Uploaded by Dwijaya Priharyono

HUM 2017 No 64

advertisement
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
PUTUSAN
Nomor 64 P/HUM/2017
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
ng
MAHKAMAH AGUNG
Memeriksa dan mengadili perkara permohonan keberatan hak uji materiil
gu
terhadap Pasal 41 ayat (2) Huruf g angka 31 Peraturan Daerah (Perda) Kota
Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok
Tahun 2012-2032, pada tingkat pertama dan terakhir telah memutuskan sebagai
A
berikut, dalam perkara:
PT SARANA CIPTA LESTARI (SCL), tempat kedudukan di Plaza
ub
lik
ah
ABDA/Asia Lt. 19C, Jalan Jenderal Sudirman, Kavling 59 Jakarta,
dalam hal ini diwakili oleh Muhammad Melvin, Direktur Utama PT
am
Sarana
Cipta
Lestari
(SCL),
berdasarkan
Akta
Pendirian
Perseroan Terbatas Nomor 39 tertanggal 28 Juli 2011 Jo. Akta
Pernyataan Keputusan di Luar Rapat Umum Pemegang Saham
ah
k
ep
Nomor 12 tanggal 7 Juni 2015;
Selanjutnya memberi kuasa kepada:
2. Tamba Maruli Simalango, S.H., M.Hum.;
A
gu
ng
3. Mutiara Tiffany, S.H., M.Hum.;
In
do
ne
si
R
1. Ryan Kurniawan, S.H., M.Hum.;
Semuanya Advokat dan Konsultan Hukum dari Law Office Ryan
Kurniawan & Partners, berkantor di Menara 165 4th floor suite 08,
Jalan TB. Simatupang Kav. 01, Cilandak Timur, Jakarta Selatan,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 12 September 2017;
Selanjutnya disebut sebagai Pemohon;
melawan:
Nomor 54, Depok;
m
Selanjutnya memberi kuasa kepada:
lik
ah
WALIKOTA DEPOK, tempat kedudukan di Jalan Margonda Raya,
ka
2. M. Yunan Lubis, S.H.;
ub
1. N. Lienda Ratnanurdianny, S.H., M.Hum,
ep
3. Febrina Puspitasari, S.H.;
4. Dina Ratna Kartika, S.H.;
R
ah
5. Damay Shendipa, S.H.;
es
6. Endini Sesotyaningtyas, S.H.;
on
Halaman 1 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
ng
M
7. Aji Rachmat K, S.H.;
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 1
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
Semuanya kewarganegaraan Indonesia, berkantor di Bagian
Hukum Sekretariat Daerah Kota Depok, Jalan Margonda Raya,
ng
Nomor 54, Depok, pekerjaan PNS Pemkot Depok, berdasarkan
Surat Kuasa Khusus tanggal 17 November 2017;
Selanjutnya disebut sebagai Termohon;
gu
Mahkamah Agung tersebut;
A
Membaca surat-surat yang bersangkutan;
DUDUK PERKARA
Menimbang, bahwa Pemohon dengan surat permohonannya tertanggal
ub
lik
ah
24 Oktober 2017 yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah Agung pada tanggal
25 Oktober 2017 dan diregister dengan Nomor
64 P/HUM/2017 telah
mengajukan permohonan keberatan hak uji materiil terhadap Pasal 41 ayat (2)
am
Huruf g angka 31 Peraturan Daerah (Perda) Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012-2032, dengan
ep
dalil-dalil yang pada pokoknya sebagai berikut:
ah
k
A. Pendahuluan;
1. Peraturan Daerah merupakan representasi dari kepentingan daerah
melakukan pekerjaan administratif
In
do
ne
si
R
untuk membentuk dan menyusun aturan-aturan yang diperlukan dalam
atau pembagian
tugas yang
A
gu
ng
diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 serta
perubahannya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015. Peraturan
Daerah melalui kewenangan Daerah yang diberikan oleh Pemerintah
Pusat dengan pendekatan Otonomi Daerah melalui desentralisasi perlu
dilakukan secara cermat dan seksama atau memenuhi kriteria-kriteria
yang telah diatur secara khusus dalam Undang-Undang Nomor 12
lik
2. Kecermatan dan keseksamaan dalam menyusun, membentuk dan pada
akhirnya mengundangkan Peraturan Daerah menunjukkan keseriusan
Pemerintah Daerah dalam menjalankan fungsinya dalam pemaknaan
ub
m
ah
Tahun 2011;
Otonomi Daerah, sebagaimana diatur pada Pasal 1 angka 6 Undang-
ka
Undang Nomor 23 Tahun 2014 serta perubahannya Undang-Undang
ep
Nomor 9 Tahun 2015. Pemaknaan yang benar terhadap Pasal 1 angka
ah
6 menuntun dan menuntut Pemerintah Daerah menempatkan dirinya
menempatkan dirinya sebagai pelaksana dalam memenuhi berbagai
ng
M
kepentingan masyarakat dengan tidak mencederai apa yang terdapat
on
Halaman 2 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
dalam diri masyarakat, baik itu bersifat imateril dan materil;
es
R
sebagai pengayom dan pelindung bagi kepentingan masyarakat, atau
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 2
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
3. Uji materil berkaitan dengan keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan
yang didasari oleh keinsafan dalam pemenuhan materil. Pemenuhan
ng
materil memiliki berbagai macam aspek, salah satu aspek tersebut
adalah perlindungan terhadap hak atas tanah yang dimiliki melalui
hubungan hukum antar orang, termasuk di dalamnya badan hukum
gu
sebagaimana diatur dalam Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria;
adalah salah satu dasar pembangunan, oleh karena itu untuk menjaga
hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari akibat perencanaan
ub
lik
ah
A
4. Apalagi dalam perkara a quo Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) itu
RTRW Pemerintah yang amburadul, baiknya Perda tersebut direview,
karena dalam mekanisme penyusunannya belum memenuhi unsur
am
kelayakan hingga cenderung berpotensi cacat hukum. Dikarenakan
“ongkos” yang akan dikeluarkan untuk menanggulangi masalah hukum
ah
k
masyarakat banyak;
ep
yang terjadi menjadi lebih besar, dikarenakan menyangkut hajat hidup
5. Bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan berbagai
In
do
ne
si
R
sektor, antar wilayah, dan antar pelaku dalam pemanfaatan ruang di
Provinsi Jawa Barat, diperlukan pengaturan penataan ruang secara
A
gu
ng
serasi, selaras, seimbang, berdaya guna, berhasil guna, berbudaya dan
berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang
berkeadilan;
6. Keberadaan ruang yang terbatas dan pemahaman masyarakat yang
berkembang
terhadap
penyelenggaraan
pentingnya
penataan
ruang
penataan
yang
ruang,
memerlukan
transparan,
efektif
dan
lik
berkelanjutan;
7. Prinsip tata ruang harus dapat diukur, maksudnya adalah bahwa
pembangunan ruang haruslah dapat meningkatkan nilai ruang, karena
ub
m
ah
partisipatif, agar terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif dan
setiap orang berhak atas pertambahan nilai ruang, dikarenakan
ka
menyangkut peruntukan, kepastian hak dan keamanan hal tersebut juga
ep
berkaitan dengan Penjaminan Pemerintah pada investor;
ah
8. Kepastian dalam penyediaan dalam infrastruktur, Kepastian dalam
peruntukan behubungan dengan lama izin ruang, kepastian hak,
ng
M
kepastian mengenai status tanahnya dan hak-hak apa saja yang
on
Halaman 3 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
melekat pada tanah tersebut, sehingga Pemerintah Daerah tidak serta-
es
R
perizinan, Kepastian dalam pengaturan pajak dan retribusi, Kepastian
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 3
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
merta secara sepihak membuat pengaturan yang nantinya akan
berdampak terhadap kepentingan masyarakat, sebagaimana dijelaskan
ng
di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk
dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang;
9. Hak atas tanah yang muncul dari hubungan hukum antar orang dan
gu
badan hukum, tidak dapat muncul tanpa dasar atau landasan yang
dibenarkan, atau setidaknya diatur dalam peraturan perundang-
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota, sebagaimana diatur dalam Pasal 1
angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
ub
lik
ah
A
undangan. Peraturan perundang-undangan tersebut salah satunya
Peraturan Perundang-Undangan yang menjadi legitimasi Pemerintah
Daerah memiliki kewenangan dan kekuasaan untuk menyusun,
am
membentuk dan mengundangkan suatu Peraturan Daerah demi
kepentingan masyarakat;
ep
10. Kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah
ah
k
dalam menyusun, membentuk, dan mengundangkan Peraturan Daerah
didasari oleh kepentingan dan kebutuhan wilayah Pemerintahan
In
do
ne
si
R
Daerahnya, sebagai sebuah kesatuan dalam Sistem Hukum Nasional
sebagaimana di sampaikan dalam Paragraf 2 Penjelasan Undang-
A
gu
ng
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
sebagai
berikut
“Sistem
Hukum
Nasional
merupakan hukum yang berlaku di Indonesia dengan semua elemennya
yang saling menunjang satu dengan yang lain dalam rangka
mengantisipasi dan mengatasi permasalahan yang timbul dalam
kehidupan
bermasyarakat,
berbangsa,
dan
bernegara
yang
lik
Indonesia Tahun 1945”;
11. Idealitas sebagaimana dinyatakan dalam Paragraf 2 Penjelasan
Undang-Undang
Nomor
12
Tahun
2011
tentang
Pembentukan
ub
m
ah
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Peraturan Perundang-undangan, menunjukkan pentingnya hubungan
ka
yang terbangun dengan baik antara kepentingan dan kebutuhan
ep
masyarakat dengan kepentingan dan kebutuhan Pemerintah Daerah
ah
dalam melahirkan Peraturan Daerah;
melansir adanya temuan Peraturan Daerah (Perda) yang bermasalah
ng
M
berjumlah mencapai ratusan bahkan ribuan. Kementerian Keuangan
on
Halaman 4 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
mencatat dari 14 ribu Perda yang dikeluarkan oleh sejumlah Pemerintah
es
R
12. Dalam dua tahun terakhir, sejumlah kementerian dan lembaga negara
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 4
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
R
Daerah, sebanyak 4 ribu perda dinilai bermasalah;
Kementerian
PPN/Bappenas
pada
tahun
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
2010
lalu
bahkan
ng
mengidentifikasikan sebanyak 3.091 Peraturan Daerah (Perda) yang
dihasilkan sepanjang periode 2001‐2009 ditemukan bermasalah dan
dinilai menghambat ekonomi daerah. Kementerian Dalam Negeri
gu
menyebutkan dari 2.285 Perda sebanyak 407 perda se‐Indonesia dinilai
bermasalah. Terakhir, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas
Asasi Manusia;
13. Bentuk‐bentuk partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan
ub
lik
ah
A
HAM) menyatakan 2.300 Perda dinilai bermasalah dan melanggar Hak
publik dapat diwujudkan di setiap tahapan proses kebijakan. Berikut
bentuk‐bentuk partisipasi masyarakat tersebut;
am
a. Pada tahap
Pengidentifikasian
dan pengagendaan masalah,
Masyarakat dapat berpartisipasi dengan cara menyampaikan
ep
kebutuhan dan masalah‐masalah yang sedang dihadapinya kepada
ah
k
pemerintah;
b. Pada
Tahap
Perumusan
(Formulasi)
Rancangan
Kebijakan
rancangan kebijakan tersebut;
In
do
ne
si
R
Masyarakat dapat memberikan opini, masukan, atau mengkritik
A
gu
ng
c. Pada tahap pelaksanaan kebijakan Masyarakat mendukung dan
melaksanakan kebijakan dengan konsekuen dan sepenuh hati; dan
d. Pada tahap evaluasi Masyarakat memberikan masukan atau kritik
terhadap kebijakan yang sudah dilaksanakan;
14. Munculnya berbagai permasalahan dan setidaknya ketidaktepatan
dalam
Pemerintah
Daerah
dalam
menyusun,
membentuk
dan
lik
berbagai aspek. Salah satu aspek tersebut terkait dengan yang disusun
secara terencana, terpadu, dan sistematis sebagai satu kesatuan dalam
Program Legislasi Daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 10
ub
m
ah
mengundangkan Peraturan Daerah, setidaknya dipengaruhi oleh
sebagai berikut: “Program Legislasi Daerah yang selanjutnya disebut
ka
Prolegda
adalah
instrumen
perencanaan
program
pembentukan
ep
Peraturan Daerah Provinsi atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
ah
yang disusun secara terencana, terpadu, dan sistematis”;
terpadu, dan sistematis adalah terdapatnya peran masyarakat sebagai
ng
M
salah satu instrumen terselenggaranya Peraturan Daerah yang
on
Halaman 5 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
melaksanakan pembangunan hukum nasional yang dilakukan secara
es
R
15. Salah satu bagian yang terpenting dari pemaknaan secara terencana,
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 5
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
terencana, terpadu, dan berkelanjutan dalam sistem hukum nasional
yang menjamin pelindungan hak dan kewajiban segenap rakyat
berdasarkan
Undang-Undang
Dasar
ng
Indonesia
Indonesia Tahun 1945;
Negara
Republik
16. Salah satu Partisipasi masyarakat pada tahap perumusan dan evaluasi
gu
sangat penting, Harapannya agar mempengaruhi pengambil kebijakan
untuk merumuskan ketentuan sebagaimana direkomendasikan atau
masyarakat di bidang regulasi adalah Hak dan diakui dalam
Undang‐Undang
Nomor
12
Tahun
2011
tentang
Pembentukan
ub
lik
ah
A
melakukan revisi terhadap peraturan yang telah disahkan. Partisipasi
Peraturan Perundangan dan Permendagri Nomor 53 Tahun 2011
tentang Pembentukan Hukum Daerah;
am
17. Lebih jauh Pasal 90 Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
Nomor 53 Tahun 2011 menyebutkan:
ep
(1) Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau
ah
k
tertulis dalam pembentukan Perda, Perkada dan/atau PB KDH;
(2) Masukan secara lisan dan/atau tertulis sebagaimana dimaksud
In
do
ne
si
R
pada ayat (1) dapat dilakukan melalui:
a. rapat dengar pendapat umum;
A
gu
ng
b. kunjungan kerja;
c. sosialisasi; dan/atau
d. seminar, lokakarya, dan/atau diskusi;
(3) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan orang
perseorangan atau kelompok orang yang mempunyai kepentingan
atas substansi Rancangan Perda, Perkada dan/atau PB KDH;
(4) Untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan masukan
lik
setiap Rancangan Perda, Perkada dan/atau PB KDH harus dapat
diakses dengan mudah oleh masyarakat;
ub
m
ah
secara lisan dan/atau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
18. Rendahnya partisipasi masyarakat menyebabkan banyak perda yang
ka
ditetapkan, namun membebani atau merugikan masyarakat. Idealnya,
ep
filter pertama untuk menyaring Perda justru berasal dari masyarakat
ah
selama proses penyusunan. Seharusnya, masyarakat pula yang
membebani masyarakat secara berlebihan;
ng
M
19. Pemerintah menargetkan dapat menyelesaikan perda yang bermasalah
on
Halaman 6 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
pada pertengahan 2016. Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo
es
R
pertama “berteriak” ketika ada sebuah Perda yang merugikan atau
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 6
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
Kumolo menyebutkan, hingga awal Mei 2016, sudah hampir 1.300-an
perda bermasalah yang diselesaikan. Sementara target Pemerintah
ng
hingga Juni 2016 akan ada 3000-an Perda yang ditertibkan. Mendagri
menambahkan, Pemerintah bukan hanya akan menyisir Perda, namun
juga Peraturan Mendagri dan Peraturan Pemerintah (PP) yang
gu
menghambat
investasi
serta
mempersulit
perizinan
di
daerah.
Sebelumnya, Mendagri telah meminta Para Kepala Daerah untuk
A
membatalkan Perda yang menghambat investasi dan perizinan,
termasuk Perda yang bertentangan dengan peraturan perundang-
ub
lik
ah
undangan yang lebih tinggi. Setidaknya terdapat sekitar 3.143 perda
yang dibatalkan karena dianggap bermasalah oleh Pemerintah (Pusat).
Banyaknya perda yang dibatalkan menunjukkan keseriusan Pemerintah
am
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap produk hukum
daerah agar sejalan dengan kepentingan nasional, Namun di lain pihak,
ep
banyaknya perda yang bermasalah menunjukkan kurang optimalnya
ah
k
Pemerintah dalam melaksanakan fungsi evaluasi sebelum menjadi
Perda (executive preview);
In
do
ne
si
Persyaratan Formil Pengajuan Permohonan Hak Uji Materiil
R
I.
Terhadap Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan di bawah
A
gu
ng
Undang-Undang terhadap Peraturan Perundang-undangan Tingkat
Lebih Tinggi;
1. Bahwa salah satu kewenangan dari Mahkamah Agung adalah
melakukan Uji Materiil untuk menilai materi muatan peraturan
perundang-undangan di bawah Undang-Undang terhadap peraturan
perundang-undangan tingkat lebih tinggi, sebagaimana diatur dalam
Pasal 1 ayat (1) PERMA 1/2004, menyatakan:
lik
muatan peraturan perundang-undangan di bawah Undang-Undang
terhadap peraturan perundang-undangan tingkat lebih tinggi";
ub
m
ah
"Hak Uji Materiil adalah hak Mahkamah Agung untuk menilai materi
2. Bahwa kewenangan untuk melakukan Hak Uji Materiil ini juga
ka
dinyatakan
Undang-Undang
Nomor
4
Tahun
2004
tentang
ep
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang
ah
Kekuasaan Kehakiman, dalam Pasal 11 ayat (2.b) dan Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, dalam
ng
M
Pasal 31 ayat (1) dan (2) Pasal 11 ayat (2.b) Undang-Undang
on
Halaman 7 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
Nomor 4 Tahun 2004 menyatakan:
es
R
Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 7
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
R
"Mahkamah Agung mempunyai kewenangan:
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
“Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang
ng
terhadap undang-undang";
Pasal 31 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004
menyatakan:
gu
"Mahkamah Agung mempunyai wewenang menguji peraturan
perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-
"Mahkamah Agung menyatakan tidak sah peraturan perundangundangan di bawah undang-undang atas alasan bertentangan
ub
lik
ah
A
undang”;
dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau
pembentukannya tidak memenuhi ketentuan yang berlaku";
am
3. Lebih lanjut di dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan di dalam
ep
Pasal 9 Ayat (2) ditegaskan bahwa:
ah
k
“Dalam hal suatu Peraturan Perundang-undangan di bawah
R
pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Agung”;
In
do
ne
si
Undang-Undang diduga bertentangan dengan Undang-Undang,
4. Kewenangan Mahkamah Agung berdasarkan Undang-Undang
A
gu
ng
Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor4
Tahun 2004 adalah
untuk menguji isi dari setiap peraturan perundang-undangan di
bawah undang-undang termasuk Perda terhadap undang-undang.
Jika peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang,
apabila perda tersebut bertentangan dengan undang-undang atau
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, maka Mahkamah
Agung dapat mengeluarkan Putusan Peraturan Daerah tidak sah
lik
instansi yang bersangkutan segera melakukan pencabutannya, sebagaimana diatur dalam Pasal 11 ayat (3) Undang-Undang Nomor 4
ub
m
ah
dan tidak berlaku untuk umum, serta memerintahkan kepada
Tahun 2004 dan Pasal 6 ayat (2) Perma Nomor 1 Tahun 2011;
ka
II. Kedudukan Hukum (Legal Standing) dan Kepentingan Hukum
ep
(Legal Interest) Pemohon;
ah
1. Bahwa kedudukan Pemohon dalam permohonan a quo didasarkan
Pemohon Keberatan, yang mana isinya menyatakan sebagai
A
Keberatan
adalah
kelompok
masyarakat
atau
on
gu
“Pemohon
Halaman 8 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
ng
M
berikut:
es
R
pada Pasal 1 butir (4) Perma 01/2011 mengatur definisi dari
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 8
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
perorangan yang mengajukan permohonan keberatan kepada
Mahkamah Agung atas berlakunya suatu peraturan perundang-
ng
undangan tingkat lebih rendah dari undang-undang”;
2. Bahwa ketentuan Pasal 31 A ayat (1) dan ayat (2) yang terdapat
dalam Undang-Undang Mahkamah Agung mengatur subjek hukum
gu
yang dapat menjadi Pemohon dalam permohonan pengujian
peraturan perundang-undangan di Mahkamah Agung, yakni sebagai
A
berikut:
1) Pihak yang menganggap haknya dirugikan oleh berlakunya
ub
lik
ah
peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang;
2) Pihak tersebut merupakan:
(1) Perseorangan Warga Negara Indonesia;
am
(2) Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup
dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip
ep
NKRI yang diatur dalam undang-undang; atau
ah
k
(3) Badan hukum publik atau badan hukum privat;
3. Bahwa berdasarkan dua dasar hukum di atas maka yang dapat
In
do
ne
si
R
menjadi Pemohon dalam permohonan uji materiil dan uji formil di
Mahkamah Agung adalah perseorangan Warga Negara Indonesia
A
gu
ng
(WNI) dan/atau kelompok masyarakat (adat atau non adat) dan/atau
badan hukum publik atau privat yang menganggap haknya dirugikan
oleh berlakunya peraturan perundang-undangan di bawah undangundang;
4. Bahwa Pemohon adalah badan hukum yang berbentuk perseroan
terbatas, yaitu PT Sarana Cipta Lestari (SCL-Pemohon) yang
didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas Nomor 39
lik
ah
tertanggal 28 Juli 2011, yang dibuat di hadapan Notaris H. Yunardi,
S.H. di Jakarta Selatan (vide Bukti P-2) dengan Akta Pernyataan
ub
m
Keputusan Di Luar Rapat Umum Pemegang Saham Nomor 12
tertanggal 7 Juni 2015, yang dibuat dihadapan Notaris H. Yunardi,
ka
S.H. Jakarta Selatan (vide Bukti P-3);
ep
5. Bahwa Pemohon adalah pemegang hak Sertifikat Hak Guna
ah
Bangunan (SHGB) Nomor 4, yang diterbitkan oleh Kantor Badan
1996, terletak di Kelurahan Leuwinanggung, Kecamatan Cimanggis,
ng
M
Kabupaten Bogor dengan luas 79.826 m2 (tujuh puluh sembilan ribu
on
Halaman 9 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
delapan ratus dua puluh enam meter persegi), dan diperpanjang
es
R
Pertanahan Nasional Kabupaten Bogor tertanggal 24 Desember
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 9
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
Barat,
R
oleh Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa
tertanggal
26
Agustus
2013
(SHGB
Nomor
4
ng
Leuwinanggung-Vide Bukti P-4), berdasarkan surat keputusan
kepala kantor wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa
Barat Nomor 237/HGB/BPN-32/2013, tertanggal 26 Agustus 2013;
gu
6. Bahwa sebelumnya Pemohon telah melakukan bersurat kepada
Termohon mengenai informasi tata ruang atas SHGB Nomor 4
A
Leuwinanggung, kemudian pada tanggal 13 Januari 2015 Termohon
telah mengirimkan Surat Nomor 650/27/Tata Ruang (vide Bukti
ub
lik
ah
P-5), sebagai balasan atas surat yang dikirimkan oleh Pemohon
perihal informasi mengenai identitas lahan HGB milik Pemohon.
