Uploaded by User32255

BATANG LAPRAK 1

advertisement
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM MORFOLOGI DAN ANATOMI
BATANG
OLEH :
NAMA
: ZAIN ALMAS MAZIN HERDIKARYANTO
NIM
: 19308141030
KELOMPOK
: 4/BUNGA
LABORATORIUM BOTANI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
A. TUJUAN
1. Untuk mengetahui anatomi dan morfologi pada batang tumbuhan.
2. Untuk mengetahui rumus duduk daun.
B. DASAR TEORI
Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat pening, dan
mengingat tempat serta kedudukan batang bagi tumbuhan, batang dapat
disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan.

Pada umumnya batang memiliki sifat-sifat berikut :
1. Berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula mempunyai
bentuk lain, akan tetapi selalu bersifat aktinomorf, artinya dapat
dengan sejumlah bidang dibagi menjadi dua bagian yang setangkup.
2. Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku,
dan pada buku-buku inilah terdapat daun.
3. Tumbuhnya biasanya ke atas, menuju cahaya atau matahari (bersifat
fototrop atau heliotrop).
4. Selalu bertambah panjang di ujungnya (pertumbuhan tidak
terbatas).
5. Mengadakan percabangan.
6. Umumnya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya
pendek, misalnya rumput dan batang yang masih muda.

Tugas batang
:
1. Mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada di atas tanah, yaitu
daun, bunga, dan buah.
2. Dengan percabangannya memperluas bidang asimilasi.
3. Jalan pengangkutan air dan zat-zat makanan dari bawah ke atas dan
jalan pengangkutan hasil asimilasi dari atas ke bawah.
4. Menjadi tempat penimbunan zat-zat cadangan makanan.

Penampang Melintang Batang Dikotil dan Monokotil
Dikotil
Monokotil
Jika kita membandingkan berbagai jenis tumbuhan, ada diantaranya
yang jelas kelihatan gatangnya, tetapi ada pula yang tampaknyatidak
berbatang. Oleh sebab itu kita membedakan
:
1. Tumbuhan yang tidak berbatang (plata acaulis). Tumbuh-tumbuhan
yang benar tidak berbatang sesungguhnya tidak ada, hanya tampaknya
saja tidak ada. Hal itu disebabkan karena batang amat pendek, sehingga
semua daunnya seakan-seakan keluar dari bagian atas akarnya dan
tersusun rapat satu sama lain merupakan suatu roset (rosula), seperti
misalnya lobak, sawi.
2. Tumbuhan yang jelas berbatang dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Batang basah (herbaceus), yaitu batang yang lunak berair, misalnya
pada bayam (Amaranthus spinosus L.), krokot (Portulaca oleracea
L.).
b. Batang berkayu (lignosus), yaitu batang yang biasa keras dan kuat,
karerna sebagian besar terdiri atas kayu, yang terdapat pada pohonpohon (arbores) dan semak-semak (frutices) pada umumnya. Contoh
: mangga (Mangifera indica) dan sidaguri (Sidahombofolia L.)
c. Batang rumput (calmus), yaitu batang yang tidak keras,
mempunyai ruas-ruas yang nyata dan seringkali berongga, misalnya
pada padi (Oriza sativa) dan rumput (Gramineae) pada umumnya.
d. Batang mendong (calamus), seperti batang rumput, tetapi
mempunyai ruas-ruas yang lebih panjang, misalnya pada mendong
(Fimbristylis globulosa Kunth), wlingi (Scirpus grassus L.), dan
tumbuhan sebangsa teki (Cyperaceae), lainnya.
Bentuk Batang
Tumbuhan biji belah (Dicotyledoneae) pada umumnya mempunyai
batang yang di bagian bawahnya lebih besar dan ke ujung semakin
mengecil, jadi batangnya dapat dipandang sebagai suatu kerucut atau limas
yang memanjang, yang dapat mempunyai percabangan atau tidak.
Tumbuhan biji tunggal (Monocotyledoneae) sebaliknya mempunyai batang
yang dari pangkal sampai ke ujung boleh dikata tak ada perbedaan
besarnya. Hanya pada beberapa golongan saja yang pangkalnya tampak
membesar, tetapi selanjutnya ke atas sama.
Dilihat dari bentuk penampang melintangnya, bentuk batang
dapat dibagi menjadi berikut :
a. Bulat (teres). Misalnya pada Bambu (Bambusa sp.) dan Kelapa
(Cocos nucifera L.).
b. Bersegi (angularis). Kemungkinan batang bentuk bersegi adalah:
c. Bangun Segi Tiga (triangularis). Misalnya pada Teki (Cyperus
rotundus).
d. Bangun Segi Empat (quadrangularis). Misalnya pada Markisah
(Passiflora quadrangularis L.), dan Iler (Coleus scutellarioides
Benth.).
e. Pipih. Batang bentuk pipih biasanya melebar menyerupai daun dan
mengambil alih fungsi daun. Kemungkinan batang bentuk pipih
adalah:

