Uploaded by User29192

latar belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman sumber daya
alam yang melimpah. Indonesia memiliki luas wilayah hutan tropis terbesar ketiga
dengan luas hutan 133.300.543,98 ha (Sunarti et al., 2014). Hutan di Indonesia
ditanam tanaman perkebunan dan tanaman industri, salah satunya adalah tanaman
akasia.
A. crassicarpa merupakan jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing
species) yang mampu hidup dikondisi lingkungan yang ekstrim. A. crassicarpa
ditanam pada peat soil yang memiliki potensi sampai 150 m3/ha pada umur 4
tahun. Pada saat dewasa, ukuran batang pohon ini relatif kecil hingga sedang
setinggi 25 meter. Batangnya tegak lurus dengan diameter berkisar 50 cm. kulit
batang berwarna coklat keabuan dan kulit batang bagian dalam berwarna merah
berserat. Daun A. crassicarpa berbentuk seperti bulan sabit dengan warna hijau
keabuan yang memiliki urat daun utama berwarna kekuningan
(Susi et al.,
2015).
A. crassicarpa merupakan salah satu jenis tanaman yang pertumbuhannya
cepat dan mampu bertahan hidup pada kondisi lahan yang marginal, dapat
digunakan sebagai bahan baku dan kertas. Hal tersebut menjadi dasar jenis
tanaman sehingga cendrung untuk dikembangkan dan banyak di tanam (Surya et
al., 2017).
RAPP adalah singkatan dari Riau Andalan Pulp and Paper, yang
merupakan perusahaan atau industri yang memproduksi pulp (bubur kertas) dan
paper (kertas) dan merupakan perusahaan kertas yang terbesar di Asia Pasifik. PT.
RAPP menggunakan kayu dari tanaman Akasia sebagai bahan dasar pembuatan
pulp (bubur kertas) dan paper (kertas).
PT. RAPP memiliki sentral pembibitan utama tanaman Akasia salah satunya
yaitu Kerinci Central Nursery 1 (KCN 1). Fungsi dari KCN 1 yaitu untuk
menghasilkan bibit tanaman akasia dengan kualitas terbaik bagi Hutan Tanaman
Industri (HTI). Akasia yang dibudidayakan di KCN 1 adalah bibit A. crassicarpa.
12
1
2
Pada proses pembibitan tanaman akasia memiliki permasalahan terutama serangan
hama dan cendawan penyebab penyakit pada tanaman. Berdasarkan wawancara
yang telah dilakukan dengan Beni salah satu mandor yang ada di KCN 1
bahwasanya hama yang menyerang tanaman akasia yaitu Aleyrodidae,
Thysanoptera, Spodoptera litura, Hellopeltis, Aphids, Chrysodeixis chalcites dan
Fulgoromorpha. Sedangkan cendawan penyebab penyakit yang menyerang
tanaman akasia yaitu Pestalotiopsis, Xanthomonas sp., Ralstonia sp. dan
Fusarium sp.
Berdasarkan hal tersebut maka dalam Kerja Praktik ini penulis akan
melakukan pengamatan mengenai hama dan cendawan penyebab penyakit pada
tanaman A. crassicarpa di Kerinci Central Nursery 1 PT. Riau adalan Pulp and
Paper (PT. RAPP) Kabupaten Pelalawan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan kegiatan Kerja Praktik ini yaitu agar mahasiswa
mendapatkan pengalaman dan kemampuan kerja, baik secara teori dan teknis di
lapangan dan untuk mengetahui hama dan cendawan penyebab penyakit pada
tanaman Acacia crassicarpa di Kerinci Central Nursery 1 PT. Riau Andalan Pulp
and Paper (RAPP) Kabupaten Pelalawan.
1.3 Manfaat
Manfaat dari pelaksanaan Kerja Praktik ini adalah dapat mengetahui jenis
hama dan cendawan penyebab penyakit pada tanaman Akasia (A. crassicarpa)
dan mengetahui proses produksi tanaman A. crassicarpa pada KCN 1 mulai dari
Mother Plant House (MPH), Production House Area (PHA), Rooting House Area
(RHA), Acclimazation House Area (AHA), dan Open Growing Area (OGA).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Akasia (Acacia crassicarpa)
Salah satu tanaman unggulan HTI di hutan rawa gambut adalah A.
crassicarpa. Tingkat pertumbuhan yang cepat dan kemampuannya untuk tumbuh
di daerah gambut yang memiliki kesuburan rendah menyebabkan dipilihnya jenis
ini untuk dikembangkan.
Klasifikasi taksonomi jenis A. crassicarpa ini adalah sebagai berikut :
Divisi
: Magnoliophyta
Klas
: Magnoliopsida
Ordo
: Fabales
Famili
: Fabaceae
Genus
: Acacia
Spesies
: Acacia crassicarpa.
