Uploaded by User29942

Laporan Pendahuluan Kanker Cerviks

advertisement
Laporan Pendahuluan Kanker Cerviks (Ca
Cervix, Definisi, Etiologi, Manifestasi Klinik,
Patofisiologi, Asuhan Keperawatan)
Suami / pasangan seksualnya melakukan
hubungan seksual pertama pada usia di bawah
18 tahun, berganti – ganti pasangan dan pernah
menikah dengan wanita yang menderita kanker
serviks.
Posted July 14, 2011 by jfikriamrullah in
Uncategorized. Leave a Comment
Pemakaian DES ( dietilstilbestrol ) pada wanita
hamil untuk mencegah keguguran.
Pemakaian pil KB
I.
Pengertian
Kanker serviks / kanker leher rahim adalah
tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim
/ serviks ( bagian terendah dari rahim yang
menempel pada puncak vagina ).
Kanker serviks merupakan gangguan
pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok
penyakit yang dimanifestasikan dengan
gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan
maturasi sel pada jaringan serviks.
Infeksi herpes genitalis / infeksi klamiidia
menahun.
Secara klinis jelas merupakan tahap I
Lesi telah menyebar di luar serviks hingga
mengenai vagina (bukan 1/3 bagian bawah) atau
area paraservikal pada salah satu sisi atau kedua
sisi.
Hanya perluasan vagina
Perluasan paraservikal dengan atau tanpa
mengenai vagina.
Golongan ekonomi lemah ( kerna tidak mampu
melakukan pap smear secara rutin )
Penyakit nodus limfe yang teraba tidak merata
pada dinding pelvis. Urogram IV menunjukkan
salah satu atau kedua ureter tersumbat oleh
tumor.
XII.
Meluas sampai 1/3 bagian bawah vagina saja
Manifestasi Klinik
Keputihan yang makin lama makin berbau
akibat infeksi dan nekrosis jaringan
Metastase karsinoma terisolasi yang diraba pada
dinding pelvis.
Pendarahan yang dialami segera setelah
senggama (75-80%)
Bukti bahwa karsinoma mengenai kandung
kemih tampak pada pemeriksaan sitoskopi atau
oleh adanya fistulasi vesiko vagina.
Pendarahan yang terjadi di luar senggama
(Tingkat II dan III)
Karsinoma menyebar keluar pelvis sejati ke
organ lainnya.
Pendarahan spontan saat defekasi
IV.
Kanker serviks biasania menyerang wanita
berusia 35 – 55 tahun. 90 % dari kanker serviks
berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks
dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar
penghasil lendir pada sluran servikal yang
menuju ke dalam rahim.
Anemia akibat pendarahan berulang
Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut
syaraf.
III.
II.
Etiologi
Kanker serviks terjadi jika sel – sel serviks
menjadi abnormal dan membelah secara tak
terkendali. Jika sel – sel serviks terus
membelah, maka akan terbentuk suatu masa
jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat
jinak / ganas. Jika tumor tersebut ganas, maka
keadaannya disebut kanker serviks.
Stadium Karsinoma Serviks
Klasifikasi internasional tentang karsinoma
serviks uteri :Tahapan Lesi
Lokasi
Deskripsi
Tahap 0
Tahap 1
Tahap 1A
Tahap 1B
Tahap II
Penyebab terjadinya kelainan pada sel – sel
serviks tidak diketahui secara pasti , tetapi
terdapat beberapa factor resiko yang
berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks
yaitu :
Tahap IIA
Tahap IIB
Tahap III
HPV ( Human Papiloma Virus )
HPV adalah virus penyebab kutil genitalis (
kondiloma akuminata ) yang ditularkan melalui
hubungan seksual.
Tahap IIIA
Tahap IIIB
Tahap IV Karsinoma in situ
Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe
16, 18, 45 dan 56.