Adapun isi surat tersebut yaitu perihal Informasi Tata Ruang, yang
am
pada prinsipnya Termohon menginformasikan mengenai identitas
lahan HGB milik Pemohon, yaitu:
: Jalan
Kelurahan
Leuwinanggung,
ep
- Lokasi
ah
k
Kecamatan Tapos, Kota Depok;
jual Nomor 2 tanggal 28 Februari 2014;
: 79.826 m2;
A
gu
ng
- Kondisi eksisting : Lahan kosong;
- Batas perencanaan
- Utara
: Jalan Leuwinanggung;
- Selatan
: Rencana Tol Baru;
- Barat
: Jalan Tol;
- Timur
: Tanah Mabs;
- Rencana
:
Perumahan;
:
710023:9290540;
- Titik koordinat
lik
ah
- Pemanfaatan
In
do
ne
si
- Luas
R
- Status kepemilikan : Perjanjian pengikatan jual beli dan kuasa
ub
m
Inti dari surat tersebut bahwasanya tanah milik Pemohon masuk
dalam Ruang Terbuka Hijau sebagaimana di dalam Peraturan
ka
Walikota
Depok
Nomor
40
Tahun
2014
tentang
Arahan
ep
Pemanfaatan Ruang, Pola Ruang, Penetapan dan Perhitungan
ah
Koefisien Dasar Bangunan dan Koefisien Dasar Lantai Bangunan
ditetapkan menjadi ruang Terbuka tanpa melalui sosialisasi maupun
ng
M
dilibatkan secara langsung atas lahan Pemohon, kemudian
on
Halaman 10 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
Termohon tidak dapat memberikan penjelasan ataupun solusi
es
R
yang dimana Pemohon merasa kaget bahwasanya lahan Pemohon
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 10
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
penyelesaian atas permasalahan a quo dimana hak Pemohon atas
SHGB Nomor 4 Leuwinanggung telah dirampas oleh arogansi
ng
penguasa c.q. melalui Perda Nomor 1 Tahun 2015 Kota Depok;
7. Bahwa sebelumnya ada Peraturan Walikota Depok Nomor 40
Tahun 2014 tentang Arahan Pemanfaatan Ruang, Pola Ruang,
gu
Penetapan dan Perhitungan Koefisien Dasar Bangunan dan
Koefisien Dasar Lantai Bangunan yang tidak pernah disampaikan
A
dan disosialisasikan kepada yang terkena dampak langsung
kemudian muncul pada tahun 2015, Pemerintah Kota Depok
ub
lik
ah
menerbitkan Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok yang disahkan
pada tanggal 16 Maret 2015 (vide Bukti P-1) yang pada akhirnya
am
Peraturan Walikota tersebut dicabut, yang mana seluruh lahan
SHGB milik Pemohon menjadi bagian dari ruang terbuka hijau
ep
sebagaimana ditujukkan di dalam Lampiran Perda dimaksud, yaitu
ah
k
Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032
(Vide bukti P-6), sehingga dengan adanya surat Termohon tersebut
In
do
ne
si
R
mempertegas bahwa Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun
2015 Kota Depok telah merampas hak-hak Pemohon atas SHGB
A
gu
ng
Nomor 4 Leuwinanggung;
8. Bahwa pada tanggal 7 April 2017, Pemohon memohonkan
perubahan atas tata ruang kepada Termohon melalui Surat Nomor
004/SCL-DIR/IV/2017, perihal Surat Permohonan Perubahan Tata
Ruang/
RTRW
atas
Tanah
yang
berlokasi
di
Kelurahan
Leuwinanggung Kecamatan Tapos - Depok (vide bukti P-7), yang
pada prinsipnya Pemohon sebagai perusahaan pengembang, yang
lik
ah
memiliki hak guna bangunan dengan SHGB Nomor 4 Kelurahan
Leuwinanggung, Kecamatan Tapos - Depok meminta kepada
ub
m
Termohon untuk mengubah tata ruang karena dirasa tidak
memenuhi prinsip rasa keadilan dikarenakan seluruh lahan yang
ka
menjadi hak Pemohon selaku pemegang SHGB
Nomor 4
ep
Leuwinanggung menjadi terampas dan diabaikan begitu saja oleh
ah
Termohon tanpa memberikan solusi maupun jalan keluar. Hal
dampak langsung atas berlakunya Peraturan Daerah Kota Depok
ng
M
Nomor 1 Tahun 2015;
on
Halaman 11 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
9. Kemudian untuk menindaklanjuti hal tersebut pada tanggal 25 April
es
R
tersebut dikarenakan Pemohon adalah pihak yang merasakan
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 11
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
2017 Pemohon menyurati Pemerintah Kota Depok c.q. Dinas
Pekerjaan Umum dengan Surat Nomor 004/SCL-DIR/IV/2017,
ng
perihal surat permohonan penetapan KDB dan KLB di lokasi Lahan
Kelurahan Leuwinanggung, Kecamatan Tapos – Kota Depok (vide
Bukti P-8), yang pada prinsipnya bahwa Pemohon bersedia untuk
gu
berpartisipasi terhadap Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1
Tahun 2015, akan tetapi sebagaimana surat sebelumnya niat baik
Termohon memberikan jalan keluar (solusi) atas hak Pemohon yang
dirampas secara sepihak oleh Peraturan daerah Kota Depok Nomor
ub
lik
ah
A
Pemohon tersebut tidak mendapat respon yang diharapkan agar
1 Tahun 2015;
10. Pemohon dengan tidak putus asa, dikarenakan hak Pemohon
am
sebagai pemegang hak atas SHGB Nomor 4 Leuwinanggung
kembali pada tanggal 5 Juli 2017 memohonkan perubahan tata
kepada
Termohon
melalui
ep
ah
k
ruang
DIR/VII/2017,
perihal
Ruang/RTRW
atas
Surat
Tanah
Surat
Permohonan
yang
Nomor
004/SCL-
Perubahan
berlokasi
di
Tata
Kelurahan
In
do
ne
si
R
Leuwinanggung, Kecamatan Tapos – Depok (vide Bukti P-9), yang
pada prinsipnya Pemohon sebagai perusahaan pengembang yang
A
gu
ng
memiliki hak guna bangunan dengan SHGB Nomor 4 Kelurahan
Leuwinanggung,
Kecamatan
Tapos-Depok,
meminta
kepada
Termohon untuk mengubah Rencana Tata Ruang Wilayah, serta
meminta agar dilibatkan dalam penetapan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) yang dimana dengan pertimbangan memenuhi
asas kesetaraan dan keadilan;
11. Selanjutnya pada tanggal 7 Juli 2017, Pemohon kembali lagi
lik
ah
mengirimkan memohonkan penetapan Koefisien Dasar Bangunan
(“KDB”) dan Koefisien Lantai Bangunan (“KLB”) di lokasi HGB milik
ub
m
Pemohon yang terletak di Kelurahan Leuwinanggung, Kecamatan
Tapos – Depok perubahan tata ruang kepada Termohon melalui
ka
Surat Nomor 003/SCL–DIR/III/2017, atas HGB milik Pemohon di
ep
Kelurahan Leuwinanggung, Kecamatan Tapos-Depok, yang pada
ah
prinsipnya Pemohon sebagai perusahaan pengembang yang
Termohon untuk menetapkan KDB dan KLB atas lahan HGB milik
ng
M
Pemohon (vide Bukti P-10);
on
Halaman 12 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
12. Pada tanggal 8 Agustus 2017 Dinas Pekerjaan Umum dan
es
R
memiliki hak guna bangunan di lahan tersebut meminta kepada
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 12
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
Penataan Ruang Kota Depok melalui Surat Nomor 600/591-PUPR
(vide Bukti P-11), yang pada prinsipnya menyatakan bahwa
ng
sebagian lokasi SHGB milik Pemohon berada pada peruntukan
ruang terbuka hijau, Termohon menyatakan bahwa Pemohon tidak
dapat membangun di atas lahan SHGB Nomor 4 Leuwinangung
gu
dikarenakan wilayah tersebut termasuk lahan ruang terbuka hijau
dengan kata lain Pemohon tidak memberikan kesempatan bagi
Peraturan daerah Kota Depok dan Termohon dengan cenderung
memakai kaca mata kuda dan terkesan mengabaikan hak Pemohon
ub
lik
ah
A
Pemohon untuk berpartisipasi dan mengambil peran terhadap
sebagai pemegang hak atas SHGB Nomor 4 Leuwinangung yang
akan disampaikan pada materi dalam Uji Materiil ini;
am
13. Bahwa berdasarkan Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31 Perda
Nomor 1 Tahun 2015 tanah milik Pemohon yaitu SHGB Nomor 4
ep
ditetapkan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) sepadan sungai
ah
k
yang berada di wilayah Kelurahan Leuwinanggung dengan titik
In
do
ne
si
Bukti P-6);
R
koordinat 710023:9290540 (vide Bukti P-1 dan Peta lampiran vide
14. Bahwa dari semua surat-surat, korespondensi, komunikasi yang
A
gu
ng
dilakukan oleh Pemohon adalah bentuk dari itikad baik dari
Pemohon untuk ikut serta andil dalam memberikan kontribusi dalam
pengembangan Kota Depok serta keberatan Pemohon atas tidak
pernah diikut sertakan dalam penetapan Ruang Terbuka Hijau di
lokasi tanah Pemohon, akan tetapi sebagaimana surat-surat
balasan dan tanggapan dari Pemerintah Daerah Kota Depok, sama
sekali tidak memberikan penjelasan yang komprehensif kepada
lik
ah
Pemohon, yang mana HGB yang dimiliki oleh Pemohon secara
sepihak dengan arogansi kekuasaan Pemerintah yang berlindung di
ub
m
dalam peraturan perundang-undangan, telah mengambil hak-hak
Pemohon tanpa mempertimbangkan rasa keadilan dan kepastian
ka
hukum;
ep
15. Bahwa menindaklanjuti atas informasi tidak pernah dilakukan
ah
komunikasi dan sosialisasi dan tidak pernah dilibatkannya, yang
Pemohon mengirimkan surat bernomor 003/SP/Dir/SCL/X/2017
ng
M
tertanggal 5 Oktober 2017 kepada pemilik sebelumnya SHGB
on
Halaman 13 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
Nomor 4 yaitu PT Karabha Digdaya perihal Permohonan Surat
es
R
terkena dampak langsung akan penetapan Ruang Terbuka Hijau,
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 13
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
Keterangan Sosialisasi Peraturan Daerah Kota Depok (Perda
Nomor 01 Tahun 2015) (vide Bukti P-12);
melalui
surat
tertanggal
10
Oktober
ng
16. Bahwa
2017
Nomor
121/DIR/PTKD/X/2017, PT Karabha Digdaya menjawab surat
Pemohon, yang pada inti suratnya PT Karabha Digdaya sepanjang
gu
yang diketahui dan di pahami tidak pernah menerima secara
langsung
dari
Pemerintah
Walikota
Depok
terkait
rencana
A
sosialisasi penetapan kebijakan mengenai ruang terbuka hijau
(RTH) sebagaimana tertuang di dalam Peraturan Daerah Kota
ah
Depok Nomor 01 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang
ub
lik
Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032, artinya disini pemilik
langsung sebelumnya pun tidak pernah diberikan sosialisasi,
am
dikomunikasikan dan tidak dilibatkannya yang terkena dampak
langsung akan Penetapan Ruang Terbuka Hijau (vide Bukti P-17);
ep
17. Bahwa Aparatur Desa Perwakilan Daerah Pemerintah Kota Depok
ah
k
yaitu Ketua RT berdasarkan surat keteranganya tertanggal 5
Oktober 2017 (Vide bukti P-13) dan Ketua RW berdasarkan surat
Leuwinanggung
memang
A
gu
ng
keterangannya
pun
tidak
In
do
ne
si
Kelurahan
R
keterangannya tertanggal 5 Oktober 2017 (Vide bukti P-15) dari
menyampaikan
pernah
di
diberitahukan
dalam
dan
disosialisasikan oleh Pemerintah Daerah Kota Depok tentang
penetapan wilayah kami dan lokasi tanah Sertifikat Hak Guna
Bangunan Nomor 4 milik PT Sarana Cipta Lestari berlokasi di
wilayah Desa Leuwinanggung, RT.02, RW.01, Kecamatan Tapos,
Kota Depok – Jawa Barat ditetapkan sebagai wilayah Ruang
lik
Depok Nomor 01 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032 (vide Bukti P-1);
ub
18. Bahwa terdapat kejanggalan pada Pasal 28 ayat (11) Peraturan
m
ah
Terbuka Hijau (RTH) sebagaimana di dalam Peraturan Daerah Kota
Daerah Kota Depok Nomor 01 Tahun 2015 tentang Rencana Tata
ka
Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032 yang berbunyi
ep
yaitu:
ah
“Secara khusus, Peraturan Daerah tentang RT/RW Kota Depok
ruang,
pemanfaatan
ruang
dan
pengendalian
ng
M
pemanfaatan ruang pada 5 (lima) Situ, yaitu Situ Ciming, Situ
on
Halaman 14 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
Bunder, Situ Telaga Subur, Situ Lembah Gurame dan Situ Cinere”;
es
perencanaan
R
2012- 2032, tidak mengatur penataan ruang yang meliputi
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 14
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ditemukan
pada
pemberitaan
pada
R
Bahwa
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
media
Majalah
KONSTAN edisi 190 Oktober 2017 tentang adanya beralih Fungsi
ng
situ tersebut yaitu sebagai berikut (vide Bukti P-46):
a. Situ Cinere mengalami penyusutan dan diperoleh info sebagian
lahan beralih kepemilikan;
A
gu
b. Situ Bunder sudah menjadi Hamparan tanah kering, area
terbagi menjadi 3 lokal pagar serta 3 pemilik. Lahan menjadi
perumahan duta cimanggis, sebagian telah dibangun rumahrumah yang diperjual belikan atas lahan situ tersebut;
ub
lik
ah
c. Situ Ciming hanya tersisa sungai dangkal 3 sampai dengan 5
meter dan ada pertamanan besar milik perseorangan, terdapat
adanya
rumah-rumah
yang
dibangun
oleh
pengembang
am
perumahan mekar perdana serta diduga menjadi sengketa
dengan Pemerintah Kota Depok;
ep
d. Situ Lembah Gurame berfungsi hanya sebagai tampungan
ah
k
pembuangan air warga perumnas, dijadikan empang-empang
pemancingan yang diklaim sepihak oleh warga serta dibuat
In
do
ne
si
R
bedeng- bedeng semi permanen akan tetapi saat ini di
fungsikan menjadi fasilitas umum;
A
gu
ng
e. Situ Telaga Subur situ ini beralih menjadi Rumah Makan Saung
Telaga yang menjadi areal komersil pribadi dan masih terdapat
pula situnya akan dari luas situ sebenarnya tersebut telah di
buat kavling-kavling yang telah diperjualbelikan dan dibangun;
Bahwa berdasarkan uraian di atas seharusnya Ruang Terbuka
Hijau di situ-situ tersebut sebetulnya sudah seharusnya menjadi
Ruang Terbuka hijau akan tetapi ternyata secara fakta sudah
fungsi
yang
diduga
adanya
oknum-oknum
lik
ah
beralih
pejabat
Pemerintah Kota Depok yang menjual dan menguasasi lahan-lahan
ub
m
situ tersebut untuk kepentingan pribadi;
Bahwa relevansi dengan uji materil Pemohon atas 5 situ yang
ka
bermasalah
tersebut,
Pemerintah
Kota Depok
diminta
oleh
ep
Pemerintah Pusat untuk menyediakan lahan Terbuka Hijau sebesar
ah
± 20% dari total Wilayah Kota Depok, yang dimana seharusnya lima
tidak mengatur penataan ruang pada lima situ dalam Peraturan
ng
M
Daerah Kota Depok Nomor 01 Tahun 2015 tentang Rencana Tata
on
Halaman 15 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032. Hal ini jelas
es
R
situ tersebut masuk wilayah ruang terbuka hijau ini sengaja dibuat
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 15
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
Pemerintah Kota Depok mencari lahan lain untuk menjadikan lahan
Ruang Terbuka Hijau yang pada akhirnya mencari lahan-lahan milik
ng
warga yang belum dibangun, hal ini adalah sebuah cara-cara yang
tidak dibenarkan mencaplok atau mengambil lahan masyarakat
yang dimana wilayah tersebut langsung ditetapkan menjadi Ruang
gu
Terbuka hijau oleh Termohon tanpa dikomunikasikan maupun
disosialisasikan penetapan Ruang Terbuka Hijau tersebut;
A
19. Bahwa Pemohon melalui permohonan a quo, secara conditio sine
quad non, mencari perlindungan hukum dan kepastian hukum atas
Pemohon
sebagai
Bangunan (SHGB);
pemegang
Sertifikat
Hak
Guna
ub
lik
ah
hak-hak
berdasarkan Pasal 28 D ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, yang
am
meyatakan dengan tegas:
“Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
ep
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan
ah
k
hukum”;
Sebagai negara hukum yang hakikatnya mengandung asas
In
do
ne
si
R
legalitas, asas pemisahan kekuasaan, dan asas kekuasaan
kehakiman yang merdeka, yang semuanya itu ditujukan untuk
A
gu
ng
mengendalikan
negara
atau
Pemerintah
dari
kemungkinan
bertindak sewenang-wenang atau penyalahgunaan kekuasaan,
sehingga perlindungan dalam perkara a quo diartikan sebagai
tempat berlindung bagi Pemohon, yang berarti mewajibkan
Pemerintah mencegah dan menindak pelanggaran-pelanggaran
terhadap hak penguasaan atas tanah;
20. Terkait dengan permohonan a quo dapat disampaikan bahwa dalam
diatur
kesamaan
minimum
bagi
segenap
lik
ah
konstitusi
warga
masyarakat. Lebih jauh eksistensi suatu masyarakat tergantung
ub
m
pada pengaturan formal melalui hukum serta lembaga-lembaga
pendukungnyadi dalam kehidupan bermasyarakat. Masalahnya,
sepenuhnya
mendukung
dan
ep
ka
keadilan formal seperti tersebut tidaklah cukup karena tidak dapat
mendorong
terciptanya
suatu
ah
masyarakat, yang diistilahkan dengan well ordered society. Hal ini
mengatur masyarakat apabila dapat diterima secara umum. Selain
ng
M
itu keadilan formal itu cenderung dipaksakan secara sepihak
on
Halaman 16 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
khususnya oleh pihak penguasa. Atas dasar itu John Rawls
es
R
mengingat karena konsep keadilan itu hanya dapat secara efektif
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 16
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
berkeyakinan bahwa keadilan yang menjamin kepentingan semua
pihak secara fair adalah keadilan yang brsifat kontraktual;
I.
ng
B. Dalam Pokok Perkara;
Alasan-Alasan Pengajuan Keberatan atas Peraturan Daerah Kota
Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
gu
Kota Depok;
1. Bahwa Pemohon adalah pemegang Hak Guna Bangunan yang
Leuwinanggung dengan proses peralihan berdasarkan Akta Jua Beli
Nomor 147/2016 tertanggal 1 Agustus 2016 yang dibuat oleh PPAT
ub
lik
ah
A
tertuang di dalam Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) Nomor 4
Nuke Nurul Soraya antara Pemohon selaku Pembeli dengan PT
Karabha Digdaya selaku Penjual;
am
2. Sehingga apabila merujuk kepada Pasal 24, Peraturan Pemerintah
Nomor 40 Tahun 1996 (vide Bukti P-18) terutama pada Ayat (3),
ep
maka jelas dan terang bahwa Pemerintah Kota Depok merupakan
ah
k
pihak ketiga yang Terikat atas perjanjian jual beli antara PT Karabha
R
kutipan pasal tersebut adalah sebagai berikut:
In
do
ne
si
Digdaya selaku Penjual dengan Pemohon selaku Pembeli. Adapun
(1) Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik terjadi dengan
A
gu
ng
pemberian oleh pemegang Hak Milik dengan akta yang dibuat
oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah;
(2) Pemberian Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib didaftarkan pada
Kantor Pertanahan;
(3) Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik mengikat pihak
ketiga sejak didaftarkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2);
lik
Guna Bangunan atas tanah Hak Milik diatur lebih lanjut dengan
Keputusan Presiden;
ub
m
ah
(4) Ketentuan mengenai tata cara pemberian dan pendaftaran Hak
3. Pemohon selaku pemegang SHGB yang terletak di Kelurahan
ka
Leuwinanggung, Kecamatan Tapos – Kabupaten Depok, Provinsi
ep
Banten. Sebelumnya Pemohon, Pemilik yang lama PT Karabha
ah
Didgdaya, Ketua Rukun Tetangga (RT) dan Ketua Rukun Warga
Tapos - Depok tidak pernah diberikan informasi, sosialisasi dan
ng
M
komunikasi, baik lisan maupun tertulis mengenai rencana ruang
on
Halaman 17 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
terbuka hijau sebagaimana pada Peraturan Daerah Kota Depok
es
R
(RW) pada RT.02, RW.01, Kelurahan Leuwinanggung, Kecamatan
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 17
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Depok Tahun 2012 -2032;
ng
4. Dasar Pemohon sebagai pemegang hak atas SHGB Nomor 4 telah
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria;
A
gu
A. Bahwa Penetapan Ruang Terbuka Hijau pada Pasal 41 Ayat
(2) Huruf G Angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor
1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Depok Tahun 2012 – 2032 Bertentangan Sila Kelima
ub
lik
ah
Pancasila Keadilan Sosial;
1. Konsepsi Keadilan Sosial dalam Sila Kelima Pancasila perlu
dimaknai sebagai satu kesatuan makna, yang di dalamnya
am
terdiri dari keadilan sosial dalam ekonomi, politik, budaya,
berkeagamaan dan kepercayaan serta segala hal-hal yang
ah
k
ep
berkaitan dengan kepentingan masyarakat yang dilandasi
keinsyafan
terhadap
pembagian
Pemerintah
dan
Pemerintah
hak
dan
kewajiban
Daerah
sebagai
In
do
ne
si
R
penyelenggaran demi tercapainya Keadilan Sosial;
2. Keadilan sosial menjadi bagian yang tidak terpisahkan
A
gu
ng
dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara
masyarakat
Indonesia,
terlepas
dari
kepentingan-
kepentingan pribadi yang terdapat dalam diri manusia
Indonesia.
Pelepasan
dimaknai
bukan
kepentingan-kepentingan
sebagai
kepentingan
pribadi
pribadi
yang
sepenuhnya tidak diikuti dengan pemenuhan sifat keadilan
ah
bagian dari adil dan keadilan;
lik
sosial yang menekanan pentingnya masyarakat menjadi
3. Keadilan sosial menunjukkan keadilan selalu berkaitan
ub
m
dengan pentingnya penghargaan terhadap masyarakat
sebagai satu kesatuan individu-individu yang bergabung dan
ka
membentuk
komunitas
yang
memiliki
kebutuhan,
ep
kepentingan dan tujuan yang hendak dicapai secara
sosial
tidak
berdiri
sendiri,
atau
diartikan
R
4. Keadilan
masyarakat tanpa peran-peran individu yang terdapat
ng
M
dalamnya tidak dapat menjalankan fungsi kemasyarakatan
on
Halaman 18 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
dalam ketercapaian setiap kebutuhan dan kepentingan serta
es
ah
bersama-sama;
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 18
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
yang
menjadi
R
tujuan
pembentukan
pokok
komunitas
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
dalam
yang
membentuk
dinamakan
ng
masyarakat;
atau
dengan
5. Keadilan sosial menunjukkan setiap kegiatan yang dilakukan
A
gu
oleh masyarakat dalam ketercapaian keinginan masyarakat,
perlu difasilitasi oleh perangkat-perangkat atau alat-alat
negara yang memiliki kewenangan dalam setiap ruang
lingkup kehidupan masyarakat sebagai kepanjangtanganan
dari makna Negara;
ub
lik
ah
6. Salah satu pengaturan yang diarahkan atau diacukan
kepada pemahaman Keadilan Sosial adalah keterkaitan
dengan proses pembentukan dan penyusunan Peraturan
am
Daerah
Kabupaten/Kota,
terutama
berkaitan
dengan
pemenuhan atau penentukan Hak atas Tanah demi
ep
kepentingan umum;
ah
k
7. Keadilan sosial dan kepentingan umum dalam ruang lingkup
Hak atas Tanah, dapat dijabarkan dalam bentuk Ruang
sosial
tanah
yang
memiliki
In
do
ne
si
R
Terbuka Hijau (RTH) sebagai bagian dari pemenuhan fungsi
keterkaitan
kepentingan
A
gu
ng
masyarakat lebih besar dari kepentingan pribadi;
8. Penyampaian pentingnya Ruang Terbuka Hijau tidak dapat
dilakukan tanpa landasan hukum yang memperbolehkan hak
tersebut dilakukan, hal ini merupakan konsekuensi logis
dalam melindungi kepentingan umum, akan tetapi landasan
hukum dari Ruang Terbuka Hijau tidak disandarkan disusun,
dibentuk dan diundangkan dengan mencederai kepentingan
lik
ah
pribadi yang secara nyata telah menguasai/memiliki Hak
atas Tanah yang berada di wilayah Ruang Terbuka Hijau;
ub
m
9. Pencederaan terhadap perlindungan kepentingan pribadi
dengan berlandaskan kepentingan umum dalam penetapan
ka
Ruang Terbuka Hijau, merupakan bagian dari pencederaan
ah
dalamnya;
ep
terhadap Keadilan Sosial dan makna yang terkandung di
penetapan
Ruang
Terbuka
Hijau
Publik
dapat
ng
M
ditemukan dalam Pasal 41 ayat 2 huruf g angka 31
on
Halaman 19 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2015 (vide Bukti P-1)
es
dan
R
10. Pencederaan terhadap Keadilan Sosial dalam penentuan
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 19
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
tentang Rencana Wilayah Kota Depok, yang menetapkan
tanah
seluas
ng
Leuwinanggung,
79.8652
m2
Kecamatan
di
wilayah
Cimanggis
Kelurahan
yang
ketika
diundangkan perda tersebut bernama Kecamatan Tapos
A
gu
tanpa dipenuhinya tata cara yang dapat dibenarkan oleh
aturan
hukum
yang
mengatur
mengenai
ketentuan-
ketentuan mengenai pembentukan peraturan perundangundangan dalam hal ini Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011
tentang
Pembentukan
Peraturan
Perundang-
ub
lik
ah
Undangan, terutama dengan Pasal 96 (vide Bukti P-19)
berkaitan dalam hal partisipasi masyarakat;
11. Partisipasi masyarakat berkaitan langsung dengan Keadilan
am
Sosial Sila Kelima Pancasila, yang menunjukkan masyarakat
menjadi tujuan akhir dalam upaya penyelenggaraan dan
ah
k
dengan
ep
pelaksanaan ketercapaian Keadilan Sosial yang bersinergi
Kemakmuran,
Kesejahteraan,
berkesinambung,
berkelanjutan dan adanya kepastian hukum;
In
do
ne
si
R
12. Bahwa Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun
A
gu
ng
2012 - 2032 tidak mencerminkan peranan dan partisipasi
masyarakat yang terkena dampak langsung tidak pernah
dilibatkan dalam penyusunan perencanaan tata ruang kota
depok khususnya wilayah tanah milik Pemohon artinya
tidaklah benar Termohon melibatkan peran dan masyarakat
dalam membuat dan menyusun rencana tata ruang tahun
2012 – 2032 sebagaimana pada Peraturan Daerah Kota
lik
ah
Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tatar Ruang
Wilayah Kota Depok Tahun 2012 - 2032 pada Pasal 130
ub
m
huruf a juncto Pasal 131 (vide Bukti P-1);
B. Bahwa Penetapan Ruang Terbuka Hijau Pada Pasal 41 Ayat
ka
(2) Huruf G Angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor
ep
1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
ah
Depok Tahun 2012-2032 Bertentangan dengan Pasal 28d
1. Undang-Undang
Dasar
1945
merupakan
landasan
ng
M
konstitusi yang menjadi bagian tidak terpisahkan dengan
on
Halaman 20 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
kehidupan berbangsa dan bernegara Bangsa Indonesia.
es
R
Undang-Undang Dasar 1945;
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 20
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
R
Undang-Undang
ditempatkan
Dasar
sebagai
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
1945
satu
menempatkan
landasan
dan
hukum
dalam
ng
menentukan perilaku dan tindakan hukum, baik itu dalam
bentuk aturan hukum yang diatur secara khusus sebagai
A
gu
peraturan perundang-undangan, layaknya dalam UndangUndang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan atau pun hukum yang
diakui keberadaannya oleh Bangsa Indonesia seperti
hukum Adat sebagaimana diatur dalam Pasal 18B;
ub
lik
ah
2. Undang-Undang Dasar 1945 memiliki pengaruh yang besar
terhadap
keberadaan
sistem
hukum
nasional
yang
sitematis, teratur dan bersinergi sesuai dengan hirearki
am
Peraturan Perundang-Undangan. Pengaruh yang besar
ditampakkan dalam Pasal 27 ayat (1) yang memberikan
ep
kedudukan yang setara antara warga masyarakat dan
ah
k
pemerintah. Pasal ini menunjukkan hukum berada pada
tingkatan
teratas
dalam
menentukkan
tanggungjawab
In
do
ne
si
R
berasal dari hak dan kewajiban yang menjadi beban dan
dibebankan, baik bagi masyarakat sebagai sasaran aturan
A
gu
ng
hukum maupun Pemerintah
dan
Pemerintah
Daerah
sebagai penyelenggara negara. Adapun bunyi Pasal 27
ayat (1) sebagai berikut:
“Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahan dan wajib”;
3. Peran
masyarakat
dan
Pemerintah
saling
memiliki
keterkaitan atau setidaknya saling melengkapi hak dan
lik
ah
kewajiban yang terdapat pada dua entitas yang mandiri dan
berbeda ini. Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak akan
melaksanakan
atau
melakukan
kegiatan
ub
m
dapat
penyelenggaraan negara tanpa didukung oleh masyarakat,
ka
yang secara sadar dan paham perlunya aturan hukum
ep
sebagai upaya yang menunjukkan bahwa segala warga
ah
negara memiliki kedudukan hukum yang sama;
hubungan
timbal
balik
saling
membutuhkan,
atau
A
utama
dalam
bernegara
dan
berbangsa.
on
gu
peringkat
Halaman 21 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
ng
M
setidaknya saling menempatkan kepentingan hukum dalam
es
R
4. Keinsafan akan kedudukan hukum yang sama menunjukkan
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 21
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
Keinsafan ini ditunjukkan sebagai manifestasi penjabatan
Pasal 28D ayat (1) “Setiap orang berhak atas pengakuan,
ng
jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama dihadapan hukum;
A
gu
5. Pasal 28D memberikan sebuah arahan penyelenggara
negara, baik Pemerintah maupun Pemerintah Daerah
mempunyai peran yang besar dalam melaksanakan pasal
ini.
Pasal 28D membawa
pemenuhan
akan
konsekuensi logis bahwa
pengakuan
ditunjang
oleh
adanya
ub
lik
ah
jaminan yang bersinergi dan selaras dengan perlindungan
yang muncul dan dimunculkan dari terdapatnya kepastian
hukum sebagai manifestasi asas legalitas yang menjadi
am
patokan dalam setiap tindakan penyelenggaran Negara;
6. Penguatan terhadap Pasal 28D dapat menunjukkan arah
ep
yang tepat terhadap tujuan dari pengakuan, jaminan,
ah
k
perlindungan,
dan
kepastian
hukum
sebagai sebuah
instrumen (alat) dalam mencapai tujuan Keadilan Sosial
In
do
ne
si
R
dalam Sila Kelima Pancasila yang ditujukan tidak hanya
keadilan sosial sebagai pencapaian akhir, melainkan
A
gu
ng
terpenuhi pula kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat;
7. Pemenuhan kepastian hukum dapat pula dilakukan melalui
instrumen lain yang mendukung terlaksananya keadaan
tersebut.
Pasal
berkomunikasi
28F
dan
“Setiap
orang
memperoleh
berhak
untuk
informasi
untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta
berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
dan
menyampaikan
informasi
lik
ah
mengolah,
dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”;
komunikasi
ub
m
8. Pasal 28F menunjukkan penyampaian informasi melalui
merupakan
sebuah
keniscayaan
dalam
ka
menentukan bagaimana sebuah kepastian hukum dapat
ah
Patut
ep
berada pada kedudukan sebagai bagian dari Pasal 28D.
dipahami
tanpa
informasi
yang
berasal
dari
kepentingan masyarakat dengan tetap mengedepankan
ng
M
keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan
on
Halaman 22 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
masyarakat, menunjukkan penyelenggara negara dalam hal
es
R
komunikasi yang baik dan terarah dengan mengedepankan
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 22
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
ini Pemerintah dan Pemerintah Daerah dengan sungguhsungguh
berupaya
keadilan
sosial
tindakan
yang
ng
tercapainya
melaksanakan
demi
sejahtera
dan
mendatangkan kemakmuran bagi Masyarakat Indonesia;
A
gu
9. Pasal 28F mengantarkan pula pentingnya setiap upaya
yang dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintahan Daerah
dilandasi oleh penyampaian informasi yang komunikatif,
atau
disampaikan
secara
layak
kepada
masyarakat.
