Uploaded by User26812

SAP, askep, leaflet typhoid ayu

advertisement
LAPORAN AKHIR KEPERAWATAN KELUARGA
TN.H DENGAN TYPHOID
DI ILIR BARAT 1 WILAYAH PUSKESMAS KAMPUS
RT 041/RW 012
Disusun Oleh :
NAMA
: AYU LUTHFIYAH
NIM
: NIM. PO.71.20.4.16.002
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN
2019
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. H DENGAN TYPHOID
DI WILAYAH ILIR BARAT 1 RT.041/ RW.012
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO
DATA
1
DS:
1. Tn. H mengatakan kurang mengetahui
cara merawat diri sendiri
2. Tn. H sering kecapekan setelah bekerja
dan mengakibatkan typhoid
3. Tn. H mengatakan khawatir kesehatannya
memburuk
2
DO:
1. Tn. H terihat bingung
2. Wajah Tn. H sering terlihat pucat
3. TTV:
TD : 100/70 mmHg
S : 36,8◦C
N : 80x/m
RR : 22x/m
DS:
1. Tn. H mengatakan hanya makan
2x/hari
2. Tn. H mengatakan sering merasa mual
3. Tn. H mengatakan porsi makan hanya
1-5 sendok
DO:
1. 1. Tn.H Nampak mual
2. BB :45 kg TB: 157 cm
45
3. BMI =
1,57 𝑥 1,57
45
=
2,46
= 18,29 (Berat badan kurang
dari 18,8)
PENYEBAB
MASALAH
Kurang pengetahuan
klien dan keluarga
Cemas
Anorexia
Resiko nutrisi
kurang dari
kebutuhan
B. PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga
2. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anorexia
C. PENILAIAN (SKORING)
NO DX
1
KRITERIA
Sifat Masalah :
SKOR
2
2
𝑥1=
3
3
PEMBENARAN
Rasa takut menyebabkan TD
yang memperburuk keadaan
Ancaman kesehatan
Kemungkinan masalah untuk
diubah :
Sebagian
Potensial masalah untuk
dicegah:
1
𝑥2=1
2
Pemberian penjelasan yang
tepat dapat membantu
menurunkan rasa takut
2
2
𝑥1=
3
3
Penjelasan mampu
menurunkan rasa takut
1
1
𝑥1=
2
2
Keluarga menyadari dengan
mematuhi pola hidup dan
pola makan yang dianjurkan
dapat mengurangi khawatir
dari Tn. H
Cukup
Menongolnya masalah:
Ada masalah tapi tidak perlu
ditangani
TOTAL SKOR
Sifat masalah:
Ancaman Kesehatan
Kemungkinanan masalah
untuk diubah:
Mudah
2
Potensial masalah untuk
dicegah:
Cukup
Menonjolnya masalah:
Masalah berat harus
ditangani
2
5
6
2
2
𝑥1=
3
3
Anorexia menyebabkan
nutrisi kurang dari kebutuhan
2
𝑥2=2
2
Pemberian diet yang tepat
yaitu dengan cara makan
sering tapi dengan porsi
sedikit akan mengurangi
gejala anorexia
1
1
𝑥1=
3
3
Diet yang tepat dapat
mengurangi gejala anorexia
2
𝑥1=1
2
Keluarga menyadari bahwa
diet sehat mampu meredakan
anorexia
TOTAL SKOR
4
D. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anorexia
2. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga
E. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO
DIAGNOSIS
TUJUAN
1
Resiko nutrisi kurang
Setelah dilakukan
dari kebutuhan
kunjungan selama 3
berhubungan dengan
hari kebutuhan
anorexia
nutrisi adekuat
dengan kriteria hasil:
1. Gejala anorexia
(mual) klien
INTERVENSI
1. Kaji pola dan kebiasaan makan
klien
2. Observasi adanya muntah
3. Menganjurkan keluarga untuk
memberi makan kepada Tn. H
dalam porsi sedikit namun dalam
frekuensi yang sering dan tidak
2
Cemas berhubungan
dengan kurangnya
pengetahuan keluarga
Tn. H
F. IMPLEMENTASI
Tanggal/
Diagnosa
Waktu
Keperawatan
25-6-2019
Resiko nutrisi
kurang dari
kebutuhan
berhubungan
dengan anorexia
25-6-2019
26-06-2019
berkurang atau
hilang
2. Frekuensi dan
pola makan
sebanyak 3x
sehari dan
menghabiskan
satu porsi penuh
Setelah dilakukan
kunjungan selama 3
hari diharapkan
keluarga dapat
memahami:
1. Apa itu penyakit
thypoid
2. Penyebab dari
penyakit typhoid
3. Makanan
pantangan yang
harus dihindari
memakan makanan yang pedas
dan asam.