Karsinoma yang hanya benar-benar berada
dalam serviks
Kanker vagina
Merokok
Patofisiologi / Pathways
Pendarahan spontan pervaginaan
Kanker mengenai 1/3 bagian bawah vagina atau
telah meluas ke salah satu atau kedua dinding
pelvis
Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel
yang melapisi ektoserviks (porsio) dan
endoserviks kanalis serviks yang disebut
sebagai squamo-columnar junction (SCJ).
Histologi antara epitel gepeng berlapis
(squamous complex) dari portio dengan epitel
kuboid/silindris pendek selapis bersilia dari
endoserviks kanalis serviks. Pada wanita SCJ
ini berada di luar ostius uteri eksternum,
sedangkan pada waniya umur > 35 tahun, SCJ
berada di dalam kanalis serviks. Tumor dapat
tumbuh :
Eksofilik mulai dari SCJ ke arah lUmen vagina
sebagai masa yang mengalami infeksi sekunder
dan nekrosis.
Endofilik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam
stomaserviks dan cenderung untuk mengadakan
infiltrasi menjadi ulkus.
Ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung
merusak struktur jaringan serviks dengan
melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi
ulkus yang luas.
Serviks normal secara alami mengalami proses
metaplasi/erosio akibat saling desak-mendesak
kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan
masuknya mutagen, porsio yang erosif
(metaplasia skuamosa) yang semula fisiologik
dapat berubah menjadi patologik melalui
tingkatan NIS I, II, III dan KIS untuk akhirnya
menjadi karsinoma invasif.. Sekali menjadi
mikroinvasif atau invasif, prose keganasan akan
berjalan terus.
Periode laten dari NIS – I s/d KIS 0 tergantung
dari daya tahan tubuh penderita. Umumnya fase
pra invasif berkisar antara 3 – 20 tahun (ratarata 5 – 10 tahun). Perubahan epitel displastik
serviks secara kontinyu yang masih
memungkinkan terjadinya regresi spontan
dengan pengobatan / tanpa diobati itu dikenal
dengan Unitarian Concept dari Richard.
Hispatologik sebagian besar 95-97% berupa
epidermoid atau squamos cell carsinoma
sisanya adenokarsinoma, clearcell
carcinoma/mesonephroid carcinoma dan yang
paling jarang adalah sarcoma.
Perluasan kandung kemih
Tembakau merusak sistem kekebalan dan
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk
melawan infeksi HPV pada serviks.
Perluasan rectal penyebaran jauh Kanker
terbatas pada lapisan epitel, tidak terdapat bukti
invasi.
Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia
dini
Ukuran bukan merupakan kriteria
Berganti – ganti pasangan seksual
Makroinvasi
V.
Pap Smear
Pemeriksaan Diagnostik
Pap smear dapat mendeteksi sampai 90 % kasus
kanker serviks secara akurat dan dengan biaya
yang tidak terlalu mahal.
ekstenterasi pelvis dimana bagian besar isi
pelvis diangkat.
VII.
Pertahankan keadekuatan nutrisi.
Penyebaran
Perawatan Post Pengobatan
Akibatnya angka kematian akibat kanker
servikpun menurun sampai lebih dari 50 %.
Setiap wanita yang telah aktif secara seksual /
atau usianya telah mencapai 18 tahun,
sebaiknya menjalani pap smear secara teratur
yaitu 1 kali / tahun.
Jika selam 3 kali berturut – turut menunjukkan
hasil yang normal, pap smear bias dilakukan 1
kali / 2 – 3 tahun.
Hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan
stadium dari kanker serviks :
displasia ringan ( perubahan dini yang
belum bersifat ganas )
displasia berat ( perubahan lanjut yang
belum bersifat ganas )
karsinoma insitu ( kanker yang terbatas
pada lapisan serviks paling luar )
Pada umumnya secara limfogen melalui
pembuluh getah bening menuju 3 arah yaitu :
-
Hindari infeksi
Ke arah fornises dan dinding vagina
-
Laporkan tanda-tanda infeksi
Ke arah korpus uterus.
Monitor intake cairan dan juga
keadekuatan nutrisi.