Penyampaian informasi yang layak ini terutama bila terkait
sosialisasi
Peraturan
Daerah
yang
akan
ub
lik
ah
dengan
berpengaruh terhadap lingkungan sosial dan berpotensi
menghambat keberkembangan pribadi subjek hukum, baik
am
itu subjek hukum pribadi maupun badan hukum;
10. Pencederaan terhadap Pasal 28F dapat dilihat pada Pasal
ep
41 ayat (2) huruf g angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok
ah
k
Nomor 1 Tahun tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Depok Tahun 2012 – 2032 terkait munculnya Peraturan
In
do
ne
si
R
Daerah ini, terutama berkaitan dengan penentuan dan
penetapan Ruang Terbuka Hijau bagi wilayah Kelurahan
A
gu
ng
Leuwinanggung, Kecamatan Tapos yang disampaikan tidak
melalui komunikasi informasi yang terbuka dan dibuka
sebagai upaya dalam mencapai mengembangkan pribadi
dan lingkungan sosialnya dan sebagai pemenuhan hak
untuk
mencari,
mengolah,
dan
memperoleh,
memiliki,
menyampaikan
menyimpan,
informasi
dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia hal ini
lik
ah
dapat dibukti pada kedudukan hal ini dibuktikan pada
Sebelumnya dan sesudah penetapan Perda, Pemohon
ub
m
Pemilik yang lama PT Karabha Didgdaya, Ketua Rukun
Tetangga (RT) dan Ketua Rukun Warga (RW) pada RT.02,
ka
RW.01, Kelurahan Leuwinanggung, Kecamatan Tapos,
ep
Depok tidak pernah diberikan informasi, sosialisasi dan
ah
komunikasi, baik lisan maupun tertulis mengenai rencana
Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015
ng
M
tentang Rencana Tatar Ruang Wilayah Kota Depok Tahun
on
Halaman 23 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
2012 – 2032;
es
R
dan penetapan ruang terbuka hijau sebagaimana pada
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 23
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ini
pula
menunjukkan
R
11. Pencederaan
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
ketidakseriusan
Pemerintah Kota Depok untuk mengedepankan pencapaian
ng
kepastian hukum dalam menentukan langkah yang akan
dilakukan oleh penyelenggaraan negara, sebagai sebuah
A
gu
instrumen negara yang menjunjung tinggi pandangan
Indonesia sebagai Negara Hukum yang menempatkan
negara dalam hal ini sebagai penyelenggara negara
memiliki kedududukan dan perlakuan yang samadi depan
hukum sebagai mana diatur dalam Pasal 28D ayat (1);
ub
lik
ah
C. Bahwa Penetapan Ruang Terbuka Hijau pada Pasal 41 Ayat
(2) Huruf G Angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor
1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
am
Depok Bertentangan dengan Pasal 96 Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
ep
Perundang-undangan;
ah
k
1. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan
bagian yang saling melengkapi sebagai landasan atau dasar
peraturan
perundang-undangan,
tanpa
In
do
ne
si
suatu
R
berpijak
keduanya peraturan perundang-undangan menghilangkan
A
gu
ng
dari makna Sistem Hukum Nasional. Sistem Hukum
Nasional merupakan hukum yang berlaku di Indonesia
dengan semua elemennya yang saling menunjang satu
dengan yang lain dalam rangka mengantisipasi dan
mengatasi permasalahan yang timbul dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
2. Peraturan
perundang-undangan
sebagai
penunjang
lik
ah
terbentuknya Sistem Hukum Nasional, memerlukan berbagai
daya dukung yang baik, sistematis, teratur dengan berbagai
dampak
atas
munculnya
suatu
peraturan
ub
m
macam
perundang-undangan tersebut. Undang-Undang Nomor 12
ka
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
ah
kerancuan-kerancuan
kepentingan
ditimbulkan
dalam
dari
suatu
tidak
peraturan
R
sampaikannya
yang
perundang-undangan yang muncul melalui mekanisme
ng
M
pembentukan. Pandangan ini dapat dilihat dari Paragraf 3
on
Halaman 24 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
Penjelasan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
es
ep
Undangan dibentuk untuk menghilangkan berbagai macam
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 24
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan:
Undang-Undang ini merupakan penyempurnaan terhadap
ng
kelemahan-kelemahan dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2004, yaitu antara lain:
A
gu
a. materi dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004
banyak yang menimbulkan kerancuan atau multitafsir
sehingga tidak memberikan suatu kepastian hukum;
b. teknik penulisan rumusan banyak yang tidak konsisten;
c. terdapat materi baru yang perlu diatur sesuai dengan
atau
kebutuhan
hukum
ub
lik
ah
perkembangan
dalam
pembentukan peraturan perundang-undangan; dan
d. penguraian materi sesuai dengan yang diatur dalam tiap
am
bab sesuai dengan sistematika;
3. Pembentukan
peraturan
perundang-undangan
memiliki
ep
berbagai macam aspek yang selayaknya dan sepatutnya
ah
k
dipenuhi, sebagai sebuah rangkaian pembentukan peraturan
perundang-undangan
yang
tidak
akan
memunculkan
In
do
ne
si
R
kembali berbagai macam penafsiran-penafsiran sehingga
menyebabkan hilangnya maksud, dan tujuan yang hendak
A
gu
ng
dicapai oleh suatu peraturan perundang-undangan. Salah
satu aspek atau komponen yang tidak dapat dilepaskan dari
proses, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan PerundangUndangan adalah Partisipasi Masyarakat. Yang diatur
secara khusus dalam Bab XI Pasal 96 yang berbunyi (vide
Bukti P-19):
dan/atau
tertulis
dalam
Pembentukan
Peraturan
ub
m
Perundang-undangan;
lik
ah
(1) Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan
(2) Masukan secara lisan dan/atau tertulis sebagaimana
ka
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui:
ep
a. rapat dengar pendapat umum;
ah
b. kunjungan kerja;
d. seminar, lokakarya, dan/atau diskusi;
A
perseorangan
atau
kelompok
orang
yang
on
gu
orang
Halaman 25 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
ng
M
(3) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
es
R
c. sosialisasi; dan/atau
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 25
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
mempunyai kepentingan atas substansi Rancangan
Peraturan Perundang-undangan;
ng
(4) Untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan
masukan secara lisan dan/atau tertulis sebagaimana
A
gu
dimaksud pada ayat (1), setiap Rancangan Peraturan
Perundang-undangan
harus
dapat
mudah oleh masyarakat;
4. Untuk
memudahkan
masukan
secara
masyarakat
lisan
dan/atau
diakses
dengan
dalam
memberikan
tertulis
sebagaimana
ub
lik
ah
dimaksud pada ayat (1), setiap Rancangan Peraturan
Perundang-undangan harus dapat diakses dengan mudah
oleh masyarakat;
am
5. Pasal 96 ditujukan untuk memberikan ruang yang cukup
bagi masyarakat ikut serta secara aktif dalam membantu
ep
pembentukan peraturan perundang-undangan yang memiliki
ah
k
jenis hierarki, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 Pasal 7 Ayat (1) “Jenis dan hierarki
A
gu
ng
a. Undang-Undang
Dasar
Negara
Tahun 1945;
In
do
ne
si
20):
R
Peraturan Perundang-undangan terdiri atas (vide Bukti P -
Republik
Indonesia
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan
Pemerintah
Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
Pengganti
lik
ah
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota;
ub
m
6. Pasal 96 menunjukkan pula partisipasi masyarakat dapat
dilakukan dengan berbagai cara dalam memenuhi keaktifan
ka
masyarakat menjadi bagian dari pemangku kepentingan
ep
dalam pembentukan perundang-undangan. Secara terperinci
ah
dapat disebutkan sebagai berikut:
dan/atau
tertulis
dalam
Pembentukan
Peraturan
ng
M
Perundang-undangan;
on
Halaman 26 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
(2) Masukan secara lisan dan/atau tertulis sebagaimana
es
R
(1) Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 26
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui:
a. rapat dengar pendapat umum;
ng
b. kunjungan kerja;
c. sosialisasi; dan/atau
A
gu
d. seminar, lokakarya, dan/atau diskusi;
(3) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
orang
perseorangan
atau
kelompok
orang
yang
mempunyai kepentingan atas substansi Rancangan
Peraturan Perundang-undangan;
ub
lik
ah
(4) Untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan
masukan secara lisan dan/atau tertulis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), setiap Rancangan Peraturan
am
Perundang-undangan
harus
dapat
diakses
dengan
mudah oleh masyarakat;
ah
k
dalam
ep
7. Pasal 96 merupakan salah satu acuan yang harus dirujuk
membentuk
terutama
peraturan
berkaitan
perundang-undangan,
dengan
Peraturan
Daerah
In
do
ne
si
R
Kabupaten/Kota yang memiliki ruang ringkup kecil, atau
terbatas pada wilayah yang dikenakan perda tersebut.
A
gu
ng
Pembentukan Peraturan Daerah yang tidak memperhatikan
partisipasi masyarakat sebagaimana diatur oleh Pasal 96
Undang-Undang
Nomor
Pembentukan
12
Tahun
Peraturan
2011
tentang
Perundang-undangan
menyebabkan maksud dari adanya Sistem Hukum Nasional
sebagai
puncak
dari
keterkaitannya
kepentingan-
kepentingan masyarakat melalui peran pemerintah, terutama
lik
ah
Pemerintah Daerah dalam mewujudkan hukum yang berlaku
di Indonesia sebagai upaya mengantisipasi dan mengatasi
ub
m
permasalahan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan
ka
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
ep
1945;
ah
8. Keadaan yang seharusnya dihindarkan dengan dalam
dilibatkannya masyarakat, sebagaimana diatur dalam Pasal
Undang-Undang
ng
M
96
Nomor
12
Tahun
2011
tentang
on
Halaman 27 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, terjadi pada
es
R
rangka pembentukan Peraturan Daerah, berupa tidak
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 27
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
pelanggaran Hak Pemohon yaitu pada dalam penentuan dan
penetapan Ruang Terbuka Hijau Publik dapat ditemukan
ng
dalam Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31 Peraturan Daerah
Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
A
gu
Kota
Depok
2012-2032.
Peraturan
ini
lahir
tanpa
dilatarbelakangi atau tidak dilengkapi dengan perangkat
pemberian informasi yang
selayaknya
dilakukan oleh
Pemerintah Daerah, sebagaiamana diatur oleh Pasal 96,
baik itu melalui tata cara rapat dengar pendapat umum,
ub
lik
ah
kunjungan kerja, sosialisasi, seminar, lokakarya maupun
diskusi;
9. Informasi yang tidak disampaikan Pemerintah Daerah
am
mengenai Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun
2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok
ep
2012-2032 menimbulkan berbagai permasalahan, salah satu
ah
k
dari permasalahan tersebut adalah terambilnya hak dari
terletak
di
Kelurahan
Leuwinanggung,
Kecamatan
In
do
ne
si
R
Cimanggis, Kabupaten Bogor dengan luas 79.826 m2 (tujuh
puluh sembilan ribu delapan ratus dua puluh enam meter
A
gu
ng
persegi) terletak di Kelurahan Leuwinanggung, Kecamatan
Cimanggis, Kabupaten Bogor dengan luas 79.826 m2 (tujuh
puluh Sembilan ribu delapan ratus dua puluh enam meter
persegi) sebagaimana dalam penentuan dan penetapan
Ruang Terbuka Hijau Publik dapat ditemukan dalam Pasal
41 ayat (2) huruf g angka 31 Peraturan Daerah Nomor 1
Tahun 2015 dengan lampiran petanya (vide P-1 dan peta
lik
ah
vide bukti P-6);
10. Bahwa di dalam proses penerbitan dan Penetapan Ruang
ub
m
Terbuka Hijau Publik dapat ditemukan dalam Pasal 41 ayat
2 huruf g angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1
ka
Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
ep
Depok 2012-2032, Peraturan Daerah (Perda) tersebut
ah
sampai dengan saat ini Pemohon, Pemilik yang lama PT
Rukun Warga (RW) pada RT.02, RW.01, Kelurahan
ng
M
Leuwinanggung,
Kecamatan
Tapos,
Depok
tidak
on
Halaman 28 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
mendapatkan informasi maupun sosialiasi atas terbitnya
es
R
Karabha Didgdaya, Ketua Rukun Tetangga (RT) dan Ketua
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 28
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
Peraturan Daerah (Perda) dimaksud, hal tersebut jelas
bertentangan dengan Pasal 96 Undang-Undang Nomor 12
ng
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan PerundangUndangan, yang menyertakan peran serta masyarakat
A
gu
dengan tegas menyatakan:
11. Bahwa jelas dan terang di dalam Pasal 96 Ayat (3),
Pemohon memiliki kepentingan langsung atas terbitnya
perda
tersebut,
mengajukan
sehingga
keberatan
atas
sangat
perda
beralasan
dimaksud
untuk
melalui
Indonesia (MARI);
ub
lik
ah
permohonan a quo kepada Mahkamah Agung Republik
D. Bahwa Penetapan Ruang Terbuka Hijau pada Pasal 41 Ayat
am
(2) Huruf G Angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1
Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
ep
Depok Tahun 2012 – 2032 Bertentangan Pasal 65 Dengan
ah
k
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang;
In
do
ne
si
R
1. Penataan ruang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dalam memberikan nilai tambah terdapat kawasan-kawasan
A
gu
ng
yang belum atau tidak dimanfaakan secara baik dan benar.
Penataan ruang secara baik berkaitan dengan penggunaan
ruang sesuai dengan fungsinya, sedangkan penataan ruang
yang benar berkaitan dengan penggunaan ruang tidak hanya
berkaitan dengan keseuaian ruang dengan fungsinya,
melainkan dalam menentukan fungsi ruang dilakukan sesuai
dan berdasarkan aturan hukum yang benar dan dapat
lik
ah
dibenarkan. Agumentasi ini dapat dilihat dari Penjelasan
Umum Angka 5 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
ub
m
tentang Penataan Ruang yang menuntun dan menuntut
bahwa pengendalian pemanfaatan ruang merupakan satu
ka
kesatuan yang tidak terpisahkan antara yang satu dan yang
ep
lain dan harus dilakukan sesuai dengan kaidah penataan
ah
ruang sehingga diharapkan:
guna dan berdaya guna serta mampu mendukung
ng
M
pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan;
on
Halaman 29 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
b. tidak terjadi pemborosan pemanfaatan ruang; dan;
es
R
a. dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 29
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
c. tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruang;
2. Penjelasan Umum Angka 6 Penjelasan Umum dan Angka 5
ng
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (vide Bukti P-21) bahwa “Perencanaan tata ruang
A
gu
dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang dan
rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang disusun
berdasarkan
pendekatan
wilayah
administratif
dengan
muatan substansi mencakup rencana struktur ruang dan
rencana pola ruang. Rencana rinci tata ruang disusun
ub
lik
ah
berdasarkan pendekatan nilai strategis kawasan dan/atau
kegiatan kawasan dengan muatan substansi yang dapat
mencakup hingga penetapan blok dan sub-blok peruntukan.
am
Penyusunan rencana rinci tersebut dimaksudkan sebagai
operasionalisasi rencana umum tata ruang dan sebagai
ep
dasar penetapan peraturan zonasi”;
ah
k
3. Penyusunan yang baik dalam menentukan penataan ruang
merupakan satu aspek lain yang dapat mendukung suatu
In
do
ne
si
R
ruang dapat dimanfaatkan atau digunakan sesuai dengan
perutukannya. Kegiatan penyusunan merupakan permulaan
A
gu
ng
munculnya pembentukan penentuan dan pada akhirnya
menjadi penetapan mengenai suatu ruang atau yang dikenal
dengan
peraturan
zonasi,
sebagaimana
dinyatakan
Penjelasan Umum Angka 5 Undang-Undang Republik
Indonesia
Nomor
Ruang“Peraturan
26
Tahun
zonasi
2007
merupakan
tentang
Penataan
ketentuan
yang
mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan
pengendaliannya
dan
disusun
lik
ah
ketentuan
untuk
setiap
blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam
ub
m
rencana rinci tata ruang. Rencana rinci tata ruang wilayah
kabupaten/kota dan peraturan zonasi yang melengkapi
ka
rencana rinci tersebut menjadi salah satu dasar dalam
ep
pengendalian pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan
ah
ruang dapat dilakukan sesuai dengan rencana umum tata
4. Peraturan
zonasi
merupakan
landasan
awal
dalam
ng
M
menentukan berbagai penetapan terhadap penataan ruang di
on
Halaman 30 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
setiap kawasan wilayah yang terdapat di Negara Kesatuan
es
R
ruang dan rencana rinci tata ruang”;
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 30
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
Republik Indonesia. Penentuan wilayah melalui pendekatan
peraturan zonasi salah satunya dipengaruhi oleh peran
ng
masyarakat yang tercatat dalam Pasal 65 Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (vide Bukti
(1) Penyelenggaraan
penataan
ruang
dilakukan
oleh
Pemerintah dengan melibatkan peran masyarakat;
(2) Peran masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana
A
gu
P-22);
dimaksud pada ayat (1) dilakukan, antara lain, melalui:
ub
lik
ah
a. partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;
b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan
c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang;
am
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan bentuk
peran masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana
pada
ayat
(1)
diatur
dengan
peraturan
ep
dimaksud
ah
k
pemerintah;
5. Penetapan melalui peraturan zonasi dapat dilakukan dengan
In
do
ne
si
R
menggunakan Peraturan Daerah salah satu Peraturan
Daerah mengenai zonasi terdapat dalam Peraturan Daerah
A
gu
ng
Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah, terutama terkait dengan Ruang Terbuka
Hijau publik yang yang dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah
Daerah Kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat
secara umum sebagaimana diatur dalam Pasal 29 ayat (1)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang (vide Bukti P- 24);
lik
ah
6. Patut dipahami Ruang Terbuka Hijau melalui Pasal 41 ayat
(2) huruf g angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1
ub
m
Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Depok Tahun 2012-2032, dilakukan tanpa mengindahkan
ka
peran masyarakat. Hal ini dibuktikan pada Pemohon, Pemilik
ep
yang lama PT Karabha Didgdaya, Ketua Rukun Tetangga
ah
(RT) dan Ketua Rukun Warga (RW) pada RT.02, RW.01,
Peran masyarakat tidak dilibatkan dan tidak dijalankan
ng
M
dengan benar sebagaimana seharusnya disediakan oleh
on
Halaman 31 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
Pemerintah Daerah Kota Depok, dengan secara sepihak
es
R
Kelurahan Leuwinanggung, Kecamatan Tapos-Depok, dalam
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 31
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
kawasan
yang
terdapat
R
menentukan
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
di
Kelurahan
Leuwinanggung Kecamatan Tapos yang terdapat dalam
ng
penguasaan hal atas tanah berdasarkan Sertifikat Hak Guna
Bangunan
(SHGB)
Nomor
4
atau
tidak
dilakukan
A
gu
berdasarkan Pasal 65 ayat (2) Pasal 65 Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang sehingga
tidak memenuhi akan kepastian hukum bagi Pemohon;
7. Pentingnya penerapan Pasal 65 ayat (2) Pasal 65 UndangUndang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
ub
lik
ah
dimaksudkan untuk mengejawantahkan Penjelasan Umum
Angka 8 Paragraf 2 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang
Penataan
Ruang
untuk
menyesuaikan
am
perkembangan terhadap:
a. situasi
nasional
prinsip
internasional
yang
keterpaduan,
ep
penegakan
dan
menuntut
keberlanjutan,
ah
k
demokrasi, dan keadilan dalam rangka penyelenggaraan
penataan ruang yang baik;
kebijakan
otonomi
daerah
yang
In
do
ne
si
R
b. pelaksanaan
memberikan wewenang yang semakin besar kepada
A
gu
ng
Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan penataan
ruang sehingga pelaksanaan kewenangan tersebut perlu
diatur demi menjaga keserasian dan keterpaduan antar
daerah, serta tidak menimbulkan kesenjangan antar
daerah;
c. kesadaran dan pemahaman masyarakat yang semakin
tinggi
terhadap
penataan
ruang
yang
memerlukan
lik
ah
pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan
penataan ruang agar sesuai dengan perkembangan yang
ub
m
terjadi di masyarakat;
E. Bahwa Penetapan Ruang Terbuka Hijau pada Pasal 41 Ayat
ka
(2) Huruf G Angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1
ep
Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
ah
Depok Tahun 2012-2032 Tidak Memberikan Kepastian
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria Juncto
ng
M
Pasal 32 dan Pasal 60 Peraturan Pemerintah Nomor 40
on
Halaman 32 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan
es
R
Hukum Sebagaimana Diatur dalam Pasal 40 Undang-Undang
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 32
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
Dan Hak Pakai Atas Tanah;
1. Hak atas tanah merupakan hak yang diatur secara tegas
ng
dalam setiap pembagian yang terkandung di dalamnya,
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pokok Agraria
A
gu
Nomor 5 Tahun 1960 Pasal 16 ayat (1), yang merupakan
turunan dari Pasal 4 ayat (1) mengenai hak menguasai dari
Negara yang merujuk kepada beberapa hak, hak milik, hak
guna-usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak sewa, hak
membuka tanah, hak memungut-hasil hutan, hak-hak lain
2. Hak
ub
lik
ah
yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut;
menguasai
dari
Negara
merupakan
wewenang
Pemerintah sebagaimana diatur di Pasal 2 ayat (1) dijelaskan
am
kembali dalam penjelasann Undang-Undang Pokok Agraria
sebagai berikut: yang menyatakan, bahwa "Bumi, air dan
ep
ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung
ah
k
didalamnya, pada tingkatan yang tertinggi dikuasai oleh
Negara". Sesuai dengan pangkal pendirian tersebut diatas
In
do
ne
si
R
perkataan "dikuasai" dalam pasal ini bukanlah berarti
"dimiliki", akan tetapi adalah pengertian, yang memberi
A
gu
ng
wewenang kepada Negara, sebagai organisasi kekuasaan
dari Bangsa Indonesia itu, untuk pada tingkatan yang
tertinggi:
a. mengatur
dan
menyelenggarakan
peruntukan,
penggunaan, persediaan dan pemeliharaannya;
b. menentukan dan mengatur hak-hak yang dapat dipunyai
atas (bagian dari) bumi, air dan ruang angkasa itu;
lik
ah
c. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum
antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum
ub
m
yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa. Segala
sesuatunya dengan tujuan: untuk mencapai sebesar-
ka
besar kemakmuran rakyat dalam rangka masyarakat yang
ep
adil dan makmur (Pasal 2 ayat (2) dan (3));
ah
3. Pengertian dikuasai yang tidak dapat disamakan sebagai
menempatkan
setiap
peroleh
hak
atas
tanah
diatur
ng
M
berdasarkan kepentingan dan kebutuhan dari pengguna hak
on
Halaman 33 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
atas tanah tersebut. Salah satu pengaturan yang terkandung
es
R
kepemilikan sebagaimana diatur oleh Pasal 2 ayat (1),
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 33
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
dalam Undang-Undang Pokok Agraria berkaitan dengan Hak
Guna Bangunan yang diatur dari Pasal 35-40 Undang-
ng
Undang Pokok Agraria mulai dari perolehan Hak Guna
Bangunan sampai hapusnya;
A
gu
4. Khusus bagi hapusnya Hak Guna Bangunan diatur Dalam
Pasal 40 Undang-Undang Pokok Agraria (vide Bukti P – 30)
yang membagi klasifikasi Hak Guna Bangunan (HGB) dapat
mencapai derajat penghapusan dengan klasifikasi sebagai
berikut:
ub
lik
ah
a. jangka waktunya berakhir;
b. dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena
sesuatu syarat;
am
c. tidak dipenuhi;
d. dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka
ep
waktunya berakhir;
f.
diterlantarkan;
R
g. tanahnya musnah;
h. ketentuan dalam Pasal 36 ayat (2);
In
do
ne
si
ah
k
e. dicabut untuk kepentingan umum;
A
gu
ng
Pasal ini menunjukkan HGB dapat dinyatakan hapus tidak
serta merta, melainkan memerlukan tindakan-tindakan yang
menyebabkan
terjadi
peristiwa
hukum
yang
dapat
mempengaruhi munculnya apa yang diungkap oleh Pasal 40;
5. Peralihan status menjadi penting untuk dilalui oleh proses
yang
dinyatakan
diperuntukan
benar
untuk
oleh
Pasal
kepentingan
40,
umum.
walaupun
Pemaknaan
lik
ah
kepentingan umum tidak dapat ditafsirkan tanpa dilandasi
pemaknaan yang benar, walaupun perubahan fungsi lahan
memberikan
ub
m
dipergunakan untuk memberikan fasilitas bagi negara untuk
kesejahteraan
dan
kemakmuran
yang
ka
berorientasi pada keadilan termasuk di dalamnya perubahan
ep
dari Hak Guna Bangunan yang dimanfaatkan secara pribadi
ah
menjadi Ruang Terbuka Hijau, sebagaimana diamanatkan
Rencana
Tata
Ruang
Wilayah
Kota
Depok
Tahun
ng
M
2012 – 2032;
on
Halaman 34 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
6. Pemaknaan kepentingan umum yang dikaitkan dengan
es
R
oleh Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 34
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
upaya untuk memperluas keterjangkauan hak atas tanah
yang diperuntukan bagi kepentingan bersama melalui
ng
pendekatan tata ruang sebagai upaya Pemerintah dalam hal
ini
Pemerintah
Kota
Depok
dengan
menempatkan
A
gu
Pemerintah dan wewenangnya melalui pendekatan UndangUndang Penataan Ruang seharusnya melihat Kepentingan
umum dalam dimaknai upaya perlindungan dalam yang
mengedepankan
keseimbangan
antara
kepentingan
perseorangan dengan kepentingan masyarakat, atau dengan
kepentingan
ub
lik
ah
kata lain kepentingan perseorangan tidak boleh terdesak oleh
masyarakat
sebagaimana
diatur
dalam
penjelasan Bagian II angka 4 Paragraf 3 Undang-Undang
am
Pokok Agraria;
7. Perlindungan terhadap pemegang hak atas tanah tidak dapat
ah
k
keadilan
ep
diabaikan tanpa melakukan pendekatan yang memenuhi rasa
atau
saling
mengimbangi
sebagaimana
diamanatkan oleh Undang-Undang Pokok Agraria Pasal 2
In
do
ne
si
R
ayat (3) yang kemudian dijelaskan secara rinci dalam
Penjelasan Bagian II angka 4 Paragraf 4 yang berbunyi (vide
A
gu
ng
Bukti P-26): “Kepentingan masyarakat dan kepentingan
perseorangan haruslah saling mengimbangi, hingga pada
akhirnya akan tercapailah tujuan pokok: kemakmuran,
keadilan dan kebahagiaan bagi rakyat seluruhnya dan
Kepastian Hukum dan kemanfaatan Hukum”;
8. Sekalipun
peralihan
hak
atas
tanah
diperoleh
untuk
kepentingan umum Pasal 18 Undang-Undang Pokok Agraria
Untuk kepentingan umum, termasuk
lik
ah
mengatur bahwa
kepentingan bangsa dan Negara serta kepentingan bersama
ub
m
dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan
memberi ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang
ka
diatur dengan undang-undang yang dimana sampai dengan
ep
saat ini tidak ada kepastian akan nasib tanah/lahan Pemohon
ah
atas dampak dari penetapan Peraturan Daerah Nomor 1
ng
M
9. Bahwa Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) Nomor 4 yang
on
Halaman 35 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
dimiliki oleh Pemohon didasarkan pada Undang-Undang
es
Depok;
R
Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 35
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria juncto PP
Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
ng
Bangunan Dan Hak Pakai Atas Tanah;
Hak Guna Bangunan;
A
gu
Pasal 35 (vide Bukti P - 27);
(1) Hak guna bangunan adalah hak untuk mendirikan dan
mempunyai bangunan bangunan atas tanah yang bukan
miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling lama 30
tahun;
ub
lik
ah
(2) Atas permintaan pemegang hak dan dengan mengingat
keperluan serta keadaan bangunan-bangunannya, jangka
waktu tersebut dalam ayat (1) dapat diperpanjang dengan
am
waktu paling lama 20 tahun;
(3) Hak Guna Bangunan dapat beralih dan dialihkan kepada
ep
pihak lain;
ah
k
Pasal 36 (vide Bukti P-28);
R
a. Warga Negara Indonesia;
b. Badan
hukum
yang
didirikan
In
do
ne
si
(1) Yang dapat mempunyai Hak Guna Bangunan ialah:
menurut
hukum
A
gu
ng
Indonesia dan berkedudukan di Indonesia;
(2) Orang atau badan hukum yang mempunyai hak guna
bangunan dan tidak lagi memenuhi syarat-syarat yang
tersebut dalam ayat (1) pasal ini dalam jangka waktu 1
tahun wajib melepaskan atau mengalihkanhak itu kepada
pihak lain yang memenuhi syarat. Ketentuan iniberlaku
juga terhadap pihak yang memperoleh Hak Guna
lik
ah
Bangunan, jika ia tidak memenuhi syarat-syarat tersebut.
