BAB I RUANG LINGKUP AKUNTANSI MANAJEMEN SEBAGAI INFORMASI PENDAHULUAN Akuntansi Manajemen Adalah proses pengidentifikasi, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi/keuangan, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi manajemen yang menggunakan informasi tersebut di mana titik sentralnya untuk pihak-pihak di dalam organisasi/perusahaan. Contoh : Kalkulasi biaya produk. Kalkulasi biaya suatu aktivitas. Kalkulasi biaya suatu department. Sistem Pelaporan Dengan Umpan Balik Perencanaan Keputusan Aktivitas Operasi Analisa Interpretasi Saran Penyediaan Sumber Dokumen Mencatat Mengklasifikasi Meringkas = Umumnya Personil Non Akuntansi. = Umumnya Personil Akuntansi. Menerbitkan Laporan = Pengawasan Bagian Akuntansi. Fungsi Akuntansi Dalam Organisasi Dipandang dari tugas, fungsi-fungsi yang ada dalam organisasi dibagi dua kelompok, yaitu : 1. Fungsi Garis (Link Manager) Adalah para pejabat/pegawai atau bagian tertentu dalam suatu organisasi yang mempunyai tugas langsung berhubungan dengan pencapaian tujuan organisasi/perusahaan. Contoh : Para manajemen lini seperti : Manajer produksi Sedan. Manajer Prtoduksi Motor Manajer Produksi Bus 2. Fungsi Staf Adalah pegawai atau bagian yang mempunyai tugas tidak langsung dalam mencapai tujuan organisasi/perusahaan, lebih menekankan pemberian jasa konsultasi, pelayanan dan informasi kepada staf fungsi garis. Contoh : Eksekutif Yang Mengurus Hubungan Dengan Pemerintah Ruang Lingkup Manajemen 1. Organisasi dan Tujuan Organisasi Organisasi adalah sekelompok orang yang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan. Contoh : Panitia 17 Agustus Organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat PT Indofood Departemen Keuangan 2. Strategi Adalah pemilihan alternatif untuk mencapai tujuan bagi perusahaan. Satu set strategi yang perlu dijalankan bagi organisasi yang bertujuan mendapatkan laba, yaitu : a. Memilih produk/jasa apa yang hendak dijual. b. Bagaimana membuat produk/jasa. c. Bagaimana memasarkannya. 3. Struktur Organisasi Adalah gambar tentang kelompok-kelompok kerja atau tempat-tempat pimpinan. Serta penjelasan mengenai tugas, tanggung jawab dan wewenang. Fungsi Manajemen 1. Planning Adalah keputusan tentang apa yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang untuk membantu perusahaan dalam mencapai tujuan. 2. Coordinating Adalah koordinasi dalam melaksanakan planning/perencanaan yang telah ditetapkan, supaya bisa berjalan seperti yang diharapkan. 3. Directing Adalah pengawasan dari pelaksanaan planning pada saat planning tersebut dijalankan, di sini termasuk pengarahan dari orang-orang yang menjalankan planning tersebut 4. Controlling Adalah pengawasan dari hasil pelaksanaan planning yang biasanya dijalankan dengan membandingkan antara planning dengan pelaksanaan sesungguhnya. JENIS-JENIS INFORMASI AKUNTANSI SERTA PERBEDAAN AKUNTANSI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI KEUANGAN Jenis-jenis Informasi Dalam Perusahaan Informasi Adalah hasil/output pengolahan data yang terorganisir dan berguna bagi orang yang menerimanya. Informasi dibutuhkan manusia untuk mengurangi ketidakpastian dalam pengambilan keputusan Gambar jenis-jenis Informasi dalam Perusahaan Informasi Informasi Kualitatif Informasi Kuantitatif Informasi Akuntansi Informasi Operasi Informasi Non Akuntansi Informasi Laporan Keuangan Informasi Manajemen Keterangan : Informasi Kualitatif Contoh : Telah dibangun realestate disebelah selatan Jakarta Informasi Kuantitatif Contoh :Telah dibangun 30.000 unit rumah di sebelah timur Jakarta Informasi Akuntansi Contoh :Keuntungan Setelah Pajak PT Wanodya Rp.200 milyar Informasi Non Akuntansi Contoh : 400 orang karyawan PT Tata keracunan makanan Informasi Operasi Contoh : Jumlah Bahan baku yang digunakan 200 lembar Kayu Lapis Informasi Laporan Keuangan Contoh : Neraca , Rugi Laba, Laporan Laba ditahan, Laporan ARus Kas dll. Informasi Akuntansi Manajemen Contoh : Anggaran, Laporan Biaya Produksi, Laporan pendukung pemilihan alternatif. Jenis-jenis Informasi Akuntansi Untuk Manajemen 1. Akuntansi Biaya Penuh (Full Cost Accounting) Ialah jumlah seluruh biaya langsung yang berkenaan dengan item tersebut ditambah bagian yang layak dibebankan pada item tersebut dari biaya tidak langsung. Full Cost bisa berbentuk : : a. Biaya Produksi Berdasarkan Full Costing + Biaya Pemasaranl + Biaya Administrasi b. Biaya Produksi berdasarkan Variable Costing + Biaya Pemasaran Variabel + Biaya Administrasi Variabel + Biaya OHP Tetap + Biaya Pemasaran Tetap + Biaya Administrasi Tetap. c. Unit Level Activity Cost + Batch Level Activity Cost + Product Level Aktivity Cost + Facility Level Activity Cost 2. Akuntansi Biaya Diferensial (Differensial Accounting) Ialah informasi keuangan yang akan digunakan dalam membantu untuk menentukan alternatif mana yang dipilih, dimana biaya-biaya yang berbeda antara satu set kondisi/alternatif yang satu dengan kondisi yang lain dan merupakan biaya yang akan datang Contoh : Informasi-informasi yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan membeli atau membuat Informasi yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan menjual atau memproses lebih lanjut 3. Akuntansi Pertanggung jawaban (Responsibility Accounting) Ialah informasi keuangan dengan tujuan untuk pengendalian biaya, dimana setiap pusat pertanggungjawaban yang dipimpin seorang manajer (pimpinan) bertanggung jawab atas pelaksanaan perencanaan yang telah dibuat. Contoh : Informasi menganai jumlah biay yang telah dikeluarkan dari suatu departemen/Divisi Informasi mengani Kentungan yang diperoleh Kantor Cabang di Jakarta Perbedaan Akuntansi Manajemen Dengan Akuntansi Keuangan 1. Tidak mempunyai struktur (Formula) tunggal. 2. Tidak diatur oleh prinsip akuntansi yang diterima umum 3. Lebih bebas penyajiannya 4. Termasuk informasi non keuangan. 5. Lebih ditekankan untuk masa yang akan datang. 6. Memperhatikan bagian-bagian lebih penting dari keseluruhan. 7. Kurang menekankan pada kepastian. 8. Bukan penilaian terakhir. : Jenis-jenis Laporan Akuntansi 1. Laporan untuk manajemen. 2. Laporan untuk perhitungan pajak. 3. Laporan Khusus 4. Laporan keuangan yang diaudit. BAB II KLASIFIKASI, KONSEP & TERMINOLOGI BIAYA POKOK BAHASAN 1. Konsep Biaya 2. Klasifikasi Biaya dalam Perusahaan Pabrikasi 3. Klasifikasi Biaya dalam Perusahaan Dagang 4. Klasifikasi Biaya dalam Perusahaan Jasa Konsep Biaya Biaya dlm Akuntansi Keuangan : Suatu pengorbanan yang dilakukan untuk mendapatkan barang atau jasa. Dalam Akuntansi Manajemen Biaya (Cost) adalah kas atau setara kas yang dikorbankan (dibayarkan) untuk barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat (pendapatan) pada saat ini atau di masa mendatang bagi organisasi. Biaya yang akan memberikan manfaat (benefit) hanya pada periode berjalan (current periode) biasanya dicatat sebagai beban. Manfaat Informasi Biaya bagi Manajer • Penilaian Persediaan yakni untuk mengetahui biaya mana yang akan dilekatkan (dibebankan) dalam persediaan perusahaan. • Penentuan Laba Usaha yakni : untuk mengetahui biaya mana saja yang akan dikurangkan dari pendapatan dalam laporan laba rugi untuk menentukan laba usaha selama periode tertentu. • Perencanaan Keuangan yakni : mengetahui perencanaan biaya masa depan dengan tujuan finansial yang dikehendaki. • Pengendalian Kegiatan Usaha yakni : Mengetahui informasi tentang hasil biaya sesungguhnya dibandingkan dengan biaya yang dianggarkan. • Pengambilan Keputusan yakni : untuk mengetahui keputusan apa yang harus diambil dlm menghadapi berbagai alternatif tindakan yang berhubungan dengan biaya. 2. Klasifikasi Biaya dalam Perusahaan Pabrikasi Untuk membantu manajemen menganalisis biaya pabrikasi produknya, biaya pabrikasi pada umumnya di bagi ke dalam tiga komponen, yakni : • Bahan baku langsung • Tenaga kerja langsung • Overhead pabrikasi Dalam Perusahaan Pabrikasi (manufactured products) • Total Biaya : Biaya Produk + Biaya periode • Biaya produk : Biaya bahan baku langsung + Biaya tenaga kerja langsung + Biaya overhead pabrikasi. • Biaya Periode Biaya pemasaran/penjualan + Biaya administratif dan umum Biaya Produk dan Biaya periode di Organisasi Bisnis Jenis Perusahaan Biaya Produk Biaya Periode Perusahaan Jasa Biaya penyerahan Beban pemasaran Jasa. Perusahaan dagang Biaya pembelian brg Beban pemasaran Dagangan dari pema- Beban administratif sok. Perusahaan pabriKasi. Semua biaya pabri- kasi, termasuk bhn Beban pemasaran Beban administratif Baku langsung, tena ga kerja langsung, dan overhead pabri kasi. 3. Klasifikasi Biaya dalam Perusahaan Dagang. Contoh : Laporan Laba Rugi PT. Lintas Media Nusantara Laporan Laba Rugi 31 Desember 2005 Pendapatan penjualan ……………………………………………Rp. xxx.xxx Biaya produk : Persediaan barang dagangan, 1/1/2006 ….Rp. xxx.xxx Pembelian barang dagangan ………………Rp. xxx.xxx (+) Barang dagangan tersedia utk dijual …….. Rp. xxx.xxx Persediaan brg dagangan, 31/12/2006……Rp. xxx.xxx (-) Biaya pokok penjualan ……………………………………………Rp. xxx.xxx Laba kotor ………………………………………………………….Rp. xxx.xxx Beban Penjualan dan Administratif Biaya Periode : Gaji …………………………………………. Rp. xxx.xxx Komisi wiraniaga ………………………….. Rp. xxx.xxx Sewa ……………………………………….. Rp. xxx.xxx Periklanan …………………………………. Rp. xxx.xxx Utilitas ………………………………………. Rp. xxx.xxx Asuransi ……………………………………. Rp. xxx.xxx Keperluan kantor ………………………….. Rp. xxx.xxx (+) Jml beban penjualan dan administratif …. Laba Operasi ……………………………………………………. Rp.xxx.xxx Rp.xxx.xxx 4. Klasifikasi Biaya dalam Perusahaan Jasa. Ada dua pertimbangan akuntansi mendasar untuk perusahaan jasa, yakni : (1) Biaya tenaga kerja yang relatif tinggi (2) Tidak adanya persediaan untuk dijual. Biaya dalam perusahaan jasa dibagi menjadi biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang dapat ditelusuri secara fisik ke produk atau jasa tertentu, seperti gaji yang dibayarkan kepada para akuntan, pengacara, dll. Biaya Tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri ke produk atau jasa, seperti asuransi atau sewa kantor. Biaya tidak langsung biasanya dikurangkan dari pendapatan dalam periode di mana biaya dipakai. Laporan Laba Rugi Perusahaan Jasa PT Cahaya Abadai Laporan Laba Rugi 31 Desember 2006 Pendapatan Jasa Konsultasi Rp. 18.000.000 Kompensasi dan Tunjangan Rp. 8.500.000 Sewa Kantor Rp. 1.200.000 Pelatihan dan Riset Rp. 900.000 Rekruitmen Karyawan Rp. 500.000 Asuransi Profesional Rp. 350.000 Lain-Lain Rp. 750.000 Jumlah Biaya Rp. 12. 100.000 Laba Operasi Rp. 7.900.000 5. Baya untuk Perencanaan, Pengendalian dan Pengambil an Keputusan. Untuk tujuan perencanaan dan pengendalian, biaya sering kali digolongkan sebagai : biaya langsung dan tidak langsung, ter- kendalikan dan tidak terkendalikan, bergabung dan bersama, dan berbagai golongan lainnya. Hubungan Biaya dengan Obyek Biaya Biaya sering dikategorikan dari segi hubungannya dengan suatu obyek atau segmen operasi, yang sering disebut obyek biaya. Obyek biaya dapat berupa produk, kawasan penjualan, pelang- gan, divisi, pabrik, departemen atau suatu aktivitas. Terdapat dua jenis obuek biaya : obyek biaya antara dan obyek biaya akhir. Obyek biaya antara (intermediate cost object) adalah penghimpunan biaya yang dilaporkan yang lalu dialokasikan kepada obyek biaya lainnya. Obyek biaya Akhir (final cost object), adalah titik penghimpunan biaya di mana tidak dilakukan lagi alokasi biaya. Obyek biaya akhir yang palim lazim adalah produk. Biaya Terkendalikan dan Biaya tidak Terkendalikan Biaya Terkendaliakan : Suatu biaya dianggap sebagai biaya terkendalikan pada jenjang manajemen tertentu manakala lapisan manajemen tersebut mempunyai kekuasaan untuk mengotorisasi biaya tadi. Contoh biaya iklan surat kabar menjadi biaya terkendalikan oleh manajer pemasaran apabila di mempunyai kekuasaaan untuk mengotori sasi biaya dan jenis iklan surat kabar. Biaya tidak Terkendaliakan : Biaya ini berada di luar kendali manajer karena di tidak dapat mengotorisasinya. Misal biaya penyusutan mesin perlengkapan pabrik bagi manajer pemasaran menjadi biaya tidak terkendalikan, karena manajer tsb tidak mempunyai wewenang untuk mengotorisasi pemakain mesin pabrik. Biaya Bergabung dan Biaya Bersama Biaya tidak langsung sering pula disebut biaya bersama atau biaya bergabung. Biaya Bersama (Common Cost) dikeluarkan untuk menyediakan manfaat kepada lebih dari satu aktivitas. Biaya ini terjadi ketika dua produk, yang mungkin dihasilkan secara terpisah, diproduksi bersama. Biaya bergabung (joint cost), diterapkan dalam situasi di mana bermacam-macam keluaran berasal dari satu sumber. Contoh minyak mentah dapat diolah menjadi bermacam-macam produk (misal solar, oli, premium dll). Biaya Relevan dan Biaya Tidak Relevan. Dalam rangka untuk pengambilan keputusan, biaya relevan harus memiliki manfaat yang paling tinggi. Agar supaya biaya disebut biaya relevan, maka biaya tersebut : • Harus berbeda pada waktu dilakukan perbandingan pilihan keputusan. Apabila suatu biaya meningkat, menurun, mun cul ataupun menghilang pada waktu suatu tindakan yang berbeda dievaluasi, maka biaya tadi boleh disebut relevan. • Harus bernilai kini atau masa yang akan datang. Biaya Tidak relevan (iirelevant cost) adalah biaya yang tidak berubah untuk semua alternatif. BAB III Akuntansi Biaya Variabel Metode