MAKALAH KURIKULUM 2013 IPA SD, PENDEKATAN SAINTIFIK DAN PENILAIAN AUTENTIK Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan IPA Dosen pengampu : 1. Dra. Sri Hartati, M.Pd. 2. Arief Juang Nugraha Disusun Oleh: 1. Marisa Ailsa Rahmawati (1401418402) 2. Faizatun Nisa (1401418414) 3. Feni Handrini (1401418420) 4. Septo Aji Pamungkas (1401418423) 5. Mita Rahmawati (1401418428) KELOMPOK 4 ROMBEL I JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari masa ke masa kurikulum yang terdapat di setiap negera berubah yang ini menurut sebagian pakar disebabkan karena kebutuhan masyarakat yang berkembang dan disamping itu kondisi dan tuntutan zaman pun berubah.Untuk menyesuaikan dengan zaman, kurikulumpun mengalami perkembangan. Perkembangan itupun terjadi pada kurikulum di Negara Indonesia. Sebagai sebuah Negara yang memiliki tujuan berdiri, kurikulum ini dirasa sangat penting untuk kemudian mengiringi kemajuan Negara. Karenanya, perkembangan kurikulum ini dianggap menjadi penentu masa depan anak bangsa. Pada tahun 2013/2014 kurikulum di Indonesia mengalami pergantian dari kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) menjadi kurikulum 2013. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi untuk mengarahkan peserta didik menjadi : 1) Manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. 2) Manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia,sehat,berilmu,cakap,kreatif,mandiri, dan 3) Warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Kurikulum 2013 memiliki arah yang jelas untuk meningkatkan kompetensi yang seimbang antara sikap (attitude), keterampilan(skill), dan pengetahuan (knowledge) sehingga peserta didik memiliki kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memilik kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills). (Kemendikbud,2012) B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum? 2. Bagaimana kurikulum IPA SD Kurikulum 2013 ? 3. Bagaimana pembelajaran dengan pendekatan saintifik? 4. Apa yang dimaksud dengan penilaian autentik (Authentic Assessment)? 5. Apa saja macam macam Penilaian Autentik (Authentic Assessment)? C. Tujuan 1. Mengetahui pengertian dari kurikulum. 2. Mengetahui tentang kurikulum IPA SD Kurikulum 2013. 3. Mengetahuipembelajaran dengan pendekatan saintifik. 4. Mengetahuipenilaian autentik (Authentic Assessment). 5. Mengetahui macam - macam Penilaian Autentik (Authentic Assessment). BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Kurikulum Secara umum, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, “curere” yang berarti berlari.Arti lainnya adalah jarak yang harus ditempuh.Dalam dunia pendidikan, kurikulum memiliki pengertian sebagai suatu rencana pendidikan yang memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan. Konsep kurikulum ini kemudian semakin berkembang seiiring berjalannya waktu.Oleh karena itu kurikulum senantiasa diperbarui.Terdapat dua macam pandangan mengenai kurikulum.Pandangan pertama menyatakan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh siswa untuk memperoleh ijazah.Pandangan pertama ini disebut sebagai pandangan lama atau konvensional karena sifatnya yang terlalu sempit.Pandangan yang kedua adalah pandangan modern.Menurut pandangan modern, kurikulum merupakan dokumen atau rencana tertulis mengenai kualitas pendidikan yang harus dimiliki siswa melalui pengalaman belajar.Pandangan ini membuat konteks kurikulum memiliki cakupan yang luas dan memungkinkan untuk senantiasa berkembang.Dari keseluruhan pembahasan di atas, dapat diketahui bahwa kurikulum pendidikan merupakan seperangkat rencana tertulis dan pengaturan pendidikan. Kurikulum terdiri dari tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Kurikulum dirancang khusus untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. 2. Kurikulum IPA SD Kurikulum 2013 Pendidikan IPA SD tentu juga tidak lepas dari kurikulum.Adapun latar belakang dibutuhkannya kurikulum pendidikan IPA SD adalah pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Dengan demikian, akan selalu ada hubungan dengan prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan seharihari.IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.Pada saat penerapan KTSP, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Untuk kurikulum 2013, Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti adalah acuan utama bagi pembelajaran.Adapun ruang lingkup dalam pendidikan IPA SD mencakup empat hal. Empat hal itu adalah makhluk hidup dan proses kehidupan; benda serta sifat dan kegunaannya; energi dan perubahannya; dan Bumi serta alam semesta.Ruang lingkup makhluk hidup dan proses kehidupan mempelajari materi yang berhubungan dengan manusia, hewan, tumbuhan, serta interaksi ketiganya, dan juga hubungannya dengan kesehatan. Sedangkan ruang lingkup benda materi serta sifat dan kegunaannya berisi tentang benda padat, cair, dan gas. Ruang lingkup energi dan perubahannya berisi tentang gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. Terakhir, ruang lingkup Bumi dan alam semesta berisi materi tentang tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. a. Kerangka Dasar IPA SD 1. Landasan Filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat digunakan secara spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan manusia yang berkualitas. 2. Landasan Yuridis Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah: a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 b) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; c) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional; d) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan b. Struktur kurikulum IPA SD Kompetensi Inti Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut: 1) Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual; 2) Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial; 3) Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan 4) Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan. Kurikulum yang mulai berlaku pada tahun 2006 (Standar Isi) memberikan suasana baru dalam dunia pendidikan terutama untuk mata pelajaran IPA, yang memungkinkan baik guru maupun siswa dapat memberdayakan potensi dan kemampuan yang ada. Merujuk pada pengertian IPA maka hakikat IPA meliputi empat unsur, yaitu: 1) Produk Berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum 2) Proses Prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah, metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi yaitu evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan. 3) Aplikasi Penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan seharihari. 4) Sikap Rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar sains bersifat open ended. (http://www.puskur.net/mdl/050_ModelIPA Trpd.pdf). c. Tujuan Kurikulum IPA SD Tujuan pembelajaran IPA SD/MI yang disuratkan dalam latar belakang mata pelajaran IPA SD/MI menegaskan bahwa pembelajaran IPA bertujuan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah melalui inkuiri ilmiah, dan mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup untuk mengembangkan kemampuan menerapkan konsep IPA yang dimiliki siswa melalui pembelajaran Salingtemas, dalam bentuk kegiatan merancang dan membuat suatu karya. Pelaksanaan pembelajaran IPA harus selalu menerapkan pesan dalam 2 tujuan pembelajaran, yaitu dilaksanakan dengan: 1. Inkuiri ilmiah (penyelidikan) memberi pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan silap ilmiah. 2. Berorientasi pada pembelajaran SALINGTEMAS (Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat) 3. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulakan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peseta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipata diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi, bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa. a. Karakteristik pembelajaran dengan pendekatan saintifik Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Berpusat pada siswa. 2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengontruksi konsep, hukum atau prinsip. 3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berfikir tingkat tinggi siswa. 4. b. Dapat mengembangkan karakter siswa. Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Bebrapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa. 2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik. 3. Terciptanya kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan. 4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi. 5. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah. 6. Untuk mengembangkan karakter siswa. c. Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut: 1. Pembelajaran berpusat pada siswa. 2. Pembelajaran membentuk students self concept. 3. Pembelajaran terhindar dari verbalisme. 4. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip. 5. Pembelajarn mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berfikir siswa. 6. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru. 7. Memberiakan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi. 8. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya. d. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik Kegiatan pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.Untuk mata pelajaran, materi atau situasi tertentu sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat non-ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut: 1. Mengamati Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningful learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mangamati sangat bermanfaat bagi pemenuh rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bevariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama observasi pembelajaran yaitu cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk kepentingan pembelajaran. 2. Menanya Guru harus mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Dalam kegiatan menanya, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, atau dibaca. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai pada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotesis. Tujuannnya agar siswa memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi secara kritis, logis, dan sistematis (critical thinking skills). Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mendiri. Dari kegitan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya, dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya, rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam. 3. Mencoba Aplikasi metode mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: a) Menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; b) Mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; c) Mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; e) Melakukan dan mengamati percobaan; f) Mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; g) Menarik kesimpulan atas hasil percobaan; dan h) Membuat laporan dan mengomunikasikan hasil percobaan. Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka: a. Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan murid; b. Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan; c. Perlu memperhitungkan tempat dan waktu; d. Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid; e. Guru membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen; f. Membagi kertas kerja kepada murid; g. Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru; dan h. Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, jika dianggap perlu didiskusikan secara klasikal. Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau mencoba dilakukan melalui tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. 4. Menalar Menalar adalah salah satu istilah dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam benyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalamanpengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. 5. Mengolah Pada tahapan mengoalah ini, peserta didik sedapat mungkin dikondisikan belajar secara kolaboratif. Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan dan fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar. Sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah pribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman sehingga memungkinkan peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama. Peserta didik secara bersama-sama, saling bekerja sama, saling membantu mengerjakan hasil tugas terkait dengan materi yang sedang dipelajari. 6. Menyimpulkan Kegiatan menyimpulkan merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah, bisa dilakukan bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau bisa juga dengan dikerjakan sendiri setelah mendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi. 7. Menyajikan Hasil tugas yang telah dikerjakan bersama-sama secara kolaboratif dapat disajikan dalam bentuk laporan tertulis dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk portofolio kelompok dan atau individu, yang sebelumnya dikonsultasikan terlebih dulu kepada guru. Pada tahapan ini kendati tugas dikerjakan secara berkelompok, tetapi sebaiknya hasil pencatatan dilakukan oleh masing-masing individu sehingga portofolio yang dimasukkan ke dalam file atau map peserta didik terisi dari hasil pekerjaannya sendiri secara individu. 8. Mengomunikasikan Pada kegiatan akhir diharapkan peserta didik dapat mengomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama. Kegiatan mengomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar peserta didik mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki. 4. Penilaian Autentik (Authentic Assessment) Pada awalnya istilah tersebut diperkenalkan oleh Wiggins tahun 1990 untuk menyesuaikan dengan yang biasa dilakukan oleh orang dewasa sebagai reaksi (menentang) penilaian berbasis sekolah seperti mengisi titik-titik, tes tertulis, pilihan ganda, kuis, dan jawaban singkat. Jadi dikatakan autentik dalam arti sesungguhnya dan realistis. Apabila kita melihat di tempat kerja, orang-orang tidak diberikan tes pilihan ganda untuk menguji bisa tidaknya mereka melakukan pekerjaan tersebut.Mereka mempunyai performansi, kinerja atau unjuk kerja. Dalam bisnis dikatakan performance assessment.Penilaian autentik merupakan suatu bentuk penilaian yang para siswanya diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang bermakna. Asesmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.Istilah asesmen merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi.Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Secara konseptual asesmen autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun.Ketika menerapkan asesmen autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.Seperti apakah bentuk penilaian otentik? Biasanya suatu penilaian otentik melibatkan suatu tugas (task) bagi para siswa untuk menampilkan, dan sebuah kriteria penilaian atau rubrik (rubrics) yang akan digunakan untuk menilai penampilan berdasarkan tugas tersebut. 1) Karakteristik dari penilaian autentik (Authentic Assessment) 1) Tugas autentik Tugas otentik merupakan suatu tugas yang meminta siswa melakukan atau menampilkannya dianggap autentik apabila: (i) siswa diminta untuk mengkonstruk respons mereka sendiri, bukan sekedar memilih dari yang tersedia; (ii) tugas merupakan tantangan yang mirip (serupa) yang dihadapkan dalam (dunia) kenyataan sesungguhnya. Terdapat lima kriteria task untuk penilaian autentik, yaitu: 1. Tugas tersebut bermakna baik bagi siswa maupun bagi guru; 2. Tugas disusun bersama atau melibatkan siswa; 3. Tugas tersebut menuntut siswa menemukan dan menganalisis informasi sama baiknya dengan menarik kesimpulan tentang hal tersebut; 4. Tugas tersebut meminta siswa untuk mengkomunikasikan hasil dengan jelas; 5. Tugas tersebut mengharuskan siswa untuk bekerja atau melakukan. Ada dua hal yang perlu dipilih dalam menyiapkan tugas dalam penilaian autentik, yaitu keterampilan (skills) dan kemampuan (abilities). Selanjutnya ada lima dimensi yang perlu dipertimbangkan pada saat menyiapkan task yang autentik pada pembelajaran sains. 1. Length atau lama waktu pengerjaan tugas. 2. Jumlah tugas terstruktur yang perlu dilalui siswa. 3. Partisipasi individu, kelompok atau kombinasi keduanya. 4. Fokus evaluasi: pada produk atau pada proses. 5. Keragaman cara-cara komunikatif yang dapat digunakan siswa untuk menunjukkan kinerjanya. 2) Tipe Tugas Autentik Tugas-tugas penilaian kinerja dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, yakni: 1. computer adaptive testing (tidak berbentuk tes obyektif), yang menuntut peserta tes dapat mengekspresikan diri untuk dapat menunjukkan tingkat kemampuan yang nyata; 2. tes pilihan ganda diperluas, dengam memberikan alasan terhadap jawaban yang dipilih; 3. extended response atau open ended question juga dapat digunakan; 4. group performance assessment (tugas-tugas kelompok) atau individual performance assessment (tugas perorangan); 5. interview berupa pertanyaan lisan dari asesor; observasi partsipatif; 6. portofolio sebagai kumpulan hasil karya siswa; 7. projek, expo atau demonstrasi; 8. constructed response, yang siswa perlu mengkonstruk sendiri jawabannya. 3) Kriteria Penilaian (Rubrics) Sebagaimana telah diungkapkan bahwa penilaian otentik atau penilaian berbasis kinerja terdiri dari tasks + rubrics. Selanjutnya akan diuraikan tentang “rubrics”. Rubrics merupakan alat pemberi skor yang berisi daftar kriteria untuk sebuah pekerjaan atau tugas.Secara singkat scoring rubrics terdiri dari beberapa komponen, yaitu: (i) dimensi, (ii) definisi dan contoh, (iii) skala, dan (iv) standar. Dimensi akan dijadikan dasar menilai kinerja siswa. Definisi dan contoh merupakan penjelasan mengenai setiap dimensi. Skala ditetapkan karena akan digunakan untuk menilai dimensi, sedangkan standar ditentukan untuk setiap kategori kinerja.Walaupun suatu rubrik atau scoring rubrics sudah disusun sebaik-baiknya, tetapi harus disadari bahwa tidak mungkin rubrik yang sudah disusun itu sempurna atau satu-satunya kriteria untuk menilai kinerja siswa dalam bidang tertentu.Dari satu tugas bisa saja disusun lebih dari satu rubrik.Oleh karena itu perlu pula dikembangkan alat untuk menilai suatu rubrik.Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat digunakan sebagai patokan untuk menilai suatu rubrik. 1. Seberapa jauh rubrik tersebut (jelas) berhubungan langsung dengan kriteria yang dinilai? 2. Seberapa jauh rubrik tersebut mencakup keseluruhan dimiensi kinerja yang dinilai? 