Filokladia
(phyllocladium),
pertumbuhannya
terbatas.
jika
sangat
Misalnya
pipih
pada
dan
Jakang
(Muehlenbeckia platyclada Meissn.).

Kladodia
(cladodium),
jika
terus
tumbuh
dan
ada
percabangan. Misalnya pada Kaktus (Opuntia vulgaris Mill.).
Dilihat dari permukaannya, batang tumbuh-tumbuhan juga
memperlihatkan sifat yang bermacam-macam. Kita dapat membedakan
batang yang :
a. Licin (laevis), misalnya batang jagung (Zea mays)
b. Berusuk (costatus), jika pada permukaannya terdapat rigi-rigi yang
membujur, misalnya iler (Coleus scutellarioides)
c. Beralur (sulcatus), jika pada arah membujur batang terdapat aluralur yang jelas, misalnya pada Cereus peruvianus (L.) Haw.
d. Bersayap (alatus), biasanya pada batang yang bersegi, tetapi pada
sudut-sudutnya terdapat pelebaran yang tipis, misalnya pada
gadung (Dioscorea alata).
e. Berambut (pilosus), seperti misalnya pada tembakau (Nicotiana
tabacum)
f. Berduri (spinosus), misalnya pada mawar (Rosa sp)
g. Memperlihatkan bekas-bekas daun, misalnya pada papaya
(Carica papaya) dan kelapa (Cocos nucifera)
h. Memperlihatkan
bekas-bekas
daun
penumpu,
misalnya
nangka (Artocarpus integra), kluwih (Artocarpus communis)
i. Memperlihatkan
lentisel,
misalnya
pada
sengon
(Albizia
stipulata)
j. Keadaan-keadaan lain, misalnya lepasnya kerak (bagian kulit
yang mati) seperti terlihat pada jambu biji (Psidium guajava).
Arah tumbuh batang
Batang tumbuhan dikatakan tumbuh ke arah cahaya, meninggalkan
tanah. Tetapi arah tumbuh batang tanaman mempunyai variasi, yaitu:
a. Tegak Lurus (erectus), jika arah tumbuhnya lurus ke atas. Misalnya
pada Pepaya (Carica papaya L.).
b. Menggantung (dependens/pendulus), untuk tumbuhan yang tumbuh
pada lereng-lereng atau tepi jurang. Misalnya pada Zebrina pendula
Schnitzl. Atau tumbuhan yang hidup di atas pohon sebagai epifit.
Pada jenis Anggrek (Orchidaceae) tertentu misalnya Aerides odorata.
c. Berbaring (humifusus), jika batang terletak pada permukaan tanah,
hanya ujung batang saja yang sedikit membengkok ke atas. Misalnya
pada Semangka (Citrullus vulgaris Schrad.).
d. Menjalar/Merayap (repens), seperti pada batang berbaring, tetapi
buku-buku keluar akar-akar. Misalnya pada Ubi Jalar (Ipomoea
batatas Poir.).
e. Serong ke Atas/Condong (ascendens), jika pangkal batang seperti
hendak berbaring, tetapi bagian lainnya membengkok ke atas.
Misalnya pada Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.).
f. Mengangguk (nutans), jika batang tumbuh tegak lurus ke atas, tetapi
ujung batang membengkok kembali ke bawah. Misalnya pada Bunga
Matahari (Helianthus annuus L.).
g. Memanjat (scandens), jika batang tumbuh ke atas dengan penunjang
(benda mati atau tumbuhan lain) menggunakan:

Akar Pelekat, misalnya pada Sirih (Piper betle L.).

