Strategi Pengendalian Lalat Batang pada Tanaman Kedelai 10 February 2017 09:25 Di Indonesia, lalat batang kedelai Melanagromyza sojae (Zehntner) (Diptera:Agromyzidae) dipandang hama yang kurang penting dibanding lalat kacang Ophyiomia phaseoli Tr. Daerah penyebaran lalat batang khususnya di Indonesia sangat luas. Laporan kehilangan hasil karena serangan lalat batang masih terbatas. Serangan pada batang ditandai dengan adanya gerekan pada jaringan empulur oleh larva lalat. Di India, serangan lalat batang pada kedelai mencapai 75% dan kacang hijau sebesar 62%. Di Taiwan, serangan lalat batang dapat menurunkan hasil kedelai 20% hingga 40%, tergantung umur/stadia pertumbuhan tanaman. Lalat batang telah menyebar merata di beberapa sentra produksi kedelai di Indonesia dengan tingkat serangan rata-rata di atas 80%, namun kerugian hasil belum dilaporkan. Hama ini menyebabkan penurunan hasil kedelai di lahan kering atau pada daerah yang mengalami cekaman/kekurangan air. Inang utama hama ini terutama pada kedelai, meskipun mempunyai inang lain tetapi terbatas pada jenis tanaman aneka kacang. a. Bioekologi M. sojae. Lalat dewasa mirip dengan lalat bibit Ophyomia phaseoli Tr. dengan rentang sayap 1,7−2,1 mm. M. sojae meletakkan telur dengan memasukkan telurnya yang sangat kecil, panjang 0,34±0,02 mm, lebar 0,15±0,01 mm pada permukaan bawah daun muda (daun unifoliate atau trifoliate) pada bagian pangkal bawah helaian daun dekat tangkai daun, telur berwarna putih transparan/bening. Pada umumnya tiap daun hanya diteluri 1 atau 2 telur, namun bisa hingga 5−6 telur tergantung populasinya. Peletakan telur dimulai sejak umur sekitar 30 hari setelah tanam. Lalat batang tidak meletakkan telur pada keping biji. Telur akan menetas dalam waktu 2−3 hari. Segera setelah menetas, larva menembus jaringan mesofil daun, dan menggerek tulang daun (vein) menuju batang kemudian memakan jaring empulur sampai berkepompong. b. Gejala Serangan Lalat batang mulai menyerang tanaman pada fase vegetatif umur 1−1,5 bulan, dan jarang menyerang saat tanaman muda (seedling). Serangan lalat batang terjadi setelah periode kritis kedelai terhadap serangan lalat kacang Ophyomia phaseoli pada umur 1−3 minggu setelah tanam, namun di lapangan lalat batang mulai menyerang tanaman umur 2 minggu. Gejala serangan dari luar tidak nampak, kecuali lubang bekas peletakan telur pada pangkal helaian daun dan lubang tempat keluar setelah periode kepompong pada bagian batang kedelai. Gejala serangan lalat batang adalah adanya kerusakan jaringan empulur (pith) berwarna coklat karena bekas adanya kotoran larva, yang dimulai dari titik awal peletakan telur sampai titik keluarnya larva sebelum manjadi kepompong. Sebelum berkepompong dan sambil memakan empulur (pith), larva membuat lubang gerekan pada batang sebagai tempat keluarnya serangga dewasa yang muncul dari kepompong. Lubang-lubang yang telah dibuat, ditutup dengan sisa/bekas gerekan untuk selanjutnya digunakan sebagai tempat keluarnya lalat dewasa yang telah berkembang dari kepompong. Gambar 1. Gejala gerekan larva lalat batang pada tanaman kedelai ditunjukkan dengan anak panah. Larva yang tidak berwarna kurang aktif, berkembang melewati 3 instar yang berlangsung selama 7 hari. Laju kematian larva sangat tinggi, oleh karenanya dalam satu tanaman ditemukan hanya 1 larva, kadang-kadang 2 larva. Kepompong berbentuk silinder, berwarna kuning emas berukuran panjang 2,75 mm, dan lebar 1,00 mm. Masa kepompong berlangsung 6−9 hari bahkan bisa mencapai 9−10 hari. Kepompong akan muncul pada pagi hari. Dalam satu siklusnya dimulai dari telur sampai serangga dewasa