Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan BAB 5 GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN HALMAHERA SELATAN Gambaran umum wilayah Kabupaten Halmahera Selatan menggambarkan karakteristik wilayah yang diidentifikasi berdasarkan aspek-aspek utama wilayah seperti fisik dasar, ekonomi, sosial-budaya, sarana dan prasarana serta kelembagaan. Gambaran rona wilayah ini disajikan secara deskriptif, tabulasi dan grafis berdasarkan data yang diperoleh dari hasil survei instansi, tinjauan literatur dan pengamatan lapangan Laporan Antara V - 1 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.1 SEJARAH KABUPATEN HALMAHERA SELATAN Gambaran kepulauan Indonesia pada era Pleistosen terlihat pada gambar peta berikut ini: 5.1.1 Maluku Dalam Lintasan Migrasi Pra Sejarah Matthew Spring dalam bukunya Recent Advances in Our Knowledge of Molucca’s Earliest History menyebutkan bahwa Maluku telah didiami oleh manusia sejak jaman es atau Pleistosen, sekitar 30.000 tahun yang lalu. Maluku pada saat itu adalah kawasan kritis yang menjadi mata rantai penghubung antara kawasan Pasifik dan Asia Tenggara. Maluku memiliki peranan penting dalam masa pra sejarah sebagai daerah lintas strategis bagi perpindahan penduduk Asia Tenggara ke Melanesia dan Mikronesia. Gambar 5.1. Kepulauan Indonesia pada Era Pleistosen Secara geologis, kepulauan Indonesia terbagi atas 2 (dua) wilayah yang terpisah, yaitu: a. Daratan Sunda atau Sunda Land. Di sebelah barat dari Indonesia terbentang Pulau Sumatera, Jawa, Borneo (Kalimantan) dan ribuan pulau kecil; di mana sebagian besar di antaranya memiliki gunung berapi yang aktif. Selama jaman es pada akhir era Pleistosen, gunung es di kutub yang membeku menyerap air darilautan di daerah tropis, yang kemudian menurunkan permukaan air laut hingga 100 meter di bawah permukaan laut yang ada saat ini. Daratan Sunda kemudian membentuk sebuah daratan tunggal yang berinduk pada daratan Asia Tenggara dan sebagian besar memeiliki kesamaan kekayaan flora dan fauna dengan daratan induknya. Daratan Sunda merupakan habitat salah satu manusia tertua, yaitu Homo erectus atau Manusia Jawa, yang hidup antara sejuta tahun yang lalu. b. Wallacea. Di sebelah timur Daratan Sunda terdapat “hamparan pulau-pulau kecil” yang terpisahkan oleh suatu palung laut yang sangat dalam. Hamparan pulau-pulau kecil tersebut, kelak dikenal dengan sebutan Wallacea, sedang palung laut dalam dikenal sebagai Garis Huxley atau Garis Wallace. Wilayah Wallacea -yang terdiri atas Pulau Sulawesi, Filipina, Timor, Flores, Sumba, Sumbawa, Lombok, Maluku dan pulau-pulau kecil yang banyak sekali berjajar ke arah timur menuju batas lingkaran Samudera Pasifik- bukan merupakan satu daratan meskipun tinggi permukaan air laut menurun hingga titik terendah pada era Pleistosen. Wilayah Wallacea ini bisa dikatakan sebagai kawasan pemisah antara Daratan Sunda (Sunda Land) dengan Daratan Sahul (Sahul Land), di mana di wilayah ini banyak ditemukan flora dan fauna endemik. Daratan Sahul sendiri adalah daratan besar yang saat ini menjadi daratan Australia dan New Guinea. Sumber: Robert Dick-Read, 2005 Sedangkan kawasan Wallacea yang terbentuK sekarang ini mempunyai luasan sekitar 338.494 km2 dengan gambaran sebagai berikut: Gambar 5.2. Kawasan Wallacea Sumber: google.co.id, 2008 Laporan Antara V - 2 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Migrasi penduduk dari Daratan Sunda ke Daratan Sahul dan/atau sebaliknya, tak pelak lagi, menjadikan kepulauan Maluku Utara sebagai salah satu titik penting dari migrasi pada masa itu. Palung dalam yang menjadi “penghalang absolut" antara dua daratan besar membuat penduduk masa itu harus mempunyai teknologi bahari untuk melakukan penyeberangan. Teknologi bahari bisa terlihat pada gambar berikut ini yang merupakan rekonstruksi yang dibuat oleh ahli sejarah bahari. Gambar 5.3. Rekonstruksi Perahu Bercadik Bangsa Austronesia Richard Shuttler Jr mengangkat hipotesa bahwa Halmahera sebagai pulau terbesar di Maluku merupakan kunci untuk menetapkan lokasi tanah asal penduduk yang berbahasa Austronesia. Situs dan benda pra sejarah banyak ditemukan di Pulau Waidoba dan Taneti di Kayoa, serta di Doro danTanjung Luari di Kao dan Tobelo. Sementara benda-benda peninggalan tradisi batu besar atau megalitik ditemukan di Ternate, sedangkan batu-batu kecil atau neolitik ditemukan di Waidoba. Beberapa daerah di Maluku, seperti Golo dan Pulau Gebe, diperkirakan telah dihuni manusia sejak 33.000 tahun yang silam. Demikian pula, Daeo dan Tanjung Pinang di Morotai diperkirakan telah dihuni sejak 10.000 hingga 15.000 tahun yang lalu. Sejarah mengenai penamaan Maluku sampai saat ini masih diperdebatkan, baik dari perspektif bahasa ataupun sejarah. Versi berdasar atas analisa ethno-linguistic menyatakan bahwa kata ma-loku tidak bisa dilepaskan dari migrasi orang Melayu ke wilayah timur sekitar 2.000 tahun silam dalam 2 (dua) gelombang, yaitu: a. Gelombang pertama yang disebut Proto Melayu yang terjadi pada era Jaman Batu Baru atau sekitar 2.500 SM; b. Gelombang kedua yang disebut Doutro Melayu yang terjadi pada Jaman Logam atau sekitar 1.500 SM. Kata loku merupakan bahasa Melayu yang mempunyai beragam makna, yaitu antara lain: takaran, mengangkat, atau membersihkan. Dalam perkembangan berikutnya setelah bangsa Melayu menetap di kawasan timur Nusantara, dikenal istilah luku dalam bahasa Galela yang berarti “dalam”; di mana dengan preposisi ma pada kata luku, maka ungkapan maluku akan bermakna sebagai “sesuatu yang dalam sekali”. Dalam bahasa Tobelo dikenal istilah loko yang bermakna “gunung”. Sumber: google.co.id, 2008 Pada era berikutnya, sekitar 3.000 tahun SM, terjadi migrasi dari penduduk ras Mongol yang berasal dari Formosa menuju ke selatan dengan cara melintasi Selat Luzon yang sempit untuk mencari lahan baru untuk pertanian “tebang dan bakar”. Penduduk dari Formosa tersebut mempunyai teknologi bahari berupa kano bercadik, selain pengetahuan dan ketrampilan berbudaya yang lain, seperti: membuat gerabah atau tembikar, beragam tehnik memancing ikan, serta menanam padi-padian, tebu, ubi jalar, pisang, pisang raja dan keladi. Akibat dari migrasi tersebut, maka tanaman umbi-umbian, pisang pisang raja dan keladi menjadi tanaman yang sering dijumpai pada pulau-pulau pada wilayah Wallacea. Dalam kajian mengenai Austronesia, diperkirakan migrasi ini termasuk bagian dari Migrasi Doutro Melayu di mana orang Formosa juga membawa dan menyebarkan pengetahuan mengenai astronomi, pelayaran, pertanian dan bahkan matematika. Para pendatang dari Formosa tersebut diduga yang menurunkan bahasa baru, yaitu bahasa Austronesia, yang menjadi cikal bakal lebih dari 40 bahasa. Berdasarkan pemetaan bahasa dengan pendekatan glottochronology atau tehnik pemetaan dengan melihat perubahan pola bicara, makan terpetakan bahwa penyebaran pelaut Austronesia mencakup wilayah Filipina, Sulawesi dan semua pulau-pulau di wilayah Wallacea, serta diduga menyeberang sampai ke Jawa, Kalimantan, Sumatera dan wilayah pantai Semenajung Malaya. Laporan Antara Dalam konteks sejarah, para pedagang Arab dan Persia mengenal kepulauan-kepulauan di ufuk timur bagian utara dari kepulauan Nusantara dengan sebutan: Jazirat al-Mulk atau “Negerinegeri Para Raja”. Para saudagar Arab dan Persia tersebut juga memberikan sebutan lain, yaitu Jazirah tuil Jabal Mulku dengan Pulau Halmahera sebagai pulau induk dari kawasan tersebut. Diduga, dari para pedagang Arab dan Persia tersebut pertama kali dikenal istilah Maluku. Dalam tambo Dinasti Tang dari Cina (618-906) disebutkan adanya kawasan yang di sebelah barat Holing yang bernama: Mi-li-ku; di mana diiduga kawasan tersebut adalah gugusan pulau-pulau Ternate, Tidore, Makian, Bacan dan Moti. Van Fraassen dalam disertasinya yang berjudul Ternate, de Molukken en de Indonesische Archipel (1987) menyatakan bahwa Majapahit dalam kitab Nagarakertagama (1365) menyebutkan Maloko sebagai salah satu kawasan perniagaan yang penting di kawasan timur. Nama Maloko tersebut merupakan adopsi dari nama yang disebutkan oleh pedagang Arab yang berniaga di kawasan Nusantara sejak berabad-abad sebelumnya. V - 3 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.1.2 Maluku Dalam Lintas Perniagaan Dunia Pembahasan mengenai Maluku dalam lintas perniagaan dunia akan terbagi dalam 4 (empat) sub bahasan, yaitu: (i) Rempah-rempah sebagai komoditas utama di Maluku, (ii) Teknologi bahari di Maluku, (iii) Pelabuhan perniagaan di Maluku, serta (iv) era kejatuhan Maluku dalam perniagaan dunia. 5.1.2.1 Rampah-Rampah Sebagai Komoditas Utama Sejarah Maluku tidak bisa dilepaskan dari rempah-rempah yang banyak dihasilkan di kepulauan Maluku. Para ahli menyepakati bahwa cengkih berasal dari kepulauan Maluku. Pada awalnya tanaman rempah-rempah ini tumbuh secara liar di sebagian besar wilayah Maluku khususnya di bagian utara. Cengkih (Eugenia aromatica) banyak ditemukan di Ternate, Tidore, Moti, Makian dan Bacan, serta sebagian wilayah Jailolo. Pala (Myristica fragrans) banyak ditemukan di Banda, Maba, Patani dan Weda. Cengkih diduga sudah menjadi komoditas penting pada era Pleistosen. Diduga bahwa pelaut Austronesia membawa beberapa komoditas dari wilayah Wallacea untuk dibawa ke arah barat. Sekitar abad V, Maluku sudah sudah tercatat dalam beberapa literatur menjadi bagian penting dari jalur perdagangan Arab dan Cina; bahkan beberapa ahli sejarah menduga bahwa Cina dianggap “dengan sengaja merahasiakan” jalur pelayaran Maluku untuk mengamankan komoditas rempah-rempah, terutama cengkih. Perdagangan cengkih dunia pada awalnya dikuasai oleh pedagang Arab dan Cina. Rute perdagangan rempahrempah (spices trade) melalu 2 (dua) jalur, yaitu: (i) jalur darat melalui rute “Jalan Sutra” atau Silk Road, serta (ii) jalur laut. Gambaran rute perdagangan rempah-rempah pada masa perdagangan Aran dan Cina adalah sebagai berikut: Gambar 5.5. Rute Perdagangan Rempah-rempah pada Masa Klasik Sejarah tentang cengkih di luar Maluku diungkapkan pada suatu temuan arkeologis di Terqa (Mesopotamia) yang menjelaskan bahwa tumbuhan cengkih sudah ada sejak 1700 SM. Seorang paleobotani atau botani purbakala yang bernama Kathleen Galvin (dalam Robert Dick-Read, 2005) menduga bahwa pelaut Austronesia membawa cengkih sebagai komoditas yang diperjualbelikan sampai ke Mesopotamia di wilayah barat, dan bahkan sampai ke Cina di wilayah timur. Dalam literatur Cina pada 220-206 SM dikenal istilah ting hiang atau “rempah paku”; di mana yang dimaksud dengan “rempah paku” adalah cengkih yang berbentuk menyerupai paku. Minyak esensial dari cengkih mempunyai fungsi anestetik dan antimikrobial. Minyak cengkeh sering digunakan untuk menghilangkan bau nafas dan untuk menghilangkan sakit gigi. Zat yang terkandung dalam cengkih yang bernama eugenol, digunakan dokter gigi untuk menenangkan saraf gigi. Minyak cengkih di Jepang pada masa dahulu digunakan dalam campuran tradisional chōjiyu (1% minyak cengkeh dalam minyak mineral; "chōji" berarti cengkih; "yu" berarti minyak) dan digunakan untuk merawat permukaan samurai. Gambar 5.4. Cengkih (Eugenia aromatica) Sumber: Celnet Recipes Maluku mulai dikenal di Eropa dan kemudian mendunia, ketika misi niaga Portugis yang dipimpin Antonie de Abreu mendarat di Maluku pada tahun 1512 untuk mencari rempahrempah. Pada saat itu, pedagang Portugis masih menyebut kawasan ini sebagai “as ilhas de crafo” atau pulau rempah-rempah. Sebutan “as ilhas de crafo” atau pulau rempahrempah tersebut kemudian diganti menjadi sebutan Moluccos pada tahun 1514. Sedangkan pedagang Spanyol baru secara resmi menyebutkan Maluku dalam dokumendokumen sejarah pada tahun 1521. Pada tahun 1521, Sebastian del Cano berangkat dari Tidore dan tiba kembali di Sevilla, Spanyol, yang kemudian dicatat dalam sejarah sebagai perjalanan pertama dari komoditas rempah-rempah dari Kepulauan Maluku langsung ke Eropa Barat. Sebastian del Cano berlayar dari Tidore menuju ke arah selatan dan mampir sebentar di Timor; kemudian berlayar ke arah barat daya menyeberangi Samudera Hindia ke ujung selatan Afrika, lalu melintasi Samudera Atlantik samapai ke muara Sungai Guadalquivir di Iberia Selatan. Sumber: google.co.id, 2008 Laporan Antara V - 4 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Semenjak terbukanya jalur pelayaran langsung dari Maluku ke Eropa tersebut, Maluku semakin dikenal dan terpetakan dalam jalur perdagangan internasional. Salah satu peta dunia klasik yang menggambarkan kepulauan Maluku dibuat oleh Ribero pada tahun 1529 yang bisa terlihat pada gambar di bawah ini. Peta lain yang dibuat oleh bangsa Belanda pada tahun 1635 yang menggambarkan Kepulauan Maluku sebagai penghasil rempah-rempah sebagai bagian dari Oost Indies atau Hindia Timur seperti yangterlihat pada gambar berikut ini. Gambar 5.8. Maluku dalam Peta Hindia Timur (1635) Gambar 5.6. Peta Kepulauan Rempah-rempah Versi Ribero 1529 Sumber: google.co.id, 2008 Sumber: google.co.id, 2008 Peta lain yang dibuat bangsa Eropa mengenai kepulauan Maluku adalah Moluccae Insulae karya Bertius (1616) seperti terlihat pada gambar berikut ini. Gambar 5.7. Peta Moluccae Insulae Karya Bertius Tahun 1616 5.1.2.2 Teknologi Bahari Di Maluku Selain rempah-rempah, beberapa catatan sejarah menyatakan bahwa wilayah kepulauan Maluku dikenal karena teknologi kelautannya yang dianggap cukup maju pada masa itu. Catatan yang dibuat oleh Antonio Galvao pada tahun 1544 -dalam buku yang ditulis oleh H. Jacobs, SJ pada tahun 1971 dengan judul A Treatise on the Moluccas (c.1544). Probably the Preliminary Version of Antonio Galvao’s Lost Historias das Moluccasmenjelaskan sebagai berikut: …bentuk di tengah-tengah kapal menyerupai telur (dalam bahasa Portugis: he ovedo no meio) dan kedua ujungnya melengkung ke atas. Dengan demikian, kapal bisa berlayar maju maupun mundur. Kapal-kapal ini tidak diberi paku atau dumpul. Lunasnya, rusuknya, linggi depan dan linggi belakang disesuaikan dan diikat dengan tali ijuk (guamuto dalam bahasa Portugis, dalam bahasa setempat: gomutu) melalui lubang yang dibuat di beberapa tempat tertentu. Di bagian dalam terdapat bagian yang menonjol yang berbentuk cincin yang berfungsi sebagai tempat memasukkan tali pengikat dan tidak kelihatan dari luar. Untuk menyambung papan-papannya, mereka membuat pena pada ujung beberapa papan, sedangkan pada papan lainnya dibuat lubang kecil untuk memasukkan pena tersebut. Sebelum menyambung papan-papan ini, di sela-selanya diberi baru supaya air tidak dapat masuk. Sumber: google.co.id, 2008 Laporan Antara V - 5 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Catatan dari Antonio Galvao (1544) menyebutkan bahwa di wilayah kepulauan Maluku terdapat beberapa jenis kapal, antara lain adalah: a. Juanga. Juanga adalah kapal terpenting di Maluku dengan bentuk menyerupai guales reaes atau “galai raja”. Sebuah juanga bisa membawa 200 orang penganyuh pada setiap lambung, ditambah dengan hampir 100 orang baileo. Ada juga juanga yang lebih kecil dengan 150 pengayuh untuk setiap sisi dan 50 orang di baileo. Juanga biasanya membawa juga 1-3 perahu. b. Lakafumu. Lakafumu hampir menyerupai juanga, namun membutuhkan orangorang yang paling kuat (atau dalam catatan Antonio Galvao ditulis: mais esforçados)baik untuk mengayuh atau untuk ditempatkan di baileo. Lakafumu biasanya membawa juga 1-3 perahu. c. Camanomi dan kora-kora. Kapal jenis ini mempunyai ukuran tidak terlalu besar dan hanya membutuhkan 40-47 pengayuh dengan 25 orang baileo. Kapal ini di bagian atas mempunyai cangalha dan mempunyai cadik di tiap-tiap sisinya. Korakora biasanya membawa juga 1-3 perahu. Gambar berikut ini menunjukkan beberapa jenis kapal yang dibuat dan digunakan oleh pelaut Jawa pada sekitar abad XVI; di mana dalam catatan Willem Lodewyckz yang ikut dalam ekspedisi pertama Belanda di bawah pimpinan Cornelis de Houtman ke Indonesia disebutkan: …untuk mengadakan pelayaran yang jauh yakni ke Maluku, Banda, Kalimantan, Sumatera dan Malaka, Banten mempunyai jung dengan layer kecil di depan atau kadang-kadang juga tiang agung dan dua tiang lainnya. Dari haluan sampai ke belakang terdapat geladak ditutup dengan atap untuk berteduh terhadap matahari, hujan dan embun. Di bagian belakang terdapat anjungan untuk nahkoda; di bagian bawah memliki ruang yang terbagi-bagi dalam petak-petak untuk tempat barang. Gambar 5.9. Kapal Pelaut Jawa pada Abad XVI d. Rorehe. Kapal jenis rorehe ini mempunyai ukuran yang lebih kecil dari pada camanomi dan kora-kora, serta hanya membutuhkan 15-30 pengayuh dan 6-10 orang baileo. e. Kalulus. Kapal jenis kalulus ini tidak mempunyai cadik dan membutuhkan 20-50 pengayuh dengan 10-20 orang baileo. f. Nyonyan. Kapal ini merupakan kapal yang digunakan nelayan dan membutuhkan 3-12 pengayuh dengan 2 orang baileo. g. Champa na. Kapal jenis champa na ini merupakan kapal khusus untuk muatan atau dalam istilah Portugis disebut sebagai caravelões de cargua. Adrian B. Lapian (2008) dalam bukunya yang berjudul Pelayaran dan Perniaagan Nusantara Abad Ke-16 dan 17 menyatakan bahwa kapal jenis kora-kora lebih diutamakan untuk kepentingan perang atau membawa pejabat kerajaan, dan bukannya untuk kepentingan perniagaan. Sumber: www.mainlesson.com, 2008 Sedangkan kapal yang banyak digunakan oleh pelaut-pelaut di Indonesia bagian timur, khususnya di Kepulauan Maluku bagian utara, sesuai dengan catatan yang dibuat oleh Sir Alfred Russel Wallace terlihat pada gambar di bawah ini. Gambar 5.10. Kapal Pelaut Indonesia Timur pada Abad XIX Cortesão (1935) dalam bukunya yang berjudul Cartografia e Cartógrafos Portugueses dos Séculos XV et XVI menyatakan bahwa di bagian timur kepulauan Indonesia terdapat pusat galangan kapal yang cukup besar yaitu di Pulau Kei. Pusat galangan kapal tersebut hampir disejajarkan dengan pusat galangan kapal di Lasem (Jawa), namun kualitas maupun kuantitasnya masih di bawah Pegu (Burma Selatan) yang merupakan pusat galangan kapal terbesar di Asia Tenggara bagian barat pada awal abad XVI. Pelaut Portugis menyatakan bahwa setiap tahun tercatat rangkaian armada kapal dan perahu yang baru selesai dibuat di pusat galangan kapal di Kepulaun Kei untuk dijual ke pelabuhan-pelabuhan di Maluku. Selain teknologi dan ketrampilan pembuatan kapal, Kepulauan Kei didukung oleh sumber daya alam yang cukup berkualitas. C Bosscher (1885) dalam bukunya yang berjudul Bijdragen tot de kennis van de Keij-eilanden menyebutkan bahwa paling tidak terdapat 6 (enam) jenis kayu berkualitas tinggi untuk pembuatan kapal. Industri pembuatan kapal di Kepulauan Kei, menurut Adrian B. Lapian (2008), menjadi pusat galangan kapal terbesar di Indonesia bagian timur pada abad XIX, menggantikan peran Lasem yang sebagai pusat galangan kapal terbesar di Indonesia bagian tengah pada abad XVI dan XVII. Laporan Antara Sumber: google.co.id, 2008 V - 6 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Sedangkan bentuk kapal yang digunakan oleh bangsa-bangsa Eropa bisa terlihat pada gambar di bawah ini, yang merupakan gambar dari kapal yang digunakan pada ekspedisi Alburquerque. Gambar 5.11. Kapal Pelaut Eropa pada Ekspedi Albuquerque Thome Pires menyatakan bahwa walau kondisi perairan Ternate dan Tidore sangat sulit dilalui kapal besar dan dalam jumlah yang banyak, akan tetapi karena merupakan lumbung cengkih yang utama, maka Ternate dan Tidore juga dukunjungi oleh kapalkapal asing. Pelabuhan Ternate pada masa itu bisa disandari oleh 2-3 kapal sekaligus, sedangkan Tidore karena mempunyai kebun bunga karang atau coral reef, maka kapalkapal tidak bisa berlabuh dan membutuhkan kapal kecil atau perahu untuk membawa komoditas yang akan diperjualbelikan. Beberapa litograf memperlihatkan pelabuhan Ternate sebagai pelabuhan yang dikelilingi kapal-kapal kecil dengan Gunung Gamalama sebagai latar belakang, seperti terlihat pada gambar berikut ini. Gambar 5.12. Pelabuhan Ternate Abad XVI Sumber: google.co.id, 2008 5.1.2.3 Pelabuhan Perniagaan Di Maluku Pelabuhan perniagaan atau bandar merupakan komponen yang sangat penting dalam konteks perniagaan melalui jalur laut. Di bandar ini terjadi pertukaran komoditas menjadi “barang impor dan ekspor”. Beberapa literatur sejarah menyatakan bahwa Cina sekitar abad V sudah melakukan hubungan dagang dengan “negeri-negeri” di Kepulauan Maluku bagian utara. Pedagang dari Cina menjual tenunan, perak, gading, manik-manik dan piring mangkok; serta kemudian membeli rempah-rempah dari pedagang-pedagang setempat. Kondisi geografis dan struktur alam sangat mempengaruhi pemilihan bandar; sehingga walau Ternate dan Tidore merupakan kota bandar yang cukup penting di Kepulauan Maluku bagian Utara, akan tetapi kedua kota tersebut tidak berkembang menjadi bandar niaga internasional. Adrian B. Lapian (2008) dalam bukunya yang berjudul Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad ke-16 dan 17 menyatakan bahwa pelabuhan Ternate yang mempunyai laut yang dalam, namun tempat untuk berlabuh amat terbatas untuk menampung berpuluh-puluh kapal besar, membuat Ternate tidak bisa menjadi bandar internasional seperti Malaka, Sunda Kelapa atau Banten. Begitu juga dengan perairan Tidore yang mempunyai kebun karang atau coral reef yang sangat luas sehingga sangat berbahaya untuk navigasi kapal yang akan merapat. Laporan Antara Sumber: google.co.id, 2008 Catatan Thome Pires pada tahun 1515 juga menyatakan bahwa Banda merupakan bandar niaga yang terpenting dan terbesar untuk wilayah Indonesia bagian timur. Pada awal abad XVI, Banda sudah mengimpor kain dan tenunan halus dari negeri-negeri Asia di sebelah barat yang dibawa oleh kapal-kapal Portugis. Sedangkan pedagang dari Jawa dan Melayu membawa kain kasar yang sangat laku di Banda karena bisa dipertukarkan dengan sagu dan rempah-rempah yang dibawa oleh pedagang dari Halmahera atau Papua. Beras didatangkan dari Sulawesi Utara. Sagu yang juga dimpor dari Kepulauan Kei dan Aru merupakan komoditas pangan yang penting karena disimpan dalam waktu yang lama untuk perjalanan laut. Bahkan pada masa Thome Pires, sagu menjadi salah satu alat bayar atau alat tukar yang sangat penting. Komoditas yang penting di Banda adalah kapal buatan Kepulauan Kei, emas dari Sulawesi Utara, burung cendrawasih dari Papua, cengkih dari kepulauan Maluku bagian utara (seperti Ternate, Tidore, Bacan dan Makian), sedang pala berasal dari Ambon, Seram dan pulau-pulau di sekitarnya. Tingginya nilai komoditas pala, membuat petani di V - 7 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan kepulauan Maluku lebih berkonsetrasi untuk menanam pala, sehingga kpmoditas pangan seperti beras dan sagu harus diekspor dari tempat di luar wilayah Kepulauan Maluku. Thome Pires mencatat bahwa nilai komoditas pala sangat tinggi pada awal abad XVI di bandr niaga Banda. Untuk bunga pala mencapai angka 500 bahar, sedang untuk pala bisa mencapai 6.000 sampai 7.000 bahar; di mana menurut pedagang Portugis, nilai tukar 1 bahar seharga 3 sampai 3,5 cruzado. Sedangkan 7 satuan bunga pala sama dengan 10 satuan cengkih. 5.1.3 Era Kejatuhan Maluku Dalam Perniagaan Dunia Rempah-rempah secara umum baru dikembangkan secara budidaya pada abad XV, di mana tanaman cengkih baru dibudidayakan pada tahun 1450 di kepulauan Maluku. Thome Pires seorang pakar obat-obatan Portugis dalam Suma Oriental: An Account of the East from the Red Sea to Japan (1515) menyatakan bahwa: Tuhan telah menciptakan Timor untuk kayu cendana, Banda untuk pala, serta Maluku untuk cengkih; dan dagangan-dagangan ini tidak dikenal di tempat lain di dunia ini kecuali di tempat-tempat tadi. Saya telah tanyakan dan selidiki dengan teliti apakah barang ini terdapat di tempat lain, dan semua orang katakan tidak. Ludorico di Varthema (dalam Des Alwi, 2005) yang menulis catatan mengenai Pulau Ternate pada masa Sultan Bayanullah atau Abu Lais atau Sultan Boleif menyatakan cengkih adalah komoditas sangat penting di wilayah tersebut. Ludrico di Varthema menyatakan: …pulau ini sangat kecil, walaupun dalam hal ukuran lebih panjang dari pada Banda. Pulau ini menghasilkan cengkih sebagaimana pulau-pulau kecil di sekitarnya. Ketika cengkih sudah matang, masyarakat memukulnya dengan bulu sehingga berjatuhan di atas tikar yang terlebih dahulu dihamparkan di atas tanah di bawah pohon. Mereka menjual cengkih dengan harga dua kali lipat harga pala. Rempah-rempah mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi, khususnya di pasar Eropa. Pada tahun 1600, harga 10 pon cengkih di Maluku akan menghasilkan keuntungan 32.000% di pasar Eropa. Hal tersebut yang mendorong kedatangan bangsa-bangsa Eropa, seperti: Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda ke Maluku. Kedatangan bangsa-bangsa Eropa tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar pada konstelasi politik di Maluku. b. VOC memberikan kompensasi ke Sultan ternate dan pejabat-pejabatnya berupa recognitie penningen atau pembayaran untuk suatu pelayanan yang pasti. Monopoli rempah-rempah yang dilakukan oleh VOC tersebut kemudian mengakibatkan: a. Boikot yang dilakukan oleh penguasa setempat dengan tidak menanam tanama rempah-rempah dan diganti dengan tanaman komoditas lain, seperti kenari yang ditanam di Makian, sehingga rempah-rempah menjadi langka dan tidak lagi menjadi komoditas unggulan di Maluku; b. Penyelundupan rempah-rempah ke luar kepulauan Maluku, bahkan puncaknya adalah bibit tanaman cengkih diselundupkan oleh pedagang Perancis dan berhasil ditanam di beberapa tempat di Afrika, seperti Zanzibar dan Madagaskar. Dampak dari boikot dan penyelundupan seperti tersebut di atas adalah Kepulauan Maluku tidak lagi menjadi tempat utama penghasil cengkih di dunia. Bahkan peranan sebagai “negeri penghasil rempah-rempah” atau Spice Islands diambil alih oleh Zanzibar sejak abad XIX. Semenjak itu, peranan Kepulauan Maluku dalam perniagaan dunia menjadi semakin pudar. Aneksasi Belanda terhadap Maluku semakin memperparah peranan Kepulauan Maluku dari dunian perniagaan internasional. Peran dan fungsi perniagaan Maluku kemudian anjlok dari skala internasional menjadi bersifat lokal. Dalam Traktat London pada tahun 1824 yang mengatur hubungan perdagangan bilateral antara Inggris dan Belanda, disebutkan Maluku menjadi daerah pelayaran dan perniagaan yang meliputi Sulawesi di belahan barat, Papua di belahan timur, Timor di belahan selatan, dan Kalimantan di belahan utara, termasuk pulau-pulau yang ada di dalamnya. Pada tahap berikutnya, Pemerintah Belanda dalam Lembaran Negara Tahun 1824 No. 9 a, 21 a, 26 a dan 28 a yang menyatakan bahwa kepulauan Maluku hanya meliputi Ambon, Banda, Ternate, Tidore, Bacan, serta Manado. Pada tahun 1840, Belanda menyatakan bahwa Pemerintahan Maluku hanya meliputi kepulauan Ambon, kepulauan Banda dan Ternate termasuk semua daerah yang di bawah kewenangan Ambon, Banda dan Ternate; sedangkan Manado menjadi residensi tersendiri lepas dari Maluku. Akan tetapi pada tahun 1652 harga rempah-rempah di pasar internasional jatuh secara tajam. Untuk mengangkat kembali harga cengkih, maka VOC yang berkuasa di Maluku Utara harus mengurangi produksi dengan menebang pohon-pohon cengkih yang ada, yang dikenal dengan istilah hongi tochten. Pada 31 Januari 1652, suatu perjanjian disepakati oleh VOC dan pihak Ternate yang bertujuan untuk mengontrol harga cengkih di wilayah Maluku, khususnya yang berada di bawah kekuasaan Kesultanan Ternate, dengan cara: a. Memberikan kekuasaan penuh kepada VOC untuk melakukan hongi tochten atau menebang pohon cengkih yang terdapat dalam wilayah kekuasaan Kesultanan Ternate dan sekitarnya Laporan Antara V - 8 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.1.4 Kerajaan Bacan Dalam Konteks Sejarah Maluku Utara Bacan adalah salah satu “negeri” atau kerajaan yang penting dalam konteks kepulauan Maluku bagian utara. Kerajaan Bacan merupakan salah satu kerajaan dalam konteks Moloku Kie Raha atau “Kerajaan Empat Gunung” yang berkuasa di hampir sebagian besar wilayah Kepulauan Maluku bagian utara. Pembahasan mengenai Kerajaan Bacan akan terbagi menjadi: (i) Mitos dan legenda mengenai kerajaan-kerajaan di Maluku, (ii) analisa mengenai penamaan Bancan, (iii) perpindahan kerajaan Bacan, (iv) catatan bangsa asing mengenai Bacan, (v) sistem pemerintahan Kerajaan Bacan, (vi) potensi sumber daya Kerajaan Bacan, serta (vii) kerajaan Bacan menjelang kemerdekaan Republik Indonesia. 5.1.4.1 Mitos Dan Legenda Kerajaan-Kerajaan Di Maluku Utara Awal mula Kerajaan Bacan tidak bisa dilepaskan dari mitos atau legenda kelahiran kerajaan-kerajaan Maluku, khususnya 4 (empat) kerajaan besar, yaitu: Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo. Keempat kerajaan tersebut yang kemudian dikenal sebagai “Moloku Kie Raha”. Ada beberapa versi atas mitos atau legenda kelahiran kerajaan-kerajan di Maluku, antara lain adalah: a. Versi “Nagarakartagama” Kitab Nagarakartagama yang disusun oleh Empu Prapanca merupakan salah satu kitab yang sangat terkenal yang pernah dibuat pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Pada masa itu, ada seorang kolano berkuasa di Loloda, Halmahera Utara; akan tetapi kolano ini kehilangan kekuasaannya dengan munculya Kolano Jailolo. Dalam kitab Nagarakartagama disebutkan bahwa pada awalnya Jailolo dikuasai oleh seorang kolano perempuan yang berkuasa secara tiran dan memerintah dengan tangan besi. Pemerintahan yang tangan besi tersebut kemudian memunculkan perlawanan dan pembangkangan terhadap Kolano Jailolo yang diikuti dengan eksodus para pembangkang politik ke pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Halmahera, yaitu Ternate, Tidore, Moti dan Makian. Di pulau-pulau itulah para pembangkang politik mendirikan kerajaan-kerajaan baru yaitu Kerajaan Ternate, Tidore dan Bacan. Kelak di kemudian hari, Kerajaan Ternate menjadi kerajaan terkuat di wilayah Maluku Utara pada gilirannya memukul balik dan mengakhiri eksistensi dan kekuasaan Kerajaan Jailolo. b. Versi “Mitos Bikusagara” Mitos Bikusagara adalah mitos yang sangat populer di wilayah Maluku pada abad XVI yang berhasil direkam oleh Gubernur Portugis di Maluku yang bernama Antonio Galvao pada tahun 1544. Mitos ini menyatakan bahwa: …Bikusagara, seorang tua berpengaruh di Batu Cina, menemukan empat butir telur naga di antara batu karang. Ketika mendekati telur-telur itu tersebut, ia mendengar suara yang memerintahkan padanya agar telur-telur itu dibawa pulang karena akan menetaskan ‘pribadi-pribadi yang tinggi martabatnya’. Beberapa lama kemudia, dari telur-telur itu menetas 3 anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Setelah dewasa, dari tiga orang anak laki-laki itu, seorang menjadi Raja Bacan, yang lain menjadi Raja Papua, dan seorang lagi menjadi penguasa Butung dan Banggai. Sementara yang perempuan menjadi permaisuri Raja Loloda. Laporan Antara Secara tidak langsung, mitos ini juga menyatakan bahwa ada “kekuatan besar” yang disebutkan dengan simbol Naga yang diduga adalah sebuah kerajaan tua di Halmahera Utara; serta disebutkan adanya “kekuataan yang lain”, yaitu Kerajaan Loloda. Analisa dari Prof A.B. Lapian atas “Mitos Bikusagara” dalam tulisan yang berjudul Bacan and the Early Early History of North Maluku pada tahun 1994 menyatakan bahwa kerajaan tertua di Maluku Utara yang berkedudukan di Jailolo dan mempunyai pengaruh sampai ke Seram dan pulau-pulau di Sulawesi Utara. c. Versi “Sejarah Ternate” Buku “Sejarah Ternate” ditulis oleh Nadiah, seorang pejabat Hukum Soasio pada tahun 1859-1864. Naskah yang ditulis oleh Nadiah dalam bahasa Ternate tersebut kemudian diterjemahkan oleh P. van der Crab, mantan Residen Ternate (1863-1864), ke dalam bahasa Belanda. Terjemahan dari Crab tersebut kemudian diterbitkasn pada tahun 1878 dengan judul: “Geschiedenis van Ternate, in der Ternataanschen en Maleischen Tekst, beschreven door der Ternataan Naidah, met Veratling en Aantekeringen door P. van der Crab” atau: “Sejarah Ternate, dalam Teks Berbahasa Ternate, dengan terjemahan dan catatan oleh P. van der Crab”. Kitab “Sejarah Ternate” ini secara tidak langsung merupakan legitimasi kultural atas keberadaan Kerajaan Ternate terhadap kerajaan-kerjaan yang lain. Dalam “Sejarah Ternate”, disebutkan bahwa leluhur bangsa Maluku adalah seorang Arab yang bernama Jafar Sadek atau Jafar Noh. Kelak Jafar Sadek atau Jafar Noh ini setelah menetap di Danau Ake yang berada di Bukit Jore-jore, Ternate, mempunyai 4 (empat) orang anak laki-laki hasil perkawinan dengan seorang bidadari yang bernama Nur Sifa. Keempat anak Jafar Sadek atau Jafar Noh tersebut yang kelak di kemudian hari melahirkan kerajaan Bacan, Jailolo, Tidore dan Ternate, seperti yang termaktub dalam “Sejarah Ternate” sebagai berikut: …anak pertama, Buka, diberinya sepotong buncak pohon (dalam bahasa Ternate disebut: age) untuk tempat duduk. Buka kemudian bertolak ke Makian dan menjadi cikal bakal kerajaan Makian. Anak kedua, Darajat, mendapat tempat duduk sepotong kayu terapung (dalam bahasa Ternate disebut: ginoti). Ia bertolak ke Moti dan menjadi cikal bakal Kerajaan Jailolo. Anak ketiga, Sahajat, memperoleh batu (dalam bahasa Ternate disebut: mari) sebagai tempat duduk. Ia pergi ke Tidore dan menjadi cikal bakal Kerajaan Tidore. Anak keempat, Mashur Malamo, memperoleh tempat duduk sebuah kursi dan menjadi cikal bakal Kerajaan Ternate. Kopiah pemberian kakeknya yang dibawa dari langit menjadi mahkota Kerajaan Ternate. d. Versi “Hikayat Bacan” Pada tahun 1923, W. Ph. Coolhaas mempublikasikan “Kroniek van het Rijk Batjan” atau dikenal sebagai “Hikayat Bacan” dengan teks bahasa Belanda dan Melayu. Penulis Hikayat Bacan yang aseli tidak ketahui, akan tetapi suntingan Coolhaas ini menjadi salah satu sumber penting tentang sejarah Bacan dan kerajaan Maluku lainnya. Berbeda dengan “Sejarah Ternate” yang merupakan legitimasi kultural terhadap Ternate, maka “Hikayat Bacan” merupakan legitimasi atas keberadaan Kerajaan Bacan terhadap kerajaan-kerajaan yang lain. V - 9 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan “Hikayat Bacan” juga menyebutkan Jafar Sadek atau Jafar Noh atau Noh Ibnu Jafar Sadek sebagai tokoh sentral, yang datang dari tanah Arab dan menetap di Tanah Gapi, yang kemudian mempunyai 5 (lima) orang anak (empat laki-laki dan satu perempuan). Keempat anak laki-laki tersebut kelak menjadi mewariskan kerajaan Bacan, Jailolo, Tidore dan Ternate, seperti yang termaktub dalam “Hikayat Bacan” sebagai berikut: …tiba-tiba datang gelap gulita, Guntur dan kilat, angin ribt serta hujan lebat semalam suntuk hingga terbit fajar. Ketika pagi tiba, semenanjung dari Ternate sampai Bacan sudah terputus-putus dan berselang seling menjadi Pulau Ternate, Tidore, Moti dan Makian. Maka tiap-tiap anak dari anak laki-laki itu diberi tempat. Anak pertama, bernama Said Muhammad Bakir atau Sahid Husin, di atas Gunung Makian dan bergelar Maharaja Yang Bertakhta Kerajaan Moloku Astana Bacan Negeri Komolo Besi Limau Dolik. Anak kedua menjadi Moloku Jailolo. Anak ketiga menjadi Moloku Tidore. Anak keempat menjadi Moloku Ternate. Sedang anak yang kelima, anak perempuan, pergi ke Tanah Gapi di Banggai dan bermukim di sana. e. Versi “Hikayat Rua Rica” “Hikayat Rua Rica” adalah versi lain dari kelahiran empat kerajaan besar di Maluku Utara yang tidak terlalu populer dan dengan penulis yang anonim. Tokoh sentral dalam kisah ini adalah “seorang guru agama dari Tanah Arab” yang singgah di Rua Akerica, sebelah barat pulau Ternate, dan kemudian menikahi anak perempuan dari keluarga lokal terhormat. Dari perkawinan tersebut, lahirlah 8 (delapan) orang anak, yang terdiri atas 4 (empat) orang laki-laki dan 4 (empat) orang perempuan. Proses terjadinya kerajaan-kerajaan di Maluku Utara menurut “Hikayat Rua Rica” adalah sebagai berikut: …ketika anak-anak itu dewasa, yang laki-laki mencari jalan masing-masing untuk mendirikan kerajaan. Salah seorang anak laki-laki pergi ke Pulau Makian dan mendirikan Kerajaan Kie Besi. Tetapi, lantaran ancaman gunung berapi, ia kemudian pindah ke Pulau Bacan. Anak laki-laki lainnya pergi ke Pulau Moti dan mendirikan Kerajaan Tuanane. Tetapi karena pulau ini tandus, maka ia pindah ke Jailolo di Halmahera. Anak laki-laki yang ketiga bermukim di Pulau Tidore dan mendirikan Kerajaan Duku. Sementara anak laki-laki termuda pergi ke Gapi di Pulau Ternate dan mendirikan Kerajaan Gapi, serta bergelar Sultan Cico. 5.1.4.2 Sejarah Penamaan ”Bacan” Istilah atau penamaan bacan sampai saat ini masih menjadi perdebatan. Dari beberapa literatur sejarah paling tidak ditemukan 2 (dua) versi tentang penamaan atau istilah bacan, yaitu: a. Versi Francoise Valentijn Francoise Valentijn dalam bukunya yang berjudul Oud en Nieuw Oost Indie (1724) menyatakan bahwa Bacan adalah penamaan dari pulau-pulau di bagian barat Kerajaan Jailolo -yaitu pulau Ternate, Tidore, Moti dan Makian- yang dikenal dengan sebutan Batu Cina atau Batochina. Batu Cina dalam pengucapan orangorang Portugis menjadi Bat(a) Chin(a) yang kemudian ditulis menjadi Batchian. b. Versi Sultan Musaffar Syah Versi lain menyatakan bahwa bacan mempunyai arti harfiah yaitu: (mem-) baca. Sultan Ternate yaitu Sultan Musaffar Syah menyatakan bahwa makna dari “bacan” atau “membaca” adalah memasukkan sesuatu, atau usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memasukkan sesuatu ke dalam otaknya untuk menjadi pengetahuan atau kekuatan. Makna tersebut tidak bisa dilepaskan juga dengan tugas dan fungsi Sultan Bacan dalam Kesultanan Moloku Kie Raha yaitu: memasok logistik. Sejarah penamaan Bacan berdasarkan versi Francoise Valentijn (1724) dianggap lemah, karena dari beberapa litograf yang dibuat oleh bangsa-bangsa Eropa yang berkunjung di Kepulauan Maluku Utara menyatakan bahwa Batochina tidak sama dengan Bacan atau Batchian, seperti terlihat pada gambar berikut ini. “Hikayat Rua Rica” ini walau tidak sejelas “Sejarah Ternate”, tetapi sedikit banyak merupakan bentuk legitimasi atas peran dan kekuasaan Kerajaan Ternate. Kedatangan Jafar Sadek atau Jafar Noh menurut catatan Nadiah adalah pada hari Senin, 6 Muharran 643 H atau sekitar 1245 M. Menurut Prof. de Graaf dan Pigeaud dalam Chinese Muslim in Java at XV and XVI Centuries disebutkan bahwa Jafar Sadek adalah seorang Mesir yang dikirim pemeritahnya ke Jawa sebagai Ambassador Plenipotentiary atau “duta besar berkuasa penuh” dari Kesultanan Mesir dari Dinasti Abbasiyah. Sedangkan menurut literatur Cina, nama Jafar Sadek disebutkan sebagai Ja Tek Su, seorang muslim ahli perkapalan Cina yang menjadi mubaligh di Jawa pada abad XV. Laporan Antara V - 1 0 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Gambar 5.13. Analisa Mengenai Batochina dan Bacan Bachian atau Bacan Gambar 5.14. Batochina do Moro Batochina Sumber: google.co.id, 2008 Bacchian Ternate Sedangkan penamaan Bacan versi Sultan Musaffar Syah juga diperdebatkan oleh beberapa ahli sejarah, karena nama atau sebutan “Bacan” sudah muncul jauh sebelum era Sultan Musaffar Syah. Diduga pernyataan Sultan Musaffar Syah tersebut merupakan klaim kekuasaan Kesultanan Ternate atas kerajaan yang lain di Kepulauan Maluku bagian utara. 5.1.4.3 Perpindahan Dari Makian Sampai Ke Negeri Zeki Laboan Batochina Sumber gambar: google.co.id, 2008 Kerajaan Bacan diperkirakan berdiri pada tahun 1322 yang berkedudukan di Makian menyusul terlaksananya “Persekutuan Moti” atau Motir Verbond. “Persekutuan Moti” berawal dari gejolak sosial dan politik di wilayah kepulauan Ternate, Tidore, Jailolo dan Bacan akibat meningkatnya perekonomian Ternate yang menjadi lebih baik dari pada kawasan yang lain. Penguasa Ternate, yaitu Sida Arif, mengundang para Kolano Tidore, Jailolo dan Bacan untuk mengatasi kemelut di wilayah tersebut. Agenda pertemuan adalah: (i) membahas upaya perdamaian antar kerajaan, (ii) penyeragaman bentuk kelembagaan kerajaan, serta (iii) penentuan peringkat dan senioritas kerajaan. Dalam beberapa naskah sejarah, disebutkan bahwa Kerajaan Bacan mempunyai bendera dengan warna dasar merah seperti yang terlihat pada gambar berikut ini. Litograf yang lain bahkan menyatakan bahwa Jailolo atau Gilolo mempunyai sebutan lain sebagai Batochina do Moro yang berbeda sama sekali dengan teori Batochina adalah Bacan ataupun Batochina adalah kepulauan yang berada di sisi barat dari Pulau Halmahera, seperti yang terlihat pada gambar berikut ini. Laporan Antara V - 1 1 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Gambar 5.15. Bendera Kerajaan Bacan imigran dari pantai timur Sulawesi. Sedangkan menurut Crab (1862) yang menyatakan penduduk Bacan asli pada tahun 1850 tinggal 400 orang saja. Keberadaan banyak pendatang di Pulau Bacan karena perpindahan ibu kota kesultanan dan hubungan perdagangan ini diduga mendorong munculnya Bahasa Bacan (Bacanese) yang sering juga dikenal sebagai Bahasa Melayu Bacan. Bahasa-bahasa dari para pedagang asing tersebut tak pelak memperkaya khasanah bahasa Melayu Bacan tersebut. Gambar berikut adalah manuskrip dengan menggunakan bahasa yang ada di Halmahera Selatan seperti yang tersimpan di Ternate. Gambar 5.16. Manuskrip dalam Bahasa Lokal di Halmahera Selatan Sumber: google.co.id, 2008 Raja Pertama Kerajaan Bacan di Makian tersebut menurut “Hikayat Bacan” adalah Said Muhammmad Bakir dengan gelar Maharaja Yang Bertakhta Kerajaan Moloku Astana Bacan, Negeri Komala Besi Limau Dolik. Dalam Hikayat Bacan yang dipublikasikan oleh Ph. Coolhas (1923) dan berdasarkan tulisan P. van der Crab (1862) disebutkan bahwa ibukota kerajaan Bacan berawal dari Makian Timur dan kemudian pindah ke Kasiruta. Perpindahan ibu kota kerajaan Bacan ke Kasiruta ini terjadi pada masa Sida Hasan. Perpindahan tersebut dikarenakan ancaman gunung berapi Kie Besi. Orang-orang Makian yang dievakuasi tersebut menempati Dolik, Talimau dan Imbu-imbu. Perpindahan ibukota kerajaan pindah dari Kasiruta ke Pulau Seki –tepatnya di Labuhadikarenakan Labuha telah berkembang menjadi permukiman yang besar. Labuha –di saat ibukota Kerajaan Bacan berada di Kasiruta- adalah wilayah yang berada di bawah kekuasaan Sangaji Labuha. Perpindahan ibu kota atau pertumbuhan kerajaan dengan alasan perkembangan permukiman, menurut Coolhas (1923), merupakan pola yang sering terjadi di kerajaan-kerajaan yang ada di Maluku. Sejak perpindahan ibukota kerajaan dari Kasiruta ke Labuha tersebut, diduga terjadi perubahan penyebutan nama pulau, yaitu dari Pulau Seki (atau Zeki) menjadi Pulau Bacan. Atau dengan kata lain, penamaan Bacan sebagai nama kesultanan adalah lebih dahulu dari pada penamaan Bacan sebagai nama pulau. Sumber: www.busranto.blogspot.com Diperkirakan Labuha mempunyai nilai keruangan yang lebih strategis dibandingkan dengan Kasiruta, terutama untuk sektor perdagangan. Pada berbagai literatur sejarah selalu menyebutkan Bacan sebagai penghasil cengkih. Bahkan disebutkan bahwa Bacan – dalam hal ini adalah Labuha- menjadi salah pelabuhan penting pada abad XV dan XVI. Pulau Bacan pada masa Sida Hasan sudah dikunjungi dan ditinggali oleh pedagang dari Jawa, Melayu, Cina dan Arab. Kehadiran para pedagang tersebut sedikit banyak akan berdampak pada perkembangan bahasa dan budaya lokal, serta pada penyebaran agama dan penduduk. Berdasarkan identifikasi yang dilakukan oleh Wallace (1858) dinyatakan bahwa penduduk yang mendiami Pulau Bacan terdiri atas orang Makian-Melayu, orang Serani (blasteran Melayu-Portugis), orang Galela, serta orang Tomori yang merupakan Laporan Antara V - 1 2 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.1.4.4 Bacan Dalam Catatan Sejarah Bangsa Eropa Dalam konteks sejarah tentang Bacan, tidak bisa dilepaskan dengan komoditas cengkeh dan pala. Pada masa lalu, sentra produksi cengkeh dan pala terpusat di Ternate, Tidore, Moti, Makian, Bacan dan Halmahera yang merupakan jajaran dari Pulau Penghasil Rempah (Spice Islands). Pulau Bacan tidak hanya mempunyai peran dalam produksi cengkeh dan pala pada masa itu, akan tetapi juga menjadi pusat kontrol atas produksi dan distribusi cengkeh dan pala di Ternate, Tidore, Moti, Makian dan Halmahera. Sedangkan catatan sejarah mengenai Kerajaan Bacan setelah perpindahan dari Makian ke Pulau Seki terlihat pada litograf berikut ini. Pada litograf yang dibuat oelh bangsa Portugis digambarkan Pulau Seki –yang kelak dikenal sebagai Pulau Bacan- dengan benteng Bernevald yang didirikan oleh Portugis pada tahun 1558. Gambar 5.18. Pulau Seki atau Bacan dengan Benteng Bernevald Bacan sendiri sudah dikunjungi oleh pedagang-pedagang Eropa pada awal tahun 1500an, seperti yang dituliskan Thome Pires dalam Suma Oriental: An Account of the East from the Red Sea to Japan (1515) yang menyatakan: …pulau yang disebut Bacan ini menghasilkan cengkih, pulau lain tidak. Negeri ini mempunyai pelabuhan-pelabuhan yang bagus. Dari pelabuhan ini barang-barang dan muatan diangkut ke pulau lain. Bacan merupakan mata rantai pulau-pulau yang menghubungkannya dengan Seram dan Ambon. Negeri ini menghasilkan 5000 bahan cengkih tiap tahun. Tetapi, pulau ini tidak menghasilkan bahan makanan yang banyak; di mana dari pulau-pulau lain, bahan makanan itu dibawa ke pulau lain Gambar di bawah ini menunjukkan peta Bacan pada awal kedatangan bangsa Eropa yang merupakan bagian dari Atlas van der Hagen yang disimpan di Koninklijke Bibliotheek, Den Haag. Pada peta tersebut tergambar benteng di Bachian serta jajaran pulau Machian (Makian), Motir (Moti), Tidoro (Tidore) dan Terrenate (Ternate). Gambar 5.17. Peta Pulau-pulau Penghasil Rempah-rempah di Maluku Utara Sumber: google.co.id, 2008 Sedangkan bebera litograf lain yang menggambarkan Kerajaan Bacan yang berkedudukan di Pulau Seki atau Pulau bacan sekarang ini terlihat pada gambar berikut ini. Gambar 5.19. Litograf mengenai Pulau Bacan Sumber: www.nationaalarchief.nl Laporan Antara Sumber: google.co.id, 2008 V - 1 3 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.1.4.5 Sistem Pemerintahan Kerajaan Bacan Sistem pemerintahan di Kesultanan Bacan secara umum hampir sama dengan yang ada di Kesultanan Ternate dan Tidore yang mengacu pada hasil “Persekutuan Moti” atau Motir Verbond pada tahun 1322. Kesultanan Bacan terdapat lembaga Sekretaris Kesultanan atau Jogugu yang bertugas mendampingi Sultan dalam urusan pemeritahan, serta menata administrasi kesultanan. Pemerintahan Kesultanan Bacan dijalankan oleh Sultan dengan sejumlah aparatur pemerintah, yaitu: a. Bobato Dalam, yang menjalankan fungsi pertahanan dan keamanan. Aparat pemerintahan bobato dalam antara lain adalah: Mayor, Kapiten Ngofa dan Kapita Kie, Letnan Ngofa dan Letnan Kie, Alfiris, Sersan dan Kabu. b. Bobato Luar, yang menjalankan fungsi pemerintahan. Bobato luar terdiri atas: Jogugu (sekretaris sultan) yang dibantu para hukum (hakim) dan kimalaha sapanggala. c. Bobato Akhirat, yang menjalankan fungsi keagamaan. Bobato akhirat terdiri atas: kalem atau Qadhi Kesultanan yang dibantu oleh imam, khatib dan moding. d. Kapita Laut, yang berperan sebagai panglima militer dan sekaligus bertanggung jawab atas alat-alat transportasi laut milik kesultanan e. Kapala Bangsa, yang merupakan pelaksana kesultanan dari kelompok “orang Soasio” atau rakyat jelata yang telah menganut agama. f. Imam Juru Tulis, Khatib Juru Tulis dan Moding Juru Tulis yang berperan dalam administrasi kesultanan g. Imam Ngofa, Khatib Ngofa dan Dano Menurut P. van der Crab dalam De Moluksche Eilanden (1862) disebutkan bahwa aparatur pemerintah Kesultanan Bacan dipilih langsung oleh rakyat menurut aturan yang ditetapkan sultan. Pemilihan langsung tersebut dengan alasan bahwa pejabat-pejabat tersebut membawa perintah-perintah kesultanan kepada rakyat dan tidak boleh melawan lembaga-lembaga dan adat istiadat negeri. Wilayah kekuasaan Kesultanan Bacan pada awalnya meliputi Pulau Seki, Kasiruta, Obi dan pulau-pulau kecil sekitarnya; termasuk wilayah taklukan berupa Papua dan beberapa desa di Seram, yakni Lisabata, Hatuwe, Saway, Laulata, Poputa, Bowur, Tulusy, Soleman dan Hatilen. Berdasarkan Perjanjian Ekstirpasi Cengkih antara Kesultanan Bacan dan VOC pada 7 November 1653 disebutkan bahwa Kesultanan Bacan diakui hak dan kedaulatannya atas Laiwui, Sembaki, Bacan Tua, Salap, Macoli, Wuiyama, Turongara, Piga Raja, Bariati dan Taspa. Pada saat ini perangkat kepemerintahan Kesultanan Bacan hanya terdiri atas: a. Babato Dunya – dipegang oleh jogugu yang sekarang ini banyak berperan mewakili sultan dalam melaksanakan tugas administratif dan pekerjaan rutin lainnya. b. Babato Akhirat – dipegang oleh imam masjid yang sekarang ini bertanggung jawab pada tugas keagamaan yang berkaitan dengan peran kesultanan sebagai bagian dari budaya setempat. Dalam pelaksanaan tugas dan peran kesultanan dalam konteks sekarang ini, Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Selatan memberikan anggaran bagi Kesultanan Bacan. Akan tetapi anggaran tersebut hanya terbatas untuk mendanai perawatan Rumah Sultan Bacan dan Masjid Kesultanan Bacan. 5.1.4.6 Sumber Daya Alam Kerajaan Bacan Kekayaan atau potensi sumber daya alam yang dimiliki Bacan tergali dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan di Bacan dan pulau-pulau sekitarnya. Perusahaan Elout melakukan survei lapangan pada tahun 1880 yang menyatakan bahwa Bacan mempunyai potensi berupa sagu, damar, kopi, cokelat, batu bara, emas, mutiara, penyu, teripang dan ikan; sedangkan di Pulau Obi mempunyai potensi berupa damar mata kucing. Potensi sagu diperkirakan lebih dari 1.790.000 pohon sagu di seluruh wilayah Pulau Bacan. Bagian utara dari Pulau Bacan dan Kasiruta terdapat hutan damar yang sangat luas. Damar pada abad XIX dan XX merupakan salah satu produk unggulan Maluku Utara. Pada tahun 1923 kopra menempati ranking teratas dengan menghasilkan devisa f. 3 juta, disusul damar dengan hasil devisa sebesar f. 2,875 juta. Bacan menjadikan kepulauan besar Obi sebagai sumber bahan makanan dan ikan, sebab kawasan ini menghasilkan sagu dan memiliki lautan yang kaya dengan ikan. Pada masa Sultan Awaluddin II bertahta telah terjadi skandal yang menghebohkan, yaitu dijualnya Pulau Obi kepada Kompeni seharga 800 ringgit, seperti yang disebutkan oleh Coolhaas pada tahun 1923 dalam Kroniek van het Rijk Batjan. Penelitian keanekaragaman hayati di Bacan juga dilakukan oleh Alfred Russel Wallace, seorang peneliti dan naturalis Inggris terkemuka. Wallace berdiam di Bacan dari 21 Oktober 1858 sampai 13 April 1859. Selama di Bacan, Wallace mengidentifikasi berbagai jenis kupu-kupu yang langka; termasuk beragam burung, seperti burung merpati berbulu hijau dan ungu, burung punai berwarna tembaga dan hijau, cedrawasih dan beberapa jenis burung kecil, serta musang dan 9 (sembilan) jenis kelelawar. Hasil penelitian tersebut kemudian dituliskan oleh Wallace dalam buku yang berjudul “Geographical Distribution of Birds” yang ditulis di Bacan pada bulan Maret 1859. Beberapa catatan sejarah menyatakan bahwa di Pulau Obi pada awalnya terdapat sebuah kerajaan kecil. Pada awal abad XIV, Obi mengklaim memiliki pemerintahan sendiri, sekalipun tidak mempunyai peranan penting dibandingkan kerajaan lain yang tergabung dalam Moloku Kie Raha. Kerajaan Bacan kemudian meredam klaim tersebut dengan memasukkan Obi dalam wilayah kekuasaannya, walau tidak tercatat kapan Obi menjadi bagian dari Kerajaan Bacan. Laporan Antara V - 1 4 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Gambar 5.20. Beragam Jenis Burung di Pulau Bacan sedimentasi atau pasir yang masuk ke dalam cekungan tersebut. Pada daratan terlihat adanya benteng Fort Bernevald, sedang pada teluk tergambarkan beberapa kapal yang akan merapat ke arah benteng seperti yang terlihat pada gambar berikut ini. Gambar 5.22. Cekungan Teluk Labuha Jaman Dahulu Sumber: google.co.id, 2008 Temuan penting lain yang didapatkan Wallace selama di Pulau Bacan adalah spesies lebah raksasa Megachile pluto yang diduga merupakan lebah terbesar yang di muka bumi saat ini. Wallace juga menemukan spesies cendrawasih Paradisaea apoda di Pulau Bacan; di mana pada masa itu keindahan bulu cendrawasih sangat terkenal ke seantero dunia. Bahkan Sultan Bacan pernah memberikan hadiah kepada Raja Spanyol melalui Magellan pada tahun 1522. Hadiah berupa bulu-bulu indah Paradisaea apoda tersebut yang kemudian dikenal dengan sebutan “the birds of the Gods”. Bahkan pada tahun 1640 pelukis ternama dunia, Rembrant, membuat lukisan mengenai burung Paradisaea apoda tersebut. Gambaran Megachile Pluto dan Paradisaea apoda yang ditemukan di Pulau Bacan bisa dilihat pada gambar di bawah ini. Sumber: www.nationaalarchief.nl 5.1.4.7 Kerajaan Bacan Sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia Gambar 5.21. Megachile Pluto dan Paradisaea apoda Investasi di Maluku Utara dan khususnya Bacan semakin meningkat dengan dibukanya Terusan Suez pada 1869 yang memperpendek jarak pengangkutan produksi dari Indonesia ke Eropa. Pembukaan pelabuhan Ternate pada 1854, disusul dengan beroperasinya perusahaan pelayaran KPM (Koningklijk Paketvaart Maatschappij) pada tahun 1888, mendorong terbukanya pelabuhan-pelabuhan lain di Maluku Utara, termasuk Bacan. Sejak tahun 1907, perusahaan Moluksche Handel Vennootschaap (MHV) yang bergerak di bidang ekspor damar, hasil laut dan hasil hutan telah membuka kantor cabang di Bacan; yang kemudian disusul oleh BAM yang membuka bisnis perkebunan di Bacan. Namun di sisi lain, monopoli Belanda atas komoditas cengkihsejak tahun 1652 yang berujung dengan boikot dan penyelundupan cengkih, membuat perniagaan di Maluku Utara jatuh. Pada awal abad XVIII dan XIX secara perlahan, namun pasti, peranan Maluku Utara dalam perniagaan internasional semakin berkurang; di mana peran sebagai Spice Islands atau kepulauan penghasil rempah-rempah diambil alih oleh Zanzibar di Afrika Timur. Sumber: Australian Native Bee Research Centre dan sumber lain Potensi sumber daya alam yang di Labuha Lama adalah Sungai Inggoi dan Teluk Labuha. Berdasarkan literatur dan manuskrip sejarah yang berkaitan dengan Labuha, terlihat bahwa gambaran mengenai Teluk Labuha lebih dominan dari pada Sungai Inggoi. Pulau Bacan sering digambarkan dengan cekungan Teluk Labuha yan menjadi orientasi dari benteng Fort Bernevald pada masa itu. Lansekap dari Pulau Bacan terlhat seperti huruf “C” dengan daratan yang pada sisi depan landai dan sisi belakang dikelilingi bukit-bukit. Cekungan teluk terlihat sangat dominan, di mana pada beberapa gambar terlihat ada Laporan Antara Dalam konteks politik lokal, kedudukan Bacan dalam kepemerintahan Hindia Belanda mengalami penurunan dari tahun 1866 sampai 1925. Pada 1866-1898 Kesultanan Bacan merupakan bagian dari Karesidenan Ternate yang langsung berada di bawah Gubernur Jenderal. Berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal No. 2 tertanggal 6 Desember 1866 (S. 1866 no. 139), kekuasaan Kesultanan Bacan meliputi: Pulau Bacan atau Seki, Kasiruta atau Tawale Besar, Mandaoli, Obit atau Batanglobang, Bungamas atau Batupacitaka, Tabubilik, Batu Ampat, Wiring, Nusa Pau, Lata-lata, Tawale Kecil, Nusa Raloid, serta Gilalang atau Batusambo. Pada 1898, berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal No. 19 tertanggal 5 Februari 1898, Bacan menjadi afdeling dibawah seorang kontrolir yang V - 1 5 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan berkedudukan di Labuha. Namun status Bacan turun menjadi onderafdeling berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal No. 27 tertanggal 16 Juni 1921. Baru pada tahun 1925, pemerintah Belanda mengembangkan pembangunan sampai ke wilayah selatan, termasuk Labuha. Peningkatan status kepemerintahan Bacan terjadi pada tahun 1930, di mana Pemerintah Belanda mengeluarkan Zelf Bestuur Regeling yang menetapkan pembagian Maluku Utara ke dalam 3 (tiga) swapraja, yaitu: a. Swapraja Kesultanan Ternate, b. Swapraja Kesultanan Tidore, c. Kesultanan Bacan. Setiap kesultanan dibagi ke dalam distrik-distrik yang dikepalai oleh Kepala Distrik yang bertanggung jawab pada sultan. Masing-masing distrik terbagi menjadi beberapa onderdistrik. Kekuasaan Kerajaan Bacan yang semakin melemah, baik secara politik atau pun ekonomi, bisa telihat pada saat pelantikan Sultan Bacan pada tahun 1930-an oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, seperti terlihat pada gambar berikut ini. 5.1.5 Pembentukan Provinsi Maluku Utara dan Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara merupakan salah satu Provinsi kepulauan yang dimekarkan dari Provinsi Maluku melalui Undang-undang RI Nomor 46 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat kemudian, diubah dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2003 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 46 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 174, Tambahan Lembaran Negera Nomor 3895). Daerah ini pada mulanya adalah bekas wilayah empat kerajaan Islam terbesar di bagian timur Nusantara yang dikenal dengan sebutan Moloku Kie Raha atau “Kesultanan Empat Gunung di Maluku”. Masing-masing adalah Kesultanan Bacan, Kesultanan Jailolo, Kesultanan Tidore dan Kesultanan Ternate. Pada era pendudukan tentara Jepang (1942-1945), Ternate menjadi pusat kedudukan penguasa Jepang untuk wilayah Pasifik. Memasuki era kemerdekaan, posisi dan peran Maluku Utara terus mengalami kemorosotan. Kedudukannya sebagai karesidenan sempat dinikmati Ternate antara tahun 1945-1957. Setelah itu kedudukannya dibagi dalam beberapa daerah tingkat II (kabupaten). Gambar 5.23. Pelantikan Sultan Bacan pada Tahun 1930-an Upaya merintis pembentukan Provinsi Maluku Utara telah dimulai sejak 19 September 1957. Ketika itu DPRD peralihan mengeluarkan keputusan untuk membentuk Provinsi Maluku Utara untuk mendukung perjuangan untuk mengembalikan Irian Barat melalui Undang-undang Nomor 15 Tahun 1956, namun upaya ini terhenti setelah munculnya peristiwa pemberontakan Permesta. Pada tahun 1963, sejumlah tokoh partai politik seperti Partindo, PSII, NU, Partai Katolik dan Parkindo melanjutkan upaya yang pernah dilakukan dengan mendesak Dewan Perwakilan Rakyat Daerah-Gotong Royong (DPRD-GR) untuk memperjuangkan pembentukan Provinsi Maluku Utara. DPRD-GR merespon upaya ini dengan mengeluarkan resolusi Nomor 4/DPRD-GR/1964 yang intinya memberikan dukungan atas upaya pembentukan Provinsi Maluku Utara. Namun pergantian pemerintahan dari orde lama ke orde baru mengakibatkan upaya-upaya rintisan yang telah dilakukan tersebut tidak mendapat tindak lanjut yang kongkrit. Sumber: Repro Koleksi Kesultanan Bacan (2008) Pada masa kemerdekaan dan selanjutnya pada masa Orde Baru, daerah Moloku Kie Raha ini terbagi menjadi dua kabupaten dan satu kota. Kabupaten Maluku Utara beribukota di Ternate, Kabupaten Halmahera Tengah beribukota di Soa Sio, Tidore, dan Kota Administratif Ternate beribukota di Kota Ternate. Ketiga daerah kabupaten/kota ini masih termasuk wilayah Provinsi Maluku dengan ibukota Ambon. Pada masa pemerintahan Presiden BJ. Habibie, muncul pemikiran untuk melakukan percepatan pembangunan dibeberapa wilayah potensial dengan membentuk Provinsi-provinsi baru. Provinsi Maluku termasuk salah satu wilayah potensial yang perlu dilakukan percepatan pembangunan melalui pemekaran wilayah Provinsi, terutama karena laju pembangunan antara wilayah utara dan selatan dan atau antara wilayah tengah dan tenggara yang tidak serasi. Atas dasar itu, Pemerintah membentuk Provinsi Maluku Utara (dengan ibukota sementara di Ternate) yang dikukuhkan dengan Undang-Undang Nomor 46 tahun 1999 tentang Pemekaran Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Laporan Antara V - 1 6 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Dengan demikian Provinsi ini secara resmi berdiri pada tanggal 12 Oktober 1999 sebagai pemekaran dari Provinsi Maluku dengan wilayah administrasi terdiri atas Kabupaten Maluku Utara, Kota Ternate dan Kabupaten Maluku Utara. Selanjutnya melalui Undang-undang Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Timur, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Sula Kepulauan, dan Kota Tidore Kepulauan. Visi Kabupaten Halmahera Selatan adalah: ”Mengantarkan Halmahera Selatan sebagai Kabupaten baru yang Bermoral Agamis, Stabil dan Mandiri, Sehat dan Cerdas, Maju dan Sejahtera dalam Kebersamaan Yang Adil pada Tahun 2010.” e. Mengoptimalkan seluruh potensi budaya untuk membina masyarakat agar memiliki ketahanan yang kuta terhadap potensi konflik suku, agama, ras dan antar golongan (SARA). f. Menjadikan Kabupaten Halmahera Selatan sebagai pemerintahan yang hemat, bersih dan bebas korupsi. pilot poject sebuah model g. Menyatukan seluruh kekuatan elemen sosial ekonomi budaya dan politik untuk bersama membangun Halmahera Selatan dalam kebersamaan yang adil. Lambang daerah dari Kabupaten Halmahera Selatan adalah sebagai berikut: Makna dari Visi Kabupaten Halamhera Selatan tersebut adalah sebagai berikut: a. Mengantarkan sebagai upaya peletakan dasar-dasar prinsip yang strategis terhadap pembangunan Kabupaten Halmahera Selatan dan upaya mempertahankan eksistensinya sebagai kabupaten baru. Gambar 5.24 Lambang Daerah Kabupaten Halmahera Selatan b. Kabupaten baru sebagai amanat Undang-undang No. 1 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Halmahera Selatan dengan segala batas wilayah hukum dan geografisnya. c. Bermoral agamis, sebagai upaya pembentukan karakter dan jatidiri pemerintah dan masyarakat Halmahera Selatan yang baik, jujur dan taat beragama, sebagai prinsip reformasi dan perubahan paradigma pembangunan. d. Stabil dan mandiri adalah upaya mempertahankan keberlangsungan hidup kabupaten Halmahera Selatan yang masih sangat lemah dengan cara berjuang untuk menggali semua aspek potensi yang dimiliki oleh kabupaten Halmahera Selatan agar dapat kuat, aman, damai, dan berwibawa dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tinggi. e. Sehat dan cerdas adalah upaya program aksi prioritas yang sangat urgen dilaksanakan. f. Maju dan sejahtera merupakan perwujudan cita-cita pembangunan Halmaera Selatan seutuhnya yang dibarengi dengan meningkatnya indeks pertumbuhan ekonomi dan income rata-rata masyarakat dalam sebuah sIstem yang bertanggungjawab. g. Dalam kebersamaan yang adil, bahwa realita masayarakat Halmahera Selatan sangat pluralistik hidup dalam berbagai keragaman kultur, budaya etnis, dan agama hendaknya diberikan hak dan kesempatan yang adil agar dapat membina kebersamaan yang spontan dan partisipatif, saling menghormati, pengertian, toleran dalam interaksi sosialnya. h. Tahun 2010 adalah target dari pembangunan dan perwujudan prinsip-prinsip dasar penyelenggaraan pemerintahan yang telah terwujud indikator-indikator keberhasilannya. Misi dari Kabupaten Halmahera Selatan adalah sebagai berikut: a. Mengoptimalkan seluruh potensi daerah untuk mempertahankan keberlangsungan hidup Kabupaten Halmahera Selatan. b. Mengoptimalkan seluruh potensi daerah untuk membina dan membangun moral anak bangsa di negeri ini menjadi elemen positif yang menunjang Halmahera Selatan yang berkah, bermartabat dan maju. c. Mengoptimalkan seluruh potensi daerah untuk menjadi elemen utama sebagai akselerator perubahan di era reformasi. d. Mengoptimalkan seluruh potensi daerah untuk mempercepat pertumbuhan sumberdaya manusia yang sehat dan cermat. Laporan Antara Sumber: google.co.id, 2008 Tulisan SARUMA pada lambang daerah Kabupaten Halmahera Selatan bermakna sebagai berikut: "Tekad segenap unsur masyarakat Kabupaten Halmahera Selatan untuk mewujudkan semangat kebersamaan, kerukunan hidup beragama dan bermasyarakat demi keutuhan dan kemakmuran Kabupaten Halmahera Selatan ke depan." V - 1 7 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.2 LETAK GEOGRAFIS DAN WILAYAH ADMINISTRASI Ruang lingkup wilayah perencanaan meliputi seluruh wilayah Kabupaten Halmahera Selatan sebagai daerah otonom yang baru dimekarkan dari Kabupaten Maluku Utara (sekarang Halmahera Barat) Provinsi Maluku Utara sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2003, terletak antara 126° 45’ bujur timur dan 129° 30’ bujur timur dan 0° 30’ lintang utara dan 2° 00’ lintang utara. Kabupaten Halmahera Selatan terletak di kawasan timur Indonesia, tepatnya berbatasan dengan: a. Sebelah utara dibatasi oleh Kota Tidore Kepulauan dan Kota Ternate; b. Sebelah selatan dibatasi oleh Laut Seram; 20 Kecamatan Kep Batanglomang 53,25 km2 21 Kecamatan Kep Joronga 128,97 km2 22 Kecamatan Makian 55,60 km2 23 Kecamatan Makian Barat 33,83 km2 24 Kecamatan Mandioli Selatan 131,92 km2 25 Kecamatan Mandioli Utara 87,05 km2 26 Kecamatan Obi c. Sebelah timur dibatasi oleh Laut Halmahera; 27 Kecamatan Obi Barat d. Sebelah barat dibatasi Laut Maluku. 28 Kecamatan Obi Selatan Luas wilayah Kabupaten Halmahera Selatan adalah 40.263,72 km2, yang terdiri dari daratan seluas 8.779,32 km2 (22% ) dan luas lautan sebesar 31.484,40 km2 (78%) 1.073,15 km2 89,24 km2 1.083,48 km2 29 Kecamatan Obi Timur 80,98 km2 30 Kecamatan Obi Utara 160,69 km2 Berdasarkan PERDA No. 8 Tahun 27 kecamatan dalam wilayah administrasi Kabupaten Halmahera Selatan menjadi 30 kecamatan dimana semula berdasarkan UU No. 1 Tahun 2003 terdiri atas 9 kecamatan. Wilayah adminisrasi Kabupaten Halmahera Selatan yang terdiri atas 30 kecamatan, yaitu: 1 Kecamatan Bacan 304,68 km2 2 Kecamatan Bacan Barat 171,57 km2 3 Kecamatan Bacan Barat Utara 242,94 km2 4 Kecamatan Bacan Selatan 160,34 km2 5 Kecamatan Bacan Timur 6 Kecamatan Bacan Timur Selatan 307,37 km2 7 Kecamatan Bacan Timur Tengah 246,64 km2 8 Kecamatan Gane Barat 452,25 km2 9 Kecamatan Gane Barat Selatan 244,23 km2 1.418,12 km2 10 Kecamatan Gane Barat Utara 506,99 km2 11 Kecamatan Gane Timur 597,16 km2 12 Kecamatan Gane Timur Selatan 273,89 km2 13 Kecamatan Gane Timur Tengah 285,84 km2 14 Kecamatan Kasiruta Barat 260,65 km2 15 Kecamatan Kasiruta Timur 222,42 km2 16 Kecamatan Kayoa 77,03 km2 17 Kecamatan Kayoa Barat 25,19 km2 18 Kecamatan Kayoa Selatan 26,06 km2 19 Kecamatan Kayoa Utara 36,18 km2 Laporan Antara V - 1 8 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Laporan Antara V - 1 9 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Sedangkan wilayah kecamatan di Kabupaten Halmahera Selatan yang memiliki kondisi kelerengan curam – sangat curam (15 - >40 º) antara lain adalah : 5.3 FISIK DASAR, LINGKUNGAN DAN PENGGUNAN LAHAN 5.3.1 Topografi Sebagai wilayah kepulauan, Kabupaten Halmahera memiliki daerah landai yang cukup luas. Berdasarkan kondisi fisiknya, luas wilayah Kabupaten Halmahera Selatan berdasarkan kelerengan dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut. Tabel 5.1 Luas Daerah Berdasarkan Tingkat Kelerengan No Kelerengan Derajat Kemiringan Luas (Km2) 1 Datar 0 - 2º 4,615.55 2 Landai 2 - 8º 861.47 3 Miring 8 - 15º 1,420.33 4 Curam 15 - 40º 956.80 5 Sangat Curam > 40º 208.45 • Kec. Makian • Kec. Makian Barat • Kec. Gane Barat Utara • Kec. Gane Barat • Kec. Gane Barat Selatan • Kec. Bacan Timur • Kec. Bacan Selatan • Kec. Bacan Timur Selatan • Kec. Obi • Kec. Obi Selatan Sumber : Peta Topografi 2007, Hasil Olahan Konsultan, 2008 Wilayah kecamatan yang memiliki mayoritas daerah dengan jenis kelerengan datar - landai (0 2 º ) antara lain adalah : • Kec. Kayoa • Kec. Kayoa Utara • Kec. Kayoa Selatan • Kec. Gane Timur • Kec. Gane Timur Tengah • Kec. Gane Timur Selatan • Kec. Kepulauan. Joronga • Kec. Kepulauan Batanglomang • Kec. Mandioli Utara • Kec. Mandioli Selatan • Kec. Obi Utara • Kec. Obi Timur Laporan Antara V - 2 0 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Laporan Antara V - 2 1 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.3.2 Jenis Tanah dan Kondisi Geologi 5.3.2.1 Jenis Tanah Kondisi jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Halmahera Selatan khususnya tiap Kecamatan secara umum terdiri dari : a. Jenis tanah Podsolik Merah Kuning, terdapat pada: 1) Obi Bagian Timur 2) Pulau Kayoa terhadap pengelolaan tanah dan pertumbuhan tanaman terutama dalam hal mengatur kandungan udara dalam rongga tanah, persediaan dan kecepatan peresapan air di daerah tersebut, dimana hal itu sangat berperan dalam mudah tidaknya lapisan tanah diolah. Definisi tekstur dapat diartikan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara Kualitatif, yaitu menggambarkan halus, sedang dan kasar sedangkan secara kuantitatif tekstur ini menggambarkan susunan relatif berat fraksi-fraksi yaitu pasir, debu dan tanah liat. Berdasarkan data struktur geologi, wilayah Kabupaten Halmahera Selatan tersusun atas 20 jenis batuan (dapat dilihat pada tabel 5.2). b. Jenis tanah Kompleks Tabel 5.2 Jenis Batuan 1) Obi Bagian Tengah c. Jenis Tanah Latosol terdapat pada: 1) Gane Timur 2) Gane Barat 3) Bacan d. Jenis Tanah Reguosol yang terdapat pada : 1) Pulau Makian 2) Pulau Obi dipesisir Utara e. Jenis Tanah Alluvial terdapat pada : 1) Pulau Obi Bagian Barat Jenis tanah di wilayah Kabupaten Halmahera Selatan dapat dilihat pada Peta Jenis Tanah (Peta 5.3) 5.3.2.2 Kondisi Geologi Gambaran umum mengenai kondisi geologi, jenis batuan di wilayah Kabupaten Halmahera Selatan mempunyai komposisi yang sangat bervariasi, dimana terdiri dari batuan beku, sediment dan metamorf, karakteristik dan perebaran batuannya tertentu sesuai dengan daerah pembentukannya seperti: batuan beku di sebagian Pulau Makian sebagai hasil dari erupsi Gunung Kie Besi, Batuan Sedimen di Pulau Kayoa, Batuan Residual di sebagian Pulau Obi serta Batuan Skiss Metamorf di sebagian Pulau Bacan dan sebagainya. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Jenis Batuan Alluvium Batuan Gunung Api Holosen Batuan Gunung Api Neogen Batuan Gunung Api Oligo-Miosen Batuan Gunung Api Plio-Plistosen Batuan Malihan Batuan Terobosan Batuan Ultramafik Batu Gamping Terumbu Formasi Anggai Formasi Bacan Formasi Fluk Formasi Kayasa Formasi Loleobasso Formasi Obi Formasi Woi Komplek Malihan Sediment Klastik Miosen Sediment Klastik Neogen Terobosan Tersier Tidak Ada Data Luas (Km2) 1,010.92 159.60 148.70 1,648.94 44.07 11.17 2.19 397.60 830.34 200.40 775.76 94.55 7.06 45.15 288.02 454.44 262.52 348.91 1,365.00 42.25 48.72 Sumber : Peta Struktur Geologi, 2006 Hasil Olahan Konsultan, 2008 Tekstur tanah adalah perbandingan ukuran partikel-partikel kandungan tanah antara debu, tanah liat dan pasir dari satu contoh tanah. Tekstur berpengaruh langsung terhadap unsur hara, drainase dan kepekaan terhadap erosi. Juga sangat berpengaruh Laporan Antara V - 2 2 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.3.3 Struktur Geologi 5.3.4 Klimatologi Struktur lipatan berupa sinklin dan antiklin terlihat jelas pada Formasi Weda (Tmpw) yang berumur Miosen Tengah-Pliosen Awal. Sumbu lipatan berarah utara – selatan, timur laut - barat daya dan barat laut - tenggara. Struktur sesar terdiri dari sesar normal dan sesar naik; umumnya berarah utara-selatan dan baratlaut-tenggara. Karakteristik iklim wilayah Kabupaten Halmahera Selatan, beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata antara 1.000 mm sampai dengan 2.000 mm. Curah hujan ini hampir merata di Pulau Bacan dan sekitarnya, Pulau Obi dan sekitarnya serta Halmahera bagian Selatan. Selain itu Kabupaten Halmahera Selatan juga dipengaruhi oleh dua musim yaitu: a. Musim Utara pada bulan Oktober-Maret yang diselingi angin Barat dan Pancaroba pada bulan April. Petunjuk akan adanya banyak sesar di Pulau Bacan diperoleh baik dari hasil pengamatan di lapangan maupun pada potret udara. Sesar diduga terdapat di sepanjang Sungai Sayoang yang mengalir dari baratlaut ke tenggara dan memisahkan daerah perbukitan bagian timur dan barat Pulau Bacan bagian utara. Pada jalur sesar tersebut muncul batuan terobosan granit/granodiorit berumur Tersier dan batuan gunungapi berumur Kuarter. b. Musim Selatan pada bulan September diselingi angin Timur dan Pancaroba pada bulan Oktober. Menurut klasifikasi Schmidt F.H dan J.H.A Ferguson (1951), secara umum Kabupaten Halmahera Selatan beriklim Tipe A dan Tipe B kecuali Saket yang bertipe C. Menurut Klasifikasi Koppen (1960) Kabupaten Halmahera Selatan bertipe A kecuali Laiwui yang bertipe Am. Berdasarkan peta sesar dapat diketahui sebaran garis sesar di wilayah Kabupaten Halmahera Selatan dapat pula diketahui sebaran garis sesar. Garis sesar yang tersebar dapat digolongkan berdasarkan jenis dan proses pembentuknya yaitu seperti pada tabel 5.3 berikut. Berdasarkan pengamatan stasiun meteorologi di Labuha, Halmahera Selatan didapat data klimatologi bulanan secara umum yang dapat dilhat pada tabel 5.4 berikut. Tabel 5.4 Tabel 5.3 Data Klimatologi Bulanan Jenis Sesar No Jenis Jumlah Temperatur / Temperature 0C Panjang Meter Km 1 Antiklin 9 86,974 86.97 2 Gunung api giat 1 23,183 23.18 3 Kontak geologi 2 14,406 14.41 4 Sesar 36 269,701 269.70 5 Sesar Normal 7 118,683 118.68 Sumber : Peta Struktur Geologi, 2006 Hasil Olahan Konsultan, 2008 Bulan Penyinar an Matahari Ratarata Average Solar Illuminat ion (%) Tekanan Udara Ratarata Atmosph eric Presure (Mb) Lembab an Nisbi Udara Average Relative Humidit y (%) Angin / Wind Kecepat an Ratarata Average Speed (Knot) Arah Terba nyak Preval ing Direct ion Kecepat an Terbesar Maximu m Speed (Knot) Arah Direct ion Month Ratarata Average Maksimum Maximum Minimum Minimum (1) (2) (3) (4) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUST SEP OKT NOP DES 26.9 26.3 26.5 26.4 26.3 26.0 25.5 24.9 25.3 26.2 26.3 26.0 33.4 33.4 33.4 33.2 32.4 32.8 32.0 30.4 31.8 32.8 32.4 32.8 20.2 22.0 21.2 21.6 22.0 22.0 19.0 21.0 20.2 21.2 22.0 21.8 47 61 50 46 70 30 72 79 2 75 63 74 1008.9 1008.0 1008.2 1008.3 1008,9 1008.2 1008,8 1010.0 1008.9 1009.2 1008.1 1007.4 83 84 82 85 85 87 87 89 87 85 86 87 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 230 270 265 260 250 250 250 260 250 250 270 265 18 22 15 10 12 12 15 10 15 11 21 14 260 300 355 270 055 045 050 260 255 275 280 220 Sumber : Kabupaten Halmahera Dalam Angka, 2008 Laporan Antara V - 2 3 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Berdasarkan tingkat curah hujan 1250 – 3250 mm/tahun dengan sebaran curah hujan di mayoritas wilayah Kabupaten Halmahera Selatan adalah 2250 mm/tahun dan curah hujan tertinggi yaitu 3250 mm/tahun terjadi di dataran tinggi di Kec. Obi, Kec. Obi Timur dan Kec. Obi Selatan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut dan peta 5.6 (peta curah hujan). No No 1 Kec Kec Kec Kec Bacan Bacan Bacan Bacan 0.48 161.01 123.74 55.94 Kec Bacan Barat Kec Bacan Barat 2250 0 167.57 219.68 3 Kec Bacan Barat Utara Kec Bacan Barat Utara Kec Bacan Barat Utara 2250 1750 0 242.01 0.32 373.95 Kec Bacan Selatan Kec Bacan Selatan Kec Bacan Selatan 2250 1750 0 144.95 15.36 538.97 Kec Kec Kec Kec Kec 2250 1250 2250 1750 0 3.88 144.02 93.82 189.27 497.29 Kec Bacan Timur Selatan Kec Bacan Timur Selatan Kec Bacan Timur Selatan 2250 1750 0 Kec Bacan Timur Tengah Kec Bacan Timur Tengah Kec Bacan Timur Tengah 2250 1750 0 285.42 1.84 1,266.72 0.00 231.06 28.12 405.36 Kec Kec Kec Kec 1750 1250 2250 0 113.64 6.60 330.78 483.75 2250 0 223.46 872.25 5 6 7 8 9 Bacan Bacan Bacan Bacan Bacan Gane Gane Gane Gane Timur Timur Timur Timur Timur Barat Barat Barat Barat Kec Gane Barat Selatan Kec Gane Barat Selatan Luas (Km2) 452.20 621.53 2750 2250 0 36.39 574.34 2,671.74 Kec Gane Barat Utara Kec Gane Barat Utara 11 Kec Gane Timur Kec Gane Timur Kec Gane Timur 12 Kec Kec Kec Kec Selatan Selatan Selatan Selatan 2250 2250 2250 0 46.70 47.23 268.02 7,155.27 13 Kec Gane Timur Tengah Kec Gane Timur Tengah 2250 0 284.44 2,488.54 14 Kec Kec Kec Kec Barat Barat Barat Barat 2250 2250 2250 0 240.30 0.39 25.27 3,615.50 15 Kec Kasiruta Timur Kec Kasiruta Timur 2250 0 205.03 253.77 16 Kec Kec Kec Kec 2250 2250 2250 0 31.46 30.76 0.26 5,207.83 17 Kec Kayoa Barat Kec Kayoa Barat 2250 0 25.39 733.38 18 Kec Kayoa Selatan Kec Kayoa Selatan 2250 0 7.06 506.88 19 Kec Kayoa Utara Kec Kayoa Utara 2250 0 37.03 452.02 20 Kec Kep Batanglomang Kec Kep Batanglomang Kec Kep Batanglomang 2250 2250 0 41.99 1.48 102.28 21 Kec Kec Kec Kec Kec 2250 2250 2250 2250 0 59.90 4.50 27.92 17.54 9,287.09 22 Kec Makian 2250 49.94 Luas (Km2) 2 4 Laporan Antara Kecamatan Curah Hujan (mm/tahun) 1250 2250 1750 0 Curah Hujan (mm/tahun) 2250 0 10 Tabel 5.5 Curah Hujan Berdasarkan Kecamatan Kecamatan Gane Gane Gane Gane Timur Timur Timur Timur Kasiruta Kasiruta Kasiruta Kasiruta Kayoa Kayoa Kayoa Kayoa Kep Kep Kep Kep Kep Joronga Joronga Joronga Joronga Joronga V - 2 4 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 23 Kec Makian Barat Kec Makian Barat 2250 0 Luas (Km2) 272.13 0.00 32.77 6,326.31 24 Kec Mandioli Selatan Kec Mandioli Selatan 2250 0 132.14 2,812.89 25 Kec Mandioli Utara Kec Mandioli Utara 2250 0 88.67 910.69 26 Kec Kec Kec Kec Kec Kec Kec Kec Kec Kec Kec 1250 1750 1750 2250 3250 2750 1750 1750 1750 1750 0 36.23 3.34 19.58 235.12 307.00 366.14 22.36 2.90 0.04 0.01 1,252.02 27 Kec Obi Barat Kec Obi Barat Kec Obi Barat 1250 1250 0 65.07 13.12 2,197.26 28 Kec Kec Kec Kec Kec Kec Obi Obi Obi Obi Obi Obi Selatan Selatan Selatan Selatan Selatan Selatan 2250 2250 2250 3250 2750 0 23.65 44.28 66.40 468.87 391.81 8,386.26 29 Kec Kec Kec Kec Kec Obi Obi Obi Obi Obi Timur Timur Timur Timur Timur 2250 2250 3250 2750 0 30 Kec Kec Kec Kec Obi Obi Obi Obi Utara Utara Utara Utara 1250 1250 1750 0 37.83 242.09 140.87 146.39 17,204.96 0.00 14.78 125.70 9.09 2,243.02 No Kecamatan Kec Makian Obi Obi Obi Obi Obi Obi Obi Obi Obi Obi Obi Curah Hujan (mm/tahun) 0 Sumber : Peta Curah Hujan Propinsi Maluku Utara, 2006 Hasil Olahan Konsultan, 2008 Laporan Antara V - 2 5 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Laporan Antara V - 2 6 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Laporan Antara V - 2 7 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.5 Laporan Antara V - 2 8 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Laporan Antara V - 2 9 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 1 Produktif : Setempat, akuifer produktif (Akuifer dengan keterusan beragam; umumnya air tanah tidak dimanfaatkan karena dalamnya muka air tanah; debit mata air umumnya < 10 l/det) 2 Produktif rendah setempat : Akuifer dengan produktivitas rendah setempat berarti (Umumnya keterusan sangat rendah) setempat air tanah dangkal dalam jumlah yg terbatas dapat di peroleh di lembah-lembah atau pada zona pelapukan 3 Produktif sedang : Akuifer produksi sedang (Aliran air tanah terbatas pada zona celahan, rekahan, & saluran pelarutan. Debit sumur & mata air beragam dalam kisaran besar. Debit mata air terbesar mencapai 100 l/det) 4 Setempat produktif sedang : Setempat akuifer dengan produktivitas sedang (Akuifer tidak menerus, tipis, dan rendah keterusannya, muka air tanah umumnya dangkal, debit sumur umumnya < 5 l/det) 5 Tidak produktif dangkal : Daerah air tanah langka atau tak berarti 5.3.5 Hidrologi dan Hidrogeologi Kondisi hidrologi (kondisi air permukaan dan air tanah) Kabupaten Halmahera Selatan dipengaruhi oleh iklim, curah hujan sertakeberadaan sungai dan danau. Berdasarkan keberadaan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang telah teridentifikasi, Kabupaten Halmahera Selatan memiliki 151 DAS dan 5 buah danau (dengan 4 danau besar yang terdapat di Kec. Gane Timur, Kec. Batan Timur dan Kec. Obi). Untuk lebih jelas mengenai kondisi hidrologi dapat dilihat ada tabel 4.6 mengenai sebaran DAS dan peta 5.7 (peta hidrologi) dan peta 5.8 (peta DAS). Sementara kondisi hidrogeologi di Kabupaten Halmahera Selatan dibagi atas beberapa tipologi kondisi hidrogeologi yaitu berdasarkan tipologi produktifitas aquifernya yang terdiri atas : Berdasarkan kond Kabupaten Halmahera Selatan sebagian besar wilayahnya memiliki produktifitas aquifer rendah setempat. Wilayah Kabupaten Halmahera Selatan ang memiliki produktifitas aquifer tinggi terdapat di Pulau Makian. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada peta 5.8 (peta hidrogeologi). Tabel 5.6 Luas DAS Berdasarkan Kecamatan No. 1 2 Laporan Antara Nama DAS A Akelamo A Ali Luas (Km2) 33.87 7.12 No. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A Nama DAS Arpati Aru Bidomalaka Bobango Bobiri Bobo Bobor Boreo Botan Daraku Dihuru Diwoi Doko Doyang Falamajongihi Gainanu Gosora Imbuimbu Jabubu Jabuko Jaga Jebubu Besar Kadabu Kalanomaeke Kasituta Kuo Laratu Lipai Loko Loleongusu Magam Mamang Moang Kecil Ngome Palamea Papaceda Puacaritos Rano Sagu Samamaluku Samo Supai Tagli Tango Turibesar Uoubo Wali Wayakuba Luas (Km2) 186.16 14.98 7.68 24.60 16.66 16.42 52.03 18.96 49.72 14.91 26.95 18.76 10.09 5.72 4.46 30.24 19.86 40.44 48.05 8.61 9.67 20.10 4.83 8.84 107.93 27.85 21.24 12.87 16.47 25.48 36.23 16.60 7.57 13.82 20.90 4.76 29.37 23.47 30.75 16.37 8.25 38.24 10.63 6.05 12.99 4.90 42.55 4.74 V - 3 0 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan No. 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 Laporan Antara Nama DAS A Wayaloar A. Ahadau A. Balipota A. Batisa A. Besui A. Bibinoy A. Bobo A. Dingaloal A. Duin A. Gala A. Gandasuti A. Gati A. Gorogoro A. Henambane A. Indamut A. Inggoi A. Juanga A. Kaputusan A. Kasolaka A. Kubung A. Kupal A. Lassa A. Lelubi A. Mandaong A. Mandioli A. Maskepe A. Nyapiako A. Nyilinyili A. Raim A. Rogirogi A. Samalanga A. Samamalalanga A. Saole A. Sawaf A. Sengge A. Seramaloleo Besar A. Songa A. Sua A. Subusubu A. Sumatinggi A. Tagia A. Tawa A. Tawale A. Timonga A. Toman A. Uap A. Wagiat A. Wati Luas (Km2) 77.04 72.90 46.04 76.51 79.67 65.56 208.89 27.55 56.22 76.98 16.25 36.44 47.45 66.86 21.56 156.58 43.76 104.13 43.40 42.52 8.60 7.02 31.65 30.05 75.72 43.83 25.29 51.76 55.86 22.04 63.68 32.29 41.39 127.55 27.02 110.21 70.95 41.55 22.33 32.11 43.09 39.46 15.02 40.95 80.34 12.51 19.62 40.42 No. 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 Nama DAS A. Wayabunga A. Wayakuba A. Wayamoha A. Wayaua Ake Foya Ake Lamo D Sagu K Bosso K Dolik K Durian K Kota K Moloku K Samat K Samo K Sumira K Tokaka K. Batonam K. Fioa K. Foya K. Madaha K. Maffa K. Maruting K. Mimis K. Mosmos K. Saleo K. Tima K. Wamlonga K. Waploan K. Wosi K.Silai Kuala Wadi Besar Paisu Sayaang S Akalamo S Amehose S Anggai S Bobor Besar S Bopo S Bumi S Dihuru S Fluk S Kadera S Koto S Lale S Lalepange S Loji S Rijang S Sobapa S Soligi Luas (Km2) 14.20 49.53 41.90 122.81 97.12 160.80 76.07 13.94 14.51 10.51 33.86 22.23 10.27 53.45 27.37 17.36 110.18 150.02 49.24 31.46 28.70 25.26 27.48 44.85 34.43 24.72 51.10 88.25 51.80 72.04 431.43 250.93 255.47 49.48 77.07 59.12 7.68 31.21 45.91 101.31 21.34 45.80 33.05 32.77 37.73 26.93 36.25 16.45 V - 3 1 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan No. 147 148 149 150 151 Nama DAS S Taba S Tabuji S Tangatanga S Tapaya S. Laiwui Luas (Km2) 47.59 72.57 112.93 120.88 91.76 Sumber : Peta DAS PU Propinsi, 2007 Hasil Olahan Konsultan, 2008 Laporan Antara V - 3 2 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Laporan Antara V - 3 3 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Laporan Antara V - 3 4 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.3.6 Wilayah Pesisir dan Laut 5.3.6.1 Karakteristik Geofisik Pesisir dan Laut 5.3.6.1.1 Pulau-pulau Kecil Pulau atau kepulauan yang terdapat di dunia dapat digolongkan ke dalam beberapa tipe, berdasarkan pada proses geologinya, yaitu: a. Pulau Benua (Continental Island) Pulau Benua ini terbentuk sebagai bagian dari Benua, dan setelah itu terpisah dari daratan utama. Tipe batuan dari pulau Benua adalah batuan yang kaya akan silica. Biota yang terdapat di pulau-pulau tipe ini sama dengan yang terdapat di daratan utama. Ada pula pulau Benua bersatu dengan benua pada zaman Pleistocene, kemudian terpisah pada jaman Holocene ketika muka laut meninggi. b. Pulau Vulkanik (Vulcanic Island) Pulau vulkanik sepenuhnya terbentuk dari kegiatan gunung berapi, yang timbul secara perlahan-lahan dari dasar laut ke permukaan. Pulau jenis ini bukan merupakan bagian dari daratan benua, dan terbentuk di sepanjang pertemuan lempeng-lempeng tektonik, dimana lempeng-lempeng tersebut saling manjauh. Tipe batuan dari pulau ini adalah basalt, silica (kadar rendah). Ada pula pulau vulkanik yang membentuk untaian pulau-pulau dan titik gunung api (hot spots) dan terdapat di bagian tengah lempeng benua (continental plate). c. Pulau Karang Timbul (Raised Coral Island) Pulau karang timbul adalah pulau yang terbentuk oleh terumbu karang yang terangkat ke atas permukaan laut, karena adanya gerakan ke atas (uplift) dan gerakan ke bawah (subsidence) dari dasar laut karena proses geologi. Pada saat dasar laut berada dekat permukaan (kurang dari 40 m), terumbu karang mempunyai kesempatan untuk tumbuh dan berkembang di dasar laut yang naik tersebut. Setelah berada di atas permukaan air laut, terumbu karang akan mati dan menyisakan terumbu dan terbentuk pulau karang timbul. Jika proses ini berlangsung terus, maka akan terbentuk pulau karang timbul. Pada umumnya karang yang timbul ke permukaan laut berbentuk teras-teras seperti sawah di pegunungan. Proses ini dapat terjadi pada pulau-pulau vulkanik maupun nonvulkanik. Pulau karang timbul ini banyak dijumpai di perairan timur Indonesia, seperti di Laut Seram, Sulu, Banda (Molengraaff, 1979). d. Pulau Daratan Rendah (Low Island) Pulau Daratan Rendah adalah pulau dimana ketinggian daratannya dari muka laut tidak besar. Pulau ini berasal dari pulau vulkanik maupun non-vulkanik. Pulau-pulau dari tipe ini merupakan pulau yang paling rawan terhadap bencana alam, seperti taufan dan tsunami. Karena pulau tersebut relatif datar dan rendah, maka massa air dari bencana alam yang datang ke pulau tersebut akan masuk jauh ke tengah pulau. Laporan Antara e. Pulau Atol (Atolls) Pulau atol adalah pulau (pulau karang) yang berbentuk cincin. Pada umumnya pulau ini adalah pulau vulkanik yang ditumbuhi oleh terumbu karang membentuk fringing reef, kemudian berubah menjadi barrier reef dan terakhir berubah menjadi pulau atol. Proses pembentukan tersebut disebabkan oleh adanya gerakan ke bawah (subsidence) dari pulau vulkanik semula, dan oleh pertumbuhan vertikal dari terumbu karang (Stoddart, 1975). Pulau kecil memiliki karakteristik biogeofisik yang menonjol , yaitu: ❑ Terpisah dari habitat pulau induk (mainland island), sehingga bersifat insular. ❑ Sumberdaya air tawar yang terbatas, dimana daerah tangkapan airnya relatif kecil. ❑ Peka dan rentan terhadap pengaruh eksternal baik alami maupun akibat kegiatan manusia, misalnya badai dan gelombang besar, serta pencemaran. ❑ Memiliki sejumlah jenis endemik yang bernilai ekologis tinggi. ❑ Area perairan yang lebih luas dari area daratannya dan relatif terisolasi dari daratan utamanya (benua atau pulau besar). Jika pulau tersebut berada di batas luar suatu negara, maka keberadaan pulau tersebut mempunyai nilai yang sangat strategis untuk penentuan teritorial suatu negara. ❑ Tidak mempunyai hinterland yang jauh dari pantai. Kabupaten Hahmahera Selatan merupakan Kabupaten Kepulauan yang dicirikan oleh wilayah perairannya jauh lebih luas dari wilayah daratan dengan jumlah pulauyang sangat banyak. Hasil Survei Toponimi yang dilakukan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan berkerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Maluku Utara dan Halmahera Selatan tahun 2007 mengidentifikasi jumlah pulau di wilayah administratif Kabupaten Halmahera sekitar 371 pulau. Jika merujuk pada Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, maka Kabupaten Halmahera Selatan hanya memiliki satu pulau yang tidak tergolong pulau kecil, yaitu pulau Obi. Pulau ini memiliki luas lebih dari 2.000 km2 yaitu 2,459.74 km2. Dengan demikian, jumlah pulau-pulau kecil di Kabupaten Halmahera Selatan adalah 270 pulau. Dilihat dari peruntukannya, sebanyak 41 pulau memiliki penduduk, baik yang sifatnya menetap maupun penduduk musiman atau temporer. Beberapa pulau yang tidak perpenguhi dimanfaatkan sebagai lokasi budidaya laut khususnya budidaya mutiara, dan juga dimanfaatkan sebagai tempat wisata. Hasil identifikasi pulau juga diketahui bahwa terdapat 33 pulau yang belum bernama, sedangkan yang sudah bernama sebanyak 338 pulau. Hal ini berarti selain kedua pulau tersebut di atas, maka seluruh pulau di Kabupaten Halmahera Selatan merupakan pulau kecil. Berikut disajikan beberapa pulau yang memiliki luas lebih besar dibandingkan pulau-pulau lainnya. Pada Tabel 5.7 disajikan daftar pulau di Kabupaten Halmahera Selatan. V - 3 5 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Tabel 5.7 Daftar Pulau di Kabupaten Halmahera Selatan (Hasil Verifikas ke II Pembinaan dan Pembekuan Nama Pulau di Provinsi Maluku Utara) Koordinat Pulau No A. 1. B. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Nama Pulau Di Daerah Nama Pulau Yang Di Sepakati Kecamatan Gane Timur Dua Kecamatan Bacan Barat Bacan Bacan Latalata Latalata Palele Palele Toduko Toduko Pogopogo Pogopogo Rica Besar Akerica Besar Rica Kecil Akerica Kecil Jere Jere Salipogot Salipogot Goramangofa Goramangofa Goramanjaga Goramanjaga Ngaimadodera Ngaimadodera Batuakeici Barat Batuakeici Barat Batuakeici Tangah Batuakeici Tangah Batuakeici Timur Batuakeici Timur Batuakeici Selatan Batuakeici Selatan Tamotamo Tamotamo Tembeluk Tembeluk Tuada Tuada Sakitang Sakitang Nanoang Nanoang Haliberek Besar Haliberek Besar Haliberek Kecil Haliberek Kecil Nanas Nanas Guramagofa Ici Guramagofa Ici Guramagofa Lamo Guramagofa Lamo Tawabiwiring Tawabiwiring Tawa ICI Tawa ICI Jere Batu Bulat Batu Bulat Ambatin Ambatin Samo Samo Nenas Nenas Batu Ampat Batu Ampat Salintang Salintang Mamalayu Mamalayu Laporan Antara Arti Nama Pulau Asal Bahasa Lintang Bujur Derajat Menit Detik Derajat Menit Detik (°) (‘) (“) (°) (‘) (“) Keterangan Dua Indonesia 0 10 28 S 127 55 18 T tidak perpenghuni Menunggu Siang Palang Tergulung Besar Terdampar Terpisah Air Cabe Besar Air Cabe Kecil Keramat Pulau Karamat Kebun Kecil Kebun Rusa Tempat Singa Burung Batu Air Kecil Barat Bacan Tobelo Galela Ternate Ternate Ternate Ternate Ternate Makian Ternate Ternate Ternate Ternate 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 35 15 19 20 20 18 18 19 20 20 20 17 17 53 18 46 30 32 24 20 46 28 45 40 39 32 S S S S S S S S S S S S S 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 31 3 7 17 18 15 15 19 18 18 19 16 16 49 48 35 24 33 41 52 16 52 52 13 15 26 T T T T T T T T T T T T T berpenghuni berpenghuni 1 Desa tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni Batu Air Kecil Tengah Batu Air Kecil Timur Ternate Ternate 0 0 17 17 36 38 S S 127 127 16 16 34 42 T T tidak berpenghuni tidak berpenghuni Batu Air Kecil Selatan Tempat Menunggu Sejenis Binatang Laut Cempedak Kesakitan Melihat/Intip Nama Pejabat Belanda Nama Pejabat Belanda Buah Nenas Pulau Kecil Pulau Besar Pohon Beringin Pohon Kecil Keramat Batu Bentuk Bulat Batas Sumur Buah Nenas Empat Buah Batu Melintang Bahasa Melayu Ternate Makian Indonesia Ternate Ternate Kayoa Belanda Belanda Ternate Ternate Ternate Ternate Ternate Indonesia Indonesia Ternate Tobelo Ternate/Indo Ternate Ternate Ternate 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17 16 30 28 29 29 29 30 30 25 25 32 33 33 32 35 34 32 30 32 33 43 50 21 56 39 49 58 16 10 41 43 39 4 2 7 14 55 12 49 15 10 S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 16 18 17 16 15 15 18 18 17 18 18 14 15 15 14 10 8 14 15 15 16 58 19 3 8 52 22 7 11 38 29 38 14 1 10 18 8 46 50 52 29 3 T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni Berpenghuni 14 Desa tidak berpenghuni tidak berpenghuni V - 3 6 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Koordinat Pulau No Nama Pulau Di Daerah Nama Pulau Yang Di Sepakati 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 Tudu Nasauwu Behemobakul Nusasage Birabira Ligua Gegoru Yoyok Kosah Kosah Ici Tudu Nasauwu Behemobakul Nusasage Birabira Ligua Gegoru Yoyok Kosah Kosah Ici 47 48 49 50 C. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 D. Nusadeket Nusadeket Loid Loid Gilalang Gilalang Nusababi Nusababi Kecamatan Kasiruta Barat Kasiruta Kasiruta Jojo Jojo Swedi Swedi Tapaya Lamo Tapaya Lamo Tapaya Ici Tapaya Ici Aru Aru Gura Ici Gura Ici Lolutu Lolutu Kakupang Kakupang Marikapal Marikapal Ngaimadora besar Ngaimadora besar Ngaimadora kecil Ngaimadora kecil Bisori Besar Bisori Besar Bisori Kecil Bisori Kecil Tanjungbinara Tanjungbinara Pao Besar Pao Besar Batuputi Batuputi Sedeng Sedeng Pao Kecil Pao Kecil Sarang Burung Sarang Burung Kare Kare Idis Idis Tuapen Tuapen Tuapen Selatan Tuapen Selatan Tupaen Utara Tupaen Utara Kecamatan Kasiruta Timur Laporan Antara Arti Nama Pulau Asal Bahasa Lintang Bujur Derajat Menit Detik Derajat Menit Detik (°) (‘) (“) (°) (‘) (“) Keterangan Singga/Mampir Bukan Pulau Ujung Penglihatan Pulau Tersembunyi Penutup Wajan Sejenis Pohon Wajah Yang Sedih Menakutkan Jenis Kerang Kerang Kacil Ternate Bacan Bacan Bacan Ternate Ternate Ternate Ternate Ternate Ternate 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 32 32 31 31 31 42 45 41 39 39 42 9 43 46 49 18 39 21 38 39 S S S S S S S S S S 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 16 16 17 17 17 9 10 10 12 11 46 52 52 35 36 58 21 31 4 55 T T T T T T T T T T Pulau Kecil Mendekat Pulau Bneeetuk Gelang Pl. bernama sultan ternate Bacan Belanda Tobelo/Galela Bacan 0 0 0 0 20 19 18 21 37 44 26 19 S S S S 127 127 127 127 24 24 33 25 36 13 19 33 T T T T tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni berpenghuni 50 KK, habitat ubur-ubur Berpenghuni 200 KK tidak berpenghuni Berpenghuni 200 KK Memberitahu/menyampaikan Adik Jenis Rumput Jenis Rumput Jenis Rumput Pepaya Besar Pepaya Kecil Sendok Besar Kebun Kecil Tempat Istirahat Terpisah Pisah Batu Bentuk Kapal Tmpt Persinggahan Burung Tmpt Persinggahan Burung Tempat Penyimpanan Tempat Penyimpanan Tanjung Binara Pulau Melintang Besar Batu Warna Putih Lupa Pulau Melintang Kecil Sangkar Burung Disini Sakit Tumpah Tumpah Tumpah Bacan Galela Galela Galela Galela Galela/Indo Galela/Indo Ternate Galela Galela Galela Ternate Ternate Ternate Ternate Ternate Indonesia Ternate/Makian Indonesia Makian Ternate/Makian Ternate Ternate/Tidore Galela Makian Makian Makian 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23 18 18 19 19 18 18 19 22 22 31 28 29 29 26 25 26 17 15 16 18 15 13 13 11 11 11 20 55 58 0 2 12 29 22 52 49 39 35 25 29 3 44 24 22 20 26 25 36 43 43 47 51 43 S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 11 7 8 8 7 6 6 7 6 6 8 6 6 6 7 6 7 3 5 4 4 1 3 3 1 1 1 40 12 8 0 54 38 34 58 59 51 57 58 37 4 4 34 23 35 32 0 6 12 31 59 50 44 57 T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T Berpenghuni 14 Desa tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni V - 3 7 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Koordinat Pulau No 1 2 3 4 5 6 E. 1 Nama Pulau Di Daerah Nama Pulau Yang Di Sepakati Asal Bahasa Lintang Bujur Derajat Menit Detik Derajat Menit Detik (°) (‘) (“) (°) (‘) (“) Keterangan Tawale Besar Tawale Kecil Sepatu Kay Lou Marituso Kecamatan Bacan Barat Utara Nanas Nanas Kecamatan Bacan Timur Kaireu Kaireu Bori Bori Bori Kecil Bori Kecil Kusu Kusu Nama Orang Nama Orang Pulau Bentuk Sepatu Busuk Bambu Batu Berlubang Tobelo/Gabela Tobelo/Gabela Indonesia Ternate Ternate Ternate 0 0 0 0 0 0 16 13 16 16 15 20 48 58 42 18 13 38 S S S S S S 127 127 127 127 127 127 17 18 16 14 15 14 44 27 27 51 37 59 T T T T T T tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni Buah Nenas Ternate 0 24 14 S 127 27 10 T tidak berpenghuni Tempat Persinggahan Persinggahan Burung Persinggahan Burung Jenis Alang-Alang Galela Bacan Bacan Makian 0 0 0 0 29 34 34 27 24 49 19 13 S S S S 127 127 127 127 40 36 37 42 48 33 7 21 T T T T 5 6 7 8 G. 1 2 H. Pokal Sabatang Sali Kecil Pokal Sabatang Sali Kecil Bandera Kecamatan Bacan Timur Tengah Gamyaha Gamyaha Wayatim Wayatim Kecamatan Bacan Timur Selatan Pendek/Pulau Kecil Tempat Berkebun Tempat Keramat Bendera Makian/Kayoa Makian Ternate Ternate 0 0 0 0 26 25 25 25 23 26 20 16 S S S S 127 127 127 127 43 39 44 43 20 23 2 33 T T T T tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni, Ada Mercusuar Musiman Penghuni 30 KK Tidak Berpenghuni Pulau Yang Hayut Ketimun Makian/Tobelo Makian/Tobelo 0 0 40 43 24 58 S S 127 127 39 53 50 46 T T Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni 1 I. 1 2 Pigaraja Pigaraja Kecamatan Bacan Mandioli Mandioli Obit Batang loman Piring Raja Galela 0 49 34 S 127 52 32 T Tdk Berpenghuni/Tempat Wisata Suara Mad (Ahmad) Batang Panjang Tidore Makian 0 0 43 38 1 5 S S 127 127 14 22 30 13 T T 3 J 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Nusara Nusara Kecamatan Kep. Batang Lomang Nusa Dekat Nusa Dekat Parapotang Parapotang Parapotang Kecil Parapotang Kecil Pacitaka Pacitaka Dehemobakul Dehemobakul Waidi Besar Waidi Besar Waidi Kecil Waidi Kecil Membuat Membuat Membuat Kecil Membuat Kecil Nenek Nenek Batura Batura Kotamangara Kotamangara Pinangkara Pinangkara Pulau Besar Bacan 0 37 57 S 127 25 45 T Berpenghuni 12 Desa Berpenghuni 7 Desa Tidak Berpenghuni/Tempat Wisata Pulau Kecil Tinggal Tinggal Tempat Cetakan Ambil Bakul Tempat Pemandian Tempat Pemandian Berbuat Sesuatu Berbuat Sesuatu Tua Batu Besar Pintu Masuk Jenis Buah Bacan Bacan Bacan Ternate Ternate Ternate Ternate Bacan Bacan Bacan Bacan Ternate Ternate 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 38 38 39 37 39 39 40 35 36 35 36 38 36 40 44 15 58 4 50 6 59 29 38 21 58 42 S S S S S S S S S S S S S 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 25 18 18 19 18 18 18 23 23 22 19 20 18 20 37 30 19 10 37 50 17 36 49 58 22 48 T T T T T T T T T T T T T Tidak Berpenghuni Berpenghuni 130 KK Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni F. 1 2 3 4 Tawale Tawale Kecil Sepatu Kay Lou Arti Nama Pulau Laporan Antara V - 3 8 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Koordinat Pulau No K. 1 2 3 4 5 6 7 L. 1 2 3 4 5 6 7 M. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Nama Pulau Di Daerah Nama Pulau Yang Di Sepakati Kecamatan Mandioli Utara Ambatu Ambatu Dowara Dowara Dayoang Dayoang Sarawaki Sarawaki Sarawaki Tengah Sarawaki Tengah Sarawaki Kecil Sarawaki Kecil Sarawaki Selatan Sarawaki Selatan Kecamatan Gane Barat Sali Besar Sali Besar Timlis Timlis Daiwo Daiwo Jabu Jabu Proco Proco Jikolama Nanas Nanas Kecamatan Gane Barat Selatan Dowara Lama Dowara Lama Dowara Ici Dowara Ici Arti Nama Pulau Asal Bahasa Lintang Bujur Derajat Menit Detik Derajat Menit Detik (°) (‘) (“) (°) (‘) (“) Keterangan Dipertuan/Dimuliakan Nama Jenis Kayu Tempat Nama Orang Nama Orang Nama Orang Nama Orang Bacan Bacan Ternate Ternate Ternate Ternate Ternate 0 0 0 0 0 0 0 38 37 38 37 37 37 37 59 33 5 7 21 27 54 S S S S S S S 127 127 127 127 127 127 127 16 17 16 11 11 11 11 41 45 46 31 39 45 55 T T T T T T T Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tempat Keramat Pasir Putih Tanjung Jambu Tempat Besar Teluk Besar Buah Nanas Makian/Tobelo Saketa Makian Bajo Bajo Ternate Ternate 0 0 0 0 0 0 0 21 24 22 19 24 21 23 36 56 28 59 10 56 56 S S S S S S S 127 127 127 127 127 127 127 44 45 45 45 43 45 44 30 16 40 49 31 17 7 T T T T T T T Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Pulau Yang Indah Pulau Yang Indah Tobelo/Galela Tobelo/Galela 0 0 50 50 59 55 S S 128 128 5 7 41 3 T T Tidak Berpenghuni Loleojaha Barat Loleojaha Kecil Barat Loleojaha Kecil Barat Loleojaha Kecil Selatan Loleojaha Kecil Timur Loleojaha Kecil Tengah Loleojah Timur Loleojah Besar Batu Loleojaha Utara Batu Loleojaha Tengah Batu Loleojaha Selatan Loleojaha Barat Pohon Damar Bajo 0 59 58 S 128 10 20 T Loleojaha Kecil Barat Kebal Bajo 1 0 10 S 128 9 21 T Loleojaha Kecil Barat Kebun Kampung Indonesia 1 0 21 S 128 9 33 T Loleojaha Kecil Selatan Permisi Ternate 1 0 37 S 128 10 16 T Loleojaha Kecil Timur Agas Ternate 1 0 31 S 128 9 42 T Loleojaha Kecil Tengah Loleojah Timur Loleojah Besar Sudah Nampak Kursi Air Kecil Tobelo/Galela Tobelo/Galela Indonesia 1 1 1 0 2 1 49 8 39 S S S 128 128 128 10 10 8 40 36 12 T T T Berpenghuni 33 KK Tidak Berpenghuni Tdk Berpenghuni Budidaya Kerang Mutiara Tdk Berpenghuni Budidaya Kerang Mutiara Tdk Berpenghuni Budidaya Kerang Mutiara Tdk Berpenghuni Budidaya Kerang Mutiara Tdk Berpenghuni Budidaya Kerang Mutiara Tdk Berpenghuni Budidaya Kerang Mutiara Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Batu Loleojaha Utara Pohon Bakau Ternate 1 2 41 S 128 9 21 T Tidak Berpenghuni Batu Loleojaha Tengah Pulau Yang Jauh Tobelo/Galela 1 25 2 S 128 9 20 T Tidak Berpenghuni Batu Loleojaha Selatan Tobelo/Galela 1 2 56 S 128 9 23 T Tidak Berpenghuni Waringin Karo Waringin Karo Karo Kecil Mamo Berbentuk Seperti Nyiru Berbentuk Seperti Nyiru Kecil Buah Nanas Pohon Bambu Yg Melingkar Penghormatan Pd Seseorang Ternate Ternate Tobelo/Galela Ternate 0 0 0 0 47 49 49 48 47 29 39 27 S S S S 128 128 128 128 9 8 7 8 24 14 57 30 T T T T Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Mamo Laporan Antara V - 3 9 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Koordinat Pulau No Nama Pulau Di Daerah Nama Pulau Yang Di Sepakati 18 19 N. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Masori Besar Masori Masori Kecamatan Kep. Joronga Katinai Kecil Katinai Kecil Katinai Katinai Damar Damar Kaba Kaba Kebunkampung Kebunkampung Farabeha Farabeha Gufela Gufela Solobe Solobe Bangkoi Bangkoi Air Kecil Air Kecil Soki Soki Sipongo Sipongo Tapa Tapa 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Tapa Kecil Tapa Kecil Nanas Nanas Toduko Toduko Jouronga Jouronga Jikula Jikula Orang Kaya Orang Kaya Dowara Lama Dowara Lama Dowara Ici Dowara Ici Loleojaha Barat Loleojaha Barat Loleojaha Kecil Barat Loleojaha Kecil Barat Loleojaha Kecil Barat Loleojaha Kecil Barat Loleojaha Kecil Selatan Loleojaha Kecil Selatan Loleojaha Kecil Timur Loleojaha Kecil Timur Loleojaha Kecil Tengah Loleojaha Kecil Tengah Loleojah Timur Loleojah Timur Loleojah Besar Loleojah Besar Batu Loleojaha Utara Batu Loleojaha Utara Kecamatan Gane Barat Tengah Oji Oji Sunam Sunam Kecamatan Kayoa 23 24 25 26 27 28 29 30 O. 1 2 P. Laporan Antara Arti Nama Pulau Asal Bahasa Lintang Bujur Derajat Menit Detik Derajat Menit Detik (°) (‘) (“) (°) (‘) (“) Keterangan Rasai Orang Kaya Ternate Indonesia 0 0 48 48 58 55 S S 128 128 8 8 42 28 T T Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Pulau Yang Indah Pulau Yang Indah Pohon Damar Kebal Kebun Kampung Permisi Agas Sudah Nampak Kursi Air Kecil Pohon Bakau Pulau Yang Jauh Berbentuk Seperti Nyiru Berbentuk Seperti Nyiru Kecil Buah Nanas Pohon Bambu Yg Melingkar Penghormatan Pd Seseorang Rasai Orang Kaya Pulau Yang Indah Pulau Yang Indah Pohon Damar Tobelo/Galela Tobelo/Galela Bajo Bajo Indonesia Ternate Ternate Tobelo/Galela Tobelo/Galela Indonesia Ternate Tobelo/Galela Tobelo/Galela 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 57 57 0 57 58 58 59 59 59 59 59 59 2 46 6 49 15 36 53 8 36 43 23 6 9 42 S S S S S S S S S S S S S 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 21 21 21 20 21 22 22 22 22 22 22 22 20 19 25 46 45 37 21 54 48 49 25 3 38 51 T T T T T T T T T T T T T Temporer Musiman Berpenghuni, Ibu Kota Kec. Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tobelo/Galela Ternate Tobelo/Galela Ternate Ternate Indonesia Tobelo/Galela Tobelo/Galela Bajo 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 8 5 9 8 7 9 9 19 41 41 31 15 27 47 15 29 S S S S S S S S S 128 128 128 128 128 128 128 128 128 20 24 27 23 25 23 23 26 26 4 17 5 53 19 4 38 23 42 T T T T T T T T T Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Kebal Bajo 1 8 41 S 128 24 17 T Berpenghuni 60 KK Kebun Kampung Indonesia 1 8 56 S 128 24 10 T Tidak Berpenghuni Permisi Ternate 1 8 14 S 128 24 24 T Tidak Berpenghuni Agas Ternate 1 8 17 S 128 24 20 T Tidak Berpenghuni Sudah Nampak Kursi Air Kecil Tobelo/Galela Tobelo/Galela Indonesia 1 1 1 3 6 5 0 48 19 S S S 128 128 128 13 25 18 55 27 53 T T T Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Berpenghuni 83 KK Pohon Bakau Ternate 0 55 1 S 128 27 39 T Tidak Berpenghuni Pohon jeruk Tempat Mencari Ikan Tidore Galela 0 0 27 26 55 13 S S 128 128 5 7 22 33 T T Tidak berpenghuni Tidak berpenghuni V - 4 0 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Koordinat Pulau No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 Nama Pulau Di Daerah Kayoa Tameti Lemo Talimau Igo Kelo Salo Somamaho Sapang Kapaya Joronga Popaco Goraici Temo Temomadofa Temomadofa Kecil Sonyiha Ubo Ubo Kambing Ubo Ubo Besar Ubo Ubo Kecil Dora Lamo Lelei Maskin Gasing Kucing Daiwo Jabu Poroco Nanas Namako Sico Sebawaho Goheba Laigoma Adu Kecil Adu Besar Tamotamo Gafi Flay Bajo Salemongga Paniki Nuikwaha Bulu Air Laporan Antara Nama Pulau Yang Di Sepakati Arti Nama Pulau Asal Bahasa Lintang Bujur Derajat Menit Detik Derajat Menit Detik (°) (‘) (“) (°) (‘) (“) Keterangan Kayoa Tameti Lemo Talimau Igo Kelo Salo Somamaho Sapang Kapaya Joronga Popaco Goraici Temo Temomadofa Mencari Nafkah Menuju Arah Tujuan Jalan Jalan Ingin/Mau Kelapa Pohon Kelor Damar Tempat Bakar Ikan Pulua Bentuk Prahu Buah Pepaya Penghormatan Terang Berbentuk Kerucut Kebun Kecil Bilang/Menyampaikan Sambung-Menyambung Makian Makian Makian Galela Ternate/Tidore Ternate/Tidore Ternate/Tidore Ternate Ternate Ternate Ternate Ternate/Tidore Ternate Galela Galela 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 3 6 8 0 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 8 28 15 56 27 34 44 39 22 2 20 51 47 58 29 .U S S S S S S S S S S S S S S 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 26 14 13 10 12 12 12 13 13 13 13 13 11 10 11 7 39 59 51 2 20 51 57 23 18 29 50 36 46 44 T T T T T T T T T T T T T T T Berpenghuni 10 Desa Berpenghuni 13 Desa Tidak Berpenghuni Berpenghuni 2 Desa Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Temomadofa Kecil Sonyiha Ubo Ubo Kambing Ubo Ubo Besar Ubo Ubo Kecil Dora Lamo Lelei Maskin Gasing Kucing Daiwo Jabu Poroco Nanas Namako Sico Sebawaho Goheba Laigoma Adu Kecil Adu Besar Tamotamo Gafi Flay Bajo Salemongga Paniki Nuikwaha Bulu Air Sambung-Menyambung Pasak Kayu Bunga Kembang Sepatu Bunga Kembang Sepatu Bunga Kembang Sepatu Pintu Besar Kebun Miskin Nama Orang Pulau Bentuk Kucing Tanjung Jambu Tempat Beras Buah Nanas Tangkai Kapak Pulau Dekat Jenis Burung Sejenis Burung Batu Pecah Sakit Perut Sakit Perut Tempat Menunggu Buat/Bikin Tempat Singgah Org Bajo Harapan Kelelawar/Kalong Tanah Orang Bambu Air Galela Ternate/Tidore Ternate Ternate Ternate Ternate Makian Indonesia Bajo Indonesia Makian Bajo Bajo Ternate Ternate/Makian Makian Makian Makian Makian Makian Makian Ternate/Tidore Makian Makian Ternate Ternate Makian Ternate/Tidore 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 2 2 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 6 8 8 8 8 9 9 8 9 6 6 6 6 6 41 32 11 2 39 47 47 55 29 20 20 26 21 9 18 13 35 26 20 36 30 12 27 46 39 39 48 52 S S S S S U S U U U U U U U U U U U U U U U U S S S S S 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 11 12 12 12 11 13 14 25 25 25 25 53 25 25 9 7 6 5 12 10 10 11 9 12 12 12 12 12 24 43 13 16 51 26 48 50 36 40 25 31 46 54 6 26 7 58 56 24 20 28 6 22 55 30 37 45 T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpengaruh Tidak Berpengaruh Tidak Berpenghuni Berpengaruh 60 Kk Tidak Berpenghuni Tidak Berpengaruh Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Berpenghuni 83 Kk Berpenghuni Tidak Berpengaruh Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak berpenghuni Tidak berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni V - 4 1 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Koordinat Pulau No 44 45 46 47 48 49 Q. 1 Nama Pulau Di Daerah Nama Pulau Yang Di Sepakati Arti Nama Pulau Asal Bahasa Lintang Bujur Derajat Menit Detik Derajat Menit Detik (°) (‘) (“) (°) (‘) (“) Keterangan Liang Liang Makoropo Makoropo Tawabi Tawabi Tawabi Kecil Tawabi Kecil Haihai Haihai Gakutu Gakutu Kecamatan Kayoa Selatan Tuada Tuada Lobang Batu Krupuk Sejenis Pohon Sejenis Pohon Garuk-Garuk Kecil Garuk-Garuk Kecil Makian Makian Ternate Ternate Makian Makian 0 0 0 0 0 0 6 6 0 0 0 0 51 36 3 48 34 57 S S U U S S 127 127 127 127 127 127 12 13 25 25 25 25 8 19 49 48 37 37 T T T T T T Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Buah Cempedak Ternate 0 3 59 S 127 25 45 T 2 3 4 5 6 7 8 9 R. 1 Waidoba Haru Jasia Laguling Tempat Berkebun Centong Naik Keatas Orang Besar Suap Pintu Besar Pintu Kecil Pangkai Rotan Kayoa Melayu Makian Kayoa Makian Kayoa Kayoa Kayoa 0 0 0 0 0 0 0 0 2 5 4 4 5 2 3 4 57 31 37 56 18 58 53 51 S S S S S S S S 127 127 127 127 127 127 127 127 24 25 24 25 24 26 28 25 53 5 15 54 30 1 7 25 T T T T T T T T Berpenghuni 1 Desa Berpenghuni Ibu Kota Kec.9 desa Tidak Berpengaruh Tidak Berpengaruh Tidak Berpengaruh Tidak Berpengaruh Tidak Berpengaruh Tidak Berpengaruh Tidak Berpengaruh Gula Kelapa Ternate 0 10 37 S 127 8 27 T 2 3 4 5 Guaigo Kecil Tamotamo Gula Kelapa Tempat Menunggu Permata Bertemu Ternate Makian Indonesia Makian 0 0 0 0 10 10 10 12 44 47 39 48 S S S S 127 127 127 127 8 8 8 7 22 41 18 12 T T T T Berpenghuni 1 Desa Berpenghuni Ibu Kota Kec. 9 Desa Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Berpenghuni Buah Kelapa Yang Hanyut Batu Kramat Miskin Makin Makian Indonesia 0 0 0 6 8 8 2 0 54 U U S 127 127 127 24 27 25 27 28 52 T T T tidak berpenghuni tidak berpenghuni tidak berpenghuni Banyak Ubi banyak.di huni ular berbisah Bentuknya seperti Penjepit K Bentuknya seperti Penjepit K Ingin Merasakan Sejenis Pohon Palem Labu Kuning Tempat Duduk/Kursi Tempat Istirahat Makan Makan-Makan Indonesia Ternate Ternate Ternate Ternate Ternate Ternate Ternate Buton 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32 13 23 21 32 25 25 19 23 25 2 33 7 49 15 26 59 43 46 52 S S S S S S S S S S 127 127 127 127 127 127 127 127 127 127 46 34 52 50 5 52 42 31 25 24 45 52 9 2 9 16 33 25 26 55 T T T T T T T T T T Berpenghuni 23 Desa Berpenghuni 7 Desa Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tdk Berpenghuni Tambak Nikel Tdk Berpenghuni budidaya Mutiara Waidoba Haru Jasia Laguling Wailoro Besar Wailoro Besar Wailoro Kecil Wailoro Kecil Rumati Rumati Kecamatan Kayoa Barat Guaigo Guaigo Muari Guaigo Kecil Tamotamo Intan Muari S. 1 2 3 T. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kecamatan Kayoa Utara Kutim Kutim Batukaramat Batukaramat Miskin Kecamatan Obi Obi Mayor Obi Mayor Bisa Bisa Gatal-gatal Kecil Gatal-gatal Kecil Gatal- gatal Besar Gatal- gatal Besar Morasa Morasa Woka Woka Sambiki Sambiki Kadera Kadera Laparbae Laparbae Kane-Kane Kane-Kane 11 Malamala Malamala Sejenis Lampu Buton 1 28 12 S 127 23 38 T 12 Garaga Garaga Sumber Masalah Buton 1 30 59 S 127 27 55 T Laporan Antara V - 4 2 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Koordinat Pulau No Nama Pulau Di Daerah Nama Pulau Yang Di Sepakati U. 1 Kecamatan Obi Barat Tapa Tapa 2 3 4 5 6 V. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 W. 1 2 3 4 5 6 Ombilatu Ombilatu Belang-Belang Belang-Belang Telor Telor Tusa Tusa Ubo-Ubo Ubo-Ubo Kecamatan Obi Timur Tobalai Tobalai Siloyang Siloyang Pisang Pisang Pisang Kecil Pisang Kecil Waitengger Waitengger Tapiola Tapiola Lilioala Lilioala Sioloyang Kecil Sioloyang Kecil Batatas Batatas Miorasa Miorasa Tawa Besar Tawa Besar Tawa kecil Tawa kecil Songara Songara Kelo Kelo Kecamatan Obi Utara Sentari Besar Sentari Besar Sentari Kecil Sentari Kecil Dua Dua Agar agar Taher Sendiri Kecamatan Obi Selatan Gomumu Gomumu Paniki Paniki Dobodobo Dobodobo Kapakapa Kapakapa Kecamatan Makian X. 1 2 3 4 Y. Arti Nama Pulau Asal Bahasa Lintang Bujur Derajat Menit Detik Derajat Menit Detik (°) (‘) (“) (°) (‘) (“) Keterangan Bentuknya Seperti Nyiru Tobelo/Galela 1 10 44 S 127 25 12 T Penjepit Pulau Hanyut Bentuk Bulat Seperti Telur Btk. Menyerupai Kucing bentuk Pohon di Pulau Tsb. Ternate Belanda Ternate Ternate Ternate 1 1 1 1 1 24 19 19 22 25 44 3 58 39 14 S S S S S 127 127 127 127 127 20 24 22 23 16 24 20 41 38 52 T T T T T Berpenghuni 2 Desa Berpenghuni 5 Desa Tambang Nikel. Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tempat Pelarian Pulau Bentuk Wajan Dulu Plau tsb. Banyak Pohon Dulu Plau tsb. Banyak Pohon Air Yang Menetes Pulau Paling Ujung Pulau Paling Ujung Pulau Bentuk Wajan Sejenis Ubi Enak Dirasa Sejenis Pohon Segon Sejenis Pohon Segon Menggoreng Tanpa Minyak Tanda Pengenal Tobelo/Galela Ternate Indonesia Indonesia Papua Papua Papua Ternate Ternate Ternate Tobelo/Galela Tobelo/Galela Ternate Galela 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 1 37 30 23 23 30 30 31 28 34 26 31 32 29 28 56 18 16 37 44 47 17 29 11 10 55 24 43 12 S S S S S S S S S S S S S S 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 127 127 19 38 55 56 42 43 45 39 5 51 2 3 59 57 49 17 13 11 37 48 2 45 37 35 21 47 31 46 T T T T T T T T T T T T T T Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Penghuni Pertma Org Irian Penghuni Pertma Org Irian Dua Rumput Laut Nama org Penghuni Pertma Sendiri Irian Irian Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia 1 1 1 1 1 1 16 17 16 16 16 13 32 11 13 5 37 39 S S S S S S 127 127 127 127 127 127 42 42 42 42 41 41 1 13 26 2 41 57 T T T T T T Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tiga Kapitan (tiga raja) Kelelawar/Kalong Dalam Melompat-lompat Belanda Ternate Tobelo/Galela Bajo 1 1 1 1 50 49 50 51 0 42 42 0 S S S S 127 127 127 127 36 36 38 38 30 50 39 11 T T T T Berpenghuni 2 Desa Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni 0 19 19 U 127 23 35 T Hijrah org Arab Ke Pulau Makian 1 Z. Makian Makian Kecamatan Gane Timur Selatan 1 Ranga-ranga Ranga-ranga Nama pohon Tobelo/Galela 0 39 18 S 128 11 43 T 2 Daga kecil Daga Kecil Sebatan kara Gane 0 35 58 S 128 24 55 T Laporan Antara Tidak Berpenghuni pohon Membuat perahu Tdak Berpenghuni ada Pohon kelapa V - 4 3 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Koordinat Pulau No Nama Pulau Di Daerah 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Daga Besar Wagali Talam Besar Talam kecil Burung 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 Nama Pulau Yang Di Sepakati Capatu Karatib Doro panjang Daga Besar Wagali Talam Besar Talam Kecil Burung Damaha Matengo Capatu Karatib Doro panjang Tawabi Kecil TawabiBesar Pipoda Dodawe Weda Dodawegane Morota Bendera Lakoromoidi Fitpodang Tawabi Kecil TawabiBesar Pipoda Dodawe Weda Dodawegane Morota Bendera Lakoromoidi Fitpodang Eki Sapi Bori-bori Eki Sapi Bori-bori Sosara Sosara Umbur Umbur kecil Goro Salome kecil Goro Salome besar Kokota Loanga kecil Sosepa Sosepa kecil Kasuari Loanga besar Bintagor Singgah Agas Laporan Antara Umbur Umbur kecil Goro Salome kecil Goro Salome besar Kokota Loanga kecil Sosepa Sosepa kecil Kasuari Loanga besar Bintagor Singgah Agas Arti Nama Pulau Asal Bahasa Lintang Bujur Derajat Menit Detik Derajat Menit Detik (°) (‘) (“) (°) (‘) (“) Keterangan Sebatan kara Gelar bangsawan Tempayang Besar Tempayang kecil Burung Menungu Sendiri Sepetu Sejenis Pisang Dangkal Besar Kecil Kayu hitam Kayu hitam Tempat penitipan barang Tempat singa org weda Tempat singa org gane Sukar Bendera Mata dua Sejenis pohon pandan Tempayan kecil Nama orang Sapi Pohon tuba(utk Meracun) Tempat org papua menyebran Tempat org papua menyebran Sarang nyamuk Sarang nyamuk Dangkal Gane Gane Gane Gane Indonesia Galela Ternate Gane Gane Ternate Ternate Ternate Ternate Ternate Gane Gane Gane Gane Indonesia Ternate Weda Ternate Gane Gane Gane 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 34 35 34 34 34 34 34 33 33 33 33 33 33 33 33 33 34 32 33 33 34 34 34 34 33 51 4 56 54 21 13 7 47 38 37 28 23 14 25 8 6 42 10 47 55 14 20 22 28 7 S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 26 24 24 24 24 24 24 23 23 23 23 23 22 22 21 19 20 22 24 24 25 24 25 25 20 4 41 35 33 23 12 22 46 39 31 22 10 1 27 51 37 44 15 28 38 8 46 21 33 37 T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Gane 0 39 20 S 128 34 33 T Tidak Berpenghuni Gane Gane Gane Gane 0 0 0 0 39 39 38 38 22 14 58 47 S S S S 128 128 128 128 34 33 33 32 18 59 25 31 T T T T Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Dangkal Alat tangkap ikan Tarikan Sejenis perahu Sejenis perahu Cemara Tarikan Nama pohon Berlabuh Nyamuk Nyamuk Gane Gane Gane Gane Gane Gane Gane Gane Indonesia Ternate Ternate 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 38 38 37 36 36 36 35 36 35 35 35 34 17 48 54 50 30 49 0 33 36 42 S S S S S S S S S S S 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 31 30 30 30 30 30 29 30 29 29 29 57 59 54 48 24 27 39 4 40 25 33 T T T T T T T T T T T Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni V - 4 4 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Koordinat Pulau No 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 Nama Pulau Di Daerah Nama Pulau Yang Di Sepakati Teripang Jojaga luar Jojaga dalam Sayang Tofuwidi Kasuari dalam Buaya Hate besi kecil Hate besi kecil Karang Luar Karang Tengah Karang Dalam Manjariti Todoku Ori Bati Kuburan Teripang Jojaga luar Jojaga dalam Sayang Tofuwidi Kasuari dalam Buaya Hate besi kecil Hate besi kecil Karang Luar Karang Tengah Karang Dalam Manjariti Todoku Ori Bati Kuburan Mange-Mange Boku-Boku Kecil Boku-boku Mange-Mange Boku-Boku Kecil Boku-boku Gapuraca Ngaimadodera Menghela Bisa Bia Kapis-Kapis Lembal Pagar Penghalang Dordera Gapuraca Ngaimadodera Menghela Bisa Bia Kapis-Kapis Lembal Pagar Penghalang Dordera Mayat Mayat Laporan Antara Arti Nama Pulau Teripang Penjaga Penjaga Sayang Bukit widi Cemara Buaya Kayu bakar Kayu bakar Karang Karang Karang Nama Pohon Penghubung Rumah Benda Hanyut Kuburan Kuburan Pasir Pasir Jenis Pohon Bakau Pohon Pandan Pohon Pandan Pandan Satu pandan Dua Pandan Tiga Pandan Empat Pandan Lima Nama Pohon Persinggahan Brung Nghi Tarikan Racun Tiram Nama Ikan Nama Sejenis Ikan Pari Pagar Pelindung Persinggahan Brung Kundukan Pasir Kundukan Pasir Kundukan Pasir Mayat Asal Bahasa Indonesia Gane Gane Indonesia Gane Gane Indonesia Gane Gane Indonesia Indonesia Indonesia Gane Tobelo Makian Ternate Indonesia Indonesia Indonesia Gane Gane Gane Gane Gane Gane Gane Gane Gane Gane Gane Gane Ternate Indonesia Ternate Ternate Ternate Indonesia Indonesia Ternate Ternate Ternate Indonesia Lintang Bujur Derajat Menit Detik Derajat Menit Detik (°) (‘) (“) (°) (‘) (“) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 35 36 36 36 37 37 37 37 37 36 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 38 38 37 37 37 37 37 35 41 36 36 36 36 36 36 36 37 38 38 34 31 2 16 10 32 19 27 26 33 57 1 11 20 14 20 31 58 9 51 49 32 37 16 19 38 37 40 42 44 15 47 21 25 25 31 33 35 41 17 49 48 48 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 29 30 31 31 31 31 32 32 33 32 32 32 33 32 33 33 34 34 33 33 32 36 34 36 35 35 35 35 35 28 33 31 31 31 31 31 31 31 33 32 33 24 33 53 3 0 43 59 26 56 2 33 37 44 7 54 29 56 3 16 45 21 37 5 30 2 4 9 12 19 28 48 3 10 10 15 20 27 33 47 18 51 1 28 S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S Keterangan T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni Tidak Berpenghuni V - 4 5 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.3.6.1.2 Karakteristik Oseanografi a. Iklim Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson (1951), daerah Halmahera Selatan umumnya bertipe iklim B dengan rata-rata curah hujan per tahun 1.655 mm (data 10 tahun). Bulan basah adalah bulan dengan curah hujan lebih tinggi atau sama dengan 100 mm dan bulan kering adalah bulan dengan curah hujan lebih rendah atau sama dengan 60 mm. Bulan April dan Bulan Mei adalah bulan dengan curah hujan yang tertinggi, selain itu Bulan April juga bulan dengan curah hujan yang tinggi yaitu 199 sampai dengan 204 mm. Periode curah hujan rendah berlangsung pada Bulan Agustus dan Oktober dengan curah hujan terendah 75 mm pada Bulan Agustus. b. Suhu Permukaan Laut Hela dan Laevastu (1970) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi suhu permukaan air laut adalah arus permukaan, keadaan awan, penguapan, gelombang, pergerakan konveksi, upwelling, divergensi, konvergensi muara terutama pada daerah sepanjang garis pantai dan perubahaan bentuk es di kutub. Sumber panas utama laut berasal dari matahari. Daerah-daerah yang paling banyak menerima panas adalah daerah yang terletak pada lintang 0º. Oleh karena itu suhu air laut paling tinggi ditemukan sekitar ekuator dan semakin ke kutub suhu air laut makin rendah. Sebaran suhu secara menengah terbagi dua lapisan yaitu lapisan troposfir dan stratosfir. Lapisan pertama terdapat pada permukaan laut sampai kedalaman sekitar 600-1.000 meter. Lapisan kedua berada di bawah lapisan itu sampai dasar laut. Pada bagian troposfir terdiri dari lapisan pencampuran, (mixeder), lapisan termoklin dan lapisan di bawah termoklin. dalam skala besar ditunjukkan seperti pada titik pembekuan, kerapatan, suhu dan kerapatan maksimum serta daya hantar listrik. Perbedaan salinitas disebabkan oleh proses evaporasi, presipitasi, pembentukan dan pencairan es akan menyebabkan densitas berubah serta akan menghasilkan gradient tekanan mendatar yang menimbulkan arus. Di perairan dalam salinitas akan menunjukkan variasi yang kecil. Salinitasi di Perairan Maluku pada umumnya berkisar antara 32,5-33,5 Promil. Salinitas makin dalam juga tidak banyak perubahan yaitu berkisar antara 34-34,5 promil. Variasi tahunan salinitas yaitu sekitar 2 promil (Surbakti,1999). Salinitas di perairan Maluku Utara termasuk perairan Kabupaten Halmahera Selatan menunjukkan nilai yang cukup tinggi. Hasil pengukuran suhu yang dilakukan oleh P2O-LIPI (2005) menunjukkan nilai salinitas mencapai 34 permil. Pada kedalaman yang lebih dalam, nilai sanilitas lebih tinggi dari lapisan di atasnya. d. Densitas Aspek penting dalam menentukan densitas air laut adalah suhu, salinitas dan tekanan. Densitas akan turun jika suhu naik dan akan bertambah besar jika tekanan dan salinitas meningkat. Biasanya jika suhu makin rendah, maka kerapatan akan meningkat. Selain itu kenaikan salinitas juga dapat meningkatkan nilai kerapatan dari massa air laut walaupun tidak sekuat pengaruh suhu. e. Arus Suhu air laut Maluku dan sekitarnya antara 28 - 30ºC dengan variasi tahunan sebesar 20ºC, nilai yang lebih tinggi terjadi di Laut Banda, Arafuru, Timor dan Selatan Jawa sebesar 3ºC - 40ºC. Selama musim barat lapisan homogen dan dapat mencapai kedalaman 100 meter yang dimulai dari permukaan suhu berkisar antara 27ºC-28ºC. Makin dalam biasanya suhu mencapai 21ºC-22ºC, hingga kedalaman 260 meter mencapai 21ºC. Pada beberapa tempat seperti Teluk Pelita Jaya (Ambon) (Tupan, 2000) bahwa suhunya berkisar antara 27ºC32ºC. Hal ini dipengaruhi oleh lindungan hutan pantai dan lama penyinaran matahari. Hasil pengukuran suhu permukaan laut yang dilakukan oleh P2O-LIPI (2005) di perairan Halmahera Selatan dan sekitarnya berkisar antara 27,72 ºC – 28,96ºC. Pada lapisan tercampur permukaan yaitu lapisan permukaan hingga kedalaman 50 m, suhu perairan lebih hangat dari lapisan di bawahnya. c. Salinitas Pengaruh salinitas dalam air laut antara lain dalam perubahan skala kecil seperti tekanan, fluktuasi suhu, penyebaran massa air. Sedangkan pengaruh Laporan Antara Arus adalah gerakan air yang mengakibatkan perpindahan horizontal dan vertikal massa air oleh perubahan energi potensial. Keadaan arus laut umumnya terjadi akibat pengaruh beberapa gaya yang bersamaan yang terdiri dari arus tetap, arus periodik (pasut) dan arus angin. Bishop (1984) menyatakan bahwa gaya yang berperan dalam sirkulasi massa air adalah gaya gradient tekanan, gaya coriolis, gaya gravitasi, gaya gesekan dan gaya sentrifugal. Arus di Teluk Labuha dan Halmahera bagian selatan dapat didekati dengan ramalan arus pada Selat Capalulu. Kecepatan arus di Selat Capalulu cukup tinggi yaitu pada Bulan Januari mencapai 90 mil/jam dan terendah mencapai nol. Karena letak Selat Bacan agak jauh dari Selat Capalulu dan dikelilingi oleh pulau-pulau kecil, maka kekuatan arus pasut di Teluk Bacan tidak sehebat yang terjadi di Selat Capalulu. Pada siang hari arus dan pasut di daerah ini sangat bervariasi, sedangkan arus lokal ke arah Selatan sampai Barat. Angin dan arus terlihat relatif tidak berkorelasi sehingga dapat disimpulkan bahwa arus pada saat tersebut lebih dominan disebabkan oleh tenaga pasut. V - 4 6 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan f. Pasang Surut Tipe pasang surut (pasut) Laut Maluku secara umum adalah tipe pasang campuran dominasi ganda. Keadaan ini disebabkan oleh adanya interaksi antara lokasi pengamatan dengan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Laut Maluku menerima pasut berasal dari Samudera Pasifik yang merambat melalui laut dalam, sehingga tipe pasutnya cenderung mengikuti keadaan di daerah tersebut yang secara umum bertipe campuran dominasi ganda. Pola pasut di beberapa tempat di Halmahera Selatan seperti Teluk Labuha diperkirakan memiliki ciri yang sama dengan pola pasut di perairan Pantai Barat Halmahera secara keseluruhan. Pola pasut di sini merupakan rambatan pasut dari perairan yang jauh lebih luas yaitu Lautan Pasifik. Untuk sampai di Teluk Labuha dan Halmahera dapat melalui dua kemungkinan. Pertama, melalui Teluk Maluku, masuk ke Selat Obi dari arah Barat selanjutnya masuk ke Selat Bacan dari arah Selatan. Kedua, melalui Laut Seram di sebelah Selatan Halmahera, kemudian membelok ke Barat memasuki Selat Obi dan menuju Selat Bacan. Di sebelah Utara Selat Bacan dibatasi oleh celah-celah sempit dan oleh pulaupulau kecil seperti Pulau Obi, Pulau Pacitaka dan Parapotong. Melihat kondisi tersebut rambatan pasut menuju Selat Bacan lebih terbuka dari arah Selatan dibandingkan dari Utara. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Peta Oseanografi Kabupaten Halmahera Selatan (Peta 5.10) g. Keasaman (pH) Nilai pH perairan Maluku secara keseluruhan termasuk Halmahera Selatan berkisar antara 6-7. Penurunan pH sampai 6 disebabkan oleh proses perombakan sisa tumbuhan oleh mikroorganisme, sehingga pH cenderung menurun pada garis pantai. Pada substrat pH juga mencapai keadaan 5-8 yang berpengaruh langsung pada pertumbuhan akar mangrove. h. Karakteristik Kimia Perairan Bentuk senyawa nitrogen di dalam perairan diantaranya adalah nitrat, nitrit, amoniak dan ammonium. Senyawa nitrogen dalam bentuk nitrit umumnya dijumpai dalam kadar yang relatif kecil dan kurang stabil sehingga apabila kandungan oksigen rendah akan berubah menjadi ammonia yang bersifat racun bagi oragisma perairan. Kandungan nitrit, nitrat dan ammonia berturut-turut berkisar antara 0,020 mg/1 sampai dengan 0,102 mg/1, 0,001 mg/1 sampai dengan 0,002 mg/1 dan 0,013 mg/1 sampai dengan 0,014 mg/1. Kandungan nitrit dan ammonia di perairan masih di bawah baku mutu. Sedangkan kandungan nitrat yang tinggi akan mendukung produktifitas perairan, terutama dimanfaatkan oleh plankton. sampai dengan 337,85 mg/1 dan 0,010 mg/1 (sulfida). Kandungan sulfat yang relatif tinggi umumnya ditemukan pada air laut yang berasal dari mineral alami seperti gips dan lainnya (Usaha Mina,1993). 2) Hasil analisis minyak dan lemak nilainya lebih kecil dari 0,20 mg/1 ini banyak ditemukan di sekitar kegiatan pengalengan ikan Usaha Mina Persero, di Teluk Labuha. Lemak dan minyak akan berpengaruh terhadap ekosistem biota perairan, dimana akan menutupi lapisan permukaan air. Sehingga dapat menghambat penetrasi cahaya matahari, menghambat proses pertukaran gas antara air dan udara. 3) Kandungan oksigen di perairan memiliki peranan yang sangat penting dalam respirasi organisme perairan ataupun dalam proses penguraian agar tidak menghasilkan senyawa yang beracun. Oksigen terlarut dapat bersumber dari hasil fotosintesis fitoplankton dan difusi langsung dari udara. Kandungan oksigen terlarut menunjukkan produktivitas yang tinggi. Hasil analisis menunjukkan bahan kandungan oksigen yang pernah diukur di sekitar Teluk Bacan serta Perairan Halmahera Selatan dan sekitarnya berkisar antara 4,761 mg/l sampai dengan 6,347 mg/l. 4) BOD memperlihatkan kandungan oksigen yang dibutuhkan dalam mereduksi bahan-bahan organik maupun anorganik secara biokimia. COD menggambarkan kebutuhan oksigen yang dibutuhkan dalam proses perombakan bahan organik secara kimiawi. Hasil analisis BOD5 dan COD di Perairan Maluku Utara dan sekitarnya termasuk Halmahera Selatan yang menjadi pengamatan yaitu di Teluk Halmahera dan Teluk Bacan didapatkan nilai berturut-turut berkisar antara 6,56 mg/l sampai dengan 8,54 mg/l dan 140,40 mg/l sampai dengan 151,28 mg/l. Nilai kandungan ini telah melebihi batas yang diperbolehkan untuk budidaya perikanan laut. Relatif tingginya nilai COD disebabkan oleh kandungan garam mineral yang lebih tinggi dan bukan disebabkan oleh limbah (Usaha Mina, 1993). 5) Unsur logam di perairan dapat berasal dari proses perombakan, pelapukan atau buangan dan kegiatan perkapalan. Unsur-unsur logam yang termasuk kategori logam berbahaya yaitu Cu, Cd, Cr*⁶ dan Pb. Kandungan yang pernah teramati di Teluk Halmahera dan Labuha yaitu 0,007 mg/l sampai dengan 0,009 mg/l (Cu); 0,041 mg/l sampai dengan 0,044 mg/l (Cd); lebih kecil dari 0,006 mg/l (Cr) dan 0,137 mg/l sampai dengan 0,191 mg/l (Pb). Terlihat bahwa unsur Pb dan Cd lebih tinggi dari unsur diperbolehkan di perairan. 1) Unsur sulfur di perairan diantaranya ion sulfat (SO4ˉ) dan sulfide (Sˉ). Persenyawaan yang terjadi apabila dalam kondisi anaerobik akan menghasilkan senyawa yang bersifat toksik bagi organisme perairan. Hasil analisis sulfat dan sulfide berturut-turut berkisar antara 334,85 mg/1 Laporan Antara V - 4 7 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.10 Laporan Antara V - 4 8 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.3.6.2 Karakteristik Ekosistem Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 5.3.6.2.1 Ekosistem Terumbu Karang Pulau-pulau kecil di Indonesia atau bahkan di daerah tropis biasanya berasosiasi dengan ekosistem terumbu karang. Pulau kecil biasanya dilingkari oleh terumbu karang. Kabupaten Halmahera Selatan yang memiliki jumlah pulau yang sangat banyak juga diperkirakan mempunyai potensi terumbu karang yang sangat luas. Ekosistem terumbu karang memiliki fungsi-fungsi ekologis, ekonomi dan sosial yang sangat tinggi. Secara ekologi, ekosistem terumbu karang merupakan habitat berbagai jenis ikan konsumsi penting dan ikan hias. Selain itu, ekosistem ini juga memiliki fungsi pelindung pantai dari hantaman gelombang laut. Dalam konteks pengembangan wisata bahari, ekosistem terumbu karang memiliki peran yang sangat penting, mengingat ekosistem ini memiliki nilai ekosotis kolom air sangat luar biasa dan menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk dinikmati. Hasil pengamatan terumbu karang yang dilakukan oleh Tim P2O-LIPI (2005) di perairan sekitar Pulau Bacan memperlihatkan bahwa ekosistem di pualu ini masih baik. Pengamatan yang dilakukan pada 11 titik di pesisir barat Pulau Bacan terlihat bahwa sebaran karang batu dalam kategori sedang dan baik lebih banyak ditemukan di perairan dengan karakteristik pantainya adanya Tanjung dan berasosiasi dengan hutan mangrove, kekuatan arus kuat dan dalam kondisi seperti ini ditemukan jenis karang batu sekitar 40-80 jenis. Dengan jumlah jenis karang batu yang relatif tinggi ini, maka kawasan ini memberikan prospek pengembangan wisata bahari khususnya wisata selam (sport dive). Kerusakan karang yang ditemukan selama ini di lapangan masih banyak diakibatkan karena sistem penangkapan ikan secara ilegal dengan menggunakan bahan peledak, tingginya kekeruhan di perairan yang tergolong rendah hal ini mencerminkan masih tingginya sedimentasi di darat atau hilangnya ekosistem mangrove sebagai filter bagi terumbu karang sudah mulai menipis. Pengembangan untuk obyek wisata selam yang sangat baik ditemukan di lokasi 3 dimana di lokasi ini tidak kurang 75 jenis karang ada di sini dan kondisi karang dalam kategori baik (50%). Kondisi karang batu di sisi timur Pulau Bacan berbeda dengan di sisi barat Pulau Bacan. Lokasi sisi timur Pulau Bacan rata-rata relatif terlindung, sehingga kekuatan arus juga dalam kategori sedang, sedangkan tingkat kecerahan relatif lebih baik yaitu lebih jernih dibadingkan di sisi barat Bacan. Posisi perairan yang terlidung memungkinkan hutan mangrove dapat berkembang dan tumbuh dengan baik. Keberadaan ekosistem mangrove ini sangat mendukung ekosistem terumbu karang di perairan sisi timur Pulau Bacan, sehingga banyak ditemukan titik-titik pengamatan yang mempuyai kategori baik (50%) atau (60%). Karakteristik perairan sisi Timur Pulau Bacan yang telindungi menyebabkan kekuatan arusnya lemah, pantainya bervegetasi mangrove dapat mengurangi proses sedimentasi dan kekeruhan di perairan. Sisi Timur Pulau Bacan yang perairannya dengan tingkat kejenihan yang relatif lebih baik, banyak ditemukan jumlah jenis karang batu yang relatif tinggi. Pertumbuhan jenis karang batu yang didukung oleh kondisi perairan dengan kecerahan sangat tinggi dapat memberikan kontribusi Laporan Antara yang besar bagi kesehatan karang untuk tumbuh dan berkembang lebih baik, sehingga di masa depan dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat umum dan pesisir khususnya. Indikasi kerusakan karang masih banyak ditemukan hampir di seluruh titik pengamatan yaitu penggunaan bahan peledak untuk penangkapan ikan. Kondisi karang batu pada sisi Selatan Pulau Bacan tidak jauh berbeda dengan sisi Barat Pulau Bacan, kondisi karang dalam kategori jelek <25% dan sedang 25-50% jauh lebih banyak dibandingkan dengan kondisi karang yang baik >50%. Kemiripan ini telihat dari karakteristik pantainya yang dekat dengan salah satu anak sungai, kekuatan arus tergolong kuat dan tingkat kecerahannya rendah. Dari lokasi pengamatan hampir sebagian besar tergolong jelek, hal ini masih eratnya ditemukan bekas kubangan-kubangan di dasar perairan hasil peledakan bom dalam sistem penangkapan ikan juga banyak ditemukan sampah rumah tangga (anorganik) sulit untuk diuraikan, sehingga penanganannya lebih sulit. Hasil penelitian yang dilakukan oleh WCS Marine Programme Indonesia di Kepulauan Kayoa menunjukkan bahwa persen penutupan karang keras 37 %, karang lunak 19%, penutupan pasir 6 %, Algae 34 %, Sponge 2 % dan lainnya 2%. Jumlah spesies karang keras yang ditemukan di Kepulauan Kayoa sebanyak 237 spesies dari 15 famili, sedangkan jumlah jenis ikan karang yang ditemukan sebanyak 434 spesies dari 48 famili. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Peta Ekosistem pesisir Kabupaten Halmahera Selatan (Peta 5.11). 4.3.6.2.2 Ekosistem Mangrove Ekosisem mangrove merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi ekologis dan manfaat ekonomi. Manfaat ekonomi ekosistem mangrove misalnya pemanfaatan terbatas oleh masyarakat sekiarnya untuk berbagai keperluan seperti bahan bangunan, kayu bakar, membuat arang, pulp dll. Selain tersebut diatas hutan mangrove juga merupakan pengekspor bahan organik yang berguna untuk menunjang kelestarian biota akuatik. Dipandang dari segi ekologis hutan mangrove juga merupakan tempat berlindung dan tempat mencari makanan bagi kehidupan fauna. Hasil analisis citra landsat menunjukkan luas hutan mangrove di Kabupaten Halmahera Selatan adalah 204,12 km2. Ekosistem mangrove di Kabupaten Halmahera Selatan terutama terdapat di Kecamatan Obi dengan luas 5.805,50 ha yang berada di Kawasan HPK, dan Kecamatan Gane Barat Seluas 3.561,00 aa di Kawasan Hutan Lindung. Hasil pengamatan mangrove yang dilakukan oleh P2O-LIPI (2005) di bagian barat dan timur Pulau Bacan menunjukkan bahwa kawasan mangrove di pulau ini masih baik. Hasil pencuplikan data baik transek maupun koleksi bebas di daerah pesisir timur dan barat Pulau Bacan diidentifikasi sebanyak 14 jenis termasuk dalam 12 marga dan 9 suku (Tabel 4.8). Keseluruhan hasil identifikasi ternyata jumlah jenis di wilayah pesisir Pulau Bacan lebih sedikit bila dibandingkan dengan V - 4 9 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan daerah pesisir Teluk Kao, Halmahera yang teridentifikasi sebanyak 27 jenis termasuk dalam 19 marga dan 16 suku (Prawiroatmodjo dkk, 1987). Perbedaan jumlah jenis kedua wilayah ini mungkin disebabkan oleh beberapa hal seperti dataran lahan pesisir pantai, material penyusun subtrat, profil pantai dan muaramuara sungai dan apakah merupakan wilayah terbuka atau tertutup atau semitertutup. a. Ekosistem Mangrove di pesisir Timur Pulau Bacan Pada bagian timur Pulau Bacan teridentifikasi 10 jenis dan jenis yang umum ditemukan adalah jenis Rhizophora apiculata. Ketebalan atau zona mangrove berkisar antara (10-150) meter. Hasil analisis kerapatan mangrove diketahui bahwa tingkat kerapatan pohon mencapai 566 batang/ha, ketinggian ratarata mencapai 16,05 meter dan diistimasikan volume kayu sebesar 171,45 m3/ha. Mangrove dan klasifikasi ‘belta’ diidentifikasi sebanyak 5 jenis yang didominasi jenis Rhizophora apiculata dengan nilai penting (NP) 120,61 %, sedang Bruguiera gymnorrhiza merupakan jenis codominan dengan nilai penting (NP) 70,40 % dan Sonneratia alba mempunyai nilai penting (NP) 60,54 %. Dua jenis lainnya yaitu Rhizophora stylosa dan Cerlops tagol mempunyai nilai penting (NP) <50 %. Tingkat kerapatan ‘belta’ mencapai 1.488 batang/Ha, rata-rata tinggi belta mencapai 4,1 meter, sehingga diestimasikan volume kayunya sebesar 5,42 m3/ha. Dari pencuplikan semai, hanya didapatkan jenis Rhizophora sp dengan kerapatan mencapai 16.670 batang/Ha. b. Ekosistem Mangrove di pesisir Barat Pulau Bacaan Berbeda dengan jenis yang ditemukan di bagian timur Pulau Bacan, di bagian barat ini, jumlah jenis mangrove sebanyak 12 jenis baik dalam klasifikasi pohon maupun belta. Jenis yang umum ditemukan yaitu jenis Rhizophora mucronata. Jenis ini umumnya hidup pada substrat dasar yang berlumpur dan dalam. Zona mangrove berkisar antara (10-100) meter. Hasil lapangan dari transek teridentifikasi 3 jenis dalam klasifikasi pohon yang didominasi jenis Rhizophora mucronata dengan nilai penting (NP) 187,98 dan Sonneratia alba merupakan codominan dengan nilai penting 745,45%. Jenis lain adalah Bruguiera gymnorrhiza dengan nilai penting (NP) 37,57%. Mangrove dalam klasifikasi pohon mempunyai tingkat kerapatan rata-rata 568 batang/ha yang hamper sama dengan tingkat kerapatan di pesisir timur Pulau Bacan. Hasil perhitungan volume kayu rata-rata mencapai 213,61 m3/ha yang mampir sama dengan jumlah kayu di pesisir Teluk Bintuni, Irian Jaya yang mencapai 219,1 m3/ha yang merupakan daerah Hak Pengusahaan Hutan (Soeroyo dan Sapulete, 1994). Mangrove dengan klasifikasi belta Rhizophora mucronata juga merupakan jenis dominan dengan nilai penting (NP) 256,36%, di tempat ini hasil pencuplikan transek hanya ada dua jenis, jenis yang lain sekaligus merupakan codominan adalah Sonneratia alba dengan nilai penting (NP) 43,64% (Tabel 4.8). Tingkat kerapatan belta mencapai 769 batang/ha, kurang rapat bila dibandingkan dengan tingkat kerapatan belta di pesisir Timur Pulau Bacan. Volume belta di daerah ini mencapai 5,93 m3/ha dengan ketinggian rata-rata mencapai 4,85 meter. Untuk semai dari hasil pencuplikan data, didapat 20.000 semai yang rata-rata lebih banyak dari semai di daerah Bacan Timur. Laporan Antara Tabel 5.8 Hasil Identifikasi Mangrove di Pulau Bacan dan Sekitarnya No Jenis Nama Daerah Pesisir Pulau Bacan Timur Barat 1 Avicennia marina Api-api + + 2 Bruguiera gymnorrhiza Tancang, tunu + + 3 Ceriops tagal Trigi, tengur + - 4 Excoecaria agallocha Buta-buta + - 5 Hibiscus tiliaceus Waru - + 6 Nypa fruticans Nipah - + 7 Rhizophora apiculata Bakau putih, mangi-mangi + + 8 R. mucronata Bakau hitang, bakau laki + + 9 R. stylosa Bakau kurap + + 10 Scaevola taccada Bakung, bako-bakoan + + 11 Sesuvium portulacastrum Sesepi, gelang laut + - 12 Sonneratia alba Prapat, pedada + + 13 Terminalia cattapa Ketapang, ketapa - + 14 Xylocarpus granatum Nyirih, niri - + Sumber : P2O-LIPI (2005) Tabel 5.9 Hasil identifikasi mangrove berdasarkan atas suku, marga dan jenis di pesisir Pulau Bacan dan sekitarnya No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Suku Aizoaceae Avicenniaceae Combretaceae Goodeniaceae Malvaceae Meliaceae No Jenis 1. Sesuvium portulacastrum (L.) L. 2. Avicennia marina (Forsk.) Vierh. 3. Terminalia cattapa L. 4. Scaevola taccada (Gaertn.) Roxb. 5. Hibiscus tiliaceus L. 6. Excoecaria agallocha L. 7. Xylocarpus granatum Koen 7. Palmae 8. Nypa fruticans Wurmb 8. Rhizophoraceae 9. Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lam. 10. Ceriops tagal (Perr.) C.B.Rob. 11. Rhizophora apiculata BI. 12. R. mucronata Lam. 13. R. stylosa Griff. 9. Sonneratiaceae 14. Sonneratia alba J.Sm. Keterangan : 14 jenis, 12 marga dan 9 suku. V - 5 0 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.3.6.2.3 Makro Algae Berdasarkan hasil ekspedisi Rumphius IV 1979 dan Snellius II 1984 bahwa Pulau Bacan dan sekitarnya merupakan zona perairan yang mempunyai potensi makroalgae dengan keanekaragaman jenis cukup tinggi dengan jenis makroalgae bernilai ekonomi dan tidak ekonomi. Keberadaan sumberdaya alam di perairan Pulau Bacan dan sekitarnya seperti makroalgae dapat dijadikan daya tarik tersendiri yang dikemas dalam satu paket wisata. Dari empat lokasi dapat diestimasikan bahwa luas makroalgae berkisar antara 5-50 ha (P2O-LIPI, 2005). Sumberdaya makroalgae mempunyai nilai ekonomi tinggi yaitu dapat dijadikan sebagai makanan, obat-obatan dan sayuran (Istini, dkk. 1998). Potensi makroalgae yang terdapat di perairan Pulau Bacan dan sekitarnya antara lain jenis Caulerpa, Gracilaria dan Halynenia. Menurut Istini, dkk. 1998 jenis Gracilaria verrucosa dan Glacilaria euchemoides dapat dimanfaatkan sebagai bahan mentah untuk pembuatan agar-agar, salat, sup sayuran, selai pemanis, pengobatan gondok, perut dan penyakit urine. Berikut potensi makroalgae di setiap lokasi dapat dideskripsikan sebagai berikut: (1) Labuha Bentangan rataan terumbu di wilayah ini diperkirakan seluas kurang lebih 30 ha dan tebal rataan terumbu dari garis pantai sampai tubir antara 10-150 m. Habitat pertumbuhan makroalgae berada pada substrat pasir, rubble, batu karang dan batu vulkanis dan punggung terumbu. Kedalaman air menjelang air laut surut berkisar antara (10-100) cm pada daerah pasang surut (intertidal) telah teridentifikasi jenis makroalgae dari marga Halimeda dan Caulerpa, sedangkan pada daerah sub-tidal merupakan daerah pertumbuhan makroalgae yang mempunyai nilai ekonomis teridentifikasi marga Caulerpa, Gracilaria dan Halymenia. Berdasarkan hasil analisa laboratorium diketahui bahwa biomasa dalam berat basah yaitu mencapai 1.010 gram/m2 dan kehadiran keanekaragaman makroalgae teridentifikasi sebanyak 14 jenis. (2) Kasu Di kawasan ini, bentangan rataan terumbu relatif lebih luas dibandingkan wilayah Labuha, yaitu luasnya mencapai 50 ha dan tebal rataan terumbu dari garis pantai sampai tubir antara 20-150 m. Karakteristik lingkungan pertumbuhan makroalgae relatif sama dengan di lokasi Labuha. Pada lokasi Kusu teridentifikasi makroalgae bernilai ekonomi yaitu marga Gelidium dan Gracilaria. Tingkat kepadatan dalam berat basah mencapai 1.200 gram/m2 dan keanekaragaman makroalgae teridentifikasi sebanyak 18 jenis. (3) Goro-goro Pantai ini mempunyai rataan terumbu dengan luas sekitar 5 ha, tebal terumbu dari garis pantai kecarah tubir sekitar 10-60 m. Habitat pertumbuhan makroalgae di lokasi Goro-goro lebih didominasi substrat pasir dan batu karang. Kedalaman air menjelang surut relatif dangkal hanya sekitar 30 cm. Makroalgae yang teridentifikasi dengan nilai ekonomis yaitu Laporan Antara dari marga Halimeda, Caulerpa dan sargassum. Keanekaragaman yang teridentifikasi sebanyak 3 jenis, relatif sedikit bila dibandingkan dengan lokasi sebelumnya yang rata-rata teridentifikasi sekitar 14-18 jenis demikian halnya dengan biomasa dalam berat basah hanya sekitar 55 gram/m2 yang dapat diartikan sangat jarang dan dimungkinkan perairannya tidak subur atau habitat tempat pertumbuhannya kurang mendukung. (4) Songa Dari tiga lokasi sebelumnya nampak luas rataan terumbu di perairan Pulau Bacan antara 30-50 ha kecuali Goro-goro 5 ha. Tebal rataan terumbu dari garis pantai sampai tubir antara 20-150 m. Habitat pertumbuhan makroalgae dilokasi Songa yaitu subtrat pasir-lumpur, pasir batu vulkanis dan batu karang. Karakteristik sepanjang pantainya berpasir putih dan di perairan papara terumbu terdapat karang hidup. Kedalaman air surut terendah 25-200 cm relatif dalam dibandingkan dengan lokasi sebelumnya yang hanya sekitar (30-100) cm. Makroalgae yang teridentifikasi bersama dari marga Turbinaria, Sargassum dan Dictyota, sedangkan di daerah sub tidal diidentifikasi berbagai marga Sargassum, Turbinaria, Padina, Halimeda, dan Ulva. Makroalgae yang mempunyai nilai ekonomis teridentifikasi dari marga Sargasum, Turbinaria dan Dictyota. Keanekaragaman makroalgae di paparan terumbu diidentifikasi sebanyak 7 jenis dan kepadatan (biomasa) berat basah 105 gram/m2. Tabel 5.10 Sebaran Makroalgae di perairan Pulau Bacan dan sekitarnya Jenis Labuha Chloropheceae Caulerpa racemasa Caulerpa serrulata Halimeda cunneata Halimeda macroloba Phaeophyceae Dictyota acutiloba Padina australis Padina japonica Sargassum polyphyllum Turbinaria ornate Rhodophyceae Galaxaura subfruticulosa Gelidium rigidum Gracilaria arcuata Glacilaria bursapastoris Halymenia durvellaei Jumlah Sumber : P2O-LIPI (2005): Keterangan : Lokasi Goro Kusu Songo + + + + + - - + + - + - + - + + + 3 3 + + + + + 6 5 + = ada; - = tidak ada V - 5 1 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.11 Laporan Antara V - 5 2 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.3.7 Resiko Bencana Alam (Banjir, Gunung Berapi, Gempa Bumi dan Tsunami) Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng utama: Australia, Eurasia dan Pasifik, dan beberapa lempeng kecil lainnya seperti Sangihe, Maluku dan Halmahera (gambar 5.1 dan 5.2). Pertemuan lempeng-lempeng ini menghasilkan aktifitas kegunungapian dan kegempabumian serta Tsunami sehingga secara langsung menyebabkan Kabupaten Halmahera Selatan rawan terhadap bencana gunung berapi, gempa bumi dan Tsunami. Gambar 5.25 Konfigurasi lempeng tektonik di Indonesia Sebagian besar gunungapi terletak pada busur Sunda yang terbentang 3000 km dari ujung utara Sumatera hingga ke Laut Banda, terbentuk akibat proses subduksi Lempeng Australia dibawah Lempeng Eurasia. Sekitar ¼ dari total gunung api Indonesia terletak pada sebelah utara Busur Sunda. Gunung api di Sulawesi, Halmahera dan Sangihe terbentuk dari konfigurasi beberapa subduksi lempeng kecil yang memanjang utara-selatan (gambar 5.2) (Hamilton, 1979). Gunung api di Laut Banda terbentuk akibat subduksi Lempeng Pasifik dibawah lempeng Eurasia. Di Maluku Utara terdapat 5 gunung api, yaitu Gunung Dukono, Gunung Ibu, Gunung Gamkonora, Gunung Gamalama dan Gunung Makian/Gunung Kie Besi. Berdasarkan data Pusat Vulkanologi, dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung menunjukkan bahwa ketiga dari lima gunung berapi tersebut berada dalam status waspada yaitu Gunung Ibu di Kecamatan Ibu Utara Kabupaten Halmahera Barat, Gunung Dukono di Kecamatan Galela, Kabupaten Halmahera Utara, dan Gunung Gamkonora di Kecamatan Ibu Selatan, Kabupaten Halmahera Barat. Dari data tersebut diketahui di Kabupaten Halmahera Selatan terdapat salah satu gunung api yang masih aktif yaitu Gunung Makian/Gunung Kie Besi di Pulau Makian. Gunung-gunung di Kabupaten Halmahera Selatan dapat dilihat pada tabel 5.11. Tabel 5.11 Nama - Nama Gunung Tinggi Dan Lokasinya Di Kabupaten Halmahera Selatan Sumber : Hamilton, W., 1979, Tectonics of the Indonesian Region, U.S. Geological Survey Prof. Paper 1078. Gambar 5.26 Konfigurasi lempeng tektonik dan penyebaran gunung api di daerah Halmahera – Sulawesi Utara Nama Gunung Lokasi Ketinggian 1 Gunung Kie Besi Pulau Makian 900 2 Gunung Batu Sibela Pulau Bacan 2111 3 Gunung Pulau Obi Pulau Obi 1213 4 Gunung Mala Mala Pulau Mala Mala Obi 500 5 Gunung Tiga Dara Pulau Kayoa 700 6 Gunung Uri Jawa Pulau Bacan 800 7 Gunung Ake Majahe Pulau Bacan 600 Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008 Sumber : Hamilton, W., 1979, Tectonics of the Indonesian Region, U.S. Geological Survey Prof. Paper 1078 Laporan Antara V - 5 3 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Kejadian bencana alam di Kabupaten Halmahera Selatan dapat dilihat pada matrik berikut. No Jenis Bencana Jenis Bencana Alam yang Pernah Terjadi di Kabupaten Halmahera Selatan Jenis Bencana 1 Gempa Bumi Lokasi Waktu Kejadian 398 km TimurLaut LabuhaMalukuUtara pada kedalaman 233 km 17-08-06 Laut Maluku di antara Sulawesi Timur dan Halmahera 29 Agustus 2006 pukul 19.53 WIT Kekuatan Bencana 5,3o Richter 5.8 Mb (body magnitude) atau 5.9 SR (skala Richter) Korban Kerusakan - - 29 November 2006, pukul 10:32:22 WITA Magnitude 6,6 SR - - Laporan Antara Kerusakan Pusat gempa berada di laut Maluku sekitar 37 kilometer Tenggara Labuha 29 Mei 2007, pukul 18.36 WI Magnitude 6 SR - - Timur Laut Labuha 14 Agustus 2007 pukul 03.49 WIT Magnitude 5,4 SR - - Juli 2007 pukul 14.00 WIT Magnitude tidak ada berita - - 14 Agustus 2007 pukul 03.49 WIT Magnitude 5,4 SR - - 122 Km Barat Laut 11 Ternate pada September kedalaman 10 Km 2008 pukul 07.00 WITA Magnitude 7,6 SR - - - Semua jalur dan jembatan putus akibat tergerus banjir Kecamatan Bacan Utara - - Kota Labuha 20 Februari 2007 Magnitude 6,6 SR I orang meninggal - Kota Labuha 21 Februari 2007, pukul 11.19 WITA Magnitude 6 SR - - Pusat gempa pada kedalaman 33 km yang berpusat di laut 13 km Timur Laut Labuha Berpotensi Tsunami Kedalaman 13 km Pusat gempa berada di 0,88 derajat lintang selatan - 127,2 derajat bujur timur dengan kedalaman 33 kilometer Korban Pusat gempa pada kedalaman 33 km yang berpusat di laut 13 km. Gempa berasal dari kedalaman 60.7 km (+/- 15.2 km) Lokasi 2,42LU, 128,10 BT 347 km Timur Laut Labuha. Kekuatan Bencana laut Tabel 5.12 No Waktu Kejadian Lokasi Tercatat 43 gempa susulan 2 Banjir Kecamatan Bacan Utara di Desa Mandawong, Desa Kupal, Desa Gandasuling, Desa Panamboang Juli 2007 Terjadi 8 kali gempa susulan yang relatif kecil Gempa selama 30 detik Berpotensi Tsunami - Kota Labuha Pusat gempa di 64 km Barat Daya Labuha kedalam 33 km dibawah laut 21 Februari 2007 Pusat gempa di 28 km Barat Daya Labuha kedalam 33 km dibawah 21 Februari 2007 6,1 Skala Richter 5,3 Skala Richter Sumber : google.co.id, 2008 Berdasarkan informasi pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa gempa bumi yang melanda Kabupaten Halmahera Selatan pada umumnya terjadi pada kedalaman <50 km. Dalam kurun waktu tahun 2006-2007, kejadian gempa dengan kekuatan terbesar terjadi pada tanggal 21 Februari 2007 dan terjadi 3 (tiga) kali berturut-turut dalam sehari. V - 5 4 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.3.8 Pemanfaatan Ruang Eksisting Berdasarkan data yang didapat dari hasil digitasi CITRA LANDSAT Tahun 2006 – 2007 diketahui bahwa penggunaan lahan di Kabupaten Halmahera Selatan terdiri: 1. Hutan, meliputi hutan lahan kering primer dan hutan lahan kering sekunder. Hutan lahan kering sekunder ini tersebar dan merupakan dominasi penggunaan lahan di seluruh wilayah Kabupaten Halmahera Selatan sedangkan hutan lahan kering primer hanya terdapat di Pulau Bacan (Kecamatan Bacan Barat Utara dan Bacan Timur) dan di Pulau Obi (Kecamatan Obi dan Obi Selatan) 2. Pertanian yang terdiri dari pertanian lahan kering dan pertanian lahan kering sekunder yang tersebar di seluruh wilayah dan pulau di Kabupaten Halmahera Selatan dengan persebaran di daerah pesisir pulau. 3. Permukiman yang berkembang dan tersebar di pesisir pulau di seluruh wilayah Kabupaten Halmahera Selatan. 4. Daerah Transmigrasi yang terdapat di Kecamatan Gane Barat Utara dan Gane Timur. 5. Tanah terbuka yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Halmahera Selatan. 6. Semak belukar yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Halmahera Selatan. 7. Savana yang tersebar hampir di seluruh wilayah Kabupaten Halmahera Selatan. 8. Danau dengan danau terbesar di pulau Obi. 9. Rawa dengan luas terbesar di Kecamatan Gane Timur. 10.Mangrove yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Halmahera Selatan Laporan Antara V - 5 5 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Tabel 5.13 Penggunaan Lahan dan Luasnya No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Kecamatan Bacan Bacan Barat Bacan Barat Utara Bacan Selatan Bacan Timur Bacan Timur Selatan Bacan Timur Tengah Gane Barat Gane Barat Selatan Gane Barat Utara Gane Timur Gane Timur Selatan Gane Timur Tengah Kasiruta Barat Kasiruta Timur Kayoa Kayoa Barat Kayoa Selatan Kayoa Utara Batanglomang Joronga Makian Makian Barat Mandioli Selatan Mandioli Utara Obi Obi Barat Obi Selatan Obi Timur Obi Utara Total Mangrove Pemukim an Transmi grasi 3.34 9.43 2.21 7.53 4.67 4.76 11.19 0.33 2.02 27.68 0.85 10.63 13.79 0.22 6.43 6.43 16.19 26.06 6.94 6.15 12.53 3.67 0.64 23.71 6.37 204.13 2.79 0.60 0.48 1.63 2.33 0.61 0.80 1.00 0.34 0.88 2.05 0.66 1.20 0.67 0.49 2.14 0.32 0.45 0.40 1.19 0.20 1.42 0.51 0.90 0.47 1.19 0.38 1.27 0.47 1.40 28.51 8.34 14.29 22.63 Hutan Lahan Kering Primer 32.98 17.52 1.00 189.44 215.75 456.70 Hutan Lahan Kering Sekunder 199.55 127.02 256.46 71.52 302.20 124.38 160.70 390.98 164.39 391.83 464.93 185.29 181.81 179.67 154.33 39.67 18.72 1.86 21.72 21.25 14.34 2.16 8.13 36.49 36.62 389.19 11.10 517.32 210.89 35.46 4,577.20 Penggunaan Lahan (Km2) Pertanian Pertanian Lahan Lahan Savana Kering Kering Bercampur 7.98 0.04 6.40 0.87 20.77 0.06 5.72 21.60 0.27 1.35 29.31 3.76 42.32 6.88 15.83 0.27 19.66 30.41 12.22 53.43 1.06 0.29 34.48 10.25 45.43 103.79 54.55 76.21 1.63 26.88 1.53 1.95 16.92 0.47 0.64 8.92 5.44 3.52 71.28 1.26 2.77 0.57 32.96 0.68 22.33 16.08 55.35 2.26 1.14 37.99 0.03 7.52 49.75 104.93 22.19 0.71 2.81 113.25 36.14 30.52 41.50 25.99 23.69 16.34 1.34 155.53 1,057.75 184.93 Semak / Belukar 15.04 6.81 12.53 16.57 30.07 88.74 9.60 9.52 9.93 2.85 1.08 3.31 39.15 43.04 7.70 5.40 1.32 3.46 17.44 57.06 5.41 9.02 8.09 142.33 34.46 105.00 91.26 46.98 812.78 Danau 0.28 0.05 0.21 0.19 0.22 0.08 0.31 0.02 0.31 0.25 11.57 0.62 0.01 0.02 13.95 Rawa 0.61 0.44 0.11 0.10 3.08 0.23 0.01 0.16 4.74 Tanah terbuka 0.70 0.09 0.30 7.79 0.81 0.48 0.02 0.64 7.61 3.07 3.06 0.26 0.27 0.18 25.28 Tertutup Awan 0.56 11.56 35.10 18.21 58.74 28.11 14.85 6.65 1.20 12.83 10.62 26.51 1.83 0.50 36.01 9.10 0.64 0.14 80.10 13.14 8.01 164.94 18.45 557.79 Sumber : Hasil Digitasi Citra Satelit Tahun 2006 - 2007 Laporan Antara V - 5 6 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Laporan Antara V - 5 7 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.4 Grafik 5.1 SOSIAL KEPENDUDUKAN 5.4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007 Jumlah Penduduk Kabupaten Halmahera Selatan yang terdiri dari 30 Kecamatan menjadikan persebaran penduduk yang sangat beragam, penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Bacan sebesar 18.676 jiwa kemudian Kecamatan Obi sebesar 11.913 jiwa, Kecamatan Obi Timur sebesar 11.025 jiwa, Kecamatan Bacan Selatan sebesar 10.778 jiwa dan Kecamatan Gane Timur sebesar 10.086 jiwa. Sementara kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Kayoa Utara yang merupakan salah satu kecamatan pulau kecil dengan jumlah penduduk sebesar 2.857 jiwa. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.14 berikut. Jumlah Penduduk Tahun 2007 20,000 18,000 16,000 Obi Obi Barat Obi Utara Obi Selatan Obi Timur Bacan Bacan Selatan Mandoli Utara Mandioli Selatan Kep Botanglomang Bacan Timur Bacan Timur Selatan Bacan Timur Tengah Bacan Barat Bacan Barat Utara Kasiruta Barat Kasiruta Timur Gane Barat Gane Barat Selatan Gane Barat Utara Kep Joronga Gane Timur Gane Timur Selatan Gane Timur Tengah Kayoa Kayoa Utara Kayoa Selatan Kayoa Barat Pulau Makian Makian Barat Jumlah Jumlah Penduduk (Jiwa) 11,913 4,851 7,349 3,058 11,025 18,676 10,778 3,932 5,691 7,127 6,920 5,290 5,594 3,603 4,309 4,373 3,654 7,791 5,569 6,859 4,855 10,086 3,682 3,882 8,427 2,857 5,612 4,031 9,673 3,851 195,318 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0 Ka Ka yo y a S oa Pu elat a la uM n ak ian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Nama Kecamatan 12,000 O bi O bi Ut ar a O bi Ba Tim ca n S ur M e an dio lata n li S el at Ba Ba ca ca an nT nT im im Ba ur T ur ca e n B nga h ar at Ka Ut a sir G uta ra an e Ti Ba m ur ra tS ela Ke t G p J an an e o Tim ron ga ur Se lat an No. 14,000 Jiwa Tabel 5.14 Jumlah Penduduk Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007 Kecamatan Jumlah Penduduk Sumber : Hasil Olahan Konsultan, 2008 Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008 Laporan Antara V - 5 8 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Grafik 5.2 Kepadatan Penduduk Kepadatan Penduduk Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007 Berdasarkan data kependudukan. Kepadatan tertinggi terdapat pada Kecamatan Kayoa Selatan sebesar 239.73 jiwa/Km2, Kecamatan Pulau Makian sebesar 191,17 jiwa/Km2, Kecamatan Kayoa Barat sebesar 160,02 jiwa/Km2, Kecamatan Makian Barat sebesar 113,83 jiwa/Km2 dan Kecamatan Kayoa sebesar 109,40 jiwa/Km2. Sementara kecamatan dengan jumlah penduduk kecil adalah Kecamatan Gane Timur Selatan sebesar 13,44 jiwa/Km2, Kecamatan Gane Barat Utara sebesar 13,53 jiwa/Km2, Kecamatan Obi sebesar 12,11 jiwa/Km2, Kecamatan Obi Selatan sebesar 3 jiwa/Km2 dan terkecil pada Kecamatan Bacan Timur sebesar 0,93 jiwa/Km2. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.15 berikut. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Nama Kecamatan Obi Obi Barat Obi Utara Obi Selatan Obi Timur Bacan Bacan Selatan Mandoli Utara Mandioli Selatan Kep Botanglomang Bacan Timur Bacan Timur Selatan Bacan Timur Tengah Bacan Barat Bacan Barat Utara Kasiruta Barat Kasiruta Timur Gane Barat Gane Barat Selatan Gane Barat Utara Kep Joronga Gane Timur Gane Timur Selatan Gane Timur Tengah Kayoa Kayoa Utara Kayoa Selatan Kayoa Barat Pulau Makian Makian Barat Jumlah Luas (Km2) 983.76 89.24 44.49 1,018.44 80.98 86.20 160.34 87.05 131.92 53.25 1,418.12 307.37 246.64 171.57 242.94 260.65 222.42 452.25 244.23 506.99 128.97 597.16 273.89 285.84 77.03 36.18 23.41 25.19 50.60 33.83 5,140.95 Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan Penduduk (jiwa/Km2) 11,913 4,851 7,349 3,058 11,025 18,676 10,778 3,932 5,691 7,127 6,920 5,290 5,594 3,603 4,309 4,373 3,654 7,791 5,569 6,859 4,855 10,086 3,682 3,882 8,427 2,857 5,612 4,031 9,673 3,851 195,318 12.11 54.36 50.86 3.00 18.98 65.26 67.22 45.17 43.14 133.84 0.93 17.21 22.68 21.00 17.74 16.78 16.43 17.23 22.80 13.53 37.64 16.89 13.44 13.58 109.40 78.97 239.73 160.02 191.17 113.83 54.50 250.00 200.00 150.00 100.00 50.00 - O bi O bi Ut ar a O bi Ti Ba m ca ur n Se M an l dio atan li S e Ba lata Ba n ca ca n n Ti Ti m m u r T ur Ba en ca ga n Ba h ra t U Ka sir tara G ut an a e Ba Tim u ra tS r ela ta K G an ep J n or e Ti on m ga ur Se lat an No. 300.00 Kecamatan Tabel 5.15 Kepadatan Penduduk Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007 Kepadatan Penduduk Tahun 2007 K Ka yo ayo a a Se l at Pu lau an M ak ian 5.4.2 Jiwa/Km2 Kepadatan Penduduk Tahun 2007 Sumber : Hasil Olahan Konsultan, 2008 5.4.3 Struktur Penduduk 5.4.3.1 Struktur penduduk Menurut Umur Berdasarkan data, jumlah penduduk usia produktif memiliki jumlah terbesar terutama penduduk usia 19–45. Kecamatan Bacan dengan penduduk usia 19-45 sebesar 5.532 jiwa dan total usia kerja sebesar 9.935 jiwa, Kecamatan Obi Selatan dengan penduduk usia 19-45 sebesar 3.824 jiwa dan total usia kerja sebesar 7.036 jiwa dan Kecamatan Obi dengan penduduk usia 19-45 sebesar 3.749 jiwa dan total penduduk usia kerja 6.892 jiwa. Kecamatan dengan jumlah usia kerja terkecil adalah Kecamatan Gane Timur Tengah dengan penduduk usia 19-45 sebesar 871 jiwa dan total penduduk usia kerja adalah 1.603 jiwa, Kecamatan Gane Timur Selatan dengan penduduk usia 19-45 sebesar 824 jiwa dan total penduduk usia kerja sebesar 1.517 jiwa dan Kecamatan Kayoa Utara dengan jumlah penduduk usia 19-45 sebesar 647 jiwa dan total penduduk usia kerja sebesar 1.190 jiwa. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.16 berikut Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008 Laporan Antara V - 5 9 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Tabel 5.16 Grafik 5.3 Struktur Penduduk Menurut Umur Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007 Struktur Penduduk Menurut Umur di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007 Jumlah Penduduk (jiwa) 0-5 6 - 15 Obi 2,724 1,459 3,182 Obi Barat 1,003 740 1,608 Obi Utara 1,649 839 2,891 Obi Selatan 815 1,171 2,547 Obi Timur 2,638 383 885 Bacan 4,144 2,483 5,735 Bacan Selatan 2,404 1,508 3,165 Mandoli Utara 861 424 1,195 Mandioli Selatan 1,188 615 1,845 Kep Botanglomang 1,433 926 2,158 Bacan Timur 1,678 774 1,799 Bacan Timur Selatan 1,355 683 1,350 Bacan Timur Tengah 1,214 731 1,377 Bacan Barat 779 556 1,194 Bacan Barat Utara 1,019 638 1,504 Kasiruta Barat 943 471 1,820 Kasiruta Timur 853 481 1,386 Gane Barat 482 1,063 1,384 Gane Barat Selatan 359 776 982 Gane Barat Utara 473 917 1,244 Kep Joronga 328 665 849 Gane Timur 866 1,245 1,973 Gane Timur Selatan 316 460 760 Gane Timur Tengah 312 475 806 Kayoa 696 1,191 1,540 Kayoa Utara 280 311 615 Kayoa Selatan 462 717 1,142 Kayoa Barat 247 490 838 Pulau Makian 1,188 822 2,224 Makian Barat 495 308 894 Jumlah 33,204 24,322 50,893 Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008 Laporan Antara 16 - 18 19 - 45 1,029 277 440 1,086 299 1,294 711 273 508 523 464 476 388 252 190 211 216 489 349 430 306 628 225 238 521 177 343 247 606 242 13,434 3,749 1,307 1,782 3,824 849 5,532 3,255 1,213 1,632 2,054 2,202 1,650 1,852 966 1,192 1,138 901 1,790 1,276 1,574 1,119 2,300 824 871 1,908 647 1,257 905 2,219 887 52,673 46 - 64 2,114 747 1,047 2,127 494 3,109 1,830 688 921 1,178 1,285 937 1,047 543 671 637 522 1,014 723 892 634 1,304 467 494 1,081 366 712 513 1,258 503 29,860 Total Usia Kerja 6,892 2,331 3,269 7,036 1,642 9,935 5,795 2,173 3,061 3,755 3,951 3,063 3,286 1,760 2,053 1,985 1,639 3,293 2,348 2,895 2,059 4,232 1,517 1,603 3,510 1,190 2,313 1,666 4,084 1,632 95,967 Struktur Penduduk Menurut Umur Tahun 2007 65 Keatas 380 172 350 271 148 523 310 140 170 288 396 194 200 93 114 97 148 203 145 179 127 261 94 99 216 73 143 103 252 101 5,989 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 Ka Ka yo y a S oa ela Pu t lau an M ak ian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 KK O bi O bi Ut ara O bi Ba Ti m ca u n Se r M an dio lata li S n ela tan Ba Ba ca ca nT nT im im Ba ur T ur e ca n B nga h ar at Ka Uta ra sir G uta an eB Ti m ar u at Se r la Ke tan G p an e T Jor on im ga ur Se lat an Nama Kecamatan Kecamatan No. Jiwa Umur 19-45 Total Usia Kerja Sumber : Hasil Olahan Konsultan, 2008 5.4.3.2 Struktur penduduk Menurut Jenis Kelamin Rasio antara penduduk laki-laki dan perempuan di Kabupaten Halmahera Selatan pada tiap kecamatan rata-rata lebih tinggi jumlah penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan. Kecamatan yang memiliki jumlah perempuan lebih banyak daripada penduduk lakilaki terdapat pada Kecamatan Bacan, Kecamatan Mandioli Utara, Kecamatan Mandioli Selatan, Kecamatan Bacan Timur Selatan, Kecamatan Kasiruta Timur, Kecamatan Kayoa Selatan dan Kecamatan Pulau Makian. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.17 berikut V - 6 0 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Tabel 5.17 Grafik 5.4 Rasio Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007 Penduduk (Jiwa) Nama Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Laki-Laki Perempuan Rasio (%) Jumlah Total Obi 6,115 5,798 11,913 Obi Barat 2,529 2,322 4,851 Obi Utara 3,782 3,567 7,349 Obi Selatan 1,575 1,483 3,058 Obi Timur 5,637 5,388 11,025 Bacan 9,248 9,428 18,676 Bacan Selatan 5,494 5,284 10,778 Mandoli Utara 1,951 1,981 3,932 Mandioli Selatan 2,777 2,914 5,691 Kep Botanglomang 3,645 3,482 7,127 Bacan Timur 3,560 3,360 6,920 Bacan Timur Selatan 2,550 2,740 5,290 Bacan Timur Tengah 2,919 2,675 5,594 Bacan Barat 1,849 1,754 3,603 Bacan Barat Utara 2,341 1,968 4,309 Kasiruta Barat 2,214 2,159 4,373 Kasiruta Timur 1,819 1,835 3,654 Gane Barat 3,988 3,803 7,791 Gane Barat Selatan 2,828 2,741 5,569 Gane Barat Utara 3,460 3,399 6,859 Kep Joronga 2,495 2,360 4,855 Gane Timur 5,226 4,860 10,086 Gane Timur Selatan 1,925 1,757 3,682 Gane Timur Tengah 1,975 1,907 3,882 Kayoa 4,214 4,213 8,427 Kayoa Utara 1,474 1,383 2,857 Kayoa Selatan 2,739 2,873 5,612 Kayoa Barat 2,036 1,995 4,031 Pulau Makian 4,827 4,846 9,673 Makian Barat 2,026 1,825 3,851 Jumlah 9,218 96,100 195,318 Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008 Laporan Antara Laki-Laki Perempuan 51.33 52.13 51.46 51.50 51.13 49.52 50.97 49.62 48.80 51.14 51.45 48.20 52.18 51.32 54.33 50.63 49.78 51.19 50.78 50.44 51.39 51.81 52.28 50.88 50.01 51.59 48.81 50.51 49.90 52.61 50.92 48.67 47.87 48.54 48.50 48.87 50.48 49.03 50.38 51.20 48.86 48.55 51.80 47.82 48.68 45.67 49.37 50.22 48.81 49.22 49.56 48.61 48.19 47.72 49.12 49.99 48.41 51.19 49.49 50.10 47.39 49.08 Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2007 56.00 54.00 52.00 Kecamatan No. 50.00 48.00 46.00 44.00 42.00 40.00 i Ob r a ur ur ara imu t ra tan tan ng ah an im m a t tan a a U i t g o l l T T r a a i e n l l i e T U o b n e e e t J ta O Ob an S oli S aca tS rT rS ara siru ep i a u u c r B B K d m Ba Ka e Ba an Tim can Ti M e n a n n B ca Ga Ga Ba Penduduk Laki-Laki a n yo tan a kia a l K a e M a S lau o y Pu Ka Penduduk Perempuan Sumber : Hasil Olahan Konsultan, 2008 5.4.3.3 Struktur penduduk Menurut Agama Data mengenai struktur penduduk menurut agama tidak dapat ditemukan baik pada Buku Kabupaten Halmahera Dalam Angka Tahun 2008 maupun data literatur lainnya. V - 6 1 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.4.3.4 Struktur penduduk Menurut Pendidikan Tabel 5.19 Data mengenai struktur penduduk menurut pendidikan tidak terdapat pada Buku Kabupaten Halmahera Dalam Angka Tahun 2008. Sebagai kondisi yang mewakili, jumlah pencari kerja ini akan merepresentasikan jumlah penduduk menurut usia kerja yang mencari pekerjaan. Berdasarkan data pada tabel 5.17 diketahui adanya penurunan jumlah pencari kerja yang belum disalurkan berdasarkan tingkat pendidikannya Kabupaten Halmahera Selatan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.18 berikut. Tabel 5.18 Jumlah Pencari Kerja Yang Belum Disalurkan Menurut Tingkat Pendidikan Di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007 No Tingkat pendidikan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sekolah Dasar Sekolah lanjutan Tingkat Pertama Sekolah Menengah Umum Diploma I Diploma II Diploma III Diploma IV Sarjana Lain - Lain Jumlah 2005 2032 36 153 126 450 4 2801 2006 1779 176 328 240 386 2909 2007 48 1426 106 140 154 194 2068 Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008 Jumlah Perusahaan Wajib Lapor Ketenaga Kerjaan Menurut Sektor Di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007 No Sektor Jumlah Perusahaan 1 2 3 4 5 6 Pertanian, Perkebunan, Perikanan Pertambangan, Industri Lstrik, Gas, Air Perdagangan, Rumah Makan Transportasi, Komunikasi Keuangan, Asuransi, Jasa-Jasa Jumlah 18 3 2 4 27 Tenaga Kerja Laki - Laki Perempuan 1278 283 375 32 1968 186 83 20 6 295 Jumlah 1482 369 397 0 42 2290 Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008 5.4.3.6 Tingkat Kesejahteraan Penduduk Berdasarkan data tingkat kesejahteraan penduduk Kabupaten Halmahera Selatan secara total jumlah terbesar merupakan penduduk tahap Sejahtera I sebesar 16.804 jiwa kemudian penduduk Pra Sejahtera sebesar 16.269 jiwa. Kecamatan dengan jumlah penduduk pra sejahtera terbanyak adalah Kecamatan Bacan Selatan sebesar 1.852 jiwa namun jumlah penduduk Sejahtera Tahap III Plus sebesar 903 jiwa, kemudian Kecamatan Pulau Makian dengan jumlah penduduk Pra Sejahtera sebesar 1.188 jiwa dan Kecamatan Bacan sebesar 1.112 jiwa. Untuk kecamatan dengan jumlah penduduk Pra Sejahtera terkecil adalah Kecamatan Obi Timur sebesar 153 jiwa dan Kecamatan Obi Barat sebesar 216 jiwa. 5.4.3.5 Struktur penduduk Menurut Jenis Pekerjaan Data mengenai struktur penduduk menurut pendidikan tidak terdapat pada Buku Kabupaten Halmahera Dalam Angka Tahun 2008. berdasarkan data jumlah perusahaan wajib lapor ketanagakerjaan menurut sektor dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Kabupaten Halmahera Selatan bekerja pada sektor pertanian sebesar 1.482 jiwa kemudian pada sektor listrik, gas, air dan pertambangan dan industri. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.19 berikut. Laporan Antara Setelah Kecamatan Bacan Selatan, Kecamatan Obi Selatan merupakan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk Sejahtera Tahap III Plus terbesar kedua yaitu sebesar 371 jiwa, kemudian 338 jiwa dan Kecamatan Obi Utara sebesar 137 jiwa. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.20 berikut. V - 6 2 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Tabel 5.20 Grafik 5.5 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Kesejahteraan Di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007 Jumlah Penduduk Menurut Tahap Kesejahteraan di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007 Tahapan Keluarga Sejahtera 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Pra Sejahtera Tahap I Obi 504 504 Obi Barat 216 325 Obi Utara 259 561 720 829 Obi Selatan Obi Timur 153 135 Bacan 1,112 1,834 1,852 2,354 Bacan Selatan Mandioli Utara 438 352 Mandoli Selatan 625 521 Botang Lomang 842 530 Bacan Timur 682 513 Bacan Timur Tengah 609 336 Bacan Timur Selatan 374 496 Bacan Barat 269 367 Bacan Barat Utara 395 506 Kasiruta Barat 380 477 Kasiruta Timur 335 404 Gane Barat 482 491 Gane Barat Utara 473 398 Gane Barat Selatan 359 400 Kep Joronga 328 336 Gane Timur 866 759 Gane Timur Selatan 316 330 Gane Timur Tengah 312 342 Kayoa 696 776 Kayoa Barat 247 374 Kayoa Selatan 462 585 Kayoa Utara 280 231 Pulau Makian 1,188 526 Makian Barat 495 212 Jumlah 16,269 16,804 Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008 Laporan Antara Tahap II 661 250 466 911 341 698 2,629 19 35 54 237 144 374 106 81 59 73 572 519 376 329 486 130 133 415 116 132 80 296 96 10,818 Tahap III 717 179 226 896 162 397 2,180 2 7 7 179 88 94 28 29 20 37 109 128 54 28 82 52 50 45 32 1 104 20 5,953 Tahap III Plus 338 33 137 371 24 103 903 1 67 37 17 9 8 7 4 40 2 5 1 21 3 5 8 9 2,153 Tahap Kesejahteraan Penduduk Total 2,724 1,003 1,649 3,727 815 4,144 9,918 812 1,188 1,433 1,678 1,214 1,355 779 1,019 943 853 1,694 1,520 1,194 1,022 2,214 831 842 1,940 769 1,179 592 2,123 823 51,997 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 - O Ob bi iU ta Ob ra iT Ba im ca u n Se r M an l do atan li S e Ba Ba lata n ca ca n n Ti m Tim ur u Ba Se r ca l n Ba atan ra Ka t Ut ar si Ga ruta a Ti ne Ba mu r ra tU Ga Kep tara Jo ne Tim ron ga ur Se lat an Ka K yo ayo a a Se la Pu lau tan M ak ian Kecamatan Jiwa No Kecamatan Tahap Pra Sejahtera Tahap Sejahtera II Sumber : Hasil Olahan Konsultan, 2008 V - 6 3 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Laporan Antara V - 6 4 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.4.3.7 Kajian Sosial dan Budaya di Kabupaten Halmahera Selatan Kajian sosial dan budaya di Kabupaten Halmahera Selatan terbagi atas: (i) dinamika sosial masyarakat Halmahera Selatan, serta (ii) dinamika budaya masyarakat Halmahera Selatan. Kajian sosial dan budaya tersebut didasarkan pada teori perubahan sosial dan kebudayaan berikut ini, yaitu: a. Versi Gilin-Gilin. Perubahan sosial dan kebudayaan adalah variasi cara hidup yang diterima karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun adanya inovasi atau penemuan baru dalam masyarakat. b. Versi Selo Sumarjan. Perubahan sosial dan kebudayaan adalah perubahan pada lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosial termasuk nilai, sikap, pola perilaku di antara kelompok dalam masyarakat. c. Versi Ogburn. Perubahan sosial dan kebudayaan adalah kondisi sosial primer yang menyebabkan perubahan, misalnya kondisi ekonomi, teknologi, geografi dan biologis. 5.4.3.7.1 Dinamika Sosial Masyarakat Halmahera Selatan Dalam teori perubahan sosial (theory of social changes), masyarakat secara umu m terbagi atas 2 (dua) jenis, yaitu: a. Masyarakat statis atau masyarakat yang sedikit mengalami perubahan dan perubahan umumnya berjalan lambat b. Masyarakat dinamis atau masyarakat yang mengalami berbagai perubahan dan umumnya terjadi dengan cepat Perubahan dalam masyarakat bukan semata-mata berarti suatu kemajuan (progress) namun dapat pula berarti kemunduran. Kajian atas kehidupan sosial masyarakat Halmahera Selatan akan lebih memfokuskan pada perubahan atau dinamika struktur sosial yang ada dalam masyarakat. Kajian atas kehidupan sosial masyarakat Halmahera Selatan secara umum akan dilihat dari beberapa perspektif, yaitu: 1. Sejarah Masyarakat Pendatang di Halmahera Selatan Dalam kajian sejarah Halmahera Selatan, terlihat bahwa masyarakat Halmahera Selatan sangat beragam. Beberapa hal yang mempengaruhi keberagaman atau pluralitas dari masyarakat Halmahera Selatan adalah: a) Perpindahan Kerajaan Bacan dari Makian ke Pulau Seki. Dalam Hikayat Bacan yang dipublikasikan oleh Ph. Coolhas (1923) dan berdasarkan tulisan P. van der Crab (1862) disebutkan bahwa ibukota kerajaan Bacan berawal dari Makian Timur dan kemudian pindah ke Kasiruta. Perpindahan ibu kota kerajaan Bacan ke Kasiruta ini terjadi pada masa Sida Hasan. Perpindahan tersebut dikarenakan ancaman gunung berapi Kie Besi. Orang-orang Makian Laporan Antara yang dievakuasi tersebut menempati Dolik, Talimau dan Imbuimbu. b) Labuha menjadi salah satu bandar atau pusat pusat perdagangan di Maluku Utara pada abad XV dan XVI. Pulau Bacan pada masa Sida Hasan sudah dikunjungi dan ditinggali oleh pedagang dari Jawa, Melayu, Cina dan Arab. Kehadiran para pedagang tersebut sedikit banyak akan berdampak pada perkembangan bahasa dan budaya lokal, serta pada penyebaran agama dan penduduk. Berdasarkan identifikasi yang dilakukan oleh Wallace (1858) dinyatakan bahwa penduduk yang mendiami Pulau Bacan terdiri atas orang MakianMelayu, orang Serani (blasteran Melayu-Portugis), orang Galela, serta orang Tomori yang merupakan imigran dari pantai timur Sulawesi. Sedangkan menurut Crab (1862) yang menyatakan penduduk Bacan asli pada tahun 1850 tinggal 400 orang saja. c) Potensi sumber daya alam yang ada di Bacan mengundang investor dan berimplikasi pada banyaknya pendatang sebagai pekerja ataupun pedagang. Perusahaan Elout melakukan survei lapangan pada tahun 1880 yang menyatakan bahwa Bacan mempunyai potensi berupa sagu, damar, kopi, cokelat, batu bara, emas, mutiara, penyu, teripang dan ikan; sedangkan di Pulau Obi mempunyai potensi berupa damar mata kucing. Potensi sagu diperkirakan lebih dari 1.790.000 pohon sagu di seluruh wilayah Pulau Bacan. Bagian utara dari Pulau Bacan dan Kasiruta terdapat hutan damar yang sangat luas. Damar pada abad XIX dan XX merupakan salah satu produk unggulan Maluku Utara. Pada tahun 1923 kopra menempati ranking teratas dengan menghasilkan devisa f. 3 juta, disusul damar dengan hasil devisa sebesar f. 2,875 juta. Pada masa selanjutnya, setelah Republik Indonesia merdeka sampai terbentuknya Kabupaten Halmahera Selatan, wilayah Halmahera Selatan menjadi tujuan para pendatang sebagai: a) Petani. Banyaknya masyarakat setempat yang bekerja di sektor perkebunan dan kelautan, mengakibatkan sektor pangan menjadi tergantung dari luar daerah Halmahera Selatan. Kondisi ini bahkan sudah terjadi sejak abad XVI ketika Thome Pires berkunjung ke Pulau Bacan. Pada masa Orde Baru, beberapa daerah di Halmahera Selatan menjadi bagian dari program transmigrasi. Daerah transmigrasi di wilayah Halmahera Selatan terutama terkonsentrasi di Gane bagian timur. Transmigran dari Jawa banyak yang menjadi petani terutama untuk kebutuhan bahan, seperti padi dan palawijaya, selain komoditas yang lain seperti jeruk, jagung atau tanaman hortikultura. b) Nelayan atau pelaut. Wilayah perairan Halmahera Selatan terkenal sangat kaya dengan potensi ikan sejak dahulu. Peluang ini mengundang banyak pelaut atau nelayan dari luar Halmahera Selatan untuk datang dan menetap di pulau-pulau di Halmahera Selatan. Salah satu contohnya adalah Suku Bajo yang banyak mendiami di perairan sekitar Pulau Obi. V - 6 5 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan c) Pedagang. Wilayah Halmahera Selatan yang terdiri dari pulau-pulau kecil sampai pulau besar membutuhkan suplai barang untuk kebutuhan keseharian dalam jumlah yang besar. Kondisi ini banyak mengundang pendatang untuk berdagang, selain secara historis banyak penduduk setempat yang menjadi pedagang. Para pedagang di wilayah Halmahera Selatan banyak yang berasal dari Sulawesi Utara, serta dari Jawa, selain dari wilayah Maluku lainnya. d) Pegawai Negeri Sipil. Terbentuknya Kabupaten Halmahera Selatan berimplikasi logis berupa meningkatnya kebutuhan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Banyak pendatang dari Ternate, Makian, Jailolo atau daerah lain di Maluku Utara yang menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan menduduki beberapa pos strategis di Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Selatan. e) Penambang. Potensi pertambangan di Kabupaten Halmahera Selatan sedikit banyak akan berpengaruh pada struktur sosial yang ada. Walau sektor pertambangan tidak terlalu banyak menarik pendatang dari luar Kabupaten Halmahera Selatan, akan tetapi banyak penduduk setempat yang datang dan beralih profesi sebagai penambang. Hal tersebut banyak terjadi di Obi, Bacan ataupun di Kasiruta. 2. Struktur Sosial Yang Terbentuk Dahulu dan Sekarang Pada jaman kolonial dahulu, struktur sosial masyarakat di wilayah Halmahera Selatan terbagi menjadi: a) Penguasa Kolonial Asing. Sejarah mencatat bahwa penguasa asing yang berkuasa di Kerajaan Bacan adalah Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda dan Jepang. Portugis dan Belanda merupakan penguasa kolonial asing yang sangat berpengaruh dalam struktur sosial masyarakat dan Kerajaan Bacan. b) Bangsawan. Pada lapis kedua adalah bangsawan atau “keluarga yang ada dalam lingkungan istana” dari Kerajaan Bacan. Sejarah Bacan mencatat paling tidak ada 4-5 marga yang mempunyai peran sosial yang penting pada kalangan bangsawan. Jika sultan atau raja tidak mempunyai generasi penerus, maka sultan atau raja pengganti akan dipilih dari kalangan bangsawan. Pada kolonial Belanda, pemilihan atau penentuan sultan atau raja sangat tergatung dari pemerintah kolonial Belanda. c) Aparatur Kerajaan. Tingkatan berikutnya adalah aparatur kerajaan, yaitu orang-orang yang dipilih dan diangkat menjadi aparatur Kerajaan Bacan. Aparatur kerajaan tersebut bisa berasal dari kelompok bangsawan ataupun dari kelompok rakyat jelata. d) Rakyat Jelata. Tingkat yang paling bawah adalah rakyat jelata, di mana secara umum terbagi menjadi: (i) rakyat jelata yang beragama, dan (ii) rakyat jelata yang tidak beragama. Konteks pemilahan rakyat jelata tersebut tidak bisa lepas dari dinamika penyebaran agama Katholik, Kristen dan Islam di wilayah Maluku bagian utara secara keseluruhan pada abad XV. Laporan Antara Saat ini struktur sosial di Halmahera Selatan sudah mengalami perubahan. Struktur sosial yang terbentuk sekarang ini sangat tergantung pada komposisi etnis yang mendominasi pada suatu wilayah atau kawasan tertentu. Perubahan struktur sosial tersebut terjadi karena 2 (dua) fase perubahan, yaitu: a) Perubahan dari kerajaan menjadi level kecamatan. Proses sejarah yang panjang, dari salah satu kerajaan penting dalam Moluka Kie Raha pada tahun 1322, dan kemudian dikooptasi Belanda sampai setingkat onderafdeling pada tahun 1921, sedikit banyak merubah struktur sosial yang ada di masyarakat Halmahera Selatan. Kondisi cenderung bertahan sampai Maluku Utara dimekarkan dari kabupaten menjadi provinsi. Fase ini mengakibatkan masyarakat setempat menjadi masyarakat yang represif, berada di bawah tekanan, tertutup dan sulit berkembang. Kondisi ini semakin dipertegas dan diperparah dengan terbatasnya penyediaan prasarana dan sarana akibat dari status administrasi yang setingkat dengan kecamatan. b) Perubahan dari level kecamatan menjadi kabupaten. Setelah pemekaran menjadi kabupaten, di mana status administrasi wilayah Halmahera Selatan banyak yang meningkat, akan berimplikasi terhadap masyarakat Halmahera Selatan menjadi lebih terbuka dan bahkan cenderung euphoria. Kondisi ini semakin dipertegas dengan semakin terbukanya akses untuk peningkatan prasarana dan sarana di wilayah administrasi Halmahera Selatan. Setelah terjadi pemekaran Kabupaten Halmahera Selatan, Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berada di tingkat kabupaten berada pada tingkatan paling tinggi dalam struktur sosial pada masyarakat Halmahera Selatan. Kondisi ini tidak bisa dilepaskan dari stereotype bahwa Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah representasi dari penguasa atau pemerintah. 5.4.3.7.2 Dinamika Budaya Masyarakat Halmahera Selatan Kajian kehidupan budaya masyarakat Halmahera Selatan akan lebih melihat perubahan atau dinamika masyarakat pada konteks kebudayaan. Kebudayaan, secara etimologis, berasal dari kata budhi dan daya. Budhi berarti kesadaran dan daya berarti kemampuan. Kemudian, secara terminologis, kebudayaan dapat berarti hasil cita, rasa, dan karsa manusia – yang diajukan oleh Ki Hajar Dewantara, yang juga merupakan pengertian umum dalam masyarakat. Sebutan ‘kebudayaan’ yang menunjuk kepada dunia-manusia, digunakan mengingat bahwa dunia-manusia adalah dunia yang muncul berkaitan dengan aktivitas kesadaran manusia. Kebudayaan, kemudian digambarkan sebagai sebuah sebutan yang menyeluruh terhadap kehidupan manusia. dan sebagai keseluruhan, kebudayaan memiliki bagian-bagian yang yang menyusun keseluruhan tersebut. V - 6 6 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Sementara Koentjaraningrat (1965) menyatakan bahwa culture dalam bahasa asing sama artinya dengan “kebudayaan”, berasal dari kata latin calere yang artinya mengolah atau mengerjakan (mengerjakan tanah atau bertani). Calere yang menjadi culture diartikan sebagai “daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam”. Ernst (1946) dalam “An Essay on Man” menyebutkan manifestasi budaya dalam lima bentuk, yakni: a. mitos serta religi atau sistem kepercayaan (myth and religion), b. bahasa (language), c. seni (art), d. sejarah (history), e. ilmu (science). Pemahaman mengenal manusia yang berbudaya, tidak akan dapat dilepaskan dari masyarakat di mana manusia itu ada dan berkomunitas. Intinya adalah budaya yang dihasilkan manusia itu adalah budaya manusia di dalam masyarakat, dan selanjutnya masyarakat itu yang memberi legitimasi sosial, dan filosofis kepada manusia untuk bertindak. Dalam menganalisa kebudayaan, ada sebuah kerangka penting yang disebut Parsons (dalam Koentjaraningrat, 1990) sebagai teori tindakan, yang mencakup empat komponen penting: (i) sistem budaya, (ii) sistem sosial, (iii) sistem kepribadian, (iv) sistem organisasi. Sedang Haviland (1988) menyebutkan bahwa orang memelihara kebudayaan untuk menangani masalah dan persoalan yang mereka hadapi. Dinamika kebudayaan masyarakat dalam konteks sejarah masyarakat kepulauan Maluku bagian utara –dan khususnya masyarakat Halmahera Selatan- terbagi dalam 2 (dua) fase sebagai berikut: 1. Fase Kemajuan Dalam konteks kebudayaan, masyarakat yang berada di kepulauan Maluku bagian utara pernah mengalami fase “kebudayaan tinggi”. Indikator dari kemajuan kebudayaan masyarakat Halmahera Selatan, serta masyarakat kepulauan Maluku bagian utara pada umumnya, adalah: a) Bagian dari perdagangan dunia. Catatan sejarah mencatat bahwa sejak abad V, kepulauan Maluku bagian utara merupakan bagian dari perdagangan dunia. Bahkan beberapa ahli berpendapat bahwa wilayah kepulauan Maluku bagian utara sudah menjadi bagian dari jalur perdagangan purba yang dilakukan oleh bangsa Austronesia. b) Budidaya komoditas perkebunan. Sejarah mencatat bahwa sekitar tahun 1452, masyarakat di kepulauan Maluku bagian utara sudah melakukan budi daya khususnya rempah-rempah sampai abad XVII. keberadaan pusat galangan kapal di Kepulauan Kei yang menjadi pusat industri perkapalan untuk wilayah Indonesia bagian timur. 2. Fase Kemunduran Fase kemunduran terjadi ketika penguasa kolonial Belanda menerapkan monopoli dagang, khususnya rempah-rempah; serta semakin diperparah dengan politik hongi tochten atau penebangan pohon cengkih untuk menjaga kestabilan harga pasar yang dilakukan penguasa kolonial Belanda. Kondisi ini menimbulkan respon keras dari masyarakat setempat dengan melakukan boikot atas komoditas unggulan penguasa kolonial Belanda. Masyarakat setempat kemudian membentuk komunitas mandiri yang tertutup; di mana mereka bisa dikatakan “kembali lagi ke era berburu dan meramu" untuk memenuhi kebutuhan dalam skala domestik atau lokal. Kondisi ini semakin diperparah dengan sikap politik pemerintah kolonial Belanda yang menurunkan status administrasi wilayah Bacan, yang terus berlanjut sampai terbentuknya Kabupaten Halmahera Selatan sekarang ini. 5.4.3.7.3 Menuju Perubahan Sosial dan Kebudayaan Masa Datang Tantangan ke depan bagi Kabupaten Halmahera Selatan adalah mendorong kembali Halmahera Selatan untuk meraih kembali tingkat sosial dan budaya yang maju. Kemungkinan arah perubahan adalah: (i) berubah pada suatu bentuk yang sama sekali baru; atau (ii) bergerak ke arah suatu bentuk yang sudah ada di waktu lampau. Hal tersebut bisa diraih dengan beberapa strategi sebagai barikut: a. Penguatan struktur sosial dan budaya setempat yang menghargai pluralitas yang ada di Halmahera Selatan. b. Mendorong masyarakat setempat untuk masuk kembali ke era budidaya dan bahkan industri c. Mendorong kemandirian masyarakat setempat dengan paradigma pembangunan wilayah kepulauan atau berbasis potensi bahari d. Penguasaan teknologi tepat guna untuk mendorong dan mempercepat perubahan sosial dan budaya yang lebih cepat dan terarah. e. Mendorong sistem kepemerintahan yang berbasis kesejahteraan rakyat yang tinggal di wilayah kepulauan. Soekanto (1983) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mendorong dan menghambat peubahan sosial dan budaya adalah: c) Teknologi dan industri. Di beberapa tempat di kepulauan Maluku bagian utara sudah masuk dalam fase industri, seperti dengan Laporan Antara V - 6 7 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Tabel 5.21 5.5 Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial dan Budaya FAKTOR YANG MENDORONG PERUBAHAN ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ Kontak dengan kebudayaan lain Sistem pendidikan formal yang maju Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju Toleransi Sistem terbuka lapisan masyarakat Penduduk yang heterogen Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu Orientasi ke masa depan Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk meperbaiki hidupnya FAKTOR YANG MENGHAMBAT PERUBAHAN ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ Sumber: Soekanto, 1983 Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat Sikap masyarakat yang sangat tradisional Adanya kepentingan yang telah tertanam dengan kuat Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap yang tertutup. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis Adat atau kebiasaan Nilai bahwa hidup ini pada hakekatnya buruk dan tidak mungkin di perbaiki EKONOMI 5.5.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pendapatan Perkapita Kabupaten Halmahera Selatan dibentuk berdasarkan Undang-undang No. 1 tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten kepulauan Sula, Kabupaten Halmahera Timur dan Kota Tidore Kepulauan provinsi Maluku Utara (lembar Negara RI tahun 2003, Tambahan lembaran Negara RI Nomor 4264). Kabupaten Halmahera Selatan terdiri atas gugusan pulau dan kepulauan yaitu: Tabel 5.22 Pulau dan Luasnya Di Kabupaten Halmahera Selatan No Nama Pulau/Kepulauan Luas Wilayah (km2) 1 Pulau Obi 2,459.74 2 Pulau Bacan 1,806.82 3 Pulau Makian 84.06 4 Pulau Kayoa 72.04 5 Pulau Kasiruta 446.55 6 Pulau Mandioli 215.48 Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008 Pulau yang terluas adalah pulau Obi dan pulau terkecil adalah Kayoa. Luas wilayah Kabupaten Halmahera Selatan adalah + 40.236,72 km2 yang meliputi wilayah laut: 31.484,40 km2 (78 %) dan wilayah daratan: 8.779,32 km2 (22 %). Total kecamatan yang dimiliki adalah 30 kecamatan dengan jumlah desa 250 buah. Kondisi alam demikian menunjukkan bahwa Kabupaten Halmahera Selatan merupakan wilayah dengan sumberdaya alam yang besar, dengan komposisi sumberdaya laut 4 (empat) kali lebih besar daripada sumberdaya darat. Di dalam dokumen Rencana Strategis Kabupaten Halmahera Selatan (2006) disebutkan bahwa wujud sumberdaya darat berupa hutan (812.392ha), perkebunan (42.000ha), pertanian (2.000ha), dan sisanya adalah pertambangan. Sedangkan sumberdaya kelautan memiliki standing stock ikan sebesar 100.750,08 ton/tahun dengan maximum sustainable yield (MSY) sebesar 113.343,04 ton/tahun. Dengan kemampuan ekplorasi sekitar 20.000 ton/tahun, maka sumberdaya perikanan yang belum dipanen Kabupaten Halmahera Selatan masih sekitar 90% dari total MSY. Laporan Antara V - 6 8 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Jika dilihat dari sisi Produk Domestik Regional Brutto (PDRB) Kabupaten Halmahera Selatan, penyumbang utama produksinya berasal dari sektor pertanian. PDRB suatu wilayah menunjukkan kemampuan sumberdaya ekonomi yang dihasilkan suatu daerah. Semakin besar nilai PDRB suatu daerah, semakin besar pula sumberdaya ekonomi yang dihasilkannya. Dari tabel 4.20 diketahui bahwa sejak tahun 2002 sumbangan sektor pertanian mendominasi PDRB Kabupaten Halmahera Selatan. Sejak tahun 2002 nilai produksi sektor pertanian sendiri mengalami kenaikan terus menerus, meskipun nilai sektor lainnya mengalami penurunan terutama pada tahun 2004. Secara sektoral menurut mata pencahariannya, sektor pertambangan mengalami penurunan drastis dari tahun 2003 ke tahun 2004. Pada tahun tersebut Kabupaten Halmahera Selatan baru berumur 1 tahun setelah pemekaran, maka patut diduga penurunan ini disebabkan karena sumberdaya mineral yang dimiliki sebelum pemekaran “beralih” ke wilayah lain setelah Undang-Undang No 1 tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Halmahera keluar. penduduk pada tahun 2005 ke tahun 2006 justru mengalami penurunan. Hal ini dapat disebabkan kemungkinan karena jumlah penduduk yang meningkat pada pertengahan tahun tersebut atau karena penurunan nilai produksinya sendiri. Dari sisi pendapatan perkapita, secara umum sejak tahun 2003 hingga 2005 mengalami pertumbuhan. Pendapatan perkapita menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk suatu wilayah. Besarnya pendapatan perkapita ini dipengaruhi oleh nilai PDRB atas dasar harga berlaku dan jumlah penduduk di pertengahan tahunnya. Secara umum PDRB perkapita (atas dasar harga berlaku) mengalami pertumbuhan. Pertambahan pendapatan perkapita penduduk pada tahun 2003 sebesar 0,85% dari tahun sebelumnya, dan naik menjadi 3,59% pada tahun 2004, kemudian naik lagi pada tahun 2005 sebesar 8,59% dan turun menjadi 1,47% pada tahun 2006. Hal ini kemungkinan terjadi karena tingkat inflasi yang disebabkan karena fluktuasi nilai inflasi propinsi Maluku Utara sebesar 4,8% pada tahun 2004 dan 10,87% pada tahun 2005. Dari Grafik 5.6 diketahui bahwa terdapat kenaikan PDRB dari tahun 2002-2006 baik atas dasar harga berlaku maupun harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2002 sebesar Rp 397.070,29 juta dan pada tahun 2006 mencapai Rp 492.978,56. Sedangkan PDRB menurut harga konstan pada tahun 2004 sebesar Rp 380.957,18 juta dan pada tahun 2006 mencapai Rp 450.734,35 juta. Secara ekonomi hal ini menunjukkan pola pertumbuhan PDRB, dari sisi produksi barang dan jasa secara keseluruhan yang semakin tinggi di Kabupaten Halmahera Selatan. PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2006 mengalami kenaikan sebesar 5,55% dari tahun sebelumnya dan lebih besar jika dibandingkan pada tahun 2005 sebesar 4,25%. Secara umum, hal ini secara relatif menunjukkan bahwa terjadi peningkatan daya beli penduduk dalam kurun waktu tersebut. Meskipun demikian pendapatan perkapita tidak berfungsi menunjukan pemerataan hasil pembangunan. Hanya mereka yang memiliki faktor produksi sajalah yang terwakili dalam angka pendapatan perkapita. Grafik 5.7 menunjukkan secara grafis pertumbuhan pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Halmahera Selatan dari tahun 2002 hingga tahun 2006. Grafik 5.7 Pertumbuhan Pendapatan Perkapita Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2002-2006 Grafik 5.6 Perbandingan Nilai PDRB Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2002-2006 10.00% PDRB Atas Dasar Harga Konstan 500,000.00 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku 8.00% 350,000.00 7.00% 300,000.00 6.00% 250,000.00 Persen Nilai (Juta Rupiah) 400,000.00 200,000.00 150,000.00 5.00% 4.00% 100,000.00 3.00% 50,000.00 - Pertumbuhan Pendapatan Perkapita (persen) 9.00% 450,000.00 2.00% 2002 2003 2004 2005 2006 Tahun Nilai Total PDRB Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2002-2006 Sumber : Hasil Olahan Konsultan, 2008 1.00% 0.00% 2002 2003 Tahun 2004 2005 2006 Sumber : Hasil Olahan Konsultan, 2008 Jika dihubungkan dengan PDRB perkapita penduduknya pertumbuhan PDRB perkapita (atas dasar harga konstan) justru mengalami penurunan dari Rp 2.509.021 pada tahun 2005 menjadi Rp 2.496.074 pada tahun 2006. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat kenaikan PDRB sepanjang tahun 2002 hingga 2006, namun nilai produksi rata-rata per Laporan Antara V - 6 9 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.5.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Tabel 5.23 Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak dari kebijaksanaan pembangunan yang telah diambil khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai sektor ekonomi, yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Halmahera Selatan mengalami kenaikan signifikan dari 4,25% pada tahun 2005 menjadi 5,42% pada tahun 2006. Grafik 5.8 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2002-2006 6 5 Sektor 2002 167,035.24 478.57 87,523.92 1,417.98 3,414.79 85,792.22 22,534.53 Halmahera Selatan 2003 2004 2005 175,535.49 194,334.23 210,432.42 482.01 885.93 1,093.65 91,107.06 91,200.00 96,175.29 1,680.84 1,896.94 2,152.15 3,950.00 4,275.97 4,752.38 96,877.54 98.214.84 110,807.63 27,265.64 35,480.01 43.329.08 2006 226,224.02 1,371.44 100,391.22 2,204.02 5,293.74 122,766.00 46.505.71 12,825.05 13,397.25 14,455.20 19,001.15 19,602.98 20,272.92 Pertanian Pertambangan/Galian Industri Olahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan/Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restaurant Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa 11,487.53 12,285.80 Perusahaan Jasa-jasa 17,385.51 18,534.06 Sumber Data : PDRB Kabupaten Halmahera Selatan, 2005-2007 Pada tabel 5.21 ditunjukkan bahwa nilai sumbangan sektor pertanian pada tahun 2006 mencapai Rp 226.224,02 juta (41,93%), lebih besar daripada sektor lainnya. Adapun rata-rata sumbangan sektor pertanian tiga tahun terakhir (2004-2006) mencapai 42,10%. Sumbangan kedua adalah sektor perdagangan, hotel dan restauran sebesar Rp 122.766,00 juta (22,76%) dan ketiga adalah industri pengolahan sebesar Rp 100.391,22 juta (18,61%). Dari angka ini terlihat bahwa sektor perdagangan, hotel, dan restauran memainkan peran yang dominan daripada industri. 4 Persen Kondisi Struktur Perekonomian Kabupaten Halmahera Selatan Menurut Lapangan Usaha Atas Harga Berlaku Tahun 2002-2006 (Juta Rupiah) 3 2 1 0 2003 2004 Tahun 2005 2006 Sumber : Hasil Olahan Konsultan, 2008 5.5.1.2 Struktur Perekonomian Kabupaten Halmahera Selatan Struktur perekonomian suatu daerah ditentukan oleh kemampuan sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Struktur yang terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan oleh masing-masing sektor menggambarkan ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan berproduksi dari masing-masing sektor tersebut. Untuk memberikan gambaran struktur perekonomian tersebut, berikut ini disajikan peranan masing-masing sektor terhadap PDRB Kabupaten Halmahera Selatan atas dasar harga berlaku. Laporan Antara Dari sektor pertanian, kontributor terbesarnya adalah sub sektor perkebunan dengan nilai produksi pada tahun 2006 sebesar Rp 100.070,00 juta, jauh lebih besar daripada sub sektor tanaman pangan, peternakan, kehutanan, maupun perikanan. Sementara untuk sektor perdagangan Hotel dan Restauran, masih didominasi oleh sub sektor perdagangan dengan nilai sumbangan pada tahun 2006 sebesar Rp 119.580,00 juta jauh lebih besar daripada sub sektor perhotelan dan restauran. Sedangkan untuk sektor industri olahan, dimana semuanya terdiri dari industri non MIGAS, secara umum kontribusinya mengalami penurunan. V - 7 0 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Tabel 5.24 Kondisi Struktur Perekonomian Kabupaten Halmahera Selatan Menurut Lapangan Usaha Atas Harga Konstan Tahun 2002-2006 (Juta Rupiah) 2002 156,727.59 401.28 87,256.59 1,106.65 3,089.53 84,183.02 21,076.40 Nilai (Juta Rupiah) 2003 2004 2005 163,049.35 164,770.97 166,761.61 23,262.00 455.29 501.83 87,621.60 90,922.91 94,123.40 1,311.00 1,345.77 1,373.67 3,100.00 3,110.00 3,203.30 85,566.23 95,008.52 105,276.61 23,409.73 24,441.89 25,407.18 2006 174,761.61 548.36 98,090.70 1,393.42 3,341.84 114,862.90 26,456.56 11,356.09 11,648.60 12,021.31 18,216.40 18,742.05 19,257.65 Pertanian Pertambangan/Galian Industri Olahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan/Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restaurant Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa 10,288.27 11,077.10 Perusahaan Jasa-jasa 16,827.85 17,730.94 Sumber Data : PDRB Kabupaten Halmahera Selatan, 2005-2007 Tabel 5.24 menunjukkan bahwa secara produksi Kabupaten Halmahera Selatan sangat tergantung pada sektor pertanian, sektor industri olahan, dan sektor perdagangan, hotel dan restauran. Sektor primer masih mendominasi produksi sektoralnya. Perbedaan nilai PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai produksi riil (nyata). Hal ini menunjukan perbedaan pengaruh kenaikan harga pada tahun berjalan terhadap tahun standar. Gambar 3 menunjukkan pertumbuhan PDRB menurut lapangan usaha. Grafik 5.9 Laju Pertumbuhan Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2003-2006 Pertanian Pertambangan/Galian Industri Olahan 20.00 Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan/Konstruksi 18.00 Perdagangan, Hoteldan Restaurant Angkutan dan Komunikasi 16.00 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 14.00 Laju (Persen) Sektor lebih sulita aksesnya menjadi lebih besar. Hal ini kelak akan menjadi masalah penting dalam investasi pembangunan. Jasa-jasa 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 Pada tahun 2003 ke tahun 2004 sektor pertambangan dan sektor perdagangan, hotel dan restaurant naik secara signifikan. Sedangkan sektor listrik, gas dan air bersih, angkutan dan komunikasi, jasa, keuangan dan persewaan serta bangunan dan konstruksi turun secara signifikan. Pada tahun 2004 menuju tahun 2005, semua sektor laju pertumbuhannya menurun kecuali sektor jasa dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sedangkan pada tahun 2005 menuju tahun 2006, sektor pertambangan, listrik, gas dan air bersih, serta sektor pedagangan, hotel dan restauran turun. Dari sisi laju pertumbuhan PDRB secara sektoral secara umum menunjukkan dinamika yang wajar. Pada tahun 2003, dimana pembentukan Kabupaten Halmahera mulai berdiri, penurunan sektoral masih dapat dikategorikan sebagai hal yang wajar. Pertumbuhan tahun berikutnya menunjukkan kecenderungan yang cukup bagus, artinya laju pertumbuhan tersebut sejalan dengan proses pengelolaan secara produksi daerah yang gradual. 0.00 2003 2005 2004 2006 Tahun Sumber : Hasil Olahan Konsultan, 2008 Pada grafik 5.9, ditunjukkan kontribusi sektoral terhadap PDRB. Sektor pertanian masih memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan nilai PDRB. Namun meski demikian sumbangan sektor pertanian menurun sejak tahun 2005 (sekitar 41%). Demikian pula sektor industri olahan. Oleh karena industri olahan di Kabupaten Halmahera Selatan terdiri dari non MIGAS, maka kemungkinan hal ini dipengaruhi oleh produksi input dari sektor pertanian yang juga menurun. Kemudian diikuti sektor jasa, yang juga memiliki kecenderungan penurunan. Untuk sektor pertambangan, perijinan baru untuk eksplorasi dan ekploitasi baru memberikan penambahan nilai kontribusi sekaligus laju pertumbuhan produksi yang positif. Produksi ditentukan oleh biaya dan jumlah input yang disediakan. Secara makro nilai pertumbuhan ditentukan pula oleh laju inflasi daerah. Oleh karena posisi akses Kabupaten Halmahera yang lebih jauh dari pusat kota provinsi secara relatif mengakibatkan kenaikan harga input sekaligus secara keseluruhan menyebabkan laju inflasi relatif lebih besar dari daerah lain misalnya Kabupaten Halmahera Utara. Persoalan inilah yang secara indikatif secara relatif, nilai investasi ke daerah yang Laporan Antara V - 7 1 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Grafik 5.10 Kontribusi Lapangan Usaha terhadap PDRB Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2002-2006 menuju ke sektor industri, dan selanjutnya ke sektor jasa. Artinya Kabupaten Halmahera Selatan secara umum, meski terdapat pertumbuhan sektor pertambangan, dan sektor lainnya, produksi barang dan jasanya secara keseluruhan masih bergantung pada sektor pertanian. 45.00 40.00 5.5.2 5.5.2.1 Sektor Pertanian 35.00 5.5.2.1.1. Keragaan dan Perkembangan Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan 30.00 Nilai (Persen) Produksi Sektoral Kabupaten Halmahera Selatan merupakan salah satu kabupaten hasil pemekaran dari Provinsi Maluku Utara pada tahun 2003. Pemekaran wilayah kabupaten diikuti dengan pemekaran wilayah kecamatan, yaitu dari 9 (sembilan) menjadi 30 kecamatan. Terkait dengan hal tersebut, sistem administrasi pemerintahan dan ketersediaan/kelengkapan data kegiatan sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan kehutanan sebagai dasar perencanaan wilayah ke depan masih menjadi kendala. 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 2002 2003 2004 2005 2006 Tahun Pertanian Industri Olahan Bangunan/Konstruksi Angkutan dan Komunikasi Jasa-jasa Pertambangan/Galian Listrik, Gas, dan Air Bersih Perdagangan, Hoteldan Restaurant Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Keragaan dan perkembangan sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan kehutanan disajikan untuk masing-masing komoditas di 30 kecamatan di Kabupaten Halmahera Selatan selama kurun waktu 2005 – 2007. Total luas lahan sawah irigasi potensial, lahan yang telah diusahakan dan lahan yang akan dikembangkan di Kabupaten Halmahera Selatan disajikan pada Tabel 5.25. Sumber : Hasil Olahan Konsultan, 2008 Penurunan produksi sektor pertanian kemudian diikuti oleh sektor sekunder dan tersier, patut diduga, kemungkinan disebabkan oleh konversi lahan produksi karena pembukaan ijin pertambangan. Hal ini mengakibatkan penyempitan lahan produksi, dan kemudian diikuti turunnya produksi input baik untuk sektor sekunder maupun tersier. Selain itu gejalan penurunan produksi pertaian juga kemungkinan disebabkan karena sifat sub sistensi petani yang tidak termotivasi untuk meningkatkan produksi meskipun terdapat kenaikan harga yang lebih baik jika mereka menjual produk pertaniannya dalam bentuk olahan. Hal ini bisa disebabkan karena faktor pengetahuan dan ketrampilan terhadap diversifikasi produk pertanian yang terbatas pada budidaya saja. Selain itu, dari sisi pola pergerakan sektoralnya, meskipun tidak tampak secara nyata, dengan kontribusi sektor primer yang masih dominan terhadap sektor sekunder dan tersier, terdapat kecenderungan perubahan dari sektor pertanian Laporan Antara V - 7 2 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Tabel 5.25 Keragaan dan Perkembangan Luas Lahan dan Produksi Padi Sawah Tahun 2005-2007 Di Kabupaten Halmahera Selatan No Nama Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Obi Obi Barat Obi Utara Obi Selatan Obi Timur Bacan Bacan Selatan Mandioli Utara Mandioli Selatan Botanglomang Bacan Timur Bacan Timur Selatan Bacan Timur Tengah Bacan Barat Bacan Barat Utara Kasiruta Barat Kasiruta Timur Gane Barat Gane Barat Selatan Gane Barat Utara Kep. Joronga Gane Timur Gane Timur Selatan Gane Timur Tengah Kayoa Kayoa Utara Kayoa Selatan Kayoa Barat Pulau Makian Makian Barat Luas (Ha) 22 2 3.2 12.8 393.26 170.66 178.08 -- 2005 Produksi (Ton) 66 6 6,6 38,4 1399.92 607.2 633.6 - Luas (Ha) 2006 Produksi (Ton) 5.5 0.5 0.8 3.2 805.6 349.6 364.8 - 14.85 1.35 2.16 8.64 2385 103.5 108 - Luas (Ha) 22 2 3.2 12.8 116.6 50.6 52.8 - 2007 Produksi (Ton) 66 6 6,6 38,4 349.8 151.8 158.4 - Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008 Total luas lahan padi sawah pada tahun 2005 seluas 1.742 ha, pada tahun 2006 seluas 1.530 ha atau turun 14 persen terhadap luas lahan tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007 seluas 260 ha atau turun 488 persen terhadap luas lahan tahun 2006. Sementara itu, total produksi padi sawah pada tahun 2005 sebesar 2.640 ton, pada tahun 2006 sebesar 4.527 ton atau naik 71 persen terhadap produksi tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007 sebesar 660 ton atau turun 586 persen dari tahun sebelumnya. Rata-rata produktivitas padi sawah sebesar 3 ton/ha. Luas lahan padi sawah, lahan yang diusahakan dan lahan yang akan dikembangkan di Kabupaten Halmahera Selatan disajikan pada Tabel 5.26. Laporan Antara Tabel 5.26 Keragaan dan Perkembangan Luas Lahan dan Produksi Padi Ladang Tahun 2005-2007 Di Kabupaten Halmahera Selatan No Nama Kecamatan 2005 Luas Produksi (Ha) (Ton) 2006 Luas Produksi (Ha) (Ton) 1 Obi 25.85 59.4 14.85 2 Obi Barat 2.35 5.4 1.35 3 Obi Utara 3.76 8.64 2.16 4 Obi Selatan 30 63 18 5 Obi Timur 15.04 34.56 8.64 6 Bacan 36.08 96.36 32.12 7 Bacan Selatan 2.46 6.57 2.19 8 Mandioli Utara 11.48 30.66 10.22 9 Mandioli Selatan 16.4 43.8 14.6 10 Botanglomang 15.58 41.61 13.87 11 Bacan Timur 41.71 111.37 40.85 12 Bacan Timur Selatan 30.07 80.29 29.45 13 Bacan Timur Tengah 25.22 67.34 24.7 14 Bacan Barat 10.08 25.38 6.3 15 Bacan Barat Utara 15.12 38.07 9.45 16 Kasiruta Barat 15.68 39.48 9.8 17 Kasiruta Timur 14 35.25 8.75 18 Gane Barat 64.05 215.6 62.3 19 Gane Barat Selatan 32.94 110.88 32.04 20 Gane Barat Utara 65.88 221.76 64.08 21 Kep. Joronga 20.13 67.76 19.58 22 Gane Timur 142.04 476.47 143.63 23 Gane Timur Selatan 61.64 206.77 62.33 24 Gane Timur Tengah 64.32 215.76 65.04 25 Kayoa 20.16 45.36 250.56 26 Kayoa Utara 9.72 21.87 \25*0.27 27 Kayoa Selatan 6.12 13.77 4.25 28 Kayoa Barat 15.12 38.07 9.45 29 Pulau Makian 10.54 26.04 9.3 30 Makian Barat 6.46 15.96 5.7 Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008 41.25 3.75. 6 32 24 29.92 2.04 9.52 13.6 12.92 100.62 72.54 60.84 9.72 14.58 15.12 13.5 173.25 89.1 178.2 54.45 421.35 182.85 190.8 24.64 11.88 7.48 14.58 7.44 4.56 2007 Luas Produksi (Ha) (Ton) 8.25 0.75 1.2 4.8 8.6 6.2 5.2 28 14.4 28.8 8.8 15.9 6.9 7.2 117.8 72.2 24,75 2,25 3,6 14,4 25,8 18,6 15,6 84 43,2 86,4 26,4 47,7 20,7 21,6 351 216,6 Total luas lahan padi ladang pada tahun 2005 seluas 816 ha, pada tahun 2006 seluas 737 ha atau turun 11 persen terhadap luas lahan tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007 seluas 335 ha atau turun 120 persen terhadap luas lahan tahun 2006. Sementara itu, total produksi padi ladang pada tahun 2005 sebesar 2.428 ton, pada tahun 2006 sebesar 2.064 ton atau turun 15 persen terhadap produksi tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007 sebesar 933 ton atau turun 121 persen terhadap produksi tahun 2006. Rata-rata produktivitas padi ladang sebesar 3 ton/ ha. V - 7 3 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Tabel 5.27 Keragaan dan Perkembangan Luas Lahan dan Produksi Jagung Tahun 2005-2007 Di Kabupaten Halmahera Selatan No Nama Kecamatan Luas (Ha) 2005 Produksi (Ton) 1 Obi 16.5 27.5 2 Obi Barat 1.5 2.5 3 Obi Utara 2.4 4 4 Obi Selatan 37 64 5 Obi Timur 9.6 16 6 Bacan 17.6 33.44 7 Bacan Selatan 1.2 2.28 8 Mandioli Utara 5.6 10.64 9 Mandioli Selatan 8 15.2 10 Botanglomang 7.6 14.44 11 Bacan Timur 16.77 30.1 12 Bacan Timur Selatan 12.09 21.7 13 Bacan Timur Tengah 10.14 18.2 14 Bacan Barat 5.76 10.08 15 Bacan Barat Utara 8.64 15.12 16 Kasiruta Barat 8.96 15.68 17 Kasiruta Timur 8 14 18 Gane Barat 16.8 31.5 19 Gane Barat Selatan 8.64 16.2 20 Gane Barat Utara 17.28 32.4 21 Kep. Joronga 5.28 9.9 22 Gane Timur 27.56 74.73 23 Gane Timur Selatan 11.96 32.43 24 Gane Timur Tengah 12.48 33.84 25 Kayoa 14 21.28 26 Kayoa Utara 6.75 10.26 27 Kayoa Selatan 4.25 6.46 28 Kayoa Barat 8.64 15.12 29 Pulau Makian 16.74 27.28 30 Makian Barat 10.26 16.72 Sumber : Halmahera Selatan Dalam Angka (2006,2007 Luas (Ha) 2006 Produksi (Ton) 26.4 2.4 3.84 32 15.36 41.8 2.85 13.3 19 18.05 22.36 16.12 13.52 6.3 9.45 9.8 8.75 29.05 14.94 29.88 9.13 49.29 21.39 22.32 13.44 6.48 4.08 9.45 19.84 12.16 dan 2008) 42.9 3.9 6.24 52 24.96 34.32 2.34 10.92 15.6 14.82 40.42 29.14 24.44 11.52 17.28 17.92 16 35.7 18.36 36.72 11.22 56.18 24.38 25.44 21.28 10.26 6.46 17.28 33.48 20.52 Luas (Ha) 19 9 10 32 25 20 4 3 4 1 2 6 8 15 10 12 19 30 7.5 7.5 6 40 23 19 19 8 6 9 22 15 Tabel 5.28 Keragaan dan Perkembangan Luas Lahan dan Produksi Ubi Kayu Tahun 2005-2007 Di Kabupaten Halmahera Selatan 2007 Produksi (Ton) 30 5.25 3 20 - 2005 Luas Produksi (Ha) (Ton) 1 Obi 19.8 52.8 2 Obi Barat 1.8 4.8 3 Obi Utara 2.88 7.68 4 Obi Selatan 37 84 5 Obi Timur 11.52 30.72 6 Bacan 24.2 68.64 7 Bacan Selatan 1.65 4.68 8 Mandioli Utara 7.7 21.84 9 Mandioli Selatan 11 31.2 10 Botanglomang 10.45 29.64 11 Bacan Timur 21.5 61.92 12 Bacan Timur Selatan 1.55 44.64 13 Bacan Timur Tengah 13 37.44 14 Bacan Barat 8.46 23.22 15 Bacan Barat Utara 12.69 34.83 16 Kasiruta Barat 13.16 36.12 17 Kasiruta Timur 11.75 32.25 18 Gane Barat 15.75 43.05 19 Gane Barat Selatan 8.1 22.14 20 Gane Barat Utara 16.2 44.28 21 Kep. Joronga 4.95 13.53 22 Gane Timur 25.97 71.55 23 Gane Timur Selatan 11.27 31.05 24 Gane Timur Tengah 11.76 32.4 25 Kayoa 50.4 144.48 26 Kayoa Utara 24.3 69.66 27 Kayoa Selatan 15.3 43.86 28 Kayoa Barat 24.3 34.83 29 Pulau Makian 47.12 126.48 30 Makian Barat 28.88 77.52 Sumber : Halmahera Selatan Dalam Angka (2006,2007 No Nama Kecamatan 2006 Luas Produksi (Ha) (Ton) 14.3 36.3 1.3 3.3 2.08 5.28 15 39 8.32 21.12 25.96 73.92 1.77 5.04 8.26 23.52 11.8 33.6 11.21 31.92 19.35 50.31 13.95 36.27 11.7 30.42 1.8 4.32 2.7 6.48 2.8 6.72 2.5 6 5.25 14.7 2.7 7.56 5.4 15.12 1.65 4.62 11.13 30.21 4.83 13.11 5.04 13.68 44.8 129.36 21.6 62.37 13.6 39.27 2.7 6.48 40.3 117.18 24.7 71.82 dan 2008) Luas (Ha) 6.5 6.5 6.5 15 6.5 20 30 15 15 15 10 3.75 3.75 3.75 3.75 7 7 7 20 20 20 20 65 65 2007 Produksi (Ton) 16.5 16.5 16.5 39 16.5 20 72 39.0 39.0 39.0 24 14.5 14.5 14.5 14.5 19 19 19 57.75 48 48 48 189 189 Total luas lahan tanaman jagung pada tahun 2005 seluas 330 ha, pada tahun 2006 seluas 494 ha atau naik 50 persen terhadap luas lahan tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007 seluas 411 ha atau turun 20 persen terhadap luas lahan tahun 2006. Sementara itu, total produksi jagung pada tahun 2005 sebesar 629 ton, pada tahun 2006 sebesar 666 ton atau naik 6 persen terhadap produksi tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007 sebesar 58,25 ton atau turun 1043 persen. Rata-rata produktivitas jagung sebesar 1,41 ton/ha. Laporan Antara V - 7 4 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Total luas lahan tanaman ubi kayu pada tahun 2005 seluas 480 ha, pada tahun 2006 seluas 336 ha atau turun 43 persen terhadap luas lahan tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007 seluas 327 ha atau turun 2,7 persen terhadap luas lahan tahun 2006. Sementara itu, total produksi ubi kayu pada tahun 2005 sebesar 1.329 ton, pada tahun 2006 sebesar 933 ton atau turun 42 persen terhadap produksi tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007 sebesar 627,75 ton atau turun 49 persen terhadap produksi tahun 2006. Rata-rata produktivitas ubi kayu sebesar 2,83 ton/ha. Total luas lahan tanaman ubi jalar pada tahun 2005 seluas 122 ha, pada tahun 2006 seluas 82 ha atau turun 49 persen terhadap luas lahan tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007 seluas 62 ha atau turun 32 persen terhadap luas lahan tahun 2006. Sementara itu, total produksi ubi jalar pada tahun 2005 sebesar 294 ton, pada tahun 2006 sebesar 146 ton atau turun 101 persen terhadap produksi tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007 sebesar 112 ton atau turun 30 persen terhadap produksi tahun 2006. Rata-rata produktivitas ubi jalar sebesar 2,2 ton/ha. Tabel 5.29 Keragaan dan Perkembangan Luas Lahan dan Produksi Ubi Jalar Tahun 2005-2007 Di Kabupaten Halmahera Selatan No Nama Kecamatan Luas (Ha) 2005 Produksi (Ton) 1 Obi 3.85 2 Obi Barat 0.35 3 Obi Utara 0.56 4 Obi Selatan 3 5 Obi Timur 2.24 6 Bacan 15.84 7 Bacan Selatan 1.08 8 Mandioli Utara 5.04 9 Mandioli Selatan 7.2 10 Botanglomang 6.84 11 Bacan Timur 12.04 12 Bacan Timur Selatan 8.68 13 Bacan Timur Tengah 7.28 14 Bacan Barat 0.9 15 Bacan Barat Utara 1.35 16 Kasiruta Barat 1.4 17 Kasiruta Timur 1.25 18 Gane Barat 9.1 19 Gane Barat Selatan 4.68 20 Gane Barat Utara 9.36 21 Kep. Joronga 2.86 22 Gane Timur 9.01 23 Gane Timur Selatan 3.91 24 Gane Timur Tengah 4.08 25 Kayoa 26 Kayoa Utara 27 Kayoa Selatan 28 Kayoa Barat 1.35 29 Pulau Makian 30 Makian Barat Sumber : Halmahera Selatan Dalam Angka Laporan Antara 8.25 0.75 1.2 9 4.8 38.28 2.55 12.18 17.4 16.53 30.96 22.32 18.72 2.16 3.24 3.36 3 19.95 10.26 20.52 6.27 22.26 9.66 10.08 3.24 (2006,2007 Luas (Ha) 2006 Produksi (Ton) 1.65 0.15 0.24 2 0.96 2.64 0.18 0.84 1.2 1.14 8.6 6.2 5.2 1.08 1.62 1.68 1.5 8.4 4.32 8.64 2.64 7.95 3.45 3.6 1.68 0.81 0.51 1.62 1.86 1.14 dan 2008) 2.2 0.2 0.32 3 1.28 6.6 0.45 2.1 3 2.85 15.48 11.16 9.36 1.8 2.7 2.8 2.5 4.9 2.52 5.04 1.54 13.78 5.98 6.24 2.24 1.08 0.68 2.7 2.48 1.52 Luas (Ha) 1.65 0.15 0.24 2 0.96 2.64 6.03 0.84 1.2 3.8 8.6 6.2 5.2 8.4 4.32 8.64 2.64 1.68 0.81 0.51 2.43 1.5 1.5 Tabel 5.30 Keragaan dan Perkembangan Luas Lahan dan Produksi Sayuran Tahun 2005-2007 Di Kabupaten Halmahera Selatan 2007 Produksi (Ton) 2.2 0.2 0.32 3 1.28 6.6 15.03 2.1 3 2.85 15.48 11.16 9.36 15.4 7.92 15.84 4.84 2.24 1.08 0.68 2.43 2 2 2005 Luas Produksi (Ha) (Ton) 1 Obi 17.6 7.7 2 Obi Barat 1.6 0.7 3 Obi Utara 2.56 1.12 4 Obi Selatan 17 8 5 Obi Timur 10.24 4.48 6 Bacan 11.88 26.4 7 Bacan Selatan 0.81 1.8 8 Mandioli Utara 3.78 8.4 9 Mandioli Selatan 5.4 12 10 Botanglomang 5.13 11.4 11 Bacan Timur 23.22 11.61 12 Bacan Timur Selatan 16.74 8.37 13 Bacan Timur Tengah 14.04 7.02 14 Bacan Barat 3.6 1.62 15 Bacan Barat Utara 5.4 2.43 16 Kasiruta Barat 5.6 2.52 17 Kasiruta Timur 5 2.25 18 Gane Barat 12.95 7.35 19 Gane Barat Selatan 6.66 3.78 20 Gane Barat Utara 13.32 7.56 21 Kep. Joronga 4.07 2.31 22 Gane Timur 49.29 26.5 23 Gane Timur Selatan 21.39 11.5 24 Gane Timur Tengah 22.32 12 25 Kayoa 15.12 6.72 26 Kayoa Utara 7.29 3.24 27 Kayoa Selatan 4.59 2.04 28 Kayoa Barat 5.4 2.43 29 Pulau Makian 18.6 9.92 30 Makian Barat 11.4 6.08 Sumber : Halmahera Selatan Dalam Angka (2006,2007 No Nama Kecamatan 2006 Luas Produksi (Ha) (Ton) 3.3 2.75 0.3 0.25 0.48 0.4 2 1.5 4.8 1.6 6.6 7.92 0.45 0.54 2.1 2.52 3 3.6 2.85 3.42 0.645 0.43 0.465 0.31 0.39 0.26 0.54 0.45 0.81 0.675 0.84 0.7 0.75 0.625 1.05 0.875 0.54 0.45 1.08 0.9 0.33 0.275 1.59 1.325 0.69 0.575 0.72 0.6 1.68 1.4 0.81 0.675 0.51 0.425 1.62 0.675 1.86 1.55 1.14 0.95 dan 2008) Luas (Ha) 5 1 16 2 3.5 1 1 3 3 4 3.5 2007 Produksi (Ton) 4.5 1.5 18 1 3.5 1 1 2.5 2.5 2.5 3 V - 7 5 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Total luas lahan sayuran pada tahun 2005 seluas 437 ha, pada tahun 2006 seluas 38 ha atau turun 1050 persen terhadap luas lahan tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007 seluas 43 ha atau naik 13 persen terhadap luas lahan tahun 2006. Sementara itu, total produksi sayuran pada tahun 2005 sebesar 217 ton, pada tahun 2006 sebesar 24 ton atau turun 804 persen, sedangkan pada tahun 2007 sebesar 41 ton atau naik 71 persen terhadap produksi tahun 2006. Rata-rata produktivitas sayuran sebesar 1,1 ton/ha. 5.5.2.1.2. Lokasi Daerah Pertanian 1) Padi Sawah Berdasarkan kesesuaian kondisi fisik dan lingkungan di Kabupaten Halmahera Selatan Daerah, maka usaha tani padi sawah diusahakan dan dikembangkan di dua wilayah yaitu Kecamatan Obi dan Gane Timur. Kondisi fisik lahan di kedua wilayah relatif datar (kemiringan sekitar 2 persen), kondisi tanah dan sumber air sangat mendukung untuk usaha tani padi sawah. Berdasarkan data tahun 2006, luas lahan dan produksi padi sawah tertinggi di tiga wilayah yaitu di Kecamatan Gane Timur seluas 805,6 Ha dengan produksi sebesar 2.385 ton, Kecamatan Gane Timur Tengah seluas 364,8 Ha dengan produksi sebesar 108 ton dan Kecamatan Gane Timur Selatan seluas 349,6 Ha dengan produksi 103,5 ton. 5). Ubi Jalar Daerah produksi ubi jalar hampir tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Halmahera Selatan, namun di beberapa wilayah rata-rata produksinya kecil. Berdasarkan data tahun 2006, luas lahan dan produksi ubi jalar tertinggi di tiga wilayah yaitu di Kecamatan Bacan Timur seluas 8,6 Ha dengan produksi sebesar 15,48 ton, Kecamatan Gane Barat seluas 8,4 Ha dengan produksi sebesar 4,9 ton dan Kecamatan Gane Timur seluas 7,95 Ha dengan produksi sebesar 13,78 ton. 6). Sayur-sayuran Daerah produksi sayur-sayuran hampir tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Halmahera Selatan. Berdasarkan data tahun 2006, luas lahan dan produksi sayuran tertinggi di tiga wilayah yaitu di Kecamatan Gane Timur seluas 49,29 Ha dengan produksi sebesar 26 ton, Kecamatan Bacan Timur seluas 23,22 Ha dengan produksi sebesar 11,61 ton dan Kecamatan Gane Timur Tengah seluas 22,32 Ha dengan produksi sebesar 12 ton. 2) Padi Ladang Daerah produksi padi ladang/ padi lahan kering hampir tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Halmahera Selatan. Berdasarkan data tahun 2006, luas lahan dan produksi padi lahan tertinggi di tiga wilayah yaitu di Kecamatan Gane Timur seluas 143,63 Ha dengan produksi sebesar 421,35 ton, Kecamatan Gane Timur Tengah seluas 65,04 Ha dengan produksi sebesar 108 ton dan Kecamatan Gane Timur Selatan seluas 62,33 Ha dengan produksi 190,8 ton. 3). Jagung Daerah produksi jagung hampir tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Halmahera Selatan. Berdasarkan data tahun 2006, luas lahan dan produksi jagung tertinggi di tiga wilayah yaitu di Kecamatan Gane Timur seluas 49 Ha dengan produksi sebesar 2.385 ton, Kecamatan Gane Barat Utara seluas 29,88 Ha dengan produksi sebesar 36,72 ton dan Kecamatan Gane Barat seluas 29,03 Ha dengan produksi sebesar 36,72 ton. 4). Ubi Kayu Daerah produksi ubi kayu hampir tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Halmahera Selatan. Berdasarkan data tahun 2006, luas lahan dan produksi ubi kayu tertinggi di tiga wilayah yaitu di Kecamatan Kayoa seluas 44,8 Ha dengan produksi sebesar 129,36 ton, Kecamatan Pulau Makian seluas 40,3 Ha dengan produksi sebesar 117,18 ton dan Kecamatan Bacan seluas 25,96 Ha dengan produksi sebesar 73,92 ton. Laporan Antara V - 7 6 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.14 Laporan Antara V - 7 7 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.5.2.2 Sektor Perkebunan Tabel 5.31 Keragaan dan Perkembangan Luas Panen dan Produksi Buah-buahan Tahun 2005-2007 Di Kabupaten Halmahera Selatan 2005 2006 No Nama Kecamatan Luas Produksi Luas Produksi (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) 1 Obi 12.1 284.9 13.75 46.75 2 Obi Barat 1.1 25.9 1.25 4.25 3 Obi Utara 1.76 41.44 2 6.8 4 Obi Selatan 11 82 15 100 5 Obi Timur 7.04 165.76 8 27.2 6 Bacan 149.6 6281.88 242 3407.668 7 Bacan Selatan 10.2 428.31 16.5 232.341 8 Mandioli Utara 47.6 1998.78 77 1084.258 9 Mandioli Selatan 68 2855.4 110 1548.94 10 Botanglomang 64.6 2712.63 104.5 1471.493 11 Bacan Timur 9.89 223.6 13.76 162.97 12 Bacan Timur Selatan 7.13 161.2 9.92 117.49 13 Bacan Timur Tengah 5.98 135.2 8.32 98.54 14 Bacan Barat 7.2 136.26 6.3 5.94 15 Bacan Barat Utara 10.8 204.39 9.45 8.91 16 Kasiruta Barat 11.2 211.96 9.8 9.24 17 Kasiruta Timur 10 189.25 8.75 8.25 18 Gane Barat 7 86.8 8.75 7 19 Gane Barat Selatan 3.6 44.64 4.5 3.6 20 Gane Barat Utara 7.2 89.28 9 7.2 21 Kep. Joronga 2.2 27.28 2.75 2.2 22 Gane Timur 9.01 135.68 15.9 14.84 23 Gane Timur Selatan 3.91 58.88 6.9 6.44 24 Gane Timur Tengah 4.08 61.44 7.2 6.72 25 Kayoa 5.6 86.24 8.4 94.976 26 Kayoa Utara 2.7 41.58 4.05 45.792 27 Kayoa Selatan 1.7 26.18 2.55 28.832 28 Kayoa Barat 10.8 204.39 9.45 8.91 29 Pulau Makian 5.58 112.84 6.82 50.902 30 Makian Barat 3.42 69.16 4.18 31.198 Sumber : Halmahera Selatan Dalam Angka (2006,2007 dan 2008) Laporan Antara Luas (Ha) 17 5.5 2.5 7 6.5 339.5 16 4 2.5 13.5 5 4 19.5 4.5 4.5 4.5 7.5 4 3 3.5 10.5 4.5 3.5 4.5 3.5 3 2 4.5 17 2007 Produksi (Ton) 39.95 12,93 5,88 16,45 15,28 797,83 37,6 9,4 5,88 31,73 11,75 9,40 45,83 10,58 10,58 10,58 17,63 9,4 7,05 8,23 24,68 10,58 8,23 10,58 8,23 7,05 4,70 10,58 39,95 Total luas panen tanaman buah-buahan pada tahun 2005 seluas 468 ha, pada tahun 2006 seluas 437 ha atau turun 7 persen terhadap luas panen tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007 seluas 513,5 ha atau naik 17 persen terhadap luas panen tahun 2006. Sementara itu, total produksi buahbuahan pada tahun 2005 sebesar 16.999 ton, pada tahun 2006 sebesar 9.846,4 ton atau turun 756 persen terhadap produksi tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007 sebesar 11.810 ton atau naik 20 persen terhadap produksi tahun 2006. Rata-rata produktivitas buah-buahan sebesar 27,27 ton/ha. Tabel 5.32 Keragaan dan Perkembangan Luas Panen dan Produksi Kelapa Tahun 2005-2007 Di Kabupaten Halmahera Selatan 2005 2006 No Nama Kecamatan Luas Produksi Luas Produksi (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) 28.05 2.473.35 2.498.1 2.473.35 1 Obi 225.5 224.85 227.1 224.85 2 Obi Barat 360.8 359.76 363.36 359.76 3 Obi Utara 3094 3605 3107 3605 4 Obi Selatan 1443.2 1439.04 1453.44 1599.04 5 Obi Timur 2125.2 2098.8 2141.48 2098.8 6 Bacan 144.9 134.1 146.01 143.121 7 Bacan Selatan 676.2 625.8 681.38 667.8 8 Mandioli Utara 966 894 973.4 954 9 Mandioli Selatan 917.7 849.3 924.73 906.3 10 Botanglomang 2189.56 2214.5 2192.57 2214.5 11 Bacan Timur 155.62 161.2 1580.69 1596.5 12 Bacan Timur Selatan 132398 135.2 1325.74 1339 13 Bacan Timur Tengah 225.72 196.38 14 Bacan Barat 338.58 294.57 15 Bacan Barat Utara 351.12 305.48 16 Kasiruta Barat 313.5 272.75 17 Kasiruta Timur 1515.85 1664.6 18 Gane Barat 775.98 856.08 19 Gane Barat Selatan 1551.96 1712.16 20 Gane Barat Utara 474.21 523.16 21 Kep. Joronga 1301.68 1219.53 22 Gane Timur 564.88 529.23 23 Gane Timur Selatan 589.44 552.24 24 Gane Timur Tengah 1778.56 1286.32 25 Kayoa 857.52 620.19 26 Kayoa Utara 539.92 390.49 27 Kayoa Selatan 338.58 294.57 28 Kayoa Barat 2144.58 1429.1 29 Pulau Makian 1314.42 875.9 30 Makian Barat Sumber : Halmahera Selatan Dalam Angka (2006,2007 dan 2008) 2007 Luas Produksi (Ha) (Ton) 7.541,38 1.849.66 2.264.20 3.266.40 2.908.72 3.490.46 4.441.99 5.330.38 4.984.88 5.981.85 2.111.94 2.534.32 1.748.03 2.097.63 2.331.62 2.797.94 2.476.20 2.971.44 1.702.27 2.042.72 3.522.60 4.227.12 4.029.16 4.834.99 2.878.57 3.454.28 2.024.31 2.429.17 2.277.24 2.732.68 3.220.49 3.864.58 3.973,39 4.768.06 3.500.77 4.200.92 3.595.58 4.314.59 2.507.73 3.009.27 843,92 1.015.10 3..275.88 3.931.05 3.573.25 4.287.90 2.008.63 2.410.35 2.500.68 3.000.81 1.610.75 1.932.90 268,92 322,70 1.329.95 1.595.94 1.188.31 1.425.97 669,43 827,31 V - 7 8 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Total luas panen tanaman kelapa pada tahun 2005 seluas 32.202 ha, pada tahun 2006 seluas 17.328 ha atau turun 86 persen terhadap luas panen tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007 seluas 81.310.79 ha atau naik 369 persen terhadap tahun 2006. Sementara itu, total produksi kelapa pada tahun 2005 sebesar 30.772 ton, pada tahun 2006 sebesar 18.022 ton atau turun 71 persen terhadap produksi tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007 sebesar 90.948,43 ton atau naik 405 persen terhadap produksi tahun 2006. Rata-rata produktivitas kelapa sebesar 1,04 ton/Ha, dimana nilai tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan standar produktivitas kelapa nasional sebesar 1,5 ton/ha (Litbang Perkebunan, 2005). Tabel 5.33 Keragaan dan Perkembangan Luas Panen dan Produksi Cengkeh Tahun 2005-2007 Di Kabupaten Halmahera Selatan 2005 2006 No Nama Kecamatan Luas Produksi Luas Produksi (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) 1 Obi 213.95 82.5 7.5955 82.5 2 Obi Barat 19.45 7.5 0.6905 7.5 3 Obi Utara 31.12 12 1.1048 12 4 Obi Selatan 310 115 310 115 5 Obi Timur 124.48 48 4.4192 48 6 Bacan 94.6 94.6 94.6 94.6 7 Bacan Selatan 6.45 6.45 6.45 6.45 8 Mandioli Utara 30.1 30.1 30.1 30.1 9 Mandioli Selatan 43 43 43 43 10 Botanglomang 40.85 40.85 40.85 40.85 11 Bacan Timur 101.05 94.6 101.48 94.6 12 Bacan Timur Selatan 72.85 68.2 73.16 68.2 13 Bacan Timur Tengah 61.1 57.2 61.36 57.2 14 Bacan Barat 72 50.22 72.72 50.22 15 Bacan Barat Utara 108 75.33 109.08 75.33 16 Kasiruta Barat 112 78.12 113.12 78.12 17 Kasiruta Timur 100 69.75 101 69.75 18 Gane Barat 101.15 35 137.9 35 19 Gane Barat Selatan 52.02 18 70.92 18 20 Gane Barat Utara 104.04 36 394 36 21 Kep. Joronga 31.79 11 43.34 11 22 Gane Timur 143.63 45.05 145.22 45.05 23 Gane Timur Selatan 62.33 19.55 63.02 19.55 24 Gane Timur Tengah 65.04 20.4 65.76 20.4 25 Kayoa 190.96 61.6 192.08 61.6 26 Kayoa Utara 92.07 29.7 92.61 29.7 27 Kayoa Selatan 57.97 18.7 58.31 18.7 28 Kayoa Barat 108 75.33 109.08 294.57 29 Pulau Makian 390.6 155 397.42 155 30 Makian Barat 239.4 95 243.58 95 Sumber : Halmahera Selatan Dalam Angka (2006,2007 dan 2008) Laporan Antara 2007 Luas Produksi (Ha) (Ton) 139 244.64 120 211.20 80 140.80 130 288.80 130 288.80 85 140.80 80 140.80 75 132 90 158.40 50 88 80 140.80 75 132 60 105.60 100 176 95 167.20 139 244.64 100 176 72 126.72 74 130.24 73 128.48 70 123.20 90 158.40 92 161.92 37 65.12 85 140.80 90 158.40 95 167.20 100 176 3.15 554.40 310 545.60 Total luas panen tanaman cengkeh pada tahun 2005 seluas 3.080 ha, pada tahun 2006 seluas 3.049,2 ha atau turun 1 persen terhadap luas panen tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007 seluas 2.819,15 ha atau turun 8 persen terhadap tahun 2006. Sementara itu, total produksi kelapa pada tahun 2005 sebesar 1.524 ton, pada tahun 2006 sebesar 1.524 ton atau sama dengan produksi tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007 sebesar 5.612,96 ton atau naik 268 persen terhadap produksi tahun 2006. Rata-rata produktivitas cengkeh sebesar 0,9 ton/ha, dimana nilai tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan standar produktivitas cengkeh nasional sebesar 0,3 ton/ha (Litbang Perkebunan, 2005). Tabel 5.34 Keragaan dan Perkembangan Luas Panen dan Produksi Kakao Tahun 2005-2007 Di Kabupaten Halmahera Selatan 2005 2006 No Nama Kecamatan Luas Produksi Luas Produksi (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) 1 Obi 303.6 185.9 290.4 185.9 2 Obi Barat 27.6 16.9 26.4 16.9 3 Obi Utara 44.16 27.04 42.24 27.04 4 Obi Selatan 502 337 502 337 5 Obi Timur 176.64 108.16 168.96 108.16 6 Bacan 153.56 110 154.88 110 7 Bacan Selatan 10.47 7.5 10.56 7.5 8 Mandioli Utara 48.86 35 49.28 35 9 Mandioli Selatan 69.8 50 70.4 50 10 Botanglomang 66.31 47.5 66.88 47.5 11 Bacan Timur 176.3 119.11 172.86 119.11 12 Bacan Timur Selatan 127.1 85.87 124.62 85.87 13 Bacan Timur Tengah 106.6 72.02 104.52 72.02 14 Bacan Barat 70.38 45.18 392.18 45.18 15 Bacan Barat Utara 105.57 67.77 105.84 67.77 16 Kasiruta Barat 109.48 70.28 109.76 70.28 17 Kasiruta Timur 97.75 62.75 98 62.75 18 Gane Barat 319.2 209.3 322 209.3 19 Gane Barat Selatan 164.16 53.64 165.6 107.64 20 Gane Barat Utara 328.32 215.28 331.2 215.28 21 Kep. Joronga 100.32 65.78 101.2 65.78 22 Gane Timur 217.3 146.81 207.23 101.76 23 Gane Timur Selatan 94.3 63.71 89.93 44.16 24 Gane Timur Tengah 98.4 66.48 93.84 46.08 25 Kayoa 71.68 32.48 72.24 32.48 26 Kayoa Utara 34.56 15.66 34.56 15.66 27 Kayoa Selatan 21.76 9.86 21.76 9.86 28 Kayoa Barat 105.57 67.77 105.84 67.77 29 Pulau Makian 88.66 39.06 88.66 39.06 30 Makian Barat 54.34 23.94 54.34 23.94 Sumber : Halmahera Selatan Dalam Angka (2006,2007 dan 2008) 2007 Luas Produksi (Ha) (Ton) 310 744 280 672 340 816 360 864 264 633.6 190 456 209 501.60 186 446.40 150 360 175 420 140 336 70 168 200 480 191 458.4 200 480 165 396 150 360 103 247.20 140 336 160 384 173 415.20 127 304.80 127 304.80 128 307.20 120 288 74 177.60 60 144 150 360 75 180 80 192 V - 7 9 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Total luas panen tanaman kakao pada tahun 2005 seluas 3.767 ha, pada tahun 2006 seluas 4.075,8 ha atau naik 8 persen terhadap luas panen tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007 seluas 5.097 ha atau naik 25 persen terhadap tahun 2006. Sementara itu, total produksi kelapa pada tahun 2005 sebesar 2.449 ton, pada tahun 2006 sebesar 2.364 ton atau turun 3,5 persen terhadap produksi tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007 sebesar 12.232,8 ton. Rata-rata produktivitas kakao sebesar 1,2 ton/ha, dimana nilai tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan standar produktivitas kakao nasional sebesar 1,0 ton/ha (Litbang Perkebunan, 2005). Total luas panen tanaman pala pada tahun 2005 seluas 1.912,5 ha, pada tahun 2006 seluas 1.912,5 ha atau sama dengan luas panen tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007 seluas 6.014 ha atau naik 215 persen terhadap tahun 2006. Sementara itu, total produksi pala pada tahun 2005 sebesar 612 ton, pada tahun 2006 sebesar 612 ton atau sama dengan produksi tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007 sebesar 986,5 ton atau naik 61 persen terhadap produksi tahun 2006. Rata-rata produktivitas pala sebesar 0,25 ton/ha, dimana nilai tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan standar produktivitas pala nasional sebesar 0,3 ton/ha (Litbang Perkebunan, 2005). Tabel 5.35 Keragaan dan Perkembangan Luas Panen dan Produksi Pala Tahun 2005-2007 Di Kabupaten Halmahera Selatan 2005 2006 No Nama Kecamatan Luas Produksi Luas Produksi (ha) (ton) (ha) (ton) 1 Obi 47.85 14.3 214.5 68.75 2 Obi Barat 4.35 1.3 19.5 6.25 3 Obi Utara 6.96 2.08 31.2 10 4 Obi Selatan 73 13 165 33 5 Obi Timur 27.84 8.32 55.68 40 6 Bacan 75.24 29.92 76.56 29.92 7 Bacan Selatan 5.13 2.04 5.22 2.04 8 Mandioli Utara 23.94 9.52 24.36 9.52 9 Mandioli Selatan 34.2 13.6 34.8 13.6 10 Botanglomang 32.49 12.92 33.06 12.92 11 Bacan Timur 88.15 34.4 101.05 34.4 12 Bacan Timur Selatan 63.55 24.8 72.85 24.8 13 Bacan Timur Tengah 53.3 20.8 61.1 20.8 14 Bacan Barat 34.2 13.32 34.92 13.32 15 Bacan Barat Utara 51.3 19.98 52.38 19.98 16 Kasiruta Barat 53.2 20.72 54.32 20.72 17 Kasiruta Timur 47.5 18.5 48.5 18.5 18 Gane Barat 56 11.55 25.9 8.05 19 Gane Barat Selatan 28.8 5.94 13.32 4.14 20 Gane Barat Utara 57.6 11.88 26.64 8.28 21 Kep. Joronga 17.6 3.63 8.14 2.53 22 Gane Timur 214.65 66.25 47.17 13.78 23 Gane Timur Selatan 93.15 28.75 20.47 5.98 24 Gane Timur Tengah 97.2 30 21.36 6.24 25 Kayoa 103.04 26.32 105.28 26.32 26 Kayoa Utara 49.68 12.69 50.76 12.69 27 Kayoa Selatan 31.28 9.86 31.96 7.99 28 Kayoa Barat 51.3 19.98 52.38 19.98 29 Pulau Makian 202.74 84.32 205.22 84.32 30 Makian Barat 124.26 51.68 125.78 51.68 Sumber : Halmahera Selatan Dalam Angka (2006,2007 dan 2008) Laporan Antara 2007 Luas Produksi (ha) (ton) 287 43.05 230 37.95 263 43.40 416 68.48 240 39.60 120 19.8 160 24.75 109 17.99 114 18.81 44 7.26 182 30.35 115 18.98 250 41.25 136 22.44 140 23.10 150 24.75 121 19.97 217 35.80 230 37.95 241 39.77 182 30.03 203 33.49 191 31.51 180 29.70 350 57.75 325 53.62 200 33 239 39.43 189.5 31.26 189.5 31.26 5.5.2.2.1. Lokasi Daerah Perkebunan 1). Buah-buahan Daerah produksi buah-buahan hampir tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Halmahera Selatan. Berdasarkan data tahun 2006, luas panen dan produksi buah-buahan tertinggi di tiga wilayah yaitu di Kecamatan Bacan seluas 242 Ha dengan produksi sebesar 3.407,67 ton, Kecamatan Mandioli Selatan seluas 110 Ha dengan produksi sebesar 1.548,44 ton dan Kecamatan Bacan Timur seluas 104,5 Ha dengan produksi sebesar 1.471,49 ton. 2) Kelapa Daerah produksi kelapa hampir tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Halmahera Selatan. Berdasarkan data tahun 2006, luas panen dan produksi buah-buahan tertinggi di tiga wilayah yaitu di Kecamatan Bacan Timur seluas 2192,57 Ha dengan produksi sebesar 2.214,5 ton, Kecamatan Bacan seluas 2.141,48 Ha dengan produksi sebesar 2.098,8 ton dan Kecamatan Obi seluas 2.498 Ha dengan produksi sebesar 2.473,35 ton. 3) Cengkeh Daerah produksi hampir tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Halmahera Selatan. Berdasarkan data tahun 2006, luas panen dan produksi buah-buahan tertinggi di tiga wilayah yaitu di Kecamatan Makian seluas 397,42 Ha dengan produksi sebesar 155 ton, Kecamatan Makian Barat seluas 243,58 Ha dengan produksi sebesar 95 ton dan Kecamatan Kayoa seluas 192,08 Ha dengan produksi sebesar 61,6 ton. 3) Kakao Daerah produksi kakao hampir tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Halmahera Selatan. Berdasarkan data tahun 2006, luas panen dan produksi buah-buahan tertinggi di tiga wilayah yaitu di Kecamatan Gane Barat Utara seluas 331,2 Ha dengan produksi sebesar V - 8 0 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 215,28 ton, Kecamatan Gane Timur seluas 207,23 Ha dengan produksi sebesar 101,76 ton dan Kecamatan Bacan Timur seluas 172,86 Ha dengan produksi sebesar 119,11 ton. 4) Pala Daerah produksi pala hampir tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Halmahera Selatan. Berdasarkan data tahun 2006, luas panen dan produksi buah-buahan tertinggi di tiga wilayah yaitu di Kecamatan Pulau Makian seluas 205,22 Ha dengan produksi sebesar 84,32 ton, Kecamatan Makian Barat seluas 125,78 Ha dengan produksi sebesar 51,68 ton dan Kecamatan Bacan Timur seluas 101,05 Ha dengan produksi sebesar 34,4 ton. Laporan Antara V - 8 1 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.15 Laporan Antara V - 8 2 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.5.2.3 Sektor Perikanan dan Kelautan 5.5.2.3.1 Perikanan Tangkap 1) Potensi Perikanan Kabupaten Halmahera Selatan memiliki perairan laut yang sangat luas, yaitu 31.484,40 km2. Dengan luas laut yang demikian besar maka Kabupaten Halmahera Selatan mempunyai potensi ikan sangat besar. Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Halmahera Selatan, potensi sumberdaya ikan di Kabupaten Halmahera Selatan tercatat sebanyak 136.408,23 ton/tahun yang terdiri atas: a. ikan pelagis besar (65.079,62 ton/tahun); b. ikan pelagis kecil (26.893,87 ton/tahun); c. ikan demersal (22.890,77 ton/tahun); d. ikan karang (10.299,54 ton/tahun); e. udang lobster (5.156,31 ton/tahun); f. cumi-cumi (550,72 ton/tahun); g. udang peneid (5.537,40 ton/tahun). Jumlah produksi pada tahun 2006 mencapai 24.788,90 ton (sekitar 18% dari potensi yang ada), sehingga masih terbuka peluang yang sangat besar untuk pengembangannya. Dengan demikian, peluang pengembangan perikanan di Kabupaten Halmahera Selatan masih sangat tinggi, yaitu masih sekitar 82 % yang bisa dikembangkan (Dinas Kelautan dan Perikanan, Provinsi Maluku Utara, 2008). Potensi ikan pelagis besar, antara lain terdiri atas Ikan Tuna (Thunnus spp.), Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis), Ikan Cucut (Carcharias spp.), Ikan Tenggiri (Scomberomorus spp.) dan Ikan Layaran (Inshiophorus spp.). Potensi ikan pelagis kecil antara lain terdiri atas Ikan Layang (Decapterus spp.), Ikan Kembung (Rastrelliger spp.), Ikan Teri (Stelophorus spp.) dan Ikan Julung-julung (Hemirhamphus far). Potensi ikan demersal dan ikan karang, antara lain terdiri atas Ikan Kakap Merah (Lutjanus altfrontalis), Ikan Kuwe (Caranx sexfasciatus), Ikan Baronang (Siganus spp.), Ikan Napoleon Wrase (Cheilinus undulatus), Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis), Angkle Fish (Pamacartidae), Ikan Bendera (Zantidae) dan Ikan Kepe-Kepe (Chaetoddutidae). Potensi udang lobster, antara lain terdiri atas Lobster Bambu, Lobster Batik, Lobster Kipas dan Lobster Mutiara. Potensi cumi-cumi, antara lain terdiri atas cumi jenis pena/jarum dan botol (Loligo). Potensi teripang, antara lain terdiri atas Teripang Susu, Teripang Kasur, Teripang Kapok dan Teripang Game. Potensi kepiting, antara lain terdiri atas Kepiting Rajungan dan Kepiting Bakau. Potensi ubur-ubur/jelly fish, antara lain terdiri atas ubur-ubur jenis putih dan merah. Lokasi yang menjadi potensi perikanan tangkap dapat dilihat pada Peta 5.16 2) Perkembangan Produksi Perikanan Produksi perikanan tangkap di Kabupaten Halmahera Selatan didominasi oleh jenis ikan cakalang, layang, teri, tongkol dan sontong. Jumlah produksi pada tahun 2005 sebanyak 20.519,52 ton, mengalami peningkatan sebesar sebesar 40,00 % dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai 28.727,85 ton. Jika dilihat kecenderungan pertumbuhan produksi perikanan tangkap Laporan Antara sejak tahun 2005, peningkatan produksi perikanan tangkap mengalami peningkatan sebesar 13 % setiap tahunnya. Jika dibandingkan dengan potensi lestari yang Halmahera Selatan, maka pemanfaatan optimal sumberdaya perikanan masih jauh dari optimal, karena sampai saat ini baru dimanfaatkan sekitar 18 %. Perkembangan produksi dan nilai produksi perikanan tangkap selengkapnya disajikan pada Tabel 5.36. Tabel 5.36 Perkembangan Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun Lokal Produksi (ton) Antar Pulau Ekspor 2003 2004 2005 8.447,52 10.672,19 1.400,11 2006 14.004,72 10.058,97 696,11 2007 16.372,10 8.523,66 1.585,82 2008 16.836,51 10.439,09 1.452,25 Sumber : Statistik Perikanan Kabupaten Halmahera Selatan Jumlah 15.278,87 17.124,47 20.519,82 24.759,80 26.481,58 28.727,85 3) Nelayan Nelayan yang ada di Kabupaten Halmahera Selatan sebagian besar mengelola usaha penangkapan dengan armada motor tempel, kemudian disusul dengan perahu tanpa motor, kapal motor dan tanpa perahu. Jumlah rumah tangga perikanan (RTP) pada tahun 2006 sebanyak 875 RTP, mengalami peningkatan sebesar 53,51 % dibandingkan dengan tahun 2004 yang tercatat sebanyak 570 RTP. Perkembangan jumlah RTP selengkapnya disajikan pada Tabel 5.37. Tabel 5.37 Perkembangan Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) Tangkap di Kabupaten Halmahera Selatan No. 1. 