Uploaded by User32916

makalah akad murabahah - akuntansi syari

advertisement
AKUNTANSI UNTUK AKAD MURABAHAH
Definisi Akad Murabahah
Secara luas jual beli dapat diartikan sebagai pertukaran harta atas dasar
saling rela, menurut (sabiq 2008) jual beli adalah memindahkan milik dengan ganti
(iwad) yang dapat dibenarkan (sesuai syariah). Pertukaran dapat dilakukan antara
uang dengan barang, barang dengan barang (barter) atau pertukaran uang dengan
uang misalnya pertukaran nilai mata uang dengan yen.
Muslim harus mengetahui jual beli yang diperbolehkan dalam syariah, agar
harta yang dimiliki halal dan baik. Seperti kita ketahui, jual beli adalah salah satu
aspek dalam muamalah (hubungan manusia dengan manusia), dengan kaidah dasar
semua boleh kecuali ada dalil yang melarang. Kalau belum tahu mana yang di
bolehkan dalam syariah, atau belum mengetahui suatu ilmu tertentu, kita wajib
mencari tahu sebagaimana sabda rasulullah: “Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi
setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah).
Kata al-Murabahah diambil dari bahasa Arab dari kata ar-ribhu yang berarti
kelebihan dan tambahan (keuntungan), atau murabahah juga berarti Al-Irbaah
karena salah satu dari dua orang yang bertransaksi memberikan keuntungan kepada
yang lainnya (Ibnu Al-Mandzur., hal. 443.). sedangkan secara istilah, Bai’ul
murabahah adalah jual beli dengan harga awal disertai dengan tambahan
keuntungan (Azzuhaili, 1997., hal. 3765). Menurut PSAK 59 tentang Akuntansi
Perbankan Syariah paragraf 52 dijelaskan bahwa murabahah adalah akad jual beli
barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang
disepakati oleh penjual dan pembeli.
Menurut Para ahli hukum Islam mendefinisikan bai’ al-murabahah sebagai berikut
:
Abd ar-Rahman al-Jaziri mendefinisikan bai’ al-murabahah sebagai menjual
barang dengan harga pokok beserta keuntungan dengan syarat-syarat tertentu.
1
Ibn Rusyd filosof dan ahli hukum Maliki mendefinisikannya sebagai jual-beli di
mana penjual menjelaskan kepada pembeli harga pokok barang yang dibelinya dan
meminta suatu margin keuntungan kepada pembeli.
Dengan demikian, dapat disimpulkan jual-beli murabahah adalah suatu
bentuk jual beli di mana penjual memberi tahu kepada pembeli tentang harga pokok
(modal) barang dan pembeli membelinya berdasarkan harga pokok tersebut
kemudian memberikan margin keuntungan kepada penjual sesuai dengan
kesepakatan beserta dengan syarat – syarat tertentu. Tentang “keuntungan yang
disepakati”, penjual harus memberi tahu pembeli tentang harga pembelian barang
dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut.
Jenis - Jenis Akad Murabahah
1. Murabahah dengan pesanan (murabaha to the purchase order)
Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah
ada pesanan dari pembeli. Pada bank syariah, bank baru akan melakukan transaksi
murabahah atau jual beli apa bila ada nasabah yang memesan barang sehingga
penyediaan barang baru di lakukan jika ada pesanan. Pada murabahah ini,
pengadaan barang sangat tergantung atau terkait langsung dengan pesanan atau
pembelian barang tersebut. Murabahah dengan pesanan dapat bersifat mengikat
dan tidak mengikat pembeli untuk membeli barang pesananya , kalau bersifat
mengikat maka pembeli harus membeli barang pesanannya dan tidak dapat
membatalkan pesananya . jika aset murabahah yang telah dibeli oleh penjual dalam
murabahah pesanan mengikat, mangalami penurunan nilai sebelum diserahkan
kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual dan akan
mengurangi nilai akad.
2
Keterangan :
(1) Melakukan akad murabahah
(2) Penjual memesan dan membeli pada supplier/produsen
(3) Barang diserahkan dari produsen
(4) Barang diserahkan kepada pembeli
(5) Pembayaran dilakukan oleh pembeli
2. Murabahah tanpa pesanan
Murabahah jenis ini bersifat tidak mengikat, dimana pembeli langsung membeli
barang dagang yang telah tersedia untuk dijual oleh si penjual. Pada bank syariah
Barang yang di sediakan oleh pihak bank adalah merupakan menjadi tanggung
jawab dari pihak bank itu sendiri sebagai penjual.