4. Memberikan terapi pemberian
cairan nutrisi sesuai kebutuhan
5. Memberikan terapi pemberian
anti emetik sesuai kebutuhan
1. Berikan penjelasan pada keluarga
tentang makanan yang harus
dihindari bagi penderita typhoid.
2. Anjurkan Tn.H untuk makan
makanan yang rendah serat
3. Anjurkan kepada keluarga Tn.H
untuk memeriksakan
kesehatannya secara rutin ke
fasilitas kesehatan atau
puskesmas terdekat
4. Berikan pendidikan kesehatan
tentang typhoid
Implementasi
1. Mengukur tanda-tanda vital
R/TTV:
TD: 100/70 mmHg
N: 80x/m
Rr: 22x/m
S: 36,8◦C
2. Mengkaji pola dan kebiasaan makan
R/ Tn.H mengatakan hanya makan 2x/hari
3. Menganjurkan keluarga untuk memberi makanan dalam
porsi sedikit namun sering
R/ Tn.H mengatakan kurang nafsu makan
Cemas
1. Menanyakan kepada keluarga Tn.H tentang penyakit typhoid
berhubungan
R/ Tn.H mengatakan bahwa typhoid adalah penyakit yang
dengan kurangnya
sering kambuh, namun ia tidak mengetahui apa penyebab
pengetahuan
dari typhoid itu sendiri
keluarga Tn. H
2. Menganjurkan klien dan keluarga untuk memisahkan alat
makan ketika Tn.H sedang sakit typhoid
R/ Ny.J mengatakan bahwa ia tidak tau jika penyakit typoid
ini menular
Resiko nutrisi
1. Mengkaji kembali pola dan kebiasaan makan
kurang dari
R/ Klien mengatakan pagi ini ia hanya menghabiskan ½
kebutuhan
porsi makan
berhubungan
2. Mengobservasi adatidaknya mual atau muntah
dengan anorexia
R/ Klien mengatakan tidak lagi merasa mual
3. Menganjurkan agar tetap makan dengan porsi sedikit tapi
sering
Cemas
berhubungan
dengan kurangnya
pengetahuan
keluarga Tn. H
27-06-2019
Resiko nutrisi
kurang dari
kebutuhan
berhubungan
dengan anorexia
Cemas
berhubungan
dengan kurangnya
pengetahuan
keluarga Tn. H
R/ Klien mengatakan sudah menerapkan hal tersebut
1. Menanyakan ulang pengetahuan keluarga tentang typhoid
R/ Klien mengatakan masih belum paham apa itu typhoid
2. Mengkaji tingkat kecemasan klien
R/ Klien Nampak tidak lagi pucat
3. Menganjurkan untuk ke puskesmas terdekat bila sakit
R/ Klien mengatakan susah untuk mencari jadwal ke
puskesmas karna ia bekerja dengan jadwal yang tidak tentu
1. Mengkaji kembali pola dan kebiasaan makan
R/ Klien mengatakan pagi ini ia hanya menghabiskan ½
porsi makan
2. Menganjurkan keluarga klien agar tetap menjaga kebersihan
makanan dan lingkungannya
R/ Ny.J mengatakan lingkungan dan makanan nya sudah
terjaga kebersihannya
3. Memberikan arahan agar mengkonsumsi makanan yang
sehat, berasal dari rumah dan dengan porsi sedikit tapi
sering untuk mengurangi efek mual/muntah
R/ Tn. H sudah mengupayakan anjuran tersebut, namun
Tn.H terkadang masih lupa makan
1. Memberikan ajakan kepada keluarga Tn. H tentang
pentingnya hidup sehat dimulai dari cuci tangan dengan 6
langkah
R/ Keluarga klien mampu mengikuti arahan
2. Memberikan penyuluhan tentang apa itu typhoid, penyebab,