A. crassicarpa merupakan salah satu jenis tanaman cepat tumbuh (fast
growing species) yang sangat adaptif dan toleran terhadap kondisi lingkungan
yang cukup ekstrim. Jenis ini tidak menuntut persyaratan tumbuh yang tinggi dan
dapat tumbuh pada lahan yang miskin hara (marginal), tanah berbatu serta tanah
yang telah terdegradasi. Jenis ini juga bahkan mampu tumbuh dengan baik pada
tanah yang basah (rawa, terendam secara berkala) dengan kandungan
organik
yang tinggi
dan
pH
rendah
bahan
3,5-6 (Fian, 2006).
A. crassicarpa termasuk ke dalam family Fabaceae. Kata crassicarpa
sendiri berasal dari bahasa latin yaitu crassus dan carpus. Crassus berarti tebal
dan carpus adalah buah. Jenis ini dikenal dengan nama Acacia dan dibagian utara
Australia diberi nama Wattle dan di Papua New Guinea dikenal sebagai Red
Wattle ( PNG ) (Doran. 1997).
A. crassicarpa mempunyai tinggi berkisar 10-20 m dapat mencapai 30 m
pada kondisi yang cocok. Batang tanaman ini mempunyai kulit berwarna coklat
gelap keabuan, keras dan mempunyai alur-alur vertikal yang tajam. Bagian
dalam kulit berserat dan berwarna merah, dengan diameter batang yang jarang
lebih dari 50 cm, daunnya halus berwarna hijau keabuan dan mempunyai 3–7
tulang daun yang menonjol berwarna kekuning-kuningan (Turnbull, 1986).
12
3
4
A. crassicarpa mulai berbunga paling lambat 18 bulan setelah penanaman,
sedangkan biji melimpah setelah 4 tahun. Biji masak 5 – 6 bulan setelah
berbunga. Di daerah alaminya berbunga dari bulan Juni - September dan mulai
masak dari bulan Oktober – Maret. A. crassicarpa mempunyai banyak kelebihan
sehingga dikembangkan dalam pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) baik
pada lahan kering maupun lahan-lahan basah. Umumnya tumbuh di daerah tropik
dan subtropik yang secara geografis terletak pada 8°LS-20°LS dengan ketinggian
tempat berkisar pada 0-450 meter diatas permukaan laut (MDPL) dan curah hujan
tahunan berkisar antara 500-3500 mm. Tempat tumbuh jenis ini memiliki rata-rata
suhu udara minimum berkisar pada 15-22°C dan suhu udara maksimum adalah
31-34°C. (Susi et al., 2015).
Kayu A. crassicarpa merupakan sumber bahan kayu bakar, konstruksi,
furnitur, pembuat lantai, dan pembuat kapal. Pohonnya memberikan naungan dan
mengendalikan pertumbuhan gulma, selain itu merupakan jenis yang efektif untuk
rehabilitasi lahan yang diserang Imperata cylindrica L. Raeuschel. Di Papua New
Guinea, dilaporkan bahwa jenis ini merupakan koloni yang kuat untuk tumbuh
pada lahan-lahan yang terdegradasi (Siregar, 2008).
2.2 Hama Pada Tanaman.
Hama adalah segala jenis hewan / binatang yang berpotensi merusak tanaman
ataupun manusia dari segi ekonomi. Hama adalah binatang pengganggu, tanaman
yang diserang oleh hama akan berdampak buruk terhadap pertumbuhan tanaman
ataupun produksi tanaman. Kecil atau besarnya dampak yang diterima tanaman
tergantung dari besar serangan hama tersebut. (Widyatuti et al., 1998)
Hama yang menyerang tanaman hutan diantaranya berasal dari golongan
Nematoda (cacing), Mite (tungau), dan Insecta (serangga). Salah satu hama yang
sering menyerang tanaman adalah serangga ordo Homoptera. Menurut Nair (2000),
serangga anggota ordo Homoptera meliputi kutu daun, kutu putih, kutu loncat
lamtoro, serangga tersebut biasa menempel di daun dan menyerang daun. Kutu putih
dapat ditemukan di batang dan daun tanaman bagian bawah. Kutu tersebut menghisap
cairan daun dan meninggalkan jelaga pada daun. Serangga ordo Thysanoptera
dinamakan dengan Thrips, Thrips termasuk ke dalam famili Thripidae. Bentuk tubuh
5
Thrips ramping panjang dan biasanya berwarna hitam mengkilat. Thrips menyerang
tanaman dengan cara menghisap cairan permukaan daun, terutama daun-daun muda.
2.3 Cendawan penyebab Penyakit Pada Tanaman
Tanaman dikatakan sakit bila ada perubahan seluruh atau sebagian organorgan tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-hari.
Secara singkat penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit tumbuhan dapat menimbulkan
kerugian yang sangat besar terhadap masyarakat. Penyebab penyakit itu
bermacam-macam, ada yang disebabkan oleh cendawan, bakteri, virus,
kekurangan/kelebihan unsur hara dan lainnya (Pracaya, 2001).