Dimana bank syariah menyediakan barang ataupun persediaan barang yang
akan diperjual belikan dilakukan tanpa memperhatikan ada nasabah yang membeli
atau tidak. Sehingga proses pengadaan barang dilakukan sebelum transaksi jual beli
murabahah dilakukan.
3
Keterangan :
(1) Melakukan akad murabahah
(2) Barang diserahkan kepada pembeli
(3) Pembayaran dilakukan oleh pembeli
Dasar Syariah Akad Murabahah
Sumber Hukum Akad Murabahah
a) Al-Quran
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama suka diantara kamu” (QS. 4:29).
“Hai orang – orang yang beriman penuhilah akad – akad itu” (QS. 5:1).
“Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba" (QS. 2:275).
“...dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh
sampai ia berkelapangan.” (QS 5:2).
“...dan tolong menolonglah dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa...” (QS. 5:2).
“Hai orang yang beriman! Jika kamu melakukan transaksi utang piutang untuk
jangka waktu yang ditentukan, tuliskanlah...” (QS 2:282).
b) Al – Hadis
Dari Abu Sa‘id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya jual
beli itu harus dilakukan suka sama suka.” (HR. Al Baihaqi, Ibnu Majah, dan shahih
menurut Ibnu Hibban).
Rasulullah saw bersabda, ” Ada tiga hal yang mengandung keberkahan: jual beli
secara tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung
untuk keperluan rumah tangga bukan untuk dijual.” (HR.Ibnu Majah dari Shuhaib).
” Allah mengasihi orang yang memberikan kemudahan bila ia menjual dan membeli
serta di dalam menagih haknya” (Dari Abu Hurairah).
4
” orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah akan
melepaskan kesulitannya di hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba
Nya selama ia (suka) menolong saudaranya.” (HR Muslim).
”Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu menghalalkan
harga diri dan pemberian sangsi kepadanya” (HR Abu Dawud, Ibn Majah, dan
Ahmad).
“Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu
kezaliman.” (HR Bukhari & Muslim).
”Sumpah itu melariskan barang dagangan, akan tetapi menghapus keberkahannya”
(HR Al Bukhari).
c) Al-Ijma
Transaksi ini sudah dipraktekkan di berbagai kurun dan tempat tanpa ada yang
mengingkarinya, ini berarti para ulama menyetujuinya (Ash-Shawy, 1990., hal.
200).
d) Kaidah Fiqh, yang menyatakan:
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.”
e) Fatwa Dewan Syariah Nasonal Majelis Ulama Indonesia No.04/DSNMUI/IV/2000, tentang MURABAHAH.
Rukun dan Ketentuan Akad Murabahah
1.
Pelaku
5
Pelaku cakap hukum dan baligh (berakal dan dapat membedakan), sehingga
jual beli dengan orang gila menjadi tidak sah sedangkan jual beli dengan anak kecil
dianggap sah, apabila seizin walinya.
2.
Objek Jual Beli, harus memenuhi:
a. Barang yang diperjualbelikan adalah barang halal
Maka semua barang yang diharamkan oleh Allah, tidak dapat di jadikan
sebagai objek jual beli, kareana barang tersebut dapat menyebabkan manusia
bermaksiat/melanggar larangan Allah. Hal ini sesuai dengan hadis berikut:
“Sesungguhnya Allah apabila mengharamkan sesuatu juga mengharamkan
harganya.” (HR. Bukhari Muslim).
b. Barang yang diperjualbelikan harus dapat diambil manfaatnya atau memiliki
nilai, dan bukan merupakan barang-barang yang dilarang di perjualbelikan,
misalnya: jual beli barang yang kadaluwarsa.
c. Barang tersebut dimiliki oleh penjual
Jual beli atas barang yang tidak di mkiliki oleh penjual adalah tidak sah
karena bagaimana mungkin ia dapat menyerahkan kepemilikan barang kepada
orang lain atas barang yang bukan miliknya.
Jual beli oleh bukan pemilik barang seperti ini, baru akan sah apabila
mendapat izin dari pemilik barang. Misalnya: seorang suami menjual harta milik
istrinya, sepanjang si istri mengizinkan maka sah akadnya. Contoh lain, jual beli
barang curian adalah tidak sah karena status kepemilikan barang tersebut tetap pada
si pemilik harta.
“Tidak sah jual beli selain mengenai barang yang dimiliki.” (HR. Abu daud
dan Tirmizi).
