MAKALAH MASA DEPAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA Disusun Oleh : WAHYU NUSANTARA AKBAR 112.15.0136 PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERTAMBANGAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA 2019 Masa Depan Pemanfaatan Sumber Daya Alam Indonesia Abstrak Indonesia menjadi salah satu negara yang dianugerahi dengan sumber daya alam yang cukup melimpah. Banyak operasional petambangan diberbagai komoditas baik skala kecil maupun skala besar berlangsung di Indonesia. Dari operasional tersebut hampir 90% menggunakan metode tambang terbuka, sedangkan metode tambang dalam masih menjadi metode yang sangat jarang diaplikasikan karena faktor teknis dan biaya operasional yang tergolong tinggi. Tidak dipungkiri bahwa sumber daya alam dipermukaan semakin sulit untuk diaplikasikan dengan metode tambang terbuka karena faktor lingkungan, dan cadangan yang mulai menipis. Metode penambangan bawah tanah akan menjadi alternatif terbaik untuk keberlanjutan pertambangan di Indonesia. Beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh tambang bawah tanah perlu diatasi dengan penggunaan pengetahuan, inovasi, dan teknologi. Perguruan tinggi, lembaga penelitian, industri, dan pemerintah harus berperan aktif untuk mempersiapkan dan menjamin keberhasilan tambang bawah tanah Indonesia di masa depan. 1. PENDAHULUAN Pekerjaan di bawah tanah sudah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu. Tambang bawah tanah di area Lion Cavern, Pegunungan Ngwenya, Swaziland merupakan tambang bawah tanah tertua. Berdasarkan penentuan umur dengan menggunakan Carbon-14 diperkirakan bahwa penambangan hematite dan specularite untuk keperluan kosmetik dan ritual ini berlangsung dari 43.000 B.C. sampai 41.000 B.C. (minerals.usgs.gov). Dalam pekerjaan konstruksi bawah tanah, Terelek kaya tüneli di bawah Sungai Kızıl, Turki diperkirakan dibangun 5000 tahun yang lalu untuk keperluan militer sedangkan qanat (terowongan air) sepanjang 45 km dibangun 2700 tahun yang lalu di Kota Gonabad, Iran dan sampai saat ini masih digunakan untuk mengalirkan air untuk keperluan pertanian dan air minum. Beberapa contoh terowongan dan bangunan bawah tanah pertama untuk penggunaan tertentu telah dibangun sejak tahun 1800-an seperti diberikan pada uraian berikut ini yang diambil dari berbagai sumber di internet : a. Montgomery Bell Tunnel di Tennessee, Amerika Serikat, sebuah terowongan sepanjang 88 m sebagai terowongan pengelak air untuk menggerakkan turbin, dibangun pada jaman perbudakan pada tahun 1819. Terowongan ini merupakan terowongan skala penuh pertama di Amerika Utara. b. Crown Street Station sepanjang 291 yard yang dibangun di Liverpool, Inggris pada tahun 1829 dari Edge Hill ke Crown Street merupakan stasiun penumpang kereta api bawah tanah pertama. Terowongan ini adalah terowongan rel kereta api tertua yang berada di bawah jalan. c. Wapping Tunnel yang dibangun di Liverpool, Inggris pada tahun 1829 merupakan terowongan rel kereta api pertama yang dibuat di bawah kota. d. Lime Street Station Tunnel sepanjang 1.811 m yang dibangun di Liverpool, Inggris pada tahun 1836 merupakan terowongan rel ganda kereta api yang dibuat di bawah kota. e. Box Tunnel di Inggris yang dibuka pada tahun 1841 merupakan terowongan rel kereta api terpanjang di dunia pada saat itu (2,9 km). f. Thames Tunnel yang dibuka pada tahun 1843 merupakan terowongan bawah air pertama dan merupakan terowongan pertama yang menggunakan perisai penerowongan (tunnelling shield). g. Baker Street Station yang dibuka pada tahun 1863 merupakan stasiun kereta api bawah tanah tertua di dunia. h. Mersey Railway Tunnel yang dibuka pada tahun 1886 dari Liverpool ke Birkenhead di bawah Sungai Mersey (Inggris) merupakan terowongan rel kereta api pertama di dunia yang dibangun pada lokasi yang dalam. i. Holland Tunnel yang menghubungkan New York dan New Jersey dan dibuka pada tahun 1927 merupakan terowongan bawah air pertama untuk otomotif. Di Indonesia, lubang bukaan bawah tanah umumnya dibuat untuk melakukan penambangan dengan sistem tambang bawah tanah, untuk jalur air pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), terowongan rel kereta api, serta, dalam jumlah yang sangat terbatas, terowongan jalan raya. Salah satu contoh terowongan rel kereta api adalah Terowongan Sasaksaat, yang dibangun pada tahun 1902-1903. 