Akar Pembelit (sulur dahan), misalnya pada Anggur (Vitis
vinifera L.).

Daun Pembelit (sulur daun), misalnya pada Kembang Sungsang
(Gloriosa superba L.).

Tangkai Pembelit, misalnya pada Kapri (Pisum sativum L.).

Duri, misalnya pada Mawar (Rosa sp.), dan Bugenvil
(Bougainvillea spectabilis Willd.).

Daun Duri, misalnya pada Rotan (Calamus caesius Bl.).

Kait, misalnya pada Gambir (Uncaria gambir Roxb.).
h. Membelit (volubilis), jika batang naik ke atas menggunakan
penunjang seperti pada batang yang memanjat, tetapi tidak
menggunakan alat-alat khusus melainkan batangnya sendiri naik
dengan membelit penunjangnya. Arah pembelitannya dibedakan
menjadi:

Membelit ke Kiri (sinistrorsum volubilis), jika dilihat dari atas
arah belitannya berlawanan dengan arah jarum jam. Sehingga jika
jalannya batang diikuti, maka penunjang akan selalu berada di
sebelah kiri. Misalnya pada Kembang Telang (Clitoria ternatea
L.).

Membelit ke Kanan (dextrorsum volubilis), jika arah belitan
sama dengan arah jarum jam. Sehingga jika jalannya batang
diikuti, maka penunjang akan selalu berada di sebelah kanan.
Misalnya pada Gadung (Dioscorea hispida Dennst).
Percabangan pada Batang
Batang tumbuhan ada yang bercabang ada yang tidak. Batang tidak
bercabang kebanyakan dari golongan monokolit (monocotiledoneae)
misalnya jagung (Zea mays L.). Umumnya batang memperlihatkan
percabangan, baik banyak maupun sedikit. Cara percabangan batang
dibedakan menjadi:
a. Percabangan Monopodian, jika batang pokok selalu tampak jelas,
karena lebih besar dan lebih panjang (lebih cepat pertumbuhannya)
daripada
cabang-cabangnya.
Misalnya
pada
pohon
Cemara
(Casuarina equisetifolia L.).
b. Percabangan Simpodial, jika batang pokok sulit ditentukan karena
dalam perkembangan selanjutnya mungkin lalu menghentikan
pertumbuhannya atau kalah besar dan kalah cepat pertumbuhannya
dibandingkan dengan cabangnya. Misalnya pada Sawo Manila
(Achras zapota L.).
c. Percabangan Menggarpu/Dikotom, jika batang menjadi dua yang
sama besar. Misalnya pada Paku Andam (Gleichenia linearis
Clarke.).
Cabang yang besar yang biasanya langsung keluar dari batang
pokok disebut dahan (ramus), sedangkan cabang-cabang yang kecil
disebut ranting (ramulus). Sifat cabang batang suatu tumbuhan dibedakan
menjadi:
a. Geragih (flagellum, stolo), yaitu cabang-cabang kecil panjang yang
tumbuh merayap, dan dari buku-bukunya ke atas keluar tunas baru
dan ke bawah tumbuh akar-akar. Tunas pada buku-buku ini beserta
akar-akarnya masing-masing dapat terpisah menjadi suatu tumbuhan
baru. Cabang yang demikian dibedakan menjadi:

Cabang Merayap ke Atas Tanah, misalnya pada daun Kaki
Kuda (Centella asiatica Urb.) dan Arbe (Fragraria vesca L.).

