Uploaded by User28815

Bab 5 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Halmahera Selatan

advertisement
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
BAB 5
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
Gambaran umum wilayah Kabupaten Halmahera Selatan menggambarkan karakteristik wilayah yang
diidentifikasi berdasarkan aspek-aspek utama wilayah seperti fisik dasar, ekonomi, sosial-budaya,
sarana dan prasarana serta kelembagaan. Gambaran rona wilayah ini disajikan secara deskriptif,
tabulasi dan grafis berdasarkan data yang diperoleh dari hasil survei instansi, tinjauan literatur dan
pengamatan lapangan
Laporan Antara
V
-
1
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.1 SEJARAH KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
Gambaran kepulauan Indonesia pada era Pleistosen terlihat pada gambar peta berikut ini:
5.1.1 Maluku Dalam Lintasan Migrasi Pra Sejarah
Matthew Spring dalam bukunya Recent Advances in Our Knowledge of Molucca’s Earliest
History menyebutkan bahwa Maluku telah didiami oleh manusia sejak jaman es atau Pleistosen,
sekitar 30.000 tahun yang lalu. Maluku pada saat itu adalah kawasan kritis yang menjadi mata
rantai penghubung antara kawasan Pasifik dan Asia Tenggara. Maluku memiliki peranan penting
dalam masa pra sejarah sebagai daerah lintas strategis bagi perpindahan penduduk Asia
Tenggara ke Melanesia dan Mikronesia.
Gambar 5.1. Kepulauan Indonesia pada Era Pleistosen
Secara geologis, kepulauan Indonesia terbagi atas 2 (dua) wilayah yang terpisah, yaitu:
a. Daratan Sunda atau Sunda Land. Di sebelah barat dari Indonesia terbentang Pulau
Sumatera, Jawa, Borneo (Kalimantan) dan ribuan pulau kecil; di mana sebagian besar di
antaranya memiliki gunung berapi yang aktif. Selama jaman es pada akhir era Pleistosen,
gunung es di kutub yang membeku menyerap air darilautan di daerah tropis, yang
kemudian menurunkan permukaan air laut hingga 100 meter di bawah permukaan laut
yang ada saat ini. Daratan Sunda kemudian membentuk sebuah daratan tunggal yang
berinduk pada daratan Asia Tenggara dan sebagian besar memeiliki kesamaan kekayaan
flora dan fauna dengan daratan induknya. Daratan Sunda merupakan habitat salah satu
manusia tertua, yaitu Homo erectus atau Manusia Jawa, yang hidup antara sejuta tahun
yang lalu.
b. Wallacea. Di sebelah timur Daratan Sunda terdapat “hamparan pulau-pulau kecil” yang
terpisahkan oleh suatu palung laut yang sangat dalam. Hamparan pulau-pulau kecil
tersebut, kelak dikenal dengan sebutan Wallacea, sedang palung laut dalam dikenal
sebagai Garis Huxley atau Garis Wallace. Wilayah Wallacea -yang terdiri atas Pulau
Sulawesi, Filipina, Timor, Flores, Sumba, Sumbawa, Lombok, Maluku dan pulau-pulau kecil
yang banyak sekali berjajar ke arah timur menuju batas lingkaran Samudera Pasifik- bukan
merupakan satu daratan meskipun tinggi permukaan air laut menurun hingga titik
terendah pada era Pleistosen. Wilayah Wallacea ini bisa dikatakan sebagai kawasan
pemisah antara Daratan Sunda (Sunda Land) dengan Daratan Sahul (Sahul Land), di mana
di wilayah ini banyak ditemukan flora dan fauna endemik. Daratan Sahul sendiri adalah
daratan besar yang saat ini menjadi daratan Australia dan New Guinea.
Sumber: Robert Dick-Read, 2005
Sedangkan kawasan Wallacea yang terbentuK sekarang ini mempunyai luasan sekitar 338.494
km2 dengan gambaran sebagai berikut:
Gambar 5.2. Kawasan Wallacea
Sumber: google.co.id, 2008
Laporan Antara
V
-
2
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Migrasi penduduk dari Daratan Sunda ke Daratan Sahul dan/atau sebaliknya, tak pelak lagi,
menjadikan kepulauan Maluku Utara sebagai salah satu titik penting dari migrasi pada masa itu.
Palung dalam yang menjadi “penghalang absolut" antara dua daratan besar membuat penduduk
masa itu harus mempunyai teknologi bahari untuk melakukan penyeberangan. Teknologi bahari
bisa terlihat pada gambar berikut ini yang merupakan rekonstruksi yang dibuat oleh ahli sejarah
bahari.
Gambar 5.3. Rekonstruksi Perahu Bercadik Bangsa Austronesia
Richard Shuttler Jr mengangkat hipotesa bahwa Halmahera sebagai pulau terbesar di Maluku
merupakan kunci untuk menetapkan lokasi tanah asal penduduk yang berbahasa Austronesia.
Situs dan benda pra sejarah banyak ditemukan di Pulau Waidoba dan Taneti di Kayoa, serta di
Doro danTanjung Luari di Kao dan Tobelo. Sementara benda-benda peninggalan tradisi batu
besar atau megalitik ditemukan di Ternate, sedangkan batu-batu kecil atau neolitik ditemukan
di Waidoba. Beberapa daerah di Maluku, seperti Golo dan Pulau Gebe, diperkirakan telah
dihuni manusia sejak 33.000 tahun yang silam. Demikian pula, Daeo dan Tanjung Pinang di
Morotai diperkirakan telah dihuni sejak 10.000 hingga 15.000 tahun yang lalu.
Sejarah mengenai penamaan Maluku sampai saat ini masih diperdebatkan, baik dari perspektif
bahasa ataupun sejarah. Versi berdasar atas analisa ethno-linguistic menyatakan bahwa kata
ma-loku tidak bisa dilepaskan dari migrasi orang Melayu ke wilayah timur sekitar 2.000 tahun
silam dalam 2 (dua) gelombang, yaitu:
a. Gelombang pertama yang disebut Proto Melayu yang terjadi pada era Jaman Batu Baru
atau sekitar 2.500 SM;
b. Gelombang kedua yang disebut Doutro Melayu yang terjadi pada Jaman Logam atau
sekitar 1.500 SM.
Kata loku merupakan bahasa Melayu yang mempunyai beragam makna, yaitu antara lain:
takaran, mengangkat, atau membersihkan. Dalam perkembangan berikutnya setelah bangsa
Melayu menetap di kawasan timur Nusantara, dikenal istilah luku dalam bahasa Galela yang
berarti “dalam”; di mana dengan preposisi ma pada kata luku, maka ungkapan maluku akan
bermakna sebagai “sesuatu yang dalam sekali”. Dalam bahasa Tobelo dikenal istilah loko yang
bermakna “gunung”.
Sumber: google.co.id, 2008
Pada era berikutnya, sekitar 3.000 tahun SM, terjadi migrasi dari penduduk ras Mongol yang
berasal dari Formosa menuju ke selatan dengan cara melintasi Selat Luzon yang sempit untuk
mencari lahan baru untuk pertanian “tebang dan bakar”. Penduduk dari Formosa tersebut
mempunyai teknologi bahari berupa kano bercadik, selain pengetahuan dan ketrampilan
berbudaya yang lain, seperti: membuat gerabah atau tembikar, beragam tehnik memancing
ikan, serta menanam padi-padian, tebu, ubi jalar, pisang, pisang raja dan keladi. Akibat dari
migrasi tersebut, maka tanaman umbi-umbian, pisang pisang raja dan keladi menjadi tanaman
yang sering dijumpai pada pulau-pulau pada wilayah Wallacea.
Dalam kajian mengenai Austronesia, diperkirakan migrasi ini termasuk bagian dari Migrasi
Doutro Melayu di mana orang Formosa juga membawa dan menyebarkan pengetahuan mengenai
astronomi, pelayaran, pertanian dan bahkan matematika. Para pendatang dari Formosa
tersebut diduga yang menurunkan bahasa baru, yaitu bahasa Austronesia, yang menjadi cikal
bakal lebih dari 40 bahasa. Berdasarkan pemetaan bahasa dengan pendekatan glottochronology
atau tehnik pemetaan dengan melihat perubahan pola bicara, makan terpetakan bahwa
penyebaran pelaut Austronesia mencakup wilayah Filipina, Sulawesi dan semua pulau-pulau di
wilayah Wallacea, serta diduga menyeberang sampai ke Jawa, Kalimantan, Sumatera dan
wilayah pantai Semenajung Malaya.
Laporan Antara
Dalam konteks sejarah, para pedagang Arab dan Persia mengenal kepulauan-kepulauan di ufuk
timur bagian utara dari kepulauan Nusantara dengan sebutan: Jazirat al-Mulk atau “Negerinegeri Para Raja”. Para saudagar Arab dan Persia tersebut juga memberikan sebutan lain, yaitu
Jazirah tuil Jabal Mulku dengan Pulau Halmahera sebagai pulau induk dari kawasan tersebut.
Diduga, dari para pedagang Arab dan Persia tersebut pertama kali dikenal istilah Maluku. Dalam
tambo Dinasti Tang dari Cina (618-906) disebutkan adanya kawasan yang di sebelah barat Holing yang bernama: Mi-li-ku; di mana diiduga kawasan tersebut adalah gugusan pulau-pulau
Ternate, Tidore, Makian, Bacan dan Moti. Van Fraassen dalam disertasinya yang berjudul
Ternate, de Molukken en de Indonesische Archipel (1987) menyatakan bahwa Majapahit dalam
kitab Nagarakertagama (1365) menyebutkan Maloko sebagai salah satu kawasan perniagaan
yang penting di kawasan timur. Nama Maloko tersebut merupakan adopsi dari nama yang
disebutkan oleh pedagang Arab yang berniaga di kawasan Nusantara sejak berabad-abad
sebelumnya.
V
-
3
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.1.2 Maluku Dalam Lintas Perniagaan Dunia
Pembahasan mengenai Maluku dalam lintas perniagaan dunia akan terbagi dalam 4 (empat) sub
bahasan, yaitu: (i) Rempah-rempah sebagai komoditas utama di Maluku, (ii) Teknologi bahari di
Maluku, (iii) Pelabuhan perniagaan di Maluku, serta (iv) era kejatuhan Maluku dalam perniagaan
dunia.
5.1.2.1 Rampah-Rampah Sebagai Komoditas Utama
Sejarah Maluku tidak bisa dilepaskan dari rempah-rempah yang banyak dihasilkan di
kepulauan Maluku. Para ahli menyepakati bahwa cengkih berasal dari kepulauan Maluku.
Pada awalnya tanaman rempah-rempah ini tumbuh secara liar di sebagian besar wilayah
Maluku khususnya di bagian utara. Cengkih (Eugenia aromatica) banyak ditemukan di
Ternate, Tidore, Moti, Makian dan Bacan, serta sebagian wilayah Jailolo. Pala (Myristica
fragrans) banyak ditemukan di Banda, Maba, Patani dan Weda. Cengkih diduga sudah
menjadi komoditas penting pada era Pleistosen. Diduga bahwa pelaut Austronesia
membawa beberapa komoditas dari wilayah Wallacea untuk dibawa ke arah barat.
Sekitar abad V, Maluku sudah sudah tercatat dalam beberapa literatur menjadi bagian
penting dari jalur perdagangan Arab dan Cina; bahkan beberapa ahli sejarah menduga
bahwa Cina dianggap “dengan sengaja merahasiakan” jalur pelayaran Maluku untuk
mengamankan komoditas rempah-rempah, terutama cengkih. Perdagangan cengkih
dunia pada awalnya dikuasai oleh pedagang Arab dan Cina. Rute perdagangan rempahrempah (spices trade) melalu 2 (dua) jalur, yaitu: (i) jalur darat melalui rute “Jalan
Sutra” atau Silk Road, serta (ii) jalur laut. Gambaran rute perdagangan rempah-rempah
pada masa perdagangan Aran dan Cina adalah sebagai berikut:
Gambar 5.5. Rute Perdagangan Rempah-rempah pada Masa Klasik
Sejarah tentang cengkih di luar Maluku diungkapkan pada suatu temuan arkeologis di
Terqa (Mesopotamia) yang menjelaskan bahwa tumbuhan cengkih sudah ada sejak 1700
SM. Seorang paleobotani atau botani purbakala yang bernama Kathleen Galvin (dalam
Robert Dick-Read, 2005) menduga bahwa pelaut Austronesia membawa cengkih sebagai
komoditas yang diperjualbelikan sampai ke Mesopotamia di wilayah barat, dan bahkan
sampai ke Cina di wilayah timur. Dalam literatur Cina pada 220-206 SM dikenal istilah
ting hiang atau “rempah paku”; di mana yang dimaksud dengan “rempah paku” adalah
cengkih yang berbentuk menyerupai paku.
Minyak esensial dari cengkih mempunyai fungsi anestetik dan antimikrobial. Minyak
cengkeh sering digunakan untuk menghilangkan bau nafas dan untuk menghilangkan
sakit gigi. Zat yang terkandung dalam cengkih yang bernama eugenol, digunakan dokter
gigi untuk menenangkan saraf gigi. Minyak cengkih di Jepang pada masa dahulu
digunakan dalam campuran tradisional chōjiyu (1% minyak cengkeh dalam minyak
mineral; "chōji" berarti cengkih; "yu" berarti minyak) dan digunakan untuk merawat
permukaan samurai.
Gambar 5.4. Cengkih (Eugenia aromatica)
Sumber: Celnet Recipes
Maluku mulai dikenal di Eropa dan kemudian mendunia, ketika misi niaga Portugis yang
dipimpin Antonie de Abreu mendarat di Maluku pada tahun 1512 untuk mencari rempahrempah. Pada saat itu, pedagang Portugis masih menyebut kawasan ini sebagai “as ilhas
de crafo” atau pulau rempah-rempah. Sebutan “as ilhas de crafo” atau pulau rempahrempah tersebut kemudian diganti menjadi sebutan Moluccos pada tahun 1514.
Sedangkan pedagang Spanyol baru secara resmi menyebutkan Maluku dalam dokumendokumen sejarah pada tahun 1521.
Pada tahun 1521, Sebastian del Cano berangkat dari Tidore dan tiba kembali di Sevilla,
Spanyol, yang kemudian dicatat dalam sejarah sebagai perjalanan pertama dari
komoditas rempah-rempah dari Kepulauan Maluku langsung ke Eropa Barat. Sebastian
del Cano berlayar dari Tidore menuju ke arah selatan dan mampir sebentar di Timor;
kemudian berlayar ke arah barat daya menyeberangi Samudera Hindia ke ujung selatan
Afrika, lalu melintasi Samudera Atlantik samapai ke muara Sungai Guadalquivir di Iberia
Selatan.
Sumber: google.co.id, 2008
Laporan Antara
V
-
4
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Semenjak terbukanya jalur pelayaran langsung dari Maluku ke Eropa tersebut, Maluku
semakin dikenal dan terpetakan dalam jalur perdagangan internasional. Salah satu peta
dunia klasik yang menggambarkan kepulauan Maluku dibuat oleh Ribero pada tahun 1529
yang bisa terlihat pada gambar di bawah ini.
Peta lain yang dibuat oleh bangsa Belanda pada tahun 1635 yang menggambarkan
Kepulauan Maluku sebagai penghasil rempah-rempah sebagai bagian dari Oost Indies
atau Hindia Timur seperti yangterlihat pada gambar berikut ini.
Gambar 5.8. Maluku dalam Peta Hindia Timur (1635)
Gambar 5.6. Peta Kepulauan Rempah-rempah Versi Ribero 1529
Sumber: google.co.id, 2008
Sumber: google.co.id, 2008
Peta lain yang dibuat bangsa Eropa mengenai kepulauan Maluku adalah Moluccae Insulae
karya Bertius (1616) seperti terlihat pada gambar berikut ini.
Gambar 5.7. Peta Moluccae Insulae Karya Bertius Tahun 1616
5.1.2.2 Teknologi Bahari Di Maluku
Selain rempah-rempah, beberapa catatan sejarah menyatakan bahwa wilayah kepulauan
Maluku dikenal karena teknologi kelautannya yang dianggap cukup maju pada masa itu.
Catatan yang dibuat oleh Antonio Galvao pada tahun 1544 -dalam buku yang ditulis oleh
H. Jacobs, SJ pada tahun 1971 dengan judul A Treatise on the Moluccas (c.1544).
Probably the Preliminary Version of Antonio Galvao’s Lost Historias das Moluccasmenjelaskan sebagai berikut:
…bentuk di tengah-tengah kapal menyerupai telur (dalam bahasa Portugis: he
ovedo no meio) dan kedua ujungnya melengkung ke atas. Dengan demikian, kapal
bisa berlayar maju maupun mundur. Kapal-kapal ini tidak diberi paku atau
dumpul. Lunasnya, rusuknya, linggi depan dan linggi belakang disesuaikan dan
diikat dengan tali ijuk (guamuto dalam bahasa Portugis, dalam bahasa setempat:
gomutu) melalui lubang yang dibuat di beberapa tempat tertentu. Di bagian dalam
terdapat bagian yang menonjol yang berbentuk cincin yang berfungsi sebagai
tempat memasukkan tali pengikat dan tidak kelihatan dari luar. Untuk
menyambung papan-papannya, mereka membuat pena pada ujung beberapa
papan, sedangkan pada papan lainnya dibuat lubang kecil untuk memasukkan pena
tersebut. Sebelum menyambung papan-papan ini, di sela-selanya diberi baru
supaya air tidak dapat masuk.
Sumber: google.co.id, 2008
Laporan Antara
V
-
5
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Catatan dari Antonio Galvao (1544) menyebutkan bahwa di wilayah kepulauan Maluku
terdapat beberapa jenis kapal, antara lain adalah:
a. Juanga. Juanga adalah kapal terpenting di Maluku dengan bentuk menyerupai
guales reaes atau “galai raja”. Sebuah juanga bisa membawa 200 orang
penganyuh pada setiap lambung, ditambah dengan hampir 100 orang baileo. Ada
juga juanga yang lebih kecil dengan 150 pengayuh untuk setiap sisi dan 50 orang
di baileo. Juanga biasanya membawa juga 1-3 perahu.
b. Lakafumu. Lakafumu hampir menyerupai juanga, namun membutuhkan orangorang yang paling kuat (atau dalam catatan Antonio Galvao ditulis: mais
esforçados)baik untuk mengayuh atau untuk ditempatkan di baileo. Lakafumu
biasanya membawa juga 1-3 perahu.
c. Camanomi dan kora-kora. Kapal jenis ini mempunyai ukuran tidak terlalu besar
dan hanya membutuhkan 40-47 pengayuh dengan 25 orang baileo. Kapal ini di
bagian atas mempunyai cangalha dan mempunyai cadik di tiap-tiap sisinya. Korakora biasanya membawa juga 1-3 perahu.
Gambar berikut ini menunjukkan beberapa jenis kapal yang dibuat dan digunakan oleh
pelaut Jawa pada sekitar abad XVI; di mana dalam catatan Willem Lodewyckz yang ikut
dalam ekspedisi pertama Belanda di bawah pimpinan Cornelis de Houtman ke Indonesia
disebutkan:
…untuk mengadakan pelayaran yang jauh yakni ke Maluku, Banda, Kalimantan,
Sumatera dan Malaka, Banten mempunyai jung dengan layer kecil di depan atau
kadang-kadang juga tiang agung dan dua tiang lainnya. Dari haluan sampai ke
belakang terdapat geladak ditutup dengan atap untuk berteduh terhadap
matahari, hujan dan embun. Di bagian belakang terdapat anjungan untuk nahkoda;
di bagian bawah memliki ruang yang terbagi-bagi dalam petak-petak untuk tempat
barang.
Gambar 5.9. Kapal Pelaut Jawa pada Abad XVI
d. Rorehe. Kapal jenis rorehe ini mempunyai ukuran yang lebih kecil dari pada
camanomi dan kora-kora, serta hanya membutuhkan 15-30 pengayuh dan 6-10
orang baileo.
e. Kalulus. Kapal jenis kalulus ini tidak mempunyai cadik dan membutuhkan 20-50
pengayuh dengan 10-20 orang baileo.
f. Nyonyan. Kapal ini merupakan kapal yang digunakan nelayan dan membutuhkan
3-12 pengayuh dengan 2 orang baileo.
g. Champa na. Kapal jenis champa na ini merupakan kapal khusus untuk muatan
atau dalam istilah Portugis disebut sebagai caravelões de cargua.
Adrian B. Lapian (2008) dalam bukunya yang berjudul Pelayaran dan Perniaagan
Nusantara Abad Ke-16 dan 17 menyatakan bahwa kapal jenis kora-kora lebih
diutamakan untuk kepentingan perang atau membawa pejabat kerajaan, dan bukannya
untuk kepentingan perniagaan.
Sumber: www.mainlesson.com, 2008
Sedangkan kapal yang banyak digunakan oleh pelaut-pelaut di Indonesia bagian timur,
khususnya di Kepulauan Maluku bagian utara, sesuai dengan catatan yang dibuat oleh Sir
Alfred Russel Wallace terlihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 5.10. Kapal Pelaut Indonesia Timur pada Abad XIX
Cortesão (1935) dalam bukunya yang berjudul Cartografia e Cartógrafos Portugueses
dos Séculos XV et XVI menyatakan bahwa di bagian timur kepulauan Indonesia terdapat
pusat galangan kapal yang cukup besar yaitu di Pulau Kei. Pusat galangan kapal tersebut
hampir disejajarkan dengan pusat galangan kapal di Lasem (Jawa), namun kualitas
maupun kuantitasnya masih di bawah Pegu (Burma Selatan) yang merupakan pusat
galangan kapal terbesar di Asia Tenggara bagian barat pada awal abad XVI. Pelaut
Portugis menyatakan bahwa setiap tahun tercatat rangkaian armada kapal dan perahu
yang baru selesai dibuat di pusat galangan kapal di Kepulaun Kei untuk dijual ke
pelabuhan-pelabuhan di Maluku. Selain teknologi dan ketrampilan pembuatan kapal,
Kepulauan Kei didukung oleh sumber daya alam yang cukup berkualitas. C Bosscher
(1885) dalam bukunya yang berjudul Bijdragen tot de kennis van de Keij-eilanden
menyebutkan bahwa paling tidak terdapat 6 (enam) jenis kayu berkualitas tinggi untuk
pembuatan kapal. Industri pembuatan kapal di Kepulauan Kei, menurut Adrian B. Lapian
(2008), menjadi pusat galangan kapal terbesar di Indonesia bagian timur pada abad XIX,
menggantikan peran Lasem yang sebagai pusat galangan kapal terbesar di Indonesia
bagian tengah pada abad XVI dan XVII.
Laporan Antara
Sumber: google.co.id, 2008
V
-
6
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Sedangkan bentuk kapal yang digunakan oleh bangsa-bangsa Eropa bisa terlihat pada
gambar di bawah ini, yang merupakan gambar dari kapal yang digunakan pada ekspedisi
Alburquerque.
Gambar 5.11. Kapal Pelaut Eropa pada Ekspedi Albuquerque
Thome Pires menyatakan bahwa walau kondisi perairan Ternate dan Tidore sangat sulit
dilalui kapal besar dan dalam jumlah yang banyak, akan tetapi karena merupakan
lumbung cengkih yang utama, maka Ternate dan Tidore juga dukunjungi oleh kapalkapal asing. Pelabuhan Ternate pada masa itu bisa disandari oleh 2-3 kapal sekaligus,
sedangkan Tidore karena mempunyai kebun bunga karang atau coral reef, maka kapalkapal tidak bisa berlabuh dan membutuhkan kapal kecil atau perahu untuk membawa
komoditas yang akan diperjualbelikan.
Beberapa litograf memperlihatkan pelabuhan Ternate sebagai
pelabuhan yang
dikelilingi kapal-kapal kecil dengan Gunung Gamalama sebagai latar belakang, seperti
terlihat pada gambar berikut ini.
Gambar 5.12. Pelabuhan Ternate Abad XVI
Sumber: google.co.id, 2008
5.1.2.3 Pelabuhan Perniagaan Di Maluku
Pelabuhan perniagaan atau bandar merupakan komponen yang sangat penting dalam
konteks perniagaan melalui jalur laut. Di bandar ini terjadi pertukaran komoditas
menjadi “barang impor dan ekspor”. Beberapa literatur sejarah menyatakan bahwa Cina
sekitar abad V sudah melakukan hubungan dagang dengan “negeri-negeri” di Kepulauan
Maluku bagian utara. Pedagang dari Cina menjual tenunan, perak, gading, manik-manik
dan piring mangkok; serta kemudian membeli rempah-rempah dari pedagang-pedagang
setempat.
Kondisi geografis dan struktur alam sangat mempengaruhi pemilihan bandar; sehingga
walau Ternate dan Tidore merupakan kota bandar yang cukup penting di Kepulauan
Maluku bagian Utara, akan tetapi kedua kota tersebut tidak berkembang menjadi
bandar niaga internasional. Adrian B. Lapian (2008) dalam bukunya yang berjudul
Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad ke-16 dan 17 menyatakan bahwa pelabuhan
Ternate yang mempunyai laut yang dalam, namun tempat untuk berlabuh amat terbatas
untuk menampung berpuluh-puluh kapal besar, membuat Ternate tidak bisa menjadi
bandar internasional seperti Malaka, Sunda Kelapa atau Banten. Begitu juga dengan
perairan Tidore yang mempunyai kebun karang atau coral reef yang sangat luas sehingga
sangat berbahaya untuk navigasi kapal yang akan merapat.
Laporan Antara
Sumber: google.co.id, 2008
Catatan Thome Pires pada tahun 1515 juga menyatakan bahwa Banda merupakan bandar
niaga yang terpenting dan terbesar untuk wilayah Indonesia bagian timur. Pada awal
abad XVI, Banda sudah mengimpor kain dan tenunan halus dari negeri-negeri Asia di
sebelah barat yang dibawa oleh kapal-kapal Portugis. Sedangkan pedagang dari Jawa
dan Melayu membawa kain kasar yang sangat laku di Banda karena bisa dipertukarkan
dengan sagu dan rempah-rempah yang dibawa oleh pedagang dari Halmahera atau
Papua. Beras didatangkan dari Sulawesi Utara. Sagu yang juga dimpor dari Kepulauan
Kei dan Aru merupakan komoditas pangan yang penting karena disimpan dalam waktu
yang lama untuk perjalanan laut. Bahkan pada masa Thome Pires, sagu menjadi salah
satu alat bayar atau alat tukar yang sangat penting.
Komoditas yang penting di Banda adalah kapal buatan Kepulauan Kei, emas dari
Sulawesi Utara, burung cendrawasih dari Papua, cengkih dari kepulauan Maluku bagian
utara (seperti Ternate, Tidore, Bacan dan Makian), sedang pala berasal dari Ambon,
Seram dan pulau-pulau di sekitarnya. Tingginya nilai komoditas pala, membuat petani di
V
-
7
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
kepulauan Maluku lebih berkonsetrasi untuk menanam pala, sehingga kpmoditas pangan
seperti beras dan sagu harus diekspor dari tempat di luar wilayah Kepulauan Maluku.
Thome Pires mencatat bahwa nilai komoditas pala sangat tinggi pada awal abad XVI di
bandr niaga Banda. Untuk bunga pala mencapai angka 500 bahar, sedang untuk pala bisa
mencapai 6.000 sampai 7.000 bahar; di mana menurut pedagang Portugis, nilai tukar 1
bahar seharga 3 sampai 3,5 cruzado. Sedangkan 7 satuan bunga pala sama dengan 10
satuan cengkih.
5.1.3 Era Kejatuhan Maluku Dalam Perniagaan Dunia
Rempah-rempah secara umum baru dikembangkan secara budidaya pada abad XV, di
mana tanaman cengkih baru dibudidayakan pada tahun 1450 di kepulauan Maluku.
Thome Pires seorang pakar obat-obatan Portugis dalam Suma Oriental: An Account of
the East from the Red Sea to Japan (1515) menyatakan bahwa:
Tuhan telah menciptakan Timor untuk kayu cendana, Banda untuk pala, serta
Maluku untuk cengkih; dan dagangan-dagangan ini tidak dikenal di tempat lain di
dunia ini kecuali di tempat-tempat tadi. Saya telah tanyakan dan selidiki dengan
teliti apakah barang ini terdapat di tempat lain, dan semua orang katakan tidak.
Ludorico di Varthema (dalam Des Alwi, 2005) yang menulis catatan mengenai Pulau
Ternate pada masa Sultan Bayanullah atau Abu Lais atau Sultan Boleif menyatakan
cengkih adalah komoditas sangat penting di wilayah tersebut. Ludrico di Varthema
menyatakan:
…pulau ini sangat kecil, walaupun dalam hal ukuran lebih panjang dari pada
Banda. Pulau ini menghasilkan cengkih sebagaimana pulau-pulau kecil di
sekitarnya. Ketika cengkih sudah matang, masyarakat memukulnya dengan bulu
sehingga berjatuhan di atas tikar yang terlebih dahulu dihamparkan di atas tanah
di bawah pohon. Mereka menjual cengkih dengan harga dua kali lipat harga pala.
Rempah-rempah mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi, khususnya di pasar
Eropa. Pada tahun 1600, harga 10 pon cengkih di Maluku akan menghasilkan keuntungan
32.000% di pasar Eropa. Hal tersebut yang mendorong kedatangan bangsa-bangsa Eropa,
seperti: Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda ke Maluku. Kedatangan bangsa-bangsa
Eropa tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar pada konstelasi politik di
Maluku.
b. VOC memberikan kompensasi ke Sultan ternate dan pejabat-pejabatnya berupa
recognitie penningen atau pembayaran untuk suatu pelayanan yang pasti.
Monopoli rempah-rempah yang dilakukan oleh VOC tersebut kemudian mengakibatkan:
a. Boikot yang dilakukan oleh penguasa setempat dengan tidak menanam tanama
rempah-rempah dan diganti dengan tanaman komoditas lain, seperti kenari yang
ditanam di Makian, sehingga rempah-rempah menjadi langka dan tidak lagi menjadi
komoditas unggulan di Maluku;
b. Penyelundupan rempah-rempah ke luar kepulauan Maluku, bahkan puncaknya
adalah bibit tanaman cengkih diselundupkan oleh pedagang Perancis dan berhasil
ditanam di beberapa tempat di Afrika, seperti Zanzibar dan Madagaskar.
Dampak dari boikot dan penyelundupan seperti tersebut di atas adalah Kepulauan
Maluku tidak lagi menjadi tempat utama penghasil cengkih di dunia. Bahkan peranan
sebagai “negeri penghasil rempah-rempah” atau Spice Islands diambil alih oleh Zanzibar
sejak abad XIX. Semenjak itu, peranan Kepulauan Maluku dalam perniagaan dunia
menjadi semakin pudar.
Aneksasi Belanda terhadap Maluku semakin memperparah peranan Kepulauan Maluku
dari dunian perniagaan internasional. Peran dan fungsi perniagaan Maluku kemudian
anjlok dari skala internasional menjadi bersifat lokal. Dalam Traktat London pada tahun
1824 yang mengatur hubungan perdagangan bilateral antara Inggris dan Belanda,
disebutkan Maluku menjadi daerah pelayaran dan perniagaan yang meliputi Sulawesi di
belahan barat, Papua di belahan timur, Timor di belahan selatan, dan Kalimantan di
belahan utara, termasuk pulau-pulau yang ada di dalamnya. Pada tahap berikutnya,
Pemerintah Belanda dalam Lembaran Negara Tahun 1824 No. 9 a, 21 a, 26 a dan 28 a
yang menyatakan bahwa kepulauan Maluku hanya meliputi Ambon, Banda, Ternate,
Tidore, Bacan, serta Manado. Pada tahun 1840, Belanda menyatakan bahwa
Pemerintahan Maluku hanya meliputi kepulauan Ambon, kepulauan Banda dan Ternate
termasuk semua daerah yang di bawah kewenangan Ambon, Banda dan Ternate;
sedangkan Manado menjadi residensi tersendiri lepas dari Maluku.
Akan tetapi pada tahun 1652 harga rempah-rempah di pasar internasional jatuh secara
tajam. Untuk mengangkat kembali harga cengkih, maka VOC yang berkuasa di Maluku
Utara harus mengurangi produksi dengan menebang pohon-pohon cengkih yang ada,
yang dikenal dengan istilah hongi tochten. Pada 31 Januari 1652, suatu perjanjian
disepakati oleh VOC dan pihak Ternate yang bertujuan untuk mengontrol harga cengkih
di wilayah Maluku, khususnya yang berada di bawah kekuasaan Kesultanan Ternate,
dengan cara:
a. Memberikan kekuasaan penuh kepada VOC untuk melakukan hongi tochten atau
menebang pohon cengkih yang terdapat dalam wilayah kekuasaan Kesultanan
Ternate dan sekitarnya
Laporan Antara
V
-
8
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.1.4 Kerajaan Bacan Dalam Konteks Sejarah Maluku Utara
Bacan adalah salah satu “negeri” atau kerajaan yang penting dalam konteks kepulauan Maluku
bagian utara. Kerajaan Bacan merupakan salah satu kerajaan dalam konteks Moloku Kie Raha
atau “Kerajaan Empat Gunung” yang berkuasa di hampir sebagian besar wilayah Kepulauan
Maluku bagian utara. Pembahasan mengenai Kerajaan Bacan akan terbagi menjadi: (i) Mitos
dan legenda mengenai kerajaan-kerajaan di Maluku, (ii) analisa mengenai penamaan Bancan,
(iii) perpindahan kerajaan Bacan, (iv) catatan bangsa asing mengenai Bacan, (v) sistem
pemerintahan Kerajaan Bacan, (vi) potensi sumber daya Kerajaan Bacan, serta (vii) kerajaan
Bacan menjelang kemerdekaan Republik Indonesia.
5.1.4.1 Mitos Dan Legenda Kerajaan-Kerajaan Di Maluku Utara
Awal mula Kerajaan Bacan tidak bisa dilepaskan dari mitos atau legenda kelahiran
kerajaan-kerajaan Maluku, khususnya 4 (empat) kerajaan besar, yaitu: Ternate, Tidore,
Bacan dan Jailolo. Keempat kerajaan tersebut yang kemudian dikenal sebagai “Moloku
Kie Raha”. Ada beberapa versi atas mitos atau legenda kelahiran kerajaan-kerajan di
Maluku, antara lain adalah:
a. Versi “Nagarakartagama”
Kitab Nagarakartagama yang disusun oleh Empu Prapanca merupakan salah satu
kitab yang sangat terkenal yang pernah dibuat pada masa kejayaan Kerajaan
Majapahit. Pada masa itu, ada seorang kolano berkuasa di Loloda, Halmahera Utara;
akan tetapi kolano ini kehilangan kekuasaannya dengan munculya Kolano Jailolo.
Dalam kitab Nagarakartagama disebutkan bahwa pada awalnya Jailolo dikuasai oleh
seorang kolano perempuan yang berkuasa secara tiran dan memerintah dengan
tangan besi. Pemerintahan yang tangan besi tersebut kemudian memunculkan
perlawanan dan pembangkangan terhadap Kolano Jailolo yang diikuti dengan
eksodus para pembangkang politik ke pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Halmahera,
yaitu Ternate, Tidore, Moti dan Makian. Di pulau-pulau itulah para pembangkang
politik mendirikan kerajaan-kerajaan baru yaitu Kerajaan Ternate, Tidore dan
Bacan. Kelak di kemudian hari, Kerajaan Ternate menjadi kerajaan terkuat di
wilayah Maluku Utara pada gilirannya memukul balik dan mengakhiri eksistensi dan
kekuasaan Kerajaan Jailolo.
b. Versi “Mitos Bikusagara”
Mitos Bikusagara adalah mitos yang sangat populer di wilayah Maluku pada abad XVI
yang berhasil direkam oleh Gubernur Portugis di Maluku yang bernama Antonio
Galvao pada tahun 1544. Mitos ini menyatakan bahwa:
…Bikusagara, seorang tua berpengaruh di Batu Cina, menemukan empat butir telur
naga di antara batu karang. Ketika mendekati telur-telur itu tersebut, ia
mendengar suara yang memerintahkan padanya agar telur-telur itu dibawa pulang
karena akan menetaskan ‘pribadi-pribadi yang tinggi martabatnya’. Beberapa lama
kemudia, dari telur-telur itu menetas 3 anak laki-laki dan seorang anak
perempuan. Setelah dewasa, dari tiga orang anak laki-laki itu, seorang menjadi
Raja Bacan, yang lain menjadi Raja Papua, dan seorang lagi menjadi penguasa
Butung dan Banggai. Sementara yang perempuan menjadi permaisuri Raja Loloda.
Laporan Antara
Secara tidak langsung, mitos ini juga menyatakan bahwa ada “kekuatan besar” yang
disebutkan dengan simbol Naga yang diduga adalah sebuah kerajaan tua di
Halmahera Utara; serta disebutkan adanya “kekuataan yang lain”, yaitu Kerajaan
Loloda. Analisa dari Prof A.B. Lapian atas “Mitos Bikusagara” dalam tulisan yang
berjudul Bacan and the Early Early History of North Maluku pada tahun 1994
menyatakan bahwa kerajaan tertua di Maluku Utara yang berkedudukan di Jailolo
dan mempunyai pengaruh sampai ke Seram dan pulau-pulau di Sulawesi Utara.
c. Versi “Sejarah Ternate”
Buku “Sejarah Ternate” ditulis oleh Nadiah, seorang pejabat Hukum Soasio pada
tahun 1859-1864. Naskah yang ditulis oleh Nadiah dalam bahasa Ternate tersebut
kemudian diterjemahkan oleh P. van der Crab, mantan Residen Ternate (1863-1864),
ke dalam bahasa Belanda. Terjemahan dari Crab tersebut kemudian diterbitkasn
pada tahun 1878 dengan judul: “Geschiedenis van Ternate, in der Ternataanschen
en Maleischen Tekst, beschreven door der Ternataan Naidah, met Veratling en
Aantekeringen door P. van der Crab” atau: “Sejarah Ternate, dalam Teks Berbahasa
Ternate, dengan terjemahan dan catatan oleh P. van der Crab”. Kitab “Sejarah
Ternate” ini secara tidak langsung merupakan legitimasi kultural atas keberadaan
Kerajaan Ternate terhadap kerajaan-kerjaan yang lain.
Dalam “Sejarah Ternate”, disebutkan bahwa leluhur bangsa Maluku adalah seorang
Arab yang bernama Jafar Sadek atau Jafar Noh. Kelak Jafar Sadek atau Jafar Noh ini
setelah menetap di Danau Ake yang berada di Bukit Jore-jore, Ternate, mempunyai
4 (empat) orang anak laki-laki hasil perkawinan dengan seorang bidadari yang
bernama Nur Sifa. Keempat anak Jafar Sadek atau Jafar Noh tersebut yang kelak di
kemudian hari melahirkan kerajaan Bacan, Jailolo, Tidore dan Ternate, seperti yang
termaktub dalam “Sejarah Ternate” sebagai berikut:
…anak pertama, Buka, diberinya sepotong buncak pohon (dalam bahasa Ternate
disebut: age) untuk tempat duduk. Buka kemudian bertolak ke Makian dan
menjadi cikal bakal kerajaan Makian. Anak kedua, Darajat, mendapat tempat
duduk sepotong kayu terapung (dalam bahasa Ternate disebut: ginoti). Ia bertolak
ke Moti dan menjadi cikal bakal Kerajaan Jailolo. Anak ketiga, Sahajat,
memperoleh batu (dalam bahasa Ternate disebut: mari) sebagai tempat duduk. Ia
pergi ke Tidore dan menjadi cikal bakal Kerajaan Tidore. Anak keempat, Mashur
Malamo, memperoleh tempat duduk sebuah kursi dan menjadi cikal bakal Kerajaan
Ternate. Kopiah pemberian kakeknya yang dibawa dari langit menjadi mahkota
Kerajaan Ternate.
d. Versi “Hikayat Bacan”
Pada tahun 1923, W. Ph. Coolhaas mempublikasikan “Kroniek van het Rijk Batjan”
atau dikenal sebagai “Hikayat Bacan” dengan teks bahasa Belanda dan Melayu.
Penulis Hikayat Bacan yang aseli tidak ketahui, akan tetapi suntingan Coolhaas ini
menjadi salah satu sumber penting tentang sejarah Bacan dan kerajaan Maluku
lainnya. Berbeda dengan “Sejarah Ternate” yang merupakan legitimasi kultural
terhadap Ternate, maka “Hikayat Bacan” merupakan legitimasi atas keberadaan
Kerajaan Bacan terhadap kerajaan-kerajaan yang lain.
V
-
9
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
“Hikayat Bacan” juga menyebutkan Jafar Sadek atau Jafar Noh atau Noh Ibnu Jafar
Sadek sebagai tokoh sentral, yang datang dari tanah Arab dan menetap di Tanah
Gapi, yang kemudian mempunyai 5 (lima) orang anak (empat laki-laki dan satu
perempuan). Keempat anak laki-laki tersebut kelak menjadi mewariskan kerajaan
Bacan, Jailolo, Tidore dan Ternate, seperti yang termaktub dalam “Hikayat Bacan”
sebagai berikut:
…tiba-tiba datang gelap gulita, Guntur dan kilat, angin ribt serta hujan lebat
semalam suntuk hingga terbit fajar. Ketika pagi tiba, semenanjung dari Ternate
sampai Bacan sudah terputus-putus dan berselang seling menjadi Pulau Ternate,
Tidore, Moti dan Makian. Maka tiap-tiap anak dari anak laki-laki itu diberi tempat.
Anak pertama, bernama Said Muhammad Bakir atau Sahid Husin, di atas Gunung
Makian dan bergelar Maharaja Yang Bertakhta Kerajaan Moloku Astana Bacan
Negeri Komolo Besi Limau Dolik. Anak kedua menjadi Moloku Jailolo. Anak ketiga
menjadi Moloku Tidore. Anak keempat menjadi Moloku Ternate. Sedang anak yang
kelima, anak perempuan, pergi ke Tanah Gapi di Banggai dan bermukim di sana.
e. Versi “Hikayat Rua Rica”
“Hikayat Rua Rica” adalah versi lain dari kelahiran empat kerajaan besar di Maluku
Utara yang tidak terlalu populer dan dengan penulis yang anonim. Tokoh sentral
dalam kisah ini adalah “seorang guru agama dari Tanah Arab” yang singgah di Rua
Akerica, sebelah barat pulau Ternate, dan kemudian menikahi anak perempuan dari
keluarga lokal terhormat. Dari perkawinan tersebut, lahirlah 8 (delapan) orang anak,
yang terdiri atas 4 (empat) orang laki-laki dan 4 (empat) orang perempuan. Proses
terjadinya kerajaan-kerajaan di Maluku Utara menurut “Hikayat Rua Rica” adalah
sebagai berikut:
…ketika anak-anak itu dewasa, yang laki-laki mencari jalan masing-masing untuk
mendirikan kerajaan. Salah seorang anak laki-laki pergi ke Pulau Makian dan
mendirikan Kerajaan Kie Besi. Tetapi, lantaran ancaman gunung berapi, ia
kemudian pindah ke Pulau Bacan. Anak laki-laki lainnya pergi ke Pulau Moti dan
mendirikan Kerajaan Tuanane. Tetapi karena pulau ini tandus, maka ia pindah ke
Jailolo di Halmahera. Anak laki-laki yang ketiga bermukim di Pulau Tidore dan
mendirikan Kerajaan Duku. Sementara anak laki-laki termuda pergi ke Gapi di
Pulau Ternate dan mendirikan Kerajaan Gapi, serta bergelar Sultan Cico.
5.1.4.2 Sejarah Penamaan ”Bacan”
Istilah atau penamaan bacan sampai saat ini masih menjadi perdebatan. Dari beberapa
literatur sejarah paling tidak ditemukan 2 (dua) versi tentang penamaan atau istilah
bacan, yaitu:
a. Versi Francoise Valentijn
Francoise Valentijn dalam bukunya yang berjudul Oud en Nieuw Oost Indie (1724)
menyatakan bahwa Bacan adalah penamaan dari pulau-pulau di bagian barat
Kerajaan Jailolo -yaitu pulau Ternate, Tidore, Moti dan Makian- yang dikenal
dengan sebutan Batu Cina atau Batochina. Batu Cina dalam pengucapan orangorang Portugis menjadi Bat(a) Chin(a) yang kemudian ditulis menjadi Batchian.
b. Versi Sultan Musaffar Syah
Versi lain menyatakan bahwa bacan mempunyai arti harfiah yaitu: (mem-) baca.
Sultan Ternate yaitu Sultan Musaffar Syah menyatakan bahwa makna dari “bacan”
atau “membaca” adalah memasukkan sesuatu, atau usaha sadar yang dilakukan
seseorang untuk memasukkan sesuatu ke dalam otaknya untuk menjadi
pengetahuan atau kekuatan. Makna tersebut tidak bisa dilepaskan juga dengan
tugas dan fungsi Sultan Bacan dalam Kesultanan Moloku Kie Raha yaitu: memasok
logistik.
Sejarah penamaan Bacan berdasarkan versi Francoise Valentijn (1724) dianggap lemah,
karena dari beberapa litograf yang dibuat oleh bangsa-bangsa Eropa yang berkunjung di
Kepulauan Maluku Utara menyatakan bahwa Batochina tidak sama dengan Bacan atau
Batchian, seperti terlihat pada gambar berikut ini.
“Hikayat Rua Rica” ini walau tidak sejelas “Sejarah Ternate”, tetapi sedikit banyak
merupakan bentuk legitimasi atas peran dan kekuasaan Kerajaan Ternate.
Kedatangan Jafar Sadek atau Jafar Noh menurut catatan Nadiah adalah pada hari
Senin, 6 Muharran 643 H atau sekitar 1245 M. Menurut Prof. de Graaf dan Pigeaud
dalam Chinese Muslim in Java at XV and XVI Centuries disebutkan bahwa Jafar
Sadek adalah seorang Mesir yang dikirim pemeritahnya ke Jawa sebagai Ambassador
Plenipotentiary atau “duta besar berkuasa penuh” dari Kesultanan Mesir dari Dinasti
Abbasiyah. Sedangkan menurut literatur Cina, nama Jafar Sadek disebutkan sebagai
Ja Tek Su, seorang muslim ahli perkapalan Cina yang menjadi mubaligh di Jawa pada
abad XV.
Laporan Antara
V
-
1 0
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Gambar 5.13. Analisa Mengenai Batochina dan Bacan
Bachian atau
Bacan
Gambar 5.14. Batochina do Moro
Batochina
Sumber: google.co.id, 2008
Bacchian
Ternate
Sedangkan penamaan Bacan versi Sultan Musaffar Syah juga diperdebatkan oleh
beberapa ahli sejarah, karena nama atau sebutan “Bacan” sudah muncul jauh sebelum
era Sultan Musaffar Syah. Diduga pernyataan Sultan Musaffar Syah tersebut merupakan
klaim kekuasaan Kesultanan Ternate atas kerajaan yang lain di Kepulauan Maluku bagian
utara.
5.1.4.3 Perpindahan Dari Makian Sampai Ke Negeri Zeki Laboan
Batochina
Sumber gambar: google.co.id, 2008
Kerajaan Bacan diperkirakan berdiri pada tahun 1322 yang berkedudukan di Makian
menyusul terlaksananya “Persekutuan Moti” atau Motir Verbond. “Persekutuan Moti”
berawal dari gejolak sosial dan politik di wilayah kepulauan Ternate, Tidore, Jailolo dan
Bacan akibat meningkatnya perekonomian Ternate yang menjadi lebih baik dari pada
kawasan yang lain. Penguasa Ternate, yaitu Sida Arif, mengundang para Kolano Tidore,
Jailolo dan Bacan untuk mengatasi kemelut di wilayah tersebut. Agenda pertemuan
adalah: (i) membahas upaya perdamaian antar kerajaan, (ii) penyeragaman bentuk
kelembagaan kerajaan, serta (iii) penentuan peringkat dan senioritas kerajaan. Dalam
beberapa naskah sejarah, disebutkan bahwa Kerajaan Bacan mempunyai bendera
dengan warna dasar merah seperti yang terlihat pada gambar berikut ini.
Litograf yang lain bahkan menyatakan bahwa Jailolo atau Gilolo mempunyai sebutan
lain sebagai Batochina do Moro yang berbeda sama sekali dengan teori Batochina adalah
Bacan ataupun Batochina adalah kepulauan yang berada di sisi barat dari Pulau
Halmahera, seperti yang terlihat pada gambar berikut ini.
Laporan Antara
V
-
1 1
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Gambar 5.15. Bendera Kerajaan Bacan
imigran dari pantai timur Sulawesi. Sedangkan menurut Crab (1862) yang menyatakan
penduduk Bacan asli pada tahun 1850 tinggal 400 orang saja.
Keberadaan banyak pendatang di Pulau Bacan karena perpindahan ibu kota kesultanan
dan hubungan perdagangan ini diduga mendorong munculnya Bahasa Bacan (Bacanese)
yang sering juga dikenal sebagai Bahasa Melayu Bacan. Bahasa-bahasa dari para
pedagang asing tersebut tak pelak memperkaya khasanah bahasa Melayu Bacan
tersebut. Gambar berikut adalah manuskrip dengan menggunakan bahasa yang ada di
Halmahera Selatan seperti yang tersimpan di Ternate.
Gambar 5.16. Manuskrip dalam Bahasa Lokal di Halmahera Selatan
Sumber: google.co.id, 2008
Raja Pertama Kerajaan Bacan di Makian tersebut menurut “Hikayat Bacan” adalah Said
Muhammmad Bakir dengan gelar Maharaja Yang Bertakhta Kerajaan Moloku Astana
Bacan, Negeri Komala Besi Limau Dolik. Dalam Hikayat Bacan yang dipublikasikan oleh
Ph. Coolhas (1923) dan berdasarkan tulisan P. van der Crab (1862) disebutkan bahwa
ibukota kerajaan Bacan berawal dari Makian Timur dan kemudian pindah ke Kasiruta.
Perpindahan ibu kota kerajaan Bacan ke Kasiruta ini terjadi pada masa Sida Hasan.