Ke arah paramerium dan dalam tingkatan yang
lanjut menginfiltrasi septum rektovaginal dan
kandungkemih.
Beri tahu efek radiasi peresisten selama
10-14 hari sesudah pengobatan.
VIII.
-
Klasifikasi
Kanker Serviks Pre-Invasif
Terapi Radiasi Internal
Klasifikasi yang digunakan saat ini meliputi :
Pertimbangan Perawatan Umum
CIN I displasia ringan
-
Teknik isolasi
CIN II displasia sedang
-
Membatasi aktivitas
CIN III displasia berat dan karsinoma insitu
Perawatan Pre Insersi
Metode yang digunakan untuk mendeteksi CIN
adalah papanikolaou (PAP) Test.
Turunkan kebutuhan untuk enema atau
BAB, selama beberapa hari.
PAP test terdiri dari 5 kategori.
-
Stadium I : Tidak ada sel abnormal
Puasakan malam hari sebelum prosedur
dilakukan
Stadium II : Sel epitel diidentifikasi, inflamasi
harus diukur.
Stadium III : Kecurigaan Sel Abnormal
kanker invasive ( kanker telah menyebar
lapisan serviks yang lebih dalam / ke organ
tubuh lainnya )
Scan (MRI, CT, Gallium) dan ultrasound
Dilakukan untuk tujuan diagnostik identifikasi
metastatik dan evaluasi respon pada
pengobatan.
Biopsy (aspirasi, eksisi, jarum, melubangi)
Dilakukan untuk diagnosa banding dan
menggambarkan pengobatan dan dapat
dilakukan melalui sumsum tulang, kulit, organ,
dsb.
Penanda tumor
Zat yang dihasilkan dan disekresikan oleh sel
tumor dan ditemukan dalam serum (CEA,
antigen spesifik prostat, HCG, dll.)
Tes kimia skrining
HDL dengan diferensial dan trombosit dapat
menunjukkan anemia, perubahan pada SDM
dan SDP, trombosit berkurang atau meningkat.
Sinar X dada
Menyelidiki penyakit paru metastatik atau
primer.
VI.
Penatalaksanaan
Pada lesi precursor (lesi intra-epitel squamosa)
tingkat rendah atau tingkat tinggi ditemukan
maka pengangkatan non bedah konservatif,
kriterapi (pembekuan dengan oksida nitrat) atau
terapi laser, konisasi (pengangkutan yang
berbentuk kerucut dari serviks).
Pada kanker servikal invasif dilakukan radiasi
atau histerektomi radikal.
Pada paisen dengan kekambuhan kanker
servikal dipertimbangkan untuk menjalani
Lakukan perawatan kulit dan mulut.
-
Pasang kateter sesuai indikasi
Latih nafas panjang, latih ROM
Jelaskan tentang pembatasan
pengunjung.
Stadium IV : Sel Malignan – karsinoma insitu
Selama Terapi Radiasi
Stadium V : Sel malignan – kanker invasif
-
Monitor TTV tiap 4 jam
Kanker Serviks invasif
Latih ROM aktif dan nafas dalam setiap
2 jam
Terdapat 2 tipe yaitu mikro-invasif dan invasif
-
Karsinoma mikroinvasif
Beri makanan berserat dan cairan
parenteral s/d 300 ml
Adalah satu atau lebih lesi yang membesar tidak
lebih dari 3 mm di bawah membran basal tanpa
adanya infasif limfatik atau vaskuler.
Beri posisi semi fowler
-
Kateter tetap terpasang
-
Monitor intake dan output
-
Monitor tanda-tanda pendarahan
-
Beri support mental.
Karsinoma invasif
Adalah penyebaran karsinoma ke arah lain,
kanker serviks invasif tidak menampakkan
gejala tunggal yang spesifik, yang terjadi adalah
pendarahan yang terjadi saat coitus atau latihan
fisik, nyeri hematuria, dan gagal ginjal akibat
penyebaran kanker ke kandung kemih dan
obstruksi serta pendarahan rektal serta obstruksi
bowel. Terapi pembedahan dan radioterapi.
