Uploaded by User31437

IPA KEL.4

advertisement
MAKALAH
KURIKULUM 2013 IPA SD, PENDEKATAN SAINTIFIK DAN
PENILAIAN AUTENTIK
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan IPA
Dosen pengampu :
1. Dra. Sri Hartati, M.Pd.
2. Arief Juang Nugraha
Disusun Oleh:
1. Marisa Ailsa Rahmawati
(1401418402)
2. Faizatun Nisa
(1401418414)
3. Feni Handrini
(1401418420)
4. Septo Aji Pamungkas
(1401418423)
5. Mita Rahmawati
(1401418428)
KELOMPOK 4
ROMBEL I
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari masa ke masa kurikulum yang terdapat di setiap negera berubah yang ini
menurut sebagian pakar disebabkan karena kebutuhan masyarakat yang
berkembang dan disamping itu kondisi dan tuntutan zaman pun berubah.Untuk
menyesuaikan
dengan
zaman,
kurikulumpun
mengalami
perkembangan.
Perkembangan itupun terjadi pada kurikulum di Negara Indonesia.
Sebagai sebuah Negara yang memiliki tujuan berdiri, kurikulum ini dirasa
sangat
penting
untuk
kemudian
mengiringi
kemajuan
Negara.
Karenanya, perkembangan kurikulum ini dianggap menjadi penentu masa depan
anak bangsa. Pada tahun 2013/2014 kurikulum di Indonesia mengalami pergantian
dari kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) menjadi kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi untuk
mengarahkan peserta didik menjadi : 1) Manusia berkualitas yang mampu dan
proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. 2) Manusia terdidik
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak
mulia,sehat,berilmu,cakap,kreatif,mandiri, dan 3) Warga negara yang demokratis
dan bertanggung jawab. Kurikulum 2013 memiliki arah yang jelas untuk
meningkatkan
kompetensi
yang
seimbang
antara
sikap
(attitude),
keterampilan(skill), dan pengetahuan (knowledge) sehingga peserta didik memiliki
kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang
memilik kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills).
(Kemendikbud,2012)
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum?
2. Bagaimana kurikulum IPA SD Kurikulum 2013 ?
3. Bagaimana pembelajaran dengan pendekatan saintifik?
4. Apa yang dimaksud dengan penilaian autentik (Authentic Assessment)?
5. Apa saja macam macam Penilaian Autentik (Authentic Assessment)?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari kurikulum.
2. Mengetahui tentang kurikulum IPA SD Kurikulum 2013.
3. Mengetahuipembelajaran dengan pendekatan saintifik.
4. Mengetahuipenilaian autentik (Authentic Assessment).
5. Mengetahui macam - macam Penilaian Autentik (Authentic Assessment).
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Kurikulum
Secara umum, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, “curere” yang berarti
berlari.Arti lainnya adalah jarak yang harus ditempuh.Dalam dunia pendidikan,
kurikulum memiliki pengertian sebagai suatu rencana pendidikan yang
memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta
proses pendidikan. Konsep kurikulum ini kemudian semakin berkembang seiiring
berjalannya waktu.Oleh karena itu kurikulum senantiasa diperbarui.Terdapat dua
macam pandangan mengenai kurikulum.Pandangan pertama menyatakan bahwa
kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh siswa untuk
memperoleh ijazah.Pandangan pertama ini disebut sebagai pandangan lama atau
konvensional karena sifatnya yang terlalu sempit.Pandangan yang kedua adalah
pandangan modern.Menurut pandangan modern, kurikulum merupakan dokumen
atau rencana tertulis mengenai kualitas pendidikan yang harus dimiliki siswa
melalui pengalaman belajar.Pandangan ini membuat konteks kurikulum memiliki
cakupan yang luas dan memungkinkan untuk senantiasa berkembang.Dari
keseluruhan pembahasan di atas, dapat diketahui bahwa kurikulum pendidikan
merupakan seperangkat rencana tertulis dan pengaturan pendidikan. Kurikulum
terdiri dari tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Kurikulum dirancang khusus
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2. Kurikulum IPA SD Kurikulum 2013
Pendidikan IPA SD tentu juga tidak lepas dari kurikulum.Adapun latar
belakang dibutuhkannya kurikulum pendidikan IPA SD adalah pendidikan IPA
diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan
alam sekitar. Dengan demikian, akan selalu ada hubungan dengan prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan seharihari.IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
manusia
melalui
pemecahan
masalah-masalah
yang
dapat
diidentifikasikan. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah
(scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan
bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan
hidup.Pada saat penerapan KTSP, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi
Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional
harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan
kurikulum di setiap satuan pendidikan. Untuk kurikulum 2013, Kompetensi Dasar
dan Kompetensi Inti adalah acuan utama bagi pembelajaran.Adapun ruang
lingkup dalam pendidikan IPA SD mencakup empat hal. Empat hal itu adalah
makhluk hidup dan proses kehidupan; benda serta sifat dan kegunaannya; energi
dan perubahannya; dan Bumi serta alam semesta.Ruang lingkup makhluk hidup
dan proses kehidupan mempelajari materi yang berhubungan dengan manusia,
hewan, tumbuhan, serta interaksi ketiganya, dan juga hubungannya dengan
kesehatan. Sedangkan ruang lingkup benda materi serta sifat dan kegunaannya
berisi tentang benda padat, cair, dan gas. Ruang lingkup energi dan perubahannya
berisi tentang gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat
sederhana. Terakhir, ruang lingkup Bumi dan alam semesta berisi materi tentang
tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
a.
