Uploaded by common.user27313

Daftar Isi

advertisement
Daftar Isi
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
Kata Pengantar
Daftar Isi
Sejarah Munculnya Total Quality Management (TQM)
Pengertian TQM
Unsur-unsur TQM
Prinsip-prinsip TQM
Manfaat Program TQM
Konsep-konsep TQM
Implementasi TQM
Faktor kegagalan TQM
Kesimpulan
Daftar Pustaka
A. Sejarah Munculnya Total Quality Managemen (TQM)
TQM bermula di AS selama PD II, ketika ahli
statistik AS W. Edward Deming menolong para insinyur dan
teknisi untuk menggunakan teori statistik untuk
memperbaiki kualitas produksi. Setelah perang, teorinya
banyak diremehkan oleh perusahaan Amerika. Kemudian
Deming pergi ke Jepang, dimana dia mengajarkan pemimpin
bisnis top pada Statistical Quality Control, mengajarkan
mereka dapat membangun negaranya jika mengikuti
nasehatnya.
TQM muncul sebagai respon pada kesulitan
membaurkan pendekatan kualitas teknis dengan tenaga kerja
yang berkembang pesat tak terlatih atau semi terlatih saat dan setelah PD II. Meskipun
banyak dari ide tersebut berawal di AS namun sebagian besar perusahaan Jepanglah yang
mengimplementasikannya dan memperbaikinya dari 1950-an. Seperti halnya pendekatan
kualitas teknis, TQM juga menekankan pada pentingnya input namun mengembangkannya
dari kompetensi teknis ke juga termasuk pentingnya motivasi orang dan kemampuannya
untuk bekerja dalam tim dalam rangka memecahkan persoalan.
Sebagai tambahan TQM berfokus pada pentingnya proses bisnis yang baik terutama
satu pola yang mengurangi hambatan dari batasan internal dan mengerti kebutuhan detail
pelanggan sehingga kebutuhan mereka dapat sepenuhnya tercapai. Keperluan-keperluan ini
sejauh ini mencapai tahap dimana TQM menjadi pemikiran terbaik sebagai filosofi
manajemen umum daripada pendekatan tertentu untuk kualitas. Jadi dapat disimpulkan awal
mulanya TQM (Total Quality Management) adalah di dunia bisnis, dan sekarang mulai
berkembang di dunia pendidikan.
B.
Pengertian TQM (Total Quality Management)
Dalam hal ini, para ahli dalam mendefinisikan TQM terdapat beberapa perbedaan
diantaranya yaitu:
1) Tobin (1990) mendefinisikan TQM sebagai usaha terintegrasi total untuk mendapatkan
manfaat kompetitif dengan cara secara terus-menerus memperbaiki setiap fase budaya
organisasional.
2) F.W. Taylor (1856-1915) Seorang insiyur mengembangkan satu seri konsep yang merupakan
dasar dari pembagian kerja. Analisis dengan pendekatan gerak dan waktu untuk pekerjaan
manual memperoleh gelar “Bapak Manajemen Ilmiah” Management). Dalam bukunya
tersebut Taylor menjelaskan beberapa elemen tentang teori manajemen, yaitu sebagai berikut:
 Setiap orang harus mempunyai tugas yang jelas dan harus diselesaikan dalam satu hari.
 Pekerjaan harus memiliki peralatan yang standar untuk menyelesaikan tugas yang menjadi
bagiannya.
 Bonus dan intensif wajar diberikan kepada yang berprestasi maksimal.
 Penalti yang merupakan kerugian bagi pekerjaan yang tidak mencapai sasaran yang telah
ditentukan (personal loss). Taylor memisahkan perencanaan dari perbaikan kerja. Dengan
demikian, dia memisahkan pekerjaan dari tanggung jawab untuk memperbaiki kerja.
3) Witcher (1990) menekankan pada pentingnya aspek-aspek TQM menggunakan penjelasan
berikut: Total:Menandakan bahwa setiap orang dalam perusahaan harus dilibatkan (bahkan
mungkin pelanggan dan para pemasok), Quality: Mengindikasikan bahwa keperluankeperluan pelanggan sepenuhnya dipenuhi, dan Management: Menjelaskan bahwa eksekutif
senior pun harus komit secara penuh.
