Uploaded by Sri Utari

Modul 1 - Gaya Antarmolekul dan Sifat Fisis Larutan

advertisement
PERTEMUAN KE 1
LARUTAN DAN
GAYA ANTARMOLEKUL
Tujuan Pembelajaran:
Mahasiswa mampu menjelaskan gaya antar molekul, jenis larutan, proses
pelarutan dari sudut pandang molekul, satuan konsentrasi larutan, dan
perubahan energi yang menyertai kelarutan, serta pengaruh suhu dan
tekanan terhadap kelarutan
1
Molekul-molekul dalam cairan berinteraksi melalui satu atau lebih jenis gaya tarik.
Cairan juga memiliki volume tertentu, karena molekul-molekul dalam cairan tidak
saling memisah karena adanya gaya tarik tersebut. Tetapi, molekul-molekul tersebut
dapat bertukar tempat dengan bebas, sehingga cairan dapat mengalir, dapat dituang,
dan memiliki bentuk seperti wadahnya.
1.
Gaya Antarmolekul
Gaya tarik di antara molekul-molekul, disebut gaya antarmolekul (intermolecular
forces), menyebabkan perilaku gas non ideal, dan menentukan keberadaan materi
terkondensasi, berupa cairan dan padatan. Ketika suhu gas turun, energi kinetik ratarata molekulnya turun. Akhirnya, pada suhu cukup rendah, molekul-molekul itu tidak
lagi memiliki cukup energi untuk memisahkan diri dari tarikan molekul lainnya. Pada
titik ini, molekul-molekul mengelompok untuk membentuk tetes-tetes cairan yang
kecil. Fenomena perubahan wujud gas menjadi cair dikenal sebagai pengembunan.
Berbeda dengan gaya antarmolekul, gaya intramolekul (intramolecular forces) adalah
gaya yang mengikat atom-atom dalam molekul. Gaya intramolekul, misalnya ikatan
kovalen, menstabilkan molekul masing-masing, sedangkan gaya antarmolekul
terutama menyebabkan sifat-sifat materi dalam jumlah besar (misalnya: titik leleh dan
titik didih). Umumnya, gaya antarmolekul jauh lebih lemah daripada gaya
intramolekul. Misalnya, diperlukan sekitar 41 kJ energi untuk menguapkan 1 mol air
pada titik didihnya; sedangkan energi yang diperlukan untuk memutuskan dua ikatan
O―H dalam 1 molekul air adalah sebesar 930 kJ.
Berbagai jenis gaya antarmolekul, yaitu: gaya dipol-dipol (dipol permanen), gaya
dipol-dipol terinduksi, dan gaya antar dipol-terinduksi (disebut juga gaya dispersi atau
gaya London) tercakup dalam gaya van der Walls. Gaya antar molekul lainnya yang
tidak termasuk ke dalam kelompok gaya van der Walls, yaitu gaya ion-dipol dan ikatan
hidrogen. Tarik-menarik antara ion dan dipol dengan gaya elektrostatik disebut gaya
2
ion-dipol. Sedangkan ikatan hidrogen merupakan interaksi dipol-dipol yang cukup
kuat.
Gaya antarmolekul, misalnya antar molekul H2O dalam air atau es batu, seringkali
disebut gaya tarik fisik, karena pemutusan interaksi antar molekul tersebut hanya
berupa perubahan fisika (penguapan) dan bukan perubahan kimia. Berbeda dengan
ikatan kovalen yang termasuk ikatan kimia. Tapi dalam sistem tertentu yang lebih
kompleks, pemutusan gaya antarmolekul bisa pula menyebabkan terjadinya perubahan
sifat kimia.
1.1 Gaya Dipol-Dipol
Gaya dipol-dipol (dipole-dipole forces) merupakan gaya yang bekerja antara
molekul-molekul polar, yaitu antara molekul-molekul yang memiliki momen dipol.
Asal gaya ini adalah gaya elektrostatik. Makin besar momen dipolnya, makin kuat
gayanya. Gambar 1.1.1 menunjukkan orientasi molekul polar dalam suatu padatan.
Dalam cairan, molekul-molekul tidak terikat sekaku seperti pada padatan, tetapi
molekul-molekul cenderung tersusun sedemikian rupa sehingga, secara rata-rata,
interaksi tarik-menarik pada keadaan maksimum.
