Uploaded by User31365

point 1 efek aan

advertisement
EFEK DAN TRANSISI KERJA ADIKTIF DIDALAM TUBUH, SERTA MACAMMACAM ZAT ADIKTIF YANG SERING DISALAHGUNAKAN DAN MENGALAMI
PEMULIHANNYA
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Narkotika, Bahan Terlarang dan Psikotropika
Yang dibina oleh Bapak M.fajar Marsuki, S,Pd., M,Sc
Dan Ibu Novida Pratiwi, S,Si., M,Sc.,
Oleh Kelompok 10 / Off B
1.
Aan Setya Nugroho
(160351606468)
2.
Nur Azizah
(160351606417)
3.
Triska Nuryanti
(160351606420)
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Maret 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menciptakan manusia dan
memuliakannya di atas makhluk-makhluk yang lain. Juga tidak lupa shalawat serta salam kami
panjatkan kepada nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dan pengikutnya hingga akhir
zaman.
Alhamdulillah berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah yang singkat ini dengan judul “Efek dan Transisis Kerja Adiktif di dalam Tubuh, serta
Macam-Macam Zat Adiktif yang Disalahgunakan dan Pemulihannya”. Makalah ini terdiri dari
pokok-pokok bahasan materi yang membahas mengenai. Materi ini disajikan secara ringkas yang
kami ambil dari berbagai sumber referensi terpilih.
Terima kasih kepada Ibu Novida Pratiwi, S.Si, M.Sc. dan Bapak M.Fajar Marsuki, S.Pd,
M.Sc selaku dosen mata kuliah Narkotika, bahan terlarang dan psikotropika, yang telah
membimbing kami untuk menyelesaikan tugas makalah ini. Selain itu kami juga mengucapkan
banyak terima kasih kepada teman-teman yang bersedia mempelajari dan memberikan masukan
atas makalah ini. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Narkotika, bahan terlarang dan psikotropika
Malang, 5 Maret 2019
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah penatalaksanaan ketergantungan zat adiktif hanyalah sebagian kecil dari
keseluruhan permasalahn yang lebih besar, yaitu penanggulangan atau pencegahan
penyalahgunaan zat adiktif. Namun agar pengobatan ketergantungan zat adiktif dapat
dilaksanakan yang mengarah kepada mendukung memperkecil masalah penyalahgunaannya,
kita harus memahami terlebih dahulu jangkauan permasalahannya secara keseluruhan.
Penyalahgunaan zat adiktif lebih merupakan masalah social. Pencegahannya harus ditangani
secara terpadu, khususnya antara aspek hukum dan penegakannya, administrasi dan
pengawasan obat srta rehabilitasi korban ketergantungan zat adiktif tersebut.
Zat adiktif merupakan istilah zat-zat yang pemakainya dapat menimbulkan ketergantungan
fisik yang kuat dan ketergantungan psikologis ang Panjang. Kegunaan zat
adiktif dan
psikotropika sangat diperlukan dalam bidang kesehatan sebagai obat anesti/obat bius.
Ketergantungan zat adiktif adalah penyakit yang dibuat sendiri oleh manusia. Rehabilitasinya
tergantung kepada manusia itu sendiri pula. Berbea dengan masalah penanggulangi/pemulihan
masalah zat adiktif yang lebih merupakan masalah social yang memerlukan pendekatan
menyeluruh yang didukung oleh suatu ilmu kedokteran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana efek dan transisi kerja adiktif didalam tubuh ?
