Uploaded by Nasrul Syamsudin

UNESCO dalam Kebijakan Perlindungan Warisan Budaya Indonesia: Studi Kasus Batik antara Indonesia dan Malaysia

advertisement
KELAS: Hukum Internasional B
NO.HP: 085853346492
UNESCO dalam Kebijakan Perlindungan Warisan Budaya Indonesia:
Studi Kasus Batik antara Indonesia dan Malaysia
Muhammad Nasrul Syamsudin – 201710360311214
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional | Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Muhammadiyah Malang
Email: [email protected]
Abstraksi
Budaya adalah salah satu hal yang fundamental bagi suatu negara, karena budaya merupakan
identitas negara atau bangsa. Tanpa adanya budaya maka negara itu ibarat seseorang tanpa
nama, sehingga negara tersebut akan kesulitan untuk memperkenalkan diri. Oleh karena itu
negara harus berperan untuk menjaga budaya yang sudah ada agar tetap lestari dan identitas
negara tetap terjaga. Negara-negara yang memiliki pemikiran yang sama akan pentingnya
pelestarian budaya ini akhirnya tergabung dalam UNESCO, di mana dalam Organisasi
Internasional ini para anggota negara bersama-sama menjamin kelestarian dan hak
kepemilikan negara terhadap suatu warisan budaya. Adapun kontradiksi terkait kepemilikan
atas budaya tertentu, seperti yang kita ketahui batik merupakan hasil kerajinan dan warisan
budaya Indonesia, namun di sisi lain Malaysia mengakui batik berasal dari negaranya.
Penelitian kali ini akan membahas dan menyelidiki permasalahan warisan budaya terkait
pengakuan Malaysia terhadap budaya yang terdapat di Indonesia dan bagaimana kebijakan
dalam hukum internasional mengenai perlindungan warisan budaya Indonesia.
Keywords: Budaya, Identitas, Batik, Indonesia, Malaysa
A. Pendahuluan
Isu mengenai pengakuan malaysia terhadap batik Indonesia
sebagai budayanya ini menimbulkan kontroversi. Pasalnya pernah
sempat malaysia menunjukkan batik di ajang internasional seperti Debra
Jeanne Poh sebagai perwakilan model dari Malaysia di acara Miss Grand
Internasional 2018.1 Wanita asal negeri jiran itu tampak jelas
menggenakan batik bermotif parang yang mana motif tersebut sangat
identik dengan batik sekitar Jawa Tengah dan Jogja di Indonesia. Tak ayal
banyak tuduhan pengeklaiman budaya yang dilontarkan oleh pihak sipil
bahkan tokoh publik sampai politisi dari Indonesia.
Jika permasalahan ini dilirik jauh ke belakang dalam konteks
sejarah sebenarnya Indonesia dan Malaysia ini memiliki kesamaan, yakni
sama-sama berasal dari ras melayu. Namun istilah melayu menurut
pemahaman kedua negara ini berbeda. Malaysia menganggap ras Melayu
itu mencakupi suku Batak, Jawa, Bugis, Minang, Aceh, dan etnis-etnis lain
yang berkaitan di Indonesia. Sementara Indonesia menganggap leluhur
orang melayu itu sebagian besar menempati Sumatera khususnya
Provinsi Riau, Semenanjung Malaysia, dan daerah pesisir Kalimantan
pada umumnya. Kerajaan-kerajaan masa lalu di seluruh kepulauan
Melayu yang sebagian besar wilayah Indonesia ini mempengaruhi
sejarah kebudayaan Malaysia secara Subtansial. Kerajaan Sriwijaya yang
ada di Pulau Sumatera dan kerajaan Majapahit yang ada di Pulau Jawa ini
dulu pernah membawa pengaruh ke Semenanjung Malaya yang
merypakan wilayah Malaysia. Kesultanan Malaka yang berada di wilyah
Malaysia ini dulu pernah diperintah oleh Pangeran Sriwijaya asal
Sumatera pada abad ke-14.2 Sekian dari fakta-fakta sejarah tersebut
membuktikan bahwa orang-orang dari ras Melayu telah berada di
Nusantara dan Malaysia selama ratusan tahun.
