Uploaded by sdmrsa5758

MODUL

advertisement
BAB I
RUANG LINGKUP AKUNTANSI MANAJEMEN
SEBAGAI INFORMASI
PENDAHULUAN
Akuntansi Manajemen
Adalah
proses
pengidentifikasi,
mengukur
dan
melaporkan
informasi
ekonomi/keuangan, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan
tegas bagi manajemen yang menggunakan informasi tersebut di mana titik sentralnya untuk
pihak-pihak di dalam organisasi/perusahaan.
Contoh :

Kalkulasi biaya produk.

Kalkulasi biaya suatu aktivitas.

Kalkulasi biaya suatu department.
Sistem Pelaporan Dengan Umpan Balik
 Perencanaan
 Keputusan
Aktivitas
Operasi
 Analisa
 Interpretasi
 Saran
Penyediaan
Sumber
Dokumen
 Mencatat
 Mengklasifikasi
 Meringkas
= Umumnya Personil Non Akuntansi.
= Umumnya Personil Akuntansi.
Menerbitkan
Laporan
=
Pengawasan Bagian Akuntansi.
Fungsi Akuntansi Dalam Organisasi
Dipandang dari tugas, fungsi-fungsi yang ada dalam organisasi dibagi dua kelompok,
yaitu :
1.
Fungsi Garis (Link Manager)
Adalah para pejabat/pegawai atau bagian tertentu dalam suatu organisasi yang mempunyai
tugas langsung berhubungan dengan pencapaian tujuan organisasi/perusahaan.
Contoh :
Para manajemen lini seperti :
 Manajer produksi Sedan.
 Manajer Prtoduksi Motor
 Manajer Produksi Bus
2.
Fungsi Staf
Adalah pegawai atau bagian yang mempunyai tugas tidak langsung dalam mencapai tujuan
organisasi/perusahaan, lebih menekankan pemberian jasa konsultasi, pelayanan dan
informasi kepada staf fungsi garis.
Contoh :
Eksekutif Yang Mengurus Hubungan Dengan Pemerintah
Ruang Lingkup Manajemen
1. Organisasi dan Tujuan Organisasi
Organisasi adalah sekelompok orang yang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan.
Contoh :

Panitia 17 Agustus

Organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat

PT Indofood

Departemen Keuangan
2. Strategi
Adalah pemilihan alternatif untuk mencapai tujuan bagi perusahaan. Satu set strategi yang
perlu dijalankan bagi organisasi yang bertujuan mendapatkan laba, yaitu :
a. Memilih produk/jasa apa yang hendak dijual.
b. Bagaimana membuat produk/jasa.
c. Bagaimana memasarkannya.
3. Struktur Organisasi
Adalah gambar tentang kelompok-kelompok kerja atau tempat-tempat pimpinan. Serta
penjelasan mengenai tugas, tanggung jawab dan wewenang.
Fungsi Manajemen
1. Planning
Adalah keputusan tentang apa yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang untuk
membantu perusahaan dalam mencapai tujuan.
2. Coordinating
Adalah koordinasi dalam melaksanakan planning/perencanaan yang telah ditetapkan,
supaya bisa berjalan seperti yang diharapkan.
3. Directing
Adalah pengawasan dari pelaksanaan planning pada saat planning tersebut dijalankan, di
sini termasuk pengarahan dari orang-orang yang menjalankan planning tersebut
4. Controlling
Adalah pengawasan dari hasil pelaksanaan planning yang biasanya dijalankan dengan
membandingkan antara planning dengan pelaksanaan sesungguhnya.
JENIS-JENIS INFORMASI AKUNTANSI
SERTA PERBEDAAN AKUNTANSI MANAJEMEN
DAN AKUNTANSI KEUANGAN
Jenis-jenis Informasi Dalam Perusahaan
Informasi
Adalah hasil/output pengolahan data yang terorganisir dan berguna bagi orang yang
menerimanya.
Informasi dibutuhkan manusia untuk mengurangi ketidakpastian dalam pengambilan keputusan
Gambar jenis-jenis Informasi dalam Perusahaan
Informasi
Informasi
Kualitatif
Informasi
Kuantitatif
Informasi
Akuntansi
Informasi
Operasi
Informasi Non
Akuntansi
Informasi Laporan
Keuangan
Informasi
Manajemen
Keterangan :
 Informasi Kualitatif
Contoh : Telah dibangun realestate disebelah selatan Jakarta
 Informasi Kuantitatif
Contoh :Telah dibangun 30.000 unit rumah di sebelah timur Jakarta
 Informasi Akuntansi
Contoh :Keuntungan Setelah Pajak PT Wanodya Rp.200 milyar
 Informasi Non Akuntansi
Contoh : 400 orang karyawan PT Tata keracunan makanan
 Informasi Operasi
Contoh : Jumlah Bahan baku yang digunakan 200 lembar Kayu Lapis
 Informasi Laporan Keuangan
Contoh : Neraca , Rugi Laba, Laporan Laba ditahan, Laporan ARus Kas dll.
 Informasi Akuntansi Manajemen
Contoh :
Anggaran, Laporan Biaya Produksi, Laporan pendukung pemilihan
alternatif.
Jenis-jenis Informasi Akuntansi Untuk Manajemen
1. Akuntansi Biaya Penuh (Full Cost Accounting)
Ialah jumlah seluruh biaya langsung yang berkenaan dengan item tersebut ditambah bagian
yang layak dibebankan pada item tersebut dari biaya tidak langsung.
Full Cost bisa berbentuk : :
a. Biaya Produksi Berdasarkan Full Costing + Biaya Pemasaranl + Biaya Administrasi
b. Biaya Produksi berdasarkan Variable Costing + Biaya Pemasaran Variabel + Biaya
Administrasi Variabel + Biaya OHP Tetap + Biaya Pemasaran Tetap + Biaya
Administrasi Tetap.
c. Unit Level Activity Cost + Batch Level Activity Cost + Product Level Aktivity Cost +
Facility Level Activity Cost
2. Akuntansi Biaya Diferensial (Differensial Accounting)
Ialah informasi keuangan yang akan digunakan dalam membantu untuk menentukan
alternatif mana yang dipilih, dimana biaya-biaya yang berbeda antara satu set
kondisi/alternatif yang satu dengan kondisi yang lain dan merupakan biaya yang akan
datang
Contoh :

Informasi-informasi yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan membeli atau
membuat

Informasi yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan menjual atau memproses lebih
lanjut
3.
Akuntansi Pertanggung jawaban (Responsibility Accounting)
Ialah informasi keuangan dengan tujuan untuk pengendalian biaya, dimana setiap pusat
pertanggungjawaban yang dipimpin seorang manajer (pimpinan) bertanggung jawab atas
pelaksanaan perencanaan yang telah dibuat.
Contoh :

Informasi menganai jumlah biay yang telah dikeluarkan dari suatu departemen/Divisi

Informasi mengani Kentungan yang diperoleh Kantor Cabang di Jakarta
Perbedaan Akuntansi Manajemen Dengan Akuntansi Keuangan
1. Tidak mempunyai struktur (Formula) tunggal.
2. Tidak diatur oleh prinsip akuntansi yang diterima umum
3. Lebih bebas penyajiannya
4. Termasuk informasi non keuangan.
5. Lebih ditekankan untuk masa yang akan datang.
6. Memperhatikan bagian-bagian lebih penting dari keseluruhan.
7. Kurang menekankan pada kepastian.
8. Bukan penilaian terakhir.
:
Jenis-jenis Laporan Akuntansi
1. Laporan untuk manajemen.
2. Laporan untuk perhitungan pajak.
3. Laporan Khusus
4. Laporan keuangan yang diaudit.
BAB II
KLASIFIKASI, KONSEP &
TERMINOLOGI BIAYA
POKOK BAHASAN
1. Konsep Biaya
2. Klasifikasi Biaya dalam Perusahaan Pabrikasi
3. Klasifikasi Biaya dalam Perusahaan Dagang
4. Klasifikasi Biaya dalam Perusahaan Jasa
Konsep Biaya
Biaya dlm Akuntansi Keuangan :
Suatu pengorbanan yang dilakukan untuk mendapatkan barang atau jasa.
Dalam Akuntansi Manajemen
Biaya (Cost) adalah kas atau setara kas yang dikorbankan (dibayarkan) untuk barang atau jasa
yang diharapkan memberikan manfaat (pendapatan) pada saat ini atau di masa mendatang
bagi organisasi.
Biaya yang akan memberikan manfaat (benefit) hanya pada periode berjalan (current periode)
biasanya dicatat sebagai beban.
Manfaat Informasi Biaya bagi Manajer
•
Penilaian Persediaan yakni untuk mengetahui biaya mana yang akan dilekatkan
(dibebankan) dalam persediaan perusahaan.
•
Penentuan Laba Usaha yakni : untuk mengetahui biaya mana saja yang akan dikurangkan
dari pendapatan dalam laporan laba rugi untuk menentukan laba usaha selama periode
tertentu.
•
Perencanaan Keuangan
yakni : mengetahui perencanaan biaya masa depan dengan
tujuan finansial yang dikehendaki.
•
Pengendalian Kegiatan Usaha
yakni : Mengetahui informasi tentang hasil biaya
sesungguhnya dibandingkan dengan biaya yang dianggarkan.
•
Pengambilan Keputusan yakni : untuk mengetahui keputusan apa yang harus diambil dlm
menghadapi berbagai alternatif tindakan yang berhubungan dengan biaya.
2. Klasifikasi Biaya dalam Perusahaan Pabrikasi
Untuk membantu manajemen menganalisis biaya pabrikasi produknya, biaya pabrikasi pada
umumnya di bagi ke dalam tiga komponen, yakni :
•
Bahan baku langsung
•
Tenaga kerja langsung
•
Overhead pabrikasi
Dalam Perusahaan Pabrikasi (manufactured products)
•
Total Biaya :
Biaya Produk + Biaya periode
•
Biaya produk :
Biaya bahan baku langsung + Biaya tenaga kerja langsung + Biaya overhead pabrikasi.
•
Biaya Periode
Biaya pemasaran/penjualan + Biaya administratif dan umum
Biaya Produk dan Biaya periode di Organisasi Bisnis
Jenis Perusahaan
Biaya Produk Biaya Periode
Perusahaan Jasa Biaya penyerahan
Beban pemasaran
Jasa.
Perusahaan dagang Biaya pembelian brg Beban pemasaran
Dagangan dari pema-
Beban administratif
sok.
Perusahaan pabriKasi.
Semua biaya pabri-
kasi, termasuk bhn
Beban pemasaran
Beban administratif
Baku langsung, tena
ga kerja langsung,
dan overhead pabri
kasi.
3. Klasifikasi Biaya dalam Perusahaan Dagang.
Contoh : Laporan Laba Rugi
PT. Lintas Media Nusantara
Laporan Laba Rugi
31 Desember 2005
Pendapatan penjualan ……………………………………………Rp. xxx.xxx
Biaya produk :
Persediaan barang dagangan, 1/1/2006 ….Rp. xxx.xxx
Pembelian barang dagangan ………………Rp. xxx.xxx (+)
Barang dagangan tersedia utk dijual …….. Rp. xxx.xxx
Persediaan brg dagangan, 31/12/2006……Rp. xxx.xxx (-)
Biaya pokok penjualan ……………………………………………Rp. xxx.xxx
Laba kotor ………………………………………………………….Rp. xxx.xxx
Beban Penjualan dan Administratif
Biaya Periode :
Gaji …………………………………………. Rp. xxx.xxx
Komisi wiraniaga ………………………….. Rp. xxx.xxx
Sewa ……………………………………….. Rp. xxx.xxx
Periklanan …………………………………. Rp. xxx.xxx
Utilitas ………………………………………. Rp. xxx.xxx
Asuransi ……………………………………. Rp. xxx.xxx
Keperluan kantor ………………………….. Rp. xxx.xxx (+)
Jml beban penjualan dan administratif ….
Laba Operasi …………………………………………………….
Rp.xxx.xxx
Rp.xxx.xxx
4. Klasifikasi Biaya dalam Perusahaan Jasa.
Ada dua pertimbangan akuntansi mendasar untuk perusahaan jasa, yakni :
(1) Biaya tenaga kerja yang relatif tinggi
(2) Tidak adanya persediaan untuk dijual.
Biaya dalam perusahaan jasa dibagi menjadi biaya langsung dan biaya tidak langsung.
Biaya langsung (direct cost)
adalah biaya yang dapat ditelusuri secara fisik ke produk atau jasa tertentu, seperti gaji yang
dibayarkan kepada para akuntan, pengacara, dll.
Biaya Tidak langsung (indirect cost)
adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri ke produk atau jasa, seperti asuransi atau sewa kantor.
Biaya tidak langsung biasanya dikurangkan dari pendapatan dalam periode di mana biaya
dipakai.
Laporan Laba Rugi Perusahaan Jasa
PT Cahaya Abadai
Laporan Laba Rugi
31 Desember 2006
Pendapatan Jasa Konsultasi
Rp. 18.000.000
Kompensasi dan Tunjangan
Rp. 8.500.000
Sewa Kantor
Rp. 1.200.000
Pelatihan dan Riset
Rp.
900.000
Rekruitmen Karyawan
Rp.
500.000
Asuransi Profesional
Rp.
350.000
Lain-Lain
Rp.
750.000
Jumlah Biaya
Rp. 12. 100.000
Laba Operasi
Rp.
7.900.000
5. Baya untuk Perencanaan, Pengendalian dan Pengambil an Keputusan.
Untuk tujuan perencanaan dan pengendalian, biaya sering kali digolongkan sebagai : biaya
langsung dan tidak langsung, ter- kendalikan dan tidak terkendalikan, bergabung dan bersama,
dan berbagai golongan lainnya.
Hubungan Biaya dengan Obyek Biaya
Biaya sering dikategorikan dari segi hubungannya dengan suatu obyek atau segmen operasi,
yang sering disebut obyek biaya. Obyek biaya dapat berupa produk, kawasan penjualan,
pelang- gan, divisi, pabrik, departemen atau suatu aktivitas.
Terdapat dua jenis obuek biaya : obyek biaya antara dan obyek biaya akhir. Obyek biaya antara
(intermediate cost object) adalah penghimpunan biaya yang dilaporkan yang lalu dialokasikan
kepada obyek biaya lainnya.
Obyek biaya Akhir (final cost object), adalah titik penghimpunan biaya di mana tidak dilakukan
lagi alokasi biaya. Obyek biaya akhir yang palim lazim adalah produk.
Biaya Terkendalikan dan Biaya tidak Terkendalikan
Biaya Terkendaliakan :
Suatu biaya dianggap sebagai biaya terkendalikan pada jenjang manajemen tertentu manakala
lapisan manajemen tersebut mempunyai kekuasaan untuk mengotorisasi biaya tadi. Contoh
biaya iklan surat kabar menjadi biaya terkendalikan oleh manajer pemasaran apabila di
mempunyai kekuasaaan untuk mengotori sasi biaya dan jenis iklan surat kabar.
Biaya tidak Terkendaliakan :
Biaya ini berada di luar kendali manajer karena di tidak dapat mengotorisasinya. Misal biaya
penyusutan mesin perlengkapan pabrik bagi manajer pemasaran menjadi biaya tidak
terkendalikan, karena manajer tsb tidak mempunyai wewenang untuk mengotorisasi pemakain
mesin pabrik.
Biaya Bergabung dan Biaya Bersama
Biaya tidak langsung sering pula disebut biaya bersama atau biaya bergabung. Biaya Bersama
(Common Cost) dikeluarkan untuk menyediakan manfaat kepada lebih dari satu aktivitas. Biaya
ini terjadi ketika dua produk, yang mungkin dihasilkan secara terpisah, diproduksi bersama.
Biaya bergabung (joint cost), diterapkan dalam situasi di mana bermacam-macam keluaran
berasal dari satu sumber. Contoh minyak mentah dapat diolah menjadi bermacam-macam
produk (misal solar, oli, premium dll).
Biaya Relevan dan Biaya Tidak Relevan.
Dalam rangka untuk pengambilan keputusan, biaya relevan harus memiliki manfaat yang paling
tinggi. Agar supaya biaya disebut biaya relevan, maka biaya tersebut :
•
Harus berbeda pada waktu dilakukan perbandingan pilihan keputusan. Apabila suatu biaya
meningkat, menurun, mun cul ataupun menghilang pada waktu suatu tindakan yang berbeda
dievaluasi, maka biaya tadi boleh disebut relevan.
•
Harus bernilai kini atau masa yang akan datang.
Biaya Tidak relevan (iirelevant cost) adalah biaya yang tidak berubah untuk semua alternatif.
BAB III
Akuntansi Biaya Variabel
Metode penentuan harga pokok produksi (dan pengaruhnya pada penyajian laporan laba
rugi), dimana biaya produksi variabel saja yang dibebankan sebagai bagian kos produk.
Penentuan Harga Pokok:
No
Keterangan
Full costing
Variable
costing
1
Bahan baku
5.000
5.000
2
Tenaga kerja langsung
3.000
3.000
3
BOP (variabel)
2.000
2.000
4
BOP (tetap)
2.500
-
12.500
10.000
Total kos produk (per unit)
Contoh: PT.WIRATA memiliki Data operasi salama tahun 2008 Sbb:










Jumlah yg diproduksi
Jumlah yg terjual
Persediaan akhir
Harga jual
Biaya Bahan baku
Biaya tenaga kerja langsung
Biaya overhead (variabel)
Biaya operasi (variabel)
Biaya operasi (tetap)
Biaya overhead (tetap)
: 50.000 unit
: 45.000 unit
:
5.000 unit
: Rp 100/unit
: Rp 20/unit
: Rp 15/unit
: Rp 15/unit
: Rp 10/unit
: Rp 1.000.000
: Rp 500.000
PT.WIRATA
Laporan Kos Produk & HP. Penjualan
Periode Tahun 2008 (dlm jutaan rupiah)
(Pendekatan Full Costing)
Keterangan
Produksi
Tarif
Biaya
Bahan baku
50.000
20
1.000.000
Tenaga kerja langsung
50.000
15
750.000
BOP (variabel)
50.000
15
750.000
BOP (tetap)
50.000
10
500.000
Kos barang yg diproduksi
50.000
60
3.000.000
5.000
60
300.000
45.000
60
2.700.000
Persediaan akhir
Kos barang yg terjual
PT.WIRATA
Laporan Laba/Rugi
Periode Tahun 2008 (dlm jutaan rupiah)
(Pendekatan Full Costing)
Keterangan
Produksi
Tarif
Biaya
Penjualan
45.000
100
4.500.000
Kos barang yg terjual
45.000
60
2.700.000
Profit margin
-
-
1.800.000
Biaya Operasi:
Biaya operasi (variabel)
45.000
10
450.000
Biaya operasi (tetap)
-
-
1.000.000
Total biaya operasi
-
-
1.450.000
Laba bersih
-
-
350.000
Catatan:
Produk terjual
BOP (T) sbg kos produk yang terjual
Persediaan
BOP (T) melekat pada produk
PT.WIRATA
Laporan Kos Produk & HP. Penjualan
Periode Tahun 2008 (dlm jutaan rupiah)
(Pendekatan Variable Costing)
Keterangan
Produksi
Tarif
Biaya
Bahan baku
50.000
20
1.000.000
Tenaga kerja langsung
50.000
15
750.000
BOP (variabel)
50.000
15
750.000
BOP (tetap)
-
Kos barang yg diproduksi
50.000
50
2.500.000
5.000
50
250.000
45.000
50
2.250.000
Persediaan akhir
Kos barang yg terjual
-
-
PT.WIRATA
Laporan Laba/Rugi
Periode Tahun 2008 (dlm jutaan rupiah)
(Pendekatan Variable Costing)
Keterangan
Produksi
Tarif
Biaya
Penjualan
45.000
100
4.500.000
Kos barang yg terjual (V)
45.000
50
2.250.000
Biaya operasi (V)
45.000
10
450.000
Total biaya variabel
45.000
50
2.700.000
Contribution margin
-
-
1.800.000
Biaya Periodik:
Biaya overhead (tetap)
-
-
500.000
Biaya operasi (tetap)
-
-
1.000.000
Total biaya Periodik
-
-
1.500.000
Laba bersih
-
-
300.000
PT. WIRATA
Laporan Kos Produk & HP. Penjualan
Periode Tahun 2008
Full costing
1.000.000
Keterangan
Bahan baku
Direct costing
1.000.000
750.000
Tenaga kerja langsung
750.000
750.000
BOP (variabel)
750.000
500.000
BOP (tetap)
-
3.000.000
Kos barang yg diproduksi
2.500.000
- 300.000
Persediaan akhir
- 250.000
2.700.000
Kos barang yg terjual
2.250.000
PT. WIRATA
Laporan Laba Rugi
Periode Tahun 2008
Full costing
Keterangan
Direct costing
4.500.000
Penjualan
4.500.000
2.700.000
Kos barang yg terjual
2.250.000
0
Biaya operasi (V)
450.000
2.700.000
Total biaya
2.700.000
1.800.000
Profit/Contribution margin
1.800.000
Biaya Operasi/Periodik:
450.000
Biaya Operasi (V)
0
1.000.000
Biaya operasi (T)
1.000.000
0
1.450.000
350.000
Biaya oeverhead (T)
Total biaya operasi/periodik
Laba bersih
Rp 50.000
500.000
1.500.000
300.000
BAB IV
ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA
A. Pengertian Biaya ( Cost )
1. Pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang,yang telah terjadi atau
yang kemungkinan terjadi untuk tujuan tertentu.
2. Pengurangan aktiva bersih akibat digunakannya jasa-jasa ekonomis untuk menciptakan
pendapatan pada saat ini atau masa mendatang.
3. Pengorbanan yang diukur dengan harga yang dibayar, untuk
memperoleh,menghasilkan, atau mempertahankan barang-barang dan jasa.
Ada 4 unsur pokok dalam definisi biaya:
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
2. Diukur dalam satuan moneter, misal : rupiah atau dollar
3. Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi
4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan
5. Suatu aktiva. Biaya digunakan ketika menunjuk pada penilaian barang dan jasa yang
diinginkan.
Untuk membantu membuat keputusan, para manajer perlu mengetahui berapa biaya yang
menyangkut suatu hal Sesuatu yang ada biayanya disebut sasaran biaya ( cost objective
), yang bisa dirumuskan sebagai suatu kegiatan yang memerlukan adanya suatu jumlah
biaya tertentu.
Sistem akuntansi biaya pada umumnya :
1. Mengakumulasikan biaya dengan beberapa klasifikasi “ alamiah” seperti: bahan baku
atau upah
2. Mengalokasikan biaya pada sasaran –sasaran biaya .
Istilah “biaya”(cost) sering digunakan dalam arti yang sama dengan istilah “beban” (
expense). Beban mencakup:
1. Biaya yang telah habis dipakai (expired) yang dapat dikurangkan dari pendapatan.
2. Biaya dalam manfaat yang habis/berakhir. Expense yang tidak berkaitan dengan
manfaat disebut:“ Loss”.
Dalam arti sempit, biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk
memperoleh aktiva. Untuk membedakan pengertian biaya dalam arti luas,pengorbanan
sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva disebut dengan istilah Harga Pokok. Istilah
harga pokok juga digunakan untuk menunjukan pengorbanan sumber ekonomi dalam
pengolahan bahan baku menjadi produk. Harga pokok produksi akan berubah menjadi
biaya dan dipertemukan dengan pendapatan penjualan pada saat produk terjadi.
Jika pengorbanan sumber ekonomi tidak menghasilkan manfaat, maka pengorbanan
tersebut merupakan rugi. Jika seorang pengusaha telah mengeluarkan biaya, tetapi
pengorbanannya tidak mendatangkan pendapatan (revenues), maka pengorbanan ini
disebut rugi.
Objek Biaya
Objek biaya didefinisikan sebagai beberapa unit, kegiatan, atau fenomena dimana rencana
dibuat untuk mengakumulasi dan mengukur biaya.Konsep obyek biaya terletak pada apa
yang dimaksud dengan biaya.Pemilihan obyek biaya memberikan jawaban pada pertanyaan
yang paling mendasar mengenai biaya, yaitu : “ Biaya untuk apa?”
Mengapa informasi Biaya Diperlukan?
Akuntansi biaya berfungsi untuk mengukur pengorbanan nilai masukan guna menghasilkan
informasi bagi manajemen yang salah satu manfaatnya adalah untuk mengukur apakah
kegiatan usahanya menghasilkan laba atau sisa hasil usaha. Akuntansi biaya juga
menghasilkan informasi biaya yang dapat dipakai oleh manajemen sebagai dasar untuk
merencanakan alokasi sumber ekonomi yang dikorbankan untuk menghasilkan keluaran.
Tanpa informasi biaya maka :
1. Manajemen tidak memiliki ukuran apakah masukan yang dikorbankan memiliki nilai ekonomi
yang lebih rendah daripada nilai keluarannya, sehingga tidak memiliki informasi apakah
kegiatan usahanya menghasilkan laba atau sisa hasil usaha sangat diperlukan untuk
mengembangkan dan mempertahankan eksistensi perusahaan.
2. Manajemen tidak memiliki dasar untuk mengalokasikan berbagai sumber ekonomi yang
dikorbankan dalam menghasilkan sumber ekonomi lain.
Jadi Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang memungkinkan manajemen
melakukan pengelolaan alokasi berbagai sumber ekonomi untuk menjamin dihasilkannya
keluaran yang memiliki nilai ekonomis yang lebihtinggi dibandingkan dengan nilai masukan
yang yang dikorbankan.
B. Sistem Informasi Akuntansi Biaya
Untuk mengelola perusahaan, diperlukan informasi biaya yang sistematik dan komparatif
serta data analisis biaya dan laba. Informasi ini membantu manajemen untuk:
1. Menetapkan Sasaran laba perusahaan.
2. Menetapkan target departemen yang menjadi pedoman manajemen menengah dan
operasi menuju pencapaian sasaran akhir.
3. Mengevaluasi keefektifan rencana
4. Mengungkapkan keberhasilan atau kegagalan dalam bentuk tanggung jawab yang
spesifik
5. Menganalisa serta memutuskan pengadaan penyesuaian dan perbaikan agar seluruh
organisasi tetap bergerak maju secara seimbang menuju tujuan yang ditetapkan
Guna mencapai tujuan ini, system harus dirancang untuk memberikan informasi yang tepat
waktu.Informasi harus dikomunikasikan secara efektif.
Dalam merancang sistem informasi akuntansi biaya diperlukan pemahaman yang
menyeluruh atas struktur organisasi perusahaan dan jenis informasi biaya yang dibutuhkan
oleh semua tingkatan manajemen.
Sistem informasi akuntansi biaya harus terkait erat dengan pembagian wewenang,
sehingga setiap manajer dapat dianggap bertanggung jawab atas biaya yang terjadi
didepartemennnya.
Sistem tersebut harus dirancang untuk mengembangkan konsep manajemen berdasarkan
penyimpangan (management by exeption)yaitu, yang dapat memberikan informasi bagi
manajemen untuk segera mengambil tindakan perbaikan. Sistem tersebut juga harus
mencerminkan prosedur pabrikasi dan administrasi bagi perusahaan yang
menggunakannya.
Sistem informasi tersebut harus mengarahkan perhatian manajemen.Informasi yang
disajikan kepada manajer haruslah bersifat tepat guna, dan keterbatasannya harus
diungkapkan.Kegunaan system informasi harus dikembangkan apabila memungkinkan.
C. Klasifikasi Biaya
C.1
Klasifikasi Biaya Produksi (Manufakturing) :
Produksi (manufacturing) adalah : transformasi (mengubah bentuk) bahan baku menjadi
barang lain melalui penggunaan tenaga kerja dan fasilitas pabrik.
1. Bahan Baku Langsung ( Direct Material ) adalah:
Semua bahan baku yang secara fisik bisa diidentifikasi sebagai bagian dari barang jadi
dan yang dapat ditelusuri pada barang jadi itu secara sederhana dan ekonomis / yang
dapat dimasukkan langsung dalam kalkulasi biaya produk.
Contoh : kayu untuk membuat peralatan mebel, minyak mentah untuk membuat bensin.
2. Tenaga Kerja Langsung (Direct Labour) adalah :
Seluruh tenaga kerja yang dapat ditelusuri secara fisik pada barang jadi dengan cara
yang ekonomis/tenaga kerja yang dikerahkan untuk mengubah bahan langsung menjadi
produk jadi.
Contoh : upah operator mesin dan perakitan, gaji karyawan yang dikerahkan pada
produk tertentu.
3. Overhead Pabrik (Factory Overhead )
Semua biaya selain bahan baku langsung atau upah langsung yang berkaitan dengan
proses produksi.
Istilah lain dari overhead pabrik adalah: beban pabrik,overhead produksi,pengeluaranpengeluaran produksi dan biaya produksi tidak langsung. Ada 2 kategori dari overhead
pabrik:
a.
Overhead pabrik variable / bahan tidak langsung (indirect material)
Bahan-bahan yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk,tetapi
pemakaiannya sedemikian kecil, sehingga tidak dapat dianggap sebagai bahan
langsung yang tak langsung mempengaruhi pembentukan barang jadi
Contoh: energi, perlengkapan, dan sebagian besar upah tidak langsung
b.
Overhead pabrik tetap/ pekerja tidak langsung ( indirect labour )
Sebagai para karyawan yang dikerahkan dan tidak secara
mempengaruhi pembentukan barang jadi.
Contoh: gaji mandor,pajak kekeyaan,sewa,asuransi,dan penyusutan.
langsung
Biaya Utama (Prime Cost) terdiri dari : biaya bahan baku langsung + biaya tenaga kerja
langsung.
Biaya Konversi (Conversion Cost) terdiri dari: biaya overhead + biaya upah langsung. Biaya
ini mencerminkan biaya pengubahan bahan langsung menjadi barang jadi.
C.2
Klasifikasi Biaya dalam Hubungannya dengan Produk :
Dalam perusahaan pabrikasi, total biaya operasi terdiri dari :
1.
Biaya Produk (Product Cost) atau Biaya Pabrikasi (Factory Cost )/Manufacturing
Cost
Adalah : jumlah dari tiga unsur Biaya yaitu : bahan baku langsung, pekerja langsung dan
overhead pabrik.
Biaya produk dikenal sebagai barang-barang yang diproduksi atau dibeli untuk dijual
kembali. Biaya produk itu pertama-tama dikenal sebagai bagian dari barang persediaan
yang ada,yang pada gilirannya biaya produk(biaya persediaan) akan menjadi pengeluaran
dalam bentuk harga pokok penjualan., bila barang sudah terjual.
2.
Biaya Komersial atau Biaya non pabrikasi (non manufacturing cost) atau Biaya
Perioda (period cost)
Biaya komersial dibagi dalam dua kelompok besar
a.
b.
Biaya pemasaran (distribusi distribusi dan penjualan )
Biaya pemasaran dimulai pada saat biaya pabrik berakhir,yaitu pada saat proses
pabrikasi diselesaikan dan barang-barang sudah dalam kondisi siap dijual.
Biaya ini meliputi biaya penjualan dan pengiriman.
Biaya administrasi (umum dan administrasi )
Biaya administrasi meliputi biaya yang dikeluarkan dalam mengatur dan
mengendalikan organisasi.
Misal: Direktur yang ditugaskan bekerja di pabrik,dialokasikan sebagai biaya
pabrikasi dan direktur yang ditugaskan di bagian pemasaran dialokasikan sebagai
biaya pemasaran.
Barang-barang yang sudah terjual, biayanya berubah menjadi pengeluaran
(expense) dalam bentuk “biaya barang yang sudah dijual” yang disebut juga “harga
pokok penjualan”.
Biaya administrasi disebut juga biaya perioda. Karena dikurangkan dari angka
pendapatan sebagai suatu pengeluaran,tanpa pernah dianggap sebagai bagian
dari barang persediaan.
Tabel 3.1 : Klasifikasi Biaya dalam hubungannya dengan Produk pabrik
Bahan langsung
+
Pekerja Langsung
=
Biaya Utama (prime cost)
+
Bhn tdk Langsung
Meliputi :
Perlengkapan pabrik
Minyak pelumas
Beban Pemasaran
Meliputi:
Gaji penjualan
Komisi staf penjualan
Pajak
penghasilan
pekerja
Iklan
Contoh barang gratis
Hiburan
Ongkos perjalanan
Sewa
Penyusutan
Pajak
Bumi
dan
Bangunan
Telepon dan telegraf
Alat tulis menulis dan
cetak
Benda-benda pos
Ongkos angkut
Beban penjualan ruparupa
+ Pekerja tdk langsung
Meliputi :
Kepenyeliaan
Pengawasan
Pemeriksaan
Gaji buruh pabrik
Hasil kerja yang cacat
Pekerjaan eksperimen
+
+
Biaya tdk lgs
lainnya
=
Meliputi :
Sewa
Asuransi kebakaran
Pajak bumi dan
bangunan
Penyusutan
Pemeliharaan dan
reparasi
Sumber tenaga
Penerangan
Pemanasan
Pajak penghasilan
pemilik
Perkakas kecil
Overhead
pabrik
lainnya
Beban Administrasi
Meliputi:
Gaji administrasi dan
kantor
Pajak
penghasilan
pekerja
Sewa
Penyusutan
Pajak
Bumi
dan
bangunan
Beban pemeriksaan
akuntansi
Beban urusan hukum
Piutang
yang
tak
tertagih
Telepon + Telegraf
Alat tulis menulis dan
cetak
Benda-benda pos
Beban
administrasi
ruparupa