Kerangka Dasar IPA SD
1.
Landasan Filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan
kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari
kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil
belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam
di sekitarnya. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan
filosofis yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi
peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum
dalam tujuan pendidikan nasional. Pada dasarnya tidak ada satupun
filosofi pendidikan yang dapat digunakan secara spesifik untuk
pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan manusia yang
berkualitas.
2.
Landasan Yuridis Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah:
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
c) Undang-undang
Nomor
17
Tahun
2005
tentang
Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan
yang dituangkan
Rencana
Pembangunan
Jangka
Menengah
Nasional;
d) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan
b.
Struktur kurikulum IPA SD
Kompetensi
Inti
Kompetensi
inti
dirancang
seiring
dengan
meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti,
integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat
dijaga.
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:
1)
Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2)
Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3)
Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4)
Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Kurikulum yang mulai berlaku pada tahun 2006 (Standar Isi) memberikan
suasana baru dalam dunia pendidikan terutama untuk mata pelajaran IPA,
yang memungkinkan baik guru maupun siswa dapat memberdayakan potensi
dan kemampuan yang ada. Merujuk pada pengertian IPA maka hakikat IPA
meliputi empat unsur, yaitu:
1) Produk
Berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum
2) Proses
Prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah, metode ilmiah meliputi
pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau
penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi yaitu evaluasi,
pengukuran, dan penarikan kesimpulan.
3) Aplikasi
Penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan seharihari.
4) Sikap
Rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta
hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat
dipecahkan melalui prosedur yang benar sains bersifat open ended.
(http://www.puskur.net/mdl/050_ModelIPA Trpd.pdf).
c.
Tujuan Kurikulum IPA SD
Tujuan pembelajaran IPA SD/MI yang disuratkan dalam latar belakang
mata pelajaran IPA SD/MI menegaskan bahwa pembelajaran IPA bertujuan
untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah
melalui inkuiri ilmiah, dan mengkomunikasikannya sebagai aspek penting
kecakapan hidup untuk mengembangkan kemampuan menerapkan konsep
IPA yang dimiliki siswa melalui pembelajaran Salingtemas, dalam bentuk
kegiatan merancang dan membuat suatu karya.
Pelaksanaan pembelajaran IPA harus selalu menerapkan pesan dalam 2
tujuan pembelajaran, yaitu dilaksanakan dengan:
1.
Inkuiri ilmiah (penyelidikan) memberi pengalaman belajar secara
langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan
proses dan silap ilmiah.
2.
Berorientasi
pada
pembelajaran
SALINGTEMAS
(Sains,
Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat)
3. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep,
hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi
atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan
hipotesis, mengumpulakan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,
menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
“ditemukan”.Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman
kepada peseta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan
pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak
bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi
pembelajaran yang diharapkan tercipata diarahkan untuk mendorong peserta didik
dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya
diberi tahu.Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan
keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan,
menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut,
bantuan guru diperlukan. Akan tetapi, bantuan guru tersebut harus semakin
berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya
kelas siswa.
a.
Karakteristik pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.
Berpusat pada siswa.
2.
Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengontruksi konsep,
hukum atau prinsip.
3.
Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berfikir tingkat tinggi
siswa.