2. Apa saja macam-macam zat adiktif yang sering disalahgunakan ?
3. Bagaimana cara pemulihan pengguna/yang mengkonsumsi zat adiktif
C. Tujuan
1. Mampu mengenali efek dan transisi kerja adiktif didalam tubuh
2. Mampu menyebutkan macam-macam zat adiktif yang sering disalahgunakan
3. Mampu mengetahui cara pemulihan pengguna/mengkonsumsi zat adiktif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Efek dan Transisi Kerja Adiktif di dalam Tubuh
1. Pengertian adiktif (addiction)
Zat adiktif merupakan zat atau bahan yang dapat menimbulkan gejala ketagihan atau
adiksi dan ketergantungan. Pola perilaku yang dapat meningkatkan resiko penyakit serta
masalah personal dan social.(sudirman, 2000). Perilaku adiktif biasanya dialami secara
subjektif sebagai “loss of control” dimana perilaku terus muncul meskipun telah berusaha
untuk untuk menghentikannya.
Menurut Thombs dalam Hamanda 2008) terdapat 3 persepsi mengenai adiktif sebagai
perilaku yang tidak bermoral, adiktif sebagai penyakit, dan adiktif sebagai perilaku
maladaptive. Pada persepsi adiktif sebagai penyakit menyatakan bahwa alcoholics dan
pecandunya adalah sebagai korban dari suatu penyakit. Sedangkan pada adiktif perilaku
maladaptive, adiktif tidak dianggap sebagai suatu penyakit yang merupakan suatu masalah
perilaku yang dipengaruhi oleh keadan social, kognitif dll. Dari pernyataan tersebut maka
addiction
dapat disimpulkan sebagai suatu perilaku/pengguna yang sudah dalam tahap
ketergantungan /kecanduan yang dapat merugikan bagi para penggunanya karena
menyebabkan berbagai kondisi buruk bagi dirinya.
2. Efek kerja Adiktif di dalam tubuh
Zat adiktif yang tidak termasuk golongan narkotika maupun obat-obat berbahaya akan
tetapi berpengaruh dalam merusak fisik maupun psikis jika disalahgunakan. Pada umumnya
zat adiktif dibedakan menjadi :
a) Depressant, golongan ini sangat mempengaruhi aktivitas otak dan urat syaraf sentral
dengan efek samping yang dapat membuat pusat syaraf menjadi pasif dengan kata lain
untuk mengurangi kegiatan sistem saraf sehingga menurunkan aktivitas pemakainya.
Dalam dunia medis obat-obatan tersebut berguna dalam membantu mengurangi rasa
cemas dan gelisah dan lain sebagainya. Yang termasuk dalam kategori ini adalah shloral
hydraf, banbituraf, ghutehimeide, narkotika golongan opiare. Terdapat 4 kategori yaitu :
1) Barbiturat, mencangkup obat flu seperti seconal dan amytal, dimana barbiturat ini
tergolong obat penenang yang dapat digunakan untuk membantuk pengguna agar
cepat tidur, menghalau ketegagan dan kecemasan. Dalam dunia medis, barbiturat
digunakan sebagai obat tidur dan obat penennag pada saat stres (contoh belum)
2) Obat penenang, paling banyak dipakai adalah diazepam (valium).
3) Opiat, mencangkup opium, morfin, odoin dan metadon. Golongan ini sebagian besar
berguna untuk menghilangkan/mengurangi rasa sakit, memberikan perasaan nyaman
dan mengurangi perasaan gelisah.
4) Anastetik(ketidaksadara yang terkontrol), mencangkup kloroform, eter dan sejumlah
hidrokarbon lainnya yang mudah menguap dan digunakan sebagai pelarut misalnya
benzena, toluena
Penyalahgunaan obat tersebut mampu menyebabkan berbagai macam efek yang
ditimbulkan seperti perasaan menjadi labi, bicara tak karuan dan tidak jelas, mudah
tersinggung dan daya ingat motorik terganggu yang menyebabkan jalannya menjadi
limbung
b) Stimulant, efek samping dari pemakaian zat golongan ini yaitu mampu merangsang saraf
pusat
menjadi
sangat
aktif,
sehingga
sangat
mudah
untuk
menimbulkan
rangsangan/respon atau yang biasa kita kenal dengan istilah perangsang.
Zat yang
tergolong dalam jenis ini yaitu amphetamine, kafein, nikotin dan kokain. Kebiasaan
pemakaian obat secara terus menerus akan berdampak :
1) Menghambat perasaan lapar, menurunkan perasaan letih, memicu kerja jantung dan
meningkatkan tekanan darah
2) Amfetamin juga mempengaruhi fungsi organ lainnya yang berhubungan dengan
hipotalamus seperti peningkatan rasa haus dan berkurangnya rasa lapar dan kantuk.
c) Halusinogen, efek samping dari penggunaan zat golongan ini adalah dapat menimbulkan
halusinasi atau daya hayal yang kuat yaitu kesalah pahaman mengenai keadaan lingkungan
maupun dirinya sendiri baik pendengaran, penglihatan maupun perasaan. Zat yang
termasuk dalam jenis ini adalah LSD (Lysegic Acid Diethlamide), PCP (Phencyclidinr).
Penyalahgunaan obat ini akan menimbulkan system kerja susunan saraf menurun, pupil
mata Nampak mengecil, detak jantung bertambah dan berat badan berkurang.
3. Transisi Kerja Adikti didalam Tubuh.
Zat adiktif yang termasuk dalam golongan non-narkotika maupun narkotika memiliki
cara kerja yang berbeda-beda tergantung pada cara pemakaian, jenis dan dosisnya. Terdapat 3
cara kerja zat adiktif dalam tubuh :
a) Melalui saluran pernapasan
Zat adiktif yang masuk kedalam saluran pernapasan (seperti shabu yang dihirup
melalui hidung atau ganja yang dihisap seperti rokok) setelah masuk melalui hidung atau
mulut, berikutnya sampai ketenggorokan kemudian ke bronkus dan masuk kedalam paru-paru
melalui bronkiolus dan berakhir di alveolus. Didalam alveolus zat adiktif tersebut menembus
pembuluh darah kapiler, kemudian dibawa melalui pembuluh darah vena ke jantung. Dari
jantung, zat adiktif yang sampai ke otak bagian hipofisis mampu merusak sel-sel otak,
kerusakan pada sel otak mampu menyebabkan kelainan pada tubuh(fisik) dan jiwa(mental dan
moral). Kerusakan yang terjadi pada sel otak juga mampu menyebabkan pada terjadinya
perubahan sifat, sikap, dan perilaku.
b) Melalui saluran pencernaan
Zat adiktif masuk melalui saluran pencernaan (seperti ekstaksi yang dimakan atau
diminum) setelah melalui mulut akan diteruskan kedalam kerongkongan yang kemudian
masuk kelambung dan usus. Didalam usus halus, zat adiktif tersebut dihisap oleh vili usus
yang kemudian masuk kedalam pembuluh darah kapiler. Zat adiktif juga dapat mencapai hati
melalui pembuluh darah vena. Dari hati selanjutnya akan diteruskan ke jantung dan akan
disebarkan keseluruh tubuh dan merusak ke organ-organ tubuh lainnya seperti ginjal, paruparu dan otak. Setelah diotak, zat adiktif akan merusak sel-sel otak. Jika dibandingkan dengan
mekanisme kerja melalui saluran pernapasan, maka zat adiktif yang masuk kedalam tubuh
yang melalui saluran pencernaan membutuhkan jangka waktu/proses yang lebih lama karena
menempuh jalur yang lebih panjang.
c) Melalui aliran darah.
Zat adiktif yang melalui aliran darah dampak yang akan dirasakan akan lebih cepat, hal
itu disebabkan karena zat aditif yang dimasukkan akan langsung masuk kedalam pembuluh
vena yang akan menuju ke jantung yang akhirnya akan diedarkan keseluruh tubuh dan merusak
berbagai organ vital termasuk otak sebagai pusat koordinasi tubuh manusia. Cara
penggunaannya bisa mmelalui suntikan atau ditabur ke sayatan kulit.
B. Macam-macam zat adiktif yang disalahgunakan
Zat adiktif serta psikotropika didalam lingkungan masyarakat dikenal dengan nama
narkoba (narkotika dan obat berbahaya) atau NAPZA (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif).