Jika Hak Guna Bangunan yang bersangkutan tidak
ub
m
dilepaskan atau dialihkan dalam jangka waktu tersebut,
maka hak itu hapus karena hukum, dengan ketentuan,
ka
bahwa hak-hak pihak lain akan diindahkan, menurut
ep
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dengan Peraturan
ah
Pemerintah;
Hak Guna Bangunan terjadi:
ng
M
a. mengenai tanah yang dikuasai langsung oleh Negara
on
Halaman 36 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
karena penetapan Pemerintah;
es
R
Pasal 37 (vide Bukti P – 29);
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 36
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
b. mengenai tanah milik karena perjanjian yang berbentuk
otentik antara pemilik tanah yang bersangkutan dengan
ng
pihak yang akan memperoleh hak guna bangunan itu,
yang bermaksud menimbulkan hak tersebut;
A
gu
Pasal 40 (vide Bukti P- 30);
Hak Guna Bangunan hapus karena:
a. jangka waktunya berakhir;
b. dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena
sesuatu syarat tidak dipenuhi;
ub
lik
ah
c. dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka
waktunya berakhir;
d. dicabut untuk kepentingan umum;
am
e. diterlantarkan;
f.
tanahnya musnah;
ep
g. ketentuan dalam Pasal 36 ayat (2);
ah
k
Lebih lanjut mengenai pengaturan Hak Guna Bangunan telah
diatur di dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 40 Tahun
In
do
ne
si
R
1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan Dan
Hak Pakai Atas Tanah;
A
gu
ng
Terjadinya Hak Guna Bangunan Pasal 22 (vide Bukti P – 31):
(1) Hak Guna Bangunan atas tanah Negara diberikan
dengan keputusan pemberian hak oleh Menteri atau
pejabat yang ditunjuk;
(2) Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Pengelolaan
diberikan dengan keputusan pemberian hak oleh Menteri
atau pejabat yang ditunjuk berdasarkan usul pemegang
lik
ah
Hak Pengelolaan;
(3) Ketentuan mengenai tata cara dan syarat permohonan
ub
m
dan pemberian Hak Guna Bangunan atas tanah Negara
dan atas tanah Hak Pengelolaan diatur lebih lanjut
ka
dengan Keputusan Presiden;
ep
Pasal 23 (vide Bukti P – 32);
ah
(1) Pemberian Hak Guna Bangunan sebagaimana dimaksud
Pertanahan;
ng
M
(2) Hak Guna Bangunan atas tanah Negara atau atas tanah
on
Halaman 37 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
Hak Pengelolaan terjadi sejak didaftar oleh Kantor
es
R
dalam Pasal 22 didaftar dalam buku tanah pada Kantor
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 37
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
Pertanahan;
(3) Sebagai tanda bukti hak kepada pemegang Hak Guna
ng
Bangunan diberikan sertifikat hak atas tanah;
Pasal 24 (vide Bukti P – 33):
pemberian oleh pemegang Hak Milik dengan aktayang
dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah;
(2) Pemberian Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik
A
gu
(1) Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik terjadi dengan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib didaftarkan
ub
lik
ah
pada Kantor Pertanahan;
(3) Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik mengikat
pihak ketiga sejak didaftarkan sebagaimana dimaksud
am
dalam ayat (2);
(4) Ketentuan
mengenai
Tata
Cara
Pemberian
dan
ep
Pendaftaran Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik
ah
k
diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden;
Pasal 28 (vide Bukti P – 34):
penanaman
modal,
permintaan
In
do
ne
si
kepentingan
R
(1) Untuk
perpanjangan dan pembaharuan Hak Guna Bangunan
A
gu
ng
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dapat dilakukan
sekaligus dengan membayar uang pemasukan yang
ditentukan untuk itu pada saat pertama kali mengajukan
permohonan Hak Guna Bangunan;
(2) Dalam hal uang pemasukan telah dibayar sekaligus
sebagaimana
dimaksud
dalam
ayat
(1)
untuk
perpanjangan atau pembaharuan Hak Guna Bangunan
lik
ah
hanya dikenakan biaya administrasi yang besarnya
ditetapkan oleh Menteri setelah mendapat persetujuan
(3) Persetujuan
ka
pembaharuan
ub
m
dari Menteri Keuangan;
untuk
Hak
memberikan
Guna
perpanjangan
Bangunan
atau
sebagaimana
ep
dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dan perincian uang
ah
pemasukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
Bangunan;
ng
M
Pasal 32 (vide Bukti P – 35):
on
Halaman 38 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
Pemegang Hak Guna Bangunan berhak menguasai dan
es
R
dicantumkan dalam keputusan pemberian Hak Guna
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 38
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
mempergunakan tanah yang diberikan dengan Hak Guna
Bangunan selama waktu tertentu untuk mendirikan dan
ng
mempunyai
bangunan
untuk
keperluan
pribadi
atau
usahanya serta untuk mengalihkan hak tersebut kepada
A
gu
pihak lain dan membebaninya.
10. Sebagai
pemegang
Sertifikat
Hak
Guna
Bangunan
sebagaimana SHGB Nomor 4, Pemohon telah memenuhi
seluruh syarat dan ketentuan di dalam pasal-pasal tersebut.
Akan tetapi Sertifikat Hak Guna Bangunan (HGB) Pemohon
tidak
mempunyai
kepastian
hukum
akan
hak
ub
lik
ah
yang
Pengelolaan dengan membangun setelah adanya penetapan
dan terbitnya Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun
am
2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok. Di
dalam Pasal 60 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
ep
tentang Hak, Kewajiban, dan Peran Masyarakat ditegaskan
ah
k
secara limitatif mengenai Tata Ruang, yaitu:
Hak, Kewajiban, dan Peran Masyarakat;
In
do
ne
si
R
Pasal 60 (vide Bukti P – 23):
Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk:
A
gu
ng
a. mengetahui rencana tata ruang;
b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat
penataan ruang;
c. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang
timbul akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang
sesuai dengan rencana tata ruang;
d. mengajukan
keberatan
kepada
pejabat
berwenang
lik
ah
terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang di wilayahnya;
ub
m
e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata
ka
ruang kepada pejabat berwenang; dan
gugatan
ep
f. mengajukan
ganti
kerugian
kepada
ah
Pemerintahdan/atau pemegang izin apabila kegiatan
ruang menimbulkan kerugian;
ng
M
11. Perlu Pemohon tegaskan bahwa Sertifikat Hak Guna
on
Halaman 39 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
Bangunan (SHGB) Nomor 4 Kelurahan Leuwinanggung yang
es
R
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 39
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
dimiliki oleh Pemohon telah melalui proses pendaftaran tanah
sebagaimana
diwajibkan
dan
dilindungi
oleh
Undang-
ng
Undang Pokok Agraria di dalam Pasal 19 ditentukan
bertujuan tunggal yaitu untuk menjamin kepastian hukum.
A
gu
Pelaksanaan pendaftaran tanah merupakan kewajiban dari
Pemerintah
bertujuan
menjamin
kepastian
hukum.
Pendaftaran tanah selain berfungsi untuk melindungi si
pemilik, juga berfungsi untuk mengetahui status sebidang
tanah, siapa pemiliknya, apa haknya, berapa luasnya, untuk
ub
lik
ah
apa dipergunakan dan sebagainya. Keharusan pemegang
hak untuk mendaftarkan tanahnya dimaksudkan agar adanya
suatu kepastian hukum bagi pemegang haknya, adapun
am
ketentuan Pasal 19 Undang-Undang Pokok Agraria tersebut
berbunyi (vide Bukti P – 37);
ep
(1) Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah
ah
k
diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik
Indonesia
menurut
ketentuan-ketentuan
diatur
In
do
ne
si
R
dengan Peraturan Pemerintah;
yang
(2) Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) pasal ini meliputi: a.
A
gu
ng
pengukuran,
perpetaan
dan
pembukuan
tanah,
b.
pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak
tersebut, c. pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang
berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat;
(3) Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat
keadaan Negara dan masyarakat, keperluan lalu lintas
sosial ekonomis serta kemungkinan penyelenggaraannya,
lik
ah
menurut pertimbangan Menteri Agraria;
12. Bahwa dengan adanya Penetapan Ruang Terbuka Hijau
ub
m
Pada Pasal 41 ayat (2) Huruf g angka 31 Peraturan Daerah
Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata
ka
Ruang Wilayah Kota Depok 2012-2032 yang diterbitkan oleh
ep
Walikota Pemerintah Daerah Kota Depok, yang secara
ah
langsung telah mengambil atau menghakimi secara sepihak,
undang, tentu Pemohon beralasan untuk menuntut adanya
ng
M
kepastian hukum atas hak-hak atas tanah Pemohon yang
on
Halaman 40 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
telah dilanggar oleh Perda Kota Depok tersebut. Tentunya
es
R
maka sebagai subjek hukum yang dilindungi oleh undang-
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 40
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
hal tersebut berdasar dikarenakan di dalam Penjelasan
Umum Undang-Undang Pokok Agraria pada BAB IV tentang
ng
Dasar-Dasar Untuk Mengadakan Kepastian Hukum;
“…Sesuai
dengan
tujuannya
yaitu
akan
memberikan
A
gu
Kepastian hukum maka pendaftaran itu diwajibkan bagi para
pemegang hak yang bersangkutan, dengan maksud agar
mereka
memperoleh
kepastian
tentang
haknya
itu
sedangkan Pasal 19 ditujukan kepada Pemerintah sebagai
suatu instruksi, agar di seluruh wilayah Indonesia diadakan
yang
bertujuan
ub
lik
ah
pendaftaran tanah yang bersifat“ rechtskadaster” artinya
menjamin
kepastian
hukum.
Adapun
pendaftaran itu akan diselenggarakan dengan mengingat
am
pada kepentingan serta keadaan Negara dan masyarakat,
keperluan lalu lintas sosial ekonomi dan kemungkinan-
ep
kemungkinan dalam bidang personil dan peralatannya. Oleh
ah
k
karena itu lambat laun meningkat pada kadaster yang
meliputi seluruh wilayah Negara. Sesuai dengan tujuannya
In
do
ne
si
R
yaitu akan memberikan kepastian hukum, maka pendaftaran
itu diwajibkan bagi para pemegang hak yang bersangkutan.
A
gu
ng
Jika tidak diwajibkan maka diadakannya pendaftaran tanah,
yang terang akan memerlukan banyak tenaga, alat dan biaya
itu, tidak akan ada artinya sama sekali”;
Dengan adanya penjelasan dari ketentuan dalam UUPA
tersebut, maka hak Pemohon atas Sertifikat Hak Guna
Bangunan (SHGB) Nomor 4 Kelurahan Leuwinanggung harus
dilindungi dan diberikan kepastian hukum;
lik
ah
F. Bahwa Penetapan Ruang Terbuka Hijau pada Pasal 41 Ayat
(2) Huruf G Angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1
ub
m
Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Depok Tahun 2012-2032 Bertentangan dengan Pasal 7 Ayat
ka
(2), Pasal 16, Pasal 17 dan Pasal 18 Peraturan Pemerintah
ep
Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran
ah
Masyarakat dalam Penataan Ruang;
untuk mengatur ruang atau wilayah yang berada di suatu
baik
ng
M
daerah
itu
bersifat
nasional,
provinsi
maupun
on
Halaman 41 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
kabupaten/kota. Konsekuensi logis tersebut termasuk di
es
R
1. Penataan ruang merupakan konsekuensi logis dari upaya
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 41
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
melibatkan
R
dalamnya
berbagai
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
pihak
yang
memiliki
kepentingan terhadap wilayah yang menjadi bagian dari
ruang,
termasuk
di
dalamnya
ng
penataan
perlibatan
masyarakat secara aktif sebagaimana diatur dalam Pasal 7
A
gu
ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang
Bentuk Dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan
Ruang (vide Bukti P-41);
2. Perlibatan masyarakat dalam penataan ruang menunjukkan
bahwa Pemerinta maupun Pemerintah Daerah memiliki peran
ub
lik
ah
sebagai pengayom bagi masyarakat, yang tidak hanya
menempatkan dirinya sebagai pengatur, pengelola negara
yang
memiliki
am
menentukan
melainkan
kekuasaan
arah
memiliki
dan
kewenangan
berjalannya
fungsi
suatu
untuk
untuk
pemerintahan,
memberikan
fasilitas
ep
ketercapaian keinginan masyarakat terhadap suatu penataan
ah
k
ruang bagi suatu wilayah. Khususnya bagi para pihak yang
terkena dampak langsung sebagaimana diatur dalam Pasal 7
In
do
ne
si
R
ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang
Bentuk Dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan
A
gu
ng
Ruang (vide Bukti P-42). Pihak yang terkena dampak
langsung dimaknai pihak-pihak yang memiliki kepentingan
terhadap suatu penataan tata ruang seperti pemilik hak atas
tanah yang terkena penataan ruang, masyarakat yang
berada di kawasan atau wilayah yang terkena penataan
ruang;
3. Kekuasaan dan kewenangan yang diberikan oleh negara
Pemerintahdan
Pemerintah
Daerah,
lik
ah
terhadap
sebagai
pengelola negara dalam bidang penataan ruang memiliki
dalam
memahami
ka
Pemerintah
Daerah
ub
m
kewajiban untuk memberikan keleluasaan dan keluasan,
setiap
tindakan
terhadap
Pemerintah
penentuan
wilayah
dan
atau
ep
kawasan dalam suatu ruang dalam mekanisme yang
ah
semudah mungkin diketahui, dimengerti dan dipahami,
Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk Dan Tata Cara Peran
A
memberikan
pengetahuan,
pengertian
dan
on
gu
4. Upaya
Halaman 42 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
ng
M
Masyarakat Dalam Penataan Ruang;
es
R
sebagaimana diatur dalam Pasal 15 Peraturan Pemerintah
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 42
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
dalam
melibatkan
masyarakat
R
pemahaman
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
terhadap
penataan tata ruang oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah
ng
Daerah, tidak dapat dilakukan tanpa mekanisme yag
dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan. Mekanisme
A
gu
tindakan ini dapat dilakukan dengan merujuk kepada Pasal
16 Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang
Bentuk Dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan
Ruang (vide Bukti P – 43). Pasal 16 tersebut menjelaskan
secara jelas mengenaihal ini dengan bentuk penyampaian
a. Pasal
16
ub
lik
ah
informasi sebagai berikut:
ayat
(1)
menunjukkan
Pemerintah
dan
Pemerintah Daerah memiliki kewajiban dan tanggung
am
jawab
untuk
menyediakan
informasi
yang
dapat
memberikan pengetahuan, terhadap suatu aktifitas yang
ep
berkaitan dengan penyusunan dan perencanaan dalam
ah
k
penataan ruang atau tata ruang;
b. Pasal 16 ayat (2) menunjukkan tindakan yang dapat
In
do
ne
si
R
ditempuh tidak hanya dalam bentuk penyampaian melalui
media sebagaimana diatur dalam Pasal 16 ayat (1),
A
gu
ng
melainkan dapat dilakukan penyampaian melalui tindakan
sosialisasi sebagai berikut: Pertama, sosialisasi melalui
media tatap muka antara lain dialog, seminar, lokakarya,
diskusi, dan/atau pameran. Kedua, sosialisasi melalui
media elektronik antara lain penyiaran di media radio
dan/atau televisi dan rubrik tanya jawab melalui media
internet;
lik
ah
c. Pasal 16 ayat (3) menunjukkan penyediaan fasilitas untuk
mendukung terpenuhinya tidak hanya peran Pemerintah
ub
m
dan Pemerintah Daerah dalam menyediakan fasilitas
keterbukaan informasi, melainkan pula menjadi hak dari
ka
masyarakat dalam bentuk konsultasi publik, lokakarya,
ep
seminar, dan/atau workshop;
dan/atau
R
Pemerintah
pemerintahan
daerah
memiliki
kewajiban memberikan tanggapan sebagai salah satu
ng
M
mekanisme
dalam
memenuhi
fungsi
penyampian
on
Halaman 43 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
informasi, dengan bentuk tanggapan sebagai penjelasan
es
ah
d. Pasal 16 ayat (4) memberikan pemahaman bahwa
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 43
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
kepada masyarakat atas masukan yang disampaikan
kepada Pemerintah/Pemerintah Daerah;
ng
5. Informasi yang disampaikan oleh Pemerintah dan Pemerintah
Daerah dapat pula dalam bentuk atau bagian pemanfaatan
A
gu
ruang.
Mekanisme
penyampian
informasi
oleh
Pemerintahdan Pemerintah Daerah dapat dalam bentuk yang
diuraikan dalam Pasal 17 tentang Bentuk Dan Tata Cara
Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang (vide Bukti P- 44):
a. Pasal
17
ayat
(1)
menunjukkan
Pemerintah
dan
informasi
ub
lik
ah
Pemerintah Daerah memiliki tugas untuk menyampaikan
melalui
media
komunikasi,
yang
dapat
menjangkau terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan
am
informasi mengenai pemanfaatan ruang;
b. Pasal 17 (2) membebani tugas terhadap Pemerintah dan
Daerah
untuk
melakukan
penyampaian
ep
Pemerintah
ah
k
informasi melalui tindakan sosialisasi, setidaknya melalui
sosialisasi tatap muka dan/atau media elektronik;
In
do
ne
si
R
c. Pasal 17 (4) memberikan pemaknaan terhadap tindakan
Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk menyediakan
A
gu
ng
sarana
penyampaian
informasi
berupa
sebagai
penjelasan kepada masyarakat atas masukan yang
disampaikan kepada Pemerintah/Pemerintah Daerah;
6. Pasal 18 menunjukkan pengendalian dan pemanfaatan
sebagai satu kesatuan tindakan Pemerintah dan Pemerintah
Daerah, didasari mekanisme yang mengarahkan pentingnya
informasi
disampaikan
kepada
masyarakat.
Khususnya
lik
ah
tindakan ini diutarakan dalam huruf c, yang menunjukkan
pentingnya tanggapan terhadap berbagai informasi yang
berupa
arahan
ub
m
dimunculkan oleh masyarakat. Tanggapan tersebut dapat
dan/atau
peraturan
zonasi,
perizinan,
Huruf
d
pasal
ini
mengamanatkan
ep
ka
pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.
Pemerintah
dan
ah
Pemerintah Daerah untuk menyediakan fasilitas sarana untuk
terjadi
ng
M
dilakukan
tindakan-tindakan
dan
terdapat
penataan
penyimpangan
ruang
akan
telah
tindakan
on
Halaman 44 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
penataan ruang tersebut;
es
telah
R
penyampaian aduan dan laporan, yang menunjukkan bahwa
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 44
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
7. Bahwa Penetapan Ruang Terbuka Hijau melalui Pasal 41
ayat 2 huruf g angka 31 Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun
ng
2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok
Tahun 2012-2032, dilakukan tanpa mengindahkan peran
A
gu
masyarakat
yang
terkena
dampak
langsung.
Hal
ini
dibuktikan pada Pemohon, Pemilik yang lama PT Karabha
Didgdaya, Ketua Rukun Tetangga (RT) dan Ketua Rukun
Warga
(RW)
pada
RT.02,
RW.01,
Kelurahan
Leuwinanggung, Kecamatan Tapos - Depok, dalam peran
ub
lik
ah
masyarakat tidak dilibatkan dalam penetapan Ruang Terbuka
Hijau ;
G. Penetapan Ruang Terbuka Hijau pada Pasal 41 Ayat (2)
am
Huruf G Angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1
Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
ep
Depok Tahun 2012-2032 Tidak Memberikan Peran Partisipasi
ah
k
Masyarakat dan Swasta Hal Ini Bertentangan dengan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008
In
do
ne
si
R
tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan Halaman 61;
A
gu
ng
1. Penetapan Kecamatan Tapos sebagi RTH (Ruang Terbuka
Hijau) taman kota melalui Peraturan Daerah Kota Depok
Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Depok 2012-2032 merupakan bagian atau setidaknya
berusaha untuk mewakili pengertian Taman Kota dalam
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008
tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang
lik
ah
Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan Taman kota adalah
taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu kota
ub
m
atau bagian wilayah kota. Taman ini melayani minimal
480.000 penduduk dengan standar minimal 0,3 m2 per
ka
penduduk kota, dengan luas taman minimal 144.000 m2.
ep
Taman ini dapat berbentuk sebagai RTH (lapangan hijau),
ah
yang dilengkapi dengan fasilitas rekreasi dan olah raga, dan
fasilitas tersebut terbuka untuk umum;
A
secara
khsusus
dalam
suatu
undang-undang,
on
gu
diatur
Halaman 45 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
ng
M
2. Perubahan lahan peruntukan terhadap hak atas tanah tidak
es
R
kompleks olah raga dengan minimal RTH 80% - 90%. Semua
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 45
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
perubahan
peruntukkan
R
melainkan
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
tersebut
tidak
menghilangkan pentingnya pedoman dalam menentukan
ng
atau setidaknya mengatur bagaimana perubahan itu dapat
terjadi.
Peraturan
A
gu
05/PRT/M/2008
Menteri
tentang
Pekerjaan
Pedoman
Umum
Penyediaan
Nomor
Dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan,
dapat dijadikan pedoman dalam menentukan tindakan yang
dibenarkan dalam melakukan perubahan terhadap suatu
lahan yang di dalamnya telah terdapat Hak atas Tanah
ub
lik
ah
dengan spesifikasi khsusus seperti Hak Guna Bangunan.
Aturan ini secara jelas memberikan arahan bagaimana
seharusnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) dibangun mulai dari
am
tahap perancangan sampai dengan pemanfaatan dan
pemeliharaan;
ep
3. Lampiran peraturan menteri ini menekankan pentingnya
ah
k
peran masyarakat dalam penentuan Ruang Terbuka Hijau
(RTH) dimaksudkan sebagai merupakan upaya melibatkan
In
do
ne
si
R
masyarakat, swasta, lembaga badan hukum dan atau
perseorangan baik pada tahap perencanaan, pemanfaatan
A
gu
ng
dan pengendalian. Upaya ini dimaksudkan untuk menjamin
hak masyarakat dan swasta, untuk memberikan kesempatan
akses dan mencegah terjadinya penyimpangan pemanfaatan
ruang dari rencana tata ruang yang telah ditetapkan melalui
pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang oleh
masyarakat dan swasta dalam pengelolaan Ruang Terbuka
Hijau (RTH), dengan prinsip:
lik
ah
a. menempatkan masyarakat sebagai pelaku yang sangat
menentukan dalam proses pembangunan ruang terbuka
b. memposisikan
ub
m
hijau;
Pemerintah
sebagai
fasilitator
dalam
ka
proses pembangunan ruang terbuka hijau;
hak
yang
ep
c. menghormati
dimiliki
masyarakat
serta
ah
menghargai kearifan lokal dan keberagaman sosial
4. Perubahan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dari pemegang hak
A
dilakukan
dengan
menggunakan
pengalihan
on
gu
dapat
Halaman 46 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
ng
M
atas tanah dengan spesifikasi Hak Guna Bangunan (HGB)
es
R
budayanya;
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 46
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
berdasrkan Hibah sebagaimana dimaksud dalam lampiran
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008
ng
tentang Peran Swasta, atau lebih jelasnya sebagai berikut:
Peran masyarakat, swasta dan badan hukum dalam
A
gu
penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik meliputi
penyediaan lahan, pembangunan dan pemeliharaan Ruang
Terbuka Hijau (RTH). Peran dalam penyediaan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) ini dapat berupa:
a. Pengalihan hak kepemilikan lahan dari lahan privat
ub
lik
ah
menjadi Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik (hibah);
b. Menyerahkan penggunaan lahan privat untuk digunakan
sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik;
am
c. Membiayai pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
publik;
ah
k
publik;
ep
d. Membiayai pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
e. Mengawasi pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
In
do
ne
si
R
publik;
5. Memberikan penyuluhan tentang peranan Ruang Terbuka
(RTH)
A
gu
ng
Hijau
publik
dalam
peningkatan
kualitas
dan
keamanan lingkungan, sarana interaksi sosial serta mitigasi
bencana;
6. Bahwa Termohon telah mengabaikan peran dan partisipasi
Pemohon sebagai badan hukum private (swasta) dalam
memberikan kontribusi terhdap pembangunan kota depok.
Hal
tersebut
terbukti
pada
saat
Pemohon
menyurati
lik
ah
Pemerintah Kota Depok c.q. Dinas Pekerjaan Umum dengan
Surat Nomor 004/SCL-DIR/IV/2017 (vide Bukti P – 7), perihal
ub
m
surat permohonan penetapan KDB dan KLB di lokasi lahan
Kelurahan Leuwinanggung, Kecamatan Tapos – Kota Depok,
ka
tertanggal 25 April 2017, yang kemudian dibalas oleh Dinas
ep
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Depok melalui
ah
Surat Nomor 600/591-PUPR pada tanggal 8 Agustus 2017
sebagian lokasi Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) milik
ng
M
Pemohon berada pada peruntukan ruang terbuka hijau;
on
Halaman 47 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
7. Dari surat Termohon tersebut tidak menunjukkan adanya niat
es
R
(vide Bukti P – 11), yang pada prinsipnya menyatakan bahwa
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 47
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
untuk memberikan peran bagi Pemohon untuk berkontribusi
terhadap rencana pembangunan Kota Depok, hal tersebut
ng
jelas bertentangan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan
A
gu
Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan
Perkotaan,
yang
mana
di
dalam
pedoman
tersebut,
mengakomodir peran swasta sebagai salah satu pelaku
pembangunan, adapun pedoman tersebut menyatakan:
Peran Swasta (vide Bukti P – 45);
ub
lik
ah
“Swasta merupakan pelaku pembangunan penting dalam
pemanfaatan ruang perkotaan dan ruang terbuka hijau.
Terutama karena kemampuan kewirausahaan yang mereka
am
miliki. Peran swasta yang diharapkan dalam pemanfaatan
ruang perkotaan sama seperti peran yang diharapkan dari
ep
masyarakat. Namun, karena swasta memiliki karakteristik
ah
k
yang berbeda dengan masyarakat umum, maka terdapat
peran lain yang dapat dilakukan oleh swasta, yaitu untuk
sosial
dan
lingkungan
dalam
In
do
ne
si
R
tidak saja menekankan pada tujuan ekonomi, namun juga
memanfaatkan
A
gu
ng
perkotaan”;
ruang
Untuk mencapai peran tersebut, terdapat beberapa hal yang
dapat dilakukanoleh pihak swasta:
a. Pihak swasta yang akan membangun lokasi usaha (mall,
plaza, dan sebagainya) dengan areal yang luas perlu
menyertakan konsep pembangunan ruang terbuka hijau;
b. Bekerjasama dengan Pemerintah dan masyarakat dalam
lik
ah
membangun dan memelihara ruang terbuka hijau;
c. Menfasilitasi proses pembelajaran kerjasama pemerintah,
ub
m
swasta dan masyarakat untuk memecahkan masalah yang
berhubungan dengan penyusunan Ruang Terbuka Hijau
ka
(RTH) perkotaan. Kegiatan ini dapat berupa pemberian
ep
pelatihan pembangunan
ruang terbuka hijau maupun
ah
dengan proses diskusi dan seminar;
sehubungan dengan pembentukan kebijakan publik dan
ng
M
proses pelibatan masyarakat dan swasta yang terkait
on
Halaman 48 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
dengan pembangunan ruang terbuka hijau;
es
R
d. Berperan aktif dalam diskusi dan proses pembangunan
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 48
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
e. Mengupayakan bantuan pendanaan bagi masyarakat dalam
realisasi pelibatan dalam pemanfaatan dan pemeliharaan
ng
ruang terbuka hijau;
f. Menjamin tegaknya hukum dan peraturan yang telah
gu
ditetapkan dan disepakati oleh semua pihak dengan
konsisten tanpa pengecualian;
A
H. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Bertentangan
Peraturan yang Lebih Tinggi (Lex Superiori Derogat Legi
ub
lik
ah
Inferiori);
1. Bahwa hukum itu berjenjang-jenjang, yang paling tinggi
adalah Grundnorm atau norma dasar. Stuffen Theorie atau
am
Stuffen Bau Theorie dari Hans Kelsen bahwa hukum yang
lebih tinggi harus menjadi sumber, patokan, sandaran,
ep
pijakan bagi norma hukum yang berada di bawahnya,
ah
k
termasuk dan tidak terbatas dengan Peraturan Daerah Kota
Depok Nomor 1 Tahun 2015. Begitu juga sebaliknya, hukum
In
do
ne
si
R
yang berada paling bawah harus taat dan patuh kepada
hukum yang di atasnya, begitu seterusnya sebagai satu
A
gu
ng
kesatuan sistem. Hukum paling atas tidak memiliki hukum
atasan lagi, inilah yang disebut Grundnorm yaitu norma dasar
yang mengilhami seluruh peraturan-peraturan yang ada di
bawahnya, yang mencerminkan suatu negara hukum;
2. Dengan
demikian,
apabila
ada
peraturan
yang
tidak
bersumber pada peraturan yang ada di atasnya maka
dianggap
peraturan
liar
dan
harus
dihapuskan
serta
lik
ah
dibatalkan dan tidak boleh diberlakukan. Peraturan yang
sejajar itu tidak boleh bertentangan satu dengan yang
ub
m
lain,karena peraturan yang di bawahnya harus berpatokan
kepada peraturan yang ada di atasnya;
yang
lebih
tinggi
kedudukannya
ep
ka
3. Asas Lex superiori derogat legi inferiori berarti aturan hukum
akan
melumpuhkan
ah
peraturan hukum yang mempunyai kedudukan yang lebih
lahirnya peraturan hukum, atau merupakan rasiolegis dari
ng
M
peraturan hukum. Dengan adanya prinsip hukum atau asas
on
Halaman 49 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
hukum ini, maka hukum itu tidak sekedar kumpulan dari
es
R
rendah. Asas hukum layak juga disebut sebagai alasan bagi
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 49
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
peraturan-peraturan, hal itu disebabkan karena asas hukum
itu mengandung nilai-nilai dan tuntutan-tuntutan etis;
Termohon
yang
memiliki
Peraturan
Daerah
dituntut
ng
4. Sepatutnya
menerbitkan
kewenangan
untuk
selalu
A
gu
melakukan tugas pengharmonisan dan sinkronisasi dengan
peraturan yang ada dan/atau terkait pada waktu menyusun
peraturan, terutama mengenai materi muatan peraturan.