Kanker Serviks Lanjut dan Berulang
Sekitar 1 dari 3 wanita dengan kanker serviks
invasif, mempunyai penyakit berulang atau
persisten setelah terapi.
IX.
Perawatan Post pengobatan
Hindari komplikasi post pengobatan
(tromboplebitis emboli pulmonal dan
pneumonia)
Hindari komplikasi akibat pengobatan
itu sendiri (pendarahan, reaksi kulit, diare,
disuria dan distansia vagina)
-
Monitor intake dan output cairan.
Teknik Kombinasi Radiasi Eksternal dan
Intrakaviter
Perencanaan Terapi Radiasi
Terapi Radiasi Eksternal
Stadium I dan II :
Aplikasi radium 6500
rad dengan 2x aplikasi radiasi eksternal : 5000
rad / 5 minggu.
Perawatan sebelum pengobatan
Kuatkan penjelasan tentang perawatan yang
digunakan untuk prosedur.
Selama Terapi
Pilihlah kulit yang baik dengan
menganjurkan menghindari sabun, kosmetik
dan deodoran.
Stadium III
: Radiasi eksternal seluruh
pelvis 2000-3000 rad kemudian 4500-5000 rad.
Stadium IV
: Hanya radiasi eksternal untuk
pengobatan paliative.
XIII.
Sitostatika dalam Ginekologi
Penggolongan obat sitostatika :
Golongan yang terdiri atas obat-obat yang
mematikan semua sel pada siklus ® obat-obat
non spesifik
Faal ginjal dan hati baik.
Diagnosis histopatologik diketahui.
setiap tahun untuk wanita yang berganti – ganti
pasangan seksual / pernah menderita infeksi
HPV / kutil kelamin
Golongan obat yang mematikan pada fase
tertentu dari mana proliferasi ® obat fase
spesifik.
Jenis kanker diketahui sensitif terhadap
kemoterapi.
setiap tahun untuk wanita yang memaaakai pil
KB
Hb > 10 gr%.
setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia di
atas 35 tahun jika 3 kali pap smear berturut –
turut menunjukkan hasil negatif / untuk wanita
yang telah menjalani histerektomi bukan karena
kanker
Golongan obat yang merusak semua sel akan
tetapi pengaruh proliferasi sel lebih besar ®
obat-obat siklus spesifik.
Macam – macam obat :
Obat dengan Komponen Alkil (Alkilating
Agent)
Obat ini melepas alkil dalam selnya,
menyebabkan gangguan pembentukan RNA.
Obat ini mempengaruhi proliferasi dan
interface. Efek toksik adalah : depresi sumsum
tulang dengan gejala neutropeni dan
trombositopeni dan pengaruh terhadap traktus
digestivus dan folikel rambut (alopesia).
Obat Anti Metabolit
Obat ini mempunyai identitas kimiawi yang
sama, akan tetapi menghalangi berfungsinya
metabolit tersebut, sehingga akan mengganggu
siklus dalam sel.
Obat Antibiotik
Obat ini berkhasiat spesifik terhadap siklus sel.
Obat alkaloid
Golongan ini menghentikan proses mitosis pada
fase metastasis.
Obat Hormon
Dasar terapi ini bahwa organ yang dalam
keadaan normal, rentan terhadap hormon
tertentu, dapat dipengaruhi oleh hormon dari
luar.
Leukosit > 5000/ml.
Trombosit > 100.000/ml.
sesering mungkin jika hasil pap smear
menunjukkan abnormal
Selain persyaratan di atas, ada syarat yang harus
dipenuhi dalam pemberian pengobatan.
Mempunyai pengetahuan sitostatika dan
manajemen kanker.
Dilengkapi secara sarana laboratorium yang
lengkap.