Cendawan merupakan mikroorganisme yang tidak memiliki klorofil dan
hidupnya heterotrof. Cendawan ada yang bersifat patogen dan nonpatogen
cendawan dapat merusak tanaman atau mennyebabkan penyakit pada tanaman,
hewan dan manusia, cendawan yang menyebabkan penyakit adalah cendawan
patogen. (Tomia, 2005).
Cendawan merupakan salah satu faktor terbanyak yang menyebabkan
tanaman hutan menjadi sakit. Umumnya penyakit tidak hanya disebabkan oleh
satu jenis patogen akan tetapi dapat disebabkan oleh beberapa patogen yang
datang secara bersamaan. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya produksi
tanaman (Semangun, 2001).
Menurut Semangun (2006), pembagian kelas cendawan yang menyebakan
penyakit pada tanaman sebagai berikut :
1.
Phycomycetes
Cendawan kelas ini mempunyai ciri yaitu hifa tidak bersekat, berkembang
biak secara seksual dengan membentuk spora (zigospora, oospora) dan secara
aseksual dengan fragmentasi miselium atau pembentukan spora aseksual
(sporangiospora, konidium). Beberapa jamur patogen tumbuhan yang termasuk ke
dalam kelas ini antara lain seperti Phytophthora infestans penyebab penyakit
hawar daun pada kentang, busuk pangkal batang pada cabai, busuk pangkal
batang pada lada, busuk pangkal batang pada pepaya, Plasmodiophora brassicae
penyebab penyakit busuk akar gada pada kubis, Peronosclerospora maydis
penyebab penyakit bulai pada jagung.
6
2.
Basidiomycetes
Cendawan kelas ini mempunyai ciri yaitu hifa bersekat, berkembang biak
secara aseksual dengan fragmentasi miselium atau dengan membentuk spora
aseksual (konidium) dan secara seksual dengan membentuk basidiospora. Pada
umumnya jamur kelas basidiomycetes ini membentuk tubuh buah yang dapat
dilihat secara makroskopis. Beberapa cendawan patogen tumbuhan yang termasuk
dalam kelas basidiomycetes antara lain yaitu Ustilago sitaminea penyebab
penyakit hangus pada tebu, P. arachidis penyebab penyakit karat pada kacang
tanah, Hemileia vastatrix penyebab penyakit karat pada kopi, Erxobasidium
vexans penyebab penyakit cacar pada teh, Cortisium salmonicolor penyebab
penyakit jamur upas pada berbagai tumbuhan berkayu, Rigidoporus microporus
penyebab penyakit akar putih pada karet.
3.
Ascomycetes
Cendawan kelas ini mempunyai ciri yaitu hifa bersekat, berkembang biak
secara aseksual dengan fragmentasi miselium atau membentuk spora aseksual
(konidium) atau secara seksual dengan membentuk askospora. Beberapa patogen
tumbuhan yang termasuk dalam kelas ascomycetes ini antara lain yaitu
Ceratocystis fibriata penyebab penyakit mouldy root pada bidang sadapan karet,
Istulina deusta penyebab penyakit leher akar pada teh, Elsinoe iwata penyebab
penyakit kudis pada kacang hijau, Mycrocyclus ulei penyebab penyakit hawar
daun pada karet yang sampai saat ini keberadaanya masih terbatas pada
pertanaman karet di Amerika selatan.
4.
Deuteromycetes
Cendawan kelas ini mempunyai ciri yaitu hifa bersekat, berkembang biak
secara seksual dengan fragmentasi miselium atau menbentuk konidium dan belum
ditemukan fase perkembang biakan secara aseksual, sehingga apabila pada suatu
saat ditemukan mampu membentuk fase seksual maka dapat dilakukan
perpindahan kelas dari cendawan tersebut. Banyak sekali cendawan patogen yang
termasuk dalam kelas ini antara lain seperti Fusarium oxysporum penyebab
penyakit layu, Colletotricum sp. penyebab penyakit antaknose, Cercospora sp.
penyebab penyakit bercak daun, Alternaria sp. penyebab penyakit bercak daun
dan lain-lain.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Kerja Praktik dilaksanakan di Kerinci Central Nursery 1 PT. RAPP
Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Kerja Praktik dilaksanakan pada tanggal 8
Januari sampai 28 Februari 2019.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam Kerja Praktik ini adalah masker, sarung tangan,
sepatu safety, alat tulis. Bahan yang digunakan saat Kerja Praktik ini adalah
tanaman Akasia (Acacia crassicarpa).
3.3 Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan Kerja Praktik di Kerinci Central Nursery 1 dilakukan dengan
metode observasi dan interview yaitu :
Pengamatan dilakukan dengan mengamati keadaan dan kondisi di lapangan
secara langsung di Mother Plant House 1 Kerinci Central Nursery 1 mengenai
jenis hama dan dan cendawan penyebab penyakit pada tanaman A. crassicarpa.
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1
Langkah Kerja
Langkah persiapan meliputi survey lapangan atau observasi awal untuk
memperoleh gambaran tentang lokasi pengamatan. Pemilihan lokasi pengamatan
adalah Mother Plant House 1 Kerinci Central Nursery 1 PT. RAPP.