4) Feigenbaum (1991) memberikan definisi yang lebih lengkap dari TQM: “sistem kualitas
total dijelaskan sebagai salah satu yang merangkum keseluruhan siklus kepuasan pelanggan
dari interpretasi keperluannya terutama pada tahap pemesanan, melalui pasokan produk atau
jasa dari harga ekonominya dan pada persepsinya dari produk setelah dia telah
menggunakannya sepanjang perioda waktu”.
5) Definisi TQM menurut BS 4778 adalah : Manajemen Kualitas Total (TQM) adalah konsep
dan metoda yang memerlukan komitmen dan keterlibatan pihak manajemen dan seluruh
organisasi dalam pengolahan perusahaan untuk memenuhi keinginan atau kepuasan
pelanggan secara konsisten. Dalam TQM tidak hanya pihak manajemen yang
bertanggungjawab dalam memenuhi keinginan pelanggan, tetapi juga peran secara aktif
seluruh anggota dalam organisasi untuk memperbaiki kualitas produk atau jasa yang
dihasilkannya (Bennett and Kerr, 1996).
1)
2)
3)
4)
1)
Total Quality Management (TQM) berasal dari kata "Total" yang berarti keseluruhan atau
terpadu, "Quality" yang berarti kualitas, dan "Management" yang telah disamakan dengan
manajemen dalam Bahasa Indonesia yang berarti pengelolaan.
Dalam pengertian mengenai TQM, penekanan utama adalah pada kualitas yang
didefinisikan dengan mengerjakan segala sesuatu dengan baik sejak awal dengan tujuan
untuk memenuhi kepuasan pelanggan.
TQM juga dapat di artikan sebagai strategi manajemen yang ditujukan untuk
menanamkan kesadarankualitas pada semua proses dalam organisasi. Sesuai dengan definisi
dari ISO, TQM adalah "suatu pendekatan manajemen untuk suatu organisasi yang terpusat
pada kualitas, berdasarkan partisipasi semua anggotanya dan bertujuan untuk kesuksesan
jangka panjang melalui kepuasan pelanggan serta memberi keuntungan untuk semua anggota
dalam organisasi serta masyarakat.
"Filosofi dasar dari TQM adalah "sebagai efek dari kepuasan konsumen, sebuah
organisasi dapat mengalami kesuksesan."
Ada beberapa elemen bahwa sesuatu dikatakan berkualitas, yakni;
Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan
Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan
Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (apa yang dianggap berkualitas saat ini
mungkin dianggap kurang berkualitas pada saat yang lain).
Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia,
proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
Mutu terpadu atau disebut juga Total Quality Management (TQM) dapat didefinisikan
dari tiga kata yang dimilikinya yaitu: Total (keseluruhan), Quality (kualitas, derajat/tingkat
keunggulan barang atau jasa), Management (tindakan, seni, cara menghendel, pengendalian,
pengarahan).
Dari ketiga kata yang dimilikinya, definisi TQM adalah: “sistem manajemen yang
berorientasi pada kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dengan kegiatan yang
diupayakan benar sekali (right first time), melalui perbaikan berkesinambungan (continous
improvement) dan memotivasi karyawan “ (Kid Sadgrove, 1995).
Seperti halnya kualitas, Total Quality Management dapat diartikan sebagai berikut;
Perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke dalam falsafah holistik yang dibangun
berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan pengertian serta kepuasan
pelanggan (Ishikawa, 1993, p.135).
2) Sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada
kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi (Santosa, 1992, p.33).
3) Suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya
saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan
lingkungannya.
Pengertian lain dikemukakan oleh Drs. M.N. Nasution, M.S.c., A.P.U. mengatakan
bahwa Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha
yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terusmenerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses, dan lingkungannya.
C. Unsur-unsur utama TQM
Komponen ini memiliki 10 unsur utama (Goetch dan Davis, 1994) yang masingmasing akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Fokus Pada Pelanggan
Dalam
TQM,
baik
pelanggan
internal
maupun
pelanggan
eksternal
merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang
disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam
menentukan kualitas manusia, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau
jasa.
