Uploaded by anggundarmasa

FOTOGRAMETRI new

advertisement
FOTOGRAMETRI
KELAS XI
SURVEI & PEMETAAN
FOTOGRAMETRI = PHOTOGRAMMETRY
 Photogram
= rekaman foto
 Metry
= mengukur
 Photogrammetry = mengukur dengan menggunakan
rekaman foto untuk mendapatkan ukuran melalui foto
udara
 Fotogram: foto udara yang dilengkapi keterangan –
keterangan untuk membantu mengetahui keteranganketerangan pada foto udara.
 Yang dapat diukur pada fotogram: arah/sudut, beda
tinggi, volume, jarak, skala, luas, lereng.
 Untuk kepentingan fotogrametri, foto udara dilengkapi
dengan keterangan-keterangan tepi yang terdiri atas
petunjuk waktu, panjang fokus kamera dan kedudukan
pesawat dalam posisi horisontal atau miring serta tanda
petunjuk ketinggian pesawat pada saat pemotretan
TIGA TITIK PENTING DALAM FOTOGRAMETRI
 Titik utama ( prinsipal ):
titik pada fu hasil perpotongan garis proyeksi ortogonal
yang melalui titik perspektif
titik tembus sumbu kamera pada foto udara dengan arah
sumbu kamera tegak lurus terhadap daerah yang dipotret
yang dianggap sebagai bidang datar.
Titik prinsipal merupakan pusat geometri foto udara
 Titiknadir
titik yang terletak tegak lurus dibawah pusat kamera pada
saat pemotretan
Titik potong garis vertikal melalui titik perspektif dan
memotong bidang film
 Isocenter:
Titik potong garis bisektris antara garis proyeksi
ortogonal dan garis tegak lurus yang membentuk titik
nadir
Titik pada foto udara yang terletak ditengah garis
antara titik prinsipal dan titik nadir
Pergeseran letak oleh kecondongan kamera bersifat
radial terhadap isocenter
DATA DALAM FOTOGRAMETRI
 Data metrik : bersifat kuantitatif, ditunjukkan
dengan nilai angka hasil pengukuran dari fu misal
jarak, sudut dan dapat diwujudkan dalam bentuk
peta
 Data non metrik :bersifat kualitatif, merupakan
mutu/perbandingan unsur obyek pada fu, sebagai
penunjang pembuatan peta
Hal yang harus diperhatikan dalam schedule
pekerjaan fotogrametri
 Waktu pemotretan
 Tipe kamera
 Skala foto(tinggi penerbangan)
 Jalur penerbangan
 Jenis pesawat udara yang digunakan
 Bahan pemotretan
 Overlap foto
 Pertimbangan penggunaan instrumen dan bahan
pembantu
Pada setiap lembar fu dilengkapi tanda-tanda tepi:
- Nama daerah yg dipotret
- Leveling ( nivo kotak )
- tanggal
- Jam
- Altimeter
- Fokus ( jenis lensa )
- No jalur terbang
- No foto
KLASIFIKASI FOTO
UDARA
Berdasarkan Lokasi Pengambilan
Foto
 Fotogrametri Udara
 Fotogrametri Teristris
 Fotogrametri di bawah permukaan air
Berdasar Sumbu Kamera
- Foto udara tegak : agak condong
sangat condong
- Foto udara condong
 Pada fu tegak obyek berbentuk bujur sangkar tetap
tergambar sebagai bujur sangkar
 Pada fu agak condong obyek berbentuk bujur sangkar
menjadi trapesium
 Pada fu sangat condong bentuk bujur sangkar menjadi
trapesium dan tampak cakrawalanya
BERDASAR PANJANG GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
(JENDELA ATMOSFER )
 FU ultraviolet
 FU orokromatik
 FU pankromatik
 FU inframerah asli
 FU inframerah modifikasi
KLASIFIKASI FU BERDASAR SKALA
 Skala besar ≥ 1:10000
kamera standart ( panj fokus
152 mm ), tinggi pswt 1520 m
 Skala sedang: 1:10000 s/d 1:50000
kamera standart,
tinggi pswt 1520 m hingga 7600 m
 Skala kecil ( < 1:50000 )
pswt > 7600 m
kamera standart, tinggi
KLASIFIKASI FU BERDASAR JENIS KAMERA
 FU: Kamera Tunggal
 FU jamak: multikamera / kamera multilensa
- FU dibuat dgn 4 kamera / 1 kamera berlensa 4
- FU dibuat dgn saluran ganda
- FU dibuat dgn 1 kamera vertikal ditengah & 4/8
kamera condong dibagian tepi
Proses Fotogrametri
1.Persiapan
Secara teknis dalam kegiatan persiapan di lakukan "
- Perencanaan pemotretan
- Perencanaan Pengukuran dan Penandaan titik kontrol tanah
(premarking)
2.Premarking/Penandaan titik kontrol tanah
Sebelum dilakukan pemotretan pada setiap titik kontrol tanah yang ada
harus diberi tanda (premark). Hal ini dimaksudkan supaya pada foto
udara hasil pemotretan nantinya akan dapat ditemukan titik-titik kontrol
tanah tersebut. Hal ini sangat penting artinya dalam pekerjaan triangulasi
udara.