Gambar 1.1.1 Molekul-molekul yang memiliki momen dipol permanen cenderung
mengatur diri dengan kepolaran yang berlawanan dalam fasa padat
untuk menghasilkan interaksi tarikan yang maksimum.
1.2 Gaya Ion-Dipol
Interkasi elektrostatik juga menjelaskan gaya ion-dipol (ion-dipole forces) yang terjadi
antara suatu ion (bisa kation atau anion) dengan suatu molekul polar (Gambar 1.2.1).
3
Kekuatan interaksi ini bergantung pada muatan dan ukuran ion dan pada besarnya
momen dipol dan ukuran molekul. Muatan kation umumnya lebih terpusat, karena
kation biasanya lebih kecil daripada anion. Jadi untuk muatan yang sama, kation
berinteraksi lebih kuat daripada anion.
Gambar 1.2.1 Dua jenis interaksi ion-dipol
Hidrasi, yang telah dibahas sebelumnya, adalah salah satu contoh interaksi ion-dipol.
Dalam larutan NaCl dalam air, ion-ion Na+ dan Cl- dikelilingi oleh molekul air, yang
memiliki momen dipol yang besar (1,87 D). Bila senyawa ionik seperti NaCl
dilarutkan,
molekul-molekul
air
bertindak
sebagai
isolator
listrik
yang
mempertahankan ion-ion saling berjauhan. Di sisi lain, karbon tetraklorida (CCl4)
adalah molekul nonpolar, dan karena itu tidak memiliki kemampuan untuk terlibat
dalam interaksi ion-dipol. Yang kita temukan dalam prakteknya adalah bahwa karbon
tetraklorida merupakan pelarut yang buruk untuk senyawa ionik, seperti kebanyakan
cairan nonpolar lainnya.
Salah satu contoh interaksi ion-dipol lainnya yaitu hidrasi antara ion Na+ dan Mg2+
dikelilingi oleh molekul air, yang memiliki momen dipol yang besar (1,87 D). Karena
ion Mg2+ memiliki muatan yang lebih besar dan jari-jari ion yang lebih kecil (78pm)
dibanding ion Na+- (98 pm), maka ion Mg2+ memiliki interaksi yang lebih kuat
dibanding Na+ dengan molekul air (Gambar 1.2.2).
Gambar 1.2.2 Interaksi ion-dipol antara ion Na+ dan Mg2+ dengan molekul air
4
1.3 Gaya Dispersi
Sejauh ini hanya spesi-spesi ion dan molekul polar yang telah dibahas. Interaksi tarikmenarik seperti apa yang ada antara molekul nonpolar? Untuk belajar menjawab
pertanyaan ini, perhatikan susunan yang ditunjukkan oleh Gambar 1.3.1. Jika kita
menempatkan ion atau molekul polar di dekat suatu atom (atau molekul nonpolar),
maka distribusi elektron pada atom (atau molekul) itu akan terganggu dengan gaya
yang dilakukan oleh ion atau molekul polar tersebut. Dipol yang dihasilkan dalam atom
(atau molekul) itu disebut dipol terinduksi (induced dipole) sebab pemisahan muatan
positif dan negatif dalam atom (atau molekul nonpolar) itu disebabkan oleh
kedekatannya dengan suatu ion atau molekul polar. Interaksi tarik-menarik antara ion
dan dipol terinduksi disebut interaksi ion-dipol terinduksi, dan interaksi tarik antara
dipol dan dipol terinduksi disebut interaksi dipol-dipol terinduksi.
Gambar 1.3.1 (a) Distribusi muatan bola pada atom helium, (b) Gangguan yang
disebabkan oleh mendekatnya kation, (c) Gangguan yang disebabkan
oleh mendekatnya suatu dipol
Kemungkinan momen dipol akan terinduksi bergantung bukan hanya pada muatan ion
atau kekuatan dipol tetapi juga bergantung pada kepolaran atom atau molekul.
Keterpolaran (polarizability) adalah kemudahan terganggunya distribusi elektron
dalam suatu atom (atau molekul). Umumnya, semakin banyak jumlah elektron dan
semakin menyebar awan elektron dalam suatu atom atau molekul, akan semakin besar
keterpolarannya. Yang dimaksud dengan awam yang menyebar adalah awan elektron
5
yang tersebar dalam volume yang cukup besar, sehingga elektron-elektron tersebut
tidak terikat kuat oleh inti.
Keterpolaran kemungkinan gas-gas yang mengandung atom atau molekul nonpolar
(misalnya He dan N2) untuk mengembun. Dalam atom helium elektron-elektron
bergerak pada jarak tertentu dari inti. Pada saat tertentu mungkin saja atom ini memiliki
momen dipol yangdihasilkan oleh letak tertentu elekton-elektron tersebut. Momen
dipol ini disebut dipol sesaat karena dipol ini hanya berlangsung sepersekian detik
yang sangat singkat. Pada saat berikutnya elektron-elektron berada pada tempat yang
bebeda dan atom ini memiliki dipol sesaat yang baru, dan seterusnya. Tetapi, jika
dirata-ratakan terhadap waktu (yaitu, waktu yang diperlukan untuk melakukan
pengukuran momen dipol), atom tersebut tidak memiliki momen dipol karena dipoldipol sesaat saling menghilangkan satu sama lain. Dalam kumpulan atom-atom He,
dipol sesaat suatu atom He dapat menginduksi dipol pada setiap atom tetangga
terdekatnya (Gambar 1.3.2). Pada saat berikutnya, dipol sesaat yang berbeda dapat
menciptakan dipol-dipol sementara pada atom-atom He di sekitarnya. Hal penting di
sini adalah bahwa interaksi semacam ini menghasilkan tarik-menarik antara atom-atom
He. Pada suhu yang sangat rendah (dan laju gerak atom turun), tarik-menarik ini cukup
untuk mengikat atom-atom itu, menyebabkan gas helium untuk mengembun. Tarikmenarik antara molekul-molekul nonpolar dapat dijelaskan dengan cara serupa.
Gambar 1.3.2 Dipol terinduksi yang berinteraksi satu sama lain. Pola tersebut hanya
ada sesaat; susunan baru terbentuk pada saat berikutnya. Jenis interaksi
ini menyebabkan pengembunan gas-gas nonpolar
6
Seorang fisikawan Jerman, London, menunjukkan bahwa besarnya tarik-menarik ini
berbanding lurus dengan keterpolaran atom atau molekul. Gaya tarik-menarik yang
timbul sebagai hasil dipol-dipol yang terinduksi sementara dalam atom atau molekul,
yang disebut gaya dispersi (dispersion forces), kemungkinan cukup lemah. Hal
tersebut benar untuk helium, yang memiliki titik didih hanya 4,2 K atau -269 °C. Jadi,
atom helium memiliki keterpolaran yang kecil.
Gaya dispersi biasanya meningkat dengan meningkatnya ukuran molekul karena
molekul-molekul dengan ukuran yang lebih besar cenderung semakin mudah untuk
terjadi pemisahan muatan positif dan negatif, dan semakin mudah untuk menjadi dipol
terinduksi. Tabel 1.3.1 membandingkan titik leleh beberapa zat yang terdiri atas
molekul-molekul nonpolar. Titik leleh meningkat dengan bertambahnya ukuran
molekul. Karena semuanya adalah molekul nonpolar, satu-satunya gaya tarik-menarik
antarmolekul yang ada adalah gaya dispersi.
Tabel 1.3.1 Titik leleh senyawa-senyawa nonpolar yang serupa
Dalam banyak kasus, gaya dispersi sebanding atau bahkan lebih besar daripada gaya
dipol-dipol antara molekul-molekul polar. Sebagai contoh, perbandingan titik didih
CH3 F (-78,4 °C) dan CCl4 (76,5 °C). Walaupun CH3F memiliki momen dipol sebesar
1,8 D, zat ini mendidih pada suhu yang lebih rendah daripada CCl4, suatu molekul
nonpolar yang mengandung lebih banyak elektron. Sebagai hasilnya, gaya dispersi
antara molekul CCl4 lebih kuat daripada daripada gaya dispersi dan gaya dipol-dipol
antara molekul CH3F.
7
Latihan 1.
Jenis gaya antarmolekul apa yang ada di antara pasangan-pasangan ini? (a) HBr dan
H2S, (b) Cl2 dan CBr4, (c) I2 dan NO3-, dan (d) NH3 dan C6H6, (e) LiF, (f) CH4, dan (g)
SO2.