Materi muatan terkait erat dengan jenis peraturan perundangundangan dan terkait dengan pendelegasian pengaturan.
ub
lik
ah
Termohon Sebagai pihak yang memiliki kewenangan legislasi
di daerah, sepatutnya pula memahami bentuk dan jenis
peraturan
perundang-undangan
sangat
penting
dalam
am
perancangan peraturan perundang-undangan karena:
5. Tidak setiap peraturan perundang-undangan dapat dijadikan
atau
dasar
ep
landasan
ah
k
perundang-undangan,
yuridis
pembentukan
melainkan
hanya
peraturan
peraturan
perundang-undangan yang sederajat atau lebih tinggi yang
In
do
ne
si
R
dapat mendelegasikan ke peraturan perundang-undangan
sederajat atau lebih rendah. Jadi peraturan perundang-
A
gu
ng
undangan yang lebih rendah tidak dapat dijadikan dasar
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Ketentuan
ini menunjukkan betapa pentingnya aturan mengenai tata
urutan peraturan perundang-undangan;
6. Pembentukan
prinsip
peraturan
bahwa
perundang-undangan
peraturan
berlaku
perundang-undangan
yang
sederajat atau yang lebih tinggi dapat menghapuskan
lik
ah
peraturan perundang-undangan yang sederajat atau lebih
rendah. Prinsip ini mengandung beberapa hal:
ub
m
a) pencabutan peraturan perundang-undangan yang ada
hanya mungkin dilakukan oleh peraturan perundang-
ka
undangan yang sederajat atau yang lebih tinggi;
ep
b) dalam hal peraturan perundang-undangan yang sederajat
sederajat
lainnya,
maka
berlaku
perundang-undangan
yang
terbaru
perundang-undangan
yang
lama
ng
M
R
yang
dan
peraturan
peraturan
dianggap
telah
on
Halaman 50 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
dikesampingkan (lex posterior derogat priori);
es
ah
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 50
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
c) dalam hal peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi
tingkatnya
bertentangan
dengan
peraturan
ng
perundang-undangan yang lebih rendah, maka berlaku
peraturan
perundang-undangan
yang
tinggi
7. Asas hukum layak juga disebut sebagai alasan bagi lahirnya
peraturan hukum, atau merupakan rasio legis dari peraturan
hukum. Dengan adanya prinsiphukum atau asas hukum ini,
A
gu
tingkatannya;
lebih
maka hukum itu tidak sekedar kumpulan dari peraturanhal
itudisebabkan
karena
asas
hukum
itu
ub
lik
ah
peraturan,
mengandung nilai-nilai dan tuntutan-tuntutan etis. Karena
prinsip hukum atau asas hukum mengandung tuntutan etis,
am
maka
merupakan
jembatan
antara
peraturan-peraturan
dengan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakatnya.
ep
Melalui asas hukum ini peraturan-peraturan hukum itu
ah
k
berubah sifatnya menjadi bagian dari suatu tatanan yang etis;
8. Prinsip hukum atau asas hukum bukan merupakan peraturan
In
do
ne
si
R
hukum, namun tidak ada hukum yang bisa dipahami tanpa
mengetahui asas-asas hukum yang ada di dalamnya, oleh
A
gu
ng
karena itu untuk memahami hukum suatu bangsa dengan
sebaik-baiknya tidak bisa hanya melihat pada peraturanperaturan hukumnya saja, melainkan harus menggalinya
sampai pada asas-asas hukumnya. Asas hukum inilah yang
memberi makna etis pada peraturan- peraturan hukum;
I. Dampak Penetapan Ruang Terbuka Hijau Perda Kota Depok
Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
lik
ah
Kota Depok terhadap Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor
4;
ub
m
1. Dampak terhadap penentuan peraturan zonasi yang tidak
dilakukan selayaknya atau tidak dilakukan dengan memenuhi
ka
tatacara yang baik dapat memberikan pengaruh yang cukup
ep
besar terhadap para pihak yang terkena peraturan zonasi
ah
tersebut. Patut dipahami penetuan tata ruang dan penataan
akan tampak terlihat secara langsung atau dapat dikatakan
A
masyarakat,
sosial,
budaya,
dan
kualitas
on
gu
ekonomi
Halaman 51 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
ng
M
akan munculnya dampak langsung terhadap peningkatan
es
R
ruang tidak mungkin dapat dilepaskan dari pengaruh yang
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 51
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
lingkungan. Aspek-aspek ini sebagai runtutan selanjutnya
setelah munculnya peraturan zonasi menunjukkan suatu
ng
penentuan peraturan zonasi, selayaknya dilakukan dengan
memenuhi berbagai kepentingan dengan menggunakan
A
gu
mekanisme yang diatur oleh ketentuan-ketentuan hukum
yang berlaku di Indonesia atau setidaknya mengikuti
Undang-Undang
Nomor
12
Tahun
2011
tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan;
2. Penentuan zonasi melalui Peraturan Daerah yang tidak
ub
lik
ah
memenuhi tata cara yang dibenarkan terutama terkait
dengan penentuan ruang terbuka hijau, sebagaimana yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Depok melalui
am
Peraturan Derah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok 2012-2032
ep
dengan tidak mempertimbangkan dampak yang akan muncul
ah
k
dari penetapan peraturan zonasi dengan tanpa melibatkan
masyarakat atau pihak-pihak yang berkepentingan telah
yang
secara
langsung
terhadap
In
do
ne
si
dampak
R
memberikan
penguasaan hak atas tanah yang berada di Kelurahan
A
gu
ng
Leuwinanggung Kecamatan Tapos Kota Depok;
3. Aspek atau dampak yang seharusnya diperhatikan secara
seksama oleh Pemerintah Daerah Kota Depok mengenai
perubahan penataan ruang terutama terkait dengan Ruang
Terbuka Hijau secara khusus terhadap penguasaan hak atas
tanah melalui Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 4, yang
telah tanpa diberitahukan melalui cara-cara yang dibenarkan
lik
ah
oleh ketentuan hukum mengalami perubahan yang cukup
besar. Perubahan ini terkait dengan penerbitan Sertifikat Hak
ub
m
Guna Bangunan Nomor 4 yang semula dipergunakan
sebagai dasar untuk mengembangkan sinergitas antara
diperuntukan
kepentingan
ep
ka
swasta dengan warga masyarakat menjadi berubah hanya
ah
mempertimbangkan
hak
yang
masyarakat
masih
melakat
tanpa
pada
pribadi yang diatur oleh Sertifikat Hak Guna Bangunan
ng
M
(SHGB) tersebut;
on
Halaman 52 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
4. Patut dipahami dampak langsung yang merubah kawasan
es
R
penguasaan hak tanah tersebut mengenai kepentingan
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 52
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
atau wilayah melalui pendekatan kepentingan umum, dengan
bermaksud perluasan wilayah untuk kepentingan umum
ng
melalui ruang terbuka hijau selayaknya dilakukan dengan
baik dan benar. Dampak yang didapati oleh penguasaan hak
A
gu
atas tanah melalui Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 4
yang
memungkinkan
kehilangan
kesempatannya
untuk
memanfaatkan lahan, dapat pula atau dimungkinkan dialami
oleh pihak-pihak lain yang mengalami perubahan atas
penguasaan hak atas tanah yang dimilikinya;
ub
lik
ah
J. Dampak Pemindahan dan Peralihan Tanggung Jawab Ruang
Terbuka Hijau dari Situ-situ Kota Depok kepada Lahan Milik
Masyarakat
oleh
Termohon
yang
Berimplikasi
pada
am
Penetapan Lahan Milik Pemohon Menjadi Lahan Ruang
Terbuka Hijau;
ep
1. Situ merupakan bagian dari Ruang Terbuka Hijau (RTH)
ah
k
yang memiliki berbagai fungsi, tidak hanya fungsi yang
berkaitan dengan kelangsungan ekologi, ekosistem, seperti
In
do
ne
si
R
mengatur debit air yang terdapat di sekeliling wilayah daratan
situ tersebut, akan tetapi memiliki fungsi lain yaitu untuk
A
gu
ng
mempengaruhi suatu wilayah dalam daya dukung terhadap
penataan
ruang.
Upaya
untuk
melakukan
dan
mempertahankan situ sebagai salah satu daya dukung dalam
penataan ruang dimaksudkan untuk menjaga suatu wilayah
atau kawasan sesuai dengan fungsi kawasan tersebut
sebagai bagian penataan ruang secara keseluruhan atau
terhadap wilayah yang lebih besar dan luas, seperti kawasan
lik
ah
situ untuk wilayah Kota Depok dibuat sebagai penyanggah
bagi wilayah Jawa Barat dan atau DKI Jakarta;
ub
m
2. Perlindungan terhadap situ sebagai bagian dari maksud
Penjelasan Angka 5 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
ka
Tentang Penataan Ruang bahwa:
ep
“Penataan ruang sebagai suatu sistem perencanaan tata
ah
ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan
antara yang satu dan yang lain dan harus dilakukan sesuai
ng
M
dengan kaidah penataan ruang sehingga diharapkan (i)
on
Halaman 53 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil guna
es
R
ruang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 53
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
dan berdaya guna serta mampu mendukung pengelolaan
lingkungan hidup yang berkelanjutan, (ii) tidak terjadi
ng
pemborosan pemanfaatan ruang, dan (iii) tidak menyebabkan
terjadinya penurunan kualitas ruang”;
A
gu
3. Pemahaman yang tepat terhadap Penjelasan Angka 5
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, menuntun dan mengarahkan perlindungan terhadap
situ, tidak dapat dibebankan kepada satu pihak, akan tetapi
menjadi
tanggung
jawab
yang
dibebankan
kepada
ub
lik
ah
Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagai alat negara
yang memiliki fungsi pengayoman. Fungsi pengayomam
menunjukkan setiap bagian dari kepentingan umum yang
am
akan memberikan manfaat terhadap berkembangan suatu
kawasan
menjadi
tanggung
jawab
Pemerintah
dan
ep
Pemerintah Daerah;
ah
k
4. Fungsi pengayom ini harus dimaknai pula, terutama oleh
Pemerintah Kota Depok bahwa perlindungan terhadap situ
In
do
ne
si
R
yang berada di wilayah Kota Depok yaitu: Situ Ciming di
Mekarjaya, Kecamatan Sukma Jaya, Situ Bunder di Pomdok
A
gu
ng
Duata,
Kecamatan
Cimanggis,
Situ
Telaga
Subur
di
Rangkapan Jaya, Kecamatan Pancoranmas, Situ Lembah
Gurame
di
Taman
Pancoranmas dan Situ
Lembah
Cinere
Gurame,
di
Kecamatan
Kecamatan
Cinere
merupakan tanggung jawab yang tidak dapat dialihkan
pemeliharaan, pengelolaan dan pemanfataannya kepada
pihak lain, maka tidak dibenarkan dengan melalui mekanisme
lik
ah
pengganti lahan situ sebagai Ruang Terbuka Hijau, dengan
menggunakan lahan masyarakat yang telah dinyatakan sah
ub
m
melalui mekanisme pemegang hak atas tanah, sebagaimana
diatur oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1960 tentang
ka
Pokok-Pokok Agraria juncto PP Nomor 40 Tahun 1996
ep
tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan Dan Hak
ah
Pakai Atas Tanah;
dan analisa ilmiah pada Pasal 28 ayat (11) Peraturan Daerah
ng
M
Kota Depok Nomor 01 Tahun 2015 tentang Rencana Tata
on
Halaman 54 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032 yang
es
R
5. Bahwa terdapat kejanggalan yang tidak berdasarkan hukum
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 54
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
berbunyi yaitu: “Secara khusus, Peraturan Daerah tentang
RTRW Kota Depok 2012-2032, tidak mengatur penataan
ng
ruang yang meliputi perencanaan ruang, pemanfaatan ruang
dan pengendalian pemanfaatan ruang pada 5 (lima) Situ,
A
gu
yaitu Situ Ciming, Situ Bunder, Situ Telaga Subur, Situ
Lembah Gurame dan Situ Cinere.” Padahal secara jelas dan
nyata merupakan ruang terbuka hijau dan masuk dalam
wilayah administrasi Termohon, Pasal ini menjelaskan bahwa
Termohon tidak mempunyai tanggung jawab atas Situ-Situ
ub
lik
ah
tersebut;
Bahwa ditemukan pada pemberitaan pada media Majalah
KONSTAN edisi 190 Oktober 2017 tentang Adanya Beralih
am
Fungsi Situ tersebut yaitu sebagai berikut (vide Bukti P - 46):
a. Situ Cinere mengalami penyusutan dan diperoleh info
ep
sebagian lahan beralih kepemilikan;
ah
k
b. Situ Bunder sudah menjadi Hamparan tanah kering, area
terbagi menjadi 3 lokal pagar serta 3 pemilik. Lahan
In
do
ne
si
R
menjadi perumahan duta cimanggis, sebagian telah
dibangun rumah-rumah yang diperjual belikan atas lahan
A
gu
ng
situ tersebut;
c. Situ Ciming hanya tersisa sungai dangkal 3 sampai
dengan 5 meter dan ada pertamanan besar milik
perseorangan,
terdapat
adanya
rumah-rumah
yang
dibangun oleh pengembang perumahan mekar perdana
serta diduga menjadi sengketa dengan Pemerintah Kota
Depok;
Lembah
Gurame
berfungsi
hanya
sebagai
lik
ah
d. Situ
tampungan pembuangan air warga perumnas, dijadikan
ub
m
empang-empang pemancingan yang diklaim sepihak oleh
warga serta dibuat bedeng-bedeng semi permanen akan
ka
tetapi saat ini di fungsikan menjadi fasilitas umum;
ep
e. Situ Telaga Subur situ ini beralih menjadi Rumah Makan
terdapat
pula
situnya
akan
dari
luas
situ
R
masih
sebenarnya tersebut telah di buat kavling-kavling yang
ng
M
telah diperjualbelikan dan dibangun;
on
Halaman 55 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
Bahwa berdasarkan uraian di atas seharusnya Ruang
es
ah
Saung Telaga yang menjadi areal komersil pribadi dan
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 55
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Hijau
di situ-situ
tersebut
R
Terbuka
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
sebetulnya
sudah
seharusnya menjadi Ruang Terbuka hijau akan tetapi
ng
ternyata secara fakta sudah beralih fungsi yang diduga
adanya oknum-oknum pejabat Pemerintah Kota Depok yang
A
gu
menjual dan menguasasi lahan-lahan situ tersebut untuk
kepentingan pribadi;
6. Pengalihan atau pemindahan tanggung jawab kepada
masyarakat dengan argumentasi Kota Depok memerlukan
20% Ruang Terbuka Hijau tidak dapat dibenarkan, atau
ub
lik
ah
setidaknya dengan alasan bahwa telah terjadi beralih
fungsinya 4 dari situ 5 situ menjadi pemukiman atau bagian
dari kegiatan komersial seperti yang terjadi pada Situ Ciming,
am
Situ Bunder, Situ Telaga Subur, Situ Lembah Gurame,
sedangkan Situ Cinere tidak hanya mengamalami peralihan
ep
fungsi, telah mengalami pengubahan kepemilikan menjadi
ah
k
milik orang-perorang;
7. Bahwa
implikasi
nyata
Pengalihan
atau
pemindahan
In
do
ne
si
R
tanggungjawab kepada masyarakat atas penetapan Ruang
Terbuka Hijau yang ditetapkan Termohon, terjadi kepada
A
gu
ng
Lahan milik Pemohon yaitu pada Tanah Sertifikat Hak Guna
Bangunan (SHGB) Nomor 4;
8. Tanggung
jawab
mengembalikan
ke
Pemerintah
lima
Kota
Depok
untuk
situ tersebut sesuai dengan
peruntukannya yaitu untuk mendukung penataan ruang yang
memberikan manfaat bagi terbangunnya kualitas ruang yang
baik. Tanggung jawab ini pula menjadi dasar bahwa
Kota
Depok
tidak
layak,
untuk
lik
ah
Pemerintah
bersikap
melepaskan tanggung jawab dalam tindakannya untuk
ub
m
merivitalisasi Situ Ciming, Situ Bunder, Situ Telaga Subur,
Situ Lembah Gurame, Situ Cinere dengan membebankan
Kota
Depok kepada
masyarakat
ep
ka
melalui dalih pemenuhan 20% Ruang Terbuka Hijau (RTH)
yang telah memiliki
ah
penguasaan hak atas tanah, yang memang tidak dimasukan
9. Bahwa seharusnya lima situ bisa merupakan Penetapan
ng
M
Ruang Terbuka Hijau yang seharusnya ditetapkan oleh
on
Halaman 56 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
Pemerintah Kota Depok sehingga Pemerintah Kota Depok
es
R
sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH);
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 56
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
tidak perlu menetapkan lahan masyarakat pemilik atau
pemegang hak atas tanah untuk ditetapkan sebagai Ruang
ng
Terbuka Hijau (RTH), hal ini jelas menunjukkan aparat
negara dalam lingkungan Pemerintah Daerah Kota Depok
tidak berupaya untuk melindungi hak-hak masyarakat yang
gu
seharusnya diayomi dengan cara mengembalikan fungsi 5
situ tersebut dan menghentikan penggunaan lahan atau
(RTH) sebagaimana diatur dalam Peraturan Derah Kota
Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang
ub
lik
ah
A
tanah masyarakat sebagai bagian dari Ruang Terbuka Hijau
Wilayah Kota Depok 2012-2032;
C. Kesimpulan;
am
1. Bahwa Penetapan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagaimana di dalam
Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor
ep
1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun
ah
k
2012 - 2032, mencederai keadilan sosial Pemohon yang seharusnya
keadilan menjadi tujuan utama dalam penegakan Peraturan Daerah;
In
do
ne
si
R
2. Bahwa Penetapan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagaimana di dalam
Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor
A
gu
ng
1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun
2012 - 2032, tidak memberikan perlindungan hukum terhadap Pemohon
dalam mempertahankan haknya sebagaimana telah diatur dalam
Undang-Undang Dasar 1945 yang menekankan perlindungan hukum
dalam kesetaraan bagi setiap warga Negara;
3. Bahwa Penetapan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagaimana di dalam
lik
1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok, tidak
memberikan hak yang seharusnya diperoleh oleh masyarakat yaitu
penyampaian informasi yang jelas, lugas, dan tegas terhadap
ub
m
ah
Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31 Peraturan Derah Kota Depok Nomor
penyusunan, pembentukan dan penetapan Peraturan Daerah yang
ka
seharusnya
disampaikan
sebagai
beban
Pemerintah
Daerah
ep
sebagaimana diatur dalam Pasal 96 Undang-Undang Nomor 12 Tahun
ah
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan;
Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor
ng
M
1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun
on
Halaman 57 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
2012-2032, tidak melibatkan partisipasi masyarakat yang terkena
es
R
4. Bahwa Penetapan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagaimana di dalam
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 57
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
dampak langsung dari penetapan Ruang Terbuka Hijau sebagai sebuah
keselarasan antara perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian tata
ng
ruang, yang ditujukan tidak hanya bagi kepentingan umum yang diwakili
oleh Pemerintah Daerah Kota Depok, melainkan pula kepentingan
pemegang hak atas tanah dalam hal ini Pemohon yang terkena
gu
kawasan Ruang Terbuka Hijau, sebagaimana diatur dalam Pasal 65
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor
1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun
ub
lik
ah
A
5. Bahwa Penetapan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagaimana di dalam
2012 - 2032, tidak melihat sisi atau kepentingan pribadi dalam suatu
penguasa tanah melalui hak atas tanah dilindungi oleh hukum.
am
Perubahan
peruntukan
hak
atas
tanah
yang
ditujukan
untuk
kepentingan umum harus menyeimbangkan dengan kepentingan
ep
pribadi, atau setidaknya tidak mencederai pemegang hak atas tanah
ah
k
dengan menyeimbangkan kewajiban Pemerintah Daerah dalam hal ini
Pemerintah Kota Depok dengan hak yang seharusnya diterima
In
do
ne
si
R
pemegang hak atas tanah atau Pemohon;
6. Bahwa Penetapan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagaimana di dalam
A
gu
ng
Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor
1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok
2012 - 2032, tidak memfasilitasi pemberian informasi yang seharusnya
diperoleh masyarakat yang terkena dampak langsung dari penetapan
Ruang Terbuka Hijau melalui Peraturan Daerah, melalui mekanisme
yang diatur oleh Pasal 7, 15, 16, 17, 18, 19 Peraturan Pemerintah
lik
Dalam Penataan Ruang;
7. Bahwa Penetapan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagaimana di dalam
Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor
ub
m
ah
Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk Dan Tata Cara Peran Masyarakat
1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun
ka
2012-2032, merupakan kebijakan Pemerintah Daerah yang menyangkut
ep
kepentingan umum, akan tetapi di dalam proses pembuatan (formulasi)
ah
tidak dilakukan sosialisasi dan Komunikasi atau bahkan melalui Perda
terhadap hak hukum Pemohon;
ng
M
8. Berdasarkan kewenangan yang dimiliki oleh Mahkamah Agung
on
Halaman 58 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor
es
R
tersebut Termohon melalui perda dimaksud terkesan sewenang-wenang
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 58
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
4 Tahun 2004 adalah untuk menguji isi dari setiap peraturan perundangundangan di bawah undang-undang termasuk dalam hal ini Peraturan
ng
Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Depok Tahun 2012 - 2032 terhadap Undang-Undang. Jika
peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang, apabila
gu
peraturan daerah tersebut bertentangan dengan undang-undang atau
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, maka Mahkamah
tidak berlaku untuk umum, serta memerintahkan kepada instansi yang
bersangkutan segera melakukan pencabutannya, sebagaimana diatur
ub
lik
ah
A
Agung dapat mengeluarkan Putusan Peraturan Daerah tidak sah dan
dalam Pasal 11 ayat (3) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 dan
Pasal 6 ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2011;
am
9. Dalam pembuatannya peraturan Daerah juga mesti memperhatikan
Penerapan Asas Hukum dan Kepentingan hukum masyarakat. Asas
ep
perlu dipandang sebagai dasar-dasar umum atau petunjuk-petunjuk
ah
k
bagi hukum yang berlaku, yakni dasar-dasar atau petunjuk arah dalam
hukum positif Suatu asas hukum bukanlah suatu ketentuan hukum,
In
do
ne
si
R
asas bukanlah hukum namun hukum tidak dapat dimengerti tanpa asas,
asas adalah gejala yang mengarah penentuan moral kita pada hukum,
A
gu
ng
asas adalah hal-hal yang umum dengan segala sesuatu yang relatif
yang
mendampinginya
memperjelas
yang
tidak
lolos
dari
kebutuhan
untuk
pemahaman menyangkut asas hukum, pandangan
tentang asas hukum itu tidak boleh dianggap sebagai norma-norma
hukum yang kongkret, akan tetapi perlu dipandang sebagai dasar-dasar
umum atau petunjuk-petunjuk bagi hukum yang berlaku. B. Arif Sidharta
lik
“Fungsi dan tujuan hukum itu sebenarnya sudah terkandung dalam
batasan pengertian atau definisinya. Kalau dikatakan hukum itu adalah
perangkat kaidah dan asas-asas yang mengatur kehidupan manusia
ub
m
ah
menyatakan:
dalam masyarakat, dapat disimpulkan bahwa fungsi yang terpenting dari
ka
hukum adalah tercapainya keteraturan dalam kehidupan manusia di
ep
dalam masiarakat. Artinya orang dapat mengadakan kegiatan-kegiatan
ah
yang di perlukan dalam kehidupan bermasyarakat karena ia dapat
bisa dia harapkan”;
ng
M
10. Patut dipahami dampak langsung yang merubah kawasan atau wilayah
on
Halaman 59 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
melalui pendekatan kepentingan umum, dengan bermaksud perluasan
es
R
mengadakan perhitungan tentang apa yang akan terjadi atau apa yang
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 59
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
wilayah untuk kepentingan umum melalui ruang terbuka
hijau
selayaknya dilakukan dengan baik dan benar. Dampak yang didapati
ng
oleh penguasaan hak atas tanah melalaui Sertifikat Hak Guna
Bangunan Nomor 4 yang memungkinkan kehilangan kesempatannya
untuk memanfaatkan lahan, dapat pula atau dimungkinkan dialami oleh
gu
pihak-pihak lain yang mengalami perubahan atas penguasaan hak atas
tanah yang dimilikinya;
terhadap peraturan perundang-undangan, teori-teori hukum, maka jelas
bahwa sepatutnya demi hukum Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31
ub
lik
ah
A
11. Berdasarkan uraian-uraian terhadap Peraturan Daerah Kota Depok
Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012 - 2032, harus dinyatakan
am
tidak sah dan tidak berlaku;
12. Bahwa seharusnya lima situ bisa merupakan Penetapan Ruang
ep
Terbuka Hijau yang seharusnya ditetapkan oleh PemerintahKota Depok
ah
k
sehingga Pemerintah kota depok tidak perlu menetapkan lahan
masyarakat pemilik atau pemegang hak atas tanah untuk ditetapkan
In
do
ne
si
R
sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH), hal ini jelas menunjukkan aparat
negara dalam lingkungan Pemerintah Daerah Kota Depok tidak
A
gu
ng
berupaya untuk melindungi hak-hak masyarakat yang seharusnya
diayomi dengan cara mengembalikan fungsi 5 situ tersebut dan
menghentikan penggunaan lahan atau tanah masyarakat sebagai
bagian dari Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagaimana diatur dalam
Peraturan Derah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Depok 2012-2032;
keberatan dan memutuskan sebagai berikut:
ub
Primair:
lik
mohon kepada Ketua Mahkamah Agung berkenan memeriksa permohonan
Dalam pokok perkara:
1. Menerima dan mengabulkan permohonan hak uji materil untuk seluruhnya;
ep
2. Menyatakan Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31 Peraturan Daerah Kota
Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
ah
ka
m
ah
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka selanjutnya Pemohon
28D Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 96 Undang-Undang Nomor 12
ng
M
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, Pasal
on
Halaman 60 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
65 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal
es
R
Depok Tahun 2012-2032 bertentangan dengan Pancasila Sila kelima, Pasal
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 60
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
40 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Agraria
juncto Pasal 32 dan Pasal 60 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996
ng
tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan Dan Hak Pakai Atas Tanah
Pasal 7 ayat , Pasal 16, Pasal 17, dan Pasal 18 Peraturan Pemerintah
Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat
gu
dalam Penataan Ruang dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang
A
Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan Halaman 61;
ah
3. Menyatakan pada Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31 Peraturan Daerah
Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
ub
lik
Kota Depok Tahun 2012 – 2032 tidak sah dan tidak berlaku untuk umum
serta dinyatakan batal demi hukum;
am
4. Memerintahkan kepada Pemerintah Daerah Kota Depok untuk mencabut
dan tidak berlaku secara umum pada Pasal 41 Ayat (2) huruf g angka 31
ep
Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata
ah
k
Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032;
R
muncul dalam permohonan a quo;
In
do
ne
si
5. Menghukum Pemerintah Kota Depok untuk membayar biaya perkara yang
6. Memerintahkan pemuatan isi Putusan a quo dalam Lembaran Berita Negara
A
gu
ng
Republik Indonesia sebagaimana mestinya;
Subsidair:
Apabila Majelis Hakim Agung Yang Terhormat, yang memeriksa dan memutus
permohonana quo berpendapat lain, maka Pemohon memohon agar diberikan
putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono);
Menimbang,
bahwa
untuk
mendukung
dalil-dalil
permohonannya,
lik
1. Fotokopi Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012-2032 (Bukti P-1);
ub
2. Fotokopi Akta Pendirian PT Sarana Cipta Lestari Nomor 39 tanggal 28 Juli
2011 (Bukti P-2);
3. Fotokopi Akta Pernyataan Keputusan di Luar RUPS Nomor 12 tanggal 7
ep
Juni 2015 (Bukti P-3);
4. Fotokopi SHGB Nomor 4, terletak di Desa Leuwinanggung, Kecamatan
5. Fotokopi Surat Nomor 650/27/Tata Ruang, tanggal 13 Januari 2015, yang
Halaman 61 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
ng
gu
A
on
diterbitkan Pemerintah Kota Depok c.q. Dinas Tata Ruang (Bukti P-5);
es
R
Cimanggis, Kabupaten Bogor, Luas 79.826 m2 (Bukti P-4);
M
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
ik
ah
ka
m
ah
Pemohon telah mengajukan bukti surat/tulisan sebagai berikut:
Halaman 61
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
6. Fotokopi Peta Rencana Pola Ruang (lampiran 1.13 Rencana Tata Ruang
Kota Depok Tahun 2012 - 2032 tertanggal 16 Maret 2015) (Bukti P-6);
ng
7. Fotokopi Surat Nomor 004/SCL-DIR/IV/2017, tanggal 7 April 2017, perihal
Surat Permohonan Perubahan Tata Ruang/RTRW atas Tanah yang
berlokasi di Kelurahan Leuwinanggung, Kecamatan Tapos - Depok (Bukti
gu
P-7);
8. Fotokopi Surat Nomor 004/SCL-DIR/IV/2017, tanggal 25 April 2017 perihal
Koefisien Lantai Bangunan ("KLBH) di lokasi lahan Desa Leuwinanggung,
Kecamatan Tapos - Kota Depok (Bukti P-8);
ub
lik
ah
A
Surat Permohonan Penetapan Koefisien Dasar Bangunan ("KDB") dan
9. Fotokopi Surat Nomor 004/SCL-DIR/VII/2017 tertanggal 5 Juli 2017
Pemohon telah memohonkan perubahan tata ruang kepada Termohon
am
melalui, perihal Surat Permohonan Perubahan Tata Ruang/RTRW atas
Tanah yang berlokasi di Kelurahan Leuwinanggung, Kecamatan Tapos -
ah
k
10. Fotokopi Surat Nomor
ep
Depok (Bukti P-9);
003/SCL-DIR/III/2017,
tanggal
7
Juli
2017,
Pemohon mengirimkan memohonkan Perihal: penetapan Koefisien Dasar
In
do
ne
si
R
Bangunan ("KDB") dan Koefisien Lantai Bangunan ("KLB") (Bukti P-10);
11. Fotokopi Surat Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Depok
A
gu
ng
Nomor 600/591- PUPR tanggal 8 Agustus 2017 (Bukti P-11);
12. Fotokopi
Surat
Keterangan
Permohonan
Sosialisasi
Perda
Nomor
003/DP/Dir/SCL/X/2017 tanggal 05 Oktober 2017 oleh Pemohon (Bukti
P-12);
13. Fotokopi Surat Keterangan Bapak Tabroni Ketua RT.02, RW.01, Kelurahan
Leuwinanggung, Kecamatan Tapos, Kota Depok tertanggal 5 Oktober 2017
Surat
Keputusan
Nomor
149/Ktps/01/I/2015
lik
14. Fotokopi
tentang
Pengesahan Pengurus Rukun Tetangga (RT) Dan Rukun Warga (RW)
ub
Kelurahan Leuwinanggung, Kecamatan Tapos, Kota Depok Periode 2015 –
2018 (Bukti P-14);
15. Fotokopi Surat Keterangan Bapak Ahmad Ketua RW.01, Kelurahan
ep
Leuwinanggung, Kecamatan Tapos, Kota Depok tertanggal 5 Oktober 2017
(Bukti P-15);
Pengurus Rukun Tetangga (RT) Dan Rukun Warga (RW)
Kelurahan
Leuwinanggung, Kecamatan Tapos, Kota Depok Periode 2015 – 2018
ng
on
Halaman 62 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
(Bukti P-16);
es
R
16. Fotokopi Surat Keputusan Nomor 149/Ktps/01/I/ 2015 tentang Pengesahan
M
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
ik
ah
ka
m
ah
(Bukti P-13);
Halaman 62
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Surat
PT
Karabha
Digdaya
Nomor
121/DIR/PTKD/X/2017
R
17. Fotokopi
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
tertanggal 10 Oktober 2017 (Bukti P-17);
ng
18. Fotokopi Pasal 24, PP Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha,
Hak Guna Bangunan Dan Hak Pakai Atas Tanah (Bukti P-18);
19. Fotokopi Pasal 96, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
gu
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Bukti P-19);
20. Fotokopi Pasal 7 Ayat ( 1 ), Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
A
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Bukti P-20);
26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Bukti P-21);
ub
lik
ah
21. Fotokopi Penjelasan Umum Angka 6 dan Angka 5 Undang-Undang Nomor
22. Fotokopi Pasal 65 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Bukti P-22);
am
23. Fotokopi Pasal 60, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Bukti P-23);
ep
24. Fotokopi Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26
ah
k
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Bukti P-24);
25. Fotokopi Pasal 40, PP Nomor 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha,
In
do
ne
si
R
Hak Guna Bangunan Dan Hak Pakai Atas Tanah (Bukti P-25);
26. Fotokopi Pasal 2 Ayat (3) dan Penjelasan Undang Undang Nomor 5 Tahun
A
gu
ng
1960 tentang Pokok-pokok Agraria (Bukti P-26);
27. Fotokopi Pasal 35, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang PokokPokok Agraria (UUPA) (Bukti P-27);
28. Fotokopi Pasal 36 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang PokokPokok Agraria (UUPA) (Bukti P-28);
29. Fotokopi Pasal 37, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-
lik
30. Fotokopi Pasal 40, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang PokokPokok Agraria (UUPA) (Bukti P-30);
Pokok Agraria (UUPA) (Bukti P-31);
ub
31. Fotokopi Pasal 22, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-
32. Fotokopi Pasal 23, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-
ep
Pokok Agraria (UUPA) (Bukti P-32);
33. Fotokopi Pasal 24, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-
34. Fotokopi Pasal 28, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-
Halaman 63 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
ng
gu
A
on
Pokok Agraria (UUPA) (Bukti P-34);
es
R
Pokok Agraria (UUPA) (Bukti P-33);
M
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
ik
ah
ka
m
ah
Pokok Agraria (UUPA) (Bukti P-29);
Halaman 63
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
R
35. Fotokopi Pasal 32, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang PokokPokok Agraria (UUPA) (Bukti P-35);
ng
36. Fotokopi Pasal 35, PP Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha,
Hak Guna Bangunan Dan Hak Pakai Atas Tanah (Bukti P-36);
37. Fotokopi Pasal 19, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-
gu
Pokok Agraria (UUPA) (Bukti P-37);
38. Fotokopi Pasal 5 huruf g, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
A
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Bukti P-38);
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Bukti P-39);
ub
lik
ah
39. Fotokopi Pasal 92 Ayat (1), Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
40. Fotokopi Pasal 10 huruf b, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan (Bukti P-40);
am
41. Fotokopi Pasal 7 Ayat (1), Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010
tentang Bentuk Dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang
ep
(Bukti P-41);
ah
k
42. Fotokopi Pasal 7 Ayat (2), Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010
In
do
ne
si
(Bukti P-42);
R
tentang Bentuk Dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang
43. Fotokopi Pasal 16, Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang
A
gu
ng
Bentuk Dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Bukti
P-43);
44. Fotokopi Pasal 17, Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang
Bentuk Dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Bukti
P-44);
45. Fotokopi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008
lik
Kawasan Perkotaan Bagian tentang Peran Swasta (Bukti P-45);
46. Fotokopi Majalah Konstan Vol. VII/Edisi 190, Oktober 2017 "Setu Yang
ub
Hilang dan Carut Marut RT RW Depok" (Bukti P-46);
Menimbang, bahwa permohonan keberatan hak uji materiil tersebut
telah disampaikan kepada Termohon pada tanggal 31 Oktober 2017
berdasarkan Surat Panitera Muda Tata Usaha Negara Mahkamah Agung
ep
Nomor 64/PER-PSG/X/64P/HUM/2017, tanggal 26 Oktober 2017;
bahwa
terhadap
permohonan
Pemohon
tersebut,
R
Menimbang,
Termohon telah mengajukan jawaban tertulis pada tanggal 20 November 2017,
Halaman 64 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
on
Tenggang Waktu Jawaban;
gu
I.