penentuan harga pokok produksi (dan pengaruhnya pada penyajian laporan laba rugi), dimana biaya produksi variabel saja yang dibebankan sebagai bagian kos produk. Penentuan Harga Pokok: No Keterangan Full costing Variable costing 1 Bahan baku 5.000 5.000 2 Tenaga kerja langsung 3.000 3.000 3 BOP (variabel) 2.000 2.000 4 BOP (tetap) 2.500 - 12.500 10.000 Total kos produk (per unit) Contoh: PT.WIRATA memiliki Data operasi salama tahun 2008 Sbb: Jumlah yg diproduksi Jumlah yg terjual Persediaan akhir Harga jual Biaya Bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead (variabel) Biaya operasi (variabel) Biaya operasi (tetap) Biaya overhead (tetap) : 50.000 unit : 45.000 unit : 5.000 unit : Rp 100/unit : Rp 20/unit : Rp 15/unit : Rp 15/unit : Rp 10/unit : Rp 1.000.000 : Rp 500.000 PT.WIRATA Laporan Kos Produk & HP. Penjualan Periode Tahun 2008 (dlm jutaan rupiah) (Pendekatan Full Costing) Keterangan Produksi Tarif Biaya Bahan baku 50.000 20 1.000.000 Tenaga kerja langsung 50.000 15 750.000 BOP (variabel) 50.000 15 750.000 BOP (tetap) 50.000 10 500.000 Kos barang yg diproduksi 50.000 60 3.000.000 5.000 60 300.000 45.000 60 2.700.000 Persediaan akhir Kos barang yg terjual PT.WIRATA Laporan Laba/Rugi Periode Tahun 2008 (dlm jutaan rupiah) (Pendekatan Full Costing) Keterangan Produksi Tarif Biaya Penjualan 45.000 100 4.500.000 Kos barang yg terjual 45.000 60 2.700.000 Profit margin - - 1.800.000 Biaya Operasi: Biaya operasi (variabel) 45.000 10 450.000 Biaya operasi (tetap) - - 1.000.000 Total biaya operasi - - 1.450.000 Laba bersih - - 350.000 Catatan: Produk terjual BOP (T) sbg kos produk yang terjual Persediaan BOP (T) melekat pada produk PT.WIRATA Laporan Kos Produk & HP. Penjualan Periode Tahun 2008 (dlm jutaan rupiah) (Pendekatan Variable Costing) Keterangan Produksi Tarif Biaya Bahan baku 50.000 20 1.000.000 Tenaga kerja langsung 50.000 15 750.000 BOP (variabel) 50.000 15 750.000 BOP (tetap) - Kos barang yg diproduksi 50.000 50 2.500.000 5.000 50 250.000 45.000 50 2.250.000 Persediaan akhir Kos barang yg terjual - - PT.WIRATA Laporan Laba/Rugi Periode Tahun 2008 (dlm jutaan rupiah) (Pendekatan Variable Costing) Keterangan Produksi Tarif Biaya Penjualan 45.000 100 4.500.000 Kos barang yg terjual (V) 45.000 50 2.250.000 Biaya operasi (V) 45.000 10 450.000 Total biaya variabel 45.000 50 2.700.000 Contribution margin - - 1.800.000 Biaya Periodik: Biaya overhead (tetap) - - 500.000 Biaya operasi (tetap) - - 1.000.000 Total biaya Periodik - - 1.500.000 Laba bersih - - 300.000 PT. WIRATA Laporan Kos Produk & HP. Penjualan Periode Tahun 2008 Full costing 1.000.000 Keterangan Bahan baku Direct costing 1.000.000 750.000 Tenaga kerja langsung 750.000 750.000 BOP (variabel) 750.000 500.000 BOP (tetap) - 3.000.000 Kos barang yg diproduksi 2.500.000 - 300.000 Persediaan akhir - 250.000 2.700.000 Kos barang yg terjual 2.250.000 PT. WIRATA Laporan Laba Rugi Periode Tahun 2008 Full costing Keterangan Direct costing 4.500.000 Penjualan 4.500.000 2.700.000 Kos barang yg terjual 2.250.000 0 Biaya operasi (V) 450.000 2.700.000 Total biaya 2.700.000 1.800.000 Profit/Contribution margin 1.800.000 Biaya Operasi/Periodik: 450.000 Biaya Operasi (V) 0 1.000.000 Biaya operasi (T) 1.000.000 0 1.450.000 350.000 Biaya oeverhead (T) Total biaya operasi/periodik Laba bersih Rp 50.000 500.000 1.500.000 300.000 BAB IV ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA A. Pengertian Biaya ( Cost ) 1. Pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang,yang telah terjadi atau yang kemungkinan terjadi untuk tujuan tertentu. 2. Pengurangan aktiva bersih akibat digunakannya jasa-jasa ekonomis untuk menciptakan pendapatan pada saat ini atau masa mendatang. 3. Pengorbanan yang diukur dengan harga yang dibayar, untuk memperoleh,menghasilkan, atau mempertahankan barang-barang dan jasa. Ada 4 unsur pokok dalam definisi biaya: 1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi 2. Diukur dalam satuan moneter, misal : rupiah atau dollar 3. Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi 4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan 5. Suatu aktiva. Biaya digunakan ketika menunjuk pada penilaian barang dan jasa yang diinginkan. Untuk membantu membuat keputusan, para manajer perlu mengetahui berapa biaya yang menyangkut suatu hal Sesuatu yang ada biayanya disebut sasaran biaya ( cost objective ), yang bisa dirumuskan sebagai suatu kegiatan yang memerlukan adanya suatu jumlah biaya tertentu. Sistem akuntansi biaya pada umumnya : 1. Mengakumulasikan biaya dengan beberapa klasifikasi “ alamiah” seperti: bahan baku atau upah 2. Mengalokasikan biaya pada sasaran –sasaran biaya . Istilah “biaya”(cost) sering digunakan dalam arti yang sama dengan istilah “beban” ( expense). Beban mencakup: 1. Biaya yang telah habis dipakai (expired) yang dapat dikurangkan dari pendapatan. 2. Biaya dalam manfaat yang habis/berakhir. Expense yang tidak berkaitan dengan manfaat disebut:“ Loss”. Dalam arti sempit, biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Untuk membedakan pengertian biaya dalam arti luas,pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva disebut dengan istilah Harga Pokok. Istilah harga pokok juga digunakan untuk menunjukan pengorbanan sumber ekonomi dalam pengolahan bahan baku menjadi produk. Harga pokok produksi akan berubah menjadi biaya dan dipertemukan dengan pendapatan penjualan pada saat produk terjadi. Jika pengorbanan sumber ekonomi tidak menghasilkan manfaat, maka pengorbanan tersebut merupakan rugi. Jika seorang pengusaha telah mengeluarkan biaya, tetapi pengorbanannya tidak mendatangkan pendapatan (revenues), maka pengorbanan ini disebut rugi. Objek Biaya Objek biaya didefinisikan sebagai beberapa unit, kegiatan, atau fenomena dimana rencana dibuat untuk mengakumulasi dan mengukur biaya.Konsep obyek biaya terletak pada apa yang dimaksud dengan biaya.Pemilihan obyek biaya memberikan jawaban pada pertanyaan yang paling mendasar mengenai biaya, yaitu : “ Biaya untuk apa?” Mengapa informasi Biaya Diperlukan? Akuntansi biaya berfungsi untuk mengukur pengorbanan nilai masukan guna menghasilkan informasi bagi manajemen yang salah satu manfaatnya adalah untuk mengukur apakah kegiatan usahanya menghasilkan laba atau sisa hasil usaha. Akuntansi biaya juga menghasilkan informasi biaya yang dapat dipakai oleh manajemen sebagai dasar untuk merencanakan alokasi sumber ekonomi yang dikorbankan untuk menghasilkan keluaran. Tanpa informasi biaya maka : 1. Manajemen tidak memiliki ukuran apakah masukan yang dikorbankan memiliki nilai ekonomi yang lebih rendah daripada nilai keluarannya, sehingga tidak memiliki informasi apakah kegiatan usahanya menghasilkan laba atau sisa hasil usaha sangat diperlukan untuk mengembangkan dan mempertahankan eksistensi perusahaan. 2. Manajemen tidak memiliki dasar untuk mengalokasikan berbagai sumber ekonomi yang dikorbankan dalam menghasilkan sumber ekonomi lain. Jadi Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang memungkinkan manajemen melakukan pengelolaan alokasi berbagai sumber ekonomi untuk menjamin dihasilkannya keluaran yang memiliki nilai ekonomis yang lebihtinggi dibandingkan dengan nilai masukan yang yang dikorbankan. B. Sistem Informasi Akuntansi Biaya Untuk mengelola perusahaan, diperlukan informasi biaya yang sistematik dan komparatif serta data analisis biaya dan laba. Informasi ini membantu manajemen untuk: 1. Menetapkan Sasaran laba perusahaan. 2. Menetapkan target departemen yang menjadi pedoman manajemen menengah dan operasi menuju pencapaian sasaran akhir. 3. Mengevaluasi keefektifan rencana 4. Mengungkapkan keberhasilan atau kegagalan dalam bentuk tanggung jawab yang spesifik 5. Menganalisa serta memutuskan pengadaan penyesuaian dan perbaikan agar seluruh organisasi tetap bergerak maju secara seimbang menuju tujuan yang ditetapkan Guna mencapai tujuan ini, system harus dirancang untuk memberikan informasi yang tepat waktu.Informasi harus dikomunikasikan secara efektif. Dalam merancang sistem informasi akuntansi biaya diperlukan pemahaman yang menyeluruh atas struktur organisasi perusahaan dan jenis informasi biaya yang dibutuhkan oleh semua tingkatan manajemen. Sistem informasi akuntansi biaya harus terkait erat dengan pembagian wewenang, sehingga setiap manajer dapat dianggap bertanggung jawab atas biaya yang terjadi didepartemennnya. Sistem tersebut harus dirancang untuk mengembangkan konsep manajemen berdasarkan penyimpangan (management by exeption)yaitu, yang dapat memberikan informasi bagi manajemen untuk segera mengambil tindakan perbaikan. Sistem tersebut juga harus mencerminkan prosedur pabrikasi dan administrasi bagi perusahaan yang menggunakannya. Sistem informasi tersebut harus mengarahkan perhatian manajemen.Informasi yang disajikan kepada manajer haruslah bersifat tepat guna, dan keterbatasannya harus diungkapkan.Kegunaan system informasi harus dikembangkan apabila memungkinkan. C. Klasifikasi Biaya C.1 Klasifikasi Biaya Produksi (Manufakturing) : Produksi (manufacturing) adalah : transformasi (mengubah bentuk) bahan baku menjadi barang lain melalui penggunaan tenaga kerja dan fasilitas pabrik. 1. Bahan Baku Langsung ( Direct Material ) adalah: Semua bahan baku yang secara fisik bisa diidentifikasi sebagai bagian dari barang jadi dan yang dapat ditelusuri pada barang jadi itu secara sederhana dan ekonomis / yang dapat dimasukkan langsung dalam kalkulasi biaya produk. Contoh : kayu untuk membuat peralatan mebel, minyak mentah untuk membuat bensin. 2. Tenaga Kerja Langsung (Direct Labour) adalah : Seluruh tenaga kerja yang dapat ditelusuri secara fisik pada barang jadi dengan cara yang ekonomis/tenaga kerja yang dikerahkan untuk mengubah bahan langsung menjadi produk jadi. Contoh : upah operator mesin dan perakitan, gaji karyawan yang dikerahkan pada produk tertentu. 3. Overhead Pabrik (Factory Overhead ) Semua biaya selain bahan baku langsung atau upah langsung yang berkaitan dengan proses produksi. Istilah lain dari overhead pabrik adalah: beban pabrik,overhead produksi,pengeluaranpengeluaran produksi dan biaya produksi tidak langsung. Ada 2 kategori dari overhead pabrik: a. Overhead pabrik variable / bahan tidak langsung (indirect material) Bahan-bahan yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk,tetapi pemakaiannya sedemikian kecil, sehingga tidak dapat dianggap sebagai bahan langsung yang tak langsung mempengaruhi pembentukan barang jadi Contoh: energi, perlengkapan, dan sebagian besar upah tidak langsung b. Overhead pabrik tetap/ pekerja tidak langsung ( indirect labour ) Sebagai para karyawan yang dikerahkan dan tidak secara mempengaruhi pembentukan barang jadi. Contoh: gaji mandor,pajak kekeyaan,sewa,asuransi,dan penyusutan. langsung Biaya Utama (Prime Cost) terdiri dari : biaya bahan baku langsung + biaya tenaga kerja langsung. Biaya Konversi (Conversion Cost) terdiri dari: biaya overhead + biaya upah langsung. Biaya ini mencerminkan biaya pengubahan bahan langsung menjadi barang jadi. C.2 Klasifikasi Biaya dalam Hubungannya dengan Produk : Dalam perusahaan pabrikasi, total biaya operasi terdiri dari : 1. Biaya Produk (Product Cost) atau Biaya Pabrikasi (Factory Cost )/Manufacturing Cost Adalah : jumlah dari tiga unsur Biaya yaitu : bahan baku langsung, pekerja langsung dan overhead pabrik. Biaya produk dikenal sebagai barang-barang yang diproduksi atau dibeli untuk dijual kembali. Biaya produk itu pertama-tama dikenal sebagai bagian dari barang persediaan yang ada,yang pada gilirannya biaya produk(biaya persediaan) akan menjadi pengeluaran dalam bentuk harga pokok penjualan., bila barang sudah terjual. 2. Biaya Komersial atau Biaya non pabrikasi (non manufacturing cost) atau Biaya Perioda (period cost) Biaya komersial dibagi dalam dua kelompok besar a. b. Biaya pemasaran (distribusi distribusi dan penjualan ) Biaya pemasaran dimulai pada saat biaya pabrik berakhir,yaitu pada saat proses pabrikasi diselesaikan dan barang-barang sudah dalam kondisi siap dijual. Biaya ini meliputi biaya penjualan dan pengiriman. Biaya administrasi (umum dan administrasi ) Biaya administrasi meliputi biaya yang dikeluarkan dalam mengatur dan mengendalikan organisasi. Misal: Direktur yang ditugaskan bekerja di pabrik,dialokasikan sebagai biaya pabrikasi dan direktur yang ditugaskan di bagian pemasaran dialokasikan sebagai biaya pemasaran. Barang-barang yang sudah terjual, biayanya berubah menjadi pengeluaran (expense) dalam bentuk “biaya barang yang sudah dijual” yang disebut juga “harga pokok penjualan”. Biaya administrasi disebut juga biaya perioda. Karena dikurangkan dari angka pendapatan sebagai suatu pengeluaran,tanpa pernah dianggap sebagai bagian dari barang persediaan. Tabel 3.1 : Klasifikasi Biaya dalam hubungannya dengan Produk pabrik Bahan langsung + Pekerja Langsung = Biaya Utama (prime cost) + Bhn tdk Langsung Meliputi : Perlengkapan pabrik Minyak pelumas Beban Pemasaran Meliputi: Gaji penjualan Komisi staf penjualan Pajak penghasilan pekerja Iklan Contoh barang gratis Hiburan Ongkos perjalanan Sewa Penyusutan Pajak Bumi dan Bangunan Telepon dan telegraf Alat tulis menulis dan cetak Benda-benda pos Ongkos angkut Beban penjualan ruparupa + Pekerja tdk langsung Meliputi : Kepenyeliaan Pengawasan Pemeriksaan Gaji buruh pabrik Hasil kerja yang cacat Pekerjaan eksperimen + + Biaya tdk lgs lainnya = Meliputi : Sewa Asuransi kebakaran Pajak bumi dan bangunan Penyusutan Pemeliharaan dan reparasi Sumber tenaga Penerangan Pemanasan Pajak penghasilan pemilik Perkakas kecil Overhead pabrik lainnya Beban Administrasi Meliputi: Gaji administrasi dan kantor Pajak penghasilan pekerja Sewa Penyusutan Pajak Bumi dan bangunan Beban pemeriksaan akuntansi Beban urusan hukum Piutang yang tak tertagih Telepon + Telegraf Alat tulis menulis dan cetak Benda-benda pos Beban administrasi ruparupa Overhead pabrik = Biaya Pabrikasi = + Beban Komersial = Total Biaya Operasi Tabel 3-2 Kaitan Biaya Produk dan Biaya Perioda Perusahaan Dagang (Pengecer / Grosir) : NERACA PERHITUNGAN RUGI LABA Penjualan minus Biaya Pembelian Produk Barang (Persediaan) Dagangan Persediaan Barang Dagangan terjual Harga Pokok Penjualan (suatu biaya) = Marjin Bruto minus Biaya Penjualan ٢ dan Biaya Administrasi ٣ = Laba Operasional Biaya Perioda Perusahaan Produksi : NERACA Pembelian Bahan Baku Langsung PERHITUNGAN RUGI LABA Persediaan Bahan Baku Langsung Biaya Produk (Persediaan) Penjualan minus Upah Langsung Overhead Pabrik ٤ Persediaan Barang Dalam Proses terjual Harga Pokok Penjualan (suatu biaya) = Marjin Bruto minus Biaya Penjualan ٢ dan Biaya Administrasi ٣ Biaya Perioda = Laba Operasional C.3 Klasifikasi Biaya Dalam Hubungannya Dengan Volume Produksi : 1. Biaya Variabel Ciri-ciri biaya variable: a. Perubahan jumlah total dalam proporsi yang sama dengan perubahan volume b. Biaya perunit relatif konstan meskipun volume berubah dalam rentang yang relevan c. Dapat dibebankan kepada departemen operasi yang cukup mudah dan tepat d. Dapat dikenndalikan oleh seorang peyelia/supervisor operasi Biaya – biaya ini contohnya : a. Bahan Langsung b. Pekerja Langsung c. Beberapa overhead pabrik, seperti : perlengkapan (supplies), bahan baker,perkakas kecil,bahan kerusakan,limbah dan pemanfaatan kembali,biaya penerimaan barang,royalty,biaya komunikasi,upah lembur,pengangkutan dalam pabrik. 2. Biaya Tetap Ciri-ciri biaya tetap : a. Jumlah keseluruhan tetap dalam rentang (range) yang relevan b. Penurunan biaya perunit bila volume bertambah dalam rentang yang relevan c. Dapat dibebankan kepada departemen-departemen berdasarkan keputusan manajerial atau menurut metode alokasi biaya d. Tanggung jawab pengendalian lebih banyak dipikul oleh manajemen eksekutif daripada penyelia operasi Biaya-biaya ini contohnya : a. Gaji eksekutif produksi b. Penyusutan c. Pajak Bumi dan Bangunan d. Amortisasi paten e. Asuransi-aktiva tetap f. Gaji satpam & pesuruh pabrik g. Pemeliharaan dan perbaikan bangunan & tanah h. Sewa 3. Biaya Semi Variabel Yaitu : biaya yang mengandung unsur-unsur tetap dan variabel. Biaya semivariabel ini mencakup suatu jumlah yang sebagian tetap dan bagian lainnya bervariasi sebanding dengan perubahan jumlah keluaran. Biaya-biaya ini contohnya : a. Kepenyeliaan (supervisi) b. Pemeriksaan c. Jasa departemen penggajian d. Jasa departemen personalia e. Jasa administrasi pabrik f. Jasa pengelolaan bahan & persediaan g. Jasa departemen biaya h. Asuransi kerugian j. Pajak penghasilan C.4 Klasifikasi Biaya Dalam Hubungannya Dengan Departemen Pabrikasi Untuk tujuan administratif, perusahaan dapat dibagi kedalam segmen yang bervariasi namanya. Pembagian sebuah pabrik menjadi beberapa departemen,proses,pusat biaya,atau himpunan biaya (cost pool) yang menjadi dasar untuk mengelompokkan dan mengakumulasikan biaya-biaya produk serta menetapkan tanggung jawab atas pengendalian biaya. Untuk pencapaian tingkat pengendalian yang tinggi, manajer harus mengembangkan anggaran departemen atau pusat biaya. Pada akhir suatu periode pelaporan, efisiensi departemen, dan keberhasilan manajer dalam mengendalikan biaya dengan membandingkan biaya actual terhadap biaya yang dianggarkan. Departemen–departemen dalam sebuah pabrik dapat digolongkan dalam dua kategori: 1. Departemen produksi Dalam departemen produksi, operasi secara manual atau dengan mesin, seperti merakit & membentuk dilaksanakan langsung terhadap produk atau bagianbagiannya. Biaya yang dikeluarkan departemen semacam ini dibebankan pada produk tersebut. 2. Departemen Jasa Departemen jasa memberikan jasa/pelayanan yang bermanfaat bagi departemen lainnya. Pada umumnya jasa bermanfaat bagi departemen produksi atau departemen lainnya. Biayanya merupakan bagian dari total overhead pabrik dan harus dimasukkan dalam biaya produk.Biayanya meliputi pemeliharaan,pembayaran gaji,akuntansi biaya,pemrosesan data dan peyediaan makanan. C.5 C.6 Klasifikasi Biaya Dalam Hubungannya Dengan Periode Akuntansi : 1. Belanja Barang Modal (Capital Expenditure) Belanja barang modal disebut juga sebagai pengeluaran modal. Yaitu: Pengeluaran yang digunakan untuk mendapatkan atau menyempurnakan aktiva modal, seperti bangunana dan peralatan. Atau pengeluaran dana-dana oleh suatu perusahaan yang diharapkan menghasilkan manfaat selama periode waktu lebih dari satu tahun. Pengeluaran modal dilakukan dengan beberapa alasan : (i) Untuk ekspansi tingkat operasi, biasanya melalui akuisisi aktiva tetap. Suatu perusahaan yang sedang tumbuh seringkali mengganggap penting untuk mendapatkan aktiva tetap baru dengan cepat,kadang-kadang meliputi pembelian fasilitas-fasilitas fisik tambahan, seperti pabrik dan properti. (ii) Untuk penggantian. Karena pertumbuhan suatu perusahaan lambat maka dilakukan penggantian atau memperbaharui aktiva-aktiva yang telah usang. (iii) Memperbaharui sebagai alternative penggantian (iv) Untuk tujuan-tujuan lain,seperti pengeluaran untuk iklan,riset dan pengembangan, konsultan manajemen & produk-produk baru. 2. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure) Yaitu : Pengeluaran yang memberikan manfaat yang digunakan atau dikonsumsi hanya pada periode berjalan.Diperlakukan sebagai biaya yang akan disesuaikan /dicocokan dengan penerimaan. Klasifikasi Biaya Dalam Hubungan Biaya Dengan Sesuatu Yang Dibiayai Dalam hubungannya dengan produk, Biaya produksi dibagi dua : (i) Biaya langsung (direct cost) (ii) Biaya tidak langsung (indirect cost ) Dalam hubungannya dengan departemen. Biaya dapat dibagi menjadi dua : (i) Biaya langsung departemen (direct departemental cost) (ii) Biaya tidak langsung departemen (indirect departemental cost) (i) Biaya langsung (direct cost) Yaitu : biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya karena ada sesuatu yang dibiayai.Jika sesuatu yang dibiayai itu tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Contoh : Biaya bahan baku langsung & Biaya tenaga kerja langsung (ii) Biaya langsung departemen (direct departemental cost) Yaitu: Semua biaya yang langsung terjadi dalam departemen tertentu. Contoh : Biaya tenaga kerja yang bekerja dalam departemen pemeliharaan merupakan biaya langsung dalam departemen pemeliharaan, Biaya depresiasi mesin yang dipakai dalam departemen tersebut, merupakan biaya langsung bagi departemen tersebut. (iii) Biaya Tidak Langsung ( indirect cost ) Yaitu : Biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut biaya overhead pabrik (factory overhead cost). Biaya ini tidak mudah diidentifikasikan dengan produk tertentu. Contoh : Gaji mandor yang mengawasi pembuatan produk A,B,C merupakan biaya tidak langsung bagi produk A,B,C karena gaji mandor itu terjadi tidak hanya karena memproduksi ketiga jenis produk tersebut. (iv) Biaya tidak langsung departemen Yaitu : Biaya yang terjadi dalam departemen,tetapi manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen. Contoh : biaya yang terjadi dalam departemen pembangkit tenaga listrik. Biaya ini dinikmati oleh departemen-departemen lain dalam perusahaan, baik untuk penerangan maupun untuk menggerakkan mesin dan ekuipmen yang mengkonsumsi listrik. Bagi departemen pemakai listrik, biaya listrik yang diterima dari alokasi biaya departemen pembangkit tenaga listrik merupakan biaya tidak langsung departemen. C.7 Klasifikasi Biaya Dalam Hubungannya Dengan Keputusan Yang Diusulkan, Pelaksanaan Dan Evaluasi Biaya yang berhubungan dengan beberapa tindakan atau alternatif untuk mengidentifikasikan biaya (pengurangan biaya & penghematan biaya) dengan pendapatan yang relevan dengan keputusan pilihan tersebut, dikenal beberapa biaya yaitu: (i) Biaya Diferensial (Differential Cost): Salah satu nama dari biaya yang relevan dengan pilihan di antara berbagai alternatif. Biaya diferensial disebut juga Biaya Marjinal (marginal cost) atau biaya incremental (incremental cost) (ii) Biaya tunai (out of pocket): sejumlah biaya dikeluarkan jika satu alternatif tertentu dipilih. (iii) Biaya kesempatan (opportunity cost): Sejumlah pendapatan atau manfaat lain akan hilang bila alternatif tersebut dipiih. (iv) Biaya tertanam (sunk Cost): Biaya yang telah dikeluarkan dan ternyata tidak relevan dengan keputusan itu. (v) Biaya yang tak dapat terhindari (unavoidable cost): Biaya produk atau divisi untuk tidak melanjutkan suatu produk atau divisi . (vi) Biaya yang dapat dihindari (avidable cost): Biaya yang relevan dengan keputusan Dalam rangka untuk mengevaluasi kinerja manajer dikenal beberapa biaya yaitu : (i) Biaya yang dapat dikendalikan (Controllable cost ) oleh manajer (ii) Biaya yang tidak dapat dikendalikan (Uncontrollable cost) : Biaya yang tidak dapat dikendalikan oleh manajer karena tidak relevan dengan evaluasi prestasi kerja manajer dan seharusnya manajer tersebut tidak diberikan tanggung jawab. Arus Biaya Dalam Perusahaan Industri Jumlah biaya asuransi Rp. 2.000.000 Kegiatan Pabrik Rp. 1.500.000 Jmh Rp.1.500.000 masuk dalam proses produksi sebagai bagian biaya produksi Jmh Rp.1.500.000 bergerak perlahan masuk ke barang selesai. Barang selesai menunggu penjualan Akhirnya , secara perlahan Rp. 1.500.000 itu masuk ke harga pokok barang yang dijual Keg.Penjualan dan administrasi Rp.500.000 Proses Produksi aAss((((((a(( Assets Barang Selesai (Assets ) Harga pokok barang yang dujual Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi Biaya asuransi Jumlah Rp.500.000 langsung masuk kedalam ledger biaya periodik Dalam pembuatan produk terdapat dua kelompok biaya : 1. Biaya Produksi : Biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk. Biaya produksi membentuk harga pokok produksi yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk jadi dan harga pokok produk yang pada akhir periode akuntansi masih dalam proses. 2. Biaya Non Produksi : Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatn non produksi, seperti kegiatan pemasaran dan kegiatan administrasi dan umum. Biaya nonproduksi ditambahkan pada harga pokok produksi untuk menghitung total total harga pokok produk. Pengumpulan harga pokok produksi sangat ditentukan oleh cara produksi. Cara memproduksi produk ada 2 macam : 1. Produksi atas dasar pesanan : Perusahaan melaksanakan pengolahan produksinya atas dasar pesanan yang diterima dari pihak luar. Contohnya : Perusahaan percetakan, perusahaan mebel, dll. Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi persatuan produk dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan. 2. Produksi massa : Perusahaan melaksanakan pengolahan produksinya untuk memenuhi permintaan di gudang, umumnya produknya berupa produk standar. Contohnya : Perusahaan semen, pupuk,makanan ternak dan bumbu masak dan tekstil. Dalam metode ini pengumpulan harga pokok produksi dengan menggunakan metode harga pokok process (process cost Method).Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk periode tertentu dan harga pokok produksi persatuan produk yang dihasilkan dalam periode tsb dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk periode tersebut dengan jumlah satuan yang dihasilkan dalam periode tertentu. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Metode penentuan harga pokok produksi adalah : Cara memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksi melalui 2 pendekatan, yaitu : 1. Full Costing Full Costing : merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam harga pokok produksi , yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode Full costing : Biaya bahan baku XX Biaya tenaga kerja langsung XX Biaya produksi Biaya overhead pabrik variabel XX Biaya overhead pabrik tetap XX Harga pokok produksi XX Biaya pemasaran XX Biaya non produksi/by.komersial Biaya administrasi & umum XX Total harga pokok produk XX Ikhtisar Harga Pokok Produksi Dan Total Harga Pokok Produk Menurut Metode Full Costing : Prime Cost = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga kerja Conversion Cost = Biaya Tenaga Kerja + By.Overhead Pabrik tetap + By. Overhead Pabrik Variabel Harga Pokok Produksi = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga kerja+ By.Overhead Pabrik tetap + By. Overhead Pabrik Variabel Biaya Komersial = Biaya Adm & Umum + Biaya Pemasaran Total Harga Pokok Produk = Harga Pokok Produksi + Biaya Komersial 2. Variable Costing Variable Costing : merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke kedalam harga pokok produksi , yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang berperilaku variabel. . Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode Variable costing : Biaya bahan baku XX Biaya tenaga kerja langsung XX Biaya produksi Biaya overhead pabrik variabel XX Harga pokok produksi XX Biaya pemasaran XX Biaya non produksi/by.komersial Biaya administrasi & umum XX Total harga pokok produk XX Ikhtisar Harga Pokok Produksi Dan Total Harga Pokok Produk Menurut Metode Variable Costing : Harga Pokok Produksi Variabel = Biaya Bahan Baku + By.Tenaga Kerja + By. Overhead pabrik Variabel By. Periode = By.Overhead pabrik tetap + By. Adm & umum Tetap + By. Pemasaran Tetap Total Harga Pokok Produk = Harga Pokok Produksi Variabel + By Adm & Umum Variabel + By. Pemasaran Variabel + By. Periode Perbandingan Laporan Rugi laba perusahaan Manufaktur Dengan Laporan Rugi Laba Perusahaan Dagang Perusahaan Dagang: Kegiatannya berupa pembelian barang dagangan dari perusahaan lain dan penjualan barang dagangan tersebut kepada konsumen atau perusahaan manufaktur. Perusahaan dagang tidak melakukan pemrosesan terhadap barang dagangan yang dibeli . Untuk menjalankan usaha dagangnya, perusahaan dagang mengeluarkan sumber ekonomi untuk memperoleh barang dagangannya, mengeluarkan biaya administrasi dan umum, serta biaya pemasaran. Pegorbanan sumber ekonomi yang disajikan dalam laporan rugi laba dikelompokkan ke dalam 3 golongan : 1. Pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh barang dagangan dari perusahaan lain. Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul : “Harga Pokok Penjualan” 2. Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan pemasaran barang dagangan . Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul : “Biaya Pemasaran”. 3. Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan selain perolehan barang dagangan dan pemasaran barang dagangan . Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul : “Biaya administrasi dan umum”. Perusahaan Manufaktur: Pengolahan bahan baku menjadi produk jadi dan penjualan produk jadi tersebut kepada konsumen atau perusahaan manufaktur lain. Kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk jadi memerlukan 3 kelompok pengorbanan sumber ekonomi : 1. Pengorbanan bahan baku 2. Pengorbanan jasa tenaga kerja 3. Pengorbanan jasa fasilitas Dalam pendekatan Full costing, berbagai pegorbanan sumber ekonomi disajikan dalam laporan rugi laba yang dikelompokkan dalam 3 gol: 1. Pengorbanan sumber ekonomi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi. Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul : “Biaya produksi” yang dirinci menjadi :biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. 2. Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan pemasaran produk jadi . Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul : “Biaya Pemasaran”. 3. Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan selain produksi dan pemasaran produk . Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul : “Biaya administrasi dan umum”. Dalam pendekatan Variable costing, berbagai pegorbanan sumber ekonomi disajikan dalam laporan rugi laba menurut perilakunyan dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Biaya dalam laporan laba rugi yang disusun dengan pendekatan variable costing disajikan dalam dua kelompok biaya variabel & biaya tetap. Gb. Laporan Laba Rugi Perusahaan Dagang PT. Eliona Sari Laporan Laba-rugi Untuk Tahun Yang Berakhir tanggal 31 Desember 19X1 Pendapatan Penjualan 500.000 Harga Pokok Penjualan : Persediaan awal Pembelian Harga Pokok Barang yang tersedia untuk dijual Persediaan akhir Harga Pokok Penjualan Laba bruto Biaya Usaha: Biaya administrasi & umum Biaya pemasaran Laba bersih usaha Pendapatan di luar usaha Biaya di luar usaha Laba bersih sebelum pajak Pajak penghasilan 35 % Laba bersih setelah pajak Rp. Rp. 25.000 Rp.290.000 Rp.315.000 Rp. 20.000 Rp. 295.000 Rp. 205.000 Rp. 56.000 Rp. 75.000 Rp. 131.000 Rp. 74.000 Rp. Rp. 4.000 7.000 Rp. 3.000 Rp. 71.000 24.850 Rp. 46. 150 Gb. 1.6. Laporan Laba Rugi Perusahaan Manufaktur dengan pendekatan Full Costing PT. Karya Puspita Laporan Laba Rugi dengan pendakatan Full Costing Untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 19X1 Pendapatan penjualan 500.000 Harga pokok penjualan : Persediaan awal produk jadi Harga pokok produksi : Persediaan awal produk dalam proses Biaya produksi : Biaya bahan baku Rp. 50.000 Biaya tenaga kerja langsung Rp. 60.000 Biaya overhead pabrik Rp. 75.000 Persediaan akhir produk dalam proses Harga pokok produksi Harga Pokok produk yang tersedia untuk dijual Persediaan akhir produk jadi Harga Pokok Penjualan Laba Bruto Biaya usaha: Biaya adm & umum Biaya Pemasaran Laba bersih usaha Pendapatan di luar usaha Biaya di luar usaha Laba bersih sebelum pajak Pajak Penghasilan 35% Laba bersih setelah pajak Rp. Rp. 25.000 Rp. 10.000 Rp.185.000 Rp. 195.000 Rp. 15.000 Rp.180.000 Rp.205.000 20.000 Rp.195.000 Rp.305.000 Rp. 56.000 Rp. 175.000 Rp. 231.000 Rp. 74.000 Rp. Rp. 4.000 7.000 Rp. 3.000 Rp. 71.000 Rp. 24.850 Rp. 46.150 Gb. Laporan Laba-Rugi Perusahaan manufaktur dengan pendekatan Variable Costing PT. Karya Puspita Laporan Laba-Rugi Dengan Pendekatan Variable Costing Untuk Tahun Yang Berakhir tanggal 31 Desember 19X1 Pendapatan penjualan 500.000 Biaya Variabel : Harga pokok penjualan variabel: Persediaan awal produk jadi Harga Pokok Produksi variabel : Persediaan awal produk dlm proses Rp. 20.000 Biaya Produksi Variabel : Biaya bahan baku Rp. 50.000 Biaya tenaga kerja langsung Rp. 60.000 Biaya overhead pabrik variabel Rp. 45.000 Rp. 155.000 Rp. 175.000 Persediaan akhir produk dalam proses Rp. 10.000 Harga pokok produksi variabel Harga pokok produksi yang tersedia untuk dijual Persediaan akhir produk jadi Harga Pokok penjualan variabel Biaya administrasi & umum variabel Biaya pemasaran variabel Total biaya variabel Laba kontribusi Biaya Tetap: Biaya overhead pabrik tetap Biaya Adm&umum Biaya pemasaran tetap Total biaya tetap Laba bersih Rp. Rp. 20.000 Rp. 165.000 Rp. 185.000 Rp. 15.000 Rp. 170.000 Rp. 70.000 Rp. 90.000 Rp. 330.000 Rp. 170.000 Rp. 20.000 40.000 30.000 Rp. 90.000 Rp. 80.000 BAB VI ANALISIS DIFERENSIAL Pengambilan keputusan salah satu fungsi manajer, seperti masalah: - Produk apa yg akan d jual? - Metode produksi apa yg akan d pakai? - Membuat atau membeli Komponen? - Brp harga jual produk? Dll Biaya a: factor kunci pengambilan keputusan Biaya mesti dibandingkan dgn alternative biaya yg lain By yg berlaku bg keputusan a: by yg relevan Ada beberapa by yg tidak relevan dgn keputusan yg dibuat Agar berhasil dalam pengmbilan keputusan manager hrs dpt membedakan by relevan dan tidak relevan Analisis diferensial memakai pendapatan dan biaya relevan u: ambil keputusan, d mana keputusan yg d ambil adalah yg m berikan laba incremental terbesar (Perbedaan antara pendapatan relevan dan by relevan setiap alternative pilihan) By diferensial a: perbedaan antara by relevan dua alternative atau lebih Pendapatan diferensial a: perbedaan antara pendapatan relevan 2 alternatif atau lebih By relevan berhubungan dgn by masa depan,by masa lalu tidak relevan terhadap keputusan. Apa yg m buat informasi m jadi relevan? - Berkaitan dgn masa depan - Berbeda diantara alternatif2 - Kebutuhan akan prediksi - Keputusan unik VS rutin By diferensial merupakan bagian dr by relevan untuk ambil keputusan Akuntansi u: pemakaian by diferensial d sbt akuntansi by diferensial Contoh by relevan dan tidak relevan : Tawaran diterima Tawaran tidak di Relevansi Biaya terima BBB BTKL By penyusutan By pengawasan Rp 15.000 10.000 5.000 6.000 Rp 5.000 Rp 6.000 Relevan Relevan Tidak relevan Tidak relevan 5 model penerapan by diferensial dlm pengambilan keputusan jk pendek : a. Menjual atau memproses lbh lanjut b. Membuat sendiri atau membeli c. Menghentikan/tidak suatu produk d. Menerima/menolak pesanan khusus e. Menyewakan/menjual A Menjual/memproses lbh lanjut Perusahaan kulit bisa memilih alternative menjual kulit mentah atau memproses kulit mentah menjadi kulit jadi. Harga jual kulit mentah Rp 4500/lmbr, harga pokok Rp 3000. Bila kulit diproses m jd kulit jadi, hrg jual/lembarnya Rp 7500 dan tambahan by variabel Rp 1500/lmbr. Perusahaan bs membuat 10.000 lembar tiap periode. Buat analisis pengambilan keputusan! Jawab : Analisis 1 Dijual kulit mentah Penjualan 10.000 lmbr x Rp 45.000.000 Rp 4500 Harga pokok kulit mentah 10.000x3000 By meneruskan proses Rp 30.000.000 10.000x1500 - Laba Rp 15.000.000 Dijual kulit jadi Rp 75.000.000 Analisis diferensial Rp 30.000.000 Rp 30.000.000 - Rp 15.000.000 15.000.000 Rp 30.000.000 Rp15.000.000 Kesimpulan: Lebih baik perusahaan memilih alternative membuat kulit jadi karena laba lebih besar yaitu Rp 30 juta. By diferensialnya=(45.000.000-30.000.000)=15.000.000 Pendapatan diferensial=(75.000.000-45.000.000)=30.000.000 B Membuat sendiri atau membeli komponen dr luar Perusahaan Shanum adalah perusahaan percetakan, produk utamanya mencetak buku tulis dgn sampul berwarna. Kapasitas mesin 75%(25% menganggur). By pembuatan sampul sbb: Bahan baku sampul Rp 2.5 BTKL Rp 1.6 BOP variabel Rp 1.0 BOP tetap Rp 340.000 Kapasitas menganggur bs digunakan u:buat 50.000 sampul buku sbb:(full costing) Perunit Bahan baku Rp 2.5 BTKL Rp 1.6 BOP Variabel Rp 1.0 BOPtetap(25%x340.000)=85.000/50.000=Rp 1.7 Rp 1.7 Total Rp 6.8 dgn by produksi Total Rp 125.000 Rp 80.000 Rp 50.000 Rp 85.000 Rp 340.000 Perusahaan lain menawarkan mensuply sampul berwarna dgn hrg Rp 6.0. Sepertinya lbh menghemat by karena Rp 6.0x50.000=Rp 300.000. Buat analisis keputusan apakah membuat sendiri atau membeli sampul berwarna dr perusahaan lain! Bahan baku BTKL BOP Variabel Perunit Rp 2.5 1.6 1.0 Total Rp 125.000 80.000 50.000 By produksi sendiri By membeli dr luar Rp 5.1 6.0 Rp 255.000 300.000 By. diferensial Rp 0.9 Kesimpulan : perush.sebaiknya memproduksi sendiri Rp 45.000 C Menghentikan/tidak suatu produk yg menguntungkan PT Nizam memproduksi 3 jenis produk yakni A,B dan C. Berikut laporan L/R nya : Penjualan HPP: By Variabel By tetap Laba kotor By operasi: Variabel Tetap Laba bersih seblm pajak Pajak 40% Laba bersih Produk A Rp 1200.000 Produk B Rp 900.000 Produk C Rp 300.000 Jumlah Rp 2.400.000 720.000 240.000 Rp 960.000 240.000 540.000 180.000 720.000 180.000 210.000 60.000 270.000 30.000 1.470.000 480.000 1.950.000 450.000 80.000 60.000 60.000 45.000 30.000 15.000 170.000 120.000 140.000 100.000 105.000 75.000 45.000 (15.000) 290.000 160.000 40.000 60.000 30.000 45.000 ( 6.000) ( 9.000) 64.000 96.000 Karena produk C menurut laporan L/R metode full costing mendatangkan kerugian Rp 9000 maka manajemen menyimpulkan produk C dihentikan produksinya,tapi sebelumnya manajemen meminta kontroler mengadakan analisis. Analisis dr controller : (mtd variabel costing) Produk dihentikan Produk A Produk B Penjualan 1.200.000 900.000 By Variabel: Produksi 720.000 540.000 Operasi 80.000 60.000 800.000 600.000 Kontribusi Margin By tetap: 400.000 300,000 Produksi Operasi Laba sblm pjk Pajak 40% C Produk diteruskan Total 2.100.000 2.400.000 1.260.000 140.000 1.400.000 1.470.000 170.000 1.640.000 700.000 760.000 480.000 120.000 600.000 100.000 40.000 480.000 120.000 600.000 160.000 64.000 60.000 96.000 Laba bersih C Kesimpulan : Jika produk C dihentikan akan ada penurunan laba Rp 36.000 (Rp 96.000Rp 60.000), tapi jika produk C diteruskan maka laba perusahaan menjadi Rp 96.000. Manajemen memutuskan untuk meneruskan produksi produk C. D Menerima/menolak pesanan khusus Perusahaan minuman botol segar memiliki kapasitas mesin yg dapat memproduksi 500.000 botol dlm 1 periode, saat ini hanya menjual 400.000 botol dgn hrg jual Rp 60/botol. By produksi/botol sbb: BBB Rp 20 BTKL Rp 5 By variabel Rp 5 By tetap Rp 20 atau Rp 10.000.000 untuk produksi 500.000 Ada tawaran dr pelanggan, ingin memesan 100.000 botol dgn harga Rp 40. Dan perusahaan jg membyr ongkos kirim Rp 150.000 jika menerima pesanan tsbt. Buat analisis menerima atau menolak pesanan itu! Jawab: Jika memakai mtd full costing, pesanan ini ditolak karena hrg penawaran yakni Rp 40 lebih kecil dr by produksinya (20+5+5+20=Rp 50) perusahaan rugi. Tapi jika dihitung dgn analisis diferensial hasilnya berbeda yaitu : Analisis pesanan khusus : Pesanan ditolak Pesanan diterima Penjualan: 400rb x Rp60 100rb x Rp40 Rp24.000.000 - Rp24.000.000 4.000.000 Rp 4.000.000 24.000.000 28.000.000 4.000.000 12.000.000 - 12.000.000 3.000.000 12.000.000 13.000.000 3.000.000 1.000.000 10.000.000 - 10.000.000 150.000 150.000 By Variabel: 400rb x Rp 30 100rb x Rp 30 Margin kontrbusi By tetap By pengiriman Pendptan/Biaya diferensial Laba/tmbhn laba 2.000.000 2.850.000 850.000 Kesimpulan: perush. Sebaiknya menerima pesanan tsbt krn meningkatkan laba menjadi Rp 2.850.000 BAB VII PENGANGGARAN Anggaran Anggaran (Budget) adalah rencana kuantitatif aktivitas usaha sebuah organisasi (pemasaran, produksi dan keuangan) ; anggaran mengidentifikasi sumber daya dan komitmen yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan organisasi selama periode dianggarkan. Penganggaran adalah penciptaan suatu rencana kegiatan yang dinyatakan dalam ukuran keuangan. Penganggaran memainkan peran penting di dalam perencanaan, pengendalian, dan pembuatan keputusan. Anggaran juga untuk meningkatkan koordinasi dan komunikasi. Karakteristik Anggaran : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Anggaran mengestimasi potensi laba satuan bisnis Anggaran dinyatakan dalam istilah moneter, walaupun jumlah moneter dapat saja ditunjang oleh jumlah non moneter (missalnya, unit yang dijual atau diproduksi). Mencakup periode satu tahun. Anggaran merupakan komitmen manajemen; manajer sepakat untuk mengemban tanggung jawab atas pencapaian tujuan yang dianggarkan. Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh otoritas yang lebih tinggi ketimbang oleh pihak yang menganggarkan (budgetee). Begitu disetujui, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi yang ditetapkan. Secara berkala, kinerja finansial sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran, dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan. Tujuan Pokok Anggaran Memprediksi transaksi dan kejadian finansial serta non finansial di masa yang akan datang Mengembangkan informasi yang akurat dan bermakna bagi penerima anggaran. Manfaat Penganggaran Anggaran menunjukkan kepada manajemen Angka laba yang dikehendaki oleh perusahaan. Sumber daya yang diharapkan dapat dihasilkan atau digunakan selama periode anggaran yang akan datang. Memberikan landasan untuk pengambilan keputusan alternatif yang terbaik. Keterbatasan Penganggaran Dalam banyak kejadian, anggaran cenderung terlalu menyederhanakan fakta situasi nyata di lapangan Terlampau menekankan hasil ( Yi : laba bersih sesung- guhnya dibandingkan dg jumlah laba yang dianggar kan), namun bukan pada sebab musababnya. Tema partisipatif pada anggaran menuntut dukungan penuh dan keterlibatan manjemen. Dapat menggerogoti inisiatif manajemen dengan meng halangi perkembangan dan tindakan baru yang tidak tercakup dalam anggaran. Proses penganggaran bukanlah ilmu murni dan pertimbangan yang baik memainkan peran esensial. Sistem Penganggaran untuk Aktivitas Bisnis. Terdapat 4 (empat) ancangan dasar terhadap anggaran : (1) (2) (3) (4) Penganggaran inkremental Penganggaran basis nol Penganggaran Statik dan Penganggaran fleksibel. Anggaran Inkremental (Incremental Budget) Yakni metode anggaran yang hanya mempertimbangkan perubahan sumber daya dari anggaran tahun sebelumnya. Dalam hal ini anggaran sebelumnya, berfungsi sebagai landasan bagi penganggaran sumber daya inkremental. Keunggulan ancangan inkremental adalah bhw ancangan ini menyederhanakan proses penganggaran dengan hanya memperhitungkan kenaikan berbagai pos anggaran. Kelemahannya adalah bahwa pemborosan dan inefisiensi dapat menumpuk dari tahun ke tahun tanpa pernah diketahui. Contoh Anggaran Inkremental PT Safira Prima Anggaran Inkremental untuk Tahun 20XX Kenaikan Gaji Posisi Penyelia baru Posisi Manajerial baru Kenaikan anggaran operasional Program riset baru Jumlah Rp. 8.000.000 Rp. 15.000.000 Rp. 28.000.000 Rp. 54.000.000 Rp. 3.500.000 Rp.108.500.000 Anggaran Basis Nol (Zero-Based Budget) Dalam penganggaran ini, semua jajaran manajemen bertolak dari nol dan mengestimasi kebutuhan sumber daya yang diperlukan untuk mendanai aktivitas-aktivitas tahun anggaran. Anggaran Statik (Static Budget) Yakni merupakan ancangan yang dipakai oleh banyak perusahaan jasa dan ada banyak fungsi jasa pendukung seperti bagian pembelian, bagian akuntansi, dan bagian hukum. Anggaran Fleksibel (Flexible Budget) Anggaran ini mengaitkan volume aktivitas dengan jumlah rupiah yang dianggarkan. Bermanfaat terutama dalam menaksir dan mengendalikan biaya pabrik dan beban operasi. Ada tiga kegunaan dari anggaran ini, yakni : Dapat dipakai untuk merumuskan anggaran sebelum adanya data taksiran tingkat aktivitas. Dapat dipakai setelah adanya data untuk menghitung berapa seharusnya biaya untuk tingkat aktivitas aktual. Membantu manajemen dalam menghadapi ketidak pastian dengan memampukan mereka untuk melihat taksiran hasil dalam kisaran aktivitas tertentu. Penyusunan Induk Anggaran (Master Budget) Induk Anggaran (Master Budget) adalah sebuah anggaran komprehensif yang menyatakan keseluruhan rencana bisnis bagi seluruh perusahaan untuk suatu periode yang mencakup satu tahun atau kurang. Induk Anggaran terdiri atas dua komponen utama, yakni : (1) (2) Anggaran operasi, dan Anggaran keuangan Anggaran Operasi merupakan deskripsi rinci pendapatan dan biaya yang dibutuhkan untuk mencapai hasil laba yang memuaskan. Anggaran Keuangan memperlihatkan ekspektasi arus kas dan posisi keuangan dengan kegiatan-kegiatan usaha yang terencana. Induk Anggaran untuk sebuah perusahaan pabrikasi akan berisi anggaran berikut : INDUK ANGGARAN Anggaran Operasi Anggaran Keuangan Angg. Penjualan Anggaran pengeluaran modal Angg. Produksi Anggaran Kas Angg. Bhn. Baku Langsung Laporan Laba Rugi dianggarkan Angg. Tenaga Kerja Lgs Neraca Dianggarkan. Angg. Overhead pabrikasi Angg. Persed. Akhir Barang Jadi. Angg. Beban Penjualan & Adm. Anggaran Penjualan Yakni merupakan skedul rinci yang memperlihatkan penjualan yang diharapkan untuk periode yang akan datang. Anggaran penjualan berasal dari estimasi permintaan (dan kesanggupan untuk memasok) akan produk perusahaan pada harga tertentu. Contoh Kasus : Anggaran Penjualan Sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha industri tas anak-anak, akan merencanakan penjualan ke beberapa daerah secara kuartalan sebanyak 200.000 unit selama tahun 2006. Berikut disajikan informasi berkenaan dengan rencana penjualan di atas, yakni sebagai berikut : Rencana Penjualan selama 4 kwartal adalah sebagai berikut : Kwartal I : 20.000 unit Kwartal II : 60.000 unit Kwartal III : 30.000 unit Kwartal IV : 18.000 unit Harga jual/unit : Rp. 1000 Tagihan kas kwartal IV pada tahun sebelumnya (2005) adalah Rp. 3.100.000 Tagihan kas penjualan sebagai berikut : 70% ditagih dalam kwartal penjualan, sedangkan sisanya 30% ditagih pada kwartal berikutnya. Penjualan pada kwartal IV terdapat sebanyak Rp. 5.400.000 yang tidak tertagih dan dimasukkan sebagai piutang usaha pada akhir periode tahun 2006 PT Singga Buana Anggaran Penjualan 31 Desember 2006 Keterangan Expektasi Penjualan Harga Jual per Unit Jumlah Penjualan Piutang Usaha Penjualan Kuartal I (20jt x 70%, 30%) Kuartal II (60jt x 70%, 30%) Kuartal III (30jt x 70%, 30%) Kuartal IV (18jt x 70%) Jml Kas yg Ditagih I 20000 1000 20000000 Kwartal II III 60000 30000 1000 1000 60000000 30000000 IV 18000 1000 18000000 Skedul Ekspektasi Penagihan Kas 3100000 14000000 20000000 18000000 21000000 14000000 3100000 6000000 42000000 48000000 Tahun 128000 1000 128000000 39000000 60000000 9000000 30000000 12600000 12600000 21600000 125700000 Anggaran Produksi (Production Budget) Yakni merupakan skedul rinci yang mengidentifikasi produk atau jasa yang harus dihasilkan atau disediakan utnuk meraih penjualan yang dianggarkan dan kebutuhan persediaan. Kebutuhan produksi. Jumlah unit produk yang akan diproduksi (produksi dianggarkan) dapat ditentukan dengan cara : (Tingkat persediaan akhir barang jadi yang dikehendaki + Taksiran penjualan) – Tingkat Persediaan awal barang jadi yang dikehendaki. Berdasarkan data penjualan di atas, buatlah angaran Produksi dengan ketentuan sebagai berikut : Diketahui : Jml persediaan akhir yang dikehendaki sebesar 20% dari penju-alan kuartal berikutnya. Jumlah persediaan awal adalah sama dengan jumlah perse- diaan akhir pada kuartal sebelumnya. PT Singga Buana Anggaran Produksi 31 Desember 2006 Keterangan I Expektasi Penjualan Persed Akhir yg dikehendaki Jml Kebth persed Persed Awal Jml yg akan Diprod 20000 12000 32000 -3000 29000 II 60000 6000 66000 -12000 54000 Kwartal III 30000 3600 33600 -6000 27600 IV 18000 4000 22000 -3600 18400 Tahun 128000 4000 132000 -3000 129000 BAB VIII PENGANGGARAN MODAL-MIRR KOMPETENSI 1. MENILAI PERINGKAT PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN LIMA TEKNIK YAITU PEMBAYARAN KEMBALI, PEMBAYARAN KEMBALI TERDISKONTO , NPV, IRR DAN MIRR) 2. MENGAMBIL KEPUTUSAN PROYEK DALAM PENGANGGARAN MODAL Penganggaran Modal adalah proses menganalisis potensi investasi aktiva tetap dan keputusan penganggaran modal mungkin adalah keputusan paling penting yang harus diambil oleh para manajer keuangan. A. MENILAI PERINGKAT PROYEK Proses menganalisis potensi investasi aktiva tetap dapat dilakukan dengan lima teknik analisis penganggaran modal : 1. Periode pembayaran kembali .(Payback Period) 2. Metode pembayaran kembali terdiskonto ( Discounted payback period) 3. Metode nilai sekarang bersih (NPV-Net Present Value) 4. Tingkat pengembalian internal (IRR- Internal Rate of Return) 5. Metode IRR yang dimodifikasikan (MIRR-Modified IRR) A.1. Periode Pembayaran Kembali Periode pembayaran kembali didefinisikan sebagai sejumlah tahun yang dibutuhkan untuk mengembalikan biaya suatu proyek Metode ini mengabaikan arus kas diluar periode pembayaran kembali dan tidak mempertimbangkan nilai waktu dari uang. Akan tetapi , pembayaran kembali memberikan indikasi mengenai risiko dan likuiditas suatu proyek, karena menunjukkan berapa lama modal yang diinvestasikan akan berada dalam risiko. A.2. Metode Pembayaran Kembali Terdiskonto Metode Pembayaran Kembali Terdiskonto mirip dengan metode pembayaran kembali biasa kecuali bahwa metode ini mendiskontokan arus kas pada tingkat biaya modal proyek. Metode ini mempertimbangkan nilai waktu dari uang tetapi mengabaikan arus kas diluar periode pembayaran kembali. A.3.Metode Nilai Sekarang Bersih (NPV) Metode Nilai Sekarang Bersih mendiskontokan seluruh arus kas pada tingkat biaya modal proyek dan kemudian menjumlahkan arus-arus kas tersebut. Proyek akan diterima jika NPV-nya positif. A.4. Metode Pengembalian Internal (IRR) Metode pengembalian internal didefinisikan sebagai tingkat diskonto yang memaksa NPV proyek sama dengan nol. Proyek akan diterima jika IRR-nya lebih besar daripada biaya modal A.5. Metode IRR yang dimodifikasi.(MIRR) Metode NPV dan IRR akan menghasilkan keputusan penerimaan / penolakan yang sama untuk proyek-proyek yang independen, tetapi jika proyek-proyek tersebut saling eksklusif, maka dapat terjadi konflik peringkat. Jika terjadi konflik peringkat, maka sebaiknya menggunakan metode NPV. Metode NPV dan IRR lebih unggul daripada metode pembayaran kembali, tetapi NPV lebih unggul dari IRR, karena NPV berasumsi arus kas akan diinvestasikan kembali pada tingkat biaya modal perusahaan , sedangkan IRR berasumsi arus kas akan diinvestasikan kembali pada tingkat IRR proyek. Investasi kembali pada tingkat biaya modal umumnya adalah asumsi yang lebih baik karena lebih mendekati kenyataan. Metode IRR yang dimodifikasi memperbaiki masalah yang terdapat dalam IRR biasa. MIRR melibatkan perhitungan nilai akhir (TV) dari arus kas masuk yang dimajemukkan pada tingkat biaya modal perusahaan dan kemudian menentukan tingkat diskonto yang memaksa nilai sekarang TV menjadi sama dengan nilai sekarang arus kas keluar. CONTOH SOAL : Anda adalah seorang analis keuangan . Direktur penganggaran modal telah meminta anda untuk menganalisis dua usulan investasi modal, Proyek S dan Proyek T. Masingmasing proyek memiliki biaya sebesar $ 10.000 dan biaya modal dari setiap proyek adalah 12 % . Ekspektasi arus kas bersih proyek adalah 12 %. Ekspektasi arus kas bersih proyek adalah sebagai berikut : EKSPEKTASI ARUS KAS BERSIH TAHUN PROYEK S PROYEK T 0 ($10.000) ($10.000) 1 6.500 3.500 2 3.000 3.500 3 3.000 3.500 4 1.000 3.500 Pertanyaan : 1. Hitunglah periode pembayaran kembali, nilai sekarang bersih (NPV). Tingkat pangembalian internal (IRR) dan tingkat pengembalian internal yang dimodifikasikan (MIRR) setiap proyek 2. Manakah proyek yang sebaiknya diterima jika mereka bersifat independent 3. Manakah proyek yang sebaiknya diterima jika mereka bersifat saling eksklusif JAWABAN : DIKETAHUI : 1. Tahun sebelum pengembalian penuh Proyek S sesuai ekspektasi arus kas (tabel soal) modal akan kembali pada tahun ketiga ($6.500 + $ 3.000 + $ 500= $10.000). JADI Tahun sebelum pengembalian penuh adalah tahun ke-2 Proyek T sesuai ekspektasi arus kas (tabel soal) modal akan kembali pada tahun ketiga ($3.500 + $ 3.500 + $3.500= $10.000) JADI Tahun sebelum pengembalian penuh adalah tahun ke-2 2. Biaya yang belum dikembalikan pada awal tahun *= -$10.000- $6.500 (lihat tabel soal tahun pertama diharapkan arus kas 6.500)= -$3.500 = - $3.500- $3.000 (lihat tabel soal tahun kedua diharapkan arus kas $3.000)= - $500 JADI Proyek S, biaya yang belum dikembalikan pada awal tahun adalah - $ 500 *= -$10.000- $3.500 (lihat tabel soal tahun pertama diharapkan arus kas 3.500)= -$6.500 = - $6.500- $3.500 (lihat tabel soal tahun kedua diharapkan arus kas $3.500)= -$3.000 JADI Proyek T, biaya yang belum dikembalikan pada awal tahun adalah - $ 3.000 HASIL EKSPEKTASI ARUS KAS BERSIH (CFt) TAHUN PROYEK S PROYEK T 0 ($10.000) ($10.000) 1 (3.500)* (6.500) 2 ( 500) (3.000) 3 2.500 500 4 3.500 4.000 1. a. Pembayaran Kembali Tahun sebelum Biaya yang belum dikembalikan pengembalian penuh Pembayaran kembali S + pada awal tahun = _______________________________________ Arus kas selama tahun berjalan Pembayaran kembali s = 2 + $ 5.00/ $ 3.000 =2,17 years Pembayaran kembali t = 2+ $3.000/$3.500 =2,86 years 1.b.NILAI SEKARANG BERSIH CF1 CF2 CFn NPV= CF0 +______+ ______ +…… + _____ (1+k)1 = (1+k)2 (1+k)n n CFt ∑ ______ t=0 (1+k)t NPV S = -$10.000+$6.500/(1,12)1+$3.000/(1,12)2+$3.000/(1,12)3+$1000/(1,12)4 = $.966,01 NPV T = -$10.000+$3.500/(1,12)1+$3.500/(1,12)2+$3.500/(1,12)3+$3.500/(1,12)4 = $.630,72 1.c. TINGKAT PENGEMBALIAN INTERNAL CF1 IRR =0 = CF0 +______+ (1+IRR)1 0= n