2. TAMBANG BAWAH TANAH INDONESIA DI MASA DEPAN 2.1. Mengapa Tambang Bawah Tanah Kegiatan pertambangan yang dilakukan saat ini di Indonesia pada umumnya masih didominasi oleh metode penambangan terbuka. Metode penambangan terbuka ini jika tidak dilaksanakan secara tepat dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Perubahan yang paling menonjol adalah perubahan struktur bentang alam dan gangguan keseimbangan permukaan tanah yang cukup besar. Dampaknya adalah kemungkinan terjadinya penurunan produktivitas lahan, tanah bertambah padat, terjadinya erosi dan sedimentasi, terjadinya gerakan tanah atau longsoran, terganggunya flora dan fauna (keanekaragaman hayati), terganggunya kesehatan masyarakat, serta perubahan iklim maupun peningkatan polusi. Hal ini menyebabkan masyarakat sering melakukan protes atas kegiatan penambangan terbuka yang tentu saja mengganggu kontinuitas kegiatan pertambangan. Salah satu faktor penentu penting operasi penambangan terbuka adalah nisbah kupas, yaitu nisbah antara jumlah lapisan penutup yang harus dipindahkan terhadap jumlah deposit batubara atau mineral yang dapat diperoleh. Ketika nisbah kupas maksimum tambang terbuka telah tercapai, kegiatan penambangan terbuka sudah tidak ekonomis untuk dilanjutkan dan penambangan sisa deposit dapat dilakukan dengan metode penambangan bawah tanah. Bahkan, dalam beberapa kasus, posisi deposit cukup jauh di bawah permukaan tanah sehingga penambangannya harus langsung menggunakan metode penambangan bawah tanah. Selain itu terdapat undang-undang dan peraturan lainnya yang sangat membatasi keleluasaan kegiatan pertambangan, khususnya penambangan terbuka. Beberapa di antaranya adalah UU No. 41 tahun 1999 jo UU No. 19 tahun 2004 tentang Kehutanan, UU 26/2007 tentang Penataan Ruang, dan UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Secara khusus disebutkan dalam UU No. 41 tahun 1999 jo UU No. 19 tahun 2004 : Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan di dalam kawasan Hutan Produksi dan Hutan Lindung. Pada kawasan Hutan Lindung dilarang melakukan penambangan dengan pola penambangan terbuka. Perlu dicatat bahwa pertambangan dengan pola penambangan terbuka di kawasan Hutan Lindung hanya diperkenankan kepada 13 izin/perjanjian di bidang pertambangan sebagaimana diatur dalam Keppres No. 41 tahun 2004 tentang Perizinan/Perjanjian di Bidang Pertambangan yang Berada di Kawasan Hutan. 2.2. Potensi Tambang Bawah Tanah Operasi penambangan terbuka yang berlangsung saat ini akan mencapai nisbah kupas maksimum sehingga penambangan sisa deposit hanya dapat dilakukan dengan metode penambangan bawah tanah. Gambar 1 dan 2 menunjukkan contoh keberlanjutan penambangan, masing-masing untuk deposit batubara dan mineral. Perlu dicatat bahwa tidak semua deposit dapat ditambang dengan tambang bawah tanah, misalnya nikel laterit dan bauksit. Beberapa deposit, khususnya mineral, juga terletak cukup jauh di bawah permukaan tanah, sehingga penambangannya harus langsung menggunakan metode penambangan bawah tanah. Gambar 1. Tambang bawah tanah batubara sebagai kelanjutan tambang terbuka (metallicaminerals.com.au) Gambar 2. Transisi tambang terbuka mineral ke tambang bawah tanah (Widjanto 2019) Selain itu, dengan adanya UU No. 41 tahun 1999 jo UU No. 19 tahun 2004, maka beberapa deposit yang berada di lokasi hutan lindung harus ditambang secara tambang bawah tanah, jika perusahaan ybs. ingin melanjutkan operasinya. Tabel 1 menunjukkan banyak wilayah izin pertambangan (baik tahap eksplorasi maupun operasi produksi) di beberapa provinsi terindikasi berada pada hutan lindung. Tabel 1. Rekapitulasi Izin Pertambangan yang Terindikasi Berada pada Hutan Lindung (Dirjen Planologi Kehutanan, 2014) No. Provinsi Jenis Izin Operasi Produksi Unit Survey/Eksplorasi Luas (Ha) Unit Luas (Ha) Grand Total Unit Luas (Ha) 1 Banten IUP 1 10,61 1 304,94 2 315,55 2 Jawa Barat IUP 7 3.717,75 8 12.994,03 15 16.711,78 3 Jawa Tengah IUP 2 40,96 6 2.992,28 8 3.033,24 4 Yogyakarta IUP - - - 5 Jawa Timur IUP 26 2.816,54 7 10.084,10 33 12.900,64 6 Nusa Tenggara Timur IUP 10 2.458,65 86 63.368,21 96 65.862,87 IUP 4 2.547,69 31 135.540,18 35 138.087,86 7 Nusa Tenggara Barat KK 1 36.972,62 1 14.350,04 