4.
b.
Dapat mengembangkan karakter siswa.
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada
keunggulan pendekatan tersebut. Bebrapa tujuan pembelajaran dengan
pendekatan saintifik sebagai berikut:
1.
Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan
berfikir tingkat tinggi siswa.
2.
Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu
masalah secara sistematik.
3.
Terciptanya kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa belajar
itu merupakan suatu kebutuhan.
4.
Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5.
Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya
dalam menulis artikel ilmiah.
6.
Untuk mengembangkan karakter siswa.
c.
Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran sebagai
berikut:
1.
Pembelajaran berpusat pada siswa.
2.
Pembelajaran membentuk students self concept.
3.
Pembelajaran terhindar dari verbalisme.
4.
Pembelajaran
memberikan
kesempatan
pada
siswa
untuk
mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.
5.
Pembelajarn mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berfikir
siswa.
6.
Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi
mengajar guru.
7.
Memberiakan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan
dalam komunikasi.
8.
Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang
dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
d.
Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Kegiatan pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Proses
pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran
semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan,
bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan
data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian
menyimpulkan, dan mencipta.Untuk mata pelajaran, materi atau situasi
tertentu sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat
diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses
pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat non-ilmiah.
Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran disajikan
sebagai berikut:
1.
Mengamati
Kegiatan
mengamati
mengutamakan
kebermaknaan
proses
pembelajaran (meaningful learning). Metode ini memiliki keunggulan
tertentu, seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta didik
senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode
mangamati sangat bermanfaat bagi pemenuh rasa ingin tahu peserta
didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang
tinggi.
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan
bevariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan
melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca.
Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan,
melatih
mereka
untuk
memperhatikan
(melihat,
membaca,
mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun
prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama
observasi pembelajaran yaitu cermat, objektif, dan jujur serta terfokus
pada objek yang diobservasi untuk kepentingan pembelajaran.
2.
Menanya
Guru harus mampu menginspirasi peserta didik untuk
meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuannya.
Dalam
kegiatan
menanya,
guru
membuka
kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya
mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, atau dibaca. Guru perlu
membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan:
pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai pada
yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal
lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai
kepada pertanyaan yang bersifat hipotesis. Tujuannnya agar siswa
memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi secara kritis, logis, dan
sistematis (critical thinking skills).
Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan
pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk
mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik
mampu mengajukan pertanyaan secara mendiri. Dari kegitan kedua
dihasilkan
sejumlah
pertanyaan.
Melalui
kegiatan
bertanya,
dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam
bertanya, rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan
tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan
beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan
peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang
beragam.
3.
Mencoba
Aplikasi
metode
mencoba
dimaksudkan
untuk
mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap,
keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata
untuk ini adalah:
a) Menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar
menurut tuntutan kurikulum;
b) Mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang
tersedia dan harus disediakan;
c) Mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil
eksperimen sebelumnya;
e) Melakukan dan mengamati percobaan;
f) Mencatat
fenomena
yang
terjadi,
menganalisis,
dan
menyajikan data;
g) Menarik kesimpulan atas hasil percobaan; dan
h) Membuat laporan dan mengomunikasikan hasil percobaan.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka:
a. Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan
dilaksanakan murid;
b. Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang
dipergunakan;
c. Perlu memperhitungkan tempat dan waktu;
d. Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan
murid;
e. Guru membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen;
f. Membagi kertas kerja kepada murid;
g. Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru; dan
h. Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya,
jika dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.
Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau
mencoba dilakukan melalui tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan,
dan tindak lanjut.
4.
Menalar
Menalar adalah salah satu istilah dalam kerangka proses
pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam
Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta
didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam benyak hal
dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran
adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata
empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan.
Istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada
kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada
teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi
dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan
beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk
kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama
mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman
tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalamanpengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan
berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia.
Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar.
5.
Mengolah
Pada tahapan mengoalah ini, peserta didik sedapat mungkin
dikondisikan
belajar
secara
kolaboratif.
Pada
pembelajaran
kolaboratif kewenangan dan fungsi guru lebih bersifat direktif atau
manajer belajar. Sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif.
Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah
pribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik terutama
jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau
guru.
Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan
empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau
kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh
rasa aman sehingga memungkinkan peserta didik menghadapi aneka
perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama. Peserta didik
secara bersama-sama, saling bekerja sama, saling membantu
mengerjakan hasil tugas terkait dengan materi yang sedang
dipelajari.
