Uploaded by ayunani11

gastritis erosif fix

advertisement
LAPORAN KASUS
GASTRITIS EROSIF
Oleh:
dr. Irania Ayunani
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
RSUD PADANGAN KABUPATEN BOJONEGORO
2019
No. ID dan Nama Peserta : dr. Irania Ayunani
No. ID dan Nama Wahana : RSUD Padangan Bojonegoro
Topik : Kasus Penyakit Dalam
Tanggal (kasus) : 11 April 2019
Presenter : dr. Irania Ayunani
Nama Pasien : Tn.D
No. RM : 074254
Tanggal Presentasi : 16 April 2019
Pendamping : dr. Yudha Bayu Pronawan
dr. Sa’duzzaman
Tempat Presentasi : RSUD Padangan
Obyektif Presentasi :
 Keilmuan 
 Ketrampilan
 Penyegaran 
 Tinjauan Pustaka
 Diagnostik 
 Masalah 
 Istimewa
 Manajemen 
 Neonatus  Bayi
 Anak
 Remaja
 Dewasa   Lansia
 Bumil
 Deskripsi : Perempuan, usia 80 tahun, mencret hitam
 Tujuan : menegakkan diagnosis dan menetapkan manajemen pasien GASTRITIS EROSIF
Bahan bahasan :  Tinjauan Pustaka   Riset
 Kasus 
 Audit
Cara membahas :  Diskusi
 Presentasi  E-mail
 Pos
dan
diskusi 
Nama : Tn.D
No CM :
Data pasien :
074254
Nama klinik : RSUD Padangan
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/ Gambaran klinis :
GASTRITIS EROSIF /Pasien datang ke IGD RSUD Padangan dengan keluhan BAB
hitam, pucat, pusing, lemas dan ndredeg. BAB hitam dikeluhkan sejak kurang lebih
1minggu. Awalnya pasien tidak terlalu memperhatikan, yang paling diingat oleh pasien
BAB hitam seperti petis 3x pada sehari sebelum datang ke IGD Padangan. Muntah darah (), nyeri ulu hati (+), mual (+).
2. Riwayat Pengobatan :
Pasien belum memeriksakan keluhannya ini.
3. Riwayat kesehatan/penyakit :
Riwayat HT (-), DM (-)
4. Riwayat keluarga :
Riwayat DM (-), HT (-), Jantung (-)
5. Riwayat pekerjaan, sosial ekonomi, kejiwaan dan kebiasaan:
Riwayat minum alkohol disangkal. Riwayat minum jamu-jamuan (+) dan obat pegal linu
beli sendiri. Riwayat merokok (-), kopi (+).
6. Lain-lain
PEMERIKSAAN FISIK :
 KU : sedang, Compos mentis
 Vital signs

Kesadaran

Tekanan Darah : 90/50 mmHg
: CM/ GCS: E4M6V5

Frekuensi Nadi :82 x/menit

Frekuensi Nafas : 20 x /menit

Suhu
: 36,5o C

SpO2
: 98 %

Anemis (+)
 Mata : anemis, pupil bulat isokor 3/3mm
 Mulut : faring tidak hiperemis, tonsil T1=T1, tidak hiperemis, permukaan halus,
detritus tidak ada, muara kripte tidak melebar.
 Leher : limfonodi ttb
Jugular venous pressure: 5 + 2 cmH2O
 Thoraks :
Inspeksi
: simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (-)
Palpasi
: P/ taktil fremitus kanan = kiri
C/ictus cordis di SIC V 2 jari medial LMCS
Perkusi
: P/ Sonor di seluruh lapang paru
C/ batas jantung ada pelebaran
Auskultasi
: P/ vesikuler +/+, rh -/-, wh -/C/ S1-2 tunggal, e/g/m = -/-/-
 Abdomen
I
: Flat
Au : BU (+) normal
Per : timpani
Pa : soepel, nyeri tekan (-), hepatosplenomegali (-)
 Ekstremitas
Edema -/-/-/- , akral dingin -/-/-/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG (4 April 2019) :
 Hb
: 3,8 g/dl