3.4.2
Penentuan Plot Pengamatan
Penentuan plot pengamatan dilakukan secara purposive sampling. Jumlah
plot yang digunakan adalah 10 plot, masing-masing plot terdapat 8 tanaman
akasia sebagai sampel.
3.4.3
Pengamatan Hama Pada Tanaman A. crassicarpa
Pengamatan hama dilakukan dengan mengamati kondisi morfologi secara
langsung pada daun dan batang tanaman A. crassicarpa di Mother Plant House 1
Kerinci Central Nursery 1 PT. RAPP. Jika ditemukan hama pada tanaman A.
crassicarpa maka selanjutnya dilakukan identifikasi. Pengamatan hama pada
tanaman A. crassicarpa dilakukan selama 2 hari pada tanggal 12-13 februari
12
7
8
2019. Waktu pengamatan dilakukan pada pagi hari dari pukul 09.00-11.30 dan
siang hari dilakukan pada pukul 13.00-16.00.
3.4.4
Pengamatan Cendawan Penyebab Penyakit Pada Tanaman A.
crassicarpa
Pengamatan cendawan dilakukan dengan mengamati kondisi morfologi
secara langsung pada daun dan batang tanaman A. crassicarpa di Mother Plant
House 1 Kerinci Central Nursery 1 PT. RAPP. Jika ditemukan cendawan pada
tanaman A. crassicarpa maka selanjutnya dilakukan identifikasi. Pengamatan
cendawan penyebab penyakit pada tanaman A. crassicarpa dilakukan selama 2
hari pada tanggal 12-13 februari 2019. Waktu pengamatan dilakukan pada pagi
hari dari pukul 09.00-11.30 dan siang hari dilakukan pada pukul 13.00-16.00.
3.5 Analisis Data
Data yang didapatkan secara interview dan observasi selama pengamatan
Kerja Praktik di Kerinci Central Nursery 1 PT. RAPP akan dianalisis secara
Deskriptif.
BAB IV
KEADAAN UMUM LOKASI KERJA PRAKTIK
4.1 Sejarah PT. Riau Andalan Pulp and Paper
RAPP adalah singkatan dari Riau Andalan Pulp and Paper, yang merupakan
sebuah perusahaan atau industri yang bergerak dalam bidang produk pulp (bubur
kertas) dan paper (kertas) dan merupakan suatu perusahaan pulp yang terbesar di
Asia Pasifik.
RAPP ini tergabung di dalam sebuah anak perusahaan dari APRIL Group
(The Asia Pacific Resources International Holding’s Ltd). Dimana APRIL itu
sendiri adalah salah satu perusahaan yang memimpin pulp and paper di dunia.
APRIL memiliki kantor pusat yang berada di Asia yaitu Singapura, dimana
APRIL ini memiliki wilayah produksi utama dan terbesar yang beroperasi di
wilayah Indonesia dan China.
Produksi perusahaan RAPP ini berupa pulp dengan lembaran kering yang
berkualitas tinggi, sebab proses produksinya dilakukan secara kimia dan ditunjang
dengan mesin-mesin yang berteknologi tinggi dan terbaru, seperti extended
Superbatch cooking, oxygen delignification dan Elemental Chlorine Free.
Produksi pulp and paper dari perusahaan RAPP di ekspor ke negara China,
Singapore, Australia, Korea dan berbagai negara belahan Eropa seperti Russia,
Turkey, dan juga negara kawasan Amerika seperti USA, Mexico, dan Brazilia. Itu
semua karena hasil dari produksi pulp and paper dari RAPP sangat berkualitas
tinggi sehingga dalam melakukan pemasaran tidak mendapat kendala.
4.2 Profil Perusahaan
1. Nama Perusahaan :
PT. Riau Andalan Pulp and Paper ( PT. RAPP ).
2. Alamat Perusahaan Kantor Pusat :
Pangkalan Kerinci, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, PO Box
1089 Pekan Baru – Provinsi Riau Tlp. +62761-95529, Fax. +62761-95305.
12
9
10
3. Dasar Hukum Badan Usaha :
Pendirian perusahaan, Akte Notaris Arikanti Natakusumah, SH. No. 76
tanggal 15 Mei 1989 tentang Pendirian Perseroan dan Anggaran Dasar Perseroan
PT. Riau Pulp and Paper.
Perubahan terakhir, Akte Notaris Linda Herawati, SH. No. 40 tanggal 16
Maret 2009 tentang Perubahan Anggaran Dasar Perseroan.
