MAKALAH “Analisis Penyerangan Kilang Minyak Aramco Menggunakan Model dan Teori Komunikasi Internasional” Diajukan untuk memenuhi UTS mata kuliah Komunikasi Internasional Dosen Pengampu: Dewi Anggrayni, M.Si.,Ph.D Disusun Oleh : Fiona Diana Dewi (1810412014) PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA 2019 Prakata Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “” Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia di program studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial Politik, Universitas Pembangunan Negeri “Veteran” Jakarta. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu. Dewi Anggrayni, M.Si.,Ph.D selaku dosen mata kuliah Komunikasi Internasional Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan sehingga mengharapkan masukan serta kritikan. Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan manfaat secara langsung kepada pembaca serta menambah pengetahuan para pembaca. Jakarta, 1 Oktober 2019 Penulis i DAFTAR ISI PRAKATA.. ..............................................................................................................................i DAFTAR ISI .............................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .....................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................2 1.3 Tujuan ..................................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertial Model Komunikasi Internasional........................................................3 2.2 Pengertial Teori Komunikasi Internasional..........................................................8 2.3 Kronologi dan Dampak Penyerangan Kilang Minyak Aramco Bagi Indonesia.....13 2.4 Analisis Menggunakan Teori dan Model Komunikasi Internasional………........18 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan.........................................................................................................23 ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .Serangan terhadap fasilitas kilang Saudi Aramco pada Sabtu (14/9) lalu telah mendongkrak harga minyak dunia ke level tertingginya untuk hampir empat bulan terakhir. Kenaikan itu terjadi sebagai reaksi pasar atas risiko berkurangnya pasokan global. Mengutip Reuters, Selasa (17/9), serangan itu memangkas produksi minyak mentah Arab Saudi hingga 5,7 barel per hari (bph) atau sekitar 5 persen dari pasokan global dunia. Tak hanya itu, serangan tersebut juga membatasi kemampuan Arab Saudi untuk menggunakan kapasitas produksi cadangan yang mampu memproduksi lebih dari 2 juta bph untuk kondisi darurat. Padahal, selama bertahun-tahun Arab Saudi merupakan satu-satunya negara produsen minyak dunia yang memiliki kapasitas cadangan yang dapat digunakan dengan cepat ketika terjadi kekurangan pasokan minyak global akibat perang maupun bencana alam.. Serangan ini berdampak kepada terpangkasnya lebih dari setengah total produksi minyak Saudi. Sri Mulyani mengatakan dampak itu timbul bila melihat dari jumlah pasokan minyak dari Arab Saudi ke seluruh dunia. dan dengan adanya 50 persen itu terpaksa berhenti .Ia menilai perlunya melihat kejelasan seberapa cepat Aramco bisa kembali normal, dan seberapa banyak negara yang suplai minyaknya bisa dipenuhi dari cadangan yang sekarang ada. Hal tersebut, perlu diperhatikan lantaran pemerintah dalam menjalankan dan mengelola perekonomian kerap muncul banyak faktor yang menimbulkan ketidakpastian, misalnya geopolitik, politik, serta ketidakpastian yang berasal dari kebijakan pemerintah. Harga minyak global diprediksi akan meningkat tajam setelah serangan dua kilang produksi minyak. Penyerangan ini mengakibatkan terpangkasnya produksi minyak Saudi lebih dari setengahnya, berdasarkan perkiraan pengamat energy Setelah serangan pesawat tak berawak mengganggu produksi di fasilitas pemrosesan minyak terbesar di dunia di Buqyaq, Arab Saudi, para pejabat AS mencurigai keterlibatan Iran. Setengah dari produksi minyak Arab Saudi dipengaruhi oleh peristiwa tersebut, yang akan membuat produksi minyak mentah dan ekspor minyak dan produk minyak turun. Harga minyak global naik sebanyak 20 persen setelahnya. Sementara kelompok pemberontak Houthi di Yaman mengklaim serangan itu, belum jelas dari mana asalnya atau negara mana yang terlibat. 1 1.2 Rumusan Masalah a. Apa yang dimaksud dengan Model Komunikasi Internasional? b. Apa yang dimaksud dengan Teori Komunikasi Internasional? c. Bagaimana Terjadinya Penyerangan Kilang Minyak Aramco? d. Dampak Penyerangan Kilang Minyak Aramco Bagi Indonesia? e. Apa yang harus dilakukan Indonesia dalam mengatasi efek dari penyerangan Kilang Minyak Aramco ? f. Aanalisis Kasus menggunakan Model & Teori Komunikasi Internasional 1.3 Tujuan a. Untuk Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Model Komunikasi Internasional? b. Untuk Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Teori Komunikasi Internasional? c. Untuk Mengetahui Bagaimana Terjadinya Penyerangan Kilang Minyak Aramco? d. Untuk Mengetahui Dampak Penyerangan Kilang Minyak Aramco Bagi Indonesia? e. Untuk Mengetahui Apa yang harus dilakukan Indonesia dalam mengatasi efek dari penyerangan Kilang Minyak Aramco ? f. Aanalisis Kasus menggunakan Model & Teori Komunikasi Internasional BAB II PEMBAHASAN 2.1 Model Komunikasi Internaional Model komunikasi internasional dapat dikatakan juga sebagai pandangan