2. 3. 4. Kategori Besar Usaha Tanpa Perahu Perahu Tanpa Motor Motor Tempel Kapal Motor Jumlah Tahun (RTP) 2004 76 208 154 132 570 2006 87 253 310 225 875 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Maluku Utara (2005, 2007) 4) Armada Perikanan Nelayan yang ada di Kabupaten Halmahera Selatan sebagian besar menggunakan armada perikanan tangkap dengan armada motor tempel, kemudian disusul dengan perahu tanpa motor dan kapal motor. Jumlah armada perikanan tangkap pada tahun 2006 sebanyak 776 unit, mengalami peningkatan sebesar 12,14 % dibandingkan dengan tahun 2004 yang tercatat sebanyak 692 unit. Perkembangan jumlah armada perikanan tangkap selengkapnya disajikan pada Tabel 5.38. V - 8 3 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Tabel 5.38 Perkembangan Jumlah Armada Perikanan Tangkap di Kabupaten Halmahera Selatan No. 1. 2. 3. Kategori Besar Usaha Perahu Tanpa Motor Motor Tempel Kapal Motor Jumlah Tahun (Unit) 2004 2006 235 258 283 317 174 201 692 776 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Maluku Utara (2005, 2007) 5) Alat Tangkap Nelayan yang ada di Kabupaten Halmahera Selatan menggunakan berbagai jenis alat tangkap. Jenis alat tangkap yang banyak digunakan adalah huhate, kemudian disusul dengan bagan perahu, pukat cincin, jaring insang tetap dan pancing tonda. Jumlah alat tangkap pada tahun 2006 sebanyak 482 unit, mengalami peningkatan sebesar 12,35 % dibandingkan dengan tahun 2004 yang tercatat sebanyak 429 unit. Perkembangan jumlah alat tangkap selengkapnya disajikan pada Tabel 5.39. Tabel 5.39 Perkembangan Jumlah Alat Tangkap di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun (Unit) No. Jenis Alat Tangkap 2004 2006 1. Pukat Pantai 25 25 2. Pukat Cincin 34 37 3. Jaring Insang Hanyut 26 25 4. Jaring Lingkar 24 24 5. Jaring Klitik 4 4 6. Jaring Insang Tetap 35 36 7. Trammel Net 15 15 8. Bagan Perahu 50 54 9. Bagan Tancap 7 8 10. Jaring Angkat Lainnya 15 17 11. Rawai Tuna 25 25 12. Rawai Hanyut 5 12 13. Rawai Tetap 10 10 14. Huhate 52 55 15. Pancing Tonda 36 36 16. Pancing Lainnya 31 54 17. Sero 2 3 18. Bubu 20 22 19. Perangkap Lainnya 7 7 20. Penangkap Kerang 4 6 21. Muroami 2 2 22. Lain-Lain 5 Jumlah 429 482 5.5.2.3.2 Perikanan Budidaya 1) Potensi Budidaya Laut Potensi untuk kegiatan budidaya laut di Kabupaten Halmahera Selatan sangat besar, yaitu diperkirakan sebanyak ± 30.050 hektar. Hal tersebut mengingat Kabupaten Halmahera Selatan adalah daerah kepulauan yang memiliki garis pantai yang panjang, yaitu sekitar 2.294,6 km. Jenis komoditi yang telah dikembangkan adalah: Ikan Kerapu, Ikan Kakap, Ikan Napoleon Wrase, Mutiara, Teripang dan Rumput Laut. 2) Potensi Budidaya Ikan Air Tawar Potensi budidaya ikan air tawar di Kabupaten Halmahera Selatan yaitu seluas ± 750 hektar dan baru dimanfaatkan 0,5 %. Jenis komoditi yang sudah dikembangkan adalah Ikan Mas dan Nila, sedangkan jenis ikan yang lainnya belum dikembangkan. 5.5.2.3.3 Pariwisata Bahari Dengan jumlah pulau-pulau kecil (PPK) yang cukup banyak di Halmahera Selatan, maka kawasan ini memiliki potensi sumberdaya alam yang dapat dikembangkan sebagai objek wisata bahari. Pariwisata bahari yang dapat dikembangkan antara lain adalah wisata selam (sport dive), dan wisata pantai (pantai pasir putih, snorkeling). Seperti telah disajikan sebelumnya, bahwa perairan PPK di Halmahera Selatan memiliki ekosistem terumbu karang yang masih baik. Ekosistem ini merupakan objek wisata bahari yang memiliki keindahan tersendiri. Demikian juga, terdapat banyak PPK yang memiliki pantai pasir putih yang sangat potensial dikembangkan sebagai objek wisata pantai. Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Maluku Utara (2005, 2007) Laporan Antara V - 8 4 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.16 Laporan Antara V - 8 5 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.17 Laporan Antara V - 8 6 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.5.2.4 Sektor Peternakan B. Perkembangan Populasi dan Produksi (Daging dan Telur) Ternak dan Unggas Populasi ternak di Kabupaten Halmahera Selatan didominasi oleh jenis ternak kambing, sapi dan unggas. Populasi ternak yang tinggi berada di Kecamatan Bacan, Kecamatan Kayoa dan Kecamatan Gane Barat. Perkembangan populasi ternak dan unggas menurut jenisnya tahun 2005 – 2007 di Kabupaten Halmahera Selatan disajikan pada Tabel 5.40. A. Lokasi daerah Peternakan a) Ternak Sapi Daerah ternak sapi hampir tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Halmahera Selatan, keculai wilayah di Kayoa dan Pulau Makian. Populasi sapi tertinggi terdapat di wilayah kecamatan Bacan sebanyak 169 ekor, Gane Barat sebanyak 69 ekor dan Obi sebanyak 59 ekor (tahun 2006). Sementara itu, produksi daging sapi tertinggi di kecamatan Bacan sebesar 11.642 kg, Gane Barat sebanyak 4.451 kg dan Obi sebanyak 3.700 kg. b) Ternak Kambing No 1 2 3 Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka 2006,2007 dan 2008 Keterangan : *) Angka proyeksi (hasil perhitungan konsultan) karena datanya belum ada Daerah ternak kambing hampir tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Halmahera Selatan. Populasi kambing tertinggi terdapat di wilayah kecamatan Bacan sebanyak 639 ekor, Bacan Barat sebanyak 445 ekor dan Pulau Makian sebanyak 228 ekor (tahun 2006). Sementara itu, produksi daging kambing tertinggi di kecamatan Bacan sebesar 7.884 kg, Pulau Makian sebanyak 3.120 kg dan Bacan Timur sebesar 2.900 kg. Sementara itu, perkembangan produksi ternak menurut hasilnya tahun 2004 – 2006 disajikan pada Tabel 5.41. No c) Unggas Daerah populasi ayam ras petelur hanya terdapat di kecamatan Bacan sebanyak 1.300 ekor dan Bacan Timur sebanyak 650 ekor (tahun 2006), sedangkan produksi telurnya di Bacan sebesar 500 kg dan Bacan Timur sebanyak 300 kg. Daerah populasi itik hampir tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Halmahera Selatan, keculai kecamatan Obi Selatan, Kayoa dan Pulau Makian. Populasi itik tertinggi terdapat di wilayah kecamatan Gane Timur sebanyak 899 ekor, Bacan Timur 897 ekor dan Bacan sebanyak 895 ekor. Produksi telur itik tertinggi di kecamatan Gane Barat sebesar 4.539 kg, Gane Timur 41 Bacan Barat sebanyak 445 ekor dan Pulau Makian sebanyak 228 ekor (tahun 2006). Daerah populasi ayam buras hampir tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Halmahera Selatan. Populasi ayam buras tertinggi terdapat di wilayah kecamatan Bacan sebanyak 22.104 ekor, Bacan Timur sebanyak 20.215 ekor dan Gane Barat sebanyak 19.426 ekor (tahun 2006). Sementara itu, produksi telur tertinggi di kecamatan Bacan sebesar 228.450 kg, Gane Barat sebanyak 194.250 kg dan Bacan Barat sebesar 178.891 kg. Laporan Antara Tabel 5.40 Perkembangan Populasi Ternak dan Unggas Tahun 2005 – 2007 Tahun Jenis Ternak/Unggas (ekor) 2005 2006 2007 Sapi 4.371 4.429 12.997 * Kambing 24.127 27.904 64.827 * Unggas : a. Ayam Ras 1.230 1.950 2.250 * b. Itik 2.918 5.132 4.326 * c. Ayam Buras 123.069 147.082 321.181* A 1 2 3 B 1 2 3 C 1 2 Tabel 5.41 Perkembangan Produksi Ternak dan Unggas Tahun 2004 – 2006 Tahun Jenis Ternak/Unggas (ekor) 2004 2005 2006 Produksi Daging Daging Sapi (Ton) 23,35 26,54 27,12 Daging Kambing (Ton) 23,25 24,37 25,11 Daging Unggas (Ton) 9,00 10,45 11,25 Produksi Ternak Sapi Potong (ekor) 280 395 400 Kambing (ekor) 1.225 1.995 1.999 Unggas (ekor) 12.190 13.296 13.370 Produksi Telur Telur Ayam (Kg) 9.555,80 1.476,96 1.489,69 Telur Itik (Kg) 16.220,00 17.508,00 17.527 Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2005,2006 dan 2007 a) Populasi Ternak Seperti disajikan pada Tabel 5.40, populasi sapi potong pada tahun 2005 sebanyak 4.371 ekor, pada tahun 2006 sebanyak 4.429 ekor atau naik 1,3 persen terhadap populasi tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007 sebanyak 12.997 ekor (data proyeksi). Populasi kambing, pada tahun 2005 sebanyak 24.127 ekor, pada tahun 2006 sebanyak 27.904 ekor atau naik 13,5 persen terhadap populasi tahun 2005, sedangkan tahun 2007 sebanyak 64.827 ekor (data proyeksi). V - 8 7 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan b). Populasi Unggas 4.5.2.5 Sektor Perindustrian Populasi ayam ras pada tahun 2005 tidak ada data, pada tahun 2006 sebanyak 1.950 ekor, sedangkan pada tahun 2007 sebanyak 2.250 (angka proyeksi) Populasi itik pada tahun 2005 sebanyak 2.918 ekor, pada tahun 2006 sebanyak 5.132 ekor atau naik 43 persen terhadap populasi tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007 sebanyak 4.326 ekor (angka proyeksi). Populasi ayam buras pada tahun 2005 sebanyak 123.069 ekor, pada tahun 2006 sebanyak 147.082 ekor atau naik 16 persen terhadap populasi tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007 sebanyak 321.191 ekor (angka proyeksi). A. Kondisi Umum Sektor Perindustrian c) Produksi Daging Produksi daging sapi pada tahun 2004 sebesar 23,35 ton, pada tahun 2005 sebesar 26,54 ton atau naik 12 persen terhadap produksi tahun 2004, sedangkan pada tahun 2006 sebesar 27,12 ton atau naik 2 persen terhadap produksi tahun 2005. Produksi daging kambing pada tahun 2004 sebesar 23,25 ton, pada tahun 2005 sebesar 24,37 ton atau naik 4,6 persen terhadap produksi tahun 2004, sedangkan pada tahun 2006 sebesar 25,11 ton atau naik 2,9 persen terhadap produksi tahun 2005. Produksi daging unggas pada tahun 2004 sebesar 9,00 ton, pada tahun 2005 sebesar 10,45 ton atau naik 13,9 persen terhadap produksi tahun 2004, sedangkan pada tahun 2006 sebesar 11,25 ton atau naik 7,1 persen terhadap produksi tahun 2005. d) Produksi Ternak Produksi sapi potong tahun 2004 sebanyak 280 ekor, pada tahun 2005 sebanyak 395 ekor atau naik 29 persen terhadap produksi tahun 2004, sedangkan pada tahun 2006 sebanyak 400 ekor atau naik 1,3 persen terhadap produksi tahun 2005. Produksi kambing pada tahun 2004 sebanyak 1.225 ekor, pada tahun 2005 sebanyak 1.995 atau naik 38,6 persen terhadap produksi tahun 2004, sedangkan pada tahun 2006 sebanyak 1.999 ekor atau naik 0,2 persen terhadap produksi tahun 2005. Produksi unggas pada tahun 2004 sebanyak 12.190 ekor, pada tahun 2005 sebanyak 13.296 ekor atau naik 8,3 persen terhadap produksi tahun 2004, sedangkan pada tahun 2006 sebanyak 13.370 ekor atau naik 0,6 persen terhadap produksi tahun 2005. e) Produksi Telur Produksi telur ayam pada tahun 2004 sebanyak 9.555,80 kg, pada tahun 2005 sebanyak 1.476,96 kg atau turun 85 persen terhadap produksi tahun 2004, sedangkan pada tahun 2006 sebanyak 1.489,69 atau naik 0,9 persen terhadap produksi tahun 2004. Produksi telur itik pada tahun 2004 sebanyak 16.220,00 kg, pada tahun 2005 sebanyak 17.508 kg atau naik 7,4 persen terhadap produksi tahun 2004, sedangkan pada tahun 2006 sebanyak 17.527 kg atau naik 0,1 persen terhadap produksi tahun 2005. Laporan Antara Sektor industri di Kabupaten Halmahera Selatan terdiri atas unit usaha formal dimana unit formal usahanya selama 3 tahun terus bertambah namun mengalami penurunan jumlah tenaga kerja pada tahun 2006-2007. Untuk unit usaha sektor non formal mengalami penurunan yang cukup drastis pada ahun 2005-2006 begitu juga dengan jumlah tenaga kerjanya, namun pada tahun 2006-2007 mengalami kenaikan. Tabel 5.42 Jumlah Industri Kecil Menurut Unit Usaha dan Tenaga Kerja Di Kabupaten Halmahera Selatan Unit Usaha Tenaga Kerja No Tahun Formal Non Formal Formal Non Formal 1 2005 17 456 85 2029 2 2006 76 97 389 291 3 2007 77 105 297 315 Jumlah 170 658 771 2635 Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008 Dari segi jumlah investasi, nilai investasi terbesar ada pada industri Sagu Kasbi sebesar Rp. 1.068.006.500 dengan jumlah industri terbanyak sejumlah 141 industri Sagu Kasbi dan memiliki total tenaga kerja 705. Terbesar kedua pada industri gula aren dengan nilai investasi Rp. 680.000.000 dengan jumlah industri 101 buah dan tenaga kerja total sejumlah 320 orang. Tabel 5.43 Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Menurut Jenis Perusahaan Di Kabupaten Halmahera Selatan Jumlah Jumlah No Jenis Industri Tenaga Investasi Keterangan Perusahaan Kerja 1 Gula Aren 101 320 680,000,000 2 Ikan Asin 20 240 73,000,000 3 Ikan Teri 18 144 64,800,000 4 Kerupuk Ikan 48 154 172,120,000 5 Sagu Kasbi 141 705 1,068,006,500 6 Halua Kenari 42 126 31,500,000 7 Sagu Lempeng 55 275 486,110,000 8 Batu Aji 16 30 380,500,000 9 Minyak Kelapa 94 352 582,400,000 Jumlah 535 2346 ,538,436,500 Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008 V - 8 8 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan B. Potensi Kawasan Agribisnis Kabupaten Halmahera Selatan 1. Sektor Pemasaran dan Kelembagaan Berdasarkan peta eksisting mengenai rencana guna lahan terlihat bahwa kawasan perkebunan tersebar di hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Halmahera Selatan terutama pada daerah pesisir. Hal ini berarti bahwa komoditas perkebunan mempunyai potensi untuk bisa dimanfaatkan sebagai komoditas agribisnis yang mempunyai nilai jual serta nilai tambah yang tinggi bagi masyarakat sekitar. Pemasaran komoditas kelapa di Kabupaten Halmahera Selatan masih dikuasi oleh para pedagang/tengkulak yang mengakibatkan nilai tambah dari komoditas tersebut tidak dapat dinikmati oleh petani. Selain itu pemasaran yag dilakukan oleh petani hanya sebatas pada fresh produk atau produk panen sedangkan pengolahan dan pemasaran dilakukan oleh para tengkulak atau para pedagang besar. Kenyataan ini disebabkan oleh masih minimnya kelembagaan ditingkat petani seperti kelompok tani perkebunan, disamping itu pula peran pemerintah sebagai pengambil kebijakan belum bekerja secara maksimal. Hal terlihat dari minimnya jumlah penyuluh perkebunan sehingga mengakibatkan lemahnya transfer ilmu dan ketrampilan usaha perkebunan kepada petani. 1. Sektor Teknologi dan Pengolahan Komoditas Kelapa Usaha tani kelapa di Kabupaten Halmahera Selatan pada saat ini belum banyak terkait dengan industri pengolahan, industri hilir (industri input faktor), industri jasa, keuangan, dan pemasaran. Akibatnya agribisnis kelapa tidak berhasil mendistribusikan nilai tambah secara optimal dan proporsional, sehingga tidak signifikan pengaruhnya terhadap penambahan pendapatan petani kelapa. Pengelolaan usahatani kelapa masih bersifat tradisional dan terbatasnya modal, maupun kualitas produk yang dihasilkan masih rendah. Hal ini lebih disebabkan oleh masih rendahnya penguasaan teknologi terkait dengan budidaya dan penanganan pasca panen perkebunan oleh petani yang mengakibatkan masih rendahnya produktivitas dan kualitas hasil perkebunan. Selain itu pula penangangan pasca panen dan pengolahan hasil perkebunan belum dilakukan sesuai standar, hal ini mengakibatkan kualitas rendah sehingga harga produk juga rendah. Pengolahan kelapa di Kabupaten Halmahersa Selatan sampai saat ini belum banyak berubah sehingga komoditas kelapa yang mempunyai multiguna relatif tidak ada nilai tambahnya. Pangsa pasar ekspor sangat terbuka untuk semua produk kelapa, khususnya produk ikutan seperti bungkil, arang tempurung, sabut kelapa, kopra dan desicated coconut. Pada proses pengolahan buah kelapa menjadi kopra di Kabupaten Halmahera Selatan, dilakukan dengan cara yang sederhana yaitu setelah kelapa tua dipanen, buah kelapa dikupas untuk dipisahkan dari sabutnya, kemudiaan dibelah menjadi dua bagian, airnya dibuang, kemudian daging buah kelapa dicongkel untuk dipisahkan dengan batok kelapa ( tempurung ), selanjutnya daging kelapa diletakkan di para-para dengan atap ditutup dari dedaunan kelapa kering, untuk proses pengurangan kadar air dengan cara membakar sabut dan tempurung kelapa dibawah tumpukan daging kelapa tadi, proses ini selain terjadi proses pengeringan juga sekaligus proses pengasapan, setelah mencapai tingkat kadar air yang aman untuk disimpan proses pengeringan/pengasapan selesai dilakukan umumnya proses ini memakan waktu 5 hari. Kopra yang dihasilkan di Kabupaten Halmahera Selatan diterima oleh pengumpul dengan harga jual Rp 5000 per kg. Proses pengeringan dan pengasapan dengan bahan bakar tempurung dan sabut ( dikenal Energi Biomassa, yaitu lazim dilakukan oleh pengrajin kopra, dengan proses pengeringan sekaligus pengasapan ini selain menghasilkan kadar air yang tidak merata karena ditumpuk cukup tebal pada saat proses, juga membuat kopra kerap hitam, karena adanya zat phenol yang terbawa asap dan menempel pada buah kelapa. Laporan Antara 2. Sektor Permodalan Usaha Perkebunan Dalam mendapatkan modal untuk usaha dibidang perkebunan, petani perkebunan di Kabupaten Halmera Selatan lebih menyukai mendapatkan modal melalui sistem ijon maupun kepada para rentenir, hal ini lebih disebabkan oleh faktor kemudahan mereka dalam mendapatkan permodalan untuk usaha. Adapun perbankan yang ada di Kabupaten Halmahera Selatan masih dianggap sulit untuk bisa diakses oleh para petani, meskipun pemerintah telah mengeluarkan kebijakan kredit dengan lembaga penjamin seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan lain-lain, namun program-program dari pemrintah tersebut belum tersosialisai dengan baik. 3. Sektor Sumberdaya Manusia Perkebunan Bila dilihat dari tingkat pedidikan para petani di Kabupaten Halmahera selatan yang berada pada Sekolah Dasar pendidikan Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas dan ditambah lagi dengan masih minimnya lembaga-lembaga pelatihan untuk pengembangan masyarakat seperti pendidikan informal, kursus keterampilan maupun pendidian luar sekolah (PLS). Sehingga mengakibatkan pada rendahnya kualitas sumberdaya manusia perkebunan yang berdampak pada kualitas produksi dan penanganan pasca panen yang rendah. Hal ini juga berdampak pada skala usaha, dengan skala usaha yang kecil mengakibatkan margin keuntungan yang didapatkan oleh petani juga rendah. 4. Sektor Infrastruktur dan Akses Infomasi Infrastruktur dan informasi merupakan sarana yang sangat penting sekali bagi perkembangan komoditas perkebunan, jika dilihat kondisi infrastruktur di Kabupaten Halmahera Selatan seperti, jalan, gudang, pelabuhan, listrik, telepon dan pengairan masih rendah hal ini mengakibatkan sulitnya distribusi dan pemasaran hasil produksi dan pasca panen perkebunan. Selain itu petani perkebunan di Kabupaten Halmahera masih rendah dalam mengakses berbagai macam informasi mengenai ruang lingkup perkebunan sehingga petani tidak memperoleh transferi knowledge yang memadai mengenai produksi perkebunan yang mengakibatkan nilai tambah ekonomi terkait usaha perkebunan rendah. V - 8 9 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.5.2.6 Sektor Pertambangan Berdasarkan data diketahui bahwa potensi tambang golongan A dan B banyak terdapat di Pulau Obi tepatnya di Kecamatan Obi sedangkan sisanya terdapat di Kecamatan Bacan Timur Selatan dan Kecamatan Bacan Barat Utara. Berdasarkan peta potensi cekungan minyak dan gas yang dikeluarkan oleh DESDM, hingga tahun 2008 terdapat empat (cekungan) minyak dan gas yang terdapat di Kabupaten Halmahera Selatan. No Lokasi Nikel (Golongan A) Desa Kawasi Loji Jiko Dolong P Obi Latu Desa Fluk Desa Baru 1 2 3 4 5 6 Kecamatan Status Obi Obi Obi Obi Barat Obi Selatan Obi KP. Eksploitasi PT Antam KP. Eksploitasi PT. GPS KP. Eksploitasi PT. GPS KP. Eksploitasi PT OPN KP. Eksploitasi PT. GPS KP. Eksploitasi PT. Salaf Mulia Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008 Ke empat cekungan tersebut adalah Sementara untuk potensi tambang golongan C tersebar di hampir seluruh pulau di Kabupaten Halmahera Selatan dengan kondisi hampir seluruhnya belum dikelola. 1. SE Halmahera (Weda Bay) 2. Obi 1 3. Obi 2 Tabel 5.45 4. Seram (Bula) Bahan Galian Non Logam (Golongan C) Di Kabupaten Halmahera Selatan Dari ke empat cekungan tersebut, hanya cekungan Seram (Bula) yang sudah dilakukan pengeboran, namun cekungan tersebut dinyatakan belum ekonomis untuk di eksploitasi, sementara ke tiga cekungan lainnya belum dilakukan pengeboran. Mulai tahun 2003 hingga 2008, Potensi cekungan SE Halmahera di eksplorasi oleh Halmahera Petroleum L.td. melalui kontrak Production Sharing Contrack (PSC). Tabel 5.44 Bahan Galian Logam (Golongan A & B) Di Kabupaten Halmahera Selatan No 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 1 2 Lokasi Emas (Golongan B) Desa Pigaraja Desa Yaba Desa Kaputusang Desa Anggai Tembaga (Golongan B) Desa Pigaraja Desa Yaba Desa Kaputusang Desa Anggai Besi (Golongan B) Desa Alam Kenanga Desa Palamea Batu Bara (Golongan A) Desa Kelo, Desa Sosepe Dohoru Dsk Desa Amasing Kali Km 13 Laporan Antara No 1 2 3 4 5 Status Bacan Timur Selatan Bacan Barat Utara Bacan Obi KP. Eksplorasi PT. KTS KP. PUPT.HMKM KP. Eksplorasi PT. HMKM SKIP PT. Amasing Tabara Bacan Timur Selatan Bacan Barat Utara Bacan Obi KP. Eksplorasi PT. KTS KP. PUPT.HMKM KP. Eksplorasi PT. HMKM SKIP PT. Amasing Tabara 1 Belum Dikelola Belum Dikelola 1 Obi Timur Obi Bacan SKIP Berkat Bumi Misol Batu Gamping Pulau Mandioli Pulau Bisa Desa Air Mangga Desa Sosepe, Desa Kelo Dohoru Dsk Andesit 1 2 3 4 5 6 7 8 Kecamatan Obi Barat Kasiruta Barat Lokasi Kecamatan Status Kasiruta Barat Obi Utara Obi Utara Obi Timur Obi Belum Dikelola Belum Dikelola Belum Dikelola Belum Dikelola Belum Dikelola P Bacan P Kasiruta Kep Joronga Kec Gane Barat Utara Kec Gane Timur Tengah Kec Gane Timur Selatan Kec Gane Barat Kec Gane Barat Selatan KPPU PT. KMKM KP. Eksplorasi PT. HMKM Belum Dikelola Belum Dikelola Belum Dikelola Belum Dikelola Belum Dikelola Belum Dikelola P Kasiruta Belum Dikelola Kasiruta Barat SIPD Eksplorasi PT Rofenty Kartasama P Kasiruta Belum Dikelola Bacan Belum Dikelola Bacan Selatan Belum Dikelola Oker 1 Krisopars Palamea Ametis 1 Talk 1 Bentonit Kupal Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008 Belum Dikelola V - 9 0 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.18 Laporan Antara V - 9 1 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.5.2.7 Sektor Kehutanan Komposisi tegakan hutan Kabupaten Halmahera Selatan dipengaruhi oleh vegetasi benua Asia dan Australia, walaupun tidak terdapat garis batas yang tegas, namun secara umum dapat dibedakan menjadi tiga Zona, yaitu Zona Barat yang vegetasinya berada dibawah pengaruh Asia dan penyebarannya kawasan hutannya adalah Pulau Obi dengan jenis-jenis yang dominan pada umumnya Dipterocarpaceae. Zona Peralihan dimana pengaruh kedua benua tersebut bertemu yang meliputi kawasan hutan Pulau Bacan, Mandioli dan Kasiruta dengan jenis-jenis dominan yang ditemui terutama dari suku Myrtaceae, Verbinaceae dan Dipterocarpaceae. Sedangkan Zona Timur yang vegetasinya berada dibawah pengaruh Benua Australia adalah Pulau Halmahera dengan jenis-jenis yang dominan terutama suku Araucariaceae, Myrtaceae dan Dipterocarpaceae. 1) Kondisi Eksisting Kehutanan di Kabupaten Halmahera Selatan Berdasarkan Peta Hasil Paduserasi Rencana Tata Ruang Wilayah TGHK Provinsi Maluku Utara, dan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 490/Menhut – II/2012, luas kawasan hutan di Kabupaten Halmahera Selatan seluas 877.665 Ha yang terdiri atas Hutan Lindung seluas 130.876,09 ha, Hutan Suaka Alam seluas 42.327,23 ha, Hutan Produksi Terbatas seluas 128.361,50 ha, Hutan Produksi Tetap seluas 185.277,86 ha dan Hutan Konversi seluas seluas 127.424,28 ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.46. Tabel 5.46 Luas Kawasan Hutan berdasarkan fungsi kawasan di Kabupaten Halmahera Selatan No 1. 2. 3. 4. 5. Kawasan Hutan Hutan Hutan Hutan Hutan Hutan Luas (Ha) Lindung Suaka Alam (Cagar Alam) Produksi Terbatas Produksi Tetap Konversi Jumlah 130.876,09 42.327,23 128.361,50 185.277,86 127.424,28 877.665,00 Berdasarkan perhitungan volume tegakan rata-rata per hektar (tidak termasuk kayu yang dilindungi) ditaksir kawasan hutan produksi di pulau Bacan memiliki massa tegakan sebagai berikut : Persentase (%) 14,91 4,82 14,62 21,10 30,03 100 Tabel 5.48 Massa Tegakan Rata-Rata Per Hektar Kayu di Kabupaten Halmahera Selatan No Sumber : Dinas Kehutanan, Kabupaten Halmahera Selatan, 2012 Sementara itu, luas kawasan hutan berdasarkan status dan fungsi kawasan disajikan pada Tabel 5.47. Kecamatan HL (Ha) HK(Ha) HP (Ha) HPT (Ha) HPK (Ha) HB (Ha) HR (ha) Bacan 13,250 23,262 - 14,250 18,000 - 6,052 2 Bacan Barat 10,000 - 6,250 26,750 27,250 - 2,324 3 Bacan Timur 21,500 7,262 2,250 32,500 26,500 - 6,030 4 Gane Barat 40,250 - 40,750 34,000 38,000 356,100 5,587 5 Gane Timur 3,000 - 36,250 10,500 22,000 - 3,232 6 Obi 1,500 15,762 45,000 2,500 57,750 580,550 5,859 7 Obi Selatan 750 - 48,000 15,250 26,750 - 4,076 8 Pulau Makian 3,000 - - 3,500 2,500 - 4,666 1 9 Kayoa 2,500 - - - 13,500 - 3,942 105,750 46,286 178,500 229,250 232,250 936,650 41,768 Keterangan : HL : Hutan Lindung, HK: Hutan Konservasi, HP : Hutan Produksi Tetap, HPT : Hutan Produksi Terbatas ; HPK : Hutan Produksi dapat diKonversi, HB :Hutan Bakau dan HR : Hutan Rakyat. Sumber : Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Kab. Halmahera Selatan, 2007 Laporan Antara Jumlah pohon/Ha 92.30 btg/Ha 1. ≥ 20 Cm 2. 20 – 49 Cm 35.94 M3/Ha 51,84 btg/Ha 3. ≥ 50 Cm 86.13 M3/Ha 23.40 btg/Ha 4. ≥ 60 Cm 61.76 M3/Ha 17.06 btg/Ha Keterangan Sampel pada HPT, HP, HPK Rincian taksiran volume tegakan rata-rata per hektar per kelompok jenis (tidak termasuk kayu yang dilindungi) kawasan hutan produksi di pulau Bacan dapat dilihat pada tabel 5.49 berikut. 1 Jumlah Volume/Ha (m3/Ha) 183.83 M3/Ha Sumber : Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Kabupaten Halmahera Selatan, 2007 Tabel 5.47 Luas Kawasan Hutan Berdasarkan Status dan Fungsi Kawasan per Kecamatan No Kelas Diameter Tabel 5.49 Volume Tegakan Rata-Rata Per Hektar Kayu di Kabupaten Halmahera Selatan NO KELAS DIAMETER (Cm) ≥ 50 ≥ 60 20-49 JENIS ≥ 20 N V N V N V Kel. Ky. Indah 3,65 3,99 0,77 1,59 0,28 2 Kel. Ky. Dilindungi 1,64 0,93 0,51 1,82 3 Kel. Meranti 32,01 20,49 11,88 4 Kel. R. Campuran 16,18 11,46 Jumlah 1+3+4 51,84 53,48 Total 0,61 N 4,70 V 6,19 0,29 1,34 2,44 4,09 44,16 8,36 28,95 52,25 93,60 10,75 40,38 8,42 32,20 35,35 84,04 35,94 23,40 86,13 17,06 61,76 92,30 183,83 36,87 23,91 87,95 17,35 63,10 94,74 187,92 Sumber : Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Kab. Halmahera Selatan, 2007 V - 9 2 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 2) Perkembangan Produksi Kayu dan Non Kayu Perkembangan produksi kayu dan non kayu tahun 2005 – 2007 di Kabupaten Halmahera Selatan disajikan pada Tabel 5.50. Tabel 5.50 Perkembangan Produksi Kayu dan Non Kayu tahun 2005 – 2007 No Jenis Kayu Satuan I 1 2 Produksi Kayu Kayu bulat campuran Kayu olahan M3 M3 II 1 2 Produksi Non Kayu Rotan Damar/Kopal M3 Ton Tahun 2005 2006 7.295,33 549.762,18 5.891.888,3 12.659,53 66.276 127.582 20,00 99,00 2007 220.238 - 15 277 Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2005,2006 dan 2007 a) Produksi Kayu Produksi kayu bulat campuran pada tahun 2005 sebesar 7.295,33 m3, pada tahun 2006 sebesar 549.762,18 m3, sedangkan pada tahun 2007 sebanyak 220.238 m3 atau turun 60 persen terhadap produksi tahun 2006. Produksi kayu olahan pada tahun 2005 sebesar 5.891.888,3 m3, pada tahun 2006 sebesar 12.659,53 m3, sedangkan pada tahun 2007 belum ada data. b) Produksi Non Kayu Produksi rotan tahun 2005 sebesar 66.276 m3, pada tahun 2006 sebesar 20 m3, sedangkan pada tahun 2007 sebesar 15 m3atau turun 25 persen terhadap produksi tahun 2006. Produksi damar pada tahun 2005 sebanyak 127.582 ton, pada tahun 2006 sebesar 99 ton, sedangkan pada tahun 2007 sebesar 277 ton atau naik 64 persen terhadap produksi tahun 2006. Laporan Antara V - 9 3 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Laporan Antara V - 9 4 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.5.2.8 Sektor Perdagangan Tabel 5.52 Sektor perdagangan di Kabupaten Halmahera Selatan masih didominasi oleh perdagangan hasil alam seperti hasil perkebunan, pertanian, perikanan dan hasil olahan perkebunan seperti kopra dan lain sebagainya. No Nama Obyek Wisata Lokasi 1 Benteng Berneveld Labuha 2 Benteng Amuritz Pulau Makian 3 Rumah Putih Labuha 4 Gugusan Pulau Gura Ici Kayoa 5 Cagar Alam Taman Laut Kepulauan Widi Gane Timur 6 Cagar Alam Gunung Sibela Bacan 7 Sumber Air Panas Pelery (Ploily) Bacan 8 Kali Brangka Dolong Bacan Tabel 5.51 9 Pulau Sambiki Bacan Jumlah Pedagang Menurut Klasifikasi di Kabupaten Halmahera Selatan 10 Pantai Pawate Bacan 11 Pantai Kupal Labuha Berdasarkan data Pendapatan Domestik Regional Brutto (PDRB) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada sektor perdagangan memberikan sumbangan terbesar kedua pada struktur ekonomi pada klasifikasi perdagangan dan jasa (perdagangan, hotel dan restoran) yaitu sebesar 22,76% yang didominasi oleh sektor perdagangan. Jumlah pedagang yang diklasifikan atas besaran kapasitas dan golongannya dapat dilihat pada tabel 5.51 berikut. Klasifikasi 1 2 3 Obyek Pariwisata Yang dikenal di Kabupaten Halmahera Selatan Kecil Sedang Besar Jumlah 2005 2006 2007 97 233 8 246 168 17 206 307 9 338 431 522 Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008 5.5.2.9 Sektor Pariwisata 5.5.2.9.1 Data Kepariwisataan Kabupaten Halmahera Selatan merupakan Kabupaten Pemekaran dari Kabupaten Maluku Utara dengan ibukota Labuha. Secara umum Halmahera Selatan merupakan kawasan yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah baik berupa bahan tambang, perikanan serta pariwisata. A. Obyek dan Daya Tarik Wisata Obyek dan daya tarik wisata di Kabupaten Halmahera Selatan dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1) Obyek Wisata Peninggalan Sejarah; terdapat 17 obyek di Kecamatan Bacan, Kayoa, Bacan Barat Makian, Obi atau Gane Timur yang terdiri antara lain: 6 obyek benteng peninggalan Portugis dan Belanda, serta sekitar 6 obyek peninggalan kesultanan Bacan. Beberapa nama obyek yang dikenal di Halmahera Selatan dapat dilihat pada tabel 5.52 berikut. Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008 2) Obyek Wisata Cagar Alam; terdapat di Gunung Sibela dan Pulau Obi. Pada cagar alam ini beberapa spesies langka ditemukan merupakan fauna edemik Halmahera Selatan yaitu Kakatua Putih (Kakatua alba), Cendrawasih Gagak (Lycocorax pyrhopterus), dan Burung Bidadari (Semioptera wallacea). 3) Obyek Wisata Pantai dan Bahari; terdapat 18 obyek di mana 4 obyek di antaranya merupakan potensi atraksi selam (diving) karena mempunyai keindahan alam dasar laut, yaitu di: Kepulauan Guraici, Pulau Widi, Pulau Nusa Ra dan Pulau Nusa Deket. 4) Obyek Wisata Alam Darat; di mana terdapat 11 obyek di mana 3 obyek di antaranya adalah air terjun dan 2 obyek berupa sumber air panas. B. Atraksi Wisata Atraksi wisata yang tercatat sebagai atraksi wisata adalah upacara tradisional yang ada di Halmahera Selatan seperti Kololi Kie, Joko Kaha, Makan Saro, Cukur Rambut Mahkota, dan Legu Gam. Atraksi lain yang dpat ditampilkan adalah berbagai dongeng-dongeng daerah dan cerita rakyat, legenda, nyanyian rakyat, arsitektur tradisional dan naskah kuno. Selain itu beberapa produk kerajinan tradisional selain merupakan cindera mata, juga dapat dikembangkan dalam atraksi wisata seperti kerajinan tikar, topi dan makanan tradisional. C. Souvenir/Shopping Industri cendera mata secara umum belum dikembangkan sebagai salah satu komoditas ekonomi yang penting di Halmahera Selatan. Usaha cendera mata yang terdata ada dua buah. (RIPPDA Malut, 2006) Laporan Antara V - 9 5 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan D. Transportasi Sarana transportasi yang melayani Halmahera Selatan sangat erat kaitannya dengan sarana transportasi Maluku Utara yang berpusat di Ternate. Sarana transportasi yang ada meliputi transportasi darat, transportasi udara dan transportasi laut. E. Transportasi Darat Transportasi darat yang ada di Kota Labuha merupakan transportasi reguler yang melayani Kota Babang dan Kota Labuha. F. Transportasi Laut Transportasi laut merupakan transportasi utama di Halmahera Selatan. Terdapat beberapa pelabuhan yang secara reguler disinggahi oleh kapalkapal penumpang maupun barang. Keseluruhan moda transportasi laut tersebut berinduk pada Pelabuhan Ahmad Yani di Ternate sebagai pelabuhan terbesar di Maluku Utara. Pelabuhan yang terdapat di Kabupaten Halmahera Selatan dapat dilihat pada tabel 5.53 sebagai berikut. Tabel 5.54 Data jumlah Penumpang dan Kargo di Bandara Usman Sadik Bulan 2006 Cargo 2006 Datang Berangkat Datang Berangkat Bongkar Muat Januari 8 8 37 41 333 418 Februari 8 8 19 36 70 183 Maret 12 12 54 69 246 565 April 8 8 46 56 210 317 Mei 12 12 48 94 105 405 Juni 8 8 29 51 109 198 Juli 8 8 31 71 155 514 10 10 70 83 339 351 8 8 40 66 171 507 10 10 37 107 387 955 Agustus September Oktober No 2007 Tabel 5.53 Nopember 8 8 54 57 - Pelabuhan Laut di Kabupaten Halmahera Selatan Desember 8 8 22 54 174 395 108 108 487 785 2299 5033 Nama Pelabuhan Lokasi Konstruksi 225 Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008 1 Pelabuhan Babang Bacan Beton 2 Pelabuhan Labuha Bacan Kayu 3 Pelabuhan Indari Bacan Kayu H. Akomodasi 4 Pelabuhan Kayoa Kayoa Kayu 5 Pelabuhan Weda Weda Kayu Akomodasi atau fasilitas pendukung kepariwisataan yang cukup lengkap hanya terdapat di Pulau Bacan meliputi: 6 Pelabuhan Madopolo Obi Kayu 7 Pelabuhan Wayloar Obi Kayu Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008 G. Transportasi Udara Sarana akses transportasi udara di Maluku Utara merupakan akses lanjutan dari pintu masuk utama Bandara Baabullah di Ternate. Labuha memiliki sarana akses bandar udara yang secara regular disinggahi oleh maskapai penerbangan Trigana Air dua kali 1 minggu. Bandar udara ini merupakan bandar udara kelas V memiliki landasan pacu sepanjang 850 m dan lebar 23 m yang dapat diperuntukan bagi pesawat-pesawat jenis DHC6 dan C212. Data lalu lintas penumpang dan barang yang tercatat di Bandara Usman Sadik dapat dilihat pada tabel 5.54 berikut. 1) Fasilitas Umum, jumlah fasilitas umum pendukung kegiatan pariwisata dapat dilihat pada tabel 5.55 berikut. Tabel 5.55 Data jumlah Penumpang dan Kargo di Bandara Usman Sadik No Fasilitas Pelayanan Jumlah Keterangan 1 Rumah Sakit 1 2 Pos dan Telekomunikasi 1 3 Tempat Ibadah Tersebar 4 Bank 2 5 Biro Perjalanan - BRI dan BPD Sumber : Hasil identifikasi Konsultan, 2008 Laporan Antara V - 9 6 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 2) Fasilitas Pelayanan Hotel/Penginapan dan Kafe/Restoran, fasilitas pelayanan hotel/penginapan dan kafe/restoran pendukung kegiatan pariwisata dapat dilihat pada tabel 5.56. Tabel 5.56 Data jumlah Penumpang dan Kargo di Bandara Usman Sadik No Nama Hotel/Penginapan Jumlah Kamar Keterangan 1 Theresya 7 Babang 2 Lestari 8 Babang 3 Candra Buana 10 Babang 4 Wahyuni 22 Babang 5 Kafe 4 Labuha 6 Eko Setia 5 Labuha 7 Raodah 8 Labuha 8 Harmonis 10 Labuha 9 Palm 10 Labuha 10 Buana Lipu 10 Labuha 11 Pondok Indah 11 Labuha 12 Borero Indah 11 Labuha 13 Angin Mamiri 16 Labuha 14 Pasangrahan 17 Labuha 15 Lima Sudara 30 Labuha Sumber : Hasil identifikasi Konsultan, 2008 3) Lapangan usaha terkait langsung pariwisata adalah hotel, restoran dan rekreasi 4) Total kontribusi pariwisata dalam PDRB adalah 4.037 milyar pada 2006 5) Pertumbuhan lapangan usaha dalam PRDB adalah 8.74% I. Tour and Sightseeing Saat ini belum ada data tentang pelaksanaan kegiatan tour yang dilakukan secara professional di Kabupaten Halmahera Selatan J. Investasi Bidang Pariwisata Jenis investasi yang telah dikeluarkan untuk pengembangan wisata bahari di Kabupaten Halmahera yaitu pengembangan wisata bahari di Pulau Widi, Pulau Gonone dan Pulau Guraici. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.57 berikut. Laporan Antara Tabel 5.57 Jenis Investasi di Bidang Pariwisata Bidang Pariwisata (Wisata Bahari) Jenis Investasi Nilai Investasi (Estimasi, Rp) Pengembangan Wisata Bahari Pulau Widi 20 Milyar Pengembangan Wisata Bahari Pulau Gonone 10 Milyar Pengembangan Wisata Bahari Pulau Guraici 15 Milyar Sumber : Analisa Konsultan, 2008 5.5.2.9.2 Fakta Kepariwisataan A. Obyek dan Daya Tarik Wisata Obyek dan daya tarik wisata yang dimiliki oleh Halmahera Selatan terdiri dari obyek wisata alam, wisata sejarah, dan wisata budaya. 1) Prioritas pengembangan wisata adalah pariwisata bahari yaitu Pulau Nusa Ra, Kepulauan Widi dan Kepulauan Gura Ici. Nusa Ra merupakan pulau terdekat dari Pelabuhan Labuha yang direncanakan untuk menampung seluruh tempat-tempat hiburan dan restoran sehingga menjadi sentra wisata. Jarak Labuha ke Nusa Ra adalah 15 menit dan ke Kepulauan Gura Ici adalah 3 jam menggunakan speedboat. 2) Kepulauan Widi di Gane Timur merupakan kepulauan yang menyimpan keindahan wisata dan merupakan calon cagar alam laut. 3) Di dalam cagar alam Sibela terdapat hutan cengkeh dengan luas 20 ha dan terdapat pohon-pohon cengkeh yang berusia ratusan tahun. 4) Kota Labuha lama merupakan kota tua peninggalan sejarah yang menyimpan berbagai bangunan bersejarah separti kraton, masjid, benteng yang sebagian kondisinya sudah rusak. Obyek lain yang dapat dikembangkan adalah prototype kapal tradisional Bacan 5) Di Kawasan Cagar Alam Gunung Sibela terdapat dua danau yang masih utuh/asli dengan akses jalan yang masih sangat sulit yaitu Danau Mangayoang dan Telaganusa. Pada kedua danau ini secara regular terdapat burung-burung dari daratan Asia yang transit di Bacan, buaya serta berbagai jenis ikan. 6) Obyek wisata rumah putih peninggalan Belanda telah rubuh dan dibangun kembali dengan tiang-tiang pancang dari beton sehingga menghilangkan keasliannya. 7) Di Kecamatan Bacan Timur Tengah terdapat sumber air panas Tawa dengan air yang sangat panas dan pada saat-saat tertentu menyembur keatas (geyser). 8) Di Desa Kasiruta Dalam Kecamatan Kasiruta Barat dekat dengan situs kasultanan Bacan lama terdapat gua bawah tanah dengan kedalaman 25 meter dan mengandung stalagtit dan stalagmite serta sungai bawah V - 9 7 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan tanah. Di kecamatan ini pula terdapat air terjun Maratuso dan sentra penambangan batu bacan. sebagian kecil wisatawan asing dengan tujuan utama pertambangan yang banyak terdapat di Kepulauan Halmahera. wilayah 9) Di Kecamatan Kasiruta Timur terdapat sentra pembudidayaan mutiara. 