2. Obsesi terhadap Kualitas
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, penentu akhir kualitas pelanggan internal dan
eksternal. Dengan kualitas yang ditetapkan tersebut, organisasi harus terobsesi untuk
memulai atau melebihi apa yang ditentukan tersebut. Hal ini berarti bahwa semua karywan
pada setiap level berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya gberdasarkan
perspektif”bagaimana kita dapat melakukannya dengan lebih baik?” bila suatu organisasi
terobsesi dengan kualitas,maka berlaku prinsip’good enough is never good enough’.
3. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah sangat di perlukan dalam penerapan TQM,terutama untuk mendesain
pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan
dengan pekerjaan yang didesain tesebut. Dengan demikian data di perlukan dan dipergunakan
dalam menyusun patok duga (benchmark), memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan.
4. Komitmen Jangka Panjang
TQM merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu dibutuhkan
budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu komitmen jangka panjang sangat penting
guna mengadakan perubahan agar penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses.
5. KerjaSama Tim (Teamwork)
Dalam organisasi yang dikelola secara tradisional, seringkali diciptakan persaingan antar
departemen yang ada dalam organisasi tersebut agar daya saingannya terdongkrak . Akan
tetapi persaingan internal tersebut cenderung hanya menggunakan dan menghabiskan energi
yang seharusnya dipusatkan pada upaya perbaikan kualitas, yang pada gilirannya untuk
meningkatkan daya saing eksternal.
Sementara itu dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerjasama tim, kemitraan dan
hubungan dijalin dan dibina, baik antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok,
lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.
6. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan.
Setiap produk atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu didalam
suatu sistem atau lingkungan. Oleh karena itu system yang ada perlu diperbaiki secara terus
menerus agar kualitas yang dihasilkan dapat meningkat.
7. Pendidikan dan Pelatihan
Dewasa ini masih terdapat perusahaan yang menutup[ mata terhadap pentingnya pendidikan
dan pelatihan. Perusahaan-perusahaan seperti itu hanya akan memberikan pelatihan-pelatihan
yang sekedarnya kepada karyawannya.
Hal ini menyebabkan perusahaan tidak berkembang dan sulit bersaing dengan perusahaan
lainnya. Sedangkan dalam perusahaan yang menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan
merupakan faktor yang fundamental. Dalam hal ini berlaku prinsip bahwa belajar merupakan
proses yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia.
8. Kebebasan yang Terkendali
Dalam TQM keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusandan
pemecahan masalah merupakan unsure yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsure
tersebut dapat meningkatkan “rasa memiliki“ dan tanggungjawab karyawan terhadap
keputusan yang telah dibuat. Selain itu unsur ini juga dapat memperkaya wawasan dan
pandangan dalam suatu keputusan yang diambil, karena pihak yang terlibat lebih banyak.
9. Kesatuan Tujuan.
Supaya TQM dapat diterapkan dengan baik maka perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan.
Dengan demikian setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Akan tetapi kesatuan
tujuan ini tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan/kesepakatan antara pihak
manajemen dan karyawan mengenai upah dan kondisi kerja.
10. Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan
Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam penerapan
TQM. Usaha untuk melibatkan karyawan membawa 2 manfaat utama. Pertama, hal ini akan
meningkatkan kemungkinan dihasilkannya keputusan yang baik, rencana yang lebih baik,
atau perbaikan yang lebih efektif karena juga mencakup pandangan dan pemikiran dari pihakpihak yang langsung berhubungan dengan situasi kerja. Kedua, keterlibatan karyawan juga
meningkatkan ‘rasa memiliki” dan tanggung jawab atas keputusan dengan melibatkan orangorang yang harus melaksanakannya. Pemberdayaan bukan sekedar berarti melibatkan
karyawan tetapi juga melibatkan mereka dengan memberikan pengaruh yang sungguhsungguh berarti. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menyusun pekerjaan
yang memungkinkan pada karyawan untuk mengambil keputusan mengenai perbaikan proses
pekerjaanya dalam parameter yang ditetapkan dengan jelas.