Overhead pabrik
=
Biaya Pabrikasi
=
+
Beban Komersial
=
Total Biaya Operasi
Tabel 3-2 Kaitan Biaya Produk dan Biaya Perioda
Perusahaan Dagang
(Pengecer / Grosir) :
NERACA
PERHITUNGAN RUGI LABA
Penjualan
minus
Biaya
Pembelian
Produk
Barang
(Persediaan) Dagangan
Persediaan
Barang
Dagangan
terjual
Harga Pokok
Penjualan
(suatu biaya)
= Marjin Bruto
minus
Biaya
Penjualan ٢
dan
Biaya
Administrasi ٣
= Laba Operasional
Biaya
Perioda
Perusahaan
Produksi :
NERACA
Pembelian
Bahan Baku
Langsung
PERHITUNGAN RUGI LABA
Persediaan
Bahan Baku
Langsung
Biaya
Produk
(Persediaan)
Penjualan
minus
Upah
Langsung
Overhead
Pabrik ٤
Persediaan
Barang
Dalam
Proses
terjual
Harga Pokok
Penjualan
(suatu biaya)
= Marjin Bruto
minus
Biaya
Penjualan ٢
dan
Biaya
Administrasi ٣
Biaya
Perioda
= Laba Operasional
C.3
Klasifikasi Biaya Dalam Hubungannya Dengan Volume Produksi :
1. Biaya Variabel
Ciri-ciri biaya variable:
a. Perubahan jumlah total dalam proporsi yang sama dengan perubahan volume
b. Biaya perunit relatif konstan meskipun volume berubah dalam rentang yang relevan
c. Dapat dibebankan kepada departemen operasi yang cukup mudah dan tepat
d. Dapat dikenndalikan oleh seorang peyelia/supervisor operasi
Biaya – biaya ini contohnya :
a. Bahan Langsung
b. Pekerja Langsung
c. Beberapa overhead pabrik, seperti : perlengkapan (supplies), bahan baker,perkakas
kecil,bahan kerusakan,limbah dan pemanfaatan kembali,biaya penerimaan
barang,royalty,biaya komunikasi,upah lembur,pengangkutan dalam pabrik.
2. Biaya Tetap
Ciri-ciri biaya tetap :
a. Jumlah keseluruhan tetap dalam rentang (range) yang relevan
b. Penurunan biaya perunit bila volume bertambah dalam rentang yang relevan
c. Dapat dibebankan kepada departemen-departemen berdasarkan keputusan
manajerial atau menurut metode alokasi biaya
d. Tanggung jawab pengendalian lebih banyak dipikul oleh manajemen eksekutif
daripada penyelia operasi
Biaya-biaya ini contohnya :
a. Gaji eksekutif produksi
b. Penyusutan
c. Pajak Bumi dan Bangunan
d. Amortisasi paten
e. Asuransi-aktiva tetap
f. Gaji satpam & pesuruh pabrik
g. Pemeliharaan dan perbaikan bangunan & tanah
h. Sewa
3. Biaya Semi Variabel
Yaitu : biaya yang mengandung unsur-unsur tetap dan variabel. Biaya semivariabel ini
mencakup suatu jumlah yang sebagian tetap dan bagian lainnya bervariasi sebanding
dengan perubahan jumlah keluaran.
Biaya-biaya ini contohnya :
a.
Kepenyeliaan (supervisi)
b.
Pemeriksaan
c.
Jasa departemen penggajian
d.
Jasa departemen personalia
e.
Jasa administrasi pabrik
f.
Jasa pengelolaan bahan & persediaan
g.
Jasa departemen biaya
h.
Asuransi kerugian
j.
Pajak penghasilan
C.4
Klasifikasi Biaya Dalam Hubungannya Dengan Departemen Pabrikasi
Untuk tujuan administratif, perusahaan dapat dibagi kedalam segmen yang bervariasi
namanya. Pembagian sebuah pabrik menjadi beberapa departemen,proses,pusat
biaya,atau himpunan biaya (cost pool) yang menjadi dasar untuk mengelompokkan dan
mengakumulasikan biaya-biaya produk serta menetapkan tanggung jawab atas
pengendalian biaya.
Untuk pencapaian tingkat pengendalian yang tinggi, manajer harus mengembangkan
anggaran departemen atau pusat biaya. Pada akhir suatu periode pelaporan, efisiensi
departemen, dan keberhasilan manajer dalam mengendalikan biaya dengan
membandingkan biaya actual terhadap biaya yang dianggarkan.
Departemen–departemen dalam sebuah pabrik dapat digolongkan dalam dua kategori:
1.
Departemen produksi
Dalam departemen produksi, operasi secara manual atau dengan mesin, seperti
merakit & membentuk dilaksanakan langsung terhadap produk atau bagianbagiannya. Biaya yang dikeluarkan departemen semacam ini dibebankan pada produk
tersebut.
2.
Departemen Jasa
Departemen jasa memberikan jasa/pelayanan yang bermanfaat bagi departemen
lainnya. Pada umumnya jasa bermanfaat bagi departemen produksi atau departemen
lainnya. Biayanya
merupakan bagian dari total overhead pabrik dan harus
dimasukkan dalam biaya produk.Biayanya meliputi pemeliharaan,pembayaran
gaji,akuntansi biaya,pemrosesan data dan peyediaan makanan.
C.5
C.6
Klasifikasi Biaya Dalam Hubungannya Dengan Periode Akuntansi :
1.
Belanja Barang Modal (Capital Expenditure)
Belanja barang modal disebut juga sebagai pengeluaran modal.
Yaitu: Pengeluaran yang digunakan untuk mendapatkan atau menyempurnakan
aktiva modal, seperti bangunana dan peralatan. Atau pengeluaran dana-dana
oleh suatu perusahaan yang diharapkan menghasilkan manfaat selama periode
waktu lebih dari satu tahun.
Pengeluaran modal dilakukan dengan beberapa alasan :
(i)
Untuk ekspansi tingkat operasi, biasanya melalui akuisisi aktiva
tetap. Suatu perusahaan yang sedang tumbuh seringkali
mengganggap penting untuk mendapatkan aktiva tetap baru
dengan cepat,kadang-kadang meliputi pembelian fasilitas-fasilitas
fisik tambahan, seperti pabrik dan properti.
(ii)
Untuk penggantian. Karena pertumbuhan suatu perusahaan lambat
maka dilakukan penggantian atau memperbaharui aktiva-aktiva
yang telah usang.
(iii)
Memperbaharui sebagai alternative penggantian
(iv)
Untuk tujuan-tujuan lain,seperti pengeluaran untuk iklan,riset dan
pengembangan, konsultan manajemen & produk-produk baru.
2.
Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure)
Yaitu : Pengeluaran yang memberikan manfaat
yang digunakan atau
dikonsumsi hanya pada periode berjalan.Diperlakukan sebagai biaya yang akan
disesuaikan /dicocokan dengan penerimaan.
Klasifikasi Biaya Dalam Hubungan Biaya Dengan Sesuatu Yang Dibiayai
Dalam hubungannya dengan produk, Biaya produksi dibagi dua :
(i)
Biaya langsung (direct cost)
(ii)
Biaya tidak langsung (indirect cost )
Dalam hubungannya dengan departemen. Biaya dapat dibagi menjadi dua :
(i)
Biaya langsung departemen (direct departemental cost)
(ii)
Biaya tidak langsung departemen (indirect departemental cost)
(i)
Biaya langsung (direct cost)
Yaitu : biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya karena ada
sesuatu yang dibiayai.Jika sesuatu yang dibiayai itu tidak ada, maka biaya langsung
ini tidak akan terjadi.
Contoh : Biaya bahan baku langsung & Biaya tenaga kerja langsung
(ii)
Biaya langsung departemen (direct departemental cost)
Yaitu: Semua biaya yang langsung terjadi dalam departemen tertentu.
Contoh : Biaya tenaga kerja yang bekerja dalam departemen pemeliharaan
merupakan biaya langsung dalam departemen pemeliharaan, Biaya depresiasi mesin
yang dipakai dalam departemen tersebut, merupakan biaya langsung bagi
departemen tersebut.
(iii)
Biaya Tidak Langsung ( indirect cost )
Yaitu : Biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang
dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut biaya
overhead pabrik (factory overhead cost). Biaya ini tidak mudah diidentifikasikan
dengan produk tertentu.
Contoh : Gaji mandor yang mengawasi pembuatan produk A,B,C merupakan biaya
tidak langsung bagi produk A,B,C karena gaji mandor itu terjadi tidak hanya karena
memproduksi ketiga jenis produk tersebut.
(iv) Biaya tidak langsung departemen
Yaitu : Biaya yang terjadi dalam departemen,tetapi manfaatnya dinikmati
oleh lebih dari satu departemen.
Contoh : biaya yang terjadi dalam departemen pembangkit tenaga listrik. Biaya ini
dinikmati oleh departemen-departemen lain dalam perusahaan, baik untuk
penerangan maupun untuk menggerakkan mesin dan ekuipmen yang mengkonsumsi
listrik.
Bagi departemen pemakai listrik, biaya listrik yang diterima dari alokasi biaya
departemen pembangkit tenaga listrik merupakan biaya tidak langsung departemen.
C.7
Klasifikasi Biaya Dalam Hubungannya Dengan Keputusan Yang Diusulkan,
Pelaksanaan Dan Evaluasi
Biaya yang berhubungan dengan beberapa tindakan atau alternatif untuk mengidentifikasikan
biaya (pengurangan biaya & penghematan biaya) dengan pendapatan yang relevan dengan
keputusan pilihan tersebut, dikenal beberapa biaya yaitu:
(i)
Biaya Diferensial (Differential Cost): Salah satu nama dari biaya yang relevan
dengan pilihan di antara berbagai alternatif. Biaya diferensial disebut juga
Biaya Marjinal (marginal cost) atau biaya incremental (incremental cost)
(ii)
Biaya tunai (out of pocket): sejumlah biaya dikeluarkan jika satu alternatif
tertentu dipilih.
(iii)
Biaya kesempatan (opportunity cost): Sejumlah pendapatan atau manfaat lain
akan hilang bila alternatif tersebut dipiih.
(iv)
Biaya tertanam (sunk Cost): Biaya yang telah dikeluarkan dan ternyata tidak
relevan dengan keputusan itu.
(v)
Biaya yang tak dapat terhindari (unavoidable cost): Biaya produk atau divisi
untuk tidak melanjutkan suatu produk atau divisi .
(vi)
Biaya yang dapat dihindari (avidable cost): Biaya yang relevan dengan
keputusan
Dalam rangka untuk mengevaluasi kinerja manajer dikenal beberapa biaya yaitu :
(i)
Biaya yang dapat dikendalikan (Controllable cost ) oleh manajer
(ii)
Biaya yang tidak dapat dikendalikan (Uncontrollable cost) : Biaya yang tidak
dapat dikendalikan oleh manajer karena tidak relevan dengan evaluasi prestasi
kerja manajer dan seharusnya manajer tersebut tidak diberikan tanggung
jawab.
Arus Biaya Dalam Perusahaan Industri
Jumlah biaya asuransi
Rp. 2.000.000
Kegiatan Pabrik
Rp. 1.500.000
Jmh
Rp.1.500.000
masuk dalam
proses produksi
sebagai bagian
biaya produksi
Jmh
Rp.1.500.000
bergerak
perlahan masuk
ke barang
selesai. Barang
selesai
menunggu
penjualan
Akhirnya ,
secara
perlahan
Rp.
1.500.000
itu masuk
ke harga
pokok
barang yang
dijual
Keg.Penjualan
dan administrasi
Rp.500.000
Proses
Produksi
aAss((((((a((
Assets
Barang Selesai
(Assets )
Harga pokok barang
yang dujual
Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi
Biaya
asuransi
Jumlah Rp.500.000 langsung masuk
kedalam ledger biaya periodik
Dalam pembuatan produk terdapat dua kelompok biaya :
1. Biaya Produksi : Biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk.
Biaya produksi membentuk harga pokok produksi yang digunakan untuk menghitung harga
pokok produk jadi dan harga pokok produk yang pada akhir periode akuntansi masih dalam
proses.
2. Biaya Non Produksi : Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatn non produksi, seperti
kegiatan pemasaran dan kegiatan administrasi dan umum.
Biaya nonproduksi ditambahkan pada harga pokok produksi untuk menghitung total total
harga pokok produk.
Pengumpulan harga pokok produksi sangat ditentukan oleh cara produksi. Cara memproduksi
produk ada 2 macam :
1. Produksi atas dasar pesanan : Perusahaan melaksanakan pengolahan produksinya
atas dasar pesanan yang diterima dari pihak luar. Contohnya : Perusahaan percetakan,
perusahaan mebel, dll.
Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga
pokok produksi persatuan produk dihitung dengan cara membagi total biaya produksi
untuk pesanan dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.
2. Produksi massa : Perusahaan melaksanakan pengolahan produksinya untuk
memenuhi permintaan di gudang, umumnya produknya berupa produk standar.
Contohnya : Perusahaan semen, pupuk,makanan ternak dan bumbu masak dan tekstil.
Dalam metode ini pengumpulan harga pokok produksi dengan menggunakan metode
harga pokok process (process cost Method).Dalam metode ini biaya-biaya produksi
dikumpulkan untuk periode tertentu dan harga pokok produksi persatuan produk yang
dihasilkan dalam periode tsb dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk
periode tersebut dengan jumlah satuan yang dihasilkan dalam periode tertentu.
Metode Penentuan Harga Pokok Produksi
Metode penentuan harga pokok produksi adalah : Cara memperhitungkan unsur-unsur biaya
kedalam harga pokok produksi.
Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksi melalui 2
pendekatan, yaitu :
1. Full Costing
Full Costing : merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan
semua unsur biaya produksi kedalam harga pokok produksi , yang terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku variabel
maupun tetap.
Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode Full costing :
Biaya bahan baku
XX
Biaya tenaga kerja langsung
XX
Biaya produksi
Biaya overhead pabrik variabel
XX
Biaya overhead pabrik tetap
XX
Harga pokok produksi
XX
Biaya pemasaran
XX
Biaya non produksi/by.komersial
Biaya administrasi & umum
XX
Total harga pokok produk
XX
Ikhtisar Harga Pokok Produksi Dan Total Harga Pokok Produk Menurut Metode
Full Costing :
Prime Cost
= Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga kerja
Conversion Cost = Biaya Tenaga Kerja + By.Overhead Pabrik tetap + By. Overhead
Pabrik Variabel
Harga Pokok Produksi = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga kerja+ By.Overhead Pabrik
tetap + By. Overhead Pabrik Variabel
Biaya Komersial = Biaya Adm & Umum + Biaya Pemasaran
Total Harga Pokok Produk = Harga Pokok Produksi + Biaya Komersial
2. Variable Costing
Variable Costing : merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke kedalam harga pokok produksi ,
yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik
yang berperilaku variabel. .
Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode Variable costing :
Biaya bahan baku
XX
Biaya tenaga kerja langsung
XX
Biaya produksi
Biaya overhead pabrik variabel
XX
Harga pokok produksi
XX
Biaya pemasaran
XX
Biaya non produksi/by.komersial
Biaya administrasi & umum
XX
Total harga pokok produk
XX
Ikhtisar Harga Pokok Produksi Dan Total Harga Pokok Produk Menurut Metode
Variable Costing :
Harga Pokok Produksi Variabel = Biaya Bahan Baku + By.Tenaga Kerja + By. Overhead
pabrik Variabel
By. Periode = By.Overhead pabrik tetap + By. Adm & umum Tetap + By. Pemasaran Tetap