RBC
: 1,29 x 106/mm3

PCV
: 11,5 vol %

MCV
: 89,1 µ3

MCH
: 29,5 µµg

MCHC
: 33,0 %

RDW-CV
: 14,7 %

PLT
: 301 x 103/mm3

CMPV
:9,0 fL

PCT
:0,27 %

PDW
:10,5 fL

WBC
6,0 x 103/mm3

Golongan Darah : O

GDA sewaktu : 125 mg/dL

SGOT
: 35 U/L

SGPT
: 25 U/L

Ureum
: 85 mg/dl

Kreatinin
: 1,11 mg/dl
Hasil thorax AP
Kesan:
1. Cor dan pulmo dalam batas normal
Hasil EKG
TERAPI Saat Pasien di IGD:
• Inf. NaCl 0,9% loading 1 flash kemudian 20 tpm
• Iv Ranitidin 1 amp/ 12 jam
• Iv asam tranexamat 500mg/ 8 jam
• Transfusi PRC 4 kolf 2kolf / hr , furosemid 1 amp post tranfusi
• Pasang DC
• P.o antasida syr 4x10cc
Daftar Pustaka :
1. Askandar, T. 2015. Buku Ajar Penyakit Dalam. Edisi 2. Surabaya : Airlangga
University Press
2. Hirlan. 2009 . Gastritis. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I.(Edisi Kelima).
Jakarta: Internal Publishing.
3. Katzung, B.G. 2014. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 10. Jakarta: EGC.
4. Estuningtyas, A. dan A. Arif. 2012. Obat Lokal. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
5. Lindseth, G.N. 2006. Gangguan Lambung dan Duodenum. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta, EGC
Hasil pembelajaran :
1. Diagnosis : Melena + Anemia dd Gatritis Erosif
2. Tata laksana pasien sirosis dan memberi komunikasi informasi dan edukasi kepada
keluarga tentang prognosis penyakitnya.
SUBJEKTIF :
GASTRITIS EROSIF / Pasien datang ke IGD RSUD Padangan dengan keluhan BAB
hitam, pucat, pusing, lemas dan ndredeg. BAB hitam dikeluhkan sejak kurang lebih 1minggu.
Awalnya pasien tidak terlalu memperhatikan, yang paling diingat oleh pasien BAB hitam
seperti petis 3x pada sehari sebelum datang ke IGD Padangan. Muntah darah (-), nyeri ulu hati
(+), mual (+). Riwayat HT (-), DM (-). Riwayat minum alkohol disangkal. Riwayat minum
jamu-jamuan (+) dan obat pegal linu beli sendiri di apotek. Riwayat merokok (-), kopi (+).
OBJEKTIF:
Dari hasil pemeriksaaan didapat keluhan utama pasien adalah BAB cair berwarna hitam sejak
1 minggu SMRS. Kemungkinan ada perdarahan di gaster. Pasien anemisdan tampak lemas.
Anemis yang didapat kemungkinan dikarenakan perdarahan yang dialami. Pada pemeriksaan
didapatkan anemis konjungtiva, akral hangat di keempat ekstremitas.
ASSESSMENT :
TINJAUAN PUSTAKA
Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi di
masyarakat. Pola hidup yang tidak sehat seperti pola makan yang tidak teratur, memakan
makanan yang dapat mengiritasi mukosa lambung (asam, pedas, kafein), dan konsumsi
obat-obatan antinyeri yang dibeli di toko tanpa memperhatikan aturan minum menjadi
faktor pencetus timbulnya gastritis. Gambaran klinis yang sering terjadi pada orang yang
mengalami gastritis adalah nyeri di ulu hati, mual, dan muntah. Gastritis terjadi akibat
adanya iritasi mukosa lambung oleh agen iritan yang mengakibatkan mukosa lambung luka
dan terjadi inflamasi. Menurut WHO pada tahun 2010, angka kejadian gastritis di
Indonesia cukup tinggi yaitu dengan persentase 40,8%.
Gastritis ada yang bersifat akut maupun kronis dan adapula yang menyebabkan
perdarahan dan erosif. Gastritis erosif merupakan salah satu tipe gastritis yang
menimbulkan hematemesis maupun melena akibat hilangnya integritas dan adanya
perlukaan mukosa lambung yang mengakibatkan perdarahan. Hematemesis melena
