AKU DAN TULISAN NAKALKU Karya: Andi Ismayanto Seperti biasa, aku selalu melihat dan memperhatikan kegiatan masyarakat di Desaku. Ada yang membawa cangkul,parang,kerbau dan kambing. Kegiatan ini seperti sudah terbiasa mereka lakukan, karena memang inilah kebiasaaan mereka. Lelah bukan lagi suatu penghalang bagi mereka, terutama Ibuku. Semenjak ayang meninggalkan kami, Ibu menjadi sosok yang menggantikan posisi ayah sebagai tulang punggung keluarga. Ibu adalah seorang pengrajin anyaman dari bambu yang diiris-iris. Sesekali aku membantunya sambilb elajar membuat anyaman itu. Sebenarnya ibu belum terlalu tua jika mau menikah lagi, akan tetapi dia tidak sampai untuk ke arah situ. Dia hanya gokus untuk mengurus aku dan adiku yang masih berumur Lima tahun. Aku tidak terlalu tau kemana Ayahku pergi, karena aku saat itu masih terlalu kecil. Seingayku, Ayah pergi setelah Ayah dan Ibu bertengkar hebat. Ayah memukul Ibu sampai ibu menangis, aku saat itu sangat ketakutan hingga aku bersembunyi di balik pintu sambil menangis terisak-isak, dan saat itu ayah langsung pergi dan tidakernah kembali lagi. Ibu menjual hasil anyamannya ke pasar yang tidak terlalu jauh jaraknya dari rumah, hanya sekitar dua kilo meter saja jaraknya. Setiap harinya jualan ibu tidak terlalu bagus, kadang laku kadang juga tidak sama sekali. Tali untunglah, untuk persediaan makan kami masih lunya beras yang dibeli ibu seminggu yang lalu. Aku tidakekolah, aku hanya belajar sebisanya dirumah, bukannya aku tidak mau, tapi keadaanlah yang memilihku seperti ini. Ada kegiatan yang tidak pernah aku tinggalkan selagi aku menjaga adiku, yaitu menulis. Menulis adalah hobiku, meski kadang yang aku tulis hanya sebatas apa yang aku lihat, taoi ini sudah lebih dari cukup untuk membuatku senang. Aku senang menulis kebiasaan masyarakat di Desaku. Bahkan aku pernah menulis sebuah kebiasaan yang setiap setahun sekali selalu dilakukan oleh masyarakat di Desaku ini, yaitu Hajat Lembur. Acara ini sepertinya sudah menjadi kebiasaan masyarajt di Desaku, setahun sekalu masyarakat srlalu kumoul di depan rumah Ketua adat atau sesepuh di Desaku. Setiap orang membawa makanan dan minuman, ada yang membawa nasi tumpeng,nasi liwet,ayam bakar,ayam goreng, dan lalap-lalapan. Semua kalangan hadir di sana, dari mulai anak-anak sampai orang yang sudah tua sekalipun. Aku dan ibuku tidak mau ketinggalan, ibu membuat nasi kuning yang di campuri dengan ikan-ikan kecil. Ketua suku atau sesepuh di Desaku mulai membacakan do'a untuk keselamatan dan kesejahteraan Desa ini. Selesai berdoa semuanya baru diperbolehkan untuk menyantap hidangan yang ada. Semua nampak lahap dan menikmati hidangan tersebut. Itulah sebagian kecil dari yang pernah aku tulis, masih banyak coretan nakal yang aku buat. Jujur saja aku terlalu asik menikmati keindahan yang ada di Desaku ini. Meski keadaan lingkungan sudah sedikit berubah, tapi masyarakat di Desaku masih mempertahankan budaya yang semenjak dulu ada. Akupun tidak dapat memungkiri perubahan itu, sedikit – sedikit kebiasaanku semasa kecil mulai menghilang. Dulu sebelum waktunya mengaji, aku dan anak – anak yang lain bermain di halaman langar atau masjid, itulah yang sekarang mulai menghilang dari kebiasaanku. Semua sudah asik dengan dunia baru, dunia yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Aku mencoba memperhatikan semuanya lagi, kebiasaan masyarakat di Desaku dari mulai pagi sampai matahari pulang seperti biasa. Aku