1.4 Ikatan Hidrogen
Bukti awal adanya ikatan hidrogen berasal dari kajian mengenai titik didih senyawa.
Biasanya, titik didih sederet senyawa yang mengandung unsur-unsur dalam golongan
yang sama meningkat dengan meningkatnya massa molar. Tetapi, seperti yang
ditunjukkan oleh Gambar 1.4.2, senyawa hidrogen unsur-unsur golongan 5A, 6A, dan
7A tidak mengikuti kecenderungan ini. Dalam setiap deret ini, senyawa yang paling
ringan (NH3, H2O, dan HF) memiliki titik didih tertinggi. Alasannya adalah adanya
ikatan hidrogen yang meluas antara molekul-molekul dalam senyawa ini.
Gambar 1.4.2 Titik didih senyawa hidrogen untuk unsur-unsur golongan 5A, 6A, dan
7A
Ikatan hidrogen (hydrogen bond) adalah jenis khusus interaksi dipol-dipol antara
atom hidrogen dalam ikatan polar, seperti N―H, O―H, atau F―H, dengan atom
elektronegatif O, N, atau F (Gambar 1.4.1).
8
Gambar 1.4.1 Ikatan hidrogen antar molekul-molekul air, amonia, dan hidrogen
flourida. Garis tidak putus-putus mewakili ikatan kovalen, dan garis
putus-putus mewakili ikatan hidrogen.
Energi rata-rata satu ikatan hidrogen cukup besar untuk satu interaksi dipol-dipol
hingga 40 kJ/mol. Kekuatan ikatan hidrogen ditentukan oleh interaksi coulomb antara
pasangan elektron bebas pada atom elektronegatif dan inti hidrogen. Agak aneh
mengetahui titik didih HF yang lebih rendah dari air. Flourin lebih elektronegatif
dibandingkan oksigen, sehingga diharapkan ikatan hidrogen yang lebih kuat terdapat
dalam cairan HF daripada dalam H2O. Tetapi H2O termasuk unik karena molekulmolekulnya terlibat dalam empat ikatan hidrogen antarmolekul dan karena itu molekul
H2O saling terikat lebih kuat.
Latihan 2.
1. Manakah di antara yang berikut yang dpaat membentuk ikatan hidrogen dengan air?
(a) CH3OCH3, (b) CH4, (c) F-, (d) HCOOH, (e) Na+.
2. Manakah di antara spesi-spesi berikut yangdapat berikatan hidrogen antar
sesamanya? (a) H2S, (b) C6H6, (c) CH3OH.
9
Kebanyakan reaksi kimia berlangsung bukan antara padatan murni, cairan murni, atau
gas murni, melainkan antara ion-ion dan molekul-molekul yang terlarut dalam air atau
pelarut yang lain. Penerapan yang luas dalam kemampuan cairan untuk dalam
melarutkan zat terlarut. Sebagai contoh, air dan gasolin tidak dapat melarutkan satu
sama lain, tetapi air dan etanol dapat larut dalam berbagai perbandingan. Hal yang
sama, yaitu garam seperti kalium bromida dapat larut dalam air tetapi tidak dapat larut
dalam hidrokarbon cair. Untuk dapat memahami alasan perbedaan kedua contoh di
atas, kita dapat memepelajari faktor pendorong atau penghambat dalam pembentukkan
larutan.
2.
Jenis Larutan
Larutan ialah campuran homogen dari dua zat atau lebih. Karena
definisi ini tidak menyatakan batasan mengenai jenis zat yang terlibat,
kita dapat membedakan enam jenis larutan, bergantung pada wujud
asal (padatan, cairan, dan gas) komponen larutan (Tablel 2.1).
Kimiawan juga membedakan larutan berdasarkan kemampuannya
melarutkan zat terlarut. Larutan yang mengandung jumlah maksimum
zat terlarut di dalam pelarut, pada suhu tertentu, dinamakan larutan
jenuh (saturated solution). Sebelum titik jenuh tercapai, larutannya
disebut larutan tak jenuh (unsaturated solution); larutan ini
mengandung zat terlarut lebih sedikit dibandingkan dengan
kemampuannya untuk melarutkan. Jenis ketiga, larutan lewat jenuh
(supersaturated solution), mengandung lebih banyak zat terlarut
dibandingkan yang terdapat di dalam larutan jenuh, walaupun
keadaan ini sulit untuk dicapai.
