BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi pada abad ke 21 ini telah memberikan kepraktisan bagi masyarakat modern untuk melakukan berbagai kegiatan komunikasi secara elektronik salah satunya dalam bidang seperti perdagangan pendidikan dan perbankan. Kegiatan berbisnis secara elektronik ini dikenal dengan nama e-commerce. Dengan teknologi informasi khususnya dengan jaringan computer yang luas seperti internet. Barang dan jasa dapat dipromosikan secara luas dalam skala global. Kepada calon konsumen pun diberikan kemudahan-kemudahan yang memungkinkan mereka mengakses dan membeli produk dan jasa yang dimaksud secara praktis. Urian Misalnya pelayanan kartu kredit. Perkembangan ini rupanya membawa serta dampak negative dalam hal keamanan. Praktek-praktek kejahatan dalam jaringan computer kerap terjadi dan meresahkan masyarakat, misalnya pencurian sandi lewat dan nomor rahasia kartu kredit. Akibat dari hal seperti ini aspek keamanan dan penggunaan jaringan computer menjadi hal yang krusial. Sejak ditetapkannya Indonesia Sehat 2010 sebagai visi Kesehatan, maka Indonesia telah menetapkan pembaharuan kebijakan dalam pembangunan kesehatan, yaitu paradigma sehat yang inti pokoknya adalah menekankan pentingnya kesehatan sebagai hak asasi manusia, kesehatan sebagai investasi bangsa dan kesehatan sebagai titik sentral pembangunan nasional (Budiharto,dkk , 2006). Sehubungan dengan hal ini maka perlu dikembangkan sistem informasi kesehatan nasional dan kesehatan daerah yang terpadu yang mampu menghasilkan data/informasi yang akurat, tepat waktu dan lengkap, sehingga mampu menjadi bagian utama dari pengambilan keputusan, khususnya bagi institusi pelayanan kesehatan yaitu rumah sakit dan puskesmas. Smart card merupakan salah satu pengembangan sistem informasi kesehatan yang telah dikembangkan di negara-negara maju seperti negara-negara di Eropah. Smart card, seperti artinya yaitu sebuah kartu cerdas yang di pegang oleh klien dan tenaga kesehatan untuk dapat mengakses dengan mudah data kesehatan klien secara akurat. Pelayanan kesehatan yang bervisi maju serta mengedepankan kenyamanan, dilakukan pengembangan “Aplikasi Pelayanan Kesehatan” dengan berbasis pada smart card. Studi yang dilakukan kali ini merupakan upaya untuk mengembangkan pendayagunaan salah satu aplikasi teknologi informasi, khususnya smart card ke dalam sistem pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia. Sistem Aplikasi yang dikembangkan ini diproyeksikan untuk mendayagunakan penggunaan smart card dalam manajemen sumber daya di sebuah unit pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit atau Klinik baik yang berdiri sendiri atau yang berada di dalam suatu institusi, serta untuk memberikan pelayanan yang lebih cepat, tepat dan berfungsi tinggi, yang membuat suasana suatu unit pelayanan kesehatan lebih maju dan terkontrol dalam sistem informasi yang memadai (Sarinanto, dkk, 2002). Dalam pengelolaan Rumah Sakit misalnya, telah umum digunakan kartu rumah sakit yang lebih merupakan kartu pengenal pasien yang terdiri atas informasi umum yang sangat dasar meliputi identitas pasien yang merupakan media verifikasi terhadap catatan pasien di database suatu rumah sakit. Akan tetapi selama ini yang dapat disimpan di kartu adalah catatan secara manual (tampilan visual pada kartu) atau kode pasien yang biasanya statis, dan hanya berisi informasi singkat. Seiring dengan kemajuan Teknologi informasi, pengelolaan informasi di dalam suatu institusi seperti Rumah Sakit, khususnya dengan skala besar sudah semakin berkembang. Jika jumlah pasien dan transaksi (baik mengenai perawatan kesehatan maupun finansial) semakin membesar maka untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan diperlukan efisiensi dan efektifitas di berbagai sendi. Berkaitan dengan hal ini, jika ada kartu yang dapat langsung mengisikan data / informasi pasien ke komputer dan langsung dapat mengadakan transaksi secara elektronis untuk mengisikan data-data penting maka akan lebih memudahkan pengelola Rumah Sakit untuk memberikan pelayanan. Disamping itu juga memberi keuntungan bagi pasien rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan dengan data yang berkesinambungan pada rumah sakit yang dirujuk (Sarinanto, dkk, 2002) . B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana aplikasi smart card dalam dunia kesehatan? 