4. Dasar Hukum Pengelolaan Hutan :
a. Kepmenhut No. 661/KPT.s-II/1992 tanggal 30 Juni 1992 tentang
Pemberian Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (SEMENTARA )
kepada PT. Riau Pulp and Paper seluas 300.000 Ha.
b. Kepmenhut No. 130/KPT.s-II/1993 tanggal 27 Pebruari 1993 tentang
Pemberian Hak Pengusahaan hutan Tanaman Industri kepada PT. Riau
Andalan Pulp and Paper seluas 300.000 ha dengan jangka waktu 35
tahun ditambah satu daur tanaman pokok (8 tahun).
c. Kepmenhut No. 281/KPT.s-II/1993 tanggal 27 Mei 1993 tentang
Penangguhan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 130/KPT.s-II/1993
tentang Pemberian Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Kepada
PT. Riau Andalan Pulp and Paper.
d. Surat Menhut No. 1547/Menhut - IV/1996 tanggal 5 November 1996
perihal Kebutuhan Areal HTI PT. Riau Andalan Pulp and Paper di
Propinsi Riau. Izin prinsip penambahan areal seluas 121.000 Ha.
e. Kepmenhut No. 137/KPT.s-II/1997 tanggal 10 Maret 1997 tentang
Pencabutan Keputusan Menteri Kehutanan No. 281/KPT.s-II/1993
tanggal 27 Mei 1993 tentang Penangguhan Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor 130/KPT.s-II/1993 tanggal 27 Pebruari 1993 tentang
Pemberian Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Kepada PT. Riau
Andalan Pulp and Paper dan Perubahan keputusan menteri Kehutanan
No. 130/KPT.s- II/1993 tanggal 27 februari 1993 tentang Pemberian
Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri kepada PT. Riau Andalan
Pulp and Paper, sepanjang menyangkut Luas Areal. Luas areal 159.500
Ha.
11
f. Izin prinsip Menhut No. 256/Menhut-VI/2001 tanggal 22 Februari 2001
seluas 49.500 Ha.
g. Kepmenhut 356/KPT.s-II/2004 tanggal 1 Oktober 2004 tentang
Perubahan Kepmenhut Nomor 137/KPT.s-II/1997 tanggal 10 Maret
1997 Jo. Kepmenhut No. 130/KPT.s-II/1993 tanggal 27 Februari 1993.
Luas Areal menjadi ± 235,140 Ha.
h. Kepmenhut 327/Menhut-II/2009 tanggal 12 Juni 2009 tentang
Perubahan
Ketiga
atas
Keputusan
Menteri
Kehutanan
Nomor
130/KPT.s-II/1993 tanggal 27 Februari 1993 tentang Pemberian Hak
Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Kepada PT. Riau Andalan Pulp
and Paper. Luas areal menjadi ± 350.165 Ha.
4.3 Visi dan Misi Perusahaan
a. Visi
Menjadi perusahaan pulp dan paper bersekala dunia, dengan manajemen
dan kerja terbaik, berkelanjutan, dan menjadi pilihan utama konsumen maupun
karyawan.
b. Misi
Menjadi penghasil serat kayu terbaik didunia, dan menyediakan serat
berkualitas tinggi kepada para pelanggan, dengan memperhatikan kontribusi
kepada masyarakat luas, serta pelaksanaan standar lingkungan.
4.4 Deskripsi Bisnis PT. RAPP
PT. Riau Andalan Pulp and Paper merupakan suatu perusahaan yang
bergerak di bidang produksi pulp ( bubur kertas ) dan paper( kertas) dengan serat
selulosa sebagai bahan baku utama untuk pembuatan pulp. Serat ini diperoleh dari
kayu softwood akasia dan Eucalyptus. Pada tahun 2003, jumlah produksi Pulp dan
Paper mengalami peningkatan hingga 1.975.000 ton per tahun. Pada tahun
2004 - 2006 target sebesar 2.000.000 ton pulp dan paper atau sekitar 5.500 ton/
hari.
Riau Pulp menggunakan sistem Super Batch Cooking dan Continuos
Cooking dengan kapasitas produksi 2.700.000 ton/ tahun. Hal ini menjadikan PT.
RAPP sebagai single line pabrik pulp terbesar di Asia dan salah satu yang
12
menghasilkan biaya produksi rendah di dunia. Perusahaan ini memakai teknologi
Elemental Chlorine Free (ECF) sehingga memenuhi mutu dan lingkungan
industri secara internasional.
PT. RAPP terdiri dari empat unit bisnis diantaranya :
1. PT. Riau Andalan Pulp atau Riau Pulp, merupakan unit bisnis yang bergerak
dibidang produksi pulp.
2. PT. Riau Andalan Kertas atau Riau Paper, merupakan unit bisnis yang
memproduksi kertas.
3. PT. Riau Prima Energi atau Riau Energy, unit bisnis yang bergerak di bagian
penyuplai energi.
4. Forestry atau Riau Fiber, unit bisnis yang bergerak di bagian forestry untuk
supply bahan baku kayu.
4.5 Kerinci Central Nursery (KCN)
PT. Riau Andalan Pulp and Paper adalah perusahaan penghasil bubuk
kertas (pulp) dan kertas (paper) sebagai produk utama untuk dipasarkan. PT.