Perpindahan tersebut dikarenakan ancaman gunung berapi Kie Besi. Orang-orang Makian
yang dievakuasi tersebut menempati Dolik, Talimau dan Imbu-imbu.
Perpindahan ibukota kerajaan pindah dari Kasiruta ke Pulau Seki –tepatnya di Labuhadikarenakan Labuha telah berkembang menjadi permukiman yang besar. Labuha –di saat
ibukota Kerajaan Bacan berada di Kasiruta- adalah wilayah yang berada di bawah
kekuasaan Sangaji Labuha. Perpindahan ibu kota atau pertumbuhan kerajaan dengan
alasan perkembangan permukiman, menurut Coolhas (1923), merupakan pola yang
sering terjadi di kerajaan-kerajaan yang ada di Maluku. Sejak perpindahan ibukota
kerajaan dari Kasiruta ke Labuha tersebut, diduga terjadi perubahan penyebutan nama
pulau, yaitu dari Pulau Seki (atau Zeki) menjadi Pulau Bacan. Atau dengan kata lain,
penamaan Bacan sebagai nama kesultanan adalah lebih dahulu dari pada penamaan
Bacan sebagai nama pulau.
Sumber: www.busranto.blogspot.com
Diperkirakan Labuha mempunyai nilai keruangan yang lebih strategis dibandingkan
dengan Kasiruta, terutama untuk sektor perdagangan. Pada berbagai literatur sejarah
selalu menyebutkan Bacan sebagai penghasil cengkih. Bahkan disebutkan bahwa Bacan –
dalam hal ini adalah Labuha- menjadi salah pelabuhan penting pada abad XV dan XVI.
Pulau Bacan pada masa Sida Hasan sudah dikunjungi dan ditinggali oleh pedagang dari
Jawa, Melayu, Cina dan Arab. Kehadiran para pedagang tersebut sedikit banyak akan
berdampak pada perkembangan bahasa dan budaya lokal, serta pada penyebaran agama
dan penduduk. Berdasarkan identifikasi yang dilakukan oleh Wallace (1858) dinyatakan
bahwa penduduk yang mendiami Pulau Bacan terdiri atas orang Makian-Melayu, orang
Serani (blasteran Melayu-Portugis), orang Galela, serta orang Tomori yang merupakan
Laporan Antara
V
-
1 2
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.1.4.4 Bacan Dalam Catatan Sejarah Bangsa Eropa
Dalam konteks sejarah tentang Bacan, tidak bisa dilepaskan dengan komoditas cengkeh
dan pala. Pada masa lalu, sentra produksi cengkeh dan pala terpusat di Ternate, Tidore,
Moti, Makian, Bacan dan Halmahera yang merupakan jajaran dari Pulau Penghasil
Rempah (Spice Islands). Pulau Bacan tidak hanya mempunyai peran dalam produksi
cengkeh dan pala pada masa itu, akan tetapi juga menjadi pusat kontrol atas produksi
dan distribusi cengkeh dan pala di Ternate, Tidore, Moti, Makian dan Halmahera.
Sedangkan catatan sejarah mengenai Kerajaan Bacan setelah perpindahan dari Makian
ke Pulau Seki terlihat pada litograf berikut ini. Pada litograf yang dibuat oelh bangsa
Portugis digambarkan Pulau Seki –yang kelak dikenal sebagai Pulau Bacan- dengan
benteng Bernevald yang didirikan oleh Portugis pada tahun 1558.
Gambar 5.18. Pulau Seki atau Bacan dengan Benteng Bernevald
Bacan sendiri sudah dikunjungi oleh pedagang-pedagang Eropa pada awal tahun 1500an, seperti yang dituliskan Thome Pires dalam Suma Oriental: An Account of the East
from the Red Sea to Japan (1515) yang menyatakan:
…pulau yang disebut Bacan ini menghasilkan cengkih, pulau lain tidak. Negeri ini
mempunyai pelabuhan-pelabuhan yang bagus. Dari pelabuhan ini barang-barang dan
muatan diangkut ke pulau lain. Bacan merupakan mata rantai pulau-pulau yang
menghubungkannya dengan Seram dan Ambon. Negeri ini menghasilkan 5000 bahan
cengkih tiap tahun. Tetapi, pulau ini tidak menghasilkan bahan makanan yang banyak; di
mana dari pulau-pulau lain, bahan makanan itu dibawa ke pulau lain
Gambar di bawah ini menunjukkan peta Bacan pada awal kedatangan bangsa Eropa yang
merupakan bagian dari Atlas van der Hagen yang disimpan di Koninklijke Bibliotheek,
Den Haag. Pada peta tersebut tergambar benteng di Bachian serta jajaran pulau
Machian (Makian), Motir (Moti), Tidoro (Tidore) dan Terrenate (Ternate).
Gambar 5.17. Peta Pulau-pulau Penghasil Rempah-rempah di Maluku Utara
Sumber: google.co.id, 2008
Sedangkan bebera litograf lain yang menggambarkan Kerajaan Bacan yang
berkedudukan di Pulau Seki atau Pulau bacan sekarang ini terlihat pada gambar berikut
ini.
Gambar 5.19. Litograf mengenai Pulau Bacan
Sumber: www.nationaalarchief.nl
Laporan Antara
Sumber: google.co.id, 2008
V
-
1 3
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.1.4.5 Sistem Pemerintahan Kerajaan Bacan
Sistem pemerintahan di Kesultanan Bacan secara umum hampir sama dengan yang ada
di Kesultanan Ternate dan Tidore yang mengacu pada hasil “Persekutuan Moti” atau
Motir Verbond pada tahun 1322. Kesultanan Bacan terdapat lembaga Sekretaris
Kesultanan atau Jogugu yang bertugas mendampingi Sultan dalam urusan pemeritahan,
serta menata administrasi kesultanan. Pemerintahan Kesultanan Bacan dijalankan oleh
Sultan dengan sejumlah aparatur pemerintah, yaitu:
a. Bobato Dalam, yang menjalankan fungsi pertahanan dan keamanan. Aparat
pemerintahan bobato dalam antara lain adalah: Mayor, Kapiten Ngofa dan Kapita
Kie, Letnan Ngofa dan Letnan Kie, Alfiris, Sersan dan Kabu.
b. Bobato Luar, yang menjalankan fungsi pemerintahan. Bobato luar terdiri atas:
Jogugu (sekretaris sultan) yang dibantu para hukum (hakim) dan kimalaha
sapanggala.
c. Bobato Akhirat, yang menjalankan fungsi keagamaan. Bobato akhirat terdiri atas:
kalem atau Qadhi Kesultanan yang dibantu oleh imam, khatib dan moding.
d. Kapita Laut, yang berperan sebagai panglima militer dan sekaligus bertanggung
jawab atas alat-alat transportasi laut milik kesultanan
e. Kapala Bangsa, yang merupakan pelaksana kesultanan dari kelompok “orang
Soasio” atau rakyat jelata yang telah menganut agama.
f. Imam Juru Tulis, Khatib Juru Tulis dan Moding Juru Tulis yang berperan dalam
administrasi kesultanan
g. Imam Ngofa, Khatib Ngofa dan Dano
Menurut P. van der Crab dalam De Moluksche Eilanden (1862) disebutkan bahwa
aparatur pemerintah Kesultanan Bacan dipilih langsung oleh rakyat menurut aturan yang
ditetapkan sultan. Pemilihan langsung tersebut dengan alasan bahwa pejabat-pejabat
tersebut membawa perintah-perintah kesultanan kepada rakyat dan tidak boleh
melawan lembaga-lembaga dan adat istiadat negeri.
Wilayah kekuasaan Kesultanan Bacan pada awalnya meliputi Pulau Seki, Kasiruta, Obi
dan pulau-pulau kecil sekitarnya; termasuk wilayah taklukan berupa Papua dan
beberapa desa di Seram, yakni Lisabata, Hatuwe, Saway, Laulata, Poputa, Bowur,
Tulusy, Soleman dan Hatilen. Berdasarkan Perjanjian Ekstirpasi Cengkih antara
Kesultanan Bacan dan VOC pada 7 November 1653 disebutkan bahwa Kesultanan Bacan
diakui hak dan kedaulatannya atas Laiwui, Sembaki, Bacan Tua, Salap, Macoli,
Wuiyama, Turongara, Piga Raja, Bariati dan Taspa.
Pada saat ini perangkat kepemerintahan Kesultanan Bacan hanya terdiri atas:
a. Babato Dunya – dipegang oleh jogugu yang sekarang ini banyak berperan mewakili
sultan dalam melaksanakan tugas administratif dan pekerjaan rutin lainnya.
b. Babato Akhirat – dipegang oleh imam masjid yang sekarang ini bertanggung jawab
pada tugas keagamaan yang berkaitan dengan peran kesultanan sebagai bagian dari
budaya setempat.
Dalam pelaksanaan tugas dan peran kesultanan dalam konteks sekarang ini, Pemerintah
Daerah Kabupaten Halmahera Selatan memberikan anggaran bagi Kesultanan Bacan.
Akan tetapi anggaran tersebut hanya terbatas untuk mendanai perawatan Rumah Sultan
Bacan dan Masjid Kesultanan Bacan.
5.1.4.6 Sumber Daya Alam Kerajaan Bacan
Kekayaan atau potensi sumber daya alam yang dimiliki Bacan tergali dari beberapa
penelitian yang pernah dilakukan di Bacan dan pulau-pulau sekitarnya. Perusahaan Elout
melakukan survei lapangan pada tahun 1880 yang menyatakan bahwa Bacan mempunyai
potensi berupa sagu, damar, kopi, cokelat, batu bara, emas, mutiara, penyu, teripang
dan ikan; sedangkan di Pulau Obi mempunyai potensi berupa damar mata kucing.
Potensi sagu diperkirakan lebih dari 1.790.000 pohon sagu di seluruh wilayah Pulau
Bacan. Bagian utara dari Pulau Bacan dan Kasiruta terdapat hutan damar yang sangat
luas. Damar pada abad XIX dan XX merupakan salah satu produk unggulan Maluku Utara.
Pada tahun 1923 kopra menempati ranking teratas dengan menghasilkan devisa f. 3
juta, disusul damar dengan hasil devisa sebesar f. 2,875 juta.
Bacan menjadikan kepulauan besar Obi sebagai sumber bahan makanan dan ikan, sebab
kawasan ini menghasilkan sagu dan memiliki lautan yang kaya dengan ikan. Pada masa
Sultan Awaluddin II bertahta telah terjadi skandal yang menghebohkan, yaitu dijualnya
Pulau Obi kepada Kompeni seharga 800 ringgit, seperti yang disebutkan oleh Coolhaas
pada tahun 1923 dalam Kroniek van het Rijk Batjan.
Penelitian keanekaragaman hayati di Bacan juga dilakukan oleh Alfred Russel Wallace,
seorang peneliti dan naturalis Inggris terkemuka. Wallace berdiam di Bacan dari 21
Oktober 1858 sampai 13 April 1859. Selama di Bacan, Wallace mengidentifikasi berbagai
jenis kupu-kupu yang langka; termasuk beragam burung, seperti burung merpati berbulu
hijau dan ungu, burung punai berwarna tembaga dan hijau, cedrawasih dan beberapa
jenis burung kecil, serta musang dan 9 (sembilan) jenis kelelawar. Hasil penelitian
tersebut kemudian dituliskan oleh Wallace dalam buku yang berjudul “Geographical
Distribution of Birds” yang ditulis di Bacan pada bulan Maret 1859.
Beberapa catatan sejarah menyatakan bahwa di Pulau Obi pada awalnya terdapat
sebuah kerajaan kecil. Pada awal abad XIV, Obi mengklaim memiliki pemerintahan
sendiri, sekalipun tidak mempunyai peranan penting dibandingkan kerajaan lain yang
tergabung dalam Moloku Kie Raha. Kerajaan Bacan kemudian meredam klaim tersebut
dengan memasukkan Obi dalam wilayah kekuasaannya, walau tidak tercatat kapan Obi
menjadi bagian dari Kerajaan Bacan.
Laporan Antara
V
-
1 4
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Gambar 5.20. Beragam Jenis Burung di Pulau Bacan
sedimentasi atau pasir yang masuk ke dalam cekungan tersebut. Pada daratan terlihat
adanya benteng Fort Bernevald, sedang pada teluk tergambarkan beberapa kapal yang
akan merapat ke arah benteng seperti yang terlihat pada gambar berikut ini.
Gambar 5.22. Cekungan Teluk Labuha Jaman Dahulu
Sumber: google.co.id, 2008
Temuan penting lain yang didapatkan Wallace selama di Pulau Bacan adalah spesies
lebah raksasa Megachile pluto yang diduga merupakan lebah terbesar yang di muka
bumi saat ini. Wallace juga menemukan spesies cendrawasih Paradisaea apoda di Pulau
Bacan; di mana pada masa itu keindahan bulu cendrawasih sangat terkenal ke seantero
dunia. Bahkan Sultan Bacan pernah memberikan hadiah kepada Raja Spanyol melalui
Magellan pada tahun 1522. Hadiah berupa bulu-bulu indah Paradisaea apoda tersebut
yang kemudian dikenal dengan sebutan “the birds of the Gods”. Bahkan pada tahun
1640 pelukis ternama dunia, Rembrant, membuat lukisan mengenai burung Paradisaea
apoda tersebut. Gambaran Megachile Pluto dan Paradisaea apoda yang ditemukan di
Pulau Bacan bisa dilihat pada gambar di bawah ini.
Sumber: www.nationaalarchief.nl
5.1.4.7 Kerajaan Bacan Sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia
Gambar 5.21. Megachile Pluto dan Paradisaea apoda
Investasi di Maluku Utara dan khususnya Bacan semakin meningkat dengan dibukanya
Terusan Suez pada 1869 yang memperpendek jarak pengangkutan produksi dari
Indonesia ke Eropa. Pembukaan pelabuhan Ternate pada 1854, disusul dengan
beroperasinya perusahaan pelayaran KPM (Koningklijk Paketvaart Maatschappij) pada
tahun 1888, mendorong terbukanya pelabuhan-pelabuhan lain di Maluku Utara,
termasuk Bacan. Sejak tahun 1907, perusahaan Moluksche Handel Vennootschaap (MHV)
yang bergerak di bidang ekspor damar, hasil laut dan hasil hutan telah membuka kantor
cabang di Bacan; yang kemudian disusul oleh BAM yang membuka bisnis perkebunan di
Bacan.
Namun di sisi lain, monopoli Belanda atas komoditas cengkihsejak tahun 1652 yang
berujung dengan boikot dan penyelundupan cengkih, membuat perniagaan di Maluku
Utara jatuh. Pada awal abad XVIII dan XIX secara perlahan, namun pasti, peranan
Maluku Utara dalam perniagaan internasional semakin berkurang; di mana peran sebagai
Spice Islands atau kepulauan penghasil rempah-rempah diambil alih oleh Zanzibar di
Afrika Timur.
Sumber: Australian Native Bee Research Centre dan sumber lain
Potensi sumber daya alam yang di Labuha Lama adalah Sungai Inggoi dan Teluk Labuha.
Berdasarkan literatur dan manuskrip sejarah yang berkaitan dengan Labuha, terlihat
bahwa gambaran mengenai Teluk Labuha lebih dominan dari pada Sungai Inggoi. Pulau
Bacan sering digambarkan dengan cekungan Teluk Labuha yan menjadi orientasi dari
benteng Fort Bernevald pada masa itu. Lansekap dari Pulau Bacan terlhat seperti huruf
“C” dengan daratan yang pada sisi depan landai dan sisi belakang dikelilingi bukit-bukit.
Cekungan teluk terlihat sangat dominan, di mana pada beberapa gambar terlihat ada
Laporan Antara
Dalam konteks politik lokal, kedudukan Bacan dalam kepemerintahan Hindia Belanda
mengalami penurunan dari tahun 1866 sampai 1925. Pada 1866-1898 Kesultanan Bacan
merupakan bagian dari Karesidenan Ternate yang langsung berada di bawah Gubernur
Jenderal. Berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal No. 2 tertanggal 6 Desember 1866 (S.
1866 no. 139), kekuasaan Kesultanan Bacan meliputi: Pulau Bacan atau Seki, Kasiruta
atau Tawale Besar, Mandaoli, Obit atau Batanglobang, Bungamas atau Batupacitaka,
Tabubilik, Batu Ampat, Wiring, Nusa Pau, Lata-lata, Tawale Kecil, Nusa Raloid, serta
Gilalang atau Batusambo. Pada 1898, berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal No. 19
tertanggal 5 Februari 1898, Bacan menjadi afdeling dibawah seorang kontrolir yang
V
-
1 5
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
berkedudukan di Labuha. Namun status Bacan turun menjadi onderafdeling berdasarkan
Besluit Gubernur Jenderal No. 27 tertanggal 16 Juni 1921. Baru pada tahun 1925,
pemerintah Belanda mengembangkan pembangunan sampai ke wilayah selatan,
termasuk Labuha. Peningkatan status kepemerintahan Bacan terjadi pada tahun 1930, di
mana Pemerintah Belanda mengeluarkan Zelf Bestuur Regeling yang menetapkan
pembagian Maluku Utara ke dalam 3 (tiga) swapraja, yaitu:
a. Swapraja Kesultanan Ternate,
b. Swapraja Kesultanan Tidore,
c. Kesultanan Bacan.
Setiap kesultanan dibagi ke dalam distrik-distrik yang dikepalai oleh Kepala Distrik yang
bertanggung jawab pada sultan. Masing-masing distrik terbagi menjadi beberapa onderdistrik. Kekuasaan Kerajaan Bacan yang semakin melemah, baik secara politik atau pun
ekonomi, bisa telihat pada saat pelantikan Sultan Bacan pada tahun 1930-an oleh
pemerintah kolonial Hindia Belanda, seperti terlihat pada gambar berikut ini.
5.1.5 Pembentukan Provinsi Maluku Utara dan Kabupaten Halmahera Selatan
Provinsi Maluku Utara merupakan salah satu Provinsi kepulauan yang dimekarkan dari Provinsi
Maluku melalui Undang-undang RI Nomor 46 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Maluku
Utara, Kabupaten Buru dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat kemudian, diubah dengan
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2003 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 46 Tahun 1999
tentang Pembentukan Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru dan Kabupaten Maluku Tenggara
Barat (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 174, Tambahan Lembaran Negera Nomor 3895).
Daerah ini pada mulanya adalah bekas wilayah empat kerajaan Islam terbesar di bagian timur
Nusantara yang dikenal dengan sebutan Moloku Kie Raha atau “Kesultanan Empat Gunung di
Maluku”. Masing-masing adalah Kesultanan Bacan, Kesultanan Jailolo, Kesultanan Tidore dan
Kesultanan Ternate.
Pada era pendudukan tentara Jepang (1942-1945), Ternate menjadi pusat kedudukan penguasa
Jepang untuk wilayah Pasifik. Memasuki era kemerdekaan, posisi dan peran Maluku Utara terus
mengalami kemorosotan. Kedudukannya sebagai karesidenan sempat dinikmati Ternate antara
tahun 1945-1957. Setelah itu kedudukannya dibagi dalam beberapa daerah tingkat II
(kabupaten).
Gambar 5.23. Pelantikan Sultan Bacan pada Tahun 1930-an
Upaya merintis pembentukan Provinsi Maluku Utara telah dimulai sejak 19 September 1957.
Ketika itu DPRD peralihan mengeluarkan keputusan untuk membentuk Provinsi Maluku Utara
untuk mendukung perjuangan untuk mengembalikan Irian Barat melalui Undang-undang Nomor
15 Tahun 1956, namun upaya ini terhenti setelah munculnya peristiwa pemberontakan
Permesta.
Pada tahun 1963, sejumlah tokoh partai politik seperti Partindo, PSII, NU, Partai Katolik dan
Parkindo melanjutkan upaya yang pernah dilakukan dengan mendesak Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah-Gotong Royong (DPRD-GR) untuk memperjuangkan pembentukan Provinsi Maluku
Utara. DPRD-GR merespon upaya ini dengan mengeluarkan resolusi Nomor 4/DPRD-GR/1964
yang intinya memberikan dukungan atas upaya pembentukan Provinsi Maluku Utara. Namun
pergantian pemerintahan dari orde lama ke orde baru mengakibatkan upaya-upaya rintisan
yang telah dilakukan tersebut tidak mendapat tindak lanjut yang kongkrit.
Sumber: Repro Koleksi Kesultanan Bacan (2008)
Pada masa kemerdekaan dan selanjutnya pada masa Orde Baru, daerah Moloku Kie Raha ini
terbagi menjadi dua kabupaten dan satu kota. Kabupaten Maluku Utara beribukota di Ternate,
Kabupaten Halmahera Tengah beribukota di Soa Sio, Tidore, dan Kota Administratif Ternate
beribukota di Kota Ternate. Ketiga daerah kabupaten/kota ini masih termasuk wilayah Provinsi
Maluku dengan ibukota Ambon.
Pada masa pemerintahan Presiden BJ. Habibie, muncul pemikiran untuk melakukan percepatan
pembangunan dibeberapa wilayah potensial dengan membentuk Provinsi-provinsi baru. Provinsi
Maluku termasuk salah satu wilayah potensial yang perlu dilakukan percepatan pembangunan
melalui pemekaran wilayah Provinsi, terutama karena laju pembangunan antara wilayah utara
dan selatan dan atau antara wilayah tengah dan tenggara yang tidak serasi. Atas dasar itu,
Pemerintah membentuk Provinsi Maluku Utara (dengan ibukota sementara di Ternate) yang
dikukuhkan dengan Undang-Undang Nomor 46 tahun 1999 tentang Pemekaran Provinsi Maluku
Utara, Kabupaten Buru dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
Laporan Antara
V
-
1 6
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Dengan demikian Provinsi ini secara resmi berdiri pada tanggal 12 Oktober 1999 sebagai
pemekaran dari Provinsi Maluku dengan wilayah administrasi terdiri atas Kabupaten Maluku
Utara, Kota Ternate dan Kabupaten Maluku Utara. Selanjutnya melalui Undang-undang Nomor 1
Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Timur,
Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Sula Kepulauan, dan Kota Tidore Kepulauan.
Visi Kabupaten Halmahera Selatan adalah: ”Mengantarkan Halmahera Selatan sebagai
Kabupaten baru yang Bermoral Agamis, Stabil dan Mandiri, Sehat dan Cerdas, Maju dan
Sejahtera dalam Kebersamaan Yang Adil pada Tahun 2010.”
e. Mengoptimalkan seluruh potensi budaya untuk membina masyarakat agar memiliki
ketahanan yang kuta terhadap potensi konflik suku, agama, ras dan antar golongan (SARA).
f. Menjadikan Kabupaten Halmahera Selatan sebagai
pemerintahan yang hemat, bersih dan bebas korupsi.
pilot
poject
sebuah
model
g. Menyatukan seluruh kekuatan elemen sosial ekonomi budaya dan politik untuk bersama
membangun Halmahera Selatan dalam kebersamaan yang adil.
Lambang daerah dari Kabupaten Halmahera Selatan adalah sebagai berikut:
Makna dari Visi Kabupaten Halamhera Selatan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mengantarkan sebagai upaya peletakan dasar-dasar prinsip yang strategis terhadap
pembangunan Kabupaten Halmahera Selatan dan upaya mempertahankan eksistensinya
sebagai kabupaten baru.
Gambar 5.24
Lambang Daerah Kabupaten Halmahera Selatan
b. Kabupaten baru sebagai amanat Undang-undang No. 1 Tahun 2003 tentang Pembentukan
Kabupaten Halmahera Selatan dengan segala batas wilayah hukum dan geografisnya.
c. Bermoral agamis, sebagai upaya pembentukan karakter dan jatidiri pemerintah dan
masyarakat Halmahera Selatan yang baik, jujur dan taat beragama, sebagai prinsip
reformasi dan perubahan paradigma pembangunan.
d. Stabil dan mandiri adalah upaya mempertahankan keberlangsungan hidup kabupaten
Halmahera Selatan yang masih sangat lemah dengan cara berjuang untuk menggali semua
aspek potensi yang dimiliki oleh kabupaten Halmahera Selatan agar dapat kuat, aman,
damai, dan berwibawa dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tinggi.
e. Sehat dan cerdas adalah upaya program aksi prioritas yang sangat urgen dilaksanakan.
f. Maju dan sejahtera merupakan perwujudan cita-cita pembangunan Halmaera Selatan
seutuhnya yang dibarengi dengan meningkatnya indeks pertumbuhan ekonomi dan income
rata-rata masyarakat dalam sebuah sIstem yang bertanggungjawab.
g. Dalam kebersamaan yang adil, bahwa realita masayarakat Halmahera Selatan sangat
pluralistik hidup dalam berbagai keragaman kultur, budaya etnis, dan agama hendaknya
diberikan hak dan kesempatan yang adil agar dapat membina kebersamaan yang spontan
dan partisipatif, saling menghormati, pengertian, toleran dalam interaksi sosialnya.
h. Tahun 2010 adalah target dari pembangunan dan perwujudan prinsip-prinsip dasar
penyelenggaraan pemerintahan yang telah terwujud indikator-indikator keberhasilannya.
Misi dari Kabupaten Halmahera Selatan adalah sebagai berikut:
a. Mengoptimalkan seluruh potensi daerah untuk mempertahankan keberlangsungan hidup
Kabupaten Halmahera Selatan.
b. Mengoptimalkan seluruh potensi daerah untuk membina dan membangun moral anak
bangsa di negeri ini menjadi elemen positif yang menunjang Halmahera Selatan yang
berkah, bermartabat dan maju.
c. Mengoptimalkan seluruh potensi daerah untuk menjadi elemen utama sebagai akselerator
perubahan di era reformasi.
d. Mengoptimalkan seluruh potensi daerah untuk mempercepat pertumbuhan sumberdaya
manusia yang sehat dan cermat.
Laporan Antara
Sumber: google.co.id, 2008
Tulisan SARUMA pada lambang daerah Kabupaten Halmahera Selatan bermakna sebagai berikut:
"Tekad segenap unsur masyarakat Kabupaten Halmahera Selatan untuk mewujudkan
semangat kebersamaan, kerukunan hidup beragama dan bermasyarakat demi keutuhan
dan kemakmuran Kabupaten Halmahera Selatan ke depan."
V
-
1 7
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.2
LETAK GEOGRAFIS DAN WILAYAH ADMINISTRASI
Ruang lingkup wilayah perencanaan meliputi seluruh wilayah Kabupaten Halmahera Selatan sebagai
daerah otonom yang baru dimekarkan dari Kabupaten Maluku Utara (sekarang Halmahera Barat)
Provinsi Maluku Utara sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2003, terletak antara 126° 45’
bujur timur dan 129° 30’ bujur timur dan 0° 30’ lintang utara dan 2° 00’ lintang utara. Kabupaten
Halmahera Selatan terletak di kawasan timur Indonesia, tepatnya berbatasan dengan:
a. Sebelah utara dibatasi oleh Kota Tidore Kepulauan dan Kota Ternate;
b. Sebelah selatan dibatasi oleh Laut Seram;
20 Kecamatan Kep Batanglomang
53,25 km2
21 Kecamatan Kep Joronga
128,97 km2
22 Kecamatan Makian
55,60 km2
23 Kecamatan Makian Barat
33,83 km2
24 Kecamatan Mandioli Selatan
131,92 km2
25 Kecamatan Mandioli Utara
87,05 km2
26 Kecamatan Obi
c. Sebelah timur dibatasi oleh Laut Halmahera;
27 Kecamatan Obi Barat
d. Sebelah barat dibatasi Laut Maluku.
28 Kecamatan Obi Selatan
Luas wilayah Kabupaten Halmahera Selatan adalah 40.263,72 km2, yang terdiri dari daratan seluas
8.779,32 km2 (22% ) dan luas lautan sebesar 31.484,40 km2 (78%)
1.073,15 km2
89,24 km2
1.083,48 km2
29 Kecamatan Obi Timur
80,98 km2
30 Kecamatan Obi Utara
160,69 km2
Berdasarkan PERDA No. 8 Tahun 27 kecamatan dalam wilayah administrasi Kabupaten Halmahera
Selatan menjadi 30 kecamatan dimana semula berdasarkan UU No. 1 Tahun 2003 terdiri atas 9
kecamatan. Wilayah adminisrasi Kabupaten Halmahera Selatan yang terdiri atas 30 kecamatan, yaitu:
1
Kecamatan Bacan
304,68 km2
2
Kecamatan Bacan Barat
171,57 km2
3
Kecamatan Bacan Barat Utara
242,94 km2
4
Kecamatan Bacan Selatan
160,34 km2
5
Kecamatan Bacan Timur
6
Kecamatan Bacan Timur Selatan
307,37 km2
7
Kecamatan Bacan Timur Tengah
246,64 km2
8
Kecamatan Gane Barat
452,25 km2
9
Kecamatan Gane Barat Selatan
244,23 km2
1.418,12 km2
10 Kecamatan Gane Barat Utara
506,99 km2
11 Kecamatan Gane Timur
597,16 km2
12 Kecamatan Gane Timur Selatan
273,89 km2
13 Kecamatan Gane Timur Tengah
285,84 km2
14 Kecamatan Kasiruta Barat
260,65 km2
15 Kecamatan Kasiruta Timur
222,42 km2
16 Kecamatan Kayoa
77,03 km2
17 Kecamatan Kayoa Barat
25,19 km2
18 Kecamatan Kayoa Selatan
26,06 km2
19 Kecamatan Kayoa Utara
36,18 km2
Laporan Antara
V
-
1 8
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Laporan Antara
V
-
1 9
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Sedangkan wilayah kecamatan di Kabupaten Halmahera Selatan yang memiliki kondisi
kelerengan curam – sangat curam (15 - >40 º) antara lain adalah :
5.3 FISIK DASAR, LINGKUNGAN DAN PENGGUNAN LAHAN
5.3.1 Topografi
Sebagai wilayah kepulauan, Kabupaten Halmahera memiliki daerah landai yang cukup luas.
Berdasarkan kondisi fisiknya, luas wilayah Kabupaten Halmahera Selatan berdasarkan
kelerengan dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut.
Tabel 5.1
Luas Daerah Berdasarkan Tingkat Kelerengan
No
Kelerengan
Derajat Kemiringan
Luas (Km2)
1
Datar
0 - 2º
4,615.55
2
Landai
2 - 8º
861.47
3
Miring
8 - 15º
1,420.33
4
Curam
15 - 40º
956.80
5
Sangat Curam
> 40º
208.45
•
Kec. Makian
•
Kec. Makian Barat
•
Kec. Gane Barat Utara
•
Kec. Gane Barat
•
Kec. Gane Barat Selatan
•
Kec. Bacan Timur
•
Kec. Bacan Selatan
•
Kec. Bacan Timur Selatan
•
Kec. Obi
•
Kec. Obi Selatan
Sumber : Peta Topografi 2007,
Hasil Olahan Konsultan, 2008
Wilayah kecamatan yang memiliki mayoritas daerah dengan jenis kelerengan datar - landai (0 2 º ) antara lain adalah :
•
Kec. Kayoa
•
Kec. Kayoa Utara
•
Kec. Kayoa Selatan
•
Kec. Gane Timur
•
Kec. Gane Timur Tengah
•
Kec. Gane Timur Selatan
•
Kec. Kepulauan. Joronga
•
Kec. Kepulauan Batanglomang
•
Kec. Mandioli Utara
•
Kec. Mandioli Selatan
•
Kec. Obi Utara
•
Kec. Obi Timur
Laporan Antara
V
-
2 0
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Laporan Antara
V
-
2 1
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.3.2 Jenis Tanah dan Kondisi Geologi
5.3.2.1 Jenis Tanah
Kondisi jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Halmahera Selatan khususnya tiap
Kecamatan secara umum terdiri dari :
a. Jenis tanah Podsolik Merah Kuning, terdapat pada:
1) Obi Bagian Timur
2) Pulau Kayoa
terhadap pengelolaan tanah dan pertumbuhan tanaman terutama dalam hal mengatur
kandungan udara dalam rongga tanah, persediaan dan kecepatan peresapan air di
daerah tersebut, dimana hal itu sangat berperan dalam mudah tidaknya lapisan tanah
diolah. Definisi tekstur dapat diartikan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara
Kualitatif, yaitu menggambarkan halus, sedang dan kasar sedangkan secara kuantitatif
tekstur ini menggambarkan susunan relatif berat fraksi-fraksi yaitu pasir, debu dan
tanah liat.
Berdasarkan data struktur geologi, wilayah Kabupaten Halmahera Selatan tersusun atas
20 jenis batuan (dapat dilihat pada tabel 5.2).
b. Jenis tanah Kompleks
Tabel 5.2
Jenis Batuan
1) Obi Bagian Tengah
c. Jenis Tanah Latosol terdapat pada:
1) Gane Timur
2) Gane Barat
3) Bacan
d. Jenis Tanah Reguosol yang terdapat pada :
1) Pulau Makian
2) Pulau Obi dipesisir Utara
e. Jenis Tanah Alluvial terdapat pada :
1) Pulau Obi Bagian Barat
Jenis tanah di wilayah Kabupaten Halmahera Selatan dapat dilihat pada Peta Jenis
Tanah (Peta 5.3)
5.3.2.2 Kondisi Geologi
Gambaran umum mengenai kondisi geologi, jenis batuan di wilayah Kabupaten
Halmahera Selatan mempunyai komposisi yang sangat bervariasi, dimana terdiri dari
batuan beku, sediment dan metamorf, karakteristik dan perebaran batuannya tertentu
sesuai dengan daerah pembentukannya seperti: batuan beku di sebagian Pulau Makian
sebagai hasil dari erupsi Gunung Kie Besi, Batuan Sedimen di Pulau Kayoa, Batuan
Residual di sebagian Pulau Obi serta Batuan Skiss Metamorf di sebagian Pulau Bacan dan
sebagainya.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Jenis Batuan
Alluvium
Batuan Gunung Api Holosen
Batuan Gunung Api Neogen
Batuan Gunung Api Oligo-Miosen
Batuan Gunung Api Plio-Plistosen
Batuan Malihan
Batuan Terobosan
Batuan Ultramafik
Batu Gamping Terumbu
Formasi Anggai
Formasi Bacan
Formasi Fluk
Formasi Kayasa
Formasi Loleobasso
Formasi Obi
Formasi Woi
Komplek Malihan
Sediment Klastik Miosen
Sediment Klastik Neogen
Terobosan Tersier
Tidak Ada Data
Luas (Km2)
1,010.92
159.60
148.70
1,648.94
44.07
11.17
2.19
397.60
830.34
200.40
775.76
94.55
7.06
45.15
288.02
454.44
262.52
348.91
1,365.00
42.25
48.72
Sumber : Peta Struktur Geologi, 2006
Hasil Olahan Konsultan, 2008
Tekstur tanah adalah perbandingan ukuran partikel-partikel kandungan tanah antara
debu, tanah liat dan pasir dari satu contoh tanah. Tekstur berpengaruh langsung
terhadap unsur hara, drainase dan kepekaan terhadap erosi. Juga sangat berpengaruh
Laporan Antara
V
-
2 2
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.3.3 Struktur Geologi
5.3.4 Klimatologi
Struktur lipatan berupa sinklin dan antiklin terlihat jelas pada Formasi Weda (Tmpw) yang
berumur Miosen Tengah-Pliosen Awal. Sumbu lipatan berarah utara – selatan, timur laut - barat
daya dan barat laut - tenggara. Struktur sesar terdiri dari sesar normal dan sesar naik;
umumnya berarah utara-selatan dan baratlaut-tenggara.
Karakteristik iklim wilayah Kabupaten Halmahera Selatan, beriklim tropis dengan curah hujan
rata-rata antara 1.000 mm sampai dengan 2.000 mm. Curah hujan ini hampir merata di Pulau
Bacan dan sekitarnya, Pulau Obi dan sekitarnya serta Halmahera bagian Selatan.
Selain itu Kabupaten Halmahera Selatan juga dipengaruhi oleh dua musim yaitu:
a. Musim Utara pada bulan Oktober-Maret yang diselingi angin Barat dan Pancaroba pada bulan
April.
Petunjuk akan adanya banyak sesar di Pulau Bacan diperoleh baik dari hasil pengamatan di
lapangan maupun pada potret udara. Sesar diduga terdapat di sepanjang Sungai Sayoang yang
mengalir dari baratlaut ke tenggara dan memisahkan daerah perbukitan bagian timur dan barat
Pulau Bacan bagian utara. Pada jalur sesar tersebut muncul batuan terobosan
granit/granodiorit berumur Tersier dan batuan gunungapi berumur Kuarter.
b. Musim Selatan pada bulan September diselingi angin Timur dan Pancaroba pada bulan
Oktober.
Menurut klasifikasi Schmidt F.H dan J.H.A Ferguson (1951), secara umum Kabupaten Halmahera
Selatan beriklim Tipe A dan Tipe B kecuali Saket yang bertipe C. Menurut Klasifikasi Koppen
(1960) Kabupaten Halmahera Selatan bertipe A kecuali Laiwui yang bertipe Am.
Berdasarkan peta sesar dapat diketahui sebaran garis sesar di wilayah Kabupaten Halmahera
Selatan dapat pula diketahui sebaran garis sesar. Garis sesar yang tersebar dapat digolongkan
berdasarkan jenis dan proses pembentuknya yaitu seperti pada tabel 5.3 berikut.
Berdasarkan pengamatan stasiun meteorologi di Labuha, Halmahera Selatan didapat data
klimatologi bulanan secara umum yang dapat dilhat pada tabel 5.4 berikut.
Tabel 5.4
Tabel 5.3
Data Klimatologi Bulanan
Jenis Sesar
No
Jenis
Jumlah
Temperatur / Temperature 0C
Panjang
Meter
Km
1
Antiklin
9
86,974
86.97
2
Gunung api giat
1
23,183
23.18
3
Kontak geologi
2
14,406
14.41
4
Sesar
36
269,701
269.70
5
Sesar Normal
7
118,683
118.68
Sumber : Peta Struktur Geologi, 2006
Hasil Olahan Konsultan, 2008
Bulan
Penyinar
an
Matahari
Ratarata
Average
Solar
Illuminat
ion (%)
Tekanan
Udara
Ratarata
Atmosph
eric
Presure
(Mb)
Lembab
an Nisbi
Udara
Average
Relative
Humidit
y (%)
Angin / Wind
Kecepat
an Ratarata
Average
Speed
(Knot)
Arah
Terba
nyak
Preval
ing
Direct
ion
Kecepat
an
Terbesar
Maximu
m Speed
(Knot)
Arah
Direct
ion
Month
Ratarata
Average
Maksimum
Maximum
Minimum
Minimum
(1)
(2)
(3)
(4)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGUST
SEP
OKT
NOP
DES
26.9
26.3
26.5
26.4
26.3
26.0
25.5
24.9
25.3
26.2
26.3
26.0
33.4
33.4
33.4
33.2
32.4
32.8
32.0
30.4
31.8
32.8
32.4
32.8
20.2
22.0
21.2
21.6
22.0
22.0
19.0
21.0
20.2
21.2
22.0
21.8
47
61
50
46
70
30
72
79
2
75
63
74
1008.9
1008.0
1008.2
1008.3
1008,9
1008.2
1008,8
1010.0
1008.9
1009.2
1008.1
1007.4
83
84
82
85
85
87
87
89
87
85
86
87
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
230
270
265
260
250
250
250
260
250
250
270
265
18
22
15
10
12
12
15
10
15
11
21
14
260
300
355
270
055
045
050
260
255
275
280
220
Sumber : Kabupaten Halmahera Dalam Angka, 2008
Laporan Antara
V
-
2 3
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Berdasarkan tingkat curah hujan 1250 – 3250 mm/tahun dengan sebaran curah hujan di
mayoritas wilayah Kabupaten Halmahera Selatan adalah 2250 mm/tahun dan curah hujan
tertinggi yaitu 3250 mm/tahun terjadi di dataran tinggi di Kec. Obi, Kec. Obi Timur dan Kec.
Obi Selatan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut dan peta 5.6 (peta curah
hujan).
No
No
1
Kec
Kec
Kec
Kec
Bacan
Bacan
Bacan
Bacan
0.48
161.01
123.74
55.94
Kec Bacan Barat
Kec Bacan Barat
2250
0
167.57
219.68
3
Kec Bacan Barat Utara
Kec Bacan Barat Utara
Kec Bacan Barat Utara
2250
1750
0
242.01
0.32
373.95
Kec Bacan Selatan
Kec Bacan Selatan
Kec Bacan Selatan
2250
1750
0
144.95
15.36
538.97
Kec
Kec
Kec
Kec
Kec
2250
1250
2250
1750
0
3.88
144.02
93.82
189.27
497.29
Kec Bacan Timur Selatan
Kec Bacan Timur Selatan
Kec Bacan Timur Selatan
2250
1750
0
Kec Bacan Timur Tengah
Kec Bacan Timur Tengah
Kec Bacan Timur Tengah
2250
1750
0
285.42
1.84
1,266.72
0.00
231.06
28.12
405.36
Kec
Kec
Kec
Kec
1750
1250
2250
0
113.64
6.60
330.78
483.75
2250
0
223.46
872.25
5
6
7
8
9
Bacan
Bacan
Bacan
Bacan
Bacan
Gane
Gane
Gane
Gane
Timur
Timur
Timur
Timur
Timur
Barat
Barat
Barat
Barat
Kec Gane Barat Selatan
Kec Gane Barat Selatan
Luas
(Km2)
452.20
621.53
2750
2250
0
36.39
574.34
2,671.74
Kec Gane Barat Utara
Kec Gane Barat Utara
11
Kec Gane Timur
Kec Gane Timur
Kec Gane Timur
12
Kec
Kec
Kec
Kec
Selatan
Selatan
Selatan
Selatan
2250
2250
2250
0
46.70
47.23
268.02
7,155.27
13
Kec Gane Timur Tengah
Kec Gane Timur Tengah
2250
0
284.44
2,488.54
14
Kec
Kec
Kec
Kec
Barat
Barat
Barat
Barat
2250
2250
2250
0
240.30
0.39
25.27
3,615.50
15
Kec Kasiruta Timur
Kec Kasiruta Timur
2250
0
205.03
253.77
16
Kec
Kec
Kec
Kec
2250
2250
2250
0
31.46
30.76
0.26
5,207.83
17
Kec Kayoa Barat
Kec Kayoa Barat
2250
0
25.39
733.38
18
Kec Kayoa Selatan
Kec Kayoa Selatan
2250
0
7.06
506.88
19
Kec Kayoa Utara
Kec Kayoa Utara
2250
0
37.03
452.02
20
Kec Kep Batanglomang
Kec Kep Batanglomang
Kec Kep Batanglomang
2250
2250
0
41.99
1.48
102.28
21
Kec
Kec
Kec
Kec
Kec
2250
2250
2250
2250
0
59.90
4.50
27.92
17.54
9,287.09
22
Kec Makian
2250
49.94
Luas
(Km2)
2
4
Laporan Antara
Kecamatan
Curah Hujan
(mm/tahun)
1250
2250
1750
0
Curah Hujan
(mm/tahun)
2250
0
10
Tabel 5.5
Curah Hujan Berdasarkan Kecamatan
Kecamatan
Gane
Gane
Gane
Gane
Timur
Timur
Timur
Timur
Kasiruta
Kasiruta
Kasiruta
Kasiruta
Kayoa
Kayoa
Kayoa
Kayoa
Kep
Kep
Kep
Kep
Kep
Joronga
Joronga
Joronga
Joronga
Joronga
V
-
2 4
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
23
Kec Makian Barat
Kec Makian Barat
2250
0
Luas
(Km2)
272.13
0.00
32.77
6,326.31
24
Kec Mandioli Selatan
Kec Mandioli Selatan
2250
0
132.14
2,812.89
25
Kec Mandioli Utara
Kec Mandioli Utara
2250
0
88.67
910.69
26
Kec
Kec
Kec
Kec
Kec
Kec
Kec
Kec
Kec
Kec
Kec
1250
1750
1750
2250
3250
2750
1750
1750
1750
1750
0
36.23
3.34
19.58
235.12
307.00
366.14
22.36
2.90
0.04
0.01
1,252.02
27
Kec Obi Barat
Kec Obi Barat
Kec Obi Barat
1250
1250
0
65.07
13.12
2,197.26
28
Kec
Kec
Kec
Kec
Kec
Kec
Obi
Obi
Obi
Obi
Obi
Obi
Selatan
Selatan
Selatan
Selatan
Selatan
Selatan
2250
2250
2250
3250
2750
0
23.65
44.28
66.40
468.87
391.81
8,386.26
29
Kec
Kec
Kec
Kec
Kec
Obi
Obi
Obi
Obi
Obi
Timur
Timur
Timur
Timur
Timur
2250
2250
3250
2750
0
30
Kec
Kec
Kec
Kec
Obi
Obi
Obi
Obi
Utara
Utara
Utara
Utara
1250
1250
1750
0
37.83
242.09
140.87
146.39
17,204.96
0.00
14.78
125.70
9.09
2,243.02
No
Kecamatan
Kec Makian
Obi
Obi
Obi
Obi
Obi
Obi
Obi
Obi
Obi
Obi
Obi
Curah Hujan
(mm/tahun)
0
Sumber : Peta Curah Hujan Propinsi Maluku Utara, 2006
Hasil Olahan Konsultan, 2008
Laporan Antara
V
-
2 5
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Laporan Antara
V
-
2 6
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Laporan Antara
V
-
2 7
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.5
Laporan Antara
V
-
2 8
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Laporan Antara
V
-
2 9
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
1
Produktif
: Setempat, akuifer produktif (Akuifer dengan keterusan
beragam; umumnya air tanah tidak dimanfaatkan karena
dalamnya muka air tanah; debit mata air umumnya < 10
l/det)
2
Produktif rendah setempat
: Akuifer dengan produktivitas rendah setempat berarti
(Umumnya keterusan sangat rendah) setempat air tanah
dangkal dalam jumlah yg terbatas dapat di peroleh di
lembah-lembah atau pada zona pelapukan
3
Produktif sedang
: Akuifer produksi sedang (Aliran air tanah terbatas pada
zona celahan, rekahan, & saluran pelarutan. Debit sumur &
mata air beragam dalam kisaran besar. Debit mata air
terbesar mencapai 100 l/det)
4
Setempat produktif sedang : Setempat akuifer dengan produktivitas sedang (Akuifer
tidak menerus, tipis, dan rendah keterusannya, muka air
tanah umumnya dangkal, debit sumur umumnya < 5 l/det)
5
Tidak produktif dangkal
: Daerah air tanah langka atau tak berarti
5.3.5 Hidrologi dan Hidrogeologi
Kondisi hidrologi (kondisi air permukaan dan air tanah) Kabupaten Halmahera Selatan
dipengaruhi oleh iklim, curah hujan sertakeberadaan sungai dan danau. Berdasarkan
keberadaan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang telah teridentifikasi, Kabupaten Halmahera Selatan
memiliki 151 DAS dan 5 buah danau (dengan 4 danau besar yang terdapat di Kec. Gane Timur,
Kec. Batan Timur dan Kec. Obi). Untuk lebih jelas mengenai kondisi hidrologi dapat dilihat ada
tabel 4.6 mengenai sebaran DAS dan peta 5.7 (peta hidrologi) dan peta 5.8 (peta DAS).
Sementara kondisi hidrogeologi di Kabupaten Halmahera Selatan dibagi atas beberapa tipologi
kondisi hidrogeologi yaitu berdasarkan tipologi produktifitas aquifernya yang terdiri atas :
Berdasarkan kond
Kabupaten Halmahera Selatan sebagian besar wilayahnya memiliki produktifitas aquifer
rendah setempat. Wilayah Kabupaten Halmahera Selatan ang memiliki produktifitas
aquifer tinggi terdapat di Pulau Makian. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada peta 5.8
(peta hidrogeologi).
Tabel 5.6
Luas DAS Berdasarkan Kecamatan
No.
1
2
Laporan Antara
Nama DAS
A Akelamo
A Ali
Luas (Km2)
33.87
7.12
No.
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
Nama DAS
Arpati
Aru
Bidomalaka
Bobango
Bobiri
Bobo
Bobor
Boreo
Botan
Daraku
Dihuru
Diwoi
Doko
Doyang
Falamajongihi
Gainanu
Gosora
Imbuimbu
Jabubu
Jabuko
Jaga
Jebubu Besar
Kadabu
Kalanomaeke
Kasituta
Kuo
Laratu
Lipai
Loko
Loleongusu
Magam
Mamang
Moang Kecil
Ngome
Palamea
Papaceda
Puacaritos
Rano
Sagu
Samamaluku
Samo
Supai
Tagli
Tango
Turibesar
Uoubo
Wali
Wayakuba
Luas (Km2)
186.16
14.98
7.68
24.60
16.66
16.42
52.03
18.96
49.72
14.91
26.95
18.76
10.09
5.72
4.46
30.24
19.86
40.44
48.05
8.61
9.67
20.10
4.83
8.84
107.93
27.85
21.24
12.87
16.47
25.48
36.23
16.60
7.57
13.82
20.90
4.76
29.37
23.47
30.75
16.37
8.25
38.24
10.63
6.05
12.99
4.90
42.55
4.74
V
-
3 0
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
No.
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
Laporan Antara
Nama DAS
A Wayaloar
A. Ahadau
A. Balipota
A. Batisa
A. Besui
A. Bibinoy
A. Bobo
A. Dingaloal
A. Duin
A. Gala
A. Gandasuti
A. Gati
A. Gorogoro
A. Henambane
A. Indamut
A. Inggoi
A. Juanga
A. Kaputusan
A. Kasolaka
A. Kubung
A. Kupal
A. Lassa
A. Lelubi
A. Mandaong
A. Mandioli
A. Maskepe
A. Nyapiako
A. Nyilinyili
A. Raim
A. Rogirogi
A. Samalanga
A. Samamalalanga
A. Saole
A. Sawaf
A. Sengge
A. Seramaloleo Besar
A. Songa
A. Sua
A. Subusubu
A. Sumatinggi
A. Tagia
A. Tawa
A. Tawale
A. Timonga
A. Toman
A. Uap
A. Wagiat
A. Wati
Luas (Km2)
77.04
72.90
46.04
76.51
79.67
65.56
208.89
27.55
56.22
76.98
16.25
36.44
47.45
66.86
21.56
156.58
43.76
104.13
43.40
42.52
8.60
7.02
31.65
30.05
75.72
43.83
25.29
51.76
55.86
22.04
63.68
32.29
41.39
127.55
27.02
110.21
70.95
41.55
22.33
32.11
43.09
39.46
15.02
40.95
80.34
12.51
19.62
40.42
No.