6
d. Barang tersebut dapat di serahkan tanpa tergantung dengan kejadian tertentu di
masa depan
Barang yang tidak jelas waktu penyerahannya adalah tidak sah, karena dapat
menimbulkan ketidakpastian (gharar), yang pada gilirannya dapat merugikan salah
satu pihak yang bertransaksi dan dapat menimbulkan pearsengketaan.
Misalnya: saya jual mobil avanzaku yang hilang dengan harga Rp.
40.000.000 si pembeli berharap mobil itu akan ditemukan. Demikian juga jual beli
atas barang yang sedang di gadaikan atau telah diwakafkan.
e. Barang tersebut harus diketahui secara spesifik dan dapat diidentifikasikan oleh
pembeli sehingga tidak ada gharar (ketidakpastian).
f. Barang tersebut dapat diketahui kuantitas dan kualitasnsysa dengan jelas,
sehingga tidak ada gharar.
g. Harga barang tersebut jelas
Harga atas barang yang diperjualbelikan diketahui oleh pembeli dan penjual berikut
cara pembayarannya tunai atau tangguh (tidak tunai) sehingga jelas.
h. Barang yang diakadkan ada di tangan penjual.
3.
Ijab kabul
Pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku akad
yang dilakukan secara verbal, tertulis, atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.
Apabila jual beli telah dilakukan sesuai dengan ketentuan syariah maka
kepemilikannya,
pembayarannya
dan
pemanfaatan
atas
barang
yang
diperjualbelikan menjadi halal. Para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa unsur
utama dari jual beli kerelaan kedua belah pihak. Kerelaan kedua belah pihak dapat
dilihat dari ijab dan qabul yang dilangsungkan.
7
Untuk itu, para ulama fiqh mengemukakan bahwa syarat ijab dan qabul itu
adalah sebagai berikut:
a. Qabul sesuai dengan ijab. Misalnya, penjual mengatakan: "Saya jual buku ini
seharga Rp. 15.000,-".
b. Ijab dan qabul itu dilakukan dalam satu majelis. Artinya kedua belah pihak yang
melakukan jual beli hadir dan membicarakan topik yang sama.
Perlakuan Akuntansi Murabahah (PSAK 102)
PSAK No.102 merupakan sistem akuntansi yang melihat bagaimana proses
pencataan terhadap produk pembiayaan yang memakai sistem jual beli dari pihakpihak yang terkait menjadi sistem akuntansi yang dipakai di lembaga syariah.
a. Akuntansi untuk penjualan
1. Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya
perolehan
(D) Aset Murabahah
xxx
(K) Kas
xxx
2. Untuk murabahah pesanan meningkat, pengukuran aset murabahah setelah
perolehan adalah dinilai sebesar biaya perolehan dan jika terjadi penurunan
nilai aset karena usang, rusak atau kondisi lainnya sebelum diserahkan ke
nasabah, penurunan nilai terebut diakui sebagai beban dan mengurangi nilai
aset. Jika terjadi penurunan nilai untuk murabahah pesanan mengikat, maka
jurnalnya:
(D) Beban penurunan nilai
(K) Aset Murabahah
xxx
xxx
8
Jika terjadi penurunan nilai untuk murabahah pesanan tidak mengikat, maka
jurnalnya
(D) Kerugian penurunan nilai
xxx
(K) Aset murabahah
xxx
3. Apabila terdapat diskon pada saat pembelian aset murabahah, maka :
(a) akan menjadi pengurang biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi
sebelum akad murabahah, Jurnal:
(D) Aset Murabahah (net)
xxx
(K) Kas
xxx
(b) menjadi kewajiban kepada pembeli, jika terjadi setelah akad murabahah
dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak pembeli;
(D) Kas
xxx
(K) Utang
xxx
(c) menjadi tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah akad
murabahah dan seusai akad menjadi hak penjual.