10) Terdapat beberapa obyek lain yang dapat dikembangkan sebagai destinasi wisata yaitu Pulau Indari di Kecamatan Obi, Danau Obi, Kepulauan Jaronga serta sentra pertanian Gane Timur B. Atraksi Wisata Atraksi wisata yang dapat dikembangkan di Kabupaten Halmahera Selatan meliputi atraksi budaya, atraksi kerajinan rakyat, atrakasi keseharian masyarakat dan atraksi industri tradisional. 1) Beberapa kesenian tradisional yang masih lestari sampai sekarang adalah tari-tarian Cakalele, Soya-soya, Dendang, Gay, Tugal, Gala dan Katereji. Atraksi budaya lain yang dapat dikembangkan sebagai atraksi wisata adalah city sightseeing menelusuri kota Labuha lama untuk melihat berbagai peninggalan sejarah yang ada di kota tersebut. Di Halmahera selatan khususnya Labuha memiliki beberapa restoran dengan fasilitas yang baik yaitu San-san Pub, Kitoana dan Sibela Beach. Restoran-restoran lain yang ada lebih merupakan warung makan yang lebih menyajikan makanan terutama ikan. F. Tour and Sightseeing Saat ini kepulauan Halmahera Selatan merupakan transit destinasi bagi penyelam-penyelam internasional yang memanfaatkan jalur Sorong - Gura ici – Widi – Bunaken - Selat Lembeh. Program tour lain yang ada adalah Ternate – Sofifi – Weda – Kasayanga – Trans Wairoro – Widi. Kedua program tersebut bukan merupakan tour komersial regular. Program lain yang ada merupakan wisata carter menuju ke Kepulauan Widi maupun Kepulauan Gura Ici dengan sewa carter Rp. 4 juta/hari. 2) Atraksi kerajinan yang dapat dikembangkan adalah atraksi pembuatan batu mulia 3) Atraksi keseharian masyarakat adalah penjualan ikan, dan penangkapan ikan aktifitas pelelangan dan 4) Atraksi industri tradisional adalah pembuatan kerupuk kamplang, abon ikan, pembuatan minyak kelapa dari kopra dan sebagainya. C. Souvenir/Shopping Kota Labuha, sebagai ibukota Kabupaten Halmahera Selatan memiliki beberapa produk yang dapat dijadikan sebagai souvenir yaitu batu bacan, beberapa hasil industri rakyat. D. Transportasi Terdapat dua moda transportasi yang melayani kegiatan perekonomian dan pariwisata di Kota Labuha yaitu transportasi laut dan transportasi udara. Transportasi laut merupakan transportasi utama menuju kota Labuha dengan Pelabuhan Babang yang berjarak 20 km dari Labuha. Jumlah trip regular yang ada melayari jalur Ternate-Babang sebanyak 1 trip per hari ditambah trip dengan jalur Ternate-Babang-Pulau Obi dua kali dalam satu minggu. E. Akomodasi Akomodasi wisata yang terdapat di Labuha adalah hotel, restoran dan hiburan. Beberapa hotel yang ada di Kota Labuha adalah Wanalipu, Raoda, Palm Hotel, Vilanov, Borero, Pondok Indah, Harmonis, Lina Saudari, Barokah. Keseluruhan hotel tersebut dapat dikatagorikan dalam kelompok hotel melati. Tingkat hunian kamar rata-rata keseluruhan hotel tersebut adalah 40%. Wisatawan yang datang sebagian besar wisatawan lokal dan Laporan Antara V - 9 8 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.20 Laporan Antara V - 9 9 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.6 PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN 5.6.2 Jenis Perumahan dan Permukiman 5.6.1 Jenis perumahan dan permukiman di Kabupaten Halmahera Selatan secara umum merupakan tipologi kawasan perumahan dan permukiman pesisir karena hanya tersebar di seluruh wilayah pesisir di seluruh pulau di Kabupaten Halmahera Selatan. Pola Sebaran Perumahan dan Permukiman Kawasan perumahan dan permukiman di Kabupaten Halmahera Selatan tersebar di wilayah pesisir di seluruh pulau di Kabupaten Halmahera Selatan. Kawasan perumahan dan permukiman yang terluas terdapat di Kecamatan Bacan Timur (233,18 Ha) kemudian Kecamatan Gane Timur (204,88 Ha), Kecamatan Bacan Selatan (162,52 Ha) dan Kecamatan Obi Utara (139,78 Ha). Sebaran dan luas kawasan perumahan dan permukiman dapat dilihat pada tabel 5.58 berikut. Tabel 5.58 Sebaran dan Luas Kawasan Perumahan dan Permukiman (Km2) Kawasan Kawasan No Kecamatan Permukiman Transmigrasi 1 Bacan 2.79 2 Bacan Barat 0.60 3 Bacan Barat Utara 0.48 4 Bacan Selatan 1.63 5 Bacan Timur 2.33 6 Bacan Timur Selatan 0.61 7 Bacan Timur Tengah 0.80 8 Gane Barat 1.00 9 Gane Barat Selatan 0.34 10 Gane Barat Utara 0.88 8.34 11 Gane Timur 2.05 14.29 12 Gane Timur Selatan 0.66 13 Gane Timur Tengah 1.20 14 Kasiruta Barat 0.67 15 Kasiruta Timur 0.49 16 Kayoa 2.14 17 Kayoa Barat 0.32 18 Kayoa Selatan 0.45 19 Kayoa Utara 0.40 20 Batanglomang 1.19 21 Joronga 0.20 22 Makian 1.42 23 Makian Barat 0.51 24 Mandioli Selatan 0.90 25 Mandioli Utara 0.47 26 Obi 1.19 27 Obi Barat 0.38 28 Obi Selatan 1.27 29 Obi Timur 0.47 30 Obi Utara 1.40 Total 28.51 22.63 Jika dikelompokkan berdasarkan jenisnya, perumahan dan permukiman dapat dikelompokkan sebagai permukiman perkotaan, permukiman perdesaan dan permukiman transmigrasi. 1. Perumahan dan Permukiman Perkotaan Perumahan dan permukiman perkotan terdapat di Pulau Bacan yang merupakan ibukota Kabupaten Halmahera Selatan, tepatnya berada di Kawasan Perkotaan Labuha (Kecamatan Bacan, Bacan Timur dan Bacan Selatan). 2. Perumahan dan Permukiman Perdesaan Perumahan dan permukiman perdesaan tersebar di seluruh wilayah pesisir di Kabupaten Halmahera Selatan, permukiman ini terbentuk akibat menetapnya penduduk yang berpenghidupan sebagai nelayan. 3. Perumahan dan Permukiman Transmigran Perumahan dan permukiman transmigran ini terbentuk akibat dibukanya kawasan transmigrasi di Kecamatan Gane Barat Utara dan Kecamatan Gane Timur. Sumber : Hasil Digitasi Citra Satelit Tahun 2006 – 2007 Laporan Antara V - 1 0 0 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.21 Laporan Antara V - 1 0 1 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.7 2. Sekolah Dasar FASILITAS UMUM DAN SOSIAL 5.7.1 Pola sebaran SD yang terdapat di wilayah Kabupaten Halmahera Selatan sampai dengan tahun 2007 tersebar di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Halmahera Selatan. Pada Tabel 4.59 terlihat bahwa sampai pada tahun 2007 di Kabupaten Halmahera Selatan terdapat 286 SD dan Madrasah Ibtidaiyah. Jumlah SD terbanyak terdapat di Kecamatan Gane Timur yaitu 19 unit kemudian Kecamatan Bacan sebanyak 17 unit dan Kecamatan Kayoa sebanyak 16 unit. Fasilitas Pendidikan 1. Taman Kanak-Kanak Dari 30 kecamatan di Kabupaten Halmahera Selatan hanya 13 kecamatan yang memiliki fasilitas sekolah tingkat Taman Kanak-Kanak. Kecamatan Bacan memiliki jumlah Taman Kanak-Kanak terbanyak yaitu 5 unit kemudian Kecamatan Obi dengan jumlah Taman Kanak-Kanak sebanyak 3 unit. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.58 berikut. Tabel 5.58 Jumlah Taman Kanak - Kanak Menurut Di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007 No Kecamatan Taman Kanak - Kanak Negeri 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Obi Obi Barat Obi Utara Obi Selatan Obi Timur Bacan Bacan Selatan Mandoli Utara Mandioli Selatan Kep Botanglomang Bacan Timur Bacan Timur Selatan Bacan Timur Tengah Bacan Barat Bacan Barat Utara Kasiruta Barat Kasiruta Timur Gane Barat Gane Barat Selatan Gane Barat Utara Kep Joronga Gane Timur Gane Timur Selatan Gane Timur Tengah Kayoa Kayoa Utara Kayoa Selatan Kayoa Barat Pulau Makian Makian Barat Jumlah Swasta 3 1 1 1 Tabel 5.59 Jumlah Sekolah Dasar Dan Madrasah Ibtidayah Menurut Status Di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007 Sekolah Dasar Jumlah Negeri Swasta 7 3 10 1 Obi 3 3 6 2 Obi Barat 7 7 3 Obi Utara 9 1 10 4 Obi Selatan 4 1 5 5 Obi Timur 15 2 17 6 Bacan 9 1 10 7 Bacan Selatan 5 5 8 Mandoli Utara 7 7 9 Mandioli Selatan 7 7 10 Kep Botanglomang 9 2 11 11 Bacan Timur 7 2 9 12 Bacan Timur Selatan 7 7 13 Bacan Timur Tengah 6 6 14 Bacan Barat 6 1 7 15 Bacan Barat Utara 9 1 10 16 Kasiruta Barat 6 2 8 17 Kasiruta Timur 13 13 18 Gane Barat 8 8 19 Gane Barat Selatan 13 13 20 Gane Barat Utara 7 7 21 Kep Joronga 19 19 22 Gane Timur 4 2 6 23 Gane Timur Selatan 5 3 8 24 Gane Timur Tengah 16 16 25 Kayoa 6 6 26 Kayoa Utara 8 8 27 Kayoa Selatan 5 1 6 28 Kayoa Barat 12 12 29 Pulau Makian 6 6 30 Makian Barat Jumlah 245 25 270 Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008 Dinas Pendidikan Kabupaten Halmahera Selatan No Jumlah 3 1 4 2 1 5 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 22 23 Kecamatan Madrasah Ibtidayah Negeri Swasta 1 Jumlah 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 1 1 16 Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008 Dinas Pendidikan Kabupaten Halmahera Selatan Laporan Antara V - 1 0 2 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 3. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 4. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Jumlah SLTP tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Halmahera Selatan. Pada tabel 5.60 terlihat bahwa pada tahun 2007 terdapat 90 unit Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Madrasah Tsanawyah. Jumlah SLTP terbesar terdapat di Kecamatan Pulau Makian sebanyak 7 unit sedangkan yang paling sedikit terdapat di Kecamatan Obi Barat, Mandioli Selatan, Bacan Barat, Kasiruta Timur, Gane Timur Selatan dan Gane Timur Tengah sebanyak 1 unit. Tabel 5.60 Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Madrasah Tsanawyah Menurut Status Di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007 No Kecamatan SLTP Negeri 2 Swasta 1 1 1 2 2 2 Jumlah 3 Obi 1 Obi Barat 1 2 Obi Utara 2 4 Obi Selatan 2 Obi Timur 1 3 Bacan 2 2 Bacan Selatan 2 2 Mandoli Utara 1 1 Mandioli Selatan 1 1 Kep Botanglomang 1 3 4 Bacan Timur 2 1 3 Bacan Timur Selatan 1 2 3 Bacan Timur Tengah 1 1 Bacan Barat 1 1 Bacan Barat Utara 1 1 Kasiruta Barat Kasiruta Timur 1 1 Gane Barat 2 2 4 Gane Barat Selatan 2 2 4 Gane Barat Utara 1 1 Kep Joronga 2 2 4 Gane Timur 1 1 Gane Timur Selatan 1 1 Gane Timur Tengah 2 2 Kayoa 1 1 Kayoa Utara 2 2 Kayoa Selatan 2 2 Kayoa Barat 3 2 5 Pulau Makian 2 1 3 Makian Barat Jumlah 38 27 65 Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008 Dinas Pendidikan Kabupaten Halmahera Selatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Laporan Antara Madrasah Tsanawiyah Negeri Swasta 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 2 1 25 1 1 2 Jumlah Sebaran Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) terdapat hampir di semua Kecamatan dengan jumlah total 44 unit, kecuali di Kecamatan Obi Barat, Obi Timur, Bacan Barat Utara, Kasiruta Barat dan Kayoa Utara yang tidak memiliki SLTA atau sederajat dan terbanyak terdapat di Kecamatan Pulau Makian sebanyak 5 unit. Tabel 5.61 Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dan Madrasah Aliyah Menurut Status Di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007 No Kecamatan SMU/SMK Negeri Swasta 2 Jumlah 2 Obi Obi Barat 1 1 Obi Utara 1 1 Obi Selatan Obi Timur 1 2 3 Bacan 2 2 Bacan Selatan 1 1 Mandoli Utara 1 1 Mandioli Selatan 1 1 Kep Botanglomang 1 1 2 Bacan Timur 1 1 Bacan Timur Selatan 1 1 Bacan Timur Tengah 1 1 Bacan Barat Bacan Barat Utara Kasiruta Barat Kasiruta Timur 1 1 Gane Barat 1 1 Gane Barat Selatan 2 2 Gane Barat Utara Kep Joronga 1 1 Gane Timur 1 1 Gane Timur Selatan 1 1 Gane Timur Tengah 1 1 2 Kayoa Kayoa Utara 1 1 2 Kayoa Selatan 1 1 Kayoa Barat 3 3 Pulau Makian 1 1 2 Makian Barat Jumlah 23 11 34 Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008 Dinas Pendidikan Kabupaten Halmahera Selatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Madrasah Aliyah Negeri Swasta Jumlah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 9 10 V - 1 0 3 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.7.2 Fasilitas Kesehatan 5.7.3 Jumlah sarana kesehatan yang terdapat di Kabupaten Halmahera Selatan adalah 27 unit Puskesmas, 26 unit PUSTU, 75 unit POLINDES, 293 unit POSYANDU dan 1 unit rumah sakit di Kecamatan Bacan. Fasilitas Rumah Sakit terdapat di Kecamatan Bacan. Sedangkan untuk fasilitas puskesmas, PUSTU, POLINDES dan POSYANDU sudah tersebar di seluruh Kecamatan seperti tergambar pada tabel 5.62 di bawah ini. Fasilitas Peribadatan Jumlah sarana peribadatan dipengaruhi oleh jumlah penganut masing-masing agama. Sebagian besar penduduk Kabupaten Halmahera Selatan beragama Islam oleh karena itu fasilitas peribadatan yang ada sebagian besar adalah bagi penganut Agama Islam seperti Mesjid dan Mushallah dengan jumlah sebanyak 360 buah. Penganut agama terbanyak kedua setelah Agama Islam adalah Agama Kristen dengan jumlah Gereja sebanyak 53 buah yang tersebar di Kabupaten Halmahera Selatan. Tabel 5.62 5.7.4 Fasilitas Kesehatan Di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007 Rumah Balai BKIA Posyandu Sakit Pengobatan 18 1 Obi 2 Obi Barat 11 3 Obi Utara 12 4 Obi Selatan 5 Obi Timur 1 6 Bacan 7 Bacan Selatan 28 8 Mandoli Utara 9 Mandioli Selatan 12 10 Kep Botanglomang 9 11 Bacan Timur 18 12 Bacan Timur Selatan 8 13 Bacan Timur Tengah 14 Bacan Barat 20 15 Bacan Barat Utara 16 Kasiruta Barat 19 17 Kasiruta Timur 18 Gane Barat 20 19 Gane Barat Selatan 19 20 Gane Barat Utara 8 21 Kep Joronga 26 22 Gane Timur 6 23 Gane Timur Selatan 24 Gane Timur Tengah 32 25 Kayoa 26 Kayoa Utara 27 Kayoa Selatan 5 28 Kayoa Barat 12 29 Pulau Makian 10 30 Makian Barat Jumlah 1 0 0 293 Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008 Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Selatan No Kecamatan Laporan Antara Puskesmas 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 Puskesmas Pembantu 1 1 3 1 1 1 1 2 3 2 2 1 2 1 2 1 1 26 Kegiatan perdagangan merupakan kegiatan ekonomi yang memegang peranan penting dalam pembangunan dan pengembangan perekonomian daerah Kabupaten Halmahera Selatan. Pasar merupakan sarana perdagangan terpenting yang merupakan pusat koleksi distribusi barang bagi wilayah yang dilayani. Jumlah pasar di Kabupaten Halmahera Selatan sampai tahun 2007 sejumlah 9 unit atau tersebar di semua Kecamatan dan umumnya terdapat di Pusat Kota Kecamatan. Polindes 2 1 1 2 1 1 1 2 3 3 4 2 5 2 4 5 2 3 2 2 3 5 2 2 4 3 2 1 1 4 75 Fasilitas Perdagangan dan Jasa Terdapat 2 (dua) unit Perbankan yang beroperasi di Ibukota Kabupaten yaitu Bank Pembangunan Daerah Maluku Cabang Labuha dan Bank Rakyat Indonesia Unit Labuha yang terdapat di Kecamatan Bacan. 5.8 TRANSPORTASI Secara geografis Wilayah Kabupaten Halmahera Selatan merupakan kepulauan dengan jarak antar pulau berjauhan dan terpisah oleh lautan yang luas. Dengan demikian sarana dan prasarana transportasi memegang peranan penting dalam pengembangan wilayah di daerah ini. Terutama transportasi laut dan udara 5.8.1 Transportasi Darat 5.8.1.1 Jaringan Jalan Kabupaten Halmahera Selatan sampai pada tahun 2007, memiliki jaringan jalan sepanjang 1.084,4 km. Kondisi aktual di lapangan memberi gambaran bahwa umumnya kondisi jalan di Kabupaten Halmahera Selatan yang terbanyak merupakan jalan tanah dan 10 % merupakan jalan yang terbuat dari aspal. Gambaran jaringan jalan di Kabupaten Halmahera Selatan bisa terlihat pada tabel 5.63 di bawah ini. V - 1 0 4 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Tabel 5.63 Panjang Jaringan Jalan (Km) Menurut Jenis Permukaan Di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007 No Kecamatan Aspal Kerikil Tanah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Obi Obi Barat Obi Utara Obi Selatan Obi Timur Bacan Bacan Selatan Mandoli Utara Mandioli Selatan Kep. Botanglomang Bacan Timur Bacan Timur Selatan Bacan Timur Tengah Bacan Barat Bacan Barat Utara Kasiruta Barat Kasiruta Timur Gane Barat Gane Barat Selatan Gane Barat Utara Kep. Joronga Gane Timur Gane Timur Selatan Gane Timur Tengah Kayoa Kayoa Utara Kayoa Selatan Kayoa Barat Pulau Makian Makian Barat Jumlah 12 1 33 6.5 2 39 2 10 3 108.5 14 5 5 45 - 131 75 62.9 113 76 194 115.5 - 19 61 15 3 167 41.5 808.9 Tabel 5.64 Jumlah Kendaraan Beroda Empat atau Lebih Menurut Status Di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007 Tidak di Rinci 0 Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008 Dinas PU dan KIMPRASWIL Kabupaten Halmahera Selatan 5.8.1.2 Moda Transportasi Mobil Penumpang No Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Obi Obi Barat Obi Utara Obi Selatan Obi Timur Bacan Bacan Selatan Mandoli Utara Mandioli Selatan Kep. Botanglomang Bacan Timur Bacan Timur Selatan Bacan Timur Tengah Bacan Barat Bacan Barat Utara Kasiruta Barat Kasiruta Timur Gane Barat Gane Barat Selatan Gane Barat Utara Kep. Joronga Gane Timur Gane Timur Selatan Gane Timur Tengah Kayoa Kayoa Utara Kayoa Selatan Kayoa Barat Pulau Makian Makian Barat Jumlah Umum 5 60 25 15 3 1 1 110 Tidak Umum - Bis Mobil barang - 2 - Tidak Umum 1 - 0 2 1 Umum 6 10 2 2 - Tidak Umum 10 5 7 20 30 20 10 2 5 2 7 - 20 118 Umum Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008 Dinas Perhubungan Kabupaten Halmahera Selatan Moda transportasi dibagi berdasarkan statusnya sebagai kendaraan umum dan pribadi. Kendaraan umum baik kendaraan beroda empat (mobil penumpang, bis dan mobil barang) ataupun motor ojeg dan becak. Untuk kendaraan umum bagi penumpang di Kabupaten Halmahera Selatan hanya terdapat di Kecamatan Obi, Bacan, Bacan Timur, Bacan Timur Tengah, Bacan Selatan, Gane Barat, Gane Barat Utara dan Gane Timur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.64 dan 5.65. Laporan Antara V - 1 0 5 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Tabel 5.65 Jumlah Kendaraan Umum Beroda Kurang dari Empat Di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Kecamatan 5.8.2 Ojek Becak Gerobak Lainnya Obi Obi Barat Obi Utara Obi Selatan Obi Timur Bacan Bacan Selatan Mandoli Utara Mandioli Selatan Kep Botanglomang Bacan Timur Bacan Timur Selatan Bacan Timur Tengah Bacan Barat Bacan Barat Utara Kasiruta Barat Kasiruta Timur Gane Barat Gane Barat Selatan Gane Barat Utara Kep Joronga Gane Timur Gane Timur Selatan Gane Timur Tengah Kayoa Kayoa Utara Kayoa Selatan Kayoa Barat Pulau Makian Makian Barat 70 250 100 90 50 - 150 - - - Jumlah 560 150 0 0 Transportasi Udara Sarana transportasi udara sangat berperan penting bagi pengembangan wilayah Kabupaten Halmahera Selatan, terutama dalam hubungan antar wilayah yang membutuhkan perpindahan orang dan barang dalam waktu singkat. Sarana transportasi udara ini untuk mendukung sarana transportasi darat dan laut. 5.8.2.1 Jalur Penerbangan Rute penerbangan yang dilayani oleh penerbangan ini dari Ternate – Bacan, PP (senin) dan Ternate – Bacan – Sanana - PP (kamis). 5.8.2.2 Moda Transportasi Moda transportasi udara yang melayani Kabupaten Halmahera Selatan hanya pesawat tipe Cassa 212 milik PT. Merpati Nusantara Airlines 5.8.2.3 Bandara Bandar udara yang merupakan fasilitas utama transportasi udara di Kabupaten Halmahera Selatan hanya terletak di Labuha yaitu Bandar Udara Oesman Sadik dengan ukuran landasan 750 x 23 meter konstruksi landasan penetrasi. Bandar Udara ini termasuk dalam kelas V yang dikelola oleh Departemen Perhubungan. Kapasitas Bandar Udara hanya dapat didarati oleh pesawat jenis Cassa 212. Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008 Dinas Perhubungan Kabupaten Halmahera Selatan 5.8.1.3 Terminal Terminal kendaraan umum hanya terdapat di Kecamatan Bacan yang malayani operasional angkutan umum di Kota Labuha. Laporan Antara V - 1 0 6 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.22 PETA 4.22 PETA JARINGAN JALAN Laporan Antara V - 1 0 7 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.23 PETA 4.23 PETA JALUR PENERBANGAN DAN BANDARA Laporan Antara V - 1 0 8 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.8.3 5.8.3.2 Moda Transportasi Transportasi Laut Terdapat Pula sebuah Kapal PELNI yaitu KM Kalimutu yang singgah di Pelabuhan Babang serta melayani rute sampai ke Pulau Kalimantan, kemudian terdapat pula sebuah Kapal Cepat yaitu NV Labomba yang melayani rute Babang – Ternate pulang pergi setiap hari dengan waktu tempuh perjalanan kurang lebih 3,5 jam. Transportasi laut merupakan transportasi utama yang melayani pergerakan antar pulau di wilayah Kabupaten Halmahera Selatan. Sarana transportasi laut yang melayani kepulauan di Halmahera Selatan umumnya masih didominasi oleh pelayaran rakyat dan perintis yang dikelola oleh swasta dan pemerintah serta perorangan. Rute untuk pelayanan ini umumnya di dominasi oleh Kapal Motor sedangkan pelayaran dengan motor tempel dan perahu motor yang melayani daerah ini masih bersifat tentatif dan temporer. Terdapat juga beberapa Kapal Perintis dan Kapal Antar Pulau yang melayani transportasi antar pulau di kabupaten Halmahera Selatan. Untuk transportasi laut di Kabupaten Halmahera Selatan terdapat beberapa jembatan laut antara lain: Tabel 5.66 Jumlah Kapal Yang Melayani Kabupaten Halmahera Selatan 2007/2008 a. Jembatan Laut Skala Regional terdiri dari jembatan laut Babang (Bacan Timur) b. Jembatan laut Saketa (Gane Barat) c. Jembatan laut Mafa (Gane Timur) dan jembatan laut Laiwui (Obi) Jembatan Laut Lokal Semi Permanen terdiri dari: a. Jembatan laut Indari (Bacan Barat) b. Jembatan laut Gurapin dan Larumabati ( Kayoa) c. Jembatan laut Ngofakiaha dan Mailoa dan tambatan perahu kayu (Makian) d. Jembatan laut Madopolo (Obi) NO TAHUN JUMLAH KAPAL KAPAL 1-7 GT 1 2 3 4 5 2004 2005 2006 2007 2008 132 183 62 130 33 393 540 393 Jumlah Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008 Dinas Perhubungan Kabupaten Halmahera Selatan e. Jembatan laut Dolik (Gane Barat) f. Khusus untuk Jembatan Laut Babang yang merupakan pintu masuk ke Kabupaten Halmahera Selatan dari laut, mempunyai panjang 60 m dan lebar 8 m, jenis kapal yang dapat bersandar di jembatan laut Babang ini mulai dari 33 GT sampai dengan 642 GT, dengan rata-rata kunjungan kapal dalam sebulan adalah 100 kapal. 5.8.3.1 Jalur Pelayaran Jaringan pelayaran perintis dan rakyat telah menghubungkan hampir semua pulaupulau penting hingga menjangkau daerah-daerah terpencil, dan secara spasial telah menunjukkan suatu keterkaitan antar pulau-pulau di wilayah Halmahera Selatan, yang merupakan bagian dari wilayah pengembangan Propinsi Maluku Utara. 5.8.3.3 Pelabuhan Pelabuhan di Kabupaten Halmahera Selatan membentuk suatu hirarki sesuai dengan fungsi dan perannya, seperti berikut ini: 1) Pelabuhan Labuha/Babang; merupakan pelabuhan hirarki kedua di wilayah ini setelah Pelabuhan Ternate. Pelabuhan-pelabuhan ini termasuk kedalam pelabuhan kolektor (Collector Port) yaitu pelabuhan antar pulau yang berfungsi untuk mendistribusikan barang dan orang ke wilayah lain. 2) Pelabuhan Bisuli, Lawui, Maffa, dan Saketa; diklasifikasikan sebagai pelabuhan antara (Feeder Port) yang berfungsi untuk mendistribusikan barang dan orang dari pelabuhan kolektor ke wilayah yang lebih kecil, dan selanjutnya dari pelabuhan antara itu didistribusikan lagi ke pelabuhan kecil/lokal (Local Port). Rute dari pelayaran perintis adalah sebagai berikut : 1) Ternate - Babang - Laiwui - Falabisahaya - Dofa - Bobong – Sanana - Ambon Namlea - Air Buaya - Sanana - Bobong - Dofa - Falabisahaya - Laiwui Babang – Ternate 2) Ternate - Gane dalam - Bisui - Maffa - Weda - Patani - Gebe -Sorong - Gebe Patani - Weda - Maffa - Bisui - Gane dalam - Saketa - Ternate Laporan Antara Disamping itu sebagai penghubung antar desa-desa menuju kawasan pusat pertumbuhan dilayani dengan adanya pelabuhan-pelabuhan kecil, yang berupa tambatan perahu dan fasilitasnya yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan masyarakat. Keberadaan sarana ini sangat menunjang terbukanya kawasan pertumbuhan wilayah dengan hinterland nya. V - 1 0 9 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan PETA 4.24 PETA JALUR PELAYARAN DAN PELABUHAN Laporan Antara V - 1 1 0 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.25 PETA 4.25 PETA JARINGAN JALAN DAN PENYEBERANGAN Laporan Antara V - 1 1 1 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.9 Tabel 5.68 Perhitungan Kebutuhan Air Minum Kabupaten Halmahera Selatan Per Kecamatan Tahun 2008 JARINGAN UTILITAS 5.9.1 Jaringan Air Bersih Sampai saat ini kebutuhan air minum Kabupaten Halmahera Selatan memanfaatkan sumber air permukaan (sungai) dan air tanah. Pelayanan system perpipaan air minum dilakukan oleh PDAM Halmahera Selatan. Wilayah pelayanan eksisting PDAM Halmahera Selatan meliputi : Kota Labuha, Kecamatan Obi, Kecamatan Gane Barat, Kecamatan Gane Timur dan Kecamatan Kayoa. Gambaran kondisi eksisting SPAM PDAM Halmahera Selatan pada Tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 5.67 berikut. Tabel 5.67 Kondisi Eksisting Pelayanan PDAM Cabang dan Unit Kabupaten Halmahera Selatan 1 Bacan 2 2 3 IKK Saketa IKK Obi 1 1 Kapasitas Sumber (L/dtk) 254 30 75 2.3 Jumlah 4 361.3 No Cabang Unit IKK Jumlah Sumber Kapasitas Pompa (L/det) 12.5 12.5 25 Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008 Tingkat pelayanan air minum oleh PDAM saat ini baru ± 1%, dengan jumlah sambungan pelayanan air minum sebanyak 2.286 unit. Perhitungan kebutuhan air minum pada tahun 2008 adalah sebesar 236,73 Liter/detik, dengan asumsi kebutuhan air bersih per hari pada tahun 2008 sebesar 100 Liter/orang/hari. Perhitungan kebutuhan air minum pada tahun 2008 per kecamatan dapat dilihat pada tabel 5.68 berikut. No 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Obi Obi Barat Obi Utara Obi Selatan Bacan Bacan Selatan Mandoli Utara Mandioli Selatan Kep Botanglomang Bacan Timur Bacan Timur Selatan Bacan Timur Tengah Bacan Barat Bacan Barat Utara Kasiruta Barat Kasiruta Timur Gane Barat Gane Barat Selatan Gane Barat Utara Kep Joronga Gane Timur Gane Timur Selatan Gane Timur Tengah Kayoa Kayoa Utara Kayoa Selatan Kayoa Barat Pulau Makian Makian Barat Jumlah Total 12,475 5,080 7,696 3,202 11,545 19,558 11,287 4,118 5,960 7,463 7,247 5,540 5,858 3,773 4,512 4,579 3,826 8,159 5,832 7,183 5,084 10,562 3,856 4,065 8,825 2,992 5,877 4,221 10,130 204,537 Kebutuhan Air Minum (Liter/detik) 14.44 5.88 8.91 3.71 13.36 22.64 13.06 4.77 6.90 8.64 8.39 6.41 6.78 4.37 5.22 5.30 4.43 9.44 6.75 8.31 5.88 12.22 4.46 4.71 10.21 3.46 6.80 4.89 11.72 236.73 Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2008 Berdasarkan data di atas, dimana tingkat pelayanan air minum oleh PDAM baru ± 1%, maka dapat disimpulkan bahwa pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat Kabupaten Halmahera Selatan saat ini sebagian besar dilakukan oleh pihak diluar PDAM, yaitu masyarakat sendiri dengan memanfaatkan air tanah dan mata air. Gambar 5.27 dapat menjelaskan hubungan antara pelayanan air minum dan pihak yang menyediakan air minum. Laporan Antara V - 1 1 2 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.9.2 Foto 5.1 Lokasi Bak Mata Air dan Rumah Gensetdi Desa Kebun Raja Kecamatan Gane Timur Jaringan Air Limbah Kondisi eksisting pembuangan limbah di Kabupaten Halmahera Selatan dapat digolongkan atas dua jenis limbah, yaitu air limbah domestik dan air limbah rumah tangga yang mengandung ekskreta manusia (hasil buangan WC). Pembuangan air limbah domestik di Kabupaten Halmahera Selatan adalah : 1. Disalurkan ke kolam 2. Disalurkan ke sungai, saluran drainase terdekat atau parit. 3. Diolah dalam sumur resapan Foto 5.2 Lokasi Bak Penampung dan Rumah Pompa di Desa Saketa Kecamtan Gane Barat 4. Dialirkan ke dalam tangki septik yang berbentuk bulat diameter kira kira 1,2 m dan dalam 1,6 m, berbentuk segi empat, dengan ukuran Panjang 1 m, lebar 1 m dan dalam 1,5 m, air yang keluar dari septik tank dibuang langsung ke saluran terdekat, sungai dan kolam, hal ini akan menimbulkan pencemaran badan air penerima (sungai, saluran drainase ataupun air tanah). Pembuangan air limbah rumah tangga yang mengandung ekskreta manusia (hasil buangan WC) yaitu: 1. Sistem setempat : 1) tangki septik dengan bidang resapan. 2) Sistem Cubluk 3) Tangki septik dengan up flow filter Gambar 5.27 Konsep Pelayanan air minum Kabupaten Halmahera Selatan Eksisting Pelayanan Air Minum Public Service PDAM HALSEL : - Air Permukaan - Air Tanah Sumber : Hasil Olahan Konsultan, 2008 Masyarakat HALSEL : - Mata Air - Air Tanah 4) Tangki septik dengan Biofilter Lumpur Tinja yang dihasilkan Cubluk dan Tangki septik harus disedot dan dialirkan kedalam IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja), untuk diolah agar tidak berbahaya bagi lingkungan sekelilingnya, sebelum dialirkan ke badan air penerima. Di Kabupaten Halmahera Selatan sebagian penduduk menggunakan sarana tangki septik untuk mengolah air limbahnya, tetapi belum ada IPLT untuk mengolah air limbahnya. 2. Sistem terpusat : 1) Dialirkan kedalam saluran perkotaan (sistem Perpipaan) untuk diolah dialirkan kedalam IPAL (instalasi pengolahan Air Limbah). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa masih banyak penduduk maupun daerah yang belum mempunyai sarana air limbah/yang aman bagi lingkungan. Laporan Antara V - 1 1 3 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.26 PETA 4.26 PETA LOKASI PDAM Laporan Antara V - 1 1 4 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.27 4.27 Laporan Antara V - 1 1 5 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.9.3 Jaringan Persampahan 5.9.3.1 Pendahuluan Sampah adalah material padat yang tidak terpakai sebagai akibat kegiatan manusia. Material padat dapat berupa benda yang bisa terbakar maupun tidak, bisa berupa benda yang bisa terurai atau tidak sehingga volumenya dapat direduksi dengan pertolongan jasad renik yang ada disekitar benda benda tersebut, dengan kecepatan penguraian yang sangat bervariasi dari mulai hitungan hari (daun-daunan, dan sampah organik) hingga ratusan tahun (sampah plastik, dsb) atau benda-benda yang bisa terurai dan tidak bisa terurai sama sekali. Sistem Pengelolaan sampah yang ada pada saat ini hanya difokuskan pada pengelolaan sampah di kota Labuha. Tempat Pembuangan Akhir (TPA), yang berlokasi di Marabose, hanya digunakan untuk menampung sampah dari kota Labuha. Tidak ada Tempat Pembuangan Sementara (TPS), sehingga sampah hanya diangkut oleh truk langsung ke TPA.Dimasa yang akan datang, setiap kecamatan paling tidak sudah mempunyai TPS, dan khusus utk Pulau Bacan, TPA Marabose dapat digunakan untuk penampungan sampah di Pulau Bacan. Diluar Pulau Bacan, paling tidak setiap pulau harus ada TPA ukuran kecil dengan proses pengolahan sampah yang menggunakan metode zero waste. Karakteristik sampah yang dihasilkan oleh kota pada umumnya adalah : a. Organik 70 - 80%, b. Kertas 5 -19%, pengangkutan : dari TPS diangkat dengan truk menuju TPA dan pengolahan sampah di lokasi Tempat Pembuangan akhir (TPA). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan pengelolaan sampah adalah : a. Jumlah produksi sampah per hari/bulan/tahun b. jumlah sarana pengangkutan (truk) (jumlah dan ukuran) c. frekuensi pengangkutan per hari d. penentuan lahan untuk lokasi TPS dan TPA. e. Jumlah dan kapasitas TPS dan TPA 5.9.3.2 Kondisi Sistem Pengelolaan Persampahan Yang Ada Kabupaten Halmahera sudah melakukan pengelolaan sampah secara terpadu. Namun pengelolaan secara terpadu ini hanya dilakukan di kota Labuha. Secara rinci organisasi dan sistem penanganan sampah untuk kota Labuha ini diuraikan dibawah ini. 5.9.3.2.1 Organisasi Pengelolaan Lembaga yang menangani pengelolaan sampah di kabupaten Halmahera Selatan dibawah kewenangan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Kabupaten Halmahera Selatan. Pelayanan pengelolaan persampahan untuk seluruh wilayah kabupaten Halmahera Selatan ditekankan hanya mengelola sampah di kota Labuha. c. Plastik 5 -10% , d. Logam 3 - 5% Menurut jenisnya sampah yang timbul akibat kegiatan suatu perkotaan dapat beraneka ragam, yang umumnya berasal dari kegiatan rumah tangga atau timbul dari aktifitas yang erat hubungannya dengan kegiatan masyarakat perkotaan sehari-harinya. Secara umum dari sebagian besar dari sifatnya, sampah perkotaan tidak mengandung B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dengan keanekaragaman yang dapat dikatakan tipikal dari timbulan sampah perkotaan, cara penanganan sampah perkotaan dapat dilakukan dengan menggunakan metoda yang umum diterapkan untuk keperluan tersebut. Sistem pengolahan sampah pada suatu wilayah adalah suatu kegiatan penanganan sampah yang ditinjau dari beberapa aspek terkait seperti : institusi, teknik operasional, pembiayaan, pengaturan dan peran serta rnasyarakat. Adapun lingkup program pengelolaan sampah adalah manajemen, pengelolaan sampah secara 3 R (Reduce, Reuse, Recycle) dan peningkatan kualitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Secara garis besar pengelolaan sampah diperkotaan di rinci seperti pengumpulan sampah dari produsen (rumah tangga) diangkut ketempat pengumpulan sementara (TPS) dengan menggunakan gerobak dorong/tarik, truk, atau motor gerobak, Laporan Antara Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa : 1. Kegiatan penduduk di luar kota Labuha dari segi pengelolaan persampahan tidak menimbulkan masalah dikarenakan jumlah penduduk yang masih relatif kecil dibandingkan dengan luas wilayahnya, 2. Tidak memungkinkan untuk pengelolaan secara terintegrasi di seluruh wilayah kabupaten, mengingat secara geografis Wilayah Kabupaten Halmahera Selatan terdiri atas pulau-pulau yang terpisah relatif jauh. Dimasa yang akan datang, sejalan dengan tuntutan perkembangan jaman dan demi kelestarian lingkungan, maka strategi pengelolaan sistem persampahan untuk seluruh wilayah kabupaten Halmahera Selatan harus dilakukan secara terintegrasi dengan segala keterbatasannya. 5.9.3.2.2 Sistem Pengelolaan Yang Ada Seperti yang telah diterangkan pada uraian diatas bahwa untuk saat ini sistem pengelolaan sampah yang dimiliki, hanya melayani kota Labuha. Fasilitas yang dimiliki oleh pengelola yang berlokasi dikota Labuha, antara lain terdiri atas : 1. Lokasi pembuangan akhir (TPA) yang berlokasi di Marabose. Lahan TPA ini merupakan lahan PEMDA. V - 1 1 6 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 2. Sistem pengangkutan sampah yang dilakukan dengan menggunakan 3 unit truk, akan tetapi hanya beroperasi 1 unit; dan didukung oleh 40 gerobak dorong (yang juga berfungsi sebagai TPS) yang melayani perumahan dan bangunan lainnya. Jenis truk yang digunakan adalah Truk terbuka, yang mengangkut sampah dari permukiman dan daerah komersial. 3. 10 personil yang bertugas secara bergantian dengan sistem shift (pagi, siang dan sore). Sampah yang terkumpul di kawasan perumahan dan bangunan serta fasilitas umum diangkut oleh petugas menuju lokasi TPA. Pengangkutan dilakukan setiap hari. Setiap truk dioperasikan oleh 4 petugas pengumpul sampah dan 1 orang supir. 5.9.4 Jaringan Drainase Hingga saat ini masih belum terdapat jaringan induk dranase yang berfungsi sebagai saluran utama pengantisipasi bencana banjir di Kabupaten Halmahera Selatan padahal di Kecamatan Bacan Utara dan Kota Labuha terjadi banjir yang hampir melumpuhkan kegiatan pada tahun 2007. Saluran pengairan induk hanya terdapat di Kecamatan Obi dan Kecamatan Gane Timur berupa saluran irigasi sawah. Kebutuhan akan adanya saluran induk pencegah banjir di Kabupaten Halmahera Selatan dapat disebabkan masih banyaknya lahan-lahan kosong yang dapat berfungsi sebagai daerah serapan air. Namun perisitiwa bencana banjir di Kecamatan Bacan Utara dan Kawasan Kota Labuha merupakan indikasi kebutuhan atas penyediaan saluran induk banjir. Kemungkinan perkembangan kegiatan pertanian dan perkebunan juga menjadi kebutuhan akan penyediaan jaringan primer pengairan. Menurut informasi yang diperoleh, dimasa yang akan datang, pengelola akan merencanakan pembangunan/pengadaan Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Gambar 5.28 Contoh Tipikal Truk Pengangkut Sampah dari TPS menuju TPA Truk AMROL Laporan Antara Truk bak terbuka V - 1 1 7 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.28 Laporan Antara V - 1 1 8 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.29 Laporan Antara V - 1 1 9 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.9.5 Jaringan Listrik dan Energi 5.9.6 Jaringan Pos dan Telekomunikasi Kebutuhan akan energi listrik di wilayah Kabupaten Maluku Utara dilayani oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Wilayah IX Cabang Ternate. Pelayanan listrik mencakup semua wilayah ibukota kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Halmahera Selatan. Tenaga pembangkit yang digunakan adalah tenaga diesel. Pada peristiwa kerusuhan, terdapat beberapa fasilitas atau instalasi yang dirusak oleh massa sehingga berakibat pada terhentinya pelayanan listrik kepada masyarakat. Sebaran fasilitas kelistrikan ini dapat dilihat pada tabel 5.69 di bawah ini. Tabel 5.69 Kebutuhan komunikasi di Kabupaten Halmahera Selatan dilayani oleh PT. TELKOM dengan kapasitas sentral 1.220 SST, selain itu terdapat PT. Pos Indonesia, dan telah tersedia pula beberapa jaringan telepon seluler antara lain Telkomsel dan Satelindo, namun belum merata pada seluruh Wilayah Kabupaten Halmahera Selatan. Jaringan telepon sebagai salah satu sarana dan prasarana telekomunikasi bagi penduduk sampai tahun 2007 masih terkonsentrasi di Kecamatan Bacan yang telah dilayani oleh jaringan Sentral Telepon Otomat PT TELKOM melalui Sistem Sambungan Langsung Jarak Jauh (SLJJ), dengan luas servis area yang masih terbatas pada wilayah perkotaan. Jumlah Mesin Listrik dan Kapasitasnya Di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007 Unit Lokasi PLTD 1 2 3 4 5 6 7 Bacan Laiwui Madopolo Saketa Mafa Kayoa Jiko Jumlah Unit Lokasi PLTD 1 2 3 4 5 6 7 Bacan Laiwui Madopolo Saketa Mafa Kayoa Jiko Jumlah Unit Lokasi PLTD 1 2 3 4 5 6 7 Bacan Laiwui Madopolo Saketa Mafa Kayoa Jiko Jumlah Jumlah Mesin Kapasitas Terpasang 4 3 3 5 4 4 3 26 2,400 507 484 570 480 567 180 5,188 Di Bangkitkan Di Pakai Sendiri 1,750 330 320 314 265 211 80 3,270 5,000 2,770 890 1,300 1,223 1,119 307 12,609 Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008 PLN Kabupaten Halmahera Selatan Laporan Antara Performasi Jaringan Telekomunikasi Di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007 1,660 430 355 214 340 500 156 3,655 Daya Tersambung 8,850 8,850 Jumlah Pelanggan Tabel 5.70 Daya Mampu 4,756,600 858,150 538,500 733,100 642,850 636,500 211,050 8,376,750 Energi Terjual 394,913,195 46,417,320 23,216,630 23,511,920 21,828,940 21,602,220 6,208,130 537,698,355 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Kecamatan Keadaan Kap. Sentral Obi Obi Barat Obi Utara Obi Selatan Obi Timur Bacan Baik 880 Bacan Selatan Mandoli Utara Mandioli Selatan Kep Botanglomang Bacan Timur Bacan Timur Selatan Bacan Timur Tengah Bacan Barat Bacan Barat Utara Kasiruta Barat Kasiruta Timur Gane Barat Gane Barat Selatan Gane Barat Utara Kep Joronga Gane Timur Gane Timur Selatan Gane Timur Tengah Kayoa Kayoa Utara Kayoa Selatan Kayoa Barat Pulau Makian Makian Barat Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008 Kantor TELKOM Kab Halmahera Selatan Kap. Jaringan Pelanggan 964 - 552 - V - 1 2 0 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan Gambaran menara telekomunikasi yang ada di kawasan Perkotaan Labuha antara lain terdapat di Amasing, seperti yang terlihat pada foto berikut ini. Gambaran menara telekomunikasi di dekat Kampung Makian adalah sebagai berikut: Gambar 5.31 Gambar 5.29 Fasilitas Telekomunikasi di Kampung Makian Fasiltas Telekomunikasi di Amasing Sumber: Observasi Konsultan, 2008 Sedang daerah dekat Pondok Pesantren atau dekat benteng Fort Bernevald terdapat juga menara telekomunikasi seperti berikut ini: Sumber: Observasi Konsultan, 2008 Gambar 5.30 Fasilitas Telekomunikasi di Dekat Pondok Pesantren Sumber: Observasi Konsultan, 2008 Laporan Antara V - 1 2 1 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.30 PETA 4.29 PETA LOKASI PLTD Laporan Antara V - 1 2 2 Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan 5.31 Laporan Antara V - 1 2 3