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
Nama DAS
A. Wayabunga
A. Wayakuba
A. Wayamoha
A. Wayaua
Ake Foya
Ake Lamo
D Sagu
K Bosso
K Dolik
K Durian
K Kota
K Moloku
K Samat
K Samo
K Sumira
K Tokaka
K. Batonam
K. Fioa
K. Foya
K. Madaha
K. Maffa
K. Maruting
K. Mimis
K. Mosmos
K. Saleo
K. Tima
K. Wamlonga
K. Waploan
K. Wosi
K.Silai
Kuala Wadi Besar
Paisu Sayaang
S Akalamo
S Amehose
S Anggai
S Bobor Besar
S Bopo
S Bumi
S Dihuru
S Fluk
S Kadera
S Koto
S Lale
S Lalepange
S Loji
S Rijang
S Sobapa
S Soligi
Luas (Km2)
14.20
49.53
41.90
122.81
97.12
160.80
76.07
13.94
14.51
10.51
33.86
22.23
10.27
53.45
27.37
17.36
110.18
150.02
49.24
31.46
28.70
25.26
27.48
44.85
34.43
24.72
51.10
88.25
51.80
72.04
431.43
250.93
255.47
49.48
77.07
59.12
7.68
31.21
45.91
101.31
21.34
45.80
33.05
32.77
37.73
26.93
36.25
16.45
V
-
3 1
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
No.
147
148
149
150
151
Nama DAS
S Taba
S Tabuji
S Tangatanga
S Tapaya
S. Laiwui
Luas (Km2)
47.59
72.57
112.93
120.88
91.76
Sumber : Peta DAS PU Propinsi, 2007
Hasil Olahan Konsultan, 2008
Laporan Antara
V
-
3 2
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Laporan Antara
V
-
3 3
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Laporan Antara
V
-
3 4
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.3.6 Wilayah Pesisir dan Laut
5.3.6.1 Karakteristik Geofisik Pesisir dan Laut
5.3.6.1.1 Pulau-pulau Kecil
Pulau atau kepulauan yang terdapat di dunia dapat digolongkan ke dalam
beberapa tipe, berdasarkan pada proses geologinya, yaitu:
a. Pulau Benua (Continental Island)
Pulau Benua ini terbentuk sebagai bagian dari Benua, dan setelah itu terpisah
dari daratan utama. Tipe batuan dari pulau Benua adalah batuan yang kaya
akan silica. Biota yang terdapat di pulau-pulau tipe ini sama dengan yang
terdapat di daratan utama. Ada pula pulau Benua bersatu dengan benua pada
zaman Pleistocene, kemudian terpisah pada jaman Holocene ketika muka laut
meninggi.
b. Pulau Vulkanik (Vulcanic Island)
Pulau vulkanik sepenuhnya terbentuk dari kegiatan gunung berapi, yang timbul
secara perlahan-lahan dari dasar laut ke permukaan. Pulau jenis ini bukan
merupakan bagian dari daratan benua, dan terbentuk di sepanjang pertemuan
lempeng-lempeng tektonik, dimana lempeng-lempeng tersebut saling manjauh.
Tipe batuan dari pulau ini adalah basalt, silica (kadar rendah).
Ada pula pulau vulkanik yang membentuk untaian pulau-pulau dan titik gunung
api (hot spots) dan terdapat di bagian tengah lempeng benua (continental
plate).
c. Pulau Karang Timbul (Raised Coral Island)
Pulau karang timbul adalah pulau yang terbentuk oleh terumbu karang yang
terangkat ke atas permukaan laut, karena adanya gerakan ke atas (uplift) dan
gerakan ke bawah (subsidence) dari dasar laut karena proses geologi. Pada saat
dasar laut berada dekat permukaan (kurang dari 40 m), terumbu karang
mempunyai kesempatan untuk tumbuh dan berkembang di dasar laut yang naik
tersebut. Setelah berada di atas permukaan air laut, terumbu karang akan mati
dan menyisakan terumbu dan terbentuk pulau karang timbul. Jika proses ini
berlangsung terus, maka akan terbentuk pulau karang timbul. Pada umumnya
karang yang timbul ke permukaan laut berbentuk teras-teras seperti sawah di
pegunungan. Proses ini dapat terjadi pada pulau-pulau vulkanik maupun nonvulkanik. Pulau karang timbul ini banyak dijumpai di perairan timur Indonesia,
seperti di Laut Seram, Sulu, Banda (Molengraaff, 1979).
d. Pulau Daratan Rendah (Low Island)
Pulau Daratan Rendah adalah pulau dimana ketinggian daratannya dari muka
laut tidak besar. Pulau ini berasal dari pulau vulkanik maupun non-vulkanik.
Pulau-pulau dari tipe ini merupakan pulau yang paling rawan terhadap bencana
alam, seperti taufan dan tsunami. Karena pulau tersebut relatif datar dan
rendah, maka massa air dari bencana alam yang datang ke pulau tersebut akan
masuk jauh ke tengah pulau.
Laporan Antara
e. Pulau Atol (Atolls)
Pulau atol adalah pulau (pulau karang) yang berbentuk cincin. Pada umumnya
pulau ini adalah pulau vulkanik yang ditumbuhi oleh terumbu karang
membentuk fringing reef, kemudian berubah menjadi barrier reef dan terakhir
berubah menjadi pulau atol. Proses pembentukan tersebut disebabkan oleh
adanya gerakan ke bawah (subsidence) dari pulau vulkanik semula, dan oleh
pertumbuhan vertikal dari terumbu karang (Stoddart, 1975).
Pulau kecil memiliki karakteristik biogeofisik yang menonjol , yaitu:
❑
Terpisah dari habitat pulau induk (mainland island), sehingga bersifat
insular.
❑
Sumberdaya air tawar yang terbatas, dimana daerah tangkapan airnya
relatif kecil.
❑
Peka dan rentan terhadap pengaruh eksternal baik alami maupun akibat
kegiatan manusia, misalnya badai dan gelombang besar, serta pencemaran.
❑
Memiliki sejumlah jenis endemik yang bernilai ekologis tinggi.
❑
Area perairan yang lebih luas dari area daratannya dan relatif terisolasi dari
daratan utamanya (benua atau pulau besar). Jika pulau tersebut berada di
batas luar suatu negara, maka keberadaan pulau tersebut mempunyai nilai
yang sangat strategis untuk penentuan teritorial suatu negara.
❑
Tidak mempunyai hinterland yang jauh dari pantai.
Kabupaten Hahmahera Selatan merupakan Kabupaten Kepulauan yang dicirikan
oleh wilayah perairannya jauh lebih luas dari wilayah daratan dengan jumlah
pulauyang sangat banyak. Hasil Survei Toponimi
yang dilakukan oleh
Departemen Kelautan dan Perikanan berkerjasama dengan Dinas Kelautan dan
Perikanan Maluku Utara dan Halmahera Selatan tahun 2007 mengidentifikasi
jumlah pulau di wilayah administratif Kabupaten Halmahera sekitar 371 pulau.
Jika merujuk pada Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 27 tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, maka Kabupaten Halmahera
Selatan hanya memiliki satu pulau yang tidak tergolong pulau kecil, yaitu pulau
Obi. Pulau ini memiliki luas lebih dari 2.000 km2 yaitu 2,459.74 km2. Dengan
demikian, jumlah pulau-pulau kecil di Kabupaten Halmahera Selatan adalah 270
pulau.
Dilihat dari peruntukannya, sebanyak 41 pulau memiliki penduduk, baik yang
sifatnya menetap maupun penduduk musiman atau temporer. Beberapa pulau
yang tidak perpenguhi dimanfaatkan sebagai lokasi budidaya laut khususnya
budidaya mutiara, dan juga dimanfaatkan sebagai tempat wisata. Hasil
identifikasi pulau juga diketahui bahwa terdapat 33 pulau yang belum bernama,
sedangkan yang sudah bernama sebanyak 338 pulau.
Hal ini berarti selain kedua pulau tersebut di atas, maka seluruh pulau di
Kabupaten Halmahera Selatan merupakan pulau kecil.
Berikut disajikan
beberapa pulau yang memiliki luas lebih besar dibandingkan pulau-pulau
lainnya. Pada Tabel 5.7 disajikan daftar pulau di Kabupaten Halmahera
Selatan.
V
-
3 5
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Tabel 5.7
Daftar Pulau di Kabupaten Halmahera Selatan (Hasil Verifikas ke II Pembinaan dan Pembekuan Nama Pulau di Provinsi Maluku Utara)
Koordinat Pulau
No
A.
1.
B.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Nama Pulau Di
Daerah
Nama Pulau Yang Di Sepakati
Kecamatan Gane Timur
Dua
Kecamatan Bacan Barat
Bacan
Bacan
Latalata
Latalata
Palele
Palele
Toduko
Toduko
Pogopogo
Pogopogo
Rica Besar
Akerica Besar
Rica Kecil
Akerica Kecil
Jere
Jere
Salipogot
Salipogot
Goramangofa
Goramangofa
Goramanjaga
Goramanjaga
Ngaimadodera
Ngaimadodera
Batuakeici Barat
Batuakeici Barat
Batuakeici
Tangah
Batuakeici Tangah
Batuakeici Timur
Batuakeici Timur
Batuakeici
Selatan
Batuakeici Selatan
Tamotamo
Tamotamo
Tembeluk
Tembeluk
Tuada
Tuada
Sakitang
Sakitang
Nanoang
Nanoang
Haliberek Besar
Haliberek Besar
Haliberek Kecil
Haliberek Kecil
Nanas
Nanas
Guramagofa Ici
Guramagofa Ici
Guramagofa Lamo Guramagofa Lamo
Tawabiwiring
Tawabiwiring
Tawa ICI
Tawa ICI
Jere
Batu Bulat
Batu Bulat
Ambatin
Ambatin
Samo
Samo
Nenas
Nenas
Batu Ampat
Batu Ampat
Salintang
Salintang
Mamalayu
Mamalayu
Laporan Antara
Arti Nama Pulau
Asal Bahasa
Lintang
Bujur
Derajat
Menit
Detik
Derajat
Menit
Detik
(°)
(‘)
(“)
(°)
(‘)
(“)
Keterangan
Dua
Indonesia
0
10
28
S
127
55
18
T
tidak perpenghuni
Menunggu Siang
Palang
Tergulung Besar
Terdampar
Terpisah
Air Cabe Besar
Air Cabe Kecil
Keramat
Pulau Karamat
Kebun Kecil
Kebun Rusa
Tempat Singa Burung
Batu Air Kecil Barat
Bacan
Tobelo
Galela
Ternate
Ternate
Ternate
Ternate
Ternate
Makian
Ternate
Ternate
Ternate
Ternate
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
35
15
19
20
20
18
18
19
20
20
20
17
17
53
18
46
30
32
24
20
46
28
45
40
39
32
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
31
3
7
17
18
15
15
19
18
18
19
16
16
49
48
35
24
33
41
52
16
52
52
13
15
26
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
berpenghuni
berpenghuni 1 Desa
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
Batu Air Kecil Tengah
Batu Air Kecil Timur
Ternate
Ternate
0
0
17
17
36
38
S
S
127
127
16
16
34
42
T
T
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
Batu Air Kecil Selatan
Tempat Menunggu
Sejenis Binatang Laut
Cempedak
Kesakitan
Melihat/Intip
Nama Pejabat Belanda
Nama Pejabat Belanda
Buah Nenas
Pulau Kecil
Pulau Besar
Pohon Beringin
Pohon Kecil
Keramat
Batu Bentuk Bulat
Batas
Sumur
Buah Nenas
Empat Buah Batu
Melintang
Bahasa Melayu
Ternate
Makian
Indonesia
Ternate
Ternate
Kayoa
Belanda
Belanda
Ternate
Ternate
Ternate
Ternate
Ternate
Indonesia
Indonesia
Ternate
Tobelo
Ternate/Indo
Ternate
Ternate
Ternate
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
17
16
30
28
29
29
29
30
30
25
25
32
33
33
32
35
34
32
30
32
33
43
50
21
56
39
49
58
16
10
41
43
39
4
2
7
14
55
12
49
15
10
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
16
18
17
16
15
15
18
18
17
18
18
14
15
15
14
10
8
14
15
15
16
58
19
3
8
52
22
7
11
38
29
38
14
1
10
18
8
46
50
52
29
3
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
Berpenghuni 14 Desa
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
V
-
3 6
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Koordinat Pulau
No
Nama Pulau Di
Daerah
Nama Pulau Yang Di Sepakati
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
Tudu
Nasauwu
Behemobakul
Nusasage
Birabira
Ligua
Gegoru
Yoyok
Kosah
Kosah Ici
Tudu
Nasauwu
Behemobakul
Nusasage
Birabira
Ligua
Gegoru
Yoyok
Kosah
Kosah Ici
47
48
49
50
C.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
D.
Nusadeket
Nusadeket
Loid
Loid
Gilalang
Gilalang
Nusababi
Nusababi
Kecamatan Kasiruta Barat
Kasiruta
Kasiruta
Jojo
Jojo
Swedi
Swedi
Tapaya Lamo
Tapaya Lamo
Tapaya Ici
Tapaya Ici
Aru
Aru
Gura Ici
Gura Ici
Lolutu
Lolutu
Kakupang
Kakupang
Marikapal
Marikapal
Ngaimadora besar Ngaimadora besar
Ngaimadora kecil Ngaimadora kecil
Bisori Besar
Bisori Besar
Bisori Kecil
Bisori Kecil
Tanjungbinara
Tanjungbinara
Pao Besar
Pao Besar
Batuputi
Batuputi
Sedeng
Sedeng
Pao Kecil
Pao Kecil
Sarang Burung
Sarang Burung
Kare
Kare
Idis
Idis
Tuapen
Tuapen
Tuapen Selatan
Tuapen Selatan
Tupaen Utara
Tupaen Utara
Kecamatan Kasiruta Timur
Laporan Antara
Arti Nama Pulau
Asal Bahasa
Lintang
Bujur
Derajat
Menit
Detik
Derajat
Menit
Detik
(°)
(‘)
(“)
(°)
(‘)
(“)
Keterangan
Singga/Mampir
Bukan Pulau
Ujung Penglihatan
Pulau Tersembunyi
Penutup Wajan
Sejenis Pohon
Wajah Yang Sedih
Menakutkan
Jenis Kerang
Kerang Kacil
Ternate
Bacan
Bacan
Bacan
Ternate
Ternate
Ternate
Ternate
Ternate
Ternate
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
32
32
31
31
31
42
45
41
39
39
42
9
43
46
49
18
39
21
38
39
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
16
16
17
17
17
9
10
10
12
11
46
52
52
35
36
58
21
31
4
55
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
Pulau Kecil
Mendekat
Pulau Bneeetuk Gelang
Pl. bernama sultan ternate
Bacan
Belanda
Tobelo/Galela
Bacan
0
0
0
0
20
19
18
21
37
44
26
19
S
S
S
S
127
127
127
127
24
24
33
25
36
13
19
33
T
T
T
T
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
berpenghuni 50 KK, habitat
ubur-ubur
Berpenghuni 200 KK
tidak berpenghuni
Berpenghuni 200 KK
Memberitahu/menyampaikan
Adik
Jenis Rumput
Jenis Rumput
Jenis Rumput
Pepaya Besar
Pepaya Kecil
Sendok Besar
Kebun Kecil
Tempat Istirahat
Terpisah Pisah
Batu Bentuk Kapal
Tmpt Persinggahan Burung
Tmpt Persinggahan Burung
Tempat Penyimpanan
Tempat Penyimpanan
Tanjung Binara
Pulau Melintang Besar
Batu Warna Putih
Lupa
Pulau Melintang Kecil
Sangkar Burung
Disini
Sakit
Tumpah
Tumpah
Tumpah
Bacan
Galela
Galela
Galela
Galela
Galela/Indo
Galela/Indo
Ternate
Galela
Galela
Galela
Ternate
Ternate
Ternate
Ternate
Ternate
Indonesia
Ternate/Makian
Indonesia
Makian
Ternate/Makian
Ternate
Ternate/Tidore
Galela
Makian
Makian
Makian
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
23
18
18
19
19
18
18
19
22
22
31
28
29
29
26
25
26
17
15
16
18
15
13
13
11
11
11
20
55
58
0
2
12
29
22
52
49
39
35
25
29
3
44
24
22
20
26
25
36
43
43
47
51
43
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
11
7
8
8
7
6
6
7
6
6
8
6
6
6
7
6
7
3
5
4
4
1
3
3
1
1
1
40
12
8
0
54
38
34
58
59
51
57
58
37
4
4
34
23
35
32
0
6
12
31
59
50
44
57
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
Berpenghuni 14 Desa
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
V
-
3 7
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Koordinat Pulau
No
1
2
3
4
5
6
E.
1
Nama Pulau Di
Daerah
Nama Pulau Yang Di Sepakati
Asal Bahasa
Lintang
Bujur
Derajat
Menit
Detik
Derajat
Menit
Detik
(°)
(‘)
(“)
(°)
(‘)
(“)
Keterangan
Tawale Besar
Tawale Kecil
Sepatu
Kay
Lou
Marituso
Kecamatan Bacan Barat Utara
Nanas
Nanas
Kecamatan
Bacan Timur
Kaireu
Kaireu
Bori
Bori
Bori Kecil
Bori Kecil
Kusu
Kusu
Nama Orang
Nama Orang
Pulau Bentuk Sepatu
Busuk
Bambu
Batu Berlubang
Tobelo/Gabela
Tobelo/Gabela
Indonesia
Ternate
Ternate
Ternate
0
0
0
0
0
0
16
13
16
16
15
20
48
58
42
18
13
38
S
S
S
S
S
S
127
127
127
127
127
127
17
18
16
14
15
14
44
27
27
51
37
59
T
T
T
T
T
T
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
Buah Nenas
Ternate
0
24
14
S
127
27
10
T
tidak berpenghuni
Tempat Persinggahan
Persinggahan Burung
Persinggahan Burung
Jenis Alang-Alang
Galela
Bacan
Bacan
Makian
0
0
0
0
29
34
34
27
24
49
19
13
S
S
S
S
127
127
127
127
40
36
37
42
48
33
7
21
T
T
T
T
5
6
7
8
G.
1
2
H.
Pokal
Sabatang
Sali Kecil
Pokal
Sabatang
Sali Kecil
Bandera
Kecamatan Bacan Timur Tengah
Gamyaha
Gamyaha
Wayatim
Wayatim
Kecamatan Bacan Timur Selatan
Pendek/Pulau Kecil
Tempat Berkebun
Tempat Keramat
Bendera
Makian/Kayoa
Makian
Ternate
Ternate
0
0
0
0
26
25
25
25
23
26
20
16
S
S
S
S
127
127
127
127
43
39
44
43
20
23
2
33
T
T
T
T
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni, Ada
Mercusuar
Musiman
Penghuni 30 KK
Tidak Berpenghuni
Pulau Yang Hayut
Ketimun
Makian/Tobelo
Makian/Tobelo
0
0
40
43
24
58
S
S
127
127
39
53
50
46
T
T
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
1
I.
1
2
Pigaraja
Pigaraja
Kecamatan Bacan
Mandioli
Mandioli
Obit
Batang loman
Piring Raja
Galela
0
49
34
S
127
52
32
T
Tdk Berpenghuni/Tempat
Wisata
Suara Mad (Ahmad)
Batang Panjang
Tidore
Makian
0
0
43
38
1
5
S
S
127
127
14
22
30
13
T
T
3
J
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Nusara
Nusara
Kecamatan Kep. Batang Lomang
Nusa Dekat
Nusa Dekat
Parapotang
Parapotang
Parapotang Kecil
Parapotang Kecil
Pacitaka
Pacitaka
Dehemobakul
Dehemobakul
Waidi Besar
Waidi Besar
Waidi Kecil
Waidi Kecil
Membuat
Membuat
Membuat Kecil
Membuat Kecil
Nenek
Nenek
Batura
Batura
Kotamangara
Kotamangara
Pinangkara
Pinangkara
Pulau Besar
Bacan
0
37
57
S
127
25
45
T
Berpenghuni 12 Desa
Berpenghuni 7 Desa
Tidak Berpenghuni/Tempat
Wisata
Pulau Kecil
Tinggal
Tinggal
Tempat Cetakan
Ambil Bakul
Tempat Pemandian
Tempat Pemandian
Berbuat Sesuatu
Berbuat Sesuatu
Tua
Batu Besar
Pintu Masuk
Jenis Buah
Bacan
Bacan
Bacan
Ternate
Ternate
Ternate
Ternate
Bacan
Bacan
Bacan
Bacan
Ternate
Ternate
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
38
38
39
37
39
39
40
35
36
35
36
38
36
40
44
15
58
4
50
6
59
29
38
21
58
42
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
25
18
18
19
18
18
18
23
23
22
19
20
18
20
37
30
19
10
37
50
17
36
49
58
22
48
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
Tidak Berpenghuni
Berpenghuni 130 KK
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
F.
1
2
3
4
Tawale
Tawale Kecil
Sepatu
Kay
Lou
Arti Nama Pulau
Laporan Antara
V
-
3 8
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Koordinat Pulau
No
K.
1
2
3
4
5
6
7
L.
1
2
3
4
5
6
7
M.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Nama Pulau Di
Daerah
Nama Pulau Yang Di Sepakati
Kecamatan Mandioli Utara
Ambatu
Ambatu
Dowara
Dowara
Dayoang
Dayoang
Sarawaki
Sarawaki
Sarawaki Tengah
Sarawaki Tengah
Sarawaki Kecil
Sarawaki Kecil
Sarawaki Selatan
Sarawaki Selatan
Kecamatan Gane Barat
Sali Besar
Sali Besar
Timlis
Timlis
Daiwo
Daiwo
Jabu
Jabu
Proco
Proco
Jikolama
Nanas
Nanas
Kecamatan Gane Barat Selatan
Dowara Lama
Dowara Lama
Dowara Ici
Dowara Ici
Arti Nama Pulau
Asal Bahasa
Lintang
Bujur
Derajat
Menit
Detik
Derajat
Menit
Detik
(°)
(‘)
(“)
(°)
(‘)
(“)
Keterangan
Dipertuan/Dimuliakan
Nama Jenis Kayu
Tempat
Nama Orang
Nama Orang
Nama Orang
Nama Orang
Bacan
Bacan
Ternate
Ternate
Ternate
Ternate
Ternate
0
0
0
0
0
0
0
38
37
38
37
37
37
37
59
33
5
7
21
27
54
S
S
S
S
S
S
S
127
127
127
127
127
127
127
16
17
16
11
11
11
11
41
45
46
31
39
45
55
T
T
T
T
T
T
T
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tempat Keramat
Pasir Putih
Tanjung
Jambu
Tempat Besar
Teluk Besar
Buah Nanas
Makian/Tobelo
Saketa
Makian
Bajo
Bajo
Ternate
Ternate
0
0
0
0
0
0
0
21
24
22
19
24
21
23
36
56
28
59
10
56
56
S
S
S
S
S
S
S
127
127
127
127
127
127
127
44
45
45
45
43
45
44
30
16
40
49
31
17
7
T
T
T
T
T
T
T
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Pulau Yang Indah
Pulau Yang Indah
Tobelo/Galela
Tobelo/Galela
0
0
50
50
59
55
S
S
128
128
5
7
41
3
T
T
Tidak Berpenghuni
Loleojaha Barat
Loleojaha Kecil
Barat
Loleojaha Kecil
Barat
Loleojaha Kecil
Selatan
Loleojaha Kecil
Timur
Loleojaha Kecil
Tengah
Loleojah Timur
Loleojah Besar
Batu Loleojaha
Utara
Batu Loleojaha
Tengah
Batu Loleojaha
Selatan
Loleojaha Barat
Pohon Damar
Bajo
0
59
58
S
128
10
20
T
Loleojaha Kecil Barat
Kebal
Bajo
1
0
10
S
128
9
21
T
Loleojaha Kecil Barat
Kebun Kampung
Indonesia
1
0
21
S
128
9
33
T
Loleojaha Kecil Selatan
Permisi
Ternate
1
0
37
S
128
10
16
T
Loleojaha Kecil Timur
Agas
Ternate
1
0
31
S
128
9
42
T
Loleojaha Kecil Tengah
Loleojah Timur
Loleojah Besar
Sudah Nampak
Kursi
Air Kecil
Tobelo/Galela
Tobelo/Galela
Indonesia
1
1
1
0
2
1
49
8
39
S
S
S
128
128
128
10
10
8
40
36
12
T
T
T
Berpenghuni 33 KK
Tidak Berpenghuni
Tdk Berpenghuni Budidaya
Kerang Mutiara
Tdk Berpenghuni Budidaya
Kerang Mutiara
Tdk Berpenghuni Budidaya
Kerang Mutiara
Tdk Berpenghuni Budidaya
Kerang Mutiara
Tdk Berpenghuni Budidaya
Kerang Mutiara
Tdk Berpenghuni Budidaya
Kerang Mutiara
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Batu Loleojaha Utara
Pohon Bakau
Ternate
1
2
41
S
128
9
21
T
Tidak Berpenghuni
Batu Loleojaha Tengah
Pulau Yang Jauh
Tobelo/Galela
1
25
2
S
128
9
20
T
Tidak Berpenghuni
Batu Loleojaha Selatan
Tobelo/Galela
1
2
56
S
128
9
23
T
Tidak Berpenghuni
Waringin
Karo
Waringin
Karo
Karo Kecil
Mamo
Berbentuk Seperti Nyiru
Berbentuk Seperti Nyiru
Kecil
Buah Nanas
Pohon Bambu Yg Melingkar
Penghormatan Pd Seseorang
Ternate
Ternate
Tobelo/Galela
Ternate
0
0
0
0
47
49
49
48
47
29
39
27
S
S
S
S
128
128
128
128
9
8
7
8
24
14
57
30
T
T
T
T
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Mamo
Laporan Antara
V
-
3 9
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Koordinat Pulau
No
Nama Pulau Di
Daerah
Nama Pulau Yang Di Sepakati
18
19
N.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Masori Besar
Masori
Masori
Kecamatan Kep. Joronga
Katinai Kecil
Katinai Kecil
Katinai
Katinai
Damar
Damar
Kaba
Kaba
Kebunkampung
Kebunkampung
Farabeha
Farabeha
Gufela
Gufela
Solobe
Solobe
Bangkoi
Bangkoi
Air Kecil
Air Kecil
Soki
Soki
Sipongo
Sipongo
Tapa
Tapa
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Tapa Kecil
Tapa Kecil
Nanas
Nanas
Toduko
Toduko
Jouronga
Jouronga
Jikula
Jikula
Orang Kaya
Orang Kaya
Dowara Lama
Dowara Lama
Dowara Ici
Dowara Ici
Loleojaha Barat
Loleojaha Barat
Loleojaha Kecil
Barat
Loleojaha Kecil Barat
Loleojaha Kecil
Barat
Loleojaha Kecil Barat
Loleojaha Kecil
Selatan
Loleojaha Kecil Selatan
Loleojaha Kecil
Timur
Loleojaha Kecil Timur
Loleojaha Kecil
Tengah
Loleojaha Kecil Tengah
Loleojah Timur
Loleojah Timur
Loleojah Besar
Loleojah Besar
Batu Loleojaha
Utara
Batu Loleojaha Utara
Kecamatan Gane Barat Tengah
Oji
Oji
Sunam
Sunam
Kecamatan Kayoa
23
24
25
26
27
28
29
30
O.
1
2
P.
Laporan Antara
Arti Nama Pulau
Asal Bahasa
Lintang
Bujur
Derajat
Menit
Detik
Derajat
Menit
Detik
(°)
(‘)
(“)
(°)
(‘)
(“)
Keterangan
Rasai
Orang Kaya
Ternate
Indonesia
0
0
48
48
58
55
S
S
128
128
8
8
42
28
T
T
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Pulau Yang Indah
Pulau Yang Indah
Pohon Damar
Kebal
Kebun Kampung
Permisi
Agas
Sudah Nampak
Kursi
Air Kecil
Pohon Bakau
Pulau Yang Jauh
Berbentuk Seperti Nyiru
Berbentuk Seperti Nyiru
Kecil
Buah Nanas
Pohon Bambu Yg Melingkar
Penghormatan Pd Seseorang
Rasai
Orang Kaya
Pulau Yang Indah
Pulau Yang Indah
Pohon Damar
Tobelo/Galela
Tobelo/Galela
Bajo
Bajo
Indonesia
Ternate
Ternate
Tobelo/Galela
Tobelo/Galela
Indonesia
Ternate
Tobelo/Galela
Tobelo/Galela
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
57
57
0
57
58
58
59
59
59
59
59
59
2
46
6
49
15
36
53
8
36
43
23
6
9
42
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
21
21
21
20
21
22
22
22
22
22
22
22
20
19
25
46
45
37
21
54
48
49
25
3
38
51
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
Temporer
Musiman
Berpenghuni, Ibu Kota Kec.
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tobelo/Galela
Ternate
Tobelo/Galela
Ternate
Ternate
Indonesia
Tobelo/Galela
Tobelo/Galela
Bajo
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
8
8
5
9
8
7
9
9
19
41
41
31
15
27
47
15
29
S
S
S
S
S
S
S
S
S
128
128
128
128
128
128
128
128
128
20
24
27
23
25
23
23
26
26
4
17
5
53
19
4
38
23
42
T
T
T
T
T
T
T
T
T
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Kebal
Bajo
1
8
41
S
128
24
17
T
Berpenghuni 60 KK
Kebun Kampung
Indonesia
1
8
56
S
128
24
10
T
Tidak Berpenghuni
Permisi
Ternate
1
8
14
S
128
24
24
T
Tidak Berpenghuni
Agas
Ternate
1
8
17
S
128
24
20
T
Tidak Berpenghuni
Sudah Nampak
Kursi
Air Kecil
Tobelo/Galela
Tobelo/Galela
Indonesia
1
1
1
3
6
5
0
48
19
S
S
S
128
128
128
13
25
18
55
27
53
T
T
T
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Berpenghuni 83 KK
Pohon Bakau
Ternate
0
55
1
S
128
27
39
T
Tidak Berpenghuni
Pohon jeruk
Tempat Mencari Ikan
Tidore
Galela
0
0
27
26
55
13
S
S
128
128
5
7
22
33
T
T
Tidak berpenghuni
Tidak berpenghuni
V
-
4 0
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Koordinat Pulau
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
Nama Pulau Di
Daerah
Kayoa
Tameti
Lemo
Talimau
Igo
Kelo
Salo
Somamaho
Sapang
Kapaya
Joronga
Popaco
Goraici
Temo
Temomadofa
Temomadofa
Kecil
Sonyiha
Ubo Ubo Kambing
Ubo Ubo Besar
Ubo Ubo Kecil
Dora Lamo
Lelei
Maskin
Gasing
Kucing
Daiwo
Jabu
Poroco
Nanas
Namako
Sico
Sebawaho
Goheba
Laigoma
Adu Kecil
Adu Besar
Tamotamo
Gafi
Flay Bajo
Salemongga
Paniki
Nuikwaha
Bulu Air
Laporan Antara
Nama Pulau Yang Di Sepakati
Arti Nama Pulau
Asal Bahasa
Lintang
Bujur
Derajat
Menit
Detik
Derajat
Menit
Detik
(°)
(‘)
(“)
(°)
(‘)
(“)
Keterangan
Kayoa
Tameti
Lemo
Talimau
Igo
Kelo
Salo
Somamaho
Sapang
Kapaya
Joronga
Popaco
Goraici
Temo
Temomadofa
Mencari Nafkah
Menuju Arah Tujuan
Jalan Jalan
Ingin/Mau
Kelapa
Pohon Kelor
Damar
Tempat Bakar Ikan
Pulua Bentuk Prahu
Buah Pepaya
Penghormatan
Terang Berbentuk Kerucut
Kebun Kecil
Bilang/Menyampaikan
Sambung-Menyambung
Makian
Makian
Makian
Galela
Ternate/Tidore
Ternate/Tidore
Ternate/Tidore
Ternate
Ternate
Ternate
Ternate
Ternate/Tidore
Ternate
Galela
Galela
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
3
6
8
0
2
2
1
1
1
2
1
1
1
1
2
8
28
15
56
27
34
44
39
22
2
20
51
47
58
29
.U
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
26
14
13
10
12
12
12
13
13
13
13
13
11
10
11
7
39
59
51
2
20
51
57
23
18
29
50
36
46
44
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
Berpenghuni 10 Desa
Berpenghuni 13 Desa
Tidak Berpenghuni
Berpenghuni 2 Desa
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Temomadofa Kecil
Sonyiha
Ubo Ubo Kambing
Ubo Ubo Besar
Ubo Ubo Kecil
Dora Lamo
Lelei
Maskin
Gasing
Kucing
Daiwo
Jabu
Poroco
Nanas
Namako
Sico
Sebawaho
Goheba
Laigoma
Adu Kecil
Adu Besar
Tamotamo
Gafi
Flay Bajo
Salemongga
Paniki
Nuikwaha
Bulu Air
Sambung-Menyambung
Pasak Kayu
Bunga Kembang Sepatu
Bunga Kembang Sepatu
Bunga Kembang Sepatu
Pintu Besar
Kebun
Miskin
Nama Orang
Pulau Bentuk Kucing
Tanjung
Jambu
Tempat Beras
Buah Nanas
Tangkai Kapak
Pulau Dekat
Jenis Burung
Sejenis Burung
Batu Pecah
Sakit Perut
Sakit Perut
Tempat Menunggu
Buat/Bikin
Tempat Singgah Org Bajo
Harapan
Kelelawar/Kalong
Tanah Orang
Bambu Air
Galela
Ternate/Tidore
Ternate
Ternate
Ternate
Ternate
Makian
Indonesia
Bajo
Indonesia
Makian
Bajo
Bajo
Ternate
Ternate/Makian
Makian
Makian
Makian
Makian
Makian
Makian
Ternate/Tidore
Makian
Makian
Ternate
Ternate
Makian
Ternate/Tidore
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
1
2
2
1
1
1
8
1
1
1
1
1
1
6
8
8
8
8
9
9
8
9
6
6
6
6
6
41
32
11
2
39
47
47
55
29
20
20
26
21
9
18
13
35
26
20
36
30
12
27
46
39
39
48
52
S
S
S
S
S
U
S
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
S
S
S
S
S
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
11
12
12
12
11
13
14
25
25
25
25
53
25
25
9
7
6
5
12
10
10
11
9
12
12
12
12
12
24
43
13
16
51
26
48
50
36
40
25
31
46
54
6
26
7
58
56
24
20
28
6
22
55
30
37
45
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpengaruh
Tidak Berpengaruh
Tidak Berpenghuni
Berpengaruh 60 Kk
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpengaruh
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Berpenghuni 83 Kk
Berpenghuni
Tidak Berpengaruh
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak berpenghuni
Tidak berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
V
-
4 1
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Koordinat Pulau
No
44
45
46
47
48
49
Q.
1
Nama Pulau Di
Daerah
Nama Pulau Yang Di Sepakati
Arti Nama Pulau
Asal Bahasa
Lintang
Bujur
Derajat
Menit
Detik
Derajat
Menit
Detik
(°)
(‘)
(“)
(°)
(‘)
(“)
Keterangan
Liang
Liang
Makoropo
Makoropo
Tawabi
Tawabi
Tawabi Kecil
Tawabi Kecil
Haihai
Haihai
Gakutu
Gakutu
Kecamatan Kayoa Selatan
Tuada
Tuada
Lobang Batu
Krupuk
Sejenis Pohon
Sejenis Pohon
Garuk-Garuk Kecil
Garuk-Garuk Kecil
Makian
Makian
Ternate
Ternate
Makian
Makian
0
0
0
0
0
0
6
6
0
0
0
0
51
36
3
48
34
57
S
S
U
U
S
S
127
127
127
127
127
127
12
13
25
25
25
25
8
19
49
48
37
37
T
T
T
T
T
T
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Buah Cempedak
Ternate
0
3
59
S
127
25
45
T
2
3
4
5
6
7
8
9
R.
1
Waidoba
Haru
Jasia
Laguling
Tempat Berkebun
Centong
Naik Keatas
Orang Besar
Suap
Pintu Besar
Pintu Kecil
Pangkai Rotan
Kayoa
Melayu
Makian
Kayoa
Makian
Kayoa
Kayoa
Kayoa
0
0
0
0
0
0
0
0
2
5
4
4
5
2
3
4
57
31
37
56
18
58
53
51
S
S
S
S
S
S
S
S
127
127
127
127
127
127
127
127
24
25
24
25
24
26
28
25
53
5
15
54
30
1
7
25
T
T
T
T
T
T
T
T
Berpenghuni 1 Desa
Berpenghuni Ibu Kota Kec.9
desa
Tidak Berpengaruh
Tidak Berpengaruh
Tidak Berpengaruh
Tidak Berpengaruh
Tidak Berpengaruh
Tidak Berpengaruh
Tidak Berpengaruh
Gula Kelapa
Ternate
0
10
37
S
127
8
27
T
2
3
4
5
Guaigo Kecil
Tamotamo
Gula Kelapa
Tempat Menunggu
Permata
Bertemu
Ternate
Makian
Indonesia
Makian
0
0
0
0
10
10
10
12
44
47
39
48
S
S
S
S
127
127
127
127
8
8
8
7
22
41
18
12
T
T
T
T
Berpenghuni 1 Desa
Berpenghuni Ibu Kota Kec. 9
Desa
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Berpenghuni
Buah Kelapa Yang Hanyut
Batu Kramat
Miskin
Makin
Makian
Indonesia
0
0
0
6
8
8
2
0
54
U
U
S
127
127
127
24
27
25
27
28
52
T
T
T
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
tidak berpenghuni
Banyak Ubi
banyak.di huni ular berbisah
Bentuknya seperti Penjepit K
Bentuknya seperti Penjepit K
Ingin Merasakan
Sejenis Pohon Palem
Labu Kuning
Tempat Duduk/Kursi
Tempat Istirahat Makan
Makan-Makan
Indonesia
Ternate
Ternate
Ternate
Ternate
Ternate
Ternate
Ternate
Buton
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
32
13
23
21
32
25
25
19
23
25
2
33
7
49
15
26
59
43
46
52
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
46
34
52
50
5
52
42
31
25
24
45
52
9
2
9
16
33
25
26
55
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
Berpenghuni 23 Desa
Berpenghuni 7 Desa
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tdk Berpenghuni Tambak
Nikel
Tdk Berpenghuni budidaya
Mutiara
Waidoba
Haru
Jasia
Laguling
Wailoro Besar
Wailoro Besar
Wailoro Kecil
Wailoro Kecil
Rumati
Rumati
Kecamatan Kayoa Barat
Guaigo
Guaigo
Muari
Guaigo Kecil
Tamotamo
Intan
Muari
S.
1
2
3
T.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kecamatan Kayoa Utara
Kutim
Kutim
Batukaramat
Batukaramat
Miskin
Kecamatan Obi
Obi Mayor
Obi Mayor
Bisa
Bisa
Gatal-gatal Kecil
Gatal-gatal Kecil
Gatal- gatal Besar Gatal- gatal Besar
Morasa
Morasa
Woka
Woka
Sambiki
Sambiki
Kadera
Kadera
Laparbae
Laparbae
Kane-Kane
Kane-Kane
11
Malamala
Malamala
Sejenis Lampu
Buton
1
28
12
S
127
23
38
T
12
Garaga
Garaga
Sumber Masalah
Buton
1
30
59
S
127
27
55
T
Laporan Antara
V
-
4 2
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Koordinat Pulau
No
Nama Pulau Di
Daerah
Nama Pulau Yang Di Sepakati
U.
1
Kecamatan Obi Barat
Tapa
Tapa
2
3
4
5
6
V.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
W.
1
2
3
4
5
6
Ombilatu
Ombilatu
Belang-Belang
Belang-Belang
Telor
Telor
Tusa
Tusa
Ubo-Ubo
Ubo-Ubo
Kecamatan Obi Timur
Tobalai
Tobalai
Siloyang
Siloyang
Pisang
Pisang
Pisang Kecil
Pisang Kecil
Waitengger
Waitengger
Tapiola
Tapiola
Lilioala
Lilioala
Sioloyang Kecil
Sioloyang Kecil
Batatas
Batatas
Miorasa
Miorasa
Tawa Besar
Tawa Besar
Tawa kecil
Tawa kecil
Songara
Songara
Kelo
Kelo
Kecamatan Obi Utara
Sentari Besar
Sentari Besar
Sentari Kecil
Sentari Kecil
Dua
Dua
Agar agar
Taher
Sendiri
Kecamatan Obi
Selatan
Gomumu
Gomumu
Paniki
Paniki
Dobodobo
Dobodobo
Kapakapa
Kapakapa
Kecamatan Makian
X.
1
2
3
4
Y.
Arti Nama Pulau
Asal Bahasa
Lintang
Bujur
Derajat
Menit
Detik
Derajat
Menit
Detik
(°)
(‘)
(“)
(°)
(‘)
(“)
Keterangan
Bentuknya Seperti Nyiru
Tobelo/Galela
1
10
44
S
127
25
12
T
Penjepit
Pulau Hanyut
Bentuk Bulat Seperti Telur
Btk. Menyerupai Kucing
bentuk Pohon di Pulau Tsb.
Ternate
Belanda
Ternate
Ternate
Ternate
1
1
1
1
1
24
19
19
22
25
44
3
58
39
14
S
S
S
S
S
127
127
127
127
127
20
24
22
23
16
24
20
41
38
52
T
T
T
T
T
Berpenghuni 2 Desa
Berpenghuni 5 Desa Tambang
Nikel.
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tempat Pelarian
Pulau Bentuk Wajan
Dulu Plau tsb. Banyak Pohon
Dulu Plau tsb. Banyak Pohon
Air Yang Menetes
Pulau Paling Ujung
Pulau Paling Ujung
Pulau Bentuk Wajan
Sejenis Ubi
Enak Dirasa
Sejenis Pohon Segon
Sejenis Pohon Segon
Menggoreng Tanpa Minyak
Tanda Pengenal
Tobelo/Galela
Ternate
Indonesia
Indonesia
Papua
Papua
Papua
Ternate
Ternate
Ternate
Tobelo/Galela
Tobelo/Galela
Ternate
Galela
1
1
1
1
1
1
11
1
1
1
1
1
1
1
37
30
23
23
30
30
31
28
34
26
31
32
29
28
56
18
16
37
44
47
17
29
11
10
55
24
43
12
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
127
127
19
38
55
56
42
43
45
39
5
51
2
3
59
57
49
17
13
11
37
48
2
45
37
35
21
47
31
46
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Penghuni Pertma Org Irian
Penghuni Pertma Org Irian
Dua
Rumput Laut
Nama org Penghuni Pertma
Sendiri
Irian
Irian
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
1
1
1
1
1
1
16
17
16
16
16
13
32
11
13
5
37
39
S
S
S
S
S
S
127
127
127
127
127
127
42
42
42
42
41
41
1
13
26
2
41
57
T
T
T
T
T
T
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tiga Kapitan (tiga raja)
Kelelawar/Kalong
Dalam
Melompat-lompat
Belanda
Ternate
Tobelo/Galela
Bajo
1
1
1
1
50
49
50
51
0
42
42
0
S
S
S
S
127
127
127
127
36
36
38
38
30
50
39
11
T
T
T
T
Berpenghuni 2 Desa
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
0
19
19
U
127
23
35
T
Hijrah org Arab Ke Pulau
Makian
1
Z.
Makian
Makian
Kecamatan Gane Timur Selatan
1
Ranga-ranga
Ranga-ranga
Nama pohon
Tobelo/Galela
0
39
18
S
128
11
43
T
2
Daga kecil
Daga Kecil
Sebatan kara
Gane
0
35
58
S
128
24
55
T
Laporan Antara
Tidak Berpenghuni pohon
Membuat perahu
Tdak Berpenghuni ada Pohon
kelapa
V
-
4 3
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Koordinat Pulau
No
Nama Pulau Di
Daerah
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Daga Besar
Wagali
Talam Besar
Talam kecil
Burung
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
Nama Pulau Yang Di Sepakati
Capatu
Karatib
Doro panjang
Daga Besar
Wagali
Talam Besar
Talam Kecil
Burung
Damaha
Matengo
Capatu
Karatib
Doro panjang
Tawabi Kecil
TawabiBesar
Pipoda
Dodawe Weda
Dodawegane
Morota
Bendera
Lakoromoidi
Fitpodang
Tawabi Kecil
TawabiBesar
Pipoda
Dodawe Weda
Dodawegane
Morota
Bendera
Lakoromoidi
Fitpodang
Eki
Sapi
Bori-bori
Eki
Sapi
Bori-bori
Sosara
Sosara
Umbur
Umbur kecil
Goro Salome kecil
Goro Salome
besar
Kokota
Loanga kecil
Sosepa
Sosepa kecil
Kasuari
Loanga besar
Bintagor
Singgah
Agas
Laporan Antara
Umbur
Umbur kecil
Goro Salome kecil
Goro Salome besar
Kokota
Loanga kecil
Sosepa
Sosepa kecil
Kasuari
Loanga besar
Bintagor
Singgah
Agas
Arti Nama Pulau
Asal Bahasa
Lintang
Bujur
Derajat
Menit
Detik
Derajat
Menit
Detik
(°)
(‘)
(“)
(°)
(‘)
(“)
Keterangan
Sebatan kara
Gelar bangsawan
Tempayang Besar
Tempayang kecil
Burung
Menungu
Sendiri
Sepetu
Sejenis Pisang
Dangkal
Besar
Kecil
Kayu hitam
Kayu hitam
Tempat penitipan barang
Tempat singa org weda
Tempat singa org gane
Sukar
Bendera
Mata dua
Sejenis pohon pandan
Tempayan kecil
Nama orang
Sapi
Pohon tuba(utk Meracun)
Tempat org papua
menyebran
Tempat org papua
menyebran
Sarang nyamuk
Sarang nyamuk
Dangkal
Gane
Gane
Gane
Gane
Indonesia
Galela
Ternate
Gane
Gane
Ternate
Ternate
Ternate
Ternate
Ternate
Gane
Gane
Gane
Gane
Indonesia
Ternate
Weda
Ternate
Gane
Gane
Gane
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
34
35
34
34
34
34
34
33
33
33
33
33
33
33
33
33
34
32
33
33
34
34
34
34
33
51
4
56
54
21
13
7
47
38
37
28
23
14
25
8
6
42
10
47
55
14
20
22
28
7
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
26
24
24
24
24
24
24
23
23
23
23
23
22
22
21
19
20
22
24
24
25
24
25
25
20
4
41
35
33
23
12
22
46
39
31
22
10
1
27
51
37
44
15
28
38
8
46
21
33
37
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Gane
0
39
20
S
128
34
33
T
Tidak Berpenghuni
Gane
Gane
Gane
Gane
0
0
0
0
39
39
38
38
22
14
58
47
S
S
S
S
128
128
128
128
34
33
33
32
18
59
25
31
T
T
T
T
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Dangkal
Alat tangkap ikan
Tarikan
Sejenis perahu
Sejenis perahu
Cemara
Tarikan
Nama pohon
Berlabuh
Nyamuk
Nyamuk
Gane
Gane
Gane
Gane
Gane
Gane
Gane
Gane
Indonesia
Ternate
Ternate
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
38
38
37
36
36
36
35
36
35
35
35
34
17
48
54
50
30
49
0
33
36
42
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
31
30
30
30
30
30
29
30
29
29
29
57
59
54
48
24
27
39
4
40
25
33
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
V
-
4 4
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Koordinat Pulau
No
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
Nama Pulau Di
Daerah
Nama Pulau Yang Di Sepakati
Teripang
Jojaga luar
Jojaga dalam
Sayang
Tofuwidi
Kasuari dalam
Buaya
Hate besi kecil
Hate besi kecil
Karang Luar
Karang Tengah
Karang Dalam
Manjariti
Todoku
Ori
Bati
Kuburan
Teripang
Jojaga luar
Jojaga dalam
Sayang
Tofuwidi
Kasuari dalam
Buaya
Hate besi kecil
Hate besi kecil
Karang Luar
Karang Tengah
Karang Dalam
Manjariti
Todoku
Ori
Bati
Kuburan
Mange-Mange
Boku-Boku Kecil
Boku-boku
Mange-Mange
Boku-Boku Kecil
Boku-boku
Gapuraca
Ngaimadodera
Menghela
Bisa
Bia
Kapis-Kapis
Lembal
Pagar
Penghalang
Dordera
Gapuraca
Ngaimadodera
Menghela
Bisa
Bia
Kapis-Kapis
Lembal
Pagar
Penghalang
Dordera
Mayat
Mayat
Laporan Antara
Arti Nama Pulau
Teripang
Penjaga
Penjaga
Sayang
Bukit widi
Cemara
Buaya
Kayu bakar
Kayu bakar
Karang
Karang
Karang
Nama Pohon
Penghubung
Rumah
Benda Hanyut
Kuburan
Kuburan
Pasir
Pasir
Jenis Pohon Bakau
Pohon Pandan
Pohon Pandan
Pandan Satu
pandan Dua
Pandan Tiga
Pandan Empat
Pandan Lima
Nama Pohon
Persinggahan Brung Nghi
Tarikan
Racun
Tiram
Nama Ikan
Nama Sejenis Ikan Pari
Pagar
Pelindung
Persinggahan Brung
Kundukan Pasir
Kundukan Pasir
Kundukan Pasir
Mayat
Asal Bahasa
Indonesia
Gane
Gane
Indonesia
Gane
Gane
Indonesia
Gane
Gane
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Gane
Tobelo
Makian
Ternate
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Gane
Gane
Gane
Gane
Gane
Gane
Gane
Gane
Gane
Gane
Gane
Gane
Ternate
Indonesia
Ternate
Ternate
Ternate
Indonesia
Indonesia
Ternate
Ternate
Ternate
Indonesia
Lintang
Bujur
Derajat
Menit
Detik
Derajat
Menit
Detik
(°)
(‘)
(“)
(°)
(‘)
(“)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
35
36
36
36
37
37
37
37
37
36
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
38
38
37
37
37
37
37
35
41
36
36
36
36
36
36
36
37
38
38
34
31
2
16
10
32
19
27
26
33
57
1
11
20
14
20
31
58
9
51
49
32
37
16
19
38
37
40
42
44
15
47
21
25
25
31
33
35
41
17
49
48
48
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
29
30
31
31
31
31
32
32
33
32
32
32
33
32
33
33
34
34
33
33
32
36
34
36
35
35
35
35
35
28
33
31
31
31
31
31
31
31
33
32
33
24
33
53
3
0
43
59
26
56
2
33
37
44
7
54
29
56
3
16
45
21
37
5
30
2
4
9
12
19
28
48
3
10
10
15
20
27
33
47
18
51
1
28
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
Keterangan
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
Tidak Berpenghuni
V
-
4 5
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.3.6.1.2 Karakteristik Oseanografi
a. Iklim
Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson (1951), daerah Halmahera
Selatan umumnya bertipe iklim B dengan rata-rata curah hujan per tahun 1.655
mm (data 10 tahun). Bulan basah adalah bulan dengan curah hujan lebih tinggi
atau sama dengan 100 mm dan bulan kering adalah bulan dengan curah hujan
lebih rendah atau sama dengan 60 mm. Bulan April dan Bulan Mei adalah bulan
dengan curah hujan yang tertinggi, selain itu Bulan April juga bulan dengan
curah hujan yang tinggi yaitu 199 sampai dengan 204 mm. Periode curah hujan
rendah berlangsung pada Bulan Agustus dan Oktober dengan curah hujan
terendah 75 mm pada Bulan Agustus.
b. Suhu Permukaan Laut
Hela dan Laevastu (1970) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
suhu permukaan air laut adalah arus permukaan, keadaan awan, penguapan,
gelombang, pergerakan konveksi, upwelling, divergensi, konvergensi muara
terutama pada daerah sepanjang garis pantai dan perubahaan bentuk es di
kutub. Sumber panas utama laut berasal dari matahari. Daerah-daerah yang
paling banyak menerima panas adalah daerah yang terletak pada lintang 0º.