dalam memahami lebih mendalam mengenai kajian tersebut secara keilmuan. Berikut adalah beberapa perspektif komunikasi internasional yang perlu untuk diketahui: 1. Model Diplomatik Model komunikasi internasional yang pertama adalah diplomatik, yang sesuai dengan namanya berarti diplomasi yang dilakukan antar negara. Diplomasi memang bukan hal yang baru lagi dalam hubungan internasinoal atau antar negara, karena banyaknya kebutuhan kerjasama yang melibatkan satu negara dengan satu atau beberapa negara lain. Model diplomatik biasanya dilakukan dalam kelompok yang berukuran kecil dan berfokus pada tingkat interpersonal, misalnya oleh masing-masing perwakilan pejabat negara yang membahas kerjasama atau menyelesaikan konflik yang terjadi Model Model diplomatik biasanya dilakukan untuk mempererat hubungan antar negara, memperkuat posisi negara di mata negara lain atau dunia secara global, atau bahkan memperbaiki dan meningkatkan reputasi sebuah negara. Pertemuan yang mencakup perspektif diplomatik dapat dilakukan dalam berbagai format, baik yang bersifat formal maupun semi formal. Misalnya dilakukan melalui konfrensi pers, pertemuan politik, forum besar di PBB, forum tingkat regional negara, atau yang lebih bersifat semi formal seperti perjamuan dan makan malam negara. 2. Model Jurnalistik Model yang selanjutnya adalah jurnalistik, yang sesuai dengan namanya maka Model ini dilaksanakan melalui saluran atau channel media massa. Sep Berbicara mengenai komunikasi internasional, maka kita harus tau apa itu komunikasi internasional. Komunikasi internasional secara sederhana dapat diartikan sebagai komunikasi yang dilakukan oleh komunikator dalam hal ini komunikator dapat mewakili suatu negara untuk menyampaikan berbagai pesan-pesan yang berkaitan dengan kepentingan negaranya untuk disampaikan kepada komunikan yang mewakili suatu negara lainnya juga. 3. Model Propaganda Model komunikasi internasional yang terakhir adalah propoganda yang memiliiki sedikit kesamaan dengan perspektif jurnalistik, yaitu menggunakan kekuatan media massa. Namun perbedaannya adalah perspektif propogandistik lebih mengacu kepada penyebaran dan penanaman ide serta gagasan milik satu negara kepada masyarakat di negara lain untuk dapat mempengaruhi pemikiran, perasaan, dan tindakan mereka. Propoganda ini dibuat melalui gagasan yang diberikan, peristiwa yang terjadi, atau kebijakan suatu negara yang kemudian membuat masyarakat negara lain memberikan dukungan mereka atau bahkan mengubah sikap serta cara pandangnya1 2.2 Teori Komunikasi Internasional Komunikasi internasional secara sederhana dapat diartikan sebagai komunikasi yang dilakukan oleh komunikator dalam hal ini komunikator dapat mewakili suatu negara untuk menyampaikan berbagai pesan-pesan yang berkaitan dengan kepentingan negaranya untuk disampaikan kepada komunikan yang mewakili suatu negara lainnya juga. Komunikasi internasional merupakan instrumen yang sangat penting dalam dinamika hubungan internasional. Pada saat yang bersamaan negara yang dituju tersebut memberikan reaksi, saat itulah komunikasi internasional terjadi. Komunikasi Internasional terjadi seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mampu melahirkan berbagai teori-teori yang masing-masing 1 https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-internasional merefleksikan keprihatinan juga bergunanya teori-teori ini dalam pemahaman tentang prosesproses yang terlibat. Beberapa penjelasan singkat mengenai teori komunikasi internasional, Antara lain : 1. Teori Arus Bebas Teori ini berkenaan dengan arus informasi yang muncul secara bebas. Teori ini lahir ketika menjelang akhir perang dunia ke 2 dan bermula di negara Amerika Serikat. Secara dasar teori ini sebenarnya menjelaskan tentang adanya pasar bebas dan liberal yang diperjuangkan oleh para pemilik media untuk mendapatkan hak-hak mereka dalam menjual atau membagikan informasi secara bebas. 2. Teori Modernisasi Teori modernisasi ini muncul dari gagasan bahwa komunikasi massa internasional digunakan sebagai model menyebarkan ekonomi dan politik yang modern ( negara maju/barat) kepada negara yang dianggap tradisional (negara-negara berkembang). Teori Modernisasi ini adalah teori pembangunan yang menyatakan bahwa pembangunan dapat dicapai melalui mengikuti proses pengembangan yang digunakan oleh negara-negara berkembang saat ini. Teori ini mendefinisikan kualitas yang membedakan "modern" dan "tradisional" masyarakat. Pendidikan dilihat sebagai kunci untuk menciptakan individu modern. Teknologi memainkan peran kunci dalam teori pembangunan karena diyakini bahwa teknologi ini dikembangkan dan diperkenalkan kepada negara-negara maju yang lebih rendah akan memacu pertumbuhan ekonomi. Salah satu faktor kunci dalam Teori Modernisasi adalah keyakinan bahwa pembangunan memerlukan bantuan dari negara-negara maju untuk membantu negara-negara berkembang untuk belajar dari perkembangan mereka. Dengan demikian, teori ini dibangun di atas teori bahwa ada kemungkinan untuk pengembangan yang sama dicapai antara negara maju dan dikembangkan lebih rendah. 3. Teori Ketergantungan Teori yang muncul di Amerika latin pada akhir 1970an ini memiliki berbagi penjelasan, teori ini sejatinya bertujuan untuk memperkuat dominasi negara maju dan mempertahankan negara berkembang dalam posisi ketergantungan. 