Hal ini dijadikan pembelaan bagi Malaysia dengan pertanyaan
retorik bahwa bagaimana mungkin orang-orang dari akar yang sama
melakukan pencurian budaya. Keserupaan budaya bagi Malaysia ini
merupakan hal yang lumrah dan bukanlah hal yang harus diperdebatkan
dan menimbulkan kontroversi. Sama halnya dengan bahasa Indonesia
____________
Tsarina Maharani, “Kontroversi Batik Miss Grand Malaysia, Komisi X DPR: Itu Punya
Kita!” dalam https://news.detik.com/berita/4257371/kontroversi-batik-miss-grandmalaysia-komisi-x-dpr-itu-punya-kita diakses pada 16 November 2018 pukul 14.57 WIB
2
Mohd Hazmi Mohd Rusli, “Malaysia-Indonesia Cultural Spat: A Kin Long Forgotten?”
dalam https://m.malaysiakini.com/news/401652 diakses pada 16 November 2018 pukul
16.29 WIB
1
yang berasal dari bahasa Melayu yang merupakan bahasa nasional
Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Namun tidak pernah
satupun dari ketiga negara ini yang melayangkan protesnya terhadap
Indonesia karena mencuri bahasa Melayu. Sadar atau tidak, Indonesia
dan Malaysia ini memang memiliki banyak persamaan dari segi bahasa,
Agama, dan Budaya.
Kenyataannya Indonesia telah mendaftarkan secara resmi batik
sebagai budayanya yang diakui UNESCO ke dalam Daftar Representatif
yang mana merupakan budaya tak benda warisan manusia (Representative
List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity) dalam sidang ke-4
komite antar pemerintah (Fourth Session of the Intergovernmental Committe)
tentang warisan budaya tak benda di Abu Dabi.3 Batik Indonesia dan 111
nominasi mata budaya dari 35 negara diakui oleh UNESCO dan termasuk
dari 76 mata budaya.4 Departemen Kebudayaan dan Pariwisita
(Depbudpar) menyatakan bahwa Batik Indonesia dalam Representative List
of Intangible Cultural Heritage of Humanity yang dimasukkan oleh UNESCO
ini semata-mata sebagai wujud pengakuan internasional bagi salah satu
mata kebudayaan yang dimiliki Indonesia. Hal ini dapat meningkatkan
derajat dan memotivasi pengrajin-pengrajin batik untuk berkembang
menjadi lebih baik dan meningkatkan produktivitas kinerja serta
membantu dalam upaya meningkatkan kesejahteran rakyat menjadi lebih
baik dari sebelumnya oleh karena batik telah mendapatkan pengakuan
berstandar internasional. Upaya Indonesia dalam penyusunan dokumen
nominasi agar dapat mendaftarkan batik ke dalam UNESCO
Representative List of Intangible Cultural Heritage of Humanity ini melibatkan
para pelaksana kepentingan meliputi pemerintah utamanya, pengarajinpengrajin, para ahli, Pengusaha-pengusaha yang tergabung dalam
asosiasi, yayasan atau lembaga batik, dan masyarakat-masyarakat luas
sekitar. Adapun Agen-Agen Indonesia yang dikirim ke negara-negara
yang tercakup dalam Tim Juri atau istilah yang lebih dikenal dengan
Subsidiary Body yang meliputi Uni Emirat Arab, Turki, Estonia, Mexico,
Kenya, Korea Selatan, dan Perancis. Delegasi-delegasi yang dikirim
Indonesia ini mengemban peranan dan tugas penting untuk
memperkenalakan batik lebih luas dan mendalam terhadap negaranegara anggota Subsidiary Body. Hal ini dilakukan supaya Tim Juri dapat
____________
Suryanto, “Batik Indonesia Resmi Diakui Unesco” dalam
https://www.antaranews.com/berita/156389/batik-indonesia-resmi-diakui-unesco diakses
pada 28 November 2018 pukul 18.43 WIB
4
Ibid
3
mempelajari dokumen nominasi Batik Indonesia dengan lebih seksama.
Batik Indonesia termasuk salah satu dari dua dokumen nominasi terbaik
yang pernah dicatat oleh UNESCO sehinga proses niminasi mata budaya
tak benda daripada Batik Indonesia ini dapat menjadi contoh bagi usulan
yang akan ada di masa mendatang.
Konvensi UNESCO sendiri mengenai Perlindungan Warisan
Budaya Tak benda ini sudah berlaku sejak tahun 2003 dan diadopsi oleh
114 negara dan Indonesia baru mengadopsinya pada catur tahun
setelahnya atau lebih tepatnya pada tahun 2007.5 Konversi tersebut ada
karena berusaha menegaskan perlindungan warisan budaya tak benda
yang mana meliputi tradisi bertutur dan berekspresi, ritual dan festival,
kerajinan tangan, musik, tarian, pagelaran seni tradisioanal, dan kuliner.
Warisan yang turun-temurun dan masih lestari dari generasi ke generasi
ini melambangkann identitas bagi komunitas atau kelompok tertentu dan
konvensi ini sebagai wujud untuk menghormati dan menghargai
keragaman budaya yang timbul dari kebiasaan dan kreativitas individu
atau kelompok. Batik Indonesia diakui oleh UNESCO karena memiliki
teknik dan simbol budaya yang mana menggambarkan identitas rakyat
Indonesia dari awal hingga akhir kehidupan seperti bayi yang terbungkus
kain batik dengan corak simbol yang dipercaya bisa membawa
keberuntungan dan mayat yang ditutup dengan kain batik. Adapun kain
Batik dengan bentuk corak tertentu yang bisa dipakai sehari-hari semisal
dipakai dalam kegiatan bisnis, akademis, tamu dalam acara pernikahan
atau semacamnya, kehamilan, pewayangan, kebutuhan nonsandang, dan
penampilan kesenian atau ritual tertentu. Ada juga corak-corak Batik
Indonesia yang menggambarkan adanya pengaruh dari kebudayaan asing
seperti corak kaligrafi Arab, burung phoenix china, bunga cherry Jepang
hingga burung merak India atau Persia.
Kerajinan Batik sendiri telah diwariskan dari generasi ke generasi
dan merupakan identitas budaya rakyat yang ada di Indonesia yang
menggambarkan kreatifitas dan spiritual rakyat Indonesia bila dilihat dari
bermacam-macam arti simbolik perihal warna dan corak, oleh karena itu
UNESCO mengakui dan memasukkan Batik Indonesia ke dalam
Representative List karena Batik Indonesia kaya akan simbol-simbol dan
filosofi tentang kehidupan rakyat Indonesia dan berkontribusi untuk
memelihara warisan budaya tak benda pada masa kini dan masa depan,
____________
5
Ibid
sehingga semua itu sesuai dan memenuhi kriteria UNESCO yang
ditetapkan.
UNESCO sebagai organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan yang merupakan badan khusus ciptaan PBB bertujuan untuk
berkontribusi pada perdamaian dan keamanan di dunia dengan
mempromosikan kolaborasi di antara bangsa-bangsa melalui pendidikan,
ilmu pengetahuan, budaya dan komunikasi untuk lebih menghormati
keadilan secara universal, supremasi hukum, penegakan hak asasi
manusia dan kebebasan fundamental yang diteguhkan bagi bangsabangsa di dunia tanpa perbedaan ras, jenis kelamin, bahasa atau agama
sebagaimana sesuai dengan piagam PBB. Tujuan-tujuan tersebut
didukung dengan beberapa fungsi UNESCO sebagai berikut:
1. Menawarkan dan mempromosikan kerjasama intelektual kepada
masyarakat melalui komunikasi massa;
2. Memberikan dorongan segar untuk pendidikan dan penyebaran
budaya;
3. Menjaga, meningkatkan, dan menyebarkan pengetahuan;
4. Membangun dan memperkuat jaringan penelitian yang ada
dengan melakukan penelitian, kajian, penyebaran temuan,
mengorganisir dialog dan debat, dan merumuskan rekomendasi
kebijakan;
5. Memastikan pembangunan dan pengelolaan sumber daya alam
yang rasional dengan menerapkan ilmu pengetahuan;
6. Mempromosikan, melakukan advokasi, dan memastikan
partisipasi anggota forum untuk meningkatkan kesadaran,
partisipasi efektif dan keterlibatan masyarakat, politisi dan
pengambil keputusan lainnyadalam kegiatan forum dan proses
nasional;
7. Mendorong para pembuat kebijakan untuk mempromosikan
partisipasi perempuan dalam proses politik, legislatif, sosial,
ekonomi dan budaya;
8. Melindungi Warisan Budaya tak benda;
9. Memastikan rasa hormat terhadap warisan budaya tak benda yang
dimiliki dari berbagai komunitas, kelompok, dan individu yang
bersangkutan;
10. Meningkatkan kesadaran, baik pada tingkat domestik, nasional
ataupun internasional terkait pentingnya warisan nudaya tak
benda dan memastikan untuk saling menghargai warisan budaya
tersebut;
11. Menawarkan kerjasama dan bantuan internasional.
B. Metode
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang mana metode ini
lebih berfokus pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu
masalah, di mana pengklaiman oleh pihak asing dan bagaimana sebuah
budaya dapat diakui oleh UNESCO serta upaya Indonesia mengusulkan
kebudayaan dikaji lebih rinci dengan mengandalkan data dari internet based
research.
C. Temuan
Suatu budaya tidak serta-merta diakui oleh UNESCO. Terdapat
kriteria yang harus dipenuhi sebagaimana dijelaskan dalam Operational
Guidelines for the Implementation of the World Heritage Convention. Kriteria
ini direvisi secara teratur oleh Komite untuk mencerminkan evolusi
konsep Warisan Dunia itu sendiri, terakhir direvisi pada tahun 2004.6
Terdapat sepuluh kriteria dari enam kriteria budaya dan empat kriteria
ilmiah sebagai berikut:
1. Mewakili karya jenius kreatif manusia;
2. Menunjukkan pertukaran nilai-nilai kemanusiaan yang penting
selama rentang waktu tertentu atau berada di dalam wilayah
budaya dunia pada perkembangan arsitektur, teknologi, seni
monumental, dan desain lanskap;
3. Memberikan kesaksian unik atau luar biasa terhadap tradisi
budaya atau peradaban yang masih lestari ataupun yang telah
hilang;
4. Menjadi contoh luar biasa dari jenis bangunan, arsitektur,
teknologi, desain lanskap yang menggambarkan tahap signifikan
dalam sejarah manusia;
____________
UNESCO, “The Criteria for Selection” dalam https://whc.unesco.org/en/criteria/ diakses
pada 29 November 2018 pukul 10.32 WIB
6
5. Menjadi contoh luar biasa dari pemukiman manusia tradisional,
penggunaan lahan, penggunaan laut yang mewakili suatu budaya,
dan interaksi manusia dengan lingkungan terutama ketika ia
menjadi rentan di bawah pengaruh perubahan ireversibel;
6. Berkaitan dengan peristiwa atau tradisi hidup, gagasan,
keyakinan, seni dan sastra yang memiliki signifikasi universal
yang luar biasa;
7. Mengandung fenomena alam superlatif atau area keindahan alam
dan estetika yang luar biasa;
8. Menjadi contoh luar biasa yang mewakili tahapan utama dari
sejarah bumi, termasuk sejarah kehidupan, proses geologis secara
signifikan yang sedang berlangsung dalam pengembangan
bentang alam, fitur geomorik atau fisiografi yang signifikan;
9. Menjadi contoh luar biasa yang mewakili proses ekologis dan
biologis yang berlangsung secara signifikan dalam evolusi dan
pengembangan ekosistem darat, air tawar, pesisir dan laut serta
konunitas tumbuhan dan hewan;
10. Mengandung habitat alami yang paling penting dan signifikan
untuk konservasi keragaman biologi in-situ,termasuk yang
mengandung spesies terancam yang memiliki nilai universal yang
luar biasa dari sudut pandang sains atau konservasi.
Suatu budaya agar bisa terseleksi oleh UNESCO setidaknya hanya
memenuhi satu kriteria dari sepuluh kriteria tersebut dan terkadang
kriteria ke-4 sebaiknya dipadukan dengan kriteria lain karena
berhubungan dengan unsur-unsur dasar terciptanya budaya itu sendiri.
Jauh sebelum Batik diakui UNESCO, Indonesia telah berupaya
mengembangkan kebudayaannya agar diakui di kancah internasional
yang mana urusan ini diserahkan kepada Direktorat Warisan dan
Diplomasi Budaya, Direktorat Jendral Kebudayaan, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan untuk menyampaikan usuulan mengenai
warisan budaya Indonesia kepada United Nation Educational, Scientific and
Cultural Organization (UNESCO) pada setiap tahun. Indonesia kian aktif
mengusulkan warisan budayanya setelah meratifikasi konvensi yang
dikeluarkan UNESCO tentang Perlindungan Budaya Dunia dan Warisan
Alam (Convention concerning the Protection of the World Cultural and Natural
Heritage) yang dirumuskan pada tahun 1972 dan diratifikasi oleh
Indonesia pada tahun 1989.7 Kemudian Indonesia meratifikasi dua
konvensi lagi untuk warisan budaya tak benda yang mana dijadikan
dasar hukum untuk mengusulkan batik ke UNESCO. Konvensi budaya
tak benda pertama adalah convention for the safguarding of The Intangible
Cultural Herritage tahun 2003 yang selanjutnya dijadikan refleksi untuk
merumuskan Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2007 Tentang
Pengesahan Konvensi Budaya Tak Benda.8 Sememjak itu juga Indonesia
diharuskan memberikan laporan berkala mengenai perkembangan
pelestarian warisan budaya tak benda kepada UNESCO dan menjaga
warisan budaya sesuai aturan yang telah ditetapkan di dalam konvensi.
Konvensi budaya tak benda kedua adalah Convention on the Protection and
Promotion of the Diversity of Cultural Expressions tahun 2005 yang kemudian
dijadikian refleksi juga guna perumusan Peraturan Presiden Nomor 78
Tahun 2011 Tentang Proteksi dan Promosi Keanekaragaman Ekspresi
Budaya.9 Seniman, profesional budayawan, praktisi dan masyarakat
umum dapat membuat, memproduksi, menyebarluaskan dan menikmati
berbagai barang, jasa dan kegiatan budaya berkat jaminan dalam
konvensi ini. Konvensi ini memberikan kewenangan terhadap negara
untuk mengambil tindakan melindungi dan mempromosikan keragaman
ekspresi budaya dan menindaki kewajiban baik nasional maupun
internasional.
