LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH A. Pengertian Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Budi Ana Keliat, 2009 B. Etiologi Harga diri rendah dapat disebabkan karena terganggunya citra tubuh. C. Akibat Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial seperti menarik diri. Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI, 1998). Tanda dan Gejala: Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul. Menghindar dari orang lain (menyendiri). Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat. Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk. Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Posisi janin saat tidur. D. Pohon Masalah Isolasi sosial : menarik diri Gangguan konsep diri: Harga diri rendah Core Problem Gangguan citra tubuh (Keliat, 2009) E. Proses Keperawatan 1) Data yang perlu dikaji: 1. Isolasi sosial: menarik diri Data yang perlu dikaji: a. Data Obyektif Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri di kamar, banyak diam. b. Data Subyektif Ekspresi wajah kosong, tidak ada kontak mata, suara pelan dan tidak jelas. 2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah Data yang perlu dikaji: a. Data Subyektif Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri b. Data Obyektif Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup. 3. Gangguan citra tubuh Data yang perlu dikaji: a. Data subyektif Mengungkapkan tidak ingin hidup lagi, mengungkapkan sedih karena keadaan tubuhnya, klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain, karena keadaan tubuhnya yang cacat. b. Data obyektif Ekspresi wajah sedih, tidak ada kontak mata ketika diajak bicara, suara pelan dan tidak jelas, tampak menangis. 2) Diagnosa Keperawatan 1. Harga diri rendah 2. Gangguan citra tubuh 3) Rencana Tindakan Keperawatan Diagnosa I : harga diri rendah. Tujuan umum: Kien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal. Tujuan khusus: 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya. 1.1. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi terapeutik: Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal Perkenalkan diri dengan sopan Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien Jelaskan tujuan pertemuan Jujur dan menepati janji Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien 2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. 2.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien. 2.2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien. 2.3. Utamakan memberi pujian yang realistik. 3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan. 3.1. Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan. 3.2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya. 4. Klien dapat merencanakn kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. 4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari. 4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien. 4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan. 5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya. 6.1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan. 6.2. Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah 6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada. 6.3. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara mearwat klien dengan harag diri rendah. 6.4. Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat. 6.5. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah. Diagnosa II: Gangguan citra tubuh. Tujuan umum: klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan meningkat harga dirinya. Tujuan khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan : 1.1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan) 1.2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya 1.3. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien 1.4. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri 2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Tindakan: 2.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 2.2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang realistis 2.3. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan Tindakan: 3.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 3.2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah 4. Klien dapat menetapkan/merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki Tindakan: 4.2. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan 4.3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien 4.4. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan 5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan Tindakan: 5.1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan 5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien 5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah 6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada Tindakan: 6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien 6.2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat 6.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah 6.4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga STRATEGI PELAKSANAAN (SP) Masalah Utama : Harga Diri Rendah A. Proses Keperawatan Kondisi klien Mengkritik diri sendiri. Perasaan tidak mampu. Pandangan hidup yang pesimis Penurunan produktifitas Penolakan terhadap kemampuan diri terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri Berpakaian tidak rapih. Selera makan kurang tidak berani menatap lawan bicara. Lebih banyak menunduk. B. Strategi tindakan Pelaksanaan 1. Tindakan keperawatan pada klien SP 1 Klien: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu klien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian ORIENTASI : “Selamat pagi, Perkenalkan nama saya Reta Novi dari Stikes Karya Husada Semarang Bagaimana keadaan ibu hari ini ? ibu terlihat segar“. ”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah ibu lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat ibu dilakukan. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih” ”Dimana kita duduk ? Bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ? Bagaimana kalau 20 menit ? KERJA : ” Ibu, apa saja kemampuan yang ibu miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa ibu lakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci piring..............dst.”. “ Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang ibu miliki “. ” ibu dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di rumah sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini. ”Sekarang, coba ibu pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”.” O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur ibu”. Mari kita lihat tempat tidur ibu Coba lihat, sudah rapikah tempat tidurnya?” “Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. ”Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !” ” ibu sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ” “ Coba ibu lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau ibu lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan ibu ibu (tidak) melakukan. TERMINASI : “Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapikan tempat tidur ? Yah, ternyata ibu banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya, merapikan tempat tidur, yang sudah ibu praktekkan dengan baik sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.” ”Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ibu mau berapa kali sehari merapikan tempat tidur? Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis istirahat, jam 16.00” ”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Ibu masih ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalu begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi Sampai jumpa ya” SP 2 Klien: Melatih klien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan klien. ORIENTASI : “Selamat pagi, bagaimana perasaan Ibu pagi ini ? Wah, tampak cerah ” ”Bagaimana Ibu, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ tadi pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu t?” ”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur” ”Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!” KERJA : “ Ibu sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu sabut untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air untuk membilas., Ibu bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan. “Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya” “Setelah semuanya perlengkapan tersedia, Ibu ambil satu piring kotor, lalu buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian Ibu bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut yang sudah diberikan sabun pencuci piring. Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring tersebut. Setelah itu Ibu bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai… “Sekarang coba Ibu yang melakukan…” “Bagus sekali, Ibu dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap tangannya TERMINASI : ”Bagaimana perasaan Ibu setelah latihan cuci piring ?” “Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari Ibu Mau berapa kali mencuci piring? Bagus sekali Ibu mencuci piring tiga kali setelah makan.” ”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapikan tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan mengepel” ”Mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa ” Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua kemampuan dilatih. Setiap kemampuan yang dimiliki akan menambah harga diri klien. 2. Tindakan keperawatan pada keluarga Keluarga diharapkan dapat merawat klien dengan harga diri rendah di rumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif bagi klien. Tujuan : 1) Keluarga membantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki klien 2) Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki klien 3) Keluarga memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan klien 4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan klien SP 1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat klien di rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan cara merawat klien dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat klien dengan harga diri rendah, dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat ORIENTASI : “Selamat pagi !” “Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini ?” “Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat Ibu? Berapa lama waktu Bapak/Ibu?30 menit? Baik, mari duduk di ruangan wawancara!” KERJA : “Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang masalah Ibu” “Ya memang benar sekali Pak/Bu, Ibu itu memang terlihat tidak percaya diri dan sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada Ibu, sering menyalahkan dirinya dan mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan Ibu ini terus menerus seperti itu, ia bisa mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung diri” “Sampai disini, Bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?” “Bagus sekali Bapak/Ibu sudah mengerti” “Setelah kita mengerti bahwa masalah dapat menjadi masalah serius, maka kita perlu memberikan perawatan yang baik untuk Ibu” ”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki Ibu? Ya benar, dia juga mengatakan hal yang sama(kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan Ibu) ” Ibu itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapikan tempat tidur dan cuci piring. Serta telah dibuat jadwal untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat mengingatkan Ibu untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadwal. tolong bantu menyiapkan alat-alatnya, ya Pak/Bu. Dan jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada jadual yang kegiatannya”. ”Selain itu, bila Ibu sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, Bapak/Ibu tetap perlu memantau perkembangan Ibu. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan tidak tertangani lagi, Bapak/Ibu dapat membawa Ibu ke rumah sakit” ”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada Ibu” ”temui Ibu dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian yang yang mengatakan: Bagus sekali Ibu, kamu sudah semakin terampil mencuci piring” ”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus” TERMINASI : ”Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah percakapan kita ini?” “Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi dan bagaimana cara merawatnya?” “Bagus sekali Bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali Bapak/Ibu kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.” “Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara memberi pujian langsung kepada Ibu” “Jam berapa Bpk/Ibu datang? Baik saya tunggu. Sampai jumpa.” SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat klien dengan masalah harga diri rendah langsung kepada klien ORIENTASI: “Selamat pagi Pak/Bu” ” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?” ”Bapak/Ibu masih ingat latihan merawat keluarga Bapak/Ibu seperti yang kita pelajari dua hari yang lalu?” “Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada Ibu.” ”Waktunya 20 menit”. ”Sekarang mari kita temui Ibu” KERJA: ”Selamat pagi Ibu. Bagaimana perasaan Ibu hari ini?” ”Hari ini saya datang bersama keluarga Ibu. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, keluarga Ibu juga ingin merawat Ibu agar Ibu cepat pulih.” (kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut) ”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan keluarga Bapak/Ibu” (Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat klien seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya). ”Bagaimana perasaan Ibu setelah berbincang-bincang dengan keluarga?” ”Baiklah, sekarang saya dan orang tua Ibu ke ruang perawat dulu” (Saudara dan keluarga meninggalkan klien untuk melakukan terminasi dengan keluarga) TERMINASI: “ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?” « «Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada Ibu» « tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak/Ibu melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang Pak/Bu » « Sampai jumpa » SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga ORIENTASI: “Selamat pagi Pak/Bu” ”Karena hari ini ibu direncanakan pulang, maka kita akan membicarakan jadwal Ibu selama di rumah” ”Berapa lama Bpk/Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor KERJA: ”Pak/Bu ini jadwal kegiatan Ibu selama di rumah sakit. Coba diperhatikan, apakah semua dapat dilaksanakan di rumah?”Pak/Bu, jadwal yang telah dibuat selama Ibu dirawat dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya” ”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh Ibu selama di rumah. Misalnya kalau Ibu terus menerus menyalahkan diri sendiri dan berpikiran negatif terhadap diri sendiri, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi rumah sakit atau bawa ibu langsung ke rumah sakit” TERMINASI: ”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian Ibu. Jangan lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak. Silakan selesaikan administrasinya!” REFERENSI Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC. Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC Purwaningsih, Wahyu. Karlina, Ina. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuha Medika Press. Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC