Uploaded by Ajeng Putri Oktavia

Bahan Ajar dalam Pembelajaran Sains

advertisement
Bahan Ajar dalam Pembelajaran Sains
1. Hakekat Bahan ajar dalam Pembelajaran
Prastowo (2014) menyatakan bahwa bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun
secara sistematis, baik tertulis maupun tidak, sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang
memungkinkan peserta didik untuk belajar. Pendapat lain menyatakan bahwa bahan adalah
informasi, alat dan teks yang diperlukan guru atau instruktur untuk perencanaan penelaahan
implementasi pembelajaran.
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan, informasi alat dan teks yang digunakan untuk
membantu guru atau instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang
dimaksud bisa berupa tertulis maupun bahan yang tidak tertulis. Bahan ajar atau materi
kurikulum adalah isi atau muatan kurikulum yang harus dipahami oleh siswa dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran.
Bahan ajar merupakan seperangkat materi atau substansi pembelajaran (Teaching Material)
yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai
siswa dalam kegiatan pembelajaran. Bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu
kompetensi atau KD secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai
semua kompetensi secara utuh dan terpadu.
Bahan ajar adalah merupakan segala bahan atau alat yang disusun secara sistematis yang
menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam
proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Bahan ajar harus mengandung
pengetahuan (fakta, konsep, prinsip dan prosedur), keterampilan dan sikap (nilai) yang harus
dipelajari siswa agar tercapainya standar kompetensi.
2. Fungsi Bahan Ajar dalam Pembelajaran
Prastowo (2014) menyatakan bahwa fungsi bahan ajar bagi guru adalah untuk mengarahkan
semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran sekaligus merupakan substansi kompetensi yang
seharusnya diajarkan kepada siswa. Bahan ajar siswa akan menjadi pedoman proses
pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari. Bahan ajar juga
berfungsi sebagai alat evaluasi pencapaian hasil pembelajaran.
Bahan ajar berfungsi dalam pembelajaran individual yaitu sebagai media utama dalam
proses pembelajaran, sebagai alat yang digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses siswa
dalam memperoleh informasi dan sebagai penunjang media pembelajaran yang lainnya. Fungsi
bahan ajar dalam pembelajaran kelompok yaitu Sebagai bahan pendukung utama, dan apabila di
rancang sedemikian rupa, maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Jenis-jenis bahan ajar
Prastowo (2014) menyatakan bahwa pengelompokkan bahan ajar menurut bentuknya
dibedakan menjadi empat macam, yaitu bahan ajar cetak, bahan ajar pandang dengar, dan bahan
ajar interaktif. Bahan cetak (printed) yakni sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas, yang
dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi.
Bahan ajar dengar (audio), yakni semua sistem yang menggunakan sinyal radio secara
langsung, yang dapat dimainkan atau didengar oleh seseorang atau sekelompok orang.Contohnya
kaset, radio, piringan hitam, dan compack disk audio. Bahan ajar pandang dengar (audio visual),
yakni segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikandengan gambar
bergerak secara sekuensial. Contohnya video compact disk, film.
Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material), yakni kombinasi dari dua
atau lebih dari media (audio, teks, gambar, animasi, dan video) yang oleh penggunanya
dimanipulasi atau diberi perlakuan untuk mengendalikan suatu perintah atau perilaku alami dari
suatu presentasi Contohnya compac disk interaktif atau pembelajaran interaktif dengan program
Macromedia Flash.
A. Model Pembelajaran Guided Inquiry
Inquiry dibedakan menjadi lima tingkat yaitu praktikum (traditional handson),pengalaman
sains testruktur (structured science experiences), inkuiri terbimbing (guided inquiry), inkuiri
siswa mandiri (student directed inquiry), dan penelitian siswa (student research) (Amri &
Ahmadi, 2010).
Salah satu tingkatan dalam inquiry adalah guided inquiry atau inkuiri terbimbing. Menurut
Amri & Ahmadi (2010) dimana guided inquiry, siswa diberikan kesempatan untuk bekerja
merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan
dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjang, guru hanya berperan sebagai
fasilitator. Kegiatan pembelajaran demikian membawa dampak positif pada pengembangan
kreativitas berpikir siswa. Inquiry jenis ini sangat cocok apabila diterapkan pada materi pelajaran
yang kaya akan konsep-konsep dan prinsip-prinsip mendasar yang terdapat pada suatu bidang
ilmu.
Selama proses belajar berlangsung siswa akan memperoleh pedoman sesuai dengan yang
diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap
berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri
secara mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi
kelompok yang dapat menuntun siswa agar dapat memahami konsep.
1) Karakteristik Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)
Pelaksanaan penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry)
mempunyai karakteristik dalam proses pembelajaran pada peserta didik. Menurut
Ibrahim(2010) menyatakan ada beberapa karakteristik dari inkuiri yang perlu diperhatikan
sebagai berikut:
a) Peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir melalui observasi spesifik hingga
membuat infersi atau generalisasi
b) Sasarannya adalah mempelajari proses mengamati kejadian atau objek kemudian
menyusun generalisasi yang sesuai
c) Guru mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran misalnya kejadian, data, materi dan
berperan sebagai pemimpin kelas
d) Tiap-tiap peserta didik berusaha untuk membangun pola yang bermakna berdasarkan
hasil observasi di dalam kelas
e) Kelas diharapkan berfungsi sebagai laboraturium pembelajaran
f) Biasanya sejumlah generalisasi tertentu akan diperoleh dari peserta didik
g) Guru memotivasi semua peserta didik untuk mengkomunikasikan hasil generalisasinya
sehingga dapat dimanfaatkan oleh seluruh peserta didik di dalam kelas.
2) Ciri utama pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)
Pelaksanaan penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry)
mempunyai ciri utama dalam menjalankan proses pembelajaran pada peserta didik antara lain
sebagai berikut:
a) Strategi inkuiri menekankan kepada aktiitas peserta didik secara maksimal mencari dan
menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan peserta didik sebagai subjekbelajar
b) Seluruh aktivitas yang dilakukan peserta didik, peserta didik diarahkan untuk mencari dan
menemukan sendiridari suatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat membunuh
sikap percayadiri.
c) Tujuan dan penggunan model pembelajata Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry), adalah
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari mental, akibatnya dalam
pembelajaran inkuiri peserta didik tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan
tetapi peserta didik dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
B. Kemampuan Berpikir Kritis
Salah kompetensi dalam kurikulum 2013 adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin
tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis dan menganalisis
masalah . Spliter dalam Komalasari (2010) menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis
adalah keterampilan bernalar dan berpikir reflektif yang difokuskan untuk memutuskan hal-hal
yang diyakini dan dilakukan. Menurut Johnson (2006) berpikir kritis adalah aktivitas mental
sistematis yang dilakukan oleh orang-orang yang toleran dengan pikiran terbuka untuk
memperluas pemahaman mereka.
Menurut Rajendran (2013) critical thinking is the intellectually disciplined process of
activity and skillfully conceptualizing, appliying, analyzing, synthesizing, and evaluating
information. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa kemampuan berpikir kritis yang merupakan
proses
aktivitas
disiplin
secara
intelektual
dengan
terampil
mengkonseptualisasikan,
menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi. Ennis dalam Demir dkk.
(2011) mendefinisikan berpikir kritis sebagai sebuah cara berpikir yang wajar dan mendalam
ketika memutuskan apa peserta didik lakukan.
Seseorang dikatakan berpikir kritis dapat dilihat dari beberapa indikator. Menurut Ennis
dalam Susanto (2013) indikator keterampilan berpikir kritis dibagi menjadi lima kelompok yaitu:
1) Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification).
a. Memfokuskan pertanyaan.
b. Menganalisis pertanyaan.
c. Menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan.
2) Membangun keterampilan dasar (basic support).
a. Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak.
b. Mengamati serta mempertimbangkan suatu hasil laporan observasi.
3) Menyimpulkan.
a. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi.
b. Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi.
c. Membuat keputusan dan mempertimbangkan hasilnya.
4) Membuat penjelasan lebih lanjut (advanced clarification).
a. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi.
b. Mengidentifikasi asumsi.
5) Mengatur strategi dan taktik (strategies and tactics).
a. Memutuskan suatu tindakan.
b. Mengomunikasikan keputusan kepada orang lain.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir kritis
adalah proses aktivitas disiplin secara intelektual dengan terampil mengkonseptualisasikan,
menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi sehingga peserta didik
dapat membuat kesimpulan yang masuk akal. Indikator yang akan digunakan diteliti dalam
penelitian ini yaitu: (1) memberikan penjelasan sederhana, (2) membangun keterampilan dasar,
(3) menyimpulkan.
C. Keterkaitan antara Berpikir Kritis, Pendekatan Scientific, dan Model Guided Inquiry
Learning
Tilaar (2011) menjelaskan bahwa pengembangan berpikir kritis merupakan pemberikan
penghargaan kepada peserta didik sebagai pribadi (respect as person), mempersiapkan peserta
didik untuk kehidupan kedewasaannya. Selain itu, tujuan pembelajaran berpikir kritis pada
peserta didik menyiapkan mereka menjadi pemikir yang kritis, mampu bertanggung jawab dan
memecahkan masalah, sehingga dapat menghadapi kehidupan ditengah era globalisasi.
Mengembangkan kemampuan berpikir kritis adalah kewajiban guru sebagai pendidik,
dengan menggunakan model, pendekatan atau strategi pembelajaran yang sesuai dan prosesnya
mampu melatih peserta didik untuk berpikir kritis. Model pembelajaran merupakan kerangka
konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi
para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas pembelajaran.
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk inovasi pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh pendidik. Model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Model
pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model guided inquiry learning yang di
dalamnya menggunakan pendekatan yang telah diterapkan pada Kurikulum 2013 yaitu
pendekatan scientific (saintifik).
Model guided inquiry learning merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki
secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan,
sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku. Sedangkan, pendekatan
scientific adalah salah satu pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk
merangsang kemampuan berpikir peserta didik dalam memperoleh pengetahuan bermakna
dengan mencari tahu, merumuskan masalah, berpikir analitik sehingga membentuk domain
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang seimbang dan utuh melalui tahapan sistematis
meliputi mengamati (observing), menanya (questioning), menalar (associating), mencoba
(experimenting), membentuk jaringan (networking).
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran guided
inquiry learning memiliki keterkaitan yang kuat untuk mengembangkan kemampuan berpikir
kritis peserta didik. Keterkaitan antara ke-tiganya juga terlihat pada indikator dari berpikir kritis,
pendekatan saintifik, dan model pembelajaran inkuiri.
Download