Narkotika, zat adiktif (NAPZA) dan psikotropika adalah zat atau bahan yang dapat
mempengaruhi kondisi psikologi atau kejiwaan seseorang dan dapat menimbulkan
ketergantungan psikologi dan fisik.
Zat adiktif (bahan terlarang lainnya) merupakan zat-zat non narkotika dan psikotropika
yang bisa menyebabkan ketergantungan atau kecanduan, contohnya yaitu; kelompok alcohol
atau minuman lain yang dapat menyebabkan mabuk atau menimbulkan ketagihan dan tinner
serta zat lainnya seperti aseton, penghapus cair, bensin, cat, lem kayu yang apabila dihirup,
dicium atau dihisap dapat memabukkan dan juga rokok serta zat lainnya.
Zat adiktif adalah bahan-bahan aktif atau obat yang apabila dikonsumsi oleh makhluk
hidup akan menimbulkan adiksi yang sulit dihentikan serta berefek ingin menggunakannya
secara terus-menerus tetapi bukan tergolong psikotropika atau narkotika. Jika dihentikan dapat
mengalami rasa sakit luar biasa atau rasa lelah luar biasa tergolong narkotika dan psikotropika.
Contoh-contoh zat adiktif yaitu Kafein, Nicotine Tabacum, Halusinogen, inhalasi, serta yang
sering digunakan adalah alcohol.
Penyalahgunaan NAPZA akan mengalami kecanduan jika mengurangi atau berhenti
menggunakan narkoba akan mengalami gejala putus obat(sakau). Seorang pecandu narkoba
akan mempertahankan pengaruh narkoba seperti semua dengan mengkonsumsi narkoba
tersebut dalam jumlah yang makin banyak. Sumber dari masalah keanduan adalah diri sendiri,
yaitu kepribadian adiktif, keyakinan adiktif, ataupun pola pikir adiktif (Joewana, Satya, 2008).
1. Macam-macam zat adiktif
a. Nikotin
Nikotin adalah zat yang terkandung didalam rokok dan dapat mengakibatkan
kecanduan. Nikotin bersifat adiktif karena dapat menimbulkan efek perubahan suasana hati di
otak, serta ketagihan dalam penggunaan nya dan menimbulkan gejala putus obat (sakau) ketika
tidak menggunakannya. Rokok dirancang menggunakan produk tembakau agar menciptakan
serta mempertahankan kecanduan guna perokok tidak dapat berhenti merokok. Produk
tembakau merupakan perangkat pemberi nikotin yang direkayasa, dan dapat menimbulkan
dampak yang buruk bagi kesehatan. Rokok mengandung 4.000 jenis senyawa kimia yang
sangat beracun serta dapat membahayakan tubuh, dan 43 diantaranya bersifat karsinogenik
(Aditama, 2013).
Nikotin menstimulasikan pelepasan hormon‐hormon pituitary,
acetyl‐ choline,
epinephrine, dan serotonin serta menstimulasikan pelepasan nore‐ pinephrine dan dopamine.
Bila seseorang telah mengalami ketergantungan pada nikotin, maka pada saat putus zat
(withdrawal) individu tersebut akan mengalami perasaan tidak nyaman seperti merasa
tertekan, mudah marah, sangat sulit mengendalikan diri, merasa sangat cemas, depresi serta
mudah sekali putus asa.
Para pecandu rokok sangat memiliki resiko yang besar seperti mengalami gangguan
tidur, menimbulkan adanya perilaku komplusif, mengalami penurunan kemampuan
mengingat, dan lain-lain. Seoerti halnya ditemukan beberapa kasus mengenai korelasi yang
signifikan antara perokok dengan gangguan emosi bipolar. Gangguan emosi serta perilaku
sangat erat kaitannya dengan perubahan aktivitas serta fungsi otak.
b. Alkohol
Alkohol merupakan sebuah minuman yang mengandung etanol (C2H5OH)atau etil
alcohol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara
fermentasi tanpa destilasi atau dengan destilasi. Minuman berakohol dikelompokkan menjadi
3 golongan, yaitu;
1) Minuman berakohol golongan A merupakan minuman yang mengandung etanol atau etil
alcohol dengan kadar 0-5%
2) Minuman berakohol golonagan B merupakan minuman yang mengandung etanol atau etil
alcohol dengan kadar 5%-20%.
3) Minuman berakohol golonagan C merupakan minuman yang mengandung etanol atau etil
alcohol dengan kadar 20%-55%.
Minuman berkohol sangat berdampak bagi kesehatan, tidak hanya kesehatan psikis
namun berdampak juga pada kesehatan psikis. Mengkonsumsi minuman keras serta zat lain
menyebabkan; mengalami efek samping fisik yaitu palpitasi jantung, dapat menyebabkan
kecemasan serta serangan panic, dapat menimbulkan kelebihan berat badan, serta menambah
resiko diabetes. (Mulyadi, 2014).
Penggunaan alcohol yang sangat berlebihan akan mengakibatkan timbulnya gangguan
psikis seperti Alkoholnisme, yaitu kecanduan yang akut pada pengkonsumsi alcohol, mabuk;
orang tersebut akan tidak sadarkan diri, tidak dapat mengontrol serta motoriknya tidak
terkuasai, dan orang menjadi bingung.
c. Morfin
Morfin merupkan narkotika (zat aktif) yang diperoleh dari candu yang mengandung
10% morfin dengan pengolahan secara kimia. Cara dari penggunaan morfin yaitu dengan
disuntik kedalam otot, dibawah kulit ataupun pembuluh darah (intravena). Efek yang
disebabkan oleh morfin yaitu;
1) Mual, muntah, sulit buang air besar (konstipasi)
2) Berkeringat
3) Menimbulkan euphoria
4) Gelisah serta menimbulkan kecemasan hati
5) Mulut kering erta warna muka berubah
d. Heroin (Putaw)
Heroin merupakan golongan narkotika semisintesis yang diperoleh dari pengolahan
secara kimiawi melalui 4 tahapan sehingga dapat diperoleh heroin paling murni 80%-99%.
Bentuk dari heroin murni ini berupa bubuk putih sementara heroin tidak murni berwarna putih
keabuan (street heroin). Heroin umumnya digunakan dengan cara dihisap atau di disuntik dan
akan dengan mudah menembus otak sehingga morfin tersebut akan bereaksi lebih kuat
daripada morfin itu sendiri. Morfin akan mengakibatkan rasa sibuk yang sangat cepat (30-60
detik) dan disertai dengan rasa menyenangkan seperti kepuasan atau ketenangan hati
(euphoria) atau mimpi yang penuh dengan kedamaian sehingga pengguna akan selalu ingin
menyendiri untuk menikmatinya. Efek yang ditimbulkan yaitu:
1) Pupil akan mengecil
2) Otot-otot akan menjadi relaks/lemas
3) Membentuk dunia sendiri atau dissosial / tidak bersahabat
4) Ketergantungan
5) Mengalami penyimpangan perilaku seperti mencuri, menupu, atau berbohong.
e. Benzodiazepin (BDZ)
Benzodiazepin atau sedative (obat penenang) pada umumnya digunakan sebagai obat
tidur karena efek sampingnya yang cenderung lebih ringan. BDZ ini dapat disuntik intravena,
serta dapat juga diminum. Penyalahgunaan dari obat BDZ ini adalah ada yang mengkonsumsi
obat BDZ hingga 30 tablet sekaligus. Dosis tersebut sangat mematikan bila tidak berada
dibawah aturan dokter. Bila BDZ dicampurkan dengan zat lain seperti putaw atau alcohol,
maka akan berakibat fatal karena akan menyerang sistem pusat pernafasan.