tanda dan gejala serta langkah apa untuk pencegahan dan
perawatannya
R/ Keluarga dan Tn.H mengatakan sudah paham apa itu
typhoid, penyebab, tanda dan gejala serta langkah apa untuk
pencegahan dan perawatannya
G. EVALUASI
Tanggal/Waktu
No. Dx
1
25-6-2019
2
Evaluasi
S: Tn. H mengatakan ia hanya makan 2x/hari dan
masih sering merasa mual
O: BB: 45 Kg TB: 157cm. BMI : 18,29 (kurang)
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan keluarga
S: Tn. H mengatakan tidak tahu penyebab dari
typhoid, ia hanya tau bahwa penyakit ini sering
kambuh ketika ia sedang capek
O: Tn. H Nampak lemah dan pucat
TD: 90/70 mmHg N: 84x/m
Rr : 22x/m
S: 36,8◦C
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan oleh keluarga
Paraf
1
26-6-2019
2
1
27-6-2019
2
S: Tn. H mengatakan pagi ini ia menghabiskan
hanya ½ porsi makan dan Tn.H mengatakan tidak
merasa mual lagi
O: Tn.H Nampak segar tidak pucat
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan keluarga
S: Tn. H mengatakan bahwa faktor kecapekan
adalah salah satu penyebab terjadi typhoid
O: Tn. H mendengarkan penjelasan tentang apa itu
typhoid dan penyebab nya
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan keluarga
S: Tn. H mengatakan pagi ini ia menghabiskan ½
porsi makan lagi namun tidak merasa mual lagi
O: Tn.H nampak menjaga kebersihan lingkungan
dan makanannya
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan keluarga
S: Keluarga mengatakan setelah dilakukan
penyuluhan tentang pentingnya cuci tangan dan apa
itu typhoid serta penyebab, tanda dan gejala,
pencegahan dan perawatan pasien typhoid, keluarga
tidak cemas lagi
O: Keluarga Tn.H mendengarkan dengan seksama
A: Masalah Teratasi
P: Intervensi dihentikan.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
TYPHOID
Disusun Oleh :
NAMA
: AYU LUTHFIYAH
NIM
: NIM. PO.71.20.4.16.002
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Latar Belakang
Angka kejadian demam tifoid (typhoid fever) diketahui lebih tinggi pada negara yang sedang
berkembang di daerah tropis, sehingga tak heran jika demam tifoid atau tifus abdominalis banyak
ditemukan di negara kita. Di Indonesia sendiri, demam tifoid masih merupakan penyakit endemik
dan menjadi masalah kesehatan yang serius. Demam tifoid erat kaitannya dengan higiene
perorangan dan sanitasi lingkungan.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam tifoid di seluruh dunia
mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap tahunnya. Demam tifoid merupakan
penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada anak maupun dewasa. Anak merupakan yang
paling rentan terkena demam tifoid, walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari dewasa.
Di hampir semua daerah endemik, insidensi demam tifoid banyak terjadi pada anak usia 5-19
tahun.
