ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R PUTUSAN Nomor 64 P/HUM/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ng MAHKAMAH AGUNG Memeriksa dan mengadili perkara permohonan keberatan hak uji materiil gu terhadap Pasal 41 ayat (2) Huruf g angka 31 Peraturan Daerah (Perda) Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012-2032, pada tingkat pertama dan terakhir telah memutuskan sebagai A berikut, dalam perkara: PT SARANA CIPTA LESTARI (SCL), tempat kedudukan di Plaza ub lik ah ABDA/Asia Lt. 19C, Jalan Jenderal Sudirman, Kavling 59 Jakarta, dalam hal ini diwakili oleh Muhammad Melvin, Direktur Utama PT am Sarana Cipta Lestari (SCL), berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas Nomor 39 tertanggal 28 Juli 2011 Jo. Akta Pernyataan Keputusan di Luar Rapat Umum Pemegang Saham ah k ep Nomor 12 tanggal 7 Juni 2015; Selanjutnya memberi kuasa kepada: 2. Tamba Maruli Simalango, S.H., M.Hum.; A gu ng 3. Mutiara Tiffany, S.H., M.Hum.; In do ne si R 1. Ryan Kurniawan, S.H., M.Hum.; Semuanya Advokat dan Konsultan Hukum dari Law Office Ryan Kurniawan & Partners, berkantor di Menara 165 4th floor suite 08, Jalan TB. Simatupang Kav. 01, Cilandak Timur, Jakarta Selatan, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 12 September 2017; Selanjutnya disebut sebagai Pemohon; melawan: Nomor 54, Depok; m Selanjutnya memberi kuasa kepada: lik ah WALIKOTA DEPOK, tempat kedudukan di Jalan Margonda Raya, ka 2. M. Yunan Lubis, S.H.; ub 1. N. Lienda Ratnanurdianny, S.H., M.Hum, ep 3. Febrina Puspitasari, S.H.; 4. Dina Ratna Kartika, S.H.; R ah 5. Damay Shendipa, S.H.; es 6. Endini Sesotyaningtyas, S.H.; on Halaman 1 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu ng M 7. Aji Rachmat K, S.H.; ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R Semuanya kewarganegaraan Indonesia, berkantor di Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kota Depok, Jalan Margonda Raya, ng Nomor 54, Depok, pekerjaan PNS Pemkot Depok, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 17 November 2017; Selanjutnya disebut sebagai Termohon; gu Mahkamah Agung tersebut; A Membaca surat-surat yang bersangkutan; DUDUK PERKARA Menimbang, bahwa Pemohon dengan surat permohonannya tertanggal ub lik ah 24 Oktober 2017 yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah Agung pada tanggal 25 Oktober 2017 dan diregister dengan Nomor 64 P/HUM/2017 telah mengajukan permohonan keberatan hak uji materiil terhadap Pasal 41 ayat (2) am Huruf g angka 31 Peraturan Daerah (Perda) Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012-2032, dengan ep dalil-dalil yang pada pokoknya sebagai berikut: ah k A. Pendahuluan; 1. Peraturan Daerah merupakan representasi dari kepentingan daerah melakukan pekerjaan administratif In do ne si R untuk membentuk dan menyusun aturan-aturan yang diperlukan dalam atau pembagian tugas yang A gu ng diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 serta perubahannya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015. Peraturan Daerah melalui kewenangan Daerah yang diberikan oleh Pemerintah Pusat dengan pendekatan Otonomi Daerah melalui desentralisasi perlu dilakukan secara cermat dan seksama atau memenuhi kriteria-kriteria yang telah diatur secara khusus dalam Undang-Undang Nomor 12 lik 2. Kecermatan dan keseksamaan dalam menyusun, membentuk dan pada akhirnya mengundangkan Peraturan Daerah menunjukkan keseriusan Pemerintah Daerah dalam menjalankan fungsinya dalam pemaknaan ub m ah Tahun 2011; Otonomi Daerah, sebagaimana diatur pada Pasal 1 angka 6 Undang- ka Undang Nomor 23 Tahun 2014 serta perubahannya Undang-Undang ep Nomor 9 Tahun 2015. Pemaknaan yang benar terhadap Pasal 1 angka ah 6 menuntun dan menuntut Pemerintah Daerah menempatkan dirinya menempatkan dirinya sebagai pelaksana dalam memenuhi berbagai ng M kepentingan masyarakat dengan tidak mencederai apa yang terdapat on Halaman 2 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu dalam diri masyarakat, baik itu bersifat imateril dan materil; es R sebagai pengayom dan pelindung bagi kepentingan masyarakat, atau ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R 3. Uji materil berkaitan dengan keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan yang didasari oleh keinsafan dalam pemenuhan materil. Pemenuhan ng materil memiliki berbagai macam aspek, salah satu aspek tersebut adalah perlindungan terhadap hak atas tanah yang dimiliki melalui hubungan hukum antar orang, termasuk di dalamnya badan hukum gu sebagaimana diatur dalam Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria; adalah salah satu dasar pembangunan, oleh karena itu untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari akibat perencanaan ub lik ah A 4. Apalagi dalam perkara a quo Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) itu RTRW Pemerintah yang amburadul, baiknya Perda tersebut direview, karena dalam mekanisme penyusunannya belum memenuhi unsur am kelayakan hingga cenderung berpotensi cacat hukum. Dikarenakan “ongkos” yang akan dikeluarkan untuk menanggulangi masalah hukum ah k masyarakat banyak; ep yang terjadi menjadi lebih besar, dikarenakan menyangkut hajat hidup 5. Bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan berbagai In do ne si R sektor, antar wilayah, dan antar pelaku dalam pemanfaatan ruang di Provinsi Jawa Barat, diperlukan pengaturan penataan ruang secara A gu ng serasi, selaras, seimbang, berdaya guna, berhasil guna, berbudaya dan berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan; 6. Keberadaan ruang yang terbatas dan pemahaman masyarakat yang berkembang terhadap penyelenggaraan pentingnya penataan ruang penataan yang ruang, memerlukan transparan, efektif dan lik berkelanjutan; 7. Prinsip tata ruang harus dapat diukur, maksudnya adalah bahwa pembangunan ruang haruslah dapat meningkatkan nilai ruang, karena ub m ah partisipatif, agar terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif dan setiap orang berhak atas pertambahan nilai ruang, dikarenakan ka menyangkut peruntukan, kepastian hak dan keamanan hal tersebut juga ep berkaitan dengan Penjaminan Pemerintah pada investor; ah 8. Kepastian dalam penyediaan dalam infrastruktur, Kepastian dalam peruntukan behubungan dengan lama izin ruang, kepastian hak, ng M kepastian mengenai status tanahnya dan hak-hak apa saja yang on Halaman 3 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu melekat pada tanah tersebut, sehingga Pemerintah Daerah tidak serta- es R perizinan, Kepastian dalam pengaturan pajak dan retribusi, Kepastian ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R merta secara sepihak membuat pengaturan yang nantinya akan berdampak terhadap kepentingan masyarakat, sebagaimana dijelaskan ng di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang; 9. Hak atas tanah yang muncul dari hubungan hukum antar orang dan gu badan hukum, tidak dapat muncul tanpa dasar atau landasan yang dibenarkan, atau setidaknya diatur dalam peraturan perundang- Peraturan Daerah Kabupaten/Kota, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan ub lik ah A undangan. Peraturan perundang-undangan tersebut salah satunya Peraturan Perundang-Undangan yang menjadi legitimasi Pemerintah Daerah memiliki kewenangan dan kekuasaan untuk menyusun, am membentuk dan mengundangkan suatu Peraturan Daerah demi kepentingan masyarakat; ep 10. Kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah ah k dalam menyusun, membentuk, dan mengundangkan Peraturan Daerah didasari oleh kepentingan dan kebutuhan wilayah Pemerintahan In do ne si R Daerahnya, sebagai sebuah kesatuan dalam Sistem Hukum Nasional sebagaimana di sampaikan dalam Paragraf 2 Penjelasan Undang- A gu ng Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagai berikut “Sistem Hukum Nasional merupakan hukum yang berlaku di Indonesia dengan semua elemennya yang saling menunjang satu dengan yang lain dalam rangka mengantisipasi dan mengatasi permasalahan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang lik Indonesia Tahun 1945”; 11. Idealitas sebagaimana dinyatakan dalam Paragraf 2 Penjelasan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan ub m ah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Peraturan Perundang-undangan, menunjukkan pentingnya hubungan ka yang terbangun dengan baik antara kepentingan dan kebutuhan ep masyarakat dengan kepentingan dan kebutuhan Pemerintah Daerah ah dalam melahirkan Peraturan Daerah; melansir adanya temuan Peraturan Daerah (Perda) yang bermasalah ng M berjumlah mencapai ratusan bahkan ribuan. Kementerian Keuangan on Halaman 4 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu mencatat dari 14 ribu Perda yang dikeluarkan oleh sejumlah Pemerintah es R 12. Dalam dua tahun terakhir, sejumlah kementerian dan lembaga negara ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia R Daerah, sebanyak 4 ribu perda dinilai bermasalah; Kementerian PPN/Bappenas pada tahun In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id 2010 lalu bahkan ng mengidentifikasikan sebanyak 3.091 Peraturan Daerah (Perda) yang dihasilkan sepanjang periode 2001‐2009 ditemukan bermasalah dan dinilai menghambat ekonomi daerah. Kementerian Dalam Negeri gu menyebutkan dari 2.285 Perda sebanyak 407 perda se‐Indonesia dinilai bermasalah. Terakhir, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas Asasi Manusia; 13. Bentuk‐bentuk partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan ub lik ah A HAM) menyatakan 2.300 Perda dinilai bermasalah dan melanggar Hak publik dapat diwujudkan di setiap tahapan proses kebijakan. Berikut bentuk‐bentuk partisipasi masyarakat tersebut; am a. Pada tahap Pengidentifikasian dan pengagendaan masalah, Masyarakat dapat berpartisipasi dengan cara menyampaikan ep kebutuhan dan masalah‐masalah yang sedang dihadapinya kepada ah k pemerintah; b. Pada Tahap Perumusan (Formulasi) Rancangan Kebijakan rancangan kebijakan tersebut; In do ne si R Masyarakat dapat memberikan opini, masukan, atau mengkritik A gu ng c. Pada tahap pelaksanaan kebijakan Masyarakat mendukung dan melaksanakan kebijakan dengan konsekuen dan sepenuh hati; dan d. Pada tahap evaluasi Masyarakat memberikan masukan atau kritik terhadap kebijakan yang sudah dilaksanakan; 14. Munculnya berbagai permasalahan dan setidaknya ketidaktepatan dalam Pemerintah Daerah dalam menyusun, membentuk dan lik berbagai aspek. Salah satu aspek tersebut terkait dengan yang disusun secara terencana, terpadu, dan sistematis sebagai satu kesatuan dalam Program Legislasi Daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 10 ub m ah mengundangkan Peraturan Daerah, setidaknya dipengaruhi oleh sebagai berikut: “Program Legislasi Daerah yang selanjutnya disebut ka Prolegda adalah instrumen perencanaan program pembentukan ep Peraturan Daerah Provinsi atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota ah yang disusun secara terencana, terpadu, dan sistematis”; terpadu, dan sistematis adalah terdapatnya peran masyarakat sebagai ng M salah satu instrumen terselenggaranya Peraturan Daerah yang on Halaman 5 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu melaksanakan pembangunan hukum nasional yang dilakukan secara es R 15. Salah satu bagian yang terpenting dari pemaknaan secara terencana, ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R terencana, terpadu, dan berkelanjutan dalam sistem hukum nasional yang menjamin pelindungan hak dan kewajiban segenap rakyat berdasarkan Undang-Undang Dasar ng Indonesia Indonesia Tahun 1945; Negara Republik 16. Salah satu Partisipasi masyarakat pada tahap perumusan dan evaluasi gu sangat penting, Harapannya agar mempengaruhi pengambil kebijakan untuk merumuskan ketentuan sebagaimana direkomendasikan atau masyarakat di bidang regulasi adalah Hak dan diakui dalam Undang‐Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan ub lik ah A melakukan revisi terhadap peraturan yang telah disahkan. Partisipasi Peraturan Perundangan dan Permendagri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Hukum Daerah; am 17. Lebih jauh Pasal 90 Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 53 Tahun 2011 menyebutkan: ep (1) Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau ah k tertulis dalam pembentukan Perda, Perkada dan/atau PB KDH; (2) Masukan secara lisan dan/atau tertulis sebagaimana dimaksud In do ne si R pada ayat (1) dapat dilakukan melalui: a. rapat dengar pendapat umum; A gu ng b. kunjungan kerja; c. sosialisasi; dan/atau d. seminar, lokakarya, dan/atau diskusi; (3) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan orang perseorangan atau kelompok orang yang mempunyai kepentingan atas substansi Rancangan Perda, Perkada dan/atau PB KDH; (4) Untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan masukan lik setiap Rancangan Perda, Perkada dan/atau PB KDH harus dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat; ub m ah secara lisan dan/atau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), 18. Rendahnya partisipasi masyarakat menyebabkan banyak perda yang ka ditetapkan, namun membebani atau merugikan masyarakat. Idealnya, ep filter pertama untuk menyaring Perda justru berasal dari masyarakat ah selama proses penyusunan. Seharusnya, masyarakat pula yang membebani masyarakat secara berlebihan; ng M 19. Pemerintah menargetkan dapat menyelesaikan perda yang bermasalah on Halaman 6 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu pada pertengahan 2016. Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo es R pertama “berteriak” ketika ada sebuah Perda yang merugikan atau ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R Kumolo menyebutkan, hingga awal Mei 2016, sudah hampir 1.300-an perda bermasalah yang diselesaikan. Sementara target Pemerintah ng hingga Juni 2016 akan ada 3000-an Perda yang ditertibkan. Mendagri menambahkan, Pemerintah bukan hanya akan menyisir Perda, namun juga Peraturan Mendagri dan Peraturan Pemerintah (PP) yang gu menghambat investasi serta mempersulit perizinan di daerah. Sebelumnya, Mendagri telah meminta Para Kepala Daerah untuk A membatalkan Perda yang menghambat investasi dan perizinan, termasuk Perda yang bertentangan dengan peraturan perundang- ub lik ah undangan yang lebih tinggi. Setidaknya terdapat sekitar 3.143 perda yang dibatalkan karena dianggap bermasalah oleh Pemerintah (Pusat). Banyaknya perda yang dibatalkan menunjukkan keseriusan Pemerintah am melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap produk hukum daerah agar sejalan dengan kepentingan nasional, Namun di lain pihak, ep banyaknya perda yang bermasalah menunjukkan kurang optimalnya ah k Pemerintah dalam melaksanakan fungsi evaluasi sebelum menjadi Perda (executive preview); In do ne si Persyaratan Formil Pengajuan Permohonan Hak Uji Materiil R I. Terhadap Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan di bawah A gu ng Undang-Undang terhadap Peraturan Perundang-undangan Tingkat Lebih Tinggi; 1. Bahwa salah satu kewenangan dari Mahkamah Agung adalah melakukan Uji Materiil untuk menilai materi muatan peraturan perundang-undangan di bawah Undang-Undang terhadap peraturan perundang-undangan tingkat lebih tinggi, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (1) PERMA 1/2004, menyatakan: lik muatan peraturan perundang-undangan di bawah Undang-Undang terhadap peraturan perundang-undangan tingkat lebih tinggi"; ub m ah "Hak Uji Materiil adalah hak Mahkamah Agung untuk menilai materi 2. Bahwa kewenangan untuk melakukan Hak Uji Materiil ini juga ka dinyatakan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang ep Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang ah Kekuasaan Kehakiman, dalam Pasal 11 ayat (2.b) dan Undang- Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, dalam ng M Pasal 31 ayat (1) dan (2) Pasal 11 ayat (2.b) Undang-Undang on Halaman 7 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu Nomor 4 Tahun 2004 menyatakan: es R Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang- ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia R "Mahkamah Agung mempunyai kewenangan: In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id “Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang ng terhadap undang-undang"; Pasal 31 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 menyatakan: gu "Mahkamah Agung mempunyai wewenang menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang- "Mahkamah Agung menyatakan tidak sah peraturan perundangundangan di bawah undang-undang atas alasan bertentangan ub lik ah A undang”; dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau pembentukannya tidak memenuhi ketentuan yang berlaku"; am 3. Lebih lanjut di dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan di dalam ep Pasal 9 Ayat (2) ditegaskan bahwa: ah k “Dalam hal suatu Peraturan Perundang-undangan di bawah R pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Agung”; In do ne si Undang-Undang diduga bertentangan dengan Undang-Undang, 4. Kewenangan Mahkamah Agung berdasarkan Undang-Undang A gu ng Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor4 Tahun 2004 adalah untuk menguji isi dari setiap peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang termasuk Perda terhadap undang-undang. Jika peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang, apabila perda tersebut bertentangan dengan undang-undang atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, maka Mahkamah Agung dapat mengeluarkan Putusan Peraturan Daerah tidak sah lik instansi yang bersangkutan segera melakukan pencabutannya, sebagaimana diatur dalam Pasal 11 ayat (3) Undang-Undang Nomor 4 ub m ah dan tidak berlaku untuk umum, serta memerintahkan kepada Tahun 2004 dan Pasal 6 ayat (2) Perma Nomor 1 Tahun 2011; ka II. Kedudukan Hukum (Legal Standing) dan Kepentingan Hukum ep (Legal Interest) Pemohon; ah 1. Bahwa kedudukan Pemohon dalam permohonan a quo didasarkan Pemohon Keberatan, yang mana isinya menyatakan sebagai A Keberatan adalah kelompok masyarakat atau on gu “Pemohon Halaman 8 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d ng M berikut: es R pada Pasal 1 butir (4) Perma 01/2011 mengatur definisi dari ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R perorangan yang mengajukan permohonan keberatan kepada Mahkamah Agung atas berlakunya suatu peraturan perundang- ng undangan tingkat lebih rendah dari undang-undang”; 2. Bahwa ketentuan Pasal 31 A ayat (1) dan ayat (2) yang terdapat dalam Undang-Undang Mahkamah Agung mengatur subjek hukum gu yang dapat menjadi Pemohon dalam permohonan pengujian peraturan perundang-undangan di Mahkamah Agung, yakni sebagai A berikut: 1) Pihak yang menganggap haknya dirugikan oleh berlakunya ub lik ah peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang; 2) Pihak tersebut merupakan: (1) Perseorangan Warga Negara Indonesia; am (2) Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip ep NKRI yang diatur dalam undang-undang; atau ah k (3) Badan hukum publik atau badan hukum privat; 3. Bahwa berdasarkan dua dasar hukum di atas maka yang dapat In do ne si R menjadi Pemohon dalam permohonan uji materiil dan uji formil di Mahkamah Agung adalah perseorangan Warga Negara Indonesia A gu ng (WNI) dan/atau kelompok masyarakat (adat atau non adat) dan/atau badan hukum publik atau privat yang menganggap haknya dirugikan oleh berlakunya peraturan perundang-undangan di bawah undangundang; 4. Bahwa Pemohon adalah badan hukum yang berbentuk perseroan terbatas, yaitu PT Sarana Cipta Lestari (SCL-Pemohon) yang didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas Nomor 39 lik ah tertanggal 28 Juli 2011, yang dibuat di hadapan Notaris H. Yunardi, S.H. di Jakarta Selatan (vide Bukti P-2) dengan Akta Pernyataan ub m Keputusan Di Luar Rapat Umum Pemegang Saham Nomor 12 tertanggal 7 Juni 2015, yang dibuat dihadapan Notaris H. Yunardi, ka S.H. Jakarta Selatan (vide Bukti P-3); ep 5. Bahwa Pemohon adalah pemegang hak Sertifikat Hak Guna ah Bangunan (SHGB) Nomor 4, yang diterbitkan oleh Kantor Badan 1996, terletak di Kelurahan Leuwinanggung, Kecamatan Cimanggis, ng M Kabupaten Bogor dengan luas 79.826 m2 (tujuh puluh sembilan ribu on Halaman 9 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu delapan ratus dua puluh enam meter persegi), dan diperpanjang es R Pertanahan Nasional Kabupaten Bogor tertanggal 24 Desember ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id Barat, R oleh Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa tertanggal 26 Agustus 2013 (SHGB Nomor 4 ng Leuwinanggung-Vide Bukti P-4), berdasarkan surat keputusan kepala kantor wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa Barat Nomor 237/HGB/BPN-32/2013, tertanggal 26 Agustus 2013; gu 6. Bahwa sebelumnya Pemohon telah melakukan bersurat kepada Termohon mengenai informasi tata ruang atas SHGB Nomor 4 A Leuwinanggung, kemudian pada tanggal 13 Januari 2015 Termohon telah mengirimkan Surat Nomor 650/27/Tata Ruang (vide Bukti ub lik ah P-5), sebagai balasan atas surat yang dikirimkan oleh Pemohon perihal informasi mengenai identitas lahan HGB milik Pemohon. Adapun isi surat tersebut yaitu perihal Informasi Tata Ruang, yang am pada prinsipnya Termohon menginformasikan mengenai identitas lahan HGB milik Pemohon, yaitu: : Jalan Kelurahan Leuwinanggung, ep - Lokasi ah k Kecamatan Tapos, Kota Depok; jual Nomor 2 tanggal 28 Februari 2014; : 79.826 m2; A gu ng - Kondisi eksisting : Lahan kosong; - Batas perencanaan - Utara : Jalan Leuwinanggung; - Selatan : Rencana Tol Baru; - Barat : Jalan Tol; - Timur : Tanah Mabs; - Rencana : Perumahan; : 710023:9290540; - Titik koordinat lik ah - Pemanfaatan In do ne si - Luas R - Status kepemilikan : Perjanjian pengikatan jual beli dan kuasa ub m Inti dari surat tersebut bahwasanya tanah milik Pemohon masuk dalam Ruang Terbuka Hijau sebagaimana di dalam Peraturan ka Walikota Depok Nomor 40 Tahun 2014 tentang Arahan ep Pemanfaatan Ruang, Pola Ruang, Penetapan dan Perhitungan ah Koefisien Dasar Bangunan dan Koefisien Dasar Lantai Bangunan ditetapkan menjadi ruang Terbuka tanpa melalui sosialisasi maupun ng M dilibatkan secara langsung atas lahan Pemohon, kemudian on Halaman 10 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu Termohon tidak dapat memberikan penjelasan ataupun solusi es R yang dimana Pemohon merasa kaget bahwasanya lahan Pemohon ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R penyelesaian atas permasalahan a quo dimana hak Pemohon atas SHGB Nomor 4 Leuwinanggung telah dirampas oleh arogansi ng penguasa c.q. melalui Perda Nomor 1 Tahun 2015 Kota Depok; 7. Bahwa sebelumnya ada Peraturan Walikota Depok Nomor 40 Tahun 2014 tentang Arahan Pemanfaatan Ruang, Pola Ruang, gu Penetapan dan Perhitungan Koefisien Dasar Bangunan dan Koefisien Dasar Lantai Bangunan yang tidak pernah disampaikan A dan disosialisasikan kepada yang terkena dampak langsung kemudian muncul pada tahun 2015, Pemerintah Kota Depok ub lik ah menerbitkan Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok yang disahkan pada tanggal 16 Maret 2015 (vide Bukti P-1) yang pada akhirnya am Peraturan Walikota tersebut dicabut, yang mana seluruh lahan SHGB milik Pemohon menjadi bagian dari ruang terbuka hijau ep sebagaimana ditujukkan di dalam Lampiran Perda dimaksud, yaitu ah k Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032 (Vide bukti P-6), sehingga dengan adanya surat Termohon tersebut In do ne si R mempertegas bahwa Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 Kota Depok telah merampas hak-hak Pemohon atas SHGB A gu ng Nomor 4 Leuwinanggung; 8. Bahwa pada tanggal 7 April 2017, Pemohon memohonkan perubahan atas tata ruang kepada Termohon melalui Surat Nomor 004/SCL-DIR/IV/2017, perihal Surat Permohonan Perubahan Tata Ruang/ RTRW atas Tanah yang berlokasi di Kelurahan Leuwinanggung Kecamatan Tapos - Depok (vide bukti P-7), yang pada prinsipnya Pemohon sebagai perusahaan pengembang, yang lik ah memiliki hak guna bangunan dengan SHGB Nomor 4 Kelurahan Leuwinanggung, Kecamatan Tapos - Depok meminta kepada ub m Termohon untuk mengubah tata ruang karena dirasa tidak memenuhi prinsip rasa keadilan dikarenakan seluruh lahan yang ka menjadi hak Pemohon selaku pemegang SHGB Nomor 4 ep Leuwinanggung menjadi terampas dan diabaikan begitu saja oleh ah Termohon tanpa memberikan solusi maupun jalan keluar. Hal dampak langsung atas berlakunya Peraturan Daerah Kota Depok ng M Nomor 1 Tahun 2015; on Halaman 11 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu 9. Kemudian untuk menindaklanjuti hal tersebut pada tanggal 25 April es R tersebut dikarenakan Pemohon adalah pihak yang merasakan ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R 2017 Pemohon menyurati Pemerintah Kota Depok c.q. Dinas Pekerjaan Umum dengan Surat Nomor 004/SCL-DIR/IV/2017, ng perihal surat permohonan penetapan KDB dan KLB di lokasi Lahan Kelurahan Leuwinanggung, Kecamatan Tapos – Kota Depok (vide Bukti P-8), yang pada prinsipnya bahwa Pemohon bersedia untuk gu berpartisipasi terhadap Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015, akan tetapi sebagaimana surat sebelumnya niat baik Termohon memberikan jalan keluar (solusi) atas hak Pemohon yang dirampas secara sepihak oleh Peraturan daerah Kota Depok Nomor ub lik ah A Pemohon tersebut tidak mendapat respon yang diharapkan agar 1 Tahun 2015; 10. Pemohon dengan tidak putus asa, dikarenakan hak Pemohon am sebagai pemegang hak atas SHGB Nomor 4 Leuwinanggung kembali pada tanggal 5 Juli 2017 memohonkan perubahan tata kepada Termohon melalui ep ah k ruang DIR/VII/2017, perihal Ruang/RTRW atas Surat Tanah Surat Permohonan yang Nomor 004/SCL- Perubahan berlokasi di Tata Kelurahan In do ne si R Leuwinanggung, Kecamatan Tapos – Depok (vide Bukti P-9), yang pada prinsipnya Pemohon sebagai perusahaan pengembang yang A gu ng memiliki hak guna bangunan dengan SHGB Nomor 4 Kelurahan Leuwinanggung, Kecamatan Tapos-Depok, meminta kepada Termohon untuk mengubah Rencana Tata Ruang Wilayah, serta meminta agar dilibatkan dalam penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang dimana dengan pertimbangan memenuhi asas kesetaraan dan keadilan; 11. Selanjutnya pada tanggal 7 Juli 2017, Pemohon kembali lagi lik ah mengirimkan memohonkan penetapan Koefisien Dasar Bangunan (“KDB”) dan Koefisien Lantai Bangunan (“KLB”) di lokasi HGB milik ub m Pemohon yang terletak di Kelurahan Leuwinanggung, Kecamatan Tapos – Depok perubahan tata ruang kepada Termohon melalui ka Surat Nomor 003/SCL–DIR/III/2017, atas HGB milik Pemohon di ep Kelurahan Leuwinanggung, Kecamatan Tapos-Depok, yang pada ah prinsipnya Pemohon sebagai perusahaan pengembang yang Termohon untuk menetapkan KDB dan KLB atas lahan HGB milik ng M Pemohon (vide Bukti P-10); on Halaman 12 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu 12. Pada tanggal 8 Agustus 2017 Dinas Pekerjaan Umum dan es R memiliki hak guna bangunan di lahan tersebut meminta kepada ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R Penataan Ruang Kota Depok melalui Surat Nomor 