f. Kokain
Kokain merupakan zat adiktif yang seringkali disalahgunakan. Kokain adalah alkaloid
yang berasal dari tanaman Erythroxylon coca dan sering dikonsumsi oleh penduduk untuk
mendapatkan efek stimulant. Kokain akan menyebabkan ketergantungan serta merangsang
pusat kesenangan dalam otak dan mengakibatkan perasaan gembira yang sangat luar biasa.
g. Sabu-sabu (Methamfetamine)
Zat ini merupakan zat psikotropika yang menstimulasi otak dan dapat menyebabkan
ketergantungan. Sabu-sabu berbentuk kristl kecil berwarna putih, tidak berbau, serta mudah
larut dalam air alcohol. Efek samping dari zat ini yaitu tidak merasa lapar, memiliki rasa
percaya diri yang besar serta tidak merasa lelah.
h. LSD (lysergic acid)
LSD merupakan golongan halusinogen yang berbentuk kertas berukuran kotak kecil
sebesar ¼ perangko dalam banyak gambar dan warna serta ada yang berbentuk kapsul atau pil.
Efek yang ditimbulkan ketika mengkonsumsi LSD yaitu pengguna akan mengalami gangguan
perepsi atau dapat meningkatkan tekanan darah, mudah tersinggung dan juga paranoid.
i. Ganja
Ganja merupakan tanaman kanabis sativa dan kanabis indica yang mengandung 3 zat
utama yaitu kanabidiol, kanabinol, serta tetrahidrokanabinol. Cara penggunaannya yaitu
dihisap atau menggunakan pipa rokok. Efek yang ditimbukkan yaitu;
1) Merasa lebih santai
2) Banyak bicara
3) Lebih mudah senang atau gembira
4) Sulit mengingat suatu kejadin
j. OPIAT atau Opinum
Opiat atau opinum merupakan narkotika alami yang sering digunakan dengan cara
dihisap atau inhalasi.Opium berbentuk getah berwana putih yang keluar dari biji tanaman
papaper sammi vervum. Efek yang ditimbulkan antara lain;
1) Pusing, mabuk atau kehilangan keseimbangan
2) Merasa waktu berjalan lambat
3) Menimbulkan rasa kesibukan (rushing sensation)
C. Pemulihan Terhadap Seseorang yang Mengalami Ketergantungan Terhadap Napza :
1. Model Terapi dan Rehabilitas
Ada tiga tahapan utama dalam proses pemulihan atau perawatn terhadap korban
pecandu narkoba
a. Tahapan detoksifikasi terapi lepas narkoba, bertjuan untuk memudarkan racun dari
tubuh penyandu narkoba, akibat mengurangi atau putusnya pengguna narkoba serta
mengobati mental atau pikiran dari korban penyandu narkoba.
b. Tahap stabilitas suasana mental dan emosional penyandu narkoba, pada tahap ini
bertujuan agar penderita mampu menyesuaikan diri dengan keadaan perawatan dan
situasi keadaan sosialselanjutnya.
c. Tahap rehabilitas atau pemulihan, pada tahap ini bertujuan untuk mengembalikan fisik,
mental dan social dari penderita, cara syang bisa diambil pada tahap ini seperti
melakukan aktifitas seperti pada orang normal lainnya yaitu : sekolah, berkumpul
dengan teman dan keluarga dll.
Keberhasilan atau keefektifan pada tahap ini tergantung dari seberapa besar
penderita mengalami ketergantungan terhadap narkoba, keberhasilan ini dapat ditentukan
oleh banyak factor, yaitu :
a. Keinginan kuat atau tekat yang kuat dari penderita untuk sembuh
b. Profesional dan seberapa kompetennya pelaksana
c. Sarana dan prasarana yang mendukung
d. Dukungan dan perhatian lebih dari keluarga dan teman
e. Dana yang memadai
f. Koordinasi serta kerjasama yang baik
g. Sistem Lembaga yang memadai
Tahap rehabilitasi dan terapi merupakan suatu proses pelayanan yang di berikan
kepada penderita untuk merasakan kehidupa yang bebas narkoba atau untuk melepaskan
penderita dari pengaruh narkoba supaya penderita dapat merasakan hidup yang sehat tanpa
adanya obat-obatan terlarang. Berikut prinsip terapi dan rehabilitas :
a. Seseorang yang menglami kecanduan terhadap narkoba mungkin dapat pulih dan normal
seperti oarng biasa
b. Program terapi harus melihat beberapa kebutuhan dari pederita seperti : fisik, sosia,
psikologis dll.