ng
yang pada pokoknya atas dalil-dalil sebagai berikut:
es
ka
m
ah
tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di
ik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
h
ah
M
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 64
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
Berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Hak Uji Materi Pasal 3 ayat (4) menyatakan:
ng
“Termohon wajib mengirimkan atau menyerahkan jawaban kepada Panitera
Mahkamah Agung dalam waktu 14 hari sejak diterima salinan permohonan
tersebut”;
gu
Bahwa surat Mahkamah Agung RI Nomor 64/PR/X/64 P/HUM/2017,
tanggal 26 Oktober 2017 tentang Penerimaan dan Registrasi Berkas
664/PER-PSG/X/64 P/HUM/2017 tentang Pemberitahuan dan Penyerahan
Surat Permohonan Hak Uji Materiil atas Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31,
ub
lik
ah
A
Permohonan Hak Uji Materiil dan Surat Mahkamah Agung RI Nomor
Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata
Ruang dan Rencana Wilayah Kota Depok Tahun 2012 - 2032, yang
am
diajukan Permohonan Hak Uji Materiil atas nama PT Sarana Cipta Lestari
(SCL), yang kami terima berdasarkan disposisi Kepala Bagian Hukum
ep
Setda Kota Depok pada tanggal 6 November 2017, dan Jawaban
ah
k
Termohon telah dibuat secara tertulis dan disampaikan kepada Panitera
Mahkamah Agung RI Cq. Panitera Muda Tata Usaha Negara pada tanggal
In
do
ne
si
R
20 November 2017, sehingga masih dalam tenggang waktu 14 (empat
belas) hari sejak diterimanya turunan surat Permohonan Hak Uji Materiil
A
gu
ng
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
II. Kedudukan Hukum (Legal Standing) Pemohon;
1. Bahwa sebelum Mahkamah Agung RI mempertimbangkan tentang
substansi permohonan yang diajukan Pemohon, dimohon agar
Mahkamah
Agung
RI
berkenan
mempertimbangkan
apakah
permohonan a quo memenuhi persyaratan formal yaitu apakah
lik
Hak Uji Materiil, sehingga Pemohon mempunyai kedudukan hukum
(legal standing) dalam permohonan a quo sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009
ub
m
ah
Pemohon mempunyai kepentingan untuk mengajukan permohonan
tentang Mahkamah Agung serta Pasal 1 ayat (4) dan Pasal 2 ayat (4)
ka
Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 01 Tahun 2011 tentang Hak Uji
ep
Materiil;
ah
2. Bahwa Pembatasan atau retriksi terhadap kedudukan hukum (Legal
ng
M
a. Wilayah persoalan mengenai kualifikasi kedudukan hukum (legal
on
Halaman 65 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
standing) Pemohon hak uji materiil peraturan perundang-undang di
es
persoalan yaitu:
R
standing) Pemohon hak uji materiil tersebut meliputi 2 (dua) wilayah
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 65
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
undang-undang
terhadap
undang-undang,
R
bawah
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
wilayah
persoalan ini memunculkan pertanyaan, apakah pemohon hak uji
ng
materiil peraturan perundang-undang di bawah undang-undang
terhadap undang-undang dalam kualifikasi kedudukan hukum
sebagai
perorangan
Warga
Negara
Indonesia,
kesatuan
gu
masyarakat hukum adat, badan hukum publik atau badan hukum
privat;
A
b. Wilayah persoalan mengenai adanya kerugian pemohon hak uji
materiil oleh berlakunya peraturan perundang-undangan di bawah
ub
lik
ah
undang-undang, wilayah persoalan ini memunculkan pertanyaan,
apakah kriteria-kriteria untuk dapat dikatakan pemohon uji materiil
dirugikan haknya oleh berlakunya peraturan perundang-undangan
am
di bawah undang-undang;
Manakala kedua wilayah persoalan tersebut terpenuhi oleh Pemohon
ep
Hak Uji Materiil peraturan perundang-undangan di bawah undang-
ah
k
undang terhadap undang-undang barulah dapat dikualifikasi Pemohon
Hak Uji Matreiil mempunyai kedudukan hukum (legal standing)
bawah undang-undang terhadap undang-undang;
In
do
ne
si
R
sebagai Pemohon Hak Uji Materiil peraturan perundang-undangan di
A
gu
ng
2.1 Pertimbangan Hukum Mengenai Kualifikasi kedudukan (legal
standing) Pemohon;
- Berdasarkan dalil-dalil permohonan dan bukti-bukti yang
diajukan Pemohon adalah bahwa PT Sarana Cipta Lestari
(SCL) yang didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perseroan
Terbatas Nomor 39 tertanggal 28 Juli 2011, yang dibuat di
hadapan Notaris H. Yunardi, S.H. di Jakarta Selatan dengan
lik
ah
Akta Pernyataan Keputusan di Luar Rapat Umum Pemegang
Saham Nomor 12 tertanggal 7 Juni 2015, yang dibuat di
ub
m
hadapan Notaris H. Yunardi, S.H. Jakarta Selatan sebagai
Pemilik SHGB Nomor 4 Leuwinanggung yang diterbitkan oleh
ka
Kantor
Badan
Pertanahan
Nasional
Kabupaten
Bogor
ep
sebagaimana telah diperpanjang dengan Keputusan Kepala
ah
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Jawa Barat Nomor
- Namun Demikian berdasarkan ketentuan Pasal 6 Keputusan
ng
M
Presiden Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pengakhiran tugas
on
Halaman 66 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
dan pembubaran Badan Penyehatan Perbankan Nasional
es
R
237/HGB/BPN-32/2013;
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 66
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
(BPPN), segala kekayaan BPPN menjadi kekayaan Negara
yang dikelola oleh Menteri Keuangan;
ng
- Salah satu aset eks-BPPN yang dikelola oleh Menteri
Keuangan adalah 100% saham PT Karaba Digdaya yang
Depok yang pengembangan Perusahaannya harus sejalan
dengan kebijakan Pemerintah untuk melakukan Pengelolaan
Aset Negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat;
- Berdasarkan hal tersebut, apakah pengalihan kepemilikan hak
atas tanah a quo PT Karaba Digdaya kepada PT Sarana Cipta
ub
lik
ah
A
gu
berkedudukan di Kelurahan Tapos, Kecamatan Tapos, Kota
Lestari diperkenankan dan dapat dinyatakan sah;
2.2 Pertimbangan Mengenai Kerugian hak dikaitkan dengan ada
am
tidaknya kepentingan Pemohon;
- Bahwa
Mahkamah
Agung
RI
sejak
Putusan
Nomor
ep
54 P/HUM 2013 tanggal 19 Desember 2013 dan Putusan
ah
k
Nomor 62 P/HUM/2013 tanggal 18 November 2013 serta
putusan-putusan berikutnya berpendirian bahwa kerugian hak
In
do
ne
si
R
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31A ayat (2) UndangUndang Nomor 3 Tahun 2009 harus memenuhi 5 (lima) syarat:
A
gu
ng
1. Adanya hak Pemohon yang diberikan oleh suatu peraturan
perundang-undangan;
2. Hak tersebut oleh Pemohon dianggap dirugikan oleh
berlakunya
peraturan
perundang-undangan
dimohonkan pengujian;
yang
3. Kerugian tersebut harus bersifat spesifik (khusus) dan
aktual atau setidak-setidaknya potensial menurut penalaran
lik
ah
yang wajar dapat dipastikan terjadi;
4. Adanya hububungan sebab akibat (causal verband) antara
ub
m
kerugian dimaksud dan berlakunya peraturan perundangundangan yang dimohonkan pengujian;
ka
5. Adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya maka
ah
terjadi lagi;
ep
kerugian seperti yang dikabulkan tidak akan atau tidak
Pemohon dapat dipertimbangkan sebagai badan hukum
ng
M
perseroan terbatas, namun syarat mengenai kerugian hak tidak
on
Halaman 67 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
dipertimbangkan, sebab tidak adanya hak Pemohon yang
es
R
- Walaupun kualifikasi kedudukan hukum (legal standing)
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 67
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
diberikan oleh undang-undang yaitu kepemilikan Hak atas
tanah seluas 79.826 m2 yang terletak di Jalan Kelurahan
ng
Leuwinanggung, Kecamatan Tapos (Kecamatan Cimanggis),
Kota Depok tidak terbukti secara sah dan meyakinkan sebagai
milik Pemohon;
A
gu
- Dengan demikian, hak tersebut dianggap tidak dirugikan oleh
berlakunya
objek
permohonan,
sehingga
tidak
adanya
hubungan kausal antara kerugian dengan objek permohonan
yang diuji serta tidak adanya kemungkinan bahwa dengan
ub
lik
ah
dikabulkannya maka kerugian seperti yang dikabulkan tidak
akan atau tidak terjadi lagi;
- Pemohon sebagai gabungan pengusaha kelapa sawit dirugikan
am
dengan diberlakukannya objek permohonan hak uji materiil
yang dipersoalkan dalam perkara ini. Timbulnya kerugian
ep
dimaksud karena adanya hubungan sebab akibat (causal
ah
k
verband), dan apabila permohonan yang bersangkutan kelak
dikabulkan, maka kerugian yang bersangkutan memang dapat
In
do
ne
si
R
dipulihkan kembali dengan dibatalkannya objek permohonan
hak uji materiil dimaksud;
A
gu
ng
Berdasarkan dalil-dalil yang telah kami uraikan di atas, disimpulkan
bahwa Pemohon tidak memiliki kualifikasi sebagai badan hukum yang
berhak mengajukan Permohonan Hak Uji Materiil kepada mahkamah
Konstitusi. Untuk itu sudah sepatutnya Majelis hakim Mahkamah Agung
menyatakan bahwa Permohonan Pemohon tidak dapat diterima;
III. Syarat Formalitas Permohonan;
lik
1. Bahwa objek Hak Uji Materiil yang diajukan oleh Pemohon yakni atas
Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok
Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Kota Depok Tahun
ub
m
ah
Kewenangan Mahkamah Agung RI;
2012-2032 terhadap Sila Kelima Pancasila, Pasal 28D Undang-Undang
Pembentukan
Peraturan
Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Perundang-undangan,
ep
ka
Dasar Tahun 1945, Undang-Undang
Undang-Undang
ah
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Undang-Undang
Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak
ng
M
Guna Bangunan, dan Hak Pakai atas Tanah, Peraturan Pemerintah
on
Halaman 68 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran
es
R
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria, Peraturan
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 68
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
Masyarakat dalam Penataan Ruang dan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
ng
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan;
2. Namun kewenangan Mahkamah Agung adalah menguji peraturan
perundang-undangan di bawah undang-undang sebagaimana diatur
gu
dalam:
a. Berdasarkan ketentuan Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Dasar
A
1945 (selanjutnya disebut sebagai UUD 1945) menyebutkan
bahwa:
ub
lik
ah
"Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung
Rl dan Badan Peradilan yang di bawahnya dalam lingkungan
Peradilan
Umum,
lingkungan
Peradilan
Agama,
lingkungan
am
Peradilan Militer, lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara dan
oleh sebuah Mahkamah Konstitusi";
ep
b. Berdasarkan Ketentuan Pasal 24 A ayat (1) UUD 1945, mengatur:
ah
k
“Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi,
menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang
In
do
ne
si
R
terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang
diberikan oleh undang-undang”;
A
gu
ng
c. Berdasarkan ketentuan umum Pasal 1 ayat (1) Peraturan
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2011
menyebutkan bahwa:
"Hak Uji Materiil adalah hak Mahkamah Agung Rl untuk menilai
materi muatan peraturan perundang-undangan di bawah undangundang terhadap peraturan perundang-undangan tingkat lebih
lik
3. Dengan demikian, ranah kewenangan Mahkamah Agung UUD 1945
bukan merupakan batu uji. Berdasarkan peraturan perundangundangan yang telah
diuraikan di atas, maka dapatlah ditarik
ub
m
ah
tinggi";
kesimpulan bahwa Mahkamah Agung RI tidak berwenang untuk untuk
ka
memeriksa, mengadili dan memutuskan perkara pengujian Peraturan
ep
Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata
ah
Ruang Kota Depok Tahun 2012 - 2032 terhadap Pancasila dan UUD
4. Oleh karena itu permohonan pengujian Peraturan Daerah Kota Depok
ng
M
Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Kota Depok Tahun
on
Halaman 69 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
2012 - 2032 sebagai objek Hak Uji Materiil harus pula dinyatakan tidak
es
R
1945 bukanlah kewenangan Mahkamah Agung RI;
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 69
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
dapat diterima, dan oleh karenanya terhadap substansi permohonan
a quo tidak perlu dipertimbangkan lagi;
ng
IV. Alasan-alasan Penolakan Permohonan;
A. Alasan Formil;
Bahwa Termohon berwenang mengeluarkan peraturan a quo karena
gu
peraturan a quo telah sesuai dengan Ketentuan peraturan perundangundangan yang ada, yaitu:
Negara
Indonesia
adalah
negara
hukum,
dimana
berdasarkan ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang telah diamandemen telah mengatur
ub
lik
ah
A
1. Bahwa
struktur ketatanegaraan Republik Indonesia yang mengenal fungsifungsi eksekutif, legislatif dan yudikatif;
am
2. Bahwa prinsip due process of law adalah prinsip yang dianut dalam
proses peradilan yang dijalankan oleh Pengadilan dalam rangka
ep
menjalankan fungsi yudikatif, sedangkan dalam Peraturan Daerah
ah
k
Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang dan
Wilayah Kota Depok Tahun 2012-2032 diterbitkan dalam rangka
pelaksanaan
fungsi
pemerintahan
daerah
yang
In
do
ne
si
satu
R
salah
merupakan bagian dari fungsi eksekutif. Hal ini sesuai dengan
Pasal 18 Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 yang
A
gu
ng
amanat
berbunyi sebagai berikut:
1. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota,
yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang;
2. Pemerintah Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten, dan Kota
lik
ah
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan;
ub
m
3. Pemerintahan Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten, dan Kota
memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-
ka
anggotanya dipilih melalui pemilihan umum;
ep
4. Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai Kepala
R
demokratis;
5. Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya,
urusan
ng
M
kecuali
pemerintahan
yang
oleh
undang-undang
on
Halaman 70 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
ditentukan sebagai urusan Pemerintahan Pusat;
es
ah
Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota dipilih secara
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 70
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
6. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah
dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan
ng
tugas pembantuan;
7. Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah
diatur dalam undang-undang;
gu
3. Telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan;
A
4. Bahwa peraturan a quo telah disusun dan dibentuk sesuai dengan
asas-asas pembentukan perundang-undangan yang baik yaitu
tentang
Pembentukan
menyatakan:
ub
lik
ah
sesuai dengan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
Peraturan
Perundang-Undangan
yang
am
Dalam membentuk peraturan perundang-undangan harus dilakukan
berdasarkan pada asas pembentukan
peraturan perundang-
ep
b.
kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat;
c.
kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan;
d.
dapat dilaksanakan;
e.
kedayagunaan dan keterhasilgunaan;
f.
kejelasan rumusan; dan
g.
keterbukaan;
In
do
ne
si
kejelasan tujuan;
R
a.