____________
Catherine Krige, “Menuju Warisan Budaya Dunia: Proses Penetapan Warisan Budaya
Tak Benda (Intangible Cultural Heritage) dan Warisan Dunia (World Heritage) Indonesia
oleh UNESCO” dalam https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/menuju-warisanbudaya-dunia-proses-penetapan-warisan-budaya-tak-benda-intangible-cultural-heritagedan-warisan-dunia-world-heritage-indonesia-oleh-unesco/ diakses pada 29 November
2018 pukul 13.18 WIB
8
Ibid
9
Ibid
7
Indonesia sampai pada akhirnya mencoba mengusulkan batik ke
UNESCO. Proses dan tahap yang dilakukan tidaklah singkat dan
sederhana, harus melalui pengujian dan sidang tertutup. Sidang tertutup
ini dilaksanakan pada 11-14 Mei 2009 di Prancis yang mana dihadiri oleh
perwakilan enam negara sebagai penentu kebijakan kebudayaan yang
akan diseleksi.10 Sidang diadakan lagi akan tetapi kali ini secara terbuka
diadakan pada 2 Oktober di Abu Dhabi. Sidang ini sudah tidak lagi dalam
proses penentuan akan tetapi sudah mencapai klimaks yaitu proses
pengukuhan atau penetapan suatu budaya yang akan dimasukkan dalam
Daftar Representatif. Seperti penjelasan sebelumnya, sidang di timur
tengah ini membahas nominasi inskripsi yang dievaluasi pada Daftar
Representatif mengenai budaya bukan benda. Akhirnya sidang ditutup
dengan peresmian Batik Indonesia dalam UNESCO Representative List of
Intangible Cultural Heritage of Humkanity.
Meski demikian malaysyia tetap saja melakukan klaim atas Batik
Indonesia. Tidak hanya Batik, sebenarnya masih banyak lagi kebudayaankebudayaan Indonesia yang diklaim Malaysia. Kondisi Geografis yang
berdampingan adalah salah satu faktor pemicu konflik klaim kebudayaan
antara Indonesia dan Malaysia. Oleh karena itu kedua negara ini
dianggap memiliki kesamaan entitas yang identik sehingga disebut
serumpun. Adanya keserumpunan ini lahir karena inter-migration antar
sesama bangsa Melayu sehingga terjadi keserupaan secara adat,
kemasyarakatan bahkan keturunan. Malaysia memandang Indonesia
memiliki kekayaan budaya yang sangat besar, sehingga Malaysia berpikir
untuk berencana membangun jati diri atau identitasnya dengan
mengambil kebudayaan Indonesia termasuk batik. Hal ini dilakukan
karena Malaysia sedang mengalami krisis identitas yang disebabkan
kitiadaan perbedaan yang signifikan dengan kebuyaan asli di Indonesia.
Adapun pejabat tinggi Malaysia menyatakan bahwa Malaysia bisa
dengan sesuka hati mengklaim semua budaya yang dimiliki Indonesia
____________
Edy M Ya’kub, “Batik Imdonesia, Batik Malaysia, dan Hari Batik” dalam
https://edukasi.kompas.com/read/2009/10/10/19462435/batik.indonesia.batik.malaysia.da
n.hari.batik diakses pada 29 November 2018 pukul 16.22 WIB
10
untuk mempromosikan negaranya dengan dalih kedekatan budaya dan
sejarah seperti penjelasan sebelumnya. Sementara implementasi budaya
tidaklah semudah yang diucap, terlebih penggunaan budaya suatu
bangsa untuk mempromosikan bangsa lain yang bukanlah pemilik asli.
Pemerintah Indonesia dalam menanggapi persoalan ini
mengerahkan Departemen Hukum dan HAM yang terjalin kerjasama
dengan Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata mengenai perlindungan,
pengembangan dan pemanfaatan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)
terhadap warisan budaya Indonesia. Hal ini diberlakukan dengan
harapan dapat menghilangkan dan sudah tidak ada lagi isu-isu
pengklaiman budaya. Bila terjadi pengklaiman lagi, maka indonesia dapat
menggugat pihak tersebut sebab seluruh kebudayaan Indonesia telah
terdaftar pada World Intellectual Property Organization di mana Indonesia
telah membuat deklarasi tertulis. Malaysia pun juga menyadari dan telah
mengklarifikasi terkait klaimnya. Oleh karena itu dalam menanggapi
persoalan ini Malaysia menyiapkan langkah jangka pendek sampai jangka
panjang. Jangka pendek dengan menyiapkan nota diplomasi apabila
terdapat keberatan dari Indonesia terkait kesamaan budaya. Jangka
menengah dengan mengadakan waktu dan tempat untuk berunding
secara bilateral membicarakan budaya apa saja yang telah masuk dalam
daftar Organisasi Internasional. Jangka Panjangnya Malaysia akan
mendaftarkan budayanya ke Mahkamah Internasional, dan jika terdapat
keserupaan dengan budaya Indonesia maka hal tersebut dinegosiasikan
kembali dan diselidiki dalam konteks sejarah awal mula negara mana
yang lebih dahulu mewarisi budaya terkait.