sempat berfikir, ‘’ bahwa aku harus memulai hal baru yang lebih bermanfaat untuk semuanya ‘’. Aku mencoba untuk bicara sama ibuku, bahwa aku ingin membuat kerajinan sendiri dan mencoba menjualnya ke orang lain. Ibuku hanya tersenyum mendengar permintaanku ini, dia fikir apa yang aku omongin hanyalah keinginan sesaat. ‘’ ibu hanya berharap kamu bias sekolah Bay, supaya kamu bias menjadi orang yang sukses, jangan seperti ibu atau masyarakat lain, yang hanya mengandalkan tenaga daripada otaknya ‘’. Secara tidak langsung ibuku melarang keinginanku ini, dia berharap aku sekolah dan menjadi orang sukses. Ok, aku akan turuti kinginan ibuku, Aku akan berusaha keras untuk bias sekolah dan membuat bangga ibu. Waktu begitu terasa lama, ‘’ kapan aku bias bersekolah? ‘’, hari demi hari sudah telah aku lewati, meski kadang merasa cukup letih, aku merasa senang, karena kini aku bias bersekolah, ya meski hanya sekolah kampung, yang belajarnya hanya tiga hari dalam seminggu. Tapi itu sudah lebih dari cukup untuk aku mengenal dunia Pendidikan. Meskipun begitu, aku tidak melupakan kebiasaanku untuk menulis. Kini aku punya dunia baru, maka akan aku tulis dunia baruku ini, akan aku jadikan sebuah karya baru dalam tulisan nakalku. Semua yang aku tulis tidak lepas dari kebiasaan di Desaku, meski tulisanku ini ada sedikit yang berbeda. Aku menulis kebiasaanku saat belajar, dan kebiasaanku Bersama masyarakat pada umumnya. Kini aku semakin percaya diri untuk tampil sebagai sosok anak yang ibu banggakan. Hampir setiap hari aku perlihatkan tulisanku ini pada ibu, ibu hanya tersenyum, aku yakin dia bangga dengan apa yang aku lakukan ini. Pagi ini aku harus memulai cerita baru dalam tulisan nakalku ini. Aku mencoba mencari inspirasi ke tempat yang bisa membuat imajinasiku terbuka. Pantai!, ya aku harus ke pantai, biasanya disana banyak nelayan yang mencari ikan di laut. Selepas dzuhur aku ijin sama ibu untuk pergi ke pantai, setelah dapat ijin aku langsung pergi kesana. Jarak dari Desa ke pantai memang tak terlalu jauh, sekitar tiga jam kalua jalannya agak lmbat. Tapi aku bias menempuh jarak itu dengan dua jam perjalanan, karena aku ikut dengan mobil yang lewat di depan rumahku, yaitu mobil truk atau losbak. Sesampainya di pantai, aku langsung jalan – jalan sdambil mencari objek yang bias aku jadiin cerita. Tidak lama, aku melihat sepasan manusia yang sedang asik menikmati senja di pantai itu, pantai Karang Taulan memang pantai yang indah untuk menikmati senja. Dengan pemandangan yang cukup bagus membuat orang yang datang kesana betah menikmatinya. Aku mulai mendekati sepasang manusia itu, aku pura – pura tidak tahu saja, sesekali aku memperhatikan mereka, aku memperhatikan apa yang mereka lakukan disana. Aku fikir, mereka adalah sepasang kekasih yang sedang asik bercinta di bawah indahnya senja. Akupun tidak dapat membohongi diriku sendiri, memang senja itu indah, dia hadir di saat matahari berpamitan untuk pergi, dan mereka saling mengikat janji untuk bertemu dihari yang sama, di hari yang sama mereka memberikan keindahannya. Hari mulai gelap, senja perlahan melambikan cahaya keemasannya, menandakan dia ikut pergi Bersama matahari. Dan akupun melihat sepasang manusia itu, merekapun ikut pergi, tapi aku yakin besok mereka pasti kembali ketempat ini untuk menikmati senja. Akupun melangkahkan kaki untuk mengakhiri imajinasiku, semua yang kulihat hari ini akan menjadi cerita baru dalam tulisan nakalku.