Total Harga Pokok Produk = Harga Pokok Produksi Variabel + By Adm & Umum Variabel
+ By. Pemasaran Variabel + By. Periode
Perbandingan Laporan Rugi laba perusahaan Manufaktur Dengan Laporan Rugi Laba
Perusahaan Dagang
Perusahaan Dagang:
 Kegiatannya berupa pembelian barang dagangan dari perusahaan lain dan penjualan
barang dagangan tersebut kepada konsumen atau perusahaan manufaktur.
 Perusahaan dagang tidak melakukan pemrosesan terhadap barang dagangan yang
dibeli .
 Untuk menjalankan usaha dagangnya, perusahaan dagang mengeluarkan sumber
ekonomi untuk memperoleh barang dagangannya, mengeluarkan biaya administrasi
dan umum, serta biaya pemasaran.
Pegorbanan sumber ekonomi yang disajikan dalam laporan rugi laba dikelompokkan ke
dalam 3 golongan :
1. Pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh barang dagangan dari perusahaan
lain. Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul : “Harga Pokok Penjualan”
2. Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan pemasaran barang dagangan .
Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul : “Biaya Pemasaran”.
3. Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan selain perolehan barang dagangan dan
pemasaran barang dagangan . Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul : “Biaya
administrasi dan umum”.
Perusahaan Manufaktur:
 Pengolahan bahan baku menjadi produk jadi dan penjualan produk jadi tersebut
kepada konsumen atau perusahaan manufaktur lain.
Kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk jadi memerlukan 3 kelompok
pengorbanan sumber ekonomi :
1. Pengorbanan bahan baku
2. Pengorbanan jasa tenaga kerja
3. Pengorbanan jasa fasilitas
Dalam pendekatan Full costing, berbagai pegorbanan sumber ekonomi disajikan dalam
laporan rugi laba yang dikelompokkan dalam 3 gol:
1. Pengorbanan sumber ekonomi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi.
Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul : “Biaya produksi” yang dirinci menjadi
:biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
2. Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan pemasaran produk jadi . Pengorbanan ini
dikelompokkan dengan judul : “Biaya Pemasaran”.
3. Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan selain produksi dan pemasaran produk .
Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul : “Biaya administrasi dan umum”.
Dalam pendekatan Variable costing, berbagai pegorbanan sumber ekonomi disajikan
dalam laporan rugi laba menurut perilakunyan dalam hubungannya dengan perubahan
volume kegiatan. Biaya dalam laporan laba rugi yang disusun dengan pendekatan variable
costing disajikan dalam dua kelompok biaya variabel & biaya tetap.
Gb. Laporan Laba Rugi Perusahaan Dagang
PT. Eliona Sari
Laporan Laba-rugi
Untuk Tahun Yang Berakhir tanggal 31 Desember 19X1
Pendapatan Penjualan
500.000
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal
Pembelian
Harga Pokok Barang yang tersedia untuk dijual
Persediaan akhir
Harga Pokok Penjualan
Laba bruto
Biaya Usaha:
Biaya administrasi & umum
Biaya pemasaran
Laba bersih usaha
Pendapatan di luar usaha
Biaya di luar usaha
Laba bersih sebelum pajak
Pajak penghasilan 35 %
Laba bersih setelah pajak
Rp.
Rp. 25.000
Rp.290.000
Rp.315.000
Rp. 20.000
Rp. 295.000
Rp. 205.000
Rp. 56.000
Rp. 75.000
Rp. 131.000
Rp. 74.000
Rp.
Rp.
4.000
7.000
Rp. 3.000
Rp. 71.000
24.850
Rp. 46. 150
Gb. 1.6. Laporan Laba Rugi Perusahaan Manufaktur dengan pendekatan Full Costing
PT. Karya Puspita
Laporan Laba Rugi dengan pendakatan Full Costing
Untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 19X1
Pendapatan penjualan
500.000
Harga pokok penjualan :
Persediaan awal produk jadi
Harga pokok produksi :
Persediaan awal produk dalam proses
Biaya produksi :
Biaya bahan baku
Rp. 50.000
Biaya tenaga kerja langsung
Rp. 60.000
Biaya overhead pabrik
Rp. 75.000
Persediaan akhir produk dalam proses
Harga pokok produksi
Harga Pokok produk yang tersedia untuk dijual
Persediaan akhir produk jadi
Harga Pokok Penjualan
Laba Bruto
Biaya usaha:
Biaya adm & umum
Biaya Pemasaran
Laba bersih usaha
Pendapatan di luar usaha
Biaya di luar usaha
Laba bersih sebelum pajak
Pajak Penghasilan 35%
Laba bersih setelah pajak
Rp.
Rp. 25.000
Rp. 10.000
Rp.185.000
Rp. 195.000
Rp. 15.000
Rp.180.000
Rp.205.000
20.000
Rp.195.000
Rp.305.000
Rp. 56.000
Rp. 175.000
Rp. 231.000
Rp. 74.000
Rp.
Rp.
4.000
7.000
Rp. 3.000
Rp. 71.000
Rp. 24.850
Rp. 46.150
Gb. Laporan Laba-Rugi Perusahaan manufaktur dengan pendekatan Variable Costing
PT. Karya Puspita
Laporan Laba-Rugi Dengan Pendekatan Variable Costing
Untuk Tahun Yang Berakhir tanggal 31 Desember 19X1
Pendapatan penjualan
500.000
Biaya Variabel :
Harga pokok penjualan variabel:
Persediaan awal produk jadi
Harga Pokok Produksi variabel :
Persediaan awal produk dlm proses
Rp. 20.000
Biaya Produksi Variabel :
Biaya bahan baku
Rp. 50.000
Biaya tenaga kerja langsung
Rp. 60.000
Biaya overhead pabrik variabel Rp. 45.000
Rp. 155.000
Rp. 175.000
Persediaan akhir produk dalam proses
Rp. 10.000
Harga pokok produksi variabel
Harga pokok produksi yang tersedia untuk dijual
Persediaan akhir produk jadi
Harga Pokok penjualan variabel
Biaya administrasi & umum variabel
Biaya pemasaran variabel
Total biaya variabel
Laba kontribusi
Biaya Tetap:
Biaya overhead pabrik tetap
Biaya Adm&umum
Biaya pemasaran tetap
Total biaya tetap
Laba bersih
Rp.
Rp. 20.000
Rp. 165.000
Rp. 185.000
Rp. 15.000
Rp. 170.000
Rp. 70.000
Rp. 90.000
Rp. 330.000
Rp. 170.000
Rp. 20.000
40.000
30.000
Rp. 90.000
Rp. 80.000
BAB VI ANALISIS DIFERENSIAL
Pengambilan keputusan salah satu fungsi manajer, seperti masalah:
- Produk apa yg akan d jual?
- Metode produksi apa yg akan d pakai?
- Membuat atau membeli Komponen?
- Brp harga jual produk? Dll
Biaya a: factor kunci pengambilan keputusan
Biaya mesti dibandingkan dgn alternative biaya yg lain
By yg berlaku bg keputusan a: by yg relevan
Ada beberapa by yg tidak relevan dgn keputusan yg dibuat
Agar berhasil dalam pengmbilan keputusan manager hrs dpt membedakan by relevan
dan tidak relevan
Analisis diferensial memakai pendapatan dan biaya relevan u: ambil keputusan, d mana
keputusan yg d ambil adalah yg m berikan laba incremental terbesar (Perbedaan antara
pendapatan relevan dan by relevan setiap alternative pilihan)
By diferensial a: perbedaan antara by relevan dua alternative atau lebih
Pendapatan diferensial a: perbedaan antara pendapatan relevan 2 alternatif atau lebih
By relevan berhubungan dgn by masa depan,by masa lalu tidak relevan terhadap
keputusan.
Apa yg m buat informasi m jadi relevan?
- Berkaitan dgn masa depan
- Berbeda diantara alternatif2
- Kebutuhan akan prediksi
- Keputusan unik VS rutin
By diferensial merupakan bagian dr by relevan untuk ambil keputusan
Akuntansi u: pemakaian by diferensial d sbt akuntansi by diferensial
Contoh by relevan dan tidak relevan :
Tawaran diterima
Tawaran tidak di Relevansi Biaya
terima
BBB
BTKL
By penyusutan
By pengawasan
Rp 15.000
10.000
5.000
6.000
Rp 5.000
Rp 6.000
Relevan
Relevan
Tidak relevan
Tidak relevan
5 model penerapan by diferensial dlm pengambilan keputusan jk pendek :
a. Menjual atau memproses lbh lanjut
b. Membuat sendiri atau membeli
c. Menghentikan/tidak suatu produk
d. Menerima/menolak pesanan khusus
e. Menyewakan/menjual
A Menjual/memproses lbh lanjut
Perusahaan kulit bisa memilih alternative menjual kulit mentah atau memproses kulit
mentah menjadi kulit jadi. Harga jual kulit mentah Rp 4500/lmbr, harga pokok Rp 3000.
Bila kulit diproses m jd kulit jadi, hrg jual/lembarnya Rp 7500 dan tambahan by variabel
Rp 1500/lmbr. Perusahaan bs membuat 10.000 lembar tiap periode.
Buat analisis pengambilan keputusan!
Jawab : Analisis 1
Dijual kulit mentah
Penjualan 10.000 lmbr x Rp 45.000.000
Rp 4500
Harga pokok kulit mentah
10.000x3000
By meneruskan proses Rp 30.000.000
10.000x1500
-
Laba
Rp 15.000.000
Dijual kulit jadi
Rp 75.000.000
Analisis diferensial
Rp 30.000.000
Rp 30.000.000
-
Rp 15.000.000
15.000.000
Rp 30.000.000
Rp15.000.000
Kesimpulan: Lebih baik perusahaan memilih alternative membuat kulit jadi karena laba
lebih besar yaitu Rp 30 juta.
By diferensialnya=(45.000.000-30.000.000)=15.000.000
Pendapatan diferensial=(75.000.000-45.000.000)=30.000.000
B Membuat sendiri atau membeli komponen dr luar
Perusahaan Shanum adalah perusahaan percetakan, produk utamanya mencetak buku
tulis dgn sampul berwarna. Kapasitas mesin 75%(25% menganggur).
By pembuatan sampul sbb:
Bahan baku sampul
Rp 2.5
BTKL
Rp 1.6
BOP variabel
Rp 1.0
BOP tetap
Rp 340.000
Kapasitas menganggur bs digunakan u:buat 50.000 sampul buku
sbb:(full costing)
Perunit
Bahan baku
Rp 2.5
BTKL
Rp 1.6
BOP Variabel
Rp 1.0
BOPtetap(25%x340.000)=85.000/50.000=Rp 1.7
Rp 1.7
Total
Rp 6.8
dgn by produksi
Total
Rp 125.000
Rp 80.000
Rp 50.000
Rp 85.000
Rp 340.000
Perusahaan lain menawarkan mensuply sampul berwarna dgn hrg Rp 6.0. Sepertinya lbh
menghemat by karena Rp 6.0x50.000=Rp 300.000.
Buat analisis keputusan apakah membuat sendiri atau membeli sampul berwarna dr
perusahaan lain!
Bahan baku
BTKL
BOP Variabel
Perunit
Rp 2.5
1.6
1.0
Total
Rp 125.000
80.000
50.000
By produksi sendiri
By membeli dr luar
Rp 5.1
6.0
Rp 255.000
300.000
By. diferensial
Rp 0.9
Kesimpulan : perush.sebaiknya memproduksi sendiri
Rp 45.000
C Menghentikan/tidak suatu produk yg menguntungkan
PT Nizam memproduksi 3 jenis produk yakni A,B dan C. Berikut laporan L/R nya :
Penjualan
HPP:
By Variabel
By tetap
Laba kotor
By operasi:
Variabel
Tetap
Laba
bersih
seblm pajak
Pajak 40%
Laba bersih
Produk A
Rp 1200.000
Produk B
Rp 900.000
Produk C
Rp 300.000
Jumlah
Rp 2.400.000
720.000
240.000
Rp 960.000
240.000
540.000
180.000
720.000
180.000
210.000
60.000
270.000
30.000
1.470.000
480.000
1.950.000
450.000
80.000
60.000
60.000
45.000
30.000
15.000
170.000
120.000
140.000
100.000
105.000
75.000
45.000
(15.000)
290.000
160.000
40.000
60.000
30.000
45.000
( 6.000)
( 9.000)
64.000
96.000
Karena produk C menurut laporan L/R metode full costing mendatangkan kerugian Rp
9000 maka manajemen menyimpulkan produk C dihentikan produksinya,tapi sebelumnya
manajemen meminta kontroler mengadakan analisis.
Analisis dr controller : (mtd variabel costing)
Produk
dihentikan
Produk A
Produk B
Penjualan
1.200.000
900.000
By Variabel:
Produksi
720.000
540.000
Operasi
80.000
60.000
800.000
600.000
Kontribusi Margin
By tetap:
400.000
300,000
Produksi
Operasi
Laba sblm pjk
Pajak 40%
C
Produk
diteruskan
Total
2.100.000
2.400.000
1.260.000
140.000
1.400.000
1.470.000
170.000
1.640.000
700.000
760.000
480.000
120.000
600.000
100.000
40.000
480.000
120.000
600.000
160.000
64.000
60.000
96.000
Laba bersih
C
Kesimpulan : Jika produk C dihentikan akan ada penurunan laba Rp 36.000 (Rp 96.000Rp 60.000), tapi jika produk C diteruskan maka laba perusahaan menjadi Rp 96.000.
Manajemen memutuskan untuk meneruskan produksi produk C.
D Menerima/menolak pesanan khusus
Perusahaan minuman botol segar memiliki kapasitas mesin yg dapat memproduksi
500.000 botol dlm 1 periode, saat ini hanya menjual 400.000 botol dgn hrg jual Rp
60/botol. By produksi/botol sbb:
BBB
Rp 20
BTKL
Rp 5
By variabel Rp 5
By tetap
Rp 20 atau Rp 10.000.000 untuk produksi 500.000
Ada tawaran dr pelanggan, ingin memesan 100.000 botol dgn harga Rp 40. Dan
perusahaan jg membyr ongkos kirim Rp 150.000 jika menerima pesanan tsbt.
Buat analisis menerima atau menolak pesanan itu!
Jawab:
Jika memakai mtd full costing, pesanan ini ditolak karena hrg penawaran yakni Rp 40
lebih kecil dr by produksinya (20+5+5+20=Rp 50) perusahaan rugi. Tapi jika dihitung dgn
analisis diferensial hasilnya berbeda yaitu :
Analisis pesanan khusus :
Pesanan ditolak
Pesanan diterima
Penjualan:
400rb x Rp60
100rb x Rp40
Rp24.000.000
-
Rp24.000.000
4.000.000
Rp 4.000.000
24.000.000
28.000.000
4.000.000
12.000.000
-
12.000.000
3.000.000
12.000.000
13.000.000
3.000.000
1.000.000
10.000.000
-
10.000.000
150.000
150.000
By Variabel:
400rb x Rp 30
100rb x Rp 30
Margin kontrbusi
By tetap
By pengiriman
Pendptan/Biaya
diferensial
Laba/tmbhn laba
2.000.000
2.850.000
850.000
Kesimpulan: perush. Sebaiknya menerima pesanan tsbt krn meningkatkan laba menjadi
Rp 2.850.000
BAB VII PENGANGGARAN
Anggaran
Anggaran (Budget) adalah rencana kuantitatif aktivitas usaha sebuah organisasi
(pemasaran, produksi dan keuangan) ; anggaran mengidentifikasi sumber daya dan
komitmen yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan organisasi selama periode
dianggarkan.
Penganggaran adalah penciptaan suatu rencana kegiatan yang dinyatakan dalam
ukuran keuangan. Penganggaran memainkan peran penting di dalam perencanaan,
pengendalian, dan pembuatan keputusan. Anggaran juga untuk meningkatkan koordinasi
dan komunikasi.
Karakteristik Anggaran :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Anggaran mengestimasi potensi laba satuan bisnis
Anggaran dinyatakan dalam istilah moneter, walaupun jumlah moneter dapat saja
ditunjang oleh jumlah non moneter (missalnya, unit yang dijual atau diproduksi).
Mencakup periode satu tahun.
Anggaran merupakan komitmen manajemen; manajer sepakat untuk mengemban
tanggung jawab atas pencapaian tujuan yang dianggarkan.
Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh otoritas yang lebih tinggi ketimbang oleh
pihak yang menganggarkan (budgetee).
Begitu disetujui, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi yang ditetapkan.
Secara berkala, kinerja finansial sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran, dan
selisihnya dianalisis dan dijelaskan.
Tujuan Pokok Anggaran