600/591-PUPR (vide Bukti P-11), yang pada prinsipnya menyatakan bahwa ng sebagian lokasi SHGB milik Pemohon berada pada peruntukan ruang terbuka hijau, Termohon menyatakan bahwa Pemohon tidak dapat membangun di atas lahan SHGB Nomor 4 Leuwinangung gu dikarenakan wilayah tersebut termasuk lahan ruang terbuka hijau dengan kata lain Pemohon tidak memberikan kesempatan bagi Peraturan daerah Kota Depok dan Termohon dengan cenderung memakai kaca mata kuda dan terkesan mengabaikan hak Pemohon ub lik ah A Pemohon untuk berpartisipasi dan mengambil peran terhadap sebagai pemegang hak atas SHGB Nomor 4 Leuwinangung yang akan disampaikan pada materi dalam Uji Materiil ini; am 13. Bahwa berdasarkan Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31 Perda Nomor 1 Tahun 2015 tanah milik Pemohon yaitu SHGB Nomor 4 ep ditetapkan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) sepadan sungai ah k yang berada di wilayah Kelurahan Leuwinanggung dengan titik In do ne si Bukti P-6); R koordinat 710023:9290540 (vide Bukti P-1 dan Peta lampiran vide 14. Bahwa dari semua surat-surat, korespondensi, komunikasi yang A gu ng dilakukan oleh Pemohon adalah bentuk dari itikad baik dari Pemohon untuk ikut serta andil dalam memberikan kontribusi dalam pengembangan Kota Depok serta keberatan Pemohon atas tidak pernah diikut sertakan dalam penetapan Ruang Terbuka Hijau di lokasi tanah Pemohon, akan tetapi sebagaimana surat-surat balasan dan tanggapan dari Pemerintah Daerah Kota Depok, sama sekali tidak memberikan penjelasan yang komprehensif kepada lik ah Pemohon, yang mana HGB yang dimiliki oleh Pemohon secara sepihak dengan arogansi kekuasaan Pemerintah yang berlindung di ub m dalam peraturan perundang-undangan, telah mengambil hak-hak Pemohon tanpa mempertimbangkan rasa keadilan dan kepastian ka hukum; ep 15. Bahwa menindaklanjuti atas informasi tidak pernah dilakukan ah komunikasi dan sosialisasi dan tidak pernah dilibatkannya, yang Pemohon mengirimkan surat bernomor 003/SP/Dir/SCL/X/2017 ng M tertanggal 5 Oktober 2017 kepada pemilik sebelumnya SHGB on Halaman 13 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu Nomor 4 yaitu PT Karabha Digdaya perihal Permohonan Surat es R terkena dampak langsung akan penetapan Ruang Terbuka Hijau, ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R Keterangan Sosialisasi Peraturan Daerah Kota Depok (Perda Nomor 01 Tahun 2015) (vide Bukti P-12); melalui surat tertanggal 10 Oktober ng 16. Bahwa 2017 Nomor 121/DIR/PTKD/X/2017, PT Karabha Digdaya menjawab surat Pemohon, yang pada inti suratnya PT Karabha Digdaya sepanjang gu yang diketahui dan di pahami tidak pernah menerima secara langsung dari Pemerintah Walikota Depok terkait rencana A sosialisasi penetapan kebijakan mengenai ruang terbuka hijau (RTH) sebagaimana tertuang di dalam Peraturan Daerah Kota ah Depok Nomor 01 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang ub lik Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032, artinya disini pemilik langsung sebelumnya pun tidak pernah diberikan sosialisasi, am dikomunikasikan dan tidak dilibatkannya yang terkena dampak langsung akan Penetapan Ruang Terbuka Hijau (vide Bukti P-17); ep 17. Bahwa Aparatur Desa Perwakilan Daerah Pemerintah Kota Depok ah k yaitu Ketua RT berdasarkan surat keteranganya tertanggal 5 Oktober 2017 (Vide bukti P-13) dan Ketua RW berdasarkan surat Leuwinanggung memang A gu ng keterangannya pun tidak In do ne si Kelurahan R keterangannya tertanggal 5 Oktober 2017 (Vide bukti P-15) dari menyampaikan pernah di diberitahukan dalam dan disosialisasikan oleh Pemerintah Daerah Kota Depok tentang penetapan wilayah kami dan lokasi tanah Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 4 milik PT Sarana Cipta Lestari berlokasi di wilayah Desa Leuwinanggung, RT.02, RW.01, Kecamatan Tapos, Kota Depok – Jawa Barat ditetapkan sebagai wilayah Ruang lik Depok Nomor 01 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032 (vide Bukti P-1); ub 18. Bahwa terdapat kejanggalan pada Pasal 28 ayat (11) Peraturan m ah Terbuka Hijau (RTH) sebagaimana di dalam Peraturan Daerah Kota Daerah Kota Depok Nomor 01 Tahun 2015 tentang Rencana Tata ka Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032 yang berbunyi ep yaitu: ah “Secara khusus, Peraturan Daerah tentang RT/RW Kota Depok ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian ng M pemanfaatan ruang pada 5 (lima) Situ, yaitu Situ Ciming, Situ on Halaman 14 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu Bunder, Situ Telaga Subur, Situ Lembah Gurame dan Situ Cinere”; es perencanaan R 2012- 2032, tidak mengatur penataan ruang yang meliputi ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia ditemukan pada pemberitaan pada R Bahwa In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id media Majalah KONSTAN edisi 190 Oktober 2017 tentang adanya beralih Fungsi ng situ tersebut yaitu sebagai berikut (vide Bukti P-46): a. Situ Cinere mengalami penyusutan dan diperoleh info sebagian lahan beralih kepemilikan; A gu b. Situ Bunder sudah menjadi Hamparan tanah kering, area terbagi menjadi 3 lokal pagar serta 3 pemilik. Lahan menjadi perumahan duta cimanggis, sebagian telah dibangun rumahrumah yang diperjual belikan atas lahan situ tersebut; ub lik ah c. Situ Ciming hanya tersisa sungai dangkal 3 sampai dengan 5 meter dan ada pertamanan besar milik perseorangan, terdapat adanya rumah-rumah yang dibangun oleh pengembang am perumahan mekar perdana serta diduga menjadi sengketa dengan Pemerintah Kota Depok; ep d. Situ Lembah Gurame berfungsi hanya sebagai tampungan ah k pembuangan air warga perumnas, dijadikan empang-empang pemancingan yang diklaim sepihak oleh warga serta dibuat In do ne si R bedeng- bedeng semi permanen akan tetapi saat ini di fungsikan menjadi fasilitas umum; A gu ng e. Situ Telaga Subur situ ini beralih menjadi Rumah Makan Saung Telaga yang menjadi areal komersil pribadi dan masih terdapat pula situnya akan dari luas situ sebenarnya tersebut telah di buat kavling-kavling yang telah diperjualbelikan dan dibangun; Bahwa berdasarkan uraian di atas seharusnya Ruang Terbuka Hijau di situ-situ tersebut sebetulnya sudah seharusnya menjadi Ruang Terbuka hijau akan tetapi ternyata secara fakta sudah fungsi yang diduga adanya oknum-oknum lik ah beralih pejabat Pemerintah Kota Depok yang menjual dan menguasasi lahan-lahan ub m situ tersebut untuk kepentingan pribadi; Bahwa relevansi dengan uji materil Pemohon atas 5 situ yang ka bermasalah tersebut, Pemerintah Kota Depok diminta oleh ep Pemerintah Pusat untuk menyediakan lahan Terbuka Hijau sebesar ah ± 20% dari total Wilayah Kota Depok, yang dimana seharusnya lima tidak mengatur penataan ruang pada lima situ dalam Peraturan ng M Daerah Kota Depok Nomor 01 Tahun 2015 tentang Rencana Tata on Halaman 15 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032. Hal ini jelas es R situ tersebut masuk wilayah ruang terbuka hijau ini sengaja dibuat ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R Pemerintah Kota Depok mencari lahan lain untuk menjadikan lahan Ruang Terbuka Hijau yang pada akhirnya mencari lahan-lahan milik ng warga yang belum dibangun, hal ini adalah sebuah cara-cara yang tidak dibenarkan mencaplok atau mengambil lahan masyarakat yang dimana wilayah tersebut langsung ditetapkan menjadi Ruang gu Terbuka hijau oleh Termohon tanpa dikomunikasikan maupun disosialisasikan penetapan Ruang Terbuka Hijau tersebut; A 19. Bahwa Pemohon melalui permohonan a quo, secara conditio sine quad non, mencari perlindungan hukum dan kepastian hukum atas Pemohon sebagai Bangunan (SHGB); pemegang Sertifikat Hak Guna ub lik ah hak-hak berdasarkan Pasal 28 D ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, yang am meyatakan dengan tegas: “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan ep kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan ah k hukum”; Sebagai negara hukum yang hakikatnya mengandung asas In do ne si R legalitas, asas pemisahan kekuasaan, dan asas kekuasaan kehakiman yang merdeka, yang semuanya itu ditujukan untuk A gu ng mengendalikan negara atau Pemerintah dari kemungkinan bertindak sewenang-wenang atau penyalahgunaan kekuasaan, sehingga perlindungan dalam perkara a quo diartikan sebagai tempat berlindung bagi Pemohon, yang berarti mewajibkan Pemerintah mencegah dan menindak pelanggaran-pelanggaran terhadap hak penguasaan atas tanah; 20. Terkait dengan permohonan a quo dapat disampaikan bahwa dalam diatur kesamaan minimum bagi segenap lik ah konstitusi warga masyarakat. Lebih jauh eksistensi suatu masyarakat tergantung ub m pada pengaturan formal melalui hukum serta lembaga-lembaga pendukungnyadi dalam kehidupan bermasyarakat. Masalahnya, sepenuhnya mendukung dan ep ka keadilan formal seperti tersebut tidaklah cukup karena tidak dapat mendorong terciptanya suatu ah masyarakat, yang diistilahkan dengan well ordered society. Hal ini mengatur masyarakat apabila dapat diterima secara umum. Selain ng M itu keadilan formal itu cenderung dipaksakan secara sepihak on Halaman 16 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu khususnya oleh pihak penguasa. Atas dasar itu John Rawls es R mengingat karena konsep keadilan itu hanya dapat secara efektif ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R berkeyakinan bahwa keadilan yang menjamin kepentingan semua pihak secara fair adalah keadilan yang brsifat kontraktual; I. ng B. Dalam Pokok Perkara; Alasan-Alasan Pengajuan Keberatan atas Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah gu Kota Depok; 1. Bahwa Pemohon adalah pemegang Hak Guna Bangunan yang Leuwinanggung dengan proses peralihan berdasarkan Akta Jua Beli Nomor 147/2016 tertanggal 1 Agustus 2016 yang dibuat oleh PPAT ub lik ah A tertuang di dalam Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) Nomor 4 Nuke Nurul Soraya antara Pemohon selaku Pembeli dengan PT Karabha Digdaya selaku Penjual; am 2. Sehingga apabila merujuk kepada Pasal 24, Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 (vide Bukti P-18) terutama pada Ayat (3), ep maka jelas dan terang bahwa Pemerintah Kota Depok merupakan ah k pihak ketiga yang Terikat atas perjanjian jual beli antara PT Karabha R kutipan pasal tersebut adalah sebagai berikut: In do ne si Digdaya selaku Penjual dengan Pemohon selaku Pembeli. Adapun (1) Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik terjadi dengan A gu ng pemberian oleh pemegang Hak Milik dengan akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah; (2) Pemberian Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan; (3) Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik mengikat pihak ketiga sejak didaftarkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2); lik Guna Bangunan atas tanah Hak Milik diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden; ub m ah (4) Ketentuan mengenai tata cara pemberian dan pendaftaran Hak 3. Pemohon selaku pemegang SHGB yang terletak di Kelurahan ka Leuwinanggung, Kecamatan Tapos – Kabupaten Depok, Provinsi ep Banten. Sebelumnya Pemohon, Pemilik yang lama PT Karabha ah Didgdaya, Ketua Rukun Tetangga (RT) dan Ketua Rukun Warga Tapos - Depok tidak pernah diberikan informasi, sosialisasi dan ng M komunikasi, baik lisan maupun tertulis mengenai rencana ruang on Halaman 17 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu terbuka hijau sebagaimana pada Peraturan Daerah Kota Depok es R (RW) pada RT.02, RW.01, Kelurahan Leuwinanggung, Kecamatan ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012 -2032; ng 4. Dasar Pemohon sebagai pemegang hak atas SHGB Nomor 4 telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria; A gu A. Bahwa Penetapan Ruang Terbuka Hijau pada Pasal 41 Ayat (2) Huruf G Angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032 Bertentangan Sila Kelima ub lik ah Pancasila Keadilan Sosial; 1. Konsepsi Keadilan Sosial dalam Sila Kelima Pancasila perlu dimaknai sebagai satu kesatuan makna, yang di dalamnya am terdiri dari keadilan sosial dalam ekonomi, politik, budaya, berkeagamaan dan kepercayaan serta segala hal-hal yang ah k ep berkaitan dengan kepentingan masyarakat yang dilandasi keinsyafan terhadap pembagian Pemerintah dan Pemerintah hak dan kewajiban Daerah sebagai In do ne si R penyelenggaran demi tercapainya Keadilan Sosial; 2. Keadilan sosial menjadi bagian yang tidak terpisahkan A gu ng dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara masyarakat Indonesia, terlepas dari kepentingan- kepentingan pribadi yang terdapat dalam diri manusia Indonesia. Pelepasan dimaknai bukan kepentingan-kepentingan sebagai kepentingan pribadi pribadi yang sepenuhnya tidak diikuti dengan pemenuhan sifat keadilan ah bagian dari adil dan keadilan; lik sosial yang menekanan pentingnya masyarakat menjadi 3. Keadilan sosial menunjukkan keadilan selalu berkaitan ub m dengan pentingnya penghargaan terhadap masyarakat sebagai satu kesatuan individu-individu yang bergabung dan ka membentuk komunitas yang memiliki kebutuhan, ep kepentingan dan tujuan yang hendak dicapai secara sosial tidak berdiri sendiri, atau diartikan R 4. Keadilan masyarakat tanpa peran-peran individu yang terdapat ng M dalamnya tidak dapat menjalankan fungsi kemasyarakatan on Halaman 18 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu dalam ketercapaian setiap kebutuhan dan kepentingan serta es ah bersama-sama; ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia yang menjadi R tujuan pembentukan pokok komunitas In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id dalam yang membentuk dinamakan ng masyarakat; atau dengan 5. Keadilan sosial menunjukkan setiap kegiatan yang dilakukan A gu oleh masyarakat dalam ketercapaian keinginan masyarakat, perlu difasilitasi oleh perangkat-perangkat atau alat-alat negara yang memiliki kewenangan dalam setiap ruang lingkup kehidupan masyarakat sebagai kepanjangtanganan dari makna Negara; ub lik ah 6. Salah satu pengaturan yang diarahkan atau diacukan kepada pemahaman Keadilan Sosial adalah keterkaitan dengan proses pembentukan dan penyusunan Peraturan am Daerah Kabupaten/Kota, terutama berkaitan dengan pemenuhan atau penentukan Hak atas Tanah demi ep kepentingan umum; ah k 7. Keadilan sosial dan kepentingan umum dalam ruang lingkup Hak atas Tanah, dapat dijabarkan dalam bentuk Ruang sosial tanah yang memiliki In do ne si R Terbuka Hijau (RTH) sebagai bagian dari pemenuhan fungsi keterkaitan kepentingan A gu ng masyarakat lebih besar dari kepentingan pribadi; 8. Penyampaian pentingnya Ruang Terbuka Hijau tidak dapat dilakukan tanpa landasan hukum yang memperbolehkan hak tersebut dilakukan, hal ini merupakan konsekuensi logis dalam melindungi kepentingan umum, akan tetapi landasan hukum dari Ruang Terbuka Hijau tidak disandarkan disusun, dibentuk dan diundangkan dengan mencederai kepentingan lik ah pribadi yang secara nyata telah menguasai/memiliki Hak atas Tanah yang berada di wilayah Ruang Terbuka Hijau; ub m 9. Pencederaan terhadap perlindungan kepentingan pribadi dengan berlandaskan kepentingan umum dalam penetapan ka Ruang Terbuka Hijau, merupakan bagian dari pencederaan ah dalamnya; ep terhadap Keadilan Sosial dan makna yang terkandung di penetapan Ruang Terbuka Hijau Publik dapat ng M ditemukan dalam Pasal 41 ayat 2 huruf g angka 31 on Halaman 19 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2015 (vide Bukti P-1) es dan R 10. Pencederaan terhadap Keadilan Sosial dalam penentuan ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R tentang Rencana Wilayah Kota Depok, yang menetapkan tanah seluas ng Leuwinanggung, 79.8652 m2 Kecamatan di wilayah Cimanggis Kelurahan yang ketika diundangkan perda tersebut bernama Kecamatan Tapos A gu tanpa dipenuhinya tata cara yang dapat dibenarkan oleh aturan hukum yang mengatur mengenai ketentuan- ketentuan mengenai pembentukan peraturan perundangundangan dalam hal ini Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- ub lik ah Undangan, terutama dengan Pasal 96 (vide Bukti P-19) berkaitan dalam hal partisipasi masyarakat; 11. Partisipasi masyarakat berkaitan langsung dengan Keadilan am Sosial Sila Kelima Pancasila, yang menunjukkan masyarakat menjadi tujuan akhir dalam upaya penyelenggaraan dan ah k dengan ep pelaksanaan ketercapaian Keadilan Sosial yang bersinergi Kemakmuran, Kesejahteraan, berkesinambung, berkelanjutan dan adanya kepastian hukum; In do ne si R 12. Bahwa Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun A gu ng 2012 - 2032 tidak mencerminkan peranan dan partisipasi masyarakat yang terkena dampak langsung tidak pernah dilibatkan dalam penyusunan perencanaan tata ruang kota depok khususnya wilayah tanah milik Pemohon artinya tidaklah benar Termohon melibatkan peran dan masyarakat dalam membuat dan menyusun rencana tata ruang tahun 2012 – 2032 sebagaimana pada Peraturan Daerah Kota lik ah Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tatar Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012 - 2032 pada Pasal 130 ub m huruf a juncto Pasal 131 (vide Bukti P-1); B. Bahwa Penetapan Ruang Terbuka Hijau Pada Pasal 41 Ayat ka (2) Huruf G Angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor ep 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota ah Depok Tahun 2012-2032 Bertentangan dengan Pasal 28d 1. Undang-Undang Dasar 1945 merupakan landasan ng M konstitusi yang menjadi bagian tidak terpisahkan dengan on Halaman 20 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu kehidupan berbangsa dan bernegara Bangsa Indonesia. es R Undang-Undang Dasar 1945; ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia R Undang-Undang ditempatkan Dasar sebagai In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id 1945 satu menempatkan landasan dan hukum dalam ng menentukan perilaku dan tindakan hukum, baik itu dalam bentuk aturan hukum yang diatur secara khusus sebagai A gu peraturan perundang-undangan, layaknya dalam UndangUndang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan atau pun hukum yang diakui keberadaannya oleh Bangsa Indonesia seperti hukum Adat sebagaimana diatur dalam Pasal 18B; ub lik ah 2. Undang-Undang Dasar 1945 memiliki pengaruh yang besar terhadap keberadaan sistem hukum nasional yang sitematis, teratur dan bersinergi sesuai dengan hirearki am Peraturan Perundang-Undangan. Pengaruh yang besar ditampakkan dalam Pasal 27 ayat (1) yang memberikan ep kedudukan yang setara antara warga masyarakat dan ah k pemerintah. Pasal ini menunjukkan hukum berada pada tingkatan teratas dalam menentukkan tanggungjawab In do ne si R berasal dari hak dan kewajiban yang menjadi beban dan dibebankan, baik bagi masyarakat sebagai sasaran aturan A gu ng hukum maupun Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagai penyelenggara negara. Adapun bunyi Pasal 27 ayat (1) sebagai berikut: “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib”; 3. Peran masyarakat dan Pemerintah saling memiliki keterkaitan atau setidaknya saling melengkapi hak dan lik ah kewajiban yang terdapat pada dua entitas yang mandiri dan berbeda ini. Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak akan melaksanakan atau melakukan kegiatan ub m dapat penyelenggaraan negara tanpa didukung oleh masyarakat, ka yang secara sadar dan paham perlunya aturan hukum ep sebagai upaya yang menunjukkan bahwa segala warga ah negara memiliki kedudukan hukum yang sama; hubungan timbal balik saling membutuhkan, atau A utama dalam bernegara dan berbangsa. on gu peringkat Halaman 21 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d ng M setidaknya saling menempatkan kepentingan hukum dalam es R 4. Keinsafan akan kedudukan hukum yang sama menunjukkan ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R Keinsafan ini ditunjukkan sebagai manifestasi penjabatan Pasal 28D ayat (1) “Setiap orang berhak atas pengakuan, ng jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum; A gu 5. Pasal 28D memberikan sebuah arahan penyelenggara negara, baik Pemerintah maupun Pemerintah Daerah mempunyai peran yang besar dalam melaksanakan pasal ini. Pasal 28D membawa pemenuhan akan konsekuensi logis bahwa pengakuan ditunjang oleh adanya ub lik ah jaminan yang bersinergi dan selaras dengan perlindungan yang muncul dan dimunculkan dari terdapatnya kepastian hukum sebagai manifestasi asas legalitas yang menjadi am patokan dalam setiap tindakan penyelenggaran Negara; 6. Penguatan terhadap Pasal 28D dapat menunjukkan arah ep yang tepat terhadap tujuan dari pengakuan, jaminan, ah k perlindungan, dan kepastian hukum sebagai sebuah instrumen (alat) dalam mencapai tujuan Keadilan Sosial In do ne si R dalam Sila Kelima Pancasila yang ditujukan tidak hanya keadilan sosial sebagai pencapaian akhir, melainkan A gu ng terpenuhi pula kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat; 7. Pemenuhan kepastian hukum dapat pula dilakukan melalui instrumen lain yang mendukung terlaksananya keadaan tersebut. Pasal berkomunikasi 28F dan “Setiap orang memperoleh berhak untuk informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, dan menyampaikan informasi lik ah mengolah, dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”; komunikasi ub m 8. Pasal 28F menunjukkan penyampaian informasi melalui merupakan sebuah keniscayaan dalam ka menentukan bagaimana sebuah kepastian hukum dapat ah Patut ep berada pada kedudukan sebagai bagian dari Pasal 28D. dipahami tanpa informasi yang berasal dari kepentingan masyarakat dengan tetap mengedepankan ng M keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan on Halaman 22 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu masyarakat, menunjukkan penyelenggara negara dalam hal es R komunikasi yang baik dan terarah dengan mengedepankan ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R ini Pemerintah dan Pemerintah Daerah dengan sungguhsungguh berupaya keadilan sosial tindakan yang ng tercapainya melaksanakan demi sejahtera dan mendatangkan kemakmuran bagi Masyarakat Indonesia; A gu 9. Pasal 28F mengantarkan pula pentingnya setiap upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintahan Daerah dilandasi oleh penyampaian informasi yang komunikatif, atau disampaikan secara layak kepada masyarakat. Penyampaian informasi yang layak ini terutama bila terkait sosialisasi Peraturan Daerah yang akan ub lik ah dengan berpengaruh terhadap lingkungan sosial dan berpotensi menghambat keberkembangan pribadi subjek hukum, baik am itu subjek hukum pribadi maupun badan hukum; 10. Pencederaan terhadap Pasal 28F dapat dilihat pada Pasal ep 41 ayat (2) huruf g angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok ah k Nomor 1 Tahun tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032 terkait munculnya Peraturan In do ne si R Daerah ini, terutama berkaitan dengan penentuan dan penetapan Ruang Terbuka Hijau bagi wilayah Kelurahan A gu ng Leuwinanggung, Kecamatan Tapos yang disampaikan tidak melalui komunikasi informasi yang terbuka dan dibuka sebagai upaya dalam mencapai mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya dan sebagai pemenuhan hak untuk mencari, mengolah, dan memperoleh, memiliki, menyampaikan menyimpan, informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia hal ini lik ah dapat dibukti pada kedudukan hal ini dibuktikan pada Sebelumnya dan sesudah penetapan Perda, Pemohon ub m Pemilik yang lama PT Karabha Didgdaya, Ketua Rukun Tetangga (RT) dan Ketua Rukun Warga (RW) pada RT.02, ka RW.01, Kelurahan Leuwinanggung, Kecamatan Tapos, ep Depok tidak pernah diberikan informasi, sosialisasi dan ah komunikasi, baik lisan maupun tertulis mengenai rencana Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 ng M tentang Rencana Tatar Ruang Wilayah Kota Depok Tahun on Halaman 23 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu 2012 – 2032; es R dan penetapan ruang terbuka hijau sebagaimana pada ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia ini pula menunjukkan R 11. Pencederaan In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id ketidakseriusan Pemerintah Kota Depok untuk mengedepankan pencapaian ng kepastian hukum dalam menentukan langkah yang akan dilakukan oleh penyelenggaraan negara, sebagai sebuah A gu instrumen negara yang menjunjung tinggi pandangan Indonesia sebagai Negara Hukum yang menempatkan negara dalam hal ini sebagai penyelenggara negara memiliki kedududukan dan perlakuan yang samadi depan hukum sebagai mana diatur dalam Pasal 28D ayat (1); ub lik ah C. Bahwa Penetapan Ruang Terbuka Hijau pada Pasal 41 Ayat (2) Huruf G Angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota am Depok Bertentangan dengan Pasal 96 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan ep Perundang-undangan; ah k 1. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan bagian yang saling melengkapi sebagai landasan atau dasar peraturan perundang-undangan, tanpa In do ne si suatu R berpijak keduanya peraturan perundang-undangan menghilangkan A gu ng dari makna Sistem Hukum Nasional. Sistem Hukum Nasional merupakan hukum yang berlaku di Indonesia dengan semua elemennya yang saling menunjang satu dengan yang lain dalam rangka mengantisipasi dan mengatasi permasalahan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; 2. Peraturan perundang-undangan sebagai penunjang lik ah terbentuknya Sistem Hukum Nasional, memerlukan berbagai daya dukung yang baik, sistematis, teratur dengan berbagai dampak atas munculnya suatu peraturan ub m macam perundang-undangan tersebut. Undang-Undang Nomor 12 ka Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- ah kerancuan-kerancuan kepentingan ditimbulkan dalam dari suatu tidak peraturan R sampaikannya yang perundang-undangan yang muncul melalui mekanisme ng M pembentukan. Pandangan ini dapat dilihat dari Paragraf 3 on Halaman 24 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu Penjelasan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang es ep Undangan dibentuk untuk menghilangkan berbagai macam ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan: Undang-Undang ini merupakan penyempurnaan terhadap ng kelemahan-kelemahan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004, yaitu antara lain: A gu a. materi dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 banyak yang menimbulkan kerancuan atau multitafsir sehingga tidak memberikan suatu kepastian hukum; b. teknik penulisan rumusan banyak yang tidak konsisten; c. terdapat materi baru yang perlu diatur sesuai dengan atau kebutuhan hukum ub lik ah perkembangan dalam pembentukan peraturan perundang-undangan; dan d. penguraian materi sesuai dengan yang diatur dalam tiap am bab sesuai dengan sistematika; 3. Pembentukan peraturan perundang-undangan memiliki ep berbagai macam aspek yang selayaknya dan sepatutnya ah k dipenuhi, sebagai sebuah rangkaian pembentukan peraturan perundang-undangan yang tidak akan memunculkan In do ne si R kembali berbagai macam penafsiran-penafsiran sehingga menyebabkan hilangnya maksud, dan tujuan yang hendak A gu ng dicapai oleh suatu peraturan perundang-undangan. Salah satu aspek atau komponen yang tidak dapat dilepaskan dari proses, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan PerundangUndangan adalah Partisipasi Masyarakat. Yang diatur secara khusus dalam Bab XI Pasal 96 yang berbunyi (vide Bukti P-19): dan/atau tertulis dalam Pembentukan Peraturan ub m Perundang-undangan; lik ah (1) Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan (2) Masukan secara lisan dan/atau tertulis sebagaimana ka dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui: ep a. rapat dengar pendapat umum; ah b. kunjungan kerja; d. seminar, lokakarya, dan/atau diskusi; A perseorangan atau kelompok orang yang on gu orang Halaman 25 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d ng M (3) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah es R c. sosialisasi; dan/atau ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R mempunyai kepentingan atas substansi Rancangan Peraturan Perundang-undangan; ng (4) Untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis sebagaimana A gu dimaksud pada ayat (1), setiap Rancangan Peraturan Perundang-undangan harus dapat mudah oleh masyarakat; 4. Untuk memudahkan masukan secara masyarakat lisan dan/atau diakses dengan dalam memberikan tertulis sebagaimana ub lik ah dimaksud pada ayat (1), setiap Rancangan Peraturan Perundang-undangan harus dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat; am 5. Pasal 96 ditujukan untuk memberikan ruang yang cukup bagi masyarakat ikut serta secara aktif dalam membantu ep pembentukan peraturan perundang-undangan yang memiliki ah k jenis hierarki, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Pasal 7 Ayat (1) “Jenis dan hierarki A gu ng a. Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945; In do ne si 20): R Peraturan Perundang-undangan terdiri atas (vide Bukti P - Republik Indonesia b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Undang-Undang; d. Peraturan Pemerintah; e. Peraturan Presiden; Pengganti lik ah f. Peraturan Daerah Provinsi; dan g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota; ub m 6. Pasal 96 menunjukkan pula partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai cara dalam memenuhi keaktifan ka masyarakat menjadi bagian dari pemangku kepentingan ep dalam pembentukan perundang-undangan. Secara terperinci ah dapat disebutkan sebagai berikut: dan/atau tertulis dalam Pembentukan Peraturan ng M Perundang-undangan; on Halaman 26 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu (2) Masukan secara lisan dan/atau tertulis sebagaimana es R (1) Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui: a. rapat dengar pendapat umum; ng b. kunjungan kerja; c. sosialisasi; dan/atau A gu d. seminar, lokakarya, dan/atau diskusi; (3) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang perseorangan atau kelompok orang yang mempunyai kepentingan atas substansi Rancangan Peraturan Perundang-undangan; ub lik ah (4) Untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap Rancangan Peraturan am Perundang-undangan harus dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat; ah k dalam ep 7. Pasal 96 merupakan salah satu acuan yang harus dirujuk membentuk terutama peraturan berkaitan perundang-undangan, dengan Peraturan Daerah In do ne si R Kabupaten/Kota yang memiliki ruang ringkup kecil, atau terbatas pada wilayah yang dikenakan perda tersebut. A gu ng Pembentukan Peraturan Daerah yang tidak memperhatikan partisipasi masyarakat sebagaimana diatur oleh Pasal 96 Undang-Undang Nomor Pembentukan 12 Tahun Peraturan 2011 tentang Perundang-undangan menyebabkan maksud dari adanya Sistem Hukum Nasional sebagai puncak dari keterkaitannya kepentingan- kepentingan masyarakat melalui peran pemerintah, terutama lik ah Pemerintah Daerah dalam mewujudkan hukum yang berlaku di Indonesia sebagai upaya mengantisipasi dan mengatasi ub m permasalahan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan ka Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun ep 1945; ah 8. Keadaan yang seharusnya dihindarkan dengan dalam dilibatkannya masyarakat, sebagaimana diatur dalam Pasal Undang-Undang ng M 96 Nomor 12 Tahun 2011 tentang on Halaman 27 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, terjadi pada es R rangka pembentukan Peraturan Daerah, berupa tidak ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R pelanggaran Hak Pemohon yaitu pada dalam penentuan dan penetapan Ruang Terbuka Hijau Publik dapat ditemukan ng dalam Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31 Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah A gu Kota Depok 2012-2032. Peraturan ini lahir tanpa dilatarbelakangi atau tidak dilengkapi dengan perangkat pemberian informasi yang selayaknya dilakukan oleh Pemerintah Daerah, sebagaiamana diatur oleh Pasal 96, baik itu melalui tata cara rapat dengar pendapat umum, ub lik ah kunjungan kerja, sosialisasi, seminar, lokakarya maupun diskusi; 9. Informasi yang tidak disampaikan Pemerintah Daerah am mengenai Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok ep 2012-2032 menimbulkan berbagai permasalahan, salah satu ah k dari permasalahan tersebut adalah terambilnya hak dari terletak di Kelurahan Leuwinanggung, Kecamatan In do ne si R Cimanggis, Kabupaten Bogor dengan luas 79.826 m2 (tujuh puluh sembilan ribu delapan ratus dua puluh enam meter A gu ng persegi) terletak di Kelurahan Leuwinanggung, Kecamatan Cimanggis, Kabupaten Bogor dengan luas 79.826 m2 (tujuh puluh Sembilan ribu delapan ratus dua puluh enam meter persegi) sebagaimana dalam penentuan dan penetapan Ruang Terbuka Hijau Publik dapat ditemukan dalam Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31 Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2015 dengan lampiran petanya (vide P-1 dan peta lik ah vide bukti P-6); 10. Bahwa di dalam proses penerbitan dan Penetapan Ruang ub m Terbuka Hijau Publik dapat ditemukan dalam Pasal 41 ayat 2 huruf g angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 ka Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota ep Depok 2012-2032, Peraturan Daerah (Perda) tersebut ah sampai dengan saat ini Pemohon, Pemilik yang lama PT Rukun Warga (RW) pada RT.02, RW.01, Kelurahan ng M Leuwinanggung, Kecamatan Tapos, Depok tidak on Halaman 28 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu mendapatkan informasi maupun sosialiasi atas terbitnya es R Karabha Didgdaya, Ketua Rukun Tetangga (RT) dan Ketua ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R Peraturan Daerah (Perda) dimaksud, hal tersebut jelas bertentangan dengan Pasal 96 Undang-Undang Nomor 12 ng Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan PerundangUndangan, yang menyertakan peran serta masyarakat A gu dengan tegas menyatakan: 11. Bahwa jelas dan terang di dalam Pasal 96 Ayat (3), Pemohon memiliki kepentingan langsung atas terbitnya perda tersebut, mengajukan sehingga keberatan atas sangat perda beralasan dimaksud untuk melalui Indonesia (MARI); ub lik ah permohonan a quo kepada Mahkamah Agung Republik D. Bahwa Penetapan Ruang Terbuka Hijau pada Pasal 41 Ayat am (2) Huruf G Angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota ep Depok Tahun 2012 – 2032 Bertentangan Pasal 65 Dengan ah k Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; In do ne si R 1. Penataan ruang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam memberikan nilai tambah terdapat kawasan-kawasan A gu ng yang belum atau tidak dimanfaakan secara baik dan benar. Penataan ruang secara baik berkaitan dengan penggunaan ruang sesuai dengan fungsinya, sedangkan penataan ruang yang benar berkaitan dengan penggunaan ruang tidak hanya berkaitan dengan keseuaian ruang dengan fungsinya, melainkan dalam menentukan fungsi ruang dilakukan sesuai dan berdasarkan aturan hukum yang benar dan dapat lik ah dibenarkan. Agumentasi ini dapat dilihat dari Penjelasan Umum Angka 5 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 ub m tentang Penataan Ruang yang menuntun dan menuntut bahwa pengendalian pemanfaatan ruang merupakan satu ka kesatuan yang tidak terpisahkan antara yang satu dan yang ep lain dan harus dilakukan sesuai dengan kaidah penataan ah ruang sehingga diharapkan: guna dan berdaya guna serta mampu mendukung ng M pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan; on Halaman 29 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu b. tidak terjadi pemborosan pemanfaatan ruang; dan; es R a. dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R c. tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruang; 2. Penjelasan Umum Angka 6 Penjelasan Umum dan Angka 5 ng Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (vide Bukti P-21) bahwa “Perencanaan tata ruang A gu dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang disusun berdasarkan pendekatan wilayah administratif dengan muatan substansi mencakup rencana struktur ruang dan rencana pola ruang. Rencana rinci tata ruang disusun ub lik ah berdasarkan pendekatan nilai strategis kawasan dan/atau kegiatan kawasan dengan muatan substansi yang dapat mencakup hingga penetapan blok dan sub-blok peruntukan. am Penyusunan rencana rinci tersebut dimaksudkan sebagai operasionalisasi rencana umum tata ruang dan sebagai ep dasar penetapan peraturan zonasi”; ah k 3. Penyusunan yang baik dalam menentukan penataan ruang merupakan satu aspek lain yang dapat mendukung suatu In do ne si R ruang dapat dimanfaatkan atau digunakan sesuai dengan perutukannya. Kegiatan penyusunan merupakan permulaan A gu ng munculnya pembentukan penentuan dan pada akhirnya menjadi penetapan mengenai suatu ruang atau yang dikenal dengan peraturan zonasi, sebagaimana dinyatakan Penjelasan Umum Angka 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Ruang“Peraturan 26 Tahun zonasi 2007 merupakan tentang Penataan ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan pengendaliannya dan disusun lik ah ketentuan untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam ub m rencana rinci tata ruang. Rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten/kota dan peraturan zonasi yang melengkapi ka rencana rinci tersebut menjadi salah satu dasar dalam ep pengendalian pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ah ruang dapat dilakukan sesuai dengan rencana umum tata 4. Peraturan zonasi merupakan landasan awal dalam ng M menentukan berbagai penetapan terhadap penataan ruang di on Halaman 30 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu setiap kawasan wilayah yang terdapat di Negara Kesatuan es R ruang dan rencana rinci tata ruang”; ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R Republik Indonesia. Penentuan wilayah melalui pendekatan peraturan zonasi salah satunya dipengaruhi oleh peran ng masyarakat yang tercatat dalam Pasal 65 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (vide Bukti (1) Penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh Pemerintah dengan melibatkan peran masyarakat; (2) Peran masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana A gu P-22); dimaksud pada ayat (1) dilakukan, antara lain, melalui: ub lik ah a. partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang; b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang; am (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan bentuk peran masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana pada ayat (1) diatur dengan peraturan ep dimaksud ah k pemerintah; 5. Penetapan melalui peraturan zonasi dapat dilakukan dengan In do ne si R menggunakan Peraturan Daerah salah satu Peraturan Daerah mengenai zonasi terdapat dalam Peraturan Daerah A gu ng Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah, terutama terkait dengan Ruang Terbuka Hijau publik yang yang dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah Daerah Kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum sebagaimana diatur dalam Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (vide Bukti P- 24); lik ah 6. Patut dipahami Ruang Terbuka Hijau melalui Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 ub m Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012-2032, dilakukan tanpa mengindahkan ka peran masyarakat. Hal ini dibuktikan pada Pemohon, Pemilik ep yang lama PT Karabha Didgdaya, Ketua Rukun Tetangga ah (RT) dan Ketua Rukun Warga (RW) pada RT.02, RW.01, Peran masyarakat tidak dilibatkan dan tidak dijalankan ng M dengan benar sebagaimana seharusnya disediakan oleh on Halaman 31 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu Pemerintah Daerah Kota Depok, dengan secara sepihak es R Kelurahan Leuwinanggung, Kecamatan Tapos-Depok, dalam ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia kawasan yang terdapat R menentukan In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id di Kelurahan Leuwinanggung Kecamatan Tapos yang terdapat dalam ng penguasaan hal atas tanah berdasarkan Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) Nomor 4 atau tidak dilakukan A gu berdasarkan Pasal 65 ayat (2) Pasal 65 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang sehingga tidak memenuhi akan kepastian hukum bagi Pemohon; 7. Pentingnya penerapan Pasal 65 ayat (2) Pasal 65 UndangUndang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang ub lik ah dimaksudkan untuk mengejawantahkan Penjelasan Umum Angka 8 Paragraf 2 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang untuk menyesuaikan am perkembangan terhadap: a. situasi nasional prinsip internasional yang keterpaduan, ep penegakan dan menuntut keberlanjutan, ah k demokrasi, dan keadilan dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang yang baik; kebijakan otonomi daerah yang In do ne si R b. pelaksanaan memberikan wewenang yang semakin besar kepada A gu ng Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan penataan ruang sehingga pelaksanaan kewenangan tersebut perlu diatur demi menjaga keserasian dan keterpaduan antar daerah, serta tidak menimbulkan kesenjangan antar daerah; c. kesadaran dan pemahaman masyarakat yang semakin tinggi terhadap penataan ruang yang memerlukan lik ah pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang agar sesuai dengan perkembangan yang ub m terjadi di masyarakat; E. Bahwa Penetapan Ruang Terbuka Hijau pada Pasal 41 Ayat ka (2) Huruf G Angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 ep Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota ah Depok Tahun 2012-2032 Tidak Memberikan Kepastian Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria Juncto ng M Pasal 32 dan Pasal 60 Peraturan Pemerintah Nomor 40 on Halaman 32 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan es R Hukum Sebagaimana Diatur dalam Pasal 40 Undang-Undang ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R Dan Hak Pakai Atas Tanah; 1. Hak atas tanah merupakan hak yang diatur secara tegas ng dalam setiap pembagian yang terkandung di dalamnya, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pokok Agraria A gu Nomor 5 Tahun 1960 Pasal 16 ayat (1), yang merupakan turunan dari Pasal 4 ayat (1) mengenai hak menguasai dari Negara yang merujuk kepada beberapa hak, hak milik, hak guna-usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak sewa, hak membuka tanah, hak memungut-hasil hutan, hak-hak lain 2. Hak ub lik ah yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut; menguasai dari Negara merupakan wewenang Pemerintah sebagaimana diatur di Pasal 2 ayat (1) dijelaskan am kembali dalam penjelasann Undang-Undang Pokok Agraria sebagai berikut: yang menyatakan, bahwa "Bumi, air dan ep ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung ah k didalamnya, pada tingkatan yang tertinggi dikuasai oleh Negara". Sesuai dengan pangkal pendirian tersebut diatas In do ne si R perkataan "dikuasai" dalam pasal ini bukanlah berarti "dimiliki", akan tetapi adalah pengertian, yang memberi A gu ng wewenang kepada Negara, sebagai organisasi kekuasaan dari Bangsa Indonesia itu, untuk pada tingkatan yang tertinggi: a. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaannya; b. menentukan dan mengatur hak-hak yang dapat dipunyai atas (bagian dari) bumi, air dan ruang angkasa itu; lik ah c. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum ub m yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa. Segala sesuatunya dengan tujuan: untuk mencapai sebesar- ka besar kemakmuran rakyat dalam rangka masyarakat yang ep adil dan makmur (Pasal 2 ayat (2) dan (3)); ah 3. Pengertian dikuasai yang tidak dapat disamakan sebagai menempatkan setiap peroleh hak atas tanah diatur ng M berdasarkan kepentingan dan kebutuhan dari pengguna hak on Halaman 33 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu atas tanah tersebut. Salah satu pengaturan yang terkandung es R kepemilikan sebagaimana diatur oleh Pasal 2 ayat (1), ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R dalam Undang-Undang Pokok Agraria berkaitan dengan Hak Guna Bangunan yang diatur dari Pasal 35-40 Undang- ng Undang Pokok Agraria mulai dari perolehan Hak Guna Bangunan sampai hapusnya; A gu 4. Khusus bagi hapusnya Hak Guna Bangunan diatur Dalam Pasal 40 Undang-Undang Pokok Agraria (vide Bukti P – 30) yang membagi klasifikasi Hak Guna Bangunan (HGB) dapat mencapai derajat penghapusan dengan klasifikasi sebagai berikut: ub lik ah a. jangka waktunya berakhir; b. dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu syarat; am c. tidak dipenuhi; d. dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka ep waktunya berakhir; f. diterlantarkan; R g. tanahnya musnah; h. ketentuan dalam Pasal 36 ayat (2); In do ne si ah k e. dicabut untuk kepentingan umum; A gu ng Pasal ini menunjukkan HGB dapat dinyatakan hapus tidak serta merta, melainkan memerlukan tindakan-tindakan yang menyebabkan terjadi peristiwa hukum yang dapat mempengaruhi munculnya apa yang diungkap oleh Pasal 40; 5. Peralihan status menjadi penting untuk dilalui oleh proses yang dinyatakan diperuntukan benar untuk oleh Pasal kepentingan 40, umum. walaupun Pemaknaan lik ah kepentingan umum tidak dapat ditafsirkan tanpa dilandasi pemaknaan yang benar, walaupun perubahan fungsi lahan memberikan ub m dipergunakan untuk memberikan fasilitas bagi negara untuk kesejahteraan dan kemakmuran yang ka berorientasi pada keadilan termasuk di dalamnya perubahan ep dari Hak Guna Bangunan yang dimanfaatkan secara pribadi ah menjadi Ruang Terbuka Hijau, sebagaimana diamanatkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun ng M 2012 – 2032; on Halaman 34 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu 6. Pemaknaan kepentingan umum yang dikaitkan dengan es R oleh Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R upaya untuk memperluas keterjangkauan hak atas tanah yang diperuntukan bagi kepentingan bersama melalui ng pendekatan tata ruang sebagai upaya Pemerintah dalam hal ini Pemerintah Kota Depok dengan menempatkan A gu Pemerintah dan wewenangnya melalui pendekatan UndangUndang Penataan Ruang seharusnya melihat Kepentingan umum dalam dimaknai upaya perlindungan dalam yang mengedepankan keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan masyarakat, atau dengan kepentingan ub lik ah kata lain kepentingan perseorangan tidak boleh terdesak oleh masyarakat sebagaimana diatur dalam penjelasan Bagian II angka 4 Paragraf 3 Undang-Undang am Pokok Agraria; 7. Perlindungan terhadap pemegang hak atas tanah tidak dapat ah k keadilan ep diabaikan tanpa melakukan pendekatan yang memenuhi rasa atau saling mengimbangi sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Pokok Agraria Pasal 2 In do ne si R ayat (3) yang kemudian dijelaskan secara rinci dalam Penjelasan Bagian II angka 4 Paragraf 4 yang berbunyi (vide A gu ng Bukti P-26): “Kepentingan masyarakat dan kepentingan perseorangan haruslah saling mengimbangi, hingga pada akhirnya akan tercapailah tujuan pokok: kemakmuran, keadilan dan kebahagiaan bagi rakyat seluruhnya dan Kepastian Hukum dan kemanfaatan Hukum”; 8. Sekalipun peralihan hak atas tanah diperoleh untuk kepentingan umum Pasal 18 Undang-Undang Pokok Agraria Untuk kepentingan umum, termasuk lik ah mengatur bahwa kepentingan bangsa dan Negara serta kepentingan bersama ub m dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang ka diatur dengan undang-undang yang dimana sampai dengan ep saat ini tidak ada kepastian akan nasib tanah/lahan Pemohon ah atas dampak dari penetapan Peraturan Daerah Nomor 1 ng M 9. Bahwa Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) Nomor 4 yang on Halaman 35 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu dimiliki oleh Pemohon didasarkan pada Undang-Undang es Depok; R Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria juncto PP Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna ng Bangunan Dan Hak Pakai Atas Tanah; Hak Guna Bangunan; A gu Pasal 35 (vide Bukti P - 27); (1) Hak guna bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling lama 30 tahun; ub lik ah (2) Atas permintaan pemegang hak dan dengan mengingat keperluan serta keadaan bangunan-bangunannya, jangka waktu tersebut dalam ayat (1) dapat diperpanjang dengan am waktu paling lama 20 tahun; (3) Hak Guna Bangunan dapat beralih dan dialihkan kepada ep pihak lain; ah k Pasal 36 (vide Bukti P-28); R a. Warga Negara Indonesia; b. Badan hukum yang didirikan In do ne si (1) Yang dapat mempunyai Hak Guna Bangunan ialah: menurut hukum A gu ng Indonesia dan berkedudukan di Indonesia; (2) Orang atau badan hukum yang mempunyai hak guna bangunan dan tidak lagi memenuhi syarat-syarat yang tersebut dalam ayat (1) pasal ini dalam jangka waktu 1 tahun wajib melepaskan atau mengalihkanhak itu kepada pihak lain yang memenuhi syarat. Ketentuan iniberlaku juga terhadap pihak yang memperoleh Hak Guna lik ah Bangunan, jika ia tidak memenuhi syarat-syarat tersebut. Jika Hak Guna Bangunan yang bersangkutan tidak ub m dilepaskan atau dialihkan dalam jangka waktu tersebut, maka hak itu hapus karena hukum, dengan ketentuan, ka bahwa hak-hak pihak lain akan diindahkan, menurut ep ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dengan Peraturan ah Pemerintah; Hak Guna Bangunan terjadi: ng M a. mengenai tanah yang dikuasai langsung oleh Negara on Halaman 36 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu karena penetapan Pemerintah; es R Pasal 37 (vide Bukti P – 29); ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R b. mengenai tanah milik karena perjanjian yang berbentuk otentik antara pemilik tanah yang bersangkutan dengan ng pihak yang akan memperoleh hak guna bangunan itu, yang bermaksud menimbulkan hak tersebut; A gu Pasal 40 (vide Bukti P- 30); Hak Guna Bangunan hapus karena: a. jangka waktunya berakhir; b. dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu syarat tidak dipenuhi; ub lik ah c. dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir; d. dicabut untuk kepentingan umum; am e. diterlantarkan; f. tanahnya musnah; ep g. ketentuan dalam Pasal 36 ayat (2); ah k Lebih lanjut mengenai pengaturan Hak Guna Bangunan telah diatur di dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 40 Tahun In do ne si R 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan Dan Hak Pakai Atas Tanah; A gu ng Terjadinya Hak Guna Bangunan Pasal 22 (vide Bukti P – 31): (1) Hak Guna Bangunan atas tanah Negara diberikan dengan keputusan pemberian hak oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk; (2) Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Pengelolaan diberikan dengan keputusan pemberian hak oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk berdasarkan usul pemegang lik ah Hak Pengelolaan; (3) Ketentuan mengenai tata cara dan syarat permohonan ub m dan pemberian Hak Guna Bangunan atas tanah Negara dan atas tanah Hak Pengelolaan diatur lebih lanjut ka dengan Keputusan Presiden; ep Pasal 23 (vide Bukti P – 32); ah (1) Pemberian Hak Guna Bangunan sebagaimana dimaksud Pertanahan; ng M (2) Hak Guna Bangunan atas tanah Negara atau atas tanah on Halaman 37 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu Hak Pengelolaan terjadi sejak didaftar oleh Kantor es R dalam Pasal 22 didaftar dalam buku tanah pada Kantor ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R Pertanahan; (3) Sebagai tanda bukti hak kepada pemegang Hak Guna ng Bangunan diberikan sertifikat hak atas tanah; Pasal 24 (vide Bukti P – 33): pemberian oleh pemegang Hak Milik dengan aktayang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah; (2) Pemberian Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik A gu (1) Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik terjadi dengan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib didaftarkan ub lik ah pada Kantor Pertanahan; (3) Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik mengikat pihak ketiga sejak didaftarkan sebagaimana dimaksud am dalam ayat (2); (4) Ketentuan mengenai Tata Cara Pemberian dan ep Pendaftaran Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik ah k diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden; Pasal 28 (vide Bukti P – 34): penanaman modal, permintaan In do ne si kepentingan R (1) Untuk perpanjangan dan pembaharuan Hak Guna Bangunan A gu ng sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dapat dilakukan sekaligus dengan membayar uang pemasukan yang ditentukan untuk itu pada saat pertama kali mengajukan permohonan Hak Guna Bangunan; (2) Dalam hal uang pemasukan telah dibayar sekaligus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) untuk perpanjangan atau pembaharuan Hak Guna Bangunan lik ah hanya dikenakan biaya administrasi yang besarnya ditetapkan oleh Menteri setelah mendapat persetujuan (3) Persetujuan ka pembaharuan ub m dari Menteri Keuangan; untuk Hak memberikan Guna perpanjangan Bangunan atau sebagaimana ep dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dan perincian uang ah pemasukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) Bangunan; ng M Pasal 32 (vide Bukti P – 35): on Halaman 38 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu Pemegang Hak Guna Bangunan berhak menguasai dan es R dicantumkan dalam keputusan pemberian Hak Guna ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R mempergunakan tanah yang diberikan dengan Hak Guna Bangunan selama waktu tertentu untuk mendirikan dan ng mempunyai bangunan untuk keperluan pribadi atau usahanya serta untuk mengalihkan hak tersebut kepada A gu pihak lain dan membebaninya. 10. Sebagai pemegang Sertifikat Hak Guna Bangunan sebagaimana SHGB Nomor 4, Pemohon telah memenuhi seluruh syarat dan ketentuan di dalam pasal-pasal tersebut. Akan tetapi Sertifikat Hak Guna Bangunan (HGB) Pemohon tidak mempunyai kepastian hukum akan hak ub lik ah yang Pengelolaan dengan membangun setelah adanya penetapan dan terbitnya Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun am 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok. Di dalam Pasal 60 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 ep tentang Hak, Kewajiban, dan Peran Masyarakat ditegaskan ah k secara limitatif mengenai Tata Ruang, yaitu: Hak, Kewajiban, dan Peran Masyarakat; In do ne si R Pasal 60 (vide Bukti P – 23): Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk: A gu ng a. mengetahui rencana tata ruang; b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang; c. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang; d. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang lik ah terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang di wilayahnya; ub m e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ka ruang kepada pejabat berwenang; dan gugatan ep f. mengajukan ganti kerugian kepada ah Pemerintahdan/atau pemegang izin apabila kegiatan ruang menimbulkan kerugian; ng M 11. Perlu Pemohon tegaskan bahwa Sertifikat Hak Guna on Halaman 39 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu Bangunan (SHGB) Nomor 4 Kelurahan Leuwinanggung yang es R pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R dimiliki oleh Pemohon telah melalui proses pendaftaran tanah sebagaimana diwajibkan dan dilindungi oleh Undang- ng Undang Pokok Agraria di dalam Pasal 19 ditentukan bertujuan tunggal yaitu untuk menjamin kepastian hukum. A gu Pelaksanaan pendaftaran tanah merupakan kewajiban dari Pemerintah bertujuan menjamin kepastian hukum. Pendaftaran tanah selain berfungsi untuk melindungi si pemilik, juga berfungsi untuk mengetahui status sebidang tanah, siapa pemiliknya, apa haknya, berapa luasnya, untuk ub lik ah apa dipergunakan dan sebagainya. Keharusan pemegang hak untuk mendaftarkan tanahnya dimaksudkan agar adanya suatu kepastian hukum bagi pemegang haknya, adapun am ketentuan Pasal 19 Undang-Undang Pokok Agraria tersebut berbunyi (vide Bukti P – 37); ep (1) Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah ah k diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan diatur In do ne si R dengan Peraturan Pemerintah; yang (2) Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) pasal ini meliputi: a. A gu ng pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah, b. pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut, c. pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat; (3) Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan Negara dan masyarakat, keperluan lalu lintas sosial ekonomis serta kemungkinan penyelenggaraannya, lik ah menurut pertimbangan Menteri Agraria; 12. Bahwa dengan adanya Penetapan Ruang Terbuka Hijau ub m Pada Pasal 41 ayat (2) Huruf g angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata ka Ruang Wilayah Kota Depok 2012-2032 yang diterbitkan oleh ep Walikota Pemerintah Daerah Kota Depok, yang secara ah langsung telah mengambil atau menghakimi secara sepihak, undang, tentu Pemohon beralasan untuk menuntut adanya ng M kepastian hukum atas hak-hak atas tanah Pemohon yang on Halaman 40 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu telah dilanggar oleh Perda Kota Depok tersebut. Tentunya es R maka sebagai subjek hukum yang dilindungi oleh undang- ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R hal tersebut berdasar dikarenakan di dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Pokok Agraria pada BAB IV tentang ng Dasar-Dasar Untuk Mengadakan Kepastian Hukum; “…Sesuai dengan tujuannya yaitu akan memberikan A gu Kepastian hukum maka pendaftaran itu diwajibkan bagi para pemegang hak yang bersangkutan, dengan maksud agar mereka memperoleh kepastian tentang haknya itu sedangkan Pasal 19 ditujukan kepada Pemerintah sebagai suatu instruksi, agar di seluruh wilayah Indonesia diadakan yang bertujuan ub lik ah pendaftaran tanah yang bersifat“ rechtskadaster” artinya menjamin kepastian hukum. Adapun pendaftaran itu akan diselenggarakan dengan mengingat am pada kepentingan serta keadaan Negara dan masyarakat, keperluan lalu lintas sosial ekonomi dan kemungkinan- ep kemungkinan dalam bidang personil dan peralatannya. Oleh ah k karena itu lambat laun meningkat pada kadaster yang meliputi seluruh wilayah Negara. Sesuai dengan tujuannya In do ne si R yaitu akan memberikan kepastian hukum, maka pendaftaran itu diwajibkan bagi para pemegang hak yang bersangkutan. A gu ng Jika tidak diwajibkan maka diadakannya pendaftaran tanah, yang terang akan memerlukan banyak tenaga, alat dan biaya itu, tidak akan ada artinya sama sekali”; Dengan adanya penjelasan dari ketentuan dalam UUPA tersebut, maka hak Pemohon atas Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) Nomor 4 Kelurahan Leuwinanggung harus dilindungi dan diberikan kepastian hukum; lik ah F. Bahwa Penetapan Ruang Terbuka Hijau pada Pasal 41 Ayat (2) Huruf G Angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 ub m Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012-2032 Bertentangan dengan Pasal 7 Ayat ka (2), Pasal 16, Pasal 17 dan Pasal 18 Peraturan Pemerintah ep Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran ah Masyarakat dalam Penataan Ruang; untuk mengatur ruang atau wilayah yang berada di suatu baik ng M daerah itu bersifat nasional, provinsi maupun on Halaman 41 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu kabupaten/kota. Konsekuensi logis tersebut termasuk di es R 1. Penataan ruang merupakan konsekuensi logis dari upaya ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 41 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia melibatkan R dalamnya berbagai In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id pihak yang memiliki kepentingan terhadap wilayah yang menjadi bagian dari ruang, termasuk di dalamnya ng penataan perlibatan masyarakat secara aktif sebagaimana diatur dalam Pasal 7 A gu ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk Dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang (vide Bukti P-41); 2. Perlibatan masyarakat dalam penataan ruang menunjukkan bahwa Pemerinta maupun Pemerintah Daerah memiliki peran ub lik ah sebagai pengayom bagi masyarakat, yang tidak hanya menempatkan dirinya sebagai pengatur, pengelola negara yang memiliki am menentukan melainkan kekuasaan arah memiliki dan kewenangan berjalannya fungsi suatu untuk untuk pemerintahan, memberikan fasilitas ep ketercapaian keinginan masyarakat terhadap suatu penataan ah k ruang bagi suatu wilayah. Khususnya bagi para pihak yang terkena dampak langsung sebagaimana diatur dalam Pasal 7 In do ne si R ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk Dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan A gu ng Ruang (vide Bukti P-42). Pihak yang terkena dampak langsung dimaknai pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap suatu penataan tata ruang seperti pemilik hak atas tanah yang terkena penataan ruang, masyarakat yang berada di kawasan atau wilayah yang terkena penataan ruang; 3. Kekuasaan dan kewenangan yang diberikan oleh negara Pemerintahdan Pemerintah Daerah, lik ah terhadap sebagai pengelola negara dalam bidang penataan ruang memiliki dalam memahami ka Pemerintah Daerah ub m kewajiban untuk memberikan keleluasaan dan keluasan, setiap tindakan terhadap Pemerintah penentuan wilayah dan atau ep kawasan dalam suatu ruang dalam mekanisme yang ah semudah mungkin diketahui, dimengerti dan dipahami, Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk Dan Tata Cara Peran A memberikan pengetahuan, pengertian dan on gu 4. Upaya Halaman 42 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d ng M Masyarakat Dalam Penataan Ruang; es R sebagaimana diatur dalam Pasal 15 Peraturan Pemerintah ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 42 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia dalam melibatkan masyarakat R pemahaman In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id terhadap penataan tata ruang oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah ng Daerah, tidak dapat dilakukan tanpa mekanisme yag dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan. Mekanisme A gu tindakan ini dapat dilakukan dengan merujuk kepada Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk Dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang (vide Bukti P – 43). Pasal 16 tersebut menjelaskan secara jelas mengenaihal ini dengan bentuk penyampaian a. Pasal 16 ub lik ah informasi sebagai berikut: ayat (1) menunjukkan Pemerintah dan Pemerintah Daerah memiliki kewajiban dan tanggung am jawab untuk menyediakan informasi yang dapat memberikan pengetahuan, terhadap suatu aktifitas yang ep berkaitan dengan penyusunan dan perencanaan dalam ah k penataan ruang atau tata ruang; b. Pasal 16 ayat (2) menunjukkan tindakan yang dapat In do ne si R ditempuh tidak hanya dalam bentuk penyampaian melalui media sebagaimana diatur dalam Pasal 16 ayat (1), A gu ng melainkan dapat dilakukan penyampaian melalui tindakan sosialisasi sebagai berikut: Pertama, sosialisasi melalui media tatap muka antara lain dialog, seminar, lokakarya, diskusi, dan/atau pameran. Kedua, sosialisasi melalui media elektronik antara lain penyiaran di media radio dan/atau televisi dan rubrik tanya jawab melalui media internet; lik ah c. Pasal 16 ayat (3) menunjukkan penyediaan fasilitas untuk mendukung terpenuhinya tidak hanya peran Pemerintah ub m dan Pemerintah Daerah dalam menyediakan fasilitas keterbukaan informasi, melainkan pula menjadi hak dari ka masyarakat dalam bentuk konsultasi publik, lokakarya, ep seminar, dan/atau workshop; dan/atau R Pemerintah pemerintahan daerah memiliki kewajiban memberikan tanggapan sebagai salah satu ng M mekanisme dalam memenuhi fungsi penyampian on Halaman 43 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu informasi, dengan bentuk tanggapan sebagai penjelasan es ah d. Pasal 16 ayat (4) memberikan pemahaman bahwa ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 43 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R kepada masyarakat atas masukan yang disampaikan kepada Pemerintah/Pemerintah Daerah; ng 5. Informasi yang disampaikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat pula dalam bentuk atau bagian pemanfaatan A gu ruang. Mekanisme penyampian informasi oleh Pemerintahdan Pemerintah Daerah dapat dalam bentuk yang diuraikan dalam Pasal 17 tentang Bentuk Dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang (vide Bukti P- 44): a. Pasal 17 ayat (1) menunjukkan Pemerintah dan informasi ub lik ah Pemerintah Daerah memiliki tugas untuk menyampaikan melalui media komunikasi, yang dapat menjangkau terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan am informasi mengenai pemanfaatan ruang; b. Pasal 17 (2) membebani tugas terhadap Pemerintah dan Daerah untuk melakukan penyampaian ep Pemerintah ah k informasi melalui tindakan sosialisasi, setidaknya melalui sosialisasi tatap muka dan/atau media elektronik; In do ne si R c. Pasal 17 (4) memberikan pemaknaan terhadap tindakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk menyediakan A gu ng sarana penyampaian informasi berupa sebagai penjelasan kepada masyarakat atas masukan yang disampaikan kepada Pemerintah/Pemerintah Daerah; 6. Pasal 18 menunjukkan pengendalian dan pemanfaatan sebagai satu kesatuan tindakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah, didasari mekanisme yang mengarahkan pentingnya informasi disampaikan kepada masyarakat. Khususnya lik ah tindakan ini diutarakan dalam huruf c, yang menunjukkan pentingnya tanggapan terhadap berbagai informasi yang berupa arahan ub m dimunculkan oleh masyarakat. Tanggapan tersebut dapat dan/atau peraturan zonasi, perizinan, Huruf d pasal ini mengamanatkan ep ka pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi. Pemerintah dan ah Pemerintah Daerah untuk menyediakan fasilitas sarana untuk terjadi ng M dilakukan tindakan-tindakan dan terdapat penataan penyimpangan ruang akan telah tindakan on Halaman 44 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu penataan ruang tersebut; es telah R penyampaian aduan dan laporan, yang menunjukkan bahwa ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 44 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R 7. Bahwa Penetapan Ruang Terbuka Hijau melalui Pasal 41 ayat 2 huruf g angka 31 Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun ng 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012-2032, dilakukan tanpa mengindahkan peran A gu masyarakat yang terkena dampak langsung. Hal ini dibuktikan pada Pemohon, Pemilik yang lama PT Karabha Didgdaya, Ketua Rukun Tetangga (RT) dan Ketua Rukun Warga (RW) pada RT.02, RW.01, Kelurahan Leuwinanggung, Kecamatan Tapos - Depok, dalam peran ub lik ah masyarakat tidak dilibatkan dalam penetapan Ruang Terbuka Hijau ; G. Penetapan Ruang Terbuka Hijau pada Pasal 41 Ayat (2) am Huruf G Angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota ep Depok Tahun 2012-2032 Tidak Memberikan Peran Partisipasi ah k Masyarakat dan Swasta Hal Ini Bertentangan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 In do ne si R tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan Halaman 61; A gu ng 1. Penetapan Kecamatan Tapos sebagi RTH (Ruang Terbuka Hijau) taman kota melalui Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok 2012-2032 merupakan bagian atau setidaknya berusaha untuk mewakili pengertian Taman Kota dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang lik ah Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan Taman kota adalah taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu kota ub m atau bagian wilayah kota. Taman ini melayani minimal 480.000 penduduk dengan standar minimal 0,3 m2 per ka penduduk kota, dengan luas taman minimal 144.000 m2. ep Taman ini dapat berbentuk sebagai RTH (lapangan hijau), ah yang dilengkapi dengan fasilitas rekreasi dan olah raga, dan fasilitas tersebut terbuka untuk umum; A secara khsusus dalam suatu undang-undang, on gu diatur Halaman 45 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d ng M 2. Perubahan lahan peruntukan terhadap hak atas tanah tidak es R kompleks olah raga dengan minimal RTH 80% - 90%. Semua ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 45 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia perubahan peruntukkan R melainkan In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id tersebut tidak menghilangkan pentingnya pedoman dalam menentukan ng atau setidaknya mengatur bagaimana perubahan itu dapat terjadi. Peraturan A gu 05/PRT/M/2008 Menteri tentang Pekerjaan Pedoman Umum Penyediaan Nomor Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan, dapat dijadikan pedoman dalam menentukan tindakan yang dibenarkan dalam melakukan perubahan terhadap suatu lahan yang di dalamnya telah terdapat Hak atas Tanah ub lik ah dengan spesifikasi khsusus seperti Hak Guna Bangunan. Aturan ini secara jelas memberikan arahan bagaimana seharusnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) dibangun mulai dari am tahap perancangan sampai dengan pemanfaatan dan pemeliharaan; ep 3. Lampiran peraturan menteri ini menekankan pentingnya ah k peran masyarakat dalam penentuan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dimaksudkan sebagai merupakan upaya melibatkan In do ne si R masyarakat, swasta, lembaga badan hukum dan atau perseorangan baik pada tahap perencanaan, pemanfaatan A gu ng dan pengendalian. Upaya ini dimaksudkan untuk menjamin hak masyarakat dan swasta, untuk memberikan kesempatan akses dan mencegah terjadinya penyimpangan pemanfaatan ruang dari rencana tata ruang yang telah ditetapkan melalui pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang oleh masyarakat dan swasta dalam pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH), dengan prinsip: lik ah a. menempatkan masyarakat sebagai pelaku yang sangat menentukan dalam proses pembangunan ruang terbuka b. memposisikan ub m hijau; Pemerintah sebagai fasilitator dalam ka proses pembangunan ruang terbuka hijau; hak yang ep c. menghormati dimiliki masyarakat serta ah menghargai kearifan lokal dan keberagaman sosial 4. Perubahan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dari pemegang hak A dilakukan dengan menggunakan pengalihan on gu dapat Halaman 46 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d ng M atas tanah dengan spesifikasi Hak Guna Bangunan (HGB) es R budayanya; ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 46 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R berdasrkan Hibah sebagaimana dimaksud dalam lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 ng tentang Peran Swasta, atau lebih jelasnya sebagai berikut: Peran masyarakat, swasta dan badan hukum dalam A gu penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik meliputi penyediaan lahan, pembangunan dan pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Peran dalam penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) ini dapat berupa: a. Pengalihan hak kepemilikan lahan dari lahan privat ub lik ah menjadi Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik (hibah); b. Menyerahkan penggunaan lahan privat untuk digunakan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik; am c. Membiayai pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik; ah k publik; ep d. Membiayai pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) e. Mengawasi pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) In do ne si R publik; 5. Memberikan penyuluhan tentang peranan Ruang Terbuka (RTH) A gu ng Hijau publik dalam peningkatan kualitas dan keamanan lingkungan, sarana interaksi sosial serta mitigasi bencana; 6. Bahwa Termohon telah mengabaikan peran dan partisipasi Pemohon sebagai badan hukum private (swasta) dalam memberikan kontribusi terhdap pembangunan kota depok. Hal tersebut terbukti pada saat Pemohon menyurati lik ah Pemerintah Kota Depok c.q. Dinas Pekerjaan Umum dengan Surat Nomor 004/SCL-DIR/IV/2017 (vide Bukti P – 7), perihal ub m surat permohonan penetapan KDB dan KLB di lokasi lahan Kelurahan Leuwinanggung, Kecamatan Tapos – Kota Depok, ka tertanggal 25 April 2017, yang kemudian dibalas oleh Dinas ep Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Depok melalui ah Surat Nomor 600/591-PUPR pada tanggal 8 Agustus 2017 sebagian lokasi Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) milik ng M Pemohon berada pada peruntukan ruang terbuka hijau; on Halaman 47 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu 7. Dari surat Termohon tersebut tidak menunjukkan adanya niat es R (vide Bukti P – 11), yang pada prinsipnya menyatakan bahwa ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 47 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R untuk memberikan peran bagi Pemohon untuk berkontribusi terhadap rencana pembangunan Kota Depok, hal tersebut ng jelas bertentangan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan A gu Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan, yang mana di dalam pedoman tersebut, mengakomodir peran swasta sebagai salah satu pelaku pembangunan, adapun pedoman tersebut menyatakan: Peran Swasta (vide Bukti P – 45); ub lik ah “Swasta merupakan pelaku pembangunan penting dalam pemanfaatan ruang perkotaan dan ruang terbuka hijau. Terutama karena kemampuan kewirausahaan yang mereka am miliki. Peran swasta yang diharapkan dalam pemanfaatan ruang perkotaan sama seperti peran yang diharapkan dari ep masyarakat. Namun, karena swasta memiliki karakteristik ah k yang berbeda dengan masyarakat umum, maka terdapat peran lain yang dapat dilakukan oleh swasta, yaitu untuk sosial dan lingkungan dalam In do ne si R tidak saja menekankan pada tujuan ekonomi, namun juga memanfaatkan A gu ng perkotaan”; ruang Untuk mencapai peran tersebut, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukanoleh pihak swasta: a. Pihak swasta yang akan membangun lokasi usaha (mall, plaza, dan sebagainya) dengan areal yang luas perlu menyertakan konsep pembangunan ruang terbuka hijau; b. Bekerjasama dengan Pemerintah dan masyarakat dalam lik ah membangun dan memelihara ruang terbuka hijau; c. Menfasilitasi proses pembelajaran kerjasama pemerintah, ub m swasta dan masyarakat untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan penyusunan Ruang Terbuka Hijau ka (RTH) perkotaan. Kegiatan ini dapat berupa pemberian ep pelatihan pembangunan ruang terbuka hijau maupun ah dengan proses diskusi dan seminar; sehubungan dengan pembentukan kebijakan publik dan ng M proses pelibatan masyarakat dan swasta yang terkait on Halaman 48 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu dengan pembangunan ruang terbuka hijau; es R d. Berperan aktif dalam diskusi dan proses pembangunan ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 48 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R e. Mengupayakan bantuan pendanaan bagi masyarakat dalam realisasi pelibatan dalam pemanfaatan dan pemeliharaan ng ruang terbuka hijau; f. Menjamin tegaknya hukum dan peraturan yang telah gu ditetapkan dan disepakati oleh semua pihak dengan konsisten tanpa pengecualian; A H. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Bertentangan Peraturan yang Lebih Tinggi (Lex Superiori Derogat Legi ub lik ah Inferiori); 1. Bahwa hukum itu berjenjang-jenjang, yang paling tinggi adalah Grundnorm atau norma dasar. Stuffen Theorie atau am Stuffen Bau Theorie dari Hans Kelsen bahwa hukum yang lebih tinggi harus menjadi sumber, patokan, sandaran, ep pijakan bagi norma hukum yang berada di bawahnya, ah k termasuk dan tidak terbatas dengan Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015. Begitu juga sebaliknya, hukum In do ne si R yang berada paling bawah harus taat dan patuh kepada hukum yang di atasnya, begitu seterusnya sebagai satu A gu ng kesatuan sistem. Hukum paling atas tidak memiliki hukum atasan lagi, inilah yang disebut Grundnorm yaitu norma dasar yang mengilhami seluruh peraturan-peraturan yang ada di bawahnya, yang mencerminkan suatu negara hukum; 2. Dengan demikian, apabila ada peraturan yang tidak bersumber pada peraturan yang ada di atasnya maka dianggap peraturan liar dan harus dihapuskan serta lik ah dibatalkan dan tidak boleh diberlakukan. Peraturan yang sejajar itu tidak boleh bertentangan satu dengan yang ub m lain,karena peraturan yang di bawahnya harus berpatokan kepada peraturan yang ada di atasnya; yang lebih tinggi kedudukannya ep ka 3. Asas Lex superiori derogat legi inferiori berarti aturan hukum akan melumpuhkan ah peraturan hukum yang mempunyai kedudukan yang lebih lahirnya peraturan hukum, atau merupakan rasiolegis dari ng M peraturan hukum. Dengan adanya prinsip hukum atau asas on Halaman 49 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu hukum ini, maka hukum itu tidak sekedar kumpulan dari es R rendah. Asas hukum layak juga disebut sebagai alasan bagi ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 49 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R peraturan-peraturan, hal itu disebabkan karena asas hukum itu mengandung nilai-nilai dan tuntutan-tuntutan etis; Termohon yang memiliki Peraturan Daerah dituntut ng 4. Sepatutnya menerbitkan kewenangan untuk selalu A gu melakukan tugas pengharmonisan dan sinkronisasi dengan peraturan yang ada dan/atau terkait pada waktu menyusun peraturan, terutama mengenai materi muatan peraturan. Materi muatan terkait erat dengan jenis peraturan perundangundangan dan terkait dengan pendelegasian pengaturan. ub lik ah Termohon Sebagai pihak yang memiliki kewenangan legislasi di daerah, sepatutnya pula memahami bentuk dan jenis peraturan perundang-undangan sangat penting dalam am perancangan peraturan perundang-undangan karena: 5. Tidak setiap peraturan perundang-undangan dapat dijadikan atau dasar ep landasan ah k perundang-undangan, yuridis pembentukan melainkan hanya peraturan peraturan perundang-undangan yang sederajat atau lebih tinggi yang In do ne si R dapat mendelegasikan ke peraturan perundang-undangan sederajat atau lebih rendah. Jadi peraturan perundang- A gu ng undangan yang lebih rendah tidak dapat dijadikan dasar peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Ketentuan ini menunjukkan betapa pentingnya aturan mengenai tata urutan peraturan perundang-undangan; 6. Pembentukan prinsip peraturan bahwa perundang-undangan peraturan berlaku perundang-undangan yang sederajat atau yang lebih tinggi dapat menghapuskan lik ah peraturan perundang-undangan yang sederajat atau lebih rendah. Prinsip ini mengandung beberapa hal: ub m a) pencabutan peraturan perundang-undangan yang ada hanya mungkin dilakukan oleh peraturan perundang- ka undangan yang sederajat atau yang lebih tinggi; ep b) dalam hal peraturan perundang-undangan yang sederajat sederajat lainnya, maka berlaku perundang-undangan yang terbaru perundang-undangan yang lama ng M R yang dan peraturan peraturan dianggap telah on Halaman 50 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu dikesampingkan (lex posterior derogat priori); es ah bertentangan dengan peraturan perundang-undangan ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 50 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R c) dalam hal peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatnya bertentangan dengan peraturan ng perundang-undangan yang lebih rendah, maka berlaku peraturan perundang-undangan yang tinggi 7. Asas hukum layak juga disebut sebagai alasan bagi lahirnya peraturan hukum, atau merupakan rasio legis dari peraturan hukum. Dengan adanya prinsiphukum atau asas hukum ini, A gu tingkatannya; lebih maka hukum itu tidak sekedar kumpulan dari peraturanhal itudisebabkan karena asas hukum itu ub lik ah peraturan, mengandung nilai-nilai dan tuntutan-tuntutan etis. Karena prinsip hukum atau asas hukum mengandung tuntutan etis, am maka merupakan jembatan antara peraturan-peraturan dengan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakatnya. ep Melalui asas hukum ini peraturan-peraturan hukum itu ah k berubah sifatnya menjadi bagian dari suatu tatanan yang etis; 8. Prinsip hukum atau asas hukum bukan merupakan peraturan In do ne si R hukum, namun tidak ada hukum yang bisa dipahami tanpa mengetahui asas-asas hukum yang ada di dalamnya, oleh A gu ng karena itu untuk memahami hukum suatu bangsa dengan sebaik-baiknya tidak bisa hanya melihat pada peraturanperaturan hukumnya saja, melainkan harus menggalinya sampai pada asas-asas hukumnya. Asas hukum inilah yang memberi makna etis pada peraturan- peraturan hukum; I. Dampak Penetapan Ruang Terbuka Hijau Perda Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah lik ah Kota Depok terhadap Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 4; ub m 1. Dampak terhadap penentuan peraturan zonasi yang tidak dilakukan selayaknya atau tidak dilakukan dengan memenuhi ka tatacara yang baik dapat memberikan pengaruh yang cukup ep besar terhadap para pihak yang terkena peraturan zonasi ah tersebut. Patut dipahami penetuan tata ruang dan penataan akan tampak terlihat secara langsung atau dapat dikatakan A masyarakat, sosial, budaya, dan kualitas on gu ekonomi Halaman 51 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d ng M akan munculnya dampak langsung terhadap peningkatan es R ruang tidak mungkin dapat dilepaskan dari pengaruh yang ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 51 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R lingkungan. Aspek-aspek ini sebagai runtutan selanjutnya setelah munculnya peraturan zonasi menunjukkan suatu ng penentuan peraturan zonasi, selayaknya dilakukan dengan memenuhi berbagai kepentingan dengan menggunakan A gu mekanisme yang diatur oleh ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia atau setidaknya mengikuti Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan; 2. Penentuan zonasi melalui Peraturan Daerah yang tidak ub lik ah memenuhi tata cara yang dibenarkan terutama terkait dengan penentuan ruang terbuka hijau, sebagaimana yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Depok melalui am Peraturan Derah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok 2012-2032 ep dengan tidak mempertimbangkan dampak yang akan muncul ah k dari penetapan peraturan zonasi dengan tanpa melibatkan masyarakat atau pihak-pihak yang berkepentingan telah yang secara langsung terhadap In do ne si dampak R memberikan penguasaan hak atas tanah yang berada di Kelurahan A gu ng Leuwinanggung Kecamatan Tapos Kota Depok; 3. Aspek atau dampak yang seharusnya diperhatikan secara seksama oleh Pemerintah Daerah Kota Depok mengenai perubahan penataan ruang terutama terkait dengan Ruang Terbuka Hijau secara khusus terhadap penguasaan hak atas tanah melalui Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 4, yang telah tanpa diberitahukan melalui cara-cara yang dibenarkan lik ah oleh ketentuan hukum mengalami perubahan yang cukup besar. Perubahan ini terkait dengan penerbitan Sertifikat Hak ub m Guna Bangunan Nomor 4 yang semula dipergunakan sebagai dasar untuk mengembangkan sinergitas antara diperuntukan kepentingan ep ka swasta dengan warga masyarakat menjadi berubah hanya ah mempertimbangkan hak yang masyarakat masih melakat tanpa pada pribadi yang diatur oleh Sertifikat Hak Guna Bangunan ng M (SHGB) tersebut; on Halaman 52 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu 4. Patut dipahami dampak langsung yang merubah kawasan es R penguasaan hak tanah tersebut mengenai kepentingan ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 52 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R atau wilayah melalui pendekatan kepentingan umum, dengan bermaksud perluasan wilayah untuk kepentingan umum ng melalui ruang terbuka hijau selayaknya dilakukan dengan baik dan benar. Dampak yang didapati oleh penguasaan hak A gu atas tanah melalui Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 4 yang memungkinkan kehilangan kesempatannya untuk memanfaatkan lahan, dapat pula atau dimungkinkan dialami oleh pihak-pihak lain yang mengalami perubahan atas penguasaan hak atas tanah yang dimilikinya; ub lik ah J. Dampak Pemindahan dan Peralihan Tanggung Jawab Ruang Terbuka Hijau dari Situ-situ Kota Depok kepada Lahan Milik Masyarakat oleh Termohon yang Berimplikasi pada am Penetapan Lahan Milik Pemohon Menjadi Lahan Ruang Terbuka Hijau; ep 1. Situ merupakan bagian dari Ruang Terbuka Hijau (RTH) ah k yang memiliki berbagai fungsi, tidak hanya fungsi yang berkaitan dengan kelangsungan ekologi, ekosistem, seperti In do ne si R mengatur debit air yang terdapat di sekeliling wilayah daratan situ tersebut, akan tetapi memiliki fungsi lain yaitu untuk A gu ng mempengaruhi suatu wilayah dalam daya dukung terhadap penataan ruang. Upaya untuk melakukan dan mempertahankan situ sebagai salah satu daya dukung dalam penataan ruang dimaksudkan untuk menjaga suatu wilayah atau kawasan sesuai dengan fungsi kawasan tersebut sebagai bagian penataan ruang secara keseluruhan atau terhadap wilayah yang lebih besar dan luas, seperti kawasan lik ah situ untuk wilayah Kota Depok dibuat sebagai penyanggah bagi wilayah Jawa Barat dan atau DKI Jakarta; ub m 2. Perlindungan terhadap situ sebagai bagian dari maksud Penjelasan Angka 5 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 ka Tentang Penataan Ruang bahwa: ep “Penataan ruang sebagai suatu sistem perencanaan tata ah ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan antara yang satu dan yang lain dan harus dilakukan sesuai ng M dengan kaidah penataan ruang sehingga diharapkan (i) on Halaman 53 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil guna es R ruang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 53 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R dan berdaya guna serta mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan, (ii) tidak terjadi ng pemborosan pemanfaatan ruang, dan (iii) tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruang”; A gu 3. Pemahaman yang tepat terhadap Penjelasan Angka 5 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, menuntun dan mengarahkan perlindungan terhadap situ, tidak dapat dibebankan kepada satu pihak, akan tetapi menjadi tanggung jawab yang dibebankan kepada ub lik ah Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagai alat negara yang memiliki fungsi pengayoman. Fungsi pengayomam menunjukkan setiap bagian dari kepentingan umum yang am akan memberikan manfaat terhadap berkembangan suatu kawasan menjadi tanggung jawab Pemerintah dan ep Pemerintah Daerah; ah k 4. Fungsi pengayom ini harus dimaknai pula, terutama oleh Pemerintah Kota Depok bahwa perlindungan terhadap situ In do ne si R yang berada di wilayah Kota Depok yaitu: Situ Ciming di Mekarjaya, Kecamatan Sukma Jaya, Situ Bunder di Pomdok A gu ng Duata, Kecamatan Cimanggis, Situ Telaga Subur di Rangkapan Jaya, Kecamatan Pancoranmas, Situ Lembah Gurame di Taman Pancoranmas dan Situ Lembah Cinere Gurame, di Kecamatan Kecamatan Cinere merupakan tanggung jawab yang tidak dapat dialihkan pemeliharaan, pengelolaan dan pemanfataannya kepada pihak lain, maka tidak dibenarkan dengan melalui mekanisme lik ah pengganti lahan situ sebagai Ruang Terbuka Hijau, dengan menggunakan lahan masyarakat yang telah dinyatakan sah ub m melalui mekanisme pemegang hak atas tanah, sebagaimana diatur oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1960 tentang ka Pokok-Pokok Agraria juncto PP Nomor 40 Tahun 1996 ep tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan Dan Hak ah Pakai Atas Tanah; dan analisa ilmiah pada Pasal 28 ayat (11) Peraturan Daerah ng M Kota Depok Nomor 01 Tahun 2015 tentang Rencana Tata on Halaman 54 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032 yang es R 5. Bahwa terdapat kejanggalan yang tidak berdasarkan hukum ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 54 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R berbunyi yaitu: “Secara khusus, Peraturan Daerah tentang RTRW Kota Depok 2012-2032, tidak mengatur penataan ng ruang yang meliputi perencanaan ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang pada 5 (lima) Situ, A gu yaitu Situ Ciming, Situ Bunder, Situ Telaga Subur, Situ Lembah Gurame dan Situ Cinere.” Padahal secara jelas dan nyata merupakan ruang terbuka hijau dan masuk dalam wilayah administrasi Termohon, Pasal ini menjelaskan bahwa Termohon tidak mempunyai tanggung jawab atas Situ-Situ ub lik ah tersebut; Bahwa ditemukan pada pemberitaan pada media Majalah KONSTAN edisi 190 Oktober 2017 tentang Adanya Beralih am Fungsi Situ tersebut yaitu sebagai berikut (vide Bukti P - 46): a. Situ Cinere mengalami penyusutan dan diperoleh info ep sebagian lahan beralih kepemilikan; ah k b. Situ Bunder sudah menjadi Hamparan tanah kering, area terbagi menjadi 3 lokal pagar serta 3 pemilik. Lahan In do ne si R menjadi perumahan duta cimanggis, sebagian telah dibangun rumah-rumah yang diperjual belikan atas lahan A gu ng situ tersebut; c. Situ Ciming hanya tersisa sungai dangkal 3 sampai dengan 5 meter dan ada pertamanan besar milik perseorangan, terdapat adanya rumah-rumah yang dibangun oleh pengembang perumahan mekar perdana serta diduga menjadi sengketa dengan Pemerintah Kota Depok; Lembah Gurame berfungsi hanya sebagai lik ah d. Situ tampungan pembuangan air warga perumnas, dijadikan ub m empang-empang pemancingan yang diklaim sepihak oleh warga serta dibuat bedeng-bedeng semi permanen akan ka tetapi saat ini di fungsikan menjadi fasilitas umum; ep e. Situ Telaga Subur situ ini beralih menjadi Rumah Makan terdapat pula situnya akan dari luas situ R masih sebenarnya tersebut telah di buat kavling-kavling yang ng M telah diperjualbelikan dan dibangun; on Halaman 55 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu Bahwa berdasarkan uraian di atas seharusnya Ruang es ah Saung Telaga yang menjadi areal komersil pribadi dan ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 55 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Hijau di situ-situ tersebut R Terbuka In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id sebetulnya sudah seharusnya menjadi Ruang Terbuka hijau akan tetapi ng ternyata secara fakta sudah beralih fungsi yang diduga adanya oknum-oknum pejabat Pemerintah Kota Depok yang A gu menjual dan menguasasi lahan-lahan situ tersebut untuk kepentingan pribadi; 6. Pengalihan atau pemindahan tanggung jawab kepada masyarakat dengan argumentasi Kota Depok memerlukan 20% Ruang Terbuka Hijau tidak dapat dibenarkan, atau ub lik ah setidaknya dengan alasan bahwa telah terjadi beralih fungsinya 4 dari situ 5 situ menjadi pemukiman atau bagian dari kegiatan komersial seperti yang terjadi pada Situ Ciming, am Situ Bunder, Situ Telaga Subur, Situ Lembah Gurame, sedangkan Situ Cinere tidak hanya mengamalami peralihan ep fungsi, telah mengalami pengubahan kepemilikan menjadi ah k milik orang-perorang; 7. Bahwa implikasi nyata Pengalihan atau pemindahan In do ne si R tanggungjawab kepada masyarakat atas penetapan Ruang Terbuka Hijau yang ditetapkan Termohon, terjadi kepada A gu ng Lahan milik Pemohon yaitu pada Tanah Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) Nomor 4; 8. Tanggung jawab mengembalikan ke Pemerintah lima Kota Depok untuk situ tersebut sesuai dengan peruntukannya yaitu untuk mendukung penataan ruang yang memberikan manfaat bagi terbangunnya kualitas ruang yang baik. Tanggung jawab ini pula menjadi dasar bahwa Kota Depok tidak layak, untuk lik ah Pemerintah bersikap melepaskan tanggung jawab dalam tindakannya untuk ub m merivitalisasi Situ Ciming, Situ Bunder, Situ Telaga Subur, Situ Lembah Gurame, Situ Cinere dengan membebankan Kota Depok kepada masyarakat ep ka melalui dalih pemenuhan 20% Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang telah memiliki ah penguasaan hak atas tanah, yang memang tidak dimasukan 9. Bahwa seharusnya lima situ bisa merupakan Penetapan ng M Ruang Terbuka Hijau yang seharusnya ditetapkan oleh on Halaman 56 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu Pemerintah Kota Depok sehingga Pemerintah Kota Depok es R sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH); ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 56 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R tidak perlu menetapkan lahan masyarakat pemilik atau pemegang hak atas tanah untuk ditetapkan sebagai Ruang ng Terbuka Hijau (RTH), hal ini jelas menunjukkan aparat negara dalam lingkungan Pemerintah Daerah Kota Depok tidak berupaya untuk melindungi hak-hak masyarakat yang gu seharusnya diayomi dengan cara mengembalikan fungsi 5 situ tersebut dan menghentikan penggunaan lahan atau (RTH) sebagaimana diatur dalam Peraturan Derah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang ub lik ah A tanah masyarakat sebagai bagian dari Ruang Terbuka Hijau Wilayah Kota Depok 2012-2032; C. Kesimpulan; am 1. Bahwa Penetapan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagaimana di dalam Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor ep 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun ah k 2012 - 2032, mencederai keadilan sosial Pemohon yang seharusnya keadilan menjadi tujuan utama dalam penegakan Peraturan Daerah; In do ne si R 2. Bahwa Penetapan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagaimana di dalam Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor A gu ng 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012 - 2032, tidak memberikan perlindungan hukum terhadap Pemohon dalam mempertahankan haknya sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang menekankan perlindungan hukum dalam kesetaraan bagi setiap warga Negara; 3. Bahwa Penetapan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagaimana di dalam lik 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok, tidak memberikan hak yang seharusnya diperoleh oleh masyarakat yaitu penyampaian informasi yang jelas, lugas, dan tegas terhadap ub m ah Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31 Peraturan Derah Kota Depok Nomor penyusunan, pembentukan dan penetapan Peraturan Daerah yang ka seharusnya disampaikan sebagai beban Pemerintah Daerah ep sebagaimana diatur dalam Pasal 96 Undang-Undang Nomor 12 Tahun ah 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan; Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor ng M 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun on Halaman 57 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu 2012-2032, tidak melibatkan partisipasi masyarakat yang terkena es R 4. Bahwa Penetapan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagaimana di dalam ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 57 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R dampak langsung dari penetapan Ruang Terbuka Hijau sebagai sebuah keselarasan antara perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian tata ng ruang, yang ditujukan tidak hanya bagi kepentingan umum yang diwakili oleh Pemerintah Daerah Kota Depok, melainkan pula kepentingan pemegang hak atas tanah dalam hal ini Pemohon yang terkena gu kawasan Ruang Terbuka Hijau, sebagaimana diatur dalam Pasal 65 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun ub lik ah A 5. Bahwa Penetapan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagaimana di dalam 2012 - 2032, tidak melihat sisi atau kepentingan pribadi dalam suatu penguasa tanah melalui hak atas tanah dilindungi oleh hukum. am Perubahan peruntukan hak atas tanah yang ditujukan untuk kepentingan umum harus menyeimbangkan dengan kepentingan ep pribadi, atau setidaknya tidak mencederai pemegang hak atas tanah ah k dengan menyeimbangkan kewajiban Pemerintah Daerah dalam hal ini Pemerintah Kota Depok dengan hak yang seharusnya diterima In do ne si R pemegang hak atas tanah atau Pemohon; 6. Bahwa Penetapan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagaimana di dalam A gu ng Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok 2012 - 2032, tidak memfasilitasi pemberian informasi yang seharusnya diperoleh masyarakat yang terkena dampak langsung dari penetapan Ruang Terbuka Hijau melalui Peraturan Daerah, melalui mekanisme yang diatur oleh Pasal 7, 15, 16, 17, 18, 19 Peraturan Pemerintah lik Dalam Penataan Ruang; 7. Bahwa Penetapan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagaimana di dalam Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor ub m ah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk Dan Tata Cara Peran Masyarakat 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun ka 2012-2032, merupakan kebijakan Pemerintah Daerah yang menyangkut ep kepentingan umum, akan tetapi di dalam proses pembuatan (formulasi) ah tidak dilakukan sosialisasi dan Komunikasi atau bahkan melalui Perda terhadap hak hukum Pemohon; ng M 8. Berdasarkan kewenangan yang dimiliki oleh Mahkamah Agung on Halaman 58 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor es R tersebut Termohon melalui perda dimaksud terkesan sewenang-wenang ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 58 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R 4 Tahun 2004 adalah untuk menguji isi dari setiap peraturan perundangundangan di bawah undang-undang termasuk dalam hal ini Peraturan ng Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012 - 2032 terhadap Undang-Undang. Jika peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang, apabila gu peraturan daerah tersebut bertentangan dengan undang-undang atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, maka Mahkamah tidak berlaku untuk umum, serta memerintahkan kepada instansi yang bersangkutan segera melakukan pencabutannya, sebagaimana diatur ub lik ah A Agung dapat mengeluarkan Putusan Peraturan Daerah tidak sah dan dalam Pasal 11 ayat (3) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 dan Pasal 6 ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2011; am 9. Dalam pembuatannya peraturan Daerah juga mesti memperhatikan Penerapan Asas Hukum dan Kepentingan hukum masyarakat. Asas ep perlu dipandang sebagai dasar-dasar umum atau petunjuk-petunjuk ah k bagi hukum yang berlaku, yakni dasar-dasar atau petunjuk arah dalam hukum positif Suatu asas hukum bukanlah suatu ketentuan hukum, In do ne si R asas bukanlah hukum namun hukum tidak dapat dimengerti tanpa asas, asas adalah gejala yang mengarah penentuan moral kita pada hukum, A gu ng asas adalah hal-hal yang umum dengan segala sesuatu yang relatif yang mendampinginya memperjelas yang tidak lolos dari kebutuhan untuk pemahaman menyangkut asas hukum, pandangan tentang asas hukum itu tidak boleh dianggap sebagai norma-norma hukum yang kongkret, akan tetapi perlu dipandang sebagai dasar-dasar umum atau petunjuk-petunjuk bagi hukum yang berlaku. B. Arif Sidharta lik “Fungsi dan tujuan hukum itu sebenarnya sudah terkandung dalam batasan pengertian atau definisinya. Kalau dikatakan hukum itu adalah perangkat kaidah dan asas-asas yang mengatur kehidupan manusia ub m ah menyatakan: dalam masyarakat, dapat disimpulkan bahwa fungsi yang terpenting dari ka hukum adalah tercapainya keteraturan dalam kehidupan manusia di ep dalam masiarakat. Artinya orang dapat mengadakan kegiatan-kegiatan ah yang di perlukan dalam kehidupan bermasyarakat karena ia dapat bisa dia harapkan”; ng M 10. Patut dipahami dampak langsung yang merubah kawasan atau wilayah on Halaman 59 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu melalui pendekatan kepentingan umum, dengan bermaksud perluasan es R mengadakan perhitungan tentang apa yang akan terjadi atau apa yang ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 59 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R wilayah untuk kepentingan umum melalui ruang terbuka hijau selayaknya dilakukan dengan baik dan benar. Dampak yang didapati ng oleh penguasaan hak atas tanah melalaui Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 4 yang memungkinkan kehilangan kesempatannya untuk memanfaatkan lahan, dapat pula atau dimungkinkan dialami oleh gu pihak-pihak lain yang mengalami perubahan atas penguasaan hak atas tanah yang dimilikinya; terhadap peraturan perundang-undangan, teori-teori hukum, maka jelas bahwa sepatutnya demi hukum Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31 ub lik ah A 11. Berdasarkan uraian-uraian terhadap Peraturan Daerah Kota Depok Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012 - 2032, harus dinyatakan am tidak sah dan tidak berlaku; 12. Bahwa seharusnya lima situ bisa merupakan Penetapan Ruang ep Terbuka Hijau yang seharusnya ditetapkan oleh PemerintahKota Depok ah k sehingga Pemerintah kota depok tidak perlu menetapkan lahan masyarakat pemilik atau pemegang hak atas tanah untuk ditetapkan In do ne si R sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH), hal ini jelas menunjukkan aparat negara dalam lingkungan Pemerintah Daerah Kota Depok tidak A gu ng berupaya untuk melindungi hak-hak masyarakat yang seharusnya diayomi dengan cara mengembalikan fungsi 5 situ tersebut dan menghentikan penggunaan lahan atau tanah masyarakat sebagai bagian dari Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagaimana diatur dalam Peraturan Derah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok 2012-2032; keberatan dan memutuskan sebagai berikut: ub Primair: lik mohon kepada Ketua Mahkamah Agung berkenan memeriksa permohonan Dalam pokok perkara: 1. Menerima dan mengabulkan permohonan hak uji materil untuk seluruhnya; ep 2. Menyatakan Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota ah ka m ah Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka selanjutnya Pemohon 28D Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 96 Undang-Undang Nomor 12 ng M Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, Pasal on Halaman 60 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu 65 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal es R Depok Tahun 2012-2032 bertentangan dengan Pancasila Sila kelima, Pasal ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 60 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R 40 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Agraria juncto Pasal 32 dan Pasal 60 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 ng tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan Dan Hak Pakai Atas Tanah Pasal 7 ayat , Pasal 16, Pasal 17, dan Pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat gu dalam Penataan Ruang dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang A Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan Halaman 61; ah 3. Menyatakan pada Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah ub lik Kota Depok Tahun 2012 – 2032 tidak sah dan tidak berlaku untuk umum serta dinyatakan batal demi hukum; am 4. Memerintahkan kepada Pemerintah Daerah Kota Depok untuk mencabut dan tidak berlaku secara umum pada Pasal 41 Ayat (2) huruf g angka 31 ep Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata ah k Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032; R muncul dalam permohonan a quo; In do ne si 5. Menghukum Pemerintah Kota Depok untuk membayar biaya perkara yang 6. Memerintahkan pemuatan isi Putusan a quo dalam Lembaran Berita Negara A gu ng Republik Indonesia sebagaimana mestinya; Subsidair: Apabila Majelis Hakim Agung Yang Terhormat, yang memeriksa dan memutus permohonana quo berpendapat lain, maka Pemohon memohon agar diberikan putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono); Menimbang, bahwa untuk mendukung dalil-dalil permohonannya, lik 1. Fotokopi Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012-2032 (Bukti P-1); ub 2. Fotokopi Akta Pendirian PT Sarana Cipta Lestari Nomor 39 tanggal 28 Juli 2011 (Bukti P-2); 3. Fotokopi Akta Pernyataan Keputusan di Luar RUPS Nomor 12 tanggal 7 ep Juni 2015 (Bukti P-3); 4. Fotokopi SHGB Nomor 4, terletak di Desa Leuwinanggung, Kecamatan 5. Fotokopi Surat Nomor 650/27/Tata Ruang, tanggal 13 Januari 2015, yang Halaman 61 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d ng gu A on diterbitkan Pemerintah Kota Depok c.q. Dinas Tata Ruang (Bukti P-5); es R Cimanggis, Kabupaten Bogor, Luas 79.826 m2 (Bukti P-4); M h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) ik ah ka m ah Pemohon telah mengajukan bukti surat/tulisan sebagai berikut: Halaman 61 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R 6. Fotokopi Peta Rencana Pola Ruang (lampiran 1.13 Rencana Tata Ruang Kota Depok Tahun 2012 - 2032 tertanggal 16 Maret 2015) (Bukti P-6); ng 7. Fotokopi Surat Nomor 004/SCL-DIR/IV/2017, tanggal 7 April 2017, perihal Surat Permohonan Perubahan Tata Ruang/RTRW atas Tanah yang berlokasi di Kelurahan Leuwinanggung, Kecamatan Tapos - Depok (Bukti gu P-7); 8. Fotokopi Surat Nomor 004/SCL-DIR/IV/2017, tanggal 25 April 2017 perihal Koefisien Lantai Bangunan ("KLBH) di lokasi lahan Desa Leuwinanggung, Kecamatan Tapos - Kota Depok (Bukti P-8); ub lik ah A Surat Permohonan Penetapan Koefisien Dasar Bangunan ("KDB") dan 9. Fotokopi Surat Nomor 004/SCL-DIR/VII/2017 tertanggal 5 Juli 2017 Pemohon telah memohonkan perubahan tata ruang kepada Termohon am melalui, perihal Surat Permohonan Perubahan Tata Ruang/RTRW atas Tanah yang berlokasi di Kelurahan Leuwinanggung, Kecamatan Tapos - ah k 10. Fotokopi Surat Nomor ep Depok (Bukti P-9); 003/SCL-DIR/III/2017, tanggal 7 Juli 2017, Pemohon mengirimkan memohonkan Perihal: penetapan Koefisien Dasar In do ne si R Bangunan ("KDB") dan Koefisien Lantai Bangunan ("KLB") (Bukti P-10); 11. Fotokopi Surat Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Depok A gu ng Nomor 600/591- PUPR tanggal 8 Agustus 2017 (Bukti P-11); 12. Fotokopi Surat Keterangan Permohonan Sosialisasi Perda Nomor 003/DP/Dir/SCL/X/2017 tanggal 05 Oktober 2017 oleh Pemohon (Bukti P-12); 13. Fotokopi Surat Keterangan Bapak Tabroni Ketua RT.02, RW.01, Kelurahan Leuwinanggung, Kecamatan Tapos, Kota Depok tertanggal 5 Oktober 2017 Surat Keputusan Nomor 149/Ktps/01/I/2015 lik 14. Fotokopi tentang Pengesahan Pengurus Rukun Tetangga (RT) Dan Rukun Warga (RW) ub Kelurahan Leuwinanggung, Kecamatan Tapos, Kota Depok Periode 2015 – 2018 (Bukti P-14); 15. Fotokopi Surat Keterangan Bapak Ahmad Ketua RW.01, Kelurahan ep Leuwinanggung, Kecamatan Tapos, Kota Depok tertanggal 5 Oktober 2017 (Bukti P-15); Pengurus Rukun Tetangga (RT) Dan Rukun Warga (RW) Kelurahan Leuwinanggung, Kecamatan Tapos, Kota Depok Periode 2015 – 2018 ng on Halaman 62 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu (Bukti P-16); es R 16. Fotokopi Surat Keputusan Nomor 149/Ktps/01/I/ 2015 tentang Pengesahan M h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) ik ah ka m ah (Bukti P-13); Halaman 62 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Surat PT Karabha Digdaya Nomor 121/DIR/PTKD/X/2017 R 17. Fotokopi In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id tertanggal 10 Oktober 2017 (Bukti P-17); ng 18. Fotokopi Pasal 24, PP Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan Dan Hak Pakai Atas Tanah (Bukti P-18); 19. Fotokopi Pasal 96, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang gu Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Bukti P-19); 20. Fotokopi Pasal 7 Ayat ( 1 ), Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang A Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Bukti P-20); 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Bukti P-21); ub lik ah 21. Fotokopi Penjelasan Umum Angka 6 dan Angka 5 Undang-Undang Nomor 22. Fotokopi Pasal 65 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Bukti P-22); am 23. Fotokopi Pasal 60, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Bukti P-23); ep 24. Fotokopi Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 ah k Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Bukti P-24); 25. Fotokopi Pasal 40, PP Nomor 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, In do ne si R Hak Guna Bangunan Dan Hak Pakai Atas Tanah (Bukti P-25); 26. Fotokopi Pasal 2 Ayat (3) dan Penjelasan Undang Undang Nomor 5 Tahun A gu ng 1960 tentang Pokok-pokok Agraria (Bukti P-26); 27. Fotokopi Pasal 35, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang PokokPokok Agraria (UUPA) (Bukti P-27); 28. Fotokopi Pasal 36 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang PokokPokok Agraria (UUPA) (Bukti P-28); 29. Fotokopi Pasal 37, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok- lik 30. Fotokopi Pasal 40, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang PokokPokok Agraria (UUPA) (Bukti P-30); Pokok Agraria (UUPA) (Bukti P-31); ub 31. Fotokopi Pasal 22, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok- 32. Fotokopi Pasal 23, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok- ep Pokok Agraria (UUPA) (Bukti P-32); 33. Fotokopi Pasal 24, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok- 34. Fotokopi Pasal 28, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok- Halaman 63 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d ng gu A on Pokok Agraria (UUPA) (Bukti P-34); es R Pokok Agraria (UUPA) (Bukti P-33); M h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) ik ah ka m ah Pokok Agraria (UUPA) (Bukti P-29); Halaman 63 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia R 35. Fotokopi Pasal 32, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang PokokPokok Agraria (UUPA) (Bukti P-35); ng 36. Fotokopi Pasal 35, PP Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan Dan Hak Pakai Atas Tanah (Bukti P-36); 37. Fotokopi Pasal 19, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok- gu Pokok Agraria (UUPA) (Bukti P-37); 38. Fotokopi Pasal 5 huruf g, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang A Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Bukti P-38); tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Bukti P-39); ub lik ah 39. Fotokopi Pasal 92 Ayat (1), Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 40. Fotokopi Pasal 10 huruf b, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Bukti P-40); am 41. Fotokopi Pasal 7 Ayat (1), Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk Dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang ep (Bukti P-41); ah k 42. Fotokopi Pasal 7 Ayat (2), Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 In do ne si (Bukti P-42); R tentang Bentuk Dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang 43. Fotokopi Pasal 16, Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang A gu ng Bentuk Dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Bukti P-43); 44. Fotokopi Pasal 17, Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk Dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Bukti P-44); 45. Fotokopi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 lik Kawasan Perkotaan Bagian tentang Peran Swasta (Bukti P-45); 46. Fotokopi Majalah Konstan Vol. VII/Edisi 190, Oktober 2017 "Setu Yang ub Hilang dan Carut Marut RT RW Depok" (Bukti P-46); Menimbang, bahwa permohonan keberatan hak uji materiil tersebut telah disampaikan kepada Termohon pada tanggal 31 Oktober 2017 berdasarkan Surat Panitera Muda Tata Usaha Negara Mahkamah Agung ep Nomor 64/PER-PSG/X/64P/HUM/2017, tanggal 26 Oktober 2017; bahwa terhadap permohonan Pemohon tersebut, R Menimbang, Termohon telah mengajukan jawaban tertulis pada tanggal 20 November 2017, Halaman 64 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A on Tenggang Waktu Jawaban; gu I. ng yang pada pokoknya atas dalil-dalil sebagai berikut: es ka m ah tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di ik Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) h ah M In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id Halaman 64 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R Berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materi Pasal 3 ayat (4) menyatakan: ng “Termohon wajib mengirimkan atau menyerahkan jawaban kepada Panitera Mahkamah Agung dalam waktu 14 hari sejak diterima salinan permohonan tersebut”; gu Bahwa surat Mahkamah Agung RI Nomor 64/PR/X/64 P/HUM/2017, tanggal 26 Oktober 2017 tentang Penerimaan dan Registrasi Berkas 664/PER-PSG/X/64 P/HUM/2017 tentang Pemberitahuan dan Penyerahan Surat Permohonan Hak Uji Materiil atas Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31, ub lik ah A Permohonan Hak Uji Materiil dan Surat Mahkamah Agung RI Nomor Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang dan Rencana Wilayah Kota Depok Tahun 2012 - 2032, yang am diajukan Permohonan Hak Uji Materiil atas nama PT Sarana Cipta Lestari (SCL), yang kami terima berdasarkan disposisi Kepala Bagian Hukum ep Setda Kota Depok pada tanggal 6 November 2017, dan Jawaban ah k Termohon telah dibuat secara tertulis dan disampaikan kepada Panitera Mahkamah Agung RI Cq. Panitera Muda Tata Usaha Negara pada tanggal In do ne si R 20 November 2017, sehingga masih dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari sejak diterimanya turunan surat Permohonan Hak Uji Materiil A gu ng sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; II. Kedudukan Hukum (Legal Standing) Pemohon; 1. Bahwa sebelum Mahkamah Agung RI mempertimbangkan tentang substansi permohonan yang diajukan Pemohon, dimohon agar Mahkamah Agung RI berkenan mempertimbangkan apakah permohonan a quo memenuhi persyaratan formal yaitu apakah lik Hak Uji Materiil, sehingga Pemohon mempunyai kedudukan hukum (legal standing) dalam permohonan a quo sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 ub m ah Pemohon mempunyai kepentingan untuk mengajukan permohonan tentang Mahkamah Agung serta Pasal 1 ayat (4) dan Pasal 2 ayat (4) ka Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 01 Tahun 2011 tentang Hak Uji ep Materiil; ah 2. Bahwa Pembatasan atau retriksi terhadap kedudukan hukum (Legal ng M a. Wilayah persoalan mengenai kualifikasi kedudukan hukum (legal on Halaman 65 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu standing) Pemohon hak uji materiil peraturan perundang-undang di es persoalan yaitu: R standing) Pemohon hak uji materiil tersebut meliputi 2 (dua) wilayah ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 65 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia undang-undang terhadap undang-undang, R bawah In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id wilayah persoalan ini memunculkan pertanyaan, apakah pemohon hak uji ng materiil peraturan perundang-undang di bawah undang-undang terhadap undang-undang dalam kualifikasi kedudukan hukum sebagai perorangan Warga Negara Indonesia, kesatuan gu masyarakat hukum adat, badan hukum publik atau badan hukum privat; A b. Wilayah persoalan mengenai adanya kerugian pemohon hak uji materiil oleh berlakunya peraturan perundang-undangan di bawah ub lik ah undang-undang, wilayah persoalan ini memunculkan pertanyaan, apakah kriteria-kriteria untuk dapat dikatakan pemohon uji materiil dirugikan haknya oleh berlakunya peraturan perundang-undangan am di bawah undang-undang; Manakala kedua wilayah persoalan tersebut terpenuhi oleh Pemohon ep Hak Uji Materiil peraturan perundang-undangan di bawah undang- ah k undang terhadap undang-undang barulah dapat dikualifikasi Pemohon Hak Uji Matreiil mempunyai kedudukan hukum (legal standing) bawah undang-undang terhadap undang-undang; In do ne si R sebagai Pemohon Hak Uji Materiil peraturan perundang-undangan di A gu ng 2.1 Pertimbangan Hukum Mengenai Kualifikasi kedudukan (legal standing) Pemohon; - Berdasarkan dalil-dalil permohonan dan bukti-bukti yang diajukan Pemohon adalah bahwa PT Sarana Cipta Lestari (SCL) yang didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas Nomor 39 tertanggal 28 Juli 2011, yang dibuat di hadapan Notaris H. Yunardi, S.H. di Jakarta Selatan dengan lik ah Akta Pernyataan Keputusan di Luar Rapat Umum Pemegang Saham Nomor 12 tertanggal 7 Juni 2015, yang dibuat di ub m hadapan Notaris H. Yunardi, S.H. Jakarta Selatan sebagai Pemilik SHGB Nomor 4 Leuwinanggung yang diterbitkan oleh ka Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Bogor ep sebagaimana telah diperpanjang dengan Keputusan Kepala ah Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Jawa Barat Nomor - Namun Demikian berdasarkan ketentuan Pasal 6 Keputusan ng M Presiden Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pengakhiran tugas on Halaman 66 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu dan pembubaran Badan Penyehatan Perbankan Nasional es R 237/HGB/BPN-32/2013; ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 66 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R (BPPN), segala kekayaan BPPN menjadi kekayaan Negara yang dikelola oleh Menteri Keuangan; ng - Salah satu aset eks-BPPN yang dikelola oleh Menteri Keuangan adalah 100% saham PT Karaba Digdaya yang Depok yang pengembangan Perusahaannya harus sejalan dengan kebijakan Pemerintah untuk melakukan Pengelolaan Aset Negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat; - Berdasarkan hal tersebut, apakah pengalihan kepemilikan hak atas tanah a quo PT Karaba Digdaya kepada PT Sarana Cipta ub lik ah A gu berkedudukan di Kelurahan Tapos, Kecamatan Tapos, Kota Lestari diperkenankan dan dapat dinyatakan sah; 2.2 Pertimbangan Mengenai Kerugian hak dikaitkan dengan ada am tidaknya kepentingan Pemohon; - Bahwa Mahkamah Agung RI sejak Putusan Nomor ep 54 P/HUM 2013 tanggal 19 Desember 2013 dan Putusan ah k Nomor 62 P/HUM/2013 tanggal 18 November 2013 serta putusan-putusan berikutnya berpendirian bahwa kerugian hak In do ne si R sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31A ayat (2) UndangUndang Nomor 3 Tahun 2009 harus memenuhi 5 (lima) syarat: A gu ng 1. Adanya hak Pemohon yang diberikan oleh suatu peraturan perundang-undangan; 2. Hak tersebut oleh Pemohon dianggap dirugikan oleh berlakunya peraturan perundang-undangan dimohonkan pengujian; yang 3. Kerugian tersebut harus bersifat spesifik (khusus) dan aktual atau setidak-setidaknya potensial menurut penalaran lik ah yang wajar dapat dipastikan terjadi; 4. Adanya hububungan sebab akibat (causal verband) antara ub m kerugian dimaksud dan berlakunya peraturan perundangundangan yang dimohonkan pengujian; ka 5. Adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya maka ah terjadi lagi; ep kerugian seperti yang dikabulkan tidak akan atau tidak Pemohon dapat dipertimbangkan sebagai badan hukum ng M perseroan terbatas, namun syarat mengenai kerugian hak tidak on Halaman 67 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu dipertimbangkan, sebab tidak adanya hak Pemohon yang es R - Walaupun kualifikasi kedudukan hukum (legal standing) ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 67 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R diberikan oleh undang-undang yaitu kepemilikan Hak atas tanah seluas 79.826 m2 yang terletak di Jalan Kelurahan ng Leuwinanggung, Kecamatan Tapos (Kecamatan Cimanggis), Kota Depok tidak terbukti secara sah dan meyakinkan sebagai milik Pemohon; A gu - Dengan demikian, hak tersebut dianggap tidak dirugikan oleh berlakunya objek permohonan, sehingga tidak adanya hubungan kausal antara kerugian dengan objek permohonan yang diuji serta tidak adanya kemungkinan bahwa dengan ub lik ah dikabulkannya maka kerugian seperti yang dikabulkan tidak akan atau tidak terjadi lagi; - Pemohon sebagai gabungan pengusaha kelapa sawit dirugikan am dengan diberlakukannya objek permohonan hak uji materiil yang dipersoalkan dalam perkara ini. Timbulnya kerugian ep dimaksud karena adanya hubungan sebab akibat (causal ah k verband), dan apabila permohonan yang bersangkutan kelak dikabulkan, maka kerugian yang bersangkutan memang dapat In do ne si R dipulihkan kembali dengan dibatalkannya objek permohonan hak uji materiil dimaksud; A gu ng Berdasarkan dalil-dalil yang telah kami uraikan di atas, disimpulkan bahwa Pemohon tidak memiliki kualifikasi sebagai badan hukum yang berhak mengajukan Permohonan Hak Uji Materiil kepada mahkamah Konstitusi. Untuk itu sudah sepatutnya Majelis hakim Mahkamah Agung menyatakan bahwa Permohonan Pemohon tidak dapat diterima; III. Syarat Formalitas Permohonan; lik 1. Bahwa objek Hak Uji Materiil yang diajukan oleh Pemohon yakni atas Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Kota Depok Tahun ub m ah Kewenangan Mahkamah Agung RI; 2012-2032 terhadap Sila Kelima Pancasila, Pasal 28D Undang-Undang Pembentukan Peraturan Nomor 12 Tahun 2011 tentang Perundang-undangan, ep ka Dasar Tahun 1945, Undang-Undang Undang-Undang ah Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Undang-Undang Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak ng M Guna Bangunan, dan Hak Pakai atas Tanah, Peraturan Pemerintah on Halaman 68 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran es R Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria, Peraturan ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 68 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R Masyarakat dalam Penataan Ruang dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan ng Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan; 2. Namun kewenangan Mahkamah Agung adalah menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang sebagaimana diatur gu dalam: a. Berdasarkan ketentuan Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Dasar A 1945 (selanjutnya disebut sebagai UUD 1945) menyebutkan bahwa: ub lik ah "Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung Rl dan Badan Peradilan yang di bawahnya dalam lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan am Peradilan Militer, lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi"; ep b. Berdasarkan Ketentuan Pasal 24 A ayat (1) UUD 1945, mengatur: ah k “Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang In do ne si R terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang”; A gu ng c. Berdasarkan ketentuan umum Pasal 1 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2011 menyebutkan bahwa: "Hak Uji Materiil adalah hak Mahkamah Agung Rl untuk menilai materi muatan peraturan perundang-undangan di bawah undangundang terhadap peraturan perundang-undangan tingkat lebih lik 3. Dengan demikian, ranah kewenangan Mahkamah Agung UUD 1945 bukan merupakan batu uji. Berdasarkan peraturan perundangundangan yang telah diuraikan di atas, maka dapatlah ditarik ub m ah tinggi"; kesimpulan bahwa Mahkamah Agung RI tidak berwenang untuk untuk ka memeriksa, mengadili dan memutuskan perkara pengujian Peraturan ep Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata ah Ruang Kota Depok Tahun 2012 - 2032 terhadap Pancasila dan UUD 4. Oleh karena itu permohonan pengujian Peraturan Daerah Kota Depok ng M Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Kota Depok Tahun on Halaman 69 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu 2012 - 2032 sebagai objek Hak Uji Materiil harus pula dinyatakan tidak es R 1945 bukanlah kewenangan Mahkamah Agung RI; ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 69 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R dapat diterima, dan oleh karenanya terhadap substansi permohonan a quo tidak perlu dipertimbangkan lagi; ng IV. Alasan-alasan Penolakan Permohonan; A. Alasan Formil; Bahwa Termohon berwenang mengeluarkan peraturan a quo karena gu peraturan a quo telah sesuai dengan Ketentuan peraturan perundangundangan yang ada, yaitu: Negara Indonesia adalah negara hukum, dimana berdasarkan ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah diamandemen telah mengatur ub lik ah A 1. Bahwa struktur ketatanegaraan Republik Indonesia yang mengenal fungsifungsi eksekutif, legislatif dan yudikatif; am 2. Bahwa prinsip due process of law adalah prinsip yang dianut dalam proses peradilan yang dijalankan oleh Pengadilan dalam rangka ep menjalankan fungsi yudikatif, sedangkan dalam Peraturan Daerah ah k Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Depok Tahun 2012-2032 diterbitkan dalam rangka pelaksanaan fungsi pemerintahan daerah yang In do ne si satu R salah merupakan bagian dari fungsi eksekutif. Hal ini sesuai dengan Pasal 18 Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 yang A gu ng amanat berbunyi sebagai berikut: 1. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang; 2. Pemerintah Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten, dan Kota lik ah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan; ub m 3. Pemerintahan Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten, dan Kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota- ka anggotanya dipilih melalui pemilihan umum; ep 4. Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai Kepala R demokratis; 5. Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, urusan ng M kecuali pemerintahan yang oleh undang-undang on Halaman 70 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu ditentukan sebagai urusan Pemerintahan Pusat; es ah Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota dipilih secara ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 70 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R 6. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan ng tugas pembantuan; 7. Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang; gu 3. Telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan; A 4. Bahwa peraturan a quo telah disusun dan dibentuk sesuai dengan asas-asas pembentukan perundang-undangan yang baik yaitu tentang Pembentukan menyatakan: ub lik ah sesuai dengan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Peraturan Perundang-Undangan yang am Dalam membentuk peraturan perundang-undangan harus dilakukan berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundang- ep b. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat; c. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan; d. dapat dilaksanakan; e. kedayagunaan dan keterhasilgunaan; f. kejelasan rumusan; dan g. keterbukaan; In do ne si kejelasan tujuan; R a. A gu ng ah k undangan yang baik, yang meliputi: 5. Lebih lanjut ketentuan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, materi muatan Peraturan Kabupaten/Kota berisi Provinsi materi dan Peraturan muatan dalam Daerah rangka penyelenggaraan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan serta lik ah menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi; ub m Daerah 6. Bahwa kewenangan pembentukan Peraturan Daerah merupakan ayat (1) Undang-Undang Nomor ep ka kewenangan Termohon sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 17 23 Tahun 2014 tentang berhak menetapkan R “Daerah menyelenggarakan urusan kebijakan pemerintahan daerah yang untuk menjadi on Halaman 71 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu ng M kewenangan Daerah”; es ah Pemerintahan Daerah yang berbunyi: ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 71 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R 7. Sejalan dengan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, ketentuan Pasal 236 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun ng 2014 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa: (3) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat materi muatan: gu a. penyelenggaraan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan; dan lebih lanjut ketentuan peraturan undangan yang lebih tinggi; perundang- 8. Dalam Pasal 2 Undang-Undang 50 Tahun 1960 tentang Pokok- ub lik Pokok Agraria, kembali ditegaskan kewenangan untuk mengatur ah A b. penjabaran dan menyelenggarakan peruntukan pola ruang wilayah, yang dinyatakan sebagai berikut: am Pasal 2: (2) Hak menguasai dari Negara termaksud dalam ayat (1) pasal ini ep memberi wewenang untuk: ah k a. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, R tersebut; In do ne si persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa b. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum A gu ng antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa; c. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatanperbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa; (3) Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari Negara tersebut pada ayat (2) pasal ini digunakan untuk mencapai lik kesejahteraan dan kemerdekaan dalam masyarakat dan Negara hukum Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur; Undang-Undang 26 Tahun 2007 pun, kewenangan ub 9. Dalam m ah sebesar-besar kemakmuran rakyat dalam arti kebangsaan, Pemerintah Daerah Kabuaten/Kota kembali dipertegas, dengan Pasal 11: ah (1) Wewenang ep ka penjabaran sebagai berikut: pemerintah daerah kabupaten/kota dalam a. pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap ng M pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota dan on Halaman 72 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu kawasan strategis kabupaten/kota; es R penyelenggaraan penataan ruang meliputi: ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 72 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R b. pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota; c. pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis ng kabupaten/kota, dan kerja sama penataan ruang antar kabupaten/kota; A gu (2) Wewenang pemerintah pelaksanaan penataan daerah kabupaten/kota ruang wilayah dalam kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: a. perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/kota; b. pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota; dan (3) Dalam pelaksanaan ub lik ah c. pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota; penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, am pemerintah daerah kabupaten/kota melaksanakan: a. penetapan kawasan strategis kabupaten/kota; ep b. perencanaan tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota; ah k c. pemanfaatan ruang kawasan strategis kabupaten/kota; dan d. pengendalian pemanfaatan ruang strategis In do ne si R kabupaten/kota; kawasan 10. Bahwa Proses pembentukan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun A gu ng 2015 tentang Rencana Tata Ruang dan Rencana Wilayah Kota Depok Tahun 2012 -2032 (objek a quo) telah melalui serangkaian panjang tahapan pembentukan Peraturan Daerah termasuk proses Degar Pendapat Masyarakat baik dalam ruang diiskusi maupun pertemuan dalam konsultasi publik berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu UndangUndang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan lik ah Perundang-undangan, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 68 ub m Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum ka dengan tahapan-tahapan pembentukan Rancangan Peraturan ep Daerah telah ditempuh sepenuhnya oleh Termohon, yakni sebagai ah berikut: Depok dengan Pemerintah Kota Bekasi melakukan pertemuan ng M terkait sinkronisasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok on Halaman 73 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu Tahun 2011-2031 dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota es R 1. Pada hari Rabu tanggal 29 September 2010 pemerintah kota ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 73 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R Bekasi Tahun 2010-2030, yang kemudian dituangkan dalam Berita Acara Nomor 593/2553.A/TR/2010; ng 2. Pada tanggal 20 November 2010 dilaksanakan diskusi dalam rangka pemaduserasian Raperda Rencana Tata Ruang A gu Wilayah (RTRW) Kota Depok 2011-2030 dengan Raperda Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tanggerang Selatan 20102030 bertempat di Direktorat Jendral Pembangunan Daerah Kemendagri Jakarta, yang kemudian dituangkan dalam Berita Acara Nomor 593/3202.A/TR/2010; rangka ub lik ah 3. Pada tanggal 12 November 2010 dilaksanakan diskusi dalam pemaduserasian Raperda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Depok 2011-2030 dengan Raperda am Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor 2010-2030 bertempat di Bappeda Kabupaten Bogor yang kemudian ep dituangkan dalam Berita Acara Nomor 593/3181.A/TR/2010; ah k 4. Surat dari Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Depok yang ditujukan kepada Walikota Depok (Termohon) Nomor In do ne si R 593/282-TR Perihal: Laporan Perkembangan Raperda RTRW Kota Depok Tahun 2011-2030; A gu ng 5. Pada tanggal 27 Januari 2011 dilakukan pembahasan kembali terkait Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Depok (RTRW) yang kemudian dituangkan dalam Rapat Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah BKPRD Jawa Barat yang dihadiri oleh Anggota Pokja Perencanaan Tata Ruang BKPRD Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kota Depok, yang ditandatangani oleh Kepala lik ah Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Depok dan Kepala Bidang fisik Bappeda Provinisi Jawa Barat; ub m 6. Pada tanggal 9 Agustus 2011 bertempat di Bakosurtanal Cibinong, dilakukan asistensi dan Supervisi peta tata ruang ka dalam rangka persetujuan substansi Raperda RTRW Kota ep Depok tahun 2011-2031 yang ditandatangani oleh Bidang Tata ah Ruang Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Depok dan dan Pemetaan Nasional Pusat Atlas dan Tata Ruang; ng M 7. Pada tanggal 6 September 2011 telah diadakan konsultasi on Halaman 74 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu publik rencana tata ruang wilayah Kota Depok 2011-2031 yang es R Pelaksana Asistensi Badan Koordinasi dan Pemetaan Survey ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 74 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R dihadiri oleh OPD, LSM dan Lingkup Akademisi di lingkup Kota Depok yang ditandatangani oleh Kepala Bidang Tata Ruang ng Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Depok; 8. Tanda tangan berita acara konsultasi publik RTRW Kota Depok Tahun 2011-2031; A gu 9. Dilaksanakan Rapat Pleno Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah Provinsi Jawa Barat tentang Evaluasi Rancangan Perda RTRW Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Garut, pembahasan pemberian rekomendasi Gubernur tentang RTRW ub lik ah Kota Depok dan Kota Banjar, dan Pembahasan Pemberian Rekomendasi tentang Terminal Khusus Pasir Besi Agrabinta di Kabupaten Cianjur pada tanggal 16 November 2011, yang am kemudian dituangkan dalam Berita Acara, yang ditandatangani oleh Sekretaris Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah ep Provinsi Jawa Barat; ah k 10. Kemudian dilaksanakan kembali Rapat Koordinasi dengan wilayah yang berbatasan dalam pembahasan Raperda RTRW In do ne si R Kota Depok Tahun 2011-2031 Nomor 593/600.A/TR/2011 Pada tanggal 12 Desember 2011 yang ditandatangani oleh A gu ng Perwakilan Pemerintah Kota Depok dan Perwakilan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta; 11. Kemudian pada tanggal 28 Desember 2011 Gubernur Provinsi Jawa Barat menerbitkan surat tentang: Rekomendasi Pemberian Persetujuan Substansi Raperda Kota Depok tentang RTRW Kota Depok dalam Surat Nomor 650/5931/BAPP yang pada intinya menyatakan pemberian lik ah rekomendasi atas perda RTRW untuk diproses selanjutnya untuk mendapatkan persetujuan dari Menteri Pekerjaan Umum ub m yang ditujukan kepada Menteri Pekerjaan Umum; 12. Bahwa pada tanggal 29 Desember 2011 Walikota Depok ka menyampaikan Surat ke Ketua BKPRN Kota Depok Perihal: ep Permohonan Persetujuan Substansi RTRW Tahun 2011-2031 ah Nomor 650/1706-Tarkim; Terkait RTRW 2011-2031, bertempat di Gedung Dibale Lt.3 on Halaman 75 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu ng M Bappeda Kota Depok; es R 13. Pada tanggal 3 Januari 2012 dilaksanakan