c. Waktu terapi yang cukup merupakan factor penting
d. Keterlibatan keluarga teman dan masyarakat dapat membantu proses pemulihan dari
penderita.
e. Penderita perlu diawasi akan masalah serta kebutuhan dan kemajuannya
f. Penderita yang mengalami gangguan kesehata, fisik serta gangguan kesehatan jiwa yang
telah dialami sbelumnya, perlu diterapi secara bersamaan.
g. Pelaksana perlu menjalin hubungan yang baik dengan dengan penderita, seperti : perhatian
terhadap penderita, menjaga rahasia penderita dll.
2. Detoksifikasi
Detoksifikasi ini diartikan oleh WHO yaitu:
a. Proses dimana pecandu diputuskan dari efek zat psikoaktif.
b. Sebagai prosedur klinis, proses pemutusan ini dilakukan dengan menggunakan cara yang
aman serta efektif, sehingga gejala putusnya zat bisa diminimalisir.
Fasilitas dimana proses ini dilakukan dapat disebut sebagai pusat detoksifikasi, pusat
detoks, atau pos penyadaran.
3. Terapi substitusi zat opium (OST)
Terapi susbtitusi zat opium, atau yang sering sebut dengan istilah OST, digunakan
untuk mengobati ketergantungan zat opium. Terdapat bukti yang signifikan secara global yang
mendukung OST ini sebagai jenis pemulihan ketergantungan Napza yang paling sering
dipelajari atau diteliti. Terapi substitusi ini dapat diartikan sebagai, pemberian resep atas zat
substitusi yang tetap menimbulkan dampak yang sama. Jenis Napza yang lebih tidak berbahaya
digunakan oleh pasien untuk meminimalisir efek putus zat atau memindahkan atau menggeser
pasien dari cara administrasi tertentu (World Health Organization,1994).
OST dapat mengurangi resiko terinfeksi HIV serta penyakit lain yang ditularkan
melalui darah, dengan cara mengurangi aktivitas penyuntikkan jarum suntik, dan dengan
demikian juga berarti mengurangi kegiatan berbagi alat suntik; pecandu Napza yang
menggunakan Napza dari ‘pasar gelap’ diganti menjadi menggunakan Napza yang diketahui
kemurnian dan kadarnya, sehingga dapat mengurangi motivasi dan kebutuhan pengguna
Napza utnuk melakukan tindak pidana guna mendukung aktivitas penggunaan mereka,
mengurangi resiko overdosis dan komplikasi medis lainnya, menjaga kontak atau hubungan
dengan pengguna Napza dan membantu mereka menstabilkan hidup mereka dan berintegrasi
kembali dengan masyarakat luas ( Program HIV/AIDS Regional Asia yang didanai oleh
AusAID, 2011).
4. Intervensi psiko-sosial
Intervensi psiko-sosial lebih merujuk pada campur tangan non-farmasi yang dilakukan
dalam konteks terapi bagi individu, keluarga atau kelompok. Beragam jenis intervensi psikososial dapat digunakan, termasuk terapi perilaku kognitif, wawancara yang memotivasi, terapi
kelompok, dan terapi naratif. Bantuan atau asistensi serta dukungan dapat ditawarkan untuk
mengatasi atau meliputi beragam isu seperti pencegahan relaps (kondisi menggunakan Napza
kembali setelah abstinen), kemampuan mengatasi persoalan, manajemen emosi, penyelesaian
masalah, pelatihan kemampuan, dan pendekatan kelompok dukungan sebaya.
