waktu mengangkut muatan, waktu dumping, dan waktu kembali kosong. Rumus: Cta = Aa + Ba + Ca +Da+Ea Dimana : Cta = Total waktu edar alat angkut Aa = Waktu untuk mengatur posisi untuk diisi muatan Ba = Waktu diisi muatan Ca = Waktu mengangkut muatan Da = Waktu Dumping Ea = Waktu Kembali Kosong Waktu edar alat angkut ini merupakan waktu keseluruhan dari satu siklus produksi yang terdiri dari: 1. Waktu Pemuatan (Loading Time) Adalah waktu yang diperlukan alat muat untuk mengisi bak dari alat angkut sampai penuh. Hal yang berpengaruh pada saat pemuatan yaitu: a. Kondisi alat muat b. Macam material yang digali 36 c. Kapasitas alat angkut 2. Waktu Pengangkutan (Hauling Time) Merupakan waktu yang digunakan untuk pengangkutan material sampai ke tempat penimbunan. Pekerjaan pengangkutan ini dipengaruhi oleh kondisi jalan angkut. 3. Waktu Penimbunan (Dumping Time) Merupakan waktu yang di butuhkan untuk menumpahkan material di tempat penimbunan. Waktu penimbunan ini di pengaruhi oleh kondisi tempat penimbunannya, mudah atau tidak untuk manuver alat angkut dan kondisi dari meterial yang akan ditumpahkan baik ukuran ataupun kelengketannya. 4. Waktu Kembali (Return Time) Adalah waktu yang diperlukan alat angkut untuk kembali ke tempat pemuatan setelah melakukan penumpahan material di tempat penimbunan (Dumping Site). 5. Waktu Penempatan Posisi (Spotting Time) Merupakan waktu penempatan dari alat angkut (Haulage Unit) sampai siap untuk dimuati kembali. 3.10. Produktivitas Alat Mekanis Faktor–faktor yang mempengaruhi produktivitas alat muat dan alat angkut adalah waktu edar alat muat dan alat angkut, ukuran bucket alat muat dan ukuran bak alat angkut, bucket fill factor, efisiensi kerja dan swell factor. Rumusan produksi adalah sebagai berikut: (Indonesianto, 2014) 1. Produktivitas Alat Muat Rumus yang umum di pakai untuk perhitungan produktivitas Load Haul Dump (LHD) dengan kondisi penggunaan satu alat adalah : Produktivtias = 60 x kbm x Fb x Ek CT Keterangan : 60 = Menit CT = Cycle time / waktu edar alat (menit) Kbm= Kapasitas bucket (M³) 37 Fb = Bucket Fill Factor (%) Ek = Efisiensi Kerja (%) 2. Produktivitas Alat Angkut Rumus yang umum di pakai untuk perhitungan produktivitas dump truck (DT) dengan kondisi penggunaan satu alat adalah : π‘ππ Pta (ton/jam) = ππ‘π (πππ) = n 60 Cta π₯ π΅π’ππππ‘ πΉπππ‘ππ π₯ πΈπ Bucket Factor = Cam x F x SF x densitas Keterangan : Pta = Kemampuan produksi alat angkut, ton/jam n = Jumlah alat angkut (unit) Cta = Waktu edar alat angkut, menit n = Jumlah pengisian bucket alat muat untuk penuhi bak Cam= Kapasitas bucket, m³ F = Bucket fill factor (faktor pengisian bucket) % EU = Effective utilization truck SF = Swell Factor 3.11. Availability Alat Faktor ketersediaan alat merupakan faktor yang dapat digunakan dalam merancang dan juga melihat kondisi kerja suatu alat. Menurut indonesianto (2014), hal tersebut meliputi : 1. Physical Availability Merupakan catatan mengenai keadaan fisik dari alat yang sedang dipergunakan, persamaannya adalah : π. π΄ = W+S π₯ 100% W+R+S Keterangan : W = Jumlah alat kerja S = Jumlah jam alat stand by 38 R = Jumlah jam alat rusak 2. Used of Availability Menunjukan berapa persen waktu yang dipergunakan oleh suatu alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat dipergunakan (availability). Persamaannya adalah : π. π΄ = W π₯ 100% W+S Keterangan : W = Jumlah jam alat kerja S = Jumlah jam alat stand by 3. Effective Utilization Cara menunjukkan berapa persen seluruh waktu kerja yang dapat dimanfaatkan untuk kerja produktif. πΈπ = W π₯ 100% W+R+S Keterangan : EU = Effective untilization W+R+S = Seluruh jam kerja dimana alat dijadwalkan untuk di operasikan Nilai hours worked bisa didapatkan melalui operating hours meter yang terdapat di alat berat, dan total worked merupakan total jam kerja selama satu shift berlangsung. 3.12. Bucket Factor Faktor untuk satu bucket pada proses pengangkutan mempengaruhi nilai produktivitas alat muat maupun alat angkut. Berdasarkan faktor-faktor tersebut maka didapatkan nilai untuk satu bucket tersebut. Faktor-faktor dalam menentukan nilai suatu bucket meliputi sebagai berikut : 1. Kapasitas Bucket (M²) Kapasitas bucket merupakan volume bucket (m3) yang tertera dalam spesifikasi alat. 39 2. Bucket Fill Factor (%) Faktor pengisian bucket merupakan nilai yang didapat dari perbandingan antara volume material yang berada dalam bucket dengan kapasitas bucket alat tersebut. 