BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengembangan kurikulum merupakan sesuatu hal yang dapat terjadi kapan saja sesuai dengan kebutuhan. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa merupakan hal-hal yang harus segera ditanggapi dan dipertimbangkan pada pengembangan kurikulum pada setiap jenjang pendidikan. Munculnya peraturan per undang-undangan yang baru telah membawa implikasi terhadap paradigma baru dalam proses pengembangan kurikulum. Kondisi masa sekarang dan kecenderungan yang akan terjadi pada masa yang akan datang memerlukan persiapan dari generasi muda dan peserta didik yang memiliki kompetensi multidimensional. Mengacu pada hal-hal tersebut , pengembangan kurikulum harus mampu mengantisipasi segala persoalan yang dihadapi masa sekarang dan masa yang akan datang. B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana konsep dan prinsip dasar pengembangan kurikulum ? 2. Bagaimana cara mengembangkan kurikulum ? 3. Apa saja landasan atau asas-asas dalam pengembangan kurikulum ? C. TUJUAN 1. Untuk mengetahui prinsip dasar dan konsep kurikulum 2. Untuk mengetahui dan memahami fungsi dan cara mengembangkan kurikulum 3. Untuk mengetahui landasan atau asas dalam pengembangan kurikulum BAB II PEMBAHASAN A. PRINSIP DASAR PENGEMBANGAN KURIKULUM 1. Konsep Kurikulum a. Pengertian Dalam bahasa latin kurikulum berarti ”lapangan pertandingan” (race course) yaitu arena tempat peserta didik berlari untuk mencapai finish, Baru pada tahun 1955 istilah kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan. Bila ditelusuri ternyata kurikulum mempunyai berbagai macam arti, yaitu: Kurikulum diartikan sebagai rencana pelajaran, menurut Beuchamp (1968, hlm.6) kurikulum sebagai suatu rencana pengajaran berisi tujuan yang ingin dicapai, bahkan yang akan di sajikan, kegiatan pengajaran, alat-alat pengajaran, dan jadwal waktu pengjaran. 1. Pengalaman belajar yang diperoleh murid dari sekolah 2. Rencana belajar murid Menurut UU No.2 tahun 1989 kurikulum yaitu seperangkat rencana dan peraturan, mengenai isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakannya dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. Banyak pendapat mengenai arti kurikulum, Namun inti kurikulum sebenarnya adalah pengalaman belajar yang banyak kaitannya dengan melakukan berbagai kegiatan, interaksi sosial, di lingkungan sekolah, proses kerja sama dengan kelompok, bahkan interaksi dengan lingkungan fisik seperti gedung sekolah dan ruang sekolah. Dengan demikian pengalaman itu bukan sekedar mempelajari mata pelajaran, tetapi yang terpenting adalah pengalaman kehidupan. Ada tiga konsep tentang kurikulum, kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem dan sebagai bidang sudi. Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi, suatu kurikulum, dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai suatu sistem, yaitu System kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan dan mengevaluasi serta menyempurnakannya. Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian pra ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sitem kurikulum. b. Kurikulum dan Pengajaran Pengertian kurikulum yang sangat luas pada akhirnya dapat membingungkan para guru dalam mengembangkan kurikulum sehingga akan menyulitkan dalam perencanaan pengajarannya. Menurut Ralph.W.Tylor, ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam proses pengembangan kurikulum dan pengajaran yaitu : 1. 2. 3. 4. Tujuan apa yang hendak di capai ? Pengalaman belajar apa yang perlu di siapkan untuk mencapai tujuan ? Bagaimana pengalaman belajar itu di organisasikan secara efektif ? Bagaimana menentukan keberhasilan pencapaian tujuan ? Jika kita mengikuti pandangan Tyler, maka pengajaran tidak terbatas hanya pada proses pengajaran terhadap satu bahan tertentu saja, melainkan dapat pula diterapkan dalam pengajaran untuk satu bidang studi / pengajaran di sekolah. Demikian pula kurikulum dapat dikembangkan untuk kurikulum suatu sekolah bidang studi ataupun kurikulum untuk suatu bahan pelajaran tertentu. c. Komponen-Komponen kurikulum Tujuan, Yaitu arah/sasaran yang hendak dituju oleh proses penyelenggaraan pendidikan Isi Kurikulum, Yaitu pengalaman belajar yang di peroleh murid di sekolah.pengalamanpengalaman ini di rancang dan di organisasikan sedemikian rupa sehingga apa yang di peroleh murid sesuai dengan tujuan. Metode proses belajar mengajar yaitu cara murid memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan Evaluasi yaitu cara untuk mengetahui apakah sasaran yang ingin di tuju dapat tercapai atau tidak 2. Prinsip Pengembangan Kurikulum Kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BNSP. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut : a) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. b) Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki potensi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, c) d) e) f) g) h) i) j) k) l) m) n) kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan potensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan dan tuntutan lingkungan. Beragam dan Terpadu Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Relevan dengan kebutuhan kehidupan Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stekeholdersi) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik , dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan. e) Menyeluruh dan berkesinambungan Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajia keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan. f) Belajar sepanjang hayat Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan Bineka Tunggal Ika dalam rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lebih lanjut ada sejumlah prinsip yang digunakan dalam pengembangan kurikulum,di antaranya: Prinsip relevansi, Kurikulum dan pengajaran harus disusun sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan kehidupan peserta didik Prinsip efektivitas, Berkaitan dengan tingkat pencapaian hasil pelaksanaan kurikulum Prinsip efisiensi, Berkaitan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, dana, dan sarana yang dipakai dengan hasil yang diperoleh Prinsip kontinuitas,kurikulum berbagai tingkat kelas dan jenjang pendidikan disusun secara berkesinambungan. Prinsip Fleksibilitas,di samping program yang berlaku untuk semua anak terdapat pula kesempatan bagi anak mengambil program-program pilihan Prinsip integritas, kurikulum hendaknya memperhatikan hubungan antara berbagai program pendidikan dalam rangka pembentukan kepribadian yang terpadu 3. Fungsi dan Cara Mengembangkan Kurikulum Fungsi kurikulum ialah sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan tugasnya. Selain itu kurikulum berfungsi sebagai: Preventif yaitu agar guru terhindar dari melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang ditetapkan kurikulum Korektif yaitu sebagai rambu-rambu yang menjadi pedoman dalam membetulkan pelaksanaan pendidikan yang menyimpang dari yang telah digariskan dalam kurikulum Konstruktif yaitu memberikan arah yang benar bagi pelaksanaan dan mengembangkan pelaksanaannya asalkan arah pengembangannya mengacu pada kurikulum yang berlaku Agar usaha perbaikan kurikulum di sekolah dapat berhasil baik, hendaknya diperhatikan langkah-langkah pengembangan kurikulum berikut : 1. Adakan penilaian umum tentang sekolah, dalam hal apa sekolah itu lebih baik atau lebih rendah mutunya daripada sekolah lain, adanya diskrepansi antara kenyataan dengan apa yang diharapkan berbagai pihak, sumber-sumber yang tersedia. 2. Selidiki berbagai kebutuhan, antara lain kebutuhan siswa, kebutuhan guru, dan kebutuhan akan perubahan dan perbaikan. 3. Mengidentifikasi masalah serta merumuskannya, yang timbul berdasarkan studi tentang berbagai kebutuhan yang tersebut di atas lalu memilih salah satu yang dianggap paling mendesak. 4. Mengajukan saran perbaikan, sebaiknya Dalam bentuk tertulis, yang dapat didiskusikan bersama, apakah sesuai dengan tuntunan kurikulum yang berlaku, menilai maknanya bagi perbaikan sekolah dan menjelaskan makna dan implikasinya. 5. Menyiapkan desai perencanaannya yang mencakup tujuan, cara mengevaluasi, menentukan bahan pelajaran, metode penyampaiannya, percobaan, penilaian, balikan, perbaikan, pelaksanaan dan seterusnya. 