Oleh karena itu suhu air laut paling tinggi ditemukan sekitar ekuator dan
semakin ke kutub suhu air laut makin rendah. Sebaran suhu secara menengah
terbagi dua lapisan yaitu lapisan troposfir dan stratosfir. Lapisan pertama
terdapat pada permukaan laut sampai kedalaman sekitar 600-1.000 meter.
Lapisan kedua berada di bawah lapisan itu sampai dasar laut. Pada bagian
troposfir terdiri dari lapisan pencampuran, (mixeder), lapisan termoklin dan
lapisan di bawah termoklin.
dalam skala besar ditunjukkan seperti pada titik pembekuan, kerapatan, suhu
dan kerapatan maksimum serta daya hantar listrik.
Perbedaan salinitas disebabkan oleh proses evaporasi, presipitasi, pembentukan
dan pencairan es akan menyebabkan densitas berubah serta akan menghasilkan
gradient tekanan mendatar yang menimbulkan arus. Di perairan dalam salinitas
akan menunjukkan variasi yang kecil. Salinitasi di Perairan Maluku pada
umumnya berkisar antara 32,5-33,5 Promil. Salinitas makin dalam juga tidak
banyak perubahan yaitu berkisar antara 34-34,5 promil. Variasi tahunan
salinitas yaitu sekitar 2 promil (Surbakti,1999).
Salinitas di perairan Maluku Utara termasuk perairan Kabupaten Halmahera
Selatan menunjukkan nilai yang cukup tinggi. Hasil pengukuran suhu yang
dilakukan oleh P2O-LIPI (2005) menunjukkan nilai salinitas mencapai 34 permil.
Pada kedalaman yang lebih dalam, nilai sanilitas lebih tinggi dari lapisan di
atasnya.
d. Densitas
Aspek penting dalam menentukan densitas air laut adalah suhu, salinitas dan
tekanan. Densitas akan turun jika suhu naik dan akan bertambah besar jika
tekanan dan salinitas meningkat. Biasanya jika suhu makin rendah, maka
kerapatan akan meningkat. Selain itu kenaikan salinitas juga dapat
meningkatkan nilai kerapatan dari massa air laut walaupun tidak sekuat
pengaruh suhu.
e. Arus
Suhu air laut Maluku dan sekitarnya antara 28 - 30ºC dengan variasi tahunan
sebesar 20ºC, nilai yang lebih tinggi terjadi di Laut Banda, Arafuru, Timor dan
Selatan Jawa sebesar 3ºC - 40ºC. Selama musim barat lapisan homogen dan
dapat mencapai kedalaman 100 meter yang dimulai dari permukaan suhu
berkisar antara 27ºC-28ºC. Makin dalam biasanya suhu mencapai 21ºC-22ºC,
hingga kedalaman 260 meter mencapai 21ºC. Pada beberapa tempat seperti
Teluk Pelita Jaya (Ambon) (Tupan, 2000) bahwa suhunya berkisar antara 27ºC32ºC. Hal ini dipengaruhi oleh lindungan hutan pantai dan lama penyinaran
matahari.
Hasil pengukuran suhu permukaan laut yang dilakukan oleh P2O-LIPI (2005) di
perairan Halmahera Selatan dan sekitarnya berkisar antara 27,72 ºC – 28,96ºC.
Pada lapisan tercampur permukaan yaitu lapisan permukaan hingga kedalaman
50 m, suhu perairan lebih hangat dari lapisan di bawahnya.
c. Salinitas
Pengaruh salinitas dalam air laut antara lain dalam perubahan skala kecil
seperti tekanan, fluktuasi suhu, penyebaran massa air. Sedangkan pengaruh
Laporan Antara
Arus adalah gerakan air yang mengakibatkan perpindahan horizontal dan
vertikal massa air oleh perubahan energi potensial. Keadaan arus laut umumnya
terjadi akibat pengaruh beberapa gaya yang bersamaan yang terdiri dari arus
tetap, arus periodik (pasut) dan arus angin. Bishop (1984) menyatakan bahwa
gaya yang berperan dalam sirkulasi massa air adalah gaya gradient tekanan,
gaya coriolis, gaya gravitasi, gaya gesekan dan gaya sentrifugal.
Arus di Teluk Labuha dan Halmahera bagian selatan dapat didekati dengan
ramalan arus pada Selat Capalulu. Kecepatan arus di Selat Capalulu cukup
tinggi yaitu pada Bulan Januari mencapai 90 mil/jam dan terendah mencapai
nol. Karena letak Selat Bacan agak jauh dari Selat Capalulu dan dikelilingi oleh
pulau-pulau kecil, maka kekuatan arus pasut di Teluk Bacan tidak sehebat yang
terjadi di Selat Capalulu.
Pada siang hari arus dan pasut di daerah ini sangat bervariasi, sedangkan arus
lokal ke arah Selatan sampai Barat. Angin dan arus terlihat relatif tidak
berkorelasi sehingga dapat disimpulkan bahwa arus pada saat tersebut lebih
dominan disebabkan oleh tenaga pasut.
V
-
4 6
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
f. Pasang Surut
Tipe pasang surut (pasut) Laut Maluku secara umum adalah tipe pasang
campuran dominasi ganda. Keadaan ini disebabkan oleh adanya interaksi antara
lokasi pengamatan dengan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Laut Maluku
menerima pasut berasal dari Samudera Pasifik yang merambat melalui laut
dalam, sehingga tipe pasutnya cenderung mengikuti keadaan di daerah tersebut
yang secara umum bertipe campuran dominasi ganda.
Pola pasut di beberapa tempat di Halmahera Selatan seperti Teluk Labuha
diperkirakan memiliki ciri yang sama dengan pola pasut di perairan Pantai Barat
Halmahera secara keseluruhan. Pola pasut di sini merupakan rambatan pasut
dari perairan yang jauh lebih luas yaitu Lautan Pasifik. Untuk sampai di Teluk
Labuha dan Halmahera dapat melalui dua kemungkinan. Pertama, melalui Teluk
Maluku, masuk ke Selat Obi dari arah Barat selanjutnya masuk ke Selat Bacan
dari arah Selatan. Kedua, melalui Laut Seram di sebelah Selatan Halmahera,
kemudian membelok ke Barat memasuki Selat Obi dan menuju Selat Bacan. Di
sebelah Utara Selat Bacan dibatasi oleh celah-celah sempit dan oleh pulaupulau kecil seperti Pulau Obi, Pulau Pacitaka dan Parapotong. Melihat kondisi
tersebut rambatan pasut menuju Selat Bacan lebih terbuka dari arah Selatan
dibandingkan dari Utara.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Peta Oseanografi Kabupaten Halmahera
Selatan (Peta 5.10)
g. Keasaman (pH)
Nilai pH perairan Maluku secara keseluruhan termasuk Halmahera Selatan
berkisar antara 6-7. Penurunan pH sampai 6 disebabkan oleh proses
perombakan sisa tumbuhan oleh mikroorganisme, sehingga pH cenderung
menurun pada garis pantai. Pada substrat pH juga mencapai keadaan 5-8 yang
berpengaruh langsung pada pertumbuhan akar mangrove.
h. Karakteristik Kimia Perairan
Bentuk senyawa nitrogen di dalam perairan diantaranya adalah nitrat, nitrit,
amoniak dan ammonium. Senyawa nitrogen dalam bentuk nitrit umumnya
dijumpai dalam kadar yang relatif kecil dan kurang stabil sehingga apabila
kandungan oksigen rendah akan berubah menjadi ammonia yang bersifat racun
bagi oragisma perairan. Kandungan nitrit, nitrat dan ammonia berturut-turut
berkisar antara 0,020 mg/1 sampai dengan 0,102 mg/1, 0,001 mg/1 sampai
dengan 0,002 mg/1 dan 0,013 mg/1 sampai dengan 0,014 mg/1. Kandungan
nitrit dan ammonia di perairan masih di bawah baku mutu. Sedangkan
kandungan nitrat yang tinggi akan mendukung produktifitas perairan, terutama
dimanfaatkan oleh plankton.
sampai dengan 337,85 mg/1 dan 0,010 mg/1 (sulfida). Kandungan sulfat
yang relatif tinggi umumnya ditemukan pada air laut yang berasal dari
mineral alami seperti gips dan lainnya (Usaha Mina,1993).
2) Hasil analisis minyak dan lemak nilainya lebih kecil dari 0,20 mg/1 ini
banyak ditemukan di sekitar kegiatan pengalengan ikan Usaha Mina Persero,
di Teluk Labuha. Lemak dan minyak akan berpengaruh terhadap ekosistem
biota perairan, dimana akan menutupi lapisan permukaan air. Sehingga
dapat menghambat penetrasi cahaya matahari, menghambat proses
pertukaran gas antara air dan udara.
3) Kandungan oksigen di perairan memiliki peranan yang sangat penting dalam
respirasi organisme perairan ataupun dalam proses penguraian agar tidak
menghasilkan senyawa yang beracun. Oksigen terlarut dapat bersumber dari
hasil fotosintesis fitoplankton dan difusi langsung dari udara. Kandungan
oksigen terlarut menunjukkan produktivitas yang tinggi. Hasil analisis
menunjukkan bahan kandungan oksigen yang pernah diukur di sekitar Teluk
Bacan serta Perairan Halmahera Selatan dan sekitarnya berkisar antara
4,761 mg/l sampai dengan 6,347 mg/l.
4) BOD memperlihatkan kandungan oksigen yang dibutuhkan dalam mereduksi
bahan-bahan organik maupun anorganik secara biokimia. COD
menggambarkan kebutuhan oksigen yang dibutuhkan dalam proses
perombakan bahan organik secara kimiawi. Hasil analisis BOD5 dan COD di
Perairan Maluku Utara dan sekitarnya termasuk Halmahera Selatan yang
menjadi pengamatan yaitu di Teluk Halmahera dan Teluk Bacan didapatkan
nilai berturut-turut berkisar antara 6,56 mg/l sampai dengan 8,54 mg/l dan
140,40 mg/l sampai dengan 151,28 mg/l. Nilai kandungan ini telah melebihi
batas yang diperbolehkan untuk budidaya perikanan laut. Relatif tingginya
nilai COD disebabkan oleh kandungan garam mineral yang lebih tinggi dan
bukan disebabkan oleh limbah (Usaha Mina, 1993).
5) Unsur logam di perairan dapat berasal dari proses perombakan, pelapukan
atau buangan dan kegiatan perkapalan. Unsur-unsur logam yang termasuk
kategori logam berbahaya yaitu Cu, Cd, Cr*⁶ dan Pb. Kandungan yang pernah
teramati di Teluk Halmahera dan Labuha yaitu 0,007 mg/l sampai dengan
0,009 mg/l (Cu); 0,041 mg/l sampai dengan 0,044 mg/l (Cd); lebih kecil dari
0,006 mg/l (Cr) dan 0,137 mg/l sampai dengan 0,191 mg/l (Pb). Terlihat
bahwa unsur Pb dan Cd lebih tinggi dari unsur diperbolehkan di perairan.
1) Unsur sulfur di perairan diantaranya ion sulfat (SO4ˉ) dan sulfide (Sˉ).
Persenyawaan yang terjadi apabila dalam kondisi anaerobik akan
menghasilkan senyawa yang bersifat toksik bagi organisme perairan. Hasil
analisis sulfat dan sulfide berturut-turut berkisar antara 334,85 mg/1
Laporan Antara
V
-
4 7
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.10
Laporan Antara
V
-
4 8
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.3.6.2 Karakteristik Ekosistem Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
5.3.6.2.1 Ekosistem Terumbu Karang
Pulau-pulau kecil di Indonesia atau bahkan di daerah tropis biasanya berasosiasi
dengan ekosistem terumbu karang. Pulau kecil biasanya dilingkari oleh terumbu
karang. Kabupaten Halmahera Selatan yang memiliki jumlah pulau yang sangat
banyak juga diperkirakan mempunyai potensi terumbu karang yang sangat luas.
Ekosistem terumbu karang memiliki fungsi-fungsi ekologis, ekonomi dan sosial
yang sangat tinggi. Secara ekologi, ekosistem terumbu karang merupakan habitat
berbagai jenis ikan konsumsi penting dan ikan hias. Selain itu, ekosistem ini juga
memiliki fungsi pelindung pantai dari hantaman gelombang laut. Dalam konteks
pengembangan wisata bahari, ekosistem terumbu karang memiliki peran yang
sangat penting, mengingat ekosistem ini memiliki nilai ekosotis kolom air sangat
luar biasa dan menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk dinikmati. Hasil
pengamatan terumbu karang yang dilakukan oleh Tim P2O-LIPI (2005) di perairan
sekitar Pulau Bacan memperlihatkan bahwa ekosistem di pualu ini masih baik.
Pengamatan yang dilakukan pada 11 titik di pesisir barat Pulau Bacan terlihat
bahwa sebaran karang batu dalam kategori sedang dan baik lebih banyak
ditemukan di perairan dengan karakteristik pantainya adanya Tanjung dan
berasosiasi dengan hutan mangrove, kekuatan arus kuat dan dalam kondisi
seperti ini ditemukan jenis karang batu sekitar 40-80 jenis. Dengan jumlah jenis
karang batu yang relatif tinggi ini, maka kawasan ini memberikan prospek
pengembangan wisata bahari khususnya wisata selam (sport dive).
Kerusakan karang yang ditemukan selama ini di lapangan masih banyak
diakibatkan karena sistem penangkapan ikan secara ilegal dengan menggunakan
bahan peledak, tingginya kekeruhan di perairan yang tergolong rendah hal ini
mencerminkan masih tingginya sedimentasi di darat atau hilangnya ekosistem
mangrove sebagai filter bagi terumbu karang sudah mulai menipis.
Pengembangan untuk obyek wisata selam yang sangat baik ditemukan di lokasi 3
dimana di lokasi ini tidak kurang 75 jenis karang ada di sini dan kondisi karang
dalam kategori baik (50%).
Kondisi karang batu di sisi timur Pulau Bacan berbeda dengan di sisi barat Pulau
Bacan. Lokasi sisi timur Pulau Bacan rata-rata relatif terlindung, sehingga
kekuatan arus juga dalam kategori sedang, sedangkan tingkat kecerahan relatif
lebih baik yaitu lebih jernih dibadingkan di sisi barat Bacan. Posisi perairan yang
terlidung memungkinkan hutan mangrove dapat berkembang dan tumbuh dengan
baik. Keberadaan ekosistem mangrove ini sangat mendukung ekosistem terumbu
karang di perairan sisi timur Pulau Bacan, sehingga banyak ditemukan titik-titik
pengamatan yang mempuyai kategori baik (50%) atau (60%). Karakteristik
perairan sisi Timur Pulau Bacan yang telindungi menyebabkan kekuatan arusnya
lemah, pantainya bervegetasi mangrove dapat mengurangi proses sedimentasi
dan kekeruhan di perairan. Sisi Timur Pulau Bacan yang perairannya dengan
tingkat kejenihan yang relatif lebih baik, banyak ditemukan jumlah jenis karang
batu yang relatif tinggi. Pertumbuhan jenis karang batu yang didukung oleh
kondisi perairan dengan kecerahan sangat tinggi dapat memberikan kontribusi
Laporan Antara
yang besar bagi kesehatan karang untuk tumbuh dan berkembang lebih baik,
sehingga di masa depan dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat umum dan
pesisir khususnya. Indikasi kerusakan karang masih banyak ditemukan hampir di
seluruh titik pengamatan yaitu penggunaan bahan peledak untuk penangkapan
ikan.
Kondisi karang batu pada sisi Selatan Pulau Bacan tidak jauh berbeda dengan sisi
Barat Pulau Bacan, kondisi karang dalam kategori jelek <25% dan sedang 25-50%
jauh lebih banyak dibandingkan dengan kondisi karang yang baik >50%.
Kemiripan ini telihat dari karakteristik pantainya yang dekat dengan salah satu
anak sungai, kekuatan arus tergolong kuat dan tingkat kecerahannya rendah.
Dari lokasi pengamatan hampir sebagian besar tergolong jelek, hal ini masih
eratnya ditemukan bekas kubangan-kubangan di dasar perairan hasil peledakan
bom dalam sistem penangkapan ikan juga banyak ditemukan sampah rumah
tangga (anorganik) sulit untuk diuraikan, sehingga penanganannya lebih sulit.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh WCS Marine Programme Indonesia di
Kepulauan Kayoa menunjukkan bahwa persen penutupan karang keras 37 %,
karang lunak 19%, penutupan pasir 6 %, Algae 34 %, Sponge 2 % dan lainnya 2%.
Jumlah spesies karang keras yang ditemukan di Kepulauan Kayoa sebanyak 237
spesies dari 15 famili, sedangkan jumlah jenis ikan karang yang ditemukan
sebanyak 434 spesies dari 48 famili.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Peta Ekosistem pesisir Kabupaten
Halmahera Selatan (Peta 5.11).
4.3.6.2.2 Ekosistem Mangrove
Ekosisem mangrove merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi
ekologis dan manfaat ekonomi. Manfaat ekonomi ekosistem mangrove misalnya
pemanfaatan terbatas oleh masyarakat sekiarnya untuk berbagai keperluan
seperti bahan bangunan, kayu bakar, membuat arang, pulp dll. Selain tersebut
diatas hutan mangrove juga merupakan pengekspor bahan organik yang berguna
untuk menunjang kelestarian biota akuatik. Dipandang dari segi ekologis hutan
mangrove juga merupakan tempat berlindung dan tempat mencari makanan bagi
kehidupan fauna. Hasil analisis citra landsat menunjukkan luas hutan mangrove
di Kabupaten Halmahera Selatan adalah 204,12 km2.
Ekosistem mangrove di Kabupaten Halmahera Selatan terutama terdapat di
Kecamatan Obi dengan luas 5.805,50 ha yang berada di Kawasan HPK, dan
Kecamatan Gane Barat Seluas 3.561,00 aa di Kawasan Hutan Lindung. Hasil
pengamatan mangrove yang dilakukan oleh P2O-LIPI (2005) di bagian barat dan
timur Pulau Bacan menunjukkan bahwa kawasan mangrove di pulau ini masih
baik. Hasil pencuplikan data baik transek maupun koleksi bebas di daerah pesisir
timur dan barat Pulau Bacan diidentifikasi sebanyak 14 jenis termasuk dalam 12
marga dan 9 suku (Tabel 4.8). Keseluruhan hasil identifikasi ternyata jumlah
jenis di wilayah pesisir Pulau Bacan lebih sedikit bila dibandingkan dengan
V
-
4 9
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
daerah pesisir Teluk Kao, Halmahera yang teridentifikasi sebanyak 27 jenis
termasuk dalam 19 marga dan 16 suku (Prawiroatmodjo dkk, 1987). Perbedaan
jumlah jenis kedua wilayah ini mungkin disebabkan oleh beberapa hal seperti
dataran lahan pesisir pantai, material penyusun subtrat, profil pantai dan muaramuara sungai dan apakah merupakan wilayah terbuka atau tertutup atau semitertutup.
a. Ekosistem Mangrove di pesisir Timur Pulau Bacan
Pada bagian timur Pulau Bacan teridentifikasi 10 jenis dan jenis yang umum
ditemukan adalah jenis Rhizophora apiculata. Ketebalan atau zona mangrove
berkisar antara (10-150) meter. Hasil analisis kerapatan mangrove diketahui
bahwa tingkat kerapatan pohon mencapai 566 batang/ha, ketinggian ratarata mencapai 16,05 meter dan diistimasikan volume kayu sebesar 171,45
m3/ha. Mangrove dan klasifikasi ‘belta’ diidentifikasi sebanyak 5 jenis yang
didominasi jenis Rhizophora apiculata dengan nilai penting (NP) 120,61 %,
sedang Bruguiera gymnorrhiza merupakan jenis codominan dengan nilai
penting (NP) 70,40 % dan Sonneratia alba mempunyai nilai penting (NP) 60,54
%. Dua jenis lainnya yaitu Rhizophora stylosa dan Cerlops tagol mempunyai
nilai penting (NP) <50 %. Tingkat kerapatan ‘belta’ mencapai 1.488
batang/Ha, rata-rata tinggi belta mencapai 4,1 meter, sehingga
diestimasikan volume kayunya sebesar 5,42 m3/ha. Dari pencuplikan semai,
hanya didapatkan jenis Rhizophora sp dengan kerapatan mencapai 16.670
batang/Ha.
b. Ekosistem Mangrove di pesisir Barat Pulau Bacaan
Berbeda dengan jenis yang ditemukan di bagian timur Pulau Bacan, di bagian
barat ini, jumlah jenis mangrove sebanyak 12 jenis baik dalam klasifikasi
pohon maupun belta. Jenis yang umum ditemukan yaitu jenis Rhizophora
mucronata. Jenis ini umumnya hidup pada substrat dasar yang berlumpur dan
dalam. Zona mangrove berkisar antara (10-100) meter. Hasil lapangan dari
transek teridentifikasi 3 jenis dalam klasifikasi pohon yang didominasi jenis
Rhizophora mucronata dengan nilai penting (NP) 187,98 dan Sonneratia alba
merupakan codominan dengan nilai penting 745,45%. Jenis lain adalah
Bruguiera gymnorrhiza dengan nilai penting (NP) 37,57%. Mangrove dalam
klasifikasi pohon mempunyai tingkat kerapatan rata-rata 568 batang/ha yang
hamper sama dengan tingkat kerapatan di pesisir timur Pulau Bacan. Hasil
perhitungan volume kayu rata-rata mencapai 213,61 m3/ha yang mampir
sama dengan jumlah kayu di pesisir Teluk Bintuni, Irian Jaya yang mencapai
219,1 m3/ha yang merupakan daerah Hak Pengusahaan Hutan (Soeroyo dan
Sapulete, 1994). Mangrove dengan klasifikasi belta Rhizophora mucronata
juga merupakan jenis dominan dengan nilai penting (NP) 256,36%, di tempat
ini hasil pencuplikan transek hanya ada dua jenis, jenis yang lain sekaligus
merupakan codominan adalah Sonneratia alba dengan nilai penting (NP)
43,64% (Tabel 4.8). Tingkat kerapatan belta mencapai 769 batang/ha, kurang
rapat bila dibandingkan dengan tingkat kerapatan belta di pesisir Timur
Pulau Bacan. Volume belta di daerah ini mencapai 5,93 m3/ha dengan
ketinggian rata-rata mencapai 4,85 meter. Untuk semai dari hasil
pencuplikan data, didapat 20.000 semai yang rata-rata lebih banyak dari
semai di daerah Bacan Timur.
Laporan Antara
Tabel 5.8
Hasil Identifikasi Mangrove di Pulau Bacan dan Sekitarnya
No
Jenis
Nama Daerah
Pesisir Pulau Bacan
Timur
Barat
1
Avicennia marina
Api-api
+
+
2
Bruguiera gymnorrhiza
Tancang, tunu
+
+
3
Ceriops tagal
Trigi, tengur
+
-
4
Excoecaria agallocha
Buta-buta
+
-
5
Hibiscus tiliaceus
Waru
-
+
6
Nypa fruticans
Nipah
-
+
7
Rhizophora apiculata
Bakau putih, mangi-mangi
+
+
8
R. mucronata
Bakau hitang, bakau laki
+
+
9
R. stylosa
Bakau kurap
+
+
10
Scaevola taccada
Bakung, bako-bakoan
+
+
11
Sesuvium portulacastrum
Sesepi, gelang laut
+
-
12
Sonneratia alba
Prapat, pedada
+
+
13
Terminalia cattapa
Ketapang, ketapa
-
+
14
Xylocarpus granatum
Nyirih, niri
-
+
Sumber : P2O-LIPI (2005)
Tabel 5.9
Hasil identifikasi mangrove berdasarkan atas suku, marga dan jenis di pesisir Pulau Bacan dan
sekitarnya
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Suku
Aizoaceae
Avicenniaceae
Combretaceae
Goodeniaceae
Malvaceae
Meliaceae
No
Jenis
1.
Sesuvium portulacastrum (L.) L.
2.
Avicennia marina (Forsk.) Vierh.
3.
Terminalia cattapa L.
4.
Scaevola taccada (Gaertn.) Roxb.
5.
Hibiscus tiliaceus L.
6.
Excoecaria agallocha L.
7.
Xylocarpus granatum Koen
7.
Palmae
8.
Nypa fruticans Wurmb
8.
Rhizophoraceae
9.
Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lam.
10.
Ceriops tagal (Perr.) C.B.Rob.
11.
Rhizophora apiculata BI.
12.
R. mucronata Lam.
13.
R. stylosa Griff.
9.
Sonneratiaceae
14.
Sonneratia alba J.Sm.
Keterangan : 14 jenis, 12 marga dan 9 suku.
V
-
5 0
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.3.6.2.3 Makro Algae
Berdasarkan hasil ekspedisi Rumphius IV 1979 dan Snellius II 1984 bahwa Pulau
Bacan dan sekitarnya merupakan zona perairan yang mempunyai potensi
makroalgae dengan keanekaragaman jenis cukup tinggi dengan jenis makroalgae
bernilai ekonomi dan tidak ekonomi. Keberadaan sumberdaya alam di perairan
Pulau Bacan dan sekitarnya seperti makroalgae dapat dijadikan daya tarik
tersendiri yang dikemas dalam satu paket wisata. Dari empat lokasi dapat
diestimasikan bahwa luas makroalgae berkisar antara 5-50 ha (P2O-LIPI, 2005).
Sumberdaya makroalgae mempunyai nilai ekonomi tinggi yaitu dapat dijadikan
sebagai makanan, obat-obatan dan sayuran (Istini, dkk. 1998). Potensi
makroalgae yang terdapat di perairan Pulau Bacan dan sekitarnya antara lain
jenis Caulerpa, Gracilaria dan Halynenia. Menurut Istini, dkk. 1998 jenis
Gracilaria verrucosa dan Glacilaria euchemoides dapat dimanfaatkan sebagai
bahan mentah untuk pembuatan agar-agar, salat, sup sayuran, selai pemanis,
pengobatan gondok, perut dan penyakit urine. Berikut potensi makroalgae di
setiap lokasi dapat dideskripsikan sebagai berikut:
(1) Labuha
Bentangan rataan terumbu di wilayah ini diperkirakan seluas kurang lebih 30
ha dan tebal rataan terumbu dari garis pantai sampai tubir antara 10-150 m.
Habitat pertumbuhan makroalgae berada pada substrat pasir, rubble, batu
karang dan batu vulkanis dan punggung terumbu. Kedalaman air menjelang
air laut surut berkisar antara (10-100) cm pada daerah pasang surut
(intertidal) telah teridentifikasi jenis makroalgae dari marga Halimeda dan
Caulerpa, sedangkan pada daerah sub-tidal merupakan daerah pertumbuhan
makroalgae yang mempunyai nilai ekonomis teridentifikasi marga Caulerpa,
Gracilaria dan Halymenia. Berdasarkan hasil analisa laboratorium diketahui
bahwa biomasa dalam berat basah yaitu mencapai 1.010 gram/m2 dan
kehadiran keanekaragaman makroalgae teridentifikasi sebanyak 14 jenis.
(2) Kasu
Di kawasan ini, bentangan rataan terumbu relatif lebih luas dibandingkan
wilayah Labuha, yaitu luasnya mencapai 50 ha dan tebal rataan terumbu dari
garis pantai sampai tubir antara 20-150 m. Karakteristik lingkungan
pertumbuhan makroalgae relatif sama dengan di lokasi Labuha. Pada lokasi
Kusu teridentifikasi makroalgae bernilai ekonomi yaitu marga Gelidium dan
Gracilaria. Tingkat kepadatan dalam berat basah mencapai 1.200 gram/m2
dan keanekaragaman makroalgae teridentifikasi sebanyak 18 jenis.
(3) Goro-goro
Pantai ini mempunyai rataan terumbu dengan luas sekitar 5 ha, tebal
terumbu dari garis pantai kecarah tubir sekitar 10-60 m. Habitat
pertumbuhan makroalgae di lokasi Goro-goro lebih didominasi substrat pasir
dan batu karang. Kedalaman air menjelang surut relatif dangkal hanya
sekitar 30 cm. Makroalgae yang teridentifikasi dengan nilai ekonomis yaitu
Laporan Antara
dari marga Halimeda, Caulerpa dan sargassum. Keanekaragaman yang
teridentifikasi sebanyak 3 jenis, relatif sedikit bila dibandingkan dengan
lokasi sebelumnya yang rata-rata teridentifikasi sekitar 14-18 jenis demikian
halnya dengan biomasa dalam berat basah hanya sekitar 55 gram/m2 yang
dapat diartikan sangat jarang dan dimungkinkan perairannya tidak subur atau
habitat tempat pertumbuhannya kurang mendukung.
(4) Songa
Dari tiga lokasi sebelumnya nampak luas rataan terumbu di perairan Pulau
Bacan antara 30-50 ha kecuali Goro-goro 5 ha. Tebal rataan terumbu dari
garis pantai sampai tubir antara 20-150 m. Habitat pertumbuhan makroalgae
dilokasi Songa yaitu subtrat pasir-lumpur, pasir batu vulkanis dan batu
karang. Karakteristik sepanjang pantainya berpasir putih dan di perairan
papara terumbu terdapat karang hidup. Kedalaman air surut terendah 25-200
cm relatif dalam dibandingkan dengan lokasi sebelumnya yang hanya sekitar
(30-100) cm. Makroalgae yang teridentifikasi bersama dari marga Turbinaria,
Sargassum dan Dictyota, sedangkan di daerah sub tidal diidentifikasi berbagai
marga Sargassum, Turbinaria, Padina, Halimeda, dan Ulva. Makroalgae yang
mempunyai nilai ekonomis teridentifikasi dari marga Sargasum, Turbinaria
dan Dictyota. Keanekaragaman makroalgae di paparan terumbu diidentifikasi
sebanyak 7 jenis dan kepadatan (biomasa) berat basah 105 gram/m2.
Tabel 5.10
Sebaran Makroalgae di perairan Pulau Bacan dan sekitarnya
Jenis
Labuha
Chloropheceae
Caulerpa racemasa
Caulerpa serrulata
Halimeda cunneata
Halimeda macroloba
Phaeophyceae
Dictyota acutiloba
Padina australis
Padina japonica
Sargassum polyphyllum
Turbinaria ornate
Rhodophyceae
Galaxaura subfruticulosa
Gelidium rigidum
Gracilaria arcuata
Glacilaria bursapastoris
Halymenia durvellaei
Jumlah
Sumber : P2O-LIPI (2005): Keterangan :
Lokasi
Goro
Kusu
Songo
+
+
+
+
+
-
-
+
+
-
+
-
+
-
+
+
+
3
3
+
+
+
+
+
6
5
+ = ada; - = tidak ada
V
-
5 1
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.11
Laporan Antara
V
-
5 2
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.3.7 Resiko Bencana Alam (Banjir, Gunung Berapi, Gempa Bumi dan Tsunami)
Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng utama: Australia, Eurasia dan Pasifik, dan
beberapa lempeng kecil lainnya seperti Sangihe, Maluku dan Halmahera (gambar 5.1 dan 5.2).
Pertemuan lempeng-lempeng ini menghasilkan aktifitas kegunungapian dan kegempabumian
serta Tsunami sehingga secara langsung menyebabkan Kabupaten Halmahera Selatan rawan
terhadap bencana gunung berapi, gempa bumi dan Tsunami.
Gambar 5.25
Konfigurasi lempeng tektonik di Indonesia
Sebagian besar gunungapi terletak pada busur Sunda yang terbentang 3000 km dari ujung utara
Sumatera hingga ke Laut Banda, terbentuk akibat proses subduksi Lempeng Australia dibawah
Lempeng Eurasia. Sekitar ¼ dari total gunung api Indonesia terletak pada sebelah utara Busur
Sunda. Gunung api di Sulawesi, Halmahera dan Sangihe terbentuk dari konfigurasi beberapa
subduksi lempeng kecil yang memanjang utara-selatan (gambar 5.2) (Hamilton, 1979). Gunung
api di Laut Banda terbentuk akibat subduksi Lempeng Pasifik dibawah lempeng Eurasia.
Di Maluku Utara terdapat 5 gunung api, yaitu Gunung Dukono, Gunung Ibu, Gunung Gamkonora,
Gunung Gamalama dan Gunung Makian/Gunung Kie Besi. Berdasarkan data Pusat Vulkanologi,
dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung menunjukkan bahwa ketiga dari lima gunung
berapi tersebut berada dalam status waspada yaitu Gunung Ibu di Kecamatan Ibu Utara
Kabupaten Halmahera Barat, Gunung Dukono di Kecamatan Galela, Kabupaten Halmahera
Utara, dan Gunung Gamkonora di Kecamatan Ibu Selatan, Kabupaten Halmahera Barat.
Dari data tersebut diketahui di Kabupaten Halmahera Selatan terdapat salah satu gunung api
yang masih aktif yaitu Gunung Makian/Gunung Kie Besi di Pulau Makian. Gunung-gunung di
Kabupaten Halmahera Selatan dapat dilihat pada tabel 5.11.
Tabel 5.11
Nama - Nama Gunung Tinggi Dan Lokasinya Di Kabupaten Halmahera Selatan
Sumber : Hamilton, W., 1979, Tectonics of the Indonesian Region, U.S. Geological Survey Prof. Paper 1078.
Gambar 5.26
Konfigurasi lempeng tektonik dan penyebaran gunung api
di daerah Halmahera – Sulawesi Utara
Nama Gunung
Lokasi
Ketinggian
1 Gunung Kie Besi
Pulau Makian
900
2 Gunung Batu Sibela
Pulau Bacan
2111
3 Gunung Pulau Obi
Pulau Obi
1213
4 Gunung Mala Mala
Pulau Mala Mala Obi
500
5 Gunung Tiga Dara
Pulau Kayoa
700
6 Gunung Uri Jawa
Pulau Bacan
800
7 Gunung Ake Majahe
Pulau Bacan
600
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008
Sumber : Hamilton, W., 1979, Tectonics of the Indonesian Region, U.S. Geological Survey Prof.
Paper 1078
Laporan Antara
V
-
5 3
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Kejadian bencana alam di Kabupaten Halmahera Selatan dapat dilihat pada matrik berikut.
No
Jenis
Bencana
Jenis Bencana Alam yang Pernah Terjadi di Kabupaten Halmahera Selatan
Jenis
Bencana
1
Gempa Bumi
Lokasi
Waktu
Kejadian
398 km TimurLaut
LabuhaMalukuUtara pada
kedalaman 233
km
17-08-06
Laut Maluku di
antara Sulawesi
Timur dan
Halmahera
29 Agustus
2006 pukul
19.53 WIT
Kekuatan
Bencana
5,3o Richter
5.8 Mb (body
magnitude)
atau 5.9 SR
(skala Richter)
Korban
Kerusakan
-
-
29 November
2006, pukul
10:32:22
WITA
Magnitude 6,6
SR
-
-
Laporan Antara
Kerusakan
Pusat gempa
berada di laut
Maluku sekitar 37
kilometer
Tenggara Labuha
29 Mei 2007,
pukul 18.36
WI
Magnitude 6 SR
-
-
Timur Laut
Labuha
14 Agustus
2007 pukul
03.49 WIT
Magnitude 5,4
SR
-
-
Juli 2007
pukul 14.00
WIT
Magnitude tidak
ada berita
-
-
14 Agustus
2007 pukul
03.49 WIT
Magnitude 5,4
SR
-
-
122 Km Barat Laut 11
Ternate pada
September
kedalaman 10 Km 2008 pukul
07.00 WITA
Magnitude 7,6
SR
-
-
-
Semua jalur
dan
jembatan
putus akibat
tergerus
banjir
Kecamatan Bacan
Utara
-
-
Kota Labuha
20 Februari
2007
Magnitude 6,6
SR
I orang
meninggal
-
Kota Labuha
21 Februari
2007, pukul
11.19 WITA
Magnitude 6 SR
-
-
Pusat gempa
pada kedalaman
33 km yang
berpusat di laut
13 km Timur Laut
Labuha
Berpotensi
Tsunami
Kedalaman 13 km
Pusat gempa
berada di 0,88
derajat lintang
selatan - 127,2
derajat bujur
timur dengan
kedalaman 33
kilometer
Korban
Pusat gempa pada
kedalaman 33 km
yang berpusat di
laut 13 km.
Gempa berasal
dari kedalaman
60.7 km (+/- 15.2
km)
Lokasi 2,42LU,
128,10 BT 347 km
Timur Laut
Labuha.
Kekuatan
Bencana
laut
Tabel 5.12
No
Waktu
Kejadian
Lokasi
Tercatat 43
gempa susulan
2
Banjir
Kecamatan Bacan
Utara di Desa
Mandawong, Desa
Kupal, Desa
Gandasuling, Desa
Panamboang
Juli 2007
Terjadi 8 kali
gempa susulan
yang relatif
kecil
Gempa selama
30 detik
Berpotensi
Tsunami
-
Kota Labuha
Pusat gempa di 64
km Barat Daya
Labuha kedalam
33 km dibawah
laut
21 Februari
2007
Pusat gempa di 28
km Barat Daya
Labuha kedalam
33 km dibawah
21 Februari
2007
6,1 Skala
Richter
5,3 Skala
Richter
Sumber : google.co.id, 2008
Berdasarkan informasi pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa gempa bumi yang melanda
Kabupaten Halmahera Selatan pada umumnya terjadi pada kedalaman <50 km. Dalam kurun waktu
tahun 2006-2007, kejadian gempa dengan kekuatan terbesar terjadi pada tanggal 21 Februari 2007
dan terjadi 3 (tiga) kali berturut-turut dalam sehari.
V
-
5 4
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.3.8 Pemanfaatan Ruang Eksisting
Berdasarkan data yang didapat dari hasil digitasi CITRA LANDSAT Tahun 2006 – 2007 diketahui
bahwa penggunaan lahan di Kabupaten Halmahera Selatan terdiri:
1. Hutan, meliputi hutan lahan kering primer dan hutan lahan kering sekunder. Hutan
lahan kering sekunder ini tersebar dan merupakan dominasi penggunaan lahan di
seluruh wilayah Kabupaten Halmahera Selatan sedangkan hutan lahan kering primer
hanya terdapat di Pulau Bacan (Kecamatan Bacan Barat Utara dan Bacan Timur) dan di
Pulau Obi (Kecamatan Obi dan Obi Selatan)
2. Pertanian yang terdiri dari pertanian lahan kering dan pertanian lahan kering sekunder
yang tersebar di seluruh wilayah dan pulau di Kabupaten Halmahera Selatan dengan
persebaran di daerah pesisir pulau.
3. Permukiman yang berkembang dan tersebar di pesisir pulau di seluruh wilayah
Kabupaten Halmahera Selatan.
4. Daerah Transmigrasi yang terdapat di Kecamatan Gane Barat Utara dan Gane Timur.
5. Tanah terbuka yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Halmahera Selatan.
6. Semak belukar yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Halmahera Selatan.
7. Savana yang tersebar hampir di seluruh wilayah Kabupaten Halmahera Selatan.
8. Danau dengan danau terbesar di pulau Obi.
9. Rawa dengan luas terbesar di Kecamatan Gane Timur.
10.Mangrove yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Halmahera Selatan
Laporan Antara
V
-
5 5
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Tabel 5.13
Penggunaan Lahan dan Luasnya
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Kecamatan
Bacan
Bacan Barat
Bacan Barat Utara
Bacan Selatan
Bacan Timur
Bacan Timur Selatan
Bacan Timur Tengah
Gane Barat
Gane Barat Selatan
Gane Barat Utara
Gane Timur
Gane Timur Selatan
Gane Timur Tengah
Kasiruta Barat
Kasiruta Timur
Kayoa
Kayoa Barat
Kayoa Selatan
Kayoa Utara
Batanglomang
Joronga
Makian
Makian Barat
Mandioli Selatan
Mandioli Utara
Obi
Obi Barat
Obi Selatan
Obi Timur
Obi Utara
Total
Mangrove
Pemukim
an
Transmi
grasi
3.34
9.43
2.21
7.53
4.67
4.76
11.19
0.33
2.02
27.68
0.85
10.63
13.79
0.22
6.43
6.43
16.19
26.06
6.94
6.15
12.53
3.67
0.64
23.71
6.37
204.13
2.79
0.60
0.48
1.63
2.33
0.61
0.80
1.00
0.34
0.88
2.05
0.66
1.20
0.67
0.49
2.14
0.32
0.45
0.40
1.19
0.20
1.42
0.51
0.90
0.47
1.19
0.38
1.27
0.47
1.40
28.51
8.34
14.29
22.63
Hutan
Lahan
Kering
Primer
32.98
17.52
1.00
189.44
215.75
456.70
Hutan
Lahan
Kering
Sekunder
199.55
127.02
256.46
71.52
302.20
124.38
160.70
390.98
164.39
391.83
464.93
185.29
181.81
179.67
154.33
39.67
18.72
1.86
21.72
21.25
14.34
2.16
8.13
36.49
36.62
389.19
11.10
517.32
210.89
35.46
4,577.20
Penggunaan Lahan (Km2)
Pertanian
Pertanian
Lahan
Lahan
Savana
Kering
Kering
Bercampur
7.98
0.04
6.40
0.87
20.77
0.06
5.72
21.60
0.27
1.35
29.31
3.76
42.32
6.88
15.83
0.27
19.66
30.41
12.22
53.43
1.06
0.29
34.48
10.25
45.43
103.79
54.55
76.21
1.63
26.88
1.53
1.95
16.92
0.47
0.64
8.92
5.44
3.52
71.28
1.26
2.77
0.57
32.96
0.68
22.33
16.08
55.35
2.26
1.14
37.99
0.03
7.52
49.75
104.93
22.19
0.71
2.81
113.25
36.14
30.52
41.50
25.99
23.69
16.34
1.34
155.53
1,057.75
184.93
Semak /
Belukar
15.04
6.81
12.53
16.57
30.07
88.74
9.60
9.52
9.93
2.85
1.08
3.31
39.15
43.04
7.70
5.40
1.32
3.46
17.44
57.06
5.41
9.02
8.09
142.33
34.46
105.00
91.26
46.98
812.78
Danau
0.28
0.05
0.21
0.19
0.22
0.08
0.31
0.02
0.31
0.25
11.57
0.62
0.01
0.02
13.95
Rawa
0.61
0.44
0.11
0.10
3.08
0.23
0.01
0.16
4.74
Tanah
terbuka
0.70
0.09
0.30
7.79
0.81
0.48
0.02
0.64
7.61
3.07
3.06
0.26
0.27
0.18
25.28
Tertutup
Awan
0.56
11.56
35.10
18.21
58.74
28.11
14.85
6.65
1.20
12.83
10.62
26.51
1.83
0.50
36.01
9.10
0.64
0.14
80.10
13.14
8.01
164.94
18.45
557.79
Sumber : Hasil Digitasi Citra Satelit Tahun 2006 - 2007
Laporan Antara
V
-
5 6
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Laporan Antara
V
-
5 7
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.4
Grafik 5.1
SOSIAL KEPENDUDUKAN
5.4.1
Jumlah Penduduk Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007
Jumlah Penduduk
Kabupaten Halmahera Selatan yang terdiri dari 30 Kecamatan menjadikan persebaran
penduduk yang sangat beragam, penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Bacan sebesar
18.676 jiwa kemudian Kecamatan Obi sebesar 11.913 jiwa, Kecamatan Obi Timur sebesar
11.025 jiwa, Kecamatan Bacan Selatan sebesar 10.778 jiwa dan Kecamatan Gane Timur
sebesar 10.086 jiwa. Sementara kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil adalah
Kecamatan Kayoa Utara yang merupakan salah satu kecamatan pulau kecil dengan jumlah
penduduk sebesar 2.857 jiwa. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.14 berikut.
Jumlah Penduduk Tahun 2007
20,000
18,000
16,000
Obi
Obi Barat
Obi Utara
Obi Selatan
Obi Timur
Bacan
Bacan Selatan
Mandoli Utara
Mandioli Selatan
Kep Botanglomang
Bacan Timur
Bacan Timur Selatan
Bacan Timur Tengah
Bacan Barat
Bacan Barat Utara
Kasiruta Barat
Kasiruta Timur
Gane Barat
Gane Barat Selatan
Gane Barat Utara
Kep Joronga
Gane Timur
Gane Timur Selatan
Gane Timur Tengah
Kayoa
Kayoa Utara
Kayoa Selatan
Kayoa Barat
Pulau Makian
Makian Barat
Jumlah
Jumlah Penduduk (Jiwa)
11,913
4,851
7,349
3,058
11,025
18,676
10,778
3,932
5,691
7,127
6,920
5,290
5,594
3,603
4,309
4,373
3,654
7,791
5,569
6,859
4,855
10,086
3,682
3,882
8,427
2,857
5,612
4,031
9,673
3,851
195,318
10,000
8,000
6,000
4,000
2,000
0
Ka
Ka
yo
y
a S oa
Pu elat
a
la
uM n
ak
ian
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Nama Kecamatan
12,000
O
bi
O
bi
Ut
ar
a
O
bi
Ba
Tim
ca
n S ur
M
e
an
dio lata
n
li S
el
at
Ba
Ba
ca
ca an
nT
nT
im
im
Ba ur T ur
ca
e
n B nga
h
ar
at
Ka
Ut
a
sir
G
uta ra
an
e
Ti
Ba
m
ur
ra
tS
ela
Ke
t
G
p J an
an
e
o
Tim ron
ga
ur
Se
lat
an
No.
14,000
Jiwa
Tabel 5.14
Jumlah Penduduk Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Sumber : Hasil Olahan Konsultan, 2008
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008
Laporan Antara
V
-
5 8
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Grafik 5.2
Kepadatan Penduduk
Kepadatan Penduduk Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007
Berdasarkan data kependudukan. Kepadatan tertinggi terdapat pada Kecamatan Kayoa
Selatan sebesar 239.73 jiwa/Km2, Kecamatan Pulau Makian sebesar 191,17 jiwa/Km2,
Kecamatan Kayoa Barat sebesar 160,02 jiwa/Km2, Kecamatan Makian Barat sebesar 113,83
jiwa/Km2 dan Kecamatan Kayoa sebesar 109,40 jiwa/Km2. Sementara kecamatan dengan
jumlah penduduk kecil adalah Kecamatan Gane Timur Selatan sebesar 13,44 jiwa/Km2,
Kecamatan Gane Barat Utara sebesar 13,53 jiwa/Km2, Kecamatan Obi sebesar 12,11
jiwa/Km2, Kecamatan Obi Selatan sebesar 3 jiwa/Km2 dan terkecil pada Kecamatan Bacan
Timur sebesar 0,93 jiwa/Km2. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.15 berikut.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Nama Kecamatan
Obi
Obi Barat
Obi Utara
Obi Selatan
Obi Timur
Bacan
Bacan Selatan
Mandoli Utara
Mandioli Selatan
Kep Botanglomang
Bacan Timur
Bacan Timur Selatan
Bacan Timur Tengah
Bacan Barat
Bacan Barat Utara
Kasiruta Barat
Kasiruta Timur
Gane Barat
Gane Barat Selatan
Gane Barat Utara
Kep Joronga
Gane Timur
Gane Timur Selatan
Gane Timur Tengah
Kayoa
Kayoa Utara
Kayoa Selatan
Kayoa Barat
Pulau Makian
Makian Barat
Jumlah
Luas (Km2)
983.76
89.24
44.49
1,018.44
80.98
86.20
160.34
87.05
131.92
53.25
1,418.12
307.37
246.64
171.57
242.94
260.65
222.42
452.25
244.23
506.99
128.97
597.16
273.89
285.84
77.03
36.18
23.41
25.19
50.60
33.83
5,140.95
Jumlah
Penduduk
(jiwa)
Kepadatan
Penduduk
(jiwa/Km2)
11,913
4,851
7,349
3,058
11,025
18,676
10,778
3,932
5,691
7,127
6,920
5,290
5,594
3,603
4,309
4,373
3,654
7,791
5,569
6,859
4,855
10,086
3,682
3,882
8,427
2,857
5,612
4,031
9,673
3,851
195,318
12.11
54.36
50.86
3.00
18.98
65.26
67.22
45.17
43.14
133.84
0.93
17.21
22.68
21.00
17.74
16.78
16.43
17.23
22.80
13.53
37.64
16.89
13.44
13.58
109.40
78.97
239.73
160.02
191.17
113.83
54.50
250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
-
O
bi
O
bi
Ut
ar
a
O
bi
Ti
Ba
m
ca
ur
n
Se
M
an
l
dio atan
li S
e
Ba lata
Ba
n
ca
ca
n
n
Ti
Ti
m
m
u
r T ur
Ba
en
ca
ga
n
Ba
h
ra
t
U
Ka
sir tara
G
ut
an
a
e
Ba Tim
u
ra
tS r
ela
ta
K
G
an ep J n
or
e
Ti
on
m
ga
ur
Se
lat
an
No.