2. Bagaimana aplikasi smart card dalam dunia keperawatan? 3. Apakah spesifikasi umum smart card yang digunakan pada pelayanan kesehatan? 4. Bagaimanakah memori dari data card yang digunakan pada pelayanan kesehatan? 5. Bagaimana keamanan dan otentikasi dari card yang digunakan pada pelayanan kesehatan? 6. Apa saja keuntungan dari smart card yang digunakan pada pelayanan kesehatan? 7. Bagaimana aktivitas dari smart card yang digunakan pada pelayanan kesehatan? BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Keamanan Sistem Informasi Menurut G. J. Simons, keamanan informasi adalah bagaimana kita dapat mencegah penipuan (cheating) atau, paling tidak, mendeteksi adanya penipuan di sebuah sistem yang berbasis informasi, dimana informasinya sendiri tidak memiliki arti fisik Selain itu sebagai kebijakan, mencegah keamanan prosedur, akses dan yang sistem informasi pengukuran tidak teknis sah, bisa diartikan yang digunakan untuk perubahan program, pencurian, atau kerusakan fisik terhadap sistem informasi. Sistem pengamanan terhadap teknologi informasi dapat ditingkatkan dengan menggunakan teknik- teknik dan peralatanperalatan untukmengamankan perangkat keras dan lunak ko mputer, jaringan komunikasi, dan data. Keamanan jaringan internet adalah Manajemen pengelolaan keamanan yang bertujuan mencegah, mengatasi, dan melindungi berbagai sistem informasi dari resiko terjadinya tindakan ilegal seperti penggunaan tanpa izin, penyusupan, dan perusakan terhadap berbagai informasi yang di miliki. Resiko terhadap keamanan sistem informasi mencakup dua hal utama yaitu ancaman terhadap keamanan system informasi dan kelemahan keamanan system informasi. Masalah tersebut pada gilirannya berdampak kepada 6 hal yang utama dalam sistem informasi yaitu : Efektifitas Efisiensi Kerahaasiaan Integritas Keberadaan (availability) Kepatuhan (compliance) Keandalan (reliability) Untuk menjamin hal tersebut maka keamanan sistem informasi baru dapat terkriteriakan dengan baik. Adapun kriteria yag perlu di perhatikan dalam masalah keamanan sistem informasi membutuhkan 10 domain keamanan yang perlu di perhatikan yaitu : 1. Akses kontrol sistem yang digunakan 2. Telekomunikasi dan jaringan yang dipakai 3. Manajemen praktis yang di pakai 4. Pengembangan sistem aplikasi yang digunakan 5. Cryptographs yang diterapkan 6. Arsitektur dari sistem informasi yang diterapkan 7. Pengoperasian yang ada 8. Busineess Continuity Plan (BCP) dan Disaster Recovery Plan (DRP) 9. Kebutuhan Hukum, bentuk investigasi dan kode etik yang diterapkan 10. Tata letak fisik dari sistem yang ada `Dari domain tersebutlah isu keamanan sistem informasi dapat kita klasifikasikan berdasarkan ancaman dan kelemahan sistem yang dimiliki. B. Aplikasi Smart Card Dalam Dunia Keperawatan Keperawatan merupakan bagian intergral dari layanan kesehatan. Itu berarti bahwa aktivitas keperawatan di semua ruang lingkupnya adalah merupakan elemen dari keberhasilan pelayanan kesehatan. Sebagai salah satu elemen penting, keperawatan terus meningkatkan diri mengikuti perkembangan teknologi global dalam meningkatkan derajat kesehatan melalui peningkatan mutu layanan kesehatan yang salah satunya adalah melalui teknologi informasi, khususnya sistem informasi manajemen keperawatan (SIM Keperawatan). SIM Keperawatan merupakan bagian dari SIM Kesehatan yang mencakup aspek keperawatan termasuk didalamnya mengenai peningkatan dokumentasi keperawatan (Telemark College, 2001 dalam Sulistyowati, 2010 ). Aplikasi pengguanaan smartcard pada