Peran Mahasiswa Kedokteran terhadap Pelayanan Kesehatan Definisi sehat menurut WHO adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan1. Masyarakat di era modernisasi dengan keterbukaan dan arus globalisasi, pasar bebas dunia, peningkatan pendapatan ekonomi per kapita, perubahan suhu politik dalam maupun luar negeri, kemajuan informasi dan teknologi, peningkatan akses terhadap media menyebabkan masyarakat dapat memperluas wawasan dan persepsi mereka tentang pelayanan kesehatan. Munculnya kebijakan-kebijakan pembiayaan kesehatan dari Jaminan Kesehatan Masyarakat, Jaminan Kesehatan Daerah bahkan Jaminan Persalinan membuat kemampuan masyarakat untuk mengakses fasilitas pelayanan kesehatan semakin meningkat. Tenaga kesehatan merasakan tuntutan yang semakin besar terhadap profesionalisme profesinya ketika masyarakat menggunakan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Masyarakat umumnya menghendaki pelayanan yang mereka terima adalah pelayanan kesehatan yang paripurna. Menurut Azrul Azwar (1988), dalam upaya mencapai pelayanan yang paripurna tersebut maka Rumah Sakit perlu melakukan pembenahan secara internal, antara lain: (1) mengembangkan struktur organisasi sesuai dengan tuntutan perubahan dan kebutuhan yang spesifik, (2) menerapkan manajemen strategis secara konkrit, (3) mendayagunakan dan mengembangkan pengetahuan dan kemampuan tenaganya, termasuk tenaga keperawatan dan (4) memanfaatkan pendapatan sendiri untuk memperoleh kemandirian dan kesinambungan2. Menurut UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yang dimaksud dengan Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pelayanan kesehatan yang paripurna bersifat komprehensif dan holistik. Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat komplek dan merupakan komponen yang sangat penting dalam upaya peningkatan status kesehatan bagi masyarakat. Salah satu fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan yang merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dengan tujuan memelihara kesehatan masyarakat seoptimal mungkin3. Pemimpin yang efektif diharapkan mampu mendorong anggotanya untuk meningkatkan kapasitasnya, menciptakan kaderisasi kepemimpinan, menerapkan aspekaspek manajemen dalam pelayanan kesehatan. Kepemimpinan yang mampu menyesuaikan dirinya ditengah-tengah perubahan dan pembaharuan sistem pelayanan kesehatan. Kepemimpinan ini sekiranya yang fleksible, accessible, dan dirasakan kehadirannya, serta bersifat kontemporer. Transformasi yang kokoh dan beberapa faktor mendasar telah teridentifikasi dalam proses evolusi yang terjadi pada sistem pelayanan kesehatan. Proses ini pula telah memberikan peluang kepada tenaga kesehatan untuk bangkit dan berpartisipasi secara aktif dalam pelaksanaan sistem ini. Dari beberapa sumber kepemimpinan didefinisikan berbeda-beda. Misalnya Chung dan Megginson (1981, 280) mengatakan bahwa : 1. Kepemimpinan adalah suatu alat manajemen. Para manajer melakukan kepemimpinan untuk mempengaruhi para staf guna mencapai tujuan-tujuan organisasi yang direncanakan sebelumnya. 2. Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang-orang lain dengan maksud mencapai tujuan-tujuan tertentu. 3. Kepemimpinan adalah suatu fenomena sosial yang komplek yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor personal, interpersonal, dan organisasional yang meliputi sifat-sifat personal pemimpin, perilaku pemimpin, dan faktor-faktor situasional. Ada beberapa istilah atau konsep yang perlu digaris-bawahi dari definisi di atas yaitu: (1) Kepemimpinan sebagai alat manajemen. Dalam konteks organisasi, kepemimpinan dipandang sebagai alat yang digunakan oleh para manajer, pemimpin, kepala, ketua, direktur, dan pejabat yang bertanggungjawab mengelola suatu unit kerja atau satuan organisasi. Kepemimpinan dimengerti sebagai alat untuk mempengaruhi orang-orang lain atau stafnya. (2) Kepemimpinan sebagai kemampuan yang dimiliki manajer. Kemampuan melakukan persuasi atau pendekatan pada orang-orang lain untuk mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan yang dikehendaki. (3) Kepemimpinan sebagai kegiatan, pekerjaan, proses yang dilakukan oleh manajer. Kegiatan, pekerjaan, atau proses itu adalah proses mempengaruhi orang-orang lain atau kegiatan melakukan persuasi orang-orang lain. Jadi kepemimpinan adalah alat, kemampuan, kegiatan melakukan persuasi dan mempengaruhi orang lain yang dimaksudkan agar mereka melakukan pekerjaan, tugas-tugas untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Keefekifan kepemimpinan tergantung pada faktor kesesuaian perilaku pemimpin dengan faktor situasional yang terjadi di ruang perawatan. Perilaku pemimpin dipengaruhi oleh sifat-sifat personal pemimpin. Hubungan berbagai faktor tersebut disebut sebagai model proses kepemimpinan yang integral “An Integrated Leadership Process Model”.4 Perilaku berarti cara menjalankan atau berbuat. Perilaku kepemimpinan berarti cara pemimpin bertindak mempengaruhi para stafnya untuk mencapai kepemimpinan yang efektif. Dalam usaha mempengaruhi bawahannya, pimpinan perlu menggunakan pola perilaku tertentu yang dipandang sesuai dan dapat diterima oleh para stafnya. Sesuai berarti cocok dengan situasi yang dihadapi sehingga perilaku atau tindakannya tepat pada sasaran yang dimaksudkan yaitu efektifnya kepemimpinan. Jadi, dalam usaha mempengaruhi stafnya, pimpinan perlu memperhatikan situasi yang dihadapi untuk menentukan pola perilaku di dalam menjalankan kepemimpinannya agar kepemimpinannya bisa efektif. Pimpinan akan berhasil dalam kepemimpinannya jika mampu berperilaku secara pantas, sesuai kondisi situasi yang dihadapi. Misalnya apabila petunjuk dibutuhkan, pimpinan dapat memberi petunjuk. Jika kebebasan partisipasi dipandang perlu pimpinan dapat memberi kebebasan. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan perawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan yang diderita oleh pasien.5 Sementara itu, dalam Sistem Kesehatan Nasional (1992) dinyatakan bahwa rumah sakit mempunyai fungsi utama menyelenggarakan kesehatan bersifat penyembuhan dan pemulihan penderita serta memberikan pelayanan yang tidak terbatas pada perawatan di dalam rumah sakit saja, tetapi memberikan pelayanan rawat jalan, serta perawatan di luar rumah sakit. Pengertian serupa dikemukakan oleh Association of Hospital Care bahwa rumah sakit adalah pusat pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan serta penelitian kedokteran diselenggarakan4. Batasan pengertian rumah sakit di atas, menunjukkan bahwa fungsi kegiatan rumah sakit sangat bervariasi, sesuai dengan perkembangan zaman. Artinya rumah sakit tidak hanya berfungsi sebagai tempat penyembuhan penyakit, tempat pengasuhan, tempat pelayanan, pendidikan dan penelitian sederhana, dan bersifat sosial. Dewasa ini, rumah sakit fungsinya berkembang sesuai dengan tuntunan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, antara lain; sebagai pengembangan pendidikan dan penelitian, spesialistik/subspesialistik, dan mencari keuntungan. Implikasinya adalah setiap rumah sakit dituntut untuk senantiasa meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pasiennya dalam semua aspek pelayanan, baik yang bersifat fisik maupun non fisik agar efektivitas pelayanan kesehatan dapat terwujud. Konsep mutu merupakan konsep multi dimensi. Konsep ini merupakan pengembangan teori yang terpijak pada prinsip-prinsip efektivitas pelayanan, yakni; costumer focus, process improvement, dan total improvement. Mutu pelayanan lebih mengacu pada konsep costumer focus, dimana mutu pelayanan merupakan penilaian terhadap kepuasan pelanggan (pasien) yang harus dipenuhi setiap saat, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal. Rumah sakit di Indonesia yang semula adalah bersifat sosial, dalam proses selanjutnya mengalami perubahan menjadi badan usaha yang bersifat sosial ekonomi, sebagai satu badan usaha rumah sakit harus menciptakan dan memperhatikan para pelanggannya. Dengan memahami pelanggannya maka organisasi akan bertahan hidup dan meningkatkan keuntungannya. Hampir semua aktivitas dalam rumah sakit di Indonesia sekarang ini banyak diarahkan kepada program-program untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Dari yang telah diuraikan suatu penilaian yang dapat dilihat bahwa persepsi tentang mutu pelayanan dilahirkan suatu penilaian yang menyeluruh (global judgment) berdasarkan pengalaman yang diperoleh pasien, antara lain pengalaman dalam kontak jasa melalui services encounters (moment of truth) the evidence of service, image and price. Kemudian dibandingkan dengan pelayanan yang diterimanya. Pengalaman tersebut menjadi pembanding yang pada akhirnya menentukan tingkat efektivitas dari pelayanan. Mahasiswa kedokteran harus sudah mulai membuka mata, hati, dan pikiran dalam diri agar lebih mengenal kompetensi inti dan membangun kapasitas dalam berkontribusi serta menjawab kebutuhan masyarakat. Tugas mahasiswa kedokteran tidak hanya berkutat dalam ruang lingkup akademis saja, namun ada beban serta tanggungjawab moril yang lebih besar dari itu. Perlu disadari kembali bahwa sejatinya mahasiswa telah dibebani tiga buah peran yakni sebagai agen perubahan (agent of change), penjaga nilai (guardian of value), dan cadangan masa depan (iron stock). Sudah saatnya kini mahasiswa kedokteran aktif berdiskusi mengenai kepentingan rakyat yang mungkin digerus oleh kebijakankebijakan yang tidak menguntungkan. Sudah saatnya kita mengembalikan peran lembaga mahasiswa kedokteran yang hanya sebagai event organizer menjadi basis pembentukan karakter mahasiswa ideal. Sudah saatnya pula kita menghilangkan stigma masyarakat tentang citra buruk mahasiswa kedokteran yang terlihat apatis, individualis, pragmatis, dan oportunis. DAFTAR PUSTAKA 1. WHO. What is the WHO definition of health?. 1948 April 17;100. 2. Azwar Asrul. 1988. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi kedua, PPT Bina Rupa Aksara. 3. UU No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. 4. Sullivan EJ. 2013. Effective Leadership and Management in Nursing. Edition 8th. USA: Pearson Education. 5. Azwar Asrul. Pengantar Administrasi Kesehatan. PT. Binarupa Aksara. Edisi Ketiga. Tahun 1996.