D. Diskusi
Klaim Malaysia atas batik disebabkan keserupaan yang hampir
tidak ada bedanya antara Indonesia dan Malaysia. Keserumpunan
menjadi dalih Malaysia untuk klaim batik Indonesia, bahkan semua
budaya Indonesia dapat ia klaim. Malaysia beranggapan bahwa
permasalahan ini tidaklah harus dianggap serius, namun sebaliknya bagi
Indonesia hal ini harus ditangani segera dengan bijak karena dapat
mengancam identitas bangsa dengan adanya klaim tersebut.
Pemerintah seharusnya menanggapi hal ini dengan sigap, karena
batik sendiri telah masuk dalam Daftar Representif. Indonesia pun telah
meratifikasi beberapa konvensi UNESCO terkait pelestarian budaya dan
menjadikannya dasar dalam perumusan Peraturan Presiden. Tak hanya
pemerintah, masyarakat pun dapat ikut andil dalam pelestarian budaya
khususnya batik. Setidaknya masyarakat memakai batik sekali atau
beberapa kali dalam sepekan, tentu secara tidak langsung ikut
berpatisipasi dalam pelestarian budaya Indonesia.
Demi terealisasinya budaya benar-benar terlestarikan, Pemerintah
sebaiknya membangun kesadaran baik bagi dirinya sendiri maupun
terhadap masyarakat dengan membentuk persepsi dan perspektif baru
agar masalah terkait pengkliaman ini dapat ditanggapi lebih kritis dan
bijak.
E. Kesimpulan
Perlindungan hukum internasional terhadap batik telah diatur
dalam konvensi budaya tak benda oleh UNESCO dan telah resmi masuk
dalam Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity.
UNESCO tidak begitu saja memasukkan batik ke dalam Daftar
Representatif. Ada kriteria yang harus dipenuhi dipenuhi supaya suatu
budaya dapat dengan resmi diakui oleh UNESCO. Indonesia sebelum
mengusulkan batik ke UNESCO telah meratifikasi beberapa konvensi
yang telah dirumuskan oleh UNESCO diantaranya ada Convention
concerning the Protection of the World Cultural and Natural Heritage,
convention for the safguarding of The Intangible Cultural Herritage,
Convention on the Protection and Promotion of the Diversity of Cultural
Expressions. Hal ini dilakukan Indonesia supaya hukum memgenai
perlindungan warisan budaya semakin kuat.
Meski demikian, masih saja terdapat klaim batik oleh
Malaysia. Keserumpunan dan fakta historis menjadi alasan
mengapa Malaysia dapat klaim batik sebagai budayanya. Hal ini
dilakukan Malaysia untuk menanaggulangi masalah krisis identitas
yang disebabkan kitiadaan perbedaan yang signifikan dengan
kebuyaan asli di Indonesia. Indonesia dalam menanggapi hal ini
mengutus Departemen Hukum dan HAM yang terjalin kerjasama
dengan Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata mengenai
perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan Hak Kekayaan
Intelektual (HAKI) terhadap warisan budaya Indonesia. Tindakan
ini diharapkan supaya tidak ada lagi masalah mengenai klaim
budaya Indonesia oleh negeri asing. Malaysia pun telah
mengklarifikasi klaimnya dan juga menanggapi hal ini dengan
membentuk langkah jangka pendek sampai jangka panjang dengan
mendiskusikan masalah ini baik-baik.