300.00
Kecamatan
Tabel 5.15
Kepadatan Penduduk Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007
Kepadatan Penduduk Tahun 2007
K
Ka
yo ayo
a
a
Se
l
at
Pu
lau an
M
ak
ian
5.4.2
Jiwa/Km2
Kepadatan Penduduk Tahun 2007
Sumber : Hasil Olahan Konsultan, 2008
5.4.3
Struktur Penduduk
5.4.3.1 Struktur penduduk Menurut Umur
Berdasarkan data, jumlah penduduk usia produktif memiliki jumlah terbesar
terutama penduduk usia 19–45. Kecamatan Bacan dengan penduduk usia 19-45
sebesar 5.532 jiwa dan total usia kerja sebesar 9.935 jiwa, Kecamatan Obi Selatan
dengan penduduk usia 19-45 sebesar 3.824 jiwa dan total usia kerja sebesar 7.036
jiwa dan Kecamatan Obi dengan penduduk usia 19-45 sebesar 3.749 jiwa dan total
penduduk usia kerja 6.892 jiwa.
Kecamatan dengan jumlah usia kerja terkecil adalah Kecamatan Gane Timur Tengah
dengan penduduk usia 19-45 sebesar 871 jiwa dan total penduduk usia kerja adalah
1.603 jiwa, Kecamatan Gane Timur Selatan dengan penduduk usia 19-45 sebesar 824
jiwa dan total penduduk usia kerja sebesar 1.517 jiwa dan Kecamatan Kayoa Utara
dengan jumlah penduduk usia 19-45 sebesar 647 jiwa dan total penduduk usia kerja
sebesar 1.190 jiwa. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.16 berikut
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008
Laporan Antara
V
-
5 9
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Tabel 5.16
Grafik 5.3
Struktur Penduduk Menurut Umur Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007
Struktur Penduduk Menurut Umur di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007
Jumlah Penduduk (jiwa)
0-5
6 - 15
Obi
2,724
1,459
3,182
Obi Barat
1,003
740
1,608
Obi Utara
1,649
839
2,891
Obi Selatan
815
1,171
2,547
Obi Timur
2,638
383
885
Bacan
4,144
2,483
5,735
Bacan Selatan
2,404
1,508
3,165
Mandoli Utara
861
424
1,195
Mandioli Selatan
1,188
615
1,845
Kep Botanglomang
1,433
926
2,158
Bacan Timur
1,678
774
1,799
Bacan Timur Selatan
1,355
683
1,350
Bacan Timur Tengah
1,214
731
1,377
Bacan Barat
779
556
1,194
Bacan Barat Utara
1,019
638
1,504
Kasiruta Barat
943
471
1,820
Kasiruta Timur
853
481
1,386
Gane Barat
482
1,063
1,384
Gane Barat Selatan
359
776
982
Gane Barat Utara
473
917
1,244
Kep Joronga
328
665
849
Gane Timur
866
1,245
1,973
Gane Timur Selatan
316
460
760
Gane Timur Tengah
312
475
806
Kayoa
696
1,191
1,540
Kayoa Utara
280
311
615
Kayoa Selatan
462
717
1,142
Kayoa Barat
247
490
838
Pulau Makian
1,188
822
2,224
Makian Barat
495
308
894
Jumlah
33,204 24,322 50,893
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008
Laporan Antara
16 - 18
19 - 45
1,029
277
440
1,086
299
1,294
711
273
508
523
464
476
388
252
190
211
216
489
349
430
306
628
225
238
521
177
343
247
606
242
13,434
3,749
1,307
1,782
3,824
849
5,532
3,255
1,213
1,632
2,054
2,202
1,650
1,852
966
1,192
1,138
901
1,790
1,276
1,574
1,119
2,300
824
871
1,908
647
1,257
905
2,219
887
52,673
46 - 64
2,114
747
1,047
2,127
494
3,109
1,830
688
921
1,178
1,285
937
1,047
543
671
637
522
1,014
723
892
634
1,304
467
494
1,081
366
712
513
1,258
503
29,860
Total Usia
Kerja
6,892
2,331
3,269
7,036
1,642
9,935
5,795
2,173
3,061
3,755
3,951
3,063
3,286
1,760
2,053
1,985
1,639
3,293
2,348
2,895
2,059
4,232
1,517
1,603
3,510
1,190
2,313
1,666
4,084
1,632
95,967
Struktur Penduduk Menurut Umur Tahun 2007
65
Keatas
380
172
350
271
148
523
310
140
170
288
396
194
200
93
114
97
148
203
145
179
127
261
94
99
216
73
143
103
252
101
5,989
12,000
10,000
8,000
6,000
4,000
2,000
Ka
Ka
yo
y
a S oa
ela
Pu
t
lau an
M
ak
ian
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
KK
O
bi
O
bi
Ut
ara
O
bi
Ba
Ti
m
ca
u
n
Se r
M
an
dio lata
li S n
ela
tan
Ba
Ba
ca
ca
nT
nT
im
im
Ba ur T ur
e
ca
n B nga
h
ar
at
Ka Uta
ra
sir
G
uta
an
eB
Ti
m
ar
u
at
Se r
la
Ke tan
G
p
an
e T Jor
on
im
ga
ur
Se
lat
an
Nama Kecamatan
Kecamatan
No.
Jiwa
Umur 19-45
Total Usia Kerja
Sumber : Hasil Olahan Konsultan, 2008
5.4.3.2 Struktur penduduk Menurut Jenis Kelamin
Rasio antara penduduk laki-laki dan perempuan di Kabupaten Halmahera Selatan
pada tiap kecamatan rata-rata lebih tinggi jumlah penduduk laki-laki terhadap
penduduk perempuan.
Kecamatan yang memiliki jumlah perempuan lebih banyak daripada penduduk lakilaki terdapat pada Kecamatan Bacan, Kecamatan Mandioli Utara, Kecamatan
Mandioli Selatan, Kecamatan Bacan Timur Selatan, Kecamatan Kasiruta Timur,
Kecamatan Kayoa Selatan dan Kecamatan Pulau Makian. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel 5.17 berikut
V
-
6 0
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Tabel 5.17
Grafik 5.4
Rasio Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007
Penduduk (Jiwa)
Nama Kecamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Laki-Laki
Perempuan
Rasio (%)
Jumlah
Total
Obi
6,115
5,798
11,913
Obi Barat
2,529
2,322
4,851
Obi Utara
3,782
3,567
7,349
Obi Selatan
1,575
1,483
3,058
Obi Timur
5,637
5,388
11,025
Bacan
9,248
9,428
18,676
Bacan Selatan
5,494
5,284
10,778
Mandoli Utara
1,951
1,981
3,932
Mandioli Selatan
2,777
2,914
5,691
Kep Botanglomang
3,645
3,482
7,127
Bacan Timur
3,560
3,360
6,920
Bacan Timur Selatan
2,550
2,740
5,290
Bacan Timur Tengah
2,919
2,675
5,594
Bacan Barat
1,849
1,754
3,603
Bacan Barat Utara
2,341
1,968
4,309
Kasiruta Barat
2,214
2,159
4,373
Kasiruta Timur
1,819
1,835
3,654
Gane Barat
3,988
3,803
7,791
Gane Barat Selatan
2,828
2,741
5,569
Gane Barat Utara
3,460
3,399
6,859
Kep Joronga
2,495
2,360
4,855
Gane Timur
5,226
4,860
10,086
Gane Timur Selatan
1,925
1,757
3,682
Gane Timur Tengah
1,975
1,907
3,882
Kayoa
4,214
4,213
8,427
Kayoa Utara
1,474
1,383
2,857
Kayoa Selatan
2,739
2,873
5,612
Kayoa Barat
2,036
1,995
4,031
Pulau Makian
4,827
4,846
9,673
Makian Barat
2,026
1,825
3,851
Jumlah
9,218
96,100
195,318
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008
Laporan Antara
Laki-Laki
Perempuan
51.33
52.13
51.46
51.50
51.13
49.52
50.97
49.62
48.80
51.14
51.45
48.20
52.18
51.32
54.33
50.63
49.78
51.19
50.78
50.44
51.39
51.81
52.28
50.88
50.01
51.59
48.81
50.51
49.90
52.61
50.92
48.67
47.87
48.54
48.50
48.87
50.48
49.03
50.38
51.20
48.86
48.55
51.80
47.82
48.68
45.67
49.37
50.22
48.81
49.22
49.56
48.61
48.19
47.72
49.12
49.99
48.41
51.19
49.49
50.10
47.39
49.08
Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2007
56.00
54.00
52.00
Kecamatan
No.
50.00
48.00
46.00
44.00
42.00
40.00
i
Ob
r
a
ur
ur
ara imu
t
ra
tan
tan
ng
ah
an
im
m
a
t
tan
a
a
U
i
t
g
o
l
l
T
T
r
a
a
i
e
n
l
l
i
e
T
U
o
b
n
e
e
e
t
J
ta
O
Ob an S oli S aca
tS
rT
rS
ara siru
ep
i
a
u
u
c
r
B
B
K
d
m
Ba
Ka e Ba
an
Tim can
Ti
M
e
n
a
n
n
B
ca
Ga
Ga
Ba
Penduduk Laki-Laki
a
n
yo
tan
a
kia
a
l
K
a
e
M
a S lau
o
y
Pu
Ka
Penduduk Perempuan
Sumber : Hasil Olahan Konsultan, 2008
5.4.3.3 Struktur penduduk Menurut Agama
Data mengenai struktur penduduk menurut agama tidak dapat ditemukan baik pada
Buku Kabupaten Halmahera Dalam Angka Tahun 2008 maupun data literatur lainnya.
V
-
6 1
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.4.3.4 Struktur penduduk Menurut Pendidikan
Tabel 5.19
Data mengenai struktur penduduk menurut pendidikan tidak terdapat pada Buku
Kabupaten Halmahera Dalam Angka Tahun 2008. Sebagai kondisi yang mewakili,
jumlah pencari kerja ini akan merepresentasikan jumlah penduduk menurut usia
kerja yang mencari pekerjaan. Berdasarkan data pada tabel 5.17 diketahui adanya
penurunan jumlah pencari kerja yang belum disalurkan berdasarkan tingkat
pendidikannya Kabupaten Halmahera Selatan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
tabel 5.18 berikut.
Tabel 5.18
Jumlah Pencari Kerja Yang Belum Disalurkan Menurut Tingkat Pendidikan
Di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007
No
Tingkat pendidikan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Sekolah Dasar
Sekolah lanjutan Tingkat Pertama
Sekolah Menengah Umum
Diploma I
Diploma II
Diploma III
Diploma IV
Sarjana
Lain - Lain
Jumlah
2005
2032
36
153
126
450
4
2801
2006
1779
176
328
240
386
2909
2007
48
1426
106
140
154
194
2068
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008
Jumlah Perusahaan Wajib Lapor Ketenaga Kerjaan Menurut Sektor
Di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007
No
Sektor
Jumlah
Perusahaan
1
2
3
4
5
6
Pertanian, Perkebunan, Perikanan
Pertambangan, Industri
Lstrik, Gas, Air
Perdagangan, Rumah Makan
Transportasi, Komunikasi
Keuangan, Asuransi, Jasa-Jasa
Jumlah
18
3
2
4
27
Tenaga Kerja
Laki - Laki
Perempuan
1278
283
375
32
1968
186
83
20
6
295
Jumlah
1482
369
397
0
42
2290
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008
5.4.3.6 Tingkat Kesejahteraan Penduduk
Berdasarkan data tingkat kesejahteraan penduduk Kabupaten Halmahera Selatan
secara total jumlah terbesar merupakan penduduk tahap Sejahtera I sebesar 16.804
jiwa kemudian penduduk Pra Sejahtera sebesar 16.269 jiwa.
Kecamatan dengan jumlah penduduk pra sejahtera terbanyak adalah Kecamatan
Bacan Selatan sebesar 1.852 jiwa namun jumlah penduduk Sejahtera Tahap III Plus
sebesar 903 jiwa, kemudian Kecamatan Pulau Makian dengan jumlah penduduk Pra
Sejahtera sebesar 1.188 jiwa dan Kecamatan Bacan sebesar 1.112 jiwa. Untuk
kecamatan dengan jumlah penduduk Pra Sejahtera terkecil adalah Kecamatan Obi
Timur sebesar 153 jiwa dan Kecamatan Obi Barat sebesar 216 jiwa.
5.4.3.5 Struktur penduduk Menurut Jenis Pekerjaan
Data mengenai struktur penduduk menurut pendidikan tidak terdapat pada Buku
Kabupaten Halmahera Dalam Angka Tahun 2008. berdasarkan data jumlah
perusahaan wajib lapor ketanagakerjaan menurut sektor dapat diketahui bahwa
mayoritas penduduk Kabupaten Halmahera Selatan bekerja pada sektor pertanian
sebesar 1.482 jiwa kemudian pada sektor listrik, gas, air dan pertambangan dan
industri. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.19 berikut.
Laporan Antara
Setelah Kecamatan Bacan Selatan, Kecamatan Obi Selatan merupakan kecamatan
yang memiliki jumlah penduduk Sejahtera Tahap III Plus terbesar kedua yaitu
sebesar 371 jiwa, kemudian 338 jiwa dan Kecamatan Obi Utara sebesar 137 jiwa.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.20 berikut.
V
-
6 2
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Tabel 5.20
Grafik 5.5
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Kesejahteraan Di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007
Jumlah Penduduk Menurut Tahap Kesejahteraan di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007
Tahapan Keluarga Sejahtera
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Pra
Sejahtera
Tahap I
Obi
504
504
Obi Barat
216
325
Obi Utara
259
561
720
829
Obi Selatan
Obi Timur
153
135
Bacan
1,112
1,834
1,852
2,354
Bacan Selatan
Mandioli Utara
438
352
Mandoli Selatan
625
521
Botang Lomang
842
530
Bacan Timur
682
513
Bacan Timur Tengah
609
336
Bacan Timur Selatan
374
496
Bacan Barat
269
367
Bacan Barat Utara
395
506
Kasiruta Barat
380
477
Kasiruta Timur
335
404
Gane Barat
482
491
Gane Barat Utara
473
398
Gane Barat Selatan
359
400
Kep Joronga
328
336
Gane Timur
866
759
Gane Timur Selatan
316
330
Gane Timur Tengah
312
342
Kayoa
696
776
Kayoa Barat
247
374
Kayoa Selatan
462
585
Kayoa Utara
280
231
Pulau Makian
1,188
526
Makian Barat
495
212
Jumlah
16,269
16,804
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008
Laporan Antara
Tahap II
661
250
466
911
341
698
2,629
19
35
54
237
144
374
106
81
59
73
572
519
376
329
486
130
133
415
116
132
80
296
96
10,818
Tahap III
717
179
226
896
162
397
2,180
2
7
7
179
88
94
28
29
20
37
109
128
54
28
82
52
50
45
32
1
104
20
5,953
Tahap III
Plus
338
33
137
371
24
103
903
1
67
37
17
9
8
7
4
40
2
5
1
21
3
5
8
9
2,153
Tahap Kesejahteraan Penduduk
Total
2,724
1,003
1,649
3,727
815
4,144
9,918
812
1,188
1,433
1,678
1,214
1,355
779
1,019
943
853
1,694
1,520
1,194
1,022
2,214
831
842
1,940
769
1,179
592
2,123
823
51,997
3,000
2,500
2,000
1,500
1,000
500
-
O
Ob bi
iU
ta
Ob ra
iT
Ba
im
ca
u
n
Se r
M
an
l
do atan
li S
e
Ba
Ba lata
n
ca
ca
n
n
Ti
m Tim
ur
u
Ba
Se r
ca
l
n
Ba atan
ra
Ka t Ut
ar
si
Ga ruta a
Ti
ne
Ba mu
r
ra
tU
Ga Kep tara
Jo
ne
Tim ron
ga
ur
Se
lat
an
Ka
K
yo ayo
a
a
Se
la
Pu
lau tan
M
ak
ian
Kecamatan
Jiwa
No
Kecamatan
Tahap Pra Sejahtera
Tahap Sejahtera II
Sumber : Hasil Olahan Konsultan, 2008
V
-
6 3
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Laporan Antara
V
-
6 4
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.4.3.7 Kajian Sosial dan Budaya di Kabupaten Halmahera Selatan
Kajian sosial dan budaya di Kabupaten Halmahera Selatan terbagi atas: (i) dinamika
sosial masyarakat Halmahera Selatan, serta (ii) dinamika budaya masyarakat
Halmahera Selatan. Kajian sosial dan budaya tersebut didasarkan pada teori
perubahan sosial dan kebudayaan berikut ini, yaitu:
a. Versi Gilin-Gilin. Perubahan sosial dan kebudayaan adalah variasi cara hidup
yang diterima karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan material,
komposisi penduduk, ideologi maupun adanya inovasi atau penemuan baru dalam
masyarakat.
b. Versi Selo Sumarjan. Perubahan sosial dan kebudayaan adalah perubahan pada
lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosial termasuk nilai, sikap,
pola perilaku di antara kelompok dalam masyarakat.
c. Versi Ogburn. Perubahan sosial dan kebudayaan adalah kondisi sosial primer
yang menyebabkan perubahan, misalnya kondisi ekonomi, teknologi, geografi
dan biologis.
5.4.3.7.1 Dinamika Sosial Masyarakat Halmahera Selatan
Dalam teori perubahan sosial (theory of social changes), masyarakat secara
umu m terbagi atas 2 (dua) jenis, yaitu:
a. Masyarakat statis atau masyarakat yang sedikit mengalami perubahan
dan perubahan umumnya berjalan lambat
b. Masyarakat dinamis atau masyarakat yang mengalami berbagai
perubahan dan umumnya terjadi dengan cepat
Perubahan dalam masyarakat bukan semata-mata berarti suatu kemajuan
(progress) namun dapat pula berarti kemunduran.
Kajian atas kehidupan sosial masyarakat Halmahera Selatan akan lebih
memfokuskan pada perubahan atau dinamika struktur sosial yang ada
dalam masyarakat. Kajian atas kehidupan sosial masyarakat Halmahera
Selatan secara umum akan dilihat dari beberapa perspektif, yaitu:
1. Sejarah Masyarakat Pendatang di Halmahera Selatan
Dalam kajian sejarah Halmahera Selatan, terlihat bahwa masyarakat
Halmahera Selatan sangat beragam. Beberapa hal yang mempengaruhi
keberagaman atau pluralitas dari masyarakat Halmahera Selatan
adalah:
a) Perpindahan Kerajaan Bacan dari Makian ke Pulau Seki. Dalam
Hikayat Bacan yang dipublikasikan oleh Ph. Coolhas (1923) dan
berdasarkan tulisan P. van der Crab (1862) disebutkan bahwa
ibukota kerajaan Bacan berawal dari Makian Timur dan kemudian
pindah ke Kasiruta. Perpindahan ibu kota kerajaan Bacan ke
Kasiruta ini terjadi pada masa Sida Hasan. Perpindahan tersebut
dikarenakan ancaman gunung berapi Kie Besi. Orang-orang Makian
Laporan Antara
yang dievakuasi tersebut menempati Dolik, Talimau dan Imbuimbu.
b) Labuha menjadi salah satu bandar atau pusat pusat perdagangan di
Maluku Utara pada abad XV dan XVI. Pulau Bacan pada masa Sida
Hasan sudah dikunjungi dan ditinggali oleh pedagang dari Jawa,
Melayu, Cina dan Arab. Kehadiran para pedagang tersebut sedikit
banyak akan berdampak pada perkembangan bahasa dan budaya
lokal, serta pada penyebaran agama dan penduduk. Berdasarkan
identifikasi yang dilakukan oleh Wallace (1858) dinyatakan bahwa
penduduk yang mendiami Pulau Bacan terdiri atas orang MakianMelayu, orang Serani (blasteran Melayu-Portugis), orang Galela,
serta orang Tomori yang merupakan imigran dari pantai timur
Sulawesi. Sedangkan menurut Crab (1862) yang menyatakan
penduduk Bacan asli pada tahun 1850 tinggal 400 orang saja.
c) Potensi sumber daya alam yang ada di Bacan mengundang investor
dan berimplikasi pada banyaknya pendatang sebagai pekerja
ataupun pedagang. Perusahaan Elout melakukan survei lapangan
pada tahun 1880 yang menyatakan bahwa Bacan mempunyai
potensi berupa sagu, damar, kopi, cokelat, batu bara, emas,
mutiara, penyu, teripang dan ikan; sedangkan di Pulau Obi
mempunyai potensi berupa damar mata kucing. Potensi sagu
diperkirakan lebih dari 1.790.000 pohon sagu di seluruh wilayah
Pulau Bacan. Bagian utara dari Pulau Bacan dan Kasiruta terdapat
hutan damar yang sangat luas. Damar pada abad XIX dan XX
merupakan salah satu produk unggulan Maluku Utara. Pada tahun
1923 kopra menempati ranking teratas dengan menghasilkan devisa
f. 3 juta, disusul damar dengan hasil devisa sebesar f. 2,875 juta.
Pada masa selanjutnya, setelah Republik Indonesia merdeka sampai
terbentuknya Kabupaten Halmahera Selatan, wilayah Halmahera
Selatan menjadi tujuan para pendatang sebagai:
a) Petani. Banyaknya masyarakat setempat yang bekerja di sektor
perkebunan dan kelautan, mengakibatkan sektor pangan menjadi
tergantung dari luar daerah Halmahera Selatan. Kondisi ini bahkan
sudah terjadi sejak abad XVI ketika Thome Pires berkunjung ke
Pulau Bacan. Pada masa Orde Baru, beberapa daerah di Halmahera
Selatan menjadi bagian dari program transmigrasi. Daerah
transmigrasi di wilayah Halmahera Selatan terutama terkonsentrasi
di Gane bagian timur. Transmigran dari Jawa banyak yang menjadi
petani terutama untuk kebutuhan bahan, seperti padi dan
palawijaya, selain komoditas yang lain seperti jeruk, jagung atau
tanaman hortikultura.
b) Nelayan atau pelaut. Wilayah perairan Halmahera Selatan terkenal
sangat kaya dengan potensi ikan sejak dahulu. Peluang ini
mengundang banyak pelaut atau nelayan dari luar Halmahera
Selatan untuk datang dan menetap di pulau-pulau di Halmahera
Selatan. Salah satu contohnya adalah Suku Bajo yang banyak
mendiami di perairan sekitar Pulau Obi.
V
-
6 5
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
c) Pedagang. Wilayah Halmahera Selatan yang terdiri dari pulau-pulau
kecil sampai pulau besar membutuhkan suplai barang untuk
kebutuhan keseharian dalam jumlah yang besar. Kondisi ini banyak
mengundang pendatang untuk berdagang, selain secara historis
banyak penduduk setempat yang menjadi pedagang. Para pedagang
di wilayah Halmahera Selatan banyak yang berasal dari Sulawesi
Utara, serta dari Jawa, selain dari wilayah Maluku lainnya.
d) Pegawai Negeri Sipil. Terbentuknya Kabupaten Halmahera Selatan
berimplikasi logis berupa meningkatnya kebutuhan Pegawai Negeri
Sipil (PNS). Banyak pendatang dari Ternate, Makian, Jailolo atau
daerah lain di Maluku Utara yang menjadi Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dan menduduki beberapa pos strategis di Pemerintah Daerah
Kabupaten Halmahera Selatan.
e) Penambang. Potensi pertambangan di Kabupaten Halmahera
Selatan sedikit banyak akan berpengaruh pada struktur sosial yang
ada. Walau sektor pertambangan tidak terlalu banyak menarik
pendatang dari luar Kabupaten Halmahera Selatan, akan tetapi
banyak penduduk setempat yang datang dan beralih profesi sebagai
penambang. Hal tersebut banyak terjadi di Obi, Bacan ataupun di
Kasiruta.
2. Struktur Sosial Yang Terbentuk Dahulu dan Sekarang
Pada jaman kolonial dahulu, struktur sosial masyarakat di wilayah
Halmahera Selatan terbagi menjadi:
a) Penguasa Kolonial Asing. Sejarah mencatat bahwa penguasa asing
yang berkuasa di Kerajaan Bacan adalah Portugis, Spanyol, Inggris,
Belanda dan Jepang. Portugis dan Belanda merupakan penguasa
kolonial asing yang sangat berpengaruh dalam struktur sosial
masyarakat dan Kerajaan Bacan.
b) Bangsawan. Pada lapis kedua adalah bangsawan atau “keluarga
yang ada dalam lingkungan istana” dari Kerajaan Bacan. Sejarah
Bacan mencatat paling tidak ada 4-5 marga yang mempunyai peran
sosial yang penting pada kalangan bangsawan. Jika sultan atau raja
tidak mempunyai generasi penerus, maka sultan atau raja
pengganti akan dipilih dari kalangan bangsawan. Pada kolonial
Belanda, pemilihan atau penentuan sultan atau raja sangat
tergatung dari pemerintah kolonial Belanda.
c) Aparatur Kerajaan. Tingkatan berikutnya adalah aparatur
kerajaan, yaitu orang-orang yang dipilih dan diangkat menjadi
aparatur Kerajaan Bacan. Aparatur kerajaan tersebut bisa berasal
dari kelompok bangsawan ataupun dari kelompok rakyat jelata.
d) Rakyat Jelata. Tingkat yang paling bawah adalah rakyat jelata, di
mana secara umum terbagi menjadi: (i) rakyat jelata yang
beragama, dan (ii) rakyat jelata yang tidak beragama. Konteks
pemilahan rakyat jelata tersebut tidak bisa lepas dari dinamika
penyebaran agama Katholik, Kristen dan Islam di wilayah Maluku
bagian utara secara keseluruhan pada abad XV.
Laporan Antara
Saat ini struktur sosial di Halmahera Selatan sudah mengalami
perubahan. Struktur sosial yang terbentuk sekarang ini sangat
tergantung pada komposisi etnis yang mendominasi pada suatu wilayah
atau kawasan tertentu. Perubahan struktur sosial tersebut terjadi
karena 2 (dua) fase perubahan, yaitu:
a) Perubahan dari kerajaan menjadi level kecamatan. Proses sejarah
yang panjang, dari salah satu kerajaan penting dalam Moluka Kie
Raha pada tahun 1322, dan kemudian dikooptasi Belanda sampai
setingkat onderafdeling pada tahun 1921, sedikit banyak merubah
struktur sosial yang ada di masyarakat Halmahera Selatan. Kondisi
cenderung bertahan sampai Maluku Utara dimekarkan dari
kabupaten menjadi provinsi. Fase ini mengakibatkan masyarakat
setempat menjadi masyarakat yang represif, berada di bawah
tekanan, tertutup dan sulit berkembang. Kondisi ini semakin
dipertegas dan diperparah dengan terbatasnya penyediaan
prasarana dan sarana akibat dari status administrasi yang setingkat
dengan kecamatan.
b) Perubahan dari level kecamatan menjadi kabupaten. Setelah
pemekaran menjadi kabupaten, di mana status administrasi wilayah
Halmahera Selatan banyak yang meningkat, akan berimplikasi
terhadap masyarakat Halmahera Selatan menjadi lebih terbuka dan
bahkan cenderung euphoria. Kondisi ini semakin dipertegas dengan
semakin terbukanya akses untuk peningkatan prasarana dan sarana
di wilayah administrasi Halmahera Selatan.
Setelah terjadi pemekaran Kabupaten Halmahera Selatan, Pegawai
Negeri Sipil (PNS) yang berada di tingkat kabupaten berada pada
tingkatan paling tinggi dalam struktur sosial pada masyarakat
Halmahera Selatan. Kondisi ini tidak bisa dilepaskan dari stereotype
bahwa Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah representasi dari penguasa
atau pemerintah.
5.4.3.7.2 Dinamika Budaya Masyarakat Halmahera Selatan
Kajian kehidupan budaya masyarakat Halmahera Selatan akan lebih
melihat perubahan atau dinamika masyarakat pada konteks kebudayaan.
Kebudayaan, secara etimologis, berasal dari kata budhi dan daya. Budhi
berarti kesadaran dan daya berarti kemampuan. Kemudian, secara
terminologis, kebudayaan dapat berarti hasil cita, rasa, dan karsa manusia
– yang diajukan oleh Ki Hajar Dewantara, yang juga merupakan pengertian
umum dalam masyarakat. Sebutan ‘kebudayaan’ yang menunjuk kepada
dunia-manusia, digunakan mengingat bahwa dunia-manusia adalah dunia
yang muncul berkaitan dengan aktivitas kesadaran manusia. Kebudayaan,
kemudian digambarkan sebagai sebuah sebutan yang menyeluruh terhadap
kehidupan manusia. dan sebagai keseluruhan, kebudayaan memiliki
bagian-bagian yang yang menyusun keseluruhan tersebut.
V
-
6 6
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Sementara Koentjaraningrat (1965) menyatakan bahwa culture dalam
bahasa asing sama artinya dengan “kebudayaan”, berasal dari kata latin
calere yang artinya mengolah atau mengerjakan (mengerjakan tanah atau
bertani). Calere yang menjadi culture diartikan sebagai “daya dan
kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam”. Ernst (1946)
dalam “An Essay on Man” menyebutkan manifestasi budaya dalam lima
bentuk, yakni:
a. mitos serta religi atau sistem kepercayaan (myth and religion),
b. bahasa (language),
c. seni (art),
d. sejarah (history),
e. ilmu (science).
Pemahaman mengenal manusia yang berbudaya, tidak akan dapat
dilepaskan dari masyarakat di mana manusia itu ada dan berkomunitas.
Intinya adalah budaya yang dihasilkan manusia itu adalah budaya manusia
di dalam masyarakat, dan selanjutnya masyarakat itu yang memberi
legitimasi sosial, dan filosofis kepada manusia untuk bertindak. Dalam
menganalisa kebudayaan, ada sebuah kerangka penting yang disebut
Parsons (dalam Koentjaraningrat, 1990) sebagai teori tindakan, yang
mencakup empat komponen penting: (i) sistem budaya, (ii) sistem sosial,
(iii) sistem kepribadian, (iv) sistem organisasi. Sedang Haviland (1988)
menyebutkan bahwa orang memelihara kebudayaan untuk menangani
masalah dan persoalan yang mereka hadapi.
Dinamika kebudayaan masyarakat dalam konteks sejarah masyarakat
kepulauan Maluku bagian utara –dan khususnya masyarakat Halmahera
Selatan- terbagi dalam 2 (dua) fase sebagai berikut:
1. Fase Kemajuan
Dalam konteks kebudayaan, masyarakat yang berada di kepulauan
Maluku bagian utara pernah mengalami fase “kebudayaan tinggi”.
Indikator dari kemajuan kebudayaan masyarakat Halmahera Selatan,
serta masyarakat kepulauan Maluku bagian utara pada umumnya,
adalah:
a) Bagian dari perdagangan dunia. Catatan sejarah mencatat bahwa
sejak abad V, kepulauan Maluku bagian utara merupakan bagian
dari perdagangan dunia. Bahkan beberapa ahli berpendapat bahwa
wilayah kepulauan Maluku bagian utara sudah menjadi bagian dari
jalur perdagangan purba yang dilakukan oleh bangsa Austronesia.
b) Budidaya komoditas perkebunan. Sejarah mencatat bahwa sekitar
tahun 1452, masyarakat di kepulauan Maluku bagian utara sudah
melakukan budi daya khususnya rempah-rempah sampai abad XVII.
keberadaan pusat galangan kapal di Kepulauan Kei yang menjadi
pusat industri perkapalan untuk wilayah Indonesia bagian timur.
2. Fase Kemunduran
Fase kemunduran terjadi ketika penguasa kolonial Belanda menerapkan
monopoli dagang, khususnya rempah-rempah; serta semakin diperparah
dengan politik hongi tochten atau penebangan pohon cengkih untuk
menjaga kestabilan harga pasar yang dilakukan penguasa kolonial
Belanda. Kondisi ini menimbulkan respon keras dari masyarakat
setempat dengan melakukan boikot atas komoditas unggulan penguasa
kolonial Belanda. Masyarakat setempat kemudian membentuk
komunitas mandiri yang tertutup; di mana mereka bisa dikatakan
“kembali lagi ke era berburu dan meramu" untuk memenuhi kebutuhan
dalam skala domestik atau lokal. Kondisi ini semakin diperparah
dengan sikap politik pemerintah kolonial Belanda yang menurunkan
status administrasi wilayah Bacan, yang terus berlanjut sampai
terbentuknya Kabupaten Halmahera Selatan sekarang ini.
5.4.3.7.3 Menuju Perubahan Sosial dan Kebudayaan Masa Datang
Tantangan ke depan bagi Kabupaten Halmahera Selatan adalah mendorong
kembali Halmahera Selatan untuk meraih kembali tingkat sosial dan
budaya yang maju. Kemungkinan arah perubahan adalah: (i) berubah pada
suatu bentuk yang sama sekali baru; atau (ii) bergerak ke arah suatu
bentuk yang sudah ada di waktu lampau.
Hal tersebut bisa diraih dengan beberapa strategi sebagai barikut:
a. Penguatan struktur sosial dan budaya setempat yang menghargai
pluralitas yang ada di Halmahera Selatan.
b. Mendorong masyarakat setempat untuk masuk kembali ke era budidaya
dan bahkan industri
c. Mendorong kemandirian masyarakat setempat dengan paradigma
pembangunan wilayah kepulauan atau berbasis potensi bahari
d. Penguasaan teknologi tepat guna untuk mendorong dan mempercepat
perubahan sosial dan budaya yang lebih cepat dan terarah.
e. Mendorong sistem kepemerintahan yang berbasis kesejahteraan rakyat
yang tinggal di wilayah kepulauan.
Soekanto (1983) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mendorong dan
menghambat peubahan sosial dan budaya adalah:
c) Teknologi dan industri. Di beberapa tempat di kepulauan Maluku
bagian utara sudah masuk dalam fase industri, seperti dengan
Laporan Antara
V
-
6 7
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Tabel 5.21
5.5
Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial dan Budaya
FAKTOR YANG MENDORONG
PERUBAHAN
▪
▪
▪
▪
▪
▪
▪
▪
▪
Kontak dengan kebudayaan lain
Sistem pendidikan formal yang maju
Sikap menghargai hasil karya
seseorang dan keinginan untuk maju
Toleransi
Sistem terbuka lapisan masyarakat
Penduduk yang heterogen
Ketidakpuasan masyarakat terhadap
bidang-bidang kehidupan tertentu
Orientasi ke masa depan
Nilai bahwa manusia harus
senantiasa berikhtiar untuk
meperbaiki hidupnya
FAKTOR YANG MENGHAMBAT
PERUBAHAN
▪
▪
▪
▪
▪
▪
▪
▪
▪
Sumber: Soekanto, 1983
Kurangnya hubungan dengan
masyarakat lain
Perkembangan ilmu pengetahuan
yang terlambat
Sikap masyarakat yang sangat
tradisional
Adanya kepentingan yang telah
tertanam dengan kuat
Rasa takut akan terjadinya
kegoyahan pada integrasi
kebudayaan
Prasangka terhadap hal-hal baru
atau asing atau sikap yang tertutup.
Hambatan-hambatan yang bersifat
ideologis
Adat atau kebiasaan
Nilai bahwa hidup ini pada
hakekatnya buruk dan tidak mungkin
di perbaiki
EKONOMI
5.5.1
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pendapatan Perkapita
Kabupaten Halmahera Selatan dibentuk berdasarkan Undang-undang No. 1 tahun 2003
tentang pembentukan Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Selatan,
Kabupaten kepulauan Sula, Kabupaten Halmahera Timur dan Kota Tidore Kepulauan provinsi
Maluku Utara (lembar Negara RI tahun 2003, Tambahan lembaran Negara RI Nomor 4264).
Kabupaten Halmahera Selatan terdiri atas gugusan pulau dan kepulauan yaitu:
Tabel 5.22
Pulau dan Luasnya
Di Kabupaten Halmahera Selatan
No
Nama Pulau/Kepulauan
Luas Wilayah
(km2)
1
Pulau Obi
2,459.74
2
Pulau Bacan
1,806.82
3
Pulau Makian
84.06
4
Pulau Kayoa
72.04
5
Pulau Kasiruta
446.55
6
Pulau Mandioli
215.48
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008
Pulau yang terluas adalah pulau Obi dan pulau terkecil adalah Kayoa. Luas wilayah
Kabupaten Halmahera Selatan adalah + 40.236,72 km2 yang meliputi wilayah laut: 31.484,40
km2 (78 %) dan wilayah daratan: 8.779,32 km2 (22 %). Total kecamatan yang dimiliki adalah
30 kecamatan dengan jumlah desa 250 buah.
Kondisi alam demikian menunjukkan bahwa Kabupaten Halmahera Selatan merupakan
wilayah dengan sumberdaya alam yang besar, dengan komposisi sumberdaya laut 4 (empat)
kali lebih besar daripada sumberdaya darat. Di dalam dokumen Rencana Strategis Kabupaten
Halmahera Selatan (2006) disebutkan bahwa wujud sumberdaya darat berupa hutan
(812.392ha), perkebunan (42.000ha), pertanian (2.000ha), dan sisanya adalah
pertambangan. Sedangkan sumberdaya kelautan memiliki standing stock ikan sebesar
100.750,08 ton/tahun dengan maximum sustainable yield (MSY) sebesar 113.343,04
ton/tahun. Dengan kemampuan ekplorasi sekitar 20.000 ton/tahun, maka sumberdaya
perikanan yang belum dipanen Kabupaten Halmahera Selatan masih sekitar 90% dari total
MSY.
Laporan Antara
V
-
6 8
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Jika dilihat dari sisi Produk Domestik Regional Brutto (PDRB) Kabupaten Halmahera Selatan,
penyumbang utama produksinya berasal dari sektor pertanian. PDRB suatu wilayah
menunjukkan kemampuan sumberdaya ekonomi yang dihasilkan suatu daerah. Semakin besar
nilai PDRB suatu daerah, semakin besar pula sumberdaya ekonomi yang dihasilkannya. Dari
tabel 4.20 diketahui bahwa sejak tahun 2002 sumbangan sektor pertanian mendominasi PDRB
Kabupaten Halmahera Selatan. Sejak tahun 2002 nilai produksi sektor pertanian sendiri
mengalami kenaikan terus menerus, meskipun nilai sektor lainnya mengalami penurunan
terutama pada tahun 2004. Secara sektoral menurut mata pencahariannya, sektor
pertambangan mengalami penurunan drastis dari tahun 2003 ke tahun 2004. Pada tahun
tersebut Kabupaten Halmahera Selatan baru berumur 1 tahun setelah pemekaran, maka
patut diduga penurunan ini disebabkan karena sumberdaya mineral yang dimiliki sebelum
pemekaran “beralih” ke wilayah lain setelah Undang-Undang No 1 tahun 2003 tentang
Pembentukan Kabupaten Halmahera keluar.
penduduk pada tahun 2005 ke tahun 2006 justru mengalami penurunan. Hal ini dapat
disebabkan kemungkinan karena jumlah penduduk yang meningkat pada pertengahan tahun
tersebut atau karena penurunan nilai produksinya sendiri.
Dari sisi pendapatan perkapita, secara umum sejak tahun 2003 hingga 2005 mengalami
pertumbuhan. Pendapatan perkapita menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk suatu
wilayah. Besarnya pendapatan perkapita ini dipengaruhi oleh nilai PDRB atas dasar harga
berlaku dan jumlah penduduk di pertengahan tahunnya. Secara umum PDRB perkapita (atas
dasar harga berlaku) mengalami pertumbuhan. Pertambahan pendapatan perkapita
penduduk pada tahun 2003 sebesar 0,85% dari tahun sebelumnya, dan naik menjadi 3,59%
pada tahun 2004, kemudian naik lagi pada tahun 2005 sebesar 8,59% dan turun menjadi
1,47% pada tahun 2006. Hal ini kemungkinan terjadi karena tingkat inflasi yang disebabkan
karena fluktuasi nilai inflasi propinsi Maluku Utara sebesar 4,8% pada tahun 2004 dan 10,87%
pada tahun 2005.
Dari Grafik 5.6 diketahui bahwa terdapat kenaikan PDRB dari tahun 2002-2006 baik atas
dasar harga berlaku maupun harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2002
sebesar Rp 397.070,29 juta dan pada tahun 2006 mencapai Rp 492.978,56. Sedangkan PDRB
menurut harga konstan pada tahun 2004 sebesar Rp 380.957,18 juta dan pada tahun 2006
mencapai Rp 450.734,35 juta. Secara ekonomi hal ini menunjukkan pola pertumbuhan PDRB,
dari sisi produksi barang dan jasa secara keseluruhan yang semakin tinggi di Kabupaten
Halmahera Selatan. PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2006 mengalami kenaikan
sebesar 5,55% dari tahun sebelumnya dan lebih besar jika dibandingkan pada tahun 2005
sebesar 4,25%.
Secara umum, hal ini secara relatif menunjukkan bahwa terjadi peningkatan daya beli
penduduk dalam kurun waktu tersebut. Meskipun demikian pendapatan perkapita tidak
berfungsi menunjukan pemerataan hasil pembangunan. Hanya mereka yang memiliki faktor
produksi sajalah yang terwakili dalam angka pendapatan perkapita. Grafik 5.7 menunjukkan
secara grafis pertumbuhan pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Halmahera Selatan
dari tahun 2002 hingga tahun 2006.
Grafik 5.7
Pertumbuhan Pendapatan Perkapita Kabupaten Halmahera Selatan
Tahun 2002-2006
Grafik 5.6
Perbandingan Nilai PDRB Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2002-2006
10.00%
PDRB Atas Dasar Harga Konstan
500,000.00
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
8.00%
350,000.00
7.00%
300,000.00
6.00%
250,000.00
Persen
Nilai (Juta Rupiah)
400,000.00
200,000.00
150,000.00
5.00%
4.00%
100,000.00
3.00%
50,000.00
-
Pertumbuhan Pendapatan Perkapita (persen)
9.00%
450,000.00
2.00%
2002
2003
2004
2005
2006
Tahun
Nilai Total PDRB Kabupaten Halmahera Selatan
Tahun 2002-2006
Sumber : Hasil Olahan Konsultan, 2008
1.00%
0.00%
2002
2003
Tahun
2004
2005
2006
Sumber : Hasil Olahan Konsultan, 2008
Jika dihubungkan dengan PDRB perkapita penduduknya pertumbuhan PDRB perkapita (atas
dasar harga konstan) justru mengalami penurunan dari Rp 2.509.021 pada tahun 2005
menjadi Rp 2.496.074 pada tahun 2006. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat
kenaikan PDRB sepanjang tahun 2002 hingga 2006, namun nilai produksi rata-rata per
Laporan Antara
V
-
6 9
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.5.1.1 Pertumbuhan Ekonomi
Tabel 5.23
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak dari
kebijaksanaan pembangunan yang telah diambil khususnya dalam bidang ekonomi.
Pertumbuhan tersebut merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai
sektor ekonomi, yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan
ekonomi yang terjadi. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Halmahera Selatan
mengalami kenaikan signifikan dari 4,25% pada tahun 2005 menjadi 5,42% pada
tahun 2006.
Grafik 5.8
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2002-2006
6
5
Sektor
2002
167,035.24
478.57
87,523.92
1,417.98
3,414.79
85,792.22
22,534.53
Halmahera Selatan
2003
2004
2005
175,535.49
194,334.23
210,432.42
482.01
885.93
1,093.65
91,107.06
91,200.00
96,175.29
1,680.84
1,896.94
2,152.15
3,950.00
4,275.97
4,752.38
96,877.54
98.214.84
110,807.63
27,265.64
35,480.01
43.329.08
2006
226,224.02
1,371.44
100,391.22
2,204.02
5,293.74
122,766.00
46.505.71
12,825.05
13,397.25
14,455.20
19,001.15
19,602.98
20,272.92
Pertanian
Pertambangan/Galian
Industri Olahan
Listrik, Gas, dan Air Bersih
Bangunan/Konstruksi
Perdagangan, Hotel dan Restaurant
Angkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan, dan Jasa
11,487.53
12,285.80
Perusahaan
Jasa-jasa
17,385.51
18,534.06
Sumber Data : PDRB Kabupaten Halmahera Selatan, 2005-2007
Pada tabel 5.21 ditunjukkan bahwa nilai sumbangan sektor pertanian pada tahun
2006 mencapai Rp 226.224,02 juta (41,93%), lebih besar daripada sektor lainnya.
Adapun rata-rata sumbangan sektor pertanian tiga tahun terakhir (2004-2006)
mencapai 42,10%. Sumbangan kedua adalah sektor perdagangan, hotel dan
restauran sebesar Rp 122.766,00 juta (22,76%) dan ketiga adalah industri
pengolahan sebesar Rp 100.391,22 juta (18,61%). Dari angka ini terlihat bahwa
sektor perdagangan, hotel, dan restauran memainkan peran yang dominan daripada
industri.
4
Persen
Kondisi Struktur Perekonomian Kabupaten Halmahera Selatan Menurut Lapangan Usaha Atas
Harga Berlaku Tahun 2002-2006 (Juta Rupiah)
3
2
1
0
2003
2004
Tahun
2005
2006
Sumber : Hasil Olahan Konsultan, 2008
5.5.1.2 Struktur Perekonomian Kabupaten Halmahera Selatan
Struktur perekonomian suatu daerah ditentukan oleh kemampuan sektor-sektor
ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Struktur yang terbentuk dari nilai
tambah yang diciptakan oleh masing-masing sektor menggambarkan ketergantungan
suatu daerah terhadap kemampuan berproduksi dari masing-masing sektor tersebut.
Untuk memberikan gambaran struktur perekonomian tersebut, berikut ini disajikan
peranan masing-masing sektor terhadap PDRB Kabupaten Halmahera Selatan atas
dasar harga berlaku.
Laporan Antara
Dari sektor pertanian, kontributor terbesarnya adalah sub sektor perkebunan dengan
nilai produksi pada tahun 2006 sebesar Rp 100.070,00 juta, jauh lebih besar
daripada sub sektor tanaman pangan, peternakan, kehutanan, maupun perikanan.
Sementara untuk sektor perdagangan Hotel dan Restauran, masih didominasi oleh
sub sektor perdagangan dengan nilai sumbangan pada tahun 2006 sebesar Rp
119.580,00 juta jauh lebih besar daripada sub sektor perhotelan dan restauran.
Sedangkan untuk sektor industri olahan, dimana semuanya terdiri dari industri non
MIGAS, secara umum kontribusinya mengalami penurunan.
V
-
7 0
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Tabel 5.24
Kondisi Struktur Perekonomian Kabupaten Halmahera Selatan Menurut Lapangan Usaha Atas
Harga Konstan Tahun 2002-2006 (Juta Rupiah)
2002
156,727.59
401.28
87,256.59
1,106.65
3,089.53
84,183.02
21,076.40
Nilai (Juta Rupiah)
2003
2004
2005
163,049.35
164,770.97
166,761.61
23,262.00
455.29
501.83
87,621.60
90,922.91
94,123.40
1,311.00
1,345.77
1,373.67
3,100.00
3,110.00
3,203.30
85,566.23
95,008.52
105,276.61
23,409.73
24,441.89
25,407.18
2006
174,761.61
548.36
98,090.70
1,393.42
3,341.84
114,862.90
26,456.56
11,356.09
11,648.60
12,021.31
18,216.40
18,742.05
19,257.65
Pertanian
Pertambangan/Galian
Industri Olahan
Listrik, Gas, dan Air Bersih
Bangunan/Konstruksi
Perdagangan, Hotel dan Restaurant
Angkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan, dan Jasa
10,288.27
11,077.10
Perusahaan
Jasa-jasa
16,827.85
17,730.94
Sumber Data : PDRB Kabupaten Halmahera Selatan, 2005-2007
Tabel 5.24 menunjukkan bahwa secara produksi Kabupaten Halmahera Selatan
sangat tergantung pada sektor pertanian, sektor industri olahan, dan sektor
perdagangan, hotel dan restauran. Sektor primer masih mendominasi produksi
sektoralnya. Perbedaan nilai PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai
produksi riil (nyata). Hal ini menunjukan perbedaan pengaruh kenaikan harga pada
tahun berjalan terhadap tahun standar. Gambar 3 menunjukkan pertumbuhan PDRB
menurut lapangan usaha.
Grafik 5.9
Laju Pertumbuhan Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2003-2006
Pertanian
Pertambangan/Galian
Industri Olahan
20.00
Listrik, Gas, dan Air Bersih
Bangunan/Konstruksi
18.00
Perdagangan, Hoteldan Restaurant
Angkutan dan Komunikasi
16.00
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
14.00
Laju (Persen)
Sektor
lebih sulita aksesnya menjadi lebih besar. Hal ini kelak akan menjadi masalah
penting dalam investasi pembangunan.