Perbedaan antara demam tifoid pada anak dan dewasa adalah mortalitas (kematian) demam
tifoid pada anak lebih rendah bila dibandingkan dengan dewasa. Risiko terjadinya komplikasi fatal
terutama dijumpai pada anak besar dengan gejala klinis berat, yang menyerupai kasus dewasa.
Demam tifoid pada anak terbanyak terjadi pada umur 5 tahun atau lebih dan mempunyai gejala
klinis ringan.
Pokok bahasan
:
Febris Typhoid
Sub pokok bahasan
:
Pencegahan Typhoid
Hari / tanggal
:
Kamis, 27 Juni 2019
Waktu
:
20 menit
Tempat
:
Kediaman Tn.H di Kecamatan IB 1
Sasaran
:
Pasien dan Keluarga
A.
Tujuan Instruksional Umum :
Setelah dilakukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga
selama 30 menit, diharapkan dapat memahami tentang “Gambaran Febris Typhoid”
B.
Tujuan Instruksional Khusus:
Setelah dilakukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan pada keluarga selama 30
menit, diharapkan keluarga Ny. I dapat menjelaskan:
1. Pengertian Demam Thypiod
2. Tanda dan gejala Demam Thypiod
3. Penyebab Demam Thypiod
4. Cara pencegahan Demam Thypiod
5. Cara pengobatan Demam Thypiod
C.
Materi
Terlampir
D.
Metode
:
Ceramah, Diskusi
E.
Media
:
1.
F.
Setting tempat
:
Leaflet
Keterangan :
: Keluarga
: Penyuluh
G.
Strategi Penyuluhan
No. Tahap
1.
Pembukaan
:
Kegiatan
Penyuluh
1. Penyuluh
Pasien
membuka 1. Mendengarkan
Waktu
5 menit
pembicaraan,
2. Menyampaikan salam,
3. Menyapa
2. Menjawab salam
pasien 3. Kooperatif
danberkenalan
4. Menyampaikan tujuan.
2.
Inti
1. Menanyakan
4. Mendengarkan
pengetahuan 1. Menjelaskan secara 10 menit
pasien tentang demam typhoid
singkat pengetahuan
Kegiatan
No. Tahap
Penyuluh
Waktu
Pasien
audiens
tentang
caries dentis.
2. Menjelaskan pengertian dari 2. Mendengarkan
demam typhoid
3. Menjelaskan tanda dan gejala 3. Mendengarkan
dari demam typhoid
4. Menjelaskan penyebab pada 4. Mendengarkan
demam typhoid
5. Menjelaskan cara penanganan 5. Mendengarkan
pada demam typhoid
6. Menjelaskan cara pengobatan
6. Mendengarkan dan
mengamati
3.
Penutup
1. Menyimpulkan materi yang
1. Mendengarkan
telah disampaikan
2. Memberikan
kesempatan
pasien untuk bertanya
3. Penyaji
pertanyaan
mengajukan
pertanyaan
4. Menutup
1.
pertemuan
:
Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan SAP
b. Menyiapkan materi dan media
c. Kontrak waktu dengan sasaran
d. Menyiapkan tempat
e. Menyiapkan pertanyaan
2.
Evaluasi Proses
3. Menjawab
pertanyaan
mengucapkan salam
G. Evaluasi
2. Mengajukan
dan
4. Menjawab salam
5 menit
Klien dan keluarga berpartisipasi selama kegiatan, lingkungan tidak bising dan
pelaksanaan sesuai dengan rencana.
3.
Evaluasi Akhir
Klien dan keluarga mampu menyebutkan :
a. Apa Pengertian Demam Thypiod?
Jawaban : Demam Thypoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella typhi.
b. Apa Tanda dan gejala Demam Thypiod
Jawaban : demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah,
obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut, batuk dan epistaksis.
c. Penyebab Demam Thypiod
Jawaban : Bakteri salmonella typhi
d. Cara pencegahan Demam Thypiod
Jawaban : Cuci tangan, Hindari minum air yang tidak dimasak, Tidak perlu
menghindari buah dan sayuran mentah, Pilih makanan yang masih panas.
e. Cara pengobatan Demam Thypiod
Jawaban : Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau
kurang lebih selama 14 hari, pasien dengan demam tifoid diberi bubur saring,
kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien.