4. Teori Imperialis Struktur Merupakan teori yang berpandangan mengecam dominasi negara maju terhadap negara berkembang. Tujuannya untuk mempersoalkan keterbelakangan dan pembangunan negara dunia ketiga dan menantang hegemoni ekonomi, politik, budaya negara maju dalam berskala global. 5. Teori Hegemoni Dalam Komunikasi internasional hegemoni ini digunakan untuk mengkonseptualisasikan fungsi politik media massa sebagai konsep dasar dalam menyebarkan dan mempertahankan ideologi yang dominan kepada negara yang didominasi. Hegemoni dapat diartikan sebagai konsep penguasaan secara halus suatu negara terhadap negara lain terkait dengan berbagai aspek. Media massa internasional sangat berpengaruh didalam memperkuat konsep hegemoni ini terlebih oleh negara-negara maju terhadap negara berkembang. 6. Teori Kritik Merupakan pemikiran yang menekankan penilaian refleksi dan kritik dari masyarakat dan budaya dengan menerapkan pengetahuan dari ilmu-ilmu sosial humaniora. Humaniora adalah ilmu yang mempelajari tentang cara membuat atau mengangkat manusia menjadi lebih manusiawi dan berbudaya. 7. Ruang Publik Teori ini menjelaskan tentang adanya ruang didalam berkomunikasi melalui dunia nyata dan dunia maya, ruang publik ini memiliki berbagai cakupan yang sangat luas seperti halnya saat konferensi pers, adanya acara besar seperti acara Asian Games, pertemuan PBB dengan diiringi komunikasi dalam media sosial terkait hal yang sedang populer secara global. 8. Wacana Globalisasi Wacana globalisasi adalah sebuah proses masuk ke ruang lingkup dunia secara sistematis dan masuk akal. Wacana globalisasi ini dapat ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi suatu negara sehingga ia mampu berpengaruh mengubah dunia secara mendasar. Wacana globalisasi ini sangat berhubungan dengan komunikasi internasional dimana komunikasi internasional ini sangat memerlukan media yang dapat menghubungkan satu negara dengan negara lain(global)2 2.3 Penyerangan Kilang Minyak Aramco Dikutip dari media CNN Indonesia .Serangan terhadap fasilitas kilang Saudi Aramco pada Sabtu (14/9) lalu telah mendongkrak harga minyak dunia ke level tertingginya untuk hampir empat bulan terakhir. Kenaikan itu terjadi sebagai reaksi pasar atas risiko berkurangnya pasokan global. Mengutip Reuters, Selasa (17/9), serangan itu memangkas produksi minyak mentah Arab Saudi hingga 5,7 barel per hari (bph) atau sekitar 5 persen dari pasokan global dunia. Tak hanya itu, serangan tersebut juga membatasi kemampuan Arab Saudi untuk menggunakan kapasitas produksi cadangan yang mampu memproduksi lebih dari 2 juta bph untuk kondisi darurat. Padahal, selama bertahun-tahun Arab Saudi merupakan satu-satunya negara produsen minyak dunia yang memiliki kapasitas cadangan yang dapat digunakan dengan cepat ketika terjadi kekurangan pasokan minyak global akibat perang maupun bencana alam. Peran Arab Saudi sebagai produsen minyak sangat penting. Badan Energi Internasional (IEA) mencatat bantalan pasokan minyak global dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) 2 https://www.kompasiana.com/sigit93459/5bbb981f677ffb0c666f6d12/teori-komunikasi-internasional?page=all hanya 3,21 juta bph, di mana 2,27 juta diantaranya berasal dari Arab Saudi. Sisanya, sebanyak 940 ribu bph kapasitas cadangan sebagian besar dipegang oleh Kuwait dan Uni Emirat Arab. Kapasitas tersebut tentu tak cukup untuk menutup kapasitas cadangan Arab Saudi yang hilang akibat serangan tersebut. Selama ini, OPEC dan sekutunya (OPEC+) memang tengah menjalankan kebijakan pemangkasan produksi sebesar 1,2 juta bph. Mengingat mayoritas porsi pemangkasan berasal dari Arab Saudi, pembatalan kebijakan tersebut tidak akan serta merta mengerek pasokan global di saat terjadi gangguan. Sementara itu, kapasitas cadangan yang dimiliki negara non OPEC hanya sedikit. Sebagai contoh, Rusia hanya memiliki kemampuan untuk menambah produksi sekitar 100.000 hingga 150.000 bph. Sebenarnya, Iran memiliki kapasitas produksi cadangan. Namun, pasar tidak bisa mengakses minyak Iran akibat sanksi yang dikenakan oleh AS. Sejak April lalu, ekspor minyak Iran merosot sekitar 2 juta bph. Dan hingga kini, Gedung Putih belum memberikan sinyal bakal merelaksasi sanksi Iran usai serangan tersebut. Kondisi sama juga dialami oleh Venezuela yang saat ini menerima sanksi AS. Tanpa sanksi AS pun, produksi minyak Venezuela kian merosot sejak beberapa tahun terakhir. Sebenarnya, tanpa serangan ke Arab Saudi, kapasitas cadangan produksi minyak global terus menurun. Konsultan Energy Aspects memperkirakan kapasitas cadangan OPEC akan turun ke bawah 1 juta bph pada kuartal IV 2019 atau separuh dari kapasitas kuartal II 2019, 2 juta bph. Tanpa kapasitas cadangan, gangguan pasokan di masa depan bakal mengerek harga minyak. Sebagai respons, produsen bakal investasi dan produksi lebih banyak. Di saat yang sama, konsumen akan mengurangi konsumsinya. Harapan untuk menutup kekurangan pasokan dari Arab Saudi pun beralih ke AS di mana produksi minyak shale terus menanjak. Produsen minyak shale dapat memompa minyaknya lebih banyak untuk menahan lonjakan harga. Pasalnya, peningkatan produksi minyak shale dalam dilakukan dalam tempo bulanan, jauh lebih cepat dibandingkan produksi minyak konvensional. Sayangnya, kemampuan ekspor minyak AS terbatas mengingat pelabuhan minyak di Negeri Paman Sam sudah mendekati kapasitas optimalnya. IEA sendiri meyakinkan, saat ini, pasokan minyak global masih mencukupi meski produksi minyak Arab Saudi berkurang. Saat terjadi gangguan pasokan yang terduga, sejumlah negara dapat menggunakan cadangan strategisnya. Arab Saudi, AS, dan China memiliki ratusan juta barel minyak sebagai simpanan strategis. Simpanan tersebut dapat digunakan untuk meredam kenaikan harga. Hal itu seperti yang dilakukan oleh Presiden AS Donald Trump yang baru-baru ini menerbitkan izin untuk penggunaan Cadangan Minyak Strategis AS. Selain itu, IEA juga telah menginstruksikan anggotanya untuk menjaga simpanan minyak strategis di tiap negara setara dengan net impor untuk 90 hari. Kendati demikian, volatilitas pasar minyak akan meningkat seiring berkurangnya cadangan minyak negara-negara tersebut. Kepala Riset Minyak dan Gas (Migas) JP Morgan untuk Eropa, Timur Tengah, dan Afrika Christian Malek berkata bahwa pasar sedang mengalami kelebihan pasokan Selasa (17/9). Menurut ia, gangguan pasokan sebanyak 5 juta bph perlu terjadi selama 5 bulan untuk mengembalikan pasokan minyak mentah global ke rata-rata produksi normal 40 tahun terakhir Dampak Penyerangan Kilang Minyak Aramco Bagi Indonesia. Penyerangan pada Saudi Aramco merupakan peristiwa baru kali ini terjadi. Serangan ini berdampak kepada terpangkasnya lebih dari setengah total produksi minyak Saudi. Sri Mulyani mengatakan dampak itu timbul bila melihat dari jumlah pasokan minyak dari Arab Saudi ke seluruh dunia. "Apalagi dengan adanya 50 persen itu di-cut atau terpaksa berhenti," ujar dia. Ia menilai perlunya melihat kejelasan seberapa cepat Aramco bisa kembali normal, dan seberapa banyak negara yang suplai minyaknya bisa dipenuhi dari cadangan yang sekarang ada. Hal tersebut, menurut Sri Mulyani, perlu diperhatikan lantaran pemerintah dalam menjalankan dan mengelola perekonomian kerap muncul banyak faktor yang menimbulkan ketidakpastian, misalnya geopolitik, politik, serta ketidakpastian yang berasal dari kebijakan pemerintah. Harga minyak global diprediksi akan meningkat tajam setelah serangan dua kilang produksi minyak Arab Saudi pada Sabtu lalu. Penyerangan ini mengakibatkan terpangkasnya produksi minyak Saudi lebih dari setengahnya, berdasarkan perkiraan pengamat energi3 Sementara itu, kapasitas cadangan yang dimiliki negara non OPEC hanya sedikit. Sebagai contoh, Rusia hanya memiliki kemampuan untuk menambah produksi sekitar 100.000 hingga 150.000 bph. Sebenarnya, Iran memiliki kapasitas produksi cadangan. Namun, pasar tidak bisa mengakses minyak Iran akibat sanksi yang dikenakan oleh AS. Sejak April lalu, ekspor minyak 3 https://bisnis.tempo.co/read/1248602/sri-mulyani-sebutkan-dampak-dari-serangan-ke-kilang-saudi-aramco Iran merosot sekitar 2 juta bph. Dan hingga kini, Gedung Putih belum memberikan sinyal bakal merelaksasi sanksi Iran usai serangan tersebut. Kondisi sama juga dialami oleh Venezuela yang saat ini menerima sanksi AS. Tanpa sanksi AS pun, produksi minyak Venezuela kian merosot sejak beberapa tahun terakhir. Tanpa kapasitas cadangan, gangguan pasokan di masa depan bakal mengerek harga minyak. Sebagai respons, produsen bakal investasi dan produksi lebih banyak. Di saat yang sama, konsumen akan mengurangi konsumsinya. Harapan untuk menutup kekurangan pasokan dari Arab Saudi pun beralih ke AS di mana produksi minyak shale terus menanjak. Produsen minyak shale dapat memompa minyaknya lebih banyak untuk menahan lonjakan harga. Pasalnya, peningkatan produksi minyak shale dalam dilakukan dalam tempo bulanan, jauh lebih cepat dibandingkan produksi minyak konvensional.4 Sebagai contoh Perkembangan Harga Minyak Global pada tahun 2018 Setelah serangan pesawat tak berawak mengganggu produksi di fasilitas pemrosesan minyak terbesar di dunia di Buqyaq, Arab Saudi, para pejabat AS mencurigai keterlibatan Iran. Setengah dari produksi minyak Arab Saudi dipengaruhi oleh peristiwa tersebut, yang akan membuat produksi minyak mentah dan ekspor minyak dan produk minyak turun. Harga minyak global naik sebanyak 20 persen setelahnya. Sementara kelompok pemberontak Houthi di Yaman mengklaim serangan itu, belum jelas dari mana asalnya atau negara mana yang terlibat. Produksi dan ekspor minyak Saudi telah lemah bahkan sebelum serangan, seperti yang ditunjukkan grafik kami. Sejak November, produksi telah turun, dari 11 juta barel per hari menjadi di bawah 10. 4 https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190917153122-85-431257/serangan-kilang-saudi-aramco-danefeknya-ke-pasokan-minyak Ekspor turun lebih besar lagi, dengan kerajaan berusaha meningkatkan harga sebagai bagian dari strategi OPEC. Pada hari Kamis, ada berita bahwa AS telah, untuk pertama kalinya, mengekspor lebih banyak minyak dan produk minyak dalam satu bulan (Juni) daripada Arab Saudi. Baik pejabat AS dan Saudi telah mengatakan bahwa stok minyak yang ada dapat digunakan untuk mengurangi beberapa dampak serangan terhadap pasar global.5 .Bila hal ini terus terjadi makan kenaikan harga minyak dunia tidak ila hal ini terus terjadi makan kenaikan harga minyak dunia tidak bbisisaa d diihinhindadari dari dan tentunya berdampak pada perekonomian Indonesia yaitu kenaikan harga BBM dan berdampak lagi pada kenaikan harga (biaya pengantaran) bahan pangan maupun komoditas lainnya. Bila hal ini tidak bias ditangani dengan tepat tentunya akan membuat Indonesia mengimpor harga minyak demi menutupi kebutuhan minyak di Indonesia, hal ini bisa saja dilakukan dengan cara berhutang. Namun itu akan menjadi tambahan beban Negara serta menurunkan daya beli masyarakat. Kenaikan harga minyak juga bisa mempengaruhi inflasi di Indonesia yang mana akan mengalami kenaikan bila mengimpor minyak dengan harga beli lebih mahal akibat serangan minyak di Aramco. 5 https://www.statista.com/chart/19369/crude-oil-production-and-exports-saudi-arabia/ Salah satu cara mengatasinya ialah menggunakan Biodiesel untuk mengurangi impor minyak .Tujuan dari B20 adalah untuk mengurangi impor BBM. Sejak Indonesia menjadi net importir minyak pada 2004 lalu, angka impor BBM terus naik. Saat ini, kebutuhan BBM di dalam negeri mencapai 1,5 juta barel per hari (bph) tapi kilang Pertamina hanya mampu produksi BBM sebanyak 800 ribu bph. Separuh dari kebutuhan BBM harus diimpor dari luar negeri setiap hari sehingga menguras devisa dan membebani rupiah.6 Salah satu impor yang dikurangi adalah BBM, di antaranya dengan mengganti sebagian jenis Solar dengan Biosolar atau Biodiesel berbahan baku kelapa sawit. Meski harga Biodiesel lebih mahal dibandingkan solar, namun sebagai negara dengan produksi minyak sawit terbesar di dunia, indonesia tak perlu mengimpor minyak sawit (FAME/Fatty Acid Methyl Eter) yang menjadi campuran solar menjadi Biodiesel. Dan lagi sejak 1 September 2018, pemerintah mewajibkan penggunaan Biodiesel B20, yakni Solar dengan campuran FAME sebanyak 20 persen. Dengan cara ini, pemerintah berharap dapat menghemat devisa pada satu sisi, dan pada sisi lain meningkatkan konsumsi minyak sawit di dalam negeri, untuk mengimbangi pelemahan pasar global.Bila hal ini dimaksimalkan dapat setidaknya mengurangi efek kenaikan harga minyak dunia pada Indonesia 6 https://kumparan.com/@kumparanbisnis/infografik-penggunaan-biodiesel-b20-siasat-untuk-menghemat-devisa1535719778936087977 Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan cara mengalihkan impor minyak Aramco dengan mengimpor Shale Gas milik Amerika . Shale gas berpotensi mengubah industri energi dunia. Itu berlimpah. Itu murah. Itu membakar lebih bersih daripada bahan bakar fosil. Dan itu ditemukan hampir di mana-mana. Tetapi agar shale gas menjadi pengubah permainan yang diprediksi oleh beberapa analis, industri ini harus mengatasi rintangan reputasi dan peraturan yang luar biasa. Dan tidak ada jaminan bahwa harga gas bumi akan naik cukup tinggi untuk membuat biaya tinggi, risiko keuangan, dan periode pengembangan yang diperpanjang sepadan dengan pengembaliannya. Bahkan masih, dengan prospek keuntungan besar dan pasokan yang stabil dan aman, para pemain di tingkat nasional dan industri menempatkan taruhan mereka. Dengan menawarkan kepada negara-negara cara yang ramah karbon dan murah untuk membantu memenuhi kebutuhan energi mereka, shale gas memiliki potensi untuk menggantikan bahan bakar fosil di lokasi tertentu dan berpotensi memperlambat pengembangan sumber-sumber terbarukan. Dengan simpanan gas serpih ditemukan di daerah-daerah yang sebelumnya tidak memiliki cadangan gas yang dapat dieksploitasi, produksi serpih gas dapat mengubah negaranegara yang secara tradisional mengimpor gas alam menjadi produsen, membuat mereka lebih mandiri dengan pasokan domestik. Dan simpanan gas serpih ditemukan di pasar energi yang matang dan terbelakang, membuka potensi untuk menyamakan kedudukan dalam hal penawaran dan permintaan. Agar shale gas menjadi gamechanger yang diprediksi oleh beberapa analis, industri ini harus mengatasi rintangan reputasi dan regulasi yang luar biasa. Shale gas telah menjadi sumber energi yang layak karena penggunaan teknologi rekah hidrolik, atau “fracking”, untuk mengekstraksinya. Teknologi Fracking, telah digunakan di reservoir minyak dan formasi yang ketat selama bertahun-tahun tanpa menimbulkan kekhawatiran signifikan dibandingkan dengan metode ekstraksi yang lebih tradisional. Peningkatan pengawasan terhadap dampak lingkungan dari teknologi dan potensinya untuk menyebabkan kerusakan lingkungan yang lebih besar dalam konteks shale gas - dengan endapan yang lebih dangkal, permeabilitas yang lebih besar, dan formasi yang lebih dangkal - adalah hasil dari peran yang lebih besar yang dapat dimainkan sumber energi ini di suatu negara Semua produksi energi menciptakan risiko keselamatan dan lingkungan. Sejauh mana shale gas akan menjadi komponen yang lebih besar dari bauran energi akan tergantung, sampai batas tertentu, pada perlindungan lingkungan versus trade-off pertumbuhan ekonomi. Di beberapa negara, seperti Perancis, masalah lingkungan telah menyebabkan regulator menunda atau melarang pematahan hidrolik di beberapa daerah sepenuhnya. Negara-negara lain, seperti Argentina dan Cina, mungkin bersedia mengambil risiko lingkungan yang lebih besar untuk memajukan produksi gas serpih agar menjadi lebih mandiri dan memenuhi permintaan energi yang meningkat. Sisi lain yang menarik dari produksi skala penuh adalah banyaknya pekerjaan baru yang akan dibuka oleh produksi skala penuh untuk pekerja berketerampilan rendah di negara-negara ini.7 Shale Gas (serpihan), dinamai demikian karena letaknnya berada di bebatuan dan sulit dijangkau dan, baru satu dekade terakhir upaya penambangannya membuahkan hasil. Amerika Serikat yang sukses mengekstrak minyak dan gas dari