Larutan lewat jenuh bukanlah larutan yang sangat stabil. Pada saatnya, sebagian zat
terlarut akan terpisah dari larutan lewat jenuh sebagai kristal. Proses terpisahnya zat
terlarut dari larutan dan membentuk kristal dinamakan pengkristalan (crystallization). Pengendapan dan pengkristalan kedua-duanya menjelaskan terpisahnya zat
10
padat berlebih dari larutan lewat jenuh. Namun, padatan yang terbentuk berbeda
penampilannya. Endapan berbentuk partikel kecil dan kristal berukuran besar dan
bentuknya bagus.
Tabel 2.1 Jenis-jenis larutan
3.
Proses Pelarutan dari Sudut Pandang Molekul
Dalam cairan dan padatan, molekul-molekul saling terikat akibat adanya tarik-menarik
antarmolekul. Gaya ini yang memainkan peranan penting dalam pembentukkan
larutan. Bila suatu zat (zat terlarut) larut dalam zat lainnya (pelarut), partikel zat terlarut
akan menyebar ke seluruh pelarut. Partikel zat terlarut ini menempati posisi yang
biasanya ditempati molekul pelarut. Kemudian zat terlarut menggantikan molekul
pelarut bergantung pada kekuatan relatif dari tiga jenis interaksi:
a. Interaski pelarut-pelarut
b. Interaski zat terlarut-zat terlarut
c. Interaski pelarut- zat terlarut
Gambar 3.1 Proses pelarutan dari sudut pandang molekul digambarkan berlangsung
dalam tiga tahap
11
Untuk sederhananya, kita dapat membayangkan proses pelarutan ini berlangsung
dalam tiga tahap berbeda (Gambar 3.1). Tahap 1 ialah pemisahan molekul pelarut, dan
tahap 2 adalah pemisahan molekul zat terlarut. Kedua tahap ini memerlukan input
energi untuk memutuskan tarik-menarik antarmolekul; dengan demikian tahap ini
adalah tahap endoterm. Pada tahap 3 molekul pelarut dan molekut zat terlarut
becampur. Tahap ini dapat bersifat eksoterm atau endoterm. Kalor pelarutan ∆Hlarutan
mengikuti rumus:
∆Hlarutan = ∆H1 + ∆H2 + ∆H3
Jika tarik-menarik zat terlarut-pelarut lebih kuat dibandingkan tarik-menarik pelarutpelarut dan tarik-menarik zat terlarut- zat terlarut, maka proses pelarutanlah yang akan
berlangsung; dengan kata lain, proses eksoterm (∆Hlarutan < 0). Jika tarik-menarik zat
terlarut-pelarut lebih lemah dibandingkan tarik-menarik pelarut-pelarut dan tarikmenarik zat terlarut-zat terlarut, maka prosesnya endoterm (∆Hlarutan > 0).
Mengapa zat terlarut larut seluruhnya dalam pelarut padahal tarik-menarik
antara sesama molekulnya lebih kuat dibandingkan tarik-menarik antara
molekul-molekul zat telarut dengan molekul pelarut?
Proses pelarutan, seperti halnya semua proses fisis dan kimia, dipengaruhi oleh dua
faktor. Faktor pertama adalah energi, yang menentukan apakah proses pelarutan
bersifat eksoterm atau endoterm. Faktor kedua ialah kecenderungan hakiki menuju
ketidakteraturan dalam semua kejadian di alam. Ketika molekul zat terlarut dan
molekul pelarut bercampur membentuk larutan, ketidakteraturan akan meningkat.
Dalam keadaan murni, pelarut dan zat terlarut memiliki derajat keteraturan yang cukup
tinggi, tampak dari cukup teraturnya susunan atom, molekul atau ion dalam ruang tiga
dimensi. Keteraturan yang tinggi ini akan hancur bila zat terlarut larut dalam pelarut
(Gambar 3.1). Jadi, proses pelarutan diiringi oleh peningkatan ketidakteraturan atau
keacakan. Meningkatnya ketidakteraturan sistem inilah yang menyebabkan zat apapun
larut, sekalipun proses pelarutannya bersifat endoterm.