Efek toksik yang paling cepat tampak adalah
efek pada traktus digestivus yaitu :
Diare
jangan berganti – ganti pasangan seksual
Rasa mual
berhenti merokok
Muntah
pemeriksaan panggul ( pap smear ) harus
dimulai ketika seorang wanita mulai aktif
melakukan hubungan seksual / pada usia 20
tahun. Setiap hasil yang abnormal harus diikuti
dengan pemeriksaan kolposkopi dan biopsi
Pendarahan usus
Anemia
Leukopenia
Trombositopenia
Kenaikan suhu
Hiperpigmentasi
Gatal – gatal
Pemberian Oral
XII.
Obat yang diberikan sebaiknya obat yang larut
dalam lemak. Perlu diperhatikan bahwa
pemberian obat oral dapat menyebabkan
kerusakan sel epitelium sehingga
mengakibatkan ulkus yang disertai depresi
sumsum tulang. dapat disertai pendarahan.
Ada 2 cara untuk mencegah kanker serviks
yaitu :
Pemberian intravena
Pemberian intravena dapat dilakukan dengan
penyuntikan langsung secara “bolus” atau per
infus.
Pemberian intrapleura
Pemberian obat ini bertujuan untuk mengurangi
produksi cairan pleura dan membunuh sel
kanker.
Pemberian intraperitoneal
Pemberian ini bertujuan untuk mengurangi
cairan asites, obat ini diberikan intraperineum.
Syarat Pemberian Sitostatika
Keadaan umum harus baik
Penderita mengerti tujuan pengobatan dan
mengetahui efek samping yang terjadi.
anak perempuan yang berusia di bawah 18
tahun tidak melakukan hubungan seksual
Gingivitis
Kenaikan kadar ureum dan kreatinin.
Kurang dianjurkan karena dapat menimbulkan
nekrosis, pendarahan lokal yang sukar
dihentikan.
Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
kanker serviks sebaiknya :
jangan melakukan hubungan seksual pada
penderita kutil kelamin/ gunakan kondom untuk
mencegah penularan kutil kelamin
Cara Pemberian Obat
Pemberian Intramuskuler
sesering mungkin setelah penilaian dan
pengobatan pre kanker maupun kanker servik
Pencegahan
Mencegah terjadinya infeksi HPV
Melakukan pemeriksaan pap smear secara
teratur
Pap smear ( tes papanicolau ) adalah suatu
pemeriksaan mikroskopik terhadap sel – sel
yang diperoleh dari apusan serviks. Pada
pemeriksaan pap smear, contoh sel serviks
diperoleh dengan bantuan sebuah spatula yang
dibuat dari kayu / plastik ( yang dibedakan
bagian luar serviks ) dan sebuah sikat kecil (
yang dimasukkan ke dalam saluran servikal ).
Identitas Klien
Keluhan utama
Status kesehatan
Gejala yang dirasakan
XIII.
Asuhan keperawatan
A. Pengkajian
1)
Gejala awal
2)
Timbulnya gejala
-
faktor yang memperbaiki gejala
-
faktor yang memperburuk gejala
3)
Deskripsi gejala
-
lokasi
-
kualitas
-
kuantitas
4)
Efek pada gaya hidup
Riwayat Ginekologi
Sel – sel serviks lalu dioleskan pada kaca objek
lalu diberi pengawet dan dikirimkan ke
laboratorium untuk diperiksa.
24 jam sebelum menjalani pap smear, sebaiknya
tidak melakukan pencucian / pembilasan
vagina, tidak melakukan hubungan seksual,
tidak berendam dan tidak menggunakan
tampon.
Pap smear sangat efektif dalam mendeetksi
perubahan prekanker pada serviks. Jika hasil
pap smear menunjukkan displasia/ serviks
tampak abnormal, biasanya dilakukan
kalposkopi dan biopsi.
Anjuran untuk melakukan pap smear secara
teratur :
setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas
35 tahun
-
Karakteristik menstruasi
-
Menarche
-
Periode menstruasi terakhir
-
Pengalaman menstruasi
-
Pendarahan tengah siklus
-
Menopause
-
Kontrasepsi
-
Usia pada saat kehamilan pertama
-
Penyakit menular seksual
Status Obstetrik P …. A…..