sistem pelayanan keperawatan sangat memungkinkan karena memang lingkup layanan keperawatan sangat luas dan perawat merupakan salah tenaga profesional kesehatan (Kardas & Tunali, 2006). Smartcard dapat digunakan dalam aktivitas pemberian asuhan keperawatan. Mulai dari pengkajian sampai dengan proses evaluasi keperawatan, smartcard dapat digunakan dalam setiap fase proses keperawatan. Perawat dapat menggunakan smartcard untuk memasukkan data hasil pengkajian misalnya pemeriksaan fisik dan anamnesa, kemudian menegakkan diagnosa, intervensi sampai evaluasi, semua dapat diinput kedalam smartcard. Data ini kemudian disimpan dalam database yang ada dalam institusi layanan kesehatan dengan sistem proteksi yang sangat kuat. Akumulasi data asuhan keperawatan pasien kemuadian dapat dimamfaatkan juga dalam proses riset dan penelitian. Aplikasi smartcard bukan hanya dalam lingkup pelayanan di rumah sakit atau klinik, tapi juga dapat digunakan dalam pelayanan keperawatan komunitas. Misalnya dalam hal rehabilitasi ketika pasien keluar dari perawatan rumah sakit. Perawat komunitas dapat melakukan kunjungan rumah berdasarkan data discarge planning pasien. Hal ini karena smartcard juga memuat data tentang diet, pemakaian obat, dan lain-lain (Kardas & Tunali, 2006). Akhirnya, walaupun sangat memungkinkan penggunaan smartcard dalam layanan keperawatan kenyataannya hampir tidak pernah / belum digunakan dalam lingkup layanan keperawatan, khususnya asuhan keperawatan. Banyaknya keterbatasan, baik dilihat dari sisi SDM, sarana dan prasarana, serta kebijakan dan pendanaan lagi-lagi menjadi penyebab yang paling dominan. Perlu kiranya perawat terus meningkatkan kemampuan diri dalam memberikan asuhan keperawatan melalui teknologi informasi. C. Spesifikasi Umum Smart Card Smartcard adalah kartu plastik yang berukuran sama dengan kartu kredit yang di dalamnya terdapat chip silikon yang disebut microcontroller. Chip merupakan integrated circuit yang terdiri dari prosesor dan memori. Chip, seperti layaknya CPU (Central Processing Unit) di komputer, bertugas melaksanakan perintah dan menyediakan power ke smartcard. Smartcard merupakan pengembangan dari kartu magnetis, namun berbeda dengan kartu magnetis yang hanya dipakai sebagai tempat penyimpanan data, smartcard mempunyai kemampuan untuk memproses dan menginterpretasikan data, serta menyimpan data tersebut secara aman. Apalagi dengan perkembangan algoritma kriptografi, data yang disimpan akan dienkripsi terlebih dahulu, sehingga tidak mudah dibaca oleh pihak yang tidak berwenang/berhak (Sariasih, 1999). Sistem yang dikembangkan ini disebut Smart Card Health System (SCHS), (Kardas & Tunali, 2006). Mempunyai dua kartu cerdas yaitu untuk pasien dan profesional kesehatan. Dokter menggunakan kartu mereka untuk disahkan di sistem sedangkan kartu pasien meliputi kesehatan umum pemilik informasi yang dapat diakses tanpa koneksi database. Pusat database di rumah sakit / institusi layanan kesehatan lainnya untuk menyimpan data kesehatan yang mempunyai interkoneksi pada tiap ruangan, sehingga dapat menjadi input data pasien ketika berada dalam ruangan tersebut. 1.3 1.4 Gambar 1 : arsitektur sistem SCHS D. Memori Data Smart Card Seperti yang telah dijelaskan, ada dua jenis smart card yang ada dalam sistem ini yaitu kartu pasien dan kartu dokter. Pada kartu pasien, informasi pribadi pemilik disimpan, seperti, nama pasien, nama, tanggal lahir, jenis darah, jenis kelamin, alamat, rumah, kantor dan nomor telepon seluler. Kontak untuk keadaan darurat (nama, nama keluarga, rumah, pekerjaan dan nomor ponsel orang yang akan dihubungi dan hubungannya dengan pasien) dan informasi asuransi (Nama perusahaan asuransi pasien dan SSN yang relevan) yang juga disimpan di kartu. Kedua informasi pribadi pasien dan kontak darurat informasi tidak dilindungi PIN. Terutama dalam keadaan darurat, hal itu tidak mungkin untuk mendapatkan PIN dari pasien. Namun, semua data