RAPP memilki 5 Central Nursery yakni Pelalawan Central Nursery (PCN),
Baserah Central Nursery (BCN), Kerinci Central Nursery 1 (KCN 1), Seikabaro
Central Nursery (SCN) dan Kerinci Central Nursery 2 (KCN 2).
Kerinci Central Nursery 1 merupakan nursery terbesar yang dimiliki oleh
PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) dengan luas lahan sebesar 20 ha.
Kerinci Central Nursery 1 dibangun pada tahun 2008 dan beroperasi dibawah
naungan Riau Fiber, dengan tujuan utama menghasilkan bibit unggul yang akan
ditanam di plantation milik PT. RAPP.
Kerinci Central Nursery 1 memiliki produksi 7,5 - 8 juta bibit perbulan
dengan jumlah bibit pertahun nya hingga 78 juta bibit. Fokus utama dari Kerinci
Central Nursery 1 adalah untuk memproduksi Acacia crassicarpa. Continous
improvement juga terus dikembangkan oleh Kerinci Central Nursery 1 agar terus
berkembang dengan lebih
baik lagi dengan mengikuti metode kaizen yang
berkembang saat ini.
Kerinci Central Nursery1 memiliki total luas area sebesar 20 ha, dibagi
menjadi lima area kerja yang saling berkaitan, yakni Mother Plant Area (MPH),
Mother Plant House merupakan tempat untuk pemeliharaan tanaman indukan,
13
mulai dari Replacement, Topping, Blanking, Weeding, Harvesting dan
Fertigation. Production House Area (PHA), Production House Area merupakan
tempat yang digunakan untuk Persiapan Media, Cutting dan Setting. Rooting
House Area (RHA), Rooting House Area merupakan tempat perawatan tanaman
mulai dari Cuci Lantai, Susun Media, Water Management, Grading, Cabut
Tanaman Mati (CTM). Acclimatization House Area (AHA), Acclimazation House
Area merupakan tempat tanaman untuk beradaptasi dengan lingkungan / iklim
sebelum di pindahkan ke area terbuka mulai dari Spacing dan Fertigation dan
Open Growing Area (OGA), Openg Growing Area merupakan tempat area
terbuka yang digunakan untuk perwatan tanaman sampai tanaman dikirim ke
plantation.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hama Pada Tanaman Acacia crassicarpa.
Berdasarkan hasil pengamatan hama pada tanaman A. crassicarpa di
Kerinci Central Nursery 1 PT. RAPP ditemukan 7 jenis hama adalah Aleyrodidae,
Thysanoptera, Spodoptera litura, Hellopeltis, Aphids, Chrysodeixis chalcites dan
Fulgoromorpha.
Aleyrodidae merupakan organisme yang menyerang tanaman dengan cara
menghisap cairan tanaman A. crassicarpa, Aleyrodidae merupakan hama yang
dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman A. crassicarpa sehingga daun
menjadi mengkerut. Pada saat pengamatan Kerja Praktik berlangsung ditemukan
31 individu Aleyrodidae. Aleyrodidae ini seperti kumpulan hifa-hifa yang
berwarna putih dapat dilihat pada Lampiran 1 Gambar 1. Aleyrodidae dapat
ditemukan di atas permukaan ataupun di bawah permukaan daun Acacia
crassicarpa.
Thysanoptera
merupakan organisme
yang menyerang tanaman
A.
crassicarpa dengan cara menghisap cairan daun muda, pucuk dan tunas.
Thysanoptera merupakan hama yang dapat menyebabkan kerusakan pada
tanaman A. crassicarpa sehingga permukaan daun berbintik halus berwarna
kuning, daun yang diserang oleh Thysanoptera berubah menjadi kriting dan
mengkerut. Pada saat pengamatan Kerja Praktik berlangsung ditemukan 23
individu Thysanoptera. Thysanoptera ini panjang ramping yang berwarna putih
kehijauan ketika masih muda dan berwarna hitam mengkilat ketika dewasa dapat
dilihat pada Lampiran 1
Gambar 2. Thysanoptera dapat ditemukan di atas
permukaan daun A. crassicarpa.
Spodoptera litura merupakan organisme yang menyerang tanaman dengan
cara memakan daun A. crassicarpa. Spodoptera litura merupakan hama yang
dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman A. crassicarpa sehingga permukaan
daun menjadi berlubang. Serangan Spodoptera litura yang besar akan
menyebabkan daun tanaman A. crassicarpa menjadi gundul. Spodoptera litura
merupakan hama yang paling sering ditemukan pada saat pengamatan Kerja
14
12
15
Praktik berlangsung ditemukan 15 individu Spodoptera litura. Spodoptera litura
ini kecil bewarna hijau kecoklatan dapat dilihat pada Lampiran 1 Gambar 3.
Spodoptera litura ini dapat ditemukan di atas permukaan daun A. crassicarpa.