12
Kelarutan merupakan ukuran banyaknya zat terlarut yang akan melarut dalam pelarut
pada suhu tertentu. Ungkapan “yang sejenis melarutkan yang sejenis/like dissolved
like” membantu kita memprediksikan kelarutan zat dalam pelarut. Ungkapan ini
menyatakan bahwa dua zat dengan jenis dan besar gaya antarmolekul yang sama akan
cenderung saling melarutkan. Sebagai contoh, baik CCl 4 maupun C6H6 adalah cairan
nonpolar. Gaya-gaya antarmolekul yang ada dalam kedua zat ini hanyalah gaya
dispersi. Bila kedua cairan dicampurkan, keduanya segera saling melarutkan, sebab
tarik-menarik antara molekul CCl4 dan C6H6 setara besarnya dengan tarik-menarik
antara sesama molekul CCl4 dan antara sesama molekul C6H6. Bila dua cairan saling
melarutkan dengan sempurna dalam segala perbandingan, keduanya disebut mampu
bercampur (miscible). Alkohol seperti metanol, etanol, dan etilena glikol mampu
bercampur dengan air karena kemampuannya membentuk ikatan hidrogen dengan
molekul air.
Bila natrium klorida dilarutkan dalam air, ion-ionnya distabilkan dalam larutan melalui
hidrasi, yang melibatkan interaksi ion-dipol. Secara umum, kita meramalkan bahwa
senyawa ionik akan jauh lebih larut dalam pelarut polar, seperti amonia, dan cairan
hidrogen flourida, dibandingkan dalam pelarut nonpolar, seperti benzena dan karbon
tetraklorida. Karena molekul pelarut nonpolar tidak memiliki momen dipol, molekul
seperti ini tidak dapat secara efektif mensolvasi ion Na + dan Cl-. Solvasi (solvation)
ialah proses di mana ion atau molekul dikelilingi oleh molekul pelarut yang memiliki
susunan tertentu. Bila pelarutnya air, prosesnya dinamakan hidrasi. Interaksi
antarmolekul yang menonjol antara ion-ion dan senyawa nonpolar ialah interaksi ion
dipol terinduksi, yang jauh lebih lemah dibandingkan interaksi ion-dipol. Akibatnya,
senyawa ionik biasanya memiliki kelarutan yang sangat rendah dalam pelarutan
nonpolar.
13
Latihan 3.
1. Apakah iodin (I2) lebih larut dalam air atau dalam karbon disulfida (CS2)?
2. Prediksikan kelarutan relatif molekul urea dalam dalam karbon disulfida (CS2).
4.
Satuan Konsentrasi
Studi kuantitatif larutan mengharuskan kita untuk mengetahui konsentrasi larutan,
yaitu banyaknya zat terlarut yang ada dalam sejumlah larutan tertentu. Kimiawan
menggunakan beberapa satuan konsentrasi, yaitu: persen berdasarkan massa, fraksi
mol, kemolaran, dan kemolalan.
4.1 Persen berdasar Massa
Persen berdasar massa (percent by mass) dengan simbol besaran %m, dan didefinisikan
sebagai:
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (%𝑚) =
=
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
× 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 + 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
× 100%
Persen berdasar massa tidak mempunyai dimensi sebab merupakan perbandingan dari
dua besaran yang sama.
4.2 Fraksi Mol
Fraksi mol didefiniskian sebagai ukuran konsentrasi larutan yang menyatakan
perbandingan jumlah mol sebagian zat terhadap jumlah mol total komponen larutan.
Fraksi mol zat terlarut (Xt) dan fraksi mol pelarut (Xp) dirumuskan sebagai berikut:
𝑋𝑡 =
𝑛𝑡
𝑛𝑡 +𝑛𝑝
dan
𝑋𝑝 =
𝑛𝑝
𝑛𝑡 +𝑛𝑝
14
nt = jumlah mol zat terlarut
np = jumlah mol pelarut
4.3 Kemolaran (CM)
Satuan kemolaran telah dipelajari sebelumnya, didefinisikan sebagai banyaknya mol
zat terlarut dalam 1 L larutan, artinya:
𝐾𝑒𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟𝑎𝑛 =
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
Jadi, kemolaran mempunyai satuan mol per liter (mol/L) atau molar (M).