merupakan tanda yang timbul apabila terjadi perdarahan pada saluran cerna bagian atas.
DEFINISI
Gastritis adalah keadaan dimana terjadi inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung
yang dapat bersifat akut, kronis, difus, dan lokal yang dapat disebabkan oleh bakteri, obat-
obatan, maupun agen iritan lain seperti alkohol dan kafein yang menyebabkan perlukaan yang
dapat menimbulkan erosi pada lapisan lambung. Pada sebagian kasus tidak berkolerasi dengan
keluhan dan gejala klinis pasien, sebaliknya keluhan dan gejala klinis pasien berkolerasi
positif dengan komplikasi gastritis (Hirlan, 2009).
Gastritis dapat dibagi menjadi gastritis akut dan kronik. Gastritis akut yang paling
dramatis adalah gastritis hemoregik akut atau disebut gastritis erosif akut. Pada gastritis erosif
akut ditemukan adanya perdarahan mukosa lambung, kehilangan integritas yang karakteristik
dari mukosa lambung (erosi) yang menyertai lesi peradangan. Gastritis erosif merupakan tipe
gastritis yang tidak menggambarkan inflamasi yang jelas pada mukosa lambung akan tetapi
dapat menghilangkan lapisan atas mukosa yang dapat mengakibatkan perdarahan, erosi,
ataupun ulkus. Gastritis erosif dapat bersifat akut maupun kronis. Penyebab gastritis erosif
baik akut maupun kronis adalah penggunaan jangka lama golongan NSAID seperti ibuprofen
dan aspirin. Selain itu, agen lain seperti konsumsi alkohol, kafein, dan radiasi juga dapat
menyebabkan gastritis erosif.
Gastritis erosif dapat menyebabkan erosi dan ulkus pada
mukosa lambung yang nantinya dapat menyebabkan perdarahan, tanda adanya perdarahan
pada saluran cerna bagian atas adalah muntah darah (hematemesis), tinja berwarna hitam
seperti ter (melena), dan dapat pula tinja yang bercampur darah merah apabila perdarahan
yang terjadi masif dan motilitas usus meningkat.
Gastritis erosif biasanya berhubungan dengan penyakit serius atau akibat penggunaan
obat. Gastritis erosif sering ditemukan pada pasien yang mempunyai penyakit berat (gastritis
akibat stres) dikarenakan oleh beberapa faktor yang menjadi etio-patofis dari gastritis erosif
seperti iskemi mukosa lambung, difusi asam dari lumen kedalam mukosa lambung, sekresi
asam empedu, sekresi duodeni-pankreatik lain yang mengalir balik ke lambung (Lindshet,
2006).
ETIOLOGI
Bahan iritan yang dapat melukai mukosa lambung antara lain obat-obat golongan
NSAID, kafein, asam empedu, enzim pankreatik, dan etanol. Penyebab paling umum dan
sangat penting yang berhubungan dengan obat adalah aspirin dan NSAID lain. Obat ini
menghambat aktivitas siklooksigenase mukosa lambung, dengan demikian mengurangi
sintesis dan kadar jaringan prostaglandin mukosa jaringan, yang memainkan peran penting
pada pertahanan mukosa. Pengurangan prostaglandin jaringan inilah yang dianggap sebagai
mekanisme terpenting tetapi bukan eksklusif. Ada kemungkinan lain bahwa aspirin dapat
mencederai pembuluh darah kecil dalam mukosa lambung melalui penghambatan prostasiklin
dalam dinding pembuluh atau melalui penghambatan sintesis tromboksan oleh trombosit.
Kemungkinan yang lain yaitu melalui efek sodium salisilat, hasil metabolisme aspirin yang
ditemukan di sirkulasi, yang toksik terhadap respirasi mitokondria dan fosforilasi oksidatif
dari sel, yang dapat mengakibatkan cedera sel endotelial dan epitelial dengan perdarahan ke