(D) Kas
xxx
(K) Keuntungan Murabahah
xxx
(d) pendapatan operasi lain, jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak
diperjanjikan dalam akad
(D) Kas
xxx
(K) Pendapatan Operasional lain
xxx
4. Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian potongan tersebut
akan tereliminasi pada saat :
(a) dilakukan pembayaran kepada pembeli, Jurnal:
(D) Utang
(K) Kas
xxx
xxx
(b) akan dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak dapat
dijangkau oleh penjual :
9
(D) Utang
xxx
(K) Kas
(D) Dana kebajikan – kas
xxx
xxx
(K) Dana KebajikanPendapatan denda
5.
xxx
Pengakuan keuntungan murabahah:
a. jika penjualan dilakukan secara tunai atau secara tangguh sepanjang masa,
angsuran murabahah tidak melebihi 1 periode laporan keuangan, maka
murabahah diakui pada saat terjadinya akad murabahah:
(D) Kas
xxx
(D) Piutang Murabahah
xxx
(K) Aset Murabahah
xxx
(K) Keuntungan
xxx
b. Namun apabila angsuran lebih dari satu periode maka perlakuannya adalah
sebagai berikut:
1.) keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah dengan syarat apabila
resiko penagihannya kecil, maka dicatat dengan cara yang sama pada butir a.
2.) keutungan diakui secara proporsional dengan besaran kas yang berhasil
ditagih dari piutang murabahah, metode ini digunakan untuk transaksi
murabahah tangguh dimana ada resiko piutang tidak tertagih relatif besar dan
/ beban untuk mengelolah dan menagih piutang yang re;latif besar, maka
jurnalnya:
(D) Piutang Murabahah
(K) aset murabahah
xxx
xxx
10
(K) Keuntungan tangguhan
xxx
Pada saat penerimaan angsuran:
(D) Kas
xxx
(K) Piutang Murabahah
(D) Keuntungan tangguhan
xxx
xxx
(K) Keuntungan
xxx
3.) Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih,
metode ini digunakan untuk transaksi murabahah tangguh dimana resiko
piutang tidak tertagih dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya
cukup besar. Pencatatanya sama dengan poin 2, hanya saja jurnal pengakuan
keuntungan dibuat saat seluruh piutang telah salesai ditagih.
6. Pada saat akad murabahah piutang diakui sebesar biaya perolehan ditambah
dengan keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan,
piutang murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi sama
dengan akuntansi konvensional, Yaitu: saldo piutang – penyisihan kerugian
piutang. Jurnal untuk penyisihan piutang tak tertagih:
(D) Beban Piutang tak tertagih
xxx
(K) Penyisihan piutang tak tertagih xxx
7. Potongan pelunasan piutang murabahah diberikan pada saat pelunasan,
diakui sebagai pengurang keuntungan murabahah dan dapat dilakukan dengan
cara:
(a) Diberikan pada saat pelunasan, jurnal:
11
(D) Kas
xxx
(D) Keuntungan Ditangguhkan
xxx
(K) Piutang Murabahah
xxx
(K) Keuntungan murabahah
xxx
(net setelah dikurangi potongan pelunasan)
(b) memberikan setelah pelunasan (penjual menerima pelunasan dan
membayarkan potongan kepada pembeli). Jurnal:
Pada saat penerimaan piutang dari pembeli:
(D) Kas
xxx
(D) Keuntungan Ditangguhkan
xxx
(K) Piutang Murabahah
xxx
(K) Keuntungan murabahah
xxx
Pada saat pengembalian kepada pembeli:
(D) Keuntungan murabahah
xxx
(K) Kas
(c) Jika
potongan
xxx
diberikan
karena
adanya
penurunan
kemampuan
pembayaran pembeli diakui sebagai beban.
(D) Kas
xxx
(D) Keuntungan Ditangguhkan
xxx
(D) Beban
xxx
(K) Piutang Murabahah
xxx
12
(K) Keuntungan Murabahah
xxx
8. Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya, dan denda
yang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan.
(D) Dana Kebajikan-Kas
xxx
(K) Dana KebajikanPendapatan denda
xxx
9. Pengakuan dan pengukuran uang muka :
- uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima
;
- pada saat barang jadi dibeli oleh pembeli maka uang muka diakui sebagai
pembayaran piutang (merupakan bagian pokok)
- Jika barang batal dibeli oleh pembeli maka uang muka dikembalikan kepada
pembeli setelah diperhitungkan dengan biaya biaya yang telah dikeluarkan oleh
penjual.
Jurnal yang terkait dengan penerimaan uang muka:
a. Penerimaan uang muka dari pembeli:
(D) Kas
xxx
(K) Utang lain-uang
muka murabahah
xxx
b. Apabila murabahah jadi dilaksanakan
13
(D) Utang lain-uang
muka murabahah
xxx
(K) Piutang Murabahah
xxx
Sehingga untuk penentuan marjin keuntungan diberdasarkan atas nilai piutang
(harga jual kepada pembeli setelah dikurangi uang muka).