Memprediksi transaksi dan kejadian finansial serta non finansial di masa yang akan
datang

Mengembangkan informasi yang akurat dan bermakna bagi penerima anggaran.
Manfaat Penganggaran
Anggaran menunjukkan kepada manajemen



Angka laba yang dikehendaki oleh perusahaan.
Sumber daya yang diharapkan dapat dihasilkan atau digunakan selama periode
anggaran yang akan datang.
Memberikan landasan untuk pengambilan keputusan alternatif yang terbaik.
Keterbatasan Penganggaran





Dalam banyak kejadian, anggaran cenderung terlalu menyederhanakan fakta situasi
nyata di lapangan
Terlampau menekankan hasil ( Yi : laba bersih sesung- guhnya dibandingkan dg jumlah
laba yang dianggar kan), namun bukan pada sebab musababnya.
Tema partisipatif pada anggaran menuntut dukungan penuh dan keterlibatan manjemen.
Dapat menggerogoti inisiatif manajemen dengan meng halangi perkembangan dan
tindakan baru yang tidak tercakup dalam anggaran.
Proses penganggaran bukanlah ilmu murni dan pertimbangan yang baik memainkan
peran esensial.
Sistem Penganggaran untuk Aktivitas Bisnis.
Terdapat 4 (empat) ancangan dasar terhadap anggaran :
(1)
(2)
(3)
(4)
Penganggaran inkremental
Penganggaran basis nol
Penganggaran Statik dan
Penganggaran fleksibel.
Anggaran Inkremental (Incremental Budget)
Yakni metode anggaran yang hanya mempertimbangkan perubahan sumber daya dari
anggaran tahun sebelumnya. Dalam hal ini anggaran sebelumnya, berfungsi sebagai
landasan bagi penganggaran sumber daya inkremental.
Keunggulan ancangan inkremental adalah bhw ancangan ini menyederhanakan proses
penganggaran dengan hanya memperhitungkan kenaikan berbagai pos anggaran.
Kelemahannya adalah bahwa pemborosan dan inefisiensi dapat menumpuk dari tahun ke
tahun tanpa pernah diketahui.
Contoh Anggaran Inkremental
PT Safira Prima
Anggaran Inkremental untuk Tahun 20XX
Kenaikan Gaji
Posisi Penyelia baru
Posisi Manajerial baru
Kenaikan anggaran operasional
Program riset baru
Jumlah
Rp. 8.000.000
Rp. 15.000.000
Rp. 28.000.000
Rp. 54.000.000
Rp. 3.500.000
Rp.108.500.000
Anggaran Basis Nol (Zero-Based Budget)
Dalam penganggaran ini, semua jajaran manajemen bertolak dari nol dan mengestimasi
kebutuhan sumber daya yang diperlukan untuk mendanai aktivitas-aktivitas tahun anggaran.
Anggaran Statik (Static Budget)
Yakni merupakan ancangan yang dipakai oleh banyak perusahaan jasa dan ada banyak fungsi
jasa pendukung seperti bagian pembelian, bagian akuntansi, dan bagian hukum.
Anggaran Fleksibel (Flexible Budget)
Anggaran ini mengaitkan volume aktivitas dengan jumlah rupiah yang dianggarkan. Bermanfaat
terutama dalam menaksir dan mengendalikan biaya pabrik dan beban operasi.
Ada tiga kegunaan dari anggaran ini, yakni :



Dapat dipakai untuk merumuskan anggaran sebelum adanya data taksiran tingkat
aktivitas.
Dapat dipakai setelah adanya data untuk menghitung berapa seharusnya biaya
untuk tingkat aktivitas aktual.
Membantu manajemen dalam menghadapi ketidak pastian dengan memampukan
mereka untuk melihat taksiran hasil dalam kisaran aktivitas tertentu.
Penyusunan Induk Anggaran (Master Budget)
Induk Anggaran (Master Budget) adalah sebuah anggaran komprehensif yang menyatakan
keseluruhan rencana bisnis bagi seluruh perusahaan untuk suatu periode yang mencakup satu
tahun atau kurang.
Induk Anggaran terdiri atas dua komponen utama, yakni :
(1)
(2)
Anggaran operasi, dan
Anggaran keuangan
Anggaran Operasi merupakan deskripsi rinci pendapatan dan biaya yang dibutuhkan untuk
mencapai hasil laba yang memuaskan.
Anggaran Keuangan memperlihatkan ekspektasi arus kas dan posisi keuangan dengan
kegiatan-kegiatan usaha yang terencana.
Induk Anggaran untuk sebuah perusahaan pabrikasi akan berisi anggaran berikut :
INDUK ANGGARAN
Anggaran Operasi
Anggaran Keuangan
Angg. Penjualan
Anggaran pengeluaran modal
Angg. Produksi
Anggaran Kas
Angg. Bhn. Baku Langsung
Laporan Laba Rugi dianggarkan
Angg. Tenaga Kerja Lgs
Neraca Dianggarkan.
Angg. Overhead pabrikasi
Angg. Persed. Akhir Barang Jadi.
Angg. Beban Penjualan & Adm.
Anggaran Penjualan
Yakni merupakan skedul rinci yang memperlihatkan penjualan yang diharapkan untuk
periode yang akan datang. Anggaran penjualan berasal dari estimasi permintaan (dan
kesanggupan untuk memasok) akan produk perusahaan pada harga tertentu.
Contoh Kasus : Anggaran Penjualan
Sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha industri tas anak-anak, akan
merencanakan penjualan ke beberapa daerah secara kuartalan sebanyak 200.000 unit selama
tahun 2006.
Berikut disajikan informasi berkenaan dengan rencana penjualan di atas, yakni sebagai berikut :
Rencana Penjualan selama 4 kwartal adalah sebagai berikut :
Kwartal I
: 20.000 unit
Kwartal II
: 60.000 unit
Kwartal III
: 30.000 unit
Kwartal IV
: 18.000 unit
Harga jual/unit
: Rp. 1000
Tagihan kas kwartal IV pada tahun sebelumnya (2005) adalah Rp. 3.100.000
Tagihan kas penjualan sebagai berikut : 70% ditagih dalam kwartal penjualan, sedangkan
sisanya 30% ditagih pada kwartal berikutnya.
Penjualan pada kwartal IV terdapat sebanyak Rp. 5.400.000 yang tidak tertagih dan
dimasukkan sebagai piutang usaha pada akhir periode tahun 2006
PT Singga Buana
Anggaran Penjualan
31 Desember 2006
Keterangan
Expektasi Penjualan
Harga Jual per Unit
Jumlah Penjualan
Piutang Usaha
Penjualan
Kuartal I (20jt x
70%, 30%)
Kuartal II (60jt x
70%, 30%)
Kuartal III (30jt x
70%, 30%)
Kuartal IV (18jt x
70%)
Jml Kas yg Ditagih
I
20000
1000
20000000
Kwartal
II
III
60000
30000
1000
1000
60000000
30000000
IV
18000
1000
18000000
Skedul Ekspektasi Penagihan Kas
3100000
14000000
20000000
18000000
21000000
14000000
3100000
6000000
42000000
48000000
Tahun
128000
1000
128000000
39000000
60000000
9000000
30000000
12600000
12600000
21600000
125700000
Anggaran Produksi (Production Budget)
Yakni merupakan skedul rinci yang mengidentifikasi produk atau jasa yang harus dihasilkan
atau disediakan utnuk meraih penjualan yang dianggarkan dan kebutuhan persediaan.
Kebutuhan produksi.
Jumlah unit produk yang akan diproduksi (produksi dianggarkan) dapat ditentukan dengan cara
:
(Tingkat persediaan akhir barang jadi yang dikehendaki + Taksiran penjualan) – Tingkat
Persediaan awal barang jadi yang dikehendaki.
Berdasarkan data penjualan di atas, buatlah angaran Produksi dengan ketentuan sebagai
berikut :
Diketahui :