a)
b)
c)
d)
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
D. Prinsip-prinsip TQM
Ada beberapa tokoh yang mengemukakan prinsip-prinsip TQM. Salah satunya adalah
Bill Crash, 1995, mengatakan bahwa program TQM harus mempunyai empat prinsip bila
ingin sukses dalam penerapannya. Keempat prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
Program TQM harus didasarkan pada kesadaran akan kualitas dan berorientasi pada kualitas
dalam semua kegiatannya sepanjang program, termasuk dalam setiap proses dan produk.
Program TQM harus mempunyai sifat kemanusiaan yang kuat dalam memberlakukan
karyawan, mengikutsertakannya, dan memberinya inspirasi.
Progran TQM harus didasarkan pada pendekatan desentralisasi yang memberikan wewenang
disemua tingkat, terutama di garis depan, sehingga antusiasme keterlibatan dan tujuan
bersama menjadi kenyataan.
Program TQM harus diterapkan secara menyeluruh sehingga semua prinsip, kebijaksanaan,
dan kebiasaan mencapai setiap sudut dan celah organisasi.
Lebih lanjut Bill Creech, 1996, menyatakan bahwa prinsip-prinsip dalam sistem TQM
harus dibangun atas dasar 5 pilar sistem yaitu; Produk, Proses, Organisasi, Kepemimpinan,
dan Komitmen.
Lima Pilar TQM :
Produk
Proses
Organisasi
Pemimpin
Komitmen
Produk adalah titik pusat untuk tujuan dan pencapaian organisasi. Mutu dalam produk
tidak mungkin ada tanpa mutu di dalam proses. Mutu di dalam proses tidak mungkin ada
tanpa organisasi yang tepat. Organisasi yang tepat tidak ada artinya tanpa pemimpin yang
memadai. Komitmen yang kuat dari bawah ke atas merupakan pilar pendukung bagi semua
yang lain. Setiap pilar tergantung pada keempat pilar yang lain, dan kalau salah satu lemah
dengan sendirinya yang lain juga lemah.
Pendapat lain dikemukakan oleh Hensler dan Brunnell (dalam Scheuing dan
Christopher, 1993: 165-166) yang dikutip oleh Drs. M.N. Nasution, M.S.c., A.P.U. dalam
bukkunya yang berjudul Manjemen Mutu Terpadu, mengatakan bahwa TQM merupakan
suatu konsep yang berupaya, melaksanakan sistem manajemen kualitas kelas dunia. Untuk
itu, diperlukan perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu organisasi.
ada empat prinsip utama dalam TQM, yaitu :
Kepuasan pelanggan.
Respek terhadap setiap orang.
Manajemen berdasarkan fakta.
Perbaikan berkesinambungan.
E. Manfaat Program TQM
TQM sangat bermanfaat baik bagi pelanggan, institusi, maupun bagi staf organisasi.
a. Manfaat TQM bagi pelanggan adalah:
Sedikit atau bahkan tidak memiliki masalah dengan produk atau pelayanan.
Kepedulian terhadap pelanggan lebih baik atau pelanggan lebih diperhatikan.
3. Kepuasan pelanggan terjamin.
b. Manfaat TQM bagi institusi adalah:
1. Terdapat perubahan kualitas produk dan pelayanan
2. Staf lebih termotivasi
3. Produktifitas meningkat
4. Biaya turun
5. Produk cacat berkurang
6. Permasalahan dapat diselesaikan dengan cepat.
c. Manfaat TQM bagi staf Organisasi adalah:
1. Pemberdayaan
2. Lebih terlatih dan berkemampuan
3. Lebih dihargai dan diakui
d. Manfaat lain dari implementasi TQM yang mungkin dapat dirasakan oleh institusi di masa
yang akan datang adalah:
1. Membuat institusi sebagai pemimpin (leader) dan bukan hanya sekedar pengikut (follower)
2. Membantu terciptanya tim work
3. Membuat institusi lebih sensitif terhadap kebutuhan pelanggan
4. Membuat institusi siap dan lebih mudah beradaptasi terhadap perubahan
5. Hubungan antara staf departemen yang berbeda lebih mudah
Persyaratan Implementasi TQM, Agar implementasi program TQM berjalan sesuai
dengan yang diharapkan diperlukan persyaratan sebagai berikut:
1. Komitmen yang tinggi (dukungan penuh) dari menejemen puncak.
2. Mengalokasikan waktu secara penuh untuk program TQM.
3. Menyiapkan dana dan mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas.
4. Memilih koordinator (fasilitator) program TQM.
5. Melakukan banchmarking pada perusahaan lain yang menerapkan TQM.
6. Merumuskan nilai (value), visi (vision) dan misi (mission).
7. Mempersiapkan mental untuk menghadapi berbagai bentuk hambatan.
8. Merencanakan mutasi program TQM.
1.
2.
3.
F. Konsep Total Quality Managemen (TQM)
Konsep trilogy kualitas oleh Dr. Juran mengetengahkan Perencanaan Kualitas (quality
planning), Pengendalian Kualitas (quality control), dan Peningkatan Kualitas (quality
improvement).
Quality Planning melibatkan aktivitas:
Identifikasi pelanggan dan menentukan kebutuhan pelanggan.
Menciptakan keistimewaan produk yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan.
Menciptakan proses yang mampu menghasilkan keinstimewaan produk.
Perencanaan kualitas melibatkan partisipasi mereka yang akan dipengaruhi oleh
rencana. Pendekatan Juran terhadap pengendalian kualitas melibatkan beberapa aktivitas
berikut:
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Mengevaluasi kinerja aktual.
Membandingkan aktual dengan sasaran.
Mengambil tindakan atas perbedaan aktual dengan sasaran.
Sedangkan pendekatan terhadap perbaikan atau peningkatan kualitas (quality
improvement) mencakup:
Menciptakan kesadaran dari kebutuhan dan kesempatan untuk peningkatan.
Memastikan peningkatan kualitas sebagai bagian dari deskripsi pekerjaan.
Menciptakan infrastruktur, memilih proyek untuk perbaikan, menentukan tim, menyiapkan
fasilitator.
Memberikan pelatihan.
Meninjau kemajuan secara teratur.
Penghargaan kepada tim yang berhasil.
Mensosialisasikan hasil-hasil perbaikan.
Memperbaiki sistem balas jasa (reward system).
Mempertahankan momentum melalui perluasan rencana bisnis mencakup sasaran untuk
peningkatan kualitas.
Agar sistem kualitas modern menjadi lebih efektif, langkah yang harus ditempuh antara lain:
Mendefinisikan dan merinci sasaran dan kebijakan kualitas.
Berorientasi pada kepuasan pelanggan.
Mengerahkan semua aktivitas untuk mencapai sasaran dan kebijakan kualitas yang telah
ditetapkan.
Mengintegrasikan aktivitas-aktivitas tersebut di dalam organisasi.
Mengidentifikasi kualitas peralatan dengan cermat.
Melakukan pelatihan dan memotivasi karyawan.
Pengendalian terhadap ongkos kualitas dan pengukuran lainnya sesuai standar kualitas yang
diinginkan.
Memeriksa aktivitas dari sistem kualitas modern secara periodik.
Tabel 1: Perubahan Paradigma Konsep Manajemen
Dari
Jika tidak rusak, jangan diperbaiki
Mutu tidak penting
Pembangunan
Struktur organisasi yang kaku
Birokrasi organisasi berlapis-lapis
Persaingan
Kinerja individu
Semua orang terspesialisasi dan
dikendalikan
Pendidikan untuk manajemen
Menjadi
Pengembangan berkesinambungan
Pengawasan terhadap mutu
Inovasi
Struktur organisasi fleksibel
Lapisan organisasi hanya sedikit
Kerjasama
Kinerja tim
Semua orang menambah nilai, fleksibel dan
terberdayakan
Pendidikan dan pelatihan untuk semua orang
G. Implementasi TQM
Untuk mengimplementasikan TQM pada kegiatan belajar-mengajar siswa di SMK,
pihak sekolah dapat menerapkan siklus PDCA (Plan, Do, Check, Act) yang dalam dunia
industri dipergunakan oleh perusahaan untuk menyelesaikan masalah. Siklus PDCA
diperkenalkan oleh Deming, salah satu tokoh TQM (Slamet, dkk 1996:5). Pada siklus
Deming ini, proses penyelesaian masalah dengan menggunakan siklus perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut. Berikut delapan langkah dalam penyelesaian
masalah berdasarkan siklus PDCA Deming.