dalam jaringan atau trombosis vaskuler melalui kekacauan sel endotelial. Asam pada lumen
lambung tampaknya penting dalam mengakibatkan cedera yang berhubungan dengan salisilat
pada mukosa lambung.
Etanol dapat merusak lambung berhubungan dengan perdarahan subepitelial dengan
edema yang mengelilinginya dan peningkatan sel-sel peradangan mukosal hanya ringan
sampai sedang. Mekanisme alkohol merusak mukosa lambung dimungkinkan akibat lipolitik
dan lipofilik yang ada padanya dan/atau gangguan sawar mukosa lambung atau kerusakan
langsung pembuluh darah mukosa kecil (Hirlan, 2009).
MANIFESTASI, GEJALA DAN TANDA KLINIS
Gejala yang timbul pada orang yang terkena gastrtis erosif tidak khas, seperti
dyspepsia (nyeri pada ulu hati, mual, muntah), sendawa, perdarahan, hematemesis, melena.
Nyeri ulu hati yang dirasakan pasien sangat kurang umum dibanding penyakit ulkus.
Sebenarnya, perdarahan saluran cerna bagian atas, pada pemeriksaan fisik sering normal,
namun mereka merasakan nyeri tekan abdomen bagian atas atau adanya tanda kehilangan
darah seperti pucat, takikardi, dan hipotensi. Jika terdapat kelainan jumlah sel darah putih
seperti leukositosis maupun leukopeni, lebih sering menunjukkan adanya penyakit serius yang
mendasarinya dibandingkan gastritis (Lindseth, 2006).
PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS
Gastritis erosif pertama kali dicurigai melalui deteksi darah pada feses atau dalam
bahan aspirasi lambung. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan
histopatologi.
Gambaran endoskopi yang dapat dijumpai adalah eritema, eksudatif,
edematous rugae, kerapuhan mukosa, flat erosion atau raised erosion, dan tempat perdarahan
dengan ekstravasasi darah ke dalam mukosa dan lumen lambung, dan dapat tersebar secara
difus ke seluruh mukosa lambung atau setempat pada korpus atau antrum lambung.
Perubahan histopatologis selain menggambakan perubahan morfologi juga menggambarkan
proses yang mendasari otoimun atau respon adaptif mukosa lambung.
Perubahan
histopatologis yang dapat terjadi adalah degradasi epitel, hiperplasia foveolar, infiltrasi
neutrofil, inflamasi sel mononuklear, folikel limfoid, atropi, intestinal metaplasi, kerusakan
sel parietal, dan hipertrofi sel endokrin. Selain itu, pada pemeriksaan histologik mukosa
lambung dapat ditemukan infiltrasi lamina propia dengan sel mononuklear dan leukosit
polimorfonuklear dengan ekstravasasi darah ke dalam mukosa yang mengacaukan struktur
glanduler.
PENATALAKSANAAN DAN PENGOBATAN
Tatalaksana gastritis erosif diarahkan pada pencegahannya, pengobatan penyakit yang
berhubungan, penghentian pemakaian obat yang salah, dan pemberian tatalaksana penunjang
seperti oksigen, volume darah, dan kebutuhan cairan dan elektrolit jika diperlukan. Pemberian
obat antasida, antagonis reseptor H-2, dan proton pump inhibitor telah terbukti efektif dalam
mengurangi frekuensi gastritis erosif. Obat ini digunakan dosis dan frekuensi yang cukup
untuk mempertahankan pH lambung diatas 4. Antasida dan antagonis reseptor H-2 meskipun
terbukti berharga dalam pencegahan, akan tetapi kurang efektif untuk pengobatan gastritis
erosif.
Antasida merupakan obat yang dapat menetralkan asam lambung sehingga dapat
mengurangi nyeri. Antasida tidak mengurangi volume yang dikeluarkan oleh lambung akan