Karena ada pendapat bahwa usus perlu diistirahatkan.
LAMPIRAN MATERI DEMAM THYPOID
1. Pengertian Demam Thypoid
Demam Thypoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan,ditopang
dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endotelial atau endokardial dan invasi bakteri
sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit mononuklear dari limpa,kelenjar limfe usus dan
Peyer’s patch. Terjadinya penularan salmonella typhi sebagian besar melalui makanan /
minuman yang tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita atau pembawa kuman,
biasanya keluar bersama-sama dengan tinja (melalui rute oral fekal = jalur oro-fekal).
2. Tanda dan Gejala
Masa tunas demam tifoid berlangsung 10 – 14 hari. Gejala-gejala yang timbul sangat
bervariasi. Perbedaan ini tidak saja antara berbagai bagian dunia, tetapi juga di daerah yang
sama dari waktu ke waktu. Selain itu gambaran penyakit bervariasi dari penyakit ringan
yang tidak terdiagnosis, sampai gambaran penyakit yang khas dengan komplikasi dan
kematian. Hal ini menyebabkan bahwa seorang ahli yang sudah sangat berpengalaman pun
dapat mengalami kesulitan untuk membuat diagnosis klinis demam tifoid.
Dalam minggu pertama penyakit, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit akut
pada umumnya. Yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah,
obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan
fisik hanya dijumpai suhu badan meningkat. Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi
lebih jelas berupa demam, bradikardi relatif, lidah yang khas (kotor ditengah, tepi dan ujung
merah dan tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan mental berupa
samnolen, stupor, koma, delirium atau psikosis, roseolae jarang ditemukan pada orang
Indonesia.
3. Komplikasi Demam Typhoid
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit ini yaitu:
a. Perforasi usus halus dilaporkan dapat terjadi pada 0,5 – 3%, sedangkan perdarahan usus
pada 1 – 10% kasus dema Thypoid anak. Penyulit ini biasanya terjadi pada minggu ke-3
sakit, walau pernah dilaporkan terjadi pada minggu pertama. Komplikasi di dahului
dengan penurunan suhu, tekanan darah dan peningkatan frekuensi nadi. Pada perforasi
usus halus ditandai oleh nyeri abdomen lokal pada kuadran kanan bawah akan tetapi
dilaporkan juga nyeri yang menyelubung. Kemudian akan diikuti muntah, nyeri pada
perabaan abdomen, defance muskulare, hilangnya keredupan hepar dan tanda-tanda
peritonitis yang lain. Beberapa kasus perforasi usus halus mempunyai manifestasi klinis
yang tidak jelas.
b. Komplikasi pada neuropsikiatri. Sebagian besar bermanifestasi gangguan kesadaran,
disorientasi, delirium, obtundasi, stupor bahkan koma. Beberapa penulis mengaitkan
manifestasi klinis neuropsikiatri dengan prognosis buruk. Penyakit neurologi lain adalah
rombosis sereberal, afasia, ataksia sereberal akut, tuli, mielitis tranversal, neuritis perifer
maupun kranial, meningitis, ensefalomielitis, sindrom Guillain-Barre. Dari berbagai
penyakit neurologik yang terjadi, jarang dilaporkan gejala sisa yang permanen (sekuele).
c. Miokarditis. Dapat timbul dengan manifestasi klinis berupa aritmia, perubahan ST-T
pada EKG, syok kardiogenik, infiltrasi lemak maupun nekrosis pada jantung.
d. Hepatitis tifosa asimtomatik juga dapat dijumpai pada kasus demam Thypoid ditandai
peningkatan kadar transaminase yang tidak mencolok.