Cabang Merayap ke Dalam Tanah, misalnya teki (Cyperus
rotundus L.) dan Kentang (Solanum tuberosum L.).
b. Wiwilan/Tunas Air (virga singularis), yaitu cabang yang biasanya
tumbuh cepat dengan ruas-ruas yang panjang, dan seringkali berasal
dari kuncup yang tidur atau kuncup-kuncup liar. Misalnya pada Kopi
(Coffea sp.) dan pohon Coklat (Theobroma cacao L.).
c. Sirung Panjang (virga), yaitu cabang-cabang yang biasanya
merupakan pendukung daun-daun, dan mempunyai ruas-ruas
panjang. Pada percabangan ini tidak pernah dihasilkan bungan,
sehingga disebut cabang mandul (steril).
d. Sirung Pendek (virgula/virgula sucrescens), yaitu cabang-cabang
kecil dengan ruas-ruas pendek yang selain daun biasanya merupakan
pendukung bunga dan buah. Cabang ini dapat menghasilkan alat
perkembangbiakan bagi tumbuhan, sehingga disebut cabang subur
(fertil).
Cabang-cabang dapa suatu tumbuhan biasanya membentuk sudut
tertentu dengan batang pokoknya. Bergantung pada besar kecilnya
tersebut, arah tumbuh cabang dibedakan menjadi:
a. Tegak (fastigiatus), jika sudut antara batang dengan cabang sangat
kecil, sehingga arah tumbuh cabang hanya pada pangkalnya saja
sedikit serong ke atas, tetapi selanjutnya hampir sejajar dengan
batang pokoknya. Misalnya wiwilan pada Kopi (Coffea sp.).
b. Condong ke Atas (patens), jika cabang dengan batang pokok
membentuk sudut 45֯. Misalnya pada pohon Cemara (Casuarina
equisetifolia L.).
c. Mendatar (horizontalis), jika cabang dengan batang pokok
membentuk sudut 90֯. Misalnya pada pohon Randu (Ceiba pentandra
Gaertn.).
d. Terkulai (declinatus), jika cabang pada pangkalnya mendatar, tetapi
ujungnya melengkung ke bawah. Misalnya pada Kopi Robusta
(Coffea robusta Lindl.).
e. Bergantung (pendulus), jika cabang tumbuhnya ke bawah. Misalnya
pada Salix.
Menurut panjang pendeknya umur, tumbuhan dibedakan menjadi:
a. Tumbuhan Anual (annuus), yaitu tumbuhan yang umurnya pendek,
kurang dari satu tahun. Untuk menunjukkan sifat ini, biasanya
dicantumkan tanda ʘ di belakang nama tumbuhannya. Misalnya pada
tanaman palawija seperti Jagung (Zea mays L.), Kedele (Soya max
Piper), dan Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.).
b. Tumbuhan Bienial (biennis), yaitu tumbuhan yang mempunyai umur
2 tahun (mulai hidup sampai menghasilkan biji). Untuk menunjukkan
sifat
ini, biasanya dicantumkan tanda ʘʘ di
belakang nama
tumbuhannya. Misalnya pada Biet (Beta vulgaris L.) dan Digitalis
(Digitalis purpurea L.).
c. Tumbuhan Menahun/Keras, yaitu tumbuhan yang dapat hidup
bertahun-tahun (mungkin juga ratusan tahun). Untuk menunjukkan
sifat ini pada golongan pohon dan semak diberi tanda ʑ, misalnya
pohon Kelapa (Cocos nucifera L.) sedangkan untuk golongan terna
(herba) diberi tanda X. Terna umur panjang biasanya mempunyai
bagian di bawah tanah yang selalu hidup walaupun bagian yang di
atas tanah telah mati, misalnya Empon-empon (Zingiberaceae),
seperti Zingiber cassumunar Roxb.
TATA LETAK DAUN PADA BATANG
Tata letak daun atau phillotaxis adalah aturan tata letak daun pada
batang. Pada batang dewasa, daun dapat tersusun dalam pola tertentu dan
berulang-ulang. Susunan daun pada batang tersebut disebut duduk daun
atau filotaksis. Istilah filotaksis sebenarnya merupakan istilah yang
digunakan untuk menyatakan urutan terbentuknya daun pada batang, tetapi
dikarenakan urutan daun tersebut tampak jelas setelah daun maupun
batang yang ditempatinya mengalami pendewasaan, maka istilah tersebut
digunakan secara umum untuk menyatakan susunan daun pada batang.