Hellopeltis merupakan organisme yang menyerang tanaman A. crassicarpa
dengan cara menghisap daun muda, pucuk dan tunas. Daun A. crassicarpa yang
diserang oleh Hellopeltis akan terlihat bekas tusukan yang berwarna merah
kehitaman. Hellopeltis merupakan hama yang dapat menyebabkan kerusakan pada
tanaman A. crassicarpa sehingga tanaman menjadi layu. Pada saat pengamatan
Kerja Praktik Berlangsung banyak ditemukan 18 individu Hellopeltis. Hellopeltis
ini berukuran 1-2 cm berwarna kuning kecoklatan dapat dilihat pada Lampiran 1
Gambar 4. Hellopeltis dapat ditemukan di atas permukaan daun A. crassicarpa.
Aphids merupakan organisme yang menyerang tanaman A. crassicarpa
dengan cara menghisap cairan daun muda, pucuk dan tunas. Daun A. crassicarpa
yang di serang oleh Aphids akan terlihat berwarna kuning dan kriting. Serangan
yang banyak dari Aphids akan menyebabkan tanaman A. crassicarpa mnejadi
kerdil. Pada saat Kerja Praktik berlangsung ditemukan 25 individu Aphids. Aphids
ini berwarna hitam kecoklatan, berukuran kurang dari 1 cm dapat dilihat pada
Lampiran 1 Gambar 5. Aphids ini dapat ditemukan pada permukaaun daun A.
crassicarpa.
Chrysodeixis chalcites merupakan organisme yang menyerang tanaman
dengan cara memakan daun A. crassicarpa. Daun A. crassicarpa yang diserang
oleh Chrysodeixis chalcites akan terlihat rusak atau berlubang. Serangan yang
banyak dari Chrysodeixis chalcites akan menyebabkan daun tanaman Acacia
crassicarpa akan menjadi habis dimakan dan tanaman gundul. Pada saat
pengamatan Kerja Praktik berlangsung ditemukan 22 individu Chrysodeixis
chalcites. Chrysodeixis chalcites ini berukuran 1-3 cm berwarna kehijauan dapat
dilihat pada Lampiran 1 Gambar 6. Chrysodeixis chalcites ini dapat ditemukan
pada permukaan daun ataupun pada batang A. crassicarpa.
Fulgoromorpha merupakan organisme yang menyerang tanaman dengan
cara menghisap cairan pucuk tanaman Acacia crassicarpa. Daun Acacia
crassicarpa yang diserang oleh Fulgoromorpha akan
terlihat menjadi layu.
Serangan Fulgoromorpha yang banyak akan menyebabkan tanaman Acacia
16
crassicarpa menjadi kerdil dan mati. Pada saat Kerja Praktik berlangsung
ditemukan 17 individu Fulgoromorpha. Fulgoromorpha ini berukuran 1-2 cm
berwarna putih kehijauan dapat dilihat pada Lampiran 1 Gambar 7.
Berdasarkan penelitian Nair (2000), ditemukan beberapa hama yang
menyerang tanaman A. crassicarpa diantaranya adalah Captotermes curvignathus
(rayap), Pteroma plangiophels (ulat kantong), Valanga nigricormis (belalang) dan
Helopeltis theivora (serangga nyamuk), Faktor yang menyebabkan tanaman A.
crassicarpa di serang oleh hama adalah adanya nutrisi ataupun makanan yang
banyak pada tanaman, sehingga menarik hama untuk mengahampiri tanaman
tersebut dan berkembang biak.
5.2 Cendawan Penyebab Penyakit Pada Tanaman Acacia crassicarpa
Berdasarkan hasil pengamatan cendawan penyebab penyakit pada tanaman
Acacia crassicarpa di Kerinci Central Nursery 1 PT. RAPP ditemukan 4 jenis
cendawan penyebab penyakit pada tanaman Acacia crassicarpa adalah
Pestalotiopsis, Xanthomonas sp., Ralstonia sp. dan Fusarium sp.
Pestalotiopsis
merupakan
cendawan
yang
menyerang
tanaman
A.
crassicarpa. Tanaman A. crassicarpa yang diserang oleh cendawan pestalotiopsis
akan terlihat bercak kecoklatan pada daun, dikelilingi garis halo. Pada saat
pengamatan berlangsung dapat ditemukan 17 individu Pestalotiopsis. Penyebab
dari serangan Pestalotipsis ini adalah jarak antar bibit A. crassicarpa yang terlalu
rapat dan penyiraman yang terlalu sering. Bentuk dari cendawan Pestalotipsis ini
dapat dilihat pada Lampiran 2 Gambar 1.
Xanthomonas sp. merupakan cendawan yang menyerang tanaman A.
crassicarpa. Tanaman A. crassicarpa yang diserang oleh cendawan Xanthomonas
sp. akan terlihat bercak coklat basah yang menyebar pada permukaan daun
mengikuti pertulangan daun. Pada saat pengamatan berlangsung dapat ditemukan
29 individu Xanthomonas sp. Penyebab dari serangan Xanthomonas sp. ini adalah
penyiraman pupuk yang kurang seimbang dan curah hujan yang terlalu tinggi.
Bentuk dari cendawan Xanthomonas sp. ini dapat dilihat pada Lampiran 2
Gambar 2.
Ralstonia sp. merupakan cendawan yang menyerang tanaman A.
crassicarpa. Tanaman A. crassicarpa yang diserang oleh Ralstonia sp. akan
17
terlihat menjadi layu, kelayuan mulai dari pucuk daun. Pada saat pengamatan
berlangsung dapat ditemukan 16 individu Ralstonia sp. Penyebab munculnya
serangan dari Ralstonia sp. ini adalah penyiraman pupuk yang tidak seimbang.
Bentuk dari serangan cendawan Ralstonia sp. ini dapat dilihat pada Lampiran 2
Gambar 3.
Fusarium sp. merupakan cendawan yang menyerang tanaman A.
crassicarpa. Tanaman A. crassicarpa yang diserang oleh Fusarium sp. ini terlihat
layu pada bagian pucuk dan pangkal batang tanaman A. crassicarpa. Pada saat
pengamatan berlangsung dapat ditemukan 28 individu Fusarium sp. Serangan
yang besar dari Fusarium sp. ini akan menyebabkan tanaman Acacia crassicarpa
menjadi membusuk dan akan mati. Bentukd dari cendawan Fusarium sp. dapat
dilihat pada Lampiran 2 Gambar 4.
Menurut Tomia (2005), cendawan yang menyerang tanaman Acacia
crassicarpa dipicu oleh faktor lingkungan sekitar yang tidak seimbang dan
perlakuan yang diberikan kepada tanaman, sehingga cendawan muncul pada
tanaman Acacia crassicarpa tersebut.
18
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan Pengamatan yang dilakukan pada saat Kerja Praktik di Kerinci
Central Nursery 1 PT. RAPP dapat di simpulkan bahwa terdapat 7 jenis hama
menyerang tanaman Acacia crassicarpa, diantaranya adalah Aleyrodidae,
Thysanoptera, Spodoptera litura, Hellopeltis, Aphids, Chrysodeixis chalcites dan
Fulgoromorpha dan 4 jenis cendawan penyebab penyakit adalah Pestalotiopsis,
Xanthomonas sp., Ralstonia sp. dan Fusarium sp.
6.2 Saran
Sebaiknya pengendalian secara kimia dapat dikurangi dan dialihkan
dengan pengendalian secara biologi agar tidak terjadi resistensi terhadap hama
dan penyakit.
18
55
19
DAFTAR PUSTAKA
Doran JC, Turnbull JW. 1997. Australian Trees and Shrubs: Species for Land
Rehabilitation and Farm Planting in the Tropics. Canberra (AU):
Australian Centre for International Agricultural Research.
Fian, R. 2006. Pertumbuhan Semai Acacia crassicarpa A. Cunn Ex Benth Pada
Tanah Bekas Tambang Batubara Yang Di Beri Perlakuan Bioremediasi.
IPB Press. Bogor.
Nair, K.S.S. 2000. Insect Pests and Deseases in Indonesian Forest. Center For
International Forestry Research. Bogor.
Pracaya,.2001. Early effects of four fast-growing tree species and their planting
density on ground vegetation in Imperata grasslands. New Forests 23: 1–
17.
Siregar, G.N. 2008. Penyusunan Tabel Tegakan Hutan Tanaman Akasia (Acacia
crasicarpa A. Cunn Ex Benth) Studi Kasus Areal Rawa Gambut HTI PT.
Wirakarya sakti. ITB Press. Bandung.
Semangun. 2001. Insect Pests and disease of major plantation spesies. Research
efforts and literature. CIFOR. Bogor.
Semangun, H. 2006. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gajah
Mada University Press.Yogyakarta.
Sunarti., Yanto & Daeng. 2014. Dampak Penurunan Daur Tanaman HTI Acacia
Terhadap Kelestarian Produksi, Ekologis, dan Sosial. Balai Penelitian
Kehutanan Makasar. Makasar.
Susi., Teddy & Wieke. 2015. Potensi Acacia crassicarpa Sebagai Bahan Baku
Pulp Kertas Untuk Hutan Tanaman Industri. Balai Besar Pulp dan
Kertas. Bandung.
Surya., Rosa & Reine. 2017. Ketahanan Semai Akasia (Acacia crassicarpa) Pada
variasi Umur Terhadap Infeksi Ganoderma sp. UTP Press. Pontianak.
Tomia, A. 2005. Identifikasi Penyakit Utama Pada Daun Acacia crassicarpa
Cunn Ex Benth dan Alternatif Pengendalianya Dengan Menggunakan
Trichoderma sp. IPB Press. Bogor
Turnbull, J.W. 1986. Multipurpose Australia Tress and Shrubs. Lesser Known
Species For Fuel Wood Agroforestry. Prosiding ACIAR, Canberra,
Australia.
19
20
Widyatuti., Sumardi., Sultoni & Harjono. 1998. Pengendalian Hayati Penyakit
Akar Merah Pada akasia dengan Tricoderma. UGM Press. Yogyakarta.
Download