lainnya pada kartu dilindungi dengan PIN dan kartu dapat memblokir dirinya sendiri terhadap kesalahan barulang memasukkan PIN. Informasi kesehatan pasien yang tersimpan dalam kartu tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut: penyakit kronis dan keadaan penting dengan tanggal diagnosis, obat-obatan yang digunakan secara permanen beserta dosisnya, alergi dengan tanggal diagnosis, imunisasi dengan tanggalnya, operasi bedah termasuk tanggal operasi, nama klinik dan ringkasan informasi. Data tambahan disimpan sebagai memo pada kartu. Pemeriksaan terakhir pasien dan informasi resep juga disimpan pada kartu. Informasi pemeriksaan terakhir termasuk tanggal pemeriksaan terakhir, klinik dan dokter Data (dokter ID, nama dan nama keluarga) dan ringkasan pemeriksaan. Resep informasi termasuk tanggal resep itu, klinik, daftar obat-obatan, persetujuan negara informasi dan data yang dokter lagi terkait yang (Dokter ID, nama dan nama keluarga). Selain data pasien, dokter juga mempunyai kartu pasangan dari kartu pasien tersebut dimana ia uga mempunyai ID, PIN kartu, nama, nama pasien, departemen di rumah sakit, alamat, rumah, kantor dan nomor telepon mobile disimpan sebagai informasi pribadi. E. Keamanan Dan Otentikasi Setiap desain sistem yang berbasis elektronik, keamanan dianggap sebagai fitur yang sangat diperlukan. Sebuah saluran yang aman harus dibuat antara terminal di kamar pemeriksaan dan perangkat penerima kartu (CAD) yang terhubung ke terminal tersebut. Ketika seorang dokter atau kartu cerdas pasien dimasukkan dalam CAD, otentikasi terjamin antara kartu dan perangkat lunak komputer host oleh pertukaran kunci. Kartu ini dilengkapi dengan PIN sebagai penguat sistem keamanan pada kartu ini. Ketika PIN telah dimasukkan dengan benar, maka data akan dapat diakses dengan mudah dan cepat. Untuk menyediakan otentikasi dokter pada sistem dan akses ke server digunakan tanda tangan digital pribadi yang disimpan dokter pada smart card (R.Das, 2006). F. Keuntungan Dari Smart Card 1. Lebih handal daripada kartu magnetik (kartu magnetik) Kehandalan dari smartcard disebabkan oleh proteksi terhadap keamanan data yang disimpan. Keamanannya tidak hanya tergantung pada chip, namun juga keseluruhan system termasuk aplikasi serta proses pembuatan dari smartcard itu sendiri. Chip menjamin keamanan data yang disimpan di dalam smartcard disebabkan adanya mekanisme enkripsi sehingga tidak mudah dibaca oleh pihak yang tidak berwenang. 2. Lebih banyak menyimpan informasi daripada kartu magnetik. Kapasitas memori dari smartcard lebih besar dibanding kartu magnetik. Smartcard mempunyai ukuran memory bermacam-macam, misalnya dari 1 Kbyte (CP1 dari ASE(Alladin Smartcard Environment)), 2 Kbyte (CC1 dari ASE(Alladin Smartcard Environment)), 22 Kbyte (JavaCard) dan 31 Kbyte(MSC0402 dari Motorola). Selain berisi informasi, smartcard juga berisi sistem operasi yang mengendalikan seluruh proses yang terjadi di smartcard. 3. Lebih sulit untuk ditiru daripada kartu magnetic Kartu magnetik mempunyai pita magnetik pada permukaaannya. Peng-copy-an terhadap kartu magnetik dilakukan dengan meng-copy pita magnetik tersebut ke kartu lain. Pada smartcard peng-copy-an terhadap kartu sulit dilakukan, ini disebabkan karena setiap kartu memiliki nomor seri yang unik, tidak ada 2 buah kartu yang memiliki nomor seri yang sama. Jika pengaman dari kartu dilakukan dengan menghitung hash dari nomor seri kartu, maka peng-copy-an kartu tidak mungkin dilakukan. 4. Dapat melakukan banyak fungsi di berbagai area industry Walapun kartu magnetik telah banyak dimanfaatkan di berbagai sektor, misalnya sektor perbankan dan sektor telekomunikasi, tetapi fungsi yang dapat dilakukan terbatas atau disebut single function. Karena keistimewaan yang dimiliki oleh smartcard, yaitu dalam hal kapasitas simpan dan kemampuan untuk melakukan proses, smartcard menawarkan skema multi-function, yaitu satu kartu untuk berbagai layanan. 