Gambar 2.3 Siklus PDCA (Slamet dkk, 1996:5)
A. Perencanaan (Plan)
Menurut Tampubolon (Slamet, dkk 1996:4)
tahap perencanaan dimulai dari:
Langkah (1) : Tentukan problem utama. Apabila banyak
problema yang dihadapi, carilah yang paling
penting;
Langkah (2) : Tentukan faktor penyebab;
Langkah (3) : Tetapkan urutan penyebab;
Langkah (4) : Perumusan rencana penanggulangan dan
sasaran.
Apabila tahap perencanaan dari siklus
PDCA ini kita kembangkan pada tahap
perencanaan di kegiatan belajar-mengajar
siswa, maka langkah pertama yang harus
dilakukan sekolah adalah menetapkan
permasalahan
di
seputar
kegiatan
pembelajaran secara sistematis. Dalam
menentukan urutan masalah, kepala sekolah
harus mengikutsertakan staf dan guru untuk membicarakannya. Sebaiknya kepala sekolah
membentuk kelompok kerja atau tim khusus perbaikan untuk berpartisipasi dalam pembuatan
rencana perbaikan. Dalam mengidentifikasi permasalahan seputar kegiatan belajar-mengajar
hendaknya sekolah dapat membatasi permasalahan yang ada, kemudian mencari kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman yang mungkin saja ada dari fokus masalah melalui analisis
SWOT/SWOT analysis (Strenghts, Weaknessess, Opportunities, Threat).
Setelah dilakukan identifikasi fokus masalah melalui analisis SWOT, tim akan mudah
menentukan penyebab dari masalah yang ada. Langkah selanjutnya adalah tim perbaikan
harus menetapkan urutan penyebab masalah yang ada dalam kegiatan belajar-mengajar secara
sistematis berdasarkan permasalahan terpenting terlebih dahulu, hingga ke permasalahan
ringan. Tahap dari akhir perencanaan ini adalah tim perbaikan/pihak sekolah wajib
mengadakan perumusan langkah perbaikan atau usaha pemecahan masalah yang akan
dilakukan, beserta maksud dan tujuan dari langkah penanggulangan itu.
B. Pelaksanaan (Do)
Tahap pelaksanaan ini merupakan tahap implementasi rencana-rencana
penanggulangan dari masalah yang ada. Pada tahap ini, menurut Tampubolon (dalam Slamet,
dkk 1996:4), perencanaan yang telah ada dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan.
Pada tahap pelaksanaan ini, tim perbaikan sebaiknya harus tetap memantau proses
implementasi maupun hasilnya. Apabila pada saat proses pelaksanaan rencana, tiba-tiba
terjadi peristiwa dengan keadaan yang tidak terprediksi sebelumnya, maka pihak sekolah
harus mampu mengadakan penyesuaian sesuai dengan kondisi tersebut.
C. Evaluasi (Check)
Pada tahap evaluasi ini, tim perbaikan mutu kegiatan belajar-mengajar harus
mengadakan pemantauan terhadap semua bagian kegiatan dari proses pelaksanaan rencana
yang telah dilaksanakan. Evaluasi dijalankan untuk mengetahui apakah sasaran yang telah
ditetapkan berhasil sesuai rencana atau terdapat penyimpangan Tampubolon (dalam Slamet,
dkk 1996:4). Pada tahap ini, buatlah alat atau cara untuk memantau (memonitor) pelaksanaan
proses dan hasilnya, konfirmasikan bahwa cara atau alat itu absah untuk digunakan, apakah
evaluasi itu mendatangkan efek yang diinginkan, apakah ada konsekuensi yang tak
diharapkan (Slamet, dkk 1996:9).