e. Ikterus dengan atau tanpa disertai kenaikan kadar transaminase, maupun kolesistitis akut
juga dapat dijumpai, sedang kolesistitis kronik yang terjadi pada penderita setelah
mengalami demam Thypoid dapat dikaitkan dengan adanya batu empedu dan fenomena
pembawa kuman (karier).
f. Sistitis bahkan pielonefritis dapat juga merupakan penyulit demam Thypoid.
g. Proteinuria
transien
sering dijumpai,
sedangkan
glomerulonefritis
yang dapat
bermanifestasi sebagai gagal ginjal maupun sindrom nefrotik mempunyai prognosis
buruk.
h. Pneumonia sebagai komplikasi sering dijumpai pada demam Thypoid. Keadaan ini dapat
ditimbulkan oleh kuman Salmonella typhi, namun sering kali sebagai akibat infeksi
sekunder oleh kuman lain.
i. Penyakit lain yang dapat dijumpai adalah trombositopenia, koagulasi intrvaskular
diseminata, Hemolytic Uremic Syndrome (HUS), fokal infeksi di beberapa lokasi sebagai
akibat bakteremia misalnya infeksi pada tulang,otak, hati, limpa, otot, kelenjar ludah dan
persendian.
4. Penatalaksanaan Pengobatan
Pengobatan demam tifoid terdiri atas tiga bagian yaitu : Perawatan, Diet dan Obatobatan.
a. Perawatan
Pasien dengan demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi
dan pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam
atau kurang lebih selama 14 hari. Mobilisasi pasien harus dilakukan secara bertahap,
sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah-ubah pada
waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus.
Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi
obstipasi dan retensi air kemih.
b. Diet
Dimasa lampau, pasien dengan demam tifoid diberi bubur saring, kemudian bubur
kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Karena ada pendapat
bahwa usus perlu diistirahatkan.
Beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini dapat
diberikan dengan aman pada pasien demam tifoid.
c. Obat
Obat-obat antimikroba yang sering dipergunakan ialah :
1) Kloramfenikol
2) Tiamfenikol
3) Kotrimoksazol
4) Ampisillin dan Amoksisilin
5) Sefalosporin generasi ketiga
6) Fluorokinolon.
Obat-obat simptomatik :
1) Antipiretika (tidak perlu diberikan secara rutin).
2) Kortikosteroid (tapering off Selama 5 hari).
3) Vitamin B komp. Dan C sangat diperlukan untuk menjaga kesegaran dan kekuatan
badan serta berperan dalam kestabilan pembuluh darah kapiler.
5. Pencegahan Demam Thypoid
Pencegahan adalah segala upaya yang dilakukan agar setiap anggota masyarakat
tidak tertular oleh bakteri Salmonella. Ada 3 pilar strategis yang menjadi program
pencegahan yakni:
a. Mengobati secara sempurna pasien dan carrier demam Thypoid.
b. Mengatasi faktor-faktor yang berperan terhadap rantai penularan.
c. Perlindungan dini agar tidak tertular.
Demam Thypoid dapat dicegah dengan kebersihan pribadi dan kebersihan
lingkungan. “Orang Indonesia itu umumnya cuci tangan setelah makan, padahal harusnya
sebelum makan. Setelah makan, tangannya kotor, baru dicuci. Tapi kalau sebelum makan dia
lupa. Padahal tangan itu paling kotor, kena segala macam. Lewat tangan kita bisa
memindahkan kuman.
Berikut beberapa petunjuk untuk mencegah penyebaran demam Thypoid:
a. Cuci tangan.
Cuci tangan dengan teratur meruapakan cara terbaik untuk mengendalikan demam
Thypoid atau penyakit infeksi lainnya. Cuci tangan anda dengan air (diutamakan air
mengalir) dan sabun terutama sebelum makan atau mempersiapkan makanan atau
setelah menggunakan toilet. Bawalah pembersih tangan berbasis alkohol jika tidak
tersedia air.
b. Hindari minum air yang tidak dimasak.