konsultasi publik ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 75 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R 14. Kemudian dilampirkan daftar hadir undangan konsultasi publik Terkait RTRW 2011-2031, tanggal 3 Januari 2012; ng 15. Bahwa dilaksanakan Rapat Koordinasi Kelompok Kerja Teknis Badan Koordinasi gu pembahasan Openataan Raperda Kota Ruang Nasional dalam Depok dengan Nomor 126/BA/Rc/IX/2012 pada tanggal 4 Januari 2012; A 16. Berkoordinasi sekaligus berkonsultasi terkait isi maupun materi yang tertuang dalam Rancangan Peraturan Daerah Kota Depok, ke Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional pada ub lik ah tanggal 4 Januari 2012 bertempat di ruang rapat direktorat jendral Penataan Ruang, Gdg. SDA dan Tata Ruang Kementerian PU, yang kemudian tertuang dalam Notulensi am Rapat Koordinasi Kelompok Kerja Teknis Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional dalam pembahasan tentang ep Raperda Kota Depok tentang RTRW Kota Depok; ah k 17. Tanggal 22 Maret 2012 dilakukan pemeriksaan terhadap Peta RTRW, yang kemudian dituangkan dalam Berita Acara Hasil In do ne si R Supervisi Peta RTRW Kabupaten Kota Depok Tahun 2011 2031 ke III; A gu ng 18. Tanggal 5 Mei 2011 dilakukan pemeriksaan terhadap Peta RTRW, yang kemudian dituangkan dalam Berita Acara Hasil Supervisi Peta RTRW Kabupaten Kota Depok Tahun 2011 2031 ke IV; 19. Tanggal 23 Mei 2012 Dirjen Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum menerbitkan surat perihal: Persetujuan Substansi atas Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Kota lik ah Depok tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Depok Tahun 2012 - 2032, yang ditandatangani oleh Dirjen ub m Penataan Ruang; 20. Kemudian pada tanggal 2-3 Oktober 2012 dilaksanakan Rapat ka Dengar Pendapat (Public Hearing) terkait Raperda Bangunan ep Izin Mendirikan Bangunan dan Raperda tentang Rencana Tata ah Ruang dan Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032; 2012 Rapat Dengar Pendapat (Public Hearing) terkait Raperda on Halaman 76 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu ng M Bangunan Izin Mendirikan Bangunan dan Raperda tentang es R 21. Kemudian dilampirkan daftar hadir undangan tanggal 2 Oktober ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 76 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032; ng 22. Kemudian dibuatkan laporan hasil rapat hearing pelaksanaan pada tanggal 2 Oktober 2012; A gu 23. Pada tanggal 9 Oktober 2012 dilaksanakan kembali Rapat Dengar Pendapat (Public Hearing) terkait Raperda Bangunan Izin Mendirikan Bangunan dan Raperda tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032; 24. Kemudian dilampirkan daftar hadir Rapat Dengar Pendapat ub lik ah (Public Hearing) terkait Raperda Bangunan Izin Mendirikan Bangunan dan Raperda tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032; am 25. Kemudian dibuatkan laporan hasil Rapat Hearing pelaksanaan pada tanggal 9 Oktober 2012; ep 26. Pada tanggal 28 September 2012 dilakukan Rapat Hearing ah k dengar pendapat untuk mendapat masukan dan saran terkait R 2012 – 2032; In do ne si Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Depok Tahun 27. Kemudian dilampirkan daftar hadir Rapat Dengar Pendapat A gu ng (Public Hearing) terkait Raperda Bangunan Izin Mendirikan Bangunan dan Raperda tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032; 28. Kemudian dibuatkan laporan hasil Rapat Hearing pelaksanaan pada tanggal 28 September 2012; 29. Pada tanggal 13 - 15 September 2012 dilakukan Rapat Hearing dengar pendapat untuk mendapat masukan dan saran terkait lik ah Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032; ub m 30. Kemudian dibuatkan Surat Tugas Nomor 841.5/633-DPRD untuk pembahasan awal Raperda; ka 31. Kemudian dibuatkan surat perintah Sekretariat DPRD Nomor ep 841.5/384-Sekwan tanggal 12 September 2012; ah 32. Kemudian dilampirkan daftar hadir rapat pembahasan awal bangunan dan IMB, Reperda tentang RTRW dan wilayah Kota ng M Depok Tahun 2012 - 2032, Raperda Perubahan ke 3, Perda on Halaman 77 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah; es R Raperda hari Kamis tanggal 13 September 2012 tentang ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 77 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R 33. Kemudian dilampirkan daftar hadir rapat pembahasan awal Raperda hari Jumat tanggal 14 September 2012 tentang ng Bangunan dan IMB, Reperda tentang RTRW dan wilayah Kota Depok Tahun 2012 - 2032, Raperda Perubahan ke 3, Perda Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah; A gu 34. Kemudian dilampirkan daftar hadir rapat pembahasan awal Raperda hari Sabtu tanggal 15 September 2012 tentang bangunan dan IMB, Reperda tentang RTRW dan wilayah Kota Depok Tahun 2012 - 2032, Raperda Perubahan ke 3, Perda ub lik ah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah; 35. Kemudian dibuatkan Nota Dinas kepada Sekretaris DPRD Kota Depok mengenai laporan hasil mendampingi rapat am pembahasan awal Pansus III DPRD Kota Depok; 36. Kemudian dibuatkan Nota Dinas kepada Sekretaris Daerah ep Kota Depok mengenai laporan hasil mendampingi rapat ah k pembahasan awal Pansus III DPRD Kota Depok; 37. Kemudian dibuatkan Laporan hasil rapat pembahasan awal In do ne si R pansus III DPRD Kota Depok yang ditujukan kepada Ketua DPRD Kota Depok; A gu ng 38. pada tanggal 10-12 Oktober 2012 dilaksanakan Pembahasan akhir Raperda, antara lain: 1. Raperda Bangunan dan Izin Mendirikan Bangunan; 2. Raperda tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032; 3. Raperda tentang Perubahan ke 3 Perda Nomor 08 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah; Sekwan tanggal 8 Oktober 2012; lik ah 39. Kemudian dibuatkan Surat Perintah DPRD Nomor 841.5/379- ub m 40. Kemudian dibuatkan daftar hadir rapat pembahasan akhir Raperda hari Rabu tanggal 10 Oktober 2012 tentang Bangunan ka dan IMB, Raperda tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah ep Kota Depok Tahun 2012 - 2032, Raperda tentang Perubahan ah ke 3 Perda Nomor 08 Tahun 2008 tentang Organisasi 41. Kemudian dibuatkan daftar hadir rapat pembahasan akhir ng M Raperda hari Kamis tanggal 11 Oktober 2012 tentang on Halaman 78 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu Bangunan dan IMB, Raperda tentang Rencana Tata Ruang es R Perangkat Daerah; ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 78 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R dan Wilayah Kota Depok Tahun 2012 - 2032, Raperda tentang Perubahan ke 3 Perda Nomor 08 Tahun 2008 tentang ng Organisasi Perangkat Daerah; 42. Kemudian dibuatkan daftar hadir rapat pembahasan akhir A gu Raperda hari Jumat tanggal 12 Oktober 2012 tentang Bangunan dan IMB, Raperda tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Depok Tahun 2012 - 2032, Raperda tentang Perubahan ke 3 Perda Nomor 08 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah; ub lik ah 43. Kemudian dibuatkan laporan hasil rapat pembahsan akhir Pansus III DPRD Kota Depok ditujukan kepada Ketua DPRD; 44. Kemudian dibuatkan Nota Dinas kepada Sekretaris DPRD Kota am Depok mengenai laporan hasil mendampingi rapat pembahasan akhir Pansus III DPRD Kota Depok; ep 45. Pengajuan surat permohonan pembahasan RTRW dengan ah k Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Kota Depok 2012 - 2032 dengan DPRD Kota Depok Nomor 050/359/BTRP/2012 In do ne si R tertanggal 1 Juni 2012 yang ditujukan kepada Walikota Depok; 46. Pada tanggal 26 Desember 2012 DPRD Kota Depok A gu ng menerbitkan keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daearh Kota Depok Nomor 24 Tahun 2012 tentang Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Depok terhadap Rancangan Peraturan Daerah Kota Depok tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032; 47. Kemudian Walikota Depok (Termohon) mengeluarkan surat perihal: Permohonan Evaluasi Raperda yang ditujukan ke Perihal: Permohonan Evaluasi Raperda. tertanggal 27 ub m Desember 2012; lik ah Gubernur Jawa Barat dengan Nomor 188.342/1571.9/Huk/2012 48. Kemudian pada tanggal 11 Maret 2015 Gubernur Pemerintah ka Provinsi Jawa Barat menyampaikan keputusan Gubernur Jawa ep Barat terkait evaluasi rancangan Peraturan Daerah Kota Depok ah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok dengan 49. Kemudian dibuatkan Berita Acara Penyerahan Keputusan on Halaman 79 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu ng M Gubernur Jawa Barat terkait Evaluasi Rancangan Peraturan es R Surat Nomor 188.342/1198/Hukham; ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 79 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R Daerah Kota Depok tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok 2012 – 2032; ng 50. Bahwa kemudian hasil evaluasi dituangkan dalam Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 188-342/Kep-326-Hukham/2015 tertanggal 11 Maret 2015; A gu 51. Kemudian Melampirkan Keputusan Jawa Barat Nomor 188342/Kep-326-Hukham/2015 tertanggal 11 Maret 2015 tentang Hasil Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Kota Depok tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok 2012 – ub lik ah 2032; 52. Melampirkan persandingan pencantuman materi muatan teknis rancangan Perda Kota Depok tentang RTRW Kota Depok; am 53. Kemudian Walikota Depok mengeluarkan Surat Nomor 650/1706-Tarkim tertanggal 29 Desember 2011 mengenai ep Permohonan Persetujuan Substansi RTRW Kota Depok Tahun ah k 2011 – 2031; 54. Kemudian Gubernur Jawa Barat mengeluarkan Surat Nomor tertanggal 28 Desember 2011 tentang In do ne si R 650/5931/BAPP Rekomendasi Pemberian Persetujuan Substansi Raperda Kota A gu ng Depok tentang RTRW Kota Depok Tahun 2011 – 2031; 55. Surat Kementerian Pekerjaan Umum Nomor Hk.01 03 - Dr/281 tertanggal 23 Mei 2013 perihal Persetujuan Substansi Atas Rancangan Peraturan Daerah Kota Depok tentang RTRW Kota Depok Tahun 2012 – 2032; B. Alasan Materiil; lik terkait Permohonan Uji Materiil Nomor 64 P/HUM/2016, tanggal 26 Oktober 2017 di Mahkamah Agung Republik Indonesia terhadap Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 3, Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 ub m ah Menanggapi dalil-dalil gugatan yang diajukan Pemohon Keberatan Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang dan Rencana Wilayah Kota ka Depok Tahun 2012 - 2032, kami sampaikan jawaban sebagai berikut: ep 1. Sebagaimana telah didalilkan Pemohon bahwa Konsepsi Keadilan ah Sosial dalam Sila Kelima Pancasila perlu dimaknai sebagai satu ekonomi, politik, budaya, berkeagamaan dan kepercayaan serta ng M segala hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat yang on Halaman 80 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu dilandasi keinsyafan terhadap pembagian hak dan kewajiban es R kesatuan makna, yang di dalamnya terdiri dari keadilan social dalam ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 80 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagai penyelenggara demi tercapainya keadilan social; ng Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia mengandung makna sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat yang adil dan gu makmur secara lahiriah maupun batiniah; 2. Bahwa Pembangunan merupakan faktor penting untuk memenuhi A kebutuhan masyarakat dan menjadi salah satu indikator pertumbuhan ekonomi. Ketika membicarakan pembangunan maka ub lik ah harus memperhatikan pula ketersediaan lahan pengembangan. Tanah yang dimiliki maupun dikelola oleh seseorang tentunya akan dilekati suatu hak yang diakui dan dijamin statusnya oleh negara. am Namun dalam hukum nasional juga mengakui bahwa hak atas tanah bukanlah hak yang sebebas-bebasnya, melainkan hak yang ep akan dibatasi oleh kepentingan umum; ah k 3. Dalam hal ini yang dapat membatasi hak tersebut adalah negara sebagaimana diberikan kekuasaan oleh Undang-Undang Dasar In do ne si R Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai Staatgrundgesets pada Pasal 28 J ayat (2) yang menyatakan bahwa negara dapat A gu ng membatasi hak seorang warga negara dalam bentuk undangundang, dari hal ini dapat kita katakan hak perseorangan khususnya dalam menguasai suatu tanah dapat dialihkan oleh negara atas dasar kepentingan umum; 4. Bahwa Perencanaan Tata Ruang Wilayah Administrasi di dalam kawasan merupakan alat untuk mengoordinasikan pelaksanaan lik 5. Dalam BAB I Naskah Akademik Penyusunan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 20122032 telah dijabarkan isu strategis yang berpengaruh terhadap ub m ah pembangunan lintas wilayah administratif yang bersangkutan; Kebijakan Tata Ruang Kota Depok, yaitu salah satunya terkait ka dengan Ruang Terbuka Hijau, sebagai berikut: ep “Walaupun arah pertumbuhan dan perkembangan Kota Depok ah sudah direncanakan, tetapi masih banyak penyimpangan dari antara pertambahan penduduk dan ketersediaan lahan sebagai ng M akibat dari desakan pembangunan kota, dalam hal ini bukan hanya on Halaman 81 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu pembangunan fisik yang berupa pembangunan jalan atau gedung es R rencana yang ada. Ini terjadi karena adanya ketidakseimbangan ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 81 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R dan lainnya tapi juga karena kebutuhan dan kenyamanan daya tarik wilayah itu sendiri. Terlihat dari kecenderungan wilayah Kota Depok ng bagian Selatan merupakan tujuan hunian. Salah satu penyebab wilayah Selatan menjadi daerah tujuan hunian adalah penetapan NJOP di wilayah ini yang lebih rendah dibandingkan wilayah bagian gu Utara. Penyebab lainnya adalah wilayah ini masih memiliki kualitas lingkungan yang baik, ditandai dengan kualitas udara masih segar, A cuacanya sejuk dan kualitas air yang baik, sehingga memberikan nilai tambah kenyaman lokasi hunian atau tempat tinggal. Dengan ub lik ah demikian jumlah permukiman di wilayah Selatan Kota Depok bertambah dengan pesatnya dan diikuti oleh perkembangan penggunaan lahan untuk sektor jalan, perkantoran, perdagangan am dan jasa, disisi lain menyebabkan terjadinya alih fungsi RTH sehingga keberadaannya berkurang; ep Akibat berkurangnya RTH maka masyarakat perkotaan akan ah k kehilangan fungsi ekologis, biologis, dan psikologis dari ruang terbuka hijau tadi. Kota Depok sering kali dilanda banjir. Suhu udara In do ne si R cenderung lebih panas. Udara terpolusi pun makin sedikit yang bisa disaring. Padahal, udara terpolusi ini cukup besar pengaruhnya A gu ng terhadap kesehatan. Penelitian di Sao Paolo Brasil, yang dilansir WHO menunjukkan bahwa kenaikan konsentrasi nitrogen dioksida (NO2) 75 mikrogram/m3 akan meningkatkan kematian anak di bawah lima tahun akibat penyakit pernapasan sebesar 30%”; 6. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau memliki fungsi sosial untuk kepentingan umum yang bertujuan sebagai berikut: a. menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air; lik ah b. menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna c. meningkatakan ub m untuk kepentingan masyarakat; keserasian lingkunagn perkotaan sebagai ka sarana pengaman lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, ep segar, indah, dan bersih; ah 7. Bahwa Ruang Terbuka Hijau yang telah ada baik secara alami sebagai berikut: ng M a. Fungsi ekologis antara lain: paru-paru kota, pengatur iklim on Halaman 82 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu mikro, sebagai peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan, es R ataupun buatan diharapkan dapat menjalankan empat (4) fungsi ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 82 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R penyedia habitas satwa, penyerap polutan dalam udara, air dan tanah, serta penahan angin; ng b. Fungsi sosial budaya antara lain: menggambarkkan ekspresi budaya lokal, media komunikasi, dan tempat rekreasi warga; A gu c. Fungsi ekonomi antara lain: sumber produk yang bisa dijual seperti tanaman bunga, buah, daun, dan sayur mayur. Beberapa juga berfungsi sebagai bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, dan lain-lain; d. Fungsi estetika antara lain meningkatkan kenyamanan, ub lik ah memperindah lingkungan kota baik skala mikro (halaman rumah/lingkungan pemukiman), maupun makro (lansekap kota secara keseluruhan); am e. menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun; ep Dalam suatu wilayah perkotaan, empat fungsi utama ini dapat ah k dikombinasikan sesuai kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan R konservasi hayati. In do ne si kota seperti perlindungan tata air, keseimbangan ekologis. dan 8. Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi dalam kategori sebagai A gu ng berikut: a. Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu membentuk keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk) dan mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga, dan buah); b. Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible), pembersih udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan kelangsungan persediaan air tanah, dan lik ah pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora dan fauna yang ada (konservasi hayati dan keanekaragaman hayati); ub m yaitu 9. Berdasarkan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Rio de ka Janeiro, Brazil (1992) dan dipertegas lagi pada KTT Johannesburg, ep Afrika Selatan 10 tahun kemudian (2002, Rio + 10), telah disepakati ah bersama bahwa sebuah kota idealnya memiliki luas RTH minimal 30 wilayah perkotaan menurut pedoman penyediaan dan pemanfaatan ng M RTH di Kawasan Perkotaan terbagi menjadi ruang terbuka hijau on Halaman 83 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu publik dan ruang terbuka hijau privat dimana proporsi ruang terbuka es R persen dari total luas kota. Penyediaan ruang terbuka hijau pada ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 83 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R hijau yang sesuai adalah sebesar 30% dari keseluruhan luas lahan yang komposisinya terbagi atas 20% ruang terbuka hijau publik dan ng 10% ruang terbuka hijau privat; 10. Ketentuan terkait penyediaan Ruang Terbuka Hijau telah dipertegas dan diamanatkan kepada Pemerintah Daerah untuk memenuhinya gu dalam Pasal 28 dan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang menyatakan sebagai berikut: A Pasal 28: Ketentuan perencanaan tata ruang wilayah kabupaten sebagaimana ub lik ah dimaksud dalam Pasal 25, Pasal 26, dan Pasal 27 berlaku mutatis mutandis untuk perencanaan tata ruang wilayah kota, dengan ketentuan selain rincian dalam Pasal 26 ayat (1) ditambahkan: am a. rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau; b. rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka non hijau; ep dan ah k c. rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal, evakuasi bencana, yang dibutuhkan untuk In do ne si ruang R dan menjalankan fungsi wilayah kota sebagai pusat pelayanan A gu ng sosial ekonomi dan pusat pertumbuhan wilayah; Pasal 29: (1) Ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat; (2) Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 lik (3) Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota; Nomor 26 ub 11. Lebih lanjut, dalam Penjelasan Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang m ah (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota; Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Sempadan ka Sungai merupakan kawasan lindung berupa kawasan perlindungan ep setempat; ah 12. Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 R tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di es Kawasan Perkotaan, dinyatakan bahwa: on Halaman 84 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu ng M c. Penyediaan RTH Berdasarkan Kebutuhan Fungsi Tertentu; ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 84 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R Fungsi RTH pada kategori ini adalah untuk perlindungan atau pengamanan, sarana dan prasarana misalnya melindungi ng kelestarian sumber daya alam, pengaman pejalan kaki atau membatasi perkembangan penggunaan lahan agar fungsi RTH kategori ini meliputi: jalur hijau sempadan rel kereta api, jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi, RTH kawasan perlindungan setempat berupa RTH sempadan sungai, RTH sempadan pantai, dan RTH pengamanan sumber air baku/mata air; ub lik ah A gu utamanya tidak teganggu; 13. Selanjutnya ketentuan terkait Sempadan Sungai, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Penyediaan dan am Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, menjabarkan sebagai berikut: ep g.3. RTH Sempadan Sungai; ah k RTH sempadan sungai adalah jalur hijau yang terletak di bagian kiri dan kanan sungai yang memiliki fungsi utama untuk In do ne si R melindungi sungai tersebut dari berbagai gangguan yang dapat merusak kondisi sungai dan kelestariannya; A gu ng Sesuai peraturan yang ada, sungai di perkotaan terdiri dari sungai bertanggul dan sungai tidak bertanggul; a) Sungai bertanggul: 1) Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya sebelah luar sepanjang kaki tanggul; 3m di 2) Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan ditetapkan sekurang-kurangnya 5m lik ah perkotaan di sebelah luar sepanjang kaki tanggul; ub m 3) Dengan pertimbangan untuk peningkatan fungsinya, tanggul dapat diperkuat, diperlebar dan ditinggikan yang ka dapat berakibat bergesernya garis sempadan sungai; ep b) Sungai tidak bertanggul: ah 1) Garis sempadan sungai tidak bertanggul di dalam a) Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari sempadan ditetapkan sekurang- on garis Halaman 85 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu ng M 3m, es R kawasan perkotaan ditetapkan sebagai berikut: ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 85 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R kurangnya 10m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan; A gu ng b) Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3m sampai dengan 20m, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan; c) Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20m, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 30 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan; ub lik ah 2) Garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan sebagai berikut: a) Sungai besar yaitu sungai yang mempunyai daerah am pengaliran sungai seluas 500 km2 atau lebih, penetapan garis sempadannya sekurang-kurangnya ep 100m; ah k b) Sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai kurang dari 500 km2, penetapan sempadannya sekurang-kurangnya 50m In do ne si R garis dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan; A gu ng 3) Garis sempadan sebagaimana dimaksud pada butir 1) dan 2) diukur ruas per ruas dari tepi sungai dengan mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungai pada ruas yang bersangkutan; 4) Garis sempadan sungai tidak bertanggul yang berbatasan dengan jalan adalah tepi bahu jalan yang bersangkutan, dengan ketentuan konstruksi dan lik ah penggunaan harus menjamin kelestarian dan keamanan sungai serta bangunan sungai; ub m 5) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir 1) tidak terpenuhi, maka segala perbaikan atas ka kerusakan yang timbul pada sungai dan bangunan ep sungai menjadi tanggungjawab pengelola jalan; ah Untuk sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, jalur sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter dari tepi sungai; ng M 14. Ketentuan Sempadan Sungai kembali ditegaskan dalam Pasal 5 on Halaman 86 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu dan Pasal 7 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan es R hijau terletak pada garis sempadan yang ditetapkan ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 86 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R Rakyat Nomor 28/PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau; ng Pasal 5: (1) Garis sempadan pada sungai tidak bertanggul di dalam A gu kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a, ditentukan: a. paling sedikit berjarak 10 (sepuluh) meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai kurang dari atau sama dengan 3 (tiga) ub lik ah meter; b. paling sedikit berjarak 15 (lima belas) meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal am kedalaman sungai lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan 20 (dua puluh) meter; dan ep c. paling sedikit berjarak 30 (tiga puluh) meter dari tepi kiri dan ah k kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal In do ne si Pasal 7: R kedalaman sungai lebih dari 20 (dua puluh) meter; Pasal 7 Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan A gu ng perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c, ditentukan paling sedikit berjarak 3 (tiga) meter dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai; 15. Dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud diatas sebagai dasar kebijakan tata ruang, maka jelaslah bahwa Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Kota Depok Tahun 2012-2032 lik ah sepenuhnya untuk kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat Kota Depok dan ditetapkan berdasarkan amanat Peraturan ub m Perundang-undangan yang lebih tinggi sehingga tidak bertentangan dengan dengan Sila Kelima Pancasila, Pasal 28D Undang-Undang Pemebtukan Peraturan Perundang-undangan, ep ka Dasar Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Undang-Undang ah Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Undang-Undang Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak ng M Guna Bangunan, dan Hak Pakai atas Tanah, Peraturan Pemerintah on Halaman 87 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran es R Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria, Peraturan ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 87 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia R Masyarakat dalam Penataan Ruang dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman ng Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan; Bahwa berdasarkan seluruh dalil-dali jawaban yang Termohon sampaikan gu diatas beserta bukti-bukti terlampir, jelas bahwa di dalam permohonan uji materiil yang diajukan oleh Pemohon terhadap Materi muatan Pasal 41 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012 - 2032 baik didalam proses pembentukannya maupun materi ub lik ah A ayat (2) huruf g angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun muatannya tidak bertentangan dengan Pancasila Sila Kelima, Pasal 28D Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 12 Tahun am 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, UndangUndang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Undang- ep Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria, Peraturan ah k Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai atas Tanah, Peraturan Pemerintah Nomor 68 In do ne si R Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: A gu