Intervensi psiko-sosial dapat dicontohkan sebagai pendekatan terapi komunitas.
Umumnya, terapi komunitas merupakan penempatan pecandu di tempat khusus yang bebas
dari Napza yang menggunakan model hierarki dengan tahapan pemulihan yang merefleksikan
peningkatan individu serta tanggung jawab sosialnya. Terapi komunitas berbeda dengan
pendekatan pemulihan lainnya karena mereka menggunakan anggota komunitas tersebut
sebagai stafnya dan klien sebagai agen perubahan kunci. Para anggota ini berinteraksi secara
terstruktur ataupun tidak terstruktur untuk mempengaruhi perilaku, persepsi dan sikap yang
terkait dengan penggunaan Napza. Namun, pendekatan terapi komunitas ini dikiritisi karena
tingginya tingkat relaps.
5. Peran Anggota Keluarga
Setiap anggota keluarag harus saling menjaga suapaya jangan sampai ada anggota
keluarganya yang terlibat dalam penyalahgunaan zat adiktif dan psykotropika. Kelompok
terbesar yang menggunakannya merupakan kalangan anak remaja. Oleh sebab itu setiap orang
tua memiliki tanggung jawab yang besar untuk mengajarkan anak-anakanya supaya menjadi
anak yang baik
6. Peran Anggota Masyarakat
Kita sebagai masyarakat yang baik perlu mendorong untuk meningkatkan pengetahuan
dari setiap anggota masyarakat tentang bahaya penyalahgunaan obat-obat terlarang ini. Selain
itu, kita sebagai anggota masyarakat perlu memberi informasi kepada pihak yang berwajib
apabila ada seseorang yang menggunakan obat-obatan terlarang ini.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Zat adiktif adalah bahan-bahan aktif atau obat yang apabila dikonsumsi oleh makhluk
hidup akan menimbulkan adiksi yang sulit dihentikan serta berefek ingin menggunakannya
secara terus-menerus tetapi bukan tergolong psikotropika atau narkotikaContoh-contoh zat
adiktif yang sering disalahgunakan yaitu Alkohol, Nikotin, OPIAT, Ganja, Kokain,
Morphin, Sabu-sabu, LSD, Heroin, Benzodiazepin
2. Efek zat adiktif dalam tubuh dibedakan menjadi 3 yaitu depressant, stimulant dan
halusinogen.
3. Terdapat 3 cara kerja zat adiktif dalam tubuh yaitu Melalui saluran pernapasan, Melalui
saluran pencernaan, Melalui aliran darah.
4. Rehabilitasi dan terapi merupakan suatu proses pelayanan yang di berikan kepada penderita
untuk merasakan kehidupa yang bebas narkoba atau untuk melepaskan penderita dari
pengaruh narkoba supaya penderita dapat merasakan hidup yang sehat tanpa adanya obatobatan terlarang.
DAFTAR PUSTAKA
Irmayani, Anisa.2015. Penyalahgunaan Alkohol di Kalangan Mahasiswa. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Moeljosoedjono, Kesumaratih, Hamanda. 2008. Attachment Style pada Wanita yang Mengalami
Shopping Addiction. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia: Depok
Program HIV/AIDS Regional Asia yang didanai oleh AusAID (2011), Tool 3 – Explaining harm
reduction as the effective response to HIV/AIDS among and from injecting drug users,
http://ebookbrowse.com/haarp-tool-2-booklet-police-concerns-about-hr-doc-d135375451
Sudirman, 2000.Pemahaman orang tua dalam menangani masalah NAPZA.Jakarta: PT Elex
Media Komputindo
World Health Organization (1994), Lexicon of alcohol and drug terms (Geneva: World Health
Organization), http://www. who.int/substance_abuse/terminology/who_lexicon/en/
Tersedia:http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2014/03/10/929/pengertian-narkoba.)
Satya Joewana, 2008. Peran Orang Tua Mencegah Narkoba.Jakarta: Balai Pustaka,
www.skp.unair.ac.id
Download