CFt ∑ ______ t=0 (1+IRR)t CF2 CFn ______ +…… + (1+IRR)2 _____ (1+IRR)n IRR S = 18,0 % IRR T = 15,0% 1.d MODIFIKASI IRR PV BIAYA = PV NILAI AKHIR n CIFt (1+k)n-1 ∑ t=0 n COFt ∑ ______ = t=0 (1+k)t PV BIAYA = __________________________ (1+MIRR)n TV ______________ (1+MIRR)n TV S = $6.500/(1,12)3+$3.000/(1,12)2+$3.000/(1,12)1+$1000 = $17.255,23 TV T = $3.500/(1,12)3+$3.500/(1,12)2+$3.500/(1,12)1+$3.500 = $16.727,65 MIRR S= 14,61% MIRR T= 13,73% B. MENGAMBIL KEPUTUSAN PROYEK DALAM PENGANGGARAN MODAL 2. Manakah proyek yang sebaiknya diterima jika independen Proyek yang mendapat peringkat lebih tinggi 1. metode pembayaran kembali proyek S 2. NPV proyek S 3. IRR proyek S 2. MIRR proyek S Seluruh metode menghasilkan peringkat Proyek S berada di atas Proyek T. Tambahan lagi, kedua proyek dapat diterima menurut criteria NPV, IRR, dan MIRR, jadi kedua proyek seharusnya akan diterima jika kedua proyek tersebut independent 3. Manakah proyek yang sebaiknya diterima jika eksklusif Kita akan memilih proyek S karena nilai NPV lebih tinggi pada k=12% TUGAS Anda adalah seorang analis keuangan . Direktur penganggaran modal telah meminta anda untuk menganalisis dua usulan investasi modal, Proyek S dan Proyek T. Masingmasing proyek memiliki biaya sebesar $ 20.000 dan biaya modal dari setiap proyek adalah 12 % . Ekspektasi arus kas bersih proyek adalah 12 %. Ekspektasi arus kas bersih proyek adalah sebagai berikut : EKSPEKTASI ARUS KAS BERSIH TAHUN PROYEK S PROYEK T 0 ($12.000) ($12.000) 1 6.500 3.500 2 3.000 3.500 3 3.000 3.500 4 1.000 3.500 Pertanyaan : 1. Hitunglah periode pembayaran kembali, nilai sekarang bersih (NPV). Tingkat pangembalian internal (IRR) dan tingkat pengembalian internal yang dimodifikasikan (MIRR) setiap proyek 2. Manakah proyek yang sebaiknya diterima jika mereka bersifat independent 3. Manakah proyek yang sebaiknya diterima jika mereka bersifat saling eksklusif. BAB VIII JUST-IN-TIME ( JIT ) 1. Pengertian JIT Dalam pengertian luas, JIT adalah suatu filosofi tepat waktu yang memusatkan pada aktivitas yang diperlukan oleh segmen-segmen internal lainnya dalam suatu organisasi. JIT mempunyai empat aspek pokok sebagai berikut: 1. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus di eliminasi.Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang tidak perlu,misalnya persediaan sedapat mungkin nol. 2. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi.Sehingga produk rusak dan cacat sedapat mungkin nol,tidak memerlukan waktu dan biaya untuk pengerjaan kembali produk cacat, dan kepuasan pembeli dapat meningkat. 3. Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan (Continuous Improvement)dalam meningkatkan efisiensi kegiatan. 4. Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman terhadap aktivitas yang bernilai tambah. JIT dapat diterapkan dalam berbagai bidang fungsional perusahaan seperti misalnya pembelian, produksi, distribusi, administrasi dan sebagainya. A. Pembelian JIT Pembelian JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan barang dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi permintaan atau penggunaan. Pembelian JIT dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktivitas pembelian dengan cara: 1. Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi sumbersumber yang dicurahkan dalam negosiasi dengan pamasoknya. 2. Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok. 3. Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang mapan. 4. Mengeliminasi atau mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak bernilai tambah. 5. Mengurangi waktu dan biaya untuk program-program pemeriksaan mutu. Penerapan pembelian JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut: 1. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan. 2. Perubahan “cost pools” yang digunakan untuk mengumpulkan biaya. 3. Mengubah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya sehingga banyak biaya tidak langsung dapat diubah menjadi biaya langsung. 4. Mengurangi perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih harga beli secara individual 5. Mengurangi biaya administrasi penyelenggaraan sistem akuntansi. B. Produksi JIT Produksi JIT adalah sistem penjadwalan produksi komponen atau produk yang tepat waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap produksi berikutnya atau sesuai dengan memenuhi permintaan pelanggan. Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara: 1. Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses dalam setiap workstation (stasiun kerja) atau tahapan pengolahan produk (konsep persediaan nol). 2. Mengurangi atau meniadakan “Lead Time” (waktu tunggu) produksi (konsep waktu tunggu nol). 3. Secara berkesinambungan berusaha sekeras-kerasnya untuk mengurangi biaya setup mesin-mesin pada setiap tahapan pengolahan produk (workstation). 4. Menekankan pada penyederhanaan pengolahan produk sehingga aktivitas produksi yang tidak bernilai tambah dapat dieliminasi. Perusahaan yang menggunakan produksi JIT dapat meningkatkan efisiensi dalam bidang: 1. Lead time (waktu tunggu) pemanufakturan 2. Persediaan bahan, barang dalam proses, dan produk selesai 3. Waktu perpindahan 4. Tenaga kerja langsung dan tidak langsung 5. Ruangan pabrik 6. Biaya mutu 7. Pembelian bahan Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut: 1. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan 2. Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost pools) untuk aktivitas tidak langsung 3. Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan informasi selisih biaya tenaga kerja dan overhead pabrik secara individual 4. Mengurangi keterincian informasi yang dicatat dalam “work tickets” 2. Pemanufakturan JIT dan Penentuan Biaya Produk Pemanufakturan JIT menggunakan pendekatan yang lebih memusat daripada yang ditemui dalam pemanufakturan tradisional.Penggunaan sistem pemanufakturan JIT mempunyai dampak pada: 1. Meningkatkan Keterlacakan (Ketertelusuran) biaya. 2. Meningkatkan akurasi penghitungan biaya produk. 3. Mengurangi perlunya alokasi pusat biaya jasa (departemen jasa) 4. Mengubah perilaku dan relatif pentingnya biaya tenaga kerja langsung. 5. Mempengaruhi sistem penentuan harga pokok pesanan dan proses. Dasar-dasar pemanufakturan JIT dan perbedaannya dengan pemanufakturan tradisional: 2.1. JIT Dibandingkan dengan Pemanufakturan Tradisional. Pemanufakturan JIT adalah sistem tarikan permintaan (Demand-Pull). Tujuan pemanufakturan JIT adalah memproduksi produk hanya jika produk tersebut dibutuhkan dan hanya sebesar jumlah permintaan pembeli (pelanggan). Beberapa perbedaan pemanufakturan JIT dengan Tradisional meliputi: a. Persediaan Rendah b. Sel-sel Pemanufakturan dan Tenaga Kerja Interdisipliner c. Filosofi TQC (Total Quality Control) 2.2. JIT dan Ketertelusuran Biaya Overhead Dalam lingkungan JIT, beberapa aktivitas overhead yang tadinya digunakan bersama untuk lebih dari satu lini produk sekarang dapat ditelusuri secara langsung ke satu produk tunggal. Manufaktur yang berbentuk sel-sel, tanaga kerja yang terinterdisipliner, dan aktivitas jasa yang terdesentralisasi adalah karakteristik utama JIT. JIT Sistem Pull-through Persediaan tidak signifikan Sel-sel pemanufakturan Tenaga kerja terinterdisipliner Pengendalian mutu (TQC) Dsentralisasi jasa TRADISIONAL Sistem Push-through Persediaan signifikan Berstruktur departemen Tenaga kerja terspesialisasi Level mutu akseptabel (AQL) Sentralisasi jasa 2.3. Keakuratan Penentuan Biaya Produk dan JIT Salah satu konsekuensi dari penurunan biaya tidak langsung dan kenaikan biaya langsung adalah meningkatkan keakuratan penentuan biaya (Harga Pokok Produk). Pemanufakturan JIT, dengan mengurangi kelompok biaya tidak langsung dan mengubah sebagian besar dari biaya tersebut menjadi biaya langsung maupun sebaliknya, dapat menurunkan kebutuhan penaksiran yang sulit. 2.4. JIT dan Alokasi Biaya Pusat Jasa Dalam manufaktur tradisional, sentralisasi pusat-pusat jasa memberikan dukungan pada berbagai departemen produksi. Dalam lingkungan JIT, banyak jasa didesentralisasikan.Hal ini dicapai dengan membebankan pekerja dengan keahlian khusus secara langsung ke lini produk dan melatih tenaga kerja langsung yang ada dalam sel-sel untuk melaksanakan aktivitas jasa yang semula dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung. 2.5. Pengaruh JIT pada Biaya Tenaga Kerja Langsung Sebagai perusahaan yang menerapkan JIT dan otomatisasi, biaya tenaga kerja langsung tradisional dikurangi secara signifikan.Oleh sebab itu ada dua akibat: 1. Persentasi biaya tenaga kerja langsung dibandingkan total biaya produksi menjadi berkurang 2. Biaya tenaga kerja langsung berubah dari biaya variabel menjadi biaya tetap. 2.6. Pengaruh JIT pada Penilaian Persediaan Salah satu masalah pertama akuntansi yang dapat dihilangkan dengan penggunaan pemanufakturan JIT adalah kebutuhan untuk menentukan biaya produk dalam rangka penilaian persediaan. Jika terdapat persediaan, maka persediaan tersebut harus dinilai, dan penilaiannya mengikuti aturan-aturan tertentu untuk tujuan pelaporan keuangan. Dalam JIT diusahakan persediaan nol (atau paling tidak pada tingkat yang tidak signifikan), sehingga penilaian persediaan menjadi tidak relevan untuk tujuan pelaporan keuangan.Dalam JIT, keberadaan penentuan harga pokok produk hanya untuk memuaskan tujuan manajerial. Manajer memerlukan informasi biaya produk yang akurat untuk membuat berbagai keputusan misalnya: (a) penetapan harga jual berdasar cost-plus, (b) analisis trend biaya, (c) analisis profitabilitas lini produk, (d) perbandingan dengan biaya para pesaing, (e) keputusan membeli atau membuat sendiri, dsb. 2.7. Pengaruh JIT pada Harga Pokok Pesanan Dalam penerapan JIT untuk penentuan order pesanan, pertama, perusahaan harus memisahkan bisnis yang sifatnya berulang-ulang dari pesanan khusus.Selanjutnya, sel-sel pemanufakturan dapat dibentuk untuk bisnis berulang-ulang. Dengan mereorganisasi tata letak pemanufakturan, pesanan tidak membutuhkan perhatian yang besar dalam mengelompokkan harga pokok produksi. Hal ini karena biaya dapat dikelompokkan pada level selular. lagi pula, karena ukuran lot sekarang lebih sangat kecil,maka tidak praktis untuk menyusun kartu harga pokok pesanan untuk setiap pesanan. Maka lingkungan pesanan akan menggunakan sifat sistem harga pokok proses. 2.8. Penentuan Harga Pokok Proses dan JIT Dalam metode proses, perhitungan biaya per unit akan menjadi lebih rumit karena adanya persediaan barang dalam proses. Dengan menggunakan JIT, diusahakan persediaan nol, sehingga penghitungan unit ekuivalen tidak terlalu dibutuhkan, dan tidak perlu menghitung biaya dari periode sebelumnya. JIT secara signifikan mengarah pada penyederhanaan. 2.9. JIT dan Otomasi Sejak sistem JIT digunakan, biasanya hanya menunjukkan kemungkinan otomasi dalam beberapa hal. Karena tidaklah umum bagi perusahaan yang menggunakan JIT untuk mengikutinya dengan pemilikan teknologi pemenufakturan maju. Otomasi perusahaan untuk : (a) menaikkan kapasitas produksi, (b) menaikkan efisiensi, (c) meningkatkan mutu dan pelayanan, (d) menurukan waktu pengolahan, (e) meningkatkan keluaran. Otomasi meningkatkan kemampuan untuk menelusuri biaya pada berbagai produk secara individual. sebagai contoh sel-sel FMS, merupakan rekan terotomasi dari sel-sel pemanufakturan JIT. Jadi. beberapa biaya yang merupakan biaya yang tidak langsung dalam lingkungan tradisional sekarang menjadi biaya langsung. 2.10. Penentuan Harga Pokok Backflush Penentuan harga pokok backflush mengeliminasi rekening barang dalam proses dan membebankan biaya produksi secara langsung pada produk selesai. Perusahaan menggunakan backflush costing jika terdapat kondisi-kondisi sebagai berikut : 1. Manajemen ingin sistem akuntansi yang sederhana. 2. Setiap produk ditentukan biaya standarnya. 3. Metode ini menghasilkan penentuan harga pokok produk yang kira-kira mengasilkan informasi keuangan yang sama dengan penelusuran secara berurutan. Ada dua perubahan relatif pada sistem konvensional yaitu : 1. Perubahan Akuntansi Bahan 2. Perubahan Akuntansi Biaya Konversi 3. Analisis Biaya-Volume-Laba 3.1 Analisis CPV Konvensional Analisis biaya-volume-laba (CPV) konvensional menganggap bahwa semua biaya, produksi dan non produksi, dap[at digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu: a. Biaya yang bervariasi dengan volume, disebut biaya variabel b. Biaya yang tidak bervariasi dengan volume, disebut biaya tetap. Dalam anlisis tersebut biaya dianggap sebagai fungsi linier volume penjualan sehingga persamaannya adalah: L = P-B Dalam hal ini: P =HX L = Laba bersih sebelum pajak B = T + VX P = Pendapatan Total Sehingga: B = Biaya Total L = HX - T - VX H = Harga jual per unit X(H - V) = L + T X = Unit atau volume produk yang X = (L+T)/(H-V) T = Biaya tetap total V = Biaya variabel per unit 3.2 Analisis CPV dalam JIT Dalam sistem JIT,biaya variabel per unit produk yang dijual turun namun biaya tetapnya naik.Dalam JIT,biaya variabel berdasar batch tidak ada karena batch menjadi satu kali.Jadi,rumus biaya dalam JIT dapat digambarkan sebagai berikut: B = T + V1X1 + V3X3 B = Biaya Total X1 = Jumlah unit T = Biaya tetap X3 = Jumlah kegiatan V1 = Biaya variabel berdasar unit penjualan (berdasar unit) V3 = Biaya variabel berdasar non unit 4. Titik Impas Titik impas adalah suatu keadaan dimana perusahaan tidak mendapat laba maupun rugi.jadi dapat dikatakan kondisi pendapatan perusahaan dalam keadaan seimbang. 