ng 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan; Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, sehingga tidak terdapat alasan yuridis untuk membatalkan Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31, Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana lik ah Tata Ruang dan Rencana Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032 maupun dengan alasan yang menyangkut proses pembentukannya. Dan ub oleh karenanya permohonan keberatan Uji Materiil yang diajukan oleh m Pemohon haruslah ditolak; Menimbang, bahwa untuk mendukung dalil-dalil jawabannya, Termohon telah mengajukan bukti surat/tulisan sebagai berikut: ep ka 1. Fotokopi Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang ng 2. Fotokopi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan on Halaman 88 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu Peraturan Perundang-undangan (Bukti T-2); es (Bukti T-1); R Rencana Tata Ruang dan Rencana Wilayah Kota Depok Tahun 2012 - 2032 ik Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) h ah M In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id Halaman 88 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R 3. Fotokopi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Bukti T-3); ng 4. Fotokopi Naskah Akademis Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok 2012 - 2032 (Bukti T-4); 5. Fotokopi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan gu Kawasan Permukiman (Bukti T-5); 6. Fotokopi Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang ah 7. Fotokopi Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun Penyelenggaraan Penataan Ruang (Bukti T-7); 2010 tentang ub lik A (Bukti T-6); 8. Fotokopi Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Bukti T-8); am 9. Fotokopi Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun ep 2009 - 2029 (Bukti T-9); ah k 10. Fotokopi Pertemuan Pemerintah Kota Depok dengan Pemerintah Kota Bekasi Pada hari Rabu tanggal 29 Desember 2010 terkait sinkronisasi In do ne si R Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2011 - 2031 dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bekasi Tahun 2010 - 2030 (Bukti T-10); A gu ng 11. Fotokopi Berita Acara diskusi Nomor 593/3202.A/TR/2010 Pada tanggal 20 November 2010 dalam rangka pemaduserasian Raperda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Depok 2011 - 2030 dengan Raperda Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tanggerang Selatan 2010 - 2030 bertempat di Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Kemendagri Jakarta (Bukti T-11); 12. Fotokopi Berita Acara diskusi Nomor 593/3181.A/TR/2010 Pada tanggal 12 November 2010 dalam rangka pemaduserasian Raperda Rencana Tata ub Kabupaten Bogor (Bukti T-12); 13. Fotokopi Surat dari Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Depok yang ditujukan kepada Walikota Depok (Termohon) Nomor 593/282-TR Perihal: ep Laporan Perkembangan Raperda RTRW Kota Depok Tahun 2011 - 2030 (Bukti T-13); Kota Depok (RTRW) Pada tanggal 27 Januari 2011 dilakukan yang kemudian dituangkan dalam Rapat Kelompok Kerja Perencanaan Tata ng on Halaman 89 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu Ruang Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah BKPRD Jawa Barat es R 14. Fotokopi pembahasan kembali terkait Rencana Tata Ruang dan Wilayah M h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) ik ah lik Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor 2010 - 2030 bertempat di Bappeda ka m ah Ruang Wilayah (RTRW) Kota Depok 2011-2030 dengan Raperda Rencana Halaman 89 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R yang dihadiri oleh Anggota Pokja Perencanaan Tata Ruang BKPRD Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kota Depok, yang ditandatangani oleh ng Kepala Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Depok dan Kepala Bidang fisik Bappeda Provinisi Jawa Barat (Bukti T-14); 15. Fotokopi asistensi dan Supervisi peta tata ruang dalam rangka persetujuan gu substansi Raperda RTRW Kota Depok Tahun 2011 - 2031 yang ditanda tangani oleh Bidang Tata Ruang Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota dan pemetaan Nasional Pusat Atlas dan Tata Ruang Pada tanggal 9 Agustus 2011 bertempat di Bakosurtanal Cibinong (Bukti T-15); ub lik ah A Depok dan Pelaksana Asistensi Badan Koordinasi dan Pemetaan Survey 16. Fotokopi konsultasi publik Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok 2011 – 2031 Pada tanggal 6 September 2011 yang dihadiri oleh OPD, LSM am dan Lingkup Akademisi si lingkup Kota Depok yang ditanda tangani oleh Kepala Bidang Tata Ruang Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Depok ep (Bukti T-16); ah k 17. Fotokopi konsultasi Publik terkait Rencana Tata Ruang dan Rencana Wilayah Kota Depok pada tanggal 6 September 2011 yang kemudian In do ne si R dituangkan dalam Berita Acara Konsultasi Publik Nomor 593/445.A/TR/2011 yang ditandatangani oleh Kepala Bidang Tata Ruang Dinas Tata Ruang dan A gu ng Permukiman Kota Depok, Dinas BMSDA Kota Depok, Bappeda Kota Depok, Dinas Pertanian Kota Depok, BPN Kota Depok Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok,Badan Lingkungan Hidup Kota Depok, Ketua KADIN Depok, Yayasan Hijau Depok, Ketua LEMPALHI Kota Depok, Propedas Kota Depok (Bukti T-17); 18. Fotokopi Rapat Pleno Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah Provinsi Jawa Barat tentang Evaluasi Rancangan Perda RTRW Kabupaten Bandung lik ah Barat dan Kabupaten Garut, Pembahasan Pemberian Rekomendasi Gubernur tentang RTRW Kota Depok dan Kota Banjar, dan Pembahasan ub Kabupaten Cianjur pada tanggal 16 November 2011, yang kemudian dituangkan dalam Berita Acara, yang ditandatangani oleh Sekretaris Badan ep Koordinasi Penataan Ruang Daerah Provinsi Jawa Barat (Bukti T-18); 19. Fotokopi Rapat Koordinasi dengan wilayah yang berbatasan dalam ah ka m Pemberian Rekomendasi tentang Terminal Khusus Pasir Besi Agrabinta di 593/600.A/TR/2011 pada tanggal 12 Desember 2011 yang di tandatangani ng M oleh Perwakilan Pemerintah Kota Depok dan Perwakilan dari Pemerintah on Halaman 90 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu Provinsi DKI Jakarta (Bukti T-19); es R pembahasan Raperda RTRW Kota Depok Tahun 2011-2031 Nomor ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 90 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R 20. Fotokopi surat Gubernur Provinsi Jawa Barat tanggal 28 Desember 2011 tentang Rekomendasi Pemberian Persetujuan Substansi Raperda Kota ng Depok tentang RTRW Kota Depok dalam Surat Nomor 650/5931/BAPP yang pada intinya menyatakan pemberian rekomendasi atas perda RTRW untuk diproses selanjutnya untuk mendapatkan persetujuan dari Menteri gu Pekerjaan Umum yang ditujukan kepada Menteri Pekerjaan Umum (Bukti T20); BKPRN Kota Depok, Perihal: Permohonan Persetujuan Substansi RTRW Tahun 2011-2031 Nomor 650/1706-Tarkim (Bukti T-21); ub lik ah A 21. Fotokopi Surat Walikota Depok pada tanggal 29 Desember 2011 ke Ketua 22. Fotokopi Konsultasi Publik tanggal 3 Januari 2012 terkait rencana tata ruang wilayah RTRW 2011 - 2031, bertempat di Gedung Dibale Lt.3 Bappeda Kota am Depok (Bukti T-22); 23. Fotokopi Rapat Koordinasi Kelompok Kerja Teknis Badan Koordinasi ep Penataan Ruang Nasional dalam pembahasan Raperda Kota Depok ah k dengan Nomor 126/BA/Rc/IX/2012 pada tanggal 4 Januari 2012 (Bukti T23); In do ne si R 24. Fotokopi koordinasi sekaligus berkonsultasi terkait isi maupun materi yang tertuang dalam Rancangan Peraturan Daerah Kota Depok, ke Badan A gu ng Koordinasi Penataan Ruang Nasional pada tanggal 4 Januari 2012 bertempat di ruang rapat Direktorat Jendral Penataan Ruang, Gdg. SDA dan Tata Ruang Kementerian PU, yang kemudian tertuang dalam Notulensi Rapat Koordinasi Kelompok Kerja Teknis Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional dalam pembahasan tentang Raperda Kota Depok tentang RTRW Kota Depok (Bukti T-25); lik yang kemudian dituangkan dalam Berita Acara Hasil Supervisi Peta RTRW Kabupaten Kota Depok Tahun 2011 - 2031 ke III (Bukti T-25); 26. Fotokopi pemeriksaan terhadap Peta RTRW Pada tanggal 5 Mei 2012, yang ub kemudian dituangkan dalam Berita Acara Hasil Supervisi Peta RTRW Kabupaten Kota Depok Tahun 2011 - 2031 ke IV (Bukti T-26); ep 27. Fotokopi surat Dirjen Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum Pada tanggal 23 Mei 2012 perihal: Persetujuan Substansi atas Rancangan ah ka m ah 25. Fotokopi pemeriksaan terhadap Peta RTRW Pada tanggal 22 Maret 2012, Wilayah (RTRW) Kota Depok Tahun 2012 - 2032, yang di tanda tangani on Halaman 91 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu ng M oleh Dirjen Penataan Ruang (Bukti T-27); es R Peraturan Daerah (Raperda) Kota Depok tentang Rencana Tata Ruang ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 91 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R 28. Fotokopi Rapat Dengar Pendapat (Public Hearing) pada tanggal 2 – 3 Oktober 2012 terkait Raperda Bangunan Izin Mendirikan Bangunan dan ng Raperda tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Depok Tahun 2012 - 2032 (Bukti T-28); 29. Fotokopi Rapat Dengar Pendapat (Public Hearing) Pada tanggal 9 Oktober gu 2012 terkait Raperda Bangunan Izin Mendirikan Bangunan dan Raperda Tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Depok Tahun 2012 - 2032 A (Bukti T-29); untuk mendapat masukan dan saran terkait Rencana Tata Ruang dan ub lik ah 30. Fotokopi Rapat Hearing dengar pendapat Pada tanggal 28 September 2012 Wilayah Kota Depok Tahun 2012 - 2032 (Bukti T-30); 31. Fotokopi Rapat Hearing dengar pendapat Pada tanggal 13 - 15 September am 2012 untuk mendapat masukan dan saran terkait Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Depok Tahun 2012 - 2032 (Bukti T-31); ep 32. Fotokopi Pembahasan akhir Raperda pada tanggal 10 - 12 Oktober 2012, ah k antara lain: 1. Raperda Bangunan dan Izin Mendirikan Bangunan; In do ne si 2012 – 2032; R 2. Raperda tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Depok Tahun A gu ng Raperda tentang Perubahan ke 3 Perda Nomor 08 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Bukti T-32); 33. Fotokopi keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daearh Kota Depok Nomor 24 Tahun 2012 pada tanggal 26 Desember 2012 tentang Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Depok terhadap Rancangan Peraturan Daerah Kota Depok tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota lik 34. Fotokopi surat Walikota Depok (Termohon) perihal: Permohonan Evaluasi Raperda yang ditujukan ke Gubernur Jawa Barat dengan Nomor Perihal: Permohonan Evaluasi Raperda. ub 188.342/1571.9/Huk/2012 tertanggal 27 Desember 2012 (Bukti T-34); 35. Fotokopi keputusan Gubernur Jawa Barat pada tanggal 11 Maret 2015 ep terkait evaluasi rancangan Peraturan Daerah Kota Depok Tentang Rencana R Hukham (Bukti T-35); 36. Fotokopi Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 188-342/Kep-326- Halaman 92 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d ng gu A on Hukham/2015 tertanggal 11 Maret 2015 (Bukti T-36); es Tata Ruang Wilayah Kota Depok dengan Surat Nomor 188.342/1198/- M h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) ik ah ka m ah Depok Tahun 2012 - 2032 (Bukti T-33); Halaman 92 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia R PERTIMBANGAN HUKUM Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan keberatan hak uji ng materiil dari Pemohon adalah sebagaimana tersebut di atas; Bahwa yang menjadi objek permohonan keberatan hak uji materiil Pemohon adalah Pasal 41 ayat (2) Huruf g angka 31 Peraturan Daerah (Perda) gu Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012-2032 (vide bukti P-1); sebelum Mahkamah Agung mempertimbangkan A Bahwa pokok permohonan yang diajukan Pemohon, terlebih dahulu akan mempertimbangkan ub lik ah apakah permohonan a quo memenuhi syarat formal, yaitu mengenai kewenangan Mahkamah Agung untuk menguji objek permohonan keberatan hak uji materiil, dan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon untuk am mengajukan permohonan keberatan hak uji materiil; Kewenangan Mahkamah Agung; ep Bahwa kewenangan Mahkamah Agung untuk menguji permohonan ah k keberatan hak uji materiil didasarkan pada ketentuan Pasal 24A UndangUndang Dasar Negara RI Tahun 1945, Pasal 20 ayat (2) huruf b Undang- In do ne si R Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, dan Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas A gu ng Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, serta Pasal 1 angka 1 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil, yang pada intinya menentukan bahwa Mahkamah Agung berwenang menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi; Bahwa peraturan perundang-undangan menurut Undang-Undang Nomor lik peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang ub melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan (vide Pasal 1 angka 2); Bahwa jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan disebutkan dalam ketentuan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 yaitu: ep ka m ah 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah a. Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945; R b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; ng d. Peraturan Pemerintah; es c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; on Halaman 93 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu e. Peraturan Presiden; ik Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) h ah M In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id Halaman 93 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia R f. Peraturan Daerah Provinsi; dan g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota; ng Bahwa objek permohonan keberatan hak uji materiil ini adalah Peraturan Daerah Kota, merupakan salah satu jenis peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) Undang- gu Undang Nomor 12 Tahun 2011, sehingga termasuk objek permohonan keberatan hak uji materiil yang menjadi wewenang Mahkamah Agung untuk A mengujinya; Bahwa selanjutnya Mahkamah Agung akan mempertimbangkan apakah ub lik ah Pemohon mempunyai kepentingan untuk mengajukan permohonan keberatan hak uji materiil, sehingga Pemohon mempunyai kedudukan hukum (legal standing) untuk mempersoalkan objek permohonan a quo sebagaimana am dimaksud dalam Pasal 31A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang ep Mahkamah Agung, dan Pasal 1 angka 4 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 ah k Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil; Kedudukan Hukum (legal standing) Pemohon; In do ne si R Bahwa Pasal 31A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 menyatakan bahwa permohonan pengujian peraturan perundang-undangan di A gu ng bawah undang-undang hanya dapat dilakukan oleh pihak yang menganggap haknya dirugikan oleh berlakunya peraturan tersebut, yaitu: a. perorangan warga negara Indonesia; b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang; atau dengan demikian, Pemohon dalam pengujian lik Bahwa peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang harus menjelaskan dan ub membuktikan terlebih dahulu: a. kedudukannya sebagai Pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009; b. kerugian hak yang diakibatkan oleh berlakunya peraturan perundang- ep ka m ah c. badan hukum publik atau badan hukum privat; undangan yang dimohonkan pengujian; berlakunya objek permohonan tersebut, maka Pemohon harus membuktikan: ng a. adanya hak Pemohon yang diberikan oleh suatu peraturan perundang- on Halaman 94 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu undangan; es R Bahwa untuk membuktikan adanya kerugian hak yang diakibatkan oleh ik Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) h ah M In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id Halaman 94 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia R b. hak tersebut oleh Pemohon dianggap dirugikan dengan berlakunya objek permohonan keberatan hak uji materiil; ng c. kerugian tersebut bersifat spesifik (khusus) dan aktual atau setidak-tidaknya bersifat potensial yang berdasarkan penalaran yang wajar dipastikan akan terjadi; gu d. adanya hubungan sebab akibat (causal verban) dengan dikabulkannya permohonan, maka kerugian seperti didalilkan tidak akan atau tidak terjadi A lagi; kerugian hak seperti yang didalilkan tidak akan atau tidak terjadi lagi; ub lik ah e. adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya permohonan, maka Bahwa Pemohon, PT. Sarana Cipta Lestari (SCL), yang diwakili oleh Muhammad Melvin, selaku Direktur Utama, berdasarkan Akta Pendirian am Perseroan Terbatas Nomor 39 tertanggal 28 Juli 2011 Jo. Akta Pernyataan Keputusan di Luar Rapat Umum Pemegang Saham Nomor 12 tanggal 7 Juni ep 2015, dalam kedudukannya sebagai badan hukum privat sebagaimana ah k dimaksud dalam 31A ayat (2) huruf c Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009; Bahwa dalam permohonannya, Pemohon mendalilkan bahwa Pemohon In do ne si R mempunyai kepentingan dengan argumentasi bahwa tanah milik Pemohon masuk dalam Ruang Terbuka Hijau sebagaimana di dalam Peraturan Walikota A gu ng Depok Nomor 40 Tahun 2014 tentang Arahan Pemanfaatan Ruang, Pola Ruang, Penetapan dan Perhitungan Koefisien Dasar Bangunan dan Koefisien Dasar Lantai Bangunan, di mana Pemohon merasa kaget karena lahan Pemohon ditetapkan menjadi Ruang Terbuka tanpa melalui sosialisasi maupun dilibatkan secara langsung atas lahan Pemohon. Kemudian Termohon tidak dapat memberikan penjelasan ataupun solusi penyelesaian atas permasalahan lik Leuwinanggung telah dirampas oleh arogansi penguasa c.q. melalui Perda Nomor 1 Tahun 2015 Kota Depok; ub Bahwa di sisi lain Termohon dalam jawabannya mengemukakan dalil sanggahannya bahwa tidak adanya hak Pemohon yang diberikan oleh undangundang yaitu kepemilikan hak atas tanah seluas 79.826 m2 yang terletak di Jalan Kelurahan Leuwinanggung, Kecamatan Tapos (Kecamatan Cimanggis), ep Kota Depok dimana tidak terbukti secara sah dan meyakinkan sebagai milik R Pemohon; Bahwa dari dalil Pemohon dan sanggahan Termohon di atas dikaitkan ng dengan bukti-bukti yang diajukan para pihak, Mahkamah Agung berpendapat on Halaman 95 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu bahwa Pemohon merupakan subjek hukum yang kedudukannya sebagaimana es ka m ah a quo di mana hak Pemohon atas Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 4 ik Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) h ah M In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id Halaman 95 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R ditentukan dalam Pasal 31A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009, dan haknya dirugikan akibat berlakunya peraturan perundang-undangan yang ng dimohonkan pengujian. Dengan demikian, Pemohon mempunyai kedudukan hukum (legal standing) dalam pengajuan permohonan keberatan hak uji materiil a quo sebagaimana dimaksud Pasal 31A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 gu Tahun 2009 dan Pasal 1 angka 4 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2011; A Bahwa oleh karena Mahkamah Agung berwenang untuk menguji, dan Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing), maka permohonan a quo ub lik ah secara formal dapat diterima; Bahwa selanjutnya Mahkamah Agung akan mempertimbangkan pokok permohonan, yaitu apakah ketentuan yang dimohonkan a quo bertentangan am dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau tidak; Pokok Permohonan; ep Bahwa pokok permohonan keberatan hak uji materiil adalah pengujian ah k Pasal 41 ayat (2) Huruf g angka 31 Peraturan Daerah (Perda) Kota Depok In do ne si 2012-2032 terhadap: R Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun Pancasila Sila Kelima; - Pasal 28D Undang-Undang Dasar 1945; - Pasal 96 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan A gu ng - Peraturan Perundang-undangan; - Pasal 65 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; - Pasal 40 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria; Pasal 32 dan Pasal 60 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 - lik tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah; Pasal 7, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 68 ub Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang; - Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang ep Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan; untuk membuktikan dalil-dalil permohonannya, Pemohon R Bahwa on Halaman 96 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d ng gu A es mengajukan alat bukti surat/tulisan yang diberi tanda P-1 s.d. P-46; M h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) ik ah ka m ah - Halaman 96 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R Pendapat Mahkamah Agung; Bahwa setelah mencermati dan mempelajari dalil-dalil permohonan dari ng Pemohon dan dalil-dalil sanggahan dari Termohon serta bukti-bukti surat/tulisan yang diajukan para pihak, Mahkamah Agung berpendapat bahwa dalil-dalil Pemohon tersebut tidak dapat dibenarkan dengan pertimbangan sebagai gu berikut: - Bahwa Pemohon (PT Sarana Cipta Lestari) adalah pemegang Sertifikat Hak 79.826 m2, yang sebelumnya atas nama PT Karabha Digdaya, perusahaan yang salah satu sektor usahanya bergerak di bidang properti. Pengalihan ub lik ah A Guna Bangunan Nomor 4/Leuwinanggung, tanggal 24 Desember 1996, luas Hak Guna Bangunan tersebut didasarkan pada Akta Jual Beli Nomor 147/2016, tanggal 1 Agustus 2016 (bukti P-4); am - Bahwa pembentukan/pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Kota Depok tentang Rencana Tata Ruang Wilayah tersebut telah melalui Rapat Pendapat (Public Hearing) yang dilaksanakan tanggal 28 ep Dengar ah k September 2012 dan tanggal 5 Oktober 2012, berlangsung di Ruang Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Depok, mengundang In do ne si R antara lain Ketua Asosiasi Perumahan Seluruh Indonesia Kota Depok dan Asosiasi Real Estate Indonesia Kota Depok (bukti T-29 dan T-30); Bahwa objek permohonan a quo selanjutnya diundangkan tanggal 16 Maret A gu ng - 2015, dengan menetapkan Ruang Terbuka Hijau 2 Leuwinanggung seluas 4.059,69 m ; - di Kelurahan Bahwa secara prinsip objek permohonan a quo merupakan produk bersama yang dalam pembentukannya telah melibatkan/mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Depok yang notabene merupakan permohonan tersebut tidak cacat yuridis; - lik terkait (bukti T-11 s.d. T-37), sehingga secara formal pembentukan objek Bahwa apabila penerbitan objek permohonan tersebut mengakibatkan ub m ah representasi masyarakat Kota Depok dengan melibatkan para stake holder kerugian bagi Pemohon, yang bersangkutan dapat menggugat ganti rugi ka secara perdata terhadap pemegang Sertifikat Hak Guna Bangunan lama ah Sertifikat Hak Guna ep atas nama PT Karabha Digdaya, karena pada saat proses pengalihan Bangunan dilangsungkan, objek permohonan tanggal 1 Agustus 2016, sedangkan proses public hearing Rancangan ng M Perda telah dilaksanakan sejak tanggal 28 September 2012 dan 5 Oktober on Halaman 97 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu 2012, dilanjutkan dengan pengundangannya tanggal 16 Maret 2015); es R sebenarnya sudah diundangkan (pengalihan Sertifikat Hak Guna Bangunan ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 97 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia R Bahwa dengan demikian terbukti objek permohonan keberatan hak uji materiil yaitu Pasal 41 ayat (2) Huruf g angka 31 Peraturan Daerah (Perda) Kota ng Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012-2032 tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi yaitu: Pancasila Sila Kelima; - Pasal 28 D Undang-Undang Dasar 1945; - Pasal 96 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan gu - - Pasal 65 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; - Pasal 40 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok ub lik ah A Peraturan Perundang-undangan; Agraria; - Pasal 32 dan Pasal 60 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 am tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah; - Pasal 7, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 68 ep Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam ah k Penataan Ruang; - Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang In do ne si Perkotaan; R Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan A gu ng Bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, dalil-dalil permohonan Pemohon tidak beralasan hukum; Konklusi; Bahwa berdasarkan seluruh pertimbangan di atas, Mahkamah Agung berkesimpulan: - Mahkamah Agung berwenang untuk mengadili permohonan keberatan hak Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan lik - permohonan a quo; Pokok permohonan dari Pemohon tidak beralasan menurut hukum; ub - Oleh karena itu, permohonan keberatan hak uji materiil patut ditolak, dan karenanya Pemohon sebagai pihak yang kalah dihukum untuk membayar biaya perkara; ep ka m ah uji materiil; Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang on Halaman 98 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu ng Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor es R tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 ik Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) h ah M In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id Halaman 98 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R 3 Tahun 2009, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil, serta peraturan perundang-undangan lain yang terkait; ng MENGADILI, Menolak permohonan keberatan hak uji materiil dari Pemohon: PT SARANA CIPTA LESTARI (SCL) tersebut; gu Menghukum Pemohon untuk membayar biaya perkara sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah); A Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada hari Kamis, tanggal 30 November 2017, oleh Dr. H. Yulius, S.H., ub lik ah M.H., Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Dr. H. Irfan Fachruddin, S.H., C.N., dan Is Sudaryono, S.H., M.H., Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota Majelis, dan diucapkan dalam sidang am terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis beserta Hakim-Hakim Anggota Majelis tersebut dan dibantu oleh Maftuh Effendi, S.H., M.H., Panitera ep Anggota Majelis: ttd. R ttd. Ketua Majelis, In do ne si ah k Pengganti, dengan tidak dihadiri oleh para pihak. Dr. H. Irfan Fachruddin, S.H., C.N. Dr. H. Yulius, S.H., M.H. A gu ng ttd. Panitera Pengganti, ttd. Maftuh Effendi, S.H., M.H. Rp 6.000,00 Rp 5.000,00 Rp 989.000,00 Rp1.000.000,00 Untuk Salinan ub lik Biaya-biaya: 1. Meterai ……..…… 2. Redaksi ……….… 3. Administrasi …... Jumlah ………………. m ah Is Sudaryono, S.H., M.H. MAHKAMAH AGUNG R.I. ep ka a.n. Panitera R ah Panitera Muda Tata Usaha Negara, es M H. ASHADI, S.H. on Halaman 99 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017 In d A gu ng NIP. 19540924 198403 1 001 ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 99