3. Swell Factor (%) Material yang terdapat dialam akan mengalami perbedaan ketika material tersebut telah terpisahkan. Hal ini dikarenakan ketika material tersebut berada di alam material tersebut terkonsolidasi dengan baik sehingga hanya terdapat sedikit ruangruang kecil (void) yang terisi udara diantara butir-butirnya. Pengembangan yang terjadi pada material tersebut dapat diketahui melalui perbedaan volume, ataupun densitas material tersebut. a. Rumus SF berdasarkan volume : ππΉ = π΅πππ ππππ’ππ πΏπππ π π£πππ’ππ b. Rumus SF berdasarkan densitas : ππΉ = πΏππ ππ ππππβπ‘ ππππβπ‘ ππ ππππ Berdasarkan faktor – faktor di atas maka didapatkan nilai suatu bucket sebagai berikut : Bucket Facktor = Cam x F x SF x Densitas Keterangan : Cam : Kapasitas Bucket, m³ F : Bucket fill Factor (faktor pengisian bucket), % SF : Swell Factor 3.13. Produksi Produksi merupakan jumlah produksi atau hasil kerja terbaik yang dapat dicapai suatu kombinasi kerja alat selama waktu operasi tersedia dengan persatuan waktu (ton/tahun, ton/bulan, dan ton/hari). (Indonesianto, 2014) Rumus Produksi : Produksi = Schedule Hours x PA x UA x Produktivitas 40 Keterangan ; Schedule Hours= Waktu alat bekerja PA = Physical Availability UA = Use of Availability 3.14. Standart Deviasi Standar deviasi adalah nilai statistik yang digunakan untuk menentukan bagaimana sebaran data dalam sampel, dan seberapa dekat titik data individu ke mean atau rata-rata nilai sampel. Sebuah standar deviasi dari kumpulan data sama dengan nol menunjukkan bahwa semua nilai-nilai dalam himpunan tersebut adalah sama. Sebuah nilai deviasi yang lebih besar akan memberikan makna bahwa titik data individu jauh dari nilai ratarata. Dalam distribusi normal data, juga dikenal sebagai kurva lonceng, sebagian besar data dalam distribusi sekitar 68% akan jatuh dalam, kurang atau lebih satu satu standar deviasi dari mean (-σ atau +σ). Sebagai contoh, jika standar deviasi dari satu kumpulan data adalah 2, maka sebagian besar data pada kumpulan akan berjarak plus atau minus 2 dari rata-rata. Sekitar 95,5% dari data yang terdistribusi normal adalah dalam dua standar deviasi dari mean, dan lebih dari 99% berada dalam jarak 3 standar deviasi dari rata-rata. Untuk menghitung standar deviasi, ahli statistik pertama-tama menghitung nilai rata-rata dari semua titik data. Rata-rata adalah sama dengan jumlah dari semua nilai dalam kumpulan data dibagi dengan jumlah total titik data. Selanjutnya, penyimpangan setiap titik data dari rata-rata dihitung dengan mengurangkan nilai dari nilai rata-rata. Deviasi setiap titik data akan dikuadratkan, dan dicari penyimpangan kuadrat individu rata-rata. Nilai yang dihasilkan dikenal sebagai varians. Deviasi standar adalah akar kuadrat dari varians. Biasanya, ahli statistik menemukan standar deviasi sampel dari populasi dan menggunakan itu untuk mewakili seluruh populasi. Menemukan data yang tepat untuk 41 populasi yang besar tidak praktis, dan juga agak mustahil, sehingga menggunakan sampel yang representatif sering digunakan sebagai metode terbaik. 3.15. Regresi Linier Regresi itu sendiri dibagi dalam dua persamaan matematis yang bentuknya dapat linier atau non-linier. Regresi linier adalah alat statistik yang dipergunakan untuk mengetahui pengaruh antara satu atau beberapa variabel terhadap satu buah variabel. Variabel yang mempengaruhi sering disebut variabel bebas, atau variabel independen sedangkan variabel yang dipengaruhi sering disebut dengan variabel terikat atau variabel dependen. Regresi linier pun membentuk hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat yang bentuk fungsinya linier. Regresi linier hanya dapat digunakan pada skala interval dan rasio. Regresi non linier ialah bentuk hubungan atau fungsi di mana variable bebas X dan variabel terikat Y dapat berfungsi sebagai faktor atau variabel dengan pangkat tertentu. Selain itu, variabel bebas X atau variabel terikat Y dapat berfungsi sebagai penyebut (fungsi pecahan), maupun variabel X dan variabel terikat Y dapat berfungsi sebagai pangkat fungsi eksponen. Macam – macam regresi non lonier adalah model kuadratik, model parabola, model eksponensial, model parabola kubik, model hiperbola, model geometric, dan model logistic. y =aebx Keterangan : x = variabel response atau variabel akibat (dependent) y = variabel predictor atau variabel penyebab (independent) a = Konstanta b = Koefisien regresi (kemiringan), besaran respon yang di timbulkan oleh predictor 42