D. Tindak Lanjut (Act)
Tahapan ini merupakan tahapan akhir dari siklus PDCA. Tim perbaikan mutu
kegiatan belajar-mengajar sekolah harus menetapkan usulan standar lanjutan berdasarkan
hasil yang telah didapatkan, kemudian tim perbaikan mutu menetapkan langkah perbaikan
berikutnya untuk permasalahan yang belum terselesaikan.
Menurut Slamet, dkk (1996:9) langkah tindak lanjut tersebut sebagai berikut:
1. Nilailah hasil-hasil yang dicapai demikian pula proses pemecahan masalah dan perubahan
proses yang direkomendasikan;
2. Teruskan perbaikan proses bila diperlukan, bakukan bila memungkinkan;
3. Rayakan keberhasilan yang dicapai.
H. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan TQM
TQM merupakan suatu pendekatan suatu pendekatan baru dan menyeluruh yang
membutuhkan perubahan total atas paradigama manajemen tradisional, komitmen jangka
panjang, kesatuan tujuan, dan pelatihan-pelatihan khusus. Selain dikarenakan usaha
pelaksanaan yang setengah hati dan harapan-harapan yang tidak realitis, ada pula beberapa
kesalahan yang secara umum dilakukan pada saat organisasi memulai inisiatif perbaikan
kualitas.
Beberapa kesalahan yang sering dilakukan antar lain :
1. Delegai dan kepemimpinan yang tidak baik dari manajemen senior.
Inisiatif upaya perbaikan kualitas secara berkesinambungan sepatutnya simulai dari pihak
manajemen dimana mereka harus terlibat secara langsung dalam pelaksanaannya. Bila
tanggungjawab itu didelegasikan kepada pihak laik maka peluang terjasinya kegagalan sangat
besar.
2. Team mania
Untuk menunjang dan menumbuhkan kerja sama dalam tim, paling tidak ada dua dua hal
yang perlu diperhatikan. Pertama, baik penyelia maupun karyawan harus memiliki
pemahaman yang baik terhadap perannya masing-masing. Kedua. Organisasi harus
melakukan perubahan budaya supaya kerjasama tim `tersebut dapat berhasil. Apabila kedua
hal tersebut tidak dilakukan sebelum pembentukan tim, maka hanya akan timbul masalah,
bukannya pemecahan masalah.
3. Proses penyebarluasan
Ada organisasi yang mengembangkan inisiatif kualitas tanpa secara berbarengan
mengembangkan rencana untuk menyatukan kedalam seluruh elemen-elemen organisasi.
Seharusnya pengembangan inisiatif tersebut melibatkan para manajer, serikat pekerja,
pemasok, dan bidang produksi lainnya, karena usaha itu meliputi pemikiran mengenai
struktur, penghargaan, pengembangan keterampilan, pendidikan dan kesadaran.
4. Menggunakan pendekatan yang terbatas dan dogmatis
Ada pula organisasi yang hanya menggunakan pendekatan Deming, pendekatan Juran, atau
Pendekatan Crosby dan hanya menerapkan prinsip-prinsip yang ditentukan disitu. Padahal
tidak ada satupun pendekatan yang disarankan oleh ketiga pakar tersebut maupun pakarpakar kualitas lainnya yang merupakan satu pendekatan yang cocok untuk segala situasi.
5. Harapan yang terlalu berlebihan dan tidak realistis
Bila hanya mengirimkan karyawan untuk mengikuti suatu pelatihan selama beberapa hari,
bukan berarti telah membentuk waktu untuk mendidik, mengilhami dan membuat karyawan
sadar akan pentingnya kualitas. Selain itu dibutuhkan waktu yang sangat lama pula untuk
mengimplementasikan perubahan-perubahan proses baru, bahkan seringkali perubahan proses
baru, bahkan seringkali perubahan tersebut memakan waktu yang sangat lama untuk sampai
terasa pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas dan daya saing perusahaan.
6. Emprowerment yang bersifat premature
Banyak perusahaan yang kurang memahami makna dari pemberian emprowerment kepada
karyawan. Mereka mengira bahwa bila karyawan telah dilatih dan diberi wewenang baru
dalam mengambil suatu tindakan, maka para karyawan tersebut akan dapat menjadi selfdirected dan meberikan hasil-hasil positif. Seringkali dalam praktik, karyawan tidak tahu apa
yang harus dikerjakan setelah suatu pekerjaan diselesaikan. Oleh karena itu sebenarnya
mereka membutuhkan sasaran dan tujuan yang jelas sehingga tidak salah dalam melakukan
sesuatu.
I. Tantangan TQM bagi Akuntan Manajemen
Peran akuntan manajemen dalam TQM yaitu mengumpulkan semua informasi kualitas yang
relevan, berpartisipasi secara aktif dalam semua fase program kualitas, dan mereviewserta
menyebarkan laporan biaya kualitas. Akuntan manajemen harus dilibatkan secara total dalam
aktifitas perbaikan perusahaan seperti:
1. Memastikan perwakilan akuntan manajemen pada komisi pengendalian kualitas utama dan
tim perbaikan kualitas
2. Berpartisipasi secara aktif dalam mengidentifikasi daerah-daerah yang membutuhkan
perbaikan kualitas atau merupakan peluang perbaikan kualitas terbesar
3. Terlibat dalam keputusan penentuan supplier
4. Mereview dan mengefakuasi efektifitas pengendalian dan nilai-nilai khursus pelatihan untuk
personil pengendalian kualitas dan staf sumber daya manusia
5. Mengumpulkan dan melakukan review secara terus-menerus terhadap sisa produksi dan
biaya-biaya perbaikan
J. Perbedaan TQM dengan manajemen lainnya
Menurut Fandy Tjiptono dan Anatasia Diana (2003;10) ada empat perbedaan pokok antara
TQM dengan manajemen lainnya, yaitu:
1.
Asal intelektualnya
Yaitu sebagian besar teori dan teknik manajemen berasal dari ilmu sosial. Ilmu mikro
merupakan dasar dari sebagian besar teknik-teknik manajemen keuangan dan psikologi
mendasari tekhnik-tekhnik pemasaran. Sementara dasar teori TQM adalah statistika yang
berhubungan dengan sampling dan analisis varians.
2.
Sumber inovasinya
Bila sebagian besar teknik manajemen berasal dari sekilah bisnis dan perusahaan konsultan
maka inovasi TQM berasal dari para pionir yang berasal dari tekhnik industri dan ahli fisika.
3.
Asal kelahirannya
Kebanyakan konsep manajemen berasal dari amerika serikat kemudian berkembang
keseluruh dunia tetapi TQM lahir di amerika tetapi banyak di kembangkan di jepang dan di
negara eropa.
4.
Proses diseminasi atau penyebaran
Manajemen moderen bersifat hirarkis dan top-down yang mempeloporinya adalah general
electrics, IBM, jeneral motors. Sedangkan TQM lbih bersifat bottom up, penggerak utamanya
adalah CEO dengan di motori perusahaan kecil.
Kesimpulan
Total quality manajemen menurut perspektif islam adalah suatu sistem manajemen dalam
meningkatkan keseluruhan kualitas menuju pencapaian keunggulan bersaing yang
berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi
berdasarkan al-qur’an dan sunnah. Oleh karena itu dengan penerapan total quality manajemen
perspektif islam akan memberikan keuntungan bagi perusahaan dan pelanggan dengan cara
yang di benar kan oleh islam.
Saran
Dalam penulisan makalah ini, kami sebagai pemakalah merasa masih banyak kekurangan dari
makalah yang kami buat. Maka dari itu kami mohon kritikan dan saran dari para pembaca
yang sifatnya membangun agar tidak mengulangi kesalahan yang sama dimasa yang akan
datang.




Daftar Pustaka
https://dinikomalasari.wordpress.com/2013/11/07/tqm-total-quality-management/
https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_kualitas_total
http://raghae.blogspot.co.id/2013/12/total-quality-manajemen-tqm.html
Download