Jml persediaan akhir yang dikehendaki sebesar 20% dari penju-alan kuartal berikutnya.
Jumlah persediaan awal adalah sama dengan jumlah perse- diaan akhir pada kuartal
sebelumnya.
PT Singga Buana
Anggaran Produksi
31 Desember 2006
Keterangan
I
Expektasi Penjualan
Persed Akhir yg dikehendaki
Jml Kebth persed
Persed Awal
Jml yg akan Diprod
20000
12000
32000
-3000
29000
II
60000
6000
66000
-12000
54000
Kwartal
III
30000
3600
33600
-6000
27600
IV
18000
4000
22000
-3600
18400
Tahun
128000
4000
132000
-3000
129000
BAB VIII
PENGANGGARAN MODAL-MIRR
KOMPETENSI
1. MENILAI PERINGKAT PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN LIMA TEKNIK
YAITU PEMBAYARAN KEMBALI, PEMBAYARAN KEMBALI TERDISKONTO ,
NPV, IRR DAN MIRR)
2. MENGAMBIL KEPUTUSAN PROYEK DALAM PENGANGGARAN MODAL
Penganggaran Modal adalah proses menganalisis potensi investasi aktiva tetap dan
keputusan penganggaran modal mungkin adalah keputusan paling penting yang harus
diambil oleh para manajer keuangan.
A. MENILAI PERINGKAT PROYEK
Proses menganalisis potensi investasi aktiva tetap dapat dilakukan dengan lima
teknik analisis penganggaran modal :
1. Periode pembayaran kembali .(Payback Period)
2. Metode pembayaran kembali terdiskonto ( Discounted payback period)
3. Metode nilai sekarang bersih (NPV-Net Present Value)
4. Tingkat pengembalian internal (IRR- Internal Rate of Return)
5. Metode IRR yang dimodifikasikan (MIRR-Modified IRR)
A.1. Periode Pembayaran Kembali
Periode pembayaran kembali didefinisikan sebagai sejumlah tahun yang
dibutuhkan untuk mengembalikan biaya suatu proyek Metode ini mengabaikan arus
kas diluar periode pembayaran kembali dan tidak mempertimbangkan nilai waktu
dari uang. Akan tetapi , pembayaran kembali memberikan indikasi mengenai risiko
dan likuiditas suatu proyek, karena menunjukkan berapa lama modal yang
diinvestasikan akan berada dalam risiko.
A.2. Metode Pembayaran Kembali Terdiskonto
Metode Pembayaran Kembali Terdiskonto mirip dengan metode pembayaran
kembali biasa kecuali bahwa metode ini mendiskontokan arus kas pada tingkat biaya
modal proyek. Metode ini mempertimbangkan nilai waktu dari uang tetapi
mengabaikan arus kas diluar periode pembayaran kembali.
A.3.Metode Nilai Sekarang Bersih (NPV)
Metode Nilai Sekarang Bersih mendiskontokan seluruh arus kas pada tingkat
biaya modal proyek dan kemudian menjumlahkan arus-arus kas tersebut. Proyek
akan diterima jika NPV-nya positif.
A.4. Metode Pengembalian Internal (IRR)
Metode pengembalian internal didefinisikan sebagai tingkat diskonto yang
memaksa NPV proyek sama dengan nol. Proyek akan diterima jika IRR-nya lebih
besar daripada biaya modal
A.5. Metode IRR yang dimodifikasi.(MIRR)
Metode NPV dan IRR akan menghasilkan keputusan penerimaan / penolakan
yang sama untuk proyek-proyek yang independen, tetapi jika proyek-proyek tersebut
saling eksklusif, maka dapat terjadi konflik peringkat. Jika terjadi konflik peringkat,
maka sebaiknya menggunakan metode NPV. Metode NPV dan IRR lebih unggul
daripada metode pembayaran kembali, tetapi NPV lebih unggul dari IRR, karena
NPV berasumsi arus kas akan diinvestasikan kembali pada tingkat biaya modal
perusahaan , sedangkan IRR berasumsi arus kas akan diinvestasikan kembali pada
tingkat IRR proyek. Investasi kembali pada tingkat biaya modal umumnya adalah
asumsi yang lebih baik karena lebih mendekati kenyataan.
Metode IRR yang dimodifikasi memperbaiki masalah yang terdapat dalam IRR
biasa. MIRR melibatkan perhitungan nilai akhir (TV) dari arus kas masuk yang
dimajemukkan pada tingkat biaya modal perusahaan dan kemudian menentukan
tingkat diskonto yang memaksa nilai sekarang TV menjadi sama dengan nilai
sekarang arus kas keluar.
CONTOH SOAL :
Anda adalah seorang analis keuangan . Direktur penganggaran modal telah meminta
anda untuk menganalisis dua usulan investasi modal, Proyek S dan Proyek T. Masingmasing proyek memiliki biaya sebesar $ 10.000 dan biaya modal dari setiap proyek
adalah 12 % . Ekspektasi arus kas bersih proyek adalah 12 %. Ekspektasi arus kas
bersih proyek adalah sebagai berikut :
EKSPEKTASI ARUS KAS BERSIH
TAHUN
PROYEK S
PROYEK T
0
($10.000)
($10.000)
1
6.500
3.500
2
3.000
3.500
3
3.000
3.500
4
1.000
3.500
Pertanyaan :
1. Hitunglah periode pembayaran kembali, nilai sekarang bersih (NPV). Tingkat
pangembalian internal (IRR) dan tingkat pengembalian internal yang dimodifikasikan
(MIRR) setiap proyek
2. Manakah proyek yang sebaiknya diterima jika mereka bersifat independent
3. Manakah proyek yang sebaiknya diterima jika mereka bersifat saling eksklusif
JAWABAN :
DIKETAHUI :
1. Tahun sebelum pengembalian penuh
Proyek S sesuai ekspektasi arus kas (tabel soal) modal akan kembali pada tahun ketiga
($6.500 + $ 3.000 + $ 500= $10.000). JADI
Tahun sebelum pengembalian penuh
adalah tahun ke-2
Proyek T sesuai ekspektasi arus kas (tabel soal) modal akan kembali pada tahun ketiga
($3.500 + $ 3.500 + $3.500= $10.000) JADI
Tahun sebelum pengembalian penuh
adalah tahun ke-2
2. Biaya yang belum dikembalikan pada awal tahun
*= -$10.000- $6.500 (lihat tabel soal tahun pertama diharapkan arus kas 6.500)= -$3.500
= - $3.500- $3.000 (lihat tabel soal tahun kedua diharapkan arus kas $3.000)= - $500
JADI Proyek S, biaya yang belum dikembalikan pada awal tahun adalah - $ 500
*= -$10.000- $3.500 (lihat tabel soal tahun pertama diharapkan arus kas 3.500)= -$6.500
= - $6.500- $3.500 (lihat tabel soal tahun kedua diharapkan arus kas $3.500)= -$3.000
JADI Proyek T, biaya yang belum dikembalikan pada awal tahun adalah - $ 3.000
HASIL EKSPEKTASI ARUS KAS BERSIH (CFt)
TAHUN
PROYEK S
PROYEK T
0
($10.000)
($10.000)
1
(3.500)*
(6.500)
2
( 500)
(3.000)
3
2.500
500
4
3.500
4.000
1. a. Pembayaran Kembali
Tahun sebelum
Biaya yang belum
dikembalikan
pengembalian penuh
Pembayaran kembali S
+
pada awal tahun
=
_______________________________________
Arus kas selama tahun berjalan
Pembayaran kembali s = 2 + $ 5.00/ $ 3.000 =2,17 years
Pembayaran kembali t
= 2+ $3.000/$3.500 =2,86 years
1.b.NILAI SEKARANG BERSIH
CF1
CF2
CFn
NPV= CF0 +______+ ______ +…… + _____
(1+k)1
=
(1+k)2
(1+k)n
n
CFt
∑ ______
t=0 (1+k)t
NPV S = -$10.000+$6.500/(1,12)1+$3.000/(1,12)2+$3.000/(1,12)3+$1000/(1,12)4
= $.966,01
NPV T = -$10.000+$3.500/(1,12)1+$3.500/(1,12)2+$3.500/(1,12)3+$3.500/(1,12)4
= $.630,72
1.c. TINGKAT PENGEMBALIAN INTERNAL
CF1
IRR =0 = CF0 +______+
(1+IRR)1
0=
n
CFt
∑
______
t=0 (1+IRR)t
CF2
CFn
______ +…… +
(1+IRR)2
_____
(1+IRR)n
IRR S = 18,0 %
IRR T = 15,0%
1.d MODIFIKASI IRR
PV BIAYA = PV NILAI AKHIR
n
CIFt (1+k)n-1
∑
t=0
n
COFt
∑ ______ =
t=0 (1+k)t
PV BIAYA =
__________________________
(1+MIRR)n
TV
______________
(1+MIRR)n
TV S = $6.500/(1,12)3+$3.000/(1,12)2+$3.000/(1,12)1+$1000 = $17.255,23
TV T = $3.500/(1,12)3+$3.500/(1,12)2+$3.500/(1,12)1+$3.500 = $16.727,65
MIRR S= 14,61%
MIRR T= 13,73%
B. MENGAMBIL KEPUTUSAN PROYEK DALAM PENGANGGARAN MODAL
2. Manakah proyek yang sebaiknya diterima jika independen
Proyek yang mendapat peringkat lebih tinggi
1. metode pembayaran kembali
proyek S
2. NPV
proyek S
3. IRR
proyek S
2. MIRR
proyek S
Seluruh metode menghasilkan peringkat Proyek S berada di atas Proyek T. Tambahan
lagi, kedua proyek dapat diterima menurut criteria NPV, IRR, dan MIRR, jadi kedua
proyek seharusnya akan diterima jika kedua proyek tersebut independent
3. Manakah proyek yang sebaiknya diterima jika eksklusif
Kita akan memilih proyek S karena nilai NPV lebih tinggi pada k=12%
TUGAS
Anda adalah seorang analis keuangan . Direktur penganggaran modal telah meminta
anda untuk menganalisis dua usulan investasi modal, Proyek S dan Proyek T. Masingmasing proyek memiliki biaya sebesar $ 20.000 dan biaya modal dari setiap proyek
adalah 12 % . Ekspektasi arus kas bersih proyek adalah 12 %. Ekspektasi arus kas
bersih proyek adalah sebagai berikut :
EKSPEKTASI ARUS KAS BERSIH
TAHUN
PROYEK S
PROYEK T
0
($12.000)
($12.000)
1
6.500
3.500
2
3.000
3.500
3
3.000
3.500
4
1.000
3.500
Pertanyaan :
1. Hitunglah periode pembayaran kembali, nilai sekarang bersih (NPV). Tingkat
pangembalian internal (IRR) dan tingkat pengembalian internal yang dimodifikasikan
(MIRR) setiap proyek
2. Manakah proyek yang sebaiknya diterima jika mereka bersifat independent
3. Manakah proyek yang sebaiknya diterima jika mereka bersifat saling eksklusif.
BAB VIII
JUST-IN-TIME ( JIT )
1. Pengertian JIT
Dalam pengertian luas, JIT adalah suatu filosofi tepat waktu yang memusatkan pada
aktivitas yang diperlukan oleh segmen-segmen internal lainnya dalam suatu organisasi.
JIT mempunyai empat aspek pokok sebagai berikut:
1. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus di
eliminasi.Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang tidak
perlu,misalnya persediaan sedapat mungkin nol.
2. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi.Sehingga
produk rusak dan cacat sedapat mungkin nol,tidak memerlukan waktu dan biaya
untuk pengerjaan kembali produk cacat, dan kepuasan pembeli dapat meningkat.
3. Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan (Continuous
Improvement)dalam meningkatkan efisiensi kegiatan.
4. Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman
terhadap aktivitas yang bernilai tambah.
JIT dapat diterapkan dalam berbagai bidang fungsional perusahaan seperti misalnya
pembelian, produksi, distribusi, administrasi dan sebagainya.
A. Pembelian JIT
Pembelian JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan barang dengan cara
sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi
permintaan atau penggunaan.
Pembelian JIT dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan
aktivitas pembelian dengan cara:
1. Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi sumbersumber yang dicurahkan dalam negosiasi dengan pamasoknya.
2. Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok.
3. Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang mapan.
4. Mengeliminasi atau mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak bernilai tambah.
5. Mengurangi waktu dan biaya untuk program-program pemeriksaan mutu.
Penerapan pembelian JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi
biaya dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
1. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.
2. Perubahan “cost pools” yang digunakan untuk mengumpulkan biaya.
3. Mengubah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya sehingga banyak
biaya tidak langsung dapat diubah menjadi biaya langsung.
4. Mengurangi perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih harga beli secara
individual
5. Mengurangi biaya administrasi penyelenggaraan sistem akuntansi.
B. Produksi JIT
Produksi JIT adalah sistem penjadwalan produksi komponen atau produk yang
tepat waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap produksi
berikutnya atau sesuai dengan memenuhi permintaan pelanggan.
Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara:
1. Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses dalam setiap workstation
(stasiun kerja) atau tahapan pengolahan produk (konsep persediaan nol).
2. Mengurangi atau meniadakan “Lead Time” (waktu tunggu) produksi (konsep waktu
tunggu nol).
3. Secara berkesinambungan berusaha sekeras-kerasnya untuk mengurangi biaya
setup mesin-mesin pada setiap tahapan pengolahan produk (workstation).
4. Menekankan pada penyederhanaan pengolahan produk sehingga aktivitas produksi
yang tidak bernilai tambah dapat dieliminasi.
Perusahaan yang menggunakan produksi JIT dapat meningkatkan efisiensi
dalam bidang:
1. Lead time (waktu tunggu) pemanufakturan
2. Persediaan bahan, barang dalam proses, dan produk selesai
3. Waktu perpindahan
4. Tenaga kerja langsung dan tidak langsung
5. Ruangan pabrik
6. Biaya mutu
7. Pembelian bahan
Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi
biaya dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
1. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan
2. Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost pools) untuk aktivitas tidak
langsung
3. Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan informasi selisih biaya tenaga
kerja dan overhead pabrik secara individual
4. Mengurangi keterincian informasi yang dicatat dalam “work tickets”
2. Pemanufakturan JIT dan Penentuan Biaya Produk
Pemanufakturan JIT menggunakan pendekatan yang lebih memusat daripada
yang ditemui dalam pemanufakturan tradisional.Penggunaan sistem pemanufakturan
JIT mempunyai dampak pada:
1. Meningkatkan Keterlacakan (Ketertelusuran) biaya.
2. Meningkatkan akurasi penghitungan biaya produk.
3. Mengurangi perlunya alokasi pusat biaya jasa (departemen jasa)
4. Mengubah perilaku dan relatif pentingnya biaya tenaga kerja langsung.
5. Mempengaruhi sistem penentuan harga pokok pesanan dan proses.
Dasar-dasar pemanufakturan JIT dan perbedaannya dengan pemanufakturan
tradisional:
2.1. JIT Dibandingkan dengan Pemanufakturan Tradisional.
Pemanufakturan JIT adalah sistem tarikan permintaan (Demand-Pull). Tujuan
pemanufakturan JIT adalah memproduksi produk hanya jika produk tersebut dibutuhkan
dan hanya sebesar jumlah permintaan pembeli (pelanggan). Beberapa perbedaan
pemanufakturan JIT dengan Tradisional meliputi:
a. Persediaan Rendah
b. Sel-sel Pemanufakturan dan Tenaga Kerja Interdisipliner
c. Filosofi TQC (Total Quality Control)
2.2. JIT dan Ketertelusuran Biaya Overhead
Dalam lingkungan JIT, beberapa aktivitas overhead yang tadinya digunakan
bersama untuk lebih dari satu lini produk sekarang dapat ditelusuri secara langsung ke
satu produk tunggal. Manufaktur yang berbentuk sel-sel, tanaga kerja yang
terinterdisipliner, dan aktivitas jasa yang terdesentralisasi adalah karakteristik utama JIT.
JIT
Sistem Pull-through
Persediaan tidak signifikan
Sel-sel pemanufakturan
Tenaga kerja terinterdisipliner
Pengendalian mutu (TQC)
Dsentralisasi jasa
TRADISIONAL
Sistem Push-through
Persediaan signifikan
Berstruktur departemen
Tenaga kerja terspesialisasi
Level mutu akseptabel (AQL)
Sentralisasi jasa
2.3. Keakuratan Penentuan Biaya Produk dan JIT
Salah satu konsekuensi dari penurunan biaya tidak langsung dan kenaikan biaya
langsung adalah meningkatkan keakuratan penentuan biaya (Harga Pokok Produk).
Pemanufakturan JIT, dengan mengurangi kelompok biaya tidak langsung dan
mengubah sebagian besar dari biaya tersebut menjadi biaya langsung maupun
sebaliknya, dapat menurunkan kebutuhan penaksiran yang sulit.
2.4. JIT dan Alokasi Biaya Pusat Jasa
Dalam manufaktur tradisional, sentralisasi pusat-pusat jasa memberikan
dukungan pada berbagai departemen produksi. Dalam lingkungan JIT, banyak jasa
didesentralisasikan.Hal ini dicapai dengan membebankan pekerja dengan keahlian
khusus secara langsung ke lini produk dan melatih tenaga kerja langsung yang ada
dalam sel-sel untuk melaksanakan aktivitas jasa yang semula dilakukan oleh tenaga
kerja tidak langsung.
2.5. Pengaruh JIT pada Biaya Tenaga Kerja Langsung
Sebagai perusahaan yang menerapkan JIT dan otomatisasi, biaya tenaga kerja
langsung tradisional dikurangi secara signifikan.Oleh sebab itu ada dua akibat:
1. Persentasi biaya tenaga kerja langsung dibandingkan total biaya produksi menjadi
berkurang
2. Biaya tenaga kerja langsung berubah dari biaya variabel menjadi biaya tetap.
2.6. Pengaruh JIT pada Penilaian Persediaan
Salah satu masalah pertama akuntansi yang dapat dihilangkan dengan
penggunaan pemanufakturan JIT adalah kebutuhan untuk menentukan biaya produk
dalam rangka penilaian persediaan. Jika terdapat persediaan, maka persediaan tersebut
harus dinilai, dan penilaiannya mengikuti aturan-aturan tertentu untuk tujuan pelaporan
keuangan. Dalam JIT diusahakan persediaan nol (atau paling tidak pada tingkat yang
tidak signifikan), sehingga penilaian persediaan menjadi tidak relevan untuk tujuan
pelaporan keuangan.Dalam JIT, keberadaan penentuan harga pokok produk hanya
untuk memuaskan tujuan manajerial. Manajer memerlukan informasi biaya produk yang
akurat untuk membuat berbagai keputusan misalnya: (a) penetapan harga jual berdasar
cost-plus, (b) analisis trend biaya, (c) analisis profitabilitas lini produk, (d) perbandingan
dengan biaya para pesaing, (e) keputusan membeli atau membuat sendiri, dsb.
2.7. Pengaruh JIT pada Harga Pokok Pesanan
Dalam penerapan JIT untuk penentuan order pesanan, pertama, perusahaan
harus
memisahkan
bisnis
yang
sifatnya
berulang-ulang
dari
pesanan
khusus.Selanjutnya, sel-sel pemanufakturan dapat dibentuk untuk bisnis berulang-ulang.
Dengan mereorganisasi tata letak pemanufakturan, pesanan tidak membutuhkan
perhatian yang besar dalam mengelompokkan harga pokok produksi. Hal ini karena
biaya dapat dikelompokkan pada level selular. lagi pula, karena ukuran lot sekarang
lebih sangat kecil,maka tidak praktis untuk menyusun kartu harga pokok pesanan untuk
setiap pesanan. Maka lingkungan pesanan akan menggunakan sifat sistem harga pokok
proses.
2.8. Penentuan Harga Pokok Proses dan JIT
Dalam metode proses, perhitungan biaya per unit akan menjadi lebih rumit
karena adanya persediaan barang dalam proses. Dengan menggunakan JIT,
diusahakan persediaan nol, sehingga penghitungan unit ekuivalen tidak terlalu
dibutuhkan, dan tidak perlu menghitung biaya dari periode sebelumnya. JIT secara
signifikan mengarah pada penyederhanaan.
2.9. JIT dan Otomasi
Sejak sistem JIT digunakan, biasanya hanya menunjukkan kemungkinan
otomasi dalam beberapa hal. Karena tidaklah umum bagi perusahaan yang
menggunakan JIT untuk mengikutinya dengan pemilikan teknologi pemenufakturan
maju. Otomasi perusahaan untuk : (a) menaikkan kapasitas produksi, (b) menaikkan
efisiensi, (c) meningkatkan mutu dan pelayanan, (d) menurukan waktu pengolahan, (e)
meningkatkan keluaran.
Otomasi meningkatkan kemampuan untuk menelusuri biaya pada berbagai
produk secara individual. sebagai contoh sel-sel FMS, merupakan rekan terotomasi dari
sel-sel pemanufakturan JIT. Jadi. beberapa biaya yang merupakan biaya yang tidak
langsung dalam lingkungan tradisional sekarang menjadi biaya langsung.
2.10. Penentuan Harga Pokok Backflush
Penentuan harga pokok backflush mengeliminasi rekening barang dalam proses
dan membebankan biaya produksi secara langsung pada produk selesai. Perusahaan
menggunakan backflush costing jika terdapat kondisi-kondisi sebagai berikut :
1. Manajemen ingin sistem akuntansi yang sederhana.
2. Setiap produk ditentukan biaya standarnya.
3. Metode ini menghasilkan penentuan harga pokok produk yang kira-kira mengasilkan
informasi keuangan yang sama dengan penelusuran secara berurutan.
Ada dua perubahan relatif pada sistem konvensional yaitu :
1. Perubahan Akuntansi Bahan
2. Perubahan Akuntansi Biaya Konversi
3. Analisis Biaya-Volume-Laba
3.1 Analisis CPV Konvensional
Analisis biaya-volume-laba (CPV) konvensional menganggap bahwa semua
biaya, produksi dan non produksi, dap[at digolongkan ke dalam dua kelompok
yaitu:
a. Biaya yang bervariasi dengan volume, disebut biaya variabel
b. Biaya yang tidak bervariasi dengan volume, disebut biaya tetap.
Dalam anlisis tersebut biaya dianggap sebagai fungsi linier volume penjualan
sehingga persamaannya adalah:
L = P-B
Dalam hal ini:
P =HX
L = Laba bersih sebelum pajak
B = T + VX
P = Pendapatan Total
Sehingga:
B = Biaya Total
L = HX - T - VX
H = Harga jual per unit
X(H - V) = L + T
X = Unit atau volume produk yang
X = (L+T)/(H-V)
T = Biaya tetap total
V = Biaya variabel per unit
3.2 Analisis CPV dalam JIT
Dalam sistem JIT,biaya variabel per unit produk yang dijual turun namun biaya
tetapnya naik.Dalam JIT,biaya variabel berdasar batch tidak ada karena batch
menjadi satu kali.Jadi,rumus biaya dalam JIT dapat digambarkan sebagai
berikut:
B = T + V1X1 + V3X3
B = Biaya Total
X1 = Jumlah unit
T = Biaya tetap
X3 = Jumlah kegiatan
V1 = Biaya variabel berdasar unit penjualan (berdasar unit)
V3 = Biaya variabel berdasar non unit
4. Titik Impas
Titik impas adalah suatu keadaan dimana perusahaan tidak mendapat laba maupun
rugi.jadi dapat dikatakan kondisi pendapatan perusahaan dalam keadaan seimbang.
4.1 Sistem Konvensional
X = (I + F) / (P - V)
Dalam hal ini:
X = Unit produk yang harus dijual untuk mencapai laba tertentu
I = Laba sebelum pajak penghasilan
F = Total biaya tetap
P = Harga jual per unit
V = Biaya variabel per unit
4.2 Sistem JIT
X1 = (I + F1 + X2V2 ) / (P - V1)
Dalam hal ini:
X1 = Unit produk yang harus dijual untuk mencapai laba tertentu
I = Laba sebelum pajak penghasilan
F1 = Total biaya tetap
X2 = Jumlah kuantitas berbasis nonunit
V2 = Biaya variabel per basis non unit
P = Harga jual per unit
V1 = Biaya variabel per unit
Illustrasi :
PT.KIRANA, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang perakitan suku
cadang menggunakan dua sistem biaya yang berbeda yaitu:
1. Sistem biaya konvensional
2. JIT
.Sistem biaya konvensional membebankan BOP menggunakan pengarah biaya (cost
driver) berbasis unit. Sistem JIT menggunakan pendekatan yang terfokus pada
penelusuran biaya dan penentuan harga pokok berbasis aktivitas untuk biaya yang tidak
dapat dihubungkan secara langsung dengan suatu sel pemanufakturan. Untuk
mengetahui perbedaan antara kedua metode, berikut ini disajikan data biaya produksi
untuk bulan desember 1997 :
ELEMEN BIAYA
Bahan Baku
Tenaga kerja langsung
BOP Variabel berbasis unit
BOP Variabel berbasis non
unit
BOP tetap langsung
BOP tetap bersama
SISTEM BIAYA
KONVENSIONAL
JIT
Rp 800
Rp 800
70
100
90
20
30
30
30
100
20
Rp 1.090
Rp 1.000
Diminta:
1. Hitunglah jumlah maksimum dari masing-masing sistem biaya yang harus dibayar
seandainya perusahaan memutuskan untuk membeli pada pemasok luar.
2. Bila diketahui perusahaan berproduksi pada kapasitas 1500 unit dengan harga
jual
Rp 1.100, susunlah laporan L/R untuk periode yang bersangkutan
3. Lakukan analisis terhadap kasus tersebut.
Penyelesaian :
1. Jumlah maksimum yang harus dibayar kepada pemasok luar, biasa dianggap sebagai
biaya terhindarkan yang harus diputuskan oleh perusahaan tersebut.
Biaya yang dapat dihindarkan:
- Sistem biaya konvensional = Rp 800 + 70 + 90 + 30 = Rp 990
- Sistem biaya JIT
= Rp 800 + 100 +30 +20 +30 = Rp 980
2. Laporan L/R
KETERANGAN
Penjualan :
( 1500 u x Rp 1.100)
Biaya Variabel :
(Rp 9601) x 1.500 u)
(Rp 8202) x 1.500 u)
Laba Kontribusi
Biaya Tertelusur :
Bi. variabel berbasis non unit
Bi. tetap langsung
Jumlah Biaya Tertelusur
Laba Langsung Produk
SIST. KONVENSIONAL
Rp
1.650.000
Rp
SIST. JIT
1650.000
1.440.000
210.000
1.230.000
420.000
45.000
45.000
165.000
45.0003)
195.004)
240.000
180.000
1)
Rp 800 + Rp 70 + Rp 90 = Rp 960
Rp 800 + Rp 20 = Rp 820
3)
Rp 30 x 1.500 u = Rp 45.000
4)
(Rp 100 + Rp 30) x 1.500 u = Rp 195.000
2)
3.
Sistem penentuan harga pokok konvensional menyediakan laporan yang
menunjukkan profitabilitas produk sedangkan sistem JIT menunjukkan adanya
efisiensi karena JIT dapat mengubah beberapa jenis biaya mis: Biaya tenaga kerja
langsung menjadi biaya tetap langsung.
BAB IX
Penentuan Harga Jual
Apakah kita pernah berpikir hal apa saja yang melandasi kebijakan perusahaan dalam
menetapkan harga dari suatu produk?
Anda mungkin akan menjawab dengan cepat, “Tergantung mau untung berapa dari
harga belinya?” Atau mungkin anda mencoba menjawab lebih teoritis yaitu karena faktor
eksternal dan internal perusahaan. Dimana faktor eksternal di antaranya adalah harga
barang yang sama yang dijual perusahaan saingan atau kebijakan pemerintah. Faktor
internal tergantung dari marketing mix (bauran pemasaran) yang menjadi kebijakan /
diterapkan oleh perusahaan.
Saat ini saya ingin melihat satu hal yang cukup penting yang mendasari faktor internal
itu yaitu Cost of Goods Sold (Harga Pokok Penjualan) atau yang lebih sederhana
Harga Produksi atau Harga Beli dari suatu produk.
Ok, saya mau coba fokuskan di masalah Harga Beli saja yang menjadi Harga Pokok
Penjualan, kita tidak menyentuh produksi dulu tapi itu akan menjadi pendukung saja
hehehe :)
Harga Pokok Penjualan atau disingkat HPP menjadi penting karena dia menjadi
semacam (ambang) batas dimana jika menjual di bawah batasan tersebut perusahaan
akan merugi dan menjual di atas batas tersebut perusahaan akan memperoleh
keuntungan.
Cukup sederhana dan mudah bukan? Misalnya, kita beli 1 meja dengan harga 1.000
maka karena mau untung sebesar-besarnya bagaimana jika kita jual 10.000… Hehehe
well, tidak semudah itu, kita juga harus melihat apakah meja sejenis di pasaran
harganya 10.000 bagaimana kalau harga meja sejenis di pasaran hanya di kisaran 800900? Jika itu yang terjadi maka keputusan harga kita akan ditertawakan oleh pembeli
kita.
Jadi apa yang harus kita perbuat? Kita kan nggak mungkin menjual rugi, nanti siapa
yang membiayai operasional perusahaan kalo kita jual rugi? Nah itu yang akan coba kita
bahas sedikit. Ada 3 faktor yang mempengaruhi Harga Jual sehingga akan melahirkan
rumusan sebagai berikut :
Harga Jual = Harga Beli + Laba + Faktor X
HARGA BELI, hal-hal apa yang kira-kira dapat mempengaruhi Harga Beli suatu
produk? Saya uraikan beberapa yang mungkin ada lebih banyak lagi, di antaranya :
1. Supplier (pemasok), seberapa kompetitif supplier ini di pasaran, hal ini mungkin
akan terlihat dari seberapa produktif, efisien dan efektif si supplier ini sehingga produk
yang ditawarkan akan sangat kompetitif. Misalkan supplier A mampu memproduksi
7.500 produk/bln, bahan baku seharga 200/produk, mempunyai 5 pegawai (rata-rata gaji
1.500.000/bln), dan pabrik sebesar 500m2 (sewa 500.000/m2/bln). Sedangkan supplier
B memproduksi 1.500 produk/bln, bahan baku seharga 150/produk, mempunyai 10
pegawai (rata-rata gaji 1.200.000/bln), dan pabrik sebesar 100m2 (sewa
550.000/m2/bln). Jadi manakah yang akan memberikan penawaran terbaik untuk kita
kira-kira?
Supplier A mempunyai biaya/bulan (200*1.000)+(5*1.500.000)+(500*500.000) =
257.700.000, maka kemungkinan penawarannya 34.360/produk
Supplier B mempunyai biaya/bulan (150*1500)+(10*1.200.000)+(100*550.000) =
67.225.000, maka kemungkinan penawarannya 44.816/produk
2. Distance (jarak), jarak yang dimaksud disini adalah gudang kita sebagai pembeli
dengan gudang supplier, karena walau dalam harga yang ditawarkan misalnya tidak
dicantumkan harga ongkos transportasinya tetapi pada perhitungannya pasti sudah
dimasukkan oleh sang supplier.
Jadi walau suppliernya cukup kompetitif tetapi jika jaraknya dengan kita jauh maka akan
terjadi kemungkinan secara total harga beli kita akan lebih mahal.
Misalnya : supplier A memberikan harga 1.000 + ongkos transport 10/km, sedangkan
supplier B memberikan harga 1.200 + ongkos transport 12/km, jika jarak kita dengan A
adalah 80 km dan dengan B 30 km manakah yang akan kita pilih?
Kalau ditelaah maka total harga yang kita dapat dari supplier A adalah 1.800 (1.000 +
(10*80)) sedangkan dari supplier B adalah 1.560 (1.200 + (12*30)). So, get the point?
3. Relationship (hubungan), hal ini termasuk yang penting dalam dunia perdagangan,
malah terkadang orang menempatkannya dalam urutan paling atas jika anda ingin
sukses dalam dagang (atau apapun juga sih sebetulnya). Karena hubungan yang baik
maka anda bisa mendapatkan barang tepat waktu atau lebih cepat, kualitas yang baik,
harga yang bersaing dan lainnya yang dapat memberikan anda keuntungan dalam
persaingan dengan kompetitor.
4. Trading Diplomacy (diplomasi dagang), sederhananya sih sebetulnya tawar
menawar dimana kedua belah pihak bisa sama-sama mendapatkan hasil yang terbaik.
Hal ini mencakup :