6.
Menyimpulkan
Kegiatan menyimpulkan merupakan kelanjutan dari kegiatan
mengolah, bisa dilakukan bersama-sama dalam satu kesatuan
kelompok, atau bisa juga dengan dikerjakan sendiri setelah
mendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi.
7.
Menyajikan
Hasil tugas yang telah dikerjakan bersama-sama secara
kolaboratif dapat disajikan dalam bentuk laporan tertulis dan dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan untuk portofolio kelompok dan
atau individu, yang sebelumnya dikonsultasikan terlebih dulu kepada
guru. Pada tahapan ini kendati tugas dikerjakan secara berkelompok,
tetapi sebaiknya hasil pencatatan dilakukan oleh masing-masing
individu sehingga portofolio yang dimasukkan ke dalam file atau
map peserta didik terisi dari hasil pekerjaannya sendiri secara
individu.
8.
Mengomunikasikan
Pada
kegiatan
akhir
diharapkan
peserta
didik
dapat
mengomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara
bersama-sama dalam kelompok dan atau secara individu dari hasil
kesimpulan yang telah dibuat bersama. Kegiatan mengomunikasikan
ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar peserta didik
mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan
sudah benar atau ada yang harus diperbaiki.
4. Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
Pada awalnya istilah tersebut diperkenalkan oleh Wiggins tahun
1990 untuk menyesuaikan dengan yang biasa dilakukan oleh orang dewasa
sebagai reaksi (menentang) penilaian berbasis sekolah seperti mengisi titik-titik,
tes tertulis, pilihan ganda, kuis, dan jawaban singkat. Jadi dikatakan autentik
dalam arti sesungguhnya dan realistis. Apabila kita melihat di tempat kerja,
orang-orang tidak diberikan tes pilihan ganda untuk menguji bisa tidaknya mereka
melakukan pekerjaan tersebut.Mereka mempunyai performansi, kinerja atau unjuk
kerja. Dalam bisnis dikatakan performance assessment.Penilaian autentik
merupakan suatu bentuk penilaian yang para siswanya diminta untuk
menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mendemonstrasikan
penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang bermakna.
Asesmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas
hasil
belajar
peserta
didik
untuk
ranah
sikap,
keterampilan,
dan
pengetahuan.Istilah asesmen merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran,
pengujian, atau evaluasi.Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid,
atau reliabel.
Secara konseptual asesmen autentik lebih bermakna secara signifikan
dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun.Ketika menerapkan
asesmen autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru
menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas
mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.Seperti apakah bentuk
penilaian otentik? Biasanya suatu penilaian otentik melibatkan suatu tugas (task)
bagi para siswa untuk menampilkan, dan sebuah kriteria penilaian atau rubrik
(rubrics) yang akan digunakan untuk menilai penampilan berdasarkan tugas
tersebut.
1) Karakteristik dari penilaian autentik (Authentic Assessment)
1) Tugas autentik
Tugas otentik merupakan suatu tugas yang meminta siswa
melakukan atau menampilkannya dianggap autentik apabila: (i) siswa
diminta untuk mengkonstruk respons mereka sendiri, bukan sekedar
memilih dari yang tersedia; (ii) tugas merupakan tantangan yang mirip
(serupa) yang dihadapkan dalam (dunia) kenyataan sesungguhnya.
Terdapat lima kriteria task untuk penilaian autentik, yaitu:
1. Tugas tersebut bermakna baik bagi siswa maupun bagi guru;
2. Tugas disusun bersama atau melibatkan siswa;
3. Tugas tersebut menuntut siswa menemukan dan menganalisis
informasi sama baiknya dengan menarik kesimpulan tentang hal
tersebut;
4. Tugas tersebut meminta siswa untuk mengkomunikasikan hasil dengan
jelas;
5. Tugas tersebut mengharuskan siswa untuk bekerja atau melakukan.
Ada dua hal yang perlu dipilih dalam menyiapkan tugas dalam
penilaian autentik, yaitu keterampilan (skills) dan kemampuan (abilities).
Selanjutnya ada lima dimensi yang perlu dipertimbangkan pada saat
menyiapkan task yang autentik pada pembelajaran sains.