Riwayat Medis Masa Lalu
-
Kekurangan masa otot
Penyakit dan Pengobatan
-
Perubahan BB
Alergi
-
Kakeksia
Penyakit masa kanak-kanak dan imunisasi.
Eliminasi
Penyakit dan pembedahan sebelumnya
-
Perubahan pola defekasi
Kecelakaan atau cedera
-
Perubahan bising usus
Perilaku yang berisiko
-
Distensi abdomen
-
gaya hidup
Neurosensori
-
konsumsi kafein
-
Pusing
-
mengonsumsi alcohol
-
Sinkop
-
obat-obatan
Nyeri / kenyamanan
-
praktik seks yang tidak aman
Ketidaknyamanan ringan sampai dengan
berat dihubungkan dengan proses penyakit
Riwayat penganiayaan
Keamanan
Riwayat Kesehatan Keluarga
Tinjau ulang tingkat pengetahuan klien
tentang prognosa penyakit dan pengobatan
Tanyakan persepsi klien tentang kanker
dan pengobatan kanker serta pengalaman klien
sendiri / orang lain yang pernah terkena kanker
Beri informasi yang jelas dan akurat
dengan cara yang nyata
Berikan pedoman antisipasi pada pasien
/ orang terdekat mengenai protocol pengobatan,
terapi, hasil yang diharapkan, kemungkinan
efek samping
Kecemasan b.d. ancaman kematian, ancaman
perubahan status kesehatan, fungsi peran dan
pola interaksi
Tujuan
Kecemasan hilang / berkurang setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24
jam
Kriteria hasil:
Penyakit keturunan
Pemajanan terhadap kimia toksik,
karsinogen,
Klien mengatakan perasaan cemasnya
hilang / berkurang
Penyakit saat ini dalam keluarga
-
Ruam kulit
-
Tampak rileks
Riwayat penyakit jiwa dalam keluarga
-
Demam
-
TTV dalam batas normal
Genogram
-
ulserasi
Intervensi :
Riwayat psikososial
Interaksi social
Koping individu
Masalah tentang fungsi dan tanggung
jawab peran
seksualitas
-
Kesadaran diri dan harga diri
-
Penatalaksanaan stress
dampak pada hubungan, perubahan
fungsi seksualitas
-
Penyalahgunaan zat
Spiritual
Pola kesehatan
-
Agama
Sirkulasi
-
Praktik agama
-
Gejala palpitasi
Pemeriksaan Fisik
Perubahan tekanan darah
keadaan umum
-
Dorong klien untuk mengungkapkan
pikiran dan perasaannya
Beri lingkungan terbuka dimana pasien
merasa aman untuk mendiskusikan perasaan /
menolak untuk bicara
Pertahankan bentuk sering bicara
dengan pasien, bicara dengan menyentuh pasien
Bantu pasien / orang terdekat dalam
mengenali dan mengklarifikasi rasa takut
Beri informasi akurat, konsisten
mengenai prognosis, pengobatan serta
dukungan orang terdekat
Jelaskan prosedur bahkan kesempatan
untuk bertanya
Aktifitas istirahat dan tidur
head to toe
Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan
tenang
-
Kelemahan
Pemeriksaan penunjang
-
-
Perubahan pola istirahat dan tidur
Data pendukung lain
Nyeri b.d. penekanan sel kanker pada saraf,
kematian sel.
Adanya faktor – faktor yang
mempengaruhi istirahat dan tidur misalnya :
nyeri, kecemasan, keringat malam dll
Integritas ego
Kesimpulan
Kurangnya pengetahuan mengenai prognosis
penyakit dan pengobatannya brehubungan
dengan tidak mengenal sumber informasi
Tujuan :
Factor stress ( perubahan peran,
pekerjaan )
B.