Jasa-jasa
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
Pada tahun 2003 ke tahun 2004 sektor pertambangan dan sektor perdagangan, hotel
dan restaurant naik secara signifikan. Sedangkan sektor listrik, gas dan air bersih,
angkutan dan komunikasi, jasa, keuangan dan persewaan serta bangunan dan
konstruksi turun secara signifikan. Pada tahun 2004 menuju tahun 2005, semua
sektor laju pertumbuhannya menurun kecuali sektor jasa dan sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan. Sedangkan pada tahun 2005 menuju tahun 2006,
sektor pertambangan, listrik, gas dan air bersih, serta sektor pedagangan, hotel dan
restauran turun.
Dari sisi laju pertumbuhan PDRB secara sektoral secara umum menunjukkan
dinamika yang wajar. Pada tahun 2003, dimana pembentukan Kabupaten Halmahera
mulai berdiri, penurunan sektoral masih dapat dikategorikan sebagai hal yang wajar.
Pertumbuhan tahun berikutnya menunjukkan kecenderungan yang cukup bagus,
artinya laju pertumbuhan tersebut sejalan dengan proses pengelolaan secara
produksi daerah yang gradual.
0.00
2003
2005
2004
2006
Tahun
Sumber : Hasil Olahan Konsultan, 2008
Pada grafik 5.9, ditunjukkan kontribusi sektoral terhadap PDRB. Sektor pertanian
masih memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan nilai PDRB. Namun
meski demikian sumbangan sektor pertanian menurun sejak tahun 2005 (sekitar
41%). Demikian pula sektor industri olahan. Oleh karena industri olahan di
Kabupaten Halmahera Selatan terdiri dari non MIGAS, maka kemungkinan hal ini
dipengaruhi oleh produksi input dari sektor pertanian yang juga menurun. Kemudian
diikuti sektor jasa, yang juga memiliki kecenderungan penurunan. Untuk sektor
pertambangan, perijinan baru untuk eksplorasi dan ekploitasi baru memberikan
penambahan nilai kontribusi sekaligus laju pertumbuhan produksi yang positif.
Produksi ditentukan oleh biaya dan jumlah input yang disediakan. Secara makro nilai
pertumbuhan ditentukan pula oleh laju inflasi daerah. Oleh karena posisi akses
Kabupaten Halmahera yang lebih jauh dari pusat kota provinsi secara relatif
mengakibatkan kenaikan harga input sekaligus secara keseluruhan menyebabkan laju
inflasi relatif lebih besar dari daerah lain misalnya Kabupaten Halmahera Utara.
Persoalan inilah yang secara indikatif secara relatif, nilai investasi ke daerah yang
Laporan Antara
V
-
7 1
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Grafik 5.10
Kontribusi Lapangan Usaha terhadap PDRB Kabupaten Halmahera Selatan
Tahun 2002-2006
menuju ke sektor industri, dan selanjutnya ke sektor jasa. Artinya Kabupaten
Halmahera Selatan secara umum, meski terdapat pertumbuhan sektor
pertambangan, dan sektor lainnya, produksi barang dan jasanya secara keseluruhan
masih bergantung pada sektor pertanian.
45.00
40.00
5.5.2
5.5.2.1 Sektor Pertanian
35.00
5.5.2.1.1. Keragaan dan Perkembangan Sektor Pertanian, Perkebunan,
Peternakan dan Kehutanan
30.00
Nilai (Persen)
Produksi Sektoral
Kabupaten Halmahera Selatan merupakan salah satu kabupaten hasil
pemekaran dari Provinsi Maluku Utara pada tahun 2003. Pemekaran wilayah
kabupaten diikuti dengan pemekaran wilayah kecamatan, yaitu dari 9
(sembilan) menjadi 30 kecamatan. Terkait dengan hal tersebut, sistem
administrasi pemerintahan dan ketersediaan/kelengkapan data kegiatan
sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan kehutanan sebagai dasar
perencanaan wilayah ke depan masih menjadi kendala.
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
2002
2003
2004
2005
2006
Tahun
Pertanian
Industri Olahan
Bangunan/Konstruksi
Angkutan dan Komunikasi
Jasa-jasa
Pertambangan/Galian
Listrik, Gas, dan Air Bersih
Perdagangan, Hoteldan Restaurant
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
Keragaan dan perkembangan sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan
kehutanan disajikan untuk masing-masing komoditas di 30 kecamatan di
Kabupaten Halmahera Selatan selama kurun waktu 2005 – 2007. Total luas
lahan sawah irigasi potensial, lahan yang telah diusahakan dan lahan yang
akan dikembangkan di Kabupaten Halmahera Selatan disajikan pada Tabel
5.25.
Sumber : Hasil Olahan Konsultan, 2008
Penurunan produksi sektor pertanian kemudian diikuti oleh sektor sekunder dan
tersier, patut diduga, kemungkinan disebabkan oleh konversi lahan produksi karena
pembukaan ijin pertambangan. Hal ini mengakibatkan penyempitan lahan produksi,
dan kemudian diikuti turunnya produksi input baik untuk sektor sekunder maupun
tersier.
Selain itu gejalan penurunan produksi pertaian juga kemungkinan disebabkan karena
sifat sub sistensi petani yang tidak termotivasi untuk meningkatkan produksi
meskipun terdapat kenaikan harga yang lebih baik jika mereka menjual produk
pertaniannya dalam bentuk olahan. Hal ini bisa disebabkan karena faktor
pengetahuan dan ketrampilan terhadap diversifikasi produk pertanian yang terbatas
pada budidaya saja.
Selain itu, dari sisi pola pergerakan sektoralnya, meskipun tidak tampak secara
nyata, dengan kontribusi sektor primer yang masih dominan terhadap sektor
sekunder dan tersier, terdapat kecenderungan perubahan dari sektor pertanian
Laporan Antara
V
-
7 2
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Tabel 5.25
Keragaan dan Perkembangan Luas Lahan dan Produksi Padi Sawah
Tahun 2005-2007 Di Kabupaten Halmahera Selatan
No
Nama Kecamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Obi
Obi Barat
Obi Utara
Obi Selatan
Obi Timur
Bacan
Bacan Selatan
Mandioli Utara
Mandioli Selatan
Botanglomang
Bacan Timur
Bacan Timur Selatan
Bacan Timur Tengah
Bacan Barat
Bacan Barat Utara
Kasiruta Barat
Kasiruta Timur
Gane Barat
Gane Barat Selatan
Gane Barat Utara
Kep. Joronga
Gane Timur
Gane Timur Selatan
Gane Timur Tengah
Kayoa
Kayoa Utara
Kayoa Selatan
Kayoa Barat
Pulau Makian
Makian Barat
Luas
(Ha)
22
2
3.2
12.8
393.26
170.66
178.08
--
2005
Produksi
(Ton)
66
6
6,6
38,4
1399.92
607.2
633.6
-
Luas
(Ha)
2006
Produksi
(Ton)
5.5
0.5
0.8
3.2
805.6
349.6
364.8
-
14.85
1.35
2.16
8.64
2385
103.5
108
-
Luas
(Ha)
22
2
3.2
12.8
116.6
50.6
52.8
-
2007
Produksi
(Ton)
66
6
6,6
38,4
349.8
151.8
158.4
-
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008
Total luas lahan padi sawah pada tahun 2005 seluas 1.742 ha, pada tahun
2006 seluas 1.530 ha atau turun 14 persen terhadap luas lahan tahun 2005,
sedangkan pada tahun 2007 seluas 260 ha atau turun 488 persen terhadap
luas lahan tahun 2006. Sementara itu, total produksi padi sawah pada tahun
2005 sebesar 2.640 ton, pada tahun 2006 sebesar 4.527 ton atau naik 71
persen terhadap produksi tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007 sebesar
660 ton atau turun 586 persen dari tahun sebelumnya. Rata-rata
produktivitas padi sawah sebesar 3 ton/ha. Luas lahan padi sawah, lahan
yang diusahakan dan lahan yang akan dikembangkan di Kabupaten
Halmahera Selatan disajikan pada Tabel 5.26.
Laporan Antara
Tabel 5.26
Keragaan dan Perkembangan Luas Lahan dan Produksi Padi Ladang
Tahun 2005-2007 Di Kabupaten Halmahera Selatan
No
Nama Kecamatan
2005
Luas
Produksi
(Ha)
(Ton)
2006
Luas
Produksi
(Ha)
(Ton)
1
Obi
25.85
59.4
14.85
2
Obi Barat
2.35
5.4
1.35
3
Obi Utara
3.76
8.64
2.16
4
Obi Selatan
30
63
18
5
Obi Timur
15.04
34.56
8.64
6
Bacan
36.08
96.36
32.12
7
Bacan Selatan
2.46
6.57
2.19
8
Mandioli Utara
11.48
30.66
10.22
9
Mandioli Selatan
16.4
43.8
14.6
10
Botanglomang
15.58
41.61
13.87
11
Bacan Timur
41.71
111.37
40.85
12
Bacan Timur Selatan
30.07
80.29
29.45
13
Bacan Timur Tengah
25.22
67.34
24.7
14
Bacan Barat
10.08
25.38
6.3
15
Bacan Barat Utara
15.12
38.07
9.45
16
Kasiruta Barat
15.68
39.48
9.8
17
Kasiruta Timur
14
35.25
8.75
18
Gane Barat
64.05
215.6
62.3
19
Gane Barat Selatan
32.94
110.88
32.04
20
Gane Barat Utara
65.88
221.76
64.08
21
Kep. Joronga
20.13
67.76
19.58
22
Gane Timur
142.04
476.47
143.63
23
Gane Timur Selatan
61.64
206.77
62.33
24
Gane Timur Tengah
64.32
215.76
65.04
25
Kayoa
20.16
45.36
250.56
26
Kayoa Utara
9.72
21.87
\25*0.27
27
Kayoa Selatan
6.12
13.77
4.25
28
Kayoa Barat
15.12
38.07
9.45
29
Pulau Makian
10.54
26.04
9.3
30
Makian Barat
6.46
15.96
5.7
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008
41.25
3.75.
6
32
24
29.92
2.04
9.52
13.6
12.92
100.62
72.54
60.84
9.72
14.58
15.12
13.5
173.25
89.1
178.2
54.45
421.35
182.85
190.8
24.64
11.88
7.48
14.58
7.44
4.56
2007
Luas
Produksi
(Ha)
(Ton)
8.25
0.75
1.2
4.8
8.6
6.2
5.2
28
14.4
28.8
8.8
15.9
6.9
7.2
117.8
72.2
24,75
2,25
3,6
14,4
25,8
18,6
15,6
84
43,2
86,4
26,4
47,7
20,7
21,6
351
216,6
Total luas lahan padi ladang pada tahun 2005 seluas 816 ha, pada tahun
2006 seluas 737 ha atau turun 11 persen terhadap luas lahan tahun 2005,
sedangkan pada tahun 2007 seluas 335 ha atau turun 120 persen terhadap
luas lahan tahun 2006. Sementara itu, total produksi padi ladang pada tahun
2005 sebesar 2.428 ton, pada tahun 2006 sebesar 2.064 ton atau turun 15
persen terhadap produksi tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007 sebesar
933 ton atau turun 121 persen terhadap produksi tahun 2006. Rata-rata
produktivitas padi ladang sebesar 3 ton/ ha.
V
-
7 3
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Tabel 5.27
Keragaan dan Perkembangan Luas Lahan dan Produksi Jagung
Tahun 2005-2007 Di Kabupaten Halmahera Selatan
No
Nama Kecamatan
Luas
(Ha)
2005
Produksi
(Ton)
1
Obi
16.5
27.5
2
Obi Barat
1.5
2.5
3
Obi Utara
2.4
4
4
Obi Selatan
37
64
5
Obi Timur
9.6
16
6
Bacan
17.6
33.44
7
Bacan Selatan
1.2
2.28
8
Mandioli Utara
5.6
10.64
9
Mandioli Selatan
8
15.2
10
Botanglomang
7.6
14.44
11
Bacan Timur
16.77
30.1
12
Bacan Timur Selatan
12.09
21.7
13
Bacan Timur Tengah
10.14
18.2
14
Bacan Barat
5.76
10.08
15
Bacan Barat Utara
8.64
15.12
16
Kasiruta Barat
8.96
15.68
17
Kasiruta Timur
8
14
18
Gane Barat
16.8
31.5
19
Gane Barat Selatan
8.64
16.2
20
Gane Barat Utara
17.28
32.4
21
Kep. Joronga
5.28
9.9
22
Gane Timur
27.56
74.73
23
Gane Timur Selatan
11.96
32.43
24
Gane Timur Tengah
12.48
33.84
25
Kayoa
14
21.28
26
Kayoa Utara
6.75
10.26
27
Kayoa Selatan
4.25
6.46
28
Kayoa Barat
8.64
15.12
29
Pulau Makian
16.74
27.28
30
Makian Barat
10.26
16.72
Sumber : Halmahera Selatan Dalam Angka (2006,2007
Luas
(Ha)
2006
Produksi
(Ton)
26.4
2.4
3.84
32
15.36
41.8
2.85
13.3
19
18.05
22.36
16.12
13.52
6.3
9.45
9.8
8.75
29.05
14.94
29.88
9.13
49.29
21.39
22.32
13.44
6.48
4.08
9.45
19.84
12.16
dan 2008)
42.9
3.9
6.24
52
24.96
34.32
2.34
10.92
15.6
14.82
40.42
29.14
24.44
11.52
17.28
17.92
16
35.7
18.36
36.72
11.22
56.18
24.38
25.44
21.28
10.26
6.46
17.28
33.48
20.52
Luas
(Ha)
19
9
10
32
25
20
4
3
4
1
2
6
8
15
10
12
19
30
7.5
7.5
6
40
23
19
19
8
6
9
22
15
Tabel 5.28
Keragaan dan Perkembangan Luas Lahan dan Produksi Ubi Kayu
Tahun 2005-2007 Di Kabupaten Halmahera Selatan
2007
Produksi
(Ton)
30
5.25
3
20
-
2005
Luas
Produksi
(Ha)
(Ton)
1
Obi
19.8
52.8
2
Obi Barat
1.8
4.8
3
Obi Utara
2.88
7.68
4
Obi Selatan
37
84
5
Obi Timur
11.52
30.72
6
Bacan
24.2
68.64
7
Bacan Selatan
1.65
4.68
8
Mandioli Utara
7.7
21.84
9
Mandioli Selatan
11
31.2
10
Botanglomang
10.45
29.64
11
Bacan Timur
21.5
61.92
12
Bacan Timur Selatan
1.55
44.64
13
Bacan Timur Tengah
13
37.44
14
Bacan Barat
8.46
23.22
15
Bacan Barat Utara
12.69
34.83
16
Kasiruta Barat
13.16
36.12
17
Kasiruta Timur
11.75
32.25
18
Gane Barat
15.75
43.05
19
Gane Barat Selatan
8.1
22.14
20
Gane Barat Utara
16.2
44.28
21
Kep. Joronga
4.95
13.53
22
Gane Timur
25.97
71.55
23
Gane Timur Selatan
11.27
31.05
24
Gane Timur Tengah
11.76
32.4
25
Kayoa
50.4
144.48
26
Kayoa Utara
24.3
69.66
27
Kayoa Selatan
15.3
43.86
28
Kayoa Barat
24.3
34.83
29
Pulau Makian
47.12
126.48
30
Makian Barat
28.88
77.52
Sumber : Halmahera Selatan Dalam Angka (2006,2007
No
Nama Kecamatan
2006
Luas
Produksi
(Ha)
(Ton)
14.3
36.3
1.3
3.3
2.08
5.28
15
39
8.32
21.12
25.96
73.92
1.77
5.04
8.26
23.52
11.8
33.6
11.21
31.92
19.35
50.31
13.95
36.27
11.7
30.42
1.8
4.32
2.7
6.48
2.8
6.72
2.5
6
5.25
14.7
2.7
7.56
5.4
15.12
1.65
4.62
11.13
30.21
4.83
13.11
5.04
13.68
44.8
129.36
21.6
62.37
13.6
39.27
2.7
6.48
40.3
117.18
24.7
71.82
dan 2008)
Luas
(Ha)
6.5
6.5
6.5
15
6.5
20
30
15
15
15
10
3.75
3.75
3.75
3.75
7
7
7
20
20
20
20
65
65
2007
Produksi
(Ton)
16.5
16.5
16.5
39
16.5
20
72
39.0
39.0
39.0
24
14.5
14.5
14.5
14.5
19
19
19
57.75
48
48
48
189
189
Total luas lahan tanaman jagung pada tahun 2005 seluas 330 ha, pada
tahun 2006 seluas 494 ha atau naik 50 persen terhadap luas lahan tahun
2005, sedangkan pada tahun 2007 seluas 411 ha atau turun 20 persen
terhadap luas lahan tahun 2006. Sementara itu, total produksi jagung pada
tahun 2005 sebesar 629 ton, pada tahun 2006 sebesar 666 ton atau naik 6
persen terhadap produksi tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007 sebesar
58,25 ton atau turun 1043 persen. Rata-rata produktivitas jagung sebesar
1,41 ton/ha.
Laporan Antara
V
-
7 4
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Total luas lahan tanaman ubi kayu pada tahun 2005 seluas 480 ha, pada
tahun 2006 seluas 336 ha atau turun 43 persen terhadap luas lahan tahun
2005, sedangkan pada tahun 2007 seluas 327 ha atau turun 2,7 persen
terhadap luas lahan tahun 2006. Sementara itu, total produksi ubi kayu
pada tahun 2005 sebesar 1.329 ton, pada tahun 2006 sebesar 933 ton atau
turun 42 persen terhadap produksi tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007
sebesar 627,75 ton atau turun 49 persen terhadap produksi tahun 2006.
Rata-rata produktivitas ubi kayu sebesar 2,83 ton/ha.
Total luas lahan tanaman ubi jalar pada tahun 2005 seluas 122 ha,
pada tahun 2006 seluas 82 ha atau turun 49 persen terhadap luas
lahan tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007 seluas 62 ha atau
turun 32 persen terhadap luas lahan tahun 2006. Sementara itu, total
produksi ubi jalar pada tahun 2005 sebesar 294 ton, pada tahun 2006
sebesar 146 ton atau turun 101 persen terhadap produksi tahun 2005,
sedangkan pada tahun 2007 sebesar 112 ton atau turun 30 persen
terhadap produksi tahun 2006. Rata-rata produktivitas ubi jalar
sebesar 2,2 ton/ha.
Tabel 5.29
Keragaan dan Perkembangan Luas Lahan dan Produksi Ubi Jalar
Tahun 2005-2007 Di Kabupaten Halmahera Selatan
No
Nama Kecamatan
Luas
(Ha)
2005
Produksi
(Ton)
1
Obi
3.85
2
Obi Barat
0.35
3
Obi Utara
0.56
4
Obi Selatan
3
5
Obi Timur
2.24
6
Bacan
15.84
7
Bacan Selatan
1.08
8
Mandioli Utara
5.04
9
Mandioli Selatan
7.2
10
Botanglomang
6.84
11
Bacan Timur
12.04
12
Bacan Timur Selatan
8.68
13
Bacan Timur Tengah
7.28
14
Bacan Barat
0.9
15
Bacan Barat Utara
1.35
16
Kasiruta Barat
1.4
17
Kasiruta Timur
1.25
18
Gane Barat
9.1
19
Gane Barat Selatan
4.68
20
Gane Barat Utara
9.36
21
Kep. Joronga
2.86
22
Gane Timur
9.01
23
Gane Timur Selatan
3.91
24
Gane Timur Tengah
4.08
25
Kayoa
26
Kayoa Utara
27
Kayoa Selatan
28
Kayoa Barat
1.35
29
Pulau Makian
30
Makian Barat
Sumber : Halmahera Selatan Dalam Angka
Laporan Antara
8.25
0.75
1.2
9
4.8
38.28
2.55
12.18
17.4
16.53
30.96
22.32
18.72
2.16
3.24
3.36
3
19.95
10.26
20.52
6.27
22.26
9.66
10.08
3.24
(2006,2007
Luas
(Ha)
2006
Produksi
(Ton)
1.65
0.15
0.24
2
0.96
2.64
0.18
0.84
1.2
1.14
8.6
6.2
5.2
1.08
1.62
1.68
1.5
8.4
4.32
8.64
2.64
7.95
3.45
3.6
1.68
0.81
0.51
1.62
1.86
1.14
dan 2008)
2.2
0.2
0.32
3
1.28
6.6
0.45
2.1
3
2.85
15.48
11.16
9.36
1.8
2.7
2.8
2.5
4.9
2.52
5.04
1.54
13.78
5.98
6.24
2.24
1.08
0.68
2.7
2.48
1.52
Luas
(Ha)
1.65
0.15
0.24
2
0.96
2.64
6.03
0.84
1.2
3.8
8.6
6.2
5.2
8.4
4.32
8.64
2.64
1.68
0.81
0.51
2.43
1.5
1.5
Tabel 5.30
Keragaan dan Perkembangan Luas Lahan dan Produksi Sayuran
Tahun 2005-2007 Di Kabupaten Halmahera Selatan
2007
Produksi
(Ton)
2.2
0.2
0.32
3
1.28
6.6
15.03
2.1
3
2.85
15.48
11.16
9.36
15.4
7.92
15.84
4.84
2.24
1.08
0.68
2.43
2
2
2005
Luas
Produksi
(Ha)
(Ton)
1
Obi
17.6
7.7
2
Obi Barat
1.6
0.7
3
Obi Utara
2.56
1.12
4
Obi Selatan
17
8
5
Obi Timur
10.24
4.48
6
Bacan
11.88
26.4
7
Bacan Selatan
0.81
1.8
8
Mandioli Utara
3.78
8.4
9
Mandioli Selatan
5.4
12
10
Botanglomang
5.13
11.4
11
Bacan Timur
23.22
11.61
12
Bacan Timur Selatan
16.74
8.37
13
Bacan Timur Tengah
14.04
7.02
14
Bacan Barat
3.6
1.62
15
Bacan Barat Utara
5.4
2.43
16
Kasiruta Barat
5.6
2.52
17
Kasiruta Timur
5
2.25
18
Gane Barat
12.95
7.35
19
Gane Barat Selatan
6.66
3.78
20
Gane Barat Utara
13.32
7.56
21
Kep. Joronga
4.07
2.31
22
Gane Timur
49.29
26.5
23
Gane Timur Selatan
21.39
11.5
24
Gane Timur Tengah
22.32
12
25
Kayoa
15.12
6.72
26
Kayoa Utara
7.29
3.24
27
Kayoa Selatan
4.59
2.04
28
Kayoa Barat
5.4
2.43
29
Pulau Makian
18.6
9.92
30
Makian Barat
11.4
6.08
Sumber : Halmahera Selatan Dalam Angka (2006,2007
No
Nama Kecamatan
2006
Luas
Produksi
(Ha)
(Ton)
3.3
2.75
0.3
0.25
0.48
0.4
2
1.5
4.8
1.6
6.6
7.92
0.45
0.54
2.1
2.52
3
3.6
2.85
3.42
0.645
0.43
0.465
0.31
0.39
0.26
0.54
0.45
0.81
0.675
0.84
0.7
0.75
0.625
1.05
0.875
0.54
0.45
1.08
0.9
0.33
0.275
1.59
1.325
0.69
0.575
0.72
0.6
1.68
1.4
0.81
0.675
0.51
0.425
1.62
0.675
1.86
1.55
1.14
0.95
dan 2008)
Luas
(Ha)
5
1
16
2
3.5
1
1
3
3
4
3.5
2007
Produksi
(Ton)
4.5
1.5
18
1
3.5
1
1
2.5
2.5
2.5
3
V
-
7 5
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Total luas lahan sayuran pada tahun 2005 seluas 437 ha, pada tahun 2006
seluas 38 ha atau turun 1050 persen terhadap luas lahan tahun 2005,
sedangkan pada tahun 2007 seluas 43 ha atau naik 13 persen terhadap luas
lahan tahun 2006. Sementara itu, total produksi sayuran pada tahun 2005
sebesar 217 ton, pada tahun 2006 sebesar 24 ton atau turun 804 persen,
sedangkan pada tahun 2007 sebesar 41 ton atau naik 71 persen terhadap
produksi tahun 2006. Rata-rata produktivitas sayuran sebesar 1,1 ton/ha.
5.5.2.1.2. Lokasi Daerah Pertanian
1) Padi Sawah
Berdasarkan kesesuaian kondisi fisik dan lingkungan di Kabupaten
Halmahera Selatan Daerah, maka usaha tani padi sawah diusahakan dan
dikembangkan di dua wilayah yaitu Kecamatan Obi dan Gane Timur. Kondisi
fisik lahan di kedua wilayah relatif datar (kemiringan sekitar 2 persen),
kondisi tanah dan sumber air sangat mendukung untuk usaha tani padi
sawah. Berdasarkan data tahun 2006, luas lahan dan produksi padi sawah
tertinggi di tiga wilayah yaitu di Kecamatan Gane Timur seluas 805,6 Ha
dengan produksi sebesar 2.385 ton, Kecamatan Gane Timur Tengah seluas
364,8 Ha dengan produksi sebesar 108 ton dan Kecamatan Gane Timur
Selatan seluas 349,6 Ha dengan produksi 103,5 ton.
5). Ubi Jalar
Daerah produksi ubi jalar hampir tersebar di semua kecamatan di
Kabupaten Halmahera Selatan, namun di beberapa wilayah rata-rata
produksinya kecil. Berdasarkan data tahun 2006, luas lahan dan produksi
ubi jalar tertinggi di tiga wilayah yaitu di Kecamatan Bacan Timur seluas 8,6
Ha dengan produksi sebesar 15,48 ton, Kecamatan Gane Barat seluas 8,4 Ha
dengan produksi sebesar 4,9 ton dan Kecamatan Gane Timur seluas 7,95 Ha
dengan produksi sebesar 13,78 ton.
6). Sayur-sayuran
Daerah produksi sayur-sayuran hampir tersebar di semua kecamatan di
Kabupaten Halmahera Selatan. Berdasarkan data tahun 2006, luas lahan dan
produksi sayuran tertinggi di tiga wilayah yaitu di Kecamatan Gane Timur
seluas 49,29 Ha dengan produksi sebesar 26 ton, Kecamatan Bacan Timur
seluas 23,22 Ha dengan produksi sebesar 11,61 ton dan Kecamatan Gane
Timur Tengah seluas 22,32 Ha dengan produksi sebesar 12 ton.
2) Padi Ladang
Daerah produksi padi ladang/ padi lahan kering hampir tersebar di semua
kecamatan di Kabupaten Halmahera Selatan. Berdasarkan data tahun 2006,
luas lahan dan produksi padi lahan tertinggi di tiga wilayah yaitu di
Kecamatan Gane Timur seluas 143,63 Ha dengan produksi sebesar 421,35
ton, Kecamatan Gane Timur Tengah seluas 65,04 Ha dengan produksi
sebesar 108 ton dan Kecamatan Gane Timur Selatan seluas 62,33 Ha dengan
produksi 190,8 ton.
3). Jagung
Daerah produksi jagung hampir tersebar di semua kecamatan di Kabupaten
Halmahera Selatan. Berdasarkan data tahun 2006, luas lahan dan produksi
jagung tertinggi di tiga wilayah yaitu di Kecamatan Gane Timur seluas 49 Ha
dengan produksi sebesar 2.385 ton, Kecamatan Gane Barat Utara seluas
29,88 Ha dengan produksi sebesar 36,72 ton dan Kecamatan Gane Barat
seluas 29,03 Ha dengan produksi sebesar 36,72 ton.
4). Ubi Kayu
Daerah produksi ubi kayu hampir tersebar di semua kecamatan di Kabupaten
Halmahera Selatan. Berdasarkan data tahun 2006, luas lahan dan produksi
ubi kayu tertinggi di tiga wilayah yaitu di Kecamatan Kayoa seluas 44,8 Ha
dengan produksi sebesar 129,36 ton, Kecamatan Pulau Makian seluas 40,3
Ha dengan produksi sebesar 117,18 ton dan Kecamatan Bacan seluas 25,96
Ha dengan produksi sebesar 73,92 ton.
Laporan Antara
V
-
7 6
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.14
Laporan Antara
V
-
7 7
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.5.2.2 Sektor Perkebunan
Tabel 5.31
Keragaan dan Perkembangan Luas Panen dan Produksi Buah-buahan
Tahun 2005-2007 Di Kabupaten Halmahera Selatan
2005
2006
No
Nama Kecamatan
Luas
Produksi
Luas
Produksi
(Ha)
(Ton)
(Ha)
(Ton)
1
Obi
12.1
284.9
13.75
46.75
2
Obi Barat
1.1
25.9
1.25
4.25
3
Obi Utara
1.76
41.44
2
6.8
4
Obi Selatan
11
82
15
100
5
Obi Timur
7.04
165.76
8
27.2
6
Bacan
149.6
6281.88
242
3407.668
7
Bacan Selatan
10.2
428.31
16.5
232.341
8
Mandioli Utara
47.6
1998.78
77
1084.258
9
Mandioli Selatan
68
2855.4
110
1548.94
10
Botanglomang
64.6
2712.63
104.5
1471.493
11
Bacan Timur
9.89
223.6
13.76
162.97
12
Bacan Timur Selatan
7.13
161.2
9.92
117.49
13
Bacan Timur Tengah
5.98
135.2
8.32
98.54
14
Bacan Barat
7.2
136.26
6.3
5.94
15
Bacan Barat Utara
10.8
204.39
9.45
8.91
16
Kasiruta Barat
11.2
211.96
9.8
9.24
17
Kasiruta Timur
10
189.25
8.75
8.25
18
Gane Barat
7
86.8
8.75
7
19
Gane Barat Selatan
3.6
44.64
4.5
3.6
20
Gane Barat Utara
7.2
89.28
9
7.2
21
Kep. Joronga
2.2
27.28
2.75
2.2
22
Gane Timur
9.01
135.68
15.9
14.84
23
Gane Timur Selatan
3.91
58.88
6.9
6.44
24
Gane Timur Tengah
4.08
61.44
7.2
6.72
25
Kayoa
5.6
86.24
8.4
94.976
26
Kayoa Utara
2.7
41.58
4.05
45.792
27
Kayoa Selatan
1.7
26.18
2.55
28.832
28
Kayoa Barat
10.8
204.39
9.45
8.91
29
Pulau Makian
5.58
112.84
6.82
50.902
30
Makian Barat
3.42
69.16
4.18
31.198
Sumber : Halmahera Selatan Dalam Angka (2006,2007 dan 2008)
Laporan Antara
Luas
(Ha)
17
5.5
2.5
7
6.5
339.5
16
4
2.5
13.5
5
4
19.5
4.5
4.5
4.5
7.5
4
3
3.5
10.5
4.5
3.5
4.5
3.5
3
2
4.5
17
2007
Produksi
(Ton)
39.95
12,93
5,88
16,45
15,28
797,83
37,6
9,4
5,88
31,73
11,75
9,40
45,83
10,58
10,58
10,58
17,63
9,4
7,05
8,23
24,68
10,58
8,23
10,58
8,23
7,05
4,70
10,58
39,95
Total luas panen tanaman buah-buahan pada tahun 2005 seluas 468 ha,
pada tahun 2006 seluas 437 ha atau turun 7 persen terhadap luas panen
tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007 seluas 513,5 ha atau naik 17 persen
terhadap luas panen tahun 2006. Sementara itu, total produksi buahbuahan pada tahun 2005 sebesar 16.999 ton, pada tahun 2006 sebesar
9.846,4 ton atau turun 756 persen terhadap produksi tahun 2005, sedangkan
pada tahun 2007 sebesar 11.810 ton atau naik 20 persen terhadap produksi
tahun 2006. Rata-rata produktivitas buah-buahan sebesar 27,27 ton/ha.
Tabel 5.32
Keragaan dan Perkembangan Luas Panen dan Produksi Kelapa
Tahun 2005-2007 Di Kabupaten Halmahera Selatan
2005
2006
No
Nama Kecamatan
Luas
Produksi
Luas
Produksi
(Ha)
(Ton)
(Ha)
(Ton)
28.05
2.473.35 2.498.1 2.473.35
1
Obi
225.5
224.85
227.1
224.85
2
Obi Barat
360.8
359.76
363.36
359.76
3
Obi Utara
3094
3605
3107
3605
4
Obi Selatan
1443.2
1439.04 1453.44 1599.04
5
Obi Timur
2125.2
2098.8
2141.48
2098.8
6
Bacan
144.9
134.1
146.01
143.121
7
Bacan Selatan
676.2
625.8
681.38
667.8
8
Mandioli Utara
966
894
973.4
954
9
Mandioli Selatan
917.7
849.3
924.73
906.3
10
Botanglomang
2189.56
2214.5
2192.57
2214.5
11
Bacan Timur
155.62
161.2
1580.69
1596.5
12
Bacan Timur Selatan
132398
135.2
1325.74
1339
13
Bacan Timur Tengah
225.72
196.38
14
Bacan Barat
338.58
294.57
15
Bacan Barat Utara
351.12
305.48
16
Kasiruta Barat
313.5
272.75
17
Kasiruta Timur
1515.85
1664.6
18
Gane Barat
775.98
856.08
19
Gane Barat Selatan
1551.96 1712.16
20
Gane Barat Utara
474.21
523.16
21
Kep. Joronga
1301.68 1219.53
22
Gane Timur
564.88
529.23
23
Gane Timur Selatan
589.44
552.24
24
Gane Timur Tengah
1778.56 1286.32
25
Kayoa
857.52
620.19
26
Kayoa Utara
539.92
390.49
27
Kayoa Selatan
338.58
294.57
28
Kayoa Barat
2144.58
1429.1
29
Pulau Makian
1314.42
875.9
30
Makian Barat
Sumber : Halmahera Selatan Dalam Angka (2006,2007 dan 2008)
2007
Luas
Produksi
(Ha)
(Ton)
7.541,38 1.849.66
2.264.20 3.266.40
2.908.72 3.490.46
4.441.99 5.330.38
4.984.88 5.981.85
2.111.94 2.534.32
1.748.03 2.097.63
2.331.62 2.797.94
2.476.20 2.971.44
1.702.27 2.042.72
3.522.60 4.227.12
4.029.16 4.834.99
2.878.57 3.454.28
2.024.31 2.429.17
2.277.24 2.732.68
3.220.49 3.864.58
3.973,39 4.768.06
3.500.77 4.200.92
3.595.58 4.314.59
2.507.73 3.009.27
843,92
1.015.10
3..275.88 3.931.05
3.573.25 4.287.90
2.008.63 2.410.35
2.500.68 3.000.81
1.610.75 1.932.90
268,92
322,70
1.329.95 1.595.94
1.188.31 1.425.97
669,43
827,31
V
-
7 8
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Total luas panen tanaman kelapa pada tahun 2005 seluas 32.202 ha, pada tahun
2006 seluas 17.328 ha atau turun 86 persen terhadap luas panen tahun 2005,
sedangkan pada tahun 2007 seluas 81.310.79 ha atau naik 369 persen terhadap
tahun 2006. Sementara itu, total produksi kelapa pada tahun 2005 sebesar 30.772
ton, pada tahun 2006 sebesar 18.022 ton atau turun 71 persen terhadap produksi
tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007 sebesar 90.948,43 ton atau naik 405 persen
terhadap produksi tahun 2006. Rata-rata produktivitas kelapa sebesar 1,04 ton/Ha,
dimana nilai tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan standar
produktivitas kelapa nasional sebesar 1,5 ton/ha (Litbang Perkebunan, 2005).
Tabel 5.33
Keragaan dan Perkembangan Luas Panen dan Produksi Cengkeh
Tahun 2005-2007 Di Kabupaten Halmahera Selatan
2005
2006
No
Nama Kecamatan
Luas
Produksi
Luas
Produksi
(Ha)
(Ton)
(Ha)
(Ton)
1
Obi
213.95
82.5
7.5955
82.5
2
Obi Barat
19.45
7.5
0.6905
7.5
3
Obi Utara
31.12
12
1.1048
12
4
Obi Selatan
310
115
310
115
5
Obi Timur
124.48
48
4.4192
48
6
Bacan
94.6
94.6
94.6
94.6
7
Bacan Selatan
6.45
6.45
6.45
6.45
8
Mandioli Utara
30.1
30.1
30.1
30.1
9
Mandioli Selatan
43
43
43
43
10 Botanglomang
40.85
40.85
40.85
40.85
11 Bacan Timur
101.05
94.6
101.48
94.6
12 Bacan Timur Selatan
72.85
68.2
73.16
68.2
13 Bacan Timur Tengah
61.1
57.2
61.36
57.2
14 Bacan Barat
72
50.22
72.72
50.22
15 Bacan Barat Utara
108
75.33
109.08
75.33
16 Kasiruta Barat
112
78.12
113.12
78.12
17 Kasiruta Timur
100
69.75
101
69.75
18 Gane Barat
101.15
35
137.9
35
19 Gane Barat Selatan
52.02
18
70.92
18
20 Gane Barat Utara
104.04
36
394
36
21 Kep. Joronga
31.79
11
43.34
11
22 Gane Timur
143.63
45.05
145.22
45.05
23 Gane Timur Selatan
62.33
19.55
63.02
19.55
24 Gane Timur Tengah
65.04
20.4
65.76
20.4
25 Kayoa
190.96
61.6
192.08
61.6
26 Kayoa Utara
92.07
29.7
92.61
29.7
27 Kayoa Selatan
57.97
18.7
58.31
18.7
28 Kayoa Barat
108
75.33
109.08
294.57
29 Pulau Makian
390.6
155
397.42
155
30 Makian Barat
239.4
95
243.58
95
Sumber : Halmahera Selatan Dalam Angka (2006,2007 dan 2008)
Laporan Antara
2007
Luas
Produksi
(Ha)
(Ton)
139
244.64
120
211.20
80
140.80
130
288.80
130
288.80
85
140.80
80
140.80
75
132
90
158.40
50
88
80
140.80
75
132
60
105.60
100
176
95
167.20
139
244.64
100
176
72
126.72
74
130.24
73
128.48
70
123.20
90
158.40
92
161.92
37
65.12
85
140.80
90
158.40
95
167.20
100
176
3.15
554.40
310
545.60
Total luas panen tanaman cengkeh pada tahun 2005 seluas 3.080 ha, pada tahun
2006 seluas 3.049,2 ha atau turun 1 persen terhadap luas panen tahun 2005,
sedangkan pada tahun 2007 seluas 2.819,15 ha atau turun 8 persen terhadap tahun
2006. Sementara itu, total produksi kelapa pada tahun 2005 sebesar 1.524 ton, pada
tahun 2006 sebesar 1.524 ton atau sama dengan produksi tahun 2005, sedangkan
pada tahun 2007 sebesar 5.612,96 ton atau naik 268 persen terhadap produksi tahun
2006. Rata-rata produktivitas cengkeh sebesar 0,9 ton/ha, dimana nilai tersebut
lebih tinggi jika dibandingkan dengan standar produktivitas cengkeh nasional
sebesar 0,3 ton/ha (Litbang Perkebunan, 2005).
Tabel 5.34
Keragaan dan Perkembangan Luas Panen dan Produksi Kakao
Tahun 2005-2007 Di Kabupaten Halmahera Selatan
2005
2006
No
Nama Kecamatan
Luas Produksi
Luas
Produksi
(Ha)
(Ton)
(Ha)
(Ton)
1
Obi
303.6
185.9
290.4
185.9
2
Obi Barat
27.6
16.9
26.4
16.9
3
Obi Utara
44.16
27.04
42.24
27.04
4
Obi Selatan
502
337
502
337
5
Obi Timur
176.64
108.16
168.96
108.16
6
Bacan
153.56
110
154.88
110
7
Bacan Selatan
10.47
7.5
10.56
7.5
8
Mandioli Utara
48.86
35
49.28
35
9
Mandioli Selatan
69.8
50
70.4
50
10 Botanglomang
66.31
47.5
66.88
47.5
11 Bacan Timur
176.3
119.11
172.86
119.11
12 Bacan Timur Selatan
127.1
85.87
124.62
85.87
13 Bacan Timur Tengah
106.6
72.02
104.52
72.02
14 Bacan Barat
70.38
45.18
392.18
45.18
15 Bacan Barat Utara
105.57
67.77
105.84
67.77
16 Kasiruta Barat
109.48
70.28
109.76
70.28
17 Kasiruta Timur
97.75
62.75
98
62.75
18 Gane Barat
319.2
209.3
322
209.3
19 Gane Barat Selatan
164.16
53.64
165.6
107.64
20 Gane Barat Utara
328.32
215.28
331.2
215.28
21 Kep. Joronga
100.32
65.78
101.2
65.78
22 Gane Timur
217.3
146.81
207.23
101.76
23 Gane Timur Selatan
94.3
63.71
89.93
44.16
24 Gane Timur Tengah
98.4
66.48
93.84
46.08
25 Kayoa
71.68
32.48
72.24
32.48
26 Kayoa Utara
34.56
15.66
34.56
15.66
27 Kayoa Selatan
21.76
9.86
21.76
9.86
28 Kayoa Barat
105.57
67.77
105.84
67.77
29 Pulau Makian
88.66
39.06
88.66
39.06
30 Makian Barat
54.34
23.94
54.34
23.94
Sumber : Halmahera Selatan Dalam Angka (2006,2007 dan 2008)
2007
Luas
Produksi
(Ha)
(Ton)
310
744
280
672
340
816
360
864
264
633.6
190
456
209
501.60
186
446.40
150
360
175
420
140
336
70
168
200
480
191
458.4
200
480
165
396
150
360
103
247.20
140
336
160
384
173
415.20
127
304.80
127
304.80
128
307.20
120
288
74
177.60
60
144
150
360
75
180
80
192
V
-
7 9
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Total luas panen tanaman kakao pada tahun 2005 seluas 3.767 ha, pada tahun 2006
seluas 4.075,8 ha atau naik 8 persen terhadap luas panen tahun 2005, sedangkan
pada tahun 2007 seluas 5.097 ha atau naik 25 persen terhadap tahun 2006.
Sementara itu, total produksi kelapa pada tahun 2005 sebesar 2.449 ton, pada tahun
2006 sebesar 2.364 ton atau turun 3,5 persen terhadap produksi tahun 2005,
sedangkan pada tahun 2007 sebesar 12.232,8 ton. Rata-rata produktivitas kakao
sebesar 1,2 ton/ha, dimana nilai tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan
standar produktivitas kakao nasional sebesar 1,0 ton/ha (Litbang Perkebunan, 2005).
Total luas panen tanaman pala pada tahun 2005 seluas 1.912,5 ha, pada
tahun 2006 seluas 1.912,5 ha atau sama dengan luas panen tahun 2005,
sedangkan pada tahun 2007 seluas 6.014 ha atau naik 215 persen terhadap
tahun 2006. Sementara itu, total produksi pala pada tahun 2005 sebesar 612
ton, pada tahun 2006 sebesar 612 ton atau sama dengan produksi tahun 2005,
sedangkan pada tahun 2007 sebesar 986,5 ton atau naik 61 persen terhadap
produksi tahun 2006. Rata-rata produktivitas pala sebesar 0,25 ton/ha,
dimana nilai tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan standar
produktivitas pala nasional sebesar 0,3 ton/ha (Litbang Perkebunan, 2005).
Tabel 5.35
Keragaan dan Perkembangan Luas Panen dan Produksi Pala Tahun 2005-2007 Di Kabupaten
Halmahera Selatan
2005
2006
No
Nama Kecamatan
Luas
Produksi
Luas
Produksi
(ha)
(ton)
(ha)
(ton)
1
Obi
47.85
14.3
214.5
68.75
2
Obi Barat
4.35
1.3
19.5
6.25
3
Obi Utara
6.96
2.08
31.2
10
4
Obi Selatan
73
13
165
33
5
Obi Timur
27.84
8.32
55.68
40
6
Bacan
75.24
29.92
76.56
29.92
7
Bacan Selatan
5.13
2.04
5.22
2.04
8
Mandioli Utara
23.94
9.52
24.36
9.52
9
Mandioli Selatan
34.2
13.6
34.8
13.6
10 Botanglomang
32.49
12.92
33.06
12.92
11 Bacan Timur
88.15
34.4
101.05
34.4
12 Bacan Timur Selatan
63.55
24.8
72.85
24.8
13 Bacan Timur Tengah
53.3
20.8
61.1
20.8
14 Bacan Barat
34.2
13.32
34.92
13.32
15 Bacan Barat Utara
51.3
19.98
52.38
19.98
16 Kasiruta Barat
53.2
20.72
54.32
20.72
17 Kasiruta Timur
47.5
18.5
48.5
18.5
18 Gane Barat
56
11.55
25.9
8.05
19 Gane Barat Selatan
28.8
5.94
13.32
4.14
20 Gane Barat Utara
57.6
11.88
26.64
8.28
21 Kep. Joronga
17.6
3.63
8.14
2.53
22 Gane Timur
214.65
66.25
47.17
13.78
23 Gane Timur Selatan
93.15
28.75
20.47
5.98
24 Gane Timur Tengah
97.2
30
21.36
6.24
25 Kayoa
103.04
26.32
105.28
26.32
26 Kayoa Utara
49.68
12.69
50.76
12.69
27 Kayoa Selatan
31.28
9.86
31.96
7.99
28 Kayoa Barat
51.3
19.98
52.38
19.98
29 Pulau Makian
202.74
84.32
205.22
84.32
30 Makian Barat
124.26
51.68
125.78
51.68
Sumber : Halmahera Selatan Dalam Angka (2006,2007 dan 2008)
Laporan Antara
2007
Luas
Produksi
(ha)
(ton)
287
43.05
230
37.95
263
43.40
416
68.48
240
39.60
120
19.8
160
24.75
109
17.99
114
18.81
44
7.26
182
30.35
115
18.98
250
41.25
136
22.44
140
23.10
150
24.75
121
19.97
217
35.80
230
37.95
241
39.77
182
30.03
203
33.49
191
31.51
180
29.70
350
57.75
325
53.62
200
33
239
39.43
189.5
31.26
189.5
31.26
5.5.2.2.1. Lokasi Daerah Perkebunan
1). Buah-buahan
Daerah produksi buah-buahan hampir tersebar di semua kecamatan di
Kabupaten Halmahera Selatan. Berdasarkan data tahun 2006, luas
panen dan produksi buah-buahan tertinggi di tiga wilayah yaitu di
Kecamatan Bacan seluas 242 Ha dengan produksi sebesar 3.407,67
ton, Kecamatan Mandioli Selatan seluas 110 Ha dengan produksi
sebesar 1.548,44 ton dan Kecamatan Bacan Timur seluas 104,5 Ha
dengan produksi sebesar 1.471,49 ton.
2) Kelapa
Daerah produksi kelapa hampir tersebar di semua kecamatan di
Kabupaten Halmahera Selatan. Berdasarkan data tahun 2006, luas
panen dan produksi buah-buahan tertinggi di tiga wilayah yaitu di
Kecamatan Bacan Timur seluas 2192,57 Ha dengan produksi sebesar
2.214,5 ton, Kecamatan Bacan seluas 2.141,48 Ha dengan produksi
sebesar 2.098,8 ton dan Kecamatan Obi seluas 2.498 Ha dengan
produksi sebesar 2.473,35 ton.
3) Cengkeh
Daerah produksi hampir tersebar di semua kecamatan di Kabupaten
Halmahera Selatan. Berdasarkan data tahun 2006, luas panen dan
produksi buah-buahan tertinggi di tiga wilayah yaitu di Kecamatan
Makian seluas 397,42 Ha dengan produksi sebesar 155 ton, Kecamatan
Makian Barat seluas 243,58 Ha dengan produksi sebesar 95 ton dan
Kecamatan Kayoa seluas 192,08 Ha dengan produksi sebesar 61,6
ton.
3) Kakao
Daerah produksi kakao hampir tersebar di semua kecamatan di
Kabupaten Halmahera Selatan. Berdasarkan data tahun 2006, luas
panen dan produksi buah-buahan tertinggi di tiga wilayah yaitu di
Kecamatan Gane Barat Utara seluas 331,2 Ha dengan produksi sebesar
V
-
8 0
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
215,28 ton, Kecamatan Gane Timur seluas 207,23 Ha dengan produksi
sebesar 101,76 ton dan Kecamatan Bacan Timur seluas 172,86 Ha
dengan produksi sebesar 119,11 ton.
4) Pala
Daerah produksi pala hampir tersebar di semua kecamatan di
Kabupaten Halmahera Selatan. Berdasarkan data tahun 2006, luas
panen dan produksi buah-buahan tertinggi di tiga wilayah yaitu di
Kecamatan Pulau Makian seluas 205,22 Ha dengan produksi sebesar
84,32 ton, Kecamatan Makian Barat seluas 125,78 Ha dengan produksi
sebesar 51,68 ton dan Kecamatan Bacan Timur seluas 101,05 Ha
dengan produksi sebesar 34,4 ton.
Laporan Antara
V
-
8 1
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.15
Laporan Antara
V
-
8 2
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.5.2.3 Sektor Perikanan dan Kelautan
5.5.2.3.1 Perikanan Tangkap
1) Potensi Perikanan
Kabupaten Halmahera Selatan memiliki perairan laut yang sangat luas,
yaitu 31.484,40 km2. Dengan luas laut yang demikian besar maka Kabupaten
Halmahera Selatan mempunyai potensi ikan sangat besar. Menurut Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Halmahera Selatan, potensi sumberdaya
ikan di Kabupaten Halmahera Selatan tercatat sebanyak 136.408,23
ton/tahun yang terdiri atas:
a. ikan pelagis besar (65.079,62 ton/tahun);
b. ikan pelagis kecil (26.893,87 ton/tahun);
c. ikan demersal (22.890,77 ton/tahun);
d. ikan karang (10.299,54 ton/tahun);
e. udang lobster (5.156,31 ton/tahun);
f. cumi-cumi (550,72 ton/tahun);
g. udang peneid (5.537,40 ton/tahun).
Jumlah produksi pada tahun 2006 mencapai 24.788,90 ton (sekitar 18% dari
potensi yang ada), sehingga masih terbuka peluang yang sangat besar untuk
pengembangannya. Dengan demikian, peluang pengembangan perikanan di
Kabupaten Halmahera Selatan masih sangat tinggi, yaitu masih sekitar 82 %
yang bisa dikembangkan (Dinas Kelautan dan Perikanan, Provinsi Maluku
Utara, 2008).