3. Apakah kriteria yang dipilih sudah menggunakan standar yang secara umum berlaku dalam bidang kinerja yang dinilai? 4. Sejauh mana dimensi & skala yang digunakan terdefinisi dengan baik? 5. Jika menggunakan skala numeric sejauh mana angka-angka yang digunakan itu memang secara adil telah menggambarkan perbedaan dari setiap kategori kinerja? 6. Seberapa jauh selisih skor yang dihasilkan oleh rater yang berbeda? 7. Apakah rubrik yang digunakan dipahami oleh siswa? 8. Apakah rubrik cukup adil dan bebas dari bias? 9. Apakah rubrik mudah digunakan, cukup praktis dan mudah diadministra-sikannya? 4) Deskriptor dan Level Kinerja Rubrik di atas melibatkan komponen lain yang umum digunakan dalam penilaian autentik atau penilaian berbasis kinerja, yaitu deskriptor. Deskriptor mengeksplisitkan tingkat kinerja siswa pada masing-masing level dari suatu penampilan.Contohnya seperti rumusan standar minimal dalam perumusan tujuan pembelajaran khusus.Deskriptor digunakan untuk memperjelas harapan atau aspek yang dinilai.Selain itu descriptor juga membantu penilai (rater) lebih konsisten dan lebih obyektif.Bagi guru yang melaksanakan penilaian autentik, deskriptor membantu memperoleh umpan balik yang lebih baik. b. Langkah-langkah dalam penilaian autentik (Authentic Assessment) 1) Langkah 1 Mengidentifikasi standar Seperti tujuan umum (goal) Standar merupakan pernyataan yang harus diketahui dan dapat dilakukan siswa, tetapi ruang lingkupnya lebih sempit dan lebih mudah dicapai daripada tujuan umum.Biasanya standar merupakan satu pernyataan singkat yang harus diketahui atau mampu dilakukan siswa pada poin tertentu.Agar operasional, rumusan standar hendaknya dapat diobservasi dan dapat diukur. 2) Langkah 2 Memilih suatu tugas autentik Dalam memilih tugas autentik, pertama-tama kita perlu mengkaji standar yang kita buat, dan mengkaji kenyataan (dunia) sesungguhnya. Misalnya daripada meminta siswa menyelesaikan soal pecahan, lebih baik kita siapkan tugas memecahkan masalah pembagian martabak untuk suatu keluarga beranak tujuh agar setiap anggota keluarga mempunyai bagian yang sama. 3) Langkah 3 Mengidentifikasi Kriteria untuk tugas (tasks) Kriteria tidak lain adalah indikator-indikator dari kinerja yang baik pada sebuah tugas. Apabila terdapat sejumlah indikator, sebaiknya diperhatikan apakah indikator-indikator tersebut sekuensial (memerlukan urutan) atau tidak. Contoh sejumlah indikator dalam urutan (mengamat dengan mikroskop): a) Mengatur pencahayaan melalui penggunaan cermin; b) Menempatkan obyek di atas lubang pada meja mikroskop; c) Mengatur posisi lensa obyektif (perbesaran rendah) tepat di atas lubang dengan obyek tersebut dengan jarak kira-kira setengah sentimeter di atasnya; d) Menempatkan salah satu mata (dengan kedua mata terbuka) pada lensa okuler sambil memutar pengatur kasar ke belakang; e) Mengatur penempatan obyek sambil tetap melihat di bawah mikroskop; f) Memutar revolver yang merupakan tempat melekatnya lensa obyektif sehingga lensa obyek berukuran lebih tinggi tepat di atas obyek yang sedang diamati; g) Memutar pengatur halus perlahan-lahan dengan mata tetap mengamati melalui lensa okuler; h) Memperlihatkan obyek yang sudah ditemukan (atau menggambar obyek yang ditemukan). 4) Langkah 4 Menciptakan standar kriteria atau rubrik (rubrics) a) Menyiapkan suatu rubrik analitis dalam rubrik tidak selalu diperlukan descriptor. Deskriptor merupakan karakteristik perilaku yang terkait dengan level-level tertentu, seperti observasi mendalam, prediksinya beralasan, kesimpulannya berdasarkan hasil observasi. b) Menyiapkan suatu rubrik yang holistic dalam rubrik holistic, dilakukan pertimbangan seberapa baik seseorang telah menampilkan tugasnya dengan mempertimbangkan kriteria secara keseluruhan. Sebagai contoh, dalam presentasi dapat disiapkan rubrik keseluruhan sebagai berikut. Aspek Persentasi Oral Kriteria Penilaian Presentasi Oral Penguasaan (Mastery) Selalu melakukan kontak pandang Volume selalu sesuai Antusiasme hadir selama presentasi Rangkuman sangat akurat Kemahiran - Biasanya melakukan kontak pandangan (Proficiency) - Volume biasanya sesuai - Antusiasme muncul pada kebanyakan presentasi - Hanya 1-2 kesalahan dalam rangkuman Pengembangan Kadang-kadang melakukan kontak pandangan Volume kadang-kadang memadai Sewaktu-waktu antusiasme dalam presentasi Beberapa kesalahan dalam rangkuman Ketidakakuratan Tak pernah atau jarang melakukan kontak pandangan Volume tidak memadai Jarang tampak antusiasme dalam presentasi Banyak kekeliruan dalam rangkuman c) Mencek rubrik yang telah dibuatUntuk keperluan pengecekan rubrik yang telah dibuat sebaiknya kita meminta kepada rekan kerja sesama guru untuk kejelasannya. merevieuwnya, atau Masukan mereka dari meminta dapat siswa mengenai digunakan untuk memperbaiki standar yang telah kita siapkan.Ada baiknya kita juga memeriksa atau mencek apakah rubrik tersebut dapat dikelola dengan mudah.Bayangkan penampilan atau kinerja siswa ketika sedang melakukannya. 