shale ini. Keberhasilan ini bahkan disebut sebagai revolusi energi dunia, dan menjadi alternatif sumber energi baru. AS pun muncul sebagai negara baru pengekspor bahan bakar. Bahkan untuk gas, mengalahkan Rusia sebagai penyuplai terbesar. Tak pelak, kondisi tersebut menekan harga gas dunia dan membuat sejumlah negara eksportir tradisional di Asia mulai mencari pasar baru. Tak berlebihan bila dikatakan bahwa, shale membalikkan jalur lalulintas perdagangan bahan bakar yang sebelumnya dari dari Timur ke Barat. Hal ini telah membuat AS hampi menjadikan dirinya swasembada energi .8 2.4 Analisis Menggunakan Model dan Teori Komunikasi Internasional A. Menggunakan Model Komunikasi Internasional 1. Model Diplomatik Model komunikasi internasional yang pertama adalah diplomatik, yang sesuai dengan namanya berarti diplomasi yang dilakukan antar negara. Diplomasi memang bukan hal yang baru lagi dalam hubungan internasinoal atau antar negara, karena banyaknya kebutuhan kerjasama yang melibatkan satu negara dengan satu atau beberapa negara lain. Dalam kasus penyerangan Kilang Minyak Aramco, Amerika melancarkan aksi diplomasinya yaitu dengan mendekati Arab Saudi dan berkata akan ikut mengawasi siapa di balik penyerangan drone ke pangkalan minyak di 7 Shale Gas –A Global Perspective Oleh Jurnal KPMG Global Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul "Shale Gas, Revolusi Energi Dunia" , https://katadata.co.id/infografik/2015/01/03/shale-gas-revolusi-energi-dunia 8 Saudi. Disini AS melakukan diplomasi untuk mempererat hubungan bilateras AS-Saudi dengan memanfaatkan fenomena penyerangan ini. 2. Model Jurnalistik Model yang selanjutnya adalah jurnalistik, yang sesuai dengan namanya maka Model ini dilaksanakan melalui saluran atau channel media massa. Dalam kasus ini dapat dipastikan bahwa kehadiran media Internasional maupun media local di berbagai Negara sebagai alat jurnalistik yaitu untuk menyebarkan informasi netral atau fakta maupun perspektif ataupun propaganda atas kejadian ini. Seperti yang terdapat di CNN, New York Times, imes, Detik.com. 3. Model Propaganda Model komunikasi internasional yang terakhir adalah propoganda yang memiliiki sedikit kesamaan dengan perspektif jurnalistik, yaitu menggunakan kekuatan media massa. Namun perbedaannya adalah perspektif propogandistik lebih mengacu kepada penyebaran dan penanaman ide serta gagasan milik satu negara kepada masyarakat di negara lain untuk dapat mempengaruhi pemikiran, perasaan, dan tindakan mereka. Propoganda ini dibuat melalui gagasan yang diberikan, peristiwa yang terjadi, atau kebijakan suatu negara yang kemudian membuat masyarakat negara lain memberikan dukungan mereka atau bahkan mengubah sikap serta cara pandang.Dalam kasus penyerangan kilang minyak Aramco dapat dipastikan bahwa Amerikamerika tampaknya melakukan propaganda. Setelah serangan pesawat tak berawak mengganggu produksi di fasilitas pemrosesan minyak terbesar di dunia di Aramco ,para pejabat AS mencurigai keterlibatan Iran. Setengah dari produksi minyak Arab Saudi dipengaruhi oleh peristiwa tersebut, yang akan membuat produksi minyak mentah dan ekspor minyak dan produk minyak turun. Harga minyak global naik sebanyak 20 persen setelahnya. Sementara kelompok pemberontak Houthi di Yaman mengklaim serangan itu, belum jelas dari mana asalnya atau negara mana yang terlibat. Dengan menyatkan kecurigaan terhadap Iran makan public dan media massa aka nada yang mempercayainya .Lalu memanfaatkan kekuasaannya sebagai Negara hegemoni saat ini tyang memberikan sanksi embargo terhadap Iran. Venezuela dan Negara penghail minyak lainnya. Sehingga membuat Negara lain terpaksa tetap membeli di Aramco meskipun ada kenaikan harga yang cukup signifikan. Serta mecari alternative lain seperti membeli Shale Gas Amerika yang lebih murah harganya. B. Menggunakan Teori Komunikasi Internasional 1. Teori Arus Bebas Informasi Teori ini berkenaan dengan arus informasi yang muncul secara bebas. Teori ini lahir ketika menjelang akhir perang dunia ke 2 dan bermula di negara Amerika Serikat. Secara dasar teori ini sebenarnya menjelaskan tentang adanya pasar bebas dan liberal yang diperjuangkan oleh para pemilik media untuk mendapatkan hak-hak mereka dalam menjual atau membagikan informasi secara Wacana Globalisasi. Dalam kasus ini dapat dilihat bahwa adanya percepatan penyebran arus informasi mengenai Kilang Minyak Aramco diserang keseluruh dunia telah menyebabkan antisipasi dan kepanikan atas dampak yang ditimbulkan . Dengan diberitakannya kasus ini di berbagai media internasional maupun media local di berbagai Negara bukti dari Teori Arus Bebas Informasi yaitu dimana percepatan penyebaran informasi telah terjadi. Serta membentuk opini (propaganda) mengenai siapa yang telah menyerang Kilang Minyak Aramco dan tujuan di balik penyerangan tersebut. 2. Wacana globalisasi Wacana globalisasi adalah sebuah proses masuk ke ruang lingkup dunia secara sistematis dan masuk akal. Wacana globalisasi ini dapat ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi suatu negara sehingga ia mampu berpengaruh mengubah dunia secara mendasar. Wacana globalisasi ini sangat berhubungan dengan komunikasi internasional dimana komunikasi internasional ini sangat memerlukan media yang dapat menghubungkan satu negara dengan negara lain (global). bebas. Dalam Kasus ini Amerika yang telah berhasil mengembangkan merika yang telah berhasil mengembangkan Shale Gas miliknya telah diuntungkan atas kejadian penyerangan Aramco. Hal ini terjadi karena Amerika Serikat yang sukses mengekstrak minyak dan gas dari shale ini. Keberhasilan ini bahkan disebut sebagai revolusi energi dunia, dan menjadi alternatif sumber energi baru. AS pun muncul sebagai negara baru pengekspor bahan bakar. Bahkan untuk gas, mengalahkan Rusia sebagai penyuplai terbesar. Tak pelak, kondisi tersebut menekan harga gas dunia dan membuat sejumlah negara eksportir tradisional di Asia mulai mencari pasar baru. Tak berlebihan bila dikatakan bahwa, shale membalikkan jalur lalulintas perdagangan bahan bakar yang sebelumnya dari dari Timur ke Barat. Hal ini telah membuat AS hampi menjadikan dirinya swasembada energy. Berkat penambangan shale di AS, impor bahan bakar negara ini menurun hingga separuhnya dalam lima tahun terakhir. Ini sekaligus merupakan berita baik bagi Asia, yang mengalami peningkatan kebutuhan bahan bakar untuk menopang laju pertumbuhan ekonominya selama beberapa dekade ke depan. Ketergantungan terhadap bahan bakar dari Timur Tengah juga menurun sehingga harga tak lagi bergejolak manakala terjadi krisis di negara-negara Arab. Indonesia pun bila berhasil memaksimalkan Biodiesel nya tak menutup kemungkinan tidak akan terlalu terdampak kenaikan harga minyak dunia. untuk mengurangi impor minyak .Tujuan dari B20 adalah untuk mengurangi impor BBM. Sejak Indonesia menjadi net importir minyak pada 2004 lalu, angka impor BBM terus naik. Saat ini, kebutuhan BBM di dalam negeri mencapai 1,5 juta barel per hari (bph) tapi kilang Pertamina hanya mampu produksi BBM sebanyak 800 ribu bph. Separuh dari kebutuhan BBM harus diimpor dari luar negeri setiap hari sehingga menguras devisa dan membebani rupiah. Salah satu impor yang dikurangi adalah BBM, di antaranya dengan mengganti sebagian jenis Solar dengan Biosolar atau Biodiesel berbahan baku kelapa sawit. Meski harga Biodiesel lebih mahal dibandingkan solar, namun sebagai negara dengan produksi minyak sawit terbesar di dunia, indonesia tak perlu mengimpor minyak sawit (FAME/Fatty Acid Methyl Eter) yang menjadi campuran solar menjadi Biodiesel. Dan lagi sejak 1 September 2018, pemerintah mewajibkan penggunaan Biodiesel B20, yakni Solar dengan campuran FAME sebanyak 20 persen. Dengan cara ini, pemerintah berharap dapat menghemat devisa pada satu sisi, dan pada sisi lain meningkatkan konsumsi minyak sawit di dalam negeri, untuk mengimbangi pelemahan pasar global.Bila hal ini dimaksimalkan dapat setidaknya mengurangi efek kenaikan harga minyak dunia pada Indonesia 3. Teori Ketergantungan Teori yang muncul di Amerika latin pada akhir 1970an ini memiliki berbagi penjelasan, teori ini sejatinya bertujuan untuk memperkuat dominasi suatu negara dan mempertahankan negara lain dalam posisi ketergantungan. Dalam kasus ini dapat dikatakan bahwa Ketergantungan Dunia terhadap Aramco telah menyebabkan kepanikan dan efek negative kepada Negara-negara lainnya, terutama dengan maraknya konflik di Timur Tengah dan penyerangan terhadap kilang minyak tsb. Hal ini telah menimbulkan tanda Tanya siapa yang melakukannya. Meskipun kelompok pemberontak dari Yaman telah mengakuinya namun dengan Amerika yang diuntungkan dalam masalah ini merupakan propaganda nyata. Dimana Shale Gas Amerika telah mengalami kenaikan keuntungan akibat penyerangan tersebut. Dan ditambah Negara lain seperti Iran dan Venezuela meskipun memiliki cadangan minyak namun Negara lain tidak dapat mengaksesnya akibat sanski embargo AS terhadap mereka.Hal ini tentunya menyebabkan posisi sulital ini tentunya menyebabkan posisi sulit bagi Negara lain yang tidak memiliki cadangan mnyak dan mengalami inflasi akibat penyerangan Kilang Minyak Aramco 3.1 Kesimpulan Saudi Aramco (Arabic: ايدووسلا أرام كوʾArāmkō al-Saʿūdiyyah), officially the Saudi Arabian Oil Company (formerly Arabian-American Oil Company), is a Saudi Arabian national petroleum and natural gas company based in Dhahran, Saudi Arabia. Majalah bisnis Forbes menobatkan Saudi Aramco sebagai perusahaan minyak dan gas terbesar di dunia dengan produksi 12,5 juta barel per hari. Perusahaan membukukan pendapatan US$ 1 miliar atau sekitar Rp 13,3 triliun per hari. Pada 2015, perusahaan milik pemerintah Arab Saudi itu membukukan pendapatan US$ 478 miliar atau setara Rp 6.387 triliun dengan kurs Rp 13.362 per dolar Amerika Serikat.Awalnya Aramco adalah merupakan perusahaan minyak Amerika Serikat. Perusahaan ini didirikan oleh Standard Oil of California (kini bernama Chevron) dan awalnya bernama the California Arabian Standard Oil Company (CASOC). Perusahaan mengamankan hak konsesi dari pemerintah Arab Saudi pada 1933 untuk mencari tambang minyak. Kemudian perusahaan mulai menemukan ladang migas pada 1938, di wilayah pantai timur Arab Saudi. Pada 1948, nama perusahaan diganti menjadi the Arabian American Oil Company (Aramco) yang kepemilikannya juga masih patungan dengan Standard Oil of California, Texaco, Standard Oil of New Jersey (sekarang bernama ExxonMobil) dan Standard Oil of New York.Pertamina juga pernah melakukan kerjasama dengan Aramco demi memenuh kebutuhan minyak nasional. Kerjasama Pertamina dan Aramco merupakan salah satu upaya untuk memenuhi energi minyak Indonesia, hal ini di landasi pada turunnya produksi minyak Indonesia, agar dapat memenuhi energy minyak Indonesia di butuhkan kesepakatan, untukmengembangkan kilang Cilacap, dengan program RDMP untuk merevitalisasi kilang. Serangan terhadap fasilitas kilang Saudi Aramco pada Sabtu (14/9) lalu telah mendongkrak harga minyak dunia ke level tertingginya untuk hampir empat bulan terakhir. Kenaikan itu terjadi sebagai reaksi pasar atas risiko berkurangnya pasokan global. Mengutip Reuters, Selasa (17/9), serangan itu memangkas produksi minyak mentah Arab Saudi hingga 5,7 barel per hari (bph) atau sekitar 5 persen dari pasokan global dunia. Tak hanya itu, serangan tersebut juga membatasi kemampuan Arab Saudi untuk menggunakan kapasitas produksi cadangan yang mampu memproduksi lebih dari 2 juta bph untuk kondisi darurat. Padahal, selama bertahun-tahun Arab Saudi merupakan satu-satunya negara produsen minyak dunia yang memiliki kapasitas cadangan yang dapat digunakan dengan cepat ketika terjadi kekurangan pasokan minyak global akibat perang maupun bencana alam. Penyerangan pada Saudi Aramco merupakan peristiwa baru kali ini terjadi. Serangan ini berdampak kepada terpangkasnya lebih dari setengah total produksi minyak Saudi. Sri Mulyani mengatakan dampak itu timbul bila melihat dari jumlah pasokan minyak dari Arab Saudi ke seluruh dunia. "Apalagi dengan adanya 50 persen itu di-cut atau terpaksa berhenti," ujar dia. Ia menilai perlunya melihat kejelasan seberapa cepat Aramco bisa kembali normal, dan seberapa banyak negara yang suplai minyaknya bisa dipenuhi dari cadangan yang sekarang ada. Hal tersebut, menurut Sri Mulyani, perlu diperhatikan lantaran pemerintah dalam menjalankan dan mengelola perekonomian kerap muncul banyak faktor yang menimbulkan ketidakpastian, misalnya geopolitik, politik, serta ketidakpastian yang berasal dari kebijakan pemerintah. Harga minyak global diprediksi akan meningkat tajam setelah serangan dua kilang produksi minyak Arab Saudi pada Sabtu lalu. Penyerangan ini mengakibatkan terpangkasnya produksi minyak Saudi lebih dari setengahnya, berdasarkan perkiraan pengamat energi Bila hal ini terus terjadi makan kenaikan harga minyak dunia tidak ila hal ini terus terjadi makan kenaikan harga minyak dunia tidak bbisisaa d diihinhindadari dari dan tentunya berdampak pada perekonomian Indonesia yaitu kenaikan harga BBM dan berdampak lagi pada kenaikan harga (biaya pengantaran) bahan pangan maupun komoditas lainnya. Bila hal ini tidak bias ditangani dengan tepat tentunya akan membuat Indonesia mengimpor harga minyak demi menutupi kebutuhan minyak di Indonesia, hal ini bisa saja dilakukan dengan cara berhutang. Namun itu akan menjadi tambahan beban Negara serta menurunkan daya beli masyarakat. Kenaikan harga minyak juga bisa mempengaruhi inflasi di Indonesia yang mana akan mengalami kenaikan bila mengimpor minyak dengan harga beli lebih mahal akibat serangan minyak di Aramco. Salah satu cara mengatasinya ialah menggunakan Biodiesel untuk mengurangi impor minyak .Tujuan dari B20 adalah untuk mengurangi impor BBM.Dengan cara ini, pemerintah berharap dapat menghemat devisa pada satu sisi, dan pada sisi lain meningkatkan konsumsi minyak sawit di dalam negeri, untuk mengimbangi pelemahan pasar global.Bila hal ini dimaksimalkan dapat setidaknya mengurangi efek kenaikan harga minyak dunia pada Indonesia. Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan cara mengalihkan impor minyak Aramco dengan mengimpor Shale Gas milik Amerika . Shale Gas (serpihan), dinamai demikian karena letaknnya berada di bebatuan dan sulit dijangkau dan, baru satu dekade terakhir upaya penambangannya membuahkan hasil. Amerika Serikat yang sukses mengekstrak minyak dan gas dari shale ini. Keberhasilan ini bahkan disebut sebagai revolusi energi dunia, dan menjadi alternatif sumber energi baru. AS pun muncul sebagai negara baru pengekspor bahan bakar. Bahkan untuk gas, mengalahkan Rusia sebagai penyuplai terbesar. Tak pelak, kondisi tersebut menekan harga gas dunia dan membuat sejumlah negara eksportir tradisional di Asia mulai mencari pasar baru. Tak berlebihan bila dikatakan bahwa, shale membalikkan jalur lalulintas perdagangan bahan bakar yang sebelumnya dari dari Timur ke Barat. Hal ini telah membuat AS hampi menjadikan dirinya swasembada energi . 3.2 Daftrar Pustaka "Shale Gas, Revolusi Energi Dunia" , https://katadata.co.id/infografik/2015/01/03/shalegas-revolusi-energi-dunia "Crude Oil Production And Exports", https://www.statista.com/chart/19369/crude-oilproduction-and-exports-saudi-arabia/ "Infografik Penggunaan Biodiesel B20, Siasat Menghemat Devisa", https://kumparan.com/@kumparanbisnis/infografik-penggunaan-biodiesel-b20-siasatuntuk-menghemat-devisa-1535719778936087977 "Serangan Kilang Saudi Aramco dan Efeknya ke Pasokan Minyak", https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190917153122-85-431257/serangan-kilangsaudi-aramco-dan-efeknya-ke-pasokan-minyak Sri Mulyani Sebutkan Dampak Dari Serangan Ke Kilang Saudi Aramco ", https://bisnis.tempo.co/read/1248602/sri-mulyani-sebutkan-dampak-dari-serangan-kekilang-saudi-aramco "Teori Komunikasi Internasional " , https://www.kompasiana.com/sigit93459/5bbb981f677ffb0c666f6d12/teori-komunikasiinternasional?page=all "Model Komunikasi Internasional" , https://pakarkomunikasi.com/komunikasi- internasional “Shale Gas –A Global Perspective” Oleh Jurnal KPMG Global