6. Memilih anggota panitia,dapat mungkin sesuai dengan kompetensi masing-masing. 7. Mengawasi pekerjaan panitia, biasanya oleh kepala sekolah 8. Melaksanakan hasil panitia oleh guru dalam kelas. Oleh sebab pekerjaan ini tidak mudah, kepala sekolah hendaknya senantiasa menyatakan penghargaannya atas pekerjaan semua yang terlibat dalam usaha perbaikan ini. 9. Menerapkan cara-cara evaluasi, apakah yang direncanakan itu da direalisasikan. Apa yang indah di atas kertas, belum tentu dapat diwujudkan. 10. Memantapkan perbaikan, bila ternyata usaha tu berhasil baik dan dijadikan pedoman selanjutnya. B. LANDASAN DAN TINGKATAN DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM Dalam uraian sebelumnya sedikit tidak sudah di jelaskan pengertian tentang pengembangan kurikulum atau paling tidak telah tersirat dalam berbagai konsep dan teori yang telah di sampaikan. Namun ada baiknya kita rumuskan kembali secara lebih jelas. Pengembangan kurikulum (curriculum development) adalah perencanaan kesempatankesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah perubahanperubahan yang diinginkan dan menilai hingga mana perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa . Sedangkan yang dimaksud dengan kesempatan belajar adalah hubungan yang telah direncanakan dan terkontrol antara para siswa, guru bahan peralatan, dan lingkungan di mana belajar yang diinginkan diharapkan terjadi. Dalam pengertian di atas sesungguhnya pengembangan kurikulum adalah proses siklus, yang tidak pernah berakhir. Hal ini terbukti dengan melihat proses berikut: a. tujuan, mempelajari dan menggambarkan semua sumber pengetahuan dan pertimbangan tentang tujuan-tujuan pengajaran, baik yang berkenaan dengan mata pelajaran maupun kurikulum secara menyeluruh. b. metode dan material, mengembangkan dan mencoba menggunakan metodemetode dan material sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan tadi yang serasi menurut pertimbangan guru. c. penilaian, menilai keberhasilan pekerjaan yang telah di kembangkan itu dalam hubungann dengan tujuan. d. balikan, umpan balik dari semua pengalaman yang telah diperoleh yang pada gilirannya menjadi titik tolak bagi studi selanjutnya. Adapun dasar-dasar dalam mengembangkan kurikulum yaitu: kurikulum disusun untuk mewujudkan sistem pendidikan nasional. kurikulum pada semua jenjang pendidikan di kembangkan dengan pendekatan kemampuan. kurikulum harus sesuai dengan ciri khas satuan pendidikan pada masing-masing jenjang pendidikan. kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan , potensi, dan minat peserta didik dan tuntutan pihak-pihak yang memerlukan dan berkepentingan. kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan sesuai dengan tuntutan lingkungan . kurikulum pada semua jenjang pendidikan mencakup aspek spiritual keagamaan, intelektualitas, watak konsep diri, keterampilan belajar, kewirausahaan, keterampilan hidup yang berharkat dan bermartabat, pola hidup sehat, estetika dan rasa kebangsaan. 1. Landasan atau Asas dalam Pengembangan Kurikulum Dalam mengembangkan kurikulum banyak hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan sebelum mengambil suatu keputusan. Apapun jenis kurikulum pasti memerlukan landasan/asas yang harus dipegang. Asas-asas tersebut cukup kompleks dan tidak jarang memiliki hal-hal yang bertentangan, karenanya harus memerlukan seleksi. Falsafah yang berlainan, bersifat otoriter, demokrasi, sekuler dan religious, akan membawa warna yang berbeda yang dimiliki oleh suatu bangsa. Begitu juga kalau dilihat dari perbedaan masyarakat, organisasi bahan yang digunakan, dan pilihan psikologi belajar dalam mengembangkan kurikulum. Lebih lanjut akan diuraikan empat asas/landasan pengembangan kurikulum tersebut. a. Asas filosofis Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulum. Ketika kita berbicara tentang masalah pendidikan maka kita sedang berhadapan dengan masalah hidup dan kehidupan manusia, sebagai mana yang dikemukakan oleh Lodge , yaitu: bahwa life is education, and education is life, akan berarti bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan. Bagaimanapun pengertian dari pendidikan, namun masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang berhubungan langsung dengan hidaup dan kehidupan manusia. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti : Perenialisme,Essensialisme,Eksistesialisme, Progresivisme, dan Rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan. Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati , di bawah ini diuraikan tentang isi dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum. Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut paham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi pada masa lalu. Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu. Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan: bagaimana saya hidup di dunia ? Apa pengalaman itu ? Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berpikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu ? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses. Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan Model Kurikulum Interaksional. Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh karena itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara efektif untuk lebih mengkompromisikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini, pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme. Landasan filosifis memberikan arah pada semua keputusan dan tindakan manusia, karena filsafat merupakan pandangan hidup, orang, masyarakat, dan bangsa. Akan tetapi satu hal yang perlu diperhatikan oleh pengembang kurikulum adalah, dalam mengembangkan kurikulum pengembang tidak hanya menonjolkan atau mementingkan filsafat pribadinya, tetapi juga perlu mempertimbangkan falsafah yang lain, antara lain: falsafah Negara, falsafah lembaga pendidikan, dan stap pengajar atau pendidikan. Hampir tidak ada pada diri seseorang yang menganut keempat aliran tersebut bersamaan berdasarkan kondisi dan situasi tempat yang berbeda. Seseorang bisa saja idealis dalam melaksanakan perintah agama, realis dalam penelitian ilmiah, pragmatis dalam menghadapi problema kemasyarakatan, dan eksistensialis dalam merealisasikan dirinya, namun mereka tidak bisa menggunakannya secara bersama-sama untuk satu bidang. b. Asas psikologis Asas filosofis dan sosiologis lebih mengarah pada tujuan akhir yang diharapkan bagi anak didik dalam kurikulum itu, pengetahuan psikologi sangat dibutuhkan untuk membantu para penembang kurikulum agar lebih realistic dalam memilih tujuan-tujuan,tetapi tidak akan menentukan tujuan-tujuan apa yang seharusnya. Nana Syaodih Sukmadinata mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu: 1. Psikologi perkembangan dan 2. Psikologi belajar . Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakikat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakikat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum. Masih berkenaan dengan landasan psikologis, Ella Yulaelawati memaparkan teori-teori psikologi yang mendasari Kurikulum Berbasis Kompetensi. Dengan mengutip pemikiran Spencer, Ella Yulaelawati mengemukakan pengertian kompetensi bahwa kompetensi merupakan “ karakteristik mendasar dari seseorang yang merupakan hubungan kausal dengan referensi kriteria yang efektif dan atau penampilan yang terbaik dalam pekerjaan pada suatu situasi “. Selanjutnya, dikemukakan pula tentang 5 tipe kompetensi, yaitu : Motif, yaitu sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berpikir secara konsisten atau keinginan untuk melakukan suatu aksi. Bawaan, yaitu karakteristik fisik yang merespons secara konsisten berbagai situasi atau informasi. Konsep Diri, yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang; Pengetahuan, yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang; dan Keterampilan, yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun mental. Kelima kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap perencanaan sumber daya manusia atau pendidikan. Keterampilan dan pengetahuan cenderung lebih tampak pada permukaan ciri-ciri seseorang, sedangkan konsep diri, bawaan dan motif lebih tersembunyi dan lebih mendalam serta merupakan pusat kepribadian seseorang. Kompetensi permukaan (pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah dikembangkan. Pelatihan merupakan hal tepat untuk menjamin kemampuan ini. Sebaliknya, kompetensi bawaan dan motif jauh lebih sulit untuk dikenali dan dikembangkan. Dalam konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi, E. Mulyasa menyoroti tentang aspek perbedaan dan karakteristik peserta didik, Dikemukakannya, bahwa sedikitnya terdapat lima perbedaan dan karakteristik peserta didik yang perlu diperhatikan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi , yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. Perbedaan tingkat kecerdasan Perbedaan kreativitas Perbedaan cacat fisik Kebutuhan peserta didik Pertumbuhan dan perkembangan kognitif Asas ini berkenaan dengan perilaku manusia. Landasan psikologis berkaitan dengan cara peserta didik belajar, dan faktor apa yang dapat menghambat kemampuan belajar mereka selain itu psikologis memberikan landasan berpikir tentang hakikat proses belajar mengajar dan tingkat-tingkat perkembangan peserta didik. Kurikulum pada dasarnya disusun agar peserta didik dapat tumbuh dan berkembang dengan baik ini berarti bahwa kurikulum dan pengajaran yang dilaksanakan dengan mempertimbangkan peserta didik sebagai peserta utama dalam proses belajar mengajar akan lebih meningkatkan keberhasilan kurikulum, daripada kurikulum yang mengabaikan faktor psikologis peserta didik. c. Asas sosiologis Asas ini berkenaan dengan penyampaian kebudayaan, proses sosialisasi individu dan rekontruksi masyarakat, Landasan sosial budaya ternyata bukan hanya semata-mata di gunakan dalam mengembangkan kurikulum pada tingkat nasional, melainkan juga bagi guru dalam pembinaan kurikulum tingkat sekolah atau bahkan tingkat pengajaran, menurut Doll , sekolah mempersiapkan anak untuk kehidupan di masyarakat kini dan yang akan datang. Agar sekolah dapat memberikan persiapan sebaik-baiknya, maka apa yang dipersiapkan harus sesuai dengan apa yang ada atau diharapkan oleh masyarakat. Hal yang sulit bagi pendidikan berkenaan dengan dasar masyarakat ini adalah sifat masyarakat yang selalu berubah. Atau yang sesuai sekarang belum tentu tetap sesuai dengan 10 atau 20 tahun yang akan datang. d. Asas pengetahuan dan teknologi (Herrick), Dasar ini berkenaan dengan materi yang akan disampaikan dalam kurikulum. Apakah pendidikan akan memberikan pengetahuan lama atau pengetahuan baru ? kita mengetahui bahwa perkembangan sangat pesat, mampukah sekolah mengikuti perkembangan pengetahuan ini untuk disampaikan pada anak. Pengetahuan mana yang sangat urgen untuk dikuasai anak ? mengenai teknologi selain teknologi sebagai bahan ajar dalam penyusunan kurikulum juga teknologi berfungsi sebagai penunjang pelaksanaan pendidikan. dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat dapat menunjang efisiensi pelaksanaan pendidikan, terutama dengan menggunakan alat-alat bantu seperti, komputer, radio, televisi, tape recorder, film dll. e. Asas Organisatoris Keadaan masyarakat yang berubah-ubah dan mengalami perubahan yang sangat pesat, tentu akan memberi beban baru bagi para pengembang kurikulum, yang berperan sebagai pembuat keputusan dan memilih apa saja yang harus diajarkan kepada siapa. Dalam hal ini Nasution menanyakan bahwa ada dua masalah pokok yang harus dipertimbangkan , yaitu: 1. Pengetahuan apa yang harus diberikan kepada peserta didik dalam suatu bidang studi, 2. Bagaimana mengorganisasi bahan itu agar peserta didik dapat mengusai dengan sebaik-baiknya. Kalau diperhatikan secara seksama, yang paling berwenang dalam memecahkan masalah adalah para spesialis mengenai ilmu tersebut, dengan syarat selalu mengikuti perkembangan ilmunya, dan tentunya harus memahami asas filosofis, sosiologis, dan psikologis dalam mengambil keputusan. Sementara itu para pengembang kurikulum mempunyai tugas untuk membantu para spesialis agar memahami sepenuhnya akan tugas mereka dalam menentukan pengetahuan paling berharga tersebut. Pendekatan yang paling baik kemungkinan adalah dengan membentuk tim yang diketuai ahli pengembang kurikulum yang juga memiliki pengetahuan yang memadai mengenai bidang studi tersebut. Kemudian masalah selanjutnya adalah mengenai organisasi bahan yang tidak kalah penting untuk diperhatikan. Nasution mengemukakah bahwa ada bermacam cara dalam mengorganisasikan bahan bagi keperluan pengajaran. Salah satunya adalah denga mengorganisasikan berdasarkan: topik, tema, kronologi, konsep, isu, logika, dan proses disiplin. Asas ini berkenaan dengan organisasi kurikulum. Dilihat dari organisasinya ada tiga tipe bentuk kurikulum: Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated subject curriculum) Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang sejenis di hubunghubungkan(Correlated curriculum) Kurikulum yang terdiri dari peleburan semua/ hampir semua mata pelajaran(integrated curriculum) 2. Tingkatan dalam Pengembangan Kurikulum Adapun tingkatan dalam pengembangan kurikulum antara lain : a. Pengembangan tingkatan institusional, yakni meliputi kegiatan pengembangan tujuan-tujuan institusional dan struktur program b. Pengembangan tingkatan bidang studi / mata pelajaran c. Setelah bidang-bidang studi di tentukan langkah selanjutnya ialah mengembangkan GBPP, dengan menempuh langkah sebagai berikut: d. Menetapkan tujuan-tujuan kurikuler dan tujuan intruksional umum tiap bidang studi e. Mengidentifikasi topik-topik /pokok bahasan yang di perkirakan dapat dijadikan sebagai bahan untuk dipelajari oleh murid agar mencapai tujuan yang telah dirumuskan f. Memilih topik-topik yang paling relevan, fungsional,efektif dan komperhensif bagi pencapaian tujuan yang telah din identifikasikan g. Menetapkan metode dan sumber belajar untuk tiap kelompok pokok bahasan h. Pengembangan tingkat operasional / kelas i. Uraian tentang pengembangan tingkat operasional ini lebih di tekankan pada usaha guru dalam mengembangkan lebih lanjut GBPP. BAB III PENUTUP Kesimpulan a. Ada tiga konsep kurikulum yakni Kurikulum sebagai suatu substansi, yaitu suatu kurikulum, dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Kurikulum sebagai suatu sistem, yaitu Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan dan mengevaluasi serta menyempurnakannya. Kurikulum sebagai suatu bidang studi, yaitu merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Adapun prinsip dasar dalam mengembangkan kurikulum adalah sebagai berikut: 1. Prinsip relevansi, Kurikulum dan pengajaran harus disusun sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan kehidupan peserta didik. 2. Prinsip efektifitas, Berkaitan dengan tingkat pencapaian hasil pelaksanaan kurikulum. 3. Prinsip efisiensi, Berkaitan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, dana, dan sarana yang dipakai dengan hasil yang diperoleh. 4. Prinsip kontinuinitas, Kurikulum berbagai tingkat kelas dan jenjang pendidikan disusun secara berkesinambungan. 5. Prinsip Fleksibilitas,disamping program yang berlaku untuk semua anak terdapat pula kesempatan bagi anak mengambil program-program pilihan. 6. Prinsip integritas, kurikulum hendaknya memperhatiakn hubungan antara berbagai program pendidikan dalam rangka pembentukan kepribadian yang terpadu. 2. Ada beerapa cara atau langkah dalam mengembangkan kurikulum diantaranya Mengadakan penilaian umum tentang sekolah, menyelidiki berbagai kebutuhan, Mengidentifikasi masalah serta merumuskannya, Mengajukan saran perbaikan, Menyiapkan desai perencanaannya yang mencakup tujuan, Memilih anggota panitia,dapat mungkin sesuai dengan kompetensi masing-masing, mengawasi pekerjaan panitia, melaksanakan hasil panitia oleh guru dalam kelas, menerapkan cara-cara evaluasi, memantapkan perbaikan. DAFTAR PUSTAKA Hamalik, Oemar. 2008. Manajmen Pengembangan Kuriuum. Bandung: Rosdakarya. Sukmadinata, Nana Saodih. 2002. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung:RosdaKarya. Zuhairini, Dkk. 2008. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi aksara. Mulyasa, E. 2009. Implementasi KTSP. Jakarta: Bumi Aksara. Nasution.2008. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: PT Bumi Aksara. Idi, Abdullah . 2007. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz. Dasar Dasar Pengembangan Kurikulum