4.4 Kemolalan (Cm)
Kemolalan (molality) ialah banyaknya mol zat terlarut dalam 1 kg (1000 g) pelarut,
artinya:
𝐾𝑒𝑚𝑜𝑙𝑎𝑙𝑎𝑛 =
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑘𝑔)
Misalnya, untuk menyiapkan 1 molal atau 1 m larutan natrium sulfat (Na2SO4), perlu
melarutkan 1 mol (142,0 g) zat tersebut dalam 1000 g (1 kg) air. Bergantung pada jenis
interaksi zat terlarut-pelarut, volume akhir larutan bisa lebih atau kurang dari 1000 mL.
4.5 Perbandingan Satuan-satuan Konsentrasi
Pemilihan satuan konsentrasi dilakukan berdasarkan tujuan pengukuran. Keuntungan
penggunaan kemolaran ialah karena biasanya lebih mudah untuk mengukur volume
larutan dengan menggunakan labu ukur yang telah dikalibrasi secara cermat,
dibandingkan dengan menimbang larutan. Dengan alasan ini, kemolaran seringkali
15
lebih disukai dibandingkan kemolalan. Sebaliknya, kemolalan tidak bergantung pada
suhu, sebab konsentrasi dinyatakan dalam jumlah mol zat terlarut dan massa pelarut,
sedangkan volume larutan umumnya meningkat dengan meningkatnya suhu.
Latihan 4.
1. Hitunglah kemolaran dari 1,74 m larutan sukrosa yang kerapatannya adalah 1,12
g/mL.
2. Hitunglah kemolalan larutan 5,86 M etanol yang kerapatannya adalah 0,927 g/mL.
3. Berapa kemolalan larutan yang mengandung 7,78 g urea dalam 203 g air?
5.
Pengaruh Suhu terhadap Kelarutan
Kelarutan didefinisikan sebagai jumlah maksimum zat terlarut yang akan melarut
dalam sejumlah tertentu pelarut pada suhu tertentu.
5.1 Kelarutan Padatan dan Suhu
Gambar 5.1.1 menunjukkan pengaruh suhu terhadap kelarutan beberapa senyawa
ionik dalam air. Secara umum, kelarutan zat padatan meningkat dengan meningkatnya
suhu. Secara umum, pengaruh suhu terhadap kelarutan lebih baik ditentukan melalui
percobaan.
Gambar 5.1.1 Kelarutan beberapa senyawa ionik dalam air terhadap suhu
16
5.2 Kelarutan Gas dan Suhu
Kelarutan gas dalam air biasanya menurun dengan meningkatnya dengan suhu
(Gambar 5.2.1). Bila air dipanaskan dalam beaker, dapat terlihat gelembung udara
yang terbentuk di sisi kaca sebelum air mendidih dengan meningkatnya suhu, molekul
udara yang terlarut mulai “mendidih” dan keluar dari larutan jauh sebelum air itu
sendiri mendidih. Menurunnya kelarutan molekul oksigen dalam air panas
menyebabkan polusi termal, yaitu memanasnya lingkungan ke suhu yang
membahayakan bagi makhluk hidup di dalamnya.
Gambar 5.2.1 Kelarutan gas O2 dalam air yang bergantung pada suhu
Pengetahuan tentang variasi kelarutan gas terhadap suhu dapat meningkatkan
hasil tangkapan ikan ketika memancing. Pada hari yang panas, seorang
pemancing berpengalaman biasanya melempar umpan di bagian dalam dari
sungai atau danau. Karena kandungan oksigen lebih banyak di bagian yang lebih
dalam dan lebih dingin.
6.
Pengaruh Tekanan terhadap Kelarutan Gas
Hubungan kuantitatif antara kelarutan gas dan tekanan ditunjukkan oleh hukum Henry
(Henry’s Law), yang menyatakan bahwa kelarutan gas dalam cairan berbanding lurus
dengan tekanan gas di atas larutannya:
CM = kP
CM = kemolaran (mol/L) gas yang terlarut
17
P = tekanan gas di atas larutan (atm)
k = konstanta (mol/L.atm)
Hukum Henry dapat dipahami secara kualitatif ditinjau dari segi teori kinetik molekul.