berlangsung selama 16−26 hari, dan rata-rata 21 hari di Indonesia. Serangga dewasa yang baru keluar dari kepompong berwarna hitam pucat, dan selama 30 menit akan mengalami pengerasan kulit sampai berkembang menjadi hitam mengkilap. Daya terbang rendah dan sangat dipengaruhi oleh cuaca. Makanan terdiri dari air yang menempel pada tanaman (dews). Serangga dewasa mulai kawin sekitar 3−5 hari setelah ekslosi dari kepompong pada pagi hari (jam 07.00−10.00 WIB). Peneluran terjadi setelah terjadi perkawinan berlangsung sampai 19 hari. Generasi tumpang tindih dapat terjadi di lapangan, terutama pada pertanaman kedelai yang tidak serempak. Fakta ini ditandai dengan adanya beberapa lubang gerekan (2−3) tempat keluarnya lalat dewasa dengan berbagai tempat ketinggian tanaman. Pada serangan yang tinggi dalam satu tanaman dapat ditemukan 3 larva atau kepompong. Tanda serangan secara kasat mata sulit dikenal, kecuali dengan membelah batang kedelai. Lalat batang dilaporkan mempunyai beberapa jenis tanaman inang, namun sebagian besar lebih memilih kedelai. Gambar 2. Fluktuasi intensitas serangan batang oleh lalat batang berdasarkan waktu pengamatan dan periode tanam di KP Muneng 2016. Gambar 3. Fluktuasi intensitas serangan lalat batang pada ruas/buku batang kedelai berdasarkan waktu pengamatan dan periode tanam di KP Muneng 2016. c. Strategi Pengendalian M. sojae lebih menyukai/menyerang kedelai yang telah tumbuh/berkembang sehingga tidak menyebabkan kematian dan kehilangan hasil yang signifikan. Selain itu, kerusakan jaringan empulur tidak terlalu parah sehingga jaringan pengangkut masih berfungsi. Oleh sebab itu, keberadaan hama ini kurang mendapat perhatian. Serangan lalat batang M. sojae pada fase tanaman muda dapat menimbulkan kerusakan ekonomis, sehingga jika melakukan tindakan pengendalian harus diantisipasi sebelum tanaman berumur 2 minggu setelah biji berkecambah. Lalat batang pada umumnya menimbulkan kerusakan berat di musim kemarau, saat kedelai mengalami cekaman kekeringan. Periode serangan lalat batang M. sojae hampir bersamaan, kadang-kadang tumpang tindih dengan serangan lalat kacang O. phaseoli atau lebih awal. Berdasarkan fluktuasi musim di KP Muneng dan KP Kendalpayak (Gambar 2 dan 3), lalat batang menyerang pertanaman kedelai sepanjang tahun. Ini berarti keberadaan lalat batang tidak bertautan dengan musim tanam kedelai yang biasa ditanam pada musim kemarau. Pada gambar tersebut terlihat bahwa pada umur 3 minggu setelah tanam, telah ditemukan gejala dan larva lalat batang. Artinya apabila periode telur berlangsung 3−4 hari, maka dapat diduga bahwa lalat dewasa telah mulai meletakkan telurnya sekitar umur 2 minggu setelah tanam, sehingga periode kritis tanaman kedelai terhadap lalat batang adalah umur 2 minggu setelah tanam. Berdasarkan asumsi tersebut maka disarankan cara pengendaliannya menggunakan perawatan benih dengan insektisida sistemik. Di pasaran tersedia berbagai jenis insektisida sistemik khusus untuk lalat batang. Salah satu jenis insektisida yaitu Thiametoxsam 2 ml/kg benih sangat efektif menekan serangan lalat batang. Perawatan benih dianjurkan, karena apabila tidak dilakukan tanaman kedelai akan mendapat serangan lalat bibit O. phaseoli lebih awal, sebelum diserang oleh lalat batang. Satu atau dua minggu setelah tanam sampai 6 minggu dapat dilakukan penyemprotan insektisida sistemik sesuai dengan dosis dan konsentrasi anjuran untuk menekan serangan lalat batang susulan. Upaya pengendalian dikatakan terlambat apabila dilakukan saat timbulnya gejala. Oleh karena itu, sangat dianjurkan tindakan pengendalian melalui perawatan benih. Suharsono