10. Pesanan dibatalkan, jika uang muka yang dibayarkan oleh calon pembeli lebih
besar daripada biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual dalam rangka
memenuhi permintaan calon pembeli maka selisihnya dikembalikan pada calon
pembeli.
(D) Utang lain-uang
muka murabahah
xxx
(K) Pendapatan operasional
xxx
(K) Kas /Utang
xxx
Pesanan dibatalkan, jika uang muka yang dibayarkan oleh calon pembeli lebih
kecil daripada biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual dalam rangka
memenuhi permintaan calon pembeli, maka penjual dapat meminta pembeli
untuk membayarkan kekurangannya kekurangannya
(D) Kas/Piutang
xxx
(D) Utang lain-uang
muka murabahah
xxx
(K) Pendapatan operasional
xxx
Pesanan dibatalkan, dan perusahaan menanggung kekurangan nya atau uang
muka sama dengan beban yang dikeluarkan:
(D) Utang lain-uang
muka murabahah
(K) Pendapatan operasional
xxx
xxx
14
11. Penyajian
Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan:
saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang. Margin
murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang
murabahah.
12. Pengungkapan
Penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi
tidak terbatas pada:
(a) harga perolehan aset murabahah
(b) janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan sebagai kewajiban
atau bukan; dan
(c) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Syariah
b. Akuntansi untuk pembeli
1. Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui sebesar biaya
perolehan murabahah tunai.
(D) Aset
xxx
(K) Kas
xxx
Utang yang timbul dari transaksi murabahah tangguh diakui sebagai hutang
murabahah sebesar harga beli yang disepakati (jumlah yang wajib
dibayarkan), aset dicatat sebesar biaya perolehan tunai dan selisih antara
harga beli yang disepakati dengan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban
murabahah tangguhan.
(D) Aset
xxx
(D) Beban Murabahah
Tangguhan
(K) Utang murabahah
xxx
xxx
15
2. Beban murabahah tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan
porsi pelunasan utang murabahah.
(D) Utang murabahah
xxx
(K) Kas
(D) Beban
xxx
xxx
(K) Beban Murabahah Tangguhan
xxx
3. Diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah, diperlakukan
sebagai pengurang beban murabahah tangguhan.
Jurnal Diskon pembelian yg diterima setelah akad Murabahah
(D) Kas
xxx
(K) Beban Murabahah Tangguhan
xxx
Jurnal potongan pelunasan dan potongan hutang murabahah:
(D) Utang Murabahah
xxx
(D) Beban Murabahah
xxx
(K) Kas
xxx
(K) Beban Murabahah Tangguhan
xxx
4. Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan kewajiban sesuai
dengan akad diakui sebagai kerugian.
(D) Kerugian
(K) Kas/Utang
xxx
xxx
16
5. Uang muka
Pembeli membayarkan uang muka.
(D) Uang muka
xxx
(K) Kas
xxx
Jika sudah memberikan uang muka, maka ketika penyerahan barang
jurnalnya:
(D) Aset
xxx
(D) Beban murabahah tangguhan xxx
(K) Uang muka
xxx
(K) Utang murabahah
xxx
Jika pembeli membatalkan dan dikenakan biaya, maka diakui sebagai
kerugian. Apabila biaya yang dikenakan lebih kecil dari uang muka, maka
jurnalnya:
(D) Kas
xxx
(D) Kerugian
xxx
(K) Uang muka
xxx
Sedangkan biaya yang dikenakan lebih besar dari uang muka, maka
jurnalnya:
(D) Kerugian
xxx
(K) Uang muka
xxx
(K) Kas atau uatang
xxx
Pengakuan dan pengukuran urbun (uang muka) adalah sebagai berikut:
17
a. Urbun diakui sebagai uang muka pembeli sebesar jumlah yang diterima
bank pada saat diterima.
b. Pada saat barang jadi dibeli oleh nasabah maka urbun diakui sebagai
pembayaran piutang.
c. Jika barang batal dibeli oleh nasabah maka urbun dikembalikan kepada
nasabah setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan
oleh bank.
6. Penyajian
Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account)
utang murabahah.
7. Pengungkapan
Pembeli mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah,
tetapi tidak terbatas pada:
(a) nilai tunai aset yang diperoleh dari transaksi murabahah;
(b) jangka waktu murabahah tangguh
(c) pengungkapan yang diperlukan sesuai Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan Nomor 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
18
Download