Potensi ikan pelagis besar, antara lain terdiri atas Ikan Tuna (Thunnus
spp.), Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis), Ikan Cucut (Carcharias spp.),
Ikan Tenggiri (Scomberomorus spp.) dan Ikan Layaran (Inshiophorus spp.).
Potensi ikan pelagis kecil antara lain terdiri atas Ikan Layang (Decapterus
spp.), Ikan Kembung (Rastrelliger spp.), Ikan Teri (Stelophorus spp.) dan
Ikan Julung-julung (Hemirhamphus far). Potensi ikan demersal dan ikan
karang, antara lain terdiri atas Ikan Kakap Merah (Lutjanus altfrontalis),
Ikan Kuwe (Caranx sexfasciatus), Ikan Baronang (Siganus spp.), Ikan
Napoleon Wrase (Cheilinus undulatus), Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes
altivelis), Angkle Fish (Pamacartidae), Ikan Bendera (Zantidae) dan Ikan
Kepe-Kepe (Chaetoddutidae). Potensi udang lobster, antara lain terdiri
atas Lobster Bambu, Lobster Batik, Lobster Kipas dan Lobster Mutiara.
Potensi cumi-cumi, antara lain terdiri atas cumi jenis pena/jarum dan botol
(Loligo). Potensi teripang, antara lain terdiri atas Teripang Susu, Teripang
Kasur, Teripang Kapok dan Teripang Game. Potensi kepiting, antara lain
terdiri atas Kepiting Rajungan dan Kepiting Bakau. Potensi ubur-ubur/jelly
fish, antara lain terdiri atas ubur-ubur jenis putih dan merah. Lokasi yang
menjadi potensi perikanan tangkap dapat dilihat pada Peta 5.16
2) Perkembangan Produksi Perikanan
Produksi perikanan tangkap di Kabupaten Halmahera Selatan didominasi
oleh jenis ikan cakalang, layang, teri, tongkol dan sontong. Jumlah produksi
pada tahun 2005 sebanyak 20.519,52 ton, mengalami peningkatan sebesar
sebesar 40,00 % dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai 28.727,85
ton. Jika dilihat kecenderungan pertumbuhan produksi perikanan tangkap
Laporan Antara
sejak tahun 2005, peningkatan produksi perikanan tangkap mengalami
peningkatan sebesar 13 % setiap tahunnya. Jika dibandingkan dengan
potensi lestari yang Halmahera Selatan, maka pemanfaatan optimal
sumberdaya perikanan masih jauh dari optimal, karena sampai saat ini baru
dimanfaatkan sekitar 18 %. Perkembangan produksi dan nilai produksi
perikanan tangkap selengkapnya disajikan pada Tabel 5.36.
Tabel 5.36
Perkembangan Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap di Kabupaten Halmahera Selatan
Tahun
Lokal
Produksi (ton)
Antar Pulau
Ekspor
2003
2004
2005
8.447,52
10.672,19
1.400,11
2006
14.004,72
10.058,97
696,11
2007
16.372,10
8.523,66
1.585,82
2008
16.836,51
10.439,09
1.452,25
Sumber : Statistik Perikanan Kabupaten Halmahera Selatan
Jumlah
15.278,87
17.124,47
20.519,82
24.759,80
26.481,58
28.727,85
3) Nelayan
Nelayan yang ada di Kabupaten Halmahera Selatan sebagian besar
mengelola usaha penangkapan dengan armada motor tempel, kemudian
disusul dengan perahu tanpa motor, kapal motor dan tanpa perahu. Jumlah
rumah tangga perikanan (RTP) pada tahun 2006 sebanyak 875 RTP,
mengalami peningkatan sebesar 53,51 % dibandingkan dengan tahun 2004
yang tercatat sebanyak 570 RTP. Perkembangan jumlah RTP selengkapnya
disajikan pada Tabel 5.37.
Tabel 5.37
Perkembangan Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) Tangkap di Kabupaten Halmahera Selatan
No.
1.
2.
3.
4.
Kategori Besar Usaha
Tanpa Perahu
Perahu Tanpa Motor
Motor Tempel
Kapal Motor
Jumlah
Tahun (RTP)
2004
76
208
154
132
570
2006
87
253
310
225
875
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Maluku Utara (2005, 2007)
4) Armada Perikanan
Nelayan yang ada di Kabupaten Halmahera Selatan sebagian besar
menggunakan armada perikanan tangkap dengan armada motor tempel,
kemudian disusul dengan perahu tanpa motor dan kapal motor. Jumlah
armada perikanan tangkap pada tahun 2006 sebanyak 776 unit, mengalami
peningkatan sebesar 12,14 % dibandingkan dengan tahun 2004 yang tercatat
sebanyak 692 unit. Perkembangan jumlah armada perikanan tangkap
selengkapnya disajikan pada Tabel 5.38.
V
-
8 3
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Tabel 5.38
Perkembangan Jumlah Armada Perikanan Tangkap di Kabupaten Halmahera Selatan
No.
1.
2.
3.
Kategori Besar Usaha
Perahu Tanpa Motor
Motor Tempel
Kapal Motor
Jumlah
Tahun (Unit)
2004
2006
235
258
283
317
174
201
692
776
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Maluku Utara (2005, 2007)
5) Alat Tangkap
Nelayan yang ada di Kabupaten Halmahera Selatan menggunakan berbagai
jenis alat tangkap. Jenis alat tangkap yang banyak digunakan adalah
huhate, kemudian disusul dengan bagan perahu, pukat cincin, jaring insang
tetap dan pancing tonda. Jumlah alat tangkap pada tahun 2006 sebanyak
482 unit, mengalami peningkatan sebesar 12,35 % dibandingkan dengan
tahun 2004 yang tercatat sebanyak 429 unit. Perkembangan jumlah alat
tangkap selengkapnya disajikan pada Tabel 5.39.
Tabel 5.39
Perkembangan Jumlah Alat Tangkap di Kabupaten Halmahera Selatan
Tahun (Unit)
No.
Jenis Alat Tangkap
2004
2006
1.
Pukat Pantai
25
25
2.
Pukat Cincin
34
37
3.
Jaring Insang Hanyut
26
25
4.
Jaring Lingkar
24
24
5.
Jaring Klitik
4
4
6.
Jaring Insang Tetap
35
36
7.
Trammel Net
15
15
8.
Bagan Perahu
50
54
9.
Bagan Tancap
7
8
10. Jaring Angkat Lainnya
15
17
11. Rawai Tuna
25
25
12. Rawai Hanyut
5
12
13. Rawai Tetap
10
10
14. Huhate
52
55
15. Pancing Tonda
36
36
16. Pancing Lainnya
31
54
17. Sero
2
3
18. Bubu
20
22
19. Perangkap Lainnya
7
7
20. Penangkap Kerang
4
6
21. Muroami
2
2
22. Lain-Lain
5
Jumlah
429
482
5.5.2.3.2 Perikanan Budidaya
1) Potensi Budidaya Laut
Potensi untuk kegiatan budidaya laut di Kabupaten Halmahera Selatan
sangat besar, yaitu diperkirakan sebanyak ± 30.050 hektar. Hal tersebut
mengingat Kabupaten Halmahera Selatan adalah daerah kepulauan yang
memiliki garis pantai yang panjang, yaitu sekitar 2.294,6 km.
Jenis komoditi yang telah dikembangkan adalah: Ikan Kerapu, Ikan Kakap,
Ikan Napoleon Wrase, Mutiara, Teripang dan Rumput Laut.
2) Potensi Budidaya Ikan Air Tawar
Potensi budidaya ikan air tawar di Kabupaten Halmahera Selatan yaitu
seluas ± 750 hektar dan baru dimanfaatkan 0,5 %. Jenis komoditi yang sudah
dikembangkan adalah Ikan Mas dan Nila, sedangkan jenis ikan yang lainnya
belum dikembangkan.
5.5.2.3.3 Pariwisata Bahari
Dengan jumlah pulau-pulau kecil (PPK) yang cukup banyak di Halmahera
Selatan, maka kawasan ini memiliki potensi sumberdaya alam yang dapat
dikembangkan sebagai objek wisata bahari. Pariwisata bahari yang dapat
dikembangkan antara lain adalah wisata selam (sport dive), dan wisata
pantai (pantai pasir putih, snorkeling). Seperti telah disajikan sebelumnya,
bahwa perairan PPK di Halmahera Selatan memiliki ekosistem terumbu
karang yang masih baik. Ekosistem ini merupakan objek wisata bahari yang
memiliki keindahan tersendiri. Demikian juga, terdapat banyak PPK yang
memiliki pantai pasir putih yang sangat potensial dikembangkan sebagai
objek wisata pantai.
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Maluku Utara (2005, 2007)
Laporan Antara
V
-
8 4
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.16
Laporan Antara
V
-
8 5
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.17
Laporan Antara
V
-
8 6
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.5.2.4 Sektor Peternakan
B. Perkembangan Populasi dan Produksi (Daging dan Telur) Ternak dan
Unggas
Populasi ternak di Kabupaten Halmahera Selatan didominasi oleh jenis
ternak kambing, sapi dan unggas. Populasi ternak yang tinggi berada di
Kecamatan Bacan, Kecamatan Kayoa dan Kecamatan Gane Barat.
Perkembangan populasi ternak dan unggas menurut jenisnya tahun 2005 –
2007 di Kabupaten Halmahera Selatan disajikan pada Tabel 5.40.
A. Lokasi daerah Peternakan
a) Ternak Sapi
Daerah ternak sapi hampir tersebar di semua kecamatan di Kabupaten
Halmahera Selatan, keculai wilayah di Kayoa dan Pulau Makian. Populasi
sapi tertinggi terdapat di wilayah kecamatan Bacan sebanyak 169 ekor,
Gane Barat sebanyak 69 ekor dan Obi sebanyak 59 ekor (tahun 2006).
Sementara itu, produksi daging sapi tertinggi di kecamatan Bacan
sebesar 11.642 kg, Gane Barat sebanyak 4.451 kg dan Obi sebanyak
3.700 kg.
b) Ternak Kambing
No
1
2
3
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka 2006,2007 dan 2008
Keterangan :
*) Angka proyeksi (hasil perhitungan konsultan) karena datanya belum ada
Daerah ternak kambing
hampir tersebar di semua kecamatan di
Kabupaten Halmahera Selatan. Populasi kambing tertinggi terdapat di
wilayah kecamatan Bacan sebanyak 639 ekor, Bacan Barat sebanyak 445
ekor dan Pulau Makian sebanyak 228 ekor (tahun 2006). Sementara itu,
produksi daging kambing tertinggi di kecamatan Bacan sebesar 7.884 kg,
Pulau Makian sebanyak 3.120 kg dan Bacan Timur sebesar 2.900 kg.
Sementara itu, perkembangan produksi ternak menurut hasilnya tahun 2004
– 2006 disajikan pada Tabel 5.41.
No
c) Unggas
Daerah populasi ayam ras petelur hanya terdapat di kecamatan Bacan
sebanyak 1.300 ekor dan Bacan Timur sebanyak 650 ekor (tahun 2006),
sedangkan produksi telurnya di Bacan sebesar 500 kg dan Bacan Timur
sebanyak 300 kg.
Daerah populasi itik hampir tersebar di semua kecamatan di Kabupaten
Halmahera Selatan, keculai kecamatan Obi Selatan, Kayoa dan Pulau
Makian. Populasi itik tertinggi terdapat di wilayah kecamatan Gane
Timur sebanyak 899 ekor, Bacan Timur 897 ekor dan Bacan sebanyak 895
ekor. Produksi telur itik tertinggi di kecamatan Gane Barat sebesar 4.539
kg, Gane Timur 41 Bacan Barat sebanyak 445 ekor dan Pulau Makian
sebanyak 228 ekor (tahun 2006).
Daerah populasi ayam buras hampir tersebar di semua kecamatan di
Kabupaten Halmahera Selatan. Populasi ayam buras tertinggi terdapat
di wilayah kecamatan Bacan sebanyak 22.104 ekor, Bacan Timur
sebanyak 20.215 ekor dan Gane Barat sebanyak 19.426 ekor (tahun
2006). Sementara itu, produksi telur tertinggi di kecamatan Bacan
sebesar 228.450 kg, Gane Barat sebanyak 194.250 kg dan Bacan Barat
sebesar 178.891 kg.
Laporan Antara
Tabel 5.40
Perkembangan Populasi Ternak dan Unggas Tahun 2005 – 2007
Tahun
Jenis Ternak/Unggas (ekor)
2005
2006
2007
Sapi
4.371
4.429
12.997 *
Kambing
24.127
27.904
64.827 *
Unggas :
a. Ayam Ras
1.230
1.950
2.250 *
b. Itik
2.918
5.132
4.326 *
c. Ayam Buras
123.069
147.082
321.181*
A
1
2
3
B
1
2
3
C
1
2
Tabel 5.41
Perkembangan Produksi Ternak dan Unggas Tahun 2004 – 2006
Tahun
Jenis Ternak/Unggas (ekor)
2004
2005
2006
Produksi Daging
Daging Sapi
(Ton)
23,35
26,54
27,12
Daging Kambing (Ton)
23,25
24,37
25,11
Daging Unggas
(Ton)
9,00
10,45
11,25
Produksi Ternak
Sapi Potong
(ekor)
280
395
400
Kambing
(ekor)
1.225
1.995
1.999
Unggas
(ekor)
12.190
13.296
13.370
Produksi Telur
Telur Ayam
(Kg)
9.555,80
1.476,96
1.489,69
Telur Itik
(Kg)
16.220,00 17.508,00
17.527
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2005,2006 dan 2007
a) Populasi Ternak
Seperti disajikan pada Tabel 5.40, populasi sapi potong pada tahun 2005
sebanyak 4.371 ekor, pada tahun 2006 sebanyak 4.429 ekor atau naik 1,3
persen terhadap populasi tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007
sebanyak 12.997 ekor (data proyeksi). Populasi kambing, pada tahun
2005 sebanyak 24.127 ekor, pada tahun 2006 sebanyak 27.904 ekor atau
naik 13,5 persen terhadap populasi tahun 2005, sedangkan tahun 2007
sebanyak 64.827 ekor (data proyeksi).
V
-
8 7
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
b). Populasi Unggas
4.5.2.5 Sektor Perindustrian
Populasi ayam ras pada tahun 2005 tidak ada data, pada tahun 2006
sebanyak 1.950 ekor, sedangkan pada tahun 2007 sebanyak 2.250 (angka
proyeksi) Populasi itik pada tahun 2005 sebanyak 2.918 ekor, pada tahun
2006 sebanyak 5.132 ekor atau naik 43 persen terhadap populasi tahun
2005, sedangkan pada tahun 2007 sebanyak 4.326 ekor (angka proyeksi).
Populasi ayam buras pada tahun 2005 sebanyak 123.069 ekor, pada
tahun 2006 sebanyak 147.082 ekor atau naik 16 persen terhadap populasi
tahun 2005, sedangkan pada tahun 2007 sebanyak 321.191 ekor (angka
proyeksi).
A. Kondisi Umum Sektor Perindustrian
c) Produksi Daging
Produksi daging sapi pada tahun 2004 sebesar 23,35 ton, pada tahun
2005 sebesar 26,54 ton atau naik 12 persen terhadap produksi tahun
2004, sedangkan pada tahun 2006 sebesar 27,12 ton atau naik 2 persen
terhadap produksi tahun 2005. Produksi daging kambing pada tahun 2004
sebesar 23,25 ton, pada tahun 2005 sebesar 24,37 ton atau naik 4,6
persen terhadap produksi tahun 2004, sedangkan pada tahun 2006
sebesar 25,11 ton atau naik 2,9 persen terhadap produksi tahun 2005.
Produksi daging unggas pada tahun 2004 sebesar 9,00 ton, pada tahun
2005 sebesar 10,45 ton atau naik 13,9 persen terhadap produksi tahun
2004, sedangkan pada tahun 2006 sebesar 11,25 ton atau naik 7,1 persen
terhadap produksi tahun 2005.
d) Produksi Ternak
Produksi sapi potong tahun 2004 sebanyak 280 ekor, pada tahun 2005
sebanyak 395 ekor atau naik 29 persen terhadap produksi tahun 2004,
sedangkan pada tahun 2006 sebanyak 400 ekor atau naik 1,3 persen
terhadap produksi tahun 2005. Produksi kambing pada tahun 2004
sebanyak 1.225 ekor, pada tahun 2005 sebanyak 1.995 atau naik 38,6
persen terhadap produksi tahun 2004, sedangkan pada tahun 2006
sebanyak 1.999 ekor atau naik 0,2 persen terhadap produksi tahun 2005.
Produksi unggas pada tahun 2004 sebanyak 12.190 ekor, pada tahun 2005
sebanyak 13.296 ekor atau naik 8,3 persen terhadap produksi tahun
2004, sedangkan pada tahun 2006 sebanyak 13.370 ekor atau naik 0,6
persen terhadap produksi tahun 2005.
e) Produksi Telur
Produksi telur ayam pada tahun 2004 sebanyak 9.555,80 kg, pada tahun
2005 sebanyak 1.476,96 kg atau turun 85 persen terhadap produksi tahun
2004, sedangkan pada tahun 2006 sebanyak 1.489,69 atau naik 0,9
persen terhadap produksi tahun 2004. Produksi telur itik pada tahun
2004 sebanyak 16.220,00 kg, pada tahun 2005 sebanyak 17.508 kg atau
naik 7,4 persen terhadap produksi tahun 2004, sedangkan pada tahun
2006 sebanyak 17.527 kg atau naik 0,1 persen terhadap produksi tahun
2005.
Laporan Antara
Sektor industri di Kabupaten Halmahera Selatan terdiri atas unit usaha formal
dimana unit formal usahanya selama 3 tahun terus bertambah namun mengalami
penurunan jumlah tenaga kerja pada tahun 2006-2007. Untuk unit usaha sektor non
formal mengalami penurunan yang cukup drastis pada ahun 2005-2006 begitu juga
dengan jumlah tenaga kerjanya, namun pada tahun 2006-2007 mengalami kenaikan.
Tabel 5.42
Jumlah Industri Kecil Menurut Unit Usaha dan Tenaga Kerja Di Kabupaten Halmahera Selatan
Unit Usaha
Tenaga Kerja
No
Tahun
Formal
Non Formal
Formal
Non Formal
1
2005
17
456
85
2029
2
2006
76
97
389
291
3
2007
77
105
297
315
Jumlah
170
658
771
2635
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008
Dari segi jumlah investasi, nilai investasi terbesar ada pada industri Sagu Kasbi
sebesar Rp. 1.068.006.500 dengan jumlah industri terbanyak sejumlah 141 industri
Sagu Kasbi dan memiliki total tenaga kerja 705. Terbesar kedua pada industri gula
aren dengan nilai investasi Rp. 680.000.000 dengan jumlah industri 101 buah dan
tenaga kerja total sejumlah 320 orang.
Tabel 5.43
Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Menurut Jenis Perusahaan
Di Kabupaten Halmahera Selatan
Jumlah
Jumlah
No
Jenis Industri
Tenaga
Investasi
Keterangan
Perusahaan
Kerja
1 Gula Aren
101
320
680,000,000
2 Ikan Asin
20
240
73,000,000
3 Ikan Teri
18
144
64,800,000
4 Kerupuk Ikan
48
154
172,120,000
5 Sagu Kasbi
141
705 1,068,006,500
6 Halua Kenari
42
126
31,500,000
7 Sagu Lempeng
55
275
486,110,000
8 Batu Aji
16
30
380,500,000
9 Minyak Kelapa
94
352
582,400,000
Jumlah
535
2346 ,538,436,500
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008
V
-
8 8
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
B. Potensi Kawasan Agribisnis Kabupaten Halmahera Selatan
1. Sektor Pemasaran dan Kelembagaan
Berdasarkan peta eksisting mengenai rencana guna lahan terlihat bahwa kawasan
perkebunan tersebar di hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Halmahera Selatan
terutama pada daerah pesisir. Hal ini berarti bahwa komoditas perkebunan
mempunyai potensi untuk bisa dimanfaatkan sebagai komoditas agribisnis yang
mempunyai nilai jual serta nilai tambah yang tinggi bagi masyarakat sekitar.
Pemasaran komoditas kelapa di Kabupaten Halmahera Selatan masih dikuasi oleh
para pedagang/tengkulak yang mengakibatkan nilai tambah dari komoditas tersebut
tidak dapat dinikmati oleh petani. Selain itu pemasaran yag dilakukan oleh petani
hanya sebatas pada fresh produk atau produk panen sedangkan pengolahan dan
pemasaran dilakukan oleh para tengkulak atau para pedagang besar. Kenyataan ini
disebabkan oleh masih minimnya kelembagaan ditingkat petani seperti kelompok
tani perkebunan, disamping itu pula peran pemerintah sebagai pengambil kebijakan
belum bekerja secara maksimal. Hal terlihat dari minimnya jumlah penyuluh
perkebunan sehingga mengakibatkan lemahnya transfer ilmu dan ketrampilan usaha
perkebunan kepada petani.
1. Sektor Teknologi dan Pengolahan Komoditas Kelapa
Usaha tani kelapa di Kabupaten Halmahera Selatan pada saat ini belum banyak
terkait dengan industri pengolahan, industri hilir (industri input faktor), industri
jasa, keuangan, dan pemasaran. Akibatnya agribisnis kelapa tidak berhasil
mendistribusikan nilai tambah secara optimal dan proporsional, sehingga tidak
signifikan pengaruhnya terhadap penambahan pendapatan petani kelapa.
Pengelolaan usahatani kelapa masih bersifat tradisional dan terbatasnya modal,
maupun kualitas produk yang dihasilkan masih rendah. Hal ini lebih disebabkan oleh
masih rendahnya penguasaan teknologi terkait dengan budidaya dan penanganan
pasca panen perkebunan oleh petani yang mengakibatkan masih rendahnya
produktivitas dan kualitas hasil perkebunan. Selain itu pula penangangan pasca
panen dan pengolahan hasil perkebunan belum dilakukan sesuai standar, hal ini
mengakibatkan kualitas rendah sehingga harga produk juga rendah.
Pengolahan kelapa di Kabupaten Halmahersa Selatan sampai saat ini belum banyak
berubah sehingga komoditas kelapa yang mempunyai multiguna relatif tidak ada
nilai tambahnya. Pangsa pasar ekspor sangat terbuka untuk semua produk kelapa,
khususnya produk ikutan seperti bungkil, arang tempurung, sabut kelapa, kopra dan
desicated coconut.
Pada proses pengolahan buah kelapa menjadi kopra di Kabupaten Halmahera
Selatan, dilakukan dengan cara yang sederhana yaitu setelah kelapa tua dipanen,
buah kelapa dikupas untuk dipisahkan dari sabutnya, kemudiaan dibelah menjadi
dua bagian, airnya dibuang, kemudian daging buah kelapa dicongkel untuk
dipisahkan dengan batok kelapa ( tempurung ), selanjutnya daging kelapa diletakkan
di para-para dengan atap ditutup dari dedaunan kelapa kering, untuk proses
pengurangan kadar air dengan cara membakar sabut dan tempurung kelapa dibawah
tumpukan daging kelapa tadi, proses ini selain terjadi proses pengeringan juga
sekaligus proses pengasapan, setelah mencapai tingkat kadar air yang aman untuk
disimpan proses pengeringan/pengasapan selesai dilakukan umumnya proses ini
memakan waktu 5 hari. Kopra yang dihasilkan di Kabupaten Halmahera Selatan
diterima oleh pengumpul dengan harga jual Rp 5000 per kg. Proses pengeringan dan
pengasapan dengan bahan bakar tempurung dan sabut ( dikenal Energi Biomassa,
yaitu lazim dilakukan oleh pengrajin kopra, dengan proses pengeringan sekaligus
pengasapan ini selain menghasilkan kadar air yang tidak merata karena ditumpuk
cukup tebal pada saat proses, juga membuat kopra kerap hitam, karena adanya zat
phenol yang terbawa asap dan menempel pada buah kelapa.
Laporan Antara
2. Sektor Permodalan Usaha Perkebunan
Dalam mendapatkan modal untuk usaha dibidang perkebunan, petani perkebunan di
Kabupaten Halmera Selatan lebih menyukai mendapatkan modal melalui sistem ijon
maupun kepada para rentenir, hal ini lebih disebabkan oleh faktor kemudahan
mereka dalam mendapatkan permodalan untuk usaha. Adapun perbankan yang ada
di Kabupaten Halmahera Selatan masih dianggap sulit untuk bisa diakses oleh para
petani, meskipun pemerintah telah mengeluarkan kebijakan kredit dengan lembaga
penjamin seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan lain-lain, namun program-program
dari pemrintah tersebut belum tersosialisai dengan baik.
3. Sektor Sumberdaya Manusia Perkebunan
Bila dilihat dari tingkat pedidikan para petani di Kabupaten Halmahera selatan yang
berada pada Sekolah Dasar pendidikan Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah
Menengah Atas dan ditambah lagi dengan masih minimnya lembaga-lembaga
pelatihan untuk pengembangan masyarakat seperti pendidikan informal, kursus
keterampilan maupun pendidian luar sekolah (PLS). Sehingga mengakibatkan pada
rendahnya kualitas sumberdaya manusia perkebunan yang berdampak pada kualitas
produksi dan penanganan pasca panen yang rendah. Hal ini juga berdampak pada
skala usaha, dengan skala usaha yang kecil mengakibatkan margin keuntungan yang
didapatkan oleh petani juga rendah.
4. Sektor Infrastruktur dan Akses Infomasi
Infrastruktur dan informasi merupakan sarana yang sangat penting sekali bagi
perkembangan komoditas perkebunan, jika dilihat kondisi infrastruktur di Kabupaten
Halmahera Selatan seperti, jalan, gudang, pelabuhan, listrik, telepon dan pengairan
masih rendah hal ini mengakibatkan sulitnya distribusi dan pemasaran hasil produksi
dan pasca panen perkebunan. Selain itu petani perkebunan di Kabupaten Halmahera
masih rendah dalam mengakses berbagai macam informasi mengenai ruang lingkup
perkebunan sehingga petani tidak memperoleh transferi knowledge yang memadai
mengenai produksi perkebunan yang mengakibatkan nilai tambah ekonomi terkait
usaha perkebunan rendah.
V
-
8 9
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.5.2.6 Sektor Pertambangan
Berdasarkan data diketahui bahwa potensi tambang golongan A dan B banyak
terdapat di Pulau Obi tepatnya di Kecamatan Obi sedangkan sisanya terdapat di
Kecamatan Bacan Timur Selatan dan Kecamatan Bacan Barat Utara.
Berdasarkan peta potensi cekungan minyak dan gas yang dikeluarkan oleh DESDM,
hingga tahun 2008 terdapat empat (cekungan) minyak dan gas yang terdapat di
Kabupaten Halmahera Selatan.
No
Lokasi
Nikel (Golongan A)
Desa Kawasi
Loji
Jiko Dolong
P Obi Latu
Desa Fluk
Desa Baru
1
2
3
4
5
6
Kecamatan
Status
Obi
Obi
Obi
Obi Barat
Obi Selatan
Obi
KP. Eksploitasi PT Antam
KP. Eksploitasi PT. GPS
KP. Eksploitasi PT. GPS
KP. Eksploitasi PT OPN
KP. Eksploitasi PT. GPS
KP. Eksploitasi PT. Salaf Mulia
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008
Ke empat cekungan tersebut adalah
Sementara untuk potensi tambang golongan C tersebar di hampir seluruh pulau di
Kabupaten Halmahera Selatan dengan kondisi hampir seluruhnya belum dikelola.
1. SE Halmahera (Weda Bay)
2. Obi 1
3. Obi 2
Tabel 5.45
4. Seram (Bula)
Bahan Galian Non Logam (Golongan C) Di Kabupaten Halmahera Selatan
Dari ke empat cekungan tersebut, hanya cekungan Seram (Bula) yang sudah
dilakukan pengeboran, namun cekungan tersebut dinyatakan belum ekonomis untuk
di eksploitasi, sementara ke tiga cekungan lainnya belum dilakukan pengeboran.
Mulai tahun 2003 hingga 2008, Potensi cekungan SE Halmahera di eksplorasi oleh
Halmahera Petroleum L.td. melalui kontrak Production Sharing Contrack (PSC).
Tabel 5.44
Bahan Galian Logam (Golongan A & B) Di Kabupaten Halmahera Selatan
No
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
1
2
Lokasi
Emas (Golongan B)
Desa Pigaraja
Desa Yaba
Desa Kaputusang
Desa Anggai
Tembaga (Golongan B)
Desa Pigaraja
Desa Yaba
Desa Kaputusang
Desa Anggai
Besi (Golongan B)
Desa Alam Kenanga
Desa Palamea
Batu Bara (Golongan A)
Desa Kelo, Desa Sosepe
Dohoru Dsk
Desa Amasing Kali Km 13
Laporan Antara
No
1
2
3
4
5
Status
Bacan Timur Selatan
Bacan Barat Utara
Bacan
Obi
KP. Eksplorasi PT. KTS
KP. PUPT.HMKM
KP. Eksplorasi PT. HMKM
SKIP PT. Amasing Tabara
Bacan Timur Selatan
Bacan Barat Utara
Bacan
Obi
KP. Eksplorasi PT. KTS
KP. PUPT.HMKM
KP. Eksplorasi PT. HMKM
SKIP PT. Amasing Tabara
1
Belum Dikelola
Belum Dikelola
1
Obi Timur
Obi
Bacan
SKIP Berkat Bumi Misol
Batu Gamping
Pulau Mandioli
Pulau Bisa
Desa Air Mangga
Desa Sosepe, Desa Kelo
Dohoru Dsk
Andesit
1
2
3
4
5
6
7
8
Kecamatan
Obi Barat
Kasiruta Barat
Lokasi
Kecamatan
Status
Kasiruta Barat
Obi Utara
Obi Utara
Obi Timur
Obi
Belum Dikelola
Belum Dikelola
Belum Dikelola
Belum Dikelola
Belum Dikelola
P Bacan
P Kasiruta
Kep Joronga
Kec Gane Barat Utara
Kec Gane Timur Tengah
Kec Gane Timur Selatan
Kec Gane Barat
Kec Gane Barat Selatan
KPPU PT. KMKM
KP. Eksplorasi PT. HMKM
Belum Dikelola
Belum Dikelola
Belum Dikelola
Belum Dikelola
Belum Dikelola
Belum Dikelola
P Kasiruta
Belum Dikelola
Kasiruta Barat
SIPD Eksplorasi PT
Rofenty Kartasama
P Kasiruta
Belum Dikelola
Bacan
Belum Dikelola
Bacan Selatan
Belum Dikelola
Oker
1
Krisopars
Palamea
Ametis
1
Talk
1
Bentonit
Kupal
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008
Belum Dikelola
V
-
9 0
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.18
Laporan Antara
V
-
9 1
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.5.2.7 Sektor Kehutanan
Komposisi tegakan hutan Kabupaten Halmahera Selatan dipengaruhi oleh vegetasi
benua Asia dan Australia, walaupun tidak terdapat garis batas yang tegas, namun
secara umum dapat dibedakan menjadi tiga Zona, yaitu Zona Barat yang vegetasinya
berada dibawah pengaruh Asia dan penyebarannya kawasan hutannya adalah Pulau
Obi dengan jenis-jenis yang dominan pada umumnya Dipterocarpaceae. Zona
Peralihan dimana pengaruh kedua benua tersebut bertemu yang meliputi kawasan
hutan Pulau Bacan, Mandioli dan Kasiruta dengan jenis-jenis dominan yang ditemui
terutama dari suku Myrtaceae, Verbinaceae dan Dipterocarpaceae. Sedangkan Zona
Timur yang vegetasinya berada dibawah pengaruh Benua Australia adalah Pulau
Halmahera dengan jenis-jenis yang dominan terutama suku Araucariaceae,
Myrtaceae dan Dipterocarpaceae.
1) Kondisi Eksisting Kehutanan di Kabupaten Halmahera Selatan
Berdasarkan Peta Hasil Paduserasi Rencana Tata Ruang Wilayah TGHK Provinsi
Maluku Utara, dan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 490/Menhut – II/2012,
luas kawasan hutan di Kabupaten Halmahera Selatan seluas 877.665 Ha yang terdiri
atas Hutan Lindung seluas 130.876,09 ha, Hutan Suaka Alam seluas 42.327,23 ha,
Hutan Produksi Terbatas seluas 128.361,50 ha, Hutan Produksi Tetap seluas
185.277,86 ha dan Hutan Konversi seluas seluas 127.424,28 ha. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 5.46.
Tabel 5.46
Luas Kawasan Hutan berdasarkan fungsi kawasan di Kabupaten Halmahera Selatan
No
1.
2.
3.
4.
5.
Kawasan Hutan
Hutan
Hutan
Hutan
Hutan
Hutan
Luas (Ha)
Lindung
Suaka Alam (Cagar Alam)
Produksi Terbatas
Produksi Tetap
Konversi
Jumlah
130.876,09
42.327,23
128.361,50
185.277,86
127.424,28
877.665,00
Berdasarkan perhitungan volume tegakan rata-rata per hektar (tidak termasuk kayu
yang dilindungi) ditaksir kawasan hutan produksi di pulau Bacan memiliki massa
tegakan sebagai berikut :
Persentase
(%)
14,91
4,82
14,62
21,10
30,03
100
Tabel 5.48
Massa Tegakan Rata-Rata Per Hektar Kayu di Kabupaten Halmahera Selatan
No
Sumber : Dinas Kehutanan, Kabupaten Halmahera Selatan, 2012
Sementara itu, luas kawasan hutan berdasarkan status dan fungsi kawasan disajikan
pada Tabel 5.47.
Kecamatan
HL (Ha)
HK(Ha)
HP (Ha)
HPT (Ha)
HPK (Ha)
HB (Ha)
HR (ha)
Bacan
13,250
23,262
-
14,250
18,000
-
6,052
2
Bacan Barat
10,000
-
6,250
26,750
27,250
-
2,324
3
Bacan Timur
21,500
7,262
2,250
32,500
26,500
-
6,030
4
Gane Barat
40,250
-
40,750
34,000
38,000
356,100
5,587
5
Gane Timur
3,000
-
36,250
10,500
22,000
-
3,232
6
Obi
1,500
15,762
45,000
2,500
57,750
580,550
5,859
7
Obi Selatan
750
-
48,000
15,250
26,750
-
4,076
8
Pulau Makian
3,000
-
-
3,500
2,500
-
4,666
1
9
Kayoa
2,500
-
-
-
13,500
-
3,942
105,750
46,286
178,500
229,250
232,250
936,650
41,768
Keterangan :
HL : Hutan Lindung, HK: Hutan Konservasi, HP : Hutan Produksi Tetap, HPT :
Hutan Produksi Terbatas ; HPK : Hutan Produksi dapat diKonversi,
HB :Hutan Bakau dan HR : Hutan Rakyat.
Sumber : Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Kab. Halmahera Selatan, 2007
Laporan Antara
Jumlah
pohon/Ha
92.30 btg/Ha
1.
≥ 20 Cm
2.
20 – 49 Cm
35.94 M3/Ha
51,84 btg/Ha
3.
≥ 50 Cm
86.13 M3/Ha
23.40 btg/Ha
4.
≥ 60 Cm
61.76 M3/Ha
17.06 btg/Ha
Keterangan
Sampel pada
HPT, HP, HPK
Rincian taksiran volume tegakan rata-rata per hektar per kelompok jenis (tidak
termasuk kayu yang dilindungi) kawasan hutan produksi di pulau Bacan dapat dilihat
pada tabel 5.49 berikut.
1
Jumlah
Volume/Ha
(m3/Ha)
183.83 M3/Ha
Sumber : Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Kabupaten Halmahera Selatan, 2007
Tabel 5.47
Luas Kawasan Hutan Berdasarkan Status dan Fungsi Kawasan per Kecamatan
No
Kelas Diameter
Tabel 5.49
Volume Tegakan Rata-Rata Per Hektar Kayu di Kabupaten Halmahera Selatan
NO
KELAS DIAMETER (Cm)
≥ 50
≥ 60
20-49
JENIS
≥ 20
N
V
N
V
N
V
Kel. Ky. Indah
3,65
3,99
0,77
1,59
0,28
2
Kel. Ky. Dilindungi
1,64
0,93
0,51
1,82
3
Kel. Meranti
32,01
20,49
11,88
4
Kel. R. Campuran
16,18
11,46
Jumlah 1+3+4
51,84
53,48
Total
0,61
N
4,70
V
6,19
0,29
1,34
2,44
4,09
44,16
8,36
28,95
52,25
93,60
10,75
40,38
8,42
32,20
35,35
84,04
35,94
23,40
86,13
17,06
61,76
92,30
183,83
36,87
23,91
87,95
17,35
63,10
94,74
187,92
Sumber : Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Kab. Halmahera Selatan, 2007
V
-
9 2
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
2) Perkembangan Produksi Kayu dan Non Kayu
Perkembangan produksi kayu dan non kayu tahun 2005 – 2007 di Kabupaten
Halmahera Selatan disajikan pada Tabel 5.50.
Tabel 5.50
Perkembangan Produksi Kayu dan Non Kayu tahun 2005 – 2007
No
Jenis Kayu
Satuan
I
1
2
Produksi Kayu
Kayu bulat campuran
Kayu olahan
M3
M3
II
1
2
Produksi Non Kayu
Rotan
Damar/Kopal
M3
Ton
Tahun
2005
2006
7.295,33
549.762,18
5.891.888,3 12.659,53
66.276
127.582
20,00
99,00
2007
220.238
-
15
277
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2005,2006 dan 2007
a) Produksi Kayu
Produksi kayu bulat campuran pada tahun 2005 sebesar 7.295,33 m3, pada tahun
2006 sebesar 549.762,18 m3, sedangkan pada tahun 2007 sebanyak 220.238 m3 atau
turun 60 persen terhadap produksi tahun 2006. Produksi kayu olahan pada tahun
2005 sebesar 5.891.888,3 m3, pada tahun 2006 sebesar 12.659,53 m3, sedangkan
pada tahun 2007 belum ada data.
b) Produksi Non Kayu
Produksi rotan tahun 2005 sebesar 66.276 m3, pada tahun 2006 sebesar 20 m3,
sedangkan pada tahun 2007 sebesar 15 m3atau turun 25 persen terhadap produksi
tahun 2006. Produksi damar pada tahun 2005 sebanyak 127.582 ton, pada tahun
2006 sebesar 99 ton, sedangkan pada tahun 2007 sebesar 277 ton atau naik 64
persen terhadap produksi tahun 2006.
Laporan Antara
V
-
9 3
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Laporan Antara
V
-
9 4
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.5.2.8 Sektor Perdagangan
Tabel 5.52
Sektor perdagangan di Kabupaten Halmahera Selatan masih didominasi oleh
perdagangan hasil alam seperti hasil perkebunan, pertanian, perikanan dan hasil
olahan perkebunan seperti kopra dan lain sebagainya.
No
Nama Obyek Wisata
Lokasi
1
Benteng Berneveld
Labuha
2
Benteng Amuritz
Pulau Makian
3
Rumah Putih
Labuha
4
Gugusan Pulau Gura Ici
Kayoa
5
Cagar Alam Taman Laut Kepulauan Widi
Gane Timur
6
Cagar Alam Gunung Sibela
Bacan
7
Sumber Air Panas Pelery (Ploily)
Bacan
8
Kali Brangka Dolong
Bacan
Tabel 5.51
9
Pulau Sambiki
Bacan
Jumlah Pedagang Menurut Klasifikasi di Kabupaten Halmahera Selatan
10
Pantai Pawate
Bacan
11
Pantai Kupal
Labuha
Berdasarkan data Pendapatan Domestik Regional Brutto (PDRB) dan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) pada sektor perdagangan memberikan sumbangan terbesar kedua pada
struktur ekonomi pada klasifikasi perdagangan dan jasa (perdagangan, hotel dan
restoran) yaitu sebesar 22,76% yang didominasi oleh sektor perdagangan.
Jumlah pedagang yang diklasifikan atas besaran kapasitas dan golongannya dapat
dilihat pada tabel 5.51 berikut.
Klasifikasi
1
2
3
Obyek Pariwisata Yang dikenal di Kabupaten Halmahera Selatan
Kecil
Sedang
Besar
Jumlah
2005
2006
2007
97
233
8
246
168
17
206
307
9
338
431
522
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008
5.5.2.9 Sektor Pariwisata
5.5.2.9.1 Data Kepariwisataan
Kabupaten Halmahera Selatan merupakan Kabupaten Pemekaran dari
Kabupaten Maluku Utara dengan ibukota Labuha. Secara umum Halmahera
Selatan merupakan kawasan yang memiliki sumberdaya alam yang
melimpah baik berupa bahan tambang, perikanan serta pariwisata.
A. Obyek dan Daya Tarik Wisata
Obyek dan daya tarik wisata di Kabupaten Halmahera Selatan dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1) Obyek Wisata Peninggalan Sejarah; terdapat 17 obyek di Kecamatan
Bacan, Kayoa, Bacan Barat Makian, Obi atau Gane Timur yang terdiri
antara lain: 6 obyek benteng peninggalan Portugis dan Belanda, serta
sekitar 6 obyek peninggalan kesultanan Bacan. Beberapa nama obyek
yang dikenal di Halmahera Selatan dapat dilihat pada tabel 5.52
berikut.
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008
2) Obyek Wisata Cagar Alam; terdapat di Gunung Sibela dan Pulau Obi.
Pada cagar alam ini beberapa spesies langka ditemukan merupakan
fauna edemik Halmahera Selatan yaitu Kakatua Putih (Kakatua alba),
Cendrawasih Gagak (Lycocorax pyrhopterus), dan Burung Bidadari
(Semioptera wallacea).
3) Obyek Wisata Pantai dan Bahari; terdapat 18 obyek di mana 4 obyek di
antaranya merupakan potensi atraksi selam (diving) karena mempunyai
keindahan alam dasar laut, yaitu di: Kepulauan Guraici, Pulau Widi,
Pulau Nusa Ra dan Pulau Nusa Deket.
4) Obyek Wisata Alam Darat; di mana terdapat 11 obyek di mana 3 obyek
di antaranya adalah air terjun dan 2 obyek berupa sumber air panas.
B. Atraksi Wisata
Atraksi wisata yang tercatat sebagai atraksi wisata adalah upacara
tradisional yang ada di Halmahera Selatan seperti Kololi Kie, Joko Kaha,
Makan Saro, Cukur Rambut Mahkota, dan Legu Gam. Atraksi lain yang dpat
ditampilkan adalah berbagai dongeng-dongeng daerah dan cerita rakyat,
legenda, nyanyian rakyat, arsitektur tradisional dan naskah kuno. Selain
itu beberapa produk kerajinan tradisional selain merupakan cindera mata,
juga dapat dikembangkan dalam atraksi wisata seperti kerajinan tikar, topi
dan makanan tradisional.
C. Souvenir/Shopping
Industri cendera mata secara umum belum dikembangkan sebagai salah
satu komoditas ekonomi yang penting di Halmahera Selatan. Usaha
cendera mata yang terdata ada dua buah. (RIPPDA Malut, 2006)
Laporan Antara
V
-
9 5
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
D. Transportasi
Sarana transportasi yang melayani Halmahera Selatan sangat erat
kaitannya dengan sarana transportasi Maluku Utara yang berpusat di
Ternate.
Sarana transportasi yang ada meliputi transportasi darat,
transportasi udara dan transportasi laut.
E. Transportasi Darat
Transportasi darat yang ada di Kota Labuha merupakan transportasi reguler
yang melayani Kota Babang dan Kota Labuha.
F. Transportasi Laut
Transportasi laut merupakan transportasi utama di Halmahera Selatan.
Terdapat beberapa pelabuhan yang secara reguler disinggahi oleh kapalkapal penumpang maupun barang. Keseluruhan moda transportasi laut
tersebut berinduk pada Pelabuhan Ahmad Yani di Ternate sebagai
pelabuhan terbesar di Maluku Utara. Pelabuhan yang terdapat di
Kabupaten Halmahera Selatan dapat dilihat pada tabel 5.53 sebagai
berikut.
Tabel 5.54
Data jumlah Penumpang dan Kargo di Bandara Usman Sadik
Bulan
2006
Cargo 2006
Datang Berangkat Datang Berangkat
Bongkar
Muat
Januari
8
8
37
41
333
418
Februari
8
8
19
36
70
183
Maret
12
12
54
69
246
565
April
8
8
46
56
210
317
Mei
12
12
48
94
105
405
Juni
8
8
29
51
109
198
Juli
8
8
31
71
155
514
10
10
70
83
339
351
8
8
40
66
171
507
10
10
37
107
387
955
Agustus
September
Oktober
No
2007
Tabel 5.53
Nopember
8
8
54
57 -
Pelabuhan Laut di Kabupaten Halmahera Selatan
Desember
8
8
22
54
174
395
108
108
487
785
2299
5033
Nama Pelabuhan
Lokasi
Konstruksi
225
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008
1
Pelabuhan Babang
Bacan
Beton
2
Pelabuhan Labuha
Bacan
Kayu
3
Pelabuhan Indari
Bacan
Kayu
H. Akomodasi
4
Pelabuhan Kayoa
Kayoa
Kayu
5
Pelabuhan Weda
Weda
Kayu
Akomodasi atau fasilitas pendukung kepariwisataan yang cukup lengkap
hanya terdapat di Pulau Bacan meliputi:
6
Pelabuhan Madopolo
Obi
Kayu
7
Pelabuhan Wayloar
Obi
Kayu
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008
G. Transportasi Udara
Sarana akses transportasi udara di Maluku Utara merupakan akses lanjutan
dari pintu masuk utama Bandara Baabullah di Ternate. Labuha memiliki
sarana akses bandar udara yang secara regular disinggahi oleh maskapai
penerbangan Trigana Air dua kali 1 minggu. Bandar udara ini merupakan
bandar udara kelas V memiliki landasan pacu sepanjang 850 m dan lebar
23 m yang dapat diperuntukan bagi pesawat-pesawat jenis DHC6 dan C212.
Data lalu lintas penumpang dan barang yang tercatat di Bandara Usman
Sadik dapat dilihat pada tabel 5.54 berikut.
1) Fasilitas Umum, jumlah fasilitas umum pendukung kegiatan pariwisata
dapat dilihat pada tabel 5.55 berikut.
Tabel 5.55
Data jumlah Penumpang dan Kargo di Bandara Usman Sadik
No Fasilitas Pelayanan
Jumlah
Keterangan
1
Rumah Sakit
1
2
Pos dan
Telekomunikasi
1
3
Tempat Ibadah
Tersebar
4
Bank
2
5
Biro Perjalanan
-
BRI dan BPD
Sumber : Hasil identifikasi Konsultan, 2008
Laporan Antara
V
-
9 6
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
2) Fasilitas Pelayanan Hotel/Penginapan dan Kafe/Restoran, fasilitas
pelayanan hotel/penginapan dan kafe/restoran pendukung kegiatan
pariwisata dapat dilihat pada tabel 5.56.
Tabel 5.56
Data jumlah Penumpang dan Kargo di Bandara Usman Sadik
No Nama Hotel/Penginapan Jumlah Kamar Keterangan
1
Theresya
7
Babang
2
Lestari
8
Babang
3
Candra Buana
10
Babang
4
Wahyuni
22
Babang
5
Kafe
4
Labuha
6
Eko Setia
5
Labuha
7
Raodah
8
Labuha
8
Harmonis
10
Labuha
9
Palm
10
Labuha
10
Buana Lipu
10
Labuha
11
Pondok Indah
11
Labuha
12
Borero Indah
11
Labuha
13
Angin Mamiri
16
Labuha
14
Pasangrahan
17
Labuha
15
Lima Sudara
30
Labuha
Sumber : Hasil identifikasi Konsultan, 2008
3) Lapangan usaha terkait langsung pariwisata adalah hotel, restoran dan
rekreasi
4) Total kontribusi pariwisata dalam PDRB adalah 4.037 milyar pada 2006
5) Pertumbuhan lapangan usaha dalam PRDB adalah 8.74%
I. Tour and Sightseeing
Saat ini belum ada data tentang pelaksanaan kegiatan tour yang dilakukan
secara professional di Kabupaten Halmahera Selatan
J. Investasi Bidang Pariwisata
Jenis investasi yang telah dikeluarkan untuk pengembangan wisata bahari
di Kabupaten Halmahera yaitu pengembangan wisata bahari di Pulau Widi,
Pulau Gonone dan Pulau Guraici. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.57
berikut.
Laporan Antara
Tabel 5.57
Jenis Investasi di Bidang Pariwisata
Bidang
Pariwisata
(Wisata Bahari)
Jenis Investasi
Nilai Investasi
(Estimasi, Rp)
Pengembangan Wisata Bahari Pulau Widi
20 Milyar
Pengembangan Wisata Bahari Pulau Gonone
10 Milyar
Pengembangan Wisata Bahari Pulau Guraici
15 Milyar
Sumber : Analisa Konsultan, 2008
5.5.2.9.2 Fakta Kepariwisataan
A. Obyek dan Daya Tarik Wisata
Obyek dan daya tarik wisata yang dimiliki oleh Halmahera Selatan terdiri
dari obyek wisata alam, wisata sejarah, dan wisata budaya.
1) Prioritas pengembangan wisata adalah pariwisata bahari yaitu Pulau
Nusa Ra, Kepulauan Widi dan Kepulauan Gura Ici. Nusa Ra merupakan
pulau terdekat dari Pelabuhan Labuha yang direncanakan untuk
menampung seluruh tempat-tempat hiburan dan restoran sehingga
menjadi sentra wisata. Jarak Labuha ke Nusa Ra adalah 15 menit dan
ke Kepulauan Gura Ici adalah 3 jam menggunakan speedboat.
2) Kepulauan Widi di Gane Timur merupakan kepulauan yang menyimpan
keindahan wisata dan merupakan calon cagar alam laut.
3) Di dalam cagar alam Sibela terdapat hutan cengkeh dengan luas 20 ha
dan terdapat pohon-pohon cengkeh yang berusia ratusan tahun.
4) Kota Labuha lama merupakan kota tua peninggalan sejarah yang
menyimpan berbagai bangunan bersejarah separti kraton, masjid,
benteng yang sebagian kondisinya sudah rusak. Obyek lain yang dapat
dikembangkan adalah prototype kapal tradisional Bacan
5) Di Kawasan Cagar Alam Gunung Sibela terdapat dua danau yang masih
utuh/asli dengan akses jalan yang masih sangat sulit yaitu Danau
Mangayoang dan Telaganusa. Pada kedua danau ini secara regular
terdapat burung-burung dari daratan Asia yang transit di Bacan, buaya
serta berbagai jenis ikan.
6) Obyek wisata rumah putih peninggalan Belanda telah rubuh dan
dibangun kembali dengan tiang-tiang pancang dari beton sehingga
menghilangkan keasliannya.
7) Di Kecamatan Bacan Timur Tengah terdapat sumber air panas Tawa
dengan air yang sangat panas dan pada saat-saat tertentu menyembur
keatas (geyser).
8) Di Desa Kasiruta Dalam Kecamatan Kasiruta Barat dekat dengan situs
kasultanan Bacan lama terdapat gua bawah tanah dengan kedalaman
25 meter dan mengandung stalagtit dan stalagmite serta sungai bawah
V
-
9 7
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
tanah. Di kecamatan ini pula terdapat air terjun Maratuso dan sentra
penambangan batu bacan.
sebagian kecil wisatawan asing dengan tujuan utama
pertambangan yang banyak terdapat di Kepulauan Halmahera.
wilayah
9) Di Kecamatan Kasiruta Timur terdapat sentra pembudidayaan mutiara.
10) Terdapat beberapa obyek lain yang dapat dikembangkan sebagai
destinasi wisata yaitu Pulau Indari di Kecamatan Obi, Danau Obi,
Kepulauan Jaronga serta sentra pertanian Gane Timur
B. Atraksi Wisata
Atraksi wisata yang dapat dikembangkan di Kabupaten Halmahera Selatan
meliputi atraksi budaya, atraksi kerajinan rakyat, atrakasi keseharian
masyarakat dan atraksi industri tradisional.
1) Beberapa kesenian tradisional yang masih lestari sampai sekarang
adalah tari-tarian Cakalele, Soya-soya, Dendang, Gay, Tugal, Gala dan
Katereji. Atraksi budaya lain yang dapat dikembangkan sebagai atraksi
wisata adalah city sightseeing menelusuri kota Labuha lama untuk
melihat berbagai peninggalan sejarah yang ada di kota tersebut.
Di Halmahera selatan khususnya Labuha memiliki beberapa restoran
dengan fasilitas yang baik yaitu San-san Pub, Kitoana dan Sibela Beach.
Restoran-restoran lain yang ada lebih merupakan warung makan yang lebih
menyajikan makanan terutama ikan.
F. Tour and Sightseeing
Saat ini kepulauan Halmahera Selatan merupakan transit destinasi bagi
penyelam-penyelam internasional yang memanfaatkan jalur Sorong - Gura
ici – Widi – Bunaken - Selat Lembeh. Program tour lain yang ada adalah
Ternate – Sofifi – Weda – Kasayanga – Trans Wairoro – Widi. Kedua program
tersebut bukan merupakan tour komersial regular. Program lain yang ada
merupakan wisata carter menuju ke Kepulauan Widi maupun Kepulauan
Gura Ici dengan sewa carter Rp. 4 juta/hari.
2) Atraksi kerajinan yang dapat dikembangkan adalah atraksi pembuatan
batu mulia
3) Atraksi keseharian masyarakat adalah
penjualan ikan, dan penangkapan ikan
aktifitas
pelelangan
dan
4) Atraksi industri tradisional adalah pembuatan kerupuk kamplang, abon
ikan, pembuatan minyak kelapa dari kopra dan sebagainya.
C. Souvenir/Shopping
Kota Labuha, sebagai ibukota Kabupaten Halmahera Selatan memiliki
beberapa produk yang dapat dijadikan sebagai souvenir yaitu batu bacan,
beberapa hasil industri rakyat.
D. Transportasi
Terdapat dua moda transportasi yang melayani kegiatan perekonomian dan
pariwisata di Kota Labuha yaitu transportasi laut dan transportasi udara.
Transportasi laut merupakan transportasi utama menuju kota Labuha
dengan Pelabuhan Babang yang berjarak 20 km dari Labuha. Jumlah trip
regular yang ada melayari jalur Ternate-Babang sebanyak 1 trip per hari
ditambah trip dengan jalur Ternate-Babang-Pulau Obi dua kali dalam satu
minggu.
E. Akomodasi
Akomodasi wisata yang terdapat di Labuha adalah hotel, restoran dan
hiburan. Beberapa hotel yang ada di Kota Labuha adalah Wanalipu, Raoda,
Palm Hotel, Vilanov, Borero, Pondok Indah, Harmonis, Lina Saudari,
Barokah. Keseluruhan hotel tersebut dapat dikatagorikan dalam kelompok
hotel melati. Tingkat hunian kamar rata-rata keseluruhan hotel tersebut
adalah 40%. Wisatawan yang datang sebagian besar wisatawan lokal dan
Laporan Antara
V
-
9 8
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.20
Laporan Antara
V
-
9 9
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.6
PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
5.6.2 Jenis Perumahan dan Permukiman
5.6.1
Jenis perumahan dan permukiman di Kabupaten Halmahera Selatan secara umum merupakan
tipologi kawasan perumahan dan permukiman pesisir karena hanya tersebar di seluruh
wilayah pesisir di seluruh pulau di Kabupaten Halmahera Selatan.
Pola Sebaran Perumahan dan Permukiman
Kawasan perumahan dan permukiman di Kabupaten Halmahera Selatan tersebar di wilayah
pesisir di seluruh pulau di Kabupaten Halmahera Selatan. Kawasan perumahan dan
permukiman yang terluas terdapat di Kecamatan Bacan Timur (233,18 Ha) kemudian
Kecamatan Gane Timur (204,88 Ha), Kecamatan Bacan Selatan (162,52 Ha) dan Kecamatan
Obi Utara (139,78 Ha). Sebaran dan luas kawasan perumahan dan permukiman dapat dilihat
pada tabel 5.58 berikut.
Tabel 5.58
Sebaran dan Luas Kawasan Perumahan dan Permukiman (Km2)
Kawasan
Kawasan
No
Kecamatan
Permukiman
Transmigrasi
1 Bacan
2.79
2 Bacan Barat
0.60
3 Bacan Barat Utara
0.48
4 Bacan Selatan
1.63
5 Bacan Timur
2.33
6 Bacan Timur Selatan
0.61
7 Bacan Timur Tengah
0.80
8 Gane Barat
1.00
9 Gane Barat Selatan
0.34
10 Gane Barat Utara
0.88
8.34
11 Gane Timur
2.05
14.29
12 Gane Timur Selatan
0.66
13 Gane Timur Tengah
1.20
14 Kasiruta Barat
0.67
15 Kasiruta Timur
0.49
16 Kayoa
2.14
17 Kayoa Barat
0.32
18 Kayoa Selatan
0.45
19 Kayoa Utara
0.40
20 Batanglomang
1.19
21 Joronga
0.20
22 Makian
1.42
23 Makian Barat
0.51
24 Mandioli Selatan
0.90
25 Mandioli Utara
0.47
26 Obi
1.19
27 Obi Barat
0.38
28 Obi Selatan
1.27
29 Obi Timur
0.47
30 Obi Utara
1.40
Total
28.51
22.63
Jika dikelompokkan berdasarkan jenisnya, perumahan dan permukiman dapat dikelompokkan
sebagai permukiman perkotaan, permukiman perdesaan dan permukiman transmigrasi.
1. Perumahan dan Permukiman Perkotaan
Perumahan dan permukiman perkotan terdapat di Pulau Bacan yang merupakan ibukota
Kabupaten Halmahera Selatan, tepatnya berada di Kawasan Perkotaan Labuha (Kecamatan
Bacan, Bacan Timur dan Bacan Selatan).
2. Perumahan dan Permukiman Perdesaan
Perumahan dan permukiman perdesaan tersebar di seluruh wilayah pesisir di Kabupaten
Halmahera Selatan, permukiman ini terbentuk akibat menetapnya penduduk yang
berpenghidupan sebagai nelayan.
3. Perumahan dan Permukiman Transmigran
Perumahan dan permukiman transmigran ini terbentuk akibat dibukanya kawasan
transmigrasi di Kecamatan Gane Barat Utara dan Kecamatan Gane Timur.
Sumber : Hasil Digitasi Citra Satelit Tahun 2006 – 2007
Laporan Antara
V
-
1 0 0
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.21
Laporan Antara
V
-
1 0 1
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.7
2. Sekolah Dasar
FASILITAS UMUM DAN SOSIAL
5.7.1
Pola sebaran SD yang terdapat di wilayah Kabupaten Halmahera Selatan sampai dengan
tahun 2007 tersebar di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Halmahera Selatan.
Pada Tabel 4.59 terlihat bahwa sampai pada tahun 2007 di Kabupaten Halmahera Selatan
terdapat 286 SD dan Madrasah Ibtidaiyah. Jumlah SD terbanyak terdapat di Kecamatan
Gane Timur yaitu 19 unit kemudian Kecamatan Bacan sebanyak 17 unit dan Kecamatan
Kayoa sebanyak 16 unit.
Fasilitas Pendidikan
1. Taman Kanak-Kanak
Dari 30 kecamatan di Kabupaten Halmahera Selatan hanya 13 kecamatan yang memiliki
fasilitas sekolah tingkat Taman Kanak-Kanak. Kecamatan Bacan memiliki jumlah Taman
Kanak-Kanak terbanyak yaitu 5 unit kemudian Kecamatan Obi dengan jumlah Taman
Kanak-Kanak sebanyak 3 unit. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.58 berikut.
Tabel 5.58
Jumlah Taman Kanak - Kanak Menurut Di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007
No
Kecamatan
Taman Kanak - Kanak
Negeri
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Obi
Obi Barat
Obi Utara
Obi Selatan
Obi Timur
Bacan
Bacan Selatan
Mandoli Utara
Mandioli Selatan
Kep Botanglomang
Bacan Timur
Bacan Timur Selatan
Bacan Timur Tengah
Bacan Barat
Bacan Barat Utara
Kasiruta Barat
Kasiruta Timur
Gane Barat
Gane Barat Selatan
Gane Barat Utara
Kep Joronga
Gane Timur
Gane Timur Selatan
Gane Timur Tengah
Kayoa
Kayoa Utara
Kayoa Selatan
Kayoa Barat
Pulau Makian
Makian Barat
Jumlah
Swasta
3
1
1
1
Tabel 5.59
Jumlah Sekolah Dasar Dan Madrasah Ibtidayah Menurut Status
Di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007
Sekolah Dasar
Jumlah
Negeri
Swasta
7
3
10
1
Obi
3
3
6
2
Obi Barat
7
7
3
Obi Utara
9
1
10
4
Obi Selatan
4
1
5
5
Obi Timur
15
2
17
6
Bacan
9
1
10
7
Bacan Selatan
5
5
8
Mandoli Utara
7
7
9
Mandioli Selatan
7
7
10 Kep Botanglomang
9
2
11
11 Bacan Timur
7
2
9
12 Bacan Timur Selatan
7
7
13 Bacan Timur Tengah
6
6
14 Bacan Barat
6
1
7
15 Bacan Barat Utara
9
1
10
16 Kasiruta Barat
6
2
8
17 Kasiruta Timur
13
13
18 Gane Barat
8
8
19 Gane Barat Selatan
13
13
20 Gane Barat Utara
7
7
21 Kep Joronga
19
19
22 Gane Timur
4
2
6
23 Gane Timur Selatan
5
3
8
24 Gane Timur Tengah
16
16
25 Kayoa
6
6
26 Kayoa Utara
8
8
27 Kayoa Selatan
5
1
6
28 Kayoa Barat
12
12
29 Pulau Makian
6
6
30 Makian Barat
Jumlah
245
25
270
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008
Dinas Pendidikan Kabupaten Halmahera Selatan
No
Jumlah
3
1
4
2
1
5
2
1
2
1
1
2
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
2
2
22
23
Kecamatan
Madrasah Ibtidayah
Negeri
Swasta
1
Jumlah
1
1
1
2
1
1
1
1
2
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
1
1
16
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008
Dinas Pendidikan Kabupaten Halmahera Selatan
Laporan Antara
V
-
1 0 2
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
3. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
4. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
Jumlah SLTP tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Halmahera Selatan. Pada tabel 5.60
terlihat bahwa pada tahun 2007 terdapat 90 unit Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) dan Madrasah Tsanawyah. Jumlah SLTP terbesar terdapat di Kecamatan Pulau
Makian sebanyak 7 unit sedangkan yang paling sedikit terdapat di Kecamatan Obi Barat,
Mandioli Selatan, Bacan Barat, Kasiruta Timur, Gane Timur Selatan dan Gane Timur
Tengah sebanyak 1 unit.
Tabel 5.60
Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Madrasah Tsanawyah Menurut Status
Di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007
No
Kecamatan
SLTP
Negeri
2
Swasta
1
1
1
2
2
2
Jumlah
3
Obi
1
Obi Barat
1
2
Obi Utara
2
4
Obi Selatan
2
Obi Timur
1
3
Bacan
2
2
Bacan Selatan
2
2
Mandoli Utara
1
1
Mandioli Selatan
1
1
Kep Botanglomang
1
3
4
Bacan Timur
2
1
3
Bacan Timur Selatan
1
2
3
Bacan Timur Tengah
1
1
Bacan Barat
1
1
Bacan Barat Utara
1
1
Kasiruta Barat
Kasiruta Timur
1
1
Gane Barat
2
2
4
Gane Barat Selatan
2
2
4
Gane Barat Utara
1
1
Kep Joronga
2
2
4
Gane Timur
1
1
Gane Timur Selatan
1
1
Gane Timur Tengah
2
2
Kayoa
1
1
Kayoa Utara
2
2
Kayoa Selatan
2
2
Kayoa Barat
3
2
5
Pulau Makian
2
1
3
Makian Barat
Jumlah
38
27
65
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008
Dinas Pendidikan Kabupaten Halmahera Selatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Laporan Antara
Madrasah Tsanawiyah
Negeri
Swasta
2
2
2
2
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
1
1
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
23
2
1
25
1
1
2
Jumlah
Sebaran Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) terdapat hampir di semua Kecamatan
dengan jumlah total 44 unit, kecuali di Kecamatan Obi Barat, Obi Timur, Bacan Barat
Utara, Kasiruta Barat dan Kayoa Utara yang tidak memiliki SLTA atau sederajat dan
terbanyak terdapat di Kecamatan Pulau Makian sebanyak 5 unit.
Tabel 5.61
Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dan Madrasah Aliyah Menurut Status
Di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007
No
Kecamatan
SMU/SMK
Negeri
Swasta
2
Jumlah
2
Obi
Obi Barat
1
1
Obi Utara
1
1
Obi Selatan
Obi Timur
1
2
3
Bacan
2
2
Bacan Selatan
1
1
Mandoli Utara
1
1
Mandioli Selatan
1
1
Kep Botanglomang
1
1
2
Bacan Timur
1
1
Bacan Timur Selatan
1
1
Bacan Timur Tengah
1
1
Bacan Barat
Bacan Barat Utara
Kasiruta Barat
Kasiruta Timur
1
1
Gane Barat
1
1
Gane Barat Selatan
2
2
Gane Barat Utara
Kep Joronga
1
1
Gane Timur
1
1
Gane Timur Selatan
1
1
Gane Timur Tengah
1
1
2
Kayoa
Kayoa Utara
1
1
2
Kayoa Selatan
1
1
Kayoa Barat
3
3
Pulau Makian
1
1
2
Makian Barat
Jumlah
23
11
34
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008
Dinas Pendidikan Kabupaten Halmahera Selatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Madrasah Aliyah
Negeri
Swasta
Jumlah
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
9
10
V
-
1 0 3
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.7.2
Fasilitas Kesehatan
5.7.3
Jumlah sarana kesehatan yang terdapat di Kabupaten Halmahera Selatan adalah 27 unit
Puskesmas, 26 unit PUSTU, 75 unit POLINDES, 293 unit POSYANDU dan 1 unit rumah sakit di
Kecamatan Bacan. Fasilitas Rumah Sakit terdapat di Kecamatan Bacan. Sedangkan untuk
fasilitas puskesmas, PUSTU, POLINDES dan POSYANDU sudah tersebar di seluruh Kecamatan
seperti tergambar pada tabel 5.62 di bawah ini.
Fasilitas Peribadatan
Jumlah sarana peribadatan dipengaruhi oleh jumlah penganut masing-masing agama.
Sebagian besar penduduk Kabupaten Halmahera Selatan beragama Islam oleh karena itu
fasilitas peribadatan yang ada sebagian besar adalah bagi penganut Agama Islam seperti
Mesjid dan Mushallah dengan jumlah sebanyak 360 buah. Penganut agama terbanyak kedua
setelah Agama Islam adalah Agama Kristen dengan jumlah Gereja sebanyak 53 buah yang
tersebar di Kabupaten Halmahera Selatan.
Tabel 5.62
5.7.4
Fasilitas Kesehatan Di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007
Rumah
Balai
BKIA Posyandu
Sakit
Pengobatan
18
1
Obi
2
Obi Barat
11
3
Obi Utara
12
4
Obi Selatan
5
Obi Timur
1
6
Bacan
7
Bacan Selatan
28
8
Mandoli Utara
9
Mandioli Selatan
12
10 Kep Botanglomang
9
11 Bacan Timur
18
12 Bacan Timur Selatan
8
13 Bacan Timur Tengah
14 Bacan Barat
20
15 Bacan Barat Utara
16 Kasiruta Barat
19
17 Kasiruta Timur
18 Gane Barat
20
19 Gane Barat Selatan
19
20 Gane Barat Utara
8
21 Kep Joronga
26
22 Gane Timur
6
23 Gane Timur Selatan
24 Gane Timur Tengah
32
25 Kayoa
26 Kayoa Utara
27 Kayoa Selatan
5
28 Kayoa Barat
12
29 Pulau Makian
10
30 Makian Barat
Jumlah
1
0
0
293
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008
Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Selatan
No
Kecamatan
Laporan Antara
Puskesmas
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
27
Puskesmas
Pembantu
1
1
3
1
1
1
1
2
3
2
2
1
2
1
2
1
1
26
Kegiatan perdagangan merupakan kegiatan ekonomi yang memegang peranan penting dalam
pembangunan dan pengembangan perekonomian daerah Kabupaten Halmahera Selatan. Pasar
merupakan sarana perdagangan terpenting yang merupakan pusat koleksi distribusi barang
bagi wilayah yang dilayani. Jumlah pasar di Kabupaten Halmahera Selatan sampai tahun 2007
sejumlah 9 unit atau tersebar di semua Kecamatan dan umumnya terdapat di Pusat Kota
Kecamatan.
Polindes
2
1
1
2
1
1
1
2
3
3
4
2
5
2
4
5
2
3
2
2
3
5
2
2
4
3
2
1
1
4
75
Fasilitas Perdagangan dan Jasa
Terdapat 2 (dua) unit Perbankan yang beroperasi di Ibukota Kabupaten yaitu Bank
Pembangunan Daerah Maluku Cabang Labuha dan Bank Rakyat Indonesia Unit Labuha yang
terdapat di Kecamatan Bacan.
5.8
TRANSPORTASI
Secara geografis Wilayah Kabupaten Halmahera Selatan merupakan kepulauan dengan jarak
antar pulau berjauhan dan terpisah oleh lautan yang luas. Dengan demikian sarana dan
prasarana transportasi memegang peranan penting dalam pengembangan wilayah di daerah
ini. Terutama transportasi laut dan udara
5.8.1
Transportasi Darat
5.8.1.1 Jaringan Jalan
Kabupaten Halmahera Selatan sampai pada tahun 2007, memiliki jaringan jalan
sepanjang 1.084,4 km. Kondisi aktual di lapangan memberi gambaran bahwa
umumnya kondisi jalan di Kabupaten Halmahera Selatan yang terbanyak merupakan
jalan tanah dan 10 % merupakan jalan yang terbuat dari aspal. Gambaran jaringan
jalan di Kabupaten Halmahera Selatan bisa terlihat pada tabel 5.63 di bawah ini.
V
-
1 0 4
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Tabel 5.63
Panjang Jaringan Jalan (Km) Menurut Jenis Permukaan
Di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007
No
Kecamatan
Aspal
Kerikil
Tanah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Obi
Obi Barat
Obi Utara
Obi Selatan
Obi Timur
Bacan
Bacan Selatan
Mandoli Utara
Mandioli Selatan
Kep. Botanglomang
Bacan Timur
Bacan Timur Selatan
Bacan Timur Tengah
Bacan Barat
Bacan Barat Utara
Kasiruta Barat
Kasiruta Timur
Gane Barat
Gane Barat Selatan
Gane Barat Utara
Kep. Joronga
Gane Timur
Gane Timur Selatan
Gane Timur Tengah
Kayoa
Kayoa Utara
Kayoa Selatan
Kayoa Barat
Pulau Makian
Makian Barat
Jumlah
12
1
33
6.5
2
39
2
10
3
108.5
14
5
5
45
-
131
75
62.9
113
76
194
115.5
-
19
61
15
3
167
41.5
808.9
Tabel 5.64
Jumlah Kendaraan Beroda Empat atau Lebih Menurut Status
Di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007
Tidak di
Rinci
0
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008
Dinas PU dan KIMPRASWIL Kabupaten Halmahera Selatan
5.8.1.2 Moda Transportasi
Mobil Penumpang
No
Kecamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Obi
Obi Barat
Obi Utara
Obi Selatan
Obi Timur
Bacan
Bacan Selatan
Mandoli Utara
Mandioli Selatan
Kep. Botanglomang
Bacan Timur
Bacan Timur Selatan
Bacan Timur Tengah
Bacan Barat
Bacan Barat Utara
Kasiruta Barat
Kasiruta Timur
Gane Barat
Gane Barat Selatan
Gane Barat Utara
Kep. Joronga
Gane Timur
Gane Timur Selatan
Gane Timur Tengah
Kayoa
Kayoa Utara
Kayoa Selatan
Kayoa Barat
Pulau Makian
Makian Barat
Jumlah
Umum
5
60
25
15
3
1
1
110
Tidak
Umum
-
Bis
Mobil barang
-
2
-
Tidak
Umum
1
-
0
2
1
Umum
6
10
2
2
-
Tidak
Umum
10
5
7
20
30
20
10
2
5
2
7
-
20
118
Umum
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008
Dinas Perhubungan Kabupaten Halmahera Selatan
Moda transportasi dibagi berdasarkan statusnya sebagai kendaraan umum dan
pribadi. Kendaraan umum baik kendaraan beroda empat (mobil penumpang, bis dan
mobil barang) ataupun motor ojeg dan becak. Untuk kendaraan umum bagi
penumpang di Kabupaten Halmahera Selatan hanya terdapat di Kecamatan Obi,
Bacan, Bacan Timur, Bacan Timur Tengah, Bacan Selatan, Gane Barat, Gane Barat
Utara dan Gane Timur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.64 dan 5.65.
Laporan Antara
V
-
1 0 5
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Tabel 5.65
Jumlah Kendaraan Umum Beroda Kurang dari Empat
Di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Kecamatan
5.8.2
Ojek
Becak
Gerobak
Lainnya
Obi
Obi Barat
Obi Utara
Obi Selatan
Obi Timur
Bacan
Bacan Selatan
Mandoli Utara
Mandioli Selatan
Kep Botanglomang
Bacan Timur
Bacan Timur Selatan
Bacan Timur Tengah
Bacan Barat
Bacan Barat Utara
Kasiruta Barat
Kasiruta Timur
Gane Barat
Gane Barat Selatan
Gane Barat Utara
Kep Joronga
Gane Timur
Gane Timur Selatan
Gane Timur Tengah
Kayoa
Kayoa Utara
Kayoa Selatan
Kayoa Barat
Pulau Makian
Makian Barat
70
250
100
90
50
-
150
-
-
-
Jumlah
560
150
0
0
Transportasi Udara
Sarana transportasi udara sangat berperan penting bagi pengembangan wilayah Kabupaten
Halmahera Selatan, terutama dalam hubungan antar wilayah yang membutuhkan
perpindahan orang dan barang dalam waktu singkat. Sarana transportasi udara ini untuk
mendukung sarana transportasi darat dan laut.
5.8.2.1 Jalur Penerbangan
Rute penerbangan yang dilayani oleh penerbangan ini dari Ternate – Bacan, PP
(senin) dan Ternate – Bacan – Sanana - PP (kamis).
5.8.2.2 Moda Transportasi
Moda transportasi udara yang melayani Kabupaten Halmahera Selatan hanya pesawat
tipe Cassa 212 milik PT. Merpati Nusantara Airlines
5.8.2.3 Bandara
Bandar udara yang merupakan fasilitas utama transportasi udara di Kabupaten
Halmahera Selatan hanya terletak di Labuha yaitu Bandar Udara Oesman Sadik
dengan ukuran landasan 750 x 23 meter konstruksi landasan penetrasi. Bandar Udara
ini termasuk dalam kelas V yang dikelola oleh Departemen Perhubungan. Kapasitas
Bandar Udara hanya dapat didarati oleh pesawat jenis Cassa 212.
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008
Dinas Perhubungan Kabupaten Halmahera Selatan
5.8.1.3 Terminal
Terminal kendaraan umum hanya terdapat di Kecamatan Bacan yang malayani
operasional angkutan umum di Kota Labuha.
Laporan Antara
V
-
1 0 6
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.22
PETA 4.22 PETA JARINGAN JALAN
Laporan Antara
V
-
1 0 7
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.23
PETA 4.23 PETA JALUR PENERBANGAN DAN BANDARA
Laporan Antara
V
-
1 0 8
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.8.3
5.8.3.2 Moda Transportasi
Transportasi Laut
Terdapat Pula sebuah Kapal PELNI yaitu KM Kalimutu yang singgah di Pelabuhan
Babang serta melayani rute sampai ke Pulau Kalimantan, kemudian terdapat pula
sebuah Kapal Cepat yaitu NV Labomba yang melayani rute Babang – Ternate pulang
pergi setiap hari dengan waktu tempuh perjalanan kurang lebih 3,5 jam.
Transportasi laut merupakan transportasi utama yang melayani pergerakan antar pulau di
wilayah Kabupaten Halmahera Selatan. Sarana transportasi laut yang melayani kepulauan di
Halmahera Selatan umumnya masih didominasi oleh pelayaran rakyat dan perintis yang
dikelola oleh swasta dan pemerintah serta perorangan. Rute untuk pelayanan ini umumnya di
dominasi oleh Kapal Motor sedangkan pelayaran dengan motor tempel dan perahu motor
yang melayani daerah ini masih bersifat tentatif dan temporer.
Terdapat juga beberapa Kapal Perintis dan Kapal Antar Pulau yang melayani
transportasi antar pulau di kabupaten Halmahera Selatan.
Untuk transportasi laut di Kabupaten Halmahera Selatan terdapat beberapa jembatan laut
antara lain:
Tabel 5.66
Jumlah Kapal Yang Melayani Kabupaten Halmahera Selatan 2007/2008
a. Jembatan Laut Skala Regional terdiri dari jembatan laut Babang (Bacan Timur)
b. Jembatan laut Saketa (Gane Barat)
c. Jembatan laut Mafa (Gane Timur) dan jembatan laut Laiwui (Obi)
Jembatan Laut Lokal Semi Permanen terdiri dari:
a. Jembatan laut Indari (Bacan Barat)
b. Jembatan laut Gurapin dan Larumabati ( Kayoa)
c. Jembatan laut Ngofakiaha dan Mailoa dan tambatan perahu kayu (Makian)
d. Jembatan laut Madopolo (Obi)
NO
TAHUN
JUMLAH KAPAL
KAPAL 1-7 GT
1
2
3
4
5
2004
2005
2006
2007
2008
132
183
62
130
33
393
540
393
Jumlah
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008
Dinas Perhubungan Kabupaten Halmahera Selatan
e. Jembatan laut Dolik (Gane Barat)
f. Khusus untuk Jembatan Laut Babang yang merupakan pintu masuk ke Kabupaten
Halmahera Selatan dari laut, mempunyai panjang 60 m dan lebar 8 m, jenis kapal yang
dapat bersandar di jembatan laut Babang ini mulai dari 33 GT sampai dengan 642 GT,
dengan rata-rata kunjungan kapal dalam sebulan adalah 100 kapal.
5.8.3.1 Jalur Pelayaran
Jaringan pelayaran perintis dan rakyat telah menghubungkan hampir semua pulaupulau penting hingga menjangkau daerah-daerah terpencil, dan secara spasial telah
menunjukkan suatu keterkaitan antar pulau-pulau di wilayah Halmahera Selatan, yang
merupakan bagian dari wilayah pengembangan Propinsi Maluku Utara.
5.8.3.3 Pelabuhan
Pelabuhan di Kabupaten Halmahera Selatan membentuk suatu hirarki sesuai dengan
fungsi dan perannya, seperti berikut ini:
1) Pelabuhan Labuha/Babang; merupakan pelabuhan hirarki kedua di wilayah ini
setelah Pelabuhan Ternate. Pelabuhan-pelabuhan ini termasuk kedalam
pelabuhan kolektor (Collector Port) yaitu pelabuhan antar pulau yang berfungsi
untuk mendistribusikan barang dan orang ke wilayah lain.
2) Pelabuhan Bisuli, Lawui, Maffa, dan Saketa; diklasifikasikan sebagai pelabuhan
antara (Feeder Port) yang berfungsi untuk mendistribusikan barang dan orang
dari pelabuhan kolektor ke wilayah yang lebih kecil, dan selanjutnya dari
pelabuhan antara itu didistribusikan lagi ke pelabuhan kecil/lokal (Local Port).
Rute dari pelayaran perintis adalah sebagai berikut :
1) Ternate - Babang - Laiwui - Falabisahaya - Dofa - Bobong – Sanana - Ambon Namlea - Air Buaya - Sanana - Bobong - Dofa - Falabisahaya - Laiwui Babang – Ternate
2) Ternate - Gane dalam - Bisui - Maffa - Weda - Patani - Gebe -Sorong - Gebe Patani - Weda - Maffa - Bisui - Gane dalam - Saketa - Ternate
Laporan Antara
Disamping itu sebagai penghubung antar desa-desa menuju kawasan pusat
pertumbuhan dilayani dengan adanya pelabuhan-pelabuhan kecil, yang berupa
tambatan perahu dan fasilitasnya yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan
masyarakat. Keberadaan sarana ini sangat menunjang terbukanya kawasan
pertumbuhan wilayah dengan hinterland nya.
V
-
1 0 9
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
PETA 4.24 PETA JALUR PELAYARAN DAN PELABUHAN
Laporan Antara
V
-
1 1 0
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.25
PETA 4.25 PETA JARINGAN JALAN DAN PENYEBERANGAN
Laporan Antara
V
-
1 1 1
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.9
Tabel 5.68
Perhitungan Kebutuhan Air Minum Kabupaten Halmahera Selatan
Per Kecamatan Tahun 2008
JARINGAN UTILITAS
5.9.1
Jaringan Air Bersih
Sampai saat ini kebutuhan air minum Kabupaten Halmahera Selatan memanfaatkan
sumber air permukaan (sungai) dan air tanah.
Pelayanan system perpipaan air minum dilakukan oleh PDAM Halmahera Selatan.
Wilayah pelayanan eksisting PDAM Halmahera Selatan meliputi : Kota Labuha,
Kecamatan Obi, Kecamatan Gane Barat, Kecamatan Gane Timur dan Kecamatan
Kayoa. Gambaran kondisi eksisting SPAM PDAM Halmahera Selatan pada Tahun 2007
dapat dilihat pada tabel 5.67 berikut.
Tabel 5.67
Kondisi Eksisting Pelayanan PDAM Cabang dan Unit
Kabupaten Halmahera Selatan
1
Bacan
2
2
3
IKK Saketa
IKK Obi
1
1
Kapasitas
Sumber
(L/dtk)
254
30
75
2.3
Jumlah
4
361.3
No
Cabang Unit
IKK
Jumlah
Sumber
Kapasitas
Pompa
(L/det)
12.5
12.5
25
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008
Tingkat pelayanan air minum oleh PDAM saat ini baru ± 1%, dengan jumlah
sambungan pelayanan air minum sebanyak 2.286 unit. Perhitungan kebutuhan air
minum pada tahun 2008 adalah sebesar 236,73 Liter/detik, dengan asumsi
kebutuhan air bersih per hari pada tahun 2008 sebesar 100 Liter/orang/hari.
Perhitungan kebutuhan air minum pada tahun 2008 per kecamatan dapat dilihat
pada tabel 5.68 berikut.
No
1
2
3
4
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Kecamatan
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Obi
Obi Barat
Obi Utara
Obi Selatan
Bacan
Bacan Selatan
Mandoli Utara
Mandioli Selatan
Kep Botanglomang
Bacan Timur
Bacan Timur Selatan
Bacan Timur Tengah
Bacan Barat
Bacan Barat Utara
Kasiruta Barat
Kasiruta Timur
Gane Barat
Gane Barat Selatan
Gane Barat Utara
Kep Joronga
Gane Timur
Gane Timur Selatan
Gane Timur Tengah
Kayoa
Kayoa Utara
Kayoa Selatan
Kayoa Barat
Pulau Makian
Makian Barat
Jumlah Total
12,475
5,080
7,696
3,202
11,545
19,558
11,287
4,118
5,960
7,463
7,247
5,540
5,858
3,773
4,512
4,579
3,826
8,159
5,832
7,183
5,084
10,562
3,856
4,065
8,825
2,992
5,877
4,221
10,130
204,537
Kebutuhan Air
Minum
(Liter/detik)
14.44
5.88
8.91
3.71
13.36
22.64
13.06
4.77
6.90
8.64
8.39
6.41
6.78
4.37
5.22
5.30
4.43
9.44
6.75
8.31
5.88
12.22
4.46
4.71
10.21
3.46
6.80
4.89
11.72
236.73
Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2008
Berdasarkan data di atas, dimana tingkat pelayanan air minum oleh PDAM baru ± 1%,
maka dapat disimpulkan bahwa pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat
Kabupaten Halmahera Selatan saat ini sebagian besar dilakukan oleh pihak diluar
PDAM, yaitu masyarakat sendiri dengan memanfaatkan air tanah dan mata air.
Gambar 5.27 dapat menjelaskan hubungan antara pelayanan air minum dan pihak
yang menyediakan air minum.
Laporan Antara
V
-
1 1 2
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.9.2
Foto 5.1
Lokasi Bak Mata Air dan Rumah Gensetdi Desa
Kebun Raja Kecamatan Gane Timur
Jaringan Air Limbah
Kondisi eksisting pembuangan limbah di Kabupaten Halmahera Selatan dapat
digolongkan atas dua jenis limbah, yaitu air limbah domestik dan air limbah rumah
tangga yang mengandung ekskreta manusia (hasil buangan WC).
Pembuangan air limbah domestik di Kabupaten Halmahera Selatan adalah :
1. Disalurkan ke kolam
2. Disalurkan ke sungai, saluran drainase terdekat atau parit.
3. Diolah dalam sumur resapan
Foto 5.2
Lokasi Bak Penampung dan Rumah Pompa di
Desa Saketa Kecamtan Gane Barat
4. Dialirkan ke dalam tangki septik yang berbentuk bulat diameter kira kira 1,2 m
dan dalam 1,6 m, berbentuk segi empat, dengan ukuran Panjang 1 m, lebar 1 m
dan dalam 1,5 m, air yang keluar dari septik tank dibuang langsung ke saluran
terdekat, sungai dan kolam, hal ini akan menimbulkan pencemaran badan air
penerima (sungai, saluran drainase ataupun air tanah).
Pembuangan air limbah rumah tangga yang mengandung ekskreta manusia (hasil
buangan WC) yaitu:
1. Sistem setempat :
1) tangki septik dengan bidang resapan.
2) Sistem Cubluk
3) Tangki septik dengan up flow filter
Gambar 5.27
Konsep Pelayanan air minum Kabupaten Halmahera Selatan Eksisting
Pelayanan Air
Minum
Public Service PDAM HALSEL :
- Air Permukaan
- Air Tanah
Sumber : Hasil Olahan Konsultan, 2008
Masyarakat HALSEL :
- Mata Air
- Air Tanah
4) Tangki septik dengan Biofilter
Lumpur Tinja yang dihasilkan Cubluk dan Tangki septik harus disedot dan dialirkan
kedalam IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja), untuk diolah agar tidak
berbahaya bagi lingkungan sekelilingnya, sebelum dialirkan ke badan air penerima.
Di Kabupaten Halmahera Selatan sebagian penduduk menggunakan sarana tangki
septik untuk mengolah air limbahnya, tetapi belum ada IPLT untuk mengolah air
limbahnya.
2. Sistem terpusat :
1) Dialirkan kedalam saluran perkotaan (sistem Perpipaan) untuk diolah
dialirkan kedalam IPAL (instalasi pengolahan Air Limbah).
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa masih banyak penduduk maupun daerah
yang belum mempunyai sarana air limbah/yang aman bagi lingkungan.
Laporan Antara
V
-
1 1 3
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.26
PETA 4.26 PETA LOKASI PDAM
Laporan Antara
V
-
1 1 4
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.27
4.27
Laporan Antara
V
-
1 1 5
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.9.3
Jaringan Persampahan
5.9.3.1 Pendahuluan
Sampah adalah material padat yang tidak terpakai sebagai akibat kegiatan manusia.
Material padat dapat berupa benda yang bisa terbakar maupun tidak, bisa berupa
benda yang bisa terurai atau tidak sehingga volumenya dapat direduksi dengan
pertolongan jasad renik yang ada disekitar benda benda tersebut, dengan kecepatan
penguraian yang sangat bervariasi dari mulai hitungan hari (daun-daunan, dan sampah
organik) hingga ratusan tahun (sampah plastik, dsb) atau benda-benda yang bisa terurai
dan tidak bisa terurai sama sekali.
Sistem Pengelolaan sampah yang ada pada saat ini hanya difokuskan pada
pengelolaan sampah di kota Labuha. Tempat Pembuangan Akhir (TPA), yang
berlokasi di Marabose, hanya digunakan untuk menampung sampah dari kota
Labuha. Tidak ada Tempat Pembuangan Sementara (TPS), sehingga sampah hanya
diangkut oleh truk langsung ke TPA.Dimasa yang akan datang, setiap kecamatan
paling tidak sudah mempunyai TPS, dan khusus utk Pulau Bacan, TPA Marabose
dapat digunakan untuk penampungan sampah di Pulau Bacan. Diluar Pulau Bacan,
paling tidak setiap pulau harus ada TPA ukuran kecil dengan proses pengolahan
sampah yang menggunakan metode zero waste.
Karakteristik sampah yang dihasilkan oleh kota pada umumnya adalah :
a. Organik 70 - 80%,
b. Kertas 5 -19%,
pengangkutan : dari TPS diangkat dengan truk menuju TPA dan pengolahan sampah di
lokasi Tempat Pembuangan akhir (TPA).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan pengelolaan sampah adalah :
a. Jumlah produksi sampah per hari/bulan/tahun
b. jumlah sarana pengangkutan (truk) (jumlah dan ukuran)
c. frekuensi pengangkutan per hari
d. penentuan lahan untuk lokasi TPS dan TPA.
e. Jumlah dan kapasitas TPS dan TPA
5.9.3.2 Kondisi Sistem Pengelolaan Persampahan Yang Ada
Kabupaten Halmahera sudah melakukan pengelolaan sampah secara terpadu. Namun
pengelolaan secara terpadu ini hanya dilakukan di kota Labuha. Secara rinci organisasi
dan sistem penanganan sampah untuk kota Labuha ini diuraikan dibawah ini.
5.9.3.2.1 Organisasi Pengelolaan
Lembaga yang menangani pengelolaan sampah di kabupaten Halmahera
Selatan dibawah kewenangan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah
(BPLHD) Kabupaten Halmahera Selatan. Pelayanan pengelolaan persampahan
untuk seluruh wilayah kabupaten Halmahera Selatan ditekankan hanya
mengelola sampah di kota Labuha.
c. Plastik 5 -10% ,
d. Logam 3 - 5%
Menurut jenisnya sampah yang timbul akibat kegiatan suatu perkotaan dapat beraneka
ragam, yang umumnya berasal dari kegiatan rumah tangga atau timbul dari aktifitas
yang erat hubungannya dengan kegiatan masyarakat perkotaan sehari-harinya. Secara
umum dari sebagian besar dari sifatnya, sampah perkotaan tidak mengandung B3
(Bahan Berbahaya dan Beracun). Dengan keanekaragaman yang dapat dikatakan tipikal
dari timbulan sampah perkotaan, cara penanganan sampah perkotaan dapat dilakukan
dengan menggunakan metoda yang umum diterapkan untuk keperluan tersebut.
Sistem pengolahan sampah pada suatu wilayah adalah suatu kegiatan penanganan
sampah yang ditinjau dari beberapa aspek terkait seperti : institusi, teknik operasional,
pembiayaan, pengaturan dan peran serta rnasyarakat. Adapun lingkup program
pengelolaan sampah adalah manajemen, pengelolaan sampah secara 3 R (Reduce,
Reuse, Recycle) dan peningkatan kualitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Secara garis besar pengelolaan sampah diperkotaan di rinci seperti pengumpulan
sampah dari produsen (rumah tangga) diangkut ketempat pengumpulan sementara
(TPS) dengan menggunakan gerobak dorong/tarik, truk, atau motor gerobak,
Laporan Antara
Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa :
1. Kegiatan penduduk di luar kota Labuha dari segi pengelolaan persampahan
tidak menimbulkan masalah dikarenakan jumlah penduduk yang masih
relatif kecil dibandingkan dengan luas wilayahnya,
2. Tidak memungkinkan untuk pengelolaan secara terintegrasi di seluruh
wilayah kabupaten, mengingat secara geografis Wilayah Kabupaten
Halmahera Selatan terdiri atas pulau-pulau yang terpisah relatif jauh.
Dimasa yang akan datang, sejalan dengan tuntutan perkembangan jaman dan
demi kelestarian lingkungan, maka strategi pengelolaan sistem persampahan
untuk seluruh wilayah kabupaten Halmahera Selatan harus dilakukan secara
terintegrasi dengan segala keterbatasannya.
5.9.3.2.2 Sistem Pengelolaan Yang Ada
Seperti yang telah diterangkan pada uraian diatas bahwa untuk saat ini sistem
pengelolaan sampah yang dimiliki, hanya melayani kota Labuha. Fasilitas yang
dimiliki oleh pengelola yang berlokasi dikota Labuha, antara lain terdiri atas :
1. Lokasi pembuangan akhir (TPA) yang berlokasi di Marabose. Lahan TPA
ini merupakan lahan PEMDA.
V
-
1 1 6
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
2. Sistem pengangkutan sampah yang dilakukan dengan menggunakan 3
unit truk, akan tetapi hanya beroperasi 1 unit; dan didukung oleh 40
gerobak dorong (yang juga berfungsi sebagai TPS) yang melayani
perumahan dan bangunan lainnya. Jenis truk yang digunakan adalah Truk
terbuka, yang mengangkut sampah dari permukiman dan daerah
komersial.
3. 10 personil yang bertugas secara bergantian dengan sistem shift (pagi,
siang dan sore).
Sampah yang terkumpul di kawasan perumahan dan bangunan serta fasilitas
umum diangkut oleh petugas menuju lokasi TPA. Pengangkutan dilakukan
setiap hari. Setiap truk dioperasikan oleh 4 petugas pengumpul sampah dan 1
orang supir.
5.9.4
Jaringan Drainase
Hingga saat ini masih belum terdapat jaringan induk dranase yang berfungsi sebagai saluran
utama pengantisipasi bencana banjir di Kabupaten Halmahera Selatan padahal di Kecamatan
Bacan Utara dan Kota Labuha terjadi banjir yang hampir melumpuhkan kegiatan pada tahun
2007. Saluran pengairan induk hanya terdapat di Kecamatan Obi dan Kecamatan Gane Timur
berupa saluran irigasi sawah.
Kebutuhan akan adanya saluran induk pencegah banjir di Kabupaten Halmahera Selatan
dapat disebabkan masih banyaknya lahan-lahan kosong yang dapat berfungsi sebagai daerah
serapan air. Namun perisitiwa bencana banjir di Kecamatan Bacan Utara dan Kawasan Kota
Labuha merupakan indikasi kebutuhan atas penyediaan saluran induk banjir. Kemungkinan
perkembangan kegiatan pertanian dan perkebunan juga menjadi kebutuhan akan penyediaan
jaringan primer pengairan.
Menurut informasi yang diperoleh, dimasa yang akan datang, pengelola akan
merencanakan pembangunan/pengadaan Tempat Pembuangan Sementara
(TPS).
Gambar 5.28
Contoh Tipikal Truk Pengangkut Sampah dari TPS menuju TPA
Truk AMROL
Laporan Antara
Truk bak terbuka
V
-
1 1 7
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.28
Laporan Antara
V
-
1 1 8
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.29
Laporan Antara
V
-
1 1 9
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.9.5
Jaringan Listrik dan Energi
5.9.6 Jaringan Pos dan Telekomunikasi
Kebutuhan akan energi listrik di wilayah Kabupaten Maluku Utara dilayani oleh PT.
Perusahaan Listrik Negara (Persero) Wilayah IX Cabang Ternate. Pelayanan listrik mencakup
semua wilayah ibukota kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Halmahera Selatan.
Tenaga pembangkit yang digunakan adalah tenaga diesel. Pada peristiwa kerusuhan,
terdapat beberapa fasilitas atau instalasi yang dirusak oleh massa sehingga berakibat pada
terhentinya pelayanan listrik kepada masyarakat. Sebaran fasilitas kelistrikan ini dapat
dilihat pada tabel 5.69 di bawah ini.
Tabel 5.69
Kebutuhan komunikasi di Kabupaten Halmahera Selatan dilayani oleh PT. TELKOM dengan
kapasitas sentral 1.220 SST, selain itu terdapat PT. Pos Indonesia, dan telah tersedia pula
beberapa jaringan telepon seluler antara lain Telkomsel dan Satelindo, namun belum merata
pada seluruh Wilayah Kabupaten Halmahera Selatan.
Jaringan telepon sebagai salah satu sarana dan prasarana telekomunikasi bagi penduduk
sampai tahun 2007 masih terkonsentrasi di Kecamatan Bacan yang telah dilayani oleh
jaringan Sentral Telepon Otomat PT TELKOM melalui Sistem Sambungan Langsung Jarak Jauh
(SLJJ), dengan luas servis area yang masih terbatas pada wilayah perkotaan.
Jumlah Mesin Listrik dan Kapasitasnya Di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007
Unit Lokasi PLTD
1
2
3
4
5
6
7
Bacan
Laiwui
Madopolo
Saketa
Mafa
Kayoa
Jiko
Jumlah
Unit Lokasi PLTD
1
2
3
4
5
6
7
Bacan
Laiwui
Madopolo
Saketa
Mafa
Kayoa
Jiko
Jumlah
Unit Lokasi
PLTD
1
2
3
4
5
6
7
Bacan
Laiwui
Madopolo
Saketa
Mafa
Kayoa
Jiko
Jumlah
Jumlah Mesin
Kapasitas Terpasang
4
3
3
5
4
4
3
26
2,400
507
484
570
480
567
180
5,188
Di Bangkitkan
Di Pakai Sendiri
1,750
330
320
314
265
211
80
3,270
5,000
2,770
890
1,300
1,223
1,119
307
12,609
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008
PLN Kabupaten Halmahera Selatan
Laporan Antara
Performasi Jaringan Telekomunikasi Di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007
1,660
430
355
214
340
500
156
3,655
Daya Tersambung
8,850
8,850
Jumlah Pelanggan
Tabel 5.70
Daya Mampu
4,756,600
858,150
538,500
733,100
642,850
636,500
211,050
8,376,750
Energi Terjual
394,913,195
46,417,320
23,216,630
23,511,920
21,828,940
21,602,220
6,208,130
537,698,355
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Kecamatan
Keadaan
Kap.
Sentral
Obi
Obi Barat
Obi Utara
Obi Selatan
Obi Timur
Bacan
Baik
880
Bacan Selatan
Mandoli Utara
Mandioli Selatan
Kep Botanglomang
Bacan Timur
Bacan Timur Selatan
Bacan Timur Tengah
Bacan Barat
Bacan Barat Utara
Kasiruta Barat
Kasiruta Timur
Gane Barat
Gane Barat Selatan
Gane Barat Utara
Kep Joronga
Gane Timur
Gane Timur Selatan
Gane Timur Tengah
Kayoa
Kayoa Utara
Kayoa Selatan
Kayoa Barat
Pulau Makian
Makian Barat
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008
Kantor TELKOM Kab Halmahera Selatan
Kap. Jaringan
Pelanggan
964
-
552
-
V
-
1 2 0
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
Gambaran menara telekomunikasi yang ada di kawasan Perkotaan Labuha antara lain
terdapat di Amasing, seperti yang terlihat pada foto berikut ini.
Gambaran menara telekomunikasi di dekat Kampung Makian adalah sebagai berikut:
Gambar 5.31
Gambar 5.29
Fasilitas Telekomunikasi di Kampung Makian
Fasiltas Telekomunikasi di Amasing
Sumber: Observasi Konsultan, 2008
Sedang daerah dekat Pondok Pesantren atau dekat benteng Fort Bernevald terdapat juga
menara telekomunikasi seperti berikut ini:
Sumber: Observasi Konsultan, 2008
Gambar 5.30
Fasilitas Telekomunikasi di Dekat Pondok Pesantren
Sumber: Observasi Konsultan, 2008
Laporan Antara
V
-
1 2 1
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.30
PETA 4.29 PETA LOKASI PLTD
Laporan Antara
V
-
1 2 2
Pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan
5.31
Laporan Antara
V
-
1 2 3
Download