A
gu
ng
ah
k
undangan yang baik, yang meliputi:
5. Lebih lanjut ketentuan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, materi
muatan
Peraturan
Kabupaten/Kota
berisi
Provinsi
materi
dan
Peraturan
muatan
dalam
Daerah
rangka
penyelenggaraan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan serta
lik
ah
menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi;
ub
m
Daerah
6. Bahwa kewenangan pembentukan Peraturan Daerah merupakan
ayat
(1)
Undang-Undang
Nomor
ep
ka
kewenangan Termohon sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 17
23
Tahun
2014
tentang
berhak
menetapkan
R
“Daerah
menyelenggarakan
urusan
kebijakan
pemerintahan
daerah
yang
untuk
menjadi
on
Halaman 71 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
ng
M
kewenangan Daerah”;
es
ah
Pemerintahan Daerah yang berbunyi:
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 71
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
7. Sejalan dengan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011,
ketentuan Pasal 236 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun
ng
2014 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa:
(3) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat materi
muatan:
gu
a. penyelenggaraan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan; dan
lebih
lanjut
ketentuan
peraturan
undangan yang lebih tinggi;
perundang-
8. Dalam Pasal 2 Undang-Undang 50 Tahun 1960 tentang Pokok-
ub
lik
Pokok Agraria, kembali ditegaskan kewenangan untuk mengatur
ah
A
b. penjabaran
dan menyelenggarakan peruntukan pola ruang wilayah, yang
dinyatakan sebagai berikut:
am
Pasal 2:
(2) Hak menguasai dari Negara termaksud dalam ayat (1) pasal ini
ep
memberi wewenang untuk:
ah
k
a. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan,
R
tersebut;
In
do
ne
si
persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa
b. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum
A
gu
ng
antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa;
c. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum
antara orang-orang dan perbuatanperbuatan hukum yang
mengenai bumi, air dan ruang angkasa;
(3) Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari Negara
tersebut pada ayat (2) pasal ini digunakan untuk mencapai
lik
kesejahteraan dan kemerdekaan dalam masyarakat dan Negara
hukum Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur;
Undang-Undang
26
Tahun
2007
pun,
kewenangan
ub
9. Dalam
m
ah
sebesar-besar kemakmuran rakyat dalam arti kebangsaan,
Pemerintah Daerah Kabuaten/Kota kembali dipertegas, dengan
Pasal 11:
ah
(1) Wewenang
ep
ka
penjabaran sebagai berikut:
pemerintah
daerah
kabupaten/kota
dalam
a. pengaturan,
pembinaan,
dan
pengawasan
terhadap
ng
M
pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota dan
on
Halaman 72 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
kawasan strategis kabupaten/kota;
es
R
penyelenggaraan penataan ruang meliputi:
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 72
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
b. pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota;
c. pelaksanaan
penataan
ruang
kawasan
strategis
ng
kabupaten/kota, dan kerja sama penataan ruang antar
kabupaten/kota;
A
gu
(2) Wewenang
pemerintah
pelaksanaan
penataan
daerah
kabupaten/kota
ruang
wilayah
dalam
kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/kota;
b. pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota; dan
(3) Dalam
pelaksanaan
ub
lik
ah
c. pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota;
penataan
ruang
kawasan
strategis
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
am
pemerintah daerah kabupaten/kota melaksanakan:
a. penetapan kawasan strategis kabupaten/kota;
ep
b. perencanaan tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota;
ah
k
c. pemanfaatan ruang kawasan strategis kabupaten/kota; dan
d. pengendalian
pemanfaatan
ruang
strategis
In
do
ne
si
R
kabupaten/kota;
kawasan
10. Bahwa Proses pembentukan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun
A
gu
ng
2015 tentang Rencana Tata Ruang dan Rencana Wilayah Kota
Depok Tahun 2012 -2032 (objek a quo) telah melalui serangkaian
panjang tahapan pembentukan Peraturan Daerah termasuk proses
Degar Pendapat Masyarakat baik dalam ruang diiskusi maupun
pertemuan
dalam
konsultasi
publik
berdasarkan
ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu UndangUndang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
lik
ah
Perundang-undangan, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 68
ub
m
Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat
dalam Penataan Ruang dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
ka
dengan tahapan-tahapan pembentukan Rancangan Peraturan
ep
Daerah telah ditempuh sepenuhnya oleh Termohon, yakni sebagai
ah
berikut:
Depok dengan Pemerintah Kota Bekasi melakukan pertemuan
ng
M
terkait sinkronisasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok
on
Halaman 73 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
Tahun 2011-2031 dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
es
R
1. Pada hari Rabu tanggal 29 September 2010 pemerintah kota
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 73
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
Bekasi Tahun 2010-2030, yang kemudian dituangkan dalam
Berita Acara Nomor 593/2553.A/TR/2010;
ng
2. Pada tanggal 20 November 2010 dilaksanakan diskusi dalam
rangka
pemaduserasian
Raperda
Rencana Tata
Ruang
A
gu
Wilayah (RTRW) Kota Depok 2011-2030 dengan Raperda
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tanggerang Selatan 20102030 bertempat di Direktorat Jendral Pembangunan Daerah
Kemendagri Jakarta, yang kemudian dituangkan dalam Berita
Acara Nomor 593/3202.A/TR/2010;
rangka
ub
lik
ah
3. Pada tanggal 12 November 2010 dilaksanakan diskusi dalam
pemaduserasian
Raperda
Rencana Tata
Ruang
Wilayah (RTRW) Kota Depok 2011-2030 dengan Raperda
am
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor 2010-2030
bertempat di Bappeda Kabupaten Bogor yang kemudian
ep
dituangkan dalam Berita Acara Nomor 593/3181.A/TR/2010;
ah
k
4. Surat dari Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Depok
yang ditujukan kepada Walikota Depok (Termohon) Nomor
In
do
ne
si
R
593/282-TR Perihal: Laporan Perkembangan Raperda RTRW
Kota Depok Tahun 2011-2030;
A
gu
ng
5. Pada tanggal 27 Januari 2011 dilakukan pembahasan kembali
terkait Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Depok (RTRW)
yang kemudian dituangkan dalam Rapat Kelompok Kerja
Perencanaan Tata Ruang Badan Koordinasi Penataan Ruang
Daerah BKPRD Jawa Barat yang dihadiri oleh Anggota Pokja
Perencanaan Tata Ruang BKPRD Provinsi Jawa Barat dan
Pemerintah Kota Depok, yang ditandatangani oleh Kepala
lik
ah
Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Depok dan Kepala
Bidang fisik Bappeda Provinisi Jawa Barat;
ub
m
6. Pada tanggal 9 Agustus 2011 bertempat di Bakosurtanal
Cibinong, dilakukan asistensi dan Supervisi peta tata ruang
ka
dalam rangka persetujuan substansi Raperda RTRW Kota
ep
Depok tahun 2011-2031 yang ditandatangani oleh Bidang Tata
ah
Ruang Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Depok dan
dan Pemetaan Nasional Pusat Atlas dan Tata Ruang;
ng
M
7. Pada tanggal 6 September 2011 telah diadakan konsultasi
on
Halaman 74 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
publik rencana tata ruang wilayah Kota Depok 2011-2031 yang
es
R
Pelaksana Asistensi Badan Koordinasi dan Pemetaan Survey
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 74
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
dihadiri oleh OPD, LSM dan Lingkup Akademisi di lingkup Kota
Depok yang ditandatangani oleh Kepala Bidang Tata Ruang
ng
Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Depok;
8. Tanda tangan berita acara konsultasi publik RTRW Kota Depok
Tahun 2011-2031;
A
gu
9. Dilaksanakan Rapat Pleno Badan Koordinasi Penataan Ruang
Daerah Provinsi Jawa Barat tentang Evaluasi Rancangan
Perda RTRW Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Garut,
pembahasan pemberian rekomendasi Gubernur tentang RTRW
ub
lik
ah
Kota Depok dan Kota Banjar, dan Pembahasan Pemberian
Rekomendasi tentang Terminal Khusus Pasir Besi Agrabinta di
Kabupaten Cianjur pada tanggal 16 November 2011, yang
am
kemudian dituangkan dalam Berita Acara, yang ditandatangani
oleh Sekretaris Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah
ep
Provinsi Jawa Barat;
ah
k
10. Kemudian dilaksanakan kembali Rapat Koordinasi dengan
wilayah yang berbatasan dalam pembahasan Raperda RTRW
In
do
ne
si
R
Kota Depok Tahun 2011-2031 Nomor 593/600.A/TR/2011
Pada tanggal 12 Desember 2011 yang ditandatangani oleh
A
gu
ng
Perwakilan Pemerintah Kota Depok dan Perwakilan dari
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta;
11. Kemudian pada tanggal 28 Desember 2011 Gubernur Provinsi
Jawa
Barat
menerbitkan
surat
tentang:
Rekomendasi
Pemberian Persetujuan Substansi Raperda Kota Depok
tentang
RTRW
Kota
Depok
dalam
Surat
Nomor
650/5931/BAPP yang pada intinya menyatakan pemberian
lik
ah
rekomendasi atas perda RTRW untuk diproses selanjutnya
untuk mendapatkan persetujuan dari Menteri Pekerjaan Umum
ub
m
yang ditujukan kepada Menteri Pekerjaan Umum;
12. Bahwa pada tanggal 29 Desember 2011 Walikota Depok
ka
menyampaikan Surat ke Ketua BKPRN Kota Depok Perihal:
ep
Permohonan Persetujuan Substansi RTRW Tahun 2011-2031
ah
Nomor 650/1706-Tarkim;
Terkait RTRW 2011-2031, bertempat di Gedung Dibale Lt.3
on
Halaman 75 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
ng
M
Bappeda Kota Depok;
es
R
13. Pada tanggal 3 Januari 2012 dilaksanakan konsultasi publik
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 75
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
14. Kemudian dilampirkan daftar hadir undangan konsultasi publik
Terkait RTRW 2011-2031, tanggal 3 Januari 2012;
ng
15. Bahwa dilaksanakan Rapat Koordinasi Kelompok Kerja Teknis
Badan
Koordinasi
gu
pembahasan
Openataan
Raperda
Kota
Ruang
Nasional
dalam
Depok
dengan
Nomor
126/BA/Rc/IX/2012 pada tanggal 4 Januari 2012;
A
16. Berkoordinasi sekaligus berkonsultasi terkait isi maupun materi
yang tertuang dalam Rancangan Peraturan Daerah Kota
Depok, ke Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional pada
ub
lik
ah
tanggal 4 Januari 2012 bertempat di ruang rapat direktorat
jendral Penataan Ruang, Gdg. SDA dan Tata Ruang
Kementerian PU, yang kemudian tertuang dalam Notulensi
am
Rapat Koordinasi Kelompok Kerja Teknis Badan Koordinasi
Penataan
Ruang
Nasional
dalam
pembahasan
tentang
ep
Raperda Kota Depok tentang RTRW Kota Depok;
ah
k
17. Tanggal 22 Maret 2012 dilakukan pemeriksaan terhadap Peta
RTRW, yang kemudian dituangkan dalam Berita Acara Hasil
In
do
ne
si
R
Supervisi Peta RTRW Kabupaten Kota Depok Tahun 2011 2031 ke III;
A
gu
ng
18. Tanggal 5 Mei 2011 dilakukan pemeriksaan terhadap Peta
RTRW, yang kemudian dituangkan dalam Berita Acara Hasil
Supervisi Peta RTRW Kabupaten Kota Depok Tahun 2011 2031 ke IV;
19. Tanggal 23 Mei 2012 Dirjen Penataan Ruang Kementerian
Pekerjaan
Umum menerbitkan surat perihal: Persetujuan
Substansi atas Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Kota
lik
ah
Depok tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Depok Tahun 2012 - 2032, yang ditandatangani oleh Dirjen
ub
m
Penataan Ruang;
20. Kemudian pada tanggal 2-3 Oktober 2012 dilaksanakan Rapat
ka
Dengar Pendapat (Public Hearing) terkait Raperda Bangunan
ep
Izin Mendirikan Bangunan dan Raperda tentang Rencana Tata
ah
Ruang dan Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032;
2012 Rapat Dengar Pendapat (Public Hearing) terkait Raperda
on
Halaman 76 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
ng
M
Bangunan Izin Mendirikan Bangunan dan Raperda tentang
es
R
21. Kemudian dilampirkan daftar hadir undangan tanggal 2 Oktober
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 76
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Depok Tahun 2012 –
2032;
ng
22. Kemudian dibuatkan laporan hasil rapat hearing pelaksanaan
pada tanggal 2 Oktober 2012;
A
gu
23. Pada tanggal 9 Oktober 2012 dilaksanakan kembali Rapat
Dengar Pendapat (Public Hearing) terkait Raperda Bangunan
Izin Mendirikan Bangunan dan Raperda tentang Rencana Tata
Ruang dan Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032;
24. Kemudian dilampirkan daftar hadir Rapat Dengar Pendapat
ub
lik
ah
(Public Hearing) terkait Raperda Bangunan Izin Mendirikan
Bangunan dan Raperda tentang Rencana Tata Ruang dan
Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032;
am
25. Kemudian dibuatkan laporan hasil Rapat Hearing pelaksanaan
pada tanggal 9 Oktober 2012;
ep
26. Pada tanggal 28 September 2012 dilakukan Rapat Hearing
ah
k
dengar pendapat untuk mendapat masukan dan saran terkait
R
2012 – 2032;
In
do
ne
si
Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Depok Tahun
27. Kemudian dilampirkan daftar hadir Rapat Dengar Pendapat
A
gu
ng
(Public Hearing) terkait Raperda Bangunan Izin Mendirikan
Bangunan dan Raperda tentang Rencana Tata Ruang dan
Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032;
28. Kemudian dibuatkan laporan hasil Rapat Hearing pelaksanaan
pada tanggal 28 September 2012;
29. Pada tanggal 13 - 15 September 2012 dilakukan Rapat Hearing
dengar pendapat untuk mendapat masukan dan saran terkait
lik
ah
Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Depok Tahun
2012 – 2032;
ub
m
30. Kemudian dibuatkan Surat Tugas Nomor 841.5/633-DPRD
untuk pembahasan awal Raperda;
ka
31. Kemudian dibuatkan surat perintah Sekretariat DPRD Nomor
ep
841.5/384-Sekwan tanggal 12 September 2012;
ah
32. Kemudian dilampirkan daftar hadir rapat pembahasan awal
bangunan dan IMB, Reperda tentang RTRW dan wilayah Kota
ng
M
Depok Tahun 2012 - 2032, Raperda Perubahan ke 3, Perda
on
Halaman 77 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah;
es
R
Raperda hari Kamis tanggal 13 September 2012 tentang
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 77
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
33. Kemudian dilampirkan daftar hadir rapat pembahasan awal
Raperda hari Jumat tanggal 14 September 2012 tentang
ng
Bangunan dan IMB, Reperda tentang RTRW dan wilayah Kota
Depok Tahun 2012 - 2032, Raperda Perubahan ke 3, Perda
Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah;
A
gu
34. Kemudian dilampirkan daftar hadir rapat pembahasan awal
Raperda hari Sabtu tanggal 15 September 2012 tentang
bangunan dan IMB, Reperda tentang RTRW dan wilayah Kota
Depok Tahun 2012 - 2032, Raperda Perubahan ke 3, Perda
ub
lik
ah
Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah;
35. Kemudian dibuatkan Nota Dinas kepada Sekretaris DPRD Kota
Depok
mengenai
laporan
hasil
mendampingi
rapat
am
pembahasan awal Pansus III DPRD Kota Depok;
36. Kemudian dibuatkan Nota Dinas kepada Sekretaris Daerah
ep
Kota Depok mengenai laporan hasil mendampingi rapat
ah
k
pembahasan awal Pansus III DPRD Kota Depok;
37. Kemudian dibuatkan Laporan hasil rapat pembahasan awal
In
do
ne
si
R
pansus III DPRD Kota Depok yang ditujukan kepada Ketua
DPRD Kota Depok;
A
gu
ng
38. pada tanggal 10-12 Oktober 2012 dilaksanakan Pembahasan
akhir Raperda, antara lain:
1. Raperda Bangunan dan Izin Mendirikan Bangunan;
2. Raperda tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota
Depok Tahun 2012 – 2032;
3. Raperda tentang Perubahan ke 3 Perda Nomor 08 Tahun
2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah;
Sekwan tanggal 8 Oktober 2012;
lik
ah
39. Kemudian dibuatkan Surat Perintah DPRD Nomor 841.5/379-
ub
m
40. Kemudian dibuatkan daftar hadir rapat pembahasan akhir
Raperda hari Rabu tanggal 10 Oktober 2012 tentang Bangunan
ka
dan IMB, Raperda tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah
ep
Kota Depok Tahun 2012 - 2032, Raperda tentang Perubahan
ah
ke 3 Perda Nomor 08 Tahun 2008 tentang Organisasi
41. Kemudian dibuatkan daftar hadir rapat pembahasan akhir
ng
M
Raperda hari Kamis tanggal 11 Oktober 2012 tentang
on
Halaman 78 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
Bangunan dan IMB, Raperda tentang Rencana Tata Ruang
es
R
Perangkat Daerah;
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 78
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
dan Wilayah Kota Depok Tahun 2012 - 2032, Raperda tentang
Perubahan ke 3 Perda Nomor 08 Tahun 2008 tentang
ng
Organisasi Perangkat Daerah;
42. Kemudian dibuatkan daftar hadir rapat pembahasan akhir
A
gu
Raperda hari Jumat tanggal 12 Oktober 2012 tentang
Bangunan dan IMB, Raperda tentang Rencana Tata Ruang
dan Wilayah Kota Depok Tahun 2012 - 2032, Raperda tentang
Perubahan ke 3 Perda Nomor 08 Tahun 2008 tentang
Organisasi Perangkat Daerah;
ub
lik
ah
43. Kemudian dibuatkan laporan hasil rapat pembahsan akhir
Pansus III DPRD Kota Depok ditujukan kepada Ketua DPRD;
44. Kemudian dibuatkan Nota Dinas kepada Sekretaris DPRD Kota
am
Depok
mengenai
laporan
hasil
mendampingi
rapat
pembahasan akhir Pansus III DPRD Kota Depok;
ep
45. Pengajuan surat permohonan pembahasan RTRW dengan
ah
k
Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Kota Depok 2012 - 2032
dengan
DPRD
Kota
Depok
Nomor
050/359/BTRP/2012
In
do
ne
si
R
tertanggal 1 Juni 2012 yang ditujukan kepada Walikota Depok;
46. Pada tanggal 26 Desember 2012 DPRD Kota Depok
A
gu
ng
menerbitkan keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daearh
Kota Depok Nomor 24 Tahun 2012 tentang Persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kota Depok terhadap Rancangan
Peraturan Daerah Kota Depok tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032;
47. Kemudian Walikota Depok (Termohon) mengeluarkan surat
perihal: Permohonan Evaluasi Raperda yang ditujukan ke
Perihal:
Permohonan
Evaluasi
Raperda.
tertanggal
27
ub
m
Desember 2012;
lik
ah
Gubernur Jawa Barat dengan Nomor 188.342/1571.9/Huk/2012
48. Kemudian pada tanggal 11 Maret 2015 Gubernur Pemerintah
ka
Provinsi Jawa Barat menyampaikan keputusan Gubernur Jawa
ep
Barat terkait evaluasi rancangan Peraturan Daerah Kota Depok
ah
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok dengan
49. Kemudian dibuatkan Berita Acara Penyerahan Keputusan
on
Halaman 79 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
ng
M
Gubernur Jawa Barat terkait Evaluasi Rancangan Peraturan
es
R
Surat Nomor 188.342/1198/Hukham;
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 79
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
Daerah Kota Depok tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Depok 2012 – 2032;
ng
50. Bahwa kemudian hasil evaluasi dituangkan dalam Keputusan
Gubernur Jawa Barat Nomor 188-342/Kep-326-Hukham/2015
tertanggal 11 Maret 2015;
A
gu
51. Kemudian Melampirkan Keputusan Jawa Barat Nomor 188342/Kep-326-Hukham/2015 tertanggal 11 Maret 2015 tentang
Hasil Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Kota Depok
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok 2012 –
ub
lik
ah
2032;
52. Melampirkan persandingan pencantuman materi muatan teknis
rancangan Perda Kota Depok tentang RTRW Kota Depok;
am
53. Kemudian
Walikota
Depok
mengeluarkan
Surat
Nomor
650/1706-Tarkim tertanggal 29 Desember 2011 mengenai
ep
Permohonan Persetujuan Substansi RTRW Kota Depok Tahun
ah
k
2011 – 2031;
54. Kemudian Gubernur Jawa Barat mengeluarkan Surat Nomor
tertanggal
28
Desember
2011
tentang
In
do
ne
si
R
650/5931/BAPP
Rekomendasi Pemberian Persetujuan Substansi Raperda Kota
A
gu
ng
Depok tentang RTRW Kota Depok Tahun 2011 – 2031;
55. Surat Kementerian Pekerjaan Umum Nomor Hk.01 03 - Dr/281
tertanggal 23 Mei 2013 perihal Persetujuan Substansi Atas
Rancangan Peraturan Daerah Kota Depok tentang RTRW Kota
Depok Tahun 2012 – 2032;
B. Alasan Materiil;
lik
terkait Permohonan Uji Materiil Nomor 64 P/HUM/2016, tanggal 26
Oktober 2017 di Mahkamah Agung Republik Indonesia terhadap Pasal
41 ayat (2) huruf g angka 3, Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1
ub
m
ah
Menanggapi dalil-dalil gugatan yang diajukan Pemohon Keberatan
Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang dan Rencana Wilayah Kota
ka
Depok Tahun 2012 - 2032, kami sampaikan jawaban sebagai berikut:
ep
1. Sebagaimana telah didalilkan Pemohon bahwa Konsepsi Keadilan
ah
Sosial dalam Sila Kelima Pancasila perlu dimaknai sebagai satu
ekonomi, politik, budaya, berkeagamaan dan kepercayaan serta
ng
M
segala hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat yang
on
Halaman 80 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
dilandasi keinsyafan terhadap pembagian hak dan kewajiban
es
R
kesatuan makna, yang di dalamnya terdiri dari keadilan social dalam
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 80
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagai penyelenggara demi
tercapainya keadilan social;
ng
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Nilai Keadilan Sosial
Bagi Seluruh Rakyat Indonesia mengandung makna sebagai dasar
sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat yang adil dan
gu
makmur secara lahiriah maupun batiniah;
2. Bahwa Pembangunan merupakan faktor penting untuk memenuhi
A
kebutuhan
masyarakat
dan
menjadi
salah
satu
indikator
pertumbuhan ekonomi. Ketika membicarakan pembangunan maka
ub
lik
ah
harus memperhatikan pula ketersediaan lahan pengembangan.
Tanah yang dimiliki maupun dikelola oleh seseorang tentunya akan
dilekati suatu hak yang diakui dan dijamin statusnya oleh negara.
am
Namun dalam hukum nasional juga mengakui bahwa hak atas
tanah bukanlah hak yang sebebas-bebasnya, melainkan hak yang
ep
akan dibatasi oleh kepentingan umum;
ah
k
3. Dalam hal ini yang dapat membatasi hak tersebut adalah negara
sebagaimana diberikan kekuasaan oleh Undang-Undang Dasar
In
do
ne
si
R
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai Staatgrundgesets
pada Pasal 28 J ayat (2) yang menyatakan bahwa negara dapat
A
gu
ng
membatasi hak seorang warga negara dalam bentuk undangundang, dari hal ini dapat kita katakan hak perseorangan khususnya
dalam menguasai suatu tanah dapat dialihkan oleh negara atas
dasar kepentingan umum;
4. Bahwa Perencanaan Tata Ruang Wilayah Administrasi di dalam
kawasan merupakan alat untuk mengoordinasikan pelaksanaan
lik
5. Dalam BAB I Naskah Akademik Penyusunan Peraturan Daerah
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 20122032 telah dijabarkan isu strategis yang berpengaruh terhadap
ub
m
ah
pembangunan lintas wilayah administratif yang bersangkutan;
Kebijakan Tata Ruang Kota Depok, yaitu salah satunya terkait
ka
dengan Ruang Terbuka Hijau, sebagai berikut:
ep
“Walaupun arah pertumbuhan dan perkembangan Kota Depok
ah
sudah direncanakan, tetapi masih banyak penyimpangan dari
antara pertambahan penduduk dan ketersediaan lahan sebagai
ng
M
akibat dari desakan pembangunan kota, dalam hal ini bukan hanya
on
Halaman 81 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
pembangunan fisik yang berupa pembangunan jalan atau gedung
es
R
rencana yang ada. Ini terjadi karena adanya ketidakseimbangan
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 81
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
dan lainnya tapi juga karena kebutuhan dan kenyamanan daya tarik
wilayah itu sendiri. Terlihat dari kecenderungan wilayah Kota Depok
ng
bagian Selatan merupakan tujuan hunian. Salah satu penyebab
wilayah Selatan menjadi daerah tujuan hunian adalah penetapan
NJOP di wilayah ini yang lebih rendah dibandingkan wilayah bagian
gu
Utara. Penyebab lainnya adalah wilayah ini masih memiliki kualitas
lingkungan yang baik, ditandai dengan kualitas udara masih segar,
A
cuacanya sejuk dan kualitas air yang baik, sehingga memberikan
nilai tambah kenyaman lokasi hunian atau tempat tinggal. Dengan
ub
lik
ah
demikian jumlah permukiman di wilayah Selatan Kota Depok
bertambah dengan pesatnya dan diikuti oleh perkembangan
penggunaan lahan untuk sektor jalan, perkantoran, perdagangan
am
dan jasa, disisi lain menyebabkan terjadinya alih fungsi RTH
sehingga keberadaannya berkurang;
ep
Akibat berkurangnya RTH maka masyarakat perkotaan akan
ah
k
kehilangan fungsi ekologis, biologis, dan psikologis dari ruang
terbuka hijau tadi. Kota Depok sering kali dilanda banjir. Suhu udara
In
do
ne
si
R
cenderung lebih panas. Udara terpolusi pun makin sedikit yang bisa
disaring. Padahal, udara terpolusi ini cukup besar pengaruhnya
A
gu
ng
terhadap kesehatan. Penelitian di Sao Paolo Brasil, yang dilansir
WHO menunjukkan bahwa kenaikan konsentrasi nitrogen dioksida
(NO2) 75 mikrogram/m3 akan meningkatkan kematian anak di
bawah lima tahun akibat penyakit pernapasan sebesar 30%”;
6. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau memliki fungsi sosial untuk
kepentingan umum yang bertujuan sebagai berikut:
a. menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air;
lik
ah
b. menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan
antara lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna
c. meningkatakan
ub
m
untuk kepentingan masyarakat;
keserasian
lingkunagn
perkotaan
sebagai
ka
sarana pengaman lingkungan perkotaan yang aman, nyaman,
ep
segar, indah, dan bersih;
ah
7. Bahwa Ruang Terbuka Hijau yang telah ada baik secara alami
sebagai berikut:
ng
M
a. Fungsi ekologis antara lain: paru-paru kota, pengatur iklim
on
Halaman 82 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
mikro, sebagai peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan,
es
R
ataupun buatan diharapkan dapat menjalankan empat (4) fungsi
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 82
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
penyedia habitas satwa, penyerap polutan dalam udara, air dan
tanah, serta penahan angin;
ng
b. Fungsi sosial budaya antara lain: menggambarkkan ekspresi
budaya lokal, media komunikasi, dan tempat rekreasi warga;
A
gu
c. Fungsi ekonomi antara lain: sumber produk yang bisa dijual
seperti tanaman bunga, buah, daun, dan sayur mayur.
Beberapa juga berfungsi sebagai bagian dari usaha pertanian,
perkebunan, kehutanan, dan lain-lain;
d. Fungsi
estetika
antara
lain
meningkatkan
kenyamanan,
ub
lik
ah
memperindah lingkungan kota baik skala mikro (halaman
rumah/lingkungan pemukiman), maupun makro (lansekap kota
secara keseluruhan);
am
e. menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area
terbangun dan tidak terbangun;
ep
Dalam suatu wilayah perkotaan, empat fungsi utama ini dapat
ah
k
dikombinasikan sesuai kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan
R
konservasi hayati.