Demi terealisasinya budaya benar-benar terlestarikan, Pemerintah
sebaiknya membangun kesadaran baik bagi dirinya sendiri maupun
terhadap masyarakat dengan membentuk persepsi dan perspektif baru
agar masalah terkait pengklaiman ini dapat ditanggapi lebih kritis dan
bijak serta permasalahan ini tidak terulang lagi.
Bibliography
Maharani, Tsarina (2018). Kontroversi Batik Miss Grand Malaysia, Komisi
X
DPR:
Itu
Punya
Kita!.
Diakses
dari
https://news.detik.com/berita/4257371/kontroversi-batik-missgrand-malaysia-komisi-x-dpr-itu-punya-kita. (16/11/2018, 14.57
WIB).
Rusli, M.H.D. (2017). Malaysia-Indonesia Cultural Spat: A Kin Long
Forgotten?.
Diakses
dari
https://m.malaysiakini.com/news/401652. (16/11/2018, 16.29
WIB).
Suryanto (2009). Batik Indonesia Resmi Diakui UNESCO. Diakses dari
https://www.antaranews.com/berita/156389/batik-indonesiaresmi-diakui-unesco. (28/11/2018, 18.43 WIB).
TU/e. UNESCO – United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization.
Diakses
dari
http://olympiads.win.tue.nl/ioi/misc/unesco.html. (28/11/2018,
20.52 WIB).
UNESCO.
Learning
To
Live
Together.
Diakses
dari
http://www.unesco.org/new/en/social-and-humansciences/themes/democracy/permanent-forum-of-arab-africandialogue/objectives-and-functions/. (28/11/2018, 21.05 WIB).
UNESCO.
The
Criteria
for
Selection.
Diakses
dari
https://whc.unesco.org/en/criteria/. (29/11/2018, 10.32 WIB).
Krige, Catherine (2017). Menuju Warisan Budaya Dunia: Proses
Penetapan Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural
Heritage) dan Warisan Dunia (World Heritage) Indonesia oleh
UNESCO.
Diakses
dari
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/menuju-warisanbudaya-dunia-proses-penetapan-warisan-budaya-tak-bendaintangible-cultural-heritage-dan-warisan-dunia-world-heritageindonesia-oleh-unesco/. (29/11/2018, 13.18 WIB).
Ya’kub, E.M. (2009). Batik Indonesia, Batik Malaysia, dan Hari Batik.
Diakses
dari
https://edukasi.kompas.com/read/2009/10/10/19462435/batik.i
ndonesia.batik.malaysia.dan.hari.batik. (29/11/2018, 13.18 WIB).
Pitanatri, P.D.S. Perlindungan Hukum Internasional dan Hukum
Nasional Indonesia Terhadap Tari Tradisional Bangsa Indonesia:
Studi Kasus Klaim Tari Pendet oleh Malaysia. Diakses dari
https://www.academia.edu/13823965/PERLINDUNGAN_HUK
UM_INTERNASIONAL_DAN_HUKUM_NASIONAL_INDONESI
A_TERHADAP_TARI_TRADISIONAL_BANGSA_INDONESIA_S
TUDI_KASUS_KLAIM_TARI_PENDET_OLEH_MALAYSIA?auto
=download. (29/11/2018, 15.34 WIB).
Gracelia, Jennifer. Tantianty, S.E. Penelitian Penyelesaian Permasalahan
Klaim Malaysia Atas Budaya Indonesia. Diakses dari
https://www.academia.edu/36607872/PENELITIAN_PENYELES
AIAN_PERMASALAHAN_KLAIM_MALAYSIA_ATAS_BUDAY
A_INDONESIA. (29/11/2018,18.47 WIB).
Download