Banyaknya gas yang akan terlarut dalam pelarut bergantung pada seberapa sering
molekul-molekul dalam fasa gas bertumbukkan dengan permukaan cairan dan terjebak
oleh fasa cairan. Andaikan kita mempunyai gas dalam kesetimbangan dinamis dengan
larutan (Gambar 6.1a). Pada setiap saat, jumlah molekul gas yang memasuki larutan
sama dengan jumlah molekuk terlarut yang bergerak memasuki fasa gas. Bila tekanan
parsial dinaikkan, semakin banyak molekul yang larut dalam cairan karena semakin
banyak molekul yang menabrak permukaan cairan. Proses ini terus berlanjut sampai
konsentrasi larutan kembali sedemikian rupa sehingga jumlah molekul yang
meninggalkan larutan per detik sama dengan jumlah molekul yang memasuki larutan
(Gambar 6.1b). Karena meningkatnya konsentrasi molekul dalam fasa gas dan juga
dalam fasa larutan, jumlah molekul akan lebih banyak dalam (b) dibandingkan dalam
(a), di mana tekanan parsialnnya lebih rendah.
Gambar 6.1 Interpretasi molekular berdasarkan hukum Henry. Bila tekanan parsial
gas di atas larutan meningkat dari (a) ke (b), konsentrasi gas terlarut juga
meningkat
18
Contoh praktis dari hukum Henry ialah pembuihan minuman
berkarbonasi bila tutup botol dibuka. Sebelum botol ditutup,
botol diberi tekanan berupa campuran udara dan CO2 yang
dijenuhkan dengan uap air. Karena tingginya tekanan parsial
CO2 di dalam campuran gas penekan, jumlah CO2 yang terlarut
dalam minuman berkarbonasi beberapa kali lebih tinggi
dibandingkan yang terlarut pada kondisi atmosfer normal. Bila
tutup dibuka, gas yang tertekan akan terlepas, pada akhirnya
tekanan dalam botol menurun mencapai tekanan atmosfer, dan
banyaknya CO2 yang tersisa dalam minuman ditentukan hanya
oleh tekanan parsial atmosfer normal dari CO2, yaitu 0,0003 atm.
Kelebihan CO2 yang terlarut akan keluar dari larutan,
menyebabkan pembuihan.
Latihan 5.
Hitunglah kemolaran oksigen dalam air pada 25 °C untuk tekanan parsial 0,22 atm.
Konstanta hukum Henry untuk oksigen ialah 1,3 x 10-3 mol/L.atm.
TUGAS
Selamat mengerjakan.
1. Susunlah senyawa-senyawa berikut berdasarkan meningkatnya kelarutan dalam air:
O2, LiCl, Br2, dan CH3OH.
2. Hitunglah kemolaran dan kemolalan NH3 dalam larutan yang mengandung 30 g NH3
dalam 70 g air. Kerapatan larutannya adalah 0,982 g/mL.
3. Kerapatan larutan yang mengandung 10 persen etanol berdasar massa ialah 0,984
g/mL. (a) Hitunglah kemolalan larutan, (b) Hitunglah kemolaran, (c) Berapa volume
larutan yang mengandung 0,125 mol etanol?
19
4. Seorang pria membeli seekor ikan mas di toko hewan. Setelah kembali ke rumah, ia
meletakkan ikan tersebut dalam mangkok yang berisi air yang telah didinginkan dan
didinginkan dengan cepat. Beberapa menit kemudian ikan tersebut mati. Jelaskan
apa yang terjadi dengan ikan tersebut.
5. Seorang penambang yang bekerja 260 meter di bawah permukaan laut membuka
minuman berkarbonasi sewaktu istirahat siangnya. Ia heran karena minumannya
terasa agak “hambar”. Segera setelah itu, ia naik ke permukaan, selama
perjalanannya ke atas, ia tidak berhenti bersendawa. Mengapa?
6. Kelarutan CO2 dalam air pada 25 °C dan 1 atm ialah 0,034 mol/L. Berapa
kelarutannya pada kondisi atmosfer? (tekanan parsial CO2 di udara ialah 0,0003
atm). Asumsikan bahwa CO2 mematuhi hukum Henry.
7. Kelarutan KNO3 ialah 155 g per 100 g air pada 75 °C dan 38 g pada 25 °C. Berapa
massa (dalam gram) KNO3 yang akan mengkristal dari larutan jika tepat 100 g
larutan jenuhnya pada 75 °C didinginkan menjadi 25 °C?
20
Download