5. Macam-macam Penilaian Autentik (Authentic Assessment) Beberapa jenis asesmen autentik disajikan berikut ini. a. Penilaian Kinerja Asesmen autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yangg akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Dengan menggunakan informasi ini, guru dapat memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik baik dalam bentuk laporan naratif maupun laporan kelas. Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja: 1) Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsur-unsur tertentu dari indikator atau sub indikator yang harus muncul dalam sebuah peristiwa atau tindakan. 2) Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan dengan cara guru menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masingmasing peserta didik selama melakukan tindakan. Dari laporan tersebut, guru dapat menentukan seberapa baik peserta didik memenuhi standar yang ditetapkan. 3) Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan menggunakan skala numerik berikut predikatnya. Misalnya: 5=baik sekali, 4=baik, 3=cukup, 2=kurang, 1=kurang sekali. 4) Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru dengan cara mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat catatan. Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan apakah peserta didik sudah berhasil atau belum. Cara seperti tetap ada manfaatnya, namun tidak cukup dianjurkan. Penilaian kinerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus. Pertama, langkah-langkah kinerja harus dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja yang nyata untuk suatu atau beberapa jenis kompetensi tertentu. Kedua, ketepatan dan kelengkapan aspek kinerja yang dinilai. Ketiga, kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan oleh peserta didik untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Keempat, fokus utama dari kinerja yang akan dinilai, khususnya indikator esensial yang akan diamati. Kelima, urutan dari kemampuan atau keterampilan peserta didik yang akan diamati. Penilaian diri (self assessment) termasuk dalam rumpun penilaian kinerja.Penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. 1) Penilaian ranah sikap. Misalnya, peserta didik diminta mengungkapkan curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. 2) Penilaian ranah keterampilan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya oleh dirinya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. 3) Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu berdasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Teknik penilaian diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat positif.Pertama, menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik.Kedua, peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya.Ketiga, mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik berperilaku jujur.Keempat, menumbuhkan semangat untuk maju secara personal. b. Penilaian Proyek Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu.Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data.Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-lain.Selama mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuannya.Karena itu, pada setiap penilaian proyek, setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian khusus dari guru. 1) Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan. 2) Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik. 3) Orijinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik. Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, dan produk proyek.Dalam kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi penyusunan rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan.Penilaian proyek dapat menggunakan instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi.Laporan penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis. Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus.Penilaian produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk hasil akhir secara holistik dan analitik. Penilaian produk dimaksud meliputi penilaian atas kemampuan peserta didik menghasilkan produk, seperti makanan, pakaian, hasil karya seni (gambar, lukisan, patung, dan lain-lain), barang-barang terbuat dari kayu, kertas, kulit, keramik, karet, plastik, dan karya logam. Penilaian secara analitik merujuk pada semua kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan produk tertentu.Penilaian secara holistik merujuk pada apresiasi atau kesan secara keseluruhan atas produk yang dihasilkan. c. Penilaian Portofolio Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata.Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau informasi lain yang relevan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik atau mata pelajaran tertentu. Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik secara individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu.Penilaian terutama dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri.Melalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/ literatur, laporan penelitian, sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru dan/atau peserta didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran.Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkahlangkah seperti berikut ini. 1) Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio. 2) Guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat. 3) Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran. 4) Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya. 5) Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu. 6) Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan. 7) Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio. d. Penilaian Tertulis Meski konsepsi asesmen autentik muncul dari ketidakpuasan terhadap tes tertulis yang lazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetap lazim dilakukan.Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian.Memilih jawaban dan mensuplai jawaban.Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda, pilihan benar-salah, yatidak, menjodohkan, dan sebab-akibat.Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari.Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan jawabannya sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai yang sama. Misalnya, peserta didik tertentu melihat fenomena kemiskinan dari sisi pandang kebiasaan malas bekerja, rendahnya keterampilan, atau kelangkaan sumberdaya alam. Masingmasing sisi pandang ini akan melahirkan jawaban berbeda, namun tetap terbuka memiliki kebenarann yang sama, asalkan analisisnya benar. Tes tersulis berbentuk esai biasanya menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu jawaban terbuka (extended-response) atau jawaban terbatas (restricted- response).Hal ini sangat tergantung pada bobot soal yang diberikan oleh guru.Tes semacam ini memberi kesempatan pada guru untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks. BAB III PENUTUPAN 1. Kesimpulan a. Secara umum, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, “curere” yang berarti berlari. Arti lainnya adalah jarak yang harus ditempuh. b. Adapun latar belakang dibutuhkannya kurikulum pendidikan IPA SD adalah pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. c. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulakan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. d. Penilaian otentik merupakan suatu bentuk penilaian yang para siswanya diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang bermakna. e. Macam-macam penilaian autentik yaitu penilaian kinerja, proyek, portofolio, dan tertulis. 2. Saran Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi kita semua. DAFTAR PUSTAKA Muhammad Nuh. 2013. Sosialisasi Kurikulum 2013 di Bandung 16 Maret 2013.NSTA. 2003. Standards for Science Teacher Preparation. Revised 2003. Sund & Trowbridge. (1967). Teaching Science by Inquiry in the Secondary School. Ohio:Charles E. Merrill Publishing Company. M. Hosman, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), hlm. 34-35 Ahmad Sudrajat, Pendekatan Saintifik dalam ProsesPembelajaran, http://www.ahmadsudrajat.blogspot.com/2013/pendekatansaintifik-ilmiah-dalam-proses- pembelajaran.html, diakses tanggal 02-052015, 13:28 WIB M. Hosman, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014) Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 211-234 Dantes, Nyoman. 2008. Hakikat Asesmen Otentik Sebagai Penilaian Proses Dan Produk Dalam Pembelajaran Yang Berbasis Kompetensi. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Ibrahim, Muslimin. 2005. Asesmen Berkelanjutan: Konsep dasar, Tahapan Pengembangan dan Contoh. Surabaya: UNESA University Press Anggota IKAPI Muijs, Daniel & David Reynolds. 2008. Effective Teaching Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Zainul, A. 2001.Alternative Assessment Applied Approach Mengajar di Perguruan Tinggi. Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas