MAKALAH KEANEKARAGAMAN HEWAN INVERTEBRATA PHYLUM PLATYHELMINTES DOSEN PENGAMPU : GANDA HIJRA SELARAS,S.Pd,M.Pd JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2019 PHYLUM PLATYHELMINTES A. Pengertian Filum Platyhelminthes Platyhelminthes berasal dari bahasa yunani, Platy = Pipih dan Helminthes = cacing. Oleh sebab itulah Filum platyhelminthes sering disebut Cacing Pipih. Platyhelminthes adalah filum ketiga dari kingdom animalia setelah porifera dan coelenterata. Platyhelminthes adalah hewan triploblastik yang paling sederhana. Cacing ini bisa hidup bebas dan bisa hidup parasit. Yang merugikan adalah platyhelminthes yang hidup dengan cara parasite. B. Ciri-Ciri Umun Filum Platyhelminthes Bertubuh pipih, kadang-kadang seperti pita, lunak, simetri bilateral, triploblastik, dan acoelomate,dan tidak bersegmen. Belum memiliki sistem peredaran darah. Alat pencernaan kadang-kadang agak kompleks dan tidak memiliki anus. Alat eksresi berupa sel-sel api dengan saluran yang berhubungan dengannya. Umumnya bersifat parasit pada tubuh hewan lainnya. Reproduksi secara seksual dan aseksual. Secara seksual dilakukan dengan perkawinan silang atau perkawinan sendiri, karena bersifat hermaprodit (monoceus). Secara aseksual dengan fragmentasi dan membentuk generasi baru (regenerasi). Susunan syaraf terdiri atas 2 ganglia yang berbentuk cincin membentuk tangga tali. Tubuhnya terdiri atas bagian kepala (anterior), ekor (posterior), bagian punggung (dorsal), bagian perut (ventral), dan bagian samping (lateral). Belum memiliki sistem respirasi. Masuknya oksigen (O2)dan keluarnya karbon dioksida (CO2) melalui permukaan kulit. Hidup bebas di air tawar maupun tempat–tempat lembab. Sangat sensitif terhadap cahaya. C. Struktur Tubuh Platyhelminthes Tubuh Platyhelminthes memiliki tiga lapisan embrional, yaitu ektoderma, mesoderma, dan endoderma. Endoderm membatasi rongga gastrovaskuler. Diantara ekstoderm dan endoderm terdapat lapisan mesoderm. Mesoderm terdiri dari jaringan ikat yang longgar. Pada mesoderm terdapat organ-organ misalnya organ kelamin jantan dan betina. Cacing pipih jika diukur memiliki panjang berkisar yang berkisar dari sekitar 1 milimeter (0,04 inci) sampai lebih dari 20 meter (66 kaki). Cacing pipih memiliki tubuh datar karena mereka tidak memiliki coelom atau bahkan pseudocoelom. Cacing pipih juga tidak memiliki sistem pernapasan. Sebaliknya, sel-sel mereka melakukan pertukaran gas melalui difusi langsung dengan lingkungan. Cacing pipih memiliki sistem pencernaan yang tidak lengkap.Cacing pipih mencerminkan beberapa kemajuan evolusi besar dalam invertebrata. Mereka memiliki tiga lapisan sel embrio, termasuk mesoderm. Lapisan mesoderm memungkinkan mereka untuk mengembangkan sistem organMisalnya, Cacing pipih memiliki sistem otot dan ekskresi. Sistem otot memungkinkan mereka untuk bergerak dari satu tempat ke tempat di atas permukaan padat. Sistem ekskresi memungkinkan mereka menjaga keseimbangan air dan garam. Cacing pipih juga menunjukkan cephalization dan simetri bilateral. Reproduksi Platyhelminthes Platyhelminthes bisa bereproduksi dengan cara aseksual dan seksual. Secara aseksual dilakukan dengan pembelahan tubuh. Tiap-tiap hasil pembelahan akan meregenerasi bagian tubuh yang hilang. Cara reproduksi aseksual tersebut biasanya dilakukan oleh Tubellaria sp. Platyhelminthes juga bisa bereproduksi secara seksual dengan cara perkawinan silang meskipun cacing pipih bersifat hermafrodit. Zigot dan kuning telur yang terbungkus kapsul akan menempel pada batu atau tumbuhan, kemudian menetas menjadi embrio yang mirip induknya. Sistem Pencernaan Cacing memiliki saluran pencernaan dari mulut, faring, menuju kerongkongan. Akan tetapi, cacing pipih tidak memiliki saluran pencernaan. Cacing pipih hanya memiliki usus yang bercabang-cabang menuju seluruh tubuh sehingga peredaran makanan tidak melalui pembuluh darah, tetapi langsung diedarkan dan diserap tubuh dari cabang usus tersebut. Sistem ini disebut dengan sistem pencernaan gastrovaskuler. Gastrovakuler adalah sistem pencernaan pada Cacing Pipih atau Platyhelminthes. Peredaran makanan pada sistem pencernaan Cacing Pipih melalui usus, yang dimulai dari mulut, faring, dan kerongkongan. Di belakang kerongkongan terdapat usus yang memiliki cabang ke seluruh tubuh, yang berarti makanan disebarkan keseluruh tubuh. Platyhelminthes tidak memiliki anus atau sistem pembuangan. Pengeluaran dilakukan melalui mulut sedangkan sisa makanan berbentuk cair dikelurkan melalui permukaan tubuhnya. Sistem saraf hampir sama dengan sistem saraf pada Coelenterata, dapat bergerak aktif karena adanya sistem saraf dan sistem indra. Pada cacing hati terdapat dua bintik mata pada bagian kepalanya. Bintik mata tersebut mengandung pigmen yang disebut oseli. Indra peraba pada Planaria disebut aurikula (telinga), ada juga yang memiliki organ keseimbangan dan organ untuk mengetahui arah aliran air (reoreseptor). Peranan Platyhelminthes Karena kebanyakan platyhelminthes hidup sebagai parasit, pada umunya filum ini akan merugikan manusia, selain manusia, ada pula cacing pita inag domba dan anjing, dulu amat banyak orang-orang cina, jepang dan korea yang menderita karena penyakit parasit, clonorchis, disamping belum berkembang ilmu kesehatan, maka mereka juga suka makan ikan mentah atau setengah matang. Usaha-usaha untuk mencegah infeksi cacing pita pada manusia dan pada inag lain biasanya dengan memutuskan daur cacing pita, baik dengan cara mencegah jangan sampai inang perantara terkena infeksi maupun dengan jalan mencegah jangan sampai inag sendiri terkjena infeksi, selain itu juga pembuangan tinja manusia perlu diatur menurut syarat-syarat kesehatan sehingga tidakmemungkinkan heksakan yang keluar bersama tinja-tinja itu sampai tertelan babi, sementaraitusemua daging babi, sapid an ikan yang mungkin mengandung sisteserkus harus dimask sebaikbaiknya oleh manusia Klasifikasi filum Platyhelminthes Turbellaria - Cacing Berambut Getar Kelompok cacing Turbellaria adalah cacing yang hidup bebas dan bergerak dengan bulu getarnya, contohnya Planaria. Cacing ini dapat digunakan sebagai indikator biologis kemurnian air. Apabila dalam suatu perairan banyak terdapat cacing ini, berarti air tersebut belum tercemar karena cacing ini hanya dapat hidup di air yang jernih, sehingga apabila air tersebut tercemar maka cacing ini akan mati. Kelas Turbellaria termasuk planaria air tawar seperti Dugesia yang memberi makan organisme kecil atau tetap sebagai makhluk kecil. Kepala planaria berbentuk ujung panah, dengan tambahan sisinya sebagai pengindera makanan atau keberadaan organisme lain. Cacing pipih mempunyai dua bintik mata yang peka cahaya, memiliki pigmen sehingga Nampak seperti mata bersilangan. Adanya tiga lapisan otot membuatnya dapat melakukan berbagai gerak.Sel kelenjar mengeluarkan material lendir untuk hewan ini dapat meluncur. Memiliki sel api sebagai sistem ekskresi yang terdiri dari serangkaian kana-kanal yang saling berhubungan di sepanjang kedua sisi longitudinal tubuhnya.Sel api adalah sel berbentuk gelembung berisi seberkas silia dan terdapat lubang di bagian tengah gelembung itu. Sel api ini berfungsi baik untuk ekskresi maupun pengaturan osmosis. Filum Platyhelminthes Page 5 Ciri Umum : Merupakan cacing pipih yang dapat bergerak dengan menggetarkan bulu gatarnya. Di permukaan ventral cacing ini terdapat yang dapat digetarkan, Sebagian besar Turbellaria adalah cacing yang hidup bebas, Panjang tubuh bervariasi dari 5-50 mm, Dengan mikroskop biasa bulu getar tak terlihat, Hidup di air laut,air tawar dan tanah basah, Jarang yang hidup sebagai parasite, Melakukan fragmentasi. Contoh : Planaria Merupakan cacing pipih yang hidup di air tawar yang jernih , yang belum mengalami pencemaran berat biasanya cacing ini berlindung dibawah bebatuan. kepalanya nampak seperti segitiga. panjang tubuhnya dapat mencapai 2-3 cm, berwarna cokelat kehitaman. dibagian kepala terdapat dua bintik mata, fungsinya untuk membedakan gelap dan terang. jadi cacing ini tidak mampu melihat warna. Planaria bersifat fototropik negatif. Tubuh bersilia untuk pergerakan hidup bebas,reproduksi aseksual: fragmentasi, tingkat regenerasi sangat tinggi.Reproduksi seksual: membentuk sperma dan ovum, Hermaprodit (fertilisasi silang), zigot tanpa periode larva. Cestoda - Cacing Pita Cacing ini dikenal sebagai cacing pita. Seperti cacing hati, cacing pita bersifat sebagai parasit pada hewan dan manusia, jumlahnya sekitar 1500 species. Cacing ini membentuk koloni seperti pita sehingga panjangnya bisa mencapai 20 m atau lebih. Tubuh kita dapat dimasuki cacing ini apabila kita memakan ikan, daging sapi, anjing, atau babi yang tidak matang. Jenis yang terkenal adalah Taenia saginata (inangnya hewan sapi) dan Taenia solium (inangnya hewan babi).Bagian scolex memiliki pangait dan pengisap yang memungkinkannya menempel pada dinding usus inang. Di bawah skolex terdapat leher yang pendek dan tali panjang proglottid, dimana setiap proglottid berisi satu set penuh organ kelamin jantan dan betina dan stuktur lainnya. Seteleh terjadi pembuahan, proglottid menjadi sekantung telur masak, lalu putus dan keluar bersama feses. Jika telur ini tertelan oleh babi atau sapi, larvanya menjadi sistiserkus di dalam otot inang. Jika manusia memakan daging babi atau sapi yang terinfeksi yang tidak dimasak sempurna, maka manusia akan terinfeksi cacing ini. Ciri Utama: Bentuk tubuh pipih seperti pita Tidak bersilia Tubuh ditutupi oleh kutikula Memiliki saluran pencernaan makanan Memiliki skoleks, sucker, dan rostelum Memiliki dua hospes Hewan hermaprodite Mampu melakukan pembuahan sendiri Bentuk infektif : Systecercus Contoh : 1. Taenia Saginata dan Taenia Solium Daur hidupnya:Proglotid (bersama feces) - mencemari makanan babi – dimakan babi - usus babi (telur menetas jadi hexacan) - aliran darah - otot/daging (sistiserkus) - manusia - usus manusia (sistiserkus pecah - skolex menempel di dinding usus) -sampai dewasa di manusia keluar bersama feses. 2. Dyphylobothrium latum, hidup parasit pada manusia, anjing,kucing, serigala, inang perantaranya ikan. 3. Echinoccus granulosus, hidup parasit pada usus anjing / karnivora lainnya, inang perntaranya babi, biri-biri dan manusia. Trematoda - cacing isap Jenis cacing Trematoda hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia. Tubuhnya dilapisi dengan kutikula untuk menjaga agar tubuhnya tidak tercerna oleh inangnya dan mempunyai alat pengisap dan alat kait untuk melekatkan diri pada inangnya. Contoh anggota Trematoda adalah Fasciola hepatica (cacing hati). Cacing ini hidup di hati ternak kambing, biri-biri, sapi, dan kerbau. Kelas Trematoda termasuk cacing kait (flukes) baik dalam darah, hati maupun paru-paru. Cacing kait tidak memiliki kepala, namun memiliki mulut penghisap. Sistem pencernaan, sistem saraf dan sistem pembuangan yang kurang tapi sistem reproduksinya berkembang baik walau hermaphrodit.Cacing kait darah menyebabkan penyakit schistosomiasis. Cacing ini terdiri dari jantan dan betina. Cacing betinamenumpuk/menyimpan telur-telurnya dalam pembuluh darah di sekitar usus inang. Telur-telur ini bermigrasi ke usus lalu dikeluarkan tubuh bersama feses. Telur menetas menjadi larva di dalam air dan berenang mencari siput air. Larva bereproduksi secara aseksual dan akhirnya meninggalkan siput. Ketika larva menembus kulit manusia, selanjutnya akan matang di hati lalu menembus pembuluh darah pada usus. Ciri umum : Hidup sebagai parasit Tidak bersilia dan tubuhnya dilapisi oleh kutikula agar tidak tercerna oleh tubuh inang Memiliki alat pengisap yang dilenkapi dengan kait-kait untuk melekatkan diri pada inangnya Memiliki batil isap perut dan batil isap mulut Ada yang hidup ektoparasit ada juga yang hidup endoparasit. Contoh : 1. Fasciola hepatica Hidup sebagai parasit pada hati beberapa jenis hewan, makanya cacing ini sering disebut cacing hati. Fasciola hepatica bentuk tubuh pipih, panjang tubuh antara 2-5 cm, dikepala ada 2 alat isap. Fasciola hepatica bersifat hermafrodit. Reproduksi secara seksual dengan perkawinan silang / sendiri. a. Daur Hidup Fasciola hepatica Fasciola hepatica hidup parasit didalam empedu atau dalam pembuluh darah hati manusia dan hewan ternak seperti sapi, babi, kerbau, dan domba.Daur hidup Fasciola hepatica sebagai berikut. Telur mirasidium masuk ke tubuh Lymnea (siput air tawar) sporokista redia serkaria metaserkaria kista masuk ke tubuh domba, lembu, biri-biri, atau kerbau cacing dewasa 2. Clonorchis sinensis Cacing hati pada manusia, reproduksinya secara seksual. Fase metaserkaria dari cacing ini masuk ke dalam daging ikan air tawar (sebagai hospes perantaranya). Salah satucara untuk menghindar diri sari cacing ini adalah tidak mengonsumsi ikan yang tidak dimasak. 3. Schistosoma japonicum Disebut juga cacing darah, hidup pada pembuluh darah balik (vena) perut. Hidup sebagai parasit pada manusia, kucing, anjing, babi, biri-biri, sapi dan binatang pengerat. Cacing jantan tubuhnya panjang 9-22 mm. Cacing betina ukurannya 14-26 mm, tubuhnya melipat melindungi tubuhnya ramping. 4. Paragonimus westermani Hidup parasit di paru-paru manusia, kucing dan babi. Larvanya hidup pada siput dan metaserkarianya menempel pada udang ait tawar. Monogenea Ektoparasit pada ikan laut dan ikan air tawar, amphibi, reptil, & averterbrata lain. Satu inang monogenea.Berukuran 0,2–0,5 mm, alat penempel posterior – opisthaptor. DAFTAR PUSTAKA Agisni, G.I. (2012). Phyllum Platyhelminthes. [Online]. Tersedia di: gitaintanagisni.blogspot.com.Diakses 13 Maret 2014. Campbell, Reece, Michael. (2008). Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2.Jakarta : Erlangga Ericka, D. (2012). Fasciola hepatica (Cacing Hati).[Online]. Tersedia di: http://erickbio.wordpress.com/2012/08/12/fasciola-hepatica-cacing-hati/. Diakses 14 Maret 2014. Mirza, I., Kurniasih. (2002). Identifikasi Cacing Eurytrema sp. Pada Ternak Sapi Berdasarkan Ciri-ciri Morfologis.[Online]. Tersedia di: http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/semnas/pronas02-72.pdf .Diakses 14 Maret 2014. Roberts, L. S., and J. Janovy. Gerald d. schmidt & larry s.(2005). Roberts' Foundations of Parasitology.8th Edition. Missouri: McGraw-Hill Science/Engineering/Math. Syulasmi,A. Sriyati, S. Peristiwati. (2011). Zoologi Invertebrata. Bandung: Universitas Pendidikan Biologi. Winn, Jr. Washington; Allen, Stephen; Janda, William; Koneman, Elmer; Procop, Gary; Schreckenberger, Paul; Woods, Gail (2006).Koneman's Color Atlas and Textbook of Diagnostic Microbiology (6th ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. pp. 1282–1284