1. Length atau lama waktu pengerjaan tugas.
2. Jumlah tugas terstruktur yang perlu dilalui siswa.
3. Partisipasi individu, kelompok atau kombinasi keduanya.
4. Fokus evaluasi: pada produk atau pada proses.
5. Keragaman cara-cara komunikatif yang dapat digunakan siswa untuk
menunjukkan kinerjanya.
2) Tipe Tugas Autentik
Tugas-tugas penilaian kinerja dapat diwujudkan dalam berbagai
bentuk, yakni:
1. computer adaptive testing (tidak berbentuk tes obyektif), yang
menuntut peserta tes dapat mengekspresikan diri untuk dapat
menunjukkan tingkat kemampuan yang nyata;
2. tes pilihan ganda diperluas, dengam memberikan alasan terhadap
jawaban yang dipilih;
3. extended response atau open ended question juga dapat digunakan;
4. group
performance
assessment (tugas-tugas
kelompok)
atau
individual performance assessment (tugas perorangan);
5. interview berupa pertanyaan lisan dari asesor; observasi partsipatif;
6. portofolio sebagai kumpulan hasil karya siswa;
7. projek, expo atau demonstrasi;
8. constructed response, yang siswa perlu mengkonstruk sendiri
jawabannya.
3) Kriteria Penilaian (Rubrics)
Sebagaimana telah diungkapkan bahwa penilaian otentik atau
penilaian berbasis kinerja terdiri dari tasks + rubrics. Selanjutnya akan
diuraikan tentang “rubrics”. Rubrics merupakan alat pemberi skor yang
berisi
daftar
kriteria
untuk
sebuah
pekerjaan
atau
tugas.Secara
singkat scoring rubrics terdiri dari beberapa komponen, yaitu: (i) dimensi,
(ii) definisi dan contoh, (iii) skala, dan (iv) standar. Dimensi akan
dijadikan dasar menilai kinerja siswa. Definisi dan contoh merupakan
penjelasan mengenai setiap dimensi. Skala ditetapkan karena akan
digunakan untuk menilai dimensi, sedangkan standar ditentukan untuk
setiap kategori kinerja.Walaupun suatu rubrik atau scoring rubrics sudah
disusun sebaik-baiknya, tetapi harus disadari bahwa tidak mungkin rubrik
yang sudah disusun itu sempurna atau satu-satunya kriteria untuk menilai
kinerja siswa dalam bidang tertentu.Dari satu tugas bisa saja disusun lebih
dari satu rubrik.Oleh karena itu perlu pula dikembangkan alat untuk
menilai suatu rubrik.Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat digunakan
sebagai patokan untuk menilai suatu rubrik.
1. Seberapa jauh rubrik tersebut (jelas) berhubungan langsung dengan
kriteria yang dinilai?
2. Seberapa jauh rubrik tersebut mencakup keseluruhan dimiensi kinerja
yang dinilai?
3. Apakah kriteria yang dipilih sudah menggunakan standar yang secara
umum berlaku dalam bidang kinerja yang dinilai?
4. Sejauh mana dimensi & skala yang digunakan terdefinisi dengan baik?
5. Jika menggunakan skala numeric sejauh mana angka-angka yang
digunakan itu memang secara adil telah menggambarkan perbedaan dari
setiap kategori kinerja?
6. Seberapa jauh selisih skor yang dihasilkan oleh rater yang berbeda?
7. Apakah rubrik yang digunakan dipahami oleh siswa?
8. Apakah rubrik cukup adil dan bebas dari bias?
9. Apakah rubrik
mudah digunakan, cukup
praktis
dan mudah
diadministra-sikannya?
4) Deskriptor dan Level Kinerja
Rubrik di atas melibatkan komponen lain yang umum digunakan
dalam penilaian autentik atau penilaian berbasis kinerja, yaitu deskriptor.
Deskriptor mengeksplisitkan tingkat kinerja siswa pada masing-masing
level dari suatu penampilan.Contohnya seperti rumusan standar minimal
dalam perumusan tujuan pembelajaran khusus.Deskriptor digunakan untuk
memperjelas harapan atau aspek yang dinilai.Selain itu descriptor juga
membantu penilai (rater) lebih konsisten dan lebih obyektif.Bagi guru yang
melaksanakan penilaian autentik, deskriptor membantu memperoleh umpan
balik yang lebih baik.
b. Langkah-langkah dalam penilaian autentik (Authentic Assessment)
1) Langkah 1 Mengidentifikasi standar Seperti tujuan umum (goal)
Standar merupakan pernyataan yang harus diketahui dan dapat
dilakukan siswa, tetapi ruang lingkupnya lebih sempit dan lebih mudah
dicapai daripada tujuan umum.Biasanya standar merupakan satu
pernyataan singkat yang harus diketahui atau mampu dilakukan siswa pada
poin tertentu.Agar operasional, rumusan standar hendaknya dapat
diobservasi dan dapat diukur.