Waktu, dimana barang dapat sampai di gudang kita tepat waktu sehingga tidak
mengganggu rangkaian penjualan yang hendak kita lakukan;
Kualitas, kualitas dari produk yang sesuai dengan yang kita minta tidak terlalu
banyak barang yang harus dikembalikan sehingga rangkaian penjualan dapat
berjalan;
Tempo, dalam hal ini biasanya tempo pembayaran (kredit) dimana jika kita bisa
mendapatkan produk dengan membayar di kemudian hari maka akan sangat
meringankan bagi arus keuangan perusahaan walau hal ini harus
diperbandingkan ulang dengan harga produk tersebut secara total;
Potongan, atau diskon, orang lebih mengenalnya, karena sepertinya kalo belum
ditawar untuk mendapatkan diskon kayaknya bagian pembelian belum kerja. Hal
ini mungkin seringkali disubstitusi ke tempo pembayaran, substitusi dengan
produk lain atau program insentif atau promosi lainnya.
LABA, hal paling utama yang harus melandasi keputusan pengambilan keputusan
mengenai laba / keuntungan ini adalah bahwa laba harus minimal dapat menutup
operasi perusahaan, tapi tidak secara harafiah bahwa 1 produk harus dapat menutup
keseluruhan operasional perusahaan, kalau itu jadinya berapa harga produk tersebut
hehehe…
Jadi mudahnya adalah sebagai berikut, jika suatu perusahaan mempunyai 3 produk, A
dengan produksi per bulan 1.000, B 1.500 dan C 2.000. Perusahaan tersebut
mempunyai biaya operasional 9.000.000/bln maka biaya tersebut dibagi proporsional
kepada masing-masing produk seperti berikut : produk A menanggung per bulan
2.000.000, B 3.000.000, dan C 4.000.000.
Jadi laba minimal per produk adalah 2.000, oh ya ini di luar bahwa perusahaan
mempunyai kebijakan-kebijakan dimana suatu produk mempunyai laba lebih dari produk
yang lain. Nah dengan anggapan bahwa semua produk akan terjual dalam 1 bulan
maka dengan laba minimal tersebut maka biaya operasional perusahaan akan dapat
ditutupi sehingga perusahaan dapat terus berjalan, di luar itu semua maka harus ada
hitung-hitungan lagi yang lebih rumit yang tidak akan kita bahas dulu di sini.
Tapi jangan gembira dulu, kalau hanya biaya operasional saja yang ditutupi mah tidak
ada serunya, buat apa jalanin perusahaan susah-susah kalau hanya untuk menutupi
biaya operasional saja, itu mah masukin uangnya ke bank aja lalu tidur tiap bulan pasti
dapat bunga (bunga mimpi dan bunga deposito).
Jadi, tricky-nya adalah bagaimana at the end of the month anda bisa mendapatkan hasil
lebih baik daripada jika uangnya anda masukkan ke deposito or saham. Nah hal itu kita
bahas di lain waktu karena akan terlalu rumit…
FAKTOR X, diantaranya yang akan kita bahas disini adalah added value (nilai tambah)
dan brand (merk), walau mungkin banyak lagi tapi kalau terbanyak maka bahasan kita
juga akan bertambah banyak.
Pertama added value (nilai tambah), mengapa hal ini akan mempengaruhi Harga Jual
suatu produk? Dengan asumsi bahwa suatu produk mempunyai nilai tambah lebih
daripada produk lain yang sejenis maka perusahaan akan berani memberikan Harga
Jual lebih tinggi dibanding yang lain. Nilai tambah itu seperti apa sih? Sebagai contoh
mungkin sikat gigi yang dapat dilipat, pensil dengan penghapus di belakangnya, atau
yang termudah adalah handphone dengan berbagai macam fitur.
Tetapi ada yang mengatakan bahwa nilai tambah itu juga tercipta dikarenakan adanya
biaya yang dikeluarkan dalam memberikan nilai tambah itu, maka hal itu sebetulnya
sudah terserap dalam Harga Beli-nya. Terkadang ya, terkadang suatu perusahaan mencreate (membuat) sendiri nilai tambah itu dan mem-blow up dalam promosinya walau
mungkin kita tidak melihatnya itu sebagai suatu nilai tambah hehehe…
Nah Faktor X berikutnya adalah brand (merk), inilah yang membedakan membeli kopi di
starbuck dan membeli kopi di restoran. Ada yang berargumen bahwa ya itu pastilah,
wong kopi di starbuck kan impor dari harga belinya saja sudah pasti lebih mahal,
sedangkan kopi di restoran kan kopi lokal.
Hehehe ya argumen itu bisa diterima, tetapi karena suatu persepsi dari perusahaan
bahwa merk-nya mempunyai image yang sangat kuat di pasaran dibanding dengan
merk lain maka perusahaan tersebut akan berani memposisikan produknya dengan
harga yang lebih tinggi dibanding produk dari merk lain.
Jadi setelah kita baca ini pusing juga ya ternyata rentetan atau faktor-faktor dalam
penentuan Harga Jual cukup banyak juga? Ya, tidak semudah membalikkan telapak
tangan tapi juga seharusnya tidak sesulit menguraikan benang kusut…
Penentuan harga tidaklah terlalu mengikat karena biasanya kita dapat melakukan
survey pasar terlebih dahulu sehingga mempermudah kita dalam pengambilan
keputusan dan selain itu trial and error juga berlaku selama kita siap dengan resikonya.
BAB X
Activity Based Costing (ABC)
1. Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas
-
Merupakan sistem perhitungan biaya dimana tempat penampungan biaya overhead
yang lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang memasukkan satu atau
lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume.
-
Mewakili penerapan penelusuran biaya yang lebih menyeluruh.
-
Mengakui bahwa banyak biaya lain yang pada kenyataannya dapat ditelusuri tidak
ke unit output, tapi ke aktivitas yang diperlukan untuk memproduksi output.
Sedang perhitungan biaya tradisional menelusuri hanya biaya bahan baku
langsung dan biaya tenaga kerja langsung ke setiap unit output.
a. Tingkatan Biaya dan Pemicu
Pemicu (driver) adalah dasar mengalokasikan biaya overhead dalam sistem ABC. Ada
pemicu sumber daya dan pemicu aktivitas.
Pemicu sumber daya adalah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya
suatu sumber daya ke berbagai aktivitas berbeda yang menggunakan sumber daya itu.
Misal:
Jika sistem ABC mengalokasikan biaya suatu sumber daya ke beberapa aktivitas
berdasarkan luas lantai atau jumlah karyawan yang disediakan untuk tiap aktivitas,
maka meter persegi dan jumlah karyawan disebut pemicu sumber daya.
Pemicu aktivitas adalah untuk dasar mengalokasikan biaya suatu aktivitas ke
produk, pelanggan, atau objek biaya final lainnya. ‘final’ mengacu pada langkah akhir
dalam alokasi biaya. Pemicu aktivitas yang digunakan dalam ABC tidak terbatas pada
ukuran volume.
ABC mengakui aktivitas, biaya aktivitas, dan pemicu aktivitas pada tingkatan
agregasi yang berbeda dalam suatu lingkungan produksi. Tingkat yang umumnya
diidentifikasi: unit, batch, produk, dan pabrik.
Tingkatan yang berbeda sebenarnya adalah tingkatan agregasi:
-
Tingkat unit;
-
Batch adalah jumlah atau agregasi dari unit-unit identik yang menyusunnya;
-
Produk adalah agregasi dari beberapa batch.
-
Pabrik adalah suatu agregasi dari semua produknya.
Atau, agregasi paralel dengan subkelompok, sehingga:
-
Unit adalah subkelompok batch.
-
Batch adalah subkelompok total output suatu produk.
-
Produk adalah subkelompok total output suatu pabrik.
Tingkat Unit
Biaya tingkat unit adalah biaya yang meningkat saat satu unit diproduksi. Biaya ini satusatunya biaya yang selalu dapat dibebankan secara akurat proporsional terhadap
volume. Contoh biaya tingkat unit:
-
Biaya listrik; jika dalam memproduksi tiap unit menggunakan mesin dengan tenaga
listrik.
-
Biaya pemanasan; jika tiap unit mengalami pemanasan.
-
Tenaga kerja inspeksi; jika tiap unit perlu inspeksi.
Biaya ini murni variabel dan secara teori dapat diperlakukan sebagai biaya langsung tapi
biasanya diperlakukan sebagai biaya tidak langsung. Secara teknik, bahan baku
langsung dan tenaga kerja langsung sesuai dengan biaya tingkat unit, tapi karena ABC
adalah sistem pembebanan biaya tidak langsung, maka pembebanan bahan baku
langsung dan tenaga kerja langsung berada di luar cakupan pembahasan ABC. Biaya
tenaga kerja dan biaya bahan baku dalam rupiah merupakan contoh pemicu tingakat
unit yang baik.
Pemicu tingkat unit:
-
Merupakan ukuran aktivitas yang bervariasi dengan jumlah yang diproduksi dan
dijual.
-
Semua pemicu tingkat unit proporsional terhadap unit output, dan merupakan satusatunya dasar alokasi yang berkaitan dengan volume dalam ABC.
-
Pemicu di semua tingkatan lain tidak harus proporsional terhadap volume.
-
Contoh pemicu tingkat unit: jam tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung,
jam mesin, berat bahan baku langsung, biaya bahan baku langsung, jumlah
komponen bahan baku, total biaya utama, total biaya langsung, dan unit yang
diproduksi.
Tingkat Batch
Biaya tingkat batch adalah biaya yang disebabkan oleh jumlah batch yang diproduksi
dan dijual.
Contoh: Biaya persiapan dan kebanyakan biaya penanganan bahan baku.
-
Jika bahan baku dipesan untuk batch tertentu, maka sebagian biaya pembelian,
penerimaan, dan inspeksi barang masuk merupakan biaya tingkat batch.
-
Jika unit pertama dari tiap batch diinspeksi, maka biaya inspeksi dalam proses ini
juga biaya tingkat batch.
-
Biaya tingkat batch yang signifikan juga ada di luar fungsi produksi. Misal, jika
produk tidak disimpan sebagai persediaan tapi tiap batch diproduksi untuk tiap
pesanan, maka biaya tingkat batch memasukkan sebagian biaya pemasaran dan
administratif.
Biaya tingkat batch dipengaruhi oleh jumlah batch, dan tidak bergantung pada jumlah
unit.
Pemicu tingkat batch adalah ukuran aktivitas yang bervariasi dengan jumlah batch yang
diproduksi dan dijual. Contoh: persiapan, jam persiapan, pesanan produksi, dan
permintaan bahan baku.
Tingkat Produk
Biaya tingkat produk adalah biaya yang terjadi untuk mendukung sejumlah produk
berbeda yang dihasilkan. Biaya itu tidak harus dipengaruhi oleh produksi lain dan
penjualan satu batch atau satu unit lebih banyak.
Contoh:
biaya desain produk, pengembangan produk, pembuatan prototipe, dan teknik produksi.
Misal:
-
Jika pekerja butuh pelatihan tambahan sebelum memproduksi suatu produk tertentu.
-
Jika beberapa mesin digunakan secara eksklusif untuk satu produk.
-
Jika beberapa bahan baku khusus (unik) untuk satu produk dan tidak dipesan secara
terpisah untuk tiap batch yang diproduksi, maka biaya pembelian, penerimaan, dan
inspeksi bahan baku itu adalah biaya tingkat produk.
-
Biaya membeli software komputer baru untuk menyediakan jenis jasa baru pada
firma konsultasi (bidang jasa).
-
Biaya paten, riset pasar, dan promosi produk (biaya tingkat produk yang terjadi di
luar pabrik).
Pemicu tingkat produk adalah ukuran aktivitas yang bervariasi dengan bermacam
jumlah produk yang diproduksi dan dijual. Contoh: perubahan desain, jam desain,
jumlah komponen berbeda yang diperlukan.
Tingkat Pabrik
Tingkat biaya diatas biaya tingkat produk, antara lain tingkat lini produk, tingkat proses,
tingkat departemen, dan tingkat pabrik.
Biaya tingkat pabrik adalah biaya meemlihara kapasitas di lokasi produksi. Contoh:
sewa, penyusutan, pajak properti, dan asuransi bangunan pabrik.
Pemicu tingkat pabrik: luas lantai yang ditempati. Tapi ini sulit diidentifikasi sehingga
butuh pengembangan ide mengenai hal ini. Atau biasanya bersifat arbitrer.
b. Perbandingan ABC dan Sistem Perhitungan Tradisional
Karakteristik sistem perhitungan biaya tradisional:
-
Penggunaan ukuran yang berkaitan dengan volume atau tingkat ukuran unit secara
eksklusif sebagai dasar mengalokasikan overhead ke output. Biasanya dikenal
sebagai unit cost system.
-
Menggunakan satu tempat penampungan biaya atau satu dasar alokasi untuk
semua penampungan biaya.
-
Merupakan sistem satu atau dua tahap. Menggunakan dua tahap hanya jika
departemen atau pusat biaya lain dibuat. Biaya sumber daya dialokasikan ke pusat
biaya di tahap pertama, dan kemudiaan biaya dialokasikan dari pusat biaya ke
produk di tahap kedua. Beberapa sistem hanya satu tahap karena tidak
menggunakan pusat biaya terpisah.
Karakteristik sistem perhitungan biaya ABC:
-
Mengharuskan penggunaan tempat penampungan overhead lebih dari satu, tapi
tidak tiap sistem dengan tempat penampungan biaya lebih dari satu adalah sistem
ABC.
-
Jumlah tempat penampungan biaya overhead dan dasar alokasi cenderung lebih
banyak.
-
Mengharuskan perhitungan tempat penampungan aktivitas, maupun identifikasi
suatu pemicu aktivitas untuk tiap aktivitas yang signifikan dan mahal. Sehingga lebih
hati-hati.
-
Merupakan sistem dua tahap. Di tahap pertama, tempat penampungan biaya
aktivitas dibentuk ketika biaya sumber daya dialokasikan ke aktivitas berdasarkan
pemicu sumber daya. Di tahap kedua, biaya aktivitas dialokasikan dari tempat
penampungan biaya aktivitas ke produk atau objek biaya final lainnya.
2. ABC dan Distorsi Biaya Produksi
Dalam sistem ABC mungkin terjadi distorsi biaya.
Contoh:
Ramalina memproduksi produk umum dan khusus, telah sistem perhitungan
menerapkan ABC. Pada tampilan 13.1 tersedia biaya dan informasi lain untuk operasi
tahun terakhir. Rincian overhead tingkat batch dan tingkat produk tidak akan tersedia
pada sistem tradisional.
Untuk menerapkan ABC, pada tahap pertama, tempat penampungan biaya aktivitas
biasanya dihitung denga mengestimasikan bagian usaha tiap pusat biaya, tim, atau
karyawan digunakan oleh tiap aktivitas yang signifikan. Menggunakan estimasi ini, biaya
tiap pusat biaya atau kategori biaya overhead lainnya dibagi menjadi bagian yang
dibebankan ke stiap aktivitas.
Tampilan 13.1
Ramalina
Ikhtisar Produksi Tahun Terakhir
Umum
98.000
Unit yang diproduksi
Biaya bahan baku
langsung
Rp.10
Per unit
980.000
Total
Tenaga kerja langsung
1
Jam per unit
98.000
Total jam
980.000
Total biaya (Rp.10
per jam)
Persiapan
40
Perubahan desain
12
Biaya overhead
Departemen
produksi
Departemen
teknik
Pabrik umum
Total overhead
Total biaya produksi
Pembentukan tempat penampungan biaya aktivitas:
Produksi
Teknik
Total overhead
Dikurangi biaya yang berkaitan
dengan
Persiapan
Perubahan desain
Overhead lain-lain
Rp.1.400.00
0
200.000
200.000
400.000
1.000.000
Khusus
200
Rp.150
30.000
Total
Rp.1.010.
000
10
2.000
20.000
1.000.000
40
8
Rp.1.400.
000
900.000
700.000
3.000.000
5.010.000
Pabrik
umum
Rp. Rp.700.0
900.000
00
Rp.
3.000.000
300.000
300.000
600.000
300.000
800.000
600.000
1.400.000
1.600.000
300.000
100.000
400.000
300.000
Total
Biaya total dan biaya per unit tiap produk dengan sistem perhitungan biaya tradisional
Tampilan 13.2
Ramalina
Biaya Produk Dari Sistem Perhitungan Biaya Tradisional
Tarif overhead:
Rp.3.000.000 overhead dibagi 100.000 jam tenaga kerja
langsung (DLH)
= Rp.30 per jam tenaga kerja langsung
Umum
Khusus
Total
Bahan baku
Rp. 980.000 Rp. 30.000
Rp.
langsung
980.000
20.000
1.010.000
Tenaga kerja
1.000.000
langsung
2.940.000
Overhead:
60.000
Rp. 30 x 98.000
Rp.
110.000
3.000.000
DLH
4.900.000
200
Rp.
Rp. 30 x 2.000
98.000
5.010.000
DLH
Rp. 550
Total biaya
Rp. 50
Unit yang produksi
Biaya per unit
Biaya total dan biaya per unit tiap produk dengan sistem ABC.
Tampilan 13.3
Ramalina
Biaya Produk Dari Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas
Tarif overhead:
Rp.800.000 biaya tingkat batch dibagi 80 persiapan (40+40) = Rp.10.000 per
persiapan
Rp.600.000 biaya tingkat produk dibagi 20 perubahan desain (12+8) = Rp. 30.000
per perubahan desain.
Rp. 1.600.000 overhead lain –lain dibagi 100.000 jam tenaga kerja langsung (DLH)
= Rp. 16 per jam tenaga kerja langsung
Umum
Khusus
Total
Bahan baku langsung
Rp. 980.000
Rp. 30.000 Rp. 1.010.000
Tenaga kerja langsung
980.000
20.000
1.000.000
Overhead:
Rp. 10.000 x 40 persiapan
400.000
Rp. 10.000 x 40 persiapan
400.000
800.000
Rp. 30.000 x 12 perubahan
360.000
desain
Rp. 30.000 x 8 perubahan
desain
Rp. 16 x 98.000 DLH
Rp. 16 x 2.000 DLH
Total biaya
Unit yang produksi
240.000
600.000
Rp. 4.288.000
98.000
32.000
Rp. 722.000
Rp. 200
1.600.000
Rp. 5.010.000
Rp. 43,76
Rp. 3.610
1.568.000
Biaya per unit
Biaya produk umum dari kedua sistem direkonsiliasi sbb:
Total
Biaya produk umum dan sistem tradisional
Rp.4.900.000
Penyesuaian untuk:
Biaya tingkat batch yang dibebankan
terlalu tinggi,
(Rp.384.000)
Rp. 800.000 x (98% - 50%)
(Rp.228.000)
Biaya tingkat produk yang
dibebankan terlalu tinggi,
(612.000)
Rp. 600.000 x (98% - 60%)
Rp.4.288.000
Total penyesuaian
Biaya produk umum dari sistem ABC
Per unit
Rp.50
(6,24)
Rp.43,76
Biaya produk khusus yang dilaporkan pada kedua sistem dapat direkonsiliasi sbb:
Biaya produk khusus dan sistem tradisional
Penyesuaian untuk:
Biaya tingkat batch yang dibebankan
terlalu tinggi,
Rp.384.000
Rp. 800.000 x (50% - 25%)
Biaya tingkat produk yang dibebankan
Rp. 228.000
terlalu tinggi,
Rp. 600.000 x (40% - 2%)
Total penyesuaian
Biaya produk khusus dari sistem ABC
Total
Rp. 110.000
Per unit
Rp.550
612.000
Rp. 722.000
3.060
Rp. 3.610
3. Keuntungan Strategis dari ABC
Keuntungan sistem ABC antara lain tidak perlu perhitungan biaya produk. Contoh:
Tampilan 13.4
Tarling
Ikhtisar Produksi Tahun Terakhir
Unit yang diproduksi
Biaya bahan baku langsung
Per unit
Total
Tenaga kerja langsung
Jam per unit
Total jam (Rp.10 per jam)
Total biaya
Persiapan
Perubahan desain
Overhead
Biaya tingkat batch
Biaya tingkat produk
Overhead lain-lain
Umum
98.000
Khusus
49.000
Rp.10
980.000
Rp.15
735.000
1
98.000
980.000
40
12
2
98.000
980.000
40
12
Total
Rp.1.715.000
Rp. 1.960.000
Rp.800.000
720.000
3.136.000
Total overhead
4.656.000
Total biaya produksi
Rp. 8.331.000
Tampilan 13.5
Tarling
Biaya Produk Dari Sistem Perhitungan Biaya Tradisional
Tarif overhead: Rp.4.656.000 overhead dibagi 196.000 jam tenaga kerja
langsung (DLH) = Rp. 23,7551 per jam tenaga kerja langsung
Umum
Khusus
Total
Bahan baku langsung
Rp. 980.000
Rp. Rp. 1.715.000
Tenaga kerja langsung
980.000
735.000
1.960.000
Overhead:
980.000
Rp. 23,7551 x 98.000
2.328.000
DLH
4.656.000
Rp. 23,7551 x 98.000
Rp.4.288.000
2.328.000 Rp. 8.331.000
DLH
98.000
Rp.
Total biaya
4.043.000
Unit yang produksi
Rp. 43,76
49.000
Biaya per unit
Rp.82,51
Tampilan 13.6
Tarling
Biaya Produk Dari Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas
Tarif overhead:
Rp.800.000 biaya tingkat batch dibagi 80 persiapan = Rp.10.000 per persiapan
Rp.720.000 biaya tingkat produk dibagi 24 perubahan desain = Rp. 30.000 per
perubahan desain.
Rp. 3.136.000 overhead lain–lain dibagi 196.000 jam tenaga kerja langsung (DLH) =
Rp. 16 per jam tenaga kerja langsung
Umum
Khusus
Total
Bahan baku langsung
Rp. 980.000
Rp. 735.000
Rp. Rp.
Tenaga kerja langsung
980.000
980.000
1.715.000
Overhead:
1.960.000
Rp. 10.000 x 40 persiapan
400.000
Rp. 10.000 x 40 persiapan
400.000
Rp. 30.000 x 12 perubahan
360.000
800.000
desain
360.000
Rp. 30.000 x 12 perubahan
1.568.000
720.000
desain
1.568.000
Rp. 16 x 98.000 DLH
Rp. 4.288.000 Rp. 4.043.000
3.136.000
Rp. 16 x 98.000 DLH
98.000
Rp. 49.000 Rp. 8.331.000
Total biaya
Unit yang produksi
Rp. 43,76
Rp. 82,51
Biaya per unit
Tingkat
Unit
A
Persentase setiap tingkat aktivitas
yang dikonsumsi oleh produk
B
C
D
Total
30%
10%
40%
20%
100%
Batch
30
30
20
20
100
Produk
30
25
25
20
100
4. Manajemen Berdasarkan Aktivitas
Merupakan penggunaan informasi dari sistem ABC untuk membuat perbaikan dalam
suatu perusahaan. Misal, manajemen dapat mempelajari bahwa untuk satu lini produk,
biaya yang dikeluarkan untuk menjadi produsen lini secara lengkap tidak sesuai dengan
manfaatnya. Sehingga sebaiknya perusahaan hanya memproduksi produk bervolume
tinggi atau menghentikan semua produk di lini itu.
Download