2 51.322,66 IUP 1 1.528,41 27 65.189,08 28 66.717,49 IUP 5 51.295,85 36 584.357,92 41 635.653,77 KK - - 1 6.052,51 1 6.052,51 IUP 7 115,05 39 22.623,30 45 22.738,35 KK 3 3713,4 2 13.801,97 6 17.515,37 IUP - - 17 31.167,94 17 31.167,94 KK - - 2 6.731,28 2 6.731,28 IUP 4 1.855,34 31 124.794,80 35 126.650,14 IUP 16 30.485,17 80 66.749,84 96 97.235,01 KK 2 23.259,65 1 7.940,15 3 31.199,81 8 Maluku 9 Papua Barat 10 11 - - - Sulawesi Utara Gorontalo 12 Sulawesi Barat 13 Maluku Utara IUP = Izin Usaha Pertambangan, KK = Kontrak Karya 3. Tantangan Tambang Bawah Tanah Beberapa tantangan tambang bawah tanah yang perlu dipahami agar kegiatan penambangan dapat berjalan dengan baik di antaranya adalah: a. Pemilihan metode penambangan merupakan salah satu aktivitas kritikal dan problematik pada kegiatan penambangan bawah tanah. Tujuan utama pemilihan metode penambangan adalah memaksimalkan keuntungan perusahaan dan perolehan cadangan serta memberikan lingkungan kerja yang aman bagi pekerja. Aktivitas ini cukup kompleks karena harus mempertimbangkan banyak faktor seperti kondisi geologi, teknikal, ekonomi, politik, sosial, dan historis. b. Metode penambangan bawah tanah akan memerlukan banyak lubang bukaan yang dapat dibuat dalam berbagai bentuk dan untuk berbagai fungsi. Kestabilan lubang-lubang bukaan ini tentu saja harus dijamin sehingga tidak membahayakan pekerja dan tidak menghambat proses penambangan. Dalam banyak literatur mengenai perancangan lubang bukaan, ketidakstabilan lubang bukaan umumnya disebabkan oleh (i) struktur geologi, (ii) tegangan terinduksi yang tinggi, (iii) keberadaan batuan lemah, dan (iv) air tanah. c. Tambang bawah tanah umumnya membutuhkan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan tambang terbuka, khususnya yang menyangkut pembuatan lubang bukaan dan sistem penyangganya, terutama pada massa batuan yang lemah atau pada kedalaman yang besar, serta sistem/peralatan untuk pencahayaan, ventilasi, dan penyaliran. d. Sama seperti sektor lainnya, pertambangan termasuk tambang bawah tanah juga memerlukan adanya inovasi dan teknologi. Beberapa inovasi dan teknologi yang dituntut oleh tambang bawah tanah adalah : Perencanaan tambang yang semakin sulit termasuk perancangan lubanglubang bukaan yang rangkaiannya dapat sangat rumit. Pengoperasian alat-alat pada lokasi-lokasi dengan risiko ketidakstabilan tinggi harus dilakukan dari jarak jauh. Sistem pengeboran dan peledakan dengan berbantukan komputer sehingga penggalian lubang bukaan menjadi lebih presisi. Sistem penyangga lubang bukaan khususnya pada lokasi-lokasi dengan tegangan terinduksi tinggi yang mungkin sudah tidak dapat lagi menggunakan sistem penyangga seperti yang dipakai saat ini. Penggalian lubang bukaan yang dapat mencapai ratusan kilometer memerlukan kecepatan kemajuan yang tinggi tetapi lubang bukaan dituntut dapat tetap stabil. 4. PENUTUP Metode penambangan bawah tanah akan menjadi alternatif terbaik untuk menambang sisa deposit tambang terbuka, deposit yang terletak pada hutan lindung, dan deposit yang terletak cukup jauh dari permukaan. Beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh tambang bawah tanah perlu diatasi dengan penggunaan pengetahuan, inovasi, dan teknologi. Untuk itu, peran serta perguruan tinggi, lembaga penelitian, industri, dan pemerintah sangat dibutuhkan untuk menjamin keberhasilan tambang dan konstruksi bawah tanah di masa depan. DAFTAR REFERENSI Dirjen Planologi Kehutanan, KLHK, 2014. Hasil Telaah Spasial Areal Izin Bidang Pertambangan (IUP, KK, dan PKP2B) Provinsi Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, NTT, NTB, Maluku, dan Papua Barat. Bali, 3 Desember 2014. Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung, 2018. Masa Depan Kita Di Bawah Tanah. Bandung, Jawa Barat. Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2015. Monev GNPSDA (Provinsi Sulawesi Barat, Gorontalo, Sulawesi Utara dan Maluku Utara). Gorontalo, 10 Juni 2015. Widijanto, E. 2019. Analisis Komprehensif Kestabilan Lereng pada Transisi Tambang Terbuka-Tambang Bawah Tanah Metode Ambrukan. Disertasi Doktor, Institut Teknologi Bandung. http://www.metallicaminerals.com.au/wp-content/uploads/2016/09/2009.08.02-Diggersn-Dealers.pdf https://minerals.usgs.gov/minerals/pubs/country/2000/9236000.pdf