4.1 Sistem Konvensional X = (I + F) / (P - V) Dalam hal ini: X = Unit produk yang harus dijual untuk mencapai laba tertentu I = Laba sebelum pajak penghasilan F = Total biaya tetap P = Harga jual per unit V = Biaya variabel per unit 4.2 Sistem JIT X1 = (I + F1 + X2V2 ) / (P - V1) Dalam hal ini: X1 = Unit produk yang harus dijual untuk mencapai laba tertentu I = Laba sebelum pajak penghasilan F1 = Total biaya tetap X2 = Jumlah kuantitas berbasis nonunit V2 = Biaya variabel per basis non unit P = Harga jual per unit V1 = Biaya variabel per unit Illustrasi : PT.KIRANA, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang perakitan suku cadang menggunakan dua sistem biaya yang berbeda yaitu: 1. Sistem biaya konvensional 2. JIT .Sistem biaya konvensional membebankan BOP menggunakan pengarah biaya (cost driver) berbasis unit. Sistem JIT menggunakan pendekatan yang terfokus pada penelusuran biaya dan penentuan harga pokok berbasis aktivitas untuk biaya yang tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan suatu sel pemanufakturan. Untuk mengetahui perbedaan antara kedua metode, berikut ini disajikan data biaya produksi untuk bulan desember 1997 : ELEMEN BIAYA Bahan Baku Tenaga kerja langsung BOP Variabel berbasis unit BOP Variabel berbasis non unit BOP tetap langsung BOP tetap bersama SISTEM BIAYA KONVENSIONAL JIT Rp 800 Rp 800 70 100 90 20 30 30 30 100 20 Rp 1.090 Rp 1.000 Diminta: 1. Hitunglah jumlah maksimum dari masing-masing sistem biaya yang harus dibayar seandainya perusahaan memutuskan untuk membeli pada pemasok luar. 2. Bila diketahui perusahaan berproduksi pada kapasitas 1500 unit dengan harga jual Rp 1.100, susunlah laporan L/R untuk periode yang bersangkutan 3. Lakukan analisis terhadap kasus tersebut. Penyelesaian : 1. Jumlah maksimum yang harus dibayar kepada pemasok luar, biasa dianggap sebagai biaya terhindarkan yang harus diputuskan oleh perusahaan tersebut. Biaya yang dapat dihindarkan: - Sistem biaya konvensional = Rp 800 + 70 + 90 + 30 = Rp 990 - Sistem biaya JIT = Rp 800 + 100 +30 +20 +30 = Rp 980 2. Laporan L/R KETERANGAN Penjualan : ( 1500 u x Rp 1.100) Biaya Variabel : (Rp 9601) x 1.500 u) (Rp 8202) x 1.500 u) Laba Kontribusi Biaya Tertelusur : Bi. variabel berbasis non unit Bi. tetap langsung Jumlah Biaya Tertelusur Laba Langsung Produk SIST. KONVENSIONAL Rp 1.650.000 Rp SIST. JIT 1650.000 1.440.000 210.000 1.230.000 420.000 45.000 45.000 165.000 45.0003) 195.004) 240.000 180.000 1) Rp 800 + Rp 70 + Rp 90 = Rp 960 Rp 800 + Rp 20 = Rp 820 3) Rp 30 x 1.500 u = Rp 45.000 4) (Rp 100 + Rp 30) x 1.500 u = Rp 195.000 2) 3. Sistem penentuan harga pokok konvensional menyediakan laporan yang menunjukkan profitabilitas produk sedangkan sistem JIT menunjukkan adanya efisiensi karena JIT dapat mengubah beberapa jenis biaya mis: Biaya tenaga kerja langsung menjadi biaya tetap langsung. BAB IX Penentuan Harga Jual Apakah kita pernah berpikir hal apa saja yang melandasi kebijakan perusahaan dalam menetapkan harga dari suatu produk? Anda mungkin akan menjawab dengan cepat, “Tergantung mau untung berapa dari harga belinya?” Atau mungkin anda mencoba menjawab lebih teoritis yaitu karena faktor eksternal dan internal perusahaan. Dimana faktor eksternal di antaranya adalah harga barang yang sama yang dijual perusahaan saingan atau kebijakan pemerintah. Faktor internal tergantung dari marketing mix (bauran pemasaran) yang menjadi kebijakan / diterapkan oleh perusahaan. Saat ini saya ingin melihat satu hal yang cukup penting yang mendasari faktor internal itu yaitu Cost of Goods Sold (Harga Pokok Penjualan) atau yang lebih sederhana Harga Produksi atau Harga Beli dari suatu produk. Ok, saya mau coba fokuskan di masalah Harga Beli saja yang menjadi Harga Pokok Penjualan, kita tidak menyentuh produksi dulu tapi itu akan menjadi pendukung saja hehehe :) Harga Pokok Penjualan atau disingkat HPP menjadi penting karena dia menjadi semacam (ambang) batas dimana jika menjual di bawah batasan tersebut perusahaan akan merugi dan menjual di atas batas tersebut perusahaan akan memperoleh keuntungan. Cukup sederhana dan mudah bukan? Misalnya, kita beli 1 meja dengan harga 1.000 maka karena mau untung sebesar-besarnya bagaimana jika kita jual 10.000… Hehehe well, tidak semudah itu, kita juga harus melihat apakah meja sejenis di pasaran harganya 10.000 bagaimana kalau harga meja sejenis di pasaran hanya di kisaran 800900? Jika itu yang terjadi maka keputusan harga kita akan ditertawakan oleh pembeli kita. Jadi apa yang harus kita perbuat? Kita kan nggak mungkin menjual rugi, nanti siapa yang membiayai operasional perusahaan kalo kita jual rugi? Nah itu yang akan coba kita bahas sedikit. Ada 3 faktor yang mempengaruhi Harga Jual sehingga akan melahirkan rumusan sebagai berikut : Harga Jual = Harga Beli + Laba + Faktor X HARGA BELI, hal-hal apa yang kira-kira dapat mempengaruhi Harga Beli suatu produk? Saya uraikan beberapa yang mungkin ada lebih banyak lagi, di antaranya : 1. Supplier (pemasok), seberapa kompetitif supplier ini di pasaran, hal ini mungkin akan terlihat dari seberapa produktif, efisien dan efektif si supplier ini sehingga produk yang ditawarkan akan sangat kompetitif. Misalkan supplier A mampu memproduksi 7.500 produk/bln, bahan baku seharga 200/produk, mempunyai 5 pegawai (rata-rata gaji 1.500.000/bln), dan pabrik sebesar 500m2 (sewa 500.000/m2/bln). Sedangkan supplier B memproduksi 1.500 produk/bln, bahan baku seharga 150/produk, mempunyai 10 pegawai (rata-rata gaji 1.200.000/bln), dan pabrik sebesar 100m2 (sewa 550.000/m2/bln). Jadi manakah yang akan memberikan penawaran terbaik untuk kita kira-kira? Supplier A mempunyai biaya/bulan (200*1.000)+(5*1.500.000)+(500*500.000) = 257.700.000, maka kemungkinan penawarannya 34.360/produk Supplier B mempunyai biaya/bulan (150*1500)+(10*1.200.000)+(100*550.000) = 67.225.000, maka kemungkinan penawarannya 44.816/produk 2. Distance (jarak), jarak yang dimaksud disini adalah gudang kita sebagai pembeli dengan gudang supplier, karena walau dalam harga yang ditawarkan misalnya tidak dicantumkan harga ongkos transportasinya tetapi pada perhitungannya pasti sudah dimasukkan oleh sang supplier. Jadi walau suppliernya cukup kompetitif tetapi jika jaraknya dengan kita jauh maka akan terjadi kemungkinan secara total harga beli kita akan lebih mahal. Misalnya : supplier A memberikan harga 1.000 + ongkos transport 10/km, sedangkan supplier B memberikan harga 1.200 + ongkos transport 12/km, jika jarak kita dengan A adalah 80 km dan dengan B 30 km manakah yang akan kita pilih? Kalau ditelaah maka total harga yang kita dapat dari supplier A adalah 1.800 (1.000 + (10*80)) sedangkan dari supplier B adalah 1.560 (1.200 + (12*30)). So, get the point? 3. Relationship (hubungan), hal ini termasuk yang penting dalam dunia perdagangan, malah terkadang orang menempatkannya dalam urutan paling atas jika anda ingin sukses dalam dagang (atau apapun juga sih sebetulnya). Karena hubungan yang baik maka anda bisa mendapatkan barang tepat waktu atau lebih cepat, kualitas yang baik, harga yang bersaing dan lainnya yang dapat memberikan anda keuntungan dalam persaingan dengan kompetitor. 4. Trading Diplomacy (diplomasi dagang), sederhananya sih sebetulnya tawar menawar dimana kedua belah pihak bisa sama-sama mendapatkan hasil yang terbaik. Hal ini mencakup : Waktu, dimana barang dapat sampai di gudang kita tepat waktu sehingga tidak mengganggu rangkaian penjualan yang hendak kita lakukan; Kualitas, kualitas dari produk yang sesuai dengan yang kita minta tidak terlalu banyak barang yang harus dikembalikan sehingga rangkaian penjualan dapat berjalan; Tempo, dalam hal ini biasanya tempo pembayaran (kredit) dimana jika kita bisa mendapatkan produk dengan membayar di kemudian hari maka akan sangat meringankan bagi arus keuangan perusahaan walau hal ini harus diperbandingkan ulang dengan harga produk tersebut secara total; Potongan, atau diskon, orang lebih mengenalnya, karena sepertinya kalo belum ditawar untuk mendapatkan diskon kayaknya bagian pembelian belum kerja. Hal ini mungkin seringkali disubstitusi ke tempo pembayaran, substitusi dengan produk lain atau program insentif atau promosi lainnya. LABA, hal paling utama yang harus melandasi keputusan pengambilan keputusan mengenai laba / keuntungan ini adalah bahwa laba harus minimal dapat menutup operasi perusahaan, tapi tidak secara harafiah bahwa 1 produk harus dapat menutup keseluruhan operasional perusahaan, kalau itu jadinya berapa harga produk tersebut hehehe… Jadi mudahnya adalah sebagai berikut, jika suatu perusahaan mempunyai 3 produk, A dengan produksi per bulan 1.000, B 1.500 dan C 2.000. Perusahaan tersebut mempunyai biaya operasional 9.000.000/bln maka biaya tersebut dibagi proporsional kepada masing-masing produk seperti berikut : produk A menanggung per bulan 2.000.000, B 3.000.000, dan C 4.000.000. Jadi laba minimal per produk adalah 2.000, oh ya ini di luar bahwa perusahaan mempunyai kebijakan-kebijakan dimana suatu produk mempunyai laba lebih dari produk yang lain. Nah dengan anggapan bahwa semua produk akan terjual dalam 1 bulan maka dengan laba minimal tersebut maka biaya operasional perusahaan akan dapat ditutupi sehingga perusahaan dapat terus berjalan, di luar itu semua maka harus ada hitung-hitungan lagi yang lebih rumit yang tidak akan kita bahas dulu di sini. Tapi jangan gembira dulu, kalau hanya biaya operasional saja yang ditutupi mah tidak ada serunya, buat apa jalanin perusahaan susah-susah kalau hanya untuk menutupi biaya operasional saja, itu mah masukin uangnya ke bank aja lalu tidur tiap bulan pasti dapat bunga (bunga mimpi dan bunga deposito). Jadi, tricky-nya adalah bagaimana at the end of the month anda bisa mendapatkan hasil lebih baik daripada jika uangnya anda masukkan ke deposito or saham. Nah hal itu kita bahas di lain waktu karena akan terlalu rumit… FAKTOR X, diantaranya yang akan kita bahas disini adalah added value (nilai tambah) dan brand (merk), walau mungkin banyak lagi tapi kalau terbanyak maka bahasan kita juga akan bertambah banyak. Pertama added value (nilai tambah), mengapa hal ini akan mempengaruhi Harga Jual suatu produk? Dengan asumsi bahwa suatu produk mempunyai nilai tambah lebih daripada produk lain yang sejenis maka perusahaan akan berani memberikan Harga Jual lebih tinggi dibanding yang lain. Nilai tambah itu seperti apa sih? Sebagai contoh mungkin sikat gigi yang dapat dilipat, pensil dengan penghapus di belakangnya, atau yang termudah adalah handphone dengan berbagai macam fitur. Tetapi ada yang mengatakan bahwa nilai tambah itu juga tercipta dikarenakan adanya biaya yang dikeluarkan dalam memberikan nilai tambah itu, maka hal itu sebetulnya sudah terserap dalam Harga Beli-nya. Terkadang ya, terkadang suatu perusahaan mencreate (membuat) sendiri nilai tambah itu dan mem-blow up dalam promosinya walau mungkin kita tidak melihatnya itu sebagai suatu nilai tambah hehehe… Nah Faktor X berikutnya adalah brand (merk), inilah yang membedakan membeli kopi di starbuck dan membeli kopi di restoran. Ada yang berargumen bahwa ya itu pastilah, wong kopi di starbuck kan impor dari harga belinya saja sudah pasti lebih mahal, sedangkan kopi di restoran kan kopi lokal. Hehehe ya argumen itu bisa diterima, tetapi karena suatu persepsi dari perusahaan bahwa merk-nya mempunyai image yang sangat kuat di pasaran dibanding dengan merk lain maka perusahaan tersebut akan berani memposisikan produknya dengan harga yang lebih tinggi dibanding produk dari merk lain. Jadi setelah kita baca ini pusing juga ya ternyata rentetan atau faktor-faktor dalam penentuan Harga Jual cukup banyak juga? Ya, tidak semudah membalikkan telapak tangan tapi juga seharusnya tidak sesulit menguraikan benang kusut… Penentuan harga tidaklah terlalu mengikat karena biasanya kita dapat melakukan survey pasar terlebih dahulu sehingga mempermudah kita dalam pengambilan keputusan dan selain itu trial and error juga berlaku selama kita siap dengan resikonya. BAB X Activity Based Costing (ABC) 1. Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas - Merupakan sistem perhitungan biaya dimana tempat penampungan biaya overhead yang lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang memasukkan satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume. - Mewakili penerapan penelusuran biaya yang lebih menyeluruh. - Mengakui bahwa banyak biaya lain yang pada kenyataannya dapat ditelusuri tidak ke unit output, tapi ke aktivitas yang diperlukan untuk memproduksi output. Sedang perhitungan biaya tradisional menelusuri hanya biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung ke setiap unit output. a. Tingkatan Biaya dan Pemicu Pemicu (driver) adalah dasar mengalokasikan biaya overhead dalam sistem ABC. Ada pemicu sumber daya dan pemicu aktivitas. Pemicu sumber daya adalah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya suatu sumber daya ke berbagai aktivitas berbeda yang menggunakan sumber daya itu. Misal: Jika sistem ABC mengalokasikan biaya suatu sumber daya ke beberapa aktivitas berdasarkan luas lantai atau jumlah karyawan yang disediakan untuk tiap aktivitas, maka meter persegi dan jumlah karyawan disebut pemicu sumber daya. Pemicu aktivitas adalah untuk dasar mengalokasikan biaya suatu aktivitas ke produk, pelanggan, atau objek biaya final lainnya. ‘final’ mengacu pada langkah akhir dalam alokasi biaya. Pemicu aktivitas yang digunakan dalam ABC tidak terbatas pada ukuran volume. ABC mengakui aktivitas, biaya aktivitas, dan pemicu aktivitas pada tingkatan agregasi yang berbeda dalam suatu lingkungan produksi. Tingkat yang umumnya diidentifikasi: unit, batch, produk, dan pabrik. Tingkatan yang berbeda sebenarnya adalah tingkatan agregasi: - Tingkat unit; - Batch adalah jumlah atau agregasi dari unit-unit identik yang menyusunnya; - Produk adalah agregasi dari beberapa batch. - Pabrik adalah suatu agregasi dari semua produknya. Atau, agregasi paralel dengan subkelompok, sehingga: - Unit adalah subkelompok batch. - Batch adalah subkelompok total output suatu produk. - Produk adalah subkelompok total output suatu pabrik. Tingkat Unit Biaya tingkat unit adalah biaya yang meningkat saat satu unit diproduksi. Biaya ini satusatunya biaya yang selalu dapat dibebankan secara akurat proporsional terhadap volume. Contoh biaya tingkat unit: - Biaya listrik; jika dalam memproduksi tiap unit menggunakan mesin dengan tenaga listrik. - Biaya pemanasan; jika tiap unit mengalami pemanasan. - Tenaga kerja inspeksi; jika tiap unit perlu inspeksi. Biaya ini murni variabel dan secara teori dapat diperlakukan sebagai biaya langsung tapi biasanya diperlakukan sebagai biaya tidak langsung. Secara teknik, bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung sesuai dengan biaya tingkat unit, tapi karena ABC adalah sistem pembebanan biaya tidak langsung, maka pembebanan bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung berada di luar cakupan pembahasan ABC. Biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku dalam rupiah merupakan contoh pemicu tingakat unit yang baik. Pemicu tingkat unit: - Merupakan ukuran aktivitas yang bervariasi dengan jumlah yang diproduksi dan dijual. - Semua pemicu tingkat unit proporsional terhadap unit output, dan merupakan satusatunya dasar alokasi yang berkaitan dengan volume dalam ABC. - Pemicu di semua tingkatan lain tidak harus proporsional terhadap volume. - Contoh pemicu tingkat unit: jam tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, berat bahan baku langsung, biaya bahan baku langsung, jumlah komponen bahan baku, total biaya utama, total biaya langsung, dan unit yang diproduksi. Tingkat Batch Biaya tingkat batch adalah biaya yang disebabkan oleh jumlah batch yang diproduksi dan dijual. Contoh: Biaya persiapan dan kebanyakan biaya penanganan bahan baku. - Jika bahan baku dipesan untuk batch tertentu, maka sebagian biaya pembelian, penerimaan, dan inspeksi barang masuk merupakan biaya tingkat batch. - Jika unit pertama dari tiap batch diinspeksi, maka biaya inspeksi dalam proses ini juga biaya tingkat batch. - Biaya tingkat batch yang signifikan juga ada di luar fungsi produksi. Misal, jika produk tidak disimpan sebagai persediaan tapi tiap batch diproduksi untuk tiap pesanan, maka biaya tingkat batch memasukkan sebagian biaya pemasaran dan administratif. Biaya tingkat batch dipengaruhi oleh jumlah batch, dan tidak bergantung pada jumlah unit. Pemicu tingkat batch adalah ukuran aktivitas yang bervariasi dengan jumlah batch yang diproduksi dan dijual. Contoh: persiapan, jam persiapan, pesanan produksi, dan permintaan bahan baku. Tingkat Produk Biaya tingkat produk adalah biaya yang terjadi untuk mendukung sejumlah produk berbeda yang dihasilkan. Biaya itu tidak harus dipengaruhi oleh produksi lain dan penjualan satu batch atau satu unit lebih banyak. Contoh: biaya desain produk, pengembangan produk, pembuatan prototipe, dan teknik produksi. Misal: - Jika pekerja butuh pelatihan tambahan sebelum memproduksi suatu produk tertentu. - Jika beberapa mesin digunakan secara eksklusif untuk satu produk. - Jika beberapa bahan baku khusus (unik) untuk satu produk dan tidak dipesan secara terpisah untuk tiap batch yang diproduksi, maka biaya pembelian, penerimaan, dan inspeksi bahan baku itu adalah biaya tingkat produk. - Biaya membeli software komputer baru untuk menyediakan jenis jasa baru pada firma konsultasi (bidang jasa). - Biaya paten, riset pasar, dan promosi produk (biaya tingkat produk yang terjadi di luar pabrik). Pemicu tingkat produk adalah ukuran aktivitas yang bervariasi dengan bermacam jumlah produk yang diproduksi dan dijual. Contoh: perubahan desain, jam desain, jumlah komponen berbeda yang diperlukan. Tingkat Pabrik Tingkat biaya diatas biaya tingkat produk, antara lain tingkat lini produk, tingkat proses, tingkat departemen, dan tingkat pabrik. Biaya tingkat pabrik adalah biaya meemlihara kapasitas di lokasi produksi. Contoh: sewa, penyusutan, pajak properti, dan asuransi bangunan pabrik. Pemicu tingkat pabrik: luas lantai yang ditempati. Tapi ini sulit diidentifikasi sehingga butuh pengembangan ide mengenai hal ini. Atau biasanya bersifat arbitrer. b. Perbandingan ABC dan Sistem Perhitungan Tradisional Karakteristik sistem perhitungan biaya tradisional: - Penggunaan ukuran yang berkaitan dengan volume atau tingkat ukuran unit secara eksklusif sebagai dasar mengalokasikan overhead ke output. Biasanya dikenal sebagai unit cost system. - Menggunakan satu tempat penampungan biaya atau satu dasar alokasi untuk semua penampungan biaya. - Merupakan sistem satu atau dua tahap. Menggunakan dua tahap hanya jika departemen atau pusat biaya lain dibuat. Biaya sumber daya dialokasikan ke pusat biaya di tahap pertama, dan kemudiaan biaya dialokasikan dari pusat biaya ke produk di tahap kedua. Beberapa sistem hanya satu tahap karena tidak menggunakan pusat biaya terpisah. Karakteristik sistem perhitungan biaya ABC: - Mengharuskan penggunaan tempat penampungan overhead lebih dari satu, tapi tidak tiap sistem dengan tempat penampungan biaya lebih dari satu adalah sistem ABC. - Jumlah tempat penampungan biaya overhead dan dasar alokasi cenderung lebih banyak. - Mengharuskan perhitungan tempat penampungan aktivitas, maupun identifikasi suatu pemicu aktivitas untuk tiap aktivitas yang signifikan dan mahal. Sehingga lebih hati-hati. - Merupakan sistem dua tahap. Di tahap pertama, tempat penampungan biaya aktivitas dibentuk ketika biaya sumber daya dialokasikan ke aktivitas berdasarkan pemicu sumber daya. Di tahap kedua, biaya aktivitas dialokasikan dari tempat penampungan biaya aktivitas ke produk atau objek biaya final lainnya. 2. ABC dan Distorsi Biaya Produksi Dalam sistem ABC mungkin terjadi distorsi biaya. Contoh: Ramalina memproduksi produk umum dan khusus, telah sistem perhitungan menerapkan ABC. Pada tampilan 13.1 tersedia biaya dan informasi lain untuk operasi tahun terakhir. Rincian overhead tingkat batch dan tingkat produk tidak akan tersedia pada sistem tradisional. Untuk menerapkan ABC, pada tahap pertama, tempat penampungan biaya aktivitas biasanya dihitung denga mengestimasikan bagian usaha tiap pusat biaya, tim, atau karyawan digunakan oleh tiap aktivitas yang signifikan. Menggunakan estimasi ini, biaya tiap pusat biaya atau kategori biaya overhead lainnya dibagi menjadi bagian yang dibebankan ke stiap aktivitas. Tampilan 13.1 Ramalina Ikhtisar Produksi Tahun Terakhir Umum 98.000 Unit yang diproduksi Biaya bahan baku langsung Rp.10 Per unit 980.000 Total Tenaga kerja langsung 1 Jam per unit 98.000 Total jam 980.000 Total biaya (Rp.10 per jam) Persiapan 40 Perubahan desain 12 Biaya overhead Departemen produksi Departemen teknik Pabrik umum Total overhead Total biaya produksi Pembentukan tempat penampungan biaya aktivitas: Produksi Teknik Total overhead Dikurangi biaya yang berkaitan dengan Persiapan Perubahan desain Overhead lain-lain Rp.1.400.00 0 200.000 200.000 400.000 1.000.000 Khusus 200 Rp.150 30.000 Total Rp.1.010. 000 10 2.000 20.000 1.000.000 40 8 Rp.1.400. 000 900.000 700.000 3.000.000 5.010.000 Pabrik umum Rp. Rp.700.0 900.000 00 Rp. 3.000.000 300.000 300.000 600.000 300.000 800.000 600.000 1.400.000 1.600.000 300.000 100.000 400.000 300.000 Total Biaya total dan biaya per unit tiap produk dengan sistem perhitungan biaya tradisional Tampilan 13.2 Ramalina Biaya Produk Dari Sistem Perhitungan Biaya Tradisional Tarif overhead: Rp.3.000.000 overhead dibagi 100.000 jam tenaga kerja langsung (DLH) = Rp.30 per jam tenaga kerja langsung Umum Khusus Total Bahan baku Rp. 980.000 Rp. 30.000 Rp. langsung 980.000 20.000 1.010.000 Tenaga kerja 1.000.000 langsung 2.940.000 Overhead: 60.000 Rp. 30 x 98.000 Rp. 110.000 3.000.000 DLH 4.900.000 200 Rp. Rp. 30 x 2.000 98.000 5.010.000 DLH Rp. 550 Total biaya Rp. 50 Unit yang produksi Biaya per unit Biaya total dan biaya per unit tiap produk dengan sistem ABC. Tampilan 13.3 Ramalina Biaya Produk Dari Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas Tarif overhead: Rp.800.000 biaya tingkat batch dibagi 80 persiapan (40+40) = Rp.10.000 per persiapan Rp.600.000 biaya tingkat produk dibagi 20 perubahan desain (12+8) = Rp. 30.000 per perubahan desain. Rp. 1.600.000 overhead lain –lain dibagi 100.000 jam tenaga kerja langsung (DLH) = Rp. 16 per jam tenaga kerja langsung Umum Khusus Total Bahan baku langsung Rp. 980.000 Rp. 30.000 Rp. 1.010.000 Tenaga kerja langsung 980.000 20.000 1.000.000 Overhead: Rp. 10.000 x 40 persiapan 400.000 Rp. 10.000 x 40 persiapan 400.000 800.000 Rp. 30.000 x 12 perubahan 360.000 desain Rp. 30.000 x 8 perubahan desain Rp. 16 x 98.000 DLH Rp. 16 x 2.000 DLH Total biaya Unit yang produksi 240.000 600.000 Rp. 4.288.000 98.000 32.000 Rp. 722.000 Rp. 200 1.600.000 Rp. 5.010.000 Rp. 43,76 Rp. 3.610 1.568.000 Biaya per unit Biaya produk umum dari kedua sistem direkonsiliasi sbb: Total Biaya produk umum dan sistem tradisional Rp.4.900.000 Penyesuaian untuk: Biaya tingkat batch yang dibebankan terlalu tinggi, (Rp.384.000) Rp. 800.000 x (98% - 50%) (Rp.228.000) Biaya tingkat produk yang dibebankan terlalu tinggi, (612.000) Rp. 600.000 x (98% - 60%) Rp.4.288.000 Total penyesuaian Biaya produk umum dari sistem ABC Per unit Rp.50 (6,24) Rp.43,76 Biaya produk khusus yang dilaporkan pada kedua sistem dapat direkonsiliasi sbb: Biaya produk khusus dan sistem tradisional Penyesuaian untuk: Biaya tingkat batch yang dibebankan terlalu tinggi, Rp.384.000 Rp. 800.000 x (50% - 25%) Biaya tingkat produk yang dibebankan Rp. 228.000 terlalu tinggi, Rp. 600.000 x (40% - 2%) Total penyesuaian Biaya produk khusus dari sistem ABC Total Rp. 110.000 Per unit Rp.550 612.000 Rp. 722.000 3.060 Rp. 3.610 3. Keuntungan Strategis dari ABC Keuntungan sistem ABC antara lain tidak perlu perhitungan biaya produk. Contoh: Tampilan 13.4 Tarling Ikhtisar Produksi Tahun Terakhir Unit yang diproduksi Biaya bahan baku langsung Per unit Total Tenaga kerja langsung Jam per unit Total jam (Rp.10 per jam) Total biaya Persiapan Perubahan desain Overhead Biaya tingkat batch Biaya tingkat produk Overhead lain-lain Umum 98.000 Khusus 49.000 Rp.10 980.000 Rp.15 735.000 1 98.000 980.000 40 12 2 98.000 980.000 40 12 Total Rp.1.715.000 Rp. 1.960.000 Rp.800.000 720.000 3.136.000 Total overhead 4.656.000 Total biaya produksi Rp. 8.331.000 Tampilan 13.5 Tarling Biaya Produk Dari Sistem Perhitungan Biaya Tradisional Tarif overhead: Rp.4.656.000 overhead dibagi 196.000 jam tenaga kerja langsung (DLH) = Rp. 23,7551 per jam tenaga kerja langsung Umum Khusus Total Bahan baku langsung Rp. 980.000 Rp. Rp. 1.715.000 Tenaga kerja langsung 980.000 735.000 1.960.000 Overhead: 980.000 Rp. 23,7551 x 98.000 2.328.000 DLH 4.656.000 Rp. 23,7551 x 98.000 Rp.4.288.000 2.328.000 Rp. 8.331.000 DLH 98.000 Rp. Total biaya 4.043.000 Unit yang produksi Rp. 43,76 49.000 Biaya per unit Rp.82,51 Tampilan 13.6 Tarling Biaya Produk Dari Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas Tarif overhead: Rp.800.000 biaya tingkat batch dibagi 80 persiapan = Rp.10.000 per persiapan Rp.720.000 biaya tingkat produk dibagi 24 perubahan desain = Rp. 30.000 per perubahan desain. Rp. 3.136.000 overhead lain–lain dibagi 196.000 jam tenaga kerja langsung (DLH) = Rp. 16 per jam tenaga kerja langsung Umum Khusus Total Bahan baku langsung Rp. 980.000 Rp. 735.000 Rp. Rp. Tenaga kerja langsung 980.000 980.000 1.715.000 Overhead: 1.960.000 Rp. 10.000 x 40 persiapan 400.000 Rp. 10.000 x 40 persiapan 400.000 Rp. 30.000 x 12 perubahan 360.000 800.000 desain 360.000 Rp. 30.000 x 12 perubahan 1.568.000 720.000 desain 1.568.000 Rp. 16 x 98.000 DLH Rp. 4.288.000 Rp. 4.043.000 3.136.000 Rp. 16 x 98.000 DLH 98.000 Rp. 49.000 Rp. 8.331.000 Total biaya Unit yang produksi Rp. 43,76 Rp. 82,51 Biaya per unit Tingkat Unit A Persentase setiap tingkat aktivitas yang dikonsumsi oleh produk B C D Total 30% 10% 40% 20% 100% Batch 30 30 20 20 100 Produk 30 25 25 20 100 4. Manajemen Berdasarkan Aktivitas Merupakan penggunaan informasi dari sistem ABC untuk membuat perbaikan dalam suatu perusahaan. Misal, manajemen dapat mempelajari bahwa untuk satu lini produk, biaya yang dikeluarkan untuk menjadi produsen lini secara lengkap tidak sesuai dengan manfaatnya. Sehingga sebaiknya perusahaan hanya memproduksi produk bervolume tinggi atau menghentikan semua produk di lini itu.