2) Langkah 2 Memilih suatu tugas autentik
Dalam memilih tugas autentik, pertama-tama kita perlu mengkaji
standar yang kita buat, dan mengkaji kenyataan (dunia) sesungguhnya.
Misalnya daripada meminta siswa menyelesaikan soal pecahan, lebih baik
kita siapkan tugas memecahkan masalah pembagian martabak untuk suatu
keluarga beranak tujuh agar setiap anggota keluarga mempunyai bagian
yang sama.
3) Langkah 3 Mengidentifikasi Kriteria untuk tugas (tasks)
Kriteria tidak lain adalah indikator-indikator dari kinerja yang baik
pada sebuah tugas. Apabila terdapat sejumlah indikator, sebaiknya
diperhatikan apakah indikator-indikator tersebut sekuensial (memerlukan
urutan) atau tidak.
Contoh sejumlah indikator dalam urutan (mengamat dengan
mikroskop):
a) Mengatur pencahayaan melalui penggunaan cermin;
b) Menempatkan obyek di atas lubang pada meja mikroskop;
c) Mengatur posisi lensa obyektif (perbesaran rendah) tepat di atas
lubang dengan obyek tersebut dengan jarak kira-kira setengah
sentimeter di atasnya;
d) Menempatkan salah satu mata (dengan kedua mata terbuka) pada
lensa okuler sambil memutar pengatur kasar ke belakang;
e) Mengatur penempatan obyek sambil tetap melihat di bawah
mikroskop;
f) Memutar revolver yang merupakan tempat melekatnya lensa
obyektif sehingga lensa obyek berukuran lebih tinggi tepat di atas
obyek yang sedang diamati;
g) Memutar pengatur halus perlahan-lahan dengan mata tetap
mengamati melalui lensa okuler;
h) Memperlihatkan obyek yang sudah ditemukan (atau menggambar
obyek yang ditemukan).
4) Langkah 4 Menciptakan standar kriteria atau rubrik (rubrics)
a) Menyiapkan suatu rubrik analitis dalam rubrik tidak selalu diperlukan
descriptor. Deskriptor merupakan karakteristik perilaku yang terkait
dengan level-level tertentu, seperti observasi mendalam, prediksinya
beralasan, kesimpulannya berdasarkan hasil observasi.
b) Menyiapkan suatu rubrik yang holistic dalam rubrik holistic, dilakukan
pertimbangan seberapa baik seseorang telah menampilkan tugasnya
dengan mempertimbangkan kriteria secara keseluruhan. Sebagai
contoh, dalam presentasi dapat disiapkan rubrik keseluruhan sebagai
berikut.
Aspek Persentasi Oral
Kriteria Penilaian Presentasi Oral
Penguasaan (Mastery)
Selalu melakukan kontak pandang
Volume selalu sesuai
Antusiasme hadir selama presentasi
Rangkuman sangat akurat
Kemahiran
- Biasanya melakukan kontak pandangan
(Proficiency)
- Volume biasanya sesuai
- Antusiasme
muncul
pada
kebanyakan
presentasi
- Hanya 1-2 kesalahan dalam rangkuman
Pengembangan
Kadang-kadang
melakukan
kontak
pandangan
Volume kadang-kadang memadai
Sewaktu-waktu
antusiasme
dalam
presentasi
Beberapa kesalahan dalam rangkuman
Ketidakakuratan
Tak pernah atau jarang melakukan kontak
pandangan
Volume tidak memadai
Jarang
tampak
antusiasme
dalam
presentasi
Banyak kekeliruan dalam rangkuman
c) Mencek rubrik yang telah dibuatUntuk keperluan pengecekan rubrik
yang telah dibuat sebaiknya kita meminta kepada rekan kerja sesama
guru
untuk
kejelasannya.
merevieuwnya,
atau
Masukan
mereka
dari
meminta
dapat
siswa
mengenai
digunakan
untuk
memperbaiki standar yang telah kita siapkan.Ada baiknya kita juga
memeriksa atau mencek apakah rubrik tersebut dapat dikelola dengan
mudah.Bayangkan penampilan atau kinerja siswa ketika sedang
melakukannya.