Cara mengatasi stress misalnya merokok,
minum alcohol, menunda mencari pengobatan,
keyakinan religius dll
Klien tercukupi kebutuhan pengetahuan
mengenai prognosis penyakit dan
pengobatannya setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 24 jam
Masalah tentang perubahan penampilan
misalnya alopesia, luka cacat, pembedahan,
menyangkal, menarik diri, marah dll
Kriteria hasil :
Nutrisi
Klien mengungkapkan informasi akurat
tentang diagnosa dan aturan pengobatan pada
tingkat kesiapan diri sendiri
-
Keluhan mual
-
Muntah
Kebiasaan diet buruk : bahan pengawet,
zat adiktif
Diagnosa Keperawatan – Intervensi
Melakukan dengan benar prosedur yang
dilakukan
-
Mampu menjelaskan alasan tindakan
Intervensi :
-
Anoreksia
Waspadai tanda depresi
Tujuan :
Nyeri hilang / berkurang setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
Kriteria hasil :
Klien mengatakan nyeri hilang /
berkurang dengan skala nyeri 0 – 3
-
Ekspresi wajah rileks
-
TTV dalam batas normal
Intervensi :
Tentukan riwayat nyeri : lokasi,
frekuensi, durasi, intensitas dan tindakan
penghilang yang digunakan
Berikan tindakan kenyamanan dasar (
reposisi, gosok punggung, aktifitas hiburan,
musik, tertawa dll )
-
Evaluasi penghilangan nyeri
Kolaborasi pemberian analgetik sesuai
indikasi
Kolaborasi pemeriksaan laboratorium :
lekosit
Perubahan pola sexual b.d. adanya bau tidak
enak pada vagina.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.d. metabolisme tubuh meningkat, nafsu
makan turun.
resiko tinggi injury b.d. kelelahan, kelemahan
fisik.
Tujuan :
Tujuan :
Tujuan :
Status nutrisi dipertahankan untuk memenuhi
kebutuhan tubuh setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam
Kriteria hasil
-
Konjungtiva tidak anemis
-
Sclera tidak ikterik
-
BB dalam batas normal
Tidak terjadi injury setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam.
Kriteria hasil :
Klien berada pada kondisi yang jauh
dari injury
Klien atau keluarga dapat
mendemonstrasikan tindakan pencegahan diri
dari injury.
Intervensi :
Hb
Kaji mental klien
Intervensi :
-
Pantau status neuromuskuler
-
Pantau masukan makanan setiap hari
Kaji kemampuan AKS, latihan dan
ambulansi
-
Ukur BB setiap hari / sesuai indikasi
-
Dorong klien untuk makan makanan
tinggi kalori, kaya nutrien
Ciptakan suasana makan yang
menyenangkan
Pertahankan lingkungan yang aman
Orientasikan terhadap lingkungan
sekitar
Sediakan peralatan yang dibutuhkan dan
tempatkan dalam jangkauan
Dorong penggunaan tehnik relaksasi,
visualisasi sebelum makan
Identifikasi adanya mual, muntah,
anoreksia
-
Kriteria hasil :
Klien/pasangan dapat mengungkapkan
penerimaan akan perubahan pola seksual
Intervensi :
Jelaskan efek penyakit, kesehatan
terhadap fungsi seksual
Diskusikan perasaan klien terhadap
fungsi seksual
Hasil laboratorium dalam batas normal :
-
-
Pola seksual tidak mengalami perubahan /
gangguan setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam
Beri waktu tersendiri untuk klien
membicarakan masalah pola seksual.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
penurunan produksi energi, hipermetabolik
Tujuan :
Klien tidak mengalami intoleransi aktifitas
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3 x 24 jam
Kriteria hasil :
-
Pertahankan pagar tempat tidur
-
Beri penerangan yang adekuat
-
Bantu klien dalam AKS
Klien mampu melakukan aktifitas sesuai
kemampuan klien
-
Dorong makan sedikit tapi sering
TTV dalam batas normal
Intervensi :
Kolaborasi :
Pemberian obat – obatan sesuai indikasi :
fenotiazin, kortikosteroid, vitamin, antasid
Diskusikan masalah tersebut dengan
pasangan
Gangguan bodi image b.d. adanya bau tidak
enak pada vagina.