In
do
ne
si
kota seperti perlindungan tata air, keseimbangan ekologis. dan
8. Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi dalam kategori sebagai
A
gu
ng
berikut:
a. Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat
tangible), yaitu membentuk keindahan dan kenyamanan (teduh,
segar, sejuk) dan mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu,
daun, bunga, dan buah);
b. Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat
intangible),
pembersih
udara
yang
sangat
efektif,
pemeliharaan akan kelangsungan persediaan air tanah, dan
lik
ah
pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora dan fauna
yang ada (konservasi hayati dan keanekaragaman hayati);
ub
m
yaitu
9. Berdasarkan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Rio de
ka
Janeiro, Brazil (1992) dan dipertegas lagi pada KTT Johannesburg,
ep
Afrika Selatan 10 tahun kemudian (2002, Rio + 10), telah disepakati
ah
bersama bahwa sebuah kota idealnya memiliki luas RTH minimal 30
wilayah perkotaan menurut pedoman penyediaan dan pemanfaatan
ng
M
RTH di Kawasan Perkotaan terbagi menjadi ruang terbuka hijau
on
Halaman 83 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
publik dan ruang terbuka hijau privat dimana proporsi ruang terbuka
es
R
persen dari total luas kota. Penyediaan ruang terbuka hijau pada
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 83
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
hijau yang sesuai adalah sebesar 30% dari keseluruhan luas lahan
yang komposisinya terbagi atas 20% ruang terbuka hijau publik dan
ng
10% ruang terbuka hijau privat;
10. Ketentuan terkait penyediaan Ruang Terbuka Hijau telah dipertegas
dan diamanatkan kepada Pemerintah Daerah untuk memenuhinya
gu
dalam Pasal 28 dan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang, yang menyatakan sebagai berikut:
A
Pasal 28:
Ketentuan perencanaan tata ruang wilayah kabupaten sebagaimana
ub
lik
ah
dimaksud dalam Pasal 25, Pasal 26, dan Pasal 27 berlaku mutatis
mutandis untuk perencanaan tata ruang wilayah kota, dengan
ketentuan selain rincian dalam Pasal 26 ayat (1) ditambahkan:
am
a. rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau;
b. rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka non hijau;
ep
dan
ah
k
c. rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana
jaringan pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal,
evakuasi
bencana,
yang
dibutuhkan
untuk
In
do
ne
si
ruang
R
dan
menjalankan fungsi wilayah kota sebagai pusat pelayanan
A
gu
ng
sosial ekonomi dan pusat pertumbuhan wilayah;
Pasal 29:
(1) Ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
huruf a terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka
hijau privat;
(2) Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30
lik
(3) Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling
sedikit 20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota;
Nomor 26
ub
11. Lebih lanjut, dalam Penjelasan Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang
m
ah
(tiga puluh) persen dari luas wilayah kota;
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Sempadan
ka
Sungai merupakan kawasan lindung berupa kawasan perlindungan
ep
setempat;
ah
12. Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008
R
tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di
es
Kawasan Perkotaan, dinyatakan bahwa:
on
Halaman 84 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
ng
M
c. Penyediaan RTH Berdasarkan Kebutuhan Fungsi Tertentu;
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 84
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
Fungsi RTH pada kategori ini adalah untuk perlindungan atau
pengamanan, sarana dan prasarana misalnya melindungi
ng
kelestarian sumber daya alam, pengaman pejalan kaki atau
membatasi perkembangan penggunaan lahan agar fungsi
RTH kategori ini meliputi: jalur hijau sempadan rel kereta api,
jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi, RTH kawasan
perlindungan setempat berupa RTH sempadan sungai, RTH
sempadan pantai, dan RTH pengamanan sumber air baku/mata
air;
ub
lik
ah
A
gu
utamanya tidak teganggu;
13. Selanjutnya ketentuan terkait Sempadan Sungai, Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Penyediaan dan
am
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan,
menjabarkan sebagai berikut:
ep
g.3. RTH Sempadan Sungai;
ah
k
RTH sempadan sungai adalah jalur hijau yang terletak di
bagian kiri dan kanan sungai yang memiliki fungsi utama untuk
In
do
ne
si
R
melindungi sungai tersebut dari berbagai gangguan yang
dapat merusak kondisi sungai dan kelestariannya;
A
gu
ng
Sesuai peraturan yang ada, sungai di perkotaan terdiri dari
sungai bertanggul dan sungai tidak bertanggul;
a) Sungai bertanggul:
1) Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan
perkotaan
ditetapkan
sekurang-kurangnya
sebelah luar sepanjang kaki tanggul;
3m
di
2) Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan
ditetapkan
sekurang-kurangnya
5m
lik
ah
perkotaan
di
sebelah luar sepanjang kaki tanggul;
ub
m
3) Dengan pertimbangan untuk peningkatan fungsinya,
tanggul dapat diperkuat, diperlebar dan ditinggikan yang
ka
dapat berakibat bergesernya garis sempadan sungai;
ep
b) Sungai tidak bertanggul:
ah
1) Garis sempadan sungai tidak bertanggul di dalam
a) Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari
sempadan
ditetapkan
sekurang-
on
garis
Halaman 85 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
ng
M
3m,
es
R
kawasan perkotaan ditetapkan sebagai berikut:
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 85
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
kurangnya 10m dihitung dari tepi sungai pada waktu
ditetapkan;
A
gu
ng
b) Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3m
sampai dengan 20m, garis sempadan ditetapkan
sekurang-kurangnya 15m dihitung dari tepi sungai
pada waktu ditetapkan;
c) Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20m,
garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 30
m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;
ub
lik
ah
2) Garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar
kawasan perkotaan ditetapkan sebagai berikut:
a) Sungai besar yaitu sungai yang mempunyai daerah
am
pengaliran sungai seluas 500 km2 atau lebih,
penetapan garis sempadannya sekurang-kurangnya
ep
100m;
ah
k
b) Sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai daerah
pengaliran sungai kurang dari 500 km2, penetapan
sempadannya
sekurang-kurangnya
50m
In
do
ne
si
R
garis
dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;
A
gu
ng
3) Garis sempadan sebagaimana dimaksud pada butir 1)
dan 2) diukur ruas per ruas dari tepi sungai dengan
mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungai pada
ruas yang bersangkutan;
4) Garis
sempadan
sungai
tidak
bertanggul
yang
berbatasan dengan jalan adalah tepi bahu jalan yang
bersangkutan,
dengan
ketentuan
konstruksi
dan
lik
ah
penggunaan harus menjamin kelestarian dan keamanan
sungai serta bangunan sungai;
ub
m
5) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir
1) tidak terpenuhi, maka segala perbaikan atas
ka
kerusakan yang timbul pada sungai dan bangunan
ep
sungai menjadi tanggungjawab pengelola jalan;
ah
Untuk sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, jalur
sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter dari tepi sungai;
ng
M
14. Ketentuan Sempadan Sungai kembali ditegaskan dalam Pasal 5
on
Halaman 86 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
dan Pasal 7 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
es
R
hijau terletak pada garis sempadan yang ditetapkan
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 86
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
Rakyat Nomor 28/PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis Sempadan
Sungai dan Garis Sempadan Danau;
ng
Pasal 5:
(1) Garis sempadan pada sungai tidak bertanggul di dalam
A
gu
kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(2) huruf a, ditentukan:
a. paling sedikit berjarak 10 (sepuluh) meter dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal
kedalaman sungai kurang dari atau sama dengan 3 (tiga)
ub
lik
ah
meter;
b. paling sedikit berjarak 15 (lima belas) meter dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal
am
kedalaman sungai lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan
20 (dua puluh) meter; dan
ep
c. paling sedikit berjarak 30 (tiga puluh) meter dari tepi kiri dan
ah
k
kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal
In
do
ne
si
Pasal 7:
R
kedalaman sungai lebih dari 20 (dua puluh) meter;
Pasal 7 Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan
A
gu
ng
perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c,
ditentukan paling sedikit berjarak 3 (tiga) meter dari tepi luar kaki
tanggul sepanjang alur sungai;
15. Dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud diatas sebagai dasar
kebijakan tata ruang, maka jelaslah bahwa Pasal 41 ayat (2) huruf g
angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015
tentang Rencana Tata Ruang Kota Depok Tahun 2012-2032
lik
ah
sepenuhnya untuk kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat
Kota Depok dan ditetapkan berdasarkan amanat Peraturan
ub
m
Perundang-undangan yang lebih tinggi sehingga tidak bertentangan
dengan dengan Sila Kelima Pancasila, Pasal 28D Undang-Undang
Pemebtukan
Peraturan
Perundang-undangan,
ep
ka
Dasar Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Undang-Undang
ah
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Undang-Undang
Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak
ng
M
Guna Bangunan, dan Hak Pakai atas Tanah, Peraturan Pemerintah
on
Halaman 87 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran
es
R
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria, Peraturan
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 87
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
R
Masyarakat dalam Penataan Ruang dan Peraturan Menteri
Pekerjaan
Umum
Nomor
05/PRT/M/2008
tentang
Pedoman
ng
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
Perkotaan;
Bahwa berdasarkan seluruh dalil-dali jawaban yang Termohon sampaikan
gu
diatas beserta bukti-bukti terlampir, jelas bahwa di dalam permohonan uji
materiil yang diajukan oleh Pemohon terhadap Materi muatan Pasal 41
2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun
2012 - 2032 baik didalam proses pembentukannya maupun materi
ub
lik
ah
A
ayat (2) huruf g angka 31 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun
muatannya tidak bertentangan dengan Pancasila Sila Kelima, Pasal 28D
Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 12 Tahun
am
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, UndangUndang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Undang-
ep
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria, Peraturan
ah
k
Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan, dan Hak Pakai atas Tanah, Peraturan Pemerintah Nomor 68
In
do
ne
si
R
Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam
Penataan Ruang dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:
A
gu
ng
05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan;
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman,
Undang-Undang
Nomor
12
Tahun
2011
tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, sehingga tidak terdapat
alasan yuridis untuk membatalkan Pasal 41 ayat (2) huruf g angka 31,
Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana
lik
ah
Tata Ruang dan Rencana Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032
maupun dengan alasan yang menyangkut proses pembentukannya. Dan
ub
oleh karenanya permohonan keberatan Uji Materiil yang diajukan oleh
m
Pemohon haruslah ditolak;
Menimbang, bahwa untuk mendukung dalil-dalil jawabannya, Termohon
telah mengajukan bukti surat/tulisan sebagai berikut:
ep
ka
1. Fotokopi Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang
ng
2. Fotokopi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
on
Halaman 88 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
Peraturan Perundang-undangan (Bukti T-2);
es
(Bukti T-1);
R
Rencana Tata Ruang dan Rencana Wilayah Kota Depok Tahun 2012 - 2032
ik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
h
ah
M
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 88
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
3. Fotokopi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Bukti T-3);
ng
4. Fotokopi Naskah Akademis Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok
2012 - 2032 (Bukti T-4);
5. Fotokopi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
gu
Kawasan Permukiman (Bukti T-5);
6. Fotokopi Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
ah
7. Fotokopi
Peraturan
Pemerintah
Nomor
15
Tahun
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Bukti T-7);
2010
tentang
ub
lik
A
(Bukti T-6);
8. Fotokopi Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional (Bukti T-8);
am
9. Fotokopi Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun
ep
2009 - 2029 (Bukti T-9);
ah
k
10. Fotokopi Pertemuan Pemerintah Kota Depok dengan Pemerintah Kota
Bekasi Pada hari Rabu tanggal 29 Desember 2010 terkait sinkronisasi
In
do
ne
si
R
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2011 - 2031 dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bekasi Tahun 2010 - 2030 (Bukti T-10);
A
gu
ng
11. Fotokopi Berita Acara diskusi Nomor 593/3202.A/TR/2010 Pada tanggal 20
November 2010 dalam rangka pemaduserasian Raperda Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Depok 2011 - 2030 dengan Raperda Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Tanggerang Selatan 2010 - 2030 bertempat di
Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Kemendagri Jakarta (Bukti T-11);
12. Fotokopi Berita Acara diskusi Nomor 593/3181.A/TR/2010 Pada tanggal 12
November 2010 dalam rangka pemaduserasian Raperda Rencana Tata
ub
Kabupaten Bogor (Bukti T-12);
13. Fotokopi Surat dari Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Depok yang
ditujukan kepada Walikota Depok (Termohon) Nomor 593/282-TR Perihal:
ep
Laporan Perkembangan Raperda RTRW Kota Depok Tahun 2011 - 2030
(Bukti T-13);
Kota Depok (RTRW) Pada tanggal 27 Januari 2011 dilakukan yang
kemudian dituangkan dalam Rapat Kelompok Kerja Perencanaan Tata
ng
on
Halaman 89 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
Ruang Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah BKPRD Jawa Barat
es
R
14. Fotokopi pembahasan kembali terkait Rencana Tata Ruang dan Wilayah
M
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
ik
ah
lik
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor 2010 - 2030 bertempat di Bappeda
ka
m
ah
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Depok 2011-2030 dengan Raperda Rencana
Halaman 89
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
yang dihadiri oleh Anggota Pokja Perencanaan Tata Ruang BKPRD
Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kota Depok, yang ditandatangani oleh
ng
Kepala Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Depok dan Kepala Bidang
fisik Bappeda Provinisi Jawa Barat (Bukti T-14);
15. Fotokopi asistensi dan Supervisi peta tata ruang dalam rangka persetujuan
gu
substansi Raperda RTRW Kota Depok Tahun 2011 - 2031 yang ditanda
tangani oleh Bidang Tata Ruang Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota
dan pemetaan Nasional Pusat Atlas dan Tata Ruang Pada tanggal 9
Agustus 2011 bertempat di Bakosurtanal Cibinong (Bukti T-15);
ub
lik
ah
A
Depok dan Pelaksana Asistensi Badan Koordinasi dan Pemetaan Survey
16. Fotokopi konsultasi publik Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok
2011 – 2031 Pada tanggal 6 September 2011 yang dihadiri oleh OPD, LSM
am
dan Lingkup Akademisi si lingkup Kota Depok yang ditanda tangani oleh
Kepala Bidang Tata Ruang Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Depok
ep
(Bukti T-16);
ah
k
17. Fotokopi konsultasi Publik terkait Rencana Tata Ruang dan Rencana
Wilayah Kota Depok pada tanggal 6 September 2011 yang kemudian
In
do
ne
si
R
dituangkan dalam Berita Acara Konsultasi Publik Nomor 593/445.A/TR/2011
yang ditandatangani oleh Kepala Bidang Tata Ruang Dinas Tata Ruang dan
A
gu
ng
Permukiman Kota Depok, Dinas BMSDA Kota Depok, Bappeda Kota
Depok, Dinas Pertanian Kota Depok, BPN Kota Depok Dinas Kebersihan
dan Pertamanan Kota Depok,Badan Lingkungan Hidup Kota Depok, Ketua
KADIN Depok, Yayasan Hijau Depok, Ketua LEMPALHI Kota Depok,
Propedas Kota Depok (Bukti T-17);
18. Fotokopi Rapat Pleno Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah Provinsi
Jawa Barat tentang Evaluasi Rancangan Perda RTRW Kabupaten Bandung
lik
ah
Barat dan Kabupaten Garut, Pembahasan Pemberian Rekomendasi
Gubernur tentang RTRW Kota Depok dan Kota Banjar, dan Pembahasan
ub
Kabupaten Cianjur pada tanggal 16 November 2011, yang kemudian
dituangkan dalam Berita Acara, yang ditandatangani oleh Sekretaris Badan
ep
Koordinasi Penataan Ruang Daerah Provinsi Jawa Barat (Bukti T-18);
19. Fotokopi Rapat Koordinasi dengan wilayah yang berbatasan dalam
ah
ka
m
Pemberian Rekomendasi tentang Terminal Khusus Pasir Besi Agrabinta di
593/600.A/TR/2011 pada tanggal 12 Desember 2011 yang di tandatangani
ng
M
oleh Perwakilan Pemerintah Kota Depok dan Perwakilan dari Pemerintah
on
Halaman 90 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
Provinsi DKI Jakarta (Bukti T-19);
es
R
pembahasan Raperda RTRW Kota Depok Tahun 2011-2031 Nomor
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 90
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
20. Fotokopi surat Gubernur Provinsi Jawa Barat tanggal 28 Desember 2011
tentang Rekomendasi Pemberian Persetujuan Substansi Raperda Kota
ng
Depok tentang RTRW Kota Depok dalam Surat Nomor 650/5931/BAPP
yang pada intinya menyatakan pemberian rekomendasi atas perda RTRW
untuk diproses selanjutnya untuk mendapatkan persetujuan dari Menteri
gu
Pekerjaan Umum yang ditujukan kepada Menteri Pekerjaan Umum (Bukti T20);
BKPRN Kota Depok, Perihal: Permohonan Persetujuan Substansi RTRW
Tahun 2011-2031 Nomor 650/1706-Tarkim (Bukti T-21);
ub
lik
ah
A
21. Fotokopi Surat Walikota Depok pada tanggal 29 Desember 2011 ke Ketua
22. Fotokopi Konsultasi Publik tanggal 3 Januari 2012 terkait rencana tata ruang
wilayah RTRW 2011 - 2031, bertempat di Gedung Dibale Lt.3 Bappeda Kota
am
Depok (Bukti T-22);
23. Fotokopi Rapat Koordinasi Kelompok Kerja Teknis Badan Koordinasi
ep
Penataan Ruang Nasional dalam pembahasan Raperda Kota Depok
ah
k
dengan Nomor 126/BA/Rc/IX/2012 pada tanggal 4 Januari 2012 (Bukti T23);
In
do
ne
si
R
24. Fotokopi koordinasi sekaligus berkonsultasi terkait isi maupun materi yang
tertuang dalam Rancangan Peraturan Daerah Kota Depok, ke Badan
A
gu
ng
Koordinasi Penataan Ruang Nasional pada tanggal 4 Januari 2012
bertempat di ruang rapat Direktorat Jendral Penataan Ruang, Gdg. SDA
dan Tata Ruang Kementerian PU, yang kemudian tertuang dalam Notulensi
Rapat Koordinasi Kelompok Kerja Teknis Badan Koordinasi Penataan
Ruang Nasional dalam pembahasan tentang Raperda Kota Depok tentang
RTRW Kota Depok (Bukti T-25);
lik
yang kemudian dituangkan dalam Berita Acara Hasil Supervisi Peta RTRW
Kabupaten Kota Depok Tahun 2011 - 2031 ke III (Bukti T-25);
26. Fotokopi pemeriksaan terhadap Peta RTRW Pada tanggal 5 Mei 2012, yang
ub
kemudian dituangkan dalam Berita Acara Hasil Supervisi Peta RTRW
Kabupaten Kota Depok Tahun 2011 - 2031 ke IV (Bukti T-26);
ep
27. Fotokopi surat Dirjen Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum Pada
tanggal 23 Mei 2012 perihal: Persetujuan Substansi atas Rancangan
ah
ka
m
ah
25. Fotokopi pemeriksaan terhadap Peta RTRW Pada tanggal 22 Maret 2012,
Wilayah (RTRW) Kota Depok Tahun 2012 - 2032, yang di tanda tangani
on
Halaman 91 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
ng
M
oleh Dirjen Penataan Ruang (Bukti T-27);
es
R
Peraturan Daerah (Raperda) Kota Depok tentang Rencana Tata Ruang
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 91
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
28. Fotokopi Rapat Dengar Pendapat (Public Hearing) pada tanggal 2 – 3
Oktober 2012 terkait Raperda Bangunan Izin Mendirikan Bangunan dan
ng
Raperda tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Depok Tahun
2012 - 2032 (Bukti T-28);
29. Fotokopi Rapat Dengar Pendapat (Public Hearing) Pada tanggal 9 Oktober
gu
2012 terkait Raperda Bangunan Izin Mendirikan Bangunan dan Raperda
Tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Depok Tahun 2012 - 2032
A
(Bukti T-29);
untuk mendapat masukan dan saran terkait Rencana Tata Ruang dan
ub
lik
ah
30. Fotokopi Rapat Hearing dengar pendapat Pada tanggal 28 September 2012
Wilayah Kota Depok Tahun 2012 - 2032 (Bukti T-30);
31. Fotokopi Rapat Hearing dengar pendapat Pada tanggal 13 - 15 September
am
2012 untuk mendapat masukan dan saran terkait Rencana Tata Ruang dan
Wilayah Kota Depok Tahun 2012 - 2032 (Bukti T-31);
ep
32. Fotokopi Pembahasan akhir Raperda pada tanggal 10 - 12 Oktober 2012,
ah
k
antara lain:
1. Raperda Bangunan dan Izin Mendirikan Bangunan;
In
do
ne
si
2012 – 2032;
R
2. Raperda tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Depok Tahun
A
gu
ng
Raperda tentang Perubahan ke 3 Perda Nomor 08 Tahun 2008 tentang
Organisasi Perangkat Daerah (Bukti T-32);
33. Fotokopi keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daearh Kota Depok Nomor
24 Tahun 2012 pada tanggal 26 Desember 2012 tentang Persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Depok terhadap Rancangan
Peraturan Daerah Kota Depok tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
lik
34. Fotokopi surat Walikota Depok (Termohon) perihal: Permohonan Evaluasi
Raperda yang ditujukan ke Gubernur Jawa Barat dengan Nomor
Perihal:
Permohonan
Evaluasi
Raperda.
ub
188.342/1571.9/Huk/2012
tertanggal 27 Desember 2012 (Bukti T-34);
35. Fotokopi keputusan Gubernur Jawa Barat pada tanggal 11 Maret 2015
ep
terkait evaluasi rancangan Peraturan Daerah Kota Depok Tentang Rencana
R
Hukham (Bukti T-35);
36. Fotokopi Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 188-342/Kep-326-
Halaman 92 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
ng
gu
A
on
Hukham/2015 tertanggal 11 Maret 2015 (Bukti T-36);
es
Tata Ruang Wilayah Kota Depok dengan Surat Nomor 188.342/1198/-
M
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
ik
ah
ka
m
ah
Depok Tahun 2012 - 2032 (Bukti T-33);
Halaman 92
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
R
PERTIMBANGAN HUKUM
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan keberatan hak uji
ng
materiil dari Pemohon adalah sebagaimana tersebut di atas;
Bahwa yang menjadi objek permohonan keberatan hak uji materiil
Pemohon adalah Pasal 41 ayat (2) Huruf g angka 31 Peraturan Daerah (Perda)
gu
Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Depok Tahun 2012-2032 (vide bukti P-1);
sebelum
Mahkamah
Agung
mempertimbangkan
A
Bahwa
pokok
permohonan yang diajukan Pemohon, terlebih dahulu akan mempertimbangkan
ub
lik
ah
apakah permohonan a quo memenuhi syarat formal, yaitu mengenai
kewenangan Mahkamah Agung untuk menguji objek permohonan keberatan
hak uji materiil, dan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon untuk
am
mengajukan permohonan keberatan hak uji materiil;
Kewenangan Mahkamah Agung;
ep
Bahwa kewenangan Mahkamah Agung untuk menguji permohonan
ah
k
keberatan hak uji materiil didasarkan pada ketentuan Pasal 24A UndangUndang Dasar Negara RI Tahun 1945, Pasal 20 ayat (2) huruf b Undang-
In
do
ne
si
R
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, dan Pasal 31
ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas
A
gu
ng
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, serta Pasal
1 angka 1 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2011 tentang Hak Uji
Materiil, yang pada intinya menentukan bahwa Mahkamah Agung berwenang
menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi;
Bahwa peraturan perundang-undangan menurut Undang-Undang Nomor
lik
peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan
dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang
ub
melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan (vide
Pasal 1 angka 2);
Bahwa jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan disebutkan
dalam ketentuan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 yaitu:
ep
ka
m
ah
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah
a. Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945;
R
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
ng
d. Peraturan Pemerintah;
es
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
on
Halaman 93 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
e. Peraturan Presiden;
ik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
h
ah
M
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 93
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
R
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota;
ng
Bahwa objek permohonan keberatan hak uji materiil ini adalah Peraturan
Daerah Kota, merupakan salah satu jenis peraturan perundang-undangan di
bawah undang-undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-
gu
Undang Nomor 12 Tahun 2011, sehingga termasuk objek permohonan
keberatan hak uji materiil yang menjadi wewenang Mahkamah Agung untuk
A
mengujinya;
Bahwa selanjutnya Mahkamah Agung akan mempertimbangkan apakah
ub
lik
ah
Pemohon mempunyai kepentingan untuk mengajukan permohonan keberatan
hak uji materiil, sehingga Pemohon mempunyai kedudukan hukum (legal
standing) untuk mempersoalkan objek permohonan a quo sebagaimana
am
dimaksud dalam Pasal 31A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang
ep
Mahkamah Agung, dan Pasal 1 angka 4 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1
ah
k
Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil;
Kedudukan Hukum (legal standing) Pemohon;
In
do
ne
si
R
Bahwa Pasal 31A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009
menyatakan bahwa permohonan pengujian peraturan perundang-undangan di
A
gu
ng
bawah undang-undang hanya dapat dilakukan oleh pihak yang menganggap
haknya dirugikan oleh berlakunya peraturan tersebut, yaitu:
a. perorangan warga negara Indonesia;
b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang diatur dalam undang-undang; atau
dengan
demikian,
Pemohon
dalam
pengujian
lik
Bahwa
peraturan
perundang-undangan di bawah undang-undang harus menjelaskan dan
ub
membuktikan terlebih dahulu:
a. kedudukannya sebagai Pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31A
ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009;
b. kerugian hak yang diakibatkan oleh berlakunya peraturan perundang-
ep
ka
m
ah
c. badan hukum publik atau badan hukum privat;
undangan yang dimohonkan pengujian;
berlakunya objek permohonan tersebut, maka Pemohon harus membuktikan:
ng
a. adanya hak Pemohon yang diberikan oleh suatu peraturan perundang-
on
Halaman 94 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
undangan;
es
R
Bahwa untuk membuktikan adanya kerugian hak yang diakibatkan oleh
ik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
h
ah
M
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 94
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
R
b. hak tersebut oleh Pemohon dianggap dirugikan dengan berlakunya objek
permohonan keberatan hak uji materiil;
ng
c. kerugian tersebut bersifat spesifik (khusus) dan aktual atau setidak-tidaknya
bersifat potensial yang berdasarkan penalaran yang wajar dipastikan akan
terjadi;
gu
d. adanya hubungan sebab akibat (causal verban) dengan dikabulkannya
permohonan, maka kerugian seperti didalilkan tidak akan atau tidak terjadi
A
lagi;
kerugian hak seperti yang didalilkan tidak akan atau tidak terjadi lagi;
ub
lik
ah
e. adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya permohonan, maka
Bahwa Pemohon, PT. Sarana Cipta Lestari (SCL), yang diwakili oleh
Muhammad Melvin, selaku Direktur Utama, berdasarkan Akta Pendirian
am
Perseroan Terbatas Nomor 39 tertanggal 28 Juli 2011 Jo. Akta Pernyataan
Keputusan di Luar Rapat Umum Pemegang Saham Nomor 12 tanggal 7 Juni
ep
2015, dalam kedudukannya sebagai badan hukum privat sebagaimana
ah
k
dimaksud dalam 31A ayat (2) huruf c Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009;
Bahwa dalam permohonannya, Pemohon mendalilkan bahwa Pemohon
In
do
ne
si
R
mempunyai kepentingan dengan argumentasi bahwa tanah milik Pemohon
masuk dalam Ruang Terbuka Hijau sebagaimana di dalam Peraturan Walikota
A
gu
ng
Depok Nomor 40 Tahun 2014 tentang Arahan Pemanfaatan Ruang, Pola
Ruang, Penetapan dan Perhitungan Koefisien Dasar Bangunan dan Koefisien
Dasar Lantai Bangunan, di mana Pemohon merasa kaget karena lahan
Pemohon ditetapkan menjadi Ruang Terbuka tanpa melalui sosialisasi maupun
dilibatkan secara langsung atas lahan Pemohon. Kemudian Termohon tidak
dapat memberikan penjelasan ataupun solusi penyelesaian atas permasalahan
lik
Leuwinanggung telah dirampas oleh arogansi penguasa c.q. melalui Perda
Nomor 1 Tahun 2015 Kota Depok;
ub
Bahwa di sisi lain Termohon dalam jawabannya mengemukakan dalil
sanggahannya bahwa tidak adanya hak Pemohon yang diberikan oleh undangundang yaitu kepemilikan hak atas tanah seluas 79.826 m2 yang terletak di
Jalan Kelurahan Leuwinanggung, Kecamatan Tapos (Kecamatan Cimanggis),
ep
Kota Depok dimana tidak terbukti secara sah dan meyakinkan sebagai milik
R
Pemohon;
Bahwa dari dalil Pemohon dan sanggahan Termohon di atas dikaitkan
ng
dengan bukti-bukti yang diajukan para pihak, Mahkamah Agung berpendapat
on
Halaman 95 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
bahwa Pemohon merupakan subjek hukum yang kedudukannya sebagaimana
es
ka
m
ah
a quo di mana hak Pemohon atas Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 4
ik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
h
ah
M
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 95
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
ditentukan dalam Pasal 31A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009,
dan haknya dirugikan akibat berlakunya peraturan perundang-undangan yang
ng
dimohonkan pengujian. Dengan demikian, Pemohon mempunyai kedudukan
hukum (legal standing) dalam pengajuan permohonan keberatan hak uji materiil
a quo sebagaimana dimaksud Pasal 31A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3
gu
Tahun 2009 dan Pasal 1 angka 4 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun
2011;
A
Bahwa oleh karena Mahkamah Agung berwenang untuk menguji, dan
Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing), maka permohonan a quo
ub
lik
ah
secara formal dapat diterima;
Bahwa selanjutnya Mahkamah Agung akan mempertimbangkan pokok
permohonan, yaitu apakah ketentuan yang dimohonkan a quo bertentangan
am
dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau tidak;
Pokok Permohonan;
ep
Bahwa pokok permohonan keberatan hak uji materiil adalah pengujian
ah
k
Pasal 41 ayat (2) Huruf g angka 31 Peraturan Daerah (Perda) Kota Depok
In
do
ne
si
2012-2032 terhadap:
R
Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun
Pancasila Sila Kelima;
-
Pasal 28D Undang-Undang Dasar 1945;
-
Pasal 96 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
A
gu
ng
-
Peraturan Perundang-undangan;
-
Pasal 65 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
-
Pasal 40 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok
Agraria;
Pasal 32 dan Pasal 60 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996
-
lik
tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah;
Pasal 7, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 68
ub
Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam
Penataan Ruang;
-
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang
ep
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
Perkotaan;
untuk
membuktikan
dalil-dalil
permohonannya,
Pemohon
R
Bahwa
on
Halaman 96 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
ng
gu
A
es
mengajukan alat bukti surat/tulisan yang diberi tanda P-1 s.d. P-46;
M
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
ik
ah
ka
m
ah
-
Halaman 96
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
Pendapat Mahkamah Agung;
Bahwa setelah mencermati dan mempelajari dalil-dalil permohonan dari
ng
Pemohon dan dalil-dalil sanggahan dari Termohon serta bukti-bukti surat/tulisan
yang diajukan para pihak, Mahkamah Agung berpendapat bahwa dalil-dalil
Pemohon tersebut tidak dapat dibenarkan dengan pertimbangan sebagai
gu
berikut:
-
Bahwa Pemohon (PT Sarana Cipta Lestari) adalah pemegang Sertifikat Hak
79.826 m2, yang sebelumnya atas nama PT Karabha Digdaya, perusahaan
yang salah satu sektor usahanya bergerak di bidang properti. Pengalihan
ub
lik
ah
A
Guna Bangunan Nomor 4/Leuwinanggung, tanggal 24 Desember 1996, luas
Hak Guna Bangunan tersebut didasarkan pada Akta Jual Beli Nomor
147/2016, tanggal 1 Agustus 2016 (bukti P-4);
am
-
Bahwa pembentukan/pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Kota
Depok tentang Rencana Tata Ruang Wilayah tersebut telah melalui Rapat
Pendapat
(Public Hearing)
yang dilaksanakan
tanggal 28
ep
Dengar
ah
k
September 2012 dan tanggal 5 Oktober 2012, berlangsung di Ruang Rapat
Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Depok, mengundang
In
do
ne
si
R
antara lain Ketua Asosiasi Perumahan Seluruh Indonesia Kota Depok dan
Asosiasi Real Estate Indonesia Kota Depok (bukti T-29 dan T-30);
Bahwa objek permohonan a quo selanjutnya diundangkan tanggal 16 Maret
A
gu
ng
-
2015,
dengan
menetapkan
Ruang
Terbuka
Hijau
2
Leuwinanggung seluas 4.059,69 m ;
-
di
Kelurahan
Bahwa secara prinsip objek permohonan a quo merupakan produk bersama
yang dalam pembentukannya telah melibatkan/mendapatkan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Depok yang notabene merupakan
permohonan tersebut tidak cacat yuridis;
-
lik
terkait (bukti T-11 s.d. T-37), sehingga secara formal pembentukan objek
Bahwa apabila penerbitan objek permohonan tersebut mengakibatkan
ub
m
ah
representasi masyarakat Kota Depok dengan melibatkan para stake holder
kerugian bagi Pemohon, yang bersangkutan dapat menggugat ganti rugi
ka
secara perdata terhadap pemegang Sertifikat Hak Guna Bangunan lama
ah
Sertifikat
Hak
Guna
ep
atas nama PT Karabha Digdaya, karena pada saat proses pengalihan
Bangunan
dilangsungkan,
objek
permohonan
tanggal 1 Agustus 2016, sedangkan proses public hearing Rancangan
ng
M
Perda telah dilaksanakan sejak tanggal 28 September 2012 dan 5 Oktober
on
Halaman 97 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
2012, dilanjutkan dengan pengundangannya tanggal 16 Maret 2015);
es
R
sebenarnya sudah diundangkan (pengalihan Sertifikat Hak Guna Bangunan
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 97
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
R
Bahwa dengan demikian terbukti objek permohonan keberatan hak uji
materiil yaitu Pasal 41 ayat (2) Huruf g angka 31 Peraturan Daerah (Perda) Kota
ng
Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok
Tahun 2012-2032 tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi yaitu:
Pancasila Sila Kelima;
-
Pasal 28 D Undang-Undang Dasar 1945;
-
Pasal 96 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
gu
-
-
Pasal 65 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
-
Pasal 40 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok
ub
lik
ah
A
Peraturan Perundang-undangan;
Agraria;
-
Pasal 32 dan Pasal 60 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996
am
tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah;
-
Pasal 7, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 68
ep
Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam
ah
k
Penataan Ruang;
-
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang
In
do
ne
si
Perkotaan;
R
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
A
gu
ng
Bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, dalil-dalil permohonan
Pemohon tidak beralasan hukum;
Konklusi;
Bahwa berdasarkan seluruh pertimbangan di atas, Mahkamah Agung
berkesimpulan:
-
Mahkamah Agung berwenang untuk mengadili permohonan keberatan hak
Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan
lik
-
permohonan a quo;
Pokok permohonan dari Pemohon tidak beralasan menurut hukum;
ub
-
Oleh karena itu, permohonan keberatan hak uji materiil patut ditolak, dan
karenanya Pemohon sebagai pihak yang kalah dihukum untuk membayar biaya
perkara;
ep
ka
m
ah
uji materiil;
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
on
Halaman 98 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
ng
Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor
es
R
tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985
ik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
h
ah
M
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 98
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
3 Tahun 2009, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2011 tentang Hak
Uji Materiil, serta peraturan perundang-undangan lain yang terkait;
ng
MENGADILI,
Menolak permohonan keberatan hak uji materiil dari Pemohon:
PT SARANA CIPTA LESTARI (SCL) tersebut;
gu
Menghukum Pemohon untuk membayar biaya perkara sebesar
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah);
A
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah
Agung pada hari Kamis, tanggal 30 November 2017, oleh Dr. H. Yulius, S.H.,
ub
lik
ah
M.H., Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai
Ketua Majelis, Dr. H. Irfan Fachruddin, S.H., C.N., dan Is Sudaryono, S.H., M.H.,
Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota Majelis, dan diucapkan dalam sidang
am
terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis beserta Hakim-Hakim
Anggota Majelis tersebut dan dibantu oleh Maftuh Effendi, S.H., M.H., Panitera
ep
Anggota Majelis:
ttd.
R
ttd.
Ketua Majelis,
In
do
ne
si
ah
k
Pengganti, dengan tidak dihadiri oleh para pihak.
Dr. H. Irfan Fachruddin, S.H., C.N.
Dr. H. Yulius, S.H., M.H.
A
gu
ng
ttd.
Panitera Pengganti,
ttd.
Maftuh Effendi, S.H., M.H.
Rp
6.000,00
Rp
5.000,00
Rp 989.000,00
Rp1.000.000,00
Untuk Salinan
ub
lik
Biaya-biaya:
1. Meterai ……..……
2. Redaksi ……….…
3. Administrasi …...
Jumlah ……………….
m
ah
Is Sudaryono, S.H., M.H.
MAHKAMAH AGUNG R.I.
ep
ka
a.n. Panitera
R
ah
Panitera Muda Tata Usaha Negara,
es
M
H. ASHADI, S.H.
on
Halaman 99 dari 99 halaman. Putusan Nomor 64 P/HUM/2017
In
d
A
gu
ng
NIP. 19540924 198403 1 001
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 99
Download