Susunan daun dari suatu tumbuhan biasanya bersifat konstan. Susunan
daun pada batang biasanya turut ditentukan oleh banyaknya helai daun
yang terbentuk dalam suatu nodus (buku). Untuk itu, daun dapat dibentuk
secara tunggal bila ada satu helai daun pada setiap buku, berpasangan bila
ada dua helai daun pada setiap buku, atau dalam karangan bila terdapat
tiga helai daun atau lebih pada setiap buku. (Tjitrosoepomo, 2007.).
Duduknya daun pada batang memiliki aturan yang disebut tata
letak daun. Untuk mengetahui bagaimana tata letak daun pada batang,
harus ditentukan terlebih dahulu berapa jumlah daun yang terdapat pada
suatu buku-buku batang, yang kemungkinannya adalah :
Pada setiap buku-buku batang hanya terdapat satu daun
Dinamakan dengan folia sparsa (tersebar). Walaupun dinamakan
tersebar, apabila diteliti justru ditemukan adanya hal-hal yang bersifat
beraturan. Jika pada suatu tumbuhan, batangnya kita anggap mempunyai
bentuk silinder tadi, dan tempat duduk daun adalah suatu titik pada
lingkaran itu, maka ketika kita menjadikan satu titik (tempat duduk daun)
sebagai suatu titik tolak kemudian bergerak mengikuti garis yang ada
diatasnya dengan jarak terpendek, demikian seterusnya, kita akan sampai
pada garis vertical di atas pangkal tolakan yang pertama. Kejadian seperti
ini akan terus berulang kembali, walaupun kita menggunakan daun lain
sebagai titik tolak. (Puryaningsih, 2009.).
Perbandingan antara banyaknya garis spiral antara banyaknya kali
garis spiral melingkari batang dengan jumlah daun yang melewati selama
sekian kali melingkar batang.
Rumus daun atau divergensi
Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun
permulaan garis spiral mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang
dilewati selama itu adalah b, maka perbandingan kedua bilangan tadi
merupakan pecahan a/b. Ortostik merupakan batang yang memiliki
sejumlah b garis-garis tegak lurus (vertical). Spiral genetic adalah garis
spiral yang merupakan suatu garis yang menghubungkan daun-daun
beturut-turut dari atas ke bawah.
Sudut divergensi
Pecahan a/b menunjukan jarak antar sudut dua daun berturut-turut,
apabila diproyeksikan pada batang datar maka jaraknya tetap dan besarnya
a/b x besar lingkaran = a/b x 360˚.
Deret Fibonacci
Tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, ternyata a/b nya, dapat
terdiri atas pecahan-pecahan : 1/2, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21 dst. Angka
tersebut menunjukan sifat :
Tiap suku dibelakang suku kedua (jadi suku ketiga dst) merupakan
suatu pecahan yang pembilangnya dapat diperoleh dengan menjumlah
kedua pembilang dua suku yang ada didepannya, demikian pula dengan
penyebutnya yang merupakan hasil penjumlahan kedua penyebut dua suku
kata yang didepannya tadi, atau Tiap suku dalam deret itu merupakan
suatu pecahan yang penyebutnya merupakan selisih antara penyebut dan
pembilang suku yang di depannya, sedang penyebutnya adalah jumlah
penyebut suku yang didepannya dengan pembilang suku itu sendiri.
Roset (rosula)
Roset adalah susunan daun yang melingkar rapat berimpitan.
Menurut letaknya, ada dua macam roset yaitu ; Roset akar, jika batang
amat pendek, sehingga semua daun berjejal-jejal diatas tanah, jadi roset
tersebut sangat dekat dengan akar. Contoh : lobak (Raphanus sativus L)
dan tapak liman (Elephantopus scaber L) Roset batang, jika daun yang
rapat berjejal-jejal terdapat pada ujung batang. Misalnya pada pohon
kelapa (cocos nucifera L) dan berbagai macam palma lainnya. Banyak
suku tumbuhan yang memiliki roset, umumnya ditemui pada suku