3.Pengukuran
titik
kontrol
tanah.
Titik kontrol tanah yang telah ditandai kemudian
diukur
untuk
koordinat
mengetahui
planimetri
(X,Y)
koordinatnya,
maupun
baik
tinggi
(Z).
Biasanya untuk daerah datar cukup diukur koordinat
planimetrinya, sedangkan untuk daerah bergunung
selain
koordinat
planimetri
juga
harus
diukur
tingginya. Koordinat titik kontrol tanah ini diperlukan
untuk proses triangulasi udara.
4. Pemotretan
Pemotretan dilakukan sesuai dengan perencanaan
pemotretan. Dari hasil pemotretan diperoleh foto
udara dari daerah yang akan dipetakan. Foto udara
yang dihasilkan dapat dapat diketahui baik tidaknya
dari kualitas ketajaman dan kesempurnaan overlap
dan sidelapnya. Biasanya foto udara mempunyai
overlap 60% dan sidelap 30%, dan untuk keperluan
tertentu bisa dibuat dengan overlap 80% dan sidelap
60%
5. Triangulasi Udara
Untuk keperluan proses penyeragaman skala pada setiap
foto udara harus terdapat sejumlah titik kontrol tanah.
Mengingat pekerjaan fotogrametri meliputi daerah yang
luas dan meliputi jumlah foto yang sangat banyak, maka
pengadaan titik kontrol tanahnya dilakukan dengan cara
triangulasi udara. Secara sederhana triangulasi udara
merupakan proses transformasi dari koordinat yang diukur
di foto ke koordinat tanah dengan bantuan titik kontrol
tanah dengan bantuan titik kontrol tanah hasil (c).
Hasil pemetaan fotogrametrik yang biasanya digunakan
dalam survey lapangan untuk penentuan bidang tanah
yaitu :
1.
Blow up foto udara
2. Peta Foto
3. Peta Garis
1. Blow up Foto Udara
 Blow up foto udara merupakan perbesaran dari pada foto
udara dengan skala pendekatan.
 Blow up foto udara menggambarkan detail keadaan
lapangan dari image citra foto . Blow up foto udara bukan
merupakan peta. Blow up foto udara merupakan
perbesaran dari pada foto udara dengan skala pendekatan.
blow up hanya digunakan sebagai sket bidang tanah dan
untuk mencantumkan data ukuran-ukuran sebagai
pelengkap Gambar Ukur.
 Ciri-ciri blow up foto udara biasanya belum dilengkapi
dengan format peta, legenda serta simbol-simbol
kartografi. Sedangkan yang ada hanya keterangan tentang
saat pemotretan yaitu pada bagian tepinya.
2. Peta Foto
 Peta foto adalah peta yang menggambarkan detail
lapangan dari citra foto dengan skala tertentu.
 Peta foto sudah melalui proses pemetaan
fotogrametri oleh karena itu ukuran-ukuran pada
peta foto sudah benar, dengan demikian detaildetail yang ada di peta foto dan dapat didentifikasi
dilapangan mempunyai posisi sudah benar di peta.
 Pelaksanaan pengukuran bidang tanah dengan
menggunakan peta foto adalah dengan cara
identifikasi batas bidang tanah dan mengukur sisisisi bidang tanah dilapangan.
3. Peta Garis
 Peta garis adalah peta yang menggambarkan detail lapangan
dengan garis-garis dan symbol kartografi dengan skala
tertentu.
 Pelaksanaan
pengukuran
bidang
tanah
dengan
menggunakan peta garis sebagai peta dasar pendaftaran
adalah dengan mengikatkan terhadap detail-detail yang
mudah diidentifikasi di lapangan dan di peta garis atau
dengan cara mengikatkan terhadap titik dasar teknik
terdekat apabila sudah tersedia sekitar bidang tanah yang
diukur.
ALAT FOTOGRAMETRI
“RIMS”
Tele-kontrol
maks 15km
•Produksi >
500Ha/ hari
ALAT FOTOGRAMETRI “RIMS”
RIMS : Rapid Imanging and
Mapping System
 Cara kerja RIMS
Perangkat RIMS dapat dibawa oleh tim
kecil (BACKPACK). Surveyor akan
merancang JALUR TERBANG sesuai
kondisi dan arah angin. Wahana udara
dirangkai di lapangan >> diterbangkan
dengan hand-launch untuk terbang
mengikuti jalur terbang (PHOTO FLIGHT)
selama 20 menit. Dalam sekali terbang
akan merekam area seluas > 200Ha.
Selesai misi terbang wahana akan pulang
secara otomatis dan mendarat dengan
NET-LANDING atau PARACHUTE.
Foto di DOWNLOAD >> diproses secara otomatis
dengan teknologi FOTOGRAMETRI DIGITAL
untuk menghasilkan produk dasar ORTOFOTO
(FOTO MOSAIK) dan Digital Surface Model.
Selanjutnya proses INTERPRETASI CITRA
bekerja untuk mengekstrak informasi geoinformation.
ORIENTASI 2 FOTO UDARA
DENGAN STEREOSCOP
PENGERTIAN STEREOSKOP
Stereoskop adalah alat yang berfungsi untuk
memunculkan gambar 3 D dari 2 foto udara 2D
yang bertampalan
Jenis Stereoskop
1. Stereoskop Saku / lensa
 Lebih murah dari
stereoskop cermin
 Cukup kecil dapat
dimasukkan dalam saku
 Mudah dibawa ke
lapangan
 Terdiri dari susunan
lensa convex yang
sederhana
 Daerah terbatas
2. Stereoskop Cermin
 Lebih besar dari
stereoskop saku
 Daerah lebih luas
 Lebih susah dibawa ke
lapangan
Gambar tampang Stereoskop
 Stereoskop Saku
 Stereoskop Cermin
Stereoskop Saku
Stereoskop cermin
Pengamatan Stereoskopis
Pengamatan stereoskopis adalah suatu
kegiatan interprestasi citra / foto udara
dengan
menggunakan
alat
bantu
steresoskop.
Gambar Pengamatan Stereoskopis
Syarat
foto
udara
ditampilkan dalam 3D :
untuk
 Terdapat daerah bertampalan pada foto
udara.
 Lebar daerah bertampalan kira-kira 1/3 –
2/3dalam sebuah foto
Gambar Pengamatan Stereoskop
Prinsip Kerja Stereoskop
 Mata 1 (mata kanan) mengamati citra sebelah
kanan
 Mata 2 (mata kiri) mengamati citra sebelah kiri
 Stereoskop menyatukan daerah bertampalan
sehingga seolah-olah hanya mengamati 1 citra saja
 Daerah bertampalan menghasilkan gambar 3
dimensi yang dapat digunakan untuk mengamati
unsur ketinggian dan kemiringan.
Gambar Prinsip Pengamatan Stereoskop
Hasil foto yang baik sesuai aturan sbb :
 Overlap foto 60% dan side lap 20 %
 Untuk titik kontrol sebaiknya dipasang
traget (jika ada)
 Nomor foto sesuai arah terbang tercatat
jelas
Data yang tercantum pada foto udara
 Nomor foto udara
 Gelembung nivo yang menunjukkan foto udara tsb
dalam keadaan tegak atau miring
 Tinggi terbang terhadap tinggi muka air laut rata-rata
 Waktu pemotretan
 Titik utama (principal point)
Kesalahan dalam proses pengambilan foto
udara :
 Kesalahan titik awal
 Kesalahan distorsi lensa
 CRAB > disebabkan pemasangan kamera yang tidak
sempurna
 DRIFT> disebabkan arah terbang yang tidak sempurna
karena pengaruh angin
 TILT > disebabkan angin dari arah samping
 TIP > disebabkan angin arah depan atau belakang
Manfaat dari pengamatan foto udara :
 Dapat dibuat secara cepat meskipun pada daerah sulit
ditempuh melalui daratan
 Menggambarkan obyek dipermukaan bumi dengan
wujud dan letak mirip dengan sebenarnya, gambar
relatif lengkap dan sifat gambar permanen.
 Dapat menggambarkan benda yang tidak tampak,
misal kebocoran pipa bawah tanah.
 Dapat memberikan gambar 3 D
 Dapat untuk pemetaan daerah bencana
Download