5. Selalu mengalami evolusi (sesuai dengan perkembangan chip komputer dan memori). Smartcard mempunyai standar mikroprosesor 8-bit, namun saat ini mulai dikembangkan mikroprosesor 32-bit yang mempunyai keuntungan, yaitu memungkinkan melakukan pemrograman dengan menggunakan bahasa tingkat tinggi dan meningkatkan kekuatan komputasi untuk fungsi matematika yang kompleks. Dan yang paling penting, peningkatan MIPS (million instruction per second) memungkinkan industri smartcard memanfaatkan kemajuan teknologi biometri dan kriptografi. G. Aktivasi Smart Card Komputer yang terletak di kamar pemeriksaan adalah sebagai sistem terminal klien. Setiap terminal memiliki CAD terhubung ke server sistem tertentu untuk mengakses database. Perangkat lunak yang berjalan pada terminal dapat membuka sesi dokter dan pasien. Harus ada aktivitas online ketika dokter melakukan pemeriksaan pada pasien untuk memasukkan data hasil pemeriksaan. Aktivitas ini hanya bisa dibuka oleh smart card dokter. Bila kartu dokter dimasukkan dalam CAD, lalu dimasukkan PIN smart card dokter. Jika PIN masih berlaku, sesi kartu akan berhasil dibuka dan aplikasi terminal berkomunikasi dengan server jauh melalui protokol sistem untuk mendapatkan pesan dokter terkait. Satu pendekatan adalah untuk menjaga sesi terbuka dokter hanya ketika kartu dokter dimasukkan pada CAD. Jadi, kartu pasien hanya dapat diterima bila kartu dokter juga hadir di pembaca. Namun, ini hanya mungkin dapat dilakukan di CADs dengan dua slot kartu canggih. Ketika kondisi dokter membuka sesi puas, aplikasi dapat menerima kartu pintar pasien dan pasien sesi terbuka. Seperti sesi dokter, saluran aman didirikan dan otentikasi saling menyadari ketika kartu pasien dimasukkan pada CAD. PIN yang dimasukkan divalidasi dan pesan jarak jauh pasien diterima dengan cara yang sama. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Smartcard merupakan salah satu aplikasi teknologi informasi yang paling diminati di masa mendatang pada berbagai bidang kehidupan, khususnya bidang kesehatan. Selain mempunyai fungsi menyimpan, transfer dan pengolahan data dengan akurat, ia juga mempunyai sisi praktis dan efisien sehingga dapat dibawa kemana-mana. Smartcard juga dilindungi sebuah sistem yang dapat menjamin keamanan dari data di dalamnya. Pemakaian smartcard di Indonesia masih terbatas, khususnya dibidang kesehatan dan keperawatan walaupun sangat memungkinkan dapat digunakan dalam proses pelayanan kesehatan. Selain SDM yang kurang, sarana dan prasarana serta pendanaan belum menunjang untuk dilakukannya sistem ini. 3.2 Saran Sangat penting menciptakan kondisi dimana sistem informasi kesehatan berbasis teknologi sangat diperlukan sabagai alat yang tepat pada pengambilan keputusan yang tepat dan akurat bagi pemegang kebijakan, untuk itu perlu kiranya sosialisasi yang berkelanjutan melalui media yang paling akontabel yaitu riset dan penelitian tentang teknologi ini, khususnya smartcard. Penelitian berkelanjutan yang bersifat eksperimen pada aplikasi smartcard dibidang keperawatan dapat dijadikan sebagai pilot projek untuk menilai tingkat keberhasilan dan efektivitas pemakaian di lapangan. Tentunya ditambah dengan sistem evaluasi yang valid dan reliabel sebagai alat koreksi bagi penyempurnaan aplikasi sistem ini di masa-masa mendatang pada dunia keperawatan. DAFTAR PUSTAKA Hidayat, Taufik. 2011. Aplikasi Smartcard Berbasis Sistem Pelayanan Kesehatan Di Indonesia. (Http://pkko.fik.ui.ac.id) diakses pada tanggal 29 oktober 2017 Alfitri, Nadia, dkk. 2007. Aplikasi Smart Card Untuk Electronic Medical Record (EMR) Smart Card Application for Electronic Medical Record. (http://repo.polinpdg.ac.id/473/1/134117-1-PB.pdf) diakses tanggal 29 oktober 2017 Nanda, Arya, dkk. 2012. System informasi kesehatan Smart card. (http://sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/22002339/39ce93a225414b7e4ab 1fd2b88176e49/intro.pdf) diakses tanggal 30 oktober 2017