tetapi menaikkan pH lambung sehingga aktivitas pepsin terhambat. Mula kerja antasida sangat
bergantung pada kelarutan dan kecepatan netralisasi asam, sedangkan pengosongan lambung
sangat menentukan masa kerja dari obat ini. Antasida ada yang bersifat sistemik seperti
natrium bikarbonat dan non sistemik seperti sediaan magnesium hidroksida, magnesium
trisilikat, alumunium hidroksida dan kalsium karbonat (Estuningtyas dan Arif, 2012).
Antagonis reseptor H-2 dalam menekan sekresi asam memiliki 2 mekanisme yaitu
histaminn dikeluarkan dari sel ECL oleh gastrin atau rangsangan vagus dihambat untuk
mengikat reseptor H2 di parietal, dan mekanisme yang kedua adalah blokade resptor H-2
menyebabkan efek stimulasi langsung sel parietal oleh gastrin atau asetilkolin pada sekresi
asam lambung. Golongan obat ini adalah simetidin, ranitidin, nizatadin, dan farnotidin.
Proton pump inhibitor (PPI) adalah basa lemah lipofilik dan setelah berdifusi di usus
segera berdifusi menembus membran lemak untuk masuk kedalam kompartemenkompartemen untuk asam (misal: kanalikulus sel parietal). Contoh golongan obat ini adalah
Omeprazole (20-40 mg/hari), Esomeprazol (20-40mg/hari), Lansoprazol (30mg/hari),
Deklansoprazol (30-60mg/hari),Pantoprazol (40mg/hari), dan Rabeprazol (20mg/hari). Waktu
paruh obat ini 1,5jam akan tetapi inhibisi asam menetap hingga 24 jam karena inativasi proton
pump bersifat irreversible. Pengobatan diperlukan waktu 3-4 hari untuk pengobatan karena
tidak semua pompa mengalami inaktivasi. PPI cepat mengalami metabolisme sistemik dan
lintas pertama di hati dan bersihan ginjal hampir dapat diabaikan. Waktu paruh obat ini
singkat, terkonsentrasi, dan diaktifkan di tempat kerja dana masa kerja obat ini panjang.
Penggunaan PPI dosis standar dapat menghambat 90-98% sekresi asam selama 24jam. PPI
sangat aman, efek samping yang dapat timbul adalah diare, nyeri kepala, dan nyeri abdomen
pada 1-5% pasien (Katzung et al., 2014).
Sukralfat merupakan garam sukrosa dimana grup hidroksil diganti dengan alumunium
hidroksida dan sufat, yang dapat digunakan untuk melindungi mukosa lambung. Mekanisme
kerja obat ini adalah melalui pelepasan kutub alumunium hidroksida yang berikatan dengan
kutup positif molekul protein membentuk lapisan fisikokemikal pada dasar lesi pada mukosa
lambung, yang melindungi mukosa lambung dari agresif asam dan pepsin. Efek lain yaitu
membantu prostaglandin menambah sekresi bikarbonat dan mukus, meningkatkan daya
pertahanan dan perbaikan mukosa, obat ini tidak dianjurkan untuk pasien gagal ginjal. Dosis
pemakaian sukralfat ini adalah 4x1gram/hari sebelum makan (Askandar, 2015).
PROGNOSIS
Prognosis baik (dubia ad bonam), karena pembaharuan sel yang cepat dan sifat restitutif
mukosa lambung, lesi gastritis erosif dapat menghilang dalam waktu 48 jam setelah gastritis
erosif akut, akan tetapi terkadang tindakan lanjut diperlukan untuk menghentikan perdarahan
pada beberapa kasus yaitu dengan cara embolisasi atau infus vasopresin arteri gastrica sinistra.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat dijumpai adalah:
1. Hematemesis/melena, oleh karena erosi mukosa lambung.
2. Anemia normokromik normositik
Tabel 3. Pemeriksaan klinis dalam penentuan diagnosis Gastritis Erosif
Textbook
Pasien
Gastritis Erosif
Anamnesis