Air minum yang terkontaminasi merupakan masalah pada daerah endemik Thypoid.
Untuk itu, minumlah air dalam botol atau kaleng. Seka seluruh bagian luar botol
atau kaleng sebelum anda membukanya. Minum tanpa menambahkan es di
dalamnya. Gunakan air minum kemasan untuk menyikat gigi dan usahakan tidak
menelan air di pancuran kamar mandi.
c. Tidak perlu menghindari buah dan sayuran mentah.
Buah dan sayuran mentah mengandung vitamin C yang lebih banyak daripada yang
telah dimasak, namun untuk menyantapnya, perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut. Untuk menghindari makanan mentah yang tercemar, cucilah buah dan
sayuran tersebut dengan air yang mengalir. Perhatikan apakah buah dan sayuran
tersebut masih segar atau tidak. Buah dan sayuran mentah yang tidak segar
sebaiknya tidak disajikan. Apabila tidak mungkin mendapatkan air untuk mencuci,
pilihlah buah yang dapat dikupas.
d. Pilih makanan yang masih panas.
Hindari makanan yang telah disimpan lama dan disajikan pada suhu ruang. Yang
terbaik adalah makanan yang masih panas. Walaupun tidak ada jaminan makanan
yang disajikan di restoran itu aman, hindari membeli makanan dari penjual di
jalanan yang lebih mungkin terkontaminasi.
Jika anda adalah pasien demam Thypoid atau baru saja sembuh dari demam
Thypoid, berikut beberapa tips agar anda tidak menginfeksi orang lain:
1) Sering cuci tangan anda.
Ini adalah cara penting yang dapat anda lakukan untuk menghindari penyebaran
infeksi ke orang lain. Gunakan air (diutamakan air mengalir) dan sabun,
kemudian gosoklah tangan selama minimal 30 detik, terutama sebelum makan
dan setelah menggunakan toilet.
2) Bersihkan alat rumah tangga secara teratur.
Bersihkan toilet, pegangan pintu, telepon, dan keran air setidaknya sekali sehari.
3) Hindari memegang makanan.
Hindari menyiapkan makanan untuk orang lain sampai dokter berkata bahwa
anda tidak menularkan lagi. Jika anda bekerja di industri makanan atau fasilitas
kesehatan, anda tidak boleh kembali bekerja sampai hasil tes memperlihatkan
anda tidak lagi menyebarkan bakteri Salmonella.
4) Gunakan barang pribadi yang terpisah.
Sediakan handuk, seprai, dan peralatan lainnya untuk anda sendiri dan cuci
dengan menggunakan air dan sabun.
DAFTAR PUSTAKA
Aru W, Sudoyo, dkk ; editor ; Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam; Jilid III, edisi IV;Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Jakarta : 2007
Alan R. Tumbelaka. Diagnosis dan Tata laksana Demam Thypoid. Dalam Pediatrics Update.
Cetakan pertama; Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta : 2003
Brunner & Suddath, Buku ajar keperawatan medical bedah, Buku 3, Edisi 4 Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Tahun 2002.
Doenges, Rencana asuhan keperawatan, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Tahun 2000.
Mansjoer Arif, Kapita selekta kedokteran, Penerbit Media Aesculapius FK-UI 2000, Jakarta.
Smeltzer, Zusanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth ed.8
Vol. 2. EGC. Jakarta
Sylvia, Patofisiologi, Buku 1, Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Cetakan I, Tahun 1995.
Waspadji dkk, Buku ajar ilmu penyakit dalam, Jilid I, Edisi ketiga, Penerbit FK-UI Jakarta,
Tahun 1999.
Wilkinson Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA, Intervensi
NIC, Kriteria Hasil NOC ed.9. EGC. Jakarta
DOKUMENTASI DI RUMAH TN.H RT 041/ RW 012
Download
Study collections