Astraceae (contoh : dandelion) dan suku Branssicaceae (contoh : kol).
Mosaic daun
Pada cabang-cabang yang mendatar atau serong keatas, daun-daun
dengan tata letak tersebar dapat teratur sedemikian rupa sehingga helaian-
helaian daun pada cabang itu teratur pada suatu bidang datar, dan
membentuk suatu pola seperti mosaic (pola karpet) susunan inilah yang
disebut pola karpet. Susunan daun seperti itu disebut dengan mosaic daun.
Pada setiap buku-buku batang terdapat dua daun yang berhadapan
Pada setiap buku-buku terdapat 2 daun yang berhadapan (terpisah
oleh jarak sebesar 1800). Pada buku-buku batang berikutnya biasanya
kedua daunnya membentuk suatu silang dengan dua daun yang
dibawahnya tadi. Tata letak daun yang demikian ini dinamakan :
berhadapan-bersilang (folia opposite atau folia descussata).
Pada setiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun
Tata letak daun yang demikian ini dinamakan : berkarang (Folia
verticillata),
dapat
a.l.
ditemukan
pada
pohon
pulai
(Alstonia
scholaris R.Br.), alamanda (Allamanda cathartica L.), oleander (Nerium
oleander L.). pada tumbuhan dengan tata letak daun berhadapan dan
berkarang tak dapat ditentukan rumus daunnya, tetapi juga duduk daun
yang demikian dapat juga diperlihatkan adanya ortostik-ortostik yang
menghubungkan daun-daun yang tegak lurus satu sama lain.
Bagan (skema) dan Tata Letak Daun
Tata letak daun pada batang ditempuh dengan dua jalan, yaitu :
Membuat bagan atau skema letaknya daun
Bagan tata letak daun
Batang tumbuhan digambarkan sebagai silinder dan padanya
digambar membujur ortostik-ortostiknya demikian pula buku-buku
batangnya. Daun-daun digambar sebagai penampang melintang helaian
daun yang kecil. Pada bagan akan terlihat misalnya pada daun dengan
rumus 2/5 maka daun-daun dengan nomor 1, 6, 11, dst atau daun-daun
nomor 2, 7, 12, dst akan terletak pada ortostik yang sama. Membuat
diagram
Diagram tata letak daun atau disingkat diagram daun
Untuk membuat diagram batang tumbuhan harus dipandang
sebagai kerucut yang memanjang, dengan buku-buku batangnya sebagai
lingkaran-lingkaran yang sempurna. Pada setiap lingkaran berturut-turut
dari luar kedalam digambarkan daunnya, seperti pada pembuatan bagan
tadi dan diberi nomor urut. Dalam hal ini perlu diperhatikan, bahwa jarak
antara dua daun adalah 2/5 lingkaran, jadi setiap kali harus meloncati satu
ortostik. Spiral genetiknya dalam diagram daun akan merupakan suatu
garis spiral yang putarannya semakin keatas digambar semakin sempit.
Spirostik dan Parastik
Garis-garis ortostik yang biasanya lurus keatas, dapat mengalami
perubahan-perubahan arah karena pengaruh berbagai macam factor. Garisgaris ortostik dapat menjadi garis spiral yang tampak melingkari batang
pula. Dalam keadaan yang demikian spiral genetic sukar untuk ditentukan,
dan letak daun pada batang mengikuti ortostik yang telah berubah menjadi
garis spiral tadi, keadaan ini dinamai : Spirostik. Spirostik terjadi karena
pertumbuhan batang tudak lurus tetapi memutar. Akibatnya ortostiknya
ikut memutar dan berubah menjadi spirostik. Pada tumbuhan yang letak
daunnya cukup rapat. Kelapa sawit (Elaeis guinensis), duduk daun seakanakan menurut garis-garis spiral ke kiri atau ke kanan. Tampaknya lalu ada
dua spiral ke kiri dan ke kanan. Garis-garis spiral ini disebut : Parastik.
Juga garis-garis spiral yang tampak pada buah nenas yang menunjukan
aturan letak mata-mata pada buah nenas tadi adalah parastik-parastik.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
:

Alat tulis

Alat dokumentasi
2. Bahan :

Batang sawi (Brassica juncea L.)

Batang mangga (Mangifera indica L.)

Batang bayam (Amaranthus sp.)

Rumput teki (Cyperus rotundus L.)

Batang pepaya (Carica papaya L.)

Batang ketela (Manihot utilissima)
D. LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan
2. Dokumentasikan masing-masing tumbuhan
3. Identifikasi tumbuhan tersebut berdasarkan jenis, sifat, dan rumus duduk
daun.
E. DATA DAN PEMBAHASAN
1. Batang sawi

Klasifikasi tumbuhan
Menurut Dasuki (1991) klasifikasi tanaman sawi (Brassica juncea L)
adalah sebagai berikut :
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Angiospermae
Sub Kelas : Dicotyledonae

Ordo
: Papavorales
Famili
: Brassicaceae
Genus
: Brassica
Spesies
: Brassica juncea L.
Identifikasi tumbuhan
Batang pada tanaman sawi termasuk dalam tumbuhan yang
tampaknya tidak berbatang (planta acaulis). Hal itu disebabkan
karena batang amat pendek, sehingga semua daunnya seakan-akan
keluar dari bagian atas akarnya dan tersusun rapat satu sama lain
merupakan suatu roset (rosula). Batang sawi menurut Rukmana
(2014) pendek sekali dan beruas-ruas, sehingga hampir tidak
kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang
daun. Cahyono (2003) menambahkan bahwa sawi memiliki batang
sejati pendek tegap terletak pada bagian dasar yang berada di dalam
tanah. Batang sejati ini bersifat tidak keras dan berwarna kehijauan
atau keputih-putihan.
2. Batang Bayam

Klasifikasi tumbuhan
Divisio
: Spermatophyta
Class
: Angiospermae
SubClass : Dicotyledoneae

Ordo
: Amaranthales
Family
: Amaranthaceae
Genus
: Amaranthus
Spesies
: Amaranthus sp.
Identifikasi tumbuhan
Ada dua macam jenis bayam, yaitu jenis putih (Amarathus
tricolor) dan cabut (Amarathus hibrydus L.). bayam cabut memiliki
dua varietas, yaitu varietas caudatus dan varietas paniculatus. Batang
pada bayam memiliki tipe monopodial dengan sifat batang sirung
pendek. Bentuk dari batangnya bulat, berair, lunak, serta kurang
berkayu. Permukaan batang pada pada tanaman ini memiliki sifat
yang licin beralur dengan arah tumbuh batang yang tegak. Warna
batang tanaman bayam ini tergantung pada jenisnya.
3. Batang Mangga

Klasifikasi tumbuhan
Kingdom : Plantae

Devisi
: Spermatophyta
Class
: Dicotylendonae
Ordo
: Anarcardiales
Famili
: Anarcardiaceae
Genus
: Mangifera
Spesies
: Mangifera indica L.
Identifikasi tumbuhan
Batang mangga seperti batang tumbuhan berkayu (lignosus)
lainnya, umumnya keras, kuat, dan relatif panjang, yang terdapat pada
pohon. Batang mangga yang berasal dari biji umumnya tegak, kuat,
dan tinggi, sedangkan yang berasal dari sambungan (okulasi) lebih
pendek dan cabang membentang. Tumbuhan mangga termasuk dalam
tumbuhan
biji
belah
(Dicotyledoneae)
yang pada
umumnya
mempunyai batang yang di bagian bawahnya lebih besar dan ke ujung
semakin mengecil, jadi batangnya dapat dipandang sebagai suatu
kerucut atau limas yang amat memanjang, yang dapat mempunyai
percabangan atau tidak. Arah tumbuh batang tumbuhan mangga
adalah tegak lurus (erectus) dan memiliki cara percabangan
monopodial.
4. Rumput Teki

Klasifikasi Tumbuhan
Menurut Sugati (1991), klasifikasi rumput teki sebagai berikut :
Kingdom : Plantae

Divisi
: Spermatophyta
Class
: Monocotiledoneae
Ordo
: Cyperales
Genus
: Cyperus
Species
: Cyperus rotundus L.
Identifikasi Batang
Rumput teki termasuk dalam tumbuhan yang jelas berbatang
dengan bentuk batang mendong. Lalu jika dilihat dari penampang
melintangnya, batang rumput teki berbentuk bangun segi tiga dan
dengan arah tumbuh batang tegak lurus.
5. Batang Pepaya
 Klasifikasi Tumbuhan
Tanaman pepaya berdasarkan struktur klasifikasi Cronquist (1981)
adalah sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Bangsa
: Brassicales
Suku
: Caricaceae
Marga
: Carica
Jenis
: Carica papaya L.
 Identifikasi Batang
Pepaya masuk ke dalam tumbuhan yang jelas berbatang dan
memiliki bentuk batang bulat. Selain itu, batang pepaya juga
memperlihatkan bekas-bekas daunnya, memiliki arah tumbuh batang
tegak lurus, serta cara percabangan monopodial.
 Rumus Duduk Daun
a. Rumus daun pepaya adalah 3/8
b. Diagram tanaman pepaya:

Duduk daun pada batang tersebar.

Rumus daunnya adalah 3/8 dengan sudut divergensi 3/8 ×
3600 = 1350
c. Bagan tata letak daun pepaya dengan rumus 3/8 × 360 osudut
divergensi 135o
6. Batang Ketela

Klasifikasi Tumbuhan
Adapun klasifikasi singkong (Euphorbiaceae) sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae

Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Manihot
Spesies
: Manihot utilissima
Identifikasi Batang
Ketela termasuk dalam tumbuhan yang jelas berbatang dengan
bentuk batang bulat dan berkayu. Selain itu, ketela juga memiliki cara
percabangan monopodial.

Tata Letak Daun
Batang pada tumbuhan ketela memiliki rumus duduk daun 2/5.
F. KESIMPULAN
1. Dapat disimpulkan bahwa dari keenam tumbuhan di atas masing-masing
diantaranya memiliki anatomi dan morfologi batang yang berbeda-beda
dari bentuk batang, arah tumbuh batang, dan cabang pada batang. Selain
itu, yang memiliki jenis tumbuhan yang tidak berbatang dan cara
percabangan monopodial hanyalah batang dari tanaman sawi.
2. Berbagai tata letak daun pada batang yaitu berhadapan-bersilang (tiap
buku batang ada dua daun), tersebar (satu daun pada tiap buku batang),
dan berkarang (lebih dari 2 daun pada tiap buku batang).
3. Bagan dan diagram daun digunakan untuk lebih memahami tata letak daun
pada batang.
4. Pepaya memiliki rumus duduk daun 3/8, sedangkan ketela memiliki rumus
duduk daun 2/5.
G. DAFTAR PUSTAKA
Tcitrosoepomo, Gembong. 1985. Morofologi Tumbuhan. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Raihani, Nida. 2015. Tata Letak Daun, Rumus Daun, dan Diagram Daun.
Banjarmasin : Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan
Matematika dan IPA Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lambung Mangkurat
Ripani, Maedy. 2013. Tata Letak Daun, Rumus Daun, dan Diagram Daun.
Banjarmasin : Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan
Matematika dan IPA Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lambung Mangkurat
Anonim. http://digilib.unila.ac.id/13916/15/15.%20BAB%20II.pdf. Diakses :
26 September 2019
Anonim.https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/633/jbptunikomppgdlrinaldyaul-31605-9-unikom_r-i.pdf. Diakses : 26 September 2019
Anonim.http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/67933/Chapt
er%20I.pdf?sequence=3&isAllowed=y. Diakses : 27 September 2019
Anonim.
http://eprints.undip.ac.id/62225/3/BAB_II.pdf.
September 2019
Diakses
:
28
Download