Rencanakan tindakan keperawatan yang
memungkinkan periode istirahat
Tujuan :
Pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi : Hb
Resiko tinggi infeksi b.d. ketidakadekuatan
pertahanan sekunder adanya imunosupresi,
supresi sumsum tulang ( efek dari pembatasan
dosis baik kemoterpi maupun radiasi, malnutrisi
Tidak terjadi gangguan bodi image setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam
Kriteria hasil :
Klien mengatakan dapat menerima
perubahan pada tubuhnya
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam
Kriteria hasil :
Klien dapat berinteraksi dengan baik
terhadap semua orang
Buat tujuan aktifitas realistis dengan
klien
Dorong klien untuk melakukan aktifitas
apa saja bila mungkin ( duduk, berjalan, bangun
)
-
Pantau respon fisiologis terhadap
aktifitas
-
Klien dapat menggunakan sistem
pendukung keluarga dan masyarakat
-
Tidak ada tanda – tanda infeksi
Intervensi :
-
TTV dalam batas normal
Tentukan persepsi klien tentang
perubahan citra tubuh
Tingkatkan aktifitas sesuai kemampuan
Kaji respon TTV tiap 4 jam
Resiko tinggi gangguan integritas kulit b.d.
radiasi, kemoterapi, penurunan imunologi
Tujuan :
Hasil laboratorium dalam batas normal :
lekosit
Anjurkan mengungkapkan emosi seperti
marah, takut, frustrasi, dan cemas
Kriteria hasil :
Intervensi :
Tekankan pada pentingnya hygiene
personal, hygiene oral
-
Tidak terjadi kerusakan integritas kulit setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam.
Beri umpan balik yang realistik
Integritas kulit utuh
Anjurkan klien untuk berpartisipasi
dalam pengobatan
Intervensi :
Beri reinforcement positif atas usahausahanya untuk meningkatkan citra tubuh
Kaji kulit dengan efek samping terapi
kanker
Gunakan air hangat dan sabun ringan
waktu mandi
Pantau TTV
Berikan perawatan dengan prinsip
aseptic
-
Kaji respon adaptif
Tempatkan klien pada lingkungan yang
terhindar dari infeksi
-
Tunjukkan empati
-
Kolaborasi pemeriksaan : kultur
-
Kaji perilaku merusak diri
-
Kolaborasi pemberian antibiotik
-
Jaga kebersihan sekitar genitalia
-
Berikan suport mental
Anjurkan klien untuk menghindari
mengaruk
Ubah posisi / alih baring sesering
mungkin
Hindari untuk memakai krim apapun
kecuali dengan resep dokter
Anjurkan klien untuk memakai pakaian
lembut dan longgar
Kaji efek samping dermatologis yang
dicurigai pada kemoterapi
Kolaborasi untuk pemberian salep
topikal.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d
kehilangan berlebihan melalui rute normal,
abnormal, mual, muntah, perdarahan
Tujuan :
Klien menunjukkan keseimbangan cairan yang
adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
Kriteria hasil :
-
Membran mukosa lembab
-
Turgor baik
-
TTV stabil
-
Intake dan output seimbang
Intervensi :
jenis
Pantau masukan dan haluaran, berat
-
Tinbang BB sesuai indikasi
-
Pantau TTV
Evaluasi nadi perifer dan pengisian
kapiler
Kaji turgor kulit dan kelembapan
membran mukosa
Dorong peningkatan masukan cairan
sesuai toleransi klien
Observasi adanya mual, muntah,
perdarahan
Kolaborasi pemberian cairan IV sesuai
indikasi
Kolaborasi pemeriksaan laboratorium
sesuai indikasi
http://jfikriamrullah.wordpress.com/2011/07/14/
laporan-pendahuluan-kanker-cerviks-ca-cervixdefinisi-etiologi-manifestasi-klinikpatofisiologi-asuhan-keperawatan/
Download