Nyeri ulu hati
+

Mual
+

Muntah
-

Sendawa
-

Melena
+

Hematesis
-
Pemeriksaan fisik

Nyeri tekan epigastrium
+

Anemis
+

Kafein
+

NSAID

asam empedu

enzim pankreatik

etanol/alkohol
Pemicu
+
-
Pemeriksaan Gastroscopy

eritema

eksudatif

edematous rugae

erosion

perdarahan
Tidak dilakukan
-
FOLLOW UP
12/4/2019 jam 11.30
S/Nyeri ulu hati, mual, lemas
O/KU : sedang, Kes : CM
TD:100/60
N :86 x/menit
RR:20 x/menit
T :36,2 oC
K/L: anemis (+)
Thoraks: dbn
PF.Abdomen:
I : Datar
Au : BU (+) normal,
Per : Timpani
Pa : Soepel, nyeri tekan epigastrium (+)
Ext: Akral dingin (-)
A/Dispepsia
Anemia Gravis
P/Terapi
- Inf. NaCl 0,9% 20 tpm
- Transfusi PRC 4 kolf (2kolf/ hari) pre lasix
- Injeksi omeprazol 1 vial/24 jam
- Sucralfat syrup 3x10 cc
- Emibion 1x1 tab
13/4/2019 (jam 09.00)
S/BAB hitam sedikit, nyeri perut.
O/KU : cukup, Kes : CM
TD:100/70
N :88 x/menit
RR:20 x/menit
T :36,4 oC
K/L: anemis (+)
Thoraks: dbn
PF.Abdomen:
I : Datar
Au : BU (+) normal,
Per : Timpani
Pa : Soepel, Nyeri tekan (+) di epigastrium.
Ext: Akral dingin (-)
A/ Dispepsia
Anemia Gravis
P/Terapi
- Inf. NaCl 0,9% 20 tpm
- Injeksi omeprazol 1 vial/24 jam
- Sucralfat syrup 3x10 cc
- Emibion 1x1 tab
- Asam tranexamat 3x1 tab
- Lanjutkan transfusi, DL post tranfusi
14/4/2019 (jam 17.00)
S/Tidak ada keluhan. BAB hitam sudah (-), nyeri ulu hati (-), mual (-), badan lemas (-).
O/KU : cukup, Kes : CM
TD:110/60
N :90 x/menit
RR:20 x/menit
T :36,3 oC
K/L: anemis (-)
Thoraks: dbn
PF.Abdomen:
I : Datar
Au : BU (+) normal,
Per : Timpani
Pa : Soupel, Nyeri tekan (-) di epigastrium.
Ext: Akral dingin (-)
A/ Dispepsia membaik
Anemia Gravis membaik
Melena membaik
Gastritis erosif
P/Terapi
- BLPL
- Obat pulang:
- Emibion1x1
- Omeprazol 1x1 sebelum makan
- Sukralfat syr 3x10cc sebelum makan
Hasil Lab:
Hb: 9,7g/dl
RBC: 3,38 x 106/mm3
PCV : 28,0 vol%
MCV: 83 µ3
MCH : 28,7 µµg
MCHC : 34,6 %
RDW-CV : 16,4%
PLT : 367 x 103/mm3
CMPV : 7,6 fL
PCT : 0,279%
PDW : 14,8 fL
WBC : 8,7 x 103/mm3
Pendidikan
Edukasi mengenai penyakit kepada pasien dan keluarga untuk memahami sakit yang
dialami dan penyebabnya. Pasien dimotivasi untuk berhenti meminum jamu, obat pegal
linu beli sendiri di apotek, dan kopi.
Download