5. Macam-macam Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
Beberapa jenis asesmen autentik disajikan berikut ini.
a. Penilaian Kinerja
Asesmen autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik,
khususnya dalam proses dan aspek-aspek yangg akan dinilai. Guru dapat
melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur
proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria
penyelesaiannya. Dengan menggunakan informasi ini, guru dapat memberikan
umpan balik terhadap kinerja peserta didik baik dalam bentuk laporan naratif
maupun laporan kelas. Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil
penilaian berbasis kinerja:
1)
Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau
tidaknya unsur-unsur tertentu dari indikator atau sub indikator yang harus
muncul dalam sebuah peristiwa atau tindakan.
2)
Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan dengan
cara guru menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masingmasing peserta didik selama melakukan tindakan. Dari laporan tersebut,
guru dapat menentukan seberapa baik peserta didik memenuhi standar
yang ditetapkan.
3)
Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan menggunakan
skala numerik berikut predikatnya. Misalnya: 5=baik sekali, 4=baik,
3=cukup, 2=kurang, 1=kurang sekali.
4)
Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru dengan
cara mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa
membuat catatan. Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk
menentukan apakah peserta didik sudah berhasil atau belum. Cara seperti
tetap ada manfaatnya, namun tidak cukup dianjurkan.
Penilaian
kinerja
memerlukan
pertimbangan-pertimbangan
khusus. Pertama, langkah-langkah kinerja harus dilakukan peserta didik untuk
menunjukkan kinerja yang nyata untuk suatu atau beberapa jenis kompetensi
tertentu. Kedua, ketepatan dan kelengkapan aspek kinerja yang dinilai. Ketiga,
kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan oleh peserta didik untuk
menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Keempat, fokus utama dari kinerja
yang akan dinilai, khususnya indikator esensial yang akan diamati. Kelima,
urutan dari kemampuan atau keterampilan peserta didik yang akan diamati.
Penilaian diri (self assessment) termasuk dalam rumpun penilaian
kinerja.Penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik
diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan
tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran
tertentu.Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi
kognitif, afektif dan psikomotor.
1) Penilaian ranah sikap. Misalnya, peserta didik diminta mengungkapkan
curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu berdasarkan kriteria
atau acuan yang telah disiapkan.
2) Penilaian ranah keterampilan. Misalnya, peserta didik diminta untuk
menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya oleh dirinya
berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
3) Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya, peserta didik diminta untuk
menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil
belajar dari suatu mata pelajaran tertentu berdasarkan atas kriteria atau
acuan yang telah disiapkan.
Teknik penilaian diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat
positif.Pertama, menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik.Kedua, peserta
didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya.Ketiga, mendorong,
membiasakan, dan melatih peserta didik berperilaku jujur.Keempat,
menumbuhkan semangat untuk maju secara personal.
b. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian
terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut
periode/waktu tertentu.Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang
dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data.Dengan demikian,
penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan,
penyelidikan,
dan
lain-lain.Selama
mengerjakan
sebuah
proyek
pembelajaran, peserta didik memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan
sikap, keterampilan, dan pengetahuannya.Karena itu, pada setiap penilaian
proyek, setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian khusus dari guru.
1) Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan
mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas
informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
2) Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
3) Orijinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan
atau dihasilkan oleh peserta didik.
Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, dan produk
proyek.Dalam kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru
meliputi penyusunan rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan data,
analisis data, dan penyiapkan laporan.Penilaian proyek dapat menggunakan
instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi.Laporan penilaian dapat
dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis.
Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian
khusus.Penilaian produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai
kualitas dan bentuk hasil akhir secara holistik dan analitik. Penilaian produk
dimaksud meliputi penilaian atas kemampuan peserta didik menghasilkan
produk, seperti makanan, pakaian, hasil karya seni (gambar, lukisan, patung,
dan lain-lain), barang-barang terbuat dari kayu, kertas, kulit, keramik, karet,
plastik, dan karya logam. Penilaian secara analitik merujuk pada semua
kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan produk tertentu.Penilaian
secara holistik merujuk pada apresiasi atau kesan secara keseluruhan atas
produk yang dihasilkan.
c. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang
menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia
nyata.Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara
perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta
didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.Penilaian portofolio
merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi
yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu
periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari
proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau
informasi lain yang relevan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang dituntut oleh topik atau mata pelajaran tertentu. Fokus penilaian
portofolio adalah kumpulan karya peserta didik secara individu atau kelompok
pada satu periode pembelajaran tertentu.Penilaian terutama dilakukan oleh
guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri.Melalui penilaian portofolio
guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik.
Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat karangan, puisi,
surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/ literatur, laporan
penelitian, sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru dan/atau
peserta
didik
dapat
melakukan
perbaikan
sesuai
dengan
tuntutan
pembelajaran.Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkahlangkah seperti berikut ini.
1) Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
2) Guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan
dibuat.
3) Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah
bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.
4) Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada
tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
5) Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
6) Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama
dokumen portofolio yang dihasilkan.
7) Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian
portofolio.
d. Penilaian Tertulis
Meski konsepsi asesmen autentik muncul dari ketidakpuasan terhadap
tes tertulis yang lazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian tertulis
atas hasil pembelajaran tetap lazim dilakukan.Tes tertulis terdiri dari memilih
atau mensuplai jawaban dan uraian.Memilih jawaban dan mensuplai
jawaban.Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda, pilihan benar-salah, yatidak, menjodohkan, dan sebab-akibat.Mensuplai jawaban terdiri dari isian
atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.Tes tertulis
berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat,
memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis,
mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari.Tes tertulis
berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu
menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan
memberikan jawabannya sendiri yang berbeda dengan teman-temannya,
namun tetap terbuka memperoleh nilai yang sama. Misalnya, peserta didik
tertentu melihat fenomena kemiskinan dari sisi pandang kebiasaan malas
bekerja, rendahnya keterampilan, atau kelangkaan sumberdaya alam. Masingmasing sisi pandang ini akan melahirkan jawaban berbeda, namun tetap
terbuka memiliki kebenarann yang sama, asalkan analisisnya benar. Tes
tersulis berbentuk esai biasanya menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu
jawaban terbuka (extended-response) atau jawaban terbatas (restricted-
response).Hal ini sangat tergantung pada bobot soal yang diberikan oleh
guru.Tes semacam ini memberi kesempatan pada guru untuk dapat mengukur
hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks.
BAB III
PENUTUPAN
1. Kesimpulan
a. Secara umum, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, “curere” yang berarti
berlari. Arti lainnya adalah jarak yang harus ditempuh.
b. Adapun latar belakang dibutuhkannya kurikulum pendidikan IPA SD adalah
pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar.
c. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk
konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi
atau
menemukan
masalah),
merumuskan
masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulakan data dengan
berbagai
teknik,
menganalisis
data,
menarik
kesimpulan
dan
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.
d. Penilaian otentik merupakan suatu bentuk penilaian yang para siswanya
diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang
mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang
bermakna.
e. Macam-macam penilaian autentik yaitu penilaian kinerja, proyek, portofolio,
dan tertulis.
2. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak
berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi
kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Nuh. 2013. Sosialisasi Kurikulum 2013 di Bandung 16 Maret
2013.NSTA. 2003. Standards for Science Teacher Preparation. Revised 2003.
Sund & Trowbridge. (1967). Teaching Science by Inquiry in the Secondary
School. Ohio:Charles E. Merrill Publishing Company.
M. Hosman, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad
21, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), hlm. 34-35
Ahmad Sudrajat, Pendekatan Saintifik dalam
ProsesPembelajaran, http://www.ahmadsudrajat.blogspot.com/2013/pendekatansaintifik-ilmiah-dalam-proses- pembelajaran.html, diakses tanggal 02-052015, 13:28 WIB
M. Hosman, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad
21, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014)
Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), hlm. 211-234
Dantes, Nyoman. 2008. Hakikat Asesmen Otentik Sebagai Penilaian Proses
Dan Produk Dalam Pembelajaran Yang Berbasis Kompetensi. Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha
Ibrahim, Muslimin. 2005. Asesmen Berkelanjutan: Konsep dasar, Tahapan
Pengembangan dan Contoh. Surabaya: UNESA University Press Anggota IKAPI
Muijs, Daniel & David Reynolds. 2008. Effective Teaching Teori dan
Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zainul, A. 2001.Alternative Assessment Applied Approach Mengajar di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas
Download